• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PRINSIP TRANSPARANSI DALAM PENYUSUNAN RAPBD DI KOTA BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI PRINSIP TRANSPARANSI DALAM PENYUSUNAN RAPBD DI KOTA BANDAR LAMPUNG"

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

IMPLEMENTASI PRINSIP TRANSPARANSI DALAM PENYUSUNAN RAPBD DI KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh

SEPTIA ANGGRAINI

Masalah yang melatarbelakangi penelitian ini adalah penyusunan RAPBD Kota Bandar Lampung memenuhi prinsip transparansi atau keterbukaan sebagai perwujudan dari tata kelola pemerintahan yang baik (good governance), tetapi ada kecenderungan bahwa masyarakat masih kurang mendapatkan informasi mengenai transparansi penyusunan perencanaan keuangan daerah tersebut.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Implementasi Prinsip Transparansi dalam Penyusunan RAPBD di Kota Bandar Lampung. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif.

(2)
(3)

ABSTRACT

IMPLEMENTATION OF TRANSPARENCY PRINCIPLES IN PREPARING BUDGET AND REVENUE OF

BANDAR LAMPUNG CITY

By

SEPTIA ANGGRAINI

The problem of this research is preparing Budget and Revenue of Bandar Lampung City applied by principles of transparency as a manifestation of good governance, but there is a tendency that people still lack the transparency of information regarding the preparation of the financial planning Budget and Revenue.

The purpose of this study was to determine the implementation of transparency principles in preparing Budget and Revenue of Bandar Lampung City. This type of research used in this study was a qualitative descriptive.

(4)
(5)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak jatuhnya pemerintahan Orde Baru dan digantikan dengan gerakan reformasi, istilah Good Governance begitu popular. Salah satu yang cukup penting dalam proses perubahan ini adalah soal ketatapemerintahan (governance), yang menyangkut hasrat besar reformasi untuk memberantas korupsi, mafia peradilan, dan penyalahgunaan kekuasaan. Good Governance kini telah menjadi wacana yang populer di tengah masyarakat.

Penyelenggaraan pemerintahan dimaksudkan untuk mencapai tujuan negara, yang dalam pelaksanaaannya perlu dikelola dalam suatu sistem pengelolaan keuangan negara. Pengelolaan keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945, perlu dilaksanakan secara professional, terbuka, dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, yang diwujudkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

(6)

Salah satu kriteria penting untuk mengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri adalah kemampuan self supporting dalam bidang keuangan. Dengan kata lain, faktor keuangan merupakan faktor esensial dalam mengukur tingkat kemampuan daerah dalam melaksanakan otonominya.

Keuangan daerah memiliki posisi yang amat penting dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, sebagaimana dinyatakan bahwa pemerintahan daerah tidak akan dapat melaksanakan fungsinya dengan efektif dan efisien tanpa biaya yang cukup untuk memberikan pelayanan, pembangunan dan keuangan inilah yang merupakan salah satu kriteria untuk mengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri.

Pemerintah daerah harus mampu menggali seluruh potensi yang dimilikinya untuk kemudian dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kepentingan masyarakat di daerahnya. Rencana penggalian sumber-sumber keuangan dan bagaimana mengelola keuangan yang diperoleh dari sumber-sumber yang ada, yang akan dipergunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di daerah pada umumnya dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

(7)

3

mencerminkan kepentingan dan pengharapan dari masyarakat daerah setempat terhadap pengelolaan keuangan daerah secara ekonomis, efisien, dan efektif.Asas umum pengelolaan keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat.

Pemerintahan yang mengedepankan prinsipgood governance mengandung makna bahwa semua warga masyarakat mempunyai suara dalam pengambilan keputusan, baik secara langsung maupun melalui lembaga-lembaga perwakilan sah yang mewakili kepentingan mereka. Partisipasi menyeluruh tersebut dibangun berdasarkan kebebasan berkumpul dan mengungkapkan pendapat, serta kapasitas untuk berpartisipasi secara konstruktif. Dengan demikian anggaran dalam setiap proses mulai dari penyusunan, pembahasan dan impelementasi maupun evaluasinya tidak pernah lepas dari konteks relasi politik. Meski demikian seringkali yang relasi politik tersebut belum mengartikulasi dan mengakomodasi kepentingan masyarakat ke dalam anggaran, bahkan yang terjadi justru semakin menjauh dari kepentingan masyarakat. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk mengambil posisi dan bersikap terhadap setiap kebijakan pemerintah termasuk kebijakan anggaran.

(8)

sumberdaya ekonomi dan kemampuan untuk mempengaruhi kebijakan kurang memiliki akses untuk terlibat dalam proses penyusunan kebijakan politik termasuk penyusunan APBD. Sebagai sebuah produk politik, anggaran merefleksikan relasi politik antara aktor yang berkepentingan terhadap alokasi sumber daya, dengan pemerintah sebagai pemegang otoritas untuk melaksanakan fungsi alokasi. Relasi kekuasaan tersebut berpengaruh terhadap bentuk kebijakan yang dilahirkan berikut konsekuensi anggarannya

Prinsip tranparansi (transparancy) dalam penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah mengandung makna bahwa penyusunan perencanaan anggaran daearah harus dibangun dalam kerangka kebebasan aliran informasi. Berbagai proses, kelembagaan dan informasi harus dapat disediakan secara memadai dan mudah dimengerti sehingga dapat digunakan sebagai alat monitoring dan evaluasi. Proses penyusunan rencana anggaran daerah harus disediakan dalam bentuk yang memadai dan mudah dimengerti. Para pengambil kebijakan dan pelaksana kebijakan untuk memiliki pertanggung jawaban kepada publik.

(9)

5

secara logis dan transparan dalam pelaporannya, sehingga masyarakat mendapatkan petunjuk seberapa besar anggaran yang dialokasikan dapat menunjang proses peningkatan kesejahteraan kehidupan mereka.

Masalah yang melatarbelakangi penelitian ini adalah penyusunan RAPBD Kota Bandar Lampung memenuhi prinsip transparansi atau keterbukaan sebagai perwujudan dari tata kelola pemerintahan yang baik (good governance), tetapi ada kecenderungan bahwa masyarakat masih kurang mendapatkan informasi mengenai transparansi penyusunan perencanaan keuangan daerah tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Thoha (2000: 14), bahwa permasalahan yang dihadapi dalam hal pengelolaan anggaran daerah di era otonomi daerah adalah masyarakat luas relatif merasa kesulitan untuk mendapatkan akses informasi mengenai penyusunan anggaran, sehingga berkembang anggapan bahwa pengelolaan anggaran merupakan kewenangan dari pemerintah daerah dan DPRD, padahal semestinya tidak demikian, sebab otonomi daerah harus mencerminkan adanya keterbukaan dalam hal penyusunan dan pengelolaan anggaran publik.

Berdasarkan hasil prariset pada DPRD Kota Bandar Lampung dengan melakukan wawancara kepada dengan Bapak Wiyadi,S.P., selaku Anggota Komisi A DPRD Kota Bandar Lampung, maka diketahui bahwa DPRD sebenarnya memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada masyarakat baik perseorangan maupn kelembagaan, untuk berpartisipasi dalam proses penyusunan RAPBD. Secara teknis, penampungan aspirasi masyarakat tersebut dilaksanakan melalui:

(10)

datang ke Sekretariat DPRD Kota Bandar Lampung dengan terlebih dahulu mengadakan konfirmasi dengan Bagian Humas dan Protol DPRD. Bagian Humas dan Protol DPRD inilah yang kemudian mengatur jadwal penyelenggaraan protokoler dan penerimaan tamu dewan. Sesuai dengan jadwal inilah maka masyarakat atau organisasi yang mewakili masyarakat melakukan pertemuan dengan anggota DPRD untuk menyampaikan secara langsung aspirasi dan saran yang akan mereka sampaikan kepada DPRD. b. Melalui Sub Bagian Humas dan Dokumentasi DPRD

Upaya menampung aspirasi masyarakat dalam hal ini, dilakukan pelaksanaan tugas Sub Bagian Humas pada Sekretariat DPRD. Sub Bagian ini memiliki tugas menampung aspirasi dan pendapat umum untuk disampaikan kepada pimpinan DPRD dalam rangka mengambil kebijakan DPRD.

Bapak Wiyadi,S.P., menambahkan bahwa partisipasi masyarakat dalam penyusunan RAPB dapat dikatakan masih minim, hal ini dapat disebabkan karena masyarakat tidak terbiasa untuk menyampaikan pendapat kepada DPRD secara formil dan dapat pula disebabkan karena masyarakat tidak tahu secara pasti prosedur penyampaian pendapat dalam proses penyusunan RAPBD. Berdasarkan hal tersebut maka penulis akan melaksanakan penelitian dan menuangkannya ke dalam skripsi yang berjudul: ”Implementasi Prinsip Transparansi dalam Penyusunan RAPBD di Kota Bandar Lampung”

B. Rumusan Masalah

(11)

7

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Implementasi Prinsip Transparansi dalam Penyusunan RAPBD di Kota Bandar Lampung.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Secara teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pengembangan Ilmu Pemerintahan, khususnya yang berkaitan dengan kajian mengenai implementasi prinsip transparansi dalam penyusunan RAPBD sebagai wujud pelaksanaangood governance.

2. Secara praktis

(12)

A. Implementasi

Implementasi kebijakan bukanlah sekedar bersangkut paut dengan mekanisme penjabaran keputusan-keputusan politik ke dalam prosedur rutin lewat saluran-saluran birokrasi, melainkan lebih dari itu, ia menyangkut masalah konflik, keputusan dan siapa yang memperoleh apa dari suatu kebijakan (Grindle dalam Wahab, 2001: 59). Oleh sebab itu tidak berlebihan jika dikatakan implementasi kebijakan merupakan aspek yang penting dari keseluruhan proses kebijakan

(13)

9

Pandangan lain mengenai implementasi kebijakan dikemukakan oleh William dan Elmore sebagaimana dikutip Fadillah (2001: 139), bahwa implementasi kebijakan adalag keseluruhan dari kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan kebijakan. Mempelajari masalah implementasi kebijakan berarti berusaha untuk memahami apa yang senyata-nyata terjadi sesudah suatu program diberlakukan atau dirumuskan yakni peristiwa-peristiwa dan kegiatan-kegiatan yang terjadi setelah proses pengesahan kebijakan negara, baik itu usaha untuk mengadministrasikannya maupun usaha-usaha untuk memberikan dampak tertentu pada masyarakat ataupun peristiwa-peristiwa. Intinya implementasi kebijakan berarti pelaksanaan dari suatu kebijakan atau program.

Pandangan tersebut di atas menunjukkan bahwa proses implementasi kebijakan tidak hanya menyangkut perilaku badan-badan administratif yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program dan menimbulkan ketaatan pada diri target group, melainkan menyangkut lingkaran kekuatan-kekuatan politik, ekonomi dan sosial yang langsung atau tidak dapat mempengaruhi perilaku dari semua pihak yang terlibat, dan pada akhirnya membawa konsekuensi logis terhadap dampak baik yang diharapkan (intended) maupun dampak yang tidak diharapkan (spillover/negatif effects).

(14)

hubungan kausalitas bersifat langsung dan hanya sedikit mata rantai penghubung; hubungan ketergantungan harus dapat diminimalkan; kesamaan persepsi dan kesepakatan terhadap tujuan; tugas-tugas diperinci dan diurutkan secara sistematis; komunikasi dan koordinasi yang baik; Pihak-pihak yang berwenang dapat menuntut kepatuhan pihak lain.

Sementara menurut Fadillah (2001: 141), peran penting dari analisis implementasi kebijakan negara ialah mengidentifikasikan berbagai aspek yang mempengaruhi tercapainya tujuan-tujuan formal pada proses implementasi. Untuk dapat meng-implementasikan kebijakan atau program secara sempurna tidaklah sesederhana yang dibayangkan, akan tetapi masih dihadapkan pada berbagai kesukaran-kesukaran seperti kesukaran-kesukaran teknis, perilaku kelompok sasaran, kejelasan alokasi sumber daya, koordinasi, kondisi ekonomi, politik dan sosial.

B. Good Governance

(15)

11

Menurut Sedarmayanti (2006: 12), istilah governance menunjukkan suatu proses di mana rakyat bisa mengatur ekonominya, institusi dan sumber-sumber sosial dan politiknya tidak hanya dipergunakan untuk pembangunan, tetapi juga untuk menciptakan kohesi, integrasi, dan untuk kesejahteraan rakyat. Dengan demikian, bahwa kemampuan suatu negara mencapai tujuan negara sangat tergantung pada kualitas tata kepemerintahan di mana pemerintah melakukan interaksi dengan sektor swasta dan masyarakat.

(16)

Menurut Keban (2000: 52), konsepgood governancememiliki antara lain: 1) Demokrasi, desentralisasi dan peningkatan kemampuan pemerintah;

2) Hormat terhadap hak asasi manusia dan kepatuhan terhadap hukum yang berlaku;

3) Partisipasi rakyat;

4) Efisiensi, akuntabilitas, transparansi dalam pemerintah dan administrasi publik;

5) Pengurangan anggaran militer;

6) Tata ekonomi yang berorientasi pasar.

Menurut Thoha (2000: 13-14), good governance memiliki beberpa karakteristik, yaitu sebagai berikut:

1. Participation; Setiap warga negara mempunyai suara dalam pembuatan keputusan, baik secara langsung maupun secara intermediasi institusi legitimasi yang mewakili kepentingannya. Partisipasi seperti ini dibangun atas dasar keabsahan berasosiasi dan berbicara serta berpartisipasi secara konstruktif.

2. Rule of Law; Kerangka hukum harus adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu, terutama hukum untuk hak azasi manusia.

3. Transparancy; Transparansi dibangun atas dasar keabsahan arus informasi. Proses-proses, lembaga dan informasi yang secara langsung dapat diterima oleh mereka yang membutuhkan.

(17)

13

5. Consensus Orientation; Good governance menjadi perantara kepentingan yang berbeda untuk memperoleh pilihan terbaik bagi kepentingan yang lebih luas, baik dalam kebijakan-kebijakan maupun prosedur-prosedur.

6. Equity; Semua warga negara, baik laki-laki maupun perempuan mempunyai kesempatan untuk meningkatkan atau menjaga kesejahteraan mereka.

7. Effectiveness and effeciency; Proses-proses dan lembaga-lembaga menghasilkan sesuai dengan apa yang telah digariskan dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia sebaik mungkin.

8. Accountability; Para pembuat keputusan dalam pemerintahan, sektor swasta dan masyarakat(civil society)bertanggung jawab kepada publik dan lembaga-lembaga stakeholders. Akuntabilitas ini tergantung pada organisasi dan sifat keputusan yang dibuat, apakah keputusan tersebut untuk kepentingan internal atau eksternal organisasi.

9. Strategic vision; Para pemimpin dan publik harus mempunyai perspektif good governance dan pengembangan yang luas dan jauh kedepan sejalan dengan apa yang diperlukan untuk pembangunan semacam ini.

Sementara itu menurut Keban (2000: 52), beberapa ciri good governance meliputi:

1. Kemampuan, yaitu kemampuan yang cukup untuk melaksanakan kebijakan dan fungsi-fungsi pemerintah, termasuk sistem administrasi publik efektif dan responsif;

(18)

3. Partisipasi dalam proses demokrasi, dengan memanfaatkan sumber informasi dari publik dan dari swasta

4. Perhatian terhadap pemerataan dan kemiskinan;

5. Komitmen terhadap kebijakan ekonomi yang berorientasi kepada pasar.

Nilai yang terkandung dari pengertian beserta karakteristik good governance tersebut merupakan nilai-nilai universal dan karenanya diperlukan pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas dan nyata sehingga penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat berlangsung secara berdaya guna dan berhasil guna. Kondisi semacam ini perlu adanya akuntabilitas dan tersedianya akses yang sama pada informasi bagi masyarakat luas.

(19)

15

C. Prinsip Transparansi

Menurut Keban (2000: 51), transparansi adalah prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan, yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaannya, serta hasil-hasil yang dicapai.

Transparansi menuntut usaha kongkrit dari pemerintah untuk membuka dan menyebarluaskan informasi maupun aktivitasnya yang relevan. Transparansi harus seimbang, juga, dengan kebutuhan akan kerahasiaan lembaga maupun informasi-informasi yang mempengaruhi hak privasi individu. Dengan kata lain transparansi adalah keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Prinsip transparansi menciptakan kepercayaan timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan di dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai.

Beberapa dasar hukum yang menjamin prinsip-prinsip transparansi dalam penyusunan anggaran adalah sebagai berikut:

(20)

2) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Pasal 3 ayat (1) ditegaskan bahwa keuangan negara dikelola secara transparan. Pengelolaan keuangan negara yang transparan akan membuka ruang terdistribusinya anggaran untuk pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat. 3) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Pembuatan Peraturan

Perundang-Undangan, Pasal 5 huruf g menyatakan bahwa Pembentukan Undang-Undang menganut asas keterbukaan. Dengan asas keterbukaan maka akan membuka ruang bagi masyarakat untuk terlibat dalam proses pembentukan undang, sehingga dapat melahirkan produk undang-undang yang lebih berpihak kepada masyarakat.

4) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 23 ayat (2) menyatakan bahwa keuangan daerah dikelola secara transparan dan akuntabel. Dalam Pasal 137 butir g juga disebutkan bahwa pembentukan Peraturan Daerah (Perda) menganut asas keterbukaan, dan Pasal 178 ayat (1) dan (2) menyatakan bahwa pengelolaan barang daerah dilaksanakan secara transparan.

5) Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dalam Penyelenggaraan Negara, Pasal 2 ayat (1) huruf (a) menegaskan bahwa masyarakat memiliki hak mencari, memperoleh, dan memberikan informasi tentang penyelenggaraan negara.

(21)

17

7) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pengelolan Keuangan Daerah, Pasal 4 ayat (7) menjelaskan bahwa keuangan daerah dikelola secara transparan berdasarkan prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-luasnya tentang keuangan daerah.

Transparansi dalam penyusunan RAPBD mengandung makna adanya informasi secara terbuka dan mudah diakses oleh masyarakat yang meliputi tujuan, sasaran, sumber pendanaan pada setiap jenis/objek belanja serta korelasi antara besaran anggaran dengan manfaat dan hasil yang ingin dicapai dari suatu kegiatan yang dianggarkan.

(22)

Berdasarkankan uraian di atas maka unsur-unsur transparansi yang digunakan dalam kajian penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Adanya penyebarluasan informasi mengenai penyusunan RAPBD oleh pemerintah. Penyebarluasan informasi dalam hal ini pemerintah menggunakan berbagai saluran berupa media cetak, media elektronik dan bagian hubungan masyarakat pemerintahan bahwa akan dilaksanakan proses penyusunan RAPBD, sehingga masyarakat luas mengetahui hal tersebut.

2) Tersedianya hak masyarakat terhadap akses informasi mengenai penyusunan RAPBD. Dalam hal ini adanya jaminan dan kepastian bahwa masyarakat memiliki hak untuk dapat mengakses informasi mengenai anggaran publik yang akan disusun, karena pada dasarnya APBD yang nantinya dihasilkan merupakan anggaran milik rakyat sehingga konsekuensinya adalah rakyat memiliki hak penuh untuk mengakses informasi mengenai anggaran tersebut. 3) Diciptakannya suatu forum untuk mengakomodasi kepentingan masyarakat

untuk menyampaikan informasi mengenai mengenai penyusunan RAPBD. Pemerintah dan DPRD hendaknya menciptakan suatu forum bagi publik untuk menampung masukan dan pendapat masyarakat mengenai perencanaan anggaran yang akan disusun. Berdasarkan informasi tersebut maka para pengambil kebijakan dapat menjadikannya sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan anggaran publik.

(23)

19

mengakomodasi informasi, masukan dan saran yang disampaikan oleh publik sebagai tanggungjawab untuk memenuhi kepentingan masyarakat luas.

D. Anggaran Daerah

1. Arti Penting Anggaran Daerah

Salah satu kriteria penting untuk mengetahui secara nyata kemampuan daerah untuk mengukur dan mengurus rumah tangganya adalah kemampuan “self supporting” dalam bidang keuangan. Dengan kata lain faktor keuangan merupakan faktor esensial dalam mengukur tingkat kemampuan daerah dalam melaksanakan otonominya. Secara realistis, praktek penyelenggaraan pemerintah daerah selama ini menunjukkan tingkat ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat. Hal ini terlihat dari program kerja yang ada dalam keuangan daerah cenderung merupakan arahan dari pemerintah pusat sehingga besarnya alokasi dana rutin dan pembangunan daerah belum didasarkan pada standard analisa belanja tetapi dengan menggunakan pendekatan tawar menawar inkremental atauincremental bargaining approach(Halim, 2001)

Dalam perspektif desentralisasi, pemerintah daerah sebaiknya memainkan peran dalam penyusunan anggaran sebagai berikut:

a. Menetapkan prioritas anggaran berdasarkan kebutuhan penduduknya, bukan berdasarkan perintah penyeragaman dari pemerintah nasional;

(24)

c. Menyediakan pelayanan dan servis pajak sebagaimana yang diinginkan oleh publik dan kepentingan daerah masing-masing;

d. Mempertimbangkan dengan seksama keuntungan sosial dari setiap program dan rencana pembangunan, bukan hanya kepentingan konstituen tertentu; e. Menggunakan daya dan kekuatan secara independen dalam mewujudkan dan

menstimulasikan konsep pembangunan ekonomi;

f. Memfokuskan agenda dan penetapan program ekonomi dalam anggaran yang mendukung kestabilan pertumbuhan dan penyediaan lapangan kerja di daerah; g. Menentukan batas kenormalan pengeluaran sesuai dengan kebutuhan daerah; h. Mencari dan menciptakan sumber-sumber pendapatan daerah sehingga

mengurangi ketergantungan pada subsidi nasional (Baswir, 2002)

Perspektif perubahan yang diinginkan dalam pengelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah sebagai upaya pemberdayaan pemerintah daerah adalah:

a. Pengelolaan keuangan daerah harus bertumpu pada kepentingan publik (public oriented). Hal ini tidak saja terlihat pada besarnya porsi pengalokasian anggaran untuk kepentingan publik, tetapi juga terlihat pada besarnya partisipasi masyarakat dan DPRD dalam tahap perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan keuangan daerah;

b. Kejelasan tentang misi pengelolaan keuangan daerah pada umumnya dan anggaran daerah pada khususnya;

(25)

21

d. Kerangka hukum dan administrasi atas pembiayaan, investasi dan pengelolaan keuangan daerah berdasarkan kaidah mekanisme pasar, value for money, transparansi dan akuntabilitas;

e. Kejelasan tentang kedudukan keuangan DPRD, kepala daerah dan pegawai negeri sipil daerah baik rasio maupun dasar pertimbangannya;

f. Ketentuan tentang bentuk dan struktur anggaran, anggaran kinerja dan anggaran multi tahunan;

g. Prinsip pengadaan dan pengelolaan barang daerah yang lebih profesional;

h. Prinsip akuntansi pemerintah daerah, laporan keuangan, peran DPRD, peran akuntan publik dalam pengawasan, pemberian opini dan rating kinerja anggaran, dan transparansi informasi anggaran kepada publik;

i. Aspek pembinaan dan pengawasan yang meliputi batasan pembinaan, peran asosiasi, dan peran anggota masyarakat guna pengembangan profesionalisme aparat pemerintah daerah;

j. Pengembangan sistem informasi keuangan daerah untuk menyediakan informasi anggaran yang akurat dan pengembangan komitmen pemerintah daerah terhadap penyebarluasan informasi sehingga memudahkan pelaporan, pengendalian dan mempermudah mendapat informasi (Mardiasmo, 2003: 54)

2. Fungsi Anggaran Daerah

Fungsi anggaran daerah dalam proses pembangunan di daerah adalah :

(26)

b. Instrumen kebijakan fiskal (fiscal tool). Dengan mengubah prioritas dan besar alokasi dana, anggaran daerah dapat digunakan untuk mendorong, memberi fasilitas dan mengkoordinasi kegiatan ekonomi masyarakat guna mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah.

c. Instrumen perencanaan (planning tool). Di dalam anggaran daerah disebutkan tujuan yang ingin dicapai, biaya dan hasil yang diharapkan dari setiap kegiatan dimasing-masing unit kerja.

d. Instrumen pengendalian (control tool). Anggaran daerah berisi rencana penerimaan dan pengeluaran secara rinci setiap unit kerja. Hal ini dilakukan agar unit kerja tidak mengalokasikan anggaran pada bidang yang lain.

Secara umum anggaran pemerintah harus mencerminkan empat fungsi yaitu : a. Anggaran digunakan untuk menentukan prioritas kebijakan pembangunan

melalui pemberian alokasi dana pada prioritas tersebut

b. Anggaran mencerminkan rencana detail dari pendapatan dan pengeluaran di mana satuan kerja dapat malaksanakannya secara baik

c. Anggaran digunakan untuk stabilisasi sosio-ekonomi dan merangsang pertumbuhan ekonomi

d. Anggaran menetapkan tujuan, biaya dan kinerja hasil yang diharapkan dari setiap pegeluaran pemerintah

Fungsi anggaran secara umum paling tidak mencerminkan lima hal yaitu:

a. Anggaran daerah mencerminkan rencana secara detail mengenai pendapatan dan pengeluaran daerah

(27)

23

c. Anggaran daerah digunakan untuk menentukan prioritas kebijakan pembangunan. Dengan adanya skala prioritas anggaran dapat mengubah besarnya alokasi dana yang digunakan untuk melakukan kebutuhan yang mendesak

d. Anggaran daerah sebagai stabilitas ekonomi ddan merangsang pertumbuhan ekonomi

e. Anggaran daerah sebagai alat komunikasi kepada publik. Hal ini mencerminkan adanya transparansi dan akuntabilitas kepada publik

Anggaran sangat penting sebagai alat pengendalian manajemen yang harus mampu menjamin bahwa pemerintah mempunyai cukup uang untuk melakukan kewajibannya pada masyarakat. Dia menyediakan informasi dan memungkinkan legslatif meyakini bahwa rencana kerja pemerintah dilaksanakan secara efisien, terhindar dari pemborosan dan kemungkinan adanya penyelewengan.

E. Norma dan Prinsip Anggaran Daerah

Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) hendaknya mengacu pada norma dan prinsip anggaran berikut ini.

a. Transparansi dan Akuntabilitas Anggaran

Transparansi tentang anggaran daerah merupakan salah satu persyaratan untuk mewujudkan pemerintahan yang baik, bersih dan bertanggung jawab. Setiap dana yang diperoleh, penggunaannya harus dapat dipertanggung jawabkan. b. Disiplin Anggaran

(28)

pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat. Oleh karena itu, anggaran yang disusun harus dilakukan berlandaskan azas efisiensi, tepat guna, tepat waktu dan dapat dipertanggung jawabkan.

c. Keadilan Anggaran

Pembiayaan pemerintah daerah dilakukan melalui mekanisme pajak dan retribusi yang dipikul oleh segenap lapisan masyarakat. Untuk itu, pemerintah wajib mengalokasikan penggunaannya secara adil agar dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa diskriminasi dalam pemberian pelayanan. d. Efisiensi dan Efektivitas Anggaran

Dana yang tersedia harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk dapat menghasilkan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan yang maksimal guna kepentingan masyarakat. Oleh karena itu untuk dapat mengendalikan tingkat efisiensi dan efektivitas anggaran, maka dalam perencanaan perlu ditetapkan secara jelas tujuan, sasaran, hasil dan manfaat yang akan diperoleh masyarakat dari suatu kegiatan atau proyek yang diprogramkan.

e. Format Anggaran

Pada dasarnya APBD disusun berdasarkan format anggaran surplus atau defisit (surplus deficit budget format). Selisih antara pendapatan dan belanja mengakibatkan terjadi surplus atau defisit anggaran. Apabila terjadi surplus, daerah dapat membentuk dana cadangan, sedangkan bila terjadi defisit dapat ditutupi antara lain melalui sumber pembiayaan pinjaman dan atau penerbitan obligasi daerah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

(29)

25

a. Komprehensif dan disiplin

Anggaran daerah adalah satu-satunya mekanisme yang akan menjamin terciptanya disiplin pengambilan keputusan, karenanya anggaran daerah harus disususun secara komprehensif yaitu menggunakan pendekatan yang holistic dalam suatu diagnosa permasalahan yang dihadapi, keterkaitan antar masalah yang muncul, evalusi kapasitas kelembagaan dan mencari cara-cara terbaik untuk memecahkannya.

b. Fleksibilitas

Sampai tingkat tertentu pemerintah daerah harus diberi diskresi yang memadai sesuai dengan ketersediaan informasi-informasi relevan yang dimilikinya. Arahan dari pusat memang harus ada tetapi harus diterapkan secara hati-hati, dalam arti tidak sampai mematikan inisiatif dan prakarsa daerah.

c. Terprediksi

Kebijakan yang terprediksi adalah faktor penting dalam peningkatan kualitas implementasi anggaran daerah

d. Kejujuran

Kejujuran tidak hanya menyangkut moral dan etika manusia tetapi juga menyangkut keberadan proyeksi penerimaan dan pengeluaran.

e. Informasi

(30)

f. Transparan dan akuntabilitas

Transparansi mensyaratkan bahwa perumusan kebijakan memiliki pengetahuan tentang permasalahan dan informasi yang relevan sebelum kebijakan dijalankan (Mardiasmo, 2003: 57).

E. Proses Penyusunan RAPBD

APBD merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh DPRD dan ditetapkan dengan peraturan daerah. Untuk menyusun APBD, pemerintah daerah harus terlebih dahulu menyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dengan menggunakan bahan dari Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD) untuk jangka waktu 1 (satu) tahun yang mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah (Modul Manajemen Keuangan Daerah, 2007). Adapun penjelasannya secara terperinci adalah sebagai berikut: 1. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan. RKPD ditetapkan dengan peraturan kepala daerah. Hal-hal yang harus termuat dalam RKPD adalah:

a) Rancangan kerangka ekonomi daerah

(31)

27

c) Rencana kerja yang terukur dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah pusat atau pemerintah daerah maupun ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.

d) Penyusunan RKPD diselesaikan paling lambat akhir bulan Mei sebelum tahun anggaran berkenaan. Tata cara penyusunannya berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

2. Kebijakan Umum APBD (KUA)

Kepala daerah menyusun rancangan kebijakan umum APBD berdasarkan RKPD dan pedoman penyusunan APBD yang ditetapkan Menteri Dalam Negeri setiap tahun. Pedoman penyusunan APBD tersebut memuat:

a) Pokok-pokok kebijakan yang memuat sinkronisasi kebijakan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah.

b) Prinsip dan kebijakan penyusunan APBD tahun anggaran berkenaan. c) Teknis penyusunan APBD

d) Hal-hal khusus lainnya

(32)

telah dibahas selanjutnya disepakati menjadi kebijakan umum APBD paling lambat minggu pertama bulan Juli tahun anggaran berjalan.

3. Prioritas dan Plafon Anggaran

Berdasarkan kebijakan umum APBD yang telah disepakati, pemerintah daerah menyusun rancangan PPAS dengan tahapan sebagai berikut:

a) Menentukan skala prioritas untuk urusan wajib dan urusan pilihan b) Menentukan urutan program untuk masing-masing urusan.

c) Menyusun plafon anggaran untuk masing-masing program.

Kepala daerah menyampaikan rancangan prioritas dan plafon anggaran sementara (PPAS) yang telah disusun kepada DPRD untuk dibahas paling lambat minggu kedua bulan Juli tahun anggaran berjalan. Pembahasan dilakukan oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah bersama Panitia Anggaran DPRD. Rancangan PPAS yang telah dibahas selanjutnya disepakati menjadi prioritas dan plafon anggaran (PPA) paling lambat akhir bulan Juli tahun anggaran berjalan. Kebijakan umum APBD dan PPA yang telah disepakati masing-masing dituangkan ke dalam Nota Kesepakatan yang ditandatangani oleh kepala daerah dan pimpinan DPRD (Modul Manajemen Keuangan Daerah, 2007)

G. Kerangka Pikir

(33)

29

cukup untuk memberikan pelayanan, pembangunan dan keuangan inilah yang merupakan salah satu kriteria untuk mengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri.

Sesuai dengan tuntutan good governance anggaran maka proses penyusunan RAPBD harus memenuhi unsure transparansi anggaran. Transparansi dalam hal ini merupakan adanya kebijakan terbuka bagi pengawasan dan yang dimaksud dengan informasi adalah informasi mengenai setiap aspek kebijakan pemerintah yang dapat dijangkau oleh publik. Keterbukaan informasi diharapkan akan menghasilkan persaingan politik yang sehat, toleran, dan kebijakan dibuat berdasarkan pada preferensi publik. Dalam konteks penyusunan RAPBD Prinsip ini memiliki beberapa aspek, yaitu (1) Adanya penyebarluasan informasi mengenai penyusunan RAPBD oleh pemerintah (2) Tersedianya hak masyarakat terhadap akses informasi mengenai penyusunan RAPBD (30 Diciptakannya suatu forum untuk mengakomodasi kepentingan masyarakat untuk menyampaikan informasi mengenai mengenai penyusunan RAPBD. (4) Terakomodasi kepentingan masyarakat dalam penyusunan RAPBD.

(34)
[image:34.595.154.488.130.551.2]

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir

Implementasi Prinsip Transparansi

1) Adanya penyebarluasan informasi mengenai penyusunan RAPBD oleh pemerintah

2) Tersedianya hak masyarakat terhadap akses informasi mengenai penyusunan RAPBD

3) Diciptakannya suatu forum untuk mengakomodasi kepentingan masyarakat untuk menyampaikan informasi mengenai mengenai penyusunan RAPBD.

4) Terakomodasi kepentingan masyarakat dalam penyusunan RAPBD

Tersusunnya RAPBD Proses Penyusunan RAPBD oleh Pemerintah Kota dan DPRD Kota

(35)

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Nazir (2002: 61), penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, aktual dan akurat mengenai berbagai data dan fakta yang diteliti. Menurut Bugdon dan Taylor dalam Moleong (2005: 5-6), pendekatan kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Penelitian kualitatif menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang atau perilaku yang dapat diamati. Penelitian kualitatif adalah prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi atau perhitungan lainnya.

B. Fokus Penelitian

(36)

1) Adanya penyebarluasan informasi mengenai penyusunan RAPBD oleh pemerintah. Penyebarluasan informasi dalam hal ini pemerintah menggunakan berbagai saluran berupa media cetak, media elektronik dan bagian hubungan masyarakat pemerintahan bahwa akan dilaksanakan proses penyusunan RAPBD, sehingga masyarakat luas mengetahui hal tersebut.

2) Tersedianya hak masyarakat terhadap akses informasi mengenai penyusunan RAPBD. Dalam hal ini adanya jaminan dan kepastian bahwa masyarakat memiliki hak untuk dapat mengakses informasi mengenai anggaran publik yang akan disusun, karena pada dasarnya APBD yang nantinya dihasilkan merupakan anggaran milik rakyat sehingga konsekuensinya adalah rakyat memiliki hak penuh untuk mengakses informasi mengenai anggaran tersebut. 3) Diciptakannya suatu forum untuk mengakomodasi kepentingan masyarakat

untuk menyampaikan informasi mengenai mengenai penyusunan RAPBD. Pemerintah dan DPRD hendaknya menciptakan suatu forum bagi publik untuk menampung masukan dan pendapat masyarakat mengenai perencanaan anggaran yang akan disusun. Berdasarkan informasi tersebut maka para pengambil kebijakan dapat menjadikannya sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan anggaran publik.

(37)

33

C. Informan Penelitian

Penelitian kualitatif pada umumnya mengambil jumlah informan yang lebih kecil dibandingkan dengan bentuk penelitian lainnya. Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu atau perorangan. Untuk memperoleh informasi yang diharapkan, peneliti terlebih dahulu menentukan informan yang akan dimintai informasinya. Dalam penelitian ini informan peneliti dengan teknik purposive sampling, yaitu pengambilan informan secara tidak acak, tetapi dengan pertimbangan dan kriteria tertentu, yaitu sebagai berikut:

1) Informan merupakan subyek telah lama dan intensif menyatu dengan kegiatan atau medan aktivitas yang menadi sasaran atau perhatian peneliti dan ini biasanya ditandai dengan kemampuan memberikan informasi mengenai suatu yang ditanya peneliti.

2) Informan merupakan subyek yang masih trika secara penuh aktif pada lingkungan atau kegiatan yang menjadi sasaran dan perhatian peneliti.

3) Informan merupakan subyek yang dalam memberikan informasi tidak cenderung diolah atau dikemas terlebih dahulu.

Berdasarkan ketentuan tersebut maka informan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Wilson, S.E., M.M (Kepala Bidang Anggaran Badan Pemeriksa Keuangan Asset Daerah/BPKAD Kota Bandar Lampung)

(38)

3. Febrilia Sastramega, S.Pmt (Kepala Subbagian Anggaran DPRD Kota Bandar Lampung)

4. Haiti Nirwana, B.Sc. (Kepala Subbagian Perundangan DPRD Kota Bandar Lampung)

5. Ali Imran, S.E. dan Sri Sulastri, A.Md. (Perwakilan Masyarakat/Aktivis LSM Pussbik Bandar Lampung)

D. Jenis Data

Jenis data penelitian ini meliputi:

1. Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber atau lokasi penelitian, yaitu dengan melakukan wawancar kepada informan.

2. Data Sekunder adalah data tambahan yang diperoleh dari berbagai sumber yang terkait dengan penelitian.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan:

(39)

35

2. Dokumentasi, yaitu teknik untuk mendapatkan data dengan cara mencari informasi dari berbagai sumber atau referensi yang terkait dengan penelitian. Kegiatan penelitian yang dilaksanakan adalah mencari data mengenai Kedudukan, Tugas dan Wewenang, Hak dan Kewajiban, Visi dan Misi serta Susunan Organisasi dan Uraian Tugas Sekretariat DPRD Kota Bandar Lampung.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan mengatur catatan lapangan, dan bahan lainnya yang ditemukan di lapangan. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif yang berpijak dari data yang didapat dari hasil wawancara serta hasil dokumentasi, melalui tahapan sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Data yang diperoleh dari lapangan dituangkan ke dalam bentuk laporan selanjutnya direduksi, dirangkum, difokuskan pada hal-hal penting. Dicari tema dan polanya disusun secara sistematis. Kegiatan penelitian yang dilaksanakan pada tahap reduksi data adalah memilih dan merangkum data dari hasil wawancara dan dokumentasi yang sesuai dengan fokus penelitian.

2. Penyajian Data (Display Data)

(40)

yaitu menceritakan hasil wawancara ke dalam bentuk kalimat dan disajikan pada Bab V skripsi ini.

3. Mengambil Kesimpulan atau Verifikasi Data.

(41)

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Identitas Informan

Informan penelitian ini terdiri dari pihak Panitia Anggaran pada Pemerintah Kota Bandar Lampung dan pihak Badan Anggaran pada DPRD Kota Bandar Lampung, serta perwakilan masyarakat di Kota Bandar Lampung, dengan deskripsi sebagai berikut:

1. Nama : Wilson, S.E., M.M Jenis Kelamin : Laki-Laki

Pendidikan : Magister Manajemen

Jabatan : Kepala Bidang Anggaran Badan Pemeriksa Keuangan Asset Daerah (BPKAD)

Instansi : Pemerintah Kota Bandar Lampung

2. Nama : Riska Julaidi, S.E., M.M Jenis Kelamin : Laki-Laki

Pendidikan : Magister Manajemen

Jabatan : Kasubid Anggaran Badan Pemeriksa Keuangan Asset Daerah (BPKAD)

(42)

3. Nama : Febrilia Sastramega, S.Pmt Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikan : Sarjana Pemerintahan Jabatan : Kepala Subbagian Anggaran Instansi : DPRD Kota Bandar Lampung

4. Nama : Haiti Nirwana, B.Sc. Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikan : Diploma III Keuangan

Jabatan : Kepala Subbagian Perundangan Instansi : DPRD Kota Bandar Lampung

5. Nama : Ali Imran, S.E. Jenis Kelamin : Laki-Laki

Pendidikan : Sarjana Ekonomi Pekerjaan : Wiraswasta

Status : Perwakilan Masyarakat

6. Nama : Sri Sulastri, A.Md. Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikan : Diploma III Pekerjaan : Wiraswasta

(43)

49

B. Implementasi Prinsip Transparansi Dalam Penyusunan RAPBD di Kota Bandar Lampung

Implementasi prinsip transparansi dalam penyusunan RAPBD di Kota Bandar Lampung dalam penelitian ini meliputi adanya penyebarluasan informasi mengenai penyusunan RAPBD oleh pemerintah, tersedianya hak masyarakat terhadap akses informasi mengenai penyusunan RAPBD, diciptakannya suatu forum untuk mengakomodasi kepentingan masyarakat untuk menyampaikan informasi mengenai mengenai penyusunan RAPBD dan terakomodasi kepentingan masyarakat dalam penyusunan RAPBD.

1. Adanya Penyebarluasan Informasi Mengenai Penyusunan RAPBD oleh Pemerintah

Adanya penyebarluasan informasi mengenai penyusunan RAPBD oleh pemerintah. Penyebarluasan informasi dalam hal ini pemerintah menggunakan berbagai saluran berupa media cetak, media elektronik dan bagian hubungan masyarakat pemerintahan bahwa akan dilaksanakan proses penyusunan RAPBD, sehingga masyarakat luas mengetahui hal tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Riska Julaidi selaku Kepala Sub Bidang Anggaran BPKAD Pemerintah Kota Bandar Lampung maka diketahui:

(44)

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa penyebarluasan informasi mengenai penyusunan RAPBD oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung merupakan konsekuensi dari pemberlakuan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik. Pasal 1 Ayat (2) menyatakan bahwa Informasi Publik adalah informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim, dan/atau diterima oleh suatu badan publik yang berkaitan dengan penyelenggara dan penyelenggaraan negara dan/atau penyelenggara dan penyelenggaraan badan publik lainnya yang sesuai dengan undang-undang ini serta informasi lain yang berkaitan dengan kepentingan publik. Informasi mengenai penyusunann RAPBD dalam hal ini merupakan salah informasi publik, karena menyangkut keuangan daerah yang pada dasarnya adalah milik publik di era otonomi daerah.

Sehubungan dengan hal tersebut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah yang mengubah sistem pemerintahan di daerah dengan penguatan sistem desentralisasi (otonomi daerah). Perubahan ini merupakan implementasi Pasal 18 Ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 yang mengamanatkan bahwa pemerintah daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.

(45)

51

kewenangan daerah diatur dalam ketentuan Pasal 13 dan 14, yang telah diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Pemerintah juga telah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah. Untuk menjalankan urusan pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud Peraturan Pemerintah tersebut, Pemerintah Daerah memerlukan perangkat Peraturan Perundang-Undangan.

Menurut Wilson selaku Kepala Bidang Anggaran, maka diketahui bahwa:

“Pemerintah Kota Bandar Lampung berusaha mengembangkan dan meningkatkan perannya dalam pembangunan di segala bidang. Dalam rangka meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan, baik melalui administrator pemerintah pembangunan, serta pelayanan pada masyarakat sekaligus sebagai upaya peningkatan stabilitas politik dan kesatuan bangsa” (Hasil wawancara, Selasa 29 November 2011. Pukul 13.30 - 14.30 WIB).

(46)

Prinsip transparasi anggaran dilaksanakan dengan mengupayakan prosedur dan mekanisme kerja yang jelas, tepat dan benar, yang diatur dalam perundang-undangan, dengan mengutamakan pelayanan masyarakat, mempertanggung jawabkan hasil kerja, terutama yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat umum dan memberikan sanksi yang tegas bagi aparat yang melanggar hukum. Prinsip profesionalitas dilaksanakan dengan mengupayakan sumber daya manusia aparatur yang memiliki profesionalitas dan kapabilitas yang memadai, netral serta didukung dengan etika dan moral sesuai dengan budaya bangsa Indonesia, menumbuh kembangkan kemampuan kompetensi dan kode etik sesuai Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku, memodernisasi administrasi negara dengan mengaplikasikan teknologi telekomunikasi dan informatika yang tepat guna.

Menurut Keterangan Wilson, selaku Kepala Bidang Anggaran Pemerintah Kota Bandar Lampung Pemerintah Kota Bandar Lampung:

“Sehubungan dengan penyebarluasan informasi tersebut pemerintah berupaya semaksimal mungkin mewujudkan pemerintahan yang baik kebijakan pembangunan diarahkan untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap kinerja aparatur pemerintah yang profesional, produktif, efektif, efisien, transparan dan akuntabel dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat”(Hasil wawancara, Selasa 29 November 2011. Pukul 13.30 - 14.30 WIB).

Penyebarluasan informasi yang berkaitan dengan penyusunan RAPBD oleh pemerintah Kota Bandar Lampung dilaksanakan dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a. Program Penjaringan Aspirasi Masyarakat (Jaring Asmara).

(47)

53

Program Penjaringan Aspirasi Masyarakat (Jaring Asmara). Selama tahun 2010 telah diselenggarakan dua kali Program Jaring Asmara yaitu pada bulan Februari dan Maret 2010. Progam ini dilakukan untuk menjaring aspirasi masyarakat di seluruh kecamatan di Kota Bandar Lampung terkait dengan penyusunan RAPBD.

b. Penggunaan Media Massa

Pemerintah Kota Bandar Lampung menyebar luaskan informasi mengenai Penyusunan RAPBD pada surat kabar dan radio. Upaya ini ditempuh dengan tujuan agar informasi mengenai penyusunan RAPBD dapat diterima masyarakat secara luas dan masyarakat dapat merespon serta memberikan aspirasi mereka kepada Pemerintah Kota Bandar Lampung dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bandar Lampung. Surat kabar yang digunakan dalam penyampaian RAPBD ini adalah Harian Radar Lampung dan Lampung Post, sementara itu media radio yang digunakan adalah RRI Bandar Lampung. Materi yang disampaikan adalah pos-pos anggaran belanja rutin dan belanja pegawai dalam RAPBD Kota Bandar Lampung.

Menurut penjelasan Ali Imron selaku perwakilan masyarakat maka diperoleh penjelasan sebagai berikut:

“Dalam era keterbukaan informasi seperti sekarang ini, maka transparansi mengenai anggaran sangat diharapkan dari pemerintah daerah maupun DPRD sebagai wujud dari pertanggungjawaban publik. Pemerintah dan DPRD harus transparan dalam hal anggaran, karena pada dasarnya anggaran adalah milik rakyat” (Hasil wawancara, Senin 21 November 2011. Pukul 10.00 - 11.00 WIB).

(48)

sistem yang memungkinkan terjadinya mekanisme penyelenggaraan pemerintahan daerah yang efisien dan efektif dengan menjaga sinergi yang konstruktif di antara pemerintah, sektor swasta dan masyarakat dalam kerangka otonomi daerah. Hal ini sesuai dengan maksud pemberian otonomi daerah adalah untuk pembangunan dalam arti luas yang meliputi segala aspek kehidupan masyarakat, di mana dalam pelaksanaannya diharapkan sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan, keadilan, potensi serta keanekaragaman daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Menurut penjelasan Sri Sulastri selaku perwakilan masyarakat maka diperoleh penjelasan sebagai berikut:

“Keterbukaan anggaran oleh pemerintah daerah merupakan langkah yang tepat, mengingat sudah sekian lama masyarakat selalu dihadapkan pada anggaran yang tertutup, apalagi sekarang sudah zamannya keterbukaan dan transparansi” (Hasil wawancara, Senin 21 November 2011. Pukul 10.00 - 11.00 WIB).

Berdasarkan uraian di atas, dapat dianalisis bahwa penyebaran luasan informasi yang berkaitan dengan penyusunan RAPBD merupakan suatu perwujudan transparansi, yaitu prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan, kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaannya, serta hasil-hasil yang dicapai.

(49)

55

oleh pemerintah. Prinsip transparansi menciptakan kepercayaan timbal-balik antara pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan di dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai.

2. Tersedianya Hak Masyarakat Terhadap Akses Informasi Mengenai Penyusunan RAPBD

Tersedianya hak masyarakat terhadap akses informasi mengenai penyusunan RAPBD maknanya adalah adanya jaminan dan kepastian bahwa masyarakat memiliki hak untuk dapat mengakses informasi mengenai anggaran publik yang akan disusun, karena pada dasarnya APBD yang nantinya dihasilkan merupakan anggaran milik rakyat sehingga konsekuensinya adalah rakyat memiliki hak penuh untuk mengakses informasi mengenai anggaran tersebut.

Menurut keterangan Febrilia Sastramega selaku Kepala Subbagian Anggaran DPRD Kota Bandar Lampung, maka diketahui:

Penerapan prinsip transparansi dalam proses penyusunan APBD Kota Bandar Lampung berdasarkan konteks good governance memungkinkan keterlibatan masyarakat dalam proses penyusunan anggaran, karena pada dasarnya anggaran tersebut adalah milik publik yang harus dipertanggung jawabkan secara optimal (Hasil wawancara, Rabu 30 November 2011. Pukul 11.00 - 12.00 WIB).

(50)

pemegang otoritas untuk melaksanakan fungsi alokasi. Relasi kekuasaan tersebut berpengaruh terhadap bentuk kebijakan yang dilahirkan berikut konsekuensi anggarannya.

Asas keterbukaan terdapat dalam negara demokrasi. Hal ini mengandung makna bahwa pemerintahan negara tetap di bawah kontrol masyarakat, salah satunya adalah melalui keterbukaan (publicity) dalam pengambilan keputusan. Keterbukaan dalam pengambilan keputusan merupakan suatu keharusan, karena pemerintah bertindak demi dan atas nama seluruh masyarakat, maka seluruh masyarakat berhak untuk mengetahui apa yang dilakukannya. Bukan saja berhak mengetahui, juga berhak berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan. Hakikat pentingnya partisipasi masyarakat dalam penyusunan anggaran adalah: a) Memberikan landasan yang lebih baik untuk pembuatan kebijakan publik

dalam menciptakan suatugood governance.

b) Memastikan adanya implementasi yang lebih efektif karena warga mengetahui dan terlibat dalam pembuatan kebijakan publik.

c) Meningkatkan kepercayaan warga kepada eksekutif dan legislatif.

d) Efisiensi sumber daya, sebab dengan keterlibatan masyarakat dalam pembuatan kebijakan publik dan mengetahui kebijakan publik, maka sumber daya yang digunakan dalam sosialisasi kebijakan publik dapat dihemat.

(51)

57

Pendapat di atas sesuai dengan Pasal 139 Ayat (1) UU Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah juga terdapat ketentuan bahwa masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan atau tertulis dalam rangka penyiapan atau pembahasan rancangan Perda. Penjelasan Pasal 139 Ayat (1) menjelaskan bahwa hak masyarakat dalam ketentuan ini dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Tata Tertib DPRD. Dengan demikian, partisipasi masyarakat dalam penyusunan RAPBD merupakan hak masyarakat, yang dapat dilakukan baik dalam tahap penyiapan maupun tahap pembahasan. Dalam konteks hak asasi manusia, setiap hak pada masyarakat menimbulkan kewajiban pada pemerintah, sehingga haruslah jelas pengaturan mengenai kewajiban Pemerintahan Daerah untuk memenuhi hak atas partisipasi masyarakat dalam penyusunan RAPBD tersebut.

Secara teknis, pelaksanaan partisipasi masyarakat dalam penyusunan RAPBD dapat dilakukan dengan memberikan masukan-masukan atau pendapat-pendapat dalam Rapat Dengar Pendapat Umum atau rapat-rapat lainnya yang sejenis, memberikan masukan-masukan kepada anggota DPRD pada saat melakukan kunjungan kerja dan mengikuti seminar-seminar atau kegiatan yang sejenis dalam rangka melakukan pengkajian atau menindaklanjuti berbagai penelitian untuk menyiapkan suatu Rancangan APBD.

Menurut keterangan Febrilia Sastramega selaku Kepala Subbagian Anggaran DPRD Kota Bandar Lampung, maka diketahui:

(52)

Berdasarkan aspirasi masyarakat tersebut maka Bagian Humas dan Protol DPRD kemudian mengatur jadwal penyelenggaraan protokoler dan penerimaan tamu dewan. Sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan, maka masyarakat atau organisasi yang mewakili masyarakat melakukan pertemuan dengan anggota DPRD untuk menyampaikan secara langsung aspirasi dan saran yang akan mereka sampaikan kepada DPRD.

(53)

59

Anggota-anggota DPRD pada pembahasan tersebut dapat mengambil sikap menerima atau mengamanden bagian-bagian tertentu dalam APBD, mengingat Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan suatu hal yang amat penting, terutama bagi terlaksananya kebijakan umum pemerintah daerah. Pentingnya anggaran ini dapat dilihat dati fungsinya, yakni:

1) Menentukan jumlah pajak yang dibebankan kepada rakyat.

2) Merupakan sarana untuk mewujudkan otonomi yang nyata dan bertanggung jawab.

3) Memberi isi dan arti pada tanggung jawab pemerintah daerah umumnya dan Kepala daerah pada khususnya, mengingat anggaran ini menggambarkan seluruh kebijakan pemerintah.

4) Merupakan sarana untuk melakukan pengawasan terhadap pemerintah dengan cara yang paling mudah dan berdaya guna.

5) Merupakan suatu pemberian kuas kepada pimpinan eksekutif di dalam batas kewenangannya.

Menurut penjelasan Haiti Nirwana, selaku Kepala Subbagian Perundangan maka diperoleh penjelasan:

Prinsip transparansi anggaran ini sesuai dengan salah satu fungsi DPRD di bidang anggaran, yaitu menyusun anggaran yang sesuai dengan kepentingan masyarakat, sebab DPRD pada dasarnya adalah perwakilan masyarakat (Hasil wawancara, Rabu 30 November 2011. Pukul 11.00 -12.00 WIB).

(54)

penyelenggaraan pemerintahan di daerah, terutama dalam melaksanakan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat. Dengan demikian, daerah mempunyai hak, wewenang dan kewajiban untuk mengurus dan mengatur rumah tangganya sendiri dengan sebaik-baiknya, maka daerah harus membiayai sendiri kehidupan otonomi.

Fungsi anggaran dalam konteks DPRD Kota Bandar Lampung merupakan salah satu tugas, hak dan kewenangan yang dilaksanakan secara khusus oleh panitia anggaran, maka dapatlah dikatakan bahwa badan ini lebih berfungsi sebagai pembentuk legitimasi bagi kepentingan eksekutif untuk kelancaran tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa dalam bidang anggaran. Dalam hal ini DPRD banyak memberikan kontribusi atau amandemen yang sipatnya prinsipil terhadap rancangan yang diajukan oleh pemerintah setiap tahun.

Sehubungan dengan hal tersebut maka Wilson, selaku Kepala Bidang Anggaran Pemerintah Kota Bandar Lampung Pemerintah Kota Bandar Lampung menyatakan bahwa:

“Pemerintah Kota Bandar Lampung berupaya semaksimal mungkin mewujudkan pemerintahan yang baik kebijakan pembangunan diarahkan untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap kinerja aparatur pemerintah yang profesional, produktif, efektif, efisien, transparan dan akuntabel dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.” (Hasil wawancara, Selasa 29 November 2011. Pukul 13.30 - 14.30 WIB).

(55)

61

kemitraan antara pemerintah dan swasta dalam rangka penyelenggaraan publik adalah sebagai berikut:

a) Ketersediaan peraturan yang memberikan jaminan bagi kegiatan usaha

b) Kesediaan masyarakat untuk berkorban jika ada kegiatan usaha baru yang membutuhkan partisipasi masyarakat

c) Kesanggupan pihak swasta untuk menciptakan kesempatan kerja yang bersifat lokal, dan memenuhi kewajibannya untuk kepentingan umum, seperti pajak. d) Informasi dan komunikasi agar dapat menciptakan iklim yang mendorong

tumbuhnya interaksi timbal balik yang positif dan meningkatkan kualitas peranan serta partisipasi masyarakat.

Menurut penjelasan Ali Imron sebagai perwakilan masyarakat maka diperoleh penjelasan:

“Masyarakat pada dasarnya mengharapkan hak-hak untuk memperoleh informasi mengenai anggaran publik dalam perancangan RAPBD ini dapat dipenuhi oleh Pemerintah dan DPRD Kota Bandar Lampung, jika hal ini terwujud maka dapat dikatakan anggaran tersebut benar-benar memihak pada kepentingan masyarakat” (Hasil wawancara, Senin 21 November 2011. Pukul 10.00 - 11.00 WIB).

Berdasarkan hasil wawancara dengan Riska Julaidi selaku Kepala Sub Bidang Anggaran BPKAD Pemerintah Kota Bandar Lampung maka diketahui:

“Penerapan prinsip transparansi bagi Pemerintah Kota Bandar Lampung, alasan dalam proses penyusunan RAPBD Kota Bandar Lampung adalah untuk memaksimalkan profesionalisme kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah” (Hasil wawancara, Selasa 29 November 2011. Pukul 13.30 - 14.30 WIB).

(56)

kepala daerah perlu dibantu oleh perangkat daerah yang dapat menyelenggarakan seluruh urusan pemerintahan yang dilaksanakan oleh pemerintahan daerah. Hal ini selaras dengan Pasal 128 Ayat (1) dan Ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Susunan dan Pengendalian Organisasi Perangkat Daerah dilakukan dengan berpedoman pada peraturan pemerintah.

Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan.

(57)

63

Menurut penjelasan Sri Sulastri sebagai perwakilan masyarakat maka diperoleh keterangan:

“Kami sebagai bagian dari masyarakat Kota Bandar Lampung sangat mengharapkan kinerja yang baik dari Pemerintah dan DPRD Kota untuk menyusun anggaran yang mewakili kepentingan masyarakat” (Hasil wawancara, Senin 21 November 2011. Pukul 10.00 - 11.00 WIB).

Terkait dengan hal tersebut maka Pemerintah Kota Bandar Lampung berupaya menciptakan kinerja aparatur pemerintahan Kota Bandar Lampung yang profesional dan bertanggung jawab yang dilakukan dengan melakukan optimalisasi dan efisiensi keuangan daerah, yang bertujuan untuk pengalokasian anggaran keuangan daerah yang efisien dalam rangka pemenuhan kebutuhan pembangunan, terciptanya pengelolaan keuangan daerah yang efisien dan efektif. Pengalokasian anggaran SKPD sesuai dengan kebutuhan dan program prioritas berdasarkan asas manfaat, kewajaran dan kepatutan. Kegiatan yang dilakukan adalah mengarahkan dan mematangkan jadwal pembahasan anggaran SKPD, mengarahkan pembahasan anggaran masing-masing SKPD berdasarkan urutan program prioritas, mengarahkan dan menetapkan jadwal sosialisasi, menunda/menghapus kegiatan-kegiatan yang kurang tepat sasaran, mengevaluasi anggaran SKPD, mengendalikan anggaran pembangunan SKPD dan mengawasi pelaksanaan penyerapan anggaran SKPD

(58)

dan efisien dan menyelenggarakan koordinasi secara rutin dan berkala. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah menetapkan jadwal dan mengarahkan pelaksanaan rapat antar SKPD dan atau instansi lain, mengarahkan persamaan persepsi dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan masyarakat, sesuai dengan tugas pokok dan fungsi SKPD, melaporkan hasil rapat koordinasi kepada pejabat yang berwenang dan memantau implementasi hasil rapat koordinasi.

Upaya meningkatkan profesionalitas aparatur pemerintah Kota Bandar Lampung untuk kualitas kinerja aparatur dalam melaksanakan tugas pemerintahan dilaksanakan dengan pendidikan dan pelatihan aparatur serta pembinaan dan pengembangan karier aparatur. Kegiatan yang lakukan adalah mengarahkan bentuk kegiatan pendidikan dan pelatihan, mengarahkan kreiteria penetapan personil peserta diklat struktural dan fungsional, menetapkan dan membina penyelenggaraan diklat, penataan personil yang di sesuaikan dengan kemampuan dan keahliannya, pembinaan dan penjenjangan karier aparatur dalam SKPD serta mengarahkan penataan kelembagaan sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

(59)

65

aparatur, meningkatkan obyektifitas penilaian kinerja aparatur pemerintahan, mengidentifikasi kualifikasi kinerja aparatur berdasarkan penilaian, pemberian penghargaan dan sanksi berdasarkan kualifikasi hasil penilaian secara periodik

Hal lain yang dilakukan adalah melakukan peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat dan melaksanakan pelayanan masyarakat yang efektif dan efisien. Kegiatan yang dilakukan adalah melakukan pembinaan secara berkala kepada aparatur pemerintah, penetapan Prosedur Operasi Standar (POS) pelayanan, melakukan pemantauan pelaksanaan tugas pelayanan, pemberian sanksi kepada aparatur yang menghambat pelayanan, penyederhanaan pelayanan kepada masyarakat, mengkoordinir dan mengarahkan pengadaan fasilitas dan saran layanan masyarakat, sosialisasi pemanfaatan fasilitas dan sarana pelayanan masyarakat dan memberikan pengesahan tentang pemeliharaan fasilitas dan sarana pelayanan masyarakat.

3. Diciptakannya Suatu Forum Untuk Mengakomodasi Kepentingan Masyarakat

(60)

Menurut keterangan Febrilia Sastramega selaku Kepala Subbagian Anggaran DPRD Kota Bandar Lampung, maka diperoleh penjelasan:

“Penerapan prinsip transparansi dalam proses penyusunan APBD Kota Bandar Lampung berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan yang didasarkan pada hukum mengatur hubungan antara pemerintah dengan masyarakat” (Hasil wawancara, Rabu 30 November 2011. Pukul 11.00 -12.00 WIB).

Penerapan prinsip transparansi mengandung makna bahwa dalam kaitannya dengan penyusunan APBD, maka Pemerintah melaksanakannya dengan berdasar keterbukaan dan mengacu pada peraturan perundang-undangan. Artinya pemerintah tidak dapat melakukan tindakan pemerintahan tanpa dasar kewenangan. Penerapan prinsip ini mengandung beberapa fungsi yaitu fungsi normatif menyangkut penormaan kekuasaan memerintah dalam upaya mewujudkan pemerintahan yang bersih. Fungsi instrumental berarti menetapkan instrumen yang digunakan oleh pemerintah untuk menggunakan kekuasaan memerintah. Adapun fungsi jaminan adalah fungsi untuk memberikan jaminan perlindungan hukum bagi rakyat.

(61)

67

Pemerintah dalam kedudukannya sebagai Penguasa maupun sebagai alat perlengkapan pemerintahan dengan prakarsa dan tanggung jawab sendiri; perbuatan tersebut dilaksanakan dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan; perbuatan tersebut dimaksudkan sebagai sarana untuk menimbulkan akibat hukum di bidang hukum administrasi dan perbuatan yang bersangkutan dilakukan dalam rangka pemeliharaan kepentingan negara dan rakyat.

Setiap tindakan pemerintahan harus berdasarkan atas hukum menentukan bahwa tanpa dasar wewenang yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan, maka pemerintah tidak akan memiliki wewenang yang dapat mempengaruhi atau mengubah keadaan atau posisi hukum warga masyarakatnya. Penyusunan APBD berorientasi pada terciptanya pemerintahan yang bersih dan menjalankan aktifitas sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Menurut keterangan Riska Julaidi selaku Kepala Sub Bidang Anggaran BPKAD Pemerintah Kota Bandar Lampung maka diketahui:

“Penerapan prinsip transparansi dalam proses penyusunan APBD Kota Bandar Lampung menuntut para pengambil kebijakan dan pelaksana kebijakan untuk memiliki pertanggungjawaban kepada publik atau masyarakat umum” (Hasil wawancara, Selasa 29 November 2011. Pukul 13.30 - 14.30 WIB).

(62)

ditetapkan sebagai daerah otonom, serta diberikan kewenangan untuk membelanjakan pendapatan tersebut secara baik dan benar sesuai dengan kebutuhan yang terdapat dalam masyarakat.

Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah berimplikasi bahwa pemerintah daerah memiliki kebebasan untuk mengalokasikan sumber-sumber pembiayaan pembangunan sesuai dengan prioritas dan preferensi daerah masing-masing. Pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal membawa konsekuensi pada perubahan pola pertanggung jawaban daerah atas pengalokasian dana yang telah dimiliki. Penyelenggaraan otonomi daerah diimbangi dengan kebebasan untuk mengalokasikan sumber-sumber pembiayaan pembangunan sesuai dengan prioritas dan kebutuhan daerah masing-masing.

(63)

69

daerah karena peranan sumbangan dan bantuan pusat dalam pembiayaan pembangunan daerah akan semakin kecil. Bantuan pusat dalam pembiayaan pembangunan hanya akan diberikan untuk menunjang pengeluaran pemerintah, khususnya untuk belanja pegawai dan program-program pembangunan yang hendak dicapai.

Menurut penjelasan Ali Imron sebagai perwakilan masyarakat maka diperoleh penjelasan:

“Harus ada iktikad yang baik dari Pemerintah dan DPRD Kota Bandar Lampung untuk melibatkan peran serta masyarakat secara aktif pada proses penyusunan RAPBD, berbagai forum sumbang saran dan disksi harus diciptakan demi kepentingan masyarakat” (Hasil wawancara, Senin 21 November 2011. Pukul 10.00 - 11.00 WIB).

Seiring dengan otonomi daerah perspektif perubahan yang diinginkan dalam pengelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah sebagai upaya pemberdayaan pemerintah daerah di antaranya adalah harus bertumpu pada kepentingan publik (public oriented), kejelasan tentang misi pengelolaan keuangan daerah pada umumnya dan anggaran daerah pada khususnya dan desentralisasi pengelolaan keuangan dan kejelasan peran para partisipan yang terkait dalam pengelolaan anggaran seperti DPRD, Kepala Daerah, Sekretaris Daerah dan perangkat daerah lain serta masyarakat.

Menurut keterangan Haiti Nirwana selaku Kepala Sub Bagian Perundangan DPRD Kota Bandar Lampung maka diketahui:

(64)

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa ketergantungan kepada bantuan pusat harus seminimal mungkin, sehingga Pendapatan Asli Daerah (PAD) harus menjadi bagian sumber keuangan terbesar, yang didukung kebijakan perimbangan keuangan pusat dan daerah sebagai prasyarat mendasar dalam sistem pemerintahan negara. Kewenangan untuk mendayagunakan sumber keuangan sendiri dilakukan dalam wadah PAD yang bersumber dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Perusahaan Daerah dan lain-lain pendapatan yang sah.

Hal ini sesuai dengan Pasal 157 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, sumber PAD terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Dalam kaitannya dengan pemberian otonomi kepada daerah dalam merencanakan, menggali, mengelola dan menggunakan keuangan daerah sesuai dengan kondisi daerah, PAD dapat dipandang sebagai salah satu indikator atau kriteria untuk mengurangi ketergantungan suatu daerah kepada pusat. Pada prinsipnya semakin besar PAD kepada APBD akan menunjukkan semakin kecil ketergantungan daerah kepada pusat.

Berdasarkan penjelasan tersebut di atas maka dapat dinyatakan beberapa hal yang fundamental yang terdapat dalam APBD yaitu:

(65)

71

2) Tugas yang merupakan kewajiban tersebut harus dilaksanakan secara terencana sistimatis, sistimik dan dianggarkan secara prosudaral.

3) Sistimatis adalah perencanaan tersebut harus dilakukan secara komprehensif,dan sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan dalam ketentuan-ketentuan yang berlaku.

4) Rencana yang akan dilaksanakan oleh pemerintah daerah dibahas bersama-sama DPRD, sebagaimana yang telah digariskan dalam perunda

Gambar

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ................................

Referensi

Dokumen terkait

RPJM Daerah Kabupaten Bantul Tahun 2010-2015 merupakan pedoman dalam menyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Bantul 5 (lima) tahun kedepan

Hubungan Antara Persepsi Keluarga tentang Gangguan Jiwa dengan Penerimaan Keluarga Pasien Gangguan Jiwa di Unit Rawat Jalan RS Grhasia Yogyakarta Program Studi S1 Ilmu

menetapkan daya tampung beban pencemaran; melakukan inventarisasi dan identifikasi sumber pencemar; menetapkan persyaratan air limbah untuk aplikasi pada tanah; menetapkan

hasilkan oleh artikulator ujung lidah dan titik artikulasi lengkung kaki gigi. Udara yang keluar mengalami gesekan sehingga kontoid itu disebut juga bunyi desis. Udara yang keluar

Padat penebaran lobster mutiara di KJT yang dilakukan oleh pengusaha KJT pembesaran lobster mutiara di Desa Sama Jaya selalu disesuaikan dengan volume KJT, sebab

Kesegaran jasmani adalah suatu keadaan saat tubuh mampu menentukan tugas hariannya dengan baik dan efisien, tanpa kelelehan yang berarti, dan tubuh masih memiliki tenaga

Proses perubahan dari sistem ladang dan kebun ke sistem sawah dan kebun yaitu melalui pertemuan kebudayaan antara warga lokal dengan warga transmigrasi yang

Adanya website yang memuat informasi mengenai seputar perkuliahan di kelas 4 KA 01 diharapkan dapat memberikan informasi kepada teman-teman sekelas saya tentang materi