PEMBUATAN VIDEO FEATURE ILMU PENGETAHUAN PENGENALAN
TERUMBU KARANG DI KEPULAUAN KARIMUNJAWA KABUPATEN
JEPARA BAGI ANAK USIA 5-10 TAHUN
TUGAS AKHIR
Program Studi
DIV Komputer Multimedia
Oleh:
Ayu Mashiastuti
12.51016.0035
FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INFORMATIKA
x
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2Rumusan Masalah... ... 5
2.3 Pulau Karimunjawa ... 13
2.4 Geografis Karimunjawa ... 15
2.5 Terumbu Karang ... 17
2.6 Perkembangan anak usia 5-10 Tahun ... 21
2.7 Alam ... 23
2.8 Pendidikan ... 24
2.9 Special Effect ... 26
2.10 Animasi ... 27
2.11 Teknik Pengambilan gambar ... 28
2.12 Sudut pandang objek... 29
2.13 Komposisi Gambar ... 30
xi
3.2 Pengumpulan Data ... 35
3.3 Analisa Data... 47
3.4 STP ... 50
3.6 Keyword ... 28
3.6 Perancangan Karya ... 30
BAB IV IMPLEMENTASI KARYA ... 65
4.1 Produksi ... 65
4.2 Pasca Produksi ... 70
4.3 Publikasi Karya ... 75
BAB V PENUTUP ... 79
5.1 Simpulan ... 79
5.2 Saran ... 80
DAFTAR PUSTAKA ... 81
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 81
LAMPIRAN ... 82
Lampiran Kolokium I ... 82
Lampiran Kolokium II ... 83
xii
Halaman
Gambar 2.1 Langkah-langkah Membuat Feature ... 13
Gambar 2.2 Pulau Karimunjawa...17
Gambar 2.3 Pulau Karimunjawa...17
Gambar 2.4 Terumbu karang tepi ... 19
Gambar 2.5 Terumbu karang penghalang ... 20
Gambar 2.6 Terumbu karang cincin...20
Gambar 2.7 Terumbu karang datar ... 21
Gambar 2.8 Spesial effect ... 26
Gambar 2.14 Ilustrasi panning ....31
Gambar 2.15 Ilustrasi tilting...32
Gambar 2.16 Zoom in zoom out...33
Gambar 2.17 Ilustrasi tracking...33
Gambar 2.18 Timelapse ... .33
Gambar 3.1 Pantai Karimunjawa...43
Gambar 3.2 Terumbu Karang Pectinia lactuca...43
Gambar 3.3 Terumbu karang Lobophyllia hemprichii...44
Gambar 3.4 Terumbu karang Lobophyllia corymbosa...44
Gambar 3.5 Terumbu karang Acropora cervicornis...46
Gambar 4.11 Hasil Offline Editing...71
xiii
Gambar 4.16 Desain Stiker...76
Gambar 4.18 Desain Kartu Nama...76
Gambar 4.19Desain Label CD...77
xiv
Halaman
Tabel 3.1 Keyword Literatur ... 36
Tabel 3.2 Keyword Observasi ... 42
Tabel 3.3 Keyword Wawancara ... 46
Tabel 3.4 Analisa Data ... 47
Tabel 3.5 STP ... 50
Tabel 3.6 Anggaran Biaya... 34
Tabel 3.7 Staff Non Artistik ... 35
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan Tugas Akhir ini adalah membuat
sebuah video feature ilmu pengetahuan, yang mengenalkan potensi terumbu karang kepada anak-anak. Tugas Akhir ini dibuat sebagai karya audio visual berupa video
features yang dilatarbelakangi oleh keberadaan sumberdaya pulau-pulau kecil di kawasan Taman Nasional Karimunjawa sangat strategis sebagai salah satu sumber
ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Untuk mencapai
pemanfaatan yang berkelanjutan, identifikasi kondisi terumbu dan potensi ikan
sangat perlu diketahui agar dalam pemanfaatan ke depan dapat dilakukan
perencanaan pengelolaan secara lebih baik.
Selain itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi terumbu potensi
terumbu karang yang terdapat di kawasan Taman Nasional Karimunjawa.
Penelitian ini dilaksanakan mulai Juli 2006 - Agustus 2006 di perairan kawasan
Taman Nasional Karimunjawa, Kabupaten Jepara. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sebaran jumlah spesies karang yang ditemukan berkisar 20-30 genus,
tertinggi ditemukan di Pulau Tengah, Pulau Kecil, Pulau Krakal Kecil dan Pulau
Kumbang; sedangkan terendah ditemukan di Pulau. Kemujan dan Pulau.
Menyawakan. Nilai indeks keanekaragaman jenis berkisar 1,611-2,590. Kondisi
terumbu karang di perairan Karimunjawa sebagian besar telah rusak dengan
kategori sedang (tutupan karang 25-49,9 %) dan hanya sebagian kecil yang kondisi
(reef fish) yang berhasil diamati menunjukkan kepadatan ikan berkisar 0,5-3,2
ekor/m2 atau rata-rata 1,14 ekor/m2; kelimpahan ikan berkisar 3,52-243,38 ton;
potensi antara 1,76-121,69 ton/th; dan potensi lestari (MSY) antara 0,70-48,67
ton/th. Faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan eksistem terumbu
karang, yaitu perubahan suhu secara global, salinitas, cahaya dan kedalaman,
kecerahan, arus yang berdampak baik atau buruk dan sedimen. Terumbu karang
juga dapat bermanfaat dari segi ekonomi ekosistem terumbu karang memiliki nilai
estetika dan tingkat keanekaragaman biota yang tinggi yang dapat dimanfaatkan
sebagai sumber makanan, bahan obat-obatan ataupun objek wisata bahari. Dari
fungsi ekologisnya terumbu karang sangat penting dalam menjaga keseimbangan
lingkungan dan menyumbangkan stabilitas fisik yaitu yang mampu menahn
hempasan gelombang yang kuat sehingga dapat melindungi pantai dari abrasi. Saat
ini salah satu ekosistem yang memiliki peranan penting yaitu terumbu karang yang
kini mulai rusak, hal ini disebabkan oleh pengendapan kapur yang disebabkan dari
penebangan pohon yang dapat mengakibatkan pengikisan tanah yang akan terbawa
kelaut dan menutupi karang sehingga tidak dapat tumbuh karena sinar matahari
tertutup oleh sedimen. Aliran air tawar yang terus menerus dapat membunuh
karang, air tawar tersebut berasal dari pipa pembuangan, pipa air hujan atau limbah
pabrik yang tidak seharusnya mengalir ke wilayah terumbu karang. Dari berbagai
jenis limbah dan sampah, terjadi pemanasan suhu bumi yang dikarenakan pelepasan
karbondioksida (CO2) ke udara. Cara tangkap yang merusak yang meggunakan
racun dan bahan peledak. Penambatan jangkar dan berjalan pada terumbu yang
sering dilakukan oleh nelayan, jangkar yang dijatuhkan dan ditarik diantara karang
karang. Di pulau Karimunjawa terdapat 16 jenis terumbu karang, namun penulis
hanya dapat menyebutkan 4 jenis terumbu karang dikarenakan berkaitan dengan
durasi video feature.
Penulis mengambil objek pulau Karimunjawa dikarenakan terletak di sebuah
kecematan Jepara, Jawa Tengah yang berbentuk kepulauan di tengah Laut Jawa.
Berjarak sekitar 83 KM di utara kota Jepara, Kepulauan Karimunjawa terdiri dari
27 pulau, namun hanya 5 pulau yang berpenghuni. Potensi wisata utama dari
Kepulauan Karimunjawa adalah keindahan lautnya. Keindahan laut yang dalam
hal ini disebut sebagai wisata taman laut, telah ditetapkan sebagai salah satu Taman
Nasional Indonesia pada tahun 2001. Karimunjawa merupakan salah satu
Kecamatan di Kabupaten Jepara dan satu-satunya Kecamatan di Jawa Tengah yang
dipisahkan lautan dengan daratan Jawa yang berjarak 45 mil laut dari ibukota
Provinsi. Ia merupakan untaian pulau-pulau kecil yang terdiri dari 27 pulau dengan
luas 7.129 ha serta luas perairan 107.225 ha. Nama Karimunjawa konon diambil
dari kata “keremun” atau samar-samar. Maksudnya, gugusan pulau ini bila dilihat
dari daratan Jawa kelihattan keremun-keremun atau samar-samar. Nama tersebut
konon diberikan saat Sunan Nyamplungan datang ke Karimunjawa (Maya, 2010:
200).
Menurut cerita masyarakat setempat, asal muasal nama Karimunjawa adalah
dari kisah Syekh Amir Hasan, putra Sunan Muria yang nakal dan merupakan murid
Sunan Kudus. Ia dibuang ke kepulauan yang bila dilihat dari kejauhan disebut
kerimun-kerimun dalam bahasa Jawa atau berarti samar-samar dalam bahasa
Karimunjawa. Sehubungan dengan bahasan di atas, maka terpilihlah video features
sebagai media penyampaian pesan karena saat ini video tidak hanya sebagai media
penyaluran kreatifitas dan seni saja, tetapi sebagai salah satu teknologi media yang
turut membangun budaya baru dan berperan serta dalam perubahan perilaku dan
cara berpikir masyarakat (Hafiz, dkk, 2009: 12). Sedangkan features menjadi kemasan dalam pembahasan sesuatu yang bersifat informatif dan menghibur
(Fachruddin, 2012: 225).
Karya Tugas Akhir ini tidak lepas dari inspirasi dan konsep dalam
pengemasannya, seperti halnya salah satu inspirasi tercipta dari sebuah karya video
feature dengan penceritaan mengenai Karimunjawa melalui branding keindahan Taman lautnya. Dalam Tugas Akhir ini penulis terinspirasi akan gaya bercerita
dalam pembuatan video feature tersebut, kemudian digabungkan bersama gaya penceritaan penulis dalam penyajian keindahan dari berbagai jenis terumbu karang
yang ada di pulau Karimunjawa. Sehingga timbullah kebaruan dan keunikan sebuah
karya dalam kemasan video features yang memberi wawasan dan hiburan bagi penontonnya.
Pemilihan video features sebagai media audio visual dalam penyampaian pesan diharapkan dapat memberi pandangan baru kepada masyarakat mengenai
kekayaan alam yang sangat indah sehingga, dibuatlah karya Tugas Akhir yang
berjudul pembuatan video feature ilmu pengetahuan tentang terumbu karang di
Kepulauan Karimunjawa Kabupaten Jawa Tengah pengenalan bagi anak usia 5-10
tahun agar lebih bisa memahammi dan mengapresiasikan kekayaan alam yang
dengan animasi 3 Dimensi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dibuat, maka rumusan masalah yang
akan dikaji, yaitu: bagaimana membuat video features ilmu pengetahuan tentang terumbu karang di Kepulauan Karimunjawa Kabupaten Jawa Tengah pengenalan
kepada anak usia 5-10 tahun.
1.3 Batasan Masalah
Tugas Akhir ini hanya membuat video features ilmu pengetahuan yang berisikan mengenai:
1. Membuat video features ilmu pengetahuan tentang terumbu karang di Kepulauan Karimunjawa agar dapat memberikan gambaran dan mengenalkan
pada anak usia dini 5-10 tahun.
2. Membuat video features ilmu pengetahuan menggunakan variasi timelapse, animasi 3D, dengan perpaduan editing split screen sebagai variasivisualserta
editing.
3. Jenis terumbu karang yang dipakai peneliti berjumlah 4 jenis.
1.4 Tujuan
1. Membuat video features yang dapat memberikan wawasan kepada anak usia dini (5-10 tahun) tentang berbagai jenis terumbu karang yang tersebar di
Kepulauan Karimunjawa.
2. Membuat video features yang menjadi media edukasi dalam membuat features
dengan variasi visual.
1.5 Manfaat
Manfaat dari pembuatan karya Tugas Akhir video features Ilmu pengetahuan ini yaitu:
1. Teoritis:
a. Diharapkan dapat menjadi ajang refrensi keilmuan proses pembuatan video
feature ilmu pengetahuan tentang terumbu karang di Kepulauan
Karimunjawa Kabupaten Jawa Tengah mengenalkan terhadap anak usia
dini (5-10 tahun).
b. Mampu dijadikan referensi bagi masyarakat khususnya di kalangan
pelajaran agar mampu mengenal lebih dalam tentang kekayaan alam bawah
laut yaitu terumbu karang.
2. Praktis:
a. Menjadi sebuah wadah untuk eksplorasi karya yang mampu memberikan
wawasan kepada anak usia dini (5-10 tahun) agar tetap menjaga keindahan
bawah laut supaya tidak semakin rusak.
b. Mampu menjadi rujukan bagi anak usia 5-10 tahun untuk lebih mengenal 4
jenis terumbu karang dari 1 dari 16 jenis yang berada di Kepulauan
8
BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam pembuatan Tugas Akhir ini banyak menerapkan beberapa teori dan
referensi yang ada kaitannya dengan proses pembuatan video feature terumbu karang, agar mempermudah proses produksi video tersebut.
2.1Video
Video menjadi kata populer di saat ini, hingga kalangan masyarakat awampun
sangat familiar dengan kata “video”, namun belum tentu masyarakat mengerti
benar apa definisi dari video itu sendiri. Menurut Hafiz, dkk (2009) dalam bukunya
yang berjudul Videobase, kata video secara harfiah berasal dari kata videre yang
memiliki arti “aku melihat”. Sedangkan video secara teknis merupakan suatu
teknologi untuk menangkap pergerakan gambar dengan gelombang cahaya dan
suara melalui sensor kamera dan mikrofon yang diubah menjadi sinyal
elektromagnetik, kemudian diteruskan pada proses perekaman gambar bergerak
menjadi suatu data yang dalam satu kesatuan gambar yang dapat dilihat secara
berurutan dan kecepatan yang bervariasi. Gambar-gambar yang tergabung tersebut
biasa dinamakan frame dengan kecepatan pembacaan yang dinamakan frame rate
(fps).
Video terlahir dari perkembangan teknologi media massa, yaitu televisi.
Sehingga dasar dari video saat ini tidak terlepas dari media massa dan turut berperan
dalam perubahan perilaku dan cara berpikir masyarakat (Hafiz, dkk, 2009: 12).
ringan. Kemudian dikemas secara mendalam dan luas yang bertujuan memberi
penjelasan akan latar belakang suatu peristiwa, menghibur, serta mendidik yang
diberi sedikit sentuhan human interest agar terkesan dramatis. Features membahas pada satu pokok bahasan atau tema yang diungkap melalui berbagai pandangan
yang saling melengkapi, mengurai, dan menyoroti secara kritis dengan berbagai
kreasi. Kreasi tersebut dapat berupa narasi, wawancara, vox pop (kumpulan opini dari satu hal tertentu), musik, sisipan puisi, atau bahkan sandiwara pendek yang
juga merupakan gabungan antara unsur opini, dokumenter, dan ekspresi
(Fachruddin, 2012: 225).
Unsur opini merupakan uraian pendapat seorang tokoh, vox pop (kumpulan opini dari satu hal tertentu), dan wawancara yang memperkaya pandangan dan
pokok bahasan yang disajikan. Kejadian maupun fakta-fakta yang ada adalah
bentuk unsur dokumenter yang memberi bukti dan memperkuat argumen mengenai
pokok bahasannya. Ungkapan ekpresi digunakan untuk menciptakan suasana rileks
dan fun dari pokok bahasannya disalurkan melalui musik, puisi, dan nyanyian dalam konteks informasi yang tidak aktual (Fachruddin, 2012: 225).
Struktur features tidak terikat dengan bentuk piramida terbalik, yang berarti pokok pikiran dapat disajikan di tengah maupun di akhir, karena kesimpulan cerita
bisa jadi tercapai sebelum cerita berakhir. Features memiliki pengaruh dalam bagi
audience, karena dapat dilihat secara fisik dengan gambar dan amosfer yang terekam dalam kamera yang memberikan gambaran sesungguhnya (Andi
Fachruddin, 2012: 225).
Menurut Andi Fachruddin (2012: 226), features terkadang syarat dengan kadar keilmuan, dengan pengolahan secara populer, sehingga nyaman disimak dan
menghibur. Dengan cerita features seperti deskripsi di atas, sehingga features
memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Kreativitas
Features memungkinkan untuk menciptakan sebuah cerita dan dicitrakan sebagai cermin karya kreatif individual dari seorang jurnalis, namun
terikat etika bahwa harus akurat dan non fiktif.
b. Informatif
Features sebagai pembawa pesan moral yang dingin disampaikan kepada
audience dan dapat mengelitik hati manusia untuk menciptakan perubahan yang konstruktif.
c. Menghibur
Features biasanya eksklusif, tujuan utamanya adalah meghibur dan memberikan hal-hal baru yang segar.
d. Awet (timeless)
Features dapat ditayangkan kapan saja, bahkan berkali-kalipun masih tetap menarik minat audience.
e. Subjektivitas
Features memungkinkan jurnalis untuk memasukkan emosi dan pikiranya dalam cerita features.
didapat dari berbagai hal seperti, kelanjutan berita aktual, hari-hari tertentu,
profil tokoh yang banyak diperbincangkan, kejadian tertentu, dan banyak hal
lain, karena bukan merupakan fiksi namun fakta yang yang ditulis dalam gaya
seperti fiksi. Ide juga dapat digali dari jenis-jenis features berikut: a. Features Kepribadian (Profil)
b. Features Sejarah c. Features Petualangan d. Features Musiman
e. Features Interpretatif
f. Features Kiat (Petunjuk Praktis) g. Features Ilmiah (Science) h. Features Perjalanan i. Features Kuliner j. Features Minat Insani
3. Features Interpretatif
Features interpretatif merupakan jenis features yang memberikan deskripsi dan penjelasan lebih detail terhadap topik yang telah diberitakan. Topik yang
diangkat dapat berupa organisasi, aktivitas, tren atau gagasan tertentu yang
menjadi buah bibir di masyarakat.
Dalam buku Developing Story Ideas (Michael Rabiger, 2000: 157) dijelaskan bahwa dalam menyusun ide cerita meliputi 2 metode, yaitu:
a. Digression merupakan situasi, karakter, serta masalah dapat dikembangkan diluar cerita utama.
b. Tension merupakan cerita yang ada di dalamnya selalu berhubungan dengan cerita utama.
c. Narative Compresions merupakan isinya diceritakan bersamaan secara naratif.
d. Imagination merupakan intrepretasi yang ada disesuaikan dengan pengetahuan dari penontonnya.
e. Active Partisipation merupakan bercerita selayaknya ikut serta di dalamnya, sehingga tidak hanya sekedar memberi informasi.
f. Multiple Point of View merupakan plot cerita di dalamnya menyesuaikan dari keberagaman sudut pandang yang ada.
Setelah metode bercerita feature secara pararel, kemudian features
dikembangkang pada cerita yang akan diulas setelah proses produksi selesai.
Pengembangan cerita pada ulasan penulisan:
a. Jangan memperbaiki konsep awal yang ada karena konsep awal digunakan
sebagai acuan.
b. Fokus pada masalah yang ada hingga benar-benar tepat.
c. Permasalahan baru akan muncul dari masalah utama.
d. Menyusun cerita yang disesuaikan dengan masalah yang ada.
e. Mengoreksi keterkaitan detil masalah utama yang diulas.
f. Kembali pada konsep awal supaya tidak banyak merusak ide cerita utama.
video features merupakan hal penting sebagai acuan pembuatannya agar dapat melanjutkan dalam langkah pembuatan selanjutnya. Langkah-langkah
pembuatan feature dijelaskan pada gambar 2.1 berikut.
Gambar 2.1 Langkah-langkah Membuat Features
(Sumber: Olahan Penulis)
2.3Pulau Karimunjawa
Sejarah Kepulauan Karimunjawa yang terletak di sebelah utara pulau Jawa,
yaitu terletak di Kabupaten Jepara yang terdiri dari 14 kecamatan, salah satunya
kecamatan Karimunjawa, salah satu wilayah kecamatan yang terdiri dari 3 desa
mempunyai total jumlah pulau sebanyak 27, pulau-pulau ini sebagian ada yang
tidak berpenghuni. Pulau yang paling besar diantara pulau-pulau lain ini dihuni oleh
beberapa suku di Indonesia, seperti suku Jawa, suku Madura, dan suku Bugis.
pendatang yang bekerja sebagai nelayan. Jumlah penduduk di kecamatan
Karimunjawa sekitar 8.000 jiwa, Karimunjawa merupakan kawasan alam yang
dilindungi karena memiliki sumber daya alam yang sangat khas dan unik baik
dalam bentuk flora maupaun fauna, fauna ekosistem merupakan kondisi alam yang
menjadikan Karimunjawa sebagai cagar laut yang sangat potensial.
Dengan luas daratan ±1.500 hektare dan perairan ±110.000 hektare,
Karimunjawa kini dikembangkan menjadi pesona wisata Taman Laut yang mulai
banyak digemari wisatawan lokal maupun mancanegara. Karimunjawa sangat
menarik sebagai liburan para wisatawan yang ingin berlibur dipesisir pantai yang
indah. Sejak tanggal 15 Maret 2001, Karimunjawa ditetapkan oleh pemerintah
Jepara sebagai Taman Nasional. Sejak itulah Karimunjawa kerap dikunjungi para
wisatawan dari berbagai belahan dunia. ini menjadi sebuah peluang bisnis wisata
bagi masyarakat karimunjawa khususnya dan bagi masyarakat Jepara pada
umumnya. Pada saat ini bukan hanya masyarakat Jepara saja yang memanfaatkan
peluang bisnis tersebut namun sampai dari berbagai wilayah luar Jepara ataupun
luar Jawa juga memanfaatkan peluang bisnis wisata pulau Karimunjawa. Hal ini membuktikan betapa eksotisnya pulau Karimunjawa dan betapa keindahan pantai
Karimunjawa yang memikat para wisatawan lokal maupun mancanegara.
Karimunjawa adalah rumah bagi terumbu karang, hutan bakau, hutan pantai, serta
hampir 400 spesies fauna laut, di antaranya 242 jenis ikan hias. Beberapa fauna
langka yang hidup di Karimunjawa adalah elang laut dada putih, penyu sisik, dan
penyu hijau dan masih banyak lainnya.
Tumbuhan yang menjadi ciri khas Taman Nasional Karimunjawa yaitu
menjadi buah tangan bagi wisatawan yang berkunjung ke pulau Karimunjawa
terdapat di Pulau Gleyang Karimunjawa.
2.4 Geografis Karimunjawa
Dilihat dari letak geografis Karimunjawa terletak di Laut Utara, utara Jepara,
Jawa Tengah. Kepulauan ini terdiri dari 27 pulau, pulau–pulau yang berpenghuni
berjumlah 5 pulau sedangkan pulau yang lainnya belum berpenghuni, pulau yang
sudah berpenghuni adalah:
Sedangkan yang belum berpenghuni adalah:
11.Krakal Kecil (2,8 ha)
12.Sintok
13.Mrican
14.Tengah
15.Pinggir
16.Cilik
17.Gundul
18.Seruni
19.Tambangan
20.Cendekian
21.Kumbang (8,8 ha)
22.Mencawakan (atau Menyawakan).
Gambar 2.3 Peta Lokasi sunan nyamplungan (Sumber : olahan penulis)
2.5 Terumbu Karang
Istilah terumbu karang sendiri sangat jauh berbeda dengan karang terumbu,
karena yang satu mengindikasikan suatu ekosistem dan kata lainnya merujuk pada
suatu komunitas bentik atau yang hidup di dasar substrat. Terumbu karang yang
memiliki arti suatu kumpulan hewan bersel satu yang membentuk koloni dan
mempunyai rumah dari yang terbuat dari bahan kapur. Organisme utama
kebanyakan terdiri dari koral dan algae. Terumbu karang terdiri dari tiga tipe, yaitu
karang tepi atau sejajar pantai, pembatas atau membentuk laguna dan melingkar
seperti cincin.
Terumbu karang (coral reef) merupakan kumpulan masyarakat (binatang) karang (reef coral), yang hidup di dasar perairan, yang berupa batuan kapur (CaCO3), dan mempunyai kemampuan yang cukup kuat utuk menahan gaya
2.5.1 Jenis Terumbu Karang
Berdasarkan jenisnya, terumbu karang mempunyai dua jenis yang berbeda, yaitu:
1. Terumbu karang keras ( brain coral dan elkhorn coral) merupakan karang batu kapur yang keras yang membentuk terumbu karang. Walaupun terlihat sangat
kokoh karang, karang sebenarnya sangat rapuh, mudah hancur dan sangat
rentan trhadap perubahan lingkungan.
2. Terumbu karang lunak ( sea fingers dan sea whips) tidak membentuk karang, terdapat beberapa tipe terumbu karang yaitu terumbu karang yang tumbuh di
sepanjang pantai di continental shelf yang biasa disebut sebagai fringing reef, terumbu karang yang tumbuh sejajar pantai tapi agak lebih jauh keluar.
2.5.2 Bentuk Terumbu Karang
Menurut Sjamsoeddin, S.B.S. 1997 dalam konservasinya ekosistem terumbu
karang, terumbu umumnya dikelompokkan ke dalam empat bentuk, yaitu:
1. Terumbu karang tepi (fringing reefs)
Perkembangan terumbu karang tepi bisa mencapai kedalaman sampai 40
meter, terumbu karang tepi atau karang penerus berkembang di mayoritas
Gambar 2.4 Terumbu karang tepi (fringing reef) (Sumber: olahan penulis)
2. Terumbu karang penghalang (barrier reef)
Terumbu karang ini terletak pada jarak yang relatife jauh dari pulau, mempunyai jarak sekitar 0.52 km2 ke arah laut lepas dengan dibatasi oleh
perairan dengaan kedalaman hingga 75 meter. Terumbu karang ini
terkadang membentuk lagoon (kolom air) atau celah perairan.
3. Terumbu karang cincin (atolls)
Terumbu karang yang berbentuk cincin yang mengelilingi batas dari pulau
vulkanik yang tenggelam sehingga tidak terdapat perbatasan dengan
daratan.
Erumbu
Gambar 2.6 Terumbu karang cincin (atolls) (Sumber: Karimunjawa.com)
4. Terumbu karang datar/gosong terumbu (patch reef)
Terumbu ini tumbuh dari bawah ke atas sampai ke permukaan dan dalam
kurun waktu geologis membantu pembentukan pulau datar.
Menurut Robert J. Hagvighurst, 1961, pada masa ini anak memasuki masa
belajar di dalam dan diluar sekolah. Anak belajar di sekolah, tetapi membuat latihan
di rumah yang mendukung hasil belajar di sekolah. Banyak aspek yang berlaku
dibentuk melalui penguatan verbal, keteladanan, dan identifikasi. Anak-anak pada
masa ini juga mempunyai tugas-tugas perkembangan, yakni:
1. Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan; bermain
sepak bola, loncat tali, berenang.
2. Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk
biologis
3. Belajar bergaul dengan teman-teman sebaya
4. Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya
5. Belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis, berhitung
6. Belajar mengembangkan konsep sehari-hari
7. Membentuk hati nurani, nilai moral, dan nilai social
8. Memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi
9. Membentuk sikap terhadap kelompok social dan lembaga-lemabaga
Menurut teori Piaget, pemikiran anak masa sekolah dasar disebut juga
pemikiran operasional kongkrit (concrete operational thought), artinya aktivitas
mental yang difokuskan pada objek-objek peristiwa nyata atau kongkrit.
Dalam upaya memahami alam sekitarnya mereka tidak lagi terlalu mengandalkan
informasi yang bersumber dari panca indera, karena anak mulai mempunyai
kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh mata dengan kenyataan
Menurut Teori Kolhberg dalam menganalisis perkembangan anak usia 6-12
tahun juga membaginya menjadi dua tahapan:
1. Tahapan pertama: usia 6-10 tahun.
Dalam usia ini, ia menilai anak sudah bisa menilai hukuman atau akibat yang
diterimanya berdasarkan tingkat hukuman dari kesalahan yang dilakukannnya.
Sehingga ia sudah bisa mengetahui bahwa berperilaku baik akan mampu
membuatnya jauh atau tak mendapatkan hukuman.
2. Tahapan kedua: usia 10-12 tahun.
Dalam usia ini, menurut Kolhberg, ia sudah bisa berpikir bijaksana. Hal ini
ditandai dengan ia berperilaku sesuai dengan aturan moral agar disukai oleh
orang dewasa, bukan karena takut dihukum. Sehingga berbuat kebaikan bagi
anak usia seperti ini lebih dinilai dari tujuannya. Ia pun menjadi anak yang tahu
akan aturan.
Masa usia 10 tahun anak dianggap mempunyai masa intelektual atau masa
keserasian dan mempunyai ciri- ciri :
a. Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi.
b. Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan permainan tradisional.
c. Adanya kecenderungan memuji diri sendiri.
d. Membandingkan dirinya dengan anak yang lain.
e. Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu persoalan, maka persoalan itu
Karimunjawa kaya akan tempat-tempat indah, menarik, dan mempesona.
Karimunjawa merupakan perwakilan lima tipe ekosistem yaitu ekosistem terumbu
karang, padang lamun dan rumput laut, hutan mangrove, hutan pantai, serta hutan
hujan tropis dataran rendah. Namun belum seluruhnya terekspose dengan baik.
Berdasarkan hasil eksplorasi flora yang dilakukan oleh LIPI tahun 2003
(Djarwaningsih dll., 2003) ditemukan 124 spesies dan 5 genus flora dikawasan
hutan hujan tropis dataran rendah Karimunjawa.
Ekosistem terumbu karang terdiri dari 3 tipe terumbu, yaitu terumbu karang
pantai (fringing reef), penghalang (barrier reef) dan beberapa taka (patch reef). Ekosistem terumbu karang di Kepulauan Karimunjawa terdiri atas 64 genera karang
yang termasuk dalam 14 famili ordo scleractinian dan 3 ordo non scerectinian
(Nababan dll, 2010). Sedangkan jenis yang mendominasi ekosistem ini adalah
genera Acropora dan Porites. Lebih lanjut dinyatakan bahwa sampai dengan tahun 2009, persentase penutup terumbu karang berkisar antara 7-69% dengan rata-rata
penutupan adalah 54,550%. Persentase penutupan terumbu karang di kawasan
Taman Nasional Karimunjawa menunjukkan menunjukkan kenaikkan persentase
penutupan yang menggembirakan dari tahun 2004 yang berada pada kisaran 40%.
Karakteristik ikan karang di Karimunjawa cukup unik. Keanekaragaman ikan
karang yang ditemukan di Karimunjawa merupakan kondisi peralihan antara
jenis-jenis ikan karang yang sering ditemukan di perairan Kepulauan Seribu dan di
perairan Bali (marnane dll, 2003). Sampai dengan tahun 2006, secara total jumlah
spesies ikan karang yang ditemukan selama survey di seluruh di seluruh perairan
Keanekaragaman ini tergolong relatife tinggi dibandingkan daerah lain di perairan
Pulau Jawa. Secara keseleruhan keseragaman spesies ikan karang bervariasi dari
rendah di Tanjung Gelam hingga baik di sisi timur Pulau Sintok.
Lebih lanjut dinyatakan bahwa ditemukan 5 spesies kima di dalam kawasan
Taman Nasional Karimunjawa yaitu terumbu derasa, terumbu crocea, terumbu
maxima, terumbu squamosa, dan hipopus dengan kelimpahan terbanyak ditemukan
dipulau kembar dan kelimpahan terendah di pulau Cemara Besar. Spesies yang
sedikit dijumpai adalah hipopus. Saat ini dideteksi terjadi penurunan signifikan
populasi kima yang ada dalam kawasan Taman Nasional Karimunjawa.
1.8Pendidikan
Di dalam UU Nomer 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional,
tercantum pengertian pendidikan: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.
Berdasarkan Pasal 31 Ayat (10) UUD 1945 menyatakan, "Setiap warga negara
berhak mendapat pendidikan". Makna yang terkandung dalam bunyi pasal itu tidak
mengecualikan siapa pun, termasuk mereka yang miskin.
Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh
setiap negara di dunia. Sudah menjadi suatu rahasia umum bahwa maju atau
tidaknya suatu negara di pengaruhi oleh beberapa faktor pendidikan yang mengarah
2. Perubahan yang berkesinambungan (kontinyu)
3. Perubahan yang fungsional
4. Perubahan yang bersifat positif
5. Perubahan yang bersifat aktif
6. Perubahan yang bersifat permanen
7. Perubahan yang bertujuan dan terarah
8. Perubahan perilaku secara keseleruhan
Fungsi pendidikan adalah menghilangkan segala sumber penderitaan rakyat dari
kebodohan dan ketertinggalan. Sedangkan menurut UUSPN No.20 tahun 2003
menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan ini harus terus berjalan untuk
menjaga keberlangsungan hidup manusia, karena tanpa pendidikan tidak akan ada
perpindahan ilmu pengetahuan serta nila-nilai dan norma sosial dari generasi tua ke
generasi muda.
Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
beserta peraturanperaturan pemerintah yang berkaitan dengan undang-undang
tersebut. Dalam UU Sisdiknas tersebut dinyatakan bahwa,
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.
2.8 Special Effect Split Screen
Split Screen merupakan teknik special effect pembagian layar menjadi dua atau lebih potongan gambar yang dimunculkan bertahap atau dua gambar berbeda
yang dimunculkan bersamaan dalam satu layar (Dancyger, 2006: 104).
Gambar 2.8 Special Effect Split Screen (Sumber: www.youtube.com)
2.9 Animasi 3 Dimensi
Menurut Vaughan dan Budi Sutedjo Dharmo Oetomo pakar ilmu animasi,
yaitu suatu usaha untuk membuat presentasi statis menjadi hidup. Hal ini dilakukan
dengan perubahan visual sepanjang waktu yang memberikan kekuatan besar pada
Gambar 2.9 Animasi 3 Dimensi
(Sumber www.google.com)
2.10 Teknik Pengambilan Gambar
Menurut Laminantang (2013: 87) dalam pembuatan karya video terdapat
beberapa sudut pandang yang mempengaruhi kontinuitas dan komposisi, karena
sudut pengambilan gambar yang benar mampu menyampaikan pesan yang ingin
disampaikan dari video tersebut. Sebagai pendukung penempatan posisi kamera,
dalam produksi juga harus memperhatikan beberapa teknik dalam pengambilan
gambar, seperti:
1. Shot Size (Ukuran Gambar)
Dalam setiap pengambilan gambar perlu memperhatikan shot size. Agar gambar terasa lebih dinamis dan menarik untuk dilihat masyarakat, sehingga
memerlukan variasi shot size dari berbagai angle. Berikut ukuran shot size, antara lain:
a. Long Shot (LS)
Panjang, jauh, luas, namun lebih kecil dari ELS yang bertujuan
Gambar 2.10 Long Shot
(Sumber: Olahan Penulis)
b. Medium Shot (MS)
Pengambilan gambar setengah badan atau ukuran objek dengan latar belakang
yang dapat dinikmati agar menunjukkan profil obyek yang direkam.
Gambar 2.11 Medium Shot
(Sumber: Olahan Penulis)
c. Close Up (CU)
Penggambaran obyek menjadi frame yang lebih padat dan dekat dalam satu
Gambar 2.12 Close Up
(Sumber: Olahan Penulis)
d. Big Close Up (BCU)
Gambar yang memperlihatkan bagian-bagian tertentu dari obyek menjadi lebih
padat dan dekat lagi daripada Close Up.
Gambar 2.13 Big Close Up
(Sumber: Olahan Penulis)
2.11 Sudut Pandang Objek
Dalam proses pengambilan gambar ada beberapa sudut atau angle yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan gambar yang bagus, seperti:
1. High angle
Penempatan kamera lebih tinggi daripada subyek untuk mendapatkan kesan
2. Mid Angle
Kamera ditempatkan sejajar dengan mata subyek untuk menunjukkan
kedudukan penonton dan subyek dalam posisi sejajar.
3. Low Angle
Penempatan kamera lebih rendah daripada buyek untuk menunjukkan wibawa
serta kedudukan obyek yang lebih tinggi dan besar.
2.12 Komposisi Gambar
Dalam Buku Lengkap Tuntunan Menjadi Kameraman Profesional (2010) dijelaskan bahwa komposisi gambar adalah susunan obyek visual secara
keseluruhan pada bidang gambar, agar gambar dapat berbicara dengan sendirinya
melalui gambar yang diambil. Ada beberapa cara yang perlu diperhatikan untuk
menghasilkan komposisi yang baik, diantaranya Walking Space dan Looking Space,
Head Room, In dan Out of, potongan gambar, Rule of Thirds, Aturan Sepertiga.
Walking Space dan Looking Space adalah saat pengambilan benda atau orang yang sedang berjalan, maka perlu memperhatikan ruang dimana objek tersebut
menghadap. Head Room adalah komposisi di atas kepala dari objek, hal ini perlu diperhatikan agar gambar enak dilihat. In dan Out of adalah komposisi yang menunjukkan jika objek tersebut bergerak mendekat atau menjauh. Potogan gambar
juga harus diperhatikan sehingga tidak memotong gambar pada persendian, agar
gambar tidak seakan dipenggal. Rule of Thirds merupakan acuan dalam membuat komposisi, komposisinya dibagi menjadi 3 bagian. Sepertiga bagian adalah teknik
dalam penempatan objek menjadi fokus, berada diantara salah satu dari 3 bagian
sudut pengambilan gambar yang ditentukan juga oleh motivasi pengambilan
gambar. Jika ingin mendapatkan moment dan gambar yang terbaik, maka diambil
dari berbagai sudut pandang dan terdapat makna tersendiri untuk memperkuat
gambar yang diambil.
2.13Teknik Pergerakan Kamera
Dalam pengambilan gambar, Al Firdaus (2010) mengungkapkan bahwa
pergerakan dari kamera juga dianggap penting sebagi penunjang pengambilan
gambarnya. Beberapa pergerakan kamera yang banyak dikenal antara lain:
1. Panning
Merupakan pergerakan kamera secara horizontal ke arah samping kiri ataupun
kanan objek. Pergerakan secara horizontal ke arah kanan biasa disebut pan right, sedangkan pergerakan secara horizontal ke arah kiri biasa disebut dengan
panleft seperti yang ditunjukkan oleh ilustrasi pergerakan kamera pada gambar 2.17.
Gambar 2.14 Ilustrasi Panning
2. Tilting
Merupakan pergerakan kamera secara vertikal ke arah atas ataupun arah
bawah dari objek yang dituju. Pergerakan secara vertikal ke atas biasa
disebut dengan tilt up yang dapat memicu emosi, perasaan, dan perhatian akan rasa ingin tahu tentang apa yang akan terjadi selanjutnya, namun
terkadang juga untukkan mengagungkan objeknya, sedangkan pergerakan
vertikal ke bawah disebut dengan tilt down yang umumnya memicu kesedihan dan kekecewaan.
Gambar 2.15 Ilustrasi Tilting
(Sumber: upload.wikimedia.org)
3. Zooming
Merupakan pengambilan gambar dengan memperbesar atau memperkecil
ukuran gambar dengan mengubah dari sudut pandang sempit ke sudut pandang
lebar yang biasa disebut dengan zoom out untuk menunjukkan apa yang berada di sekitar objek yang dituju, ataupun dari sudut pandang lebar ke sudut pandang
Gambar 2.16 Ilustrasi Zoom in dan Zoom Out
(Sumber: static.videomaker.com)
4. Tracking
Merupakan pengmbilan gambar dengan pergerakan maju dan mundur yang
diikuti oleh seluruh badan kamera yang mengikuti gerak dari objeknya seperti
pada gambar 2.19 berikut.
Gambar 2.17 Ilustrasi Tracking
(Sumber: static.videomaker.com)
5. Timelapse
Merupakan teknik fotografi dengan menggabungkan beberapa foto tanpa
memindahkan posisi kamera dan angle di lain posisi yang memiliki selang waktu dalam hitungan detik yang difokuskan pada point of interest obyeknya.
34 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN DAN PERANCANGAN KARYA
Dalam bab ini menjelaskan metode pengambilan dan pengolahan data yang
digunakan sebagai acuan dalam proses pembuatan perancangan karya Tugas Akhir
ini, berikut uraian penelitian dari metode yang digunakan dalam perancangan karya
pembuatan video features tentang terumbu karang di Pulau Karimunjawa.
3.1Metodologi
Dalam pembuatan Tugas Akhir ini digunakan metode penelitian kualitatif
yaitu sebagai metode yang mengutamakan hubungan secara langsung antara
peneliti dengan hal yang diteliti (Basrowi dan Suwandi, 2008: 20). Metode
kualitatif dipilih karena hasil penelitian dapat menghasilkan data yang bersifat
deskriptif, seperti hasil wawancara, catatan lapangan, gambar, rekaman video, dan
lain-lain secara mendalam, agar penelitian ini mampu mempunyai nilai bobot
3.2Teknik Pengumpulan Data
Didasarkan dari kebutuhan peneliti dalam pembuatan Video Features ilmu pengetahuan tentang terumbu karang, maka dikumpulkanlah data-data yang
diperlukan dan diperoleh menggunakan beberapa teknik pengambilan data dalam
Tugas Akhir ini, seperti:
1. Studi Literatur
Studi literatur digunakan sebagai pengumpulan data dengan mencari referensi
atau teori yang diperlukan dari berbagai sumber wacana yang berkaitan dengan
penyusunan laporan.
Berikut buku yang dijadikan referensi dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini,
antara lain:
a. Menurut (Hafis, dkk, 2009: 12) video feature sebagai media penyampaian pesan karena saat ini video tidak hanya sebagai media penyaluran
kreatifitas dan seni saja, tetapi sebagai salah satu teknologi media yang
turut membangun budaya baru dan berperan serta dalam perubahan
perilaku dan cara berfikir.
b. Jelajah Wisata Nusantara (2010) oleh Tri Maya Yulianingsih, dijelaskan
bahwa video yang berisi beberapa kekayaan wisata tak ternilai yang harus
dimanfaatkan dan dipelihara oleh generasi bangsa.
c. Teori-teori Dasar Pendidikan (2011) oleh Ratna Yudhawati,S.Pd, M.Psi
dan Danny Haryanto, S.S. yang berisi teori- teori pendidikan nasional akan
menerapkan nilai-nilai psikologi pendidikan seara konsisten penuh
komitmen tinggi.
Tabel 3.1 Keyword Literatur
No Keyword Literatur
1. Kreative
2. Menghibur
3. Informatif
Sumber : Olahan Peneliti
2. Observasi
Metode observasi digunakan untuk mengenal lebih dalam tentang Pulau
Karimunjawa dengan mengadakan pengamatan aktif terhadap pariwisata alam,
penduduk, dan keindahan terumbu karang yang ada di Pulau Karimunjawa
serta pengamatan pasif kemudian mengadakan pencatatan mengenai lokasi,
Berikut beberapa hasil observasi langsung di lapangan:
Gambar 3.1 Pantai Karimunjawa (Sumber: Dokumentasi Penulis 2015)
Pantai Karimunjawa (Gambar 3.1) termasuk daerah yang mempunyai
potensi alam yang menarik dan masih belum banyak dieksplorasi, alam pantai
Karimunjawa banyak menyimpan keindahan bawah laut termasuk terumbu
karang dan biota laut lainnya yaitu ikan hias, selain itu juga keramahan
penduduk yang mayoritas sebagai nelayan mampu membawa daya tarik
tersendiri dalam melayani wisatawan yang ingin menikmati keindahan alam
Gambar 3.2 Terumbu Karang Pectinia lactuca (Sumber: Dokumentasi Penulis 2015)
Terumbu Karang seperti yang tertera pada gambar 3.2 banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter, mempunyai ciri membentuk dinding–dinding dengan tinggi
Gambar 3.3Terumbu karangLobophyllia hemprichii (Sumber: Dokumentasi Penulis 2015)
Terumbu karang seperti yang tertera pada gambar 3.3 banyak dijumpai
hidup pada kedalaman 3-15 meter, mempunyai ciri – ciri koloni menyerupai
helm dan bisa lebih dari 5 meter, koralit paseloid sampai flabellomeanroid.
Septa menempel pada dinding dan kolumella dan memiliki gigi yang tajam.
Polip tebal dan seperti daging. Warna terumbu karang ini umumnya berwarna
kuning dan bintik putih. Sepintas karang ini mirip dengan terumbu karang L.
dentatus, terumbu karang L. corymbosa dan terumbu karang L. robusta.
Tersebar dari perairan Indonesia, Jepang, Madagaskar, Philipina, Papua New
Guinea, Tanzania dan Australia. Habitat Karang ini umumnya banyak hidup di
Gambar 3.4 Terumbu karang Acropora cervicornis (Sumber: Dokumentasi Penulis 2015)
Terumbu karang seperti yang tertera pada gambar 3.4 banyak dijumpai
hidup pada kedalaman 3-15 meter, mempunyai ciri dapat terhampar sampai
beberapa meter, koloni arborescens, terdiri dari susunan yang silindris. Koralit
berbentuk pipa. Aksial koralit dapat dibedakan. Warna pada terumbu karang
ini yaitu coklat muda. Terumbu karang ini mempunyai kemiripan dengan
terumbu karang prolifera, dan terumbu karang formosa. Karang ini banyak
terdapat diperairan Indonesia, Jamaika, dan Kep. Cayman. Habitatnya banyak
terdapat di lereng karang bagian tengah dan atas, juga perairan lagun yang
Gambar 3.5 Terumbu karang Acropora micropthalma (Sumber: Dokumentasi Penulis 2015)
Karang seperti yang tertera pada gambar 3.5 banyak dijumpai hidup pada
kedalaman 3-15 meter. Mempunyai ciri-ciri koloni bisa mencapai 2 meter
luasnya dan hanya terdiri dari satu spesies. Radial koralit kecil, berjumlah
banyak dan ukurannya sama. Warna dari terumbu karang ini abu-abu muda,
kadang coklat muda atau krem. Dan mempunyai kemiripan dengan terumbu
karang copiosa, terumbu karang Parilis, karang Horrida, karang Vaughani, dan
terumbu karang exquisita. Terumbu karang ini banyak terdapat di perairan
Indonesia, Solomon, Australia, Papua New Guinea. Habitat Reef slope bagian
Dari observasi ini dapat ditarik kesimpulan bahwa di Pulau Karimunjawa
memiliki kekayaan alam yang indah dan beragam, diantaranya Terumbu
karang yang masih banyak belum dikenal oleh Masyarakat secara luas
khususnya anak-anak.
Tabel 3.2 keyword observasi
No Keyword Observasi
1. Menarik
2. Keindahan
3. Unik
Sumber : Olahan Peneliti
3. Studi Eksisting
Studi eksisting merupakan acuan yang mempengaruhi secara dominan dalam
pembuatan sebuah karya. Beberapa karya yang menjadi referensi dalam
pembuatan Tugas Akhir ini adalah:
a. Nat Geo Wild
Konsep cerita, shot pengambilan gambar yang bagus dengan moment yang menyentuh di dalamnya akan menjadi acuan dalam pembuatan konsep dan
shot pengambilan gambarnya.
b. Program acara Dunia air TRANS 7
Konsep penceritaan program acara anak yang bersifat edukatif. Yang
menampilkan bebagai liputan mengenai kehidupan beragam makhluk air
beserta habitatnya. Dengan dolphino, seekor lumba-lumba yang sangat
pintar dan lucu sebagai maskotnya. Dunia air Trans 7 memberikan
pengetahuan dan wawasan yang lebih luas mengenai dunia flora dan fauna
air kepada anak-anak anda. Dalam shot pengambilan gambarnya yang
bagus akan menjadi acuan dalam pembuatan konsep dan shot pengambilan
gambarnya.
Gambar 3.8 Dunia air Trans 7 (Sumber: www.youtube.com)
c. Jogja Day Lapse
Video yang menggunakan teknik timelapse dalam pengemasannya dengan memperlihatkan panorama kota Jogjakarta dan Candi Borobudur ini
nantinya akan menjadi salah satu teknik dalam karya Tugas Akhir ini
sebagai variasi visual yang menampilkan satu peristiwa panjang dalam
waktu yang lebih pendek.
d. Features“Sumatra- Indonesia's Best Nature and Wildlife”
Konsep features yang menceritakan Sumatra dengan teknik split screen
akan menjadi acuan dalam variasi visual dalam karya Tugas Akhir ini
seperti pada contoh gambar 3.10 berikut.
Gambar 3.10 Sumatra- Indonesia's Best Nature and Wildlife (Sumber: www.youtube.com)
4. Wawancara
Metode ini dilakukan untuk mendapatkan informasi yang mendalam,
wawancara dilakukan pada dua orang narasumber yaitu Bapak Tri yang
berprofesi sebagai pemandu wisata lokal dan Bapak Sumantri yang berprofesi
sebagai nelayan sekaligus pemandu wisata yang mengetahui secara detail
tentang kepulauan Karimunjawa dan terumbu karang yang terdapat di Pulau
tersebut, adapun hasil yang didapat dari hasil wawancara diantaranya:
a. Bapak Tri (pemandu wisata lokal)
Wawancara dilakukan kepada Bapak Tri selaku pemandu wisata lokal di
Pulau Karimunjawa yang mengerti seluk beluk tentang Karimunjawa dan
sejarah Karimunjawa.
Wawancara dilakukan pada 15 Desember 2015 pukul 10.00 di kediaman
beliau. Bapak Tri mengungkapkan secara detail sejarah dari masyarakat
“Penduduk Karimunjawa merupakan penduduk pendatang yang berasal dari berbagai macam suku. Mayoritas penduduk Karimunjawa berprofesi sebagai nelayan dan sebagai pemandu wisata local. Karimunjawa merupakan satu-satunya kecamatan di Jawa Tengah yang dipisahkan lautan dengan daratan Jawa yang berjarak 45 mil laut dari ibukota Kabupaten dan 60 mil laut dari ibukota provinsi. Di Kawasan Kepulauan Karimunjawa ini memiliki beberapa tempat yang memiliki keindahan alam, dan menyimpan keindahan terumbu karang dan beberapa jenis ikan
yang unik dan bervariasi”.
Hasil dari wawancara disini menjelaskan bahwa Pulau Karimunjawa
memiliki beberapa potensi wisata diantaranya alam darat dan alam
perairan. Pulau Karimunjawa memiliki prinsip dalam pengembangan
pariwisata alam, maka dalam prinsip pengembangan alam di Pulau
Karimunjawa harus mencakup beberapa hal yaitu konservasi, pendidikan,
penelitian, partisipasi masyarakat, ekonomi dan rekreasi. Sehingga dapat
ditarik kesimpulan bahwa di Kepulauan Karimunjawa memiliki keindahan
alam yang eksotis dan banyak menyimpan keindahan terumbu karang
Karimunjawa ini sangat beragam, diantaranya keindahan yang dibawah laut
yaitu terumbu karang yang beragam dan mempunyai ciri tersendir dari
setiap bentuk dan warnanya. Bapak Sumantri juga mengungkapkan bahwa
terumbu karang yang berada di lingkungan sekitar Pulau Karimunjawa
dilindungi dan dijadikan obyek wisata yang mendatangkan sumber rejeki
bagi Masyarakat Kepulauan Karimunjawa yang berdampak pada
pemerataan secara ekonomi bagi warga. Selain terumbu karang yang ada di
pulau tersebut yang dilindungi juga ada ekosistem biota laut lainnya seperti
ikan dan beberapa hewan yang ada disekitarnya termasuk burung langka
yang endemis di kepulauan Karimunjawa yang dilindungi .
Beliau juga mengungkapkan bahwa terumbu karang yang berada di
kepulauan Karimun sebenarnya ada banyak jenisnya, kurang lebih ada 16
jenis terumbu karang, hanya saja dari semua jenis tersebut banyak yang
rusak karena banyaknya tangan-tangan jahil yang berusaha merusaknya,
dari ke 16 jenis tersebut hanya 6 jenis terumbu karang yang berhasil
dibudidaya dan tumbuh secara alami.
3.3Analisa Data
Dari data yang sudah berhasil dikumpulkan dari berbagai dokumentasi dan
narasumber di atas, maka semua data tersebut kemudian dapat ditarik sebuah
kesimpulan yaitu:
Video feature ilmu pengetahuan Tabel 3.3.1
Terumbu Karang
Tabel 3.3.2
Literatur Internet Wawancara Kesimpulan Keyword
Memiliki
Pendidikan anak
Tabel 3.3.3
(sumber : olahan penulis 2016)
Literatur Internet Wawancara Kesimpulan Keyword
3.4STP
Kegunaan dari STP ini adalah untuk membatasi segmentasi, target serta
positioning agar lebih jelas dan tidak terlalu melebar. Tabel 3.3.4 menunjukkan
analisa STP:
Segmentasi
&
Targetting
Geografis Masyarakat
Demografi Usia : 5-10 Tahun
Gender : Laki-laki, perempuan
Jenjang pendidikan : Anak Tk sampai SD
kelas 1-6
psikologi Kelas social : Menengah keatas
Gaya hidup : Dekat dengan teknologi modern
Positioning Menjadi sarana pendukung pembelajaran dan
lebih mengenalkan terhadap anak-anak.
(Sumber: Olahan Penulis)
Segmenting, Targeting, dan Positioning merupakan pemetaan segmentasi pemasaran produk secara modern (Kotler, 1995: 315). Pemetaan ini dilakukan
untuk memfokuskan penentuan komponen strategi suatu produk agar dapat
bersaing dengan produk yang sebelumnya ada di pasar. Pemetaan dalam Tugas
Akhir ini dilakukan untuk menentukan pasar dengan hasil pembuatan produk
Segmenting merupakan pengelompokan karakteristik konsumen (Kotler,
2003: 97). Berdasar dengan segmentasi geografis yaitu seluruh masyarakat
Indonesia. Dilanjutkan dengan pengerucutan dari segmenting dengan target berdasarkan psikografi yang mengacu pada anak yang tertarik pada budaya dan
pariwisata. Hal ini dipengaruhi oleh latar belakang pembuatannya akan potensi
pengetahuan terumbu karang yang kaya namun masih lekat dengan presepsi negatif
anak terhadap lautan yang menyimpan keindahan terumbu karang.
Positioning merupakan cara mengkomunikasikan sebuah pencitraan dari suatu produk. Pencitraan yang ingin dibangun dalam hal ini adalah tentang
keindahan bawah laut yang menyimpan berbagai jenis terumbu karang yang
dikomunikasikan melalui media video features Ilmu Pengetahuan.
3.5Keyword
Setelah data-data tersebut diperoleh, maka dapatlah ditarik menjadi beberapa
Gambar 3.12 Keyword (Sumber: Olahan Peneliti 2016)
Kata kunci yang bisa didapat dari dinamis beberapa kesimpulan dan analisa
data di atas sebagai acuan perancangan karya adalah karakter bintang laut animasi
3D yang menarik sebagai narator untuk pengenalan objek terumbu karang bagi
anak-anak, agar bisa dinikmati tentang keindahan terumbu karang secara inovatif.
3.5.1 Analisa Warna
Yang di maksud dengan kata dinamis pada tugas akhir ini adalah kata dinamis
berasal dari Bahasa Belanda “dynamisch” yang berarti giat bekerja, tidak mau
tinggal diam, selalu bergerak, dan terus tumbuh. Dia akan terus berusaha secara
sungguh-sungguh untuk meningkatkan kualitas dirinya ke arah yang lebih baik.
3.5.2 Analisa Warna
Berdasarkan keyword dinamisyang didapat maka bisa diambil sebagai acuan dalam pewarnaan atau color grading untuk menyamakan warna video yang sesuai dengan keyword dynamic. Pewarnaan akan didominasi oleh warna yang mewakili warna biru karena mengacu pada warna laut, selain itu juga warna merah muda,
putih agar sesuai dengan karakter animasi. Dalam video ini mengutamakan
warna-warna sejuk dengan suasana cerah dan contrast. Warna-warna menurut Bride M. Whelan (1997: 102-104) meliputi warna hijau, biru, dan ungu. Warna-warna
tersebut dijabarkan dalam skema berikut:
3.5.3 Analisisa Font Dynamic
Dari keyword yang didapat maka warna dari karakter animasi 3D dapat ditarik pada pemilihan font untuk dengan menggunakan font “Dynamic”. Font tersebut mempunyai karakter yang mudah untuk dipahammi bagi anak- anak dan termasuk
pada jenis casual script yang menyerupai goresan tangan melalui media pena, pensil, ataupun kuas yang cenderung miring ke arah kanan untuk menunjukkan
keakraban yang menguatkan dan mendukung tujuan yang ingin dicapai (Lia
Anggraini, 2014: 62).
Gambar 3.13 Skema Warna (Sumber: Buku Color Harmoni)
3.6Perancangan Karya
Agar dapat menghasilkan sebuah karya video features, maka dibutuhkan sebuah perancangan. Perancangan karya ini dimulai dari perumusan ide yang terdiri
eksisting, dan wawancara kemudian dikembangkan menjadi sinopsis awal,
dilanjutkan pada tahap analisa data untuk menemukan keyword yang digunakan sebagai acuan dalam pembuatan karya. Tahap pra produksi dirancang untuk
menyusun konsep, sinopsis, treatment, naskah, penyusunan tim, penjadwalan,
budgeting, dan penentuan alat untuk proses prosuksi. Dilanjutkan pada proses produksi dan pasca produksi yaitu editing, dubbing, scoring music, dan pameran. Alur perancangan karya penelitian video features ini digambarkan seperti gambar 3.14 berikut.
3.6.1 Pra Produksi
Dari skema tahapan perancangan karya pembuatan video feature di atas,
penulis melalui serangkaian persiapan sebelum syuting dilakukan. Berlandaskan
tahapan pembuatan video features menurut Andi Fachrudin (2012: 226) penulis melalui beberapa tahapan dalam pembuatan video features ini.
1. Ide
Ide didapat saat penulis berkunjung di pulau Karimunjawa, sangat prihatin saat
melihat banyak terumbu karang yang rusak dan tidak terawat, sehingga penulis
berkeinginan untuk membuat video feature ilmu pengetahuan, agar dapat menyampaikan kepada masyarakat dan anak-anak usia 5-10 tahun.
2. Konsep
Konsep dalam pembuatan video features ilmu pengetahuan ini akan mengedepankan pada pengenalan jenis-jenis terumbu karang yang ada di Pulau
Karimunjawa sebagai media apresiasi kepada anak-anak, dari proses
pembuatan features ilmu pengetahuan ini akan saya kemas dengan menonjolkan teknik animasi sebagai pelengkap untuk memudahkan
mengenalkan tentang terumbu karang kepada anak-anak, dalam video tersebut
mengulas tentang keindahan dan keunikan jenis- jenis terumbu karang yang
ada di Kepulauan Karimunjawa, dan rumput laut hingga beberapa jenis ikan
lainnya. Dalam video ini akan saya aplikasikan dengan animasi, agar mudah
dapat menyampaikan terhadap anak- anak. Di kemasan video ini penulis akan
menampilkan beberapa slide yang akan menjelaskan tentang beberapa jenis
3. Sinopsis
Pulau Karimunjawa merupakan kepulauan yang masih masuk dalam wilayah
Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Jepara yang banyak menyimpan
keindahan-keindahan alam yang berupa pulau-pulau, salah satu asset wisata alam yang
ingin dikenalkan kepada masyarakat luas yaitu keindahan alam bawah laut
yang salah satunya adalah terumbu karang yang mempunyai banyak jenisnya.
4. Treatment
Dalam proses pembuatan video feature ilmu pengetahuan membutuhkan
beberapa langkah yang tersistem agar karya video nantinya menjadi sempurna
dan bisa dinikmati oleh masyarakat dengan mengedepankan dari teknik
animasinya.Dalam perumusan ide, Andi Fachruddin (2012: 226) menjelaskan
bahwa treatment merupakan hal penting sebelum memulai observasi yang merupakan acuan dalam urutan dalam penulisan naskah.
Penulisan treatment untuk video features dilakukan seperti halnya penulisan naskah yang dituliskah berdasarkan poin-poin yang ingin ditampilkan, namun
dalam penulisannya dianjurkan menggunakan font Sans Serif yang mudah dan cepat untuk dibaca seperti Arial ataupun Century Gothic.
5. Naskah
Naskah dalam pembuatan video features memiliki format berbeda dengan film dalam penulisannya. Naskah dengan format dua kolom yang hanya menuliskan
poin visual dengan audio terbagi dalam dua sisi. Namun standarnya dituliskan
pada kertas A4 dengan margin normal dengan fontSans Serif yang mudah dan cepat untuk dibaca seperti Arial ataupun Century Gothic berukuran 11 yang mudah terbaca (Andi FAchruddin, 2012: 228).
Naskah dari pembuatan film ini terlampir dalam lampiran 6.
6. Persiapan Teknis
Persiapan teknis meliputi persiapan peralatan produksi dan pemilihan tim
produksi dalam pembuatan video features. a. Alat yang digunakan, yaitu:
1) Kamera Canon 60D
2) 1 Kamera Canon 650D
3) 1 Kamera Canon 550D
4) 1 Kamera Nikon D7000
5) Lighting Continuous
6) 1 Slider
7) 1Tripod Kamera
8) 1 Reflektor
9) 1 Baterai cadangan kamera 60D, 650D, D7000 dan lighting
10)Lensa Canon 18-55mm
12)1 Lensa Nikon18-105mm
13)1 Lensa Tele Nikon 55-300mm
14)1 Lensa Wide Canon15-85mm
b. Tim Produksi:
1) Eksekutif Produser : Bapak H. Sukandar
2) Produser : Ayu Mashiastuti
3) Sutradara : Ayu Mashiastuti
4) Ass. Sutradara 1 : Mohammad Sochiful A.
5) Naskah : Ayu Mashiastuti
6) DOP : Adhitya Indra L.
11) Project Manager : Ayu Mashiastuti
12) Back Up Data : Ayu Mashiastuti
13) Persiapan Produksi : Ayu Mashiastuti
14) Perijinan Lokasi : Ayu Mashiastuti
7. Penjadwalan
Sebuah produksi video membutuhkan waktu yang panjang, maka diperlukan
penjadwalan yang disesuaikan dengan ketersediaan lokasi dan perijinan yang
dijadikan pedoman dalam pelaksanaan produksi.
Penjadwalan produksi video features ini terlampir pada lampiran 7.
8. Publikasi
Publikasi untuk video features ini menggunakan penyebaran melalui DVD dan pemutaran pada acara-acara screening, sehingga diperlukan beberapa properti promosi diantaranya:
a. Poster
1) Konsep
Poster ini menyajikan keindahan terumbu karang yang terdapat di
Kepulauan Karimunjawa, yang memiliki beberapa jenis yang unik.
Dalam konsep ini akan di kolaborasikan dengan karakter animasi yang
disajikan melalui potret kehidupan nelayan.
Pada bagian bawah poster dituliskan credit atau daftar dari tim produksi dengan bagian akhir dipasangkan beberapa logo organisasi yang terlibat
dalam pembuatan video feature ini, yaituBmm Creation sebagai rumah produksi, DIV Komputer Multimedia dan STIKOM Surabaya sebagai
b. Sketsa
Gambar 3.15 Sketsa Poster (Sumber: Olahan Peneliti)
b. Label DVD
Desain yang diadaptasi dari gambar latar desain poster yang menjadi
Gambar 3.16 Sketsa Label DVD (Sumber: Olahan Peneliti)
c. Sampul DVD
Sampul pada DVD menggunakan ilustrasi dari warna yang menjadi
perpaduan dari sampul DVDnya.
9. Anggaran Produksi
Dalam proses pembuatan video features dibutuhkan anggaran dalam proses produksinya. Berikut merupakan tabel anggaran dana Produksi.
Tabel 3.2 Anggaran Produksi
3.6.2 Produksi
Dari skema perancangan karya di atas penulis melalui berbagai tahap
produksi dengan melakukan proses persiapan alat dan syuting di lokasi-lokasi yang
telah ditentukan di Kepulauan Karimunjawa.
3.6.3 Pasca Produksi
Dari skema perancangan karya di atas penulis melalui berbagai tahap pasca
64
4.1 Produksi
Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan video feature, merupakan rancangan yang sudah disusun dan dibuat pada saat pra produksi di
implementasikan pada tahap ini. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam proses
produksi antara lain shotting atau pengambilan gambar secara keseluruhan mulai tahap
awal, tengah hingga akhir.
Berikut ini teknik produksi yang akan digunakan dan diterapkan dalam tahap
produksi:
a. Setting Artistik Lokasi
Sutradara lebih mengutamakan setting artistik outdoor saat produksi, hal ini dimaksudkan agar visual di video feature memberikan kesan hidup bukan hanya lokasi dianggap biasa tetapi sesuai dengan tema dan keadaan yang diinginkan
Setting lokasi bisa dilihat pada gambar 4.1.
Gambar 4.1 Setting lokasi (Sumber : Olahan Penulis)
b. Setting Perekaman
Pembuatan video feature ini sistem perekaman dilakukan secara langsung. Selain itu crew juga akan menggunakan sistem perekaman tidak langsung untuk unsusr
audio yang diantaranya meliputi sound effect, dialog narasi dan instrumen musik. Peralatan yang digunakan dalam perekaman ini beraneka ragam sesuai dengan
perancangan shotting list yang dibuat oleh tim, berbagai alat yang disiapkan seperti recorder, slider camera dan masih banyak lainnya. Beberapa alat tersebut memiliki fungsi yang menghasilkan gambar dan audio lebih hidup dan
mempermudah proses produksi. Gambar setting perekeman bisa dilihat pada
Gambar 4.2 Setting Perekaman (Sumber: Olahan Penulis)
Alat-alat yang digunakan pada saat produksi
Canon SLR 60D
Canon G16
Lensa Canon 40mm
Lensa Canon Wide
Go pro hero 4
Gambar 4.3 Peralatan Produksi (Sumber: Olahan Penulis)
c. Teknik Pengambilan Gambar
Teknik pengambilan gambar pada video feature ini digunakan dengan multiple camera, yaitu pengambilan gambar menggunakan lebih dari satu kamera, dengan pertimbangan agar mempercepat produksi dan mempermudah teknis
pengambilan karena objek yang ditangkap adalah objek banyak bergerak
Beragam teknik digunakan untuk mengambil sebuah adegan agar menimbulkan
kesan hidup dan tidak membosankan saat khalayak umum atau penonton
menyaksikan hasil dari film ini, video feature ini merupakan video berbeda dari video lainnya, pengambilan gambar menggunakan kamera drone agar masyarakat yang melihat video feature ini tidak bosan. Pengambilan gambar menggunakan multiple camera di dalam film ini mempunyai banyak fungsi, diantaranya anggota tim dapat mempersingkat waktu produksi. Gambar
pengambilan gambar bisa dilihat pada gambar 4.10.
4.2 Pasca Produksi
Pembahasan pada tahap berikut adalah tentang tahap terakhir produksi sebelum
karya video feature ini dipublikasikan, tahap ini disebut penyuntingan atau editing, dimana penyuntingan dibagi menjadi tiga tahap yaitu offline editing, online editing, mixing, rendering dan mastering.
a. Offline Editing
Setelah shotting selesai, sutradara dan editor memilah sesuai catatan yang
sebelumnya dilakukan saat produksi berdasarkan catatan shotting dan gambar,
editor dan sutradara menyamakan digit frame per detik, menit, dan jam begitu juga lokasi. Sehingga mempermudah editor dalam penyuntingan sesuai yang
diharapkan oleh sutradara. Gambar offline editing bisa dilihat pada gambar 4.11
Gambar 4.11