• Tidak ada hasil yang ditemukan

TA : Perencanaan Penentuan Kebutuhan STI Pada PT Indonesia Magma Chain.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TA : Perencanaan Penentuan Kebutuhan STI Pada PT Indonesia Magma Chain."

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

PERENCANAAN PENENTUAN KEBUTUHAN STI PADA PT INDONESIA MAGMA CHAIN

TUGAS AKHIR

Pr ogram Studi: S1 Sistem Infor masi

Oleh:

ARI ANDIKA SETIAWAN 09410100057

FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INFORMATIKA

(2)

PERENCANAAN PENENTUAN KEBUTUHAN STI PADA PT INDONESIA MAGMA CHAIN

TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai salah sat u syar at unt uk menyelesaikan

Program Sarjana

Oleh:

Nama : Ari Andika Setiaw an

NIM : 09.41010.0057

Pr ogram : S1 (St rat a Sat u)

Jurusan : Sist em Informasi

FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INFORMATIKA

(3)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam perkembangan dunia industri saat ini, penggunaan teknologi

sistem informasi merupakan salah satu kebutuhan penting untuk memenangkan

persaingan usaha. Melalui perencanaan strategi yang bersifat dinamis dan

fleksibel, sebuah perusahaan dapat memandang secara objektif kondisi-kondisi

internal dan eksternal, sehingga dapat mengantisipasi perubahan lingkungan

bisnis dan mampu bersaing dengan kompetitor secara ketat. Demikian pula pada

PT Indonesia Magma Chain. Perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur

rantai dan conveyor terkemuka di Indonesia.

PT Indonesia Magma Chain telah melaksanakan investasi teknologi

Informasi (TI) untuk menunjang proses bisnisnya. Investasi dalam bidang TI

yang dilaksanakan oleh PT Indonesia Magma Chain berupa pengadaaan perangkat

lunak sistem proses data elektronik yang berfungsi mencatat dan memproses data

hasil dari transaksi bisnis, seperti mengelola data penjualan, logistik, gudang, data

pemesanan, administrasi dan data keuangan serta perangkat komputer untuk

mendukung aplikasi tersebut. Akan tetapi hal tersebut tidak berjalan dengan baik

sebab perusahaan tidak melakukan perencanaan terlebih dahulu saat akan

melakukan investasi di bidang TI dan juga tidak memperhatikan kebutuhan

perusahaan yang sebenarnya.

Perangkat lunak yang telah diterapkan, tidak mampu mengakomodasi

(4)

2

tidak akurat, sebab perusahaan harus mengikuti proses bisnis yang terdapat pada

perangkat lunak, karena perangkat lunak tersebut diimplementasikan apa adanya

tanpa perubahan sedikitpun, keterbatasan sumber daya manusia (SDM) yang

menguasai teknologi informasi, membutuhkan waktu untuk pelatihan bagi

pengguna sehingga ada konsekuensi biaya yang harus dikeluarkan, perangkat

lunak yang diimplementasi tidak terintegrasi antar pengguna sehingga

menimbulkan duplikasi data, pencarian data menjadi lama serta terkadang

menyebabkan perbedaan dalam pelaporan. Belum lagi anggaran untuk biaya

pemeliharaan yang tinggi, sebesar 15 juta per tahun karena terdapat berbagai

macam perangkat lunak dan perangkat keras dari sistem yang beragam setiap

tahunnya sehingga menimbulkan tidak akuratnya informasi yang disajikan oleh

sistem informasi (menyimpang dari data sesungguhnya). Hal inilah yang

menghambat para eksekutif perusahaan saat akan merumuskan perencanaan yang

berhubungan dengan pengembangan perusahaan di masa akan datang.

Berdasarkan permasalahan di atas, dapat dirumuskan permasalahan yaitu

bagaimana membuat penentuan kebutuhan sistem teknologi informasi (STI) pada

PT Indonesia Magma Chain menggunakan metode John Ward dan Joe Peppard.

Untuk mengetahui kondisi perusahaan dan melihat peta persaingan yang ada

pada bisnis perusahaan digunakan analisis strengths, weaknesses, opportunities,

threats (SWOT) sehingga diketahui kekuatan dan kelemahan perusahaan serta

peluang dan ancaman dari sisi TI dan sisi bisnisnya yang dimulai dengan

memetakan aplikasi yang ada saat ini, kemudian dilakukan analisis strategi bisnis,

(5)

menghasilkan strategi dalam bentuk usulan portofolio aplikasi yang dijabarkan

dalam Road Map kurun waktu 2 tahun.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahan yang sedang dihadapi oleh PT Indonesia Magma Chain saat ini,

yaitu:

Bagaimana membuat penentuan kebutuhan STI pada PT Indonesia Magma Chain

menggunakan metode John Ward dan Joe Peppard.

1.3 Pembatasan Masalah

Batasan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Metode analisis menggunakan analisis SWOT.

2. Metode penentuan kebutuhan STI menggunakan metode John Ward dan

Joe Peppard.

3. Perencanaan strategis STI mencakup semua proses bisnis yang terdapat dalam

PT Indonesia Magma Chain.

1.4 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penyusunan

tugas akhir ini adalah membuat perencanaan penentuan kebutuhan STI untuk PT

Indonesia Magma Chain.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari pembuatan perencanaan strategis STI nantinya

(6)

4

1. Membantu perusahaan untuk mengembangkan STI dalam perusahaannya

agar selaras dengan tujuan bisnisnya.

2. Membantu perusahaan untuk mengembangkan STI dalam perusahaannya

dengan memberikan skala prioritas.

1.6 Sistematika Penulisan

Penulisan laporan penelitian ini disusun dalam bentuk bab.

Masing-masing bab memiliki beberapa sub bab. Berikut adalah penjelasan tentang bab

maupun sub bab yang terdapat pada laporan penelitian ini :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang permasalahan

yang terjadi, perumusan permasalahan yang didapat dari latar

belakang, pembatasan permasalahan, tujuan dilakukannya penelitian,

manfaat yang akan diberikan kepada stakeholder, serta penjelasan

mengenai sistematika penulisan pada penelitian ini.

BAB II : LANDASAN TEORI

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori uraian strategi STI,

metode perencanaan strategis STI dari John Ward dan Joe Peppard,

dan yang berkaitan dengan permasalahan yang dikerjakan. Dalam

hal ini, teori yang digunakan dalam penyelesaian penelitian ini

adalah analisis SWOT dan metode perencanaan strategis STI John

Ward dan Joe Peppard.

BAB III : METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan dijelaskan metode pengumpulan data yang berasal

(7)

metode analisis SWOT yang dilaksanakan dalam beberapa tahapan

seperti, observasi, wawancara, identifikasi permasalahan, analisis

permasalahan yang merupakan tahapan dalam kegiatan penelitian.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hasil analisis kondisi

perusahaan menggunakan metode John Ward dan Joe Peppard,

analisis bisnis, analisis STI, matriks internal-eksternal, matriks

SWOT, kebutuhan STI, portofolio aplikasi mendatang dan rencana

strategis .

BAB V : KESIMPULAN

Pada bab ini akan di jelaskan mengenai kesimpulan dan saran yang

di peroleh dari penelitian ini, yaitu hasil dari evaluasi terhadap

kekurangan dari hasil perencanaan penentuan kebutuhan yang ada,

kepada pihak yang berkeinginan untuk meneruskan pengembangan

topik TA ini. Tujuannya adalah agar pihak lain dapat

(8)

6 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Strategi STI

Apabila mengharapkan penerapan TI yang optimal, dibutuhkan strategi

STI yang selaras dengan strategi bisnis perusahaan. Hal ini sangat diperlukan

agar investasi yang telah dikeluarkan untuk TI sesuai dengan kebutuhan

perusahaan dan dapat memberi kontribusi diukur dari pencapaian tujuan dan

sasaran yang diinginkan perusahaan. Strategi SI menekankan penentuan sistem

informasi yang dibutuhkan perusahaan. Strategi SI mempunyai esensi yaitu

menjawab pertanyaan “apa?”, strategi TI lebih menekankan pada pemilihan

teknologi, infrastruktur, dan keahlian khusus yang terkait untuk menjawab

pertanyaan “bagaimana? ” (Earl,1997). Untuk menentukan strategi STI

mendukung pencapaian visi dan misi organisasi, diperlukan pemahaman

terhadap strategi bisnis organisasi. Pemahaman tersebut berisi penjelasan

mengenai beberapa pertanyaan berikut: bagaiamana bisnis dijalankan?, kemana

arah dan tujuan bisnis?, kapan tujuan akan tercapai?, bagaimana cara mencapai

tujuan, dan adakah apa yang harus dilakukan?. Jadi dalam membangun strategi

STI, yang harus dilakukan adalah menyelaraskan antara strategi STI dengan

strategi bisnis perusahaan. Hubungan antara strategi bisnis, SI, dan strategi TI

(9)

Gambar 2.1 Strategi bisnis, strategi SI, dan strategi TI (Ward dan Peppard, 2002)

2.2 Metode Perencanaan Strategis STI John Ward dan Joe Peppard

Perencanaan strategis STI merupakan proses identifikasi portofolio

aplikasi sistem informasi berbasis komputer yang akan mendukung organisasi

dalam pelaksanaan rencana bisnis dan merealisasikan tujuan bisnisnya.

Perencanaan strategis STI mempelajari pengaruh STI terhadap bisnis organisasi

dalam memilih langkah-langkah strategis. P erencanaan strategis STI

menjelaskan berbagai tools, teknik, dan kerangka kerja bagi manajemen untuk

menyelaraskan strategi STI dengan strategi bisnis, melalui penerapan

teknologi yang inovatif (Ward dan Peppard, 2002). Pendekatan metodologi versi

Ward dan Peppard mengenai kondisi investasi STI di masa lalu yang kurang

bermanfaat bagi tujuan bisnis organisasi. Kurang bermanfaatnya investasi STI

bagi organisasi disebabkan karena kelirunya perencanaan strategis STI yang

(10)

8

Skema perencanaan strategis John Ward dan Joe Peppard terdapat pada

Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Perencanaan Strategis STI (Ward dan Peppard, 2002)

Metodologi versi ini terdiri dari tahapan masukan dan tahapan

keluaran (Ward dan Peppard, 2002). Tahapan masukan terdiri dari:

1. Analisis lingkungan bisnis internal, yang mencakup aspek strategi bisnis saat

ini, sumber daya, proses, dan budaya nilai bisnis organisasi.

2. Analisis lingkungan bisnis eksternal, mencakup aspek ekonomi industri, dan

iklim persaingan perusahaan

3. Analisis lingkungan STI internal, mencakup kondisi STI organisasi

(11)

kontribusi terhadap bisnis, sumber daya manusia, sumber daya dan

infrastruktur teknologi, termasuk bagaimana portofolio dari STI yang ada

saat ini.

4. Analisis lingkungan STI eksternal, mencakup tren teknologi dan peluang

pemanfaatannya, penggunaan STI oleh pesaing, pelanggan dan pemasok.

Tahapan keluaran merupakan bagian yang dilakukan untuk

menghasilkan suatu dokumen perencanaan strategis STI yang isinya terdiri dari:

1. Strategi SI bisnis, yang mencakup bagaimana setiap unit/fungsi bisnis akan

memanfaatkan STI untuk mencapai sasaran bisnisnya, portofolio aplikasi

dan gambaran arsitektur informasi.

2. Strategi TI, yang mencakup kebijakan dan strategi bagi pengelolaan

teknologi dan sumber daya manusia STI.

3. Strategi Manajemen STI, yang mencakup elemen-elemen umum yang

diterapkan melalui organisasi, untuk memastikan konsistensi penerapan

kebijakan STI yang dibutuhkan.

2.3 Analisis SWOT

Jogiyanto (2005:46) , mengemukakan bahwa analisis SWOT digunakan

menilai kekuatan dan kelemahan dari sumber daya yang dimiliki perusahaan serta

peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi, kekuatan dan kelemahan dari sisi

internal organisasi, peluang dan ancaman dari sisi eksternal organisasi. Analisis

SWOT dilakukan oleh organisasi bertujuan untuk mengkaji dan menambah

kekuatan, mengurangi kelemahan, memperluas peluang, dan mengeliminasi

(12)

10

dapat mengeliminasi ancaman yang ada tetapi organisasi juga dapat

mengantisipasi ancaman yang muncul di masa mendatang.

Menurut David (2009:327), matriks SWOT adalah sebuah alat

pencocokan yang penting yang membantu para manajer mengembangkan empat

jenis strategi: Strategi SO (kekuatan-peluang), Strategi WO (kelemahan-peluang),

Strategi ST (kekuatan-ancaman), dan Strategi WT (kelemahan-ancaman).

Perhatikan contoh Matriks SWOT pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Matriks SWOT (Ward dan Peppard, 2002)

Internal

Eksternal

Kekuatan (Strengths) Kelemahan (Weaknesses)

Peluang (Opportunities) STRATEGI S-O

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan

untuk memanfaatkan peluang

STRATEGI W-O Ciptakan strategi yang meninimalkan kelemahan

untuk memanfaatkan peluang

Ancaman (Threats) STRATEGI S-T

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

STRATEGI W-T Ciptakan stategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman

Mencocokkan faktor eksternal dan internal utama merupakan bagian

tersulit dalam mengembangkan matriks SWOT dan membutuhkan penilaian yang

baik dan tidak ada satu pun paduan yang paling benar. Hasil matriks SWOT

menghasilkan analisis strategi. Analisis strategi tidak berbeda dengan analisis

SWOT. Hanya saja, analisis strategi berguna sebagai dasar untuk merumuskan

(13)

2.4 Analisis Critical Success Factor

Critical Success Factors adalah sebuah teknik dalam mengembangkan

strategi STI dan juga pengembangan strategi bisnis. Ward dan Peppard

(2002:206) menyatakan bahwa: The Balanced Scorecard identifies the

information required to measure performance against the business objectives.

CSF analysis, on the other hand, identifies what has to be done, or changed, in

order to achieve the objectives, including new information and/or systems needed.

CSF (Critical Success Factors) digunakan untuk menginterpretasikan tujuan

bisnis dan memunculkan aktivitas yang diperlukan untuk mencapainya, serta

kebutuhan informasi yang nantinya digunakan. Teknik analisis ini digunakan

pada tingkatan individual executives untuk menentukan aktivitas mana yang lebih

penting untuk mencapai kesuksesan berdasar objektif tertentu. Dalam hal ini,

proses CSF dapat membantu menentukan prioritas dan kebutuhan informasi,

baik bagi manajer maupun untuk tingkatan unit bisnis, sehingga dapat

memfokuskan perhatian pada permasalahan yang benar-benar bersifat kritis.

2.5 Matriks Evaluasi Faktor Internal

Menurut David (2009; 229), hasil analisis SWOT akan dikembangkan

dalam matriks evaluasi faktor internal (Internal Factor Evaluation – IFE Matrix)

untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan utama dalam area fungsional bisnis,

dan juga menjadi dasar untuk mengidentifikasi serta mengevaluasi hubungan

diantara area tersebut. Matriks IFE dapat dikembangkan dalam 5 (lima) langkah

(14)

12

1. Memasukkan 10 sampai 20 faktor internal, termasuk kekuatan dan

kelemahan organisasi. Pilah terlebih dulu kekuatannya, kemudian

kelemahannya.

2. Pembobotan pada setiap faktor tersebut yang berkisar antara 0,0 (tidak

penting) sampai 1,0 (sangat penting). Bobot itu mengindikasikan hubungan

relatif antara suatu faktor terhadap keberhasilan perusahaan. Apakah

faktor utama itu adalah kekuatan atau kelemahan internal, faktor-

faktor yang memiliki pengaruh paling besar terhadap kinerja organisasi

diberi bobot tertinggi. Jumlah bobot yang diberikan pada faktor itu harus

sama dengan 1,0.

3. Memberi peringkat antara 1 sampai dengan 4 pada setiap faktor untuk

mengindikasikan apakah faktor tersebut sangat lemah (peringkat = 1) ,

lemah (peringkat = 2), kuat (peringkat = 3), atau sangat kuat (peringkat = 4).

Perhatikan bahwa kekuatan harus mendapat peringkat 3 atau 4 dan

kelemahan harus mendapat peringkat 1 atau 2.

4. Mengalikan bobot setiap faktor dengan peringkatnya untuk menentukan

skor bobot masing-masing variabel.

5. Menjumlahkan skor rata-rata setiap variabel guna menentukan skor

bobot total organisasi.

6. Beberapa faktor yang dimasukkan ke dalam Matriks Evaluasi Faktor

Internal, skor bobot total berkisar antara 1,0 sebagai titik rendah dan 4,0

sebagai titik tertinggi. Skor bobot total di bawah 2,5 bahwa organisasi lemah

(15)

posisi internal yang kuat. Perhatikan contoh Matriks Evaluasi Faktor

Internal pada Tabel 2.2 di bawah ini:

Tabel 2.2 Kerangka Matriks Evaluasi Faktor Internal

No Strength Bobot Peringkat

Skor Bobot 1

2 3

Weaknesses 1

2 3

1,0

2.6 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal

Menurut David (2009; 158), hasil analisis SWOT akan dikembangkan

dalam matriks evaluasi faktor eksternal (External Factor Evaluation – EFE

Matrix) untuk mengevaluasi informasi ekonomi, sosial, budaya, demografis,

lingkungan, politik, pemerintahan, hukum, teknologi, dan kompetitif. Matriks

EFE dapat dikembangkan dalam 5 (lima) langkah yaitu:

1. Memasukkan 10 sampai 20 faktor eksternal, termasuk peluang dan

ancaman, yang mempengaruhi perusahaan dan industrinya. Daftar terlebih

dulu peluangnya, kemudian ancamannya.

2. Pembobotan pada setiap faktor tersebut yang berkisar antara 0,0 (tidak

penting) sampai 1,0 (sangat penting). Bobot itu mengindikasikan hubungan

relatif suatu faktor terhadap keberhasilan perusahaan. Apakah faktor

utama itu adalah kekuatan atau kelemahan internal, faktor- faktor yang

(16)

14

tertinggi. Jumlah bobot yang diberikan pada faktor itu harus sama dengan

1,0.

3. Memberi peringkat antara 1 sampai 4 pada setiap faktor eksternal utama

untuk menunjukkan seberapa efektif strategi perusahaan dalam merespons

faktor tersebut, di mana 4 = tanggapannya sangat bagus, 3 = tanggapannya

di atas rata-rata, 2 = tanggapannya rata-rata, 1 = tanggapannya di

bawah rata- rata. Peringkat didasarkan pada keefektifan strategi

perusahaan. Peringkat tersebut berbeda antar perusahaan, sementara bobot

di langkah nomor 2 berbasis industri. Penting untuk diperhatikan bahwa

baik ancaman maupun peluang dapat menerima peringkat 1, 2, 3, atau 4.

4. Mengalikan bobot setiap faktor dengan peringkatnya untuk menentukan

skor bobot.

5. Menjumlahkan skor rata-rata untuk setiap variabel guna menentukan

skor bobot total untuk organisasi.

Beberapa faktor yang dimasukkan ke dalam Matriks Evaluasi Faktor

Eksternal, skor bobot total tertinggi yang mungkin dicapai sebuah organisasi

adalah 4,0 dan skor bobot terendah adalah 1,0. Skor bobot total sebesar 4,0

mengindikasikan bahwa suatu organisasi menanggapi secara sangat baik

peluang dan ancaman yang ada di industrinya. Strategi perusahaan secara efektif

mampu menarik keuntungan melalui peluang yang ada dan meminimalkan

pengaruh negatif potensial dari ancaman eksternal. Skor bobot total sebesar

1,0 menandakan bahwa strategi perusahaan tidak mampu memanfaatkan peluang

yang ada dan menghindari ancaman yang muncul. Perhatikan contoh Matriks

(17)

Tabel 2.3 Kerangka Matriks Evaluasi Faktor Eksternal

No Opportunities Bobot Peringkat

Skor Bobot 1

2 3

Threats 1

2 3

1,0

2.7 Matriks Internal-Eksternal

Menurut David (2009; 344), matriks Internal-Eksternal (Matriks IE)

memposisikan berbagai divisi suatu organisasi dalam tampilan sembilan sel.

Matriks IE didasarkan pada dua dimensi kunci: skor bobot IFE total pada sumbu

x dan skor bobot EFE total pada sumbu y.Ingat kembali bahwa setiap divisi

dalam suatu organisasi harus membuat Matriks IFE dan Matriks EFE dalam

kaitannya dengan organisasi. Skor bobot total yang diperoleh dari divisi-divisi

tersebut memungkinkan susunan Matriks IE di tingkat perusahaan. Pada sumbu x

dari Matriks IE, skor bobot IFE total 1,0 sampai 1,99 menunjukkan posisi

internal yang lemah; skor 2,0 sampai 2,99 dianggap sedang; dan skor 3,0

sampai 4,0 adalah kuat. Serupa dengannya, pada sumbu y, skor bobot EFE

total 1,0 sampai 1,99 dipandang rendah skor 2,0 sampai 2,99 dianggap sedang

dan skor 3,0 hingga 4,0 adalah tinggi. Perhatikan contoh Matriks

(18)

16

Gambar 2.3 Matriks Internal-Eksternal (IE)

Matriks IE dapat dibagi menjadi tiga bagian besar yang mempunyai

implikasi strategi yang berbeda-beda. Pertama, ketentuan untuk divisi-divisi

yang masuk dalam sel I, II, atau IV dapat digambarkan sebagai tumbuh

dan membangun (grow and build). Strategi yang intensif (penetrasi pasar,

pengembangan pasar, dan pengembangan produk) atau integratif (integrasi

ke belakang, integrasi ke depan, dan integrasi horizontal) bisa menjadi yang

paling tepat bagi divisi-divisi ini. Kedua, divisi-divisi yang masuk dalam sel III,

V, atau VII dapat ditangani dengan baik melalui strategi menjaga dan

mempertahankan (hold and maintain); penetrasi pasar dan pengembangan

produk adalah dua strategi yang paling banyak digunakan dalam jenis divisi

ini. Ketiga, ketentuan umum untuk divisi yang masuk dalam sel VI, VIII, atau

IX adalah panen atau divestasi (harvest or divest). Organisasi yang berhasil

mampu mencapai portofolio bisnis yang masuk atau berada di seputar sel I dalam

(19)

2.8 Analisis Value Chain

Analisis value chain adalah kegiatan menganalisis kumpulan aktivitas

yang dilakukan untuk merancang, memproduksi, memasarkan, mengantarkan dan

mendukung produk atau jasa (Ward dan Peppard, 2002). Pendekatan value chain

dibedakan menjadi dua tipe aktivitas bisnis, yaitu aktivitas utama (primary

activities) dan aktivitas pendukung (support activities).

1. Aktivitas utama (Primary activities)

2. Aktivitas-aktivitas utama pada perusahaan yang pada akhirnya memberikan

kepuasan pada pelanggan. Aktivitas-aktivitas tersebut tidak hanya dilakukan

dengan baik, tapi juga harus saling berhubungan dengan efektif jika

keseluruhan performa bisnis hendak dioptimalkan. Aktivitas utama terdiri

dari inbound logistics, outbound logistics, sales and marketing, serta services.

3. Aktivitas pendukung (Support activities)

4. Aktivitas – aktivitas yang melengkapi aktivitas utama dengan berbagai

fungsi, yaitu infrastruktur, manajemen sumber daya manusia, pengadaan

barang, dan pengembangan teknologi.

Dengan konsep value chain ini, menjelaskan bahwa setiap mata rantai

baik yang utama maupun pendukung dapat menambah nilai dari produk yang

dihasilkan. Teknologi informasi merupakan alat yang potensial untuk digunakan

dalam menciptakan atau menambah nilai – nilai dan teknologi informasi

dimaksudkan untuk melihat sampai sejauh mana peran sistem dan teknologi

(20)

18

2.9 McFarlan Strategic Grid

Portofolio aplikasi harus direncanakan dan dikelola menurut

kontribusinya bagi bisnis sekarang maupun yang akan datang. Model portofolio

tradisional menitik beratkan pada hubungan antar sistem dan tugas yang

dilakukan daripada tinjauan terhadap kesuksesan bisnis. McFarlan strategic grid

(Ward dan Peppard, 2002) digunakan untuk memetakan aplikasi sistem informasi

berdasarkan konstribusinya terhadap organisasi. Sebuah konsep portofolio

aplikasi bisa diturunkan dari matrix aplikasi McFarlan yang mempertimbangkan

kontribusi STI pada bisnis sekarang dan kedepan. Konsep atau model ini

menganalisis semua aplikasi yang ada, sedang dikembangkan atau direncanakan,

maupun aplikasi potensial ke dalam empat kuadran atau kategori berdasarkan

penaksiran kepentingan bisnis saat ini dan akan datang dari aplikasi. Untuk lebih

jelasnya, perhatikan gambar 2.4 berikut ini yang membagi sistem informasi

menjadi empat kuadran berdasarkan kontribusi bisnisnya.

(21)

Berisi tentang penjelasan aplikasi apa saja yang akan digunakan dan

diusulkan untuk menjalankan proses bisnis yang ada di perusahaan. Terdiri dari 4

bagian yaitu aplikasi yang akan menunjang strategi perusahaan, aplikasi yang

akan menimbulkan keuntungan bagi perusahaan dan aplikasi yang akan

digunakan sebagai kunci operasional dan support. Tahapan dalam membuat

aplikasi Portfolio McFarlan adalah sebagai berikut:

a. Nyatakan aplikasi SI yang ada saat ini.

b. Tentukan aplikasi yang dibutuhkan berdasarkan dari hasil analisa teknologi

menurut CSF, dan analisis value chain.

c. Klasifikasikan aplikasi yang ada saat ini ke dalam matrix.

d. Dengan SWOT nyatakan kondisi dari setiap aplikasi yang ada.

Strategi bisnis perusahaan, baik di masa kini maupun di masa mendatang

memiliki kategori dalam portofolio adalah sebagai berikut:

1. Strategic application

Merupakan aplikasi-aplikasi yang sangat penting untuk kesuksesan bisnis di

masa mendatang. Aplikasi-aplikasi tersebut menciptakan dan mendukung

perubahan terhadap bagaimana organisasi menjalankan bisnisnya dengan

memberikan keuntungan kompetitif.

2. High potential

Merupakan aplikasi inovatif yang mungkin akan menciptakan peluang

untuk meraih keuntungan di masa depan.

3. Key operational

Merupakan aplikasi yang membantu operasi bisnis yang ada, serta

(22)

20

4. Support

Merupakan aplikasi yang dapat meningkatkan efisiensi bisnis dan efektivitas

manajemen, namun keberadaannya tidak menopang proses bisnis ataupun

memberi keuntungan kompetitif bagi organisasi.

Hasil dari analisis berguna untuk mengetahui keberhasilan dalam

penerapan STI. Analisis menurut Ward dan Peppard (2002; 203-204) adalah

untuk dapat menyediakan informasi yang menyeluruh tentang lingkungan

eksternal STI untuk digunakan sebagai salah satu bentuk masukan dalam proses

perencanaan strategi STI. Menurut Ward dan Peppard (2002; 306-308), para

pengguna dari suatu aplikasi yang ada, mungkin saja memiliki penilaian dan

pendapat yang berbeda tentang pengkategorian dari aplikasi tersebut.

2.10 Road Map Aplikasi

Road map menjelaskan tentang bagaimana komponen-komponen dalam

cetak biru akan dikembangkan dalam kurun waktu dan tahap-tahap tertentu.

Cetak biru dan peta jalan menjadi dasar bagi perencanaan yang lebih operasional

dalam jangka waktu tertentu, didalam roadmap sendiri terdapat tahapan atau

aktivitas-aktivitas yang harus dilakukan untuk setiap program dan kegiatan, target

pencapaian/hasil, pelaksana, penanggung jawab, dukungan yang dibutuhkan, dan

anggaran yang diperlukan.

2.11 Teknologi Informasi

Teknologi informasi menurut William dan Sawyer dalam Kadir dan

Triwahyuni (2003; 2), teknologi informasi didefinisikan sebagai teknologi yang

(23)

membawa data, suara, dan video. Definisi ini memperlihatkan bahwa dalam

teknologi informasi pada dasarnya terdapat dua komponen utama yaitu teknologi

komputer dan teknologi komunikasi. Teknologi komputer yaitu teknologi yang

berhubungan dengan komputer termasuk peralatan-peralatan yang berhubungan

dengan komputer. Sedang teknologi komunikasi yaitu teknologi yang

berhubungan perangkat komunikasi jarak jauh, seperti telepon, faksimili, dan

televisi.

2.12 Skala Likert

Menurut Delgado dan Munuera (2005), skala likert adalah suatu skala

yang digunakan untuk mengumpulkan data primer dalam sebuah kuesioner.

Biasanya disediakan lima pilihan skala dengan format seperti:

1. Sangat tidak setuju

2. Tidak setuju

3. Netral

4. Setuju

5. Sangat setuju

Selain pilihan dengan lima skala seperti contoh di atas, kadang

digunakan juga skala dengan tujuh atau sembilan tingkat.

2.13 Sistem Informasi

Menurut Herlambang dan Tanuwijaya (2005; 7), data adalah fakta atau

kejadian yang dapat berupa angka-angka atau kode-kode tertentu. Data masih

belum mempunyai arti bagi penggunanya. Untuk dapat mempunyai arti, data

(24)

22 BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan membahas mengenai metode penelitian untuk

perencanaan penentuan kebutuhan STI pada PT Indonesia Magma Chain dengan

menggunakan metode Ward dan Peppard. Dalam melakukan penelitian ini,

memerlukan data-data informasi yang relatif lengkap sebagai bahan yang dapat

mendukung kebenaran materi uraian pembahasan, dalam persiapannya terlebih

dahulu dilakukan penelitian untuk mendapatkan data-data atau bahan yang

diperlukan untuk identifikasi masalah. Pengumpulan data dilakukan dengan studi

literatur, studi lapangan melalui wawancara dan observasi. Hasil identifikasi

masalah digunakan sebagai dasar pemikiran dalam analisa dan interpretasi data

pada saat menyusun perencanaan penentuan kebutuhan STI.

3.1 Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian dimulai dengan pengumpulan data dengan cara

melakukan wawancara kepada direktur serta observasi di PT Indonesia

Magma Chain. Setelah semua data terkumpul, data tersebut dipilah menjadi 2

yaitu analisis lingkungan STI dan analisis lingkungan bisnis. Untuk mengetahui

kekuatan dan kelemahan di dalam internal perusahaan serta untuk mengetahui

peluang dan ancaman di eksternal perusahaan digunakan analisis SWOT. SWOT

juga berfungsi untuk mengetahui kondisi perusahaan saat ini. Setelah dilakukan

analisis, dilanjutkan dengan mengembangkan 4 macam jenis strategi yaitu:

Strategi Strenghts-Opportunities (SO), Strategi Weaknesses-Opportunities (WO),

(25)

itu tahapan berikutnya adalah melakukan perencanaan kebutuhan STI yang

berasal dari kondisi perusahaan saat ini serta strategi-strategi yang telah

dikembangkan. Setelah perencanaan kebutuhan selesai dilakukan, perencanaan

kebutuhan tersebut akan dievaluasi menjadi portofolio STI pada PT Indonesia

Magma Chain. Skema tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut:

Pengumpulan Data -Wawancara

-Pengamatan langsung/Observasi -Studi Literatur

Analisis Lingkungan Bisnis : -Wawancara -Analisa Proses Bisnis

-Analisis SWOT

Analisis Lingkungan STI: -Wawancara

-Analisis perangkat keras & perangkat lunak -Infrastruktur

-Analisis SWOT

Mengembangkan strategi

Perencanaan Kebutuhan STI: -Kebutuhan TI -Kebutuhan bisnis STI -Strategi Manajemen STI

Portofolio STI pada PT Indonesia Magma Chain

Road map aplikasi Evaluasi Hasil

Perencanaan Kebutuhan STI

(26)

24

3.2 Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data diperoleh dari hasil wawancara, pengamatan

langsung dan studi literatur. Beberapa metode dijelaskan sebagai berikut:

3.2.1 Wawancara

Tahapan ini dilaksanakan agar permasalahan yang terjadi di PT Indonesia

Magma Chain berkaitan dengan proses bisnis yang terdapat pada perusahaan

dapat diketahui, seperti proses pengadaan, proses pemasaran, proses produksi,

proses penjualan, dan proses administrasi absensi dan penggajian serta

mendapatkan data pendukung untuk melakukan analisis lingkungan internal dan

eksternal perusahaan (lingkungan STI dan lingkungan bisnis). Langkah ini

dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai kondisi perusahaan saat ini

dalam rangka pembuatan perencanaan penentuan kebutuhan, yang dilakukan

dengan cara melakukan wawancara terhadap pimpinan PT Indonesia Magma

Chain, yaitu: Ir. Saur Maruli Pohan selaku direktur dan narasumber yang kedua

yaitu: Pantas Sinaga selaku asisten direktur.

3.2.2 Pengamatan Langsung

Tahapan ini dilakukan untuk mengamati proses bisnis serta kondisi

perusahaan. Observasi pada PT Indonesia Magma Chain dilakukan pada proses

bisnis perusahaan yang terdiri dari proses pembelian, proses pemasaran, proses

produksi, proses penjualan, dan proses administrasi absensi dan penggajian.

3.2.3 Studi Literatur

Tahapan ini dilaksanakan untuk mengumpulkan data yang diperoleh dari

(27)

penilitian dan pengetahuan mengenai metode analisis SWOT dan metode John

Ward dan Joe Peppard yang digunakan untuk metode penentuan kebutuhan.

Metode ini digunakan untuk menganalisis kondisi PT Indonesia Magma Chain

secara internal maupun eksternal yang berasal dari lingkungan bisnis serta

lingkungan STI. Hasil dari analisis SWOT menjadi acuan untuk membuat matriks

SWOT yang berguna untuk mengetahui kondisi perusahaan yang akan digunakan

menciptakan strategi.

3.3 Metode Analisis Lingkungan Bisnis dan STI

Tahapan ini berguna menganalisis keadaan lingkungan bisnis dan

lingkungan STI terkini PT Indonesia Magma Chain, serta kebutuhan bisnis

mendatang, dan peluang memanfaatkan STI dalam bisnis menggunakan analisis

SWOT agar diperoleh strategi yang berguna membantu perusahaan menghadapi

pesaing dan meraih tujuan perusahaan.

3.3.1 Analisis Lingkungan Bisnis

Tujuan dari analisis lingkungan bisnis adalah mengetahui kondisi

lingkungan bisnis internal maupun kondisi lingkungan bisnis eksternal sebagai

dasar identifikasi peluang untuk pemanfaatan STI, merumuskan strategi SI,

mengetahui posisi dan daya saing PT Indonesia Magma Chain, demi meraih

keunggulan bersaing PT Indonesia Magma Chain menggunakan analisis

SWOT. Analisis SWOT pada PT Indonesia Magma Chain difokuskan pada

kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman karena hal yang penting untuk

(28)

26

3.3.2 Analisis Lingkungan STI

Analisis lingkungan STI dilaksanakan untuk mengolah data yang telah

diperoleh dengan menggunakan metode analisis SWOT agar diketahui kondisi

lingkungan STI internal dan eksternal perusahaan. Analisis ini bertujuan untuk

mengetahui faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman di dalam

lingkungan dan luar lingkungan STI perusahaan Analisis lingkungan STI

berfungsi juga untuk mengetahui kemampuan sumber daya, tren teknologi dan

peluang di bidang STI.

3.3.3 Matriks Evaluasi Faktor Internal

Berdasar analisis SWOT akan dikembangkan menjadi matriks evaluasi

faktor internal (Internal Factor Evaluation–IFE Matrix) yang berfungsi untuk

mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam area fungsional bisnis.

Matriks IFE dikembangkan dalam lima langkah sebagai berikut:

1. Tentukan faktor internal, termasuk kekuatan dan kelemahan organisasi.

2. Pembobotan pada masing masing faktor dengan skala dari 0,0 (tidak

penting) sampai 1,0 (sangat penting) berdasar pengaruh faktor tersebut

terhadap kondisi perusahaan. Bobot diberikan dengan menggunakan skala

likert sembilan tingkat dalam bentuk sebuah kuesioner.

3. Memberikan peringkat antara 1 sampai 4 pada setiap faktor untuk

mengindikasikan apakah faktor tersebut sangat lemah (peringkat = 1) , lemah

(peringkat = 2), kuat (peringkat = 3), atau sangat kuat (peringkat = 4).

Kekuatan harus mendapat peringkat 3 atau 4 dan kelemahan harus mendapat

peringkat 1 atau 2.

(29)

pembobotan bagi masing-masing variabel, yang nilai nya bervariasi mulai

dai 4,0 (outstanding) sampai 1,0 (poor) lalu catat hasil perkalian tersebut

pada kolom skor bobot.

5. Jumlahkan skor rata-rata untuk setiap variabel untuk menentukan skor

bobot total perusahaan.

Maka diperoleh daftar kekuatan dan kelemahan seperti pada tabel

3.1 berikut ini:

Tabel 3.1 Matriks Evaluasi Faktor Internal

Strength Bobot Peringkat Skor

Bobot

Strength 1 Strength 2 Strength 3 Strength 4 Strength 5

Weakness

Weakness 1 Weakness 2 Weakness 3 Weakness 4 Weakness 5

Agar mempermudah dalam pembobotan, digunakan metode skala likert

kepada perusahaan. Skala yang digunakan yaitu 1 (sangat tidak penting)

sampai 9 (sangat penting). Setelah itu dilakukan persentase dengan cara membagi

bobot pada tiap pernyataan dengan jumlah bobot totalnya. Skor bobot total

tersebut mengindikasikan kondisi internal perusahaan, yang nantinya akan

(30)

28

3.3.4 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal

Berasal dari analisis SWOT akan dikembangkan dalam matriks evaluasi

faktor eksternal (External Factor Evaluation–EFE Matrix) yang berfungsi untuk

mengevaluasi faktor peluang serta ancaman yang mempengaruhi bisnis perusahaan.

Berikut ini cara-cara penentuan faktor strategi eksternal yaitu:

1. Pembobotan pada setiap faktor tersebut yang berkisar dari 0,0 (tidak

penting) sampai 1,0 (sangat penting). Bobot itu mengindikasikan hubungan

relatif dari suatu faktor terhadap keberhasilan perusahaan. Bobot

diberikan dengan menggunakan skala likert sembilan tingkat dalam bentuk

sebuah kuesioner.

2. Memberi peringkat dengan skala 1 sampai 4 pada setiap faktor eksternal

berdasarkan seberapa efektif strategi perusahaan dalam merespon faktor

tersebut, di mana 4 = tanggapannya sangat bagus, 3 = tanggapannya di atas

rata-rata, 2 = tanggapannya rata-rata, 1 = tanggapannya di bawah rata-

rata.

3. Kalikan bobot setiap faktor dengan peringkatnya yang hasilnya berupa skor

pembobotan.

4. Jumlahkan skor pembobotan untuk menentukan skor bobot total

perusahaan.

Agar mempermudah dalam pembobotan, digunakan metode skala likert

kepada perusahaan. Skala yang digunakan yaitu 1 (sangat tidak penting)

sampai 9 (sangat penting). Setelah itu dilakukan persentase dengan cara membagi

bobot pada tiap pernyataan dengan jumlah bobot totalnya. Maka akan diperoleh

(31)
[image:31.595.109.535.109.331.2]

Tabel 3.2 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal

Opportunities Bobot Peringkat Skor

Bobot

Opportunities 1 Opportunities 2 Opportunities 3 Opportunities 4 Opportunities 5

Threats Threats 1

Threats 2 Threats 3 Threats 4 Threats 5

3.3.5Matriks Evaluasi Faktor Internal-Eksternal

Matriks Internal-Eksternal (Matriks IE) dibuat berdasarkan skor bobot

IFE total pada sumbu x dan skor bobot EFE total pada sumbu y. Pada sumbu x

matriks IE, skor bobot IFE total nilai 1,0 sampai 4,0, pada sumbu y, skor bobot

EFE total nilai 1,0 sampai 4,0. Perhatikan gambar 3.2.

Gambar 3.2 Matriks Internal-Eksternal

Skor bobot IFE digambarkan pada garis sumbu x, sedangkan skor

bobot EFE digambarkan pada garis sumbu y. Kedua garis dari sumbu x dan

[image:31.595.92.521.110.634.2]
(32)

30

Perpotongan titik tersebut jika berada dalam sel I, II, atau IV, maka digambarkan

dalam kondisi tumbuh dan membangun. Perpotongan titik tersebut jika berada

dalam sel III, V, atau VII, maka digambarkan sebagai dalam kondisi menjaga dan

mempertahankan. Perpotongan titik tersebut jika berada di dalam sel VI, VII, atau

IX, maka strateginya adalah panen atau divestasi.

3.3.6 Analisis Matriks SWOT

Matriks SWOT adalah alat yang penting untuk membantu para manajer

mengembangkan empat jenis strategi: Strategi SO (kekuatan-peluang), Strategi

WO (Kelemahan-Peluang), Strategi ST (kekuatan-ancaman), dan Strategi WT

(kelemahan-ancaman). Pada langkah awal klasifikasikan kekuatan dan kelemahan

internal perusahaan, lalu masukan kedalam kolom kekuatan dan kelemahan. Lalu

daftar peluang dan ancaman eksternal perusahaan, setelah itu masukkan ke kolom

peluang dan ancaman, untuk mengembangkan keempat strategi tersebut, terlebih

dahulu kita membuat daftar kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman

seperti tabel 3.3.

Tahap berikutnya akan dilanjutkan berdiskusi dengan pihak dari

perusahaan, terkait strategi-strategi yang akan dikembangkan dalam Matriks

SWOT. Diskusi dilakukan dengan pimpinan PT Indonesia Magma Chain, yaitu:

Bapak Ir. Saur Maruli Pohan selaku direktur dan narasumber yang kedua yaitu:

Bapak Pantas Sinaga selaku asisten direktur, karena mereka adalah orang yang

(33)
[image:33.595.98.513.107.500.2]

Tabel 3.3 Matriks SWOT

Strengths Weaknesses

Strength 1 Weakness 1

Strength 2 Weakness 2

Strength 3 Weakness 3

Strength 4 Weakness 4

Strength 5 Weakness 5

Opportunities Strategi SO Strategi WO

Opportunities 1 Opportunities 2 Opportunities 3 Opportunities 4 Opportunities 5

Threats Strategi ST Strategi WT

Threats 1 Threats 2 Threats 3 Threats 4 Threats 5

3.4 Analisis Kebutuhan Teknologi Informasi

Analisis kebutuhan Teknologi Infomasi berguna untuk menentukan

perencanaan STI yang sesuai dengan kebutuhan di PT Indonesia Magma Chain.

Kebutuhan teknologi informasi merupakan analisis kebutuhan yang terkait

dengan perangkat TI yang dapat menunjang kebutuhan perusahaan agar bisa

mencapai tujuan. Kebutuhan TI tersebut dihasilkan dari analisis SWOT yang

berupa ukuran (measure), dan tindakan yang dilakukan (action) setelah analisis

dilakukan. Tahapan berikutnya adalah menentukan target sistem informasi.

a. Menentukan Peluang bagi Sistem Informasi

Dari proses ini input didapatkan hasil kuesioner yang disebar kepada pegawai

PT Indonesia Magma Chain. Outputnya adalah penjelasan dari peluang STI di

dalam proses bisnis terhadap karakteristik dan kebutuhan informasi,

(34)

32

Berasal dari proses analisis proses bisnis, peluang sistem informasi, dan

portofolio aplikasi saat ini.

3.5 Analisis Strategi Bisnis STI

Strategi bisnis STI menjelaskan bagaimana pengunaan STI agar

mencapai tujuan bisnis, strategi serta kebijakan untuk pengelolaan dan sumber

daya manusia STI yang akan diambil oleh perusahaan untuk mengelola STI dan

mengelola sumber daya manusia STI agar tujuan bisnis perusahaan tercapai,

portofolio aplikasi yang dikembangkan untuk unit bisnis akan mendeskripsikan

arsitektur informasi di setiap unit. Portofolio menjelaskan bagaimana cara STI

dapat berguna dan membantu tiap unit untuk mencapai tujuan mereka

masing-masing.

3.6 Analisis Strategi Manajemen STI

Strategi manajemen STI adalah kebijakan yang akan diterapkan secara

menyeluruh di lingkungan perusahaan agar lebih konsisten dan lebih jelas.

Strategi ini berguna juga untuk mengatur STI yang ada pada setiap unit agar

dapat mencapai tujuan bisnisnya.

3.7 Perencanaan Portofolio Aplikasi

Pada tahap ini dilakukan pemetaan aplikasi berdasarkan fungsi-fungsi dari

setiap bagian perusahaan ke dalam empat kuadran pada model portofolio aplikasi

McFarlan yaitu Support, Key Operational, Strategic atau High Potential. Keempat

(35)

Strategic High Potential

[image:35.595.161.466.85.215.2]

Key Operational Support

Gambar 3.3 McFarlan Strategic Grid

Aplikasi yang dipetakan kedalam empat bagian dilakukan dengan cara

mendiskusikan bersama dengan direktur PT Indonesia Magma Chain. Apakah

aplikasi tersebut akan masuk ke strategic, high potential, key operation, atau

support. Daftar pertanyaan yang akan ditanyakan sebagai berikut:

a. Apakah aplikasi menghasilkan sebuah keuntungan kompetitif yang jelas bagi

bisnis?

b. Apakah dengan aplikasi tersebut memungkinkan tercapainya tujuan bisnis

tertentu?

c. Apakah dengan aplikasi tersebut dapat mengatasi kerugian bisnis yang telah

diketahui dalam hubungannya dengan para pesaing?

d. Apakah dengan aplikasi tersebut dapat mencegah resiko bisnis yang dapat

diduga menjadi masalah utama dalam waktu dekat?

e. Apakah dengan aplikasi tersebut dapat meningkatkan produktifitas bisnis

sehingga mengurangi biaya jangka panjang?

f. Apakah dengan aplikasi tersebut memungkinkan reorganisasi untuk

memenuhi kebutuhan yang muncul?

g. Apakah dengan mempergunakan aplikasi tersebut dapat menyediakan

(36)

34

pertanyaan 1 atau 2 di atas?

Jawaban pertanyaan 1 = Ya, dan 2 =Ya ( maka diperlukan pertanyaan

tambahan, jika jawaban “Ya” maka strategic, jika “Tidak” maka high

potential, dan jawaban dari pertanyaan tambahan di atas adalah 1 = ”Ya”, 2

=”Ya” juga), jawaban 7 =Ya, (memerlukan pertanyaan tambahan, dan ternyata

jawaban dari pertanyaan tambahan adalah “Tidak”, maka diletakkan di

support) jika jawaban “Ya” banyak di key operational.

Pertanyaan di atas diajukan kepada Bapak Ir. Saur Maruli Pohan

selaku direktur dan narasumber yang kedua yaitu: Bapak Pantas Sinaga

selaku asisten direktur, jawaban tersebut merupakan jawaban yang disepakati

antara direktur dan asisten direktur.

3.8 Perencanaan Strategis STI

Pada tahap ini menjelaskan perencanaan strategis yang disusun dalam

bentuk road map menjelaskan tahapan pengembangan komponen-komponen TI

yang terdiri dari:

1. Infrastruktur dan perangkat keras

2. Sistem informasi

3. Tatakelola STI

4. Sumber daya manusia

5. Penyusunan kebutuhan operasional dari rencana STI

Pengembangan komponen-komponen tersebut dilaksanakan dalam

jangka waktu 2 tahun (2017 sampai dengan 2018), Road map ini diorganisasikan

menurut tahapan-tahapan pengembangan di atas. Setelah tahapan pengembangan

(37)

deskripsi masing-masing aplikasi. Road map aplikasi mengklasifikasikan sistem

menjadi lima tingkatan. Tingkatan yang paling atas adalah aplikasi yang bersifat

strategis dan tingkatan di bawahnya meliputi aplikasi pendukung operasional,

transaksional, pengawasan dan kontrol, serta perencanaan dan analisis. Setelah

diklasifikasikan akan disusun rencana berupa skala prioritas aplikasi yang akan

diimplementasikan, dan penjadwalan.

3.9 Evaluasi Perencanaan Penentuan Kebutuhan STI

Pada tahap akhir ini, dilakukan evaluasi perencanaan dengan cara

mendiskusikan hasil perencanaan penentuan kebutuhan STI dengan direktur PT

Indonesia Magma Chain serta mengajukan pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah strategi manajemen STI sudah sesuai dengan harapan bapak selaku

direktur dan mampu memenuhi kebutuhan perusahaan?

2. Apakah strategi manajemen STI mampu mengatasi kelemahan bisnis

perusahaan dalam menghadapi kompetitor?

3. Apakah sistem informasi, teknologi informasi dan fitur tersebut

mampu menyelesaikan permasalahan yang ada pada PT Indonesia Magma

Chain?

4. Apakah strategi manajemen STI akan mampu menghasilkan keunggulan

terhadap perusahaan?

5. Apakah sistem informasi, teknologi informasi dan fitur tersebut

memungkinkan pencapaian tujuan bisnis PT Indonesia Magma Chain?

6. Apakah sistem informasi, teknologi informasi dan fitur tersebut dapat

meningkatkan produktifitas bisnis dan mengurangi biaya dalam jangka

(38)

36

7. Apakah strategi manajemen STI tersebut mampu membantu PT Indonesia

(39)

37

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini dijelaskan tentang kerangka kerja John Ward dan Joe Peppard

yang digunakan dalam menyelesaikan penelitian ini, pada tahap awal dilakukan

analisis faktor lingkungan yang mempengaruhi aktivitas PT Indonesia Magma

Chain, yaitu: analisis lingkungan internal, analisis lingkungan eksternal, matriks

evaluasi faktor internal, matriks evaluasi faktor eksternal, matriks

internal-eksternal, dan matriks SWOT.

Sebelum melakukan analisis dilakukan pengumpulan data yang diperoleh

dari wawancara dan observasi. Langkah berikutnya adalah menentukan target

perusahaan, untuk menghadapi kompetisi dengan kompetitor, setelah target

ditentukan dikaji menggunakan analisa SWOT. Selanjutnya adalah memetakan

kondisi eksternal perusahaan, terutama faktor yang mempengaruhi perilaku

konsumen serta keadaan kompetisi, untuk mendeskripsikan kondisi eksternal

perusahaan adalah Opportunity dan Threats. Sebagai langkah awal harus mengkaji

strategi yang digunakan untuk memenangkan kompetisi. Strategi tersebut disusun

dengan mendeskripsikan faktor internal dan eksternal perusahaan dengan analisis

SWOT, untuk meminimalisir kelemahan dan ancaman digunakan kekuatan

perusahaan dan kesempatan yang ditemui untuk memenangkan kompetisi.

4.1 Hasil Pengumpulan Data

Hasil pengumpulan data diperoleh dari hasil wawancara, pengamatan

(40)

38

4.1.1 Hasil Wawancara dan Observasi

Informasi kondisi perusahaan diperoleh dengan cara melakukan

wawancara terhadap pimpinan PT Indonesia Magma Chain, yaitu: Ir. Saur

Maruli Pohan selaku direktur dan narasumber yang kedua yaitu: Pantas Sinaga

selaku asisten direktur dalam rangka pembuatan perencanaan penentuan

kebutuhan,. Berdasarkan hasil dari wawancara dan observasi yang dilakukan di PT

Indonesia Magma Chain, didapatkan data dan informasi sebagai berikut:

a. Satu-satunya produsen rantai yang memproduksi rantai kapal di Indonesia.

b. Kualitas produk setara dengan kompetitor yang berasal dari Eropa.

c. Sekitar 25% karyawan masuk golongan usia tidak produktif (usia di atas 50

tahun).

d. Telah melaksanakan investasi dibidang TI berupa perangkat komputer untuk

mengelola data order, stok, keuangan, desain, dan administrasi. Namun hal

tersebut menjadi masalah karena aplikasi siap pakai yang digunakan tidak dapat

mengakomodasi kebutuhan perusahaan.

e. Investasi STI yang lama kerap bermasalah dan lebih sering diperbaiki,

daripada digunakan untuk mendukung produktifitas perusahaan.

f. Biaya transport yang cukup besar dan menyita waktu yang cukup banyak

ketika harus mengirim desain serta meminta approval drawing ke konsumen,

karena pihak sales perusahaan harus mengunjungi konsumen untuk

menunjukkan hasil desain dari pesanannya dikarenakan belum adanya fasilitas

online pada perusahaan.

g. Data dan dokumen yang dikelola secara manual sehingga sering terjadi

(41)

h. Pihak perusahaan ingin melaksanakan investasi STI yang sesuai dengan

kebutuhan perusahaan serta mampu menjadi solusi dari proses bisnis yang

ada. Selain itu perusahaan juga tidak menginginkan terjadinya kegagalan dalam

penerapan STI seperti yang pernah terjadi sebelumnya.

4.1.2 Struktur Organisasi

Berdasarkan hasil dari wawancara serta observasi yang dilakukan di

PT Indonesia Magma Chain, didapatkan data dan informasi struktur organisasi

perusahaan sebagai berikut:

a. Direktur adalah pimpinan sekaligus pemilik PT Indonesia Magma Chain

mempunyai tugas mempimpin, mengambil keputusan, memberikan

persetujuan, dan pengawasan semua kegiatan bisnisnya.

b. Asisten direktur mempunyai tugas mengelola pabrik, mengambil keputusan

memberikan persetujuan, dan pengawasan semua kegiatan bisnis di perusahaan

jika direktur tidak berada di tempat.

c. Kepala bagian pemasaran mempunyai tugas menentukan target penjualan tiap 6

bulan, bertanggung jawab mengontrol dan membagi wilayah kerja staf

pemasaran.

d. Staf pemasaran mempunyai tugas mempromosikan, menjual produk, dan

memberikan pelayanan aftersales ke konsumen.

e. Kepala bagian pengadaan, logistik dan gudang mempunyai tugas menyusun

semua kebutuhan yang perlu dibeli oleh perusahaan, lalu diajukan ke direktur

untuk disetujui.

f. Staf pengadaan, logistik dan gudang mempunyai tugas pokok membantu

(42)

40

pesanan dari konsumen sampai ke tujuan melaksanakan tugasnya dan barang

pesanan dari konsumen sampai ke tujuan.

g. Kepala bagian produksi mempunyai tugas mengontrol dan mengatur semua

kegiatan produksi di pabrik lalu melaporkannya ke direktur dan memberi

masukan dan mengontrol desain barang pesanan dari konsumen dan

menentukan spek teknis barang yang akan diproduksi nantinya. Kepala bagian

produksi juga mengawasi jumlah karyawan operasional yang lembur dan

menghitung jam lemburnya.

h. Karyawan produksi melaksanakan semua tugas yang diberikan oleh kepala

bagian produksi seperti mengelas, memotong, serta memproduksi rantai.

i. Karyawan desain bertugas untuk menggambar serta menterjemahkan keinginan

atau order dari konsumen kedalam gambar produk, menghitung spek teknis

produk.

j. Kepala bagian administrasi mempunyai tugas melakukan presensi pada

karyawan operasional, menghitung gaji karyawan operasional, menerima

pembayaran, mengeluarkan uang untuk pembelian dan pembayaran.

k. Staf administrasi mempunyai tugas membantu kepala bagian administrasi

dalam melaksanakan tugasnya.

Struktur organisasi yang ada pada PT Indonesia Magma Chain terdapat

(43)

Direktur

Asisten direktur

Kabag pengadaan, logistik dan gudang

Kabag produksi Kabag

pemasaran

Kabag administrasi

Staf

pemasaran staf pengadaan logistik dan

gudang

Staf desain

dan teknik staf produksi

[image:43.595.101.515.77.500.2]

staf administrasi

Gambar 4.1 Struktur organisasi

4.2 Hasil Analisis Lingkungan Bisnis dan STI Perusahaan

Analisis lingkungan pada PT Indonesia Magma Chain dilakukan dengan

menggunakan metode analisis SWOT. Analisis SWOT digunakan untuk

menganalisis faktor kekuatan serta faktor kelemahan utama dalam area-area

fungsional bisnis perusahaan, serta faktor opportunities (peluang) dan faktor

threats (ancaman) di lingkungan bisnis perusahaan.

.

4.2.1 Hasil Analisis Lingkungan Bisnis

Analisis ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi organisasi seperti

visi dan misi, dan proses kerja setiap unit. Kegiatan ini dilakukan dengan proses

wawancara terhadap direktur PT Indonesia Magma Chain, serta melakukan

pengamatan terhadap proses kerja setiap unit. Hasil dari proses ini akan

(44)
[image:44.595.97.524.98.487.2]

42

Tabel 4.1 Lingkungan Bisnis

Lingkungan Bisnis

Strenghts

Satu-satunya produsen rantai yang memproduksi rantai kapal di Indonesia

Memiliki produk yang spesifik Pengalaman lebih dari 30 tahun

Pemasaran produk mencapai seluruh Indonesia

Weaknesses

Kalah bersaing dengan produk rantai impor dari cina Kurang penetrasi pasar untuk perusahaan BUMN

Opportunities

Pangsa pasar yang luas

Kebijakan pemerintah menunjang industri lokal Berkembangnya industri di Indonesia

Threats Persaingan harga, persaingan kecepatan dalam proses produksi, dan desain dengan pesaingnya

Kebijakan pemerintah di bidang impor Bertambahnya pesaing baru

Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing

4.2.2 Hasil Analisis Lingkungan STI

Analisis lingkungan STI mencakup kondisi STI yang ada di dalam

perusahaan saat ini, yang terdiri dari seluruh sistem, teknologi, sumber daya

manusia dan manajemen informasi yang ada serta di manfaatkan oleh perusahaan

untuk keperluan bisnis. Berdasarkan hasil analisis STI, di peroleh daftar

infrastruktur TI di PT Indonesia Magma Chain berikut ini:

1. Perangkat Keras

Perangkat keras berupa komputer yang dimiliki di PT Indonesia Magma Chain

berjumlah 20 unit PC dengan prosesor pentium IV, Core 2 Duo dan Dual Core.

Komputer digunakan oleh pegawai untuk menyelesaikan tugas pokok

masing-masing tiap bagian.

2. Perangkat Lunak

(45)

sebagai berikut:

a. Sistem operasi

Perangkat lunak sistem operasi yang digunakan yaitu Microsoft Windows

XP, Microsoft Windows 7, Microsoft Windows Server 2003.

b. Aplikasi

Aplikasi SI yang ada si PT Indonesia Magma Chain menggunakan aplikasi

Microsoft Office, Auto CAD, 3Dmax, sedangkan aplikasi yang dibeli

menangani proses pembelian, penjualan dan pelaporan.

c. Peran TI dalam mendukung bisnis PT Indonesia Magma Chain

Peranan TI di dalam PT Indonesia Magma Chain saat ini hanya sebagai

pendukung kegiatan operasional, membantu dalam proses transaksi. Aplikasi

yang digunakan tiap bagian berbeda dan belum terintegrasi dengan baik.

Kesimpulan yang didapat dari analisis STI PT Indonesia Magma Chain

perlu penentuan kebutuhan STI yang baik dan terencana bagi organisasi perusahaan.

Hal ini terlihat dari infrastruktur TI yang belum selaras dan terintegrasi. Berdasarkan

hasil analisis, diperoleh daftar lingkungan bisnis dan STI perusahaan yang dapat

[image:45.595.111.524.567.755.2]

dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Lingkungan STI

Lingkungan STI

Strenghts Dukungan dari pihak manajemen perusahaan untuk melakukan pengembangan TI

Weaknesses

Kurangnya SDM yang menguasai TI

Data masih di olah secara manual

Perangkat TI yang ada sudah tidak berfungsi lagi

Opportunities

Adopsi TI yang tergolong mudah dan murah

Pengembangan sistem informasi untuk menunjang proses bisnis

(46)

44

4.2.3 Hasil Matriks Evaluasi Faktor Internal

Setelah faktor-faktor strategi internal perusahaan diidentifikasi, akan

dilakukan analisis kekuatan dan kelemahan yang akan dikembangkan dalam

matriks evaluasi faktor internal (Internal Factor Evaluation – IFE Matrix)

berfungsi untuk mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam area

fungsional bisnis perusahaan. Tahapannya adalah sebagai berikut:

1. Tentukan faktor internal, termasuk kekuatan dan kelemahan organisasi.

2. Pembobotan pada masing masing faktor dengan skala dari 0,0 (tidak penting)

sampai 1,0 (sangat penting) berdasar pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi

perusahaan. Bobot diberikan dengan menggunakan skala Likert sembilan

tingkat dalam bentuk sebuah kuesioner.

3. Memberikan peringkat antara 1 sampai 4 pada setiap faktor untuk

mengindikasikan apakah faktor tersebut sangat lemah (peringkat 1) , lemah

(peringkat 2), kuat (peringkat 3), atau sangat kuat (peringkat 4). Kekuatan

harus mendapat peringkat 3 atau 4 dan kelemahan harus mendapat peringkat 1

atau 2.

4. Kalikan bobot setiap faktor dengan peringkatnya untuk memperoleh faktor

pembobotan bagi masing-masing variabel, yang nilai nya bervariasi mulai dai

4,0 (outstanding) sampai 1,0 (poor) lalu catat hasil perkalian tersebut pada

kolom skor bobot.

5. Jumlahkan skor rata-rata untuk setiap variabel untuk menentukan skor

bobot total perusahaan. Skor bobot total tersebut mengindikasikan posisi

internal perusahaan, yang nantinya akan digambarkan pada matriks

(47)

digambarkan pada sumbu x.

Pembobotan dan peringkat di isi langsung oleh Direktur PT Indonesia

Magma Chain karena orang yang paling mengerti kondisi perusahaan. Hasil dari

analisis kekuatan dan kelemahan, bobot, peringkat, dan skor bobot dapat dilihat

[image:47.595.98.514.244.531.2]

pada tabel 4.3.

Tabel 4.3 Skor Matriks Evaluasi Faktor Internal

Strengths Bobot Peringkat BobotSkor

Dukungan dari pihak manajemen perusahaan untuk melakukan pengembangan TI

0.106 4 0.32

Satu-satunya produsen rantai yang memproduksi rantai kapal di Indonesia

0.106 4 0.32

Memiliki produk yang spesifik 0.076 4 0.30

Pengalaman lebih dari 30 tahun 0.106 3 0.32

Pemasaran produk mencapai seluruh Indonesia 0.121 3 0.42

Weaknesses

Kalah bersaing dengan produk rantai impor dari i

0.106 2 0.21

Kurangnya SDM yang menguasai TI 0.121 2 0.24

Kurang penetrasi pasar untuk perusahaan BUMN 0.076 2 0.15

Data masih di olah secara manual 0.106 1 0.10

Perangkat TI yang ada sudah tidak berfungsi lagi 0.106 1 0.10

1 2.62

Faktor “Pemasaran produk mencapai seluruh Indonesia” pada tabel 4.3

yang memiliki bobot 0.121 adalah bobot yang tertinggi di antara faktor lainnya,

mengindikasikan bahwa faktor tersebut adalah faktor yang paling berpengaruh

terhadap kinerja organisasi. Faktor “Kurang penetrasi pasar untuk perusahaan

BUMN” pada tabel 4.3 yang memiliki bobot 0.076 adalah bobot yang paling

rendah di antara bobot yang lainnya, mengindikasikan bahwa faktor tersebut

(48)

46

Faktor “Kalah bersaing dengan produk rantai impor dari cina” pada tabel 4.3

yang memiliki peringkat 2, hal tersebut mengindikasikan bahwa faktor tersebut

sangat lemah bagi perusahan. Pada faktor “Memiliki produk yang spesifik” pada

tabel 4.3 yang memiliki peringkat 4, hal tersebut mengindikasikan bahwa faktor

tersebut sangat kuat bagi perusahaan. Pada faktor “ Kurangnya SDM yang

menguasai IT” pada tabel 4.2 yang memiliki peringkat 2, hal tersebut

mengindikasikan bahwa faktor tersebut lemah bagi perusahaan. Total skor

bobot yang di peroleh dalam matriks evaluasi faktor internal yaitu sebesar

2,62 yang mengindikasikan bahwa kondisi internal perusahaan dalam posisi yang

cukup kuat.

4.2.4 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal

Berdasarkan hasil dari analisis peluang dan ancaman akan dikembangkan

kedalam matriks evaluasi faktor eksternal (External Factor Evaluation – EFE

Matrix) untuk memilah informasi ekonomi, pesaing, demografis, lingkungan,

teknologi, dan persaingan yang berdampak pada perusahaan. Berikut ini cara-cara

penentuan faktor strategi eksternal yaitu:

1. Memasukkan 5 sampai 10 faktor eksternal, termasuk peluang dan ancaman.

2. Pembobotan pada setiap faktor tersebut yang berkisar dari 0,0 (tidak

penting) sampai 1,0 (sangat penting). Bobot itu mengindikasikan hubungan

relatif dari suatu faktor terhadap keberhasilan perusahaan. Bobot diberikan

dengan menggunakan skala Likert sembilan tingkat dalam bentuk sebuah

kuesioner.

3. Memberi peringkat dengan skala 1 sampai 4 pada setiap faktor eksternal

(49)

tersebut, di mana 4 = tanggapannya sangat bagus, 3 = tanggapannya di atas

rata-rata, 2 = tanggapannya rata-rata, 1 = tanggapannya di bawah rata- rata.

4. Kalikan bobot setiap faktor dengan peringkatnya yang hasilnya berupa skor

pembobotan.

5. Jumlahkan skor pembobotan untuk menentukan skor bobot total perusahaan.

Setelah itu skor untuk setiap variabel dijumlahkan guna menentukan skor

bobot total organisasi. Skor bobot total tersebut mengindikasikan kondisi

eksternal perusahaan, yang nantinya akan digambarkan pada matriks

internal-eksternal (Matriks IE) pada sumbu y.

Hasil dari analisis peluang dan ancaman, bobot, peringkat, dan skor bobot

[image:49.595.93.521.313.745.2]

dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4 Skor Matriks Evaluasi Faktor Eksternal

Opportunities Bobot Peringkat Skor

Bobot

Pengembangan sistem informasi untuk menunjang proses bisnis

0.121 4 0.48

Kebijakan pemerintah menunjang industri lokal 0.106 4 0.42

Berkembangnya industri di Indonesia 0.076 4 0.30

Adopsi TI yang tergolong mudah dan murah 0.106 3 0.32

Pangsa pasar yang luas 0.076 2 0.15

Threats Bobot Peringkat Skor

Bobot Persaingan harga, persaingan kecepatan dalam

proses produksi, dan desain dengan pesaingnya

0.076 4 0.48

Kebijakan pemerintah di bidang impor 0.121 3 0.23

Kemajuan TI yang cepat 0.106 3 0.32

Bertambahnya pesaing baru 0.106 3 0.32

Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing

0.106 3 0.32

(50)

48

Seperti halnya pada faktor “Persaingan harga, persaingan kecepatan dalam

proses produksi, dan desain dengan pesaingnya.” pada tabel 4.3 yang memiliki

bobot sebesar 0,121 merupakan bobot tertinggi di antara faktor lainnya. Hal ini

mengindikasikan bahwa faktor tersebut memiliki pengaruh yang besar untuk

keberhasilan perusahaan. Faktor “Pangsa pasar yang luas” pada tabel 4.3 yang

memiliki bobot sebesar 0,076 atau bobot yang paling kecil di antara faktor lainnya,

ini mengindikasikan bahwa faktor tersebut tidak memiliki pengaruh yang kuat

terhadap keberhasilan perusahaan. Pada faktor “Kebijakan pemerintah menunjang

industri lokal” pada tabel 4.4 yang memiliki bobot 0.106, hal tersebut

mengindikasikan bahwa faktor tersebut memiliki pengaruh yang cukup kuat bagi

perusahaan , mengindikasikan bahwa tanggapan perusahaan atas faktor (peluang)

tersebut sangat bagus. Begitu pula dengan faktor “Pengembangan sistem informasi

untuk menunjang proses bisnis” pada tabel 4.4 yang memiliki peringkat 2 yang

mengindikasikan bahwa tanggapan perusahaan atas faktor (peluang) tersebut

adalah berada di tingkat rata-rata, hal itu berarti faktor tersebut perlu sedikit di

perhatikan oleh perusahaan. Pada faktor “melemahnya nilai tukar rupiah

terhadap mata uang asing” pada tabel 4.4 yang memiliki peringkat 3, hal tersebut

mengindikasikan bahwa tanggapan perusahaan atas faktor tersebut adalah di atas

rata-rata, hal itu berarti faktor tersebut perlu perhatian yang cukup dari perusahaan.

Total skor bobot yang di peroleh dalam matriks evaluasi faktor eksternal yaitu

sebesar 3,35 yang mengindikasikan bahwa perusahaan menanggapi secara sangat

(51)

4.2.5 Hasil Matriks Internal-Eksternal

Berasal dari hasil skor bobot pada matriks evaluasi faktor internal dan

matriks evaluasi faktor eksternal, skor bobot tersebut akan dipetakan ke matriks

internal-eksternal (Matriks IE). Total skor bobot pada matriks evaluasi faktor

internal sebesar 2.62 digambarkan pada sumbu x dan matriks evaluasi faktor

eksternal sebesar 3.35 digambarkan pada sumbu y. Hasil perpotongan pada sumbu

[image:51.595.92.518.296.530.2]

x dan sumbu y dapat dilihat pada gambar 4.2.

Gambar 4.2 Posisi Kuadran Matriks Internal-Eksternal (IE)

Pada gambar 4.2, perpotongan titik ada dalam kuadran II yang

menggambarkan kondisi perusahaan pada kondisi tumbuh dan membangun

(grow and build). Dapat dilakukan strategi-strategi seperti mengembangkan strategi

intensif (pengembangan pasar, penetrasi pasar, dan mengembangan produk)

ataupun strategi integratif (integrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan integrasi

horizontal). Strategi intensif ada 3 hal yang dapat dilakukan ketika posisi

perusahaan terletak pada kondisi tumbuh dan membangun (grow and build), yaitu:

1. Strategi penetrasi pasar yaitu strategi untuk meningkatkan pangsa pasar

produk dan jasa yang ada di pasar saat ini melalui usaha-usaha pemasaran yang

(52)

50

2. Pengembangan pasar yaitu memperkenalkan produk yang ada saat ini ke pasar

baru.

3. Mengembangan produk yaitu strategi yang mengupayakan peningkatan

penjualan dengan memperbaiki atau memodifikasi produk yang ada saat ini.

Sedangkan dalam strategi integrasi ada 3 hal yang dapat dilakukan ketika

perusahaan terletak pada posisi kondisi tumbuh dan mem

Gambar

Gambar 2.2.  Perencanaan Strategis STI (Ward dan Peppard, 2002)
Tabel 2.1 Matriks SWOT  (Ward dan Peppard, 2002)
Tabel 2.2 Kerangka Matriks Evaluasi Faktor Internal
Gambar 2.4. Portofolio Aplikasi McFarlan Menurut Ward dan Peppard (2002)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perencanaan kebutuhan material (bahan) untuk proses pra-penyamakan d m penyamakan berdasarkan pada target produksi bulanan yang telah ditetapkan perusahaan. Target produksi

Fungsi sistem yang terdapat pada proses bisnis baru bertujuan untuk membantu perusahaan dalam menjalakan proses bisnis sesuai bidangnya, seperti merekap data (PB

Perencanaan Agregat adalah suatu proses perencanaan yang berhubungan dengan memadukan sejumlah permintaan terhadap output yang diharapkan dari kapasitas produksi yang

Dalam Divisi Pemasaran dan Pelayanan Pelanggan Praktikan ditugaskan dengan hal yang berkaitan dengan pelayanan pelanggan dari Unit Bisnis Pulomas Office Park seperti

Pada makalah ini ingin diketahui keuntungan yang dapat dihasilkan oleh model integrasi pada proses produksi ubin keramik. Model integrasi disusun berdasarkan data yang diperoleh

Socfin Indonesia tidak terdapat bahan tambahan yang digunakan pada saat proses produksi pengolahan kelapa sawit..

Fungsi sistem yang terdapat pada proses bisnis baru bertujuan untuk membantu perusahaan dalam menjalakan proses bisnis sesuai bidangnya, seperti merekap data (PB

• Dengan menggunakan beberapa analisis yang termasuk dalam EA (Enterprise Architecture) dapat diketahui bahwa strategi perusahaan dan proses bisnis yang