AUDIT ENERGI PADA PENGOLAHAN TEH
DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII, PARAKAN SALAK, SUKABUMI
Oleh :
FAJAR EDY PURNOMO NRP: F01400015
2006
DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
AUDIT ENERGI PADA PENGOLAHAN TEH
DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII, PARAKAN SALAK, SUKABUMI
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapat Gelar Sarjana Teknik Pertanian
pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
FAJAR EDY PURNOMO NRP: F01400015
2006
DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
AUDIT ENERGI PADA PENGOLAHAN TEH
DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII, PARAKAN SALAK, SUKABUMI
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapat Gelar Sarjana Teknik Pertanian
pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
FAJAR EDY PURNOMO NRP: F01400015
Dilahirkan pada 3 September 1982 di Jakarta Tanggal lulus, Desember 2006
Bogor, Desember 2006 Menyetujui,
Ir. SRI ENDAH AGUSTINA, MS Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Fajar Edy Purnomo. F01400015. Audit Energi pada Pengolahan Teh Hitam di PT. Perkebunan Nusantara VIII, Parakan Salak, Sukabumi. Di bawah bimbingan Ir. Sri Endah Agustina, MS.
Ringkasan
Teh merupakan salah satu komiditas penghasil devisa bagi Indonesia. Pada tahun 1999 dan 2004, Indonesia tercatat sebagai negara eksportir teh terbesar kelima di dunia dengan volume ekspor 99847 ton pada tahun 1999 dan 98572 ton pada tahun 2004. PT. Perkebunan Nusatara (PTPN) VIII yang berstatus Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah salah satu pelaksana kegiatan negara yang berkaitan dengan perkebunan, pengolahan hingga perdagangan teh. Dalam tujuannya untuk menghasilkan devisa, PTPN VIII menemui banyak kendala yang diantaranya adalah belum membaiknya harga teh dunia dan kenaikan biaya produksi akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Berdasarkan Peraturan Presiden No. 55 tahun 2005, harga solar Industri naik hampir 3 kali lipat dari Rp. 2200,-/liter menjadi Rp. 6170,-/liter. Akibat naiknya harga BBM, komponen biaya produksi dari pos bahan bakar meningkat dari 15% menjadi 30%.
Salah satu langkah yang dapat digunakan untuk menekan biaya energi adalah dengan mengurangi input yang tidak diperlukan serta memperbaiki kinerja mesin dan proses pengolahan. Untuk mengetahui kondisi sistem pengolahan dan meningkatkan efisiensi penggunaan energi maka diperlukan analisa penggunaan energi melalui pelaksanaan audit energi.
Pada penelitian ini, audit global dilakukan dengan menganalisa data-data produksi dari tahun 2003-2005 sedangkan audit rinci dilakukan dengan pengamatan terhadap tahapan-tahapan produksi selama bulan Januari 2006. Untuk mendapatkan gambaran penggunaan energi secara lebih obyektif, dilakukan perbandingan hasil audit dengan 5 perkebunan lain yang sebelumnya telah diteliti (yaitu perkebunan Tehnusamba dan Jayanegara Indah yang merupakan perkebunan milik rakyat dan perkebunan Goalpara, Ciater serta Gedeh yang merupakan perkebunan negara). Kelima penelitian tersebut dilakukan pada rentang tahun 1997-2002.
Kegiatan produksi pucuk PTPN VIII, Parakan Salak terdiri dari pemeliharaan lahan dan pemetikan. Energi yang digunakan pada kegiatan pemeliharaan tanaman hingga pemetikan serta pengangkutan pucuk adalah dalam bentuk pupuk, pestisida, BBM (bensin dan solar) dan energi manusia.
Input energi terbesar dalam wujud pupuk yakni sebesar 19.04 MJ/Kg. Persentase energi terbesar kedua (41.66%) disumbangkan oleh BBM yakni sebesar 17.50 MJ/Kg teh. Aplikasi pestisida menyumbangkan nilai energi paling kecil yakni 1.05 MJ/Kg teh. Konsumsi total energi manusia adalah 1.25 MJ/Kg teh dan konsumsi energi listrik adalah 3.18 MJ/Kg teh.
Kegiatan pemetikan merupakan pengguna energi manusia terbesar yaitu sebesar 0.96 MJ/Kg teh sedangkan input energi manusia di pabrik hanya 0.06 MJ/Kg teh. Tahap pengeringan membutuhkan energi BBM yang terbesar yaitu sebesar 14.94 MJ/Kg teh dan untuk keperluan pembangkit listrik diperlukan energi BBM sebesar 3.50 MJ/Kg teh. Input energi BBM pada tahapan pemeliharaan tanaman menghasilkan dan pemetikan pucuk adalah 0.29 MJ/Kg teh serta untuk transportasi pucuk adalah 2.09 MJ/Kg teh. Energi BBM yang diberikan pada tahap pelayuan, berdasarkan data tahun 2003-Maret 2005, adalah 0.19 MJ/Kg teh. Konsumsi energi listrik di pabrik 3.18 MJ/Kg teh dengan porsi terbesar ditempati oleh tahapan pelayuan dan penggilingan CTC-fermentasi dengan nilai masing-masing adalah 1.03 dan 1.12 MJ/Kg teh.
Tahapan produksi yang kurang efisien adalah transportasi pucuk dan pengeringan. Rasio jarak terhadap volume BBM perkebunan selama tiga tahun terakhir adalah 4.24, 3.6 dan 3.79 Km/l dan rasio BBM terhadap pucuknya adalah 0.02 l/Kg pucuk. Dengan mesin pengolah dan kapasitas produksi yang tidak berbeda jauh, konsumsi energi Parakan Salak hampir 2 kali lipat dari Ciater. Ini mengindikasikan bahwa konsumsi solar pada tahapan pengeringan di Parakan Salak lebih boros. Nilai rataan efisiensi pengeringan FBD dan VFBD pabrik adalah 9.75 dan 11.83%. Selain itu, pengepakan adalah tahapan yang relatif rendah produktifitasnya akibat rata-rata jam kerja yang hanya 4 jam/hari.
Riwayat Hidup
Penulis dilahirkan pada tanggal 3 September 1982 di Jakarta dari orang tua bernama Suparmo (Alm.) dan Nur Kawit. Penulis adalah anak bungsu dari 2 bersaudara. Pendidikan dasar penulis di tempuh di SDN 012, Jakarta Selatan pada tahun 1988 sampai 1994 lalu dilajutkan melanjutkan ke SLTPN 96, Jakarta Selatn dan lulus pada tahun 1997. Penulis lulus dari SMUN 70, Jakarta Selatan pada tahun 2002 dan diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI di Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil ‘alamin, segala puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah menganugerahkan karunia-Nya sehingga Penulis
dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Audit Energi Pada Pengolahan Teh Di PT.
Perkebunan Nusantara VIII, Parakan Salak, Sukabumi”. Skripsi ini disusun
berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada bulan Desember 2005-Januari
2006 di Perkebunan Parakan Salak, Sukabumi. Pada kesempatan ini, Penulis ingin
berterima kasih kepada :
1. Keluarga Penulis (Ibu dan Mas Bayu) yang telah memberi doa yang tak
putus-putus serta sokongan materil
2. Ir. Sri Endah A, MS. sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktu dan pikiran serta kesabarannya dalam membimbing Penulis
3. Dr. Ir. Edy Hartulistiyoso, M.Si. dan Dr. Ir. Sutrisno, MS. Sebagai dosen
penguji atas masukan-masukannya yang berharga
4. Ir. Tedy Surahman sebagai administratur perkebunan Parakan Salak,
Bapak Pur, Bapak Syarif, Bapak Wahyu, Bapak Sopian, Bapak Isep
beserta staf yang tidak dapat satu per satu atas kesempatan yang diberikan
dan bantuan-bantuannya
5. Bapak Kholik dan keluarga juga Mas Warto atas perbincangan yang
bernas dan inspiratif-motivatifnya
6. Teman-teman satu perjuangan (Kak Ade, Gangsar, Kang Dayat, Tarwin
dan Zulkipli) atas perhatiannya
7. Teman-teman di Surau Camp (Mas Ahmad, Jepri, Endar, Budi) yang terus
memberi perhatian dan dorongan
Dengan segala kerendahan hati dan ketulusan hati, Penulis menyadari
banyaknya kekurangan yang terdapat dalam laporan tugas akhir ini. Semoga
laporan tugas akhir ini dapat berguna bagi yang memerlukannya.
Bogor, Desember 2006
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI... ii
DAFTAR TABEL... iv
DAFTAR GAMBAR... v
DAFTAR LAMPIRAN... vi
DAFTAR ISTILAH..... vii
I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG ... 1
B. TUJUAN ... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA A. TANAMAN TEH. ... 3
B. PENGOLAHAN TEH... 4
C. PRODUKSI TEH HITAM DI PTPN VIII PARAKAN SALAK .. 5
C.1 Produksi Pucuk... 6
C.2 Pengangkutan Pucuk... 10
C.3 Pengolahan Pucuk... 10
D. ENERGI UNTUK MEMPRODUKSI TEH HITAM... 14
D.1 Energi Langsung... 15
D.2 Energi Tidak Langsung... 16
D.3 Hasil Penelitian tentang Kebutuhan Energi di Beberapa Perkebunan... 17
E. METODE AUDIT... 19
III. METODE PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN... 20
B. BAHAN DAN ALAT ... 20
C. PENDEKATAN MASALAH DAN BATASAN SISTEM... 20
D. PARAMETER PENGUKURAN ... 22
E. METODE PENGAMBILAN DATA... 23
E.2 Data Primer... 24
F. PERHITUNGAN DATA DAN ANALISA... 26
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL AUDIT DAN PERBANDINGANNYA... 32
B. PELUANG DAN USAHA KONSERVASI ENERGI... 43
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN... ... 52
B. SARAN... ... 54
VI. DAFTAR PUSTAKA... 55
DAFTAR TABEL
Nomor Teks Halaman
1 Tujuh afdelling di PTPN VIII Parakan Salak ... 6
2. Kebutuhan energi manusia pada beberapa kegiatan pertanian ... 15
3. Nilai kalor beberapa jenis bahan bakar ... 15
4. Input energi untuk menghasilkan beberapa macam pupuk ... 16
5. Kebutuhan energi untuk memproduksi beragam pestisida ... 17
6. Input energi pada lima perkebunan teh ... 18
7. Hubungan antara variabel faal dengan fenomena metabolisme tubuh ... 24
8. Nilai energi manusia pada berbagai kegiatan produksi teh hitam... 24
9. Perbandingan konsumsi energi antar perkebunan... 34
10. Input energi pada tiap tahapan produksi teh hitam di Parakan Salak... 34
11. Kebutuhan energi manusia... 36
12. Input energi manusia tahunan untuk berbagai unit kegiatan kebun... 37
13. Kebutuhan energi BBM di Parakan Salak ... 39
14. Perbandingan konsumsi energi BBM oleh mesin pengering ... 42
15. Kebutuhan energi listrik di Parakan Salak ... 43
AUDIT ENERGI PADA PENGOLAHAN TEH
DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII, PARAKAN SALAK, SUKABUMI
Oleh :
FAJAR EDY PURNOMO NRP: F01400015
2006
DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
AUDIT ENERGI PADA PENGOLAHAN TEH
DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII, PARAKAN SALAK, SUKABUMI
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapat Gelar Sarjana Teknik Pertanian
pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
FAJAR EDY PURNOMO NRP: F01400015
2006
DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
AUDIT ENERGI PADA PENGOLAHAN TEH
DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII, PARAKAN SALAK, SUKABUMI
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapat Gelar Sarjana Teknik Pertanian
pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
FAJAR EDY PURNOMO NRP: F01400015
Dilahirkan pada 3 September 1982 di Jakarta Tanggal lulus, Desember 2006
Bogor, Desember 2006 Menyetujui,
Ir. SRI ENDAH AGUSTINA, MS Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Fajar Edy Purnomo. F01400015. Audit Energi pada Pengolahan Teh Hitam di PT. Perkebunan Nusantara VIII, Parakan Salak, Sukabumi. Di bawah bimbingan Ir. Sri Endah Agustina, MS.
Ringkasan
Teh merupakan salah satu komiditas penghasil devisa bagi Indonesia. Pada tahun 1999 dan 2004, Indonesia tercatat sebagai negara eksportir teh terbesar kelima di dunia dengan volume ekspor 99847 ton pada tahun 1999 dan 98572 ton pada tahun 2004. PT. Perkebunan Nusatara (PTPN) VIII yang berstatus Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah salah satu pelaksana kegiatan negara yang berkaitan dengan perkebunan, pengolahan hingga perdagangan teh. Dalam tujuannya untuk menghasilkan devisa, PTPN VIII menemui banyak kendala yang diantaranya adalah belum membaiknya harga teh dunia dan kenaikan biaya produksi akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Berdasarkan Peraturan Presiden No. 55 tahun 2005, harga solar Industri naik hampir 3 kali lipat dari Rp. 2200,-/liter menjadi Rp. 6170,-/liter. Akibat naiknya harga BBM, komponen biaya produksi dari pos bahan bakar meningkat dari 15% menjadi 30%.
Salah satu langkah yang dapat digunakan untuk menekan biaya energi adalah dengan mengurangi input yang tidak diperlukan serta memperbaiki kinerja mesin dan proses pengolahan. Untuk mengetahui kondisi sistem pengolahan dan meningkatkan efisiensi penggunaan energi maka diperlukan analisa penggunaan energi melalui pelaksanaan audit energi.
Pada penelitian ini, audit global dilakukan dengan menganalisa data-data produksi dari tahun 2003-2005 sedangkan audit rinci dilakukan dengan pengamatan terhadap tahapan-tahapan produksi selama bulan Januari 2006. Untuk mendapatkan gambaran penggunaan energi secara lebih obyektif, dilakukan perbandingan hasil audit dengan 5 perkebunan lain yang sebelumnya telah diteliti (yaitu perkebunan Tehnusamba dan Jayanegara Indah yang merupakan perkebunan milik rakyat dan perkebunan Goalpara, Ciater serta Gedeh yang merupakan perkebunan negara). Kelima penelitian tersebut dilakukan pada rentang tahun 1997-2002.
Kegiatan produksi pucuk PTPN VIII, Parakan Salak terdiri dari pemeliharaan lahan dan pemetikan. Energi yang digunakan pada kegiatan pemeliharaan tanaman hingga pemetikan serta pengangkutan pucuk adalah dalam bentuk pupuk, pestisida, BBM (bensin dan solar) dan energi manusia.
Input energi terbesar dalam wujud pupuk yakni sebesar 19.04 MJ/Kg. Persentase energi terbesar kedua (41.66%) disumbangkan oleh BBM yakni sebesar 17.50 MJ/Kg teh. Aplikasi pestisida menyumbangkan nilai energi paling kecil yakni 1.05 MJ/Kg teh. Konsumsi total energi manusia adalah 1.25 MJ/Kg teh dan konsumsi energi listrik adalah 3.18 MJ/Kg teh.
Kegiatan pemetikan merupakan pengguna energi manusia terbesar yaitu sebesar 0.96 MJ/Kg teh sedangkan input energi manusia di pabrik hanya 0.06 MJ/Kg teh. Tahap pengeringan membutuhkan energi BBM yang terbesar yaitu sebesar 14.94 MJ/Kg teh dan untuk keperluan pembangkit listrik diperlukan energi BBM sebesar 3.50 MJ/Kg teh. Input energi BBM pada tahapan pemeliharaan tanaman menghasilkan dan pemetikan pucuk adalah 0.29 MJ/Kg teh serta untuk transportasi pucuk adalah 2.09 MJ/Kg teh. Energi BBM yang diberikan pada tahap pelayuan, berdasarkan data tahun 2003-Maret 2005, adalah 0.19 MJ/Kg teh. Konsumsi energi listrik di pabrik 3.18 MJ/Kg teh dengan porsi terbesar ditempati oleh tahapan pelayuan dan penggilingan CTC-fermentasi dengan nilai masing-masing adalah 1.03 dan 1.12 MJ/Kg teh.
Tahapan produksi yang kurang efisien adalah transportasi pucuk dan pengeringan. Rasio jarak terhadap volume BBM perkebunan selama tiga tahun terakhir adalah 4.24, 3.6 dan 3.79 Km/l dan rasio BBM terhadap pucuknya adalah 0.02 l/Kg pucuk. Dengan mesin pengolah dan kapasitas produksi yang tidak berbeda jauh, konsumsi energi Parakan Salak hampir 2 kali lipat dari Ciater. Ini mengindikasikan bahwa konsumsi solar pada tahapan pengeringan di Parakan Salak lebih boros. Nilai rataan efisiensi pengeringan FBD dan VFBD pabrik adalah 9.75 dan 11.83%. Selain itu, pengepakan adalah tahapan yang relatif rendah produktifitasnya akibat rata-rata jam kerja yang hanya 4 jam/hari.
Riwayat Hidup
Penulis dilahirkan pada tanggal 3 September 1982 di Jakarta dari orang tua bernama Suparmo (Alm.) dan Nur Kawit. Penulis adalah anak bungsu dari 2 bersaudara. Pendidikan dasar penulis di tempuh di SDN 012, Jakarta Selatan pada tahun 1988 sampai 1994 lalu dilajutkan melanjutkan ke SLTPN 96, Jakarta Selatn dan lulus pada tahun 1997. Penulis lulus dari SMUN 70, Jakarta Selatan pada tahun 2002 dan diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI di Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil ‘alamin, segala puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah menganugerahkan karunia-Nya sehingga Penulis
dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Audit Energi Pada Pengolahan Teh Di PT.
Perkebunan Nusantara VIII, Parakan Salak, Sukabumi”. Skripsi ini disusun
berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada bulan Desember 2005-Januari
2006 di Perkebunan Parakan Salak, Sukabumi. Pada kesempatan ini, Penulis ingin
berterima kasih kepada :
1. Keluarga Penulis (Ibu dan Mas Bayu) yang telah memberi doa yang tak
putus-putus serta sokongan materil
2. Ir. Sri Endah A, MS. sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktu dan pikiran serta kesabarannya dalam membimbing Penulis
3. Dr. Ir. Edy Hartulistiyoso, M.Si. dan Dr. Ir. Sutrisno, MS. Sebagai dosen
penguji atas masukan-masukannya yang berharga
4. Ir. Tedy Surahman sebagai administratur perkebunan Parakan Salak,
Bapak Pur, Bapak Syarif, Bapak Wahyu, Bapak Sopian, Bapak Isep
beserta staf yang tidak dapat satu per satu atas kesempatan yang diberikan
dan bantuan-bantuannya
5. Bapak Kholik dan keluarga juga Mas Warto atas perbincangan yang
bernas dan inspiratif-motivatifnya
6. Teman-teman satu perjuangan (Kak Ade, Gangsar, Kang Dayat, Tarwin
dan Zulkipli) atas perhatiannya
7. Teman-teman di Surau Camp (Mas Ahmad, Jepri, Endar, Budi) yang terus
memberi perhatian dan dorongan
Dengan segala kerendahan hati dan ketulusan hati, Penulis menyadari
banyaknya kekurangan yang terdapat dalam laporan tugas akhir ini. Semoga
laporan tugas akhir ini dapat berguna bagi yang memerlukannya.
Bogor, Desember 2006
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI... ii
DAFTAR TABEL... iv
DAFTAR GAMBAR... v
DAFTAR LAMPIRAN... vi
DAFTAR ISTILAH..... vii
I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG ... 1
B. TUJUAN ... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA A. TANAMAN TEH. ... 3
B. PENGOLAHAN TEH... 4
C. PRODUKSI TEH HITAM DI PTPN VIII PARAKAN SALAK .. 5
C.1 Produksi Pucuk... 6
C.2 Pengangkutan Pucuk... 10
C.3 Pengolahan Pucuk... 10
D. ENERGI UNTUK MEMPRODUKSI TEH HITAM... 14
D.1 Energi Langsung... 15
D.2 Energi Tidak Langsung... 16
D.3 Hasil Penelitian tentang Kebutuhan Energi di Beberapa Perkebunan... 17
E. METODE AUDIT... 19
III. METODE PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN... 20
B. BAHAN DAN ALAT ... 20
C. PENDEKATAN MASALAH DAN BATASAN SISTEM... 20
D. PARAMETER PENGUKURAN ... 22
E. METODE PENGAMBILAN DATA... 23
E.2 Data Primer... 24
F. PERHITUNGAN DATA DAN ANALISA... 26
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL AUDIT DAN PERBANDINGANNYA... 32
B. PELUANG DAN USAHA KONSERVASI ENERGI... 43
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN... ... 52
B. SARAN... ... 54
VI. DAFTAR PUSTAKA... 55
DAFTAR TABEL
Nomor Teks Halaman
1 Tujuh afdelling di PTPN VIII Parakan Salak ... 6
2. Kebutuhan energi manusia pada beberapa kegiatan pertanian ... 15
3. Nilai kalor beberapa jenis bahan bakar ... 15
4. Input energi untuk menghasilkan beberapa macam pupuk ... 16
5. Kebutuhan energi untuk memproduksi beragam pestisida ... 17
6. Input energi pada lima perkebunan teh ... 18
7. Hubungan antara variabel faal dengan fenomena metabolisme tubuh ... 24
8. Nilai energi manusia pada berbagai kegiatan produksi teh hitam... 24
9. Perbandingan konsumsi energi antar perkebunan... 34
10. Input energi pada tiap tahapan produksi teh hitam di Parakan Salak... 34
11. Kebutuhan energi manusia... 36
12. Input energi manusia tahunan untuk berbagai unit kegiatan kebun... 37
13. Kebutuhan energi BBM di Parakan Salak ... 39
14. Perbandingan konsumsi energi BBM oleh mesin pengering ... 42
15. Kebutuhan energi listrik di Parakan Salak ... 43
DAFTAR GAMBAR
Nomor Teks Halaman
1. Bagan pengelompokan kegiatan produksi pucuk... .. 6
2. Proses pengolahan teh hitam... 10
3. Gambar withering through danmonoreltengah beroperasi ... 11
4. Salah satu jenis Fluidized Bed Dryer... 12
5. Salah satu jenis coveyor... 13
6. Salah satu jenis tea packer... 13
7. Bagan alir proses dan aliran energi pada tahapan produksi teh hitam di PTPN VIII Parakan Salak ... 14
8. Batasan sistem yang diaudit ... 21
9. Nilai input energi pada produksi teh hitam di PTPN VII, Parakan Salak.. 33
10. Diagram rekuperator tipe radiasi... .... 47
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Ringkasan data perkebunan tahun 2003-2005... 58
Lampiran 2. Ringkasan data suhu ruang giling dan fermentasi ... 59
Lampiran 3. Ringkasan data suhu bubuk teh di bagian akhir fermentasi ... 60
Lampiran 4. Ringkasan data pengambilan suhu ruang dan mesin pengering… 61
Lampiran 5. Jumlah HK tenaga pemetik tahun 2003-2005 ... . 62
Lampiran 6. Ringkasan data pengambilan suhu ruang pelayuan ... 63
Lampiran 7. Data hasil perhitungan konsumsi energi-Pengamatan 1... 65
Lampiran 8. Data hasil perhitungan konsumsi energi-Pengamatan 2... 67
Lampiran 9. Data hasil perhitungan konsumsi energi-Pengamatan 3... 69
Lampiran 10. Data konsumsi energi listrik di pabrik pengamatan hari ke-1 ... 71
Lampiran 11. Data konsumsi energi listrik di pabrik pengamatan hari ke-2 ... 74
Lampiran 12. Data konsumsi energi listrik di pabrik pengamatan hari ke-3 ... 77
Lampiran 13. Konsumsi energi manusia tahunan untuk berbagai unit kegiatan kebun ... 80
Lampiran 14. Perhitungan energi pindah panas konduksi pada FBD/VFBD exhaust ducting……….. 81 Lampiran 15. Rasio jarak tempuh truk pucuk terhadap BBM tahun 2003-2005. 82
Lampiran 16. Contoh perhitungan efisiensi mesin pengeringan... 83
Lampiran 17. Ringkasan hasil perhitungan efisiensi mesin pengering... 84
Lampiran 18. Data kalibrasi termometer penelitian dengan termometer standar. 85
Lampiran 19. Contoh perhitungan laju pelayuan WT... 86
DAFTAR ISTILAH
Audit energi Pendugaan alran energi dalam suatu sistem yang ditujukan untuk mencari peluang penghematan biaya
Afdelling Satuan area yang membentuk perkebunan. Luas unit area ini bervariasi bergantung lokasi kebun dan kebijakan pihak perkebunan
Ajir Garis tanam yang biasanya dibentuk dengan cara menggali tanah
BBC Bahan bakar yang berupa cangkang dan serabut
sawit
Burner Alat yang dirancang untuk membakar bahan bakar di bawah kondisi yang terkontrol
Conveyor Sabuk lebar berjalan yang digerakkan oleh elektromotor dan digunakan untuk memindahkan benda
Ducting Saluran atau cerobong untuk menyalurkan udara dalam sistem tata udara
Duster Alat penambah kelembaban yang menyemprotkan air ke arah kipas elektromotor yang berputar sehingga cairan mengabut
Embodied energy Jumlah keseluruhan energi baik langsung atau tidak langsung yang diperlukan untuk memproduksi barang atau jasa
Evaporatif cooling Penurunan suhu yang diakibatkan penguapan cairan
Faktor daya (Cos θ) Perbandingan antara daya nyata dengan daya semu (daya semu = tegangan x arus)
Gas buangan Campuran gas-gas hasil pembakaran / udara terpanaskan yang keluar dari tungku atau ruang pengering
Heat exchanger Alat yang digunakan untuk memindahkan energi panas dari aliran panas ke aliran dingin
Humidifier Alat penambah kelembaban yang mengabutkan air melalui nosel semprot dengan bantuan kompresor udara
IDO/Internal Diesel Oil Minyak diesel
Jalan Makadam Jalan dari bongkahan-bongkahan batu yang ditata dengan cara ditanam ke dalam tanah
Kepel ceuli Satu helai daun betepi licin yang tumbuh dari mata tunas
Kepel licin Daun-daun yang tumbuh setelah kepel ceuli
Kuncup peko Kuncup daun yang masih menggulung dan diliputi bulu-bulu halus
Konsumsi energi spesifik Besarnya energi yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit produk atau jasa
Lampu TL Jenis lampu berbentuk tabung yang cahayanya dihasilkan oleh interaksi muatan listrik dalam gas yang diisikan dalam tabung tersebut sehingga menghasilkan sinar ultra ungu yang kemudian akan memendarkan bahan pelapis tabung
Main fan Kipas sentrifugal yang digunakan untuk menghisap udara yang telah dipanaskan menuju mesin pengering
Misicible oil Memiliki campuran minyak dan bersifat dapat dikabutkan
Penyulaman Penggantian tanaman yang mati atau tidak lagi produktif dengan tanaman baru
Peak hour Periode dimana penggunaan listrik sedang tinggi Power factor penalty Denda yang dikenakan perusahaan listrik akibat
faktor daya pabrik lebih rendah dari ketentuan Rekuperator Alat penukar panas yang menggunakan prinsip
perpindahan kalor melalui media perantara dimana bagian dingin dipanaskan secara konduksi oleh bagian panas. Umumnya sumber panasnya adalah gas buangan
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Teh merupakan salah satu komiditas penghasil devisa bagi Indonesia
yang telah dibudidayakan sebagai tanaman perkebunan sejak tahun 1824.
Pada tahun 1999 dan 2004, Indonesia tercatat sebagai negara eksportir teh
terbesar kelima di dunia dengan volume ekspor sebesar 99847 ton (8 persen
dari total perdagangan teh) pada tahun 1999 dan 98572 ton pada tahun
2004. Nilai ekspor ini turun menjadi 78219 ton pada tahun 2005. Teh
diekspor dalam dua bentuk yaitu teh hitam dan teh hijau. Sekitar 70 sampai
80 persen ekpor teh Indonesia berupa teh hitam sedangkan sisanya dalam
bentuk teh hijau maupun teh Oolong. Pabrik pengolahan teh hitam yang
sekarang beroperasi sebanyak 33 buah yaitu terdiri dari pabrik orthodoks
dengan kapasitas produksi 53380 ton/tahun dan pabrik CTC dengan
kapasitas 21370 ton/tahun. Kegiatan negara yang berkaitan dengan
perkebunan, pengolahan teh hingga perdagangannya salah satunya dilakukan
oleh PT. Perkebunan Nusatara (PTPN) VIII yang berstatus Badan Usaha
Milik Negara (BUMN).
PTPN VIII, sebagaimana BUMN lainnya, didirikan dengan tujuan
menghasilkan laba untuk kepentingan negara. Dalam tujuannya tersebut,
badan usaha ini mengalami banyak kendala yang diantaranya adalah harga
teh dunia yang belum akan menunjukkan perbaikan serta kenaikan biaya
produksi akibat kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) terutama solar.
Berdasarkan Peraturan Presiden No. 55 tahun 2005, harga solar untuk
masyarakat yang awalnya Rp. 2100,-/liter menjadi Rp. 4300,-/liter
sedangkan untuk Industri, termasuk PTPN VIII, naik hampir 3 kali lipat dari
Rp. 2200,-/liter menjadi Rp. 6170,-/liter mulai tanggal 1 November 2005.
Alasan kenaikan harga BBM mulai bulan Oktober 2005 tersebut adalah
tingginya harga minyak dunia yang menyebabkan semakin tingginya beban
subsidi harga BBM yang akan ditanggung pemerintah. Kenaikan biaya
variabel produksi ini semakin mempersulit posisi perkebunan dan industri
bakar meningkat dari 15% menjadi 30%. Tanpa adanya peninjauan ulang
terhadap keseluruhan biaya produksi maka kehancuran usaha agribisnis teh
pun semakin nyata (Tim PTPN IV Medan, 2005).
Dalam rangka menghadapi persaingan pasar global, Indonesia dituntut
untuk memenuhi syarat-syarat perdagangan internasional. Dua persyaratan
diantaranya adalah produk harus bersifat green product dalam artian harus ramah lingkungan dalam hal produksinya dan memiliki harga pokok
produksi yang kompetitif. Harga pokok produksi antara lain dipengaruhi
oleh biaya energi. Salah satu langkah yang dapat digunakan untuk menekan
biaya energi adalah dengan mengurangi input yang tidak diperlukan dan
dengan memperbaiki kinerja mesin serta peralatan pengolahan. Audit energi
merupakan salah satu metode untuk mengetahui kondisi sistem pengolahan
secara keseluruhan dan melakukan analisa penggunaan energi pada sistem
produksi tersebut.
B. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Melakukan audit energi pada pengolahan teh di PT. Perkebunan
Nusatara VIII, Parakan Salak, Sukabumi dengan keluaran:
a. Mengetahui bentuk dan jumlah energi yang dibutuhkan pada tiap
tahapan proses produksi teh
b. Mengetahui besar konsumsi energi spesifik untuk memproduksi
satu satuan produk
c. Mengetahui efisiensi penggunaan energi dan mengidentifikasi
tahapan proses produksi yang kurang efisien
2. Melakukan analisa perbandingan hasil audit tersebut dengan hasil audit
di perkebunan teh lain sehingga diperoleh penilaian yang obyektif dan
alternatif tindakan yang diperlukan guna meningkatkan efisiensi proses
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. TANAMAN TEH
Secara botani tedapat dua jenis tanaman teh (Camelia tea Link.) yaitu Thea sinensis dan Thea assamica. Varietas yang banyak ditanam di Indonesia adalah sinensis. Tanaman teh merupakan perdu berkayu. Sistem perakarannya tunggang dengan akar cabang yang jarang. Daunnya adalah
daun tunggal yang bergerigi dan bertulang daun menyirip. Bulu-bulu halus
terdapat pada daun yang masih muda dan hilang setelah tua (Setiawati dan
Nasikun., 1991). Pada ketiak daun tanaman teh terdapat sebuah mata tunas yang akan tumbuh membentuk sehelai daun bertepi licin. Helai ini
dinamakan kepel ceuli. Seluruh helai daun yang muncul setelahnya disebut kepel licin. Kuncup daun yang masih menggulung dan diliputi bulu dinamakan kuncup peko sedangkan ranting tempat tumbuhnya kuncup disebut ranting peko. Bila pucuk peko tidak dipetik maka ranting akan
tumbuh sampai memiliki 4-8 helai daun untuk kemudian memasuki fase
dorman. Ranting yang tidak memiliki kuncup peko disebut sebagai ranting
burung dan mata tunas yang tidak membentuk kuncup disebut kuncup
burung. Bagian tanaman yang dipetik adalah kuncup daun, ranting tua dan
daun muda (Ghani, 2002).
Bunga teh adalah bunga tunggal dengan kelopak bunga 5-6 helai.
Warna mahkota bunga putih dan berjumlah 6 helai. Benang sarinya banyak
sedang bakal buah hanya satu yang terdiri atas tiga ruang bakal buah. Buah
teh adalah buah kotak yang memiliki 12-18 bakal biji namun yang
berkembang, maksimal hanya 3 biji ( Eden, 1958).
Menurut Adisewodjo (1982), teh dapat tumbuh dengan baik di
daerah beriklim tropis maupun subtropis dengan rentang suhu 15-30oC.
Jenis tanah yang baik ditanami teh adalah tanah andosol, latosol dan
beberapa jenis laterit. Teh menyukai tanah dengan derajat keasamaan
kurang dari 5.5. Tanaman ini memiliki produktivitas yang baik di daerah
B. PENGOLAHAN TEH
Terdapat tiga jenis teh yang dihasilkan di Indonesia yaitu teh hitam,
teh hijau dan teh Oolong. Ketiga jenis teh tersebut dibedakan berdasar
sistem pengolahannya. Teh hitam merupakan hasil pengolahan melalui
proses fermentasi sedangkan teh wangi merupakan hasil dari pengolahan
teh hijau lebih lanjut. Teh hijau sendiri diolah tanpa melalui proses
fermentasi.
Secara umum di pabrik, pucuk teh dikenakan berbagai proses
sebelum dapat dikonsumsi. Tahap pertama pada pembuatan teh hitam
adalah pelayuan pucuk teh untuk mengurangi kadar air pucuk. Pelayuan
dilakukan dengan menghembuskan udara baik udara dengan suhu ruang
maupun udara panas ke hamparan daun (Baruah dan Bhattacharyya, 1996).
Proses pelayuan dilakukan hingga kadar air 66-74%. Umumnya, proses
pelayuan dilakukan selama 12-16 jam dengan tiga perlakuan yang meliputi
penghamparan, pembalikan dan turun layu. Perubahan kimia yang terjadi
selama pelayuan diantaranya adalah terjadinya kenaikan aktivitas enzim,
terurainya protein menjadi asam amino bebas dan terbentuknya asam
organik. Perubahan fisik yang terjadi adalah melemasnya daun (Pusat
Penelitian Teh dan Kina Gambung, 1994).
Pucuk yang telah layu kemudian dikenakan proses penggilingan.
Penggilingan bertujuan antara lain untuk menggulung dan mengecilkan
ukuran pucuk, mengeluarkan cairan sel dan untuk memperolah bubuk
basah sebanyak mungkin. Tahap ini mengakibatkan daun memar dan
dinding sel rusak sehingga menciptakan kondisi yang memungkinkan
reaksi antara enzim oksidase dengan polifenol terjadi optimal. Lama
penggilingan bagi pabrik di dataran rendah berkisar 25-40 menit dan di
dataran tinggi berkisar 40-70 menit (Pusat Penelitian Teh dan Kina
Gambung, 1994).
Tahap selanjutnya adalah fermentasi yang bersifat opsional
tergantung jenis teh yang diinginkan. Fermentasi teh merupakan proses
oksidasi senyawa polifenol dengan bantuan enzim oksidase sehingga
teharugbin. Proses biokimia ini bergantung pada kadar air, suhu, kadar
enzim dan substrat. Kelembaban ruang fermentasi dijaga agar tetap 90%
dengan suhu maksimal sebesar 38oC. Daun teh terfermentasi selanjutnya
dikeringkan hingga kadar airnya 2.5-3.5% agar masa simpan lebih lama
dan agar enzim-enzim yang meyebabkan fermentasi polifenol tidak aktif.
Selama pengeringan, lapisan gel pektin pada pemukaan daun akan
mengering. Mesin pengering yang biasa digunakan adalah Endless Chain Pressure (ECP) dan Fluidized Bed Dryer (FBD) (Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung, 1994).
Akhir proses pengolahan adalah sortasi dan pengepakan dimana teh
dipisahkan menurut jenis dan mutu sesuai selera pasar. Penggunaan
mesin-mesin pengayak dalam tahap ini dibedakan menurut pola geraknya. Jenis
mesin-mesin itu meliputi rotating shifter yang gerakannya berputar horizontal, reciprocating shifter yang gerakannya maju-mundur dan vibrating shifter yang bergerak dan bergetar naik-turun. Untuk memisahkan batang-batang tua dan serat-serat batang biasa digunakan
electrostatic stalk separator sedangkan untuk memisahkan partikel menurut berat jenisnya digunakan mesin winnower. Mesin-mesin tersebut akan menghasilkan 3 golongan teh yaitu teh daun, teh remuk dan teh
bubuk. Penyimpanan teh yang terlah disortasi ini biasanya menggunakan
peti-peti miring stainless steel. Pengepakan teh yang memadai adalah pengepakan yang memperhatikan kadar air agar tidak lebih tinggi dari 5%
(Setiawati dan Nasikun, 1991).
C. PRODUKSI TEH HITAM DI PTPN VIII PARAKAN SALAK
Areal perkebunan PTPN VIII Parakan Salak terbagi atas tujuh
afdelling dengan total areal tanam keseluruhan adalah 1579.50 hektar. Nama dan luas tiap afdelling dapat dilihat pada Tabel 1. Jumlah pucuk yang dihasilkan pada tahun 2005 adalah 10021557 kilogram dan produksi
teh hitamnya adalah 2138599 kilogram. Teh yang ditanam berasal dari dua
klonal yakni TRI 2024 (52.3%), TRI 2025 (47.5%) dan dari benih
Tabel 1. Tujuh afdelling di PTPN VIII Parakan Salak Nama Luas (ha) Persentase Tahun tanam
Cikareo 257.39 16.11 1974,1985,1986,1991
Kalorama 237.99 14.89 1985,1986
Sukaati 186.61 11.68 1986
Melani 179.51 11.23 1986,1991,1992
Royom 300.33 18.80 1986,1987,1990,1991,1992,1993 Pasra 208.87 13.07 1987,1988,1990,1991,1992,1993 Cipma 226.80 14.19 1986,1988,1989,1991,1992,1993
Sumber: PTPN VIII Parakan Salak
Proses produksi teh hitam di PTPN VIII Parakan Salak dapat dibagi
menjadi tiga kelompok kegiatan yaitu produksi pucuk, pengangkutan dan
pengolahan pucuk teh.
C.1. Produksi Pucuk
Produksi pucuk yang dimaksud di sini meliputi pemeliharaan
kebun dan pemetikan. Perkebunan Parakan Salak dalam upaya
memproduksi pucuk tidak melakukan pembibitan namun bibit-bibit
didatangkan dari kebun induk maupun kebun seinduk. Menurut data
perkebunan tahun 2003-2005, seluruh kegiatan pemeliharaan kebun
yang dilakukan digolongkan ke dalam kegiatan pemeliharaan tanaman
menghasilkan (TM).
Gambar 1. Bagan pengelompokan kegiatan produksi pucuk.
Pemeliharaan TM
Pemeliharaan jalur produksi, jalan kebun pemeliharaan
dan drainase
Perawatan tanaman (pemberantasan gulma & hama-penyakit, pemupukan, pemangkasan, penggarpuan, penggosokan lumut)
Produksi pucuk
Pemetikan pucuk
Penanaman 1. Penyulaman teh
C.1.1 Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan
Secara umum kegiatan pemeliharaan TM ini meliputi tiga
kelompok besar, yaitu pemeliharaan jalur produksi, jalan kebun serta
drainase, perawatan tanaman dan penanaman.
C.1.1.1 Pemeliharaan jalur pemetikan, jalan kebun dan drainase Pemeliharaan jalur pemetikan dilakukan dengan
menggunakan golok dan cangkul untuk membersihkan semak
belukar yang tumbuh menghalangi jalan para pemetik.
Pemeliharaan jalan kebun beraspal dilakukan dengan menjaga air
tidak menggenangi permukaan jalan dan menambal
kerusakannya sedangkan jalan Makadam dipelihara dengan
mengeraskan permukaannya sehingga bebatuan menopang bobot
truk tidak tergelicir dan menimbun cekungan-cekungan yang
terbentuk. Pemeliharaan drainase atau disebut juga merorak
dilakukan untuk menjaga kesuburan tanah dengan menahan air
limpasan hujan yang membawa lapisan subur tanah ataupun
pupuk. Perorakan dilakukan secara manual dengan cangkul.
kegiatan ini dilakukan saat diperlukan.
C.1.1.2 Perawatan Tanaman a. Pemberantasan Gulma
Gulma yang menggangu pertumbuhan tanaman
menghasilkan (TM) dibasmi secara manual dengan kored maupun secara kimiawi dengan hand spayer maupun motor spayer. Rasio kegiatan pengendalian gulma manual dengan pengendalian kimiawi adalah 60 berbanding 40. Herbisida yang
digunakan di kebun Parakan Salak antara lain Round up 480 AS,
Eagle IPA 480 AS, Touch down, Kleen up 480 AS dan Sun up.
Dosis herbisida yang digunakan adalah 1 liter per hektar lahan.
Selain dengan bahan kimia, pertumbuhan gulma dapat dihambat
dengan mengonggokkan ranting-ranting bekas pangkasan
b. Pemupukan
Jenis pupuk yang digunakan perkebunan Parakan Salak
adalah urea, TSP, KCl, Kieserite, ZA, dan PHE. Pupuk daun
yang digunakan adalah ZnSO4, greener dan bayfolan. Pengaplikasian pupuk untuk lahan dilakukan dengan
menguburkannya di sekeliling pangkal tanaman sedangkan
pupuk daun diaplikasikan setelah dilarutkan dengan air dan
disemprotkan dengan motor spayer. c. Pemberantasan Hama-Penyakit
Hama yang paling banyak menyerang di Parakan Salak
adalah Helopeltis antonii. Pestisida yang digunakan untuk memberantas hama adalah Poksindo 200 EC, Lebaycid 500 EC,
Supracide 400 EC, Buldik 250 EC dan Confidor 200 SL dengan
konsentrasi 2 ml/liter dan disemprotkan dengan back pack spayer berkapasitas 10 liter atau dengan mist duster dengan kapasitas tangki 14 liter. Fungisida yang digunakan adalah Cuprovit dan
Nordox
d. Pemangkasan
Pemangkasan bertujuan untuk mempertahankan ketinggian
tanaman, memacu pertumbuhan pucuk, menekan pertumbuhan
bunga dan buah serta menyehatkan tanaman (Pethyagoda, (1964)
dalam Soraya, (2004). Kebun Parakan Salak melakukan
pemangkasan batang awal pada tanaman setelah berumur 3 tahun
yang dilakukan dengan golok maupun dengan mesin pangkas.
Mesin yang digunakan bermerek KAAZ tipe TL dengan
kapasitas pangkas 4 patok per hari (1 patok seluas 400 m2).
e. Penggarpuan dan penggosokan lumut
Penggarpuan dilakukan dengan membongkar lapisan tanah
di sekeliling tanaman teh untuk memperbaiki struktur dan tekstur
lumut yang disebut juga kerik simbar dilakukan setelah pemangkasan. Lumut-lumut yang tumbuh menumpang pada
batang tanaman dikelupas sehingga batang tanaman tidak lapuk.
Penggosokan dilakukan dengan pisau secara hati-hati.
C.1.1.3 Penanaman
Kegiatan penanaman dibagi menjadi dua yaitu penanaman
ulang/penyulaman teh dan penanaman pohon pelindung.
Penyulaman tanaman teh dilakukan untuk menggantikan
tanaman tanaman-tanaman tua yang tidak lagi produktif atau
mati akibat hama-penyakit serta kekeringan. Penyulaman
tersusun atas tiga kegiatan yaitu pengajiran yaitu pembuatan
ajir/garis tanam, pembuatan lubang dan pemindahan tanaman
dari polybag ke lubang tanam.
Penanaman pohon pelindung tidak hanya dilakukan pada
tahun pertama budidaya namun tetap dilakukan selama masa
produktif tanaman teh yang bisa mencapai 50-100 tahun. Pohon
pelindung berfungsi untuk menaungi tanaman teh dari terik
matahari juga untuk menghindarkan dari kebekuan di malam
hari. Umumnya pohon pelindung berumur tidak lebih dari 6-9
tahun sehingga perlu diadakan peremajaan. Pohon penaung yang
ditanam antara lain berjenis silver oak (Grevillia robusta) lamtoro (Leucaena sp.) dan saga (Adenanthera microsperma). C.1.2 Pemetikan
Pemetikan di perkebunan Parakan Salak dilakukan setiap hari
dengan frekuensi petik satu kali di pagi hari. Gilir petik yang
diterapkan adalah 7 atau 8 hari (Soraya, 2004). Pada musim tumbuh
pucuk hasil petik yang didapat berkisar 25-50 kilogram pucuk per
hari per orang sedangkan pada musim kemarau, hasil petik hanya
berkisar 4-20 kilogram pucuk per hari per orang. Setelah pemetikan,
berfungsi sebagai tempat penimbangan. Pemetikan pucuk dengan
mesin petik telah diujicobakan dengan tujuan ekonomisasi biaya
tenaga pemetik.
C.2 Pengangkutan Pucuk
Pucuk hasil pemetikan yang ditimbang dengan timbangan
gantung kemudian diangkut ke pabrik dengan truk-truk yang
beratapkan plastik terpal. Pucuk diangkut dalam wadah wearing plastik yang tidak kokoh. Setiap afdelling, diberi jatah truk pengangkut sejumlah 2 buah.
C.3 Pengolahan pucuk
Proses pengolahan yang dilakukan di Parakan Salak ditujukan
untuk menghasilkan teh hitam kualitas ekspor dengan sistem CTC
(Cutting, Tearing and Curling). Tahapan pengolahan teh sistem CTC di pabrik ditunjukkan oleh Gambar 2.
Gambar 2. Bagan alir pengolahan pucuk teh menjadi teh hitam.
C.3.1 Pelayuan
Pelayuan di pabrik perkebunan Parakan Salak dilakukan
dengan 33 unit withering through dan 1 unit monorail (Gambar 3). Kapasitas isian tiap withering through berkisar 1000-1800 kilogram
Pelayuan
Penggilingan CTC
Fermentasi
Pengeringan
Sortasi
pucuk dengan ketinggian awal beber 30-45 sentimeter. Udara
pelayuan adalah udara dangan suhu ruang karena heat exchanger tidak lagi digunakan akibat mahalnya harga IDO/solar. Tiap
withering through tersusun atas 9 bagian dengan ukuran per bagian 2.44 x 1.8 m2. Lama pelayuan adalah 12-28 jam dengan kadar air
yang dikehendaki berkisar 66-71% dan kerataan layuan minimal
80%.
Sumber: http://www.denverhughes.net
Gambar 3. Gambar withering through danmonorailtengah beroperasi.
C.3.2 Penggilingan CTC
Di pabrik, pucuk layu mengalami 3 kali penggilingan dengan 3
mesin CTC yang dirangkai seri. Sebelum digiling pucuk layu
dipisahkan dengan benda-benda asing dengan mesin Green Leaf Shifter dan dipotong-potong terlebih dulu dengan Barbora leaf conditioner. Selama proses penggilingan suhu ruang (fermentasi dan penggilingan dilakukan di satu ruang) dijaga suhunya dalam rentang
20-28oC dan kelembabannya berkisar 90-98% dengan bantuan 2
humidifier dan 7 pengabut. C.3.3 Fermentasi
dalam rentang 6-10 sentimeter dengan bilah perata. Bubuk teh basah
juga mengalami pembalikan dan pemecahan gumpalan oleh ball breaker.
C.3.4 Pengeringan
Pabrik Parakan Salak memiliki dua jenis mesin pengering
yakni Vibrating Fluidized Bed Dryer dan Fluidized Bed Dryer (Gambar 4). Perbedaannya hanya terletak pada mekanisme
pengadukan bubuk teh yang sedang dikeringkan. Suhu udara
pengering memiliki rentang 100-125oC dan suhu udara yang keluar
dari pengering 90-105oC. Lama pengeringan berkisar antara 12-18
menit. Kadar air teh hitam jadi yang dikehendaki adalah 1.5-3.0 %.
Sumber: http://www.chemicals-technology.com
Gambar 4. Fluidized Bed Dryer.
C.3.5 Sortasi
Sortasi kering di pabrik teh Parakan Salak menghasilkan
bubuk dengan mutu yang berbeda-beda antara lain BP1, PF1, PD,
Dust 1, Dust 2, Fanning 1, Fanning 2, BMI dan Pluff. Proses
pemutuan dimulai dengan mesin middleton yang memiliki 2 ayakan dengan ukuran mesh 10 dan 8. Bubuk yang lolos dari kedua ayakan
bubuk yang tertahan di middleton akan dihancurkan dengan mesin crusher dan akan dimasukkan lagi ke middleton. Di bagian akhir sortasi, pemutuan tidak dilakukan dengan mesin chouta shifter karena telah rusak.
C.3.6 Pengemasan
Pengemasan dimulai dengan memindahkan bubuk teh dari tea bin ke tea bulker untuk diaduk hingga homogen melalui conveyor (Gambar 5). Setelah itu digunakan tea packer (Gambar 6) untuk mengisikan bubuk teh ke dalam paper sack. Bubuk yang telah dikemas lalu dipadatkan dengan tea sack packer lalu dipadatkan dengan bag shaper.
Sumber: http://www.chemicals-technology.com
Gambar 5. Conveyor.
Sumber: http://www.denverhughes.net
D. ENERGI UNTUK MEMPRODUKSI TEH HITAM
Bidang pertanian maupun industri pengolahan selalu membutuhkan
input energi untuk menjalankan proses yang ada di dalam sistemnya. Pertanian
modern merupakan suatu proyek padat energi dikarenakan penggunaan
mesin-mesin, peralatan mekanik, pupuk dan senyawa kimia sintetik yang semakin
instensif. Menurut dampak yang diberikan terhadap sistem, input energi dapat
dikelompokkan menjadi input energi langsung dan input energi tidak
langsung. Masukan energi pada tiap tahapan produksi teh hitam di sajikan
pada Gambar 7 berikut.
Alat atau Mesin Tahapan Input Energi
Gambar 7. Bagan alir proses dan aliran energi pada tahapan produksi teh hitam di PTPN VIII, parakan salak Cangkul, pisau, sprayer,
kored, mesin pangkas
Mesin petik, Wearing plastik
Truk
Withering trough, monorel, bangku pengangkut
GLS, BLC, CTC triplex, CFU, conveyor
VFBD, FBD, conveyor, heat exchanger
Pengemasan Middleton, vibroblank,
vibromesh, conveyor, winnower, chrusher, chouta shifter
Tea bin, tea bulker, conveyor, tea packer, tea sack packer, bag shaper
D.1 Energi Langsung
Energi langsung, menurut Abdullah et al. (1998) adalah energi yang digunakan secara langsung pada produksi suatu produk. Sumber energi
langsung yang diberikan pada industri teh adalah bahan bakar, listrik dan
tenaga manusia. Di banyak wilayah pertanian, terutama di negara
berkembang, produksi bahan pertanian masih bergantung pada tenaga
manusia. Kebutuhan energi manusia dalam melakukan beberapa aktivitas
fisik ditunjukkan pada Tabel 2 dan nilai kalor beberapa bahan bakar yang
biasa digunakan sebagai sumber panas diberikan pada Tabel 3.
Tabel 2. Kebutuhan energi manusia pada beberapa kegiatan pertanian
Kegiatan Kkal/mnt MJ/jam
Membersihkan semak 6.1 1.532
Menanam 3.2 0.803
Menyiangi rumput 6.1 1.532
Pemanenan 4.9 1.230
Aplikasi pestisida 6.9 1.733
Pengolahan tanah mekanis 4.2 1.055
Pengolahan tanah manual 6.9 1.733
Memupuk 6.9 0.502
Mengukur/mengukur 2.0 1.532
Membuat drainase dan jalan 6.1 1.532
Sumber: Stout (1990) dalam Sholahudin (1999)
Tabel 3. Nilai kalor beberapa jenis bahan bakar (MJ/unit)
Sumber Unit Energi Energi produksi Nilai kalor
Bensin liter 32.24 8.08 40.32
Solar liter 38.66 90.12 47.78
Minyak bakar liter 26.10 6.16 32.26
Gas alam m3 41.38 8.07 49.45
Batu bara keras Kg 30.23 2.36 32.59
Kayu keras Kg 19.26 1.44 20.70
Kayu lunak Kg 17.58 1.32 18.90
Listrik KWh 3.60 8.39 11.99
D.2 Energi Tidak Langsung
Energi tidak langsung adalah energi yang tidak secara langsung
dipergunakan untuk menghasilkan produk atau materi. Bowers (1991)
menyatakan bahwa istilah energi tidak langsung bila dikaitkan dengan mesin
pertanian dan implemennya maka istilah tersebut mencakup energi untuk
manufaktur, transportasi dan perbaikan alat. Menurut Fluck (1991), embodied energy/sequestered energy menyatakan jumlah keseluruhan energi baik langsung ataupun tidak langsung yang diperlukan untuk menghasilkan barang
atau jasa. Pada beberapa penelitian, energi yang digunakan untuk transportasi
dan distribusi terkadang diperhitungkan.
Besarnya kebutuhan energi untuk menghasilkan tiap unit pupuk sintesis
agak sulit ditentukan dikarenakan prosesnya yang rumit. Tabel 4. menyajikan
jumlah energi yang diperlukan untuk menghasilkan beberapa macam pupuk.
Tabel 4. Input energi untuk menghasilkan beberapa macam pupuk (MJ/Kg)
Jenis pupuk Energi untuk Produksi
Energi untuk Transportasi
Energi untuk Distribusi
Total
Fosfat batuan 1.67 - 3.77 5.44
Super fosfat 2.51 0.84 6.28 9.63
TSP 9.21 0.84 2.51 12.56
Amonium nitrat 58.18 2.09 1.26 61.53
Urea 56.93 1.67 1.26 59.86
Sumber: Davis (1977) dalam Pimentel (1980) dalam Somantri (2002)
Proses produksi pestisida bersifat energi-intensif karena menggunakan
banyak input energi fosil pada area produksi maupun distribusinya.
Sumber-sumber energi yang dilibatkan dalam produksi pestisida dapat dikelompokkan
menjadi sumber energi langsung dan sumber energi tidak langsung. Sumber
energi tidak langsung mencakup listrik, gas, uap dan petroleum yang
digunakan langsung untuk proses pemanasan, pengadukan, destilasi, filtrasi,
dan proses lainnya. Green (1987) dalam Helsel (1991) memberikan perkiraan
jumlah energi yang dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah pestisida,
Tabel 5. Kebutuhan energi untuk memproduksi beragam pestisida (GJ/ ton)
Energi tidak langsung Energi langsung Jenis
Nafta Gas Soda Minyak bakar
Listrik Uap
Total
Herbisida
MCPA 53.5 12.0 - 12.6 27.5 22.3 130 2,4-D 39.0 - - 9.0 23.0 16.0 85 2,4,5-T 43.0 23.0 - 2.0 42.0 25.0 135
Dicamaba 69.0 73.0 - 4.0 96.0 53.0 295
Chloramben 92.0 29.0 - 5.0 44.0 - 170
Insektisida
Parathion 35.0 23.1 5.2 1.6 57.1 16.0 138
Malathion 62.0 41.2 - 6.1 92.1 27.4 229
Carbaril 11.0 48.0 26.0 1.0 54.0 13.0 153 Carbofuran 137.0 63.0 1.0 44.0 127.0 82.0 454
Metil Parathion
37.0 24.0 6.0 2.0 73.0 18.0 160
Fungisida
Ferbam 42.0 3.0 - 13.0 23.0 61
Maneb 27.0 23.0 8.0 9.0 25.0 7.0 99
Captan 38.0 14.0 - - 52.0 11.0 115
Benomyl 86.7 71.2 - 14.3 121.2 103.6 397
Sumber: Green (1987) dalam Helsel (1991)
D.3 Hasil Penelitian tentang Kebutuhan Energi di Beberapa Perkebunan Pada rentang periode 1999 sampai 2003 telah terdapat beberapa
penelitian yang berkaitan dengan perhitungan input energi langsung dan tidak
langsung pada industri teh di Jawa Barat. Sumber energi langsung yang
digunakan pada industri tersebut adalah listrik, bahan bakar minyak (BBM)
dan manusia. Input energi pupuk dan pestisida dihitung berdasarkan nilai
embodied energy-nya. Tabel 6 memberi gambaran tentang lima penelitian mengenai pola kebutuhan energi di lima perkebunan teh. Tiga perkebunan
(PTPN VIII Goalpara, PTPN VIII Ciater dan PTPN VIII Gedeh) pada
penelitian-penelitian yang telah dilakukan tergabung dalam lingkup PTPN
VIII sedangkan dua perkebunan lainnya yaitu perkebunan Tehnusamba dan
Tabel 6. Input energi pada lima perkebunan teh (MJ/Kg teh kering)
Input energi Tehnusamba, Cianjur1) Pupuk 16.66315 27.12300 11.5766 26.72782 24.40571 Pestisida 0.13231 0.91100 1.5500 0.45950 1.62514 Tenaga kerja 0.33584 0.05654 0.3304 0.00536 2.52057
BBM 21.40698 21.85500 28.4339 22.83160 14.42654
Listrik 11.27622 5.22600 5.5882 4.44900 10.31297
Kapasitas (Kg teh/hari)
4950 7920 2310 11550 8910
Sumber: 1) Kartikasari (2002) 2) Somantri (2002)
Perbedaan konsumsi energi per kilogram teh hitam yang besar antar
perkebunan-perkebunan tersebut antara lain disebabkan jenis alat dan mesin
yang digunakan, ketersediaan pucuk di perkebunan yang berhubungan erat
dengan luas tanamam produktif, perbedaan pola aplikasi pupuk dan pestisida
serta perbedaan kebijaksanaan perkebunan. Menurut Somantri (2002), luas
areal tanaman teh perkebunan Gedeh adalah 641.8 ha sedangkan luas
produktif-efektifnya adalah 590.3 ha. Menurut Kartikasari (2002), luas areal
tamanan teh perkebunan Ciater adalah 1275 ha sedangkan luas TM
perkebunan Goalpara dan luas TM pada perkebunan Assam-Jayanegara
menurut Mulyawan (1997) dan Santoso (1999), berturut-turut, adalah 945.22
ha dan 346.26 ha. Produksi pucuk dan teh hitam rata-rata tahunan di
perkebunan Ciater, menurut Kartikasari (2002) adalah 13137665 Kg pucuk/
tahun dan 2924064.2 Kg teh/tahun. Produksi pucuk dan teh rata-rata tahunan
di perkebunan Gedeh menurut Somantri adalah 5472957 Kg pucuk/tahun dan
1232558.3 Kg teh/tahun sedangkan nilai keduanya menurut menurut
Mulyawan (1997) dan Santoso (1999), berturut-turut, adalah 8641337 Kg
pucuk/tahun dan 1957691.2 Kg teh/tahun serta 1514178.8 Kg pucuk/tahun dan
326605.75 Kg teh/tahun.
Perbedaan penggunaan mesin dan alat pengolahan antar perkebunan,
paling tidak, dapat terlihat dari perbedaan penggunaan mesin pengering.
dikontinu (memakai baki fermentasi) sedangkan perkebunan Tehnusamba dan
Ciater menggunakan FBD untuk pengeringan bubuk teh. Pada penelitian di
kebun Goalpara, Jayanegara, Ciater dan Gedeh, tenaga manusia pada
pengangkutan tidak dilibatkan dalam perhitungan sedangkan menurut
Kartikasari (2002), penelitian di perkebunan Tehnusamba mengikutkan tenaga
manusia pada pengangkutan pucuk.
E. METODE AUDIT
Audit energi, menurut Slesser (1983), didefinisikan sebagai pendugaan
atau penentuan laju aliran energi yang terjadi di dalam suatu proses produksi
dan biasanya dilakukan untuk mencari peluang ekonomisasi biaya. Menurut
Turner (1982), terdapat tiga aktivitas utama yang dilakukan dalam audit
energi. Ketiga aktivitas tersebut adalah penganalisaan sumber energi pabrik,
penganalisaan penggunaan energi dan evaluasi serta pencarian peluang
konservasi energi. Prosedur terpenting dalam proses audit adalah
pengumpulan data yang biasanya memerlukan penentuan neraca massa dan
neraca energi suatu sistem ataupun peralatan. Penentuan kedua neraca
merupakan alat yang penting dalam pengevaluasian keefektifan penggunaan
energi dan pengidentifikasian aktivitas penghematan yang dapat dilakukan.
Audit energi dapat dibedakan menjadi dua yakni audit umum dan audit
rinci. Audit umum menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai besarnya biaya
energi, adakah peningkatan biaya tersebut, apakah energi merupakan fraksi
biaya yang penting dan tentang kecenderungan naik atau turunnya biaya
energi. Audit rinci bertujuan untuk mencari tahu mengenai penggunaan
spesifik energi dan untuk melakukannya perlu dilakukan analisa pada pola
III. METODE PENELITIAN
A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian dilakukan mulai akhir bulan Desember 2005 sampai dengan
bulan Januari 2006. Pengamatan proses pemeliharaan tanaman belum
menghasilkan hingga pemetikan di lakukan di kebun Sukaati dan Kalorama.
Pengambilan data dilakukan di pabrik dan di bagian administrasi PTPN VIII
Parakan Salak, Sukabumi.
B. BAHAN DAN ALAT
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pucuk teh segar,
pucuk layu, pucuk tergiling, bubuk terfermentasi dan teh hitam di pabrik
PTPN VIII, Parakan Salak. Peralatan-peralatan yang diamati adalah Withering trough (WT), mesin pengering (FBD dan VFBD) dan elektromotor-elektromotor penggerak mesin-mesin yang ada di pabrik.
Alat-alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data adalah: stop watch, KWh-meter, voltmeter, tang ampere, 2 termometer alkohol bola basah-bola kering, 1 termometer raksa, anemometer, Halogen moisture analyzer HG53 dan termokopel inlet dan outlet pada mesin pengering.
C. PENDEKATAN MASALAH DAN BATASAN SISTEM
Sistem produksi merupakan sistem yang komplek. Oleh karena itu, di
dalam penelitian ini hanya bagian sistem tertentu saja yang akan dianalisa.
Sistem produksi yang dianalisa mencakup penyulaman, pemeliharaan tanaman
menghasilkan, pemetikan, transportasi pucuk dan kegiatan pengolahan teh.
Batasan sistem dapat dilihat pada diagram pada Gambar 8.
Batasan sistem yang dibuat dalam penelitian ini, antara lain:
1. Seluruh kegiatan yang dilakukan di kebun teh dan berhubungan langsung
dengan tanaman maupun pucuk hasil dilibatkan dalam analisa energi
2. Nilai input energi dari sinar matahari yang diserap oleh tanaman tidak
Mesin
danperalatan
Keterangan:
Batasan proses =
Batasan sistem =
Aliran bahan =
Energi langsung =
Energi tidak langsung =
Embodied energy mesin/peralatan =
Gambar 8. Batasan sistem yang diaudit.
3. Seluruh input energi tenaga kerja yang terkait langsung dengan proses
produksi diperhitungkan (termasuk supir truk), kecuali pegawai
administrasi dan petugas keamanan.
Pemeliharaan TM
Pemetikan pucuk
Pengangkutan
Pelayuan
Penggilingan CTC
Fermentasi
Pengeringan
Manusia
Listrik 1. PLN 2. Genset Bahan Bakar
Pupuk Pestisida
Sortasi
4. Setiap tahapan produksi teh dianggap merupakan tahapan produksi yang
dapat diisolasi satu dengan lainnya
5. Semua kegiatan di kebun maupun di pabrik dianggap berjalan kontinu dan
mengikuti jadwal kegiatan perusahaan
6. Penerangan ruang produksi saat produksi diperhitungkan dalam analisa
7. Nilai input energi untuk kegiatan-kegiatan di kebun diambil dari
nilai-rata-rata input selama tahun 2003-2005, kecuali tenaga pemetikan
8. Embodied energy untuk perbaikan dan manufaktur mesin-mesin/peralatan-peralatan tidak diperhitungkan karena tidak ada data yang dapat dirujuk
9. Embodied energy pupuk diperhitungkan seluruhnya kecuali jika tidak diperoleh data yang dianggap valid.
D. PARAMETER PENGUKURAN
Parameter-parameter yang digunakan adalah:
1. Kebutuhan tenaga manusia
Variabel-variabel yang diperlukan untuk menghitung kebutuhan
tenaga manusia meliputi jam kerja pada setiap tahapan proses, nilai unit
energi tenaga manusia per kegiatan, hari orang kerja (HOK) harian atau
tahunan, jumlah produksi pucuk segar dan teh hitam hasil.
2. Kebutuhan bahan kimia tambahan
Bahan kimia tambahan yang dimaksud adalah pestisida, pupuk,
herbisida dan herbisida. Variabel-variabel yang diperlukan untuk
mengukur parameter ini adalah konsumsi bahan kimia tahunan, nilai unit
energi bahan kimia dan produksi pucuk segar tahunan.
3. Kebutuhan bahan bakar
Kebutuhan bahan bakar yang dimaksud meliputi kebutuhan bahan
bakar kebun, transportasi pucuk dan pengolahannya. Variabel-variabel
yang diperlukan adalah konsumsi tiap jenis bahan bakar, efisiensi alat
pengkonversi, nilai kalor bakar bahan, jumlah produksi pucuk dan
4. Kebutuhan energi listrik
Variabel-variabel yang diperlukan untuk parameter ini adalah jumlah
dan jenis alat pengkonversi energi listrik, spesifikasi nominal, lama
operasi, efisiensi konversi, tegangan, arus kerja dan faktor daya.
5. Efisiensi pengeringan mesin pengering
Variabel-variabel yang diperlukan dalam penentuan efisiensi mesin
pengering adalah suhu dan kelembaban ruang pengering, kadar air bubuk
basah di fermentasi akhir dan bubuk teh kering, debit udara pengering dan
nilai konsumsi solar mesin pengering.
E. METODE PENGAMBILAN DATA
Data-data yang diambil dikelompokan ke dalam data primer dan data
sekunder. Variabel-varibel yang diperlukan diambil dengan cara sebagai
berikut:
E1. Data Sekunder
Data-data sekunder yang diambil meliputi:
1. Data-data produksi tahun 2003-2005
Data-data produksi tahun 2003-2005 yang akan diambil adalah
jumlah HOK dan jam kerja tahunan, konsumsi BBM, pupuk, bahan
kimia tambahan untuk pemeliharaan tanaman menghasilkan, luas area
menghasilkan, jumlah produksi pucuk dan teh hitam serta konsumsi
energi listrik tahunan.
2. Data-data teknis energi
Data debit alir udara yang memasuki mesin pengering diambil dari
spesifikasi teknis main fan yaitu sebesar 15000 cfm. Data nilai kalor bahan bakar diambil dari Cervinka (1980) dalam Pimentel (1991); Nilai
embodied energy pupuk diambil dari Davis (1977) dalam Pimentel (1980) dalam Somantri (2002) dan nilai embodied energy herbisida, insektisida dan herbisida berdasarkan Pimentel (1980) dalam Pimentel
melakukan berbagai kegiatan produksi diambil dari Stout (1990) dalam
Sholahudin (1999) dan Cahyono (1999).
Tabel 7. Hubungan antara variabel faal dengan fenomena metabolisme tubuh
Beban kerja Denyut /
Sangat berat 150-175 10.0-12.5 2.515-3.140 Luar biasa berat >175 >12.5 >3.140
Sumber: Malcolm (1990) dalam Cahyono (1999)
Tabel 8. berikut ini menunjukkan nilai-nilai energi manusia yang
digunakan pada perhitungan dan analisa.
Tabel 8. Nilai energi manusia pada berbagai kegiatan produksi teh hitam (MJ)/jam
Kegiatan Energi Keterangan
1. Pemeliharaan jalan 1.532 Membuat drainase dan jalan, Stout (1990)
2. Pengerasan jalan produksi 1.532 Membuat drainase dan jalan, Stout (1990)
3. Pemeliharaan saluran air 1.532 Membuat drainase dan jalan, Stout (1990)
4. Penyiangan 1.532 Menyiangi rumput, Stout, (1990)
5.Pemupukan 0.502 Memupuk, Stout (1990)
6. Pemangkasan 1.256 Batas bawah aktivitas sedang, Malcolm (1990) dalam Cahyono (1999)
7. Penggarpuan 0.628 Batas bawah aktivitas ringan, Malcolm (1990) dalam Cahyono (1999)
8. Penggosokan lumut 0.502 Memupuk, Stout (1990)
9. Perorakan 1.733 Pengolahan tanah manual, Stout (1990)
10. Pemupukan organik 0.502 Memupuk, Stout (1990)
11. Pembenaman serasah 0.628 Batas bawah aktivitas ringan, Malcolm (1990) dalam Cahyono (1999)
12. Penanaman pohon pelindung 0.803 Menanam, Stout (1990)
13. Penyulaman teh 0.803 Menanam, Stout (1990)
14. Pemberantasan hama&penyakit
1.733 Aplikasi pestisida, Stout (1990)
15. Pemetikan 0.628 Batas bawah aktivitas ringan, Malcolm (1990) dalam Cahyono (1999)
16. Pelayuan 0.628
Batas bawah aktivitas ringan, Malcolm (1990) dalam Cahyono (1999)
17. Penggilingan 0.628 Batas bawah aktivitas ringan, Malcolm (1990) dalam Cahyono (1999)
18. Pengeringan 0.628 Batas bawah aktivitas ringan, Malcolm (1990) dalam Cahyono (1999)
19. Sortasi 0.628 Batas bawah aktivitas ringan, Malcolm (1990) dalam Cahyono (1999)
20. Pengepakan 0.628 Batas bawah aktivitas ringan, Malcolm (1990) dalam Cahyono (1999)
E2. Data Primer
Data-data primer yang diambil meliputi:
Tenaga kerja dan jam kerja harian untuk kegiatan-kegiatan pabrik
dilakukan dengan menghitung langsung per hari tanpa membedakan
jenis
kelamin. Perhitungan jumlah tenaga kerja pabrik dilakukan selama 3 hari.
2. Massa pucuk dan teh hitam harian
Massa pucuk segar yang tiba di pabrik didapat dengan mengurangi
massa truk berisi pucuk dengan massa truk kosong. Jumlah teh hitam
jadi diukur pada setiap akhir kegiatan-kegiatan produksi dengan
penimbangan. Pengukuran dilakukan selama 3 hari.
3. Konsumsi bahan bakar harian
Konsumsi bahan bakar truk pengangkut pucuk diukur dengan
mengukur jumlah BBM yang dipelukan untuk menempuh jarak dari
pabrik ke kebun dan sebaliknya. Pengukuran konsumsi BBM dan jarak
tempuh truk dilakukan selama satu bulan. Konsumsi BBM burner (contoh gambar pada Lampiran ) pengering dilakukan dengan mengukur
selisih volume tangki BBM awal dengan volume akhir. Pengukuran
dilakukan selama tiga hari.
4. Konsumsi energi listrik
Konsumsi energi listrik dan penerangan Total oleh mesin-mesin
dan Lampu penerangan bulanan dilakukan dengan membaca nilai akhir
bulan KWh-meter sedangkan konsumsi energi spesifik mesin dilakukan
dengan mengukur arus kerja mesin dengan tang ampere saat mesin
bekerja selama 6 menit dengan interval pengukuran 1 menit dan tidak
ada ulangan pengukuran.
Konsumsi listrik untuk penerangan ruang produksi dilakukan
dengan menghitung jumlah Lampu yang menyala dikalikan dengan daya
dan jam kerja. Pengukuran dilakukan selama tiga hari produksi.
5. Suhu bubuk teh, ruangan produksi dan mesin pengering
Suhu yang dimaksud disini meliputi suhu bahan (bubuk teh akhir
fermentasi, awal pengeringan dan akhir pengeringan) dan suhu udara
(ruang pelayuan, ruang pengering, dan udara pengering awal serta akhir).
mengambil 5 titik data.Titik-titik pengukuran diletakkan di tengah,
bagian utara, selatan, barat dan timur ruangan. Untuk ruang pelayuan
titik pengambilan data adalah 12 buah. Lama pengukuran maksimal 4
jam dengan interval 30 menit dan dilakukan selama 3 hari produksi.
Khusus untuk suhu ruang pengering, lama pengukuran selama 2.5 jam
dengan interval 30 menit.
Pengukuran suhu bubuk teh akhir fermentasi dilakukan selama tiga
hari selama 3 jam dengan interval 1 jam. Jumlah titik pengukuran
sebanyak 10 titik mulai dari tepi kiri hamparan bahan hingga tepi kanan.
Termometer-termometer yang digunakan sebelumnya telah dikalibrasi
dengan termometer standar (Lampiran 19). Suhu bubuk teh di ruang
pengering dianggap sama dengan suhu yang ditunjukkan oleh
termometer inlet dan outlet. Pengukuran dilakukan selama tiga hari
dengan lama pengukuran 5 jam dan interval antar pengukuran 1 jam.
6. Kadar air bahan
Pengukuran kadar air bahan dilakukan dengan metode oven dengan
Halogen moisture analyzer HG53 di laboratorium pabrik PTPN VIII Parakan Salak. Bahan, pertama-tama diambil sampelnya sebanyak
1.50-1.60 gram. Berat bahan awal terlihat langsung di layar tampilan ketika
bahan dimasukkan ke wadah yang telah ditera. Suhu pemanasan pada
mode otomatis untuk pucuk segar dan pucuk layu adalah 140oC
sedangkan untuk bubuk teh adalah 104oC. Pengukuran dilakukan selama
tiga hari selama 3 jam dengan interval 1 jam.
E. PERHITUNGAN DATA DAN ANALISA
Data primer dan sekunder yang diperoleh dari pengukuran akan diolah
untuk memperoleh nilai energi kuantitatif pada masing-masing tahapan proses
produksi. Persamaan-persamaan yang digunakan dalam perhitungan energi
adalah sebagai berikut:
1. Kebutuhan Tenaga Manusia
Kebutuhan tenaga manusia per kilogram pucuk hasil selama kegiatan
⎟⎟ Sedangkan nilai ekivalen energi manusia yang digunakan selama proses
pengolahan daun teh diduga dengan persamaan:
⎟⎟ Sehingga total energi manusia yang diperlukan dalam proses produksi teh
hitam per unit massa produk adalah:
2
Etm(tot) = Total input energi manusia per kilogram teh kering (MJ/Kg)
Etm1 = input tenaga manusia pada kegiatan pra pengolahan (MJ/Kg)
Etm2 = input energi manusia pada kegiatan pengolahan (MJ/Kg)
2. Kebutuhan Energi Bahan Bakar
Besarnya input energi berupa bahan bakar yang diperlukan selama
kegiatan pra pengolahan per kilogram pucuk teh diduga dengan rumus:
⎟⎟
Sedangkan untuk kegiatan pengolahan di pabrik digunakan persamaan:
⎟⎟ Sehingga apabila persamaan 4 dan 5 dikombinasikan maka total energi
bahan bakar yang dibutuhkan untuk menghasilkan tiap kilogram teh hitam