• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Karakteristik dan Perlakuan Orangtua Murid TK Al-Chasanah dalam Pemanfaatan Label Kemasan Susu Bubuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Karakteristik dan Perlakuan Orangtua Murid TK Al-Chasanah dalam Pemanfaatan Label Kemasan Susu Bubuk"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN PERILAKU ORANGTUA

MURID TK AL-CHASANAH DALAM PEMANFAATAN LABEL

KEMASAN SUSU BUBUK

SKRIPSI

FIRMAN HAMONANGAN

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(2)

2

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN PERILAKU ORANGTUA

MURID TK AL-CHASANAH DALAM PEMANFAATAN LABEL

KEMASAN SUSU BUBUK

FIRMAN HAMONANGAN D03499044

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(3)

3

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN PERILAKU ORANGTUA

MURID TK AL-CHASANAH DALAM PEMANFAATAN LABEL

KEMASAN SUSU BUBUK

Oleh

Firman Hamonangan D03499044

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 2 Juni 2006

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Ir. Wahyu Budi Priatna, MS Ir. Burhanuddin, MM

NIP 131 956 687 NIP. 132 232 454

Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

(4)

4

RINGKASAN

Firman Hamonangan. D03499044. 2006. Hubungan Karakteristik dan Perilaku Orangtua Murid TK Al-Chasanah dalam Pemanfaatan Label Kemasan Susu Bubuk. Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor

Pembimbing Utama : Ir. Wahyu Budi Priatna, MS. Pembimbing Anggota : Ir. Burhanuddin, MM.

Susu adalah bahan pangan yang sangat potensial untuk dikembangkan menjadi berbagai macam produk olahan serta memiliki mutu yang baik. Susu mempunyai nilai gizi yang tinggi tapi cepat rusak sehingga dibutuhkan bentuk pengolahan untuk pengawetannya. Susu bubuk banyak dipilih karena praktis, tahan lama, mempunyai berbagai macam rasa dan aroma yang lebih disukai konsumen.

Konsumen harus memperhatikan label yang tertera pada kemasan susu karena pada label tersebut banyak tersimpan informasi yang berguna bagi konsumen. Pemberian label susu bertujuan agar masyarakat sebagai konsumen dapat memperoleh informasi yang benar dan jelas tentang setiap produk pangan yang dikemas, baik menyangkut asal, keamanan mutu, kandungan gizi maupun keterangan lain yang diperlukan, sebelum memutuskan akan membeli atau mengkonsumsi produk pangan tersebut.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik orangtua murid yang anaknya bersekolah di TK Al-Chasanah, mengetahui perilaku orangtua murid terhadap label susu dan menganalis hubungan antara karakteristik responden dengan perilakunya terhadap label susu. Pengumpulan data dilaksanakan di TK Al-Chasanah Tanjung Duren, Jakarta Barat, selama bulan Maret sampai dengan Mei 2005. Data diolah secara deskriptif dan menggunakan korelasi rank Spearman.

Karakteristik responden adalah 45% berumur antara 33 - 42 tahun, 57,5% adalah lulusan perguruan tinggi, 60% adalah ibu rumah tangga dan 35% berpendapatan kurang dari dua juta per bulan dan 75% memiliki anak kurang dari tiga. Responden paling banyak tahu tentang label halal, bersikap positif pada setiap atribut label susu, memperhatikan label halal dan tanggal kadaluarsa sebelum membeli susu.

Korelasi antara karakteristik dengan perilaku responden dalam pemanfaatan label susu terlihat signifikan pada hubungan antara pendapatan dan jumlah anak dengan perilakunya. Keeratan hubungan antara karakteristik dengan perilaku responden adalah lemah karena nilai korelasinya di bawah 0,4.

(5)

5

ABSTRACT

Relation of Parent’s Characteristics and Behavior at Al-Chasanah Kindergarten in the Use of Milk Labeling

Hamonangan, F., Priatna, W.B., and Burhanuddin

Food Labeling is not just an accessory, it’s an integral part of food it self. Food label contains alot of information about vitamin, mineral, protein, and other mineral. Customers should pay attention in food labeling because it’s an important things to do before buying it. The purpose of food labeling is to give the correct info about product, including it origin, quality, etc. In other word, food labeling was made to protect customers from irresponsible producer. At kindergarten ages, kids need milk to make them grow faster, healthier and smart. Parents usually give them milk powder because its simple, last long and has many variant in taste that their kid would enjoy it. Al-Chasanah’s kindergarten is one of Al-Chasanah educational foundation in Tanjung Duren, West Jakarta. Research was conducted there to find out their parent characteristics, how far they understand about food labeling and is there any significant correlation between their characteristics with their understanding about food labeling. Research result shown that parents characteristics in Al-Chasanah is 45% between 33 - 42 years old, 60% of them are house wife, 57,5% graduate from university, 35% have income less than 2 million per month and 75% has less than three children. Parents mostly know about halal labeling, have a positive attitude on every label attribute and observe expire date and halal label before they buy it. Correlation between parent’s characteristics with their behavior in the use of milk labeling is seen in the correlation between income and number of children with their behavior.

(6)

6

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 30 Mei 1981 sebagai anak pertama

dari tiga bersaudara dengan nama lengkap Firman Hamonangan. Ayah penulis

bernama Rajab Nainggolan dan ibu penulis bernama Rosita Tambunan.

Penulis memulai pendidikan formalnya dengan masuk di TK Al-Chasanah

Tanjung Duren Jakarta pada tahun 1990, lalu melanjutkan pendidikannya di SD

Al-Chasanah. Tahun 1996, SMP 89 di Tanjung Duren merupakan jenjang pendidikan

penulis selanjutnya sebelum diterima di SMU 112 Kebon Jeruk, Jakarta dan lulus

pada tahun 1999.

Hasil pengumuman ujian UMPTN 1999 menyatakan penulis lulus dan

diterima masuk di Institut Pertanian Bogor dengan Jurusan Sosial Ekonomi Industri

Peternakan, Fakultas Peternakan.

Semasa kuliah di Institut Pertanian Bogor, penulis mengikuti berbagai

kegiatan di fakultas ataupun pada tingkat IPB. Tahun 2002 penulis menjadi anggota

BEM Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor sebagai Kepala Departemen

(7)

7

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah S.W.T atas segala nikmat serta karunianya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Hubungan

Karakteristik dan Perilaku Orangtua Murid TK Al-Chasanah dalam Pemanfaatan

Label Kemasan Susu Bubuk” ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian yang dilakukan di TK Al-Chasanah, Tanjung Duren, Jakarta Barat

ini dilaksanakan selama bulan Maret sampai dengan Mei 2005 dengan responden

para orangtua murid. Tahap persiapan dilakukan dengan mengurus administrasi di

TK sampai dengan keluar izin untuk melakukan penelitian. Setelah izin keluar maka

berkoordinasi dengan para guru TK untuk meminta waktu agar dapat mewawancarai

mereka dan responden. Responden akan diminta menjawab pertanyaan yang ada di

kuesioner. Wawancara juga dilakukan dengan pengurus yayasan dan satpam.

Setelah diperoleh data yang diperlukan, maka dilakukan proses pengolahan

data secara statistik deskriptif dan non parametrik. Statistik deskriptif digunakan

untuk mengolah data karakteristik dan perilaku responden, sedangkan korelasi antara

karakteristik responden dengan perilakunya digunakan non parametrik rank Spearman.

Skripsi ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna kepada

siapa saja yang membacanya juga diharapkan akan ada penelitian lebih lanjut tentang

pemanfaatan label pangan, agar semakin banyak yang mengerti tentang pentingnya

membaca label sebelum membelinya. Terakhir penulis ucapkan terima kasih banyak

kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan selama proses penulisan skripsi

ini. Semoga amal baik rekan-rekan mendapat balasan dari Allah S.W.T, aamiin.

Bogor, 2 Juni 2006

(8)

8

Karakteristik Individu ... 8

Perilaku ... 8

Peraturan yang berhubungan dengan Label ... 12

KERANGKA PEMIKIRAN ... 15

Karakteristik Responden ... 21

Usia ... 21

Pendidikan ... 21

Pekerjaan ... 22

(9)

9

Jumlah Anak ... 24

Label Makanan dan Atributnya ... 25

Pengetahuan ... 26

Sikap ... 28

Tindakan ... 30

Hubungan Antara Karakteristik dengan Perilaku ... 32

KESIMPULAN DAN SARAN ... 35

UCAPAN TERIMAKASIH ... 36

DAFTAR PUSTAKA ... 37

(10)

10

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Keterangan Tentang Label Pangan dan Fungsinya ... 14

2. Responden Berdasarkan Usia ... 21

3. Responden Berdasarkan Pendidikan ... 22

4. Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 23

5. Responden Berdasarkan Pendapatan ... 24

6. Responden Berdasarkan Jumlah Anak ... 24

7. Persentase Responden yang Mengetahui Atribut Label Susu ... 26

8. Persentase Responden Menurut Sikapnya pada Atribut Label Susu ... 28

9. Persentase Responden Menurut Tindakan Melihat Atribut Label Susu Sebelum Membeli ... 30

(11)

11

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1.

Kerangka Pemikiran dalam Melihat Hubungan antara

(12)

12

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Struktur Organisasi Yayasan Al-Chasanah ... 40

(13)

13

PENDAHULUAN Latar Belakang

Susu merupakan bahan pangan yang memiliki daya cerna tinggi, dengan

kandungan nutrisi 98% protein susu dan 99% karbohidrat serta lemak susu dapat

diserap dan digunakan oleh manusia dan yang sangat potensial untuk dikembangkan

menjadi berbagai macam produk olahan dan bermutu baik. Nilai gizi susu tinggi,

tetapi cepat rusak sehingga membutuhkan bentuk pengolahan untuk pengawetannya.

Susu olahan menjadi pilihan tersendiri bagi konsumen karena praktis, tahan lama,

mempunyai berbagai macam rasa dan aroma yang lebih disukai konsumen.

Berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS) produk susu nasional pada tahun

2001 mencapai 531,87 ribu ton. Susu bubuk menempati urutan pertama dalam

tingkat produksinya dibanding jenis susu lainnya. Tingginya tingkat produksi susu

bubuk disebabkan luasnya jaringan pasar yang dikuasai oleh susu bubuk. selain itu,

jenis susu ini dapat dikonsumsi oleh semua umur dari bayi, orang dewasa, dan

manula.

Perkembangan bahan kemasan berlangsung sejalan dengan kebutuhan untuk

mempertahankan mutu dan keamanan makanan pada saat makanan disimpan dan

didistribusikan, sehingga makanan berada dalam kondisi prima saat dikonsumsi.

Fungsi pengemasan pangan antara lain adalah untuk menjaga pangan agar tetap

prima juga sebagai informasi tentang produk pangan tersebut. Produsen bisa

memasukkan unsur-unsur yang dapat memikat konsumen untuk membelinya, namun

informasi yang dicantumkan harus benar, jelas, dan jujur, sesuai dengan ketentuan

pasal 4 undang-undang no 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen.

Semakin beragamnya produk pangan kemasan dan berbagai klaim gizi yang

menyertainya maka kondisi tersebut menuntut konsumen untuk lebih berhati-hati

dalam memilih produk. Konsumen suka tidak suka harus mencari pengetahuan yang

lebih banyak mengenai klaim sehingga dapat memahami pengertian dan mengetahui

kebenaran klaim-klaim tersebut sehingga konsumen dapat terhindar dari kecurangan

yang dilakukan oleh produsen

Produk pangan menjadi salah satu pemicu tingginya minat masyarakat untuk

(14)

14

Makanan kemasan ini dipilih dengan pertimbangan kepraktisan dan kemudahan

mendapatkannya. Konsumen sekarang tidak hanya menitikberatkan pada rasa,

kemasan dan kemudahan dalam mengolahnya, tetapi konsumen sudah mulai berfikir

lebih jauh tentang keamanan suatu produk pangan terhadap kesehatannya, namun

masih banyak juga konsumen yang belum menyadari hal tersebut. Salah satu wujud

nyata kepedulian konsumen terhadap keamanan produk pangan adalah dengan

membaca informasi yang terdapat pada label kemasan pangan.

Label pangan adalah sumber informasi bagi konsumen tentang suatu produk

makanan karena konsumen tidak bisa bertemu langsung dengan produsennya. Tidak

jarang label pangan yang ditempel pada produk makanan hanyalah nama makanan

dan tidak ada keterangan lain, seperti tanggal kadaluwarsa, bahan pembuatannya,

maupun komposisi gizi. bahkan, nama produsen pun sering kali tidak dicantumkan.

Perlindungan konsumen baru dapat dianggap berhasil bila tiap konsumen

telah sanggup melindungi diri sendiri dari segala macam hal yang merugikan. Ini

baru dapat terjadi kalau konsumen telah dapat mengerti dan dapat menggunakan

hak-haknya sebagai konsumen. Tujuan pemberian label pangan adalah agar masyarakat

yang membeli dan mengkonsumsinya memperoleh informasi yang benar dan jelas

tentang setiap produk pangan yang dikemas, baik menyangkut asal, keamanan mutu,

kandungan gizi maupun keterangan lain yang diperlukan, sebelum memutuskan akan

membeli atau mengkonsumsi produk pangan tersebut (Moniharapon,1998). Label

dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi konsumen untuk menentukan

pilihan. Masyarakat di negara maju sudah terbiasa membaca label dengan cermat dan

teliti serta membandingkan dengan produk lain dari segi komposisi, berat bersih,

serta harganya sebelum mereka membeli.

Lebih khusus mengenai label nutrisi pada produk pangan, Moniharapon

(1998) menyebutkan bahwa tujuan penerapan label nutrisi selain memberikan

informasi tentang nutrisi kepada konsumen juga sekaligus mendidik konsumen agar

mengetahui kualitas kandungan nutrisi dari produk yang akan dibelinya dan sadar

akan konsekuensi mengkonsumsi produk tersebut terhadap kesehatannya.

(15)

15

pada pangan. Peraturan-peraturan tersebut terus mengalami perubahan dan

perkembangan dimana setiap tahunnya FDA melakukan revisi. Badan POM

mengadopsi peraturan label ini untuk diterapkan di indonesia.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM/ BPOM) mewajibkan

semua produk pangan olahan baik produk domestik maupun impor untuk dinilai

keamanan pangannya dan kemudian diberikan nomor pendaftaran sebelum

diedarkan. Produk pangan dalam negeri diberi label MD dan produk pangan luar

negeri diberi label ML. Produk pangan yang dihasilkan oleh rumah tangga diberikan

label SP (Sertifikat Penyuluhan) atau P-IRT (Pangan Industri Rumah Tangga) oleh

dinas kesehatan kabupaten/kota. Mutu dan keamanan produk pangan industri rumah

tangga perlu ditingkatkan, karena itu selama periode 2003-2004 badan POM telah

melakukan kegiatan penyuluhan bekerjasama dengan pemerintah kabupaten/kota

dengan melatih 1522 tenaga penyuluh kemanan pangan dan 1302 pengawas pangan

(Distric Food Inspector/DFI) di lingkungan kabupaten/kota seluruh indonesia.

Menurut badan POM, yang seharusnya tercantum dalam label pangan adalah:

1. Nama produk.

2. Komposisi

3. Isi bersih/ berat bersih.

4. Nama dan alamat pabrik atau importir.

5. Nomor pendaftaran.

6. Kode produksi.

7. Tanggal kadaluarsa.

8. Petunjuk atau cara penyimpanan.

9. Petunjuk atau cara penggunaan.

10.Nilai gizi.

11.Tulisan atau pernyataan khusus.

Label pangan ini memiliki manfaat bagi konsumen namun, label ini memiliki

istilah-istilah yang sering tidak dimengerti oleh konsumen dan bahkan sering kali

dapat mengelabui konsumen. Label pada produk sebenarnya dimaksudkan untuk

melindungi konsumen. Label bisa menjadi tidak berguna bila informasi yang tertera

(16)

16

Kenyataan yang ada menunjukkan bahwa banyak informasi yang tertera

dalam label kemasan belum tentu sesuai dengan kandungan gizi dalam makanan

tersebut. Beberapa penelitian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (2004)

mengungkapkan banyak fakta ketidaksesuaian antara label dengan isi dalam

kemasan. Seringkali ditemukan label yang kurang informasi dan bahkan tidak sesuai

aturan, sayangnya hanya sedikit konsumen yang peduli akan hal tersebut.

YLKI (2004) mengemukakan bahwa banyak kejadian yang merugikan yang

dialami oleh konsumen di Indonesia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara

lain informasi. Misalnya untuk sirop buah. konsumen harus melihat apakah sirop itu

berasal dari sari buah asli atau hanya rasa buah. Contoh lainnya pada kemasan mi

instan. pada kemasan tersebut biasanya digambarkan mi instan dengan telur dan

ayam yang menggugah selera. Gambar seperti ini menyesatkan karena di dalam

produk itu tidak terdapat telur dan ayam. Begitu juga soal pencantuman bahan baku,

banyak produsen yang hanya memberikan informasi berupa penyedap rasa tanpa

memberikan keterangan tambahan penyedap rasa seperti apa yang digunakannya.

MSG (Monosodium Glutamate) juga termasuk penyedap rasa, padahal saat ini

sebagian konsumen sudah tidak mau lagi mengonsumsi MSG. Penggunaan istilah

penyedap rasa berdasarkan kasus diatas dapat dikategorikan sebagai pelanggaran

terhadap label makanan karena produsen telah memanipulasi informasi.

Banyak konsumen yang tidak mendapatkan informasi yang cukup tentang

produk yang dikonsumsi, kemungkinan lain adalah konsumen tidak terbiasa

memeriksa keterangan pada kemasan produk yang akan dibeli. Atas dasar hal

tersebut, konsumen perlu tahu atas ketentuan pelabelan di Indonesia. Pengetahuan

konsumen tentang label akan memberikan sikap yang positif dalam memilih suatu

produk pangan yang akan dikonsumsi. Produk yang mencantumkan label lengkap,

jelas dan kominikatif membuat konsumen bisa mendapatkan informasi secara utuh

sehingga diharapkan konsumen akan menentukan pilihan konsumsi yang tepat,

sesuai selera dan kebutuhan.

Tiga hal yang harus diwaspadai konsumen dalam membeli produk makanan

dalam kemasan adalah:

1. Lokasi penjualan. Produk makanan yang dijual di pasar swalayan atau

(17)

17

jalan atau pasar dadakan. Lebih aman di sini berarti konsumen mempunyai

alamat atau tempat yang dituju jika ada masalah dengan produk tersebut.

2. Menjelang hari raya biasanya kebutuhan masyarakat akan makanan kemasan

melonjak, kesempatan ini dipakai para produsen untuk cuci gudang. Produsen

akan mengeluarkan semua produknya yang pendek masa kadaluwarsanya.

3. Label dengan bahasa asing. Saat ini masih banyak makanan-makanan impor

yang menggunakan bahasa asing dalam kemasannya, jika hanya

menggunakan bahasa Inggris masih lebih baik karena masih ada bagian yang

dapat dimengerti, akan tetapi bila menggunakan bahasa Cina maka konsumen

hampir tidak bisa membacanya. Produk makanan seperti itu masih dianggap

ilegal karena label makanannya tidak bisa dipahami secara jelas oleh

konsumen Indonesia.

Salah satu konsumen dari susu bubuk adalah orangtua murid yang memiliki

anak TK yang dalam mengambil keputusan untuk membeli susu biasanya hanya

melihat merek dagang tanpa membaca label susunya. Orangtua murid sekarang ini

dituntut memiliki komitmen tinggi serta pengetahuan memadai, agar dapat

mengenali makanan halal dan baik, seperti direkomendasikan Al-Quran. Setelah

meyakini kehalalan suatu makanan, yang perlu diperhatikan kemudian adalah

kandungan gizi, keberagamaan jenis, kebersihan, keamanan dari bahan-bahan kimia

yang perlu dihindari, keamanan waktu mengonsumsi, serta cara memasak dan

menyajikannya.

Halal dan baik saja belumlah cukup, masih ada rambu-rambu lain, yakni tidak

berlebihan, baik dari segi kualitas, juga segi kuantitasnya. gizi berlebih plus gaya

hidup tak sehat bisa mendatangkan penyakit degeneratif. sementara itu, pada

kasus-kasus keracunan makanan, mereka yang makan dalam porsi besarlah yang menderita

lebih parah.Hal lain yang harus diingat adalah lengkapnya keterangan tentang label

belum tentu menjamin kualitas produk tersebut.

Perumusan Masalah

Anak pada usia Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan usia pertumbuhan

sehingga seorang anak harus mendapatkan gizi yang cukup untuk memenuhi

(18)

18

dari makanan sehari-hari, sehingga pemberian susu merupakan hal yang penting pada

usia ini. Susu biasanya diberikan ketika pagi hari sebelum berangkat sekolah atau

malam hari ketika akan tidur.

TK Al-Chasanah berada di daerah Tanjung Duren, Jakarta Barat. Taman

Kanak-kanak merupakan salah satu jenjang pendidikan yang dimiliki oleh Yayasan

Pendidikan Islam Al-Chasanah, selain TK yayasan ini juga memiliki SD, SMP SMU,

dan SMEA. Ibu yang menunggu anaknya bersekolah TK biasanya menunggu di

Masjid atau kantin sekolah, ada pula yang pergi ke pasar untuk berbelanja lalu

kembali lagi ke sekolah. Mereka yang menunggu di sekolah biasanya hanya

berbincang-bincang saja ataupun ada yang berjualan.

Orangtua murid ini memberikan susu kepada anaknya tetapi mereka belum

tentu semuanya mengetahui tentang apa fungsi dari label susu yang terdapat pada

kemasan dari susu yang diberikan kepada anaknya, sedangkan tujuan pemberian

label pada pangan yang dikemas adalah agar masyarakat yang membeli dan atau

mengkonsumsi pangan memperoleh informasi yang benar dan jelas tentang setiap

produk pangan yang dibelinya. Perlu diadakan penelitian mengenai tingkat

pengetahuan, sikap serta tindakannya terhadap label susu bubuk, sebab kurangnya

pengetahuan ini hanya akan menyebabkan kerugian bagi konsumen saja

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana karakteristik orang tua murid TK Al-Chasanah?

2. Bagaimana perilaku orangtua murid TK Al-Chasanah dalam pemanfaatan

informasi label kemasan susu bubuk?

3. Bagaimana hubungan antara karakteristik dengan perilaku orangtua murid

dalam pemanfaatan informasi label kemasan sebagai perbandingan sebelum

membeli susu bubuk?

Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui karakteristik orang tua murid TK Al-Chasanah.

2. Mengetahui perilaku orang tua murid TK Al-Chasanah dalam pemanfaatan

(19)

19

3. Mengetahui hubungan antara karakteristik dengan perilaku orangtua murid

dalam pemanfaatan informasi label kemasan susu bubuk.

Kegunaan Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi konsumen sebagai orang yang

mengkonsumsi produk pangan dapat mengetahui bagaimana keadaan pangan

tersebut, apakah masih layak dikonsumsi atau tidak. Konsumen juga

diharapkan kritis terhadap produk pangan yang dikonsumsinya semua itu

demi kebaikan konsumen sendiri.

2. Penelitian ini diharapkan dapat berguna juga bagi produsen karena

mendapatkan umpan balik dari konsumen atas produknya. Umpan balik

tersebut dapat berupa saran untuk perbaikan atau kritik jika terdapat suatu

(20)

20

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Individu

Menurut Rakhmat (2001), variabel individual terdiri dari data demografis

seperti usia, jenis kelamin, dan faktor-faktor psikologis komunikan. Karakteristik

individu adalah ciri-ciri atau sifat-sifat yang dimiliki oleh seorang individu yang

ditampilkan melalui pola fikir, pola sikap, dan pola tindakan terhadap lingkungan

hidupnya. Individu sebagai anggota suatu kelompok memiliki berbagai karakteristik

yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan kelompoknya. Karakteristik individu

dapat diklasifikasikan ke dalam karakteristik demografik dan karakteristik

psikografik.

Karakteristik demografik mencakup umur, jenis kelamin, ukuran keluarga,

daur kehidupan keluarga, penghasilan, pekerjaan, pendidikan, agama, ras,

kebangsaan dan tingkat sosial. Karakteristik psikografik meliputi gaya hidup dan

kepribadian (Kotler, 1991).

Perilaku

Perilaku individu meliputi segala sesuatu yang menjadi pengetahuannya yang

menjadi sikapnya dan yang bisa dilakukannya. Sikap biasanya memainkan peranan

utama dalam membentuk perilaku. Menurut Engel et. al. (1994) sikap yang positif akan menimbulkan perilaku yang positif dan sikap yang negatif akan menimbulkan

perilaku yang negatif. Perilaku muncul sebagai hasil interaksi antara individu dengan

lingkungannya. Perilaku dapat juga dikatakan sebagai reaksi yang terjadi karena

adanya stimulus atau interaksi antara individu dengan lingkungannya dan

benar-benar dilakukan seseorang dalam bentuk tindakan.

Menurut Hersey dan Blanchard (1991) perilaku pada dasarnya berorientasi

pada tujuan, dengan kata lain perilaku pada umumnya dimotivasi oleh keinginan

untuk memperoleh tujuan tertentu. Satuan perilaku yang utama adalah aktivitas.

Nyatanya semua perilaku merupakan suatu rangkaian aktivitas. Perilaku diarahkan

untuk pencapaian tujuan dan didalamnya mencakup cara-cara bagaimana mencapai

tujuan tersebut, untuk memperkirakan perilaku kita harus mengetahui motif atau

(21)

21

Rakhmat (2001) menyatakan bahwa perilaku dapat dibagi ke dalam tiga

ranah, yaitu: ranah kognitif atau pengetahuan, ranah afektif atau sikap dan ranah

psikomotorik atau keterampilan. Lumandi (1986) menambahkan bahwa perilaku

seseorang ditentukan oleh sikap, pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya

serta dalam hal tertentu berupa materi.

Pengetahuan

Pengetahuan diperoleh seseorang melalui pendidikan formal, informal

maupun non formal. Tingkat pengetahuan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku

seseorang karena berhubungan dengan daya nalar, pengalaman dan kejelasan konsep

mengenai obyek tertentu (Soekanto, 1981). Pengetahuan dan pengalaman akan

membentuk sikap seseorang. Pengetahuan merupakan fase awal dalam pembuatan

keputusan dimana seseorang akan berbuat atau berperilaku sesuai dengan

pengetahuan yang diperolehnya. Notoatmodjo (1990) menambahkan bahwa perilaku

yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada yang tidak didasari

pengetahuan. Pengukuran pengetahuan dapat dilihat dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian. Engel et. al. (1994) mendefinisikan pengetahuan adalah informasi yang disimpan didalam ingatan yang menjadi salah satu penentu perilaku seseorang. Notoatmodjo (1990) juga mengemukakan bahwa pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan tersebut sangat penting untuk membentuk perilaku seseorang.

Pengetahuan dibagi menjadi dua yaitu pengetahuan subyektif dan

pengetahuan obyektif. Pengetahuan subyektif adalah pengetahuan yang menurut

penilaian sendiri dengan menggunakan skor atas jawaban yang diberi keluarga.

Pengetahuan obyektif adalah pengetahuan yang diukur dengan menggunakan skor

atau jawaban yang diberikan terhadap beberapa pertanyaan.

Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku

dalam pemilihan makanan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizi

individu yang bersangkutan. Semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi seseorang

diharapkan semakin baik pula dalam keadaan gizinya (Agustina, 2002).

Sikap

Menurut Mar`at (1981) menyatakan sikap menyangkut pendapat, keyakinan

(22)

22

berupa predisposisi tingkah laku. Predisposisi untuk bertindak senang atau tidak

senang terhadap obyek tertentu mencakup komponen kognisi, afeksi, konasi.

Komponen kognasi akan menjawab pertanyaan apa yang dipikirkan atau

dipersepsikan tentang obyek. Komponen afeksi menjawab pertanyan tentang apa

yang dirasakan, senang atau tidak senang terhadap suatu obyek. Komponen konasi

akan menjawab pertanyaan bagaimana kesediaan atau kesiapan untuk bertindak

terhadap obyek.

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap

suatu stimulus atau obyek juga menggambarkan suka atau tidak suka seseorang

terhadap obyek. Sikap belumlah merupakan suatu tindakan akan tetapi merupakan

predisposisi terjadinya tindakan atau perilaku.

Sikap adalah suatu kecenderungan untuk menilai atau mengevaluasi

seseorang atau situasi dengan cara tertentu, untuk bertindak sesuai dengan evauasi

tersebut baik dengan cara disukai atau tidak disukai. Sikap akan mengarahkan secara

langsung perilaku seseorang. Semua ini berhubungan dengan pengetahuan serta

pengertian seseorang terhadap obyek tertentu. Pengukuran sikap dapat dilakukan

secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat dilakukan dengan

menyatakan pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu obyek. Secara tidak

langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian

ditanyakan pendapat responen.

Tindakan

Tindakan adalah tahapan dimana pengetahuan atau informasi mulai

dilaksanakan oleh seseorang dalam suatu tingkah laku individu yang disesuaikan

dengan kebutuhan dan motivasinya. Dorongan yang menggerakkan manusia untuk

bertingkah laku akan dapat membentuk sebuah motivasi (Ahmadi, 1991). Teori

Maslow dalam Rakhmat (2001) mengemukakan bahwa tindakan pada hakikatnya

adalah upaya untuk memenuhi keutuhan. Kebutuhan manusia tersusun secara

hierarkhis, yaitu (1) kebutuhan fisiologis; (2) kebutuhan akan perasaan aman; (3)

kebutuhan akan cinta kasih; (4) kebutuhan untuk mengetahui dan mengartikan

sesuatu; (5) kebutuhan akan penghargaan dan (6) kebutuhan akan aktualisasi diri.

Hierarkhi kebutuhan tersebut sangat spesifik pada setiap orang karena kenyataannya

(23)

23

Susu Bubuk

Menurut Buckle (1985), susu bubuk adalah susu olahan yang dibuat sebagai

kelanjutan dari proses penguapan. Biasanya kadar air dikurangi hingga mencapai

lima persen (5%) dan paling baik bila kurang dari dua persen (2%). Hal ini juga

didukung oleh Sirait (1991) yang menyatakan bahwa susu bubuk adalah merupakan

produksi dari evaporated milk yang diproses lebih lanjut. Produk ini mengandung 2-4% air dan kebanyakan susu bubuk terbuat dari skim milk. Susu bubuk ini juga dikenal dengan nama dried milk.

Hampir semua susu murni dan skim kering yang tersedia untuk dikonsumsi

manusia sekarang ini dibuat dengan proses pengeringan secara penyemprotan (Spray drying). Pertama, susu dikentalkan dengan penguapan hingga total bahan padat mencapai 45-50%, hal ini bertujuan untuk mempercepat pengeringan dan

peningkatan kapasitas alat kering. Dalam pengering, pancaran halus dari susu

dipaksakan secara cepat dengan tekanan melalui suatu aliran udara panas. Biasanya

digunakan suhu 650C untuk susu murni dan 1500C untuk susu skim. Tindakan

selanjutnya adalah dilakukan penyemprotan dengan mengaduk susu secara

sentrifugal atau dengan memompanya di bawah tekanan melalui pipa penyedot.

Partikel-partikel susu jatuh ke dasar ruangan pengering sementara udara panas akan

menguapkan kandungan air pada susu, kemudian dilanjutkan dengan proses

pengemasan.

Label Pangan

Menurut Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan

Pangan bahwa pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air,

baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai konsumsi

manusia, termasuk bahan tambahan pangan dan bahan lain yang digunakan dalam

proses penyiapan dan atau pembuatan makanan dan minuman. Tujuan dari pelabelan

pangan ini adalah agar masyarakat yang membeli dan mengkonsumsi pangan

memperoleh informasi yang benar dan jelas tentang setiap produk pangan yang

dikonsumsinya.

Undang-Undang Pangan No. 7 tahun 1996 menyebutkan label pangan adalah

setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi

(24)

24

ditempelkan pada atau merupakan bagian kemasan pangan. Pada pasal 30 ayat 2

disebutkan bahwa sebuah label harus memuat sekurang-kurangnya keterangan

tentang pangan yang bersangkutan, nama produk, daftar bahan yang digunakan, berat

bersih, isi bersih, nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan

pangan ke dalam wilayah Indonesia, keterangan tentang halal, dan tanggal, bulan,

dan tahun kadaluwarsa.

Moniharapon (1998) mengungkapkan tujuan pelabelan secara umum, antara

lain :

1. Memberi info tentang isi produk yang diberi label tanpa harus membuka

kemasan.

2. Berfungsi sebagai sarana komunikasi produsen kepada konsumen tentang

hal-hal perlu diketahui oleh konsumen tentang produk tersebut, terutama hal-hal-hal-hal

yang tidak kasat mata/tidak dapat diketahui secara fisik.

3. Sarana periklanan bagi produsen.

4. Memberi rasa aman pada konsumen.

Peraturan Perundang-undangan yang Berhubungan dengan Label

Berdasarkan rubrik Konsultasi Hukum Perlindungan Konsumen di harian

Republika, tanggapan atas pertanyaan konsumen yang ingin mengetahui bagaimana

sesungguhnya ketentuan pencantuman label pada kemasan produk pangan dan

minuman sesuai dengan peraturan perundang-undangan di Indonesia. Sudah

seharusnya konsumen mengetahui ketentuan yang berkenaan dengan perlindungan

konsumen. Selain itu, landasan hukum juga akan memberikan landasan yang kuat

bagi pemerintah untuk melakukan pengawasan. Peraturan perundang-undangan yang

terkait dengan label dan iklan adalah :

1. UU No. 7 tahun 1996 tentang Pangan

Penjelasan pasal 30 ayat (1) menyatakan bahwa tujuan pemberian label pada

pangan dikemas adalah agar masyarakat yang membeli dan atau mengkonsumsi

(25)

25

yang dikemas, baik menyangkut asal, keamanan, mutu, kandungan gizi, maupun

keterangan lain yang diperlukan sebelum memutuskan akan membeli atau

mengkonsumsi pangan tersebut.

2. PP No. 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan

Label pada produk pangan merupakan keterangan mengenai pangan yang

berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada, atau merupakan bagian kemasan pangan, baik yang berupa makanan maupun minuman hasil dari cara dan metode produksi tertentu.

Sesuai ketentuan Pasal 3 ayat (2) keterangan tersebut sekurang-kurangnya

menginformasikan nama produk, daftar bahan yang digunakan, berat bersih atau

isi bersih, nama dan alamat produsen/importir, tanggal, bulan dan tahun

kadaluwarsa. Informasi yang diberikan baik berupa tulisan, gambar atau bentuk

lain secara subtantif harus benar dan tidak menyesatkan (Pasal 5 ayat (1)), dan

apabila mencantumkan manfaatnya bagi kesehatan harus didukung oleh fakta

ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan (Pasal 6 ayat (1)). Sedangkan secara

formal informasi tersebut harus ditampilkan secara teratur, tidak

berdesak-desakan, jelas dan dapat dengan mudah dibaca (pasal 13 ayat (1)). Label

ditempelkan pada sisi kemasan yang mudah dilihat, diamati dan atau dibaca oleh

masyarakat pada umumnya (Pasal 14), ditulis dengan Bahasa Indonesia, angka

arab dan huruf Latin (Pasal 15).

Ditambahkan juga bahwa keterangan yang seharusnya ada selain seperti yang

disebutkan di atas, yaitu cara pemakaian atau penyimpanan, dan keterangan legalitas,

yang menandakan bahwa produk tersebut sudah terdaftar secara resmi di Departemen

Kesehatan. Keterangan tentang Label Pangan dan fungsinya terdapat pada Tabel 1

berikut :

Tabel 1. Keterangan tentang Label Pangan dan Fungsinya

No Jenis Pengertian Contoh Fungsi

1. Nama produk atau merek dagang

Tanda yang dipakai untuk membedakan makanan yang diperniagakan oleh seseorang atau badan dari makanan yang

diper-Bimoli Memudahkan pengenalan

(26)

26 dan/atau komponen yang terdapat dalam makanan 3. Berat bersih Berat produk di luar

kemasan. Produk yang menggunakan/bercampur media cair harus disertai berat tuntas yaitu berat pangan dikurangi media

(27)

KERANGKA PEMIKIRAN

Pengetahuan orangtua murid terhadap label susu berhubungan dengan

beberapa hal, diantaranya adalah tingkat pendidikan serta kemampuannya menyerap

informasi baru yang ada di media cetak maupun elektronik. Semakin tinggi tingkat

pengetahuan orangtua murid maka diharapkan anak akan semakin lebih baik.

Tingkat pengetahuan berhubungan dengan pendidikan yang ditempuh

orangtua murid melalui pendidikan formal, pendidikan juga dapat dipengaruhi oleh

pengalaman dalam berbagai hal. Pengetahuan yang berdasarkan pendidikan akan

bertahan lebih lama dari pada yang tidak.

Sikap menyangkut pendapat, keyakinan dan penilaian. Tindakan seseorang

sangat erat kaitannya dengan pengetahuan yang dimiliki dan motivasi yang

mendasarinya. Perilaku merupakan perwujudan dari pengetahuan, sikap dan tindakan

seseorang terhadap sesuatu. Tindakan adalah perilaku yang didasar oleh kemampuan

seseorang untuk menggunakan apa yang telah dipelajarinya dalam kehidupan

sehari-hari

Karakteristik seseorang juga mempengaruhi dalam menentukan pilihan

terhadap suatu produk susu yang akan dipilihnya. Nantinya kesemuanya itu akan

menentukan seseorang dalam perilakunya sehari-hari. Karakteristik yang diteliti

dalam penelitian ini meliputi umur, pendidikan, pendapatan, dan pekerjaan

Membaca label susu sangat penting bagi konsumen karena didalamnya

terkandung informasi yang dibutuhkan dalam mengambil keputusan untuk membeli

suatu produk. Hubungan antara karakteristik dengan perilaku orang tua murid dapat

dilihat pada kerangka pemikiran di bawah ini.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran dalam Melihat Hubungan Antara Karakteristik

(28)

41 METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel

Populasi orangtua murid yang anaknya bersekolah di TK Al-Chasanah sebanyak

80 orang. Sampel adalah orangtua murid yang anaknya bersekolah di TK

Al-Chasanah dan diambil sebanyak 40 responden dengan metode purposive sampling dengan pertimbangan berada dilokasi saat diadakan penelitian dan bersedia

diwawancarai.

Desain Penelitian

Penelitian ini berupa kasus, yaitu penelitian di suatu lokasi tentang sesuatu

selama kurun waktu tertentu. Tempat yang dipilih adalah TK Al-Chasanah, sehingga

hasil dari penelitian ini hanya berlaku bagi TK Al-Chasanah saja. Alasan pemilihan

TK Al-Chasanah karena TK ini berprestasi, dikenal luas oleh masyarakat karena

merupakan TK yang pertama berdiri di Tanjung Duren dan memiliki jumlah murid

yang cukup banyak. Alasan lain, pemilihan TK ini karena pertimbangan waktu dan

lokasi yang mudah dijangkau oleh penulis.

Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan di TK Al-Chasanah Tanjung Duren, Jakarta Barat

selama bulan Maret-Mei 2005. Kuesioner digunakan untuk wawancara terhadap

responden. Responden dalam penelitian ini adalah orangtua murid yang anaknya

bersekolah di TK Al-Chasanah. Wawancara terhadap responden difokuskan

mengenai label susu dan dilaksanakan pada setiap hari kerja. Wawancara juga

dilakukan kepada Kepala sekolah, guru, orangtua murid, penjaga sekolah dan Kepala

Bidang Pendidikan Yayasan Pendidikan Al-Chasanah.

Data dan Instrumen Data

Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer

diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Data sekunder berupa

(29)

42 Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah kuesioner. Metode

wawancara digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan sesuai kuesioner

yang telah dipersiapkan. Kuesioner terdiri atas empat bagian, yaitu: (1) karakteristik

responden; (2) pengetahuan tentang label susu bubuk; (3) sikap dan (4) tindakan.

Analisis Data

Data karakteristik responden yang meliputi umur, pendidikan, pekerjaan dan

pendapatan dianalisis secara deskriptif dengan pengelompokan berdasarkan jawaban

yang sama kemudian dibuat persentasenya. Data mengenai pengetahuan dan

tindakan orangtua murid mengenai label susu diukur dengan menggunakan skala

Likert, sehingga pertanyaan masing-masing diberi skor 1-5. Tingkat pengetahuan dan tindakan akan dikategorikan menurut skor total responden, yaitu bernilai rendah

dengan skor <60% dari skor maksimal, bernilai sedang dengan skor antara 60-80%

dari skor maksimal dan bernilai tinggi dengan skor >80% dari skor maksimal. Data

sikap diukur dengan jawaban berupa suka, ragu-ragu atau tidak suka.

Rank Spearman adalah statistik non parametrik yang digunakan untuk melihat apakah ada hubungan antara dua variabel atau tidak dan bila ada hubungan

yang signifikan seberapa erat hubungan tersebut. Signifikan adalah tingkat

kepercayaan pada variabel tersebut, yang dilambangkan dengan alpha (α), pada rank Spearman standarnya adalah α= 0,01 dan α= 0,05. Arti dari nilai α tersebut bahwa tingkat kepercayaan hubungan antara dua variabel tersebut adalah 99% dan 95%.

Koefisien korelasi adalah tingkat keeratan antara dua variabel yang angkanya

berkisar antara 1 atau sangat erat hingga 0 tidak memiliki keeratan sama sekali. Nilai

dari koefisien korelasi dapat menunjukkan tingkat keeratan suatu hubungan. Nilai

koefisien korelasi antara 0 - 0,2 maka hubungan keduanya dapat diabaikan, bila

bernilai 0,2 - 0,4 maka hubungannya sangat lemah, bila bernilai 0,4 - 0,6

hubungannya sedang, nilai 0,6 - 0,8 menunjukkan hubungan yang kuat dan bila

(30)

43 Rumus korelasi peringkat rank Spearman sebagai berikut:

d = perbedaan ranking ditiap pasang variabel N = jumlah pasang antar variabel

rs = koefisien korelasi Rank Spearman 1 dan 6 = bilangan koefisien

Definisi Istilah

1. Orang tua murid adalah ibu yang anaknya bersekolah di TK Al-Chasanah. 2. Susu Bubuk adalah susu olahan berupa susu bubuk yang diberikan orang tua

murid kepada anaknya.

3. Pengetahuan adalah informasi yang disimpan di dalam ingatan seseorang yang menjadi penentu perilaku utama.

4. Sikap adalah respon seseorang yang menyatakan suka atau tidak suka terhadap suatu hal.

5. Tindakan adalah perilaku yang didasar oleh kemampuan seseorang untuk menggunakan apa yang telah dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari. Tindakan dalam penelitian ini berarti kegiatan membaca label makanan sebelum memilih susu.

6. Perilaku adalah aktivitas berdasarkan pengetahuan, sikap dan tindakannya. Kegiatan ini dilakukan secara terus menerus sehingga menjadi kebiasaan. 7. Umur adalah usia responden ketika dilakukan penelitian atau tahun

dilakukannya penelitian dikurangi dengan tahun kelahirannya.

8. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang ditempuh oleh responden yang dibedakan menurut jenjang tertentu dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi.

9. Tanggal Kadaluwarsa adalah keterangan yang mengindikasikan tahun, bulan, tanggal kapan makanan tersebut aman dikonsumsi.

10.Label Halal adalah keterangan yang menyatakan bahwa produk tersebut halal untuk dikonsumsi oleh umat Islam.

11.Suara konsumen adalah fasilitas yang diberikan produsen kepada konsumen agar konsumen dapat memberikan kritik dan saran kepada produsen.

(31)

44 13.Bar code adalah informasi tentang identifikasi asal produk. Dibutuhkan

teknologi optik untuk membaca garis tersebut. Teknologi berupa garis-garis vertikal yang terdapat 13 angka dibawahnya.

(32)

45 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Keadaan Umum

Yayasan pendidikan Al-Chasanah adalah yayasan yang bergerak dibidang

pendidikan yang dikelola oleh keluarga Chasanah. Yayasan ini memiliki beberapa

jenjang pendidikan, antara lain Playgroup, TK, SD, SMP, SMA dan SMEA.

Playgroup dan TK menempati satu gedung di utara bersebelahan dengan kantin. SD

dan SMP menempati gedung yang sama di timur berdampingan dengan gedung TK.

SMA dan SMEA menempati gedung yang sama di barat.

Secara umum TK Al-Chasanah berada di jalan Tanjung Duren Raya No. 1,

Kelurahan Tanjung Duren, Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta Barat. Disekitar

TK Al-Chasanah juga berdiri SMP Negeri 89 dan Masjid Raya Al-Isra. Keduanya

berbatasan langsung dengan TK Al-Chasanah karena masih didalam satu petak

kavling. Bangunan lain yang berada disekitar TK adalah SMA Yadika.

Sejarah

Yayasan Pendidikan Al-Chasanah didirikan oleh keluarga besar Chasanah

yang bertempat tinggal di Jakarta pada tahun 1971 dengan Akta Notaris Rd. Imam

Soesatyo Prawirakoesoemo No.15 Tanggal 31 Maret 1971 dan kemudian

memperoleh akta pendirian Nomor: 15 serta terdaftar di Pengadilan Negeri Jakarta

dengan Nomor: 90. Akta ini kemudian diperbaharui lagi dengan Akta Notaris Siti

Marjami Soepangat, SH. No.2 Tanggal 4 Maret 1986.

Bidang pendidikan dipilih oleh anak-anak keluarga besar Chasanah karena

merupakan sarana yang memiliki manfaat ganda yaitu sebagai perwujudan dari

pengabdian terhadap Allah yang maha pencipta, kepatuhan dan ketaatan terhadap

orangtua. Peningkatkan usaha di bidang pendidikan dipandang perlu dilakukan untuk

mencapai kepentingan bersama. Hal itu akan terlaksana apabila keluarga besar

Chasanah membentuk atau mendirikan suatu organisasi sosial yang berbadan hukum

yaitu berupa yayasan.

Ketika Pemerintah mengumumkan bahwa agama merupakan unsur mutlak

bagi pembangunan karakter dan bangsa Indonesia, Pemda DKI Jakarta melaksanakan

kebijaksanaan mendirikan sekolah-sekolah dasar Islam sebagai madrasah teladan

yang berkurikulum dari Depdikbud dan Departemen Agama RI, pada saat

(33)

46 sama dengan Pemda DKI berupa bantuan gedung sekolah dasar di kelurahan Tanjung

Duren mulai tahun 1971/ 1972, di gedung tersebut berdirilah Sekolah Dasar Islam

Teladan Al-Chasanah.

Beberapa tahun kemudian didirikanlah Taman Kanak-kanak, Sekolah

Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Ekonomi Atas dan

yang terakhir berdiri adalah Playgroup. Semua tingkatan sekolah tersebut

menggunakan nama Al-Chasanah dan sekarang masing-masing menempati gedung

tersendiri di lokasi tersebut di atas.

Karyawan yayasan terbagi menjadi tiga yaitu bagian administrasi, guru dan

pegawai umum lainnya. Karyawan bagian administrasi hampir seluruhnya masih

merupakan keluarga dari para pendiri yayasan. Mereka ada yang merupakan anak

langsung, menantu ataupun keponakan dan cucu. Karyawan untuk guru dan yang

lainnya berasal dari rekrutmen yang dilakukan oleh yayasan untuk memenuhi

kebutuhan jumlah karyawan yang mencukupi.

Murid TK

TK Al-Chasanah memiliki dua kelompok kelas yaitu kelas A dan kelas B.

kelas A disebut sebagai TK nol besar, terdiri dari dua kelas yaitu kelas A1 dan A2.

Kelas B juga dibagi menjadi dua kelas yaitu B1 dan B2. disebut sebagai TK nol

kecil. Jumlah murid TK Al-Chasanah keseluruhannya ada sekitar 80 orang.

Kelas A memiliki murid sekitar 40 orang sehingga kelas nol besar ini setiap

kelasnya kurang lebih memiliki 20 orang murid. Kelas B juga memiliki murid sekitar

20 orang setiap kelasnya. Kelas-kelas ini masuk pada pukul 08.00 wib dan keluar

pada pukul 10.00 wib. Sebelum masuk mereka berbaris di depan kelasnya

masing-masing, memberi salam kepada guru dan teman sekelasnya kemudian masuk kelas,

berdoa dan mulai belajar.

Dua tahun yang lalu TK Al-Chasanah mengadakan acara minum susu

bersama sebulan sekali. Susu tersebut merupakan pemberian dari yayasan sehingga

para orangtua murid tidak perlu membayar. Sejak tahun 2005 kegiatan tersebut

dikurangi dan sekarang hampir tidak pernah dilakukan lagi. Alasan penghentian

kegiatan tersebut adalah karena sudah tidak ada lagi pemberian dana dari pihak

(34)

47 HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden Usia Responden

Pada Tabel 2 diperlihatkan bagaimana usia dari seluruh reponden dan

penyebarannya. Responden yang digolongkan ke dalam tiga kelompok usia, yaitu

usia muda (23-32 tahun), usia dewasa (33-42 Tahun) dan usia tua (43-50 Tahun).

Tabel 2 memperlihatkan bahwa sebagian besar orangtua murid berada pada

umur sedang. Usia responden termuda adalah 23 tahun dan responden tertua adalah

50 tahun dengan umur rata-rata adalah 33,75 tahun. Sebanyak 18 orang responden

atau mencapai 45% dari seluruh responden berada di dalam kelompok ini. Kelompok

usia muda yang berada antara umur 23-32 tahun terdapat 15 orang atau 37,5% dari

responden. Kedua kelompok usia tersebut merupakan kelompok usia produktif

karena pada usia ini manusia memiliki produktivitas kerja yang tinggi. Usia

responden yang tergolong dalam usia produktif diharapkan mampu untuk

meningkatkan pendapatan keluarga.

Tabel 2. Responden Berdasarkan Usia

Kelompok Usia Umur Jumlah (Orang) Persentase (%)

Muda <33 Tahun 15 37,50

Sedang 33-42 Tahun 18 45,00

Tua >42 Tahun 7 17,50

Jumlah 40 100

Pendidikan

Tingkat pendidikan dari responden bervariasi dari setiap tingkat level

pendidikan, mulai yang terendah SMP hingga yang tertinggi S1. Pendidikan sangat

dibutuhkan karena dapat akan meningkatkan pengetahuan, sikap dan

kesejahteraannya.

Tabel 3 dapat dilihat bahwa sebagian besar orangtua murid tingkat

pendidikannya mencapai perguruan tinggi yaitu sebanyak 23 orang atau mencapai

57,5% dari seluruh responden. Lulusan perguruan tinggi ini terdiri dari diploma

sebanyak tiga orang dan S1 sebanyak 20 orang responden. Urutan kedua adalah

(35)

48 SMEA serta SMK. Banyaknya lulusan S1 dan diploma menandakan bahwa sebagian

besar responden memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Banyak responden yang

berpendidikan hanya SLTA karena orangtua responden beranggapan bahwa nantinya

hanya akan mengurus rumah tangga saja sehingga pendidikan tidak perlu

tinggi-tinggi.

Tingkat pendidikan yang tinggi akan membuat responden lebih teliti dalam

memberikan susu kepada anaknya sehingga ketika membeli suatu produk susu

orangtua murid akan memperhatikan label susu tersebut. Orangtua murid yang

memiliki tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih aktif dalam mencari informasi

untuk meningkatkan pengetahuan dan tindakannya.

Tabel 3. Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)

SMP 1 2,50

SLTA 16 40,00

Perguruan Tinggi 23 57,50

Jumlah 40 100

Pekerjaan

Responden memiliki empat jenis pekerjaan antara lain adalah bidan, guru,

karyawati dan tidak bekerja atau ibu rumah tangga. Tabel 4 memperlihatkan

pekerjaan yang paling banyak digeluti oleh responden adalah ibu rumah tangga

sebanyak 24 orang atau mencapai 60% dari total responden. Urutan kedua adalah

karyawati sebanyak 13 orang (32,5%) lalu guru sebanyak dua orang dan terakhir

adalah bidan, pekerjaan yang hanya digeluti oleh satu orang responden.

Responden yang tidak bekerja atau ibu rumah tangga memungkinkan

orangtua murid mengalokasikan waktu untuk mengurus anaknya. Ibu rumah tangga

tidak bekerja agar responden tidak perlu mengeluarkan uang lagi untuk

mempekerjakan pengurus bayi. Responden juga berpendapat lebih baik menjaga

anak daripada ikut bekerja sedangkan anak tidak ada yang mengurus secara telaten.

Alasan ini selain berasal dari keputusan responden sendiri ada juga yang merupakan

permintaan dari suami, orang tua responden atau mertuanya. Responden ada juga

(36)

49 pengeluaran keluarga sehingga responden tidak bekerja. Hal ini sangat disayangkan

karena tingkat pendidikan responden banyak yang mencapai S1 sehingga akan lebih

baik jika responden ibu rumah tangga juga bekerja untuk menambah pendapatan

keluarga.

Tabel 4. Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Jumlah (Orang) Persentase (%)

Bidan 1 2,50

Guru 2 5,00

Karyawati 13 32,50

Tidak berkerja (Ibu rumah tangga) 24 60,00

Jumlah 40 100

Pendapatan

Pendapatan dari responden dalam hal ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu

mulai dari berpendapatan kurang dari 2 juta rupiah, antara 2-3 juta rupiah hingga

yang berpendapatan lebih dari 3 juta rupiah per bulan. Pendapatan disini adalah uang

yang diperoleh atau didapat oleh keluarga dalam waktu satu bulan, sehingga

pendapatan suami dihitung.

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa sebanyak 14 responden atau 35%

berpendapatan kurang dari 2 juta rupiah per bulan lalu diikuti oleh responden yang

berpendapatan 2-3 juta rupiah dan lebih dari 3 juta rupiah per bulan yang keduanya

sebanyak 13 responden (32,5%).

Banyaknya responden yang berpendapatan kurang dari 2 juta rupiah

menandakan bahwa responden berada dalam kelompok ekonomi menengah ke

bawah. Hal ini terjadi karena banyak responden yang menjadi ibu rumah tangga dan

tidak mencari pekerjaan tambahan untuk menambahkan pendapatan keluarga.

Pendidikan responden yang tidak bekerja sebagian besar adalah tamatan SLTA

sehingga saat ini sulit untuk mendapatkan pekerjaan. Umur responden juga sudah

yang sudah tidak muda lagi sehingga tidak memungkinkan lagi bagi responden untuk

mencari pekerjaan tetap, yang mungkin dapat dilakukan oleh responden untuk

(37)

50 Tabel 5. Responden Berdasarkan Pendapatan

Pendapatan Jumlah (Orang) Persentase (%)

< Rp. 2.000.000 14 35,00

Rp. 2.000.000 – Rp. 3.000.000 13 32,50

> Rp. 3.000.000 13 32,50

Jumlah 40 100

Jumlah Anak

Jumlah anak orang tua murid di TK Al-Chasanah dibagi menjadi dua

kelompok, yaitu kelompok keluarga kecil dan kelompok keluarga besar. Pembagian

ini berdasarkan peraturan pemerintah tentang pengelompokan keluarga. Kelompok

pertama adalah responden yang memiliki satu hingga dua orang anak, lalu kelompok

kedua adalah yang memiliki lebih dari dua orang anak.

Jumlah anak yang menjadi tanggungan responden termasuk sedikit, sebagian

besar dari orangtua atau 75% dari responden memiliki satu atau dua orang anak.

Responden yang memiliki satu anak sebanyak 12 orang. Responden yang memiliki

tiga anak hanya delapan orang saja dan responden yang memiliki anak lebih dari tiga

hanya dua orang responden yaitu seorang memiliki empat anak dan seorang lagi

memiliki enam orang anak.

Responden berpendapat bahwa saat ini memiliki anak banyak akan

menyebabkan semakin banyak pengeluaran untuk rumah tangga sehingga responden

memilih hanya memiliki anak satu atau dua orang saja. Usia responden yang

sebagian besar berumur diatas 32 tahun juga dapat menjadi alasan untuk tidak

memiliki anak lagi. banyaknya responden yang hanya memiliki anak kurang dari tiga

menandakan bahwa responden sebagian besar adalah termasuk dalam keluarga kecil.

Tabel 6. Responden Berdasarkan Jumlah anak

Kelompok Keluarga Jumlah Anak Jumlah (Orang) Persentase (%)

Kecil 1-2 30 75,00

Besar >2 10 25,00

(38)

51 Label Makanan dan Atributnya

Label pada kemasan makanan bukan sekedar hiasan, pada label tersebut

banyak mengandung informasi-informasi yang penting tentang produk makanan

dalam kemasannya bagi para calon pembelinya, inilah yang akan membantu para

calon pembeli untuk memutuskan akan membeli atau tidak.

Label makanan tidak boleh mencantumkan informasi yang sifatnya rancu dan

membingungkan, khasiat dan juga rekomendasi dari institusi ataupun orang.

Pengertian informasi yang rancu adalah adanya tulisan bebas pengawet pada produk

makanan sedang produk tersebut memang dilarang menggunakan pengawet.

Contohnya pada produk tahu ditulis bebas formalin padahal seharusnya tahu

memang harus bebas formalin atau produk bakso yang ditulis bebas boraks.

Setiap kali hendak membeli susu kemasan yang pertama kali harus dilihat

calon pembeli adalah label dan kemasannya. Kemasan itu sangat beragam bentuk

dan bahannya. Namun, yang paling penting adalah label yang tertera pada kemasan

tersebut, dan dari label inilah konsumen mengetahui banyak hal mengenai info susu

dalam kemasan tersebut.

Informasi yang bisa diketahui dari label susu setidaknya ada delapan, antara

lain:

1. Nama Produk.

2. Label Halal.

3. Informasi Nilai Gizi.

4. Tanggal Kadaluwarsa.

5. Berat bersih.

6. Komposisi Bahan.

7. Asal produk.

8. Cara penyajian dan informasi-informasi penting lainnya.

Produk adalah tanda yang dipakai untuk membedakan makanan yang

diperjualkan oleh produsen. Label halal adalah tulisan arab dan latin yang

menyatakan bahwa makanan tersebut halal untuk dikonsumsi oleh umat Islam. Berat

bersih adalah berat produk diluar kemasan. Daftar bahan yang digunakan adalah

susunan bahan penyusun dan komponen yang ada dalam makanan. Tanggal

(39)

52 sampai kapan makanan tersebut aman untuk dikonsumsi oleh konsumen. Nomor

pendaftaran adalah kode dan nomor yang diberikan oleh Departemen Kesehatan RI

untuk makanan yang telah terdaftar. Informasi Nilai Gizi adalah keterangan yang

menggambarkan kandungan gizi yang terdapat dalam makanan tersebut. Semua

keterangan tersebut haruslah diketahui agar konsumen merasa tenang dalam

mengkonsumsi suatu produk.

Pengetahuan

Pengetahuan adalah informasi yang disimpan didalam ingatan yang menjadi

penentu utama perilaku seseorang. Pengetahuan seseorang dapat diperoleh melalui

pendidikan formal, nonformal dan informal. Pendidikan non formal adalah

pengetahuan yang didapat dari kursus atau pelatikan, sedangkan pendidikan informal

adalah pendidikan dalam lingkungan keluarga dan pergaulan sehari-hari. Pendidikan

informal berperan penting dalam perkembangan pengetahuan karena dari pendidikan

informal responden akan mendaptkan informasi yang tidak didapatnya di pendidikan

formal.

Tabel 7. Persentase Responden yang Mengetahui Atribut Label Susu

Atribut Label Jumlah (Orang) Responden (%)

Tanggal Kadaluwarsa 34 85,00

Label Halal 33 82,50

Merek 33 82,50

Suara Konsumen 29 72,50

Bar code 24 60,00

Informasi Nilai Gizi 37 92,50

Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan yang dimiliki

oleh responden sebagian besar adalah tinggi, hanya pada atribut bar code saja responden tergolong berpengetahuan sedang. Skor pengetahuan bernilai tinggi bila

responden mengetahui lebih dari 80% atribut label dan bernilai sedang bila

responden mengetahui 60-80% tentang label makanan. Responden tidak ada yang

mengetahui secara menyeluruh apa saja yang terdapat dalam label susu dan apa

fungsinya. Responden tahu apa itu informasi nilai gizi, tanggal kadaluwarsa serta

label halal sebab menurut responden ketiga atribut tersebut adalah hal yang paling

(40)

53 Informasi nilai gizi merupakan atribut yang sangat penting bagi para orangtua

murid karena pada atribut tersebut dijelaskan kandungan dan isi dari susu tersebut.

Informasi nilai gizi adalah keterangan mengenai kandungan yang terdapat di dalam

susu berupa gizi, vitamin, mineral atau zat tambahan lainnya.

Tanggal kadaluwarsa adalah keterangan yang banyak diketahui oleh

responden karena responden tahu akan pentingnya atribut ini. Banyak responden

yang ingin agar tanggal kadaluwarsa tersebut dicetak pada tampak depan, bukan

bagian atas atau bawah dari kemasan. Tanggal kadaluwarsa bisanya terletak pada

bagian atas kemasan, ini sangat mudah diketahui oleh para orangtua murid dan

fungsinya sangat jelas yaitu untuk memberitahukan kepada konsumen batas akhir

penggunaan susu tersebut.

Keterangan halal adalah atribut yang paling mudah diketahui karena berupa

huruf arab dan ada tulisan latinnya. Keterangan ini diperlukan tidak hanya orangtua

murid tetapi juga bagi umat Islam untuk menjaga dirinya dari makanan dan minuman

yang sifatnya haram. Keterangan halal seharusnya ditulis dengan huruf arab dan latin

berwarna hijau dengan ukuran universe medium corps 12. (Misalnya penulisan label halal pada biskuit merek ATB)

Suara konsumen dan bar code adalah dua hal yang menurut responden itu hanya sebagai pelengkap saja. Orangtua murid banyak yang tahu bahwa terdapat

fasilitas suara konsumen pada label susu bubuk, biasanya suara konsumen terletak

pada bagian belakang dan berada di bawah dari kemasan susu. Banyak responden

yang tahu tentang fasilitas suara konsumen ini karena fasilitas ini sangat unik dan

merupakan telepon bebas pulas.

Bar code adalah hal yang kurang dimengerti bagi para orangtua murid, bagi responden itu hanya seperti hiasan dan tidak berguna. Bar code tidak penting bagi konsumen karena memang diperuntukkan bagi produsen dan para agennya sehingga

responden dapat mengenali produknya dengan cepat.

Berdasarkan Tabel 7 terlihat bahwa informasi nilai gizi memiliki proporsi

terbesar diantara semua atribut label yang diketahui oleh responden. Tanggal

kadaluwarsa, label halal dan merek merupakan tiga atribut yang memiliki proporsi

(41)

54 Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang menggambarkan suka

atau tidaknya seseorang terhadap suatu obyek. Sikap ini dapat bernilai positif atau

negatif tergantung dari respon yang diberikan. Sikap dinyatakan positif bila

responden menyatakan setuju terhadap sebuah pernyataan yang bernilai baik atau

positif yang diberikan kepadanya. Sedangkan sikap akan bernilai negatif bila

responden menyatakan setuju terhadap pernyataan yang diberikan kepadanya yang

bernilai negatif atau jelek.

Pengukuran terhadap sikap dapat digunakan dengan menggunakan daftar

pertanyaan tentang label susu dan diminta tanggapan responden atas pernyataan

obyek tersebut. Responden diminta untuk memberikan jawabannya dengan

menyatakan setuju, ragu-ragu, atau tidak setuju atas peryataan tersebut. Tabel 8

menyajikan sikap dari responden orangtua murid TK Al-Chasanah ketika ditanya

tentang atribut label susu.

Tabel 8. Persentase Responden Menurut Sikapnya pada Label Susu

Atribut Label Sikap

Positif (%) Netral (%) Negatif (%)

Tanggal Kadaluwarsa 97,50 2,50 -

Label Halal 95,00 2,50 2,50

Suara Konsumen 97,50 2,50 -

Bar code 80,00 17,50 2,50

Merek 85,00 12,50 2,50

Informasi Nilai Gizi 97,50 2,50 -

Sebagian besar responden memiliki sikap yang positif terhadap label susu.

Hal ini terlihat dari jawaban-jawaban yang diberikan responden yang menunjukan

bahwa responden suka dan senang dengan adanya label susu. Responden suka

dengan label susu dan suka memperhatikan beberapa atribut sebelum responden

membeli. Atribut itu antara lain: tanggal kadaluwarsa, label halal, Suara Konsumen

dan Informasi Nilai Gizi. Responden menyatakan bahwa label merupakan bagian

yang penting dari susu dan responden suka membacanya sebelum membeli. Kegiatan

(42)

55 dalam melihat tanggal kadaluwarsa, karena ini merupakan hal penting yang harus

dilakukan agar responden tidak merasa rugi setelah membeli produk susu tersebut.

Sikap responden bernilai positif ketika ditanya mengenai penulisan tanggal

kadaluwarsa, label halal dan merek. Menurut responden, ketiga hal ini merupakan

hal yang paling diutamakan ketika membeli susu. Responden juga menyatakan

bahwa sebaiknya tanggal kadaluwarsa diletakkan di bagian depan sama dengan label

halal dan merek atau merek susu, bukannya di atas atau di bawah.

Label halal terkadang sulit ditemukan oleh responden karena menurut

responden tulisan tersebut terlalu kecil dan berwarna hitam. Hal ini bertentangan

dengan keputusan Menteri Kesehatan yang menyatakan bahwa tulisan label halal

harus ditulis dengan huruf arab dan huruf latin berwarna hijau dengan ukuran

sekurang-kurangnya universe medium corps 12. Ada responden yang menganggap label halal bukan hal yang penting karena di Indonesia tidak ada produsen susu yang

memproduksi susu binatang yang dianggap haram menurut agama Islam, sehingga

label halal tidak perlu diperhatikan

Fasilitas suara konsumen merupakan jembatan yang menghubungkan antara

konsumen dengan produsen sehingga setiap keluhan konsumen bisa langsung

didapatkan oleh produsen. Responden menyatakan senang dengan adanya fasilitas

suara konsumen terlebih lagi fasilitas ini merupakan telepon bebas pulsa.

Bar code merupakan informasi tentang identifikasi asal produk. Dibutuhkan teknologi optik untuk membaca garis-garis tersebut, sehingga bar code lebih berguna bagi produsen dan distributor daripada konsumen. Keuntungan yang bisa didapatkan

oleh konsumen dari bar code adalah pelayanan yang lebih cepat di supermarket. Ada seorang responden yang tidak suka melihat bar code karena tidak tahu apa fungsinya. Berdasarkan Tabel 8 tanggal kadaluwarsa, suara konsumen dan informasi

nilai gizi memiliki proporsi terbesar dari sikap positif responden kemudian diikuti

oleh label halal. Merek dan bar code memiliki proporsi sikap positif responden lebih kecil dibandingkan dengan atribut label yang lainnya.

Tindakan

Tindakan adalah kegiatan responden memperhatikan label makanan sebelum

membelinya. Tindakan merupakan kemampuan seseorang untuk menggunakan apa

(43)

56 erat kaitannya dengan sikap yang dimilikinya. Tabel berikut adalah tindakan

responden melihat atribut label susu sebelum membelinya.

Tabel 9. Persentase Responden Menurut Tindakan Melihat Atribut Label Susu Sebelum Membeli

Atribut Label Jumlah (Orang) Responden (%)

Tanggal Kadaluwarsa 36 90,00

Label Halal 38 95,00

Merek 18 45,00

Suara Konsumen 21 52,50

Bar code 29 72,50

Informasi Nilai Gizi 37 92,50

Berdasarkan Tabel 9 terlihat bahwa responden memperhatikan beberapa

atribut label susu sebelum responden membelinya. Skor tindakan responden adalah

tinggi pada tanggal kadaluwarsa, label halal dan informasi nilai gizi. Skor sedang

terdapat pada tindakan responden terhadap bar code dan skor rendah terdapat pada

merek dan suara konsumen. Atribut yang paling banyak diperhatikan adalah label

halal, informasi nilai gizi dan tanggal kadaluwarsa. Ketiga atribut tersebut

diperhatikan oleh lebih dari 90% responden sebelum membeli susu.

Label halal merupakan salah satu alasan orangtua murid memilih susu.

Alasannya karena responden merasa lebih tenang dan tidak perlu takut asal mula dan

proses susu tersebut. Keterangan halal ini merupakan atribut yang susah dicari

karena letaknya yang tersembunyi, tulisannya hitam dan ukurannya yang sangat

kecil. Menurut para responden keterangan halal adalah hal sangat penting karena

berhubungan dengan agama. Responden berpendapat bahwa akan lebih baik bila

label halal ditulis lebih besar dari yang ada sekarang.

Orangtua murid membaca keterangan informasi nilai gizi yang terletak di

salah satu sisi kemasan, walaupun tidak semuanya memperdulikan dan mengetahui

apakah ada perbedaan antara satu merek susu dengan merek yang lainnya tetapi

responden tetap melihatnya hanya sekedar untuk tahu. Informasi nilai gizi pada suatu

produk susu biasanya sama sehingga responden biasanya hanya melihat satu kali

saja, bila terdapat penambahan komponen gizi atau adanya rasa baru maka biasanya

(44)

57 Responden yang terbiasa membeli sendiri susu untuk anaknya biasanya

sering membaca label dan tahu kapan tanggal kadalaluwarsa dari susu tersebut

sehingga orangtua murid bisa memberikan yang terbaik bagi anaknya. Susu yang

memiliki tanggal kadaluwarsa lebih lama yang lebih dipilih oleh orangtua murid.

Meskipun susu tersebut nantinya akan habis hanya dalam waktu tiga sampai empat

bulan saja sehingga di bawah satu tahun pun tidak masalah asal susu tersebut habis

diminum sebelum tanggal kadaluwarsa.

Pemilihan susu juga tidak berdasarkan ada atau tidaknya bar code, karena bar code hanya berguna bagi yang membelinya di supermarket atau mini market dan tidak berguna bila responden membelinya di pasar tradisional. Responden sering

membeli susu untuk anaknya di pasar tradisional yang terletak dekat dengan TK

Al-Chasanah, hanya pada saat ketika sedang jalan-jalan saja responden terkadang

membeli susu di mall atau supermarket.

Fasilitas suara konsumen yang tertera pada label makanan membuat

responden mencoba menelponnya, ada yang menelpon sekedar iseng saja tetapi ada

juga yang menelpon untuk mengetahui untuk apa pelayanan itu diberikan, tetapi

tidak ada yang menelpon untuk memberikan keluhan terhadap produk susu tersebut.

Merek memiliki daya tarik dalam pemilihan susu menurut para responden ini.

Responden ada yang memilih susu hanya karena mereknya terkenal, tetapi ada

responden yang bilang bahwa dia tidak menyukai merek susu yang dipilihnya tetapi

tetap di beli karena yang penting baginya adalah kandungan gizinya yang bisa

diberikan kepada anaknya.

Pemberian susu kepada anak dilakukan biasanya pada pagi hari, namun ada

juga orangtua murid yang memberikannya lagi di malam hari dengan tujuan agar

Pertumbuhan anaknya lebih cepat. Sebagian besar orangtua murid hanya

memberikannya satu kali saja karena alasan biaya yang akan membengkak menjadi

dua kali lipat jika responden harus memberikannya pagi dan malam hari.

Berdasarkan Tabel 9 terlihat bahwa label halal memiliki proporsi paling

tinggi dibandingkan dengan atribut label lainnya kemudian diikuti oleh informasi

nilai gizi dan tanggal kadaluwarsa. Bar code dan suara konsumen mendapatkan proporsi tindakan lebih kecil sedangkan merek memiliki proposi terendah dalam

Gambar

Tabel 1. Keterangan tentang Label Pangan dan Fungsinya No Jenis Pengertian Contoh
Gambar 1. Kerangka Pemikiran dalam Melihat Hubungan Antara Karakteristik
Tabel 2.  Responden Berdasarkan Usia
Tabel 3.  Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penggunaan media pembelajaran berbasis android mendapatkan respon yang baik dari para siswa yang menggunakan media tersebut berdasarkan data yang telah dianalisa

perpajakan dapat melakukan pembinaan dan pengawasan dengan baik, dipandang perlu mengatur tentang kewajiban pihak lain memberikan Data dan Informasi yang berkaitan dengan

[r]

Hasil kajian mutu hedonik pempek ceria, menunjukkan bahwa dari segi warna, pempek ceria yang yang paling disukai adalah pempek dengan penambahan wortel (POr),

He thought the way to stay in her good books was to report us when we did something wrong.” (p.45; ch.3). Eastman learns that Carmen does not have a good relationship with Clare.

Usaha pemuliaan terhadap karakter ketahanan terhadap penyakit busuk lunak tanaman anggrek hibrida Phalaenopsis dapat dilakukan dengan induksi mutasi.. Proses pembentukan

Hal-hal yang sangat menarik dari kasus revisi taksonomi tersebut adalah, Anderson dan Krathwohl ingin lebih menampakkan atau mempertegas dimensi proses yang menjadi prinsip

Teknik analisa data yang digunakan adalah Structural Equation Modeling (SEM). Secara parsial didapatkan hasil bahwa ada pengaruh yang signifikan dan positif Product,