• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Komparatif Risiko Keuangan Bank Mandiri Konvensional dan Bank Syariah Mandiri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Komparatif Risiko Keuangan Bank Mandiri Konvensional dan Bank Syariah Mandiri"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS KOMPARATIF RISIKO KEUANGAN BANK MANDIRI KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH MANDIRI

OLEH

Hafifah 090502211

PROGRAM STUDI STRATA 1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ABSTRAK

ANALISIS KOMPARATIF RISIKO KEUANGAN BANK MANDIRI KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH MANDIRI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan risiko

keuangan pada Bank Mandiri Konvensional dan Bank Syariah Mandiri.

Penelitian ini adalah penelitian komparasi dengan metode analisis yang

digunakan adalah analisis rasio keuangan dan analisis diskriminan Z-Score.

Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan risiko keuangan pada

Bank Mandiri Konvensional dan Bank Syariah Mandiri. Dimana secara umum

rasio keuangan dan nilai Z-Score Bank Syariah Mandiri lebih baik dari Bank

Mandiri Konvesional. Dengan kata lain risiko keuangan Bank Syariah Mandiri

lebih rendah daripada Bank Mandiri Konvensional

(3)

ABSTRACT

COMPARATIVE ANALYSIS OF FINANCIAL RISK CONVENTIONAL BANK MANDIRI AND ISLAMIC BANK MANDIRI

This study aimed to know whether is the defferences in financial risk on PT

Conventional Bank Mandiri and Bank Syariah Mandiri. This study is

comparative study with method of analysis used is the analysis of financial ratio

and discriminant analysis of Z-Scroe.

The result showed that there are defrences in financial risk on Conventional

Bank Mandiri and Bank Syariah Mandiri. Where the general financial ratios and

the Z-Score Bank Syariah Mandiri better than Conventional Bank Mandiri. In

other words the financial risk of Bank Syariah Mandiri are lower than

Conventional Bank Mandiri.

(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbil ‘alamin puji syukur kehadirat Allah SWT, atas

segala rahmat dan karunia-Nya yang memberikan kesehatan dan hikmat yang

tidak terkira besarnya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi

ini. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh

dari sempurna, karena itu peneliti mengharapkan saran dan kritik yang

membangun dari semua pihak, sehingga menjadikan skripsi ini lebih baik lagi.

dan Peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Skripsi ini berjudul “Analisis Komparatif Risiko Keuangan Bank Mandiri

Konvensional dan Bank Syariah Mandiri”. Peneliti telah banyak menerima

bimbingan, saran, motivasi dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi

ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih

yang teristimewa kepada orang tua saya Ibu Suryati, yang selalu menyayangi,

mendidik, memberikan semangat seta doa yang tiada henti kepada penulis. yang

telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac,Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia SE., ME., selaku Ketua Departemen dan Ibu Dra.

Marhayanie, M.Si., selaku sekretaris S1 Manajemen Fakultas Ekonomi

(5)

3. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE., M.Si, selaku Ketua Program Studi

Manajemen dan Ibu Dra. Friska Sipayung, M.Si., selaku sekretaris Program

Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Lisa Marlina, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan

ilmu, saran, waktu tenaga dan pikiran untuk membantu dalam penyelesaian

skripsi ini.

5. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si, selaku Dosen Pembaca Penilai yang telah

memberikan ilmu, saran, waktu tenaga dan pikiran untuk membantu dalam

penyempurnaan skripsi ini.

6. Ibu Dr. Yeni Absah, SE., M.Si, selaku Dosen Akademik yang telah membimbing

saya selama masa perkuliahan.

7. Dosen-dosen dan Pegawai Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

8. kakak dan adik penulis yang terkasih yaitu Rahmi Fitri dan Auny Azri serta calon

suami tersayang Hairusyah Putra yang selalu memberikan dukungan, waktu dan

kegembiraan dimasa-masa penulis menghadapi kendala dalam penyusunan

skripsi ini.

9. Teman-teman organisasi Himpunan Mahasiswa Manajemen (HMM) Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan teman kantor Peugeot PT Capella

(6)

10. Sahabat-sahabat yang telah memberikan waktu, saran, dan masukan dalam

penyelesaian skripsi ini (Amni, Apriella, Chatrine, Annisa, Iyank, Melitha,

Pradigta, Yefta, Sitta, Meme).

Atas bantuan semua pihak diatas, penulis tidak akan dapat melupakan serta

membalas semua bentuk bantuan yang telah diberikan. Penulis hanya dapat

menyerahkan dan memanjatkan doa kehadirat Allah SWT dalam membalas

segala kebaikan yang telah mereka berikan dalam penyusunan dan penyelesaian

skripsi ini. Akhir kata, Penulis mengucapkan terima kasih, semoga skripsi ini

bermanfaat bagi berbagai pihak.

Medan, September 2013

Penulis,

NIM. 090502211

(7)

DAFTAR ISI

2.1.4 Perbedaan Bank Konvensional Dengan Bank Syariah 25

2.1.5 Risiko Finansial ... 28

2.1.6 Pengukuran Rasio Keuangan Perbankan ... 30

2.1.7 Analisis Diskriminan Z-Score ... 36

2.2 Penelitian Terdahulu ... 41

2.3 Kerangka Konseptual ... 44

(8)

BAB 3 METODE PENELITIAN... 48

4.2.1 Analisis Rasio Keuangan PT Bank Mandiri, Tbk ... 59

4.2.2 Analisis Rasio Keuangan PT. Bank Syariah Mandiri .. 63

4.2.3 Analisis Diskriminan PT. Bank Mandiri, Tbk ... 66

4.2.4 Analisis Diskriminan PT. Bank Syariah Mandiri ... 67

4.4 Pembahasan ... 69

4.4.1 Rasio Keuangan Permodalan (Capital) ... 69

(9)

DAFTAR TABEL

No Tabel Judul Halaman

1.1 Rasio Keuangan Bank Syariah Mandiri dan Bank Mandiri ... 6

2.1 Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional ... 27

2.2 Perbandingan Sistem Bagi Hasil dengan Sistem Bunga ... 28

2.3 Kriteria Analisis Z-Score ... 37

3.1 Rasio Keuangan ... 51

4.1 Rekapitulasi Rasio-Rasio Keuangan PT Bank Mandiri, Tbk Tahun 2008-2012 ... 59

4.2 Rekapitulasi Rasio-Rasio Keuangan PT. Bank Syariah Mandiri Tahun 2008-2012 ... 63

4.3 Hasil Perhitungan Z-Score PT. Bank Mandiri, Tbk Tahun 2008-2012 ... 66

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1. ... Rasio Keuangan Bank Mandiri Konvensional

Tahun 2008-2012 ... 76 2. Rasio Z-Score Bank Mandiri Konvensional tahun

208-2012 ... 78 3. Neraca Bank Mandiri Konvensional tahun

2008-2012 ... 80 4. Laporan Rugi/LabaBank Mandiri Konvensional

Tahun 208-2012 ... 84 5. Rasio Keuangan Bank Syariah Mandiri tahun 2008-

2012 ... 87 6. Rasio Z-Score Bank Syariah Mandiri tahun 2008-

2012 ... 89 7. Neraca Bank Syariah Mandiri tahun 2008-2012 ... 91 8. Laporan Rugi/Laba Bank Syariah Mandiri tahun 2008

(12)

ABSTRAK

ANALISIS KOMPARATIF RISIKO KEUANGAN BANK MANDIRI KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH MANDIRI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan risiko

keuangan pada Bank Mandiri Konvensional dan Bank Syariah Mandiri.

Penelitian ini adalah penelitian komparasi dengan metode analisis yang

digunakan adalah analisis rasio keuangan dan analisis diskriminan Z-Score.

Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan risiko keuangan pada

Bank Mandiri Konvensional dan Bank Syariah Mandiri. Dimana secara umum

rasio keuangan dan nilai Z-Score Bank Syariah Mandiri lebih baik dari Bank

Mandiri Konvesional. Dengan kata lain risiko keuangan Bank Syariah Mandiri

lebih rendah daripada Bank Mandiri Konvensional

(13)

ABSTRACT

COMPARATIVE ANALYSIS OF FINANCIAL RISK CONVENTIONAL BANK MANDIRI AND ISLAMIC BANK MANDIRI

This study aimed to know whether is the defferences in financial risk on PT

Conventional Bank Mandiri and Bank Syariah Mandiri. This study is

comparative study with method of analysis used is the analysis of financial ratio

and discriminant analysis of Z-Scroe.

The result showed that there are defrences in financial risk on Conventional

Bank Mandiri and Bank Syariah Mandiri. Where the general financial ratios and

the Z-Score Bank Syariah Mandiri better than Conventional Bank Mandiri. In

other words the financial risk of Bank Syariah Mandiri are lower than

Conventional Bank Mandiri.

(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Sistem keuangan merupakan salah satu kreasi yang paling krusial dalam

masyarakat modern dewasa ini. Tidak dapat dibayangkan, ketiadaan sistem keuangan

akan membawa perekonomian ke era terbelakang. Sistem pembayaran dan

intermediasi tidak mungkin akan terlaksana tanpa adanya sistem keuangan. Tugas

utama sistem keuangan dalam perekonomian modern adalah memindahkan dana dari

penabung kepada peminjam yang membutuhkan dana untuk membeli barang-barang

dan jasa-jasa serta melakukan investasi dalam bentuk peralatan-peralatan baru

sehingga perekonomian dapat tumbuh dan pada akhirnya akan meningkatkan standart

kehidupan. Sistem keuangan dapat diartikan sebagai kumpulan institusi, pasar,

ketentuan perundangan, peraturan-peraturan, dan teknik-teknik dimana surat-surat

berharga diperdagangkan, tingkat bunga ditetapkan, dan jasa-jasa keuangan (financial

services) dihasilkan serta ditawarkan keseluruh bagian dunia. (Rose, 2000).

Sistem perbankan merupakan salah satu yang termasuk didalam sistem

keuangan, yang pada dasarnya merupakan tatanan perekonomian dari suatu negara

yang memiliki peran utama dalam menyediakan fasilitas jasa keuangan. Peranan

perbankan selain sebagai lembaga penghimpun dana dari masyarakat, Bank juga

merupakan alternatif pendanaan bagi perusahaan. Bank mempunyai peran yang

sangat penting dalam perekonomian yaitu sebagai perantara dibidang keuangan yang

(15)

meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu negara. Perkembangan bank di

suatu negara dapat dijadikan sebagai tolok ukur kemajuan dari negara tersebut.

Bank mempunyai fungsi sebagai penyalur dana, dengan menghimpun dana

dari pihak yang mempunyai kelebihan dana dan menyalurkannya kembali kepada

pihak yang membutuhkan dana dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya

dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak. Fungsi sebagai penyedia

dana ini menyebabkan pengaruh dominan perbankan terhadap perekonomian dalam

hubungannya dengan pendanaan organisasi bisnis atau perusahaan.

Dalam praktiknya bank dibagi dalam beberapa jenis. Jika ditinjau dari segi

fungsinya bank dikelompokan menjadi tiga jenis, yaitu: Bank Sentral, Bank Umum,

dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Bank sentral merupakan bank yang mengatur

berbagai kegiatan yang berhubungan dengan dunia perbankan dan dunia keuangan

disuatu negara. Bank Perkreditan Rakyat berdasarkan ketentuan perundangan, dalam

kegiatannya menghimpun dana, dapat menerima tabungan dan deposito berjangka,

namun tidak dibenarkan menerima simpanan giro dan tidak diperkenankan

memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank umum, berdasarkan

peraturan, dapat menghimpun dana dari masyarakat secara langsung dalam bentuk

simpanan giro, tabungan, dan deposito berjangka, lalu menyalurkannya kepada

masyarakat terutama dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya. Bank umum

dalam kegiatannya memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran. Baik bank

umum maupun BPR dapat menjalankan kegiatan perbankan konvensional dan

(16)

pemerintah, bank-bank umum swasta, bank-bank umum asing dan bank umum

koperasi. Bank-bank umum pemerintah adalah Bank Negara Indonesia 1946, Bank

Tabungan Negara, Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia, dan Bank Ekspor Impor

Indonesia.

Bank Mandiri sebagai bank konvensional yang mempunyai aset bank terbesar,

dimana bank ini lahir dari penggabungan empat bank BUMN yaitu Bank Exim, Bank

Bumi Daya (BBD), Bank Dagang Negara (BDN), dan Bank Pembangunan Indonesia

(Bapindo). Penggabungan ini dilakukan Bank Indonesia karena ketidakmampuan

bank dalam menghadapi krisis moneter di tahun 1997. Dengan merestrukturisasi bank

tersebut, bertujuan agar kinerja Bank Mandiri lebih baik dan dapat membantu

menstabilkan perekonomian. Volume usaha bank Mandiri dari tahun ke tahun

mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Bank Mandiri berfokus pada segmen

korporasi, komersial, mikro dan ritel, serta pembiayaan konsumen dengan strategi

yang berbeda di setiap bisnisnya dan bersinergi dengan seluruh segmen pasar yang

ada. Berdasarkan data yang dikemukakan di Bursa Efek Indonesia total aset Bank

Mandiri mengalami peningkatakan setiap tahunnya, Hingga Desember 2012, total

aset Bank Mandiri telah mencapai Rp.635,6 triliun, dimana jumlah ini naik dari total

aset di tahun 2008 (sebesar Rp.358,4 triliun), atau tumbuh 14,85%. Ini mengukuhkan

posisi Bank Mandiri sebagai bank terbesar di Indonesia. Kredit Bank Mandiri juga

tumbuh menjadi Rp.388,8 triliun di tahun 2012, meningkat 23,02% dari kredit tahun

2008 yang sebesar Rp.174,4 triliun. Selain menjadi bank pemberi pinjaman terbesar

(17)

terbesar di Indonesia dengan dana pihak ke tiga sebesar Rp.482,9 triliun di tahun

2012. Meningkat sebanyak14,33% dari tahun 2008 yaitu sebesar Rp.289,1 triliun

(www.bankmandiri.co.id). Salah satu momen penting adalah suksesnya Bank Mandiri

melakukan rights issue pada Februari 2011 untuk memperkuat permodalan bank.

Dengan ini, modal Bank Mandiri telah mencapai Rp.62,7 triliun, meningkat dari

tahun ke tahun dan menjadi bank pertama di Indonesia yang meraih gelar Bank

Internasional, sesuai dengan Banking Architecture atau Arsitektur Perbankan

Indonesia (API).

Selain Bank Mandiri Konvensional di Indonesia terdapat juga Bank Syariah

Mandiri, yaitu Bank Mandiri yang menjalankan fungsinya berdasarkan

prinsip-prinsip syariah. Bagi perbankan konvensional, keuntungan diperoleh dari selisih

bunga simpanan yang diberikan kepada penyimpan, dengan bunga pinjaman atau

kredit yang disalurkan. Sedangkan bagi yang berdasarkan prinsip syariah, keuntungan

bukan diperoleh dari bunga melainkan dari sistem bagi hasil.

Bank Syariah Mandiri merupakan bank syariah kedua yang berdiri di Indonesia

setelah Bank Muamalat Indonesia. Secara khusus perkembangan Bank Syariah

Mandiri sangat pesat, berdasarkan laporan keuangan Bank Syariah Mandiri dapat

dilihat jumlah aset yang dimilikinya pada periode tahun 2008-2012 yaitu sebesar

Rp.17,06 triliun di tahun 2008 naik menjadi Rp.54,23 triliun di tahun 2012 atau naik

rata-rata 34,04% per tahun, pembiayaan yang disalurkan tahun 2008 dari Rp.13,278

triliun meningkat menjadi Rp.43,45 triliun ditahun 2012 atau naik rata-rata 34,05%

(18)

menjadi Rp.47,41 triliun di tahun 2012 atau naik rata-rata 34,41%

(www.syariahmandiri.co.id).

Bank Mandiri merupakan bank terbesar di Indonesia dalam jumlah pinjaman

aset dan deposit. Nasabah Bank Mandiri yang terdiri dari berbagai segmen

merupakan penggerak utama perekonomian Indonesia. Berdasarkan sektor usaha,

nasabah Bank Mandiri bergerak dibidang usaha yang sangat beragam. Sedangkan

Bank Syariah Mandiri merupakan bank syariah kedua yang di buka setelah Bank

Muamalat yang merupakan bank BUMN pertama yang menggunakan istilah dual

banking dimana bank-bank islam dapat berdampingan dengan bank-bank

konvensional. Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri memiliki perbedaan yang

terletak pada landasan falsafah yang dianutnya. Bank syariah tidak melaksanakan

sistem bunga dalam seluruh aktivitasnya sedangkan bank konvensional justru

kebalikannya. Sistem bagi hasil yang diterapkan dalam produk-produk perbankan

syariah menyebabkan bank tersebut relatif mempertahankan kinerjanya dan tidak

terlalu terpengaruh oleh tingkat suku bunga simpanan yang melonjak sehingga beban

operasional lebih rendah dari bank konvensional (Rindawati: 2007). Berikut disajikan

data rasio keuangan dari Bank Mandiri dan Bank Syariah Mandiri pada tahun 2008

(19)

Tabel 1.1

Rasio Keuangan Bank Syariah Mandiri dan Bank Mandiri Rasio

(%)

Bank Syariah Mandiri Bank Mandiri

2008 2009 2010 2011 2012 2008 2009 2010 2011 2012

CAR 12.66 12.39 10.6 14.57 13.85 15.7 15.6 14.7 15.34 15.48

LDR 89.12 83.07 82.54 84.06 93.86 56.89 59.15 65.4 71.65 77.66

BOPO 78.71 73.76 74.97 76.44 73.00 73.65 70.71 65.63 67.22 63.93

ROE 46.21 44.2 63.58 64.84 68.09 22.74 30.07 34.86 25.57 27.23

ROA 1.83 2.23 2.21 1.95 2.25 2.69 3.13 3.63 3.37 3.55

Sumber: www.syariahmandiri.co.id dan www.bankmandiri.co.id

Dari Tabel 1.1 dapat dilihat perbandingan dari rasio keuangan Bank Syariah

Mandiri dengan Bank Mandiri. Dari segi permodalan, Bank Mandiri lebih unggul

daripada Bank Syariah Mandiri. Sedangkan dari segi likuiditas, Bank Syariah

Mandiri lebih unggul daripada Bank Mandiri dan lebih memenuhi standar peraturan

BI yaitu antara 85%-110%. Dari segi BOPO tidak terdapat perbedaan yang cukup

besar antara Bank Syariah Mandiri dan Bank Mandiri. Namun dari segi ROE Bank

Syariah Mandiri lebih unggul dibandingkan dengan Bank Mandiri yang artinya

kinerja Bank Syariah Mandiri dalam mengelola modal yang tersedia untuk

menghasilkan laba lebih baik dibanding Bank Mandiri, sedangkan dengan rasio ROA

Bank Syariah Mandiri dengan Bank Mandiri tidak terdapat perbedaan yang cukup

besar.

Dalam beberapa hal baik bank konvensional maupun bank syariah memiliki

(20)

syarat-syarat untuk memperoleh pembiayaan dan lain sebagainya. Dengan prinsip sistem

bagi hasil membuat bank syariah menjadi solusi terhadap negative spread yang

dialami oleh bank konvensional, karena konsekuensi dari sistem bunga yang

ditetapkan oleh bank konvensional menjadikan bank harus menanggung rugi akibat

kegiatan usaha penghimpunan dananya pada saat suku bunga kredit lebih rendah

dibandingkan dengan suku bunga simpanan (dana pihak ketiga yang disimpan di

bank).

Walaupun seperti yang dilihat keadaan Bank Mandiri Konvensional maupun

Bank Syariah Mandiri mengalami pertumbuhan yang cukup pesat, namun sebenarnya

ada berbagai risiko yang harus dihadapi dalam kegiatan operasionalnya. Seperti yang

telah diketahui, semakin besar suatu perusahaan maka semakin besar pula resiko yang

dihadapinya.

Risiko dan Bank adalah dua hal yang tidak bisa terpisahkan satu sama lainnya,

baik bank konvensional maupun bank yang ber opersi dalam prinsip syariah tidak

luput dari berbagai macam risiko, tanpa adanya keberanian untuk mengambil risiko

maka tidak akan pernah ada bank, dalam artian bahwa bank muncul karena

keberanian untuk berisiko dan bahkan bank mampu bertahan karena berani

mengambil risiko. Namun jika risiko tersebut tidak dikelola dengan baik, bank dapat

mengalami kegagalan bahkan pada akhirnya mengalami kebangkrutan. Menurut

Idroes (2008:21), pada dasarnya risiko yang dihadapi dapat dibagi dua kelompok

besar, yaitu risiko finansial dan risiko nonfinansial. Risiko finansial terkait dengan

(21)

nonfinansial terkait pada kerugian yang tidak dapat dikalkulasikan secara jelas jumlah

uang yang hilang. Kerugian yang ditimbulkan akibat terjadinya risiko dapat

berdampak kepada stakeholder yaitu: pemegang saham, karyawan dan nasabah serta

berdampak juga kepada perekonomian di suatu negara secara umum.

Meningkatnya risiko yang dihadapi oleh perbankan disebabkan oleh semakin

pesatnya perkembangan kondisi perbankan dan semakin kompleksnya kegiatan usaha

perbankan. Industri perbankan adalah suatu industri yang erat dengan risiko, terutama

karena melibatkan pengelolaan uang masyarakat yang diputar dalam bentuk berbagai

investasi seperti kredit, pembelian surat-surat berharga dalam bentuk-bentuk

penanaman dana dan lainnya.

Perbankan sebagai salah satu bidang usaha yang mendukung perkembangan

perekonomian suatu negara dan diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan

rakyat. Sukses tidaknya suatu perbankan dipengaruhi oleh banyak aspek, diantaranya

aspek manajemen, pemasaran, sumber daya manusia dan juga kondisi keuangan yang

dimilikinya.

Laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan

perusahaan pada saat ini dalam suatu periode tertentu (Kasmir, 2008: 7). Laporan

keuangan melaporkan aktivitas yang sudah dilakukan perusahaan yang dituangkan

dalam angka-angka, baik dalam bentuk mata uang rupiah maupun dalam bentuk mata

uang asing. Laporan keuangan merupakan alat yang paling penting untuk

(22)

keuangan dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi, baik oleh

pihak manajemen ataupun dari pihak eksternal.

Melalui analisis laporan keuangan pada perbankan dapat menunjukkan

tingkat risiko keuangan atau prediksi kebangkrutan perbankan. Kebangkrutan

tersebut dapat dihitung dengan menghitung rasio-rasio keuangan sehingga dapat

diukur sehat atau tidaknya suatu perbankan. Analisis Z-Score dikembangkan

oleh Professor Edward Altman (1968) dengan tujuan untuk mendeteksi apakah

suatu perusahaan dalam kondisi diambang kebangkrutan. Oleh karena itu,

analisa ini dapat digunakan untuk mengukur tingkat risiko keuangan suatu

perusahaan. Keberadaan Bank Mandiri dalam perekonomian nasional dan daerah

sangat penting dalam upaya meningkatkan taraf hidup rakyat melalui

penghimpunan dan penyaluran dana terutama usaha kecil dan mikro. Oleh

karena itu, berdasarkan uraian yang dikemukakan sebelumnya, maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Komperatif Risiko Keuangan Bank Mandiri Konvensional dan Bank Syariah Mandiri”.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka yang menjadi

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat perbedaaan risiko

(23)

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui dan

menganalisis perbedaan risiko keuangan Bank Mandiri Konvensional dan Bank

Syariah Mandiri

1.4 Manfaat penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah:

1. Bagi perusahaan

Sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan dan lembaga terkait dalam

menentukan kebijakan menganalisa mengenai kelangsungan kehidupan

perusahaan khususnya perbankan yang di gunakan untuk deteksi dini akan

adanya kebangkrutan.

2. Bagi peneliti

Dengan melakukan penelitian ini, peneliti dapat memperoleh pengetahuan,

menambah wawasan dan kemampuan dalam analisis risiko keuangan

perusahaan, khususnya perbankan.

3. Bagi pihak lain

Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi dan informasi bagi

peneliti lain yang akan melakukan penelitian lebih lanjut di masa yang

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Perbankan 2.1.1.1 Pengertian Bank

Bank dalam menjalankan usahanya menghimpun dana dari masyarakat dan

menyalurkannya kembali dalam berbagai alternatif investasi. Sehubungan dengan

fungsi penghimpun dana ini, bank sering juga disebut dengan lembaga kepercayaan.

Berbeda halnya dengan perusahaan lain, transaksi usaha bank senantiasa berkaitan

dengan uang, karena memang usaha komoditi bank adalah uang. Sejalan dengan

karakteristik usahanya tersebut, maka bank merupakan suatu segmen usaha yang

kegiatannya banyak diatur oleh pemerintah.

Pengertian Bank menurut pasal 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

tentang perbankan yang kemudian dikembangkan oleh Undang-Undang Nomor 10

(25)

1. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan

taraf hidup rakyat banyak.

2. Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional

dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya dapat memberikan

jasa dalam lalu lintas pembayaran.

2.1.1.2Fungsi Bank

Secara umum, fungsi utama bank (dalam Triandaru, et al. 2006 : 9) adalah

menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat

untuk berbagai tujuan. Secara lebih spesifik bank dapat berfungsi sebagai agent of

trust, agent of development, dan agent of services.

1. Agent of trust

Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan (trust), baik dalam hal menghimpun dana maupun menyalurkan dana. Masyarakat akan mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi adanya unsure kepercayaan. Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak akan disalah gunakan oleh bank, uangnya akan dikelola dengan baik, bank tidak akan bangkrut, dan pada saat yang telah dijanjikan simpanan tersebut dapay ditarik kembali dari bank. Pihak bank sendiri akan mau menempatkan atau menyalurkan dananya pada debitor atau masyarakat apabila dilandasi adanya unsure kepercayaan, debitor akan mengelola dana pinjaman dengan baik, debitor akan mempunyai kemampuan untuk membayar pinjaman pada saat jatuh tempo, dan debitor mempunyai niat baik untuk mengembalikan pinjaman beserta kewajiban lainnya pada saat jatuh tempo.

2. Agent of development

(26)

memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan investasi, kegiatan distribusi, serta kegiatan konsumsi barang dan jasa, mengingat bahwa kegiatan investasi-distribusi-konsumsi tidak dapat dilepaskan dari adanya penggunaan uang. Kelancaran kegiatan investasi-distribusi-konsumsi ini tidak lain adalah kegiatan pembangunan perekonomian suatu masyarakat.

3. Agent of services

Disamping melakukan kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum. Jasa ini antara lain dapat berupa jasa pengiriman uang, penitipan barang berharga, pemberian jaminan bank, dan penyelesaian tagihan.

Ketiga fungsi bank ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang menyeluruh dan

lengkap mengenai fungsi bank dalam perekonomian, sehingga bank tidah hanya dapat

diartikan sebagai lembaga perantara keuangan.

2.1.1.3Jenis Bank

Dalam praktik perbankan di Indonesia saat ini terdapat beberapa jenis

perbankan yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan. Perbedaan jenis perbankan

dapat dilihat dari segi fungsi bank serta kepemilikan bank. Dari segi fungsi bank

perbedaan yang terjadi terletak pada luasnya kegiatan atau jumlah produk yang

ditawarkan maupun jangkauan wilayah operasinya. Sedangkan kepemilikan

perusahaan dilihat dari segi pemilikan saham yang ada serta akte pendiriannya.

Perbedaan lainnya adalah dilihat dari segi siapa nasabah yang mereka layani apakah

masyarakat luas atau masyarakat dalam lokasi tertentu. Jenis perbankan dibagi ke

(27)

Dilihat dari segi fungsinya bank dibedakan atas (1) Bank Sentral (2) Bank

Umum (3) Bank Perkreditan Rakyat. Jenis bank berdasarkan kepemilikannya

dibedakan atas (1) Bank milik pemerintah (2) Bank milik swasta nasional (3) bank

milik asing. Apabila dilihat dari segi cara menentukan harga bank dibedakan atas (1)

Bank Konvensional (2) Bank Syariah.

2.1.2 Bank Konvensional

2.1.2.1 Pengertian Bank Konvensional

Mayoritas bank yang berkembang di Indonesia dewasa ini adalah bank yang

berorientasi pada prinsip konvensional. Hal ini tidak terlepas dari sejarah bangsa

Indonesia dimana asal mula bank Indonesia dibawa oleh koloni belanda.

Menurut pedoman Bank Indonesia (Sastradipoera, 2004: 138), sebuah bank

disebut bank konvensional apabila didalam aktivitasnya baik dalam usaha

memobilisasi maupun dalam investasi dananya, memberikan dan mengenakan bunga

(yaitu, pengganti kerugian yang disebabkan oleh hilangnya likuiditas, atau balas jasa

yang diterima atas uang yang dipinjamkan, biasanya dinyatakan dalam persentase).

Bank konvensional yaitu bank yang dalam aktivitasnya, baik menghimpun

dana ataupun dalam meyalurkan dananya memberikan dan mengenakan imbalan

dalam persentase tertentu dari dana untuk suatu periode tertentu. Keuntungan utama

dari bisnis perbankan yang berdasarkan prinsip konvensional diperoleh dari selisih

bunga simpanan yang diberikan kepada penyimpan dengan bunga pinjaman atau

(28)

spread based. Apabila suatu bank mengalami kerugian dari selisih bunga, dimana

suku bunga simpanan lebih besar daripada suku bunga kredit, maka istilah ini dikenal

dengan negative spread.

2.1.2.2 Sumber Dana Bank

Sumber dana bank (Kasmir, 2004:19) adalah usaha bank dalam memperoleh

dana untuk membiayai kegiatan operasinya. Untuk menopang kegiatan bank sebagai

penjual uang (pemberi pinjaman) bank terlebih dahulu harus membeli uang

(menghimpun dana) sehingga dengan selisih bunga tersebut bank mendapat

keuntungan. Jenis-jenis sumber dana bank antara lain sebagai berikut:

1. Dana bersumber dari bank itu sendiri (modal sendiri) yaitu setoran

modal dari para pemilik atau bank menjual saham baru kepada pemilik

baru atau cadangan laba yang belum digunakan.

2. Dana berasal dari masyarakat luas seperti simpanan tabungan,

rekening giro dan deposito.

3. Dana berasal dari lembaga lain yaitu likuiditas dari Bank Indonesia,

pinjaman antar bank, pinjaman dari bank luar negri, dan Surat Berharga

(29)

2.1.2.3 Kegiatan Usaha Perbankan

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa sebagai lembaga keuangan,

kegiatan bank sehari-hari tidak akan lepas dari bidang keuangan. Adapun

kegiatan-kegiatan perbankan yang ada di Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Mengimpun dana dari masyarakat (funding) dalam bentuk: a. Simpanan Giro (Demand Deposit)

b. Simpanan Tabungan (Saving Deposit) c. Simpanan Deposito (Time Deposit)

2. Menyalurkan dana ke masyarakat (Lending) dalam bentuk: a. Kredit investasi

b. Kredit modal kerja c. Kredit perdagangan

3. Memberikan jasa-jasa bank lainnya (services) seperti: a. Transfer (Kiriman Uang)

b. Inkaso (Collection) c. Kliring (Clearing)

d. Safe deposito box e. Bank Card

k. Cek Wisata (Travelers Cheque) l. Jual beli surat-surat berharga

m. Menerima setoran-setoran seperti pembayaran pajak, telepon, air, dan uang kuliah

n. Melayani pembayaran-pembayaran seperti:

gaji/pensiun/honorarium, dividen, kupon dan bonus/hadiah. o. Dan jasa-jasa lainnya.

2.1.3 Bank Syariah

2.1.3.1Pengertian Bank Syariah

Menururt Siamat (2005:407), Perbankan syariah pada dasarnya adalah

(30)

syariah Islam dengan mengacu kepada Al-Qur’an dan Al-Hadist. Maksud dari sistem

yang sesuai dengan syariah islam adalah beroperasi mengikuti ketentuan-ketentuan

syariah islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat misalnya dengan

menjauhi praktik-praktik yang mengandung unsur riba dan melakukan kegiatan

investasi atas dasar bagi hasil pembiayaan sedangkan kegiatan usaha dengan

mengacu pada Al-Qur’an dan Al-Hadist yang dimaksudkan beroperasi mengikuti

larangan dan perintah yang terdapat dalam Al-Qur’an dan sunnah Rasul Muhammad

SAW.

Bank Syariah adalah bank umum sebagaimana dalam UU No.7 Tahun 1992

tentang perbankan yang saat ini telah diubah dengan UU No.10 Tahun 1998 yang

melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah termasuk unit usaha syariah

dan kantor cabang bank asing yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip

syariah.

Sedangkan yang dimaksud dalam Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip

Syariah menurut pasal 1 angka 13 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang

perbankan yang saat ini telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998

adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara pihak bank dan pihak lain

untuk penyimpanan dana dan atau penyimpanan kegiatan usaha atau kegiatan lainnya

yang sesuai dengan syariah, antara lain:

a. Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah);

b. Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah);

(31)

d. Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilhan (ijarah);

atau

e. Dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang disewa dari

pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina)

2.1.3.2 Kegiatan Usaha Bank Syariah

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 62/24/PBI/2004 tentang

Bank Umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah,

kegiatan usaha bank syariah dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Penghimpun dana (funding)

2. Penyalur dana dan pembiayaan (financing)

3. Penyediaan jasa-jasa pelayanan perbankan (bank service)

1. Penghimpun Dana

Penghimpun dana atau disebut juga funding adalah kegiatan penarikan dana

atau penghimpunan dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan investasi

berdasarkan prinsip syariah. Berkaitan dengan penghimpun dana, dalam prinsip

syariah dibedakan antara simpanan yang tidak memberikan imbalan dan simpanan

yang memberikan imbalan.

Bentuk-bentuk simpanan berdasarkan prinsip syariah dapat disebutkan

sebagai berikut: (Simorangkir, 2000: 42)

(32)

b. Tabungan berdasarkan prinsip Al-Wadi’ah dan atau Al Mudharabah; atau

c. Deposito Berjangka berdasarkan prinsip Al-Mudharabah;

a. Prinsip Al-Wadi’ah

Produk pendanaan pada Bank Syariah pada prinsipnya tidak berbeda dengan

produk pendanaan bank konvensional. Namun yang membedakan adalah penggunaan

prinsip syariah yang menyertai masing-masing produk pendanaan, misalnya bahwa

giro dan tabungan pada dasarnya dilakukan dengan prinsip Al-Wadi’ah. Giro

Al-Wadi’ah adalah simpanan atau titipan yang kedua-duanya dapat ditarik

sewaktu-waktu. Prinsip titipan atau simpanan dalam fiqhi dikenal dengan prinsip Al-Wadi’ah

berarti titipan murni dari nasabah kepada pihak bank atau pihak lain yang harus

dijaga dan dikembalikan kepada penitip (penabung) kapan saja dia inginkan.

b. Prinsip Al-Mudharabah

Al-Mudharabah adalah perjanjian antara penanam dana dan pengelola dana

untuk melakukan kegiatan usaha tertantu, dengan pembagian keuntungan antara

kedua belah pihak dengan nisbah yang disepakati sebelumnya. Sementara Antonio

(2001) dalam Triandaru (2006) mendefinisikan Al-Mudharabah adalah Tabungan dan

Deposito Berjangka. Selanjutnya, berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh pihak

pemilik dana (penabung), prinsip Al-Mudharabah dapat dibedakan dalam 2 (dua)

(33)

1) Mudharabah Muthlaqah; dan

2) Mudharabah Muqayyadah.

1) Mudharabah Muthlaqah

Mudharabah Muthlaqah adalah kerjasama antara pemilik dana (shahibul

maa) dan mudharib (bank) yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh

spesifikasi jenis usaha, waktu dan wilayah bisnis. Artinya, pemilik dana memberikan

kepada pihak bank kekuasaan yang sangat besar dalam penggunanaan dana

simpanannya kepada mudharib. Dalam kegiatan penghimpunan dana, prinsip

Mudharabah Muthlaqah dapat diterapkan untuk pembukaan rekening Tabungan dan

Deposito Berjangka. Ini menyebabkan kemungkinan 2 (dua) jenis penghimpunan

dana berdasarkan prinsip syariah yaitu: Tabungan Al-Mudharabah dan Deposito

Berjangka Al-Mudharabah. Berdasarkan prinsip ini tidak ada pembatasan bagi pihak

bank dalam menggunakan dana yang dihimpun.

2) Mudharabah Muqayyadah

Mudharabah Muqayyadah merupakan simpanan dana khusus (restricted

investment) dimana pemilik dana menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus diikuti

oleh bank. Mudharabah Muqayyadah merupakan kebalikan dari Mudharabah

(34)

2. Penyaluran Dana

Kegiatan penyaluran dana atau pembiayaan Bank Syariah tetap berpedoman

kepada prinsip kehati-hatian yang diatur oleh Bank Indonesia. Oleh karena itu, bank

diwajibkan untuk meneliti secara seksama calon nasabah penerima dana berdasarkan

azas pembiayaan yang sehat. Ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan dengan

penyaluran dana perbankan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan

prinsip syariah. Bentuk penyaluran dana atau pembiayaan yang dilakukan Bank

Syariah dalam melaksanakan operasinya secara garis besar dapat dibedakan kedalam

4 (empat) kelompok sebagai berikut:

a. Prinsip jual beli (Bai’)

b. Prinsip bagi hasil

c. Prinsip sewa menyewa

d. Prinsip pinjam meminjam berdasarkan akad qardh

a. Prinsip jual beli (Bai’)

Dalam penerapan prinsip syariah terdapat 3 (tiga) jenis prinsip jual beli (bai’)

yang banyak dikembangkan oleh perbankan syariah dalam kegiatan pembiayaan

modal kerja dan produksi, yaitu sebagai berikut: (Karim, 2004: 97)

1) Bai’ al murabahah

2) Bai’ as-salam

3) Bai’ al-Istis

(35)

Bai’ al murabahah pada dasarnya adalah transaksi jual beli barang dengan

tambahan keuntungan yang disepakati. Untuk memenuhi kebutuhan barang oleh

nasabahnya, bank membeli barang dari supplier sesuai dengan spesifikasi barang

yang dipesan atau dibutuhkan nasabah, kemudian bank menjual barang tersebut

kepada nasabah dengan memperoleh marjin keuntungan yang telah disepakati.

Nasabah dalam hal ini dapat membeli jenis transaksi tunai, cicilan atau tangguhan.

Umumnya nasabah memilih metode pembayaran secara cicilan.

2. Bai’ as-salam

Bai’ as-salam adalah pembelian suatu barang yang penyerahannya (delivery)

dilakukan kemudian hari sedangkan pembayarannya dilakukan dimuka secara tunai.

Bai’ as-salam dalam perbankan biasanya diaplikasikan pada pembiayaan berjangka

pendek untuk produksi agribisnis atau hasil pertanian atau hasil industri lainnya.

Barang yang dibeli harus diketahui secara jelas jenis, macam, ukuran, mutu dan

jumlahnya. Harga jual yang disepakati harus dicantumkan dalam akad dan tidak

boleh berubah selama berlakunya akad. Apabila barang atau hasil produksi yang

diterima cacat atau tidak sesuai dengan akad, maka penjual dan produsen harus

bertanggung jawab dengan cara mengembalikan dana yang telah diterimanya atau

mengganti dengan barang yang sesuai dengan pesanan.

c. Bai’ Al-Istishna’

Bai’ Al-Istishna’ pada dasarnya merupakan kontrak penjualan antara pembeli

dan pembuat barang dengan pembayaran dimuka, baik secara tunai, cicilan, atau

(36)

pembuat barang menerima pesanan dari pembeli. Pembuat barang dapat saja

membuat barang yang dipesan atau dibeli sesuai dengan spesifikasi pesanan yang

dilakukan dalam kontrak kemudian menjualnya kepada pembeli. Prinsip bai’

Al-Istishna’ ini merupakan bai’ as-salam namun dalam istishna’ pembayaran dapat

dilakukan dimuka, dicicil atau ditangguhkan. Sementara dalam bai’ as-salam

dilakukan secara tunai.

b. Prinsip Bagi Hasil

Prinsip kedua dalam penyaluran dana adalah prinsip bagi hasil. Bagi hasil atau

profit sharing dalam perbankan berdasarkan prinsip syariah terdiri dari empat jenis

akad, yaitu: al-Mudarabah, al-Musyarakah, al-Muzara’ah, dan al-Musaqah. Namun

yang paling banyak diimplementasikan dalam perbankan syariah adalah dua prinsip

bagi hasil pertama, yaitu al-Mudarabah dan al-Musyarakah sementara yang dua

terakhir umumnya digunakan dalam rangka plantation financing.

1. Al-Musyarakah

Bank Indonesia mendefenisikan Al-Musyarakah sebagai suatu perjanjian

diantara para pemilik dana/modal untuk mencampurkan dana/modal mereka

pada suatu usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan diantara pemilik

dana/modal berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.

Musyarakah dalam perbankan biasanya diaplikasikan untuk pembiayaan

proyek dimana nasabah dan bank sama-sama menyediakan dana untuk

(37)

perdagangan (trading asset), property, equipment, atau intangible asset

(seperti hak paten dan goodwill), dan barang-barang lainnya yang dapat

dinilai dengan uang. Semua modal digabung untuk dijadikan modal proyek

musyarakah dan dikelola bersama-sama. Setiap pemilik modal berhak turut

serta dalam menentukan kebijakan usaha yang dijalankan oleh pelaksana

proyek.

2. Al-Mudharabah

Al-Mudharabah pada dasarnya adalah perjanjian kerja sama antara dua

pihak atau lebih dimana salah satu pihak lainnya menyediakan tenaga atau

keahlian. Beberapa ahli fiqih berpendapat bahwa Al-Mudharabah tidak

dikelompokkan kedalam prinsip Al-Musyarakah.

c. Prinsip Sewa Menyewa

Prinsip ketiga dalam penyaluran dana Bank Syariah adalah sewa menyewa.

Sewa menyewa pada dasarnya merupakan transaksi sewa guna usaha atau leasing.

Oleh karena itu, sebagaimana dalam praktek, sewa guna usaha bisa dalam bentuk

sewa guna usaha dengan hak opsi atau financial lease dan sewa guna usaha tanpa hak

opsi atau operating lease. Dalam syariah Islam prinsip sewa menyewa ini dibedakan

berdasarkan akad, yaitu: al-ijarah, al-muntahiya bit tamlik.

1. Al-Ijarah

Al-Ijarah adalah perjanjian pemindahan hak guna atau manfaat atas suatu

(38)

pemindahan hak kepemilikan atas barang tersebut. Bank Indonesia

mendefinisikan ijarah sebagai perjanjian sewa menyewa suatu barang dalam

waktu tertentu melalui pembayaran sewa tanpa diikuti dengan pemindahan

kepemilikan atas barang itu sendiri.

2. Al-Ijarah Al-Muntahiya Bit-Tamlik

Al-Ijarah Al-Muntahiya Bit-Tamlik adalah akad atau perjanjian yang

merupakan kombinasi antara jual beli dan sewa menyewa suatu barang antara

bank dengan nasabah dimana nasabah (penyewa) diberi hak untuk memiliki

atau membeli objek sewa pada akhir akad. Dalam transaksi sewa guna usaha

(leasing), perjanjian ini disebut sale andleaseback. Harga sewa dan harga beli

ditetpkan bersama diawal perjanjian. Objek sewa harus bermanfaat,

dibenarkan oleh syariah dan nilai dari manfaat dapat diperhitungkan atau

diukur. Pada umumnya bank-bank syariah lebih memilih perjanjian sewa-beli

seperti ini (Al-Ijarah Al-Muntahiya Bit-Tamlik) karena lebih mudah

pembukuannya dan tidak memerlukan perawatan terhadap aset yang

sewa-beli.

d. Prinsip Pinjam Meminjam Berdasarkan Akad Al-Qardh

Prinsip keempat dalam penyaluran dana Bank Syariah yaitu prinsip pinjam

meminjam berdasarkan qardh. Bank Indonesia mendefinisikan Al-Qardh sebagai

penyedia dana atau tagihan antar Bank Syariah dengan pihak peminjam yang

mewajibkan pihak peminjam melakukan pembayaran sekaligus atau secara cicilan

(39)

sebagai pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali.

Dengan kata lain Qardh meminjam tanpa mengharapkan imbalan.

2.1.4 Perbedaan Bank Konvensional Dengan Bank Syariah

Menurut Triandaru, et.al (2006:156), perbedaan yang mendasar antara bank

konvensional dan bank syariah, antara lain:

1. Perbedaan Falsafah

Perbedaan pokok pada bank konvensional dan bank syariah terletak pada

landasan falsafah yang dianutnya. Bank Syariah tidak melaksanakan sistem

bunga dalam keseluruhan aktivitasnya. Sedangkan bank konvensional justru

kebalikan dari bank syariah. Pada dasarnya semua transaksi perniagaan

melalui bank syariah diperbolehkan asalkan tidak mengandung unsur bunga

(riba). Riba secara sederhana berarti sistem bunga berbunga atau compound

interest yang dalam semua prosesnya bisa mengakibatkan membengkaknya

kewajiban salah satu pihak.

2. Konsep Pengelolaan Dana Nasabah

Dalam sistem bank syariah dana nasabah dikelola dalam bentuk titipan

maupun investasi. Konsep dana titipan berarti kapan saja nasabah

membutuhkan bank syariah harus dapat memenuhinya. Akibatnya dana titipan

(40)

disalurkan kedalam berbagai usaha itulah yang akan dibagikan kepada

nasabah.

3. Kewajiban Mengelola Zakat

Bank syariah diwajibkan menjadi pengelola zakat yaitu dalam arti wajib

membayar zakat, menghimpun mengadministrasikannya, dan

mendistribusikannya. Hal ini merupakan fungsi dan peran yang melekat pada

bank syariah untuk memobilisasi dana-dana sosial (zakat, infaq dan sedekah).

4. Struktur Organisasi

Didalam strukutur organisasi suatu bank syariah diharuskan adanya

Dewan Pengawas Syariah (DPS). DPS bertugas mengawasi segala aktivitas

bank agar selalu sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. DPS ini dibawahi oleh

Dewan Pengawas Syariah Nasional (DPSN).

Secara singkat perbedaan antara bank konvensional dan bank syariah dapat

(41)

Tabel 2.1

Perbedaan Bank Syariah Dengan Bank Konvensional

No Bank Syariah Bank Konvensional

1 Berinvestasi pada usaha yang

halal Bebas nilai

2 Atas dasar bagi hasil, margin

keuntungan dan fee Sistem bunga

3 Besaran bagi hasil berubah-ubah

tergantung kinerja usaha Besaraanya tetap 4

Profit falah oriented Profit oriented

5

Pola hubungan kemitraan Hubungan debitur kreditur

6

Ada dewan pengawas syariah Tidak ada lembaga sejenis

Sumber: Triandaru, et.al (2006:157)

Sistem bagi hasil dalam perbankan syariah sering kali menjadi bahan

pertanyaan dan selalu dibandingkan dengan sistem bunga dalam perbankan

konvensional. Untuk menjelaskan keduanya, pada Tabel 2.2 berikut ini

(42)

Tabel 2.2

Perbandingan Sistem Bagi Hasil dan Sistem Bunga

No Sistem bunga Sistem bagi hasil

1 Penentuan suku bunga dibuat pada waktu akad dengan pedoman harus selalu untung untuk pihak bank

Penentuan besarnya risiko bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung atau rugi 2 Besarnya persentase berdasarkan

pada jumlah uang (modal) yang dipinjamkan

Besarnya risiko (nisbah) bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh 3 Tidak tergantung pada kinerja

usaha jumlah pembayaran bunga tidak mengikat meskipun jumlah keuntungan berlipat ganda saat keadaan ekonomi sedang baik

Tergantung pada kinerja usaha. Jumlah pembagian bagi hasil meningkat sesuai peningkatan bagi hasil.

4

Eksistensi bunga diragukan kehalalanya oleh semua agama termasuk agama islam

Tidak ada agama yang meragukan keabsahan bagi hasil

5 Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa

pertimbangan proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi

Bagi hasil tergantung pada keuntungan proyek yang

dijalankan. Jika proyek itu tidak mendapatkan keuntungan maka kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak Sumber: Triandaru, et.al (2006:157)

2.1.5 Risiko finansial

Risiko adalah peluang (kemungkinan) terjadinya bencana. Oleh karena itu,

risiko dari sudut pandang bank didefinisikan sebagai peluang dari kemungkinan

terjadinya situasi yang memburuk (Masyhud, 2006:3)

Menurut Idroes (2008:4), “Risiko merupakan bahaya: risiko adalah ancaman

(43)

berlawanan dengan tujuan yang ingin dicapai.” “Risiko juga merupakan peluang:

risiko adalah sisi yang berlawanan dari peluang untuk mencapai tujuan.”

Banyak teori yang tersedia untuk mendefinisikan jenis-jenis risiko dalam

menjalankan bisnis perbankan. Pada dasarnya jenis-jenis yang dihadapi dapat dibagi

dua kelompok besar yaitu risiko finansial dan risiko nonfinansial. Risiko finansial

terkait dengan kerugian langsung berupa hilangnya sejumlah uang akibat risiko yang

terjadi. Pada sisi lain dampak risiko nonfinansial tidak langsung dapat dirasakan.

Kasus seperti ketika kehilangan nasabah dan kehilangan bisnis akibat risiko yang

terjadi tidak langsung membuat bank menjadi rugi. Namun pada gilirannya, risiko

nonfinansial berpotensi untuk menimbulkan kerugian finansial. (Idroes, 2008: 22)

Jenis-jenis risiko yang dihadapi oleh perbankan adalah risiko kredit, risiko

pasar, risiko operasional, risiko konsentrasi kredit, risiko suku bunga, risiko bisnis,

risiko strategik, serta risiko reputasional. Sedangkan yang termasuk dalam risiko

finansial adalah: risiko kredit, risiko pasar, risiko operasional, konsentrasi kredit serta

risiko suku bunga. (Idroes, 2008: 22)

Dengan penjelsana risiko keuangan bank, maka untuk mengukur tinggi

rendahnya risiko suatu bank tersebut, maka diperlukan metode analisis. Adapun

metode analisis yang digunakan untuk mengukur risiko keuangan bank tersebut

adalah analisis rasio dan mengukur tingkat kebangkrutan bank tersebut digunakan

(44)

2.1.6 Pengukuran Rasio Keuangan Perbankan

Untuk melihat kondisi keuangan suatu bank maka dapat dilihat dari laporan

keuangan yang disajikan oleh suatu bank secara periodik. Berdasarkan Surat Edaran

Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP Tanggal 14 Desember 2011 tentang Pedoman

Perhitungan Rasio Keuangan Perbankan, suatu bank dapat dinilai dari rasio-rasio

CAMEL yaitu Capital, Asset, Management, Earning, dan Liquidity. Rasio tersebut

terdiri dari:

1. Permodalan (capital)

Modal merupakan salah satu faktor yang penting bagi bank dalam rangka

mengembangkan usaha dan menopang risiko kerugian yang mungkin

timbul dari penanaman dana dalam aktiva-aktiva produktif yang

mengandung risiko serta untuk membiayai penanaman dalam aktiva

lainnya.

Rasio-rasio dari aspek permodalan yaitu:

a. Capital Adequacy Ratio (CAR), merupakan rasio yang digunakan

untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk

menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko.

CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah

seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan,

surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari modal

sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber

(45)

Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

CAR =

b. Rasio Aktiva Tetap terhadap Modal (ATTM). Rasio ini mengukur

kemampuan manajemen bank dalam menentukan besarnya aktiva

tetap dan inventaris yang dimiliki bank yang bersangkutan terhadap

modal. Semakin tinggi rasio ini artinya modal yang dimiliki bank

kurang mencukupi dalam menunjang aktiva tetap dan inventaris

sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah akan

semakin besar.

ATTM =

2. Kualitas Aktiva Produktif (Asset)

Kualitas aktiva produktif adalah semua aktiva dalam rupiah atau valas

yang dimiliki oleh bank dengan maksud untuk memperoleh penghasilan

sesuai dengan fungsinya, yaitu: pemberian kredit, kepemilikan surat-surat

berharga, dan penempatan dana kepada bank lain baik dari dalam maupun

luar negeri terkecuali penanaman dana dalam bentuk giro atau

penyertaan.

Keadaan kualitas aktiva produktif akan terus dipantau oleh pihak bank

karena kualitas aktiva produktif dalam neraca bank akan mempengaruhi

(46)

yang dilakukan dalam aktiva produktif akan dinilai kualitasnya dengan

menentukan kolektibilitas dari aktiva yang bersangkutan.

3. Kualitas Manajemen (Management)

Penilaian faktor manajemen dalam penilaian tigkat kesehatan bank

dilakukan dengan melakukan evaluasi terhadap pengelolaan terhadap

bank yang bersangkutan. Penilaian tersebut dilakukan dengan

menggunakan status kuesioner yang dikelompokan dalam dua kelompok

besar, yaitu kuesioner kelompok manajemen umum dan kuesioner

manajemen risiko. Kuesioner kelompok manajemen umum selanjutnya

dibagi dalam subkelompok pertanyaan yang berkaitan dengan (1) strategi,

(2) struktur, (3) sistem, (4) sumber daya manusia, (5) kepemimpianan, (6)

budaya kerja, sementara itu, untuk kuesioner manajemen resiko dibagi

dalam subkelompok yang berkaitan dengan (1) risiko likuiditas, (2) risiko

pasar, (3) risiko kredit, (4) risiko operasional, (5) risiko hokum, dan (6)

risiko pemilik dan pengurus.

4. Rentabilitas (Earning)

Penilaian rentabilitas penting karena menyangkut kemampuan bank

dalam memperoleh laba. Dengan laba yang kuat bank akan dapat

berkembang dengan baik. Rentabilitas digunakan untuk menilai

keberhasilan bank dalam menghasilkan laba sebelum pajak melalui

(47)

berdasarkan kemampuan bank manghasilkan laba setelah pajak

berdasarkan modal yang dimiliki. Selain itu, rentabilitas juga dapat dilihat

dari pendapatan bunga bersih yang mampu dihasilkan pihak bank bila

dibandingkan dengan aktiva produktif yang dimiliki oleh pihak bank.

Rentabilitas juga dinilai berdasarkan total beban operasional yang

ditanggung oleh pihak bank dibandingkan dengan kemampuan bank

dalam menghasilkan pendapatan operasional.

a. Return on Asset (ROA) Rasio ini digunakan untuk mengukur

kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba

sebelum pajak) yang dihasilkan dari rata-rata total aset bank yang

bersangkutan. Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat

keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan suatu bank

dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Laba sebelum pajak

adalah laba bersih dari kegiatan operasional sebelum pajak.

Sedangkan rata-rata total aset adalah rata-rata volume usaha atau

aktiva.

ROA =

b. Return on Equity (ROE) Rasio ini digunakan untuk mengukur

kinerja manajemen bank dalam mengelolah modal yang tersedia

untuk menghasilkan laba setelah pajak. Semakin besar ROE,

(48)

kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil.

Laba setelah pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional

setelah dikurangi pajak sedangkan rata-rata total ekuitas adalah

rata-rata modal inti yang dimiliki bank, perhitungan modal inti

dilakukan berdasarkan ketentuan kewajiban modal minimum yang

berlaku.

ROE =

c. Net Interest Margin (NIM), Rasio ini digunakan untuk mengukur

kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya

untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga

bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga.

Semakin besar rasio ini maka meningkatnya pendapatan bunga atas

aktiva produktif yang dikelola bank sehingga kemungkinan suatu

bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil.

NIM =

d. Beban Operasi Terhadap Pendapatan Operasi (BOPO), Rasio yang

sering disebut rasio efisiensi ini digunakan untuk mengukur

kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya

operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio

(49)

yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam

kondisi bermasalah semakin kecil. Biaya operasional dihitung

berdasarkan penjumlahan dari total beban bunga dan total beban

operasional lainnya. Pendapatan operasional adalah penjumlahan

dari total pendapatan bunga dan total pendapatan operasional

lainnya.

BOPO =

5. Likuiditas

Likuiditas diukur dengan kemampuan perusahaan memenuhi

kebutuhannya, misalnya untuk rasio lancar (quick ratio) digunakan untuk

mengukur kemampuan aktiva lancar dalam menjamin hutang lancar

perusahaan.

LDR (Loan to Deposit Ratio), Rasio ini digunakan untuk menilai

likuiditas suatu bank yang dengan cara membagi jumlah kredit yang

diberikan oleh bank terhadap dana pihak ketiga. Semakin tinggi

rasio ini, semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang

bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi

bermasalah akan semakin besar. Kredit yang diberikan tidak

termasuk kredit kepada bank lain, sedangkan untuk dana pihak

ketiga adalah giro, tabungan, simpanan berjangka, sertifikat deposit

(50)

LDR =

2.1.7 Analisis Diskriminan Z-Score

Rasio-rasio keuangan memberikan indikasi tentang kekuatan keuangan dari

suatu perusahaan. Keterbatasan analisis rasio timbul dari kenyataan bahwa

metodologinya pada dasarnya bersifat univariate, yang artinya setiap rasio diuji

secara terpisah. Pengaruh kombinasi dari beberapa rasio hanya didasarkan pada

pertimbangan para analis keuangan. Oleh karena itu, untuk mengatasi kekurangan

analisis rasio digunakan analisis diskiminan. Analisis diskriminan menghasilkan

suatu indeks yang memungkinkan klasifikasi dari suatu pengamatan menjadi satu dari

beberapa pengelompokan yang bersifat a priori (Sawir, 2005:22)

Analisis Z-Score dikembangkan oleh Prof. Edward Altman dengan tujuan

untuk mendeteksi apakah suatu perusahaan diambang kebangkrutan (financial

distress). Metode ini disebut juga dengan Multiple Discriminant Analysis (MDA).

Oleh karena itu analisis ini dapat digunakan untuk mengukur tingkat keuangan suatu

(51)

Bentuk dari fungsi analisis ini adalah sebagai berikut:

X4 = Nilai pasar ekuitas/ nilai buku dari total kewajiban

X5 = Penjualan/ total aktiva

Z = Indeks secara keseluruhan

Untuk menganalisis hasil perhitungan model Z-Score, digunakan angka

interpretasi yang dikembangkan oleh Prof. Edward Altman, yang akan

mendiskriminasi posisi suatu perusahaan apakah akan bangkrut atau tidak yang dapat

dilihat sebagai berikut

Tabel 2.3

Kriteria Analisis Z-Score

Score Prediction

Z > 2.99 Dikategorikan sebagai perusahaan yang sangat sehat sehingga tidak mengalami kesulitan keuangan

1.81 Z 2.99 Berada di daerah abu-abu sehingga dikategorikan sebagai perusahaan yang memiliki kesulitan keuangan, namun mungkin terselamatkan dan kemungkinan juga bangkrut sama besarnya, tergantung dari kebijaksanaan manajemen perusahaan sebagai pengambil keputusan

(52)

Nilai Z yang semakin besar, maka semakin besar pula kemungkinan perusahaan tidak

mengalami kegagalan usaha. Hasil penelitian ini, hanya signifikan untuk prediksi

selama dua tahun ke depan. Formula Altman Z-Score merupakan kombinasi dari

beberapa rasio keuangan yang dianggap dapat memprediksi kesehatan dan terjadinya

kebangkrutan pada sebuah perusahaan.

1. Modal Keja/Total Aktiva (X1)

Merupakan rasio yang mendekteksi likuiditas dari total aktiva dan posisi

modal kerja (netto), dimana modal kerja diperoleh dari selisih antara aktiva

lancar dengan hutang lancar. Jika diakitkan dengan indikator–indikator

internal seperti ketidakcukupan kas, hutang dagang membengkak, utilitas

modal (harta kekayaan) menurun, penambahan hutang yang tak terkendali dan

beberapa indikator lainnya

Perusahaan mengalami kesulitan keuangan pada umumnya modal kerjanya

akan turun lebih cepat daripada total aktiva menyebabkan rasio ini turun

(Sawir, 2005:25). Selisih antara sumber dana dan penggunaan dana akan

menunjukkan modal kerja perusahaan itu bertambah atau berkurang. Jika

terjadi sumber dana lebih besar daripada penggunaan dana, maka akan terjadi

surplus yang berarti modal kerja bertambah, demikian pula sebaliknya akan

terjadi defisit (modal kerja berkurang) apabila sumber dana lebih kecil

daripada penggunaan dana. Modal kerja bertambah karena penjualan aktiva

(53)

berkurang karena pembilang aktiva tetap, hutang jangka panjang, dan modal

sendiri.

2. Laba Ditahan/Total Aktiva (X2)

Merupakan rasio – rasio profitabilitas yang mendeteksi kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Rasio Laba Ditahan/Total

Aktiva akan mengukur besarnya kemampuan suatu perusahaan dalam

memperoleh keuntungan, ditinjau dari kemampuan perusahaan yang

bersangkutan dalam memperoleh laba dibandingkan dengan kecepatan

perputaran operating aset sebagai ukuran efisiensi usaha. Bila perusahaan

mulai merugi, tentu saja nilai awal laba ditahan mulai turun. Bagi banyak

perusahan, nilai dari rasio Laba Ditahan/Total Aktiva akan menjadi negatif

(Sawir,2005:25).

3. Laba Sebelum Bunga dan Pajak/ Total Aktiva (X3)

Merupakan rasio yang mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan

dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua

investor termasuk pemegang saham dan obligasi. Beberapa indikator yang

dapat digunakan dalam mendeteksi adanya masalah pada kemampuan

profitabilitas perusahaan diantaranya adalah : piutang dagang meningkat, rugi

terus menerus dalam beberapa semester, pendapatan menurun, terlambatnya

hasil penagihan piutang, kredibilitas perusahaan berkurang, serta kesediaan

memberi kredit pada konsumen yang tak dapat membayar pada waktu yang

(54)

Rasio ini dapat digunakan sebagai ukuran seberapa produktifitas penggunaan

dana yang dipinjam. Bila rasio ini lebih besar daripada rata – rata tingkat

bunga yang dibayar, maka berarti perusahaan menghasilkan uang lebih

banyak daripada bunga pinjaman (Sawir, 2005:25)

4. Nilai Pasar Modal Sendiri (Modal Sendiri)/Total Hutang (X4)

Merupakan rasio yang mengukur aktivitas perusahaan. Rasio ini juga

digunakan dalam bentuk persamaan net worth/total debt. Rasio ini mengukur

kemampuan perusahaan dalam memberikan jaminan kepada setiap hutangnya

melalui modalnya sendiri. Umumnya perusahaan yang gagal adalah

perusahaan yang mengkonsumsi lebih banyak hutang dibandingkan modal

sendiri. Semakin tinggi rasio ini menunjukan perusahaan semakin dipercaya,

artinya nilai perusahaan menjadi lebih tinggi. Rasio ini kebalikan dari debt

equity ratio yang dikenal di dalam rasio keuangan (Sawir, 2005:25)

5. Penjualan / Total Aktiva (X5)

Rasio Penjualan/Total aktiva merupakan rasio yang mendeteksi kemampuan

perusahaan yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam satu

periode tertentu. Rasio ini dapat pula dikatakan sebagai rasio yang mengukur

kemampuan modal yang diinvestasikan oleh perusahaan untuk menghasilkan

pendapatan (revenue). Semakin besar perputaran total aktiva semakin efektif

perusahaan mengelola aktivanya

Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya masalah

(55)

di atas: pangsa pasar menurun, berpindahnya penguasaan pasar pada pesaing, modal

kerja menurun, kepercayaan konsumen berkurang dan beberapa indikator lainnya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat terlihat rasio-rasio yang digunakan dalam

metode Altman Z–Score tidak hanya terfokus pada bagian-bagian keuangan

perusahaan saja tetapi juga dapat dikorelasikan dengan beberapa indikator yang

mungkin dapat mempengaruh rasio-rasio tersebut. Hal ini berarti bahwa

implementasinya motede Altman Z-Score pada perusahaan di samping akan

mendekteksi terjadinya kemungkinan kebangkrutan, juga akan mengarahkan

perusahaan yang sedang mengalami masalah dengan memperhatikan indikator yang

berkaitan dengan likuiditas, profitabilitas dan aktivitas perusahaan. Metode Altman

Z-Score pertama kali dikembangkan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan.

Pada dasarnya tujuan perhitungan nilai Z adalah untuk mengingatkan akan masalah

keuangan yang mungkin membutuhkan perhatian serius dan menyediakan petunjuk

untuk bertindak. Bila nilai Z perusahaan lebih rendah daripada yang dikehendaki

manajemen. Maka harus diamati laporan keuangan untuk mencari penyebab mengapa

terjadi begitu. Hal yang menarik mengenai Altman Z-Score adalah keandalannya

sebagai alat analisis tanpa memperhatikan bagaimana ukuran perusahaan. Meskipun

perusahaan sangat makmur, tapi bila nilai Z mulai turun dengan tajam, perusahaan

harus segera waspada dan mengambil langkah tepat untuk memperbaiki kinerjanya

Pengamatan dimulai dengan menghitung nilai Z dari periode ke periode

sebelumnya dan dibandingkan dengan nilai Z sekarang. Bila kecenderungan

(56)

yang menyebabkan skor jatuh. Memantau kecenderungan nilai Z akan membantu

mengevaluasi perubahan keuangan perusahaan.

2.2 Penelitian Terdahulu

1. Umar Hamdan dan Adi Wijaya (2006)

Hamdan dan Wijaya (2006) melakukan penelitian dengan judul “Analisis

Komparatif Risiko Keuangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Konvensional dan

BPR Syariah”, Penelitian ini dilakukan pada BPR di Sumatera Selatan. Tujuan

penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui dan menganalisis tingkat risiko

BPR Konvensional dan BPR Syariah. Teknik analisis yang digunakan dalam

penelitian ini adalah analisis diskriminan dan analisis rasio keuangan yang terdiri

dari:

a. Rasio likuiditas dengan indikator: Asset to Loan Ratio, Cash Ratio, dan Loan to

Deposit Ratio.

b. Rasio solvabilitas dengan indikator: Capital Ratio, Capital Risk dan Capital

Adequacy Ratio.

c. Rasio rentabilitas dengan indikator: Gross Profit Margin, Net Profit Margin,

Return on Equity dan Return on Asset.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa:

1. Secara umum rasio-rasio likuiditas BPR syariah “F” relatif lebih baik

(57)

2. Rasio-rasio solvabilitas kedua BPR menunjukan kondisi sehat. Rasio

kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) kedua BPR diatas ketentuan

minimum BI (8%). CAR pada BPR konvensional “S” tahun 2003 sebesar

23,95% dan BPR Syariah “F” sebesar 37,92% dari angka tersebut ternyata

rasio solvabilitas BPR syariah “F” relatif lebih baik dibandingkan dengan

rasio solvabilitas BPR konvensional “S”.

3. Semua rasio rentabilitas kedua BPR adalah positif. Laba bersih terhadap

pendapatan operasi (NPM) yang cukup baik, dimana pada BPR konvensional

“S” sebesar 39,73% dan pada BPR syariah “F” sebesar 35,37% pada tahun

2003. Keadaan ini menunjukkan bahwa kedua BPR mampu memperoleh laba

yang wajar, walaupun NPM BPR syariah “F” relatif lebih rendah dibanding

dengan BPR konvensional “S”.

4. Perbandingan tingkat risiko keuangan berdasarkan hasil analisis diskriminan

(Z-Score) menunjukkan kedua BPR pada posisi “gray”. Namun nilai Z BPR

syariah “F” relatif lebih tinggi dibanding BPR konvensional “S”, yang berarti

risiko BPR Syariah “F” relatif lebih rendah dibandingkan BPR konvensional

“S”.

2 Sudartanto (2012)

Sudartanto melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Komparatif Risiko

Keuangan Pada Bank konvensional dan Bank Syariah (Studi Kasus pada Bank

Rakyat Indonesia dan Bank Muamalat Indonesia)”. Tujuan dilakukannya penelitian

Gambar

Tabel 1.1 Rasio Keuangan Bank Syariah Mandiri dan Bank Mandiri
Tabel 2.1 Perbedaan Bank Syariah Dengan Bank Konvensional
Tabel 2.2 Perbandingan Sistem Bagi Hasil dan Sistem Bunga
Tabel 2.3 Kriteria Analisis Z-Score
+5

Referensi

Dokumen terkait

Yaitu pengolahan (treatment) air limbah dengan mendayagunakan Yaitu pengolahan (treatment) air limbah dengan mendayagunakan mikroorganisme untuk mendekomposisi

Kata penyakit yang terdapat di dalam bacaan berita kuldesak lantaran jerebu terbentuk dari gabungan prefiks {peN-} + kata dasar sakit. Pada kata penyakit, kata dasar

PENGARUH KUALITAS PRODUK, HARGA, DAN IKLAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN SAMPO MEREK.. “PANTENE” DI KELURAHAN

yang matang.asing disamakan dengan besar, sangat berkuasa, sehingga mudah menyaingi pengusaha kecil pribumi. Dari pemikiran yang dilontarkan oleh pakar maupun praktisi bisnis

1 Menurut saya harga s ampo “Pantene” terjangkau sesuai dengan kemampuan daya beli saya... 3 Menurut saya harga s ampo “Pantene” le bih murah dibandingkan dengan

Pelecehan seksual pada penelitian ini diungkap melalui skala, yang terdiri dari dua bentuk atau karakteristik pelecehan seksual, yaitu tingkah laku yang berupa

Hal ini disebabkan karena semua anomali magnetik yang diobservasi bernilai negatif Pengerjaan lainnya adalah menginterpretasikan anomali medan magnet dengan

Ho = Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah larva dengan cuaca di kawasan KBW bagi semua zon kesihatan WPKL. Ha = Terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah