• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Tingkat Obesitas Dengan Terjadinya Striae Distensae Pada Usia Dewasa Muda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Tingkat Obesitas Dengan Terjadinya Striae Distensae Pada Usia Dewasa Muda"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN TINGKAT OBESITAS DENGAN TERJADINYA STRIAE DISTENSAEPADA USIA DEWASA MUDA

Oleh :

AGNES THASIA PARHUSIP 110100284

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HUBUNGAN TINGKAT OBESITAS DENGAN TERJADINYA STRIAE DISTENSAEPADA USIA DEWASA MUDA

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

AGNES THASIA PARHUSIP NIM : 110100284

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : Hubungan Tingkat Obesitas Dengan Terjadinya Striae Distensae Pada Usia Dewasa Muda

NAMA : Agnes Thasia Parhusip NIM : 110100284

Pembimbing Penguji 1

(dr. Isma Aprita, SpKK) (dr. Dina Aprillia, M.Ked(PD), SpPD) NIP.140191408 NIP. 19810411 200604 2 001

Penguji 2

(dr. Lokot D. Lubis, M.Ked(PA), SpPA) NIP. 19741009 200312 2 001

Medan, Januari 2014 Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas karuniaNya

penulis dapat meyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Hubungan Tingkat

Obesitas Dengan Terjadinya Striae Distensae Pada Usia Dewasa Muda”. Besar

harapan penulis penelitian ini dapat diterima dan bermanfaat.

Penelitian ini bisa diselesaikan atas dukungan dari banyak pihak, oleh

karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, SpPD-KGEH selaku Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Isma Aprita, SpKK selaku Dosen Pembimbing dalam tugas Karya

Tulis Ilmiah ini, atas saran dan ilmu yang diberikan saat bimbingan

kepada peneliti.

3. dr. Dina Aprillia, M.Ked(PD), SpPD, dr. Lokot Donna Lubis

M.Ked(PA), SpPA, dan dr. Ameliana Purba, SpPD selaku Dosen

Penguji Karya Tulis Ilmiah ini, atas kritik dan saran yang diberikan

kepada peneliti.

4. Komisi Etik dan Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara yang telah menyetujui pelaksanaan penelitian ini.

5. Kedua orang tua penulis, Alm. Ir. Asbel Parhusip, M.M dan Lisbeth

Silalahi, atas kasih sayang dalam membesarkan, mendidik, dan

mendoakan penulis dan juga kakak, abang dan adik penulis tercinta,

Ruth Artha Tifani, S.E., Uke Goklas Parhusip, dan Mickael Kevin

Parhusip.

6. Margareth Hasianni Pardede, Beatrix Novitasari Nainggolan dan

Vedora Gultom, atas bantuan dan dukungan yang diberikan selama

pengambilan data dan pencarian sampel selama penelitian ini.

7. Rekan-rekan seperjuangan Yona Fani Limbong, Palmaria Sitanggang,

Fenny Pardosi, Theodora Purba, Juniana Pasaribu, Herlina Purba,

(5)

penuh dan memberikan semangat, nasihat, dan motivasi dalam proses

penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Teman-teman FK USU angkatan 2011 lainnya yang memberikan

motivasi dan nasihat kepada penulis.

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu dalam pengantar

ini.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dan keterbatasan ilmu dalam

Karya Tulis Ilmiah ini, oleh karena itu penulis meminta maaf dan mengharapkan

kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan Karya Tulis Ilmiah ini.

Semoga Karya Tulis ini dapat memberikan manfaat untuk kita.

Medan, Desember 2014

Penulisaaaaaaa

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI... . iv

DAFTAR TABEL... . vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

ABSTRAK ... x

ABSTRACT... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1. Tujuan Umum ... 3

1.3.2. Tujuan Khusus ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Anatomi dan Histologi Kulit ... 5

2.1.1. Epidermis ... 5

2.1.2. Dermis ... 8

2.1.3. Jaringan Subkutan ... 9

2.2. Fisiologi Kulit ... 9

2.3. Striae Distensae ... 10

2.3.1. Etiologi Striae Distensae... .. 10

2.3.2. Patogenesis Striae Distensae... . 11

2.3.3. Gambaran Klinis Striae Distensae... 12

2.3.4. Diagnosa Striae Distensae... . 13

2.3.5. Pengobatan Striae Distensae... . 13

2.4. Obesitas ... 14

2.4.1. Definisi Obesitas ... 14

2.4.2. Prevalensi Obesitas ... 14

(7)

2.4.4. Patogenesis Obesitas... .. 15

2.4.5. Diagnosa Obesitas... .. 16

2.4.6. Penatalaksanaan Obesitas... ... 17

2.5. Hubungan Striae Distensae dengan Obesitas ... 18

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 20

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 20

3.2. Definisi Operasional ... 20

3.2.1 Striae Distensae ... 20

3.2.2 Obesitas ... 21

3.3 Hipotesa Penelitian ... 22

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 23

4.1. Jenis Penelitian ... 23

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 23

4.2.1. Waktu Penelitian... .. 23

4.2.2. Tempat Penelitian... ... 23

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 23

4.3.1. Populasi Penelitian ... 23

4.3.2. Sampel Penelitian ... 23

4.3.3. Perkiraan Besar Sampel... ... 24

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 24

4.4.1. Instrumen Pengambilan Data... .. 24

4.4.2. Prosedur Penelitian... .. 25

4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 26

4.6. Ethical Clearance... .. 26

BAB 5 HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN...27

5.1. Hasil Penelitian... 27

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian...27

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel Penelitian...27

5.1.2.1. Deskripsi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin...27

5.1.2.2. Deskripsi Sampel Berdasarkan Tingkat Obesitas...28

5.1.2.3. Deskripsi Sampel Berdasarkan Daerah Predileksi Striae Distensae...28

5.1.3. Tabulasi Silang Antara Tingkat Obesitas Dengan Terjadinya Striae Distensae...29

(8)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 32

6.1.` Kesimpulan... 32

6.2. Saran... 32

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1. Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas Berdasarkan

IMT dan Lingkar Perut Menurut Kriteria Asia pasifik... 17

Tabel 5.1. Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin... 27

Tabel 5.2. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Obesitas...28

Tabel 5.3. Distribusi Responden Berdasarkan Daerah Predileksi

Striae Distensae... 28

Tabel 5.4. Tabulasi Silang Antara Tingkat Obesitas Dengan Terjadinya

Striae Distensae...29

(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1. Anatomi Kulit...5

Gambar 2.2. Histologi Kulit...9

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Daftar Riwayat Hidup

LAMPIRAN 2 Lembar Penjelasan Kepada Calon Subyek

LAMPIRAN 3 Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)

LAMPIRAN 4 Ethical Clearance

LAMPIRAN 5 Data Induk

(12)

ABSTRAK

Striae distensae atau stretch mark merupakan penyakit atrofi kulit yang disebabkan oleh peregangan dari kulit yang berlebihan. Banyak faktor yang dapat menimbulkan terjadinya striae distensae, yaitu salah satunya obesitas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan tingkat obesitas dengan terjadinya striae distensae pada usia dewasa muda.

Penelitian ini adalah penelitan analitik observasional secara cross-sectional, yang dilakukan dengan melakukan pengumpulan data antropometri dari pengukuran berat badan, tinggi badan, dan Indeks Massa Tubuh (IMT). Striae distensae dihitung satu persatu secara kasat mata pada daerah tubuh. Subyek penelitian diambil dengan cara consecutive sampling. Total subyek dalam penelitian ini adalah sebanyak 57 orang dengan usia dewasa muda (11 subyek overweight, 29 subyek obese I, 17 subyek obese II).

Berdasarkan uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna secara statistik (p>0,05) antara tingkat obesitas dengan terjadinya striae distensae pada usia dewasa muda.

Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menganalisis berbagai faktor yang dapat menyebabkan timbulnya striae distensae juga cara penghitungan striae.

(13)

ABSTRACT

Striae distensae or stretch mark are characterized by epidermal atrophy disease following repeated over-stretching of the skin tissue. Many factors that can lead striae distensae, one of them is obesity. This study objectives to analyze the relationship of obesity with the striae distensae in young adults.

This study is an analytic study with cross-sectional study design. This study collected anthropometric data, which were weight, height, and Body Mass Index (BMI). Striae distensae calculated individually by look the visible striae in areas of the body. The subjects of this study were obtained using consecutive sampling. Total subject in this study were 57 young adults (11 overweight subjects, 29 obese I subjects, 17 obese II subjects).

The Spearman correlation test shows there is no significant statistically relationship (p>0,05) between obesity and the striae distensae in young adults.

More studies are needed to analyze various factors that can lead striae distensae and how to diagnose it properly.

(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Striae distensae atau stretch mark merupakan penyakit atrofi kulit yang

disebabkan oleh peregangan dari kulit yang berlebihan. SD bukan penyakit yang

membahayakan, tapi dapat menyebabkan masalah kosmetik dan psikis pada orang

yang memilikinya. Prevalensi dari SD kira-kira 80% dari kebanyakan populasi.

Pada saat onset, striae rubra dibentuk tegak lurus dari arah tegangan kulit, diikuti

dengan fase kronik, striae alba. (Bertin. C, 2013)

Penyebab dari striae distensae tidak begitu jelas, dan sejumlah teori sudah

dikemukakan. Kogoj menyatakan ada sebuah striatoxin yang akan merusak kulit.

Penelitian lain menunjukkan bahwa peregangan mekanik adalah penyebab utama

yang akan menyebabkan pecahnya kerangka jaringan ikat. Beberapa peneliti lain

menolak teori tersebut, karena tidak menemukan hubungan antara pertumbuhan

pada ukuran lingkar abdominal pada wanita hamil dengan pembentukan striae

distensae. Masa pertumbuhan telah disarankan sebagai penyebab yang lain,

dengan tanda ini biasanya berkembang pada masa remaja dan dihubungkan

dengan peningkatan cepat pada ukuran di beberapa bagian tubuh. Demikian pula,

timbulnya striae distensae juga menjadiciri dari tingginya kadar hormon steroid

dalam darah. Hal itu adalah tanda umum dari penyakit Cushing dan terapi steroid

lokal ataupun sistemik yang dapat merangsangnya. Tingginya kadar hormon

steroid ini mempunyai efek katabolik pada aktivitas fibroblas dan mengurangi

endapan kolagen di bahan matriks kulit. Penyebab striae distensae lainnya yang

jarang dilaporkan termasuk pada status cachetic(keadaan kesehatan umum yang

buruk dan malnutrisi), seperti tuberkulosis dan typhoid dan pada keadaan diet

untuk mengurangi berat badan yang berlebihan. Obesitas dan peningkatan berat

badan yang cepat atau penurunan dari berat badan telah menunjukkan adanya

(15)

Obesitas menurut kamus kedokteran Dorland (Edisi 25) adalah peningkatan

berat badan melebihi batas kebutuhan rangka dan fisik, sebagai akibat akumulasi

lemak berlebihan dalam tubuh.

Obesitas merupakan suatu kelainan kompleks pengaturan nafsu makan dan

metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik spesifik.

Faktor genetik diketahui sangat berpengaruh bagi perkembangan penyakit ini.

Secara fisiologis, obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi

lemak yang tidak normal atau berlebihan di jaringan adiposa sehingga dapat

mengganggu kesehatan. (Sugondo, 2009)

Kegemukan dan obesitas terjadi akibat asupan energi lebih tinggi daripada

energi yang dikeluarkan. Asupan energi tinggi disebabkan oleh konsumsi

makanan sumber energi dan lemak tinggi, sedangkan pengeluaran energi yang

rendah disebabkan karena kurangnya aktivitas fisik dan sedentary life style.

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012)

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan

peningkatan jumlah obesitas penduduk Indonesia dari tahun ke tahun. Prevalensi

penduduk laki-laki dewasa (>18 tahun) obesitas pada tahun 2013 sebanyak 19,7%,

lebih tinggi dari tahun 2007 (13,9%) dan tahun 2010 (7,8%). Pada tahun 2013,

prevslensi obesitas perempuan dewasa (>18 tahun) 32,9%, naik 18,1% dari tahun

2007 (13,9%) dan tahun 2010 (15,5%).

Mengukur lemak tubuh secara langsung sangat sulit dan sebagai pengukur

pengganti dipakai body mass index (BMI) atau indeks masa tubuh (IMT) untuk

menentukan berat badan lebih dan obesitas pada orang dewasa. IMT merupakan

indikator yang paling sering dipakai dan praktis untuk mengukur tingkat populasi

berat badan lebih dan obesitas pada orang dewasa. Untuk penelitian epidemiologi

digunakan IMT, yaitu berat badan dalam kilogram (kg) dibagi tinggi dalam meter

kuadrat (m2). Saat ini, IMT merupakan indikator yang paling bermanfaat untuk

menentukan berat badan berlebih atau obesitas. (Sugondo, 2009)

Obesitas meningkatkan risiko kesehatan lebih dari 30 penyakit, termasuk

(16)

obesitas adalah striae distensae, acanthosis nigricans, skin tags,

hiperandrogenism, hiperkeratosis plantar, dan candidal intertrigo. (Hahler, 2006)

Obesitas sudah menjadi masalah yang kompleks yang jumlah kasusnya

meningkat setiap tahun. Selain menimbulkan komplikasi penyakit seperti jantung

ataupun diabetes melitus, ternyata obesitas menimbulkan komplikasi di kulit

seperti pada uraian di atas. Komplikasi di kulit ini dapat menyebabkan masalah

kosmetik bagi orang-orang yang memilikinya. Dari beberapa komplikasi tersebut

peneliti tertarik pada striae distensae/stretch mark yang merupakan masalah yang

umum terjadi di sekitar lingkungan peneliti. Oleh karena itu, penulis ingin meniliti

hubungan antara tingkat obesitas dengan terjadinya striae distensae.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah dalam

penelitian sebagai berikut : Apakah terdapat hubungan antara tingkat obesitas

dengan terjadinya striae distensae?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan

antara tingkat obesitas dengan terjadinya striae distensae.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus penelitian ini adalah:

1. Mengetahui prevalensi obesitas berdasarkan tingkatannya

2. Mengetahui prevalensi penderita striae distensae

3. Mengetahui lokasi predileksi striae distensae berdasarkan jenis

kelamin

4. Mengetahui hubungan tingkat obesitas dengan terjadinya striae

(17)

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :

1. Bagi dunia pendidikan

Dapat menjadi bahan masukan bagi penelitian-penelitian selanjutnya.

2. Bagi masyarakat

Dapat menjadi masukan bagi pembaca bahwa obesitas juga membawa

dampak ke kulit yang akan mempengaruhi estetika tubuhnya sehingga

menjaga pola hidup yang sehat untuk menjauhi obesitas.

3. Bagi peneliti

Sebagai wadah untuk mengembangkan kemampuan peneliti dalam

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi dan Histologi Kulit

Kulit adalah organ tunggal yang terberat di tubuh, dengan berat sekitar 16%

dari berat badan total dan pada orang dewasa, mempunyai luas permukaan sebesar

1,2-2,3 m2. Kulit terdiri atas epidermis, yaitu lapisan epitel yang berasal dari

ektoderm, dan dermis, yaitu suatu lapisan jaringan ikat yang berasal dari

mesoderm. Batas dermis dan epidermis tidak teratur, dan tonjolan dermis yang

disebut papila saling mengunci dengan tonjolan epidermis yang disebut epidermal

ridges (rabung epidermis). Dalam bentuk tiga dimensi, interdigitasi ini dapat

berbentuk peg-and-socket. Turunan epidermis meliputi rambut, kuku, kelenjar

sebasea dan kelenjar keringat. Di bawah dermis, terdapat hipodermis, atau

jaringan subkutan, yaitu jaringan ikat longgar yang dapat mengandung bantalan

sel-sel lemak, yang disebut panikulus adiposus. Kulit bersifat elastis, kulit dapat

mengembang dan menutupi daerah yang luas pada keadaan yang disertai

pembengkakan seperti pada edema dan kehamilan. (Junqueira, 2007)

Gambar 2.1. Anatomi Kulit (Sumber : www.newenglandent.com)

2.1.1. Epidermis

Epidermis terdiri atas epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk, tetapi

(19)

epitel, yaitu sel Melanosit, sel Langerhans dan sel Granstein, serta sel Merkel. Sel

epidermis tidak mempunyai pembuluh darah, sehingga pasokan nutrisinya

sepenuhnya bergantung pada jaringan dermis dibawahnya melalui

dermoepidermal junction. (Amirlak, 2013)

Dari dermis ke atas, epidermis terdiri atas lima lapisan sel penghasil

keratin (keratinosit):

• Statum Basale (Stratum Germinativum)

Stratum basale terdiri atas selapis sel kuboid atau silindris basofilik

yang terletak di atas lamina basalis pada perbatasan epidermis-dermis.

Hemidesmosom membantu mengikat sel-sel epidermis itu pada lamina

basalis. Stratum basale ditandai dengan tingginya aktivitas mitosis dan

bertanggung jawab atas pembaruan sel-sel epidermis secara

berkesinambungan. Epidermis manusia diperbarui setiap 15-30 hari,

bergantung pada usia, bagian tubuh, dan faktor lain. (Junqueira, 2007)

• Stratum Spinosum

Stratum spinosum terdiri atas sel-sel kuboid, atau agak gepeng dengan

inti di tengah dan sitoplasma dengan cabang-cabang yang terisi berkas

filamen. Semua mitosis hanya terbatas pada lapisan yang disebut

stratum malpighi, yang terdiri atas strarum basal dan stratum spinosum.

Hanya stratum malpighi yang mengandung sel-sel induk epidermis.

(Junqueira, 2007)

• Stratum Granulosum

Stratum granulosum terdiri atas 3-5 lapis sel poligonal gepeng yang

sitoplasmanya berisikan granul keratohialin padat dan granula

lamellosum terbungkus-membran. Granul keratohialin berikatan dengan

tonofilamen keratin untuk membentuk keratin lunak dan granula

lamellosum mengeluarkan material lemak di antara sel-sel dan

menyebabkan kulit kedap air. (Eroschenko, 2008)

• Stratum Lusidum

Tampak lebih jelas pada kulit tebal, stratum lusidum ini bersifat

(20)

sangat gepeng. Organel dan inti tidak tampak lagi, dan sitoplasma

terutama terdiri atas filamen keratin padat yang berhimpitan dalam

matriks padat-elektron (Junqueira, 2007). Sel tidak memiliki nukleus

atau orgnel dan dipenuhi oleh filamen keratin. (Eroschenko, 2008)

• Stratum Korneum

Lapisan ini terdiri atas 15-20 lapis gepeng berkeratin tanpa inti dengan

sitoplasma yang dipenuhi skleroprotein filamentosa birefringen, yakni

keratin. Setelah mengalami keratinisasi, sel-sel hanya terdiri atas

protein amorf dan fibrilar dan membran plasma yang menebal; sel-sel

ini disebut sel tanduk. Selama keratinisasi berlansung, enzim hidrolitik

lisosom beperan pada penghancuran organel sitoplasma. Sel-sel secara

terus menerus dilepaskan pada permukaan stratum korneum.

(Junqueira, 2007)

Pada epidermis terdapat empat jenis sel, yaitu:

a. Melanosit

Melanosit berasal dari sel krista neural. Melanosit memiliki badan sel

bulat, dan dari badan sel tersebut terjulur cabang-cabang yang tak teratur dan

panjang ke dalam epidermis, yang berjalan di antara sel-sel stratum basale dan

stratum spinosum. Bagian ujung juluran ini berakhir dalam invaginasi sel yang

berada di kedua lapisan tersebut. Mikroskop elektron memperlihatkan sel pucat

yang mengandung banyak mitokondria kecil, sebuah kompleks golgi yang

berkembang baik, dan sisterna pendek di retikulum endoplasma kasar.

Hemidesmosom mengikat melanosit ke lamina basalis. (Junqueira, 2007)

b. Sel Langerhans

Sel berbentuk bintang ini terutama ditemukan di stratum spinosum

epidermis, dan mewakili 2-8% sel-sel epidermis. Sel langerhans merupakan

makrofag turunan sumsum tulang yang mampu mengikat, mengolah, dan

mempresentasikan antigen kepada limfosit T untuk memicu respon imun.

(21)

c. Sel Merkel

Sel Merkel biasanya terdapat dalam kulit tebal telapak tangan dan kaki,

yang agak menyerupai sel epitel epidermis tetapi memiliki granula padat kecil di

dalam sitoplasmanya (Junqueira, 2007). Karena sel ini berhubungan erat dengan

akson aferen (sensorik) tidak bermielin, sel ini diduga berfungsi sebagai

meanoreseptor untuk mendeteksi tekanan. (Eroschenko, 2008)

d. Sel Granstein

Sel Granstein baru-baru ini ditemukan dan berperan sebagai pengatur kerja sel

langerhans di kulit menjadi tidak berlebihan. (Sherwood, 2009)

2.1.2. Dermis

Dermis terdiri atas jaringan ikat yang menunjang epidermis dan

mengikatnya pada jaringan subkutan (hipodermis). Dermis disusun atas dua

lapisan, yaitu papilare dermis pada bagian superfisial dan retikular dermis pada

bagian yang lebih dalam (Amirlak, 2013). Papilare dermis lebih tipis, terdiri dari

jaringan ikat yang mengandung kapiler, serat elastis, serat retikulare, dan kolagen.

Retikulare dermis lebih tebal, yang terdiri atas jaringan ikat padat tak teratur

(terutama kolagen tipe I), dan oleh karena itu memiliki lebih banyak serat dan

lebih sedikit sel daripada stratum papilare. Dermis mengandung jalinan serat

elastin dan serat yang lebih tebal, yang secara khusus ditemukan dalam stratum

retikulare. Dari daerah ini muncul serat-serat yang secara berangsur menipis dan

berakhir dengan cara menyelip ke dalam lamina basalis. Sewaktu serat ini menuju

ke arah lamina basalis, serat ini secara berangsur kehilangan komponen amorf dari

elastin, dan hanya komponen mikrofibril yang menyelip ke dalam lamina basalis.

Jalinan elastis ini berfungsi bagi kelenturan kulit. (Junqueira, 2007)

2.1.3. Jaringan subkutan

Lapisan ini terdiri atas jaringan ikat longgar yang mengikat kulit secara

longgar pada organ-organ dibawahnya, yang mengkinkan kulit bergeser di

(22)

sesuai daerah tubuh dan ukuran yang bervariasi sesuai dengan status gizi yang

bersangkutan. Lapisan ini sering disebut juga sebagai fasia superfisial dan, jika

cukup tebal, disebut panikulus adiposus. (Junqueira, 2007)

Gambar 2.2. Histologi Kulit (Sumber : www.embryology.med.unsw.edu.au)

2.2. Fisiologi Kulit

Pada epidermis mengandung empat jenis sel yaitu melanosit, keratinosit, sel

Langerhans, dan sel Ganstein yang mempunyai fungsinya masing-masing.

Melanosit menghasilkan pigmen melanin, yang disebarkan ke sel-sel kulit

sekitar. Jumlah melanin di dalam tubuh inilah yang menentukan warna kulit

manusia. Jumlah pigmen melanin dapat meningkat sementara sebagai respons

terhadap pajanan ke berkas sinar ultraviolet (UV) dari matahari. Melanin

tambahah ini, melaksanakan fungsi protektif dengan menerap berkas UV yang

berbahaya. (Sherwood, 2009)

Sel epidermis yang paling banyak adalah keratinosit yang khusus

menghasilkan keratin. Sewaktu mati, keratinosit membentuk lapisan luar

berkeratin yang protektif. Lapisan berkeratin bersifat kedap udara, cukup kedap

air, dan tidak dapat ditembus oleh sebagian besar bahan. Lapisan ini menahan

lewatnya segala sesuatu yang lewat dalam dua arah antara tubuh dan lingkungan

(23)

Dua jenis sel epidermis lain juga berperan dalam imunitas. Sel langerhans

adalah sel dendritik yang berfungsi sabagai sel penyaji antigen. Sebaliknya sel

Granstein berfungsi sebagai “rem” terhadap respon imun yang diaktifkan oleh

kulit. (Sherwood, 2009)

Epitel berlapis dengan lapisan tanduk yang ada pada epidermis melindungi

permukaan tubuh terhadap abrasi mekanik dan membentuk sawar fisik terhadap

patogen atau mikroorganisme asing. (Eroschenko, 2008)

Epidermis juga membentuk vitamin D jika terdapat sinar matahari. Jenis sel

yang menghasilkan vitamin ini belum diketahui dengan pasti. Biasanya diperlukan

suplemen Vitamin D dalam makanan karena kulit umumnya tidak terpajan ke

sinar matahari dalam jumlah memadai untuk menghasilkan jumlah zat esensial ini

secara adekuat. (Sherwood, 2009)

Dermis mengandung banyak pembuluh darah dan ujung saraf khusus.

Pembuluh dermis tidak saja memasok nutrisi ke dermis dan epidermis, tetapi juga

berperan besar mengatur suhu tubuh. Diameter pembuluh-pembuluh ini dapat

dikendalikan sehingga jumlah pertukaran panas antara pembuluh darah

permukaan kulit dan lingkungan eksternal dapat diubah-ubah. Reseptor di ujung

perifer serat saraf aferen di dermis mendeteksi tekanan, suhu, nyeri dan input

somatosensorik lain. Ujung saraf eferen di dermis mengontrol diabetes pembuluh

darah, ereksi rambut, dan sekresi kelenjar eksokrin kulit. (Sherwood, 2009)

2.3. Striae Distensae

Striae distensae ditandai dengan ruam-ruam atrofi halus berbentuk linear di

daerah-daerah kerusakan kulit yang dihasilkan oleh peregangan kulit. Striae

dimulai dengan bentuk yang livid (keunguan), bergerigi, garis linear yang

kemudian akan menjadi berwarna putih dan menyerupai scar atrophic. (Abele,

1985)

2.3.1. Etiologi Striae Distensae

Walaupun penyebab pastinya belum diketahui, beberapa teori penyebab

(24)

menggunakan kortikostreoid topikal, pembentukan kulit yang abnormal, dan

peregangan yang terus-menerus dari kulit. (Hahler, 2006)

Etiologi pasti dari striae ini masih kontroversional dan sebagian

disebabkan dari klinis di mana striae muncul. Striae merupakan hasil akhir dari

status fisiologis yang beragam, termasuk kehamilan, kelebihan adrenokortikoid

dan perubahan pada kebiasaan tubuh, yang bisa dilihat pada perubahan berat

badan yang cepat, dan diduga juga adanya kecenderungan faktor genetik. (Singh,

2005)

Terjadinya striae sangat dihubungkan dengan obesitas. Terdapat

prevalensi yang tinggi pada orang dewasa obese dan anak-anak, tetapi

pembentukan striae pada remaja tidak dihubungkan dengan obesitas, tetapi lebih

ke tanda keremajaan, seperti pertumbuhan payudara, pertumbuhan rambut

kemaluan, dan menarche. Pada penelitian penyakit kulit pada anak-anak dengan

transplantasi organ, striae yang dipicu steriod hanya ditemukan pada remaja dan

tidak pada anak yang lebih muda. Striae terlihat pada 90% wanita hamil, akibat

dari gabungan faktor hormonal (hormon adrenokortikal, estrogen, dan relaksin)

seiring dengan meningkatnya tekanan pada jaringan ikat. Pemuda pengangkat

beban juga mempunyai striae pada bahu mereka. Striae juga mucul pada pasien

hypercortisolism pada Cushing’s syndromedan pada orang-orang yang

menggunakan steroid topikal. (Singh, 2005)

Telah diteliti juga bahwa striae distensae terjadi pada keadaan cachetic,

seperti pada tuberkulosis, typhoid, dan setelah diet pengurangan berat badan yang

intens. Striae juga bisa terlihat pada pasien anorexia nervosa. Pada kasus yang

jarang striae ditemukan pada patien positif human immunodeficiency virusyang

menerima protease inhibitor indinavir, pasien penyakit hati kronik, dan striae

yang idiopatik. (Singh, 2005)

2.3.2. Patogenesis Striae Distensae

Patogenesis pembentukan striae masih belum diketahui secara pasti, tetapi

diduga terjadi akibat peregangan kulit yang progresif yang merangsang perubahan

(25)

2003). Arem dan Kisher meyatakan bahwa striae dibentuk dari perlukaan kulit di

mana kolagen kulit ruptur. Pada penelitian, Sheu et al. menemukan terjadi

perubahan elastolisis yang berurutan diikuti dengan degenerasi sel mast pada fase

awal striae distensae.

Perubahan inflamasi diduga terjadi pada fase awal, dengan edema kulit

dan pembendungan perivaskular limfositik. Pada fase berikutnya, terjadi atrofi

epidermal dan hilangnya rabung jaringan. Kemudian, folikel rambut dan turunan

kulit di bagian kulit lainnya menjadi tidak ada. Area striae berbatas tegas dari

kulit sekelilingnya oleh daerah padat yang tipis, eosinofilik, berkas kolagen, dan

berbentuk horizontal terhadap permukaan kulit secara paralel. Terjadi peningkatan

kadar glikosaminoglikan, dan serat elastin pada papilari dermis sangat berkurang

bila dibandingkan dengan kulit yang normal. (Singh, 2005)

2.3.3. Gambaran Klinis Striae Distensae

Striae berbentuk skar linear dengan panjang beberapa sentimeter dan lebar

antara 1-10 mm. Pada fase awal, striae berbentuk lesi yang timbul berwarna

merah muda/ungu tanpa ada penekanan, tetapi lambat laun striae menjadi lebih

pucat, tertekan, dan berkeriput halus. (Rongioletti, 2003)

Striae pada umumnya terletak pada lengan atas, daerah paha, daerah perut

dan lumbosakral, tetapi bisa juga mengenai daerah lain, termasuk wajah, daerah

lekukan pada striae yang disebabkan oleh Cushing’s syndromeatau terapi steroid.

Pada wanita hamil, striae terdapat pada daerah abdomen dan payudara. Pada

obesitas, striae lebih ringan dengan atrofi yang lebih sedikit dari striae pada

pasien Cushing’s syndrome. (Singh, 2005)

Pada penelitian yang dilakukan Bertin et al. pada tahun 2013, ditemukan

bahwa terdapat penipisan papillare dermis pada kulit yang terkena striae distensae

dibandingkan kulit normal. Penipisan dari papillare dermis ini tergantung dari

(26)

2.3.4. Diagnosa Striae Distensae

Diagnosa stria distensae dilakukan dengan melihat apakah terdapat

garis-garis yang berbentuk linear di bagian tubuh. Perlu dibedakan dengan linea focal

elastolisis, dimana lesinya berwarna kuning dan dapat diraba. (Rongioletti, 2003)

Pada fase awal striae, dapat ditemukan garis skar berbentuk linear

berwarna keunguan atau merah muda dengan panjang beberapa sentimeter di

daerah predileksinya, yaitu seperti di perut, lengan, paha, dan di daerah bokong.

Garis ini disebut striae rubra.

Tetapi setelah beberapa lama, garis tersebut mengalami atrofi dan

mengalami pengerutan. Garis ini akan berubah menjadi warna putih dan disebut

sebagai striae alba.

2.3.5. Pengobatan Striae Distensae

Beberapa jenis pengobatan sudah diterapkan, diantaranya:

• Diet dan Olahraga

Hubungan antara diet dan olahraga dalam mengurangi jumlah striae

masih dalam penelitian lebih lanjut, karena sedikitnya data yang

menunjukkan hubungan antara keduanya (Elsaie, 2009). Pengurangan

berat badan dengan diet atau kombinasi dengan diet dan latihan tidak

menunjukkan perubahan derajat dari striae distensae. (Singh, 2005)

• Obat-obat Topikal (Elsaie, 2009)  Tretinoin

Pada umumnya, pengobatan tretinon menunjukkan perbaikan pada

saat diberikan pada fase akut striae daripada saat fase kronik.  Krim Hidran/Krim pelembab

Penggunaan krim hidran sebagai terapi dari striae masih diteliti

lebih lanjut apakah memberikan efek yang signifikan dari striae.  Obat topikal lainnya

Banyak obat yang beredar di masyarakat, tetapi efekasi dari

(27)

Lasers dan Light Devices

Penggunaan laser yang sekarang banyak digunakan adalah 585-nm

flash-lamp-pumped pulsed-dye laser (PDL), yang dilaporkan dapat

meningkatkan kolagen pada matriks ekstraseluler. Tetapi pada pasien

berkulit yang lebih gelap, pengobatan ini sebisa mungkin dihindari

karena dapat menyebabkan perubahan pigmen setelah pengobatan.

(Elsaie, 2009)

2.4.Obesitas

2.4.1. Definisi Obesitas

Kelebihan berat badan adalah suatu kondisi dimana perbandingan berat

badan dan tinggi badan melebihi standar yang ditentukan. Sedangkan obesitas

adalah kondisi kelebihan lemak, baik di seluruh tubuh atau terlokalisasi pada

bagian-bagian tertentu. Obesitas merupakan peningkatan total lemak tubuh, yaitu

apabila ditemukan kelebihan berat badan >20% pada pria dan >25% pada wanita

karena lemak (Ganong W.F, 2003).

Obesitas adalah suatu keadaan kelebihan massa jaringan lemak dan

keadaan ini dan menyebabkan berbagai penyakit kronis dan morbiditas serta

mortalitas yang tinggi. Penyebab utama dari obesitas adalah perbedaan pada

kesembangan energi dalam jangka waktu lama. Ketidakseimbangan itu

diakibatkan konsumsi lemak yang cukup tinggi, makanan padat energi dan

minuman manis, kurangnya aktivitas fisik, dan mengikuti sedentary lifestyle yaitu

gaya hidup yang jarang berpindah-pindah atau jarang bergerak. (NSW, 2011)

2.4.2. Prevalensi Obesitas

Obesitas sudah menjadi masalah yang global yang mengenai kira-kira

300.000.000 orang di seluruh dunia. Prevalensi ini meningkat baik di negara maju

ataupun negara berkembang. Obesitas dapat mengenai semua orang pada semua

umur dan semua tingkat sosioekonomi. (WHO, 2007)

Di Indonesia, menurut data Riskesdas tahun 2013, prevalensi penduduk

(28)

dari tahun 2007 (13,9%) dan tahun 2010 (7,8%). Pada tahun 2013, prevalensi

obesitas perempuan dewasa (>18 tahun) 32,9%, naik 18,1% dari tahun 2007

(13,9%) dan tahun 2010 (15,5%).

2.4.3. Etiologi Obesitas • Faktor Genetik

Maes et all. meneliti bahwa variabilitas untuk peran faktor genetik

terhadap obesitas adalah 50%-90%. Tetapi, negara industri seperti

Amerika Serikat menyatakan bahwa faktor genetik adalah faktor utama

dari penyebab kasus epidemik obesitas. (Racette et al, 2003)

• Faktor Lingkungan dan Kebiasaan

Sekarang gaya hidup manusia menjadi gaya hidup yang tidak

memerlukan aktivitas fisik yang banyak, sehingga pengeluaran energi

menjadi sedikit. Ditambah lagi, kebiasaan sekarang yang gemar

mengonsumsi makanan dan minuman dengan jumlah kalori yang cukup

tinggi. Kedua hal itu membuat ketidakseimbangan antara energi yang

masuk dan yang keluar. Kelebihan energi itu akan disimpan dalam

bentuk triasilgliserol atau asam lemak yang akan disimpan pada

jaringan lemak. (Racette et al, 2003)

2.4.4. Patogenesis Obesitas

Dalam keadaan normal, ada mekanisme fisiologis di jaringan lemak yang

mempengaruhi penyimpanan lemak dan reseptor (adipostat) di hipotalamus.

Ketika penyimpanan lemak berkurang, maka sinyal adipostat menjadi berkurang,

lalu hipotalamus meresponnya dengan rasa lapar. Begitu juga sebaliknya. Salah

satu yang merangsang sinyal tersebut adalah hormon leptin yang dihasilkan pada

jaringan lemak. Pada obesitas, terjadi peningkatan leptin, tetapi mengalami

resistensi dari leptin. Mekanisme resistensi leptin belum diketahui. Beberapa data

mengatakan leptin tidak dapat melewati sawar darah otak jika jumlahnya

(29)

leptin signalling inhibitor, seperti SOCS3 dan PTP1b, berperan dalam resistensi

leptin. (Flier dan Maratos-Flier, 2008)

2.4.5. Diagnosa Obesitas

Obesitas dapat ditegakkan dengan menggunakan Body Mass Iindex (BMI)

atau Indeks Masa Tubuh (IMT), yang didefinisikan sebgai berat badan dalam

kilogram dibagi kuadrat dari tinggi badan dalam meter (kg/m2). (WHO, 2003)

Selain BMI, cara untuk menentukan obesitas adalah dengan mengukur

lingkar pinggang untuk menilai resiko penyakit yang berhubungan dengan berat

badan. Lingkar pinggang berkaitan erat dengan IMT, pengukuran dengan

menggunakan pengukur pita, dan dapat mengestimasi lemak pada abdomen.

Lemak pada abdomen berkaitan erat dengan resiko penyakit daripada lemak pada

(30)
[image:30.595.107.527.184.482.2]

Obesitas dibagi menjadi beberap klasifikasi menurut tabel di bawah ini :

Tabel 2.1. Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas Berdasarkan IMT dan Lingkar Perut Menurut Kriteria Asia Pasifik (Sumber : IPD, 2009)

2.4.6. Penatalaksanaan Obesitas • Perubahan Gaya Hidup

 Makan lebih banyak buah dan sayur, dan polong-polongan serta gandum

 Olahraga atau melakukan aktivitas fisik sedikitnya 30 menit dalam sehari

 Mengurangi makanan berlemak dan manis

 Berpindah dari mengonsumsi lemak hewani ke lemak nabati. (WHO, 2003)

Klasifikasi IMT (kg/m2)

Risiko Ko-Morbiditas

Lingkar Perut

<90 cm (laki-laki)

<80 cm (perempuan

≥90 cm (laki-laki)

≥80 cm (perempuan

Berat Badan

Kurang <18,5

Rendah (risiko

meningkat pada

masalah klinis lain)

Sedang

Kisaran Normal 18,5-22,9 Sedang Meningkat

Berat Badan

Lebih ≥23,0

• Berisiko 23,0-24,9 Meningkat Moderat

• Obes I 25,0-29,9 Moderat Berat

(31)

• Terapi Farmakologi

Terapi farmakologi digunakan jika terapi secara non farmakolgi

(perubahan gaya hidup) gagal menurunkan berat badan yang berarti.

Obat yang digunakan obat yang menekan rasa lapar, tetapi penggunaan

obat harus dibatasi paling lama 12 minggu.

Obat yang digunakan adalah sibutramine yang bekerja dengan

menghambat pemasukan makanan dengan menghambat pemasukan

serotonin dan norepinefrin: dan orlistat yang bekerja menghambat

hormon lipase dari pankreas, sehingga menyebabkan pengurangan

penyerapan triasilgliserid.

• Operasi

Tindakan operasi dilakukan pada kasus obesitas yang berat atau

obesitas sedang yang sudah menimbulkan penyakit komorbiditas.

Operasi yang banyak dilakukan adalah pemotongan lambung, sehinnga

meminimalkan makanan yang masuk. (Racette et al, 2003)

2.5. Hubungan Striae Distensae Dengan Obesitas

Obesitas adalah peningkatan jumlah sel lemak akibat ketidakseimbangan dari

energi yang masuk dan energi yang keluar (NSW, 2011). Sel lemak tersebut akan

disimpan di jaringan hipodermis atau jaringan subkutis yang berada di bawah

dermis (Junqueira, 2007). Peningkatan jumlah sel lemak yang berlebihan ini akan

menyebabkan peregangan dari kulit.

Peregangan kulit yang terjadi berlebihan ini membuat perlukaan pada kulit

sehingga menyebabkan degranulasi sel mast yang berlebihan di kulit. Degranulasi

sel mast yang berlebihan akan merusak kolagen dan serat elastin pada matriks

ekstraseluler kulit. (Alaiti, 2014)

Peregangan yang berlangsung terus menerus dan progresif dari kulit

menyebabkan perubahan pada komponen matriks ekstraseluler kulit, termasuk

fibrilin, elastin, dan kolagen. (Rongioletti, 2003)

Perubahan pada serat elastis, penyusun matriks ekstraseluler kulit, inilah yang

(32)

fibronektin akan berkurang; sehingga menyebabkan hilangnya jaringan elastik

pada kulit dan akan menyebabkan strie distensae. (Tung, 2013)

Jadi, obesitas menyebabkan peregangan belebihan pada kulit yang akan

menimbulkan perlukaan pada kulit. Perlukaan ini akan memicu degranulasi dari

sel mast yang berlebihan yang akan merusak dan menimbulkan perubahan dari sel

matriks ekstraseluler kulit. Komponen sel matriks ekstraseluler kulit, termasuk

fibrilin, elastik, dan kolagen, akan berkurang jumlahnya dan menyebabkan

hilangnya jaringan elastik pada kulit. Hilangnya jaringan elastik inilah yang

(33)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam

penelitian ini adalah :

[image:33.595.116.434.259.319.2]

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Definisi Operasional 3.2.1. Striae Distensae

• Definisi Operasionil

Striae Distensae adalah garis linear berwarna keunguan atau putih

dengan panjang beberapa sentimeter yang dijumpai pada kulit.

• Cara Pengukuran

Cara pengukuran pada penelitian ini adalah :

o Observasi untuk melihat ada tidaknya striae pada kulit. Sebelumnya, sudah diminta kesediaan sampel untuk dilakukannya observasi pada

kulitnya.

o Wawancara untuk menyingkirkan faktor-faktor lain yang dapat

menyebabkan striae distensae.

• Alat Ukur

Alat ukur pada penelitian ini adalah :

o Dengan melihat ada tidaknya striae pada kulit. • Hasil Pengukuran

o Jumlah striae yang didapati di kulit • Skala Pengukuran : Rasio

(34)

3.2.2. Obesitas

• Definisi Operasional

Obesitas adalah suatu kondisi dimana lemak di dalam tubuh berlebihan

akibat ketidakseimbangan antara energi yang masuk dengan energi

yang keluar. Obesitas dapat dinyatakan dengan menggunakan Indeks

Masa Tubuh (IMT).

• Cara Pengukuran

Cara pengukuran obesitas pada penelitian ini adalah dengan

menghitung IMT tubuh, yaitu dengan mengukur tinggi badan dan

menimbang berat badan.

o Pengukuran Tinggi Badan

1. Menarik alat pengukur tinggi dan meletakkan ujungnya tepat di

puncak kepala (vertex) responden

2. Melihat dan mencatat tinggi badan responden dalam sentimeter

dengan tepat.

o Pengukuran Berat Badan

1. Mempersilahkan responden naik ke atas timbangan dengan

terlebih dahulu melepaskan alas kaki ataupun penutup kepala,

meletakkan tas, handphone, dan barang-barang lainnya.

2. Memposisikan responden dalam keadaan diam, tegak lurus,

pandangan menghadap ke depan.

3. Melihat dan mencatat berat badan responden dalam kilogram (kg)

dengan tepat.

o Pengukuran Indeks Masa Tubuh (IMT)

IMT = Berat Badan (kg )

(35)

• Alat Ukur

Alat ukur obesitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Timbangan Berat Badan dan Pengukur Tinggi Badan. Alat ukur yang

digunakan sudah diukur reliabilitas dan validitasnya dengan

menggunakan uji kalibrasi alat.

• Hasil Pengukuran

o Overweight, jika IMT = 23,0-24,9

o Obese tingkat I, jika IMT = 25,0-29,9

o Obese tingkat II, jika IMT ≥30,0 • Skala Pengukuran

Skala pengukuran obesitas pada penelitian ini adalah skala rasio

3.3. Hipotesis Penelitian

Semakin tinggi tingkat obesitas maka semakin banyak jumlah striae

(36)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan menggunakan metode penelitian analitik

observasional yang bersifat cross-sectional, dimana tiap subyek hanya diobservasi

satu kali dan pengukuran variabel subyek dilakukan pada saat pemeriksaan

tersebut. (Sastroasmoro dan Ismael, 2013)

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2014.Pemilihan waktu

penelitian dengan mempertimbangkan keterbatasan waktu, dana dan sumberdaya.

4.2.2. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Universitas Sumatera Utara, Medan. Alasan

dipilihnya tempat ini adalah terdapatnya populasi yang mudah dijangkau.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi Penelitian

Populasi target pada penelitian ini adalah seluruh orang yang obese.

Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah mahasiswa-mahasiswi Universitas

Sumatera Utara yang obese.

4.3.2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian diambil dengan menggunakan metode consecutive

sampling, yaitu semua subyek yang datang secara berurutan dan memenuhi

kriteria penelitian dimasukkan ke dalam penelitian sampai jumlah subyek yang

diperlukan terpenuhi. Kriteria pada penelitian ini adalah :

• Kriteria Inklusi :

1. Mahasiswa dan mahasiswi dengan IMT >23,0 dan berusia >18 tahun

(Dewasa muda menurut WHO yaitu pada umur 18-25 tahun)

(37)

• Kriteria Eksklusi :

1. Sudah pernah hamil sebelumnya untuk mahasiswi

2. Menderita penyakit kronis seperti TB, penyakit hati, typhoid dan

lainnya.

3. Sedang/pernah menjalani program diet yang ketat

4. Sedang/pernah mengonsumsi obat steroid dalam waktu lama

4.3.3. Perkiraan Besar Sampel

Penelitian ini adalah penelitian analitis tidak berpasangan dengan skala

pengukuran analitis korelatif, maka rumus besar sampel yang digunakan adalah:

� =� ��+��

0,5��[(1 +�)/(1− �)]� 2

+ 3

Di mana :

Zα = deviat baku alfa = 1,645 Zβ = deviat baku beta = 1,282

r = korelasi minimal yang dianggap bermakna = 0,4

� =� 1,645 + 1,282

0,5��[(1 + 0,4)/(1−0,4)]� 2

+ 3

n = 51 = 55

Jadi, sampel minimum yang harus diteliti adalah 55 orang.

4.4. Teknik Pengumpulan Data 4.4.1. Instrumen Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer

adalah data yang diperoleh langsung dari sumber data ataupun langsung dari

(38)

menggunakan beberapa macam jenis formulir untuk mendapatkan persetujuan dan

data-data pribadi dari responden. Formulir yang pertama, yaitu Formulir A

merupakan lembaran informed consent dimana formulir ini memberikan

penjelasan tentang penelitian kepada responden. Formulir B merupakan surat

persetujuan pasien untuk berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian ini.

Formulir yang terakhir, yaitu Formulir C merupakan lembaran yang memuatkan

data-data demografi yang akan diisi oleh peneliti dari hasil wawancara dan

pengukuran Indeks Masa Tubuh responden.

4.4.2. Prosedur Penelitian

Di setiap fakultas, mahasiswa yang memenuhi kriteria akan dimintakan

kesediaannya untuk ikut serta dalam penelitian ini. Jika bersedia, responden

mengisi lembar informed consent dan selanjutnya dilakukan pengukuran :

1. Indeks Masa Tubuh

• Berat Badan

Responden diminta untuk mengeluarkan semua barang yang ada di

kantongnya, melepas alat yang akan mempengaruhi berat badannya seperti

jam tangan, alas kaki, dan lain-lain. Setelah itu, responden diminta untuk

berdiri di atas timbangan yang sudah disediakan peneliti, berdiri dalam

posisi tegak dan tidak bergerak-gerak. Lalu peneliti mencatat hasil berat

badan responden yang didapat.

• Tinggi Badan

Responden diminta untuk berdiri tegak dimana seluruh bagian tubuh

termasuk tumit kaki bersandar pada dinding atau bidang yang datar.

Peneliti menarik alat pengukur tinggi sampai menyentuh puncak kepala

(vertex) responden. Lalu, peneliti melihat dan mencatat hasil tinggi badan

(39)

2. Striae Distensae

Peneliti akan melakukan observasi pada tubuh responden untuk melihat ada

tidaknya striae. Observasi dilakukan senyaman mungkin untuk responden dan

pada saat observasi peneliti ditemani oleh seorang asisten.

4.5. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data untuk menganalisis hubungan variabel penelitian dilakukan

dengan menggunakan perangkat komputer, yaitu menggunakan program SPSS

(Statistical Product and Service Solutions)for Windows, yang disajikan dalam

bentuk tabel dan diagram. Analisis hubungan variabel berupa uji hipotesis

asosiatif dihitung menggunakan kaidah statistik Korelatik Spearman karena data

yang diperoleh adalah data numerik dan tidak terdistribusi normal.

4.6. Ethical Clearance

Penelitan ini akan dilakukan setelah peneliti mendapakan Ethical Clearance

(40)

BAB 5

HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Universitas Sumatera Utara (USU) yang terletak di

Jln. dr. T. Mansur No. 9 Kampus USU, Medan, Sumatera Utara. USU memiliki

14 fakultas/sekolah yaitu Kedokteran, Hukum, Pertanian, Teknik, Kedokteran

Gigi, Ekonomi, Sastra, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu-ilmu

Sosial dan Politik, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, Psikologi, Keperawatan, dan

Pascasarjana. Zona akademik seluas 90 ha menampung hampir seluruh kegiatan

perkuliahan dan praktikum mahasiswa.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel Penelitian 5.1.2.1. Deskripsi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

Dari hasil penelitian diperoleh distribusi jenis kelamin responden

[image:40.595.112.508.486.562.2]

sebagai berikut :

Tabel 5.1. Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan tabel tersebut, dapat diperoleh jumlah responden

perempuan adalah 40 orang (70,2%) dan laki-laki 17 orang (29,8%). Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%)

Laki-laki 17 29,8

70,2

Perempuan 40

(41)

5.1.2.2. Deskripsi Sampel Berdasarkan Tingkat Obesitas

Dari hasil penelitian diperoleh distribusi tingkat obesitas responden

[image:41.595.116.511.194.302.2]

sebagai berikut :

Tabel 5.2. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Obesitas

Tabel di atas menunjukkan bahwa sampel dengan obese tingkat I

merupakan jumlah terbanyak (50,9%), sampel dengan obese tingkat II sebanyak

29,8%, dan yang paling sedikit adalah sampel dengan overweight (19,3%).

5.1.2.3. Deskripsi Sampel Berdasarkan Daerah Predileksi Striae Distensae

Dari hasil penelitian diperoleh ditribusi daerah predileksi striae

[image:41.595.110.517.487.577.2]

distensae responden sebagai berikut :

Tabel 5.3. Distribusi Responden Berdasarkan Daerah Predileksi Striae Distensae

Tabel di atas menunjukkan bahwa pada laki-laki daerah predileksi

striae terbanyak terdapat pada daerah humerus dan abdomen (58,8%), dilanjutkan

pada daerah lumbosakral (47,1%), daerah femur (41,2%), dan daerah lain

(11,8%). Sedangkan pada perempuan, daerah predileksi striae terbanyak terdapat

pada daerah femur (72,5%), dilanjutkan pada daerah humerus (50%), daerah

lumbosakral (37,5%), dan daerah lain (27,5%).

Tingkat Obesitas Jumlah (Orang) Persentase (%)

Overweight Obese I Obese II

11 19,3

29 50,9

17 29,8

Total 57 100,0

Jenis

Kelamin

Distribusi Daerah Predileksi Striae Distensae (%)

Humerus Femur Abdomen Lumbosakral Lain-lain

Laki-laki 58,8 41,2 58,8 47,1 11,8

(42)
[image:42.595.113.517.188.362.2]

5.1.3. Tabulasi Silang Antara Tingkat Obesitas Dengan Terjadinya Striae Distensae

Tabel 5.4. Tabulasi Silang Antara Tingkat Obesitas Dengan Terjadinya Striae Distensae

Dari tabel di atas, didapatkan jumlah responden yang mempunyai striae

ditensae sebanyak 93% dan yang tidak mempunyai strie distensae sebanyak 7%.

Persentase adanya striae distensae terbanyak terdapat pada responden dengan

obese I (94,1%), dilanjutkan pada responden dengan obese II (94,1%), dan

terakhir responden dengan overweight (81,8%).

5.1.3. Hasil Analisis Statistik

Penelitian ini ingin mengetahui hubungan antara tingkat obesitas dengan

terjadinya striae distensae yang dapat dievaluasi dengan menghitung jumlah

striae secara langsung pada responden. Untuk mengetahui kekuatan hubungan

diantara kedua variabel tersebut dilakukan uji Korelasi Spearmen. Adapun hasil

uji Korelasi Spearman pada kedua variabel dalam penelitian ini dapat dinyatakan

melalui tabel berikut :

Tabel 5.4. Analisis Uji Korelasi Spearman

Variabel Rata-rata Korelasi

Spearman (R) P value

IMT 27,89 (SD 2,98)

0,183 0,087

Striae Distensae 25,25 (SD 22,22)

Tingkat Obesitas Striae Distensae

Total

Tidak Ada Ada

Overweight 2 9 11

18,2% 81,8% 100,0%

Obese I 1 28 29

3,4% 96,6% 100,0%

Obese II 1 16 17

5,9% 94,1% 100,0%

Total 4 53 57

[image:42.595.107.516.658.743.2]
(43)

Koefisien korelasi (r) yang diperoleh dari uji ini adalah 0,183 yang

menunjukkan bahwa hubungan itu sangat lemah (Sastroasmoro, 2007).

Penelitian ini menggunakan hipotesis satu arah (one-tailed) dengan tingkat

kepercayaan 95%, yang berarti jika didapati nilai p<0,05 berarti Ho penelitian

ditolak.

Nilai signifikansi yang diperoleh dari uji ini adalah 0,087. Nilai p yang

lebih besar dari 0,05 menyebabkan Ho dalam penelitian ini gagal ditolak. Ini

berarti bahwa kemungkinan tidak adanya hubungan yang bermakna secara

statistik antara tingkat obesitas dengan terjadinya striae distensae.

5.2. Pembahasan

Dari hasil analisis data penelitian, dijumpai lebih banyak responden yang

berjenis kelamin perempuan (70,2%). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Bertin et al. (2014) dan hasil penelitian yang dilakukan Guida et

al. (2010).

Berdasarkan tingkat obesitas, didapati lebih banyak responden dengan obese

tingkat I (50,9%). Pada penelitian yang dilakukan Guida et al. (2010) terdapat

perbedaan pengklasifikasian tingkat obesitas, dimana penilaian obese dimulai dari

IMT diantara 30-35 sebagai obese kelas I, antara 35-40 sebagai obese kelas II, dan

IMT >40 sebagai obese kelas III. Pada penelitiannya, didapati responden dengan

obese kelas I paling banyak, yaitu sebanyak 60%.

Berdasarkan daerah predileksi striae distensae, pada pria didapati paling

banyak berada di daerah abdomen dan humerus (58,8%). Hal ini sedikit berbeda

dengan penilitian yang dilakukan Bertin et al. (2014) yang mendapati daerah

predileksi striae pada daerah humerus dan daerah lumbosakral. Hasil penelitian ini

juga berbeda pada penelitian yang dilakukan oleh Al-Himdani et al. (2013) yang

mendapati daerah predileksi striae terbanyak pada pria berada di daerah bokong

sebanyak 89%.

Sedangkan pada wanita, dari penelitian ini didapati daerah predileksi

(44)

Bertin et al. (2014) yang mendapati daerah predileksi terbanyak adalah di daerah

abdomen (31,0%), juga berbeda dengan penelitian yang dilakukan Al-Himdani et

al. (2013) yang mendapati daerah predileksi terbanyak adalah di daerah bokong

(86%) dan daerah femur (48%).

Pada penelitian ini, didapatkan prevalensi responden yang memiliki striae

distensae sebanyak 93%. Berbeda jauh dari penelitian yang dilakukan oleh

Al-Himdani et al. (2013) yang mendapatkan prevalensi striae distensae pada

penderita obese sebanyak 43%.

Hasil output yang memberikan nilai p>0,05, menunjukkan bahwa tidak

adanya hubungan yang signifikan antara tingkat obesitas dengan peningkatan

terjadinya striae distensae, sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh

Guida et al. (2010) yang mendapati nilai p adalah 0,2.

Tidak adanya hubungan yang signifikan tersebut dimungkinkan karena

adanya perbedaan distribusi jenis kelamin dan obesitas responden serta

karakteristik masing-masing responden. Perbedaan yang cukup signifikan pada

distribusi jenis kelamin dan obesitas disebabkan karena waktu penelitian dibatasi

selama satu bulan, sehingga sulit untuk mendapatkan distribusi yang merata.

Penelitian yang dilakukan oleh JY Tung et al. (2013) menemukan bahwa adanya

peran gen yang menimbulkan striae distensae pada kulit. Pada orang yang

memiliki striae terjadi mutasi atau delesi sehingga terjadi pengurangan dalam

pembentukan komponen matriks ekstraseluler kulit yang mengatur elastisitas

kulit. Selain itu, tidak adanya cara yang diakui secara universal dalam menghitung

jumlah striae membuat peneliti merasa sulit untuk menghitung jumlah pasti striae

pada beberapa responden yang memiliki jumlah striae yang banyak. Oleh karena

itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dalam diagnosa secara pasti striae

(45)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dari penelitian

ini dapat dambil kesimpulan, yaitu :

1. Subyek penelitian terbanyak mengalami obese tingkat I, dilanjutkan

dengan yang mengalami obese tingkat II, dan terakhir subyek yang

mengalami overweight

2. Subyek penelitian lebih banyak yang memiliki striae distensae daripada

yang tidak memiliki striae distensae, dan lebih banyak pada subyek

mengalami obese tingkat I

3. Daerah predileksi striae pada laki-laki tersering adalah di daerah perut

dan lengan atas, sedangkan pada wanita adalah di daerah paha.

4. Tidak terdapatnya hubungan yang signifikan antara tingkat obesitas

dengan terjadinya striae distensae

6.2. Saran

Dari seluruh proses penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dalam

menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang

mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini.

Adapun saran tersebut, yaitu:

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai cara menghitung striae

distensae secara lebih pasti melalui kasat mata bukan secara

histopatologinya

2. Menambah jumlah subyek penelitian dengan tingkat obesitas yang lebih

merata sehingga mengurangi bias pada penelitian selanjutnya.

3. Lakukan konseling pada subyek penelitian mengenai masalah striae

distensae yang dimilikinya, karena peneliti melihat kebanyakan subyek

penelitian belum mempunyai pengetahuan yang cukup untuk striae

(46)

4. Lakukan konseling pada subyek penelitian mengenai masalah obesitas

yang dimilikinya, mengenai pola hidup yang baik serta

penyakit-penyakit yang ditimbulkan obesitas, sehingga subyek mau hidup sehat

dan mengurangi berat badannya ke berat badan yang normal sesuai

IMT

5. Kepada pemerintah dan kalangan medis agar lebih aktif

mensosialisasikan dampak obesitas bagi kesehatan, menghimbau

masyarakat untuk bergaya hidup sehat sejak dini, meningkatkan

kualitas pelayanan kesehatan setinggi-tingginya dan memberikan

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Amirlak, B, 2013. Skin Anatomy. Medscape. Available from: 2014]

Al-Himdani., et al, 2013. Striae Distensae: A Comprehensive Review and Evidence-Based Evaluation of Prophylaxis and Treatment.British Journal of Dermatology. 170(3):527-47

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013. Riset Kesehatan Dasar. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Bertin., et al, 2014. Striae Distensae are Characterized by Distinct Microstructural Features As Measured by Non-invasive Methods in Vivo. Skin Research and Technology. 20:81-86

Dahlan, M. Sopiyudin, 2013. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel. Jakarta: Salemba Medika

Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, 2012. Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Kegemukan dan Obesitas pada Anak Sekolah. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Dobson RL, Abele DC, 1985. The Practice of Dermatology. Philadelphia: Harper & Row, Publishers

Elrington, J, 2003. Obesity and Overweight. World Heart Organization

Elsaie M, Baumann LS, Elsaaiee LT, 2009. Striae Distensae (Stretch Marks) and Different Modalities of Therapy: An Update. Dermatologic Surgery. 35:563-573

Eroscenko, VP, 2008. Atlas Histologi diFiore dengan Korelasi Fungsional. Jakarta: EGC

Flier JS, Maratos-Flier E, 2008. Biology of Obesity. In:Kasper, DL., Braunwald, E., Fauci, AS., Hauser, SL., Longo, DL., Jameson, JL., ed. Harrison’s Principles of Internal Medicines. Edisi 17.New York: McGraw-Hill, 462-473

Ganong, WF, 2005. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-22. Jakarta: EGC

(48)

Hahler, B, 2006. An Overview of Dermatological Conditions Commonly Associated with the Obese Patient. Ostomy Wound Management. Available from

Hill, MA, 2014. Embryology Foundations - Histology Epithelia and Skin. UNSW

Embryology. Available from:

Health Statistics NSW, 2011. Adult Overweight and Obesity. NSW Government

Junqueira LC, Carneiro J, 2007. Histologi Dasar : Teks dan Atlas. Jakarta: EGC

New England Ent, Skin Cancers. Avalaible from:

Racette SB, Deusinger SS, Deusinger RH, 2003. Obesity: Overview of Prevalence, Etiology, and Treatment. Physical Therapy. 83:276-288

June 2014]

Rongioletti F, Romanelli P, 2003. Dermal Infiltrates. In: Kerdel, FA., Jimenez-Acosta, F., ed. Dermatology Just the Facts. New York: McGraw-Hill

Sastroasmoro, S dan Ismael, S, 2013. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi 4. Jakarta: Sagung Seto.

Sherwood, L, 2011. Fisiologi Manusia. Edisi 6. Jakarta: EGC

Singh G, Kumar LP, 2005. Striae Distensae. Indian Journal of Dermatology, Venereology and Leprolology. 71:370-372

Sugondo, S, 2009. Obesitas. In: Sudoyo AW, Setiyohadi, B., Alwi, I., K, Marcellus S., Setiati, S., ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 5. Jakarta: Interna Publishing

(49)

LAMPIRAN 1

RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama Lengkap : AGNES THASIA PARHUSIP

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Pematangsiantar, 4 Agustus 1993

Warga Negara : Indonesia

Status : Belum Menikah

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jln. Asrama Komplek Bumi Asri Blok C No 105, Medan

Mobile : 08112400360

E-mail

Latar Belakang Pendidikan

1997-1998 : TK Bintang Kecil, Jayapura 1998-1999 : TK Putra Nirmala, Cirebon 1999-2005 : SD Putra Nirmala, Cirebon 2005-2008 : SMPK 1 BPK Penabur, Cirebon 2008-2011 : SMA Santo Thomas 2, Medan

2011-Sekarang : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Pengalaman Organisasi

1. Anatomi Club FK USU 2. KMK FK USU

Pengalaman Kepanitiaan

1. Panitia Natal Fakultas Kedokteran USU tahun 2011 2. Panitia Natal Fakultas Kedokteran USU tahun 2013

(50)

LAMPIRAN 2

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK

Saya, Agnes Thasia Parhusip, mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2011 akan melakukan penelitian yang berjudul ”Hubungan Tingkat Obesitas Dengan Terjadinya Striae Distensae Pada Usia Dewasa Muda”.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada hubungan tingkat obesitas dengan terjadinya striae distensae, dan juga untuk memenuhi syarat kelulusan sarjana kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Saya mengajak saudara/i untuk ikut serta dalam penelitian ini. Penelitian ini membutuhkan sekitar 56 subyek penelitian, dengan jangka waktu keikutsertaan masing-masing subyek sekitar 10-20 menit.

A. Kesukarelaan untuk ikut penelitian

Saudara/ibebas memilih keikutsertaan dalam penelitian ini tanpa ada paksaan. Bila saudara/i sudah memutuskan untuk ikut, saudara/i juga bebas untuk mengundurkan diri/ berubah pikiran setiap saat tanpa dikenai denda atau pun sanksi apapun.

B. Prosedur Penelitian

Apabila saudara/i bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, saudara/i diminta menandatangani lembar persetujuan ini rangkap dua, satu untuk saudara/i simpan, dan satu untuk untuk peneliti. Prosedur selanjutnya adalah:

1. Saudara/i akan diwawancarai oleh saya untuk menanyakan: Nama, usia, jenis kelamin, riwayat hamil (untuk mahasiswi), riwayat penyakit kronis, riwayat penggunaan obat kortikosteroid, dan riwayat diet.

2. Menjalani pemeriksaan berat badan. Di mana pada pemeriksaan ini, saya akan meminta saudara/i untuk mengeluarkan seluruh benda yang berada dalam saku baju atau celana anda, melepas jam dan alat-alat lain yang cukup berat yang sedang dikenakan. Lalu saya akan meminta anda untuk naik ke atas timbangan yang telah saya siapkan sebelumnya dan mencatat berat badan yang didapat.

(51)

4. Menjalani pemeriksaan striae distensae/stretch mark. Di mana pada pemeriksaan ini, saya akan mengobservasi kulit saudara/i untuk mengamati ada tidaknya striae. Observasi akan dilakukan senyaman mungkin untuk anda, dan dilakukan di ruang yang tertutup. Pada saat pemeriksaan ini, saya akan ditemani oleh asisten, yaitu teman saya sendiri.

C. Kewajiban subyek penelitian

Sebagai subyek penelitian, saudara/i berkewajiban mengikuti aturan atau petunjuk penelitian seperti yang tertulis di atas. Bila ada yang belum jelas, saudara/i bisa bertanya lebih lanjut kepada peneliti.

D. Risiko dan Efek Samping dan Penanganannya

Penelitian ini tidak menimbulkan risiko yang bermakna karena hanya akan dilakukan pemeriksaan. Jika nanti, saudara/i mengalami kerugian yang menyangkut dengan penelitian ini, maka anda berhak memberitahu saya untuk bertanggung jawab atas kerugian tersebut.

E. Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk melihat ada tidaknya hubungan antara tingkat obesitas dengan striae distensae, sehingga kita mengetahui obesitas dapat menyebakan kerugian lain khususnya di kulit, selain penyakit jantung, metabolik, dan lain-lain.

Keuntungan langsung yang saudara/i dapatkan adalah anda menngetahui berapa Indeks Masa Tubuh (IMT) anda, dimana IMT ini untuk melihat tingkatan obesitas anda.

F. Kerahasiaan

Semua informasi yang berkaitan dengan identitas subyek penelitian akan dirahasiakan dan hanya akan diketahui oleh peneliti dan asisten peneliti. Hasil penelitian akan dipublikasikan tanpa identitas subyek penelitian.

G. Kompensasi

Saudara akan mendapatkan souvenir dari peneliti sebagai ucapan terima kasih peneliti untuk saudara.

H. Pembiayaan

(52)

I. Informasi Tambahan

(53)

LAMPIRAN 3

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORM CONSENT)

Yang bertandatangan dibawah ini :

Nama :...

Umur : ...

Alamat : ...

Telah menerima dan mengerti penjelasan Agnes Thasia Parhusip, Mahasiswi

Fakultas Kedokteran Sumatera Utara, Angkatan 2011 tentang penelitian

HUBUNGAN TINGKAT OBESITAS DENGAN TERJADINYA STRIAE DISTENSAE PADA USIA DEWASA MUDA” termasuk tentang tujuan, prosedur dan manfaat penelitian. Oleh karena itu, dengan penuh kesadaran dan

tanpa paksaan, saya menyetujui menjadi peserta penelitian dan dilakukannya

pemeriksaan berat badan, tinggi badan, dan striae distensae.

Demikianlah surat persetujuan ini saya perbuat dengan penuh kesadaran dan tanpa

paksaan siapapun.

Medan, 2014

Peniliti Responden

(54)
(55)

LAMPIRAN 5 Data Induk N o N a m a J K B B (k g) T B ( m ) I M T T. Ob esit as

Warna Striae & Jumlah

Merah muda/ungu Putih

T o t a l Len g-an Ata s P a -h a P e -r u t Lu mb o-sakr al La in-lai n T o t a l Len g-an Ata s P a -h a P e -r u t Lu mb o-sakr al La in-lai n T o t a l

1 D N

L 9 0 1, 7 5 2 9 , 3 8 Ob es I

3 3 4 1

0 1 0

2 H S

P 6 8 1, 5 2 2 9 , 4 3 Ob es I 1 6

18 3

4 3 4

3 V Y

P 6 2 1, 5 8 2 4 , 8 3 Ov er wei ght

6 5 10 2

1 2 1

4 S A

P 7 2 1, 6 2 8 , 1 2 Ob es I 1 2 1 2 1 2

5 D L 8 8 1, 7 2 9 , Ob es I

9 9 1 1 1

(56)

3 4 0

6 A N

P 6 1 1, 5 9 2 4 , 1 2 Ov er wei ght 1 1

7 5 2

3 2 3

7 J S

P 6 0 1, 5 8 2 4 . 0 3 Ov er wei ght

5 5 5

8 B N

P 6 6 1, 5 4 2 7 , 2 9 Ob es I 1 1

2 1

3 1 3

9 H S

P 8 0 1, 5 5 3 3 , 2 9 Ob es II

9 8 1

7 1 7 1 0 S Y

P 6 3 1, 6 2 4 , 6 0 Ov er wei ght 1 6 1 6 1 6 1 1 M S

P 6 5 1, 6 2 5 , 3 9 Ob es I 1 0

5 1

5 1 5

1 2

W P 7 5 1, 5 6 3 0 , 8 1 Ob es II

3 2 5 3 3 8

1 3

H P 6

4 1, 5 2 5 Ob es I

(57)

7 , 9 6 1 4 C P

L 7 0 1, 6 2 2 6 , 6 7 Ob es I

5 5 5

1 5

R S

P 6 7 1, 5 9 2 6 , 5 0 Ob es I

11 1

4 1 2

10 13 6

0 6 0 1 6 N R

P 7 6 1, 6 4 2 8 , 2 5 Ob es I

6 1

0

5 11 3

2 3 2 1 7 T R

P 8 5 1, 6 5 3 1 , 2 2 Ob es II

3 3 4 2 1

2 1 2 1 8 A R

L 9 8 1, 7 8 3 0 , 9 3 Ob es II

16 2

0 4

Gambar

Gambar 2.1. Anatomi Kulit (Sumber : www.newenglandent.com)
Gambar 2.2. Histologi Kulit (Sumber : www.embryology.med.unsw.edu.au)
Tabel 2.1. Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas Berdasarkan IMT dan Lingkar Perut Menurut Kriteria Asia Pasifik (Sumber : IPD, 2009)
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
+4

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil evaluasi penawaran serta klarifikasi teknis dan negosiasi harga pekerjaan Belanja Modal Pengadaan Barang Bercorak Kesenian, Kebudayaan Lainnya /

Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan

PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (Penelitian terhadap Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2010)” yang

Sejalan dengan itu juga Shimada (Japar, 2009) menyatakan bahwa pendekatan open-ended adalah pendekatan pembelajaran yang menyajikan suatu permasalahan yang memiliki

Teori ini menyatakan bahwa meskipun kalimat ini sering digunakan untuk memberitahukan perihal keadaan dalam keadaan tertentu harus dianggap sebagai suatu

Aplikasi dibuat dalam basis web dan basis mobile menggunakan front-end framework Bootstrap sehingga aplikasi dapat menyesuaikan dengan resolusi layar. Aplikasi ini juga

Berdasarkan data yang peneliti kumpulkan baik melalui observasi, interview dan dokumentasi, peran dosen agama Islam UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dapat dipetakan menjadi

Sebelum melakukan penelitian skripsi yang membahas tentang hubungan antara minat terhadap ice breaking dengan konsentrasi dalam mengikuti layanan format klasikal siswa kelas VII