ANALISIS EFEK SAMPING STERILISASI WANITA
MENGGUNAKAN
POHON KLASIFIKASI RESPONS BINER GANDA
ARIS BUDIMAN
PROGRAM STUD1 STATISTIKA
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ABSTRAK
ARIS BUDIMAN. Analisis Efek Samping Sterilisasi Wanita Menggunakan Pohon Klasifikasi Respons Biner Ganda. Dibimbing oleh Dr. Ir. KHAIRIL ANWAR NOTODIPUTRO, M.S. dan Ir. AAM ALAMUDI, M.S.
Pohon klasifikasi respons biner ganda adalah metode klasifikasi berstruktur pohon yang melibatkan peubah penjelas dan peubah respons biner ganda. Prinsip dari metode tersebut adalah memilah seluruh amatan menjadi dua gugus amatan dan memilah kembali gugus amatan tersebut menjadi dua gugus amatan berikutnya, hingga diperoleh jumlah amatan minimum pada tiap-tiap gugus amatan. Kriteria pemilahan yang digunakan adalah ukuran homogenitas anak simpul yang maksimum. Setiap pemilahan melibatkan satu peubah penjelas tertentu yang diperoleh sehubungan dengan karakteristik peubah respons. Pohon klasifikasi yang terbentuk mencerminkan struktur keterkaitan peubah respons dengan peubah penjelas yang terlibat dalam pemilahan tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan metode pohon klasifikasi untuk kasus yang melibatkan peubah respons biner ganda. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan hasil penelitian Fidruzal R.S.(1993) tentang efek samping sterilisasi wanita 'setelah r i a tahun pada 408 responden di Klinik Bersalin Raden Saleh jakarta.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lama KR pra sterilisasi, jumlah anak saat sterilisasi dan jenis KB pra sterilisasi menjadi peubah penjelas utama yang terkait dengan angka kejadian efek samping sterilisasi. Dari lima kelompok responden yang terbentuk, (1) kelompok responden dengan lama KB pra sterilisasi lebih dari 2 bulan dan jumlah anak 5 saat steriiisasi, dan (2) kelompok responden dengan lama KB pra sterilisasi lebih dari .2 bulan dan jumlah anak lebih dari lima saat sterilisasi, menunjukkan angka kejadian -efek samping tertinggi. Perbandingan tampilan antara pohon klasifikasi peubah respons biner ganda dan pohon klasifikasi peubah respons biner tunggal menunjukkan adanya konsistensi dalam pengelompokan amatan berdasarkan peubah penjelasnya. Kestabilan pohon klasifikasi yang terbentuk diselidiki melalui pembentukan pohon klasifikasi untuk gugus amatan building set.
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis saya yang be rjudul :
"ANALISIS EFEK SAMPING STERILISASI WANITA MENGGUNAKAN
POHON KLASIFIKASI RESPONS BINER GANDA "
adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum penah dipublikasikan. Sernua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat
diperiksa kebenarannya
Judul : Analisis Efek Samping Sterilisasi Wanita Menggunakan Pohon Klasifikasi Respons Biner Ganda
Nama : Aris Budiman
NRP : STK98125
Menyetujui
Komisi Pembimbing,
. .
Dr.
Ir. Khalnl Anwar bdotodiputro. M. S, KetuaL A a m Alamudi. M. S, Awgota
Mengetahui,
Ketua Program Studi Statistika ana Institut Pertanian Bogor
RIWAYAT HIDUP
Penulis terlahir di kota Cimahi, Kabupaten Bandun& Jawa Barat pada
tanggal 18 September 1973.
Pendidikan Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA)
ditempuh di kota yang sama dari Tahun 1980 s.d. Tahun 1992. Melalui jalur
UMPTN pada Tahun 1992 penulis dapat mengenyam pendidikan S1 di Jurusan
Statistika FMIPA Universitas Padjadjaran dari Tahun 1992 s.d. 1997.
Pada Tahun 1998 melalui Program Beasiswa DUE-Project Dirjen
P e n d i d i i Tinggi - Departemen Pendidikan Nasional, penulis berkesempatan untuk melanjutkan pendidikan S2 pada Program Studi Statistika, Program
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T, karena atas anugerah dan hikmah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, M.S. dan Bapak Ir. Aam Alamudi, M.S. atas segala arahan dan bimbingan yang telah diberikan selama ini.
Tak lupa penulis menyampaikan terima kasih kepada Bang Riddin Abapihi yang telah memberikan masukan dan motivasi yang tak henti-hentinya kepada penulis, juga kepada Sri Indra Maiyanti dan Khoirin Nisa atas kebersamaannya dalam melakukan pencarian berbagai literatur ke beberapa tempat. Kepada rekan- rekan di STK '98, penulis menyampaikan terima !wih atas kebersamaan dan kehangatan yang telah dan diharapkan akan selalu terbagi hingga menyusup ke dalam sanubari yang terdalam.
Terima kasih kepada teman-teman di Bafak 18 atas kehangatan, keceriaan dan dukungan yang diberikan. Juga kepada Rury Dasril dan Ponco Aprianto atas
segala kemurahan hati yang tak mungkin penulis lupa karenanya.
Last but not least, terima kasih yang bejuta-juta kepada istri tercinta Mia Damayanti yang tak lelah mendukung dan mengangkat penulis ke arah yang jauh lebih baik. Juga kepada kedua orang tua dan seluruh keluarga yang telah membantu, memotivasi dan mendoakan penulis sehingga penulis bisa dan mampu berbuat lebih baik demi masa depan.
Semoga sebentuk tulisan ini memberikan hikmah dan guna bagi penulis khususnya dan rekan-rekan yang berkompeten di masa yang akan datang pada umumnya. Arnin.
Penulis
DAFTAR IS1 Halaman PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Pohon Klasifikasi
Konsep Dasar Metode Pohon Klasifikasi Peubah Respons Biner Ganda
Kriteria Pemilahan Simpul Ukuran Homogenitas Simpul Amatan dengan Data yang Hilang
Ukuran Pohon Klasifikasi yang Optimum Kestabilan Pohon Klasifikasi
Sterilisasi pada Wariita
Definisi dan Cara Sterilisasi Efek Samping Sterilisasi
Faktor-fiktor Resiko Te jadinya Efek Samping Sterilisasi
BAHAN DAN METODE Bahan
Metode
HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Karakteristik Responden
Sebaran Responden Berdasarkan Faktor-faktor Resiko Sebaran Responden Berdasarkan Efek Samping Sterilisasi Pohon Klasiiikasi untuk Keenam Peubah Respons S e w a Simultan
Tahapan Pemilahan Simpul Hasil Pengelompokan Responden
Deskripsi Peubah Respons pada Kelompok Responden Perbandingan Peubah Respons Antar Kelompok Responden Pohon Klasifikasi untuk Keenam Peubah Respons Secara Terpisah Kestabilan Pohon yang Terbentuk
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Sebaran Responden Berdasarkan Saat Sterilisasi 15
2. Sebaran Responden Berdasarkan Jenis KB Sebelum Sterilisasi 16
3. Statistik Deskriptif untuk Lama KB Pra Sterilisasi clan Usia Saat 17
Sterilisasi
4. Sebaran Responden Berdasarkan Efek Samping Sterilisasi 18
5. Persentase Angka Kejadian Efek Samping Sterilisasi terhadap Jumlah 23
Amatan untuk Setiap Peubah Respons
6. Matriks Perbandingan Peubah Respons Antar Kelompok Responden 25
Halaman
1. Struktur Pohon Sederhana 4
2. Grafik Sebaran Responden Berdasarkan Jumlah Anak Saat Sterilisasi 16
3. Grafik Sebaran Responden Berdasarkan Lama
KB
Pra Sterilisasi 17 4.Grafik
Sebaran liesponden Berdasarkan Usia Saat Sterilisasi 18 5. Pohon Klasifikasi untuk Peubah Respons Biner Ganda 19 6. Pohon Klasifikasi untuk Peubah Respons Biner Secara Terpisaha. Pohon Klasifikasi untuk Peubah
Y1
4f5b. Pohon Klasifikasi untuk Peubah
Yz
46c. Pohon Klasifikasi untuk Peubah Y3 47
d. Pohon Klasifikasi untuk Peubah Yq 47
e. Pohon Uasifikasi untuk Peubah
Y5
48f. Pohon Klasifikasi untuk Peubah
Y6
48 [image:79.559.36.465.32.803.2]Halaman
1. Data Efek Samping Sterilisasi Setelah Lima Tahun dari 408 33 Responden di Klinik Bersalin Raden Saleh Jakarta pada Tahun 1993
2. Hasil Keluaran Pohon Klasifikasi untuk Enam Peubah Respons 41 Secara Simultan
3. Hasil Keluaran Pohon Klasifikasi untuk Enam Peubah Respons 42 Secara Terpisah
4. Pohon Klasifikasi untuk Tiap Peubah Respons 46
GLOSSARIUM
1. Gugus Pembentulc ( Building Set )
2. Parameter Kompleksitas (Complexity Parameter) 3. Nilai Kompleksitas
(Cost-Complexitj ) 4. Contoh Pembelaj.aran
(Learning Sample) 5. Strategi Hilang-Bersama
(Missing Together Stratep]
6. Nilai Pemilah
7. Peubah Pemilah
8. Peubah Pengganti
9. Pohon Klasifikasi
12.Simpul Dalam 13.Simpul Terminal 14.Aturan Pernilahan (Splitting Rule) 15.Aturan Penghentian (Stopping Rule) 16.Ukuran Homogenitas l7.Gugus Validasi (Validating Set)
Keterangan : Angka di dalam yang dijelaskan.
: Gugus amatan yang digunakan untuk mengamati kestabilan pohon klasifikasi. (10) : Parameter yang berpengaruh terhadap
penentuan jumlah simpul terminal. (9)
: N i l a i b g a yang menenlukan banyaknya simpul terminal pada pohon klasifikasi. (9) : Himpunan data yang dibentuk dari vektor
peubah penjelas yang berkaitan. (9)
: Cara mengatasi masalah nilai amatan yang
I hilang dengan mengelompokkan amatan tersebut ke dalam anak simpul yang sama. (8) : Nilai batas peubah penjelas tertentu yang
menentukan terjadinya pernilahan pada suatu simpul. (6)
: Peubah penjelas tertentu yang mewakili karakteristik amatan pada suatu simpul. (4) : Peubah buatan yang berfimgsi untuk
mengatasi masalah data hilang pada suatu gugus amatan. (8)
: Metode pengelompokan amatan berstruktur pohon yang melibatkan peubah penjelas dan peubah respons. (4)
: Bagian dari pohon klasifikasi yang mengandung gugus amatan dan peubah pemilah tertentu. (4)
: Simpul awal pada pohon klasifikasi yang mengandung seluruh amatan dan peubah pemilah pertama. (4)
: Anak simpul yang masih dapat terpilah kembali. (4)
: Anak simpul akhir pada pohon klasifikasi. (4) : Aturan pemilahan berdasarkan ukwan
homogenitas anak simpul. (5)
: Aturan penghentian pemilahan berdasarkan jumlah amatan minimum pada simpul
terminal. (8)
: Ukuran keseragaman sebaran nilai-nilai peubah respoii pada anak simpul. (6)
: Gugus amatan yang berfungsi sebagai gugus amatan validasi. (10)
Salah satu berltuk metode eksplorasi data hasil penelitian yang lazim digunakan adalah nletode pengelompokan. Hal tersebut lazim dilakukan karena seringkali kesimpulan dan pengambilan keputusan dari suatu penelitian dapat diambil setelah melalui pengelompokan amatan menjadi beberapa gugus amatan terlebih dahulu. Ad,~pun tujuan dari suatu pengelompokan adalah membagi atau memisahkan gugus amatan yang berbeda menjadi beberapa kelompok tertentu dan menempatkan amatan-amatan baru ke dalam kelompok yang telah ditentukan. Metode pengelompokan yang melibatkan peubah penjelas dan peubah respons yang sering digunakan diantaranya adalah metode klasifikasi dan analisis diskriminan. Metodle klasifikasi bertujuan untuk mengelompokkan amataa ke
dalam sekurang-hangnya dua kelompok, dengan penekanan pada penentuan
sebuah aturan yang dapat digunakvl untuk menetapkan secara optimal sebuah amatan baru ke dalrun kelompok yang telah ada. Sedangkan analisis diskriminan bertujuan untuk mendeskripsikau ciri-ciri utama yang berbeda dari amatan, baik dengan grafik maupun secara aljabar dari beberapa populasi yang diketahui (Johnson & Wichern, 1992). Namun kedua metode tersebut tidak dapat menentukan peubah-peubah penjelas yang mencerminkan karakteristik amatan pada suatu kelompok.
(1992) mengembangkan metode untuk memeriksa, mengevaluasi dan mempermudah peng,ounaan pohon sehingga bmyak memberih dukungan untuk eksplorasi dan analisis data. Beberapa keunggulan yang dimiliki oleh metode pohon klasifikasi dibandingkan dengan metode klasifikasi dan analisis diskriminan adalah :
1. Proses pendugaan nilai respons sangat mudah dilakukan, yaitu dengan menelusuri pohon klasifikasi yang dihasilkan.
2. Identifikasi prioritas peubah penjelas yang mempengaruhi respons dapat dilakukan dengan mudah.
Pada mulanya, metode pohon klasifikasi banyak digunakan oleh peneliti- peneliti di bidang botani, biologi dan kedokteran. Pohon klasifikasi dianggap sebagai suatu cara yang menarik untuk mendeskripsikan hasil dari suatu penelitim. Namun pada perkembangannya, banyak penelitian yang melibatkan peubah-peubah respons yang tidak tunggal (multivariate). Meskipun metode yang ada masih dapat diterapkan, namun analisisnya harus dilakukan secara terpisah untuk tiap-tiap peubah respons. Untuk kondisi khasanah penelitian di Indonesi& sejauh ini peneliti belum menemukaa referensi tentang penelitian yang menggunakan pohon klasifikasi dengan peubah respons ganda yang dianalisis secara terpisah.
Untuk menanggulangi permasalahan tersebut, diperlukan metode pohon klasifikasi yang dapat menganalisis data dengan peubah respons ganda secara menyeluruh, sehingga kesimpulan yang diambil merupakan hasil analisis untuk keseluruhan data sebagai satu kesatuan. Pada tahun 1998, Zhang telah mengembangkan konsep metode pohon klasifikasi yang melibatkan peubah respons biner yang tidak tunggal (multivariate). Metode tersebut dikembangkan dari konsep metode pohon klasifikasi untuk peubah respons biner tunggal ymg telah diperkenalkan oleh Breiman et al. (1984) sebelumnya.
pendek maupun efek samping dalam jangka panjang (Fidruzal, 1993). Efek samping tersebut biasznya dipengaruhi o!eh Istar belakang kondisi ibu sebelum melakukan sterilisasi. Pada penelitiannya, Fidmal (1993) telah mendeskripsikan angka kejadian setiap efek samping sterilisasi tanpa memperhatikan faktor-faktor resiko terjadinya efek samping sterilisasi tersebut. Pada penelitian ini, responden peserta sterilisasi tersebut akan dikelompokkan berdasarkan faktor-faktor resiko terjadinya efek samping sterilisasi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai hal-hal utama yang dapat menyebabkan efek samping sterilisasi d m hal-ha1 yang perlu dihindari sebelum melakukan kontrasepsi sterilisasi.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah :
1. Mengelompokkan peserta sterilisasi wanita b e r k k a n peubah-peubah penjelasnya dengan menggunakan metode pohon klasifikasi untuk peubah respons biner ganda
2. Mengkaji hasil pengelompokan tersebut berdasarkan hubungan antara peubah penjelas dengan peubah responsnya.
TINJAUAN PUSTAKA
Pohon Klasifikasi
Konsep Dasar Metode Pohon Klasifikasi
Metode klasifikasi dengan struktur pohon untuk peubah respons tunggal diperkenalkan oleh Breiman et al. (1984). Klasifikasi berstruktur pohon untuk peubah respons tunggal disusun berdasarkan pemilahan secara iteratif terhadap peubah penjelasnya. Pemilahan pertama dilakukan terhadap seluruh amatan sehingga diperoleh dua gugus amatan. Pemilahan bcrikutnya dilakukan terhadap kedua gugus amatan tersebut sehingga diperoleh masing-masing dua gugus amatan berikutnya. Setiap pemilahan selalu melibatkan semua peubah penjelas dan selalu menghasilkan satu peubah pemilah yang mencerminkan karakteristik kedua gugus amatan yang terbentuk. Adapun pembentukan pohon klasifikasi terdii dari tahapan-tahapan sebagai berikut :
1 . Penentuan peubah-peubah dan nilai-niiai pemilah. 2. Penentuan simpul terminal
3. Penentuan ukuran pohon k l a s i f h i yang optimum.
Gambar 1 menampillcan sebuah struktur pohon sederhana yang mempunyai 3 lapisan simpul, yaitu :
1) Lapisan pertama terdiri dari simpul akar (root node).
2 ) Lapisan kedua terdiri 1 simpul dalam (internal node) dan 1 simpul terminal. 3) Lapisan ketiga terdii dari 2 simpul terminal (terminal node).
Simpul
Terminal Terminal
Setiap simpul dalam akan terpilah kembali menjadi dua anak simpul di bawabya, sedangkan simpul terminal adalah simpul akhir yang tidak dapat terpilah kembali dengan adanya aturan jumlah amatan minimum pada setiap simpul. Dengan demikian, simpul terminal ditentukan berdasarkan jumlah amatan minimum yang dikandungnya.
Peubah Respons Biner Ganda
Peubah respons yang digunakan dalam metode klasifikasi berstruktur pohon pada penelitian ini adalah peubah-peubah yang bersifat kategorik dengan dua kategori. Peubah respons tersebut banyak dijumpai dalam penelitian yang bersifat klinis clan observasional. Selanjutnya peubah respons tersebut dinamakan peubah respons biner ganda.
Kriteria Pernilahan Simpul
Berikut akan dipaparkan proses pembentukan pohon klasifikasi dan kriteriahkwan yang digunakannya. Misal terdapat sejumlah p peubah penjelas X dan q peubah respons b i e r Y untuk n individu yang diamati. Untuk individu ke-i, ukurannya adalah :
YI = (Y,I, YQ,
...,
ylq)' dan XI = (X,I,XQ,...,
xlp)' dengan i = l,2, ..., n Pohon klasifikasi dibentuk melalui pemilahan pa& simpul akar menjadi dua anaksimpul, yaitu anak simpul kiri dan anak simpul kanan. Kedua anak simpul yang terbentuk dapat berupa simpul dalam atau simpul terminal. Jika berupa simpul dalam, maka simpul tersebut akan dipilah lagi menjadi anak simpul kanan dan anak simpul kiri berikutnya. Misalkan x, &ah nilai-nilai amatan terurut dari suatu peubah penjelas X. Aturan pemilahan yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Tiap pemilahan tergantung pada nilai yang berasal dari satu peubah penjelas.
pemilahan (split) yang berbeda yang dibentuk oleh gugus pertanyaan ("Apakah xj 5 ci ?" ), defigan i = 1,2,3,
.
..,
a-1 dan c, &ah nilai tengah (midlepoint) antara dua nilai amatan b e m t a n dari peubah X.3. Untuk peubah penjelas kategorik, pemilahan yang terjadi berasal dari
semua kemungkinan pemilahan berdasarkan terbentuknya dua anak gugus
amatan yang saling lepas (disjoint). Jika peubah X merupakan peubah
kategorik nominal bertaraf L, maka akan ada 2"'- 1 pemilahan, sedangkan jika X berupa peubah kategorik ordinal, maka akan ada L
-
1 pemilahanyang mungkin.
Simpul akar mengandung seluruh contoh yang diamati dan simpul-simpul
lainnya berhubungan dengan sub-grup dari contoh yang diamati. Dua sub-grup
yang ada di kiri dan kanan anak simpul tidak saling berkaitan dan gabungannya
membentuk sub-grup untuk simpul induk. Dengan adanya sejumlah peubah
penjelas clan sejumlah nilai pemilah, simpul akar dapat terbagi menjadi 2 simpul
dengan banyak cara. Karenanya diperlukan kriteria untuk memilii sebuah
pemilahan. Kriteria yang diiaksud yaitu pemilahan pada tiap simpul secara
rekursif dengan cara sebagai berikut :
1. Cari semua kemungkinan pemilahan pada tiap peubah penjelas.
2. Pilih "pernilahan terbaik" dari masing-masing peubah penjelas dan pilih "pemilahan terbaik" dari "kumpulan pemilahan terbaik" tersebut.
"Pemilahan terbaik" adalah pemilahan yang memaksimumkan ukuran
homogenitas di dalam masing-masing anak simpul relatif terhadap simpul
induknya dan yang memaksimumkan ukuran pernilahan antara dua anak simpul tersebut.
Ukuran Homogenitas Simpul
Misalkan terdapat peubah penjelas Xj dan peubah respons
YI,
Sebuah pemilahan dipilih jika sebaran nilai-nilai amatan padaYk
ddam anak sinipulbersifat homogen. Berikut adalah deskripsi untuk menentukan ukuran
tabel yang dapat dibuat sebagai hasil dari pertanyaan " apakah xj
<
c ? " :yk'o yk= 1
Tidak Ya
Simpul Kiri ( t~ ) xj S c n~
Simpul
Kanan
( t~ ) xjz c
nz. n I n.2Penentuan
ukuran
homogenitas dimulai dari simpul kiri ( tl ). Simpul kiui ( t~ )hams mengandung rill yang lebih besar dari 1112 atau sebaliknya. Ukuran yang sering digunakan untuk homogenitas simpul ditentukan melalui fungsi entropi
sebagai berikut :
Sebuah pernilahan dipilih dengan memaksimalkan homogenitas simpul yang
terboboti :
Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa h g s i entropi (1) memiliki sebuah
interpretasi pararnetrik. Misalkan
Yk
pada simpul t~ mengikuti sebaran binomialdengan frekuensi 8 sebagai berikut :
~ ( ~ k = l l t L ) = 6
Lalu fungsi log-likelihood dati nl, arnatan pada simpul kiri t~ adalah : n,, log(@+ n12 log(1-e)
Nilai maksimum dari fungsi log-likelihood tersebut proporsional terhadap fungsi
entropi (1). Lalu fungsi entropi (1) digeneralisasi untuk kasus dengan respons
biner ganda. Sebuah pendekatan parametrik dilakukan untuk menstabilkan fungsi
entropi yang digeneralisasi. Misalkan y mempunyai sebaran peluang bersama
sebagai berikut :
fi
; Y, Q) = exp (Y'y+
Q'w - A(Y,Q)) dengan [image:88.559.54.466.30.821.2]A(Y,R) = fimgsi yang menormalisasi dan bergantung pada Y dan Q.
w = vekto~ acak yang memuat ( ~ 1 ~ 2 ,
.
.
.,yq-1yq,. .
., y1y2.
. .
yq)' Sebaran yang berasal dari keluarga sebaran eksponensial adalah dasar dari modelparametrik yang digunakan untuk respons b i e r ganda. Kemudian asumsikan
bahwa sebaran bersama y tergantung kepada kombinasi linier dan jumlah ordo
kedua dari komponen tersebut saja. Lebih tepatnya, asumsikan bahwa sebaran
bersama y adalah :
j(y ; Y , 6 ) = exp (Y'y
+
Ow - A(Y,B)) (3) dengan w = C i < j y i y jMaka fimgsi entropi yang digeneralisasi untuk homogenitas simpul kiri t~
d i d e f ~ s i k a n sebagai nilai maksimum bentuk log-likelihood dari sebaran y :
( subyek i E t,}
dengan Y dan
i
dapat dilihat sebagai nilai taksiran likelihood maksimum dariY dan B. Ukuran homogenitas simpul t~ dapat ditentukan dengan cara yang sama
dengan cara di atas. Setelah menentukan ukuran homogenitas, (2) digunakan
kcmbali uituk memilih pemilahan yang diinginkan.
Amatan dengan Data yang Hiang
Pennasalahan timbul pada saat beberapa peubah penjelas memiliki nilai-nilai
amatan yang hilang (missing values). Untuk mengatasi masalah tersebut,
digunakan metode yang disebut missing-together strategy (Clark dan Pregibon
1992; Zhang et al. 1996) dan peubah pengganti (surrogate) (Breiman et al. 1984).
Ukuran Pohon Klasifikasi yang Optimum
Pohon klasifikasi yang dibentuk dengan aturan splitting dan aturan growing
berukuran sangat besar. Hal ini karena aturan penghentian (stopping rule) yang
digunakan hanya berdasarkan banyaknya amatan pada simpul akhir atau besarnya
peningkatan pada ukuran homogenitas simpul. Semakin banyak pemilahan yang
dilakukan maka semakin kecil tingkat kesalahan prediksi. Namun, pohon
tersebut adalah dengan menentukan pohon klasifikasi dengan ukuran yang optimum dengan tahapa sebagzi beriklit :
1. Penentuan pohon awal yang besar.
2. Pemangkasan pohon (pruning) secara iteratif menjadi sekuen pohon yang makin kecil.
3. Pemilihan pohon terbaik dari sekuen yang terbentuk dengan menggunakan contoh uji (test sample) atau contoh validasi silang (cross validation sample).
Pemangkasan pada langkah kedua di atas dilakukan dengan menggunakan ukuran
cost-complexity minimum (Breiman et al. 1993). Ukuran cost-complexity tersebut menunjukkan banyaknya simpul terminal dari sebuah pohon klasifikasi.
Untuk melaksanakan langkah tersebut, cost-complexity dari sebuah pohon klasifikasi ditentukan oleh :
dengan :
R,(
T ) = ukuran cost-complexity sebuah pohon klasifikasi4 2 0 ) = complexity parameter yang menentukan jumlah simpul
terminal
IT1
= jumlah simpul terminalSedangkan nilai R(T) didefinisikan sebagai :
dengan : f = fungsi yang telah dijelaskan pada (3)
@
dan8^
= parameter f yang ditaksir dari learning sampleSetelah
R&)
ditentukan, langkah berikutnya adalah menentukan sebuah sekuendari sub-pohon optimal yang tersarang yang disimbolkan dengan :
To 2 T I 2
...
2 T ,yang memiliki ukuran cost-complexity yang minimum, yaitu :
R N ( T * )
='&
R N ( T j )I=O (61
dengan : R N ( P ) = cost-complexity sub-pohon yang minimum
RN(T,.) = cost-complexity sub-pohon ke-j
Breiman et. a1 (1984) juga menyatakan bahwa posisi dari nilai R"(
q)
yangminimum tidak stabil. Karenanya, Breiman et. a1 (1984) menggunakan aturan 1-standard error (SE) untuk mengatasi hal tersebut. Sehingga, sub-pohon
terkecil
I;
*
diperoleh dengan ketentuan :R N ( T , * ) S R N ( T * ) + S E ( R N ( T * ) )
dengan S E ( R " (T *)) adalah simpangan baku dari R" (T*)
.
Kestabilan Pohon Klasifikasi
Kestabilan pohon yang terbentuk merniliki arti yang sangat penting (Breirnan,
et. a1 1984). Pohon klasitikasi yang stabil memberkin informasi yang konsisten
tentang hasil pengelompokan amatan, meskipun jumlah amatannya direduksi.
Untuk menyelidiki kestabilan dari sebuah pohon, dilakukan tahapau sebagai
berikut :
1. Membagi seluruh amatan menjadi dua kelompok amatan dengan jumlah
yang sama. Kelompok amatan pertama disebut building set dan kelompok kedua disebut validnting set.
2. Sebuah pohon klasifikasi dibentuk dengan menggunakan amatan pada building set dan hasilnya dibandiigkan dengan pohon yang terbentuk dari seluruh amatan.
Sterilisasi pada Wanita
Definisi dan Cara Sterilisasi
Siswosudmo (2001) menyebutkan bahwa dalam ilmu kedokteran khususnya
Giekologi, sterilisasi pada wanita didefinisikan sebagai setiap tindakan pada
kedua tuba vulopii yang mengakibatkan tidak tetjadinya pertemuan antara sel
adalah cara minilaparotomi dan cara laparoskopi (Fidruzal, 1993). Adapun teknik penyumbatan tub8 dapat dilakukan dengan beberape cara seperti ymg c!ijelaskan oleh Fidruzal(1993) dan Siswosudarmo (2001).
Efek Samping Sterilisasi
Fidruzal(1993) membedakan efek samping sterilisasi menjadi :
1. Efek samping dini, yaitu efek samping yang timbul kurang dari tiga minggu setelah menjalani sterilisasi. Efek samping yang terjadi berupa perdarahan, infeksi, traumalcedera organ dan kematian akibat tindakan sterilisasi.
2. Efek samping lanjut, yaitu efek samping yang timbul tiga minggu atau lebih
setelah menjalani sterilisasi. Adapun faktor-faktor yang dilihat sebagai efek samping lanjut dari sterilisasi adalah :
a. Siklus haid, yaitu jarak antara hari pertama haid dengan hari pertama haid pada siklus bulan berikutnya yang dihitung dalam hari.
b. Haid teratur, yaitu haid yang datang setiap bulan dengan siklus antara 21 s.d. 35 hari.
c. Lama haid, yaitu jarak antara hari peasma keluarnya darah haid sampai dengan berhentinya darah haid yang dihitung dalam
hari.
d. Gangguan haid, yaitu keluhan fisik yang timbul selama haid.
e. Perubahan kehidupan seksual adalah perubahan daiam fiekuensi hubungan intim atau perubahan frekuensi orgasme pada setiap melahkan hubungan intim setelah menjalani sterilisasi.
Faktor-faktor Resiko Terjadinyn Efek Samping Sterilisasi
Berdasarkan ha1 tersebut, perlu dilakukan usaha untuk menyediakan
infcxrnasi tentang efek sunping sterilisasi, yGtu dengan mengelompokkan wanita
peserta KB sterilisasi berdasarkan faktor-faktor yang dapat mempenganrhi
te jadinya efek samping sterilisasi, sehingga wanita usia subur mengetahui secara
pasti tentang faktor-faktor apa saja yang dapat menimbulkan efek samping
sterilisasi.
Fidruzal (1993) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang dapat menyebabkan
atau mempengaruhi terjadinya efek samping sterilisasi berdasarkan hasil beberapa
penelitian di dalam dan luar negeri adalah sebagai berikut :
1. Saat dan cara sterilisasi serta tipe penyumbatan tuba dapat menyebabkan kemsakan cabang-cabang pembuluh arteri uterina yang menuju ovarium,
sehingga mempengaruhi tejadinya perubahan pola haid, lama haid dan
juga jumlah darah haid.
2. Tejadinya kompliiasi s a t sterilisasi dapat menimbulkan efek samping
secara psikologis seperti perasaan menyesal dan memburuknya kehidupan seks.
3. Jenis
KB
dan lama KB sebelum melakukan sterilisasi juga dapat mempengaruhi terjadimya pembahan pola haid. Sebagian besar alatkontrasepsi sangat mempengaruhi produksi honnon progesteron yang
berperan &dam siklus haid dan jurnlah darah haid. Sehingga perubahan
jenis
KB
yang digunakan juga akan mempengatuhi pola haid sewrang.4. Usia pada saat sterilisasi juga sering mendapatkan perhatian dari beberapa
peneliti. Dari hasil beberapa penelitian menunjukkan usia di atas 40 tahun
dapat menjadi penyebab tejadinya efek samping sterilisasi.
5. Jumlah anak sebelum sterilisasi akan berdampak secara psikologis terhadap sterilisasi. Seseorang dengan jumlah anak yang banyak akan
mengalami perasaan khawatir seandainya sterilisasi yang dilakukan
temyata tidak berhasil, sehingga hal tersebut mempengaruhi kehidupan
BAHAN DAN METODE
Bahan
Data yang digunakan adalah data hasil penelitian Fidruzal RS tentang efek
samping sterilisasi wanita setelah lima tahun di Klinik Bersalin Raden Saleh
Jakarta pada Tahun 1993 untuk penyelesaian Program Studi Obstetri-Ginekologi, Program Pendidikan Dokter Spesialis-1, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Suwei dilakukan terhadap 408 responden wanita yang melakukan kontrasspsi dengan cara sterilisasi di Klinik Bersalin Raden Saleh Jakarta dengan
cara mengirimkan kuesioner ke alamat responden.
Pengambilan data dilakukan dalam 2 tahap :
Tahap 1 : Pengumpulan data dari catatan medik yang meliputi saat sterilisasi,
komplikasi yang terjadi akibat tindakan sterilisasi, dan teknik
sterilisasi.
Tahap 2 : Data yang diambil dari iembaran kuesioner yang diirimkan ke alamat responden, meliputi peubah-peubah :
-
Umur, pendidikan, peke jaan dan sosial ekonomi.-
Riwayat perkawinan, persalinan dan alasan melakukan sterilisasi.-
Agama dan pandangan responden terhadap sterilisasi menurut agama yang dianut.-
Riwayat keluarga berencana sebelumnya.-
Pengetahuan tentang sterilisasi.-
Riwayat dan pola haid responden sebelum dan sesudah sterilisasi.-
Kegagalan sterilisasi.Adapun data yang diterapkan dalam analisis Pohon Klasifikasi dengan Respons
Biner Ganda teldiri dari 9 peubah penjelas dan 6 peubah respons sebagai berikut : 1. Peubah Penjelas :
XI : Saat sterilisasi ( 1. pasca persalinan, 2. pasca keguguran, 3. interval ). X2 : Cara sterilisasi ( 1. minilap, 2. laparoskopi ).
X3 : Tipe penyumbatan (1. pomeroy, 2. kauterisasi, 3. iwing, 4. klip, 5. cincin falope).
Xs
:KB
sebelurn sterilisasi ( 1. ya, 2. tidak ).X,5 : Jenis KB sebelun: sterilismi ( 0. tidak ber-KB, 1. IUD, 2. kondom, 3. pil, 4. suntikan, 5. susuk)
X7
: Lama KB sebelurn sterilisasi (dalam bulan ).Xs
: Jumlah anak saat sterilisasi. X9 : Usia ibu saat sterilisasi. 2. Peubah ResponsYI
: Apakah mengalami ganggum haid yang memerlukan pemeriksaan dokter pasca sterilisasi ? ( 1. ya, 0. tidak ).Y z : Apakah siklus haid pasca sterilisasi tidak teratur ? ( 1. ya, 0. tidak ). Y3 : Apakah siklus haid pasca sterilisasi berubah dibanding pra sterilisasi (1.
ya, 0. tidak ).
Y4 : Apakah lama haid pasca sterilisasi berubah ( 1. ya, 0. tidak ).
Ys
: Apakah kehidupan rumah tangga terganggu pasca sterilisasi ? (1 .ya,
0. tidak ).Yg : Apakah kehidupan seks terganggu pasca sterilisasi ? (1. ya
,
0. tidak ).Metode
Dalam metode pohon k l a s i h i , model matematis yang menjelaskan hubungan antara peubah penjelas dan peubah respons tidak dapat dirumuskan secara eksplisit. Namun pada prinsipnya, metode yang digunakan melibatkan peubah penjelas dan peubah respons yang telah dijelaskan dalam Sub Bab Bahan. Adapun penelitian dilakukan melalui tahapan-tahapan analisis data sebagai berikut :
1. Membentuk pohon klasifikasi untuk seluruh amatan dengan menggunakan keenam peubah respons biner secara simultan.
2. Membentuk pohon klasifikasi untuk seluruh amatan dengan menggunakan tiap-tiap peubah respons biner secara terpisah.
3. Membandingkan hasil yang diperoleh pada tahap 1 dengan hasil yang diperoleh pada tahap 2.
HASIL
DAN
PEMBAHASANDeskripsi Karakteristik Responden
Deskripsi mengenai 408 responden peserta
KB
sterilisasi Di Klinik Bersalin Raden Saleh Jakarta pada Tahun 1993 dapat dilihat berdasarkan faktor-faktor resiko terjadinya efek samping sterilisasi wanita dan berdasarkan angka kejadian efek samping sterilisasi sebagai berikut.Sebaran Responden Berdasarkan Faktor -faktor Resiko
Tabel 1 menunjukkan sebaran responden berdasarkan saat sterilisasi. Pada tabel tersebut terlihat bahwa sebagian besar responden atau sekitar 95.3 % melakukan sterilisasi pasca keguguran, sedangkan 3.2 % responden melakukan sterilisasi pasca persalinan, dan hanya sekitar 1.5 % responden yang melakukan sterilisasi pada internal kehamilan.
Tabel 1. Sebaran Responden Berdasarkan Saat Steriiisasi
Berdasarkan faktor resiko cara sterilisasi terdapat 21.6 % responden yang melakukan sterilisasi dengan cara minilap, sedangkan 78.4 % lainnya menggunakan cara !aparoskopi. Adapun tipe penyumbatan yang paling banyak digunakan adalah cincin falope (78.7 %), kemudian diikuti tipe penyumbatan pomeroy (21.3 %).
Berdasarkan faktor resiko k o m p l i i i tindakan, hanya sebagian kecil responden yang mengalami komplikasi yaitu sekitar 4.4 %, sedangkan 95.6 % responden lainnya menjalani operasi sterilisasi tanpa komplikasi.
Sebagian besar responden temyata telah menggunakan alat KB lain sebelum melakukan sterilisasi, yaitu 78.4 % dari seluruh responden. Sedangkan hanya 21.6 % yang belum ber-KB sebelum melakukan sterilisasi. Dari 4 jenis alat
KB
paling banyak digunakan responden, masing-masing 33.8 % dan 28.2 %. S e h g k a n alat KB yang paling sedikit digunakan responcien adalah susuk (0.2 %). Gambaran tersebut tampak pada Tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Sebaran Responden Berdasarkan Jenis KB Sebelum Sterilisasi
Gambar 2 menunjukkan grafik sebaran responden berdasarkan jumlah anak
saat sterilisasi. Gambar tersebut menunjukkan bahwa responden dengan jumlah
anak 4 memberikan persentase terbesar (28.2 %), sedangkan responden dengan jumlah anak 1 , 9 , l l dan 12 memberikan persentase terkecil(0.2 %).
10
Jumlah Anak
Gambar 2. Grafik Sebaran Responden Berdasarh Jumlah Anak Saat Sterilisasi
.
dSebaran responden berdasarkan faktor resiko lama KB sebelum sterilisasi dan
usia responden saat sterilisasi dapat digambarkan sebagai berikut. Lama
[image:97.564.73.479.14.682.2]dengan rataan 22.248 bulan. Sedangkan usia responden saat sterilisasi berkisar
antara 26 s.d. 52 ta!un dengan rataan 40.032 tahun.
Tabel 3. Statistik Deskriptif untuk Lama KB Pra Sterilisasi dan Usia Saat Sterilisasi
Gambar 3 menunjukkan grafik sebaran responden berdasarkan lama KB pra
sterilisasi. Berdasarkan grafik tersebut, responden dengan lama KB pra sterilisasi
0 s.d. 4 bulan menunjukkan proporsi yang terbesar (23.7 %). Adapun responden dengan masa KB pra sterilisasi terlama (96 bulan) a& sebanyak 2 orang (0.5 %).
Faktor Resiko Lama KB Pra
Sterilisasi Usia Saat Sterilisasi
Lama KB Pra Sterilisasi (Bulan)
Gambar 3. Grafik Sebaran Responden Berdasarkan Lama KB Pra Sterilisasi
N
408
408
Adapun gambar 4 adalah grafk sebaran responden berdasarkan usia saat
sterilisasi. Berdasarkan faktor resiko usia saat sterilisasi, terdapat 12.7 % responden yang bemsia 40 tahun sebagai persentme terbesar, sedangkan persentme terkecil ditunjukkan oleh responden yang berusia 2 6 , 2 9 , 3 1,33 dan 52
tahun, yaitu hanya 0.2 %.
Wmum
0.0
26.0
M a k s . i m
[image:98.576.74.483.63.657.2]Usia Responden
Gambar 4. Grafk Sebaran Responden Berdasarkan Usia Saat Sterilisasi
Sebaran Responden Berdasarkan Efek Samping Sterilisasi
Tabel 4 berikut
ini
menunjukkan sebaraa responden berdasarkan enam efeksamping sterilisasi yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Berdasarkan tabel
tersebut t a l i i t bahwa efek samping pembahan lama haid clan perubahan
siklus
haid merupakan dua efek samping dengan angka kejadian tertinggi (36.5 % dan 33.3 %), sedangkan efek samping dengan angka kejadian terendah adalah kehidupan rumah tangga yang terganggu (8.3 %).
Tabel 4. Sebaran Responden Ber?asarkan Efek Samping Sterilisasi
Siklus Haid Tidak Teratur
Perubahan Siklus Haid Perubahan Lama Haid
Kehidupan Rumah Tangga Terganggu
Pohon Klasifikasi Untuk Keenam Peubah Respons Secara Simultan
Data yang ada diolah menggunakan metode pohon klasifikasi yang telah
dikemas dalam perangkat lunak program CTMBR hasil pengembangan Zhang
[image:99.576.89.440.82.252.2]keterangan peubah pemilah dan jumlah amatan, sedangkan pada simpul terminal
terdapat keterangan jumlah amatannya saja. Tabel di bawah setia;: sirnpul
menunjukkan persentase angka kejadian pada setiap peubah respons. Sedangkan
nilai-nilai pemilah diternpatkan di kiri dan di kanan tanda panah.
Simpul 0
Xi (408)
n
sterilisasi Simpul 1
saat sterilisasi
Simpul 5 Simpul 6
Simpul 8
[image:100.564.9.526.14.768.2]65 66
Berdasarkan pohon klasifikasi yang terbentuk tampak bahwa pemilahan
pertama (simpul akar) terjadi pada peubah X; (lama K33 pra sterilisasi). Penils!!
kedua terjadi pada peubah X8 (jumlah anak saat sterilisasi). Peubah Xg (jenis
KB
pra sterilisasi) menjadi peubah pemilah pada pemilahan yang ketiga dan terakhir
pemilahan terjadi pada peubah Xs (Jumlah anak saat sterilisasi).
Tahapan Pemilahan Simpul
Tahapan pemilahan yang terjadi dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Pemilahan Pertama (Simpul 0)
Peubah pemilah pada pemilahan yang pertama adalah X7 (lama KB pra
sterilisasi) dengan nilai pemilah yaitu lama
KB
pra sterilisasi 2 bulan. Duakelompok amatan yang terbentuk yaitu :
a. Simpul 1 sebagai simpul terminal dengan jumlah amatan 97. Sedangkan
gambaran angka kzjadian efek samping sterilisasi pada simpul 1 adalah :
-
angka kejadian tertinggi : 3 1.9 % responden mengalami perubahan lama haid pasca sterilisasi.
-
angka kejadian terendah : 3.1 % responden mengaku kehidupan rumah tangganya terganggu pasca sterilisasi.b. Simpul 2 sebagai simpul dalam dengan jumlah amatan 3 1 1. Gambaran angka kejadian efek samping sterilisasi pada sirnpul2 adalah :
-
angka kejadian tertinggi : 37.9 % responden mengalami perubahan lama haid pasca sterilisasi.-
angka kejadian terendah : 9.9 % responden mengaku kehidupan rumah tangganya terganggu pasca sterilisasi.2. Pemilahan Kedua (Simpul2)
Peubah pemilah pada pemilahan kedua adalah Xs (jumlah anak saat
sterilisasi) dengan nilai pemilah yaitu jumlah anak 4. Dua kelompok amatan
yang terbentuk yaitu :
a. Simpul 3 sebagai simpul dalam dengan jumlah amatan 180. Gambaran
angka kejadian efek samping sterilisasi pada simpul3 adalah :
-
angka kejadianterendah : 6.7 % responden mengaku kehidupan nlmah tmgganya terganggu pasca sterilisasi.b. Simpul 4 sebagai simpul dalam dengan jumlah amatan 131. Gambaran
angka kejadian efek samping sterilisasi adalah :
-
angka kejadian tertnggi : 48.5 % responden mengalami perubahan lama haid pasca sterilisasi.-
angka kejadian terendah : 12.5 % responden mengaku kehidupan seksnya terganggu pasca sterilisasi.3. Pemilahan Ketiga (Simpul3)
Peubah pemilah pada pemilahan yang ketiga adalah X g (jenis
KB
prasterilisasi) dengan batas pemilah yaitu alat
KB
IUD. Dua kelompok amatanyang terbentuk yaitu :
a. Simpul 5 sebagai simpul terminal dengan jumlah amatan 93. Gambaran
angka kejadian efek samping sterilisasi pada simpul5 adalah :
-
angka kejadian tertinggi : 36.6 % responden mengalami perubahan lama haid pasca sterilisasi.-
angka kejadian terendah : 6.4 % responden mengalami gangguan haid yang memerlukan pemeriksaan dokter dan kehidupan rumahtangganya terganggu pasca sterilisasi.
b. Simpul 6 sebagai simpul terminal dengan jumlah amatan 87. Gambaran
angka kejadian efek samping sterilisasi pada simpul6 adalah :
-
an& kejadian tertinggi : 28.7 % responden mengalami perubahan siklus haid dibandiigkan dengan pra sterilisasi.-
angka kejadian terendah : 6.9 % responden mengalami siklus haid yang tidak teratur dan kehidupan rumah tangganya terganggu pascasterilisasi.
4. Pemilahan Keempat (Simpul4)
yang terbentuk yaitu :
a, Simpul 7 sebagai simpul temind dengan jumlh aqatan 55. Gm.5aran
angka kejadian efek samping sterilisasi pada simpul7 adalah :
-
angka kejadian tertinggi : 52.3 % responden mengalami pembahan lama haid pasca sterilisasi.-
angka kejadian terendah : 12.3 % responden mengalami gangguan haid yang memerlukan pemeriksaan dokter dan kehidupan seksnyaterganggu pasca sterilisasi.
b. Simpul 8 sebagai simpul terminal dengan jumlah amatan 66. Gambaran angka kejadian efek samping sterilisasi pada simpul8 adalah :
-
angka kejadian tertinggi : 40.9 % responden mengalami siklus haid yang tidak teratur dan mengalami perubahan lama haid pascasterilisasi.
-
angka kejadianterendah : 13.6 % responden mengaku kehidupan seksnya terganggu pasca sterilisasi.Hasil Pengelompokan Responden
Simpul-simpul terminal yang tampak pada pohon klasifikasi menunjukkan
kelompok-kelompok yang dapat diidentifikasi. Berdasarkan simpul-simpul
terminal ini, terdapat lima kelompok responden, yaitu :
1. Kelompok 1, Simpul 1 ; kelompok dengan lama KB pra sterilisasi paling lama 2 bulan.
2. Kelompok 2, Simpul 5 ; kelompok dengan lama KB pra sterilisasi lebih dari 2 bulan, dengan jumlah anak paling banyak 4 pada saat sterilisasi,
dan jenis KB yang digunakan pra sterilisasi adalah
IUD.
3. Kelompok 3, Simpul 6 ; kelompok dengan lama KB pra sterilisasi lebii dari 2 bulan, dengan jumlah anak lebih dari 4 pada saat sterilisasi, dan
jenis KB yang digunakan pra sterilisasi adalah kondom, pi], suntikan,
susuk da. lain-lain.
4. Kelompok 4, Simpul 7 ; kelompok dengan lama KB pra sterilisasi lebih dari 2 bulan, dengan jurnlah anak 5 pada saat sterilisasi.
Identifikasi terhadap prioritas peubah-peubah penjelas yang mempengaruhi
terjadinya efek sampiag steri!isasi dapat dilakukan dengar. menggundcan pohon
klasifikasi yang terbentuk. Berdasarkan pohon klasifikasi yang terbentuk terdapat
tiga peubah pemilah yaitu lama KE pra sterilisasi, jumlah anak saat sterilisasi dan
jenis KB pra sterilisasi. Berdasarkan urutan pemilahan, maka prioritas peubah
penjelasnya adalah sebagai berikut :
1. Peubah penjelas pertama yaitu lama KB pra sterilisasi.
2. Peubah penjelas kedua yaitu jumlah anak saat sterilisasi. 3. Peubah penjelas ketiga yaitu jenis KB pra sterilisasi.
Deskripsi Peubah Respons pada Kelompok Responden
Adapun hasil pengelompokan responden untuk tiap simpul terminal dan
persentase angka kejadian efek samping sterilisasi yang terdapat pada Gambar 5 disajikan dalam Tabel 5 sebagai berikut.
Tabel 5. Persentase Angka Kejadian Efek Samping Sterilisasi terhadap Jumlah Amatan
untuk Setiap Peubah Respons
Pada tabel tersebut setiap kolom peubah respons menunjukkan persentase
angka kejadian efek samping sterilisasi terhadap jumlah amatan pada masing-
masing kelompok responden.
Berdasarkan Tabel 5 tersebut, deskripsi mengenai angka kejadian tertinggi
pada setiap peubah respons dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Untuk peubah
Y1,
pada kelompok 5, persentase jumlah responden yang mengalami gangguan haid yang memerlukan pemeriksaan dokter, mencapai2. Untuk peubah Yz, pada kelompok 5 terlihat bahwa 21.2 % responden menyatakan mengalami siklus haid yang tidak teratur pasca skrilisasi.
3. Untuk peubah
Y3,
pada kelompok 4 terlihat bahwa 49.2 % responden menyatakan terjadi perubahan siklus haid pasca sterilisasi.4. Untuk peubah Y4, kelompok 4 juga memberikan angka kejadian tertinggi, yaitu
52.3 % responden mengalami perubahan lama haid pasca sterilisasi.
5. Untuk peubah
Ys,
pada kelompok5,
15.2 % responden mengaku kehidupan rumah tangganya kurang hannonis setelah melakukan sterilisasi.6. Untuk peubah
Y6,
pada kelompok 5,13.6 % responden menyatakan kehidupan seksnya kurang menggairahkan setelah melakukan sterilisasi.Analisis secara keseluruhan terhadap angka kejadian efek samping sterilisasi pada
Tabel 5 adalah sebagai berikut :
1. Angka kejadian efek samping sterilisasi pada kelompok responden 4 dan 5 adalah angka kejadian yang paling tinggi untuk hampir semua peubah respons
dibandingkan dengan kelompok responden yang lain. Bila dikaji berdasarkm
hubungan antara peubah penjelas dengan peubah responsnya, lamanya
penggunaan jenis KB lain pra sterilisasi (lebih
dari
2 bulan) dan tingginya intensitas kelh yang telah dialami ijumlah anak 5 dan lebih dari 5 saatsterilisasi) sangat mempengaruhi terjadinya efek samping dari sterilisasi yang
dilakukan. Cukup lamanya penggunaan jenis
KB
lain sebelum sterilisasi telahmempengaruhi produksi hormon progesteron yang sangat berperan terhadap
pola haid, sehingga perubahan jenis
KB
menjadi sterilisasi juga mempengaruhipola haid responden. J u d a h an& yang cukup besar juga memberikan
pengaruh psikologis yaitu dengan munculnya rasa khawatir akan keberhasilan
sterilisasi sehingga mengganggu kehidupan seks dan rumah tangga.
2. Berdasarkan angka kejadian efek samping pada setiap peubah respons, peubah
Y3
(perubahan siklus haid pasca sterilisasi) clan peubahY4
(perubahan lamahaid pasca sterilisasi) memiliki angka kejadian tertinggi dibandingkan dengan
peubah respons yang lain. Sedangkan peubah
YI
(mengalami gangguan haidyang memerlukan pemeriksaan dokter),
Ys
(kehidupan rumah tanggaterganggu pasca sterilisasi) dan
Yg
(kehidupan seks terganggu pasca sterilisasi)perubahan siklus haid dan lama haid pasca sterilisasi lebih dipengaruhi oleh jenis KB d m lama penggwmn
KB
pra sterilisasi yang smgat berpengzruh terhadap pola haid responden. Angka kejadian yang relatif rendah untuk gangguan haid pasca sterilisasi menunjukkan bahwa sterilisasi cukup aman secara medis. Sedangkan rendahnya angka kejadian untuk gangguan kehidupan rumah tangga dan kehidupan seks menunjukkan bahwa sterilisasi tidak memberikan dampak yang besar secara psikologis dan anggapan bahwa sterilisasi menyebabkan wanita menjadi "dingin" dalam kehidupan seksual tidak terbukti.Perbandingan Peubah Respons Antar Kelompok Responden
Untuk membandingkan kelompok-kelompok responden yang terbentuk berdasarkan angka kejadian pada keenam peubah respons, disusun matriks yang menampilkan peubah-peubah respons dengan perbedaan persentase angka kejadian lebih dari 4 % antara dua kelompok responden.
Tabel 6. Matriks Perbandingan Peubah Respons Antar Kelornpok Responden
Berdasarkan matriks antar kelompok responden yang terbentuk, karakteristik yang membedakan peubah-peubah respons antar kelompok responden adalah
sebagai berikut : 1. Kelompok 1 dan 2
Responden pada kelompok 1 d m 2 dibedekan oleh angka kejadian siklus haid tidak teratur dan perubahan lama haid pasca sterilisasi. Responden pada
5
Keterangan : Sel menunjukkan peubah yang berbeda dan pernyataan perbandingan. Pernyataan perbandingan adalah baris terhadap kolorn.
[image:106.567.63.490.232.822.2]kelompok 2 mengalami angka kejadian yang lebih tinggi untuk kedua efek
samping tersebut dibandingkan dengan responden pada kelompck 1.
2. Kelompok 1 dan 3
Responden pada kelompok 1 mengalami angka kejadian efek samping
gangguan haid dan gangguan kehidupan seks yang lebih rendah, tetapi
mengalami angka kejadian perubahan lama haid yang lebih tinggi
dibandingkan dengan responden pada kelompok 3. Ketiga efek samping tersebut menjadi pembeda antara kelompok 1 dan kelompok 3.
3. Kelompok 1 dm 4
Kelompok responden pada kelompok 1 dan 4 dibedakan oleh keenam peubah
respons. Hal tersebut ditunjukkan oleh angka kejadian efek samping pada
kelompok 4 yang lebih tinggi dibandingkan dengan responden pada
kelompok 1 untuk semua peubah respons.
4. Kelompok 1 dan 5
Kelompok 5 mengandung responden dengan angka kejadian efek sanlping
yang lebih tinggi untuk semua peubah respons dibandingkan dengan
responden pada kelompok 1. ~ e n g a n demikian, kelompok 1 dan 5
dibedakan oleh keenam peubah respons.
5. Kelompok 2 dan 3
Responden pada kelompok 2 mengalami angka kejadian yang lebih rendah
untuk gangguan haid, tetapi mengalami angka kejadian yang l e b i tirlggi
untuk siklus haid yang tidak teratur dan perubahan lama haid dibandi11gi:an
dengan responden pada kelompok 3. Oleh karena itu, gangguan haid, siklus
haid yang tidak teratur dan perubahan lama haid menjadi pembeda aitara
responden pada kelompok 2 dan kelompok 3.
6. Kelompok 2 dan 4
Responden pada kelompok 2 clan 4 dibedakan oleh keenam peubah respons.
Responden pada kelompok 2 mengalami angka kejadian yang lebih rendah
untuk semua efek samping dibandingkan responden pa& kelompok 4.
7. Kelompok 2 dan 5
Seperti halnya kelompok 2 dan 4, responden pada kelompok 2 dan 5 juga
sterilisasi, responden pada kelompok 5 mengalami angka kejadian yang lebih
tinggi dibandingkan de~gan responden pada kelompok 2.
8. Kelompok 3 dan 4
Responden pada kelompok 3 dan 4 mengalami angka gangguan haid dan angka gangguan kehidupan seks yang relatif sama, sementara responden
pada kelompok 4 mengalami angka kejadian efek samping yang lebih tinggi
untuk peubah respons laimya. Artinya, selain gangguan haid dan gangguan
kehidupan seks, kelompok 3 dan 4 berbeda untuk peubah respons lainnya.
9. Kelompok 3 clan 5
Responden di kedua kelompok mengalami angka kejadian untuk gangguan
kehidupan seks yang relatif setara, tetapi mtuk peubah respons lainnya,
responden pada kelompok 5 mengalami angka kejadian yang lebih tinggi. Hal
tersebut menunjukkan bahwa kecuali gangguan kehidupan seks, kondisi efek
samping laimya berbeda pada kedua kelompok.
10. Kelompok 4 dan 5
Responden pada kelompok 4 mengalami lebih sedikit gangguan haid, tetapi
mengalami perubahan siklus haid dan pembahan lama haid yang lebih tinggi
dibandingkan dengan responden pada kelompok 5. Dengan demikian,
responden pada kelompok 4 dan 5 dibedakan oleh efek samping gangguan haid, pernbahan siiklus haid dan pembahan lama haid.
Pohon Klasifikasi untuk Keenam Peubah Respons Secara Terpisah
Sebagai pembanding pohon klasifikasi untuk enam peubah respons yang
dianalisis secara simultan, maka dibentuk pohon klasifikasi untuk masing-masing
peubah respons tersebut secara terpisah. Berdasarkan pohon klasifikasi yang
terbentuk pada Lampiran 4, dapat dikatakan bahwa sebagian besar pemilahan
yang terjadi pada tiap-tiap pohon tampak pula pada pohon klasifikasi dengan
keenam peubah rapons ganda. Hal tersebut dapat dilihat dari peubah-peubah
pemilah (split variables ) untuk tiap-tiap pohon.
pada pohon untuk peubah respons Y I (gangguan haid pasca sterilisasi) dan
peubah respons
Yq
(lama haid pasca sterilisasi).Sebagai contoh, berdasarkan pohon klasifikasi yang terbentuk untuk peubah
YS
(kehidupan rumah tangga pasca sterilisasi) pada Lampiran 4 - Gambar 6e, tampak bahwa peubah pemilah pada simpul akar adalahX7
(lama KB sebelumsterilisasi). Kemudian peubah pada pemilahan berikutnya adalah X, dan Xs (jenis
KB sebelum sterilisasi). Peubah-peubah pemilah yang muncul sama dengan
peubah-peubah pemilah yang terdapat pada pohon klasifikasi untuk peubah
respons biner ganda.
Kondisi tersebut menunjukkan bahwa pohon klasifikasi untuk keenam peubah
respons ganda menggambarkan informasi yang konsisten tentang peubah-peubah
penjelas yang mempengaruhi efek samping sterilisasi yang terjadi.
Kestabilan Pohon yang Terbentuk
Untuk menyelidii kestabilan pohon yang terbentuk, seluruh amatan yang
berjumlah 408 dibagi menjadi dua gugus amatan yang masing-masing memuat 204 amatan. Penentuan kedua gugus amatan tersebut dilakukan secara acak.
Kedua gugus masing-masing dinamakan building set dan validating set.
Kemudian dibentuk pohon klasifikasi dengan gugus amatan building det.
Dari
enam pengacakan yang dilakukan, diperoleh enam building set yang hasil
pembentukan pohon k l a s W i y a ditampilkan pada Lampiran 5.
Dibandingkan dengan pohon pada Gambar 5, pohon yang terbentuk
mempunyai ukuran yang lebih kecil. Kondisi tersebut merupakan hal yang masuk
aka1 karena semakin kecil jumlah amatan, akan semakin kecil pula ukuran pohon yang terbentuk. Meskipun te jadi perubahan besar dalam jumiah amatan, tetapi
peubah-peubah pemilah yang ada memiliki kemiripan dengan peubah pemilah
pohon klasifikasi pada Gambar 5. Karenanya dapat diitakan bahwa pohon yang
terbentuk dengan kriteria yang telah dijelaskan sebelumnya tidak mempunyai
.
-.,...
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan pohon klasifikasi peubah respons biner ganda yang terbentuk,
terdapat lima kelompok responden dengan karakteristik amatan yang berbeda.
Hasil pengelompokan menunjukkan bahwa peubah penjelas lama KB pra
sterilisasi, jumlah anak pra sterilisasi dan Jenis KB pra sterilisasi menjadi peubah
penjelas utama yang mempengaruhi angka kejadian efek samping sterilisasi.
Tingginya angka kejadian efek samping sterilisasi pada hampir setiap peubah
respons pada kelompok responden 4 (lama KB pra sterilisasi lebih dari 2 bulan
dan jumlah anak 5 saat sterilisasi), dan pada kelompok responden 5 (lama KB pra sterilisasi lebih dari 2 bulan dan jumlah anak lebih dari 5 saat sterilisasi), menunjukkan bahwa lama penggunaan jenis KB lain pra sterilisasi berpengaruh
terhadap perubahan pola haid. Sedangkan jumlah anak saat sterilisasi terkait
dengan perasaan khawatir terhadap keberhasilan sterilisasi sehingga mengganggu
kehidupan seks dan rumah tangga
Perbardingan angka kejadian pada masing-masing peubah respons,
menunjukkan bahwa tingginya angka kejadian perubahan siklus haid dan lama
haid pasca sterilisasi lebii dipengaruhi oleh jenis KB dan lama penggunaan KB
pra sterilisasi. Angka kejadian yang relatif rendah untuk gangguan haid pasca
sterilisasi menunjukkan bahwa sterilisasi cukup aman secara medis. Sedangkan
rendahnya angka kejadian untuk gangguan kehidupan rumah tangga dan
kehidupan seks menunjukkan bahwa dampak psikologis sterilisasi cukup rendah.
Pendekatan yang dilakukan sebagai pembandiig dengan membentuk pohon
klasifikasi untuk masing-masing peubah respons secara terpisah menunjukkan
bahwa pohon klasifikasi untuk peubah respons ganda memberikan informasi
yang konsisten. Sedangkan pohon klasifikasi yang terbentuk dari amatan building set menunjukkan bahwa pohon klasifikasi yang dihasilkan untuk peubah respons
Dalam penerapan metode pohon klasifikasi, kesalahan penetapan kode untuk kategori peubah respons dapat menyebabkan kesalahan dalam pemahaman. Karena itu, penulisan kode untuk kategori peubah respons harus dilakukan dengan seksama.
DAFTAR PUSTAKA
Breiman, L., Friedman, J.H., Olshen, RA. & Stone, C.J. 1984. Clussijication and Regression Trees. Pacific Grove, CA : Wadsworth.
Fidruzal, R.S. 1993. Suwei Efek Samping Sterilisasi Wanita Setelah Lima Tahun di Klinik Bersalin Raden Saleh Jakarta. Tesis. Program Studi Obstetri- Ginekologi, Program Pendidikan Dokter Spesialis-1, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (tidak dipublikasikan).
Heagerty, P.J., & Zeger, S.L
.
1996. Marginal Regression Models for Clustered Ordinal Measurements. Journal of American Statistical Association, 91,1024-1036.
Kass, G.V. 1979. An Exploratory Technique for Investigating Large Quantities of Categorical Data. Appl. Statistics, 79, No. 2, 119-127.
Liang, K. Y., Zeger, S. L., & Qaqish, B. 1992. Multivariate Regression Analysis for Categorical Data. Journal of The Royal Statistical Society,
Ser. B, 54,3-40.
Miller, R, & Siegmund, D. 0. 1982. Maximally Selected Chi-Square Statistics.
Biomehics, 38, 1011-1016.
Siswosudnrmo, H. R, Anwar, H. M., & Ova Emilia. 2001. TeRnologi Kontrusepsi. Gadjah Mada University Press. Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.
Lampiran 2 : Hasil Keluaran Pohon Klasifikasi untuk Enam Peubah Respons Secara Simultan
daugther-nodes split node# cases left right var #
0 408 1 2 6
1 97 0 0 0
2 311 3 4 7
3 180 5 6 5
4 131 7 8 7
5 9 3 0 0 0
6 87 0 0 0
7 65 0 0 0
8 6 6 0 0 0
lth 0.000000: 2th 3.717560: 4
3th 7.447693: 3 4th 15.239990: 0
split value 2.000000 0.000000 4.000000 1.000000 5.000'300 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 likelihood 1353.922363 284.136108 1056.532227 562.408142 476.898163 291.751801 263.208679 233.597855 239.582748
Hasil analisis di atas terdii atas 3 bagian yaitu :
Bagian I yang terdiri dari kolom :
1. Nomor simpul (node #). Simpul 0 adalah simpul akar. 2. Jumlah pengamatan dalam simpul (cmes).
3. Simpul
anak
kiri (lefr daugther node) ; nomor simpul yang terletak disebelah kiri.
4. Simpul anak kanan (right daugther node) ; nomor simpul yang terletak di sebelah kanan.
5. Peubah-peubah pemilah (split variables), mulai dari.no1.
6. Nilai-nilai pemilah (split value) sesuai dengan peubah pemilahnya.
Bagian I1 adalah nilai parameter kompleksitas.
Lampiran 3 : Hasil Keluaran Pohon Klasifikasi untuk Peubah Respons Secara Terpisah
Peubah Y , ( Gangguan Haid yang Memerlukan Pemeriksaan Dokter )
daugther-nodes cases left right
408 1 2
90 0 0
318 3 4
65 0 0
253 5 6
7 6 0 0
177 7 8