SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Diajukan oleh :
DYAH HAYU PUSPITASARI 0713010048/FE/EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
PENCATATAN LAPORAN KEUANGAN PADA USAHA MIKRO
( Studi Kasus Pengusaha Laundry Kiloan di Daerah Kecamatan Tenggilis Mejoyo )
yang diajukan
DYAH HAYU PUSPITASARI 0713010048/FE/EA
disetujui untuk Ujian Lisan oleh
Pembimbing Utama
Dra. Ec. Tituk Diah W. Maks Tanggal : ... NIP. 030 223 073
Mengetahui
Pembantu Dekan 1 Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan nasional “Veteran”
SKRIPSI
Diajukan oleh :
DYAH HAYU PUSPITASARI 0713010048/FE/EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
Disusun Oleh:
DYAH HAYU PUSPITASARI 0713010048/FE/EA telah dipertahankan dihadapkan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 27 Mei 2011
Pembimbing Utama Tim Penguji:
Ketua
Dra. Ec. Tituk Diah W, MAks DR. Sri Trisnaningsih, SE, MSi Sekertaris
Dra. Tituk Diah W, MAks
Anggota
Dra. Anik Yuliati, MAks
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi
Dengan mengucapkan Alhamdulillah dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT dan RasulNya Nabi Muhammad SAW, karena dengan rahmat dan hidayah-Nya, peneliti dapa menyelesaikan skripsi dengan judul: “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Informasi Akuntansi Keuangan Terhadap Penerapan Pencatatan Laporan Keuangan Pada Usaha Mikro (Studi Kasus Pengusaha Laundry Kiloan Di Daerah Kecamatan Tenggilis Mejoyo)”. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi.
Keberhasilan menyelesaikan penulisan skripsi ini tentu tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan yang baik ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yamg sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto,MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Ibu DR. Sri Trisnaningsih SE, MSi, selaku Kepala Program Studi Akuntansi fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. 4. Ibu Dra. Ec. Tituk Diah W. Maks, selaku Dosen Pembimbing yang telah
selain kata terima kasih yang sebanyak-banyaknya karena beliaulah yang telah memberikan kasih sayang, dukungan dan semangat baik materil maupun spiritual sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
7. Teman seperjuanganku “Devy” serta sahabat kuliahku “Tyas, Sepdian, Eni, Miranti, Denny, Dedeh dan Evin” yang selalu memberikan doa, dukungan dan semangat demi kelanvaran skripsi ini.
8. Dan berbagai pihak yang turut membantu demi terselesainya skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa apa yang telah disusun dalam skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulkis sangat berharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca dan pihak lain.
Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dan dapat memberi sumbangan yang berguna bagi almamater tercinta.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ………. x
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
ABSTRAKSI ... xvi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 6
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 8
2.2. Perbedaan Dan Persamaan penelitian yang dilakukan Sekarang Dengan Penelitian Terdahulu ……….………... 13
2.3.2.2. Pengertian Informasi ... 17
2.3.2.3. Akuntansi Sebagai Sistem Informasi ... 18
2.3.3. Informasi Akuntansi Keuangan ... 19
2.3.3.1. Pengertian Informasi Akuntansi Keuangan ... 19
2.3.3.2. Tujuan Laporan Keuangan ... 20
2.3.3.3. Karakteristik Laporan Keuangan ... 20
2.3.4. Perusahaan Kecil ... 21
2.3.4.1. Pengertian Perusahaan Kecil ... 21
2.3.4.2. Kriteria-Kriteria Perusahaan Kecil ... 21
2.3.5. Tingkatan Pendidikan Pemilik ... 22
2.3.5.1. Macam Pendidikan ... 24
2.3.5.2. Tujuan Pendidikan ... 25
2.3.6. Tingkatan Pelatihan Yang Diikuti Pengusaha ... 25
2.3.6.1. Pengertian Pelatihan ... 25
2.3.6.2. Faktor-Faktor Penyebab Perlunya Pelatihan ………. ... 27
2.3.9.2. Pengaruh Pelatihan Pemilik Terhadap
Penggunaan Sistem Informasi Akuntansi ... 38
2.3.9.3. Pengaruh Pemahaman Pemilik Terhadap Penggunaan Sistem Informasi Akuntansi ... 39
2.3.9.4. Pengaruh Persepsi Pengusaha Kecil Dalam Penggunaan Informasi Akuntansi Keuangan Terhadap Penerapan Pencatatan Laporan Keuangan ... 40
2.3.10. Hipotesis ... 42
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel ... 43
3.1.1. Definisi Operasional Variabel ... 43
3.1.1.1. Variabel (X) ……….. 43
3.1.1.2. Variabel (Y) ……….. 45
3.1.1.3 Variabel (Z) ..…… ……….... 45
3.1.2. Teknik Pengukuran Variabel ... 45
3.2. Populasi Dan Teknik Penentuan Sampel ... 46
3.3.2. Pengumpulan Data ... 49
3.4. Uji Kualitas Data ... 50
3.4.1. Uji Validitas ... 50
3.4.2. Uji Reliabilitas ... 51
3.4.3. Uji Normalitas ... 51
3.5. Uji Asumsi Klasik ... 51
3.5.1. Multikorelasi ... 52
3.5.2. Autokorelasi ………. 52
3.5.3. Heteroskedasitas ... 53
3.6. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 53
3.6.1. Teknik Analisis ... 53
3.6.2. Uji Hipotesis ... 54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Objek Penelitian ... 58
4.1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 58
Pemilik (X1) ... 60
4.2.1.2 Uji Validitas Variabel Tingkat Pelatihan Pemilik (X2) ………... 61
4.2.1.3 Uji Validitas Variabel Tingkat Pemahaman Pemilik (X3) ... 62
4.2.1.4 Uji Validitas Variabel Persepsi Pemilik Usaha Mikro Dalam Penggunaan Informasi Akuntansi Keuangan (Y) ... 62
4.2.1.5 Uji Validitas Variabel Penerapan Pencatatan Laporan Keuangan Pada Usaha Mikro (Z) ... 65
4.2.2. Uji Reliabilitas ... 66
4.2.3 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden ... 67
4.2.3.1. Tingkat Pendidikan Pemilik (X1) ... 67
4.2.3.2. Tingkat Pelatihan Pemilik (X2) ... 68
4.2.3.3. Tingkat Pemahaman Pemilik (X3) ... 70
4.3. Hasil Analisis ... 74
4.3.1. Uji Normalitas ... 74
4.3.2. Analisis Regresi Linier Berganda ... 75
4.3.2.1. Asumsi Klasik ... 75
4.3.2.2. Persamaan Regresi Linier Berganda ... 76
4.3.2.3. Uji Kecocokan Model (Uji F) ... 77
4.3.2.4. Uji Hipotesis I ... 79
4.3.3. Analisis Regresi Linier sederhana ... 81
4.3.3.1. Persamaan regresi Linier Sederhana ... 81
4.3.3.2. Nilai Koefisien Determinasi (R2) ... 82
4.3.3.3. Uji t ... 83
4.4. Pembahasan Hasil Penelitian ... 84
Jasa Laundry Kiloan di Kecamatan Tenggilis Mejoyo ... 88
4.4.3 Implikasi ... 89
4.4.4. Perbedaan Penelitian Sekarang Dengan Penelitian
Terdahulu ... 90
4.4.5. Keterbatasan Penelitian ... 92
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ... 93
5.2. Saran ... 94
Tabel 1: Usaha Mikro Jasa yang menggunakan laporan keuangan ……… 5
Tabel 2: Perbedaan Dan Persamaan Penelitian Terdahulu ………. 14
Tabel 3: Nama Laundry di Wilayah Kecamatan Tenggilis Mejoyo...…………. 48
Tabel 4.1: Hasil Uji Validitas Variabel Tingkat Pendidikan Pemilik (X1) ……… 60
Tabel 4.2: Hasil Uji Validitas Variabel Tingkat Pelatihan Pemilik (X2) Putaran 1...61
Tabel 4.3: Hasil Uji Validitas Variabel Tingkat Pelatihan Pemilik (X2)Putaran 2…61
Tabel 4.4: Hasil Uji Validitas Variabel Tingkat Pemahaman Pemilik (X3) ..…….. 62
Tabel 4.5: Hasil Uji Validitas Variabel Persepsi Pemilik Usaha Mikro Dalam
Penggunaan Informasi Akuntansi Keuangan (Y) Putaran ke-1…. ……….. 63
Tabel 4.6: Hasil Uji Validitas Variabel Persepsi Pemilik Usaha Mikro Dalam
Penggunaan Informasi Akuntansi Keuangan (Y) Putaran ke-2…. ……… 64
Tabel 4.7: Hasil Uji Validitas Variabel Persepsi Pemilik Usaha Mikro Dalam
Penggunaan Informasi Akuntansi Keuangan (Y) Putaran ke-3…. ……… 64
Tabel 4.9: Hasil Uji Validitas Variabel Penerapan Laporan Keuangan Pada
Usaha Mikro(Z) Putaran ke-2…. ………...……….. 66
Tabel 4.10: Hasil Uji Reliabilitas ………..………. 66
Tabel 4.11: Distribusi Frekuensi Variabel Tingkat Pendidikan Pemilik (X1)……. 67
Tabel 4.12: Distribusi Frekuensi Variabel Tingkat Pelatihan Pemilik (X2)..……... 69
Tabel 4.13: Distribusi Frekuensi Variabel Tingkat Pemahaman Pemilik (X3)…… 70
Tabel 4.14: Distribusi Frekuensi Variabel Persepsi Pemilik Usaha Mikro Dalam Penggunaan Informasi Akuntansi Keuangan (Y)……….……. 71
Tabel 4.15: Distribusi Frekuensi Variabel Penerapan Laporan Keuangan Pada Usaha Mikro(Z) ……….. 73
Tabel 4.16: Hasil Uji Normalitas ……… 74
Tabel 4.17: Nilai VIF ……….. 75
Tabel 4.22: Hasil Analisis Uji t Pada Hipotesis II ………80
Tabel 4.23: Persamaan Regresi Linier Sederhana…... ……… 81
Tabel 4.24: Nilai Koefisien Determinasi ………...……….. 82
Tabel 4.25: Hasil Uji t ………..……… 83
Oleh:
Dyah Hayu Puspitasari
ABSTRAK
Laporan keuangan merupakan komponen yang harus dibuat oleh pelaku usaha mikro, jika pelaku usaha mikro ingin mengembangkan usaha miliknya. Dalam membantu menyusun laporan keuangan akuntansi dibutuhkan informasi akuntansi. Namun, kebanyakan pengusaha mikro seperti usaha mikro jasa Laundry Kiloan, para pemilik belum memahami tentang pencatatan akuntansi yang baik dan benar, hal ini dikarenakan beberapa faktor seperti, pemahaman, pendidikan, dan pelatihan dari para pelaku usaha yang menjadikan kendalanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji adanya pengaruh antara tingkat pendidikan pemilik, tingkat pelatihan pemilik dan tingkat pemahaman pemilik terhadap persepsi pemilik usaha mikro dalam penggunaan informasi akuntansi keuangan, dan mengkaji pengaruh persepsi pemilik usaha mikro dalam penggunaan informasi akuntansi keuangan terhadap penerapan pencatatan laporan keuangan dalam usaha mikro jasa Laudry kiloan di Kecamatan Tenggilis Mejoyo.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20 pengusaha laundry kiloan di daerah kecamatan Tenggilis Mejoyo. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Metode analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda dan regresi linier sederhana.
Berdasarkan hasil regresi liner berganda menyimpulkan bahwa Tingkat pendidikan pemilik (X1), tingkat pelatihan pemilik (X2) dan tingkat pemahaman
pemilik (X3) berpengaruh terhadap persepsi pemilik usaha mikro dalam penggunaan
informasi akuntansi keuangan (Y), sehingga hipotesis ke-1 teruji kebenarannya. Hasil regresi linier sederhana Persepsi pemilik usaha mikro dalam penggunaan informasi akuntansi keuangan (Y), tidak berpengaruh terhadap penerapan pencatatan laporan keuangan pada usaha mikro (Z), sehingga hipotesis ke-2 tidak teruji kebenarannya. Keyword: Tingkat Pendidikan, Tingkat Pelatihan, Tingkat Pemahaman,
Persepsi Persepsi Pemilik Usaha Mikro Dalam Penggunaan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di berbagai negara
termasuk di Indonesia merupakan salah satu penggerak perekonomian rakyat
yang tangguh. Hal ini dikarenakan kebanyakan para pengusaha kecil dan
menengah berangkat dari Usaha Mikro Keluarga atau Rumahan. Sehingga,
dengan demikian konsumennya pun berasal dari kalangan menengah ke
bawah. Selain itu, peranan UMKM terutama sejak krisis moneter Tahun 1998
dapat dipandang sebagai katub penyelamat dalam proses pemulihan ekonomi
nasional, baik dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi maupun
penyerapan tenaga kerja.
Perkembangan UMKM merupakan salah satu hal yang sangat penting
untuk mengatasi terjadinya kesenjangan sosial dan ketimpangan ekonomi
karena dalam usaha mikro ini dapat membuka kesempatan kerja bagi
orang-orang yang membutuhkan. Seperti dikaitkan dengan upaya-upaya pemerintah
untuk mengurangi pengangguran, mengurangi kemiskinan dan pemerataan
pendapatan.
Dan oleh karena itu, pemerintah harus turut berperan serta dalam
yang berpihak pada UMKM. Usaha pemerintah tersebut seperti
menyelenggarakan kegiatan untuk melatih kewirausahaan masyarakat. PKMP
Mandiri adalah salah satu contoh sebagai sarana untuk melatih kewirausahaan
masyarakat Indonesia agar dapat menciptakan lapangan kerja sendiri dengan
cara diberi modal pinjaman agar dapat mempunyai usaha sendiri.
Pemerintah akan dapat melihat keberhasilan dari usaha para
wirausahawan dengan melihat laporan kinerja yang tidak lain adalah laporan
keuangan usaha. Karena dengan laporan keuangan pihak kreditor atau pihak
lain yang ikut berperan dalam pengelolaan usaha, dapat melihat
perkembangan kinerja usaha dan dapat mengestimasi kinerja usaha di masa
yang akan datang. Untuk itu, para pengusaha mikro harus dibiasakan untuk
menyusun dan menyajikan laporan keuangan sebagai salah satu upaya
pengembangan usahanya. Kebiasaan ini perlu ditumbuhkan agar nantinya
usaha kecil dan menengah mendapatkan kemudahan dalam mengajukan kredit
usaha untuk kesuksessan usahanya ( Purnomo : 2004).
Laporan keuangan menjadi salah satu komponen yang harus dibuat
oleh pelaku usaha mikro, jika pelaku usaha mikro ingin mengembangkan
usaha miliknya. Sehingga, kebiasaan untuk mencatat setiap kegiatan usaha
yang terjadi dan menyusun laporan keuangan harus ditumbuhkan di kalangan
usaha mikro. Dan, dalam membantu menyusun laporan keuangan akuntansi
Informasi Akuntansi Keuangan berhubungan langsung dengan data akuntansi
atas transaksi yang terjadi.
Namun, kebanyakan pengusaha UMKM seperti usaha mikro jasa
Laundry Kiloan yang saat ini semakin pesat, para pemilik yang berperan
sebagai manajer ataupun pekerja belum memahami tentang pencatatan
akuntansi yang baik dan benar. Hal ini dikarenakan beberapa faktor seperti,
pemahaman, pendidikan, dan pelatihan dari para pelaku usaha yang
menjadikan kendalanya. Mereka menganggap pencatatan tersebut terlalu
rumit untuk dilaksanakan dan hanya melakukan pencatatan yang sangat
sederhana dan melakukan perhitungan secara kasar.
Kebanyakan pengusaha kecil di Indonesia tidak menyelenggarakan
dan menggunakan informasi akuntansi dalam pengelolaan usahanya (Pinasti,
2007 : 322). Salah satu manajer klinik usaha dan koperasi Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI), Idrus, menyatakan bahwa para pengusaha kecil tidak
memiliki pencatatan dan pembukuan bagi kelangsungan usahanya (Pinasti,
2007). Pengusaha kecil memandang bahwa proses akuntansi tidak terlalu
penting untuk diterapkan.
Menurut Magginson et al, 2000 (dikutip Pinasti, 2007), Informasi
akuntansi mempunyai pengaruh yang sangat penting untuk pencapaian
keberhasilan usaha, termasuk bagi usaha kecil. Karena informasi akuntansi
suatu unit organisasi yang bergerak di bidang jasa, dagang ataupun industri,
agar informasi tersebut disusun dalam bentuk-bentuk yang sesuai dengan
Standar Akuntansi Keuangan.
Kelancaran informasi akuntansi keuangan dari perusahaan kecil sangat
bermanfaat untuk mengetahui perkembangan usaha, struktur modal, serta
beberapa informasi akuntansi keuangan lainnya pada periode tertentu. Wujud
nyata dari informasi akuntansi keuangan adalah laporan keuangan yang terdiri
dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, laporan arus kas, dan
catatan atas laporan keuangan. Dalam menggunakan informasi akuntansi
keuangan dapat dipengaruhi oleh pendidikan pemilik, pelatihan yang diikuti
pemilik, serta pemahaman pemilik. Pendidikan pemilik adalah cara belajar
yang biasanya dilakukan di bangku sekolah tetapi juga menyangkut proses
belajar non formal. Pelatihan yang diikuti pemilik adalah bagian dari suatu
proses pendidikan yang tujuannya untuk meningkatkan kemampuan dan
keterampilan khusus seseorang atau sekelompok orang. Pemahaman pemilik
adalah proses pengertian pemilik akan suatu informasi atau suatu hal dan
Tabel 1. Usaha Mikro Jasa yang menggunakan laporan keuangan
No Deskripsi Jumlah Presentase
%
1. Menggunakan laporan Keuangan 4 20 %
2. Tidak menggunakan laporan keuangan 16 80 %
Jumlah 20 100 %
Sumber: Penulis
Dari tabel diatas masih banyak pengusaha kecil seperti usaha mikro
jasa laundry kiloan di wilayah Kecamatan Tenggilis Mejoyo, yang masih
banyak para pemiliknya belum atau tidak menggunakan laporan keuangan
yang baik dan benar. kenyataannya, di wilayah Tenggilis Mejoyo sendiri,
usaha jasa laundry kiloan semakin menjamur dan terdapat sebanyak 20 usaha
laundry kiloan. Jumlah pengusaha yang menggunakan laporan keuangan
sebesar 4 atau 20 % meskipun laporan keuangan yang dibuatnya belum sesuai
dengan SAK ETAP. Sedangkan pengusaha yang tidak menggunakan laporan
keuangan sebesar 16 atau 80 %, dimana pemilik usaha laundry kiloan ini
hanya menggunakan bukti transakasi seperti nota yang dikumpulkan. Hal ini
perlu diteleti faktor apa yang menyebabkan banyak para pengusaha yang tidak
menggunakan laporan keuangan yang baik dan benar pada kegiatan usahanya.
Berdasarkan uraian dan latar belakang tersebut di atas, maka peneliti
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN INFORMASI
AKUNTANSI TERHADAP PENERAPAN PENCATATAN LAPORAN
KEUANGAN PADA USAHA MIKRO ( Studi Kasus Pengusaha Laundry
Kiloan di Wilayah Kecamatan Tenggilis Mejoyo ).”
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka dapat
dirumuskan permasalahan, sbb:
1. Apakah tingkat pendidikan pemilik, tingkat pelatihan pemilik dan tingkat
pemahaman pemilik berpengaruh terhadap persepsi pemilik usaha mikro
dalam penggunaan informasi akuntansi keuangan?
2. Apakah persepsi pemilik usaha mikro dalam penggunaan informasi
akuntansi keuangan berpengaruh terhadap penerapan pencatatan laporan
keuangan dalam usaha mikro jasa Laundry kiloan di Kecamatan Tenggilis
Mejoyo ?
1.3Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu :
1. Untuk mengkaji adanya pengaruh antara tingkat pendidikan pemilik,
tingkat pelatihan pemilik dan tingkat pemahaman pemilik terhadap
2. Untuk mengkaji pengaruh persepsi pemilik usaha mikro dalam
penggunaan informasi akuntansi keuangan terhadap penerapan
pencatatan laporan keuangan dalam usaha mikro jasa Laudry kiloan di
Kecamatan Tenggilis Mejoyo.
1.4Manfaat Penelitian
1. Bagi Perusahaan
Dengan penerapan akuntansi yang dilakukan dengan baik, maka
akan bermanfaat untuk mendatangkan keuntungan sehingga dapat
meningkatkan mutu pelayanan yang ditawarkan, dan diharapkan pengelola
dapat mengelola unit usaha mikro menjadi lebih profesional.
2. Bagi Universitas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai gambaran
untuk menambah referensi pengetahuan pada UPN “ VETERAN ” Jawa
Timur pada khususnya, serta peneliti pada umumnya.
3. Bagi Penulis
Sebagai sarana untuk menambah pengetahuan dan
mengembangkan ilmu akuntansi terutama aspek pencatatan transaksi di
usaha mikro rumahan serta meningkatkan semangat kewirausahaan di
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hasil Penelitian Terdahulu
Penulis mengadakan penelitian ini dengan terlebih dahulu menelaah dan
berupaya membandingkan penelitian skripsi terdahulu. Sebagai dasar untuk
melengkapi landasan teori, berikut ini hasil penelitian terdahulu yang dapat
dipakai sebagai bahan masukan dan bahan pengkajian yang berkaitan dengan
penelitian.
1. Kiryanto, Dedi Rusdi, dan Sutapa (2001)
“Pengaruh Persepsi Manajer Atas Informasi Akuntansi Keuangan Terhadap
Keberhasilan Perusahaan Kecil”.
a. Permasalahan
1. Apakah proses belajar, motivasi dan kepribadian berpengaruh terhadap
persepsi manajer atas informasi akuntansi keuangan?
2. Apakah persepsi pengusaha kecil terhadap informasi akuntansi
keuangan berpengaruh terhadap keberhasilan perusahaan kecil?
b. Tujuan
1. Untuk mengetahui apakah faktor-faktor seperti proses belajar,
2. Untuk mengetahui pengaruh yang positif antara persepsi manajer atas
informasi akuntansi keuangan terhadap keberhasilan perusahaan kecil
3. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh antara persepsi manajer atas
informasi akuntansi keuangan terhadap keberhasilan perusahaan kecil.
c. Kesimpulan
1. Secara simultan proses belajar, motivasi, dan kepribadian berepngaruh
terhadap persepsi manajer atas informasi akuntansi keuangan.
2. Variabel persepsi pengusaha kecil atas informasi akuntansi keuangan
berpengaruh terhadap keberhasilan perusahaan kecil.
2. Margani Pinasti (2007)
“ Pengaruh Penyelenggaraan dan Penggunaan Informasi Akuntansi Terhadap
Persepsi Pengusaha Kecil Atas Informasi Akuntansi Suatu Riset Eksperimen”.
a. Permasalahan :
Apakah penyelenggaraan dan penggunaan Informasi Akuntansi
berpengaruh terhadap persepsi pengusaha kecil atas informasi akuntansi?
b. Tujuan :
Untuk menguji pengaruh penyelenggaraan dan penggunaan informasi
akuntansi terhadap persepsi pengusaha kecil atas informasi akuntansi,
melalui metode eksperimen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyelenggaraan dan penggunaan
informasi akuntansi terbukti secara empiris dalam riset eksperimen ini
mempunyai pengaruh terhadap persepsi pengusaha kecil atas informasi.
3. Ignasia Restriana (2010)
“ Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Dalam Penggunaan Informasi
Akuntansi Keuangan Terhadap Persepsi Pengusaha Kecil Atas Keberhasilan
Perusahaan Kecil Di Wedoro – Sidoarjo ”
a. Permasalahan
1. Apakah faktor proses belajar, motivasi, dan kepribadian berpengaruh
terhadap persepsi pengusaha kecil atas informasi akuntansi keuangan?
2. Apakah persepsi pengusaha kecil atas informasi akuntansi keuangan
berpengaruh terhadap keberhasilan perusahaan kecil?
b. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengaruh dari faktor proses belajar, motivasi, dan
kepribadian terhadap persepsi pengusaha kecil atas informasi
akuntansi keuangan.
2. Untuk menganalisis pengaruh persepsi pengusaha kecil atas informasi
akuntansi keuangan berpengaruh terhadap keberhasilan perusahaan
kecil.
1. Faktor proses belajar, motivasi, dan kepribadian berpengaruh
signifikan terhadap persepsi pengusaha kecil atas informasi akuntansi
keuangan.
2. Persepsi pengusaha kecil atas informasi akuntansi keuangan
berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan perusahaan kecil.
4. Much. Rifqi Adi Jaya. L (2009)
“Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Sistem Informasi Akuntansi
Pada Usaha Kecil Dan Menengah (Studi Kasus Sentra Industri Kecil Patung
Batu Di Desa Jati Pasar Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto).”
a. Permasalahan
1. Apakah tingkat pendidikan pengrajin, tingkat pemahaman dibidang
teknologi informasi, pelatihan yang diikuti oleh pengrajin, dan tingkat
investasi dibidang teknologi berpengaruh terhadap penggunaan system
informasi akuntansi pada usaha kecil dan menengah di Kab.
Mojokerto?
2. Manakah yang lebih dominan antara tingkat pendidikan pengrajin,
tingkat pemahaman dibidang teknologi informasi, pelatihan yang
diikuti oleh pengrajin, dan tingkat investasi dibidang teknologi
berpengaruh terhadap penggunaan sistem informasi akuntansi pada
usaha kecil dan menengah di Kab. Mojokerto?
1. Untuk mengkaji adanya pengaruh antara tingkat pendidikan pengrajin,
tingkat pemahaman dibidang teknologi informasi, pelatihan yang
diikuti oleh pengrajin, dan tingkat investasi dibidang teknologi
berpengaruh terhadap penggunaan system informasi akuntansi pada
usaha kecil dan menengah di Kab. Mojokerto.
2. Untuk menguji manakah yang lebih dominan antara tingkat
pendidikan pengrajin, tingkat pemahaman dibidang teknologi
informasi, pelatihan yang diikuti oleh pengrajin, dan tingkat investasi
dibidang teknologi terhadap penggunaan sistem informasi akuntansi
pada usaha kecil dan menengah di Kab. Mojokerto.
c. Kesimpulan
1. Tingkat pendidikan pengrajin, tingkat pemahaman berpengaruh positif
terhadap penggunaan informasi akuntansi telah terbukti kebenarannya,
sedangkan investasi dibidang teknologi tidak berpengaruh terhadap
penggunaan informasi akuntansi dan tidak terbukti kebenarannya.
2. Hipotesis yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan mempunyai
pengaruh yang dominan terhadap penggunaan informasi akuntansi
terbukti kebenarannya.
Disini ditekankan bahwa hasil penelitian terdahulu digunakan hanya
terdahulu digunakan sebagai argumentasi yang kuat dan logis bahwa penelitian
dengan pemasalahan yang dimaksudkan dipandang perlu untuk dilaksanakan.
Penelitian yang dilakukan saat ini berbeda dengan penelitian terdahulu.
Adapun perbedaannya antara lain: Objek, tempat dan lokasi penelitian serta waktu
penelitian.
2.2.Perbedaan Dan Persamaan Penelitian Yang Dilakukan Sekarang Dengan
Tabel 2: Perbedaan Dan Persamaan Penelitian Terdahulu
No NAMA PENELITI JUDUL VARIABEL
1. Kiryanto, Dedi Rusdi, dan Sutapa (2001)
Pengaruh Persepsi Manajer Atas Informasi Akuntansi Keuangan Terhadap Keberhasilan Perusahaan Kecil
proses belajar, motivasi, kepribadian, persepsi manajer atas informasi akuntansi keuangan, dan keberhasilan perusahaan kecil.
2. Margani Pinasti (2007) Pengaruh
Penyelenggaraan dan Penggunaan Informasi Akuntansi Terhadap Persepsi Pengusaha Kecil Atas Informasi Akuntansi Suatu Riset Eksperimen
Penyelenggaraan informasi akuntansi, Penggunaan Informasi Akuntansi, persepsi pengusaha kecil atas informasi akuntansi
3. Much. Rifqi Adi Jaya. L (2009)
Faktor-faktor yang mempengaruhi
penggunaasn sistem informasi akuntansi pada usaha kecil dan menengah (Studi kasus sentra industri patung batu di desa Jati pasar Kecamatan trowulan, kabupaten mojokerto)
Pelatihan yang diikuti pengrajin, tingkat pendidikan, tingkat pemahaman di bidang teknologi, tingkat investasi pada bidang teknilogi informasi. Penggunaan system informasi akuntansi pada UKM
4. Ignasia Restriana (2010) Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Dalam Penggunaan Informasi Akuntansi Keuangan Terhadap Persepsi Pengusaha Kecil Atas Keberhasilan Perusahaan Kecil Di Wedoro – Sidoarjo
proses belajar, motivasi, kepribadian, persepsi manajer atas informasi akuntansi keuangan, dan keberhasilan perusahaan kecil.
5. Dyah Hayu Puspitasari (2011) Laporan Keuangan Pada Usaha Mikro (Studi Kasus Pengusaha Laundry Kiloan Di Wilayah Kecamatan Tenggilis Mejoyo)
Tingkat Pendidikan, Pelatihan, Pemahaman, Persepsi Pemilik Usaha Kecil Dalam Penggunaan Informasi Akuntansi Keuangan, Penerapan Pencatatan Laporan Keuangan Pada Usaha Kecil Rumahan
2.3. Landasan Teori
2.3.1. Pengertian Akuntansi
Akuntansi telah banyak didefinisikan oleh beberapa ahli dan beberapa
lembaga terkait, menurut Yadiati (2007 : 1) definisi tersebut antara lain :
1. Accounting Principle Board (APB) dalam statement No. 4 disebut :
Akuntansi adalah sebuah kegiatan jasa ( service activity) fungsinya
adalah untuk memberikan informasi kualitatif, terutama yang bersifat
finansial, tentang entitas-entitas ekonomi, dalam penentuan pilihan logis
diantara tindakan alternatif.
2. American Institute Of Certified Public Accountants (AICPA) dalam
Accontants Terminology Bulletin No. 1 tahun 1953, menyatakan :
Akuntansi adalah seni pencatatan, pengelompokan dan pengikhtisaran
dengan cara yang berarti atas semua transaksi dan kejadian yang bersifat
keuangan, serta penafsiran hasil-hasilnya.
3. Kieso and Weygandt, menyatakan :
Akuntansi adalah suatu sistem informasi yang mengidentifikasikan,
mencatat dan mengkomunikasikan kejadian ekonomi dari suatu organisasi
kepada pihak yang berkepentingan.
4. Paul Grady dalam ARS No. 7 AISPA, 1965, mendefinisikan :
Akuntansi merupakan suatu Body Of Knowledge serta fungsi
mengklasifikasikan, memproses, mengikhtisarkan, menganalisis,
menginterpretasikan seluruh transaksi dan kejadian serta karakter keuangan
yang terjadi dalam operasi entitas akuntansi dalam rangka menyediakan
informasi yang berarti dibutuhkan oleh manajemen sebagai laporan dan
pertanggungjawaban atas kepercayaan yang diterima.
Dari definisi tersebut dijelaskan diatas, dapat disimpulkan bahwa
definisi yang pertama akuntansi adalah sebagai alat untuk penyediaan
informasi. Definisi kedua sebagai seni untuk mencatat, mengelompokan dan
mengikhtisarkan, sampai pada seni menafsirkan hasil dari transaksi keuangan.
Yang ketiga sebagai Body Of Knowledge. Yang keempat sebagai sistem yang
mengolah input berupa data kejadian-kejadian ekonomi dari usaha menjadi
output berupa laporan.
2.3.2 Sistem Informasi Akuntansi
2.3.2.1Pengertian Sistem
Menurut Widjajanto (2001 : 2), sistem adalah suatu kesatuan yang
terdiri dari bagian-bagian yang saling berinteraksi dengan maksud untuk
mencapai suatu tujuan tertentu. Sedangkan menurut Mulyadi (2001 : 2), suatu
sistem pada dasarnya adalah sekelompok unsur yang erat berhubungan dengan
satu dengan yang lainnya, yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai
Dari kedua definisi yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa
sistem adalah sekelompok komponen yang saling berkaitan satu dengan yang
lainnya dengan maksud untuk mencapai tujuan.
2.3.2.2Pengertian Informasi
Pada dasarnya, suatu informasi sebenarnya tidak sama dengan data.
Menurut Cushing (1989 : 11), data dapat terdiri dari sekumpulan karakter
yang dapat diterima sebagai input terhadap suatu sistem informasi dan
disimpan serta diolah. Informasi juga diartikan sebagai output pengelolaan
data yang terorganisir dan berguna bagi orang yang menerimanya. Sedangkan
menurut Wilkinson (1993 : 3), data adalah fakta, angka, bahkan simbol
mentah. Secara bersama-sama mereka merupakan masukan bagi suatu sistem
informasi. Sebaliknya, informasi terdiri dari data yang telah ditranformasi
adalah pengetahuan yang berarti dan berguna untuk mencapai sasaran.
Jadi, dapat disimpulkan informasi merupakan kumpulan dari data yang
telah diolah sehingga bermanfaat bagi penerimanya. Biasanya data belum
dapat digunakan sebagai dasar dalam proses pengambilan keputusan oleh
pihak manajemen. Sehingga agar dapat berguna bagi pemakainya, data harus
2.3.2.3Akuntansi Sebagai Sistem Informasi
Sebagai sistem informasi, akuntansi diperlukan oleh berbagai pihak,
baik dalam kalangan intern maupun dari luar organisasi yang
menyelenggarakan akuntansi tersebut.
Menurut Weygant, et al., (2007 : 6), secara garis besar pihak-pihak
tersebut adalah :
1. Pengguna Internal, yaitu manajer yang merencanakan, mengorganisasikan
dan mengelola suatu bisnis.
2. Pengguna eksternal, yaitu :
a. Investor, menggunakan informasi akuntansi guna membuat keputusan
untuk membeli, menahan, atau menjual sahamnya.
b. Kreditur, sebagi pemasok dan banker menggunakan informasi
akuntansi guna mengevaluasi risiko pemberian kredit atau pinjaman.
c. Badan Perpajakan, Amerika seperti Internal Revenue Service (IRS),
ingin mengetahui apakah perusahaan telah mematuhi Undang-Undang
Perpajakan.
d. Pelanggan, akan tertarik dengan apakah sebuah perusahaan tetap harus
menghargai jaminan dan dukungan produk atas lini-lini produknya.
e. Serikat Pekerja, ingin mengetahui apakah pemilik dapat membayar
kenaikan upah dan tunjangan.
2.3.3 Informasi Akuntansi Keuangan
2.3.3.1Pengertian Informasi Akuntansi Keuangan
Informasi akuntansi keuangan merupakan bagian yang terpenting dari
seluruh informasi yang diperlukan oleh manajemen. Informasi akuntansi yang
dimaksudkan adalah yang disajikan untuk manajer-manajer dan disusun
berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Untuk dapat menghasilkan
informasi yang sesuai dan dalam bentuk yang sesuai, maka diperlukan system
yang mengatur arus dan pengolahan data akuntansi dalam perusahaan.
Menurut Baridwan (1994 : 1), informasi akuntansi yang dihasilkan
dari suatu sistem dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Informasi Akuntansi Keuangan
Akuntansi keuangan disusun terutama untuk menghasilkan
informasi yang berguna bagi pengambilan keputusan oleh pihak di luar
perusahaan, yang mempunyai kepentingan terhadap perusahaan. Seperti :
kreditur, pelanggan, bank, kantor pajak, dan lain-lain. Informasi akuntansi
keuangan dikomunikasikan melalui laporan keuangan. Umumnya laporan
keuangan yang dihasilkan terdiri dari : Neraca, Laporan Laba Rugi,
Laporan Perubahan Modal, Laporan Arus Kas, dan Laporan Pencatatan
Atas Laporan Keuangan.
b. Informasi Akuntansi Manajemen
Akuntansi manajemen disusun terutama untuk menghasilkan
2.3.3.2Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan laporan keuangan ialah menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan
keputusan ekonomi oleh siapapun yang tidak dalam posisi dapat meminta
laporan keuangan khusus untuk memenuhi kebutuhan informasi tertentu.
Dalam memenuhi tujuannya, laporan keuangan juga menunjukkan apa yang
telah dilakukan manajemen (stewardship) atau pertanggungjawaban
manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya (SAK ETAP,
2009: ETAP.2)
2.3.3.3Karakteristik Laporan Keuangan
Dalam pemahaman terhadap informasi akuntansi keuangan, perlu
kiranya diuraikan lebih dahulu tentang kriteria kualitatif laporan keuangan.
Karakteristik kualitatif ini merupakan ciri khas yang membuat informasi
dalam laporan keuangan berguna bagi pemakainya.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntanbilitas
Publik (SAK ETAP), terdapat sepuluh karakteristik kualitatif pokok, yaitu :
1. Dapat dipahami
2. Relevan
5. Substansi Mengungguli Bentuk
6. Pertimbangan Sehat
7. Kelengkapan
8. Dapat dibandingkan
9. Tepat Waktu
10. Keseimbangan antara Biaya dan Manfaat
2.3.4 Perusahaan Mikro
2.3.4.1Pengertian Perusahaan Mikro
Usaha mikro sebagaimana dimaksud menurut Keputusan Menteri
Keuangan No.40/KMK.06/2003 tanggal 29 Januari 2003, yaitu usaha
produktif milik Keluarga atau perorangan Warga Negara Indonesia dan
memiliki hasil penjualan paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta
rupiah) per tahun. Usaha mikro dapat mengajukan kredit kepada bank paling
banyak Rp. 50.000.000,-
2.3.4.2Kriteria-Kriteria Perusahaan Mikro
Menurut Undang-Undang No.20 Tahun 2008 pasal 6, kriteria-kriteria
perusahaan mikro yang dikutib oleh (Deddy), adalah sebagai berikut :
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,- (lima puluh
b. Memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,- (tiga ratus
juta rupiah).
c. Milik Warga Negara Indonesia.
d. Berdiri sendiri, bukan anak cabang perusahaan yang dimiliki langsung
dengan usaha menengah atau usaha besar.
e. Berbentuk usaha perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum,
atau badan usaha yang berbadan hukum termasuk koperasi.
2.3.5 Tingkatan Pendidikan Pemilik
Tingkat pendidikan yang dimaksudkan dalam arti kata yang sangat
umum, bukan hanya menyangkut latar belakang pendidikan formal melainkan
juga pendidikan non formal.
Menurut Kiryanto, dkk., (2001: 203), pendidikan merupakan cara
belajar yang bukan hanya menyangkut proses belajar formal yang biasanya
dilakukan dibangku sekolah, tetapi juga menyangkut proses belajar non
formal dengan diberikan diluar pendidikan formal. Yaitu segala bentuk
pengalaman dan keterampilan yang merupakan hasil kontrak antara manusia
dengan lingkungannya. Kemampuan seorang pemilik usaha maupun seorang
manajer bergantung pada kemampuan belajarnya. Karena dalam lingkungan
dunia usaha yang berubah-ubah dengan cepat, atau dapat menjalankan
dituntut untuk memiliki kemampuan yang tinggi untuk belajar dan beradaptasi
dengan lingkungannya tersebut agar nantinya dapat menguasai bidang-bidang
yang lebih maju dan modern berkaitan dengan informasi teknologi.
Menurut Soemanto (1993:21), pendidikan adalah proses pengalaman
pribadi, baik lahiriyah mapun batiniah. Keberhasilan seseorang manajer
tergantung pada pendidikan dan kemampuan belajarnya dalam lingkungan
dunia usaha, seorang manajer dituntut untuk menguasai aneka teknis dan
kemampuan yang tinggi untuk belajar dan beradaptasi dengan lingkungannya.
Meskipun pada umumnya banyak yang berpendapat bahwa tidak semua
pengusaha harus melalui tingkat pendidikan yang memadai, hal ini
dikarenakan dunia usaha yang dijalankan lebih bersifat kecil yaitu sektor
usaha mikro dimana tuntutan harus berpendidikan tidak diutamakan mereka
mempunyai keyakinan bahwa usaha yang dijalankan harus tetap berproduksi
dan laku dipasaran.
Namun tidak demikian dengan penelitian ini, seiring dengan
kemampuan zaman dan adanya alih teknologi, begitu juga persaingan yang
demikian keras mau tidak mau para pengusaha kecil diharapkan dapat
mengatasinya. Dari hasil pendidikan yang dijalankan ini pula informasi yang
diperoleh seorang pemilik ataupun seorang manajer mempunyai arti dan
makna dalam proses pemilihan tindakan yang tepat bagi perusahaannya baik
dalam pengambilan keputusan maupun dalam memecahkan permasalahan
Dengan demikian pengertian tersebut dapat diambil suatu kesimpulan
bahwa latar pendidikan merupakan cara belajar yang biasanya dilakukan
dibangku sekolah tetapi juga menyangkut proses belajar non formal dengan
diberikan di luar pendidikan formal. Yaitu segala bentuk pengalaman dan
keterampilan yang merupakan hasil kontak antara manusia dan lingkungannya
agar nantinya dapat menguasai bidang-bidang yang lebih maju dan lebih
modern, sehingga dapat menambah wawasan dan pemahaman antara
informasi satu dengan yang lain.
2.3.5.1Macam Pendidikan
Menurut Sastrohadiwiryo (2003:200), menyatakan bahwa menurut
sifatnya pendidikan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Pendidikan Umum
Pendidikan yang dilaksanakan di dalam dan di luar sekolah, baik yang
diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta, dengan tujuan
mempersiapkan dan mengusahakan para peserta pendidikan pengetahuan
umum.
b. Pendidikan Kejuruan
Pendidikan umum yang direncanakan untuk mempersiapkan para
peserta pendidikan untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan bidang
2.3.5.2Tujuan Pendidikan
Menurut Soemanto (1993:28), tujuan pendidikan yaitu mewujudkan
pribadi-pribadi yang mampu menolong diri sendiri maupun orang lain,
sehingga dengan demikian akan terwujud suatu kehidupan manusia yang
sejahtera.
2.3.6 Tingkatan Pelatihan Yang Diikuti Pengusaha
2.3.6.1Pengertian Pelatihan
Setiap Pemilik perusahaan yang menginginkan agar perusahaannya
dapat bekerja secara efektif dan efisien ataupun berkembang, maka tidak
boleh mengabaikan masalah pelatihan. Karena bagi beberapa pemilik ada
yang mampu memotivasi diri sendiri untuk meningkatkan kemampuan dirinya
tanpa campur tangan dari pihak lain. Tetapi dalam kenyataannya, sedikit saja
yang mampu memotivasi diri sendiri, disamping itu kemungkinan keahlian
yang dimilik individu-individu tersebut tidak sesuai dengan keinginan atau
kondisi perusahaan miliknya.
Menurut Dessler (1993:248), Pelatihan atau Training merupakan
upaya pembinaan keterampilan dasar yang diperlukan pegawai baru atau
lama, pemilik perusahaan untuk melakukan pekerjaannya. Training dapat
berupa mengajarkan dan mengoperasikan mesin kepada mesin baru, cara
menjual produk perusahaan kepada karyawan niaga baru, atau bahkan dapat
Training merupakan salah satu usahan untuk membantu karyawan
dalam melaksanakan pekerjaan secara produktif dan efisien. Dimana pelatihan
merupakan jalan untuk mewujudkan cara-cara berfikir dan berbuat,
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dan merubah serta pengertian
sesuai dengan yang dituntut oleh pekerjaannya baik untuk masa sekarang
maupun masa yang akan datang. (Rifqi 2009)
Sebagai pemilik usaha, seorang pemimpin harus dapat memahami
semua aspek yang ada dalam perusahaannya. Salah satunya adalah peloporan
dalam pencatatan akuntansi. Kita ketahui bahwa pendidikan akuntansi telah
kita kenal dalam pendidikan menengah atas, hanya saja yang kita kenal hanya
sebagian kecil dari ilmu akuntansi itu sendiri. Lain lagi apabila kita belajar
dalam perguruan tinggi, kita dapat mengenal lebih dalam mengenai akuntansi
dan pengetahuan lain yang menyangkut ilmu usaha. Oleh karena itu, dalam
penelitian tentang sektor UMKM yang dimana pemilik usaha sebagian besar
adalah Ibu-Ibu atau Bapak-Bapak kepala rumah tangga yang kebanyakan
hanya berpendidikan sekolah menengah atau SMA dan sebagian lainnya
hanya lulusan sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP), karena mereka para
pemilik perusahaan kecil memperoleh usaha mereka secara turun temurun
atau karena faktor lain yaitu penggangguran atau PHK karyawan. Dan mereka
para pemilik sering kali mengabaikan perubahan-perubahan yang terjadi
pencatatan akuntansi mereka. Oleh karena itu, pelatihan yang diikuti oleh
pemilik usaha mikro dapat memberikan saran bagi kegiatan perusahaan
mengalami kemajuan atau kemunduran.
Menurut Notoatmodjo (2003 :28), pelatihan adalah merupakan bagian
dari suatu proses pendidikan yang tujuannya untuk meningkatkan kemampuan
dan keterampilan khusus seseorang atau sekelompok orang. Dalam suatu
pelatihan orientasinya atau penekanan harus pada tugas yang dilaksanakan
(Job Orientation) dan lebih ditekankan kepada kemampuan meskipun didasari
pengetahuan dan sikap.
Dengan pelatihan yang pernah diikuti oleh para pemilik usaha kecil
dan menegah, maka kelangsungan kegiatan perusahaan akan lebih terencana
dan lebih profesional dalam menghadapi tantangan global yaitu era
perdagangan bebas.
2.3.6.2Faktor-faktor Penyebab Perlunya Pelatihan
Sering kali terjadi di perusahaan bahwa pemilik meskipun mempunyai
latar belakang pendidikan formal yang cukup tinggi, namun ternyata belum
dapat menyesuaikan diri dengan berbagai tugas yang harus dikerjakan. Oleh
karena itu, pelatihan sangat diperlukan agar perusahaan dapat tetap bertahan
hidup dalam pasar modern dimana terjadi persaingan antar perusahaan yang
Menurut Tjiptono, dkk,. (2001: 213), ada lima faktor diperlukannya
pelatihan yaitu:
1. Kualitas angkatan kerja yang ada
Angkatan kerja yang berkualitas tinggi adalah angkatan kerja yang
mengenyam pendidikan dengan baik dan memiliki keterampilan
intelektual dasar seperti membaca, menulis, berhitung, mendengarkan,
berbicara, dan memecahkan masalah. Orang-orang seperti itu potensial
untuk belajar dan beradaptasi dengan cepat terhadap pekerjaannya.
2. Persaingan global
Perusahaan harus menyadari bahwa mereka menghadapi persaingan
pasar global yang ketat. Agar dapat memenangkan persaiangan,
perusahaan harus mampu menghasilkan produk atau jasa yang lebih
murah dari pada pesaingnya. Untuk itu diperlukan pelatihan agar tetap
bertahan dan memilki dominasi pasar.
3. Masalah alih teknologi
Alih teknologi adalah perpindahan teknologi dari satu obyek ke obyek
lainnya. Ada dua tahap dalam proses alih teknologi, tahap pertama yaitu
komersialisasi teknologi yang baru akan dikembangkan di laboratorium
riset oleh penemu dan tahap ini tidak perlu pelatihan. Tahap kedua adalah
difusi teknologi yaitu proses pemindahan teknologi yang baru
4. Perubahan cepat dan terus menerus
Di dunia ini tidak ada satu hal yang tidak berubah kecuali perubahan
itu sendiri. Perubahan terjadi dengan cepat dan berlangsung
terus-menerus, pengetahuan ini mungkin akan tidak berguna pada hari esok dan
menjadi uang. Dalam lingkungan kerja seperti ini sangat penting
memperbaharui kemampuan pemilik perusahaan secara konsistensi.
5. Perubahan keadaan demografi
Perubahan keadaan demografi menyebabkan pelatihan menjadi
semakin penting dewasa ini. Oleh karena itu kerja sama tim merupakan
umur pokok maka pelatihan dibutuhkan untuk melatih pemilik yang
berbeda latar belakang agar dapat bekerja sama secara harmonis.
2.3.7 Tingkatan Pemahaman
Dengan berkembangnya teknologi informasi yang sedemikian pesat
dan tersedianya teknologi informasi pelaku usaha sektor kecil dituntut untuk
dapat memahami teknologi informasi itu sendiri agar apa yang telah
direncanakan dan diprogramkan dapat dijalankan.
Usaha kecil dan menengah dengan kadar pemahaman teknologi yang
tinggi mempunyai kemungkinan mengadopsi dan memanfaatkan teknologi
informasi secara efektif. Hanya saja tindakan yang dilakukan oleh para
pemilik perusahaan dalam memobilisasi ketrampilan staf perusahaan
bisnis keluarga maka sikap positif yang kuat dari pemilik perusahaan terhadap
inovasi teknologi akan berpengaruh terhadap penggunaan dan penyediaan
informasi akuntansi dalam perusahaan.
Menurut Rifqi (2009), pada umumnya usaha kecil dan menegah di
negara sedang berkembang menghadapi masalah serius dalam pengembangan
suatu usaha mereka karena terbatasnya kemampuan teknologi yang mereka
dapat, salah satu alasan penting mengapa tingkat teknologi usaha kecil dan
menengah rendah adalah pemilik yang cenderung hanya memiliki
keterampilan teknis dan produksi yang sempit.
Menurut Rifqi (2009), pemahaman induvidu pada dasarnya merupakan
pemahaman seluruh kepribadian dengan segala latar belakang dan
interaksinya dengan lingkungannya. Ada dua komponen besar yang sudah
lazim dikenal orang banyak tentang kepribadian, yaitu komponen fisik atau
jasmaniah dan psikis atau batiniah. Kedua komponen itu juga meliputi banyak
aspek yang dapat dikelompokkan atas empat aspek utama yaitu aspek
intelektual, social dan bahasa, emosi dan moral serta aspek psikomotor. Aspek
intelektual meliputi kecerdasan, bakat, kecakapan, hasil belajar dan kreatifitas.
Agar individu dalam hal ini para pemilik usaha mikro dalam
melaksanakan tugas-tugasnya dan dapat bekerja sama dengan baik, maka
diperlukan suatu pemahaman. Pemahamn disini berarti pemahaman akan
dalam pengambilan keputusan dan mencapai efisiensi dan efektifitas kegiatan
usaha serta semakin tinggi tingkat pemahaman para pemilik usaha mikro
maka akan semakin luas pandangan mereka terhadap berbagai bentuk
penerapan pencatatan akuntansi dalam bisnis usaha kecil mereka.
Pada pembahasan dan pemahaman akuntansi berbasis sistem informasi
akuntansi terkait juga dengan latar belakang pendidikan yang ditempuh oleh
para pengguna informasi, dengan latar belakang formal yang memadai maka
akan semakin cepat seseorang memahami akan sesuatu. Dalam penelitian ini
menyatakan bahwa semakin paham terhadap teknologi informasi akan
mendorong percepatan penyediaan informasi akuntansi bagi kalangan
pengsaha mikro. Oleh sebab itu kalau penyediaan dan penggunaan informasi
akuntansi berbasis teknologi informasi dianggap sebagai langkah awal dan
penting bagi pengusaha mikro dalam memasuki era persaingan bebas, maka
peningkatan ketrampilan dan pemahaman terhadap teknologi informasi
terutama pada para petinggi di dalam suatu perusahaan menjadi prasyarat inti
di dalam mencapai efisiensi dan efektifitas kegiatan usaha.
Akumulasi ketrampilan dan pemahaman terhadap teknologi informasi
diharapkan dapat mengurangi hambatan untuk mengadopsi inovasi teknologi
potensial yang lebih luas. Oleh karena itu pemahaman terhadap teknologi
informasi sangat diperlukan kalangan usaha mikro agar perkembangan dunia
usaha kecil benar-benar potensial dan terprogram dalam menjalankan bisnis
2.3.8 Perlakuan Akuntansi untuk Usaha Mikro
Perlakuan akuntansi untuk perusahaan mikro dan kecil sebenarnya
tidak berbeda dengan perlakuan akuntansi untuk jenis perusahaan lainnya,
dimana perlakuannya harus sesuai dengan peraturan yang berlaku di
Indonesia. Di Indonesia sendiri, IAI telah menetapkan SAK ETAP. Dimana
menurut PSAK ETAP dalam penyajiannya setiap pelaporan keuangannya
harus memenuhi komponen-komponen sebagai berikut (SAK ETAP, 2009:
17-19), yaitu:
1. Neraca
Informasi yang disajikan daslam neraca, minimal:
a. Kas dan setara kas
b. Piutang usaha dan piutang lainnya.
c. Persediaan.
d. Properti investasi
e. Aset tetap
f. Asset tidak berwujud
g. Utang usah danh utang lainnya
h. Asset dan kewajiban pajak
i. Ekuitas
Entitas menyajikan pos, judul, dan sub jumlah lainnya dalam
terhadap posisis keuangan entitas. SAK ETAP tidak menentukan
format atau urutan terhadap pos-pos yang disajikan.
2. Laporan Laba-Rugi
Laporan laba rugi memasukkan semua pos penghasilan dan beban yang
diakui dalam suatu periode keculai SAK ETAP mensyaratkan lain. SAK
ETAP mengatur perlakuan berbeda terhadap dampak koreksi atas
kesalahan dan perubahan kebijakan akuntansi yang disajikan sebagai
penyesuaian terhadap periode yang lalu dan bukan sebagai bagian dari
laba atau rugi dalam periode terjadinya perubahan.
Laporan laba-rugi minimum mencangkup pos-pos sebagai berikut:
a. Pendapatan
b. Beban keuangan
c. Bagian laba atau rugi dari investasi yang menggunakan metode ekuitas.
d. Beban pajak.
e. Laba atau rugi neto.
Entitas harus menyajikan pos, judul, dan sub jumlah lainnya
pada laporan laba rugi jika penyajian tersebut relevan untuk
memahami kinerja keuangan entitas. Entitas tidak boleh menyajikan
atau mengungkapkan pos pendapatan dan beban sebagai “pos luar
biasa”, baik dalam laporan laba rugi maupun dalam catatan atas
laporan keuangan.
a. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan perubahan ekuitas menyajikan laba atau rugi entitas untuk
suatu periode, pos pendapatan dan beban yang diakui secara langsung
dalam ekuitas untuk periode tersebut, pengaruh perubahan kebijakan
akuntansi dan koreksi kesalahan yang diakui dalam periode tersebut,
dan (tergantung pada format laporan perubahan ekuitas yang dipilih
oleh entitas) jumlah investasi oleh, dan dividen dan distribusi lain ke,
pemilik ekuitas selama periode tersebut.
Informasi yang disajikan di laporan perubahan ekuitas yang
menunjukana :
a) Laba atau rugi untuk periode
b) Pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam ekuitas
c) Untuk setiap komponen ekuitas, pengaruh perubahan kebijakan
akuntansi dan koreksi kesalahan yang diakui.
d) Untuk setiap komponen ekuitas, suatu rekonsiliasi antara
jumlah tercatat awal dan akhir periode, diungkapkan secara
terpisah perubahan yang berasal dari :
i. Laba atau rugi
ii. Pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam ekuitas
iii. Jumlah investasi, dividen distribusi lainnya ke pemilik
ke pemilik ekuitas, dan perubahan kepemilikan dalam
entitas anak yang tidak mengakibatkan kehilangan
pengendalian.
b. Laporan Laba Rugi Dan Saldo Lama
Laporan laba rugi dan saldo laba menyajikan laba arau rugi
entitas dan perubahan saldo laba untuk suatu periode pelaporan.
Dalam SAK ETAP mengijinkan entitas untuk menyajikan laporan laba
rugi dan saldo laba menggantikan laporan laba rugi dan laporan
perubahan ekuitas jika perubahan pada ekuitas hanya berasal dari laba
atau rugi, pembayaran dividen, koreksi kesalahan periode lalu, dan
perubahan kebijakan akuntansi.
Informasi yang disajikan di laporan laba rugi dan saldo laba antara
lain:
a) Saldo laba pada awal periode pelaporan
b) Dividen yang diumumkan dan dibayarkan atau terutasng
selama periode
c) Penyajian kembali saldo laba setelah koreksi kesalahan periade
lalu
d) Penyajian kembali saldo laba setelah perubahan kebijakan
akuntansi
e) Saldo laba pada akhir periode pelaporan
Laporan arus kas menyajikan informasi perubahan historis atas kas
dan setara kas entitas, yang menunjukkan secara terpisah perubahan yang
terjadi selama satu periode dari aktivitas operasi, investasi, dan
pendanaan. Entitas menyajikan laporan arus kas yang melaporkan arus kas
untuk suatu periode dan mengklasifikasikan menurut aktivitas operasi,
aktivitas pendanaan.
5. Laporan Pencatatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan berisi informasi tambahan informasi
yang disajikan dalam laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan
memberikan penjelasan naratif atau rincian jumlah yang disajikan dalam
laporan keuangan dan informasi pos-pos yang tidak memenuhi criteria
pengakuan dalam laporan keuangan.
Catatan atas laporan keuangan harus:
a. Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan
dan kebijakan tertentu yang digunakan yang sesuai
b. Mengungkapkan informasi yang disyaratkan dalam SAK ETAP tetapi
tidak disajikan dalam laporan keuangan
c. Memberikan informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan
keuangan tetapi relevan untuk memahami laporan keuangan.
rugi sesuai dengan sifatnya (contoh: penyusutan, pembelian bahan baku,
beban transportasi, gaji, upah, dan beban iklan) dan tidak dialokasikan
menurut berbagi fungsi dalam perusahaan. Metode ini sederhana dan cocok
diterapkan pada perusahaan mikro sebab tidak perlu dialokasikan menurut
berbagai fungsi dalam perusahaan.
2.3.9 Kerangka Pikir
2.3.9.1Pengaruh Pendidikan Pemilik Terhadap Penggunaan Sistem Informasi
Akuntansi
Pendidikan merupakan cara belajar yang bukan hanya menyangkut
proses belajar formal yang biasanya dilakukan dibangku sekolah tetapi juga
menyangkut proses belajar non formal dengan diberikan diluar pendidikan
formal yaitu segala bentuk pengalaman dan keterampilan yang merupakan
hasil kontrak antara manusia dengan lingkungannya. Kemampuan seorang
pemilik usaha maupun seorang manajer bergantung pada kemampuan
belajarnya. Karena dalam lingkungan dunia usaha yang berubah-ubah dengan
cepat, atau dapat menjalankan tugasnya dengan baik, selain itu juga dituntut
untuk menguasai aneka keterampilan teknis, menjadikan seorang pemilik atau
seorang manajer dituntut untuk memiliki kemampuan yang tinggi untuk
menguasai bidang-bidang yang lebih maju dan modern berkaitan dengan
informasi teknologi. (Kiryanto, 2001:203)
Dari penjelasan diatas menunjukkan adanya pengaruh yang positif
antara pendidikan terhadap penggunaan sistem informasi akuntansi. Karena
tingkat pendidikan sangat penting bagi para pemilik usaha, semakin tinggi
pendidikan maka lebih memahami dan mengerti dalam mendalami sistem
informasi akuntansi.
2.3.9.2Pengaruh Pelatihan Pemilik Terhadap Penggunaan Sistem Informasi
Akuntansi
Training atau pelatihan merupakan upaya pembinaan ketrampilan
dasar yang diperlukan pegawai baru atau lama, pemilik perusahaan untuk
melaksanakan pekerjaannya, (Dessler, 1993 : 248).
. Training dapat berupa mengajarkan dan mengoperasikan mesin
kepada mesin baru, cara menjual produk perusahaan kepada karyawan niaga
baru, atau bahkan dapat berupa menunjukkan cara mewancarai dan menilai
pegawai. Training merupakan salah satu usaha untuk membantu karyawan
dalam melaksanakan pekerjaan secara produktif dan efisien. Dimana pelatihan
merupakan jalan untuk mewujudkan cara-cara berfikir dan berbuat,
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dan merubah serta pengertian
Dari penjelasan diatas menunjukkan adanya pengaruh yang positif
antara pelatihan terhadap penggunaan sistem informasi akuntansi. Karena
semakin sering diadakan pelatihan maka tingkat pengetahuan pemilik usaha
semakin meningkat.
2.3.9.3Pengaruh Pemahaman Pemilik Terhadap Penggunaan Sistem Informasi
Akuntansi
Menurut Rifqi (2009), pemahaman individu pada dasarnya merupakan
pemahaman seluruh kepribadian dengan segala latar belakang dan
interaksinya dengan lingkungannya. Ada dua komponen besar yang sudah
lazim dikenal orang banyak tentang kepribadian, yaitu komponen fisik atau
jasmaniah dan psikis atau batiniah. Kedua komponen itu juga meliputi banyak
aspek yang dapat dikelompokkan atas empat aspek utama yaitu aspek
intelektual, sosial dan bahasa, emosi dan moral serta aspek psikomotor. Aspek
intelektual meliputi kecerdasan, bakat, kecakapan, hasil belajar dan kreatifitas.
Menurut Thong and Yap (1996); Horrison et al. (1997); Mc Gowan
and Madey, (1998) dikutip oleh (Rifqi, 2009), pemilik dan manajer
perusahaan yang memiliki pemahaman Teknologi informasi yang baik akan
bersifat positif terhadap Teknologi informasi dan kemungkinan mengadopsi
dan menggunakan Teknologi informasi secara ekstensif di dalam kegiatan
Agar individu dalam hal ini para pemilik industri kecil dan rumah
tangga dalam melaksanakan tugas-tugasnya dan dapat bekerja sama dengan
baik, maka diperlukan suatu pemahaman. Pemahaman disini berarti
pemahaman akan pentingnya suatu pencatatan akuntansi yang didasari dari
suatu sistem informasi akuntansi, sebab informasi akuntansi digunakan
sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan dan mencapai efisiensi dan
efektifitas kegiatan usaha serta semakin tinggi tingkat pemahaman para
pemilik usaha mikro maka akan semakin luas pandangan mereka terhadap
berbagai bentuk penerapan pencatatan akuntansi dalam bisnis usaha kecil
mereka.
Dari penjelasan diatas menunjukkan adanya pengaruh yang positif
antara tingkat pemahaman terhadap penggunaan sistem informasi akuntansi.
Karena pemahaman dibidang teknologi informasi meningkatkan efisien dan
efektifitas kegiatan usahanya serta dapat menerapkan teknologi di dalam
kehidupan bisnis mereka.
2.3.9.4Pengaruh Persepsi Pengusaha Kecil Dalam Penggunaan Informasi
Akuntansi Keuangan Terhadap Penerapan Pencatatan Laporan
Keuangan
Informasi akuntansi keuangan dalam suatu perusahaan merupakan
pengambilan keputusan, seorang pemilik perusahaan mikro perlu
mempertimbangkan segala sesuatu agar keputusan dapat bermanfaat bagi
penerapan pencatatan laporan keuangan disusun berdasarkan Standar
Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntanbilitas Publik (SAK ETAP).
Karena dalam suatu perusahaan, perusahaan dapat dikatakan berkembang
dengan baik ataupun berhasil, dapat dilihat bagaimanan laporan keuangannya.
Hal ini tidak terlepas dari adanya persepsi pemilik perusahaan kecil dalam
informasi yang penting, akurat dan sesuai dengan kebutuhan tujuan
perusahaan.
Regresi Linier Regresi Linier
Berganda Sederhana
2.3.10 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah
diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
a. Bahwa tingkat pendidikan pemilik, tingkat pelatihan pemilik dan tingkat
pemahaman pemilik berpengaruh terhadap persepsi pemilik usaha mikro
dalam penggunaan informasi akuntansi keuangan.
b. Bahwa persepsi pemilik usaha mikro dalam penggunaan informasi
akuntansi keuangan berpengaruh terhadap penerapan pencatatan laporan
keuangan keuangan dalam usaha mikro jasa Laundry Kiloan di Kecamatan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1Definisi Operasional dan Teknik Pengukuran Variabel
3.1.1 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu
variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan
kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk
mengukur konstrak variable tersebut (Nazir, 2005 : 126)
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas 3 (tiga)
variabel (X) yaitu tingkat pendidikan pemilik (X1), tingkat pelatihan pemilik
(X2), dan tingkat pemahaman pemilik (X3), dan 1 (satu) variabel (Y) yaitu
persepsi pemilik usaha mikro atas informasi akuntansi keuangan dan
penerapan pencatatan laporan keuangan pada Usaha Mikro sebagai variabel
(Z).
Adapun definisi operasional dari masing-masing variabel tersebut,
yaitu sebagai berikut :
3.1.1.1Variabel (X) :
a. Tingkat Pendidikan Pemilik (X1)
Pendidikan merupakan proses pengembangan pribadi, cara
pendidikan memberikan kondisi yang menunjang perkembangan
segala aspek kepribadian manusia sehingga tercipta kehidupan
yang sejahtera (Kiryanto, 2001:203)
b. Tingkat Pelatihan Pemilik (X2)
Pelatihan merupakan upaya pembinaan dasar yang diperlukan
oleh pemilik yang merangkap sebagai manajer dan karyawan, cara
berfikir dan berbuat, cara menggunakan mesin-mesin, cara menjual
produk baru atau menunjukkan cara pegawai dan menilai pegawai.
Dimaksudkan agar dapat menguasai dan memperbaiki
keterampilan dan teknik-teknik dalam melaksanakan suatu
pekerjaan tertentu (Dessler, 1993:248)
c. Tingkat Pemahaman Pemilik (X3)
Pemahaman dalam teknologi informasi yang dimaksudkan
adalah dimana para pemilik atau pelaku usaha yang merangkap
sebagai manajer ataupun karyawan diharapkan mampu dalam
memahami informasi yang dihasilkan dari berbagai bidang, seperti
3.1.1.2Variabel (Y)
Persepsi Pemilik Usaha Mikro Dalam Penggunaan Informasi
Akuntansi Keuangan
Persepsi pemilik usaha kecil dalam penggunaan informasi
akuntansi keuangan merupakan proses kognitif dalam diri seorang
pelaku usaha untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan
inderanya atas informasi akuntansi keuangan agar dapat memberi
makna. Dalam hal ini, manajer diharapkan dapat memahami, mengerti,
dan mengingat kembali akan laporan keuangan (Nurma, 2008).
3.1.1.3Variabel (Z)
Penerapan Pencatatan Laporan Keuangan
Penerapan pencatatan laporan keuangan usaha merupakan
pemahaman atau perlakuan seorang pemilik dimana merangkap
sebagai manajer ataupun karyawan dapat mengolah dan mencatat
informasi atau transaksi yang terjadi dalam usahanya. Pencatatan
laporan keuangan sangat penting karena merupakan penilaian kinerja
suatu perusahaan ataupun usaha (Purnomo, 2004)
3.1.2 Teknik Pengukuran Variabel
Teknik pengukuran yang digunakan adalah semantic deferensial.
Menurut Nazir (2005 :344), skala semantic diferensial ini digunakan untuk
variabel mempunyai beberapa pertanyaan, untuk variabel X1 yaitu tingkat
pendidikan pemilik terdiri dari 5 item pertanyaan, X2 yaitu tingkat pelatihan
pemilik terdiri dari 4 item pertanyaan, dan X3 yaitu tingkat pemahaman
pemilik yang terdiri dari 4 item pertanyaan. Sedangkan untuk variabel Y
(persepsi pemilik usaha mikro dalam penggunaan informasi akuntansi
keuangan) terdiri dari 8 item pertanyaan, dan untuk variabel Z (penerapan
pencatatan laporan keuangan pada usaha mikro) terdiri dari 4 item
pertanyaaan.
Sedangkan Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini
adalah skala interval. Menurut Indriantoro dan Supomo (1992 :99), skala
interval merupakan skala pengukuran yang menyatakan kategori, peringkat
dan jarak construct (abstraksi dari fenomena yang dapat berupa: kejadian,
proses, atribut, subyek atau obyek tertentu) yang diukur. Dengan pengukuran
intervalnya dimulai dari angka 1 sampai dengan angka 7 yang menunjukkan
nilai tertinggi.
1 2 3 4 5 6 7
Sangat Tidak Setuju Sangat Setuju
3.2. Populasi dan Teknik Penentuan Sampel
3.2.1 Populasi
subjek/objek yang lain, dan kelompok tersebut akan dikenai generalisasi dari
hasil penelitian (Sumarsono, 2004 : 44). Populasi dalam penelitian ini adalah
pengusaha mikro yang bergerak di bidang jasa laundry kiloan (pencucian
kiloan baju) yang ada di Kecamatan Tenggilis Mejoyo. Di daerah Kecamatan
Tenggilis Mejoyo sendiri terdiri dari 5 kelurahan yang masing-masing
kelurahan, yaitu: Kelurahan Kutisari (terdapat 10 Pengusaha Laundry),
Kelurahan Kendangsari (terdapat 12 pengusaha laundry), Kelurahan Tenggilis
(terdapat 6 pengusaha laundry), Kelurahan Panjang Jiwo (terdapat 4
pengusaha laundry) dan Kelurahan Prapen (terdapat 3 pengusaha laundry)
sehingga populasi untuk objek ini yaitu yang berjumlah 35 Pengusaha. ( Data
bersumber dari hasil survey peneliti)
3.2.2. Teknik Penentuan Sampel
Pengertian sampel menurut Sumarsono (2004:44) adalah bagian dari
sebuah populasi, yang mempunyai ciri dan karakteristik yang sama dengan
populasi tersebut. Untuk menentukan sampel yang digunakan obyek
penelitian digunakan metode purposive sampling jenis ini merupakan metode
penetapan sampel dengan cara penarikan sample non-probabilitas yang
menyeleksi responden-responden berdasarkan ciri-ciri atau sifat khusus yang
dimiliki oleh sampel dan sampel tersebut yang merupakan representative dari
populasi, sehingga menghasilkan sebuah sampel yang relevan dengan