• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan skor pufa, deft dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) pada anak usia 3-5 tahun di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan skor pufa, deft dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) pada anak usia 3-5 tahun di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

1. Baginska J, Stokowska W. Pulpal involvement-roots-sepsis index: A new methode for describing the clinical consequeces of untreated dental caries. Med Princ Pract 2013; 22: 555-60.

2. Monse B, Heinrich-Weltzien R, Benzian H, Holgrem C, Helderman VPW. PUFA- An index of clinical consequences of untreated dental caries. Community Dent Oral Epidemiol 2010; 38: 77- 82.

3. Tiwari S, Dubey A, Sigh B, Avinash A. Clinical consequences of untreated dental caries evaluated with pulpal involvement-roots-sepsis index in the primary dentition of school children from the Raipur and Durg Districts, Chattisgarh State, India. Med Princ Pract 2015; 24: 184-8.

4. Yani RWE. Relationship between dental caries and nutritional status in toddlers at Kaliwates Jember. International Journal of Science: Basic Applied Research 2015; 2(2): 428-33.

5. Mohammadi TM, Kay EJ. Effect of dental caries on children growth, contemporary approach to dental caries. InTec com/books/contemporary -approach-to-dental-caries/ effect-of-dental-caries-on-children-growth. (30 Juli 2015).

6. Indian Health Service. The oral health of American Indian and Alaska Native children aged 1-5 years: Result of the 2014 IHS oral health survey. Rockville: U.S. Department of Health and Human Services, 2015: 1-6.

7. Bonecker M, Abanto J, Tello G, Oliveira JB. Impact of dental caries on preschool children quality life: An update. Braz Oral Res 2012; 26(1): 103-7. 8. Baginska J, Rodakowska E, Wilczynska-Borawska M, Jamiolkowski J. Index of

(2)

9. Edalat A, Abbaszadeh M, Eesvandi M, Heidari A. The relationship of severe early childhood caries and body mass index in group of 3 to 6 years old children in Shiraz. J Dent Shiraz Univ Med Sci 2014; 15(2): 68-73.

10.Parera JP, Abeyweera NT, Fernando MP, Warnakulasuriya TD, Ranathunga N. Prevalence of dental caries among cohort of preschool children living in Gampaha District, Sri Lanka: A descriptive cross sectional study. BMC Oral Health 2012;12(49): 1-6.

11.Poureslami HR, Amerongen WEV. Early childhood caries (ECC) an infectious transmissible oral disease. Indian Journal of Pediatric 2009; 76: 191-4.

12.Correa-Faria P, Martins-Junior PA, Vieira-Andrade RG, Marques LS, Ramos-Jorge ML. Factors associated with the development of early childhood caries among Brazilian preschool. Braz Oral Res 2013; 27(4): 356-62.

13.Dua R, Jindal R, Kaur D, Aggarwal N. Correlation between PUFA/pufa scores and BMI-for age in rural Indian children. Indian Journal of Oral Science 2014; 5(1): 21-6.

14.Mishu MP, Hobdell M, Khan MH, Hubbard RM, Sabbah W. Relationship between untreated dental caries and weight and height of 6 to 12 years old primary school children in Bangladesh. International Journal of Dentistry 2013; 2013: 1-5.

15.Hooley M, Skouteris H, Boganin C, Satur J, Kilpatrick N. Body mass index and dental caries in children and adolescent: A systematic review of literature published 2004 to 2011. BioMed Central 2012; 1(57): 1-26.

16.Benzian H, Monse B, Heinrich-Weltzien R, Hobdell M, Mulder J, Helderman WVP. Untreated severe dental decay: A neglected determinant of low body mass index in 12 years old Filipino children. BMC Public Health 2011; 11: 1-9.

17.Bird DL, Robinson DS. Modern dental assisting. 10th ed., St. Louis: Saunders Elsevier, 2012: 175-80.

(3)

19.Cummins D. Dental caries: A disease which remains a public health concern in the 21st century-the exploration of breakthrough technology for caries prevention. J Clin Dent 2013; 24: 1-14.

20.Beighton D, Bartlett D. Dental caries and pulpitis. In: Ireland R. eds. Clinical textbook of dental hygiene and therapy, 1st ed., Oxford: Blackwell Munksgaard., 2006: 75-92.

21.Sivaphathasundharam B, Ar Raghu. Dental caries. In: Rajedran R, Sivaphathasundharam B. eds. Textbook of oral pathology, 7th ed., New Delhi: Elsevier., 2012: 419-38.

22.McDonald RE, Avery DR, Stookey GK, Chin JR, Kowolik JE. Dental caries in the child and adolescent. In: McDonald RE, Avery DR. eds. Dentistry for children and adolescent, 9th ed., Maryland Heights: Mosby Elsevier., 2011: 177-86.

23.Bagramian RA, Garcia-Godoy F, Volpe AR. The global increase in dental caries. A pending public health crisis. Am J Dent 2009; 21(1): 3-8.

24.Ueda EMO, Dezan CC, Frossard WTG, Salomao F, Morita MC. Prevalence of dental caries in 3 and 5 years old children living in a small Brazilian City. J App; Oral Sci 2004; 12(1): 34-8.

25.Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat, pencegahan dan pemeliharaan. Medan: USU Press, 2008: 4-15.

26.Ferraro M, Vieira AR. Explaining gender differences in caries: A multifactorial approach to multifactorial disease. International Journal of Dentistry 2010; 2010: 1-4.

27.Martinez-Mier EA, Zandona AE. The Impactof Gender on Caries Prevalence and Risk Assessment. 2013. 236187205. (21 Oktober 2015).

28.Langlais RP, Miller CS, Nield-Gehrig JS. Lesi mulut yang sering ditemukan. Trans.Titi Suta. Jakarta: EGC, 2013: 172.

(4)

30.Bach K, Manton DJ. Early childhood caries: A New Zeland perspective. J Prim Health Care 2014; 6(2): 169-72.

31.Finucane D. Rationale for restoration of carious primary teeth: A review. J of The Irish Dental Association 2012; 58(1): 31-42.

32.Alkarimi HA, Watt RG, Pikhart H, Sheiham A, Tsakos G. Dental caries and growth in school-age children. Pediatric 2014; 133(4): 616-21.

33.Gonzalez-Casanova I, Sarmiento OL, Gazmararian JA, Cunningham SA, Martorell R, Pratt M, et al. Comparing three body mass index classification system to assess overweight and obesity in children and adolescent. Rev Panam Salud Publica 2013; 33(5): 349-55.

34.Body Mass Index: Consideration for Practitioners

35.Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Mentri Kesehatan Indonesia nomor : 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang standar antropomentri penilaian status gizi anak. Jakarta, 2011: 2-41.

36.Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. ed 4. Jakarta: Sagung Seto., 2013: 130-2.

37.Dahlan MS. Besar sampel dan cara pengambilan sampel dalam penelitian kedokteran dan kesehatan. ed 3, Jakarta: Salemba Medika., 2013: 68-7.

38.Dawani N, Nisar N, Khan N, Syed S, Tanweer N. Prevalence and factors related to dental caries among pre-school children of Saddar Town, Karachi, Pakistan: A cross-sectional study. BMC Oral Health 2012; 12: 1-9.

39. Grund K, Goddon I, Schuler IM, Lehmann T, Heinrich-Weltzien R. Clinical consequences of untreated dental caries in German 5 and 8 years old. BMC Oral Health 2015; 15: 140-50.

40.pLopez I Y, Bustos BC, Ramos AA, Espinoza RM, Jara MN, Smith LP. Prevalence of dental caries in preschool children in Penaflor, Santiago, Chile. Rev.odonto cienc 2009; 24(2): 116-9.

(5)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

1.1Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik observasional, dengan metode

cross-sectional. Metode penelitian ini digunakan untuk mencari hubungan antara

variabel bebas dengan variabel terikat dengan melakukan pengukuran sesaat.36

1.2Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Taman Kanak-kanak (TK), Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor. Kecamatan Medan Polonia PAUD Masjid Agung, PAUD Al-Fatah, PAUD Garuda, TK Al Hidayah, TK Angkasa, TK Asyifa Aulia, TK Muslimin. Kecamatan Medan Johor TK Tadika Puri, TK Islam Nur Aisyah, TK Aisyah Azzahrah.

3.2.2Waktu Penelitian

Proposal penelitian dimulai Agustus - Desember 2015. Waktu penelitian Januari sampai dengan Februari 2016. Pengolahan, analisis data, penyusunan dan pembuatan laporan Maret 2016.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

(6)

3.3.2 Sampel

Pemilihan TK dan PAUD dilakukan dengan metode multisage random

sampling, pengambilan TK secara acak yang pelaksanaannya membagi populasi menjadi beberapa fraksi sampai pada unit sampel yang diinginkan.37 Teknik pengambilan sampel di TK adalah dengan menggunakan puporsive sampling yaitu dengan dasar suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri berdasarkan ciri atau sifat yang dapat memberi informasi yang memadai untuk menjawab pertanyaan penelitian.

Nilai simpangan baku gabungan (Sg) didapatkan dari penelusuran pustaka penelitian sebelumnya.4 Berdasarkan penelusuran pustaka didapat data sebagai berikut:

Sg = 2,47

Keterangan :

Sg = simpangan baku gabungan

S1 = simpangan baku kelompok 1 pada penelitian sebelumnya = 2,58 S2 = simpangan baku kelompok 2 pada penelitian sebelumnya = 2,35 n1 = besar sampel kelompok 1 pada penelitian sebelumnya = 49 n2 = besar sampel kelompok 2 pada penelitian sebelumnya = 49

(7)

n1= n2 = 96

Keterangan :

Zα = derivate baku alfa ( 5 %) = 1,96 Zβ = derivate baku beta ( 20%) = 0,842 Sg = Simpangan baku =2,47

X1-X2 = Selisih minimal rerata yang dianggap bermakna = 1

Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan besar sampel minimal tiap kelompok adalah 96 orang, jumlah sampel ditambah 10% untuk mengantisipasi terjadinya drop

out saat penelitian, sehingga besar sampel yang dibutuhkan untuk masing-masing

kelompok adalah sebanyak 110 orang.

Kelompok I terdiri dari 110 orang anak yang memiliki deft 1-5 tanpa pufa, kelompok II terdiri dari 110 orang anak yang memiliki deft>5 tanpa pufa, dan kelompok III terdiri dari 110 orang anak yang memiliki pufa ≥1 dan deft ≥1. Kelompok I dan II ditentukan berasarkan penelitian Yani RWE rata-rata deft pada anak usia 3-5 tahun adalah 4,69.4 Besar sampel akan didistribusikan merata pada masing-masing kecamatan pada anak usia 3-5 tahun di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor. Jumlah sampel seluruhnya adalah 330 orang.

Kriteria Inklusi :

- Anak yang berusia 3-5 tahun. - Mendapat persetujuan orang tua. - Periode gigi sulung.

- Kelompok anak :

Kelompok I : deft = 1-5 untuk kelompok anak tanpa pufa. Kelompok II : deft > 5 untuk kelompok anak tanpa pufa. Kelompok III : pufa ≥ 1 dan deft ≥1

Kriteria Eksklusi :

(8)

3.4 Variabel dan Definisi Operasional Penelitian 3.4.1 Variabel Penelitian

Variabel Bebas : Jenis kelamin, usia, anak dengan skor deft 1-5 tanpa pufa, anak dengan skor deft > 5 tanpa pufa, anak dengan skor pufa ≥ 1 dan deft ≥ 1.

Variabel Tergantung : Indeks Massa Tubuh (IMT).

3.4.2 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara pemeriksaan Kategori Skala Data tabel IMT sesuai jenis kelamin dan usia anak.

a. Pengukuran tinggi tabel IMT sesuai jenis kelamin dan usia anak.

(9)

No Variabel Definisi Cara pemeriksaan Kategori Skala memiliki skor pufa dan hanya memiliki deft rongga mulut anak menggunakan sonde, memiliki skor pufa dan harus memiliki deft lebih dari 5.

Pemeriksaan dilakukan pada rongga mulut anak menggunakan sonde, skor deft minimal 1 dan skor pufa minimal 1. Penjumlahan skor karies yang tidak di rawat pada gigi sulung dengan kriteria: - p : Gigi dengan karies mencapai pulpa atau ketika struktur mahkota gigi telah

(10)

No Variabel Definisi

hancur oleh proses karies dan hanya akar atau fragmen akar yang tersisa. - u : Adanya ulserasi yang disebabkan oleh bagian gigi yang tajam -f: Adanya sinus tract yang berhubungan

Cara pemeriksaan Kategori Skala Data

3.5 Prosedur Penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Penelitian dapat dimulai setelah mendapatkan persetujuan pelaksanaan penelitian dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan, kepala sekolah PAUD, TK dan Puskesmas yang akan dilakukan penelitian.

2. Untuk penelitian di PAUD dan TK. Satu minggu sebelum penelitian, lembar penjelasan dan lembar persetujuan (informed consent) dibagikan kepada subjek penelitian. Pada saat penelitian seluruh subjek beserta orang tua yang hadir atau pendamping dikumpulkan di dalam kelas.

3. Pemeriksaan dimulai dengan mengukur tinggi badan anak menggunakan

Microtoise staturemeter merk GEA, dilanjutkan penimbangan berat badan anak

(11)

4. Pemeriksaan dilanjutkan dengan pemeriksaan rongga mulut untuk mengetahui skor deft atau pufa subjek penelitian. Pemeriksaan deft dilakukan dengan alat sonde, kaca mulut, dan lampu senter. Pemeriksaan pufa dilakukan secara visual dan dibantu dengan alat kaca mulut dan lampu senter.

5. Hasil pemeriksaan dicatat dalam lembar pemeriksaan yang telah disiapkan oleh peneliti.

3.6 Pengolahan dan Analisis Data

Data yang terkumpul selanjutnya dilakukan editing, coding dan entry data. Pengolahannya dilakukan dengan komputerisasi. Mengetahui rerata pufa, deft, dan IMT digunakan analisis univariat deskriptif. Melihat perbedaan IMT pada kelompok anak dengan pufa dibandingkan kelompok anak dengan deft tanpa pufa digunakan analisis Chi Square. Analisis statistik korelasi antara rerata skor pufa dengan rerata IMT dan korelasi rerata skor deft dengan rerata IMT menggunakan korelasi

Spearman. Melihat hubungan antara jenis kelamin dengan rerata skor pufa

(12)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Subjek Penelitian

Subjek penelitian diambil dari dua kecamatan, yaitu Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor. Total subjek penelitian berjumlah 330 anak yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi . Berdasarkan pembagian kelompok, kelompok I (deft 1-5 tanpa pufa) 110 orang, kelompok II (deft > 5 tanpa pufa) 110 orang kelompok III (deft ≥1, pufa ≥ 1) 110 orang. Karakteristik subjek penelitian terdiri atas usia dan jenis kelamin. Subjek penelitian yang diperoleh untuk kelompok usia 3 tahun 98 orang (29,7%), 4 tahun 118 orang (35,8%) dan 5 tahun 114 (34,5%). Subjek penelitian yang diperoleh pada kelompok jenis kelamin laki-laki diperoleh 162 orang (49,1%) dan perempuan 168 orang (50,9 %) dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Karakteristik subjek penelitian

Karakteristik n %

Usia

3 tahun 98 29,7

4 tahun 118 35,8

5 tahun 114 34,5

Jenis Kelamin

Laki- laki 162 49,1

Perempuan 168 50,9

Jumlah 330 100

*p=0,05

4.2 Status Karies

(13)

Tabel 3. Rerata status karies pada setiap kelompok anak Status Karies Kelompok Anak

Kelompok I Kelompok II Kelompok III deft d (X±SD) 2,31±1,35 8,47±2,29 9,99±4,33

e (X±SD) 0,02±0,04 0,16±0,52 0,19±0,66 f (X±SD) 0,01±0,10 0,03±0,21 0,02±0,13

Ƹ deft (X±SD) 2,36±1,84 8,66±2,46 10,13±4,45 pufa p (X±SD) - - 4,65±3,09

u (X±SD) - - 0,00±0,00 f (X±SD) - - 0,07±0,29 a (X±SD) - - 0,10±0,43

Ƹpufa (X±SD) - - 4,82±3,21 *p=0,05

4.3 Perbedaan Indeks Massa Tubuh pada Kelompok Anak Tanpa pufa dan Anak yang Memiliki pufa

(14)

Tabel 4. Perbedaan indeks massa tubuh pada kelompok deft tanpa pufa dan kelompok pufa

*p=0,05

4.4 Korelasi Indeks Massa Tubuh dengan pufa dan deft

Kelompok pufa, dari hasil analisis statistik didapatkan koefisien korelasi -0,34 dengan p<0,01. Menunjukkan bahwa terdapat korelasi negatif antara skor pufa dengan indeks massa tubuh. Nilai korelasi yang didapatkan temasuk ke dalam kategori lemah. Korelasi negatif berarti semakin tinggi skor pufa anak, semakin rendah indeks massa tubuhnya.

Kelompok tanpa pufa, berdasarkan hasil analisis statistik didapatkan koefisien korelasi -0,171 dengan p=0,011 (p<0,05) disimpulkan bahwa terdapat korelasi negatif antara skor deft dengan indeks massa tubuh. Nilai korelasi yang didapatkan temasuk ke dalam kategori sangat lemah, dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Korelasi antara rerata indeks massa tubuh dengan rerata pufa dan deft tanpa pufa

Variabel Rerata Indeks Massa Tubuh

Rerata pufa

(15)

4.5 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Skor pufa pada Anak Usia 3-5 Tahun

Hasil penelitian pada kelompok III, diperoleh anak laki-laki sebanyak 52 orang dengan rerata pufa 4,85±2,94 perempuan 58 orang dengan rerata pufa 4,79±3,45. Berdasarkan hasil uji statistik, didapatkan nilai signifikansi 0,719 (p>0,05) menunjukkan tidak ada hubungan bermakna antara jenis kelamin dengan skor pufa (Tabel 6).

Tabel 6. Hubungan jenis kelamin dengan skor pufa pada anak usia 3-5 tahun Jenis Kelamin n (%) Rerata pufa±SD p

Laki-laki 52(46,5) 4,85±2,94

0,719 Perempuan 58(52,6) 4,79±3,45

(16)

BAB 5 PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian, total subjek yang didapatkan adalah 330 anak di PAUD dan TK di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor. Distribusi subjek berdasarkan jenis kelamin 162 (49,18%) laki-laki dan 168 (50,9%) perempuan. Kelompok usia 3 tahun 98 anak (29,7%) 4 tahun 118 anak (35,8%) dan 5 tahun 114 anak (34,5%) (Tabel 2).

Hasil penelitian menunjukkan rerata skor deft pada kelompok I sebesar 2,36 dengan rerata skor decayed 2,31 skor extracted 0,02 skor filling 0,01. Kelompok II sebesar 8,66 dengan rerata skor decayed 8,47 skor extracted 0,16 skor filling 0,03. Kelompok III sebesar 10,13 dengan rerata skor decayed 9,99 skor extracted 0,19 skor

filling 0,02 (Tabel 3). Terlihat bahwa rerata skor decayed dari masing-masing

kelompok merupakan komponen terbesar pada keseluruhan skor deft. Penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian Dawani N di Pakistan, rerata skor dmft pada anak usia 3-6 tahun 4,08 dengan rerata skor decayed 3,83 missing 0,19 dan filling 0,04.38 Data menggambarkan bahwa sebagian besar anak yang memiliki karies gigi tidak dilakukan perawatan. Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya pengetahuan orang tua tentang pentingnya gigi sulung, adanya anggapan gigi sulung akan digantikan gigi permanen menyebabkan kesadaran untuk merawat gigi sulung rendah. Orang tua memegang peran penting dalam membentuk kebiasaan anak untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut, seperti kebiasaan menyikat gigi, kontrol berkala, dan pola makan. Faktor biaya restorasi yang mahal, juga menjadi pemicu bagi orang tua untuk cendrung memilih pencabutan dibandingkan restorasi.38

(17)

mulifaktorial, perbedaan distribusi komponen deft di berbagai negara dipengaruhi oleh kondisi sosioekonomi, flouridasi air minum, sistem pelayanan kesehatan yang memadai, pola makan, kebiasaan dalam menjaga oral hygiene, motivasi orang tua dan anak dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut akan memengaruhi distribusi masing-masing komponen deft.24

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh rerata skor pufa sebesar 4,65 berarti rata-rata gigi yang mengalami karies yang tidak dirawat adalah 5 gigi per anak. Rerata skor p yang diperoleh dari penelitian ini sebesar 4,43 merupakan komponen terbanyak, f sebesar 0,07 a sebesar 0,1 dan tidak ditemukan komponen u pada penelitian ini. Menurut Baginska J komponen u pada mukosa memang sangat jarang dijumpai.8 Penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian Yani RWE di Jember, melaporkan rerata pufa pada anak usia 3-5 tahun 4,49.4 Hal ini dapat disebabkan kesadaran orang tua terhadap pentingnya menjaga kesehatan gigi sulung sangat rendah, umumnya orang tua akan membawa anak ke dokter gigi apabila sudah memiliki gejala yang parah, seperti nyeri karena pulpitis dan abses. Berbeda dengan yang diperoleh Grund K di Jerman, rerata pufa pada anak usia 5 tahun 0,1±0,5 yang keseluruhannya merupakan komponen p.39

Berdasarkan hasil penelitian pada kelompok anak memiliki pufa 28,2% subjek dengan IMT kategori kurus 67,3% subjek dengan IMT kategori normal dan 4,5% subjek dengan IMT kategori gemuk. Perbedaan ini secara statistik signifikan (p<0,001) (Tabel 4). Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Benzian H, 27% subjek dengan IMT kategori di bawah normal dan hanya 1% subjek yang memiliki IMT di atas normal. Hal ini menggambarkan bahwa kelompok anak dengan karies mencapai pulpa memiliki peningkatan risiko terhadap IMT di bawah normal.17

(18)

IMT dengan koefisien korelasi -0,259.13 Korelasi negatif menunjukkan bahwa semakin tinggi skor pufa yang dimiliki individu, maka indeks massa tubuh akan semakin rendah.

Karies dengan melibatkan pulpa dapat menimbulkan rasa nyeri, gangguan fungsi mastikasi sehingga asupan makanan menjadi berkurang, secara terus-menerus hal ini akan berdampak pada penurunan berat badan. Acs melaporkan bahwa anak usia 3 tahun dengan karies mencapai pulpa memiliki berat badan 1 kg lebih ringan dibandingkan dengan anak tanpa karies.40 Rasa nyeri yang menyebabkan gangguan tidur anak akan memengaruhi sekresi hormon pertumbuhan dan glukosteroid.4,16,39 Berdasarkan penelitian Duijister di Filipina setelah dilakukan perawatan pada gigi dengan karies mencapai pulpa, pola tidur anak menjadi tidak terganggu, setelah dilakukan observasi secara bertahap terjadi peningkatan berat badan.34 Inflamasi kronis, seperti pulpitis atau abses akan memicu gangguan metabolisme yang di modulasi oleh sitokin dan mediator inflamasi lainnya. Interleukin (IL-1) merupakan salah satu mediator inflamasi yang dapat menghambat proses eritropoesis.41 Pembentukan eritrosit yang terhambat akan memicu terjadinya anemia dan fungsi eritrosit sebagai suplai nutrisi ke seluruh tubuh menjadi tidak optimal.41

Korelasi skor deft dengan indeks massa tubuh berupa korelasi negatif, semakin tinggi skor deft anak maka semakin rendah indeks massa tubuh. Secara statistik signifikan, dengan p=0,011 (p<0,05) serta koefisien korelasi -0,171 korelasi antara deft dengan indeks massa tubuh sangat lemah. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Floyd di Taiwan bahwa semakin tinggi skor deft maka semakin rendah indeks massa tubuh.15 Penelitian yang dilakukan oleh Yani RWE juga mendapatkan hasil yang sama.4 Pada penelitian longitudinal yang dilakukan oleh Kay tahun 2010, anak usia 61 bulan yang memiliki karies gigi akan mengalami pertambahan berat badan yang lambat.5 Locker melaporkan bahwa anak-anak yang tidak memiliki penyakit sistemik, tapi pertumbuhan yang lambat berkemungkinan memiliki jumlah karies yang banyak.5

(19)

indeks massa tubuh.39 Anak dengan karies yang banyak diasumsikan memiliki asupan gula yang tinggi. Faktor yang dapat menimbulkan perbedaan ini adalah indeks karies yang digunakan berbeda. Indeks massa tubuh anak tidak hanya dipengaruhi oleh adanya karies. Faktor –faktor lain yang memengaruhi adalah sosioekonomi, demografi, sanitasi, dan sumber daya alam yang memadai.17

(20)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa :

1. Terdapat perbedaan indeks massa tubuh signifikan yang antara kelompok pufa dan kelompok deft tanpa pufa pada anak usia 3-5 tahun di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor (p <0,001). Kelompok anak yang memiliki karies dengan melibatkan pulpa lebih berisiko memiliki indeks massa tubuh yang kurus dibandingkan anak dengan karies tanpa melibatkan pulpa, namun semakin banyak karies tanpa melibatkan pulpa yang dideria anak tetap mempengaruhi indeks massa tubuhnya.

2. Rerata pufa dengan rerata indeks massa tubuh memiliki korelasi yang bermakna (p<0,001) dengan koefisien korelasi pada kategori lemah (-0,340).

3. Rerata deft dengan rerata indeks massa tubuh memiliki korelasi yang bermakna (p=0,011) dengan koefisien korelasi pada kategori sangat lemah (-0,171).

4. Tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan skor pufa (p = 0,719).

6.2 Saran

1. Tenaga kesehatan khususnya bidang gigi dan mulut diharapkan meningkatkan sosialisasi tentang pentingnya menjaga kebersihan gigi kepada orang tua, sehingga meningkatkan kesadaran orang tua untuk melakukan tindakan pencegahan seperti penyikatan gigi dan melakukan perawatan sedini mungkin apabila terdapat masalah pada gigi anak.

(21)
(22)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karies Gigi

Karies gigi adalah penyakit infeksi, secara global menjadi masalah kesehatan masyarakat pada semua usia.17 Menurut The Centre for Disease Control and

Prevention (CDC) karies gigi paling sering terjadi pada anak-anak. Karies gigi

merupakan kerusakan patologis pada jaringan keras gigi yang bersifat progresif. Berawal dari kerusakan enamel, apabila tidak dilakukan perawatan maka proses karies akan terus berlanjut ke dentin dan pulpa. Karies gigi yang tidak dirawat dapat memengaruhi kesehatan umum.18

2.2 Etiologi Karies Gigi

Karies gigi merupakan hasil interaksi dari beberapa faktor yaitu plak dental, host, makanan atau substrat dan waktu (Gambar 1).19,20 Plak dental merupakan lapisan lunak yang tidak berwarna dan melekat pada permukaan gigi.17,21 Permukaan gigi yang rentan terhadap karies adalah pit dan fisur di oklusal, bagian aproksimal, dan daerah margin gingiva, pada bagian ini komposisi plak dental menunjukkan lingkungan yang asam.19,20 Bakteri yang dijumpai pada permukaan ini umunya adalah

Streptococcus mutans, Streptococcus sorbinus, Streptococcus oralis, Streptococcus intermedius, Streptococcus anginosus, Lactobacillus, dan Actinomyces.20 Orland dan Fitzgerald melaporkan S.mutans merupakan bakteri yang paling virulen terhadap terjadinya karies gigi.19,22 Begzati dkk menemukan prevalensi S. mutans pada anak-anak 90%.18

Karbohidrat yang umumnya terdapat pada makanan adalah sukrosa, laktosa, glukosa, glukosa atau maltosa.21 Penelitian laboratorium melaporkan sukrosa merupakan makanan yang paling kariogenik. Enzim ekstraseluler yang dihasilkan

S.mutans adalah Glucosyltransferase (GTF) dan Fruktosyltransferase (FTF) di

(23)

berfungsi sebagai perekat antara bakteri dengan permukaan gigi dan antar sesama bakteri yang memicu terjadinya proses karies.19

Gambar 1. Etiologi karies gigi21

Hasil sintesa intraseluler sukrosa, maltosa, laktosa, fruktosa dan glukosa digunakan bakteri untuk pembentukan dinding sel dan asam.21 Kemampuan bakteri menghasilkan asam dalam jumlah dan waktu tertentu, membentuk kondisi lingkungan yang mendukung untuk larutnya kalsium dan fosfat dari enamel gigi. Derajat keasaman (pH) kritis untuk larutnya mineral pada gigi adalah 5,5.19

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Stephan pada plak dental setelah berkumur larutan sukrosa 10%, terjadi penurunan pH plak menjadi 4,5-5,0 dalam waktu dua sampai lima menit setelah berkumur, dan kembali kepada pH awal setelah satu sampai dua jam.21 Karies gigi merupakan suatu proses dengan rentang waktu antara kolonisasi S.mutan dan terbentuknya lesi karies kira-kira 6-24 bulan.11 Bayi berisiko tinggi, seperti bayi lahir dengat berat badan rendah, bayi lahir prematur, rentang waktu tersebut akan menjadi semakin singkat.11

HOST

SUBSTRAT KARIES

(24)

2.3 Prevalensi dan Pengalaman Karies Gigi

Hasil penelitian melaporkan karies gigi masih menjadi masalah yang serius. Aspek yang penting dalam perbedaan prevalensi karies gigi adalah pengaruh sosial. Peningkatan karies gigi terjadi pada kelompok masyarakat sosial ekonomi rendah, imigran dan anak-anak. Penyebab peningkatan prevalensi karies gigi diperkirakan karena kelompok ini tidak merasakan manfaat dari tindakan pencegahan.23

Survei yang dilakukan pada anak usia prasekolah di China pada tahun 2007, dari 2014 anak usia 3-5 tahun 55% anak memiliki karies.23 Menurut penelitian Kanchanakamol di Thailand prevalensi karies pada anak usia 13-24 bulan 9,4% dengan skor rerata dmft 0,3 usia 25-36 bulan 36,5% dengan skor rerata dmft 1,4 dan usia 37-48 bulan 50,4% dengan skor rerata dmft 1,7. Prevalensi karies di Afrika Selatan pada anak usia 3 tahun 47%, usia 4 tahun 58% dan usia 5 tahun 63%.24

Ferreira melaporkan 40,4% anak usia 0-6 tahun di Rio Grande do Sul State memiliki karies gigi dengan rerata skor dmft 1,6.24 Menurut hasil pemeriksaan rongga mulut yang dilakukan Tang pada 5171 anak usia prasekolah di Arizona, prevalensi karies pada anak usia 1 tahun 6,4% pada anak usia 2 tahun 20%, pada anak usia 3 tahun 49% dan pada anak usia 4 tahun 35%.24

2.4 Faktor Risiko Karies Gigi

Faktor-faktor yang memengaruhi risiko terjadinya karies gigi yaitu pengalaman karies, penggunaan fluor, saliva, usia, jenis kelamin, sosioekonomi, jumlah bakteri, faktor makanan dan oral higiene.25

Jenis Kelamin

(25)

pembentukan enamel akan terganggu sehingga kerentanan gigi terhadap karies akan meningkat.26

Gen Amelogenin kromosom Y (AMELY) pada laki-laki memberikan mekanisme kompensasi terhadap gangguan yang terjadi pada kromosom X. Peran AMELY dalam melakukan kompensasi melalui produksi protein amelogenin, AMELY membentuk 10% protein amelogenin yang sama dengan AMELX, akan tetapi jika terjadi gangguan pada kromosom X, protein ini tidak dijumpai pada perempuan. Kerentanan karies pada laki-laki cendrung lebih rendah dibandingkan dengan perempuan.26

Berdasarkan pola erupsi gigi, perempuan cendrung lebih dulu terjadi erupsi gigi dibandingkan laki-laki, sehingga gigi lebih lama terpapar dengan lingkungan rongga mulut, bakteri dan substrat.21,26,27 Hasil penelitian yang dilakukan pada 544 anak usia 18-60 bulan prevalensi karies gigi 23,5% pada anak perempuan dan 16,5% pada anak lak-laki. Hasil penelitian Parera PJ di Srilanka pada anak usia 2-5 tahun, perempuan signifikan lebih tinggi memiliki karies gigi (43.6%) dibandingkan dengan laki-laki (33,7%).10

2.5 Dampak Karies Tidak Dirawat

Karies gigi yang tidak dirawat dapat merusak seluruh mahkota gigi dan jaringan pulpa. Bagian radiks atau fragmen gigi yang tajam akan mengiritasi mukosa di dekatnya sehingga menimbulkan ulser traumatikus.18 Bakteri yang mencapai pulpa memicu terjadinya respon inflamasi akut yang menimbulkan rasa nyeri. Respon inflamasi berlanjut pada proses pembentukan abses, setelah mencapai fase kronis, umumnya gejala akan berkurang dan terbentuk sinus tract yang menghubungkan abses dengan permukaan mukosa untuk drainase pus.20

a. Keterlibatan Pulpa

(26)

pada keadaan normal dengan menghilangkan faktor iritan. Gigi akan sensitif dan menimbulkan rasa nyeri terhadap stimulus, seperti perubahan suhu, rasa nyeri akan hilang jika stimulus dihilangkan. Pulpitis irreversibel merupakan proses inflamasi yang menetap pada pulpa. Perubahan suhu dan posisi tubuh dapat menimbulkan rasa nyeri pada gigi, umumnya rasa nyeri yang ditimbulkan menetap setelah beberapa menit sampai beberapa jam setelah stimulus dihilangkan.21

b. Ulser Traumatikus

Ulser dapat dipicu karena adanya kontak antara mukosa dengan fragmen gigi yang tanjam akibat proses karies. Lokasi yang sering mengalami ulser traumatikus adalah mukosa labial, bukal, dan tepi lidah. Gambaran ulser traumatikus yang disebabkan oleh faktor mekanis bervariasi sesuai dengan intensitas dan ukuran agen penyebab. Ulser biasanya berbentuk oval dan terlihat sedikit depresi. Bagian tengah ulser berwarna abu-abu kuning, zona eritema awalnya terlihat dibagian tepi ulser dan warnanya semakin muda seiring penyembuhan ulser.28

c. Abses

Kematian pulpa yang disebabkan oleh invasi bakteri akan terus berlanjut ke jaringan apikal. Melalui foramen apikal sel-sel nekrotik dan bakteri akan menuju ke jaringan tulang pendukung. Akumulasi dari sel- sel nekrotik, dan bakteri akan menimbulkan kerusakan jaringan sekitar dan pembentukan pus. Gigi umumnya sangat sensitif terhadap perkusi dan gigitan, karena adanya peningkatan tekanan pada daerah periapikal akibat proses inflamasi. Gambaran klinis yang abses yaitu adanya pembengkakan pada daerah di sekitar gigi dengan konsistensi lunak.20

d. Fistula

(27)

2.6 Indeks Karies

Penelitian baru-baru ini, menunjukkan bahwa karies merupakan penyakit yang dapat dicegah dan di kontrol. Untuk mengukur tingkat karies yang dapat dicegah, harus ada gambaran yang konsisten. Gambaran tersebut dapat diperoleh jika memiliki sistem penilaian karies yang dapat dipercaya (indeks).29

2.6.1 Indeks Karies deft

Indeks ini diperkenalkan oleh Klein yang digunakan untuk mengukur pengalaman karies pada gigi sulung. Kriteria pemberian skor pada indeks deft:25

d (decayed) :

1. Semua gigi susu yang mengalami karies.

2. Karies sekunder yang terjadi pada gigi dengan tumpatan permanen. 3. Gigi dengan tumpatan sementara.

e (extracted) :

Semua gigi yang hilang atau dicabut karena karies. f (filling) :

Semua gigi dengan tumpatan permanen.

Pada penghitungan indeks deft jumlah skor maksimum adalah 20 untuk satu orang anak (gigi sulung terdiri dari 20 gigi).25

2.6.2 Index pufa

Indeks pufa diperkenalkan oleh Monse B pada tahun 2010, yang digunakan untuk mendeteksi keadaan klinis yang akibat karies gigi yang tidak dirawat.8,30 Indeks pufa dengan huruf kecil digunakan untuk gigi sulung.1-3 Pemeriksaan dilakukan secara visual tanpa menggunakan instrumen. Hanya satu skor yang diberikan untuk satu gigi.2 Kriteria pemberian kode untuk indeks pufa:2

(28)

u: Ulserasi dicatat ketika bagian yang tajam dari gigi dengan karies mencapai pulpa atau fragmen akar yang telah menyebabkan ulser traumatikus pada jaringan lunak di dekatnya. (Gambar 2 c dan d)

f : Fistula dicatat ketika adanya sinus tract yang berhubungan dengan gigi karies mencapai pulpa. (Gambar 2 e dan f)

a : Abses dicatat ketika adanya pus dan pembengkakan yang berhubungan dengan gigi dengan karies mencapai pulpa. (Gambar 2 g dan h)

Penghitungan skor pufa untuk satu orang dengan cara penjumlahan yang menunjukkan banyaknya gigi yang dihitung dalam kriteria pufa. Rentang skor pufa untuk setiap individu pada gigi sulung adalah 0-20.2

(29)

2.7. Dampak Karies yang Tidak Dirawat terhadap Pertumbuhan Anak Karies gigi merupakan masalah yang sering dikeluhkan pasien anak yang dapat mengganggu kualitas hidup. Dampak negatif dari karies adalah gangguan fungsional seperti mastikasi, bicara, gangguan terhadap kesehatan umum dan aktivitas sehari-hari.5,7 Dampak yang sering terjadi adalah rasa nyeri, sulit mengunyah makanan, gangguan saat tidur dan gangguan beraktivitas.3,6,30,31 Hasil interview yang dilakukan oleh Shepherd pada 589 anak usia 8 tahun, 50% di antaranya pernah mengalami rasa nyeri, 73% dari mereka tidak bisa makan, 31% tidak bisa tidur, 27% berhenti bermain, dan 11% tidak bisa hadir di sekolah.31

Dua teori menjelaskan hubungan gangguan pertumbuhan dengan karies gigi. Teori pertama yaitu efek langsung dari karies yang tidak dirawat. Berhubungan dengan rasa nyeri dan inflamasi yang mengakibatkan menurunnya kemampuan anak untuk makan, memicu terjadinya malnutrisi dan gangguan pertumbuhan.4,30,32 Teori kedua efek tidak langsung terhadap karies yang tidak dirawat berupa respon tubuh yang berbeda terhadap infeksi kronis. Respon tubuh terhadap infeksi dijelaskan melalui tiga mekanisme.32

(30)

2.7.1 Indeks Masa Tubuh (IMT)

Indeks masa tubuh merupakan metode sederhana yang digunakan untuk menyimpulkan komposisi tubuh anak-anak dan dewasa.33,34 Cara pengukurannya yaitu berat badan dalam kilogram (kg) dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam meter (m2).34

IMT = BB (kg ) TBx TB (�2)

Keterangan : IMT = Indeks Masa Tubuh. BB = Berat Badan.

TB = Tinggi Badan.

Perhitungan IMT pada anak-anak dan dewasa menggunakan metode yang sama, untuk orang dewasa interpretasi tidak berdasarkan usia dan jenis kelamin.33 Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1995/MENKES/SKXII/2010, pengukuran IMT mengacu pada standar antropometri World Health Organization (WHO) tahun 2005, setelah dilakukan perhitungan IMT, sesuaikan dengan tabel usia dan jenis kelamin dalam Z-score (Lampiran 4).35

Tabel 1. Kategori IMT menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia35 Ambang batas (Z-score) Kategori IMT

(31)

2.8 Kerangka Teori

p : keterlibatan pulpa u : ulserasi

Indeks Tidak dirawat

Pertumbuhan

(32)

2.9. Kerangka Konsep

Kelompok I : pufa = 0

dan deft = 1-5

Jenis kelamin 1. Laki-laki 2. Perempuan Usia

1. 3 tahun 2. 4 tahun 3. 5 tahun

Kelompok II : pufa =0

dan deft > 5

Indeks Massa Tubuh (IMT)

• Kurus • Normal • Gemuk

Kelompok III : pufa ≥ 1

(33)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karies gigi masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius, khususnya di negara berpendapatan sedang dan rendah.1-3 Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yani RWE di Kaliwates Jember rerata skor deft pada anak usia 3-5 tahun 4,69.4 Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata kerusakan gigi pada anak usia 3-5 tahun adalah 5 gigi untuk setiap individu.

Karies merupakan penyakit yang menyerang jaringan keras gigi ditandai dengan terjadinya proses demineralisasi pada enamel. Kondisi rongga mulut yang mendukung untuk terjadinya karies maka proses demineralisasi akan berlanjut dari permukaan terluar enamel sampai ke pulpa.5 Karies gigi yang tidak dirawat menimbulkan dampak signifikan terhadap kesehatan umum anak, gangguan fisiologis, rasa nyeri saat mengunyah. Dampak lain yang ditimbulkan yaitu asupan makanan berkurang, kehilangan berat badan, memengaruhi perkembangan, pertumbuhan, kehadiran di sekolah, bahkan dapat menyebabkan anak dirawat di rumah sakit.4,6-8

Karies pada gigi sulung atau Early Childhood Caries (ECC) adalah masalah kesehatan yang sering terjadi pada balita.9 Definisi ECC menurut American Academy

of Pediatric Dentistry (AAPD) adalah karies yang terjadi pada satu gigi sulung atau

lebih pada anak usia 71 bulan atau lebih muda.10 Prevalensi ECC di Inggris sebesar 6,8-12% di USA 11-53,1% di India 44% anak usia 8-48 bulan memiliki ECC, di Amerika Utara 11-72% dan di Iran 19,5-44%.10,11

(34)

Monse B memperkenalkan indeks PUFA/pufa pada tahun 2010, indeks ini digunakan untuk memeriksa keadaan rongga mulut akibat karies gigi yang tidak dirawat yaitu karies mencapai pulpa (P/p), ulserasi pada jaringan lunak yang disebabkan fragmen gigi (U/u), fistula (F/f) dan abses (A/a).1-3 PUFA dengan huruf besar digunakan pada gigi permanen, sementara pufa dengan huruf kecil digunakan pada gigi sulung.1,3

Menurut penelitian yang dilakukan Baginska J pada tahun 2011 43,4% anak usia lima tahun di Poland memiliki minimal satu gigi dengan skor pufa>0, rerata skor pufa 2,44 dan 72,4% pada anak usia tujuh tahun dengan rerata skor pufa 2,2.1,8 Berdasarkan penelitian di Brazil 23,7% dari anak usia 6-7 tahun memiliki rerata skor pufa 1,7.2,8 Hasil penelitian Dua R pada tahun 2013 di India pada 400 anak usia 4-14 tahun, 100 anak di antaranya memiliki skor pufa ≥ 1.13 Hasil penelitian Mishu MP pada tahun 2012 di Bangladesh pada 1699 anak usia 6-12 tahun, 61% memiliki pengalaman karies 54,6% di antaranya memiliki minimal satu gigi dengan karies tidak dirawat.14

Hooley M menemukan hubungan positif antara karies gigi dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) sebesar 35% dan hubungan negatif sebesar 19%.15 Menurut hasil penelitian Benzian H pada 2022 orang anak di Filipina 55,7% memiliki infeksi odontogenik. Anak dengan IMT kategori di bawah normal 27% dan anak dengan IMT kategori di atas normal 1%. Prevalensi IMT di bawah normal signifikan lebih tinggi pada anak yang memiliki infeksi odontogenik (PUFA/pufa > 0) dibandingkan dengan anak tanpa infeksi odontogenik.16

(35)

1.2 Rumusan Masalah Umum :

1. Apakah terdapat perbedaan indeks massa tubuh pada kelompok anak usia 3-5 tahun yang memiliki pufa dibandingkan kelompok anak dengan deft tanpa pufa di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor.

2. Apakah terdapat korelasi antara rerata skor pufa dengan rerata indeks massa tubuh pada anak usia 3-5 tahun di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor.

3. Apakah terdapat korelasi antara rerata skor deft tanpa pufa dengan rerata indeks massa tubuh pada anak tanpa pufa usia 3-5 tahun di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor.

Khusus :

1. Apakah terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan skor pufa pada anak usia 3-5 tahun di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor.

1.3 Tujuan Penelitian Umum :

1. Mengetahui perbedaan indeks massa tubuh pada kelompok anak usia 3-5 tahun yang memiliki pufa dibandingkan kelompok anak dengan deft tanpa pufa di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor.

2. Mengetahui korelasi antara rerata skor pufa dengan rerata indeks massa tubuh pada anak usia 3-5 tahun di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor.

3. Mengetahui korelasi antara rerata skor deft tanpa pufa dengan rerata indeks massa tubuh pada anak usia 3-5 tahun di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor.

Khusus :

(36)

1.4 Hipotesis Mayor:

1. Ada perbedaan indeks massa tubuh pada kelompok anak usia 3-5 tahun yang memiliki pufa dibandingkan kelompok anak dengan deft tanpa pufa di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor.

2. Ada korelasi antara rerata skor pufa dengan rerata indeks massa tubuh pada anak usia 3-5 tahun di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor.

3. Ada korelasi antara rerata skor deft tanpa pufa dengan rerata indeks massa tubuh pada anak usia 3-5 tahun di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor.

Minor:

1. Ada hubungan antara jenis kelamin dengan skor pufa pada anak usia 3-5 tahun di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor.

1.5 Manfaat Penelitian 1. Manfaat untuk masyarakat

Memberikan motivasi kepada masyarakat terutama orang tua bahwa kesehatan gigi dan mulut pada anak penting dijaga sejak usia dini, dan karies gigi yang tidak dirawat akan memengaruhi pertumbuhan pada anak.

2. Manfaat untuk ilmu pengetahuan :

Untuk menambah pengetahuan bahwa karies gigi yang tidak dirawat dapat menimbulkan gangguan fisiologis, memengaruhi sistem imun, endokrin dan metabolik.

3. Manfaat untuk pengelola program kesehatan :

Sebagai bahan masukan untuk program pemerintah dalam upaya meningkatkan kesehatan gigi dan mulut pada anak sehingga meningkatkan kualitas hidup anak.

4. Manfaat untuk peneliti

(37)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Kedokteran Gigi Anak

Tahun 2016 Ikhtarina Rahima Hadi

Hubungan skor pufa, deft dengan indeks massa tubuh (IMT) pada anak usia 3-5 tahun di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor.

x + 31 halaman

(38)

digunakan Chi square, Spearman dan Mann-Withney. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan indeks massa tubuh yang signifikan (p<0,001) antara kelompok anak yang memiliki pufa dibandingkan kelompok anak tanpa pufa, korelasi antara pufa dengan IMT pada penelitian ini sebesar -0,340 korelasi antara deft tanpa pufa dengan IMT sebesar -0,170 dan tidak terdapat hubungan signifikan antara jenis kelamin dengan skor pufa. Kesimpulan, kelompok anak dengan pufa lebih berisiko memiliki indeks massa tubuh kurus dibandingkan anak dengan karies tanpa pufa.

(39)

HUBUNGAN SKOR pufa, deft DENGAN INDEKS MASSA

TUBUH (IMT) PADA ANAK USIA 3-5 TAHUN DI

KECAMATAN MEDAN POLONIA

DAN MEDAN JOHOR

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

IKHTARINA RAHIMA HADI NIM: 120600063

Pembimbing :

1. TAQWA DALIMUNTHE,drg.,Sp.KGA 2. ZULFI AMALIA, drg

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(40)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Kedokteran Gigi Anak

Tahun 2016 Ikhtarina Rahima Hadi

Hubungan skor pufa, deft dengan indeks massa tubuh (IMT) pada anak usia 3-5 tahun di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor.

x + 31 halaman

(41)

digunakan Chi square, Spearman dan Mann-Withney. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan indeks massa tubuh yang signifikan (p<0,001) antara kelompok anak yang memiliki pufa dibandingkan kelompok anak tanpa pufa, korelasi antara pufa dengan IMT pada penelitian ini sebesar -0,340 korelasi antara deft tanpa pufa dengan IMT sebesar -0,170 dan tidak terdapat hubungan signifikan antara jenis kelamin dengan skor pufa. Kesimpulan, kelompok anak dengan pufa lebih berisiko memiliki indeks massa tubuh kurus dibandingkan anak dengan karies tanpa pufa.

(42)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji

Medan, April 2016

Pembimbing 1: Tanda Tangan

Taqwa Dalimunthe,drg.,Sp.KGA ... NIP: 195203141979022001

Pembimbing 2: Tanda Tangan

(43)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 18 April 2016

TIM PENGUJI

KETUA : Siti Salmiah, drg., Sp. KGA ANGGOTA : 1. Yati Roesnawi, drg

(44)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT hanya karena rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan skor pufa, deft dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) pada anak usia 3-5 tahun di Kecamatan Medan Polonia dan Medan Johor” yang merupakan salah satu syarat bagi penulis mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Proses penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan, serta do’a dari berbagai pihak. Penulis ucapkan terimakasih setulusnya kepada Ayahanda Johardi dan Ibunda Muzna Ibrahim, abang saya Afdhal Wira Hadi, Iqbal Hasnul Hadi, Arif Rahman Hadi, serta adik saya Alfi Syukrina Hadi yang telah memberikan dukungan yang tak terhingga selama penulis mendapatkan pendidikan akademik dan menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga ingin menyampaian terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort, Ph.D., Sp. Ort, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Taqwa Dalimunthe, drg., Sp. KGA, dan Zulfi Amalia, drg selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, panduan, saran, dan motivasi kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

3. Yati Roesnawi, drg., selaku Ketua Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Utara dan dosen penguji, atas segala saran, dukungan, dan bantuan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

4. Siti Salmiah, drg., Sp. KGA, selaku dosen penguji yang telah memberi saran sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

(45)

6. Seluruh staf pengajar dan tenaga administrasi FKG USU yang telah banyak membimbing dan membantu penulis dalam menjalani pendidikan di Fakultas kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

8. Prof. Dr. Sutomo Kasiman, Sp.PD., Sp.JP(K) selaku ketua Komisi Etik Penelitian bidang kesehatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan persetujuan pelaksanaan penelitian ini.

10. Sahabat penulis yaitu Winda, Gita, Wulan, Dea, Ryanti, Ovie, Annisa, Mary, Ayu, Windi, Wika, Bendvri, Roben, Lamora, Yudha, Jenny, Yuris, Khansa, Rahmi, Vincent yang telah memberikan dukungan dan telah bersedia meluangkan waktu dalam membantu penelitian, serta teman – teman stambuk 2012 yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas semangat dan dukungan yang diberikan kepada penulis.

11. Kepala Sekolah, pihak Yayasan, murid serta orang tua murid PAUD Masjid Agung, PAUD Al-Fatah, PAUD Garuda, TK Al Hidayah, TK Angkasa, TK Asyifa Aulia, TK Tadika Puri, TK Islam Nur Aisyah, TK Aisyah Azzahrah yang telah memberikan bantuan sehingga penelitian ini dapat dilakukan.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dan keterbatasan ilmu dalam skripsi ini. Namun, dengan kerendahan hati penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, masyarakat, pengembangan ilmu pengetahuan, dan kebutuhan klinis.

Medan, 12 April 2016

Penulis,

(46)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN ii

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI iii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN x

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 3

1.3 Tujuan Penelitian 3

1.4 Hipotesis 4

1.5 Manfaat Penelitian 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karies Gigi 5

2.2 Etiologi Karies Gigi 5

2.3 Prevalensi Karies Gigi 7

2.4 Faktor Risiko 7

2.5 Dampak Karies Tidak Dirawat 8

2.6 Indeks Karies 10

2.6.1 Indeks deft 10

2.6.2 Indeks pufa 10

2.7 Dampak Karies yang Tidak Dirawat terhadap Pertumbuhan

Anak 12

2.7.1 Indeks Massa Tubuh (IMT) 13

(47)

2.9 Kerangka Konsep 15

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian 16

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 16

3.2.1 Lokasi Penelitian 16

3.2.2 Waktu Penelitian 16

3.3 Populasi dan Sampel 16

3.3.1 Populasi 16

3.3.2 Sampel 17

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 19

3.4.1 Variabel Penelitian 19

3.4.2 Definisi Operasional 19

3.5 Prosedur Penelitian 21

3.6 Pengolahan dan Analisis Data 22 BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Subjek Penelitian 23

4.2 Status Karies 23

4.3 Perbedaan Indeks Massa Tubuh pada Kelompok Anak

Tanpa pufa dan Anak yang Memiliki pufa 24 4.4 Korelasi Indeks Massa Tubuh dengan pufa dan deft 25 4.5 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Skor pufa pada

Anak Usia 3-5 Tahun 26

BAB 5 PEMBAHASAN 27

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan 31

6.2 Saran 31

DAFTAR PUSTAKA 33

(48)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kategori IMT Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia 13

2. Karakteristik Subjek Penelitian 23 3. Rerata Status Karies pada Setiap Kelompok Anak 24 4. Perbedaan Indeks Massa Tubuh pada Kelompok deft Tanpa

pufa dan Kelompok pufa 25 5. Korelasi antara Rerata Indeks Massa Tubuh dengan Rerata pufa

dan deft Tanpa pufa 25 6. Hubungan Jenis Kelamin dengan Skor pufa pada Anak Usia

(49)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(50)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Lembar Pemeriksaan deft dan pufa

2. Lembar Penjelasan kepada Orang Tua/Wali

3. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent) 4. Tabel Standar Indeks Massa Tubuh Laki-Laki Usia 3-5 Tahun 5. Tabel Standar Indeks Massa Tubuh Perempuan Usia 3-5 Tahun 6. Data Hasil Penelitian

7. Hasil Analisis Data

Gambar

tabel IMT sesuai jenis kelamin dan usia anak.
Tabel 2. Karakteristik subjek penelitian
Tabel 3. Rerata status karies pada setiap kelompok anak
Tabel 4. Perbedaan indeks massa tubuh pada kelompok deft tanpa  pufa dan   kelompok pufa
+5

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Visualisasi Profil klub Liverpool ini dibuat untuk dapat memberikan informasi lebih banyak lagi kepada penggemar klub ini, yang disajikan dalam bentuk menu â menu yang menarik

[r]

Home Page merupakan halaman pembuka atau halaman pertama dari suatu web site yang biasanya berisikan tentang apa dan siapa dari perusahaan atau organisasi pemilik web site

[r]

kami mengundang Bapak/Sdr untuk melakukan pembuktiaan kualifikasi dengan membawa seluruh dokumen kualifikasi yang asli atau yang dilegalisir oleh pihak yang berwenang dan salinannya

Disisi lain dengan contoh-contoh yang nyata dalam kehidupan, materi pembelajaran yang relative sulit seperti statistika dapat lebih mudah diingat dan dipahami

[r]