• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESKRIPSI PENYESUAIAN SOSIAL REMAJA KORBAN PERKOSAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DESKRIPSI PENYESUAIAN SOSIAL REMAJA KORBAN PERKOSAAN"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Problem yang dihadapi manusia silih berganti. Tidak pernah kenal titik nadir. Manusia dililit oleh masalah yang diproduksinya sendiri. Problem ini menjadikannya sebagai makhluk yang kehilangan arah dan tujuan. Ia punya ambisi, keinginan dan tuntutan yang dibalut nafsu, tetapi karena hasrat berlebihan, gagal dikendalikan dan dididik, ini mengakibatkan masalah yang dihadapinya makin banyak dan beragam.

Persoalan tentang manusia sejak dulu menarik perhatian suatu kelompok problematik tersendiri. Menurut Martin Buber dalam bukunya Das Problem des Menschen, bahwa manusia menjadi masalah karena faktor-faktor sosio-kultural. Perubahan pergaulan hidup yang meniadakan rasa aman, dunia teknik yang menguasai manusia, dunia ekonomi yang tidak menunjukkan keseimbangan produksi dan konsumsi, menggelisahkan manusia (Simanjuntak, 1981).

Ada perubahan yang terjadi secara lambat dan cepat yang dapat menghadirkan suasana yang harmonis dan disharmonis, tergantung bagaimana muatan pengaruh yang ditawarkan dan dipaksakan mempengaruhi pola pikir, gaya hidup dan model interaksi sosial, kultural, ekonomi, hukum, dan politik yang dibangunnya. Kemauan yang menjadi potensi dalam diri manusia berperan menjadi penentu atas terjadinya dan meledaknya perilaku yang mendatangkan kebaikan bagi kehidupan antar sesama manusia atau sebaliknya aspek kehidupan dan pengebirian hak-hak asasi manusia.

Dengan bertumpuknya masalah-masalah yang harus dihadapi oleh masyarakat tersebut terkait dengan tuntutan yang harus dihadapi maka kejahatan pun semakin merebak sebagai langkah pelarian dari kondisi tertekan yang dihadapi seseorang. Salah satunya adalah masalah perkosaan.

Prodjokoro (2001) menyatakan bahwa perkosaan adalah seorang laki-laki yang memaksa seorang perempuan yang bukan isterinya untuk bersetubuh dengan dia, sehingga sedemikian rupa ia tidak bisa melawan, maka dengan

(2)

2

terpaksa ia mau melakukan persetubuhan itu. Perkosaan telah menjadi salah satu kejahatan bidang seksual yang mengakibatkan persoalan komplikatif dalam kehidupan bermasyarakat dan kenegaraan, terutama kehidupan kaum perempuan, anak-anak, remaja, bahkan masa depan suatu keluarga.

Wahid & Irfan (2001) menyebutkan bahwa dinamika kejahatan kesusilaan di Indonesia, dalam hal ini kasus perkosaan, sudah memasuki tahap yang memprihatinkan. Misalnya, rata-rata setiap empat jam telah terjadi satu kali perkosaan atau setiap tahunnya tidak kurang dari 1.700 kasus perkosaan yang ditangani oleh pihak berwajib. Data kasus ini dimungkinkan pembengkakannya, yang dikenal dalam statistik kriminal sebagai dark number, yaitu terjadinya kasus.

Darma (dalam Wahid & Irfan, 2000) mengatakan dewasa ini kasus perkosaan merupakan kejahatan yang cukup menjadi perhatian di kalangan masyarakat. Kejahatan tersebut tampaknya meningkat secara kuantitas, sehingga menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat. Hal ini disebabkan oleh beberapa problema yang dimunculkan akibat perkosaan tersebut, yang diantaranya adalah bilamana wanita yang menjadi korban perkosaan itu sampai hamil, bagaimana kedudukan dan nasib janin yang dikandungnya, apakah boleh digugurkan dan jika dibiarkan lahir, bagaimana dengan kedudukan hukum atas anak yang dilahirkan karena kasus perkosaan tersebut.

Dari beberapa kelompok usia korban perkosaan, salah satunya adalah remaja. Remaja memiliki tugas perkembangan yang harus ia laksanakan. Tugas perkembangan tersebut diantaranya adalah mengenai kemampuan mengontrol diri, belajar dan berlatih secara bebas untuk melaksanakan keputusan dan tanggung jawab, bergaul dengan teman lawan jenis, memiliki citra diri, serta beberapa tugas perkembangan yang lainnya (Mappiare, 1982). Tugas-tugas perkembangan di atas haruslah dilaksanakan secara selaras, serasi, dan seimbang.

(3)

3

rasa percaya dirinya yang hilang. Remaja korban perkosaan akan berusaha untuk keluar dari trauma yang ia alami dan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menerima apa yang ia alami sebagai fakta yang memang terjadi. Hal ini seperti laporan Rifka Annisa Woman Crisis Center yang secara umum memaparkan bahwa stres paska perkosaan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu stres yang langsung terjadi dan stres jangka panjang. Stres yang langsung terjadi adalah reaksi paska perkosaan seperti kesakitan fisik, rasa bersalah, takut, cemas, malu, marah, dan tak berdaya. Sedangkan stres jangka panjang adalah gejala psikologis tertentu yang dirasakan korban sebagai suatu trauma yang menyebabkan korban tidak memiliki rasa percaya diri, konsep diri yang negatif, menutup diri dari pergaulan, dan juga reaksi somatis seperti jantung berdebar, atau keringat yang berlebihan.

Remaja, sekalipun ia sebagai korban perkosaan harus tetap melaksanakan kehidupannya dengan baik dengan cara mengadakan penyesuaian sosial dengan baik. Hurlock (1988) mengartikan penyesuaian sosial sebagai keberhasilan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan terhadap kelompok pada khususnya. Seseorang melakukan proses belajar ketika ia berada ditengah-tengah orang lain sehingga ia berusaha untuk beradaptasi untuk dapat diterima dalam lingkungannya dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Penilaian atas keberhasilan seorang remaja korban perkosaan dalam melakukan penyesuaian sosial dapat dilihat berdasarkan beberapa kriteria. Diantaranya adalah berdasarkan sikap sosial yang baik, yaitu seorang remaja korban perkosaan harus bisa menunjukkan sikap yang menyenangkan terhadap orang lain, terhadap partisipasi sosial dan terhadap perannya dalam kelompok sosial. Selain itu, ia harus dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap berbagai kelompok, baik yang seusianya maupun yang lebih tua dari usianya (Hurlock, 1988).

(4)

4

dikucilkan dari pergaulan oleh teman-temannya. Banyak alasan bermunculan sebagai upaya untuk membatasi pergaulan dengan remaja korban perkosaan tersebut. Diantaranya adalah rasa takut akan terjerumus atau mengalami hal yang sama dengan apa yang ia alami, ataupun mungkin juga karena ketidakmampuan untuk mengambil resiko generalisasi pendapat masyarakat bahwa salah satu saja remaja yang menjadi korban perkosaan, maka kemungkinan besar teman yang lain pernah mengalami hal yang sama karena seringnya mereka berjalan bersama. Jika hal ini sudah terjadi, maka sulit rasanya bagi seorang remaja korban perkosaan untuk mengembalikan rasa percaya dirinya.

Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah mengenai keadaan sosial dan penerimaan sosial. Keadaan sosial dimana korban tinggal merupakan salah satu aspek yang berpengaruh besar terhadap keberhasilan penyesuaian sosial remaja korban perkosaan. Misalnya, jika keadaan sosial, dalam hal ini adalah lingkungan tempat remaja korban perkosaan tersebut masyarakatnya masih menjunjung tinggi nilai-nilai sosial dan budaya, maka kemungkinan besar remaja tersebut mungkin akan menghadapi masalah besar terkait dengan penerimaan masyarakat.

Suyanto(dalam Wahid & Irfan, 2000) memaparkan “ seseorang korban perkosaan cenderung akan mengalami masa trauma. Masa depannya akan hancur, dan bagi yang tidak kuat menanggung beban, maka pilihan satu-satunya akan bunuh diri. Aib, perasaan merasa tercemar dan kejadian yang biadab itu akan terus menghantui korban, sehingga tak jarang mereka memilih menempuh jalan pintas untuk melupakan serta mengakhiri semua penderitaannya”. Paparan itu menyangkut derita korban yang cukup komplikatif, bukan hanya berkaitan dengan fisik, namun juga psikologis dan sosial. Kasus kebiadaban yang menimpanya telah merenggut harkat dirinya dan dapat membuatnya seperti sosok manusia yang tidak berguna lagi ditengah-tengah masyarakat.

(5)

5

disebut virginitas (keperawanan) maupun kesucian dalam arti luas memang mengandung makna kehilangan kehormatan. Keyakinan tersebut ditanamkan sejak dini, terutama kepada para perempuan, sehingga wajar sekali bila hilangnya keperawanan ini menimbulkan trauma yang sangat berat bagi korban. (Wahid & Irfan, 2000).

Remaja yang bisa melakukan penyesuaian sosial dengan baik ditandai dengan kemampuan mengadakan penyesuaian diri dengan baik ketika ia berada ditengah-tengah kelompoknya, dapat menerima kekurangan dan kelebihan dirinya dan orang lain, perasaan bahagia dapat turut andil dalam aktifitas sosial, serta beberapa ciri yang lain. Korban perkosaan diharapkan mampu melakukan penyesuaian sosial dengan baik, meskipun dari pengalaman dan keadaan psikis mereka tentunya berbeda dengan remaja normal lainnya yang tidak pernah mengalami perkosaan. Tidaklah menjadi hal yang mustahil jika seorang remaja korban perkosaan yang mengalami trauma sekali pun mampu mengadakan penyesuaian sosial dengan baik, karena banyak faktor yang mendukung usahanya seperti motivasi ataupun juga dukungan dari orang-orang sekitar. Seperti halnya dengan salah satu korban perkosaan yang berinisial IL yang mampu menyesuaikan diri dengan kelompoknya. Hal ini bisa dilihat dari keakrabannya dalam berkomunikasi dengan teman maupun tetangganya. Ia juga mampu beraktifitas dengan baik, seperti tetap bersekolah, dan membantu orang tua. Ia juga tidak enggan untuk beraktifitas di luar rumah, seperti belanja dan bermain. IL menilai hal perkosaan yang telah ia lampaui sebagai bagian dari pelajaran hidup yang berharga bagi dirinya untuk berhati-hati dalam berteman.

(6)

6

tentunya mengalami banyak perjuangan atas kendala yang dirasakan. Pertanyaan yang mungkin muncul setelah adanya fakta yang mengungkap hal ini adalah “ bagaimana mungkin? Seperti apa penyesuaian sosial mereka sehingga mereka dapat dikatakan berhasil dalam melakukannya?”.

Maka dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti mengenai deskripsi penyesuaian sosial remaja korban perkosaan. Dimana peneliti akan memaparkan deskripsi penyesuaian sosial remaja korban perkosaan mulai dari sesaat ia mengalami peristiwa perkosaan, hingga saat ini yaitu beberapa tahun paska peristiwa perkosaan yang ia alami.Hal inilah yang akan dibuktikan oleh peneliti untuk menjawab semua pertanyaan mengenai kemungkinan remaja korban perkosaan yang masih bisa melakukan penyesuaian sosial.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana deskripsi penyesuaian sosial remaja korban perkosaan?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui deskripsi penyesuaian sosial remaja korban perkosaan.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Secara teoritis

Diharapkan melalui penelitian ini, peneliti mampu mengetahui deskripsi penyesuaian sosial remaja korban perkosaan.

2. Secara praktis

a. Diharapkan penelitian ini dapat menambah dan memperkaya informasi peneliti mengenai deskripsi penyesuaian sosial remaja korban perkosaan. b. Diharapkan penelitian ini dapat mengubah pandangan orang bahwa

(7)

DESKRIPSI PENYESUAIAN SOSIAL

REMAJA KORBAN PERKOSAAN

SKRIPSI

Oleh :

Retno Septyaningtyas

06810272

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(8)

ii

DESKRIPSI PENYESUAIAN SOSIAL

REMAJA KORBAN PERKOSAAN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malng sebagai salah satu persyaratan untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Psikologi

Oleh :

Retno Septyaningtyas

06810272

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(9)

iii

KATA PENGANTAR

Dengan segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat dan barokah-Nya yang dilimpahkan kepada umat manusia dan seluruh makhluk yang diciptakan-Nya.

Sungguh merupakan suatu anugerah yang tak terhingga yang harus disyukuri ketika penulis berhasil menyelesaikan karya tulis ini. Hanya suatu persembahan teramat sangat kecil jika dibandingkan dengan nikmat yang telah penulis terima dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa semua keberhasilan ini tidak diperoleh dengan mudah tanpa perjuangan yang sungguh-sungguh dan tentunya dengan bantuan dari berbagai pihak. Banyak bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung yang diterima penulis selama penelitian ini dan selama masa studi di Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. Untuk itu penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih yang ditujukan kepada:

1. Drs. Tulus Winarsunu, M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si selaku dosen pembimbing I yang telah banyak memberikan masukan, senantiasa sabar dalam membimbing dan selalu memberikan motivasi kepada penulis

3. Diana Savitri Hidayati, M.Psi selaku pembimbing II yang yang telah banyak memberikan masukan, senantiasa sabar dalam membimbing dan selalu memberikan motivasi kepada penulis

4. Ibunda Tri Muji Ingarianti, M.si selaku dosen wali tiada henti memotivasi anak wali untuk segera menyelesaikan akademiknya dan terima kasih atas nasehatnya meskipun terkadang hanya sebuah analogi namun mampu merubah insigt penulis.

(10)

iv

setiap doa dan air mata. Peneliti teramat mencintai kalian lebih dari apa yang bisa peneliti berikan untuk kalian.

6. Kakakku Yeyen, abangku Gedhe Yasa dan keponakan terbandelku Ogex’s yang telah memberikan banyak jasa, baik tumpangan tempat tinggal selama di Malang, hiburan, maupun waktu dan tenaga saat dibutuhkan. Semoga kita selalu jadi saudara yang penuh keanehan dan keributan positif setiap harinya.

7. Tetanggaku tersayang Ayah dan Ibu Echan, juga keponakan baruku Echan Maulana yang senantiasa menghibur dan menjadi saudara baru yang menyenangkan. Terimakasih untuk bantuan apapun yang kalian berikan untuk peneliti selama ini.

8. Teman-temanku seperjuangan, Siska Nilam Sari, Riza Faida, Ike Taurisha, Dorya Dewi, dan Anton Pranowo yang tidak pernah kehabisan cara untuk mencairkan suasana jenuh saat menunggu antrian bimbingan. Semoga kita tetap jadi keluarga yang solid dan meramaikan suasana.

9. IL dan CI yang telah bersedia membantu selama proses penelitian skripsi. Sukses selalu untuk kehidupan kalian yang lebih baik.

10. Tidak lupa juga kepada teman dan semua pihak lainnya yang telah membantu dalam menyusun skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Sesungguhnya hanya Allah Yang Maha Sempurna, penulis menyadari bahwa karya yang sederhana ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu, saran dan kritik sangat penulis harapkan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua..Amin

Malang, 19 Agustus 2011

(11)

v INTISARI

Septyaningtyas, Retno. (2011). Deskripsi Penyesuaian Sosial Remaja Korban Perkosaan. Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. Pembimbing (1) Cahyaning Suryaningrum, M.Si (2) Diana Savitri Hidayati, M.Psi

Kata kunci : Penyesuaian sosial, Remaja, dan Perkosaan

Kasus perkosaan terhadap remaja sangat marak dibicarakan saat ini. Masyarakat banyak yang menilai bahwa seorang remaja yang menjadi korban perkosaan akan sulit melakukan penyesuaian sosial terhadap lingkungannya. Mereka menilai jika para korban perkosaan yang salah satunya adalah remaja, akan cenderung menjadi trauma dan sulit untuk melakukan penyesuaian sosial. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa masih ada remaja korban perkosaan yang masih bisa melakukan penyesuaian sosial dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk melihat deskripsi penyesuaian sosial remaja korban perkosaan.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah dua subyek korban perkosaan yang telah melakukan penyesuaian sosial. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara. Sedangkan untuk keabsahan data, peneliti menggunakan triangulasi sumber yaitu melakukan wawancara dengan orang tua, teman, dan masyarakat sekitar tempat tinggal subyek..

(12)

vi

ABSTRACTION

Septyaningtyas, Retno. (2011). The Social Adjustment Describtion from the Teenager of Violence Victim. Psychological Faculty of Universitas Muhammadiyah Malang. Recturer (1) Cahyaning Suryaningrum, M.Si (2) Diana Savitri Hidayati, M.Psi

Keyword: social adjustment, teenager, and violence

Violence case for teenager very famous issue today. Many people who judge that a teenager who is become a violence victim will difficult for social adjustment to the society. They judge that the teenager who become a violence victim will get traumatic and difficult to do social adjustment. However, it can deny that there are a lot of violence victim who are still be able to do social adjustment well. This purpose of the research is to describtion. The social adjustment of the teenager who is become the victim of violence.

The research is belong to describtive qualitative research designe. The subject that used in this research is two subject of violence victim who have done the social adjustment. The data collection method used is interview. And then, for the then for the validity test, the researcher used source of the triangulasi that is interview with parents, friends, and societies.

Based on the result of the research shows that both of subject get the change after become a violence victim, it can be change in physic, mental, and social. Because of the effort that they are doing and the support from the others parents and theirs friends, make they are able to make social adjustment well. So, recently the subject can do make social adjustment as: following the activities, it can be activities in family surrounding, school, or societies. Subject also have been able to do social interaction better than sometime after get the violence such as: say hello and talk to each other such as with friend and society. Then the subject also feel privacy

(13)

vii DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DALAM ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

4. Kharakteristik perkosaan ... 11

5. Faktor penyebab terjadinya perkosaan ... 12

6. Akibat dari tindak perkosaan……… ... 13

B. Penyesuaian sosial ... 15

(14)

viii

2. Kharakteristik penyesuaian sosial ... 15

3. Ciri-ciri penyesuaian sosial ... 17

4. Faktor yang mempengaruhi penyesuaian sosial ... 18

5. Hambatan dalam penyesuaian sosial ... 20

C. Remaja ... 22

1. Definisi remaja ... 22

2. Kharakteristik remaja ... 23

3. Perkembangan usia remaja ... 24

D. Penyesuaian remaja korban perkosaan ... 30

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Identitas Subyek Penelitian ... 38

(15)

ix

DAFTAR TABEL

(16)

x

DAFTAR SKEMA

(17)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar kegiatan Lapangan ... 61

Lampiran 2 : Guide Interview ... 62

Lampiran 3 : Informed Consent ... 64

Lampiran 4 : Hasil wawancara ... 66

Lampiran 5: Guide Observasi ……….. 91

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Chaplin, J.P. (2006). Kamus lengkap psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Desmita.(2010). Psikologi perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Hurlock. (1988). Perkembangan anak jilid I. Jakarta: Erlangga

Fakultas psikologi UMM.(2010) Pedoman penulisan skripsi. Malang: Fakultas Psikologi UMM

Kartono, Kartini. (1985). Perkembangan remaja. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Luhulima, Achie. Sudiarti.(2000). Pemahaman bentuk-bentuk tindakan kekerasan terhadap perempuan dan alternative pemecahannya. Jakarta: PT Alumni

Mappiare, A. (1983). Psikologi remaja. Surabaya: Nasional

Moleong, L. (2005). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Monks, F. K. (2006). Psikologi perkembangan. Yogyakarta: Gajahmada University Press

Poenix, T.P. (2007). Kamus besar bahasa Indonesia edisi terbaru. Jakarta: Pustaka poenix

Prodjodikoro, W. (2001).Tindak-tindak pidana di Indonesia. Bandung: Refika Aditama

Soesilowindradini.(1988). Psikologi perkembangan masa remaja. Surabaya: Usaha Nasional

(19)

2

Wahid, Abdul & Irfan, Muhammad.(2001). Perlindungan terhadap korban kekerasan seksual & advokasi atas hak asasi perempuan. Bandung: Refika Aditama

Referensi

Dokumen terkait

karya presentasi individu, tugas kelompok, ulangan harian Bentuk tagihan: Laporan tertulis, performans, uraian/PG 2.3 Membuat presentasi teks dengan variasi tabel, grafik,

Salah satu dari bahan alam yang mempunyai aktivitas sebagai agen kemoprevensi kanker adalah kulit batang kemiri Aleurites moluccana (L.) Berdasarkan penelitian

Sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya (SiLPA) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (1) huruf a mencakup pelampauan penerimaan PAD,

SUNARDI Ketua  Pengelola Kampung  Inggris Transmigrasi  Desa Karang Indah  Kecamatan  Mandastana 

Penelitian ini bertujuan untuk mengadopsi Model DeLone dan McLean untuk menguji hubungan kualitas sistem, kualitas informasi dan konsekuensi (dampak individu dan

Adalah jumlah kematian anak usia di bawah lima tahun (AKABA) didefinisikan sebagai jumlah kematian anak usia di bawah lima tahun selama satu tahun per 1.000

menunjukkan ada hubungan pajanan pestisida dengan kejadian dislipidemi pada wanita usia subur di Desa Gombong Kecamatan Belik Kabupaten Pemalang, secara rinci hasil uji

a. Budaya service di unit kerja marketing. Kemampuan menanggapi dan menyelesaikan masalah atau keluhan nasabah berkenaan dengan pelayanan perbankan.. Disiplin yang tinggi dalam