• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PEMBERIAN SUSU BOTOL SEBAGAI PENGANTAR TIDUR TERHADAP TINGKAT KEPARAHAN KARIES PADA ANAK USIA 4-6 TAHUN (Studi di TK Adisiwi, TK Pertiwi, TK Wijaya Atmaja Kasihan Bantul)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN PEMBERIAN SUSU BOTOL SEBAGAI PENGANTAR TIDUR TERHADAP TINGKAT KEPARAHAN KARIES PADA ANAK USIA 4-6 TAHUN (Studi di TK Adisiwi, TK Pertiwi, TK Wijaya Atmaja Kasihan Bantul)"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi di TK Adisiwi, TK Pertiwi, TK Wijaya Atmaja Kasihan Bantul)

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Derajad Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh Muhamad Vicki Syahrial

20120340113

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(2)

(Studi di TK Adisiwi, TK Pertiwi, TK Wijaya Atmaja Kasihan Bantul)

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Derajad Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh Muhamad Vicki Syahrial

20120340113

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(3)

Disusun oleh:

MUHAMAD VICKI SYAHRIAL

20120340113

Telah disetujui dan diseminarkan pada tanggal 1 Februari 2016

Dosen Pembimbing Dosen Penguji

drg.Pipiet Okti Kusumastiwi MPH drg. Wustha Farani, MDSc. NIK. 198410122013173218 NIK. 19860526201510173220

Mengetahui, Ketua PSPDG

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

(4)

NIM : 20120340113

Program Studi : Pendidikan Dokter Gigi

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 1 Februari 2016 Yang membuat pernyataan,

(5)

“THERE ARE NO SECRETS TO SUCCESS. IT IS

THE RESULT OF PREPARATION, HARD WORK,

(6)

Allah SWT

Nabi Muhammad SAW

Bapak Zaenal Arifin dan Ibu Nur Anisah

dr. Muhammad Dzulfikar dan Siti Ma’rifatus Shifa

drg. Rr. Pipiet Okti Kusumastiwi, MPH

Teman-teman Program Studi Pendidikan Dokter Gigi angkatan 2012

Semua pihak yang turut membantu kelancaran dalam pembuatan

(7)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya yang memberikan kesehatan dan hikmat kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Hubungan Pemberian Susu Botol Sebagai Pengantar Tidur Terhadap Tingkat

Keparahan Karies Gigi pada Anak Usia 4-6 Tahun”.

Adapun maksud dari penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk memenuhi sebagian syarat guna menyelesaikan Program Studi Strata 1 (S1) Kedokteran Gigi pada Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini tentunya tidak terlepas dari dorongan dan uluran tangan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta memberikan kesehatan dan jalan kepada umat-Nya dalam menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah.

2. Bapak dr. H. Ardi Pramono, Sp. An, M. Kes., selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

(8)

dorongan serta semangat dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah. 5. Bapak drg. Wustha Farani selaku Dosen Penguji yang telah

membimbing dan telah memberi masukan serta nasehat bagi penulis sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya.

6. Ibu Nur Anisah selaku ibu penulis yang tak pernah berhenti memberikan doa, kasih sayang, dukungan dan motivasi bagi penulis. 7. Bapak Zaenal Arifin selaku ayah penulis yang tak pernah berhenti

memberikan doa, kasih sayang, dukungan, dan motivasi bagi penulis.

8. dr. Muhammad Dzulfikar dan Siti Ma’rifatus Shifa selaku saudara

penulis yang selalu memberikan doa dan semangat dalam menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah.

9. Mochammad Adhi Krisnanta selaku teman kelompok KTI yang selalu membantu dan memberikan semangat satu sama lain dalam menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah.

10.Imam, Bella, Satya, Garry, Rilok, Andhika, Habib, Hario, Gilang, Dicky yang selalu memberikan semangat dalam menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah.

(9)

terdapat banyak kekurangan dan keterbatasan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran maupun kritik yang bersifat membangun. Semoga penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan pengetahuan bagi pembaca.

Yogyakarta, 1 Februari 2016

(10)

MOTTO ... iv A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Permasalahan ... 5

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 21

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21

D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 21

E. Variabel Penelitian ... 22

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 27

(11)
(12)

Gambar 2. Kerangka Konsep ... 20

(13)
(14)
(15)

Abstract

Background of Study: Oral health is the part of the body's health that can not be separated from one another, especially at preschool children who are in an important period in the development of physical and psychological. The problem of tooth caries experienced by 85% of children under 5 years in Indonesia, one of the reason is the habit of drinking milk bottle at the end of the age of five. Caries can be severer when children are given a bottle of milk as a bedtime because saliva production during sleep is so slow that make swallow reflex lower lowering and then the last suction before the child fell sleep will make a pool in the mouth and in contact with the teeth for hours.

Aim of Research: The aim of this research is to find out the relationship between bottle feeding as a bedtime and dental caries severity level in 4-6 years old children.

Research Methodology: This is an analytic observational research with cross sectional design. The sample was taken with total sampling technique to 72 kindergartners. Caries severity level measured with Caries Severity Index (CSI) examination. The data analysis was using independent t test.

Research Result: The result shows that the 18 kindergartners consumed bottle feeding as a bedtime, while the 54 kindergartners are not consumed bottle feeding as a bedtime. The average caries severity level in kindergartners with bottle feeding as a bedtime is 2.69 while who are not consumed bottle feeding as a bedtime is 1.97. There is a relation between bottle feeding as a bedtime with dental caries severity level in 4-6 years old children in Kasihan, Bantul.

Conclusion: There is a relation between bottle feeding as a bedtime with dental caries severity level in 4-6 years old children in Kasihan, Bantul.

(16)

Intisari

Latar Belakang: Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, terutama pada anak usia prasekolah yang sedang dalam masa penting dalam perkembangan fisik dan psikologinya. Masalah gigi berlubang dialami oleh 85% anak di bawah 5 tahun di Indonesia salah satu penyebabnya adalah kebiasaan minum susu botol pada usia akhir balita. Karies dapat diperparah bila anak diberikan susu botol sebagai pengantar tidur karena selama tidur produksi saliva sangat lambat sehingga menurunkan reflek menelan yang kemudian hisapan terakhir sebelum anak tertidur menggenang di dalam mulut dan berkontak dengan gigi selama berjam-jam.

Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pemberian susu botol sebagai pengantar tidur terhadap tingkat keparahan karies gigi pada anak usia 4-6 tahun.

Metodologi Penelitian: Jenis dari penelitian ini adalah penelitian observational analitik dengan rancangan cross sectional. Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan teknik total sampling yang terdiri dari 72 anak TK. Cara pengukuran tingkat keparahan karies diukur dengan pemeriksaan Caries Severity Index (CSI). Analisis data menggunakan uji t tidak berpasangan.

Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa 18 anak minum susu botol sebagai pengantar tidur dan 54 anak tidak minum susu botol sebagai pengantar tidur. Hasil skor rata-rata tingkat keparahan karies pada anak yang minum susu botol sebagai pengantar tidur adalah 2,69 dan yang tidak minum susu botol swbagai pengantar tidur adalah 1,97. Terdapat hubungan antara pemberian susu botol sebagai pengantar tidur dengan tingkat keparahan karies gigi pada anak usia 4-6 tahun di Kasihan, Bantul.

Kesimpulan: Terdapat hubungan antara pemberian susu botol sebagai pengantar tidur dengan tingkat keparahan karies gigi pada anak usia 4-6 tahun di Kasihan, Bantul.

(17)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan memberikan prioritas kepada upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dengan tidak mengabaikan upaya penyembuhan dan pemulihan kesehatan, termasuk pada anak usia sekolah dasar agar tercapai derajat kesehatan secara optimal. Upaya di bidang kesehatan gigi dan mulut perlu mendapat perhatian untuk menunjang upaya kesehatan yang optimal (Depkes RI, 2001).

Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, sebab kesehatan gigi dan mulut akan mempengaruhi kesehatan tubuh. Peranan rongga mulut sangat besar bagi kesehatan dan kesejahteraan manusia. Seseorang dikatakan sehat bukan hanya karena tubuhnya yang sehat melainkan juga sehat rongga mulut dan giginya, oleh karena itu kesehatan gigi dan mulut sangat berperan dalam menunjang kesehatan tubuh seseorang (Riyanti, 2005).

(18)

Republik Indonesia (Kemenkes RI) tahun 2009, sebanyak 89% anak Indonesia di bawah 12 tahun menderita karies gigi.

Karies gigi merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan sementum, yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Rerata waktu dari mulai terjadinya lesi awal hingga terjadinya lubang gigi pada anak-anak adalah sekitar 6-48 bulan (Shils dkk., 1994). Proses terjadinya karies dipengaruhi oleh 4 (empat) faktor utama yang berperan yaitu, host (permukaan gigi), mikroorganisme (bakteri penyebab karies), substrat (karbohidrat yang terfermentasi) dan waktu. Karies baru bisa terjadi hanya jika keempat faktor itu ada (Kidd dan Bechal, 1991).

(19)

perkembangan gigi penggantinya. Karies gigi juga dilaporkan dapat mengurangi kemampuan seorang anak untuk menambah berat badan (Prakash, dkk., 2012). Hasil penelitian Ayhan (1996) menunjukan berat dan tinggi badan anak penderita karies gigi dan sindroma karies botol lebih rendah di bandingkan dengan anak yang bebas karies (Heriandi, 2001).

Indonesia mencatat kemajuan yang cukup berarti dalam penyajian nutrisi bagi anak sehingga harapan mencapai target millennium development goals tahun 2015. Salah satu makanan tambahan pada anak balita adalah susu formula, dengan harapan pemberian susu formula untuk balita diberikan agar kebutuhan gizi terpenuhi selama masa pertumbuhanya. Prioritas utama adalah tetap pada air susu ibu sedangkan susu formula berfungsi hanya sebagai pengganti susu ibu jika memang produksi Air Susu Ibu (ASI) tidak berhasil. Susu formula mengandung tambahan nutrisi yang sudah terukur dan disesuaikan dengan gizi yang dibutuhkan bayi karena itu pemberian susu formula harus disesuaikan dengan kebutuhan bayi dan kandungan yang telah dianjurkan. Banyak pilihan rasa serta kandungan yang berbeda beredar di pasar dewasa ini membuat para konsumen khususnya orang tua mempunyai banyak pilihan untuk menentukan susu formula apa yang harus dibeli (Pangestuti, dkk., 2007).

Indonesia tercatat sebagai negara terbesar kedua di dunia yang mengonsumsi susu formula setelah China pada tahun 2011. Berdasarkan Riskesdas tahun 2013, ibu yang memberikan ASI eksklusif untuk bayi 6 bulan

(20)

botol menjelang tidur dapat menyebabkan karies dan memperparah karies gigi. Hal tersebut bisa terjadi pada waktu siang hari dan malam hari. Pada saat tertidur susu yang menggenangi gigi akan difermentasi oleh mikroorganisme menjadi asam dan merusak jaringan keras gigi (Behrman, 2000). Kerusakan akan diperparah selama tidur karena produksi saliva sangat lambat, saliva berfungsi mencairkan makanan dan minuman serta meningkatkan reflek menelan, dengan sedikitnya penelanan yang terjadi maka hisapan terakhir yang terjadi sebelum anak tertidur akan menggenang di dalam mulut dan berkontak dengan gigi-gigi anak selama berjam-jam (Eisemberg, 1997).

Penelitian ini menggunakan sampel anak umur 4-6 tahun karena anak usai tersebut lebih rentan terkena karies karena gigi sulung memiliki email yang lebih tipis. Penelitian ini dilakukan di wilayah kecamatan Kasihan kabupaten Bantul karena di wilayah tersebut kesadaran masyarakat untuk melakukan pemeriksaan gigi rutin kurang yang dibuktikan dengan angka kunjungan di poli gigi Puskesmas Kasihan 1 dalam 6 bulan terakhir yaitu sebesar 1.258 kunjungan, jumlah tersebut terbilang kecil jika dibandingkan dengan jumlah penduduk yang sebesar 52.468 jiwa.

Allah SWT berfirman

ا َلا َ ْ ا ْ ا ْ ا ْ اْ َ ا ْ ْ ْل ا ا ْا

“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu

(21)

B. Rumusan Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah apakah terdapat hubungan antara pemberian susu botol sebagai pengantar tidur dengan tingkat keparahan karies pada anak usia 4-6 tahun? C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemberian susu botol sebagai pengantar tidur dengan tingkat keparahan karies pada anak usia 4-6 tahun.

D. Manfaat Penelitian

1. Untuk ilmu pengetahuan:

a. Memberikan sumbangan ilmu pengetahuan, terutama dalam Ilmu Kedokteran Gigi.

b. Sebagai bahan penelitian lebih lanjut. 2. Untuk masyarakat:

Memberikan bahan pengetahuan pada masyarakat tentang hubungan pemberian susu botol sebagai pengantar tidur dengan tingkat keparahan karies pada anak usia 4-6 tahun.

E. Keaslian Penelitian

Terdapat penelitian sejenis yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu:

(22)

Kecamatan Benowo Surabaya” yang dilakukan oleh Dini Mei

Widayanti, M.Kep pada tahun 2009. Penelitian tersebut bertujuan mengetahui pengaruh pemberian susu botol terhadap kejadian karies yang dilakukan dengan metode observasional analitik menggunakan anak-anak balita di PAUD Melati Kelurahan Kandangan Kecamatan Benowo Surabaya sebagai sampel penelitian tersebut. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pemberian susu botol menjelang tidur dengan kejadian karies gigi pada usia 2-4 tahun di Paud Melati Kelurahan Kandangan Kecamatan Benowo Surabaya. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah usia dari sampel dan metode yang digunakan untuk mengukur tingkat keparahan karies.

b. Penelitian kedua adalah penelitian dengan judul “Hubungan Karbohidrat Pada Susu Yang Dikonsumsi Dengan Kejadian Karies Gigi Pada Anak Play Group ” yang dilakukan oleh Ni Nyoman Dewi

(23)
(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka

1. Anak Usia Prasekolah

Anak prasekolah adalah anak yang berusia antara tiga sampai enam tahun (Patmonodewo, 1995). Perkembangan fisik yang terjadi pada masa ini berawal dari perubahan tinggi dan berat yang bertambah (Jahja, 2011). Anak prasekolah adalah pribadi yang mempunyai berbagai macam potensi yang dapat dirangsang dan dikembangkan agar pribadi anak dapat berkembang secara optimal. Taman kanak-kanak adalah salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang menyediakan program pendidikan bagi anak usai 4-6 tahun sampai memasuki pendidikan dasar (Supartini, 2004).

Menurut Hurlock (2006) ciri-ciri anak usia prasekolah meliputi fisik, motorik, intelektual dan sosial. Ciri fisik anak prasekolah otot-otot lebih kuat dan pertumbuhan tulang menjadi besar dan keras. Anak prasekolah mempergunakan gerak dasar seperti berlari dan berjalan. Secara motorik anak mampu memanipulasi obyek kecil menggunakan balok berbagai ukuran, selain itu anak juga mempunyai rasa ingin tahu, rasa emosi, iri dan cemburu. Secara sosial anak mampu menjalani kontak sosial dengan orang-orang yang ada di luar rumah.

(25)

menyikat gigi dan dapat memilih kegiatan yang disukainya (Rumini dan Sundari, 2004). Kemandirian anak usia prasekolah dapat ditumbuhkan dengan membiarkan anak memiliki pilihan dan mengungkapkan pilihannya sejak dini (Hurlock, 1998).

Anak usia prasekolah adalah tanggung jawab orang tua seperti yang tertuang dalam pasal 26 ayat (1) mengenai kewajiban dan tanggung jawab keluarga dan orang tua pada Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002, yaitu orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk mengasuh, memelihara, mendidik dan melindungi anaknya. Negara, pemerintah, keluarga dan orang tua wajib melindungi anak dari perbuatan penelitian kesehatan yang menggunakan anak sebagai objek penelitian tanpa seizin orang tua dan tidak mengutamakan kepentingan yang terbaik bagi anak seperti yang disebutkan dalam pasal 47 (2c).

(26)

2. Susu botol sebagai pengantar tidur

Menurut American Sleep Association (ASA) anak yang meminta susu sebelum tidur, tidak berarti dia membutuhkannya. Beberapa ibu memberikan susu menggunakan botol pada anak untuk membuatnya nyaman tertidur. Sebaiknya ibu tidak melakukan kebiasaan pemberian susu botol sambil tidur pada anak. Pemberian susu sambil tidur akan mengakibatkan air susu menggenang di gigi dan mengakibatkan gangguan kesehatan gigi. Hal tersebut berhubungan dengan bakteri yang terdapat di dalam mulut bayi yang akan mengubah kandungan gula yang terdapat pada susu menjadi senyawa yang bersifat asam dan merusak enamel gigi anak (Anonim, 2012). Anak-anak usia 3-5 tahun yang menjadikan susu botol sebagai pengantar tidur meningkatkan risiko karies susu botol 1,03 kali lebih besar daripada yang tidak menjadikannya sebagai pengantar tidur (Kompas, 2009).

3. Penyakit Karies Gigi a. Pengertian karies gigi

(27)

periapeks yang dapat menyebabkan nyeri. Mengingat mungkinnya remineralisasi terjadi, pada stadium yang sangat dini penyakit ini dapat dihentikan (Kidd and Bechal, 1991).

Karies gigi merupakan masalah utama anak dan remaja pada rongga mulut, periode karies paling tinggi adalah pada usia 4-8 tahun pada gigi susu dan usia 12-13 tahun pada gigi permanen, hal tersebut disebabkan oleh email yang masih mengalami maturasi setelah erupsi pada usia tersebut, sehingga kemungkinan terjadi karies tinggi (Behrman, 2000).

b. Penyebab Karies Gigi

Terdapat 4 faktor penyebab karies, yaitu mikroorganisme (bakteri), substrat (karbohidrat), permukaan gigi (host) dan waktu (Kidd and Bechal, 1991).

1) Mikroorganisme

Mikroorganisme adalah organisme hidup yang sangat kecil, yang tidak dapat dilihat tanpa menggunakan mikroskop. Mikroorganisme penyebab penyakit biasanya disebut pathogen (Knight and Kotschevar, 2000).

(28)

karena kemampuannya membuat polisakarida ekstra sel yang sangat lengket dari karbohidrat makanan. Polisakarida tersebut, yang terutama terdiri dari polimer glukosa, menyebabkan matriks plak gigi mempunyai konsistensi seperti gelatin. Akibatnya, bakteri-bakteri terbantu untuk melekat pada gigi serta saling melekat satu sama lain. Plak yang makin tebal menyebabkan terganggunya fungsi saliva dalam mentralkan plak (Kidd dan Bechal, 1991).

Plak adalah deposit lunak yang menumpuk di permukaan gigi (Daliemunthe, 2008). Plak yang berwarna kuning keabuan berperanan penting dalam proses terjadinya karies karena plak mengandung mikroorganisme penyebab kerusakan gigi (Carranza, 2006).

Banyak bakteri subspesies lain yang telah terbukti berhubungan dengan proses terjadinya karies, namun Streptococcus mutans masih diyakini sebagai bakteri paling penting dalam inisiasi demineralisasi email dan progresivitas karies (Cameron dan Widmer, 2008).

2) Substrat

(29)

difermentasi menjadi asam, contohnya adalah sukrosa. Sukrosa berperan dalam perkembangan plak gigi. Hasil metabolisme substrat oleh mikroorganisme menghasilkan produk akhir berupa asam yang dapat menyebabkan demineralisasi email dan menyebabkan kerusakan gigi (Cameron dan Widmer, 2008).

Makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat seperti sukrosa dan glukosa, dapat diragikan oleh bakteri tertentu dan akan menurunkan pH plak dengan cepat yaitu dalam tempo 1-3 menit. Plak akan tetap dalam keadaan asam selama beberapa waktu dan membutuhkan waktu 30-60 menit untuk kembali ke pH normal. Konsumsi karbohidrat yang sering dan berulang akan tetap menahan pH dalam kondisi asam dan mengakibatkan demineralisasi email dan proses karies dimulai (Cameron dan Widmer, 2008).

Sukrosa adalah karbohidrat yang paling sering terlibat dalam fermentasi, tetapi penting untuk diingat bahwa bakteri dapat menggunakan semua karbohidrat untuk difermentasi. (Cameron dan Widmer, 2008). Sintesis polisakarida ekstraseluler dari sukrosa lebih cepat dibandingkan dengan glukosa, fruktosa dan laktosa oleh karena itu sukrosa merupakan gula yang paling kariogenik dan penyebab utama terjadi karies (Kidd dan Bechal, 1992).

3) Host

Kualitas struktur gigi dan saliva merupakan faktor host

(30)

(Cameron dan Widmer, 2008). Terdapat juga faktor morfologi gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur email, faktor kimia dan kristalografis. Pit dan fisur yang dalam pada gigi posterior sangat rentan terhadap karies karena sisa-sisa makanan mudah menumpuk di daerah tersebut. Perlekatan plak dan berkembangnya karies gigi dapat juga disebabkan oleh permukaan gigi yang kasar. Email gigi tersusun oleh susunan kimia kompleks yang mengandung 97% mineral (kalsium, fosfat, karbonat, fluor), air 1% dan bahan organik 2%. Bagian luar dari email mengandung lebih banyak fluor, fosfat, sedikit karbonat dan air serta mengalami mineralisasi yang lebih.

(31)

4) Waktu

Serangan asam yang datang berulang akan membuat kerusakan email pada kristal email dan permukaan gigi. Hal tersebut membutuhkan waktu berbulan-bulan hingga bertahun-tahun tergantung dari frekuensi dan intensitas serangan asam. Karies gigi terjadi ketika demineralisasi lebih dominan daripada remineralisasi (Cameron dan Widmer, 2008). Rerata waktu dari mulai terjadinya lesi awal hingga terjadinya lubang gigi pada anak-anak adalah sekitar 6-48 bulan (Shils dkk., 1994).

Gambar 1. Faktor penyebab karies

(32)

meremineralisasi karies yang masih dini oleh karena itu aliran saliva yang berkurang dapat menyebabkan karies gigi. Aliran saliva dipengaruhi oleh derajat hidrasi, paparan cahaya, konsumsi obat, usia, efek psikis, hormonal dan jenis kelamin (Ganong, 1999).

c. Klasifikasi Karies Gigi

1) Klasifikasi karies berdasarkan stadium (Tarigan, 1993) a) Karies Insipiens

Merupakan karies yang terjadi pada permukaan email gigi dan belum terasa sakit, hanya ada pewarnaan hitam atau cokelat pada permukaan gigi.

b) Karies Superfisialis

Merupakan karies yang sudah mencapai bagian dalam dari email dan kadang-kadang terasa sakit.

c) Karies Media

Merupakan karies yang sudah mencapai bagian dentin, tetapi belum lebih dari setengah dentin. Gigi biasanya terasa sakit bila terkena rangsangan dingin, makanan asam dan manis. d) Karies Profunda

(33)

ditambal maka gigi akan mati, dan untuk perawatan selanjutnya akan lebih lama dibandingkan pada karies-karies lainnya.

d. Mekanisme karies gigi

Proses terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plak di permukaan gigi, sukrosa (karbohidrat) dari sisa makanan dan bakteri berinteraksi pada waktu tertentu yang berubah menjadi asam laktat yang akan menurunkan pH di dalam rongga mulut menjadi kritis (5,5) yang akan menyebabkan demineralisasi email berlanjut menjadi karies gigi (Suryawati, 2010).

Demineralisasi email gigi adalah hilangnya mineral (hydroxyapatite) email dikarenakan aksi dari asam hasil metabolisme mikroorganisme. Asam tersebut berdifusi melalui plak ke dalam lubang-lubang kecil gigi dan mulai melarutkan email sehingga menyebabkan karies gigi (Cameron dan Widmer, 2008).

Proses pelarutan hydroxyapatite email gigi adalah sebagai berikut: Ca10(PO4)6(OH)2 + 10H+ 10Ca2 + 6H(PO4)3- + 2H2O

(34)

e. Pengukuran Keparahan Karies Gigi

Menurut Koroluk dkk., (1994), tingkat keparahan karies gigi diukur menggunakan indeks CSI (Caries Severity Index) karena CSI tidak membedakan antara gigi yang berlubang karena karies, gigi yang sudah ditumpat karena karies, ataupun gigi yang sudah dicabut karena karies sehingga lebih tepat digunakan untuk daerah dengan masyarakat dengan kesadaran merawat gigi kurang. Penilaian dengan indeks CSI menggunakan kriteria sebagai berikut :

1) Skor 0 = gigi utuh ( S )

2) Skor 1 = sonde menyangkut, pada fisura tapi tapi tidak ada perlunakan email (C1)

3) Skor 2 = sonde menyangkut, ada perlunakan lebih dalam pada dentin ( C2 )

4) Skor 3 = karies lebih luas melibatkan pulpa (C3)

5) Skor 4 = ada kerusakan mahkota, gigi tinggal akar ( C4 )

B. Landasan Teori

(35)

Gigi pada anak usia prasekolah lebih rentan terkena karies karena gigi sulung memiliki email yang lebih tipis. Salah satu penyebab terjadinya karies pada anak adalah kebiasaan minum susu botol hingga tertidur. Susu formula mengandung sukrosa dan glukosa yang apabila menempel pada gigi dan tidak dibersihkan akan difermentasi oleh Streptocccus mutans sehingga rongga mulut menjadi asam. Asam yang terbentuk dari hasil glikolisis tersebut akan mengakibatkan larutnya email gigi sehingga terjadi proses demineralisasi email gigi.

(36)

C. Kerangka Konsep

Gambar 2. Kerangka Konsep

D. Hipotesa

Berdasarkan uraian di atas, hipotesis yang dapat diambil adalah terdapat hubungan antara pemberian susu botol menjelang tidur terhadap tingkat keparahan karies pada anak usia 4-6 tahun.

Susu Botol

Kandungan

Sukrosa Glukosa Laktosa

Cara Pemberian Menjelang Tidur

Karies

Substrat Waktu Host Mikroorganisme

(37)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah observasional analitik. Setiap subjek hanya dikenai satu kali pengukuran tanpa dilakukan tindak lanjut atau pengulangan pengukuran. Rancangan pada penelitian ini adalah cross sectional.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah anak TK yang sekolah di TK Adisiwi, TK Pertiwi, TK Wijaya Atmaja, Kasihan Bantul.

Sampel penelitian dipilih dari semua siswa dan siswi yang bersekolah di ketiga TK tersebut yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2014 di tiga TK yaitu: 1. TK Adisiwi Kasihan, Bantul

2. TK Wijaya Atmaja Kasihan, Bantul 3. TK Pertiwi Kasihan, Bantul

D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 1. Kriteria Inklusi

a. Anak TK yang bersekolah di TK Adisiwi, TK Pertiwi, TK Wijaya Atmaja

(38)

2. Kriteria Eksklusi

a. Anak TK yang mempunyai umur diluar 4-6 tahun b. Anak TK yang tidak masuk sekolah

E. Variabel Penelitian

1. Variabel pengaruh : Pemberian susu botol sebagai pengantar tidur 2. Variabel terpengaruh: tingkat keparahan karies gigi anak

3. Variabel terkendali: a. Umur

b. Siswa TK

4. Variabel tidak terkendali a. Merk susu formula b. Frekuensi menyikat gigi c. Pola makan anak

F. Definisi Operasional

1. Karies adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya demineralisasi pada jaringan keras gigi. Pemeriksaan karies diperiksa menggunakan kaca mulut dan dihitung dengan indeks keparahan karies menurut caries severity index (CSI).

2. Tingkat keparahan karies gigi diukur menggunakan caries severity index

(CSI) dengan cara penghitungan sebagai berikut:

Rumus CSI : �� � ℎ � �� � �� ����

(39)

b. Skor 1 = sonde menyangkut pada fisura tapi tapi tidak ada perlunakan email ( C1 )

c. Skor 2 = sonde menyangkut, ada perlunakan lebih dalam pada dentin ( C2 )

d. Skor 3 = karies lebih luas melibatkan pulpa ( C3 ) e. Skor 4 = ada kerusakan mahkota, gigi tinggal akar ( C4 ) 3. Konsumi susu botol menjelang tidur adalah pemberian susu formula

dengan media botol yang diberikan saat anak menjelang tidur

4. Anak usia prasekolah adalah anak-anak yang masih berusia 4-6 tahun. G. Instrumen Penelitian

1. Kuesioner

Kuesioner berisi pertanyaan-pertanyaan untuk mendapatkan informasi mengenai mengenai konsumsi susu botol pada anak yang diberikan kepada ibu

2. Alat ukur tingkat keparahan karies

Tingkat keparahan karies diukur berdasarkan kategori koroluk, yaitu:

a. Skor 0 = gigi utuh ( S )

b. Skor 1 = sonde menyangkut pada fisura tapi tapi tidak ada perlunakan email (C1)

c. Skor 2 = sonde menyangkut, ada perlunakan lebih dalam pada dentin ( C2 )

(40)

e. Skor 4 = ada kerusakan mahkota, gigi tinggal akar ( C4 ) 3. Alat dan bahan untuk pemeriksaan gigi

a. Alat diagnostik b. Odontogram c. Alkohol dan kapas d. Handscoon dan masker

H. Jalannya Penelitian

1. Tahap-tahap prapenelitian:

a. Pembuatan kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan untuk mendapatkan informasi mengenai kebiasaan minum susu botol

b. Mengurus perizinan di TK yang akan digunakan sebagai tempat penelitian

2. Tahap-tahap penelitian:

a. Memberikan lembar informed consent serta kuesioner kepada orangtua anak melalui pihak sekolah 3 hari sebelum dilakukan pemeriksaan gigi. Lembar informed consent serta kuesioner akan diberikan kepada anak oleh guru untuk dibawa pulang agar diisi oleh orangtua

b. Mengumpulkan lembar informed consent dan kuesioner pada hari pemeriksaan gigi

(41)

d. Melakukan tabulasi data yang didapat dari kuesioner dan pemeriksaan gigi

I. Alur Penelitian

Gambar 3. Alur Penelitian Pembuatan Kuesioner

Pengurusan Izin

Memberikan Informed Consent

dan Kuesioner

Mengumpulkan Informed Consent

dan Kuesioner

Melakukan Pemeriksaan Intra

Oral (CSI)

(42)

J. Analisis Data

(43)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Distribusi Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah anak TK yang bersekolah di TK Adisiwi sebanyak 30 anak, TK Wijaya Atmaja sebanyak 16 anak dan TK Pertiwi Kasihan sebanyak 60 anak dengan jumlah total 106 anak. Seratus enam anak yang telah dilakukan pemeriksaan gigi dipilih lagi berdasarkan kriteria inklusi dan kriteria ekslusi seperti yang sudah dijabarkan pada bab sebelumnya. Tiga puluh empat anak termasuk dalam kriteria eksklusi, anak-anak tersebut berumur diluar 4-6 tahun sehingga jumlah akhir sampel yang didapat dalam penelitian ini adalah 72 anak. Distribusi sampel berdasarkan waktu konsumsi susu formula dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Distribusi Sampel Berdasarkan Minum Susu Botol Sebagai Pengantar Tidur dan Jenis Kelamin

(44)

mayoritas sampel tidak minum susu botol sebagai pengantar tidur sebanyak 54 anak.

Tabel 2. Distribusi Sampel Berdasarkan Minum Susu Botol Sebagai Pengantar Tidur dan Umur

Distribusi sampel berdasarkan minum susu botol sebagai pengantar tidur dan umur dapat dilihat pada tabel 2. Dari tabel diatas dapat dilihat sampel penelitian yang paling banyak adalah pada umur antara 5 tahun hingga 6 tahun dengan tidak minum susu botol sebagai pengantar tidur sebanyak 46 anak dan paling sedikit pada umur 4 tahun hingga 4 tahun 11 bulan dengan minum susu botol sebagai pengantar tidur sebanyak 4 anak.

Pengukuran karies berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan diukur menggunakan CSI. CSI digunakan untuk mengetahui tingkat keparahan karies pada gigi.

2. Hasil Uji Normalitas Data

Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui apakah data

terdistribusi normal atau tidak. Penelitian ini menggunakan uji Shapiro-Wilk

(45)

pemberian susu formula sebelum tidur dengan tingkat keparahan karies didapatkan sebagai berikut :

Tabel 3. Hasil Uji Normalitas Data

Pengantar tidur/Tidak

Mean ± SD Saphiro Wilk Kolmogorov

Smirnov tidak pengantar tidur memiliki nilai probabilitas (p) = 0,200. Nilai probabilitas dapat dikatakan terdistribusi normal apabila p>0,05 sehingga semua data pada tabel diatas terdistribusi normal atau p>0,05.

3. Hasil Uji Hipotesis

Tahapan selanjutnya yaitu melakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji t tidak berpasangan karena data berdistribusi normal. Uji t tidak berpasangan digunakan untuk menguji hipotesis 2 sampel yang tidak berhubungan. Hasil uji hipotesis yang didapat dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Hasil Uji t tidak berpasangan

Jenis Pengukuran N Mean±SD t-tes P

Pengantar tidur 18 2.6819±.73853 2,636 ,010

Bukan pengantar tidur 54 1.9167±1.15219 2,636 ,010

(46)

B. Pembahasan

Hasil dari pemeriksaan gigi pada 72 anak diperoleh skor CSI yang beragam, untuk anak yang minum susu botol sebelum tidur skor tertinggi adalah 4 dan skor terendah adalah 1. Untuk anak yang tidak minum susu botol sebelum tidur skor tertinggi adalah 4 dan skor terendah adalah 0. Penelitian yang memiliki tujuan untuk mengetahui hubungan pemberian susu botol menjelang tidur dengan tingkat keparahan karies pada anak usia 4-6 tahun telah dilakukan. Hasil yang telah didapat dari uji t tidak berpasangan dimana nilai (p)= < 0,05 sehingga terdapat perbedaan yang signifkan antara kelompok siswa yang minum susu botol sebagai pengantar tidur dan tidak.

Rata-rata skor CSI untuk anak yang minum susu botol sebagai pengantar tidur adalah 2,69 dan anak yang tidak minum susu botol sebagai pengantar tidur adalah 1,92. Seperti yang sudah disebutkan pada bab sebelumnya, meminum susu botol sebagai pengantar tidur dapat memperparah terjadinya karies. Ketika anak tertidur, cairan susu akan menumpuk dan menggenangi gigi. Tumpukan susu yang mengandung sukrosa dan laktosa tersebut menjadi media yang sangat baik bagi bakteri di dalam mulut untuk memfermentasikannya menjadi asam. Asam yang terbentuk dari hasil glikolisis tersebut akan mengakibatkan larutnya email gigi sehingga terjadi proses demineralisasi email gigi (Putri, dkk., 2010).

(47)

pemberian susu pada anak yang dikaitkan dengan kebiasaan anak meminum susu sebagai pengantar tidur, dapat terlihat tingkat nursing mouth caries

(NMC) yang tinggi pada anak yang minum susu sebagai pengantar tidur yang mana tingkat perluasan karies sudah berada pada tipe III (moderate) dan tipe IV (severe), dan dari 83 anak yang mengonsumsi susu sebagai pengantar tidur tidak ada anak yang bebas karies. Pada anak yang tidak mengonsumsi susu sebagai pengantar tidur ditemukan 4 orang anak bebas karies, 5 orang berada pada tipe I, dan 8 orang berada pada tipe II.

Kerusakan akan diperparah selama tidur karena produksi saliva menurun sehingga memperlambat pembersihan cairan dari rongga mulut (McDonald, dkk., 2004). Saliva yang lambat atau sedikit akan mengakibatkan penurunan reflek menelan, maka yang terjadi hisapan terakhir sebelum anak tertidur akan menggenang di dalam mulut dan berkontak dengan gigi-gigi anak selama berjam-jam (Eisemberg, 1997). Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pemberian botol menjelang tidur pada malam hari berhubungan signifikan dengan meningkatnya kejadian dan keparahan karies dibandingkan dengan anak yang tidak diberi botol menjelang tidur (Hallet dan O’Rourke, 2003). Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh

(48)

Karies merupakan penyakit multifaktorial yang terjadi akibat adanya mikroorganisme (bakteri), substrat (karbohidrat), permukaan gigi (host), dan waktu (Kidd dan Bechal, 1991). Banyak faktor lain yang memengaruhi terjadinya karies seperti usia anak, faktor sosial ekonomi, kebiasaan menyikat gigi anak serta tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua khususnya ibu anak (Harris, dkk., 2004).

Karies dapat berdampak pada kesehatan anak, meskipun tidak mengancam terhadap kehidupan anak namun jika dibiarkan dan tidak diobati dapat menyebabkan rasa sakit pada anak, bakteremia, berkuranganya kemampuan mengunyah anak, maloklusi pada gigi permanen, masalah fonetik, dan kurangnya rasa percaya diri pada anak. Karies gigi juga dilaporkan dapat mengurangi kemampuan seorang anak untuk menambah berat badan (Prakash, dkk., 2012).

(49)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

1.

Hasil rata-rata skor CSI untuk kelompok siswa yang minum susu botol

sebagai pengantar tidur adalah 2,69 dan yang tidak minum susu botol sebagai pengantar tidur adalah 1,97.

2. Terdapat hubungan antara pemberian susu botol sebagai pengantar tidur terhadap tingkat keparahan karies pada anak usia 4-6 tahun. B. Saran

Dari penelitian di atas, peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Untuk ilmu pengetahuan dilakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan pemberian susu botol sebagai pengantar tidur terhadap tingkat keparahan karies pada anak usia 4-6 tahun dengan lebih banyak variabel yang dikendalikan, contohnya merk susu yang digunakan, durasi, frekuensi menyikat gigi dan pola makan anak.

2. Untuk masyarakat

a. Disarankan untuk tidak memberikan susu botol sebagai pengantar tidur kepada anak karena dapat memperparah karies anak.

(50)

kumur–kumur air setelah minum susu formula atau menggosok gigi.

(51)

Daftar Pustaka

Adhani, R., Sari, N.N., dan Aspriyanto, D. (2012). Nursing mouth caries anak usia 2-5 tahun di Puskesmas Cempaka Banjarmasin. Jurnal PDGI, 61 (3). 81-87.

Almushayt, A., Sharaf, A., Meligy, O., dan Tallab, H. (2010). Salivary characteristic in a sample of preschool children with severe early childhood caries (S-ECC). JKAU, 4 (17). 49-50.

Anonim. (2012). Jangan membiasakan pemberian susu botol sambil tidur.

Diakses 12 April 2015, dari http://bidanku.com

Be Kien Nio. (1982). Preventive dentistry. Bandung: Yayasan kesehatan Gigi Indonesia.

Behrman, R.E., Kliegman, R., dan Arvin, A.M. (2000). Ilmu kesehatan anak Nelson (15th ed.)(A. Samik Wahab, penerjemah). Jakarta: EGC.

Berg J.H. dan Syalton R.L. (2009). Early childhood oral health. USA: Wiley-

Chemiawan E., Gartika M., dan Indriyanti R. (2004). Perbedaan prevalensi karies pada anak sekolah dasar dengan program UKGS dan tanpa UKGS kota Bandung tahun 2004. Bandung : Universitas Padjadjaran.

Daliemunthe, S.H. (2008). Pengantar periodonsia. Medan: USU Press: 108-111 .

Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial. (2001). Profil kesehatan Indonesia 2000,Depkes RI. Jakarta.

(52)

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Riset kesehatan dasar (Riskesdas 2013). Jakarta.

Dye, B.A., Tan, S., Smith, V., Lewis, B.G., Barker, L.K., Eke, P.I., et. al. (2007).

Trends in oral health status: United States, 1988-1994 and 1999-2004.

National Center for Health Statistics. Vital Health Stat 11 (248).

Eisemberg dan Hathaway. (1997). Bayi Pada Tahun Pertama Apa Yang Anda Hadapi Bulan Per Bulan. Jakarta: Arlan.

Ganong, W.F. (1999). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (17th ed.). Jakarta: EGC Jakarta.

Hallet, K.G. dan O'Rourke, P.K. (2003). Social and behavioural determinants of Early Childhood Caries. Aus Dent J, 48(1). 27-33.

Handayani, H.F. (2003). Sifat kariogenik pada makanan anak-anak. Jurnal Dentofasial Kedokteran Gigi, (1). 247-249.

Harris, R., Nicoll, A.D, Adair, P.M., dan Pine, C.M. (2004). Risk factors for dental caries in young children: a systematic review of the literature.

Community Dental Health, 21(1). 71–85.

Heriandi, Y. (2001). Silver diamine fluoride salah satu alternative impregnasi karies rampan pada anak. Majalah ilmiah kedokteran gigi, (46). 167-173. Hurlock, E.B. (2006). Psikologi perkembangan. Jakarta: Erlangga

Jahja, Y. (2011). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Kidd, E.A.M. dan Bechal, S.J. (1991). Dasar-dasar karies penyakit dan penanggulangannya (2nd ed.) (N. Sumawinata, penerjemah). Jakarta: EGC Jakarta.

Knight, J.B. dan Kotschevor, L. (2000). Quality Food Production Planning and Management (3rd Ed.). Canada: Simultaneously.

Kompas. (2009). Kebiasaan minum susu botol picu karies gigi. Diakses 10 Maret 2015, dari http://www.kompas.com

(53)

Macek M.D., Heller K.E., Selwitz R.H., dan Manz M.C. (2004). Is 75 percent of dental caries really found in 25 percent of the population?. Journal of Public Health Dentistry, 64(1). 20-25.

Manson, 1996. Buku ajar periodonti (2nd ed.). Jakarta: Hipokrates.

McDonald, R.E., Avery, D.R., dan Dean, J.A. (2008). Dentistry for the child and adolescent. 8th ed. New Delhi: Elsevier.

Nasar, Sri S.H., Aryono, dan Muaris, H. J. (2005). Makanan Bayi dan Ibu Menyusui. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Nelson dan Arvin. (2000). Ilmu Kesehatan Anak Volume 2. Jakarta: EGC

Pangestuti R.D., Pramono, M.S., dan Handayanti, A. (2007). Karakteristik konsumen susu formula balita. Buletin penelitian sistem kesehatan, 10 (4). 309-314.

Patmonodewo, S. (1995). Buku ajar pendidikan prasekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Pintauli S. dan Hamada T. (2008). Menuju gigi dan mulut sehat: pencegahan dan pemeliharaanya. Medan: USU Press.

Prakash, P., Subramaniam, P., Durgesh, B.H., dan Konde, S. (2012). Prevalence of early childhood caries and associated risk factors in preschool children of urban Bangalore, India. Eur J Dent, (6). 141-50.

Pudjiadi, S. (2003). Ilmu gizi klinis pada anak (4th ed.). Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Putri, M.H., Herijulianti, E., dan Nurjannah, N. (2010). Ilmu pencegahan penyakit jaringan keras dan jaringan pendukung gigi. Jakarta: EGC Jakarta.

Riyanti, E. (2005). Pengenalan dan perawatan kesehatan gigi anak sejak dini.

Disajikan pada Seminar Sehari Kesehatan-Psikologi Anak Minggu, 29 Mei 2005 di Gedung Lab. Klinik Utama Pramita.

Rumini S. dan Sundari S. (2004). Perkembangan anak dan remaja: buku pegangan kuliah. Jakarta: Rineka Cipta.

Shils, M.E., Shike, M., dan Olson, J.A. (1994). Modern nutrition in health and disease (8th ed). Philadelphia: Lea & Febiger.

(54)

Supartini, Y. (2004). Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta: EGC Jakarta.

Susilorini, T. E. dan Sawitri, M.E. (2007). Produk olahan susu. Jakarta: Penebar Swadaya.

Suryawati, P.N. (2010). 100 pertanyaan penting perawatan gigi anak. Jakarta: Dian Rakyat.

Suwelo, I.S. (1992). Karies gigi pada anak dengan pelbagai faktor etiologi, Jakarta: EGC.

Tarigan, R. (1993). Kesehatan gigi dan mulut. Edisi Revisi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.

Tsubouchi, J., Higashi, T., Shimono, T., Domoto, P.K., dan Weinstein, P. (1994). A study of Baby Bottle Tooth Decay and risk factors for 18-months old infants in rural Japan. J. Dent. Child; July-Aug: 293-298.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

Welbury, R. (2005). Pediatric dentistry (3rd ed.). New York: Oxford University Press.

Widayanti, D.M. (2011). Hubungan pemberian susu botol menjelang tidur dengan kejadian karies gigi pada balita 2-4 tahun di PAUD Melati Kelurahan Kandangan Kecamatan Benowo Surabaya. Jurnal Kesehatan AIPTINAKES Jatim, 1 (1): 12-21.

Wyne, A. H. (1999). Early childhood caries: nomenclature and case definition.

(55)
(56)

Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Keparahan Karies

(57)

46. 1,5 Tidak

(58)

Uji Descriptives

Penghantar Tidur Statistic Std. Error

(59)

Range 4.00

*. This is a lower bound of the true significance.

Uji Hipotesis

Uji Hipotesis

Group Statistics

Penghantar Tidur N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Skor CSI Ya 18 2.6819 .73853 .17407

Tidak 54 1.9167 1.15219 .15679

Levene's Test for

Equality of Variances t-test

(60)

Dengan hormat,

Saya dari PSPDG FKIK UMY yang beralamat di Jalan Lingkar Selatan, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta 55183 (0274) 3878656, memohon izin ibu dan kesediaan putra/putrinya untuk dilakukan pemeriksaan gigi dan mengisi kuesioner tentang pemberian susu botol dan ASI eksklusif. Hasil pemeriksaan ini akan kami gunakan untuk keperluan penulisan Karya Tulis Ilmiah.

Demikian penjelasan singkat mengenai pemeriksaan yang akan dilakukan, atas kesediaan dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.

Hormat kami,

Mohammad Adhi Krisnanta Muhamad Vicki Syahrial

20120340107 20120340113

...

IDENTITAS (Mohon diisi dengan lengkap)

(61)

HUBUNGAN PEMBERIAN SUSU BOTOL SEBAGAI PENGANTAR TIDUR TERHADAP KEPARAHAN KARIES GIGI

PADA ANAK USIA 4-6 TAHUN

(Studi di TK Adisiwi, TK Pertiwi, TK Wijaya Atmaja Kasihan Bantul) Muhamad Vicki Syahrial1, Pipiet Okti Kusumastiwi2

1

Mahasiswa PSPDG UMY, 2Dosen PSPDG UMY Abstract

Oral health is the part of the body's health that can not be separated from one another, especially at preschool children who are in an important period in the development of physical and psychological. The problem of tooth caries experienced by 85% of children under 5 years in Indonesia, one of the reason is the habit of drinking milk bottle at the end of the age of five. Caries can be severer when children are given a bottle of milk as a bedtime because saliva production during sleep is so slow that make swallow reflex lower lowering and then the last suction before the child fell sleep will make a pool in the mouth and in contact with the teeth for hours.

The aim of this research is to find out the relation between bottle feeding as a bedtime and dental caries severity level in 4-6 years old children. This is an analytic observational research with cross sectional design. The sample was taken with total sampling technique to 72 kindergartners. Caries severity level measured with Caries Severity Index (CSI) examination. The data analysis was using independent t test.

The research result shows that the 18 kindergartners consumed bottle feeding as a bedtime, while the 54 kindergartners are not consumed bottle feeding as a bedtime. The average caries severity level in kindergartners with bottle feeding as a bedtime is 2.69 while who are not consumed bottle feeding as a bedtime is 1.97. There is a relation between bottle feeding as a bedtime with dental caries severity level in 4-6 years old children in Kasihan, Bantul because(P < 0,05).

(62)

psikologinya. Masalah gigi berlubang dialami oleh 85% anak di bawah 5 tahun di Indonesia salah satu penyebabnya adalah kebiasaan minum susu botol pada usia akhir balita. Karies dapat diperparah bila anak diberikan susu botol sebagai pengantar tidur karena selama tidur produksi saliva sangat lambat sehingga menurunkan reflek menelan yang kemudian hisapan terakhir sebelum anak tertidur menggenang di dalam mulut dan berkontak dengan gigi selama berjam-jam.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pemberian susu botol sebagai pengantar tidur terhadap tingkat keparahan karies gigi pada anak usia 4-6 tahun. Jenis dari penelitian ini adalah penelitian observational analitik dengan rancangan cross sectional. Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan teknik total sampling yang terdiri dari 72 anak TK. Cara pengukuran tingkat keparahan karies diukur dengan pemeriksaan Caries Severity Index (CSI). Analisis data menggunakan uji t tidak berpasangan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 18 anak minum susu botol sebagai pengantar tidur dan 54 anak tidak minum botol sebagai pengantar tidur. Hasil skor rata-rata tingkat keparahan karies pada anak yang minum susu botol sebagai pengantar tidur adalah 2,69 dan yang tidak minum susu botol sebagai pengantar tidur adalah 1,97. Terdapat hubungan antara pemberian susu botol sebagai pengantar tidur dengan tingkat keparahan karies gigi pada anak usia 4-6 tahun di Kasihan, Bantul karena (P < 0,05).

Kata Kunci: tingkat keparahan karies gigi, pemberian susu botol menjelang tidur

Pendahuluan

(63)

gigi3. Kerusakan akan diperparah selama tidur karena produksi saliva sangat lambat sehingga mengakibatkan menurunkan reflek menelan yang berakibat hisapan terakhir yang terjadi sebelum anak tertidur akan menggenang di dalam mulut dan berkontak dengan gigi-gigi anak selama berjam-jam4.

Kesehatan gigi anak yang buruk seperti karies gigi dapat menyebabkan rasa sakit dan kesulitan mengunyah yang akan berdampak buruk pada pola makan anak yang akhirnya akan memengaruhi keadaan gizi anak sehingga tumbuh kembang anak terganggu5.

Penelitian ini dilakukan di wilayah kecamatan Kasihan kabupaten Bantul karena di wilayah tersebut kesadaran masyarkat untuk melakukan pemeriksaan gigi rutin kurang yang dibuktikan dengan angka kunjungan di poli gigi Puskesmas Kasihan 1 dalam 6 bulan terakhir yaitu sebesar 1.258 kunjungan, jumlah tersebut terbilang kecil jika dibandingkan dengan jumlah penduduk yang sebesar 52.468 jiwa.

Bahan dan Cara

Penelitian ini adalah penelitian observational analitik dengan rancangan

(64)

sekolah dan mempunyai umur diluar 4-6 tahun.

Sebagai variabel bebas adalah pemberian susu botol sebagai pengantar tidur, sedang variabel tergantung adalah tingkat keparahan karies gigi anak. Variabel tak dikendalikan yakni merk susu formula, durasi minum susu botol, frekuensi menyikat gigi dan pola makan anak. Lalu sebagai variabel terkendali adalah umur dan siswa TK.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan lembar penilaian tingkat keparahan karies. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat diagnostik, odontogram, alkohol, kapas, handscoon dan masker.

Sebelum melakukan pengambilan data, peneliti membuat kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan untuk mendapatkan informasi mengenai kebiasaan mengenai kebiasaan minum susu botol dan mengurus perizinan di TK yang akan digunakan sebagai tempat penelitian.

(65)

karena karies sehingga lebih tepat digunakan untuk daerah dengan masyarakat dengan kesadaran merawat gigi kurang. Penilaian dengan indeks CSI menggunakan kriteria sebagai berikut :

Rumus CSI : � � ℎ � �� � �� ����

� � ℎ������ � � ��

a. Skor 0 = gigi utuh ( S )

b. Skor 1 = sonde menyangkut, pada fisura tapi tapi tidak ada perlunakan email (C1)

c. Skor 2 = sonde menyangkut, ada perlunakan lebih dalam pada dentin (C2) d. Skor 3 = karies lebih luas melibatkan pulpa (C3)

e. Skor 4 = ada kerusakan mahkota, gigi tinggal akar (C4)

. Analisa data menggunakan uji t tidak berpasangan untuk menentukan apakah terdapat hubungan antara pemberian susu botol menjelang tidur dengan tingkat keparahan karies pada anak usia 4-6 tahun.

Hasil Penelitian 1. Distribusi Sampel

(66)

Tabel 2. Distribusi Sampel Berdasarkan Minum Susu Botol Sebagai Pengantar Tidur dan Umur

(67)

Tidak 1.9167±1.15219 .038 .200 Tabel 3. Hasil Uji Normalitas Data

Penelitian ini menggunakan uji Shapiro-Wilk dan Kolmogorov-Smirnov

sebagai uji normalitas data dikarenakan jumlah sampel untuk yang minum susu botol sebagai pengantar tidur kurang dari 50 dan yang tidak lebih dari 50. Pada tabel 3. terlihat pada kolom Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk nilai probabilitas data yang didapatkan yaitu pengantar tidur memiliki nilai probabilitas (p) = 0,937 dan tidak pengantar tidur memiliki nilai probabilitas (p) = 0,200. Nilai probabilitas dapat dikatakan terdistribusi normal apabila p>0,05 sehingga semua data pada tabel diatas terdistribusi normal atau p>0,05Hasil Uji Hipotesis

Tabel 4. Hasil Uji t tidak berpasangan

Jenis Pengukuran N Mean±SD t-tes P

Pengantar tidur 18 2.6819±.73853 2,636 ,010

Bukan pengantar tidur 54 1.9167±1.15219 2,636 ,010 Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil dimana nilai probabilitas (p) = 0,01 atau nilai (p) < 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima yaitu terdapat perbedaan signifikan antara kelompok siswa yang minum susu botol sebagai pengantar tidur dan tidak.

Pembahasan

(68)

tingkat keparahan karies pada anak usia 4-6 tahun telah dilakukan. Hasil yang telah didapat dari uji t tidak berpasangan dimana nilai (p)= < 0,05 sehingga terdapat perbedaan yang signifkan antara kelompok siswa yang minum susu botol sebagai pengantar tidur dan tidak.

Rata-rata skor CSI untuk anak yang minum susu botol sebagai pengantar tidur adalah 2,69 dan anak yang tidak minum susu botol sebagai pengantar tidur adalah 1,92. Meminum susu botol sebagai pengantar tidur dapat memperparah terjadinya karies. Ketika anak tertidur, cairan susu akan menumpuk dan menggenangi gigi. Tumpukan susu yang mengandung sukrosa dan laktosa tersebut menjadi media yang sangat baik bagi bakteri di dalam mulut untuk memfermentasikannya menjadi asam. Asam yang terbentuk dari hasil glikolisis tersebut akan mengakibatkan larutnya email gigi sehingga terjadi proses demineralisasi email gigi6.

(69)

menjelang tidur pada malam hari berhubungan signifikan dengan meningkatnya kejadian dan keparahan karies dibandingkan dengan anak yang tidak diberi botol menjelang tidur8. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Almushayt dkk. (2010) yang menunjukkan bahwa anak yang tidak minum susu menggunakan botol menjelang tidur memiliki kemungkinan yang lebih kecil sekitar 0,09 kali untuk terserang karies dibandingkan dengan anak yang minum susu botol sebelum tidur9.

Kesimpulan

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Hasil rata-rata skor CSI untuk kelompok siswa yang minum susu botol sebagai pengantar tidur adalah 2,69 dan yang tidak minum susu botol sebagai pengantar adalah 1,97.

2. Terdapat hubungan antara pemberian susu botol sebagai pengantar tidur terhadap tingkat keparahan karies pada anak usia 4-6 tahun.

Saran

Dari penelitian diatas, disarankan penelitian lebih lanjut tentang hubungan pemberian susu botol sebagai pengantar tidur terhadap tingkat keparahan karies pada anak usia 4-6 tahun dengan lebih banyak variabel yang dikendalikan.

Daftar pustaka

(70)

Hadapi Bulan Per Bulan. Jakarta: Arlan.

5. Heriandi, Y. (2001). Silver diamine fluoride salah satu alternative impregnasi karies rampan pada anak. Majalah ilmiah kedokteran gigi, (46). 167-173. 6. Putri, M.H., Herijulianti, E., dan Nurjannah, N. (2010). Ilmu pencegahan

penyakit jaringan keras dan jaringan pendukung gigi. Jakarta: EGC.

7. Adhani, R., Sari, N.N., dan Aspriyanto, D. (2012). Nursing mouth caries anak usia 2-5 tahun di Puskesmas Cempaka Banjarmasin. Jurnal PDGI, 61 (3). 81-87.

8. Hallet, K.G. dan O'Rourke, P.K. (2003). Social and behavioural determinants of Early Childhood Caries. Aus Dent J, 48(1). 27-33.

(71)

HUBUNGAN PEMBERIAN SUSU BOTOL SEBAGAI PENGANTAR TIDUR TERHADAP KEPARAHAN KARIES GIGI

PADA ANAK USIA 4-6 TAHUN

(Studi di TK Adisiwi, TK Pertiwi, TK Wijaya Atmaja Kasihan Bantul) Muhamad Vicki Syahrial1, Pipiet Okti Kusumastiwi2

1

Mahasiswa PSPDG UMY, 2Dosen PSPDG UMY Abstract

Oral health is the part of the body's health that can not be separated from one another, especially at preschool children who are in an important period in the development of physical and psychological. The problem of tooth caries experienced by 85% of children under 5 years in Indonesia, one of the reason is the habit of drinking milk bottle at the end of the age of five. Caries can be severer when children are given a bottle of milk as a bedtime because saliva production during sleep is so slow that make swallow reflex lower lowering and then the last suction before the child fell sleep will make a pool in the mouth and in contact with the teeth for hours.

The aim of this research is to find out the relation between bottle feeding as a bedtime and dental caries severity level in 4-6 years old children. This is an analytic observational research with cross sectional design. The sample was taken with total sampling technique to 72 kindergartners. Caries severity level measured with Caries Severity Index (CSI) examination. The data analysis was using independent t test.

The research result shows that the 18 kindergartners consumed bottle feeding as a bedtime, while the 54 kindergartners are not consumed bottle feeding as a bedtime. The average caries severity level in kindergartners with bottle feeding as a bedtime is 2.69 while who are not consumed bottle feeding as a bedtime is 1.97. There is a relation between bottle feeding as a bedtime with dental caries severity level in 4-6 years old children in Kasihan, Bantul because(P < 0,05).

(72)

psikologinya. Masalah gigi berlubang dialami oleh 85% anak di bawah 5 tahun di Indonesia salah satu penyebabnya adalah kebiasaan minum susu botol pada usia akhir balita. Karies dapat diperparah bila anak diberikan susu botol sebagai pengantar tidur karena selama tidur produksi saliva sangat lambat sehingga menurunkan reflek menelan yang kemudian hisapan terakhir sebelum anak tertidur menggenang di dalam mulut dan berkontak dengan gigi selama berjam-jam.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pemberian susu botol sebagai pengantar tidur terhadap tingkat keparahan karies gigi pada anak usia 4-6 tahun. Jenis dari penelitian ini adalah penelitian observational analitik dengan rancangan cross sectional. Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan teknik total sampling yang terdiri dari 72 anak TK. Cara pengukuran tingkat keparahan karies diukur dengan pemeriksaan Caries Severity Index (CSI). Analisis data menggunakan uji t tidak berpasangan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 18 anak minum susu botol sebagai pengantar tidur dan 54 anak tidak minum botol sebagai pengantar tidur. Hasil skor rata-rata tingkat keparahan karies pada anak yang minum susu botol sebagai pengantar tidur adalah 2,69 dan yang tidak minum susu botol sebagai pengantar tidur adalah 1,97. Terdapat hubungan antara pemberian susu botol sebagai pengantar tidur dengan tingkat keparahan karies gigi pada anak usia 4-6 tahun di Kasihan, Bantul karena (P < 0,05).

Kata Kunci: tingkat keparahan karies gigi, pemberian susu botol menjelang tidur

Pendahuluan

(73)

gigi3. Kerusakan akan diperparah selama tidur karena produksi saliva sangat lambat sehingga mengakibatkan menurunkan reflek menelan yang berakibat hisapan terakhir yang terjadi sebelum anak tertidur akan menggenang di dalam mulut dan berkontak dengan gigi-gigi anak selama berjam-jam4.

Kesehatan gigi anak yang buruk seperti karies gigi dapat menyebabkan rasa sakit dan kesulitan mengunyah yang akan berdampak buruk pada pola makan anak yang akhirnya akan memengaruhi keadaan gizi anak sehingga tumbuh kembang anak terganggu5.

Penelitian ini dilakukan di wilayah kecamatan Kasihan kabupaten Bantul karena di wilayah tersebut kesadaran masyarkat untuk melakukan pemeriksaan gigi rutin kurang yang dibuktikan dengan angka kunjungan di poli gigi Puskesmas Kasihan 1 dalam 6 bulan terakhir yaitu sebesar 1.258 kunjungan, jumlah tersebut terbilang kecil jika dibandingkan dengan jumlah penduduk yang sebesar 52.468 jiwa.

Bahan dan Cara

Penelitian ini adalah penelitian observational analitik dengan rancangan

(74)

sekolah dan mempunyai umur diluar 4-6 tahun.

Sebagai variabel bebas adalah pemberian susu botol sebagai pengantar tidur, sedang variabel tergantung adalah tingkat keparahan karies gigi anak. Variabel tak dikendalikan yakni merk susu formula, durasi minum susu botol, frekuensi menyikat gigi dan pola makan anak. Lalu sebagai variabel terkendali adalah umur dan siswa TK.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan lembar penilaian tingkat keparahan karies. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat diagnostik, odontogram, alkohol, kapas, handscoon dan masker.

Sebelum melakukan pengambilan data, peneliti membuat kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan untuk mendapatkan informasi mengenai kebiasaan mengenai kebiasaan minum susu botol dan mengurus perizinan di TK yang akan digunakan sebagai tempat penelitian.

(75)

karena karies sehingga lebih tepat digunakan untuk daerah dengan masyarakat dengan kesadaran merawat gigi kurang. Penilaian dengan indeks CSI menggunakan kriteria sebagai berikut :

Rumus CSI : � � ℎ � �� � �� ����

� � ℎ������ � � ��

a. Skor 0 = gigi utuh ( S )

b. Skor 1 = sonde menyangkut, pada fisura tapi tapi tidak ada perlunakan email (C1)

c. Skor 2 = sonde menyangkut, ada perlunakan lebih dalam pada dentin (C2) d. Skor 3 = karies lebih luas melibatkan pulpa (C3)

e. Skor 4 = ada kerusakan mahkota, gigi tinggal akar (C4)

. Analisa data menggunakan uji t tidak berpasangan untuk menentukan apakah terdapat hubungan antara pemberian susu botol menjelang tidur dengan tingkat keparahan karies pada anak usia 4-6 tahun.

Hasil Penelitian 1. Distribusi Sampel

(76)

Tabel 2. Distribusi Sampel Berdasarkan Minum Susu Botol Sebagai Pengantar Tidur dan Umur

(77)

Tidak 1.9167±1.15219 .038 .200 Tabel 3. Hasil Uji Normalitas Data

Penelitian ini menggunakan uji Shapiro-Wilk dan Kolmogorov-Smirnov

sebagai uji normalitas data dikarenakan jumlah sampel untuk yang minum susu botol sebagai pengantar tidur kurang dari 50 dan yang tidak lebih dari 50. Pada tabel 3. terlihat pada kolom Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk nilai probabilitas data yang didapatkan yaitu pengantar tidur memiliki nilai probabilitas (p) = 0,937 dan tidak pengantar tidur memiliki nilai probabilitas (p) = 0,200. Nilai probabilitas dapat dikatakan terdistribusi normal apabila p>0,05 sehingga semua data pada tabel diatas terdistribusi normal atau p>0,05Hasil Uji Hipotesis

Tabel 4. Hasil Uji t tidak berpasangan

Jenis Pengukuran N Mean±SD t-tes P

Pengantar tidur 18 2.6819±.73853 2,636 ,010

Bukan pengantar tidur 54 1.9167±1.15219 2,636 ,010 Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil dimana nilai probabilitas (p) = 0,01 atau nilai (p) < 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima yaitu terdapat perbedaan signifikan antara kelompok siswa yang minum susu botol sebagai pengantar tidur dan tidak.

Pembahasan

(78)

tingkat keparahan karies pada anak usia 4-6 tahun telah dilakukan. Hasil yang telah didapat dari uji t tidak berpasangan dimana nilai (p)= < 0,05 sehingga terdapat perbedaan yang signifkan antara kelompok siswa yang minum susu botol sebagai pengantar tidur dan tidak.

Rata-rata skor CSI untuk anak yang minum susu botol sebagai pengantar tidur adalah 2,69 dan anak yang tidak minum susu botol sebagai pengantar tidur adalah 1,92. Meminum susu botol sebagai pengantar tidur dapat memperparah terjadinya karies. Ketika anak tertidur, cairan susu akan menumpuk dan menggenangi gigi. Tumpukan susu yang mengandung sukrosa dan laktosa tersebut menjadi media yang sangat baik bagi bakteri di dalam mulut untuk memfermentasikannya menjadi asam. Asam yang terbentuk dari hasil glikolisis tersebut akan mengakibatkan larutnya email gigi sehingga terjadi proses demineralisasi email gigi6.

Gambar

Gambar 1. Faktor penyebab karies
Gambar 2. Kerangka Konsep
Gambar 3. Alur Penelitian
Tabel 1. Distribusi Sampel Berdasarkan Minum Susu Botol Sebagai Pengantar Tidur dan Jenis Kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Maka peneliti ingin membandingkan metode pengobatan luka bakar secara tradisional dengan getah batang semu pisang ambon (Musa acuminata) dan getah batang semu pisang

Untuk menunjukkan kesalahan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika digunakan indikator tahapan dalam menyelesaikan soal cerita matematika

mengatasnamakan agama, namun jihad memiliki ruang lingkup yang luas, seperti menafkahi keluarga, menuntut ilmu, dan lain sebagainya. Pluralisme

[r]

Kegiatan pendampingan yang dilaksanakan pada LM3 agribisnis peternakan di Pesantren Pertanian Darul Fallah didampingi oleh pendamping yang merupakan pegawai penyuluh lapangan

VERB PHRASES IN NOVEL’S JODI PICOULT: MY SISTER’S KEEPER INTO PENYELAMAT KAKAKKU. Limitation of

Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah 1) Bagaimana persepsi kepala sekolah tentang kompetensi profesional guru PAI di SMPN Kecamatan Pallangga?dan 2)

Pada penelitian ini, dilakukan pengembangan game edukasi tentang Perjalanan Gajah Mada menyatukan Nusantara dengan game platformer yang menyenangkan dan interaktif untuk