• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Jenis Media Tanam terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman Asparagus (Asparagus officinalis L.).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Jenis Media Tanam terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman Asparagus (Asparagus officinalis L.)."

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH JENIS MEDIA TANAM TERHADAP

PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN ASPARAGUS

(Asparagus officinalis L.)

OLEH

MUTIARA HANUM A24050822

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

(Asparagus officinalis L.)

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh Mutiara Hanum

A24050822

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

RINGKASAN

MUTIARA HANUM. Pengaruh Jenis Media Tanam terhadap Pertumbuhan

Bibit Tanaman Asparagus (Asparagus officinalis L.). (Dibimbing oleh ADIWIRMAN dan WINARSO DRAJAD WIDODO).

Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh jenis media tanam terhadap pertumbuhan bibit tanaman asparagus dan mengetahui jenis media tanam yang da-pat menghasilkan pertumbuhan bibit tanaman asparagus terbaik. Penelitian ini di-lakukan pada bulan Juni sampai Oktober 2009, di screenhouse (rumah ketat se-rangga) Kebun Misi Teknik Taiwan, ICDF (International Cooperation and Deve-lopment Fund), Cikarawang, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor yaitu media tanam dan lima ulangan. Perlakuan yang digunakan terdiri dari: pasir : kompos (M1); pasir : tanah : pupuk kandang ayam (M2); pasir : tanah : arang sekam (M3); pasir : tanah : kompos (M4); pasir : tanah : dan serbuk sabut kelapa(M5).

Bahan tanaman yang digunakan adalah benih asparagus varietas UC 800. Varietas ini dihasilkan oleh Universitas California dan khusus dikembangkan un-tuk daerah tropika seperti Indonesia. Varietas ini memiliki rebung agak panjang dan berkualitas bagus. Saat ini varietas UC 800 dikembangkan di Bogor, Jawa Ba-rat.

(4)

(Asparagus officinalis L.)

Nama : Mutiara Hanum NRP : A24050822

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Adiwirman, MS. Dr. Ir. Winarso D. Widodo, MS.

NIP. 19620416 198703 1001 NIP. 19620831 198703 1001

Mengetahui

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr.

NIP : 19611101 198703 1003

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 7 Februari 1987. Penulis meru-pakan anak keenam dari pasangan Bapak Zaini Hamzah dan Ibu Karnasih.

Latar belakang pendidikan penulis diawali dari TK Al-Azhar Pusat Jakarta pada tahun 1993. Pada tahun 1999 penulis lulus dari SD Al-Azhar Pusat Jakarta, kemudian pada tahun 2002 penulis menyelesaikan studi di SMP Al-Azhar Pusat Jakarta. Selanjutnya penulis lulus dari SMA Al-Azhar 1 Jakarta pada tahun 2005. Pada tahun yang sama penulis diterima di IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa De-partemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bo-gor.

(6)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi kekuatan dan hidayah-Nya sehingga penelitian dan penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam semoga selalu terlimpahkan kepa-da Rasulullah SAW serta seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.

Penelitian ini dapat terlaksana berkat bantuan dari berbagai pihak. Penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih pe-nulis ditujukan kepada :

a. Keluarga tercinta, Bapak, Ibu, kakak, dan adik yang selalu memberikan kasih sayang, semangat, dan doa yang tak henti.

b. Dr. Ir. Adiwirman, MS. dan Dr. Ir. Winarso D. Widodo, MS. yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama kegiatan penelitian dan penulisan skripsi ini.

c. Kebun Misi Teknik Taiwan, ICDF yang telah memberikan izin peng-gunaan screenhouse sebagai tempat penelitian.

d. Teman-teman Agronomi dan Hortikultura 42 yang telah memberikan ban-tuan dan dukungan.

e. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang te-lah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak yang memerlukan, ser-ta dapat dimanfaatkan untuk kelancaran penelitian selanjutnya.

Bogor, Maret 2010

(7)

DAFTAR ISI

Syarat Tumbuh Asparagus... 5

Cara Perbanyakan Asparagus... 6

Persemaian Asparagus... 7

Media... 8

Tanah... 8

Pasir... 9

Kompos... 10

Serbuk Sabut Kelapa... 10

Arang Sekam... 11

Pupuk Kandang Ayam... 11

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat... 12

(8)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Kandungan..Nitrogen,.Fosfor,.Kalium,.pH,.EC..pada..Berbagai..Jenis Media Tanam...

15

(9)

v

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kumbang Asparagus (Crioceris asparagi L.) dan Tanaman yang Terkena Penyakit Karat Asparagus (Puccinia asparagi)...

16

2. Penampilan Tanaman Asparagus Berumur 12 MST pada Setiap Perlakuan Jenis Media Tanam...

18

3. Pertumbuhan..Rata-Rata..Tinggi..Tanaman..A...officinalis..pada Berbagai Jenis Media Tanam...

19

4. Pertumbuhan Rata-Rata Jumlah Cladophyl Tanaman A. officinalis

pada Berbagai Jenis Media Tanam... 20

5. Pertumbuhan Rata-Rata Jumlah Cabang A. officinalis pada Berbagai Jenis Media Tanam………...

21

6. Pertumbuhan Rata-Rata Tunas Baru A. officinalis pada Berbagai Jenis Media Tanam...

22

(10)

Latar Belakang

Manusia membutuhkan asupan makanan yang bergizi agar kesehatan tu-buh tetap terjaga. Manusia mengkonsumsi berbagai bahan pangan untuk menda-patkan gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Salah satu bahan pangan yang penting untuk dikonsumsi adalah sayuran. Williams et al. (1993) menyatakan bahwa sayur sebagai bahan pangan tidak termasuk makanan pokok melainkan sebagai peleng-kap. Meskipun demikian sayur memiliki fungsi yang sangat penting bagi kesehat-an tubuh mkesehat-anusia.

Sayuran merupakan sumber utama mineral dalam diet makanan. Beberapa mineral penting seperti besi, kalsium, dan fosfor dipasok oleh sayuran, selain itu protein, karbohidrat, dan bahan serat juga terkandung di sayuran (Williams et al., 1993). Kandungan aneka vitamin, karbohidrat, dan mineral pada sayur tidak dapat disubstitusi oleh makanan pokok (Nazaruddin, 1999).

Berdasarkan catatan Ditjen Hortikultura, Deptan, konsumsi sayuran pada tahun 2007 sebesar 36.63 kg/kapita/tahun. Sedangkan menurut standar lembaga pangan dan pertanian dunia (FAO) seharusnya konsumsi sayuran di Indonesia sebesar 65.75 kg/kapita/tahun.(1) Hal ini sangat disayangkan karena sayuran meru-pakan sumber yang murah untuk protein penting dan nutrien lain, dan juga karena penduduk negara-negara tropika sangat kurang mengkonsumsi daging, telur, dan hasil-hasil susu yang seharusnya memasok nutrien tersebut.

Salah satu jenis sayuran yang memiliki banyak manfaat adalah asparagus (Asparagus officinalis L.). Asparagus dapat diolah menjadi beragam masakan yang lezat, selain itu asparagus juga mempunyai kandungan gizi yang sangat baik. Dalam setiap 100 g, rebung asparagus mengandung protein 3.2 g, kalsium 23 g, fosfor 83 g, vit A 1.200 - 9 801.4 mg, vit C 19 - 15 mg, lemak 0.19 - 0.4 g, kar-bohidrat 4.0 - 4.2 g, dan H2O 74.3%. Selain itu beragam mineral, kalsium, pota-sium, vitamin A, D juga E terdapat di dalamnya. Kandungan potasium (kalium) dalam asparagus sangat tinggi, sekitar 200 mg dalam 100 g bahan.(2)

1

http://www.agina-online.com/show_article [9 Februari 2009]

2

(11)

PENGARUH JENIS MEDIA TANAM TERHADAP

PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN ASPARAGUS

(Asparagus officinalis L.)

OLEH

MUTIARA HANUM A24050822

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(12)

(Asparagus officinalis L.)

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh Mutiara Hanum

A24050822

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(13)

RINGKASAN

MUTIARA HANUM. Pengaruh Jenis Media Tanam terhadap Pertumbuhan

Bibit Tanaman Asparagus (Asparagus officinalis L.). (Dibimbing oleh ADIWIRMAN dan WINARSO DRAJAD WIDODO).

Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh jenis media tanam terhadap pertumbuhan bibit tanaman asparagus dan mengetahui jenis media tanam yang da-pat menghasilkan pertumbuhan bibit tanaman asparagus terbaik. Penelitian ini di-lakukan pada bulan Juni sampai Oktober 2009, di screenhouse (rumah ketat se-rangga) Kebun Misi Teknik Taiwan, ICDF (International Cooperation and Deve-lopment Fund), Cikarawang, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor yaitu media tanam dan lima ulangan. Perlakuan yang digunakan terdiri dari: pasir : kompos (M1); pasir : tanah : pupuk kandang ayam (M2); pasir : tanah : arang sekam (M3); pasir : tanah : kompos (M4); pasir : tanah : dan serbuk sabut kelapa(M5).

Bahan tanaman yang digunakan adalah benih asparagus varietas UC 800. Varietas ini dihasilkan oleh Universitas California dan khusus dikembangkan un-tuk daerah tropika seperti Indonesia. Varietas ini memiliki rebung agak panjang dan berkualitas bagus. Saat ini varietas UC 800 dikembangkan di Bogor, Jawa Ba-rat.

(14)

(Asparagus officinalis L.)

Nama : Mutiara Hanum NRP : A24050822

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Adiwirman, MS. Dr. Ir. Winarso D. Widodo, MS.

NIP. 19620416 198703 1001 NIP. 19620831 198703 1001

Mengetahui

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr.

NIP : 19611101 198703 1003

(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 7 Februari 1987. Penulis meru-pakan anak keenam dari pasangan Bapak Zaini Hamzah dan Ibu Karnasih.

Latar belakang pendidikan penulis diawali dari TK Al-Azhar Pusat Jakarta pada tahun 1993. Pada tahun 1999 penulis lulus dari SD Al-Azhar Pusat Jakarta, kemudian pada tahun 2002 penulis menyelesaikan studi di SMP Al-Azhar Pusat Jakarta. Selanjutnya penulis lulus dari SMA Al-Azhar 1 Jakarta pada tahun 2005. Pada tahun yang sama penulis diterima di IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa De-partemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bo-gor.

(16)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi kekuatan dan hidayah-Nya sehingga penelitian dan penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam semoga selalu terlimpahkan kepa-da Rasulullah SAW serta seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.

Penelitian ini dapat terlaksana berkat bantuan dari berbagai pihak. Penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih pe-nulis ditujukan kepada :

a. Keluarga tercinta, Bapak, Ibu, kakak, dan adik yang selalu memberikan kasih sayang, semangat, dan doa yang tak henti.

b. Dr. Ir. Adiwirman, MS. dan Dr. Ir. Winarso D. Widodo, MS. yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama kegiatan penelitian dan penulisan skripsi ini.

c. Kebun Misi Teknik Taiwan, ICDF yang telah memberikan izin peng-gunaan screenhouse sebagai tempat penelitian.

d. Teman-teman Agronomi dan Hortikultura 42 yang telah memberikan ban-tuan dan dukungan.

e. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang te-lah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak yang memerlukan, ser-ta dapat dimanfaatkan untuk kelancaran penelitian selanjutnya.

Bogor, Maret 2010

(17)

DAFTAR ISI

Syarat Tumbuh Asparagus... 5

Cara Perbanyakan Asparagus... 6

Persemaian Asparagus... 7

Media... 8

Tanah... 8

Pasir... 9

Kompos... 10

Serbuk Sabut Kelapa... 10

Arang Sekam... 11

Pupuk Kandang Ayam... 11

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat... 12

(18)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Kandungan..Nitrogen,.Fosfor,.Kalium,.pH,.EC..pada..Berbagai..Jenis Media Tanam...

15

(19)

v

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kumbang Asparagus (Crioceris asparagi L.) dan Tanaman yang Terkena Penyakit Karat Asparagus (Puccinia asparagi)...

16

2. Penampilan Tanaman Asparagus Berumur 12 MST pada Setiap Perlakuan Jenis Media Tanam...

18

3. Pertumbuhan..Rata-Rata..Tinggi..Tanaman..A...officinalis..pada Berbagai Jenis Media Tanam...

19

4. Pertumbuhan Rata-Rata Jumlah Cladophyl Tanaman A. officinalis

pada Berbagai Jenis Media Tanam... 20

5. Pertumbuhan Rata-Rata Jumlah Cabang A. officinalis pada Berbagai Jenis Media Tanam………...

21

6. Pertumbuhan Rata-Rata Tunas Baru A. officinalis pada Berbagai Jenis Media Tanam...

22

(20)

Latar Belakang

Manusia membutuhkan asupan makanan yang bergizi agar kesehatan tu-buh tetap terjaga. Manusia mengkonsumsi berbagai bahan pangan untuk menda-patkan gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Salah satu bahan pangan yang penting untuk dikonsumsi adalah sayuran. Williams et al. (1993) menyatakan bahwa sayur sebagai bahan pangan tidak termasuk makanan pokok melainkan sebagai peleng-kap. Meskipun demikian sayur memiliki fungsi yang sangat penting bagi kesehat-an tubuh mkesehat-anusia.

Sayuran merupakan sumber utama mineral dalam diet makanan. Beberapa mineral penting seperti besi, kalsium, dan fosfor dipasok oleh sayuran, selain itu protein, karbohidrat, dan bahan serat juga terkandung di sayuran (Williams et al., 1993). Kandungan aneka vitamin, karbohidrat, dan mineral pada sayur tidak dapat disubstitusi oleh makanan pokok (Nazaruddin, 1999).

Berdasarkan catatan Ditjen Hortikultura, Deptan, konsumsi sayuran pada tahun 2007 sebesar 36.63 kg/kapita/tahun. Sedangkan menurut standar lembaga pangan dan pertanian dunia (FAO) seharusnya konsumsi sayuran di Indonesia sebesar 65.75 kg/kapita/tahun.(1) Hal ini sangat disayangkan karena sayuran meru-pakan sumber yang murah untuk protein penting dan nutrien lain, dan juga karena penduduk negara-negara tropika sangat kurang mengkonsumsi daging, telur, dan hasil-hasil susu yang seharusnya memasok nutrien tersebut.

Salah satu jenis sayuran yang memiliki banyak manfaat adalah asparagus (Asparagus officinalis L.). Asparagus dapat diolah menjadi beragam masakan yang lezat, selain itu asparagus juga mempunyai kandungan gizi yang sangat baik. Dalam setiap 100 g, rebung asparagus mengandung protein 3.2 g, kalsium 23 g, fosfor 83 g, vit A 1.200 - 9 801.4 mg, vit C 19 - 15 mg, lemak 0.19 - 0.4 g, kar-bohidrat 4.0 - 4.2 g, dan H2O 74.3%. Selain itu beragam mineral, kalsium, pota-sium, vitamin A, D juga E terdapat di dalamnya. Kandungan potasium (kalium) dalam asparagus sangat tinggi, sekitar 200 mg dalam 100 g bahan.(2)

1

http://www.agina-online.com/show_article [9 Februari 2009]

2

(21)

2

Sayuran asparagus termasuk rendah kalori tetapi memiliki kandungan serat (dietary fiber) yang sangat tinggi. Serat tersebut mampu mengikat zat karsinogen penyebab kanker dan membantu kelancaran proses pencernaan tubuh. Senyawa penting lain yang dikandung asparagus antara lain flavonoid rutin, kaemferol, dan flavanol. Zat-zat ini penting sebagai antioksidan.(3)

Asparagus merupakan tanaman asli dari daerah subtropika, sehingga me-miliki syarat tumbuh yang khas. Namun asparagus juga dapat ditanam di daerah tropika seperti Indonesia. Asparagus cocok ditanam di daerah dataran tinggi dan pegunungan maupun dataran rendah di Indonesia dengan curah hujan dan jenis tanah yang cocok. Cara budidaya asparagus di Indonesia yang sesuai dengan kondisi setempat masih belum dapat dilakukan, karena komoditas ini masih relatif baru. Namun pada umumnya teknik budidaya asparagus terdiri dari persemaian benih, pembibitan, pengolahan tanah, penanaman, pembumbunan, penyiangan, pemupukan, pemberantasan hama penyakit, dan panen (Suhardiman, 1994).

Asparagus merupakan sayuran yang dikonsumsi bagian tunas muda atau rebungnya (spears). Untuk menghasilkan rebung yang berkualitas baik, maka di-perlukan tanaman asparagus yang baik pula. Tanaman asparagus dengan pertum-buhan yang bagus dapat dihasilkan melalui beberapa cara perbanyakan, salah sa-tunya adalah dengan menggunakan bibit yang telah berakar. Bibit asparagus ini dihasilkan melalui persemaian benih yang kemudian dipindahkan ke lahan atau

polybag untuk dibesarkan menjadi bibit. Bibit asparagus yang sehat, kuat, dan ce-pat beradaptasi saat dipindahkan ke lapangan merupakan bibit yang diinginkan untuk menghasilkan tanaman asparagus yang produktif.

Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1999) perbanyakan menggunakan bibit ini mempunyai beberapa keuntungan, diantaranya dapat mempersingkat ma-sa non produktif, menghasilkan kondisi pertanaman penuh dan seragam, mengu-rangi persaingan gulma, dan dapat menjamin perkecambahan yang lebih baik.

Bibit asparagus membutuhkan media tanam yang tepat dan sesuai agar pertumbuhannya baik. Media yang ideal untuk bibit asparagus adalah campuran antara tanah tertentu yang mempunyai tekstur cukup berpasir dan kandungan un-sur hara yang cukup. Soepardi (1983) menyatakan bahwa media merupakan salah

3

(22)

satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman sebagai tempat tumbuh, media perakaran, dan sumber unsur hara.

Karakteristik penting yang harus dimiliki media tanam sebagai tempat tumbuh menurut Acquaah (2002) adalah mempunyai kemampuan memegang air yang baik, mempunyai aerasi dan drainase yang baik, mempunyai pH yang sesuai dengan jenis tanaman, dan mengandung unsur hara penting yang tersedia untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Media tanam adalah salah satu faktor yang dapat menentukan baik buruknya pertumbuhan bibit asparagus. Oleh karena itu penting untuk diketahui jenis media tanam yang tepat dan sesuai untuk mengha-silkan bibit asparagus dengan pertumbuhan yang baik.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh jenis media tanam terhadap pertumbuhan bibit asparagus dan mengetahui jenis media tanam yang te-pat dan sesuai untuk menghasilkan pertumbuhan bibit asparagus yang baik.

Hipotesis

(23)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Asparagus

Tanaman asparagus termasuk keluarga bawang-bawangan (Liliaceae). Be-berapa spesies terkenal seperti Asparagus officinalis L. sering dikonsumsi sebagai sayuran. Menurut Suhardiman (1994) kedudukan tanaman ini dalam sistematika tumbuhan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Ordo : Liliales

Famili : Liliaceae Genus : Asparagus

Spesies : Asparagus officinalis L.

Asparagus adalah tanaman perennial (tahunan) herbaceous berbentuk se-mak berumpun yang tumbuh tegak atau menjalar. Tingginya bisa mencapai 2 m, berbatang silinder dengan bentuk daun hasil modifikasi batang yang menyerupai jarum (cladophyl). Bunga asparagus tumbuh soliter atau berpasangan dan muncul di ketiak cladophyl, bunga tersebut akan mengasilkan buah berbentuk berry yang berwarna merah dan memiliki biji yang berwarna hitam (Siemonsma dan Piluek, 1994). Asparagus adalah tanaman monokotil dioecious yang ditanam untuk tunas batang lembut yang belum berkembang, umumnya dinamakan rebung (spear) dan dapat dimakan (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999).

Tanaman asparagus memiliki batang di dalam tanah (rhizome) yang terdiri atas kumpulan tunas, akar lunak yang berfungsi sebagai organ penyimpan dan akar serabut yang berfungsi sebagai penyerap unsur hara. Secara keseluruhan sis-tem pertunasan dan perakaran asparagus disebut mahkota (crown). Bagian atas

(24)

hal ini juga terjadi pada akar lunak yang akan mati setelah memberikan nutrisi untuk pertumbuhan rebung selanjutnya.

Asparagus memiliki tanaman jantan dan betina yang terpisah. Tanaman betina menghasilkan biji dan memiliki rebung dengan diameter yang lebih besar, tetapi hasil panen yang diproduksi lebih rendah. Tanaman jantan memiliki hasil panen yang lebih tinggi, masa produktif yang lebih lama, dan memproduksi re-bung lebih awal. Hal ini disebabkan tanaman jantan tidak menghasilkan biji se-hingga dapat mengatur lebih banyak karbohidrat yang tersimpan untuk mengatur pertumbuhan rebung.(4)

Syarat Tumbuh Asparagus

Lahan yang cocok untuk pertanaman sayuran asparagus di daerah tropika adalah dataran tinggi dengan ketinggian 600 - 900 m dpl. Asparagus dapat tumbuh optimal pada suhu antara 15 - 25º C dengan curah hujan yang cukup banyak dan merata sepanjang tahun, yaitu berkisar antara 2 500 – 3 000 mm/tahun. Oleh karena itu, syarat utama lahan harus dataran tinggi, berhawa sejuk, dan dekat sumber air agar kebutuhan air di musim kemarau tercukupi. Areal dengan kondisi seperti di atas jarang ditemukan di Indonesia.(5)

Asparagus dapat tumbuh pada tanah podsolik merah kuning, latosol, mau-pun andosol. Asparagus lebih menyukai tanah yang agak berpasir dan berlapisan tanah olah yang tebal. Asparagus tumbuh kurang baik pada tanah yang berdrai-nase buruk dan banyak liat. Sedangkan pH yang diinginkan adalah 6.0 - 6.8 ka-rena asparagus tidak toleran terhadap tanah yang masam dan sebaiknya tanah mengandung banyak bahan organik.(6)

Produksi dan masa hidup tanaman asparagus dapat diperpanjang jika ta-naman memiliki periode dorman. Dormansi pada tata-naman menyebabkan respirasi menjadi kecil sehingga terjadi penyimpanan karbohidrat yang akan tersedia bagi produksi rebung berikutnya. Ketika dorman, asparagus agak toleran terhadap ke-keringan. Pada wilayah sub temperate atau tropika, pertumbuhan cladophyl terjadi

4

http://www.darfu4b.da.gov.ph/pdffilesdata/Asparagus.pdf [20 Februari 2009]

5

http://www.ebookkeluarga.com/asparagus [9 Februari 2009 ]

6

(25)

6

secara terus-menerus sehingga sulit untuk mengurangi respirasi. Pada kondisi ini, tanaman asparagus tidak dorman dan cadangan makanan relatif sedikit (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999).

Masa hidup tanaman asparagus sehingga dapat memproduksi hasil panen yang menguntungkan tergantung dari perlakuan yang diberikan kepada tanaman tersebut. Tanaman asparagus yang dirawat dengan baik dapat memproduksi re-bung selama 15 - 20 tahun. Namun didalam praktek yang sudah dilakukan, umumnya tanaman asparagus diganti setiap 10 atau 15 tahun sekali (Thompson dan Kelly, 1957).

Cara Perbanyakan Asparagus

Asparagus dapat diperbanyak melalui beberapa cara, diantaranya dengan penanaman benih langsung, pemindah tanaman bibit yang telah berakar, atau pe-misahan dan pemindahan mahkota. Benih asparagus memiliki pertumbuhan yang lambat sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama hingga tanaman berpro-duksi. Benih asparagus dihasilkan dari tanaman betina yang memproduksi buah. Buah awalnya berwarna hijau dan menjadi merah ketika matang. Benih berwarna hitam, berbentuk bulat dengan satu sisi memipih dan 40 benih berbobot sekitar 1.gram. Jadi bobot 100 g memiliki 4 000 benih asparagus (Rubatzky dan Yamagu-chi,.1999 ).

Penanaman di lapangan dengan bibit dilakukan karena tingginya harga be-nih kultivar hibrida baru. Keuntungan menggunakan bibit adalah dapat dicapai kondisi pertanaman penuh dengan tanaman yang seragam. Bibit yang digunakan umumnya berumur 10 - 12 minggu ketika dipindahkan ke lapangan (Rubatzky dan Yamaguchi, 1999). Bibit yang baik dihasilkan dari benih dengan daya berkecam-bah yang tinggi dan ukurannya besar. Benih dengan ukuran yang kecil mempro-duksi pertumbuhan yang kurang vigor.(7)

Mahkota adalah bahan perbanyakan tradisional dan digunakan secara luas. Mahkota berumur satu tahun merupakan sistem akar lunak yang dihasilkan dari tanaman asparagus berumur satu tahun yang ditumbuhkan dari benih. Hasil pene-litian di Universitas Ohio menunjukkan bahwa mahkota berumur satu tahun lebih

7

(26)

ekonomis dan produktivitasnya lebih tinggi dibandingkan mahkota yang berumur lebih dari dua tahun. Perbanyakan melalui mahkota lebih mahal dan padat tenaga kerja, namun kemapanan tanaman lebih cepat didapatkan dan produksi lebih di-ni.(8)

Cara perbanyakan apapun yang digunakan, asparagus membutuhkan wak-tu tiga tahun apabila menggunakan benih dan dua tahun apabila menggunakan bi-bit sebelum rebung pertama muncul dan dapat dipanen. Asparagus tidak dapat di-panen selama dua sampai tiga tahun awal setelah penanaman karena asparagus membutuhkan waktu tersebut untuk menumpuk cadangan makanan di dalam mah-kota agar dapat menumbuhkan rebung yang layak panen (Ib Libner,1989).

Persemaian Asparagus

Biji asparagus yang akan dijadikan benih berasal dari pohon induk yang baik. Syarat untuk dapat menjadi induk tanaman adalah harus sehat, tumbuh nor-mal, rebung berkualitas tinggi, dan sudah cukup tua, yaitu lebih dari dua tahun. Sebelum disemaikan, sebaiknya biji direndam dalam air selama 24 jam agar kulit pelindung benih yang keras menjadi lunak sehingga perkecambahan dipercepat. Untuk memenuhi kebutuhan oksigen, air rendaman harus sering diganti, terutama ketika suhu air sudah menurun.(9)

Pemilihan lahan untuk persemaian asparagus perlu diperhatikan. Lahan yang baik untuk persemaian yaitu berdrainase baik, tanahnya gembur, subur dan berpasir serta sebelumnya tidak ditanami tanaman asparagus. Lahan persemaian sebelumnya dilakukan pengolahan tanah, diberi pupuk dasar dan Furadan 3G untuk menghindari hama. Lahan persemaian dibuat bedengan dengan lebar 120.cm, tinggi 20 - 25 cm, lebar parit 40 cm dengan kedalaman 40 cm. Benih di-semai pada bedengan dengan jarak tanam 15 × 10 cm dengan kedalaman 2.5.cm, setiap satu lubang ditanam satu benih. Di atas permukaan tanah ditutup jerami atau sekam kemudian disiram secukupnya.(10)

8

http://www.ohioonline.ag.ohio-state.edu [ 9 Februari 2009]

9

http://www.iptek.net.id/asparagus.html [11 Februari 2009]

10

(27)

8

Perawatan yang dilakukan selama persemaian meliputi pencegahan hama dan penyakit yang dilakukan seawal mungkin dan pemupukan yang dilakukan se-tiap 20 - 30 hari menggunakan pupuk urea. Transplanting atau pemindahan bibit dilakukan setelah 5 - 6 bulan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam trans-planting diantaranya bibit yang akan dipindahkan adalah bibit yang sehat, bibit yang dicabut harus segera ditanam, dan sebelum penanaman akar dipotong, disisa-kan 20 cm dan pucuk tanaman dipangkas hingga tinggi tanaman ± 20 cm.(11) Kri-teria bibit yang dapat dipindahkan ke lahan adalah memiliki perakaran yang cukup kuat, tinggi pohon lebih dari 50 cm, sudah berumur 10 - 12 minggu, dan memiliki tajuk yang rimbun (Suhardiman, 1994).

Media

Media tumbuh sangat penting untuk pertumbuhan dan produksi tanaman optimal, sehingga perlu adanya suatu usaha mencari media tumbuh yang sesuai. Media tanam terdiri dari dua tipe yaitu campuran tanah (soil-mixes) yang mengan-dung tanah alami dan campuran tanpa tanah (soilles-mixes) yang tidak mengan-dung tanah (Harjadi, 1989). Bahan-bahan campuran media tanam harus memiliki peranan yang khusus di dalam campuran tersebut. Faktor yang harus diperhatikan dalam memilih media untuk dijadikan campuran adalah kualitas dari bahan terse-but, sifat kimia atau fisiknya, tersedia di pasaran, murah, mudah cara penggunaan-nya, dapat digunakan untuk berbagai macam tanaman, tidak membawa hama dan penyakit, mempunyai drainase dan kelembaban yang baik, mempunyai pH yang sesuai dengan jenis tanaman dan mengandung unsur hara untuk mendukung per-tumbuhan tanaman (Acquaah, 2002).

Tanah

Tanah mengandung unsur hara makro (C, H, O, N, P, K, Ca, Mg dan S) dan unsur hara mikro (Fe, Mn, Zn, B, Cu, Mo dan Cl). Sifat fisik tanah yang ter-penting untuk menentukan daya penyediaan unsur hara dan penyediaan air serta udara adalah tekstur dan struktur tanah (Soepardi, 1983; Islam dan Utomo, 1995).

11

(28)

Tanah merupakan media tanam yang paling umum digunakan dan sebagai bahan campuran media tanam utama, tetapi masih diperlukan bahan organik sebagai campuran medianya agar tanaman dapat tumbuh dengan baik (Darajat, 2003 da-lam Yushanita, 2007).

Tanah merupakan hasil pelapukan dari batuan. Jenis tanah dibedakan men-jadi dua, yaitu tanah mineral dan tanah organik. Tanah mineral adalah tanah yang merupakan hasil pelapukan dari bahan-bahan mineral, sedangkan tanah organik adalah tanah yang berasal dari hasil pelapukan bahan-bahan organik. Tanah orga-nik memiliki bahan orgaorga-nik dalam jumlah yang tinggi, misalnya tanah gambut. Setiap jenis tanah memiliki sifat fisik dan sifat kimia yang berbeda, sebagai con-toh tanah latosol memiliki sifat kimia yang kurang baik, memiliki KTK yang ren-dah disebabkan oleh bahan organik sedikit dan memerlukan tambahan unsur hara N, P, K, Ca, Mg dan beberapa unsur mikro. Tanah latosol mengandung hidro-oksida besi atau aluminium (Murbandono, 1993).

Pasir

Pasir adalah silika murni dengan ukuran antara 0.5 - 2 mm, pada umumnya pasir digunakan untuk media campuran karena mudah didapat dan murah, tetapi pasir merupakan media yang paling berat dari semua media pengakaran. Pasir ditambahkan ke dalam media untuk meningkatkan porositas dan daya menahan air, tetapi pasir yang terlalu halus dapat menghalangi lubang-lubang drainase (Harjadi, 1989; Poerwanto, 2003).

(29)

10

Kompos

Kompos merupakan sumber bahan organik dan nutrisi yang lengkap bagi tanaman. Kompos terbuat dari bahan organik yang berasal dari bermacam-macam sumber, seperti: sekam, pupuk kandang, jerami padi, daun-daunan, dan lain-lain. Semakin beragam sumber bahan organik yang dikandung suatu media maka semakin tinggi unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman (Sutanto, 2002).

Kompos memiliki dua fungsi yaitu sebagai: (1) soil conditioner yang berfungsi memperbaiki struktur tanah, terutama bagi tanah kering; dan (2) soil ameliorator yang memperbaiki kapasitas tukar kation (KTK). Manfaat dari kompos adalah: (1) mengembalikan kesuburan tanah melalui perbaikan sifat-sifat tanah baik fisik, kimiawi maupun biologis; (2) mempercepat dan mempermudah penyerapan unsur nitrogen oleh tanaman; (3) mengurangi tumbuhnya tanaman pengganggu; dan (4) dapat disediakan secara mudah, murah dan relatif cepat (Santoso, 1998).

Serbuk Sabut Kelapa

Serbuk sabut kelapa (cocopeat) merupakan media hasil penghancuran sa-but kelapa. Sasa-but kelapa adalah bagian mesokarp dari buah kelapa, tebalnya 5 cm dan menempati 35 % dari total buah kelapa yang telah masak petik. Bagian yang berserabut ini merupakan kulit dari buah kelapa dan dapat dijadikan sebagai bahan baku aneka industri dan juga dapat dimanfaatkan sebagai media tanam karena me-ngandung unsur kalium dan fosfor (Palungkun, 1992).

(30)

Arang Sekam

Arang sekam merupakan media yang diperoleh dari pembakaran sekam yang tidak sempurna (sebelum berubah menjadi abu). Menurut hasil analisis Japa-nese Society dalam Krisantini et al. (1993), jenis arang sekam paling banyak ditempati oleh SiO2 (52 %), dan C (31 %), komponen lain adalah Fe2O3, K2O, MgO, CaO, MnO dan CuO dalam jumlah sedikit serta bahan-bahan organik.

Arang sekam digunakan dalam campuran media karena sangat ringan (be-rat jenis = 0.2 kg/l), kasar sehingga sirkulasi udara tinggi (banyak pori), berwarna coklat kehitaman sehingga dapat mengabsorbsi sinar matahari dengan efektif, da-pat mengurangi pengaruh penyakit khususnya bakteri (Wuryaningsih, 1994). Di dalam media tanam arang sekam berfungsi sebagai deodorizer, yaitu penyerap bau tidak sedap dan racun dari hasil dekomposisi pada ruang perakaran, di samping itu arang mempunyai daya serap air yang tinggi (Arifin dan Andoko,.2004).

Pupuk Kandang Ayam

Pupuk kandang merupakan campuran dari kotoran padat, air seni, ampar-an, dan sisa makanan. Susunan kimia dari pupuk kandang tersebut berbeda dari satu tempat ke tempat lain tergantung dari macam ternak, umur dan keadaan he-wan, sifat dan jumlah amparan, cara mengurus, dan menyimpan pupuk sebelum dipakai. Walaupun kandungan unsur hara dalam pupuk kandang tergolong leng-kap, tidak semuanya dapat dimanfaatkan oleh tanaman, sebagian besar hilang oleh pencucian dan dekomposisi anaerob, terutam unsur-unsur N, P, dan K (Yushanita, 2007).

(31)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2009 – Oktober 2009 di

screenhouse Kebun Misi Teknik Taiwan, ICDF (International Cooperation and

Development Fund), Cikarawang, Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih asparagus

va-rietas UC 800, pupuk Urea, tanah, pasir, pupuk kandang ayam, arang sekam,

serbuk sabut kelapa, dan kompos. Alat yang digunakan yaitu tray semai, cangkul,

kored, ember, meteran, jangka sorong, polybag diameter 15 cm, timbangan, oven,

gelas ukur, dan alat tulis.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL)

de-ngan satu faktor yaitu media tanam, dan lima ulade-ngan. Adapun perlakuan yang

di-berikan adalah :

M1 = pasir : kompos (1:1)

M2 = pasir : tanah : pupuk kandang ayam (1:2:1)

M3 = pasir : tanah : arang sekam (1:2:1)

M4 = pasir : tanah : kompos (1:2:1)

M5 = pasir : tanah : serbuk sabut kelapa (1:2:1)

Perbandingan media berdasarkan volume (v/v/v). Setiap satuan percobaan

terdiri dari 10 tanaman, sehingga total tanaman yang diamati adalah 250 tanaman.

Model linier aditif yang digunakan dalam percobaan ini adalah :

Yij = µ + τi +εij

dimana :

Yij = pengamatan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

µ = rataan umum

(32)

εij = pengaruh galat percobaan

i = 1, 2, 3, 4 j = 1, 2, 3,4,5

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji F pada taraf 5 %. Jika

perlakuan berpengaruh nyata, dilanjutkan dengan uji Tukey pada taraf 5 %.

Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa tahap, yaitu persiapan alat dan

bahan, penanaman benih, pemindahan bibit ke dalam polybag, dan pemeliharaan.

Benih asparagus ditanam di dalam tray persemaian yang sudah diisi dengan media

tanam yang sesuai dengan perlakuan. Pemeliharaan yang dilakukan pada saat

per-semaian adalah penyiraman yang dilakukan setiap hari. Bibit diambil dari

perse-maian untuk penanaman pada saat bibit berumur 4 minggu. Bibit tersebut

kemu-dian ditanam di dalam polybag. Media yang digunakan di dalam polybag sesuai

dengan perlakuan. Media tersebut sebelumnya sudah ditimbang dan dianalisis

un-tuk mengetahui kandungan N, P, K, nilai EC, dan pHnya.

Pemeliharaan yang dilakukan selama tanaman di dalam polybag meliputi

penyiraman, pemupukan, dan penyiangan. Penyiraman dilakukan setiap hari,

pe-mupukan dilakukan saat tanaman sudah berumur 4 minggu dan sudah

dipindah-kan ke dalam polybag. Pupuk yang digunakan adalah Urea dengan dosis 30 ml

untuk setiap tanaman. Pemeliharaan dan pengamatan dilakukan selama 12

ming-gu.

Tanaman asparagus yang sudah berumur 12 minggu ditimbang bobot

ba-sah dan bobot keringnya pada akhir penelitian. Tanaman dibongkar dari polybag

lalu bagian tajuk dan akar dipisahkan, setelah itu masing-masing bagian ditimbang

untuk mengetahui bobot basah. Bagian tajuk dan akar asparagus dimasukkan ke

dalam oven bersuhu 105º C selama 24 jam, setelah itu ditimbang untuk

(33)

14

Pengamatan

Untuk mengetahui pengaruh media tanam terhadap pertumbuhan bibit

as-paragus, maka peubah yang diamati pada tanaman adalah :

1. Perkecambahan benih saat di tray persemaian. Pengamatan dilakukan

se-telah tunas tumbuh.

2. Tinggi tanaman, diamati setiap minggu setelah dipindah ke dalam polybag

dengan cara mengukur dari pangkal batang tepat di atas permukaan media

sampai ke titik tumbuh.

3. Jumlah cladophyl (modifikasi batang yang berfungsi sebagai daun),

di-amati setiap minggu setelah ditanam di polybag.

4. Jumlah cabang, diamati setiap minggu setelah ditanam di polybag.

5. Jumlah tunas baru, diamati setiap minggu setelah ditanam di polybag.

6. Diameter batang, diamati pada akhir penelitian dengan menggunakan

jang-ka sorong.

7. Bobot basah tajuk, diamati pada akhir penelitian.

8. Bobot kering tajuk, diamati pada akhir penelitian.

9. Bobot basah akar, diamati pada akhir penelitian.

(34)

Hasil

Kondisi Umum

Penelitian dilakukan di screenhouse Kebun Misi Teknik Taiwan ICDF

(In-ternational Cooperation and Development Fund), Cikarawang pada bulan Juni

sampai Oktober 2009. Setiap media tanam yang digunakan memiliki bobot jenis

yang berbeda. Media tanam M1 memiliki bobot jenis paling berat dengan rataan

1.416 g/pot. Hal ini terjadi karena dalam campuran media tanam mengandung ½

bagian pasir. Media tanam paling ringan adalah media tanam M3 yaitu 934 g/pot.

Media tanam M2 mempunyai bobot 1 049 g/pot, media M4 mempunyai bobot

1.351 g/pot, dan media M5 memiliki bobot 1 281 g/pot.

Kandungan unsur nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K) dalam media

tanam yang digunakan pada penelitian ini telah dianalisis di Laboratorium Tanah.

Selain analisis unsur NPK dilakukan juga analisis terhadap pH dan EC (Tabel 1).

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, media M1 memiliki kandungan

N, P dan nilai EC tertinggi sedangkan kandungan K tertinggi dimiliki oleh media

M4. Kisaran pH yang didapatkan cocok untuk semua media tanam, kecuali media

M5 yang nilai pHnya cukup asam untuk tanaman asparagus. Asparagus dapat

tumbuh secara optimal di tanah yang memiliki kisaran pH 6.0 - 6.8.

Tabel 1. Bobot Kandungan Nitrogen, Fosfor, Kalium, pH, EC pada Berbagai Jenis Media Tanam

Perlakuan N P K EC pH

(35)

16

Tanaman asparagus diserang oleh hama burung di awal penelitian dengan

memakan cladophyl dan batang tanaman. Hal ini cukup menjadi masalah karena

harus dilakukan penyulaman berulang kali pada polybag yang tanamannya habis

dimakan oleh burung. Selain burung terdapat hama dan penyakit yang menyerang

tanaman asparagus. Hama lain yang menyerang adalah kumbang asparagus (

Crio-ceris asparagi L.), sedangkan penyakit yang menyerang adalah karat asparagus

(Puccinia asparagi). Berdasarkan pengamatan visual yang dilakukan, tidak ada

gangguan dari serangan hama dan penyakit yang berarti sehingga tidak dilakukan

pengendalian hama dan penyakit secara khusus.

(a) (b)

Gambar 1. (a) Kumbang Asparagus (Crioceris asparagi L.) (b) Tanaman yang Terkena Penyakit Karat Asparagus (Puccinia asparagi)

Pengaruh Jenis Media Secara Umum

Perlakuan media tanam berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman,

jumlah cladophyl, tunas baru, jumlah cabang, diameter batang, bobot basah akar,

bobot basah dan kering tajuk berdasarkan hasil uji F pada taraf kesalahan 1 %.

Perlakuan media tanam berpengaruh nyata terhadap peubah bobot kering akar,

namun perlakuan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap peubah jumlah

(36)

Tabel 2. Rekapitulasi Sidik Ragam Tiap Peubah (1-11 MST)

Peubah Perlakuan Media Tanam

MST

Peubah tinggi tanaman, jumlah cladophyl, dan jumlah tunas baru

membe-rikan respon yang sangat nyata untuk perlakuan media sejak minggu pertama

sampai minggu kesebelas, sedangkan peubah jumlah cabang memberikan respon

yang sangat nyata mulai minggu keenam. Peubah bobot kering akar memberikan

respon yang nyata terhadap perlakuan media, sedangkan peubah jumlah benih

berkecambah tidak memberikan respon yang nyata (Tabel 2).

Keragaan bibit asparagus pada umur 12 MST dengan perlakuan media

ta-nam menunjukkan hasil yang berbeda antar tiap perlakuan. Setiap perlakuan

mengakibatkan tinggi tanaman yang berbeda, penampilan tajuk yang berbeda

ka-rena jumlah cladophyl dan jumlah cabang yang dihasilkan juga berbeda, serta

penampakan akar yang ditunjukkan berbeda. Hasil ini dapat dilihat pada

(37)

18

M1 M2 M3 M4 M5

Gambar 2. Penampilan Tanaman Asparagus Berumur 12 MST pada Setiap Perla-kuan Jenis Media Tanam

Perkecambahan Benih

Perlakuan media tanam tidak berpengaruh nyata terhadap persentase

per-kecambahan benih (Tabel 2). Nilai rata-rata perper-kecambahan benih tanaman

aspa-ragus dalam perlakuan media tanam cukup tinggi yaitu sebesar 84 %.

Tabel 3. Pengaruh Media Tanam terhadap Perkecambahan Benih

Perlakuan Perkecambahan Benih (%)

1 MST

M1 84.8 M2 77.6 M3 82.0 M4 87.6 M5 88.4 Keterangan : M1 = pasir + kompos

M2 = pasir + tanah + pupuk kandang ayam M3 = pasir + tanah + arang sekam

M4 = pasir + tanah + kompos

(38)

Tinggi Tanaman

Perlakuan media tanam memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap

tinggi tanaman sesuai dengan hasil uji F pada taraf kesalahan 1 % (Tabel 2).

Sela-ma pengaSela-matan perlakuan M1, M2, dan M4 memberikan pengaruh yang saSela-ma

ba-ik, walaupun dalam beberapa minggu seperti minggu ke-6 sampai minggu ke-8

terdapat perbedaan diantara ketiga perlakuan tersebut (Gambar 3). Namun pada

awal dan akhir pengamatan, ketiga perlakuan memberikan pengaruh yang sama

baik sehingga ketiga perlakuan tersebut tidak memberikan perbedaan yang nyata.

Perlakuan M1, M2, dan M4 berbeda nyata terhadap tinggi tanaman bila

dibandingkan dengan perlakuan M3 dan M5. Sejak awal hingga akhir pengamatan

perlakuan M1, M2 dan M4 memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan

perlakuan M3 dan M5 untuk peubah tinggi tanaman.

Perlakuan M4 menghasilkan tinggi tanaman rata-rata paling tinggi yaitu

41.7 cm, sedangkan perlakuan M5 menghasilkan tinggi tanaman rata-rata terendah

yaitu 28.5 cm di akhir pengamatan (Gambar 3).

(39)

20

Jumlah Cladophyl

Perlakuan media tanam berpengaruh sangat nyata terhadap peubah jumlah

cladophyl dari pengamatan 1 MST hingga 11 MST (Tabel 2). Pengamatan akhir

pada media tanam M1 menghasilkan jumlah cladophyl rata-rata terbanyak yaitu

28.0, sedangkan jumlah cladophyl rarata paling sedikit diberikan oleh media

ta-nam M5 yaitu 8.1. Media tata-nam M2, M3, dan M4 menghasilkan jumlah cladophyl

rata-rata sebesar 20.8, 10.3, dan 22.2.

Selama penelitian dapat dilihat peningkatan jumlah cladophyl tanaman

pada media M1, M2, dan M4 menunjukkan peningkatan yang tidak berbeda nyata,

namun berbeda nyata dan lebih tinggi dibandingkan media M3 dan M5

(Gam-bar.4). Berbagai Jenis Media Tanam

Jumlah Cabang

Perlakuan media berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah cabang mulai

5 MST sampai 11 MST (Tabel 2). Perlakuan media M1, M2, dan M4

menun-jukkan jumlah cabang yang nyata lebih banyak dibandingkan media M3 dan M5

pada 5 sampai 11 MST. Media yang menghasilkan jumlah cabang terbanyak

ada-lah M1 sebesar 4.1, sedangkan M5 adaada-lah media yang menghasilkan jumada-lah

(40)

Peningkatan jumlah cabang selama penelitian dapat dilihat pada

Gam-bar.5, tanaman pada media M1, M2, dan M4 menunjukkan peningkatan jumlah

cabang yang tidak berbeda nyata, namun berbeda nyata dan lebih tinggi

diban-dingkan media M3 dan M5.

0 Berbagai Jenis Media Tanam

Tunas Baru

Perlakuan media tanam berpengaruh nyata terhadap peubah tunas baru

pa-da 1 MST sampai 11 MST. Perlakuan M2 menghasilkan jumlah tunas baru

rata-rata terbanyak yaitu 9.2, sedangkan perlakuan M5 menghasilkan jumlah tunas

ba-ru paling sedikit yaitu 4.8 pada akhir pengamatan (Tabel 2).

Semua perlakuan meningkatkan jumlah tunas baru dengan cukup

signifi-kan, namun dapat dilihat bahwa peningkatan perlakuan M1, M2, dan M4 lebih

(41)

22

Perlakuan media tanam berpengaruh sangat nyata terhadap peubah

diame-ter batang (Tabel 2). Perlakuan M1 memiliki rata-rata diamediame-ter batang diame-terbesar

yaitu 1.94 mm, M1 tidak berbeda nyata dengan M4 yang memiliki nilai rata-rata

diameter batang sebesar 1.79 mm. Perlakuan yang memiliki nilai rata-rata

diame-ter batang diame-terkecil adalah media M5 sebesar 0.92 mm, M5 tidak berbeda nyata

dengan M3 yang memiliki nilai rata-rata diameter batang sebesar 1.00 mm (Tabel

4).

Tabel 4. Pengaruh Media Tanam terhadap Diameter Batang

Perlakuan Diameter Batang (mm)

11 MST Keterangan : angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda

(42)

Bobot Basah dan Bobot Kering Tajuk

Perlakuan media berpengaruh sangat nyata terhadap peubah bobot basah

dan kering tajuk (Tabel 2). Perlakuan M1 memiliki nilai bobot basah dan kering

tajuk paling besar yaitu 87.71 g dan 23.96 g. Perlakuan M2 tidak berbeda nyata

dengan perlakuan M4. Untuk nilai bobot basah dan kering tajuk yang terkecil

di-hasilkan oleh perlakuan M5 sebesar 11.49 g dan 4.41 g. Perlakuan M5 tidak

ber-beda nyata dengan perlakuan M3 (Gambar 7).

0

Gambar 7. Pengaruh Jenis Media Tanam terhadap Bobot Tajuk A. officinalis

Bobot Basah dan Bobot Kering Akar

Perlakuan media tanam berpengaruh sangat nyata terhadap peubah bobot

basah akar dan berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar (Tabel 2). Perlakuan

M1 memiliki nilai bobot basah akar yang paling besar yaitu 298.65 g. Perlakuan

M1 tidak berbeda nyata dengan perlakuan M2 dan M4. Dan untuk nilai bobot

basah akar terkecil dihasilkan oleh perlakuan M3 sebesar 125.87 g. Perlakuan M3

(43)

24

Perlakuan M2 memiliki nilai bobot kering akar yang paling besar yaitu

124.54 g. Perlakuan M2 tidak berbeda nyata dengan perlakuan M1 dan M4. Nilai

bobot kering terkecil dihasilkan oleh perlakuan M5 sebesar 52.50 g. Perlakuan M5

tidak berbeda nyata dengan perlakuan M1 dan M3 (Gambar 8).

0.00 50.00 100.00 150.00 200.00 250.00 300.00 350.00

M1 M2 M3 M4 M5

Jenis Perlakuan

Bobot

ak

ar

(

g

).

Bobot Basah Akar Bobot Kering Akar a

a a

b b

ab a

ab

b b

(44)

Pembahasan

Pertumbuhan tanaman ditunjukkan dengan pertambahan ukuran tanaman

(umumnya dalam bobot kering) yang tidak dapat dibalik (irreversible). Menurut

Gardner et al. (1991), faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan diantaranya

adalah bahan organik serta unsur hara esensial yang cukup. Bahan organik dan

un-sur hara tersebut terkandung di dalam media tanam, sehingga pertumbuhan dan

perkembangan tanaman sangat bergantung pada jenis media tanam yang

diguna-kan.

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mempelajari pengaruh jenis media

ta-nam terhadap pertumbuhan bibit asparagus. Di akhir penelitian diketahui bahwa

perlakuan media tanam memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap

pertum-buhan bibit asparagus. Pengaruh tersebut dapat dilihat dari peubah yang diamati,

seperti: tinggi tanaman, jumlah cladophyl, tunas baru, jumlah cabang, diameter

batang, bobot basah akar, bobot kering akar, bobot basah tajuk, dan bobot kering

tajuk. Selama penelitian peubah-peubah yang diamati mengalami peningkatan,

walaupun peningkatan tersebut berbeda untuk setiap perlakuan yang dilakukan.

Berdasarkan data yang dihasilkan dapat diketahui bahwa perlakuan M1

(pasir + kompos), M2 (pupuk kandang ayam + pasir + tanah), M3 (arang sekam +

pasir + tanah), M4 (kompos + pasir + tanah), dan M5 (serbuk kelapa + pasir +

tanah) memberikan pengaruh yang baik pada peubah-peubah yang diamati, namun

dari data tersebut dapat dikatakan bahwa perlakuan M1 memberikan hasil akhir

yang paling tinggi, sedangkan perlakuan M5 memberikan hasil akhir yang paling

rendah. Hal ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan sebelumnya, bahwa

terda-pat media tanam yang memberikan pengaruh terbaik untuk pertumbuhan bibit

as-paragus.

Nilai bobot basah dan kering tajuk perlakuan M1 paling tinggi yaitu

se-besar 87.71 g dan 23.96 g, sedangkan perlakuan M5 memiliki nilai bobot basah

dan kering tajuk terendah sebesar 11.49 g dan 4.41 g. Bobot basah akar perlakuan

M1 memiliki nilai paling tinggi yaitu 298.65 g, sedangkan perlakuan M5 memiliki

nilai bobot kering akar terendah yaitu 52.50 g.

Nilai bobot basah akar yang tinggi mempengaruhi nilai bobot basah tajuk

(45)

26

tajuk juga besar. Menurut Syukron (2000) bobot segar tajuk tanaman merupakan

akumulasi biomassa dari hasil fotosintat tanaman melalui fotosintesis. Bobot

basah yang tinggi menunjukkan akumulasi biomassa hasil fotosintesis yang tinggi

pula. Hal ini berarti proses fotosintesis yang berlangsung di dalam tanaman juga

berlangsung dengan baik. Berdasarkan acuan ini maka dapat dikatakan proses

fotosintesis tanaman di media M1 berlangsung dengan baik karena tanaman

terse-but menghasilkan bobot basah tajuk yang tinggi.

Nilai bobot basah tajuk dan kering yang tinggi pada perlakuan M1

diha-silkan dari nilai peubah yang tinggi pula. Peubah yang memiliki nilai paling tinggi

untuk perlakuan M1 adalah jumlah cladophyl, jumlah cabang, dan diameter

ba-tang. Pada pengamatan terakhir perlakuan M1 memiliki jumlah cladophyl paling

banyak, jumlah cabang paling banyak, dan diameter batang paling besar.

Pertumbuhan tanaman yang baik pada perlakuan M1 dipengaruhi oleh

me-dia tanam yang digunakan. Jenis meme-dia yang digunakan untuk perlakuan M1

ter-diri dari campuran pasir dan kompos. Pencampuran pasir dan kompos tersebut

menyebabkan media M1 memiliki aerasi, porositas dan daya tahan air yang baik,

serta mampu memberikan unsur hara untuk pertumbuhan dan perkembangan

ta-naman. Media pasir dan kompos mudah untuk didapatkan dan harganya relatif

murah.

Dari hasil analisis media yang telah dilakukan (Tabel 1), media M1

memi-liki kandungan N, P dan EC tertinggi. Diduga kandungan nitrogen yang tinggi

da-lam media tanam membuat pertumbuhan tanaman menjadi baik. Menurut

Setya-midjaja (1986) nitrogen mempunyai beberapa peran, diantaranya adalah

merang-sang pertumbuhan vegetatif. Hal ini terbukti oleh penambahan jumlah cladophyl,

jumlah cabang dan diameter batang yang cukup besar pada tanaman asparagus di

perlakuan M1.

Tanaman memerlukan unsur nitrogen yang lebih dominan dibandingkan

unsur fosfor dalam pertumbuhan vegetatif. Diduga peningkatan pertumbuhan

ve-getatif dipengaruhi oleh tingginya kandungan unsur nitrogen dalam bahan organik

yang didukung oleh kecukupan kandungan fosfor dan kalium untuk pertumbuhan

(46)

Dalam pertumbuhan tanaman unsur fosfor dibutuhkan lebih sedikit

diban-dingkan nitrogen pada fase vegetatif. Fosfor merupakan komponen penting

pe-nyusun senyawa untuk transfer energi yang berfungsi dalam pembentukan bunga,

buah dan biji serta merangsang pertumbuhan dan perkembangan akar (Soepardi,

1983).

Perlakuan M1 memiliki kandungan P yang paling tinggi yaitu 0.24 %

(Ta-bel 1), hal ini menyebabkan ketersediaan P di dalam media besar sehingga

tanam-an dapat memiliki perkembtanam-angtanam-an akar ytanam-ang baik terbukti dari nilai bobot basah

akar yang dihasilkan paling tinggi. Perkembangan akar yang baik tersebut

menye-babkan perkembangan tajuk yang baik pula.

Dari hasil analisis media (Tabel 1) yang didapatkan, media M1 memiliki

EC (Electrical Conductivity) paling tinggi. Tingginya nilai EC tersebut diduga

menjadi salah satu faktor yang membuat pertumbuhan tanaman pada media M1

lebih baik dibandingkan dengan jenis media lainnya. Cavins et al (2002) dalam

Susilawati (2007) menyatakan bahwa EC dari larutan media memberikan

gambar-an mengenai status hara tgambar-anamgambar-an. Semakin besar kgambar-andunggambar-an EC, maka semakin

mudah ion-ion bergerak melalui larutan. Apabila ion-ion tersebut mudah bergerak

maka ketersediaannya semakin tinggi untuk tanaman sehingga tanaman mudah

untuk menyerap ion-ion tersebut.

Salah satu campuran media yang digunakan dalam perlakuan M1 adalah

kompos. Diduga penggunaan kompos sebagai salah satu campuran media

mem-berikan pengaruh yang baik terhadap pertumbuhan asparagus pada perlakuan M1.

Menurut Sutanto (2002) kompos merupakan sumber bahan organik dan nutrisi

yang lengkap bagi tanaman. Hal ini dikarenakan kompos terbuat dari bahan

orga-nik yang berasal dari bermacam-macam sumber, semakin beragam sumber bahan

organik yang dikandung suatu media maka semakin tinggi unsur-unsur hara yang

dapat diserap oleh tanaman. Bahan organik tersebut akan diserap oleh akar

tanam-an.

Perlakuan M5 memberikan hasil akhir yang paling rendah, hal ini dapat

dilihat dari nilai bobot basah dan kering tajuk serta bobot kering akar yang

diha-silkan. Waltjini (2002) menyatakan bahwa banyaknya fotosintat yang dihasilkan

(47)

28

tanaman. Untuk perlakuan M5 dapat dikatakan bahwa fotosintat yang dihasilkan

sedikit karena bobot kering tajuk dan akar yang dihasilkan juga sedikit.

Rendah-nya nilai bobot basah dan kering tajuk berkaitan dengan rendahRendah-nya pertumbuhan

tanaman. Pertumbuhan yang rendah tersebut dapat dilihat dari peubah-peubah

yang diamati, seperti tinggi tanaman, jumlah cladophyl, jumlah cabang, jumlah

tu-nas baru, dan diameter batang. Tanaman pada media M5 memiliki nilai paling

rendah untuk semua peubah yang diamati.

Pertumbuhan tanaman yang rendah pada perlakuan M5 dipengaruhi oleh

media tanam yang digunakan. Media tanam M5 terdiri dari campuran serbuk

sa-but kelapa, pasir, dan tanah. Dari analisis media yang telah dilakukan perlakuan

M5 memiliki kandungan N yang cukup tinggi sebesar 0.32 %, namun

pertumbuh-an tpertumbuh-anampertumbuh-an pada perlakupertumbuh-an M5 merupakpertumbuh-an ypertumbuh-ang paling rendah. Hal ini

disebab-kan oleh beberapa alasan, salah satunya adalah kondisi pH media.

Hasil analisis media yang telah dilakukan menunjukkan perlakuan media

M5 memiliki nilai pH yang paling rendah yaitu 5.40. Nilai pH tersebut termasuk

cukup asam untuk tanaman asparagus yang tumbuh secara optimum di tanah yang

memiliki nilai pH antara 6.0 – 6.8. Menurut Gardner et al. (1991) pH tanah yang

kurang dari 6.0 meningkatkan kelarutan aluminium, mangan, besi yang dapat

ber-sifat racun dan dapat membatasi pertumbuhan dan perkembangan akar.

Pertumbuhan tanaman akan terganggu akibat terhambatnya penyerapan

zat-zat hara oleh tanaman pada kondisi keasaman tanah yang ekstrem. Dalam

kon-disi asam kuat, beberapa unsur hara tidak dapat diserap oleh akar tanaman karena

ada reaksi kimia di dalam tanah yang mengikat ion-ion dari unsur-unsur tersebut.

Di tanah yang masam, tanaman cenderung kekurangan zat fosfor, kalsium, dan

magnesium (Agomedia, 2007). Sarief (1985) menambahkan pada pH tanah

ku-rang dari 6.0 ketersediaan unsur-unsur nitrogen, fosfor, kalium, beleku-rang, kalsium,

magnesium, dan molibdenum menurun dengan cepat.

Tanaman asparagus tidak toleran terhadap media yang masam, oleh karena

itu diduga nilai pH yang cukup asam pada media M5 menyebabkan tanaman tidak

menyerap unsur hara dengan baik sehingga menyebabkan pertumbuhan tanaman

rendah. Menurut Sarief (1985) ketersediaan unsur hara yang dapat diserap oleh

(48)

suatu tanaman. Terhambatnya penyerapan unsur hara tersebut menyebabkan

per-tumbuhan tanaman menjadi rendah. Hal ini sesuai dengan data yang didapatkan

yaitu peubah yang diamati memiliki peningkatan yang paling sedikit, seperti

pe-ningkatan tinggi tanaman (Gambar 3), jumlah cladophyl (Gambar 4), jumlah

ca-bang (Gambar 5), jumlah tunas baru (Gambar 6), dan diameter batang (Tabel.4).

Salah satu campuran yang digunakan dalam perlakuan M5 dan yang

mem-bedakan dengan jenis media lainnya adalah serbuk kelapa. Salah satu ciri khas

dari serbuk kelapa adalah mampu memegang air dengan baik dan dapat

memper-tahankan kelembaban. Herath (1993) dalam Tyas (2000) menyatakan bahwa

ser-buk kelapa dapat menyerap air 6 - 8 kali lebih banyak dari bobot keringnya.

Untuk tanaman asparagus, media tanam yang terlalu banyak air (drainase

kurang baik) dan terlalu lembab dapat menyebabkan tanaman kurang dapat

me-nyerap unsur hara dengan baik. Selain itu media yang lembab dapat memacu

per-tumbuhan cendawan dan menghambat perper-tumbuhan dan perkembangan akar pada

tanaman. Terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman dapat

menghambat absorbsi unsur hara. Hal tersebut diduga sebagai salah satu alasan

(49)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Perlakuan media tanam memberikan pengaruh terhadap bibit tanaman as-paragus sampai minggu ke-12. Perlakuan tersebut berpengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah cladophyl, diameter batang, bobot basah dan ke-ring tajuk, serta bobot basah dan keke-ring akar. Media tanam yang memberikan ha-sil akhir paling tinggi adalah media M1 yang terdiri dari campuran pasir dan kom-pos dengan kandungan 0.38 % N, 0.24.% P, dan 0.17 % K. Sedangkan media dengan hasil akhir yang paling rendah adalah M5 yang terdiri dari campuran pasir, tanah, dan serbuk sabut kelapa dengan kandungan 0.32 % N, 0.19 % P, dan 0.17.% K. Hasil akhir yang dihasilkan oleh perlakuan M1 dan M5 berupa bobot basah dan kering tajuk, serta bobot basah dan kering akar. Perlakuan M1 memiliki nilai bobot basah dan kering tajuk sebesar 87.71 g dan 23.96 g, sedangkan per-lakuan M5 memiliki nilai bobot basah dan kering tajuk sebesar 11.49 g dan 4.41 g. Perlakuan M1 memiliki nilai bobot basah akar paling tinggi yaitu 298.65 g, se-dangkan perlakuan M5 memiliki nilai bobot kering akar terendah yaitu 52.50.g.

Saran

(50)

Acquaah, G. 2002. Horticulture: Principles and Practices. 2nd Ed. Pearson Educa-tion. New Jersey. 787 p.

Redaksi Agromedia. 2007. Petunjuk Pemupukan. PT Agomedia Pustaka. Jakarta. 100 hal.

Anonim..2008..Tips.budidaya.tanaman.sayuran.asparagus.. http://www.ebookkelu-arga. com/asparagus. [9 Februari 2009].

Anonim. 2009. Asparagus family liliaceae. http://www.iptek.net.id/asparagus.html. [11 Februari 2009]

Anonim..2009..Asparagus.production.management.and.marketing..http://www.ohi oonline.ag.ohio-state.edu. [9 Februari 2009].

Arifin, N. H. S. dan A. Andoko. 2004. Terarium. Penebar Swadaya. Jakarta. 64 hal.

Dadang. 2008. Usaha sayuran tersedak permintaan. http://www.agina-online.com/show_article. [9 Februari 2009].

Department of Agriculture. 2000. Asparagus production

guide. http://www.darfu4b.da.gov.ph/pdffilesdata/Asparagus.pdf. [20 Februari 2009].

Dika. 2009. Cara mudah bertanam asparagus. http://masdikablog.blogspot.com. [9 Februari 2009].

Gardner, F. P., R. V. Pearce, R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. H. Susilo (Penerjemah). Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. 428 hal. Terjemahan dari: Physiology of Crop Plants.

Harjadi, S. S. 1989. Dasar-Dasar Hortikultura. Jurusan Budidaya Pertanian. Fa-kultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 500 hal.

Ib Libner, N. 1989. Vegetable Production. Van Nostrand Reinhold. New York. 657.p.

Islam, T. dan W. H. Utomo. 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. IKIP Se-marang Press. SeSe-marang. 297 hal.

(51)

32

Murbandono, H. S. L. 1993. Membuat Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta. 44 hal.

Musnawar, E. I. 2004. Pupuk Organik. Penebar Swadaya. Jakarta. 72 hal.

Nazaruddin. 1999. Budidaya dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran Rendah. Edisi ke-4. Penebar Swadaya. Jakarta. 142 hal.

Palungkun, R. Aneka Produk Olahan Kelapa. 1992. Penebar Swadaya. Jakarta. 72.hal.

Permana, D. R. 2008. Pengembangan minuman kesehatan berbasis asparagus (Asparagus officinalis). http://www.biotek.lipi.go.id/index.php.

[2 Februari 2009].

Poerwanto, R. 2003. Bahan Ajar Budidaya Buah-Buahan. Progam Studi Horti-kultura. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Rubatzky, V. E. dan M. Yamaguchi. 1999. Sayuran Dunia. Jilid ke-3. C. Herison (Penerjemah). Penerbit Institut Teknologi Bandung. Bandung. 320 hal. Terjemahan dari: World Vegetable.

Santoso, H. B. 1998. Pupuk Kompos. Kanisius. Yogyakarta. 28 hal.

Sarief, S. 1985. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. CV Pustaka Buana. Bandung. 180 hal.

Setyamidjaja, D. 1986. Pupuk dan Pemupukan. Edisi ke-1. CV Simplex. Jakarta. 120 hal.

Siemonsma, J. S., and K. Piluek. 1994. Plant Resources of South East Asia: Vegetables. RJP Aalpol. Belanda.

Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. In-stitut Pertanian Bogor. Bogor. 591 hal.

Suhardiman, P. 1994. Bertanam Asparagus. Edisi ke-5. Penebar Swadaya. Jakarta. 44 hal.

Susilawati, E. 2007. Pengaruh Jenis Media terhadap Perkecambahan dan Pertum-buhan Tanaman Helichrysum bracteatum dan Zinnia elegans. Skripsi. De-partemen Agronomi dan Hortikultura. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sutanto, R. 2002. Pertanian Organik Menuju Pertanian Alternatif dan Berkelanjut-an. Kanisius. Yogyakarta. 218 hal.

(52)

Syukron. 2000. Pengaruh Perlakuan Pupuk Hijau terhadap Pertumbuhan Bibit Stek Cabang Buah Tanaman Lada (Piper nigrum Lim.). Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Thompson, H. C. and W. C. Kelly. 1957. Vegetable Crops. 5th ed. Mc Graw Hill Book Co. Inc. New York. 661 p.

Tisdale, S. and W. Nelson. 1975. Soil Fertility and Fertilizers. Mac Millan Publishing Co. New York. 611 p.

Tyas, S. I. S. 2000. Studi Netralisasi Limbah Serbuk Sabut Kelapa (Cocopeat) sebagai Media Tanam. Skripsi. Jurusan Teknologi Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Waltjini. 2002. Pengaruh Pertumbuhan dan Pupuk Kandang Ayam terhadap Per-tumbuhan dan Produksi Bengle (Zingiber purpureum Rox.). Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Williams, C.N., J.O. Uzo, W.T.H. Peregine. 1993. Produksi Sayuran di daerah Tropika. S. Ronoprawiro (Penerjemah). Penerbit Universitas Gadjahmada. Yogyakarta. 374 hal. Terjemahan dari: Vegetable Production in Tropical Area.

Wuryaningsih, S dan Darliah. 1994. Pengaruh Media Sekam Padi terhadap Per-tumbuhan Tanaman Hias Pot Spathiphyllum. Buletin Penelitian Tanaman Hias. 2(2):119-129.

(53)

PENGARUH JENIS MEDIA TANAM TERHADAP

PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN ASPARAGUS

(Asparagus officinalis L.)

OLEH

MUTIARA HANUM A24050822

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(54)

Latar Belakang

Manusia membutuhkan asupan makanan yang bergizi agar kesehatan tu-buh tetap terjaga. Manusia mengkonsumsi berbagai bahan pangan untuk menda-patkan gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Salah satu bahan pangan yang penting untuk dikonsumsi adalah sayuran. Williams et al. (1993) menyatakan bahwa sayur sebagai bahan pangan tidak termasuk makanan pokok melainkan sebagai peleng-kap. Meskipun demikian sayur memiliki fungsi yang sangat penting bagi kesehat-an tubuh mkesehat-anusia.

Sayuran merupakan sumber utama mineral dalam diet makanan. Beberapa mineral penting seperti besi, kalsium, dan fosfor dipasok oleh sayuran, selain itu protein, karbohidrat, dan bahan serat juga terkandung di sayuran (Williams et al., 1993). Kandungan aneka vitamin, karbohidrat, dan mineral pada sayur tidak dapat disubstitusi oleh makanan pokok (Nazaruddin, 1999).

Berdasarkan catatan Ditjen Hortikultura, Deptan, konsumsi sayuran pada tahun 2007 sebesar 36.63 kg/kapita/tahun. Sedangkan menurut standar lembaga pangan dan pertanian dunia (FAO) seharusnya konsumsi sayuran di Indonesia sebesar 65.75 kg/kapita/tahun.(1) Hal ini sangat disayangkan karena sayuran meru-pakan sumber yang murah untuk protein penting dan nutrien lain, dan juga karena penduduk negara-negara tropika sangat kurang mengkonsumsi daging, telur, dan hasil-hasil susu yang seharusnya memasok nutrien tersebut.

Salah satu jenis sayuran yang memiliki banyak manfaat adalah asparagus (Asparagus officinalis L.). Asparagus dapat diolah menjadi beragam masakan yang lezat, selain itu asparagus juga mempunyai kandungan gizi yang sangat baik. Dalam setiap 100 g, rebung asparagus mengandung protein 3.2 g, kalsium 23 g, fosfor 83 g, vit A 1.200 - 9 801.4 mg, vit C 19 - 15 mg, lemak 0.19 - 0.4 g, kar-bohidrat 4.0 - 4.2 g, dan H2O 74.3%. Selain itu beragam mineral, kalsium, pota-sium, vitamin A, D juga E terdapat di dalamnya. Kandungan potasium (kalium) dalam asparagus sangat tinggi, sekitar 200 mg dalam 100 g bahan.(2)

1

http://www.agina-online.com/show_article [9 Februari 2009]

2

(55)

2

Sayuran asparagus termasuk rendah kalori tetapi memiliki kandungan serat (dietary fiber) yang sangat tinggi. Serat tersebut mampu mengikat zat karsinogen penyebab kanker dan membantu kelancaran proses pencernaan tubuh. Senyawa penting lain yang dikandung asparagus antara lain flavonoid rutin, kaemferol, dan flavanol. Zat-zat ini penting sebagai antioksidan.(3)

Asparagus merupakan tanaman asli dari daerah subtropika, sehingga me-miliki syarat tumbuh yang khas. Namun asparagus juga dapat ditanam di daerah tropika seperti Indonesia. Asparagus cocok ditanam di daerah dataran tinggi dan pegunungan maupun dataran rendah di Indonesia dengan curah hujan dan jenis tanah yang cocok. Cara budidaya asparagus di Indonesia yang sesuai dengan kondisi setempat masih belum dapat dilakukan, karena komoditas ini masih relatif baru. Namun pada umumnya teknik budidaya asparagus terdiri dari persemaian benih, pembibitan, pengolahan tanah, penanaman, pembumbunan, penyiangan, pemupukan, pemberantasan hama penyakit, dan panen (Suhardiman, 1994).

Asparagus merupakan sayuran yang dikonsumsi bagian tunas muda atau rebungnya (spears). Untuk menghasilkan rebung yang berkualitas baik, maka di-perlukan tanaman asparagus yang baik pula. Tanaman asparagus dengan pertum-buhan yang bagus dapat dihasilkan melalui beberapa cara perbanyakan, salah sa-tunya adalah dengan menggunakan bibit yang telah berakar. Bibit asparagus ini dihasilkan melalui persemaian benih yang kemudian dipindahkan ke lahan atau

polybag untuk dibesarkan menjadi bibit. Bibit asparagus yang sehat, kuat, dan ce-pat beradaptasi saat dipindahkan ke lapangan merupakan bibit yang diinginkan untuk menghasilkan tanaman asparagus yang produktif.

Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1999) perbanyakan menggunakan bibit ini mempunyai beberapa keuntungan, diantaranya dapat mempersingkat ma-sa non produktif, menghasilkan kondisi pertanaman penuh dan seragam, mengu-rangi persaingan gulma, dan dapat menjamin perkecambahan yang lebih baik.

Bibit asparagus membutuhkan media tanam yang tepat dan sesuai agar pertumbuhannya baik. Media yang ideal untuk bibit asparagus adalah campuran antara tanah tertentu yang mempunyai tekstur cukup berpasir dan kandungan un-sur hara yang cukup. Soepardi (1983) menyatakan bahwa media merupakan salah

3

(56)

satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman sebagai tempat tumbuh, media perakaran, dan sumber unsur hara.

Karakteristik penting yang harus dimiliki media tanam sebagai tempat tumbuh menurut Acquaah (2002) adalah mempunyai kemampuan memegang air yang baik, mempunyai aerasi dan drainase yang baik, mempunyai pH yang sesuai dengan jenis tanaman, dan mengandung unsur hara penting yang tersedia untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Media tanam adalah salah satu faktor yang dapat menentukan baik buruknya pertumbuhan bibit asparagus. Oleh karena itu penting untuk diketahui jenis media tanam yang tepat dan sesuai untuk mengha-silkan bibit asparagus dengan pertumbuhan yang baik.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh jenis media tanam terhadap pertumbuhan bibit asparagus dan mengetahui jenis media tanam yang te-pat dan sesuai untuk menghasilkan pertumbuhan bibit asparagus yang baik.

Hipotesis

Gambar

Tabel 2. Rekapitulasi Sidik Ragam Tiap Peubah (1-11 MST)
Tabel 3. Pengaruh Media Tanam terhadap Perkecambahan Benih
Tabel 4. Pengaruh Media Tanam terhadap Diameter Batang
Tabel 2. Rekapitulasi Sidik Ragam Tiap Peubah (1-11 MST)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berkenaan dengan hal tersebut, saya mohon bantuan adik-adik untuk memberikan jawaban atas pernyataan yang terdapat dalam angket ini sesuai dengan kondisi adik-adik dalam

Sistem transmisi Ultra long distance-Dense Wave length Division Multiplexing (U-DWDM) merupakan salah satu sistem transmisi serat optik yang dirancang untuk menyediakan

Jumlah kelompok yang mendapatkan pembinaan dan pelatihan penguatan kelembagaan usaha nelayan dan petani ikan 25 kelompok; Persentase koordinasi penyuluh perikanan

Harmonisasi hanya pada tahap penyelarasan standar akuntansi yang dikeluarkan oleh badan penyusunan standar di setiap negara dengan International Accounting Standard (IAS) yang

ayat pertama ayat kedua ayat ketiga ayat keempat ayat kelima ayat keenam ayat ketujuh.. Aku tahu pesan

Berdasarkan rangkuman latar belakang diatas, maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut : Apakah platelet to lymphocyte ratio (PLR) yang tinggi merupakan prediktor

Selain itu juga peneliti melakukan kegiatan dalam rangka mengumpulkan data dengan cara dokumentasi yaitu mengamati tentang sejarah berdirinya Madrasah Diniyah

Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui; 1) Pengaruh Metode Pembelajaan terhadap Hasil Belajar IPA siswa SMP Negeri Jakarta. 2) Pengaruh Minat belajar terhdap hasil