HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN PERILAKU ORANGTUA
MURID TK AL-CHASANAH DALAM PEMANFAATAN LABEL
KEMASAN SUSU BUBUK
SKRIPSI
FIRMAN HAMONANGAN
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
2
HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN PERILAKU ORANGTUA
MURID TK AL-CHASANAH DALAM PEMANFAATAN LABEL
KEMASAN SUSU BUBUK
FIRMAN HAMONANGAN D03499044
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
3
HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN PERILAKU ORANGTUA
MURID TK AL-CHASANAH DALAM PEMANFAATAN LABEL
KEMASAN SUSU BUBUK
Oleh
Firman Hamonangan D03499044
Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 2 Juni 2006
Pembimbing Utama Pembimbing Anggota
Ir. Wahyu Budi Priatna, MS Ir. Burhanuddin, MM
NIP 131 956 687 NIP. 132 232 454
Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
4
RINGKASAN
Firman Hamonangan. D03499044. 2006. Hubungan Karakteristik dan Perilaku Orangtua Murid TK Al-Chasanah dalam Pemanfaatan Label Kemasan Susu Bubuk. Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor
Pembimbing Utama : Ir. Wahyu Budi Priatna, MS. Pembimbing Anggota : Ir. Burhanuddin, MM.
Susu adalah bahan pangan yang sangat potensial untuk dikembangkan menjadi berbagai macam produk olahan serta memiliki mutu yang baik. Susu mempunyai nilai gizi yang tinggi tapi cepat rusak sehingga dibutuhkan bentuk pengolahan untuk pengawetannya. Susu bubuk banyak dipilih karena praktis, tahan lama, mempunyai berbagai macam rasa dan aroma yang lebih disukai konsumen.
Konsumen harus memperhatikan label yang tertera pada kemasan susu karena pada label tersebut banyak tersimpan informasi yang berguna bagi konsumen. Pemberian label susu bertujuan agar masyarakat sebagai konsumen dapat memperoleh informasi yang benar dan jelas tentang setiap produk pangan yang dikemas, baik menyangkut asal, keamanan mutu, kandungan gizi maupun keterangan lain yang diperlukan, sebelum memutuskan akan membeli atau mengkonsumsi produk pangan tersebut.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik orangtua murid yang anaknya bersekolah di TK Al-Chasanah, mengetahui perilaku orangtua murid terhadap label susu dan menganalis hubungan antara karakteristik responden dengan perilakunya terhadap label susu. Pengumpulan data dilaksanakan di TK Al-Chasanah Tanjung Duren, Jakarta Barat, selama bulan Maret sampai dengan Mei 2005. Data diolah secara deskriptif dan menggunakan korelasi rank Spearman.
Karakteristik responden adalah 45% berumur antara 33 - 42 tahun, 57,5% adalah lulusan perguruan tinggi, 60% adalah ibu rumah tangga dan 35% berpendapatan kurang dari dua juta per bulan dan 75% memiliki anak kurang dari tiga. Responden paling banyak tahu tentang label halal, bersikap positif pada setiap atribut label susu, memperhatikan label halal dan tanggal kadaluarsa sebelum membeli susu.
Korelasi antara karakteristik dengan perilaku responden dalam pemanfaatan label susu terlihat signifikan pada hubungan antara pendapatan dan jumlah anak dengan perilakunya. Keeratan hubungan antara karakteristik dengan perilaku responden adalah lemah karena nilai korelasinya di bawah 0,4.
5
ABSTRACT
Relation of Parent’s Characteristics and Behavior at Al-Chasanah Kindergarten in the Use of Milk Labeling
Hamonangan, F., Priatna, W.B., and Burhanuddin
Food Labeling is not just an accessory, it’s an integral part of food it self. Food label contains alot of information about vitamin, mineral, protein, and other mineral. Customers should pay attention in food labeling because it’s an important things to do before buying it. The purpose of food labeling is to give the correct info about product, including it origin, quality, etc. In other word, food labeling was made to protect customers from irresponsible producer. At kindergarten ages, kids need milk to make them grow faster, healthier and smart. Parents usually give them milk powder because its simple, last long and has many variant in taste that their kid would enjoy it. Al-Chasanah’s kindergarten is one of Al-Chasanah educational foundation in Tanjung Duren, West Jakarta. Research was conducted there to find out their parent characteristics, how far they understand about food labeling and is there any significant correlation between their characteristics with their understanding about food labeling. Research result shown that parents characteristics in Al-Chasanah is 45% between 33 - 42 years old, 60% of them are house wife, 57,5% graduate from university, 35% have income less than 2 million per month and 75% has less than three children. Parents mostly know about halal labeling, have a positive attitude on every label attribute and observe expire date and halal label before they buy it. Correlation between parent’s characteristics with their behavior in the use of milk labeling is seen in the correlation between income and number of children with their behavior.
6
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 30 Mei 1981 sebagai anak pertama
dari tiga bersaudara dengan nama lengkap Firman Hamonangan. Ayah penulis
bernama Rajab Nainggolan dan ibu penulis bernama Rosita Tambunan.
Penulis memulai pendidikan formalnya dengan masuk di TK Al-Chasanah
Tanjung Duren Jakarta pada tahun 1990, lalu melanjutkan pendidikannya di SD
Al-Chasanah. Tahun 1996, SMP 89 di Tanjung Duren merupakan jenjang pendidikan
penulis selanjutnya sebelum diterima di SMU 112 Kebon Jeruk, Jakarta dan lulus
pada tahun 1999.
Hasil pengumuman ujian UMPTN 1999 menyatakan penulis lulus dan
diterima masuk di Institut Pertanian Bogor dengan Jurusan Sosial Ekonomi Industri
Peternakan, Fakultas Peternakan.
Semasa kuliah di Institut Pertanian Bogor, penulis mengikuti berbagai
kegiatan di fakultas ataupun pada tingkat IPB. Tahun 2002 penulis menjadi anggota
BEM Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor sebagai Kepala Departemen
7
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah S.W.T atas segala nikmat serta karunianya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Hubungan
Karakteristik dan Perilaku Orangtua Murid TK Al-Chasanah dalam Pemanfaatan
Label Kemasan Susu Bubuk” ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian yang dilakukan di TK Al-Chasanah, Tanjung Duren, Jakarta Barat
ini dilaksanakan selama bulan Maret sampai dengan Mei 2005 dengan responden
para orangtua murid. Tahap persiapan dilakukan dengan mengurus administrasi di
TK sampai dengan keluar izin untuk melakukan penelitian. Setelah izin keluar maka
berkoordinasi dengan para guru TK untuk meminta waktu agar dapat mewawancarai
mereka dan responden. Responden akan diminta menjawab pertanyaan yang ada di
kuesioner. Wawancara juga dilakukan dengan pengurus yayasan dan satpam.
Setelah diperoleh data yang diperlukan, maka dilakukan proses pengolahan
data secara statistik deskriptif dan non parametrik. Statistik deskriptif digunakan
untuk mengolah data karakteristik dan perilaku responden, sedangkan korelasi antara
karakteristik responden dengan perilakunya digunakan non parametrik rank Spearman.
Skripsi ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna kepada
siapa saja yang membacanya juga diharapkan akan ada penelitian lebih lanjut tentang
pemanfaatan label pangan, agar semakin banyak yang mengerti tentang pentingnya
membaca label sebelum membelinya. Terakhir penulis ucapkan terima kasih banyak
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan selama proses penulisan skripsi
ini. Semoga amal baik rekan-rekan mendapat balasan dari Allah S.W.T, aamiin.
Bogor, 2 Juni 2006
8
Karakteristik Individu ... 8
Perilaku ... 8
Peraturan yang berhubungan dengan Label ... 12
KERANGKA PEMIKIRAN ... 15
Karakteristik Responden ... 21
Usia ... 21
Pendidikan ... 21
Pekerjaan ... 22
9
Jumlah Anak ... 24
Label Makanan dan Atributnya ... 25
Pengetahuan ... 26
Sikap ... 28
Tindakan ... 30
Hubungan Antara Karakteristik dengan Perilaku ... 32
KESIMPULAN DAN SARAN ... 35
UCAPAN TERIMAKASIH ... 36
DAFTAR PUSTAKA ... 37
10
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Keterangan Tentang Label Pangan dan Fungsinya ... 14
2. Responden Berdasarkan Usia ... 21
3. Responden Berdasarkan Pendidikan ... 22
4. Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 23
5. Responden Berdasarkan Pendapatan ... 24
6. Responden Berdasarkan Jumlah Anak ... 24
7. Persentase Responden yang Mengetahui Atribut Label Susu ... 26
8. Persentase Responden Menurut Sikapnya pada Atribut Label Susu ... 28
9. Persentase Responden Menurut Tindakan Melihat Atribut Label Susu Sebelum Membeli ... 30
11
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1.
Kerangka Pemikiran dalam Melihat Hubungan antara
12
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Struktur Organisasi Yayasan Al-Chasanah ... 40
13
PENDAHULUAN Latar Belakang
Susu merupakan bahan pangan yang memiliki daya cerna tinggi, dengan
kandungan nutrisi 98% protein susu dan 99% karbohidrat serta lemak susu dapat
diserap dan digunakan oleh manusia dan yang sangat potensial untuk dikembangkan
menjadi berbagai macam produk olahan dan bermutu baik. Nilai gizi susu tinggi,
tetapi cepat rusak sehingga membutuhkan bentuk pengolahan untuk pengawetannya.
Susu olahan menjadi pilihan tersendiri bagi konsumen karena praktis, tahan lama,
mempunyai berbagai macam rasa dan aroma yang lebih disukai konsumen.
Berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS) produk susu nasional pada tahun
2001 mencapai 531,87 ribu ton. Susu bubuk menempati urutan pertama dalam
tingkat produksinya dibanding jenis susu lainnya. Tingginya tingkat produksi susu
bubuk disebabkan luasnya jaringan pasar yang dikuasai oleh susu bubuk. selain itu,
jenis susu ini dapat dikonsumsi oleh semua umur dari bayi, orang dewasa, dan
manula.
Perkembangan bahan kemasan berlangsung sejalan dengan kebutuhan untuk
mempertahankan mutu dan keamanan makanan pada saat makanan disimpan dan
didistribusikan, sehingga makanan berada dalam kondisi prima saat dikonsumsi.
Fungsi pengemasan pangan antara lain adalah untuk menjaga pangan agar tetap
prima juga sebagai informasi tentang produk pangan tersebut. Produsen bisa
memasukkan unsur-unsur yang dapat memikat konsumen untuk membelinya, namun
informasi yang dicantumkan harus benar, jelas, dan jujur, sesuai dengan ketentuan
pasal 4 undang-undang no 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen.
Semakin beragamnya produk pangan kemasan dan berbagai klaim gizi yang
menyertainya maka kondisi tersebut menuntut konsumen untuk lebih berhati-hati
dalam memilih produk. Konsumen suka tidak suka harus mencari pengetahuan yang
lebih banyak mengenai klaim sehingga dapat memahami pengertian dan mengetahui
kebenaran klaim-klaim tersebut sehingga konsumen dapat terhindar dari kecurangan
yang dilakukan oleh produsen
Produk pangan menjadi salah satu pemicu tingginya minat masyarakat untuk
14
Makanan kemasan ini dipilih dengan pertimbangan kepraktisan dan kemudahan
mendapatkannya. Konsumen sekarang tidak hanya menitikberatkan pada rasa,
kemasan dan kemudahan dalam mengolahnya, tetapi konsumen sudah mulai berfikir
lebih jauh tentang keamanan suatu produk pangan terhadap kesehatannya, namun
masih banyak juga konsumen yang belum menyadari hal tersebut. Salah satu wujud
nyata kepedulian konsumen terhadap keamanan produk pangan adalah dengan
membaca informasi yang terdapat pada label kemasan pangan.
Label pangan adalah sumber informasi bagi konsumen tentang suatu produk
makanan karena konsumen tidak bisa bertemu langsung dengan produsennya. Tidak
jarang label pangan yang ditempel pada produk makanan hanyalah nama makanan
dan tidak ada keterangan lain, seperti tanggal kadaluwarsa, bahan pembuatannya,
maupun komposisi gizi. bahkan, nama produsen pun sering kali tidak dicantumkan.
Perlindungan konsumen baru dapat dianggap berhasil bila tiap konsumen
telah sanggup melindungi diri sendiri dari segala macam hal yang merugikan. Ini
baru dapat terjadi kalau konsumen telah dapat mengerti dan dapat menggunakan
hak-haknya sebagai konsumen. Tujuan pemberian label pangan adalah agar masyarakat
yang membeli dan mengkonsumsinya memperoleh informasi yang benar dan jelas
tentang setiap produk pangan yang dikemas, baik menyangkut asal, keamanan mutu,
kandungan gizi maupun keterangan lain yang diperlukan, sebelum memutuskan akan
membeli atau mengkonsumsi produk pangan tersebut (Moniharapon,1998). Label
dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi konsumen untuk menentukan
pilihan. Masyarakat di negara maju sudah terbiasa membaca label dengan cermat dan
teliti serta membandingkan dengan produk lain dari segi komposisi, berat bersih,
serta harganya sebelum mereka membeli.
Lebih khusus mengenai label nutrisi pada produk pangan, Moniharapon
(1998) menyebutkan bahwa tujuan penerapan label nutrisi selain memberikan
informasi tentang nutrisi kepada konsumen juga sekaligus mendidik konsumen agar
mengetahui kualitas kandungan nutrisi dari produk yang akan dibelinya dan sadar
akan konsekuensi mengkonsumsi produk tersebut terhadap kesehatannya.
15
pada pangan. Peraturan-peraturan tersebut terus mengalami perubahan dan
perkembangan dimana setiap tahunnya FDA melakukan revisi. Badan POM
mengadopsi peraturan label ini untuk diterapkan di indonesia.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM/ BPOM) mewajibkan
semua produk pangan olahan baik produk domestik maupun impor untuk dinilai
keamanan pangannya dan kemudian diberikan nomor pendaftaran sebelum
diedarkan. Produk pangan dalam negeri diberi label MD dan produk pangan luar
negeri diberi label ML. Produk pangan yang dihasilkan oleh rumah tangga diberikan
label SP (Sertifikat Penyuluhan) atau P-IRT (Pangan Industri Rumah Tangga) oleh
dinas kesehatan kabupaten/kota. Mutu dan keamanan produk pangan industri rumah
tangga perlu ditingkatkan, karena itu selama periode 2003-2004 badan POM telah
melakukan kegiatan penyuluhan bekerjasama dengan pemerintah kabupaten/kota
dengan melatih 1522 tenaga penyuluh kemanan pangan dan 1302 pengawas pangan
(Distric Food Inspector/DFI) di lingkungan kabupaten/kota seluruh indonesia.
Menurut badan POM, yang seharusnya tercantum dalam label pangan adalah:
1. Nama produk.
2. Komposisi
3. Isi bersih/ berat bersih.
4. Nama dan alamat pabrik atau importir.
5. Nomor pendaftaran.
6. Kode produksi.
7. Tanggal kadaluarsa.
8. Petunjuk atau cara penyimpanan.
9. Petunjuk atau cara penggunaan.
10.Nilai gizi.
11.Tulisan atau pernyataan khusus.
Label pangan ini memiliki manfaat bagi konsumen namun, label ini memiliki
istilah-istilah yang sering tidak dimengerti oleh konsumen dan bahkan sering kali
dapat mengelabui konsumen. Label pada produk sebenarnya dimaksudkan untuk
melindungi konsumen. Label bisa menjadi tidak berguna bila informasi yang tertera
16
Kenyataan yang ada menunjukkan bahwa banyak informasi yang tertera
dalam label kemasan belum tentu sesuai dengan kandungan gizi dalam makanan
tersebut. Beberapa penelitian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (2004)
mengungkapkan banyak fakta ketidaksesuaian antara label dengan isi dalam
kemasan. Seringkali ditemukan label yang kurang informasi dan bahkan tidak sesuai
aturan, sayangnya hanya sedikit konsumen yang peduli akan hal tersebut.
YLKI (2004) mengemukakan bahwa banyak kejadian yang merugikan yang
dialami oleh konsumen di Indonesia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara
lain informasi. Misalnya untuk sirop buah. konsumen harus melihat apakah sirop itu
berasal dari sari buah asli atau hanya rasa buah. Contoh lainnya pada kemasan mi
instan. pada kemasan tersebut biasanya digambarkan mi instan dengan telur dan
ayam yang menggugah selera. Gambar seperti ini menyesatkan karena di dalam
produk itu tidak terdapat telur dan ayam. Begitu juga soal pencantuman bahan baku,
banyak produsen yang hanya memberikan informasi berupa penyedap rasa tanpa
memberikan keterangan tambahan penyedap rasa seperti apa yang digunakannya.
MSG (Monosodium Glutamate) juga termasuk penyedap rasa, padahal saat ini
sebagian konsumen sudah tidak mau lagi mengonsumsi MSG. Penggunaan istilah
penyedap rasa berdasarkan kasus diatas dapat dikategorikan sebagai pelanggaran
terhadap label makanan karena produsen telah memanipulasi informasi.
Banyak konsumen yang tidak mendapatkan informasi yang cukup tentang
produk yang dikonsumsi, kemungkinan lain adalah konsumen tidak terbiasa
memeriksa keterangan pada kemasan produk yang akan dibeli. Atas dasar hal
tersebut, konsumen perlu tahu atas ketentuan pelabelan di Indonesia. Pengetahuan
konsumen tentang label akan memberikan sikap yang positif dalam memilih suatu
produk pangan yang akan dikonsumsi. Produk yang mencantumkan label lengkap,
jelas dan kominikatif membuat konsumen bisa mendapatkan informasi secara utuh
sehingga diharapkan konsumen akan menentukan pilihan konsumsi yang tepat,
sesuai selera dan kebutuhan.
Tiga hal yang harus diwaspadai konsumen dalam membeli produk makanan
dalam kemasan adalah:
1. Lokasi penjualan. Produk makanan yang dijual di pasar swalayan atau
17
jalan atau pasar dadakan. Lebih aman di sini berarti konsumen mempunyai
alamat atau tempat yang dituju jika ada masalah dengan produk tersebut.
2. Menjelang hari raya biasanya kebutuhan masyarakat akan makanan kemasan
melonjak, kesempatan ini dipakai para produsen untuk cuci gudang. Produsen
akan mengeluarkan semua produknya yang pendek masa kadaluwarsanya.
3. Label dengan bahasa asing. Saat ini masih banyak makanan-makanan impor
yang menggunakan bahasa asing dalam kemasannya, jika hanya
menggunakan bahasa Inggris masih lebih baik karena masih ada bagian yang
dapat dimengerti, akan tetapi bila menggunakan bahasa Cina maka konsumen
hampir tidak bisa membacanya. Produk makanan seperti itu masih dianggap
ilegal karena label makanannya tidak bisa dipahami secara jelas oleh
konsumen Indonesia.
Salah satu konsumen dari susu bubuk adalah orangtua murid yang memiliki
anak TK yang dalam mengambil keputusan untuk membeli susu biasanya hanya
melihat merek dagang tanpa membaca label susunya. Orangtua murid sekarang ini
dituntut memiliki komitmen tinggi serta pengetahuan memadai, agar dapat
mengenali makanan halal dan baik, seperti direkomendasikan Al-Quran. Setelah
meyakini kehalalan suatu makanan, yang perlu diperhatikan kemudian adalah
kandungan gizi, keberagamaan jenis, kebersihan, keamanan dari bahan-bahan kimia
yang perlu dihindari, keamanan waktu mengonsumsi, serta cara memasak dan
menyajikannya.
Halal dan baik saja belumlah cukup, masih ada rambu-rambu lain, yakni tidak
berlebihan, baik dari segi kualitas, juga segi kuantitasnya. gizi berlebih plus gaya
hidup tak sehat bisa mendatangkan penyakit degeneratif. sementara itu, pada
kasus-kasus keracunan makanan, mereka yang makan dalam porsi besarlah yang menderita
lebih parah.Hal lain yang harus diingat adalah lengkapnya keterangan tentang label
belum tentu menjamin kualitas produk tersebut.
Perumusan Masalah
Anak pada usia Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan usia pertumbuhan
sehingga seorang anak harus mendapatkan gizi yang cukup untuk memenuhi
18
dari makanan sehari-hari, sehingga pemberian susu merupakan hal yang penting pada
usia ini. Susu biasanya diberikan ketika pagi hari sebelum berangkat sekolah atau
malam hari ketika akan tidur.
TK Al-Chasanah berada di daerah Tanjung Duren, Jakarta Barat. Taman
Kanak-kanak merupakan salah satu jenjang pendidikan yang dimiliki oleh Yayasan
Pendidikan Islam Al-Chasanah, selain TK yayasan ini juga memiliki SD, SMP SMU,
dan SMEA. Ibu yang menunggu anaknya bersekolah TK biasanya menunggu di
Masjid atau kantin sekolah, ada pula yang pergi ke pasar untuk berbelanja lalu
kembali lagi ke sekolah. Mereka yang menunggu di sekolah biasanya hanya
berbincang-bincang saja ataupun ada yang berjualan.
Orangtua murid ini memberikan susu kepada anaknya tetapi mereka belum
tentu semuanya mengetahui tentang apa fungsi dari label susu yang terdapat pada
kemasan dari susu yang diberikan kepada anaknya, sedangkan tujuan pemberian
label pada pangan yang dikemas adalah agar masyarakat yang membeli dan atau
mengkonsumsi pangan memperoleh informasi yang benar dan jelas tentang setiap
produk pangan yang dibelinya. Perlu diadakan penelitian mengenai tingkat
pengetahuan, sikap serta tindakannya terhadap label susu bubuk, sebab kurangnya
pengetahuan ini hanya akan menyebabkan kerugian bagi konsumen saja
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana karakteristik orang tua murid TK Al-Chasanah?
2. Bagaimana perilaku orangtua murid TK Al-Chasanah dalam pemanfaatan
informasi label kemasan susu bubuk?
3. Bagaimana hubungan antara karakteristik dengan perilaku orangtua murid
dalam pemanfaatan informasi label kemasan sebagai perbandingan sebelum
membeli susu bubuk?
Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui karakteristik orang tua murid TK Al-Chasanah.
2. Mengetahui perilaku orang tua murid TK Al-Chasanah dalam pemanfaatan
19
3. Mengetahui hubungan antara karakteristik dengan perilaku orangtua murid
dalam pemanfaatan informasi label kemasan susu bubuk.
Kegunaan Penelitian
1. Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi konsumen sebagai orang yang
mengkonsumsi produk pangan dapat mengetahui bagaimana keadaan pangan
tersebut, apakah masih layak dikonsumsi atau tidak. Konsumen juga
diharapkan kritis terhadap produk pangan yang dikonsumsinya semua itu
demi kebaikan konsumen sendiri.
2. Penelitian ini diharapkan dapat berguna juga bagi produsen karena
mendapatkan umpan balik dari konsumen atas produknya. Umpan balik
tersebut dapat berupa saran untuk perbaikan atau kritik jika terdapat suatu
20
TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Individu
Menurut Rakhmat (2001), variabel individual terdiri dari data demografis
seperti usia, jenis kelamin, dan faktor-faktor psikologis komunikan. Karakteristik
individu adalah ciri-ciri atau sifat-sifat yang dimiliki oleh seorang individu yang
ditampilkan melalui pola fikir, pola sikap, dan pola tindakan terhadap lingkungan
hidupnya. Individu sebagai anggota suatu kelompok memiliki berbagai karakteristik
yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan kelompoknya. Karakteristik individu
dapat diklasifikasikan ke dalam karakteristik demografik dan karakteristik
psikografik.
Karakteristik demografik mencakup umur, jenis kelamin, ukuran keluarga,
daur kehidupan keluarga, penghasilan, pekerjaan, pendidikan, agama, ras,
kebangsaan dan tingkat sosial. Karakteristik psikografik meliputi gaya hidup dan
kepribadian (Kotler, 1991).
Perilaku
Perilaku individu meliputi segala sesuatu yang menjadi pengetahuannya yang
menjadi sikapnya dan yang bisa dilakukannya. Sikap biasanya memainkan peranan
utama dalam membentuk perilaku. Menurut Engel et. al. (1994) sikap yang positif akan menimbulkan perilaku yang positif dan sikap yang negatif akan menimbulkan
perilaku yang negatif. Perilaku muncul sebagai hasil interaksi antara individu dengan
lingkungannya. Perilaku dapat juga dikatakan sebagai reaksi yang terjadi karena
adanya stimulus atau interaksi antara individu dengan lingkungannya dan
benar-benar dilakukan seseorang dalam bentuk tindakan.
Menurut Hersey dan Blanchard (1991) perilaku pada dasarnya berorientasi
pada tujuan, dengan kata lain perilaku pada umumnya dimotivasi oleh keinginan
untuk memperoleh tujuan tertentu. Satuan perilaku yang utama adalah aktivitas.
Nyatanya semua perilaku merupakan suatu rangkaian aktivitas. Perilaku diarahkan
untuk pencapaian tujuan dan didalamnya mencakup cara-cara bagaimana mencapai
tujuan tersebut, untuk memperkirakan perilaku kita harus mengetahui motif atau
21
Rakhmat (2001) menyatakan bahwa perilaku dapat dibagi ke dalam tiga
ranah, yaitu: ranah kognitif atau pengetahuan, ranah afektif atau sikap dan ranah
psikomotorik atau keterampilan. Lumandi (1986) menambahkan bahwa perilaku
seseorang ditentukan oleh sikap, pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya
serta dalam hal tertentu berupa materi.
Pengetahuan
Pengetahuan diperoleh seseorang melalui pendidikan formal, informal
maupun non formal. Tingkat pengetahuan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku
seseorang karena berhubungan dengan daya nalar, pengalaman dan kejelasan konsep
mengenai obyek tertentu (Soekanto, 1981). Pengetahuan dan pengalaman akan
membentuk sikap seseorang. Pengetahuan merupakan fase awal dalam pembuatan
keputusan dimana seseorang akan berbuat atau berperilaku sesuai dengan
pengetahuan yang diperolehnya. Notoatmodjo (1990) menambahkan bahwa perilaku
yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada yang tidak didasari
pengetahuan. Pengukuran pengetahuan dapat dilihat dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian. Engel et. al. (1994) mendefinisikan pengetahuan adalah informasi yang disimpan didalam ingatan yang menjadi salah satu penentu perilaku seseorang. Notoatmodjo (1990) juga mengemukakan bahwa pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan tersebut sangat penting untuk membentuk perilaku seseorang.
Pengetahuan dibagi menjadi dua yaitu pengetahuan subyektif dan
pengetahuan obyektif. Pengetahuan subyektif adalah pengetahuan yang menurut
penilaian sendiri dengan menggunakan skor atas jawaban yang diberi keluarga.
Pengetahuan obyektif adalah pengetahuan yang diukur dengan menggunakan skor
atau jawaban yang diberikan terhadap beberapa pertanyaan.
Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku
dalam pemilihan makanan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizi
individu yang bersangkutan. Semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi seseorang
diharapkan semakin baik pula dalam keadaan gizinya (Agustina, 2002).
Sikap
Menurut Mar`at (1981) menyatakan sikap menyangkut pendapat, keyakinan
22
berupa predisposisi tingkah laku. Predisposisi untuk bertindak senang atau tidak
senang terhadap obyek tertentu mencakup komponen kognisi, afeksi, konasi.
Komponen kognasi akan menjawab pertanyaan apa yang dipikirkan atau
dipersepsikan tentang obyek. Komponen afeksi menjawab pertanyan tentang apa
yang dirasakan, senang atau tidak senang terhadap suatu obyek. Komponen konasi
akan menjawab pertanyaan bagaimana kesediaan atau kesiapan untuk bertindak
terhadap obyek.
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap
suatu stimulus atau obyek juga menggambarkan suka atau tidak suka seseorang
terhadap obyek. Sikap belumlah merupakan suatu tindakan akan tetapi merupakan
predisposisi terjadinya tindakan atau perilaku.
Sikap adalah suatu kecenderungan untuk menilai atau mengevaluasi
seseorang atau situasi dengan cara tertentu, untuk bertindak sesuai dengan evauasi
tersebut baik dengan cara disukai atau tidak disukai. Sikap akan mengarahkan secara
langsung perilaku seseorang. Semua ini berhubungan dengan pengetahuan serta
pengertian seseorang terhadap obyek tertentu. Pengukuran sikap dapat dilakukan
secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat dilakukan dengan
menyatakan pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu obyek. Secara tidak
langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian
ditanyakan pendapat responen.
Tindakan
Tindakan adalah tahapan dimana pengetahuan atau informasi mulai
dilaksanakan oleh seseorang dalam suatu tingkah laku individu yang disesuaikan
dengan kebutuhan dan motivasinya. Dorongan yang menggerakkan manusia untuk
bertingkah laku akan dapat membentuk sebuah motivasi (Ahmadi, 1991). Teori
Maslow dalam Rakhmat (2001) mengemukakan bahwa tindakan pada hakikatnya
adalah upaya untuk memenuhi keutuhan. Kebutuhan manusia tersusun secara
hierarkhis, yaitu (1) kebutuhan fisiologis; (2) kebutuhan akan perasaan aman; (3)
kebutuhan akan cinta kasih; (4) kebutuhan untuk mengetahui dan mengartikan
sesuatu; (5) kebutuhan akan penghargaan dan (6) kebutuhan akan aktualisasi diri.
Hierarkhi kebutuhan tersebut sangat spesifik pada setiap orang karena kenyataannya
23
Susu Bubuk
Menurut Buckle (1985), susu bubuk adalah susu olahan yang dibuat sebagai
kelanjutan dari proses penguapan. Biasanya kadar air dikurangi hingga mencapai
lima persen (5%) dan paling baik bila kurang dari dua persen (2%). Hal ini juga
didukung oleh Sirait (1991) yang menyatakan bahwa susu bubuk adalah merupakan
produksi dari evaporated milk yang diproses lebih lanjut. Produk ini mengandung 2-4% air dan kebanyakan susu bubuk terbuat dari skim milk. Susu bubuk ini juga dikenal dengan nama dried milk.
Hampir semua susu murni dan skim kering yang tersedia untuk dikonsumsi
manusia sekarang ini dibuat dengan proses pengeringan secara penyemprotan (Spray drying). Pertama, susu dikentalkan dengan penguapan hingga total bahan padat mencapai 45-50%, hal ini bertujuan untuk mempercepat pengeringan dan
peningkatan kapasitas alat kering. Dalam pengering, pancaran halus dari susu
dipaksakan secara cepat dengan tekanan melalui suatu aliran udara panas. Biasanya
digunakan suhu 650C untuk susu murni dan 1500C untuk susu skim. Tindakan
selanjutnya adalah dilakukan penyemprotan dengan mengaduk susu secara
sentrifugal atau dengan memompanya di bawah tekanan melalui pipa penyedot.
Partikel-partikel susu jatuh ke dasar ruangan pengering sementara udara panas akan
menguapkan kandungan air pada susu, kemudian dilanjutkan dengan proses
pengemasan.
Label Pangan
Menurut Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan
Pangan bahwa pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air,
baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai konsumsi
manusia, termasuk bahan tambahan pangan dan bahan lain yang digunakan dalam
proses penyiapan dan atau pembuatan makanan dan minuman. Tujuan dari pelabelan
pangan ini adalah agar masyarakat yang membeli dan mengkonsumsi pangan
memperoleh informasi yang benar dan jelas tentang setiap produk pangan yang
dikonsumsinya.
Undang-Undang Pangan No. 7 tahun 1996 menyebutkan label pangan adalah
setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi
24
ditempelkan pada atau merupakan bagian kemasan pangan. Pada pasal 30 ayat 2
disebutkan bahwa sebuah label harus memuat sekurang-kurangnya keterangan
tentang pangan yang bersangkutan, nama produk, daftar bahan yang digunakan, berat
bersih, isi bersih, nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan
pangan ke dalam wilayah Indonesia, keterangan tentang halal, dan tanggal, bulan,
dan tahun kadaluwarsa.
Moniharapon (1998) mengungkapkan tujuan pelabelan secara umum, antara
lain :
1. Memberi info tentang isi produk yang diberi label tanpa harus membuka
kemasan.
2. Berfungsi sebagai sarana komunikasi produsen kepada konsumen tentang
hal-hal perlu diketahui oleh konsumen tentang produk tersebut, terutama hal-hal-hal-hal
yang tidak kasat mata/tidak dapat diketahui secara fisik.
3. Sarana periklanan bagi produsen.
4. Memberi rasa aman pada konsumen.
Peraturan Perundang-undangan yang Berhubungan dengan Label
Berdasarkan rubrik Konsultasi Hukum Perlindungan Konsumen di harian
Republika, tanggapan atas pertanyaan konsumen yang ingin mengetahui bagaimana
sesungguhnya ketentuan pencantuman label pada kemasan produk pangan dan
minuman sesuai dengan peraturan perundang-undangan di Indonesia. Sudah
seharusnya konsumen mengetahui ketentuan yang berkenaan dengan perlindungan
konsumen. Selain itu, landasan hukum juga akan memberikan landasan yang kuat
bagi pemerintah untuk melakukan pengawasan. Peraturan perundang-undangan yang
terkait dengan label dan iklan adalah :
1. UU No. 7 tahun 1996 tentang Pangan
Penjelasan pasal 30 ayat (1) menyatakan bahwa tujuan pemberian label pada
pangan dikemas adalah agar masyarakat yang membeli dan atau mengkonsumsi
25
yang dikemas, baik menyangkut asal, keamanan, mutu, kandungan gizi, maupun
keterangan lain yang diperlukan sebelum memutuskan akan membeli atau
mengkonsumsi pangan tersebut.
2. PP No. 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan
Label pada produk pangan merupakan keterangan mengenai pangan yang
berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada, atau merupakan bagian kemasan pangan, baik yang berupa makanan maupun minuman hasil dari cara dan metode produksi tertentu.
Sesuai ketentuan Pasal 3 ayat (2) keterangan tersebut sekurang-kurangnya
menginformasikan nama produk, daftar bahan yang digunakan, berat bersih atau
isi bersih, nama dan alamat produsen/importir, tanggal, bulan dan tahun
kadaluwarsa. Informasi yang diberikan baik berupa tulisan, gambar atau bentuk
lain secara subtantif harus benar dan tidak menyesatkan (Pasal 5 ayat (1)), dan
apabila mencantumkan manfaatnya bagi kesehatan harus didukung oleh fakta
ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan (Pasal 6 ayat (1)). Sedangkan secara
formal informasi tersebut harus ditampilkan secara teratur, tidak
berdesak-desakan, jelas dan dapat dengan mudah dibaca (pasal 13 ayat (1)). Label
ditempelkan pada sisi kemasan yang mudah dilihat, diamati dan atau dibaca oleh
masyarakat pada umumnya (Pasal 14), ditulis dengan Bahasa Indonesia, angka
arab dan huruf Latin (Pasal 15).
Ditambahkan juga bahwa keterangan yang seharusnya ada selain seperti yang
disebutkan di atas, yaitu cara pemakaian atau penyimpanan, dan keterangan legalitas,
yang menandakan bahwa produk tersebut sudah terdaftar secara resmi di Departemen
Kesehatan. Keterangan tentang Label Pangan dan fungsinya terdapat pada Tabel 1
berikut :
Tabel 1. Keterangan tentang Label Pangan dan Fungsinya
No Jenis Pengertian Contoh Fungsi
1. Nama produk atau merek dagang
Tanda yang dipakai untuk membedakan makanan yang diperniagakan oleh seseorang atau badan dari makanan yang
diper-Bimoli Memudahkan pengenalan
26 dan/atau komponen yang terdapat dalam makanan 3. Berat bersih Berat produk di luar
kemasan. Produk yang menggunakan/bercampur media cair harus disertai berat tuntas yaitu berat pangan dikurangi media
KERANGKA PEMIKIRAN
Pengetahuan orangtua murid terhadap label susu berhubungan dengan
beberapa hal, diantaranya adalah tingkat pendidikan serta kemampuannya menyerap
informasi baru yang ada di media cetak maupun elektronik. Semakin tinggi tingkat
pengetahuan orangtua murid maka diharapkan anak akan semakin lebih baik.
Tingkat pengetahuan berhubungan dengan pendidikan yang ditempuh
orangtua murid melalui pendidikan formal, pendidikan juga dapat dipengaruhi oleh
pengalaman dalam berbagai hal. Pengetahuan yang berdasarkan pendidikan akan
bertahan lebih lama dari pada yang tidak.
Sikap menyangkut pendapat, keyakinan dan penilaian. Tindakan seseorang
sangat erat kaitannya dengan pengetahuan yang dimiliki dan motivasi yang
mendasarinya. Perilaku merupakan perwujudan dari pengetahuan, sikap dan tindakan
seseorang terhadap sesuatu. Tindakan adalah perilaku yang didasar oleh kemampuan
seseorang untuk menggunakan apa yang telah dipelajarinya dalam kehidupan
sehari-hari
Karakteristik seseorang juga mempengaruhi dalam menentukan pilihan
terhadap suatu produk susu yang akan dipilihnya. Nantinya kesemuanya itu akan
menentukan seseorang dalam perilakunya sehari-hari. Karakteristik yang diteliti
dalam penelitian ini meliputi umur, pendidikan, pendapatan, dan pekerjaan
Membaca label susu sangat penting bagi konsumen karena didalamnya
terkandung informasi yang dibutuhkan dalam mengambil keputusan untuk membeli
suatu produk. Hubungan antara karakteristik dengan perilaku orang tua murid dapat
dilihat pada kerangka pemikiran di bawah ini.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran dalam Melihat Hubungan Antara Karakteristik
41 METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Populasi orangtua murid yang anaknya bersekolah di TK Al-Chasanah sebanyak
80 orang. Sampel adalah orangtua murid yang anaknya bersekolah di TK
Al-Chasanah dan diambil sebanyak 40 responden dengan metode purposive sampling dengan pertimbangan berada dilokasi saat diadakan penelitian dan bersedia
diwawancarai.
Desain Penelitian
Penelitian ini berupa kasus, yaitu penelitian di suatu lokasi tentang sesuatu
selama kurun waktu tertentu. Tempat yang dipilih adalah TK Al-Chasanah, sehingga
hasil dari penelitian ini hanya berlaku bagi TK Al-Chasanah saja. Alasan pemilihan
TK Al-Chasanah karena TK ini berprestasi, dikenal luas oleh masyarakat karena
merupakan TK yang pertama berdiri di Tanjung Duren dan memiliki jumlah murid
yang cukup banyak. Alasan lain, pemilihan TK ini karena pertimbangan waktu dan
lokasi yang mudah dijangkau oleh penulis.
Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan di TK Al-Chasanah Tanjung Duren, Jakarta Barat
selama bulan Maret-Mei 2005. Kuesioner digunakan untuk wawancara terhadap
responden. Responden dalam penelitian ini adalah orangtua murid yang anaknya
bersekolah di TK Al-Chasanah. Wawancara terhadap responden difokuskan
mengenai label susu dan dilaksanakan pada setiap hari kerja. Wawancara juga
dilakukan kepada Kepala sekolah, guru, orangtua murid, penjaga sekolah dan Kepala
Bidang Pendidikan Yayasan Pendidikan Al-Chasanah.
Data dan Instrumen Data
Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Data sekunder berupa
42 Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah kuesioner. Metode
wawancara digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan sesuai kuesioner
yang telah dipersiapkan. Kuesioner terdiri atas empat bagian, yaitu: (1) karakteristik
responden; (2) pengetahuan tentang label susu bubuk; (3) sikap dan (4) tindakan.
Analisis Data
Data karakteristik responden yang meliputi umur, pendidikan, pekerjaan dan
pendapatan dianalisis secara deskriptif dengan pengelompokan berdasarkan jawaban
yang sama kemudian dibuat persentasenya. Data mengenai pengetahuan dan
tindakan orangtua murid mengenai label susu diukur dengan menggunakan skala
Likert, sehingga pertanyaan masing-masing diberi skor 1-5. Tingkat pengetahuan dan tindakan akan dikategorikan menurut skor total responden, yaitu bernilai rendah
dengan skor <60% dari skor maksimal, bernilai sedang dengan skor antara 60-80%
dari skor maksimal dan bernilai tinggi dengan skor >80% dari skor maksimal. Data
sikap diukur dengan jawaban berupa suka, ragu-ragu atau tidak suka.
Rank Spearman adalah statistik non parametrik yang digunakan untuk melihat apakah ada hubungan antara dua variabel atau tidak dan bila ada hubungan
yang signifikan seberapa erat hubungan tersebut. Signifikan adalah tingkat
kepercayaan pada variabel tersebut, yang dilambangkan dengan alpha (α), pada rank Spearman standarnya adalah α= 0,01 dan α= 0,05. Arti dari nilai α tersebut bahwa tingkat kepercayaan hubungan antara dua variabel tersebut adalah 99% dan 95%.
Koefisien korelasi adalah tingkat keeratan antara dua variabel yang angkanya
berkisar antara 1 atau sangat erat hingga 0 tidak memiliki keeratan sama sekali. Nilai
dari koefisien korelasi dapat menunjukkan tingkat keeratan suatu hubungan. Nilai
koefisien korelasi antara 0 - 0,2 maka hubungan keduanya dapat diabaikan, bila
bernilai 0,2 - 0,4 maka hubungannya sangat lemah, bila bernilai 0,4 - 0,6
hubungannya sedang, nilai 0,6 - 0,8 menunjukkan hubungan yang kuat dan bila
43 Rumus korelasi peringkat rank Spearman sebagai berikut:
d = perbedaan ranking ditiap pasang variabel N = jumlah pasang antar variabel
rs = koefisien korelasi Rank Spearman 1 dan 6 = bilangan koefisien
Definisi Istilah
1. Orang tua murid adalah ibu yang anaknya bersekolah di TK Al-Chasanah. 2. Susu Bubuk adalah susu olahan berupa susu bubuk yang diberikan orang tua
murid kepada anaknya.
3. Pengetahuan adalah informasi yang disimpan di dalam ingatan seseorang yang menjadi penentu perilaku utama.
4. Sikap adalah respon seseorang yang menyatakan suka atau tidak suka terhadap suatu hal.
5. Tindakan adalah perilaku yang didasar oleh kemampuan seseorang untuk menggunakan apa yang telah dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari. Tindakan dalam penelitian ini berarti kegiatan membaca label makanan sebelum memilih susu.
6. Perilaku adalah aktivitas berdasarkan pengetahuan, sikap dan tindakannya. Kegiatan ini dilakukan secara terus menerus sehingga menjadi kebiasaan. 7. Umur adalah usia responden ketika dilakukan penelitian atau tahun
dilakukannya penelitian dikurangi dengan tahun kelahirannya.
8. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang ditempuh oleh responden yang dibedakan menurut jenjang tertentu dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi.
9. Tanggal Kadaluwarsa adalah keterangan yang mengindikasikan tahun, bulan, tanggal kapan makanan tersebut aman dikonsumsi.
10.Label Halal adalah keterangan yang menyatakan bahwa produk tersebut halal untuk dikonsumsi oleh umat Islam.
11.Suara konsumen adalah fasilitas yang diberikan produsen kepada konsumen agar konsumen dapat memberikan kritik dan saran kepada produsen.
44 13.Bar code adalah informasi tentang identifikasi asal produk. Dibutuhkan
teknologi optik untuk membaca garis tersebut. Teknologi berupa garis-garis vertikal yang terdapat 13 angka dibawahnya.
45 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Keadaan Umum
Yayasan pendidikan Al-Chasanah adalah yayasan yang bergerak dibidang
pendidikan yang dikelola oleh keluarga Chasanah. Yayasan ini memiliki beberapa
jenjang pendidikan, antara lain Playgroup, TK, SD, SMP, SMA dan SMEA.
Playgroup dan TK menempati satu gedung di utara bersebelahan dengan kantin. SD
dan SMP menempati gedung yang sama di timur berdampingan dengan gedung TK.
SMA dan SMEA menempati gedung yang sama di barat.
Secara umum TK Al-Chasanah berada di jalan Tanjung Duren Raya No. 1,
Kelurahan Tanjung Duren, Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta Barat. Disekitar
TK Al-Chasanah juga berdiri SMP Negeri 89 dan Masjid Raya Al-Isra. Keduanya
berbatasan langsung dengan TK Al-Chasanah karena masih didalam satu petak
kavling. Bangunan lain yang berada disekitar TK adalah SMA Yadika.
Sejarah
Yayasan Pendidikan Al-Chasanah didirikan oleh keluarga besar Chasanah
yang bertempat tinggal di Jakarta pada tahun 1971 dengan Akta Notaris Rd. Imam
Soesatyo Prawirakoesoemo No.15 Tanggal 31 Maret 1971 dan kemudian
memperoleh akta pendirian Nomor: 15 serta terdaftar di Pengadilan Negeri Jakarta
dengan Nomor: 90. Akta ini kemudian diperbaharui lagi dengan Akta Notaris Siti
Marjami Soepangat, SH. No.2 Tanggal 4 Maret 1986.
Bidang pendidikan dipilih oleh anak-anak keluarga besar Chasanah karena
merupakan sarana yang memiliki manfaat ganda yaitu sebagai perwujudan dari
pengabdian terhadap Allah yang maha pencipta, kepatuhan dan ketaatan terhadap
orangtua. Peningkatkan usaha di bidang pendidikan dipandang perlu dilakukan untuk
mencapai kepentingan bersama. Hal itu akan terlaksana apabila keluarga besar
Chasanah membentuk atau mendirikan suatu organisasi sosial yang berbadan hukum
yaitu berupa yayasan.
Ketika Pemerintah mengumumkan bahwa agama merupakan unsur mutlak
bagi pembangunan karakter dan bangsa Indonesia, Pemda DKI Jakarta melaksanakan
kebijaksanaan mendirikan sekolah-sekolah dasar Islam sebagai madrasah teladan
yang berkurikulum dari Depdikbud dan Departemen Agama RI, pada saat
46 sama dengan Pemda DKI berupa bantuan gedung sekolah dasar di kelurahan Tanjung
Duren mulai tahun 1971/ 1972, di gedung tersebut berdirilah Sekolah Dasar Islam
Teladan Al-Chasanah.
Beberapa tahun kemudian didirikanlah Taman Kanak-kanak, Sekolah
Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Ekonomi Atas dan
yang terakhir berdiri adalah Playgroup. Semua tingkatan sekolah tersebut
menggunakan nama Al-Chasanah dan sekarang masing-masing menempati gedung
tersendiri di lokasi tersebut di atas.
Karyawan yayasan terbagi menjadi tiga yaitu bagian administrasi, guru dan
pegawai umum lainnya. Karyawan bagian administrasi hampir seluruhnya masih
merupakan keluarga dari para pendiri yayasan. Mereka ada yang merupakan anak
langsung, menantu ataupun keponakan dan cucu. Karyawan untuk guru dan yang
lainnya berasal dari rekrutmen yang dilakukan oleh yayasan untuk memenuhi
kebutuhan jumlah karyawan yang mencukupi.
Murid TK
TK Al-Chasanah memiliki dua kelompok kelas yaitu kelas A dan kelas B.
kelas A disebut sebagai TK nol besar, terdiri dari dua kelas yaitu kelas A1 dan A2.
Kelas B juga dibagi menjadi dua kelas yaitu B1 dan B2. disebut sebagai TK nol
kecil. Jumlah murid TK Al-Chasanah keseluruhannya ada sekitar 80 orang.
Kelas A memiliki murid sekitar 40 orang sehingga kelas nol besar ini setiap
kelasnya kurang lebih memiliki 20 orang murid. Kelas B juga memiliki murid sekitar
20 orang setiap kelasnya. Kelas-kelas ini masuk pada pukul 08.00 wib dan keluar
pada pukul 10.00 wib. Sebelum masuk mereka berbaris di depan kelasnya
masing-masing, memberi salam kepada guru dan teman sekelasnya kemudian masuk kelas,
berdoa dan mulai belajar.
Dua tahun yang lalu TK Al-Chasanah mengadakan acara minum susu
bersama sebulan sekali. Susu tersebut merupakan pemberian dari yayasan sehingga
para orangtua murid tidak perlu membayar. Sejak tahun 2005 kegiatan tersebut
dikurangi dan sekarang hampir tidak pernah dilakukan lagi. Alasan penghentian
kegiatan tersebut adalah karena sudah tidak ada lagi pemberian dana dari pihak
47 HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden Usia Responden
Pada Tabel 2 diperlihatkan bagaimana usia dari seluruh reponden dan
penyebarannya. Responden yang digolongkan ke dalam tiga kelompok usia, yaitu
usia muda (23-32 tahun), usia dewasa (33-42 Tahun) dan usia tua (43-50 Tahun).
Tabel 2 memperlihatkan bahwa sebagian besar orangtua murid berada pada
umur sedang. Usia responden termuda adalah 23 tahun dan responden tertua adalah
50 tahun dengan umur rata-rata adalah 33,75 tahun. Sebanyak 18 orang responden
atau mencapai 45% dari seluruh responden berada di dalam kelompok ini. Kelompok
usia muda yang berada antara umur 23-32 tahun terdapat 15 orang atau 37,5% dari
responden. Kedua kelompok usia tersebut merupakan kelompok usia produktif
karena pada usia ini manusia memiliki produktivitas kerja yang tinggi. Usia
responden yang tergolong dalam usia produktif diharapkan mampu untuk
meningkatkan pendapatan keluarga.
Tabel 2. Responden Berdasarkan Usia
Kelompok Usia Umur Jumlah (Orang) Persentase (%)
Muda <33 Tahun 15 37,50
Sedang 33-42 Tahun 18 45,00
Tua >42 Tahun 7 17,50
Jumlah 40 100
Pendidikan
Tingkat pendidikan dari responden bervariasi dari setiap tingkat level
pendidikan, mulai yang terendah SMP hingga yang tertinggi S1. Pendidikan sangat
dibutuhkan karena dapat akan meningkatkan pengetahuan, sikap dan
kesejahteraannya.
Tabel 3 dapat dilihat bahwa sebagian besar orangtua murid tingkat
pendidikannya mencapai perguruan tinggi yaitu sebanyak 23 orang atau mencapai
57,5% dari seluruh responden. Lulusan perguruan tinggi ini terdiri dari diploma
sebanyak tiga orang dan S1 sebanyak 20 orang responden. Urutan kedua adalah
48 SMEA serta SMK. Banyaknya lulusan S1 dan diploma menandakan bahwa sebagian
besar responden memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Banyak responden yang
berpendidikan hanya SLTA karena orangtua responden beranggapan bahwa nantinya
hanya akan mengurus rumah tangga saja sehingga pendidikan tidak perlu
tinggi-tinggi.
Tingkat pendidikan yang tinggi akan membuat responden lebih teliti dalam
memberikan susu kepada anaknya sehingga ketika membeli suatu produk susu
orangtua murid akan memperhatikan label susu tersebut. Orangtua murid yang
memiliki tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih aktif dalam mencari informasi
untuk meningkatkan pengetahuan dan tindakannya.
Tabel 3. Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)
SMP 1 2,50
SLTA 16 40,00
Perguruan Tinggi 23 57,50
Jumlah 40 100
Pekerjaan
Responden memiliki empat jenis pekerjaan antara lain adalah bidan, guru,
karyawati dan tidak bekerja atau ibu rumah tangga. Tabel 4 memperlihatkan
pekerjaan yang paling banyak digeluti oleh responden adalah ibu rumah tangga
sebanyak 24 orang atau mencapai 60% dari total responden. Urutan kedua adalah
karyawati sebanyak 13 orang (32,5%) lalu guru sebanyak dua orang dan terakhir
adalah bidan, pekerjaan yang hanya digeluti oleh satu orang responden.
Responden yang tidak bekerja atau ibu rumah tangga memungkinkan
orangtua murid mengalokasikan waktu untuk mengurus anaknya. Ibu rumah tangga
tidak bekerja agar responden tidak perlu mengeluarkan uang lagi untuk
mempekerjakan pengurus bayi. Responden juga berpendapat lebih baik menjaga
anak daripada ikut bekerja sedangkan anak tidak ada yang mengurus secara telaten.
Alasan ini selain berasal dari keputusan responden sendiri ada juga yang merupakan
permintaan dari suami, orang tua responden atau mertuanya. Responden ada juga
49 pengeluaran keluarga sehingga responden tidak bekerja. Hal ini sangat disayangkan
karena tingkat pendidikan responden banyak yang mencapai S1 sehingga akan lebih
baik jika responden ibu rumah tangga juga bekerja untuk menambah pendapatan
keluarga.
Tabel 4. Responden Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan Jumlah (Orang) Persentase (%)
Bidan 1 2,50
Guru 2 5,00
Karyawati 13 32,50
Tidak berkerja (Ibu rumah tangga) 24 60,00
Jumlah 40 100
Pendapatan
Pendapatan dari responden dalam hal ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu
mulai dari berpendapatan kurang dari 2 juta rupiah, antara 2-3 juta rupiah hingga
yang berpendapatan lebih dari 3 juta rupiah per bulan. Pendapatan disini adalah uang
yang diperoleh atau didapat oleh keluarga dalam waktu satu bulan, sehingga
pendapatan suami dihitung.
Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa sebanyak 14 responden atau 35%
berpendapatan kurang dari 2 juta rupiah per bulan lalu diikuti oleh responden yang
berpendapatan 2-3 juta rupiah dan lebih dari 3 juta rupiah per bulan yang keduanya
sebanyak 13 responden (32,5%).
Banyaknya responden yang berpendapatan kurang dari 2 juta rupiah
menandakan bahwa responden berada dalam kelompok ekonomi menengah ke
bawah. Hal ini terjadi karena banyak responden yang menjadi ibu rumah tangga dan
tidak mencari pekerjaan tambahan untuk menambahkan pendapatan keluarga.
Pendidikan responden yang tidak bekerja sebagian besar adalah tamatan SLTA
sehingga saat ini sulit untuk mendapatkan pekerjaan. Umur responden juga sudah
yang sudah tidak muda lagi sehingga tidak memungkinkan lagi bagi responden untuk
mencari pekerjaan tetap, yang mungkin dapat dilakukan oleh responden untuk
50 Tabel 5. Responden Berdasarkan Pendapatan
Pendapatan Jumlah (Orang) Persentase (%)
< Rp. 2.000.000 14 35,00
Rp. 2.000.000 – Rp. 3.000.000 13 32,50
> Rp. 3.000.000 13 32,50
Jumlah 40 100
Jumlah Anak
Jumlah anak orang tua murid di TK Al-Chasanah dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu kelompok keluarga kecil dan kelompok keluarga besar. Pembagian
ini berdasarkan peraturan pemerintah tentang pengelompokan keluarga. Kelompok
pertama adalah responden yang memiliki satu hingga dua orang anak, lalu kelompok
kedua adalah yang memiliki lebih dari dua orang anak.
Jumlah anak yang menjadi tanggungan responden termasuk sedikit, sebagian
besar dari orangtua atau 75% dari responden memiliki satu atau dua orang anak.
Responden yang memiliki satu anak sebanyak 12 orang. Responden yang memiliki
tiga anak hanya delapan orang saja dan responden yang memiliki anak lebih dari tiga
hanya dua orang responden yaitu seorang memiliki empat anak dan seorang lagi
memiliki enam orang anak.
Responden berpendapat bahwa saat ini memiliki anak banyak akan
menyebabkan semakin banyak pengeluaran untuk rumah tangga sehingga responden
memilih hanya memiliki anak satu atau dua orang saja. Usia responden yang
sebagian besar berumur diatas 32 tahun juga dapat menjadi alasan untuk tidak
memiliki anak lagi. banyaknya responden yang hanya memiliki anak kurang dari tiga
menandakan bahwa responden sebagian besar adalah termasuk dalam keluarga kecil.
Tabel 6. Responden Berdasarkan Jumlah anak
Kelompok Keluarga Jumlah Anak Jumlah (Orang) Persentase (%)
Kecil 1-2 30 75,00
Besar >2 10 25,00
51 Label Makanan dan Atributnya
Label pada kemasan makanan bukan sekedar hiasan, pada label tersebut
banyak mengandung informasi-informasi yang penting tentang produk makanan
dalam kemasannya bagi para calon pembelinya, inilah yang akan membantu para
calon pembeli untuk memutuskan akan membeli atau tidak.
Label makanan tidak boleh mencantumkan informasi yang sifatnya rancu dan
membingungkan, khasiat dan juga rekomendasi dari institusi ataupun orang.
Pengertian informasi yang rancu adalah adanya tulisan bebas pengawet pada produk
makanan sedang produk tersebut memang dilarang menggunakan pengawet.
Contohnya pada produk tahu ditulis bebas formalin padahal seharusnya tahu
memang harus bebas formalin atau produk bakso yang ditulis bebas boraks.
Setiap kali hendak membeli susu kemasan yang pertama kali harus dilihat
calon pembeli adalah label dan kemasannya. Kemasan itu sangat beragam bentuk
dan bahannya. Namun, yang paling penting adalah label yang tertera pada kemasan
tersebut, dan dari label inilah konsumen mengetahui banyak hal mengenai info susu
dalam kemasan tersebut.
Informasi yang bisa diketahui dari label susu setidaknya ada delapan, antara
lain:
1. Nama Produk.
2. Label Halal.
3. Informasi Nilai Gizi.
4. Tanggal Kadaluwarsa.
5. Berat bersih.
6. Komposisi Bahan.
7. Asal produk.
8. Cara penyajian dan informasi-informasi penting lainnya.
Produk adalah tanda yang dipakai untuk membedakan makanan yang
diperjualkan oleh produsen. Label halal adalah tulisan arab dan latin yang
menyatakan bahwa makanan tersebut halal untuk dikonsumsi oleh umat Islam. Berat
bersih adalah berat produk diluar kemasan. Daftar bahan yang digunakan adalah
susunan bahan penyusun dan komponen yang ada dalam makanan. Tanggal
52 sampai kapan makanan tersebut aman untuk dikonsumsi oleh konsumen. Nomor
pendaftaran adalah kode dan nomor yang diberikan oleh Departemen Kesehatan RI
untuk makanan yang telah terdaftar. Informasi Nilai Gizi adalah keterangan yang
menggambarkan kandungan gizi yang terdapat dalam makanan tersebut. Semua
keterangan tersebut haruslah diketahui agar konsumen merasa tenang dalam
mengkonsumsi suatu produk.
Pengetahuan
Pengetahuan adalah informasi yang disimpan didalam ingatan yang menjadi
penentu utama perilaku seseorang. Pengetahuan seseorang dapat diperoleh melalui
pendidikan formal, nonformal dan informal. Pendidikan non formal adalah
pengetahuan yang didapat dari kursus atau pelatikan, sedangkan pendidikan informal
adalah pendidikan dalam lingkungan keluarga dan pergaulan sehari-hari. Pendidikan
informal berperan penting dalam perkembangan pengetahuan karena dari pendidikan
informal responden akan mendaptkan informasi yang tidak didapatnya di pendidikan
formal.
Tabel 7. Persentase Responden yang Mengetahui Atribut Label Susu
Atribut Label Jumlah (Orang) Responden (%)
Tanggal Kadaluwarsa 34 85,00
Label Halal 33 82,50
Merek 33 82,50
Suara Konsumen 29 72,50
Bar code 24 60,00
Informasi Nilai Gizi 37 92,50
Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan yang dimiliki
oleh responden sebagian besar adalah tinggi, hanya pada atribut bar code saja responden tergolong berpengetahuan sedang. Skor pengetahuan bernilai tinggi bila
responden mengetahui lebih dari 80% atribut label dan bernilai sedang bila
responden mengetahui 60-80% tentang label makanan. Responden tidak ada yang
mengetahui secara menyeluruh apa saja yang terdapat dalam label susu dan apa
fungsinya. Responden tahu apa itu informasi nilai gizi, tanggal kadaluwarsa serta
label halal sebab menurut responden ketiga atribut tersebut adalah hal yang paling
53 Informasi nilai gizi merupakan atribut yang sangat penting bagi para orangtua
murid karena pada atribut tersebut dijelaskan kandungan dan isi dari susu tersebut.
Informasi nilai gizi adalah keterangan mengenai kandungan yang terdapat di dalam
susu berupa gizi, vitamin, mineral atau zat tambahan lainnya.
Tanggal kadaluwarsa adalah keterangan yang banyak diketahui oleh
responden karena responden tahu akan pentingnya atribut ini. Banyak responden
yang ingin agar tanggal kadaluwarsa tersebut dicetak pada tampak depan, bukan
bagian atas atau bawah dari kemasan. Tanggal kadaluwarsa bisanya terletak pada
bagian atas kemasan, ini sangat mudah diketahui oleh para orangtua murid dan
fungsinya sangat jelas yaitu untuk memberitahukan kepada konsumen batas akhir
penggunaan susu tersebut.
Keterangan halal adalah atribut yang paling mudah diketahui karena berupa
huruf arab dan ada tulisan latinnya. Keterangan ini diperlukan tidak hanya orangtua
murid tetapi juga bagi umat Islam untuk menjaga dirinya dari makanan dan minuman
yang sifatnya haram. Keterangan halal seharusnya ditulis dengan huruf arab dan latin
berwarna hijau dengan ukuran universe medium corps 12. (Misalnya penulisan label halal pada biskuit merek ATB)
Suara konsumen dan bar code adalah dua hal yang menurut responden itu hanya sebagai pelengkap saja. Orangtua murid banyak yang tahu bahwa terdapat
fasilitas suara konsumen pada label susu bubuk, biasanya suara konsumen terletak
pada bagian belakang dan berada di bawah dari kemasan susu. Banyak responden
yang tahu tentang fasilitas suara konsumen ini karena fasilitas ini sangat unik dan
merupakan telepon bebas pulas.
Bar code adalah hal yang kurang dimengerti bagi para orangtua murid, bagi responden itu hanya seperti hiasan dan tidak berguna. Bar code tidak penting bagi konsumen karena memang diperuntukkan bagi produsen dan para agennya sehingga
responden dapat mengenali produknya dengan cepat.
Berdasarkan Tabel 7 terlihat bahwa informasi nilai gizi memiliki proporsi
terbesar diantara semua atribut label yang diketahui oleh responden. Tanggal
kadaluwarsa, label halal dan merek merupakan tiga atribut yang memiliki proporsi
54 Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang menggambarkan suka
atau tidaknya seseorang terhadap suatu obyek. Sikap ini dapat bernilai positif atau
negatif tergantung dari respon yang diberikan. Sikap dinyatakan positif bila
responden menyatakan setuju terhadap sebuah pernyataan yang bernilai baik atau
positif yang diberikan kepadanya. Sedangkan sikap akan bernilai negatif bila
responden menyatakan setuju terhadap pernyataan yang diberikan kepadanya yang
bernilai negatif atau jelek.
Pengukuran terhadap sikap dapat digunakan dengan menggunakan daftar
pertanyaan tentang label susu dan diminta tanggapan responden atas pernyataan
obyek tersebut. Responden diminta untuk memberikan jawabannya dengan
menyatakan setuju, ragu-ragu, atau tidak setuju atas peryataan tersebut. Tabel 8
menyajikan sikap dari responden orangtua murid TK Al-Chasanah ketika ditanya
tentang atribut label susu.
Tabel 8. Persentase Responden Menurut Sikapnya pada Label Susu
Atribut Label Sikap
Positif (%) Netral (%) Negatif (%)
Tanggal Kadaluwarsa 97,50 2,50 -
Label Halal 95,00 2,50 2,50
Suara Konsumen 97,50 2,50 -
Bar code 80,00 17,50 2,50
Merek 85,00 12,50 2,50
Informasi Nilai Gizi 97,50 2,50 -
Sebagian besar responden memiliki sikap yang positif terhadap label susu.
Hal ini terlihat dari jawaban-jawaban yang diberikan responden yang menunjukan
bahwa responden suka dan senang dengan adanya label susu. Responden suka
dengan label susu dan suka memperhatikan beberapa atribut sebelum responden
membeli. Atribut itu antara lain: tanggal kadaluwarsa, label halal, Suara Konsumen
dan Informasi Nilai Gizi. Responden menyatakan bahwa label merupakan bagian
yang penting dari susu dan responden suka membacanya sebelum membeli. Kegiatan
55 dalam melihat tanggal kadaluwarsa, karena ini merupakan hal penting yang harus
dilakukan agar responden tidak merasa rugi setelah membeli produk susu tersebut.
Sikap responden bernilai positif ketika ditanya mengenai penulisan tanggal
kadaluwarsa, label halal dan merek. Menurut responden, ketiga hal ini merupakan
hal yang paling diutamakan ketika membeli susu. Responden juga menyatakan
bahwa sebaiknya tanggal kadaluwarsa diletakkan di bagian depan sama dengan label
halal dan merek atau merek susu, bukannya di atas atau di bawah.
Label halal terkadang sulit ditemukan oleh responden karena menurut
responden tulisan tersebut terlalu kecil dan berwarna hitam. Hal ini bertentangan
dengan keputusan Menteri Kesehatan yang menyatakan bahwa tulisan label halal
harus ditulis dengan huruf arab dan huruf latin berwarna hijau dengan ukuran
sekurang-kurangnya universe medium corps 12. Ada responden yang menganggap label halal bukan hal yang penting karena di Indonesia tidak ada produsen susu yang
memproduksi susu binatang yang dianggap haram menurut agama Islam, sehingga
label halal tidak perlu diperhatikan
Fasilitas suara konsumen merupakan jembatan yang menghubungkan antara
konsumen dengan produsen sehingga setiap keluhan konsumen bisa langsung
didapatkan oleh produsen. Responden menyatakan senang dengan adanya fasilitas
suara konsumen terlebih lagi fasilitas ini merupakan telepon bebas pulsa.
Bar code merupakan informasi tentang identifikasi asal produk. Dibutuhkan teknologi optik untuk membaca garis-garis tersebut, sehingga bar code lebih berguna bagi produsen dan distributor daripada konsumen. Keuntungan yang bisa didapatkan
oleh konsumen dari bar code adalah pelayanan yang lebih cepat di supermarket. Ada seorang responden yang tidak suka melihat bar code karena tidak tahu apa fungsinya. Berdasarkan Tabel 8 tanggal kadaluwarsa, suara konsumen dan informasi
nilai gizi memiliki proporsi terbesar dari sikap positif responden kemudian diikuti
oleh label halal. Merek dan bar code memiliki proporsi sikap positif responden lebih kecil dibandingkan dengan atribut label yang lainnya.
Tindakan
Tindakan adalah kegiatan responden memperhatikan label makanan sebelum
membelinya. Tindakan merupakan kemampuan seseorang untuk menggunakan apa
56 erat kaitannya dengan sikap yang dimilikinya. Tabel berikut adalah tindakan
responden melihat atribut label susu sebelum membelinya.
Tabel 9. Persentase Responden Menurut Tindakan Melihat Atribut Label Susu Sebelum Membeli
Atribut Label Jumlah (Orang) Responden (%)
Tanggal Kadaluwarsa 36 90,00
Label Halal 38 95,00
Merek 18 45,00
Suara Konsumen 21 52,50
Bar code 29 72,50
Informasi Nilai Gizi 37 92,50
Berdasarkan Tabel 9 terlihat bahwa responden memperhatikan beberapa
atribut label susu sebelum responden membelinya. Skor tindakan responden adalah
tinggi pada tanggal kadaluwarsa, label halal dan informasi nilai gizi. Skor sedang
terdapat pada tindakan responden terhadap bar code dan skor rendah terdapat pada
merek dan suara konsumen. Atribut yang paling banyak diperhatikan adalah label
halal, informasi nilai gizi dan tanggal kadaluwarsa. Ketiga atribut tersebut
diperhatikan oleh lebih dari 90% responden sebelum membeli susu.
Label halal merupakan salah satu alasan orangtua murid memilih susu.
Alasannya karena responden merasa lebih tenang dan tidak perlu takut asal mula dan
proses susu tersebut. Keterangan halal ini merupakan atribut yang susah dicari
karena letaknya yang tersembunyi, tulisannya hitam dan ukurannya yang sangat
kecil. Menurut para responden keterangan halal adalah hal sangat penting karena
berhubungan dengan agama. Responden berpendapat bahwa akan lebih baik bila
label halal ditulis lebih besar dari yang ada sekarang.
Orangtua murid membaca keterangan informasi nilai gizi yang terletak di
salah satu sisi kemasan, walaupun tidak semuanya memperdulikan dan mengetahui
apakah ada perbedaan antara satu merek susu dengan merek yang lainnya tetapi
responden tetap melihatnya hanya sekedar untuk tahu. Informasi nilai gizi pada suatu
produk susu biasanya sama sehingga responden biasanya hanya melihat satu kali
saja, bila terdapat penambahan komponen gizi atau adanya rasa baru maka biasanya
57 Responden yang terbiasa membeli sendiri susu untuk anaknya biasanya
sering membaca label dan tahu kapan tanggal kadalaluwarsa dari susu tersebut
sehingga orangtua murid bisa memberikan yang terbaik bagi anaknya. Susu yang
memiliki tanggal kadaluwarsa lebih lama yang lebih dipilih oleh orangtua murid.
Meskipun susu tersebut nantinya akan habis hanya dalam waktu tiga sampai empat
bulan saja sehingga di bawah satu tahun pun tidak masalah asal susu tersebut habis
diminum sebelum tanggal kadaluwarsa.
Pemilihan susu juga tidak berdasarkan ada atau tidaknya bar code, karena bar code hanya berguna bagi yang membelinya di supermarket atau mini market dan tidak berguna bila responden membelinya di pasar tradisional. Responden sering
membeli susu untuk anaknya di pasar tradisional yang terletak dekat dengan TK
Al-Chasanah, hanya pada saat ketika sedang jalan-jalan saja responden terkadang
membeli susu di mall atau supermarket.
Fasilitas suara konsumen yang tertera pada label makanan membuat
responden mencoba menelponnya, ada yang menelpon sekedar iseng saja tetapi ada
juga yang menelpon untuk mengetahui untuk apa pelayanan itu diberikan, tetapi
tidak ada yang menelpon untuk memberikan keluhan terhadap produk susu tersebut.
Merek memiliki daya tarik dalam pemilihan susu menurut para responden ini.
Responden ada yang memilih susu hanya karena mereknya terkenal, tetapi ada
responden yang bilang bahwa dia tidak menyukai merek susu yang dipilihnya tetapi
tetap di beli karena yang penting baginya adalah kandungan gizinya yang bisa
diberikan kepada anaknya.
Pemberian susu kepada anak dilakukan biasanya pada pagi hari, namun ada
juga orangtua murid yang memberikannya lagi di malam hari dengan tujuan agar
Pertumbuhan anaknya lebih cepat. Sebagian besar orangtua murid hanya
memberikannya satu kali saja karena alasan biaya yang akan membengkak menjadi
dua kali lipat jika responden harus memberikannya pagi dan malam hari.
Berdasarkan Tabel 9 terlihat bahwa label halal memiliki proporsi paling
tinggi dibandingkan dengan atribut label lainnya kemudian diikuti oleh informasi
nilai gizi dan tanggal kadaluwarsa. Bar code dan suara konsumen mendapatkan proporsi tindakan lebih kecil sedangkan merek memiliki proposi terendah dalam