• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN TEKNIK MODELING DALAM KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 9 METRO TAHUN PELAJARAN 2014/2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN TEKNIK MODELING DALAM KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 9 METRO TAHUN PELAJARAN 2014/2015"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGGUNAAN TEKNIK MODELING DALAM KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BELAJAR PADA

SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 9 METRO TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh

NATALIA DEVI SYLVIANA

Masalah penelitian ini adalah kebiasaan belajar siswa yang rendah. Permasalahannya adalah “apakah dengan teknik modeling dalam konseling kelompok dapat meningkatkan kebiasaan belajar pada kelas VIII di SMP N 9 Metro?. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui teknik modeling dalam konseling kelompok dapat meningkatkan kebiasaan belajar pada kelas VIII di SMP N 9 Metro.

Metode penelitian adalah metode quasi eksperimen desain One-group pretest-posttest design. Subjek penelitian sebanyak 11 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan skala kebiasaan belajar. Analisis data yang digunakan adalah uji

Wilcoxon.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan teknik modeling dalam koseling kelompok dapat meningkatkan kebiasaan, terbukti dari hasil analisis data kebiasaan belajar menggunakan uji Wilcoxon dari hasil analisis data pretest dan

post-test diperoleh Zhitung= -2,938 <Ztabel =11 (Zhitung< Ztabel).Dengan demikian, Ha diterima, artinya penggunaan teknik modeling dalam konseling kelompok dapat meningkatkan kebiasaan belajar dengan taraf signifikansi 5%. Kesimpulannya adalah penggunaan teknik modeling dalam konseling kelompok dapat meningkatkan kebiasaan belajar pada siswa kelas VIII di SMP N Metro tahun pelajaran 2014/2015. Saran yang diberikan adalah kepada (1) Siswa hendaknya mengikuti contoh yang ada, khususnya untuk kebiasaan belajar yang baik dalam kegiatan layanan konseling kelompok yang menggunakan teknik modeling, (2) Guru pembimbing dapat mengadakan kegiatan layanan konseling kelompok menggunakan teknik modeling jika berkaitan dengan perilaku siswa (3) Para peneliti dapat menggunakan teknik lain, selain teknik modeling untuk digunakan dalam konseling kelompok.

(2)

PENGGUNAAN TEKNIK MODELING DALAM KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BELAJAR PADA

SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 9 METRO TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh

NATALIA DEVI SYLVIANA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

PENGGUNAAN TEKNIK MODELING DALAM KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII

SMP NEGERI 9 METRO TAHUN PELAJARAN 2014/2015 (SKRIPSI)

Oleh:

NATALIA DEVI SYLVIANA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

DAFTAR ISI

A. Latar Belakan dan Masalah ... 1

1. Latar Belakang Masalah... 1

2. Identifikasi Masalah ... 4

3. Pembatasan Masalah ... 5

4. Rumusan Masalah ... 5

B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian... 5

1. Tujuan Penelitian ... 5

2. Kegunaan Penelitian... 6

C. Ruang Lingkung Penelitian ... 6

D. Kerangka Pikir... 7

E. Hipotesis ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Belajar... 13

(5)

1. Pengertian Belajar ... 14

2. Tujuan Belajar ... 15

3. Faktor yang Mempengaruhi Belajar... 16

4. Proses Belajar... 17

5. Tahapan-Tahapan dalam Proses Belajar ... 18

C. Kebiasaan Belajar... 19

1. Pengertian Kebiasaan Belajar ... 19

2. Apek-Aspek Kebiasaan Belajar ... 21

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Belajar ... 22

4. Peranan Kebiasaan Belajar... 24

D. KonselingKelompok ... 25

1. Pengertian Konseling Kelompok ... 25

2. Dinamika Kelompok ... 26

3. Peranan Dinamika Kelompok ... 28

4. Tujuan Layanan Konseling Kelompok ... 29

5. Pendekatan Konseling Kelompok ... 32

6. Tahap Penyelenggaraan Konseling Kelompok dengan Pendekatan Behaviopr Treraphy... 35

E. Kaitan Layanan Konseling Kelompok dengan Kebiasaan Belajar... 36

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 39

B. Metode Penelitian... 39

C. Subjek Penelitian ... 41

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 41

1. Variabel Penelitian ... 41

2. Definisi Operasional... 42

E. Metode Pengumpulan Data... 43

1. Skala... 44

F. Pengujian Instrumen Penelitian ... 46

1. Uji Validitas ... 46

2. Uji Reliabilitas ... 46

G. Teknik Analisis Data... 48

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 50

1. Gambaran Hasil Pra Koseling Kelompok ... 50

(6)

3. Hasil Pelaksanaan Kegiatan Konseling Kelompok... 52

4. Data Skor Subyek Sebelum dan Setelah Konseling Kelompok.. 60

5. Deskripsi Subjek Setiap Siswa... 61

6. Analisis Data Hasil Penelitian... 83

7. Uji Hipotesis ... 84

B. Pembahasan... 85

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN ... 89

B. SARAN ... 89 DAFTAR PUSTAKA

(7)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR Halaman

1.1 Kerangka Pikir ... 11

3.2One group pretest-posttes design...40

4.1 Peningkatan Kebiasaan Belajar pada Aldo ... 62

4.2 Peningkatan Kebiasaan Belajar pada Evita ... 64

4.3 Peningkatan Kebiasaan Belajar pada Jodi ... 66

4.4 Peningkatan Kebiasaan Belajar pada Fathur ... 68

4.5 Peningkatan Kebiasaan Belajar pada Ita ... 70

4.6 Peningkatan Kebiasaan Belajar pada Mutiara ... 72

4.7 Peningkatan Kebiasaan Belajar pada Pratama ... 74

4.8 Peningkatan Kebiasaan Belajar pada Nadiefa ... 76

4.9 Peningkatan Kebiasaan Belajar pada Adi ... 78

4.10 Peningkatan Kebiasaan Belajar pada Nur ... 80

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Blue Print Kisi- Kisi Kebiasaan Belajar... 91

2.Hasil Uji Ahli Kisi- Kisi Kebiasaan Belajar ... 92

3.Skala Kebiasaan Belajar... 94

4. Reliabilitas ... 98

5. Laporan Proses Dan Uji Ahli Instrumen ... 101

6. Data Penjaringan Subjek ... 109

7. Kesimpulan Penjaringan Subjek ... 112

8. Uji Wilxoson ... 114

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Kriteria Bobot Nilai Kebiasaan Belajar ... 45

3.2 Kriteria Kebiasaan Belajar ... 45

3.3 Kriteria Reliabilitas ... 47

4.2 Data Siswa... 52

4.4 Jadwal Pelaksanaan Konseling Kelompok... 52

(10)
(11)
(12)
(13)

MOTO

Janganlah pernah membiarkan setiap kesalahan

menyebabkan anda berhenti percaya pada diri sendiri.

Belajarlah darinya dan teruskanlah .

(14)

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

terselesaikannya penulisan skripsi ini, ku persembahkan karya kecilku ini

kepada :

Ayah dan ibuku tersayang, Paulus Suntari dan Endang Caturina yang selalu

menyertaiku dalam doa. Terimakasih atas kasih sayang dan cintanya yang telah

banyak memberikan semangat dan dukungan untuk keberhasilan

putra-putrinya.

(15)

-RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Bandarjaya Barat, Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah pada tanggal 13 Desember 1991, sebagai anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Paulus Suntari dan Ibu Endang Caturina.

Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) Pamardisiwi Bandarjaya Terbanggi Besar diselesaikan tahun 1996, Sekolah Dasar (SD) Kristen 3 Bandarjaya Terbanggi Besar diselesaikan tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Terbanggi Besar diselesaikan tahun 2007, kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Seputih Agung diselesaikan tahun 2010.

(16)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul ” Penggunaan Teknik Modeling Dalam Konseling Kelompok Untuk Meningkatkan Kebiasaan Belajar Pada Siswa SMP Negeri 9 Metro Tahun Pelajaran 2014/2015”. Adapun maksud penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Ilmu Pendidikan, FKIP Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

2. Ibu Dr. Riswanti Rini,M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

3. Bapak Drs. Yusmansyah, M.Si., selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Lampung;

4. Bapak Drs. Muswardi Rosra, M.Pd., selaku Pembimbing I yang telah

menyediakan waktunya dalam memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik;

5. Ibu Rani Rahmayanthi Z, S.Pd., M.A selaku Pembimbing II yang telah

(17)

bantuan, dan arahan kepada penulis selama ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik;

6. Bapak Dr. Syarifuddin D.,M.Pd, selaku pembahas dan penguji pada penulisan skripsi ini yang telah memberikan bimbingan, kritikan dan masukan dalam proses penyelesaian skripsi ini;

7. Ibu Siti selaku Kepala SMP N 9 Metro. Terima kasih atas bantuan dan kesediaannya membantu penulis dalam mengadakan penelitian;

8. Ibu Dwi Winarti S.Pd, selaku guru Bimbingan dan Konseling SMP N 9 Metro yang telah memberikan dukungan serta bantuan kepada penulis dalam mengadakan penelitian;

9. Siswa-siswi SMP N 9 Metro (Aldo,Evita,Jodi, Fathur, Ita, Mutiara, Pratama, Nadiefa, Adi, Nur, Solthan) yang telah bersedia untuk melakukan kegiatan konseling kelompok;

10.Abang Matius Adi terima kasih atas dukungan dan bantuannya selama ini yang selalu memberikan motivasi dan semangat;

11.Sahabat-sahabatku : Lulu, Tri Okta Ayu Evita, Diah Rahayu Armanto, Anisa Nurlaila, Novita Gustari, Dina Apriyana, Aan Purwanto, Jelita Layong Sari, Evi, wela, galuh, ences dan semua teman- teman bk angkatan 2010. Kalian motivator ku untuk menjadi seorang yang lebih baik. Terimakasih untuk semuanya;

(18)

13.Kosan Wisma Rizky : Bapak dan Ibu Nurdin, Mbak Wayan, Ayu, Ratna, Selvi, Sefi, Sela, Nilu, Silfi, Lia, Diana, Ana, Rini, Puspita, terimakasih atas kebersamaan dukungannya selama ini;

14.Almamaterku tercinta.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, April 2015 Penulis,

(19)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

1. Latar Belakang

Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia dengan cara mendorong manusia tersebut untuk berkembang. Salah satu usaha tersebut adalah memfasilitasi kegiatan belajar siswa agar proses belajar yang dilakukan oleh siswa dapat berjalan dengan baik.

Dengan demikian setiap siswa mendapat kesempatan untuk belajar dan berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan, kecerdasan, bakat, dan minatnya. Pendidikan merupakan sebuah siklus percobaan yang tidak pernah selesai sampai kapan pun, karena sepanjang ada kehidupan manusia dimuka bumi maka pendidikan akan terus berkembang.

(20)

2

maksimal untuk berbagai aspek kepribadian. Proses pencapaian keSukardisaan tersebut banyak melibatkan kejiwaan, apalagi bagi siswa yang masih dalam tahap perkembangan memiliki kondisi yang masih labil, tingkah lakunya mudah berubah dan sangat emosional. Kondisi kejiwaan seperti itu sering menimbulkan masalah seperti permasalahan pribadi yaitu masalah yang dialami oleh seseorang dengan dirinya sendiri maupun dengan orang lain; masalah kelompok yaitu masalah yang dialami oleh sekelompok orang. Jika permasalahan tersebut dibiarkan akan menghambat kegiatan belajar mengajar di sekolah, dan aktifitas kesehariannya dalam lingkungannya.

Siswa yang masih labil jika menghadapi suatu permasalahan, maka akan berdampak pada masalah belajar, masalah pribadi, masalah sosial, masalah keluarga dan masalah ekonomi, ini dapat mengakibatkan siswa mengalami perubahan yang tidak baik, seperti tidak percaya diri, prestasi belajar rendah. Dalam belajar, siswa memiliki kebiasaan belajar yang berbeda-beda yaitu ada siswa yang belajar setiap hari secara teratur sesuai dengan jam belajar yang berlaku ada pula siswa yang belajar saat ada ulangan saja.

Menurut Aunurrahman (2009: 185)

Kebiasaan belajar adalah perilaku seseorang yang telah lama tertanam dalam waktu yang relatif lama sehingga memberikan ciri dalam aktivitas belajar yang dilakukannya.

(21)

3

kebiasaan yang dapat berdampak buruk bagi diri siswa, seperti tidak mengerjakan pekerjaan rumah (PR). Kebiasaan belajar yang dimiliki oleh siswa dapat disebabkan oleh beberapa faktor, menurut Slameto ( 2010: 54- 60) :

faktor-faktor yang menjadi penyebab belajar dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kebiasaan belajar yang dialami oleh siswa tidak selalu dapat diselesaikan dalam situasi belajar mengajar di kelas saja, melainkan dengan pelayanan khusus di luar proses belajar mengajar.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan di SMP Negeri 9 Metro diketahui bahwa terdapat siswa mengalami kebiasaan belajar yang buruk, ini dapat dilihat dari perilaku siswa di kelas yaitu siswa tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru di kelas, siswa suka menyalin pekerjaan temannya, siswa tidak memperhatikan guru saat proses belajar mengajar, siswa tidak mengerjakan PR, ada pula siswa yang tidak aktif dalam proses diskusi kelompok di kelas, siswa tidak dapat menguasai materi pelajaran di kelas yang diajarkan oleh guru sehingga siswa tidak mampu mengulang materi yang telah diberikan oleh guru di kelas. Bila siswa tidak memahami atau pun kurang memahami materi yang disampaikan oleh guru di depan kelas maka siswa cenderung untuk diam, tidur dan mengobrol dengan teman satu bangkunya.

(22)

4

tidak dipahaminya. Oleh sebab itu perlu penanganan yang ekstra dari guru bidang studi serta guru pembimbing.

Berdasarkan masalah-masalah yang dialami oleh siswa kelas VIII, maka peneliti berupaya memberikan suatu layanan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kebiasaan belajar. Layanan yang peneliti gunakan dalam penelitian adalah layanan konseling kelompok dengan teknik modeling. Penggunaan layanan konseling kelompok dalam penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kebiasaan belajar siswa.

Pendekatan behavior teraphy berhubungan dengan perilaku yang dialami oleh siswa, perilaku tersebut adalah kebiasaan belajar. Maka peneliti menggunakan pendekatanBehavior Teraphydengan teknik modeling dalam konseling kelompok untuk membantu siswa dalam meningkatkan kebiasaan belajar, lalu mencari solusi untuk memecahkan masalah bersama-sama dengan siswa lainnya, karena kebiasaan belajar yang buruk dapat mengakibatkan siswa mengalami masalah belajar. Serta menumbuh kembangkan kebiasaan belajar siswa yang baik agar masalah belajar yang dihadapi oleh siswa semakin berkurang dan dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar untuk meraih hasil belajar serta prestasi belajar yang baik.

2. Identifikasi Masalah

(23)

5

1. siswa belajar saat ada ulangan saja. 2. siswa tidak belajar secara teratur.

3. Siswa tidak dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru di kelas. 4. Siswa tidak aktif saat diskusi dikelas.

5. Siswa tidak mengumpulkan tugas tepat pada waktunya.

3. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka pembatasan masalah penelitian ini adalah ‘’Penggunaan Teknik Modeling dalam Konseling Kelompok dapat Meningkatkan Kebiasaan Belajar Pada Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 9 Metro’’.

4. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka masalah dalam penelitian ini adalah kebiasaan belajar yang buruk, adapun permasalahannya adalah : ‘’Apakah dengan Teknik Modeling dalam Konseling Kelompok dapat Meningkatkan Kebiasaan Belajar Pada Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 9 Metro?’’.

B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian]

1. Tujuan Penelitian

(24)

6

layanan konseling kelompok dapat meningkatkan kebiasaan belajar pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 9 Metro.

2. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini sebagai berikut : 1. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis penelitian ini berguna untuk mengembangkan konsep-konsep ilmu tentang bimbingan dan konseling khususnya layanan konseling kelompok, dan berguna untuk mengembangkan konsep-konsep ilmu bimbingan dan koseling di sekolah.

2. Kegunaan Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi dan pemikiran atau masukan bagi siswa, guru pembimbing, dan tenaga kependidikan lainnya dalam meningkatkan kebiasaan belajar siswa.

C. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang lingkup ilmu

Penelitian termasuk dalam lingkup Bimbingan dan Konseling khususnya mata kuliah BK Kelompok, BK Belajar, BK di Sekolah.

2. Ruang lingkup objek

(25)

7

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII di SMP Negeri 9 Metro Tahun Pelajaran 2014/2015.

4. Ruang lingkup wilayah

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 9 Metro Tahun Pelajaran 2014/2015. 5. Ruang lingkup waktu

Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil Tahun Pelajaran 2014/2015. Penelitian ini dilakukan sesuai dengan surat izin penelitian pendahuluan yang diajukan oleh peneliti untuk mempermudah mendapatkan data yang diperlukan.

D. Kerangka Pikir

Kerangka pikir adalah uraian atau paradigma penelitian yang disentesiskan atau dikaitkan berdasarkan fakta-fakta observasi dan telaah kepustakaan yang memuat teori-teori, dalil-dalil dan konsep-konsep yang akan dijadikan dasar dalam penelitian. Kerangka pikir dapat juga disajikan dengan bagan atau gambar yang menunjukkan alur pikiran peneliti. Dengan demikian penelitian ini memiliki alur pemikiran sebagai berikut.

(26)

8

kegiatan baik melalui pengalaman yang dialami oleh siswa itu sendiri, latihan yang dilakukan oleh siswa dan belajar yang dilakukan oleh siswa secara terus menerus, berkesinambungan dalam suasana pembelajaran. Hal ini sesusai dengan pendapat Aunurrahman (2009: 185)

berpendapat kebiasaan belajar adalah perilaku seseorang yang telah tertanam dalam waktu yang relatif lama sehingga memberikan ciri dalam aktivitas belajar yang dilakukannya.

Kebiasaan belajar terdiri atas dua jenis yaitu kebiasaan belajar yang baik dan kebiasaan belajar yang buruk. Kebiasaan belajar yang baik adalah kebiasaan belajar yang dilakukan oleh siswa dengan prosedur atau aturan yang tepat yang telah dibuat oleh siswa seperti: siswa mematuhi jadwal belajar yang telah dibuatnya dan melakukan jadwal tersebut, siswa mengerjakan tugas tepat pada waktunya. Jika kebiasaan belajar ini dapat tertanam dengan baik maka siswa dapat mendapatkan hasil belajar yang baik pula. Hal ini sesuai dengan pendapat Djaali (2012:80) mengungkapkan bahwa :

kebiasaan belajar positif yaitu sebagai cara atau teknik yang menetap pada diri siswa pada waktu menerima pelajaran, membaca buku, mengerjakan tugas, dan pengaturan waktu untuk menyelesaikan tugas.

Kebiasaan belajar yang buruk adalah kebiasaan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam belajar yang memiliki prosedur yang tidak tepat seperti: siswa suka menunda-nunda pekerjaannya, siswa belajar saat ada ulangan saja, siswa tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Hal ini sesuai dengan pendapat Dimyati dan Mujdiono (2006:246)

(27)

9

Dalam proses belajar mengajar di sekolah agar memperoleh hasil yang optimal harus dilakukan dengan sadar, sengaja, bertahap, dan berkesinambungan karena proses belajar ini harus dilakukan secara terstruktur dan memiliki hubungan yang baik antara proses belajar dengan kebiasaan belajar yang dilakukan oleh siswa. Namun terdapat hambatan dalam proses belajar mengajar, karena masih ada siswa yang belum memiliki kesadaran akan pentingnya belajar bagi dirinya dan manfaat dari belajar yang dapat memberikan pengalaman maupun ilmu bagi siswa tersebut.

Namun itu semua terkadang menjadi sulit untuk dilakukan oleh siswa walaupun siswa memiliki semangat yang tinggi dalam belajar karena siswa terkadang sulit untuk berkonsentrasi dalam belajar. Ada beberapa hal yang membuat siswa sulit untuk berkonsentrasi yaitu siswa menyukai pelajaran tertentu, tetapi tidak menyukai guru yang mengajar, siswa tidak menyukai pelajaran tertentu dan malas untuk mengikuti proses belajar mengajar. Maka dalam hal ini dapat dilihat bahwa kebiasaan belajar yang dimiliki oleh siswa merupakan cerminan dari proses belajar yang dilakukan siswa secara kontinyu atau secara terus menerus yang telah menjadi kebiasaan yang dimiliki oleh siswa.

(28)

10

mendengarkan, dan bertenggang rasa dalam suasana kelompok. Kegiatan ini merupakan tempat pengembangan diri dalam rangka belajar berkomunikasi secara positif dan efektif dalam kelompok. Dengan menggunakan layanan konseling kelompok tersebut diharapkan dapat menunjang keberhasilan siswa dalam belajar, sehingga kebiasaan belajar yang buruk yang dihadapi oleh siswa dapat teratasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Latipun (dalam Lumaongga, 2011:198)

konseling kelompok adalah bentuk konseling yang membantu beberapa klien normal yang diarahkan mencapai fungsi kesadaran secara efektif. konseling kelompok biasanya dilakukan untuk jangka waktu pendek atau menengah.

Dalam konseling kelompok terdapat macam-macam layanan, pendekatan dan teknik yang dapat digunakan untuk membantu siswa dalam mengatasi masalah yang sedang dialami. Salah satu pendekatan dan layanan yang akan digunakan adalah pendekatan Behavior Teraphy dengan teknik modeling dalam konseling kelompok.

Pendekatan Behavior Teraphy tidak menguraikan asumsi-asumsi filosofi tertentu tentang manusia secara langsung. Karena setiap orang dipandang memiliki kecenderungan - kecenderungan positif dan negatif yang sama. Manusia pada dasarnya dibentuk dan ditentukan oleh lingkungan sosial budayanya. Karena pada dasarnya Behavior teraphy diarahkan pada tujuan-tujuan memperoleh tingkah laku baru.

(29)

11

modeling merupakan belajar melalui observasi dengan menambahkan atau mengurangi tingkah laku yang teramati, mengeneralisir berbagai pengamatan, sekaligus melibatkan proses kognitif.

Dalam hal ini konselor menunjukkan kepada klien tentang perilaku model, dapat menggunakan model audio, model fisik, model hidup atau lainnya yang teramati dan dipahami jenis perilaku yang hendak dicontoh. Perilaku yang berhasil dicontoh memperoleh ganjaran dari konselor. Ganjaran dapat berupa pujian sebagai ganjaran sosial.

Berikut ini adalah bentuk kerangka pikir dari penelitian ini :

Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penelitian

Dari gambar di atas dapat diambil kesimpulan bahwa siswa yang mengalami kebiasaan belajar buruk diberikan teknik modeling dalam konseling kelompok agar kebiasaan belajarnya dapat menjadi baik.

E. Hipotesis

Hipotesis adalah dugaan sementara yang perlu dibuktikan, ini sesuai dengan pendapat Sukardi (2003:49) Hipotesis adalah suatu jawaban sementara yang masih diuji dengan data yang diperoleh dari lapangan.

Kebiasaan belajar siswa rendah

Layanan konseling kelompok (Teknik modeling)

(30)

12

Hipotesis penelitian yang penulis ajukan adalah bahwa penggunaan teknik modeling dalam konseling kelompok dapat meningkatkan kebiasaan belajar pada siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Metro Tahun Pelajaran 2014 /2015. Berdasarkan hipotesis penelitian di atas, penulis mengajukan hipotesis statistik dari penilitian ini sebagai berikut:

Ho: Penggunaan teknik modeling dalam konseling kelompok tidak dapat meningkatkan kebiasaan belajar dengan taraf signifikansi 5%.

(31)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Belajar

Banyak teori tentang belajar, tetapi peneliti mengunakan salah satu dari berberapa teori belajar yaitu teori belajar behavior, teori belajar behavior digunakan oleh peneliti karena penelitian ini berhubungan dengan perilaku siswa. Teori belajar lebih menitikberatkan pada proses hubungan stimulus –respon-reinforcement sebagai bagian yang terpenting dalam belajar, dengan adanya stimulus yang diberikan kepada siswa maka siswa akan memberikan respon terhadap stimulus tersebut. Selain stimulus dan respon yang saling berkaitan reinforcement juga berperan penting untuk memperkuat timbulnya respon.

Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang dilakukan secara terus menerus dan memiliki tujuan yang akan dicapai, seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia telah mampu menunjukkan perubahan tingkah lakuyang baik. Belajar juga merupakan bentuk perubahan yang dialami oleh siswa kearah yang lebih baik dalam bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon yang diterimanmya. Menurut Asri (2005: 20)

(32)

14

Ada faktor lain yang juga dianggap penting oleh aliran behavioristik, menurut Asri (2005:20-21) adalah

faktor penguatan (reinforcement) penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon. Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu juga bila penguatan dikurangi (negative reinforcement) respon pun akan tetap dikuatkan.

Dari pendapat ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa teori belajar behavior

adalah suatu rangsangan yang diberikan oleh guru kepada siswanya dan respon yang harus diterima oleh siswa. Dalam teori belajar ini ada faktor lain juga yang menjadi faktor penguatan, penguatan merupakan suatu bentuk stimulus yang penting untuk diberikan atau ditambahkan untuk memungkinkan terjadinya respon.

B. Proses Pembelajaran

1.Pengertian Belajar

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan yang memberikan perubahan untuk tujuan yang baik dalam menerima rangsangan untuk memberikan respon. Menurut Hilgard (dalam Ahmadi 2002: 280) mengatakan tentang belajar bahwa

seseorang yang belajar kelakuannya akan berubah dari pada sebelum itu. Jadi belajar tidak hanya mengenai bidang intelektual, akan tetapi mengenai seluruh pribadi anak.

Sedangkan belajar menurut Santoso ( 2010: 2) adalah

(33)

15

Menurut Hakim ( 2005 : 20 ) menjelaskan belajar adalah

suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan.

Pendapat dari para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah upaya yang dilakukan oleh siswa melalui tahapan-tahapan yang bersifat kontinyu melalui pemikiran siswa dan mengalami perubahan yang dapat dilihat. Karena belajar mengalami perubahan yang baru dalam diri seseorang yang memiliki peningkatan kualitas dan kuantitas yang baik.

2. Tujuan Belajar

Belajar merupakan kegiatan yang harus dilakukan setiap orang secara maksimal untuk dapat menguasai atau memperoleh sesuatu. Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan dan keterampilan. Tujuan belajar adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsungnya proses belajar yang baik. Karena siswa telah melakukan tugas belajar yang umumnya meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan tercapai oleh siswa agar mendapatkan hasil yang baik. Menurut Dalyono (2007:49-50) belajar memiliki beberapa tujuan yaitu

a. Belajar adalah suatu usaha adalah perbuatan yang dilakukan secara sungguh sungguh dan dengan sistematis.

b. Belajar bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri antara lain tingkah laku. c. Belajar bertujuan mengubah kebiasaan yaitu kebiasaan yang buruk menjadi

kebiasaan yang baik.

(34)

16

e. Belajar bertujuan menambah pengetahuan dalam berbagai bidang ilmu.

Menurut uraian diatas maka dapat diambil kesimpulan belajar adalah kegiatan manusia yang sangat penting dan harus dilakukan selama hidup, karena melalui belajar dapat melakukan perbaikan dalam berbagai hal yang menyangkut kepentingan hidup. Dengan belajar maka seseorang dapat mengubah kebiasaan atau pun sikap menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya, dan belajar juga dapat membuat seseorang mengetahui hal yang baru untuk dijadikan acuan dalam kehidupannyayang memiliki tujuan yang baik di dalam hidupnya.

Hal senada juga diungkapkan oleh Sardiman (2008:28) tujuan belajar yaitu a. Untuk mendapatkan pengetahuan

Hal ini ditandai dengan kemampuan berfikir. Pemilikan pengetahuan dan kemampuan berfikir sebagai yang tidak bisa dipisahkan.

b. Penanaman konsep dan keterampilan

Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan suatu keterampilan. Keterampilan itu memang dapat di didik, yaitu dengan banyak melatih kemampuan.

c. Pembentukan sikap

Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi anak didik, guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatanya.

Dari uraian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan belajar adalah suatu cara yang dilakukan oleh siswa untuk mendapatkan pengetahuan melalui kemampuan berfikir siswa dalam belajar agar mendapatkan hasil belajar yang maksimal, siswa juga harus memiliki keterampilan dan melatih kemampuannya.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

(35)

17

yang belajar dan ada pula dari luar dirinya.Tetapi faktor dari dalam dan faktor dari luar diri seseorang tidak dapat dipisahkan karena menjadi satu kesatuan.

Di bawah ini dikemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menurut Dalyono ( 2007 : 55-60) yaitu

a. Faktor Internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri, faktor yang

berpengaruh adalah kesehatan, intelegensi dan bakat, minat dan motivasi, cara belajar.

b. Faktor Eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri, faktor yang berpengaruh adalah keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan sekitar.

Dari uraian di atas maka dapat diambil kesimpulan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, bahwa faktor-faktor internal dan eksternal berperan penting dalam diri seseorang untuk dapat belajar dengan baik. Karena faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi seseorang dalam kegiatan belajarnya. Senada dengan pendapat Dalyono (2007:102-105) mengemukakan pendapatnya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi belajar:

a. Faktor internal (faktor dari dalam diri) seperti kematangan, kecerdasan, latihan, motivasi dan sifat-sifat pribadi.

b. Faktor eksternal (faktor dari luar diri) seperti keadaan keluarga, guru dan cara mengajar, lingkungan dan kesempatan.

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-faktor belajar memiliki peran penting dalam proses belajar karena faktor internal dan faktor eksternal menjadi pendukung dan sangat berpengaruh bagi siswa dalam proses belajar.

4. Proses Belajar

(36)

18

Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju dari pada keadaan sebelumnya.

Menurut Chaplin dalam Syah (2009: 109) proses adalah

suatu perubahan khususnya yang menyangkut perubahan tingkah laku. Dalam psikologi belajar, proses adalah cara-cara atau langkah-langkah khusus yang memiliki beberapa perubahan yang ditimbulkan hingga tercapai hasil-hasil tertentu.

Maka dapat diambil kesimpulan dari uraian di atas bahwa proses adalah suatu cara yang dilakukan secara bertahap dan memiliki perubahan tertentu yang dapat menimbulkan perubahan tingkah laku seseorang.

5. Tahapan-tahapan dalam Proses Belajar

Belajar adalah suatu aktivitas yang berproses, maka dalam belajar terdapat tahapan-tahapan yang harus dilalui untuk mendapatkan tujuan yang diinginkan. Menurut Arno F. Wittig dalam Syah

(2009: 111) adalah

a. acquisition ( tahap perolehan / penerimaan informasi), pada tahap ini siswa mulai menerima informasi sebagai stimulus dan melakukan respon terhadapnya, sehingga menimbulkan pemahaman dan perilaku baru. Proses acquistion dalam belajar merupakan tahapan paling mandasar.

b. storage ( tahap penyimpanan informasi), pada tahap ini siswa otomatis akan mengalami proses penyimpanan pemahaman perilaku baru yang diperoleh ketika menjalani proses acquisition.

c. retrival (tahap mendapatkan kembali informasi), pada tahap ini siswa akan mengaktifkan kembali fungsu-fungsi sistem memikirnya, misalnya ketika siswa menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah.

(37)

19

siswa untuk mendapatkan suatu perubahan tingkah laku baru yang dapat membuat siswa menerima stimulus dan dapat melakukan respon dengan baik. Agar tahapan–tahapan tersebut dapat dengan baik dilalui oleh seorang siswa.

C. Kebiasan Belajar

1. Pengertian Kebiasaan Belajar

Kebiasaan belajar yang baik akan membantu siswa menguasai materi pelajaran. Sedangkan kebiasaan belajar yang buruk atau kurang baik akan mempersulit siswa untuk memahami materi pelajaran.

Menurut Syah (2009: 128)

kebiasaan belajar adalah cara atau teknik yang menetap pada diri siswa pada waktu menerima pelajaran, membaca buku, menerima tugas, dan pengaturan waktu untuk menyelesaikan kegiatan.

Sedangkan menurut Aunurrahman (2009: 185)

kebiasaan belajar adalah perilaku seseorang yang telah tertanam dalam waktu yang relatif lama sehingga memberikan ciri dalam aktivitas belajar yang dilakukannya.

Menurut Santoso (2010: 82–83) mengungkapkan:

kebiasaan belajar akan mempengaruhi belajar itu sendiri, yang bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan, sikap, kecakapan dan keterampilan, diantaranya: pembuatan jadwal dan pelaksanaannya, membaca dan membuat catatan, mengulangi bahan pelajaran, konsentrasi dan mengerjakan tugas.

(38)

20

memerlukan waktu yang lama untuk mencapai tujuan dalam belajarnya agar mendapatkan pengetahuan, sikap, kecakapan dan keterampilan.

Dimyati dan Mudjiono ( 2006 : 246) mengungkapkan bahwa:

kebiasaan belajar yang buruk adalah belajar pada akhir semester, belajar tidak teratur, menyia-yiakan kesempatan belajar, bersekolah hanya untuk bergengsi, datang terlambat bergaya pemimpin, bergaya jantan seperti merokok, bergaya meminta belas kasian tanpa belajar.

Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kebiasaan belajar yang buruk merupakan kebiasaan belajar yang dapat membuat siswa menjadi tidak menyadari arti dan manfaat belajar bagi dirinya sendiri yang sebenarnya dapat memberikan ilmu dan pengetahuan bagi siswa itu sendiri untuk mendapatkan prestasi yang baik dan hasil belajar yang baik pula.

Kebiasaan belajar dapat menentukan keberhasilan dalam belajar seseorang, setiap siswa memiliki kebiasaan yang berbeda-beda karena masing-masing memiliki cara untuk memanfaatkan objek mereka sendiri. Sama halnya dengan siswa di sekolah, mereka memiliki kebiasaan yang berbeda-beda, terdapat siswa yang memiliki kebiasaan yang positif dan negatif. Hal ini senada dengan pendapat Djaali (2012: 80) yaitu

kebiasaan belajar positif adalah sebagai cara atau teknik yang menetap pada diri siswa pada waktu menerima pelajaran, membaca buku, mengerjakan tugas, dan pengaturan waktu untuk menyelesaikan tugas.

(39)

21

baik untuk belajar dan dapat mempermudah siswa dalam membagi waktu untuk bermain agar waktu yang dimiliki oleh siswa tidak terbuang dengan sia-sia.

2. Aspek- Aspek Kebiasaan Belajar

Untuk memiliki kebiasaan belajar yang baik maka siswa harus memiliki aspek-aspek kebiasaan belajar yang baik pula agar siswa memiliki kecakapan dalam belajarnya yang dapat mencapai tujuan yang baik dalam kebiasaan belajar yang dilakukan oleh siswa. Hal ini tentunya menjadikan siswa berkeinginan agar belajarnya dapat berhasil dengan baik, untuk itu siswa berusaha sedapat mungkin menggerakkan segala pola pikirnya yang ada sehingga berhasil mencapai tujuan yang diinginkannya agar hasil belajar dan perstasi belajar siswa menjadi baik pula. Menurut Brown dan Holtzman (dalam Prayitno, 1999:282) apek-aspek kebiasaan belajar meliputi:

a. Cara siswa mengerjakan tugas di sekolah

seorang guru memberikan tugas kepada siswa agar siswa mengulangi pelajaran yang telah dipelajari atau diajarkan. Dengan mengerjakan tugas yang diberikan, siswa akan mengulang dan melatih pelajaran di sekolah, sehingga siswa akan lebih paham dan mengerti.

b. Kebiasaan dalam melaksanakan kegiatan belajar

Dalam kegiatan belajar siswa harus mempunyai rencana belajar dan jadwal belajar yang baik agar belajar dapat teratur dan sistematis

c. Sikap terhadap guru.

seorang siswa yang baik adalah siswa yang patuh dengan perintah guru, dan menghormati serta menghargai saat guru sedang menjelaskan materi di kelas. d. Sikap dalam menerima pelajaran

siswa memperhatikan guru ketika menerangkan materi pelajaran di dalam kelas, siswa juga aktif dalam proses belajar mengajar di dalam kelas.

(40)

22

yang baik kepada guru di kelas saat proses belajar mengajar sedang berlangsung. Agar siswa dapat menerima pelajaran dengan baik serta dapat memahami pelajaran yang disampaikan guru di depan kelas.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Belajar

Kebiasaan belajar dapat terwujud dan dilaksanakan oleh siswa yang berkaitan dengan aktivitas kehidupan belajar siswa yang nampak yaitu dalam bentuk tingkah laku, khususnya dalam proses pembelajaran di sekolah. Kebiasaan belajar ini tidak muncul dengan sendirinya melainkan dikondisikan dan dibentuk melalui berbagai kegiatan baik melalui pengalaman yang dialami oleh siswa, latihan yang dilakukan oleh siswa dan belajar yang dilakukan secara terus menerus, berkesinambungan dalam suasana pembelajaran.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan belajar pada siswa sangat beragam. Faktor-faktor itu bisa berasal dari dalam diri siswa sendiri ataupun dari luar diri siswa. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan belajar siswa ini dapat membuat sebuah perilaku kebiasaan belajar yang bersifat positif bagi siswa. Sularti (2008 : 26) mengemukakan faktor dari luar dan dari dalam individu yang mempengaruhi kebiasaan belajar. Faktor dari luar individu yang sering berpengaruh pada kebiasaan belajar adalah sebagai berikut:

a. Sikap guru kurang memahami dan mengerti siswa yaitu guru tidak adil, kurang perhatian, khususnya pada anak-anak yang kurang cerdas, guru yang sering marah jika siswa tidak dapat mengerjakan tugas

b. Keadaan ekonomi orang tua yaitu siswa tidak sekolah atau alpa dapat

disebabkan siswa tidak memiliki uang transport untuk ke sekolah karena lokasi sekolah sangat jauh dari rumah.

(41)

23

anaknya, anak merasa ditelantarkan, disia-siakan, merasa bahwa dirinya tidak berarti.

Faktor dari dalam individu yang sering mempengaruhi adalah sebagai berikut: a. Minat, motivasi dan cita-cita siswa yaitu siswa yang memiliki kebiasaan malas

belajar atau sering tidak masuk sekolah karena tidak memiliki cita- cita atau harapan.

b. Pengendalian diri dan emosi yaitu tidak dapat menolak ajakan teman, perasaan takut, kecewa atau tidak suka kepada guru, emosi yang tidak stabil seperti mudah tersinggung, mudah marah dan putus asa.

c. Kelemahan fisik, panca indra dan kecacatan lainnya yaitu siswa yang memiliki kekurangan fisik kurang dapat berkembang dengan normal dimungkinkan memiliki sikap dan kebiasaan belajar kurang baik, siswa ingin diperhatikan, kurang percaya diri dan sebaliknya sombong sekedar menutupi kekurangannya. d. Kelemahan mental seperti kecerdasan/ intelegensi dan bakat khusus.

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kebiasaan belajar dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal, faktor eksternal yang mempengaruhi siswa yaitu saat proses belajar sedang berlangsung terdapat siswa yang merasa perlakuan yang diberikan guru tidak sama dengan temannya yang lain, siswa yang tidak mendapatkan kasih sayang dari orang tua secara penuh dapat mengakibatkan kebiasaan belajarnya menjadi buruk, begitu juga dengan keadaan ekonomi yang terjadi dalam kehidupan keluarga siswa berpengaruh bagi diri siswa.

(42)

24

Menurut Yusuf (2006: 56)

bahwa kebiasaan belajar dapat dipengaruhi oleh faktor interen dan ekstern dan dapat dikembangkan melalui latihan, pemahaman, perasaan dan keyakinan tentang manfaat belajar.

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kebiasaan belajar menurut Yusuf adalah kebiasaan belajar yang dipengaruhi oleh faktorinteren dan ekstern, kebiasaan belajar ini dapat dikembangkan oleh siswa dengan cara banyak melakukan latihan dalam belajar dan memahami manfaat belajar untuk dirinya sendiri. Karena kebiasaan belajar yang ditanamkan dalam diri siswa haruslah kebiasaan belajar yang baik untuk mendapkan hasil belajar yang memuaskan dalam proses belajar mengajar.

4. Peranan Kebiasaan Belajar

Pada umumnya setiap orang bertindak berdasarkan kebiasaan sekalipun siswa tahu bahwa cara lain mungkin lebih menguntungkan. Menurut Djaali (2012: 128) sesuai dengan law of effect yaitu hukum belajar yang dikemukakan oleh Edward Trondike, perbuatan yang menimbulkan kesenangan cenderung untuk diulang, oleh karena itu tindakan berdasarkan kebiasaan bersifat mengukukuhkan.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa peranan kebiasaan belajar sangatlah penting dalam pencapaian keberhasilan dalam belajar karena kebiasaan mengandung motivasi yang kuat. Peranan kebiasaan dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam belajar, menurut Slameto (2010 : 30) menjelaskan tentang kegiatan-kegiatan yang ada dalam kebiasaan belajar, yaitu : a. Mempersiapkan diri untuk belajar

b. Mengikuti pelajaran di sekolah

(43)

25

e. Mengikuti ulangan

f. Mengerjakan tugas dan pekerjaan rumah

g. Mengikuti praktikum baik di laboratorium maupun di lapangan h. Membuat laporan

i. Meletakkan dan perapikan alat pelajaran

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan-kegiatan yang ada dalam belajar yaitu siswa harus memiliki persiapan sebelum belajar maupun mengikuti proses belajar mengajar di sekolah, siswa juga harus aktif meluangkan waktunya untuk membaca buku ataupun pergi keperpustakaan, siswa juga harus rajin mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru dan tepat waktu untuk mengumpulkan tugas-tugas tersebut.

D. Konseling Kelompok

1. Pengertian Konseling Kelompok

Konseling kelompok merupakan upaya bantuan yang diberikan kepada peserta didik dalam rangka memberikan kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhannya, konseling kelompok dapat pula bersifat penyembuhan. Untuk mengetahui pengertian konseling kelompok, berikut ini dikemukakan beberapa pendapat para ahli. Winkel (dalam Lumaongga, 2011:198) menjelaskan mengenai konseling kelompok yaitu pelaksanaan proses konseling yang dilakukan antara seorang konselor profesional dan beberapa klien sekaligus dalam kelompok kecil.

(44)

26

Menurut pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa konseling kelompok adalah suatu proses konseling dimana terdapat seorang konselor atau orang yang profesional yang membantu klien dalam memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi dengan cara menjadi seorang pengarah di dalam suatu kelompok yang dapat bersifat sebagai penyembuhan bagi individu yang memiliki masalah.

Menurut Latipun (2008: 178)

konseling kelompok merupakan salah satu bentuk konseling dengan memanfaatkan kelompok untuk membantu, memberi umpan balik (feed back) dan pengalaman belajar. Konseling kelompok dalam prosesnya menggunakan prinsip-prinsip dinamika kelompok.

Menurut Gazda dalam Latipun (2008: 178)

konseling kelompok adalah suatu proses intrapersonal yang dinamis yang memusatkan pada usaha dalam berfikir dan tingkah laku serta melibatkan fungsi-fungsi terapi yang dimungkinkan serta berorientasi pada kenyataan-kenyataan, membersihkan jiwa, saling percaya mempercayai, pemeliharaan, pengertian, penerimaan dan bantuan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konseling kelompok yaitu suatu proses yang berlangsung dalam kelompok dimana setiap anggota dapat berperan secara aktif untuk membantu anggota kelompok dalam memecahkan permasalahan yang sedang dihadapinya melalui dinamika kelompok

2. Dinamika Kelompok

(45)

27

dinamika kelompok sebagai suatu kelompok yang teratur dari dua individu atau lebih yang mempunyai hubungan psikologis secara jelas antara anggota yang satu dengan yang lain dan antar anggota.

Menurut pandangan Darwin Catwight dalam Winkel (2005:599) dapat ditunjukan beberapa implikasi dari dinamika kelompok.

Dinamika kelompok yaitu rasa keterikatan yang kuat terhadap kelompok, daya tarik kegiatan kelompok bagi masing-masing anggota, relevan dari sikap, pandangan dan perilaku yang akan diubah bagi semua anggota kelompok, penghargaan dari anggota yang satu terhadap yang lain. Sehingga semua sumbangan pikiran dan perasaan diakui dan diterima. Kesempatan bersama mengenai tuntutan untuk mengubah diri dan kearah mana perubahan ini harus diusahakan.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dinamika kelompok adalah suatu kehidupan yang ada di dalam kelompok yang membuat suatu kelompok tersebut menjadi kelompok yang aktif. Kelompok yang hidup adalah yang berdinamika, bergerak dan aktif, berfungsi untuk memenuhi suatu kebutuhan dan mencapai suatu tujuan. Maka dapat dikatakan bahwa pelaksanaan konseling kelompok dalam usaha membantu individu-individu dalam memecahkan masalahnya dengan memanfaatkan dinamika kelompok sebagai medianya.

(46)

28

Lebih lanjut dinamika kelompok ini dimanfaatkan untuk mencapai tujuan-tujuan bimbingan dan konseling.

3. Peranan Dinamika Kelompok

Peranan dinamika kelompok akan lebih nyata apabila membandingkan proses kegiatan layanan konseling perorangan dan layanan konseling kelompok. Dalam layanan konseling perorangan dapat dipastikan bahwa dinamika kelompok tidak dijumpai atau tidak berkembang. Layanan konseling kelompoklah yang lebih tepat untuk tujuan yang dimaksudkan itu. Dalam konseling kelompok, anggota kelompok atau klien dapat mengembangkan diri yaitu kemampuan-kemampuan sosial secara umum yang selayaknya dikuasai oleh individu-individu yang berkepribadian mantap.

(47)

29

Melalui dinamika kelompok setiap anggota kelompok diharapkan mampu tegak sebagai perorangan yang sedang mengembangkan dirinya dalam hubungannya dengan orang lain. Pengembangan pribadi dan kepentingan orang lain atau kelompok harus saling menghidupkan. Masing-masing perorangan hendaklah mampu mewujudkan dirinya secara penuh dengan selalu mengingat kepentingan orang lain. Dalam hal ini, layanan kelompok dalam bimbingan dan konseling seharusnya menjadi tempat pengembangan sikap, keterampilan dan keberanian

social yang bertenggang rasa. Dengan demikian peranan dinamika kelompok dalam upaya membantu para siswa untuk memecahkan masalahnya memegang peranan penting sebagai wadah kehidupan atau jiwa dan gerak kelompok.

4. Tujuan Layanan Konseling Kelompok

Layanan konseling kelompok merupakan suatu proses konseling yang dilakukan secara kelompok. Layanan konseling kelompok membantu para anggota kelompok untuk memahami dan menerima dirinya, anggota kelompok dapat berkomunikasi satu sama lain sehingga saling memberi bantuan dalam menentukan tujuan konseling kelompok. Dalam layanan konseling kelompok terdapat tujuan umum dan khusus. Menurut Wibowo (2005:20)

tujuan yang ingin dicapai dalam konseling kelompok, yaitu pengembangan pribadi, pembahasan dan pemecahan masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok, agar terhindar dari masalah dan masalah terselesaikan dengan cepat melalui bantuan anggota kelompok yang lain.

(48)

30

Menurut Sukardi (2008:49).Tujuan konseling kelompok meliputi:

a. Melatih anggota kelompok agar berani berbicara dengan orang banyak.

b. Melatih anggota kelompok dapat bertenggang rasa terhadap teman sebayanya. c. Dapat mengembangkan bakat dan minat masing-masing anggota kelompok. d. Mengentaskan permasalahan-permasalahan kelompok

Menurut Sukardi tujuan konseling kelompok yaitu untuk melatih anggota

kelompok agar terbuka dengan anggota kelompok lainnya dan aktif dalam kegiatan kelompok tersebu. Anggota saling menghormati dengan anggota yang lain serta dapat mengembangkan bakat dan minat masing-masing anggota kelompok, anggota kelompok juga dilatih untuk berani berbicara dalam kelompok tersebut untuk memecahkan masalah yang dialami oleh anggota kelompok yang lain.

Menurut Prayitno (2004: 50) :

tujuan umum konseling kelompok adalah mengembangkan kepribadian siswa untuk mengembangkan kemampuan sosial, komunikasi, kepercayaan diri, kepribadian, dan mampu memecahkan masalah yang berlandaskan ilmu dan agama.

Sedangkan tujuan khusus konseling kelompok, yaitu:

a. Membahas topik yang mengandung masalah aktual, hangat, dan menarik perhatian anggota kelompok.

b. Terkembangnya perasaan, pikiran, persepsi, wawasan, dan sikap terarah kepada tingkah laku dalam bersosialisasi atau komunikasi.

c. Terpecahkannya masalah individu yang bersangkutan dan diperolehnya imbasan pemecahan masalah bagi individu peserta konseling kelompok yang lain.

d. Individu dapat mengatasi masalahnya dengan cepat dan tidak menimbulkan emosi.

(49)

31

kelompok tersebut, anggota kelompok membahas salah satu topik permasalahan yang ada dalam kelompok tersebut untuk dipecahkan secara bersama-sama.

Konseling kelompok ditujukan untuk memecahkan masalah klien serta mengembangkan potensi yang terdapat pada dirinya. Adapun tujuan konseling kelompok menurut Bariyyah (dalam Lumaongga 2011: 205) yaitu:

a. Membantu individu mencapai perkembangan yang optimal.

b. Berperan mendorong munculnya motivasi kepada diri klien untuk merubah perilakunya dengan memanfaatkan potensi yang dimilikinya.

c. Klien dapat mengatasi masalahnya dengan lebih cepat dan tidak menimbulkan gangguan emosi.

d. Menciptakan dinamika sosial yang berkembang intensif.

e. Mengembangkan keterampilan komunikasi dan interaksi sosialyang baik dan sehat.

Menurut Bariyyah tujuan dari konseling kelompok dapat disimpulkan bahwa konseling kelompok adalah memberikan motivasi kepada anggota kelompok untuk memunculkan pendapat dan tanggapannya terdapat permasalahan yang dihadapi oleh anggota kelompok yang lain, menumbuhkan komunikasi yang baik antar anggota kelompok agar tercapai penyelesaian terhadap permasalahan yang sedang dihadapi.

Ada pula tujuan konseling kelompok menurut Sukardi (2008 : 68) adalah a. Melatih anggota kelompok agar berani berbicara dengan orang banyak

b. Melatih anggota kelompok dapat bertenggang rasa terhadap teman sebayanya c. Dapat mengembangkan bakat dan minat masing-masing anggota kelompok d. Mengentaskan permasalahan-permasalahan kelompok

(50)

32

5. Pendekatan Konseling kelompok

Konseling kelompok memiliki bermacam-macam pendekatan, salah satu pendekatan yang digunakan untuk pelaksanaan konseling kelompok yaitu model pendekatan behavior theraphy (BT). Behavior Theraphy merupakan salah satu bentuk konseling yang bertujuan membantu klien agar dapat menjadi lebih sehat dalam memperoleh pengalaman yang memuaskan, dan dapat memenuhi gaya hidup tertentu.

BT memiliki karakteristik yang unik. Berikut akan disajikan mengenai karakteristik B Corey (2010: 196) :

a. Pemusatan perhatian kepada tingkah laku yang tampak dan spesifik. b. Kecermatan dan penguraian tujuan-tujuantreatment.

c. Perumusan prosedurtreatmentyang spesifik yang sesuai dengan masalah. d. Penarikan objektif atas hasil-hasil terapi.

Menurut Corey karakteristik behavior theraphy adalah pemusatan perhatian terhadap tingkah laku yang nampak dan spesifik, adanya penguraian tujuan-tujuan dari perlakuan atau treatment yang memiliki prosedur spesifik sesuai dengan masalah.

(51)

33

anggota kelompok yang lebih aktif dalam mnerima maupun memberikan pendapatnya.

Teknik yang digunakan dalam pendekatan behavior teraphy adalah teknik modeling, karena teknik ini dapat digunakan untuk meningkatkan kebiasaan belajar. Teknik ini digunakan untuk membentuk perilaku baru pada klien, dan memperkuat perilaku yang sudah terbentuk.

Dalam hal ini konselor menunjukkan kepada klien tentang perilaku model, dapat menggunakan model audio, model fisik, model hidup atau lainnya yang teramati dan dipahami jenis perilaku yang hendak dicontoh. Perilaku yang berhasil dicontoh memperoleh ganjaran dari konselor. Ganjaran dapat berupa pujian sebagai ganjaran sosial.

Teknik modeling digunakan dalam layanan konseling kelompok karena teknik modeling dapat menunjukkan terjadinya suatu proses belajar melalui pengamatan terhadap orang lain dan perubahan terjadi melalui pengamatan. Menurut Komalasari (2011: 176)

modeling merupakan belajar melalui observasi dengan menambahkan atau mengurangi tingkah laku yang teramati, mengeneralisir berbagai pengamatan, sekaligus melibatkan proses kognitif.

(52)

34

diketahui tingkah laku yang akan diubah atau pun diperkuat. Pembelajaran yang diamati oleh siswa dapat ditiru oleh siswa untuk mendapatkan tingkah laku yang diharapkan.

Menurut Freist dkk ( 2011: 204)

Modeling meliputi proses kognitif dan bukan sekedar melakukan imitasi. Modeling lebih dari sekedar mencocokkan perilaku dari orang lain, melainkan merespresentasikan secara simbolis suatu informasi dan menyimpannya untuk digunakan dimasa depan.

Maka dapat disimpulkan dari pendapat para ahli bahwa modeling adalah suatu teknik yang memberikan contoh atau melakukan imitasi kepada tingkah laku orang lain untuk dilakukan dan diterapkan di dalam kehidupannya agar mengubah perilaku yang yang kurang baik menjadi baik untuk digunakan dimasa depan.

Menurut Komalasari ( 2011:178) ada beberapa prinsip prinsip modeling yaitu a. Belajar bisa diperoleh melalui pengamatan langsung dan tidak langsung dengan

mengamati tingkah laku orang lain berikut konsekuensinya.

b. Kecakapan sosial tertentu dapat diperoleh dengan mengamati dan mencontoh tingkah laku model yang ada.

c. Reaksi-reaksi emosional yang terganggu bisa dihapus dengan mengamati orang lain yang mendekati objek.

d.Pengendalian diri dipelajari melalui pengamatan. f. Status kehormatan model sangat berarti.

g. Individu mencontoh seorang model dan ikuatkan untuk mencontoh tingkah laku model.

h. Modeling dapat dilakukan dengan model simbolik melalui film dan alat visual lainnya.

i. Pada konseling kelompok terjadi model ganda karena peserta bebas meniru perilaku pemimpin kelompok atau peserta lain.

j. Prosedur modeling dapat menggunakan berbagai teknik dasar modifikasi perilaku.

(53)

35

emosional dalam pembentukan tingkah laku yang ingin dihapus atau akan dipertahankan. Selain itu individu dapat mencontoh seorang model yang dilakukan dengan model simbolik.

Selain prinsip-prinsip teknik modeling, ada pula macam-macam modeling, menurut Komalasari (2011:179) yaitu

a. Modeling atau penokohan nyata (Live model) seperti: terapis, guru, anggota keluarga atau tokoh yang dikagumi dijadikan model oleh konseli. b. Modeling atau penokohan simbolik (symbolic model)seperti: tokoh yang

dilihat melalui film, video, atau media lain.

c. Modeling atau penokohan ganda(multiple mode )seperti: terjadi dalam

kelompok, seorang anggota mengubah sikap dan mempelajari sikap baru setelah mengamati anggota lain bersikap.

Maka dapat diambil kesimpulan bahwa modeling atau penokohan memiliki berbagai macam bentuk yaitu penokohan nyata, penokohan simbolik, dan penokohan ganda yang dapat dijadikan sebagai contoh untuk mengubah perilku yang diinginkan

6. Tahap Penyelenggaraan Layanan Konseling Kolompok dengan PendekatanBehavior Teraphy

Tahapan-tahapan disini bukanlah suatu tahapan yang mempunyai fase yang berbeda - beda dan terpisah. Namun merupakan fase yang saling berhubungan. Menurut Komalasari (2011:158), tahap-tahap dari konseling behavioral yaitu : a. Melakukan Asesmen bertujuan untuk menentukan apa yang akan dilakukan

oleh konseli pada saat ini.Assesmen dilakukan adalah aktivitas nyata, perasaan dan pikiraan konseli.

b. Menetapkan Tujuan, konselor dan konseli menentukan tujuan konseling sesuai dengan kesepakatan bersama berdasarkan informasi yang telah disusun dan dianalisis.

c. Implementasi Teknik, menentukan strategi belajar yang terbaik untuk

(54)

36

d. Evaluasi dan Pengakhiran, merupakan proses yang berkesinambungan, evaluasi dibuat atas dasar apa yang telah diperbuat konseli.

Maka dapat diambil kesimpulan bahwa tahapan-tahan dalam konseling kelompok yaitu suatu tahapan yang dilakukan untuk menetukan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh anggota kelompok dalam konseling kelompok. Langkah-langkah ini memiliki tujuan tertentu yang akhirnya akan dijadikan penentu untuk menentukan perubahan tingkah laku yang baik.

E. Kaitan Teknik Modeling dalam Konseling Kelompok dengan Kebiasaan Belajar

Belajar merupakan suatu usaha individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang buruk menjadi baik. Kebiasaan belajar merupakan kecenderungan perilaku seseorang dalam menentukan cara atau teknik yang menetap dalam mempelajari hal-hal yang bersifat akademik. Kebiasaan belajar adalah bentuk kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik secara kontinyu dalam proses belajar yang memiliki suatu tujuan yang ingin dicapai. Hal ini sesuai dengan pendapat Aunurrahman (2009: 185)

berpendapat kebiasaan belajar adalah perilaku seseorang yang telah tertanam dalam waktu yang relatif lama sehingga memberikan ciri dalam aktivitas belajar yang dilakukannya.

(55)

37

yaitu faktor ekstern dan faktor intern yang sangat berpengaruh dan tidak dapat dipisahkan.

Dalam penelitian ini, sasaran yang dituju adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Metro, siswa rata-rata berusia 14-15 tahun. Konseling kelompok adalah suatu proses konseling dimana terdapat seorang konselor atau orang yang profesional yang membantu klien dalam memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi dengan cara menjadi seorang pengarah di dalam suatu kelompok. Untuk mengubah kebiasaan belajar, maka peneliti memandang relevan jika menggunakan pendekatan behavior dengan teknik modeling dalam konseling kelompok.

Sebab kebiasaan belajar ini sering dialami oleh anak usia sekolah lanjutan pertama karena adanya perubahan tingkah laku siswa dari anak-anak menuju perubahan ke masa remaja yang mengalami perubahan dalam menerima dan memahami materi pelajaran yang diberikan oleh guru di kelas. Maka hal yang perlu dilakukan adalah penggunaan layanan konseling kelompok.

(56)

38

membaca buku pelajaran, saat mengerjakan tugas siswa tidak serius. Seperti yang diungkapkan oleh Syah (2009: 128)

kebiasaan belajar adalah cara atau teknik yang menentap pada diri siswa pada waktu menerima pelajaran, membaca buku, menerima tugas, dan pengaturan waktu untuk menyelesaikan kegiatan.

Maka dalam kegiatan konseling kelompok dilakukan untuk membantu anggota kelompok yang memiliki masalah dan sebagai wadah untuk menyelesaikan masalah, dalam arti bahwa klien atau anggota kelompok yang bersangkutan mempunyai kemampuan untuk dapat menyelesaikan kebiasaan belajar dalam dirinya dalam rangka melaksanakan proses pembelajaran di Sekolah.

(57)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 9 Metro. Waktu penelitian ini adalah pada tahun pelajaran 2014/2015.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi experimental design dengan cara memberikan layanan konseling kelompok. Desain penelitian yang digunakan peneliti adalah desain one group pretest-posttest design, desain ini terdapat pretest sebelum diberikan perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberikan perlakuan.

(58)

40

perlakuan dengan dua kali pengukuran. Pertama dilakukan sebelum diberinya layanan konseling kelompok dan kedua setelah dilakukannya layanan konseling kelompok. Pada desain ini, adanya pretest sebelum diberikan perlakuan dan

posttest setelah diberikan perlakuan, dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat karena dapat dibandingkan dengan keadaan sebelum diberikan perlakuan.

Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1: One-group pretest-posttest design (Sugiyono,2010 :111) Keterangan:

O1 : Pengukuran pertama berupapretestuntuk mengukur kebiasaan belajar instrumen skala kebiasaan belajar.

X : Pelaksanaan layanan konseling kelompok terhadap siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Metro.

O2 : Pengukuran kedua berupa posttest untuk mengukur kebiasaan belajar siswa sesudah diberi perlakuan yang diukur dengan menggunakan instrument skala kebiasaan belajar yang sama seperti pada pengukuran pertama.

Untuk memperjelas eksperimen dalam penelitian ini disajikan tahap-tahap rancangan eksperimen yaitu:

O1 X O2

Pengukuran

(59)

41

1. Melakukan pretest yaitu dengan membagikan skala kebiasaan belajar sebelum diadakan perlakuan dengan memberikan layanan konseling kelompok.

2. Memberikan perlakuan (treatment) yaitu memberi perlakuan pada siswa dengan memberikan layanan konseling kelompok dengan teknik modeling.

3. Melakukanposttestsetelah pemberian perlakuan dengan tujuan untuk

mengetahui hasil, apakah penggunaan teknik modeling dalam konseling kelompok dapat meningkatkan kebiasaan belajar siswa. Posttest ini juga akan menggunakan instrumen skala kebiasaan belajar siswa.

4. Prosedur analisis data, yaitu menggunakan tesUji Wilcoxon.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP N 9 Metro tahun pelajaran 2014/2015. Hal ini dilakukan karena siswa kelas VIII memiliki kebiasaan belajar yang rendah. Untuk menjaring subjek, peneliti menggunakan instrumen skala kebiasaan belajar terhadap siswa kelas VIII yang ada di SMP N 9 Metro. Dari hasil penyebaran skala kebiasaan belajar dipilih 11 siswa yang dijadikan subjek penelitian dari kelas VIII A–VIIIE.

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

(60)

42

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan dalam suatu penelitian dan dapat ditarik kesimpulannya.

Variabel yang digunakan dalam penelitian adalah variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen):

1. Variabel bebas (independen) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat (dependen). Variabel bebas pada penelitian ini adalah teknik modeling dalam konseling kelompok.

2. Variabel terikat (dependen) adalah variabel yang dipengaruhi dan menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kebiasaan belajar.

2. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah uraian yang berisi perincian sejumlah indikator yang dapat diamati dan diukur untuk mengidentifikasi konsep yang digunakan. Berdasarkan batasan konsep yang ada, maka rumusan operasional dalam penelitian dijelaskan sebagai berikut:

(61)

43

Indikator kebiasaan belajar yang akan peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Jadwal belajar

2. Membuat catatan dan rangkuman

3. Membaca buku

4. Mengerjakan tugas

b. Modeling merupakan belajar melalui observasi dengan menambahkan atau mengurangi tingkah laku yang teramati, mengeneralisir berbagai pengamatan, sekaligus melibatkan proses kognitif.

c. Konseling kelompok adalah suatu proses konseling dimana terdapat seorang konselor atau orang yang profesional yang membantu klien dalam memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi dengan cara menjadi seorang pengarah di dalam suatu kelompok yang dapat bersifat sebagai penyembuhan bagi individu yang memiliki masalah.

E. Metode Pengumpulan Data

(62)

44

Skala

Pada penelitian ini, peneliti akan menggunakan skala model Likert untuk mengetahui siswa yang memiliki kebiasaan belajar yang rendah kemudian diberikan treatment. Skalalikert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Instrumen penelitian yang menggunakan skala likert dapat dibuat dalam bentuk check list atau pilihan ganda. Arikunto (2006:168) mengatakan bahwa

check list, sebuah daftar, dimana responden tinggal membubuhkan tanda () pada kolom yang sesuai”. Tandacheck- list ini akan menjadi alternatif pilihan jawaban dari responden.

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa yang memiliki kebiasaan yang rendah sehingga dapat diukur menggunakan skala kebiasaan belajar. Peniliti dalam penelitian ini menggunakan skala kebiasaan belajar untuk melihat kebiasaan belajar yang dimiliki oleh siswa kelas VIII. Skala psikologi merupakan alat pengumpulan data yang dilaksanakan secara tertulis yang diisi oleh responden atau subjek penelitian. Menurut Azwar (2012:6)

berpendapat bahwa skala psikologi yaitu stimulus atau aitem yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung mengungkap atribut yang hendak diukur melainkan mengungkapkan indikator perilaku dari atribut yang bersangkutan.

Menurut Azwar (2012:43) format respon yang sering digunakan dalam skala psikologi adalah

(63)

45

skornya 1, sebaliknya apabila pernyataan negatif (unfavorable) jawaban maka tidak pernah (TP) skornya 1, kadang- kadang (KK) skornya 2, sangat jarang (SJ) skornya 3, sering (S) skornya 4, selalu (S) skornya 5.

Table 3.1 Kriteria bobot nilai pada skala psikologi

No. Pernyataan

Kriteria skala kebiasaan belajar siswa dapat dikategorikan menjadi 3, yaitu tinggi, sedang dan rendah. Untuk mengkategorikannya terlebih dahulu ditentukan besarnya interval dengan rumus sebagai berikut:

(64)

46

F. Pengujian Instrumen Penelitian

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu struktur yang menunjukkan tingkat kevalidan dan

kesahihan suatu instrument. Menurut Arikunto (2006:168) validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas skala dan jenis validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Untuk menguji validitas isi dapat digunakan pendapat dari para ahli ( judgments experts ). Ahli yang diminta pendapatnya adalah 3 orang dosen Bimbingan dan Konseling. Hasil uji ahli menunjukkan peryataan sangat tepat dan tepat. Pada lampiran 2 (halaman 92).

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas memiliki sebuah pengertian bahwa suatu instrumen yang dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrumen tersebut baik. Karena instrumen yang baik, dapat dipercaya dan yang reable akan menghasilkan data yang dapat dipercaya pula. Dalam penelitian ini uji reliabilitas menggunakan Statistiacal Product and Service Solution (SPSS) dengan analisis

(65)

47

Untuk mengetahui tinggi rendahnya tingkat reliabilitas dapat dipedomi klasifikasi yang dinyatakan oleh Riduan (2006: 98) sebagai berikut :

Tabel 3.3 Kriteria Reliabilitas

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan rumus alpha diperoleh r hitung = 0,918 dengan r tabel = 0,246, karena r hitung > r tabel (0,918 > 0,246) hal ini menunjukkan bahwa instrumen ini termasuk kedalam kategori reliabilitas yang sangat tinggi.

Gambar

Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penelitian
Gambar 1: One-group pretest-posttest design (Sugiyono,2010 :111)
Table 3.1  Kriteria bobot nilai pada skala psikologi
Tabel 3.3 Kriteria Reliabilitas

Referensi

Dokumen terkait

mediasi pengaruh produk terhadap keputusan pembelian pada Warung Makan Yati Solo.” Dalam penelitian ini, pengaruh kualitas (pro- duk) terhadap keputusan (pembelian)

23. Suatu proses yang cenderung untuk meningkatkan solidaritas disebut... Tindakan yang dilakukan berdasarkan kebiasaan yang berlaku di masyarakat dan kadang-kadang

Jika pengering rambut tidak dapat menghembuskan secara total, atau jika ia tidak dapat menghasilkan udara panas dalam jumlah yang cukup, kipas mungkin terikat sebab

2. Variabel kualitas pelayanan manakah yang berpengaruh dominan terhadap kepuasan pelanggan jasa maskapi PT. Batasan masalah dibuat dengan tujuan agar dalam membahas suatu

akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: (1) kemampuan kompos jerami padi dalam meningkatkan kualitas tanah dan produksi padi; dan (2) kemampuan biofilter dalam memperbaiki

Hubungan Antara Pola Tidur dengan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi di Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soedarso Pontianak.. Ilmu

TINGKAT KEKERASAN DAN DAYA TERIMA BISKUIT DARI CAMPURAN TEPUNG JAGUNG DAN TEPUNG TERIGU DENGAN VOLUME AIR YANG PROPORSIONAL.. Penggunaan tepung jagung sebagai bahan