• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN KONDOM PADA WANITA PEKERJA SEKSUAL (WPS) UNTUK PENCEGAHAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) DI KLINIK MENTARI PUSKESMAS PANJANG BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN KONDOM PADA WANITA PEKERJA SEKSUAL (WPS) UNTUK PENCEGAHAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) DI KLINIK MENTARI PUSKESMAS PANJANG BANDAR LAMPUNG"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

FACTORS RELATED TO CONDOM USE IN FEMALE SEXUAL WORKERS FOR PREVENTING SEXUALLY TRANSMITTED INFECTIONS IN MENTARI CLINIC PUBLIC HEALTH CENTER

PANJANG BANDAR LAMPUNG

By

Septina Ashariani

Background: Sexually transmitted infections are one of the most common causes of illness, and even death, in the world. One of the preventions that can be done is the condom use by female sex workers (FSW). This research aims to determine what factors are associated with condom use by female sex workes in Panjang. Methods: This research is an observational analytic study using cross sectional design. The sampling technique was conducted by consecutive sampling. The research was conducted in September to October 2015 and held in Mentari Clinic Public Health Center Panjang. The samples that were successfully obtained is 80 people. The independent variables are age, education, income, marital status, knowledge, attitude, condom availability, pimp’s support and health workers’ support while the dependent variable is condom use. Data analysis method used is the analysis of univariate and bivariate

Results: The results showed that 58.1 % FSW always used condom. Chi-Square test results showed p-value of age 0.290, marital status 0.308, education 0.001, income 0.001, knowledge 0.042, attitudes 0.094 , condom availability 0.007, pimp’s support 0.947 and health workers’support 0.464.

Conclusions: There was a significant correlation between education, income, knowledge and condom availability with condom use among female sex workers in Panjang.

(2)

ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN KONDOM PADA WANITA PEKERJA SEKSUAL (WPS) UNTUK PENCEGAHAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) DI KLINIK

MENTARI PUSKESMAS PANJANG BANDAR LAMPUNG

Oleh

Septina Ashariani

Latar Belakang: Infeksi menular seksual (IMS) adalah merupakan salah satu penyebab utama kesakitan, bahkan kematian di dunia. Salah satu pencegahan yang dapat dilakukan adalah penggunaan kondom terutama oleh wanita pekerja seksual (WPS). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan penggunaan kondom pada WPS di Panjang.

Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan menggunakan desain cross sectional. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan adalah consecutive sampling. Penelitian dilaksanakan pada periode September – Oktober 2015 dan bertempat di Klinik Mentari Puskesmas Panjang. Sampel yang berhasil didapatkan adalah 80 orang. Variabel bebas penelitian ini adalah usia, pendidikan, penghasilan, status pernikahan, pengetahuan, sikap, ketersediaan kondom, dukungan mucikari serta dukungan petugas kesehatan sedangkan variabel terikatnya adalah penggunaan kondom. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat.

Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa 58,1% WPS selalu menggunakan kondom. Dari hasil uji Chi-Square terlihat nilai p dari usia adalah 0,290, status pernikahan 0,308, pendidikan 0,001, penghasilan 0,001, pengetahuan 0,042, sikap 0,094, ketersediaan kondom 0,007, dukungan mucikari 0,947 dan dukungan petugas kesehatan 0,464.

Kesimpulan:Terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan, penghasilan, pengetahuan dan ketersediaan kondom dengan penggunaan kondom pada WPS di Panjang.

(3)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN KONDOM PADA WANITA PEKERJA SEKSUAL (WPS) UNTUK PENCEGAHAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) DI KLINIK

MENTARI PUSKESMAS PANJANG BANDAR LAMPUNG

Oleh

SEPTINA ASHARIANI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEDOKTERAN

pada

Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN KONDOM PADA WANITA PEKERJA SEKSUAL (WPS) UNTUK PENCEGAHAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL DI KLINIK MENTARI

PUSKESMAS PANJANG BANDAR LAMPUNG

Oleh

SEPTINA ASHARIANI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Teori PRECEDE-PROCEED... 24

2. Kerangka Teori Penelitian... 32

3. Kerangka Konsep Penelitian ... 33

(6)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI... i

DAFTAR TABEL... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR SINGKATAN ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 2.1 Infeksi Menular Seksual ... 9

2.1.1 Definisi Infeksi Menular Seksual... 9

2.1.2 Jenis-Jenis Infeksi Menular Seksual ... 10

2.1.2.1 Gonorrhea... 10

2.1.2.2 Infeksi Klamidia... 11

2.1.2.3 Sifilis ... 11

2.1.2.4 Kandidiasis... 13

2.1.2.5 Ulkus Mole... 13

2.1.2.6 Kondiloma Akuminata ... 14

2.1.2.7 Herpes Genitalis ... 14

2.1.2.8 Infeksi HIV & AIDS ... 15

(7)

ii

2.1.3 Komplikasi Infeksi Menular Seksual ... 17

2.1.4 Pencegahan Infeksi Menular Seksual ... 18

2.2.Kondom ... 19

2.3 Wanita Pekerja Seksual ... 20

2.4 Teori PRECEDE-PROCEED ... 20

2.5 Pengetahuan ... 25

2.6 Sikap ... 29

2.7 Perilaku ... 30

2.8 Model Kepercayaan Kesehatan (Health Belief Model) ... 31

2.9 Kerangka Penelitian ... 32

2.9.1 Kerangka Teori ... 32

2.9.2 Kerangka Konsep ... 33

2.10 Hipotesis ... 33

III. METODE PENELITIAN... 3.1 Desain Penelitian ... 35

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian... 35

3.3 Populasi dan Sampel... 36

3.4 Variabel Penelitian ... 38

3.5 Definisi Operasional ... 38

3.6 Pengumpulan data... 40

3.7 Cara Pengumpulan Data ... 43

3.8 Alur Penelitian ... 44

3.9 Pengolahan dan Analisis Data ... 45

3.10 Penyajian Data... 46

3.11 Etika Penelitian... 46

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 47

4.1.1 Analisis Univariat ... 48

4.1.1.1 Distribusi Frekuensi WPS Menurut Usia ... 48

4.1.1.2 Distribusi Frekuensi WPS Menurut Pendidikan ... 48

(8)

iii

4.1.1.4 Distribusi Frekuensi WPS Menurut Status

Pernikahan ... 49 4.1.1.5 Distribusi Frekuensi WPS Menurut Pengetahuan ... 50 4.1.1.6 Distribusi Frekuensi WPS Menurut Sikap ... 50 4.1.1.7 Distribusi Frekuensi WPS Menurut Ketersediaan

Kondom ... 51 4.1.1.8 Distribusi Frekuensi WPS Menurut Dukungan

Mucikari ... 51 4.1.1.9 Distribusi Frekuensi WPS Menurut Dukungan

Petugas Kesehatan ... 52 4.1.1.10 Distribusi Frekuensi WPS Menurut Pemakaian

Kondom ... 52 4.1.2 Analisis Biavariat ...

4.1.2.1 Analisis Bivariat Hubungan Usia Dengan Penggunaan Kondom... 53 4.1.2.2 Analisis Bivariat Hubungan Pendidikan Dengan

Penggunaan Kondom ... 54 4.1.2.3 Analisis Bivariat Hubungan Penghasilan Dengan

Penggunaan Kondom ... 55 4.1.2.4 Analisis Bivariat Hubungan Status Pernikahan

Dengan Penggunaan Kondom... 56 4.1.2.5 Analisis Bivariat Hubungan Pengetahuan Dengan

Penggunaan Kondom ... 57 4.1.2.6 Analisis Bivariat Hubungan Sikap Dengan

Penggunaan Kondom ... 58 4.1.2.7 Analisis Bivariat Hubungan Ketersediaan Kondom

Dengan Penggunaan Kondom... 59 4.1.2.8 Analisis Bivariat Hubungan Dukungan Mucikari

Dengan Penggunaan Kondom ... 60 4.1.2.9 Analisis Bivariat Hubungan Petugas Kesehatan

(9)

iv

4.2.1 Hubungan Usia Dengan Penggunaan Kondom... 62 4.2.2 Hubungan Pendidikan Dengan Penggunaan Kondom ... 63 4.2.3 Hubungan Penghasilan Dengan Penggunaan Kondom... 64 4.2.4 Hubungan Status Pernikahan Dengan Penggunaan

Kondom ... 65 4.2.5 Hubungan Pengetahuan Dengan Penggunaan Kondom... 67 4.2.6 Hubungan Sikap Dengan Penggunaan Kondom ... 70 4.2.7 Hubungan Ketersediaan Kondom Dengan Penggunaan

Kondom ... 72 4.2.8 Hubungan Dukungan Mucikari Dengan Penggunaan

Kondom ... 74 4.2.9 Hubungan Dukungan Petugas Kesehatan Dengan

Penggunaan Kondom ... 76 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Kesimpulan ... 79 5.2 Saran ... 81

(10)

viii

DAFTAR SINGKATAN

AIDS :Acquired Immunodeficiency Syndrome

CD4 :Cluster of differentiation 4

CDC :Center for Disease Control and Prevention

HBM :Health Belief Model

HIV :Human Immunodeficiency Virus

HPV :Human Papiloma Virus

HSV :Herpes Simplex Virus

IMS : Infeksi Menular Seksual KA : Kondiloma Akuminata Penasun : Pengguna Napza Suntik

PRECEDE :Predisposing, Reinforcing, and Enabling Causes in Educational Diagnosis and Evaluation

PROCEDE :Policy, Regulatory, and Organizational Construct in Educational and Environmental Development

SD : Sekolah Dasar

SMU : Sekolah Menengah Umum STD :Sexually Transmitted Disease

STI :Sexually Transmitted Infection

(11)

v

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Definisi Operasional……… 38

2. Distribusi Frekuensi WPS Menurut Usia ... 48

3. Distribusi Frekuensi WPS Menurut Pendidikan ... 48

4. Distribusi Frekuensi WPS Menurut Penghasilan ... 49

5. Distribusi Frekuensi WPS Menurut Status Pernikahan ... 49

6. Distribusi Frekuensi WPS Menurut Pengetahuan ... 50

7. Distribusi Frekuensi WPS Menurut Sikap ... 50

8. Distribusi Frekuensi WPS Menurut Ketersediaan Kondom ... 51

9. Distribusi Frekuensi WPS Menurut Dukungan Mucikari ... 51

10. Distribusi Frekuensi WPS Menurut Dukungan Petugas Kesehatan ... 52

11. Distribusi Frekuensi WPS Menurut Pemakaian Kondom ... 52

12. Analisis Bivariat hubungan usia dengan penggunaan kondom... 53

13. Analisis bivariat hubungan pendidikan dengan penggunaan kondom ... 54

14. Analisis bivariat hubungan penghasilan dengan penggunaan kondom... 55

15. Analisis bivariat hubungan status pernikahan dengan penggunaan kondom ... 56

16. Analisis bivariat hubungan pengetahuan dengan penggunaan kondom.... 57

(12)

vi

18. Analisis bivariat hubungan ketersediaan kondom dengan penggunaan kondom... 59 19. Analisis bivariat hubungan dukungan mucikari dengan penggunaan

kondom... 60 20. Analisis bivariat hubungan dukungan petugas kesehatan dengan

(13)
(14)
(15)
(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tangerang, pada tanggal 21 September 1994, sebagai anak kedua dari dua bersaudara, dari Bapak Hirawan Antoni dan Ibu Desak Putu Kustiwarsani. Penulis memiliki 1 kakak laki-laki, yaitu Oka Handes Wardana.

Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) di TK Cut Nyak Dien Tangerang dan diselesaikan pada tahun 1999, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SDN Karawaci Baru 6 pada tahun 2006, Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan di SMPN 9 Kota Tangerang pada tahun 2009, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di SMAN 8 Kota Tangerang pada tahun 2012.

(17)

SANWACANA

Alhamdulillahi robbil’alamin, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa mencurahkan segala nikmat-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan tepat waktu.

Skripsi dengan judul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Penggunan Kondom Pada Wanita Pekerja Seksual (WPS) Untuk Pencegahan Infeksi Menular Seksual (IMS) Di Klinik Mentari Puskesmas Panjang Bandar Lampung” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas Lampung; 2. Dr. dr. Muhartono, S.Ked., M.Kes, Sp.PA., selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Lampung

(18)

4. dr. Ratna Dewi Puspita Sari Sp.OG, selaku Pembimbing II yang telah memberikan nasihat, bimbingan, saran,dan kritik yang bermanfaat dalam proses penyelesaian skripsi ini;

5. Dr. Dyah Wulan Sumekar R.W S.KM, M.Kes, selaku Penguji Utama pada Ujian Skripsi. Terima kasih atas waktu, ilmu dan saran-saran yang telah diberikan;

6. dr. Evi Kurniawaty, M.Sc, selaku Pembimbing Akademik atas motivasi, arahan, waktu, ilmu, serta saran-saran yang telah diberikan;

7. Seluruh staf pengajar dan karyawan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung atas ilmu, waktu, dan bimbingan yang telah diberikan dalam proses perkuliahan;

8. Seluruh staf TU, Administrasi dan Akademik FK Unila yang turut membantu dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini;

9. Terima kasih kepada mamaku Desak Putu Kustiwarsani dan papaku Hirawan Antoni atas cinta dan kasih sayangnya yang tiada akhir, kesabarannya, waktunya, rasa nyaman, semangat dan dukungannya yang tiada henti baik untuk hal akademis maupun bukan;

10. Teruntuk keluargaku, Niang, Kakiang, Kakiang Alit, Nini, Mama De, Mi Jero, Om Kabun, Tante Las, Om Petrus, Om Suwardi, Agus, Kakak Desak, Beatrice, Christoper, Dewe Kadek, Adek Desak untuk semangat, doa dan canda tawanya menemani hari-hari, terima kasih keluarga Warsaku;

(19)

12. Terima Kasih Sahabat Fillahku, Zsa Zsa Febryana, Sheba Denisica, Ria Janita, dan Sartika Safitri, terima kasih atas segala semangat, dukungan, curahan waktu dan tenaga dan segala yang telah kalian berikan tanpa kalian aku butiran debu di tanah pernatauan ini.

13. Terima Kasih teman satu kosku Titin, Didi, Risa, dan Imel atas dukungan dan bantuan-bantuannya;

14. Terima kasih untuk Airi, Ucup, Adel dan Nico, teman berbagi cerita, terima kasih untuk doa, dukungan serta semangatnya.

15. Terima kasih kepada seluruh Staff Puskesmas Rawat Inap Panjang terutama Ibu Wigati dan dr. Arlia.

16. Teman-teman seperjuangan angkatan 2012 atas kebersamaannya selama ini; 17. Semua yang terlibat dalam penulisan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan

satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.

Bandar Lampung, Januari 2016 Penulis

(20)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Infeksi menular seksual merupakan infeksi yang rute transmisinya terutama adalah melalui hubungan seksual. Infeksi menular seksual dapat disebabkan oleh bakteri, virus atau protozoa. Di negara maju, infeksi virus menjadi sangat umum dan penting, sedangkan infeksi bakteri lebih sering terjadi pada negara berkembang namun bahkan terjadi perubahan dengan adanya peningkatan kasus infeksi virus (Adler et al., 2004). Lebih dari 30 jenis patogen dapat ditularkan melalui hubungan seksual dengan manifestasi klinis bervariasi menurut jenis kelamin dan usia. Meskipun infeksi menular seksual (IMS) terutama ditularkan melalui hubungan seksual, namun penularan dapat juga terjadi dari ibu kepada janin dalam kandungan atau saat kelahiran, melalui produk darah atau transfer jaringan yang telah tercemar, kadang - kadang dapat ditularkan melalui alat kesehatan (Kementrian Kesehatan RI, 2011).

(21)

2

ekonomi terutama pada negara berkembang. Bank dunia memperkirakan bahwa untuk wanita usia 15-44 tahun, IMS (termasuk termasuk infeksi HIV(Human Immunodeficiency Virus)/AIDS (Acquired immunodeficiency syndrome)) adalah penyebab kedua hilangnya hidup sehat setelah morbiditas maternal (Adler et al., 2004). Banyak dari kasus yang tidak dilaporkan dan insidensi serta prevalensinya tidak terdifinisi dengan baik. Bahkan dari infeksi menular seksual seperti gonorea, chanchroid, sifilis, lymphogranuloma venerum, HIV diperkirakan masih banyak yang belum dilaporkan (Goldman & Ausielo, 2008).

Berdasarkan hasil data Surveilans Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) tahun 2011, merupakan bagian dari kegiatan surveilans HIV-AIDS dan IMS yang dilaksanakan di 23 Kabupaten/Kota di 11 Provinsi di Indonesia, prevalensi Sifilis tertinggi ditemukan pada waria (25%), kemudian diikuti wanita pekerja seksual (10%), pria potensial risiko tinggi (4%) dan pengguna napza suntik (penasun) (2%). Prevalensi gonore tertinggi pada wanita pekerja seksual (38%), kemudian waria (29%), laki sama laki (21%). Prevalensi klamidia tertinggi pada wanita pekerja seksual (41%) diikuti waria (28%) dan laki sama laki(21%). Prevalensi HIV tertinggi terdapat pada Penasun (41%), diikuti waria (22%), wanita pekerja seksual (10%) (Kemenkes RI, 2011)

(22)

3

seksual dengan berganti-ganti pasangan, menggunakan kondom saat berhubungan seksual. Dengan melakukan pencegahan tersebut maka rantai penularan IMS dapat terputus dan komplikasi tidak akan terjadi (Chandra, 2012). Penggunaan kondom yang konsisten merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk mencegah penularan IMS termasuk HIV/AIDS (Goldman & Ausielo, 2008). Di negara tetangga kita, Thailand, promosi kondom pada kalangan wanita pekerja seksual menurunkan angka IMS dari 13% menjadi 0,3% dalam waktu singkat (Yatim, 2006).

Pada tahun 2006, ditemukan dari sekitar 8 juta pembeli jasa seks, hanya 10% wanita pekerja seksual (WPS) yang memakai kondom (Purnamawati, 2013) sedangkan angka penggunaan kondom di Indonesia menurut data STBP tahun 2011 adalah 35% dan 19,5% di Kota Bandar Lampung (Kemenkes RI, 2011). Angka penggunan kondom ini masih belum sesuai dengan kebijakan nasional berupa penggunaan kondom 100% terutama di lokasi-lokasi transaksi seksual dengan banyak pasangan berisiko (KPA Nasional, 2006). Proporsi penggunaan kondom pada pembeli jasa seks yang kecil di Indonesia akan meningkatkan risiko penularan IMS, HIV, dan AIDS. Penelitian di beberapa daerah di Indonesia menunjukkan tingkat perilaku berisiko dan kasus IMS yang tinggi di kalangan pekerja seks pria dan wanita (Purnamawati, 2013).

(23)

4

dukungan mucikari dan petugas kesehatan. Penelitian yang dilakukan oleh Arianto (2005) menunjukkan adanya hubungan antara pendidikan WPS, pengetahuan tentang IMS pada WPS dan penyuluhan tentang IMS pada WPS dengan penggunaan kondom pada WPS. Sedangkan, penelitian yang dilakukan oleh Sianturi (2013) menunjukkan adanya hubungan atara sikap, ketersediaan kondom, dukungan mucikari serta dukungan dari petugas kesehatan dengan penggunaan kondom pada pelanggan WPS.

Puskesmas Perawatan Panjang merupakan salah satu Puskesmas di Kota Bandar Lampung dengan jumlah kasus IMS tertinggi dibandingkan 28 Puskesmas se-Kota Bandar Lampung (Meilefiana & Masra, 2012). Di Panjang, Klinik IMS yang diberi nama Klinik Mentari bekerja di bawah naungan Puskesmas Panjang. Klinik ini melayani pemeriksaan IMS untuk wanita pekerja seksual yang berdomisili disekitar daerah Panjang dan melayani pemeriksaan untuk umum dari berbagai daerah di Lampung (Profil Klinik Mentari Puskemas Panjang, 2015).

(24)

5

1.2. Rumusan Masalah

Infeksi menular seksual merupakan infeksi yang rute transmisinya terutama adalah melalui hubungan seksual. Infeksi menular seksual merupakan masalah kesehatan yang besar dan merupakan salah satu penyebab utama kesakitan, dan bahkan kematian di dunia. Angka kejadian IMS masih tinggi salah satunya pada wanita pekerja seksual. Angka ini dapat dicegah salah satunya dengan penggunaan kondom. Walaupun penggunaan kondom yang konsisten dapat mencegah IMS, angka penggunaan kondom dikalangan WPS masih rendah. Berdasarkan latar belakang yang telah ditemukan di atas, maka yang menjadi masalah adalah ”Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan penggunaan kondom pada wanita pekerja seksual untuk pencegahan infeksi menular seksual (IMS) di Klinik Mentari Puskesmas Panjang Bandar Lampung”.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

(25)

6

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui gambaran usia, pendidikan, penghasilan, status pernikahan wanita pekerja seksual di Panjang

2. Mengetahui gambaran pengetahuan tentang infeksi menular seksual pada wanita pekerja seksual di Panjang

3. Mengetahui gambaran sikap pada wanita pekerja seksual di Panjang

4. Mengetahui gambaran ketersediaan kondom pada wanita pekerja seksual di Panjang

5. Mengetahui gambaran dukungan petugas kesehatan terhadap pencegahan infeksi menular seksual pada wanita pekerja seksual di Panjang

6. Mengetahui gambaran dukungan mucikari terhadap pencegahan infeksi menular seksual pada wanita pekerja seksual di Panjang 7. Mengetahui gambaran penggunaan kondom pada wanita

pekerja seksual di Panjang

8. Mengetahui hubungan usia dengan penggunaan kondom pada wanita pekerja seksual untuk pencegahan infeksi menular seksual (IMS) di Panjang

(26)

7

10. Mengetahui hubungan penghasilan dengan penggunaan kondom pada wanita pekerja seksual untuk pencegahan infeksi menular seksual (IMS) di Panjang

11. Mengetahui hubungan status pernikahan dengan penggunaan kondom pada wanita pekerja seksual untuk pencegahan infeksi menular seksual (IMS) di Panjang

12. Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan infeksi menular seksual dengan penggunaan kondom pada wanita pekerja seksual untuk pencegahan infeksi menular seksual (IMS) di Panjang

13. Mengetahui hubungan sikap dengan penggunaan kondom pada wanita pekerja seksual untuk pencegahan infeksi menular seksual (IMS) di Panjang

14. Mengetahui hubungan ketersediaan kondom dengan penggunaan kondom pada wanita pekerja seksual untuk pencegahan infeksi menular seksual (IMS) di Panjang

15. Mengetahui hubungan dukungan petugas kesehatan dengan penggunaan kondom pada wanita pekerja seksual untuk pencegahan infeksi menular seksual (IMS) di Panjang

(27)

8

1.4. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi peneliti adalah dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta meningkatkan pemahaman dan kemampuan penelitian di bidang penelitian

2. Manfaat bagi institusi pemerintah yang menangani masalah WPS dapat menjadi bahan pertimbangan untuk mengadakan program-program kegiatan kesehatan.

(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Infeksi Menular Seksual

2.1.1 Definisi Infeksi Menular Seksual

Penyakit Kelamin (veneral disease) sudah lama dikenal di Indonesia. Dengan semakin majunya ilmu pengetahuan istilah tersebut sudah tidak digunakan lagi dan dirubah menjadi Sexually Transmitted Disease (STD) atau Penyakit Menular Seksual (PMS). Sejak tahun 1998, istilah STD berubah menjadiSexually Transmitted Infection(STI) agar dapat menjangkau penderita asimptomatik (Daili

et al., 2011). Infeksi menular seksual adalah infeksi yang ditularkan dari satu orang ke orang lainnya melalui hubungan seksual (Gross & Tyring, 2011). Meskipun demikian tidak berarti bahwa semuanya harus melalui hubungan kelamin, tetapi beberapa ada juga yang ditularkan melalui kontak langsung dengan alat-alat, handuk termometer dan sebagainya. Selain itu penyakit ini juga dapat ditularkan kepada bayi dalam kandungan (Djuanda, 2011).

(29)

10

muda paling beresiko tertular PMS karena para wanita remaja dan dewasa muda lebih mudah terpengaruh secara tidak proporsional. Mereka lebih sering terlibat dalam perilaku seksual beresiko, merasa tidak nyaman membicarakan seksual yang aman dengan pasangan atau meminta pasangan menggunakan kondom serta kurang percaya diri menolak hubungan seksual yang tidak aman. Selain itu anatomi organ reproduksi dari kelompok usia ini belum berkembang secara sempurna sehingga rentan terhadap IMS (Gross & Tyring, 2011; Urada, Malow, Santos, & Morisky, 2012).

2.1.2 Jenis-Jenis Infeksi Menular Seksual 2.1.2.1 Gonorrhea

(30)

11

2.1.2.2 Infeksi Chlamidia

Chlamydia trachomatis adalah mikroorganisme intraseluler obligat dengan dinding sel yang menyerupai bakteri gram negatif. Tanda-tanda dan gejala yang terjadi cenderung terlokalisit di tempat yang terinfeksi misalnya mata atau saluran genital tanpa adanya invasi ke jaringan dalam (Benson, 2009). Pada wanita gejalanya adalah terdapat duh dari vagina, disuria, perdarahan postcoital atau intermenstrual, sakit pada abdomen bawah, atau simptom lain dari uretritis, servisitis, salpingitis, epididymitis atau konjungtivitis (Handsfield, 2011).

2.1.2.3 Sifilis

(31)

12

yang mengelilingi lesi meninggi dan keras. Infeksi juga dapat terjadi tanpa ditemukannya chancer (ulkus durum) yang jelas, misalnya kalau infeksi terjadi di rektum atau serviks. Tanpa diberi pengobatan, lesi primer akan sembuh spontan dalam waktu 4 hingga 6 minggu.

Sepertiga dari kasus yang tidak diobati mengalami stadium generalisata (sekunder). Timbul ruam makulo papuler bisanya pada telapak tangan dan telapak kaki diikuti dengan limfadenopati. Erupsi sekunder ini merupakan gejala klasik dari sifilis yang akan menghilang secara spontan dalam beberapa minggu atau sampai dua belas bulan kemudian. Sifilis sekunder dapat timbul berupa ruam pada kulit, selaput lendir dan organ tubuh dan dapat disertai demam dan malaise. Pada kulit kepala dijumpai alopesia yang disebut moth-eaten alopecia yang dimulai di daerah oksipital. Penularan dapat terjadi jika ada lesi mukokutaneus yang basah pada penderita sifilis primer dan sekunder. Penderita stadium erupsi sekunder ini, sepertiga dari mereka yang tidak diobati akan masuk kedalam fase laten.

(32)

13

berbentuk gumma, kelainan susunan syaraf pusat dan kardiovaskuler (Dailiet al., 2011).

2.1.2.4 Kandidiasis

Kandidiasis adalah infeksi yeast yang disebabkan oleh jamur Candida albicans. Candida albicans merupakan bakteri yang umum terdapat pada vagina. Pertumbuhan yang berlebihan dapat menimbulkan gejala peradangan, gatal dan perih di daerah kemaluan. Juga terdapat keluarnya cairan vagina yang menyerupai bubur (James, Berger, & Elston, 2006). Kandidiasis dapat ditularkan secara seksual seperti bola pingpong antar pasangan seks, sehingga dua pasangan harus diobati secara simultan. Kandidiasis pada pria biasanya berupa kemerahan dan iritasi pada glans di bawah preputium pada yang tidak disirkumsisi. Disertai rasa gatal ringan sampai rasa panas hebat (Daili et al., 2011).

2.1.2.5 Ulkus Mole

Ulkus Mole atau yang sering disebut chancroid

(chancrelunak) ,disebabkan oleh kuman batang gram negatif

(33)

14

vagina 3-5 hari setelah terpapar. Lesi berkembang selama 48-72 jam menjadi ulkus dengan tepi tidak rata berbentuk piring cawan yang sangat lunak. Beberapa ulkus dapat berkembang menjadi satu kelompok. Discharge kental yang dihasilkan ulkus berbau busuk atau infeksius (Benson, 2008; Djuanda, 2011).

2.1.2.6 Kondiloma Akuminata

Kondiloma akuminata (KA) atau disebut juga

venerel warts atau Genital Warts disebabkan oleh Human Papiloma Virus (HPV). Virus masuk melalui mikrolesi pada kulit sehingga KA sering timbul pada daerah yang mudah mengalami trauma pada saat hubungan seksual. KA dapat berbentuk berjonjot-jontot seperti jari, lebih besar seperti kembang kol, lebih kecil berbentuk papul dengan permukaan yang halus dan licin, multipel tersebar secara diskret atau lesi terlihat sebagai makula atau tidak terlihat dengan mata telanjang. Infeksi HPV juga dihubungkan dengan terjadinya karsinoma serviks (Dailiet al., 2011).

2.1.2.7 Herpes Genitalis

(34)

15

didaerah lesi beberapa jam sebelum timbulnya lesi setelah lesi muncul dapat disertai gejala seperti malaise, demam dan nyeri otot. Lesi yang timbul berbentuk vesikel yang berkelompok dengan dasar eritem. Vesikel mudah pecah dan menimbulkan erosi multipel. Bila ada infeksi sekunder akan terjadi penyembuhan yang lebih lama dan menimbulkan infeksi parut (Dailiet al., 2011).

2.1.2.8 Infeksi HIV & AIDS

Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah sindrom dengan gejala penyakit infeksi oportuninistik atau kanker tertentu akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh infeksi Human Immunodefiency Virus (HIV) baik tipe 1 ataupun tipe 2. Human Immunodefiency Virus

ditularkan melalui perantara darah, semen dan sekret vagina baik melalui hubungan seksual atau cara transmisi yang lainnya. Penyakit IMS lainnya dapat meningkatkan risiko transmisi HIV pada seseorang.

(35)

16

alveoli paru, sel retina, sel serviks uteri dan sel-sel mikroglia otak. Virus yang masuk ke dalam limfosit T4 selanjutnya mengadakan replikasi sehingga menjadi banyak dan akhirnya menghancurkan sel limfosit itu sendiri. Gentatyang terdapat dalam HIV dapat menyebabkan penghancuran limfosit T4 secara besar-besaran yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh menjadi lumpuh. Kelumpuhan sistem kekebalan tubuh ini mengakibatkan timbulnya oportunistik dan keganasan yang merupakan gejala-gejala klinis AIDS (Handsfield, 2011; Dailiet al., 2011).

2.1.2.9 Trichomoniasis

Trichomoniasis atau trich adalah suatu infeksi vagina yang disebabkan oleh suatu protozoa yang disebut

(36)

17

Variasi gambaran klinis tricomoniasis sangat luas, berbagai kuman lain penyebab IMS dapat menimbulkan gejala yang sama sehingga diagnosis hanya berdasar gambaran klinis tidak dapat dipercaya. Pada wanita, diagnosis trikomoniasis ditegakkan setelah ditemukannya T. vaginalis pada sediaan langsung atau pada biakan duh tubuh penderita (Djuanda, 2011).

2.1.3 Komplikasi Infeksi Menular Seksual

Sindrom klinis dan komplikasi dari infeksi menular seksual adalah (Handsfield, 2011):

1. Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) 2. Pelvic inflammatory disease

3. Infertilitas pada wanita dan kehamilan ektopik

4. Infeksi fetus dan neonatus: konjungtivitis, pneumonia, infeksi faring, encefalitis, defisit neurologis, penurunan fungsi kognitif, imunodefisiensi

5. Komplikasi pada kehamilan dan kelahiran: aborsi spontan, kelahiran prematur, chorioamnionitis, postpartum endometritis. 6. Neoplasia: displasia dan karsinoma serviks, Kaposi sarkoma,

hepatocellular karsinoma, squamous cell karsinoma anus, vulva, dan penis

(37)

18

9. Infeksi saluran kemih bawah pada wanita: servicitis, urethritis, infeksi vaginal

10. Urethritis pada laki-laki 11. Hepatitis Viral

12. Neurosyphilis dan sifilis tersier 13. Epididymitis

14. Infeksi gastrointestinal: prostitis, enteritis, kolitis 15. Arthritis akut

2.1.4 Pencegahan Infeksi Menular Seksual

Infeksi menular seksual dapat dicegah. CDC (Centres for Disease Control and Prevention) merekomendasikan lima strategi sebagai dasar untuk program pencegahan yang efektif:

1. Pendidikan dan konseling bagi orang yang beresiko untuk memotivasi adopsi perilaku seksual yang lebih aman.

2. Identifikasi orang yang terinfeksi baik tanpa gejala atau dengan gejala untuk mencari layanan diagnostik dan pengobatan.

3. Diagnosis dan pengobatan orang yang terinfeksi dengan cepat dan efektif

4. Evaluasi, pengobatan, dan konseling pasangan seksual terkena. 5. Vaksinasi orang yang berisiko untuk terkena infeksi menular

(38)

19

Berpantang dari hubungan seksual atau hubungan yang saling monogami dengan pasangan yang tidak terinfeksi adalah cara yang paling dapat diandalkan untuk mencegah IMS. Pantang harus dianjurkan selama pengobatan untuk IMS dan untuk siapa saja yang ingin menghindari penyakit menular seksual dan kehamilan yang tidak diinginkan. Kedua pasangan harus diuji untuk IMS, termasuk HIV, sebelum memulai hubungan seksual (Goldman & Ausielo, 2008).

2.2 Kondom

(39)

20

Ketersediaan kondom di lokasi berisiko sudah menjadi salah satu keharusan. Dalam penanggulangan IMS dan HIV/AIDS penggunaan kondom sudah termasuk dalam isu penting. Penggunaan kondom merupakan salah satu kebijakan nasional yang berupa penggunaan kondom 100% atau condom use 100% dilaksanakan terutama di lokasi-lokasi transaksi seksual dengan banyak pasangan berisiko. Oleh karenanya sangat penting mempromosikan penggunaan kondom secara konsisten dan memeriksakan IMS di klinik yang tepat setiap bulannya (Kementrian Kesehatan RI, 2002; KPA Nasional, 2006).

2.3 Wanita Pekerja Seksual

Pengertian wanita pekerja pekerja seksual adalah wanita yang melakukan usaha menyerahkan diri untuk maksud hubungan seks secara terang – terangan untuk menerima bayaran, baik ditentukan sebelumnya ataupun tidak. Akibat- akibat yang ditimbulkan dari adanya wanita pekerja seksual adalah:

1. Menimbulkan dan menyebarluaskan penyakit kelamin 2. Merusak sendi-sendi kehidupan keluarga

3. Memberi pengaruh demoralisasi kepada lingkungannya

4. Berkolerasi dengan kriminalitas dan kecanduan bahan narkotika 5. Merusak sendi moral, susila, hukum dan agama.

6. Adanya pengeksploitasian manusia oleh manusia lain 7. Bisa menyebabkan terjadinya disfungsi seksual

(40)

21

2.4 Teori PRECEDE-PROCEED

Salah satu model dalam perencanaan, implementasi dan evaluasi promosi kesehatan adalah PRECEDE-PROCEED yang dikembangkan oleh Green. PRECEDE (Predisposing, Reinforcing, and Enabling Causes in Educational Diagnosis and Evaluation) fokus pada perencaan program sedangkan PROCEDE (Policy, Regulatory, and Organizational Construct in Educational and Environmental Development) fokus pada implementasi dan evaluasi. PRECEDE-PROCEDE harus dilakukan bersama-sama dalam proses perencanaan, implementasi dan evaluasi.

Terdapat 8 fase penting dalam model PRECEDE-PROCEED ini yaitu:

1. Fase 1: Diagnosis Sosial

Pada fase pertama ini, dicari masalah-masalah pada masyarakat yang menjadi indikator sosial utama yang mepengaruhi kesehatan dan kualitas hidup di populasi tertentu.

2. Fase 2: Diagnosis Epidemiologi

(41)

22

yang bersifat negative (missal angka kematian, kesakitan) maupun yang positif (misal angka harapan hidup, cakupan air bersih, cakupan rumah sehat). untuk menyelesaikan tahap ini, tujuan status kesehatan, tujuan perilaku, tujuan lingkungan akan dibangun.

3. Fase 3: Diagnosis Pendidikan dan Ekologi

Fase ini berfokus pada menemukan faktor yang meningkatkan atau menurukan faktor lingkungan atau perilaku positif. Faktor-faktor ini digolokan menjadi 3 kategori, yaitu:

1) Kelompok faktor predisposisi yaitu faktor yang mempermudah dan mendasari untuk terjadinya perilaku tertentu, yang termasuk dalam faktor ini adalah pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya. Dalam arti umum, faktor predisposisi sebagai kecenderungan pribadi yang dibawa seseorang atau kelompok kedalam suatu pengalaman belajar. Kecenderungan ini mungkin mendukung atau menghambat perilaku sehat, dalam setiap kasus faktor ini mempunyai pengaruh. Meskipun berbagai faktor demografis seperti status sosio-ekonomi, usia, jenis kelamin, dan ukuran keluarga saat ini juga penting sebagai faktor predisposisi.

(42)

23

disamping sumber daya komunitas, yang temasuk dalam faktor ini dapat terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dan perilaku masyarakat. Sumber daya tersebut meliputi fasilitas atau sarana prasarana kesehatan, personalia, sekolah, klinik atau sumber daya yang serupa. Faktor pemungkin juga menyangkut keterjangkauan berbagai sumber daya seperti biaya, jarak, ketersediaan transportasi, jam buka dan sebagainya.

(43)

24

4. Fase 4: diagnosis administrasi dan kebijakan serta intervensi

[image:43.595.133.527.250.557.2]

Fokus utama dalam fase ini adalah untuk memastikan semua dukungan, pembiayaan, personil, fasilitas, kebijakan, dan sumber lain yang dibutuhkan di lokasi (sekolah, kantor, organisasi kesehatan, komunitas) tersedia dengan baik untuk pengembangan dan implementasi program kesehatan.

Gambar 1. Teori PRECEDE-PROCEED

5. Fase 5: Implementasi

(44)

25

6. Fase 6: Proses Evaluasi

Proses evaluasi dimulai berbarengan dengan fase implementasi. Tujuan utama dari fase ini adalah untuk mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif untuk menilai kelayakan program serta untuk memastikan kualitas penyampaian program.

7. Fase 7: Evaluasi Dampak

Fokus dari fase ini adalah untuk evaluasi sumatif yang dilakukan setelah program berakhir untuk melihat dampak intervensi pada perilaku dan juga lingkungan.

8. Fase 8: Evaluasi Keluaran

Fokus pada fase ini sama halnya seperti dengan fokus pada keseluruhan program yaitu untuk mengukur kualitas hidup dan status kesehatan (Fertman & Allensworth, 2010).

2.5 Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan dapat diartikan sebagai hasil dari “Tahu” yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).

(45)

26

pengalaman dan penelitian membuktikan bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih bertahan lama dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Peneliti Roger (1974) dalam Notoatmodjo (2007) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu:

a. Awarenes, dimana seseorang tersebut menyadari pengetahuan terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

b. Interest, dimana seseorang tersebut mulai tertarik pada stimulus.

c. Evaluation, merupakan suatu keadaan mempertimbangkan terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap seseorang tersebut sudah lebih baik lagi.

d. Trial, dimana seseorang tersebut telah mulai mecoba perilaku baru. e. Adaptation, dimana seseorang tersebut telah berperilaku baru sesuai

dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Menurut Notoatmojo (2007), pengetahuan yang cukup dalam dominan kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu:

a. Tahu (Know)

(46)

27

menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi dan mengatakan. Tingkatan ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Contohnya adalah wanita pekerja seksual mengetahui apa yang dimaksud dengan infeksi menluar seksual.

b. Memahami (Comprehension)

Kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Seseorang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan dan menyebutkan. Misalnya pada tahap ini dapat wanita pekerja seksual dapat menjelaskan secara benar tanda-tanda terkena infeksi menular seksual.

c. Aplikasi (Aplication)

Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai pengguna hukum-hukum, rumus, metode, prinsip-prinsip dan sebagainya. Misalnya wanita pekerja seksual selalu memakai kondom.

d. Analisis (Analysis)

(47)

28

dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainnya. Contohnya wanita pekerja seksual tahu jika tidak memakai kondom maka dapat terkena atau menyebarkan IMS.

e. Sintesis (Sinthesis)

Kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi–formulasi yang ada. Contohnya WPS dapat menjelaskan bahwa IMS yang bisa menimbulkan komplikasi dapat dicegah dengan pemakaian kondom.

f. Evaluasi (Evaluation)

Kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek. Penelitian–penelitian tersebut didasarkan pada suatu kriteria yang sudah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria–kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2007). Misalnya dapat membandingkan baik buruknya tidak memakai atau memakai kondom.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan (Notoatmodjo, 2007): a. Sosial Ekonomi

(48)

29

sehingga tidak begitu memperhatikan pesan-pesan yang disampaikan karena lebih memikirkan kebutuhan-kebutuhan lain yang lebih mendesak.

b. Kultur (Budaya, agama)

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahauan seseorang, karena informasi yang baru akan disaring kira-kira sesuai tidak dengan budaya yang ada dan agama yang dianut.

c. Pendidikan

Semakin tinggi pendidikan maka ia akan mudah menerima hal- hal baru dan mudah menyesuaikan dengan hal yang baru tersebut. Pendidikan itu menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupannya untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.

d. Pengalaman

Berkaitan dengan usia dan pendidikan individu, bahwa pendidikan yang tinggi maka pengalaman semakin luas, sedangkan semakin tua usia seseorang maka pengalaman akan semakin banyak.

2.6 Sikap

(49)

30

baik dan sebagainya). Newcomb dalam Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dengan kata lain, fungsi sikap belum merupakan perilaku (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (perilaku) atau reaksi terbuka.

Faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap antara lain (Azwar, 2007): 1. Pengalaman Pribadi

2. Pengaruh Orang Lain Yang Dianggap Penting 3. Pengaruh Kebudayaan

4. Media Massa

5. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama 6. Pengaruh Faktor Emosional

2.7 Perilaku

(50)

31

2.8 Model Kepercayaan Kesehatan (Health Belief Model)

Teori Health Belief Model (HBM) dari Becker & Rosenstock berpendapat bahwa perilaku juga dibentuk oleh persepsi kita terhadap sesuatu. Teori HBM oleh Rosenstock dalam Hayden (2014) ini didasarkan pada empat elemen persepsi seseorang, yaitu:

1. Perceived susceptibility: penilaian individu mengenai kerentanan mereka terhadap suatu penyakit

2. Perceived seriousness: penilaian individu mengenai seberapa serius kondisi dan konsekuensi yang ditimbulkan oleh penyakit tersebut 3. Perceived barriers: penilaian individu mengenai besar hambatan yang

ditemui untuk mengadopsi perilaku kesehatan yang disarankan, seperti hambatan finansial, fisik, dan psikososial

4. Perceived benefits: penilaian individu mengenai keuntungan yang didapat dengan mengadopsi perilaku kesehatan yang disarankan

Selanjutnya, teori ini kemudian dikembangkan dan ditambahkan dengan faktor- faktor yang dianggap berpengaruh terhadap perilaku kesehatan, yaitu:

1. Variabel sosio-demografi; seperti usia, jenis kelamin, pekerjaan, dsb. 2. Variabel sosio-psikologis; seperti kepribadian, sosial-ekonomi, dsb. 3. Variabel struktural; seperti pengetahuan, pengalaman, dsb.

(51)

32

[image:51.595.133.515.81.591.2]

2.9 Kerangka Penelitian 2.9.1 Kerangka Teori

Gambar 2. Kerangka Teori Penelitian (Fertman & Allensworth, 2010) Faktor Predisposisi:

1. Pengetahuan 2. Sikap

3. Kepercayaan 4. Nilai

5. Tradisi

6. Faktor sosial demografi

Faktor Pemungkin:

1. Ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan 2. Ketersediaan sumber

daya kesehatan

Faktor Penguat:

1. Peran serta petugas kesehatan

2. Kebijakan

3. Tokoh masyarakat 4. Tokoh agama

(52)

33

2.9.2 Kerangka Konsep

[image:52.595.131.508.79.466.2]

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3. Kerangka Konsep

2.10 Hipotesis

1. Terdapat hubungan antara variabel usia dengan penggunaan kondom pada WPS

2. Terdapat hubungan antara variabel tingkat pendidikan dengan penggunaan kondom pada WPS

3. Terdapat hubungan antara variabel penghasilan dengan penggunaan kondom pada WPS

Faktor Predisposisi: 1. Pengetahuan 2. Sikap

3. Faktor sosiodemografi: usia, pendidikan, penghasilan, status pernikahan

Faktor Pemungkin:

1. Ketersediaan kondom

Faktor Penguat:

1. Dukungan Petugas Kesehatan

2. Dukungan Mucikari

(53)

34

4. Terdapat hubungan antara variabel status pernikahan dengan penggunaan kondom pada WPS

5. Terdapat hubungan antara variabel tingkat pengetahuan dengan penggunaan kondom pada WPS

6. Terdapat hubungan antara variabel sikap dengan penggunaan kondom pada WPS

7. Terdapat hubungan antara variabel ketersediaan kondom dengan penggunaan kondom pada WPS

8. Terdapat hubungan antara variabel dukungan dari petugas kesehatan dengan penggunaan kondom pada WPS

(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan menggunakan desain cross sectional, yaitu dengan cara pengumpulan data sekaligus pada suatu waktu dengan tujuan untuk mencari hubungan antara variabel dependen yaitu pemakaian kondom dengan variabel independen yaitu pengetahuan, sikap, faktor sosiodemografi (usia, pendidikan, penghasilan, status pernikahan), ketersediaan kondom, dukungan petugas kesehatan dan dukungan mucikari (Imron & Munif, 2010).

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September - Oktober 2015.

3.2.2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Klink Mentari Puskemas Panjang

(55)

36

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1. Populasi Penelitian

Populasi atau yang biasa disebut universe atau keseluruhan

adalah sekelompok individu yang memiliki karakteristik sama, yang

mungkin diselidiki atau diamati (Imron & Munif, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita pekerja seksual (WPS) yang terdaftar di Klinik Mentari Puskesmas Panjang sebanyak 112 orang (Puskesmas Panjang, 2015).

3.3.2. Sampel Penelitian

Sampel menurut Notoatmojo (2002) adalah sebagian yang

diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili

seluruh populasi.Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah wanita pekerja seksual yang mengunjungi Klinik Mentari Puskesmas Panjang September-Oktober 2015. Adapun jumlah sampel yang akan diambil adalah menggunakan rumus Gaspersz (Bagyono, 2013):

= . . (1 )

. + . (1 )

Dimana:

(56)

37

Keterangan: N = 112 orang G = 0,05

P = Proporsi WPS pengguna kondom di Bandar Lampung = 0,195 (Kemenkes RI, 2011).

Z = 95%= 1,96

Jadi jumlah sampel yang dibutuhkan adalah:

= 139. 1,96 . 0,195 (1 0,195) 139.0,05 + 1,96 . 0,195(1 0,195)

= 76,73≅77 orang

Kriteria Inklusi:

a. WPS yang datang ke Klinik Mentari Puskesmas Panjang periode September–Oktober 2015

Kriteria Ekslusi:

a. WPS yang tidak bersedia menjadi responden

(57)

38

3.4. Variabel Penelitian

3.4.1. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengetahuan, sikap, faktor sosiodemografi (usia, pendidikan, penghasilan, status pernikahan), ketersediaan kondom, dukungan petugas kesehatan dan dukungan mucikari.

3.4.2. Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah penggunaan kondom pada wanita pekerja seksual.

[image:57.595.107.567.451.753.2]

3.5. Definisi Operasional

Tabel 1. Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

Independen

Usia Jarak waktu antara kelahiran sampai saat penelitian dalam tahun berdasar pengakuan responden

Kuisioner Satu pertanyaan tertutup

0 = < 25 tahun 1 =≥ 25 tahun

(Gross & Tyring, 2011)

Ordinal

Pendidikan Pendidikan formal yang telah ditempuh

Kuisioner Satu pertanyaan tertutup

0 = dasar (Tidak lulus SD,SD, SMP) 1 = lanjutan (SMU, Akademi, PT)

(Republik Indonesia, 2003)

Ordinal

Pengasilan Jumlah uang yang dihasilkan dari pekerjaannya dalam satu bulan

Kuisioner Satu pertanyaan tertutup

0 = rendah bila penghasilan < Rp 1.581.000 1 = tinggi bila penghasilan > Rp 1.581.000 (Badan Pusat Statistik, 2015)

(58)

39

Status pernikahan

Status seseorang apakah saat ini memiliki pasangan hidup yang sah atau tidak

Kuisioner Satu pertanyaan tertutup 0= Belum menikah, hidup bersama menikah 1= pernah menikah (menikah, cerai) Ordinal Pengetahuan tentang infeksi menular seksual Kemampuan untuk mengetahui, mengenal dan memahami hal-hal yang berkaitan dengan IMS

kuisioner Item pertanyaan berjumlah 10 pertanyaan. Pertanyaan nomor 1, 6, nilai jawaban yang benar diberi skor 2, jawaban yang mendekati benar diberi skor 1, dan jawaban yang salah diberi skor 0. Dan untuk

pertanyaan 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10 setiap item jawaban mendapat nilai 1, jika menjawab≥3 diberi skor 3. Skor maksimal adalah 28 dan skor minimal adalah 0.

0 = Kurang, jika skor < 40% dari skor maksimal, nilai 0–10. 1 = Cukup, jika skor 40% - 75% dari skor

maksimal, nilai 11 - 21.

2 = Baik, jika skor jawaban

responden yang dicapai 75% -100% dari skor maksimal, dengan interval nilai 22–

28 (Pratomo, 1990) Ordinal Sikap terhadap pemakaian kondom Kecenderungan WPS dalam memberikan pendapat setuju atau tidak setuju tentang IMS

Kuisioner Item pertanyaan berjumlah 10. Untuk pernyataan positif ( nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7)

- SS :Sangat Setuju, skor 5 - S : Setuju, skor 4 - N : Netral, skor 3 - TS : Tidak Setuju, skor 2

- STS : Sangat Tidak Setuju, skor 1

Untuk pernyataan negatif ( nomor 8, 9, 10)

- SS : skor 1 - S : skor 2 - N : skor 3 - TS : skor 4 - STS : skor 5

0 = Kurang baik, jika skor jawaban responden < 40% dari total skor, dengan interval nilai 10–25. 1 = Cukup, jika skor jawaban responden 40% -75% dari total skor, dengan interval nilai 26–

40.

2 = Baik, jika skor jawaban

responden > 75% dari total skor, dengan interval nilai 41–50. (Pratomo, 1990)

Ordinal

Ketersediaan kondom

Ada tidaknya kondom di lokalisasi

Kuisioner Terdapat 4 pertanyaan responden

menjawab ya diberi nilai 1 dan

menjawab tidak nilai 0. Nilai tertinggi 4 dan nilai terendah 0

0 = tidak tersedia jika skor < 3 1 = tersedia jika skor≥ 3 (Pratomo, 1990)

(59)

40 Dukungan mucikari Pendapat responden mengenai dukungan pemakaian kondom dari mucikari

Kuisioner Terdapat 5 pertanyaan. Responden

menjawab ya diberi nilai 1 dan tidak nilai 0. Nilai tertinggi adalah 5 dan nilai terendah adalah 0

0 = tidak ada dukungan jika skor <3

1 = ada dukungan jika skor≥ 3 (Pratomo, 1990) Ordinal Dukungan petugas kesehatan Pendapat responden mengenai dukungan pemakaian kondom dari petugas kesehatan

Kuisioner Terdapat 5 pertanyaan. Responden

menjawab ya diberi nilai 1 dan tidak nilai 0. Nilai tertinggi adalah 5 dan nilai terendah adalah 0

0 = tidak ada dukungan jika skor <3

1 = ada dukungan jika skor≥ 3 (Pratomo, 1990)

Ordinal

Dependen

Penggunaan kondom

Perilaku WPS tentang penggunaan kondom

Kuisioner Terdapat 1 pertanyaan dan 3 jawaban yaitu selalu, kadang-kadang dan tidak pernah

0 = bila kadang– kadang atau tidak pernah

menggunakan kondom 1 = bila selalu menggunakan kondom

Ordinal

3.6. Pengumpulan Data

3.6.1. Jenis Data

a. Data Primer

(60)

41

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapatkan selain dari sumber data, data tersebut berupa data profil Klinik Mentari dan data jumlah WPS dari Klinik Mentari Puskesmas Panjang.

3.6.2. Instrumen Penelitian

a. Alat tulis

Adalah alat yang digunakan untuk mencatat, melaporkan hasil penelitian. Alat tersebut adalah pulpen, kertas, pensil dan komputer.

b. Kuisioner dan Lembar Identitas

Kuisioner yang digunakan dalam bentuk pertanyaan yaitu

pertanyaan demografi, tingkat pengetahuan, sikap, ketersediaan

kondom, dukungan mucikari, dukungan petugas kesehatan serta

kepatuhan penggunaan kondom. Pertanyaan menggunakan

pilihan berbentuk pilihan ganda pada pertanyaan demografi,

tingkat pengetahuan, ketersediaan kondom, dukungan mucikari,

dukungan petugas kesehatan serta kepatuhan penggunaan

kondom dancheck listpada pertanyaan sikap.

c. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Sebelum dilakukan penelitian kepada responden, terlebih

(61)

42

dilakukan dengan mengukur korelasi antara masing-masing item

pertanyaan dengan skor tottal menggunakan rumus korelasi

Pearson product moment (r),dengan ketentuan r hitung > r tabel,

maka pertanyaan valid dan jika nilai r hitung <r tabel, maka

pertanyaan tidak valid.

Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh

mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan.

Dalam penelitian ini teknik untuk menghitung indeks reliabilitas

yaitu menggunakan metode Cronbach Alpha dengan ketentuan

jika r Cronbach’ Alpha > r tabel maka dinyatakan reliabel dan

jikaCronbachAlpha <r tabel maka ditanyatakan tidak reliabel.

Kuisioner pengetahuan dan sikap sudah pernah diuji oleh

Handayani (2010) dan menunjukkan hasil yang valid karena

seluruh item pertanyaan menunjukkan nilai r hitung lebih besar

dibading r tabel (0,632) dan juga reliabel karena nilai alpha lebih

besar dari r tabel (0,632). Begitu juga dengan kuisioner

ketersediaan kondom, dukungan mucikari dan dukungan petugas

kesehatan sudah pernah diuji oleh Silalahi (2008) menunjukkan

hasil valid dan reliabel karena yang menunjukkan nilai r hitung

lebih besar dibading r tabel (0,444) dan alpha lebih besar dari r

(62)

43

3.7. Cara Pengumpulan Data

Pada penelitian ini cara pengambilan data yaitu dengan cara pengisian kuisioner. Pengambilan data primer berupa identitas responden dan pengisian kuisioner pengetahuan, sikap, faktor sosiodemografi (usia, pendidikan, penghasilan, status pernikahan), ketersediaan kondom, dukungan petugas kesehatan dan dukungan mucikari dan penggunaan kondom dilaksanakan di Klinik Mentari Puskesmas Panjang, periode September - Oktober 2015 yang di tunjuk sebagai sampel. Adapun proses meliputi:

a. Permohonan izin mengambil data pasien kepada manger Litbang b. Permohonan izin mengambil data pasien kepada Kepala Puskemas

Panjang

c. Datang ke Klinik Panjang Puskesmas Panjang

d. Menentukan sampel yang sesuai dengan kriteri inklusi dan ekslusi e. Penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian

f. Informed Consentdan Pengisianform Informed Consent

(63)

44

[image:63.595.158.448.119.621.2]

3.8. Alur Penelitian

Gambar 4.Alur Penelitian Survei Pendahuluan dan Pembuatan Proposal

Seminar Proposal

MengurusEthical Clearance

Menentukan sampel berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi

Pengisian kuisioner

Pengolahan data

(64)

45

3.9. Pengolahan dan Analisis Data 3.9.1. Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data akan diubah ke dalam bentuk tabel-tabel, kemudian data diolah menggunakan perangkat lunak komputer. Proses pengolahan data menggunakan program komputer ini terdiri dari beberapa langkah :

a. Pengeditan, mengoreksi data untuk memastikan kelengkapan dan kesempurnaan data.

b. Pengkodean, memberi kode pada data sehingga menjadi lebih mudah dalam pengolahan data.

c. Pemasukan data, memasukan data dalam program komputer d. Tabulasi, menyajikan data dalam bentuk tabel.

3.9.2. Analisis Data

Analisis statistika untuk mengolah data yang diperoleh akan menggunakan program Software Statistik pada komputer dimana akan dilakukan dua macam analisa data, yaitu analisa univariat dan analisa bivariat.

1. Analisis Data Univariat

(65)

46

pendidikan, penghasilan, status pernikahan), ketersediaan kondom, dukungan petugas kesehatan dan dukungan mucikari dan penggunaan kondom sebagai variable terikat.

2. Analisis Data Bivariat

Analisa bivariat adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan menggunakan uji statististik. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Chi-Square dengan tingkat kepercayaan 95% dengan 5% sehingga jika nilai p (p-value) <0,05 maka hasil perhitungan statistik bermakna (signifikan) atau menunjukkan adanya hubungan antara variabel dependen dan independen, dan apabila nilai p value≥0,05 maka

hasil perhitungan uji statistik tidak bermakna atau tidak ada hubungan antara variabel dependen dan independen (Dahlan, 2014).

3.10. Penyajian Data

Hasil penelitian disajikan dalam bentuk narasi dan tabel.

3.11. Etika penelitian

(66)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan pembahasan mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan kondom pada wanita pekerja seksual untuk pencegahan infeksi menular seksual di Klinik Mentari Puskesmas Panjang maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. WPS yang berusia <25 tahun sebanyak 42 orang (52,5%) dan ≥ 25 tahun sebanyak 38 orang (47,5); lulus pendidikan dasar 48 orang (60%) dan lulus pendidikan lanjutan 32 orang (40%); memiliki penghasilan yang rendah 40 orang (50%) dan memiliki penghasilan tinggi 40 orang (50%); belum pernah menikah sebelumnya 32 orang (40%) dan sudah pernah menkah 48 orang (60%).

2. WPS yang memiliki pengetahuan rendah berjumlah 21 orang (26,3%), 37 orang (46,7%) memiliki pengetahuan sedang dan 22 orang (27,5%) memiliki pengetahuan tinggi.

(67)

80

4. WPS yang tidak tersedia kondom yaitu 13 orang (16,3%) dan 67 (83,8%) responden memiliki ketersediaan kondom yang baik.

5. WPS yang tidak memiliki dukungan dari mucikari yaitu 27 orang (33,8%) dan 53 orang (66,3%) memiliki dukungan dari mucikari.

6. WPS yang tidak memiliki dukungan dari petugas kesehatan yaitu 14 orang (17,5%) dan 67 orang (82,5%) memiliki dukungan dari petugas kesehatan.

7. WPS yang tidak selalu memakai kondom yaitu 47 orang (58,3%) dan 33 orang (41,3%) selalu memakai kondom

8. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara usia (p=0,290) dengan penggunaan kondom pada WPS di Panjang

9. Terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan (p=0,000) dengan penggunaan kondom pada WPS di Panjang

10. Terdapat hubungan yang bermakna antara penghasilan (p=0,001) dengan penggunaan kondom pada WPS di Panjang

11. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status pernikahan (p=0,308) dengan penggunaan kondom pada WPS di Panjang

12. Terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan (p=0,042) dengan penggunaan kondom pada WPS di Panjang

13. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara sikap (p=0,094) dengan penggunaan kondom pada WPS di Panjang

(68)

81

15. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan mucikari (p=0,947) dengan penggunaan kondom pada WPS di Panjang

16. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan petugas kesehatan (p=0,464) dengan penggunaan kondom pada WPS di Panjang

5.2 Saran

1. Petugas kesehatan diharapkan lebih banyak memberikan penyuluhan khusunya tentang bahaya IMS kepada WPS serta lebih menekankan bahwa WPS adalah kelompok yang sangat rentan terhadap IMS.

2. Petugas kesehatan dan mucikari diharapkan lebih sering memberi kondom gratis kepada WPS.

3. Pemerintah diharapkan dapat memberikan pendidikan keterampilan kepada WPS agar WPS dapat mandiri dan tidak bekerja sebagai WPS kembali.

4. Petugas kesehatan diharapkan tidak hanya membina WPS namun juga membina mucikari.

(69)

DAFTAR PUSTAKA

Adler, M., Cowan, F., French, P., Mitchell, H., & Richens, J. 2004. ABC of Sexually Transmitted Infections(5th ed.). London: BMJ Publishing Group.

Arianto. 2005. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Kondom pada Pelanggan Wanita Pekerja Seks Sebagai Upaya Pencegahan Penyakit

Menular Seksual di Belawan Tahun 2005[skripsi]. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Asyari, I. 1986.Patologi Sosial. Surabaya: Usaha Nasional.

Azwar, S. 2007. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Badan Pusat Statistik. 2015. Pekerja Dan Penetapan Upah Minimum Provinsi. Retrieved from lampung.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/254

Bagyono, T. 2013.Kunci Praktis Untuk Metodologi Penelitian Kesehatan Promotif-Preventif. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Benson, R. C. 2008.Buku Saku Obstetri dan Ginekologi(9th ed.). Jakarta: EGC.

BKKBN. 2003.Bunga Rampai Salah Satu Kontrasepsi Pria Kondom. Jakarta.

(70)

Dan HIV / AIDS Di Sekitar Alun-Alun Dan Candi Prambanan Kabupaten Klaten.Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia,3(2), 120–126.

Budiono, I. 2012. Konsistensi Penggunaan Kondom Oleh Wanita Pekerja Seks/ Pelanggannya.KEMAS,7(2), 89–94

Chandra, R. 2012. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Wanita Pekerja Seks Komersial dengan Tindakan Pencegahan Penyakit Infeksi Menular Seksual

(IMS) di Bandar Baru Kecamatan Sibolangit Tahun 2012[skripsi]. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Dahlan, M. S. 2014. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Deskriptif, Bivariat, dan Multivariat, Dilengkapi Aplikasi menggunakan SPSS (6th ed.). Jakarta: Epidemiologi Indonesia.

Daili, S. F., Makes, W. I. B., & Zubier, F. 2011.Infeksi Menular Seksual. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.

Djuanda, A. 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin (6th ed.). Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Fauza, R., Susanti, R., & Mardiyaningsih, E. 2014. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Kondom Untuk Pencegahan PMS Pada WPS Di Lokalisasi Sukosari Bawen Kabupaten Semarang. Prosiding Konferensi Nasional II PPNI Jawa Tengah, 165–174.

Fertman, C. I., & Allensworth, D. D. 2010. Health Promotion Programs From Theory To Practice. Jossey-Bass: San Francisco.

(71)

Elsevier.

Gross, G., & Tyring, S. K. 2011. Sexually Transmitted Infection and Sexually Transmitted Disease. Berlin: Springer.

Handayani, D. 2010. Pengetahuan dan Sikap Pekerja Seks Komersial (PSK) Tentang Infeksi Menular Seksual (IMS) Di Desa Naga Kesiangan

Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bergadai Tahun 2010

[skripsi]. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Handsfield, H. H. 2011. Color Atlas & Synopsis of Sexually Transmitted Disease

(3rd ed.). McGraw-Hill.

Imron, M., & Munif, A. 2010. Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan. Jakarta: Sagung Seto.

James, W. D., Berger, T. G., & Elston, D. M. 2006. Andrews’ Diseases of the Skin: Clinical Dermatology. Elsevier.

Hayden, J. 2014.Introduction to Health Behavior Theory(2nd ed.). Burlington: Jones & Bartlett Learning.

Kartono, K. 1992.Patologi Sosial. Jakarta: Ikrar Mandiriabadi.

Karyati, S. 2014. Tingkat Pendidikan, Usia dan Lama Kerja dengan Konsistensi Pemakaian Kondom Wanita Penjaja Seks di Pati.JIKK,5(1), 64–74.

Kemenkes RI. 2011.Surveilans Terpadu Biologi dan Perilaku 2011. Jakarta.

Kementrian Kesehatan RI. 2002. Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia. Jakarta.

(72)

Seksual. Jakarta.

KPA Nasional. 2006. Pelaksanaan Akselerasi Penanggulangan HIV/AIDS di 100 Kabupaten/Kota. Jakarta.

Meilefiana, & Masra, F. 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Infeksi Menular Seksual (IMS) Pada Wanita Pekerja Seksual (WPS) Eks Lokalisasi Di Wilayah Puskesmas Perawatan Panjang Kota Bandar Lampung.Jurnal Kesehatan Mitra Lampung,9(1), 1–7.

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmojo, S. 2002.Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Patel, V., Puwar, B., Vyas, S., Oza, U., & Kapoor, R. 2014. Knowledge and prevalence of Sexually Transmitted Infections Among Female Sex Workers in Ahmedabad city.NJIRM,5(2), 86–90.

Pratomo, S. 1990. Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian Bidan Kesehatan Masyarakat dan Keluarga Berencana Kependudukan. Jakarta: Depdikbud RI PMU Pengembangan FKM.

Purnamawati, D. 2013. Perilaku Pencegahan Penyakit Menular Seksual di Kalangan Wanita Pekerja Seksual Langsung. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional,7(11), 514–521.

Purwarini, Y. 2010. Hubungan Pencarian Pengobatan Infeksi Menular Seksual dengan Penggunaan Kondom Pada Pekerja Seks Komersial Di Beberapa

(73)

Puskesmas Panjang. 2015.Profil Klinik Mentari Puskesmas Panjang.

Raisyifa, Mangguang, M. D., & Reflita. 2010. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tindakan Pencegahan Infeksi Menular Seksual Pada Pekerja Seks Komersial di Lokalisasi Teleju Pekanbaru. Jurnal Kesehatan Masyarakat,

4(1), 5–12.

Sastroasmoro, S., & Ismael, S. 2014. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Seto Agung.

Sianturi, S. A. 2013. Hubungan Faktor Predisposisi , Pendukung , Dan Penguat Dengan Tindakan Penggunaan Kondom Pada WPS Untuk Pencegahan HIV / AIDS Di Kabupaten Serdang Bedagai.Jurnal Precure,1(1), 1–7.

Silalahi, R. E. 2008. Pengaruh Faktor Predisposisi, Pendukung, dan Penguat Terhadap Tindakan Pekerja Seks Komersial (PSK) dalam Menggunakan

Kondom Untuk Pencegahan HIV/AIDS di Lokalisasi Teluju Kota Pekanbaru

[tesis]. Universitas Sumatera Utara.

Urada, L. a., Malow, R. M., Santos, N. C., & Morisky, D. E. 2012. Age differences among female sex workers in the Philippines: Sexual risk negotiations and perceived manager advice. AIDS Research and Treatment,

2012, 1–7. http://doi.org/10.1155/2012/812635

Gambar

Gambar 1. Teori PRECEDE-PROCEED
Gambar 2. Kerangka Teori Penelitian (Fertman & Allensworth, 2010)
Gambar 3. Kerangka Konsep
Tabel 1. Definisi Operasional
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pada gambar diatas dijelaskan bahwa pada analisa jalinan tunggal ini, kinerja jalinan tesebut memiliki derajat kejenuhan yang tinggi pada jam puncak sore saat kondisi

Saat ini banyak ritel modern yang menggunakan diskon untuk menarik pelanggan, mempengaruhi keputusan konsumen untuk melakukan pembelian bahkan mempunyai

Selain subektor jasa perdagangan hasil laut, beberapa subsektor lain yang memiliki nilai output total yang besar adalah subsektor penambangan migas lepas pantai,

Tradhisi Ruwat Dhusun ing Candhi Belahan minangka perangan saka kabudayan lokal, mligine kabudayan Jawa. TRD kalebu folklor setengah lesan amarga tradhisi iki

Perbedaan antara peneliti sekarang dan peneliti terdahulu terdapat tiga perbedaan, yaitu terletak pada perbedaan pengujian dari peneliti terdahulu dan peneliti

Kepelabuhanan perikanan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi pelabuhan perikanan dalam menunjang kelancaran, keamanan, dan ketertiban arus lalu

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan kasih-Nya, penulis dapat menyelesaikan Skripsi untuk memenuhi syarat

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang. kepala melalui vagina, tanpa alat, pada usia genap 37minggu