• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIFITAS METODE PEMBELAJARAN BEDSIDE TEACHING TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN KEMAMPUAN PSIKOMOTOR MAHASISWA DIII DI LAHAN PRAKTEK (RUANG MELATI RSUD DR HARJONO S PONOROGO)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIFITAS METODE PEMBELAJARAN BEDSIDE TEACHING TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN KEMAMPUAN PSIKOMOTOR MAHASISWA DIII DI LAHAN PRAKTEK (RUANG MELATI RSUD DR HARJONO S PONOROGO)"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

EFEKTIFITAS METO

TERHADAP TINGK

PSIKOMOTOR M

(RUANG MELA

Untuk Memenuhi Pe Program S

Minat U

P

UNIV

TODE PEMBELAJARAN BEDSIDE TEACH

GKAT PENGETAHUAN DAN KEMAMPUA

R MAHASISWA DIII DI LAHAN PRAKTEK

LATI RSUD DR HARJONO S PONOROGO)

T E S I S

Persyaratan Mencapai Derajat Magister Kesehata m Studi Magister Kedokteran Keluarga

t Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

Oleh:

TITIK PUJI LESTARI

NIM. S54089129

PROGRAM PASCA SARJANA

IVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

HING

UAN

K

(2)

commit to user

(3)

commit to user

(4)

commit to user

iv

PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini, peneliti :

Nama : Titik Puji Lestari

NIM : S.540809129

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis yang berjudul “EFEKTIFITAS

METODE PEMBELAJARAN BEDSIDE TEACHING TERHADAP

TINGKAT PENGETAHUAN DAN KEMAMPUAN PSIKOMOTOR

MAHASISWA DIII DI LAHAN PRAKTEK RUANG MELATI RSUD DR

HARJONO S PONOROGO” adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia diberi sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang telah diperoleh dalam tesis tersebut.

Surakarta, Oktober 2010

Yang membuat pernyataan

(5)

commit to user

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah

melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyusun kualifikasi

tesis yang berjudul “Efektifitas Metode Pembelajaran Bedside Teaching

Terhadap Tingkat Pengetahuan Dan Kemampuan Psikomotor Mahasiswa

DIII Di Lahan Praktek Ruang Melati RSUD Dr Harjono S Ponorogo”.

Penyusunan kualifikasi tesis ini tidak lain berkat bantuan dan ketulusan

hati serta sumbang saran dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu

penulis dalam perencanaan penelitian sampai penyusunan kualifikasi tesis ini oleh

karenanya penulis mengucapkan terima kasih teriring Do’a semoga amal kebaikan

bapak ibu pembimbing semua mendapat imbalan dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yangs

edalam-dalamnya atas bimbingan, arahan dan motivasi yang diberikan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Much. Syamsulhadi, dr.,Sp.KJ (K) selaku Rektor

Universitas Negeri Sebelas Maret

2. Bapak Prof. Drs. Suranto, MSc.Ph. D, Selaku Direktur Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Prof. Dr. Didik Tamtomo, MM, M.Kes, PAK, selaku Ketua

Program Studi Kedokteran Keluarga Program Pascasarjana Universitas

Sebelas Maret Surakarta

(6)

commit to user

vi

5. Ibu dr. P. Pancrasia Murdani K,dr, MHPEd, selaku Pembimbing II tesis

koordinator Minat Bakat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

6. Seluruh staf pengajar Program Studi Pendidikan Profesi Kesehatan pada

Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

7. Bapak Dr. H. Yuni Suryadi. M.Kes (MMR) Direktur RSUD dr. Harjono S.

Ponorogo.

Mudah-mudahan semua bantuan dan bimbingan yang telah diberikan

kepada peneliti mendapat imbalan yang setimpal dan limpahan berkat dari Tuhan

Yang Maha Esa. Peneliti menyadari bahwa dalam tesis ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu dengan penuh keterbukaan peneliti mengharapkan

kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak. Akhirnya peneliti

berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi peneliti dan semua pihak yang

memanfaatkannya

Peneliti

(7)

commit to user

vii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………... i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ……… ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ……… iii

PERNYATAAN……….. iv

KATA PENGANTAR……… v

DAFTAR ISI………... vii

DAFTAR TABEL……….. x

DAFTAR GAMBAR………. xi

DAFTAR LAMPIRAN………... xii

ABSTRAK ……… xiii

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG………..……… 1

B. PEMBATASAN MASALAH ………. 3

C. PERUMUSAN MASALAH………. 3

D. TUJUAN PENELITIAN……….…….. 4

1. TUJUAN UMUM……… 4

2. TUJUAN KHUSUS……….……… 4

E. MANFAAT PENELITIAN………..……… 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI……… 6

1. EFEKTIFITAS………... 6

2. PEMBELAJARAN………. 7

(8)

commit to user

viii

4. STRATEGI BEJALAR MENGAJAR ………. 12

5. METODE MENGAJAR……… 12

6. PRAKTEK KLINIK KEBIDANAN………. 17

7. PENILAIAN HASIL BELAJAR ……….………. 18

8. RANAH KOGNITIF………. 9. PENGUKURAN……….. 10. RANAH PSIKOMOTORIK……….. 11. KLASIFIKASI DALAM RANAH PSIKOMOTORIK.. 12. PENILAIAN PSIKOMOTORIK………. 19 24 24 24 29 B. PENELITIAN YANG RELEVAN……… 30

C. KERANGKA BERFIKIR……….. 32

D. HIPOTESIS………. 34

BAB III METODE PENELITIAN A. DISAIN PENELITIAN……….. 35

B. KERANGKA KERJA………. 35

C. POPULASI,SAMPEL,SAMPLING……… 36

D. IDENTITAS VARIABEL ……….. 36

E. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN……… 37

F. DIFINISI OPERASIONAL……… 38

G. INSTRUMEN PENELITIAN………. 38

H. TEHNIK PENGAMBILAN DATA……… 39

I. ANALSA DATA………. 39

J. PROSEDUR PENELITIAN DI LAHAN PRAKTEK……… 40

(9)

commit to user

ix

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM RSUD DR HARJONO.S……….. 43

B. HASIL PENELITIAN………. 45

C. PEMBAHASAN………. 52

D. KETERBATASAN PENELITIAN……… 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN……….. 62

B. IMPLIKASI……… 62

C. SARAN……… 63

(10)

commit to user

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Penilaian Metode Konseptual ……….. 31

Tabel 2. Penilaian Psikomotor ……….. 31

(11)

commit to user

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Berpikir ……… 33

Gambar 2. Kerangka Kerja ……… 35

Gambar 3. Distribusi frekuensi Pengetahuan Pre test ordinal ………….. 45 Gambar 4. Distribusi frekuensi Pengetahuan Post test Ordinal …………. 46 Gambar 5. Grafik Pengetahuan Pre test dan Post test Ordinal …………. 47 Gambar 6. Distribusi frekuensi Psikomotor Pre test Ordinal ………….. 58 Gambar 7. Distribusi frekuensi Psikomotor Pre test kategori Kompeten ... 49 Gambar 8. Distribusi frekuensi Psikomotor Post test Ordinal ……… 50 Gambar 9. Distribusi frekuensi Psikomotor Post test kategori Kompeten .. 50

Gambar 10. Grafik Psikomotor Pre dan post test ………. 51

Gambar 11. Diagram Pengetahuan dan Psikomotor Pre dan Post test …… 56 Gambar 12 Grafik Efektifitas Bedside Teacing terhadap pengetahuan dan

(12)

commit to user

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kisi-kisi Kuesioner ………. 67

Lampiran 2. Kuesioner Pengetahuan ……….. 78

Lampiran 3 Analisa Validitas dan Reabilititas Kuesioner ……… 79

Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ………. 80

Lampiran 5. Standar Operasional Prosedur Vulva Higiene ………... 85

Lampiran 6. Cek List Psikomotor vulva Higiene ……… 87

Lampiran 7. Skor tingkat Pengetahuan Pre Bedside Teaching ……….. 89

Lampiran 8. Skor tingkat Pengetahuan Post Bedside Teaching ……… 90

Lampiran 9. Skor Psikomotor Pre Bedside Teaching ……… 91

Lampiran 10. Skor Psikomotor Post Bedside Teaching ……….. 92

Lampiran 11. Distribusi frekuensi tingkat Pengetahuan ……… 93

Lampiran 12. Distribusi frekuensi kemampuan Psikomotor ……….. 94

Lampiran 13. Uji Wilcoxon Pengaruh Bedside Teaching terhadap tingkat Pengetahuan ……….. 95

Lampiran 14. Uji Wilcoxon Pengaruh Bedside Teaching terhadap kemampuan psikomotor ……… 96

Lampiran 15. Lembar Informed Consent ……… 97

(13)

commit to user

xiii ABSTRAK

Titik Puji Lestari ,S54089129.2010.Efektifitas bedside teacing terhadap tingkat pengetahuan dan kemampuan Psikomotor mahasiswa DIII kebidanan di lahan

praktek Ruang Melati RSUD Dr Harjono.S. Ponorogo. Tesis: Program Pasca

Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Tujuan untuk mengetahui efektifitas Bedside Teaching terhadap tingkat

pengetahuan dan kemampuan psikomotor mahasiswa DIII Kebidanan.

Desain Penelitian Pre Eksperimen dengan rancangan one group Pre Post test

desain, yang mengambil lokasi di ruang Melati RSUD Dr

Harjono.S.Ponorogo.Kabupaten Ponorogo. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa DIII Kebidanan Bakti Husada Mulia Madiun yang sedang praktek klinik , sejumlah 40 mahasiswa .Pengambilan sampel berdasarkan Limit Theorem yaitu 30 mahasiswa , tehnik sampling dengan random sampling.Pengambilan data dilakukan dengan kuisioner untuk tingkat pengetahuan,sedang kemampuan Psikomotor mahasiswa dengan observasi, uji validitas dan reabilitas kuesioner dengan Alpha Croncbach,cheklist dari standar praktek kebidanan.Pengumpulan data dengan observasi dan kuesioner pre test kemudian diberikan perlakuan dengan bimbingan bedside teacing dan kemudian dilakukan post test dengan observasi dan kuesioner dengan alat ukur yang sama pada pre test .Analisa data menggunakan uji Wilcoxon.

Hasil analisa menunjukkan bahwa hasil post test test lebih baik dari hasil pre test ,

hasil tersebut ditunjukan P-Value = 0,000 < α = 0,05 sehingga menolak Ho dan

menerima HI artinya ada beda pengetahuan dan kemampuan psikomotor mahasiswa sebelum dan sesudah diberikan Bedside Teacing,

Kesimpulan adalah Bedside Teacing sangat efektif untuk meningkatkan

pengetahuan dan kemampuan psikomotor mahasiswa.

(14)

commit to user

xiv

ABSTRACT

Titik Puji Lestari: S.54089129.2010.efektifitas teacing bedside of the level of

knowledge and ability psychomotor diii midwifery students in land practices melati room rsud dr harjono.s.ponorogo thesis: sebelas maret university Surakarta.graduate program.

Aims to determine the effectiveness of Bedside Teaching on the level of

knowledge and psychomotor skills Midwifery Diploma students.

Design research to design experiments Pre Post test one group design, which

Takes placein Melati room Dr Harjono .S Ponorogo. The population of this study are students DIII Midwifery Husada Bakti Mulia Madiun being clinical practice, some 40 . Midwifery Diploma students.Desicion Limit Theorem based sample of 30 students, with a random sampling technique sampling. Data collection conducted by questionnaire to the level of knowledge, while students with observations Psychomotor ability , test the validity and reliability of questionnaires with Alpha croncbach, checklist Midwifery.

Data collection from standard practice with observation and questionnaire pre test and then given treatment with the guidance of bedside teaching and then conducted post test by observation and questionnaires with the same measuring instrument on the pre test. Analysis data usingWilcoxon test.

Results of analysis showed that the test post test results are better than pre test results, these results indicated P-value = 0.000 <α = 0.05 so reject Ho and accepted H1 that mean there are different knowledge and psychomotor skills of students before and after the Bedside Teaching.

Conclusions the Bedside Teaching very effective for improving students'

knowledge and psychomotor skills.

(15)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini angka kematian maternal dan neonatal di Indonesia masih

tinggi yaitu 334/100.000. kelahiran hidup dan 218/1000 kelahiran hidup. Salah

satu faktor penting dalam upaya penurunan angka kematian tersebut yaitu

penyediaan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas dekat

dengan masyarakat belum terlaksana dengan baik untuk dapat memberikan

pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas dibutuhkan

tersedianya tenaga yang terampil dan didukung dengan sarana dan prasarana

yang memadai (Suyudi, 2002).

Pendidikan tenaga kesehatan di selenggarakan untuk menghasilkan

tenaga kesehatan dalam jumlah dan jenis serta mutu yang disesuaikan dengan

tuntunan masyarakat. Dalam era kesejagatan dewasa ini dituntut adanya

sumber daya manusia yang mampu bekeija secara profesional dalam segala

bidang termasuk upaya pelayanan kesehatan. Peranan tenaga kesehatan sangat

menentukan keberhasilan pelaksanaan program pembangunan di bidang

kesehatan untuk mencapai visi Indonesia sehat 2010. Salah satu strategi

mencapai Indonesia sehat 2010 adalah peningkatan kualitas sumber daya

tenaga kesehatan melalui pendidikan tenaga kesehatan yang profesional.

Pendidikan tenaga kesehatan profesional tersebut di awali dan proses

(16)

commit to user

di kelas dalam bentuk kuliah, seminar dan diskusi, tetapi juga proses

pembelajaran klinik yang dilakukan di laboratorium dan dilahan praktek.

Permasalahan pembelajaran klinik bertambah sementara jumlah lahan

praktek yang digunakan relatif tetap sehingga berdampak pada efektivitas

proses pembelajaran klinik, jumlah yang tidak berimbang antara institusi

pendidikan dengan jumlah lahan praktek menyebabkan sulitnya pencapaian

kompetensi pembelajaran praktek klinik. Dipihak lahan praktek juga terjadi

perubahan antara lain perubahan manajemen lahan praktek. Permasalahan

tersebut pada gilirannya akan menurunkan kwalitas lulusan pendidikan tenaga

kesehatan (Pusdiknakes, 2003).

Pengajaran dan pembelajaran dilahan praktek klinik (Rumah Sakit)

merupakan hal yang sangat menentukan kualitas lulusan. Ironisnya dalam

praktek pendidikan klinik ini banyak sekali hambatannya, seperti kasus yang

terbatas dan dosen klinik yang waktunya terbatas untuk mengajar mahasiswa.

Oleh karena itu, maka perlu suatu solusi memecahkan kendala tersebut. The

Five Steps Micro skill atau disebut juga bed side teaching (BST) sebagai

sebuah model pengajaran di pendidikan klinik merupakan suatu solusi yang

bisa diterapkan untuk mengoptimalkan pengajaran dan pembelajaran di klinik

dengan keterbatasan waktu. Model The Five Steps Micro skill ini dirancang

oleh Neher dan kawan-kawan yang dimuat dalam Journal of the American

Board of Family Practice. Model ini dapat diterapkan dengan waktu yang

terbatas dalam pendidikan klinik baik di klinik rawatjalan maupun di bangsal

(17)

commit to user

Pengajaran keterampilan psikomotor adalah lebih banyak menuntut

keterlibatan pengajar secara langsung, ia hams mendemonstrasikan

keterampilan tangan itu sebagai suatu urut-urutan yang tuntas. Sebelum ini

pembimbing harus menganalisa bagian-bagian tindakan yang lebih kecil dan

menjelaskan hal itu kepada para pelajar atau mahasiswanya. Akhimya,

pembimbing harus mengamati para pelajar atau mahasiswa melakukan

pekerjaan itu secara tuntas pula. Semua ini tidak dapat dilakukan dalam

kelompok besar, tetapi hams secara individu atau dalam kelompok kecil.

(SuwarsonoA. 1998).

Atas dasar permasalahan di atas, maka penting meneliti apakah ada

keefektifitasan bed side teaching terhadap tingkat pengetahuan dan

kemampuan psikomotor mahasiswa.

B. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang basalah dan pengamatan terhadap

bimbingan kepada mahasiswa pada saat praktek klinik kebidanan,maka

penetian difokuskan di Rumah Sakit yang digunakan sebagai lahan praktek

klinik yaitu Rumah Sakit Umum Daerah Ponorogo,sebagai subyek penelitian

adalah mahasiswa DIII Kebidanan semester II yang sedang melaksanakan

praktek klinik kebidanan.

C. Perumusan masalah

Apakah metode Bed side teaching efektif terhadap tingkat pengetahuan

(18)

commit to user

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui efektivitas metode Bed side teaching terhadap tingkat

pengetahuan dan kemampuan psikomotor tentang vulva hygiene.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan mahasiswa tentang vulva

hygiene ibu nifas sebelum bed side teaching.

b. Mengidentifikasi pengaruh metode bedside teaching terhadap tingkat

pengetahuan dan kemampuan psikomotor tentang vulva hygiene ibu

nifas setelah bed side teaching..

c. Menganalisa tingkat pengetahuan dan kemampuan psikomotor

mahasiswa sebelum dan sesudah bedside teaching.

E. Manfaat Penelitian

1. Dalam bidang kesehatan

a. Memberi masukan bagi pembimbing institusi pendidikan kesehatan

dan pembimbing lahan praktek bidang kesehatan dalam menentukan

metode pembelajaran praktek klinik di lahan praktek.

b. Memberikan kontribusi tenaga kesehatan yang terampil di masa depan.

2. Bagi peneliti

Sebagai bahan informasi atau masukan untuk penelitian selanjutnya.

3. Bagi program

Memberikan kontribusi dalam hal menurunkan angka kejadian infeksi

(19)

commit to user 4. Bagi peserta didik

Mendapatkan pengalaman pembelajaran yang dapat meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan psikomotor dalam pelayanan kesehatan

(20)

commit to user

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KAJIAN TEORI

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pengertian efektifitas;

pengertian mengajar; konsep proses pengajaran; konsep tentang

komponen-komponen pengajaran; konsep proses pembelajaran dan hakekat belajar dan

mengajar; juga mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil

belajar; pengertian guru, peran dan fungsinya; serta pengertian bidan dan

peran dan fungsinya, juga konsep pengalaman belajar klinik lapangan,

pengertian tinngkat pengetahuan dan kemampuan psikomotor serta

penilaiannya.

1. Efektivitas

a.Pengertian

Efektifitas adalah hal yang dapat membawa hal berhasil guna tentang

usaha dan tindakan atau dapat dikatakan suatu keberhasilan tentang

metode atau tindakan (Kamus Besar B. J. 1998:129).

b.Pengukuran efektifitas (keberhasilan tentang metode atau tindakan)

dapat diukur dengan cara observasi. Observasi ialah metode atau

cara-cara menganalisis mengadakan pencatatan secara-cara sistimatis mengenai

tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu/kelompok.

Metode observasi tersebut dapat juga dilakukan dengan menggunakan

teknik dan alat khusus sepeti blangko-blangko, cheklist, atau daftar isian

(21)

commit to user

2. Pembelajaran

a. Pengertian

Sebagai proses menanamkan pengetahuan menurut Wina

Sanjaya 2008. Pandangan mengajar hanya sebatas menyampaikan

pengetahuan itu dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan,

karena minimal ada tiga alasan penting.

Pertama siswa bukan orang dewasa dalam bentuk mini, akan

tetapi mereka adalah organisme yang sedang berkembang. Agar

mereka dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangannya,

dibutuhkan orang dewasa yang dapat mengarahkan dan membimbing

mereka agar tumbuh dan berkembang secara optimal. Guru bukan saja

dituntut untuk lebih aktif untuk mencari informasi yang dibutuhkan,

akan tetapi iajuga harus mampu menyeleksi berbagai informasi,

kemajuan teknologi menuntut perubahan peran guru. Guru tidak lagi

memposisikan diri sebagai sumber belajar yang bertugas

menyampaikan informasi, tetapi hams berperan sebagai pengelola

sumber belajar untuk dimanfaatkan siswa.

Kedua. Belajar bukan hanya sekedar menghafal informasi,

menghafal rumus, akan tetapi bagaimana menggunakan informasi dan

pengetahuan untuk mengasah kemampuan berfikir.

Ketiga. Manusia adalah organisme yang memiliki potensi, dan

potensi itulah yang akan menentukan perilaku manusia. Oleh karena

(22)

commit to user

usaha mengembangkan potensi yang di miliki, disini siswa tidak

dianggap sebagai objek, akan tetapi sebagai subyek belajar yang

mencari dan mengontmksi pengetahuannya sendiri. Pengetahuan itu

tidak diberikan, akan tetapi dibangun oleh siswa.

Ketiga hal diatas, menuntut perubahan makna dalam

mengajar, mengajar jangan diartikan sebagai proses penyampaian

materi pembelajaran, atau memberikan stimulus sebanyak-banyaknya

kepada siswa, akan tetapi lebih dipandang sebagai proses mengatur

lingkungan agar siswa belajar sesuai dengan kemampuan dan potensi

yang dimilikinya (Wina Sanjaya, 2008, 79).

b. Kegiatan Pembelajaran

Pembelajaran berlangsung dimana saja, sesuai dengan

karakteristik pembelajaran yang berorientasi kepada siswa, maka

proses pembelajaran bisa terjadi dimana saja. Kelas bukan satu-satunya

tempat belajar siswa. Siswa dapat memanfaatkan berbagai tempat

belajar sesuai dengan kebutuhan dan sifat materi pelajaran (Wina

Sanjaya, 2008, 79.

c. Pembelajaran Berarti Membelajarkan Siswa

Kriteria keberhasilan proses pembelajaran tidak di ukur dari

sejauh mana siswa telah menguasai materi pelajaran, akan tetapi di

ukur dari sejauh mana siswa telah melakukan proses belajar. Dengan

demikian guru tidak lagi berperan hanya sebagai sumber belajar, akan

(23)

commit to user

agar siswa mau dan mampu belajar inilah makna proses pembelajaran

berperan pada siswa (student oriented). Siswa tidak dianggap sebagai

obyek belajar yang dapat diatur dan dibatasi oleh kemauan guru,

melainkan siswa ditempatkan sebagai subyek yang belajar sesuai

dengan bakat, minat, dan kemampuan yang dimiliki (Wina Sanjaya,

2008, 79).

d. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran bukanlah penguasaan materi pelajaran,

akan tetapi proses untuk mengubah tingkah laku siswa sesuai dengan

tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itulah penguasaan materi

pelajaran bukanlah akhir dari proses pengajaran, akan tetapi hanya

sebagai tujuan antara untuk pembentukan tingkah laku yang lebih luas.

Artinya sejauh mana materi pelajaran yang dikuasai siswa dapat

membentuk pola perilaku siswa itu sendiri (Wina Sanjaya, 2008, 90).

e. Makna Pembelajaran

Belajar adalah proses berfikir. Belajar berfikir menekankan kepada

proses mencari dan menemukan pengetahuan melalui interaksi antara

individu dengan lingkungan. Dalam pembelajaran berfikir proses

pendidikan di sekolah tidak hanya menekankan kepada akumulasi

pengetahuan materi pelajaran, akan tetapi yang di utamakan adalah

kemampuan siswa untuk memperoleh pengetahuannya sendiri (Self

Regulated).

(24)

commit to user

pengetahuan itu tidak datang dari luar, akan tetapi dibentuk oleh

individu itu sendiri dalam struktur kognitif yang dimilikinya atas dasar

itu pembelajaran berfikir memandang, bahwa mengajar itu bukanlah

memindahkan pengetahuan dari guru pada siswa, melainkan suatu

aktifitas yang memungkinkan siswa dapat membangun sendiri

pengetahuannya, menurut Bettencourt (1985). Mengajar dalam

pembelajaran berfikir adalah berpartisipasi dengan siswa dalam

membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan,

bersikap kritis, dan mengadakanjustifikasi.

Menurut La Costa 1985 dalam Wina Sanjaya 2008:8, Pembelajaran

diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:

1) Teaching of thinking :

Adalah proses pembelajaran yang di arahkan untuk

membentuk keterampilan mental tertentu seperti misalnya

keterampilan berpikir kritis, berpikir kreatif.

2) Teaching for thinking:

Adalah proses pembelajaran yang di arahkan pada usaha

menciptakan lingkungan belajar yang dapat mendorong terhadap

pengembangan kognitif pembelajaran ini lebih menitik beratkan

kepada proses menciptakan situasi dan lingkungan tertentu,

contohnya - menciptakan suasana keterbukaan, demokratis

menciptakan iklim yang menyenangkan sehingga memungkinkan

(25)

commit to user 3) Teaching about thinking:

Adalah pembelajaran yang diupayakan untuk membantu agar

siswa lebih sadar terhadap proses berfikirnya. Jenis pembelajaran

lebih menekankan kepada metodologi yang digunakan dalam

proses pembelajaran.(Wina Sanjaya, 2008, 80)

f. Proses Pembelajaran

Proses berfikir otak kiri bersifat logis, skuensial, linier dan

rasional. Sisi ini sangat teratur walaupun berdasarkan realitas, ia

mampu melakukan penafsiran abstrak dan simbolis. Cara berfikirnya

sesuai untuk tugas-tugas teratur expresi verbal, menulis, membaca,

asosiasi, auditorial, menempatkan detail dan fakta, fonetik, serta

simbolis (Wina Sanjaya, 2008, 84).

g. Pembelajaran Berlangsung Sepanjang Hayat

Belajar adalah proses yang terus menerus, yang tidak pemah

berhenti dan tidak terbatas pada dinding kelas. Hal ini berdasar pada

asumsi bahwa sepanjang kehidupannya manusia akan terus belajar.

Melalui kemampuan bagaimana cara belajar, maka siswa akan dapat

belajar memecahkan setiap rintangan yang dihadapi sampai akhir

hayatnya. (Wina Sanjaya, 2008:25).

3. Proses Belajar Mengajar (PBM)

Proses belajar mengajar adalah sebuah interaksi yang bernilai

(26)

commit to user

bertujuan. Tujuannya adalah sebagai pedoman ke arah mana akan di bawa

proses belajar mengajar ini. Proses belajar mengajar akan berhasil bila

hasilnya mampu membawa perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,

keterampilan dan nilai sikap dalam diri anak didik (Syaiful Bahri,

2003:12).

4. Strategi Belajar Mengajar

Pengertian

Penciptaan sistim lingkungan yang memungkinkan terjadinya

prosesbelajar yang saling mempengaruhi, yakni tujuan instruksional yang

ingin dicapai materi yang diajarkan, guru dan siswa yang harus

memainkan peranan serta ada dalam hubungan sosial tertentu, jenis

kegiatan yang dilakukan serta saran dan prasarana belajar mengajar yang

tersedia.

Metode mengajar adalah alat yang dapat merupakan bagian dari

perangkat alat dan cara dalam pelaksanaan suatu strategi belajar-mengajar.

Dan karena strategi belajar mengajar merupakan sarana atau alat untuk

mencapai tujuan-tujuan belajar, maka metode mengajar merupakan alat

untuk mencapai tujuan belajar (Nana Sudjana; 2005, 147).

5. Metode mengajar

Kegiatan belajar mengajar, merupakan dua hal yang tidak bisa

dipisahkan, sebab siswa melakukan kegiatan belajar karena guru mengajar,

atau guru mengajar agar siswa belajar. Keduanya merupakan suatu

(27)

commit to user

guru menentukan kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa. (Nana

Sudjana, 2005:76).

a. Metode ceramah

Dalam pengajaran dengan metode ceramah hal yang perlu

disiapkan dengan seksama oleh guru adalah bahan ajar, sesuai dengna

topik atau pokok bahasan, bahan ajar dipilih dengan pertimbangan

tingkat perkembangan dan kemampuan siswa, disusun secara sistimatis

dan rinci, dilengkapi dengan contoh dan pertanyaan. Dalam

pelaksanaan mengajar, guru menceramahkan atau menyampaikan

bahan ajaran sesuai dengan sistematika yang telah disusun. (Nana

Sudjana, 2005:96).

b. Metode demonstrasi

Metode ini dapat digunakan untuk mengajarkan suatu bahan ajar

yang memerlukan peragaan. Metode ini menghendaki guru lebih aktif

daripada anak didik, karena memang gurulah yang memperagakan

suatu proses dan kerja suatu benda, misalnya bagaimana menggunakan

kompor, bel listrik, cara kerja tubuh manusia, jalannya mesin jahit.

Di lain waktu siswa juga bisa melakukan demonstrasi, baik

secara berkelompok atau klasikal, dengan mendapat bimbingan dari

guru, bila diperiukan. Dengan metode ini anak didik dituntut

memperlihatkan suatu obyek atau proses dengan mendemonstrasikan.

(Syaiful Bahri, 2005:233).

(28)

commit to user

Metode sosiodrama ialah cara mengajar yang memberikan

kesempatan kepada anak didik untuk melakukan kegiatan memainkan

peranan tertentu yang terdapat dalam kehidupan masyarakat

(kehidupan sosial). Seperti metode bermain peran, dalam metode

sosiodrama anak didik dibina agar trampil mendramatisasi atau

mengekspresikan sesuatu yang dihayati. Dengan menggunakan lembar

pengamatan perlu diperhatikan untuk mengeta]q=[2wahui pencapaian

tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan (Syaiful Bahri, 2005:233).

d. Metode diskusi

Diskusi adalah memberikan altematif jawaban untuk membantu

memecahkan berbagai problem kehidupan. Dengan catatan persoalan

yang akan didiskusikan hams dikuasai secara mendalam. Dalam

diskusi guru memfasilitasi anak didik memberikan jawaban yang tepat

dari banyak kemungkinan altematif jawaban (Syaiful Bahri,

2005:233).

e. Metode bermain peran

Metode bermain peran ialah suatu cara penguasaan bahan

pelajaran melalui pengembangan dan penghayatan anak didik.

Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan adalah anak didik

dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Dengan

memerankan akan membuat anak didik lebih meresapi perolehannya.

Melalui metode ini dapat dikembangkan keterampilan

(29)

commit to user

mengkomunikasikan (Syaiful Bahri, 2005:233).

f. Metode bed side teaching

Bed side teaching merupakan metode mengajar kepada peserta

ddik, yang dilakukan disamping tempat tidur klien meliputi kegiatan

mempelajari kondisi klien dan asuhan kebidanan yang dibutuhkan oleh

klien.

1) Manfaat

Agar pembimbing klinik dapat mengajarkan dan mendidik

peserta didik untuk menguasai keterampilan prosedural,

menumbuhkan sikap profesional

2) Prinsip

a) Sikap fisik maupun psikologis pembimbing klinik dan peserta

didik

b) Jumlah peserta didik dibatasi (ideal 5-6 orang)

c) Diskusi pada awal dan paska demonstrasi di depan klien

dilakukan seminimal mungkin.

d) Lanjutkan dengan redemonstrasi

e) Kaji pemahaman peserta didik segera mungkin terhadap apa

yang didapatnya saat ini.

f) Kegiatan yang di demonstrasikan adalah suatu yang belum

pemah diperoleh peserta didik sebelumnya, atau apabila peserta

didik menghadapi kesulitan penerapannya.

(30)

commit to user

a) Mendapatkan kasus yang sesuai yang dapat memberi

kesempatan kepada peserta didik untuk menerapkan

ketrampilan teknik prosedural dan interpersonal.

b) Koordinasi dengan staf di klinik agar tidak mengganggu

jalannya rutinitas perawatan klien.

c) Melengkapi peralatan/fasilitas yang akan digunakan. (Nursalam,

2008, 277-278)

g. The Five Steps Microskill merupakan salah satu model pendidikan

klinik yang terdiri dari beberapa langkah yaitu tanyakan komitmen

mahasiswa, menggali bukti-bukti yang mendukung, katakan apa yang

mahasiswa sudah lakukan dengan benar, perbaiki yang masih salah

dan mengajarkan konsep/kaidah umum. Model ini menekankan tidak

hanya pada proses pengajaran pengetahuan dan ketrampilan klinik oleh

Preceptor tetapi juga menekankan pada pentingnya mengidentifikasi

prior knowledge mahasiswa, memberikan kesempatan untuk membuat

keputusan sendiri, melatih clinical reasoning, pentingnya constructive

feedback dan mendiagnosis kebutuhan belajar mahasiswa. Model ini

dapat diterapkan dalam lingkungan pendidikan klinik di rawat jalan

dan bangsal yang membutuhkan waktu antara 3-5 menit untuk satu

kasus. Oleh karena itu penerapan model ini di pendidikan klinik

merupakan suatu model pendidikan klinik yang sangat potensial untuk

diterapkan khususnya pada setting pendidikan klinik dengan

(31)

commit to user

h. Bed side teaching merupakan pemodelan peran dimana perserta didik

dapat mengamati,dan merupakan pendekatan humanistic dari seorang

dokter yang berpengalaman dan belajar dari ini, komponen penting

dari pendidikan praktek klinik memberikan kesempatan peserta didik

unyuk menggunakan hampir semua indera mereka,sebuat

komperenhensif fisik Maka dalam pembelalaran bed side teaching

perlu perencanaan antara lain

1) Diskripsi dari pelajar tahun pertama atau tahun ke tiga

2) Tujuan sesie: mahasiswa mampu menunjukan ketrampilannya pada

akhir sesi mis : ketrampilan ,pemeriksaan ,komunikasi dengan

pasen ,menjabarkan dan lain-lain.

3) Kondisi mahasiswa akan mendemontrasikan pasen dalam

pengaturan liatif lahan praktek

4) Degree mahasiswa dapat melakukan dengan

(Salam A.dkk,2008)

6. Praktek Klinik Kebidanan

Diskripsi

Mata kuliah ini merupakan praktek asuhan kebidanan

dirancang untuk memberikan pengalaman yang komprensif sehingga

peserta didik dapat lebih siap dan percaya diri dalam melakukan peran

kemandirian, kolaborasi, serta merujuk dengan tepat dalam manajemen

(32)

commit to user

maupun komunitas, kegiatan pembelajaran menggunakan berbagai

metode asuhan kebidanan disesuaikan dengan situasi dan kondisi lahan

praktek. (Dep Kes RI Politeknik Kesehatan Malang, 2007,54).

7. Penilaian Hasil Belajar

Penilaian adalah semua upaya membandingkan hasil pengukuran

terhadap patokan/standar/tolok ukur/kriteria/bahan pembanding yang

sudah dibakukan dan hasilnya dinyatakan dengan lambang atau angka

mutu yang menyatakan nilai tertentu. (PP IBI, 2006:294).

a. Tujuan penilaian

Untuk mengetahui status siswa dan menaksir kemampuan

belajar serta penguasaan terhadap bahan pelajaran, juga digunakan

sebagai umpan balik kepada siswa sendiri maupun bagi guru yang

mengajar. Sehingga pengajar dapat mengetahui kelebihan dan

kelemahan siswa sehingga pengajar dapat melakukan koreksi terhadap

kesalahan yang di lakukan dan atau memberi reinforcemen bagi

peserta didik (PP IBI, 2006:294).

b. Hasil belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh setelah melalui

kegiatan belajar, menurut A. J Roniezowski (1981:217) (PPIBI,

2006:294)

c. Aspek yang dinilai

(33)

commit to user

(1986:421). Teori kognitif berkenaan bagaimana seseorang

memperoleh pengetahuan dan bagaimana menggunakan

pengetahuan tersebut untuk berperilaku lebih efektif dengan

tahapan, mengingat, memahami, menerapkan, menganalisa dan

mensintesis.

2. Aspek afektif (sikap)

Penilaian sikap mahasiswa dalam interaksi dengan tingkatan

sebagai berikut; menghargai, mengatur diri, menjadi pola hidup.

3. Aspek psichomotor

Suatu serangkaian gerakan otot-otot yang terpadu untuk dapat

menyelesaikan tugas.

8. Ranah Koqnitif ( Pengetahuan )

Pengertian ; Merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.

penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yaitu indra penglihatan,

pendenaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui matadan telinga. Pengetahuan atau koqnitif

merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan

seseorang(overtbihavior) (Notoatmodjo,2003:121)

a. Tingkat Pengetahuan

Menurut Bloom dalam Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang

(34)

commit to user 1) Tahu ( know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya.Termasuk mengingat kembali (recall)

Sesuatu yang spesifik dari seluruh bab yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima.Kata kerja untuk mengukur adalah

menyebutkan,menguraikan,mendefinisikan,dan sebagainya.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampan untuk

menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui,dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar.orag yang telah

paham terhadap obyek atau materi harus dapat

menjelaskan,menyebutkan ontoh, menyimpulkan,meramalkan,dan

sebagainya terhadap obyek yang telah dipelajari

3) Aplikasi (Aplication)

Aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya (real).

Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan

hukum-hukum,rumus,metode prinsip,dan sebagainya dalam

konteks atau situasi yang lain.

4) Analisis ( analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materia atau suatu obyek kedalam komponen-komponen, tetapi

(35)

commit to user

sama lain. Menggunakan kata kerja seperti dapat menggambarkan,

membedakan, mengelompokkan, dan sebagainya.

5) Sintesis (syntesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkanbagian- bagian di dalam suatu

bentuk keseluuhan yang baru atau kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat

menyusun merencanakan,meringkas dan menyesuaikan terhadap

suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6) Evaluasi ( evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau

obyek penilaian-peilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang

ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah

ada.

a. Faktor- faktor yang mempegaruhi pengetahuan ;

1) Faktor internal

a) Umur

Semakin cukup usia tingkat kemampuan atau

kematangan seseorang akan lebih mudah untuk berfikir dan

lebih mudah menerima informasi. Umur adalah sebuah variabel

(36)

commit to user b) Pengalaman

Merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan. Pengalaman dapat menuntun seseorang untuk

menarik kesimpulan dengan benar, sehingga dari pengalaman

yang benar diperlukan befikir yang logis dan kritis.

c) Intelegensia.

Pada prisipnya mempengaruhi kemampuan seseorang

untuk menyesuaikan diri dan cara pengambilan keputusan, ibu

atau masyarakat yang intelegensinya tinggi akan banyak

berpartisipasi lebih cepat dan tepat dalam mengambil

keputusan dibanding dengan masyarakat yang intelegensinya

rendah

d) Gaya hidup

Gaya hidup dijaman moderen seperti ini banyaknya

sarana hiburan memberikan contoh model pergaulan moderen

dimana seseorang lebih terbuka menerima kemajuan

pengetahuan yang ada.

2) Faktor eksternal

a) Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti

didalam pendidika itu terjadi proses pertumbuhen, lebih baik

dn lebih matang pada diri individu, kelompok dan masyarakat.

(37)

commit to user

menerima informasi, sehingga semakin banyak pula

pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya pendidikan yang kurang

akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap

nilai-nilai yang diperkenalkan

b) Sosial Ekonomi

Sosial ekonom mempengaruhi tingkah laku seseorang

atau masyarakat. Sosial merupakan variabel yang

menggambarkan tingkat kehidupan seseorang. Ekonomi yang

tidak memadai dapat membuat seseorang kurang bisa

memanfaatkan pelayanan kesehatan.

c) Budaya

Budaya dapat mempengaruhi proses pengetahuan

khususnya dalam penyerapan nilai-nilai sosisal,keagamaan

untuk memperkuat superegonya. Didalam sebuah budaya

terdapat kebiasaan makan, gaya hidupdan sebagainya yang

dapat mengakibatkan perbedaan.

d) Pekerjaan

Seseorang yang bekerja pengetahuannya akan lebih luas

dari pada seseorang yang tidak bekerja, karena dengan bekerja

akan memperoleh banyak informasi dan pengalaman.

(38)

commit to user

9. Pengukuran

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek

penelitian atau responden. ( Notoatmodjo,2005)

10.Ranah psikomotor

Menurut E Sukardi, 1988. Praktis semua keterampilan psikomotor

yang diperlukan oleh seseorang tenaga profesional kesehatan

dikembangkan secara sadar melalui proses pendidikan dan oleh karena itu

perlu dinilai pencapaian tujuan pendidikan dalam ranah psikomotor.

11.Klasifikasi dalam ranah psikomotor

a. Menurut Kemp (1971)

1) Gerak-gerik tubuh yang kasar; lengan, bahu, kaki dan tungkai

contoh: melempar sebuah bola untuk mencapai suatu jarak,

mengangkat suatu benda yang berat, dan sebagainya.

2) Gerakan-gerakan halus yang terpadu; tangan dan jari-jari tangan;

tangan dan mata; tangan dan telinga; tangan, mata, dan kaki.

Contoh: menyulam, mengetik, main tennis/bulu tangkis,

mengendarai mobil dsbnya.

3) Komunikasi non verbal; expresi muka, pemberian aba-aba,

gerakan-gerakan tubuh

(39)

commit to user

menyajikan suatu bacaan literatur, dengan isyarat untuk penekanan.

b. Menurut Anita Harrow ranah psikomotor meliputi:

1) Gerak reflek (reflek movement)

a) Segmental reflexes : respon gerakan yang tidak disadari yang

dimiliki sejak lahir.

b) Intersegmental reflexes : kesemuanya berhubungan dengan

gerakan-gerakan yang dikoordinasikan oleh otak dan

bagian-bagian sumsum tulang belakang.

c) Supresegmental reflexes

2) Dasar gerakan-gerakan (basic fundamental movement)

a) Locomotor movement : gerakan-gerakan yang mendahului

kemampuan (berjalan, tengkurap, merangkak, tertatih-tatih,

berjalan, lari melompat dan memanjat).

b) Non locomotor movement: gerakan-gerakan yang dinamis

didalam suatu ruangan yang bertumpu pada sesuatu sumbu

tertentu.

c) Manipulative movement : gerakan-gerakan yang

terkoordinasikan seperti dalam kegiatan bermain piano,

menggambar, naik sepeda, mengetik.

3) Perseptual abilities

a) Kinestetik discrimination : menyadari akan gerakan-gerakan

tubuh seseorang.

(40)

commit to user

bagian, kemampuan mengikuti objek, pengalaman konsep

visual.

c) Tactile discrimination: kemampuan membedakan dengan

sentuhan

d) Coordinated activities : koordinasi mata dengan tangan dan

mata dengan kaki.

4) Physical abilities

Kemampuan yang diperlukan untuk mengembangkan

gerakan-gerakan ketrampilan tingkat tinggi.

a) Endurance : kemampuan untuk mengembangkan aktivitas

termasuk : ketahanan otot dan denyut jantung.

b) Agility : kemampuan bergerak cepat termasuk kemampuan

untuk mengubah arah, memulai, meningkatkan ketangkasan.

c) Strength : kemampuan menggunakan otot untuk mengadakan

periawanan.

d) Flexybel: rentangan gerakan dan sendi

5) Skilled movement

Gerakan-gerakan yang memerlukan belajar.

a) Simple adaptive skill : setiap adaptasi yang berhubungan

dengan gerakan dasar.

b) Coumpond adaptive skill: gerakan kombinasi untuk

menggunakan alat-alat.

(41)

commit to user

6) Nondiscoursive communivation

Kemampuan untuk berkomunikasi dengan menggunakan gerakan

seperti mimik, postur.

a) Expressive movement : gerakan-gerakan yang digunakan dalam

kehidupan sehari-hari.

b) Interpretive movement : gerakan sebagai bagian bentuk seni

termasuk gerakan estetis, gerakan kreatif. (Suharsimi Arikunto,

2007:123)

c. Klasifikasi menurut Harrow dkk dalam Suharsini Arikunto

1) Imitation/menim : meniru apa yang didapat dari atas timulus yang

direspon (mengulangi)

2) Manipulation (manipulasi) : modifikasi perilaku sesuai kebutuhan

atau melakukan suatu perilaku tanpa bantuan visual.

3) Precision (ketepatan gerakan) : melakukan perilaku tanpa

rangsangan visual atau verbal.

4) Articulation (artukulasi) : menunjukkan serangkaian gerakan

dengan akurat, urutan yang benar dan kecepatan yang tepat.

5) Naturalization (naturalisasi) : melakukan gerakan tertentu secara

spontan dan automatis (Suharsimi Arikunto, 2007:124).

d. Menurut Elizabeth Simpson, dalam Nana Soidih th 2003, domain

psikomotor terbagi atas tujuh kategori, yaitu:

1) Persepsi

(42)

commit to user

memperoleh kesadaran akan suatu objek/gerakan dan

mengalihkannya ke dalam kegiatan/perbuatan.

2) Kesiapan (Set)

Aspek ini mengacu ada kesiapan memberikan respon secara

mental, fisik maupun perasaan untuk suatu kegiatan. Kesiapan fisik

dan mental pada saat seseorang sedang mengambil ancang-ancang

sebelum melakukan tindakan pada permainan bulutangkis,

misalnya, merupakan contoh dari aspek kesiapan (set) ini. Aspek

ini berada satu tingkat di atas persepsi.

3) Respons terbimbing

Aspek ini mengacu pada pemberian respons sesuai dengan contoh

perilaku /gerakan-gerakan yang diperlihatkan /

didemonstrasikan / sebelumnya.

4) Melanisme

Aspek ini mengacu pada keadaan di mana respons fisik yang

dipelajari telah menjadi kebiasaan.

5) Respons yang kompleks

Aspek ini mengacu pada pemberian respons atau penampilan

perilaku/gerakan yang cukup rumit dengan terampil dan efisien.

6) Adaptasi

Aspek ini mengacu pada kemampuan menyesuaikan respons atau

perilaku/gerakan dengan situasi yang baru.

(43)

commit to user

Aspek ini mengacu pada kemampuan menampilkan dalam arti

menciptakan perilaku/gerakan yang baru. (Nana Syaodih,

2003:75-76)

12.Penilaian Psikomotor

Untuk menilai ranah psikomotor atau kegiatan-kegiatan belajar

yang bersifat ketrampilan atau skill dengan cara observasi digunakan

sebagai teknik evaluasi untuk menilai kegiatan belajar tersebut (Nana

Sudjana, 2005:114). 2.8.1 Interpretasi data observasi

Menganalisis data observasi memerlukan waktu yang tidak lama

jika observasi yang dilakukan bertujuan untuk membandingkan

frekwensi-frekwensi kegiatan tertentu. Misalnya observasi yang dilakukan dalam

rangka evaluasi kegiatan-kegiatan praktek atau ketrampilan mahasiswa.

Dalam hal ini guru menggunakan teknik observasi yang disebut structured

observation, yaitu dengan menggunakan daftar isian atau rating scale.

Skala lanjutan berisikan seperangkat pernyataan karakteristik atau kualitas

dari suatu karakteristik atau kualitas dari suatu yang akan diukur beserta

pasangannya yang berbentuk semacam cara menilai yang menunjukkan

perangkat dari karakter atau kualitas yang dimiliki oleh suatu yang sedang

diukur. Rating scale terbagi menjadi dua bagian utama, yaitu:

1) Adanya pemyataan tentang keberadaann atau kualitas keberadaan dari

suatu unsur atau karakteristik tertentu.

(44)

commit to user antara lain adalah numerical rating scale.

Numerical rating scale adalah pernyataan tentang suatu

karakteristik atau kualitas tertentu dari suatu yang akan diukur

kebenarannya, yang diikuti oleh angka yang menunjukkan kualitas

keberadaan itu dengan kriteria penilaian numerik sebagai berikut:

Pernyataan 0 = Tidak dikerjakan sama sekali

1 = Bila hanya sedikit yang dilakukan

2 = Bila hanya sebagian yang dilakukan

3 = Bila dilakukan sepenuhnya namun tidak tepat

4 = Bila dilakukan sepenuhnya dengan tepat.

(Junaedi MS.,2006:5)

B. PENELITIAN YANG RELEVAN

Penelitan yang relevan dengan judul Pengaruh Penggunaan Metode

Konseptual dalam Bimbingan Praktek Klinik Keperawatan terhadap

Pencapaian Kompetensi yang dilakukan oleh Sri Enawati pada tahun 2008,di

Badan Rumah Sakit Sukoharjo dalam penelitian nya difokuskan pada

kompetensi praktek klinik Dengan metode konseptual dengan tehnik dan alat

pengumpulan data dengan melakukan uji tes, metode penelitian quasi

eksperimen,hasil penelitian metode konseptual berpengaruh secara siknifikan

(45)

commit to user Tabel 1 Penilian Metode Konseptual

No Aspek yang dinilai ( metode konseptual) di lahan praktek

Nilai rata-rata kel .kontrol Nilai rata-rata kel.experimen 1 2 3 4 5 Pengkajian Diagnose Keperawatan Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi 2.75 3.30 3.03 2.54 2.85 3.09 3.38 3.16 3.07 2.98

Sedang pada penelitain sebelumnya yang dilakukan oleh peneliti

sendiri dengan judul efektivitas bedside teaching terhadap kemampuan psikho

motor dengan metode pre eksperimen dengan desain one group pre post test di

RSUD Dr Harjono.S Ponorogo dengan hasil penelitian metode bed side

teacing sangat berpengaruh siknifikan terhadap psikomotor mahasiswa,

[image:45.595.130.513.142.591.2]

dengan hasil sebagai berikut :

Tabel 2. Penilaian psikomotor

No Tindakan kebidanan yang dinila (Metode Bedside

Teaching)

Hasil Pretest

Hasil Posttest

1 Vulva hygiene ;

a. Kategori penilaian acuan patokan (PAP)

b. kategori kompeten atau tidak kompeten

·Baik : 11 %

·Cukup ; 31 %

·Kurang; 17 %

·Gagal ; 41 %

·Kompeten : 11%

·Tidak Kompeten:89 %

Sangat baik:97% Cukup :3%

Kompeten :97 % Tidak : 3%

Mengingat dalam praktek klinik merupakan praktek Asuhan kebidanan

mahasiswa diberikan pengalaman yang komprehensif sehingga peserta didik

dapat lebih siap dan percaya diri dalam peran kemandirian,kolaborasi,serta

dalam merujuk dengan tepat dala manajemen kasus disemua tatanan

(46)

commit to user

aspek penilaian;aspek kognitif,aspek afektif,serta aspek psikomotor,dalam

praktek klinik mahasiswa diwajibkan dapat melakukan tindakan keperawatan

secara mandiri maka perlu pembimbingan yang lebih intensif supaya

mahasiswa kompeten dalam melakukan tindakan keperawatan maka pada

penelitian kali ini peneliti menyempurnakan penelitian sebelumnya dengan

menambah satu variable yaitu efektivitas bed side teacing terhadap tingkat

pengetahuan dan kemampuan psycho motor mahasiswa

C. KERANGKA BERPIKIR

Pengertian kerangka berfikir atau kerangka konsep adalah kerangka

hubungan antara konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian

yang akan dilakukan (Notoatmojo, 2002:69).

Pada kerangka konsep ini dijelaskan bahwa metode pembelajaran

(47)

commit to user

Kerangka Berfikir

Ceramah Demonstrasi Bermain Peran Sosio Drama Diskusi

Keterangan:

[image:47.595.112.500.123.694.2]

:yangditeliti : yang diteliti : tidak diteliti

Gambar .1: Kerangka Berpikir

Dosen PBM

Metode pembelajaran

Mahasiswa

STRATEGI PBM

LAB SKILL

Praktek klinik

afektif

Pre conferen Bed side teaching Post conferen

kognitif psikomotor

(48)

commit to user

D. Hipotesis:

1. Tingkat pengetahuan dan kemampuan psikomotor tentang prosedur

tindakan vulva hygiene masih kurang memadai sebelum Bet Side

Teaching.

2. Dengan bimbingan metode bedside teaching akan berpengaruh untuk

meningkatkan tingkat pengetahuan dan kemampuan psikomotor

mahasiswa dalam pelaksanaan tindakan vulva hygiene .

3. Tingkat pengetahuan dan kemampuan pskomotor bertambah setelah

diberikan bimbingan dengan metode bedside teaching dibandingkan

dengan sebelum diberikan bimbingan dengan metode bedside teaching

(49)

commit to user

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah pre eksperimen desain dengan rancangan

one group pre post test desain.Dilakukan dengan cara memberi pre test

(pengamatan awal ) terlebih dahulu sebelum diberikan intervensi(perlakuan)

,setelah itu diberi intervensi,kemudian dilakukan post test. (pengamatan

akhir). (Hidayat A.27 : 61 )

B. Kerangka Operasional

Penentuan subyek penelitian

[image:49.595.113.529.246.666.2]

7

Gambar 2. Kerangka kerja

Penentuan

Suubyek Penelitian

Pretest Melakukannpengamatan /pengukuran dengan checklist dan wawancara

Hasil pengamatan/pengukur

an dibandingkan antara sebelum dan sesudah perlakuan uji

dengan willcoxon Memberikan perlakuan

(bed side teaching)

(50)

commit to user

C. Populasi, Sampel dan Sampling

1. Populasi

Populasi penelitian adalah semua Mahasiswa DIII Kebidanan Bakti

Husada Mulia Madiun Semester II yang praktek klinik di R. Melati RSUD

Dr. Hariono S. Ponorogo sejumlah 40 orang.

2. Sampel

Sampel penelitian ini adalah mahasiswa DIII Kebidanan Semester

II jumlah 40 yang praktek klinik di ruang Melati RSUD Dr. Harjono S.

Ponorogo ,pengambilan sampel berdasarkan central limit

theorem,distribusi rata-rata sampel dari poulasi (semua sampel dengan

ukuran yang sama dari suatu poulasi) dengan ukuran 30 atau lebih

( n330) dianggap normal tidak perduli apakah ditribusinya normal atau

tidak (Kountur Rony;2005)

3. Tehnik Sampling

Sampling dengan tehnik random sampling pengambilan anggota

sampel dilakukan secara acak (Sugiyono 2008:82). Pada penelitian ini

dengan cara di undi, sejumlah 40 orang diambil 30 sebagai sampel

dilakukan observasi atau penelitian 5-6 orang setiap sift yang

diselenggarakan antara tanggal 28 -10-2010 s/d 28 -11 -2010.

D. Identifikasi Variabel

Pada penelitian ini variabelnya :

(51)

commit to user 2. Variabel dependen :

a. tingkat pengetahuan

b. psikomotor

E. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat : di Ruang melati , RSUD dr. Harjono, S. Ponorogo

(52)

commit to user

[image:52.595.117.531.151.529.2]

F. Definisi Operasional

Tabel 3.Definisi Operasional

Variabel Definisi Parameter Alat ukur Skala Skor Independen bed side Teaching pembelajaran disamping tempat tidur klien. - - - - 1.Dependen Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Tentang prosedur vulva Higiene

Segala sesuatu yang diketahu Diketahui oleh mahasiswa mengenai perawatan genetalia eksterna Wanita Pengertian,tujuan ,manfaat,tata Laksana,tanda- tanda patologis Pada genetalia Eksterna wanita

Kuesioner nominal Benar : 1 Salah : 0

Sangat baik 90-100% Baik 80-89 Cukup 65-79% Kurang55-65% 2.Dependen psikomotor Ketrampilan Perawatan vulva

hygiene pada ibunifas 1-3 hari dengan mendasarkan pada

ketuntasan mahasiswa.

Skala numerik Chek list Ordinal Sangat baik 90-100% Baik : 80-89% Cukup 65-79% Kurang 55-65% ≥80% : kompeten ≤80%;tdk kompeten

G. Instrumen Penelitian

Data hasil dari kuesioner kemudian dilakukan uji validitas dan reabilitas

dengan menggunakan skala ukur numerik alpha cronchbach = 0,75 %

menggunakan skala ukur numerik

Data hasil observasi menggunakan chek list kemudian dengan skala ukur

(53)

commit to user

H. Tehnik Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini adalah data hasil observasi di

kumpulkan kemudian dilakukan pengolahan data.

1. Editing

Memeriksa data yang telah terkumpul

2. Coding

Memberikan kode pada chek list dan keisioner dari hasil pra perlakuan dan

hasil post (setelah) perlakuan/observasi.

3. Data entry.

Memasukkan data dalam tabel distribusi

I. Analisa Data

Analisa data pada chek list dengan teknik scoring

N : X100%

SM SP

SP : Skor yang diperoleh

SM : Skor maksimal

N : Nilai persen yang diharapkan

Dengan data ordinal dengan kriteria penilaian

A Sangat Baik : 90-100%

B Baik : 80-89%

C Cukup : 65-79%

D Kurang : 55-65%

(54)

commit to user

patokan (PAP) dikatakan tuntas bila mendapat scor 80%. Kemudian dilakukan

analisa dengan -wilcoxon match pairs test tehnik ini digunakan menguji

signifikasi hepotesis komparatif dua sampel yang berkorelasi bila datanya

terbentuk ordinal (berjenjang). Sugiyono, 2004:45). Analisa dilakukan dengan

membandingkan tingkat pengetahuan dan kemampuan psikomotor mahasiswa

DIII sebelum dan sesudah diberikan pembelajaran bed side teaching bila

sampel pasangan lebih besar dari 25, maka distribusinya akan mendekati

distribusi normal, untuk itu digunakan rumus Z dalam pengujiannya.

T T T Z s m

-Dimana T : jumlah jenjang/rangking yang kecil

4 1) (n n

T= +

m

24

1) 1)(2n n(n

T= + +

s Dengan demikian 24 1) 1)(2n n(n 4 1) n(n -T T T -T Z + + + = s m

J. Prosedur Penelitian Di Lahan Praktek

1. Menentukan subyek penelitian semua mahasiswa D III Kebidanan yang

praktek klinik di R. Melati jumlah 30 orang.

2. Dalam melakukan penelitian, peneliti di bantu oleh para CI lainnya

(55)

commit to user

3. Para CI (Clinical Instruktur) dilatih/diberi arahan cara mengetahui

kemampuan psikomotor mahasiswa dengan menggunakan chek list.

4. Melakukan observasi/penilaian ranah psikomotor dengan chek list,serta

cara penilaian hasil kuesioner untuk ranah kognitif.

5. Melakukan pembimbingan dengan metode bed side teaching

6. Mengaalisa data.

K. Etika Tesis

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mengajukan permohonan

ijin kepada Direktur RSUD dr Harjono S. Ponorogo untuk mendapatkan

persetujuan. Kemudian mengadakan study pendahuluan penelitian dengan

menekankan pada masalah etika yang meliputi:

1. Informend Concent

Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden

penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed concent

tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan

lembar persetujuan untuk menjadi responden.

Tujuan informed concent adalah agar subyek mengerti maksud dan

tujuan penelitian yang akan dilakukan, bila calon responden bersedia

menjadi responden lembar persetujuan hams diisi dan ditanda tangani,

sedangkan bila menolak peneliti tidak berhak memaksa.

2. Anonimity

(56)

commit to user

mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data, cukup dengan

memberi kode nomor responden pada masing-masing lembar persetujuan.

3. Confidentiality/kerahasiaan

Informasi yang di dapat dari responden di jamin kerahasiaannya

oleh peneliti, hanya akan disajikan pada kelompok tertentu sebagai hasil

(57)

commit to user

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan tentang hasil penelitian untuk menjawab tujuan

penelitian tentang efektivitas metode pembelajaran bed side teaching terhadap

peningkatan pengetahuan dan kemampuan psikomotor mahasiswa DIII di

Lahan Praktek Ruang Melati RSUD Dr. Harjono S, SPOG Ponorogo.

Jumlah responden pada penelitian ini adalah 30 mahasiswa DIII Kebidanan

Akademi Kebidanan Bakti Husada Mulia Madiun. Dengan melakukan

penelitian ini diarahkan pada tingkat pengetahuan dan kemampuan psikomotor

mahasiswa dalam melakukan perasat vulva hygiene kepada ibu nifas. Setiap

mahasiswa dilakukan skoring atau dinilai dengan alat ukur berupa kuesioner

untuk mengukur tingkat pengetahuan dan cek list untuk mengukur

kemampuan pcychomotor yang telah terstandar untuk mahasiswa DIII

Kebidanan sebanyak dua kali penilaian yaitu pre dan post test bed side

teaching

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian

RSUD Dr. Harjono Ponorogo berada di Jalan Ciptomangunkusumo

82 Ponorogo, masuk wilayah kelurahan Keniten kecamatan Ponorogo.

RSUD Ponorogo memiliki ruang rawat sejumlah 11 ruang yaitu ruang

Mawar, Dahlia, Flamboyan, Anggrek, Delima, Melati, ICU, ICCU,

[image:57.595.125.515.251.488.2]
(58)

commit to user

merupakan rumah sakit tipe B, sehingga memungkinkan digunakan tempat

praktek bagi mahasiswa keperawatan maupun kebidanan. Mahasiswa yang

praktek di ruang Melati berasal dari intitusi pendidikan di wilayah Jawa

Timur dan Jawa Tengah. Selain itu RSUD Dr. Harjono merupakan rumah

sakit rujukan untuk rumah sakit swasta dan BPS yang berada di wilayah

Ponorogo dan rumah sakit pemerintah dari wilayah Kabupaten Pacitan,

Trenggalek, dan Wonigiri.

Ruang Melati merupakan ruang bersalin dengan jumlah persalinan

987 setahun dengan rincian persalinan patologis sejumlah 927 dan

fisiologis sejumlah 60. Kapasitas tempat tidur ruang Melati sejumlah 26

tempat tidur, BOR 72,32%, dan tenaga bidan sejumlah 21 orang. Tenaga

medis yaitu dokter spesialis Obsetri dan Ginekologi sejumlah 3 orang.

Jumlah mahasiswa yang melakukan praktek di Ruang Melati dalam

tahun 2010 adalah mahasiswa S1 Keperawatan sejumlah 63 mahasiswa,

DIII keperawatan dan kebidanan sejumlah 1123 mahasiswa.

Kompetensi yang harus dicapai oleh mahasiswa yang melakukan

praktek klinik di ruang Melati ditentukan oleh masing-masing institusi.

Para pembimbing lahan (bidan) mempunyai tanggung jawab memberikan

bimbingan kepada seluruh mahasiswa yang melakukan praktek. Peran

bidan sangat menentukan keberhasilan mahasiswa dalam memenuhi

kompetensi yang telah ditetapkan, sehingga dibutuhkan metode

pembelajaran yang sesuai. Metode pembelajaran klinik yang digunakan

(59)

commit to user

ruangan ditentukan oleh pihak rumah sakit dengan mempertimbangkan

strata pendidikan dan kemampuan pembimbing.

B. Hasil Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan metode pre eksperimen dengan

maksud untuk memperoleh gambaran mengenai pengaruh metode bed side

teaching terhadap pengetahuan dan psikomotor mahasiswa. Jumlah sampel

yang digunakan adalah 30 orang mahasiswa.

Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan dapat dibuat tabulasi

data hasil dari pengetahuan sebelum dan sesudah bed side teaching

sebagai berikut:

1. Tingkat pengetahuan sebelum dilakukan Bed side teaching

a. Distribusi frekuensi pengetahuan sebelum bedside teaching

[image:59.595.146.527.243.684.2]

dengan kategori ordinal.

(60)

commit to user

Berdasarkan gambar.3: didapatkan dari 30 responden hampir

setengahnya yaitu 12 responden (40%) pengetahuan dalam

kategori cukup.

2. Tingkat pengetahuan sesudah dilakukan bedside teaching

a. Distribusi frekuensi pengetahuan sesudah bed side teaching

dengan kategori ordinal.

Gambar 4. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan sesudah bedside teaching dengan kategori ordinal

Berdasarkan gambar 4 :didapatkan dari 30 responden hampir

seluruhnya yaitu 23 responden (77%) pengetahuan dalam kategori

sangat baik, dan tidak satupun (0%) yang mempunyai tingkat

[image:60.595.150.502.204.500.2]
(61)

commit to user

[image:61.595.114.526.164.488.2]

3. Pengaruh bed side teaching dalam peningkatan pengetahuan

Gambar 5. Grafik pengetahuan responden sebelum dan sesudah bed side teaching

Grafik di atas menunjukkan bahwa pengetahuan responden sesudah

diberikan pembelajaran dengan bed side teaching meningkat walaupun

masih ada yang tetap dan bahkan menurun. Hal tersebut membuktikan

bahwa pemberian metode bed side teaching memberikan pengaruh

terhadap peningkatan pengetahuan mahasiswa tentang vulva hygiene.

Hasil tersebut dikuatkan dengan hasil analisis statistic dengan

menggunakan uji wilcoxon. Uji wilcoxon bertujuan untuk mengetahui

apakah ada pengaruh metode bed side teaching terhadap peningkatan

pengetahuan mahasiswa tentang vulva hygiene. Adapun langkah-langkah

dalam perhitungan wilcoxon adalah sebagai berikut:

a. Menentukan hipotesa

Ho : Tidak ada pengaruh/beda pengetahuan sebelumdan sesudah bed side

(62)

commit to user

H1 : Ada pengaruh/beda pengetahuan mahasiswa sebelum dan sesudah

bed side teaching

b. Menentukan α dan P-Value dari hasil penelitian

Pada penelitian ini z hitung 4.165 (a) seperti pada lampiran 13 halaman

84 α = 0.05 dan P-Value uji statistic wilcoxon didapatkan 0.000

c. Membandingkan P-Value dengan α dan menarik kesimpulan

Untuk menolak H0 dan menerima H1 P-Value harus lebih kecil dari α.

Pada penelitian ini P-Value = 0.000 < α = 0.05 sehingga menolak Ho

dan menerima H1 artinya ada beda pengetahuan sebelum dan

sesudah diberikan bed side teaching.

4. Kemampuan psikomotor sebelum dilakukan Bed Side Teaching

a. Distribusi frekuensi kemampuan pcychomotor sebelum bed side

teaching dengan kategori ordinal.

Gambar 6. Distribusi frekuensi responden berdasarkan kemampuan

psikomotor sebelum bedside teaching dengan kategori

[image:62.595.134.512.223.694.2]
(63)

commit to user

Berdasarkan gambar 6 : didapatkan dari 30 responden hampir

seluruhnya yaitu 26 responden (87%) kemampuan psikomotor dalam

kategori kurang, dan 4 responden (13%) kategori gagal, tidak

satupun (0%) dalam kategori cukup, baik, dan sangat baik.

b. Distribusi frekuensi kemampuan psikomotor sebelum bed side

teaching dengan kategori kompeten

Gambar 7. Distribusi frekuensi responden berdasarkan

Gambar

Tabel 1. Penilaian Metode Konseptual ………………………………..
Tabel 2. Penilaian psikomotor
Gambar .1: Kerangka Berpikir
Gambar 2. Kerangka kerja
+7

Referensi

Dokumen terkait

Metode survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut,

Sedangkan sisa sianida pada singkong setelah beberapa cara pengolahan yang biasa dilakukan masyarakat Jember berturut- turut, kukus 45 persen, goreng 30 persen dan

Menurut McDavid dan Harari dikutip oleh Jalaludin Rakhmat dalam buku Psikologi Komunikasi, kohesivitas karyawan diukur: “ Ketertarikan anggota secara interpersonal pada

Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat: (1) bagi guru, dalam menggunakan media audio visual terhadap pembelajaran lompat jauh gaya jongkok, sehingga siswa lebih antusias

Tujuan dari penelitian ini adalah: Untuk mengetahui pengaruh metode perbedaan dengan Latihan Demonstrasi Terhadap Audiovisual Media Keterampilan Dasar Menguasai pada

Berdasarkan hasil perhitungan gabungan tingkat ketiga terhadap tujuan pada penelitian ini yaitu kritikalitas suku cadang kereta listrik, para ahli menilai bahwa

Hipotesis penelitian ini adalah adanya perbedaan perubahan kemampuan membaca tahap pemahaman bagi siswa kelas V Sekolah Dasar dengan yang menggunakan metode pembelajaran

Tujuan penelitian ini untuk menghitung biaya, penerimaan dan keuntungan usaha pengolahan petis, menganalisi besarnya tingkat efesiensi usaha pengolahan petis dan menghitung