• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi genetik karakter hortikultura dan ketahanan terhadap cucumber mosaic virus dan chilli veinal mottle virus pada cabai (Capsicum annuum L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi genetik karakter hortikultura dan ketahanan terhadap cucumber mosaic virus dan chilli veinal mottle virus pada cabai (Capsicum annuum L.)"

Copied!
201
0
0

Teks penuh

(1)

STUD1 GENETIK KARAKTER HORTIKULTURA DAN

KETAHANAN TERHADAP CUCUMBEX MOSAIC WRUS

DAN CHILLI VEINAL MOTTLE WRUS

PADA

CABAI (Capsicurn cmnuurn L.)

AGUS RIYANTO

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANZAN BOGOR

BOGOR

(2)

PEKNYATAAN MENGENAI TESIS

DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Studi Genetik Karakter Hortikultura dan Ketahanan terhadap Cucumber Mosaic Virus dan Chilli Veinal n//otrle Virzrs pada Cabai (Capsictnn annuton L.) adalah karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan

iinggi inanapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang

diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan d a l m

Daftar

Pustaka di bagian hkhir iesis ini.

Bogor, September 2007

(3)

ABSTRACT

AGUS RIYANTO. Genetic Study of Horticulture Character and Resistance to Cucumber iMosaic T'irzrs and Chilli Veinal A4ottle Virus in Chili (Capsicum unnuznn L.). Supervised by SRIANI SUJIPRIHATI, and SRI HENDRASTUTI NIDAYAT.

Czrantnber mosaic vjrus (ChlV) dan clzilli veinal mottle virus (ChiVMV) are iotlsidrred inajor viruses that mav cause significant yield losses in chili pepper (C. nnnuuin). The use of resistance variety is becoming impoltant fnr controlling virus infection since other methods were not effective. Genetic information. such as genetic parameter, combining ability, and heterosis is required in order to develop resistance variety.

The research involved three activities, i.e. (1) Evaluation of horticulture character; (2) Evaluation of chili response to CMV; and 3) Evaluation of chili response to ChiVMV.

The objectives of the 1" activity were (I) to evaluate genotypes for hodiculture character and (2) to estimate genetic parameter, general combining ability (GCA), specific combining ability (SCA) and heterosis of horticulture character. One set of population from half diallel mating, involving 6 parents and

15 hybrids were used in this research.

The objectives of the 2nd and the 3rd activities were (1) to estimate genetic parameters, general combining ability (GCA), specific combining ability (SCA) and heterosis of resistance to CMV and resistance to ChiVMV character and (2) to evaluate genotypes for their response to CMV and ChiVMV infection. Two sets of population from ha!f diallel mating, involving 6 parent and 15 crosses for each set, were used in this research. One set of these population were inoculated with CMV isolate 02 and another set with ChiVMV isolate Cikabayan. Infection of the viruses were c o n f i i e d by DAS-ELISA. Furthermore, absorbance value of ELISA was used as an indicator of virus titer for calculation of combining ability and heterosis estimation.

It was evidenced that heterosis occurred due to interaction between genes controlling number of fruits and those controlling overdominance for fruit yield per plant, days of harvesting, resistance to Ch4V and resistance to ChiVMV. This gene interaction can be used for deve1opi;ig improved hybrid varities. General combing ability (GCA) effect will influence specific combining ability (SCA) in which the latter is responsible for improvement of heterosis. Narrow sense heritability values of horticulture character, resistance to CMV and resistance to ChiVMV were high and narrow sense heritability values were range from low to high. Resistance to CMV and ChiVMV were controlled by each recessive and dominant gene. Two parents i.e. IPB C14 and IPB C10 can be used as donor parents for developing both CMV and ChiVMV resistance chili varieties, whereas IPB C1 can be used as donor parents for developing ChiVMV resistance chili varieties only. Three hybrids showed resistance to CMV and 6 hybrids showed resistxlct only to Chi\ll\.lV.

(4)

RINGKASAN

AGUS RIYANTO. Studi Genetik Karakter Hortikultura dan Ketahanan terhadap Cucunzber Mosaic Virus dan Chilli Veinal Mottle Virus pada Cabai (Cupsictmz annuurn L.). Dibimhing oleh SRIANI SUJIPRIHATI dan SRI HENDRASTUTI NIDAYAT.

Cucumber nzosuic virzrs (CMV) d m chil!i veil7ul tno//le virzrs ( ChiVMV) merupakaii dua v i m pcnting yang menginfe~si cabai di Asiz dan telah di1apod:an tersebar luas di Indonesia. Salali satu strategi untuk mengendalikau kedua virus tersebut adaleh penggunaan varietas tahan. Petdkitan varietas tahan CMV dan ChiVMV akm lebih mudah jika tersedia informasi kendali genetik karakter yang diinginkan. Studi genetik untuk mempelajari parameter genetik suatu sifat, lnenduga nilai daya gabung: menduga nilai heterosis dan menddgz nilai heritabilitas dapat dilakukan menggunakan analisis silang setengah dialel.

Penelitian meliputi tiga percobaan yaitu: (1) evaluasi karakter hortikultura, (2) evalusi respon tanaman terhadap CMV, dan (3) evalusi respon tanaman terhadap ChiVMV.

Percobaan 1 bertujuan untuk memperoleh (1) genotipe yang memiliki penampilan hortikultura terbaik, dan (2) informasi tentang parameter genetik, nilai DGU, nilai DGK dan nilai heterosis karakter hotikultura. Percobaan ini menggunakan 21 genotipe yang terdiri atas 6 tetua dan 15 hibridanya. Analisis data dilakukan menggunakan pendekatan Nayman, Griffing dan Fehr.

Percobaan 2 dan 3 bertujuan untuk memperoleh (1) informasi tentang parameter genetik, nilai DGU, nilai DGK dan nilai heterosis karakter ketahanan terhadap CMV dan ChiVMV, dan (2) genotipe tnhan CMV dan ChiVMV. Kedua percobaan ini masing-masing menggunakan 21 genotipe yang terdiri atas 6 tetua dan 15 hibridanya. Isolat yang digunakan adalah CMV isolat 02 dan ChiVMV isolat Cikabayan. Analisis setengah dialel dan pendugaan heterosis karakter ketahanan terhadap CMV dan ChiVMV dilakukan menggunakan h a i l ELISA menggunakan pendekatan Hayman, Griffing dan Fehr. Pengelompokkan tipe ketahanan menggunakan metode yang dikemukan oleh Dolores.

Berdasarkan hasil percobaan diperoleh informasi bahwa interaksi gen pada karakter jumlah buah dan overdonzinance pada karakter bobot buah per tanaman: umur panen, ketahman terhadap CMV &n ketahanan terhadap ChiVMV menyebabkan heterosis dan dapat dimanfaatkan untuk pembentukan varietas hibrida. Efek DGU a k m mempengaruhi efek DGK dan efek DGK adalah konlponen yang bertanggungjawah pada peningkatan heterosis. Nilai heritabilitas arti luas pada semua karakter hortikultura yang diamati, ketahanan terhadap CMV dan ketahanan terhadap ChiVhN memiliki kriteria yang tinggi. Nilai heritabilitas arti sempit berkisar dari rendah sampai tinggi. Ketahanan cabai terhadap CMV dikendalikan 1 kelompok gen resesif dan ketahanan cabai terhadap ChiVMV dikendalikan 1 kelompok gen dominan. Tetua IPB C14 dan IPB C10 dapat dijadikan tetua donor ketahanan terhadap CMV dan ChiVMV dan IPB C1 dapat dijadikan tetua donor ketakaaad terhadap CMV. Tiga hhrida Serpotznsi dijadikan hibrida tahan CMV dan ChiVMV serta 6 hibiida berpotensi dijadikan hibrida tahan ChiVMV.

(5)

O

Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007 Hak cipta dilindungi Undang-undang

1 Dilarang mengutip sebagian atau selumh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b Pengutipan tidak memgikan kepentingan yang wajar IPB

(6)

STUD1 GENETIK KARAKTER HORTIKULTURA DAN

KETAHANAN TERHADAP CUCUMBER MOSAIC VIRUS

DAN CHILLI VEINAL MOTTLE VIRUS

PADA

CABAI (Capsicum annuutn

L.)

AGUS RIYANTO

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperaleh gelar Magister Sains pada

Departemen Agronomi d m Hortikultura

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT P E R T A N M BOGOR

BQGOR

(7)

Judul Tesis : Studi Genetik Karakter Hortikultura dan Ketahanan terhadap Cucumber Mosaic Jrirus dan Chilli Veinal Mottle J'irus pada Cabai (Capsicum anntiunz L.)

Nama Mahasiswa : Agus Riyanto

Nomor Pokok : A35 1040071

Disetujui, Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Sriani Suiiprihati, MS. Dr. Ir. Sri Hendrastuti HidGat. MSc.

Ketua Anggota

Diketahui,

Ketua Progam Studi Agronomi Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

(8)

PRAKATA

Puji syukur atas segala ridho, rahmat dan hidayah Allah SWT sehingga tulisan ini dapat penulis selesaikan. Tesis yang berjudul Studi Genetik Karakter fiorlikultura dan Ketahanan terhadap Cucunzber Mosaic Vil.lrs dan Chilli Veinal

Moltle I*'iru.s pada Cabai (Capsicum annuun: L.) merupakan kelenkapan tugas akhir untuk men~peroleh ge:ar Magister Sains pada Sekolah Pascasrjana IPB.

Penelitian dan penulisan tesis ini di bawah bimbingan Dr. Ir. Sriani Sujiprihati, MS. dan Dr. Ir. Sri Hendrastuti Hidayat, MSc. Terimakasih dan penghargaan penulis sampaikan atas bimbingan dan arahan yang diberikan sejak penyusunan, perencanaan dan pelaksanaan penelitian hingga selesai penulisar~. Terimakasih dan penghargaan juga disampaikan kepada Dr. M. Syukur SP, MSi. atas masukan dan saran sebagai penguji luar komisi szat sidang tesis.

Terimakasih juga diucapkan kepada SPMU TPSDP BATCH I11 Universitas Jenderal Soedirman selaku pemberi beasiswa selama penulis menempuh studi dan Tim Program Penelitian Kerjasama Faperta-AVRDC 2006 yang diketuai oleh Dr. Ir. Sri Hendarstuti H, M.Sc. se& Dr. Ir. Sriani Sujiprihati, M.S. (anggota Bidang Pemuliaan Tanaman) selaku penyandang dana penelitian.

2enghargaan penulis sampaikan kepada Rektor Universitas Jenderal Soedirman, Dekan Fakultas Pertanian dan Ketua Program Studi Pemuliaan Tanaman yang telah memberikan izin belajar serta Rektor Institut Pertanian Bogor. Direktur Sekolah Pascasajana IPB dan Ketua Program Studi Agronomi Sekolah Pascasajana IPB yang telah menerima penulis untuk melanjutkan S2.

Disatnpicg itu, terimakasih disampaikan kepada Kepala Bagian Genetika dan Pe~nuliaan Tananan Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB atas bantuan bahan genetik dan fasilitas di Laboratorium Pendidikan Pemuliaan Tanaman dan Kepala Laboratorium Virologi Departemen Proteksi Tanaman IPB atas bantuan fasilitas penelitian di Laboratorium Virologi dan rumah kaca di Cikabayan.

(9)

Rahmi Yunianti, Zahratul Millah, Ismi Yulianah, Latifah dan Siti Hafiah; dan Staf fzngajar, Laboran dan Teknisi di Program Studi Pemuliaan Tanaman Faperta UNSOED atas dukungai~ dan segala bantuan yang diherikan. Ungkapan terimakasih dan penghargaan juga disampaikan kepada Ibunda Suripah, Ayahanda Adi Pramono dan keluarga di Pasir serta Pekuncen atas doa. dukungan dan kasih sayangnya.

Semoga karya tu!is ini dapat bermanfaat bagi pengembangan iimu pengetahuan.

Bogor, September 2007

(10)

RIWAYAT

HIDUP

Penulis dilahirkan di Banyumas pada tanggal 2 Agustus 1977. Penulis merupakan anak tunggal dari pasangan Adi Pramono dan Suripah.

Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi Pemuliaan Tanaman Fekultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, lulus tahun 2002. Pada tahun 2004 ~ e n u l i s diterima di Program Studi Agronom; Sekolah P a s c a s a j a n ~ IPB. Beasiswa pendidikan pascacajana diperoleh dari SPMU TPSDP Eatch 111 Universitas Jenderal Soedirman.

(11)

DAFTAR IS1

Halarnan

. .

DAFTAR TABEL

...

XII

DAFTAR CiAMBAR

...

xiv DAFTAR LAMPIRriN

...

xv

I FENDAHULUAN

Latar Belakang

. .

...

1 Tujuan Penel~t~an ...

. .

3 Ruang Lingkup Penel~t~an

...

4 I1 TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi; 3otani dan Syarat Tumbuh Cabai

...

6 Cucumber Mosaic Virus (CMV)

...

8 Chilli Veinal ,'doi/le Virus ( C h i V W )

...

9

. . .

...

Analls~s Sllang Dialel 10

Heterosis

...

13 111 ANALISIS SILANG SETENGAH DIALEL KARAKTER

HORTIKULTURA CABAI (Capsicun~ annuunz L.)

Abstrak

...

15 Pendahuluan

...

15 Bahan dan Metode

...

17

...

Tempat dan Waktu 17

Bahan

...

17

...

Metode 17

Hasil dan Pernbahasan

...

20

...

Pendugaan Parameter Genetik 21

...

Daya Gabung 27

...

Heterosis Dan Heterobeltiosis 31

IV RESPON TANAMAY CABAI (Capsinta annuum L . ) TERHADAP CUCUMBER I ~ ~ O S A I C VIRUS DAE CHILLI VEINAL MOTTLE VIRUS

Abstrak

...

36 Pendahuluan

...

36 Bahan dan Metode ... 37

...

Ternvat dan Waktu 37

(12)

V ANALISIS SILANG SETENGAH DIALEL KARAKTER KETAHANAN CABAI (Cupsicurn annuunz L.) TERHADAP CUCUMBER MOSAIC J/(RUS DAN CHILI VEINAL MOTTLE VIRUS

Abstrak

...

44

Pendahuluan ... 44

Bahan dan Metode

...

46

Tempat dan Waktu

...

46

Bahan

...

46

Metode

...

46

...

Ilasil Dan Pembahasan 48

...

...

Pendugaan Parameter Genetik 1 48 Daya Gabung

...

52

Heterosis Dan Heterobeltiosis

...

54

Simpulan

...

55

Daftar Pustaka

...

56

VI PEMBAHASAN UMUM

...

58

VII SIMPULAN UMUM DAN SARAN Saran

...

66

VIII DAFTAR PUSTAKA

...

68
(13)

DAFTAR

TABEL

Halaman 1 Genotipe cabai bahan penelitian

...

17 2 Persilangan setengah dialel dan selfing enam tetua

...

IS

3 Jenis dan dosis pup& serta ..valitu pemupukas tanaman cabai ... 20 4 Ku?.drat ten& karakter horiikultur; yalig riialuati pada 21 ger~otipe

cabai

...

20 5 Pendugaan parameter genetik karakter hotikultura menggunakan analisis

silang setengah dialel

... ...

22 6 Nilai (Wr+Vr) karakter hortikultura 6 tetua cabai

...

24 7 Kuadrat tengah daya gabung karakter hortikultura yang diamati pada 21

genstipe cabai

...

28 8 Komponen ragam DGU, DGK dan proporsi ragaln DGK terhadap ragam

DGU karakter hortikultura yang diamati pada 21 genotipe cabai

...

28 9 Nilai tengah, DGU dan DGK karakter hortikultura yang diamati pada 21

genotipe cabai

...

...

30 10 Nilai duga heterosis dan heterobeltiosis karakter hortikultura yang diamati

pada 15 genotipe cabai

...

3 1 11 Kespon 21 genotipe cabai terhadap CMV dan ChiVMV

...

41 12 Kelas CMV dan kelas ChiVMV berdasarkan nisbah nilai absorban

ELISA

...

47 13 Kuadrat tengah analisis ragam karakter ketahanan berdasarkan kelas

CMV dan kelas ChiVMV pada cabai

...

48 14 Pendugaan parameter genetik karakter ketahanan berdasarkan kelas CMV

dan kelas ChiVMV

...

49 15 Nilai (WrtVr) karakter ketahanan berdasarkan kelas CMV dan kelas

ChiVMV 6 tetua cabai

...

...

...

30 16 Kuadrat tengah daya gabung karakter ketahanan berdasarkan kelas CMV

dan kelas ChiVMV pada cabai

...

52 17 Kornponen ragam DGU, DGK dan proporsi ragarn DGK terhadap ragam

DGU karakter ketahanan berdasarkan kelas CMV dan kelas ChiVMV

pada cabai

...

52 18 Respon 21 genotipe cabai terhadap CMV clan ChiVMV. nilai DGU Jan

nilai DGK karakter ketahanan berdasarkan M a s CMV dan kelas

ChiVMV

...

53 19 Nilai duga heterosis dan heterobeltiosis karakter ketchanal berdamkan
(14)
(15)

DAFTAR GAMBAR

1 Diagram alir penelitian studi genetik karakter hortikultura dan ketahanan terhadap cucumber ntosuic virus dan cl7illi veinal moltle virus pada cabai

(Cqsicz!rn dnnz!!u~z

LG

...

5

2 S e v n g tetua ~nenggu~lakan sungkup kasa

... ... ... ... .

18

3 Teknik persilangan buatan pada cabai

...

19

4 Hubungan peragam (Wr) dan ragam (Vr) karakter bobot buah per tanaman, jumlah buah dan panjang buah

...

25

5 Hubungan peragam (Wr) dan ragam (Vr) karakter diameter buah dan umur panen

...

27

6 Teknik inokutasi virus secara mekanis pada cabai

...

38

7 Gejala infeksi CMV pada daun cabai

...

39

o

Gejala infeksi ChiVMV pada daun cabai

...

39
(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

. .

1 Metode a n a l ~ s ~ s setengah dialel

...

75

2 Korelasi karakter hortikultura, ketahanan terhadap CMV dan ketahanan terhadap ChiVMV yang diamati pada 21 genotipe cabai

...

80

3 Nilai tengah tetua, hibrida, ni!ai heterosis d2n heterobeltiosis karakter bobot buah per tanaman 15 hibrida yang diuji

...

90

4 Nilai tengah tetua, hibrida, nilai heterosis dan heterobeltiosis karakter

. . .

jumlah buah 15 hibrida yang dlujl

...

81

5 Nilai tengah tetua, hibrida, nilai heterosis dan heterobeltiosis karakter

. . .

panjang buah 15 hibrida yang dlujl

...

81

6 Nilai tengah tetua hibrida, nilai heterosis dan heterobeltiosis karakter diameter buah 15 hibrida yang diuji

...

82

7 Nilai tengah tetua hibrida, nilai heterosis

. .

. . .

dm heterobeltiosis karakter Umur panen 15 hlbnda yang ~ I U J I

...

82

8 Nilai tengah tetua, hibridq nilai heterosis dan heterobeltiosis karakter ketahanan berdasarkan kelas CMV 15 hibrida yang diuji

...

83

9 Nilai Tengah Tetua, Hibrida, Nilai Heterosis dan Heterobeltiosis karakter ketahanan berdasarkan kelas ChiVMV 15 hibrida yang diuji

...

83

10 Penampilan buah cabai hibrida tahan CMV dan ChiVMV

...

84

1 1 Penarnpilan buah cabai hibrida tahan ChiVMV

...

84
(17)

I PENDAHULUAN

Latar Belakang

Cabai (Cnpsiczm~ spp) merupakan sayuran penting di dunia dan termasuk spesies pertama yang ditemukan telah digunakan manusia di seluruh dunia (Berke 200U). Luas pertanaman cabai dunia diperkirakan sekitar 1.25 juta hektar dzngan pertumbuhan rata-rats 0.5%. Produksi cabai dunia mencapai 11 2 juta ton dan 4.3 juta ton dihasilkan ole11 nzgara-negara Asia seperti India, Indonesia, China dan Korea (Xuefeng 1999).

Lima spesies cabai yaitu Capsicum pubescens, C. baccafum; C. chinense, C. ~ustescens dan C. annuum telah didomestikasi, dideskripsi dan dipelajari secara intensif (Greenleaf 1986; Pickersgill 1997; Berke 2000). Cabai merah (C. annuum) merupakan spesies j.;ni, dibudidayakan paling luas dan merupakan spesies yang bemilai ekonorni penting dari &:nus Capsicum, yang memiliki tipe buah rnanis hingga sangat pedas (Rubatzky & Yamaguchi 1997; Bosland & Votava 2000; Zhang 2005).

Cabai dapat dikonsumsi dalam benfuk buah segar, kering atau bentuk olahannya. Satu juta orang diperkirakan rnengkonsumsi cabai segar atau bentuk olahannya dalam satu hari (Zhang 2005). Cabai kaya akan vitamin C, A dan B, potasium, fosfor dan kalsium (Xuefeng 1999; Bosland & Votava 2000). Kandungan kimia cabai merupakan bagian penting dalam obat-obatan, pewarna makanan dan kosmetika (Taychasinpitak & Taylviya 2003; IISR 2006).

(18)

Penyakit pada cabai dapat diakibatkan oleh infeksi bakteri, cendawan dan virus. Infeksi virus pada cabai dapat menyebabkan kegagalan panen (Greenleaf 1986) dan paling sulit dikendalikan (Suzuki el 01. 2003). Sulyo el ul. (1993) menyebutkan bahwa sekitar 40 virus mampu menginfeksi tanaman cabai, sedangkan Duriat el rrl. (1995) nlenyatakan bahwa sekitar 45 virus yang berbeda mampu menginfeksi tanaman cabai. Cuczmlher mosuk virus (CMV) dan chilli veitzul mottle virus (ChiVMV) merupakan 2 virus penting yang menginfcksi cabai di Asia (AVRDC 1994, 2006, 2001; Berke 2002) dan telah dilaporkan tersebar luas di Indonesia (Sulyo el al. 1995; Taufik et 01.2006; Ditlinhorti 2066).

Infeksi CMV dan ChiVMV menjadi faktor pembatas produksi cabai dan menyebabkan ketidakstabilan produktiviras serta rnenurunkan kualitas dan kuantitas hasil cabai. Infeksi CMV menyebabkan buah berkerut, bergelombang, benvarna pucat hijau kekuningan dan terkadang terbentuk lesiu kecil (Cerkauskas 2004a). Kehilangan hasil akibat infeksi CMV dapat rnencapai 90% tergantung varietas tanaman dan strain CMV yang menginfeksi (AVRDC 2000). Hasil penelitian Nilamsari et al. (1998) rnenyatakan bahwa infeksi CMV dapat menurunkan bobot buah per tanaman sarnpai 82.30%.

Infeksi ChiVMiJ rnenyebabkan bunga layu dan rontok sebelurn pernbentukan buah. Jika terbentuk buah maka buah menjadi salah bentuk (Cerkauskas 2004b). Infeksi ChiVMV dapat rnenyebabkan kehilangan hasil san~pai 100% (AVRDC 2003), sernentara Subekti et al. (2006) melaporkan bahwa di Indonesia kehilangan hasil akibat infeksi ChiVMV mencapai 65%.

(19)

Ctictmzher t~zosuic 1-irzcr dan chilli 1leit7al nlortle virzrs marnpu n~enginfeksi cabai secara tunggal atau bersama-sama, sehingga pengendalian secara konvensional selnakin sulit dilakukan. Salah satu strategi untuk niengendalikan ked~la virus tersebut adalah penggunaan varietas tahan karena merupakan cara yeng efektif, murah dan aman. Perakitan varietas baru yang meiniliki ketahanan terhadap berbagai v i n ~ s (multiyle-virus resistance) n~enjadi penting sebagai pemecahan masalah (Grubs cl al. 2003). Sayangnya, \arietas cabai tahan CMV dan ChiVMV yang lnemiliki daya hasil yang baik belum tersedia (Taufik et al. 2006; Subekti et al. 2006).

Perakitan varietas tahan CMV dan ChiVMV akan lebih n~udah jika tersedia informasi kendali genetik karakter yang diinginkan. Perilaku genetik gen-gen karakter yang diinginkan dapat dipelajari melalui studi gendik menggunakan metode analisis silang dialel. Metode ini secara eksperimental merupakan pendekatan yang sistematik dan secara analitik merupakan evaluasi genetik menyeluruh yang bergma dalarn mengidentifikasi persilangan bagi potensi seleksi yang terbaik pada generasi awal (Johnson 1963; Khan & Habib 2003). Analisis silang dialel dapat digunakan untuk mempelajari kendali genetik suatu sifat, menduga nilai daya gabung dalam hihrida serta membantu pernulia dalam mcningkatkan dan menyeleksi populasi segregan (de Sousa & Maluf 2003). Selain itu, dapat diperoleh informasi nilai heterosis dan heritabiiitas.

Tujuan Penelitian

Tujuan akhir dari seluruh percohaan yang dilakukan adala;~ untuk memperoleh metgde seleksi yang tepat dalam perakitan varietas cabai unggul tahan CMV dan ChiVMV. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan melakukan beberapa percobaan dengan tujuan khusus:

1 Menlpelajari paranleter genetik pada cabai untuk karakter hortikultura, ketahanan terhadap Ch4V dan ketahanan terhadap ChiVh4V.

2 Menduga nilai daya gabung umum: daya gabung khusus dan nilai heterosis karakter hortikultura ketahanan terhadap CMV dan ketahanan terhadap ChiVM;' pada cabai.

(20)

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian meliputi tiga percobaan yaitu: (1) evaluasi karakter hortikultura, (2) evaluasi respon tanaman terhadap CMV. dan (3) evaluasi respon tanaman terhadap CliiVMV. Diagram alir penelitian disajikan pada Gambar 1.

(21)

Plasma nutfah cabai (lokal dan introduksi)

Pembentukan populasi dasar

I

Percobaan 3 Evaluasi Percobaan 4 Evaluasi

1

E z F z : t e r

1

terhadap ChiVMV I

hortikultura

Analisis setengah dialel Parameter genetik

= DGU d a n D G i Heterosis Heritabilitas

1 Analisis setengah dialel Parameter genetik DGUdanDGK Heterosis Heritabilitas 2 Respon tanaman

Genotipe tahan dan rentan

Metode seleksi yang tepat untuk perakitan varietas cabai unggul

[image:21.539.36.458.31.550.2]

tahan CMV dan ChiVMV

(22)

I1 TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi, Botani dan Syarat Tumbuh Cabai

Cabai (Capsicurn annutrm L.) dibudidayakan pertama kali di Meksiko dan A~nerika Tengah. Cabai diintroduksikan oleh Portugis ke Indonesia sekitar 350-500 tahun yang lalu (Berke 2004. Cabai merah diklasifikasikan daiam divisi Magnoliophyts, kelas Magcoliopsidq ordo Sulanes, famili Soianaceae. gev.ls Capsicum dan spesies Capsicum annuum (Boslanci & Votava 2000, Der-ra 2000). Cabai mempakan jenis tanman setahun berbentuk perdu. Cabai memiliki akar tunggang ( a k a primer) yarlg bercabang-cabang ke samping dengan akar-akar rambut ( a k a sekunder). Akar tananlan menyebar dengan panjang 30 sampai 50 cm dan kedalaman 30 sampai 60 cm. Cabai merah menliliki batang tunggal berdaun 8 sampai 15 helai sebelum membentuk bunga pertama (Bosland & Votava 2000). D a m cabai merah mempakan daun tunggal yang tumbuh pada tunas-tunas samping, batang utama dan c a b ~ z g tersusun secara spiral. Helai daun cabai merah berbentuk ovate atau lanmolate dan benvama hijau atau hijau tua (Kusandriani 1996b).

(23)

Tanaman cabai memiliki jumlah kromosom somatik 2n=24 (Berke 2000). Penyimpanpan jumlah kromosom 2n=26 ditnnukan pada spesies C. ciliaiun~ asal Arnerika Selatan bagian barat, spesies liar di Brasil dan C. lanceolulutn asal Guatemala (Nankui & Bosland 1997) serta cabai manis (Bosland & Votava 2000). Buah cabai merah di Asia terutama bertipe cayenne dengan dua ukuran, panjang atau pendek. Buah cabai merah berukuran panjang mzmiliki bentuk buah lurus, wama buah muda hijau atau hijau gelap, warna buah masak merah menyala atau merah gelap, panjang buah antara 9 sampai 15 cm dan kepedasannya berkisar antara tidak pedas sampai pedas medium. Buah cabai merah berukuran pendek memiliki bentuk buah lums, wama buah muda hijau atau hijau gelap, wama buah

m a s k merah menyala atau merah gelap, panjang buah antara 2 sampai7 cm d m

kepedasannya berkisar antara pedas medium sampai sangat pedas (Berke 2002). Cabai merah membutuhkan suhu optimum 20 OC sampai 30 OC. Ketika suhu turun menjadi 15 OC atau naik menjadi 30 OC untuk jangka w a h yang lama maka pertumbuhan akan terhambat dan produksi akan menurun. Panjang hari tidak menpengaruhi pernbentukan bunga atau buah. Pertumbuhan tanaman terbaik diperoleh ketika cabai ditanam pada lahan dengan jenis tanah liat atau liat berlumpur dengan kapasitas lapang yang baik. Pada tipe tanah lainnya, tanaman ini memerlukan pengairan yang baik untuk dapat tumbuh. Cabai merah membutuhkan pH tanah antara 5.5 dan 6.8 (Berke et a1 2005).

(24)

Cucurnber Mosaic Virus (CMV)

Cucumber mosaik virus (CMV) temlasuk dalam famili Bromoviridcie genus

Cztcumovirus. Partikel CMV berbentuk isohedral dengan diameter 29 nm. Tiap partikel memiliki 180 subunit protein dengan berat molekul 24 kDa (Hull 2002). Genom CM?' terdiri atas 5 komponen utas tunggal RNA dan 1 sub genom. Genom tersebut adalah RNAl {3,4 kbcb), RNA2 (3,l kb) dan RNA3 (2,2 kb). S L I ~ genom RNA4 n e m i l i i ukuran i,O kb (Agrios 1997). Virw ini memiliki titik panas inaktivsi 55 sanlpai 70 OC dm ketahanan invitro kurang dari 1'3 hari (Palukaitis & Garcia-Arenal 2003) dan titik batas pengenceran l:lo4 (Matthews 1991).

Cucumber mosuic virus tersebar di selurh dunia dengan kisaran inang yang luas. Inang virus ini meliputi lebih dari 1200 spesies pada lebih dari 100 famili dikotiledon dan monokotiledon. Penularan CMV dapat dilakukan dengan cara mekanis, melalui serangga vektor, benih pada lebih dari 20 spesies tanaman dan tali putri (Palukaitis & Garcia-Arena1 2003). Pada cabai, CMV tidak dapat ditularkan melalui benih (Cerkauskas 2004a). Cucumber mosaic virus ditularkan secara non persisten oleh i e b i dari 800 sijesies kutudaun (Aphididae) dalam 33 genera. Myzuz persicae dan Aphis gossypii adalah 2 serangga vektor terpenting. Serangga vektor memhutuhkan waktu makan akuisisi dan inokulasi yang singkat.

Gejala CMV beragam tergantung spesies tanaman inang dan straimya. Gejala umurn yang nampak adalah mosaik, belang, klorosis, nekrosis, kerdil serta perubahan bentuk dam dan buah (Agrios 1997). Infeksi CMV pada cabai menimbulkan gejala pengkerdilan, mosaik hijau gelap pada daun, perubahan bentuk daun, pola nekrosis pada daun, perubahan warna dan bentuk buah serta lesio pada buah cabai (Cerkauskas 2004a).

(25)

3 gen mayor pengendali karakter ketahanan CMV pada cabai dengan aksi gen resesif tidak penuh yaitu 2 gen resesif dan 1 gen dominan yang bekerja secara epistasis.

Clzilli Veinal Mottle firus (ChiVMV)

Chilir veinal niottle virus fChiVhlV) pertama kali di!aporkan pada C. annulcnt di Malaysia oleh Bumett pada tahun 1947. Vilus ini tersebar di Korea, Malaysia, Filipina, Taiwan dan Thailand (Brunt 1992). Dilaporkan bahwa ChiVMV telah tersebar luas di Indonesia (Sulyo et al. 1995; Taufik et al. 2006; Ditlinhorti 2006).

Chilli veinal nzoltle virus termasuk dalam genus potyvirus. Chilli veinal mottle virus memiliki partikei berbentuk filamentus; tidak memilid zelubung dan selall~ flexuous dengan panjang 720 nm dan lebar 12 nm; memiliki titik panas inaktivasi 60 OC dan ketahanan invitro 7 hari (Brunt 1992). Chilli veinal mottle virus memiliki genom utas tunggal RNA yang diekspresikan sebagai poliprotein dengan berat molekul 9.7 kb. Chilli veinal mottle virus dapat membentuk badan inklusi berbentuk cakra (pinwhell) (Hull 2002).

Penularan ChiVMV dapat dilakukan dengan cam mekams, penyambungan dan serangga vektor secara non persisten. Serangga vektor ChiVMV adalah Aphis craccivora, A. gossypii, A. spiraecola, &us persicae, Toxoptora citrida dan Rhopalosiphum maidis (Brunt 1992).

Inang alarni ChiVMV adalah cabai (Capsicum spp), tomat (Lycopersicum esculentum) dan African eggplant (Solanutn aethiopicum) (Nono-Womdin 2005). Chilli veinal mottle virus mampu menginfeksi tanaman C. annuunt, C. fiustescens, C. chinensis, Nikotiana tabacum, N. glutinosa, h:. megalosiphon, N. benthamiana,

N. sylvestri.~, Physalis jloridana,

P.

minima, Datura stramonium, D. metel,

Lycopersicon esculentunt, Nicandra physalodes. Petunia hybrida dan Solanum melongena.

(26)

Karakter ketahanan terhadap ChiVMV pada cabai dilaporkan dikendalikan oleh sepasang gen resesif dengan kemungkinan keterlibatan sejumlah gen resisten independen (Chew dalam Green & Kim 1994), sedangkan Caranta & Palloix (1995) melaporkan bahwa sifat ketahanan terhadap ChiVMV pada cabai dikendalikan oleh 2 gen independen dengan efek gen dominan. Menurut Chew dan Ong ketahanan terkadap ChiVMV dikendalikan oleh sepasang gen resesif (Shah & Khalid 2031). Hasil penelitiai~ teitilru menyatakan bahwa kwakter ketahanan cabai terhadap ChiVMV dikendalikan oleh 1 gen yang bersifat dominan sempurna atau 1 gen dengan aksi gen ale1 ganda (Millah 2007).

Analisis Silang Dialel

Silang dialel adalah seluruh kombinasi persilaigan yang mungkin dilakukan dalam satu kelompok individu untuk menghasilkan keturunan FI (Chahal & Gosal 2003). Sistem persiiangan dialel berarti 1 dari kelompok genotipe dipilih dan disilangkan dengan genotipe lain dalam kelornpok tersebut. Prosedur tersebut mernberikan kornbinasi persilangan yang rnaksimum. Hasil persilangan dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu (1) tetua; (2) satu kelompok FI clan (3) satu kelompok FI resiprokal (GriEng 1956).

Analisis silang dialel dapat dimanfaatkan untuk: (1) menduga nilai daya gabung umum @GU) dan daya gabung khusus @GK), (2) rnenduga nilai komponen ragam genetik dan (3) merupakan analisis genetik yang menyeluruh (de Sousa & Maluf 2003; Dudley et ul. 1999).

Metode silan,: dialel yang dapat digunakan adalah Metode 1 (dialel penuh) dengan melibatkan populasi tetua, F1 dan FI resiprok (total genotipe: p2); Metode 2 (setengah dialel) dengan melibatkan populasi tetua, Fl dan tanpa FI resiprok (total genotipe: [p@+1)/2]); Metode 3 dengan melibatkan F1, FI resiprok dan tanpa tetua (total genotipe: p-p2); dan Metode 4 dengan melibatkan F1 tanpa tetua dan tanpa FI resiprok (total genotipe: [p@-1)/2] (Griffig 1956; Singh & Chaundhary 1979; Roy 2000)

(27)

permasalahan tersebut. Persilangan setengah dialel berarti persilangan yang dibuat hanya untuk menghasilkan tanaman F1 tanpa membuat persilangan resiproknya. Jika terdapat n tetua, dan masing-masing tetua meliputi s persilangan, maka jumlah persilangannya adalah [(ns)/2].

Asumsi yans harus dipenuhi dalam penggunaan analisis silang dialel adalah: (1) merupakan segregasi diploid, (2) tidak tcrdapat pengaruh tetua (tidak ada perbedaan zntara persilhngan resiprokal), (3) tidak ada interaksi anvara gen-gen yang tidak satu alel (independen), (4) tidak ada peristiwa multiple alel, (5) tetua bersifat homozigot (6) gen-gen menyebar secara bebas dianrara tetua (Hayman

1 5 9 ; Singh & Chaundhary 1979; Roy 2000).

Tanaman cabai mempakan tanaman diploid (Greenleaf 1986): dengan demikian segregasi gen-gen yang terjadi merupakan segregasi diploid. Hal tersebut memenuhi asumsi segregasi diploid.

Perbedaan antar persilangan resiprokal menandakan bahwa ada pengaruh tetua betina yang merupakan petunjuk bahwa pewarisan suatu karakter diwariskan oleh gen-gen ekstrakromosomal (Mather dan Jinks 1971). Pewarisan sifat ketahanan terhadap CMV tidak dipengaruhi oleh tetua betina (Herison et al. 2005) dan pewrisan sifat ketahanan terhadap ChiVMV tidak dipengaruhi oleh tetua betina (Millah 2007). Oleh karena itu, pada penelitian ini digunakan analisis silang setengah dialel melalui pendekatan metode Hayman (1954) dan metode Griffing (1 956).

Interaksi antara gen-gen yang tidak sealel di dalarn analisis silang dialel dapat diuji dengan nilai koefisien regresi b dari garis regresi antara Wr (peragam antara tetua dan keturunan dari array ke-rj terhadap Vr (ragam di dalam array ke-r). Jika nilai b = 1 maka tidak ada interaksi antara gen-gen tidak sealel (Singh & Chaudhary, 1979).

(28)

Jika asumsi silang dialel terpenuhi maka keluaran yang dapat diperoleh dari suatu analisis silzng dialel Metode Hayman adalah: (1) D yaitu keragaman karena pengaruh aditif, (2) F yaitu nilai tengah F, genotipe (rata-rata Fr untuk semua urr-uy): peragam pengaruh aditif dan non aditif pada array ke-r, (3) HI yaitu keragaman karena pengamh dominansi. (4) 1-11 yaitu perhitungan untuk menduga proporsl gen negatif dan positif pada tetua, (5) h2 yaitu pengaruh dominan (sebagai jumlah aljabar dari semur! persilangan saat heterozigous), (6) E yaitu keragaman karena pengaruh lingkungan, (7) Rata-rata tingkat dominansi, (8) Proporsi gen-gen dengan pengaruh positif dan negatif di dalam tetua, (9) Proporsi ge11-gen dominx dan resesif di dalam tetua, (10) Jumlah kelompok gen yang mengendalikan sifat dan menimbulkan dominansi, (1 1) Heritabilitas arti luas dan heritabilitas arti sempit (Singh and Chaudhary 1979).

Daya gabung merupakan informasi yang diperoleh

dari

analisis silang dis;~cl menggunakan metode Griffrng (1956). Daya gabung merupakan prosedur pengujian dalam pembentukan varietas hibrida yang digunakan untuk mempelajari dan mengidentifikasi kombinasi tetua yang menghasilkan hibrida terhaik. Pendugaan daya gabung menjadi penting dalam identifikasi tetua yang akan digunakan dalam pembentukan varistas hibrida (Welsh 198 1).

Daya gabung didefinisikan sebagai kemarnpuan tetua memindahkan performa pada hibridanya jika disilangkan dengan tetua lain (Chahal & Gosal 2003). Daya gabung dibedakan menjadi daya gabung umum (DGU) dan daya gabung khusus (DGK). Daya gahung umum merupakan ukuran performa kert1runan suatu genotip; yang disilangkan dengan contoh acak atau genotipe dengan jumlah besar. Daya gabung khusus merupakan ukuran performa ketumnan suatu genotipe yang disilangkan dengan genotipe lainnya dan sering diekspresikan sebagai simpangan perfova yang diduga dengan rata-rata atau daya gabung umum (Stoskopf et 01. 1993).

(29)

Heterosis

I-Ieterosis adalah informasi lain yang dapat diperoleh dari analisis silang dialel. I-ieterosis dapat didefinisikan sebagai peningkatan perfomla keturunan dibandingkan kedua tetuanya. Istilah heterosis pertama kali dikemukan oleh Shull pada tahun 1908. Shull niengambarkan fenomena ini setelah nielakukan pellgamatan terhadap dorongan heterosigositas pada pembelahan sel, pertun~buhan dan karakter fisiologi tanaman jagung (Bud& 2002).

Dua hipotesis diajukan sebagai penyebab fenomena heterosis, yaitu hipotesis dominan dan hipotesis overdonzinance (Fehr 1987). Hipotesis dominan menyatakan bahwa heterosis disebabkan oich gen-gen dominan yang menguntungkan dari kedua lelua terkumpul pada hibridanya. Hipotesis ini berdasarkan teori bahwa gen yang menguntungkan untuk tanaman bersifat dominan dan gen yang merugikan bersifat resesif. Gen dominan yang berasal dari satu tetua akan dilengkapi oleh gen dominan dari tetua lainnya sehingga tanaman F1 memiliki kombinasi gen dominan yang menguntungkan dari kedua tetuanya (Poehlman 1987).

Hipotesis overdominance menyatakan bahwa heterosigot (ala2) lebih vigor dan produktif dibandingkan homosigot (alal atau a2a2). Ale1 a, dan a2 memiliki h g s i yang berbeda dan penggabungan a, dan az lebih superior jika dibandingkan homosigotnya (alal atau a2a2). Semakin berbeda fungsi ale1 penyusun heterosigot, semakin tinggi pembentukan superioritasnya (alaz < ala3 < a)%) (Allard 1960). Hipotesis overdominunce terbukti pada sifat yang dikendalikan oleh gen tunggal atau sedikit (Virmani al. 2003).

(30)

Heterosis telah dimanfaatkan dalam perakitan varietas hibrida pada tanaman menyerbuk silang atau menyerbuk sendiri. Pemuliaan hibrida jagung dimulai sejak tahun 1909 dan telah banyak mengalami kemajuan sampai sekarang (Allard 1960). Hasil penelitian lain bahwa varietas hibrida telah berhasil pada tanaman gandum (Duvick 1997). sorgum (Wenzel & Pretorius 1999), padi (Virmani et al. 2002) dan sayuran (de Sousa & Maluf 2003).

Fenomena heterosis juga ditemukan pada cabai sehingga mzmungkinkan dibuat hibrida cabai (Berke 2000). Hibrida cabai yang dirakit diharapkan memiliki karakter yang lebih baik dari tetuanya untuk sifat kualitas, daya hasil, ketahanan terhadap hama penyakit dan sifat baik lainnya (Kusandriani 1996a; Herison c: al. 2005). Hasil penelitian Eliyanti et al. (2005) menunjukkan bahwa persilangan antara beberapa genotipe cabai memperlihatkan efek heterosis yang baik dengan nilai best parent heterosis (heterobeltiosis) berkisar antara 20% hingga 80%. Hasil penelitian laimya menunjukkan bahwa varietas hibrida cabai terbukti mampu meningkatkan daya hasil dan ketahanan terhadap penyakit seperti CMV, TMV, antraknosa, dan hawar (Zhang et al. 2003; Hong et al. 2004; Liu et al. 2004; Cui et al. 2004; Wang et al. 2004).

(31)

111 ANALISIS SILANG SETENGAH DIALEL KARAKTER

WORTIKULTURA CABAI (Capsicutn annuum L.)

Abstrak

Persilangan setengah dialel dilakukan untuk mempelajari parameter genetik, daya gabung dan heterosis. Evaluasi karakter hortikultura dilakukan terhadap . - - 6 tetua dan 15 hibrida menggunakan RAKT. dengan 3 ulangan. Karakter hortikultura yang diamati adalah bobot baah per tanaman. jumlah buah. panjang buah, diameter buah d m um;lr panen. Hasil analisis menunjutkan tidak adz interaksi gen pada semila karakter kecuali pada jurnlah buah. Yarakter bobc: buah per tanaman dipengaruhi oleh aksi gen dominan, sedangkan karakter panjang buah, diameter buah serta umur panen dipengaruhi oleh aksi gen aditif dan dominan. Tingkat dominmsi berada antara dominan tidak lengkap sampai

overdominance. Gen-gen yang mengendalikan pewarisan sifat menyebar tidak merata diantara tetua. Gen-gen dominan lebih banyak pada populasi tetua diperoleh

ads

karakter bobot buah per tanaman. diameter buah dan umur panen. Gen-gen resesif lebih banyak pada populasi tetua diperoleh pada karakter jumlah buah dan panjang buah. Jumlah kelompok gen pengendali karakter bobot buah per tanaman, jumlah buah dan umur panen minimal 2 kelompok gen dan kelompok gen pengendali karakter panjang buah dan diameter buah minimal 1 kelompok gen. Nilai duga heritabilitas arti luas (h2b,) se;;;ua karakter tergolong tinggi. Nilai duga heritabilitas arti sempit (h2,,) berkisar dari rendah sampai tinggi. Kuantifikasi dominan ditunjukkan oleh bobot per tanaman tinggi, jumlah buah banyak, buah panjang, diameter buah kecil dan umur panen genjah. Berdasarkan pendugaan DGK, heterosis dan nilai tengah dengan karakter bobot buah per tanaman sebagai pertimbangan utarna maka 12 hibrida berpotensi untuk d~jadikan varietas hibrida berdaya hasil tinggi.

Kata kunci: C. annuum, setengah dialel, parameter genetik, daya gabung, heterosis

Yendahuluan

Cabai (Capsicum annuurn L.) mempunyai nilai ekonomis tinggi dan hmyak diusahakan. Luas areal pertanaman cabai mpncapai 19.12% dari se!uruh areal pertanaman sayuran (Ditlinhorti 2006). Akan tetapi, luas areal pertanaman cabai tidak diikuti dengan tingginya produktivitas yang hanya mencapai 6.39 ton per hektar (Deptan 2007) dari potensi hasilnya yang dapat mencapai 12 ton per hektar ( P w a t i et al. 2000).

(32)

hibrida. Melalui persilangan buatan, diharapkan diperoleh gabungan gen-gen baik yang herasal dari tetua-tetua yang disilangkan (Darlina et al. 1992).

Upaya meningkatkan kemajuan genetik ketumnall suatu persilangan akan lebih efektif apahila didasarkan kriteria genetik yang jelas pada saat pemilihan tetua persilangan (Suhendi el rrl. 2004). Informasi kriteria genetik suatu karakter dcpat diduga menggunakan analisis dialel. Tujuan analisis dizlel adalah untuk mempelajari kendali genetik sifat kuantitatif yang merupakan ha1 penting unt-k merencanakan dan menyelesaikan program pemuliaan (Viana et a/. 2001). Selain itu, analisis dialel merupakan metode yang cepat uutuk mengetahui informasi genetik pada generasi F1 dan telah digunakan secara luas untuk analisis karakter kuantitatif pada berbagai organisme (Ukai 1991). Penggunaan silang dialel juga memungkinkan untuk mernilih tetua dan memberikan informasi tentang daya gabung tetua dalam hibrida sehingga dapat membantu pemulia untuk meningkatkan dan menyeleksi populasi segregan (de Sousa & Maluf 2003).

Analisis silang dialel akan menghasilkan individu yang banyak pada keturunannya. Penanganan individu yang banyak membutuhkan tenaga, ketelitian dan biaya tinggi. Modifikasi silang dialel menjadi silang setengah dialel merupakan cara untuk mengatasi ha1 tersebut.

Evaluasi daya gabung umum (DGU) dan daya gabung khusus (DGK) merupakan uji keturunan yang sering digunakan sebagai evaluasi awal dalarn perakitan varietas hibrida. Daya gabung @GU dan DGK) merupakan uji keturunan yang diperlukan dalam mengidetifikasi kombinasi tetua untuk menghasilkan hibrida berdaya hasil tinggi atau sifat baik laimya yang diinginkan. Pemilihan tetua diarahkan kepada tetua yang memiliki efek DGU tinggi atau kombinasi tetua dengan efek DGK nyata untuk karakter yang dikehendaki sehingga keturunannya akan berpenampilan baik (Wahyuni el a1 2004). Selain itu, hasil tinggi dapat di capai jika kombinasi tetua tersebut memiliki heterosis positif (Darlina et al. 1992).

(33)

Penelitian ini bertujuan untuk menduga parameter genetik, nilai daya gabung umum, daya gabung khusus dan heterosis karakter hortikultura cabai.

Bahan dan Metode Tempat dan Waktu

Penelitian diiaksanakan di Laboratorium Pendidikan Pemuliaan Tanaman II'3, rumah plastik dan Kebun Percobadn Tajur Uiliversi(y Earnt IPB, Bogor. Pembentukan populasi dilaksanakan pada bulan Desemher 2095 sampai Juli 2006 dan evaluasi karakter hortikultura di lahan dilakukan pada bulan Agustus 2006 sampai Januari 2007.

Bahan

Bahan tanaman yang digunakan adalah 6 genotipe cabai koleksi Bagian Genetika dan Pemuliaan Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB. Bahan tanaman berasal dari genotipe lokal dan introduksi yang telah digalurkan (Tabel 1).

Tabel 1 Genotipe cabai bahan penelitian

No. Genotipe Tetua asal Daerah Keterangan - asal/sumber

1 IPBCI PSPT C-17 IPB, Indonesia Produksi tinggi 2 IPB C2 PSPT C-1 1 IPB, Indonesia Produksi t i G i 3 IPB C4 Cilibangi 2 Malaysia Tahan ChiVMV

4 IPBC9 ICPN 12#4 AVRDC Tahan PVY, layu bakteri 5 IPB C10 PBC 495 AVRDC Tahan CMV, ChiVMV 6 IPB C14 CCA321 AVRDC Tahan CMV, ChiVMV

Metode Pembentukan Populasi

(34)

Tabel 2 Persilangan setengah dialel dan - - selfin~t "

-

enam tetua

Tetua Tetua jantan

Betina IPB C2 IPB C14 IPB C4 IPB C9 IPB C10 IPB C1

IPB C2 8 X X X X X

IPB C14

c3

X X X

X

IPB C4 8 X X X

IPB C9 @ X X

IPB C10

c3

X

IPB C1 8

@ = SeFng; X = Persilansan

[image:34.536.44.460.45.735.2]

Selfing tetua dilakukan dengan menutup individu tanaman dengan sungkup kasa (Gambar 2). Peny~mgkupan dilakukan sebelum tanaman berbunga untuk menghindari masuknya serbuk sari dari tanaman lain.

Gambar 2 Se1Jin.g tetua lnenggunakan sungkup kasa.

(35)
[image:35.532.77.425.30.410.2]

Gambar 3 Teknik persilangan buatan pada cabai: A. Bunga betina siap diserbuki; B. Kastrasi bunga betina; C. Emaskulasi bunga betina; D. Bunga betina telah dikastrasi dan diemaskulasi; E. Bunga jantan sumber serbuk sari; F. Pengambilan anter; G. Anter yang terkumpul; H. Pengambilan serbuk sari; I. Penyerbukan menggunakan pinset; J. Penutupan menggunakan selotipe; K. Pelabelan; L. Buah hasil persilangan (Sumber: Yunianti (2007) yang dimodifikasi).

Evaluasi Karakter Hortikultura

Evaluasi karakter hortikultura dilakukan di Kebun Percobaan Tajur Universify Farm IPB, Bogor. Evaluasi karakter hortikultura menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAK), genotipe sebagai perlakuan dengan tiga ulangan. Genotipe cabai yang digunakan berjumlah 21 (6 tetua dan 15 hibrida hasil persilangan).

(36)
[image:36.532.33.454.0.744.2]

Tabel 3 Jenis d m dosis auauk serta waktu ~emunukan

. .

tanaman cabai

Pupuk Waktu Pemupukan Total

Pupuk dasar 3 MST 6 MST' 9 MST

P u ~ u k Kandanrr

-

30 tonha . - - 30 ton/ha

TSP 200 kg/ha - - - 200 kg/ha

Urea - 50 kg/ha 50 kg/ha 50 kgha 150 kgha Z A - 150 kg/ha 150 kgha 150 kgha 450 kgha KCL

-

70 kg/ha 70 kg/ha 60 kg/ha 200 kglha MST = rninggu setelah tanarn

Peubah yang diamati meliputi: bobot buah per tanarnan (g), jumlah buah, panjang buah (cm), diameter buah (mm) dan umur panen (HST). Analisis data dimulai dengan melakukan analisis sidik ragam. Analisis silang setengah dialel dilakukan menggunakan dua pendekatan yaitu Hayman (1954) dan Grifing (1956). Selain itu. dilakukan pendugaan nilai heterosis berdasarkan nilai tengah kedua tetua dan i i a i tengah tetua terbaik menggunakan pendekatan Fehr (1987). Metode analisis silang set~,igah dialel dan pendugaan heterosis disajikan secara lengkap pada Lampiran 1.

Hasil dan Pembahasaa

Kuadrat tengah sidik ragam karakter hortikultura disajikan lengka~ pada Tabel 4. Semua karakter menunjukkan perbedaan nilai kuadrat tengah sangat nyata diantara genotipe. Hasil sidik ragam yang nyata mempakan syarat untuk melakukan pendugaan parameter genetik menggunakan pendekatan Hayman dan pendugaan daya gabung menggunakan pendekatan Grifing. Oleh karena itu analisis dapat dilanjutkan.

Tabel 4 Kuadrat tenpah karakter hortikultura yang diamati aada

-

.

-

21

-

~zenotiae cabai bush Jumlah Panjang Diameter Umur

SK db per tanaman buali buah panen

buah

(z)

(cm) (mm) (HST)

Blok 1 35207.75 8629.78 0.06 0.09 0.44

Genotipe 20 151950.09** 54972.26** 20.84** 6.96** 116.89**

Galat 40 5146.79 2393.19 0.37 0.32 8.63

SK = sumber kegaman; db = derajat bebas;

*

= berbeda nyata pada P<0.05;

**

= berbeda nyata
(37)

Pendugaan Parameter Genetik

Interaksi Gen

Nilai b (Wr, Vr) menunjukkan ada tidaknya interaksi gen (Tabel 5). Berdasarkan uji t, jika nilai b berbeda nyata dengan 1 maka menunjukkan ada interaksi gen dan jika nilai b tidak berbeda nyata dengm 1 maka tidal< ada interaksi gen (Hzyman 1954; Singh & Chaundhary 1079: de Sousa & Maluf 2003) IIasil yang diperoleh pada pengujian nilai b adalah karakter bobot buah per tanaman, panjang buah, diameter buah dan umur panen tidak berbeda nyata dengan 1 menandakan tidak ada peran interaksi gen pada keempat kamkter tersebut. Karakter jumlah buah menunjukan nilai h berbeda nyata dengan 1 menandakan ada peran interaksi gen pada karakter jumiah buah. Hal tersebut menunjukkan bahwa asumsi pertanla ( t i d ~ k ada interaksi gen) terpenuhi pada semua karakter hortikultura yang diamati kecuali jumlah buah.

Pengaruh Aditif (D), Dominan (HI) dan Tingkat Dominansi

Pengaruh aditif @) tidak berbeda nyata pada karakter bobot buah per tanaman dan jumlah buah, tetapi berbeda nyata pada kder panjang buah, diameter buah dan umur panen. Pengarub dominansi (HI) 'wrbeda nyata pada semua karakter. Hal tersehut menunjukkan hahwa karakter bobot buah per tanaman dipengaruhi oleh aksi gen dominan, sedangkan karakter panjang buah, diameter buah serta umur panen dipengaruhi oleh aksi gen aditif dan dominan.

(38)

Tabel5 Pcndugaan parameter genetik karakter hotikultura menggunakan analisis sila~ig setengah dialel

-

- I'nr:~inctcr gcnctik 13obot buall 1x.r lanoliian

b(Wr. Vr) 0.3995 tn

~ -

-- - .lumlah buah

0.1128

**

. .

I'ati,jang buah 0.9078 tn

-

... Diameter b~leli

0.8359 ti1

2 -.. ..-

11 ,,s

-- 0.1492 0.5894 0.91 83 0.7965 0.3405

(39)

Distribusi Gen (HI) dalam Tetua

Nilai Hz digunakan untuk mengetahui distribusi &en dalain tetua. Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai Hz semua karakter hortikultura yang diamati berbeda nyata. Hal tersebut lnenandakan bahwa gen-gen pang menentukan pewarisati karakter bobot buah per tanaman, jumlah buah, panjang buah, diameter buah dan cmtlr panen tidak menyebar merata di dalam tetua.

Proporsi Gep Dominan terhrdap Gen Resesif

Porporsi gen dominan terhadap gen resesif tertihat dari nilai Kd/Kr. Jika KdIKr > 1 maka gen-gen dominan lebih banyak di dalam tetua. Sebaliknya, jika KdIKr < 1 maka gen-gzn resesif lebih banyak di clalam tetua. Nilai Kd/Kr >1 diperoleh pada karakter bobot buah per tanaman, diameter buah dan umur panen menunjukkan gen-gen dominan lebih banyak di dalam tetua. Nilai Kd/Kr < 1

diperoleh pada karakter jumlah buah dan panjang buah menunjukkan gen-gen resesif lebih banyak di dalam tetua.

Jumlah Kelompok Gen Pengendali

Jumlah kelompok gen pengendali ditunjukkan oleh nilai h2/H2. Jumlah kelompok gen pengendali bobot buah per tanaman, jumlah buah dan umur panen minimal 2 kelompok gen. Scdangkan jumlah kelompok gen pengendali panjang buah dan diameter buah minimal 1 kelompok gen.

Heritabilitas

(40)

Arah d a n Urutan Dominansi

Nilai kuantifikasi karakter yang rendah aka11 domillan terhadap yang tinggi apabila nilai r(Wr+Vr. Yr) positif. sebaliknya nilai kuantifikasi yang tinggi akan dominan terhadap yang rcndah apabila nilai r(WrtVr, Yr) negatif (Agustina 2004). Berdasarkan nilai r(Wr-Vr. Yr) diketahui bahwa kuantifikasi dominan ditunjukkan oleh bnbot ner tanamzn tinggi. jumlah buah banyak, buah panjang, diameter buah kecil dati umur panen genjah (Tabel 5).

[image:40.532.36.454.0.762.2]

Urulan do~llinansi tetua dapat tercennin berdasarkan (WrtVr) atau posisi tetua pada grafik hubungan antara Wr dan Vr. Jika pada grafik hubungan antara Wr dan Vr posisi titik tetua makin dekat pada titik no1 maka tetua tersebut paling banyak mengandung gen dominan, sebaliknya rnakin jauh dari titik no1 maka tetua tersebut paling banpak mengandung gen resesif. Nilai (Wr +Vr) disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Nilai (Wr+Vr) karakter hortikultura 6 tetua cabai

Bobot buah Jumlah Panjang Diameter Umur Tetua

per tanaman buah buah buah panen IPB C2 48632.53 14245.1 8 8.43 1.55 2.44 IPB C14 44855.27 14369.41 13.70 3.28 19.07 IPB C4 100639.56 24356.83 10.56 3.45 12.722 IPB C9 10705.71 26245.47 9.?5 2.73 25.93 IPB C10 75669.30 16071.17 9.13 2.97 234.68 IPB C1 52396.27 34659.56 9.07 6.06 -13.52

(41)
(42)

Jumlah buah. Berdasarkan (WrWr) urutan dominansi tetua untuk karakter jumlah buah adalah IPB C1, IPB C9, IPB C4, IPB C10. IPB C14 dan IPB C2. Tetua IPB C1 merupakan tetua yang paling banyak mengandung gen resesif. karena paling jauh dari titik nol. IPB C2 paling banyak mengandung gen dominan, karena paling dekat dengan titik no1 (Gambar 4B). Interaksi gen yang nyata pada jumlah buah tidak dapat diketahui berdcsarkan regresi (Wr+Vr). Kegresi F; gaga1 mendeteksi interaksi non alelik dan uji regeresi tidak peka terhadap interaksi gen (Dudley 1999).

Panjang buah. Secara berurutan dominansi tetua untuk karakter panjang buah berdasarkan nilai (Wr+Vr) adalah IPB C14, IPB C4: IPB C9, IPB C10, IPB C1 dan IPB C2. Tetua yang paling banyak mengandung gen resesif, karena paling jauh dari titik no1 adalah IPB C14. Tetua yang paling banyak mengandung gen dominan, karena paling dekat dengan titik no1 adalah IPB C2 (Gambar 4C). Garis lurus Wr memotong sumbu tegak (Wr) di atas pangkal sumbu menandakan gen dominan tidak lengkap mengendalikan karakter bobot buah per tanaman. Jika garis lurus memotong sumbu tegak di atas pangkal sumbu menandakan aksi gen dominan tidak lengkap (de Sousa & Maluf 2003).

Diameter buah. Dominansi tetua berdasarkan nilai (Wr+Vr) karakter diameter buah adalah IPB C2, IPB C9, IPB C10, IPB C14, IPB C4 dan IPB C1. Tetua IPB C1 merupakan tetua yang paling banyak mengandung gen resesif, karena paling jauh dari titik nol. IPB C2 paling banyak mengandung gen dominan, karena paling dekat dengan titik no1 (Gambar 5A). Garis lurus Wr memotong sumbu tegak (Wr) di atas pangkal sumbu menandakan gen dominan tidak lengkap mengendalikan karakter bobot buah per tanaman.

(43)
[image:43.532.5.449.21.473.2]

Gambar 5 Hubungan peragam (Wr) dan ragam (Vr) karakter diameter buah (A) d m umur panen (B).

Daya Gabung

(44)

Tabel 7 Kuadrat tengah daya gabung karakter hortikultura yang diamati pada 21 genotipe cabai

SK db Bobot buah Jumlah Panjang Diameter Umur per tanaman buah buah buah panen

(9) (cm) (mm)

DGU 2 34684.08** 40256.45** 25.88** 7.76** 71.74** DGK 20 55972.01** 11013.30** 0.64** 0.51** 28.04**

Galat 40 174.93 797.73 0.12 0.11 2.88

SK = suniher kev-gaman, db = derajat bebas; DSU = daya gabcng umum; DGK = daya gabuns khrsus; * =berbeda nyata pada P<O 05; ** = berbeda nya:a pada P<O.Oi

Akan tetapi, jika dilihat berdasarkan nilai proporsi ragam DGK terhadap ragam DGU yang disajikan pada Tabel 8, diketahui bahwa ragam DGU karakter panjang buah dan diameter buah lebih besar dari ragam DGKnya, menunjukkan bahwa karakter tersebut lebih dipengamhi oleh aksi gen aditif daripzda aksi gen non aditif. Ragam DGK karakter bobot buah per tanaman, jumlah buah dan umur panen lebih besar dari ragam DGUnya menandakan pengamh aksi gen non aditif yang lebih besar dari pengamh aksi gen aditif pada karakter tersebut.

Tabel 8 Komponen mgam DGU, DGK dan proporsi ragam DGK terhadap ragam DGU karakter hortikultura yang diamati pada 21 genotipe cabai

Bobot buah Jumlah Panjang Dianeter Umur Ragam

per tanaman buah buah buah panen

DGU -2660.99 3655.39 3.16 0.91 5.46

DGK 54223.08 10215.57 0.51 0.40 25.16

DGWDGU -20.38 2.79 0.16 0.44 4.61

(45)
(46)

'I'zlbel 9 Nilai tengall, DGU dan I X l C Itaraktw llortikultura yang diainati pada cabai -

BBpT (g) JB PB (cm) DB (mm) UP (HST)

Gcnotipe Nilai Nilai Nilai h'ilai Nilai

tengah DGU tengah DGU tengah DGU tengah DGU tengah DGU IPB C2 351.42 -39.14 55.33 -70.68 13.32 2.16 9.46 -0.19 86.67 -2.10 IPB C14 416.70 -53.10 96.33 -52.47 8.64 0.22 10.73 0.69 93.00 0.78 IPB C4 464.58 49.36 85.00 -24.14 10.48 0.89 12.07 1.01 89.67 -1.14 IPB C9 675.96 83.32 212.00 49.19 7.39 -1.00 8.66 -0.59 89.67 -0.56 IPB C10 232.47 -79.92 276.67 118.32 3.57 -3.02 6.26 -1.59 114.00 5.61 IPB C1 638.83 39 49 107.33 -20.22 11.19 0.74 12.28 0.67 87.33 -2.60

IPB C2 x I P B C14 IPB C2

x

IPB C4 IPB C2 x I P B C9 IPB C2 x IPB C10 11)B C2 x 11'B C1 IPB C14 x IPB C4 IPB C14 x IPB C9 IPB C14 x IPB C10 IPR C14 x 1 l V Cl 11'13 C4 x 11'13 CO

IIIB C4 x IPB C10 IPB C4 x I2B C1 IPB C9 x IPB C10 IPB C9 x I P B C1

DGK 141.92

DGK 46.23

DGK DGK DGK

12.66 0.92 9.46 -0.53 87.00 -0.74

IPB C10

x

IPB C1 800.34 153.09 512.33 187.32 6.30 -0.78 7.41 -1.16 - 82.33 -9.74

BBpt = bobot huah per tanaman; JB = jumlah buah; PB = panjang buah; DB =diameter batang; UP = unlur panen; HST = hari setelah tanail] LJ

(47)

Nilai DGK karakter panjang buah pang tinggi diperoleh pada hibrida IPB C14 x IPB C4; IPB C9 x IPB C1: IPB C2 x IPB C14, IPB C2

x

IPB C4, IPB C14 x IPB C1 dan IPB C4 x IPB C10. Hibrida lainnya menunjukkan DGK negatif untuk karakter panjang buah. Nilai tengah panjang buah hibrida berkisar antara 5.30-13.33 cm (Tabel 9). Berdasarkan Badan Standar Nasional Indonesia

SN:

01-4460-1998, hanya 2 hibrida yang masuk kategori panjang buab Mutu I (12-14 cm); yaitu IPB (12 x IPB C14 dan IPB C2 x IPB C4 (Waintek 2@07).

Pada karakter diameter buah, banya 6 hibrida yang memiliki nilai DGK positif yaitu IPB C2

x

IPB C10, IPB C14 x IPB C10, IPB C14 x IPB C4, IPB C14 x IPB C1, IPB C9

x

IPB C1 dm IPB C4 x IPB C10. Diameter buah cabai terbesar adalah 12.28 rnrn dan terkecil6.26 mm (Tabel 9).

Hibrida diharapkan memiliki DGK karahqer urnur panen bemilai negatif. Hampir semua hibrida memiliki nilai DGK negatif untuk karakter umur panen kecuali pada hibrida IPB C2 x IPB C1, IPB C14 x IPB C9, IPB C4 x IPB C1 dan IPB C2 x IPB C9. Umur panen tercepat diperoleb pada hibrida IPB C10 x IPB CI, yaitu pada 82.33 ltari setelah tanam (Tabel 9).

Heterosis Dan Heterobeltiosis

Nilai duga heterosis dan heterobeltiosis karakter hortikultura pada 15 hibrida yang diuji disajikan lengkap pada Lampiran 3-7. Ranglcuman nilai duga heterosis dan heterobeltiosis karakter hortikultura ditampilkan pada Tabel 10.

Hampir semua hibrida memiliki nilai heterosis dan heterobeltiosis karakter bobot buah per tanaman positif kecuali pada hibrida IPB C9 x IPB CI. Nilai heterobeltiosis karakter boboi buah per tanaman negatif ditunjukkan oleh hibrida It'B C2 x IPB C1 dan IPB C9 x IPB CI. Semua hibrida menunjukkan heterosis dan heterobeltiosis positif untuk karakter jumlah buah kecuali hibrida IPB C9 x IPB C1.

(48)
[image:48.766.41.737.80.367.2]

Tabel 10 Nilai duga heterosis dan heterobeltiosis karakter hortikultura yang diamati pada 15 genotipe cabai - . - .

Bobot buah per tanaman Jumlah buah Pan.iang buah Diameter buah Uniur panen

Genotipe Hmp H ~ P Hmp Hbp Hrnp Hbp Hmp Hbp I-Imp I-Ibp

(%)

(%I

(%) (%)

(Yo)

(%I

(%I

(%)

("/.I

("/.I

IPB Ci xIPB C14 91.99 76.95 97.81 55.71 15.30 -4.95 -6.29 -11.84 -3.16 0.38 IPB C2 x IPB C4

IPBC2 xIPBC9 IPB C2 x IPB C10 IPB C2 x IPB C1 IPB C14 x IPB C4 IPB C:4 x IPB C9 IPB C14 xIPB C10 IPB C14 x IPB C1 IPP C4 xIPB C9 IPB C4 x IPD C10 IPBC4 xIPBC1 IPB C9 x IPB C10 IPBC9 xIPBC1

IPB C10 x IPB C1 83.71

(49)

Nilai heterosis dan heterobeltiosis negatif diharapkan dimiliki oleh genotipe hibrida pada karakter umur panen. Hasil pendugaan heterosis karakter ;inlur panen menunjukkan bahwa hanya 1 hibrida yang menunjukkan nilai positif, yaitu IPB C2 x IPB C1. Delapan dari 15 hibrida memiliki nilai heterobeltiosis karakter umur buah masak negatif (Tabel 10).

Sirnpulan

1 Inforrnasi parameter genetik karakter hortikultura vang diperoleh Serdasarkan hasil penelitian adalah:

a tidak sda interaksi gen pada semua karakter hortikultura yang diamati kecuali pada jumlah buah,

b karakter bobot buah per tanaman dan jumlah buah dipengaruhi oleh aksi gen dominan, sedangkan karakter panjang buah, diameter buah serta umur panen dipengaruhi oleh aksi gen aditif d m dominan,

c tingkat dominansi karakter bobot buah per tanaman, jumlah buah dan umur panen adalah overdominance dan tingkat dominansi karakter panjang buah dan diameter buah adalah dominan sebagian,

d gen-gen yang menentukan pewarisan karakter hortikultura yang diamati tidak menyebar rnerata di dalam tetua,

e gen-gen dominan lebii banyak pada populasi tetua diperoleh pada karakter bobot buah per tanaman, diameter huah dan umur panen; sedangkan gen-gen resesif lebih banyak pada populasi tetua diperoleh pada karakter jumlah buah dan panjang buah,

f jumlah kelompok gen pengendali karakter bobot b ~ a h per tanaman. jumlah buah dan umur panen minimal dua kelompok gen, sedangkan kelompok gen pengendali karakter panjang buah dan diameter huah minimal satu kelompok gen,

g nilai duga heritabilitas arti luas (hZb,) semua karakter hortikultura yang diamati tergolong tinggi dan nilai duga heri:abilitas arti sempit (h2,,) berkisar dari rendah sampai tinggi, dan

h kuantifikasi dominan ditunjukkan oleh kuakter boim per tanaman tinggi. jumlah buah banyak, buah panjang, diameter huah kecil dan umur panen

(50)

2 Berdasarkan pendugaan daya gabung khusus, nilai heterosis dan nilai tengah dengan karakter bobot buah per tanaman sebagai pertimbangan utama maka 12 hibrida berpotensi untuk dijadikan varietas hibrida berdaya hasil tinggi. Kedua belas hibrida tersebut adalah IPB C2 x IPB C11. IPB C2

x

IPB C4, IPB C2 x IPB C9, IPB C2 x IPB CIO. IPB C14 s IPB C9, IPB C14 x IPB C10; IPB C14 x IPB C1, IPB C4 x IPB C9, IPB C4 s IPB C10, IPR C4 x 1PBCI.IPB C 9 x I P B C 1 0 d a n I P B C 1 0 x I P B C1.

Dnftar Pustaka

Agustina, M. 2004. Daya gabung dan pewarisan karakter agronomi padi gogo ( O ~ y z a sativa L.) pada tanah podsolik merah kuning [tesis]. Bogor: Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Basuki N. 1986. Pendugaan parameter genetik dan hubungan antara hasil dengan beberapa sifat agronomi serta analisis persilangan diallel pada ubi jalar (Ipomoea batatas (L.) Lamb). [disertasi]. Bogor: Fakultas Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Bolanos-aquilar ED, Hughe C, Jukic DD, Juliet B, Ecalle C. 2001. Genetic control of alfalfa seed yield and its component. Plant Breed 120:67-72. Darlina E, Baihaki A, Daradjat AA, Herawati T. 1992. Daya gabung dan heterosis

hasi! dan komponen hasil enam genotipe kedelai dalam silang dialel. Zuriat:3: 32-38.

de Sousa JA, Maluf WR. 2003. Diallel analyses and esrimation of genetic parameters of hot pepper (Capsicum chinense Jacq.). Scientia Agricola 60:105-113.

Departemen Pertanian. 2007. Pusat data dan informasi pertanian sub sektor tanaman pangan dan hotikulutura komoditi cabe besar: luas panen, oroduksi dan oroduktivitas nasional tahun 2004. Jakarta: Departemen

[Ditlinhorti] Direktorat Jenderal Perlindungan Tanaman Hortikultura. 2006. OPT utama tanaman cabai. Jakarta: Ditlinhorti.

h~p//www.deptan.go.id/ditlinhorti/subditpar/optsa/optsar3 .htm

(20 Jan 2006).

Dudley JW. Hallauer AR, Ryder EJ. 1999. Plant breeding review. New York: J Willey.

Duriat AS. 2002. Budidaya cabai sehat. Lembang: Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang. http://~w.indonext.con/rsport/report320.htrnl

(28 Agu 2006).

(51)

Grifing B. 1956. Concept of general and specific combining ability in relation to diallel crossing systems. Ausl .I Bio Sci 9:463-493

Hayes HK. 1964. Development of the heterosis concept. Di dalam: Gowen JW, editor. Heterosis. New York: I-Iafner Publishing Company. h l ~ n 49-65. Hayman BI. 1954. The theory and analysis of diallel crosses. Genetics 39:

789 - 809.

Pandini F, Vello NA. de Almeida Lopes AC. 2002. Heterosis in soybeans lor seed yield coniponcnt and associated ti-aits. Brrrziliun Arc1;ives Biol Technology 45:40: -412.

Punvati E, Jaya B, Duriat AS. 2900. PenrunpiIan beberapa varietas cabai dan uji resistensi terhadap penyakit virus kerupuk. J. Hort 10: 88-94.

Singh RK, Chaudary BD. 1979. Bionzefrical method in quarztitafive genetic analysis. New Delhi: Kalyani Pub.

Sdlendi D, Susilo AW, Mawardi S. 3004. Analisis daya gabung karakter pertumbuhan vegetatif beberapa klon kakao (Theobroma cacao L.). Zuriat. 15:125-132.

Sustyanti, Nasrullah M, Mangoendidjojo W. 2001. Uji daya gabung galur S6 tanaman jagung dengan persilangan dialel parsial. J. Ilmu Pertanian 8:l-5. Tenaya IMK, Setiamihardja

R,

Baihaki A, Natasasmita S. 2003. Heritabilitas dan

aksi Zen kandungan fruktosa, kandungan kapsaisin dan &ivitas enzim peroksidase pada hasil persilangan antarspesies cabai rawit x cab& merah. Zuriat. 14:26-34.

Ukai Y. 1991. Effect of environmental variation of (Vr, Wr) graph and genetical components of variation in diallel analysis. Japan J. Breed. 41 309-323. Viana JMS, Cruz CM, Cardoso AA. 2001. Theory and analysis of partial diallel

crosses parents and F2 generations. Acta Scientiarum. 23:627-634.

Wahyuni T, Ridwan S. Nani H., Hendroatmodjo KH. 2004. Variabilitas genetik, heritabilitas dan hubungan antara beberapa hasil umbi dengan beberapa kuantitatif dari 52 genotipe ubi jalar di Kendalpayak, Malang. Zuriat.

15:109-116.

Warintek 2007.Cabai (Capsicum spp.). warintek.~roeressio.or.id/~ertanian/cabe.

k ( l Jan 2007).

Yunianti

R,

Sujiprihati S, Syukur M, Undang. 2006. Seleksi hibrida cabai hasil persilangan ,full diallel menggunakan beberapa parameter genetik. Di dalam: Sujiprihati S, el al. editor. Sinergi hioteknologi dun pemuliaan dalam perbaikan tanaman: Prosiding Seminar Nasional Bioteknologi dan Pemuliaar, Tanaman 1-2 Agustus 2006. Bogor: Departemen Agronomi dan Hortihultura Fakultas Pertanian IPB.
(52)

IV

RESPON TANAMAN CABAI (Capsicum annuum L.)

TERHADAP

CUCUMBER MOSAIC VIRUS

DAN

CHILLI VEINAL MOTTLE VIRUS

Abstrali

Percobaan untuk mengetahui respon 6 tetua dan 15 hibridanya terhadap infeksi C h f l dan ChiVtvlV tclah ii:aku!ian. Percobaan menggunakan F-4KL dengaq 5 ulangan. Dua set populasi yang terdiri atas 6 tetua dan 15 hibrida digunakan da1a.n percotaan iiri. Srtu set populasi diinokulasi menggunakan CMV isolat 02 dan satu set lainnya diinokulasi menggunakan ChiVMV isolat Cikabayan. DetekA infeksi virus dilakukan menggmakan DAS-ELISA dan respon ketahman ditentukan berdasarkan kejadian penyakit. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini adalah tetua IPB C14 &an IPB C10 dapat digunakan sebagai tetua tahan dalam perakitan varietas cabai tahan CMV dan ChiVMV dan IPB C1 dapat digunakan sebagai tetua tahan dalam perakitan varietas cabai tahan CMV. Hibrida IPB C2 x IPB C14, IPB C9 x IPB C10 dan IPB C10 x IPB C1 berpotensi dijadikan varietas hibrida tahan CMV dan ChiVMV. Hibrida IPB C2 x IPB C10, i l b C A x I P B C10, IPB C14xIPB C4,IPB C14xIPB C9,IPB C14xIPB C1 dan IPB C4 x IPB C1 berpotensi dijadikan varietas hibrida tahan ChiVMV.

Kata kunci: C. annuum, CMV, ChiVMV, ketahanan

Pendahuluan

Dua virus penting yang dilaporkan menginfeksi cabai di Indonesia adalah

cucumber mosaic virus (CMV) dan chilli veinal mottle virus (ChiVMV).

Cucumber mosaic virus dan chilli veinal mottle virus dapat menyebabkan kehilangan h a i l lebih dari 50% (Green & Huang 1989) sehingga sangat merugikan petani. Nilamsari (1998) melaporkan bahwa infeksi CMV di Indonesia dapat menu~IIkan bobot buah per tanaman sampai 82.30% dan Subekti et al.

(2006) melaporkan kehilangan hasil akibat infeksi ChiVMV mencapai 65%. Penggunaan varietas cabai tahan CMV dan ChiVMV merupakan salah satu cara untuk mengatasi masa

Gambar

Gambar 1 Diagram alir penelitian studi genetik karaker hortikultura dan
Gambar 2 Se1Jin.g tetua lnenggunakan sungkup kasa.
Gambar 3 Teknik persilangan buatan pada cabai: A. Bunga betina siap diserbuki;
Tabel 3 Jenis dm dosis auauk serta . . waktu ~emunukan tanaman cabai
+7

Referensi

Dokumen terkait

A akan memiliki energi sinyal yang besar dan dapat mengurangi noise yang terjadi pada saat transmisi, sehingga jaringan ini lebih efisien jika digunakan untuk layanan

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Pasal ini dilampaui, Kepala Daerah atau Pejabat tidak memberikan Keputusan maka permohonan pengembalian

Dengan demikian kekuatan mutu plat beton 20 MPa sangat berpengaruh terhadap kekuatan yang dihasilkan oleh Dapat dilihat pula kekuatan yang bekerja pada bidang

Unit Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Industri pupuk X mempunyai unit penanggulangan kebakaran yaitu bagian Keselamatan dan Pemadam Kebakaran (KPK). Unit

Pola penanaman pendidikan moral anak di Dusun Taman Roja Desa Batara Kecamatan Labakkang Kabupaten Pangkep dilakukan orang tua dengan cara membiasakan anak dalam

Latar belakang Mahkamah Konstitusi memperoleh kewenangan menyelesaikan seng- keta Pemilukada adalah berdasarkan Undang- Undang Nomor 12 tahun 2008 tentang Peru- bahan

Namun saat ini terjadi perluasan mengenai makna perselisihan hasil pemilu yang dapat ditangani oleh MK, dimana berdasarkan tafsiran MK dalam Putusan nomor