• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DENGAN STAD PADA SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM DELI SERDANG T.A 2015/2016.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DENGAN STAD PADA SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM DELI SERDANG T.A 2015/2016."

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE NHT DENGAN STAD PADA SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 LUBUK

PAKAM DEL I SERDANG T .A 2015/2016

Oleh :

Dhiena Safitri NIM 4123311010

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

ii

RIWAYAT HIDUP

Dhiena Safitri dilahirkan di Medan pada tanggal 23 Maret 1994. Ayah

yang bernama Z. Safari S.Pd dan Ibu yang bernama Dra. Siti Hadijah Siregar,

merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Pada tahun 1999, penulis masuk

TK Dian Ekawati dan lulus pada tahun 2000. Pada tahun 2000, penulis masuk SD

Swasta Pertiwi Kota Medan dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2006, penulis

melanjutkan sekolah di SMP Negeri 13 Medan dan lulus pada tahun 2009. Setelah

itu penulis melanjutkan sekolah di SMA Negeri 1 Medan dan lulus pada tahun

2012. Pada tahun 2012, penulis diterima di Program Studi Pendidikan

Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

(4)

iii

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE NHT DENGAN STAD PADA SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 LUBUK

PAKAM DEL I SERDANG T .A 2015/2016

Dhiena Safitri ( NIM. 4123311010) ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1)apakah kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih baik dibandingkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas VIII SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Tahun Ajaran 2015/2016, (2) bagaimana proses penyelesaian jawaban siswa terkait kemampuan pemecahan masalah yang diajarkan dengan pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together(NHT) dan tipe Student Teams Achievement Division(STAD) .

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan desain pretest-posttest Control Group Design. Variabel penelitian ini terdiri dari variabel bebas yaitu penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan STAD, sedangkan variabel terikat yaitu kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Lubuk Pakam tahun ajaran 2015/2016 yang terdiri dari 8 kelas, sedangkan sampel dalampenelitian ini adalah siswa kelas VIII-G (kelas eksperimen A) sebanyak 31 orangdan kelas VIII-H (kelas eksperimen B) sebanyak 31 orang. Instrumen penelitian dalam pengumpulan data adalah tes dan lembar observasi. Sebelum pengujian hipotesis terlebih dahulu diuji normalitas data dengan menggunakan uji Liliefors dan homogenitas data menggunakan uji F.

Dari pengujian yang dilakukan diperoleh bahwa hasil pretest kedua sampel berdistribusi normal dan homogen, dengan demikian penulis bisa memberikan perlakuan kepada kedua sampel. Dari hasil analisis data selisih pretest-posttes dengan menggunakan uji-t pada taraf �= 0,05 diperoleh thitung > ttabel yaitu 2,388 > 2,00 sehingga � ditolak dan � diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih baik dibandingkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas VIII SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Tahun Ajaran 2015/2016.

(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas

segala rahmat dan karunia-Nya kepada penulis hingga penelitian ini dapat selesai

tepat pada waktunya.

Skripsi ini berjudul “Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dengan STAD Di Kelas VIII SMP Negeri 1 Lubuk Pakam T.A 2015/2016”,. Adapun penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak

Drs. Zul Amry, M.Si, Ph.D selaku Dosen Pembimbing Skripsi. Beliau telah

banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal hingga

akhir penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak

Drs. M. Panjaitan, M.Pd, Ibu Dra. Mariani, M.Pd, dan Ibu Prihatin Ningsih

Sagala, S.Pd , M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan

saran-saran mulai dari rencana penelitian sampai penyusunan skripsi ini. Ucapan

terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof Dr. Mukhtar,M.Pd, selaku

dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing dan memotivasi penulis

selama perkuliahan.

Ucapan terima kasih disampaikan penulis kepada Bapak Dr. Asrin Lubis,

M.Pd selaku Dekan FMIPA UNIMED, beserta Wakil Dekan FMIPA UNIMED,

Bapak Dr. Edy Surya, M.Si selaku Ketua Jurusan Matematika, Bapak Drs. Zul

Amry, M.Si, Ph.D selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika dan

Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Matematika, juga Bapak

dan Ibu Dosen serta Staf Pegawai Jurusan Matematika yang telah memberikan

ilmu pengetahuan dan membantu penulis selama perkuliahan.

Ucapan terima kasih yang sama penulis sampaikan kepada Bapak Animan,

S.Pd, M.Si selaku kepala sekolah SMPN 1 Lubuk Pakam dan kepada Ibu Etik

(6)

v

membantu dan membimbing penulis selama penelitian serta para guru dan staf

administrasi yang telah memberikan kesempatan serta bantuan kepada penulis

selama melakukan penelitian.

Teristimewa rasa terima kasih dan cinta penulis kepada Ayahanda Z.

Safari S.Pd dan Ibunda Siti Hadijah Siregar orangtua penulis yang telah

mengasuh, membimbing, memberi kasih sayang, mendukung secara materil dan

selalu mendo’akan penulis. Semoga Allah memberikan kesehatan dan panjang umur. Amin. Terima kasih juga buat Adik Muhammad Agil H. dan Abdul Azis

Hrp yang telah memberikan do’a, semangat, motivasi, dan dukungan kepada

penulis, serta terima kasih juga penulis ucapkan untuk sanak family yang banyak

membantu dalam bentuk materi dan motivasi untuk penulis dalam menyusun

skripsi ini yang terus memberikan dukungan, doa, kasih sayang, pengorbanan, dan

perjuangan baik secara moral dan materil.

Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada sahabat-sahabat

selama perkuliahan, Husna , Yara , Suryati , Putri ismila , Eka Nuraini, Delvita ,

Wijayanti , Ulfa , Roy serta sahabat SMA saya, Durun , Fatiyah , ibnu abbas dan

teman-teman yang tidak bisa disebutkan khususnya EKS. A MM 12 yang telah

banyak membantu dan memotivasi penulis dalam pembuatan skripsi ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi

ini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari

pembaca untuk kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat bagi

pembaca dan dunia pendidikan.

Medan, Juni 2016

Penulis,

(7)

vi

1.2. Identifikasi Masalah 9

1.3. Batasan Masalah 9

1.4. Rumusan Masalah 10

1.5. Tujuan Penelitian 10

1.6. Manfaat Penelitian 10

1.7. Defenisi Operasional 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Masalah dalam matematika 12

2.2. Pemecahan Masalah Matematika 13

2.3. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 14

2.4. Model Pembelajaran Kooperatif 17

2.4.1. Pembelajaran Kooperatif tipe NHT 18

2.4.2. Langkah-Langkah Model Pembelajaran NHT 22

2.5. Kelebihan dan kekurangan NHT 13

2.6. Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD 24 2.6.1. Langkah-langkah Model Pembelajaran tipe STAD 26

2.6.2. Kelebihan dan kekurangan STAD 27

2.6.3. Teori belajar yang mendukung tipe NHT dan STAD 28 2.6.3. Perbedaan model pembelajaran NHT dengan STAD 29

2.7. Materi Pembelajaran Kubus dan balok 30

2.8. Penelitian yang Relevan 37

2.9. Kerangka konseptual 38

2.6. Hipotesis 40

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 41

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian 41

3.2.1. Populasi 41

3.2.2. Sampel Penelitian 41

3.3. Variabel Penelitian 41

(8)

vii

3.5. Prosedur Penelitian 43

3.7. Teknik Analisis Data 47

3.7.1. Menghitung Rata-Rata Skor 47

3.7.2. Menghitung Standar Deviasi 47

3.7.3. Uji Normalitas 48

3.7.4. Uji Homogenitas 49

3.7.5. Uji Hipotesis 50

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

4.1. Deskripsi Hasil Penelitia 52

4.1.1. Selisih nilai pretest postest NHT dan Kelas STAD 53

4.2. Uji Persyaratan Analisis Data 55

4.2.1. Uji Normalitas 55

4.2.2. Uji Homogenitas 56

4.3.3. Uji Hipotesis Penelitian 56

4.3. Proses Jawaban 57

4.4. Pembahasan Hasil Penelitian 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 64

5.2. Saran 64

(9)

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Jaring-jaring Kubus 31

Gambar 2.2 Jaring-jaring Balok 35

(10)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Hasil Kerja Siswa 4

Tabel 2.1 Perbandingan Langkah-Langkah Pemecahan Masalah 16 Tabel 2.2 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif 17 Tabel 2.3 Sintaks Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT 22 Tabel 2.4 Sintaks Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 26 Tabel 2.5 Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dan STAD 29

Tabel 3.1 Desain Penelitian 42

Tabel 3.2 Penskoran Kemapuan Pemecahan Masalah 45

(11)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (Kelas Eksperimen A) 68

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (Kelas Eksperimen B) 77

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (Kelas Eksperimen A) 83

Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (Kelas Eksperimen B) 91

Lampiran 5 Lembar Aktivitas Siswa 1 97

Lampiran 6 Lembar Aktivitas Siswa 2 100

Lampiran 7 Alternatif Penyelesaian LAS 1 103

Lampiran 8 Alternatif Penyelesaian LAS 2 105

Lampiran 9 Kisi-Kisi Soal 107

Lampiran 10 Soal Pretes 108

Lampiran 11 Soal Postest 111

Lampiran 12 Alternatif Penyelesaian Pretest 114

Lampiran 13 Alternatif Penyelesaian Postest 119

Lampiran 16 Lembar Validalitas Soal pretest dan postest 126

Lampiran 17 Lembar Observasi Aktivitas Guru Eksperimen I 132

Lampiran 18 Lembar Observasi Aktivitas Guru Eksperimen II 133

Lampiran 19 Lembar Aktivitas Siswa 129

Lampiran 20 Data Selisi Nilai Pretest dan Postest Kelas NHT dengan

Kelas STAD 131

Lampiran 21 Prosedur Perhitungan Rata-Rata, Varians,

dan Simpangan Baku 134

Lampiran 22 Perhitungan Uji Normalitas Data 136

Lampiran 23 Perhitungan Uji Homogenitas Data 139

Lampiran 24 Perhitungan Uji Hipotesis 140

Lampiran 25 Perhitungan Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematik Siswa 142

Lampiran 26 Persentase kemampuan siswa memecahkan masalah 145

Lampiran 27 Tabel Wilayah Luas Di Bawah Kurva Normal 0 Ke Z 147

Lampiran 28 Daftar Nilai Kritis Untuk Uji Liliefors 148

(12)

xi

Lampiran 30 Daftar Nilai Persentil Untuk Distribusi t 156

(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Masalah

Matematika merupakan bidang studi yang diberikan secara formal mulai dari

sekolah dasar (SD) sampai perguruan tinggi. Fakta ini menunjukkan bahwa

matematika bidang studi penting dalam pendidikan dan sangat dibutuhkan dalam

kehidupan. Banyak alas an yang menjadikan bidang studi matematika perlu dipelajari

oleh siswa. Seperti yang dikemukakan Cornelius :

Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya. (Abdurrahman, 2012)

Demikian juga Cockroft mengemukakan bahwa :

Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai ; (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian dan kesadaran keruangan; dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menentang. (Abdurrahman, 2012)

Berdasarkan uraian Cornelius dan Cockroft diatas dapat disadari bahwa

matematika penting untuk dikuasai dalam kegiatan belajar. Namun tingginya tuntutan

untuk menguasai matematika tidak sesuai dengan hasil belajar matematika siswa.

Kenyataan yang ada menunjukkan hasil belajar siswa pada bidang studi matematika

kurang menggembirakan. Pemerintah, khususnya departemen pendidikan nasional

telah berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan salah satunya pendidikan

matematika, baik melalui peningkatan kualitas guru matematika melalui

penataran-penataran, maupun peningkatan prestasi belajar siswa melalui peningkatan standar

(14)

2

ternyata prestasi belajar matematika siswa masih jauh dari harapan. Dari hasil TIMSS

(Trend in International Mathematics and Science Study)

http://litbang.kemdikbud.go.id/, Survei Internasional tentang prestasi matematika dan

sains siswa SMP Kelas VIII, yang diterbitkan oleh Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan memperlihatkan bahwa skor yang diraih Indonesia masi dibawah skor

rata-rata internasional. Hasil studi TIMSS 2003, Indonesia berada di peringkat ke-35

dari 46 negara peserta dengan skor rata-rata 411, sedangkan skor rata-rata

internasional 467. Hasil studi TIMSS 2007, Indonesia berada di peringkat ke-36 dari

49 negara peserta dengan skor rata-rata 397, sedangkan skor rata-rata internasional

500. Dan hasil terbaru, yaitu hasil studi 2011, indonesia berada di peringkat ke-38

dari 42 negara peserta dengan skor rata-rata 386, sedangkan skor rata-rata

internasional 500. Jika dibandingkan dengan negara ASEAN misal Singapura dan

Malaysia, Posisi Indonesia masih dibawah negara-negara tersebut. Hasil studi TIMSS

2003, Singapura dan Malaysia berada di peringkat 1 dan 10 dengan skor rata-rata 605

dan 508. Hasil studi 2007, singapura dan Malaysia berada si peringkat 3 dan 20

dengan skor rata-rata 593 dan 474. Hasil studi TIMSS 2011, Singapura dan Malaysia

berada di peringkat 2 dan 26 dengan skor rata-rata 611 dan 440.

Fakta diatas sebagai bukti bahwa prestasi siswa Indonesia di bidang studi

matematika masih rendah. berdasarkan hasil belajar matematika yang semacam itu

berkaitan dengan ini Lerner mengemukakan bahwa kurikulum bidang studi

matematika hendaknya mencakup tiga elemen : “(1) konsep; (2) ketrampilan; (3)

pemecahan masalah”. (Abdurrahman, 2012)

Dari pernyataan 3 elemen di atas, salah satu aspek yang ditekankan dalam

pembelajaran matematika adalah mengembangkan kemampuan pemecahan masalah

siswa. Pemecahan masalah merupakan suatu hal yang sangat penting karena dalam

proses pembelajaran maupun penyelesaiannya, siswa dimungkinkan memperoleh

pengalaman menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang sudah dimiliki untuk

(15)

3

Pentingnya kemampuan pemecahan masalah ini juga dikemukakan oleh

Hudojo (2005:133) yang menyatakan bahwa:

Pemecahan masalah merupakan suatu hal yang esensial dalam pembelajaran matematika di sekolah, disebabkan antara lain: (1) Siswa menjadi trampil menyeleksi informasi yang relevan, kemudian menganalisanya dan kemudian meneliti hasilnya; (2) Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam, yang merupakan masalah instrinsik; (3) Potensi intelektual siswa meningkat; (4) Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses melakukan penemuan.

Dengan demikian, sudah wajar pemecahan masalah harus diajarkan untuk

matematika dan mendapat perhatian khusus, mengingat peranannya dalam

mengembangkan potensi intelektual siswa. Untuk mencari penyelesaian dari

pemecahan masalah matematika para siswa harus memanfaatkan pengetahuannya,

dan melalui proses ini mereka akan sering mengembangkan pemahaman matematika

yang baru.

Berkaitan dengan pemecahan masalah ini, Seorang siswa dikatakan memiliki

kemampuan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika ketika siswa

mencapai kriteria-kriteria tertentu atau biasa dikenal dengan indikator. Ada empat

indikator pemecahan masalah matematika menurut Polya (1973:5), yaitu:

1) Understanding the problem (memahami masalah), yaitu mampu membuat apa (data) yang diketahui, apa yang tidak diketahui (ditanyakan), apakah informasi cukup, kondisi (syarat) apa yang harus dipenuhi, dan menyatakan kembali masalah asli dalam bentuk yang lebih operasional (dapat dipecahkan).

2) Devising a plan (merencanakan penyelesaian), yaitu dengan mencoba mencari atau mengingat masalah yang pernah diselesaikan yang memiliki kemiripan dengan masalah yang akan dipecahkan, mencari pola atau aturan, dan menyusun prosedur penyelesaian (membuat konjektur).

3) Carrying out the plan (melaksanakan rencana), yaitu menjalankan prosedur yang telah dibuat untuk mendapatkan penyelesaian.

(16)

4

Berdasarkan observasi awal (tanggal 19 Januari 2016) di sekolah SMP

Negeri 1 Lubuk Pakam, Peneliti memberikan tes kepada siswa kelas VII-H. berupa

tes kemampuan pemecahan masalah sebanyak satu soal yang penyelesaiannya

menggunakan konsep matematika sebagai berikut:

kotak sepatu berbentuk balok dengan ukuran panjang 15cm, lebar 9cm, dan

tinggi 8cm. Kemudian permukaan kotak tersebut dihias kertas kado agar tampak lebih

menarik dan bisa dipergunakan. Berapa cm2 kah luas kertas kado yang dibutuhkan

untuk menetupi kotak sepatu? Hitunglah luas kertas kado tersebut sesuai dengan cara

yang Anda tuliskan!

Berikut adalah hasil pengerjaan beberapa kesalahan menyelesaiakan soal uraian

diatas.

TABEL 1.1 HASIL KERJA SISWA

No Hasil Kerja Siswa Analisis Kesalahan Siswa

1 Siswa yang tidak mampu memahami

masalah dalam menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanya pada soal.

Siswa yang tidak mampu dalam menyelesaikan masalah dimana penyelesaian yang dilakukan masih salah

Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti di SMPN 1 Lubuk Pakam

(17)

5

memahami masalah dengan menuliskan yang diketahui dan ditanya pada soal dengan

benar 24,32 % (9 siswa) dapat merencanakan pemecahan masalah dengan menulis

rumus yang relevan dengan soal secara lengkap, 13,51 % (5 siswa) dapat

melaksanakan pemecahan masalah dengan menggunakan langkah – langkah

penyelesaian dan memiliki solusi yang benar, 8,1 % (3 siswa) memeriksa kembali

hasil yang di peroleh dengan menuliskan kembali hasil yang di tanyakan di dalam

soal dengan benar.

Berdasarkan jawaban siswa yang tertera pada gambar di atas diperoleh bahwa

siswa belum memahami masalah, hal itu terlihat dari siswa yang tidak menuliskan

apa yang diketahui dan ditanya, tidak merencanakan penyelesaian masalah atau

menuliskan rumus yang digunakan, tidak menyelesaikan masalah, dan tidak

memeriksa kembali jawaban serta memberikan kesimpulan. Dari hasil survei yang

dilakukan peneliti dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah

matematik yang dimiliki oleh siswa masih sangat rendah.

Hal lain yang ditemui peneliti yakni pada waktu wawancara dengan salah

seorang guru matematika di SMPN 1 Lubuk Pakam didapatkan bahwa model

pembelajaran yang digunakan oleh guru masih bersifat teacher oriented. Sebagian

besar kegiatan pembelajaran masih berpusat pada guru. Guru lebih banyak

menjelaskan dan memberikan informasi tentang konsep-konsep dari materi yang

diajarkan sementara siswa hanya mendengarkan dan membahas soal-soal dari guru.

Guru merupakan faktor penentu terhadap berhasilnya proses pembelajaran

disamping faktor pendukung yang lainnya. Guru sebagai mediator dalam mentransfer

ilmu pengetahuan terhadap siswa. Di dalam kegiatannya guru harus mempunyai

metode-metode yang paling sesuai untuk bidang studi. Sehubungan dengan fungsinya

sebagai pengajar, pendidik, dan pembimbing, maka diperlukan adanya berbagai

peranan pada diri guru yang senantiasa menggambarkan pola tingkah laku yang

diharapkan dalam berbagai interaksinya. Peranan metode mengajar yang tepat

(18)

6

Dengan demikian, diperlukan model pembelajaran yang efektif, membuat

siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran, lebih mudah menemukan dan

memahami konsep-konsep yang sulit jika mereka saling mendiskusikan masalah yang

ada dengan temannya. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah

model pembelajaran kooperatif. Dengan model pembelajaran kooperatif, maka

diharapkan dapat mengatasi kesulitan siswa dalam mempelajari matematika dan

siswa dapat menemukan penyelesaian-penyelesaian masalah dari soal-soal

pemecahan masalah di dalam kehidupan sehari-hari pada pokok bahasan kubus dan

balok. Sehingga siswa akan termotivasi untuk belajar matematika dan mampu

mengembangkan ide dan gagasan mereka dalam menyelesaikan permasalahan

matematika.

Trianto (2009: 57) menyatakan bahwa :

Tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. Karena siswa bekerja dalam suatu team, maka dengan sendirinya dapat memperbaiki hubungan di antara para siswa dari berbagai latar belakang etnis dan kemampuan, mengembangkan keterampilan-keterampilan proses kelompok dan pemecahan masalah.

Selanjutnya Trianto (2009:67) mengemukakan bahwa:

Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah, terdapat beberapa variasi dari model tersebut, setidaknya terdapat empat pendekatan yang seharusnya merupakan bagian dari kumpulan strategi guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif yaitu STAD, Jigsaw, Investigasi Kelompok, dan pendekatan struktural yang meliputi Think-Pair-Share (TPS) dan Numbered Head Together (NHT).

Untuk itu peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif.

Dalam hal ini penulis memilih dua tipe pembelajaran yaitu pembelajaran kooperatif

tipe Number Head Together (NHT) dan Student Teams Achievement Division

(STAD). Menurut Sanjaya dalam (Restiyani, 2013: 3) bahwa pembelajaran kooperatif

tipe Numbered Head Together (NHT) merupakan teknik yang baik dalam

(19)

7

kesempatan untuk mencari sendiri pemecahan masalah dengan kerjasama kelompok

sehingga mereka lebih mudah memahami materi. Model pembelajaran ini merupakan

sebuah varian diskusi kelompok dengan ciri khasnya adalah guru hanya menunjuk

seorang siswa yang mewakili kelompoknya tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa

yang mewakili kelompoknya itu. Cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa

sehingga sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi

kelompok. Struktur kooperatif dibandingkan dengan struktur kompetisi dan usaha

individual, lebih menunjang komunikasi yang lebih efektif dan pertukaran informasi

diantara siswa, saling membantu tercapainya hasil belajar yang baik, lebih banyak

bimbingan perorangan, berbagi sumber diantara siswa, perasaan terlibat yang lebih

besar, berkurangnya rasa takut akan gagal dan berkembangnya sikap saling

mempercayai diantara para siswa.

Selain model kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT), pembelajaran

kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa adalah model

kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu

tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok

kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang yang saling membantu satu

sama lain dan merupakan campuran tingkat kemampuan, jenis kelamin dan suku.

Pada hakikatnya model ini menggali dan mengembangkan keterlibatan siswa secara

aktif dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan pemahaman materi melalui

kerjasama kelompok dan ini baik untuk diterapkan pada materi pelajaran yang

dirasakan guru sangat sulit dipahami siswa dan salah satunya adalah mata pelajaran

matematika.

Model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan STAD merupakan dua model

pembelajaran kooperatif yang dianggap dapat membangkitkan ketertarikan siswa

pada matematika dan membuat siswa lebih aktif dan bersosialisasi, mendorong

kerjasama antar siswa dalam mempelajari suatu materi, sehingga dapat meningkatkan

(20)

8

Dari penjelasan di atas, kedua model memiliki beberapa persamaan

menyebabkan peneliti ingin melakukan penelitian dengan melihat perbedaan dari

kedua model yaitu model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD pada materi kubus dan balok. Selain dari alasan itu peneliti

tertarik meneliti kedua model diatas karena peneliti ingin melihat tipe mana yang

lebih baik diajarkan pada materi kubus dan balok.

Berdasarkan dari penelitian sebelumnya oleh Dewi Suryani Purba (2012)

dalam penelitiannya Perbedaan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model

kooperatif tipe NHT lebih baik dibandingkan dengan model kooperatif tipe TPS pada

pokok bahasan lingkaran kelas VIII SMP Swasta Salsabilina . Dan penelitian Sulastri

(2012) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan

pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe

NHT lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran biasa

(konvensional) .

Dari hasil pemaparan penelitian sebelumnya diatas, membuat peneliti

berasumsi bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang

menggunakan model kooperatif NHT lebih baik dibandingkan dengan model

kooperatif STAD. Sehingga untuk lebih mengetahui keefektifan kedua model tersebut

peneliti mencoba untuk melakukan penelitian di SMPN 1 Lubuk Pakam. Berdasarkan

uraian yang telah dikemukakan di atas, penulis merasa perlu untuk melakukan

penelitian dengan judul :

(21)

9

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang dikemukakan di atas

diperoleh beberapa identifikasi masalah maka dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 1

Lubuk Pakam masih rendah.

2. Guru masih kurang melibatkan siswa secara aktif dan kegiatan belajar

mengajar masih berpusat pada guru.

3. Siswa kesulitan dalam menyelesaikan soal dalam bentuk cerita.

4. Guru belum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT maupun

STAD untuk meningkatkan Kemampuan pemecahan masalah siswa di SMPN

1 PAKAM

1.3Batasan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas, maka peneliti membatasi masalah pada

penelitian ini sebagai berikut :

1. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajar dengan model

pembelajaran kooperatif tipe Number Head Togethet (NHT) dan Student

Teams Achievement Division (STAD) kelas VIII SMP Negeri 1 Lubuk Pakam T.A 2015/2016’’

2. Proses penyelesaian jawaban siswa dalam menyelesaikan soal matematika

yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Number Head

Togethet (NHT) dan Student Teams Achievement Division (STAD) kelas VIII

(22)

10

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah kemampuan pemecahan masalah matematika siswa melalui

pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together(NHT) lebih baik

dibandingkan dengan tipe Student Teams Achievement Division(STAD) kelas

VIII SMP Negeri 1 Lubuk Pakam?

2. Bagaimana proses jawaban siswa terkait pemecahan masalah melalui model

pembelajaran kooperatif tipe NHT dan tipe STAD ?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui apakah kemampuan pemecahan masalah matematika

siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together(NHT)

lebih baik dibandingkan dengan tipe Student Teams Achievement

Division(STAD) kelas VIII SMP Negeri 1 Lubuk Pakam.

2. Untuk mengetahui proses penyelesaian jawaban siswa terkait kemampuan

pemecahan masalah yang diajarkan dengan pembelajaran kooperatif tipe

(NHT) dan tipe (STAD) .

1.6. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan dalam memilih model pembelajaran

yang dapat meningkatkan hasil dan aktivitas belajar siswa.

2. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan untuk dapat menerapkan model

pembelajaran yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah di masa

(23)

11

1.7 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Kemampuan pemecahan masalah matematik siswa adalah kemampuan

siswa menyelesaikan soal matematika yang tidak rutin ditinjau dari aspek:

a. Memahami masalah

b. Membuat rencana penyelesaian

c. Melaksanakan rencana penyelesaian

d. Memeriksa kembali

2. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang membentuk kelompok

kecil yang melibatkan siswa dalam bekerja secara kolaborasi untuk

mencapai tujuan bersama dalam hal mencapai ketuntasan belajar.

Keberhasilan massing-masing individu dalam kelompok, dimana

keberhasilan tersebut sangat berarti untuk mencapai suatu suatu tujuan

yang positif dalam belajar kelompok.

3. Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) merupakan

pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok kecil yang terdiri

dari 4-5 orang dengan kemampuan dan latar belakang yang beragam dan

setiap kelompok diberi nomor, dan guru akan menunjuk satu nomor untuk

menjadi wakil dalam kelompoknya untuk mempresentasikan hasil diskusi

secara acak yang bertujuan agar semua siswa aktif dalam berdiskusi.

4. Model Pembelajaran koopertaif tipe Student Achievement

Division(STAD) merupakan model pembelajaran tipe kooperatif dengan

menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap

kelompok 4-5 orang secara heterogen. Diawali dengan penyampaian

tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis dan

(24)

64

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil analisis yang dilakukan dalam penelitian ini diperoleh

kesimpulan sebagai berikut :

1. Kemampuan pemecahan masalah menggunakan pembelajaran NHT lebih

baik daripada pembelajaran matematika STAD. Hal ini berdasarkan hasil

pengujian hipotesis diperoleh nilai thitung = 2,388 dan ttabel = 2,00 dengan dk

= 60 dan taraf signifikan  = 0,05 sehingga terlihat ℎ� �� > �� yaitu

2,388>2,00 yang berarti bahwa Ho ditolak dan Ha diterima.

2. Pada proses jawaban, sebagian besar jawaban siswa telah sesuai dengan

indikator soal namun proses jawaban yang diajar dengan menggunakan

pembelajaran NHT lebih baik daripada proses jawaban siswa yang diajar

dengan menggunakan pembelajaran matematika STAD. Dapat dilihat dari

persentasi pola jawaban lengkap yang diperoleh kelas eksperimen 1 yang

diajar dengan menggunakan pembelajaran NHT lebih tinggi, lebih

bervariatif dan lebih terstruktur daripada kelas eksperimen 2 yang diajar

dengan menggunakan pembelajaran matematika STAD.

5.2 Saran

1. Kepada peneliti selanjutnya agar memberikan pengarahan terlebih dahulu

sebelum pembelajaran dimulai kepada setiap kelompok untuk saling

berdiskusi, mengeluarkan pendapat, tukar pikiran serta menyatukan

pikiran-pikiran atau ide setiap anggota kelompok untuk menyelesaikan

tugas yang diberikan guru.

2. Kepada peneliti selanjutnya agar lebih memotivasi siswa agar tidak

malu-malu dalam melakukan presentasi serta membantu kelompok yang

mengalami kesulitan dalam melakukan presentasi dan memotivasi siswa

(25)

65

penghargaan berupa pujian kepada siswa yang berani mengeluarkan

pendapat dan bertanya.

3. Kepada peneliti selanjutnya yang akan menggunakan pembelajaran NHT

maupun pembelajaran matematika STAD sebaiknya memberikan

wawancara kepada siswa apabila ditemukan pola jawaban yang tidak

lengkap untuk mengetahui apakah siswa benar-benar paham atau hanya

menduga-duga.

4. Kepada guru ataupun peneliti selanjutnya yang akan menggunakan

pembelajaran NHT maupun pembelajaran matematika STAD sebaiknya

terlebih dahulu mengarahkan siswa untuk membaca langkah-langkah pada

lembar kegiatan siswa sehingga pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan

(26)

66

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2010. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta

Arikunto, Suharsimi. 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Anchoto. 2009. Definisi Karakteristik Matematika. http:// Aanchoto.sman1ampekangkek.com//

Dewi Suryani Purba, "Perbedaan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model kooperatif tipe NHT lebih baik dibandingkan model kooperatif tipe TPS pada pokok bahasan lingkaran kelas VIII SMP Swasta Salsabilina T.A 2011/2012".

Hudojo, Herman. 1998. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Depdikbud

Herdy. (2009). Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT). (online). Tersedia: https://herdy07.wordpress.com/2009/04/22/model-pembelajaran-nht-numbered-head-together/ (diakses 20 Januari 2015)

Haryati Ahda Nasution . (2013). ’ Perbedaan kemampuan pemecahan masalah siswa yang diajar dengan menggunakan model student teams-Achievement division (STAD) dengan tipe pembelajaran langsung pada pokok bahasan trigonometri kelas XI SMA Negeri 1 Stabat tahun pelajaran 2012/2013’’. Medan: Skripsi Universitas Negeri Medan

Fakultas matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan. 2010. Buku Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Mahasiswa Program Studi pendidikan Matematika. Medan: FMIPA Unimed

Nelsi Fransiska Tampubolon. (2011) . Perbedaan kemampuan pemecahan masalah siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan Konvensional pada materi kubus dan balok di kelas VII SMPN 2 laguboti ta. 2010/2011 . Medan: Skripsi Universitas Negeri Medan

Hotlina Siregar .(2014) .Perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan model kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dan tipe Student Achievement Division (STAD) pada materi lingkaran di kelas VIII SMPN 17 Medan. Medan: Skripsi Universitas Negeri Medan

Isjoni. 2009. Cooperative Learning. Bandung: Penerbit Alfabeta

(27)

67

Purwanto, Ngalim. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Bandung: Penerbit Remaja Rosdakarya.

P4MRI Unimed. 2009. Matematika Menjadi Pelajaran Menyenangkan. http://p4mriunimed.wordpress.com/

Rusman. 2010. Model- Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Press.

Sagala, Syaiful. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Penerbit Alfabeta

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Penerbit Tarsito

Sudjana, Nana 2009. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: Penerbit Remaja Rosdakarya

Soekisno. (2009). Matematika. (online). Tersedia:

http://kimfipa.unnes.ac.id/.(diakses 20 Januari 2015).

Tim dosen. ( 2015) . psikologi pendidikan. Medan : Tim Dosen FMIPA UNIMED

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Penerbit Kencana

Gambar

Gambar 2.1  Jaring-jaring Kubus
Tabel 1.1 Hasil Kerja Siswa
TABEL 1.1 HASIL KERJA SISWA

Referensi

Dokumen terkait

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai bentuk kegiatan belajar mengkomunikasikan ilmu, dengan tujuan meningkatkan keaktifan belajar siswa, meningkatkan hasil dan

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan multi media terhadap hasil belajar siswa pada materi daur air, untuk mengetahui pengaruh metode

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 17 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir

Dari satu stasiun GPS Singapura NTUS dapat dikembangkan model TEC ionosfer di atas Sumatra dan sekitarnya yang mana cakupan model tersebut tergantung pada sudut elevasi minimum

Dari latar belakang tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul ’’PENGARUH PEMBERIAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH DAN KEMAMPUAN EKONOMI ORANG TUA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah minat mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Semester VI dan VIII di Surakarta untuk mengikuti PPA dipengaruhi oleh

Karya ilmiah ini dengan judul Legalitas Peraturan Daerah Bernuansa Keagamaan mengemukakan fenomena yang sedang terjadi dalam dunia hukum tata negara saat ini, yaitu

Sistem JPKM ini merupakan sistem asuransi bagi keluarga mampu sehingga kedepan diharapkan akan mengurangi beban Pemerintah daerah Kabupaten Polewali Mandar di bidang kesehatan