PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN SNAWBALL THROWING DI KELAS VII
SMP NEGERI 3 MEDAN T.A. 2016/2017
Oleh:
Juwita Fransisca Putri NIM. 4121111017
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ii
RIWAYAT HIDUP
Juwita Fransisca Putri dilahirkan di Tarutung, pada tanggal 22 Juni 1994. Ibu
bernama Marlin Sihombing dan ayah bernama Posma Simamora, dan merupakan
anak kedua dari dua bersaudara. Pada tahun 2000, penulis masuk SD Negeri
101887 Tanjung Morawa, dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2006, penulis
melanjutkan sekolah di SMP Swasta Santa Maria Medan, dan lulus pada tahun
2009. Pada tahun 2009, penulis melanjutkan sekolah di SMA Negeri 10 Medan,
dan lulus pada tahun 2012. Pada tahun 2012, penulis diterima di Program Studi
Pendidikan Matematika Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan, dan lulus ujian pada tanggal 24
iii
PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN SNAWBALL THROWING DI KELAS VII
SMP NEGERI 3 MEDAN T.A. 2016/2017 Juwita Fransisca Putri (4121111017)
ABSTRAK
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala rahmat dan karunia-Nya yang senantiasa dianugrahkan kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Yang Diajar Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) Dengan Snawball Throwing Di Kelas VII SMP Negeri 3 Medan T.A 2016/2017”, yang disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Matematika,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan dapat
diselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis
ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam–dalamnya kepada semua
pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun skripsi ini, antara lain:
1. Bapak Dr. Edy Surya, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal
penyusunan proposal penelitian sampai selesainya penulisan skripsi ini.
2. Bapak Drs. M. Panjaitan, M.Pd, Bapak Prof. Dr. S. Saragih, M.Pd, dan Bapak
Dr. Mulyono, M.Si sebagai Dosen Penguji yang telah banyak memberikan
saran dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Dr. Edi Syahputra, M.Pd, selaku dosen Penasehat Akademik (PA) yang
telah membimbing penulis selama perkuliahan.
4. Bapak Prof. Dr. H. Syawal Gultom, M.Pd, selaku Rektor Universitas Negeri
Medan.
5. Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
v
6. Bapak Prof. Dr. Herbert Sipahutar, M.S., M.Sc, selaku Wakil Dekan Bidang
Akademik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Negeri Medan.
7. Bapak Dr. Edy Surya, M.Si, selaku Ketua Jurusan Matematika.
8. Bapak Drs. Zul Amry, M.Si, Ph.D, selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku Sekretaris Jurusan
Matematika.
9. Bapak dan Ibu Dosen beserta Staf Pegawai Jurusan Matematika.
10. Ibu Hj. Nurhalimah Sibuea, S.Pd, M.Pd, sebagai Kepala Sekolah yang telah
mengizinkan penulis untuk melaksanakan penelitian di SMP Negeri 3 Medan.
11. Teristimewa rasa dan ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis
sampaikan kepada kedua orang tua tercinta P. Simamora dan M. Sihombing
untuk setiap tetes keringat dan air mata, untuk kasih sayang yang tak pernah
berkurang, untuk harapan yang tak pernah pudar, do’a yang tak henti, yang
selalu membanggakan tak peduli berapa kali mengecewakan, dan perjuangan
dan pengorbanan yang telah dilakukan untuk penulis selama ini.
12. Abangku terganteng Benny Putra Simamora untuk dukungannya sehingga adek
mampu menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.
13. Kepada keluarga besar saya, tulang, nantulang, maktua, kakak dan adik sepupu yang telah memberikan do’a, semangat, serta dukungan.
14. Teman seperjuangan dalam menyelesaikan skripsi (Terkhusus Maria Claudia
Silalahi) untuk dukungan yang sangat luar biasa dan suka duka yang telah
dilewati bersama.
15. Seluruh sahabat Matematika DIK-B 2012 (terkhusus Agnes Agustina Purba,
Yessika Pramita Tambunan dan Irawati Silalahi) yang sangat luar biasa, terima
kasih untuk perjuangan bersama yang berat tapi terasa menyenangkan di
beberapa semester, untuk petualangan bersama yang telah kita lewati, dan
vi
16. Seluruh teman-teman Matematika stambuk 2012 yang pernah berbagi cerita
dan membekaskan kenangan.
17. Terimakasih banyak untuk kak Martalia Siregar yang selalu menjadi teman
berbagi dan selalu memberikan semangat serta motivasi.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi ini,
namun penulis menyadari banyak kelemahan, baik isi maupun tata bahasa,
karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat bagi kita semua dan
menjadi bahan masukan dalam dunia pendidikan.
Medan, Agustus 2016 Penulis,
vii
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan i
Riwayat Hidup ii
Abstrak iii
Kata Pengantar iv
Daftar Isi vii
Daftar Gambar ix
Daftar Tabel xi
Daftar Lampiran xii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1.Latar Belakang Masalah 1
1.2.Identifikasi Masalah 10
1.3.Pembatasan Masalah 11
1.4.Rumusan Masalah 11
1.5.Tujuan Penelitian 11
1.6.Manfaat Penenlitian 12
1.7.Defenisi Operasional 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 14
2.1.Kerangka Teoritis 14
2.1.1.Masalah dalam Matematika 14
2.1.2.Pemecahan Masalah Matematika 15 2.1.3.Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 16 2.1.4.Belajar dan Pembelajaran Matematika 18
2.1.5.Pembelajaran Kooperatif 21
2.1.5.1. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif 23 2.1.5.2. Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif 24 2.1.5.3. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif 25 2.1.6.Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT 27
2.1.6.1. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran
Kooperatif Tipe NHT 31
2.1.7.Pembelajaran Kooperatif Tipe Snawball Throwing 32 2.1.7.1. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran
Kooperatif Tipe Snawball Throwing 34
2.2.Materi Bangun Datar Segiempat 35
2.2.1.Persegi Panjang dan Persegi 35
2.3.Teori Belajar yang Mendukung 39
2.4.Penelitian yang Relevan 41
2.5.Kerangka Konseptual 42
2.5.1.Terdapat Perbedaan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika 42
viii
Menyelesaiakan Soal Pemecahan Masalah 43
2.6.Hipotesis Penelitian 45
BAB III PENUTUP 46
3.1.Lokasi dan Waktu Penelitian 46
3.2.Populasi dan Sampel Penelitian 46
3.2.1.Populasi Penelitian 46
3.2.2.Sampel Penelitian 46
3.3.Variabel Penelitian 46
3.4.Janis dan Desain Penelitian 47
3.5.Langkah-langkah Penelitian 48
3.6.Instrumen Penelitian 51
3.6.1.Test Kemampuan 51
3.6.2.Teknik Pemberian Skor 51
3.6.3.Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa 52
3.7.Teknik Analisis Data 53
3.7.1.Menghitung Rata-rata Skor 53
3.7.2.Menghitung Standar Deviasi 54
3.7.3.Uji Normalitas 54
3.7.4.Uji Homogenitas 54
3.7.5.Uji Hipotesis 55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 58
4.1.Deskripsi Data Hasil Penelitian 58
4.1.1.Nilai Pretest Kelas Eksperimen A dan Kelas
Eksperimen B 58
4.1.2.Nilai Pretest Kelas Eksperimen A dan Kelas
Eksperimen B 59
4.2.Analisis Data Hasil Penelitian 60
4.2.1.Uji Normalitas Data 60
4.2.2.Uji Homogenitas Data 61
4.2.3.Pengujian Hipotesis 61
4.3.Analisis Proses Penyelesaian Jawaban Siswa 63 4.3.1.Proses Penyelesaian Pretest Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika 63
4.3.2.Proses Penyelesaian Posttest Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika 69
4.4.Pembahasan Hasil Penelitian 74
4.5.Keterbatasan Penelitian 77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 79
5.1.Kesimpulan 79
5.2.Saran 79
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Kebun Bunga 35
Gambar 2.2a. Persegi Panjang 37
Gambar 2.2b. Persegi 37
Gambar 2.3. Model Persegi Panjang 37
Gambar 2.4. Ilustrasi Sifat Persegi Panjang 38
Gambar 2.5. Ilustrasi Sifat Persegi 38
Gambar 3.1. Skema Prosedur Penelitian 49
Gambar 4.1. Proses Jawaban Butir Soal Nomor 1 Pretest Siswa
Pada Kelas Eksperimen A 63
Gambar 4.2. Proses Jawaban Butir Soal Nomor 1 Pretest Siswa
Pada Kelas Eksperimen B 64
Gambar 4.3. Proses Jawaban Butir Soal Nomor 2 Pretest Siswa
Pada Kelas Eksperimen A 64
Gambar 4.4. Proses Jawaban Butir Soal Nomor 2 Pretest Siswa
Pada Kelas Eksperimen B 65
Gambar 4.5. Proses Jawaban Butir Soal Nomor 3 Pretest Siswa
Pada Kelas Eksperimen A 65
Gambar 4.6. Proses Jawaban Butir Soal Nomor 3 Pretest Siswa
Pada Kelas Eksperimen B 66
Gambar 4.7. Proses Jawaban Butir Soal Nomor 4 Pretest Siswa
Pada Kelas Eksperimen A 66
Gambar 4.8. Proses Jawaban Butir Soal Nomor 4 Pretest Siswa
Pada Kelas Eksperimen B 67
Gambar 4.9. Proses Jawaban Butir Soal Nomor 1 Postest Siswa
Pada Kelas Eksperimen A 69
Gambar 4.10. Proses Jawaban Butir Soal Nomor 1 Postest Siswa
x
Gambar 4.11. Proses Jawaban Butir Soal Nomor 2 Postest Siswa
Pada Kelas Eksperimen A 70
Gambar 4.12. Proses Jawaban Butir Soal Nomor 2 Postest Siswa
Pada Kelas Eksperimen B 70
Gambar 4.13. Proses Jawaban Butir Soal Nomor 3 Postest Siswa
Pada Kelas Eksperimen A 71
Gambar 4.14. Proses Jawaban Butir Soal Nomor 3 Postest Siswa
Pada Kelas Eksperimen B 71
Gambar 4.15. Proses Jawaban Butir Soal Nomor 4 Postest Siswa
Pada Kelas Eksperimen A 72
Gambar 4.16. Proses Jawaban Butir Soal Nomor 4 Postest Siswa
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1. Hasil Kerja Siswa 4
Tabel 1.2. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa 6
Tabel 2.1. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif 26
Tabel 3.1. Desain Penelitian 47
Tabel 3.2. Teknik Pemberian Skor 52
Tabel 3.3. Kriteria Tingkat Penguasaan Siswa 53
Tabel 4.1. Data Pretest Kelas Eksperimen A dan Kelas
Eksperimen B 59
Tabel 4.2. Data Posttest Kelas Eksperimen A dan Kelas
Eksperimen B 60
Tabel 4.3. Ringkasan Rata-rata Nilai Pretest dan Posttest
Kedua Kelas 60
Tabel 4.4. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data 61
Tabel 4.5. Ringkasan Data Hasil Uji Homogenitas 61
Tabel 4.6. Ringkasan Data Hasil Uji Hipotesis Pretest 62
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I Kelas Eksperimen A 83
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II Kelas Eksperimen A 92
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I Kelas Eksperimen B 101
Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II Kelas Eksperimen B 109
Lampiran 5 Lembar Aktivitas Siswa I 117
Lampiran 6 Lembar Aktivitas Siswa II 120
Lampiran 7 Lembar Validitas Pretest 123
Lampiran 8 Lembar Validitas Posttest 126
Lampiran 9 Kisi-kisi Pretest 129
Lampiran 10 Kisi-kisi Posttest 130
Lampiran 11 Pretest 131
Lampiran 12 Posttest 134
Lampiran 13 Alternatif Pemecahan Pretest 137
Lampiran 14 Alternatif Pemecahan Posttest 141
Lampiran 15 Teknik Pemberian Skor 145
Lampiran 16 Lembar Observasi Aktivitas Guru 146
Lampiran 17 Daftar Nilai Butir Soal Pretest dan Posttest
Kelas Eksperimen A dan Kelas Eksperimen B 150
Lampiran 18 Daftar Nilai Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen A
dan Kelas Eksperimen B 158
Lampiran 19 Prosedur Perhitungan Rata-Rata, Varians,
dan Simpangan Baku 164
Lampiran 20 Perhitungan Uji Normalitas Data 167
Lampiran 21 Perhitungan Uji Homogenitas Data 171
Lampiran 22 Perhitungan Uji Hipotesis Data 174
Lampiran 23 Perhitungan Tingkat Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa 178
xiii
Lampiran 25 Daftar Nilai Kritis Untuk Uji Liliefors 183
Lampiran 26 Daftar Nilai Persentil Untuk Distribusi F 184
Lampiran 27 Daftar Nilai Persentil Untuk Distribusi t 186
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Bidang pendidikan merupakan bidang yang tak terpisahkan bagi
kemajuan suatu bangsa. Kualitas pendidikan merupakan hal yang dapat
menentukan kemajuan peradaban suatu bangsa. Oleh karena itu, pendidikan dapat
dijadikan parameter seberapa baik kualitas pembangunan suatu bangsa.
Di dalam dunia pendidikan, matematika merupakan ilmu universal yang
mendasari perkembangan teknologi modern dan mengembangkan daya pikir
manusia. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sangat
tergantung kepada perkembangan pendidikan dan pengajaran di sekolah-sekolah
terutama pendidikan matematika. Matematika merupakan salah satu di antara
mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dengan persentase jam pelajaran yang
lebih dibandingkan dengan pelajaran lainnya.
Matematika disadari sangat penting peranannya. Namun tingginya
tuntutan untuk menguasai matematika tidak berbanding lurus dengan hasil belajar
matematika siswa. Kenyataan yang ada menunjukkan hasil belajar siswa pada
bidang studi matematika kurang menggembirakan. Pemerintah, khususnya
Departemen Pendidikan Nasional telah berupaya untuk meningkatkan kualitas
capaian hasil belajar matematika siswa, baik melalui peningkatan kualitas guru
matematika melalui penataran-penataran, maupun peningkatan standar minimal
nilai Ujian Nasional untuk kelulusan pada mata pelajaran matematika. Namun
ternyata prestasi belajar matematika siswa masih jauh dari harapan. Dari hasil
TIMSS (Trend in International Mathematics and Science Study) http://litbang.kemdikbud.go.id/, Survei Internasional tentang prestasi matematika
dan sains siswa SMP Kelas VIII, yang diterbitkan oleh Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan memperlihatkan bahwa skor yang diraih Indonesia masih di
bawah skor rata-rata internasional. Hasil studi TIMSS 2003, Indonesia berada di
peringkat ke-35 dari 46 negara peserta dengan skor rata-rata 411, sedangkan skor
2
peringkat ke-36 dari 49 negara peserta dengan skor rata-rata 397, sedangkan skor
rata-rata internasional 500. Dan hasil terbaru, yaitu hasil studi 2011, Indonesia
berada di peringkat ke-38 dari 42 negara peserta dengan skor rata-rata 386,
sedangkan skor rata-rata internasional 500. Jika dibandingkan dengan negara
ASEAN misal Singapura dan Malaysia, Posisi Indonesia masih di bawah
negara-negara tersebut. Hasil studi TIMSS 2003, Singapura dan Malaysia berada di
peringkat 1 dan 10 dengan skor rata-rata 605 dan 508. Hasil studi 2007, Singapura
dan Malaysia berada di peringkat 3 dan 20 dengan skor rata-rata 593 dan 474.
Hasil studi TIMSS 2011, Singapura dan Malaysia berada di peringkat 2 dan 26
dengan skor rata-rata 611 dan 440.
Survey di atas sebagai bukti bahwa prestasi siswa Indonesia khususnya di
bidang studi matematika masih rendah dan kurang memuaskan, salah satunya
disebabkan karena kemampuan pemecahan matematika siswa masih rendah.
Dengan melihat pentingnya matematika maka pelajaran matematika perlu
diberikan kepada peserta didik mulai dari prasekolah (TK), SD, SMP, SMA,
sampai pada perguruan tinggi. Untuk membekali peserta didik dengan
kemampuan berpikir logis, analisis, sistematik, kritis dan kreatif serta kemampuan
bekerja sama. Kompetisi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki
kemampuan memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan
hidup pada keadaan yang selalu berubah tidak pasti dan kompetitif. Menurut
Cornelius (dalam Abdurrahman 2009 : 253) menyatakan bahwa:
Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola- pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.
Cockroft (dalam Abdurrahman 2009 : 253) mengemukakan bahwa:
3
Tingginya tuntutan untuk menguasai matematika tidak berbanding lurus
dengan hasil belajar matematika dan kemampuan pemecahan masalah siswa.
Padahal penemuan atau pengembangan dari banyak bidang matematika
merupakan hasil langsung dari pemecahan masalah. Pemecahan masalah sangat
penting dalam pembelajaran matematika untuk menguasai konsep dan memahami
dalil atau teorema.
Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang
sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaian masalah
tersebut siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan
pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada
pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin. Abdurrahman (2009 : 254)
menyatakan bahwa : “Pemecahan masalah adalah aplikasi dari konsep dan keterampilan. Dalam pemecahan masalah biasanya melibatkan beberapa
kombinasi konsep dan keterampilan dalam suatu situasi baru atau situasi yang
berbeda”.
Hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika lebih rendah
dibandingkan mata pelajaran lain. Selain itu, jika dilihat pada proses belajar
mengajarnya ternyata matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang tidak
diminati siswa karena matematika dianggap sulit dan menakutkan. Akibatnya
siswa tidak memahami arti penting matematika dalam kehidupan dan siswa
kurang berminat dan kurang termotivasi dalam belajar matematika. Siswa lebih
bersifat pasif, enggan, takut, atau malu untuk mengungkapkan ide-ide ataupun
penyelesaian atas soal atau masalah yang diberikan oleh guru.
Terlebih jika soal yang diberikan adalah soal cerita terkait pemecahan
masalah kehidupan sehari-hari. Soal-soal cerita merupakan bentuk soal yang
sangat kita kenal karena setiap hari kita senantiasa berhadapan dengan
masalah-masalah yang harus kita selesaikan. Kemampuan memahami suatu masalah-masalah
berhubungan dengan pengalaman yang pernah kita jalani atau masalah-masalah
sejenis yang pernah kita hadapi, dan kemampuan menyelesaikannya merupakan
dasar untuk bertahan hidup. Dengan demikian, mendidik siswa untuk menjadi
4
pendidikan. Pengembangan kemampuan siswa dalam menyelesaikan
masalah-masalah matematika dipandang sebagai sebuah tujuan penting di dalam program
pengajaran matematika.
Berdasarkan observasi awal (tanggal 4 Februari 2016) dengan pemberian
tes kepada siswa kelas VII-G di SMP Negeri 3 Medan. Tes yang diberikan berupa
tes diagnostik yang berbentuk uraian untuk melihat kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah dalam matematika. Soal yang diujikan kepada siswa
adalah sebagai berikut:
1. Sebuah taman berbentuk persegi dengan panjang sisinya 13 m. Dalam taman tersebut terdapat sebuah kolam renang yang berbentuk persegi panjang dengan ukuran panjang 10 m dan lebar 7 m. Berapakah luas tanah dalam taman yang dapat ditanami bunga ?
a.Dari informasi di atas buatlah hal-hal yang diketahui dan ditanyakan berdasarkan soal!
b.Bagaimana cara menentukan luas tanah dalam taman yang dapat ditanami bunga?
c.Tentukan luas tanah dalam taman yang dapat ditanami bunga!
d.Menurut Ari luas tanah yang dapat ditanami bunga adalah 99 , sedangkan menurut Leo luas tanah yang dapat ditanami bunga adalah 100 . Menurut anda jawaban atau pendapat siapa yang benar ? Jelaskan jawabanmu !
Berikut adalah hasil pengerjaan beberapa siswa dan reaksi siswa terhadap
masalah yang diberikan.
Tabel 1.1. Hasil Kerja Siswa
No. Hasil Kerja Siswa Reaksi Terhadap
Masalah
1. Ada siswa yang masih
5
2.
Siswa salah merencanakan strategi yang akan digunakan.
3.
Siswa menggunakan langkah-langkah
penyelesaian yang mengarah ke solusi yang benar tetapi tidak lengkap dan masih salah menghitung.
4.
Siswa yang tidak mampu memeriksa kembali penyelesaian yang dikerjakan dan dalam menyimpulkan hasil jawaban masih salah.
Dari keseluruhan jawaban ditemukan kendala pada kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa kelas VII-G SMP Negeri 3 Medan yang
berjumlah 32 siswa yang diberi tes tentang materi persegi dan persegi panjang
6
Tabel 1.2. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa Melaksanakan Pemecahan Masalah Pada Tes Diagnostik Berdasarkan
Langkah-Langkah Pemecahan Masalah Indikator Tes Diagnostik
Kemampuan Pemecahan Masalah Banyak Siswa
Persentase Jumlah
Siswa
Memahami Masalah 11 orang 30,6 %
Merencanakan Penyelesaian 11 orang 30,6 %
Melaksanakan Penyelesaian 8 orang 22,2 %
Memeriksa Kembali 5 orang 13,9 %
Berdasarkan hasil dari tes diagnostik yang diperoleh dari siswa kelas VII-G
SMP Negeri 3 Medan dapat diketahui bahwa kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa masih rendah, banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam
menentukan konsep matematika yang akan digunakan dalam menyelesaikan suatu
permasalahan, siswa mengalami kesulitan dalam mengaitkan antara yang
diketahui dengan yang ditanya dari soal dan banyak siswa yang mengalami
kesulitan dalam memisalkan mengubah kalimat soal kedalam kalimat matematika
(membuat model). Mereka cenderung mengambil kesimpulan untuk melakukan
operasi hitung pada bilangan-bilangan yang ada dalam soal cerita tanpa
memahami dan memikirkan apa yang diminta dalam soal. Siswa masih
mengalami kesulitan untuk menggunakan pengetahuannya dalam menyelesaikan
persoalan matematika yang menyangkut kehidupan sehari-hari. Dalam setiap
langkah kegiatan pemecahan masalah siswa dikategorikan dalam kemampuan
yang sangat rendah, karena itu secara keseluruhan diambil kesimpulan siswa
dalam pemecahan masalah masih sangat rendah dan pembelajaran matematika
jarang dikaitkan dengan masalah kehidupan sehari-hari siswa.
Pemilihan model pembelajaran sangat penting dan sangat berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa dalam menentukan keberhasilan belajar matematika.
Penggunaan model pembelajaran yang tepat akan mengatasi kejenuhan siswa
menerima pelajaran matematika. Selama ini model pembelajaran yang digunakan
7
jenuh dan bosan yang menyebabkan pencapaian hasil belajar tidak optimal.
Slameto (2010 : 65) menyatakan bahwa :
Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Metode mengajar guru yang kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut menyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa dan atau terhadap mata pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya. Akibatnya siswa malas untuk belajar.
Demikian juga Usman (2001 : 30) mengungkapkan bahwa :
Banyak faktor yang menjadi penyebab rendah atau kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep matematika, salah satu diantaranya adalah metode yang digunakan oleh pengajar, misalnya dalam pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan tradisional yang menempatkan peserta didik dalam proses belajar mengajar sebagai pendengar, sebaliknya peran guru atau pengajar pada pembelajaran sangat dominan.
Siswa aktif belajar karena baginya pelajaran tersebut menarik dan
menyenangkan. Agar anggapan tersebut juga diperlakukan terhadap pelajaran
matematika, maka guru harus mampu mengubah persepsi siswa yang menganggap
matematika itu pelajaran yang sulit pada proses pembelajaran.
Kegiatan mengajar merupakan suatu keterampilan mengajar yang harus
dikuasai oleh guru baik secara teori maupun praktek. Seorang guru harus bersifat
layaknya sebagai sosok yang mampu mengajak semua siswa untuk mengikuti
pelajarannya dengan baik dan kondusif dalam kelas, seperti artis yang berada di
depan panggung. Untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika tidak cukup
hanya dengan mentransfer ilmu dari guru ke siswa. Oleh karena itu, guru
memerlukan keterampilan untuk membuat pembelajaran yang lebih inovatif
melalui strategi belajar dan berbagai teknik-teknik mengajar yang lebih memacu
semangat siswa dan menjadikan belajar itu menyenangkan sehingga dapat
mengoptimalkan hasil belajar siswa.
Dalam upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa, hendaknya guru berusaha melatih dan membiasakan siswa
melakukan kegiatan pembelajaran seperti memberikan latihan-latihan soal dan
8
akan memberikan banyak manfaat dan memberikan dampak yang sangat penting.
Pentingnya pemilihan teknik pengajaran dilakukan oleh guru dengan cermat
sehingga siswa dapat memahami dengan jelas setiap materi yang disampaikan dan
akhirnya akan mampu membuat proses belajar mengajar lebih optimal dan
kemampuan siswa dalam pemecahan masalah dapat meningkat. Seperti yang
dituliskan Hudojo (2005 : 130) :
Mengajar siswa untuk menyelesaikan masalah-masalah memungkinkan siswa itu menjadi lebih analitik di dalam mengambil keputusan di dalam kehidupan. Dengan perkataan lain, bila seorang siswa dilatih untuk menyelesaikan masalah, maka siswa itu akan mampu mengambil keputusan sebab siswa itu menjadi mempunyai keterampilan tentang bagaimana mengumpulkan informasi yang relevan, menganalisis informasi dan menyadari betapa perlunya meneliti kembali hasil yangtelah diperolehnya.
Kemampuan pemecahan masalah yang dikembangkan melalui
pembelajaran matematika sangat penting bagi setiap siswa, karena dalam
kehidupan sehari-hari akan selalu dihadapkan pada berbagai masalah yang harus
dipecahkan dan menuntut pengetahuan untuk menemukan solusi dari
permasalahan yang dihadapi tersebut. Peran aktif siswa sangat dibutuhkan untuk
keberhasilan kemampuan pemecahan masalah matematika. Oleh karena itu perlu
diusahakan suatu model pembelajaran yang mengaktifkan siswa dalam kegiatan
pembelajaran.
Menerapkan model pembelajaran kooperatif dapat menjadi salah satu
solusi yang diharapkan dapat mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar.
Artz dan Newman (dalam Huda, 2011 : 32) mengungkapkan bahwa ;
Pembelajaran kooperatif sebagai small group of learners working together as a team to solve a problem, complete a task, or accomplish a common goal (kelompok kecil pembelajar/siswa yang bekerja sama dalam satu tim untuk mengatasi suatu masalah, menyelesaikan sebuah tugas, atau mencapai satu tujuan bersama.
Selain itu Abdulhak (dalam Rusman, 2014 : 203) menyatakan bahwa “Pembelajaran cooperative dilaksanakan melalui sharing proses antara peserta belajar, sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama diantara peserta belajar
9
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah
matematika. Karena antara siswa dalam kelompok kooperatif dapat saling
membantu temannya dengan bahasanya sendiri yang lebih mudah dipahami
daripada penjelasan guru.
Ada beberapa tipe model pembelajaran kooperatif yang dapat
dikembangkan dalam pembelajaran matematika, diantaranya adalah model
pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) dan model
pembelajaran kooperatif tipe Snawball Throwing. Maksud dari model kooperatif
tipe NHT yaitu setiap anak mendapatkan nomor tertentu, dan setiap nomor
mendapatkan kesempatan yang sama untuk menunjukkan kemampuan mereka
dalam menguasai materi. (Huda, 2014 : 203) mengemukakan bahwa : “Tujuan dari NHT adalah memberi kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi gagasan
dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat”.
Model pembelajaran kooperatif tipe NHT melibatkan banyak siswa
dalam mereviuw berbagai materi yang dibahas karena siswa diberikan kesempatan
untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling
tepat dan untuk memeriksa pemahaman mereka tentang isi pe;ajaran itu. Dengan
begitu timbullah saling ketergantungan postif, tanggung jawab individual, dan
keterampilan sosial dalam diri peserta didik yang pada akhirnya akan dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik sehingga cocok
untuk dapat diterapkan dalam materi segiempat.
Pembelajaran kooperatif tipe Snawball Throwing dapat melatih siswa
untuk lebih tanggap menerima pesan dari orang lain dan menyampaikan pesan
tersebut kepada temannya dalam satu kelompok. Snawball Throwing ini
menggunakan bola pertanyaan dari kertas yang digulung bulat menyerupai bola
kemudian dilemparkan secara bergilir diantara sesama anggota kelompok. Disini
siswa tidak hanya berpikir, menulis, bertanya, atau berbicara, akan tetapi mereka
juga melakukan kegiatan seperti permainan yang menghibur dan memacu daya
pikir siswa yaitu menggulung kertas dan melemparkan pada siswa lain. Di dalam
10
yang lain. Semua anggota kelompok diberi tugas dan tanggung jawab baik
individu maupun kelompok.
Model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dan Snawball
Throwing merupakan dua model pembelajaran kooperatif yang dianggap dapat membangkitkan ketertarikan siswa terhadap materi matematika dan membuat
siswa lebih aktif, mendorong kerjasama antar siswa dalam mempelajari suatu
materi sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa. Selain dari alasan-alasan di atas peneliti tertarik meneliti kedua teknik
karena ingin mengetahui teknik mana yang lebih tepat dan seberapa besar
perbedaan keunggulan kedua teknik tersebut apabila diterapkan dalam
pembelajaran matematika pada materi yang sama yaitu bangun datar segiempat.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti
tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Perbedaan Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika Siswa yang diajar Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) dengan Snawball Throwing di Kelas VII SMP Negeri 3 Medan T.A. 2016/2017.”
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasikan
beberapa masalah antara lain sebagai berikut :
1. Materi Bangun Datar Segiempat merupakan pokok bahasan yang
dianggap sulit oleh siswa kelas VII SMP Negeri 3 Medan.
2. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa di SMP Negeri 3
Medan masi tergolong rendah.
3. Kurangnya minat siswa pada mata pelajaran matematika karena dalam
kesehariannya guru lebih dominan daripada siswa.
4. Pemahaman konsep matematika siswa pada materi yang diajarkan oleh
11
1.3. Batasan Masalah
Agar masalah yang ditelliti lebih jelas dan terarah maka perlu ada
pembatasan masalah dari identifikasi masalah. Adapun masalah dalam penelitian
ini dibatasi pada :
1. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajar melalui
model kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) dengan siswa
yang diajar melalui model kooperatif tipe Snawball Throwing di kelas
VII SMP Negeri 3 Medan T.A. 2016/2017.
2. Proses penyelesaian jawaban siswa dalam menyelesaikan pemecahan
masalah matematika yang diajar melalui model kooperatif tipe NHT
(Numbered Head Together) dengan siswa yang diajar melalui model
kooperatif tipe Snawball Throwing di kelas VII SMP Negeri 3 Medan
T.A. 2016/2017.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah
1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa yang diajar melalui model kooperatif tipe NHT (Numbered Head
Together) dengan siswa yang diajar melalui model kooperatif tipe Snawball Throwing di kelas VII SMP Negeri 3 Medan T.A. 2016/2017 ? 2. Bagaimana proses penyelesaian jawaban siswa terkait pemecahan
masalah yang diajar melalui model kooperatif tipe NHT (Numbered
Head Together) dengan siswa yang diajar melalui model kooperatif tipe Snawball Throwing?
1.5. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan dalam
penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa yang diajar melalui model kooperatif tipe NHT
12
kooperatif tipe Snawball Throwing di kelas VII SMP Negeri 3 Medan
T.A 2016/2017.
2. Untuk mengetahui proses penyelesaian jawaban siswa terkait pemecahan
masalah yang diajar melalui model kooperatif tipe NHT (Numbered
Head Together) dengan siswa yang diajar melalui model kooperatif tipe Snawball Throwing.
1.6. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Bagi siswa, dapat mengembangkan tingkah laku kooperatif dan menjalin
hubungan yang lebih baik antar siswa, sehingga siswa dapat saling
membentu dalam pembelajaran akademis.
2. Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan dalam memilih model
pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa.
3. Bagi sekolah, sebagai masukan dan sumbangan pemikiran dalam
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dan
sebagai informasi tentang model pembelajaran kooperatif.
4. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan untuk dapat menerapkan model
pembelajaran yang tepat di masa yang akan datang.
5. Bagi peneliti lain, sebagai bahan informasi jika ingin melakukan
penelitian sejenis.
1.7. Definisi Operasional
Defini operasional penelitian ini adalah :
1. Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT)
adalah model pembelajaran kooperatif dimana guru melakukan
penomoran kepada setiap siswa dalam kelompok guna melibatkan
keaktifan seluruh siswa sewaktu diskusi berjalan, yakni dengan menyebut
salah satu nomor dan menunjuk perwakilan dari masing-masing
kelompok secara acak untuk menjawab setiap masalah yang diajukan.
13
model pembelajaran aktif yang digunakan guru untuk meningkatkan
pemahaman dan hasil belajar serta memilih kesiapan siswa terhadapa
materi pembelajaran yang disampaikan. Model pembelajaran ini
menggunakan permainan yaitu dengan cara membuat bola pertanyaan
yang ditulis oleh siswa dan dilempar seperti bola salju, kemudian
masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang didapat.
2. Kemampuan pemecahan masalah adalah proses menerapkan pengetahuan
yang telah diperoleh sebelumnya ke dalam situasi baru yang belum
dikenal ditinjau dari aspek : pemahaman terhadap masalah, perencanaan
penyelesaian masalah, melaksanakan perencanaan penyelesaian masalah,
melaksanakan perencanaan penyelesaian masalah, dan melihat kembali
penyelesaian.
3. Proses penyelesaian jawaban dalam kemampuan pemecahan masalah
adalah suatu rangkaian tahapan penyelesaian jawaban yang dibuat siswa
secara lebih rinci dan benar berdasarkan 4 indikator yaitu memahami,
merencanakan, melaksanakan, dan melihat kembali. Indikator memahami
dilihat dari kemampuan siswa menulis data/informasi yang ada pada soal.
Indikator merencanakan dilihat dari kemampuan siswa memilih strategi
dengan menerapkan konsep matematika. Indikator melaksanakan dilihat
dari kemampuan siswa menyelesaikan langkah-langkah dari strategi yang
telah direncanakan. Indikator melihat kembali dilihat dari kemampuan
79 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa melalui
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan
pembelajaran kooperatif tipe Snawball Throwing Kelas VII SMP Negeri 3 Medan
dengan rata-rata nilai kemampuan pemecahan masalah matematika berturut-turut
adalah 86,094 dan 75,234. Hal ini juga dibuktikan dari hasil pengujian hipotesis
pada taraf signifikansi dan dk = 62 dengan dan
.
2. Proses jawaban siswa dalam kemampuan pemecahan masalah matematika di kelas
eksperimen A yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered head Together (NHT) dan di kelas eksperimen B yang diajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe Snawball Throwing sama-sama memliki
kelebihan dan kekurangan di setiap indikator kemampuan pemecahan masalah
matematika.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran yang dapat peneliti berikan adalah: 1. Kepada Guru
a. Dapat menjadikan model pembelajaran kooperatif tipe NHT sebagai salah
satu alternatif dalam memilih model pembelajaran dibandingkan dengan
menggunakan Snawball Throwing yang diharapkan dapat lebih meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
b. Dapat memanfaatkan waktu degan sebaik-baiknya agar proses pembelajaran
dapat berjalan dengan baik.
c. Hendaknya lebih banyak melatih siswa dalam dua indikator pemecahan
masalah yakni merencanakan penyelesaian masalah dan memeriksa kembali
80
yang dilakukan di kelas eksperimen A dan B diperoleh bahwa siswa masih
mengalami kesulitan saat berada pada kedua tahap tersebut. Diharapkan
dengan latihan-latihan soal yang diberikan oleh guru, kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa semakin baik kedepannya terutama
dalam indikator merencanakan penyelesaian masalah dan memeriksa
kembali.
2. Kepada Peneliti Lanjutan
Hasil dan perangkat penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan untuk
menggunakan model Numbered Head Together (NHT) dan Snawball Throwing
81
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M., (2009), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar: Teori,
Diagnosis, dan Remediasinya, Rineka Cipta, Jakarta.
Dimyati, R. dan Mudijono, (2006), Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta,
Jakarta
Herdian, (2009), Model Pembelajaran NHT (Numbered Head Together),
http://herdy07.wordpress.com/2009/04/22/model-pembelajaran-nht-numbered-head-together/ diakses Feberuari 2016
Huda, M., (2011), Cooperative Learning, Pustaka Belajar, Yogyakarta.
Huda, M., (2014), Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran, Pustaka Belajar,
Yogyakarta.
Hudojo, H., (2005), Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika,
UM Press, Malang.
Istarani, (2012), 58 Model Pembelajaran Inovatif, Media Persada, Medan.
Lie, A., (2010), Cooperative Learning, Mempraktikkan Cooperative Learning di
Ruang-Ruang Kelas, Grasindo, Jakarta
Rosyada, D., (2004), Paradigma Pendidikan Demokratis, Kencana, Jakarta
Rusman, (2010), Model-Model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme
Guru), Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Sanjaya, W., (2008), Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Kencana,
Jakarta.
Sobel, M.A. dan Maletsky, E.M., (2001), Mengajar Matematika, Erlangga,
82
Slameto, (2010), Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Rineka
Cipta, Jakarta.
Sudjana, (2005), Metoda Statistika, Tarsito, Bandung.
Sugandi, A.I., (2013), Peranan Matematika dalam Menumbuhkan Karakter Siswa,
Volume 1, Tahun 2013. ISSN 977-2338831.
Trianto, (2011), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kencana,
Jakarta.
Zuriah, N., (2007), Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, Bumi Aksara,