• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan dan Pengajaran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan dan Pengajaran"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat aktif mengembangkan potensi diri, kepribadian, kecerdasan dan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan dan Pengajaran adalah salah satu usaha yang bersifat sadar tujuan yang dengan sistematis terarah pada perubahan tingkah laku menuju kedewasaan anak didik (Sardiman, 2008).

Ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh guru akan ditransformasikan pada anak didiknya, sehingga mampu membawa perubahan di dalam tingkah laku siswa tersebut. Guru harus mampu mengkaitkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata dan membiarkan siswa menemukan sendiri, sehingga para siswa dapat mencerna dan menerima pelajaran dengan mudah, serta dapat mengingat pelajaran tersebut dalam jangka waktu yang lama (Djamarah, 2006).

Menurut Slameto (2003), tujuan pembelajaran biologi tidak akan mudah tercapai apabila tidak ada minat belajar siswa khususnya terhadap biologi, sebab merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan proses belajar, minat belajar pengaruhnya terhadap belajar, bila bahan pembelajaran yang tidak sesuai dengan minat siswa-siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Siswa malas untuk belajar karena siswa tidak memperoleh keputusan dari pelajaran tersebut. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa akan lebih mudah disimpan. Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa minat

(2)

adalah salah satu faktor-faktor yang menghambat suksesnya pendidikan dan pengajaran. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, guru sering mengalami kesulitan dalam hal ini merupakan masalah yang selalu muncul setiap kali proses belajar mengajar.

Istilah ekosistem pertama kali diusulkan oleh seorang ahli ekologi berkebangsaan Inggris bernama A. G. Tansley pada tahun 1935. Beberapa penulis lain telah menggunakan istilah berbeda, tetapi maksudnya sama dengan ekosistem. membahas mengenai karateristik ekositem, hal ini juga berhubungan dengan pembahasan ekologi. Ekologi adalah kajian ilmu ilmiah mengenai interaksi antar organisme dan lingkungannya. Lingkungan meliputi komponen abiotik (faktor-faktor kimiawi dan fisik tak hidup) seperti suhu, cahaya, air, dan nutrien. Yang juga penting pengaruhnya pada organisme adalah komponen biotik (hidup) semua organisme lain yang merupakan bagian dari lingkungan suatu individu. Organisme lain bisa berkompetisi dengan suatu individu untuk mendapatkan makanan dan sumber daya lainnya, memangsanya, atau mengubah lingkungan fisik dan kimiawi. Seperti akan kita lihat, pertanyaan mengenai kepentingan relatif berbagai komponen lingkungan seringkali merupakan inti kajian-kajian ekologis dan kontroversi yang menyertainya. Dalam karakteristik ekositem kita mengenal juga biogeografi yang membahas geografi makhluk hidup dalam persebarannya, dari sini pula kita dapat melihat karakteristiknya (Mulyadi, 2010).

Berdasarkan pengamatan dan pengalaman peneliti selaku guru biologi Kelas VII SMP Negeri 3 Masohi terdapat berbagai masalah: (1) Siswa kelas VII SMP Negeri 3 Masohi mata pelajaran biologi cenderung menghafalkan konsep biologi

(3)

seperti apa yang tertuang dalam buku paket mereka, sehingga kemampuan siswa dalam hal menganalisa, mensintesa, dan mengevaluasi (berpikir kritis) atas kumpulan-kumpulan fakta dan konsep biologi sangat rendah, hal ini dibuktikan ketika guru meminta siswa memberikan contoh selain yang tertera dalam buku paket mereka, semua siswa tidak bisa menjawabnya, (2) siswa kurang terampil dalam mengkomunikasikan fakta-fakta dan konsep biologi selama kegiatan belajar mengajar berlangsung di dalam kelas, hal ini dibuktikan dengan didominasinya kegiatan diskusi dan ceramah oleh 3-4 orang siswa saja, (3) siswa sulit bekerja sama dalam kelompok dan cenderung bersifat individualis, (4) siswa kurang termotivasi di dalam kegiatan belajar, (5) nilai siswa masih rendah dan 35% siswa yang tidak tuntas nilainya berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65.

Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan di atas adalah dengan menggunakan model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi untuk mencari jawaban dan memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis (Schmidt dalam Ibrahim, 2009). Menurut Trianto (2009), inkuiri rnerupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan analisis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri, sedangkan inkuiri terbimbing adalah kegiatan inkuiri dimana masalah dikemukakan oleh guru atau bersumber dari buku kemudian siswa bekerja untuk menemukan jawaban terhadap masalah tersebut dibawah bimbingan yang intensif dari guru, perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan masalah. Pembelajaran

(4)

inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa, guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang berifikir lambat atau siswa yang mempunyai intelegensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan dan siswa mempunyai kemampuan tinggi tidak memonopoli kegiatan.

Melalui penerapan Pendekatan Pembelajaran Inkuiri terbimbing siswa dapat Mengkonstruksi Pemahaman dan keterkaitan antara materi yang dipelajarinya dengan dunia nyata yang dihadapinya. Dengan kondisi pembelajaran yang demikian maka siswa akan lebih cepat dan mudah menerima materi pelajaran sehingga mereka akan memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Suasana belajar aktif dan tidak membosankan sehingga belajar Biologi bisa menggembirakan dan menarik.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas peneliti ingin mengadakan penelitian dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk meningkatkan Hasil Belajar biologi Siswa pada materi Ekositem Kelas VII SMP Negeri 3 Masohi Kabupaten Maluku Tengah.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah terdapat perbedaan penerapan hasil belajar siswa dalam pembelajaran inkuiri terbimbing dibandingkan dengan hasil belajar siswa dalam pembelajaran konvensional tentang materi ekosistem siswa kelas VII SMP Negeri 3 Masohi Kabupaten Maluku Tengah

(5)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan penerapan hasil belajar siswa dalam pembelajaran inkuiri terbimbing dengan hasil belajar siswa dalam pembelajaran konvensional dibandingkan terhadap materi ekosistem siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Masohi Kabupaten Maluku Tengah setelah penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :

Guru : Sebagai bahan informasi bagi guru bidang studi biologi untuk menjadikan pendekatan pembelajaran kontekstual sebagai alternatif dalam belajar.

Sekolah : Untuk bahan masukan dalam meningkatkan mutu sekolah. Peneliti

Siswa

:

:

Untuk memperdalam wawasan dan pengetahuan dibidang pembelajaran biologi.

Untuk meningkatkan hasil belajar biologi siswa. 1.5 Penjelasan Istilah

1. Inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi untuk mencari jawaban dan memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis (Schmidt dalam Ibrahim, 2009).

2. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia mengalami pengalaman belajarnya (Sudjana, 2009).

(6)

3. Menurut Undang-Undang Lingkungan Hidup (UULH) ekosistem adalah tatanan kesatuan secara utuh meneluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Unsur-Unsur lingkungan hidup baik unsur biotik maupun abiotik, baik makhluk hidup maupun benda mati, semuanya tersusun sebagai satu kesatuan dalam ekosistem yang masing-masing tidak bisa berdiri sendiri, tidak bisa hidup sendiri, melainkan saling berhubungan, saling mempengaruhi, saling berinteraksi, sehingga tidak dapat dipisah-pisahkan.

(7)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Teori Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sains

Salah satu landasan teoretik pendidikan IPA/Biologi modern termasuk pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) adalah teori pembelajaran konstruktivisme. Pendekatan ini pada dasarnya menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar lebih diwarnai student centered dari pada teacher centered. Sebagian besar waktu proses belajar mengajar berlangsung dengan berbasis pada aktivitas siswa (Dediknas dalam Elfis, 2010). Sedangkan menurut Kunandar (2008), konstruktivisme adalah landasan berpikir pembelajaran kontekstual yang menyatakan bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilya diperluas melalui konteks yang terbatas.

Menurut Dediknas dalam Elfis (2010), ada 6 keunggulan penggunaan pandangan konstruktivisme dalam pembelajaran di sekolah, yaitu: pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa sendiri, berbagi gagasan dengan temannya, dan mendorong siswa memberikan penjelasan tentang gagasannya.

Menurut Kunandar (2008), ciri-ciri guru yang telah mengajar dengan pendekatan konstruktivisme adalah sebagai berikut :

(8)

 Guru adalah salah satu dari berbagai macam sumber belajar, bukan satu-satunya sumber belajar.

 Guru membawa siswa masuk ke dalam pengalaman-pengalaman yang menentang konsepsi pengetahuan yang sudah ada dalam diri mereka.  Guru membiarkan siswa berpikir setelah mereka disuguhi beragam

pertanyan-pertanyaan guru.

 Guru menggunakan teknik bertanya untuk memancing siswa berdiskusi satu sama lain.

 Guru menggunakan istilah-istilah kognitif, seperti klasifikasikan, analisislah, dan ciptakanlah ketika merancang tugas-tugas;

 Guru membiarkan siswa untuk bekerja secara otonom dan berinisiatif sendiri.

 Guru menggunakan data mentah dan sumber primer bersama-sama dengan bahan-bahan pelajaran yang dimanipulasi.

 Guru tidak memisahkan antara tahap “mengetahui’ dari proses “menemukan”.

 Guru mengusahakan agar siswa dapat mengkomunikasikan pemahaman mereka karena dengan begitu mereka benar-benar sudah belajar.

2.1.1 Pendekatan Pembelajaran Kontekstual

Pendekatan pembelajaran kontekstual merupakan suatu konsepsi yang membantu guru menghubungkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warganegara, dan

(9)

tenaga kerja, (Blanchard dalam Trianto, 2009). Menurut Johnson (2009), Pembelajaran kontekstual adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna didalam materi akademik yang mereka pelajari cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka.

Tugas guru dalam pembelajaran kontekstual adalah memfasilitasi siswa dalam menemukan sesuatu yang baru (pengetahuan dan keterampilan) melalui pembelajaran secara sendiri. Siswa benar-benar mengalami dan menemukan sendiri apa yang dipelajari, sehingga siswa akan lebih produktif dan inovatif. Pembelajaran kontekstual akan mendorong kearah belajar aktif. Belajar aktif adalah suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental, intelektual, dan emosional untuk memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara aspek kognitif, efektif, dan psikomotorik (Kunandar, 2008).

Kunandar (2008), memaparkan ciri-ciri pembelajaran kontekstual antara lain, yaitu 1) Adanya kerjasama antara semua pihak, 2) Menekankan pentingnya pemecahan masalah atau problem, 3) Saling menunjukkan, 4) Menyenangkan, tidak membosankan, 5) Belajar dengan bergairah, 6) Pembelajaran terintegrasi, 7) Mengunakan berbagai sumber, 8) Siswa aktif, 9) Sharing dengan teman, 10) Siswa kritis, guru kreatif, 11) Laporan kepada orang tua bukan hanya raport, tetapi hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa, dan lain-lain.

(10)

2.1.2. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi untuk mencari jawaban dan memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis (Schmidt dalam Ibrahim, 2009). Menurut Trianto (2009), inkuiri rnerupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan analisis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri, sedangkan inkuiri terbimbing adalah kegiatan inkuiri dimana masalah dikemukakan oleh guru atau bersumber dari buku kemudian siswa bekerja untuk menemukan jawaban terhadap masalah tersebut dibawah bimbingan yang intensif dari guru, perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan masalah. Pembelajaran inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa, guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang berifikir lambat atau siswa yang mempunyai intelegensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan dan siswa mempunyai kemampuan tinggi tidak memonopoli kegiatan.

Menurut Sanjaya (2009), ciri-ciri dalam pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut :

- Menekankan pada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan.

Seluruh aktifitas yang dilakukan siswa diarahkan dan dibimbing untuk menemukan jawaban dan suatu permasalahan.

(11)

- Tujuan dari penggunaan pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.

Prinsip-prinsip pelaksanaan pembelajaran inkuiri menurut Sanjaya adalah Berorientasi pada pengembangan intelektual. Keberhasilan proses belajar dengan model pembelajaran inkuiri bukan diuntukan dari sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran, akan tetapi sejauh mana siswa beraktifitas mencari dan menemukan sesuatu.

1. Interaksi

Proses pembelajaran pada dasarnya adalah interaksi, baik interaksi antara siswa, maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa dengan lingkungannya.

2. Bertanya

Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan merupakan suatu proses berpikir, oleh karena itu kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan.

3. Belajar untuk berpikir

Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi juga merupakan proses berpikir yaitu proses mengembangkan potensi seluruh otak. Menurut National Research Council dalam Ibrahim (2009), tujuan utama pembelajaran inkuiri adalah :

- Mengembangkan keinginan dan motivasi siswa untuk mempelajari dan konsep sains. Mengembangkan keterampilan ilmiah siswa.

(12)

- Membiasakan siswa bekerja keras untuk memperoleh pengetahuan. 2.2. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003). Menurut Sardiman (2008), belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, dan penyesuaian diri. Adapun pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psikio-fisik menuju keperkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya (Sardiman, 2008). 2.3. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia mengalami pengalaman belajarnya (Sudjana, 2009). Kingsley dalam Sudjana (2009), membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keternpilan dan (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Hasil belajar merupakan usaha bersama antara guru dan siswa. Memperoleh hasil belajar yang baik, tidak cukup hanya menyediakan guru yang baik dan mampu mengkomunikasikan serta mentransfer ilmu kepada peserta didik, tetapi diperlukan juga siswa yang mau dan siap menerima ilmu yang diajarkan oleh guru. Siswa juga ikut berperan dan bertanggung jawab atas hasil belajar yang dicapai.

(13)

Hasil belajar merupakan penentuan akhir dalam rangkaian aktifitas belajar dan keberhasilan siswa dalam belajar tercermin dari hasil akhir yang diperolehnya. Nasution (2005), menyatakan bahwa hasil belajar nyata dari apa yang dilakukan sebelumnya. Kekurangan dari hasil belajar siswa terletak pada keterbatasan proses belajar mengajar. Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Bloom dalam Sudjana (2009), mengklasifikasi hasil belajar menjadi 3 ranah yaitu :

1. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

2. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi

3. Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak.

2.4. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri terhadap Peningkatan Hasil Belajar

Pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban yang sudah pasti dari suatu masalah yang dipertanyakan (Sanjaya, 2009).

Pada tahap pelaksanaan pembelajaran inkuiri menekankan kepada pengembangan intelektual anak. Prinsip yang harus diperhatikan dalam

(14)

melaksanakan pembelajaran inkuiri yaitu pada pengembangan intelektual (kemampuan berpikir), interaksi, bertanya, belajar untuk berpikir (learning how to think), dan keterbukaan (Sanjaya, 2008).

Pengaruh pembelajaran inkuiri terhadap peningkatan hasil belajar ditinjau dari setiap tahap pelaksanaannya. Pembelajaran inkuiri dirancang untuk mengajak siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah ke dalam waktu yang relatif singkat sehingga dapat meningkatkan pemahaman sains, produktif dalam berpikir kreatif, dan siswa menjadi terampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa itu sendiri (Trianto, 2009).

2.5. Konsep Ekosistem

Hubungan timbal balik dan saling ketergantungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Hubungan timbal balik atau interaksi berlangsung baik antarmakhluk hidup maupun antar makhluk hidup dengan lingkungan. Lingkungan beserta makhluk hidup yang mengadakan interaksi itu disebut

Ekosistem. Ekosistem terdiri dari benda hidup (faktor biotik) dan benda tak

hidup (faktor abiotik). Interaksi antara faktor biotik dan abiotik mengakibatkan ekosistem tumbuh, berkembang dan mengalami perubahan. Ekosistem mengalami energi, sumber energi utama untuk ekosistem adalah matahari. 1. Satuan Makhluk Hidup Dalam Ekosistem

 Populasi

Populasi adalah sekumpulan individu dalam suatu areal tertentu. a. Kepadatan Populasi

(15)

Jumlah individu di dalam populasi per satuan luas menunjukan besarnya populasi. Besarnya populasi per satuan luas disebut kerapatan atau

kepadatan.

b. Perubahan Populasi

Besar populasi senantiasa berubah dari waktu ke waktu. Misalnya, besar populasi rumput teki dikebun sekolah pada bulan Januari adalah 1.467. Artinya, di dalam kebun sekolah terdapat teki sebanyak 1.467 batang. Besar populasi teki itu dapat berubah jika waktu pengamatannya berbeda. Misalnya, di bulan Juni besar populasi teki berkurang menjadi 1.140 batang karena terjadi musim kemarau.

Perubahan populasi dapat terjadi karena besar populasi bertambah atau berkurang. Populasi dapat bertambah karena ada yang lahir atau datang dari tempat lain (imigrasi). Sebaliknya, populasi dapat berkurang karena ada yang mati atau pergi ke tempat lain (emigrasi).

 Komunitas

Antara populasi satu dengan yang lain juga terjadi interaksi. Misalnya antara populasi ikan dan populasi ganggang, antara populasi ikan dan populasi teratai. Interaksi antara populasi di dalam suatu area pada suatu waktu membentuk komunitas. Jadi, komunitas merupakan keseluruhan makhluk hidup yang mengadakan interaksi di suatu tempat pada waktu tertentu. Misalnya, komunitas hutan terdiri atas berbagai jenis tumbuhan, berbagai jenis hewan, dan berbagai jenis mikroorganisme.

(16)

2. Ekosistem

Di tempat tinggal anggota komunitas tersebut berada, terdapat benda tak hidup. Misalnya tanah, udara, air dan cahaya matahari. Antara anggota komunitas dan benda tak hidup tersebut saling berinteraksi membentuk

ekosistem.

Ekosistem itu dikenal pula sebagai sistem lingkungan. Ekosistem kecil berinteraksi membentuk ekosistem yang lebih besar. Semua ekosistem di permukaan bumi berinteraksi membentuk ekosistem yang besar yaitu ekosfer, misalnya cuaca dan keadaan tanah. Dibandingkan dengan bumi seluruhnya, ekosfer itu merupakan lapisan yang sangat tipis. Lapisan permukaan bumi dan atmosfer yang dihuni oleh seluruh makhluk hidup disebut biosfer, misalnya flora dan fauna.

Tingkat Organisme Penyusun Ekosistem dan Biosfer Individu Populasi Komunitas Ekosistem Ekosfer Biosfer

(17)

3. Habitat dan Nisia  Habitat

Tempat hidup makhluk hidup tidak sama karena kebutuhan makhluk hidup juga tidak sama. Setiap jenis makhluk hidup mempunyai tempat yang sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Semua jenis hewan maupun tumbuhan hanya dapat hidup di tempat yang cocok untuk hewan atau tumbuhan itu. Tempat hidup organisme disebut sebagai habitat.

 Nisia

Di dalam habitatnya, setiap makhluk hidup memiliki peranan tertentu, yaitu hal yang dapat dilakukan oleh makhluk hidup di habitatnya. Contohnya, semut mencari sisa-sisa bahan organik dibawah semak-semak, sedangkan dibawah semak-semak tersebut kadal mencari serangga untuk dimakan. Jadi peranan semut dan kadal berbeda, meskipun berada di habitat yang sama. Peranan atau pekerjaan organisme tersebut disebut nisia. Nisia berkaitan dengan jenis makanan, cara mencari makan, dan waktu mencari makan.

Nisia terbentuk untuk menghindari persaingan (kompetisi) antarspesies. Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa habitat itu merupakan “alamat” organisme, sedangkan nisia merupakan “pekerjaan” organisme.

Habitat adalah tempat hidup makhluk hidup. Nisia adalah peranan makhluk hidup di habitatnya. Nisia berkaitan dengan jenis makanan, waktu mencari makan, dan cara mendapatkan makanan.

(18)

4. Komponen Penyusun Ekosistem

Suatu ekosistem tersusun atas komponen hidup (biotik) dan komponen tak hidup (abiotik).

 Komponen Biotik 1. Produsen

Produsen adalah makhluk hidup yang mampu menghasilkan bahan organik dari bahan anorganik. Proses tersebut hanya dapat dilakukan oleh tumbuhan yang berklorofil dengan cara fotosintesis. Contohnya ganggang, lumut, dan tumbuhan hijau.

2. Konsumen

Konsumen berarti pemakan. Semua hewan dan tumbuhan tak berklorofil, misalnya tali putri, termasuk konsumen. Konsumen memakan bahan organik yang dihasilkan oleh produsen.

(Sabariah, 2002), berdasarkan tingkatannya dalam rantai makanan, konsumen dibagi lagi menjadi beberapa tingkat, yaitu :

1) Konsumen Tingkat I, Adalah organisme yang secara langsung bergantung

pada produsen (tumbuhan). Oleh karena itu, konsumen I dikenal dengan nama herbivora. Contoh herbivora: ulat pemakan tumbuhan, kuda, sapi.

2) Konsumen Tingkat II, adalah organisme yang memakan Konsumen

Tingkat I. Hewan pemakan daging umumnya adalah konsumen kedua, biasanya disebut karnivora. Contoh karnivora harimau, beruang, singa dan ular.

(19)

3) Konsumen Tingkat III, adalah organisme yang memakan Konsumen

Tingkat II. 3. Dekomposer

Organisme pengurai umumnya merupakan jasad renik. Disebut pengurai karena organisme ini mampu menguraikan organisme yang sudah mati atau sisa-sisa organisme menjadi mineral. Contoh pengurai adalah jamur dan bakteri yang bersifat saprofit. Jamur dan bakteri ini dapat hidup pada sampah atau sisa-sisa makhluk hidup (hewan atau tumbuhan yang mati).

Peran pengurai sangat tinggi, karena kalau tidak ada organisme ini, banyak zat sisa makhluk hidup yang menumpuk tidak menjadi partikel (molekul) kecil yang siap dipakai oleh produsen, dijelaskan oleh (Sabariah, 2002).

Daur Ekosistem

 Penggolongan komponen biotik berdasarkan peranannya dalam ekosistem: Produsen : Penghasil bahan organik.

Konsumen I : Pemakan tingkat I, langsung memakan produsen. Konsumen II : Memakan konsumen I.

Lingkungan

Konsumen

(20)

Konsumen III : Memakan konsumen II.

Konsumen Puncak : Konsumen tingkat terakhir.

Dekomposer = pengurai : menguraikan bahan organik menjadi anorganik.  Komponen Abiotik

Di dalam suatu ekosistem,komponen abiotik sangat mempengaruhi kehidupan komponen biotik. Komponen abiotik sangat mempengruhi kehidupan komponen biotik. Komponen abiotik ekosistem meliputi energi matahari, angin, mineral yang terdapat di tanah, oksigen, karbon dioksida, dan air.

1) Gas Karbon Dioksida dan Oksigen

Jumlah gas karbon dioksida di udara sekitar 0,3%, sedangkan gas oksigen mencapai 21%. Gas karbon dioksida diperlukan tumbuhan untuk berfotosintesis. Gas oksigen sangat diperlukan tumbuhan,hewan, dan manusia untuk bernafas.Didalam ekosistem terjadi daur ekosistem dan karbon dioksida melalui proses pernapasan dan fotosintesis.

2) Air

Air sangat dibutuhkan oleh mahluk hidup. Tubuh organisme 90% terdiri dari air. Air berfungsi sebagai pelarut dan bahan baku proses di dalam tubuh.

3) Tanah

Tanah sangat penting untuk kehidupan. Tanah menyediakan habitat dan sumber makanan bagi tumbuhan dan hewan.

Tanah terbentuk dari hasil pelapukan batuan. Tanah mengandung air tanah, udara tanah garam mineral, dan humus. Tanah yang mengandung humus

(21)

merupakan tanah yang subur. Dengan demikian tanah berpengaruh terhadap keanekaragaman organisme. Sebaliknya, makhluk hidup juga mempengaruhi kondisi tanah. Kotoran dan sisa tubuh organisme akan diuraikan oleh mikroorganisme dan kemudian menjadi penyusun tanah yang subur.

4) Suhu

Suhu di permukaan bumi dipengaruhi oleh cahaya matahari yang jatuh dipermukaannya. Suhu lingkungan juga dipengaruhi oleh adanya tumbuhan. Tanah yang gundul memiliki suhu yang lebih tinggi dari pada tanah yang ditumbuhi tumbuhan. Suhu yang terlalu panas atau terlalu dingin dapat mengganggu proses di dalam tubuh makhluk hidup. Sel tubuh dapat pecah pada suhu di bawah 0oC. Pada suhu atas 45oC protein tubuh organisme dapat rusak.

5) Kelembapan

Daerah pegunungan memiliki kelembapan udara yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah dibandingkan dengan daerah pantai. Di daerah pengunungan banyak yang terdapat tumbuhan epifit. Misalnya paku, anggrek, dan lumut. Hal ini karena tumbuhan epifit memerlukan kelembapan udara yang tinggi untuk dapat hidup.

6) Cahaya Matahari

Cahaya matahari adalah sumber energi ekosistem. Cahaya matahari diperlukan oleh tumbuhan untuk fotosintesis. Hasil fotosintesis berguna

(22)

sebagai makanan hewan dan tumbuhan. Tumbuhan dan hewan tidak bisa hidup tanpa cahaya. Cahaya matahari juga mempengaruhi suhu lingkungan.

7) Ruangan

Ruangan merupakan komponen abiotik yang digunakan oleh makhluk hidup untuk hidup, bergerak, tumbuh, dan berkembang biak. Ruangan yang cukup memungkinkan makhluk hidup untuk mendapatkan makanan, tumbuh, dan berkembang biak.

3. Keseimbangan dan Daya Lenting Ekosistem  Keseimbangan Ekosistem

Ekosistem merupakan kesatuan antara komponen biotik dan abiotik. Jadi, di dalam ekosistem terdapat interaksi antara produser, konsumen, pengurai dan benda seperti tanah, air, dan udara.

Dalam suatu ekosistem, jumlah komponen biotik dapat berubah. Perubahan tersebut dapat terjadi karena komponen biotik ada yang tumbuh, berkembang biak, berpindah, atau mati. Perubahan dalam satu komponen biotik dapat mempengaruhi komponen biotik lainnya. Misalnya, pada musim kemarau jumlah rumput di suatu padang rumput berkurang. Karena jumlah rumput sedikit, belalang yang memakan rumput juga pun jumlahnya menurun. Sebagian ada yang mati karena tidak mendapat makanan, sebagian ada yang berpindah ke tempat lain. Demikian pula jumlah burung pemakan belalang menurun karena makanannya berupa belalang berkurang.

(23)

Ekosistem yang seimbang sekalipun, dapat terganggu. Penggangu keseimbangan ekosistem itu misalnya bencana alam, hama, dan penyakit. Dapat juga karena pengaruh kegiatan manusia, misalnya penebangan hutan, pemburuan hewan, atau pencemaran.

Daya lenting adalah kemampuan ekosistem untuk pulih kembali ke keadaan seimbang. Misalnya, pohon tua yang ada di hutan tumbang.

4. Pengelompokan organisme berdasarkan cara dan jenis makanannya

Berdasarkan kemampuan menyusun bahan organik, organisme dibedakan menjadi organisme autotrof dan heterotrof.

 Organisme Autotrof

Organisme Autotrof adalah organisme yang mampu menyusun zat anorganik menjadi zat organik. Organisme Autotrof adalah semua organisme berklorofil, dapat berfotosintesis. Zat anorganik, air dan CO2

diubah menjadi gula, selanjutnya gula diubah menjadi amilum, protein, lemak.

 Organisme Heterotrof

Organisme Heterotrof adalah organisme yang tidak mampu menyusun zat anorganik menjadi zat organik sehingga harus mendapatkan makanannya dengan cara memakan organisme lain.

Berdasarkan jenis makananya Organisme Heterotrof dibedakan menjadi herbivora, karnivora, omnivora, scavengera, dan detrtitifora.

(24)

1) Herbivora

Herbivora artinya pemakan tumbuhan. Di dalam tingkatan rantai makanan, herbivora tergolong konsumen I. Contohnya adalah sapi, rusa, kelinci, belalang, dan ulat.

2) Karnivora

Karnivora artinya pemakan daging. Semua konsumen II dan seterusnya tergolong karnivora. Karena memangsa hewan lain, hewan ini disebut sebagai predator. Predator mendapatkan mangsanya dengan memburu mangsanya tersebut. Contoh karnivora adalah kodok, laba-laba, elang, ular, dan kucing.

3) Omnivora

Omnivora artinya pemakan segala. Hewan omnivora dapat memakan tumbuhan atau daging. Contoh omnivora adalah burung, kera, orang utang, dan manusia. Hewan omnivora biasanya mendominasi ekosistem, kecuali jika ekosistem telah terganggu. Manusia merupakan organisme omnivora yang mampu beradaptasi dengan segala jenis kondisi lingkungan, terutama karena akal pikirannya.

4) Pemakan Bangkai (scavenger)

Hewan yang memakan tubuh hewan lainnya yang sudah mati disebut pemakan bangkai (scavenger). Contoh hewan pemakan bangkai adalah burung nasar.

(25)

5) Detritifora

Serpihan-serpihan organisme berupa serpihan daun, batang, atau potongan hewan disebut detritus. Organisme pemakan detritus disebut detritivora. Contoh detritivora adalah cacing tanah, rayap, dan serangga tanah (Syamsuri dkk, 2006).

(26)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1.Tipe Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu, yaitu untuk melihat perbedaan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode inkuiri.

3.2.Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Masohi. 2 . Waktu Penelitian

Penelitian ini mulai dari hari senin tanggal 15 januari 2013 sampai dengan sabtu 27 april 2013 .

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1. Populasi

Siswa kelas VII SMP Negeri 3 Masohi terdiri dari 4 kelas yang berjumlah 140 orang.

3.3.2. Sampel

Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 2 kelas, yaitu kelas VII1 (sebagai kelas eksperimen) dan VII2 (sebagai kelas kontrol).

3.4.Variabel Penelitian

3.4.1. Variabel Bebas (X)

Yang menjadi bebas dalam penelitian ini adalah Pembelajaran konvensonal dengan indikatornya kegiatana guru dan belajar siswa.

(27)

3.4.2. Variabel Terikat (Y)

Yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah “Model Inkuiri terbimbing pada Mata Pelajaran Bilogi materi Ekosistem” dengan indikatornya nilai hasil tes awal dan tes akhir (post test).

Kelas Pre test Perlakuan Post test

Eksperimen Variabel (X) 20 soal X1 , O 4 soal Kontrol

Variabel (Y) 20 soal X2 , O 4 soal

Keterangan :

X1 : Pembelajaran menggunakan model inkuiri terbimbing

X2 : Pembelajaran konvensional

O: Observasi

3.5.Instrumen Penelitian

Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah hal yang perlu atau langkah-langkah yang harus dilakukan guru untuk merealisasikan kegiatan belajar mengajar yang telah diatur strateginya sesuai dengan silabus. Di dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran harus berpedoman pada kurikulum berbasis kompetensi. Rencana pembelajaran terdiri dari standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan penerapan pengalaman belajar.

Instrument yang digunakan untuk mendapatkan data hasil penelitian adalah tes. Tes yang diberikan sebanyak 24 soal terdiri dari 20 PG dan 4 Esay yang disusun

(28)

berdasarkan materi pokok tentang Ekosistem di kelas VII SMP Negeri 3 Masohi. Soal yang diberikan terlebih dahulu diujikan untuk sampel yang lain

3.6.Prosedur Penelitian

3.6.1. Tahap Persiapan

Peneliti melakukan beberapa persiapan antara lain :

- Menetapkan waktu penelitianMenetapkan kelas eksperimen dan Kontrol. - Menetapkan materi yang akan diajarkan.

- Menyiapkan perangkat pembelajaran yaitu silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), buku panduan siswa, membuat lembar kegiatan peserta didik (LKS), post-test, dan soal-soal ujian blok.

- Membuat ringkasan materi yang akan diberikan kepada peserta didik. 3.6.2. Tahap pelaksanaan

Pelaksanaan proses pembelajaran di dalam kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebagai berikut :

- Kelas Eksperimen - Pendahuluan

- Menyapa siswa dan memeriksa kehadiran siswa. - Menyampaikan tujuan pembelajaran.

- Motivasi dan apersepsi. 3.6.3. Pelapon

Memberikan informasi tentang ulasan materi dan menjelaskan secara garis besar materi yang akan dipelajari.

(29)

Memberikan permasalahan yang terkait dengan pembelajaran pada siswa. Membantu siswa membuat hipotesis

Membagikan LKS 1 dan meminta siswa untuk berdiskusi dan menjawab pertanyaan melalui pengamatan.

Mempersilahkan perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.

dengan memberi penguatan serta menyampaikan jawaban yang benar. Memberikan informasi yang sebenarnya dari permasalahan yang telah didiskusikan oleh siswa dan menyampaikan kesimpulan.

3.7 Teknik Analisis Data

3.7.1 Langkah-langkah statistik uji-t: Mencari nilai rata-rata kelas

(Sudjana, 2003) mengemukakan bahwa jika penelitian teknik analisisis statistik parametrik maka sampelnya harus berdistribusi normal dan homogen . Untuk itu di gunakan uji normalitas dan uji homogenitas sebagai berikut :

1. Uji Normalitas

Untuk pengujian data normalitas, data nilai hasil belajar siswa

digunakan uji chi-kuadrat yang bertujuan untuk mengetahui data yang diperoleh dari responden berdistribusi normal atau tidak.

X2=∑ (F0-Fh)2

Fh

(30)

Keterangan:

F0 =Frekuensi yang diobservasi ( pengamat)

Fh = frekuensi yang diharapkan

Nilai X2hitung selanjutnya dibandingkan dengan X2tebal dan di konsultasikan dengan

derajat kebebasan (db) = (k-3), serta taraf signifikan 0,01 atau 1% kriteria pengujiannya adalah :

H0 : Sampel berdistribusi normal

Ha : Sampel tidak berdistribusi normal

2. Uji Homogenitas

Menurut Soedjana (1997) dalam menguji homogenitas sampel digunakan uji kesamaan dua varians atau uji F dengan rumus :

F

=

𝑽𝒂𝒓𝒊𝒂𝒏𝒔 𝑻𝒆𝒓𝒃𝒆𝒔𝒂𝒓 𝑽𝒂𝒓𝒊𝒂𝒏𝒔 𝑻𝒆𝒓𝒌𝒆𝒄𝒊𝒍 F = S 2 x S2 y = 𝑛𝑥 ∑ 𝑓𝑖𝑥𝑖2−(∑ 𝑓𝑖𝑥𝑖)2 𝑛𝑥(𝑛𝑥−𝑖) 𝑛𝑦 ∑ 𝑓𝑖𝑦𝑖2−(∑ 𝑓𝑖𝑦𝑖)2 𝑛𝑦(𝑛𝑦−𝑖)

Apabila Fhitung < FTabel, maka dikatakan mempunyai varians yang sama 6) Apabila

Fhitung > FTabel, maka dikatakan mempunyai varians yang berbeda

Uji statistik untuk mengetahui perbedaan hasil belajar yaitu: Rumushipotesis

H0:=(Hipotesisawal) H1:≠(Hipotesisakhir) Kriteriapengujianhipotesa:

Terima H0 dan tolak H1 apabila thitung < tTabelTerima H1 dan tolak H0 apabila

thitung > tTabel

(\Sudjana,2002)

(31)

3.Uji hipotesis

Untuk mengethui adatidaknya perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang diajarkan dengan pendekatan inkuiri terbimbing pendkatan pembelajaran konvensional dalam mempelajari materi ekosistem maka dilakukan uji perbedaan rata-rata dengan sampel yang berkorelasi. Menurut Ratumanan (2005) rumus uji t dengan sampel yang berkorelasi adalah sebagai berikut :

t = 𝑥𝑖−𝑥2 √𝑠𝑖2𝑛𝑖+𝑠22 𝑛2_2𝑟[ 𝑠2 √𝑛1][ 𝑠1 √𝑛2] Keterangan:

Xi = mean kelas inkuiri terbimbing Xi = mean kelas konvensional

Si = simpangan buku kelas inkuiri terbimbing S2= simpangan buku kelas konvensional Si2 = varians kelas inkuiri terbimbing S22= varians kelas konvensional

n1= rata subyek kelas inkuiri terbimbing n2= rata subyek kelas konvensional

r = korelasi antara kelas inkuiri terbimbing dengan kelas konvensional

Taraf signifikan yang di gunakan pada teknik ini adalah 1% dengan derajat kebebasan ( n1 + n2 -2 )

Kriteria pengujian sebagai berikut :

Jika thitung< tTabel maka H0 di terima atau Ha ditolak

(32)

Rumus hipotesis yang di uji sebagai berikut :

4. H0 : Xi = X2 tidak terdapat perbedaan hasil belajar biologi dengan

pendekatan inkuiri terbimbing dan pendekatan konvensional pada siswa kelasVII SMP Negeri 3 masohi.

 Ha Xi ≠ X2 terdapat perbedaan hasil belajar biologi dengan pendekatan

inkuiri terbimbing dan pendekatan konvensional pada siswa Tabel 3.7.1.1 ( presentasi ketuntasan)

Presentasi ketuntasas Nilai Skor 80 – 100 Amat baik 66 – 79 Baik 50 -65 Cukup 40 – 55 Kurang baik

0 – 39 Sangat tidak baik

(33)

33

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Hasil tes awal dan tes akhir

Pada hasil penelitan ini telah dilakukan uji tes awal dan tes akhir pada kelas VII1

dan VII2 dengan memperoleh nilai rata-rata sebagi berikut :

Tabel 4.1.1 (Nilai rata-rata hasil tes awal dan tes akhir)

Kelas Nilai

Rata-rata Tes awal Tes akhir Inkuiri terbimbing VII2 55,83 69,66

Konvensional VII1 52,33 55,33

Menurut waningrum ( 2007), untuk menghitung nilai rata yaitu : Nilai rata = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎

Tabel 4.1.1.2 ( tabel frekuensi nilai rata-rata) Presentase

ketuntasan Inkuiri terbimbing VII2

presentase

ketuntasan konvensional VII1

nilai Skor nilai Skor

80 - 100 16 80 - 100 5

66 - 79 10 66 - 79 6

50 -65 3 50 -65 5

40 - 55 3 40 - 55 2

0 - 39 0 0 – 39 2

( purwanto dan atwi supratman, 1999 )

(34)

Dari Tabel 4.1.1, dan 4.1.1.2 di atas terlihat bahwa hasil tes awal pada kedua kelas sebelum melakukan pendekatan pada kelas inkuiri terbimbing hasil yang diperoleh pada kedua kelas tersebut memiliki hasil yang tidak berbeda jauh (lampiran 5), terlihat jelas hanya ada beberapa siswa yang memperoleh hasil ketuntasan.

1) Uji persyaratan analisis

Sebelum melakukan pengujian untuk menjawab hipotesis dengan teknik satistik inferensial yaitu uji t, maka perlu dilakukan uji normalitas data untuk normal tidaknya distribusi data dan uji homogenitas mngetahui varians data untuk meengetahui seragam tidaknya varians sampel-sampel yang diambil dari populasi yang sama.

a. Uji Normalitas

Untuk mengetahui normal tidaknya distribusi data dari populasi, maka dilakukan perhitungan chi-kuadrat untuk kelas pendekatan inkuiri terbimbing dan kelas pendekatan konvensional ( lampiran 6 ) dan diperoleh hasil seperti pada Tabel 4.1.2.1

Tabel 4.1.2.1 hasil Chi-kuadrat kelas inkuiri terbimbing dan kelas konvensional

Kelas X2

hitung X2Tabel

Inkuiri terbimbing 6,5044 11,3

Konvensional 9,8771 11,3

(35)

Dari Tabel 4.1.2.1 di atas terlihat bahwaX2hitung dari kelas pendekatan

inkuiri terbimbing dan kelas pendekatan konvensional lebih kecil dari pada X2Tabel. Ini berarti H0 diterima sehingga dapat dikatakan bahwa data yg

diambil berasal dari sampel distribusi normal. b . Uji homogenitas

Selanjutnya untuk mengetahui bahwa kemampuan siswa dalam populasi itu memang benar-benar homogen, maka dilakukan perhitungan kesamaan dua varians (lampiran 7) dengan hasil seperti pada Tabel 4.1.2.2

Tabel 4.1.2.2 Harga varians dan harga F untuk kelas pendekatan inkuiri terbimbing dan kelas konveensional

Kelas Varians uji

Fhitung

Uji FTabel

Inkuiri terbimbing 19959,26 1,30 2,41

Konvensional 15295,49 1,30 2,41

Dari Tabel di atas terlihat bahwa harga Fhitung lebih kecil dari FTabel jadi H0

diterima dan ini berarti bahwa populasi mempunyai varians yang homogen. c. Pengujian hipotesis (uji – t)

Dari skor tes hasil belajar serta penghitungan-penghitungan mean, simpangan baku, varians, dan uji-t untuk kelas pendekatan inkuiri terbimbing dan kelas pendekatan konvensional (lampiran 8) di peroleh hasil seperti Tabel 4.1.2.3

(36)

Tabel 4.1.2.3 Mean, simpangan baku, nilai t dari kelas pendekatan inkuiri terbimbing dan kelas pendekatan konvensional

Kelas Mean S S2 thitung tTabel

Inkuiri terbimbing 6,5 1,7 2,9 3,83 2,660

Konvensional 5,5 1,6 2,9 3,83 2,660

Dari Tabel 4.1.2.3 di atas terlihat bahwa mean dari skor tes hasil belajar siswa pada kelas inkuiri terbimbing lebih besar dari kelas konvensional. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan hasil belajar siswa pada kelas inkuiri terbimbing lebih baik dari pada kelas konvensional , dan untuk memprjelas perbedaan hasil belajar dari siswa pada kedua kelas tersebut,perlu dilakukan uji-t (lampiran 8) diperoleh thitung = 3,83 dan tTabel = 2,660. Oleh karena thitung lebih besar dari tTabel,maka

H0di tolak yang memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antara

pendekatan inkuiri terbimbing dan pendekatan konvensional pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 masohi dalam mempelajari materi ekosistem.

(37)

4.2. Pembahasan

4.2.1. Perbedaan Hasil Belajar Biologi dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing dan Pendekatan Konvensional Materi ekosistem siswa kelas VII SMP Negeri 3 Masohi.

Dari hasil perhitungan menunjukan bahwa hasil belajar siswa kelas VII2 SMP

Negeri 3 Masohi dengan mengunakan pendekatan Inkuiri terbimbing lebih baik dari pada hasil belajar siswa kelas VII1 dengan menggunakan pendekatan Konvensional.

Perbedaan tersebut ditunjukan oleh hasil penelitian bahwa mean skor tes hasil belajar siswa pada kelas pendekatan terbimbing (69,66 ) lebih tinggi dari mean skor tes hasil belajar siswa pada kelas pendekatan Konvensional (55,33 ) yang dilakukan lewat perhitungan hasil uji t pada lampiran 8. Hal ini menunjukan terdapat perbedaan antara kedua pendekatan tersebut .

Hasil analisis dapat diketahui, bahwa nilai rata-rata daya serap hasil belajar berdasarkan nilai rata-rata hasil tes akhir pada kelas inkuiri terbimbing lebih tinggi dibandingkan kelas konvensional. Hal ini disebabkan karena motivasi yang akan menimbulkan suatu dorongan atau keinginan yang kuat untuk lebih aktif dan giat belajar sehingga akan meningkatkan hasil belajar siswa. Sesuai dengan pendapat Dalyono dalam Djamarah (2002), Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah. Pengetahuan itu akan bermakna manakala dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa, hal ini terwujud dalam model pembelajaran inkuiri (Piaget dalam Sanjaya, 2006). Model pembelajaran inkuiri bertujuan agar siswa terangsang oleh tugas, dan aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan masalah itu. Mencari sumber sendiri, dan mereka belajar bersama dalam kelompok. Siswa lebih mampu

(38)

mengemukakan pendapatnya dan merumuskan kesimpulan nantinya serta dapat menumbuhkan sikap objektif, jujur, hasrat ingin tahu dan juga terbuka (Roestiyah, 2001). Terlihat jelas pada hasil pengamatan sikap afektif dan pisikomotor yaitu, pada kelas inkuiri terbimbing mendapatkan hasil lebih besar dari pada kelas konvensional ( pada lampiran 3 )

Karena pada kelas pendekatan Inkuiri terbimbing siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran, sehingga dalam menyelesaikan masalah siswa terlihat cermat dalam memberikan tanggapan atau pertanyaan menyangkut materi yang di ajarkan. Hal yang sama terjadi pada pendekatan konvensional, namun dalam proses pembelajaran, siswa terlihat kurang cermat dalam memberikan tanggapan atau pertanyaan menyangkut materi yang di ajarkan.

Berdasarkan hasil analisis data yang telah diuraikan maka secara eksperimen semu hasil penelitian ini menunjukan bahwa hasil belajar siswa materi ekosistem dengan menggunakan pendektan inkuiri terbimbing secra umum di katagorikan baik. Untuk memperkuat hasil analisis eksperimen semu tersebut, maka dilakukan analisis dengan menggunakan uji-t, setelah dilakukan uji-t terdapat perbedaan hasil belajar siswa anatar pendekatan inkuiri terbimbing lebih baik dibandingkan pendekatan konvensional.

Hal ini disebabkan karena motivasi yang akan menimbulkan suatu dorongan atau keinginan yang kuat untuk lebih aktif dan giat belajar sehingga akan meningkatkan hasil belajar siswa. Sesuai dengan pendapat Dalyono dalam Djamarah (2002), Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah.

(39)

Pengetahuan itu akan bermakna manakala dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa, hal ini terwujud dalam model pembelajaran inkuiri (Piaget dalam Sanjaya, 2006). Model pembelajaran inkuiri bertujuan agar siswa terangsang oleh tugas, dan aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan masalah itu. Mencari sumber sendiri, dan mereka belajar bersama dalam kelompok. Siswa lebih mampu mengemukakan pendapatnya dan merumuskan kesimpulan nantinya serta dapat menumbuhkan sikap objektif, jujur, hasrat ingin tahu dan juga terbuka (Roestiyah, 2001).

Adapun kelemahan Model Inkuiri menurut Sanjaya dalam Ahmad (2011), yaitu : (1) Jika model inkuiri digunakan sebagai model pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa. (2) Model ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar. (3) Dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan. (4) Selama kriteria keberhasilan ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka model inkuiri akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru. Adapun kelebihan dari Model Inkuiri menurut Sanjaya dalam Ahmad (2011), adalah sebagai berikut :

(1) Model inkuiri merupakan model pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang sehingga pembelajaran akan lebih bermakna.

(2) Model inkuiri memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.

(40)

(3) Model inkuiri merupakan model yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya perubahan.

(4) Keuntungan lain adalah model pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar yang bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.

Berdasarkan uraian di atas maka terlihat jelas perbedaan nilai hasil belajar antara kelas yang menerapkan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan kelas yang tidak menerapkan pembelajaran inkuiri terbimbing. Perbedaan hasil belajar biologi siswa tersebut dapat dilihat dari daya serap, ketuntasan individual siswa dan ketuntasan klasikal.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mistiani (2009) terhadap siswa kelas VII SMP Negeri 3 Masohi Tahun Ajaran 2012/ 2013. Penerapan pembelajaran inkuiri meningkatkan daya serap siswa pada siklus I dari kategori cukup menjadi kategori baik, dan pada siklus II dari kategori baik menjadi kategori amat baik. Ketuntasan belajar siswa meningkat dari tidak tuntas menjadi tuntas.

(41)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan analisa data, maka dapat diperoleh dari hasil penitian pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Masohi pada materi ekosistem dengan pendekatan inkuiri terbimbing dan pendekatan konvensional maka di simpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar biologi siswa yang yang diajarkan dengan pendekatan inkuiri terbimbing dan penekatan konvensional pada materi ekosistem. Perbedaan hasil belajar ini dapat dilihat dari hasil uju-t dimana thitung = 3,83 lebih

besar dari tTabel = 2.660 dan pada perbedaan nilai rata-rata kedua kelas dimana nilai

rata-rata untuk kelas yang diaajarkan dengan pendekatan inkuiri terbimbing = 61,83 dan nilai rata-rata untuk kelas yang diajarkan dengan pendekatan konvensional = 52,5. Sehingga dapat dikatakan bahwa pendekatan inkuiri terbimbing lebih menonjol dari pada pendekatan konvensional

5.2. Saran

Berdasarkan hasil peneliti dan analisa data yang telah dilaksanakan oleh peneliti dengan menerapkan model pembelajaran Inkuiri terbimbing dalam proses kegiatan belajar mengajar, maka peneliti menyampaikan saran-saransebagai berikut :

1. Dalam memberikan bimbingan, untuk siswa yang berkemampuan kurangagarmendapat perhatian yang lebih.

2. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat mengkombinasikan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode lain atau menggunakan media pembelajaran agar dapat membantu siswa dalam meningkatkan hasil

(42)

belajarnya, dan diharapkan memperhatikan secara cermat alokasi waktu agar penerapan model Pembelajaran inkuiri terbimbing dalam setiap pertemuan waktunya terselesaikan sesuai dengan yang diinginkan.

3. Diharapkan pengajar atau guru mencoba memperkenalkan kepada siswa tentang pendekatan-pendekatan model pembelajaran seperti inkuiri terbimbing, dengan demikian perkembangan pola berfikir siswa menjadi baik dan dapat mengalokasikan waktu yang memadai dalam menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing.

(43)

Lampiran 3

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

Nama Sekolah : SMP NEGERI 3 MASOHI Mata Pelajaran : IPA (Biologi)

Kelas/Semester : VII/ 1 Alokasi Waktu : 2 x 40 menit

Standart Kompetensi : 1. Mamahami saling ketergantungan dalam ekosistem Kompetensi Dasar : 1.1 Mengidentifikasi pentingnya keanekaragaman makhluk

hidup dalam pelestarian ekosistem I. Indikator

1. Mendefinisikan makhluk hidup yang tergolong langka

2. Menyebutkan contoh makluk hidup yang tergolong makluk hidup langka disuatu lokasi

3. Mengemukakan pentingnya membudidayakan tumbuhan dan hewan langka 4. Membuat tulisan untuk mengenalkan jenis, bentuk, dan manfaat tumbuhan,

hewan langka yang dilindungi. II. Materi Pembelajaran

Materi Pokok : Pelestarian keanekaragaman hayati Sub Materi :

- Perlindungan keanekaragaman hayati - Pemeliharaan hewan dan tumbuhan III. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual

Metode Pembelajaran Inkuiri

Model Pembelajaran Inkuiri terbimbing

Sintaks Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai :

(44)

1. Siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru

2. Siswa diminta untuk berpasangan dengan teman sebelahnya (dalam

kelompok terdiri atas dua orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing

3. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya

4. Berawal dari kegiatan tersebut, guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalah dan menambah materi yang belum diungkapkan oleh Siswa 5. Guru memimpin kesimpulan

6. Penutup

Modifikasi Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing 1. Guru menulis topic pembelajaran.

2. Guru menulis tujuan pembelajaran

3. Guru meminta siswa untuk membaca materi tentang mikroskop 4. Guru meminta siswa untuk berpasangan dengan teman sebangkunya 5. Guru membagikan LKS 1 untuk siswa yang sebangku (bangku ke-1) dan

LKS 2 untuk Siswa bangku ke 2.

6. Guru meminta siswa mengerjakan LKS secara individu (tahap think) 7. Siswa menyampaikan/mengutarakan hasil atau jawaban LKS kepada teman

sebelahnya (tahap pair)

8. Siswa membentuk kelompok kecil yang terdiri atas 4 orang untuk mendiskusikan kembali hasil/jawaban LKS1 dan LKS 2 (tahap share) 9. Guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya 10. Guru dan siswa membuat kesimpulan

IV. Langkah-langkah Pembelajaran Adapun langkah-langkah pembelajarannya :

1. Membina suasana yang responsif diantara siswa.

2. Mengemukakan permasalahan untuk di inkuiri (ditemukan) melalui cerita, film, gambar, dan sebagianya. Kemudian mengajukan pertanyaan ke arah mencari, merumuskan dan memperjelas permasalahan dari cerita dan gambar.

(45)

3. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa, pertanyaan yang diajukan bersifat mencari atau mengajukan informasi atas data tentang masalah tersebut. 4. Merumuskan hipotesis/ perkiraan yang merupakan jawaban dari peryataan

tersebut. Perkiraan jawaban ini akan terlihat tidaknya setelah pengumpulan data dan pembuktian atas data. Siswa mencoba merumuskan hipotesis permasalahan tersebut. Guru membantu dengan pertanyaan-pertanyaan pancingan.

5. Menguji hipotesis, guru mengajukan petanyaan yang bersifat meminta data untuk pembuktian hipotesis.

6. Pengambilan kesimpulan perumusan kesimpulan ini dilakukan guru dan siswa Tujuan pembelajaran :

Melalui pembelajaran ini siswa dapat:

1. Mendefinisikan makhluk hidup yang tergolong langka

2. Menyebutkan contoh makluk hidup yang tergolong makluk hidup langka disuatu lokasi

3. Mengemukakan pentingnya membudidayakan tumbuhan dan hewan langka 4. Membuat tulisan untuk mengenalkan jenis, bentuk, dan manfaat tumbuhan,

hewan langka yang dilindungi.

No. Kegiatan

Guru Siswa

1 Kegiatan Awal

 Memotivasi peserta didik dengan mengajukan pertanyaan ”Di manakah kalian dapat

melihat/mengamati hewan secara langsung?

 Melanjutkan pertanyaan “Apakah itu memang tempat hidup mereka sebenarnya?

 Menuliskan topik yang akan

 Menjawab pertanyaan guru (harapan guru, siswa menjawab ” di kebun binatang atau di taman safari”

 Menjawab pertanyaan guru (harapan guru, pesrta didik

menjawab ”Bukan, itu merupakan tempat pemeliharaan saja, dan dijadikan sarana wisata ’

(46)

dipelajari yaitu “pelestarian keanekaragaman hayati”

 Menyebutkan tujuan pembelajaran yang harus dicapai dalam belajar

 Menulis topik yang akan dipelajari

 Menulis tujuan pembelajaran

2 Kegiatan Inti

 Meminta Siswa untuk membaca materi tentang perlindungan keanekaragaman hayati serta pemeliharaan hewan dan tumbuhan

 Meminta Siswa untuk duduk berpasangan dengan teman sebangkunya

 Membagikan LKS 1 untuk Siswa bangku ke 1 dan LKS 2 Untuk Siswa di bangku ke 2 dan meminta Siswa untuk mengerjakan/berpikir secara individu atau mandiri  Meminta Siswa untuk memikirkan

kembali jawaban LKS masing-masing dengan teman

sebangkunya

 Meminta Siswa membentuk kelompok kecil yang terdiri atas 4 orang untuk mendiskusikan dan memikirkan kembali

hasil/jawaban LKS 1 dan LKS 2  Menjadi fasilitator dan moderator

diskusi kelas

 Memberikan penguatan pada hasil  Membaca materi

 Duduk berpasangan dengan teman sebangkunya

 Mengerjakan LKS secara mandiri (tahap think)

 Mendiskusikan hasil jawaban LKS dengan teman sebangku (tahap pair)

 Mendiskusikan jawaban LKS dalam kelompok kecil yang terdiri atas 4 orang (tahap share)

 Mempresentasikan hasil kerja kelompok dalam diskusi kelas

(47)

diskusi ( penguatan berupa konsep-konsep penting, contoh dapat dilihat pada materi essensial)

 Mencatat penguatan yang diberikan oleh guru

3 Kegiatan Akhir/Tindak Lanjut  Menugaskan Siswa untuk

mempelajari materi kepadatan populasi

 Mengerjakan perintah guru

V. Media Pembelajaran

Alat/bahan : Alat tulis, OHP, Alam Sekitar

Sumber Belajar : Syamsuri, Istamar, dkk.2007. IPA Biologi SMP Kelas Jakarta: Erlangga.

VI. Penilaian

 LKS1 dan LKS 2  Penilaian Proses Belajar

Kepala Sekolah, Guru Mata Pelajaran

ALWI ASAGAF S.pd. i TASMAR S.pd

(48)

Lampiran 3

PEMRKAHAN SOAL-SOAL DAN JAWABAN TES AWAL DAN TES AKHIR 100 1. Lingkungan beserta makhluk hidup yang

mengadakan interaksi disebut... a. Populasi

b. Perubahan pupulasi c. Ekosistem

d. lingkungan

2. Ekosistem yang terjadi dari benda hidup adalah...

a. Foktor biotik b. Faktor abiotik c. Faktor energi d. Sumber energi

3. Sekumpulan individu dalam suatu areal tertentu disebut..

a. Populasi b. Ekosistem

c. Perubahan populasi d. Kerapatan atau kepadatan

4. Populasi dapat bertamba karena ada yang lahir atau datang dari tempat lain disebut..

a. Imigrasi b. Emigrasi c. Populasi d. komoditas

5. Semua ekosistem dipermukaan bumi berinteraksi membentuk ekosistem yang besar adalah..

a. Ekosper b. Biosfer c. Atmosfer d. Lingkungan

6. Konsumen tingkat II adalah organisme yang memakan konsumen tingkat I. Hewan pemakan daging umunya adalah...

a. Karnifora b. Herbivora

c. Konsumen tingkat I d. Konsumen tingkat II

7. Organisme yang secara langsung bergantung pada produsen (tumbuhan) adalah...

a. Konsumen tingkat II b. Konsumen tingkat I c. Konsumen tingkat III

C A A A A A B 54 2 2 2 2 2 2 2

(49)

d. Konsumen tingkat I dan II

8. Lapisan permukaan bumi dan atmosfer yang dihuni oleh seluruh makhluk hidup disebut... a. Konsumen tingkat I

b. Konsumen tingkat II c. Produsen

d. Konsumen

9. Mahluk hidup mampu menghasilkan bahan organik dari bahan anorganik adalah...

a. Ekosfer b. Biosfer c. Atmosfer d. Ekosistem

10. Populasi dapat berkurang karena ada yang mati atau ada yang pergi ketempat lain disebut.... a. Komonitas

b. Populasi c. Emigrasi d. Imigrasi

11. Hewan omnivora dapat memakan tumbuhan atau daging, contoh omnivora yang paling benar adalah...

12. Laba-laba, elang dan belalang 13. Ular, kucing, kelinci dan belalang 14. Kelinci, belalang, ular dan laba-laba 15. Burung, kera, dan manusia

12. Herbivora artinya pemakan tumbuhan di dalam tingkatan rantai makanan, herbivora tergolong dalam konsumen tingkat I contoh konsumen tingkat I yang paling benar adalah....

a. Kodok, laba-laba, elang, ular, dankucing b. Burung, kera, kelinci dan belalang c. Burung, kera, dan kelinci

d. Kera, kelinci, dan manusia

13. Organisme pemakan detritus disebut... a. Herbivora,

b. Detrivor c. Scavenger d. Omnivora

14. Hewan yang memakan tubuh hewan lainnya yang sudah mati disebut....

a. Detritifor b. Scavenger c. Omnifor d. Detritus

15. Dibawa ini contoh hewan pemakan bangkai

C B C D A B B 55 2 2 2 2 2 2 2

(50)

adalah... a. Burung nasar b. Burung elang c. Burung bangau d. Burung kakaktua

16. Ekosistem mengalami energi, sumber energi utama untuk ekosistem adalah...

a. Oksigen b. Populasi c. Energi d. Matahari

17. Di bawa ini urutan daur ekosistem yang paling benar adalah...

a. Dekompeser, konsumen, produsen, lingkungan

b. Produsen, konsumen, dokompeser, lingkungan

c. Produsen, lingkungan, konsumen, dekomposer

d. Lingkungan, produsen,

konsumen,dekomposer

18. Urutan tingkat organisme penyusun ekosistem dan biosfer yang paling benar adalah....

a. Komonitas, populasi, individu, ekosfer, biosfer

b. Ekosfer, biosfer, ekosistem, komonitas, populasi, indifidu

c. Individu, populasi, komonitas, ekosistem, ekosfer, biosfer

d. Biosfer, ekosfer, ekosistem, komonitas, populasi, individu.

19. Semua jenis hewan maupun tumbuhan hanya dapat hidup ditempat yang cocok untuk hewan atau tumbuhan, tempat hidup organisme disebur sebagai....

a. Komonitas b. Populasi c. Habitat d. Ekosistem

20. Ekosistem atas komponen makhluk hidup disebut.... a. Populasi b. Biotik c. Abiotik d. Ekosistem A D D C C B 2 2 2 2 2 2 40

(51)

Esai Test 02

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan tepat dan benar!

No. Soal Essay Jawaban Markah Bobot

1. Apa yang dimaksud dengan konsumen tingkat kedua jelaskan?

Konsumen tingkat kedua adalah organism yang memakan konsumen tingkat satu yaitu hewan pemakan daging.

2 4 2. Di dalam ekosistem komponen abiotik sangat mempengaruhi kehidupan komponen biotik, komponen abiotik ekosistem meliputi energi. Jelaskan komponen abiotik ekosistem yang meliputi : a. Energi cahaya matahari b. Air c. Tanah

a. Cahaya matahari adalah sumber energi yang diperlukan oleh tumbuhan untuk berfotosintesis, hasil fotosintesis berguna sebagai makanan hewan dan

tumbuhan. Karena

tumbuhan dan hewan tidak bisa hidup tanpa cahaya. b. Air sangat dibutuhkan oleh

makhluk hidup air berfungsi sebagai pelarut dan bahan baku proses dalam tubuh dan untuk tubuh organisme terdiri dari 90% air/.

c. Tanah sangat penting untuk kehidupan, tanah terbentuk dari hasil pelapukan batuan dan tanah juga mengandung air, udara dan garam mineral.

4

4

6

(52)

3. Apa yang dimaksud dengan karnifora jelaskan dan berikan 5 contohnya.

Karnifora adalah hewan pemakan daging. Contoh karnifora adalah kodok, laba-laba, elang, ular dan kucing.

6 6 4. Sebutkan dan jelaskan 6 tingkat organisme penyusun ekosistem dan biosfer! 1. Individu

Individu adalah suatu populasi persatuan luas yang menunjukkan besarnya populasi.

2. Populasi

Populasi adalah sekumpulan individu dalam suatu areal tertentu.

3. Komunitas

Komunitas adalah populasi atau suatu makhluk hidup yang lain juga terjadi interaksi misalnya antara populasi ikan dan ganggang antara populasi ikan dan populasi teratai.

4. Ekosistem

Ekosistem adalah tempat tinggal anggota komunitas tersebut terdapat benda tak hidup, misalnya tanah, udara, air, dan cahaya matahari.

5. Ekosfer

Ekosfer adalah semua ekosistem dipermukaan 2 2 6 6 5 21

(53)

bumi berinteraksi membentuk ekosistem yang besar, misalnya cuaca dan keadaan tanah.

6. Biosfer

Biosfer adalah lapisan permukaan bumi dan atmosfer yang dihuni oleh seluruh makhluk hidup, misalya flora dan fauna.

4

Jumlah 60

Nilai Akhir = Jumlah Skor Perolehan

Jumlah Skor Total x 100 (Wurianingrum, 2007).

= 60

60 x 100

(54)

Lampiran 3

LEMBARAN PENGAMATAN AFEKTIF DAN PISIKOMOTORIK Adapun profil (gambaran) hasil belajar yang akan ditunjukan pada hasil ini mencakup aspek pisikomotor (keterampilan) dan Aspek Afektif (sikap), yaitu : 1. Aspek Afektif,

Pada aspek ini penulis tampilkan hasil kerja siswa melalui keterampilan siswa yang disesuaikan dengan 5 butir soal tentang materi ekosistem.

Bila jawaban siswa benar diberi skor 1 dan salah diberi skor 0 sebagaimana termuat pada Tabel 1.1.1a dan Tabel 1.1.1b.

Tabel 1.1.1a

Afektif kelas inkuiri terbimbing (VII2)

NO Presentasi ketuntasan kelas inkiuri terbimbing Nomor soal/skor Jumlah Skor Nilai Predikat Ket 1 2 3 1. 80 – 100 4 3 4 16 91 A 2. 66 – 79 4 3 3 10 83 B 3. 50 – 65 4 3 2 3 75 B 4. 40 – 55 4 4 3 3 91 A 5. 0 – 39 3 3 2 0 70 C Tabel 1.1.2a

Afektiif kelas konvensional (VII1)

NO Presentasi ketuntasan kelas konvensional Nomor soal/skor Jumlah Skor Nilai Predikat Ket 1 2 3 1. 80 - 100 4 2 4 5 83 B 2. 66 - 79 3 2 3 6 75 D 3. 50 - 65 2 2 2 5 50 B 4. 40 - 55 2 1 2 2 30 D 30 0 – 39 3 2 2 2 58 C 60

Gambar

Tabel 3.7.1.1 ( presentasi ketuntasan)  Presentasi ketuntasas  Nilai  Skor  80 – 100  Amat baik  66 – 79  Baik  50 -65  Cukup  40 – 55  Kurang baik
Tabel 4.1.1.2 ( tabel frekuensi nilai rata-rata)  Presentase
Tabel  4.1.2.1 hasil Chi-kuadrat kelas inkuiri terbimbing dan kelas konvensional
Tabel 4.1.2.2   Harga varians dan harga F untuk kelas pendekatan inkuiri terbimbing  dan kelas konveensional
+4

Referensi

Dokumen terkait

Selain hasil pengukuran konsentrasi partikel debu di plot contoh SR pada jarak 1000 m, hasil pengukuran plot-plot contoh lainnya yang menggunakan metode dan

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah, diperoleh pasangan primer forward (mabA-inhA-promoter-FS) dengan urutan sekuen 5’-ACATACCTGCTGCGCAAT-3’ (18

Dalam penelitian ini, penulis akan meneliti tentang video pada akun instagram @hijabalila, yang mana fokus dari penelitian ini adalah pesan dakwah akhlak..

untuk menghasilkan nilai fitness yang tinggi, terbukti dalam penelitian ini, nilai fitness yang tertinggi berada pada jumlah populasi pada titik 800, namun seperti

a. Mengetahui perbedaan sifat-sifat senyawa aldehid dan keton. b. Mengetahui jenis-jenis pereaksi yang membedakan senyawa aldehid dan

Oleh karena itu kepala sekolah harus: (a) memiliki wawasan jauh ke depan (visi) dan tahu tindakan apa yang harus dilakukan (misi) serta paham benar tentang cara yang ditempuh-

Berdasarkan Undang – Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, adapun fungsi dan tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan kemampuan

DAFTAR NAMA PENERIMA TUNJANGAN PROFESI BAGI GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL.. KABUPATEN/KOTA :