• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Cepat Penentuan Simultan Kadar Kafein, Vitamin B2 Dan B6 Dalam Minuman Berenergi Dengan Teknik Zero- Crossing

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Metode Cepat Penentuan Simultan Kadar Kafein, Vitamin B2 Dan B6 Dalam Minuman Berenergi Dengan Teknik Zero- Crossing"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

METODE CEPAT PENENTUAN SIMULTAN KADAR KAFEIN,

VITAMIN B

2

DAN B

6

DALAM MINUMAN BERENERGI

DENGAN TEKNIK

ZERO- CROSSING

MIRANTI SAFITRI

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ABSTRAK

MIRANTI SAFITRI. Metode Cepat Penentuan Simultan Kadar Kafein, Vitamin

B

2

dan B

6

dalam Minuman Berenergi dengan Teknik

Zero-crossing

. Dibimbing oleh

ELLY SURADIKUSUMAH dan MOHAMAD RAFI.

Kafein, vitamin B

2

dan B

6

merupakan senyawa organik yang banyak terdapat

pada berbagai macam formula si obat, makanan, dan minuman. Spektrofotometri derivatif

ultraviolet (SDUV) dengan teknik

zero-crossing

telah dikembangkan untuk analisis

simultan kadar senyawa-senyawa tersebut dalam minuman berenergi karena cepat,

mudah, dan tidak memerlukan pemisahan terlebih dahulu. Spektrum serapan standar dan

sampel diukur menggunakan spektrofotometer Shimadzu 1700 PC dengan piranti lunak

UV-

Probe

versi 2.21. Hasil penentuan kadar kemudian dibandingkan dengan metode

kromatografi cair kinerja tinggi secara statistik menggunakan uji-

F

dan uji-

t

.

Kondisi terbaik untuk pengukuran simultan kafein, B

2

, dan B

6

adalah pada orde

turunan ketiga dengan nilai ? ? 8 dengan panjang gelombang pengukuran kafein , vitamin

B

2

dan B

6

masing-masing 267.2, 245, dan 316 nm. Kondisi tersebut dilakukan dengan

kecepatan penyapuan sedang dan faktor skala 1000. Kadar kafein, vitamin B

2

dan B

6

berturut-turut sebesar 49.3836, 6.9183, dan 4.8881 mg dalam satu kemasan minuman

berenergi. Analisis statistika yang dilakukan dengan uji-

F

dan uji-

t

menunjukkan metode

SDUV dengan teknik

zero-crossing

dapat digunakan untuk analisis simultan kafein dan

vitamin B

6

, tapi tidak dapat digunakan untuk pengukuran simultan kadar kafein, vitamin

B

2

dan B

6

dalam minuman berenergi

.

ABSTRACT

MIRANTI SAFITRI. Rapid Method For The Simultaneous Determination of

Caffeine, B

2

and B

6

-Vitamins by

Zero-Crossing

Technique. Supervised by ELLY

SURADIKUSUMAH and MOHAMAD RAFI.

Caffeine, B

2

and B

6

-vitamins are organic compound widely used in several

formulation of drugs, foods, and drinks. Ultraviolet derivative spectrophotometry with

zero-crossing

technique has been developed for the determination of caffeine, B

2

and B

6

in energy drinks because it is fast and simple method without any pre-separation. The

absorbance of standard and sample was measured with Shimadzu 1700 PC

spectrophotometer and analysed by UV-

Probe

version 2.21 software. The result of

determination was compared statistically with HPLC method using

F

-test and

t

-test.

The result showed that the best condition for measurement was in third derivative

order with

∆λ

8. The wavelength for measurement of caffeine, B

2

and B

6

-vitamins

were

267.2 nm, 245 nm and 316 nm.. The condition was performed with medium scan

speed

and 1000 scale factor. The result showed the content of caffeine, B

2

and B

6

-vitamins

were

49.3836 mg, 6.9183 mg and 4.8881 mg, respectively. Result from

F

-test and

t

-test

showed that ultraviolet derivative spectrophotometry with

zero-crossing

technique can be

used for the simultaneous determination of caffeine and vitamin B

6,

but cannot be used

(3)

METODE CEPAT PENENTUAN SIMULTAN KADAR KAFEIN,

VITAMIN B

2

DAN B

6

DALAM MINUMAN BERENERGI

DENGAN TEKNIK

ZERO- CROSSING

MIRANTI SAFITRI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains pada

Departemen Kimia

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

Judul : Metode Cepat Penentuan Simultan Kadar Kafein, Vitamin B

2

dan B

6

dalam Minuman Berenergi dengan Teknik

Zero-Crossing

Nama : Miranti safitri

NIM

: G44202011

Menyetujui:

Pembimbing I,

Ir. Elly Suradikusumah, M.S.

NIP 130350043

Pembimbing II,

Mohamad Rafi, S.Si.

NIP 132321454

Mengetahui:

Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuann Alam

Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, M.S.

NIP 131473999

(5)

PRAKATA

Berjuta syukur tercurahkan kepada Sang Maha Pengasih dan Penyayang, Allah

SWT atas limpahan karunia -Nya yang tak berbatas sehingga penulis dapat menyelesaikan

karya ilmiah yang berjudul “Metode cepat penentuan simultan kadar kafein, vitamin B

2

dan B

6

dalam minuman berenergi dengan teknik

zero-crossing

“. Karya ini disusun

berdasarkan hasil penelitian dari bulan Juni 2006-Februari 2007 di Laboratorium Kimia

Analitik dan Laboratorium Bersama Departemen Kimia FMIPA IPB.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir Elly Suradikusumah MS, dan

Mohamad Rafi S.Si atas limpahan ilmu, bimbingan, dan motivasi selama melakukan

penelitian. PT Bintang Toedjoe (Ibu Yumi, Bapak Hardi, Mbak Tini, dan Bapak Pramas)

atas bantuannya untuk penyediaan standar, sampel minuman berenergi, serta analisis

dengan metode KCKT. Bapak Rudi Heryanto M.Si atas bantuan jurnal-jurnalnya.

Om

Eman, Ibu Nung,

Pak

Kosasih,

Pak

Ridwan,

Om

Dede,

Pak

Manta,

Kak

Zulhan, dan

Mbak

Wulan serta staf Laboratorim Kimia Analitik atas bantuan dan motivasinya.

Mbak

Rahma dan

Kak

Zaim atas kemudahan dan bantuan yang telah diberikan. Terima kasih

juga tercurah kepada rekan-rekan seperjuangan, Henny, Diaz, Yudi PH, Ari, Mirah, Nita,

dan Analitik 39 atas bantuan, motivasi, dan tawanya.

Terima kasih juga terucap untuk Bapak, Mamah, Asha, Hilman dan semua

keluarga atas dorongan semangat, tuturan do’a, serta kasih tak terhingga. Teman-teman

ex-APIPB, Ucriet

, Mbak

Nobie, Naoki, Uchie,

Mbak

Pinky, Bunda Eni,

Mbak

Gadi,

rekan-rekan Kimia 39, dan untuk semua orang yang tidak bisa disebut namanya satu

persatu.

Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak memberikan manfaat kepada

orang-orang di sekelilingnya. Semoga karya ini bermanfaat.

Bogor, April 2007

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cianjur pada tanggal 23 Juni 1985 dari ayah Ade Hamidin

dan ibu Yayah Rohayati. Penulis merupakan putri kedua dari empat bersaudara.

Tahun 2002 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Cianjur dan pada tahun yang sama

lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis memilih

Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ...viii

DAFTAR GAMBAR...viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

PENDAHULUAN...1

TINJAUAN PUSTAKA

Kafein ...1

Vitamin B

2

(Riboflavin) ...2

Vitamin B

6

(Piridoksin) ...2

Spektrofotometri Derivatif Ultra Violet (SDUV) ...2

Teknik

Zero-Crossing

...3

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) ...3

Evaluasi Parameter Analitik ...4

BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat...4

Metode Penelitian...5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penentuan Kondisi Optimum...6

Evaluasi Parameter Analitik SDUV ...9

Perbandingan Metode SDUV dengan Metode KCKT... 11

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan ... 12

Saran... 12

DAFTAR PUSTAKA ... 13

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

1

Kondisi optimum kuantifikasi kafein, vitamin B

2

dan B

6

...8

2 Persamaan linear kurva standar kafein, vitamin B

2

dan B

6

...9

3. Hasil uji linearitas, presisi, LD, dan LK kafein, vitamin B

2

dan B

6

sampel minuman berenergi ... 10

4

Data perolehan kembali pada uji akurasi

... 10

5

Hasil uji-

F

dan uji-

t

dari metode SDUV dan metode KCKT

... 12

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1

Struktur kafein (a), riboflavin (b), dan piridoksin (c)

...2

2

Spektrum turunan pita serapan Gaussian

...3

3 Spektrum serapan standar kafein , vitamin B

2

dan B

6

12,5 µgml

-1

(a), dan

Spektrum serapan standar kafein 12,5 µg ml

-1

, vitamin B

2

dan B

6

1,25 µg ml

-1

serta spektrum serapan sampel (b) ...6

4

Tumpang tindih spektrum orde 0 (a), turunan pertama (b), turunan kedua (c),

dan turunan ketiga (d) standar kafein, vitamin B

2

dan B

6

dengan kecepatan

penyapuan lambat, sedang, dan cepat

...7

5 Spektrum kafein, vitamin B

2

, dan B

6

turunan ketiga ? ? 8 (a), turunan ketiga

? ? 16 (b), dan turunan keempat ? ? 16 (c) ...8

6

Spektrum turunan ketiga ? ? 8 (a), ? ? 16 (b), dan turunan keempat

? ? 16 (c), deret standar kafein 2,5-15 µg ml

-1

, serta standar vitamin B

2

dan

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1

Bagan alir penelitian

... 16

2 Spektrum deret standar kafein, vitamin B

2

dan B

6

pada berbagai orde turunan

dan ? ? ... 17

3

Pengukuran linearitas, limit deteksi dan limit kuantitasi

... 19

4

Hasil pengukuran kadar kafein, B2 dan B6 dengan metode SDUV

... 22

5

Hasil uji akurasi

... 23

6 Kromatogram hasil KCKT PT Bintang Toedjoe

... 24

7

Hasil pengukuran kadar kafein, vitamin B

2

dan B

6

dengan metode KCKT

... 26

8 Hasil uji-

F

dan uji-

t

... 27

(10)

PENDAHULUAN

Kafein, vitamin B2 dan B6 merupakan

senyawa organik yang banyak terdapat pada berbagai macam formulasi obat, makanan, dan minuman. Salah satu contohnya adalah minuman berenergi. Kafein memiliki efek farmakologis yang sangat bermanfaat secara klinis, dan umumnya digunakan dalam sediaan farmasi untuk menstimulasi susunan syaraf pusat dan otot jantung, serta relaksasi otot polos terutama otot polos bronkus. Kafein digunakan untuk mengobati migren, sakit kepala, dan sebagai stimulan pembentukan energi dalam minuman berenergi (Nurachman 2004). Vitamin B2 dan B6 pada dasarnya

memiliki fungsi yang tidak jauh berbeda, kedua senyawa ini berperan penting dalam metabolisme pembentukan energi yang diperlukan sel-sel otak, sehingga kedua vitamin ini ditambahkan dalam minuman berenergi untuk menambah khasiatnya.

Pemberian kafein secara berlebihan dapat menyebabkan gugup, gelisah, tremor, insomnia, hiperestesia, mual, dan kejang. Pemberian vitamin B2 yang berlebihan sejauh

ini tidak menimbulkan efek yang berbahaya, tapi konsumsi vitamin B6 yang berlebihan

dapat menyebabkan kerusakan syaraf pada tangan dan kaki (Office of Dietary Supplements 2006), karena itulah kadar kafein, vitamin B2 dan B6 dalam minuman

berenergi perlu ditentukan agar tidak menimbulkan efek yang merugikan.

Banyak metode telah dikembangkan untuk penentuan kadar kafein, yaitu metode titrimetri (British Pharmacopeia 1993), spektrofotometri (AOAC 1999), dan kromatografi cair kinerja tinggi (USP 1996), sedangkan metode yang dikembangkan untuk penentuan kadar vitamin B2 dan B6

diantaranya adalah metode fluorometri, titrimetri, dan spektrofotometri (Deuttsch 1984, diacu dalam Siong & Swan-Choo 1996), serta kromatografi cair kinerja tinggi (Siong & Swan-Choo 1996, Moreno & Salvado 2000, Heudi et al. 2005).

Metode titrimetri dan fluorometri memerlukan sampel dan pereaksi kimia dalam jumlah banyak, waktu analisis yang lama, dan perlu adanya preparasi sampel terlebih dahulu. Metode kromatografi memerlukan peralatan yang mahal dan keahlian khusus untuk penggunaannya. Metode spektrofotometri konvensional adalah metode yang mudah dan cepat untuk analisis berbagai senyawa, tetapi

metode ini tidak bisa digunakan untuk sampel dengan matriks yang kompleks.

Spektrofotometri derivatif ultraviolet (SDUV) dengan teknik zero-crossing

merupakan pengembangan dari teknik spektrofotometri konvensional. Teknik ini memiliki kelebihan seperti dapat memilih puncak yang tajam di antara spektrum yang lebar, meningkatkan resolusi dari spektrum yang tumpang tindih, serta dapat menghilangkan gangguan background pada spektrum (Popovic et al. 2000; O’Haver 1979). Selain itu, teknik ini juga memberikan beberapa keuntungan seperti menghemat waktu dan biaya, karena penentuan zat dalam contoh dapat dilakukan secara sederhana, cepat, dan dapat digunakan untuk analisis simultan multikomponen. Alpdogan et al.

(2002) telah menggunakan SDUV untuk menentukan kadar kafein dalam minuman cola, teh, dan kopi. Saprudin et al. (2006) menggunakan metode serupa dalam contoh minuman berenergi. SDUV menggunakan teknik zero -crossing juga telah digunakan dalam penentuan simultan vitamin B1, B6, dan

B12 dalam tablet (Ozgur & Koyuncu 2002a),

serta quinoline yellow dan sunset yellow

(Ozgur & Koyuncu 2002b).

Banyaknya keuntungan dari metode SDUV serta telah dikembangkannya metode ini untuk analisis simultan berbagai senyawa, melandasi pengembangan metode yang sama untuk analisis simultan kafein, vitamin B2 dan

B6 dalam minuman berenergi. Penelitian ini

bertujuan menentukan kadar kafein, vitamin B2 dan B6 secara simultan menggunakan

SDUV dengan teknik zero-crossing, serta melakukan evaluasi parameter analitik dari SDUV untuk melihat keakuratan dan ketelitiannya.

TINJAUAN PUSTAKA

Kafein

Kafein atau 1,3,7-trimetilxantin (Gambar 1a) merupakan senyawa golongan alkaloid purin (Hesse 2002) dengan rumus molekul C8H10N4O2. Kafein hasil isolasi maupun

(11)

METODE CEPAT PENENTUAN SIMULTAN KADAR KAFEIN,

VITAMIN B

2

DAN B

6

DALAM MINUMAN BERENERGI

DENGAN TEKNIK

ZERO- CROSSING

MIRANTI SAFITRI

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

ABSTRAK

MIRANTI SAFITRI. Metode Cepat Penentuan Simultan Kadar Kafein, Vitamin

B

2

dan B

6

dalam Minuman Berenergi dengan Teknik

Zero-crossing

. Dibimbing oleh

ELLY SURADIKUSUMAH dan MOHAMAD RAFI.

Kafein, vitamin B

2

dan B

6

merupakan senyawa organik yang banyak terdapat

pada berbagai macam formula si obat, makanan, dan minuman. Spektrofotometri derivatif

ultraviolet (SDUV) dengan teknik

zero-crossing

telah dikembangkan untuk analisis

simultan kadar senyawa-senyawa tersebut dalam minuman berenergi karena cepat,

mudah, dan tidak memerlukan pemisahan terlebih dahulu. Spektrum serapan standar dan

sampel diukur menggunakan spektrofotometer Shimadzu 1700 PC dengan piranti lunak

UV-

Probe

versi 2.21. Hasil penentuan kadar kemudian dibandingkan dengan metode

kromatografi cair kinerja tinggi secara statistik menggunakan uji-

F

dan uji-

t

.

Kondisi terbaik untuk pengukuran simultan kafein, B

2

, dan B

6

adalah pada orde

turunan ketiga dengan nilai ? ? 8 dengan panjang gelombang pengukuran kafein , vitamin

B

2

dan B

6

masing-masing 267.2, 245, dan 316 nm. Kondisi tersebut dilakukan dengan

kecepatan penyapuan sedang dan faktor skala 1000. Kadar kafein, vitamin B

2

dan B

6

berturut-turut sebesar 49.3836, 6.9183, dan 4.8881 mg dalam satu kemasan minuman

berenergi. Analisis statistika yang dilakukan dengan uji-

F

dan uji-

t

menunjukkan metode

SDUV dengan teknik

zero-crossing

dapat digunakan untuk analisis simultan kafein dan

vitamin B

6

, tapi tidak dapat digunakan untuk pengukuran simultan kadar kafein, vitamin

B

2

dan B

6

dalam minuman berenergi

.

ABSTRACT

MIRANTI SAFITRI. Rapid Method For The Simultaneous Determination of

Caffeine, B

2

and B

6

-Vitamins by

Zero-Crossing

Technique. Supervised by ELLY

SURADIKUSUMAH and MOHAMAD RAFI.

Caffeine, B

2

and B

6

-vitamins are organic compound widely used in several

formulation of drugs, foods, and drinks. Ultraviolet derivative spectrophotometry with

zero-crossing

technique has been developed for the determination of caffeine, B

2

and B

6

in energy drinks because it is fast and simple method without any pre-separation. The

absorbance of standard and sample was measured with Shimadzu 1700 PC

spectrophotometer and analysed by UV-

Probe

version 2.21 software. The result of

determination was compared statistically with HPLC method using

F

-test and

t

-test.

The result showed that the best condition for measurement was in third derivative

order with

∆λ

8. The wavelength for measurement of caffeine, B

2

and B

6

-vitamins

were

267.2 nm, 245 nm and 316 nm.. The condition was performed with medium scan

speed

and 1000 scale factor. The result showed the content of caffeine, B

2

and B

6

-vitamins

were

49.3836 mg, 6.9183 mg and 4.8881 mg, respectively. Result from

F

-test and

t

-test

showed that ultraviolet derivative spectrophotometry with

zero-crossing

technique can be

used for the simultaneous determination of caffeine and vitamin B

6,

but cannot be used

(13)

METODE CEPAT PENENTUAN SIMULTAN KADAR KAFEIN,

VITAMIN B

2

DAN B

6

DALAM MINUMAN BERENERGI

DENGAN TEKNIK

ZERO- CROSSING

MIRANTI SAFITRI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains pada

Departemen Kimia

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(14)

Judul : Metode Cepat Penentuan Simultan Kadar Kafein, Vitamin B

2

dan B

6

dalam Minuman Berenergi dengan Teknik

Zero-Crossing

Nama : Miranti safitri

NIM

: G44202011

Menyetujui:

Pembimbing I,

Ir. Elly Suradikusumah, M.S.

NIP 130350043

Pembimbing II,

Mohamad Rafi, S.Si.

NIP 132321454

Mengetahui:

Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuann Alam

Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, M.S.

NIP 131473999

(15)

PRAKATA

Berjuta syukur tercurahkan kepada Sang Maha Pengasih dan Penyayang, Allah

SWT atas limpahan karunia -Nya yang tak berbatas sehingga penulis dapat menyelesaikan

karya ilmiah yang berjudul “Metode cepat penentuan simultan kadar kafein, vitamin B

2

dan B

6

dalam minuman berenergi dengan teknik

zero-crossing

“. Karya ini disusun

berdasarkan hasil penelitian dari bulan Juni 2006-Februari 2007 di Laboratorium Kimia

Analitik dan Laboratorium Bersama Departemen Kimia FMIPA IPB.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir Elly Suradikusumah MS, dan

Mohamad Rafi S.Si atas limpahan ilmu, bimbingan, dan motivasi selama melakukan

penelitian. PT Bintang Toedjoe (Ibu Yumi, Bapak Hardi, Mbak Tini, dan Bapak Pramas)

atas bantuannya untuk penyediaan standar, sampel minuman berenergi, serta analisis

dengan metode KCKT. Bapak Rudi Heryanto M.Si atas bantuan jurnal-jurnalnya.

Om

Eman, Ibu Nung,

Pak

Kosasih,

Pak

Ridwan,

Om

Dede,

Pak

Manta,

Kak

Zulhan, dan

Mbak

Wulan serta staf Laboratorim Kimia Analitik atas bantuan dan motivasinya.

Mbak

Rahma dan

Kak

Zaim atas kemudahan dan bantuan yang telah diberikan. Terima kasih

juga tercurah kepada rekan-rekan seperjuangan, Henny, Diaz, Yudi PH, Ari, Mirah, Nita,

dan Analitik 39 atas bantuan, motivasi, dan tawanya.

Terima kasih juga terucap untuk Bapak, Mamah, Asha, Hilman dan semua

keluarga atas dorongan semangat, tuturan do’a, serta kasih tak terhingga. Teman-teman

ex-APIPB, Ucriet

, Mbak

Nobie, Naoki, Uchie,

Mbak

Pinky, Bunda Eni,

Mbak

Gadi,

rekan-rekan Kimia 39, dan untuk semua orang yang tidak bisa disebut namanya satu

persatu.

Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak memberikan manfaat kepada

orang-orang di sekelilingnya. Semoga karya ini bermanfaat.

Bogor, April 2007

(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cianjur pada tanggal 23 Juni 1985 dari ayah Ade Hamidin

dan ibu Yayah Rohayati. Penulis merupakan putri kedua dari empat bersaudara.

Tahun 2002 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Cianjur dan pada tahun yang sama

lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis memilih

Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

(17)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ...viii

DAFTAR GAMBAR...viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

PENDAHULUAN...1

TINJAUAN PUSTAKA

Kafein ...1

Vitamin B

2

(Riboflavin) ...2

Vitamin B

6

(Piridoksin) ...2

Spektrofotometri Derivatif Ultra Violet (SDUV) ...2

Teknik

Zero-Crossing

...3

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) ...3

Evaluasi Parameter Analitik ...4

BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat...4

Metode Penelitian...5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penentuan Kondisi Optimum...6

Evaluasi Parameter Analitik SDUV ...9

Perbandingan Metode SDUV dengan Metode KCKT... 11

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan ... 12

Saran... 12

DAFTAR PUSTAKA ... 13

(18)

DAFTAR TABEL

Halaman

1

Kondisi optimum kuantifikasi kafein, vitamin B

2

dan B

6

...8

2 Persamaan linear kurva standar kafein, vitamin B

2

dan B

6

...9

3. Hasil uji linearitas, presisi, LD, dan LK kafein, vitamin B

2

dan B

6

sampel minuman berenergi ... 10

4

Data perolehan kembali pada uji akurasi

... 10

5

Hasil uji-

F

dan uji-

t

dari metode SDUV dan metode KCKT

... 12

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1

Struktur kafein (a), riboflavin (b), dan piridoksin (c)

...2

2

Spektrum turunan pita serapan Gaussian

...3

3 Spektrum serapan standar kafein , vitamin B

2

dan B

6

12,5 µgml

-1

(a), dan

Spektrum serapan standar kafein 12,5 µg ml

-1

, vitamin B

2

dan B

6

1,25 µg ml

-1

serta spektrum serapan sampel (b) ...6

4

Tumpang tindih spektrum orde 0 (a), turunan pertama (b), turunan kedua (c),

dan turunan ketiga (d) standar kafein, vitamin B

2

dan B

6

dengan kecepatan

penyapuan lambat, sedang, dan cepat

...7

5 Spektrum kafein, vitamin B

2

, dan B

6

turunan ketiga ? ? 8 (a), turunan ketiga

? ? 16 (b), dan turunan keempat ? ? 16 (c) ...8

6

Spektrum turunan ketiga ? ? 8 (a), ? ? 16 (b), dan turunan keempat

? ? 16 (c), deret standar kafein 2,5-15 µg ml

-1

, serta standar vitamin B

2

dan

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1

Bagan alir penelitian

... 16

2 Spektrum deret standar kafein, vitamin B

2

dan B

6

pada berbagai orde turunan

dan ? ? ... 17

3

Pengukuran linearitas, limit deteksi dan limit kuantitasi

... 19

4

Hasil pengukuran kadar kafein, B2 dan B6 dengan metode SDUV

... 22

5

Hasil uji akurasi

... 23

6 Kromatogram hasil KCKT PT Bintang Toedjoe

... 24

7

Hasil pengukuran kadar kafein, vitamin B

2

dan B

6

dengan metode KCKT

... 26

8 Hasil uji-

F

dan uji-

t

... 27

(20)

PENDAHULUAN

Kafein, vitamin B2 dan B6 merupakan

senyawa organik yang banyak terdapat pada berbagai macam formulasi obat, makanan, dan minuman. Salah satu contohnya adalah minuman berenergi. Kafein memiliki efek farmakologis yang sangat bermanfaat secara klinis, dan umumnya digunakan dalam sediaan farmasi untuk menstimulasi susunan syaraf pusat dan otot jantung, serta relaksasi otot polos terutama otot polos bronkus. Kafein digunakan untuk mengobati migren, sakit kepala, dan sebagai stimulan pembentukan energi dalam minuman berenergi (Nurachman 2004). Vitamin B2 dan B6 pada dasarnya

memiliki fungsi yang tidak jauh berbeda, kedua senyawa ini berperan penting dalam metabolisme pembentukan energi yang diperlukan sel-sel otak, sehingga kedua vitamin ini ditambahkan dalam minuman berenergi untuk menambah khasiatnya.

Pemberian kafein secara berlebihan dapat menyebabkan gugup, gelisah, tremor, insomnia, hiperestesia, mual, dan kejang. Pemberian vitamin B2 yang berlebihan sejauh

ini tidak menimbulkan efek yang berbahaya, tapi konsumsi vitamin B6 yang berlebihan

dapat menyebabkan kerusakan syaraf pada tangan dan kaki (Office of Dietary Supplements 2006), karena itulah kadar kafein, vitamin B2 dan B6 dalam minuman

berenergi perlu ditentukan agar tidak menimbulkan efek yang merugikan.

Banyak metode telah dikembangkan untuk penentuan kadar kafein, yaitu metode titrimetri (British Pharmacopeia 1993), spektrofotometri (AOAC 1999), dan kromatografi cair kinerja tinggi (USP 1996), sedangkan metode yang dikembangkan untuk penentuan kadar vitamin B2 dan B6

diantaranya adalah metode fluorometri, titrimetri, dan spektrofotometri (Deuttsch 1984, diacu dalam Siong & Swan-Choo 1996), serta kromatografi cair kinerja tinggi (Siong & Swan-Choo 1996, Moreno & Salvado 2000, Heudi et al. 2005).

Metode titrimetri dan fluorometri memerlukan sampel dan pereaksi kimia dalam jumlah banyak, waktu analisis yang lama, dan perlu adanya preparasi sampel terlebih dahulu. Metode kromatografi memerlukan peralatan yang mahal dan keahlian khusus untuk penggunaannya. Metode spektrofotometri konvensional adalah metode yang mudah dan cepat untuk analisis berbagai senyawa, tetapi

metode ini tidak bisa digunakan untuk sampel dengan matriks yang kompleks.

Spektrofotometri derivatif ultraviolet (SDUV) dengan teknik zero-crossing

merupakan pengembangan dari teknik spektrofotometri konvensional. Teknik ini memiliki kelebihan seperti dapat memilih puncak yang tajam di antara spektrum yang lebar, meningkatkan resolusi dari spektrum yang tumpang tindih, serta dapat menghilangkan gangguan background pada spektrum (Popovic et al. 2000; O’Haver 1979). Selain itu, teknik ini juga memberikan beberapa keuntungan seperti menghemat waktu dan biaya, karena penentuan zat dalam contoh dapat dilakukan secara sederhana, cepat, dan dapat digunakan untuk analisis simultan multikomponen. Alpdogan et al.

(2002) telah menggunakan SDUV untuk menentukan kadar kafein dalam minuman cola, teh, dan kopi. Saprudin et al. (2006) menggunakan metode serupa dalam contoh minuman berenergi. SDUV menggunakan teknik zero -crossing juga telah digunakan dalam penentuan simultan vitamin B1, B6, dan

B12 dalam tablet (Ozgur & Koyuncu 2002a),

serta quinoline yellow dan sunset yellow

(Ozgur & Koyuncu 2002b).

Banyaknya keuntungan dari metode SDUV serta telah dikembangkannya metode ini untuk analisis simultan berbagai senyawa, melandasi pengembangan metode yang sama untuk analisis simultan kafein, vitamin B2 dan

B6 dalam minuman berenergi. Penelitian ini

bertujuan menentukan kadar kafein, vitamin B2 dan B6 secara simultan menggunakan

SDUV dengan teknik zero-crossing, serta melakukan evaluasi parameter analitik dari SDUV untuk melihat keakuratan dan ketelitiannya.

TINJAUAN PUSTAKA

Kafein

Kafein atau 1,3,7-trimetilxantin (Gambar 1a) merupakan senyawa golongan alkaloid purin (Hesse 2002) dengan rumus molekul C8H10N4O2. Kafein hasil isolasi maupun

(21)

Kafein dapat diisolasi dari kopi, teh, dan biji coklat, serta banyak digunakan pada berbagai macam minuman komersial maupun formulasi obat. Kafein mempunyai aktivitas stimulan pada sis tem syaraf pusat, menyebabkan iritasi pada saluran gastrointestinal, mereduksi koordinasi syaraf motorik, mengubah pola tidur, menyebabkan gelisah, dan menimbulkan rasa pusing .

Vitamin B2 (Riboflavin)

Riboflavin atau biasa dikenal dengan vitamin B2 (Ga mbar 1b) adalah vitamin yang

larut dalam air dan memiliki warna kuning atau jingga-kekuningan sehingga sering digunakan sebagai bahan pewarna makanan (Andarwulan & Koswara 1992).

Riboflavin berperan dalam produksi energi karena senyawa ini berperan dalam metabolisme lemak, karbohidrat dan protein (Lehninger 1982). Vitamin B2 juga diperlukan

untuk pembentukan dan respirasi sel darah merah, pembentukan antibodi, dan pertumbuhan badan. Senyawa ini penting untuk kesehatan kulit dan kuku, pertumbuhan rambut, pengobatan berbagai penyakit mata, serta pengaturan aktivitas kelenjar tiroid. Sumber alami dari vitamin B2 adalah susu,

keju, sayuran hijau, hati, ragi, almond, dan kacang-kacangan.

Vitamin B6 (Piridoksin)

Vitamin B6 adalah senyawa yang larut

dalam air. Vitamin ini disebut juga piridoksin karena strukturnya yang homolog dengan piridin (Gambar 1c ). Sumber vitamin B6

secara alami terdapat pada hewan dan juga tumbuhan, di antaranya hati, daging ayam, ikan, kacang hijau, ragi, dan pisang.

Vitamin B6 memiliki tiga bentuk utama,

yaitu piridoksin, piridoksal, dan piridoksamin. Dalam hati, vitamin ini dikonversi menjadi piridoksal 5-fosfat (PLP) yang merupakan kofaktor dalam berbagai reaksi metabolisme asam amino. PLP juga berperan dalam reaksi enzimatik untuk melepaskan glukosa dari glikogen (Lehninger 1982).

(a) (b) (c) Gambar 1 Struktur kafein (a), riboflavin (b),

dan piridoksin (c).

Spektrofotometri Derivatif Ultraviolet (SDUV)

Derivatisasi spektrum telah diperkenalkan 40 tahun yang lalu dan telah digunakan untuk tujuan analisis kualitatif maupun kuantitatif walaupun belum banyak mendapat perhatian para analis akibat pembuatan spektrum derivatif yang masih manual (Skujins 1986). Konsep yang sederhana, relatif cepat, mudah direalisasikan, meningkatkan selektivitas, dan sensitivitas pada analisis komponen minor merupakan alasan utama mengapa teknik spektrofotometri derivatif mulai dikembangkan sebagai alternatif teknik analisis kuantitatif. Selain itu juga seiring dengan perkembangan cepat dari teknologi elektronika dan komputer maka secara paralel juga meningkatkan minat penggunaan spektrofotometri derivatif sebagai teknik analisis kuantitatif. Peningkatan ini terjadi karena derivatisasi spektrum dapat dilakukan secara komputerisasi (Popovic et al. 2000)

Perkembangan teknik ini juga disebabkan karena teknik ini mempunyai beberapa keuntungan seperti peningkatan resolusi dari puncak-puncak yang tumpang tindih atau lebar pada suatu spektrum, dapat menghilangkan atau mereduksi serapan matriks dari contoh, dapat menghasilkan daerah sidik jari yang lebih baik dibandingkan dengan spektrum absorpsi yang umum, dan dapat menghilangkan baseline shift dan tilt

(O’Haver 1979; Skujins 1986; Popovic et al. 2000).

Dengan asumsi bahwa hukum Beer- Lambert dapat ditaati pada spektrum orde nol (spektrum orisinal), maka suatu hubungan yang linier akan terjadi antara amplitudo dan konsentrasi untuk setiap spektrum derivatif dengan berbagai orde (Owen 1996). Hukum Beer-Lambert pada spektrum derivatif dapat dituliskan sebagai berikut:

Orde 1 :

bc

d

d

d

dA

λ

ε

λ

=

Orde n :

bc

d

d

d

A

d

n n n n

λ

ε

λ

=

(22)

Proses derivatisasi data spektrum dilakukan dengan cara menurunkan persamaan matematis dari kurva. Hal ini merupakan penurunan gradien kurva serapan seperti terlihat pada Gambar 2. Penentuan nilai gradien tunggal dA/d? diplot versus panjang gelombang (?) akan menghasilkan plot turunan 1. Plot turunan ke-1 ini dapat menjadi subjek kemiringan yang sama untuk menghasilkan nilai d2A/d?2 saat diplot versus ? yang memberikan nilai turunan ke-2. Hal ini berlangsung lebih lanjut pada turunan yang berikutnya hingga ke-n, sehingga menghasil-kan dnA/d?n versus ?. Spektrum turunan pita serapan Gausian dapat dilihat pada Gambar 2 (Owen 1996).

Spektrum turunan yang dihasilkan oleh spektrofotometer dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain fungsi celah monokromator, keseluruhan tingkat derau (noise level), derau karena adanya konversi analog ke digital, tipe penghalusan yang digunakan, jumlah dan frekuensi data yang dikumpulkan, jumlah data yang diambil untuk penghalusan, dan metode derivatisasi yang digunakan (Skujins 1986). Derau adalah gangguan yang disebabkan oleh sifat instrumen elektronik dan hasil distribusi statistik foton yang diemisikan oleh sumber cahaya (Owen 1996). Spektrum derivatif dari alat yang berbeda memiliki beberapa perbedaan dalam beberapa hal, yaitu amplitudo dan lebar puncak yang dihasilkan, perbandingan amplitudo dan lebar puncak, rasio sinyal dengan derau (S/N), serta perbedaan panjang gelombang yang memberikan serapan maksimum (Skujins 1986).

Gambar 2 Spektrum turunan pita serapan Gaussian.

Teknik Zero-Crossing

Berdasarkan hukum Beer-Lambert, spektrum derivatif dari campuran pada panjang gelombang tertentu merupakan penjumlahan dari spektrum derivatif masing-masing komponen, sesuai dengan persamaan

Dnmix = Dn1 + Dn2 +· · ·+Dnx

Dimana Dnmix adalah nilai serapan dari spektrum derivat orde ke-n dari campuran pada panjang gelombang tertentu, dan Dn1,

Dn2.... Dnx adalah nilai serapan dari spektrum derivat ke-n dari komponen 1, 2 sampai komponen ke-x dari campuran tersebut. Persamaan ini memungkinkan dilakukannya analisis beberapa komponen dari campuran secara simultan.

Teknik yang cukup sering digunakan untuk analisis simultan beberapa komponen dari campuran pada metode SDUV adalah teknik zero-crossing. Teknik ini dilakukan dengan cara mengukur tinggi puncak spektrum derivat orde ke-n dari suatu analat pada panjang gelombang tertentu saat spektrum dari komponen lain mendekati atau bahkan bernilai nol. Pengukuran dari tinggi puncak ini akan proporsional hanya untuk komponen tertentu yang ingin dianalisis, dan bebas dari gangguan spektrum komponen lain yang terdapat dalam campuran tersebut. Beberapa contoh penggunaan teknik ini untuk analisis simultan multikomponen, yaitu analisis simultan vitamin B1, B6, dan B12

(Ozgur & Koyuncu 2002a), quinoline yellow

dan sunset yellow (Ozgur & Koyuncu 2002b), parasetamol, propifenazon, dan kafein (Dinc

et al. 2001), serta Zn dan Cd (Agnihotri et al. 2004).

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

(23)

Evaluasi Parameter Analitik

Pengembangan metode analisis dilakukan untuk menunjukkan bahwa metode tersebut merupakan metode yang cocok untuk tujuan yang diinginkan. Terdapat dua bentuk pengembangan metode, pertama memulai ide yang baru, keahlian, dan pengalaman untuk menghasilkan metode yang cocok dan kedua adalah mengadopsi metode yang telah ada dan dibuat perubahan kecil sehingga cocok untuk penerapan yang baru. Setelah dilakukan pengembangan metode, maka metode tersebut perlu dievaluasi parameter analitiknya. Parameter-parameter yang perlu dievaluasi diantaranya, yaitu linearitas, presisi (keterulangan, keterulangan menengah, dan reprodusibilitas/ketertiruan), limit deteksi, limit kuantitasi, dan akurasi (ICH 1995).

Linearitas

Linearitas merupakan kemampuan metode analisis untuk memperoleh hasil uji yang secara langsung proporsional dengan konsentrasi (jumlah) analat dalam contoh. Linearitas dicapai apabila nilai r2 lebih besar dari 0,9995 (AOAC 1993).

Presisi

Presisi suatu prosedur analisis merupakan ukuran kedekatan nilai dari sederet pengukuran yang diperoleh dari sejumlah contoh yang diukur pada kondisi yang sama. Presisi dapat dibagi menjadi dua, yaitu keterulangan (repeatability) dan ketertiruan (reproducibility). Keterulangan merupakan presisi yang dihitung dari hasil penetapan ulangan dengan menggunakan metode, operator, peralatan , laboratorium, dan waktu yang sama. Ketertiruan adalah ketelitian yang dihitung dari hasil penetapan ulangan dengan menggunakan metode yang sama, namun dengan operator, peralatan, laboratorium, dan waktu yang berbeda. Persen simpangan baku relatif (% SBR) ditentukan untuk melihat hasil uji presisi.

dengan SB ialah simpangan baku, x ialah kadar zat aktif rata-rata, dan SBR ialah simpangan baku relatif. Kriteria %SBR berdasarkan standar AOAC (1993) adalah sangat teliti (%SBR < 1), teliti (%SBR = 1-2), sedang: (%SBR = 2-5), dan tidak teliti (%SBR > 5).

Limit deteksi dan limit kuantitasi

Limit deteksi (LD) adalah konsentrasi analat terkecil yang menghasilkan respon yang dapat terdeteksi diatas tingkatan derau dari sistem. Limit kuantisasi (LK) adalah konsentrasi analat terendah yang dapat diukur secara tepat dan akurat. Menurut ICH (1995) LD dan LK dapat ditentukan dengan simpangan baku intersep, dengan rumus:

dengan SB merupakan simpangan baku intersep kurva kalibrasi dan S merupakan kemiringan kurva kalibrasi.

Akurasi

Akurasi metode analisis menunjukkan kedekatan nilai yang telah didapat dibandingkan dengan nilai yang sebenarnya. Akurasi dilaporkan sebagai persen perolehan kembali (recovery) dengan penambahan sejumlah analat ke contoh yang diketahui konsentrasinya dan dibandingkan nilai yang terukur dengan nilai yang sebenarnya. Persen perolehan kembali, dapat ditentukan dengan rumus :

dengan CT merupakan jumlah senyawa yang diperoleh dari penetapan kadar dengan metode yang digunakan, CS merupakan jumlah senyawa dalam contoh, dan CD merupakan jumlah standar yang ditambahkan. Nilai persen perolehan kembali yang diharapkan adalah 80-110% (AOAC 1993).

BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat

Alat-alat yang digunakan adalah spektrofotometer UV-Vis Shimadzu 1700 PC dengan piranti lunak UV-Probe versi2.21 dan kuvet kuarsa dengan tebal 1 cm, mikropipet serta peralatan gelas.

Bahan-bahan yang digunakan adalah standar kafein, riboflavin (vitamin B2),

piridoksin hidroklorida (vitamin B6), air

deionisasi, dan sampel minuman berenergi Extra Joss® dari PT Bintang Toedjoe yang mengandung 50 mg kafein, 5.2 mg B2, dan 5

mg B6 dalam setiap kemasan (4 gram). SB

LK= x10

S

(CT-CS) Perolehan kembali (%) 100%

CD = ×

SB

LD=

x3.3

S

100.SB SBR (%) =
(24)

Metode Penelitian

Penentuan Kondisi Optimum Pengukuran SDUV

Larutan standar kafein, vitamin B2 dan B6

disiapkan dengan melarutkan standar dengan air deionisasi sehingga didapat konsentrasi kafein, vitamin B2 dan B6 masing-masing 12.5

µg ml-1, 1.3 µg ml-1, dan 1.25 µg ml-1. Sampel minuman berenergi ditimbang sebanyak 4 gram, kemudian dilarutkan dengan air deionisasi di labu taka r 50 ml. Sebanyak 0.625 ml larutan sampel kemudian diencerkan ke dalam labu takar 50 ml.

Standar dan sampel dibuat spektrum serapannya pada daerah sinar ultraviolet (200-400 nm) dengan kecepatan penyapuan lambat, sedang, dan cepat. Spektrum serapan standar dan sampel dibuat spektrum turunannya pada orde 1, 2, 3, dan 4 dengan variasi ? ? 2, 4, 8, dan 16 sehingga akan dihasilkan spektrum turunan terpilih. Spektrum turunan standar dan sampel selanjutnya ditumpang tindih, dan dengan teknik zero-crossing ditentukan panjang gelombang yang akan digunakan untuk kuantifikasi kafein dan vitamin B. Panjang gelombang yang dipilih untuk pengukuran adalah panjang gelombang yang memberikan nilai amplitudo mendekati atau bahkan nol bagi komponen lain selain komponen yang akan dianalisis.

Pembuatan Kurva Standar

Parameter yang menghasilkan spektrum turunan terpilih digunakan untuk pembuatan spektrum turunan standar masing-masing senyawa. Kurva standar kafein dibuat dengan membuat larutan standar dengan konsentrasi 2.5-15 µg ml-1, sedangkan kurva standar

vitamin B2 dan B6 diperoleh dengan membuat

deret larutan standar 1-6 µg ml-1. Setiap larutan standar tersebut dibuat spektrum turunannya berdasarkan parameter yang telah ditentukan sebelumnya. Kurva standar masing-masing senyawa diperoleh dari hubungan antara konsentrasi standar dengan amplitudo turunan pada tiap panjang gelombang terpilih.

Penentuan Kadar Kafein dan B2, dan B6

dalam Sampel Minuman Berenergi dengan Metode SDUV

Larutan sampel minuman berenergi dibuat spektrum serapannya pada panjang gelombang 200-400 nm. Selanjutnya dibuat spektrum turunannya sesuai parameter yang telah

ditentukan. Nilai amplitudo turunan dari contoh diukur pada panjang gelombang yang ditentukan. Kadar kafein dan vitamin B dalam sampel ditentukan dengan memasukkan nilai amplitudo turunan sampel ke dalam persamaan garis kurva standar. Kadar yang didapatkan selanjutnya dibandingkan dengan nilai yang diperoleh dengan metode kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) secara statistika (uji F dan uji t).

Penentuan Kadar Kafein dan B2, dan B6 dalam sampel Minuman Berenergi dengan

metode KCKT

Analisis kafein, vitamin B2 dan B6

dilakukan dengan metode KCKT PT Bintang Toedjoe (metode tidak dapat dipublikasikan). Bagan alir penelitian selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1.

Evaluasi Parameter Analitik Metode SDUV

Linearitas

Kurva kalibrasi dibuat dengan deret standar kafein 2.5-15 µg ml-1, serta deret standar vitamin B2 dan B6 1-6 µg ml-1 dan

masing-masing tingkat konsentrasi dibuat 3 kali ulangan. Linearitas ditentukan melalui metode regresi kuadrat terkecil.

Presisi

Presisi diukur dengan menyiapkan sampel minuman berenergi sebanyak enam kali pada hari yang sama, kemudian dibuat spektrum turunan dengan parameter yang telah ditentukan. Analis is kimia mempunyai presisi tinggi bila nilai-nilai dari hasil penetapan ulang yang diperoleh perbedaannya kecil satu sama lain.

Akurasi

Sebanyak 4 gram sampel dilarutkan dalam 50 ml air deionisasi hingga didapat larutan stok sampel dengan konsentrasi setara 1000 ppm kafein, 104 ppm B2, dan 100 ppm B6.

Disiapkan pula larutan stok standar kafein, B2

dan B6 dengan konsentrasi 100 µg ml-1.

Sebanyak 0.625 ml sampel dimasukkan ke dalam labu takar 50 ml yang berisi 1 ml, 1.5 ml dan 2 ml standar vitamin B2 sehingga

didapat konsentrasi B2 sebesar 3.3, 4.3, dan

5.3 µg ml-1. Untuk uji akurasi vitamin B6,

(25)

Kafein

B2

B6

Sampel

Kafein

B2

B6

konsentrasi B6 sebesar 3.25, 4.25, dan 5.25 µg

ml-1. Untuk uji akurasi kafein, sebanyak 0.1 ml sampel dimasukkan ke dalam labu takar 50 ml yang berisi 2.5 , 3.75, dan 5 ml standar kafein sehingga didapat konsentrasi kafein sebesar 7.5, 10, dan 12.5 µg ml-1.

Limit deteksi dan Limit Kuantitasi

Limit deteksi dan limit kuantitasi ditentukan menggunakan simpangan baku intersep dan kemiringan kurva kalibrasi. Kurva kalibrasi dibuat tiga kali ulangan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penentuan Kondisi Optimum

Spektrum serapan standar kafein, vitamin B2 dan B6 pada konsentrasi yang sama

ditunjukkan pada Gambar 3a. Seperti terlihat pada gambar, spektrum absorpsi kafein, vitamin B2 dan B6 pada daerah 200-400 nm

bertumpang tindih, menandakan serapan senyawa yang satu dapat mengganggu serapan senyawa yang lain. Dilihat dari bentuk spektrum absorpsi pada orde ke-0 (spektrum normal) yang dihasilkan, vitamin B2 dapat

dianalisis tanpa adanya gangguan serapan kafein dan B6 pada panjang gelombang

325-400 nm, dan vitamin B6 dapat dianalisis tanpa

adanya gangguan kafein dan B2 pada panjang

gelombang 316 nm. Spektrum serapan sampel (Gambar 3b) menunjukkan adanya perbedaan serapan untuk standar ketiga komponen yang akan dianalis walaupun diukur pada konsentrasi yang sama. Hal ini disebabkan adanya senyawa lain (matriks) dalam sampel yang dapat mempengaruhi pengukuran komponen yang akan dianalisis. Matriks tersebut menyebabkan sampel memiliki serapan yang lebih tinggi daripada standar dengan konsentrasi sama. Adanya tumpang tindih serapan kafein, B2 dan B6, serta adanya

pengaruh matriks sampel tersebut menyebabkan ketiga komponen tersebut tidak dapat ditentukan konsentrasinya secara simultan dengan metode spektrofotometri konvensional.

SDUV dengan teknik zero-crossing dapat mengatasi masalah tumpang tindih suatu senyawa dalam campuran, hal ini memungkinkan dilakukannya analisis simultan kafein, vitamin B2 dan B6. Selain itu,

metode SDUV juga dapat mereduksi efek matriks dalam sampel, sehingga matriks sampel tidak akan mengganggu pengukuran senyawa aktif.

(a)

(b)

Gambar 3 Spektrum serapan standar kafein, vitamin B2 dan B6 12,5 µgml-1(a),

spektrum serapan standar kafein 12,5 µgml-1, vitamin B2 d a n B6

1,25 µg ml-1 serta spektrum serapan sampel (b).

(26)

Kafein B2

B6

(a)

(b)

(c)

(d)

Gambar 4 Tumpang tindih spektrum orde 0 (a), turunan pertama (b),turunan kedua (c), dan turunan ketiga (d) standar kafein, vitamin B2 dan B6

dengan kecepatan penyapuan lambat, sedang, dan cepat.

Umumnya, tingkat derau (noise level) akan berkurang seiring dengan makin besarnya nilai ? ? yang mengurangi fluktuasi pada spektrum derivatif akan tetapi nilai ? ? yang terlalu besar akan menyebabkan resolusi spektrum semakin lemah. Nilai ? ? optimum ditentukan dengan memperhatikan tingkat derau dan resolusi spektrum. Penghalusan (smoothing) dilakukan untuk mengurangi tingkat derau dan meningkatkan nisbah sinyal/derau (S/N), tapi pada penelitian ini didapatkan nisbah S/N yang memuaskan sehingga tidak perlu dilakukan proses penghalusan terhadap spektrum turunan yang dihasilkan. Spektrum turunan standar kafein, vitamin B2 dan B6 orde pertama, kedua,

ketiga, dan keempat dengan berbagai nilai ? ? dapat dilihat pada lampiran 2. Digunakan nilai

scalling factor atau faktor skala 1000 pada setiap spektrum turunan untuk menghindari adanya distorsi spektrum pada orde turunan yang tinggi akibat nilai S/N yang kecil. Owen (1996) dan Popovic et al. (1999) menyatakan bahwa semakin tinggi orde turunan, nilai S/N akan semakin kecil.

Analisis simultan kafein, vitamin B2, dan

B6 dilakukan dengan teknik zero-crossing.

Pengukuran senyawa dilakukan saat spektrum dari senyawa lain bernilai atau mendekati nilai 0. Setiap orde turunan memiliki daerah zero-crossing yang dapat digunakan untuk kuantifikasi kafein, vitamin B2 dan B6 seperti

diperlihatkan pada lampiran 2. Kafein bisa diukur konsentrasinya pada daerah zero-crossing vitamin B2 dan B6, vitamin B2 bisa

diukur pada daerah zero-crossing kafein dan vitamin B6, dan vitamin B6 bisa diukur pada

daerah zero-crossing kafein dan vitamin B2.

Pada daerah zero-crossing tersebut diasumsikan tidak ada gangguan dari senyawa lain karena nilai spektrum yang terukur dari campuran hanya serapan dari senyawa yang dikuantifikasi (Karpinska 2004).

Daerah zero-crossing yang dapat digunakan sebagai daerah kerja pada analisis kafein, vitamin B2 dan B6 ditunjukkan pada

Tabel 1. Orde turunan yang bisa digunakan untuk analisis simultan ketiga senyawa adalah orde turunan 3 dengan nilai ? ? 8 dan 16, serta orde turunan 4 dengan nilai ? ? 16 (Gambar 5). Amplitudo dari puncak ke garis dasar (Dz )

(27)

Kafein

B2

B6

Kafein

B2

B6

(a)

(b)

(c)

Gambar 5 Spetra kafein, vitamin B2 dan B6

turunan ketiga ? ? 8 (a), turunan ketiga ? ? 16 (b), dan turunan keempat ? ? 16 (c)

Tabel 1 Kondisi optimum kuantifikasi kafein, vitamin B2 dan B6

Panjang gelombang untuk kuantifikasi (nm) Parameter

Kafein B2 B6

Kecepatan Penyapuan Faktor Skala

Sedang (medium)

1000

1D ? ? = 2 290,2 - 316 1

D ? ? = 4 290,2 - 316

1D ? ? = 8 290,2 - 316 1

D ? ? = 16 290,2 - 316

2D ? ? = 2 - - 307,4

2

D ? ? = 4 - - 308,2

2

D ? ? = 8 - - 309,8

3D ? ? = 8 267.2 245 316 3

D ? ?=16 290.4 245 314.8

4D ? ? =8 245,2 223,8 - 4

D ? ? =16 245.2 264.2 316

Gambar 6 menunjukkan tumpang tindih spektrum turunan ketiga ? ? 8 dan ? ? 16, serta orde turunan keempat ? ? 16 dari deret standar kafein 2,5-15 µg ml-1, dan standar vitamin B2

dan B6 1-6 µg ml-1. Gambar tersebut

memperlihatkan bahwa daerah zero-crossing

kafein, vitamin B2 dan B6 tidak berubah

dengan adanya pengaruh konsentrasi. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh O’Haver (1979). Berdasarkan pengukuran deret standar tersebut kemudian dibuat hubungan antara konsentrasi dengan amplitudo spektrum turunan standar pada panjang gelombang terpilih. Persamaan kurva standar (Tabel 2) selanjutnyadigunakan untuk analisis kadar senyawa-senyawa tersebut dalam minuman berenegi.

(a)

(b)

(c)

Gambar 6 Spektrum turunan ketiga ? ? 8 (a), turunan ketiga ? ? 16 (b) dan turunan keempat ? ? 16 (c) dari deret standar kafein 2,5-15 µg ml-1, serta standar vitamin B2 dan B6 1-6

(28)

Tabel 2 Persamaan linear kurva standar kafein, vitamin B2 dan B6

Kondisi Parameter Kafein B2 B6

3D ? ?=8 Kisaran

Konsentrasi (µg ml-1)

2.5-15 1-6 1-6

Persamaan Linear Y=-1.2713.10-3

-0,0237x

Y=-1.5713.10-3

-0,0342x

Y=8,333.10-5

-0,0227x Koefisien korelasi 0.9931 0,9952 0,9972

3

D ? ?=16

Kisaran Konsentrasi (µg ml-1)

2.5-15 1-6 1-6

Persamaan Linear Y=-8,1199.10-4

+0,0235x

Y=-5,1427.10-3

-0,0263x

Y=6,867.10-5

-0,0217x Koefisien korelasi 0.9958 0,9996 0,9995

4

D ? ?=16

Kisaran Konsentrasi (µg ml-1)

2.5-15 1-6 1-6

Persamaan Linear Y=5,8887.10-3 -4,480.10-3x

Y=-8,1333.10-5 +0,0124x

Y=-2,5933.10-4 +2,216.10-3x Koefisien korelasi 0,9957 0,9999 0,9943

Evaluasi Parameter Analitik

Evaluasi parameter analitik perlu dilakukan untuk melihat ketelitian dan keakuratan metode yang digunakan. Parameter yang dievaluasi meliputi linearitas, presisi, akurasi, limit deteksi, dan limit kuantitasi. Linearitas ditentukan dengan mengukur deret standar kafein 2,5-15 µg ml-1, serta standar vitamin B2 dan B6 1-6 µg ml-1

(Gambar 6), sehingga didapatkan kurva standar yang merupakan hubungan antara amplitudo dengan konsentrasi standar. Metode dikatakan bernilai baik jika menghasilkan koefisien korelasi yang tinggi. Koefisien korelasi yang didapatkan dari kurva standar kafein, vitamin B2 dan B6 berkisar antara

0,9931-0,9999. Hal ini menunjukkan metode SDUV secara umum belum memenuhi standar linearitas yang ditetapkan oleh AOAC karena nilai koefisien korelasi yang didapatkan pada umumnya kurang dari 0.9995. Simpangan baku intersep dan simpangan baku kemiringan ditentukan berdasarkan hasil tiga kali ulangan kurva standar (Lampiran 3). Simpangan baku intersep menunjukkan validitas metode, sedangkan simpangan baku kemiringan menunjukkan sensitivitas regresi dari metode yang digunakan. Berdasarkan kurva standar juga dapat diketahui nilai limit deteksi (LD) dan limit kuantitasi (LK) dari metode SDUV, seperti ditunjukkan oleh Tabel 3. Nilai LD menunjukkan konsentrasi terendah dari analat dalam contoh yang memberikan sinyal yang dapat dibedakan dari derau, sedangkan nilai LK menunjukkan konsentrasi analat terendah yang dapat ditentukan dengan ketelitian dan

keakuratan yang baik. Perhitungan linearitas, LD, dan LK dapat dilihat pada La mpiran 3.

Tabel 3 juga menunjukkan hasil uji presisi yang dilakukan. Uji presisi yang dilakukan adalah uji keterulangan, dan suatu metode dikatakan memiliki nilai presisi yang baik atau ketelitian yang tinggi jika hasil analisis dari serangkaian ulangan memiliki nilai yang tidak jauh berbeda. Nilai presisi ditentukan dengan melihat nilai persen simpangan baku relatif (% SBR) dari enam kali pengukuran. Kisaran nilai %SBR untuk kafein,B2, dan B6

masing-masing 1,03-2,38%, 2,25-4,43%, dan 1,33-7,33% (Lampiran 4). Berdasarkan nilai persen SBR dapat diketahui bahwa pengukuran kafein mempunyai ketelitian yang berkisar dari sedang sampai teliti, pengukuran B2 mempunyai ketelitian sedang, dan

pengukuran B6 mempunyai ketelitian yang

berkisar dari tidak teliti, sedang, sampai teliti. Ketidaktelitian pada analisis kadar vitamin B2 dan vitamin B6 mungkin disebabkan

ketidakstabilan vitamin B2 dan B6 pada saat

pengukuran. Vitamin B6 mudah

terdekomposisi oleh basa dan cahaya dalam pH netral dan basa, sedangkan vitamin B2

sangat tidak stabil dalam bentuk larutannya (Andarwulan & Koswara. 1992). Andarwulan dan Koswara (1992) juga menyatakan bahwa penentuan spektrum serapan ultraviolet untuk riboflabvin (vitamin B2) hanya cocok untuk

larutan riboflavin murni. Hal inipun masih mempunyai kelemahan karena vitamin B2

sangat peka terhadap cahaya. Selama pengukuran vitamin B2 dapat terdestruksi

(29)

Tabel 3 Hasil uji linearitas, presisi, LD dan LK kafein, vitamin B2 dan B6 dari sampel minuman

berenergi

Kondisi Parameter Kafein B2 B6

3

D ? ?=8 Kisaran Konsentrasi

(µ g ml-1) 2.5-15 1-6 1-6

Persamaan Linear)* Y=-1,4567.10-3 -0,0237x

Y=-2.7333.10-3 -0,0336x

Y=4,5999.10-5 -0,0227x s intersep 1.2265. 10-3 1,5519.10-4 8,6846.10-5 s kemiringan 3,7859.10-4 5,7735.10-5 5,7735.10-5

Koefisien korelasi 0.9931 0,9958 0,9972

%SBR 1.04 4,43 7,33

LD (µ g ml-1) 0,1708 0.0152 0,0126

LK(µ g ml-1) 0,6146 0,0457 0,0379

3

D ? ?=16 Kisaran Konsentrasi (µ g ml-1)

2.5-15 1-6 1-6

Persamaan Linear)* Y=-5,7267.10-4 +0,0235x

Y=-4,652.10-3 -0,0264x

Y=-1,4667.10-5 -0,0217x s intersep 1,1057.10-4 2,0430.10-4 2,0405.10-5

s kemiringan 1,1574.10-4 0 0

Koefisien korelasi 0.9958 0,9996 0,9994

%SBR 2,38 2,33 1,33

LD (µ g ml-1) 0,0155 0,0255 0,0031

LK (µ g ml-1) 0,04705 0,0766 0,0093

4

D ? ?=16 Kisaran Konsentrasi

(µ g ml-1) 2.5-15 1-6 1-6

Persamaan Linear)* Y=5,9327.10-3 -4,4847.10-3x

Y=-6,8667.10-5 +0,0124x

Y=-1,6333.10-4 +2,1986.10-3x

s intersep 7,9809.10-5 4,9044.10-5 6,5320.10-5 s kemiringan 8,4760.10-6 5,7735.10-5 1,4189.10-5

Koefisien korelasi 0,9958 0,9999 0,9941

%SBR 1,03 2,25 2,63

LD (µ g ml-1) 0.05873 0,0131 0,0980

LK (µ g ml-1) 0.1779 0,0391 0,2941

*rataan dari tiga kali ulangan

Uji akurasi dilakukan dengan menambahkan standar dengan konsentrasi berbeda dan diketahui konsentrasinya ke dalam sampel. Nilai akurasi dari metode ditunjukkan dengan persen perolehan kembali. Nilai persen perolehan kembali dari kafe in berkisar antara 83,21-102,33%, vitamin B2

87,88-132,61% dan vitamin B6 56,6-101,37%

(Tabel 4). Nilai perolehan kembali menunjukkan adanya pengaruh matriks dalam contoh terhadap pengukuran standar. Nilai perolehan kembali yang kecil menandakan besarnya pengaruh matriks dalam contoh terhadap pengukuran. Perhitungan lengkap untuk uji akurasi dapat dilihat pada Lampiran 5.

Tabel 4 Data perolehan kembali pada uji akurasi

Jumlah % Perolehan Kembali Contoh

ditambahkan (µ g ml-1)

3D

? ?= 8

3D

? ?=16

4D

? ?=16 Kafein 5 83,21 88,84 99,41

7,5 84,56 102,33 100,56

10 97,58 96,67 92,33

B2 2 117,18 117,55 132,61

3 97,88 101,92 113,17

4 87,88 105,61 110,43

B6 2 101,37 97,83 66,85

3 95,94 96,51 60,66

(30)

Perbandingan antara Metode SDUV dengan Metode KCKT

Metode kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) digunakan sebagai metode referensi untuk penentuan simultan kafein, vitamin B2

dan B6. Metode yang digunakan adalah

metode PT Bintang Toedjoe dan tidak dapat dipublikasikan. Analisis kuantitatif kafein, vitamin B2 dan B6 dilakukan bersama senyawa

aktif lain yang terdapat dalam sampel minuman berenergi, yaitu vitamin B3 dan B1

dengan waktu analisis 6,5 menit. Waktu retensi dari standar vitamin B2, vitamin B3,

kafein, vitamin B6 dan B1 berturut-turut

adalah 1.828, 2.348, 3.650, 5.094, dan 6.087 menit (Lampiran 6). Berdasarkan metode KCKT, didapatkan kandungan kafein, vitamin B2 dan B6 masing-masing sebesar 50.1884,

5.0240, dan 4.8881 mg dalam satu kemasan sampel minuman berenergi dengan bobot bersih 4 gram (Lampiran 7).

Metode KCKT dan SDUV yang digunakan untuk analisis simultan kafein, vitamin B2 dan B6 dibandingkan secara

statistik dengan menggunakan uji-F dan uji-t

seperti diperlihatkan pada Tabel 5 dan Lampiran 8. Ragam ulangan dari kedua metode dinyatakan tidak berbeda nyata jika nilai F hitung lebih kecil dari nilai F tabel, dan rataan dari kedua metode dinyatakan tidak berbeda nyata jika nilai t hitung lebih kecil dari nilai t tabel. Nilai F hitung dan nilai t hitung kafein pada orde turunan 3 ? ? 8 dan 16, serta orde turunan 4 ? ? 16 lebih kecil dari nilai F tabel dan nilai t hitung pada selang kepercayaan 95%. Hal ini menandakan bahwa ragam dan nilai rataan kadar kafein yang didapatkan dari metode KCKT dan metode SDUV tidak berbeda nyata secara statistika. Nilai ragam kadar vitamin B2 dengan metode

SDUV pada orde turunan 3 dan 4 ? ? 16 tidak berbeda nyata dengan ragam dari metode KCKT karena didapatkan nilai F hitung lebih kecil dari F tabel, sedangkan kadar vitamin B2

pada orde turunan 3 ? ? 8 memiliki ragam yang berbeda nyata dengan hasil pengukuran metode KCKT karena nilai F hitung yang didapatkan lebih besar dari nilai F tabel. Untuk rataan kadar vitamin B2 berdasarkan uji

t pada semua kondisi pada metode SDUV menunjukkan hasil yang berbeda nyata dengan metode KCKT. Nilai rataan kadar vitamin B6 pada semua kondisi pengukuran

menggunakan metode SDUV tidak berbeda

nyata secara statistik dengan metode KCKT, ragam yang didapatkan juga tidak berbeda nyata dengan ragam dari metode KCKT kecuali untuk ragam pengukuran kadar vitamin B6 pada orde turunan 3 ? ? 8.

Rataan kadar vitamin B2 dalam minuman

berenergi yang didapatkan pada semua kondisi pengukuran menunjukkan hasil yang berbeda nyata dengan rataan hasil pengukuran menggunakan metode KCKT. Hal ini dimungkinkan karena adanya pengaruh serapan senyawa lain yang terdapat pada minuman berenergi yang mengganggu serapan vitamin B2 sehingga nilai yang

terukur memiliki serapan lebih tinggi dari yang seharusnya. Komposisi minuman berenergi dapat dilihat pada lampiran 9. Senyawa yang terdapat dalam minuman berenergi yang dapat menyerap sinar ultraviolet dan dapat mengganggu pengukuran kadar B2 antara lain adalah tiamin (vitamin

B1), nikotinamida (vitamin B3), asam

pantotenat (vitamin B5), dan sianokobalamin

(vitamin B12). Vitamin B2 (riboflavin)

memiliki panjang gelombang maksimum pada 445, 372, 269, dan 225 nm (Andarwulan & Koswara 1992). Menurut Siong dan Swan-Choo (1996), panjang gelombang maksimum tiamin, nikotinamida, dan vitamin B12 dalam

larutan 0.1 N asam klorida masing-masing adalah 246 nm, 260 nm, dan 360 nm, sedangkan panjang gelombang maksimum asam pantotenat menurut Ekinci dan Kadakal (2005) adalah 206 nm.

Berdasarkan hasil uji-F dan uji-t yang dilakukan, serta memperhatikan hasil evaluasi parameter analitik yang telah dilakukan, kondisi terbaik untuk pengukuran simultan kadar kafein, vitamin B2 dan B6 menggunakan

metode SDUV dengan teknik zero-crossing

adalah pada orde turunan ketiga dengan nilai ? ? 8. Kondisi ini dianggap kondisi terbaik karena memberikan rataan kadar kafein dan vitamin B6 yang tidak berbeda nyata dengan

rataan kadar kafein dan B6 yang didapat dari

metode KCKT, walaupun rataan kadar vitamin B2 menunjukkan hasil yang berbeda

(31)
[image:31.596.113.505.98.454.2]

Tabel 5 Hasil uji-F dan uji-t dari metode SDUV dan metode KCKT

Senyawa KCKT SDUV

3

D ? ? = 8 3D ? ? = 16 4D ? ? = 16 Kafein

Rerata Kadara ±batas

galat(mg) 50,1884±0,7924 49,6421±0,5444 50,0216±1,2679 50,7927±0,5530

Simpangan baku 0,7550 0,5187 1,2080 0,5243

%SBR 1,50 1,04 2,42 1,03

F hitung 2,1185 2,5605 2,0733

F tabel 5,050b

t hitung 1,1150 1,6103 1,4611

t tabel 2,2281c

B2

Rerata Kadara ±batas

galat(mg) 5,0240±0,1138 6,9183±0,3205 8,6925±0,2128 8,2848±0,1958

Simpangan baku 0,1084 0,3054 0,2127 0,1865

%SBR 2,16 4,41 2,33 2,25

F hitung 7,9899 3,4924 2,9588

F tabel 5,050b

t hitung 14,2671 39,1241 37,0189

t tabel 2,4469d 2,2281c

B6

Rerata Kadara ±batas

galat(mg) 4,8881±0,0839 4,8963±0,3768 5,1682±0,0581 5,0108±0,1385

Simpangan baku 0,0799 0,3590 0,0554 0,1320

%SBR 1,63 7,33 1,07 2,63

F hitung 20,1974 1,3944 2,7316

F tabel 5,050b

t hitung 0,0552 4,4073 1,9482

t tabel 2,5706e 2,2281c

akadar dalam satu sachet minuman berenergi (bobot bersih=4 gram)

dengan 6 kali ulangan

b

nilai F tabel pada selang kepercayaan 95%, db=6

cnilai t tabel dua arah pada selang kepercayaan 95%, db=10 d nilai t tabel dua arah pada selang kepercayaan 95%, db=6 e

nilai t tabel dua arah pada selang kepercayaan 95%, db=5

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Kondisi terbaik untuk pengukuran kadar kafein, vitamin B2 dan B6 dalam minuman

berenergi adalah pada orde turunan ketiga dengan nilai ? ? 8 dengan panjang gelombang masing-masing adalah 267.2, 245, dan 316 nm. Kondisi tersebut dilakukan dengan kecepatan penyapuan medium dan faktor skala 1000.

Kadar kafein, vitamin B

2

dan

B

6

berturut-turut sebesar 49.3836, 6.9183,

dan 4.8881 mg dalam satu kemasan

minuman berenergi.

Uji-F menunjukkan bahwa ragam pengukuran kadar kafein dengan metode SDUV tidak berbeda nyata dengan metode KCKT, sedangkan ragam pengukuran kadar vitamin B2 dan B6 berbeda nyata. Uji-t

menunjukkan rataan kadar kafein dan vitamin B6 tidak berbeda nyata dengan metode KCKT,

sedangkan rataan kadar vitamin B2 berbeda

nyata. Hal ini menunjukkan bahwa metode SDUV dengan teknik zero-crossing dapat digunakan untuk analisis simultan kadar kafein dan B6 dalam minuman berenergi tanpa

adanya pemisahan terlebih dahulu, tapi teknik ini tidak dapat digunakan untuk pengukuran simultan kadar kafein, vitamin B2 dan B6.

Saran

Penggunaan pelarut lain selain air deionisasi yang dapat menstabilkan vitamin B2 dan B6 sangat disarankan. Selain itu perlu

(32)

Disarankan juga penggunaan metode SDUV lain dengan teknik ratio-spectra dan

partial least square (PLS) untuk analisis simultan kafein, B2, dan B6 dalam minuman

berenergi.

DAFTAR PUSTAKA

Agnihotri KN, Ratnani S, Singh KV, Singh HB. 2004. Simultaneous derivative determination of zinc and cadmium with 2-(5-Bromo -pyridylazo)-5-diethyl-aminophenol in the presence of cetylpyridinumchloride. Anal Chem

20:955-959.

Alpdogan G, Karabina K, Sungur S.

2002. Derivative spectrophotometric determination of caffeine in some beverages. Turk J Chem 26: 295-302. Andarwulan N, Koswara S. 1992. Kimia

Vitamin. Jakarta: Rajawali Pers

[AOAC]. Assosiation Official of Analytical Chemistry. 1993. Official Methods of Analysis of AOAC International. Maryland: AOAC International.

[AOAC]. Assosiation Official of Analytical Chemistry. 1999. Official Methods of Analysis of AOAC International. Maryland: AOAC International.

British Pharmacopeia. 1993. British Pharmacopeia. Jilid 1. London. British Pharmacopeia.

[Depkes RI]. 1995. Farmakope Indonesia. Ed ke-4. Jakarta: Depkes RI

Deutsch MJ. 1984. Vitamin and other nutrient. In: Official Methods of Analysis of AOAC. William: Editor. Assosiation Official of Analytical Chemistry. Washington DC: AOAC.

Dinc E, Kokdil G, Onur F. 2001.

Derivative ratio spectra–zero crossing spectrophotometry and LC method applied to the quantitative determination of paracetamol, propyphenazone and caffeine in ternary mixtures. J Pharm Biomed Anal 26: 769-778.

Ekinci R, Kadakal C. 2005. Determination of seven water-soluble vitamins in tarhana, a traditional Turkish cereal food, by high performance liquid chromatography. Acta Chromatographica 15: 289-297.

Fell AF, Jarvle DR, Stewart MJ. 1981. Analysis for paraquat by second- and fourth-derivative spektroscopy. Clin Chem 27:288-292.

Hargiss LG. 1988. Analytical Chemistry Principles and Techniques. New Jersey: Prentice-Hall.

Heudi O, Kilinc T, Fontannaz P. 2005. Separation of water soluble vitamins by reversed phase high performance chromatography with ultra-violet detection: aplication to polyvitaminated premixes. J. Chromatogr A 1070:49-56. Hesse M. 2002. Alkaloids: Nature’s Curse or

Blessing. Zurich: Verlag Helvetica Chimica Acta.

[ICH] International Conference on Harmonisation. 1995. Validation of Analytical Procedures: Methodology Q2B [terhubung berkala]. http:///www.ich.org. [9 Januari 2007]. Karpinska J. 2004. Derivative

spectrophotometry-recent applications and directions of development. Talanta

64:801-822.

Khopkar SM. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. A. Saptorahardjo, penerjemah. Jakarta: UI-Press. Terjemahan dari: Basic Concepts of Analytical Chemistry.

Lehninger AL. 1982. Dasar-dasar Biokimia. Thenawijaya M, penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Principles of Biochemistry.

Moreno P, Salvado V. 2000. Determination of eight water and fat soluble vitamins in multi-vitamin pharmaceutical

formulations by high performance liquid chromatography. J. Chromatogr A 870:207-215.

Nurachman Z. 2004. Minuman Berenergi. [terhubung berkala]. http:///www. kompas.co.id. [22 November 2006] Office of Dietary Supplements. Dietary Supplement Fact Sheet: Vitamin B6. [terhubung berkala]. http:///www.ods.od. nih.gov/factsheets/vitaminb6.

[12 Oktober 2006]

O’Haver TC. 1979. Potential clinical application of derivative and wavelength modulation spectrometry. Clin Chem

25(9): 1548-1553.

Owen T. 1996. Fundamentals of UV-visible Spectroscopy. Waldbronn: Hewlett-Packard.

Ozgur MU, Koyuncu I. 2002a. Determination of ternary mixtures of vitamins (B1, B6,

B12) by zero-crossing derivative

(33)

Ozgur MU, Koyuncu I. 2002b. Simultaneous detrmination of quinoline yellow (E-104) and sunset yellow (E-110) in syrup and tablets by second derivative spectrophotometry. Turk J Chem 26: 501-508.

Popovic GV, Pfendt LD, Stefanovic VM. 2000. Analytical application of derivative spectrophotometry [ulasan]. J Serb Chem Soc 63(7): 457-472.

Saprudin D, Heryanto R, Rafi M, Nersyanti F. 2006. Rapid method for the determination of caffeine in energy drink by ultraviolet derivative spectrophotometry. Di dalam:

Proceeding The 2006 Seminar on Analytical Chemistry; Yogyakarta, 9 Maret 2006.Yogyakarta: Departemen Kimia FMIPA UGM. hlm 27-32.

Siong TE, Swan-Choo K. 1996. Simultaneous determination of B-vitamins and ascorbic acid in multi-vitamin preparations by reversed-phase HPLC. Mal J Nutr 2: 176-194.

Skoog DA, Holler FJ, Nieman TA. 1998.

Principles of Instrumental Analysis. Ed ke-5. Philadelphia: Saunders College. Skujins S. 1986 Applications of UV-Visible

Derivative Spectrophotometry. Steinhauserstasse: Varian AG.

[USP] United States of Pharmacopeia. 1996.

(34)

Sampel Minuman

Berenergi

Standar Kafein

dan vitamin B

Kondisi optimum pengukuran :

kecepatan penyapuan, faktor

skala, orde turunan, dan ??

Analisis kuantitatif

Kadar

SDUV

Kadar

KCKT

Dibandingkan dengan uji-F dan uji-t

Preparasi

Linearitas, presisi,

akurasi, limit deteksi,

limit kuantitasi.

Metode PT Bintang

Toedjoe

Hasil berbeda nyata atau tidak secara statistik

Evaluasi parameter

analitik

(35)

Kafein

B

2

B

6

Lampiran 2 Spektrum deret standar kafein, vitamin B

2

dan B

6

pada berbagai orde turunan

dan ? ?

Orde 1 ? ? 2

Orde 1 ?? 4

Orde 1 ?? 8

Orde 1 ?? 16

Orde 2 ? ? 2

Orde 2 ? ? 4

(36)

Lanjutan Lampiran 2

Orde 3 ? ? 2

Orde 3 ? ? 4

Orde 3 ? ? 8

Orde 3 ?? 16

Orde 4 ? ? 2

Orde 4 ? ? 4

(

Gambar

Gambar 1  Struktur  kafein (a), riboflavin (b),
Gambar 2  Spektrum turunan pita serapan  Gaussian.
Gambar 3 Spektrum serapan standar kafein,    vitamin B2 dan B6 12,5 µgml-1(a), spektrum serapan standar kafein 12,5 µgml-1, vitamin B2 dan B6 1,25 µg ml-1 serta spektrum serapan sampel (b)
Tabel 1. Orde turunan yang bisa digunakan
+5

Referensi

Dokumen terkait

Sebelumnya pernah menjabat sebagai Kepala Seksi Bimbingan Pengembangan Usaha pada Direktorat budidaya Tanaman Florikultura sejak 15 Nopember 2005 sampai 3

[r]

Sebelumnya pernah menjabat sebagai Kepala Seksi Pengendalian OPT Florikultura pada Direktorat Perlindungan Hortikultura sejak 31

SURAT IJIN

PENGADAAN JASA KONSULTASI PADA BINA MARGA PROVINSI JAWA TENGAH ANGGARAN APBD 2013. alasan perubahan jadwal untuk memberikan kesempatan kepada penyedia jasa

SATWIKA SARANA X Paket pekerjaan yang ditawarkan bukan untuk pembangunan gedung PLUT KUMKM Provinsi Jawa Tengah, jangka waktu pelaksanaan pekerjaan lebih dari 120 hari

lebih dari Rp 1.300.000,- harga tersebut merupakan harga beli yang cukup mahal untuk ukuran keluarga miskin, karena masih banyak gadget atau handphone dengan kualitas yang

Processes are well characterized and understood.   Processes, standards, procedures, tools, etc. are  defined at the  organiza@onal (Organiza@on X )