PENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERINTERAKSI SOSIAL SESAMA TEMAN PADA SISWA SMP PGRI 1 GADINGREJO
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh
DWI TRISNANINGSIH
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan
Pada
Program Studi Bimbingan Konseling
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Dwi Trisnaningsih
NPM : 0513052021
Tempat, tanggal lahir : Karangrejo, 21 Maret 1986
Alamat : Desa Karangrejo, Kecamatan Negerikaton, Kabupaten Pesawaran
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi dengan judul “ PENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERINTERAKSI SOSIAL SESAMA TEMAN PADA SISWA SMP PGRI 1 GADINGREJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012” adalah benar hasil karya penulis berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada bulan April Tahun 2012. Skripsi ini bukan hasil menjiplak atau hasil karya orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
Bandar Lampung, 2012
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan banyak rahmat, nikmat dan hidayah-Nya kepada penulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Penggunaan Layanan Bimbingan Kelompok Dalam Meningkatkan Kemampuan Berinteraksi Sosial Sesama Teman Pada Siswa SMP PGRI 1 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2011/2012”. Adapun maksud penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan, FKIP Universitas Lampung.
Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.
2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Lampung.
3. Bapak Drs. Yusmansyah, M.Si. selaku Ketua Program Studi Bimbingan Konseling sekaligus selaku dosen penguji pada penulisan skripsi ini. Terima kasih atas masukan dan saran-saran yang telah diberikan kepada penulis.
4. Bapak Drs. Muswardi Rosra, M.Pd selaku pembimbing Akademik yang telah memberikan masukan dan saran-saran demi terselesaikannya skripsi ini.
6. Ibu Shinta Mayasari. S.Psi, M.Psi. Psi selaku pembimbing kedua yang telah memberikan waktu, ide, petunjuk, bimbingan selama penyusunan skripsi serta memberikan ilmunya selama penelitian
7. Bapak dan Ibu Dosen Bimbingan dan Konseling, terimakasih atas didikannya Semoga apa yang bapak dan ibu berikan dapat bermanfaat bagi kehidupan penulis di masa depan.
8. Bapak dan Ibu staf dan karyawan FKIP Unila, terimakasih atas bantuannya selama ini dalam menyelesaikan segala keperluan administrasi.
9. Bapak Bambang Hermanto, S.Pd selaku kepala sekolah SMP PGRI 1 Gadingrejo yang telah berkenan memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
10. Bapak dan Ibu guru, Staf TU SMP PGRI 1 Gadingrejo, terimakasih atas kesediaan nya membantu penulis dalam mengadakan penelitian.
11. Siswa SMP PGRI 1 Gadingrejo, Aditya, Joko, Septi, Yunita, Fenny dan Kiki, terimakasih atas kesediaan kalian meluangkan waktu untuk berpartisipasi dalam penelitian penulis. 12. Kedua Orang Tuaku tercinta yang tak henti-hentinya, memberikan do’a, dukungan,
semangat serta menantikan keberhasilanku.
13. Mbak Eka Anita dan Adik-adikku tersayang Adi, Arul, terima kasih atas doa dan motivasi yang selalu diberikan dalam menyelesaikan skripsi ini.
14. Kak Taryo, Kak Dayat, Kak Wandi, Mbak Eno, Mbak Murni, Mbak Sutri, Mamak De, Mbah dan seluruh keluarga besar yang selalu menasehati dan memberi semangat penulis. 15. Arif dan Annisa, ponakan ku tersayang yang selalu memberikan keceriaan pada penulis. 16. Sahabat-sahabatku Eli, Nur Kholif, Lina, terima kasih atas bantuan, dukungan, do’a dan
17. Teman-teman Bimbingan dan Konseling angkatan 2005: Satri, Dian, Wisni, Arlia, Wita, Bayi, Cimut, Ipeh, Lili, dan lain-lain yang telah memberikan kenangan manis. Terimakasih atas kebersamaan dan kekompakan kita selama ini. Semoga kita tetep kompak selalu.
18.Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu proses penulisan skripsi ini, terima kasih atas semuanya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Tidak sedikit kekurangan dan kelemahan yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi sempurnanya skripsi ini.
Bandarlampung, 2012 Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulislahirpadatanggal 21 Maret 1986 di DesaKarangrejoKecamatanNegerikaton, KabupatenPesawaransebagaianakkeduadariempatbersaudara,
daripasanganBapakSaifuldanIbuSukiyah.
MOTTO
Seseorang dengan tujuan yang jelas akan membuat kemajuan walaupun
melewati jalan yang sulit. Seseorang yang tanpa tujuan, tidak akan
membuat kemajuan walaupun ia berada di jalan yang mulus.
( Thomas Carlyle)
Keberhasilan akan datang pada orang yang rajin, sabar dan bekerja
keras, bukan pada kemalasan.
JudulSkripsi : PENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN
KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERINTERAKSI SOSIAL SESAMA TEMAN PADA SISWA SMP PGRI I GADINGREJO TAHUN PELAJARAN
2011/2012
NamaMahasiswa : DwiTrisnaningsih
NomorPokokMahasiswa : 0513052021
Program Studi : BimbinganKonseling
Fakultas : KeguruandanIlmuPendidikan
MENYETUJUI
1. KomisiPembimbing
PembimbingUtama, PembimbingPembantu,
Drs. Giyono, M.Pd. ShintaMayasari, S.Psi, M.Psi.,Psi. NIP 19511115 198303 1 002 NIP 19800501 200812 2 002
2. KetuaJurusanIlmuPendidikan
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Drs. Giyono, M.Pd. ………
Sekretaris : ShintaMayasari, S.Psi, M.Psi.,Psi. ………
Penguji
BukanPembimbing : Drs. Yusmansyah, M.Si ………
2. DekanFakultasKeguruandanIlmuPendidikan
Dr. Hi.BujangRahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003
DAFTAR TABEL
Tabel halaman Tabel 1.Tabel Data Siswa Yang Memiliki Kemampuan
Berinteraksi Sosial Sesama Teman Yang Rendah ... 44 Tabel 2.Skor Nilai Alternatif Jawaban... 49
Tabel 3.Kisi-Kisi Skala Interaksi Sosial Siswa... 50 Tabel 4. Data Hasil Pretest Sebelum Pemberian Layanan
Bimbingan kelompok ... 59 Tabel 5. Data Hasil Sebelum dan Setelah Layanan
DAFTAR ISI
2. Identifikasi Masalah ... 4
3. Pembatasan Masalah ... 5
4. Rumusan Masalah ... 5
B. TujuandanManfaatPenelitian ... 6
1. TujuanPenelitian ... 6
2. ManfaatPenelitian ... 6
C. KerangkaPikir ... 6
D. Hipotesis ... 11
II. TINJAUAN PUSTAKA A. InteraksiSosial ... 12
1. PengertianInteraksiSosial ... 12
2. TujuandanFungsiLayananBimbinganKelompok ... 30
3. Materi Umum Layanan Bimbingan Kelompok ... 31
5. Tahap Penyelenggaraan Bimbingan Kelompok... 35
C Kaitan antara Layanan Bimbingan Kelompok dengan Interaksi Sosial... 40
E. Teknik Pengumpulan Data ...48
F. Uji Instrumen ... 51
4. Data SkorSubjekSebelum (Pretest) dan Sesudah (Posttest) MengikutiLayananBimbinganKelompok ... 65
DAFTAR PUSTAKA
Abu A.1999.Psikologi Sosial.Jakarta : Rineka Cipta
Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis (Revisi VI). Jakarta: Rineka Cipta
Azwar, S. 2009. Sikap Manusia Teori dan Penggukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
_______. 2010. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Basrowi dan Kasinu, A. 2006. Metodelogi Penelitian Sosial. Kediri: Jenggala Pustaka Utama
Gunawan, Y. 2001. Pengantar Bimbingan dan Konseling Buku Panduan Mahasiswa. Jakarta: PT. Prenhallindo.
Hadi, S. 1984. Bimbingan Menulis Skripsi, Thesis. Psikologi Gama: Yogyakarta
Kamanto, S. 2000.Pengantar Sosiologi. Jakarta: Fakultas Ekonomi UI
Prayitno, 1997. Buku III Pelayanan Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah
Umum. Padang: PT. Bina Sumber Daya MIPA
_______, 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok. Jakarta: Rineka Cipta.
_______, & Amti, Erman. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta
Rahman, A. 2002. PR Sosiologi. Klaten. Intan Pariwara
Santoso, S. 2004. Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara
________. 2010. Teori-Teori Psikologi Sosial. Bandung : Refika Aditama
Soekanto, S. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada
Sukardi, DK. 2000. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta
Suryabrata, S. 2008. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Syani, A.1994.Sosiologi Skematika Teori dan Terapan. Jakarta :Bumi Aksara.
Tohirin. 2011. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
DAFTAR GAMBAR
Gambar halaman
Gambar 1.1Pola kerangka pikir penelitian... 10 Gambar3.1 PolaOne-Group Pretest-Posttest Designs ... 43 Gambar 3.2 Hubungan Antar Variabel... 46 Gambar 4.1 Grafik peningkatan Kemampuan Berinteraksi Sosial
Sesama Teman ... 66 Gambar 4.2 Grafik Perubahan Kemampuan Interaksi Sosial
Aditya Abdul Rahmat ... 72 Gambar 4.3 Grafik Perubahan Kemampuan Interaksi Sosial
Joko Yuli Yanto ... 74 Gambar 4.4 Grafik Perubahan Kemampuan Interaksi Sosial
Septi Ragita Sari ... 75 Gambar 4.5 Grafik Perubahan Kemampuan Interaksi Sosial
Yunita Sari ... 77 Gambar 4.6 Grafik Perubahan Kemampuan Berinteraksi Sosial
Fenny Astriani ... 79 Gambar 4.7 Grafik Perubahan Kemampuan Berinteraksi Sosial
PENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERINTERAKSI SOSIAL SESAMA TEMAN PADA SISWA SMP PGRI 1 GADINGREJO
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
(Skripsi)
Oleh
DWI TRISNANINGSIH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
1
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMP PGRI 1 Gadingrejo Tahun
Pelajaran 2011/2012 maka dapat diambil kesimpulan yaitu;
1. Kesimpulan Statistik
Hasil analisis dalam penelitian, diketahui bahwa hasil penelitian menunjukkan
kemampuan berinteraksi sosial sesama teman dapat ditingkatkan melalui layanan
bimbingan kelompok. Hal ini terbukti dari hasil pretest dan posttest yang
diperoleh yang dianalisisdengan menggunakan uji Wilcoxon diperoleh hasil Z
hitung = 2,201 dan Z tabel = 0,028. Karena Z hitung > Z tabel, maka Ho ditolak
dan Ha diterima, artinya terdapat perbedaan signifikan dengan taraf signifikansi
5% antara skor interaksi sosial sesama teman sebelum diberikan layanan
bimbingan kelompok dan setelah diberikan layanan bimbingan kelompok.
2. Kesimpulan Penelitian
Jadi dapat disimpulkan hasil penelitian ini yaitu kemampuan berinteraksi sosial
sesama teman dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok. Hal ini
ditunjukkan dari perubahan perilaku siswa dalam setiap pertemuan pada kegiatan
bimbingan kelompok, Peningkatan kemampuan interaksi sosial dapat terlihat dari
perubahan perilaku yang terjadi, seperti sebelumnya siswa sulit menjalin
2
semakin aktif dan terlibat dalam kelompok serta berkurangnya perilaku siswa
yang kurang baik dan suka mengganggu temannya. Hal tersebut merupakan
perilaku siswa yang mengarah pada peningkatan interaksi sosial.
B. Saran
Saran yang dapat dikemukakan dari penelitian yang telah dilakukan di SMP
PGRI 1 Gadingrejo adalah:
1. Kepada Siswa
Siswa yang memiliki kemampuan berinteraksi sosial rendah hendaknya mengikuti
kegiatan layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan kemampuan interaksi
sosial dengan teman-teman atau orang disekitarnya,
Siswa diharapkan mampu menunjukkan penerimaan terhadap apapun keadaan
teman disekitarnya agar tidak ada teman yang merasa dijauhi.
2. Kepada Guru Bimbingan dan Konseling
Guru Pembimbing hendaknya dapat membantu dan mengadakan kegiatan layanan
bimbingan kelompok secara rutin untuk meningkatkan kemampuan berinteraksi
sosial siswa pada khususnya, dan untuk memecahkan berbagai permasalahan lain
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP PGRI 1 Gadingrejo yang berlokasi di Jl Inpres No.2 Tegalsari,
Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu. Waktu penelitian ini adalah pada tahun pelajaran
2011/2012.
B. Metode Penelitian
Suatu yang khas dari kegiatan ilmiah adalah terdapat suatu metode yang tepat dan sistematis
sebagai penentu ke arah pemecahan masalah. Ketepatan memilih metode merupakan persyaratan
yang utama agar dapat tercapai hasil yang diharapkan. Metode penelitian ini membantu dalam
penyelenggaraan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Menurut Sugiyono (2008:2),
metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan
dan kegunaan tertentu.
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen dengan desain
penelitian yaitu dengan menggunakan desain one-Group Pretest – Posttest yaitu
membandingkan antara sebelum diberi perlakuan dan setelah diberi perlakuan. Apakah setelah
diberi perlakuan ada perubahan atau tidak. Hal ini bertujuan agar hasil perlakuan dapat diketahui
karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. Metode ini
dilaksanakan untuk menerapkan layanan bimbingan kelompok dalam membantu siswa yang
kurang mampu berinteraksi sosial.
Desain tersebut digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.1. Pola One-Group Pretest-Posttest Design
(Sugiyono, 2008:75)
Keterangan:
O1 : Nilai Pretest (pengukuran pertama,interaksi sosial sebelum dilakukan layanan konseling
kelompok).
X : Perlakuan (pelaksanaan layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas VII SMP PGRI 1
Gadingrejo).
O2 : Posttest/kondisi setelah diberikan perlakuan (pengukuran kedua, interaksi sosial setelah
dilakukan layanan bimbingan kelompok).
Untuk memperjelas pelaksanaan dalam penelitian ini disajikan tahap-tahap rancangan
eksperimen, yaitu:
1. Melakukan Pre-test adalah pemberian tes pertama kepada siswa sebelum diadakan
perlakuan, yaitu layanan bimbingan kelompoksehingga diperoleh hasil siswa yang memiliki
tingkat interaksi sosial yang rendah.
2. Memberikan perlakuan (treatment) adalah pemberian perlakuan kepada siswa yang memiliki
3. Melakukan Post-test sesudah pemberian perlakuan dengan menggunakan layanan bimbingan
kelompok dengan tujuan untuk mengetahui hasil dari pelaksanaan layanan bimbingan
kelompokapakah efektif atau berhasil dalam meningkatkan kemampuan interaksi sosial
siswa.
4. Proses analisis data dengan menggunakan Uji Wilcoxon.
C. Subjek Penelitian
Subjek adalah sumber data untuk menjawab masalah. Subjek penelitian ini disesuaikan dengan
keberadaan masalah dan jenis data yang ingin dikumpulkan. Subjek dalam penelitian ini adalah
siswa yang memiliki kemampuan berinteraksi sosial sesama teman rendah, kelas VII SMP PGRI
1 Gadingrejo.
Untuk mengetahui siswa yang memiliki kemampuan berinteraksi sosial sesama teman yang
rendah dapat diketahui berdasarkan hasil penyebaran skala interaksi sosial, skala tersebut
disebarkan kepada seluruh siswa kelas VII. Berdasarkan hasil penyebaran skala tersebut, terdapat
6 siswa yang memiliki kemampuan interaksi sosial rendah.
Tabel 1. Data Siswa yang Memiliki Kemampuan Berinteraksi Sosial Sesama Teman yang Rendah
No Nama Kelas
1 Aditya Abdul Rahmat VII A
2 Joko Yuli Yanto VII A
3 Septi Ragita Sari VII A
4 Yunita Sari VII A
5 Fenny Astriani VII B
6 Kiki Arinda VII B
Alasan peneliti menggunakan subjek penelitian adalah karena penelitian ini merupakan aplikasi
dari proses bimbingan kelompok ini tidak dapat digeneralisasikan antara subjek yang satu tidak
dapat mewakili subjek yang lain karena setiap individu berbeda.
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
1. Variabel Penelitian
Variabel adalah subjek suatu penelitian atau apa yang menjadi perhatian suatu penelitian.
Variabel penelitian menjelaskan tentang apa dan bagaimana penelitian ini. Arikunto (2006: 118)
menyatakan, variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu
penelitian. Dari pernyataan Arikunto di atas, maka penulis menyatakan bahwa dalam penelitian
ini terdapat 2 buah variabel, yaitu variabel penyebab atau variabel bebas (X) dan variabel akibat
atau terikat (Y).
Variabel penelitian ini adalah:
a. Variabel Bebas (X)
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang diselidiki pengaruhnya. Dalam
penelitian ini sebagai variabel bebas adalah layanan bimbingan kelompok
b. Variabel Terikat (Y)
Variabel terikat adalah variabel yang timbul sebagai akibat dari variabel bebas. Sebagai variabel
terikat adalah kemampuan berinteraksi sosial sesama teman.
Hubungan antar kedua variabel tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.2. Hubungan antar Variabel
2. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional merupakan uraian yang berisi perincian sejumlah indikator yang dapat
diamati dan diukur untuk mengidentifikasikan variabel atau konsep yang digunakan.
Definisi operasional berisi pengertian variabel yang akan dikembangkan. Variabel yang terdapat
dalam penelitian ini adalah kemampuan interaksi sosial dan bimbingan kelompok
Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan
antara orang-orang perorang, antara kelompok-kelompok manusia maupun antara orang-orang
perorangan dengan kelompok manusia. Sedangkankemampuan interaksi sosial adalah
kemampuan individu menjalin hubungan antara individu satu dengan individu lain, dimana
individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya dalam suatu situasi sosial,
serta adanya aksi dan reaksi yang saling timbal balik antara individu atau kelompok yang ikut
serta dalam situasi sosial tersebut. Hubungan tersebut dapat antara individu dengan individu,
individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok
Interaksi sosial yang tinggi dapat ditandai dengan perilaku individu yang berupa reaksi-reaksi
positif, yaitu individu mampu menunjukkan solidaritas terhadap temannya, mampu menerima
dan menghargai pendapat temannya, mampu bergabung dan menyesuaikan diri dengan
Interaksi sosial yang rendah ditandai dengan perilaku individu yang berupa reaksi-reaksi negatif,
yaitu perilaku yang menunjukkan pertentangan dan suka mempertahankan pendapat sendiri tanpa
mau mendengar pendapat orang lain, perilaku individu yang acuh tak acuh yaitu tidak peduli
dengan keadaan sekitarnya, perilaku individu yang menunjukkan ketidaksetujuan dan penolakan,
individu yang tidak mampu memberikan saran yang baik terhadap temannya dan malah
menjerumuskan temannya untuk membuat perkelahian.
Kemampuan interaksi sosial merupakan variabel terikat dalam penelitian ini, indikator dari
interaksi sosial dapat berupa :
1) Perilaku sosio-emosional individu yang berupa reaksi-reaksi positif
2) Perilaku individu dalam memberikan jawaban
3) Perilaku individu untuk meminta tugas
4) Perilaku sosio-emosional individu yang berupa reaksi-reaksi negatif
Bimbingan kelompok merupakan layanan bimbingan yang diberikan dalam suasana kelompok,
dimana terdapat pemimpin dan anggota kelompok dengan perannya masing-masing untuk
membahas suatu topik permasalahan yang sama dan dianggap penting agar nantinya dapat
mencapai tujuan bersama yang bermuara pada pemecahan masalah dengan keputusan-keputusan
yang telah disepakati bersama seluruh anggota kelompok.
Teknik pengunpulan data adalah cara – cara yang digunakan untuk memperoleh data atau
informasi yang diperlukan dalam penelitian guna mencapai objektivitas yang tinggi. Untuk
mengumpulkan data dalam penelitian ini tehnik yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Skala Interaksi Sosial
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala model likert yaitu
dengan menggunakan skala interaksi sosial. Sugiyono (2010:134) menyatakan bahwa skala
model likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang tentang
fenomena sosial. Dengan skala model likert, maka variabel interaksi sosial dijabarkan menjadi
indikator variabel, kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun
item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item
instrumen yang menggunakan skala model likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai
sangat negatif.
Skala interaksi sosial dibagikan pada siswa berisikan pernyataan fovarable (pernyataan yang
mendukung sikap) dan unfovarable (yang tidak mendukung sikap) Setiap item pernyataan
disediakan lima alternatif jawaban yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), kurang sesuai (KS), tidak
sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS), Pernyataan yang baik ditentukan dengan memberi
bobot nilai berdasarkan jawaban langsung dengan metode summated ratings yang bertujuan
memberikan skor pada alternatif jawaban setiap pernyataan.
Berikut ini skor nilai dari masing-masing alternatif jawaban berdasarkan perhitungan summated
ratings :
Tabel 2. Skor Nilai Alternatif Jawaban
SS S KS TS STS
Favourable 5 4 3 2 1
Unfavourable 1 2 3 4 5
Adapun penskoran skala interaksi sosial siswa dikategorikan menjadi 3 yaitu : tinggi, sedang dan
rendah. Untuk mengkategorikannya, terlebih dahulu ditentukan besar intervalnya dengan
ketentuan rumus interval sebagai berikut :
i = NT-NR
Tabel 3. Kisi-Kisi Skala Interaksi Sosial Siswa
Variabel Indikator Deskriptor Jml
Interaksi
2. Perilaku dalam
Wawancara merupakan sebuah kegiatan yang di dalamnya terjadi dialog atau kegiatan tanya
jawab antara si pewawancara dengan responden dengan tujuan untuk memperoleh informasi
yang selengkap-lengkapnya seperti yang dikehendaki oleh pewawancara dan dapat dilakukan
melalui tatap muka (face to face). Wawancara dilakukan guna memperoleh data yang berkaitan
menentukanrencana studi lanjut. Sehingga peneliti mendapatkan gambaran yang jelas.
Wawancara dilakukan sebagai tekhnik pengumpulan data pelengkap.
F. Uji Instrumen
Suatu alat ukur dapat dinyatakan alat ukur yang baik dan mampu memberikan informasi yang
jelas dan akurat apabila telah memenuhi beberapa kriteria yang telah ditentukan, yaitu kriteria
valid dan reliabel. Oleh karena itu agar kesimpulan tidak keliru dan tidak memberikan
kesimpulan yang jauh berbeda dari keadaan yang sebenarnya diperlukan uji instrumen yang akan
digunakan.
1. Uji Validitas Instrumen
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat – tingkat kevalidan atau kesahihan suatu
instrumen. Menurut Sugiyono (2008:121), ”valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan
untuk mengukur apa yang seharusnya diukur”.Instrumen yang valid berarti alat ukur yang
digunakan untuk mendapatkan data itu valid.
Pengujian validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas konstruksi (construct
validity), dengan menggunakan pendapat dari para ahli (judgement expert). Setelah instrumen
dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, para ahli
diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun. Setelah pengujian instrumen selesai,
maka diteruskan dengan uji coba instrumen. Instrumen yang telah disetujui dicobakan kepada
Penelitian ini menggunakan validitas construct karena yang akan diukur pada penelitian ini
bersifat gejala. Instrumen yang menggunakan validitas construct jika instrumen tersebut dapat
digunakan untuk mengukur gejala sesuai dengan yang didefinisikan. (Sugiyono, 2008:123)
Peneliti telah melaksanakan uji validitas kontruksi dengan tiga orang ahli.
Analisis item yang digunakan untuk menguji validitas item dalam penelitian ini, yaitu dengan
menggunakan pembobotan proporsi. Adapun langkah-langkah untuk menguji pembobotan skor
item pada skala yang diungkapkan Azwar (2010:48) sebagai berikut:
1. Menghitung jawaban subjek responden secara langsung atas 5 alternatif jawaban yang sudah disediakan, dengan menghitung frekuensi (f) jawaban subjek untuk masing-masing kategori 2. Menghitung proporsi (p) masing-masing respon dengan cara membagi frekuensi di tiap
respon dengan jumlah responden keseluruhan, yaitu sebagai berikut : p=
f jumlah frekuensi tiap kategori n = jumlah responden keseluruhan3. Menghitung proporsi kumulatif (pk) atau cumulative proporsi (CP) untuk masing-masing kategori
4. Menghitung titik tengah proporsi kumulatif (pk – t ) atau menghitung mid poin masing-masing CP, yaitu dengan rumus :
Mdp CP = CP + 0,5 (P) Keterangan :
Mdp CP = Mid point CP 0,5 = angka tetap 5. Mencari nilai z dari tabel Febriasi normal
6. Menentukan titik nol pada respon paling kiri atau paling rendah
Untuk mengetahui apakah item-item pada skala dapat memberikan kontribusi terhadap variabel
yang diteliti, maka dapat dilakukan dengan mengkorelasikan antara skor tiap item pada
instrumen dengan skor total, menggunakan rumus korelasi product moment dari Pearson.
Adapun rumus product moment dari Pearson, sebagai berikut:
Selanjutnya keputusan dengan membandingkan rhit dengan rtab . jika rhit > rtab berarti pernyataan
valid, tetapi jika rhit < rtab berarti pernyataan tersebut tidak valid.
Uji coba skala dilakukan sebelum skala dijadikan sebagai instrumen dalam penelitian. Skala
disebarkan kepada 31 orang siswa di luar subjek penelitian. Berdasarkan hasil uji coba
didapatlah 40 item yang valid dari 60 item. Adapun r tabel yang digunakan sebagai batas
validitas dari instrumen yang digunakan adalah 0,30 sesuai ketentuan dari r tabel dengan
responden sebanyak 31 orang.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah jika suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat dipergunakan sebagai
Untuk menguji reliabilitas skala dalam penelitian ini maka teknik uji yang digunakan adalah
dengan menggunakan rumus alpha karena skor yang diberikan bukan 1 atau 0. Hal ini sesuai
menurut Arikunto (2002:171) yang menyatakan bahwa ”untuk mencari reliabilitas instrumen
yang skornya bukan 1 dan 0 menggunkan rumus alpha”
Berikut adalah Rumus Alpha :
r = Reliabilitas instrument
k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
2Menurut Basrowi dan Kasinu (2006:244), untuk mengetahui tinggi rendahnya reliabilitas
menggunakan kriteria sebagai berikut :
0,8 - 1,00 = sangat tinggi
0,6 - 0,799 = tinggi
0,4 - 0,599 = cukup tinggi
0,2 - 0,399 = rendah
0 < 0,200 = sangat rendah
Berdasarkan hasil pengolahan data uji coba instrument ada 40 item yang memiliki kontribusi
yang besar dengan reliabilitas yang tinggi yakni 0,988 dengan rtabel 0,30. Berdasarkan kriteria
reliabilitas yang telah dikemukakan oleh Basrowi dan Kasinu di halaman sebelumnya, maka
dapat diketahui bahwa tingkat reliabilitas skala adalah sangat tinggi.
Setelah data diperoleh, langkah selanjutnya ialah melakukan analisis data yakni, pelaksanaan
layanan bimbingan kelompok dalam upaya meningkatkan kemampuan interaksi sosial siswa.
Dengan analisis data maka akan dapat membuktikan hipotesis dan menarik kesimpulan tentang
masalah yang akan diteliti.
Karena penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen yaitu untuk mengetahui dampak
dari sebuah perlakuan, lalu mengamati akibat dari perlakuan tersebut. Pendekatan yang efektif
untuk melihat hasil dari perlakuan yang telah diberikan apakah efektif atau tidak, yaitu dengan
membandingkan nilai-nilai antara pre-test dan post-test.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan statistik non parametrik
berupa uji Wilcoxon, karena membandingkan dua variabel dengan sampel yang sama. Adapun
rumus yang digunakan adalah :
z =
T = Jumlah jenjang yang kecil
n = Jumlah sampel
Dari hasil hitung tersebut dikonsultasikan dengan indeks tabel wilcoxon. Jika hasil analisis data
lebih besar dari indeks tabel wilcoxon, berarti penggunaan layanan bimbingan kelompokefektif
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP PGRI 1 Gadingrejo yang berlokasi di Jl Inpres No.2 Tegalsari,
Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu. Waktu penelitian ini adalah pada tahun pelajaran
2011/2012.
B. Metode Penelitian
Suatu yang khas dari kegiatan ilmiah adalah terdapat suatu metode yang tepat dan sistematis
sebagai penentu ke arah pemecahan masalah. Ketepatan memilih metode merupakan persyaratan
yang utama agar dapat tercapai hasil yang diharapkan. Metode penelitian ini membantu dalam
penyelenggaraan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Menurut Sugiyono (2008:2),
metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan
dan kegunaan tertentu.
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen dengan desain
penelitian yaitu dengan menggunakan desain one-Group Pretest – Posttest yaitu
membandingkan antara sebelum diberi perlakuan dan setelah diberi perlakuan. Apakah setelah
diberi perlakuan ada perubahan atau tidak. Hal ini bertujuan agar hasil perlakuan dapat diketahui
karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. Metode ini
dilaksanakan untuk menerapkan layanan bimbingan kelompok dalam membantu siswa yang
kurang mampu berinteraksi sosial.
Desain tersebut digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.1. Pola One-Group Pretest-Posttest Design
(Sugiyono, 2008:75)
Keterangan:
O1 : Nilai Pretest (pengukuran pertama,interaksi sosial sebelum dilakukan layanan konseling
kelompok).
X : Perlakuan (pelaksanaan layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas VII SMP PGRI 1
Gadingrejo).
O2 : Posttest/kondisi setelah diberikan perlakuan (pengukuran kedua, interaksi sosial setelah
dilakukan layanan bimbingan kelompok).
Untuk memperjelas pelaksanaan dalam penelitian ini disajikan tahap-tahap rancangan
eksperimen, yaitu:
1. Melakukan Pre-test adalah pemberian tes pertama kepada siswa sebelum diadakan
perlakuan, yaitu layanan bimbingan kelompoksehingga diperoleh hasil siswa yang memiliki
tingkat interaksi sosial yang rendah.
2. Memberikan perlakuan (treatment) adalah pemberian perlakuan kepada siswa yang memiliki
3. Melakukan Post-test sesudah pemberian perlakuan dengan menggunakan layanan bimbingan
kelompok dengan tujuan untuk mengetahui hasil dari pelaksanaan layanan bimbingan
kelompokapakah efektif atau berhasil dalam meningkatkan kemampuan interaksi sosial
siswa.
4. Proses analisis data dengan menggunakan Uji Wilcoxon.
C. Subjek Penelitian
Subjek adalah sumber data untuk menjawab masalah. Subjek penelitian ini disesuaikan dengan
keberadaan masalah dan jenis data yang ingin dikumpulkan. Subjek dalam penelitian ini adalah
siswa yang memiliki kemampuan berinteraksi sosial sesama teman rendah, kelas VII SMP PGRI
1 Gadingrejo.
Untuk mengetahui siswa yang memiliki kemampuan berinteraksi sosial sesama teman yang
rendah dapat diketahui berdasarkan hasil penyebaran skala interaksi sosial, skala tersebut
disebarkan kepada seluruh siswa kelas VII. Berdasarkan hasil penyebaran skala tersebut, terdapat
6 siswa yang memiliki kemampuan interaksi sosial rendah.
Tabel 1. Data Siswa yang Memiliki Kemampuan Berinteraksi Sosial Sesama Teman yang Rendah
No Nama Kelas
1 Aditya Abdul Rahmat VII A
2 Joko Yuli Yanto VII A
3 Septi Ragita Sari VII A
4 Yunita Sari VII A
5 Fenny Astriani VII B
6 Kiki Arinda VII B
Alasan peneliti menggunakan subjek penelitian adalah karena penelitian ini merupakan aplikasi
dari proses bimbingan kelompok ini tidak dapat digeneralisasikan antara subjek yang satu tidak
dapat mewakili subjek yang lain karena setiap individu berbeda.
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
1. Variabel Penelitian
Variabel adalah subjek suatu penelitian atau apa yang menjadi perhatian suatu penelitian.
Variabel penelitian menjelaskan tentang apa dan bagaimana penelitian ini. Arikunto (2006: 118)
menyatakan, variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu
penelitian. Dari pernyataan Arikunto di atas, maka penulis menyatakan bahwa dalam penelitian
ini terdapat 2 buah variabel, yaitu variabel penyebab atau variabel bebas (X) dan variabel akibat
atau terikat (Y).
Variabel penelitian ini adalah:
a. Variabel Bebas (X)
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang diselidiki pengaruhnya. Dalam
penelitian ini sebagai variabel bebas adalah layanan bimbingan kelompok
b. Variabel Terikat (Y)
Variabel terikat adalah variabel yang timbul sebagai akibat dari variabel bebas. Sebagai variabel
terikat adalah kemampuan berinteraksi sosial sesama teman.
Hubungan antar kedua variabel tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.2. Hubungan antar Variabel
2. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional merupakan uraian yang berisi perincian sejumlah indikator yang dapat
diamati dan diukur untuk mengidentifikasikan variabel atau konsep yang digunakan.
Definisi operasional berisi pengertian variabel yang akan dikembangkan. Variabel yang terdapat
dalam penelitian ini adalah kemampuan interaksi sosial dan bimbingan kelompok
Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan
antara orang-orang perorang, antara kelompok-kelompok manusia maupun antara orang-orang
perorangan dengan kelompok manusia. Sedangkankemampuan interaksi sosial adalah
kemampuan individu menjalin hubungan antara individu satu dengan individu lain, dimana
individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya dalam suatu situasi sosial,
serta adanya aksi dan reaksi yang saling timbal balik antara individu atau kelompok yang ikut
serta dalam situasi sosial tersebut. Hubungan tersebut dapat antara individu dengan individu,
individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok
Interaksi sosial yang tinggi dapat ditandai dengan perilaku individu yang berupa reaksi-reaksi
positif, yaitu individu mampu menunjukkan solidaritas terhadap temannya, mampu menerima
dan menghargai pendapat temannya, mampu bergabung dan menyesuaikan diri dengan
Interaksi sosial yang rendah ditandai dengan perilaku individu yang berupa reaksi-reaksi negatif,
yaitu perilaku yang menunjukkan pertentangan dan suka mempertahankan pendapat sendiri tanpa
mau mendengar pendapat orang lain, perilaku individu yang acuh tak acuh yaitu tidak peduli
dengan keadaan sekitarnya, perilaku individu yang menunjukkan ketidaksetujuan dan penolakan,
individu yang tidak mampu memberikan saran yang baik terhadap temannya dan malah
menjerumuskan temannya untuk membuat perkelahian.
Kemampuan interaksi sosial merupakan variabel terikat dalam penelitian ini, indikator dari
interaksi sosial dapat berupa :
1) Perilaku sosio-emosional individu yang berupa reaksi-reaksi positif
2) Perilaku individu dalam memberikan jawaban
3) Perilaku individu untuk meminta tugas
4) Perilaku sosio-emosional individu yang berupa reaksi-reaksi negatif
Bimbingan kelompok merupakan layanan bimbingan yang diberikan dalam suasana kelompok,
dimana terdapat pemimpin dan anggota kelompok dengan perannya masing-masing untuk
membahas suatu topik permasalahan yang sama dan dianggap penting agar nantinya dapat
mencapai tujuan bersama yang bermuara pada pemecahan masalah dengan keputusan-keputusan
yang telah disepakati bersama seluruh anggota kelompok.
Teknik pengunpulan data adalah cara – cara yang digunakan untuk memperoleh data atau
informasi yang diperlukan dalam penelitian guna mencapai objektivitas yang tinggi. Untuk
mengumpulkan data dalam penelitian ini tehnik yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Skala Interaksi Sosial
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala model likert yaitu
dengan menggunakan skala interaksi sosial. Sugiyono (2010:134) menyatakan bahwa skala
model likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang tentang
fenomena sosial. Dengan skala model likert, maka variabel interaksi sosial dijabarkan menjadi
indikator variabel, kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun
item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item
instrumen yang menggunakan skala model likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai
sangat negatif.
Skala interaksi sosial dibagikan pada siswa berisikan pernyataan fovarable (pernyataan yang
mendukung sikap) dan unfovarable (yang tidak mendukung sikap) Setiap item pernyataan
disediakan lima alternatif jawaban yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), kurang sesuai (KS), tidak
sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS), Pernyataan yang baik ditentukan dengan memberi
bobot nilai berdasarkan jawaban langsung dengan metode summated ratings yang bertujuan
memberikan skor pada alternatif jawaban setiap pernyataan.
Berikut ini skor nilai dari masing-masing alternatif jawaban berdasarkan perhitungan summated
ratings :
Tabel 2. Skor Nilai Alternatif Jawaban
SS S KS TS STS
Favourable 5 4 3 2 1
Unfavourable 1 2 3 4 5
Adapun penskoran skala interaksi sosial siswa dikategorikan menjadi 3 yaitu : tinggi, sedang dan
rendah. Untuk mengkategorikannya, terlebih dahulu ditentukan besar intervalnya dengan
ketentuan rumus interval sebagai berikut :
i = NT-NR
Tabel 3. Kisi-Kisi Skala Interaksi Sosial Siswa
Variabel Indikator Deskriptor Jml
Interaksi
2. Perilaku dalam
Wawancara merupakan sebuah kegiatan yang di dalamnya terjadi dialog atau kegiatan tanya
jawab antara si pewawancara dengan responden dengan tujuan untuk memperoleh informasi
yang selengkap-lengkapnya seperti yang dikehendaki oleh pewawancara dan dapat dilakukan
melalui tatap muka (face to face). Wawancara dilakukan guna memperoleh data yang berkaitan
menentukanrencana studi lanjut. Sehingga peneliti mendapatkan gambaran yang jelas.
Wawancara dilakukan sebagai tekhnik pengumpulan data pelengkap.
F. Uji Instrumen
Suatu alat ukur dapat dinyatakan alat ukur yang baik dan mampu memberikan informasi yang
jelas dan akurat apabila telah memenuhi beberapa kriteria yang telah ditentukan, yaitu kriteria
valid dan reliabel. Oleh karena itu agar kesimpulan tidak keliru dan tidak memberikan
kesimpulan yang jauh berbeda dari keadaan yang sebenarnya diperlukan uji instrumen yang akan
digunakan.
1. Uji Validitas Instrumen
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat – tingkat kevalidan atau kesahihan suatu
instrumen. Menurut Sugiyono (2008:121), ”valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan
untuk mengukur apa yang seharusnya diukur”.Instrumen yang valid berarti alat ukur yang
digunakan untuk mendapatkan data itu valid.
Pengujian validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas konstruksi (construct
validity), dengan menggunakan pendapat dari para ahli (judgement expert). Setelah instrumen
dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, para ahli
diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun. Setelah pengujian instrumen selesai,
maka diteruskan dengan uji coba instrumen. Instrumen yang telah disetujui dicobakan kepada
Penelitian ini menggunakan validitas construct karena yang akan diukur pada penelitian ini
bersifat gejala. Instrumen yang menggunakan validitas construct jika instrumen tersebut dapat
digunakan untuk mengukur gejala sesuai dengan yang didefinisikan. (Sugiyono, 2008:123)
Peneliti telah melaksanakan uji validitas kontruksi dengan tiga orang ahli.
Analisis item yang digunakan untuk menguji validitas item dalam penelitian ini, yaitu dengan
menggunakan pembobotan proporsi. Adapun langkah-langkah untuk menguji pembobotan skor
item pada skala yang diungkapkan Azwar (2010:48) sebagai berikut:
1. Menghitung jawaban subjek responden secara langsung atas 5 alternatif jawaban yang sudah disediakan, dengan menghitung frekuensi (f) jawaban subjek untuk masing-masing kategori 2. Menghitung proporsi (p) masing-masing respon dengan cara membagi frekuensi di tiap
respon dengan jumlah responden keseluruhan, yaitu sebagai berikut : p=
f jumlah frekuensi tiap kategori n = jumlah responden keseluruhan3. Menghitung proporsi kumulatif (pk) atau cumulative proporsi (CP) untuk masing-masing kategori
4. Menghitung titik tengah proporsi kumulatif (pk – t ) atau menghitung mid poin masing-masing CP, yaitu dengan rumus :
Mdp CP = CP + 0,5 (P) Keterangan :
Mdp CP = Mid point CP 0,5 = angka tetap 5. Mencari nilai z dari tabel Febriasi normal
6. Menentukan titik nol pada respon paling kiri atau paling rendah
Untuk mengetahui apakah item-item pada skala dapat memberikan kontribusi terhadap variabel
yang diteliti, maka dapat dilakukan dengan mengkorelasikan antara skor tiap item pada
instrumen dengan skor total, menggunakan rumus korelasi product moment dari Pearson.
Adapun rumus product moment dari Pearson, sebagai berikut:
Selanjutnya keputusan dengan membandingkan rhit dengan rtab . jika rhit > rtab berarti pernyataan
valid, tetapi jika rhit < rtab berarti pernyataan tersebut tidak valid.
Uji coba skala dilakukan sebelum skala dijadikan sebagai instrumen dalam penelitian. Skala
disebarkan kepada 31 orang siswa di luar subjek penelitian. Berdasarkan hasil uji coba
didapatlah 40 item yang valid dari 60 item. Adapun r tabel yang digunakan sebagai batas
validitas dari instrumen yang digunakan adalah 0,30 sesuai ketentuan dari r tabel dengan
responden sebanyak 31 orang.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah jika suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat dipergunakan sebagai
Untuk menguji reliabilitas skala dalam penelitian ini maka teknik uji yang digunakan adalah
dengan menggunakan rumus alpha karena skor yang diberikan bukan 1 atau 0. Hal ini sesuai
menurut Arikunto (2002:171) yang menyatakan bahwa ”untuk mencari reliabilitas instrumen
yang skornya bukan 1 dan 0 menggunkan rumus alpha”
Berikut adalah Rumus Alpha :
r = Reliabilitas instrument
k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
2Menurut Basrowi dan Kasinu (2006:244), untuk mengetahui tinggi rendahnya reliabilitas
menggunakan kriteria sebagai berikut :
0,8 - 1,00 = sangat tinggi
0,6 - 0,799 = tinggi
0,4 - 0,599 = cukup tinggi
0,2 - 0,399 = rendah
0 < 0,200 = sangat rendah
Berdasarkan hasil pengolahan data uji coba instrument ada 40 item yang memiliki kontribusi
yang besar dengan reliabilitas yang tinggi yakni 0,988 dengan rtabel 0,30. Berdasarkan kriteria
reliabilitas yang telah dikemukakan oleh Basrowi dan Kasinu di halaman sebelumnya, maka
dapat diketahui bahwa tingkat reliabilitas skala adalah sangat tinggi.
Setelah data diperoleh, langkah selanjutnya ialah melakukan analisis data yakni, pelaksanaan
layanan bimbingan kelompok dalam upaya meningkatkan kemampuan interaksi sosial siswa.
Dengan analisis data maka akan dapat membuktikan hipotesis dan menarik kesimpulan tentang
masalah yang akan diteliti.
Karena penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen yaitu untuk mengetahui dampak
dari sebuah perlakuan, lalu mengamati akibat dari perlakuan tersebut. Pendekatan yang efektif
untuk melihat hasil dari perlakuan yang telah diberikan apakah efektif atau tidak, yaitu dengan
membandingkan nilai-nilai antara pre-test dan post-test.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan statistik non parametrik
berupa uji Wilcoxon, karena membandingkan dua variabel dengan sampel yang sama. Adapun
rumus yang digunakan adalah :
z =
T = Jumlah jenjang yang kecil
n = Jumlah sampel
Dari hasil hitung tersebut dikonsultasikan dengan indeks tabel wilcoxon. Jika hasil analisis data
lebih besar dari indeks tabel wilcoxon, berarti penggunaan layanan bimbingan kelompokefektif
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
1. Latar Belakang
Pada hakekatnya setiap manusia membutuhkan orang lain. Naluri untuk hidup bersama orang
lain pada manusia ternyata sudah muncul sejak ia lahir, menjadi dewasa, tua, dan sampai
meninggal. Dengan hidup bersama orang lain, manusia bisa saling memberi dan menerima ( take
and give) untuk saling tolong menolong dalam mengatasi masalah pribadi atau masalah bersama,
keinginan untuk hidup bersama orang lain ini menjadikan manusia dijuluki sebagai zoon
politicon atau mahluk yang selalu ingin berkelompok dengan sesamanya. Sebagai zoon politicon
manusia mempunyai dorongan atau motif sosial untuk mengadakan hubungan dengan orang lain,
maka manusia akan mencari orang lain untuk mengadakan hubungan atau mengadakan interaksi.
Untuk mengembangkan pola kehidupan tersebut manusia harus mengembangkannya melalui
interaksi sosial.
Interaksi sosial diartikan sebagai hubungan timbal balik antara individu dengan individu,
individu dengan kelompok maupun kelompok satu dengan kelompok lain, dengan ditandai
adanya kontak sosial dan komunikasi. Interaksi sosial merupakan bagian dari aspek
perkembangan sosial manusia. Perkembangan sosial
dapat diartikan sebagai sequence dari perubahan berkesinambungan dalam perilaku individu
Bonner (dalam santoso 2010: 164) mengatakan interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua
atau lebih indvidu manusia, dimana tingkah laku individu yang satu mempengaruhi, mengubah
atau memperbaiki tingkah laku individu yang lain atau sebaliknya.
Dari pengertian diatas siswa sebagai mahluk sosial secara alami akan mengadakan hubungan
atau interaksi dengan orang lain. Interaksi sosial ini dapat terjadi dimana saja dan kapan saja,
Kemampuan siswa dalam melakukan interaksi sosial antara siswa yang satu dengan siswa yang
lain tidak sama, Siswa yang memiliki kemampuan interaksi sosial yang tinggi, dapat terlihat dari
sikap yang senang akan kegiatan yang bersifat kelompok, tertarik berkomunikasi dengan orang
lain, peka terhadap keadaan sekitar, senang melakukan kerjasama, dan sadar sebagai mahluk
sosial, sehingga akan mudah dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan ia tidak akan
mengalami hambatan dalam bergaul dengan orang lain. Sebaliknya siswa yang memiliki
interaksi sosial yang rendah akan mengalami hambatan dalam bergaul.
Dalam perkembangannya ada siswa yang baik dalam berinteraksi tetapi ada juga yang kurang
baik. Siswa yang kurang baik dalam berinteraksi sosial salah satu faktor penyebabnya yaitu
masalah sikap kurang bisa bergaul dan malu. Sikap malu merupakan reaksi dari rasa
ketidaknyamanan, ketegangan, kesadaran diri, kecenderungan untuk sering memalingkan muka,
gagap atau pendiam karena hadirnya orang asing.
Christof (1981) berpendapat bahwa sifat pemalu disebabkan oleh kurangnya keterampilan
bergaul. Menurut pendapat ini orang pemalu tidak tahu caranya mendekati orang lain, bagaimana
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di SMP PGRI 1 Gadingrejo, Siswa dalam rentangan
umur kurang lebih 12-15 tahun memiliki kebutuhan menerima pengakuan terhadap dorongan
untuk lebih mandiri, mempunyai hubungan persahabatan dengan teman sebaya. Adanya
kebutuhan- kebutuhan yang harus dipenuhi terkadang membuat siswa sulit berinteraksi sosial.
Berdasarkan pengamatan, penulis menemukan siswa yang sering menyendiri dan enggan
berkumpul dengan teman-temannya, hal ini terlihat dengan lebih seringnya siswa menyendiri dan
jarang berkumpul dengan teman-temannya, serta kurang aktifnya siswa saat berkumpul dalam
kelompok, ada siswa yang berinteraksi hanya dalam kelompok kecilnya masing-masing, hal ini
ditandai dengan terlihatnya siswa yang bermain atau berkumpul hanya dengan teman yang sama
dan siswa yang kurang suka dipasangkan dengan teman lain selain teman sekelompoknya, ada
siswa yang sulit bekerja dalam kelompok, hal ini ditandai dengan kurang aktifnya siswa dalam
diskusi kelompok, dan sering marah apabila pendapatnya tidak diterima dalam kelompoknya,
ada siswa yang suka bertindak semena-mena terhadap teman sekelasnya, hal ini terlihat dari
seringnya siswa bersikap mengatur temannya, dan dengan sesuka hatinya menyuruh temannya
untuk melakukan pekerjaan kelas. Hal-hal tersebut merupakan bagian dari interaksi sosial
sesama teman yang rendah di lingkungan sekolahnya.
Untuk meningkatkan kemampuan interaksi sosial sesama teman, diperlukan dukungan dari
semua pihak yang terlibat, khususnya siswa itu sendiri. Selain itu, peran guru pembimbing juga
sangat penting untuk memberikan rancangan layanan bimbingan sosial bagi siswa yang
memerlukannya, baik layanan individual maupun kelompok, baik dalam bentuk penyajian
klasikal, kegiatan kelompok sosial, bimbingan/ konseling kelompok atau individual atau kegiatan
lainnya. Layanan bimbingan kelompok merupakan kegiatan informasi kepada sekelompok siswa
adalah informasi untuk kebutuhan tertentu anggota kelompok. Tohirin (2011:172) mengatakan
bahwa secara umum layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk pengembangan kemampuan
bersosialisasi, khususnya kemampuan berkomunikasi peserta layanan, dimana komunikasi
meerupakan salah satu syarat terjadinya interaksi sosial.
Dari penjelasan di atas, maka peneliti ingin menggunakan layanan bimbingan kelompok dalam
upaya meningkatkan kemampuan berinteraksi sosial sesama teman. Peneliti ingin mengetahui
apakah kemampuan berinteraksi sosial sesama teman dapat ditingkatkan melalui layanan
bimbingan kelompok.
2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan dalam
penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Terdapat siswa yang kurang mampu menjalin komunikasi dengan orang lain.
2. Terdapat siswa yang mengalami kesulitan menyesuaikan diri.
3. Terdapat siswa yang suka menyendiri dan enggan berkumpul dengan teman-temannya.
4. Terdapat siswa yang kurang mampu mengadakan kerja sama.
5. Terdapat siswa yang kurang mampu membaur dengan teman baru.
6. Terdapat siswa yang berinteraksi dengan kelompok kecilnya masing-masing.
7. Terdapat siswa yang kurang mampu memberikan hubungan timbal balik dengan individu
atau dengan kelompok saat berinteraksi.
3. Pembatasan Masalah
Untuk memperjelas arah dalam penelitian ini, selain karena keterbatasan kemampuan peneliti
layanan bimbingan kelompok dalam upaya meningkatkan kemampuan berinteraksi sosial sesama
teman pada siswa SMP PGRI 1 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2011/2012.
4. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah diatas, maka dalam
penelitian ini dapat dirumuskan masalah yaitu siswa kurang mampu berinteraksi sosial sesama
teman. Adapun permasalahannya adalah” Apakah kemampuan berinteraksi sosial sesama teman
pada siswa SMP PGRI 1 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2011/ 2012 meningkat setelah mengikuti
layanan bimbingan kelompok?
B. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keberhasilan layanan bimbingan kelompok,
meningkatkan kemampuan berinteraksi sosial sesama teman pada siswa SMP PGRI 1
Gadingrejo pada tahun pelajaran 2011/2012.
2. Manfaat Penelitian
Kegunaan penelitian merupakan dampak dari tercapainya tujuan. Kegunaan penelitian ini adalah
untuk menjelaskan tentang manfaat yang diharapkan dari peneliti itu sendiri.
1. Kegunaan secara Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan ilmu bimbingan
2. Kegunaan secara Praktis
Kegunaan secara praktis penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk memberikan sumbangan
pemikiran dan masukan bagi siswa, terutama mengenai upaya-upaya dalam meningkatkan
kemampuan berinteraksi sosial sesama teman.
C. Kerangka Pikir
Kerangka pikir atau kerangka pemikiran adalah dasar pemikiran dari penelitian yang
disintesiskan dari fakta-fakta, observasi dan kajian kepustakaan. Kerangka berfikir memuat teori,
dalil, atau konsep-konsep yang akan dijadikan dasar dalam penelitian. Kerangka berfikir dapat
disajikan dengan bagan yang menunjukkan alur pikir peneliti.
Interaksi sosial merupakan salah satu bentuk hubungan antara individu dengan lingkungannya,
begitu pula berlangsungnya hubungan individu yang satu dengan individu yang lain. Untuk
menggambarkan saling hubungan ini sependapat dengan rumusan H Boner ( H. Abu Ahmadi
1999 :54) yang dalam garis besarnya berbunyi ” interaksi sosial adalah suatu hubungan antara
dua atau lebih individu manusia, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah
atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.”
Kelangsungan interaksi sosial merupakan proses yang kompleks. Interaksi sosial berlangsung
dengan didasari adanya faktor imitasi, faktor sugesti, faktor identifikasi, faktor simpati serta
kontak sosial dan komunikasi. Dengan adanya proses penyampaian dan hubungan sosial yang
dilakukan maka terjalin suatu hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan
mengubah atau memperbaiki kelakuan individu dengan tujuan tertentu dan berlangsunglah
interaksi sosial.
Interaksi sosial dikatakan berkualitas jika mampu memberikan kesempatan kepada individu
untuk mengembangkan diri dengan segala yang dimilikinya, Interaksi yang berlangsung dalam
suasana saling mempercayai, menghargai dan mendukung, hubungan yang terjadi saling
menguntungkan. Interaksi sosial dapat memberikan manfaat berupa individu satu dengan
individu lain saling mengenal satu sama lain, tolong menolong, terwujudnya kerja sama antar
kelompok- kelompok yang terpisah, adanya kebersamaan. Maka dalam kehidupan masyarakat
akan terwujud hubungan sosial yang dinamis. Dalam hal ini interaksi sosial antar individu yang
satu dengan individu yang lainnya berbeda-beda. Ada individu yang mudah melakukan interaksi
sosial dengan orang lain, Namun ada juga individu yang mengalami kesulitan dalam berinteraksi
sosial.
Rendahnya kemampuan siswa dalam berinteraksi sosial sesama teman dapat terjadi karena
beberapa faktor, antara lain yang pertama yaitu situasi sosial yang mungkin tidak sesuai dengan
yang diinginkan, misalnya ketika ada pelajaran ataupun topik diskusi yang tidak disukai maka
dapat menyebabkan siswa tidak aktif dalam kegiatan diskusi kelompok itu, yang kedua yaitu
karakter individu, , karakter atau kepribadian individu yang diantaranya perasaan malu yang
dimiliki siswa, tidak tahu bagaimana cara untuk memulai pembicaraan dengan teman, takut tidak
direspon teman saat berinteraksi, memiliki pengalaman yang buruk dengan teman sebelumnya,
serta suka menyendiri dan enggan berkumpul dengan temannya, Berbagai hal tersebut dapat
Siswa yang memiliki kemampuan interaksi sosial sesama teman yang rendah dapat menunjukan
ciri- ciri kesulitan dalam persahabatan, kesulitan mencari teman, merasa terasing dalam aktifitas
kelompok, takut menerima tanggung jawab, kurang berpartisipasi aktif dalam kegiatan, sulit
mengambil keputusan dan banyak menerima nasehat dari teman- temannya.
Berdasarkan penjelasan diatas, pada pengamatan di SMP PGRI 1 Gadingrejo, terdapat siswa
yang memiliki kemampuan berinteraksi sosial sesama teman rendah, seperti siswa kesulitan
dalam mencari teman dan sulit membaur dengan teman teman lainnya, yang mengakibatkan
siswa seringkali membangun interaksi sesama teman sebayanya secara khas, dengan cara
berkumpul membentuk semacam geng atau berkelompok. Interaksi antar anggota dalam suatu
kelompok geng biasanya sangat intens serta memiliki solidaritas yang sangat tinggi. Dengan pola
interaksi seperti ini sering di jumpai beberapa siswa hanya bergaul dengan teman-teman satu
geng saja, dan merasa sulit untuk berinteraksi dengan siswa yang lain.
Berhubungan dengan hal itu, dukungan dari berbagai pihak yang terlibat sangat dibutuhkan
untuk membantu meningkatkan kemampuan berinteraksi sosial sesama teman, khususnya siswa
itu sendiri. Peran guru pembimbing juga dibutuhkan untuk memberikan berbagai layanan
bimbingan sosial bagi siswa yang membutuhkannya, baik berupa layanan individual maupun
kelompok dalam kegiatan bimbingan/konseling kelompok atau individual. Berkenaan dengan itu,
maka peneliti mencoba menggunakan layanan bimbingan kelompok, karena menurut Tohirin
(2011:172) layanan bimbingan kelompok secara umum bertujuan
untuk pengembangan kemampuan bersosialisasi, khususnya kemampuan berkomunikasi peserta
persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang perwujudan tingkah laku yang lebih efektif yakni
peningkatan kemampuan berkomunikasi baik verbal maupun non verbal para siswa.
Layanan bimbingan kelompok merupakan kegiatan bimbingan yang dilakukan dalam suasana
kelompok. Layanan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk memungkinkan peserta didik
memperoleh berbagai bahan atau informasi dari narasumber yang bermanfaat untuk kehidupan
sehari-hari. Dalam bimbingan kelompok juga terdapat dinamika kelompok yang dapat
meningkatkan interaksi sosial. Karena dinamika kelompok adalah interaksi interpersonal yang
ditandai semangat kerja sama antar anggota kelompok, saling berbagi pengetahuan, pengalaman
dalam mencapai tujuan kelompok. Sehingga kemampuan berinteraksi sosial sesama teman dapat
meningkat menjadi tinggi.
Sangatlah penting bagi seorang konselor untuk dapat mengembangkan dan meningkatkan
kemampuan siswa berinteraksi sosial sesama teman menjadi lebih baik. Dalam upaya
mewujudkan pribadi siswa yang memiliki interaksi sosial yang baik, maka diterapkanlah suatu
tehnik layanan dalam bimbingan konseling yaitu layanan bimbingan kelompok sebagai
medianya.
Berikut dapat digambarkan alur kerangka pikir dalam penelitian ini.
Kemampuan berinteraksi sosial sesama teman rendah
Kemampuan berinteraksi sosial sesama teman
meningkat / tinggi
Gambar 1.1 Alur Kerangka Pikir
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah atau sub masalah yang
diajukan oleh peneliti dan dijabarkan dari landasan teori atau kajian teori dan masih harus diuji
kebenarannya melalui data empiris yang terkumpul.
Menurut Arikunto (2006:62) Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian seperti terbukti melalui data yang terkumpul.
Agar penelitian ini terarah, dengan demikian diperlukan adanya hipotesis sehingga kemampuan
interaksi sosial siswa yang rendah dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok.
Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Kemampuan interaksi sosial siswa
SMP PGRI 1 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2011/2012 dapat ditingkatkan menggunakan layanan
bimbingan kelompok.”
Sesuai dengan hipotesis penelitian, maka dapat dirumuskan hipotesis statistik sebagai berikut:
1). Hipotesis Alternatif ( Ha) : kemampuan berinteraksi sosial sesama teman pada siswa SMP
PGRI 1 Gadingrejo tahun pelajaran 2011/2012 dapat ditingkatkan menggunakan layanan
bimbingan kelompok.
2). Hipotesis Nihil ( Ho) : kemampuan berinteraksi sosial sesama teman pada siswa SMP PGRI 1
Gadingrejo tahun pelajaran 2011/2012 tidak dapat ditingkatkan menggunakan layanan
ABSTRAK
PENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERINTERAKSI SOSIAL SESAMA TEMAN PADA SISWA SMP PGRI
1 GADINGREJO
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh
DWI TRISNANINGSIH
Masalah dalam penelitian ini rendahnya kemampuan siswa berinteraksi sosial sesama teman. Permasalahan dalam penelitian ini adalah ” Apakah kemampuan berinteraksi sosial sesama teman meningkat setelah mengikuti layanan bimbingan kelompok?”.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Kemampuan berinteraksi sosial sesama teman pada siswa SMP PGRI 1 Gadingrejo dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok.
Metode yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen dengan desain one group
pretest-posttest, dianalisis dengan statistik non parametrik menggunakan uji Wilcoxon. Subyek penelitian ini 6 siswa yang memiliki kemampuan berinteraksi sosial sesama teman rendah. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala interaksi sosial.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kemampuan berinteraksi sosial sesama teman mengalami peningkatansignifikan setelah pemberian layanan bimbingan kelompok.Hal ini ditunjukkan dari hasil pretest dan posttest yang diperolehZ hitung = 2,201 dan Z tabel = 0, 028. Karena Z hitung > Z tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat perbedaan yang signifikan dengan taraf signifikansi 5% antara skor interaksi sosial siswa sebelum dan setelah diberikan layanan bimbingan kelompok kepada subyek penelitian.
Kesimpulan dalam penelitian ini, kemampuan berinteraksi sosial sesama teman siswa dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok.
Saran yang diberikan yaitu (1) Kepada Siswa hendaknya mengikuti kegiatan bimbingan kelompok untuk meningkatkan kemampuan berinteraksi sosialnya, (2) Kepada Guru pembimbing hendaknya dapat membantu dan mengadakan kegiatan bimbingan kelompok secara rutin untuk meningkatkan kemampuan berinteraksi sosial sesama teman pada khususnya dan untuk memecahkan masalah pada umumnya.
ABSTRACT
THE IMPLEMENTATION OF GROUP COUNSELING TO INCREASE THE STUDENTS’ ABILITY IN DOING SOCIAL INTERACTION TO THEIR PEERS AT
SMP PGRI GADINGREJO IN ACADEMIC ON 2011/2012 objective of the research was to know whether the students’ ability in doing social interaction to their peers at SMP PGRI Gadingrejo could be improved through group counseling.
The method used was quasi experiment method by using one group pretest-posttest design, analyzed by using non parametric statistics using wilcoxon test. The subjects of this research were 6 students who had low ability in doing social interaction to their peers. The collecting data technique in this research was using social interaction scale.
The result showed that the students’ ability in doing social interaction to their peers had significantly increased after the teacher gave group counseling. It was indicated from the result
of pre test and post test which was obtained Z count2,201 and Z table0,028. Since Z count > Z
table, therefore Ho was denied and Ha was received, it meant that there was significantly differences with significance level 5% between students’ social interaction score before and after given group counseling to the subject of the research.
In conclusion, the students’ ability in doing social interaction to their peers could be increased through group counseling.
The suggestions given were (1) the students should follow the group counseling activity to increase the students’ ability in doing social interaction; (2) the guidance counselor should be able to help and hold group counseling routinely to increase the students’ ability in doing social interaction to their peers specifically and to solve the problems generally.