• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Terpaan Pesan Pencegahan Bahaya Demam Berdarah dengan Sikap Ibu Rumah Tangga (Kasus: Kelurahan Rangkapan Jaya Baru, Kota Depok)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Terpaan Pesan Pencegahan Bahaya Demam Berdarah dengan Sikap Ibu Rumah Tangga (Kasus: Kelurahan Rangkapan Jaya Baru, Kota Depok)"

Copied!
254
0
0

Teks penuh

(1)

SIKAP IBU RUMAH TANGGA

(KASUS: KELURAHAN RANGKAPAN JAYA BARU,

KOTA DEPOK)

KUSUMAJANTI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Hubungan Terpaan Pesan Pencegahan Bahaya Demam Berdarah dengan Sikap Ibu Rumah Tangga (Kasus: Kelurahan Rangkapan Jaya Baru, Kota Depok) adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2007

(3)

ABSTRAK

KUSUMAJANTI. Hubungan Terpaan Pesan Pencegahan Bahaya Demam Berdarah dengan Sikap Ibu Rumah Tangga (Kasus: Kelurahan Rangkapan Jaya Baru, Kota Depok) Dibimbing oleh BASITA GINTING SUGIHEN dan HADIYANTO.

Penelitian ini tentang Hubungan Terpaan Pesan Pencegahan Bahaya Demam Berdarah dengan Sikap Ibu Rumah Tangga bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) tingkat terpaan pesan pencegahan bahaya demam berdarah berdasarkan karakteristik responden, (2) sikap pencegahan bahaya demam berdarah berdasarkan karakteristik responden, (3) hubungan antara terpaan pesan pencegahan bahaya demam berdarah dengan sikap ibu-ibu rumah tangga. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober-Desember 2006. Jenis penelitian yang dilakukan adalah deskriptif korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu rumah tangga dengan jumlah 5412 orang. Proses pengambilan sampel menggunakan cluster sampling dan penentuan jumlah sampel menggunakan rumus Slovin sehingga diperoleh hasil sebanyak 98 orang. Data dianalisis dengan menggunakan uji korelasi Product Moment. Pesan pencegahan bahaya demam brdarah lebih mudah menerpa ibu-ibu rumah tangga di kelompok usia 20-24 tahun, dengan tingkat pendidikan SMA dan tidak bekerja. Sikap pencegahan bahaya demam berdarah dapat terbentuk dengan baik pada kelompok usia 25-29 tahun, dengan latar belakang pendidikan SMA dan tidak bekerja. Hasil uji korelasi ditemukan bahwa: (1) tingkat keterdedahan ibu rumah tangga terhadap pesan pencegahan bahaya demam berdarah melalui televisi r sebesar 0,778, melalui kelompok Posyandu r sebesar 0,608, dan melalui tetangga r sebesar 0,554, (2) hubungan positif antara terpaan pesan dengan sikap ibu rumah tangga ditemukan bahwa r sebesar 0,777, (3) hubungan antara terpaan pesan dan sikap ibu rumah tangga berdasarkan karakteristik usia, yang paling tinggi keeratan korelasinya berada di kelompok usia kurang dari 20 tahun yaitu r sebesar 0,902 dengan taraf signifikansi 0,01 (sangat nyata) sedangkan berdasarkan karakteristik pendidikan yang paling tinggi keeratan korelasinya berada kelompok SD yaitu r sebesar 0,910 dengan taraf signifikansi 0,01 (sangat nyata) dan korelasi terpaan pesan dengan sikap yang paling tinggi keeratan korelasinya berasa di kelompok guru/dosen iatu r sebesar 0,880 dengan taraf signifikansi 0,05 (nyata). Hasil tersebut menunjukkan bahwa pesan-pesan yang bersifat himbauan seperti pesan pencegahan bahaya demam berdarah dalam penyampaiannya kepada khalayak sasaran harus memperhatikan aspek usia, pendidikan, dan pekerjaan khalayak sasaran. Khalayak sasaran dapat mengerti dan memahami isi pesan dengan baik jika tingkat frekwensi dan intensitas menerima pesannya tinggi sehingga dapat membentuk sikap sesuai dengan isi pesan.

(4)

@ Hak Cipta milik IPB, 2007

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau peninjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepntingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau

(5)

HUBUNGAN TERPAAN PESAN PENCEGAHAN

BAHAYA DEMAM BERDARAH DENGAN

SIKAP IBU RUMAH TANGGA

(KASUS: KELURAHAN RANGKAPAN JAYA BARU,

KOTA DEPOK)

KUSUMAJANTI

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

Judul Penelitian : Hubungan Terpaan Pesan Pencegahan Bahaya Demam Berdarah dengan Sikap Ibu Rumah Tangga

(Kasus: Kelurahan Rangkapan Jaya Baru, Kota Depok)

Nama : Kusumajanti

NRP : P 054030151

Program Studi : Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr.Ir.Basita Ginting Sugihen, MA Ir.Hadiyanto, MS

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Komunikasi Pembangunan

Pertanian dan Pedesaan

Dr.Ir.Sumardjo, MS Prof.Dr.Ir.Khairil Anwar Notodiputro, MS

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 22 Maret 1971 dari ayah H. Aris Suwarto dan ibu Hj. Tuti Juswiati. Penulis merupakan anak ke enam dari tujuh bersaudara.

Tahun 1995 penulis lulus dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember dan pada tahun 1999 lulus program Magister Manajemen Universitas Trisakti. Tahun 2003 penulis menempuh kuliah di Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Beasiswa Pascasarjana diperoleh dai Dirjen Pendidikan Tinggi.

(8)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Tema penelitian ini adalah terpaan pesan, dengan judul penelitian Hubungan Terpaan Pesan Pencegahan Bahaya Demam Berdarah dengan Sikap Ibu Rumah Tangga (Kasus: Kelurahan Rangkapan Jaya Baru, Depok).

Penulis ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya pada Dr. Ir. Basita Ginting, MA dan Ir. Hadiyanto, MS selaku pembimbing. Terima kasih juga penulis ucapkan pada Tri Budi Subiakto, SE atas segala pengertian dan dukungnnya, dan yang telah banyak memberi saran dan pada Drs. Marzono Basuki, M.Si, Renny Husniati, SE, MM yang sangat banyak memberi bantuan juga dukungan tanpa henti serta Ir. Budiman Djoko Said, MM yang telah memberi kesempatan pada penulis untuk menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Penghargaan juga penulis sampaikan untuk Teh Hetty, Mbak Yuyun, Bang Heru yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan pada Ibunda dan seluruh keluarga tercinta atas segala do’a dan kasih sayang serta pengertiannya selama ini.

Penulis berharap tesis ini bermanfaat, dapat dijadikan bahan informasi dan pengetahuan bagi siapa saja yang berkaitan dan tertarik dengan materi komunikasi.

Bogor, Juli 2007

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Rumusan Masalah ... 3

Tujuan Penelitian ... 5

Kegunaan Penelitian ... 5

TINJAUAN PUSTAKA Hakekat, Definisi, dan Konteks Komunikasi ... 6

Komunikasi Publik ... 12

Komunikasi Antarpribadi ... 13

Komunikasi Kelompok ... 18

Komunikasi Massa ... 20

Media Televisi dan Efeknya Pada Masyarakat ... 21

Model Komunikasi ... 28

Terpaan Pesan ... 30

Pesan tentang Pencegahan Bahaya Demam Berdarah ... 31

Sikap ... 33

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA Kerangka Pemikiran ... 36

Hipotesa ... 37

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ... 38

Populasi dan Sampel ... 38

Desain Penelitian ... 39

Data dan Instrumentasi ... 39

Definisi Operasional dan Pengukuran ... Analisa Data ... 42 44 HASIL DAN PEMBAHASAN Karaktristik Responden ... 47

Frekwensi Peubah Terpaan Pesan ... 49

(10)

Hubungan Antara Terpaan Pesan Dengan Sikap ... 55

Hubungan Terpaan Pesan Dengan Sikap Berdasarkan Karakteristik Responden ... 62

Hubungan Terpaan Pesan Dengan Sikap Berdasarkan Usia 63 Hubungan Terpaan Pesan Dengan Sikap Berdasarkan Pendidikan ... Hubungan Terpaan Pesan Dengan Sikap Berdasarkan Pekerjaan ... 66 68 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan ... 70

Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 72

(11)

SIKAP IBU RUMAH TANGGA

(KASUS: KELURAHAN RANGKAPAN JAYA BARU,

KOTA DEPOK)

KUSUMAJANTI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Hubungan Terpaan Pesan Pencegahan Bahaya Demam Berdarah dengan Sikap Ibu Rumah Tangga (Kasus: Kelurahan Rangkapan Jaya Baru, Kota Depok) adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2007

(13)

ABSTRAK

KUSUMAJANTI. Hubungan Terpaan Pesan Pencegahan Bahaya Demam Berdarah dengan Sikap Ibu Rumah Tangga (Kasus: Kelurahan Rangkapan Jaya Baru, Kota Depok) Dibimbing oleh BASITA GINTING SUGIHEN dan HADIYANTO.

Penelitian ini tentang Hubungan Terpaan Pesan Pencegahan Bahaya Demam Berdarah dengan Sikap Ibu Rumah Tangga bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) tingkat terpaan pesan pencegahan bahaya demam berdarah berdasarkan karakteristik responden, (2) sikap pencegahan bahaya demam berdarah berdasarkan karakteristik responden, (3) hubungan antara terpaan pesan pencegahan bahaya demam berdarah dengan sikap ibu-ibu rumah tangga. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober-Desember 2006. Jenis penelitian yang dilakukan adalah deskriptif korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu rumah tangga dengan jumlah 5412 orang. Proses pengambilan sampel menggunakan cluster sampling dan penentuan jumlah sampel menggunakan rumus Slovin sehingga diperoleh hasil sebanyak 98 orang. Data dianalisis dengan menggunakan uji korelasi Product Moment. Pesan pencegahan bahaya demam brdarah lebih mudah menerpa ibu-ibu rumah tangga di kelompok usia 20-24 tahun, dengan tingkat pendidikan SMA dan tidak bekerja. Sikap pencegahan bahaya demam berdarah dapat terbentuk dengan baik pada kelompok usia 25-29 tahun, dengan latar belakang pendidikan SMA dan tidak bekerja. Hasil uji korelasi ditemukan bahwa: (1) tingkat keterdedahan ibu rumah tangga terhadap pesan pencegahan bahaya demam berdarah melalui televisi r sebesar 0,778, melalui kelompok Posyandu r sebesar 0,608, dan melalui tetangga r sebesar 0,554, (2) hubungan positif antara terpaan pesan dengan sikap ibu rumah tangga ditemukan bahwa r sebesar 0,777, (3) hubungan antara terpaan pesan dan sikap ibu rumah tangga berdasarkan karakteristik usia, yang paling tinggi keeratan korelasinya berada di kelompok usia kurang dari 20 tahun yaitu r sebesar 0,902 dengan taraf signifikansi 0,01 (sangat nyata) sedangkan berdasarkan karakteristik pendidikan yang paling tinggi keeratan korelasinya berada kelompok SD yaitu r sebesar 0,910 dengan taraf signifikansi 0,01 (sangat nyata) dan korelasi terpaan pesan dengan sikap yang paling tinggi keeratan korelasinya berasa di kelompok guru/dosen iatu r sebesar 0,880 dengan taraf signifikansi 0,05 (nyata). Hasil tersebut menunjukkan bahwa pesan-pesan yang bersifat himbauan seperti pesan pencegahan bahaya demam berdarah dalam penyampaiannya kepada khalayak sasaran harus memperhatikan aspek usia, pendidikan, dan pekerjaan khalayak sasaran. Khalayak sasaran dapat mengerti dan memahami isi pesan dengan baik jika tingkat frekwensi dan intensitas menerima pesannya tinggi sehingga dapat membentuk sikap sesuai dengan isi pesan.

(14)

@ Hak Cipta milik IPB, 2007

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau peninjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepntingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau

(15)

HUBUNGAN TERPAAN PESAN PENCEGAHAN

BAHAYA DEMAM BERDARAH DENGAN

SIKAP IBU RUMAH TANGGA

(KASUS: KELURAHAN RANGKAPAN JAYA BARU,

KOTA DEPOK)

KUSUMAJANTI

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(16)

Judul Penelitian : Hubungan Terpaan Pesan Pencegahan Bahaya Demam Berdarah dengan Sikap Ibu Rumah Tangga

(Kasus: Kelurahan Rangkapan Jaya Baru, Kota Depok)

Nama : Kusumajanti

NRP : P 054030151

Program Studi : Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr.Ir.Basita Ginting Sugihen, MA Ir.Hadiyanto, MS

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Komunikasi Pembangunan

Pertanian dan Pedesaan

Dr.Ir.Sumardjo, MS Prof.Dr.Ir.Khairil Anwar Notodiputro, MS

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 22 Maret 1971 dari ayah H. Aris Suwarto dan ibu Hj. Tuti Juswiati. Penulis merupakan anak ke enam dari tujuh bersaudara.

Tahun 1995 penulis lulus dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember dan pada tahun 1999 lulus program Magister Manajemen Universitas Trisakti. Tahun 2003 penulis menempuh kuliah di Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Beasiswa Pascasarjana diperoleh dai Dirjen Pendidikan Tinggi.

(18)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Tema penelitian ini adalah terpaan pesan, dengan judul penelitian Hubungan Terpaan Pesan Pencegahan Bahaya Demam Berdarah dengan Sikap Ibu Rumah Tangga (Kasus: Kelurahan Rangkapan Jaya Baru, Depok).

Penulis ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya pada Dr. Ir. Basita Ginting, MA dan Ir. Hadiyanto, MS selaku pembimbing. Terima kasih juga penulis ucapkan pada Tri Budi Subiakto, SE atas segala pengertian dan dukungnnya, dan yang telah banyak memberi saran dan pada Drs. Marzono Basuki, M.Si, Renny Husniati, SE, MM yang sangat banyak memberi bantuan juga dukungan tanpa henti serta Ir. Budiman Djoko Said, MM yang telah memberi kesempatan pada penulis untuk menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Penghargaan juga penulis sampaikan untuk Teh Hetty, Mbak Yuyun, Bang Heru yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan pada Ibunda dan seluruh keluarga tercinta atas segala do’a dan kasih sayang serta pengertiannya selama ini.

Penulis berharap tesis ini bermanfaat, dapat dijadikan bahan informasi dan pengetahuan bagi siapa saja yang berkaitan dan tertarik dengan materi komunikasi.

Bogor, Juli 2007

(19)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Rumusan Masalah ... 3

Tujuan Penelitian ... 5

Kegunaan Penelitian ... 5

TINJAUAN PUSTAKA Hakekat, Definisi, dan Konteks Komunikasi ... 6

Komunikasi Publik ... 12

Komunikasi Antarpribadi ... 13

Komunikasi Kelompok ... 18

Komunikasi Massa ... 20

Media Televisi dan Efeknya Pada Masyarakat ... 21

Model Komunikasi ... 28

Terpaan Pesan ... 30

Pesan tentang Pencegahan Bahaya Demam Berdarah ... 31

Sikap ... 33

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA Kerangka Pemikiran ... 36

Hipotesa ... 37

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ... 38

Populasi dan Sampel ... 38

Desain Penelitian ... 39

Data dan Instrumentasi ... 39

Definisi Operasional dan Pengukuran ... Analisa Data ... 42 44 HASIL DAN PEMBAHASAN Karaktristik Responden ... 47

Frekwensi Peubah Terpaan Pesan ... 49

(20)

Hubungan Antara Terpaan Pesan Dengan Sikap ... 55

Hubungan Terpaan Pesan Dengan Sikap Berdasarkan Karakteristik Responden ... 62

Hubungan Terpaan Pesan Dengan Sikap Berdasarkan Usia 63 Hubungan Terpaan Pesan Dengan Sikap Berdasarkan Pendidikan ... Hubungan Terpaan Pesan Dengan Sikap Berdasarkan Pekerjaan ... 66 68 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan ... 70

Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 72

(21)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Kategori yang Digunakan dengan Pendekatan Situasional.... 8

2 Pedoman Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi... 45

3 Frekwensi Berdasarkan Karakteristik Responden ... 47

4 Kategorisasi Terpaan Pesan Melalui Televisi, Kelompok

Posyandu, dan Tetangga ... 49

5 Kategorisasi Terpaan Pesan Berdasarkan Karaktristik

Responden ... 51

6 Kategorisasi Sikap Berdasarkan Karakteristik Responden ... 53

7 Korelasi Antara Terpaan Pesan Dengan Sikap ... 55

8 Hubungan Terpaan Pesan Dengan Sikap Berdasarkan

(22)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Model Hubungan Lima Tahap ... 15

2 Proses Komunikasi Dalam Masyarakat ... 21

3 Penyampaian Pesan Persuasif ... 28

4 Skema Konsep dari Sikap ... 35

5 Model Penelitian Hubungan Terpaan Pesan Dengan Sikap... 36

6 Plot Hubungan Terpaan Pesan Dengan Sikap ... 56

7 Plot Hubungan Terpaan Pesan Melalui Televisi Dengan

Sikap ... 57

8 Plot Hubungan Terpaan Pesan Melalui Kelompok Posyandu

Dengan Sikap ... 58

9 Plot Hubungan Terpaan Pesan Melalui Tetangga Dengan

Sikap ... 59

10 Plot Hubungan Terpaan Pesan Dengan Sikap Berdasarkan

Usia ... 64

11 Plot Hubungan Terpaan Pesan Dengan Sikap Berdasarkan

Pendidikan... 66

12 Plot Hubungan Terpaan Pesan Dengan Sikap Berdasarkan

(23)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Data Jumlah Kepala Keluarga di Kelurahan Rangkapan

Jaya Baru, Kota Depok ... 75

2 Kuesioner Penelitian ... 77

3 Uji Reliabilitas dan Validitas ... 83

4 Tabulasi Silang Terpaan Pesan Berdasarkan Usia ... 89

5 Tabulasi Silang Terpaan Pesan Berdasarkan Pendidikan ... 90

6 Tabulasi Silang Terpaan Pesan Berdasarkan Pekerjaan ... 91

7 Tabulasi Silang Sikap Berdasarkan Usia ... 92

8 Tabulasi Silang Sikap Berdasarkan Pendidikan ... 93

9 Tabulasi Silang Sikap Berdasarkan Pekerjaan ... 94

10 Analisa Inferensial ... 95

11 Plot Antara Terpaan Pesan Dengan Sikap ... 103

12 Plot Antara Terpaan Pesan Melalui Televisi Dengan Sikap.. 104

13 Plot Antara Terpaan Pesan Melalui Kelompok Posyandu

Dengan Sikap... 105

14 Plot Antara Terpaan Pesan Melalui Tetangga Dengan Sikap 106

15 Plot Antara Terpaan Pesan Dengan Sikap Berdasarkan Usia 107

16 Plot Antara Terpaan Pesan Dengan Sikap Berdasarkan

Pendidikan ... 108

17 Plot Antara Terpaan Pesan Dengan Sikap Berdasarkan

(24)

Halaman

18 Uji Hubungan Antara Terpaan Pesan Dengan Sikap ... 110

19 Uji Hubungan Antara Terpaan Pesan Dengan Sikap

Berdasarkan Usia ... 111

20 Uji Hubungan Antara Terpaan Pesan Dengan Sikap

Berdasarkan Pendidikan ... 113

21 Uji Hubungan Antara Terpaan Pesan Dengan Sikap

(25)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia sebagai salah satu negara tropis di dunia menyimpan sejuta keindahan alam dengan tingkat kelembaban udara yang cukup tinggi yang menjadi pemicu berkembang biaknya nyamuk seperti nyamuk Aedes Aegypti dan jenis lainnya. Musim panas/kemarau dan musim hujan yang datang bergantian menjadi salah satu penyebab suburnya perkembangbiakan nyamuk terutama pada musim hujan.

Nyamuk bagi masyarakat Indonesia adalah serangga yang selalu ada dalam kehidupan sehari-hari. Gigitan nyamuk yang dapat menimbulkan rasa gatal mendorong manusia untuk memberantas nyamuk dewasa dan menghindarkan diri dari gigitannya. Manusia biasanya melakukan upaya pemberantasan nyamuk seperti melakukan penyemprotan dengan obat nyamuk maupun dengan obat nyamuk bakar, bahkan ada upaya dari masyarakat khususnya produsen obat dengan menciptakan obat penolak nyamuk dalam bentuk cair yang dapat dioleskan ke tangan dan kaki. Upaya pemberantasan nyamuk oleh masyarakat seharusnya tidak hanya pada nyamuk dewasa saja tetapi juga pada jentik-jentik nyamuk.

Jentik-jentik nyamuk yang berkembang biak secara subur di sekeliling rumah merupakan salah satu akibat dari rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat tentang kesehatan dan sanitasi. Banyak dari masyarakat yang tidak menyadari bahwa kaleng-kaleng bekas, ban bekas, vas bunga, talang air yang tidak berfungsi dengan baik, tempat penampungan air di lemari pendingin (kulkas dan dispenser) dapat menjadi tempat berkembangbiaknya jentik-jentik nyamuk.

(26)

terakhir ini telah menjadi momok yang menakutkan bagi negara-negara di daerah tropis.

Hingga 2 Maret 2006, menurut Departemen Kesehatan angka kasus

demam berdarah secara nasional mencapai 10.135 penderita dalam kurun waktu

dua bulan terakhir. Dari total jumlah kasus yang ada, 88 korban diantaranya

meninggal dunia karena terlambat mendapat penanganan medis. Kasus demam

berdarah mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir ini. Pada tahun

2004, dari Januari hingga Mei, kejadian luar biasa (KLB) nasional terjadi di 16

provinsi, diantaranya Nanggroe Aceh Darussalam, dan seluruh provinsi di Pulau

Jawa, terjadi 59.000 kasus dan 689 orang meninggal.

Sementara sepanjang tahun 2005, terjadi kejadian luar biasa (KLB)

demam berdarah dengan pola berbeda dibandingkan dengan tahun 2004, yakni

terjadi tiga puncak peningkatan kasus di bulan Januari sampai Maret, Agustus dan

Desember. Peningkatan kasus ini terjadi di sepuluh provinsi, antara lain DKI

Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara, bali, dan Sulawesi Selatan. Berjangkitnya virus demam berdarah sangat dipengaruhi oleh iklim dan kelembaban udara. Pada suhu yang panas (28-32 derajat Celcius), sementara kelembaban tinggi, nyamuk Aedes mampu bertahan hidup dalam jangka waktu lama. Demam berdarah hanya ditularkan melalui nyamuk (Aedes-aegypti) yang berkembang biak didalam genangan air jernih di dalam maupun di sekitar rumah, bukan di got/comberan. Membunuh nyamuknya saja belumlah cukup selama jentik-jentiknya masih dibiarkan Faktor lain yang mempengaruhi peningkatan dan penyebaran kasus demam berdarah sangat bermacam-macam, yaitu: pemukiman yang padat, urbanisasi yang tidak terencana & tidak terkendali, tidak adanya kontrol vektor nyamuk yang efektif di daerah endemis, dan peningkatan sarana transportasi.

(27)

penanggulangan wabah demam berdarah dan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) meliputi media cetak dan elektronika. Kampanye ini dilakukan secara terus menerus dalam upaya untuk mengingatkan masyarakat dan meningkatkan pengetahuan masyarakat akan bahaya demam berdarah sehingga dapat merubah perilaku masyarakat menjadi peduli terhadap usaha pembarantasan sarang nyamuk. Hal ini dikarenakan kasus yang sama selalu terjadi setiap tahunnya terutama pada musim penghujan.

Pesan-pesan kesehatan yang disampaikan oleh pemerintah dalam upaya pemberantasan jentik nyamuk dan nyamuk dewasa adalah melalui 3 M (menguras, menutup, dan mengubur), pemberian bubuk abate, pengasapan, serta cara lainnya. Himbauan pemerintah dilakukan melalui semua saluran komunikasi agar dapat menggerakkan masyarakat untuk memberantas sarang nyamuk secara bersama-sama.

Departemen Kesehatan terus meningkatkan upaya pencegahan terjadinya wabah demam berdarah. Salah satunya, kegiatan pemantauan kasus demam berdarah dan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di setiap daerah, terutama wilayah endemis demam berdarah. Akan tetapi kegiatan ini terhambat oleh kurangnya jumlah petugas dibandingkan dengan pertambahan kasus demam berdarah. Partisipasi masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk akan sangat membantu untuk menurunkan angka kasus demam berdarah. Program pemberantasan sarang nyamuk dapat menjadi salah satu pekerjaan rutin yang dilakukan oleh setiap keluarga.

Rumusan Masalah

Kasus demam berdarah selalu berulang di Indonesia setiap tahunnya. Masyarakat perlu selalu diingatkan tentang bahaya penyakit demam berdarah dan pencegahannya. Pemanfaatan media yang tepat dapat memudahkan penyampaian pesan tentang demam berdarah kepada masyarakat.

(28)

biasanya lebih mengarah pada sajian yang informatif dan ajakan untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk sebagai upaya pencegahan penyebaran kasus demam berdarah. Format pesan untuk media elektronika biasanya lebih singkat dibandingkan untuk media cetak dengan menampilkan tokoh/artis yang sudah dikenal oleh masyarakat dengan baik sehingga dapat menjadi daya tarik tersendiri dalam penyampaian pesan. Sedangkan format pesan untuk saluran komunikasi interpersonal dan kelompok biasanya dikemas dengan gaya yang informal. Hal tersebut disebabkan proses penyampaian pesan banyak disampaikan dari mulut ke mulut.

Pelaksanaan kampanye pemberantasan sarang nyamuk dilaksanakan secara massal dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat. Hasil pelaksanaan kampanye tidak seluruhnya berhasil karena masih ada saja daerah yang terjangkit kasus demam berdarah dengan angka korban yang cukup tinggi. Daerah-daerah yang melaksanakan kampanye pemberantasan sarang nyamuk dengan baik memiliki kasus demam berdarah yang lebih rendah.

Berdasarkan kondisi tersebut maka timbul beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Berapa besar tingkat terpaan pesan pencegahan bahaya demam berdarah berdasarkan karakteristik responden?

2. Berapa besar nilai sikap pencegahan bahaya demam berdarah berdasarkan karakteristik responden?

3. Bagaimanakah hubungan antara terpaan pesan tentang pencegahan bahaya demam berdarah dengan sikap ibu-ibu rumah tangga?

Tujuan Penelitian

(29)

nyamuk. Tujuan umum ini dapat dicapai melalui beberapa tujuan khusus sebagai berikut:

1. mendeskripsikan tingkat terpaan pesan pencegahan bahaya demam berdarah berdasarkan karakteristik responden;

2. mendeskripsikan sikap pencegahan bahaya demam berdarah berdasarkan karakteristik responden

3. menguji dan mendeskripsikan hubungan antara terpaan pesan tentang pencegahan bahaya demam berdarah dengan sikap ibu-ibu rumah tangga.

Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai:

1. bahan masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan tentang jenis dan saluran komunikasi yang paling efektif dapat dipergunakan dalam rangka menyampaikan pesan tentang bahaya penyakit demam berdarah dan pemberantasan sarang nyamuk.

2. bahan masukan bagi peneliti komunikasi lebih lanjut yang berkaitan dengan penelitian terpaan pesan terhadap perubahan sikap masyarakat.

TINJAUAN PUSTAKA

Hakekat, Definisi, dan Konteks Komunikasi

(30)

Shadily (1995) berarti hubungan, kabar. De Vito (1997) mendefinisikan komunikasi sebagai suatu tindakan, oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi dalam konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu, dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik. Terdapat dua bentuk umum tindakan yang dilakukan orang yang terlibat dalam komunikasi, yatiu penciptaan pesan dan penafsiran pesan. Pesan di sini tidak harus berupa kata-kata, namun bisa juga merupakan pertunjukkan (display) atau yang lazim disebut pesan nonverbal. Meskipun komunikasi menyangkut perilaku manusia, tidak semua perilaku manusia itu adalah komunikasi.

Komunikasi sebagai semua kegiatan yang secara sengaja dilakukan seseorang untuk menyampaikan rangsangan untuk membangkitkan respons orang lain. Dalam konteks ini, komunikasi dianggap suatu tindakan yang disengaja (intentional act) untuk menyampaikan pesan demi memenuhi kebutuhan komunikator, seperti menjelaskan sesuatu kepada orang lain atau membujuknya untuk melakukan sesuatu. Lasswell menggambarkan komunikasi dengan pertanyaan-pertanyaan berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect? Berdasarkan definisi Lasswell dapat diturunkan lima komponen atau unsur penting dalam komunikasi yang hrus diperhatikan. Kelima unsur tersebut adalah pengirim pesan (sender), pesan yang dikirimkan (message), bagaimana pesan tersebut dikirimkan (communication channel), penerima pesan (receiver), dan umpan balik (feedback).

(31)

penerima, yaitu saluran verbal dan non verbal. Saluran juga merujuk pada cara penyajian pesan yaitu tatap muka langsung ataupun lewat media. Pemilihan saluran bergantung pada situasi, tujuan yang hendak dicapai dan jumlah penerima pesan yang dihadapi. Keempat, penerima (receiver), yakni orang yang menerima pesan dari sumber. Dalam proses komunikasi si penerima pesan bedasarkan pengalaman masa lalu, pengetahuan, rujukan nilai, persepsi, pola pikir dan perasaan akan menafsirkan seperangkat simbol baik verbal maupun non vebal menjadi gagasan yang dapat dipahami oleh si penerima pean. Kelima, efek, yaitu hal yang terjadi pada si penerima pesan setelh ia menerima pesan tersebut, misalnya penambahan pengetahuan, perubahan sikap, dan sebagainya.

Komunikasi tidak berlangsung dalam suatu ruang hampa sosial, melainkan dalam suatu konteks atau situasi tertentu. Secara luas konteks di sini berarti semua faktor di luar orang-orang yang berkomunikasi, yang terdiri dari: pertama, aspek bersifat fisik seperti iklim, cuaca, suhu udara, bentuk ruangan, warna dinding, penataan tempat duduk, jumlah peserta komunikasi, dan alat yang tersedia untuk menyampaikan pesan; kedua, aspek psikologis, seperti: sikap, kecenderungan, prasangka, dan emosi para peserta komunikasi; ketiga, aspek sosial, seperti: norma kelompok, nilai sosial, dan karakteristik budaya; dan keempat, aspek waktu, yakni kapan berkomunikasi (hari apa, jam berapa).

Indikator paling umum untuk mengklasifikasikan kemampuan berdasarkan konteksnya atau tingkatnya adalah jumlah peserta yang terlibat dalam komunikasi, sehingga terbentuklah komunikasi intrapribadi, komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok (kecil), komunikasi publik (pidato), komunikasi organisasi, dan komunikasi massa. Salah satu pendekatan situasional yang dikemukakan oleh Miller kemudian dikutip oleh Mulyana (2001) seperti terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kategori yang digunakan dengan pendekatan situasional

Kategori Jumlah komunikator

Derajat kedekatan fisik

Saluran indrawi yang tersedia

Kesegeraan umpan balik

Banyak Rendah Minimal Paling Tertunda

(32)

Komunikasi organisasi Komunikasi publik

Komunikasi kelompok

Komunikasi antarpribadi

Komunikasi intrapribadi

Satu Tinggi Maksimal Paling segera

Sebagaimana tampak pada Tabel 1, jumlah komunikator otomatis mempengaruhi dimensi-dimensi lain transaksi komunikasi. Ketika melihat acara bincang-bincang yang kerap disaksikan di layar televisi, kita menyaksikan dua tingkat komunikasi: komunikasi antarpribadi dan komunikasi massa.

Komunikasi massa melibatkan banyak komunikator, berlangsung melalui sistem bermedia dengan jarak fisik yang rendah (artinya jauh), memungkinkan penggunaan satu atau dua saluran indrawi (penglihatan, pendengaran), dan biasanya tidak memungkinkan umpan balik segera. Sebaliknya, komunikasi antarpribadi melibatkan sejumlah komunikator yang relatif kecil, berlangsung dengan jarak fisik yang dekat, bertatap muka, memungkinkan jumlah maksimum saluran indrawi, dan memungkinkan umpan balik segera. Tentu saja pandangan situasional terhadap konteks-konteks komunikasi tersebut adalah penyederhanaan dan terkesan statis. Dalam kenyataannya, komunikasi begitu dinamis; begitu banyak variasi komuniksi yang dapat kita temukan dengan nuansa yang berlainan.

Manusia sebagai makhluk sosial senantiasa berinteraksi dengan manusia lain. Cara yang dipergunakan adalah dengan berkomunikasi baik secara verbal maupun non verbal. Mulyana (2003) membahas tentang fungsi komunikasi

berdasarkan kerangka yang dikemukakan oleh Gorden sebagai berikut: (1) komunikasi sosial, (2) komunikasi ekspresif, (3) komunikasi ritual, dan (4)

komunikasi instrumental.

(33)

dengan anggota masyarakat (keluarga, kelompok masyarakat, perguruan tinggi, RT, RW, desa, kota, dan Negara secara keseluruhan) untuk mencapai tujuan bersama.

Orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia, bisa dipastikan “tersesat”, karena ia tidak berkesempatan menata dirinya dalam suatu lingkungan sosial. Komunikasi lah yang memungkinkan individu membangun suatu kerangka rujukan dan menggunakannya sebagai panduan untuk menafsirkan situasi apapun yang dihadapi. Komuniksi pula yang memungkinkannya mempelajari dan menerapkan strategi-strategi adaptif untuk mengatasi situasi-situasi problematik.

Erat kaitannya dengan komunikasi sosial adalah komunikasi ekspresif yang dapat dilakukan baik sendirian ataupun dalam kelompok. Komunikasi ekspresif tidak otomatis bertujuan mempengaruhi orang lain, namun dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrument untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) kita. Perasaan-perasaan tersebut terutama dikomunikasikan melalui pesan-pesan nonverbal. Perasaan sayang, peduli, rindu, simpati, gembira, sedih, takut, prihatin, marah dan benci dapat disampaikan lewat kata-kata, namun terutama lewat perilaku nonverbal.

Erat kaitannya dengan komunikasi ekspresif adalah komunikasi ritual, yang biasanya dlakukan secara kolektif. Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup, yang disebut para antopolog sebagai rites of passage, mulai dari upacara kelahiran, sunatan, ulang tahun, pertunangan, siraman, pernikahan, ulang tahun perkawinan, hingga upacara kematian. Dalam acara-acara itu orang mengucapkan kata-kata atau menampilkan perilaku-perilaku tertentu yang bersifat simbolik. Mereka yang berpartisipasi dalam bentuk komunikasi ritual tersebut menegaskan kembali komitmen mereka kepada tradisi keluarga, suku, bangsa, Negara, ideologi, atau agama mereka.

(34)

kebanyakan orang. Kegiatan ritual memungkinkan para pesertanya berbagi komitmen emosional dan menjadi perekat bagi kepaduan mereka, juga sebagai pengabdian kepada kelompok. Bukanlah substansi kegiatan ritual itu sendiri yang terpenting, melainkan perasaan senasib sepenanggungan yang menyertainya, perasaan bahwa kita terikat oleh sesuatu yang lebih besar daripada diri kita sendiri, yang bersifat “abadi”, dan bahwa kita diakui dan diterima dalam kelompok kita.

Fungsi keempat dari komunikasi adalah komunikasi instrumental. Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum: menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan, dan mengubah perilaku atau menggerakkan tindakan, dan juga untuk menghibur. Bila diringkas, maka kesemua tujuan tersebut dapat disebut membujuk (bersifat persuasif). Komunikasi yang berfungsi memberitahukan atau menerangkan (to inform) mengandung muatan persuasif dalam arti bahwa pembicara menginginkan pendengarnya mempercayai bahwa fakta atau informasi yang disampaikannya akurat dan layak untuk diketahui.

Sebagai instrumen, komunikasi tidak saja kita gunakan untuk menciptakan dan membangun hubungan, namun juga untuk menghancurkan hubungan tersebut. Studi komunikasi membuat kita peka terhadap berbagai strategi yang dapat kita gunakan dalam komunikasi kita untuk bekerja lebih baik dengan orang lain demi keuntungan bersama. Komunikasi berfungsi sebagai instrumen untuk mencapai tujuan-tujuan pribadi dan pekerjaan, baik tujuan jangka pendek ataupun jangka panjang. Tujuan jangka pendek misalnya untuk mperoleh pujian, menumbuhkan kesan yang baik, memperoleh simpati, empati, keuntungan material, ekonomi, dan politik, yang antara lain dapat diperoleh lewat pengelolaan kesan (impression management), yakni taktik-taktik verbal dan nonverbal, seperti bicara sopan, mengobaral janji, mengenakan pakaian necis, dan sebagainya yang pada dasarnya untuk menunjukkan kepada orang lain siapa diri kita seperti yang kita inginkan.

(35)

pengelolaan kesan itu secara kumulatif dapat digunakan untuk mencapai tujuan jangka panjang berupa keberhasilan dalam karier.

Prinsip/hukum dasar yang harus diperhatikan dalam berkomunikasi agar efektif menurut Stephen Covey yang disadur oleh Sentoso (2003) adalah REACH (Respect, Empathy, Audible, Clarity, Humble). Hukum pertama dalam berkomunikasi adalah respect, yang merupakan sikap hormat dan sikap menghargai terhadap lawan bicara. Setiap individu harus memiliki sikap (attitude) menghormati dan menghargai lawan bicara karena pada prinsipnya manusia ingin dihargai dan dianggap penting. Hukum kedua adalah empati, yaitu kemampuan untuk menempatkan diri pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Rasa empati akan membuat kita mampu menyampaikan pesan (message) dengan cara dan sikap yang akan memudahkan penerima pesan (receiver) menerimanya. Jadi sebelum kita membangun komunikasi atau mengirimkan pesan, kita perlu mengerti dan memahami dengan empati calon penerima pesan. Sehingga nantinya pesan akan dapat tesampaikan tanpa ada halangan psikologis atau penolakan dari penerima. Emapati bias juga berarti kemampuan untuk mendengarkan dan bersikap perspeptif atau siap menerima masukan atau pun umpan balik dengan siakp yang positif. Esensi dari komunikasi adalah aliran dua arah. Komunikasi satu arah tidak akan efektif manakala tidak ada umpan balik (feedback) yang merupakan arus balik dari penerima pesan.

Hukum ketiga adalah audible, yang maknanya dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Kunci utama untuk dapat menerapkan hokum ini dalam mengirimkan pesan adalah: pesan yang mudah dimengerti, fokus pada informasi yang penting, menggunakan ilustrasi untuk membantu memperjelas isi dari pesan tersebut, memperhatikan fasilitas yang ada dan lingkungan disekitar kita, antisipasi kemungkinan masalah yang akan muncul, selalu mempersiapkan rencana atau pesan cadangan (back up).

(36)

Seringkali orang menganggap clarity bukan hal yang penting sehingga tidak menaruh perhatian pada suara (voice) dan kata-kata yang dipilih untuk digunakan. Beberapa cara untuk mempersiapkan pesan agar jelas yaitu: menentukan tujuan yang jelas, meluangkan waktu untuk mengorganisasikan ide pesan, memenuhi tuntutan kebutuhan format bahasa yang dipergunakan, membuat pesan dengan jelas, tepat dan meyakinkan, pesan yang disampaikan harus fleksibel.

Hukum kelima dalam komunikasi adalah sikap rendah hati (humble). Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk membangun rasa menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati. Kerendahan hati juga dapat berarti tidak sombong dan menganggap penting diri kita pada saat berbicara.Justru dengan kerendahan hati inilah kita dapat menangkap perhatian dan respon yang positif dari si penerima pesan.

Komunikasi Publik

(37)

relatif informal yang tidak terstruktur; terdapat agenda; beberpa orang ditunjuk untuk menjalankan fungsi khusus, seperti memperkenalkan pembicara, dan sebagainya; acara-acara lain mungkin direncanakan sebelum dan/atau sesudah ceramah disampaikan pembicara. Komunikasi publik sering bertujuan memberikan penerangan, menghibur, memberikan penghormatan, atau membujuk.

Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi antarpribadi merupakan aspek yang sangat penting dalam teori komunikasi. Para ahli komunikasi mendefinisikan komunikasi antarpribadi secara berbeda-beda. Miller (1990), menyatakan bahwa definisi komunikasi antarpribadi dapat dibahas berdasarkan tiga ancangan utama yaitu: (1) definisi berdasarkan komponen, definisi ini menjelaskan komunikasi antarpribadi dengan mengamati komponen-komponen utamanya—dalam hal ini, penyampaian pesan oleh satu orang dan penerima pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera; (2) definisi berdasarkan hubungan diadik, yaitu komunikasi antarpribadi sebagai komunikasi yang berlangsung di antara dua orag yang mempunyai hubungan yang mantap dan jelas dan hamper tidak dapat dihindarkan serta selalu ada hubungan tertentu antara dua orang; (3) definisi berdasarkan pengembangan, dalam ancangan pengembangan, komunikasi antarpribadi dilihat sebagai akhir dari perkembangan komunikasi yang bersifat tidak pribadi (impersonal) pada satu ekstrim menjadi komunikasi pribadi atau intim pada ekstrim yang lain.

(38)

secara simultan dan spontan, baik secara verbal ataupun nonverbal. Keberhasilan komunikasi menjadi tanggung jawab para peserta komunikasi. Kedekatan hubungan pihak-pihak yang berkomunikasi akan tercermin pada jenis-jenis pesan atau respons nonverbal mereka, seperti sentuhan, tatapan mata yang ekspresif, dan jarak fisik yang sangat dekat. Meskipun setiap pembicaraan, kenyataannya komunikasi antarpribadi bisa saja didominasi oleh suatu pihak. Misalnya, komunikasi suami istri didominasi oleh suami, komunikasi bidan-pasien didominasi oleh bidan.

Komunikasi antarpribadi dibedakan dari jenis komunikasi yang lain karena (1) prediksi lebih didasarkan atas data psikologis ketimbang data sosiologis; (2) prediksi didasarkan atas pengetahuan yang menjelaskan (explanatory knowledge) tentang satu sama lain; (3) perilaku didasarkan pada aturan-aturan yang ditetapkan secara pribadi. Kita biasanya menganggap pendengaran dan penglihatan sebagai indra primer, padal sentuhan dan penciuman juga sama pentingnya dalam menyampainkan pesan-pesan bersifat intim. Jelas sekali, bahwa komunikasi antarpribadi sangat potensial untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena kita dapat menggunakan kelima alat indra tadi untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang dikomunikasikan. Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi antarpribadi perperan penting hingga kapan pun, selama manusia masih mempunyai emosi. Kenyataannya komunikasi tatap muka ini membuat manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya, berbeda dengan komunikasi lewat media massa seperti surat kabar dan televisi atau lewat teknologi komunikasi tercanggih sekalipun seperti telepon genggam, E-mail, atau telekonferensi, yang membuat manusia merasa terasing.

Hubungan antarpribadi yang terjalin antar dua orang kebanyakan, mungkin semua, berkembang melalui tahap-tahap menurut De Vito (1997) seperti dalam Gambar 1

(39)

Keterlibatan Keluar

Keakraban Keluar

Perusakan Keluar

[image:39.612.131.494.80.268.2]

Pemutusan Keluar

Gambar 1. Model Hubungan Lima Tahap

Pada tahap pertama kita membuat kontak. Pada tahap inilah penampilan fisik begitu penting, karena dimensi fisik paling terbuka untuk diamati secara mudah. Namun demikian, kualitas-kualitas lain seperti sikap bersahabat, kehangatan, keterbukaan, dan dinamisme juga terungkap pada tahap ini. Jika kita menyukai orang ini dan ingin melanjutkan hubungan, kita beranjak ke tahap kedua.Tahap keterlibatan adalah tahap pengenalan lebih jauh, ketika kita mengikatkan diri kita untuk lebih mengenal orang lain dan juga mengungkapkan diri kita. Pada tahap keakraban, kita mengikatkan diri lebih jauh pada orang ini. Tahap ini hanya disediakan untuk sedikit orang saja—kadang-kadang hanya satu orang, kadang-kadang dua, tiga atau empat orang saja. Jarang sekali orang mempunyai lebih dari empat orang sahabat akrab, kecuali, tentu saja, dalam keluarga. Pada tahap perusakan, kita mulai merasa bahwa hubungan ini mungkin tidaklah sepenting yang kita pikirkan sebelumnya. Kita menjadi semakin jauh. Makin sedikit waktu senggang yang dilalui bersama, dan bila bertemu akan saling diam, tidak lagi banyak mengungkapkan diri. Dan tahap yang terakhir yaitu tahap pemutusan dimana terjadi pemutusan ikatan yang mempertalikan kedua pihak.

(40)

“self-reflexive” kembali ke awal dari tingkat atau tahap yang sama. Ini menggambarkan bahwa setiap hubungan dapat menjadi stabil pada sembarang titik.

Hubungan dalam komunikasi antarpribadi dapat dikembangkan dengan baik, salah satu variabel yang laing penting dan paling banyak ditelaah adalah daya tarik (attraction). Riset dan teori telah mengidentifikasi lima faktor utama yang mempengaruhi daya tarik ini yaitu sebagai berikut:

(1) Daya tarik fisik, kebanyakan kita lebih menyukai orang yang secara fisik menarik ketimbang orang yang secara fisik tidak menarik, dan kita lebih menyukai orang yang memiliki kepribadian menyenangkan ketimbang yang tidak. Umumnya, kita melekatkan karakteristik (citra) positif kepada orang yang menurut kita menarik dan karakteristik (citra) negatif kepada orang yang kita anggap tidak menarik.

(2) Kedekatan, jika kita mengamati orang yang menurut kita menarik, mungkin kita menjumpai bahwa mereka adalah orang-orang yang tinggal atau bekerja di dekat kita. Jarak fisik paling penting pada tahap-tahap awal interaksi. Pengaruh kedekatan ini berkurang (tetapi selalu tetap penting) dengan meningkatnya peluang untuk berinteraksi dengan mereka yang berjarak lebih jauh.

(3) Pengukuhan, kita menyukai orang yang menghargai atau mengukuhkan kita. Penghargaan atau pengukuhan dapat bersifat sosial (misalnya, komplimen atau pujian) atau bersifat material (misalnya, hadiah atau promosi). Tetapi penghargaan dapat berakibat sebaliknya. Bila berlebihan, penghargaan kehilangan efektivitasnya dan dapat menimbulkan reaksi negatif. Kita juga menjadi tertarik kepada orang yang kita hargai. Kita menjadi suka kepada orang yang kita bantu. Kita memberikan penghargaan kepada seseorang karena kita menyukainya.

(41)

berbagai karakteristik kepribadian lain merupakan contoh nyata kualitas yang dapat mengimbangi kekurangan daya tarik fisik.

(5) Sifat saling melengkapi, walaupun banyak orang berpendapat bahwa “orang-orang yang mempunyai kepentingan yang sama akan bersatu” ada pula “orang-orang lain yang berpendapat bahwa “kutub yang berlawanan saling tarik menarik.” Ancangan ini mengikuti prinsip saling melengkapi. Prinsip saling melengkapi meramalkan bahwa orang akan tertarik pada orang lain yang tidak serupa dengannya. Orang tertarik kepada orang lain yang tidak serupa hanya dalam situasi-situasi tertentu.

Pada komunikasi antarpribadi, yang menjadi saluran maupun sumber komunikasi adalah pemrakarsa komunikasi. Arus pesan yang terjadi pada komunikasi antarpribadi cenderung dua arah dalam konteks komunikasi tatap muka, meskipun saat ini banyak yang memanfaatkan alat bantu dalam berkomunikasi sehingga umpan baliknya tinggi sebagai akibat dari pesan diterima oleh komunikan. Hal yang sering terjadi pada komunikasi antarpribadi, si penerima pesan mampu mengatasi tingkat selektivitas terutama terpaan selektif (selective exposure). Kecepatan jangkauan pesan terhadap khalayak jika mempergunakan komunikasi antarpribadi relatif lambat. Efek yang mungkin terjadi jika mempergunakan komunikasi antarpribadi adalah perubahan sikap.

Komunikasi Kelompok

(42)

Setiap karakteristik ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. kelompok kecil adalah sekumpulan perorangan, jumlahnya cukup kecil sehingga semua anggota bisa berkomunikasi dengan mudah sebagai pengirim maupun penerima.

2. para anggota kelompok harus dihubungkan satu sama lain dengan beberapa cara. Didalam kelompok kecil, perilaku seorang anggota menjadi nyata bagi semua anggota lainnya.

3. diantara anggota kelompok harus ada beberapa tujuan yang sama.

Kelompok ini misalnya adalah keluarga, tetangga, kawan-kawan terdekat; kelompok diskusi; kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah rapat untuk mengambil suatu keputusan. Dengan demikian, komunikasi kelompok biasanya merujuk pada komunikasi yang dilakukan kelompok kecil tersebut (small-group communication). Komunikasi kelompok dengan sendirinya melibatkan juga komunikasi antarpribadi, karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok.

(43)

Pada umumnya kelompok mengembangkan norma, atau peraturan mengenai perilaku yang diinginkan. Norma atau peraturan ini berlaku bagi anggota perorangan maupun kelompok secara keseluruhan, dan tentunya akan berbeda dari satu kelompok dengan kelompok lainnya.

Pada akhirnya proses komunikasi dalam suatu kelompok sangat bergantung pada komunikasi interpersonal dari masing-masing anggota maupun pemimpin kelompok, tujuan dan perannya di dalam kelompok serta norma-norma yang berlaku. Antara komunikasi kelompok dengan komunikasi antarpribadi sebenarnya tidak perlu ditarik suatu garis pemisah, hal ini disampaikan oleh Golberg dan Larson (1985), kedua bidang tersebut bertumpang tindih dan banyak situasi tatap muka dapat diungkapkan dalam berbagai cara sesuai dengan perhatian dan tujuan si pengamat. Kesamaannya: komunikasi kelompok dan komunikasi antarpribadi melibatkan dua atau lebih individu yang secara fisik berdekatan dan yang menyampaikan serta menjawab pesan-pesan baik secara verbal maupun non verbal. Akan tetapi komunikasi antarpribadi biasanya dikaitkan dengan pertemuan antara dua, tiga, atau mungkin empat orang yang terjadi secara sangat spontan dan tidak berstruktur, sedangkan komunikasi kelompok terjadi dalam suasana yang lebih berstruktur dimana para pesertanya lebih cenderung dilakukan secara sengaja dibandingkan dengan komunikasi antarpribadi, dan umumnya para pesertanya lebih sadar akan peranan dan tanggung jawab mereka masing-masing. Meskipun komunikasi kelompok dapat dan memang terjadi dalam suatu kelompok.

Dengan demikian kriteria pokok dalam membedakan komunikasi antarpribadi dengan komunikasi kelompok adalah kadar spontanitas, strukturalisasi, kesadaran dan sasaran kelompok, ukuran kelompok, relativitas sifat permanen, sifat permanen dari kelompok serta identitas diri.

Komunikasi Massa

(44)

komunikasi yang mendukung proses komunikasi secara cepat. Cara seperti ini sangat mendukung keberhasilan komunikasi massa.

Studi tentang komunikasi massa termasuk dalam bidang ilmu pengetahuan yang lebih luas berkenaan dengan komunikasi manusia. Mc Quail (1994) menyatakan bahwa pengertian komunikasi massa hanya merupakan salah satu proses komunikasi yang berlangsung pada peringkat masyarakat luas, yang identifikasinya ditentukan oleh ciri khas institusionalnya (gabungan antara tujuan, organisasi, dan kegiatan yang sebenarnya). Mulyana ( 2001) menyatakan bahwa komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi yang menggunakan media massa. Media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi), yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonim, dan heterogen. Pesan-pesannya bersifat umum, disampaikan secara cepat, serentak dan selintas (khususnya media elektronik). Komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok dan komunikasi organisasi berlangsung juga dalam proses untuk mempersiapkan pesan yang disampaikan media massa ini. Proses lain yang kedudukannya hampir sama dalam pengertian ruang lingkup dan keberadaannya yang muncul dimana-mana adalah pemerintahan, pendidikan, dan agama. Masing-masing memiliki jaringan institusional tersendiri yang kadangkala sangat banyak berkaitan dalam proses transmisi atau tukar menukar informasi dan gagasan.

Permasalahan komunikasi massa bersifat komprehensif karena komunikasi massa melibatkan gagasan yang berkenaan dengan setiap proses “peringkat bawah” seperti dalam Gambar 2

Peringkat Proses Komunikasi:

• Masyarakat luas Sedikit terjadi

(misalnya komunikasi massa)

• Institusi/organisasi

(misalnya system politik/badan usaha)

• Antar kelompok/asosiasi (misalnya komunitas setempat)

• Dalam kelompok (intragroup) (misalnya keluarga)

• Antarpribadi (interpersonal) (misalnya dua orang, pasangan)

(45)

(misalnya proses informasi) Banyak terjadi

Gambar 2. Proses Komunikasi dalam masyarakat

Media Televisi dan Efeknya Pada Masyarakat

Munculnya media televisi dalam kehidupan manusia memang menghadirkan suatu peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan informasi yang bersifat massa. Globalisasi informasi dan komunikasi setiap media massa jelas melahirkan satu efek sosial yang bermuatan perubahan nilai-nilai social dan budaya manusia. Televisi ternyata memberikan nilai yang sangat spektakuler dalam sisi-sisi pergaulan hidup manusia saat ini. Kemampuan televisi dalam menarik perhatian massa menunjukkan bahwa media tersebut telah menguasai jarak secara geografis dan sosiologis

Data tarik media televisi sedemikian besar sehingga pola-pola kehidupan rutinitas manusia berubah total. Media televisi menjadi panutan baru bagi kehidupan manusia. Media televisi menjadi alat atau sarana untuk mencapai tujuan hidup manusia, baik untuk kepentingan politik maupun perdagangan, bahkan melakukan perubahan ideologi serta tatanan nilai budaya manusia yang sudah ada sejak lama.

(46)

manusia dalam tempo yang lama sekali. Makin besar daya pikatnya atau rangsangan yang ditimbulkannya, makin dalam pula dampak yang ditimbulkannya.

Kelemahan atau kekurangan dari media televisi adalah, karena bersifat “transitory” maka isi pesannya tidak dapat di simpan di dalam memori pemirsa kecuali pesan tersebut dilakukan secara berulang-ulang dan dalam jangka waktu yang cukup lama (lain halnya dengan media cetak, informasi dapat disimpan dalam bentuk kliping koran). Media televisi terikat oleh waktu tontonan, sedangkan media cetak dapat dibaca kapan dan dimana saja. Televisi tidak bisa melakukan kritik sosial dan pengawasan sosial secara langsung seperti halnya pada media cetak. Hal ini terjadi karena faktor penyebaran siaran televisi yang begitu luas kepada massa yang heterogen (status sosial ekonominya).

(47)

sosial dan media yang mungkin terlibat. Hasil-hasil penelitian tersebut memperlihatkan bahwa media massa memang memiliki potensi untuk mempengaruhi dan memperkuat perilaku seseorang.

Dahulu orang menganggap media massa memiliki kekuatan yang sangat besar. Media bisa mempunyai efek yang sangat kuat terhadap masyarakat Indonesia. Namun sekarang nampaknya hal ini sudah tidak terhadi lagi di dalam masyarakat kita. Masyarakat dalam perkembangannya menjadi khalayak aktif yang memiliki posisi tawar yang lebih kuat. Media kini berkembang dengan pesat hamper semua orang tahu tentang hal tersebut. Reformasi memang memiliki peran yang tidak sedikit dalam memberi kesempatan terhadap pertumbuhan dan perkembanagn media. Perkembangan media yang pesat seperti juga hal lain media memiliki dampak positif maupun negatif. Wahyudi (1991) menyatakan bahwa komunikasi massa melalui media televisi ialah proses komunikasi antara komunikator dengan komunikan (massa) melalui sebuah sarana yaitu televisi. Komunikasi massa melalui media televisi bersifat periodik. Dalam komuniksi massa media tersebut, lembaga penyelenggara komunikasi bukan secara perorangan, melainkan melibatkan banyak orang dengan organisasi yang kompleks serta pembiayaan yang besar. Karena media televisi bersifat “transitory” (hanya meneruskan) maka pesan-pesan yang disampaikan melalui komunikasi massa media tersebut, hanya dapat didengar dan dilihat secara sekilas. Pesan-pesan di televisi bukan hanya didengar, tetapi juga dapat dilihat dalam gambar yang bergerak (audiovisual).

(48)

Menurut Ray,M.L dalam bukunya The marketing Communication and The Hierarchy of Effect yang dikutip oleh Rosady Ruslan (2006) menjelaskan bahwa dari peninjauan dan perbandingan mengenai teori efek komunikasi, maka terdapat tiga model dasar perbedaan hierarki efek (effect hierarchy) atau serangkaian efek yang tergantung dari tahapan-tahapan dalam proses komunikasi, sebagai berikut: 1. The Learning Hierarchy (Hierarki Pembelajaran)

Model hierarki pembelajaran secara klasik dimana subjek (publik) tertentu yang diekspos dalam suatu kegiatan proses kampanye persuasif, berkaitan dengan posisi yang jelas hendak dicapai, atau pilihan tepat antara perbedaan alternatif yang ada. Khalayak sasaran tertentu yang diperkirakan akan dimotivasi untuk tertarik ke dalam proses hierarki pembelajaran mengenai suatu ide, gagasan atau inovasi tertentu, dan proses pengembangan sikap yang lebih menguntungkan melalui adaptasi perilaku publik (khalayak sasaran) yang diharapkan terjadi perubahan melalui proses tahapan hierarki pembelajaran, mulai dari aspek-aspek (1) kognisi, dari transfer informasi pngetahuan tertentu akan mengubah dari tidak tahu menjadi tahu, (2) afektif, mengubah dari tidak senang menjadi senang, dan (3) perilaku, yaitu terdapat perubahan dari hal negative menjadi perilaku yang lebih positif. Model Hierarki Pembelajaran dipergunakan sebagai dasar penelitian ini.

2. The Dissonance-Atribution Hierarchy (Hierarki Atribut dan Ketidakcocokan)

Model Hierarki Atribut dan Ketidakcocokan, merupakan model kebalikan dari rangkaian efek hierarki pembelajaran. Berkaitan dengan perubahan perilaku yang baru atau pengalaman tertentu, seperti konsumen (publik sasaran) ingin mencoba suatu produk baru atau sebelumnya yang telah diekspos melalui rangsangan pesan-pesan yang menarik perhatian. Biasanya, proses tahap pertama adalah terlebih dahulu merangsang perubahan suatu perilaku (behavioural) tertentu, dan

Affective (Afektif) Cognitive

(Kognitif)

Behavioural (Perilaku)

Behavioural (Perilaku)

Affective (Afektif)

(49)

dapat juga terjadi respon melalui aspek afeksi (segi emosional), maka tahapan selanjutnya adalah proses pembelajaran (kognitif).

3. The Low-Involvement Hierarchi (Hirarki Keterlibatan Rendah)

Model The Low-Involvement Hierarchi dikembangkan oleh Krugman dan berkaitan dengan suatu proses yang bertujuan terhadap penawaran tidak kentara melalui pesan-pesan atau perubahan diskriminatif terhadap penerima (receiver) yang memiliki ketertarikan dan perhatian sangat rendah terhadap pesan-pesan yang disampaikan.Khalayak mengambil informasi mengenai sesuatu hal, ingin mencoba (aspek perilaku) dan penyesuaian sikapnya dengan pertimbangan terhadap pengalaman-pengalaman sebelumnya.

Pengiriman isi pesan melalui komunikasi massa media televisi harus benar-benar menguasai sifat-sifat fisik dan massa dari media massa itu sendiri. Dengan memahami sifat medium yang dipakai maka proses komunikasi akan berjalan dengan efisien dan efektif, sehingga kemungkinan pesan itu sampai kepada massa pun akan semakin besar.

Isi pesan media televisi berasal dari sumber resmi tentang sesuatu isu yang terjadi di masyarakat. Pendapat sumber resmi ini apabila sudah ditayangkan akan menimbulkan pendapat umum. Sifat komunikasi massa media televisi yang “transitory” maka mengharuskan: (1) isi pesan yang akan disampaikannya harus singkat dan jelas; (2) cara penyampaian kata per kata harus benar; (3) intonasi suara dan artikulasi harus tepat dan baik. Kesemuanya itu tentu saja menekankan unsur isi pesan yang komunikatif agar pemirsa dapat mengerti secara tepat tanpa harus menyimpang dari pemberitaan yang sebenarnya (interpretasi berbeda).

Media massa mempunyai agenda settingnya sendiri dalam mempengaruhi dan membentuk selera konsumennya. Termasuk membentuk nilai-nilai masyarakat agar sesuai dengan nilai-nilai yang ada di benak para pembuat keputusan di media. Anto (2007) mengutip pendapat Daniel Hallin, ada tiga peta ideologis atau nilai yang dianut orang-orang media, dalam konteks fungsi agenda setting. Pertama, yang disebutnilai penyimpangan (sphere of deviance). Dalam

Cognitive (Kognitif)

Behavioural (Perilaku)

(50)

peta ideologis ini, gagasan, peristiwa, atau perilaku tertentu dikucilkan dan dipandang menyimpang oleh masyarakat, termasuk media massa. Kedua, nilai kontroversi (sphere of legimate controversy). Realitas masih dianggap menyimpang dan buruk, namun dalam realita ini masih diperdebatkan. Media massa, jelas memiliki peran yang tidak kecil dalam mempengaruhi nilai-nilai masyarakat. Ketiga adalah nilai konsensus (sphere of consensus). Dalam wilayah ini, peristiwa tertentu dipahami dan disepakati secara bersama-sama sebagai relitas yang sesuai dengan nilai-nilai ideologi yang dianut masyarakat.

Membanjirnya iklan dilayar televisi adalah sesuatu yang sah. Sebab, tayangan hiburan dan informasi yang ditampilkan hadir atas dukungan dana dari para produsen pemasang iklan. Selain itu, iklan juga memberikan alternatif bagi pemirsa untuk mengetahui dan mengenal barang produksi yang ada di pasaran.

Menurut Kuswandi (1996) bahwa iklan terbagi menjadi dua yaitu iklan komersial dan iklan layanan masyarakat. Iklan komersial merupakan suatu bentuk promosi hasil produksi perusahaan (makanan, obat-obatan, pakaian dan semacamnya) yang ditawarkan kepada khalayak sasaran melalui media massa. Ada tiga hal penting sehubungan dengan masuknya iklan komersial di media massa, yaitu: (1) produsen mendapat keuntungan apabila barang yang diiklankan dibeli konsumen atau pemirsa; (2) media massa menerima biaya periklanan yang ditayangkan dari perusahaan produksi barang/jasa; (3) pemirsa mengenal barang/jasa produsen yang diiklankan.

Disamping iklan komersial dalam media massa terdapat pula iklan layanan masyarakat. Iklan jenis ini, isi pesannya berasal dari golongan atau instansi tertentu (pemerintah, masyarakat, kelompok) yang memberikan informasi kepada masyarakat tentang sesuatu yang harus diketahui dan diikuti serta dijalani oleh pemirsa. Sifatnya hanya mengingatkan. Misalnya mentaati peraturan lalu lintas, himbauan tentang bahaya demam berdarah dan pemberantasan sarang nyamuk, melestarikan lingkungan, himbauan untuk turut mencegah terjadinya tindak korupsi, dan sebagainya.

(51)

kata himbauan atau anjuran. Sebenarnya tujuan akhir dari kedua jenis iklan tersebut adalah sama, yaitu memberikan informasi kepada pemirsa untuk berbuat sesuatu sesuai dengan objek yang diiklankan.

Model Komunikasi

Banyak teori tentang hubungan media dan khalayak, kiranya ada empat yang bisa dikemukakan. Pertama, Teori Jarum Hipodermik. Teori ini mengemukakan kekuatan media yang begitu dahsyat sehingga dapat memegang kendali pikiran khalayak yang pasif. Kekauatan media yang mempengaruhi khalayak ini beroperasi seperti jarum suntik, tidak kelihatan namun berefek. Kedua, Teori Agenda Setting. Dengan model yang hampir serupa, teori ini mengatakan jika media memberikan tekanan pada suatu peristiwa, maka ia tidak menentukan what to think, tetapi what to think about. Tengku Dani Iqbal (2006) mengutip pernyataan David H. Heaver bahwa teori ini berdiri atas asumsi bahwa media atau pers does not reflect reality, but rather filters and shapes it, much as a caleidoscope filters and shape it. Dari sejumlah peristiwa dan kenyataan social yang terjadi, media massa memilih dan meilahnya berdasarkan kategori tertentu, dan menyampaikan kepada khalayak dan khalayak menerimanya bahwa peristiwa x adalah penting. Dan yang ketiga adalah Teori Kegunaan dan Kepuasan (uses dan gratification theory). Teori ini secara radikal menandai pergeseran focus pandangan dari hal-hal yang media lakukan untuk khalayak menjadi sesuatu yang orang lakukan terhadap media. Asumsinya tentu saja karena khalayak itu sangat aktif. Para pendukung teori ini menyatakan bahwa orang secara katif menggunakan media massa untuk memuaskan kebutuhan tertentu yang dapat dispesifikasikan. Dan karenanya terpaan media belum tentu diterima dan ditiru oleh khalayak.

(52)

karakteristik tertentu yang berinteraksi dengan individu anggota khalayak yang mempunyai sifat tertentu sehingga menghasilkan efek yang berbeda pula.

[image:52.612.130.507.193.266.2]

Mulyana (2001) menggambarkan bahwa suatu pesan yang bersifat persuasif dapat memperoleh suatu perubahan sikap. Adapun gambar selengkapnya seperti pada Gambar 3.

Gambar 3. Penyampaian Pesan Persuasif (Mulyana, 2001)

Model Psychodinamic mencakup upaya pengidentifikasian kondisi dimana menunjukkan jenis peubah utama yang berkaitan dengan sumber, isi, penerima, tujuan adanya alasan untuk mempercayai bahwa pesan yang berasal dari sumber yang berwenang dan dapat dipercaya relatif akan lebih efektif seperti halnya dengan sumber yang menarik/dekat dengan penerima. Mengenai isi keefektifan dikaitkan dengan perulangan, konsistensi dan kurangnya alternatif umumnya dampak yang diinginkan cenderung lebih mungkin terjadi dalam sejumlah topik yang jauh dari atau kurang penting bagi penerima.

Ada berbagai macam teori tentang efek media terhadap khalayak, tetapi nampaknya masyarakat Indonesia dapat dimasukkan ke dalam golongan khalayak aktif, maksudnya masyarakat yang menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya dan hanya sesuai dengan tujuannya menggunakan media. Dalam terpaan begitu banyak media, masyarakat kita akhirnya secara taken for granted melakukan seleksi terhadap media-media yang akan dipergunakan. Masyarakat mulai memiliki lebih banyak alternatif media yang dapat dipergunakan, kemudian ketika masyarakat mulai berani untuk memilih media sesuai dengan kebutuhan mereka maka disitulah sedikit demi sedikit khalayak memulai peran aktif nya sebagai khalayak aktif.

Penelitian ini melihat proses penyampaian pesan pencegahan bahaya demam berdarah kepada khalayak yang dengan berbagai macam model

Pesan yang persuasif

Mencegah/mengaktif- kan proses psikologis laten,misalnya pembentukan sikap

(53)

komunikasi. Pesan yang disampaikan lebih mengarah pada jenis pesan persuasif. Pesan yang persuasif disampaikan dengan mencegah/mengaktifkan proses psikologis laten sehingga terjadi perubahan sikap responden yang tampak dalam kehidupan sehari-hari.

Terpaan Pesan

Suatu pesan yang dikirimkan oleh seseorang kepada orang lain dapat diterima oleh panca indra manusia. Dalam suatu proses komunikasi, penyampaian pesan dapat mempergunakan beberapa macam saluran komunikasi, seperti melalui media maupun tatap muka langsung/tanpa perantara. Fungsi alat indra dalam menerima informasi dari lingkungan sangat penting melalui panca indra manusia sehingga dapat memahami kualitas fisik lingkungannya. Lebih dari itu melalui alat indralah manusia memperoleh pengetahuan dan semua kemampuan untuk berinteraksi.

Terpaan suatu pesan dapat mengenai seseorang lebih dari satu kali. Effendy (1989) menyatakan bahwa terpaan adalah keadaan terkena pada khalayak oleh pesan-pesan yang disebarkan oleh media massa. Sedangkan terpaan menurut Rakhmat (1986) adalah “sering tidaknya/ada frekwensi dan proses mendengarkan pesan”. Terpaan suatu pesan menentukan seberapa dalam dan jauh pengaruh pesan terhadap komunikan, khususnya mengingat adanya sifat manusia yang mudah lupa. Newcomb memberikan pendapatnya tentang terpaan yang dikutip oleh Jalaluddin Rakhmat (2003) yaitu “suatu dasar yang umum lain untuk pilihan tanda-tanda yang sering disajikan oleh orang yang sama lebih besar kemungkinan untuk terlihat daripada yang hanya jarang diulang”.

Berdasarkan beberapa pendapat tentang terpaan pesan maka penulis menyimpulkan bahwa terpaan pesan adalah frekwensi (kuantitas) dan intensitas melihat dan mendengarkan pesan yang disampaikan oleh orang lain baik melalui media maupun tidak.

(54)

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) pertama kali ditemukan di Manila, Filipina tahun 1953, selanjutnya menyebar ke berbagai Negara. Berdasarkan perkiraan Pusat Pengendalian Dan Pencegahan Penyakit (Center for Disease Control and Prevention) yang dikutip dari Majalah Gatra (2002) bahwa setiap tahun diseluruh dunia terjadi 50 hingga 100 juta kasus Demam Dengue , dan ratusan ribu kasus demam berdarah dengue. Di Indonesia, penyakit ini pertama kali mewabah di Surabaya dan DKI Jakarta pada tahun 1968, kemudian menyebar ke seluruh provinsi. Sejak tahun 1968 hingga tahun 1998, setiap tahun rata-rata 18.000 orang dirawat di rumah sakit. Dari jumlah itu tercatat, 700-750 penderita meninggal dunia.

Jumlah Penderita demam berdarah dari bulan Desember 2005 – Februari 2006 yang bersumber dari Departemen Kesehatan, Dinas Kesehatan DKI Jakarta, seperti dikutip dari Kompas (14 Maret 2006) bahwa kasus demam berdarah pada Desember 2005 mencapai 11.822 kasus, kemudian terjadi penurunan pada bulan Januari 2006 yaitu mencapai angka 7.546 kasus, hingga akhir bulan Februari 2006 angka kasus DBD terus mengalami penurunan yaitu 2.589 kasus.

(55)

Ciri-ciri nyamuk Aedes Aegypti adalah badan kecil warna hitam bintik – bintik putih, hidup di dalam dan di sekitar rumah , menggigit / menghisap darah pada siang hari, senang hinggap pada pakaian yang bergantungan dalam kamar , bersarang dan bertelur di genangan air jernih di dalam dan di sekitar rumah bukan di got / comberan.

Nyamuk Aedes dapat mengandung virus dengue pada saat menggigit manusia. Virus berkembang biak dalam tubuh nyamuk dalam waktu 8 – 10 hari sebelum dapat ditularkan kepada manusia pada saat gigitan berikutnya. Sekali virus dapat masuk dan berkembang biak di dalam tubuh nyamuk, maka nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama hidupnya. Pada manusia, virus membutuhkan 4-6 hari sebelum menimbulkan sakit.

Faktor yang mempengaruhi peningkatan dan penyebaran kasus DBD sangat kompleks, yaitu: (1) pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi, (2) urbanisasi yang tidak terencana dan tidak terkendali, (3) tidak adanya kontrol vektor nyamuk yang efektif di daerah endemis, dan (4) peningkatan sarana transportasi. Demam berdarah hanya ditularkan melalui nyamuk aedes aegypti yang berkembang biak di dalam genangan air jernih di dalam maupun disekitar rumah, bukan di comberan/got. Membunuh nyamuknya saja dirasakan masih kurang jika jentik-jentiknya masih hidup.

Mengingat akibat penyakit ini sangat fatal yaitu dapat mengakibatkan kematian, maka sangat disarankan kepada masyarakat untuk melakukan tindakan pencegaham. Demam berdarah dapat dicegah dengan memberantas jentik-jentik nyamuk Demam Berdarah (Aedes Aegypi) dengan cara melakukan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk). Upaya ini merupakan cara yang terbaik, ampuh, murah, mudah dan dapat dilakukan oleh masyarakat, dengan cara sebagai berikut:

(56)

2. tutuplah rapat-rapat tempat penampungan air, seperti tempayan, drum, dan lain-lain agar nyamuk tidak dapat masuk dan berkembang biak di tempat tersebut;

3. kubur atau buanglah pada tempatnya barang-barang bekas, seperti kaleng bekas, ban bekas, botol-botol pecah, dan lain-lain yang dapat menampung air hujan, agar tidak menjadi tempat berkembang biak nyamuk. Potongan kayu, urung kelapa, dan lain-lain agar dibakar bersama sampah lainnya;

4. tutuplah lubang-lubang pagar pada pagar dengan tanah atau adukan semen; 5. lipatlah pakaian/kain yang bergantungan dalam kamar agar nyamuk tidak

hinggap pada pakaian tersebut.

6. Untuk tempat-tempat air yang tidak mungkin atau sulit dikuras, taburkan bubuk ABATE ke dalam genangan air tersebut untuk membunuh jentik-jentik nyamuk. Ulangi hal ini setiap 2-3 bulan sekali.

7. Selain itu disarankan melakukan pengasapan atau fogging secara berkala dan teratur untuk memberantas nyamuk pembawa virus DBD.

Pesan-pesan tentang bahaya demam

Gambar

Gambar 1. Model Hubungan Lima Tahap
Gambar 3. Penyampaian Pesan Persuasif (Mulyana, 2001)
Gambar 4  Skema Konsep dari Sikap (Chapman: 1973)
Gambar  5  Model Penelitian Hubungan Terpaan Pesan Dengan Sikap
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengulangan yang bermakna menyatakan makna suatu tindakan yang dilakukan dengan santai terdapat dalam Bahasa

Brucella abortus dapat di ketahui dengan ada atau terjadinya keguguran atau keluron pada usia kebuntingan muda yaitu sekitar +/-5- 6 bl , untuk penegasan keguguran diperlukan

Penelitian yang dilakukan oleh Li dan Qi (2008); Uyar (2014) menemukan bahwa kepemilikan institusional dan manajerial mempengaruhi luas pengungkapan sukarela serta

1) Perekrutan atau memanfaatkan tenaga kerja wanita / orang cacat. 3) Mengungkapakan tujuan penggunaan tenaga kerja wanita / orang cacat dalam pekerjaan. 4) Program untuk

Dikarenakan terdapat kayawan yang mutasi pada saat adanya perubahan PTKP, maka kantor pusat harus melakukan pembetulan perhitungan PPh 21 dari awal tahun terlebih

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya mengenai keberadaan produksi gula di Indonesia yang sempat menjadi komoditi dengan nilai ekspor yang

Sedangkan bagi praktisi saran-saran yang dapat dikemukakan, perusahaan yang ingin meningkatkan likuiditas saham di Bursa Efek Indonesia, dapat melakukan alternatif berupa stock

Pada 31 Desember 2014, Perseroan melayani sebagian besar pelanggan perumahan yang berlangganan satu atau lebih dari dua layanan berlangganan utama Perseroan (internet broadband