• Tidak ada hasil yang ditemukan

TA : Pembuatan Video Feature Ilmu Pengetahuan Pengenalan Terumbu Karang di Kepulauan Karimunjawa Kabupaten Jepara Bagi Anak Usia 5-10 Tahun.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TA : Pembuatan Video Feature Ilmu Pengetahuan Pengenalan Terumbu Karang di Kepulauan Karimunjawa Kabupaten Jepara Bagi Anak Usia 5-10 Tahun."

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBUATAN VIDEO FEATURE ILMU PENGETAHUAN PENGENALAN

TERUMBU KARANG DI KEPULAUAN KARIMUNJAWA KABUPATEN

JEPARA BAGI ANAK USIA 5-10 TAHUN

TUGAS AKHIR

Program Studi

DIV Komputer Multimedia

Oleh:

Ayu Mashiastuti

12.51016.0035

FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INFORMATIKA

(2)

x

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Rumusan Masalah... ... 5

2.3 Pulau Karimunjawa ... 13

2.4 Geografis Karimunjawa ... 15

2.5 Terumbu Karang ... 17

2.6 Perkembangan anak usia 5-10 Tahun ... 21

2.7 Alam ... 23

2.8 Pendidikan ... 24

2.9 Special Effect ... 26

2.10 Animasi ... 27

2.11 Teknik Pengambilan gambar ... 28

2.12 Sudut pandang objek... 29

2.13 Komposisi Gambar ... 30

(3)

xi

3.2 Pengumpulan Data ... 35

3.3 Analisa Data... 47

3.4 STP ... 50

3.6 Keyword ... 28

3.6 Perancangan Karya ... 30

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA ... 65

4.1 Produksi ... 65

4.2 Pasca Produksi ... 70

4.3 Publikasi Karya ... 75

BAB V PENUTUP ... 79

5.1 Simpulan ... 79

5.2 Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 81

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 81

LAMPIRAN ... 82

Lampiran Kolokium I ... 82

Lampiran Kolokium II ... 83

(4)

xii

Halaman

Gambar 2.1 Langkah-langkah Membuat Feature ... 13

Gambar 2.2 Pulau Karimunjawa...17

Gambar 2.3 Pulau Karimunjawa...17

Gambar 2.4 Terumbu karang tepi ... 19

Gambar 2.5 Terumbu karang penghalang ... 20

Gambar 2.6 Terumbu karang cincin...20

Gambar 2.7 Terumbu karang datar ... 21

Gambar 2.8 Spesial effect ... 26

Gambar 2.14 Ilustrasi panning ....31

Gambar 2.15 Ilustrasi tilting...32

Gambar 2.16 Zoom in zoom out...33

Gambar 2.17 Ilustrasi tracking...33

Gambar 2.18 Timelapse ... .33

Gambar 3.1 Pantai Karimunjawa...43

Gambar 3.2 Terumbu Karang Pectinia lactuca...43

Gambar 3.3 Terumbu karang Lobophyllia hemprichii...44

Gambar 3.4 Terumbu karang Lobophyllia corymbosa...44

Gambar 3.5 Terumbu karang Acropora cervicornis...46

Gambar 4.11 Hasil Offline Editing...71

(5)

xiii

Gambar 4.16 Desain Stiker...76

Gambar 4.18 Desain Kartu Nama...76

Gambar 4.19Desain Label CD...77

(6)

xiv

Halaman

Tabel 3.1 Keyword Literatur ... 36

Tabel 3.2 Keyword Observasi ... 42

Tabel 3.3 Keyword Wawancara ... 46

Tabel 3.4 Analisa Data ... 47

Tabel 3.5 STP ... 50

Tabel 3.6 Anggaran Biaya... 34

Tabel 3.7 Staff Non Artistik ... 35

(7)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan Tugas Akhir ini adalah membuat

sebuah video feature ilmu pengetahuan, yang mengenalkan potensi terumbu karang kepada anak-anak. Tugas Akhir ini dibuat sebagai karya audio visual berupa video

features yang dilatarbelakangi oleh keberadaan sumberdaya pulau-pulau kecil di kawasan Taman Nasional Karimunjawa sangat strategis sebagai salah satu sumber

ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Untuk mencapai

pemanfaatan yang berkelanjutan, identifikasi kondisi terumbu dan potensi ikan

sangat perlu diketahui agar dalam pemanfaatan ke depan dapat dilakukan

perencanaan pengelolaan secara lebih baik.

Selain itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi terumbu potensi

terumbu karang yang terdapat di kawasan Taman Nasional Karimunjawa.

Penelitian ini dilaksanakan mulai Juli 2006 - Agustus 2006 di perairan kawasan

Taman Nasional Karimunjawa, Kabupaten Jepara. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa sebaran jumlah spesies karang yang ditemukan berkisar 20-30 genus,

tertinggi ditemukan di Pulau Tengah, Pulau Kecil, Pulau Krakal Kecil dan Pulau

Kumbang; sedangkan terendah ditemukan di Pulau. Kemujan dan Pulau.

Menyawakan. Nilai indeks keanekaragaman jenis berkisar 1,611-2,590. Kondisi

terumbu karang di perairan Karimunjawa sebagian besar telah rusak dengan

kategori sedang (tutupan karang 25-49,9 %) dan hanya sebagian kecil yang kondisi

(8)

(reef fish) yang berhasil diamati menunjukkan kepadatan ikan berkisar 0,5-3,2

ekor/m2 atau rata-rata 1,14 ekor/m2; kelimpahan ikan berkisar 3,52-243,38 ton;

potensi antara 1,76-121,69 ton/th; dan potensi lestari (MSY) antara 0,70-48,67

ton/th. Faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan eksistem terumbu

karang, yaitu perubahan suhu secara global, salinitas, cahaya dan kedalaman,

kecerahan, arus yang berdampak baik atau buruk dan sedimen. Terumbu karang

juga dapat bermanfaat dari segi ekonomi ekosistem terumbu karang memiliki nilai

estetika dan tingkat keanekaragaman biota yang tinggi yang dapat dimanfaatkan

sebagai sumber makanan, bahan obat-obatan ataupun objek wisata bahari. Dari

fungsi ekologisnya terumbu karang sangat penting dalam menjaga keseimbangan

lingkungan dan menyumbangkan stabilitas fisik yaitu yang mampu menahn

hempasan gelombang yang kuat sehingga dapat melindungi pantai dari abrasi. Saat

ini salah satu ekosistem yang memiliki peranan penting yaitu terumbu karang yang

kini mulai rusak, hal ini disebabkan oleh pengendapan kapur yang disebabkan dari

penebangan pohon yang dapat mengakibatkan pengikisan tanah yang akan terbawa

kelaut dan menutupi karang sehingga tidak dapat tumbuh karena sinar matahari

tertutup oleh sedimen. Aliran air tawar yang terus menerus dapat membunuh

karang, air tawar tersebut berasal dari pipa pembuangan, pipa air hujan atau limbah

pabrik yang tidak seharusnya mengalir ke wilayah terumbu karang. Dari berbagai

jenis limbah dan sampah, terjadi pemanasan suhu bumi yang dikarenakan pelepasan

karbondioksida (CO2) ke udara. Cara tangkap yang merusak yang meggunakan

racun dan bahan peledak. Penambatan jangkar dan berjalan pada terumbu yang

sering dilakukan oleh nelayan, jangkar yang dijatuhkan dan ditarik diantara karang

(9)

karang. Di pulau Karimunjawa terdapat 16 jenis terumbu karang, namun penulis

hanya dapat menyebutkan 4 jenis terumbu karang dikarenakan berkaitan dengan

durasi video feature.

Penulis mengambil objek pulau Karimunjawa dikarenakan terletak di sebuah

kecematan Jepara, Jawa Tengah yang berbentuk kepulauan di tengah Laut Jawa.

Berjarak sekitar 83 KM di utara kota Jepara, Kepulauan Karimunjawa terdiri dari

27 pulau, namun hanya 5 pulau yang berpenghuni. Potensi wisata utama dari

Kepulauan Karimunjawa adalah keindahan lautnya. Keindahan laut yang dalam

hal ini disebut sebagai wisata taman laut, telah ditetapkan sebagai salah satu Taman

Nasional Indonesia pada tahun 2001. Karimunjawa merupakan salah satu

Kecamatan di Kabupaten Jepara dan satu-satunya Kecamatan di Jawa Tengah yang

dipisahkan lautan dengan daratan Jawa yang berjarak 45 mil laut dari ibukota

Provinsi. Ia merupakan untaian pulau-pulau kecil yang terdiri dari 27 pulau dengan

luas 7.129 ha serta luas perairan 107.225 ha. Nama Karimunjawa konon diambil

dari kata “keremun” atau samar-samar. Maksudnya, gugusan pulau ini bila dilihat

dari daratan Jawa kelihattan keremun-keremun atau samar-samar. Nama tersebut

konon diberikan saat Sunan Nyamplungan datang ke Karimunjawa (Maya, 2010:

200).

Menurut cerita masyarakat setempat, asal muasal nama Karimunjawa adalah

dari kisah Syekh Amir Hasan, putra Sunan Muria yang nakal dan merupakan murid

Sunan Kudus. Ia dibuang ke kepulauan yang bila dilihat dari kejauhan disebut

kerimun-kerimun dalam bahasa Jawa atau berarti samar-samar dalam bahasa

(10)

Karimunjawa. Sehubungan dengan bahasan di atas, maka terpilihlah video features

sebagai media penyampaian pesan karena saat ini video tidak hanya sebagai media

penyaluran kreatifitas dan seni saja, tetapi sebagai salah satu teknologi media yang

turut membangun budaya baru dan berperan serta dalam perubahan perilaku dan

cara berpikir masyarakat (Hafiz, dkk, 2009: 12). Sedangkan features menjadi kemasan dalam pembahasan sesuatu yang bersifat informatif dan menghibur

(Fachruddin, 2012: 225).

Karya Tugas Akhir ini tidak lepas dari inspirasi dan konsep dalam

pengemasannya, seperti halnya salah satu inspirasi tercipta dari sebuah karya video

feature dengan penceritaan mengenai Karimunjawa melalui branding keindahan Taman lautnya. Dalam Tugas Akhir ini penulis terinspirasi akan gaya bercerita

dalam pembuatan video feature tersebut, kemudian digabungkan bersama gaya penceritaan penulis dalam penyajian keindahan dari berbagai jenis terumbu karang

yang ada di pulau Karimunjawa. Sehingga timbullah kebaruan dan keunikan sebuah

karya dalam kemasan video features yang memberi wawasan dan hiburan bagi penontonnya.

Pemilihan video features sebagai media audio visual dalam penyampaian pesan diharapkan dapat memberi pandangan baru kepada masyarakat mengenai

kekayaan alam yang sangat indah sehingga, dibuatlah karya Tugas Akhir yang

berjudul pembuatan video feature ilmu pengetahuan tentang terumbu karang di

Kepulauan Karimunjawa Kabupaten Jawa Tengah pengenalan bagi anak usia 5-10

tahun agar lebih bisa memahammi dan mengapresiasikan kekayaan alam yang

(11)

dengan animasi 3 Dimensi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dibuat, maka rumusan masalah yang

akan dikaji, yaitu: bagaimana membuat video features ilmu pengetahuan tentang terumbu karang di Kepulauan Karimunjawa Kabupaten Jawa Tengah pengenalan

kepada anak usia 5-10 tahun.

1.3 Batasan Masalah

Tugas Akhir ini hanya membuat video features ilmu pengetahuan yang berisikan mengenai:

1. Membuat video features ilmu pengetahuan tentang terumbu karang di Kepulauan Karimunjawa agar dapat memberikan gambaran dan mengenalkan

pada anak usia dini 5-10 tahun.

2. Membuat video features ilmu pengetahuan menggunakan variasi timelapse, animasi 3D, dengan perpaduan editing split screen sebagai variasivisualserta

editing.

3. Jenis terumbu karang yang dipakai peneliti berjumlah 4 jenis.

1.4 Tujuan

(12)

1. Membuat video features yang dapat memberikan wawasan kepada anak usia dini (5-10 tahun) tentang berbagai jenis terumbu karang yang tersebar di

Kepulauan Karimunjawa.

2. Membuat video features yang menjadi media edukasi dalam membuat features

dengan variasi visual.

1.5 Manfaat

Manfaat dari pembuatan karya Tugas Akhir video features Ilmu pengetahuan ini yaitu:

1. Teoritis:

a. Diharapkan dapat menjadi ajang refrensi keilmuan proses pembuatan video

feature ilmu pengetahuan tentang terumbu karang di Kepulauan

Karimunjawa Kabupaten Jawa Tengah mengenalkan terhadap anak usia

dini (5-10 tahun).

b. Mampu dijadikan referensi bagi masyarakat khususnya di kalangan

pelajaran agar mampu mengenal lebih dalam tentang kekayaan alam bawah

laut yaitu terumbu karang.

2. Praktis:

a. Menjadi sebuah wadah untuk eksplorasi karya yang mampu memberikan

wawasan kepada anak usia dini (5-10 tahun) agar tetap menjaga keindahan

bawah laut supaya tidak semakin rusak.

b. Mampu menjadi rujukan bagi anak usia 5-10 tahun untuk lebih mengenal 4

jenis terumbu karang dari 1 dari 16 jenis yang berada di Kepulauan

(13)
(14)

8

BAB II

LANDASAN TEORI

Dalam pembuatan Tugas Akhir ini banyak menerapkan beberapa teori dan

referensi yang ada kaitannya dengan proses pembuatan video feature terumbu karang, agar mempermudah proses produksi video tersebut.

2.1Video

Video menjadi kata populer di saat ini, hingga kalangan masyarakat awampun

sangat familiar dengan kata “video”, namun belum tentu masyarakat mengerti

benar apa definisi dari video itu sendiri. Menurut Hafiz, dkk (2009) dalam bukunya

yang berjudul Videobase, kata video secara harfiah berasal dari kata videre yang

memiliki arti “aku melihat”. Sedangkan video secara teknis merupakan suatu

teknologi untuk menangkap pergerakan gambar dengan gelombang cahaya dan

suara melalui sensor kamera dan mikrofon yang diubah menjadi sinyal

elektromagnetik, kemudian diteruskan pada proses perekaman gambar bergerak

menjadi suatu data yang dalam satu kesatuan gambar yang dapat dilihat secara

berurutan dan kecepatan yang bervariasi. Gambar-gambar yang tergabung tersebut

biasa dinamakan frame dengan kecepatan pembacaan yang dinamakan frame rate

(fps).

Video terlahir dari perkembangan teknologi media massa, yaitu televisi.

Sehingga dasar dari video saat ini tidak terlepas dari media massa dan turut berperan

dalam perubahan perilaku dan cara berpikir masyarakat (Hafiz, dkk, 2009: 12).

(15)

ringan. Kemudian dikemas secara mendalam dan luas yang bertujuan memberi

penjelasan akan latar belakang suatu peristiwa, menghibur, serta mendidik yang

diberi sedikit sentuhan human interest agar terkesan dramatis. Features membahas pada satu pokok bahasan atau tema yang diungkap melalui berbagai pandangan

yang saling melengkapi, mengurai, dan menyoroti secara kritis dengan berbagai

kreasi. Kreasi tersebut dapat berupa narasi, wawancara, vox pop (kumpulan opini dari satu hal tertentu), musik, sisipan puisi, atau bahkan sandiwara pendek yang

juga merupakan gabungan antara unsur opini, dokumenter, dan ekspresi

(Fachruddin, 2012: 225).

Unsur opini merupakan uraian pendapat seorang tokoh, vox pop (kumpulan opini dari satu hal tertentu), dan wawancara yang memperkaya pandangan dan

pokok bahasan yang disajikan. Kejadian maupun fakta-fakta yang ada adalah

bentuk unsur dokumenter yang memberi bukti dan memperkuat argumen mengenai

pokok bahasannya. Ungkapan ekpresi digunakan untuk menciptakan suasana rileks

dan fun dari pokok bahasannya disalurkan melalui musik, puisi, dan nyanyian dalam konteks informasi yang tidak aktual (Fachruddin, 2012: 225).

Struktur features tidak terikat dengan bentuk piramida terbalik, yang berarti pokok pikiran dapat disajikan di tengah maupun di akhir, karena kesimpulan cerita

bisa jadi tercapai sebelum cerita berakhir. Features memiliki pengaruh dalam bagi

audience, karena dapat dilihat secara fisik dengan gambar dan amosfer yang terekam dalam kamera yang memberikan gambaran sesungguhnya (Andi

Fachruddin, 2012: 225).

(16)

Menurut Andi Fachruddin (2012: 226), features terkadang syarat dengan kadar keilmuan, dengan pengolahan secara populer, sehingga nyaman disimak dan

menghibur. Dengan cerita features seperti deskripsi di atas, sehingga features

memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Kreativitas

Features memungkinkan untuk menciptakan sebuah cerita dan dicitrakan sebagai cermin karya kreatif individual dari seorang jurnalis, namun

terikat etika bahwa harus akurat dan non fiktif.

b. Informatif

Features sebagai pembawa pesan moral yang dingin disampaikan kepada

audience dan dapat mengelitik hati manusia untuk menciptakan perubahan yang konstruktif.

c. Menghibur

Features biasanya eksklusif, tujuan utamanya adalah meghibur dan memberikan hal-hal baru yang segar.

d. Awet (timeless)

Features dapat ditayangkan kapan saja, bahkan berkali-kalipun masih tetap menarik minat audience.

e. Subjektivitas

Features memungkinkan jurnalis untuk memasukkan emosi dan pikiranya dalam cerita features.

(17)

didapat dari berbagai hal seperti, kelanjutan berita aktual, hari-hari tertentu,

profil tokoh yang banyak diperbincangkan, kejadian tertentu, dan banyak hal

lain, karena bukan merupakan fiksi namun fakta yang yang ditulis dalam gaya

seperti fiksi. Ide juga dapat digali dari jenis-jenis features berikut: a. Features Kepribadian (Profil)

b. Features Sejarah c. Features Petualangan d. Features Musiman

e. Features Interpretatif

f. Features Kiat (Petunjuk Praktis) g. Features Ilmiah (Science) h. Features Perjalanan i. Features Kuliner j. Features Minat Insani

3. Features Interpretatif

Features interpretatif merupakan jenis features yang memberikan deskripsi dan penjelasan lebih detail terhadap topik yang telah diberitakan. Topik yang

diangkat dapat berupa organisasi, aktivitas, tren atau gagasan tertentu yang

menjadi buah bibir di masyarakat.

Dalam buku Developing Story Ideas (Michael Rabiger, 2000: 157) dijelaskan bahwa dalam menyusun ide cerita meliputi 2 metode, yaitu:

(18)

a. Digression merupakan situasi, karakter, serta masalah dapat dikembangkan diluar cerita utama.

b. Tension merupakan cerita yang ada di dalamnya selalu berhubungan dengan cerita utama.

c. Narative Compresions merupakan isinya diceritakan bersamaan secara naratif.

d. Imagination merupakan intrepretasi yang ada disesuaikan dengan pengetahuan dari penontonnya.

e. Active Partisipation merupakan bercerita selayaknya ikut serta di dalamnya, sehingga tidak hanya sekedar memberi informasi.

f. Multiple Point of View merupakan plot cerita di dalamnya menyesuaikan dari keberagaman sudut pandang yang ada.

Setelah metode bercerita feature secara pararel, kemudian features

dikembangkang pada cerita yang akan diulas setelah proses produksi selesai.

Pengembangan cerita pada ulasan penulisan:

a. Jangan memperbaiki konsep awal yang ada karena konsep awal digunakan

sebagai acuan.

b. Fokus pada masalah yang ada hingga benar-benar tepat.

c. Permasalahan baru akan muncul dari masalah utama.

d. Menyusun cerita yang disesuaikan dengan masalah yang ada.

e. Mengoreksi keterkaitan detil masalah utama yang diulas.

f. Kembali pada konsep awal supaya tidak banyak merusak ide cerita utama.

(19)

video features merupakan hal penting sebagai acuan pembuatannya agar dapat melanjutkan dalam langkah pembuatan selanjutnya. Langkah-langkah

pembuatan feature dijelaskan pada gambar 2.1 berikut.

Gambar 2.1 Langkah-langkah Membuat Features

(Sumber: Olahan Penulis)

2.3Pulau Karimunjawa

Sejarah Kepulauan Karimunjawa yang terletak di sebelah utara pulau Jawa,

yaitu terletak di Kabupaten Jepara yang terdiri dari 14 kecamatan, salah satunya

kecamatan Karimunjawa, salah satu wilayah kecamatan yang terdiri dari 3 desa

mempunyai total jumlah pulau sebanyak 27, pulau-pulau ini sebagian ada yang

tidak berpenghuni. Pulau yang paling besar diantara pulau-pulau lain ini dihuni oleh

beberapa suku di Indonesia, seperti suku Jawa, suku Madura, dan suku Bugis.

(20)

pendatang yang bekerja sebagai nelayan. Jumlah penduduk di kecamatan

Karimunjawa sekitar 8.000 jiwa, Karimunjawa merupakan kawasan alam yang

dilindungi karena memiliki sumber daya alam yang sangat khas dan unik baik

dalam bentuk flora maupaun fauna, fauna ekosistem merupakan kondisi alam yang

menjadikan Karimunjawa sebagai cagar laut yang sangat potensial.

Dengan luas daratan ±1.500 hektare dan perairan ±110.000 hektare,

Karimunjawa kini dikembangkan menjadi pesona wisata Taman Laut yang mulai

banyak digemari wisatawan lokal maupun mancanegara. Karimunjawa sangat

menarik sebagai liburan para wisatawan yang ingin berlibur dipesisir pantai yang

indah. Sejak tanggal 15 Maret 2001, Karimunjawa ditetapkan oleh pemerintah

Jepara sebagai Taman Nasional. Sejak itulah Karimunjawa kerap dikunjungi para

wisatawan dari berbagai belahan dunia. ini menjadi sebuah peluang bisnis wisata

bagi masyarakat karimunjawa khususnya dan bagi masyarakat Jepara pada

umumnya. Pada saat ini bukan hanya masyarakat Jepara saja yang memanfaatkan

peluang bisnis tersebut namun sampai dari berbagai wilayah luar Jepara ataupun

luar Jawa juga memanfaatkan peluang bisnis wisata pulau Karimunjawa. Hal ini membuktikan betapa eksotisnya pulau Karimunjawa dan betapa keindahan pantai

Karimunjawa yang memikat para wisatawan lokal maupun mancanegara.

Karimunjawa adalah rumah bagi terumbu karang, hutan bakau, hutan pantai, serta

hampir 400 spesies fauna laut, di antaranya 242 jenis ikan hias. Beberapa fauna

langka yang hidup di Karimunjawa adalah elang laut dada putih, penyu sisik, dan

penyu hijau dan masih banyak lainnya.

Tumbuhan yang menjadi ciri khas Taman Nasional Karimunjawa yaitu

(21)

menjadi buah tangan bagi wisatawan yang berkunjung ke pulau Karimunjawa

terdapat di Pulau Gleyang Karimunjawa.

2.4 Geografis Karimunjawa

Dilihat dari letak geografis Karimunjawa terletak di Laut Utara, utara Jepara,

Jawa Tengah. Kepulauan ini terdiri dari 27 pulau, pulau–pulau yang berpenghuni

berjumlah 5 pulau sedangkan pulau yang lainnya belum berpenghuni, pulau yang

sudah berpenghuni adalah:

Sedangkan yang belum berpenghuni adalah:

(22)

11.Krakal Kecil (2,8 ha)

12.Sintok

13.Mrican

14.Tengah

15.Pinggir

16.Cilik

17.Gundul

18.Seruni

19.Tambangan

20.Cendekian

21.Kumbang (8,8 ha)

22.Mencawakan (atau Menyawakan).

(23)

Gambar 2.3 Peta Lokasi sunan nyamplungan (Sumber : olahan penulis)

2.5 Terumbu Karang

Istilah terumbu karang sendiri sangat jauh berbeda dengan karang terumbu,

karena yang satu mengindikasikan suatu ekosistem dan kata lainnya merujuk pada

suatu komunitas bentik atau yang hidup di dasar substrat. Terumbu karang yang

memiliki arti suatu kumpulan hewan bersel satu yang membentuk koloni dan

mempunyai rumah dari yang terbuat dari bahan kapur. Organisme utama

kebanyakan terdiri dari koral dan algae. Terumbu karang terdiri dari tiga tipe, yaitu

karang tepi atau sejajar pantai, pembatas atau membentuk laguna dan melingkar

seperti cincin.

Terumbu karang (coral reef) merupakan kumpulan masyarakat (binatang) karang (reef coral), yang hidup di dasar perairan, yang berupa batuan kapur (CaCO3), dan mempunyai kemampuan yang cukup kuat utuk menahan gaya

(24)

2.5.1 Jenis Terumbu Karang

Berdasarkan jenisnya, terumbu karang mempunyai dua jenis yang berbeda, yaitu:

1. Terumbu karang keras ( brain coral dan elkhorn coral) merupakan karang batu kapur yang keras yang membentuk terumbu karang. Walaupun terlihat sangat

kokoh karang, karang sebenarnya sangat rapuh, mudah hancur dan sangat

rentan trhadap perubahan lingkungan.

2. Terumbu karang lunak ( sea fingers dan sea whips) tidak membentuk karang, terdapat beberapa tipe terumbu karang yaitu terumbu karang yang tumbuh di

sepanjang pantai di continental shelf yang biasa disebut sebagai fringing reef, terumbu karang yang tumbuh sejajar pantai tapi agak lebih jauh keluar.

2.5.2 Bentuk Terumbu Karang

Menurut Sjamsoeddin, S.B.S. 1997 dalam konservasinya ekosistem terumbu

karang, terumbu umumnya dikelompokkan ke dalam empat bentuk, yaitu:

1. Terumbu karang tepi (fringing reefs)

Perkembangan terumbu karang tepi bisa mencapai kedalaman sampai 40

meter, terumbu karang tepi atau karang penerus berkembang di mayoritas

(25)

Gambar 2.4 Terumbu karang tepi (fringing reef) (Sumber: olahan penulis)

2. Terumbu karang penghalang (barrier reef)

Terumbu karang ini terletak pada jarak yang relatife jauh dari pulau, mempunyai jarak sekitar 0.52 km2 ke arah laut lepas dengan dibatasi oleh

perairan dengaan kedalaman hingga 75 meter. Terumbu karang ini

terkadang membentuk lagoon (kolom air) atau celah perairan.

(26)

3. Terumbu karang cincin (atolls)

Terumbu karang yang berbentuk cincin yang mengelilingi batas dari pulau

vulkanik yang tenggelam sehingga tidak terdapat perbatasan dengan

daratan.

Erumbu

Gambar 2.6 Terumbu karang cincin (atolls) (Sumber: Karimunjawa.com)

4. Terumbu karang datar/gosong terumbu (patch reef)

Terumbu ini tumbuh dari bawah ke atas sampai ke permukaan dan dalam

kurun waktu geologis membantu pembentukan pulau datar.

(27)

Menurut Robert J. Hagvighurst, 1961, pada masa ini anak memasuki masa

belajar di dalam dan diluar sekolah. Anak belajar di sekolah, tetapi membuat latihan

di rumah yang mendukung hasil belajar di sekolah. Banyak aspek yang berlaku

dibentuk melalui penguatan verbal, keteladanan, dan identifikasi. Anak-anak pada

masa ini juga mempunyai tugas-tugas perkembangan, yakni:

1. Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan; bermain

sepak bola, loncat tali, berenang.

2. Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk

biologis

3. Belajar bergaul dengan teman-teman sebaya

4. Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya

5. Belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis, berhitung

6. Belajar mengembangkan konsep sehari-hari

7. Membentuk hati nurani, nilai moral, dan nilai social

8. Memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi

9. Membentuk sikap terhadap kelompok social dan lembaga-lemabaga

Menurut teori Piaget, pemikiran anak masa sekolah dasar disebut juga

pemikiran operasional kongkrit (concrete operational thought), artinya aktivitas

mental yang difokuskan pada objek-objek peristiwa nyata atau kongkrit.

Dalam upaya memahami alam sekitarnya mereka tidak lagi terlalu mengandalkan

informasi yang bersumber dari panca indera, karena anak mulai mempunyai

kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh mata dengan kenyataan

(28)

Menurut Teori Kolhberg dalam menganalisis perkembangan anak usia 6-12

tahun juga membaginya menjadi dua tahapan:

1. Tahapan pertama: usia 6-10 tahun.

Dalam usia ini, ia menilai anak sudah bisa menilai hukuman atau akibat yang

diterimanya berdasarkan tingkat hukuman dari kesalahan yang dilakukannnya.

Sehingga ia sudah bisa mengetahui bahwa berperilaku baik akan mampu

membuatnya jauh atau tak mendapatkan hukuman.

2. Tahapan kedua: usia 10-12 tahun.

Dalam usia ini, menurut Kolhberg, ia sudah bisa berpikir bijaksana. Hal ini

ditandai dengan ia berperilaku sesuai dengan aturan moral agar disukai oleh

orang dewasa, bukan karena takut dihukum. Sehingga berbuat kebaikan bagi

anak usia seperti ini lebih dinilai dari tujuannya. Ia pun menjadi anak yang tahu

akan aturan.

Masa usia 10 tahun anak dianggap mempunyai masa intelektual atau masa

keserasian dan mempunyai ciri- ciri :

a. Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi.

b. Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan permainan tradisional.

c. Adanya kecenderungan memuji diri sendiri.

d. Membandingkan dirinya dengan anak yang lain.

e. Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu persoalan, maka persoalan itu

(29)

Karimunjawa kaya akan tempat-tempat indah, menarik, dan mempesona.

Karimunjawa merupakan perwakilan lima tipe ekosistem yaitu ekosistem terumbu

karang, padang lamun dan rumput laut, hutan mangrove, hutan pantai, serta hutan

hujan tropis dataran rendah. Namun belum seluruhnya terekspose dengan baik.

Berdasarkan hasil eksplorasi flora yang dilakukan oleh LIPI tahun 2003

(Djarwaningsih dll., 2003) ditemukan 124 spesies dan 5 genus flora dikawasan

hutan hujan tropis dataran rendah Karimunjawa.

Ekosistem terumbu karang terdiri dari 3 tipe terumbu, yaitu terumbu karang

pantai (fringing reef), penghalang (barrier reef) dan beberapa taka (patch reef). Ekosistem terumbu karang di Kepulauan Karimunjawa terdiri atas 64 genera karang

yang termasuk dalam 14 famili ordo scleractinian dan 3 ordo non scerectinian

(Nababan dll, 2010). Sedangkan jenis yang mendominasi ekosistem ini adalah

genera Acropora dan Porites. Lebih lanjut dinyatakan bahwa sampai dengan tahun 2009, persentase penutup terumbu karang berkisar antara 7-69% dengan rata-rata

penutupan adalah 54,550%. Persentase penutupan terumbu karang di kawasan

Taman Nasional Karimunjawa menunjukkan menunjukkan kenaikkan persentase

penutupan yang menggembirakan dari tahun 2004 yang berada pada kisaran 40%.

Karakteristik ikan karang di Karimunjawa cukup unik. Keanekaragaman ikan

karang yang ditemukan di Karimunjawa merupakan kondisi peralihan antara

jenis-jenis ikan karang yang sering ditemukan di perairan Kepulauan Seribu dan di

perairan Bali (marnane dll, 2003). Sampai dengan tahun 2006, secara total jumlah

spesies ikan karang yang ditemukan selama survey di seluruh di seluruh perairan

(30)

Keanekaragaman ini tergolong relatife tinggi dibandingkan daerah lain di perairan

Pulau Jawa. Secara keseleruhan keseragaman spesies ikan karang bervariasi dari

rendah di Tanjung Gelam hingga baik di sisi timur Pulau Sintok.

Lebih lanjut dinyatakan bahwa ditemukan 5 spesies kima di dalam kawasan

Taman Nasional Karimunjawa yaitu terumbu derasa, terumbu crocea, terumbu

maxima, terumbu squamosa, dan hipopus dengan kelimpahan terbanyak ditemukan

dipulau kembar dan kelimpahan terendah di pulau Cemara Besar. Spesies yang

sedikit dijumpai adalah hipopus. Saat ini dideteksi terjadi penurunan signifikan

populasi kima yang ada dalam kawasan Taman Nasional Karimunjawa.

1.8Pendidikan

Di dalam UU Nomer 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional,

tercantum pengertian pendidikan: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.

Berdasarkan Pasal 31 Ayat (10) UUD 1945 menyatakan, "Setiap warga negara

berhak mendapat pendidikan". Makna yang terkandung dalam bunyi pasal itu tidak

mengecualikan siapa pun, termasuk mereka yang miskin.

Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh

setiap negara di dunia. Sudah menjadi suatu rahasia umum bahwa maju atau

tidaknya suatu negara di pengaruhi oleh beberapa faktor pendidikan yang mengarah

(31)

2. Perubahan yang berkesinambungan (kontinyu)

3. Perubahan yang fungsional

4. Perubahan yang bersifat positif

5. Perubahan yang bersifat aktif

6. Perubahan yang bersifat permanen

7. Perubahan yang bertujuan dan terarah

8. Perubahan perilaku secara keseleruhan

Fungsi pendidikan adalah menghilangkan segala sumber penderitaan rakyat dari

kebodohan dan ketertinggalan. Sedangkan menurut UUSPN No.20 tahun 2003

menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan

dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan ini harus terus berjalan untuk

menjaga keberlangsungan hidup manusia, karena tanpa pendidikan tidak akan ada

perpindahan ilmu pengetahuan serta nila-nilai dan norma sosial dari generasi tua ke

generasi muda.

Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

beserta peraturanperaturan pemerintah yang berkaitan dengan undang-undang

tersebut. Dalam UU Sisdiknas tersebut dinyatakan bahwa,

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

(32)

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara

yang demokratis serta bertanggung jawab.

2.8 Special Effect Split Screen

Split Screen merupakan teknik special effect pembagian layar menjadi dua atau lebih potongan gambar yang dimunculkan bertahap atau dua gambar berbeda

yang dimunculkan bersamaan dalam satu layar (Dancyger, 2006: 104).

Gambar 2.8 Special Effect Split Screen (Sumber: www.youtube.com)

2.9 Animasi 3 Dimensi

Menurut Vaughan dan Budi Sutedjo Dharmo Oetomo pakar ilmu animasi,

yaitu suatu usaha untuk membuat presentasi statis menjadi hidup. Hal ini dilakukan

dengan perubahan visual sepanjang waktu yang memberikan kekuatan besar pada

(33)

Gambar 2.9 Animasi 3 Dimensi

(Sumber www.google.com)

2.10 Teknik Pengambilan Gambar

Menurut Laminantang (2013: 87) dalam pembuatan karya video terdapat

beberapa sudut pandang yang mempengaruhi kontinuitas dan komposisi, karena

sudut pengambilan gambar yang benar mampu menyampaikan pesan yang ingin

disampaikan dari video tersebut. Sebagai pendukung penempatan posisi kamera,

dalam produksi juga harus memperhatikan beberapa teknik dalam pengambilan

gambar, seperti:

1. Shot Size (Ukuran Gambar)

Dalam setiap pengambilan gambar perlu memperhatikan shot size. Agar gambar terasa lebih dinamis dan menarik untuk dilihat masyarakat, sehingga

memerlukan variasi shot size dari berbagai angle. Berikut ukuran shot size, antara lain:

a. Long Shot (LS)

Panjang, jauh, luas, namun lebih kecil dari ELS yang bertujuan

(34)

Gambar 2.10 Long Shot

(Sumber: Olahan Penulis)

b. Medium Shot (MS)

Pengambilan gambar setengah badan atau ukuran objek dengan latar belakang

yang dapat dinikmati agar menunjukkan profil obyek yang direkam.

Gambar 2.11 Medium Shot

(Sumber: Olahan Penulis)

c. Close Up (CU)

Penggambaran obyek menjadi frame yang lebih padat dan dekat dalam satu

(35)

Gambar 2.12 Close Up

(Sumber: Olahan Penulis)

d. Big Close Up (BCU)

Gambar yang memperlihatkan bagian-bagian tertentu dari obyek menjadi lebih

padat dan dekat lagi daripada Close Up.

Gambar 2.13 Big Close Up

(Sumber: Olahan Penulis)

2.11 Sudut Pandang Objek

Dalam proses pengambilan gambar ada beberapa sudut atau angle yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan gambar yang bagus, seperti:

1. High angle

Penempatan kamera lebih tinggi daripada subyek untuk mendapatkan kesan

(36)

2. Mid Angle

Kamera ditempatkan sejajar dengan mata subyek untuk menunjukkan

kedudukan penonton dan subyek dalam posisi sejajar.

3. Low Angle

Penempatan kamera lebih rendah daripada buyek untuk menunjukkan wibawa

serta kedudukan obyek yang lebih tinggi dan besar.

2.12 Komposisi Gambar

Dalam Buku Lengkap Tuntunan Menjadi Kameraman Profesional (2010) dijelaskan bahwa komposisi gambar adalah susunan obyek visual secara

keseluruhan pada bidang gambar, agar gambar dapat berbicara dengan sendirinya

melalui gambar yang diambil. Ada beberapa cara yang perlu diperhatikan untuk

menghasilkan komposisi yang baik, diantaranya Walking Space dan Looking Space,

Head Room, In dan Out of, potongan gambar, Rule of Thirds, Aturan Sepertiga.

Walking Space dan Looking Space adalah saat pengambilan benda atau orang yang sedang berjalan, maka perlu memperhatikan ruang dimana objek tersebut

menghadap. Head Room adalah komposisi di atas kepala dari objek, hal ini perlu diperhatikan agar gambar enak dilihat. In dan Out of adalah komposisi yang menunjukkan jika objek tersebut bergerak mendekat atau menjauh. Potogan gambar

juga harus diperhatikan sehingga tidak memotong gambar pada persendian, agar

gambar tidak seakan dipenggal. Rule of Thirds merupakan acuan dalam membuat komposisi, komposisinya dibagi menjadi 3 bagian. Sepertiga bagian adalah teknik

dalam penempatan objek menjadi fokus, berada diantara salah satu dari 3 bagian

(37)

sudut pengambilan gambar yang ditentukan juga oleh motivasi pengambilan

gambar. Jika ingin mendapatkan moment dan gambar yang terbaik, maka diambil

dari berbagai sudut pandang dan terdapat makna tersendiri untuk memperkuat

gambar yang diambil.

2.13Teknik Pergerakan Kamera

Dalam pengambilan gambar, Al Firdaus (2010) mengungkapkan bahwa

pergerakan dari kamera juga dianggap penting sebagi penunjang pengambilan

gambarnya. Beberapa pergerakan kamera yang banyak dikenal antara lain:

1. Panning

Merupakan pergerakan kamera secara horizontal ke arah samping kiri ataupun

kanan objek. Pergerakan secara horizontal ke arah kanan biasa disebut pan right, sedangkan pergerakan secara horizontal ke arah kiri biasa disebut dengan

panleft seperti yang ditunjukkan oleh ilustrasi pergerakan kamera pada gambar 2.17.

Gambar 2.14 Ilustrasi Panning

(38)

2. Tilting

Merupakan pergerakan kamera secara vertikal ke arah atas ataupun arah

bawah dari objek yang dituju. Pergerakan secara vertikal ke atas biasa

disebut dengan tilt up yang dapat memicu emosi, perasaan, dan perhatian akan rasa ingin tahu tentang apa yang akan terjadi selanjutnya, namun

terkadang juga untukkan mengagungkan objeknya, sedangkan pergerakan

vertikal ke bawah disebut dengan tilt down yang umumnya memicu kesedihan dan kekecewaan.

Gambar 2.15 Ilustrasi Tilting

(Sumber: upload.wikimedia.org)

3. Zooming

Merupakan pengambilan gambar dengan memperbesar atau memperkecil

ukuran gambar dengan mengubah dari sudut pandang sempit ke sudut pandang

lebar yang biasa disebut dengan zoom out untuk menunjukkan apa yang berada di sekitar objek yang dituju, ataupun dari sudut pandang lebar ke sudut pandang

(39)

Gambar 2.16 Ilustrasi Zoom in dan Zoom Out

(Sumber: static.videomaker.com)

4. Tracking

Merupakan pengmbilan gambar dengan pergerakan maju dan mundur yang

diikuti oleh seluruh badan kamera yang mengikuti gerak dari objeknya seperti

pada gambar 2.19 berikut.

Gambar 2.17 Ilustrasi Tracking

(Sumber: static.videomaker.com)

5. Timelapse

Merupakan teknik fotografi dengan menggabungkan beberapa foto tanpa

memindahkan posisi kamera dan angle di lain posisi yang memiliki selang waktu dalam hitungan detik yang difokuskan pada point of interest obyeknya.

(40)

34 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN DAN PERANCANGAN KARYA

Dalam bab ini menjelaskan metode pengambilan dan pengolahan data yang

digunakan sebagai acuan dalam proses pembuatan perancangan karya Tugas Akhir

ini, berikut uraian penelitian dari metode yang digunakan dalam perancangan karya

pembuatan video features tentang terumbu karang di Pulau Karimunjawa.

3.1Metodologi

Dalam pembuatan Tugas Akhir ini digunakan metode penelitian kualitatif

yaitu sebagai metode yang mengutamakan hubungan secara langsung antara

peneliti dengan hal yang diteliti (Basrowi dan Suwandi, 2008: 20). Metode

kualitatif dipilih karena hasil penelitian dapat menghasilkan data yang bersifat

deskriptif, seperti hasil wawancara, catatan lapangan, gambar, rekaman video, dan

lain-lain secara mendalam, agar penelitian ini mampu mempunyai nilai bobot

(41)

3.2Teknik Pengumpulan Data

Didasarkan dari kebutuhan peneliti dalam pembuatan Video Features ilmu pengetahuan tentang terumbu karang, maka dikumpulkanlah data-data yang

diperlukan dan diperoleh menggunakan beberapa teknik pengambilan data dalam

Tugas Akhir ini, seperti:

1. Studi Literatur

Studi literatur digunakan sebagai pengumpulan data dengan mencari referensi

atau teori yang diperlukan dari berbagai sumber wacana yang berkaitan dengan

penyusunan laporan.

Berikut buku yang dijadikan referensi dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini,

antara lain:

a. Menurut (Hafis, dkk, 2009: 12) video feature sebagai media penyampaian pesan karena saat ini video tidak hanya sebagai media penyaluran

kreatifitas dan seni saja, tetapi sebagai salah satu teknologi media yang

turut membangun budaya baru dan berperan serta dalam perubahan

perilaku dan cara berfikir.

b. Jelajah Wisata Nusantara (2010) oleh Tri Maya Yulianingsih, dijelaskan

bahwa video yang berisi beberapa kekayaan wisata tak ternilai yang harus

dimanfaatkan dan dipelihara oleh generasi bangsa.

c. Teori-teori Dasar Pendidikan (2011) oleh Ratna Yudhawati,S.Pd, M.Psi

dan Danny Haryanto, S.S. yang berisi teori- teori pendidikan nasional akan

(42)

menerapkan nilai-nilai psikologi pendidikan seara konsisten penuh

komitmen tinggi.

Tabel 3.1 Keyword Literatur

No Keyword Literatur

1. Kreative

2. Menghibur

3. Informatif

Sumber : Olahan Peneliti

2. Observasi

Metode observasi digunakan untuk mengenal lebih dalam tentang Pulau

Karimunjawa dengan mengadakan pengamatan aktif terhadap pariwisata alam,

penduduk, dan keindahan terumbu karang yang ada di Pulau Karimunjawa

serta pengamatan pasif kemudian mengadakan pencatatan mengenai lokasi,

(43)

Berikut beberapa hasil observasi langsung di lapangan:

Gambar 3.1 Pantai Karimunjawa (Sumber: Dokumentasi Penulis 2015)

Pantai Karimunjawa (Gambar 3.1) termasuk daerah yang mempunyai

potensi alam yang menarik dan masih belum banyak dieksplorasi, alam pantai

Karimunjawa banyak menyimpan keindahan bawah laut termasuk terumbu

karang dan biota laut lainnya yaitu ikan hias, selain itu juga keramahan

penduduk yang mayoritas sebagai nelayan mampu membawa daya tarik

tersendiri dalam melayani wisatawan yang ingin menikmati keindahan alam

(44)

Gambar 3.2 Terumbu Karang Pectinia lactuca (Sumber: Dokumentasi Penulis 2015)

Terumbu Karang seperti yang tertera pada gambar 3.2 banyak dijumpai hidup pada kedalaman 3-15 meter, mempunyai ciri membentuk dinding–dinding dengan tinggi

(45)

Gambar 3.3Terumbu karangLobophyllia hemprichii (Sumber: Dokumentasi Penulis 2015)

Terumbu karang seperti yang tertera pada gambar 3.3 banyak dijumpai

hidup pada kedalaman 3-15 meter, mempunyai ciri – ciri koloni menyerupai

helm dan bisa lebih dari 5 meter, koralit paseloid sampai flabellomeanroid.

Septa menempel pada dinding dan kolumella dan memiliki gigi yang tajam.

Polip tebal dan seperti daging. Warna terumbu karang ini umumnya berwarna

kuning dan bintik putih. Sepintas karang ini mirip dengan terumbu karang L.

dentatus, terumbu karang L. corymbosa dan terumbu karang L. robusta.

Tersebar dari perairan Indonesia, Jepang, Madagaskar, Philipina, Papua New

Guinea, Tanzania dan Australia. Habitat Karang ini umumnya banyak hidup di

(46)

Gambar 3.4 Terumbu karang Acropora cervicornis (Sumber: Dokumentasi Penulis 2015)

Terumbu karang seperti yang tertera pada gambar 3.4 banyak dijumpai

hidup pada kedalaman 3-15 meter, mempunyai ciri dapat terhampar sampai

beberapa meter, koloni arborescens, terdiri dari susunan yang silindris. Koralit

berbentuk pipa. Aksial koralit dapat dibedakan. Warna pada terumbu karang

ini yaitu coklat muda. Terumbu karang ini mempunyai kemiripan dengan

terumbu karang prolifera, dan terumbu karang formosa. Karang ini banyak

terdapat diperairan Indonesia, Jamaika, dan Kep. Cayman. Habitatnya banyak

terdapat di lereng karang bagian tengah dan atas, juga perairan lagun yang

(47)

Gambar 3.5 Terumbu karang Acropora micropthalma (Sumber: Dokumentasi Penulis 2015)

Karang seperti yang tertera pada gambar 3.5 banyak dijumpai hidup pada

kedalaman 3-15 meter. Mempunyai ciri-ciri koloni bisa mencapai 2 meter

luasnya dan hanya terdiri dari satu spesies. Radial koralit kecil, berjumlah

banyak dan ukurannya sama. Warna dari terumbu karang ini abu-abu muda,

kadang coklat muda atau krem. Dan mempunyai kemiripan dengan terumbu

karang copiosa, terumbu karang Parilis, karang Horrida, karang Vaughani, dan

terumbu karang exquisita. Terumbu karang ini banyak terdapat di perairan

Indonesia, Solomon, Australia, Papua New Guinea. Habitat Reef slope bagian

(48)

Dari observasi ini dapat ditarik kesimpulan bahwa di Pulau Karimunjawa

memiliki kekayaan alam yang indah dan beragam, diantaranya Terumbu

karang yang masih banyak belum dikenal oleh Masyarakat secara luas

khususnya anak-anak.

Tabel 3.2 keyword observasi

No Keyword Observasi

1. Menarik

2. Keindahan

3. Unik

Sumber : Olahan Peneliti

3. Studi Eksisting

Studi eksisting merupakan acuan yang mempengaruhi secara dominan dalam

pembuatan sebuah karya. Beberapa karya yang menjadi referensi dalam

pembuatan Tugas Akhir ini adalah:

a. Nat Geo Wild

Konsep cerita, shot pengambilan gambar yang bagus dengan moment yang menyentuh di dalamnya akan menjadi acuan dalam pembuatan konsep dan

shot pengambilan gambarnya.

(49)

b. Program acara Dunia air TRANS 7

Konsep penceritaan program acara anak yang bersifat edukatif. Yang

menampilkan bebagai liputan mengenai kehidupan beragam makhluk air

beserta habitatnya. Dengan dolphino, seekor lumba-lumba yang sangat

pintar dan lucu sebagai maskotnya. Dunia air Trans 7 memberikan

pengetahuan dan wawasan yang lebih luas mengenai dunia flora dan fauna

air kepada anak-anak anda. Dalam shot pengambilan gambarnya yang

bagus akan menjadi acuan dalam pembuatan konsep dan shot pengambilan

gambarnya.

Gambar 3.8 Dunia air Trans 7 (Sumber: www.youtube.com)

c. Jogja Day Lapse

Video yang menggunakan teknik timelapse dalam pengemasannya dengan memperlihatkan panorama kota Jogjakarta dan Candi Borobudur ini

nantinya akan menjadi salah satu teknik dalam karya Tugas Akhir ini

sebagai variasi visual yang menampilkan satu peristiwa panjang dalam

waktu yang lebih pendek.

(50)

d. Features“Sumatra- Indonesia's Best Nature and Wildlife”

Konsep features yang menceritakan Sumatra dengan teknik split screen

akan menjadi acuan dalam variasi visual dalam karya Tugas Akhir ini

seperti pada contoh gambar 3.10 berikut.

Gambar 3.10 Sumatra- Indonesia's Best Nature and Wildlife (Sumber: www.youtube.com)

4. Wawancara

Metode ini dilakukan untuk mendapatkan informasi yang mendalam,

wawancara dilakukan pada dua orang narasumber yaitu Bapak Tri yang

berprofesi sebagai pemandu wisata lokal dan Bapak Sumantri yang berprofesi

sebagai nelayan sekaligus pemandu wisata yang mengetahui secara detail

tentang kepulauan Karimunjawa dan terumbu karang yang terdapat di Pulau

tersebut, adapun hasil yang didapat dari hasil wawancara diantaranya:

a. Bapak Tri (pemandu wisata lokal)

Wawancara dilakukan kepada Bapak Tri selaku pemandu wisata lokal di

Pulau Karimunjawa yang mengerti seluk beluk tentang Karimunjawa dan

sejarah Karimunjawa.

Wawancara dilakukan pada 15 Desember 2015 pukul 10.00 di kediaman

beliau. Bapak Tri mengungkapkan secara detail sejarah dari masyarakat

(51)

Penduduk Karimunjawa merupakan penduduk pendatang yang berasal dari berbagai macam suku. Mayoritas penduduk Karimunjawa berprofesi sebagai nelayan dan sebagai pemandu wisata local. Karimunjawa merupakan satu-satunya kecamatan di Jawa Tengah yang dipisahkan lautan dengan daratan Jawa yang berjarak 45 mil laut dari ibukota Kabupaten dan 60 mil laut dari ibukota provinsi. Di Kawasan Kepulauan Karimunjawa ini memiliki beberapa tempat yang memiliki keindahan alam, dan menyimpan keindahan terumbu karang dan beberapa jenis ikan

yang unik dan bervariasi”.

Hasil dari wawancara disini menjelaskan bahwa Pulau Karimunjawa

memiliki beberapa potensi wisata diantaranya alam darat dan alam

perairan. Pulau Karimunjawa memiliki prinsip dalam pengembangan

pariwisata alam, maka dalam prinsip pengembangan alam di Pulau

Karimunjawa harus mencakup beberapa hal yaitu konservasi, pendidikan,

penelitian, partisipasi masyarakat, ekonomi dan rekreasi. Sehingga dapat

ditarik kesimpulan bahwa di Kepulauan Karimunjawa memiliki keindahan

alam yang eksotis dan banyak menyimpan keindahan terumbu karang

(52)

Karimunjawa ini sangat beragam, diantaranya keindahan yang dibawah laut

yaitu terumbu karang yang beragam dan mempunyai ciri tersendir dari

setiap bentuk dan warnanya. Bapak Sumantri juga mengungkapkan bahwa

terumbu karang yang berada di lingkungan sekitar Pulau Karimunjawa

dilindungi dan dijadikan obyek wisata yang mendatangkan sumber rejeki

bagi Masyarakat Kepulauan Karimunjawa yang berdampak pada

pemerataan secara ekonomi bagi warga. Selain terumbu karang yang ada di

pulau tersebut yang dilindungi juga ada ekosistem biota laut lainnya seperti

ikan dan beberapa hewan yang ada disekitarnya termasuk burung langka

yang endemis di kepulauan Karimunjawa yang dilindungi .

Beliau juga mengungkapkan bahwa terumbu karang yang berada di

kepulauan Karimun sebenarnya ada banyak jenisnya, kurang lebih ada 16

jenis terumbu karang, hanya saja dari semua jenis tersebut banyak yang

rusak karena banyaknya tangan-tangan jahil yang berusaha merusaknya,

dari ke 16 jenis tersebut hanya 6 jenis terumbu karang yang berhasil

dibudidaya dan tumbuh secara alami.

(53)

3.3Analisa Data

Dari data yang sudah berhasil dikumpulkan dari berbagai dokumentasi dan

narasumber di atas, maka semua data tersebut kemudian dapat ditarik sebuah

kesimpulan yaitu:

Video feature ilmu pengetahuan Tabel 3.3.1

(54)

Terumbu Karang

Tabel 3.3.2

Literatur Internet Wawancara Kesimpulan Keyword

Memiliki

(55)

Pendidikan anak

Tabel 3.3.3

(sumber : olahan penulis 2016)

Literatur Internet Wawancara Kesimpulan Keyword

(56)

3.4STP

Kegunaan dari STP ini adalah untuk membatasi segmentasi, target serta

positioning agar lebih jelas dan tidak terlalu melebar. Tabel 3.3.4 menunjukkan

analisa STP:

Segmentasi

&

Targetting

Geografis Masyarakat

Demografi Usia : 5-10 Tahun

Gender : Laki-laki, perempuan

Jenjang pendidikan : Anak Tk sampai SD

kelas 1-6

psikologi Kelas social : Menengah keatas

Gaya hidup : Dekat dengan teknologi modern

Positioning Menjadi sarana pendukung pembelajaran dan

lebih mengenalkan terhadap anak-anak.

(Sumber: Olahan Penulis)

Segmenting, Targeting, dan Positioning merupakan pemetaan segmentasi pemasaran produk secara modern (Kotler, 1995: 315). Pemetaan ini dilakukan

untuk memfokuskan penentuan komponen strategi suatu produk agar dapat

bersaing dengan produk yang sebelumnya ada di pasar. Pemetaan dalam Tugas

Akhir ini dilakukan untuk menentukan pasar dengan hasil pembuatan produk

(57)

Segmenting merupakan pengelompokan karakteristik konsumen (Kotler,

2003: 97). Berdasar dengan segmentasi geografis yaitu seluruh masyarakat

Indonesia. Dilanjutkan dengan pengerucutan dari segmenting dengan target berdasarkan psikografi yang mengacu pada anak yang tertarik pada budaya dan

pariwisata. Hal ini dipengaruhi oleh latar belakang pembuatannya akan potensi

pengetahuan terumbu karang yang kaya namun masih lekat dengan presepsi negatif

anak terhadap lautan yang menyimpan keindahan terumbu karang.

Positioning merupakan cara mengkomunikasikan sebuah pencitraan dari suatu produk. Pencitraan yang ingin dibangun dalam hal ini adalah tentang

keindahan bawah laut yang menyimpan berbagai jenis terumbu karang yang

dikomunikasikan melalui media video features Ilmu Pengetahuan.

3.5Keyword

Setelah data-data tersebut diperoleh, maka dapatlah ditarik menjadi beberapa

(58)

Gambar 3.12 Keyword (Sumber: Olahan Peneliti 2016)

Kata kunci yang bisa didapat dari dinamis beberapa kesimpulan dan analisa

data di atas sebagai acuan perancangan karya adalah karakter bintang laut animasi

3D yang menarik sebagai narator untuk pengenalan objek terumbu karang bagi

anak-anak, agar bisa dinikmati tentang keindahan terumbu karang secara inovatif.

(59)

3.5.1 Analisa Warna

Yang di maksud dengan kata dinamis pada tugas akhir ini adalah kata dinamis

berasal dari Bahasa Belanda “dynamisch” yang berarti giat bekerja, tidak mau

tinggal diam, selalu bergerak, dan terus tumbuh. Dia akan terus berusaha secara

sungguh-sungguh untuk meningkatkan kualitas dirinya ke arah yang lebih baik.

3.5.2 Analisa Warna

Berdasarkan keyword dinamisyang didapat maka bisa diambil sebagai acuan dalam pewarnaan atau color grading untuk menyamakan warna video yang sesuai dengan keyword dynamic. Pewarnaan akan didominasi oleh warna yang mewakili warna biru karena mengacu pada warna laut, selain itu juga warna merah muda,

putih agar sesuai dengan karakter animasi. Dalam video ini mengutamakan

warna-warna sejuk dengan suasana cerah dan contrast. Warna-warna menurut Bride M. Whelan (1997: 102-104) meliputi warna hijau, biru, dan ungu. Warna-warna

tersebut dijabarkan dalam skema berikut:

(60)

3.5.3 Analisisa Font Dynamic

Dari keyword yang didapat maka warna dari karakter animasi 3D dapat ditarik pada pemilihan font untuk dengan menggunakan font “Dynamic”. Font tersebut mempunyai karakter yang mudah untuk dipahammi bagi anak- anak dan termasuk

pada jenis casual script yang menyerupai goresan tangan melalui media pena, pensil, ataupun kuas yang cenderung miring ke arah kanan untuk menunjukkan

keakraban yang menguatkan dan mendukung tujuan yang ingin dicapai (Lia

Anggraini, 2014: 62).

Gambar 3.13 Skema Warna (Sumber: Buku Color Harmoni)

3.6Perancangan Karya

Agar dapat menghasilkan sebuah karya video features, maka dibutuhkan sebuah perancangan. Perancangan karya ini dimulai dari perumusan ide yang terdiri

(61)

eksisting, dan wawancara kemudian dikembangkan menjadi sinopsis awal,

dilanjutkan pada tahap analisa data untuk menemukan keyword yang digunakan sebagai acuan dalam pembuatan karya. Tahap pra produksi dirancang untuk

menyusun konsep, sinopsis, treatment, naskah, penyusunan tim, penjadwalan,

budgeting, dan penentuan alat untuk proses prosuksi. Dilanjutkan pada proses produksi dan pasca produksi yaitu editing, dubbing, scoring music, dan pameran. Alur perancangan karya penelitian video features ini digambarkan seperti gambar 3.14 berikut.

(62)

3.6.1 Pra Produksi

Dari skema tahapan perancangan karya pembuatan video feature di atas,

penulis melalui serangkaian persiapan sebelum syuting dilakukan. Berlandaskan

tahapan pembuatan video features menurut Andi Fachrudin (2012: 226) penulis melalui beberapa tahapan dalam pembuatan video features ini.

1. Ide

Ide didapat saat penulis berkunjung di pulau Karimunjawa, sangat prihatin saat

melihat banyak terumbu karang yang rusak dan tidak terawat, sehingga penulis

berkeinginan untuk membuat video feature ilmu pengetahuan, agar dapat menyampaikan kepada masyarakat dan anak-anak usia 5-10 tahun.

2. Konsep

Konsep dalam pembuatan video features ilmu pengetahuan ini akan mengedepankan pada pengenalan jenis-jenis terumbu karang yang ada di Pulau

Karimunjawa sebagai media apresiasi kepada anak-anak, dari proses

pembuatan features ilmu pengetahuan ini akan saya kemas dengan menonjolkan teknik animasi sebagai pelengkap untuk memudahkan

mengenalkan tentang terumbu karang kepada anak-anak, dalam video tersebut

mengulas tentang keindahan dan keunikan jenis- jenis terumbu karang yang

ada di Kepulauan Karimunjawa, dan rumput laut hingga beberapa jenis ikan

lainnya. Dalam video ini akan saya aplikasikan dengan animasi, agar mudah

dapat menyampaikan terhadap anak- anak. Di kemasan video ini penulis akan

menampilkan beberapa slide yang akan menjelaskan tentang beberapa jenis

(63)

3. Sinopsis

Pulau Karimunjawa merupakan kepulauan yang masih masuk dalam wilayah

Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Jepara yang banyak menyimpan

keindahan-keindahan alam yang berupa pulau-pulau, salah satu asset wisata alam yang

ingin dikenalkan kepada masyarakat luas yaitu keindahan alam bawah laut

yang salah satunya adalah terumbu karang yang mempunyai banyak jenisnya.

4. Treatment

Dalam proses pembuatan video feature ilmu pengetahuan membutuhkan

beberapa langkah yang tersistem agar karya video nantinya menjadi sempurna

dan bisa dinikmati oleh masyarakat dengan mengedepankan dari teknik

animasinya.Dalam perumusan ide, Andi Fachruddin (2012: 226) menjelaskan

bahwa treatment merupakan hal penting sebelum memulai observasi yang merupakan acuan dalam urutan dalam penulisan naskah.

Penulisan treatment untuk video features dilakukan seperti halnya penulisan naskah yang dituliskah berdasarkan poin-poin yang ingin ditampilkan, namun

dalam penulisannya dianjurkan menggunakan font Sans Serif yang mudah dan cepat untuk dibaca seperti Arial ataupun Century Gothic.

(64)

5. Naskah

Naskah dalam pembuatan video features memiliki format berbeda dengan film dalam penulisannya. Naskah dengan format dua kolom yang hanya menuliskan

poin visual dengan audio terbagi dalam dua sisi. Namun standarnya dituliskan

pada kertas A4 dengan margin normal dengan fontSans Serif yang mudah dan cepat untuk dibaca seperti Arial ataupun Century Gothic berukuran 11 yang mudah terbaca (Andi FAchruddin, 2012: 228).

Naskah dari pembuatan film ini terlampir dalam lampiran 6.

6. Persiapan Teknis

Persiapan teknis meliputi persiapan peralatan produksi dan pemilihan tim

produksi dalam pembuatan video features. a. Alat yang digunakan, yaitu:

1) Kamera Canon 60D

2) 1 Kamera Canon 650D

3) 1 Kamera Canon 550D

4) 1 Kamera Nikon D7000

5) Lighting Continuous

6) 1 Slider

7) 1Tripod Kamera

8) 1 Reflektor

9) 1 Baterai cadangan kamera 60D, 650D, D7000 dan lighting

10)Lensa Canon 18-55mm

(65)

12)1 Lensa Nikon18-105mm

13)1 Lensa Tele Nikon 55-300mm

14)1 Lensa Wide Canon15-85mm

b. Tim Produksi:

1) Eksekutif Produser : Bapak H. Sukandar

2) Produser : Ayu Mashiastuti

3) Sutradara : Ayu Mashiastuti

4) Ass. Sutradara 1 : Mohammad Sochiful A.

5) Naskah : Ayu Mashiastuti

6) DOP : Adhitya Indra L.

11) Project Manager : Ayu Mashiastuti

12) Back Up Data : Ayu Mashiastuti

13) Persiapan Produksi : Ayu Mashiastuti

14) Perijinan Lokasi : Ayu Mashiastuti

(66)

7. Penjadwalan

Sebuah produksi video membutuhkan waktu yang panjang, maka diperlukan

penjadwalan yang disesuaikan dengan ketersediaan lokasi dan perijinan yang

dijadikan pedoman dalam pelaksanaan produksi.

Penjadwalan produksi video features ini terlampir pada lampiran 7.

8. Publikasi

Publikasi untuk video features ini menggunakan penyebaran melalui DVD dan pemutaran pada acara-acara screening, sehingga diperlukan beberapa properti promosi diantaranya:

a. Poster

1) Konsep

Poster ini menyajikan keindahan terumbu karang yang terdapat di

Kepulauan Karimunjawa, yang memiliki beberapa jenis yang unik.

Dalam konsep ini akan di kolaborasikan dengan karakter animasi yang

disajikan melalui potret kehidupan nelayan.

Pada bagian bawah poster dituliskan credit atau daftar dari tim produksi dengan bagian akhir dipasangkan beberapa logo organisasi yang terlibat

dalam pembuatan video feature ini, yaituBmm Creation sebagai rumah produksi, DIV Komputer Multimedia dan STIKOM Surabaya sebagai

(67)

b. Sketsa

Gambar 3.15 Sketsa Poster (Sumber: Olahan Peneliti)

b. Label DVD

Desain yang diadaptasi dari gambar latar desain poster yang menjadi

(68)

Gambar 3.16 Sketsa Label DVD (Sumber: Olahan Peneliti)

c. Sampul DVD

Sampul pada DVD menggunakan ilustrasi dari warna yang menjadi

perpaduan dari sampul DVDnya.

(69)

9. Anggaran Produksi

Dalam proses pembuatan video features dibutuhkan anggaran dalam proses produksinya. Berikut merupakan tabel anggaran dana Produksi.

Tabel 3.2 Anggaran Produksi

(70)

3.6.2 Produksi

Dari skema perancangan karya di atas penulis melalui berbagai tahap

produksi dengan melakukan proses persiapan alat dan syuting di lokasi-lokasi yang

telah ditentukan di Kepulauan Karimunjawa.

3.6.3 Pasca Produksi

Dari skema perancangan karya di atas penulis melalui berbagai tahap pasca

(71)

64

4.1 Produksi

Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan video feature, merupakan rancangan yang sudah disusun dan dibuat pada saat pra produksi di

implementasikan pada tahap ini. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam proses

produksi antara lain shotting atau pengambilan gambar secara keseluruhan mulai tahap

awal, tengah hingga akhir.

Berikut ini teknik produksi yang akan digunakan dan diterapkan dalam tahap

produksi:

a. Setting Artistik Lokasi

Sutradara lebih mengutamakan setting artistik outdoor saat produksi, hal ini dimaksudkan agar visual di video feature memberikan kesan hidup bukan hanya lokasi dianggap biasa tetapi sesuai dengan tema dan keadaan yang diinginkan

(72)

Setting lokasi bisa dilihat pada gambar 4.1.

Gambar 4.1 Setting lokasi (Sumber : Olahan Penulis)

b. Setting Perekaman

Pembuatan video feature ini sistem perekaman dilakukan secara langsung. Selain itu crew juga akan menggunakan sistem perekaman tidak langsung untuk unsusr

audio yang diantaranya meliputi sound effect, dialog narasi dan instrumen musik. Peralatan yang digunakan dalam perekaman ini beraneka ragam sesuai dengan

perancangan shotting list yang dibuat oleh tim, berbagai alat yang disiapkan seperti recorder, slider camera dan masih banyak lainnya. Beberapa alat tersebut memiliki fungsi yang menghasilkan gambar dan audio lebih hidup dan

mempermudah proses produksi. Gambar setting perekeman bisa dilihat pada

(73)

Gambar 4.2 Setting Perekaman (Sumber: Olahan Penulis)

Alat-alat yang digunakan pada saat produksi

Canon SLR 60D

(74)

Canon G16

Lensa Canon 40mm

Lensa Canon Wide

Go pro hero 4

Gambar 4.3 Peralatan Produksi (Sumber: Olahan Penulis)

c. Teknik Pengambilan Gambar

Teknik pengambilan gambar pada video feature ini digunakan dengan multiple camera, yaitu pengambilan gambar menggunakan lebih dari satu kamera, dengan pertimbangan agar mempercepat produksi dan mempermudah teknis

pengambilan karena objek yang ditangkap adalah objek banyak bergerak

(75)

Beragam teknik digunakan untuk mengambil sebuah adegan agar menimbulkan

kesan hidup dan tidak membosankan saat khalayak umum atau penonton

menyaksikan hasil dari film ini, video feature ini merupakan video berbeda dari video lainnya, pengambilan gambar menggunakan kamera drone agar masyarakat yang melihat video feature ini tidak bosan. Pengambilan gambar menggunakan multiple camera di dalam film ini mempunyai banyak fungsi, diantaranya anggota tim dapat mempersingkat waktu produksi. Gambar

pengambilan gambar bisa dilihat pada gambar 4.10.

(76)

4.2 Pasca Produksi

Pembahasan pada tahap berikut adalah tentang tahap terakhir produksi sebelum

karya video feature ini dipublikasikan, tahap ini disebut penyuntingan atau editing, dimana penyuntingan dibagi menjadi tiga tahap yaitu offline editing, online editing, mixing, rendering dan mastering.

a. Offline Editing

Setelah shotting selesai, sutradara dan editor memilah sesuai catatan yang

sebelumnya dilakukan saat produksi berdasarkan catatan shotting dan gambar,

editor dan sutradara menyamakan digit frame per detik, menit, dan jam begitu juga lokasi. Sehingga mempermudah editor dalam penyuntingan sesuai yang

diharapkan oleh sutradara. Gambar offline editing bisa dilihat pada gambar 4.11

Gambar 4.11

Gambar

Gambar 2.11 Medium Shot
Gambar 2.12  Close Up
Gambar 2.15 Ilustrasi Tilting
Tabel 3.1 Keyword Literatur
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dan kepada semua pihak yang telah membantu penulis selama kuliah di Universitas Kristen Satya Wacana sampai pada penulisan karya ini, yang tidak dapat

Walaupun penelitian ini tidak membedakan ukuran telur, data ketebalan dan warna kerabang memberi indikasi perbedaan bobot dan telur dengan warna kulit gelap

Abstrak — Mesin perkakas memiliki peranan kunci di dalam dunia industri. Mesin CNC perkayuan dengan high speed cutting memerlukan komponen yang ringan untuk akselerasi serta

grid systems seorang perancang grafis dapat membuat sebuah sistematika guna menjaga konsistensi dalam melakukan repetisi dari sebuah komposisi yang sudah diciptakan. Tujuan

Judul Penelitian : Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dan Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Stunting pada Balita di Desa Sidowarno Kecamatan Wonosari Kabupaten

Secara statistik hal tersebut menunjukkan tidak terdapat perbedaan R/C yang nyata antara petani yang menggunakan benih bersertifikat dengan petani yang menggunakan

Risiko keuangan merupakan biaya tetap yang harus dikeluarkan perusahaan karena semakin besar kemungkinan perusahaan mengalami kesulitan keuangan yang mengarah kebangkrutan

atas NAB, hasil terbanyak karyawan mengalami stress tingkat berat yaitu 14 orang (56%), sedangkan tenaga kerja yang bekerja di halaman pembenihan padi dengan intensitas kebisingan