B. Model Hubungan antara agama dengan Negara
Antara agama dengan Negara mempunyai karakteristiknya yang terletak didalam hal bahwa Negara berpusat pada pelaksanaan kekuasaan (yang dengan istilah teknis disebut kekuasaan Negara) sedemikian sehingga seluruh peserta kehidupan bersama rakyat tunduk terhadap kekuasaan Negara supaya penyelenggaraan Negara berjalan. Dan sebagai yang
demikian itu Negara dapat didefinisikan sebagai kehidupan bersama politis.
Pendapat ahli mengenai persoalan hubungan Negara dengan agama :
a. Heuken S.J.,dkk, (1988:47-49)
1. Negara memperalat agama demi kepentingan politik 2. Agama menguasai masyarakat politik (Negara)
3. Agama dan Negara dipisahkan
4. Pola pembedaan dan kerjasama diantara Negara dan agama-agama, baik urusan agama maupun Negara tidak dicampuradukkan.
b. Ubaidillah, A., dkk (2000)
1. Hubungan agama dan Negara menurut paham teokrasi,
dalam paham teokrasi hubungan agama dan Negara digambarkan sebagai dua hal yang tidak dapata dipisahkan. Negara menyatu dengan agama, karena pemerintahan menurut paham ini dijalankan berdasarkan firman-firman Tuhan, segala tata kehidupan dalam masyarakat, bangsa, dan Negara dilakukan atas titah Tuhan. Dengan demikian, urusan kenegaraan atau politik, dalam teokrasi juga diyakini sebagai manifestasi firman Tuhan.
2. Hubungan agama dan Negara menurut paham sekuler
Paham sekuler memisahkan dan membedakan antara agama dan Negara. Dalam Negara sekuler, tidak ada hubungan antara system kenegaraan dengan agama. Dalam paham ini Negara adalah urusan hubungan manusia dengan manusia lain, atau urusan dunia.
Sedangkan agama adalah hubungan manusia dengan Tuhan. Dua hall ini, menurut paham sekuler, tidak dapat dipersatukan.
Paham komunisme memandang hakikat Hubungan agama dan Negara berdasarkan filosofi materialism dialektis dan materialism historis. Paham ini menimbulkan paham atheis, yang berarti tidak berTuhan. 4. Hubungan agama dan Negara menurut Islam
Husein Muhammad (2000:88-94), ada dua model hubungan agama dan Negara :
i. Hubungan integralistik, agama dan Negara merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya merupakan lembaga yang menyatu (integral).
ii. Hubungan simbiosis-mutualistik, terdapat hubungan yang saling membutuhkan.
c. Ma’mun Murod Al-Brebesy (1999:47), 4 tipologi hubungan agama dengan Negara :
1. Tipe Negara sekularistik atau separasi mutlak,
tipe Negara yang menghendaki pemisahan mutlak agama dan Negara. Disini Negara tidak mengurusi agama dan agamapun tidak mengurusi Negara. Bisa juga diartikan sebagai Negara yang
menganggap adanya agama-agama dalam masyarakat. Agama dipandang tidak berbeda dari perkumpulan dan organisasi swasta lainnya yang dibentuk oleh warga masyarakat. Agama tidak ditindas, tidak didukung, dan tidak diikut sertakan dalam
kebijaksanaan-kebijaksanaan Negara. Negara diselenggarakkan seolah-olah tidak ada agama-agama dalam masyarakat.
2. Tipe Negara totaliter atau subordinasi agama oleh Negara,
agama negara
negara
posisi agama berada dibawah bayang-bayang Negara. Disini Negara hampir-hampir menjadi mahkluk raksasa yang memiliki kewenangan, kekuatan, dan klaim yang hampir tak terbatas.
3. Tipe Negara agama atau subordinasi Negara oleh agama,
Negara mendasarkan pada salah satu agama tertentu, atau Negara yang menurut Magnis-Suseno diatur dan diselenggarakan menurut hukum agama tertentu. Akan tetapi karena agama mempunyai
pandangan yang berbeda tentang bagaimana Negara harus dijalankan, maka Negara agama dengan sendirinya selalu merupakan Negara yang dikuasai oleh salah satu agama tertentu. Negara tidak mungkin dikuasai oleh agama pada umumnya, melainkan hanya oleh satu
agama tertentu saja. Dan ini dapat pula diartikan bahwa agama-agama lain dikucilkan dari pengaruh atas penyelenggaraan Negara.
4. Tipe Negara sekular,
mementingkan agama atau negara dimana terjadi relasi timbal balik antara agama dengan Negara. Dalam Negara model ini, keberadaan agama tidak saja dipentingkan, dipelihara, tapi juga dikembangkan. Hal ini mengingat Negara melihat berkembangnya agama pada tataran tertentu akan semakin memperkuat kedudukan Negara. Karenanya Negara berkepentingan pada agama. Dalam konteks keindonesiaan. “Negara Pancasila” merupakan bentuk lain dari Negara sekuler yang mementingkan agama.
agama
negara