HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN MASYARAKAT DENGAN
PERILAKU PENGELOLAAN SAMPAH DI PEMUKIMAN NELAYAN
KELURAHAN BANDENGAN KECAMATAN KOTA KENDAL
SKRIPSI
Disusun sebagai salah satu syarat
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
oleh
Rifka Charisa Devi
3201411179
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skipsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial UNNES pada :
Hari : Selasa
Tanggal : 15 Desember 2015
Semarang, 15 Desember 2015 Mengetahui,
Dosen Pembimbing
iii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang pada:
Hari : Senin
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulisan orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat di dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, Desember 2015
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
1. “Bila kegagalan itu bagai hujan dan keberhasilan bagaikan matahari,
maka butuh keduanya untuk melihat pelangi”. (Kagome “Inuyasha”)
2. “Anything is possible, dreams to come true, and follow your heart. So
never give up, chase your dreams and hopefully you will have a golden
sky on your own”. (Jessica Jung)
3. “Cintai kebersihan lingkungan anda seperti anda mencintai diri anda sendiri”. (Anonim)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini ku persembahkan untuk :
1. Kedua orang tua ku, Bapak Ja’far Shodiq dan Ibu Hayat Restiningsih serta ketiga adikku tercinta, Fahmi, Alwi, Shofia atas segala doa dan dukungannya. Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT.
2. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Geografi UNNES, terima kasih atas ilmu dan pengalaman yang diberikan, semoga Allah SWT menjadikan berkah dan manfaat atas ilmunya.
3. Sahabat Geografi angkatan 2011 terima kasih atas dukungan dan motivasinya, serta Symphony FIS Choir, PPL SNEIKA 2014 dan Jaico atas pengalamannya.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang
berjudul “Hubungan Tingkat Pendidikan Masyarakat Dengan Perilaku Pengelolaan Sampah Di Pemukiman Nelayan Desa Bandengan Kecamatan Kota Kendal”
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa motivasi dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Fathur Rohman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang. 2. Drs. Moh. Solehatul Mustofa, MA, Dekan Fakultas Ilmu Sosial UNNES. 3. Dr. Tjaturahono Budi Sanjoto, M.Si., Ketua Jurusan Geografi.
4. Dr. Ir. Ananto Aji, M.S., Dosen Pembimbing atas waktu, segala arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Dr. Erni Suharini, M.Si. dan Drs. Satyanta Parman, MT., Penguji I dan penguji II yang telah membimbing dan mengarahkan dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Para Dosen Jurusan Geografi atas ilmu yang telah diberikan selama menempuh studi di Jurusan Geografi.
vii
8. Kepala Kelurahan dan keluarga besar Desa Bandengan yang telah membantu ijin dalam penelitian diwilayah penelitian skripsi ini.
9. Yuvita Della, Nurul Safarida, Nur Azizah dan teman-teman Jurusan Geografi 2011 yang membantu penyelesaian skripsi, serta atas pengalaman studi yang menyenangkan,
10.Bapak, Ibu, dan ketiga adikku tercinta atas dukungan dan doa serta kasih sayangnya.
11.Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis sadar bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca terutama bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan penelitian di bidang Geografi.
Semarang, Januari 2016
viii
SARI
Devi, Rifka Charisa. 2015. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Pengelolaan Sampah di Pemukiman Nelayan Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal. Skripsi. Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Dr. Ir. Ananto Aji, M.S. 114 halaman.
Kata Kunci: Tingkat Pendidikan, Perilaku Pengelolaan Sampah,
Pemukiman Nelayan.
Pertumbuhan penduduk yang semakin banyak serta meningkatnya aktivitas masyarakat menjadi penyebab terjadinya pertambahan jumlah sampah yang dihasilkan setiap harinya Perilau masyarakat dalam pengelolaan sampah didasari oleh pengetahuan yang dipengaruhi oleh faktor pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mengetahui tingkat pendidikan di pemukiman nelayan Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal, (2) Mengetahui perilaku pengelolaan sampah di pemukiman nelayan Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal, (3) Menganalisis hubungan tingkat pendidikan masyarakat terhadap pengelolaan sampah di pemukiman nelayan Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua masyarakat berdasarkan tingkatan pendidikan. Pengambilan sampel dengan cara stratified random sampling yaitu mengambil sampel berdasarkan tingkat pendidikan melalui tahun sukses pendidikan. Variabel penelitian ini adalah tingkat pendidikan baik pendidikan formal maupun nonformal dan perilaku pengelolaan sampah. Metode pengumpulan data pada penelitian ini yaitu menggunakan metode observasi, metode kuesioner, dan metode dokumentasi dengan analisis data menggunakan metode deskriptif persentase dan korelasi product moment.
Hasil penelitian menunjukkan tingkat pendidikan masyarakat Kelurahan Bandengan termasuk dalam kriteria rendah, baik dalam pendidikan formal, tahun sukses pendidikan maupun tingkat pendidikan nonformal, sedangkan tingkat pengetahuan pengelolaan sampah sudah termasuk dalam kriteria sedang yaitu sebesar 56,66%. Perilaku pengelolaan sampah di Kelurahan Bandengan tergolong rendah yaitu sebesar 51,38%. Hasil analisis dengan menggunakan rumus product moment diperoleh hasil rxy sebesar 0,480 sedangkan pada rtabel sebesar 0,195.
Karena rxy > rtabel (0,480 > 0,195) maka hipotesis yang diterima adalah Ha yaitu ada
hubungan tingkat pendidikan masyarakat dengan perilaku pengelolaan sampah di pemukiman nelayan Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN ... iv
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian... 6
D. Manfaat Penelitian... 7
x
BAB III METODE PENELITIAN... 39
A. Lokasi, Waktu, dan Jenis Penelitian ... 39
B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 39
C. Variabel Penelitian ... 41
D. Teknik Pengumpulan Data ... 42
E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 43
F. Metode Analisis Data ... 44
G. Alur Kegiatan Penelitian ... 53
BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54
A. Hasil Penelitian ... 54
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 54
a. Lokasi Penelitian ... 54
b. Kondisi Tata Guna Lahan ... 56
c. Kondisi Kependudukan ... 56
d. Kondisi Tingkat Pendidikan ... 57
e. Mata Pencaharian ... 58
2. Tingkat Pendidikan Masyarakat dengan Perilaku Pengelolaan Sampah ... 59
a. Tingkat Pendidikan ... 59
b. Perilaku Pengelolaan Sampah ... 64
c. Hubungan Tingkat Pendidikan Masyarakat dengan Perilaku Pengelolaan Sampah ... 72
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 34
Tabel 3.1 Tingkat Pendidikan Masyarakat Kelurahan Bandengan ... 39
Tabel 3.2 Perhitungan Deskripsi Persentase Tingkat Pengetahuan ... 48
Tabel 3.3 Perhitungan Deskripsi Persentase Tingkat Pendidikan dan Perilaku ... 51
Tabel 4.1 Tata Guna Lahan Kelurahan Bandengan ... 56
Tabel 4.2 Komposisi Usia Penduduk ... 57
Tabel 4.3 Tingkat Pendidikan Masyarakat ... 58
Tabel 4.4 Mata Pencaharian Masyarakat Bandengan ... 58
Tabel 4.5 Tingkat Pendidikan Formal ... 60
Tabel 4.6 Tahun Sukses Masyarakat Bandengan ... 61
Tabel 4.7 Tingkat Pendidikan Nonformal ... 62
Tabel 4.8 Rata-Rata Tingkat Pendidikan Masyarakat Bandengan ... 62
Tabel 4.9 Rata-Rata Tingkat Pengetahuan Pengelolaan Sampah ... 63
Tabel 4.10 Menjaga Kebersihan Halaman dan Rumah ... 64
Tabel 4.11 Mengurangi Sampah Rumah Tangga ... 65
Tabel 4.12 Melaksanakan Kerja Bakti di Lingkungan Sekitar ... 66
Tabel 4.13 Memisahkan Sampah Organik dan An-organik ... 67
Tabel 4.14 Kebiasaan Membuang Sampah ... 69
Tabel 4.15 Menggunakan Kembali Sampah Menjadi Barang Bernilai Ekonomis ... 70
Tabel 4.16 Menerapkan Daur Ulang Sampah An-organik ... 71
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian ... 37
Gambar 3.1 Alur Kegiatan Penelitian ... 53
Gambar 4.1 Peta Administrasi Kelurahan Bandengan ... 55
Gambar 4.2 Kondisi Halaman Rumah Masyarakat Bandengan... 65
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1 Kisi-Kisi Instrumen Kuesioner ... 85
Lampiran 2 Kuesioner Penelitian ... 87
Lampiran 3 Lembar Observasi ... 92
Lampiran 4 Validitas Instrumen... 93
Lampiran 5 Reliabilitas Instrumen ... 94
Lampiran 6 Daftar Nama Responden Penelitian ... 95
Lampiran 7 Analisis Deskriptif Persentase ... 97
Lampiran 8 Persentase Tingkat Pendidikan ... 101
Lampiran 9 Persentase Pengetahuan Pengelolaan Sampah ... 103
Lampiran 10 Persentase Perilaku Pengelolaan Sampah... 105
Lampiran 11 Perhitungan Statistik dengan Product Moment ... 109
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pertumbuhan penduduk yang semakin banyak serta meningkatnya aktivitas masyarakat menjadi penyebab terjadinya pertambahan jumlah sampah yang dihasilkan setiap harinya. Adanya timbunan sampah akan menyebabkan berbagai dampak negatif seperti bau busuk yang mengganggu, timbulnya berbagai penyakit, tersumbatnya drainase dan sungai dapat mengakibatkan banjir, pencemaran air dan tanah dan sebagainya, dapat menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan karena pengelolaan persampahan yang kurang memadai. Sehingga perlu dilaksanakan suatu cara untuk menangani masalah sampah tersebut sehingga fenomena sampah yang selama ini terjadi tidak menjadi masalah serius bagi masyarakat.
Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Secara garis besar, kegiatan di dalam pengelolaan sampah meliputi pengendalian timbulan sampah, pengumpulan sampah, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan akhir (Undang-undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah).
2
kampung nelayan. Kondisi lingkungan masyarakat nelayan pada umumnya kurang memperhatikan lingkungan identik dengan pemukiman kumuh. Perilaku masyarakat yang kurang memperdulikan lingkungan dapat dilihat dari sampah-sampah yang dibuang dan berserakan di daerah pemukiman.
Jika dilihat Kelurahan Bandengan yang karakteristik masyarakatnya bersifat majemuk/heterogen, pengelolaan persampahan sangat perlu diperhatikan seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan penduduk yang mungkin saja ada sebagian penduduk yang belum menyadari arti kebersihan lingkungan. Disamping itu keberadaan kampung nelayan sangat rentan terhadap pencemaran air, pendangkalan, dan penyempitan sungai, juga terhambatnya proses air tanah jika sebagian dari masyarakat yang ada membuang sampahnya langsung kedalam sungai. Banyak terdapat sampah-sampah plastik yang tidak bisa diuraikan oleh tanah, akan mengakibatkan menumpuknya sampah dan limbah tersebut.
Peran masyarakat dalam perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan memang sudah ada, namun peran tersebut sangat minim sekali dan tidak dapat berkembang secara optimal, karena pengetahuan masyarakat dan kepedulian kebersihan lingkungan masih rendah, sehingga masyarakat lebih memilih sungai atau laut dalam aktifitas pembuangan akhir dengan alasan kepraktisan.
3
perairan umum dan/atau badan air penerima, pantai dan laut, selokan parit,
taman dan halaman orang lain”. Berdasarkan pasal 58 dijelaskan bahwa
”Setiap orang yang dengan sengaja membuang sampah di jalan umum, tempat umum, perairan umum dan/atau badan air penerima, pantai dan laut, selokan parit, taman dan halaman orang lain dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)”.
Pengelolaan sampah berkaitan erat dengan perilaku masyarakat yang menghasilkan sampah itu sendiri. Sebagai contoh yaitu kurang baiknya perilaku mereka dalam pemeliharaan kebersihan lingkungan, sehingga tindakannya berakibat negatif terhadap lingkungan. Misalnya sampah ditumpuk begitu saja, dapat mengakibatkan terjadinya tempat sarang nyamuk dan ini sebagai akibat dari kurangnya pengetahuan terhadap bahaya sampah.
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
4
1. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
2. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan luar di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal. Contoh : sosialisasi, pelatihan.
3. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan secara mandiri. Pendidikan informal dilakukan oleh orang tua kepada anaknya. Contoh : Orang tua mengajarkan anaknya tentang bagaimana bersikap di luar rumah seperti tidak boleh membuang sampah sembarangan.
5
Untuk meningkatkan mutu lingkungan, pendidikan mempunyai peranan penting karena melalui pendidikan, manusia makin mengetahui dan sadar akan bahaya sampah terhadap lingkungan, terutama bahaya pencemaran terhadap kesehatan. Jenjang pendidikan seseorang yang tinggi cenderung lebih memberikan pemahaman yang lebih jelas tentang jenis dan bahaya sampah.
Tingkat pendidikan di masyarakat nelayan tergolong rendah salah satunya disebabkan oleh kemiskinan yang ada pada masyarakat nelayan, dengan kondisi ekonomi lemah tidak memungkinkan bagi nelayan untuk memberikan pendidikan yang layak bagi anak-anaknya selain itu pandangan nelayan terhadap pendidikan juga berpengaruh terhadap tingkat pendidikan di masyarakat nelayan. Walaupun bagi nelayan pendidikan adalah hal terpenting dan bermanfaat namun ada kecenderungan bahwa mereka kurang berambisi untuk meraih pendidikan yang lebih tinggi. Tujuan mereka bersekolah hanya sekedar untuk dapat membaca dan menulis dan agar segera dapat bekerja membantu orang tuanya. Pendidikan formal lebih dianggap sebagai sarana untuk mendapatkan ketrampilan dasar saja, bukan untuk memperluas wawasan
dan sebagai “bekal” dalam kehidupan. Dengan demikian pendidikan formal
bagi anaknya hanya diberikan sekedar saja, sedangkan pendidikan sebenarnya
mereka lakukan langsung ke “lapangan” yaitu dengan melibatkan anak -anaknya dalam kegiatan nelayan (Yuniarti 2000:92).
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis bermaksud mengadakan
6
Perilaku Pengelolaan Sampah di Pemukiman Nelayan Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal”.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana tingkat pendidikan di pemukiman nelayan Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal?
2. Bagaimana perilaku pengelolaan sampah di pemukiman nelayan Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal?
3. Adakah hubungan tingkat pendidikan masyarakat dengan perilaku pengelolaan sampah di pemukiman nelayan Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal?.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui tingkat pendidikan di pemukiman nelayan Kelurahan
Bandengan Kecamatan Kota Kendal.
7
3. Menganalisis hubungan tingkat pendidikan masyarakat terhadap pengelolaan sampah di pemukiman nelayan Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal.
D. Manfaat Penelitian
Kegunaan atau manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama geografi, khususnya dalam pengelolaan sampah di daerah pemukiman nelayan sehingga timbulan sampah dapat diminimalisir atau dikurangi.
2. Manfaat Praktis
a) Bagi Pemerintah Kelurahan Bandengan: diharapkan dapat dipakai sebagai salah satu acuan dalam membuat kebijakan di bidang persampahan yang lebih mendekatkan kepada peran masyarakat dalam mengelola sampah.
b) Bagi Masyarakat Kelurahan Bandengan: memberikan informasi atau gambaran tentang pengelolaan sampah oleh masyarakat Bandengan, sehingga dapat memperbaiki lingkungan hidup masyarakat di Kelurahan Bandengan.
8
E. Penegasan Istilah
1. Hubungan
Hubungan berasal dari kata dasar “hubung” yang menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia berarti “bersambung atau berangkai (yang satu dengan yang lain), bertalian, berkaitan, bersangkutan” dan saling mempengaruhi.
Hubungan dalam penelitian ini adalah keterkaitan antara tingkat pendidikan masyarakat (tahun sukses) dengan perilaku pengelolaan sampah di pemukiman nelayan Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal.
2. Tingkat Pendidikan
Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, tingkat (jenjang) pendidikan adalah tahapan pendidikan yang telah ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.
9
(sosialisasi dan pelatihan) yang berkaitan dengan kebersihan lingkungan/pengelolaan sampah.
3. Perilaku
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan.
Perilaku dalam penelitian ini adalah suatu tanggapan/reaksi masyarakat Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal mengenai kondisi sampah yang ada di sekitar lingkungan tempat tinggal.
4. Pengelolaan Sampah
Menurut Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pegelolaan Sampah, pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya.
Dalam penelitian ini yang dimaksud pengelolaan sampah adalah pengelolaan sampah di pemukiman nelayan Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal yang terdiri dari sampah organik berupa sisa makanan, daun, dan sampah anorganik yaitu sampah yang berupa plastik, kaleng, pecahan gelas, dan logam-logam.
10
Dalam kamus besar Indonesia pengertian nelayan adalah orang yang mata pencaharian utama dan usaha menangkap ikan. Sedangkan dalam
bukunya yang berjudul “Sosiologi Masyarakat Kota dan Desa” Mansyur
(1984:149) mengatakan bahwa masyarakat nelayan dalam hal ini bukan berarti mereka yang dalam mengatur hidupnya hanya mencari ikan di laut untuk menghidupi keluarganya akan tetapi juga orang-orang yang menjadi bagian dalam lingkungan itu.
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Hubungan
Hubungan berasal dari kata dasar “hubung” yang menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia berarti “bersambung atau berangkai (yang satu
dengan yang lain), bertalian, barkaitan, bersangkutan”. Jadi dari pengertian
tersebut hubungan adalah dua hal yang saling berkaitan satu dengan yang lain. Hubungan adalah kesinambungan interaksi antara dua orang atau lebih yang memudahkan proses pengenalan satu akan yang lain. Hubungan terjadi dalam setiap proses kehidupan manusia. (https://id.wikipedia.org/wiki/Hubungan , diakses 24 November 2015).
12
B. Tingkat Pendidikan
1. Pengertian Pendidikan
Di dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pengertian pendidikan sebagai berikut:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik.
2. Tujuan Pendidikan Nasional
Rumusan tujuan pendidikan juga tercantum dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa:
“Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi Manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
13
3. Jenjang Pendidikan Di Indonesia
“Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang telah ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang
akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan”.
Jenjang pendidikan seseorang adalah jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh atau ijazah terakhir yang dimiliki seseorang. Jenjang pendidikan formal tersebut adalah jenjang pendidikan sekolah sebagaimana yang telah diatur oleh pemerintah pasal 14 Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 yang menyebutkan bahwa “jenjang
pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan
pendidikan tinggi”.
Sebetulnya pendidikan dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja, baik lingkungan keluarga, sekolah dan dalam kehidupan masyarakat. Dalam pendidikan sehari-hari dapat dibedakan tiga jalur pendidikan, yaitu:
a) Pendidikan Formal
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa yang dimaksud pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
14 1) Pendidikan Umum
Pendidikan yang mengutamakan perluasan pengetahuan dan peningkatan ketrampilan peserta dengan mengharuskan yang diwujudkan pada tingkah laku akhir pada akhir masa pendidikan, misalnya pendidikan SD, pendidikan SMP, pendidikan SMA. 2) Pendidikan Kejuruan
Pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk program bekerja dalam bidang tertentu. Program Pendidikan Kejuruan dilaksanakan oleh Sekolah Menengah Kejuruan atau sering disingkat SMK. Sekolah Menengah Kejuruan biasanya membuka beberapa pilihan jurusan atau spesialisasi, misalnya elektronika, otomotif, Teknik Informasi dan Komputer, akutansi, listrik.
3) Pendidikan Luar Sekolah
Pendidikan yang khusus diselenggarakan untuk peserta didik yang menyandang kelainan fisik atau mental, misalnya pendidikan SLB.
4) Pendidikan Kedinasan
Pendidikan Kedinasan yang berusaha menghasilkan kemampuan atau lembaga pendidikan non-departemen misalnya prajabatan, sepala, sepadya.
5) Pendidikan Keagamaan
15
yang menurut penguasaan khusus tentang ajaran agama, misalnya Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA). Pendidikan tersebut dilaksanakan di bawah naungan Kementrian Agama Republik Indonesia.
b) Pendidikan Nonformal
Yang dimaksud Pendidikan Nonformal menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 adalah jalur pendidikan luar di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal.
c) Pendidikan Jalur Informal
Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 bahwa yang dimaksud dengan pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.
Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa pendidikan informal dilakukan oleh keluarga dan lingkungan secara mandiri. Pendidikan informal dilakukan oleh orang tua kepada anaknya.
4. Tahun Sukses Pendidikan
16
mencapai pendidikan terakhir. Di Indonesia program wajib belajar yang berlaku saat ini adalah 12 tahun, yakni Sekolah Dasar (SD/sederajat) selama 6 tahun, Sekolah Menengah Pertama (SMP/sederajat) selama 3 tahun dan Sekolah Menengah Atas (SMA/sederajat) selama 3 tahun. Maka jika seseorang telah menempuh pendidikan sampai SMA/sederajat maka tahun suksesnya adalah 12 tahun, jika hanya sampai tingkat SMP/sederajat maka tahun suksesnya adalah 9 tahun dan jika hanya sampai tingkat SD/sederajat maka tahun suksesnya adalah 6 tahun.
C. Perilaku
1. Pengertian Perilaku
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan. Perilaku akan terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi (Notoatmodjo 1997, dalam Eko Wibowo 2010:26). Perilaku atau aktivitas individu dalam pengertian yang lebih luas mencakup perilaku yang nampak
17
Perilaku manusia sangat komplek dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Perilaku manusia dibagi menjadi 3 tingkah ranah perilaku. Salah satunya adalah pengetahuan.
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap obyek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu penginderaan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran (telinga) dan indra penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap obyek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besar dibagi menjadi 6 tingkat pengetahuan yakni:
a) Tahu, diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk dalam pengetahuan masyarakat dalam mengingat kembali (recall) suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari dari rangsangan diterima.
b) Memahami, diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Seseorang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan terhadap obyek yang dipelajari.
18
d) Analisis, diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja dapat menggambarkan (membuat bagan) membedakan, memisahkan, pengelompokan, dan sebagainya.
e) Sintesis, menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f) Evaluasi, berkaitan dengan kemampuan melakukan penilaian terhadap suatu materi atau obyek.
2. Jenis Perilaku
Menurut Skinner 1976 (dalam Eko Wibowo 2010:27), perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu :
a) Perilaku yang alami (innate behaviour) atau perilaku yang berupa reflek dan insting yaitu perilaku yang dibawa manusia sejak manusia dilahirkan.
b) Perilaku operan (operant behaviour) yaitu perilaku yang dibentuk melalui proses belajar.
19
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Perilaku individu dan lingkungan saling berinteraksi yang artinya bahwa perilaku individu dapat mempengaruhi individu itu sendiri, juga berpengaruh terhadap lingkungan. Adapun secara spesifik faktor lingkungan dan individu adalah sebagai berikut :
a) Faktor Individu
Faktor individu yang menentukan perilaku manusia antara lain adalah tingkat kecerdasan, tingkat emosional, pengalaman pribadi, sifat kepribadian, dan jenis kelamin.
b) Faktor Luar Individu (Lingkungan)
Faktor lingkungan memiliki kekuatan besar dalam menentukan perilaku, bahkan sering kekuatannya lebih besar dari faktor individu (Azwar 1998, dalam Eko Wibowo 2010:28). Dalam hubungan antara perilaku dengan lingkungan dibagi dalam tiga kelompok, yaitu lingkungan alam/fisik (kepadatan, kebersihan), lingkungan sosial (organisme sosial, tingkat pendidikan, mata pencaharian, tingkat pendapatan) dan lingkungan budaya (adat istiadat, peraturan, hukum) (Sumaatmadja 1998, dalam Eko Wibowo 2010:28).
4. Pembentukan Perilaku
20
a) Pembentukan perilaku kebiasaan, adalah pembentukan perilaku yang ditempuh dengan mengkondisikan atau membiasakan diri untuk berperilaku seperti yang diharapkan.
b) Pembentukan perilaku dengan pengertian (insight), adalah pembentukan perilaku yang dilakukan dengan cara pembelajaran disertai dengan memberikan pengertian.
c) Pembentukan perilaku dengan model atau contoh, adalah pembentukan perilaku dengan mengunakan model atau contoh dan biasanya didasarkan atas bentuk-bentuk perilaku yang telah ada. Contohnya adalah orang tua/guru yang memberikan arahan kepada anak/muridnya. Dalam rangkaian pembentukan perilaku manusia terdapat dua jenis pembelajaran yaitu pembelajaran secara fisik adalah adalah belajar dengan menerima respon fisik untuk di contoh seperti belajar menari naik sepeda dan sebagainya, dan pembelajaran secara psikis dimana seorang mempelajari perannya dan peran orang lain dalam kontak sosial (social learning), dan selanjutnya orang tersebut akan menyesuaikan tingkah lakunya sesuai dengan peran sosial yang telah dipelajarinya (Sarwono 2002, dalam Eko Wibowo 2010:28).
5. Teori Perilaku
21 a) Teori Insting
Teori ini dikemukakan oleh McDougall sebagai pelopor dari psikologi sosial menyatakan, insting sebagai perilaku bawaan atau innate dapat mengalami perubahan akibat terbentuknya sebuah pengalaman.
b) Teori Dorongan (drive theory)
Teori yang menyatakan bahwa organisme dalam hal ini manusia mempunyai dorongan atau drive yang berkaitan dengan pemenuhan atas kebutuhannnya, sehingga dorongan tersebut menimbulkan pengaruh pada perilaku manusia atau individu tersebut.
c) Teori Insentif (incentive theory)
Teori ini bertitik tolak kepada pendapat bahwa perilaku organisme dalam hal ini manusia, disebabkan oleh adanya insentif. Dengan insentif akan mendorong manusia berperilaku. Insentif atau disebut juga
reinforcement ada 2 macam yaitu dan negatif. Reinforcement positif akan mendorong manusia untuk berbuat, sedangkan reinforcement yang negatif akan menghambat manusia dalam berperilaku.
d) Teori Artribusi
22 e) Teori Kognitif
Teori yang menitikberatkan kepada kemampuan individu dalam berfikir untuk mempertimbangkan pilihan perilakunya. Dengan kemampuan berfikir individu akan dapat melihat dan memilih perilaku mana yang harus dilakukan. Disamping itu dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan melihat apa yang dihadapi pada waktu sekarang dan juga dapat melihat ke depan apa yang akan terjadi dalam individu berperilaku (Fishben & Ajzen 1975, dalam Eko Wibowo 2010:29).
D. Sampah
1. Pengertian Sampah
23
a) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sampah merupakan barang atau benda yang dibuang karena tidak terpakai lagi.
b) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008, sampah merupakan sisa dari aktivitas manusia ataupun sisa dari proses alam yang berbentuk padat.
c) Menurut WHO, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.
d) Menurut Tchobanoglous, Theiseen & Eliassen 1993 (dalam Subarna 2014:24), sampah adalah semua buangan padat yang dihasilkan dari seluruh kegiatan manusia dan hewan yang tidak berguna atau tidak diinginkan.
e) Menurut Istilah Lingkungan Untuk Manajemen (Ecolink 1996, dalam Subarna 2014:17), sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis.
24
2. Jenis Sampah
Pada prinsipnya sampah dibagi menjadi sampah padat, sampah cair dan sampah dalam bentuk gas (fume, smoke). Sampah padat dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu :
a) Berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya
1) Sampah anorganik misalnya : logam-logam, pecahan gelas, dan plastik
2) Sampah organik misalnya : sisa makanan, sisa pembungkus dan sebagainya
b) Berdasarkan dapat tidaknya dibakar
1) Mudah terbakar misalnya : kertas, plastik, kain, kayu 2) Tidak mudah terbakar misalnya : kaleng, besi, gelas c) Berdasarkan dapat tidaknya membusuk
1) Mudah membusuk misalnya : sisa makanan, potongan daging 2) Sukar membusuk misalnya : plastik, kaleng, kaca (Dainur 1995,
dalam Wahyono & Nano Sudarno 2012:6)
3. Sumber – Sumber Sampah
Sampah yang ada di permukaan bumi ini dapat berasal dari beberapa sumber berikut :
a) Pemukiman penduduk
25
biasanya sisa makanan dan bahan sisa proses pengolahan makanan atau sampah basah (garbage), sampah kering (rubbsih), perabotan rumah tangga, abu atau sisa tumbuhan kebun (Dainur 1995, dalam Wahyono & Nano Sudarno 2012:8).
b) Tempat umum dan tempat perdagangan
Tempat umum adalah tempat yang memungkinkan banyak orang berkumpul dan melakukan kegiatan termasuk juga tempat perdagangan. Jenis sampah yang dihasilkan dari tempat semacam itu dapat berupa sisa-sisa makanan (garbage), sampah kering, abu, sisa bangunan, sampah khusus, dan terkadang sampah berbahaya.
c) Sarana layanan masyarakat milik pemerintah
Sarana layanan masyarakat yang dimaksud disini, antara lain, tempat hiburan dan umum, jalan umum, tempat parkir, tempat layanan kesehatan (misalnya rumah sakit dan puskesmas), kompleks militer, gedung pertemuan, pantai empat berlibur, dan sarana pemerintah lain. Tempat tersebut biasanya menghasilkan sampah khusus dan sampah kering.
d) Industri berat dan ringan
26
dari tempat ini biasanya sampah basah, sampah kering, sisa-sisa bangunan, sampah khusus dan sampah berbahaya.
e) Pertanian
Sampah dihasilkan dari tanaman dan binatang. Lokasi pertanian seperti kebun, ladang ataupun sawah menghasilkan sampah berupa bahan-bahan makanan yang telah membusuk, sampah pertanian, pupuk, maupun bahan pembasmi serangga tanaman (Chandra 2007, dalam Wahyono & Nano Sudarno 2012:9).
4. Dampak Sampah
Sampah, bila tidak dikelola dengan baik, tentu akan menyebabkan masalah besar. Banyak kejadian buruk terjadi akibat manusia menyepelekan sampah. Berikut beberapa dampak dari sampah:
a) Mengganggu Estetika (Keindahan)
Sampah yang berceceran di jalan atau di sembarang tempat sungguh tidak menyedapkan mata. Tumpukan sampah yang berserakan menimbulkan kesan jorok, tidak bersih dan sangat merusak keindahan. b) Mencemari Tanah dan Air Tanah
27 c) Mencemari Perairan
Sampah yang dibuang ke saluran air akan mencemari perairan sungai, irigasi, waduk, bahkan pantai. Padahal, banyak yang masih memanfaatkan pengairan dari sungai dan sumber air lainnya untuk kebutuhan sehari-hari.
d) Menyebabkan Banjir
Tumpukan sampah yang berada di saluran air (irigasi) dapat menyumbat pintu-pintu air sehingga air sulit mengalir. Maka, tak heran jika di kota-kota besar, banjir sering terjadi akibat masyarakatnya menyepelekan sampah.
e) Menimbulkan Bau Busuk
Sampah-sampah yang menumpuk di darat atau terendam di air akan mengalami pembusukan. Bau busuk yang menyebar di udara akan tercium dan mengganggu pernapasan.
f) Sebagai Sumber Bibit Penyakit
Sampah yang menimbulkan bau busuk akan mengundang lalat. Pada sampah yang busuk, bersarang bermacam-macam bakteri penyebab penyakit lalat tersebut dapat memindahkan bibit penyakit dari sampah ke dalam makanan atau minuman (dalam Suryati 2014:9-11).
E. Pengelolaan Sampah
28
dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya.
Pengelolaan sampah rumah tangga dan sejenis sampah rumah tangga terdiri dari dua hal yaitu pengurangan sampah dan penanganan sampah.
Pengurangan sampah meliputi kegiatan: 1. Pembatasan timbunan sampah.
2. Pendaur ulangan sampah. 3. Pemanfaatan sampah.
Sedangkan kegiatan penanganan sampah meliputi :
1. Pemilihan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan/ atau sifat sampah.
2. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara (TPS) atau tempat pengelolaan sampah terpadu (TPST).
Pengelolaan sampah meliputi pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaur ulangan, atau pembuangan dari material sampah. Ada 3 cara mudah dan aman untuk mengatasi masalah sampah, yang dikenal dengan 3R, yaitu:
1. Reduce (R1)
29
dengan cara merubah pola hidup konsumtif, yaitu perubahan kebiasaan dari yang boros dan menghasilkan banyak sampah menjadi hemat/efisien dan sedikit sampah, namun diperlukan kesadaran dan kemauan masyarakat untuk merubah perilaku tersebut.
2. Reuse (R2)
Reuse berarti mengunakan kembali bahan atau material agar tidak menjadi sampah (tanpa melalui proses pengelolaan) seperti menggunakan kertas bolak-balik, mengunakan kembali botol bekas ”minuman” untuk tempat air, mengisi kaleng susu dengan susu refill dan lain-lain.
3. Recycle (R3)
Recycle berarti mendaur ulang suatu bahan yang sudah tidak berguna (sampah) menjadi bahan lain setelah melalui proses pengolahan seperti mengolah sisa kain perca menjadi selimut, kain lap, keset kaki, dsb atau mengolah botol/plastik bekas menjadi biji plastik untuk dicetak kembali menjadi ember, hanger, pot, dan sebagainya atau mengolah kertas bekas menjadi bubur kertas dan kembali dicetak menjadi kertas dengan kualitas sedikit lebih rendah dan lain-lain.
F. Masyarakat Nelayan
Masyarakat nelayan merupakan paduan dari dua kata masyarakat dan
30
1. Pengertian Masyarakat
Pengertian masyarakat yang dalam istilah bahasa Inggris disebut
Society (berasal dari kata latin, socius yang berarti ”kawan”) adalah
sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Masyarakat sendiri berasal dari akar kata Arab musyarak yang artinya ikut serta atau berperan serta. Jadi masyarakat adalah kumpulan manusia yang saling berinteraksi satu sama lainnya.
Menurut Hasan Sadly (dalam Mansyur 1984:21), masyarakat adalah suatu golongan besar atau kecil yang terdiri dari beberapa manusia yang dengan atau karena sendirinya bertalian secara golongan dan pengaruh mempengaruhi satu sama lain.
Kemudian menurut Djojodigoena (dalam Mansyur 1984:21), masyarakat mempunyai arti sempit dan arti luas. Arti sempit masyarakat adalah terdiri dari satu golongan saja, sedang dalam arti luas masyarakat adalah kebulatan dari semua perhubungan yang mungkin dalam masyarakat dan meliputi semua golongan.
31
2. Pengertian Nelayan
Nelayan di dalam Ensiklopedia Indonesia digolongkan sebagai pekerja, yaitu orang-orang yang secara aktif melakukan kegiatan menangkap ikan, baik secara langsung maupun tidak langsung sebagai mata pencahariannya.
Dalam kamus besar Indonesia Pengertian nelayan adalah orang yang mata pencaharian utama dan usaha menangkap ikan dilaut. Sedangkan dalam bukunya yang berjudul “Sosiologi Masyarakat Kota dan Desa” Mansyur (1984:149) mengatakan bahwa masyarakat nelayan dalam hal ini bukan berarti mereka yang dalam mengatur hidupnya hanya mencari ikan di laut untuk menghidupi keluarganya akan tetapi juga orang-orang yang menjadi bagian dalam lingkungan itu.
Dari beberapa definisi masyarakat dan definisi nelayan yang telah disebutkan diatas dapat di tarik suatu pengertian bahwa:
a) Masyarakat nelayan adalah kelompok manusia yang mempunyai mata pencaharian menangkap ikan dilaut.
b) Masyarakat nelayan bukan hanya mereka yang mengatur kehidupannya hanya bekerja dan mencari di laut, melainkan mereka yang juga tinggal disekitar pantai walaupun mata pencaharian mereka adalah bercocok tanam dan berdagang.
32
karena mereka bukan termasuk komunitas orang yang memiliki ikatan budaya masyarakat pantai.
G. PENELITIAN TERDAHULU
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ria Dihatri (2013) dengan judul Gambaran Pengetahuan Ibu Rumah Tangga Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Yang Berusia 20-60 Tahun di Lingkungan V Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai Tahun 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu rumah tangga tentang pengelolaan sampah rumah tangga. Penelitian ini menggunakan analisis dekriptif. Berdasarkan hasil penelitian bahwa umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan sumber informasi mempengaruhi pengetahuan ibu rumah tangga terhadap pengelolaan sampah di Lingkungan V Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai Tahun 2013.
33
korelasional. Berdasarkan hasil penelitian bahwa terdapat hubungan antara jenjang pendidikan, pendapatan, dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Candisari Kabupaten Grobogan.
34
Hasil Penelitian Persamaan dengan
Penelitian ini Ria Dihatri (2013) Gambaran Pengetahuan Ibu
Rumah Tangga Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Yang Berusia 20-60 Tahun di Lingkungan V Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai Tahun 2013
Deskriptif Berdasarkan hasil penelitian bahwa umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan sumber informasi mempengaruhi pengetahuan ibu rumah tangga terhadap pengelolaan sampah di Lingkungan V Kelurahan Tegal Sari Mandala III Kecamatan Medan Denai Tahun 2013
Persamaan penelitian Ria dengan penelitian ini yaitu
membahas tentang
pengetahuan pengelolaan sampah yang dalam penelitian ini mengaitkan dengan tingkat pendidikan.
Suprapto (2010) Hubungan antara Jenjang Pendidikan dan Pendapatan dengan Sikap Kepala
Dari hasil penelitian bahwa terdapat hubungan antara jenjang pendidikan, pendapatan, dengan sikap kepala keluarga terhadap pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Candisari Kabupaten Grobogan.
Persamaan penelitian Suprapto dengan penelitian ini yaitu terletak pada variabel tingkat pendidikan
yang kemudian
35 Nama Peneliti
(Tahun) Judul Penelitian
Analisis
Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan dengan Penelitian ini Hermawan Eko
Wibowo (2010)
Perilaku Masyarakat dalam
Mengelola Sampah
Permukiman di Kampung Kamboja Kota Pontianak
Deskriptif Berdasarkan hasil penelitian bahwa karakteristik sungai membentuk perilaku masyarakat untuk menjadikan sungai sebagai bagian dari fasilitas pengelolaan sampah. Pasang surut air sungai akan menghanyutkan sampah-sampah yang dibuang oleh masyarakat. Hal ini membentuk anggapan masyarakat bahwa sungai sebagai tempat pemusnahan sampah tidak menimbulkan masalah.
Persamaan penelitian
Hermawan dengan
36
H. KERANGKA BERPIKIR
37
Gambar 2.1. Kerangka Berfikir Penelitian Tingkat pendidikan Perguruan Tinggi (> 13
tahun)
2. Pendidikan non formal Sosialisasi dan Pelatihan
Pengetahuan pengelolaan sampah:
Memperkirakan Akibat dari Pencemaran Sampah
Pengertian Sampah Organik dan An-Organik
Klasifikasi Sampah sesuai jenisnya (Organik dan An-Organik)
Perilaku Pengelolaan Sampah, Indikatornya:
Menjaga Kebersihan Rumah dan Halaman
Mengurangi Sampah Rumah Tangga
Melaksanakan Kegiatan Kerja Bakti di Lingkungan Sekitar Memisahkan Sampah Organik dan
An-Organik
Kebiasaan Membuang Sampah Meggunakan Kembali Sampah
Menjadi Barang Bernilai Ekonomis
38
I. HIPOTESIS
Berdasarkan kerangka berfikir tersebut, maka hipotesis yang telah disampaikan adalah hubungan antara tingkat pendidikan masyarakat nelayan dengan perilaku pengelolaan sampah di pemukiman nelayan Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal.
Ha = Adanya hubungan antara tingkat pendidikan masyarakat nelayan
dengan perilaku pengelolaan sampah di pemukiman nelayan Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal.
Ho = Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan masyarakat nelayan
39
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi, waktu, dan jenis penelitian
Penelitian ini dilakukan kepada masyarakat di Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal dimulai bulan Juli sampai bulan Agustus 2015. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelasi yang akan mencari apakah ada hubungan atau tidak diantara variabel penelitian ini.
B. Populasi, sampel, teknik pengambilan sampel
1. Populasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:130), populasi adalah keseluruhan obyek penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah masyarakat nelayan di Kelurahan Bandengan berdasarkan tingkat pendidikan yang ditempuh. Di bawah ini merupakan tabel yang menunjukkan data Tingkat Pendidikan Masyarakat Kelurahan Bandengan.
Tabel 3.1. Tingkat Pendidikan Masyarakat Kelurahan Bandengan
No Tingkat Pendidikan Jumlah
(jiwa)
Persentase (%)
1 Tidak tamat sekolah dasar 1.294 33,08
2 Sekolah Dasar 1.427 36,49
3 Sekolah Menengah Pertama 682 17,44
4 Sekolah Menengah Atas 459 11,74
5 Perguruan Tinggi 49 1,25
Jumlah 3.911 100,00
40 2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto, 2006:131). Menurut Frankel dan Wallen
(https://virtualyuni.wordpress.com/2011/03/08/chapter-4-metode-penelitian/, diakses 25 mei 2015) menyarankan besar sampel minimum untuk penelitian korelasional sebanyak 50. Penghitungan sampel yang diambil menggunakan rumus Taro Yamane, 1967 sebagai berikut :
dimana :
n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi
d = Level signifikasi yang diinginkan
(http://teorionline.net/menentukan-ukuran-sampel-menurut-para-ahli/, diakses 10 April 2015)
Dalam penelitian ini diketahui N = 3.688 orang dengan tingkat signifikasi 10% jadi hasilnya adalah 97,36 responden. Sampel dibulatkan menjadi 100 responden.
3. Teknik Pengambilan Sampel
41
C. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan (X) yang digolongkan sebagai berikut:
a) Pendidikan Formal
1) Responden tidak tamat SD 2) Responden tamat SD 3) Responden tamat SMP 4) Responden tamat SMA
5) Responden tamat Perguruan Tinggi
b) Pendidikan Nonformal : Sosialisasi/penyuluhan 2. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan perilaku pengelolaan sampah (Y) yaitu:
a) Menjaga Kebersihan Rumah dan Halaman b) Mengurangi Sampah Rumah Tangga
c) Melaksanakan Kegiatan Kerja Bakti di Lingkungan Sekitar d) Memisahkan Sampah Organik dan An-Organik
e) Kebiasaan Membuang Sampah
42
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan (Nazir, 2011:174). Adapun metode dan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi, kuesioner, dan juga metode dokumentasi. 1. Observasi
Observasi atau pengamatan meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu obyek dengan dengan menggunakan seluruh alat indra. (Arikunto, 2006:156). Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen. Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi.
2. Kuesioner
43 3. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan peneliti dengan menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya. Selain itu dalam teknik dokumentasi ini peneliti menyertakan beberapa data berupa gambar atau foto baik saat observasi dan pengisian kuesioner.
E. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
1. Validitas Instrumen
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2006:168). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengukur apa yang diinginkan. Apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat.
Dalam penelitian ini, untuk mengukur tingkat validitas instrumen, maka dapat menggunakan rumus product moment yang dikemukakan oleh Pearson:
Keterangan :
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
44 = jumlah kuadrat nilai X = jumlah kuadrat niali Y (Arikunto, 2006:274)
Setelah diperoleh harga rxy kemudian dikonsultasikan dengan harga
r product moment. Apabila rxy hitung > rxy tabel maka instrumen dikatakan
valid, sebaliknya jika rxy hitung < rxy tabel maka dikatakan butir soal tersebut
tidak valid. Kriteria validitas soal menurut Arikunto (2006:276) yang dimodifikasi sebagai berikut:
a. 0,000 sampai dengan 0,200 = validitas sangat rendah b. 0,200 sampai dengan 0,400 = validitas rendah c. 0,400 sampai dengan 0,600 = validitas cukup d. 0,600 sampai dengan 0,800 = validitas tinggi e. 0,800 sampai dengan 1,00 = validitas sangat tinggi 2. Reliabilitas Instrumen
45 Keterangan :
11
r = reliabilitas instrumen
K = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
2b
= jumlah varian butir
2
t
= varians total (Arikunto, 2006:196)
F. Metode Analisis Data
1. Analisis Deskriptif Persentase
Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif persentase. Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan atau memberikan gambaran terhadap obyek yang akan diteliti melalui data sampel atau populasi sebagai mana adanya, tanpa memberikan kesimpulan untuk umum (Sugiyono, 2010:29). Metode deskriptif persentase ini digunakan untuk menguraikan dan menjelaskan dari tujuan penelitian. Dalam penelitian ini metode analisis deskriptif persentase digunakan untuk mendiskripsikan tentang perilaku pengelolaan sampah dan mendeskripsikan ada atau tidaknya hubungan perilaku pengelolaan sampah terhadap tingkat pendidikan.
46 DP = Deskriptif Persentase n = Skor yang diperoleh N = Skor maksimal
Langkah-langkah dalam analisis data: 1. Mencari persentase maksimal. 2. Mencari persentase minimal. 3. Menghitung rentang persentase.
4. Menetapkan interval, yaitu range dibuat menjadi beberapa kriteria 5. Menghitung rentang kriteria.
Dalam menganalisis data menggunakan deskriptif persentase, untuk mengukur tingkat pengetahuan, jawaban diberi skor sebagai berikut: 1. Jawaban benar diberi skor (1)
2. Jawaban salah diberi skor (0)
a)Menghitung persentase tingkat pengetahuan pengelolaan sampah
Diketahui:
Jumlah responden = 100 responden Skor maksimal = 1
47
Jumlah skor maksimal = jumlah responden x jumlah item x skor maksimal.
Jumlah skor maksimal = 100 x 6 x 1 = 600
Jumlah skor minimal = jumlah responden x jumlah item x skor minimal. Jumlah skor minimal = 100 x 6 x 0 = 0
Persentase maksimal = skor maksimal X 100 % skor maksimal
= 600 X 100 % 600
= 100 %
Persentase minimal = skor minimal X 100% skor maksimal
= 0 X 100 % 600
= 0 % Kelas Interval = 5
Rentang persentase = persentase maksimal – persentase minimal = 100 % - 0 % = 100 %
Rentang kriteria = rentang persentase : kelas interval = 100 % : 5
48
Tabel 3.2. Perhitungan Deskripsi Persentase Tingkat Pengetahuan
No Kriteria Interval
1 Sangat Rendah 0 – 19,9 %
2 Rendah 20 – 39,9 %
3 Sedang 40 – 59,9 %
4 Tinggi 60 – 79,9 %
5 Sangat Tinggi 80 – 100 %
Sedangkan untuk mengukur tingkat pendidikan dan perilaku, diberi skor sebagai berikut:
1. Jawaban “a” skor 4 2. Jawaban “b” skor 3 3. Jawaban “c” skor 2 4. Jawaban “d” skor 1
b)Menghitung persentase tingkat pendidikan
Diketahui:
Jumlah responden = 100 responden Skor maksimal = 4
Jumlah pertanyaan = 3
Jumlah skor maksimal = jumlah responden x jumlah item x skor maksimal.
Jumlah skor maksimal = 100 x 3 x 4 = 1200
49
Persentase maksimal = skor maksimal X 100 % skor maksimal
= 1200 X 100 % 1200
= 100 %
Persentase minimal = skor minimal X 100% skor maksimal
= 300 X 100 % 1200
= 25 % Kelas Interval = 5
Rentang persentase = persentase maksimal – persentase minimal = 100 % - 25 % = 75 %
Rentang kriteria = rentang persentase : kelas interval = 75 % : 5
= 15 %
c) Menghitung persentase perilaku pengelolaan sampah
Diketahui:
Jumlah responden = 100 responden Skor maksimal = 4
50
Jumlah skor maksimal = jumlah responden x jumlah item x skor maksimal.
Jumlah skor maksimal = 100 x 14 x 4 = 5600
Jumlah skor minimal = jumlah responden x jumlah item x skor minimal. Jumlah skor minimal = 100 x 14 x 1 = 1400
Persentase maksimal = skor maksimal X 100 % skor maksimal
= 5600 X 100 % 5600
= 100 %
Persentase minimal = skor minimal X 100% skor maksimal
= 1400 X 100 % 5600
= 25 % Kelas Interval = 5
Rentang persentase = persentase maksimal – persentase minimal = 100 % - 25 % = 75 %
Rentang kriteria = rentang persentase : kelas interval = 75 % : 5
51
Tabel 3.3. Perhitungan Deskripsi Persentase Tingkat Pendidikan dan Perilaku
No Kriteria Interval
1 Sangat Rendah 25 – 39,9 %
2 Rendah 40 – 54,9 %
3 Sedang 55 – 69,9 %
4 Tinggi 70 – 84,9 %
5 Sangat Tinggi 85 – 100 %
2. Analisis Korelasi Product Moment
Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dengan perilaku pengelolaan sampah di pemukiman nelayan Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal. Masing-masing skor dalam variabel dihitung dengan rumus korelasi product moment dari Pearson sebagai berikut:
Keterangan:
rxy ═ koefisien korelasi antar variabel
x ═ skor tingkat pendidikan
y ═ skor perilaku pengelolaan sampah N ═ jumlah subjek
∑x ═ jumlah tingkat pendidikan
∑y ═ jumlah perilaku pengelolaan sampah
52
Melalui hasil uji analisis dengan teknik korelasi product moment
dengan rumus di atas, setelah diketahui nilai r korelasinya, maka untuk menguji signifikan tidaknya korelasi tersebut dengan jalan mengkonsultasikannya dengan r product moment. Apabila nilai r pada hasil korelasi lebih besar dari nilai r pada tabel maka hasil perhitungannya dinyatakan signifikan.
53
G. Alur Kegiatan Penelitian
Gambar 3.1. Alur Kegiatan Penelitian PROPOSAL
Validitas Reliabilitas Pembuatan Instrumen
Ijin observasi
Uji coba angket
Analisis hasil uji
Penelitian
Analisis hasil dan pembahasan
54
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a. Lokasi Penelitian
Kelurahan Bandengan merupakan kelurahan yang terletak di Kecamatan Kota Kendal dengan luas 197 Ha dan jarak 3,5 km dari pusat Kabupaten. Secara astronomis Kelurahan Bandengan terletak pada
6º52’12,6”LS - 6º54’43,14”LS dan 110º12’21,17”BT - 110º13’40,22”BT. sementara itu, berdasarkan letak administrasinya Kelurahan Bandengan berbatasan dengan wilayah lain sebagai berikut:
1)Utara : Laut Jawa 2)Selatan : Kelurahan Ngilir 3)Timur : Kelurahan Karangsari 4)Barat : Kelurahan Balok
55
56
b. Kondisi Tata Guna Lahan Wilayah
Secara fisik Kelurahan Bandengan merupakan wilayah pesisir. Penggunaan lahan di Kelurahan Bandengan dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Tata Guna Lahan Kelurahan Bandengan
Tata Guna Lahan Luas (Ha) Persentase (%)
Sawah 63,00 32,00 %
Pemukiman 90,00 45,71 %
Pekarangan 10,00 5,08 %
Tanah Kas Desa 16,00 8,13 %
Fasilitas Umum 17,88 9,08 %
Jumlah Luas Wilayah 196,88 100,00 %
Sumber: Monografi Kelurahan Bandengan, 2014.
Berdasarkan tabel diatas penggunaan lahan di Kelurahan Bandengan didominasi oleh pemukiman yaitu sebesar 45,71 %, kemudian sawah sebesar 32 %, pekarangan 5,08 %, tanah kas desa 8,13 %, dan fasilitas umum 9,08 %.
c. Kondisi Kependudukan
57
Tabel 4.2. Komposisi Usia Penduduk Kelompok Usia
Sumber: BPS Kecamatan Kota Kendal, 2014.
d. Kondisi Tingkat Pendidikan
58
Tabel 4.3. Tingkat Pendidikan Masyarakat
No Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%)
1 Tidak tamat sekolah dasar 1.249 32,3
Sumber : BPS Kecamatan Kota Kendal, 2014.
e. Mata Pencaharian
Karakteristik masyarakat Kelurahan Bandengan yang bersifat heterogen dapat dilihat dari mata pencahariannya. Mata pencaharian terbesar adalah nelayan yaitu sebesar 777 orang, karyawan swasta sebesar 475 orang dan beberapa mata pencaharian lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Mata Pencaharian Masyarakat Bandengan
Jenis Pekerjaan Laki-Laki Perempuan Jumlah
Petani 51 22 73
59
2. Tingkat Pendidikan Masyarakat dengan Perilaku Pengelolaan Sampah
Tujuan dari analisis deskriptif persentase adalah untuk mengetahui dan memperjelas hasil penelitian tentang hubungan pendidikan masyarakat dengan perilaku pengelolaan sampah di pemukiman nelayan Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal.
a. Tingkat Pendidikan
1) Pendidikan Formal
Masyarakat di Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal rata-rata masih memiliki tingkat pendidikan formal yang masih rendah. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kecamatan Kota Kendal Tahun 2014 diketahui bahwa penduduk yang tidak tamat SD sebanyak 1.294 orang, penduduk yang tamat SD sebanyak 1.427 orang, yang tamat SMP berjumlah 682 orang, tamat SMA berjumlah 459 orang dan perguruan tinggi sebanyak 49 orang (BPS Kecamatan Kota Kendal, 2014).
60
pengelolaan sampah akan lebih sadar dan berperilaku baik dalam menjaga lingkungan sekitarnya dibandingkan dengan orang yang tidak mendapat sosialisasi/penyuluhan sama sekali.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, tingkat pendidikan formal masyarakat Kelurahan Bandengan Kecamatan Kota Kendal rata-rata masih tergolong rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Tingkat Pendidikan Formal
No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 Tidak tamat SD 13 13
2 SD 38 38
3 SMP 21 21
4 SMA 24 24
5 Perguruan Tinggi 4 4
Jumlah 100 100
Sumber : Analisis Data Primer, 2015.
Tabel tingkat pendidikan formal diatas menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat pendidikan responden tamat SD yaitu sebanyak 38 orang (38 %), tamat SMA 24 orang (24 %), tamat SMP 21 orang (21 %), dan yang telah menamatkan perguruan tinggi adalah 4 orang (4 %), serta ada 13 responden (13 %) yang tidak tamat SD.
61
ditempuh oleh masyarakat Kelurahan Bandengan dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Tahun Sukses Masyarakat Bandengan
No Tahun Sukses
(Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 2 4 4
Sumber : Analisis Data Primer, 2015.
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa 37 orang menempuh pendidikan 6 tahun, 5 orang menempuh 16 tahun, 21 orang menempuh 9 tahun, 22 orang menempuh 12 tahun, 7 orang menempuh 3 tahun, kemudian 4 orang hanya menempuh 2 tahun, dan masing-masing 1 orang yang menempuh 4 tahun, 5 tahun, 7 tahun, 15 tahun sukses.
2) Pendidikan Nonformal
62
Tabel 4.7. Tingkat Pendidikan Nonformal tentang Pengelolaan Sampah No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
1 Tidak pernah 90 90
2 1 kali 7 7
3 2 kali 1 1
4 Lebih dari 2 kali 2 2
Jumlah 100 100
Sumber : Analisis Data Primer, 2015.
Sosialisasi tentang pengelolaan sampah yang pernah diikuti masyarakat bermacam-macam seperti manfaat bank sampah, pemberdayaan sampah rumah tangga dari plastik dan kain perca (dibuat kerajinan tangan), dan pembuatan pupuk organik cair.
Berdasarkan hasil perhitungan deskriptif persentase, tingkat pendidikan masyarakat Kelurahan Bandengan dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8. Rata-rata Tingkat Pendidikan Masyarakat Bandengan
Kriteria Interval
Sumber : Analisis Data Primer, 2015.
masing-63
masing 2%. Berdasarkan hasil tersebut tingkat pendidikan secara keseluruhan dalam kriteria rendah yaitu 48,58%.
3) Pengetahuan Pengelolaan Sampah
Pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan salah satu faktor yang penting dalam mewujudkan lingkungan yang baik dan bersih. Tinggi rendahnya pengetahuan pengelolaan sampah seperti mengetahui pengertian sampah organik dan an-organik, mengklasifikasikan sampah sesuai jenisnya (organik dan an-organik), dan akibat dari pencemaran sampah akan mempengaruhi dalam mengatasi permasalahan tersebut (Lampiran 2).
Berdasarkan hasil perhitungan deskriptif persentase, tingkat pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan sampah di Kelurahan Bandengan dapat dilihat pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9. Rata-rata Tingkat Pengetahuan Pengelolaan Sampah
Kriteria Interval
Sumber : Analisis Data Primer, 2015.
64
sebesar 0%. Hasil keseluruhan memiliki kriteria sedang dengan persentase sebesar 56,66%.
b. Perilaku Pengelolaan Sampah
1) Menjaga Kebersihan Rumah dan Halaman
Kebersihan adalah keadaan bebas dari kotoran, termasuk di antaranya, debu, sampah, dan bau. Kebersihan lingkungan adalah kebersihan tempat tinggal, tempat bekerja, dan berbagai sarana umum. Membersihkan halaman rumah memang seperti tugas yang sederhana dan sudah menjadi kebiasaan untuk pekerjaan rumah.
Tabel 4.10. Menjaga Kebersihan Rumah dan Halaman
No Tingkatan Jumlah
1. Selalu 21
2. Sering 58
3. Kadang-kadang 21
4. Tidak Pernah -
Total 100
Sumber : Analisis Data Primer, 2015.