PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE
NUMBERED HEAD TOGETHER ( NHT ) DENGAN SNOWBALL THROWING DI KELAS VII SMP
MUHAMMADIYAH 3 MEDAN T.A. 2012/2013
Oleh :
Zuhraidah Harahap NIM 409111089
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat
dan berkat-Nya yang memberikan hikmat kepada penulis hingga penelitian ini
dapat selesai tepat pada waktunya. Skripsi ini berjudul perbedaan kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa yang diajar melalui model kooperatif tipe
Numbered Head Together (NHT) dengan Snowball Throwing di kelas VII SMP
Muhammadiyah 3 Medan T.A 2012/2013. Adapun skripsi ini disusun untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan ribuan terima kasih kepada
Bapak Prof. Dr. Pargaulan Siagian, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi.
Beliau telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak
awal hingga akhir penulisan skipsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada Bapak Dr. Hasratuddin, M.Pd, Bapak Drs. Zul Amry, M.Si , Ibu Faiz
Ahyaningsih, S.Si, M.Si , dan Bapak Syafari, M.Pd selaku dosen penguji yang
telah memberikan masukan dan saran-saran mulai dari rencana penelitian sampai
penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibu
Dra. Katrina Samosir, M.Pd selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah
membimbing dan memotivasi penulis selama perkuliahan.
Ucapan terima kasih kepada Bapak dan Ibu dosen serta Staf Pegawai
Jurusan Matematika yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan membantu
penulis selama perkuliahan. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibu
Salmawati, S.Pd selaku kepala sekolah SMP Muhammadiyah 3 Medan dan Ibu
Dina Purwana Sari, S.PdI selaku guru bidang studi matematika yang telah banyak
membantu dan membimbing penulis selama penelitian dan para guru dan staf
administrasi yang telah memberikan kesempatan serta bantuan kepada penulis
v
Teristimewa rasa terima kasih dan cinta penulis kepada Ayahanda
Matumona Pandapotan Harahap dan Ibunda Tiaminah Siregar, orangtua penulis
yang telah mengasuh, membimbing, memberi kasih sayang, mendukung secara materil dan selalu mendo’akan penulis. Semoga Allah memberikan kebaikan dunia dan akhirat kepada Ayah dan Ibunda. Amin. Terima kasih juga buat abang
dan kakak terhebat Asrul Alamsyah, S.Kom , Ade Popi, S.E , dan Ade Aisyah
Fitri, S.TP yang telah memberikan do’a dan motivasi kepada penulis. Serta
sepupuku tersayang Ika, ponakan termanis Adzakiyah, dan sahabat terbaik Intan
Riza yang selalu memberikan warna dalam kehidupanku.
Penulis juga ucapkan terima kasih untuk sahabat-sahabatku Ulfa, Asmi,
Uwis, Ana, Tika, Andra, yang selalu dapat memberikan hal-hal baru, semangat,
dan berwarna di kampus hijau UNIMED. Tak lupa terima kasih juga penulis
ucapkan untuk keluarga PPLT 2012 yang memberikan motivasi serta dorongan
untuk mengerjakan skripsi ini hingga selesai. Dan teman-teman seperjuangan di
Dik A ’09 yang tiada henti memberikan motivasi dan doa yang tulus serta
sahabat-sahabat lainnya yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi
ini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca untuk kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat bagi
pembaca dan dunia pendidikan.
Medan, Juli 2013
Penulis,
iii
PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE
NUMBERED HEAD TOGETHER ( NHT ) DENGAN SNOWBALL THROWING DI KELAS VII SMP
MUHAMMADIYAH 3 MEDAN T.A. 2012/2013
Zuhraidah Harahap (409111089)
ABSTRAK
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan i
Riwayat Hidup ii
Abstrak iii
Kata Pengantar iv
Daftar Isi vi
Daftar Gambar ix
Daftar Tabel x
Daftar Lampiran xi
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Identifikasi Masalah 7
1.3 Pembatasan Masalah 8
1.4 Rumusan Masalah 8
1.5 Tujuan Penelitian 8
1.6 Manfaat Penelitian 8
1.7 Definisi Operasional 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10
2.1. Kerangka Teoritis 10
2.1.1 Belajar dan Pembelajaran Matematika 10
2.1.2 Masalah dalam Matematika 12
2.1.3 Pemecahan Masalah Matematika 14
2.1.4 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 15
2.1.5 Pembelajaran Kooperatif 18
2.1.5.1 Karakteristik Pembelajaran Kooperatif 20
2.1.5.2 Prinsip - Prinsip Pembelajaran Kooperatif 21
2.1.5.3 Langkah - Langkah Pembelajaran Kooperatif 22
vii
2.1.6.1 Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT 28
2.1.7 Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing 30
2.1.7.1 Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball
Throwing 32
2.2 Materi Operasi Hitung Bentuk Aljabar 33
2.2.1 Bentuk Aljabar dan Unsur-Unsurnya 33
2.2.2 Operasi Hitung Bentuk Aljabar 34
2.2.3 Pembelajaran Operasi Hitung Bentuk Aljabar dengan Model
Kooperatif Tipe NHT 36
2.2.4 Pembelajaran Operasi Hitung Bentuk Aljabar dengan Model
Kooperatif Tipe Snowball Throwing 38
2.3 Penelitian yang Relevan 39
2.4 Kerangka Konseptual 40
2.5 Hipotesis Penelitian 42
BAB III METODE PENELITIAN 43
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 43
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian 43
3.2.1 Populasi Penelitian 43
3.2.2 Sampel Penelitian 43
3.3. Variabel Penelitian 43
3.4. Jenis dan Desain Penelitian 44
3.5. Langkah-Langkah Penelitian 45
3.6. Instrumen Penelitian 49
3.6.1 Tes Kemampuan 49
3.6.2 Teknik Pemberian Skor 49
3.6.3 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa 50
3.7. Teknik Analisis Data 51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 55
4.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian 55
viii
4.1.2 Nilai Postest Kelas Eksperimen A dan Kelas Eksperimen B 57
4.2 Analisis Data Hasil Penelitian 59
4.2.1 Uji Normalitas Data 59
4.2.2 Uji Homogenitas 60
4.2.3 Pengujian Hipotesis 61
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian 63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 66
5.1 Kesimpulan 66
5.2 Saran 67
x
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif 22
Tabel 3.1. Desain Penelitian 44
Tabel 3.2. Teknik Pemberian Skor 49
Tabel 3.3. Kriteria Tingkat Penguasaan Siswa 50
Tabel 4.1. Data Pretest Kelas Eksperimen A dan Kelas Eksperimen B 55
Tabel 4.2. Data Pretest Aspek Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen A
Dan Kelas Eksperimen B 56
Tabel 4.3. Data Postest Kelas Eksperimen A dan Kelas Eksperimen B 57
Tabel 4.4. Data Postest Aspek Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen A
Dan Kelas Eksperimen B 58
Tabel 4.5. Ringkasan Rata-rata Nilai Pretest dan Postest Kedua Kelas 58
Tabel 4.6. Ringkasan Rata-rata Nilai Pretest dan Postest Aspek
Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen A 58
Tabel 4.7. Ringkasan Rata-rata Nilai Pretest dan Postest Aspek
Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen B 59
Tabel 4.8. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data 60
Tabel 4.9. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data Aspek Pemecahan Masalah 60
Tabel 4.10. Data Hasil Uji Homogenitas 61
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I Kelas Eksperimen A 70
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II Kelas Eksperimen A 76
Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III Kelas Eksperimen A 82
Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I Kelas Eksperimen B 89
Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II Kelas Eksperimen B 95
Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III Kelas Eksperimen B 101
Lampiran 7. Lembar Aktivitas Siswa I (LAS I) 108
Lampiran 8. Lembar Aktivitas Siswa II (LAS II) 112
Lampiran 9. Lembar Aktivitas Siswa III (LAS III) 116
Lampiran 10. Kisi-Kisi Pretest 123
Lampiran 11. Kisi-Kisi Posttest 124
Lampiran 12. Pretest 125
Lampiran 13. Postest 127
Lampiran 14. Alternatif Pemecahan Pretest 129
Lampiran 15. Alternatif Pemecahan Postest 131
Lampiran 16. Lembar Penilaian Validator (Pretest) 133
Lampiran 17. Skala Penilaian Pengamat 134
Lampiran 18. Hasil Analisis Kesepakatan Pengamat (Pretest) 136
Lampiran 19. Lembar Penilaian Validator (Postest) 138
Lampiran 20. Hasil Analisis Kesepakatan Pengamat (Postest) 139
Lampiran 21. Teknik Pemberian Skor 141
Lampiran 22. Tabulasi Data Kelas Eksperimen A dan Kelas Eksperimen B 142
Lampiran 23. Data Nilai Pretest dan Postest Kelas Eksperimen A dan
Kelas Eksperimen B 150
Lampiran 24. Prosedur Perhitungan Rata-Rata, Varians, dan
Simpangan Baku 156
Lampiran 25. Perhitungan Uji Normalitas 162
xii
Lampiran 27. Perhitungan Uji Hipotesis 175
Lampiran 28. Perhitungan Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa 182
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bidang pendidikan merupakan bidang yang tak terpisahkan bagi
kemajuan suatu bangsa. Pendidikan menjadi sumber dan tujuan kemajuan suatu
bangsa. Kualitas pendidikan merupakan hal yang dapat menentukan kemajuan
peradaban suatu bangsa. Oleh karena itu, pendidikan dapat dijadikan parameter
seberapa baik kualitas pembangunan suatu bangsa.
Di dalam dunia pendidikan, matematika adalah salah satu ilmu dasar
yang penting untuk diajarkan kepada siswa karena matematika dapat melatih
seseorang (siswa) berfikir logis, bertanggung jawab, memiliki kepribadian yang
baik, dan keterampilan menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Hal
ini menunjukkan bahwa matematika memegang peranan penting dalam upaya
meningkatkan sumber daya manusia. Cornelius (dalam Abdurrahman, 2009 : 253)
mengemukakan lima alasan perlunya belajar matematika :
“Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.”
Penguasaan matematika menjadi modal atau alat untuk mempelajari mata
pelajaran lainnya, seperti fisika, kimia, biologi, dan juga ilmu sosial. Hal ini
sesuai dengan yang diungkapkan Tim MKPBM (2003 : 25) bahwa :
2
Mengingat pentingnya peranan matematika, maka pelajaran matematika
diberikan pada setiap jenjang pendidikan mulai dari prasekolah (TK), SD, SMP,
SMA, sampai pada perguruan tinggi. Bahkan pelajaran matematika dijadikan
salah satu tolok ukur kelulusan siswa di sekolah melalui ujian nasional.
Tingginya tuntutan untuk menguasai matematika tidak berbanding lurus
dengan hasil belajar matematika dan kemampuan pemecahan masalah siswa.
Padahal penemuan atau pengembangan dari banyak bidang matematika
merupakan hasil langsung dari pemecahan masalah. Pemecahan masalah sangat
penting dalam pembelajaran matematika untuk menguasai konsep dan memahami
dalil atau teorema.
Banyak data yang menunjukkan rendahnya mutu pendidikan matematika
di Indonesia. (Kompas, 2012) menyatakan bahwa :
“Demikian hasil Trends in Mathematics and Science Study (TIMSS) yang diikuti siswa kelas VIII Indonesia tahun 2011. Penilaian yang dilakukan International Association for the Evaluation of Educational Achievement Study Center Boston College tersebut, diikuti 600.000 siswa dari 63 negara. Untuk bidang Matematika, Indonesia berada di urutan ke-38 dengan skor 386 dari 42 negara yang siswanya dites. Skor Indonesia ini turun 11 poin dari penilaian tahun 2007. Pada TIMSS matematika kelas VIII tersebut, peringkat pertama diraih siswa Korea (613), selanjutnya diikuti Singapura. Nilai rata-rata yang dipatok 500 poin.”
Hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika lebih rendah
dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Selain itu, jika dilihat pada proses
belajar mengajarnya ternyata matematika merupakan salah satu mata pelajaran
yang tidak diminati siswa karena matematika dianggap sulit dan menakutkan.
Akibatnya siswa tidak memahami arti penting matematika dalam kehidupan dan
siswa kurang berminat dan kurang termotivasi dalam belajar matematika. Siswa
lebih bersifat pasif, enggan, takut, atau malu untuk mengungkapkan ide-ide
ataupun penyelesaian atas soal atau masalah yang diberikan guru.
Terlebih jika soal yang diberikan adalah soal cerita terkait pemecahan
masalah kehidupan sehari-hari. Nilai yang diperoleh siswa cenderung lebih rendah
3
sebagian besar siswa mengalami kesulitan untuk menafsirkan masalah yang
diberikan ke dalam bentuk matematika. Selain itu siswa juga mengalami kesulitan
dalam menentukan konsep matematika yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan masalah yang diberikan. Siswa cenderung mengambil kesimpulan
untuk melakukan operasi hitung pada bilangan-bilangan yang ada dalam soal
cerita tanpa memahami dan memikirkan apa yang diminta dalam soal.
Pemilihan model pembelajaran sangat penting dan sangat berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa dalam menentukan keberhasilan belajar matematika.
Penggunaan model pembelajaran yang tepat akan mengatasi kejenuhan siswa
dalam menerima pelajaran matematika. Selama ini model pembelajaran yang
digunakan guru cenderung monoton yang mengakibatkan siswa pasif. Sehingga
siswa merasa jenuh dan bosan yang menyebabkan pencapaian hasil belajar tidak
optimal. (Sunartombs, 2009) mengungkapkan bahwa :
”Pada pengajaran yang dilakukan, guru menggunakan pendekatan
konvensional ditandai dengan guru mengajar lebih banyak mengajarkan tentang konsep-konsep bukan kompetensi, tujuannya adalah siswa mengetahui sesuatu bukan mampu untuk melakukan sesuatu, dan pada saat proses pembelajaran siswa lebih banyak mendengarkan.
Demikian juga Slameto (2010 : 65) menyatakan bahwa :
“Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Metode mengajar yang kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut menyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa dan atau terhadap mata pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya. Akibatnya siswa malas untuk belajar.”
Dalam upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa, hendaknya guru berusaha melatih dan membiasakan siswa
melakukan kegiatan pembelajaran seperti memberikan latihan-latihan soal dan
memecahkan masalah matematika yang ada. Mengajarkan pemecahan masalah
akan memberikan banyak manfaat dan memberikan dampak yang sangat penting.
Seperti yang dituliskan Hudojo (2005 : 130) :
“Mengajar siswa untuk menyelesaikan masalah-masalah memungkinkan
4
kehidupan. Dengan perkataan lain, bila seorang siswa dilatih untuk menyelesaikan masalah, maka siswa itu akan mampu mengambil keputusan sebab siswa itu menjadi mempunyai keterampilan tentang bagaimana mengumpulkan informasi yang relevan, menganalisis informasi, dan menyadari betapa perlunya meneliti kembali hasil yang telah diperolehnya.”
Materi aljabar merupakan salah satu materi di kelas VII SMP.
Kompetensi pada saat belajar aljabar sangat penting karena akan menjadi
prasyarat utama saat siswa belajar aljabar pada tahap-tahap berikutnya, misalnya
saat belajar persamaan, pertidaksamaan, sistem persamaan, fungsi, persamaan
garis dan lainnya. Namun materi aljabar ini merupakan salah satu materi yang
sulit dipelajari di SMP khususnya kelas VII karena bersifat abstrak atau siswa
tidak bisa melihatnya secara real dan secara fisik.
Dari hasil wawancara pada tanggal 23 Februari 2013 dengan salah satu
guru bidang studi matematika SMP Swasta Muhammadiyah 3 Medan yaitu Ibu
Dina Purnawa Sari, S.PdI diperoleh gambaran bahwa proses belajar mengajar
selama ini masih bersifat teacher oriented. Sebagian besar kegiatan pembelajaran
masih terpusat pada guru, guru lebih banyak menjelaskan , dan memberikan
informasi tentang konsep-konsep yang akan dibahas. Hal itu dikarenakan
kemampuan dasar matematika yang dimiliki anak masih rendah. Hal ini juga
sejalan dengan tes berbentuk uraian yang diberikan untuk melihat kemampuan
siswa dalam memecahkan masalah matematika. Dari 36 siswa hanya 5 orang yang
dapat menjawab atau 86,1% siswa tidak bisa menjawabnya. Siswa sulit menjawab
karena tidak memahami masalah pada soal , tidak dapat menentukan strategi
untuk menyelesaikan soal, atau siswa kurang mampu dalam melaksanakan
pemecahan masalah.
Kemampuan pemecahan masalah yang dikembangkan melalui
pembelajaran matematika sangat penting bagi setiap siswa, karena dalam
kehidupan sehari-hari akan selalu dihadapkan pada berbagai masalah yang harus
dipecahkan dan menuntut pengetahuan untuk menemukan solusi dari
permasalahan yang dihadapi tersebut. Peran aktif siswa sangat dibutuhkan untuk
5
diusahakan suatu model pembelajaran yang mengaktifkan siswa dalam kegiatan
pembelajaran.
Menerapkan model pembelajaran kooperatif dapat menjadi salah satu
solusi yang diharapkan dapat mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar.
Priyanto (dalam Wena, 2009 : 189) mengungkapkan bahwa :
“Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kelompok yang memilki aturan-aturan tertentu. Prinsip dasar pembelajaran kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama. Siswa yang sebelumnya terbiasa bersikap pasif setelah menggunakan pembelajaran kooperatif akan terpaksa berpartisipasi secara aktif agar bisa diterima oleh anggota kelompoknya.”
Selain itu Abdulhak (dalam Rusman , 2010 : 203) menyatakan bahwa : “Pembelajaran cooperative dilaksanakan melalui sharing proses antara peserta belajar, sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama diantara peserta belajara itu sendiri.”
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah
matematika. Karena antar siswa dalam kelompok kooperatif dapat saling
membantu temannya dengan bahasanya sendiri yang lebih mudah dipahami
daripada penjelasan guru.
Ada beberapa tipe model pembelajaran kooperatif yang dapat
dikembangkan dalam pembelajaran matematika, diantaranya adalah model
pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) dan model
pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing.
Maksud dari model kooperatif tipe NHT yaitu setiap anak mendapatkan
nomor tertentu, dan setiap nomor mendapatkaan kesempatan yang sama untuk
menunjukkan kemampuan mereka dalam menguasai materi. (Herdian, 2009)
mengemukakan bahwa :
6
Model pembelajaran kooperatif tipe NHT melibatkan banyak siswa
dalam mereviu berbagai materi yang dibahas karena siswa diberikan kesempatan
untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling
tepat dan untuk memeriksa pemahaman mereka tentang isi pelajaran itu. Dengan
begitu timbullah saling ketergantungan positif , tanggung jawab individual, dan
keterampilan sosial dalam diri peserta didik yang pada akhirnya akan dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik sehingga cocok
untuk dapat diterapkan dalam materi operasi hitung bentuk aljabar
Pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dapat melatih siswa
untuk lebih tanggap menerima pesan dari orang lain dan menyampaikan pesan
tersebut kepada temannya dalam satu kelompok. Snowball Throwing ini
menggunakan bola pertanyaan dari kertas yang digulung bulat menyerupai bola
kemudian dilemparkan secara bergilir diantara sesama anggota kelompok. Disini
siswa tidak hanya berpikir, menulis, bertanya, atau berbicara, akan tetapi mereka
juga melakukan kegiatan seperti permainan yang menghibur dan memacu daya
pikir siswa yaitu menggulung kertas dan melemparkannya pada siswa lain. Di
dalam kertas tersebut terdapat pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa dari
kelompok yang lain. Semua anggota kelompok diberi tugas dan tanggung jawab
baik individu maupun kelompok.
Model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dan Snowball
Throwing merupakan dua model pembelajaran kooperatif yang dianggap dapat
membangkitkan ketertarikan siswa terhadap materi matematika dan membuat
siswa lebih aktif, mendorong kerjasama antar siswa dalam mempelajari suatu
materi sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa.
Selain dari alasan-alasan di atas peneliti tertarik meneliti kedua teknik
karena ingin mengetahui teknik mana yang lebih tepat dan seberapa besar
perbedaan keunggulan kedua teknik tersebut apabila diterapkan dalam
pembelajaran matematika pada materi yang sama yaitu operasi hitung bentuk
7
Universitas Advent Indonesia membahas penelitian oleh Ferry Pietersz dan
Horasdia Saragih terhadap siswa kelas VIII pada materi pokok persamaan garis lurus dengan judul : “Pengaruh Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together Terhadap Pencapaian Matematika Siswa di SMP Negeri 1 Cisarua.” disimpulkan bahwa bahwa kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan pencapaian siswa.
Begitu juga menurut Murni , Wince Hendri, Nurharmi tahun 2013 terhadap siswa
kelas IV pada pelajaran IPA dengan judul : “Peningkatan Motivasi dan Hasil
Belajar IPA melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing
Pada Siswa Kelas IV SDN 20 Tambang Painan”. Berdasarkan hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Snowball Throwing
dapat meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran IPA di Kelas IV SDN 20
Tambang Painan.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti
tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Perbedaan Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika Siswa yang Diajar melalui Model Kooperatif Tipe Numbered Head Together ( NHT ) dengan Snowball Throwing di Kelas VII SMP Muhammadiyah 3 Medan T.A. 2012/2013.”
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasikan
beberapa masalah antara lain sebagai berikut :
1. Materi aljabar merupakan pokok bahasan yang dianggap sulit oleh siswa
kelas VII SMP Muhammadiyah 3 Medan
2. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa rendah
3. Pembelajaran yang digunakan di sekolah berpusat pada guru sehingga
kurang mendorong aktivitas belajar siswa
4. Guru masih kurang melibatkan aktivitas siswa selama kegiatan belajar
8
1.3 Pembatasan Masalah
Agar masalah yang diteliti lebih jelas dan terarah maka perlu ada
pembatasan masalah dari identifikasi masalah. Adapun masalah dalam penelitian
ini dibatasi pada kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajar
dengan model kooperatif tipe NHT dan tipe Snowball Throwing pada materi
operasi hitung bentuk aljabar di kelas VII SMP Muhammadiyah 3 Medan T.A.
2012/2013.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Apakah kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajar melalui model kooperatif tipe NHT lebih tinggi
daripada kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajar melalui
model kooperatif tipe Snowball Throwing pada materi operasi hitung bentuk aljabar di kelas VII SMP Muhammadiyah 3 Medan T.A. 2012/2013 ?”
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah “Untuk mengetahui apakah kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajar melalui model kooperatif tipe NHT lebih tinggi
daripada kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajar melalui
model kooperatif tipe Snowball Throwing pada materi operasi hitung bentuk aljabar di kelas VII SMP Muhammadiyah 3 Medan T.A. 2012/2013.”
1.6 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Bagi siswa, dapat mengembangkan tingkah laku kooperatif dan menjalin
hubungan yang lebih baik antar siswa, sehingga siswa dapat saling
9
2. Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan dalam memilih model
pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa.
3. Bagi sekolah, sebagai masukan dan sumbangan pemikiran dalam
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dan
sebagai informasi tentang model pembelajaran kooperatif.
4. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan untuk dapat menerapkan model
pembelajaran yang tepat di masa yang akan datang.
5. Bagi peneliti lain, sebagai bahan informasi jika ingin melakukan penelitian
sejenis.
1.7 Definisi Operasional
Definisi operasional penelitian ini adalah :
1. Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) adalah
model pembelajaran kooperatif dimana guru melakukan penomoran kepada
setiap siswa dalam kelompok guna melibatkan keaktifan seluruh siswa sewaktu
diskusi berjalan, yakni dengan menyebut salah satu nomor dan menunjuk
perwakilan dari masing-masing kelompok secara acak untuk menjawab setiap
masalah yang diajukan.
2. Model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing adalah salah satu
model pembelajaran aktif yang digunakan guru untuk meningkatkan
pemahaman dan hasil belajar serta melatih kesiapan siswa terhadap materi
pembelajaran yang disampaikan. Model pembelajaran ini menggunakan
permainan yaitu dengan cara membuat bola pertanyaan yang ditulis oleh siswa
dan dilempar seperti bola salju, kemudian masing-masing siswa menjawab
pertanyaan dari bola yang didapat.
3. Kemampuan pemecahan masalah adalah proses menerapkan pengetahuan yang
telah diperoleh sebelumnya ke dalam situasi baru yang belum dikenal ditinjau
dari aspek : pemahaman terhadap masalah, perencanaan penyelesaian masalah,
melaksanakan perencanaan penyelesaian masalah, dan melihat kembali
66
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis diperoleh beberapa
kesimpulan, yaitu :
1. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajar melalui model
kooperatif tipe NHT lebih tinggi daripada kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa yang diajar melalui model kooperatif tipe Snowball
Throwing pada materi operasi hitung bentuk aljabar di kelas VII SMP
Muhammadiyah 3 Medan T.A. 2012/2013.
2. Pemahaman terhadap masalah matematika siswa yang diajar melalui model
kooperatif tipe NHT lebih tinggi daripada pemahaman terhadap masalah
matematika siswa yang diajar melalui model kooperatif tipe Snowball
Throwing pada materi operasi hitung bentuk aljabar di kelas VII SMP
Muhammadiyah 3 Medan T.A. 2012/2013.
3. Tidak ada perbedaan perencanaan penyelesaian masalah matematika siswa
yang diajar melalui model kooperatif tipe NHT dengan siswa yang diajar
melalui model kooperatif tipe Snowball Throwing pada materi operasi hitung
bentuk aljabar di kelas VII SMP Muhammadiyah 3 Medan T.A. 2012/2013.
4. Melaksanakan perencanaan penyelesaian masalah matematika siswa yang
diajar melalui model kooperatif tipe NHT lebih tinggi daripada melaksanakan
perencanaan penyelesaian masalah matematika siswa yang diajar melaui
model kooperatif tipe Snowball Throwing pada materi operasi hitung bentuk
aljabar di kelas VII SMP Muhammadiyah 3 Medan T.A. 2012/2013.
5. Melihat kembali penyelesaian masalah matematika siswa yang diajar melalui
model kooperatif tipe NHT lebih tinggi daripada melihat kembali penyelesaian
masalah matematika siswa yang diajar melalui model kooperatif tipe Snowball
Throwing pada materi operasi hitung bentuk aljabar di kelas VII SMP
67
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran yang dapat peneliti berikan
adalah :
1. Kepada guru matematika dapat menjadikan model pembelajaran kooperatif tipe
NHT sebagai salah satu alternatif dalam memilih model pembelajaran
dibandingkan dengan menggunakan Snowball Throwing yang diharapkan dapat
lebih meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
2. Kepada guru matematika yang ingin menerapkan model pembelajaran
kooperatif sebaiknyadapat memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya agar
proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
3. Kepada siswa, khususnya siswa SMP Muhammadiyah 3 Medan disarankan
untuk saling bekerjasama dalam diskusi kelompok terutama dalam
memecahkan masalah yang berhubungan dengan materi pelajaran matematika.
4. Kepada calon peneliti berikutnya agar mengadakan penelitian yang sama
dengan materi ataupun tingkatan kelas yang berbeda sehingga hasil penelitian
68
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M., (2009), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Fadillah, N., (2011), Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing pada Pokok Bahasan Himpunan di Kelas VII SMP N 1 Tanjung Morawa T.A. 2010/2011, Skripsi, FMIPA Unimed, Medan.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan, (2011), Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program Studi Pendidikan FMIPA UNIMED, FMIPA Unimed, Medan.
Hafizh., (2012), Model Pembelajaran Snowball Throwing, http://www.referensimakalah.com/2012/11/model-pembelajaran-snowball-throwing.html diakses Februari 2013
Herdian., (2009), Model Pembelajaran NHT (Numbered Head Together),
http://herdy07.wordpress.com/2009/04/22/model-pembelajaran-nht-numbered-head-together/ dikses Januari 2013
Hudojo, H., (2005), Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, UM Press, Malang.
Istarani., (2012), 58 Model Pembelajaran Inovatif, Media Persana, Medan.
Kompas, (2012), Prestasi Sains dan Matematika Indonesia Menurun, http://edukasi.kompas.com/read/2012/12/14 di akses Mei 2013
Lie, A., (2010), Cooperative Learning, Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas, Grasindo, Jakarta.
Marsigit., (2009), Matematika 1 SMPKelas VII, Yudhistira, Jakarta.
Murni ., Hendri, W., dan Nurharmi., (2013), Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar IPA melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing Pada Siswa Kelas IV SDN 20 Tambang Painan, Journal of Bung Hatta University, Vol 1 No 2. Tersedia di http://ejurnal.bunghatta.ac.id
69
Saragih, H., Pieter, F.,Pengaruh Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together Terhadap Pencapaian Matematika Siswa di SMP Negeri 1 Cisarua, Prosiding Seminar Nasional Fisika 2010
Sardiman., (2009), Interaksi Dan Motivasi Belajar Dan Mengajar, Rajawali Pers, Jakarta.
Slameto., (2010), Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, Rineka Cipta, Jakarta.
Sudjana., (2005), Metoda Statistika, Tarsito, Bandung.
Sugiyono., (2010), Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, Alfabeta, Bandung.
Sukirman., dkk., (2009), Matematika, Penerbit Universitas Terbuka, Jakarta.
Sunartombs., (2009), Pembelajaran Konvensional Banyak Dikritik, Namun Disukai, http://sunartombs.wordpress.com/2009/03/02/pembelajaran-konvensional-banyak-dikritik-namun-paling-disukai/ diakses Januari 2013
Tim Dosen PPD., (2011), Perkembangan Peserta Didik, FIP UNIMED, Medan.
Tim MKPBM., (2003), Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, UPI, Bandung.
Trianto., (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Kencana, Jakarta.
Wena, M., (2009), Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual Operasional, Bumi Aksara, Jakarta.
Widodo, R., (2009), Model Pembelajaran Snowball Throwing,
http://wyw1d.wordpress.com/2009/11/09/model-pembelajaran-18-snowball-throwing/ diakses Februari 2013