• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pemanfaatan Media Komunikasi Prima Tani Dan Aksesibilitas Kelembagaan Tani Dengan Persepsi Petani Tentang Introduksi Teknologi Agribisnis Industrial Pedesaan (Kasus Di Jawa Barat Dan Sulawesi Selatan )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Pemanfaatan Media Komunikasi Prima Tani Dan Aksesibilitas Kelembagaan Tani Dengan Persepsi Petani Tentang Introduksi Teknologi Agribisnis Industrial Pedesaan (Kasus Di Jawa Barat Dan Sulawesi Selatan )"

Copied!
292
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI PETANI TENTANG INTRODUKSI TEKNOLOGI AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN

(Kasus di Jawa Barat dan Sulawesi Selatan)

Yusuf Sapari

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

xi

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis “Hubungan Pemanfaatan Media Komunikasi Prima Tani dan Aksesibilitas Kelembagaan Tani dengan Persepsi Petani tentang Introduksi Teknologi Agribisnis Industrial Pedesaan (Kasus di Jawa Barat dan Sulawesi Selatan) adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2008

(3)

xi ABSTRACT

SAPARI, Y. Prima Tani Communications Media Uses Relation and Accessibility of Farmer Institution with Farmer Perception about Technology Introduction of Rural Agribusiness Industrial (Case in West Java and South Sulawesi). Under direction of AMIRUDDIN SALEH and MAKSUM.

The objectives of research is to identify the relation among usage of Prima Tani communication media and accessibility of the farmer institution withperception of farmer about the rural industrial agribusiness introduction tecnology.

This research aims to identify the personal characteristic, usage of Prima Tani communication media and accessibility of the farmer institution influencing the perception of farmer related the technology introduction of Rural Agribusiness Industrial in West Java and South Sulawesi province.

This research uses the description correlation survai design and 96 responden are selected by the nonproporsionate cluster random sampling technique. Analyzing data uses rank Spearman and chi-square statistical test.

The result shows that the nonformal education has significant correlation to the perception of farmer cooperator in West Java about introduction technology of Rural Agribusiness Industrial on biophysic, social and economic aspect. Age, formal and nonformal eduction has negative significant correlation to perception noncooperator farmer in West Java on social and economic aspect. In South Sulawesi, formal education and experience of farm has significant correlation about cooperator farmer perception with technology introduction Rural Agribusiness Industrial on economic aspect, average income and land use field has significant correlation on social aspect. Average income and land use field has negative significant correlation with noncooperator farmer perception on social aspect, land use field has significant correlation on economic aspect.

In West Java, spread out technology has correlation with perception of cooperator farmer on biophysic and economic aspect. Prima Tani media communications has significant correlation with perception of cooperator farmer on biophysic and social aspect. Clinic of agribusiness has significant correlation with cooperator farmer perception on biophysic and economics aspect. Spread out technological has significant correlation with perception noncooperator farmer in West Java on social aspect, Prima Tani media communications has negative significant correlation on social aspect, clinic of agribusiness has significant correlation with perception noncooperator farmer on economic aspect. In South Sulawesi, spead out technological has significant correlation with perception cooperator farmer in biophysic and social aspect. Prima Tani media communications and clinic of agribusiness has significant correlation with perception cooperator farmer on social and economic aspect. Prima Tani media communication hasn’t correlation with noncooperator farmer perception in biophysic, social and economic aspect.

(4)

xi RINGKASAN

Sapari, Y. Hubungan Pemanfaatan Media Komunikasi Prima Tani dan Aksesibilitas Kelembagaan Tani dengan Persepsi Petani tentang Introduksi Teknologi Agribisnis Industrial Pedesaan (Kasus di Jawa Barat dan Sulawesi Selatan). Dibimbing oleh AMIRUDDIN SALEH dan MAKSUM.

Perkembangan pembangunan nasional dan perubahan lingkungan strategis yang terjadi pada akhir-akhir ini mendorong Departemen Pertanian untuk terus meningkatkan peran serta yang lebih proaktif dan sistematis, khususnya mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat tani, umumnya memecahkan berbagai kendala pembangunan pertanian. Salah satu aktivitas Departemen Pertanian yang diprakarsai oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian adalah Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian (Prima Tani).

Program Prima Tani bertujuan untuk mempercepat proses diseminasi dan adopsi teknologi inovatif terutama dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian untuk mengatasi kebuntuan program sebelumnya. Adanya Prima Tani bertujuan untuk memperoleh umpan balik mengenai karakteristik teknologi tepat guna secara spesifik pengguna (petani) dan di lokasi.

Namun demikian, dalam pelaksanaannya di lapangan masih ada perbedaan persepsi di antara petani dalam menterjemahkan program dan kegiatan Prima Tani. Adanya perbedaan persepsi tersebut menyebabkan pelaksanaan program Prima Tani terutama dalam penerapan dan aplikasinya di lapangan banyak mengalami hambatan. Adanya pemanfaatan media Prima Tani seperti gelar teknologi, klinik agribisnis, poster, leaflet, majalah Prima Tani, demplot dan lainnya serta aksesibilitas lembaga tani diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman petani serta mengurangi perbedaan persepsi antara petani dan pengelola Prima Tani, sehingga berhasil baik di lapangan.

Secara umum penelitian ini disesuaikan dengan kedua kondisi wilayah yang berbeda baik dilihat dari aspek karakteristik petani, biofisik, aspek sosial maupun aspek teknis di lapangan.

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) menganalisis hubungan antara karakteristik petani dengan persepsinya tentang introduksi teknologi Agribisnis Industrial Pedesaan, 2) menganalisis hubungan antara pemanfaatan media komunikasi Prima Tani dengan persepsi petani tentang introduksi teknologi Agribisnis Industrial Pedesaan, 3) menganalisis hubungan antara aksesibilitas kelembagaan tani dengan persepsi petani tentang introduksi teknologi Agribisnis Industrial Pedesaan.

Penelitian dirancang sebagai survai deskriptif korelasional dengan sampel 96 responden petani kooperator dan nonkooperator di Jawa Barat dan Sulawesi Selatan. Pengambilan sampel dengan menggunakan nonproporsionate cluster random sampling. Analisa statistik dengan frekuensi, prosentase, persentil, rataan skor dan total rataan skor. Untuk melihat hubungan antar peubah menggunakan chi-square dan rank Spearman.

(5)

xi

berkorelasi nyata negatif (p<0,05) dengan persepsi petani nonkooperator pada aspek ekonomi. Untuk petani kooperator di Sulawesi Selatan terlihat bahwa pendidikan formal dan pengalaman bertani berkorelasi nyata (p<0,05) dengan persepsinya pada aspek ekonomi. Pendapatan dan luas lahan garapan berkorelasi nyata (p<0,05) dengan persepsi petani kooperator pada aspek sosial. Sedangkan pendapatan berkorelasi nyata negatif (p<0,05) dan luas lahan garapan berkorelasi sangat nyata negatif (p<0,01) dengan persepsi petani nonkooperator pada aspek sosial serta luas lahan garapan berkorelasi nyata (p<0,05) dengan persepsi petani nonkooperator Sulawesi Selatan pada aspek ekonomi.

Pemanfaatan media komunikasi Prima Tani terutama gelar teknologi dan klinik agribisnis berkorelasi nyata (p<0,05) dengan persepsi petani kooperator Jawa Barat pada aspek biofisik dan ekonomi. Untuk media komunikasi lainnya terlihat berkorelasi sangat nyata (p<0,01) dengan persepsi petani kooperator Jawa Barat pada aspek biofisik dan berkorelasi nyata (p<0,05) pada sosial. Sedangkan gelar teknologi berkorelasi nyata (p<0,05) dengan persepsi petani nonkooperator Jawa Barat pada aspek sosial, klinik agribisnis berkorelasi nyata (p<0,05) dengan persepsi petani nonkooperator pada aspek ekonomi. Sedangkan pemanfaatan media komunikasi lainnya berkorelasi sangat nyata negatif (p<0,01) dengan persepsi petani nonkooperator Jawa Barat pada aspek sosial. Berbeda kondisi di Sulawesi Selatan, pemanfaatan media komunikasi Prima Tani terutama gelar teknologi berkorelasi nyata (p<0,05) dengan persepsi petani kooperator pada aspek biofisik dan sosial. Klinik agribisnis berkorelasi sangat nyata (p<0,01) dengan persepsi petani kooperator pada aspek ekonomi dan berkorelasi nyata (p<0,05) dengan persepsi petani kooperator pada aspek sosial. Sedangkan, media komunikasi lainnya berkorelasi sangat nyata (p<0,01) dengan persepsi petani kooperator pada aspek sosial dan berkorelasi nyata (p<0,05) dengan persepsi petani kooperator pada aspek ekonomi. Pemanfaatan media komunikasi Prima Tani oleh petani nonkooperator di Sulawesi Selatan tidak berkorelasi nyata (p<0,05) dengan persepsinya pada aspek biofisik, sosial dan ekonomi.

Aksesibilitas kelembagaan tani di Jawa Barat terutama manfaat adanya kelompok berkorelasi nyata (p<0,05) dengan persepsi petani kooperator pada aspek ekonomi dan sosial serta berhubungan sangat nyata (p<0,01) dengan persepsinya pada aspek biofisik. Keuntungan adanya kelompok tani berkorelasi nyata (p<0,05) dengan persepsi petani kooperator pada aspek biofisik dan sosial. Sedangkan aksesibilitas kelembagaan tani terutama manfaat adanya kelompok tani berkorelasi sangat nyata (p<0,01) dengan persepsi petani nonkooperator Jawa Barat pada aspek sosial, berkorelasi nyata (p<0,05) dengan persepsinya pada aspek ekonomi. Keuntungan adanya kelompok tani berkorelasi nyata (p<0,05) dengan persepsinya pada aspek sosial. Berbeda dengan Jawa Barat, pada petani kooperator di Sulawesi Selatan aksesibilitas kelembagaan tani terutama manfaat adanya kelompok tani berkorelasi sangat nyata (p<0,01) dengan petani kooperator pada aspek sosial. Keuntungan adanya kelompok tani berkorelasi nyata (p<0,05) dengan persepsi petani kooperator pada aspek biofisik. Sedangkan, aksesibilitas kelembagaan tani tidak berkorelasi nyata (p>0,05) dengan persepsi petani nonkooperator Sulawesi Selatan pada aspek biofisik, sosial dan ekonomi.

(6)

xi

kepada kebutuhan petani lokal spesifik, 2) pelatihan dan sekolah lapang pertanian bagi petani perlu ditingkatkan sebagai upaya meningkatkan pemahaman dan keterampilan teknologi introduksi yang direkomendasikan, 3) peran dan keberadaan kelompok tani dan gapoktan perlu dijabarkan mengenai tugas, fungsi dan manfaatnya bagi anggota melalui pertemuan kelompok, pembagian tugas, penerbitan brosur dan lainnya.

(7)

xi

©Hak Cipta milik IPB, tahun 2008 Hak Cipta dilindungi Undang - Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(8)

xi

HUBUNGAN PEMANFAATAN MEDIA KOMUNIKASI PRIMA TANI DAN AKSESIBILITAS KELEMBAGAAN TANI DENGAN

PERSEPSI PETANI TENTANG INTRODUKSI TEKNOLOGI AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN

(Kasus di Jawa Barat dan Sulawesi Selatan)

YUSUF SAPARI

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(9)

xi

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Tesis : Hubungan Pemanfaatan Media Komunikasi Prima Tani dan Aksesibilitas Kelembagaan Tani dengan Persepsi Petani tentang

Introduksi Teknologi Agribisnis Industrial Pedesaan (Kasus di Jawa Barat dan Sulawesi Selatan )

Nama : Yusuf Sapari NIM : I 353060031

Program studi : Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

Disetujui, Komisi Pembimbing

Dr.Ir. H.Amiruddin Saleh, M.S. Drs. Maksum, M.Si (Ketua) (Anggota)

Diketahui,

Prof. Dr.Ir.H.Sumardjo, M.S. Prof. Dr.Ir.H. Khairil A. Notodiputro, M.S.

Tanggal Ujian: 19 Agustus 2008 Tanggal lulus: Koordinator Mayor

Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

(10)

xi PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena dengan segala karunia dan hidayah-Nya tesis ini bisa diselesaikan dengan lancar. Tema yang dipilih dalam penelitian ini ialah Prima Tani dengan judul Hubungan Pemanfaatan Media Komunikasi Prima Tani dan Aksesibilitas Kelembagaan Tani dengan Persepsi Petani tentang Introduksi Teknologi Agribisnis Industrial Pedesaan: Kasus di Jawa Barat dan Sulawesi Selatan.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Ir. H. Amiruddin Saleh, M.S. dan Drs. Maksum, M.Si selaku pembimbing yang dengan sabar membimbing dan memberi masukan yang berarti selama penyusunan proposal penelitian hingga tesis selesai.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Sumardjo, M.S. selaku Ketua Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan, yang telah memberikan dukungan morilnya untuk menyelesaikan tesis ini.

3. Bapak Ir. Richard W.E. Lumintang, MSEA, selaku dosen penguji luar yang telah memberikan masukan dan saran bagi perbaikan tesis ini.

4. Staff administrasi Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan khususnya Mba Lia Mulyaningsih, A.Md, Bapak Jaenudin dan Bapak Komar yang dengan ikhlas dan tulus membantu penulis dalam kelancaran administrasi selama studi di Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

5. Panitia Sidang draft tesis Pascasarjana Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan kelancaran dalam proses pembuatan sampai sidang tesis dilakukan. 6. Masyarakat Desa Jatiwangi, Kabupaten Garut, Jawa Barat dan Desa Sapanang,

Kabupaten Pangkep dan Desa Kamanre, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan yang telah menerima penulis untuk melakukan studi di desa tersebut.

7. Kepala BPTP Jawa Barat dan Kepala BPTP Sulawesi Selatan, Pelaksana Penyuluhan Pertanian dan pengelola Prima Tani di lokasi penelitian yang telah memberi ijin dan informasi yang sangat berarti saat pengumpulan data dilakukan penulis.

(11)

PERSEPSI PETANI TENTANG INTRODUKSI TEKNOLOGI AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN

(Kasus di Jawa Barat dan Sulawesi Selatan)

Yusuf Sapari

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

xi

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis “Hubungan Pemanfaatan Media Komunikasi Prima Tani dan Aksesibilitas Kelembagaan Tani dengan Persepsi Petani tentang Introduksi Teknologi Agribisnis Industrial Pedesaan (Kasus di Jawa Barat dan Sulawesi Selatan) adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2008

(13)

xi ABSTRACT

SAPARI, Y. Prima Tani Communications Media Uses Relation and Accessibility of Farmer Institution with Farmer Perception about Technology Introduction of Rural Agribusiness Industrial (Case in West Java and South Sulawesi). Under direction of AMIRUDDIN SALEH and MAKSUM.

The objectives of research is to identify the relation among usage of Prima Tani communication media and accessibility of the farmer institution withperception of farmer about the rural industrial agribusiness introduction tecnology.

This research aims to identify the personal characteristic, usage of Prima Tani communication media and accessibility of the farmer institution influencing the perception of farmer related the technology introduction of Rural Agribusiness Industrial in West Java and South Sulawesi province.

This research uses the description correlation survai design and 96 responden are selected by the nonproporsionate cluster random sampling technique. Analyzing data uses rank Spearman and chi-square statistical test.

The result shows that the nonformal education has significant correlation to the perception of farmer cooperator in West Java about introduction technology of Rural Agribusiness Industrial on biophysic, social and economic aspect. Age, formal and nonformal eduction has negative significant correlation to perception noncooperator farmer in West Java on social and economic aspect. In South Sulawesi, formal education and experience of farm has significant correlation about cooperator farmer perception with technology introduction Rural Agribusiness Industrial on economic aspect, average income and land use field has significant correlation on social aspect. Average income and land use field has negative significant correlation with noncooperator farmer perception on social aspect, land use field has significant correlation on economic aspect.

In West Java, spread out technology has correlation with perception of cooperator farmer on biophysic and economic aspect. Prima Tani media communications has significant correlation with perception of cooperator farmer on biophysic and social aspect. Clinic of agribusiness has significant correlation with cooperator farmer perception on biophysic and economics aspect. Spread out technological has significant correlation with perception noncooperator farmer in West Java on social aspect, Prima Tani media communications has negative significant correlation on social aspect, clinic of agribusiness has significant correlation with perception noncooperator farmer on economic aspect. In South Sulawesi, spead out technological has significant correlation with perception cooperator farmer in biophysic and social aspect. Prima Tani media communications and clinic of agribusiness has significant correlation with perception cooperator farmer on social and economic aspect. Prima Tani media communication hasn’t correlation with noncooperator farmer perception in biophysic, social and economic aspect.

(14)

xi RINGKASAN

Sapari, Y. Hubungan Pemanfaatan Media Komunikasi Prima Tani dan Aksesibilitas Kelembagaan Tani dengan Persepsi Petani tentang Introduksi Teknologi Agribisnis Industrial Pedesaan (Kasus di Jawa Barat dan Sulawesi Selatan). Dibimbing oleh AMIRUDDIN SALEH dan MAKSUM.

Perkembangan pembangunan nasional dan perubahan lingkungan strategis yang terjadi pada akhir-akhir ini mendorong Departemen Pertanian untuk terus meningkatkan peran serta yang lebih proaktif dan sistematis, khususnya mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat tani, umumnya memecahkan berbagai kendala pembangunan pertanian. Salah satu aktivitas Departemen Pertanian yang diprakarsai oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian adalah Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian (Prima Tani).

Program Prima Tani bertujuan untuk mempercepat proses diseminasi dan adopsi teknologi inovatif terutama dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian untuk mengatasi kebuntuan program sebelumnya. Adanya Prima Tani bertujuan untuk memperoleh umpan balik mengenai karakteristik teknologi tepat guna secara spesifik pengguna (petani) dan di lokasi.

Namun demikian, dalam pelaksanaannya di lapangan masih ada perbedaan persepsi di antara petani dalam menterjemahkan program dan kegiatan Prima Tani. Adanya perbedaan persepsi tersebut menyebabkan pelaksanaan program Prima Tani terutama dalam penerapan dan aplikasinya di lapangan banyak mengalami hambatan. Adanya pemanfaatan media Prima Tani seperti gelar teknologi, klinik agribisnis, poster, leaflet, majalah Prima Tani, demplot dan lainnya serta aksesibilitas lembaga tani diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pemahaman petani serta mengurangi perbedaan persepsi antara petani dan pengelola Prima Tani, sehingga berhasil baik di lapangan.

Secara umum penelitian ini disesuaikan dengan kedua kondisi wilayah yang berbeda baik dilihat dari aspek karakteristik petani, biofisik, aspek sosial maupun aspek teknis di lapangan.

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) menganalisis hubungan antara karakteristik petani dengan persepsinya tentang introduksi teknologi Agribisnis Industrial Pedesaan, 2) menganalisis hubungan antara pemanfaatan media komunikasi Prima Tani dengan persepsi petani tentang introduksi teknologi Agribisnis Industrial Pedesaan, 3) menganalisis hubungan antara aksesibilitas kelembagaan tani dengan persepsi petani tentang introduksi teknologi Agribisnis Industrial Pedesaan.

Penelitian dirancang sebagai survai deskriptif korelasional dengan sampel 96 responden petani kooperator dan nonkooperator di Jawa Barat dan Sulawesi Selatan. Pengambilan sampel dengan menggunakan nonproporsionate cluster random sampling. Analisa statistik dengan frekuensi, prosentase, persentil, rataan skor dan total rataan skor. Untuk melihat hubungan antar peubah menggunakan chi-square dan rank Spearman.

(15)

xi

berkorelasi nyata negatif (p<0,05) dengan persepsi petani nonkooperator pada aspek ekonomi. Untuk petani kooperator di Sulawesi Selatan terlihat bahwa pendidikan formal dan pengalaman bertani berkorelasi nyata (p<0,05) dengan persepsinya pada aspek ekonomi. Pendapatan dan luas lahan garapan berkorelasi nyata (p<0,05) dengan persepsi petani kooperator pada aspek sosial. Sedangkan pendapatan berkorelasi nyata negatif (p<0,05) dan luas lahan garapan berkorelasi sangat nyata negatif (p<0,01) dengan persepsi petani nonkooperator pada aspek sosial serta luas lahan garapan berkorelasi nyata (p<0,05) dengan persepsi petani nonkooperator Sulawesi Selatan pada aspek ekonomi.

Pemanfaatan media komunikasi Prima Tani terutama gelar teknologi dan klinik agribisnis berkorelasi nyata (p<0,05) dengan persepsi petani kooperator Jawa Barat pada aspek biofisik dan ekonomi. Untuk media komunikasi lainnya terlihat berkorelasi sangat nyata (p<0,01) dengan persepsi petani kooperator Jawa Barat pada aspek biofisik dan berkorelasi nyata (p<0,05) pada sosial. Sedangkan gelar teknologi berkorelasi nyata (p<0,05) dengan persepsi petani nonkooperator Jawa Barat pada aspek sosial, klinik agribisnis berkorelasi nyata (p<0,05) dengan persepsi petani nonkooperator pada aspek ekonomi. Sedangkan pemanfaatan media komunikasi lainnya berkorelasi sangat nyata negatif (p<0,01) dengan persepsi petani nonkooperator Jawa Barat pada aspek sosial. Berbeda kondisi di Sulawesi Selatan, pemanfaatan media komunikasi Prima Tani terutama gelar teknologi berkorelasi nyata (p<0,05) dengan persepsi petani kooperator pada aspek biofisik dan sosial. Klinik agribisnis berkorelasi sangat nyata (p<0,01) dengan persepsi petani kooperator pada aspek ekonomi dan berkorelasi nyata (p<0,05) dengan persepsi petani kooperator pada aspek sosial. Sedangkan, media komunikasi lainnya berkorelasi sangat nyata (p<0,01) dengan persepsi petani kooperator pada aspek sosial dan berkorelasi nyata (p<0,05) dengan persepsi petani kooperator pada aspek ekonomi. Pemanfaatan media komunikasi Prima Tani oleh petani nonkooperator di Sulawesi Selatan tidak berkorelasi nyata (p<0,05) dengan persepsinya pada aspek biofisik, sosial dan ekonomi.

Aksesibilitas kelembagaan tani di Jawa Barat terutama manfaat adanya kelompok berkorelasi nyata (p<0,05) dengan persepsi petani kooperator pada aspek ekonomi dan sosial serta berhubungan sangat nyata (p<0,01) dengan persepsinya pada aspek biofisik. Keuntungan adanya kelompok tani berkorelasi nyata (p<0,05) dengan persepsi petani kooperator pada aspek biofisik dan sosial. Sedangkan aksesibilitas kelembagaan tani terutama manfaat adanya kelompok tani berkorelasi sangat nyata (p<0,01) dengan persepsi petani nonkooperator Jawa Barat pada aspek sosial, berkorelasi nyata (p<0,05) dengan persepsinya pada aspek ekonomi. Keuntungan adanya kelompok tani berkorelasi nyata (p<0,05) dengan persepsinya pada aspek sosial. Berbeda dengan Jawa Barat, pada petani kooperator di Sulawesi Selatan aksesibilitas kelembagaan tani terutama manfaat adanya kelompok tani berkorelasi sangat nyata (p<0,01) dengan petani kooperator pada aspek sosial. Keuntungan adanya kelompok tani berkorelasi nyata (p<0,05) dengan persepsi petani kooperator pada aspek biofisik. Sedangkan, aksesibilitas kelembagaan tani tidak berkorelasi nyata (p>0,05) dengan persepsi petani nonkooperator Sulawesi Selatan pada aspek biofisik, sosial dan ekonomi.

(16)

xi

kepada kebutuhan petani lokal spesifik, 2) pelatihan dan sekolah lapang pertanian bagi petani perlu ditingkatkan sebagai upaya meningkatkan pemahaman dan keterampilan teknologi introduksi yang direkomendasikan, 3) peran dan keberadaan kelompok tani dan gapoktan perlu dijabarkan mengenai tugas, fungsi dan manfaatnya bagi anggota melalui pertemuan kelompok, pembagian tugas, penerbitan brosur dan lainnya.

(17)

xi

©Hak Cipta milik IPB, tahun 2008 Hak Cipta dilindungi Undang - Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(18)

xi

HUBUNGAN PEMANFAATAN MEDIA KOMUNIKASI PRIMA TANI DAN AKSESIBILITAS KELEMBAGAAN TANI DENGAN

PERSEPSI PETANI TENTANG INTRODUKSI TEKNOLOGI AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN

(Kasus di Jawa Barat dan Sulawesi Selatan)

YUSUF SAPARI

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(19)

xi

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Tesis : Hubungan Pemanfaatan Media Komunikasi Prima Tani dan Aksesibilitas Kelembagaan Tani dengan Persepsi Petani tentang

Introduksi Teknologi Agribisnis Industrial Pedesaan (Kasus di Jawa Barat dan Sulawesi Selatan )

Nama : Yusuf Sapari NIM : I 353060031

Program studi : Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

Disetujui, Komisi Pembimbing

Dr.Ir. H.Amiruddin Saleh, M.S. Drs. Maksum, M.Si (Ketua) (Anggota)

Diketahui,

Prof. Dr.Ir.H.Sumardjo, M.S. Prof. Dr.Ir.H. Khairil A. Notodiputro, M.S.

Tanggal Ujian: 19 Agustus 2008 Tanggal lulus: Koordinator Mayor

Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

(20)

xi PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena dengan segala karunia dan hidayah-Nya tesis ini bisa diselesaikan dengan lancar. Tema yang dipilih dalam penelitian ini ialah Prima Tani dengan judul Hubungan Pemanfaatan Media Komunikasi Prima Tani dan Aksesibilitas Kelembagaan Tani dengan Persepsi Petani tentang Introduksi Teknologi Agribisnis Industrial Pedesaan: Kasus di Jawa Barat dan Sulawesi Selatan.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Ir. H. Amiruddin Saleh, M.S. dan Drs. Maksum, M.Si selaku pembimbing yang dengan sabar membimbing dan memberi masukan yang berarti selama penyusunan proposal penelitian hingga tesis selesai.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Sumardjo, M.S. selaku Ketua Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan, yang telah memberikan dukungan morilnya untuk menyelesaikan tesis ini.

3. Bapak Ir. Richard W.E. Lumintang, MSEA, selaku dosen penguji luar yang telah memberikan masukan dan saran bagi perbaikan tesis ini.

4. Staff administrasi Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan khususnya Mba Lia Mulyaningsih, A.Md, Bapak Jaenudin dan Bapak Komar yang dengan ikhlas dan tulus membantu penulis dalam kelancaran administrasi selama studi di Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

5. Panitia Sidang draft tesis Pascasarjana Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan kelancaran dalam proses pembuatan sampai sidang tesis dilakukan. 6. Masyarakat Desa Jatiwangi, Kabupaten Garut, Jawa Barat dan Desa Sapanang,

Kabupaten Pangkep dan Desa Kamanre, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan yang telah menerima penulis untuk melakukan studi di desa tersebut.

7. Kepala BPTP Jawa Barat dan Kepala BPTP Sulawesi Selatan, Pelaksana Penyuluhan Pertanian dan pengelola Prima Tani di lokasi penelitian yang telah memberi ijin dan informasi yang sangat berarti saat pengumpulan data dilakukan penulis.

(21)

xi

9. Kepada Istriku, Windyaningsih, A.Ma dan Anakku, Nabila Dzatihanani Yusuf yang telah memberi dukungan baik materi dan moril guna menyelesaikan tesis ini.

10.Kepada (Alm) Saleh Wiraatmadja dan Ny. Kanaah, yang turut mendoakan dan memberi nasehat kepada penulis selama kuliah di Pascasarjana IPB.

11.Tak lupa penulis menyampaikan terima kasih kepada program KKP3T yang telah turut membantu studi penulisan tesis ini di Pascasarjana IPB.

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karenanya kritik dan saran demi kesempurnaan ini masih penulis harapkan. Semoga tesis ini bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Bogor, Agustus 2008

(22)

xi

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cirebon pada tanggal 08 April 1973, putra dari (Alm) Saleh Wiraatmadja dan Ny. Kana’ah. Penulis merupakan putra keenam dari enam bersaudara.

Tahun 1997 penulis lulus dari Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Bandung, tahun 2006 lulus seleksi masuk sekolah Pascasarjana IPB pada Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan. Pada tahun 1999, Penulis menikah dengan Windyaningsih, A.Ma dan dikaruniai seorang putri, Nabila Dzatihanani Yusuf.

(23)

xi ABSTRACK

Sapari, Y. Hubungan Pemanfaatan Media Komunikasi dan Aksesibilitas Kelembagaan Tani dengan Persepsi Petani tentang Teknologi Introduksi Agribisnis Industrial Pedesaan. (Kasus Di Jawa Barat dan Sulawesi Selatan). Dibawah bimbingan Amiruddin Saleh dan Maksum.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Pemanfaatan Media Komunikasi dam Aksesibilitas Kelembagaan Tani dengan Persepsi Petani tentang Teknologi Introduksi Agribisnis Industrial Pedesaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik personal, pemanfaatan media komunikasi Prima Tani dan aksesibilitas kelembagaan tani mempengaruhi persepsi petani tentang teknologi introduksi Agribisnis Industrial Pedesaan di provinsi Jawa Barat dan Sulawesi Selatan.

Penelitian ini didesain dengan menggunakan survai deskripsi korelasi, menggunakan metode teknik sampling acak kluster nonproporsional sebanyak 96 orang responden. Analisis korelasi menggunakan uji rank Spearman dan Chi-Square.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan nonformal berhubungan nyata dengan persepsi petani kooperator di Jawa Barat dengan persepsinya tentang teknologi introduksi AIP pada aspek biofisik, sosial dan ekonomi. Umur, pendidikan formal dan nonformal berhubungan nyata negatif dengan persepsi petani nonkooperator Jawa Barat dengan persepsinya pada aspek sosial dan ekonomi. Di Sulawesi Selatan, pendidikan formal dan pengalaman tani berhubungan nyata dengan persepsi petani kooperator tentang teknologi introduksi AIP pada aspek ekonomi, pendapatan dan luas lahan garapan berhubungan nyata dengan persepsinya pada aspek sosial. Pendapatan dan luas lahan garapan berhubungan nyata negatif dengan persepsi petani nonkooperator pada aspek sosial, luas lahan garapan berhubungan nyata dengan persepsinya pada aspek ekonomi.

Di Jawa Barat, pemanfaatan media komunikasi Prima Tani terutama gelar teknologi dan klinik agribisnis berhubungan nyata dengan persepsi petani kooperator tentang teknologi introduksi AIP pada aspek biofisik dan ekonomi. Media komunikasi lainnya berhubungan dengan persepsinya pada aspek biofisik dan sosial. Sedangkan gelar teknologi dan media komunikasi lainnya berhubungan nyata dengan persepsi petani nonkooperator pada aspek sosial, klinik agribisnis berhubungan dengan persepsinya pada aspek ekonomi. Di Sulawesi Selatan, media komunikasi lainnya dan klinik agribisnis berhubungan nyata dengan persepsi petani kooperator tentang teknologi introduksi AIP pada aspek sosial dan ekonomi. Gelar teknologi berhubungan nyata dengan persepsinya pada aspek biofisik dan sosial. Sedangkan pemanfaatan media komunikasi Prima Tani tidak berhubungan nyata dengan persepsi petani nonkooperator pada aspek biofisik, sosial dan ekonomi.

(24)

xi

sosial dan ekonomi. Keuntungan adanya kelompoktani berhubungan nyata dengan persepsinya pada aspek sosial. Di Sulawesi Selatan, aksesibilitas kelembagaan tani terutama manfaat adanya kelompoktani berhubungan sangat nyata dengan persepsi petani kooperator pada aspek sosial, keuntungan adanya kelompoktani berhubungan nyata dengan persepsinya pada aspek biofisik. Sedangkan aksesibilitas kelembagaan tani tidak berhubungan nyata dengan persepsi petani nonkooperator pada aspek biofisik, sosial dan ekonomi.

(25)

xii

Latar Belakang Penelitian ………... 1 Rumusan Masalah Penelitian... 4 Tujuan Penelitian... 5 Kegunaan Penelitian... 6

Ruang Lingkup Penelitian ... 6 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ... 7 Kerangka Pemikiran ... 7 Hipotesis ... 9

TINJAUAN PUSTAKA………. 10

Program Prima Tani………. 10

Karakteristik Personal……….. 11

Aksesibilitas Kelembagaan Tani……….. 14 Pemanfaatan Media Komunikasi……….. 16

Persepsi………. 23

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi……… 26 Komunikasi………... 27

Introduksi Teknologi ...……… 31 Adopsi Introduksi Teknologi ...……… 33 Introduksi Teknologi Agribisnis Industrial Pedesaan... 36 Implementasi Model Agribisnis Industrial Pedesaan... 38 Karakteristik Kelembagaan Agribisnis Industrial Pedesaan... 39 Elemen dalam Kelembagaan Agribisnis Industrial Pedesaan... 40 Penumbuhan Keterkaitan Antar Elemen dalam Kelembagaan Agribisnis Industrial Pedesaan... 41

METODE PENELITIAN……… 43

Desain Penelitian……….. 43

Lokasi dan Waktu Penelitian………... 43

Populasi……… 44

Sampel Penelitian………. 44

Data dan Instrumentasi………. 45 Data………... 45 Instrumentasi……… 46

Definisi Operasional………. 46

(26)

xiii

Reliabilitas Instrumen……….………. 49

Pengumpulan data………. 50

Analisis Data………. 51

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN……… 53 Gambaran Umum Desa Jatiwangi Kabupaten Garut, Jawa Barat…….... 53 Gambaran Umum Desa Citarik Kabupaten Karawang, Jawa Barat……. 55 Gambaran Umum Kelurahan Sapanang Kabupaten Pangkep, Sulawesi

Selatan……….. 57

Gambaran Umum Desa Kamanre Kabupaten Luwu, Sulawesi

Selatan……... 59

HASIL DAN PEMBAHASAN ……….. 61

Karakteristik Personal Responden……… 61 Umur………. 61 Pemanfaatan Media Komunikasi Prima Tani………... 71 Gelar Teknologi……… 71 Klinik Agribisnis………...……… 74 Media Komunikasi Lainnya... 78 Aksesibilitas Kelembagaan Tani……….. 81 Persepsi Introduksi Teknologi Agribisnis Industrial Pedesaan………… 84 Hubungan Karakteristik Petani dengan Persepsi Introduksi Teknologi Agribisnis Industrial Pedesaan………. 89 Hubungan Pemanfaatan Media Komunikasi Prima Tani dengan Persepsi Petani tentang Introduksi Teknologi Agribisnis Industrial Pedesaan…………... 98 Hubungan Aksesibilitas Kelembagaan Tani dengan Persepsi Petani tentang Introduksi Teknologi Agribisnis Industrial Pedesaan…... 107

SIMPULAN DAN SARAN………... 114

Simpulan………... 114

Saran………. 115

(27)

xiv

Halaman 1. Populasi dan sampel penelitian ...……….……….. 44 2. Karakteristik responden………. ……… 64 3. Rataan skor pemanfaatan media komunikasi Prima Tani……….. 72 4. Rataan skor aksesibilitas kelembagaan tani...………. 83 5. Rataan skor persepsi petani tentang introduksi teknologi AIP ... 87 6. Hubungan karakteristik petani dengan persepsinya tentang introduksi

teknologi Agribisnis Industrial Pedesaan…………... 97 7. Hubungan pemanfaatan media komunikasi Prima Tani dengan persepsi

petani tentang intoduksi teknologi Agribisnis Industrial Pedesaan ... 106 8. Hubungan aksesibilitas kelembagaan tani dengan persepsi petani

(28)

xv

Halaman 1. Kerangka Berpikir Penelitian Keterkaitan antara Pemanfaatan Media

Komunikasi Prima Tani dan Aksesibilitas Kelembagaan Tani dengan Persepsi Petani tentang Introduksi Teknologi Agribisnis Industrial

Pedesaan………... 9

2. Model Komunikasi Linier ... 29 3. Jaringan Kelembagaan Agribisnis Industrial Pedesaan……… 41

(29)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

(30)

Latar Belakang Penelitian

Pembangunan pertanian di Indonesia telah mengalami perubahan yang pesat. Berbagai terobosan yang inovatif di bidang pertanian telah dilakukan sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan beras masyarakat dengan skala besar dan harga terjangkau. Berbagai program telah dilakukan seperti Padi Sentra dan Demonstrasi Massal.

Di era Orde Baru, pemerintah telah melakukan beberapa program terarah dan terpadu melalui badan penelitian dan pengkajian pertanian yang bekerjasama dengan institusi luar seperti IRRI (International Rice Research Institute) dari Philipina telah menghasilkan program baru seperti Bimas, Inmas, Supra Insus dan varietas unggul padi. Selain kajian tentang varietas unggul dikenalkan pula pola usahatani dengan nama Panca Usaha Tani meliputi penggunaan bibit, olah tanah, pupuk, Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dan pengairan. Setelah program Pasca Usaha Tani berjalan, kemudian Badan Litbang Pertanian menggulirkan program Sapta Usaha Tani yang merupakan perpaduan Panca Usaha Tani ditambah dengan panen dan pasca panen sehingga di tahun 1984 Indonesia telah mencapai swasembada beras (Deptan, 2006).

Keberhasilan dalam swasembada beras, tidak terlepas dari adanya dukungan teknologi pertanian yang diciptakan dan dikembangkan oleh Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian. Perkembangan selanjutnya terjadi perubahan di berbagai sektor, termasuk dalam penerapan teknologi oleh petani. Beberapa faktor yang menghambat kecepatan dan tingkat pemanfaatan inovasi yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian cenderung lambat. Menurut Suryana (2005) tingkat adopsi informasi dan teknologi kepada petani kian lambat dan menurun. Segmen rantai pasokan inovasi pada subsistem penyampai (delivery subsystem) dan subsistem penerima (receiving subsystem) merupakan bottleneck yang menyebabkan lambannya penyampaian informasi dan rendahnya tingkat adopsi inovasi yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian kepada masyarakat.

(31)

program yang sedang digulirkan oleh Badan Litbang Pertanian adalah Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian yang disingkat Prima Tani.

Program Prima Tani bertujuan untuk mempercepat proses diseminasi dan adopsi teknologi inovatif terutama yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian sebagai alternatif pemecahan dalam mengantisipasi hambatan dan kebuntuan program-program pertanian sebelumnya yang masih perlu kaji ulang. Adapun tujuan lain program Prima Tani adalah memperoleh umpan balik mengenai karakteristik teknologi tepat guna secara spesifik untuk pengguna terutama petani dan lokasi. Tujuan terakhir dari Prima Tani adalah mempercepat pencapaian kesejahteraan petani, melahirkan sistem pertanian dan lingkungan.

Di sisi lain dengan keberadaan program Prima Tani, maka fungsi BPTP membantu untuk mempercepat alih teknologi kepada pengguna dan penyampaian umpan balik bagi penajaman program pengkajian pertanian wilayah maupun nasional. Program pengkajian diarahkan kepada pemahaman proses difusi dan adopsi teknologi pertanian serta menganalisis metode komunikasi dalam alih teknologi pertanian. Sedangkan analisis metode komunikasi dalam alih teknologi pertanian mencakup aspek-aspek efektif dan efisien dalam percepatan alih, difusi dan adopsi teknologi pertanian, peningkatan pelayanan dan bimbingan teknis jaringan informasi dan kecepatan mengakses informasi baik bagi pengambil kebijakan atau pengguna lain khususnya petani untuk mendapatkan informasi lengkap.

(32)

Namun demikian, dalam pelaksanaannya di lapangan masih ada perbedaan persepsi di antara para pelaksana terutama para petani dalam menterjemahkan program dan kegiatan Prima Tani. Keadaan tersebut tidak dapat dipungkiri, karena perbedaan persepsi pada dasarnya adalah kurangnya informasi atau pengetahuan tentang program tersebut. Sebagaimana dikemukakan Lionberger dan Gwin (1982) bahwa sering terjadi masalah dalam komunikasi interpersonal yaitu adanya perbedaan persepsi di antara pemberi dan penerima pesan dari suatu objek atau peristiwa, penggunaan bahasa yang bersifat abstrak, adanya penggunaan kata-kata atau bahasa yang bersifat emosional, komunikator terlalu mendominasi jalannya komunikasi, kurangnya kredibilitas sumber dan seringkali komunikator hanya menempatkan kepentingannya sendiri.

Adanya perbedaan persepsi tersebut menyebabkan pelaksanaan program Prima Tani terutama dalam penerapan dan aplikasinya di lapangan banyak mengalami hambatan. Hambatan ini akan mengganggu jalannya pelaksanaan program Prima Tani di lokasi terutama kepada petani ketika menerapkan program Prima Tani tersebut.

Adanya pemanfaatan media Prima Tani seperti leaflet, poster, majalah Prima Tani, demplot dan lainnya diharapkan mampu menambah pengetahuan dan pemahaman petani sehingga dapat mengurangi perbedaan persepsi di antara petani dan pengelola Prima Tani di lapangan. Dengan demikian, pemanfaatan media Prima Tani dan aksesibilitas kelembagaan tani yang ada dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan wawasan petani didalam menerapkan program Prima Tani pada usahataninya.

Secara umum penelitian ini disesuaikan dengan kedua kondisi wilayah yang berbeda baik dilihat dari aspek karakteristik petani, biofisik, aspek sosial maupun aspek teknis di lapangan. Dengan memperhatikan aspek-aspek tersebut, maka pelaksanaan program Prima Tani terutama di wilayah Jawa Barat dan di Sulawesi Selatan hasilnya akan dapat dilihat melalui penelitian ini.

(33)

dan aksesibilitas lembaga tani oleh petani kooperator dan petani nonkooperator serta bagaimana persepsinya tentang teknologi introduksi Agribisnis Industrial Pedesaan di provinsi Jawa Barat dan Sulawesi Selatan dalam menerapkan teknologi di kegiatan usahataninya.

Rumusan Masalah Penelitian

Penerapan teknologi introduksi dalam program Prima Tani sebagian besar telah dilaksanakan dan masih disosialisasikan ke beberapa daerah yang telah melaksanakan program pertanian sebelumnya seperti Bimas, Inmas, Supra Insus, Sapta Usaha Tani. Secara teknis di lapangan berbagai teknologi introduksi usahatani baik padi, hortikultura, perkebunan dan ternak yang telah diperkenalkan kepada petani dan kelompoknya oleh penyuluh atau pemandu tidak semuanya dapat diterapkan dalam usahataninya. Penerapan terhadap adopsi teknologi introduksi banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial-budaya, faktor ekonomi dan faktor biofisik. Faktor penghambat pada aspek sosial-budaya petani lebih banyak bertumpu kepada karakteristik petani dan kelembagaan tani yang belum ada atau sudah ada tetapi tidak berjalan. Perilaku komunikasi petani untuk mendapatkan informasi yang benar dan jelas mengenai adopsi teknologi introduksi juga perlu dilakukan penelitian. Sedangkan dalam adopsi teknologi introduksi lebih banyak bertumpu kepada suatu ide, penerapan atau praktek, teknologi atau sesuatu hal yang dianggap baru oleh seseorang (Rogers, 2003).

Menurut teori proses difusi inovasi dalam perspektif pengguna merupakan teori konvensional dalam pengambilan keputusan. Proses ini banyak kelemahannya yaitu: 1) proses tersebut selalu diakhiri dengan keputusan mengadopsi padahal faktanya mungkin saja diakhiri dengan penolakan, 2) kelima tahap proses adopsi inovasi tidak selalu dilalui berurutan atau tahapan tertentu akan dilewati, 3) proses tersebut jarang berakhir dengan adopsi (Havelock, 1971). Sehingga dalam keputusan adopsi teknologi introduksi Prima Tani ini, petani diharapkan dapat menerima secara cepat serta mampu menerapkannya sesuai anjuran yang diberikan oleh petugas.

(34)

Secara singkat dari uraian di atas dapat ditarik beberapa rumusan masalah penelitian yang diangkat sebagai berikut:

1. Sejauh mana hubungan karakteristik petani dengan persepsinya tentang teknologi introduksi Agribisnis Industrial Pedesaan ?

2. Sejauh mana hubungan pemanfaatan media komunikasi Prima Tani dengan persepsi petani tentang teknologi introduksi Agribisnis Industrial Pedesaan ? 3. Sejauh mana hubungan aksesibilitas kelembagaan tani dengan persepsi petani

tentang teknologi introduksi Agribisnis Industrial Pedesaan ?

Tujuan Penelitian

Penelitian bertujuan untuk mengetahui persepsi petani mengenai teknologi introduksi Prima Tani serta hubungannya dengan pemanfaatan media komunikasi Prima Tani dan aksesibilitas pada kelembagaan tani. Aksesibilitas pada kelembagaan ini lebih dititikberatkan pada kesempatan petani di dalam program Prima Tani untuk memanfaatkan lembaga petani seperti kelompok tani, penyuluh/ pemandu, peneliti, lembaga pemasaran, koperasi dan lembaga keuangan untuk mencari informasi penting. Di samping itu, petani juga memanfaatkan media komunikasi untuk mendapatkan informasi usahatani melalui gelar teknologi, brosur, surat kabar Sinar Tani, majalah Prima Tani, poster maupun konsultasi langsung ke klinik agribisnis. Dengan adanya pemanfaatan media komunikasi Prima Tani dan aksesibilitas kelembagaan tani diharapkan mampu mengubah persepsi petani mengenai teknologi introduksi yang didapatkan dari program Prima Tani. Untuk menjawab rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis hubungan antara karakteristik petani dengan persepsinya tentang teknologi introduksi Agribisnis Industrial Pedesaan.

2. Untuk menganalisis hubungan antara pemanfaatan media komunikasi Prima Tani dengan persepsi petani tentang teknologi introduksi Agribisnis Industrial Pedesaan.

(35)

Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini dapat dilihat dari aspek akademis dan aspek praktis. Secara akademis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang komunikasi dan peneliti lainnya yang ingin meneliti lebih lanjut mengenai akses lembaga tani dan media komunikasi serta peubah komunikasi lainnya dalam program Prima Tani.

Dalam aspek praktis, penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan dan bahan informasi bagi perencana dan pengambil kebijakan oleh instansi tertentu yang terkait dengan pelaksanaan program Prima Tani.

Ruang Lingkup Penelitian

(36)

panen, harga jual setelah panen, tingkat kemudahan menjaul dan kesesuaian harga jual di pasar.

Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Kerangka Berpikir

Program Prima Tani merupakan program terbaru yang diperkenalkan kepada petani. Program tersebut sebagai mengenai rintisan dan akselerasi diseminasi inovasi teknologi dalam pembangunan pertanian dan pedesaan, dilaksanakan secara integratif vertikal dan horizontal serta daya saing melalui peningkatan nilai tambah dan kesejahteraan masyarakat khususnya petani.

Salah satu faktor yang mempengaruhi percepatan adopsi adalah dari sifat inovasi itu sendiri. Inovasi yang akan diintroduksikan ke dalam Prima Tani, harus mempunyai banyak kesesuaian (daya adaptif) terhadap kondisi fisik, sosial, ekonomi dan budaya yang ada di petani. Untuk itu, inovasi yang ditawarkan ke petani harus inovasi yang tepat guna.

Adopsi inovasi merupakan suatu proses mental atau perubahan perilaku baik yang berupa pengetahuan (cognitive), sikap (affective) maupun keterampilan (psichomotoric) ada diri seseorang sejak ia mengenal inovasi sampai memutuskan untuk mengadopsinya setelah menerima inovasi (Rogers dan Shoemaker, 1995).

Berdasarkan penjelasan tersebut, terlihat bahwa proses adopsi didahului oleh pengenalan suatu inovasi (introduksi) kepada masyarakat tani, selanjutnya terjadi proses mental untuk menerima atau menolak inovasi tersebut. Jika hasil dari proses mental tersebut adalah keputusan untuk menerima suatu inovasi maka terjadilah adopsi.

(37)

Dalam mengadopsi teknologi baru, petani diberikan motivasi dan penjelasan untuk dapat mengembangkan kemampuannya. Kemampuan petani akan dapat dikembangkan apabila keterbatasan pengetahuan dan persepsinya, keterampilan dan modal dapat diatasi serta sikap petani yang statis tradisional dapat diubah menjadi lebih dinamis. Kemampuan menentukan persepsi petani untuk menerima (mengadopsi teknologi introduksi) atau menolaknya, erat kaitannya dengan karakteristik petani, pemanfaatan media komunikasi Prima Tani dan aksesibilitas pada kelembagaan tani.

Dalam penelitian ini peubah karakteristik petani dibatasi sembilan indikator yaitu: umur, jenis kelamin, pendidikan formal, pendidikan nonformal, pendapatan, pengalaman bertani, luas lahan garapan, status lahan garapan, status dalam kelompok tani. Sedangkan untuk peubah aksesibilitas pada kelembagaan tani indikator yang diteliti hanya dua yaitu manfaat keberadaan kelompok tani dan keuntungan adanya kelompok tani. Untuk peubah pemanfaatan media komunikasi Prima Tani indikator yang akan diteliti adalah gelar teknologi, media komunikasi, klinik agribisnis.

Peubah persepsi petani tentang teknologi introduksi Agribisnis Industrial Pedesaan (AIP) dalam penelitian ini dibatasi pada aspek biofisik, aspek ekonomis, aspek sosial (adopsi model Prima Tani, psikologi petani, kemandirian, keinovatifan dan manajemen usaha).

(38)

Peubah bebas Peubah terikat Komunikasi Prima Tani dan Aksesibilitas Kelembagaan Tani dengan Persepsi Petani tentang Teknologi Introduksi Agribisnis Industrial Pedesaan

Hipotesis Penelitian

Dalam penelitian ini ingin menguji sejauh mana masing-masing peubah pada diri petani padi, hortikultura, kebun dan ternak di Jawa Barat dan Sulawesi Selatan berhubungan dengan persepsi petani tentang teknologi introduksi AIP. Dalam penelitian ini terdapat tiga hipotesis yang ingin diuji yaitu:

H1 : terdapat hubungan nyata antara karakteristik petani dengan persepsi mereka

tentang teknologi introduksi Agribisnis Industrial Pedesaan.

H2 : terdapat hubungan nyata antara pemanfaatan media komunikasi Prima Tani

dengan persepsi petani tentang teknologi introduksi Agribisnis Industrial Pedesaan.

H3 : terdapat hubungan nyata antara aksesibilitas pada kelembagaan tani dengan

persepsi petani tentang teknologi introduksi Agribisnis Industrial Pedesaan. Karakteristik petani X7. Luas lahan garapan X8. Status lahan lahan X9. Status dalam kelompok

X10. Pemanfaatan media komunikasi Prima Tani

(39)

Program Prima Tani

Badan Litbang Pertanian sebagai lembaga pertanian dengan misi utamanya adalah menemukan atau menciptakan inovasi pertanian yang maju dan strategis, mengadaptasikannya menjadi tepat guna spesifik bagi pemakai dan lokasi. Berbagai kendala ditemukan oleh Badan Litbang Pertanian dalam mengkomunikasikan inovasi teknologi pertanian kepada petani. Adanya program Prima Tani, diharapkan dapat memecahkan masalah tersebut sehingga petani lebih cepat memahami berbagai inovasi yang dapat diaplikasikan dalam usahataninya.

Evaluasi eksternal maupun internal menunjukkan bahwa kecepatan dan tingkat pemanfaatan inovasi yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian oleh petani cenderung lambat bahkan menurun. Tenggang waktu sampainya informasi dan adopsi kepada petani melalui penyuluh mengalami kemacetan (bottleneck) sehingga dengan sendirinya informasi yang disampaikan kepada petani menjadi terlambat. Hal ini disebabkan karena subsistem penyampai (delivery subsystem) dan subsistem penerima (receiving subsystem) mengalami kemacetan informasi sehingga menyebabkan lambannya penyampaian informasi kepada petani (Suryana, 2005).

(40)

Program Prima Tani ini berarti terobosan pembuka, pelopor atau inisiatif, penyampaian dan penerapan inovasi teknologi pertanian kepada dan oleh masyarakat luas. Dalam program Prima Tani terdapat arti bahwa: pertama, Prima Tani haruslah dipandang sebagai langkah inisiatif Badan Litbang Pertanian untuk mengatasi masalah kebuntuan atau kelambanan penerapan inovasi teknologi dan memperpendek waktu dari penciptaan inovasi teknologi ke pengguna. Kedua, Prima Tani hanyalah tindakan pembuka atau pelopor sehingga harus sesegera mungkin dilepaskan kepada masyarakat dan pemerintah setempat. Dengan demikian, pengembangan Prima Tani dilaksanakan dengan prinsip “bangun, operasikan dan serahkan” (build, operate and transfer).

Adapun tujuan Prima Tani meliputi: 1) mempercepat diseminasi dan adopsi teknologi inovatif, 2) memperoleh umpan balik mengenai karakteristik teknologi tepat-guna spesifik pengguna dan lokasi, 3) mewadahi dan mensinkronkan program lingkup Departemen Pertanian, departemen terkait, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten, 4) mempercepat pencapaian kesejahteraan petani, melestarikan sistem pertanian dan lingkungan (Drajat, 2007).

Prima Tani yang dimulai pada tahun 2005 di 14 provinsi dengan 22 lokasi, pada tahun 2006 bertambah menjadi 25 provinsi yang meliputi 33 desa. Mulai tahun 2007, Prima Tani akan melaksanakan di 200 desa yang tersebar di 200 kabupaten di seluruh provinsi.

Kegiatan akhir Prima Tani diharapkan terbentuknya unit Agribisnis Industrial Pedesaan (AIP) dan Sistem Usahatani Intensifikasi dan Diversifikasi (SUID) yang merupakan representasi industri pertanian dan usahatani berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi di suatu kawasan pengembangan. Kawasan ini mencerminkan pengembangan agribisnis lengkap dan sinergi antar subsistem yang berbasis agroekosistem dan mempunyai kandungan teknologi dan kelembagaan lokal yang diperlukan (Deptan, 2006).

Karakteristik Personal

(41)

nonformal, jumlah keluarga, pengalaman berusahatani, usaha keluarga, penghasilan keluarga, kekosmopolitan, partisipasi, kelembagaan masyarakat partisipasi dalam kelompok dan kontak media. Profil petani dan kelompoknya menentukan tingkat penerimaan inovasi dan kemampuan adopsinya.

Pendidikan nonformal menurut Sudjana (2004) merupakan sistem pendidikan nasional yang terdiri dari subsistem pendidikan nonformal berlangsung di dalam keluarga dan lingkungannya serta subsistem pendidikan nonformal berlangsung secara optimal didapat di mana saja. Pendidikan nonformal adalah setiap kegiatan terorganisasi dan sistematis di luar sistem sekolah yang mapan dilakukan secara mandiri atau bagian penting dari kegiatan yang lebih luas sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik tertentu di dalam mencapai tujuan belajarnya. Pendidikan nonformal mempunyai beragam nama misalnya kursus, pelatihan, penataran, upgrading, bimbingan belajar, tutorial. Dengan pendidikan nonformal maka seseorang akan meningkat pengetahuannya, sikap dan keterampilannya di samping pendidikan formal.

(42)

Hare (1962) mengemukakan ada beberapa hal yang mempengaruhi karakteristik individu yaitu: usia, jenis kelamin, kelas sosial, kesukuan dan kekeluargaan. Soekartawi (1988) mengemukakan bahwa karakteristik individu antara lain umur, pendidikan, keberanian mengambil resiko, pola hubungan, sikap terhadap perubahan, motivasi berkarya, aspirasi, fatalistik, sistem kepercayaan tertentu dan karakteristik psikologi.

Anggota sistem sosial memegang peranan penting dalam proses adopsi inovasi suatu teknologi. Salah satu sifat penting yang berpengaruh pada proses penyebaran inovasi teknologi dalam program Prima Tani adalah profil petani. Jones dalam Soekartawi (1988) menyebutkan bahwa peubah yang berpengaruh terhadap penyebaran dan penyerapan inovasi adalah: (a) umur, (b) tingkat pendidikan, (c) tingkat pengetahuan, (d) tingkat pendapatan dan (e) latar belakang ekonominya. Gonzales dalam Jahi (1988) menyatakan individu dengan status sosial-ekonomi lebih tinggi umumnya berpeluang menduduki posisi atas seperti pemimpin formal dan informal. Status ekonomi biasanya diukur dari jumlah kepemilikan ternak sapi, pendapatan keluarga, jumlah materi serta fasilitas yang dimiliki oleh seseorang. Semakin banyak materi dan fasilitas yang dimiliki oleh seorang calon adopter maka semakin termotivasi untuk mengadopsi suatu inovasi. Prayitnohadi (1987) menyebutkan bahwa tingkat penyerapan teknologi dipengaruhi oleh umur, pendidikan, luas garapan, status penguasaan lahan yang mempengaruhi perilaku komunikasi dan jaringan komunikasi sehari-hari dipengaruhi oleh umur. Inovasi yang berkaitan dengan kebutuhan sehari-hari memerlukan ketangguhan fisik.

(43)

pengalaman bertani dapat diketahui dengan cara mengukur berapa lama seseorang pernah melaksanakan usahatani.

Lionberger (1968) menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi difusi suatu inovasi meliputi: a) faktor sosial, b) faktor status, c) faktor budaya, d) faktor personal dan e) faktor situasional. Sementara Rogers (2003) dan Soekartawi (1988) mengatakan ada empat faktor yang saling berkaitan dalam proses difusi yaitu: a) adanya inovasi, b) adanya komunikasi, c) adanya sistem sosial, d) adanya kesenjangan waktu. Menurut Primawati (1988) bahwa keputusan untuk menerima atau menolak suatu inovasi ditentukan oleh: a) proses pengambilan keputusan, b) keinovatifan petani, c) adanya manfaat yang besar, d) efektivitas tinggi, e) resiko yang kecil, f) kemudahan dalam pelaksanaannya. Menurut Soekartawi (1988) ada faktor yang mempengaruhi kecepatan adopsi suatu inovasi antara lain adalah umur dan ukuran usahatani. Sedangkan menurut hasil penelitian Prayitnohadi (1987) bahwa umur, pendidikan, luas lahan garapan dan status pemilikan lahan mempengaruhi faktor kecepatan inovasi. Begitu pula dengan Mulyani (1992) mengemukakan bahwa karakteristik individu seperti pendidikan nonformal, penghasilan petani, luas lahan garapannya, banyaknya kredit yang diambil dan curahan kerja ternyata berkorelasi nyata dengan tingkat penerapan teknologi.

Dengan demikian dari uraian hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa aspek umur, jenis kelamin, pendidikan, pendidikan nonformal, pendapatan, pengalaman bertani, luas lahan garapan, status lahan garapan dan status dalam kelompok ternyata dapat mempengaruhi tingkat persepsi petani di dalam partisipasinya di bidang usahatani.

Aksesibilitas Kelembagaan Tani

(44)

hubungan sosial yang sangat kompleks dan bersaing dengan sumber-sumber gagasan, pengetahuan dan kekuasaan lainnya.

Letak suatu wilayah juga sangat mempengaruhi aspek komunikasi atau aksesibilitas masyarakatnya. Pada kenyataannya, akses petani pada suatu daerah dengan daerah lainnya tidak selalu sama. Hal ini sangat terkait dengan ketersediaan fasilitas dan sumber informasi serta keragaman informasi yang diperlukan. Myers (2003), Tubbs dan Moss (2000) dan Purwanto (2003) menyatakan bahwa globalisasi yang dipicu oleh kemajuan teknologi komunikasi telah mendorong semua bangsa ke arah komunikasi massa. Pada kondisi seperti itu kerapatan maupun keterbukaan komunikasi menjadi relatif karena dipengaruhi oleh eksistensi fasilitas komunikasi. Fasilitas yang dimaksud adalah stasiun radio, televisi, surat kabar, majalah, buku, telepon, expert system, internet, fax, komputer, kantor pos, kelompok/ organisasi tani, lembaga penyuluhan, pusat informasi pasar dan kelembagaan lainnya. Fasilitas komunikasi yang dimaksud tidak hanya terbatas pada yang dikelola oleh pemerintah semata, tetapi meliputi yang dikelola oleh swasta, komunitas dan swadaya masyarakat. Pada masyarakat pedesaan, fasilitas komunikasi seringkali berwujud ruang-ruang pertemuan dan kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang oleh Soekanto (2000) disebut ajang dialog sosial atau ruang semi-otonom dan otonom.

Kelembagaan penyuluhan pertanian sebagai sumber informasi tampaknya perlu mendapat perhatian khusus. Meskipun teknologi komunikasi sudah berkembang pesat, namun eksistensi kelembagaan penyuluhan masih dan akan tetap diperhitungkan sebagai mediator, fasilitator, agen konsultan atau pemberdaya bagi para petani. Hal ini dapat kita saksikan di negara-negara yang pertanian dan teknologi komunikasinya sudah canggih sebut saja Amerika, Jerman, Australia, Inggris, Belanda, Jepang dan negara maju lainnya. Kelembagaan penyuluhan yang dimaksud, tentu bukan hanya tertuju pada kelembagaan penyuluhan pemerintah semata seperti PPL, tapi juga kelembagaan penyuluhan swasta seperti perusahaan agribisnis, koperasi, asosiasi petani (farmers union), perguruan tinggi, lembaga penelitian, lembaga swadaya masyarakat dan kelompok tani (Ravera dan Daniel, 1991).

(45)

optimal. Pemilihan penggunaan metode penyuluhan perlu memperhatikan dua hal yaitu: a) isi pesan (umum/ khusus), b) target sasaran (individu, kelompok, umum). Dalam kegiatan Prima Tani, sifat pesan yang akan disampaikan dapat digolongkan khusus karena berupa inovasi (teknologi, kelembagaan, kebijakan) yang diperuntukkan bagi kelompok tertentu. Sedangkan target sasaran adalah terbatas pada sekelompok masyarakat tani di lokasi Prima Tani. Dengan demikian metode penyuluhan yang paling tepat adalah metode kelompok. Akan tetapi untuk beberapa kasus dapat dikombinasikan dengan metode media massa dan metode individu. Misalnya untuk mengatasi masalah spesifik pada individu petani, maka metode individu dapat diterapkan. Untuk menyebarkan keberhasilan program Prima Tani ke khalayak umum dapat menggunakan media massa (Musyafak dan Ibrahim, 2005).

Untuk lebih menjamin keberhasilan dalam diseminasi inovasi ke petani, maka penggunaan metode penyuluhan kelompok harus memenuhi syarat sebagai berikut: 1. Menggunakan bahasa yang paling mudah dimengerti oleh petani

2. Penyampaian harus praktis, tidak bertele-tele agar mudah dipahami

3. Menggunakan alat bantu yang tepat sehingga diperoleh ilustrasi yang lengkap 4. Harus diperbanyak peragaan/ demonstrasi/ percontohan/ pembuktian teknologi

untuk menyakinkan petani.

Pemanfaatan Media Komunikasi

Media komunikasi sebagai sarana atau alat penyampaian pesan atau informasi sangat diperlukan dalam setiap proses komunikasi. Di dalam pembangunan ternyata berbagai media komunikasi seringkali digunakan di dalam menyampaikan berbagai pesan atau informasi kepada masyarakat luas. Salah satu media yang digunakan adalah media tradisional yang kerapkali dipakai bagi sebagian besar masyarakat desa masih menikmatinya. Di Indonesia sendiri media tradisional masih cukup memikat bagi masyarakat banyak seperti pertunjukan rakyat. Menurut Jahi (1988) bahwa pertunjukkan rakyat biasanya lebih komunikatif sehingga mudah dipahami oleh masyarakat pedesaan khususnya petani. Dalam penyajiannya, pertunjukkan ini biasanya diiringi oleh musik daerah setempat.

(46)

media cetak ternyata dapat memberikan kontribusi besar untuk penyebaran informasi kepada petani khususnya masyarakat pedesaan. Media cetak seperti poster, leaflet dan brosur ternyata mempunyai peranan penting di dalam menyebarkan informasi kepada petani. Isi materi poster, leaflet ataupun brosur memuat semua peristiwa atau informasi yang berkenaan dengan kebijakan instansi kepada publik luarnya. Poster adalah selembar kertas atau karton yang diberi suatu ilustrasi dan beberapa kata sederhana. Menurut Maunder dalam Jahi (1988) bahwa poster didesain untuk menarik perhatian orang-orang yang lalu lalang, menimbulkan kesan pada yang bersangkutan akan suatu fakta atau ide dan merangsangnya untuk menyokong suatu ide, mencari lebih banyak informasi atau melakukan semacam tindakan. Sekarang ini poster dipakai pula di bidang pertanian untuk memberikan informasi kepada petani mengenai pesan khusus tentang penemuan, penggunaan bibit unggul, pengolahan lahan, pemberantasan hama dan penyakit atau pengumuman kebijakan pemerintah. Di beberapa daerah telah menggunakan poster untuk memberikan informasi di bidang pertanian, perkebunan dan peternakan. Sekarang ini setiap departemen atau dinas di tingkat daerah sudah biasa menggunakan poster sebagai media komunikasi kepada masyarakat desa khususnya petani. Berbagai kebijakan dan teknologi dalam bidang pertanian dan peternakan disampaikan melalui media ini, di samping media cetak lainnya. Untuk lebih efektif digunakan kepada petani maka poster tersebut harus memiliki tujuan yang jelas. Desainnya harus baik, diujicoba pada sasaran yang dituju dan harus dipasang sesuai dengan prinsip-prinsip komunikasi yang baik (Lozare, 1981).

(47)

sosial, (3) hubungan dengan agen pembaharu, (4) penguasaan informasi, (5) tingkat kepemimpinan, (6) sistem norma yang dianut dan (7) aksesibilitas media massa.

Aksesibilitas media komunikasi merupakan salah satu unsur dari perilaku komunikasi. Perilaku komunikasi diartikan sebagai suatu aktivitas verbal dan nonverbal yang berkaitan dengan penyampaian ide, informasi, sikap atau emosi. Media komunikasi berupa komunikasi personal, interpersonal dan komunikasi massa (Istiana, 1998).

Kemudahan petani dalam mendapatkan benih padi varietas unggul tersebut mencerminkan bahwa aksesibilitas petani terhadap teknologi yang dikembangkan Badan Litbang Pertanian semakin baik. Kemudahan petani dalam mendapatkan benih padi yang sesuai kebutuhan dalam varietas, kuantitas, kualitas dan tepat waktu mencerminkan pula bahwa kaitan fungsional antara petani dan lembaga sarana produksi khususnya benih semakin baik.

Bentuk media massa dapat dibedakan menjadi media audio, visual, audio-visual dan cetak. Contoh media audio adalah radio, media audio-audio-visual seperti televisi, vcd, cd-interaktif, film sedangkan media cetak seperti surat kabar, buku, folder, poster dan lainnya (Fardiaz, 1996). Masing-masing bentuk media komunikasi ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. Media massa seperti LIPTAN (Lembar Informasi Pertanian), siaran radio pedesaan, majalah pertanian mempunyai kemampuan untuk memberikan informasi secara efektif sehingga dapat dikatakan bahwa media massa dapat menjalankan peranannya yaitu memperluas cakrawala, memusatkan perhatian, menumbuhkan aspirasi, menciptakan suasana membangun, mengubah sikap dan sebagai pendidik dimana kontribusinya tergantung kepada perbedaan perilakunya (Jahi, 1988).

Media komunikasi cetak mempunyai keuntungan karena dapat disimpan dan dibaca berulang-ulang. Kelemahan media komunikasi cetak adalah dibatasi oleh pendidikan pengguna. Hal ini berarti bahwa untuk dapat memahami isi pesan yang disampaikan maka pengguna harus melek huruf.

(48)

Mosher (1981) menyatakan kebanyakan petani enggan untuk mencoba suatu input baru atau teknologi pertanian pada waktu barang ini baru pertama kali ditawarkan. Kebanyakan orang dewasa dimana pun sebelum mau mencoba sesuatu yang baru dengan disaksikan oleh lingkungannya, terlebih dahulu ingin yakin benar bahwa barang itu betul-betul akan berhasil baik. Dalam model Prima Tani dilakukan gelar teknologi pertanian, sesuai yang dikatakan Mosher (1981) yaitu uji lokal atau pemeriksaan setempat. Wajar jika seorang petani bersikap skeptis terhadap manfaat teknologi atau metode baru untuk diterapkan di lahannya walaupun dapat dipakai, apakah menguntungkan juga kecuali kalau teknologi atau metode tersebut sudah dicoba di banyak tempat yang kondisinya praktis sama dengan lahannya. Maka inovasi Prima Tani untuk petani menggunakan pendekatan komunikasi secara persuasif atau bujukan, menyentuh aspek visual (Gelar Teknologi). Prima Tani memberikan contoh produknya dan teknik-tekniknya pada lahan percontohan program Prima Tani di Desa Jatiwangi Kabupaten Garut, Desa Citarik Kabupaten Karawang, Jawa Barat dan di Desa Sapanang Kabupaten Pangkep dan Desa Kamanre Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan.

Melakukan peragaan/ demonstrasi/ percontohan/ pembuktian teknologi di lapangan harus diperbanyak agar petani dapat melihat secara langsung. Hal ini dilakukan dengan alasan bahwa indera penglihatan mempunyai pengaruh yang lebih besar dibanding indera yang lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Soekartawi (1988) bahwa tahapan mengetahui atau melihat lebih besar dilakukan oleh manusia (83%), lalu mendengar (11%), tahapan membau melalui indera hidung (3,5%), tahapan meraba dengan tangan (1,5%) dan merasa dengan indera lidah (1%).

Di samping itu penggunaan media modern seperti radio dan televisi banyak digunakan untuk mendukung pembangunan pedesaan. Kedua media ini mempunyai kemampuan besar untuk menghantarkan dan menyebarkan pesan-pesan pembangunan kepada masyarakat luas yang tersebar di pedesaan dan di perkotaan dengan cepat dan serentak. Tetapi penggunaan radio lebih banyak dijumpai di masyarakat pedesaan dalam mengakses informasi penting dan hiburan.

(49)

menanam padi dan gandum, memupuk, beternak sapi perah, beternak ayam, memelihara ikan dan cara-cara bertani lainnya melalui radio. Jahi (1988) menyatakan bahwa di beberapa negara seperti India telah melahirkan beberapa program sekolah melalui radio dan studi korespondensi radio bagi petani. Begitu pula di Taiwan telah berkembang radio pemerintah yang membuka sekolah di udara yang menawarkan berbagai program pendidikan kejuruan lengkap khusus petani di desa. Radio juga dipakai secara luas untuk menyiarkan program penyuluhan pertanian yang bernilai tinggi. Seperti di Nigeria Utara, Malawi dan Ekuador telah serius menggunakan radio sebagai alat penyebar informasi media pertanian (Jenkins, 1982).

Untuk keberhasilan suatu program diperlukan agen penyuluhan dalam bidang pembangunan baik bidang pertanian maupun bidang lainnya. Agen penyuluhan diperlukan untuk melakukan sosialisasi dan mengenalkan suatu program kepada masyarakat luas. Keberhasilan suatu program dipengaruhi agen penyuluhan. Dengan demikian agen penyuluhan mempunyai korelasi yang sangat kuat terhadap keberhasilan suatu program. Menurut Mundy (2000) kecepatan adopsi suatu inovasi tergantung pada beberapa hal yaitu sifat inovasi, sifat adopter dan perilaku pengantar perubahan (peneliti atau penyuluh). Setelah inovasi tepat guna diperoleh, metode penyuluhan yang efektif diketahui, selanjutnya adalah memilih agen penyuluhan yang baik. Dengan kata lain, produk/ inovasi yang akan disampaikan ke petani harus bermutu (good innovations), cara menyampaikan produk/ inovasi ke petani harus bermutu (good extension methods) dan orang yang menyampaikan harus bermutu (good extension agent). Akhirnya dengan penerapan total quality management dalam penyuluhan, diharapkan percepatan adopsi dan difusi inovasi akan berhasil.

Agen penyuluhan merupakan individu atau institusi yang mempunyai tugas pokok memberikan pendidikan informal kepada petani dan keluarganya tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan usahatani bertujuan agar mereka mampu, sanggup dan berswadaya memperbaiki atau meningkatkan kesejahteraan keluarganya dan masyarakat sekelilingnya.

Gambar

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN………………………………
Gambar 1  Kerangka   Berpikir   Keterkaitan   antara   Pemanfaatan   Media    Komunikasi  Prima Tani dan  Aksesibilitas  Kelembagaan   Tani dengan  Persepsi Petani tentang Teknologi Introduksi Agribisnis Industrial Pedesaan
Gambar 2.  Model Komunikasi Linier (Berlo, 1960)
Gambar 3  Jaringan Kelembagaan Agribisnis Industrial Pedesaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengujian secara parsial menunjukan bahwa berpengaruh dan signifikan antara variabel testimonial terhadap Purchase Intention yang dibuktikan dengan nilai

Untuk mencapai interaksi belajar mengajar yang efektif, sudah barang tentu adanya komunikasi yang jelas antara guru (pengajar) dengan siswa (pelajar) sehingga terpadunya dua

Apabila transisi antar mode dalam sistem hibrid dimodelkan dengan rantai Markov yang memiliki dua state seperti pada Gambar 1, maka α menandai probabilitas transisi dari mode 1

*ntuk bengkel mobil, bank dapat memberikan kredit in(estasi untuk  membangun bengkel beserta peralatannya. #al ini penting mengingat industri  bengkel termasuk

Adapun kegiatan yang akan kami lakukan adalah pemberian materi tentang penyusunan silabus tematik integratif berbasis karakter yang dilanjutkan dengan pendampingan

Penelitian ini bertujuan menganalisa status gizi ibu hamil, pemberian asi eksklusif kurang dari 6 bulan sebagai faktor risiko kejadian stunting di wilayah

Nama dan informasi pribadi yang masuk ke dalam Redaksi Jurnal Kapata Arkeologi akan digunakan secara eksklusif untuk tujuan yang menyangkut jurnal ini dan tidak akan dibuat

Hasil penelitian yang akan dibahas antara lain adalah kejadian premenstruasi sindrom pre-test post-test pada kelompok intervensi dan kontrol, serta menganalisis