• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT)DENGAN SNOWBALL THROWING DI KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 3 MEDAN T.A. 2012/2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT)DENGAN SNOWBALL THROWING DI KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 3 MEDAN T.A. 2012/2013."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE

NUMBERED HEAD TOGETHER ( NHT ) DENGAN SNOWBALL THROWING DI KELAS VII SMP

MUHAMMADIYAH 3 MEDAN T.A. 2012/2013

Oleh :

Zuhraidah Harahap NIM 409111089

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat

dan berkat-Nya yang memberikan hikmat kepada penulis hingga penelitian ini

dapat selesai tepat pada waktunya. Skripsi ini berjudul perbedaan kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa yang diajar melalui model kooperatif tipe

Numbered Head Together (NHT) dengan Snowball Throwing di kelas VII SMP

Muhammadiyah 3 Medan T.A 2012/2013. Adapun skripsi ini disusun untuk

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan ribuan terima kasih kepada

Bapak Prof. Dr. Pargaulan Siagian, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi.

Beliau telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak

awal hingga akhir penulisan skipsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan

kepada Bapak Dr. Hasratuddin, M.Pd, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si , Ibu Faiz

Ahyaningsih, S.Si, M.Si , dan Bapak Syafari, M.Pd selaku dosen penguji yang

telah memberikan masukan dan saran-saran mulai dari rencana penelitian sampai

penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibu

Dra. Katrina Samosir, M.Pd selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah

membimbing dan memotivasi penulis selama perkuliahan.

Ucapan terima kasih kepada Bapak dan Ibu dosen serta Staf Pegawai

Jurusan Matematika yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan membantu

penulis selama perkuliahan. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibu

Salmawati, S.Pd selaku kepala sekolah SMP Muhammadiyah 3 Medan dan Ibu

Dina Purwana Sari, S.PdI selaku guru bidang studi matematika yang telah banyak

membantu dan membimbing penulis selama penelitian dan para guru dan staf

administrasi yang telah memberikan kesempatan serta bantuan kepada penulis

(4)

v

Teristimewa rasa terima kasih dan cinta penulis kepada Ayahanda

Matumona Pandapotan Harahap dan Ibunda Tiaminah Siregar, orangtua penulis

yang telah mengasuh, membimbing, memberi kasih sayang, mendukung secara materil dan selalu mendo’akan penulis. Semoga Allah memberikan kebaikan dunia dan akhirat kepada Ayah dan Ibunda. Amin. Terima kasih juga buat abang

dan kakak terhebat Asrul Alamsyah, S.Kom , Ade Popi, S.E , dan Ade Aisyah

Fitri, S.TP yang telah memberikan do’a dan motivasi kepada penulis. Serta

sepupuku tersayang Ika, ponakan termanis Adzakiyah, dan sahabat terbaik Intan

Riza yang selalu memberikan warna dalam kehidupanku.

Penulis juga ucapkan terima kasih untuk sahabat-sahabatku Ulfa, Asmi,

Uwis, Ana, Tika, Andra, yang selalu dapat memberikan hal-hal baru, semangat,

dan berwarna di kampus hijau UNIMED. Tak lupa terima kasih juga penulis

ucapkan untuk keluarga PPLT 2012 yang memberikan motivasi serta dorongan

untuk mengerjakan skripsi ini hingga selesai. Dan teman-teman seperjuangan di

Dik A ’09 yang tiada henti memberikan motivasi dan doa yang tulus serta

sahabat-sahabat lainnya yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi

ini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari

pembaca untuk kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat bagi

pembaca dan dunia pendidikan.

Medan, Juli 2013

Penulis,

(5)

iii

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE

NUMBERED HEAD TOGETHER ( NHT ) DENGAN SNOWBALL THROWING DI KELAS VII SMP

MUHAMMADIYAH 3 MEDAN T.A. 2012/2013

Zuhraidah Harahap (409111089)

ABSTRAK

(6)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar ix

Daftar Tabel x

Daftar Lampiran xi

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Identifikasi Masalah 7

1.3 Pembatasan Masalah 8

1.4 Rumusan Masalah 8

1.5 Tujuan Penelitian 8

1.6 Manfaat Penelitian 8

1.7 Definisi Operasional 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10

2.1. Kerangka Teoritis 10

2.1.1 Belajar dan Pembelajaran Matematika 10

2.1.2 Masalah dalam Matematika 12

2.1.3 Pemecahan Masalah Matematika 14

2.1.4 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 15

2.1.5 Pembelajaran Kooperatif 18

2.1.5.1 Karakteristik Pembelajaran Kooperatif 20

2.1.5.2 Prinsip - Prinsip Pembelajaran Kooperatif 21

2.1.5.3 Langkah - Langkah Pembelajaran Kooperatif 22

(7)

vii

2.1.6.1 Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT 28

2.1.7 Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing 30

2.1.7.1 Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball

Throwing 32

2.2 Materi Operasi Hitung Bentuk Aljabar 33

2.2.1 Bentuk Aljabar dan Unsur-Unsurnya 33

2.2.2 Operasi Hitung Bentuk Aljabar 34

2.2.3 Pembelajaran Operasi Hitung Bentuk Aljabar dengan Model

Kooperatif Tipe NHT 36

2.2.4 Pembelajaran Operasi Hitung Bentuk Aljabar dengan Model

Kooperatif Tipe Snowball Throwing 38

2.3 Penelitian yang Relevan 39

2.4 Kerangka Konseptual 40

2.5 Hipotesis Penelitian 42

BAB III METODE PENELITIAN 43

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 43

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian 43

3.2.1 Populasi Penelitian 43

3.2.2 Sampel Penelitian 43

3.3. Variabel Penelitian 43

3.4. Jenis dan Desain Penelitian 44

3.5. Langkah-Langkah Penelitian 45

3.6. Instrumen Penelitian 49

3.6.1 Tes Kemampuan 49

3.6.2 Teknik Pemberian Skor 49

3.6.3 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa 50

3.7. Teknik Analisis Data 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 55

4.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian 55

(8)

viii

4.1.2 Nilai Postest Kelas Eksperimen A dan Kelas Eksperimen B 57

4.2 Analisis Data Hasil Penelitian 59

4.2.1 Uji Normalitas Data 59

4.2.2 Uji Homogenitas 60

4.2.3 Pengujian Hipotesis 61

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 66

5.1 Kesimpulan 66

5.2 Saran 67

(9)

x

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif 22

Tabel 3.1. Desain Penelitian 44

Tabel 3.2. Teknik Pemberian Skor 49

Tabel 3.3. Kriteria Tingkat Penguasaan Siswa 50

Tabel 4.1. Data Pretest Kelas Eksperimen A dan Kelas Eksperimen B 55

Tabel 4.2. Data Pretest Aspek Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen A

Dan Kelas Eksperimen B 56

Tabel 4.3. Data Postest Kelas Eksperimen A dan Kelas Eksperimen B 57

Tabel 4.4. Data Postest Aspek Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen A

Dan Kelas Eksperimen B 58

Tabel 4.5. Ringkasan Rata-rata Nilai Pretest dan Postest Kedua Kelas 58

Tabel 4.6. Ringkasan Rata-rata Nilai Pretest dan Postest Aspek

Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen A 58

Tabel 4.7. Ringkasan Rata-rata Nilai Pretest dan Postest Aspek

Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen B 59

Tabel 4.8. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data 60

Tabel 4.9. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data Aspek Pemecahan Masalah 60

Tabel 4.10. Data Hasil Uji Homogenitas 61

(10)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I Kelas Eksperimen A 70

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II Kelas Eksperimen A 76

Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III Kelas Eksperimen A 82

Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I Kelas Eksperimen B 89

Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II Kelas Eksperimen B 95

Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III Kelas Eksperimen B 101

Lampiran 7. Lembar Aktivitas Siswa I (LAS I) 108

Lampiran 8. Lembar Aktivitas Siswa II (LAS II) 112

Lampiran 9. Lembar Aktivitas Siswa III (LAS III) 116

Lampiran 10. Kisi-Kisi Pretest 123

Lampiran 11. Kisi-Kisi Posttest 124

Lampiran 12. Pretest 125

Lampiran 13. Postest 127

Lampiran 14. Alternatif Pemecahan Pretest 129

Lampiran 15. Alternatif Pemecahan Postest 131

Lampiran 16. Lembar Penilaian Validator (Pretest) 133

Lampiran 17. Skala Penilaian Pengamat 134

Lampiran 18. Hasil Analisis Kesepakatan Pengamat (Pretest) 136

Lampiran 19. Lembar Penilaian Validator (Postest) 138

Lampiran 20. Hasil Analisis Kesepakatan Pengamat (Postest) 139

Lampiran 21. Teknik Pemberian Skor 141

Lampiran 22. Tabulasi Data Kelas Eksperimen A dan Kelas Eksperimen B 142

Lampiran 23. Data Nilai Pretest dan Postest Kelas Eksperimen A dan

Kelas Eksperimen B 150

Lampiran 24. Prosedur Perhitungan Rata-Rata, Varians, dan

Simpangan Baku 156

Lampiran 25. Perhitungan Uji Normalitas 162

(12)

xii

Lampiran 27. Perhitungan Uji Hipotesis 175

Lampiran 28. Perhitungan Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika Siswa 182

(13)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bidang pendidikan merupakan bidang yang tak terpisahkan bagi

kemajuan suatu bangsa. Pendidikan menjadi sumber dan tujuan kemajuan suatu

bangsa. Kualitas pendidikan merupakan hal yang dapat menentukan kemajuan

peradaban suatu bangsa. Oleh karena itu, pendidikan dapat dijadikan parameter

seberapa baik kualitas pembangunan suatu bangsa.

Di dalam dunia pendidikan, matematika adalah salah satu ilmu dasar

yang penting untuk diajarkan kepada siswa karena matematika dapat melatih

seseorang (siswa) berfikir logis, bertanggung jawab, memiliki kepribadian yang

baik, dan keterampilan menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Hal

ini menunjukkan bahwa matematika memegang peranan penting dalam upaya

meningkatkan sumber daya manusia. Cornelius (dalam Abdurrahman, 2009 : 253)

mengemukakan lima alasan perlunya belajar matematika :

“Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.”

Penguasaan matematika menjadi modal atau alat untuk mempelajari mata

pelajaran lainnya, seperti fisika, kimia, biologi, dan juga ilmu sosial. Hal ini

sesuai dengan yang diungkapkan Tim MKPBM (2003 : 25) bahwa :

(14)

2

Mengingat pentingnya peranan matematika, maka pelajaran matematika

diberikan pada setiap jenjang pendidikan mulai dari prasekolah (TK), SD, SMP,

SMA, sampai pada perguruan tinggi. Bahkan pelajaran matematika dijadikan

salah satu tolok ukur kelulusan siswa di sekolah melalui ujian nasional.

Tingginya tuntutan untuk menguasai matematika tidak berbanding lurus

dengan hasil belajar matematika dan kemampuan pemecahan masalah siswa.

Padahal penemuan atau pengembangan dari banyak bidang matematika

merupakan hasil langsung dari pemecahan masalah. Pemecahan masalah sangat

penting dalam pembelajaran matematika untuk menguasai konsep dan memahami

dalil atau teorema.

Banyak data yang menunjukkan rendahnya mutu pendidikan matematika

di Indonesia. (Kompas, 2012) menyatakan bahwa :

“Demikian hasil Trends in Mathematics and Science Study (TIMSS) yang diikuti siswa kelas VIII Indonesia tahun 2011. Penilaian yang dilakukan International Association for the Evaluation of Educational Achievement Study Center Boston College tersebut, diikuti 600.000 siswa dari 63 negara. Untuk bidang Matematika, Indonesia berada di urutan ke-38 dengan skor 386 dari 42 negara yang siswanya dites. Skor Indonesia ini turun 11 poin dari penilaian tahun 2007. Pada TIMSS matematika kelas VIII tersebut, peringkat pertama diraih siswa Korea (613), selanjutnya diikuti Singapura. Nilai rata-rata yang dipatok 500 poin.”

Hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika lebih rendah

dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Selain itu, jika dilihat pada proses

belajar mengajarnya ternyata matematika merupakan salah satu mata pelajaran

yang tidak diminati siswa karena matematika dianggap sulit dan menakutkan.

Akibatnya siswa tidak memahami arti penting matematika dalam kehidupan dan

siswa kurang berminat dan kurang termotivasi dalam belajar matematika. Siswa

lebih bersifat pasif, enggan, takut, atau malu untuk mengungkapkan ide-ide

ataupun penyelesaian atas soal atau masalah yang diberikan guru.

Terlebih jika soal yang diberikan adalah soal cerita terkait pemecahan

masalah kehidupan sehari-hari. Nilai yang diperoleh siswa cenderung lebih rendah

(15)

3

sebagian besar siswa mengalami kesulitan untuk menafsirkan masalah yang

diberikan ke dalam bentuk matematika. Selain itu siswa juga mengalami kesulitan

dalam menentukan konsep matematika yang dapat digunakan untuk

menyelesaikan masalah yang diberikan. Siswa cenderung mengambil kesimpulan

untuk melakukan operasi hitung pada bilangan-bilangan yang ada dalam soal

cerita tanpa memahami dan memikirkan apa yang diminta dalam soal.

Pemilihan model pembelajaran sangat penting dan sangat berpengaruh

terhadap hasil belajar siswa dalam menentukan keberhasilan belajar matematika.

Penggunaan model pembelajaran yang tepat akan mengatasi kejenuhan siswa

dalam menerima pelajaran matematika. Selama ini model pembelajaran yang

digunakan guru cenderung monoton yang mengakibatkan siswa pasif. Sehingga

siswa merasa jenuh dan bosan yang menyebabkan pencapaian hasil belajar tidak

optimal. (Sunartombs, 2009) mengungkapkan bahwa :

”Pada pengajaran yang dilakukan, guru menggunakan pendekatan

konvensional ditandai dengan guru mengajar lebih banyak mengajarkan tentang konsep-konsep bukan kompetensi, tujuannya adalah siswa mengetahui sesuatu bukan mampu untuk melakukan sesuatu, dan pada saat proses pembelajaran siswa lebih banyak mendengarkan.

Demikian juga Slameto (2010 : 65) menyatakan bahwa :

“Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Metode mengajar yang kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut menyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa dan atau terhadap mata pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya. Akibatnya siswa malas untuk belajar.”

Dalam upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa, hendaknya guru berusaha melatih dan membiasakan siswa

melakukan kegiatan pembelajaran seperti memberikan latihan-latihan soal dan

memecahkan masalah matematika yang ada. Mengajarkan pemecahan masalah

akan memberikan banyak manfaat dan memberikan dampak yang sangat penting.

Seperti yang dituliskan Hudojo (2005 : 130) :

“Mengajar siswa untuk menyelesaikan masalah-masalah memungkinkan

(16)

4

kehidupan. Dengan perkataan lain, bila seorang siswa dilatih untuk menyelesaikan masalah, maka siswa itu akan mampu mengambil keputusan sebab siswa itu menjadi mempunyai keterampilan tentang bagaimana mengumpulkan informasi yang relevan, menganalisis informasi, dan menyadari betapa perlunya meneliti kembali hasil yang telah diperolehnya.”

Materi aljabar merupakan salah satu materi di kelas VII SMP.

Kompetensi pada saat belajar aljabar sangat penting karena akan menjadi

prasyarat utama saat siswa belajar aljabar pada tahap-tahap berikutnya, misalnya

saat belajar persamaan, pertidaksamaan, sistem persamaan, fungsi, persamaan

garis dan lainnya. Namun materi aljabar ini merupakan salah satu materi yang

sulit dipelajari di SMP khususnya kelas VII karena bersifat abstrak atau siswa

tidak bisa melihatnya secara real dan secara fisik.

Dari hasil wawancara pada tanggal 23 Februari 2013 dengan salah satu

guru bidang studi matematika SMP Swasta Muhammadiyah 3 Medan yaitu Ibu

Dina Purnawa Sari, S.PdI diperoleh gambaran bahwa proses belajar mengajar

selama ini masih bersifat teacher oriented. Sebagian besar kegiatan pembelajaran

masih terpusat pada guru, guru lebih banyak menjelaskan , dan memberikan

informasi tentang konsep-konsep yang akan dibahas. Hal itu dikarenakan

kemampuan dasar matematika yang dimiliki anak masih rendah. Hal ini juga

sejalan dengan tes berbentuk uraian yang diberikan untuk melihat kemampuan

siswa dalam memecahkan masalah matematika. Dari 36 siswa hanya 5 orang yang

dapat menjawab atau 86,1% siswa tidak bisa menjawabnya. Siswa sulit menjawab

karena tidak memahami masalah pada soal , tidak dapat menentukan strategi

untuk menyelesaikan soal, atau siswa kurang mampu dalam melaksanakan

pemecahan masalah.

Kemampuan pemecahan masalah yang dikembangkan melalui

pembelajaran matematika sangat penting bagi setiap siswa, karena dalam

kehidupan sehari-hari akan selalu dihadapkan pada berbagai masalah yang harus

dipecahkan dan menuntut pengetahuan untuk menemukan solusi dari

permasalahan yang dihadapi tersebut. Peran aktif siswa sangat dibutuhkan untuk

(17)

5

diusahakan suatu model pembelajaran yang mengaktifkan siswa dalam kegiatan

pembelajaran.

Menerapkan model pembelajaran kooperatif dapat menjadi salah satu

solusi yang diharapkan dapat mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar.

Priyanto (dalam Wena, 2009 : 189) mengungkapkan bahwa :

“Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kelompok yang memilki aturan-aturan tertentu. Prinsip dasar pembelajaran kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama. Siswa yang sebelumnya terbiasa bersikap pasif setelah menggunakan pembelajaran kooperatif akan terpaksa berpartisipasi secara aktif agar bisa diterima oleh anggota kelompoknya.”

Selain itu Abdulhak (dalam Rusman , 2010 : 203) menyatakan bahwa : “Pembelajaran cooperative dilaksanakan melalui sharing proses antara peserta belajar, sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama diantara peserta belajara itu sendiri.”

Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah

matematika. Karena antar siswa dalam kelompok kooperatif dapat saling

membantu temannya dengan bahasanya sendiri yang lebih mudah dipahami

daripada penjelasan guru.

Ada beberapa tipe model pembelajaran kooperatif yang dapat

dikembangkan dalam pembelajaran matematika, diantaranya adalah model

pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) dan model

pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing.

Maksud dari model kooperatif tipe NHT yaitu setiap anak mendapatkan

nomor tertentu, dan setiap nomor mendapatkaan kesempatan yang sama untuk

menunjukkan kemampuan mereka dalam menguasai materi. (Herdian, 2009)

mengemukakan bahwa :

(18)

6

Model pembelajaran kooperatif tipe NHT melibatkan banyak siswa

dalam mereviu berbagai materi yang dibahas karena siswa diberikan kesempatan

untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling

tepat dan untuk memeriksa pemahaman mereka tentang isi pelajaran itu. Dengan

begitu timbullah saling ketergantungan positif , tanggung jawab individual, dan

keterampilan sosial dalam diri peserta didik yang pada akhirnya akan dapat

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik sehingga cocok

untuk dapat diterapkan dalam materi operasi hitung bentuk aljabar

Pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dapat melatih siswa

untuk lebih tanggap menerima pesan dari orang lain dan menyampaikan pesan

tersebut kepada temannya dalam satu kelompok. Snowball Throwing ini

menggunakan bola pertanyaan dari kertas yang digulung bulat menyerupai bola

kemudian dilemparkan secara bergilir diantara sesama anggota kelompok. Disini

siswa tidak hanya berpikir, menulis, bertanya, atau berbicara, akan tetapi mereka

juga melakukan kegiatan seperti permainan yang menghibur dan memacu daya

pikir siswa yaitu menggulung kertas dan melemparkannya pada siswa lain. Di

dalam kertas tersebut terdapat pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa dari

kelompok yang lain. Semua anggota kelompok diberi tugas dan tanggung jawab

baik individu maupun kelompok.

Model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dan Snowball

Throwing merupakan dua model pembelajaran kooperatif yang dianggap dapat

membangkitkan ketertarikan siswa terhadap materi matematika dan membuat

siswa lebih aktif, mendorong kerjasama antar siswa dalam mempelajari suatu

materi sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika

siswa.

Selain dari alasan-alasan di atas peneliti tertarik meneliti kedua teknik

karena ingin mengetahui teknik mana yang lebih tepat dan seberapa besar

perbedaan keunggulan kedua teknik tersebut apabila diterapkan dalam

pembelajaran matematika pada materi yang sama yaitu operasi hitung bentuk

(19)

7

Universitas Advent Indonesia membahas penelitian oleh Ferry Pietersz dan

Horasdia Saragih terhadap siswa kelas VIII pada materi pokok persamaan garis lurus dengan judul : “Pengaruh Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together Terhadap Pencapaian Matematika Siswa di SMP Negeri 1 Cisarua.” disimpulkan bahwa bahwa kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan pencapaian siswa.

Begitu juga menurut Murni , Wince Hendri, Nurharmi tahun 2013 terhadap siswa

kelas IV pada pelajaran IPA dengan judul : “Peningkatan Motivasi dan Hasil

Belajar IPA melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing

Pada Siswa Kelas IV SDN 20 Tambang Painan”. Berdasarkan hasil penelitian

dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Snowball Throwing

dapat meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran IPA di Kelas IV SDN 20

Tambang Painan.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti

tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Perbedaan Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematika Siswa yang Diajar melalui Model Kooperatif Tipe Numbered Head Together ( NHT ) dengan Snowball Throwing di Kelas VII SMP Muhammadiyah 3 Medan T.A. 2012/2013.”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasikan

beberapa masalah antara lain sebagai berikut :

1. Materi aljabar merupakan pokok bahasan yang dianggap sulit oleh siswa

kelas VII SMP Muhammadiyah 3 Medan

2. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa rendah

3. Pembelajaran yang digunakan di sekolah berpusat pada guru sehingga

kurang mendorong aktivitas belajar siswa

4. Guru masih kurang melibatkan aktivitas siswa selama kegiatan belajar

(20)

8

1.3 Pembatasan Masalah

Agar masalah yang diteliti lebih jelas dan terarah maka perlu ada

pembatasan masalah dari identifikasi masalah. Adapun masalah dalam penelitian

ini dibatasi pada kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajar

dengan model kooperatif tipe NHT dan tipe Snowball Throwing pada materi

operasi hitung bentuk aljabar di kelas VII SMP Muhammadiyah 3 Medan T.A.

2012/2013.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Apakah kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajar melalui model kooperatif tipe NHT lebih tinggi

daripada kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajar melalui

model kooperatif tipe Snowball Throwing pada materi operasi hitung bentuk aljabar di kelas VII SMP Muhammadiyah 3 Medan T.A. 2012/2013 ?”

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah “Untuk mengetahui apakah kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajar melalui model kooperatif tipe NHT lebih tinggi

daripada kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajar melalui

model kooperatif tipe Snowball Throwing pada materi operasi hitung bentuk aljabar di kelas VII SMP Muhammadiyah 3 Medan T.A. 2012/2013.”

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi siswa, dapat mengembangkan tingkah laku kooperatif dan menjalin

hubungan yang lebih baik antar siswa, sehingga siswa dapat saling

(21)

9

2. Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan dalam memilih model

pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa.

3. Bagi sekolah, sebagai masukan dan sumbangan pemikiran dalam

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dan

sebagai informasi tentang model pembelajaran kooperatif.

4. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan untuk dapat menerapkan model

pembelajaran yang tepat di masa yang akan datang.

5. Bagi peneliti lain, sebagai bahan informasi jika ingin melakukan penelitian

sejenis.

1.7 Definisi Operasional

Definisi operasional penelitian ini adalah :

1. Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) adalah

model pembelajaran kooperatif dimana guru melakukan penomoran kepada

setiap siswa dalam kelompok guna melibatkan keaktifan seluruh siswa sewaktu

diskusi berjalan, yakni dengan menyebut salah satu nomor dan menunjuk

perwakilan dari masing-masing kelompok secara acak untuk menjawab setiap

masalah yang diajukan.

2. Model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing adalah salah satu

model pembelajaran aktif yang digunakan guru untuk meningkatkan

pemahaman dan hasil belajar serta melatih kesiapan siswa terhadap materi

pembelajaran yang disampaikan. Model pembelajaran ini menggunakan

permainan yaitu dengan cara membuat bola pertanyaan yang ditulis oleh siswa

dan dilempar seperti bola salju, kemudian masing-masing siswa menjawab

pertanyaan dari bola yang didapat.

3. Kemampuan pemecahan masalah adalah proses menerapkan pengetahuan yang

telah diperoleh sebelumnya ke dalam situasi baru yang belum dikenal ditinjau

dari aspek : pemahaman terhadap masalah, perencanaan penyelesaian masalah,

melaksanakan perencanaan penyelesaian masalah, dan melihat kembali

(22)

66

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis diperoleh beberapa

kesimpulan, yaitu :

1. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajar melalui model

kooperatif tipe NHT lebih tinggi daripada kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa yang diajar melalui model kooperatif tipe Snowball

Throwing pada materi operasi hitung bentuk aljabar di kelas VII SMP

Muhammadiyah 3 Medan T.A. 2012/2013.

2. Pemahaman terhadap masalah matematika siswa yang diajar melalui model

kooperatif tipe NHT lebih tinggi daripada pemahaman terhadap masalah

matematika siswa yang diajar melalui model kooperatif tipe Snowball

Throwing pada materi operasi hitung bentuk aljabar di kelas VII SMP

Muhammadiyah 3 Medan T.A. 2012/2013.

3. Tidak ada perbedaan perencanaan penyelesaian masalah matematika siswa

yang diajar melalui model kooperatif tipe NHT dengan siswa yang diajar

melalui model kooperatif tipe Snowball Throwing pada materi operasi hitung

bentuk aljabar di kelas VII SMP Muhammadiyah 3 Medan T.A. 2012/2013.

4. Melaksanakan perencanaan penyelesaian masalah matematika siswa yang

diajar melalui model kooperatif tipe NHT lebih tinggi daripada melaksanakan

perencanaan penyelesaian masalah matematika siswa yang diajar melaui

model kooperatif tipe Snowball Throwing pada materi operasi hitung bentuk

aljabar di kelas VII SMP Muhammadiyah 3 Medan T.A. 2012/2013.

5. Melihat kembali penyelesaian masalah matematika siswa yang diajar melalui

model kooperatif tipe NHT lebih tinggi daripada melihat kembali penyelesaian

masalah matematika siswa yang diajar melalui model kooperatif tipe Snowball

Throwing pada materi operasi hitung bentuk aljabar di kelas VII SMP

(23)

67

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran yang dapat peneliti berikan

adalah :

1. Kepada guru matematika dapat menjadikan model pembelajaran kooperatif tipe

NHT sebagai salah satu alternatif dalam memilih model pembelajaran

dibandingkan dengan menggunakan Snowball Throwing yang diharapkan dapat

lebih meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

2. Kepada guru matematika yang ingin menerapkan model pembelajaran

kooperatif sebaiknyadapat memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya agar

proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

3. Kepada siswa, khususnya siswa SMP Muhammadiyah 3 Medan disarankan

untuk saling bekerjasama dalam diskusi kelompok terutama dalam

memecahkan masalah yang berhubungan dengan materi pelajaran matematika.

4. Kepada calon peneliti berikutnya agar mengadakan penelitian yang sama

dengan materi ataupun tingkatan kelas yang berbeda sehingga hasil penelitian

(24)

68

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M., (2009), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Fadillah, N., (2011), Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing pada Pokok Bahasan Himpunan di Kelas VII SMP N 1 Tanjung Morawa T.A. 2010/2011, Skripsi, FMIPA Unimed, Medan.

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan, (2011), Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program Studi Pendidikan FMIPA UNIMED, FMIPA Unimed, Medan.

Hafizh., (2012), Model Pembelajaran Snowball Throwing, http://www.referensimakalah.com/2012/11/model-pembelajaran-snowball-throwing.html diakses Februari 2013

Herdian., (2009), Model Pembelajaran NHT (Numbered Head Together),

http://herdy07.wordpress.com/2009/04/22/model-pembelajaran-nht-numbered-head-together/ dikses Januari 2013

Hudojo, H., (2005), Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, UM Press, Malang.

Istarani., (2012), 58 Model Pembelajaran Inovatif, Media Persana, Medan.

Kompas, (2012), Prestasi Sains dan Matematika Indonesia Menurun, http://edukasi.kompas.com/read/2012/12/14 di akses Mei 2013

Lie, A., (2010), Cooperative Learning, Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas, Grasindo, Jakarta.

Marsigit., (2009), Matematika 1 SMPKelas VII, Yudhistira, Jakarta.

Murni ., Hendri, W., dan Nurharmi., (2013), Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar IPA melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing Pada Siswa Kelas IV SDN 20 Tambang Painan, Journal of Bung Hatta University, Vol 1 No 2. Tersedia di http://ejurnal.bunghatta.ac.id

(25)

69

Saragih, H., Pieter, F.,Pengaruh Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together Terhadap Pencapaian Matematika Siswa di SMP Negeri 1 Cisarua, Prosiding Seminar Nasional Fisika 2010

Sardiman., (2009), Interaksi Dan Motivasi Belajar Dan Mengajar, Rajawali Pers, Jakarta.

Slameto., (2010), Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, Rineka Cipta, Jakarta.

Sudjana., (2005), Metoda Statistika, Tarsito, Bandung.

Sugiyono., (2010), Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, Alfabeta, Bandung.

Sukirman., dkk., (2009), Matematika, Penerbit Universitas Terbuka, Jakarta.

Sunartombs., (2009), Pembelajaran Konvensional Banyak Dikritik, Namun Disukai, http://sunartombs.wordpress.com/2009/03/02/pembelajaran-konvensional-banyak-dikritik-namun-paling-disukai/ diakses Januari 2013

Tim Dosen PPD., (2011), Perkembangan Peserta Didik, FIP UNIMED, Medan.

Tim MKPBM., (2003), Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, UPI, Bandung.

Trianto., (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Kencana, Jakarta.

Wena, M., (2009), Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual Operasional, Bumi Aksara, Jakarta.

Widodo, R., (2009), Model Pembelajaran Snowball Throwing,

http://wyw1d.wordpress.com/2009/11/09/model-pembelajaran-18-snowball-throwing/ diakses Februari 2013

Gambar

Gambar 3.1. Skema Prosedur Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini agar pembahas lebih terperinci pada permasalahan yang dan tidak menyimpang dari judul skripsi, permasalahan penulis batasi pada pelaksanaan pendaftaran

BERKEINGINAN lebih lanjut untuk menetapkan garis batas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) yang saling tumpang tindih antara Para Pihak;.. MEMPERHATIKAN ketentuan-ketentuan

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister. Program Studi

dalam proses belajar mengajar diperlukan situasi yang kondusif bagi siswa. agar tujuan belajar yang optimal

Puji syukur ke hadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat dan barokahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “ Sistem Informasi

Disamping digunakan untuk revegetasi lahan, tumbuhan ini juga memiliki nilai tambah yang juga belum banyak diketahui oleh masyarakat lokal yaitu buahnya mengandung

Dari latar belakang tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul ’’PENGARUH PEMBERIAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH DAN KEMAMPUAN EKONOMI ORANG TUA

Ekstrak etanol rimpang jahe diuji terhadap Staphylococcus aureus untuk mendapatkan konsentrasi yang dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus dengan diameter zona