i
PENGARUH KONDISI SOSIAL EKONOMI
KELUARGA TERHADAP PRESTASI BELAJAR
AKUNTANSI MELALUI KECERDASAN EMOSIONAL
SISWA KELAS XI AKUNTANSI DI SMK WIDYA
PRAJA UNGARAN TAHUN AJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Negeri Semarang
Oleh
Adang Cony Priyatna NIM 7101406566
JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
ii skripsi pada:
Hari : Tanggal :
Disahkan oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Tarsis Tarmudji, M.M Nanik Sri Utaminingsih, SE, M Si, Akt
NIP. 194911211976031002 NIP.197112052006042001
Mengetahui
Plt. Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi
iii
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada:
Hari : Tanggal :
Penguji Skripsi
Dr. Kardoyo, M.Pd NIP. 196205291986011001
Anggota I Anggota II
Drs. Tarsis Tarmudji, M.M Nanik Sri Utaminingsih, SE, M Si, Akt
NIP. 194911211976031002 NIP. 197112052006042001
Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi
iv
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar – benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini, dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila di kemudian hari terbukti skripsi ini adalah hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Semarang, Agustus 2011
v Motto
“Dalam hidup memiliki tujuan dan cita-cita. Semua itu dapat kita raih dengan pengorbanan, perjuangan, dan tanggung jawab”
PERSEMBAHAN
Dengan tidak mengurangi rasa syukur pada Allah SWT dan rasa cintaku pada Rasulullah SAW, skripsi ini saya persembahkan kepada:
Almamaterku.
Bapak dan Ibu tercinta, terima kasih untuk semua cinta dan do’anya selama ini.
Teman – teman seperjuangan Pend. Akuntansi 2006. Dosen pembimbingku yang selalu memberikan
vi
rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Melalui Kecerdasan Emosional Siswa Kelas XI Akuntansi di SMK Widya Praja Ungaran Tahun Ajaran 2010/2011”.
Penulis skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas akhir dalam rangka menyelesaikan studi Strata Satu untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak, sudah sepatutnya dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M. Si., Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan untuk menimba ilmu atau kuliah di Universitas Negeri Semarang.
2. Drs. S. Martono, M. Si., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kelancaran dalam perijinan penelitian. 3. Dra. Nanik Suryani, M. Pd, Plt. Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kemudahan administrasi dalam penyusunan skripsi ini.
4. Drs. Tarsis Tarmudji, M.M, Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan dengan tulus, sehingga penulis dapat menyelesaikan
vii menyelesaikan Skripsi ini.
6. Drs. H. Eko Sutanto, Kepala Sekolah SMK Widya Praja Ungaran yang telah memberi ijin dan membantu dalam penelitian ini.
7. Slamet Suwito, S. Pd dan Endang Wahyuningsih, S. Pd. Ek, selaku Guru akuntansi SMK Widya Praja Ungaran yang telah membantu dalam penelitian ini.
8. Bapak dan Ibu Guru SMK Widya Praja Ungaran yang telah membantu dalam penelitian ini.
9. Siswa-siswi kelas XI Akuntansi SMK Widya Praja Ungaran yang telah ikut berpartisipasi dan membantu dalam pengumpulan data.
10.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian Skripsi ini.
Dengan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan, penulis yakin skripsi ini belum sempurna. Akhirnya Penulis hanya bisa berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Semarang, September 2011
viii
SMK Widya Praja Ungaran Tahun Ajaran 2010/2011. Jurusan Pendidikan Ekonomi. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Drs. Tarsis Tarmudji, M.M. Pembimbing II Nanik Sri Utaminingsih, SE, M Si, Akt.
Kata kunci: Prestasi Belajar, Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga dan Kecerdasan Emosional
Prestasi belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor baik faktor intern maupun ekstern. Beberapa faktor diantaranya kecerdasan emosional dan kondisi sosial ekonomi keluarga. Hasil observasi awal menunjukkan bahwa prestasi belajar akuntansi yang diperoleh siswa kelas XI Akuntansi tergolong rendah. Permasalahan yang diungkap dalam penelitian ini adalah: 1) adakah pengaruh kondisi sosial ekonomi keluarga terhadap prestasi belajar akuntansi baik secara langsung maupun melalui kecerdasan emosional siswa kelas XI Akuntansi di SMK Widya Praja Ungaran tahun ajaran 2010/2011. 2) adakah pengaruh kecerdasan emosional siswa terhadap prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI Akuntansi SMK WIDYA PRAJA Ungaran. Tujuan penelitian ini adalah: 1) untuk mengetahui pengaruh kondisi sosial ekonomi keluarga terhadap prestasi belajar akuntansi baik secara langsung maupun melalui kecerdasan emosional siswa kelas XI Akuntansi di SMK Widya Praja Ungaran tahun ajaran 2010/2011. 2) untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional siswa terhadap prestasi belajar siswa kelas XI Akuntansi di SMK Widya Praja Ungaran tahun ajaran 2010/2011.
Populasi dalam penelitian ini sebesar 53 siswa. Penelitian ini merupakan penelitian populasi dimana seluruh populasi dijadikan objek penelitian. Variabel yang dikaji dalam penelitian ini adalah prestasi belajar (Y), kondisi sosial ekonomi keluarga (X1) dan kecerdasan emosional (intervening). Metode pengumpulan
datanya metode dokumentasi untuk prestasi belajar dan kuesioner untuk kecerdasan emosional dan kondisi sosial ekonomi keluarga. Uji instrumen dilakukan dengan uji validitas dan reliabilitas. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif presentase dan analisis jalur dengan bantuan SPSS 12.0 for windows.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi sosial ekonomi keluarga dalam kondisi rendah yaitu 66%, kecerdasan emosional dalam kondisi sangat tinggi yaitu 83%, prestasi belajar dalam kategori belum tuntas. Ada pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap prestasi belajar. Kondisi sosial ekonomi keluarga berpengaruh terhadap prestasi belajar sebesar 19,3%, kecerdasan emosional berpengaruh sebesar 12,8%, variabel residu terhadap kecerdasan emosional sebesar 0,902 dan variabel residu terhadap prestasi belajar sebesar 0,726
ix
x
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
PENGESAHAN KELULUSAN... iii
PERNYATAAN... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN... v
PRAKATA... vi
SARI... viii
DAFTAR ISI... x
DAFTAR TABEL... xiv
DAFTAR GAMBAR... xvi
DAFTAR LAMPIRAN... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 7
1.4 Tujuan Penelitian ... 7
1.5 Manfaat Penelitian ... 7
BAB II LANDASAN TEORI ... 9
2.1 Prestasi Belajar ... 9
2.1.1 Pengertian belajar ... 9
2.1.2 Unsur-unsur belajar ... 10
xi
2.2.1 Pengertian orang tua / keluarga ... 13
2.2.2 Kondisi sosial ekonomi orang tua / keluarga ... 14
2.3 Kecerdasan Emosional ... 22
2.3.1 Pengertian Kecerdasan ... 22
2.3.2 Pengertian kecerdasan Emosional ... 23
2.3.3 Arti penting IQ, SQ,dan EQ ... 25
2.3.4 Komponen kecerdasan emosional ... 27
2.3.5 Indikator kecerdasan emosional ... 29
2.4 Tinjauan Akuntansi ... 29
2.4.1 Pengertian Akuntansi ... 29
2.4.2 Fungsi dan tujuan ... 30
2.5 Penelitian terdahulu ... 30
2.6 Kerangka Berfikir ... 37
2.6.1 Kondisi sosial ekonomi keluarga terhadap prestasi belajar akuntansi . 32 2.6.2 Kondisi sosial ekonomi keluarga terhadap prestasi belajar akuntansi melalui kecerdasan emosional... 33
2.6.3 kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ... 33
2.7 Hipotesis ... 35
BAB III METODE PENELITIAN ... 36
3.1 Populasi dan Sampel ... 36
xii
3.2.3 Variabel terikat ... 37
3.3 Metode Pengumpulan Data ... 38
3.4 Uji Kualitas Angket Penelitian ... 39
3.4.1 Validitas instrumen ... 40
3.4.2 Reliabilitas instrumen ... 41
3.5 Metode Analisis Data ... 42
3.5.1 Analisis deskriptif presentase ... 43
3.5.2 Uji statistik ... 44
3.5.2.1 Uji asumsi klasik ... 44
3.5.2.1.1 Uji normalitas ... 44
3.5.2.1.2 Uji multikolinieritas ... 46
3.5.2.1.3 Uji heteroskedastisitas ... 46
3.5.2.2 Analisis jalur ... 47
3.5.2.3 Pengujian hipotesis jalur ... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49
4.1 Hasil Penelitian ... 49
4.1.1 Deskriptif responden ... 49
4.1.2 Analisis deskriptif presentase ... 49
4.1.2.1 Prestasi belajar akuntansi .. ... 50
4.1.2.2 Kondisi sosial ekonomi keluarga ... 50
xiii
4.1.3.1.1 Uji normalitas ... 58
4.1.3.1.2 Uji multikolonieritas ... 60
4.1.3.1.3 Uji heteroskedastisitas ... 60
4.1.3.2 Pengujian hipotesis penelitian ... 62
4.1.3.2.1 Pengaruh kondisi sosial ekonomi keluarga terhadap kecerdasan emosional ... 62
4.1.3.2.2 Pengaruh kondisi sosial ekonomi keluarga dan kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa ... 63
4.1.3.3 Pengisian koefisien jalur ... 63
4.1.3.3.1 Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga terhadap Kecerdasan Emosional ... 63
4.1.3.3.2 Pengaruh kondisi social ekonomi keluarga dan kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar... 65
4.1.3.4 Rekapitulasi pengaruh langsung dan tidak langsung ... 68
4.1.3.3.1 Pengaruh kondisi sosial ekonomi keluarga terhadap prestasi belajar... 68
4.1.3.3.2 Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ... 68
4.1.3.3.3 Pengaruh variabel residu terhadap kecerdasan emosional ... 68
4.1.3.3.4 Pengaruh variabel residu terhadap prestasi belajar ... 68
4.2 Pembahasan ... 69
xiv
4.2.3 Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar akuntansi .. 70
BAB V PENUTUP ... 71
5.1 Simpulan ... 71
5.2 Saran ... 71
DAFTAR PUSTAKA ... 73
xv
Tabel Halaman
1.1 Tingkat Ketuntasan Belajar Siswa Kelas XI AK 1 dan XI AK 2 ... 2
1.2 Daftar Pekerjaan Orang Tua Siswa ... 3
3.1 Hasil Uji Validitas Angket Kecerdasan Emosional ... 40
3.2 Hasil Uji Validitas Angket Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga ... 42
3.3 Kriteria Kecerdasan Emosional dan Kondisi Sosial Ekonomi keluarga ... 44
3.4 Kriteria Prestasi Belajar ... 44
4.1 Deskriptif Presentase Prestasi Belajar Akuntansi ... 49
4.2 Deskriptif Presentase Kondisi Sosial Ekonomi keluarga ... 49
4.3 Deskriptif Presentase Pendidikan Orang Tua ... 52
4.4 Deskriptif Presentase penghasilan Orang Tua ... 53
4.5 Deskriptif Presentase Tingkat Pengeluaran dan pemenuhan Kebutuhan orang tua ... 53
4.6 Deskriptif Presentase Kecerdasan Emosional ... 54
4.7 Deskriptif Presentase Pengenalan Diri ... 55
4.8 Deskriptif Presentase Pengendalian Diri ... 56
4.9 Deskriptif Presentase Motivasi ... 56
4.10 Deskriptif Presentase Empati ... 57
4.11 Deskriptif Presentase Keterampilan Sosial ... 58
4.12 Hasil Uji Normalitas ... 59
xvi
Keluarga terhadap Kecerdasan Emosional... 62 4.16 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Kondisi Sosial Ekonomi
Keluarga dan Kecerdasan Emosional terhadap Prestasi Belajar ... 63 4.17 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Kondisi Sosial Ekonomi
Keluarga terhadap Kecerdasan Emosional... 63 4.18 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Kondisi Sosial Ekonomi
xvii
Gambar Halaman
2.1 Bagan Kerangka Berfikir ... 34
3.1 Skema Analisis jalur ... 48
4.1 Normal P-P Plot Regresi ... 59
4.2 Scatterplot Uji Heteroskedastisitas ... 61
4.3 Jalur hubungan kausal kondisi sosial ekonomi keluarga terhadap kecerdasan emosional ... 64
4.4 Jalur hubungan kausal kondisi sosial ekonomi keluarga dan kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar ... 67
xviii
1 Daftar Nama Responden Uji Coba Instrumen ... 77
2 Kisi-Kisi Uji Coba Instrumen ... 78
3 Kuesioner/Angket Uji Coba ... 79
4 Tabulasi Data Uji Coba Variabel Kecerdasan Emosional ... 86
5 Tabulasi Data Uji Coba Variabel Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga ... 87
6 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kecerdasan Emosional ... 88
7 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kondisi Sosial Ekonomi keluarga ... 89
8 Daftar Nama Responden Penelitian ... 90
9 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 92
10 Kuesioner/Angket Penelitian ... 93
11 Daftar Nilai Responden Penelitian ... 99
12 Tabulasi Data Variabel Kecerdasan emosional ... 101
13 Tabulasi Data Variabel Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga ... 102
14 Analisis Deskriptif Presentatif Semua Variabel ... 103
15 Analisis Deskriptif Presentatif Variabel Kecerdasan Emosional ... 105
16 Analisis Deskriptif Presentatif Variabel Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga ... 108
17 Uji Asumsi Klasik ... 110
18 Analisis Regresi Linier Berganda ... 111
19 Surat Ijin Penelitian ... 113
1
1.1
Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mempercepat modernisasi disegala bidang. Berbagai perkembangan itu, semakin kuat sejalan dengan tuntutan reformasi dan globalisasi. Untuk itu, mutlak diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Salah satu upaya membina SDM yang berkualitas, adalah melalui pendidikan. Baik yang diberikan melalui pendidikan formal di sekolah maupun pendidikan di lingkungan masyarakat. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat berperan bagi kemajuan suatu bangsa, karena pendidikan dapat mendorong dan menentukan maju mundurnya proses pembangunan suatu bangsa dalam berbagai bidang. Menurut Dimyati dan Mujiyono (2006:70) “pendidikan merupakan suatu tindakan yang memungkinkan terjadinya belajar dan perkembangan”. Dengan jalan pendidikan, diharapkan mampu melahirkan generasi masa depan atau sumber daya manusia yang berkualitas.
belajar siswa adalah hasil belajar yang dicapai siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran disekolah. Baik buruknya tingkat penguasaan siswa dapat dilihat dari tinggi rendahnya nilai yang diperoleh siswa pada kegiatan belajar mengajar. Prestasi belajar siswa dapat digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa, dan menentukan kelulusan siswa.
Untuk mencapai prestasi belajar yang baik, banyak faktor yang mempengaruhinya.
Ada 2 faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor intern terdiri dari : faktor jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh), psikologi (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan dan emosi), dan kelelahan. Sedangkan faktor ekstern terdiri dari faktor keluarga, sekolah dan masyarakat. Misal faktor orang tua mendidik anak, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, model mengajar, bahan, sarana prasarana (Slameto, 2003:54).
Berdasarkan observasi awal di SMK Widya Praja Ungaran bahwa prestasi belajar yang diraih oleh siswa kelas XI jurusan akuntansi yang berjumlah 55 siswa, ternyata masih ada 23 siswa dalam kriteria belum tuntas. Hal ini terlihat dalam nilai yang dicapai siswa kelas XI AK dalam ulangan akhir semester mata pelajaran akuntansi semester 3 tahun pelajaran 2010/2011, seperti yang dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 1.1
Tingkat Ketuntasan Belajar Siswa Kelas X AK 1 dan X AK 2 Ketuntasan Kelas XI AK 1 Kelas XI AK 2 Total
Tuntas 16
59,25% 57,14% 16 58,18% 32
Belum Tuntas 11
Jumlah 27
100% 100% 28 100% 55
Sumber : SMK Widya Praja Ungaran
Berdasarkan tabel 1.1 dapat diketahui hanya 58,18% yang tuntas dalam mata pelajaran akuntansi, dan masih terdapat 41,81% yang belum tuntas. Siswa dikatakan tuntas apabila sudah memenuhi kriteria ketuntasan minimal dengan nilai minimal sebesar 7,00, dan masih ada 23 siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal. Hasil tersebut belum memenuhi target sekolah yaitu mencapai ketuntasan minimal 80%. Dari hasil tersebut peneliti memiliki dugaan sementara bahwa penyebab dari ketidak tuntasan prestasi belajar dikarenakan faktor kondisi sosial ekonomi keluarga. Dari observasi awal yang dilakukan ternyata rata-rata orang tua siswa berstatus ekonomi menengah kebawah yang pekerjaanya sebagai buruh pabrik yang upahnya standart UMR, petani, dan pedagang kecil. Penghasilan mereka hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ditambah lagi jumlah tanggungan orang tua mereka yang rata-rata 2 anak atau lebih. Hanya beberapa siswa saja yang orang tuanya dianggap mampu, dilihat dari pekerjaan yang dimiliki orang tua siswa seperti yang dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1.2
Daftar Pekerjaan Orang Tua Siswa
Pekerjaan XI AK 1 XI AK 2 Total
Buruh pabrik 15 16 31
Petani 4 6 10
Pedagang 3 2 5
PNS / TNI / POLRI 5 4 9
27 28 55
Dari tabel 1.2 diatas maka dapat diketahui bahwa mayoritas pekerjaan orang tua adalah buruh pabrik sebanyak 31 orang dari jumlah orang tua murid. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi sosial ekonomi keluarga / orang tua mayoritas berada pada kondisi sosial ekonomi menengah kebawah. Penghasilan orang tua murid tidak dapat memenuhi semua kebutuhan anaknya dalam proses belajar mengajar. Mereka hanya mampu memberikan kebutuhan sekolah yang dianggap penting dan mendesak, misalnya seperti membayar SPP dan uang saku untuk transport. Bahkan ada banyak orang tua siswa yang menunggak dalam membayar SPP. Dari hasil wawancara dengan beberapa siswa dapat diketahui bahwa yang menjadi penyebab menunggaknya SPP dikarenakan orang tua mereka belum mempunyai uang karena gaji orang tua siswa digunakan untuk kebutuhan lain yang lebih mendesak. Orang tua akan membayar uang SPP ketika mereka telah mendapatkan pinjaman atau mendapat uang lembur yang tidak menentu jumlahnya. Dari fenomena tersebut diduga menjadi penyebab rendahnya prestasi belajar akuntansi.
Kondisi sosial ekonomi keluarga sangat penting dalam menentukan prestasi belajar anak. Kondisi ekonomi keluarga yang berkecukupan akan mampu memenuhi semua kebutuhan belajar anak. Sehingga dalam belajar, anak akan merasa nyaman dan konsentrasi karena semua sarana dan prasarana terpenuhi . Siswa juga tidak dibayangi oleh perasaan minder karena ekonominya serba kekurangan dalam pergaulan disekolah.
menyelesaikan masalah atau menghasilkan sesuatu yang dihargai dilingkungan masyarakat. Kecerdasan sangat penting bagi manusia, karena berkaitan dengan pemahaman akan tugas, hak, kewajiban, tanggungjawab, pengambilan keputusan dalam kehidupan. Kecerdasan dibagi menjadi beberapa macam seperti kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual. Menurut Golleman diantara ketiga kecerdasan tersebut yang paling mempengaruhi keberhasilan seeorang adalah kecerdasan emosional.
mengelola emosi dengan baik, maka mereka akan mudah menyerah dan putus asa menghadapi kondisi yang dianggap sulit.
Munculnya karya Daniel Goleman tentang Emotional Intellegence telah membangkitkan minat sangat besar mengenai peran kecerdasan emosional. Menurut Golleman dalam keberhasilan kehidupan seseorang, IQ (intelegensi) hanya berperan 20%, 80%nya ditentukan oleh kecerdasan emosional. Dari Pernyataan diatas dapat diketahui bahwa keberhasilan siswa dalam belajar bukan hanya ditentukan oleh intelegensi siswa saja, tetapi kecerdasan emosional siswa yang berperan lebih penting. Kecerdasan intelegensi memang tidak diragukan lagi pengaruhnya terhadap prestasi siswa. Namun kecerdasan intelegensi tidak berarti apa-apa bila emosi tidak berperan dengan baik.
Penelitian yang dilakukan Ambarsari dengan judul ”Pengaruh Kecerdasan Emosional (EQ) terhadap prestasi belajar siswa jurusan akuntansi SMK Muhammadiyah 1 Semarang” menyebutkan bahwa kecerdasan emosional mempengaruhi prestasi belajar siswa dengan R2 sebesar 59,5%.
Penelitian serupa juga dilakukan oleh Oyesojl A. Aremu, Adeyinka Tella dan Adedeji Tella yang berjudul “ Relationship among Emotional Inteliigence, Parental Involvement and Academic Achievement of Secondary School student in
Ibadan, Nigeria”. Hasil dari penelitian itu menyebutkan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh signifikan positif terhadap prestasi belajar.
melalui kecerdasan emosional siswa kelas xi akuntansi smk widya praja ungaran tahun pelajaran 2010/2011”.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Adakah pengaruh kondisi sosial ekonomi keluarga terhadap prestasi belajar akuntansi baik secara langsung maupun melalui kecerdasan emosional siswa kelas XI Akuntansi SMK WIDYA PRAJA Ungaran?
2. Adakah pengaruh kecerdasan emosional siswa terhadap prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI Akuntansi SMK WIDYA PRAJA Ungaran?
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk:
1. Untuk mengetahui adakah pengaruh kondisi sosial ekonomi keluarga terhadap prestasi belajar akuntansi baik secara langsung maupun melalui kecerdasan emosional siswa kelas XI Akuntansi SMK WIDYA PRAJA Ungaran
1.4
Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diharapkan, diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis
a) Bagi peneliti, untuk mendapatkan pengalaman dan pengetahuan serta menerapkan ilmu yang dimiliki.
b) Bagi pembaca, merupakan bahan informasi yang dapat dijadikan referensi atu tambahan pengetahuan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperoleh.
c) Bagi penulis masa depan, diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan dalam mengembangkan penelitian selanjutnya dengan mengkombinasikan variabel yang lain.
2. Manfaat Praktis
a) Bagi guru, sebagai pertimbangan dalam proses belajar mengajar yang efektif sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan sebagai motivasi untuk meningkatkan ketrampilan dalam memillih strategi pembelajaran yang bervariasi.
9
2.1
Prestasi Belajar
2.1.1 Pengertian Belajar
Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan ia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar memegang peranan penting didalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian dan bahkan persepsi manusia.
Menurut Gagne dan Berliner dalam Anni (2004: 2) menyatakan bahwa ”belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalamannya”.
Menurut Witherington dalam Purwanto (2004: 84) mengemukakan: “Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebisaan, kepandaian atau suatu pengertian.”
2.1.2 Unsur-unsur belajar
Belajar merupakan sebuah sistem yang didalamnya terdapat berbagai unsur yang saling berkaitan sehingga menghasilkan perubahan perilaku. Menurut Gagne dalam Anni (2006: 4), beberapa unsur – unsur yang saling terkait sehingga menghasilkan suatu perubahan perilaku antara lain:
a) Pembelajaran
Dapat berupa peserta didik, pembelajar, warga belajar, dan peserta pelatihan. Pembelajaran memiliki organ pengideraan yang digunakan untuk menangkap rangsangan otak yang digunakan untuk mentransformasikan hasil penginderaannya ke dalam memori yang kompleks dan syaraf atau otot yang digunakan untuk menampilkan kinerja yang menunjukkan apa yang telah dipelajari.
b) Rangsangan (stimulus)
Peristiwa yang merangsang penginderaan yang digunakan pembelajar disebut situasi stimulus. Dalam kehidupan seseorang terdapat banyak stimulus yang berada di lingkungannya.
c) Memori
Memori pembelajar berisi berbagai kemampuan yang berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dihasilkan dari aktivitas belajar sebelumnya.
d) Respon
Tindakan yang dihasilkan dari aktualisasi memori disebut respon. Pembelajar yang sedang mengamati stimulus maka memori yang ada di dalam dirinya kemudian memberikan respon terhadap stimulus tersebut.
2.1.3 Pengertian prestasi belajar
“Prestasi belajar adalah hasil suatu penilaian keterampilan dan sikap sebagai hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai” (Winkel, 1996:102).
Menurut Suryabrata (2002: 233 ), “prestasi belajar yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya, baik dalam diri siswa (faktor internal) maupun dari luar diri siswa (faktor eksternal) individu”.
Menurut Tulus Tu’u (2004: 75) menyatakan bahwa “prestasi belajar siswa dibuktikan dan ditunjukkan melalui nilai atau angka nilai dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap tugas siswa dan ulangan – ulangan atau ujian yang ditempuhnya”.
Dari beberapa pengertian diatas maka prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran disekolah.
Prestasi belajar akuntansi merupakan prestasi belajar yang dicapai oleh siswa kompetensi keahlian akuntansi setelah menerima materi akuntansi yang disampaikan guru dalam aktifitas belajar di sekolah. Dalam kegiatan belajar mengajar, banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Faktor itu terdiri dari faktor intern dan ekstern siswa. Belajar akuntansi berbeda dengan pelajaran yang lain, karena didalam pelajaran akuntansi dibutuhkan keseriusan, ketelitian, keuletan, dan keterampilan dalam mengerjakan latihan soal.
2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara siswa yang satu dengan yang lain berbeda, hal ini menimbulkan prestasi yang dicapai masing-masing individu tidak sama. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa. Menurut Slameto dalam bukunya Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (2003: 54) faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1. Faktor internal (faktor dari dalam siswa)
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang sedang belajar, yang meliputi:
a. Faktor Jasmaniah
Kondisi jasmaniah umumnya sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Proses belajar seseorang akan tergantung jika kesehatan seseorang terganggu. Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi, dan ibadah. Anak-anak yang kekurangan gizi ternyata kemampuan belajarnya dibawah anak yang terpenuhi gizinya. Mereka cepat lelah, mengantuk dan sulit menerima pelajaran.
b. Faktor Psikologis
Semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja berpengaruh terhadap proses belajar yang telah bersifat psikologis. Beberapa faktor psikologis yang utama antara lain: minat, intelegensi, bakat, motivasi, kematangan, kesiapan.
c. Faktor kelelahan
Kelelahan meliputi kelelahan jasmani, ini dapat terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Agar siswa dapat menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya.
2. Faktor eksternal (faktor dari luar)
Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar, dapat dikelompokkan menjadi 3 faktor: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
a. Lingkungan keluarga
b. Lingkungan sekolah
Faktor-faktor sekolah yang mempengaruhi belajar, mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. Yaitu guru, peralatan belajar, laboratorium, gedung.
c. Lingkungan masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh ini terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat. Pada uraian ini membahas tentang kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat yang semuanya mempengaruhi belajar siswa. Yaitu teman bergaul, lingkungan tetangga, aktivitas dalam masyarakat.
2.2
Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga
2.2.1 Pengertian orang tua / keluarga
Dalam kamus besar bahasa Indonesia orang tua berarti ayah dan ibu kandung atau dua orang yang sudah tua (cerdik, pandai, ahli). Menurut Nasution (1989: 1) yang dimaksud dengan orang tua adalah ”setiap orang yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga atau rumah tangga, yang dalam penghidupan sehari-hari lazim disebut ibu bapak”.
suatu kesatuan sosial terkecil yang terdiri atas suami, istri dan anak-anak (jika ada) yang didahului oleh suatu perkawinan”. Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah kelompok sosial terkecil yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang dijiwai dengan rasa kasih sayang dan tanggung jawab.
2.2.2 Kondisi sosial ekonomi orang tua/keluarga
Kondisi sosial ekonomi orang tua merupakan perpaduan antara kondisi sosial dan ekonomi orang tua masing-masing murid. Menurut Soekanto (1998: 233)” kondisi sosial adalah keadaan sosial berkenaan dengan perilaku interpersonal atau yang berkaitan dengan proses sosial. Atau berkenaan dengan masyarakat ”.
Suatu proses sosial akan terjadi apabila ada interaksi sosial. Menurut Gerungan (2009: 31)
interaksi sosial merupakan suatu hubungan antara dua orang atau lebih, sehingga kelakuan individu yang satu mempengaruhi atau memperbaiki kelakuan individu yang lain, dan dalam keluarga, interaksi sosial didasarkan atas rasa kasih sayang antara anggota keluarga, yang diwujudkan dengan memperhatikan orang lain, belajar bekerja sama dan bantu membantu.
Berikut ini beberapa faktor sosial orang tua yang dapat mempengaruhi perkembangan anak (Gerungan, 2009; 199):
a. Keutuhan keluarga
Yang dimaksud dengan keutuhan keluarga adalah keutuhan dalam struktur keluarga, yaitu bahwa keluarga terdiri dariayah, ibu, dan anak. Apabila salah satu unsur keluarga diatas tidak ada, maka struktur keluarga tidak utuh. Ketidak utuhan keluarga berpengaruh negatif terhadap perkembangan sosial anak. Pengaruh negatif itu bisa mempengaruhi kecakapan-kecakapan anak disekolah. Dalam penilaian kaum psikologi, anak-anak dari keluarga utuh memperoleh nilai psikologis yang lebih baik dari pada anak-anak dari keluarag utuh dalam hal fleksibilitas, penyesuaian diri, pengertian akan orang-orang dan situasi diluarnya, dan dalam hal pengendalian diri.
b.Sikap dan kebiasaan orang tua
Umumnya sikap mendidik yang otoriter, overprotective, sikap penolakan orang tua terhadap anak-anak dapat menjadi suatu kendala bagi perkembangan sosial anak.
c. Status anak
Yang dimaksud dengan status anak adalah status anak sebagai anak sulung, anak bungsu atau anak tunggal. Selain itu status anak sebagai anak tiri juga mempengaruhi interaksi sosial keluarga.
Kondisi ekonomi orang tua adalah kenyataan yang terlihat atau terasakan oleh indra manusia tentang keadaan orang tua dan kemampuan orang tua dalam memenuhi kebutuhannya Menurut Suradjiman (1996: 102) ”kondisi ekonomi adalah kenyataan yang terlihat atau yang terasakan oleh indera manusia tentang keadaan orang tua dan kemampuan orang tua dalam memenuhi kebutuhannya”.
Menurut Maslow dalam Anni (2004: 124) kebutuhan manusia dikelompokkan menjadi :
1) Kebutuhan perjuangan
Peduli pada keberadaan diri : mampu makan, minum, dan hidup pada saat sekarang.
2) Kebutuhan keamanan
Hari esok adalah pasti: memiliki sesuatu yang teratur dan dapat diprediksi pada diri sendiri, keluarga dan kelompok.
3) Kebutuhan untuk memiliki dan dimiliki
Diterima sebagai anggota kelompok : mengetahui bahwa anak lain menyadari pada dirinya dan ingin anak menjadi miliknya anak lain.
4) Kebutuhan penghargaan
Diakui sebagai individu unik yang memiliki kemampuan tertentu dan karakteristik yang dapat dihargai : individu yang khas dan berbeda.
5) Kebutuhan pengetahuan
Memiliki akses terhadap informasi dan adat istiadat : mengetahui cara-cara mengerjakan sesuatu ; ingin mengetahui tentang makna suatu benda, peristiwa dan simbol.
6) Kebutuhan untuk memahami
Pengetahuan hubungan, sistem dan proses yang diungkapkan dalam teori yang luas, integrasi pengetahuan kedalam struktur yang luas.
7) Kebutuhan keindahan
Apresiasi terhadap keteraturan dan keseimbangan hidup, rasa, keindahan dan kecintaan terhadap semua anak.
Kondisi ekonomi berperan penting dalam pendidikan anak. Menurut Gerungan (2009: 196),
Kondisi sosial ekonomi orang tua / keluarga dapat dilihat dari beberapa hal seperti:
a. Pendidikan orang tua
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar dapat berperan aktif dan positif dalam hidupnya sekarang dan yang akan datang (UU RI No.20 Tahun 2003, tentang SPN). Menurut Dalyono (2007: 5) menyatakan bahwa pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan.
Sebagai mahluk individu dan sekaligus mahluk sosial maka pendidikan menyediakan pemenuhan kepentingan individu dan masyarakat yang saling melengkapi satu sama lain. Dengan pendidikan, perubahan dan perkembangan individu semakin dewasa memberi cara dan sasaran untuk memenuhi kebutuhan hidupnya secara langsung membawa perubahan dan perkembangan masyarakat kearah yang lebih baik dari sebelumnya.
b. Pendapatan orang tua
Menurut Sumardi dalam Sumarto (2006: 14) ”pendapatan adalah jumlah penghasilan riil seluruh anggota keluarga yang disumbangkan untuk memenuhi kebutuhan bersama maupun perorangan dalam keluarga”.
Pendapatan adalah semua penerimaan baik tunai maupun bukan tunai yang merupakan dari penjualan barang atau jasa dalam waktu tertentu. Pendapatan dapat dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan berupa uang dan pendapatan berupa barang atau jasa. Pendapatan yang diterima seseorang akan membawa orang tersebut dalam pengakuan tingkatan status sosial dalam masyarakat, dimana akan ada penghargaan dan kehormatan khusus atas pendapatan dan kepemilikan suatu harta yang perlu dihargai baik yang berupa uang, benda-benda yang bernilai ekonomis, tanah, kekuasaan maupun ilmu pengetahuan (tingkat pendidikan) serta pengukuhan kemapanan kehidupan ekonominya.
c. Tingkat pengeluaran dan pemenuhan kebutuhan hidup
Secara alamiah manusia tidak dapat dipisahkan dari kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan manusia tidak terbatas baik secara jumlah maupun jenisnya dan keinginan yang dimiliki sangat terbatas, sehingga menimbulkan masalah bagaimana cara pemenuhan yang harus dilakukan
Semakin tinggi kemampuan ekonomi seseorang maka semakin tinggi pula kemampuan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhannya dan mencapai keinginannya. Begitu pula dengan keluarga yang tingkat pendapatanya semakin tinggi, maka semakin tinggi pula tingkat kemampuan orang tua dalam memenuhi berbagai kebutuhan anak.
Orang tua atau keluarga dikatakan sejahtera apabila di dalam keluarga tersebut terpenuhi semua kebutuhannya, keselamatannya, ketentramannya, dan kemakmurannya baik lahir maupun batin.
Menurut P.A Samuelson dalam Sumarto bahwa tingkat pengeluaran keluarga dipengaruhi oleh :
1) Tingkat pendapatan 2) Jumlah anggota keluarga 3) Lingkungan sosial ekonomi
d. Jumlah tanggungan orang tua / keluarga
pembiayaan pendidikan bagi anak-anak, apabila tanggungan keluarga banyak maka dana yang dalokasikan untuk pendidikan anak akan semakin sedikit karena dana itu bukan hanya untuk pendidikan anak tetapi juga harus digunakan untuk memenuhi kebutuhan lain.
Sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam kelompok manusia yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi, pendapatan, tingkat pendidikan, jenis rumah tinggal, dan jabatan dalam organisasi, sedangkan menurut Soekanto (2001) ”sosial ekonomi adalah posisi seseorang dalam masyarakat berkaitan dengan orang lain dalam arti lingkungan pergaulan, prestasinya, dan hak-hak serta kewajibannya dalam hubunganya dengan sumber daya”.
Menurut Soekanto (2001:237) menyatakan bahwa komponen pokok kedudukan sosial ekonomi meliputi:
a. Ukuran kekayaan b. Ukuran kekuasaan c. Ukuran kehormatan d. Ukuran ilmu pengetahuan
Pada dasarnya tingkat sosial ekonomi masyarakat dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu :
1. Golongan atas
Terdiri dari kelompok orang kaya yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, bahkan secara berlebihan dan berlimpah ruah.
Terdiri dari kelompok yang berkecukupan yang sudah bisa memenuhi kebutuhan pokoknya (primer) terdiri dari pangan, sandang, papan.
3. Golongan bawah
Terdiri dari kelompok orang miskin yang masih belum bisa memenuhi kebutuhan primer
Menurut Abdulsyani dalam Khudriatun (2005: 20) berpendapat bahwa faktor yang dapat menentukan stratifikasi sosial ekonomi adalah :
a. Memiliki kekayaan yang bernilai ekonomis b.Status bahan dasar fungsi dalam pekerjaan c. Kesalehan dalam beragama
d.Latar belakang rasial dan lamanya seseorang tinggal disuatu tempat. e. Status dasar keturunan
f. Status dasar jenis kelamin dan umur.
Selanjutnya menurut Surjono dalam Khudriatun (2005:21) faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan sosial ekonomi adalah :
a. Tingkat pendapatan b.Gaya hidup
c. Jumlah, susunan, umur anggota keluarga d.Status sosial
e. Keadaan harga barang yang dapat dibeli f. Psikologi
Berdasarkan beberapa uraian teori diatas, dapat disimpulkan bahwa indikator yang digunakan peneliti untuk parameter tingkat kondisi sosial ekonomi orang tua dalam penelitian ini adalah
2.3
Kecerdasan Emosional
2.3.1 Pengertian kecerdasan
Kecerdasan didefinisikan bermacam-macam menurut Anita E.Woolfok dalam Melandy, Widiastuti dan Aziza (2007: 5) bahwa “menurut teori lama, kecerdasan meliputi tiga pengertian, yaitu: kemampuan untuk belajar, keseluruhan pengetahuan yang diperoleh, dan kemampuan untuk beradaptasi dengan situasi baru ataupun lingkungan pada umumnya”.
1. Faktor pembawaan
Faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa seseorang sejak lahir. Batas kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah antara lain ditentukan oleh faktor bawaan.
2. Faktor Minat dan pembawaan yang khas
Dalam diri manusia terdapat atau motif yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar, sehingga apa yang dimintai oleh manusia dapat memberikan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik.
3. Faktor pembentukan
Pembentukan adalah segala keadaan diluar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelegensi. Faktor pembentukan dapat dibedakan menjadi dua yaitu: pembentukan sengaja, seperti yang dilakukan di sekolah, dan pembentukan tidak disengaja, misalnya pengaruh alam sekitar.
4. Faktor kematangan
Tiap organ dalam diri manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. setiap organ manusia baik fisik maupun psikis, dapat dikatakan telah matang jika ia telah tumbuh atau berkembang hingga mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.
5. Faktor kebebasan
Manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
2.3.2 Pengertian kecerdasan emosional
Emosi adalah luapan perasaan dalam tubuh kita akibat respon terhadap peristiwa yang terjadi.menurut kamus besar bahasa Indonesia emosi adalah keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis ( seperti kegembiraan, kesedihan, keharuan, kecintaan, keberaniaan yang bersifat subyektif).
Menurut Cooper dan Sawaf dalam Efendi (2005: 176) “kata emosi bisa secara sederhana didefinisikan secara metafora maupun harfiah, untuk mengeluarkan perasaan”.
kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi (Golleman, 2002: 7)
Menurut Djaali (2007: 38) emosi dapat timbul karena disebabkan beberapa faktor, yaitu:
1. Rangsangan yang menimbulkan emosi
Emosi timbul dari rangsangan (stimulus). Rangsangan dapat timbul dari dorongan, keinginan atau minat yang terhalang, baik disebabkan oleh tidak atau kurangnya kemampuan individu untuk memenuhi atau menyenangkan.
2. Perubahan fisik dan fisiologis
Perubahan fisik dan fisiologis dapat dipengaruhi oleh Rangsangan yang menimbulkan emosi. Jenis perubahan secara fisik dapat diamati pada diri seseorang selama tingkah lakunya dipengaruhi oleh emosi. Adapun secara fisiologis, perubahan tidak tampak dari luar, biasanya dapat diketahui melalui pemeriksaan atau tes dari para ahli ilmu jiwa.
Kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk merasakan emosi, menerima dan membangun emosi dengan baik, memahami emosi dan pengetahuan emosional sehingga dapat meningkatkan perkembangan emosi dan intelektual. Salovey dan Mayer sebagai pencetus istilah kecerdasan emosional mengungkapkan bahwa kecerdasan emosional merupakan himpunan bagian dari keterampilan sosial yang melibatkan kemampuan memantau dan mengendalikan perasaan dan emosi, baik pada diri sendiri maupun orang lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan.
Selanjutnya dalam Working With Emotional Intelligence (1999: 512) Daniel Goleman mendefinisikan kecerdasan emosional dengan “kemampuan mengenali perasaan diri kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungannya dengan orang lain”.
Dari beberapa pendapat diatas dapat dikatakan bahwa kecerdasan emosi merupakan kemampuan untuk menggunakan emosi secara efektif dalam mengelola diri sendiri dan mempengaruhi hubungan dengan orang lain secara positif. Kecerdasan emosional merupakan komponen yang membuat seseorang menjadi pintar dalam menggunakan emosi. “Kecerdasan emosional bukan didasarkan pada kepintaran seseorang, melainkan pada sesuatu yang dahulu yang disebut karakteristik pribadi” (Shapiro 2003: 4). Efendi (2005: 183) mengatakan bahwa ”kecerdasan emosional adalah kecerdasan yang sangat diperlukan untuk berprestasi”.
2.3.3 Arti penting IQ, EQ dan SQ
Kecerdasan yang paling utama dimiliki manusia adalah Kecerdasan Intelektual (IQ), Kecerdasan Emosional (EQ), dan Kecerdasan Spiritual (SQ).
(Intelegence Quotient). Semakin tinggi IQ seseorang maka semakin tinggi pula
tingkat kecerdasan orang tersebut.
Pemahaman seperti itu diyakini semua pihak bahwa siapa saja yang ber IQ tinggi, kelak bakal sukses hidupnya ketimbang orang yang IQ nya rata-rata. Padahal
kecerdasan orang tidak hanya diukur oleh IQ semata. Bukti telah banyak
menunjukkan bahwa pengangguran banyak dialami oleh sarjana yang hanya memiliki
kecerdasan akademis. Namun sebaliknya kesuksesan bisa diraih oleh mereka yang
tidak sekolah atau kuliah. Hasil penelitian Daniel Goleman menyebutkan bahwa IQ
hanya memberi kontribusi 20% saja dari kesuksesan hidup seseorang. Selebihnya
bergantung pada kecerdasan emosi (EQ) dan sosial yang bersangkutan.
Anak-anak yang mempunyai masalah dalam kecerdasan emosinya, akan mengalami kesulitan belajar, kesulitan bergaul dan tidak dapat mengontrol emosinya.
Sebaliknya, anak-anak yang berkarakter atau mempunyai kecerdasan emosi tinggi
akan terhindar dari masalah-masalah umum yang dihadapi oleh remaja, seperti
kenakalan, tawuran, narkoba, minuman keras, perilaku seks bebas dan sebagainya.
Oleh karena itu, penting sekali mengajari anak-anak ketrampilan mengendalikan
emosi. Karena dengan kemampuan tersebut anak-anak akan lebih mampu mengatasi
berbagai masalah yang timbul selama dalam proses menuju manusia dewasa sehingga
mereka akan lebih mampu mengatasi tantangan-tantangan emosional dalam
kehidupan modern yang semakin kompleks. Mengingat begitu pentingnya emosi
dalam sikap dan tindakan seseorang, maka untuk mengembangkan kecerdasan emosi
perlu diajarkan ketrampilan emosi sejak dini.
sendiri dan juga perasaan milik orang lain. EQ memberi rasa empati, cinta, motifasi
dan kemampuan untuk menanggapi kesedihan atau kegembiraan secara tepat.
Sebagaimana dinyatakan Goleman, ”EQ merupakan persyaratan dasar untuk
menggunakan IQ secara efektif. Jika bagian-bagian otak yang merasa telah rusak,
maka kita dapat berpikir efektif”.
Selain IQ dan EQ, ada “Q” ketiga yang terdapat dalam diri manusia, yaitu SQ (Spiritual Quotient) atau kecerdasan spiritual, yaitu kecerdasan untuk menghadapi
dan memecahkan persoalan makna-makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk
menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya,
kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna
dibandingkan dengan orang lain. SQ adalah landasan yang diperlukan untuk
mengfungsikan IQ dan EQ secara efektif, bahkan SQ merupakan kecerdasan
tertinggi. Untuk menumbuhkan kecerdasan siswa bisa dilakukan dengan menajamkan
kualitas kecerdasan spiritual siswa melalui nilai-nilai yang ditanamkan sejak dini.
Seperti kejujuran, keadilan, kebajikan, kebersamaan, kesetiakawanan sosial dan
lainnya. Sedangkan guru harus berusaha menjadi teladan bagi siwa, sehingga siswa
tidak hanya mendapatkan pendidikan SQ melalui kegiatan yang diikuti, tapi juga bisa
meneladani sosok guru mereka.
2.3.4 Komponen kecerdasan emosional
Goleman (2002: 513-514) mengemukakan bahwa ada lima aspek kecerdasan emosional, yaitu:
a. Pengenalan Diri atau Kesadaran diri
Goleman bahwa kesadaran diri memungkinkan pikiran rasional memberikan informasi penting untuk menyingkirkan suasana hati yang tidak menyenangkan. Pada saat yang bersamaan, kesadaran diri bisa membantu mengelola diri sendiri dan hubungan antarpersonal serta menyadari emosi dan pikiran sendiri. Semakin tinggi kesadaran, semakin pandai dalam menangani perilaku negatif diri sendiri.
Ada beberapa cara untuk mengembangkan kekuatan dan kelemahan dalam pengenalan diri yaitu, introspeksi diri, mengendalikan diri, membangun kepercayaan diri, mengenal dan mengambil inspirasi dari tokoh-tokoh teladan, dan berfikir positif dan optimis tentang diri sendiri.
b.Pengendalian diri atau Pengaturan diri
Pengendalian diri atau Pengaturan diri yaitu kemampuan seseorang menangani emosinya sendiri sehingga berdampak positif pada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati, sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran, dan mampu pulih kembali dari tekanan emosi.
Orang dengan kecakapan ini mampu mengelola dengan baik perasaan-perasaan impulsive dan emosi-emosi yang menekan mereka, tetap teguh, tetap positif, dan tidak goyah bahkan dalam situasi yang paling berat, serta berfikir dengan jernih dan tetap fokus kendati dalam tekanan.
c. Motivasi diri
Motivasi diri yaitu kemampuan menggunakan hasrat yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun menuju sasaran, mampu mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif, serta mampu bertahan mengahadapi kegagalan dan frustrasi.
Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang sangat penting dalam kaitan untuk memberikan perhatian, untuk memotifasi diri sendiri dan menguasai diri sendiri dan untuk bereaksi. Kendati diri emosional, menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati adalah landasan keberhasilan dalam berbagai bidang.
d.Empati
Empati yaitu kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, menumbuhkan hubungan saling percaya, dan mampu menyelaraskan diri dengan berbagai tipe orang.
Orang yang empatik lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkanapa-apa yang dibutuhkan atau dikehendaki orang lain.
e. Keterampilan sosial
Keterampilan sosial merupakan keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar pribadi. Oarng-orang yang hebat dalam keterampilan ini akan sukses dalam bidang apapun yang mengandalkan pergaulan yang mulus dengan orang lain, mereka adalah bintang-bintang pergaulan.
2.3.5 Indikator kecerdasan emosional
Yang menjadi indikator kecerdasan emosional adalah : a. Pengenalan diri atau kesadaran diri
b. Pengendalian diri atau pengaturan diri c. Motivasi
d. Empati keterampilan sosial
2.4
Tinjauan Akuntansi
2.4.1 Pengertian Akuntansi
Sedangkan menurut Wahyudin (2005: 1),
akuntansi secara umum dapat dipahami sebagai suatu proses kegiatan mengolah data (keuangan)(input) agar menghasilkan informasi keuangan (output), yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan atau organisasi ekonomi yang bersangkutan.secara sederhana, akuntansi dapat diartikan sebagai suatu proses kegiatan : mencatat, mengklasifikasikan, dan Pelaporan terhadap seluruh Transaksi keuangan perusahaan atau organisasi yang terjadi selama periode tertentu, dengan cara tertentu beserta kegiatan menginterprestasikan atas output yang dihasilkannya.
2.4.2 Fungsi dan Tujuan
Fungsi akuntansi pada materi akuntansi di SMK adalah mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap rasional, teliti, jujur, dan bertanggung jawab melalui prosedur pencatatan, pengelompokan, pengikhtisaran Transaksi-transaksi keuangan, Penyusunan laporan keuangan, dan penafsiran perusahaan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) (DEPDIKNAS.2003: 1).
Tujuan akuntansi pada materi akuntansi di SMK adalah membekali tamatan SMK dalam berbagai kompetensi dasar agar mereka menguasai dan mapu menerapkan konsep-konsep dasar, prinsip dan prosedur akuntansi yang benar, baik untuk kepentingan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi ataupun terjun ke masyarakat sehingga memberikan manfaat bagi kehidupan siswa (DEPDIKNAS.2003:5).
2.5
Penelitian Terdahulu
signifikan terhadap prestasi belajar akuntansi. Secara parsial pengaruh kecerdasan emosional siswa terhadap prestasi belajar akuntansi sebesar 12,39%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan kecerdasan emosional siswa terhadap prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI Akuntansi SMK Bhineka Karya 1 Boyolali.
Dalam penelitian Oyesojl A. Aremu, Adeyinka Tella and Adedeji Tella yang berjudul “Relationship among Emotional Intelligence, Parental Involvement and Academic Achievement of Secondary School Students in Ibadan, Nigeria”. Menunjukkan bahwa kecerdasan emosional dapat memprediksi prestasi akademik. Demikian pula, ada yang signifikan positif hubungan antara kecerdasan emosional dan prestasi akademik.
Berdasarkan hasil penelitian dari Ratna Indah Aprilia (2010) yang berjudul “Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Akuntansi Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Ungaran 2008/2009 (Lingkungan Belajar Sebagai Variabel Moderat)” menunjukkan bahwa secara parsial diperoleh t hitung untuk kecerdasan emosional sebesar 10,021 dengan probabilitas 0,000 < 0,05.
Penelitian oleh Yuyun Indarti (2010) “Pengaruh Motivasi, Konsep Diri dan Kondisi Sosial Ekonomi siswa terhadap prestasi belajar mata diklat normatif siswa kelas XI SMK Muhammadiyah 1 Semarang”, terdapat pengaruh yang positif antara Motivasi, Konsep Diri dan Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga terhadap prestasi belajar siswa. Dari hasil uji F atau uji simultan di peroleh sebesar 49% dengan probabilitas 0,000 < 0,05 yang berarti model regresi tersebut signifikan, dengan kata lain hipotesis yang menyatakan ada pengaruh antara Motivasi, Konsep Diri dan Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga terhadap prestasi belajar siswa diterima. Dari hasil uji t atau secara parsial diperoleh sebesar 10,43%.
2.6
Kerangka Berfikir
2.6.1 Kondisi sosial ekonomi keluarga terhadap prestasi belajar akuntansi Sosial ekonomi adalah posisi seseorang dalam masyarakat berkaitan dengan orang lain dalam arti lingkungan pergaulan, prestasinya, dan hak-hak serta kewajibannya dalam hubunganya dengan sumber daya
sarana dan prasarana pendidikan. Sehingga siswa fokus untuk belajar mencapai prestasi setinggi-tingginya sesuai dengan yang diharapkan.
2.6.2 Kondisi sosial ekonomi keluarga terhadap prestasi belajar akuntansi melalui kecerdasan emosional
Sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam kelompok manusia yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi, pendapatan, tingkat pendidikan, jenis rumah tinggal, dan jabatan dalam organisasi. Dalam pencapaian prestasi belajar di sekolah kondisi sosial ekonomi keluarga memberikan kontribusi terhadap kecerdasan emosional siswa.
Siswa yang mempunyai kondisi sosial ekonomi tinggi akan lebih nyaman dalam kegiatan pembelajaran baik disekolah maupun dirumah. Karena semua kebutuhan yang diperlukan siswa dalam pembelajaran akan dapat dipenuhi orang tuanya, sehingga siswa tidak akan dihadapkan pada masalah yang dapat mengganggu emosi siswa yang terkait dengan masalah pembiayaan dan sarana prasarana . dengan begitu maka dalam diri siswa tidak ada gejolak emosi yang ditimbulkan dari masalah ekonomi keluarga, dan kecerdasan emosional siswapun akan lebih stabil, prestasi belajarpun akan lebih meningkat.
2.6.3 Kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar akuntansi
belajarnya karena pelajaran akuntansi adalah pelajaran yang sulit dan membutuhkan pemahaman konsep akuntansi yang cukup panjang dan sedikit susah. Dengan kecerdasan emosional yang dimiliki siswa maka siswa akan berusaha mencari solusi terbaik untuk memecahkan kesulitannya, tidak menyerah pada keadaan dan putus asa. Hal ini membuat kegiatan belajar mengajar berjalan efektif dan efisien, prestasi belajarpun akan meningkat dan proses pembelajaran juga mengalami keberhasilan. Hal ini sejalan dengan pendapat goleman yang menyatakan ”bahwa keberhasilan seseorang, 80%nya dipengaruhi oleh kecerdasan emosional”.
Dari uraian diatas maka dapat digambarkan kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat dilihat dalam gambar dibawah ini :
H1 H2
[image:52.595.116.508.277.641.2]H1
Gambar 2.1 bagan kerangka berfikir Kecerdasan
Emosional
Kondisi Sosial
2.7
HipotesisBerdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
H1 : ada pengaruh kondisi sosial ekonomi keluarga siswa terhadap prestasi
belajar akuntansi secara langsung maupun melalui kecerdasan emosional siswa kelas XI Akuntansi di SMK Widya Praja Ungaran.
H2 : ada pengaruh kecerdasan emosional siswa terhadap prestasi belajar
36
3.1
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI kompetensi keahlian akuntansi SMK Widya Praja Ungaran tahun ajaran 2010/2011 yang terdiri dari kelas XI AK 1 yang berjumlah 25 siswa dan kelas XI AK 2 yang berjumlah 28 siswa, dengan jumlah keseluruhan populasi penelitian adalah 53 siswa. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan populasi atau sensus, sehingga sampel penelitian ini adalah populasi itu sendiri.
3.2
Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini ada beberapa variabel yang akan diteliti yaitu: 3.2.1 Variabel Bebas atau Variabel Independen (X)
Indikator kondisi sosial ekonomi keluarga: a. Tingkat pendidikan
b. Penghasilan orang tua
c. Pengeluaran dan pemenuhan kebutuhan orang tua 3.2.2 Variabel Intervening
Variabel intervening dalam penelitian ini adalah kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi dan pengaruh yang manusiawi.
Indikator kecerdasan emosional : a. Pengenalan diri
b. Pengendalian diri c. Motivasi
d. Empati
e. Ketrampilan sosial
3.2.3 Variabel Terikat atau Variabel Dependen (Y)
dijumlahkan kemudian hasilnya dibagi dengan banyaknya ulangan harian yang telah ditempuh siswa.
3.3
Metode Pengumpulan Data
a. Metode Angket atau Kuesioner
Dalam penelitian ini angket digunakan untuk mengetahui informasi tentang kondisi sosial ekonomi keluarga dan kecerdasan emosional pada siswa kelas XI kompetensi keahlian akuntansi SMK Widya Praja Ungaran. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup yaitu kuesioner yang diberikan sudah ada jawabannya dan responden hanya memberikan tanda silang pada salah satu jawaban yang sesuai.
Apabila angket telah diperoleh, maka jawaban diberi skor masing-masing sebagai berikut:
Skor 4 untuk jawaban a Skor 3 untuk jawaban b Skor 2 untuk jawaban c Skor 1 untuk jawaban d
Butir jawaban a merupakan jawaban dengan nilai tertinggi sedangkan skor terendah terdapat pada jawaban butir d.
b. Metode Dokumentasi
kelas XI kompetensi keahlian akuntansi yang ada dalam populasi, serta nilai rata – rata ulangan harian siswa.
3.4
Uji Kualitas Angket penelitian
Sebelum angket ini digunakan untuk penelitian terlebih dahulu angket diujicobakan (pilot tes) pada beberapa responden ujicoba. Adapun tahap-tahap penyusunan instrument (angket / kuesioner) adalah sebagai berikut :
1) Tahap persiapan
a. Merumuskan tujuan yang akan dicapai melalui angket / kuesioner. b. Menetapkan variabel-variabel yang diangkat dalam penelitian. c. Menjabarkan indikator-indikator dalam penelitian.
d. Membuat kisi-kisi instrument.
e. Membuat soal berdasarkan kisi-kisi instrument. 2) Tahap pelaksanaan
Menyebarkan angket / kuesioner pada siswa kelas X AK SMK Widya Praja Ungaran tahun ajaran 2010/2011.
3) Tahap analisis
3.4.1 Validitas instrumen
Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkap sesuatu yang akan diukur oleh kusioner tersebut. Dalam penelitian ini penghitungan hasil uji validitas angket menggunakan bantuan program SPSS 12, dikatakan bahwa pertanyaan sebanyak 38 soal yang diuji cobakan kepada 20 responden uji coba
Untuk mengetahui apakah angket yang digunakan valid atau tidak, maka r hitung (pada kolom corrected item-Total Correlation) dikonsultasikan dengan r tabel (pada tabel r product moment) dengan taraf signifikan 5% atau taraf
kepercayaan 95% sebesar 0,444. Apabila r hitung > r tabel maka angket dikatakan
valid dan apabila r hitung < r tabel maka angket dikatakan tidak valid.
[image:58.595.115.513.271.746.2]Pengujian alat ukur untuk mengetahui validitas angket atau kuesioner yang dilakukan oleh peneliti ditunjukan tabel 3.1 dan 3.2 berikut ini:
Tabel 3.1 Hasil uji validitas angket kecerdasan emosional
No. item r hitung r tabel kriteria
1 0.669 0.444 valid
2 0.781 0.444 valid
3 -0.156 0.444 tidak
4 0.524 0.444 valid
5 0.512 0.444 valid
6 0.690 0.444 valid
7 0.533 0.444 valid
8 0.708 0.444 valid
9 0.571 0.444 valid
10 0.733 0.444 valid
11 0.475 0.444 valid
12 0.488 0.444 valid
13 0.482 0.444 valid
14 0.706 0.444 valid
15 0.671 0.444 valid
17 0.477 0.444 valid
18 0.499 0.444 valid
19 0.590 0.444 valid
20 0.539 0.444 valid
21 0.503 0.444 valid
22 0.552 0.444 valid
23 0.519 0.444 valid
24 0.541 0.444 valid
25 0.612 0.444 valid
[image:59.595.112.513.262.649.2]Sumber : data primer yang diolah 2011
Tabel 3.2 Hasil uji validitas angket kondisi sosial ekonomi keluarga
No. item r hitung r tabel kriteria
26 0.552 0.444 valid
27 0.503 0.444 valid
28 0.705 0.444 valid
29 0.645 0.444 valid
30 0.608 0.444 valid
31 0.553 0.444 valid
32 0.578 0.444 valid
33 0.602 0.444 valid
34 0.428 0.444 tidak
35 0.506 0.444 valid
36 0.565 0.444 valid
37 0.572 0.444 valid
38 0.295 0.444 tidak
Sumber : data primer yang diolah 2011
Berdasarkan tabel 3.1 dan 3.2 dari uji coba instrument yang telah dilakukan ternyata terdapat 3 item soal yang tidak valid yaitu item nomor 3, 34 dan 38. Oleh karena itu , item soal tersebut dihapus sehingga tidak dipakai dalam penelitian.
3.4.2 Reliabilitas instrumen
Dalam penelitian ini untuk mencari reliabilitas instrument dengan menggunakan rumus alpha:
k ∑σb2
rxy = 1 -
k – 1 σ12
Keterangan:
Rxy = Realibilitas instrument
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal ∑ σb2 = jumlah varians butir
σt2 = varians total
Jika rhitung > r tabel instrument dikatakan reliabel dan Jika rhitung < r tabel
instrument dikatakan tidak reliable. Perhitungan reliabilitas menggunakan SPSS for Windows 12.0 dengan uji statistik Cronbach Alpha (α). Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0.60 (Nunally dalam Ghozali, 2007: 42). Dari hasil analisis reliabilitas untuk variabel kecerdasan emosional menunjukkan Cronbach Alpha sebesar 0,927 dan untuk variabel kondisi sosial ekonomi keluarga menunjukkan nilai Cronbach Alpha sebesar 0,889.
3.5
Metode Analisis Data
tepat dari permasalahan yang diajukan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
3.5.1 Analisis Deskriptif Presentase
Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan variabel – variabel yang ada dalam penelitian. Variabel kondisi sosial ekonomi keluarga, kecerdasan emosional dan prestasi belajar dapat diukur dengan menentukan perhitungan indeks presentase.
Rumus perhitungan indeks presentase adalah:
DP = n x 100 %
N Keterangan:
DP = Deskriptif Presentase
n = Jumlah nilai yang diperoleh (total) N = jumlah nilai maksimal seluruhnya
Kategori deskriptif persentase (DP) diperoleh dengan membuat tabel kategori yang diasumsikan pada satu soal dalam kuesioner dan disusun dengan perhitungan sebagai berikut:
Presentase Maksimal : 4/4 x 100% = 100% Presentase Minimal : 1/4 x 100% = 25% Rentang Presentase : 100% - 25% = 75% Interval Kelas Persentase : 75% / 4 = 18,75%
Tabel 3.3 Kriteria Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga dan Kecerdasan Emosional
No Interval Kondisi Sosial Kriteria
Ekonomi Keluarga Kecerdasan Emosional 1 ≥ 81,25% - 100% Sangat Tinggi Sangat Tinggi
2 ≥ 62,50% - 81,25% Tinggi Tinggi
3 ≥ 43,75% - 62,50% Rendah Rendah
4 25% - 43,75% Sangat Rendah Sangat Rendah
Sumber: Data diolah 2011
[image:62.595.113.516.160.636.2]Prestasi belajar akuntansi diperoleh dari nilai rata-rata ulangan harian siswa kelas XI Akuntansi SMK Widya Praja Ungaran. Adapun tabel kategori untuk prestasi belajar akuntansi adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4 Kategori Prestasi Belajar Akuntansi No Interval Nilai Kriteria
1 ≥ 70 Tuntas
2 < 70 Tidak Tuntas
Sumber: Data diolah 2011
3.5.2 Uji Statistik 3.5.2.1Uji Asumsi Klasik 3.5.2.1.1 Uji Normalitas
Sebelum dilakukan uji asumsi klasik dan analisis regresi ganda, perlu dilakukan uji prasyarat. Uji prasyarat dalam model analisis ini adalah menggunakan uji normalitas. Agar kesimpulan yang dibuat berdasarkan suatu ttest
tidak. Uji kenormalan data dilakukan dengan Uji Kolmogorov–Smimov dianalisis dengan bantuan SPSS for Windows Release 12.0. Caranya adalah menentukan terlebih dahulu hipotesis pengujian yaitu:
Hipotesis Nol (Ho) : data terdistribusi secara normal Hipotesis Altematif (Ha) : data tidak terdistribusi secara normal
Menurut Ghozali (2007: 30) jika variabel nilai K-Snya nilainya jauh diatas α = 0.05 hal ini berarti hipotesis nol diterima atau terdistribusi secara normal. Begitu juga sebaliknya jika variabel nilai K-Snya dibawah α = 0.05 hal ini berarti hipotesis nol ditolak atau tidak terdistribusi secara normal.
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Seperti diketahui bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual memiliki distribusi normal, jika asumsi itu dilanggar maka uji statistic tidak valid untuk jumlah sampel kecil.
Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data atau titik pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dan residualnya. Jika variabel tidak terdistribusi secra normal atau mendekati normal (melenceng ke kanan atau ke kiri) maka data tersebut dapat dilanjutkan dengan uji non parametrik.
satu garis lurus diagonal dan ploting data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data adalah normal, maka garis yang menggambar data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.
3.5.2.1.2 Uji Multikolonieritas
Menurut Ghozali (2007: 91) uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent). Model regresi yang benar seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas karena sulit untuk diketahui variabel dependen mana yang mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen. Jika variabel bebas saling berkorelasi maka variabel – variabel ini tidak ortogonal. Variabel orthogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas sama dengan nol. Salah satu cara mendeteksi adanya gejala multikolonieritas dengan menggunakan nilai Variance Inflaction Factor (VIF) dan tolerance melalui SPSS for Windows 12.0. Model regresi yang multikolonieritas memiliki nilai VIF dibawah 10 dan tolerance diatas 0,1. Deteksi lain dengan melihat korelasi antara variabel bebas, apabila masih dibawah 0,8, maka dapat disimpulkan tidak mengandung multikolonieritas.
3.5.2.1.3 Uji Heteroskedastisitas
Untuk mendeteksi gejala heteroskedatisitas. Untuk mendeteksi gejala heteroskedastisitas dilakukan dengan mengamati grafik Scatterplot dengan pola titik – titik yang menyebar diatas dan di bawah sumbu Y atau ada tidaknya pola tertentu pada grafik Scatterplot. Jika grafik scatterplot titik – titik yang ada