• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan Lokal dalam Pengelolaan Hutan (Kasus di Desa Cijagang dan Desa Sukamulya Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengetahuan Lokal dalam Pengelolaan Hutan (Kasus di Desa Cijagang dan Desa Sukamulya Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat)"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

PENGETAHUAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN HUTAN

(Kasus di Desa Cijagang dan Desa Sukamulya

Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat)

NUR ASIAH

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

(2)

PENGETAHUAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN HUTAN

(Kasus di Desa Cijagang dan Desa Sukamulya

Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat)

NUR ASIAH

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

(3)

3

RINGKASAN

NUR ASIAH. Pengetahuan Lokal dalam Pengelolaan Hutan (Kasus di Desa Cijagang dan Desa Sukamulya Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat). Dibimbing oleh DIDIK SUHARJITO.

Kehidupan masyarakat pedesaan, terutama masyarakat yang berada di sekitar hutan sangat tergantung pada sumberdaya alam. Pemanfaatan sumberdaya alam didukung oleh pengetahuan lokal yang dimiliki oleh masyarakat. Pengetahuan lokal dari waktu ke waktu telah mengalami perubahan sehingga topik ini menarik diteliti dalam rangka memperkaya pengetahuan lokal yang dimiliki oleh masyarakat. Penelitian ini difokuskan pada pengelolaan hutan rakyat. Hal-hal yang dibahas dalam penelitian ini adalah mengenai perubahan pengetahuan lokal yang telah terjadi dan peran pengetahuan lokal terhadap perekonomian masyarakat, kelestarian lingkungan dan hubungan sosial antar masyarakat.

Pengetahuan lokal berperan penting dalam kehidupan masyarakat baik secara ekonomi, ekologi maupun sosial. Secara ekonomi pengetahuan lokal penting untuk membantu masyarakat dalam pengambilan keputusan menanam tanaman yang bernilai ekonomis dan menentukan perlakuan yang harus diberikan pada tanaman agar hasilnya meningkat. Secara ekologi pengetahuan lokal penting untuk membimbing masyarakat dalam menjaga kesuburan lahan dan kelestarian lingkungan. Secara sosial pengetahuan lokal penting untuk meningkatkan kebersamaan dan sikap saling tolong menolong antar masyarakat. Dengan demikian pengetahuan lokal yang dimiliki masyarakat berperan penting dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat tanpa mengabaikan kelestarian lingkungan dan hubungan sosial diantara masyarakat.

Penelitian dilaksanakan di Desa Cijagang dan Desa Sukamulya Kecamatan Cikalongkulon. Waktu penelitian selama 2 bulan yaitu bulan Maret dan April 2008. Informan yang diwawancarai sebanyak 60 orang yang berasal dari Desa Cijagang dan Desa Sukamulya masing-masing 30 orang. Metode pengumpulan data berupa data primer dan data sekunder dengan teknik wawancara, observasi dan studi pustaka. Metode pengolahan dan analisis data dengan reduksi, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Pengetahuan lokal dalam bentuk tema budaya dapat diperinci lagi kedalam berbagai tindakan dan gagasan. Bentuk tema budaya dalam pengelolaan hutan rakyat berupa persiapan lahan, persiapan bibit, penanaman, pemeliharaan dan pemanenan.

(4)

4

sebagian sudah tidak memperhatikannya lagi. Tahap pemanenan yang berupa penyadapan pada zaman dahulu dilakukan pada waktu yang tepat tetapi sekarang tidak.

Pengetahuan lokal masyarakat berperan dalam setiap aspek kehidupan baik dari segi ekonomi, ekologi maupun sosial budaya. Pengetahuan yang dipakai yaitu pengetahuan mengenai cara membakar lahan dengan memperhatikan arah dan kecepatan angin sehingga tanah subur dan hasilnya meningkat. Pengetahuan lokal secara ekologi yang dimiliki oleh petani adalah pengetahuan yang masih bersifat tradisional sehingga tidak terlalu sering menggunakan bahan kimia yang dapat merusak lingkungan. Secara sosial pengetahuan lokal dapat menciptakan kebersamaan dan sikap saling menghargai antar petani.

(5)

5

SUMMARY

NUR ASIAH.Local Knowledge on Forest Management ( A Case in Cijagang and Sukamulya villages, Regency of Cianjur, Province of West Java. Under Supervision of DIDIK SUHARJITO.

Villager, living around the forest, are depending their life on natural resources. This community exploit natural resources based on their local knowledge. Local knowledge is dinamically change over time, this issue makes this subject interesting for research that potentially enrich the local knowledge of the community. This reasearch is focused on farm forest management. It would concern issues about changes in local knowledge over time and also the role of local knowedge in economic life, environment sustainability, and social interaction among the community.

Local knowledge have an important role for the community in their economy, ecology, and social life. Economically, local knowledge is important to help the community in making appropriate decision in investing an economically best valued plant and deciding the right farming technology to be used. Ecologically, local knowledge is important to guide the community to sustain the environment. Socially, local knowledge is important to help the community having a healthy social life by helping each other. Therefore the existance of local knowledge among the community have an important role in fulfilling the prosperity without ignoring the sustainable environment and social relationship among the community.

This reaseach was held in March to April 2008 at Cijagang and Sukamulya villages, Sub district of Cikalongkulon. It took 60 respondents, 30 of them came from Cijagang and the other 30 came from Sukamulya. The data were collected by interviewing responden, observation and study of literature. The Data processed and analyzed by method of reduction, data presentation, and taking conclusion.

Local knowledge in a form of cultural theme can be elaborated in many actions and ideas. Cultural theme in a farm forest management can be realized as land preparation, seed preparation, planting, cultivation and maintenance, and harvesting.

This reasearch found some changes in local knowledge at Cijagang and Sukamulya community. In a land preparation, at ancient time people used to think that ritual is a must, but nowadays ritual is not abseloutely had to be done. In a seed preparation, at ancient time seed was collected from nature and prepared using traditional tools, but nowadays seed can be found in the nursery and prepared using modern tools . In a planting, at ancient time planting season begin by the traditional forecasting (direct stars observation by the farmer), but nowadays planting season begin by the modern weather forecasting. In a maintanance, at ancient time there are some custom rule that control the dislodgement of wild animal, but nowadays the rules are often ignored. In a harvesting, at ancient time incisions were done in a certain time with a certain consideration, but nowadays it does not have to through certain consideration.

(6)

6

Economically, local knowledge in a land opening (observation of the direction and velocity of the wind during the land burning) has sustain the fertility of the land and increased harvest. Ecologically, local knowledge that encourage farmer to use natural substance instead of chemical substance help the community to sustain their environment. Socially, local knowledge help the community having a healthy social life by helping each other and respect each other.

(7)

Judul Skripsi : Pengetahuan Lokal dalam Pengelolaan Hutan (Kasus di Desa Cijagang dan Desa Sukamulya Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat) Nama : Nur Asiah

NRP : E14103020

Menyetujui: Dosen Pembimbing

Dr.Ir. Didik Suharjito, MS NIP: 132104680

Mengetahui:

Dekan Fakultas Kehutanan

Dr.Ir. Hendrayanto, M. Agr NIP: 131578788

(8)

8

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Pengetahuan Lokal dalam Pengelolaan Hutan (Kasus di Desa Cijagang dan Desa

Sukamulya Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat) adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah dibuat sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Januari 2009

Nur Asiah

(9)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia dan kemudahan yang telah diberikanNya, sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam juga penulis haturkan kepada teladan terbaik umat manusia, Nabi Muhammad SAW. Penelitian ini berjudul

Pengetahuan Lokal dalam Pengelolaan Hutan (Kasus di Desa Cijagang dan

Desa Sukamulya Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat).

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Ir. Didik Suharjito, MS selaku pembimbing. Selain itu, penulis juga menghaturkan terima kasih kepada bapak-bapak penyuluh pertanian dari Dinas Perhutanan dan Konservasi Tanah (PKT) yaitu Bapak Amar Romidi Sp, Bapak Asep, Bapak Lukman serta pembimbing dilapangan Bapak Basah dan Bapak Tatang S atas bantuannya dalam memperoleh data di kantor maupun di Lapangan. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang sudah membantu di lapangan. Terakhir,

penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak, Ibu serta adik-adik tercinta Rina dan Melani serta seluruh keluarga atas doa dan kasih sayangnya.

Penulis menyadari bahwa dalam tulisan ini masih ada kekurangannya. Semoga karya tulis ini dapat menjadi dasar bagi peneliti selanjutnya dan pengembangan pengetahuan lokal dan hutan rakyat.

Bogor, Januari 2009

(10)

i

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cianjur, pada 27 Maret 1985 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Saedin dan Ibu Lilis Wakiah.

Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri Gunungsari tahun 1991-1997, SLTP Negeri 1 Sukanagara tahun 1997-2000 dan SMU Negeri 1 Sukanagara tahun 2000-2003. Pada tahun 2003 penulis diterima sebagai Mahasiswa Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama menuntut ilmu di IPB, penulis telah mengikuti praktik lapang di antaranya Praktik Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) di Leuweung Sancang, Leuweung Kamojang, Perum Perhutani KPH Tasikmalaya, dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Ciherang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Selain itu, penulis pernah menjadi Asisten Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam (PAI) tahun 2005-2006. Penulis juga aktif di Lembaga

Kemahasiswaan DKM Ibaadurrahmaan sebagai staf Departemen Pers dan Media (DPM) tahun 2004-2006 serta Departemen Pengembangan Sumberdaya Manusia (PSDM) tahun 2006-2007. Penulis juga merupakan finalis dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) XIX bidang Program Karya Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKMM) yang dilaksanakan di Malang pada tahun 2006.

Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana, penulis melakukan penelitian dan membuat karya ilmiah dengan judul “Pengetahuan Lokal dalam

Pengelolaan Hutan (Kasus di Desa Cijagang dan Desa Sukamulya

(11)

PENGETAHUAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN HUTAN

(Kasus di Desa Cijagang dan Desa Sukamulya

Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat)

NUR ASIAH

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

(12)

PENGETAHUAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN HUTAN

(Kasus di Desa Cijagang dan Desa Sukamulya

Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat)

NUR ASIAH

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

(13)

3

RINGKASAN

NUR ASIAH. Pengetahuan Lokal dalam Pengelolaan Hutan (Kasus di Desa Cijagang dan Desa Sukamulya Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat). Dibimbing oleh DIDIK SUHARJITO.

Kehidupan masyarakat pedesaan, terutama masyarakat yang berada di sekitar hutan sangat tergantung pada sumberdaya alam. Pemanfaatan sumberdaya alam didukung oleh pengetahuan lokal yang dimiliki oleh masyarakat. Pengetahuan lokal dari waktu ke waktu telah mengalami perubahan sehingga topik ini menarik diteliti dalam rangka memperkaya pengetahuan lokal yang dimiliki oleh masyarakat. Penelitian ini difokuskan pada pengelolaan hutan rakyat. Hal-hal yang dibahas dalam penelitian ini adalah mengenai perubahan pengetahuan lokal yang telah terjadi dan peran pengetahuan lokal terhadap perekonomian masyarakat, kelestarian lingkungan dan hubungan sosial antar masyarakat.

Pengetahuan lokal berperan penting dalam kehidupan masyarakat baik secara ekonomi, ekologi maupun sosial. Secara ekonomi pengetahuan lokal penting untuk membantu masyarakat dalam pengambilan keputusan menanam tanaman yang bernilai ekonomis dan menentukan perlakuan yang harus diberikan pada tanaman agar hasilnya meningkat. Secara ekologi pengetahuan lokal penting untuk membimbing masyarakat dalam menjaga kesuburan lahan dan kelestarian lingkungan. Secara sosial pengetahuan lokal penting untuk meningkatkan kebersamaan dan sikap saling tolong menolong antar masyarakat. Dengan demikian pengetahuan lokal yang dimiliki masyarakat berperan penting dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat tanpa mengabaikan kelestarian lingkungan dan hubungan sosial diantara masyarakat.

Penelitian dilaksanakan di Desa Cijagang dan Desa Sukamulya Kecamatan Cikalongkulon. Waktu penelitian selama 2 bulan yaitu bulan Maret dan April 2008. Informan yang diwawancarai sebanyak 60 orang yang berasal dari Desa Cijagang dan Desa Sukamulya masing-masing 30 orang. Metode pengumpulan data berupa data primer dan data sekunder dengan teknik wawancara, observasi dan studi pustaka. Metode pengolahan dan analisis data dengan reduksi, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Pengetahuan lokal dalam bentuk tema budaya dapat diperinci lagi kedalam berbagai tindakan dan gagasan. Bentuk tema budaya dalam pengelolaan hutan rakyat berupa persiapan lahan, persiapan bibit, penanaman, pemeliharaan dan pemanenan.

(14)

4

sebagian sudah tidak memperhatikannya lagi. Tahap pemanenan yang berupa penyadapan pada zaman dahulu dilakukan pada waktu yang tepat tetapi sekarang tidak.

Pengetahuan lokal masyarakat berperan dalam setiap aspek kehidupan baik dari segi ekonomi, ekologi maupun sosial budaya. Pengetahuan yang dipakai yaitu pengetahuan mengenai cara membakar lahan dengan memperhatikan arah dan kecepatan angin sehingga tanah subur dan hasilnya meningkat. Pengetahuan lokal secara ekologi yang dimiliki oleh petani adalah pengetahuan yang masih bersifat tradisional sehingga tidak terlalu sering menggunakan bahan kimia yang dapat merusak lingkungan. Secara sosial pengetahuan lokal dapat menciptakan kebersamaan dan sikap saling menghargai antar petani.

(15)

5

SUMMARY

NUR ASIAH.Local Knowledge on Forest Management ( A Case in Cijagang and Sukamulya villages, Regency of Cianjur, Province of West Java. Under Supervision of DIDIK SUHARJITO.

Villager, living around the forest, are depending their life on natural resources. This community exploit natural resources based on their local knowledge. Local knowledge is dinamically change over time, this issue makes this subject interesting for research that potentially enrich the local knowledge of the community. This reasearch is focused on farm forest management. It would concern issues about changes in local knowledge over time and also the role of local knowedge in economic life, environment sustainability, and social interaction among the community.

Local knowledge have an important role for the community in their economy, ecology, and social life. Economically, local knowledge is important to help the community in making appropriate decision in investing an economically best valued plant and deciding the right farming technology to be used. Ecologically, local knowledge is important to guide the community to sustain the environment. Socially, local knowledge is important to help the community having a healthy social life by helping each other. Therefore the existance of local knowledge among the community have an important role in fulfilling the prosperity without ignoring the sustainable environment and social relationship among the community.

This reaseach was held in March to April 2008 at Cijagang and Sukamulya villages, Sub district of Cikalongkulon. It took 60 respondents, 30 of them came from Cijagang and the other 30 came from Sukamulya. The data were collected by interviewing responden, observation and study of literature. The Data processed and analyzed by method of reduction, data presentation, and taking conclusion.

Local knowledge in a form of cultural theme can be elaborated in many actions and ideas. Cultural theme in a farm forest management can be realized as land preparation, seed preparation, planting, cultivation and maintenance, and harvesting.

This reasearch found some changes in local knowledge at Cijagang and Sukamulya community. In a land preparation, at ancient time people used to think that ritual is a must, but nowadays ritual is not abseloutely had to be done. In a seed preparation, at ancient time seed was collected from nature and prepared using traditional tools, but nowadays seed can be found in the nursery and prepared using modern tools . In a planting, at ancient time planting season begin by the traditional forecasting (direct stars observation by the farmer), but nowadays planting season begin by the modern weather forecasting. In a maintanance, at ancient time there are some custom rule that control the dislodgement of wild animal, but nowadays the rules are often ignored. In a harvesting, at ancient time incisions were done in a certain time with a certain consideration, but nowadays it does not have to through certain consideration.

(16)

6

Economically, local knowledge in a land opening (observation of the direction and velocity of the wind during the land burning) has sustain the fertility of the land and increased harvest. Ecologically, local knowledge that encourage farmer to use natural substance instead of chemical substance help the community to sustain their environment. Socially, local knowledge help the community having a healthy social life by helping each other and respect each other.

(17)

Judul Skripsi : Pengetahuan Lokal dalam Pengelolaan Hutan (Kasus di Desa Cijagang dan Desa Sukamulya Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat) Nama : Nur Asiah

NRP : E14103020

Menyetujui: Dosen Pembimbing

Dr.Ir. Didik Suharjito, MS NIP: 132104680

Mengetahui:

Dekan Fakultas Kehutanan

Dr.Ir. Hendrayanto, M. Agr NIP: 131578788

(18)

8

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Pengetahuan Lokal dalam Pengelolaan Hutan (Kasus di Desa Cijagang dan Desa

Sukamulya Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat) adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah dibuat sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Januari 2009

Nur Asiah

(19)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia dan kemudahan yang telah diberikanNya, sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam juga penulis haturkan kepada teladan terbaik umat manusia, Nabi Muhammad SAW. Penelitian ini berjudul

Pengetahuan Lokal dalam Pengelolaan Hutan (Kasus di Desa Cijagang dan

Desa Sukamulya Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat).

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Ir. Didik Suharjito, MS selaku pembimbing. Selain itu, penulis juga menghaturkan terima kasih kepada bapak-bapak penyuluh pertanian dari Dinas Perhutanan dan Konservasi Tanah (PKT) yaitu Bapak Amar Romidi Sp, Bapak Asep, Bapak Lukman serta pembimbing dilapangan Bapak Basah dan Bapak Tatang S atas bantuannya dalam memperoleh data di kantor maupun di Lapangan. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang sudah membantu di lapangan. Terakhir,

penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak, Ibu serta adik-adik tercinta Rina dan Melani serta seluruh keluarga atas doa dan kasih sayangnya.

Penulis menyadari bahwa dalam tulisan ini masih ada kekurangannya. Semoga karya tulis ini dapat menjadi dasar bagi peneliti selanjutnya dan pengembangan pengetahuan lokal dan hutan rakyat.

Bogor, Januari 2009

(20)

i

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cianjur, pada 27 Maret 1985 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Saedin dan Ibu Lilis Wakiah.

Pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri Gunungsari tahun 1991-1997, SLTP Negeri 1 Sukanagara tahun 1997-2000 dan SMU Negeri 1 Sukanagara tahun 2000-2003. Pada tahun 2003 penulis diterima sebagai Mahasiswa Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama menuntut ilmu di IPB, penulis telah mengikuti praktik lapang di antaranya Praktik Pengenalan dan Pengelolaan Hutan (P3H) di Leuweung Sancang, Leuweung Kamojang, Perum Perhutani KPH Tasikmalaya, dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Ciherang Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Selain itu, penulis pernah menjadi Asisten Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam (PAI) tahun 2005-2006. Penulis juga aktif di Lembaga

Kemahasiswaan DKM Ibaadurrahmaan sebagai staf Departemen Pers dan Media (DPM) tahun 2004-2006 serta Departemen Pengembangan Sumberdaya Manusia (PSDM) tahun 2006-2007. Penulis juga merupakan finalis dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) XIX bidang Program Karya Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKMM) yang dilaksanakan di Malang pada tahun 2006.

Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana, penulis melakukan penelitian dan membuat karya ilmiah dengan judul “Pengetahuan Lokal dalam

Pengelolaan Hutan (Kasus di Desa Cijagang dan Desa Sukamulya

(21)

UCAPAN TERIMA KASIH

Melalui karya ilmiah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu :

1. Ibu, Ayah serta adik-adik tercinta Rina Nurhayati dan Melani Nurannisa yang selalu memahami penulis serta memberikan dukungan moril dan spirituil, doa dan kasih sayang serta menemani disaat suka dan duka.

2. Bapak Dr. Ir. Didik Suharjito, MS selaku dosen pembimbing atas kesabaran dan keikhlasannya dalam membimbing penulis sejak awal penelitian hingga selesainya karya ilmiah ini.

3. Bapak Ir. Haryanto R. Putro, MS selaku dosen penguji dari Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata serta Bapak Dr. Ir. I Wayan Darmawan, MSc selaku dosen penguji dari Departemen Hasil Hutan yang telah memberikan banyak saran untuk perbaikan karya ilmiah ini.

4. Bapak Dr. Ir. Irdika Mansur, M. For. Sc dan Ibu Dr. Ir. Lailan syaufina, MSc atas motivasi yang telah diberikan kepada penulis untuk tetap bersemangat menyelesaikan kuliah dan memperbaiki nilai-nilai akademis.

5. Bapak Prof. Dr. Ir. Endang Suhendang, MS selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing penulis dan memberikan motivasi untuk senantiasa memberikan yang terbaik.

6. Bapak Drs. Anwar Hanifah selaku Kasi PMSD Kesbang dan Bapak Darojat Heriana selaku staf PMSD Kesbang yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di Desa Cijagang dan Desa Sukamulya.

7. Bapak H. Asep Sofyan, SH selaku KTU Dinas PKT dan bapak Edi selaku staf TU Dinas PKT yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam memfasilitasi pengambilan data di lapangan.

8. Bapak Ir. Lukman, Bapak Asep dan Bapak Amar, SP selaku penyuluh pertanian dari Dinas PKT serta Ibu Dr. Ir. H. Tintin selaku penyuluh pertanian dari Balai Penyuluh Pertanian (BPP) atas bantuan dan memfasilitasi pengambilan data dari masyarakat.

9. Bapak Drs. R. Adam Hidayat, Msi selaku Kepala Kecamatan Cikalongkulon, Bapak Ir. Mulyana, Se selaku Kepala Desa Sukamulya dan Bapak Nanang Kepala Desa Cijagang atas bantuan dan fasilitas yang diberikan selama pengambilan data dilapangan.

10.Bapak Tatang Sutedi dan Bapak Basah selaku pembimbing di lapangan yang telah membantu memfasilitasi pertemuan dengan masyarakat serta Ibu Neneng beserta keluarga yang telah memberikan bantuan selama pengambilan data di lapangan.

11.Bapak Ir. Sutrisno dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Cianjur yang telah memberikan bantuan data sekunder.

12.Keluarga besar Alm. Bapak Makmur dan Alm. Bapak Entung Wikantajaya terutama Wa Dede, A Asep, Teh Dian, Bu Neneng, terimakasih atas berbagai bantuan moril dan spirituil sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah di IPB.

(22)

ii

berbagai keluh kesah, motivasi, nasihat, saran selama kuliah hingga penyusunan skripsi ini.

14.Teman-teman seperjuangan MNH 40 dan FMNC terutama sahabat-sahabat terbaik penulis Dwi, Aci, Fheny dan Aris atas berbagai bantuannya yang telah

diberikan dengan tulus dan kalian adalah “anugrah terbaik” yang diberikan

oleh Allah SWT yang selalu ada disaat suka dan duka Jazakumullah khair. 15.Saudara-saudara di DKM 'Ibaadurrahmaan terutama teman-teman di Dept.

Pers dan Media (Kak Ulil, Teh Ita, Teh Asri, Mba Fara, Linda, Novi, Doni dan Arman) terima kasih atas kebersamaannya dan motivasinya dalam membantu penulis memberikan Warna-warni islami di Fahutan.

16.Saudara-saudaraku ROTAN 40 (Arizia, Latif, Nuralim, Hadi, Agus, Azam, Resa, Sahab, Sofwan, Jati, Dwi, Arul, Yulia, Nurban dan Iin) Jazakumullah khair atas ukhuwah yang terjalin indah lewat berbagai tausiyah dan rangkaian doa yang senantiasa dipanjatkan untuk penulis, terimakasih atas berbagai bantuan yang telah diberikan selama kuliah hingga penyusunan skripsi ini, semoga Allah SWT membalas kebaikan antuna semua.

17.Teman-Teman P3H (Guruh, Yandi, Rini, Bintang, Nurbandiah, Deden, Gunawan, Bobi, Elsi, Alus dan Dani ) serta teman-teman KKN: lingga (silvikultur 40) dan ITP 41 (Jamal Zamrudi, Hermanto, M.T.Assaukani dan Rosdahliana) terimakasih atas kerjasamanya selama menjalankan tugas dan atas berbagai ilmu dan pengalaman yang diberikan selama praktek lapang. 18.Saudari-saudariku di Wisma Balsem (Aci, Dwi, Eli, Desni dan yo)

terimakasih atas motivasi, keceriaan dan bantuan komputer maupun saran untuk perbaikan skripsi ini.

19.Saudari-saudariku di Wisma Nida (Teh Resti, Mba yanti, Mba fara, Mba Erna, Arul, Ana, Hani, Veni, Tri, Lia dan Evi) terimakasih atas kebersamaannya, motivasi dan nasihat-nasihat terbaik yang diberikan agar penulis menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

20.Saudari-saudariku di Wisma Alfarabi (Zera, Wiji, Fajri, Ana, Ita, Fitri, Taswirul, Dian, Maul, Ari, Uci, Mala dan Heni) terutama teman sekamar penulis Hani terimakasih atas kebersamaannya, nasihat-nasihat terbaik yang diberikan agar penulis menjadi pribadi yang lebih baik lagi serta pinjaman komputer dan perbaikan buat skripsi ini.

21.Saudari-saudariku di Asrama A2 (Mey, Aini, Lita, Rahma dan Arin) terimakasih atas kebersamaannya dan motivasinya untuk membantu penulis menjadi lebih bersemangat dalam menjalankan aktivitas perkuliahan.

22.Teman-teman rohis 41 (Fatah, Khalifah, Topan, Sopian, Fitroh, Rio, Oki, Ari, Fahmi, Okta, Rendra, Selvi, Tuti, Albi, Ai. R, Delvi, Yolanda, Zee, Alm. Frita dan Yana. Teman-teman rohis 42 (Dani, Hendro, Demi, Septi, Febriani, Santi, Lina, Dewi, Ugi dan Veni) Jazakumullah khair atas ukhuwah yang terjalin indah lewat berbagai tausiyah yang senantiasa diberikan, doa serta bantuan lainnya dalam penyusunan Skripsi ini.

23.Semua pihak yang telah turut membantu penulis.

(23)

ii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

DAFTAR ISTILAH LOKAL ... vii

BAB I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang ... 1 I.2. Tujuan Penelitian ... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Hutan Rakyat ... 5 2.2.Kebudayaan ... 7 2.3. Pengetahuan Lokal ... 9 2.3.1. Definisi ... 9 2.3.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Lokal... 11

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran ... 12 3.2. Definisi Operasional... 16 3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 17 3.4. Metode Pengambilan Data ... 17 3.4.1. Informan ... 17 3.4.2. Jenis Data ... 18 3.5. Metode Pengumpulan Data ... 18 3.7. Metode Pengolahan dan Analis Data ... 19

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1. Keadaan Umum dan Biofisik ... 20 4.1.1. Letak, Luas dan Aksesibilitas ... 20 4.1.2. Pola Penggunaan Lahan dan Topografi ... 21 4.2. Keadaan Sosial dan Ekonomi... 23 4.2.1. Administrasi Pemerintahan ... 23 4.2.2. Demografi ... 23 4.2.3. Agama ... 25 4.2.4. Pendidikan... 25 4.2.5. Angkatan Kerja, Mata Pencaharian Dan Ekonomi

Masyarakat ... 27

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

(24)

iii

5.3.Peran Pengetahuan Lokal Masyarakat ... 66

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ... 70 6.2. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 73

(25)

iv

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Pemerincian Pengetahuan Lokal berupa Pengelolaan Hutan Rakyat ke

dalam Unsur-Unsurnya yang Lebih Khusus... 14 2. Luas Wilayah Desa Cijagang dan Desa Sukamulya Menurut

Penggunaannya ... 21 3. Jumlah Penduduk Desa Cijagang dan Desa Sukamulya Berdasarkan

Kelompok Umur ... .. 24 4. Jumlah Penduduk Desa Cijagang dan Desa Sukamulya Menurut

Tingkat Pendidikan ... 26 5. Jumlah Tenaga Kerja di Desa Cijagang dan Desa Sukamulya menurut

(26)

v

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Makam Keramat Eyang Cikundul ... 28 2. Seorang Ahli Ritual sedang melakukan ritual pembukaan lahan ... 32 3. Sesajen yang digunakan dalam upacara ritual ... 35 4. Kongkoak yang sudah siap tanam ... 42 5. Jarak tanam Pohon Karet. Keterangan: (A) Pada lahan Milik petani;

(27)

vi

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

(28)

vii

DAFTAR ISTILAH LOKAL

Akar mayang : Akar serabut.

Apu : Kapur yang biasanya digunakan untuk mengecat dinding tetapi dalam pertanian digunakan untuk membunuh hama dan penyakit pada saat lombang belum ditanami.

Babadak : Alat yang digunakan untuk menyangga tanah yang rawan terhadap longsor yang disebabkan air. Babadak terbuat dari batu yang disekelilingnya diikat dengan bambu Berenuk : Tanaman endemik yang dapat menyuburkan tanah dan

menahan erosi.

Bumbungan : Media untuk pertumbuhan bibit yang terbuat dari plastik transparan berukuran 0,25 kg ataupun dari daun pisang. Buluk : Penyakit yang menyerang batang karet yang telah disadap

getahnya seperti jamur.

Cumileuh : Batang karet yang telah keluar bakal tunasnya.

Dawuan : Nama daerah untuk sistem penampung air untuk irigasi seperti cekdam.

Dicacar : Pembersihan lahan dari rumput-rumputan, perdu dan tumbuhan bawah lainnya yang dapat mengganggu tanaman pokok dengan menggunakan alat parang. Dikoer : Tanah dilubangi sesuai ukuran akar tanaman karet

sehingga pada saat ditanam karet kuat terhadap angin, tidak roboh.

Dihumaan : Penanaman tanaman pertanian berupa padi atau palawija di ladang.

Dirorak : Dibersihkan dari tanaman penganggu.

Distum : Karet yang dibuang bagian daunnya sehingga hanya tinggal batangnya saja.

Ditiiskeun : Lubang tanam dibiarkan selama sebulan agar hama dan penyakit yang ada didalamnya mati.

(29)

viii

sampai keluar bakal tunas. Diurug : Ditimbun dengan tanah.

Gagang : Bagian dari parang yang terbuat dari kayu yang berfungsi sebagai tempat memegang parang.

Ipukan : Sistem permbuatan persemaian yang dilakukan secara tradisional dengan cara menaburkan bibit pada parit tanpa menggunakan bumbung, biasanya dilakukan pada

tanaman jengjen.

Jengjen : Nama daerah untuk tanaman sengon (Paraserianthes falcataria)

Karet kawinan : Karet yang berasal dari hasil persilangan ataupun okulasi. Kebon : Lahan yang digunakan untuk menanami berbagai tanaman

selain kehutanan dengan sistem pengairan dari air hujan. Kongkoak : Bibit yang tumbuh secara alami setelah jatuh dari pohon

induknya ketanah.

Lombang : Lubang tanam yang dibuat dengan ukuran tertentu untuk ditanami bibit tanaman.

Luju : Alat yang terbuat dari kayu keras berukuran 1,5 fungsinya untuk membuat lubang tanam.

Memaro : Mengelola lahan milik orang lain dengan sistem bagi hasil yang telah disepakati diantara keduanya.

Mulud : Bulan ke enam dalam penamaan bulan di daerah Jawa Barat.

Munding : Hewan yang dalam Bahasa Indonesia disebut kerbau. Dalam sistem pengelolaan hutan rakyat di Desa Cijagang

dan Desa Sukamulya, munding merupakan simbol hewan yang dipelihara dan dibudidayakan oleh manusia sehingga tidak boleh sembarangan dibunuh atau ditangkap.

Ngadurukan : Proses pembakaran sisa-sisa rumput yang telah dicacar. Ngahuma : Sistem penanaman tanaman diluar tanaman kehutanan. Ngaluju : Proses pembuatan lubang tanam.

(30)

ix

yang ukurannya lebih besar dari ngaluju.

Ngarangrang : Proses pengambilan tunggul-tunggul kayu ataupun ranting-ranting yang tersisa setelah pembakaran lahan. Ngesrik : Proses pembersihan lahan dari tanaman yang baru tumbuh

setelah pembakaran lahan.

Ngored/ ngoyos : Proses pembersihan lahan setelah tanaman pokok tumbuh. Nyacar : Proses pembersihan lahan dari rumput-rumputan, perdu

dan tumbuhan bawah lainnya yang dapat mengganggu tanaman pokok dengan menggunakan alat parang.

Nyopak : Membuang bagian batang yang terkena penyakit dengan menggunkan golok.

Pancer karet : Bibit karet yang telah dipangkas daunnya. Pengipukan : Pembuatan ipukan.

Penyetuman : Proses pembuangan daun pada bibit karet.

Peremuian : Pencangkulan lahan disekeliling pohon fungsinya untuk memudahkan pupuk diserap oleh tanaman.

Petetan : Tanaman yang baru tumbuh setelah lahan dibakar. Rajab : Bulan ke sepuluh dalam penamaan bulan di daerah Jawa

Barat.

Rancatan : Alat untuk memikul hasil panen.

Salur : Sistem pembersihan lahan dengan membuat jalur, tidak semua lahannya dibersihkan tetapi hanya lahan yang akan ditanami karet/ jengjen.

Selling : Karet yang tumbuh secara alami tidak dilakukan okulasi ataupun perlakuan lainnya.

Sengkedan : Cara menjaga tanah dari longsor atau yang lebih dikenal dengan sistem terasering.

Tamiang ukur : Bambu yang digunakan untuk sesajen. Tanah gege : Tanah yang hak menjadi hak milik desa.

(31)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehidupan masyarakat pedesaan, terutama masyarakat yang berada di sekitar hutan sangat tergantung pada sumberdaya hutan. Penggunaan sumberdaya alam berupa tanah, air, hutan sangat tergantung pada pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam memelihara sumberdaya alam tersebut.

Masyarakat mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang beragam dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya hutan. Kegiatan membaca alam tersebut diperoleh setelah memperhatikan posisi bintang ataupun gejala alam lainnya. Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya merupakan penelitian dalam bidang pertanian terpadu, pengelolaan taman nasional, pengelolaan sumberdaya laut, pengelolaan hutan lindung dan pengelolaan repong damar.

Penelitian mengenai pengetahuan yang dilakukan oleh Arafah (2002) adalah mengenai kegiatan pengelolaan pertanian dengan pengetahuan lokal yang ada serta peran pengetahuan lokal dalam menunjang sistem pertanian terpadu. Penelitian ini juga membahas tentang sistem pertanian berdasarkan coraknya. Pengetahuan Lokal Suku Moronene dalam sistem pertanian yaitu penentuan lokasi yang terdiri atas berbagai kegiatan berupa meninjau lokasi, memberi tanda, upacara penentuan lokasi kesuburan tanah, dan upacara pembukaan lahan. Pembukaan lahan dan persiapan tanaman yang terdiri dari pembersihan lahan, membakar dan membuat pagar. Tahapan kegiatan selanjutnya yaitu penanaman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit tanaman serta pemanenan yang terdiri dari berbagai kegiatan berupa memotong padi, menumbuk atau menggiling

padi dan pesta panen.

(32)

2

berupa bola atau rumah panggung, pekarangan, kebon atau kebun, alas atau hutan, pesisir, pantai, laut dan bagian-bagiannya. Pengetahuan lokal tentang musim, sumberdaya laut dan perilaku ikan serta teknologi lokal yang digunakan. Penelitian ini juga membahas tentang pengaruh kegiatan pemanfaatan sumberdaya laut serta peran dan fungsi pengetahuan lokal bagi Masyarakat Kamujan.

Pengetahuan lokal masyarakat dalam pengelolaan hutan lindung yang dilakukan oleh Nurhayati (2006) membahas pengetahuan dalam penggunaan lahan berupa pengetahuan tentang hutan, kebun, ladang, pemukiman, pemanfaatan tumbuhan obat, tumbuhan aromatik, tumbuhan penghasil pangan, tumbuhan untuk ritual dan pakan ternak. Penelitian ini juga membahas tentang proses pewarisan pengetahuan yang terjadi dalam masyarakat.

Pengetahuan lokal masyarakat di Desa Manyancang dan Pahmugan dalam pengelolaan repong damar cukup memadai. Kegiatan pengelolaan yang dilakukan oleh petani terdiri dari berbagai kegiatan seperti penanaman, penyiangan, penyiraman, pemangkasan dan pemanenan. Penelitian ini juga membahas tentang sikap, tindakan dan pemilihan jenis tanaman berdasarkan tingkat kesukaan

masyarakat Desa Manyancang dan Pahmugan dalam pengelolaan repong damar (Kaskoyo dan Kustanti, 2005).

Pengetahuan lokal tentang gejala-gejala alam memperlihatkan bahwa

keberadaan alam dan lingkungan mempengaruhi kehidupan masyarakat sehari-hari dan mengalami perubahan seiring dengan perubahan masyarakatnya, oleh karena itu penelitian tentang pengetahuan lokal menarik untuk dilakukan karena dapat mengetahui perubahan yang terjadi serta faktor penyebab perubahan tersebut.

(33)

3

lestari. Petani harus mengetahui peran pengetahuan lokal secara ekonomi, ekologi dan sosial. Secara ekonomi pengetahuan lokal berperan dalam membantu petani untuk menggunakan cara terbaik dalam pengelolaan hutan rakyat sehingga hasil tanamannya meningkat, secara ekologi pengetahuan lokal dapat membantu petani dalam menentukan cara mempertahankan kesuburan tanah, menjaga lahan dari longsor dan mencegah banjir agar pengelolaan hutan rakyat menjadi lestari. Dari segi sosial pengetahuan lokal berperan dalam rangka menjaga kebersamaan dan sikap saling menghargai dan menolong antar petani sehingga persaudaraan diantara mereka tetap kokoh dan untuk mempertahankan kebudayaan yang terdapat dalam masyarakat.

Penelitian ini difokuskan pada pengelolaan hutan rakyat yang lebih dikenal oleh masyarakat dengan istilah kebon. Berbagai jenis kebon yang diusahakan antara lain kebon campuran dan kebon monokultur. Kebon campuran yaitu kebon yang ditanami dengan berbagai kombinasi tanaman yaitu tanaman utama berupa karet, tanaman kombinasinya yaitu padi, pisang dan tanaman pertanian. Di setiap sisi lahannya petani memanfaatkannya dengan menanam beberapa pohon jengjen ataupun buah-buahan. Sedangkan kebon monokultur yaitu kebon yang ditanami satu jenis tanaman yaitu karet ataupun jengjen.

1.2. Tujuan dan Manfaat

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan pengetahuan lokal petani tentang pengelolaan hutan rakyat.

2. Untuk mendeskripsikan perubahan pengetahuan lokal petani.

3. Untuk mendeskripsikan peran pengetahuan lokal petani dalam pengelolaan hutan yang memperhatikan kelestarian ekosistem.

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

(34)

4

2. Untuk mendokumentasikan pengetahuan yang ada dalam masyarakat agar tidak hilang sehingga dapat dipelajari oleh orang-orang yang memerlukannya.

(35)

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hutan Rakyat

Hutan rakyat merupakan hutan yang dimiliki oleh masyarakat yang dinyatakan oleh kepemilikan lahan, oleh karena itu hutan rakyat juga disebut hutan milik. Hutan rakyat ini di Indonesia hanya merupakan bagian kecil dari total ini tetap penting karena selain fungsinya untuk perlindungan tata air pada lahan-lahan masyarakat, juga penting bagi pemiliknya sebagai sumber penghasil kayu maupun sumber pendapatan rumah tangga, disamping hasil-hasil lain seperti buah-buahan, daun, kulit kayu, biji dan sebagainya (Suharjito, 2000)

Dalam UU No.41/1999, hutan rakyat dimaksudkan sebagai hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani hak milik. Definisi tersebut diberikan untuk membedakannya dari hutan negara, yaitu hutan yang tumbuh di atas tanah yang tidak dibebani hak milik atau tanah negara. Dalam pengertian ini, tanah negara

mencakup tanah-tanah yang dikuasai oleh masyarakat berdasarkan ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan adat atau aturan-aturan masyarakat lokal (masyarakat hukum adat).

Pengertian hutan rakyat seperti itu menimbulkan konsekuensi-konsekuensi. Pertama, hutan-hutan yang tumbuh di atas tanah adat dan dikelola oleh keluarga-keluarga petani sebagai anggota suatu kelompok masyarakat adat diklaim oleh pemerintah sebagai hutan negara dan tidak termasuk hutan rakyat. Kedua, hutan-hutan yang tumbuh di atas tanah milik dan diusahakan oleh orang-orang kota yang menyewa atau membeli tanah masyarakat lokal masih dapat dikategorikan sebagai hutan rakyat. Dengan demikian, pengertian di atas mempertentangkan "hutan rakyat" dan "hutan negara" dilihat berdasarkan status kepemilikan tanahnya atau sifat dari obyek (tanah dan hutan), bukan berdasarkan pelakunya atau subyek yang mengelola hutan. Dalam undang-undang tersebut juga secara implisit disebutkan tentang hutan dengan status hak guna usaha.

(36)

6

secara tradisional dan diusahakan dengan cara sederhana, lebih mengandalkan alam, teknik budidaya sederhana serta kurang memperhatikan kelestarian hasil (kontinuitas produksi). Pengusahaan hutan rakyat sebagian besar masih bersifat sampingan dan dianggap sebagai tabungan untuk keperluan mendesak.

Menurut Purwanto dkk (2004), secara umum ada beberapa karakteristik

hutan rakyat antara lain :

1. Luas lahan rata-rata yang dikuasai sempit.

2. Pada umumnya petani berlahan sempit menanam kayu-kayuan dengan

tanaman lainnya dengan pola tumpangsari, campuran agroforestri,

sedangkan petani berlahan luas yang komersil memungkinkan

pengembangan hutan rakyat dengan sistem monokultur.

3. Tenaga kerja yang digunakan berasal dari dalam keluarga.

4. Skala usaha kecil

5. Kontinyuitas dan mutu kayu kurang terjamin.

6. Beragamnya jenis tanaman dengan daur yang tidak menentu atau beragam.

7. Kayu dalam hutan rakyat tidak diposisikan sebagai andalan pendapatan

rumah tangga petani tetapi dilihat sebagai ”tabungan” yang segera dapat

dijual pada saat dibutuhkan.

8. Teknik silvikultur sederhana dan memungkinkan pengembangan dengan

biaya rendah, meskipun hasilnya kurang optimal. Namun kontinyuitas

hasil dalam horizon waktu dan penyebaran resiko menjadi pilihan bagi

petani kecil.

9. Keputusan pemanfaatan lahan untuk hutan rakyat seringkali merupakan

pilihan terakhir apabila pilihan lainnya tidak memungkinkan.

10.Kayu tidak memberikan hasil cepat, bukan merupakan komoditi konsumsi

sehari-hari, membutuhkan waktu lama sehingga pendapatan dari kayu

rakyat merupakan pendapatan sampingan dalam pendapatan rumah tangga

petani.

11.Usaha hutan rakyat merupakan usaha yang tidak pernah besar tetapi tidak

(37)

7

12.Instansi dan organisasi yang terlibat dalam pengelolaan hutan rakyat cukup

banyak tetapi tidak ada satupun yang bertanggung jawab penuh atas

kelangsungan hutan rakyat.

13.Perundangan, kebijakan, tata nilai, tata prilaku dan sebagainya belum

optimal mendukung pengembangan hutan rakyat.

Hasil kajian yang dilakukan oleh Martin et al. dalam Winarno dan Waluyo

(2007), status perkembangan hutan rakyat di Propinsi Sumatera Selatan terdapat

3 (tiga) pola pengelolaan hutan rakyat diantaranya yaitu hutan rakyat tradisional

yang merupakan hutan rakyat yang dikembangkan secara turun-temurun oleh

beberapa kelompok masyarakat asli di Sumsel, seperti Kebun Bambang dan

Benuaran Durian di Kabupaten Lahat, Kebun Duku di Kabupaten OKI, OKU,

Lahat, Muara Enim dan MUBA. Ciri utama hutan rakyat tradisional adalah

menggunakan jenis tanaman dan teknik budidaya yang diwariskan turun

menurun.

Menurut Awang (2004) dalam banyak literatur hutan rakyat dikenal

dengan istilah farm forestry. Hutan rakyat adalah hutan yang mempunyai ciri

kegiatan penanaman pohon atau tanamannya dilaksanakan di atas lahan milik

rakyat. Walaupun demikian kegiatan ini dapat juga dilaksanakan di atas lahan

negara yang diperuntukkan untuk kegiatan penanaman pohon yang manfaatnya

untuk masyarakat. Hutan rakyat terdiri dari dua jenis, yaitu hutan rakyat bersifat

swadaya dan hutan rakyat dengan tujuan komersial.

2.2 Kebudayaan

Menurut Koentjaraningrat (1990) budaya adalah daya dari budi yang berupa rasa, cipta dan karsa sedangkan kebudayaan adalah hasil dari rasa, cipta dan karsa tersebut. Definisi lain kebudayaan yaitu keseluruhan sistem gagasan tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.

Menurut Koentjaraningrat (1990) terdapat tujuh unsur kebudayaan universal, yaitu:

(38)

8

b. Sistem nilai dan pandangan hidup. c. Komunikasi keagamaan.

d. Upacara keagamaan.

2. Sistem kemasyarakat atau organisasi sosial a. Kekerabatan.

b. Asosiasi dan perkumpulan. c. Sistem kenegaraan.

d. Sistem kesatuan hidup. e. Perkumpulan.

3. Sistem pengetahuan meliputi pengetahuan tentang: a. Flora dan fauna.

b. Waktu, ruang dan bilangan.

c. Tubuh manusia dan perilaku antar sesama manusia. 4. Bahasa yaitu alat untuk komunikasi berbentuk:

a. Lisan. b. Tulisan.

5. Kesenian yang meliputi: a. Seni patung/ pahat.

b. Relief, lukis, gambar dan rias.

c. Vokal dan musik. d. Bangunan.

e. Kesusastraan dan Drama.

6. Sistem mata pencaharian hidup atau ekonomi meliputi: a. Berburu dan mengumpulkan makanan.

b. Bercocok tanam.

c. Peternakan, perikanan dan perdagangan. 7. Sistem peralatan hidup atau teknologi yang meliputi:

a. Produksi, distribusi dan transportasi. b. Peralatan komunikasi.

c. Peralatan konsumsi dalam bentuk wadah. d. Pakaian dan perhiasan.

(39)

9

f. Senjata.

Kebudayaan universal yaitu kebudayaan yang bersifat universal, artinya unsur-unsur kebudayaan tersebut dapat ditemukan di dalam kebudayaan bangsa manapun di dunia. Unsur kebudayaan universal menjelma dalam tiga wujud, yaitu wujud sistem budaya, sistem sosial dan wujud kebudayaan fisik.

Wujud sistem budaya dari suatu unsur kebudayaan universal berupa adat pada tahap pertama dapat diperinci ke dalam beberapa komplek budaya. Tiap komplek budaya dapat diperinci lebih lanjut ke dalam beberapa tema budaya dan akhirnya pada tahap ke tiga tiap tema budaya dapat diperinci ke dalam gagasan.

Wujud sistem sosial dari suatu unsur kebudayaan universal berupa aktivitas sosial pada tahap pertama dapat diperinci ke dalam beberapa komplek sosial. Tiap komplek sosial dapat diperinci lebih lanjut ke dalam beberapa pola sosial dan akhirnya pada tahap ke tiga tiap pola sosial dapat diperinci ke dalam tindakan.

2.3 Pengetahuan Lokal

2.3.1Definisi

Pengetahuan merupakan kapasitas manusia untuk memahami dan menginterpretasikan baik hasil pengamatan maupun pengalaman, sehingga bisa digunakan untuk meramalkan ataupun sebagai dasar pertimbangan dalam

keputusan. Pengetahuan merupakan keluaran dari proses pemahaman dan interpretasi yang masuk akal. Namun pengetahuan bukanlah merupakan kebenaran yang bersifat mutlak. Pengetahuan sendiri tidak mengarah ke suatu tindakan nyata ( Sunaryo dan Joshi, 2003)

Pengetahuan lokal secara umum diartikan sebagai pengetahuan yang digunakan oleh masyarakat lokal untuk bertahan hidup dalam suatu lingkungan yang khusus (Warre, 1991 dalam Sunaryo dan Joshi 2003).

(40)

10

kebutuhan masyarakat. Pengetahuan ini juga merupakan hasil kreativitas dan uji coba secara terus-menerus dengan melibatkan inovasi internal dan pengaruh eksternal dalam usaha untuk menyesuaikan dengan kondisi baru. Karenanya salah jika kita berpikir bahwa pengetahuan indigenous itu kuno, terbelakang, statis atau tak berubah (Sunaryo dan Joshi, 2003)

Menurut Arafah (2002), Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh menusia melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk menggali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya.

Pengetahuan lokal (Local knowledge) sejalan dengan prinsip-prinsip ilmiah. Kekayaan pengetahuan lebih berdasar kepada pengetahuan ilmiah jika digunakan untuk menilai faktor-faktor resiko yang menyangkut keputusan produksi.

Cara menilai mengetahui atau sebaliknya tidak tahu, dalam pengetahuan masyarakat lokal ialah ketika benda mudah diamati, berguna dan penting dalam budaya lokal masyarakat. Selain pengetahuan lokal yang ditemukan berdasarkan

prinsip pengamatan dan kepentingannya dalam budaya masyarakat lokal, sebenarnya pengetahuan lokal juga berdasarkan pada proses pewarisan yang berlangsung dari suatu generasi kegenerasi.

(41)

11

2.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Pengetahuan Lokal

Pengetahuan lokal yang dimiliki oleh masyarakat mengalami perubahan seiring dengan munculnya beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi masyarakat. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah:

1. Perkembangan jumlah penduduk. 2. Perubahan orientasi ekonomi.

3. Pergeseran fungsi pengetahuan lokal baik secara kultural maupun struktural.

Semakin bertambah jumlah penduduk, maka persaingan untuk memperoleh lahan dan sumber penghidupan semakin ketat. Hal ini dapat mendorong masyarakat untuk mencari sumber pendapatan diluar pertanian sehingga terjadi gerakan urbanisasi ke kota. Masyarakat yang mempunyai pengetahuan lokal dan tidak mempunyai lahan tidak lagi menggunakan pengetahuan yang dimilikinya dan tidak mewariskan ke generasi selanjutnya. Akibat dari keadaan ini maka pengetahuan lokal yang dimiliki petani tersebut hilang.

Orientasi masyarakat yang lebih ke arah ekonomi membuat petani tidak menggunakan pengetahuan lokal dalam bertani sehingga apapun dilakukan asalkan lahan miliknya memperoleh hasil yang melimpah tanpa mempedulikan

keadaan ekologisnya.

Menurut arafah (2002): Pergeseran fungsi pengetahuan lokal secara

(42)

12

BAB III

METODOLOGI

Penelitian ini difokuskan pada penelitian pengelolaan hutan rakyat yang lebih dikenal oleh masyarakat dengan kebon. Terdapat berbagai jenis kebon yang diusahakan antara lain kebon campuran dan kebon monokultur. Kebon campuran yaitu kebon yang ditanami dengan berbagai kombinasi tanaman yaitu tanaman utama berupa karet, tanaman kombinasinya yaitu padi, pisang dan tanaman

pertanian. Di sisi lahannya petani memanfaatkannya dengan menanam beberapa pohon jengjen ataupun buah-buahan, sedangkan kebon monokultur yaitu kebon yang ditanami satu jenis tanaman yaitu karet ataupun jengjen. Petani lebih banyak menggunakan sistem kebun campuran karena hasilnya lebih banyak yaitu adanya hasil sementara dari tanaman kombinasi sebelum tanaman utama dipanen.

3.1 Kerangka Pemikiran

Sistem pengetahuan merupakan salah satu unsur pokok dari tiap kebudayaan di dunia atau kebudayaan universal. Wujud kebudayaan berupa sistem budaya, sistem sosial dan unsur kebudayaan fisik yaitu benda-benda kebudayaan. Tiap unsur kebudayaan tersebut dapat dirinci kedalam unsur-unsurnya yang lebih kecil sampai beberapa kali. Menurut R. linton diacu dalam Koentjaraningrat (1990), pemerincian kebudayaan universal dapat diperinci sampai empat kali.

Unsur kebudayaan yang berwujud sistem budaya dapat diperinci kedalam beberapa komplek budaya, tiap komplek budaya dapat diperinci lebih lanjut ke dalam beberapa tema budaya dan akhirnya pada tahap ke empat diperinci ke dalam beberapa gagasan.

Unsur kebudayaan yang berwujud sistem sosial dapat diperinci kedalam beberapa komplek sosial, tiap komplek sosial dapat diperinci lebih lanjut kedalam beberapa pola sosial dan akhirnya pada tahap ke empat diperinci ke dalam beberapa tindakan.

(43)

13

istiadat yang turun menurun dilakukan oleh masyarakat diseluruh dunia dan didalamnya terdapat aktivitas sosial berupa kegiatan pengelolaan hutan berdasarkan fungsinya berupa hutan rakyat, hutan produksi, hutan konservasi dan hutan lindung. Sistem kehutanan dapat diperinci kedalam komplek sosial/ komplek budaya berupa hutan rakyat dimana didalamnya terkandung nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat berdasarkan pengalaman ataupun pengetahuan. Alat-alat yang digunakan yaitu alat-alat untuk persiapan lahan, persiapan bibit, penanaman, pemeliharaan dan pemanenan berupa seperangkat alat berat maupun ringan.

Pemerincian selanjutnya dari sistem hutan rakyat kedalam tema budaya dan pola sosial yang berupa persiapan lahan, persiapan bibit, penanaman, pemeliharaan dan pemanenan. Tema budaya persiapan lahan, persiapan bibit, penanaman, pemeliharaan dan pemanenan yang dilakukan dengan pola yang hampir sama pada setiap periodenya.

Pemerincian selanjutnya yaitu dari persiapan lahan kedalam tindakan berupa pembersihan lahan dan pengolahan tanah. Persiapan bibit diperinci

kedalam pengadaan benih dan persemaian. Penanaman diperinci kedalam berbagai tindakan berupa pembuatan ajir, pembuatan lubang tanam (ngalombang),pemasukkan bibit ke lubang tanam dan penyulaman. Pemeliharaan

(44)

14

Tabel. 1 Pemerincian kebudayaan universal ke dalam sub-sub unsurnya yang khusus.

Tema budaya Pola sosial Benda kebudayaan Gagasan Tindakan Benda kebudayaan Persiapan lahan

Tema budaya: Persiapan lahan

dilakukan dengan berpedoman kepada nilai yang berlaku dalam masyarakat, yaitu ketika akan mendatangi tempat yang baru harus izin terlebih dahulu termasuk ketika akan mempersiapkan pembukaan lahan.

Pola sosial: Pola pembersihan lahan yang dilakukan secara bersama-sama dengan penentuan waktu yang berpola berdasarkan musim dan rasi bintang.

Alat-alat: Parang, cangkul dan kapak.

Persiapan bibit

Tema budaya: Pembelian benih

harus disesuaikan dengan kondisi tanah dan lingkungannya, apakah benih tersebut dapat tumbuh baik dilahan milik petani atau tidak.

Pola sosial: Kebersamaan yang tercipta diantara para pekerja dapat mempererat persudaraan diantara petani dan para pekerja lainnya dalam pembuatan persemaian.

Alat-alat: Cangkul, golok, sabit, penampungan air, sprayer, selang, kompos, topsoil dan polibag.

Pembersihan lahan

Gagasan: Pembersihan lahan dilakukan dengan

alasannya agar tanah siap untuk ditanami, kesuburannya cukup dan menghindarkan tanaman dari gangguan gulma yang akan menghambat pertumbuhan tanaman pokok.

Tindakan: Pembersihan lahan dilakukan dengan

berbagai tindakan antara lain membakar dan membersihkan lahan.

Alat-alat: Parang, cangkul dan kapak.

Pengolahan tanah

Gagasan: Pengolahan tanah dilakukan dengan cara

yang sederhana alasannya untuk memudahkan dalam proses penanaman.

Tindakan: Pengolahan tanah dilakukan dengan

ukuran kedalam 0.5 cm dan tidak boleh terlalu dangkal ataupun terlalu dalam.

Alat-alat: Cangkul dan garpu.

Pengadaan benih

Gagasan: Pengadaan benih dilakukan agar

memperoleh benih yang berkualitas yaitu yang hasilnya banyak dan tahan terhadap serangan ham dan penyakit.

Tindakan: Membeli benih dari areal produksi benih

dan pengunduhan. Pemungutan biji dilakukan pada bulan Agustus sampai September.

Alat-alat: Alat pengunduh dan kantung plastik.

Persemaian

Gagasan: Persemaian dibuat dengan alasan untuk memperoleh bibit yang lebih baik kualitasnya dan masa panen yang lebih cepat.

Tindakan: Mengatur drainase tanah dengan

membuat parit, mencampur top soil dan kompos untuk membantu menyuburkan lahan; pembuatan bedengan pada daerah miring ditimbun dengan tanah dan diratakan; pengaturan tata ruang dengan berpedoman kepada denah persemaian yang telah dibuat.

Alat-alat: Penampungan air, sprayer, selang,

(45)

15

Tabel. 2 Pemerincian kebudayaan universal ke dalam sub-sub unsurnya yang khusus (lanjutan).

Tema budaya Pola sosial Benda kebudayaan Gagasan Tindakan Benda kebudayaan Penanaman

Tema budaya: Penentuan

awal penanaman dengan melihat rasi bintang, setelah penanaman diadakan acara syukuran dan doa-doa dengan tujuan agar tanaman dapat tumbuh dengan baik dan memperoleh hasil yang banyak.

Pola sosial: Kebersamaan

yang tercipta diantara para pekerja dapat mempererat persudaraan diantara petani dan para pekerja lainnya.

Alat-alat: Cangkul, golok dan sabit.

Pembuatan lubang tanam

Gagasan: Pembuatan lubang tanam bertujuan agar

tanaman lebih baik pertumbuhannya. Lubang tanam dibuat dengan jarak tanam tertentu sehingga pertumbuhannya lurus.

Tindakan: Membuat jarak tanam, mencangkul tanah.

Alat-alat: Cangkul dan ajir

Pemasukkan bibit kelubang tanam

Gagasan: Bibit dimasukkan kedalam lubang tanam agar

lebih aman dari gangguan hewan dan dapat tumbuh dengan baik.

Tindakan: Memasukkan bibit kedalam tanah sesuai

lubang yang telah dibuat.

Alat-alat: Cangkul

Penyulaman

Gagasan: Penyulaman bertujuan untuk mengantisipasi tanaman yang mati dengan mempersiapkan tanaman pengganti.

Tindakan: Mempersiapkan bibit cadangan dilahan

lainnya untuk mengantisipasi ketidak berhasilan tanaman yang ditanam sebelumnya.

Alat-alat: pencungkil dan parang.

Pemeliharaan

Tema budaya: Kebiasaan

menggunakan ramuan secara tradisional untuk mengantisipasi hama penyakit, jika menggunakan obat kimia harus menggunakan bahan yang ramah lingkungan.

Pola sosial: Adanya kebiasaan saling menjaga antar petani agar tanaman milik petani lain tidak terkena penyakit serupa.

Alat-alat: Cangkul, golok dan parang.

Penanggulangan hama dan penyakit

Gagasan: Penanggulangan hama dan penyakitbertujuan

untuk mendapatkan tanaman yang baik pertumbuhannya dan lingkungan sekitar tanaman dapat mendukung pertumbuhan tanaman.

Tindakan: Mengumpulkan berbagai bahan untuk dibuat

ramuan obat pembasmi hama dan penyakit, menyemprotkan pestisida ataupun obat kimia lainnya untuk membasmi hama dan penyakit, memberikan musuh alami bagi hama dan penyakit dengan melakukan penjagaan agar musuh alami tidak menyebar ke lokasi lainnya.

Alat-alat: Botol, semprotan dan bak air.

Perlindungan lahan dan tanaman

Gagasan: Perlindungan lahan dan tanaman bertujuan

untuk untuk mencegah longsor, menghambat laju api apabila terjadi kebakaran dan menjaga lahan dari serangan hama dan hewan pengganggu.

Tindakan: Mencangkul tanah dan membuat

tangga-tangga; larikan dibuat tiga buah yaitu larikan tanaman pokok yang diawali dari tempat tertinggi kemudian larikan tanaman pokok yang terletak diantara tanaman pokok dengan tanaman tepi dan terakhir larikan tanaman tepi yang berada dipinggir lahan; penanaman tanaman secang; menanam tanaman salak ataupun tanaman berduri lainnya dipinggir lahan; pembuatan jadwal ronda.

(46)
[image:46.595.115.509.96.388.2]

16

Tabel. 3 Pemerincian kebudayaan universal ke dalam sub-sub unsurnya yang khusus (lanjutan).

Tema budaya Pola sosial Benda kebudayaan Gagasan Tindakan Benda kebudayaan Pemanenan

Tema budaya: Pengangkutan tidak

dilakukan pada malam hari terutama malam jumat, hal ini terkait dengan aktivitas warga desa yang melakukan pengajian dan waktu istirahat warga tidak terganggu; Penyaradan yang dilakukan tidak menimbulkan kerusakan pada tempat bersejarah dan pekerjanya dijamin keselamatan kerjanya.

Pola sosial: Berbagai interaksi yang terjadi antara pemilik kayu dengan pekerja, ahli ritual dan stakeholder lainnya; penentuan harga kesepakatan yang tidak merugikan satu dengan lainnya.

Alat-alat: Kuda-kuda dan pemikul

Penebangan

Gagasan: Penebangan dilakukan untuk

memperoleh hasil dari tanaman dengan meminimalisir dampak yang akan ditimbulkan sesudahnya; arah rebah dibuat dengan pertimbangan ekonomi, ekologi dan keselamatan kerja.

Tindakan: Memotong batang sesuai tanda yang

telah dibuat sebelumnya; mengukur batang dengan menggunakan meteran; menguliti kayu yang sudah ditebang.

Alat-alat: Gergaji rantai, chain saw dan kapak, meteran dan alat tulis.

Penyaradan dan Pengangkutan

Gagasan: Penyaradan dan pengangkutan

dilakukan untuk mengangkut kayu hasil tebangan menuju alat pengangkut dengan aman tidak merusak kayu dan lingkungan sekitarnya dan tidak melewati situs kebudayaan, tempat keramat ataupun kuburan.

Tindakan: Membuat peta lokasi.

Alat-alat: Kuda-kuda dan pemikul.

Sumber: Arafah (2002) dan Handoko (2007)

3.2 Definisi Operasional

1. Persiapan lahan ialah salah satu upaya yang dilakukan oleh petani hutan rakyat dalam rangka mempersiapkan lahan yang akan ditanami, agar lahan tersebut terhindar dari berbagai hama dan penyakit serta terjamin kesuburan tanahnya. Kegiatan yang dilakukan dalam persiapan lahan berupa pembersihan lahan dan pengolahan tanah. Persiapan lahan

dilakukan pada saat musim kemarau.

2. Persiapan bibit yaitu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh bibit

yang berkualitas bagus untuk memperoleh hasil yang menguntungkan secara ekonomi dan ekologis. Kegiatan persiapan lahan terdiri dari berbagai kegiatan yaitu pengadaan benih dan pembuatan persemaian. 3. Penanaman yaitu kegiatan menanam tanaman ke lahan yang telah

dipersiapkan sebelumnya. Kegiatan penanaman terdiri dari bebagai kegiatan pembuatan lubang tanam dan pemasukkan bibit ke lubang tanam. 4. Pemeliharaan yaitu kegiatan yang dilakukan untuk menjaga dan

(47)

17

sehingga pertumbuhannya baik. Pemeliharaan terdiri dari berbagai kegiatan berupa penyulaman, penanggulangan hama dan penyakit serta perlindungan lahan dan tanaman.

5. Pemanenan yaitu kegiatan pengambilan hasil dari tanaman yang diusahakan baik berupa kayu, getah, buah dan daun. Pemanenan terdiri dari berbagai kegiatan berupa penebangan dan penyaradan.

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Cijagang dan Desa sukamulya Kecamatan Cikalongkulon Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat. Penelitian dilakukan selama dua bulan yaitu pada bulan Maret dan April. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposif (sengaja) dengan mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Di Desa Cijagang dan Desa Sukamulya terdapat banyak sekali unsur pengetahuan lokal yang dapat dikaji, karena masyarakatnya merupakan masyarakat pedesaan yang mempertahankan pengetahuan lokal dari

leluhurnya.

2. Desa Cijagang merupakan Desa yang menjadi cikal bakal Kabupaten Cianjur sehingga banyak terdapat unsur kebudayaan khas Cianjur

khususnya yang berkenaan dengan budaya bertani.

3. Desa Sukamulya merupakan desa yang dimekarkan dari Desa Cijagang sehingga sebagian dari kebudayaan Cianjur terdapat di Desa Sukamulya.

3.4 Metode pengambilan data

3.4.1 Informan

(48)

18

3.4.2 Jenis data:

Data yang dikumpulkan tediri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara mendalam kepada petani pemilik lahan, petani penggarap, tokoh desa, ahli ritual dan pengamatan langsung kelapangan untuk mendapatkan informasi yang lebih detail.

Data primer merupakan data yang didapatkan dari sumber informan pertama yaitu individu atau perseorangan seperti hasil wawancara yang dilakukan oleh Peneliti. Data primer terdiri dari:

1. Data umum kepala keluarga, meliputi nama, umur, pekerjaan tetap dan pekerjaan sampingan.

2. Data usaha tani meliputi luas lahan garapan, jenis tanaman yang diusahakan, pengetahuan dan pengalaman pada setiap tahapan pengelolaan lahan.

Data sekunder merupakan data primer yang sudah diolah lebih lanjut dan disajikan oleh pihak pengumpul data primer atau pihak lain, misalnya dalam bentuk tabel dan diagram. Data ini digunakan untuk mendukung informasi primer

yang diperoleh baik dari dokumen maupun dari observasi langsung ke lapangan. Data sekunder diperoleh melalui studi literatur, baik data pokok ataupun data penunjang. Data sekunder terdiri dari:

1. Kondisi umum lokasi penelitian meliputi: letak dan keadaan fisik lingkungan.

2. Data umum penduduk meliputi: Monografi masing-masing desa, jumlah penduduk, struktur umur, tingkat pendidikan masyarakat dan mata pencaharian.

3. Data potensial lahan.

3.5 Metode pengumpulan data:

Metode pengumpulan data

1. Teknik wawancara mendalam (in-depth)

(49)

19

dilakukan untuk mendapat berbagai informasi menyangkut masalah yang diajukan dalam penelitian. Wawancara dilakukan kepada responden yang dianggap menguasai masalah penelitian.

2. Teknik observasi

Data dikumpulkan dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti, dengan metode ini diharapkan peneliti mampu melihat, merasakan dan memaknai gejala sosial yang ditelitinya dan bersama-sama membentuk dan mendapatkan pengetahuan dari objek penelitiannya. 3. Teknik pengumpulan data sekunder.

Pengumpulan data sekunder yang mendukung penelitian dilakukan dengan pencatatan data atau laporan dari desa, kecamatan, Dinas PKT, BPS dan instansi lainnya.

3.6 Metode pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh selanjutnya diolah dan dianalisis secara deskriptif dan dituangkan dalam bentuk tabel, teks narasi atau berbentuk bagan. Untuk

menganalisis penelitian ini, maka dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Pengumpulan informasi hasil wawancara maupun observasi langsung.

2. Reduksi.

Langkah ini digunakan untuk memilih informasi mana yang sesuai dan tidak sesuai dengan masalah penelitian.

3. Penyajian.

Setelah informasi dipilih, kemudian disajikan dalam bentuk tabel ataupun uraian penjelasan.

(50)

20

BAB IV

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Keadaan Biofisik

4.1.1 Letak, Luas dan Aksesibilitas

Desa Cijagang dan Desa Sukamulya merupakan desa yang termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Cikalongkulon, tepatnya disebelah barat dari Kecamatan Cikalongkulon. Jarak dari Desa Cijagang ke Kecamatan Cikalongkulon sejauh 5 km

Gambar

Tabel. 3  Pemerincian kebudayaan universal ke dalam sub-sub unsurnya yang khusus (lanjutan)
Tabel. 4  Luas Wilayah Desa Cijagang dan Desa Sukamulya menurut
Tabel 5  Jumlah Penduduk Desa Cijagang dan Desa Sukamulya berdasarkan
Tabel 6  Jumlah penduduk Desa Cijagang dan Desa Sukamulya menurut tingkat   pendidikan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun informasi yang diperoleh peneliti bahwa matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit dan menyebabkan siswa menjadi malas belajar

mengurangkan masalah dalam hubungan manusia dan untuk memperbaiki kehidupan melalui interaksi manusia yang lebih baik.Selain itu,terdapat ramai pekerja dalam profesion bantuan

Beberapa senyawa ester p-metoksisinamat bennanfaat sebagai sediaan tabir surya. Salah satu senyawa itu oktil p~metoksisinamat. Oktil p-metoksisinamat ini memiliki

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah tindakan- tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok atau organisasi yang berhubungan dengan

Hal ini disimpulkan bahwa algoritma apriori dapat digunakan untuk perancangan program aplikasi data warehouse dan data mining untuk memprediksi pola pembelian produk dan

Dukungan dari PT Telkom sebagai perusahaan telekomunikasi terbesar, membuat telkomsigma ada dalam posisi yang sangat tepat sebagai penyedia data center yang dapat diandalkan..

[r]

Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang telah dilakukan di Puskesmas Kramat melalui wawancara dengan petugas kesehatan menunjukkan dari ke lima desa wilayah kerja Puskesmas