HUBUNGAN TINGKAT OBESITAS DENGAN TERJADINYA STRIAE DISTENSAEPADA USIA DEWASA MUDA
Oleh :
AGNES THASIA PARHUSIP 110100284
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HUBUNGAN TINGKAT OBESITAS DENGAN TERJADINYA STRIAE DISTENSAEPADA USIA DEWASA MUDA
KARYA TULIS ILMIAH
Karya Tulis Ilmiah Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran
Oleh :
AGNES THASIA PARHUSIP NIM : 110100284
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL : Hubungan Tingkat Obesitas Dengan Terjadinya Striae Distensae Pada Usia Dewasa Muda
NAMA : Agnes Thasia Parhusip NIM : 110100284
Pembimbing Penguji 1
(dr. Isma Aprita, SpKK) (dr. Dina Aprillia, M.Ked(PD), SpPD) NIP.140191408 NIP. 19810411 200604 2 001
Penguji 2
(dr. Lokot D. Lubis, M.Ked(PA), SpPA) NIP. 19741009 200312 2 001
Medan, Januari 2014 Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas karuniaNya
penulis dapat meyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Hubungan Tingkat
Obesitas Dengan Terjadinya Striae Distensae Pada Usia Dewasa Muda”. Besar
harapan penulis penelitian ini dapat diterima dan bermanfaat.
Penelitian ini bisa diselesaikan atas dukungan dari banyak pihak, oleh
karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, SpPD-KGEH selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. dr. Isma Aprita, SpKK selaku Dosen Pembimbing dalam tugas Karya
Tulis Ilmiah ini, atas saran dan ilmu yang diberikan saat bimbingan
kepada peneliti.
3. dr. Dina Aprillia, M.Ked(PD), SpPD, dr. Lokot Donna Lubis
M.Ked(PA), SpPA, dan dr. Ameliana Purba, SpPD selaku Dosen
Penguji Karya Tulis Ilmiah ini, atas kritik dan saran yang diberikan
kepada peneliti.
4. Komisi Etik dan Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara yang telah menyetujui pelaksanaan penelitian ini.
5. Kedua orang tua penulis, Alm. Ir. Asbel Parhusip, M.M dan Lisbeth
Silalahi, atas kasih sayang dalam membesarkan, mendidik, dan
mendoakan penulis dan juga kakak, abang dan adik penulis tercinta,
Ruth Artha Tifani, S.E., Uke Goklas Parhusip, dan Mickael Kevin
Parhusip.
6. Margareth Hasianni Pardede, Beatrix Novitasari Nainggolan dan
Vedora Gultom, atas bantuan dan dukungan yang diberikan selama
pengambilan data dan pencarian sampel selama penelitian ini.
7. Rekan-rekan seperjuangan Yona Fani Limbong, Palmaria Sitanggang,
Fenny Pardosi, Theodora Purba, Juniana Pasaribu, Herlina Purba,
penuh dan memberikan semangat, nasihat, dan motivasi dalam proses
penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Teman-teman FK USU angkatan 2011 lainnya yang memberikan
motivasi dan nasihat kepada penulis.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu dalam pengantar
ini.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dan keterbatasan ilmu dalam
Karya Tulis Ilmiah ini, oleh karena itu penulis meminta maaf dan mengharapkan
kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan Karya Tulis Ilmiah ini.
Semoga Karya Tulis ini dapat memberikan manfaat untuk kita.
Medan, Desember 2014
Penulisaaaaaaa
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI... . iv
DAFTAR TABEL... . vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
ABSTRAK ... x
ABSTRACT... xi
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 3
1.3. Tujuan Penelitian ... 3
1.3.1. Tujuan Umum ... 3
1.3.2. Tujuan Khusus ... 3
1.4. Manfaat Penelitian ... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1. Anatomi dan Histologi Kulit ... 5
2.1.1. Epidermis ... 5
2.1.2. Dermis ... 8
2.1.3. Jaringan Subkutan ... 9
2.2. Fisiologi Kulit ... 9
2.3. Striae Distensae ... 10
2.3.1. Etiologi Striae Distensae... .. 10
2.3.2. Patogenesis Striae Distensae... . 11
2.3.3. Gambaran Klinis Striae Distensae... 12
2.3.4. Diagnosa Striae Distensae... . 13
2.3.5. Pengobatan Striae Distensae... . 13
2.4. Obesitas ... 14
2.4.1. Definisi Obesitas ... 14
2.4.2. Prevalensi Obesitas ... 14
2.4.4. Patogenesis Obesitas... .. 15
2.4.5. Diagnosa Obesitas... .. 16
2.4.6. Penatalaksanaan Obesitas... ... 17
2.5. Hubungan Striae Distensae dengan Obesitas ... 18
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 20
3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 20
3.2. Definisi Operasional ... 20
3.2.1 Striae Distensae ... 20
3.2.2 Obesitas ... 21
3.3 Hipotesa Penelitian ... 22
BAB 4 METODE PENELITIAN ... 23
4.1. Jenis Penelitian ... 23
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 23
4.2.1. Waktu Penelitian... .. 23
4.2.2. Tempat Penelitian... ... 23
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 23
4.3.1. Populasi Penelitian ... 23
4.3.2. Sampel Penelitian ... 23
4.3.3. Perkiraan Besar Sampel... ... 24
4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 24
4.4.1. Instrumen Pengambilan Data... .. 24
4.4.2. Prosedur Penelitian... .. 25
4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 26
4.6. Ethical Clearance... .. 26
BAB 5 HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN...27
5.1. Hasil Penelitian... 27
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian...27
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel Penelitian...27
5.1.2.1. Deskripsi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin...27
5.1.2.2. Deskripsi Sampel Berdasarkan Tingkat Obesitas...28
5.1.2.3. Deskripsi Sampel Berdasarkan Daerah Predileksi Striae Distensae...28
5.1.3. Tabulasi Silang Antara Tingkat Obesitas Dengan Terjadinya Striae Distensae...29
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 32
6.1.` Kesimpulan... 32
6.2. Saran... 32
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1. Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas Berdasarkan
IMT dan Lingkar Perut Menurut Kriteria Asia pasifik... 17
Tabel 5.1. Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin... 27
Tabel 5.2. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Obesitas...28
Tabel 5.3. Distribusi Responden Berdasarkan Daerah Predileksi
Striae Distensae... 28
Tabel 5.4. Tabulasi Silang Antara Tingkat Obesitas Dengan Terjadinya
Striae Distensae...29
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1. Anatomi Kulit...5
Gambar 2.2. Histologi Kulit...9
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Daftar Riwayat Hidup
LAMPIRAN 2 Lembar Penjelasan Kepada Calon Subyek
LAMPIRAN 3 Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)
LAMPIRAN 4 Ethical Clearance
LAMPIRAN 5 Data Induk
ABSTRAK
Striae distensae atau stretch mark merupakan penyakit atrofi kulit yang disebabkan oleh peregangan dari kulit yang berlebihan. Banyak faktor yang dapat menimbulkan terjadinya striae distensae, yaitu salah satunya obesitas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan tingkat obesitas dengan terjadinya striae distensae pada usia dewasa muda.
Penelitian ini adalah penelitan analitik observasional secara cross-sectional, yang dilakukan dengan melakukan pengumpulan data antropometri dari pengukuran berat badan, tinggi badan, dan Indeks Massa Tubuh (IMT). Striae distensae dihitung satu persatu secara kasat mata pada daerah tubuh. Subyek penelitian diambil dengan cara consecutive sampling. Total subyek dalam penelitian ini adalah sebanyak 57 orang dengan usia dewasa muda (11 subyek overweight, 29 subyek obese I, 17 subyek obese II).
Berdasarkan uji korelasi Spearman menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna secara statistik (p>0,05) antara tingkat obesitas dengan terjadinya striae distensae pada usia dewasa muda.
Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menganalisis berbagai faktor yang dapat menyebabkan timbulnya striae distensae juga cara penghitungan striae.
ABSTRACT
Striae distensae or stretch mark are characterized by epidermal atrophy disease following repeated over-stretching of the skin tissue. Many factors that can lead striae distensae, one of them is obesity. This study objectives to analyze the relationship of obesity with the striae distensae in young adults.
This study is an analytic study with cross-sectional study design. This study collected anthropometric data, which were weight, height, and Body Mass Index (BMI). Striae distensae calculated individually by look the visible striae in areas of the body. The subjects of this study were obtained using consecutive sampling. Total subject in this study were 57 young adults (11 overweight subjects, 29 obese I subjects, 17 obese II subjects).
The Spearman correlation test shows there is no significant statistically relationship (p>0,05) between obesity and the striae distensae in young adults.
More studies are needed to analyze various factors that can lead striae distensae and how to diagnose it properly.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Striae distensae atau stretch mark merupakan penyakit atrofi kulit yang
disebabkan oleh peregangan dari kulit yang berlebihan. SD bukan penyakit yang
membahayakan, tapi dapat menyebabkan masalah kosmetik dan psikis pada orang
yang memilikinya. Prevalensi dari SD kira-kira 80% dari kebanyakan populasi.
Pada saat onset, striae rubra dibentuk tegak lurus dari arah tegangan kulit, diikuti
dengan fase kronik, striae alba. (Bertin. C, 2013)
Penyebab dari striae distensae tidak begitu jelas, dan sejumlah teori sudah
dikemukakan. Kogoj menyatakan ada sebuah striatoxin yang akan merusak kulit.
Penelitian lain menunjukkan bahwa peregangan mekanik adalah penyebab utama
yang akan menyebabkan pecahnya kerangka jaringan ikat. Beberapa peneliti lain
menolak teori tersebut, karena tidak menemukan hubungan antara pertumbuhan
pada ukuran lingkar abdominal pada wanita hamil dengan pembentukan striae
distensae. Masa pertumbuhan telah disarankan sebagai penyebab yang lain,
dengan tanda ini biasanya berkembang pada masa remaja dan dihubungkan
dengan peningkatan cepat pada ukuran di beberapa bagian tubuh. Demikian pula,
timbulnya striae distensae juga menjadiciri dari tingginya kadar hormon steroid
dalam darah. Hal itu adalah tanda umum dari penyakit Cushing dan terapi steroid
lokal ataupun sistemik yang dapat merangsangnya. Tingginya kadar hormon
steroid ini mempunyai efek katabolik pada aktivitas fibroblas dan mengurangi
endapan kolagen di bahan matriks kulit. Penyebab striae distensae lainnya yang
jarang dilaporkan termasuk pada status cachetic(keadaan kesehatan umum yang
buruk dan malnutrisi), seperti tuberkulosis dan typhoid dan pada keadaan diet
untuk mengurangi berat badan yang berlebihan. Obesitas dan peningkatan berat
badan yang cepat atau penurunan dari berat badan telah menunjukkan adanya
Obesitas menurut kamus kedokteran Dorland (Edisi 25) adalah peningkatan
berat badan melebihi batas kebutuhan rangka dan fisik, sebagai akibat akumulasi
lemak berlebihan dalam tubuh.
Obesitas merupakan suatu kelainan kompleks pengaturan nafsu makan dan
metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik spesifik.
Faktor genetik diketahui sangat berpengaruh bagi perkembangan penyakit ini.
Secara fisiologis, obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi
lemak yang tidak normal atau berlebihan di jaringan adiposa sehingga dapat
mengganggu kesehatan. (Sugondo, 2009)
Kegemukan dan obesitas terjadi akibat asupan energi lebih tinggi daripada
energi yang dikeluarkan. Asupan energi tinggi disebabkan oleh konsumsi
makanan sumber energi dan lemak tinggi, sedangkan pengeluaran energi yang
rendah disebabkan karena kurangnya aktivitas fisik dan sedentary life style.
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012)
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan
peningkatan jumlah obesitas penduduk Indonesia dari tahun ke tahun. Prevalensi
penduduk laki-laki dewasa (>18 tahun) obesitas pada tahun 2013 sebanyak 19,7%,
lebih tinggi dari tahun 2007 (13,9%) dan tahun 2010 (7,8%). Pada tahun 2013,
prevslensi obesitas perempuan dewasa (>18 tahun) 32,9%, naik 18,1% dari tahun
2007 (13,9%) dan tahun 2010 (15,5%).
Mengukur lemak tubuh secara langsung sangat sulit dan sebagai pengukur
pengganti dipakai body mass index (BMI) atau indeks masa tubuh (IMT) untuk
menentukan berat badan lebih dan obesitas pada orang dewasa. IMT merupakan
indikator yang paling sering dipakai dan praktis untuk mengukur tingkat populasi
berat badan lebih dan obesitas pada orang dewasa. Untuk penelitian epidemiologi
digunakan IMT, yaitu berat badan dalam kilogram (kg) dibagi tinggi dalam meter
kuadrat (m2). Saat ini, IMT merupakan indikator yang paling bermanfaat untuk
menentukan berat badan berlebih atau obesitas. (Sugondo, 2009)
Obesitas meningkatkan risiko kesehatan lebih dari 30 penyakit, termasuk
obesitas adalah striae distensae, acanthosis nigricans, skin tags,
hiperandrogenism, hiperkeratosis plantar, dan candidal intertrigo. (Hahler, 2006)
Obesitas sudah menjadi masalah yang kompleks yang jumlah kasusnya
meningkat setiap tahun. Selain menimbulkan komplikasi penyakit seperti jantung
ataupun diabetes melitus, ternyata obesitas menimbulkan komplikasi di kulit
seperti pada uraian di atas. Komplikasi di kulit ini dapat menyebabkan masalah
kosmetik bagi orang-orang yang memilikinya. Dari beberapa komplikasi tersebut
peneliti tertarik pada striae distensae/stretch mark yang merupakan masalah yang
umum terjadi di sekitar lingkungan peneliti. Oleh karena itu, penulis ingin meniliti
hubungan antara tingkat obesitas dengan terjadinya striae distensae.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah dalam
penelitian sebagai berikut : Apakah terdapat hubungan antara tingkat obesitas
dengan terjadinya striae distensae?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
antara tingkat obesitas dengan terjadinya striae distensae.
1.3.2. Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus penelitian ini adalah:
1. Mengetahui prevalensi obesitas berdasarkan tingkatannya
2. Mengetahui prevalensi penderita striae distensae
3. Mengetahui lokasi predileksi striae distensae berdasarkan jenis
kelamin
4. Mengetahui hubungan tingkat obesitas dengan terjadinya striae
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :
1. Bagi dunia pendidikan
Dapat menjadi bahan masukan bagi penelitian-penelitian selanjutnya.
2. Bagi masyarakat
Dapat menjadi masukan bagi pembaca bahwa obesitas juga membawa
dampak ke kulit yang akan mempengaruhi estetika tubuhnya sehingga
menjaga pola hidup yang sehat untuk menjauhi obesitas.
3. Bagi peneliti
Sebagai wadah untuk mengembangkan kemampuan peneliti dalam
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi dan Histologi Kulit
Kulit adalah organ tunggal yang terberat di tubuh, dengan berat sekitar 16%
dari berat badan total dan pada orang dewasa, mempunyai luas permukaan sebesar
1,2-2,3 m2. Kulit terdiri atas epidermis, yaitu lapisan epitel yang berasal dari
ektoderm, dan dermis, yaitu suatu lapisan jaringan ikat yang berasal dari
mesoderm. Batas dermis dan epidermis tidak teratur, dan tonjolan dermis yang
disebut papila saling mengunci dengan tonjolan epidermis yang disebut epidermal
ridges (rabung epidermis). Dalam bentuk tiga dimensi, interdigitasi ini dapat
berbentuk peg-and-socket. Turunan epidermis meliputi rambut, kuku, kelenjar
sebasea dan kelenjar keringat. Di bawah dermis, terdapat hipodermis, atau
jaringan subkutan, yaitu jaringan ikat longgar yang dapat mengandung bantalan
sel-sel lemak, yang disebut panikulus adiposus. Kulit bersifat elastis, kulit dapat
mengembang dan menutupi daerah yang luas pada keadaan yang disertai
pembengkakan seperti pada edema dan kehamilan. (Junqueira, 2007)
Gambar 2.1. Anatomi Kulit (Sumber : www.newenglandent.com)
2.1.1. Epidermis
Epidermis terdiri atas epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk, tetapi
epitel, yaitu sel Melanosit, sel Langerhans dan sel Granstein, serta sel Merkel. Sel
epidermis tidak mempunyai pembuluh darah, sehingga pasokan nutrisinya
sepenuhnya bergantung pada jaringan dermis dibawahnya melalui
dermoepidermal junction. (Amirlak, 2013)
Dari dermis ke atas, epidermis terdiri atas lima lapisan sel penghasil
keratin (keratinosit):
• Statum Basale (Stratum Germinativum)
Stratum basale terdiri atas selapis sel kuboid atau silindris basofilik
yang terletak di atas lamina basalis pada perbatasan epidermis-dermis.
Hemidesmosom membantu mengikat sel-sel epidermis itu pada lamina
basalis. Stratum basale ditandai dengan tingginya aktivitas mitosis dan
bertanggung jawab atas pembaruan sel-sel epidermis secara
berkesinambungan. Epidermis manusia diperbarui setiap 15-30 hari,
bergantung pada usia, bagian tubuh, dan faktor lain. (Junqueira, 2007)
• Stratum Spinosum
Stratum spinosum terdiri atas sel-sel kuboid, atau agak gepeng dengan
inti di tengah dan sitoplasma dengan cabang-cabang yang terisi berkas
filamen. Semua mitosis hanya terbatas pada lapisan yang disebut
stratum malpighi, yang terdiri atas strarum basal dan stratum spinosum.
Hanya stratum malpighi yang mengandung sel-sel induk epidermis.
(Junqueira, 2007)
• Stratum Granulosum
Stratum granulosum terdiri atas 3-5 lapis sel poligonal gepeng yang
sitoplasmanya berisikan granul keratohialin padat dan granula
lamellosum terbungkus-membran. Granul keratohialin berikatan dengan
tonofilamen keratin untuk membentuk keratin lunak dan granula
lamellosum mengeluarkan material lemak di antara sel-sel dan
menyebabkan kulit kedap air. (Eroschenko, 2008)
• Stratum Lusidum
Tampak lebih jelas pada kulit tebal, stratum lusidum ini bersifat
sangat gepeng. Organel dan inti tidak tampak lagi, dan sitoplasma
terutama terdiri atas filamen keratin padat yang berhimpitan dalam
matriks padat-elektron (Junqueira, 2007). Sel tidak memiliki nukleus
atau orgnel dan dipenuhi oleh filamen keratin. (Eroschenko, 2008)
• Stratum Korneum
Lapisan ini terdiri atas 15-20 lapis gepeng berkeratin tanpa inti dengan
sitoplasma yang dipenuhi skleroprotein filamentosa birefringen, yakni
keratin. Setelah mengalami keratinisasi, sel-sel hanya terdiri atas
protein amorf dan fibrilar dan membran plasma yang menebal; sel-sel
ini disebut sel tanduk. Selama keratinisasi berlansung, enzim hidrolitik
lisosom beperan pada penghancuran organel sitoplasma. Sel-sel secara
terus menerus dilepaskan pada permukaan stratum korneum.
(Junqueira, 2007)
Pada epidermis terdapat empat jenis sel, yaitu:
a. Melanosit
Melanosit berasal dari sel krista neural. Melanosit memiliki badan sel
bulat, dan dari badan sel tersebut terjulur cabang-cabang yang tak teratur dan
panjang ke dalam epidermis, yang berjalan di antara sel-sel stratum basale dan
stratum spinosum. Bagian ujung juluran ini berakhir dalam invaginasi sel yang
berada di kedua lapisan tersebut. Mikroskop elektron memperlihatkan sel pucat
yang mengandung banyak mitokondria kecil, sebuah kompleks golgi yang
berkembang baik, dan sisterna pendek di retikulum endoplasma kasar.
Hemidesmosom mengikat melanosit ke lamina basalis. (Junqueira, 2007)
b. Sel Langerhans
Sel berbentuk bintang ini terutama ditemukan di stratum spinosum
epidermis, dan mewakili 2-8% sel-sel epidermis. Sel langerhans merupakan
makrofag turunan sumsum tulang yang mampu mengikat, mengolah, dan
mempresentasikan antigen kepada limfosit T untuk memicu respon imun.
c. Sel Merkel
Sel Merkel biasanya terdapat dalam kulit tebal telapak tangan dan kaki,
yang agak menyerupai sel epitel epidermis tetapi memiliki granula padat kecil di
dalam sitoplasmanya (Junqueira, 2007). Karena sel ini berhubungan erat dengan
akson aferen (sensorik) tidak bermielin, sel ini diduga berfungsi sebagai
meanoreseptor untuk mendeteksi tekanan. (Eroschenko, 2008)
d. Sel Granstein
Sel Granstein baru-baru ini ditemukan dan berperan sebagai pengatur kerja sel
langerhans di kulit menjadi tidak berlebihan. (Sherwood, 2009)
2.1.2. Dermis
Dermis terdiri atas jaringan ikat yang menunjang epidermis dan
mengikatnya pada jaringan subkutan (hipodermis). Dermis disusun atas dua
lapisan, yaitu papilare dermis pada bagian superfisial dan retikular dermis pada
bagian yang lebih dalam (Amirlak, 2013). Papilare dermis lebih tipis, terdiri dari
jaringan ikat yang mengandung kapiler, serat elastis, serat retikulare, dan kolagen.
Retikulare dermis lebih tebal, yang terdiri atas jaringan ikat padat tak teratur
(terutama kolagen tipe I), dan oleh karena itu memiliki lebih banyak serat dan
lebih sedikit sel daripada stratum papilare. Dermis mengandung jalinan serat
elastin dan serat yang lebih tebal, yang secara khusus ditemukan dalam stratum
retikulare. Dari daerah ini muncul serat-serat yang secara berangsur menipis dan
berakhir dengan cara menyelip ke dalam lamina basalis. Sewaktu serat ini menuju
ke arah lamina basalis, serat ini secara berangsur kehilangan komponen amorf dari
elastin, dan hanya komponen mikrofibril yang menyelip ke dalam lamina basalis.
Jalinan elastis ini berfungsi bagi kelenturan kulit. (Junqueira, 2007)
2.1.3. Jaringan subkutan
Lapisan ini terdiri atas jaringan ikat longgar yang mengikat kulit secara
longgar pada organ-organ dibawahnya, yang mengkinkan kulit bergeser di
sesuai daerah tubuh dan ukuran yang bervariasi sesuai dengan status gizi yang
bersangkutan. Lapisan ini sering disebut juga sebagai fasia superfisial dan, jika
cukup tebal, disebut panikulus adiposus. (Junqueira, 2007)
Gambar 2.2. Histologi Kulit (Sumber : www.embryology.med.unsw.edu.au)
2.2. Fisiologi Kulit
Pada epidermis mengandung empat jenis sel yaitu melanosit, keratinosit, sel
Langerhans, dan sel Ganstein yang mempunyai fungsinya masing-masing.
Melanosit menghasilkan pigmen melanin, yang disebarkan ke sel-sel kulit
sekitar. Jumlah melanin di dalam tubuh inilah yang menentukan warna kulit
manusia. Jumlah pigmen melanin dapat meningkat sementara sebagai respons
terhadap pajanan ke berkas sinar ultraviolet (UV) dari matahari. Melanin
tambahah ini, melaksanakan fungsi protektif dengan menerap berkas UV yang
berbahaya. (Sherwood, 2009)
Sel epidermis yang paling banyak adalah keratinosit yang khusus
menghasilkan keratin. Sewaktu mati, keratinosit membentuk lapisan luar
berkeratin yang protektif. Lapisan berkeratin bersifat kedap udara, cukup kedap
air, dan tidak dapat ditembus oleh sebagian besar bahan. Lapisan ini menahan
lewatnya segala sesuatu yang lewat dalam dua arah antara tubuh dan lingkungan
Dua jenis sel epidermis lain juga berperan dalam imunitas. Sel langerhans
adalah sel dendritik yang berfungsi sabagai sel penyaji antigen. Sebaliknya sel
Granstein berfungsi sebagai “rem” terhadap respon imun yang diaktifkan oleh
kulit. (Sherwood, 2009)
Epitel berlapis dengan lapisan tanduk yang ada pada epidermis melindungi
permukaan tubuh terhadap abrasi mekanik dan membentuk sawar fisik terhadap
patogen atau mikroorganisme asing. (Eroschenko, 2008)
Epidermis juga membentuk vitamin D jika terdapat sinar matahari. Jenis sel
yang menghasilkan vitamin ini belum diketahui dengan pasti. Biasanya diperlukan
suplemen Vitamin D dalam makanan karena kulit umumnya tidak terpajan ke
sinar matahari dalam jumlah memadai untuk menghasilkan jumlah zat esensial ini
secara adekuat. (Sherwood, 2009)
Dermis mengandung banyak pembuluh darah dan ujung saraf khusus.
Pembuluh dermis tidak saja memasok nutrisi ke dermis dan epidermis, tetapi juga
berperan besar mengatur suhu tubuh. Diameter pembuluh-pembuluh ini dapat
dikendalikan sehingga jumlah pertukaran panas antara pembuluh darah
permukaan kulit dan lingkungan eksternal dapat diubah-ubah. Reseptor di ujung
perifer serat saraf aferen di dermis mendeteksi tekanan, suhu, nyeri dan input
somatosensorik lain. Ujung saraf eferen di dermis mengontrol diabetes pembuluh
darah, ereksi rambut, dan sekresi kelenjar eksokrin kulit. (Sherwood, 2009)
2.3. Striae Distensae
Striae distensae ditandai dengan ruam-ruam atrofi halus berbentuk linear di
daerah-daerah kerusakan kulit yang dihasilkan oleh peregangan kulit. Striae
dimulai dengan bentuk yang livid (keunguan), bergerigi, garis linear yang
kemudian akan menjadi berwarna putih dan menyerupai scar atrophic. (Abele,
1985)
2.3.1. Etiologi Striae Distensae
Walaupun penyebab pastinya belum diketahui, beberapa teori penyebab
menggunakan kortikostreoid topikal, pembentukan kulit yang abnormal, dan
peregangan yang terus-menerus dari kulit. (Hahler, 2006)
Etiologi pasti dari striae ini masih kontroversional dan sebagian
disebabkan dari klinis di mana striae muncul. Striae merupakan hasil akhir dari
status fisiologis yang beragam, termasuk kehamilan, kelebihan adrenokortikoid
dan perubahan pada kebiasaan tubuh, yang bisa dilihat pada perubahan berat
badan yang cepat, dan diduga juga adanya kecenderungan faktor genetik. (Singh,
2005)
Terjadinya striae sangat dihubungkan dengan obesitas. Terdapat
prevalensi yang tinggi pada orang dewasa obese dan anak-anak, tetapi
pembentukan striae pada remaja tidak dihubungkan dengan obesitas, tetapi lebih
ke tanda keremajaan, seperti pertumbuhan payudara, pertumbuhan rambut
kemaluan, dan menarche. Pada penelitian penyakit kulit pada anak-anak dengan
transplantasi organ, striae yang dipicu steriod hanya ditemukan pada remaja dan
tidak pada anak yang lebih muda. Striae terlihat pada 90% wanita hamil, akibat
dari gabungan faktor hormonal (hormon adrenokortikal, estrogen, dan relaksin)
seiring dengan meningkatnya tekanan pada jaringan ikat. Pemuda pengangkat
beban juga mempunyai striae pada bahu mereka. Striae juga mucul pada pasien
hypercortisolism pada Cushing’s syndromedan pada orang-orang yang
menggunakan steroid topikal. (Singh, 2005)
Telah diteliti juga bahwa striae distensae terjadi pada keadaan cachetic,
seperti pada tuberkulosis, typhoid, dan setelah diet pengurangan berat badan yang
intens. Striae juga bisa terlihat pada pasien anorexia nervosa. Pada kasus yang
jarang striae ditemukan pada patien positif human immunodeficiency virusyang
menerima protease inhibitor indinavir, pasien penyakit hati kronik, dan striae
yang idiopatik. (Singh, 2005)
2.3.2. Patogenesis Striae Distensae
Patogenesis pembentukan striae masih belum diketahui secara pasti, tetapi
diduga terjadi akibat peregangan kulit yang progresif yang merangsang perubahan
2003). Arem dan Kisher meyatakan bahwa striae dibentuk dari perlukaan kulit di
mana kolagen kulit ruptur. Pada penelitian, Sheu et al. menemukan terjadi
perubahan elastolisis yang berurutan diikuti dengan degenerasi sel mast pada fase
awal striae distensae.
Perubahan inflamasi diduga terjadi pada fase awal, dengan edema kulit
dan pembendungan perivaskular limfositik. Pada fase berikutnya, terjadi atrofi
epidermal dan hilangnya rabung jaringan. Kemudian, folikel rambut dan turunan
kulit di bagian kulit lainnya menjadi tidak ada. Area striae berbatas tegas dari
kulit sekelilingnya oleh daerah padat yang tipis, eosinofilik, berkas kolagen, dan
berbentuk horizontal terhadap permukaan kulit secara paralel. Terjadi peningkatan
kadar glikosaminoglikan, dan serat elastin pada papilari dermis sangat berkurang
bila dibandingkan dengan kulit yang normal. (Singh, 2005)
2.3.3. Gambaran Klinis Striae Distensae
Striae berbentuk skar linear dengan panjang beberapa sentimeter dan lebar
antara 1-10 mm. Pada fase awal, striae berbentuk lesi yang timbul berwarna
merah muda/ungu tanpa ada penekanan, tetapi lambat laun striae menjadi lebih
pucat, tertekan, dan berkeriput halus. (Rongioletti, 2003)
Striae pada umumnya terletak pada lengan atas, daerah paha, daerah perut
dan lumbosakral, tetapi bisa juga mengenai daerah lain, termasuk wajah, daerah
lekukan pada striae yang disebabkan oleh Cushing’s syndromeatau terapi steroid.
Pada wanita hamil, striae terdapat pada daerah abdomen dan payudara. Pada
obesitas, striae lebih ringan dengan atrofi yang lebih sedikit dari striae pada
pasien Cushing’s syndrome. (Singh, 2005)
Pada penelitian yang dilakukan Bertin et al. pada tahun 2013, ditemukan
bahwa terdapat penipisan papillare dermis pada kulit yang terkena striae distensae
dibandingkan kulit normal. Penipisan dari papillare dermis ini tergantung dari
2.3.4. Diagnosa Striae Distensae
Diagnosa stria distensae dilakukan dengan melihat apakah terdapat
garis-garis yang berbentuk linear di bagian tubuh. Perlu dibedakan dengan linea focal
elastolisis, dimana lesinya berwarna kuning dan dapat diraba. (Rongioletti, 2003)
Pada fase awal striae, dapat ditemukan garis skar berbentuk linear
berwarna keunguan atau merah muda dengan panjang beberapa sentimeter di
daerah predileksinya, yaitu seperti di perut, lengan, paha, dan di daerah bokong.
Garis ini disebut striae rubra.
Tetapi setelah beberapa lama, garis tersebut mengalami atrofi dan
mengalami pengerutan. Garis ini akan berubah menjadi warna putih dan disebut
sebagai striae alba.
2.3.5. Pengobatan Striae Distensae
Beberapa jenis pengobatan sudah diterapkan, diantaranya:
• Diet dan Olahraga
Hubungan antara diet dan olahraga dalam mengurangi jumlah striae
masih dalam penelitian lebih lanjut, karena sedikitnya data yang
menunjukkan hubungan antara keduanya (Elsaie, 2009). Pengurangan
berat badan dengan diet atau kombinasi dengan diet dan latihan tidak
menunjukkan perubahan derajat dari striae distensae. (Singh, 2005)
• Obat-obat Topikal (Elsaie, 2009) Tretinoin
Pada umumnya, pengobatan tretinon menunjukkan perbaikan pada
saat diberikan pada fase akut striae daripada saat fase kronik. Krim Hidran/Krim pelembab
Penggunaan krim hidran sebagai terapi dari striae masih diteliti
lebih lanjut apakah memberikan efek yang signifikan dari striae. Obat topikal lainnya
Banyak obat yang beredar di masyarakat, tetapi efekasi dari
• Lasers dan Light Devices
Penggunaan laser yang sekarang banyak digunakan adalah 585-nm
flash-lamp-pumped pulsed-dye laser (PDL), yang dilaporkan dapat
meningkatkan kolagen pada matriks ekstraseluler. Tetapi pada pasien
berkulit yang lebih gelap, pengobatan ini sebisa mungkin dihindari
karena dapat menyebabkan perubahan pigmen setelah pengobatan.
(Elsaie, 2009)
2.4.Obesitas
2.4.1. Definisi Obesitas
Kelebihan berat badan adalah suatu kondisi dimana perbandingan berat
badan dan tinggi badan melebihi standar yang ditentukan. Sedangkan obesitas
adalah kondisi kelebihan lemak, baik di seluruh tubuh atau terlokalisasi pada
bagian-bagian tertentu. Obesitas merupakan peningkatan total lemak tubuh, yaitu
apabila ditemukan kelebihan berat badan >20% pada pria dan >25% pada wanita
karena lemak (Ganong W.F, 2003).
Obesitas adalah suatu keadaan kelebihan massa jaringan lemak dan
keadaan ini dan menyebabkan berbagai penyakit kronis dan morbiditas serta
mortalitas yang tinggi. Penyebab utama dari obesitas adalah perbedaan pada
kesembangan energi dalam jangka waktu lama. Ketidakseimbangan itu
diakibatkan konsumsi lemak yang cukup tinggi, makanan padat energi dan
minuman manis, kurangnya aktivitas fisik, dan mengikuti sedentary lifestyle yaitu
gaya hidup yang jarang berpindah-pindah atau jarang bergerak. (NSW, 2011)
2.4.2. Prevalensi Obesitas
Obesitas sudah menjadi masalah yang global yang mengenai kira-kira
300.000.000 orang di seluruh dunia. Prevalensi ini meningkat baik di negara maju
ataupun negara berkembang. Obesitas dapat mengenai semua orang pada semua
umur dan semua tingkat sosioekonomi. (WHO, 2007)
Di Indonesia, menurut data Riskesdas tahun 2013, prevalensi penduduk
dari tahun 2007 (13,9%) dan tahun 2010 (7,8%). Pada tahun 2013, prevalensi
obesitas perempuan dewasa (>18 tahun) 32,9%, naik 18,1% dari tahun 2007
(13,9%) dan tahun 2010 (15,5%).
2.4.3. Etiologi Obesitas • Faktor Genetik
Maes et all. meneliti bahwa variabilitas untuk peran faktor genetik
terhadap obesitas adalah 50%-90%. Tetapi, negara industri seperti
Amerika Serikat menyatakan bahwa faktor genetik adalah faktor utama
dari penyebab kasus epidemik obesitas. (Racette et al, 2003)
• Faktor Lingkungan dan Kebiasaan
Sekarang gaya hidup manusia menjadi gaya hidup yang tidak
memerlukan aktivitas fisik yang banyak, sehingga pengeluaran energi
menjadi sedikit. Ditambah lagi, kebiasaan sekarang yang gemar
mengonsumsi makanan dan minuman dengan jumlah kalori yang cukup
tinggi. Kedua hal itu membuat ketidakseimbangan antara energi yang
masuk dan yang keluar. Kelebihan energi itu akan disimpan dalam
bentuk triasilgliserol atau asam lemak yang akan disimpan pada
jaringan lemak. (Racette et al, 2003)
2.4.4. Patogenesis Obesitas
Dalam keadaan normal, ada mekanisme fisiologis di jaringan lemak yang
mempengaruhi penyimpanan lemak dan reseptor (adipostat) di hipotalamus.
Ketika penyimpanan lemak berkurang, maka sinyal adipostat menjadi berkurang,
lalu hipotalamus meresponnya dengan rasa lapar. Begitu juga sebaliknya. Salah
satu yang merangsang sinyal tersebut adalah hormon leptin yang dihasilkan pada
jaringan lemak. Pada obesitas, terjadi peningkatan leptin, tetapi mengalami
resistensi dari leptin. Mekanisme resistensi leptin belum diketahui. Beberapa data
mengatakan leptin tidak dapat melewati sawar darah otak jika jumlahnya
leptin signalling inhibitor, seperti SOCS3 dan PTP1b, berperan dalam resistensi
leptin. (Flier dan Maratos-Flier, 2008)
2.4.5. Diagnosa Obesitas
Obesitas dapat ditegakkan dengan menggunakan Body Mass Iindex (BMI)
atau Indeks Masa Tubuh (IMT), yang didefinisikan sebgai berat badan dalam
kilogram dibagi kuadrat dari tinggi badan dalam meter (kg/m2). (WHO, 2003)
Selain BMI, cara untuk menentukan obesitas adalah dengan mengukur
lingkar pinggang untuk menilai resiko penyakit yang berhubungan dengan berat
badan. Lingkar pinggang berkaitan erat dengan IMT, pengukuran dengan
menggunakan pengukur pita, dan dapat mengestimasi lemak pada abdomen.
Lemak pada abdomen berkaitan erat dengan resiko penyakit daripada lemak pada
Obesitas dibagi menjadi beberap klasifikasi menurut tabel di bawah ini :
Tabel 2.1. Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas Berdasarkan IMT dan Lingkar Perut Menurut Kriteria Asia Pasifik (Sumber : IPD, 2009)
2.4.6. Penatalaksanaan Obesitas • Perubahan Gaya Hidup
Makan lebih banyak buah dan sayur, dan polong-polongan serta gandum
Olahraga atau melakukan aktivitas fisik sedikitnya 30 menit dalam sehari
Mengurangi makanan berlemak dan manis
Berpindah dari mengonsumsi lemak hewani ke lemak nabati. (WHO, 2003)
Klasifikasi IMT (kg/m2)
Risiko Ko-Morbiditas
Lingkar Perut
<90 cm (laki-laki)
<80 cm (perempuan
≥90 cm (laki-laki)
≥80 cm (perempuan
Berat Badan
Kurang <18,5
Rendah (risiko
meningkat pada
masalah klinis lain)
Sedang
Kisaran Normal 18,5-22,9 Sedang Meningkat
Berat Badan
Lebih ≥23,0
• Berisiko 23,0-24,9 Meningkat Moderat
• Obes I 25,0-29,9 Moderat Berat
• Terapi Farmakologi
Terapi farmakologi digunakan jika terapi secara non farmakolgi
(perubahan gaya hidup) gagal menurunkan berat badan yang berarti.
Obat yang digunakan obat yang menekan rasa lapar, tetapi penggunaan
obat harus dibatasi paling lama 12 minggu.
Obat yang digunakan adalah sibutramine yang bekerja dengan
menghambat pemasukan makanan dengan menghambat pemasukan
serotonin dan norepinefrin: dan orlistat yang bekerja menghambat
hormon lipase dari pankreas, sehingga menyebabkan pengurangan
penyerapan triasilgliserid.
• Operasi
Tindakan operasi dilakukan pada kasus obesitas yang berat atau
obesitas sedang yang sudah menimbulkan penyakit komorbiditas.
Operasi yang banyak dilakukan adalah pemotongan lambung, sehinnga
meminimalkan makanan yang masuk. (Racette et al, 2003)
2.5. Hubungan Striae Distensae Dengan Obesitas
Obesitas adalah peningkatan jumlah sel lemak akibat ketidakseimbangan dari
energi yang masuk dan energi yang keluar (NSW, 2011). Sel lemak tersebut akan
disimpan di jaringan hipodermis atau jaringan subkutis yang berada di bawah
dermis (Junqueira, 2007). Peningkatan jumlah sel lemak yang berlebihan ini akan
menyebabkan peregangan dari kulit.
Peregangan kulit yang terjadi berlebihan ini membuat perlukaan pada kulit
sehingga menyebabkan degranulasi sel mast yang berlebihan di kulit. Degranulasi
sel mast yang berlebihan akan merusak kolagen dan serat elastin pada matriks
ekstraseluler kulit. (Alaiti, 2014)
Peregangan yang berlangsung terus menerus dan progresif dari kulit
menyebabkan perubahan pada komponen matriks ekstraseluler kulit, termasuk
fibrilin, elastin, dan kolagen. (Rongioletti, 2003)
Perubahan pada serat elastis, penyusun matriks ekstraseluler kulit, inilah yang
fibronektin akan berkurang; sehingga menyebabkan hilangnya jaringan elastik
pada kulit dan akan menyebabkan strie distensae. (Tung, 2013)
Jadi, obesitas menyebabkan peregangan belebihan pada kulit yang akan
menimbulkan perlukaan pada kulit. Perlukaan ini akan memicu degranulasi dari
sel mast yang berlebihan yang akan merusak dan menimbulkan perubahan dari sel
matriks ekstraseluler kulit. Komponen sel matriks ekstraseluler kulit, termasuk
fibrilin, elastik, dan kolagen, akan berkurang jumlahnya dan menyebabkan
hilangnya jaringan elastik pada kulit. Hilangnya jaringan elastik inilah yang
BAB 3
KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam
penelitian ini adalah :
[image:33.595.116.434.259.319.2]Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
3.2. Definisi Operasional 3.2.1. Striae Distensae
• Definisi Operasionil
Striae Distensae adalah garis linear berwarna keunguan atau putih
dengan panjang beberapa sentimeter yang dijumpai pada kulit.
• Cara Pengukuran
Cara pengukuran pada penelitian ini adalah :
o Observasi untuk melihat ada tidaknya striae pada kulit. Sebelumnya, sudah diminta kesediaan sampel untuk dilakukannya observasi pada
kulitnya.
o Wawancara untuk menyingkirkan faktor-faktor lain yang dapat
menyebabkan striae distensae.
• Alat Ukur
Alat ukur pada penelitian ini adalah :
o Dengan melihat ada tidaknya striae pada kulit. • Hasil Pengukuran
o Jumlah striae yang didapati di kulit • Skala Pengukuran : Rasio
3.2.2. Obesitas
• Definisi Operasional
Obesitas adalah suatu kondisi dimana lemak di dalam tubuh berlebihan
akibat ketidakseimbangan antara energi yang masuk dengan energi
yang keluar. Obesitas dapat dinyatakan dengan menggunakan Indeks
Masa Tubuh (IMT).
• Cara Pengukuran
Cara pengukuran obesitas pada penelitian ini adalah dengan
menghitung IMT tubuh, yaitu dengan mengukur tinggi badan dan
menimbang berat badan.
o Pengukuran Tinggi Badan
1. Menarik alat pengukur tinggi dan meletakkan ujungnya tepat di
puncak kepala (vertex) responden
2. Melihat dan mencatat tinggi badan responden dalam sentimeter
dengan tepat.
o Pengukuran Berat Badan
1. Mempersilahkan responden naik ke atas timbangan dengan
terlebih dahulu melepaskan alas kaki ataupun penutup kepala,
meletakkan tas, handphone, dan barang-barang lainnya.
2. Memposisikan responden dalam keadaan diam, tegak lurus,
pandangan menghadap ke depan.
3. Melihat dan mencatat berat badan responden dalam kilogram (kg)
dengan tepat.
o Pengukuran Indeks Masa Tubuh (IMT)
IMT = Berat Badan (kg )
• Alat Ukur
Alat ukur obesitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Timbangan Berat Badan dan Pengukur Tinggi Badan. Alat ukur yang
digunakan sudah diukur reliabilitas dan validitasnya dengan
menggunakan uji kalibrasi alat.
• Hasil Pengukuran
o Overweight, jika IMT = 23,0-24,9
o Obese tingkat I, jika IMT = 25,0-29,9
o Obese tingkat II, jika IMT ≥30,0 • Skala Pengukuran
Skala pengukuran obesitas pada penelitian ini adalah skala rasio
3.3. Hipotesis Penelitian
Semakin tinggi tingkat obesitas maka semakin banyak jumlah striae
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan menggunakan metode penelitian analitik
observasional yang bersifat cross-sectional, dimana tiap subyek hanya diobservasi
satu kali dan pengukuran variabel subyek dilakukan pada saat pemeriksaan
tersebut. (Sastroasmoro dan Ismael, 2013)
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2014.Pemilihan waktu
penelitian dengan mempertimbangkan keterbatasan waktu, dana dan sumberdaya.
4.2.2. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Universitas Sumatera Utara, Medan. Alasan
dipilihnya tempat ini adalah terdapatnya populasi yang mudah dijangkau.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi Penelitian
Populasi target pada penelitian ini adalah seluruh orang yang obese.
Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah mahasiswa-mahasiswi Universitas
Sumatera Utara yang obese.
4.3.2. Sampel Penelitian
Sampel penelitian diambil dengan menggunakan metode consecutive
sampling, yaitu semua subyek yang datang secara berurutan dan memenuhi
kriteria penelitian dimasukkan ke dalam penelitian sampai jumlah subyek yang
diperlukan terpenuhi. Kriteria pada penelitian ini adalah :
• Kriteria Inklusi :
1. Mahasiswa dan mahasiswi dengan IMT >23,0 dan berusia >18 tahun
(Dewasa muda menurut WHO yaitu pada umur 18-25 tahun)
• Kriteria Eksklusi :
1. Sudah pernah hamil sebelumnya untuk mahasiswi
2. Menderita penyakit kronis seperti TB, penyakit hati, typhoid dan
lainnya.
3. Sedang/pernah menjalani program diet yang ketat
4. Sedang/pernah mengonsumsi obat steroid dalam waktu lama
4.3.3. Perkiraan Besar Sampel
Penelitian ini adalah penelitian analitis tidak berpasangan dengan skala
pengukuran analitis korelatif, maka rumus besar sampel yang digunakan adalah:
� =� ��+��
0,5��[(1 +�)/(1− �)]� 2
+ 3
Di mana :
Zα = deviat baku alfa = 1,645 Zβ = deviat baku beta = 1,282
r = korelasi minimal yang dianggap bermakna = 0,4
� =� 1,645 + 1,282
0,5��[(1 + 0,4)/(1−0,4)]� 2
+ 3
n = 51 = 55
Jadi, sampel minimum yang harus diteliti adalah 55 orang.
4.4. Teknik Pengumpulan Data 4.4.1. Instrumen Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer
adalah data yang diperoleh langsung dari sumber data ataupun langsung dari
menggunakan beberapa macam jenis formulir untuk mendapatkan persetujuan dan
data-data pribadi dari responden. Formulir yang pertama, yaitu Formulir A
merupakan lembaran informed consent dimana formulir ini memberikan
penjelasan tentang penelitian kepada responden. Formulir B merupakan surat
persetujuan pasien untuk berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian ini.
Formulir yang terakhir, yaitu Formulir C merupakan lembaran yang memuatkan
data-data demografi yang akan diisi oleh peneliti dari hasil wawancara dan
pengukuran Indeks Masa Tubuh responden.
4.4.2. Prosedur Penelitian
Di setiap fakultas, mahasiswa yang memenuhi kriteria akan dimintakan
kesediaannya untuk ikut serta dalam penelitian ini. Jika bersedia, responden
mengisi lembar informed consent dan selanjutnya dilakukan pengukuran :
1. Indeks Masa Tubuh
• Berat Badan
Responden diminta untuk mengeluarkan semua barang yang ada di
kantongnya, melepas alat yang akan mempengaruhi berat badannya seperti
jam tangan, alas kaki, dan lain-lain. Setelah itu, responden diminta untuk
berdiri di atas timbangan yang sudah disediakan peneliti, berdiri dalam
posisi tegak dan tidak bergerak-gerak. Lalu peneliti mencatat hasil berat
badan responden yang didapat.
• Tinggi Badan
Responden diminta untuk berdiri tegak dimana seluruh bagian tubuh
termasuk tumit kaki bersandar pada dinding atau bidang yang datar.
Peneliti menarik alat pengukur tinggi sampai menyentuh puncak kepala
(vertex) responden. Lalu, peneliti melihat dan mencatat hasil tinggi badan
2. Striae Distensae
Peneliti akan melakukan observasi pada tubuh responden untuk melihat ada
tidaknya striae. Observasi dilakukan senyaman mungkin untuk responden dan
pada saat observasi peneliti ditemani oleh seorang asisten.
4.5. Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data untuk menganalisis hubungan variabel penelitian dilakukan
dengan menggunakan perangkat komputer, yaitu menggunakan program SPSS
(Statistical Product and Service Solutions)for Windows, yang disajikan dalam
bentuk tabel dan diagram. Analisis hubungan variabel berupa uji hipotesis
asosiatif dihitung menggunakan kaidah statistik Korelatik Spearman karena data
yang diperoleh adalah data numerik dan tidak terdistribusi normal.
4.6. Ethical Clearance
Penelitan ini akan dilakukan setelah peneliti mendapakan Ethical Clearance
BAB 5
HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Universitas Sumatera Utara (USU) yang terletak di
Jln. dr. T. Mansur No. 9 Kampus USU, Medan, Sumatera Utara. USU memiliki
14 fakultas/sekolah yaitu Kedokteran, Hukum, Pertanian, Teknik, Kedokteran
Gigi, Ekonomi, Sastra, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu-ilmu
Sosial dan Politik, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, Psikologi, Keperawatan, dan
Pascasarjana. Zona akademik seluas 90 ha menampung hampir seluruh kegiatan
perkuliahan dan praktikum mahasiswa.
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel Penelitian 5.1.2.1. Deskripsi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin
Dari hasil penelitian diperoleh distribusi jenis kelamin responden
[image:40.595.112.508.486.562.2]sebagai berikut :
Tabel 5.1. Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan tabel tersebut, dapat diperoleh jumlah responden
perempuan adalah 40 orang (70,2%) dan laki-laki 17 orang (29,8%). Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%)
Laki-laki 17 29,8
70,2
Perempuan 40
5.1.2.2. Deskripsi Sampel Berdasarkan Tingkat Obesitas
Dari hasil penelitian diperoleh distribusi tingkat obesitas responden
[image:41.595.116.511.194.302.2]sebagai berikut :
Tabel 5.2. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Obesitas
Tabel di atas menunjukkan bahwa sampel dengan obese tingkat I
merupakan jumlah terbanyak (50,9%), sampel dengan obese tingkat II sebanyak
29,8%, dan yang paling sedikit adalah sampel dengan overweight (19,3%).
5.1.2.3. Deskripsi Sampel Berdasarkan Daerah Predileksi Striae Distensae
Dari hasil penelitian diperoleh ditribusi daerah predileksi striae
[image:41.595.110.517.487.577.2]distensae responden sebagai berikut :
Tabel 5.3. Distribusi Responden Berdasarkan Daerah Predileksi Striae Distensae
Tabel di atas menunjukkan bahwa pada laki-laki daerah predileksi
striae terbanyak terdapat pada daerah humerus dan abdomen (58,8%), dilanjutkan
pada daerah lumbosakral (47,1%), daerah femur (41,2%), dan daerah lain
(11,8%). Sedangkan pada perempuan, daerah predileksi striae terbanyak terdapat
pada daerah femur (72,5%), dilanjutkan pada daerah humerus (50%), daerah
lumbosakral (37,5%), dan daerah lain (27,5%).
Tingkat Obesitas Jumlah (Orang) Persentase (%)
Overweight Obese I Obese II
11 19,3
29 50,9
17 29,8
Total 57 100,0
Jenis
Kelamin
Distribusi Daerah Predileksi Striae Distensae (%)
Humerus Femur Abdomen Lumbosakral Lain-lain
Laki-laki 58,8 41,2 58,8 47,1 11,8
5.1.3. Tabulasi Silang Antara Tingkat Obesitas Dengan Terjadinya Striae Distensae
Tabel 5.4. Tabulasi Silang Antara Tingkat Obesitas Dengan Terjadinya Striae Distensae
Dari tabel di atas, didapatkan jumlah responden yang mempunyai striae
ditensae sebanyak 93% dan yang tidak mempunyai strie distensae sebanyak 7%.
Persentase adanya striae distensae terbanyak terdapat pada responden dengan
obese I (94,1%), dilanjutkan pada responden dengan obese II (94,1%), dan
terakhir responden dengan overweight (81,8%).
5.1.3. Hasil Analisis Statistik
Penelitian ini ingin mengetahui hubungan antara tingkat obesitas dengan
terjadinya striae distensae yang dapat dievaluasi dengan menghitung jumlah
striae secara langsung pada responden. Untuk mengetahui kekuatan hubungan
diantara kedua variabel tersebut dilakukan uji Korelasi Spearmen. Adapun hasil
uji Korelasi Spearman pada kedua variabel dalam penelitian ini dapat dinyatakan
melalui tabel berikut :
Tabel 5.4. Analisis Uji Korelasi Spearman
Variabel Rata-rata Korelasi
Spearman (R) P value
IMT 27,89 (SD 2,98)
0,183 0,087
Striae Distensae 25,25 (SD 22,22)
Tingkat Obesitas Striae Distensae
Total
Tidak Ada Ada
Overweight 2 9 11
18,2% 81,8% 100,0%
Obese I 1 28 29
3,4% 96,6% 100,0%
Obese II 1 16 17
5,9% 94,1% 100,0%
Total 4 53 57
[image:42.595.107.516.658.743.2]Koefisien korelasi (r) yang diperoleh dari uji ini adalah 0,183 yang
menunjukkan bahwa hubungan itu sangat lemah (Sastroasmoro, 2007).
Penelitian ini menggunakan hipotesis satu arah (one-tailed) dengan tingkat
kepercayaan 95%, yang berarti jika didapati nilai p<0,05 berarti Ho penelitian
ditolak.
Nilai signifikansi yang diperoleh dari uji ini adalah 0,087. Nilai p yang
lebih besar dari 0,05 menyebabkan Ho dalam penelitian ini gagal ditolak. Ini
berarti bahwa kemungkinan tidak adanya hubungan yang bermakna secara
statistik antara tingkat obesitas dengan terjadinya striae distensae.
5.2. Pembahasan
Dari hasil analisis data penelitian, dijumpai lebih banyak responden yang
berjenis kelamin perempuan (70,2%). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Bertin et al. (2014) dan hasil penelitian yang dilakukan Guida et
al. (2010).
Berdasarkan tingkat obesitas, didapati lebih banyak responden dengan obese
tingkat I (50,9%). Pada penelitian yang dilakukan Guida et al. (2010) terdapat
perbedaan pengklasifikasian tingkat obesitas, dimana penilaian obese dimulai dari
IMT diantara 30-35 sebagai obese kelas I, antara 35-40 sebagai obese kelas II, dan
IMT >40 sebagai obese kelas III. Pada penelitiannya, didapati responden dengan
obese kelas I paling banyak, yaitu sebanyak 60%.
Berdasarkan daerah predileksi striae distensae, pada pria didapati paling
banyak berada di daerah abdomen dan humerus (58,8%). Hal ini sedikit berbeda
dengan penilitian yang dilakukan Bertin et al. (2014) yang mendapati daerah
predileksi striae pada daerah humerus dan daerah lumbosakral. Hasil penelitian ini
juga berbeda pada penelitian yang dilakukan oleh Al-Himdani et al. (2013) yang
mendapati daerah predileksi striae terbanyak pada pria berada di daerah bokong
sebanyak 89%.
Sedangkan pada wanita, dari penelitian ini didapati daerah predileksi
Bertin et al. (2014) yang mendapati daerah predileksi terbanyak adalah di daerah
abdomen (31,0%), juga berbeda dengan penelitian yang dilakukan Al-Himdani et
al. (2013) yang mendapati daerah predileksi terbanyak adalah di daerah bokong
(86%) dan daerah femur (48%).
Pada penelitian ini, didapatkan prevalensi responden yang memiliki striae
distensae sebanyak 93%. Berbeda jauh dari penelitian yang dilakukan oleh
Al-Himdani et al. (2013) yang mendapatkan prevalensi striae distensae pada
penderita obese sebanyak 43%.
Hasil output yang memberikan nilai p>0,05, menunjukkan bahwa tidak
adanya hubungan yang signifikan antara tingkat obesitas dengan peningkatan
terjadinya striae distensae, sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh
Guida et al. (2010) yang mendapati nilai p adalah 0,2.
Tidak adanya hubungan yang signifikan tersebut dimungkinkan karena
adanya perbedaan distribusi jenis kelamin dan obesitas responden serta
karakteristik masing-masing responden. Perbedaan yang cukup signifikan pada
distribusi jenis kelamin dan obesitas disebabkan karena waktu penelitian dibatasi
selama satu bulan, sehingga sulit untuk mendapatkan distribusi yang merata.
Penelitian yang dilakukan oleh JY Tung et al. (2013) menemukan bahwa adanya
peran gen yang menimbulkan striae distensae pada kulit. Pada orang yang
memiliki striae terjadi mutasi atau delesi sehingga terjadi pengurangan dalam
pembentukan komponen matriks ekstraseluler kulit yang mengatur elastisitas
kulit. Selain itu, tidak adanya cara yang diakui secara universal dalam menghitung
jumlah striae membuat peneliti merasa sulit untuk menghitung jumlah pasti striae
pada beberapa responden yang memiliki jumlah striae yang banyak. Oleh karena
itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dalam diagnosa secara pasti striae
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dari penelitian
ini dapat dambil kesimpulan, yaitu :
1. Subyek penelitian terbanyak mengalami obese tingkat I, dilanjutkan
dengan yang mengalami obese tingkat II, dan terakhir subyek yang
mengalami overweight
2. Subyek penelitian lebih banyak yang memiliki striae distensae daripada
yang tidak memiliki striae distensae, dan lebih banyak pada subyek
mengalami obese tingkat I
3. Daerah predileksi striae pada laki-laki tersering adalah di daerah perut
dan lengan atas, sedangkan pada wanita adalah di daerah paha.
4. Tidak terdapatnya hubungan yang signifikan antara tingkat obesitas
dengan terjadinya striae distensae
6.2. Saran
Dari seluruh proses penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dalam
menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang
mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini.
Adapun saran tersebut, yaitu:
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai cara menghitung striae
distensae secara lebih pasti melalui kasat mata bukan secara
histopatologinya
2. Menambah jumlah subyek penelitian dengan tingkat obesitas yang lebih
merata sehingga mengurangi bias pada penelitian selanjutnya.
3. Lakukan konseling pada subyek penelitian mengenai masalah striae
distensae yang dimilikinya, karena peneliti melihat kebanyakan subyek
penelitian belum mempunyai pengetahuan yang cukup untuk striae
4. Lakukan konseling pada subyek penelitian mengenai masalah obesitas
yang dimilikinya, mengenai pola hidup yang baik serta
penyakit-penyakit yang ditimbulkan obesitas, sehingga subyek mau hidup sehat
dan mengurangi berat badannya ke berat badan yang normal sesuai
IMT
5. Kepada pemerintah dan kalangan medis agar lebih aktif
mensosialisasikan dampak obesitas bagi kesehatan, menghimbau
masyarakat untuk bergaya hidup sehat sejak dini, meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan setinggi-tingginya dan memberikan
DAFTAR PUSTAKA
Amirlak, B, 2013. Skin Anatomy. Medscape. Available from: 2014]
Al-Himdani., et al, 2013. Striae Distensae: A Comprehensive Review and Evidence-Based Evaluation of Prophylaxis and Treatment.British Journal of Dermatology. 170(3):527-47
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013. Riset Kesehatan Dasar. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Bertin., et al, 2014. Striae Distensae are Characterized by Distinct Microstructural Features As Measured by Non-invasive Methods in Vivo. Skin Research and Technology. 20:81-86
Dahlan, M. Sopiyudin, 2013. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel. Jakarta: Salemba Medika
Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, 2012. Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Kegemukan dan Obesitas pada Anak Sekolah. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Dobson RL, Abele DC, 1985. The Practice of Dermatology. Philadelphia: Harper & Row, Publishers
Elrington, J, 2003. Obesity and Overweight. World Heart Organization
Elsaie M, Baumann LS, Elsaaiee LT, 2009. Striae Distensae (Stretch Marks) and Different Modalities of Therapy: An Update. Dermatologic Surgery. 35:563-573
Eroscenko, VP, 2008. Atlas Histologi diFiore dengan Korelasi Fungsional. Jakarta: EGC
Flier JS, Maratos-Flier E, 2008. Biology of Obesity. In:Kasper, DL., Braunwald, E., Fauci, AS., Hauser, SL., Longo, DL., Jameson, JL., ed. Harrison’s Principles of Internal Medicines. Edisi 17.New York: McGraw-Hill, 462-473
Ganong, WF, 2005. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-22. Jakarta: EGC
Hahler, B, 2006. An Overview of Dermatological Conditions Commonly Associated with the Obese Patient. Ostomy Wound Management. Available from
Hill, MA, 2014. Embryology Foundations - Histology Epithelia and Skin. UNSW
Embryology. Available from:
Health Statistics NSW, 2011. Adult Overweight and Obesity. NSW Government
Junqueira LC, Carneiro J, 2007. Histologi Dasar : Teks dan Atlas. Jakarta: EGC
New England Ent, Skin Cancers. Avalaible from:
Racette SB, Deusinger SS, Deusinger RH, 2003. Obesity: Overview of Prevalence, Etiology, and Treatment. Physical Therapy. 83:276-288
June 2014]
Rongioletti F, Romanelli P, 2003. Dermal Infiltrates. In: Kerdel, FA., Jimenez-Acosta, F., ed. Dermatology Just the Facts. New York: McGraw-Hill
Sastroasmoro, S dan Ismael, S, 2013. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi 4. Jakarta: Sagung Seto.
Sherwood, L, 2011. Fisiologi Manusia. Edisi 6. Jakarta: EGC
Singh G, Kumar LP, 2005. Striae Distensae. Indian Journal of Dermatology, Venereology and Leprolology. 71:370-372
Sugondo, S, 2009. Obesitas. In: Sudoyo AW, Setiyohadi, B., Alwi, I., K, Marcellus S., Setiati, S., ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 5. Jakarta: Interna Publishing
LAMPIRAN 1
RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama Lengkap : AGNES THASIA PARHUSIP
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Pematangsiantar, 4 Agustus 1993
Warga Negara : Indonesia
Status : Belum Menikah
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Jln. Asrama Komplek Bumi Asri Blok C No 105, Medan
Mobile : 08112400360
Latar Belakang Pendidikan
1997-1998 : TK Bintang Kecil, Jayapura 1998-1999 : TK Putra Nirmala, Cirebon 1999-2005 : SD Putra Nirmala, Cirebon 2005-2008 : SMPK 1 BPK Penabur, Cirebon 2008-2011 : SMA Santo Thomas 2, Medan
2011-Sekarang : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Pengalaman Organisasi
1. Anatomi Club FK USU 2. KMK FK USU
Pengalaman Kepanitiaan
1. Panitia Natal Fakultas Kedokteran USU tahun 2011 2. Panitia Natal Fakultas Kedokteran USU tahun 2013
LAMPIRAN 2
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK
Saya, Agnes Thasia Parhusip, mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2011 akan melakukan penelitian yang berjudul ”Hubungan Tingkat Obesitas Dengan Terjadinya Striae Distensae Pada Usia Dewasa Muda”.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada hubungan tingkat obesitas dengan terjadinya striae distensae, dan juga untuk memenuhi syarat kelulusan sarjana kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Saya mengajak saudara/i untuk ikut serta dalam penelitian ini. Penelitian ini membutuhkan sekitar 56 subyek penelitian, dengan jangka waktu keikutsertaan masing-masing subyek sekitar 10-20 menit.
A. Kesukarelaan untuk ikut penelitian
Saudara/ibebas memilih keikutsertaan dalam penelitian ini tanpa ada paksaan. Bila saudara/i sudah memutuskan untuk ikut, saudara/i juga bebas untuk mengundurkan diri/ berubah pikiran setiap saat tanpa dikenai denda atau pun sanksi apapun.
B. Prosedur Penelitian
Apabila saudara/i bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, saudara/i diminta menandatangani lembar persetujuan ini rangkap dua, satu untuk saudara/i simpan, dan satu untuk untuk peneliti. Prosedur selanjutnya adalah:
1. Saudara/i akan diwawancarai oleh saya untuk menanyakan: Nama, usia, jenis kelamin, riwayat hamil (untuk mahasiswi), riwayat penyakit kronis, riwayat penggunaan obat kortikosteroid, dan riwayat diet.
2. Menjalani pemeriksaan berat badan. Di mana pada pemeriksaan ini, saya akan meminta saudara/i untuk mengeluarkan seluruh benda yang berada dalam saku baju atau celana anda, melepas jam dan alat-alat lain yang cukup berat yang sedang dikenakan. Lalu saya akan meminta anda untuk naik ke atas timbangan yang telah saya siapkan sebelumnya dan mencatat berat badan yang didapat.
4. Menjalani pemeriksaan striae distensae/stretch mark. Di mana pada pemeriksaan ini, saya akan mengobservasi kulit saudara/i untuk mengamati ada tidaknya striae. Observasi akan dilakukan senyaman mungkin untuk anda, dan dilakukan di ruang yang tertutup. Pada saat pemeriksaan ini, saya akan ditemani oleh asisten, yaitu teman saya sendiri.
C. Kewajiban subyek penelitian
Sebagai subyek penelitian, saudara/i berkewajiban mengikuti aturan atau petunjuk penelitian seperti yang tertulis di atas. Bila ada yang belum jelas, saudara/i bisa bertanya lebih lanjut kepada peneliti.
D. Risiko dan Efek Samping dan Penanganannya
Penelitian ini tidak menimbulkan risiko yang bermakna karena hanya akan dilakukan pemeriksaan. Jika nanti, saudara/i mengalami kerugian yang menyangkut dengan penelitian ini, maka anda berhak memberitahu saya untuk bertanggung jawab atas kerugian tersebut.
E. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk melihat ada tidaknya hubungan antara tingkat obesitas dengan striae distensae, sehingga kita mengetahui obesitas dapat menyebakan kerugian lain khususnya di kulit, selain penyakit jantung, metabolik, dan lain-lain.
Keuntungan langsung yang saudara/i dapatkan adalah anda menngetahui berapa Indeks Masa Tubuh (IMT) anda, dimana IMT ini untuk melihat tingkatan obesitas anda.
F. Kerahasiaan
Semua informasi yang berkaitan dengan identitas subyek penelitian akan dirahasiakan dan hanya akan diketahui oleh peneliti dan asisten peneliti. Hasil penelitian akan dipublikasikan tanpa identitas subyek penelitian.
G. Kompensasi
Saudara akan mendapatkan souvenir dari peneliti sebagai ucapan terima kasih peneliti untuk saudara.
H. Pembiayaan
I. Informasi Tambahan
LAMPIRAN 3
LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORM CONSENT)
Yang bertandatangan dibawah ini :
Nama :...
Umur : ...
Alamat : ...
Telah menerima dan mengerti penjelasan Agnes Thasia Parhusip, Mahasiswi
Fakultas Kedokteran Sumatera Utara, Angkatan 2011 tentang penelitian
“HUBUNGAN TINGKAT OBESITAS DENGAN TERJADINYA STRIAE DISTENSAE PADA USIA DEWASA MUDA” termasuk tentang tujuan, prosedur dan manfaat penelitian. Oleh karena itu, dengan penuh kesadaran dan
tanpa paksaan, saya menyetujui menjadi peserta penelitian dan dilakukannya
pemeriksaan berat badan, tinggi badan, dan striae distensae.
Demikianlah surat persetujuan ini saya perbuat dengan penuh kesadaran dan tanpa
paksaan siapapun.
Medan, 2014
Peniliti Responden
LAMPIRAN 5 Data Induk N o N a m a J K B B (k g) T B ( m ) I M T T. Ob esit as
Warna Striae & Jumlah
Merah muda/ungu Putih
T o t a l Len g-an Ata s P a -h a P e -r u t Lu mb o-sakr al La in-lai n T o t a l Len g-an Ata s P a -h a P e -r u t Lu mb o-sakr al La in-lai n T o t a l
1 D N
L 9 0 1, 7 5 2 9 , 3 8 Ob es I
3 3 4 1
0 1 0
2 H S
P 6 8 1, 5 2 2 9 , 4 3 Ob es I 1 6
18 3
4 3 4
3 V Y
P 6 2 1, 5 8 2 4 , 8 3 Ov er wei ght
6 5 10 2
1 2 1
4 S A
P 7 2 1, 6 2 8 , 1 2 Ob es I 1 2 1 2 1 2
5 D L 8 8 1, 7 2 9 , Ob es I
9 9 1 1 1
3 4 0
6 A N
P 6 1 1, 5 9 2 4 , 1 2 Ov er wei ght 1 1
7 5 2
3 2 3
7 J S
P 6 0 1, 5 8 2 4 . 0 3 Ov er wei ght
5 5 5
8 B N
P 6 6 1, 5 4 2 7 , 2 9 Ob es I 1 1
2 1
3 1 3
9 H S
P 8 0 1, 5 5 3 3 , 2 9 Ob es II
9 8 1
7 1 7 1 0 S Y
P 6 3 1, 6 2 4 , 6 0 Ov er wei ght 1 6 1 6 1 6 1 1 M S
P 6 5 1, 6 2 5 , 3 9 Ob es I 1 0
5 1
5 1 5
1 2
W P 7 5 1, 5 6 3 0 , 8 1 Ob es II
3 2 5 3 3 8
1 3
H P 6
4 1, 5 2 5 Ob es I
7 , 9 6 1 4 C P
L 7 0 1, 6 2 2 6 , 6 7 Ob es I
5 5 5
1 5
R S
P 6 7 1, 5 9 2 6 , 5 0 Ob es I
11 1
4 1 2
10 13 6
0 6 0 1 6 N R
P 7 6 1, 6 4 2 8 , 2 5 Ob es I
6 1
0
5 11 3
2 3 2 1 7 T R
P 8 5 1, 6 5 3 1 , 2 2 Ob es II
3 3 4 2 1
2 1 2 1 8 A R
L 9 8 1, 7 8 3 0 , 9 3 Ob es II
16 2
0 4