• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS HARGA PENAWARAN KONTRAKTOR PADA PROSES PELELANGAN UNTUK MENDAPATKAN NILAI EXPECTED PROFIT DAN MARK UP DENGAN PEMODELAN FRIEDMAN, ACKOFF & SASIENI DAN GATES (Studi Kasus : Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE), Provinsi DKI Jakarta)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS HARGA PENAWARAN KONTRAKTOR PADA PROSES PELELANGAN UNTUK MENDAPATKAN NILAI EXPECTED PROFIT DAN MARK UP DENGAN PEMODELAN FRIEDMAN, ACKOFF & SASIENI DAN GATES (Studi Kasus : Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE), Provinsi DKI Jakarta)"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

i

PELELANGAN UNTUK MENDAPATKAN NILAI EXPECTED PROFIT DAN MARK UP DENGAN PEMODELAN FRIEDMAN, ACKOFF &

SASIENI DAN GATES

(Studi Kasus : Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE), Provinsi DKI Jakarta)

Disusun Oleh :

EKO AGRELYO PRATAMA

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

(2)
(3)
(4)

vi

DAN MARK UP DENGAN PEMODELAN FRIEDMAN, ACKOFF & SASIENI DAN GATES

(Studi Kasus : Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE), Provinsi DKI Jakarta)

Disusun Oleh :

EKO AGRELYO PRATAMA 2012 011 0006

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

(5)

vii

Penulis mempersembahkan Tugas Akhir ini untuk :

Kedua orang tua yang selalu mendoakan dan

memberikan dukungan baik moral maupun

materil.Terima kasih untuk semuanya ayah dan ibu

adik-adik ku tercinta andre leo dwi nugraha, aisah tria

oktari

do’akan semog

a abang sukses. Seluruh keluarga

besar yang selalu memberikan dorongan untuk terus

maju dan berjuang.

Hajijah sari dewi yang selalu menemani baik susah

maupun senang

Yudhi pratama arnel sohib seperjuangan, Buat

(6)

viii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

INTISARI ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Keaslian Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Layanan Pengadaan Secara Elektronik ... 10

1. Registrasi Peserta ... 11

2. Penyedia Barang/Jasa ... 12

B. Pelelangan ... 12

1. Tata Cara Pelelangan ... 13

2. Pelelangan Gagal dan Pelelangan Ulang ... 15

C. Estimasi Biaya Konstruksi ... 16

1. Jenis Estimasi Biaya Konstruksi ... 18

2. Resiko dalam Estimasi ... 21

3. Faktor yang Mempengaruhi Estimasi ... 23

4. Penyusunan Rencana Estimasi Biaya Proyek ... 24

(7)

ix

3. Penawaran Lebih Dari Satu Kompetitor ... 36

4. Average Competitor ... 37

B. Mark Up ... 39

C. Expected Profit ... 41

D. Pendekatan Metode Strategi Penawaran ... 42

1. Friedman Method ... 43

2. Gates Method ... 45

3. Ackoff & Sasieni Method ... 47

4. Metode Konvensional ... 47

5. Model-model yang Lain ... 51

E. Pendekatan Metode Statistik ... 52

1. Multi Discrete Distribution ... 52

2. Multi Normal Distribution ... 53

3. Single Normal Distribution ... 54

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Tahapan Penelitian ... 55

B. Populasi/Pengambilan Data Penawaran Konstruksi ... 57

C. Pengolahan Data dengan Pendekatan Statistik ... 57

D. Pengolahan Data dengan Model Penawaran ... 58

E. Pengujian Model dengan Data Pilihan ... 58

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengumpulan Data Lapangan ... 60

B. Pengolahan Data dengan Pendekatan Statistik ... 60

1. Multi Discrete Distribution ... 61

2. Multi Normal Distribution ... 62

(8)

x

3.Ackoff & Sasieni Method ... 83

D. Analisis Expected Profit ... 90

E. Pengujian Model dengan Data Pilihan ... 92

F. Pembahasan ... 94

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 96

B. Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 99

(9)

xi

Gambar 3.1 Hubungan antara overhead, labam dan garis pertumbuhan

perusahaan (Cook,1985) ... 39

Gambar 3.2 Hubungan Expected profit dengan Mark up ... 41

Gambar 3.3 Histogram penawaran biaya ... 51

Gambar 3.4 Distribusi normal penawaran biaya ... 52

Gambar 4.1 Tahapan Penelitian model strategi penawaran ... 54

Gambar 5.1 Hubungan antara expected profit dengan mark up menggunakan multi distribusi discrete untuk model friedman ... 69

Gambar 5.2 Hubungan antara expected profit dengan mark up menggunakan multi distribusi normal untuk model Friedman ... 72

Gambar 5.3 Hubungan antara expected profit dengan mark up menggunakan single distribusi normal untuk model Friedman ... 74

Gambar 5.4 Hubungan antara expected profit dengan mark up menggunakan multi distribusi discrete untuk model Gates ... 77

Gambar 5.5 Hubungan antara expected profit dengan mark up menggunakan multi distribusi normal untuk model Gates ... 80

Gambar 5.6 Hubungan antara expected profit dengan mark up menggunakan single distribusi normal untuk model Gates ... 82

(10)

xii

(11)

xiii

Tabel 2.3 Hasil Mark Up dari Expected profit maximum ... 26

Tabel 3.1 Data terhadap kontraktor A pada penawaran yang telah lewat ... 35

Tabel 3.2 Probabilitas terhadap A dan Expected Profit yang dihasilkan ... 36

Tabel 3.3 Probabilitas Terhadap Kontraktor A dan B dan AB ... 36

Tabel 3.4 Expected profit menghadapi kontraktor A dan B ... 37

Tabel 3.5 Probabilitas terhadap kontraktor A dan B secara bersamaan ... 38

Tabel 3.6 Probabilitas terhadap 3 kompetitor yang belum diketahui ... 39

Tabel 3.7 Perhitungan nilai pembanding ... 50

Tabel 5.1 Mean, Standar deviasi dan varian multi distribusi normal ... 62

Tabel 5.2 Mean, Standar deviasi dan varian single distribusi normal ... 64

Tabel 5.3 Nilai Z untuk single distribusi normal semua pesaing... 66

Tabel 5.4 Probabilitas menang dengan single distribusi normal ... 66

Tabel 5.5 Probabilitas menang dengan multi distribusi discrete untuk model Friedman ... 67

Tabel 5.6 Expected profit dengan multi distribusi discrete untuk model friedman ... 68

Tabel 5.7 Probabilitas menang dengan multi distribusi normal untuk model friedman ... 69

(12)

xiv

(13)

xv

(14)

xvi

DKI Jakarta tahun 2013-2015 ... 102 Lampiran 2 Daftar nama kontraktor yang ikut proyek ... 126 Lampiran 3 Pengurangan kontraktor dan proyek Tahap I ... 127 Lampiran 4 Daftar proyek LPSE Provinsi DKI Jakarta tahun 2013-2015 .... 128 Lampiran 5 Rekapitulasi harga penawaran kontrak / tender konstruksi di LPSE Provinsi DKI Jakarta ... 129 Lampiran 6 Rasio penawaran biaya dari kontraktor peserta tender ... 130 Lampiran 7 Pengelompokan Rasio harga penawaran biaya dari peserta tender

... 131 Lampiran 8 Akumulasi pengumpulan rasio harga penawaran biaya dari peserta

tender ... 131 Lampiran 9 Probabilitas menang untuk multi discrete distribution tahun 2013

– 2015 ... 131 Lampiran 10 Mean, Standar Deviasi dan Varian dengan multi distribusi tahun 2013 – 2015 ... 132 Lampiran 11 Perhitungan nilai Z, untuk multi normal Distribution tahun 2013 –

2015 ... 132 Lampiran 12 Probabilitas menang untuk multi normal Distribution tahun 2013 –

(15)

xvii

semua pesaing tahun 2013 – 2015 ... 133 Lampiran 16 Probabilitas menang dengan multi discrete Distribution dengan model Friedman ... 134 Lampiran 17 Expected profit untuk multi discrete Distribution dengan model Friedman ... 134 Lampiran 18 Probabilitas menang dengan multi normal Distribution untuk model Friedman ... 134 Lampiran 19 Expected profit dengan multi normal Distribution dengan model Friedman. ... 135 Lampiran 20 Probabilitas menang dengan single normal Distribution untuk model Friedman ... 135 Lampiran 21 Expected profit dengan single normal Distribution untuk model Friedman ... 135 Lampiran 22 Perhitungan nilai P(Bo < Bi) untuk multi discrete Distribution

(16)

xviii

model Gates ... 137 Lampiran 27 Expected profit dengan multi normal Distribution untuk model Gates ... 137 Lampiran 28 Probabilitas menang dengan single normal Distribution untuk model Gates ... 138 Lampiran 29 Expected profit dengan single normal Distribution untuk model Gates ... 138 Lampiran 30 Probabilitas menang untuk multi discrete Distribution dengan model Expected profit ... 138 Lampiran 31 Expected profit untuk multi discrete Distribution dengan model Expected profit ... 139 Lampiran 32 Probabilitas menang untuk multi normal Distribution dengan model Expected profit ... 139

(17)

xix

... 141 Lampiran 38 Rekapitulasi Probabilitas Menang dengan multi distribusi normal

... 142 Lampiran 39 Rekapitulasi Expected profit dengan multi distribusi normal .... 142 Lampiran 40 Rekapitulasi Probabilitas Menang dengan single normal Distribution ... 143 Lampiran 41 Rekapitulasi Expected profit dengan single normal Distribution

... .143

(18)
(19)

xviii

keuntungan dan cukup rendah untuk memenangkan tender proyek. Strategi penawaran berperan dalam membuat keputusan yang kompetitif, dimana di dunia konstruksi tekanan kompetisi untuk mendapatkan sebuah proyek lebih tinggi dibandingkan dengan bidang lain. Tujuan dari penelitian ini untuk menghitung nilai mark up menggunakan pendekatan strategi penawaran dan untuk mengetahui strategi harga penawaran terbaik untuk memenangkan suatu tender dengan nilai mark up optimum dan keuntungan maksimum.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pelelangan yang sudah selesai dari tahun 2013-2015 di LPSE Provinsi DKI Jakarta dengan menggunakan pendekatan statistik, yaitu multi distribusi discrete, multi distribusi normal dan single distribusi normal. Model strategi penawaran yang digunakan yaitu Friedman Method, Gates Method dan Ackoff & Sasieni Method.

Dengan menggunakan model Friedman menghasilkan mark up optimum sebesar - % untuk multi distribusi discrete dengan expected profit sebesar -0,0501, 10 % untuk multi dan single distribusi normal dengan expected profit sebesar . Dengan menggunakan model gates menghasilkan mark up optimum sebesar 10 % untuk multi distribusi discrete dengan expected profit % untuk multi distribusi normal dengan expected profit dan 10 % untuk single distribusi normal dengan expected profit sebesar . Dengan menggunakan model ackoff & sasieni menghasilkan mark up optimum sebesar

-% untuk multi distribusi discrete dengan expected profit - , % untuk multi dan singledistribusi normal dengan expected profit sebesar . Strategi harga penawaran terbaik untuk memenangkan suatu pelelangan adalah model yang menghasilkan mark up optimum paling rendah yaitu model Friedman dengan multi distribusi discrete.

(20)

Maraknya pembangunan di Indonesia membuat sektor konstruksi di tanah air mengalami perkembangan yang signifikan dan juga meningkatkan persaingan di antara para pengusaha jasa konstruksi. Dengan banyaknya pengusaha jasa konstruksi maka tingkat kompetisi untuk mendapatkan pekerjaan (proyek) pada sektor konstruksi juga semakin sulit. Dalam upaya mendapatkan pekerjaan (proyek) pada sektor jasa konstruksi hampir selalu melalui proses yang dinamakan pelelangan (tender). Proses ini menjadi sangat penting bagi pengusaha jasa konstruksi, karena kelangsungan hidupnya sangatlah tergantung dari berhasil atau tidaknya proses ini. Penetapan harga pelelangan (tender) ditentukan oleh berbagai pertimbangan dan terkadang hanya berdasarkan naluri bisnis. Hal ini sangatlah menentukan besar / kecilnya keuntungan (profit) yang masih mungkin diperoleh kontraktor dan persentase kemungkinan memenangkan proyek.

(21)

dilanjutkan menjadi transaksi pembelian/kontrak, sehingga dapat menguntungkan kedua pihak, baik perusahaan konstruksi sebagai penjual jasa maupun pemilik proyek sebagai pengguna jasa. Hal ini dilakukan agar dapat mengurangi tingkat kerugian bagi perusahaan konstruksi yang jika berlangsung terus akan berakibat pada kebangkrutan perusahaan. Melihat persoalan tersebut menjadikan perhatian penting dalam dunia konstruksi agar mengidentifikasi resiko-resiko yang dapat terjadi pada penawaran baik yang mempengaruhi pengambilan keputusan dalam menentukan estimasi biaya proyek maupun faktor-faktor pelaksanaan yang dapat mempengaruhi biaya akhir proyek. Dengan mengandalkan kemajuan teknologi, proses pelelangan saat ini sudah mulai menggunakan sistem melalui jaringan internet yang diatur dalam Peraturan Presiden RI Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, dan sekarang sudah di revisi dalm Peraturan Presiden RI Nomor 54 Tahun 2015 .

(22)

Dengan mengetahui setiap informasi yang terdapat di dalam dokumen penawaran, maka secara tidak langsung seluruh peserta lelang dapat mengawasi panitia pengadaan barang/jasa dan melakukan proses evaluasi dokumen penawaran tersebut. Dengan demikan proses penentuan pemenang lelang tersebut menjadi terbuka dan bebas dari kecurangan. Semakin banyak peserta yang mengikuti lelang, maka peluang untuk memenangkan tender akan semakin kecil, sehingga bila tidak menggunakan strategi penawaran yang tepat, akan sangat sulit untuk memenangkan lelang.

Perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi khususnya kontraktor konstruksi atau pemborong bangunan, akan hidup dan berkembang dari keuntungan yang diperolehnya dengan mengerjakan sebuah proyek. Untuk mencapai keuntungan, perusahaan harus dapat bekerja secara profesional sehingga memperoleh keuntungan yang maksimal tanpa mengurangi kualitas dan kuantitas pembangunan proyek.

(23)

tersebut disebut nilai mark up. Tujuan menggunakan nilai mark up adalah agar setiap kontraktor memperoleh keuntungan dan menutupi biaya ovehead perusahaan.

Permasalahan utama kontraktor dalam mengajukan penawaran adalah menetapkankan harga penawaran tidak dapat diajukan terlalu tinggi dengan harapan untuk mendapatkan profit yang besar, sebaliknya tidak dapat mengajukan harga terlalu rendah dengan harapan peluang mendapatkan proyek semakin besar. Dua kondisi yang berlawanan ini berlangsung dalam waktu yang sama, sehingga akan sangat menyulitkan kontraktor untuk menentukan harga penawaran yang tepat (terbaik). Dalam penawaran pelelangan proyek, segala sesuatunya harus nampak jelas dan rasional, sehingga hal ini sangat penting dalam menentukan strategi penawaran yang tepat. Masalah – masalah yang akan timbul diantaranya adalah sebagai berikut :

1. persaingan kontraktor semakin meningkat dalam memenangkan kontrak atas pekerjaan melalui penawaran bersaing,

2. penambahan mark-up yang terlalu besar atas biaya estimasi proyek akan mempersulit kontraktor untuk memenangkan proyek,

3. penambahan mark-up yang terlalu rendah atas biaya estimasi proyek akan mempersulit kontraktor untuk mendapatkan keuntungan.

(24)

dihitung melalui data-data penawaran terdahulu di suatu wilayah dengan rentang waktu tertentu. Model pendekatan perhitungan mark up merupakan alat bantu bagi kontraktor dalam menyusun strateginya dalam menghadapi tender sistem penawaran bersaing, sehingga mengetahui kesempatan terbaik dalam mengikuti tender atau mendapatkan kesempatan optimum untuk memenangkan proyek dan mendapatkan keuntungan optimum.

Berbagai metode dengan pendekatan statistik dapat digunakan untuk menentukan strategi penawaran, dengan tujuan agar kontraktor dapat membuat harga penawaran yang lebih akurat dan efektif dalam sebuah pelelangan proyek. Di dalam penelitian Tugas Akhir ini akan digunakan tiga metode untuk menghitung nilai mark up, yaitu Friedman Method, Gates Method dan Ackoff & Sasieni Method dengan menggunakan tiga pendekatan metode statistik, yaitu multi distribusi discrete, multi distribusi normal dan single distribusi normal. Setiap metode akan menghasilkan tiga variasi mark up yang nantinya akan diuji dengan data pelelangan yang pernah dilakukan, sehingga dapat diketahui nilai mark up mana yang lebih tepat digunakan.

B. Rumusan Masalah

(25)

dengan resiko keuntungan yang rendah atau tidak sedikit yang merugi. Sehingga menimbulkan pertanyaan, apa cara yang tepat yang dapat digunakan dalam menentukan harga penawaran.

Rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Berapakah nilai mark up yang dihasilkan dari data pelelangan yang di analisis?

2. Apakah strategi penawaran dengan Friedman Method, Gates Method dan Ackoff & Sasieni Method dapat menjadi alternatif pilihan dalam menentukan nilai mark up?

3. Pilihan pendekatan metode statistik mana yang tepat untuk menentukan probabilitas menang dalam pelelangan?

4. Metode apakah yang paling tepat dijadikan alternatif untuk menentukan nilai mark up?

C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini tidak terlalu luas sehingga dapat menyimpang dari tujuan penelitian, maka lingkup pembahasannya hanya terbatas sebagai berikut:

1. data penawaran yang dikumpulkan adalah data pelelangan pekerjaan konstruksi dari peserta lelang dan Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Provinsi DKI Jakarta tahun 2013- ,

(26)

3. data lelang yang digunakan adalah proyek pekerjaan konstruksi dengan harga minimal Rp. ,

4. untuk pendekatan metode statistik digunakan tiga metode, yaitu multi distribusi discreate, multi distribusi normal dan single distribusi normal, 5. pembahasan pada penelitian ini hanya pada lingkup strategi harga

penawaran dengan mencari nilai mark up optimum dan probabilitas Expected profit optimum yang diperoleh kontraktor apabila menggunakan setiap metode strategi penawaran,

6. untuk pendekatan strategi penawaran digunakan tiga metode,yaitu Friedman Method, Gates Method dan Ackoof & Sasieni Method.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. menghitung nilai mark up dari tender proyek konstruksi di Provinsi DKI Jakarta menggunakan pendekatan statistik multi distribusi discrete, multi distribusi normal dan single distribusi normal dengan strategi penawaran Friedman Method, Gates Method dan Ackoff & Saseni Method,

2. menentukan strategi harga penawaran terbaik untuk memenangkan suatu pelelangan dengan nilai mark up optimum dan keuntungan maksimum,

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

(27)

Tujuan dalam tugas akhir ini adalah untuk menganalisis seberapa besar peluang untuk memenangkan proyek dengan menggunakan data pelelangan masa lalu. Mendapatkan perkiraan harga mark up yang dapat diimplementasikan dalam penawaran proyek-proyek konstruksi, sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam pengajuan harga Penawaran. Selain itu diharapkan sebagai masukan bagi perusahaan konstruksi untuk mencari dan mempelajari model strategi yang sesuai dengan kondisi wilayah masing-masing.

2. Pengembangan ilmu pengetahuan

Penelitian ini dapat menjadi salah satu referensi belajar mengenai strategi penawaran proyek konstruksi, khususnya pelelangan di wilayah Provinsi DKI Jakarta.

Dapat menjadi refrensi/rujukan untuk penelitian berikut nya. F. Keaslian Penelitian

Penelitian tentang model strategi penawaran untuk proyek konstruksi di Indonesia sebelumnya dilakukan oleh Miranti (201 ) dengan judul penelitian

(28)

Penelitian serupa juga pernah dilakukan oleh Zulianto (2008) dengan studi kasus Dinas Pemukiman, Prasarana Wilayah dan Perhubungan Kabupaten Bantul, Sargianto (2008) dengan studi kasus Dinas Kimpraswilhub Kabupaten Sleman, dan Marianti (2012) dengan studi kasus Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Kotamadya Yogyakarta dan Purnamaningrum, dkk ( ) dengan judul

“Analisis Harga Penawaran Kontraktor pada Proses Pelelangan untuk Mendapatkan Nilai Expected Profit dengan Pemodelan Friedman, Gates, dan Carr” Ketiga penelitian tersebut hanya menggunakan metode Expected profit dan metode Friedman tanpa menggunakan pendekatan metode statistik apapun.

(29)

Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) pada awalnya merupakan sistem e-procurement (pengadaan secara elektronik) yang dikembangkan oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP). Sistem Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) dikembangkan dengan basis free license untuk diterapkan di seluruh instansi pemerintah di Indonesia. Hingga pertengahan tahun 2010, telah terdapat sekitar 60 instansi yang memiliki LPSE. Pada perkembangan selanjutnya, LPSE didefinisikan sebagai unit pelaksana yang memfasilitasi panitia/unit Layanan Pengadaan (ULP) pada proses pengadaan barang/jasa secara elektronik. LPSE sendiri mengoperasikan sistem e-procurement bernama Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) yang dikembangkan oleh LKPP. Namun secara umum, LPSE diartikan sebagai sistem e-procurement termasuk di dalamnya aplikasi dan unit pelaksana.

(30)

16 dan 109 ayat 7 Undang-Undang (UU) Nomor 11 Tahun 2008 tentang ITE, dengan pembinaan dan pengawasan atas pelaksanaannya dilakukan oleh LKPP. Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) akan menjalankan fungsi sebagai berikut :

a. Mengelola Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE).

b. Menyediakan pelatihan kepada PPK/Panitia dan Penyedia barang/jasa. c. Menyediakan sarana akses internet bagi PPK/Panitia dan Penyedia

barang/jasa.

d. Menyediakan bantuan teknis untuk mengoperasikan SPSE kepada PPK/Panitia dan Penyedia barang/jasa.

e. Melakukan pendaftaran dan verifikasi terhadap PPK/Panitia dan Penyedia barang/jasa.

Adapun beberapa syarat dan ketentuan untuk bergabung dengan layanan pengadaan secara elektronik adalah sebagai berikut:

1. Registrasi Peserta

(31)

2. Penyedia barang / jasa

Adapun ketentuan untuk lembaha-lembaga atau perusahaan penyedia barang dan jasa sebagai berikut :

a. KTP Direktur/Pemilik perusahaan/Pejabat yang berwenang di perusahaan. b. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

c. Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP)/Surat Ijin Usaha Jasa Konstruksi (SIUJK) atau ijin usaha sesuai bidang masing-masing.

d. Akta pendirian perusahaan beserta akta perubahannya (jika ada perubahan). e. Penyedia barang/jasa wajib menandatangani dan menyerahkan formulir keikutsertaan dan formulir pendaftaran yang telah tersedia pada website LPSE.

f. Penyedia barang/jasa dapat melakukan registrasi sebagai Pengguna SPSE paling lambat 2 hari kerja sebelum batas akhir pemasukan penawaran suatu paket pekerjaan yang akan diikuti.

B. Pelelangan

(32)

Barang/ Jasa Pemerintah, sekarang sudah di perbaharui dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2015.

Pelelangan dibedakan menjadi dua macam yaitu pelelangan umum dan pelelangan terbatas. Prinsipnya kedua macam pelelangan tersebut sama, hanya saja ada sedikit perbedaan dalam memenuhi syarat agar dapat mengikuti pelelangan. Dalam pelelangan terbatas yang diizinkan mengikuti lelang adalah penyedia barang/ jasa yang hanya diundang oleh pengguna jasa. Pelelangan dilakukan pada umumnya tergantung pada besar atau kecilnya proyek, tingkat kompleksitas proyek, biaya proyek dan jangka waktu pelaksanaan pekerjaan. 1. Tata Cara Pelelangan

Adapun tata cara pelelangan untuk penyedia barang/jasa secara umum sebagai berikut :

a. penyedia barang/ jasa harus memenuhi seluruh persyaratan peserta lelang. Peserta harus memenuhi kualifikasi, klasifikasi dan memiliki sumber daya sesuai dengan dokumen prakualifikasi yang dibuat oleh panitia lelang, b. panitia akan mengumumkan secara luas tentang adanya pelelangan melalui

media cetak, papan pengumuman maupun media elektronik. Biasanya pengumuman ditujukan kepada penyedia berdasarkan jenis perusahaan, meliputi perusahaan kelas kecil, menengah, dan besar. Setiap penyedia barang/ jasa boleh mendaftar dengan memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh panitia,

(33)

lelang sesuai dengan dokumen prakualifikasi yang telah diberikan kepada calon peserta lelang,

d. penyusunan daftar calon peserta lelang, penyampaian undangan dan pengambilan dokumen lelang,

e. penjelasan lelang (Aanwijzing) dilakukan pada tempat dan waktu yang ditentukan dan dihadiri oleh calon peserta lelang yang mendaftarkan diri untuk mengikuti pelelangan. Penjelasan lelang meliputi metode pengadaan, penyampaian penawaran, dan ketentuan penting lainnya, f. penyampaian dan pembukaan dokumen penawaran. Sistem

penyampaiannya harus mengikuti ketentuan yang disyaratkan didalam dokumen. Pembukaan dokumen penawaran terbagi tiga macam yaitu sistem satu sampul, sistem dua sampul dan sistem dua tahap,

g. evaluasi penawaran dilakukan oleh panitia terhadap semua penawar yang dinyatakan lulus pada saat pembukaan penawaran. Evaluasi tersebut meliputi evaluasi administrasi, teknis dan harga berdasarkan kretiria, metode dan tata cara evaluasi yang telah ditetapkan dalam dokumen lelang,

h. pembuatan berita acara hasil pelelangan dilakukan oleh panitia dari hasil evaluasi pelaksanaan pelelangan termasuk tata cara penilaian hingga penetapan urutan pemenang,

(34)

j. sanggahan peserta lelang diperbolehkan apabila keberatan atas penetapan pemenang dan di sampaikan secara tertulis,

k. pemerintah surat keputusan penetapan penyedia Barang/jasa. Surat ini dikeluarkan setelah tidak ada sanggahan dari peserta lelang dan penerima surat wajib menerima keputusan tersebut.

2. Pelelangan Gagal dan Pelelangan Ulang

Pelelangan dinyatakan gagal dan harus dilakukan pelelangan ulang apabila sebagai berikut :

a. penyedia barang/jasa tercantum dalam daftar calon peserta kurang dari tiga penyedia,

b. penawaran yang masuk kurang dari tiga,

c. tidak ada penawaran yang memenuhi persyaratan yang telah ditentukan dalam dokumen lelang,

d. tidak ada penawaran yang harga penawarannya dibawah atau sama dengan anggaran dana yang tersedia,

e. sanggahan dari peserta lelang atas kesalahan prosedur yang tercantum dalam dokumen lelang ternyata besar,

f. terjadinya praktik KKN dan disanggah oleh peserta lelang,

g. calon pemenang lelang urutan 1,2 dan 3 mengundurkan diri dan tidak bersedia ditunjuk,

(35)

C. Estimasi Biaya Konstruksi

Estimasi biaya merupakan hal penting dalam dunia industri konstruksi. Ketidak akuratan dalam estimasi dapat memberikan efek negatif pada seluruh proses konstruksi dan semua pihak yang terlibat. Menurut Pratt (1995) dalam Priyo (1999) fungsi dari estimasi biaya dalam industri konstruksi adalah :

a. untuk melihat apakah perkiraan biaya konstruksi dapat terpenuhi dengan biaya yang ada,

b. untuk mengatur aliran dana ketika pelaksanaan konstruksi sedang berjalan, c. untuk kompetensi pada saat penawaran.

Estimasi biaya awal digunakan untuk studi kelayakan, alternatif desain yang mungkin, dan pemilihan desain yang optimal untuk sebuah proyek. Estimasi biaya berdasarkan spesifikasi dan gambar kerja yang disiapkan owner harus menjamin bahwa pekerjaan akan terlaksana dengan tepat dan kontraktor dapat menerima keuntungan yang layak. Estimasi biaya konstruksi dikerjakan sebelum pelaksanaan fisik dilakukan dan memerlukan analisis detail dan kompilasi dokumen penawaran lainnya.

(36)

penawaran biaya konstruksi antara pihak konsultan, owner dan kontraktor mempunyai hasil yang berbeda. Tetapi perincian biaya yang dicantumkan meliputi biaya langsung, biaya tak langsung, biaya tak terduga dan biaya overhead.

Dalam menentukan biaya estimasi sebaiknya mendekati biaya aktual, maka sangat dibutuhkan suatu data dari pengalaman-pengalaman penawar yang lalu dan membutuhkan waktu tiga sampai lima tahun pengamatan (Patmadjaja,1999).

Biaya aktual merupakan biaya pelaksanaan pekerjaan proyek konstruksi yang tentu saja tidak dapat diketahui persis jika pekerjaan belum selesai, namun nilai ini dibutuhkan dalam menentukan Expected Profit Maximum. Asumsi yang umum dipakai adalah bahwa nilai c sama dengan estimasi dari kontraktor pada waktu mengajukan penawaran. Seberapa jauh nilai ini dapat digunakan tergantung dari record pengalaman-pengalaman yang telah lewat.

(37)

Menurut Cook (1985) dalam Panjaitan (2010), Penawaran yang baik adalah penawaran yang berdasarkan perhitungan estimasi biaya yang tepat seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Batas harga penawaran suatu tender (Cook,

Batas A pada Gambar 2.1 menunjukkan suatu penawaran ideal dimana batas A ini dapat diturunkan lagi sampai batas B dan batas B merupakan suatu batas penawaran yang paling kompetitif atau layak. Apabila biaya penawaran dinaikkan melebihi batas A maka harga penawaran akan menjadi batas tak layak. 1. Jenis Estimasi Biaya Konstruksi

Ada beberapa metode dalam melakukan estimasi biaya konstruksi, yaitu: a. Estimasi harga pasti (Fixed-price)

Harga pasti dihitung menggunakan dua metode yaitu :

(38)

berani mengambil resiko bila ketidak pastian terjadi di lapangan maka tingkat resiko yang dipikul kontraktor lebih besar. Keuntungan bagi owner adalah harga konstruksi diketahui dengan baik sehingga memudahkan untuk menentukan anggaran,

2) metode harga satuan (unit price estimate), metode ini berdasarkan harga satuan setiap jenis pekerjaan. Dalam penawaran dicantumkan juga estimasi jumlah setiap jenis pekerjaan untuk mendapatkan total biaya yang mana volume jumlah hanya berdasarkan pada gambar rencana arsitektur yang belum tentu dijamin keakuratannya.

b. Estimasi harga perkiraan (approximate estimate)

Metode ini berdasarkan fakta perincian biaya dari proyek sebelumnya. Ada beberapa metode yang termasuk ketegori ini yaitu :

1) harga per fungsi yaitu metode didasarkan pada estimasi biaya setiap jenis penggunaan,

2) harga luas yaitu metode yang menggunakan harga tiap luas lantai, 3) harga volume kubik yaitu metode didasarkan pada volume bangunan, 4) modular take off yaitu metode yang mengacu pada konsep modul yang

kemudian dikalikan untuk seluruh proyek,

5) partial take off yaitu metode jumlah dari gabungan jenis-jenis pekerjaan yang diperkirakan menggunakan harga satuan,

(39)

7) harga parameter yaitu metode yang menggunakan harga satuan dari komponen bangunan yang berbeda seperti site work, pondasi, lantai, dinding dan sebagainya.

Berdasarkan tahapan proyek konstruksi, jenis-jenis estimasi biaya dapat diuraikan sebagai berikut :

a. estimasi kelayakan. Sebagaimana tujuan dari tahap studi kelayakan adalah untuk menentukan apakah bangunan tersebut layak dibangun, maka perkiraan biaya konstruksi dilakukan berdasarkan pengalaman dan dibandingkan dengan bangunan yang identik,

b. estimasi konseptual. Biaya suatu bangunan diperkirakan berdasarkan volume bangunan atau faktor lain dengan patokan harga berdasarkan pada bangunan yang identik. Beberapa metode estimasi konseptual sebagai berikut:

1) metode satuan luas, metode ini mengandalkan data dari proyek sejenis yang pernah dibangun dan bersifat garis besar dengan tingkat ketelitian sangat rendah,

2) metode satuan isi, metode ini digunakan pada bangunan yang volumenya sangat dipentingkan, metode ini hanya dapat diandalkan pada fase awal perencanaan dan perancangan untuk bangunan yang kurang identik,

(40)

4) metode faktorial yaitu metode yang digunakan pada proyek yang jenisnya sama, metode ini paling berguna untuk proyek yang mempunyai komponen utama sejenis,

5) metode sistematis dimana proyek dibagi atas sistem fungsionalnya. Harga satuan ditentukan oleh jumlah tiap haga satuan elemen dalam setiap sistem atau mengalikan dengan data faktor pengali yang ada. c. estimasi detail/terperinci yaitu memperkirakan biaya konstruksi secara

lebih terperinci dengan berpedoman pada gambar rencana, spesifikasi, gambar potongan dan gambar detail yang tersedia. Metode ini sering disebut metode harga satuan atau volume pekerjaan (Quantity Take off), d. sistem estimasi sub kontraktor digunakan pada bagian konstruksi khusus di

sub kontraktor.

e. estimasi pekerjaan tambah kurang digunakan karena kebutuhan pemilik proyek, kesalahan dalam dokumen kontrak atau perubahan kondisi lokasi proyek,

f. estimasi kemajuan adalah sebagai dasar permintaan pembayaran dan sebagai pembanding terhadap keuntungan dan kerugian yang telah diramalkan sebelumnya.

2. Resiko dalam Estimasi

(41)

a. mempelajari semua dokumen yang berhubungan dengan proyek termasuk dokumen yang direferensikan dalam dokumen kontrak,

b. melakukan tinjauan ke lokasi proyek sebelum penawaran, c. membuat jadwal konstruksi sebelum penawaran,

d. menyelidiki kemampuan keuangan dan etika bisnis pemilik proyek, e. memilih sub kontraktor dan suplyer yang tepat,

f. mengikuti rapat penjelasan,

g. mengidentifikasi reaksi masyarakat terhadap proyek,

h. mendapatkan kepastian bahwa sumber daya tersedia untuk pembangunan proyek,

i. membuat daftar hal-hal yang sesungguhnya tentang proyek, j. membuat strategi untuk mendapatkan proyek,

k. mengidentifikasi dan memahami klausa-klausa dalam spesifikasi yang memberikan resiko untuk kontraktor,

l. mengidentifikasi kondisi khusus dalam spesifikasi yang memberikan resiko tambahan untuk kontraktor,

m. mengidentifikasi persyaratan-persyaratan pemerintah,

n. mengidentifikasi gangguan lingkungan yang berhubungan dengan proyek, o. mengkaji ulang pola musim daerah lokasi proyek,

p. mengidentifikasi lokasi pembuangan,

(42)

s. melakukan analisis pekerjaan yang disubkontraktorkan untuk memastikan bahwa seluruh pekerjaan telah tercakup.

3. Faktor yang Mempengaruhi Estimasi

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi perkiraan biaya konstruksi, antara lain sebagai berikut :

a. produktivitas tenaga kerja. Produktivitas adalah volume pekerjaan yang dapat dihasilkan oleh seseorang atau sekelompok pekerja dalam satuan waktu. Semakin besar produktivitas maka semakin cepat pekerjaan terselesaikan. Hal ini berkaitan dengan jumlah upah yang dibayarkan namun juga perlu analisis lebih mendalam karena dengan produktivitas makin besar maka harga satuan upah tenaga kerja akan semakin mahal, b. ketersediaan material dan sumber daya proyek. Semakin langka material di

pasaran maka akan semakin mahal harga yang ditawarkan, atapun jika diperlukan waktu pemesanan yang lebih lama dengan biaya yang dibebankan kepada konsumen,

c. cuaca sangat mempengaruhi proses pelaksanaan proyek konstruksi yang memungkinkan pelaksanaan dapat berlangsung dalam waktu yang relatif lebih lama akan sangat memepengaruhi biaya suatu pekerjaan,

d. masalah konstruksibilitas yaitu kesulitan ataupun penggunaaan metode yang belum pernah dilakukan sebelumnya, sehingga akan menjadi faktor resiko yang tinggi dan mengakibatkan biaya akan semakin mahal,

(43)

4. Penyusunan Rencana Estimasi Biaya Proyek

Rencana anggaran biaya merupakan perhitungan banyaknya biaya yang diperlukan untuk bahan dan upah serta biaya-biaya lain yang berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan proyek (Priyo, 2012). Anggaran biaya pada bangunan yang sama akan berbeda-beda di masing-masing daerah, hal ini disebabkan perbedaan harga satuan bahan dan upah tenaga kerja yang berbeda-beda. Ada dua faktor yang berpengaruh terhadap penyusunan anggaran biaya yaitu faktor teknis dan non teknis.

Faktor teknis antara lain berupa ketentuan dan persyaratan yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan pembangunan serta gambar-gambar konstruksi bangunan. Faktor non teknis berupa harga-harga bahan bangunan dan upah tenaga kerja. Contoh dari faktor teknis adalah ketentuan pada pedoman teknik bangunan gedung negara tahun 2002 yang menentukan biaya pekerjaan standar bangunan gedung dan koefisien atau faktor pengali bangunan gedung bertingkat yang dapat dilihat pada Tabel 2.1 dan Tabel 2.2.

Ada beberapa jenis anggaran biaya yang umum digunakan oleh kontraktor di Indonesia, antaran lain sebagai berikut :

a. anggaran biaya kasar atau taksiran, penyusunannya hanya memerlukan gambar pra rencana dan keterangan singkat mengenai bahan bangunan yang digunakan,

(44)

Tabel 2.1 Biaya pekerjaan standar bangunan gedung

KOMPONEN GEDUNG NEGARA

Pondasi -

Struktur -

Lantai -

Dinding -

Plafond -

Atap -

Utilitas -

Finishing -

Sumber : Pedoman Teknis Bangunan Gedung Negara,

Tabel 2.2 Faktor pengali bangunan gedung bertingkat

JUMLAH LANTAI HARGA SATUAN PER M TERTINGGI

2 Lantai 1,090 standar harga satuan gedung bertingkat 3 Lantai 1,120 standar harga satuan gedung bertingkat 4 Lantai 1,135 standar harga satuan gedung bertingkat

Lantai 1,162 standar harga satuan gedung bertingkat 6 Lantai 1,197 standar harga satuan gedung bertingkat 7 Lantai 1,236 standar harga satuan gedung bertingkat 8 Lantai 1,265 standar harga satuan gedung bertingkat Sumber : Pedoman Teknik Bangunan Gedung Negara,

Pada perancangan estimasi anggaran biaya konstruksi, tahap desain adalah sebagai berikut (Priyo,

a. mengumpulkan data-data berupa data teknis dan data non teknis, b. estimasi pendahuluan berdasarkan luas, klasifikasi dan jumlah lantai,

(45)

d. menghitung volume tiap jenis pekerjaan sesuai dengan gambar bestek. e. mengelompokkan daftar harga material dan upah pekerjaan dalam suatu

tabel material, upah dan sewa alat,

f. menganalisa harga satuan pekerjaan untuk tiap-tiap item pekerjaan, g. menghitung rencana anggaran biaya proyek,

h. merencanakan penjadwalan pelaksanaan pekerjaan pembangunan proyek.

D. Hasil Penelitian Terdahulu

Patmadjaja melakukan studi berbagai model strategi penawaran yang didasarkan pada expected profit maximum yang pernah muncul dan digunakan di negara maju, diantaranya dipilih model Friedman, model Gates dan Ackoff & Sasieni. Model-model didekati dengan bentuk distribusi diskrit berganda maupun distribusi normal tunggal dan berganda. Hasil penelitian tersebut ditampilkan pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Hasil Mark Up dari Expected Profit Maximum

(46)

Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bila kontraktor sangat membutuhkan pekerjaan demikian pula dengan para pesaing yang juga membutuhkan pekerjaan dan sama-sama menguasai teori model strategi penawaran, maka sebaiknya digunakan model Friedman dengan distribusi diskrit berganda untuk para pesaing yang dikenal identitasnya, namun apabila para pesaing tidak dikenal identitasnya maka gunakan model Friedman dengan distribusi normal tunggal. Bila para pesaing tidak terlalu membutuhkan pekerjaan atau permintaan pasar sedang tinggi maka sebaiknya menggunakan model penawaran Gates atau Ackoff & Sasieni yang akan menghasilkan Mark Up Optimum yang lebih besar. Model yang menghasilkan penawaran yang rendah adalah model Friedman dengan distribusi diskrit berganda, sebaliknya model Gates atau Ackoff & Sasieni menghasilkan mark up optimum yang lebih tinggi.

(47)

penawaran kontraktor lebih rendah dari biaya langsung (direct cost) yang ditentukan oleh Kimpraswilhub Kabupaten Sleman sebagai Owner Estimate terlalu tinggi. Expected Profit Method dan Friedman Method dapat menjadi alternatif pilihan dalam strategi penawaran proyek konstruksi yang digunakan untuk menentukan besarnya penawaran yang akan diajukan pada proyek-proyek berikutnya asalkan sudah diketahui Owner Estimate terlebih dahulu.

(48)

penelitian ini terlihat bahwa Multi Distribusi Discrete terhadap masing-masing pesaing dengan data dari semua tahun menghasilkan probabilitas menang terbesar pada tender pembangunan perumahan PT.PP Lonsum dengan nilai mark up 3 %. Model strategi harga penawaran pada tender proyek pembangunan PT.PP Lonsum selama tahun 2005 sampai tahun 2008 bahwa model Gates dengan Multi Distribusi Normal memperoleh nilai Mark up Optimum sebesar 5 %.

Marianti (2012), melakukan studi atas berbagai metode strategi penawaran yang didasarkan pada expected profit maksimum. Diantaranya dipilih Expected Profit Method dan Friedman Method. Metode tersebut diterapkan pada sejumlah data tender konstruksi di LPSE Kotamadya Yogyakarta untuk tahun anggaran

sampai Jumlah data yang digunakan setelah melewati proses

(49)
(50)

Strategi penawaran (bidding Strategy) bagi suatu perusahaan sangat bergantung pada tujuan perusahaan diantaranya adalah memaksimumkan keuntungan (profit). Penawaran adalah suatu usulan oleh satu pihak untuk mengerjakan sesuatu bagi kepentingan pihak yang lain menurut persyaratan yang telah ditentukan dan disepakati bersama (Nugraha,

Pada umumnya, terdapat empat jenis penawaran yang selau diaplikasikan oleh kontraktor, yaitu sebagai berikut:

a. penawaran dilakukan secara negoisasi. Penawaran yang dilakukan pada proyek yang memerlukan keahlian khusus yang hanya dimiliki oleh satu atau dua kontraktor dan belum ada standar harga yang jelas, semua bentuk pekerjaan dilakukan secara tawar-menawar, seperti pembangunan bangunan militer, dll,

b. penawaran dilakukan secara paket. Penawaran dimana pemilik proyek yang menetapkan anggaran dan tidak bisa diganggu gugat. Pada umumnya penawaran jenis paket ini pekerjaannya meliputi pekerjaan perencanaan dan sekaligus pekerjaan pembangunannya,

(51)

d. penawaran dilakukan secara tertutup. Penawaran jenis ini dilakukan tertutup dan harga penawaran tidak diumumkan kepada peserta tender.

Dari keempat jenis penawaran tersebut, penawaran terbuka adalah penawaran yang adil dan kompetitif sehingga penawaran ini seringkali digunakan pada proyek-proyek pemerintah atau proyek melalui bantuan negara-negara luar. Di Indonesia khususnya untuk proyek-proyek pemerintah berskala besar dengan anggaran diatas 50 milyar rupiah diwajibkan menggunakan penawaran sistem terbuka.

Tahap awal dalam perkara penawaran adalah menentukan keputusan untuk ikut atau tidak ikut dalam sebuah pelelangan. Keputusan ini sangat bergantung dari empat aspek, yaitu:

a. aspek dari proyek itu sendiri, meliputi jenis proyek, pemilik proyek, keuntungan yang mungkin dicapai, lokasi proyek, ukuran proyek dan tingkat resiko,

b. aspek internal perusahaan, meliputi kebutuhan akan pekerjaan dan kemampuan perusahaan,

c. aspek pasar, meliputi kondisi ekonomi dan kompetisi antar penawar, d. aspek sumber daya yang dimiliki, meliputi estimator dan subkontraktor.

(52)

a. strategi kompetitif, merupakan strategi penawaran paling ideal dengan mengasumsikan seluruh pesaing menggunakan strategi yang jujur dalam kompetisi,

b. strategi menurunkan harga, merupakan strategi yang digunakan oleh peserta lelang untuk memenangkan lelang dengan menurunkan harga dan rela mendapatkan keuntungan minimal,

c. strategi merugi, merupakan strategi yang bertujuan untuk memeperoleh simpati dari owner dengan harapan untuk mendapatkan proyek berikutnya, d. strategi pembayaran dengan kelonggaran, merupakan strategi yang

bertujuan untuk memberikan kelonggaran kepada owner dalam hal pembayaran termin,

e. strategi perundingan bawah meja, merupakan strategi yang bertujuan mendapatkan nilai owner estimate dalam suasana tidak formal.

1. Konsep Dasar Penawaran

(53)

kesempatan untuk menang, sehingga kontraktor harus menyatukan kondisi yang bertentangan tersebut dengan pertimbangan sebagai berikut :

a. penawaran harus cukup rendah dengan keyakinan untuk memenangkan proyek walaupun tidak mendapatkan keuntungan,

b. penawaran harus cukup tinggi untuk mendapatkan profit walaupun kesempatan untuk memenangkan proyek kecil.

Konsep dasar dalam menentukan strategi penawaran cukup sederhana yaitu hanya ada satu penawar terbaik dalam mengkombinasikan dua hal tersebut :

a. memperoleh profit dari harga penawaran yang diajukan, b. kemungkinan untuk mendapatkan proyek dapat dicapai. 2. Penawaran dengan Satu Kompetitor

Sebelum strategi penawaran ini dibicarakan lebih lanjut, perlu diketahui bagaimana menentukan probabilitas dari suksesnya penawaran. Langkah awal adalah menghitung nilai R dengan Persamaan 3.1.

R = c bA

( )

dengan :

R : Rasio ( Mark Up bA : Penawaran Kompetitor A

c : Estimasi biaya pelaksanaan dari kontraktor

(54)

Tabel 3.1 Data terhadap kontraktor A pada penawaran yang telah lewat

R = b/c Jumlah

R <

≤ R < ≤ R < ≤ R <

≤ R <

≤ R <

≤ R <

≤ R < ≤ R < ≤ R <

≤ R <

Total

Sumber : Anonim, 1990

Jika bid ratio (b/c) adalah 0,98 (2 % kurangnya dari biaya estimasi), probabilitas untuk memenangkan penawaran terhadap A adalah 1,00. Dalam Tabel 3.1 ditunjukkan kontraktor A mempunyai nilai bid ratio (b/c) kurang dari 1,02 sebanyak 4 kali. Dalam Tabel 3.2 ditunjukkan jika diajukan penawaran dengan mark up 2 % (bid ratio = 1,02) , maka probabilitas untuk menang adalah 58/62 atau 0,94. Nilai-nilai expected profit pada Tabel 3.2 menunjukkan bahwa penawaran sebesar 1,06 atau mark up sebesar 6 % adalah yang optimum jika hanya bersaing dengan kontraktor A. Jika estimasi c, sebesar Rp.100 juta, maka penawaran yang harus diajukan adalah sebesar Rp. 106 juta.

(55)

besar persentasenya baik untuk pekerjaan kecil maupun pekerjaan besar. Tentu saja tidak dalam keadaan sesungguhnya. Maka dari itu, harus mengklasifikasi pekerjaan yang akan diambil data-datanya.

Tabel 3.2 Probabilitas terhadap A dan Expected profit yang dihasilkan

b/c pA Expected Profit

pA(b-c)

1,0 (0,98c-c) = -0,02c

0,98 (1,00c-c) = 0

0,94 (1,02c-c) = 0,019c

0,85 (1,04c-c) = 0,034c

0,65 (1,06c-c) = 0,039c

0,36 (1,08c-c) = 0,029c

0,13(1,10c-c) = 0,013c

0,05(1,12c-c) = 0,006c

0,02 (1,14c-c) = 0,003c

0,00 (1,16c-c) = 0

Sumber : Anonim

3. Penawaran Lebih Dari satu Kompetitor

Misalkan kontraktor mendapatkan saingan 2 kompetitor (A dan B) dengan cara seperti di atas, analisisnya disimpulkan pada Tabel 3.3 mengenai probabilitas terhadap masing-masing kontraktor. Sedangkan pada Tabel 3.4 menyimpulkan bahwa jika diambil mark up sebesar 8 % maka probabilitas untuk menang terhadap A adalah 0,36 dan terhadap B adalah 0,52. Jika terhadap A dan B sekaligus, maka probabilitasnya adalah 0,19. Probabilitas ini (PAB) adalah hasil

perkalian Pa dan Pb.

Tabel 3.3 Probabilitas terhadap kontraktor A , B dan AB

b/c pA pB pAB

(56)

Tabel 3.4 Expected Profit menghadapi kontraktor A dan B

b/c pAB Expected Profit

pAB(b-c)

Pada Tabel 3.4 menunjukkan bahwa optimum mark up untuk mengalahkan kontraktor A dan B adalah 6 %. Kesimpulannya semakin banyak saingan yang dihadapi maka semakin kecil optimum mark up. Semakin banyak jumlah pesaing maka kesempatan menang semakin kecil.

4. Average Kompetitor

(57)

ke dalam suatu pola distribusi probabilitas. Caranya sama dengan konsep satu kompetitor. Pada Tabel 3.5 ditunjukkan Pav sebagai probabilitas dimana akan diajukan penawaran yang lebih rendah dari setiap kompetitor yang tidak dikenal. Jika hanya satu kompetitor yang dihadapi, optimum mark up adalah 6 %. Jika ada tiga kompetitor, maka prosedur yang sama seperti ketika menghadapi lebih dari satu kompetitor dapat digunakan.

Tabel 3.5 Probabilitas terhadap kontraktor A dan B secara bersamaan

b/c pAV Expected profit pAB(b-c)

-

Sumber : Anonim

(58)

Tabel 3.6 Probabilitas terhadap 3 kompetitor yang belum diketahui

b/c pAB Expected profit

pAB(b-c)

-

Sumber : Anonim

B. Mark Up

(59)

Nilai mark up memungkinkan negatif bila harga penawaran jauh lebih rendah dari owner estimate. Rumus untuk mencari mark up adalah harga penawaran dibagi dengan biaya estimasi dalam besaran persen.

Mark Up = C B

( ) dengan :

B : Bid Ratio C: Estimate Cost

Sebagai gambaran dapat diperhatikan pada Gambar 3.1 berikut ini (Cook,1985):

Gambar Hubungan antara over head, laba, dan garis pertumbuhan perusahaan (Cook,1985)

(60)

C. Keuntungan Diharapkan (Expected Profit)

Potensial profit adalah selisih antara harga penawaran dengan estimasi biaya sehingga harga penawaran adalah estimasi biaya proyek ditambah dengan mark up. Semakin besar harga penawaran maka semakin kecil kemungkinan untuk menjadi penawar terendah (the lowest bid) sehingga potential profit ini harus dijadikan optimum yang dikenal dengan expected profit maximum agar menjadi penawar terendah (Clough dan Sears, dalam Patmadjaja (1999).

Untuk mendapatkan expected profit bisa menggunakan Persamaan 3.3:

E ( P ) = p. ( b – c ) ( )

dengan :

E (P) : Expected Profit p : Probabilitas menang

b : Penawaran (bid : Estimasi biaya + Mark up) c : Estimasi Biaya (Cost)

(61)

Gambar 3.2 Hubungan Expected Profit Vs Mark Up

Tentu saja dalam prakteknya tidak pernah dijumpai keadaan dimana tender pekerjaan akan sama dan nilai penawarannya sama, namun konsep ini menerangkan bahwa memperbesar actual profit dengan memaksimumkan expected profit masih tetap digunakan sepanjang kontraktor aktif melakukan banyak penawaran dalam jangka waktu tertentu.

D. Pendekatan Model Strategi Penawaran

(62)

P = Bo – Us. C ( ) dengan :

P : Probabilitas Menang Bo : Harga Penawaran Proyek

Us : Rasio biaya aktual terhadap estimasi biaya C : Estimasi Biaya Proyek.

1. Friedman Method

Pendekatan metode strategi penawaran dengan menghitung mark up optimum dan keuntungan maksimum yang mungkin pertama kali diperkenalkan oleh L.A Friedman pada tahun 1956. Metode ini merupakan metode yang sederhana dan banyak digunakan oleh kontraktor karena metode ini dikembangkan berdasarkan pekerjaan. Hubungan ini didasarkan atas argumentasi bahwa biaya pekerjaan yang tinggi akan lebih menarik banyak pesaing yang tertarik pada pekerjaan yang ditawarkann (Priyo, 1999).

Model Friedman menggunakan dua buah perumusan probabilitas untuk menang, yaitu :

a. Probabilitas menang untuk identitas pesaing dikenal (Known Bidders). yaitu probabilitas menang yang diperoleh dari pesaing yang karakteristik penawarannya dapat diidentifikasi secara individu atau yang pernah mengikuti pelelangan proyek konstruksi secara bersamasama. Perumusan probabilitasnya adalah sebagai berikut :

(63)

dengan :

P ( Co Win / Bo ) : Probabilitas menang untuk pesaing yang dikenal

b. Probabilitas menang untuk identitas pesaing tak dikenal (unknown Bidders atau Average competitors).

yaitu probabilitas menang yang diperoleh dari pesaing yang belum pernah mengikuti pelelangan secara bersama-sama sehingga karakteristik penawaran pada masa sebelumnya sulit diidentifikasi secara individu yang disebabkan oleh terbatasnya data yang diperoleh mengenai tawaran-tawaran pesaing tersebut secara individu. Perhitungan probabilitasnya dengan menggunakan Persamaan 3.6.

P ( Co Win / Bo ) = P ( Bo<Ba) n ( ) dengan :

P ( Co Win / Bo ) : Probabilitas menang pesaing tak dikenal

Ba : Harga Penawaran rata-rata

n : Jumlah Pesaing

(64)

E ( P ) = (Bo – Us. C) x P (Co Win / Bo) ( ) dengan :

E (P) : Expected Profit (%)

Us : Rasio biaya aktual estimasi biaya Bo : Harga Penawaran Kontraktor C : Estimasi biaya proyek.

Dari hasil besaran expected profit yang paling maksimum maka akan didapat besaran mark up yang optimum dimana hasil dari besaran mark up optimum merupakan mark up yang digunakan dalam penawaran suatu tender. 2. Gates Method

Gates (1967) dalam Patmadjaja (1999) mengusulkan suatu model penawaran yang mirip dengan model Friedman yaitu dengan memaksimalkan expected profit. Perbedaan terletak pada persamaan probabilitas untuk menang dimana Gates juga mengakui pendapat Friedman bahwa biaya aktual tidak sama dengan estimasi biaya. Namun untuk mempermudah dalam perhitungan, Gates mengasumsikan bahwa estimasi biaya adalah sama dengan biaya aktual, jadi dalam perhitungan probabilitas untuk menang model Gates tidak memasukkan nilai rasio biaya aktual terhadap estimasi biaya (Us) dan mengasumsikan bahwa nilai Us dari Friedman adalah sama dengan 1 (satu). Gates juga menggunakan dua buah perumusan dalam menghitung probabilitas untuk menang yaitu sebagai berikut :

a. Probabilitas menang untuk identitas pesaing dikenal (Known Bidders) :

(65)

dengan :

P (Co Win / Bo) : Probabilitas menang pesaing dikenal P (Bo<Bi) : Probabilitas menang terhadap pesaing i

n : Jumlah Pesaing

b. Probabilitas menang untuk identitas pesaing tak dikenal (Unknown Bidders dan Average Bidders) :

( )

dengan :

P (Co Win / Bo ) : Probabilitas menang pesaing tak dikenal

Bo : Harga Penawaran Kontraktor

Ba : Harga Penawaran Rata-Rata

Didalam menghitung probabilitas menang terhadap sejumlah pesaing n juga digunakan pendekatan statistik dengan tiga jenis metode yang sama seperti model Friedman. Selanjutnya dihitung probabilitas menang dan menghitung nilai expected profit dengan rumus sebagai berikut :

E ( P ) = ( Bo – C ) x P ( Co Win / Bo ) ( ) dengan :

E ( P ) : Probabilitas Menang

Bo : Harga Penawaran Kontraktor C : Biaya Estimasi Proyek

(66)

3. Ackoff & Sasieni Method

Ackoff dan Sasieni (1968) dalam Patmadjaja (1999) menganggap bahwa biaya aktual proyek adalah sama dengan estimasi biaya proyek sama dengan Gates dan penentuan probabilitas menang sama dengan Friedman. Karena yang ditinjau hanya pesaing terendah saja (single distribution). Ackoff dan sasieni dalam

modelnya menggunakan pendekatan statistik single distribution dan data-data penawaran yang lampau yang diperlukan hanya satu data penawaran terendah saja. Probabilitas menang menurut ackoff dan sasieni adalah sebagai berikut:

P ( Co Win / Bo) = P (Bo<Bi) ( ) dengan :

P (CoWin/Bo) : Probabilitas menang terhadap pesaing terendah P (Bo<Bi) : Probabilitas menang terhadap pesing terendah

dari perhitungan probabilitas mengan single distribution.

Dalam menghitung probabilitas menang terhadap pesaing terendah digunakan pendekatan statistik dengan single discrete distribution dan single normal distribution. Selanjutnya dihitung besaran expected profit sama dengan metode gates.

4. Metode Konvensional

(67)

a. Tahap Mengikuti Aanwijziing 1) Gambar Proyek

Berkas ini sebagai dasar untuk perhitungan volume dan jenis pekerjaan, serta metode kerja yang dipakai untuk asumsi perhitungan biaya harga satuan pekerjaan.

2) Rencana kerja dan syarat-syarat atau spesifikasi

Berkas ini sebagai dasar untuk mengetahui spesifikasi bahan dan mutu pekerjaan sehingga dapat digunakan untuk perhitungan harga semua pekerjaan.

3) Informasi Kompetitor

Pada saat Aanwijziing akan dihadiri oleh perusahaan-perusahaan yang akan mengikuti tender /penawaran, sehingga berdasarkan pengalaman dan pengamatan akan dapat memperkirakan kemampuan pihak-pihak kompetitor.

4) Informasi Owner dan Konsultan

Informasi mengenai data owner dankonsultan di perlukan oleh pihak top manajemen, baik untuk mengenal labih jauh maupun untuk mendapatkan informasi-informasi lain yang tidak diperoleh pada tahap aanwijziing (nama, nomor telepon, kantor, alamat rumah, dan lain-lain) b. Tahap Survey Lapangan

(68)

1) mengenal dan mengetahui kondisi lapangan dan lingkungan sekitarnya, 2) mendapatkan data harga bahan, upah dan harga lain yang terdapat di

sekitar lokasi proyek,

3) mengenal kondisi lingkungan birokrasi dan administrasi. c. Tahap Perhitungan Harga Penawaran

Dihitung biaya harga satuan pekerjaan dan volume pekerjaan sehingga didapatkan nilai Direct Cost. Selanjutnya dihitung juga biaya-biaya lain sebagai Inderect Cost, misalnya :

1) Over Head (biaya operasional) 2) perijinan dan administrasi 3) biaya pemasaran

4) biaya resiko 5) biaya Bank 6) estimasi profit

d. Membandingkan Hasil Harga Penawaran

Pada tahap ini akan dibandingkan antara hasil perhitungan biaya penawaran yang didapatkan dengan harga-harga penawaran dari competitor-kompetitor lain pada pekerjaan-pekerjaan yang pernah ditenderkan sebelumnya. Dengan membandingkan harga penawaran ini akan diperoleh informasi mengenai :

1) posisi harga penawaran yang dihitung terhadap pembanding, 2) nilai prosentase mark up/ down yang akan digunakan sebagai nilai

(69)

3) proses revisi terhadap nilai penawaran untuk memutuskan besarnya harga penawaran yang akan dipakai.

Adapun penjelasannya sebagai berikut:

Tabel 3. Perhitungan Nilai Pembanding

Kompetitor (perusahaan)

Pekerjaan I Pekerjaan II Pekerjaan III Keterangan H.Bor H.Bor/LLI H.Bor H.Bor/LLII H.Bor H.Bor/LLIII

A XA1 YA1 XA2 YA2 XA3 YA3

a. Pek. I, Pek.II, Pek.III adalah pekerjaan yang sejenis dan hampir sama, b. harga borongan adalah harga penawaran dikurangi PPN (pajak), c. LL = Luas Lantai untuk pekerjaan gedung (I,II,III)

d. pemenang Pek.I  B, Pemenang Pek.II  D, Pemenang Pek.III  E, e. sebagai pembanding didapatkan nilai YB1, YD1, YE3,

f. selanjutnya dibuat urutan antara YB1, YD2, YE3, sehingga misalnya

urutannya sebagai berikut : YD2– YE3 –YB1,

g. kemudian hasil perhitungan untuk penawaran pekerjaan yang akan diajukan dibandingkan terhadap nilai no.

( ) Posisi Yp5 terhadap YD2– YE3 –YB1 sedapat mungkin nilai Yp5 masuk pada

(70)

h. selanjutnya nilai YP5 sebagai nilai revisi dari Yp5, sehingga didapat nilai

prosentase =

x 100% sebagai nilai mark up/down. ( ) 5. Model-model Yang Lain

Disamping keempat model diatas masih banyak model lain yang telah dikembangkan , antara lain sebagai berikut :

a. model Casey & Shaffer (1964), dalam menentukan expected profit sama dengan friedman, estimasi biaya diasumsikan sama dengan biaya aktual proyek sama dengan gates, yang berbeda hanya pada perhitungan probabilitas menang, Casey dan Shaffer menggunakan dua metode yaitu metode statistik multi distribusi dan single distribution,

b. model Park (1962) pada dasarnya sama dengan metode Friedman, namun Park merekomendasikan adanya hubungan antara optimum mark up dengan besarnya nilai proyek dan jumlah pesaing,

c. model Broemster (1968) menggunakan perumusan probabilitas untuk menang sama dengan Ackoff & Sasieni yaitu berdasarkan data-data penawaran tertentu saja, dimana penawar terendah merupakan penawar kunci yang perlu diperhatikan. Untuk menghitung Expected profit sama dengan model Friedman,

(71)

e. model Loannou dan Leu (1993) mengusulkan model Average bid Method yang berhasil diuji di Italia dan Taiwan. Kurva-kurva penentuan probabilitas untuk menang dan expected profit dibuat dalam gambar grafik untuk menghitung probabilitas menang mirip dengan perumusan friedman dengan memodifikasi mean menjadi standardized mean.

E. Pendekatan Metode Statistik

Dalam menghitung probabilitas untuk menang dipilih pendekatan statistik berdasarkan tiga jenis distribusi yaitu multi discrete distribution, multi normal distribution dan single normal distribution (Patmadjaja,

1. Multi discrete distribution

Multi discrete distribution adalah distribusi berbentuk histogram dimana data-data dari masing-masing pesaing yang dikenal dihitung sendiri-sendiri probabilitas menangnya. Perhitungan ini menggunakan rasio masing-masing perusahaan yang kemudian dikelompokkan dengan rasio terendah tiap pelelangan dan rasio tertinggi setiap pelelangan.

(72)

Probabilitas yang dilihat menggunakan histogram adalah jumlah data dengan batasan mark up tertentu dibagi dengan total data kontraktor yang mengikuti pelelangan, sehingga didapat peluangnya. Sebagai contoh, histogramnya dapat dilihat pada Gambar 3.3.

2. Multi normal distribution

Metode ini menggunakan Persamaan 3.14.

Z = ( R – Mr ) / Dr ( ) dengan :

Z : Probabilitas normal variabel random

R Mark Up )

Mr : Mean Rasio penawaran dari data kontraktor Dr : Standar deviasi dari penawaran biaya kontraktor

Setelah Z dihitung, maka probabilitas menang dapat dicari pada tabel distribusi normal yang terdapat di buku statistik dengan melihat luasan pada bagian kanan dari Gambar 3.4.

(73)

Multi normal distribution terlebih dahulu menghitung mean, standar deviasi dan varian berdasarkan harga penawaran tertinggi dan harga penawaran terendah dari keseluruhan data yang dirangkum dalam jangka waktu tertentu sesuai kebutuhan data.

3. Single normal distribution

Rumus untuk menghitung probabilitas menang sama dengan Persamaan

(74)

Tahapan penelitian ditampilkan dalam bentuk flow chart pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Tahapan penelitian model strategi penawaran Perumusan masalah:

1. Studi Literatur

2. Mengungkapkan latar belakang 3. Memunculkan inti permasalahan 4. Menentukan tujuan

5. Menentukan batasan masalah mulai

Identifikasi data yang diperlukan (tahun 2013 s/d 2015)

Pengumpulan data sekunder

(tahun 2013 s/d 2015)

Pemilihan data yang akan digunakan untuk penelitian

A

(75)

Gambar 4.1 Tahapan Penelitian model strategi penawaran (Lanjutan) Analisis hitungan untuk

mendapatkan nilai mark up dan expected profit Analisis hitungan probabilitas menang dengan pendekatan statistik:

1. Multi discrete distribution 2. Multi normal distribution 3. Single Normal Distribution

A

Pengujian masing-masing model dengan data pilihan

Selesai

Pembahasan hasil penelitian, kesimpulan dan saran

Friedman method

Gates method

(76)

B. Populasi / Pengambilan Data Tender Konstruksi

Data yang diperlukan berupa data sekunder yang diperoleh dengan cara pengumpulan data pelelangan secara online melalui LPSE Provinsi DKI Jakarta.

Data penawaran yang terkumpul dari tahun 201 sampai tahun 2015 diseleksi berdasarkan batasan masalah yang telah dibahas sebelumnya yaitu tender proyek konstruksi di atas Rp. 0.000.000 dan minimal 5 (lima) perusahaan kontraktor yang mengikuti lelang.

Setelah data berdasarkan batasan masalah tersebut dikumpulkan, selanjutnya data diseleksi berdasarkan jumlah terbanyak peserta lelang dan keaktifan kontraktor mengikuti lelang. Hasil akhir pengolahan data awal penawaran konstruksi didapat pelelangan pekerjaan konstruksi dengan jumlah perusahaan kontraktor sebanyak pesaing dari tahun - melalui layanan pengadaan secara elektronik yang kemudian masing-masing perusahaan diberi kode berdasarkan abjad depan perusahaan.

C. Pengolahan Data dengan Pendekatan Statistik

Tahap pertama pengolahan data dengan pendekatan statistik adalah menentukan metode yang digunakan, yaitu metode Multi discrete distribution, Multi normal distribution dan Single Normal Distribution.

Gambar

Gambar 2.1 Batas harga penawaran suatu tender (Cook,
Tabel 2.2 Faktor pengali bangunan gedung bertingkat
Tabel 2.3 Hasil Mark Up dari Expected Profit Maximum
Tabel 3.1 Data terhadap kontraktor A pada penawaran yang telah lewat
+7

Referensi

Dokumen terkait