• Tidak ada hasil yang ditemukan

A Kelompok 1 Penggunaan Diskusi Sebagai Strategi Pembelajaran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "A Kelompok 1 Penggunaan Diskusi Sebagai Strategi Pembelajaran"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR KIMIA KIM 1263

DISKUSI SEBAGAI STRATEGI PEMBELAJARAN

OLEH :

Ni Putu Yudawati NIM 1513031003 Alista Lusia Viana NIM 1513031011 Iftitahur Rohmah NIM 1513031016

III A

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

(2)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelasaikan makalah strategi belajar mengajar kimia.

Makalah ini penulis buat bertujuan untuk menjelaskan diskusi sebagai strategi pembelajaran. Makalah ini penulis buat dengan semaksimal mungkin, walaupun masih banyak sekali kekurangan-kekurangan yang harus penulis perbaiki. Oleh karena itu untuk memperbaiki makalah ini penulis mengharapkan saran dari teman-teman semua.

Penulis ucapkan banyak terima kasih kepada dosen yang telah memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada kelompok penulis untuk menyampaikan materi ini.

Singaraja, 01 Desember 2016

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PRAKATA ... ii

DAFTAR ISI... iii

ABSTRAK ... iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan... 2

1.4 Manfaat ... 3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Diskusi Sebagai Strategi Pembelajaran... 5

2.2 Pengunaan Strategi Pembelajaran... 7... 2.3 Keterbatasan Strategi Pembelajaran... 10

2.4 Langkah-langkah Perencanaan Pembelajaran... 11

2.5 Penilaian Keefektifan Strategi Pembelajaran... 22

(4)

BAB III Penutup

3.1 Kesimpulan... 34

(5)

ABSTRAK

Diskusi kelas merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas. Startegi diskusi ini dipercaya adanya proses bertukar pikiran antara siswa dengan siswa yang lain atau antara guru dengan siswa dengan aturan-aturan tertentu dan mengikat secara bersama-sama. Strategi pembelajaran ini bersifat interaktif dan kolaboratif sehingga mampu secara efektif memberdayakan potensi-potensi kognisi dan afeksi siswa menjadi pribadi-pribadi yang kritis, demokratis, toleran dan dewasa menghadapi persoalan-persoalan yang dihadapi. Bagi guru, strategi pembelajaran ini dapat meningkatkan tingkat kreatifitas dan inovasi dirinya. Karena seorang guru yang menggunakan strategi pembelajaran ini dituntut mengelola jalannya diskusi secara berdialog sehingga dibutuhkan rencana dan persiapan yang detil dan matang. Strategi pembelajaran ini memiliki kelebihan namun juga bukan nyata kelemahan. Kelebihan strategi pembelajaran ini antara lain: Mendorong siswa untuk berpikir kritis, mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas, mendorong siswa mengembangkan pikirannya untuk memecahkan masalah bersama, dan lain sebagainya. Kelemahan strategi pembelajaran ini antara lain: Jalannya diskusi seringkali didominasi oleh siswa yang pandai, sehingga mengurangi peluang siswa yang lain untuk berpartisipasi. Jalannya diskusi seringkali dipengaruhi oleh pembicaraan yang menyimpang dari topik pembahasan masalah, sehingga pembahasan melebar kemana-mana, dan beberapa kelemahan lainnya. Namun, dibanding kelemahannya, strategi pembelajaran ini lebih banyak mengandung kelebihan sehingga sangat tepat untuk dipergunakan dalam mengelola pembelajaran di kelas untuk menghindari cara-cara konvensional dan ketinggalan.

(6)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelaksanaan pembelajaran sering dirasakan membosankan bagi siswa, karena guru hanya memberikan pelajaran dengan menggunakan satu cara dan tidak heran apabila sering didapati siswa sedang mengantuk dan kadang berbicara sendiri dengan teman lain. Sedangkan, guru sedang menerangkan materi, untuk itu diperlukan strategi pembelajaran agar proses kegiatan belajar mengajar dapat berhasil. Strategi merupakan usaha untuk memperoleh kesuksesan dan keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan. Dalam dunia pendidikan strategi dapat diartikan sebagai a plan, method, or series of activities designed to activis a particuler educational goal. Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai suatu tujuan pendidikan tertentu. (Wina Sanjaya, 2006;126)

(7)

Sebelum menggunakan strategi ini, dalam strategi mengajar, guru harus mengetahui dan menguasai pengertian diskusi, ciri-ciri dan karakteristik diskusi, peran guru dan peran siswa dalam strategi diskusi, dan langkah-langkah penerapan strategi diskusi dalam proses pembelajaran, serta kelebihan dan kelemahan startegi ini. Setelah mengetahui hal-hal tersebut, guru dapat menerapkan strategi diskusi dengan lebih baik dan mantap dalam pembelajaran dikelas. Siswa juga dapat mengembangkan kemampuan berfikir dan bekerjasama antar siswa. (Wina Sanjaya, 2006;126)

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan diskusi sebagai stretegi pembelajaran ? 2. Bagaimana penggunaan strategi pembelajaran yang digunakan dalam

diskusi sebagai strategi pembelajaran ?

3. Apa sajakah keterbatasan diskusi sebagai strategi pembelajaran ?

4. Bagaimanakah langkah-langkah perencanaan pembelajaran pada diskusi sebagai strategi pembelajaran ?

5. Bagaimanakah cara menilai keefektifaan diskusi sebagai strategi pembelajaran ?

6. Bagaimanakah bentuk aplikasi diskusi sebagai strategi pembelajaran dalam pembelajaran kimia ?

1.3 Tujuan

1. Mendeskripsikan dan menjelaskan diskusi sebagai strategi pembelajaran 2. Mendeskripsikan dan menjelaskan penggunaan diskusi sebagai strategi

pembelajaran

3. Mendeskripsikan dan menjelaskan keterbatasan pada diskusi sebagai strategi pembelajaran

4. Mendeskripsikan dan menjelaskan langkah-langkah perencanaan pembelajaran pada diskusi sebagai strategi pembelajaran

5. Mendeskripsikan dan menjelaskan penilaian keefektifaan diskusi sebagai strategi pembelajaran

6. Mendeskripsikan aplikasi diskusi sebagai strategi pembelajaran dalam pembelajaran kimia

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Teoritis

Bagi Lembaga Pendidikan :

(8)

penggunaan diskusi sebagai strategi pembelajaran kepada tenaga pengajar dalam proses pembelajaran.

Bagi Pembaca :

Manfaat teoritis yang dapat diperoleh oleh pembaca yaitu dapat menambah wawasan pembaca mengenai penggunaan diskusi sebagai strategi pembelajaran.

Bagi Penulis :

Manfaat teoritis yang dapat diperoleh oleh penulis yaitu dapat menambah pemahaman penulis dalam mendeskripsikan dan menjelaskan penggunaan diskusi sebagai strategi pembelajaran.

1.4.2 Manfaat Praktis

Bagi Lembaga Pendidikan :

Manfaat praktis yang dapat diperoleh oleh lembaga pendidikan adalah dapat mengaplikasikan diskusi sebagai salah satu strategi pembelajaran dalam proses pembelajaran.

Bagi Pembaca :

Manfaat praktis yang didapatkan pembaca adalah dapat memahami bahwa penggunaan diskusi sebagai strategi pembelajaran dapat membuat siswa berpikir realistis dalam memikirkan isu-isu terbaru dan sering diperdebatkan. Ini membantu siswa untuk melihat teori sebagai seperangkat alat untuk memecahkan kasus-kasus yang telah ditentukan sehingga dapat membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan metakognitifnya.

Bagi Penulis :

(9)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Diskusi

Diskusi adalah proses interaksi tatap muka yang teratur dalam kelompok untuk bertukar pikiran. Tujuan dari diskusi adalah untuk memecahkan masalah, menjawab pertanyaan, meningkatkan pengetahuan pelajar atau mencapai keputusan. Diskusi adalah strategi belajar mengajar yang dapat disesuaikan untuk memenuhi setiap subjek pada setiap tingkat pendidikan. Diskusi dapat melibatkan seluruh kelas atau dapat digunakan dengan kelompok-kelompok kecil. Diskusi seperti strategi pengajaran berpusat pada peserta didik lainnya, sering digunakan sebagai pelengkap teknik lain dari pengajaran kelas. (Roestiyah NK. 1991)

Ciri-ciri Diskusi

Adapun ciri-ciri diskusi adalah sebagai berikut : 1. Terdiri dari beberapa orang atau lebih.

2. Ada permasalahan yang sedang dicarikan solusi pemecahannya. 3. Ada yang menjadi pemimpin.

4. Ada proses tukar pendapat atau informasi.

5. Menghasilkan rumusan alternatif pemecahan masalah yang sedang dibahas. (Roestiyah NK. 1991)

Perencanaan Diskusi

Diskusi yang direncanakan dengan buruk bisa menjadi tidak bermakna dan buang-buang waktu. Membuat perencanaan untuk diskusi melibatkan empat langkah-langkah, yaitu:

1. Mengidentifikasi topik

Diskusi yang paling efektif saat topiknya kontroversial atau membuka ruang bagi perbedaan interprestasi. Sebagai contoh, Sue merencanakan untuk meminta siswanya membahas apa yang menurut mereka sedang dipikirkan Dimmesdele saat menyampaikan ceramah dan apa ada dibenak Hester saat mendengarkan ceramah itu. Ini adalah topic diskusi ideal karena jawabannya tidak jelas dan berbagai interprestasi bias ditawarkan. (Pompam. 2003)

(10)

Guru akan memiliki tiga tujuan saat guru melibatkan siswa ke dalam diskusi, yaitu: Pertama, guru ingin murid memikirkan suatu topik secara mendalam dan lebih analitis dibandingkan jika mereka hanya membacanya. Membahas karakter dan mendengarkan berbagai sudut pandang memperdalam pemahaman siswa. (Pompam. 2003)

Kedua, diskusi memberi siswa latihan berpikir kritis. Saat mereka menawarkan intepretasi mereka, guru bisa meminta mereka memberikan bukti bagi opini mereka. Dengan pengalaman, mereka diharapkan belajar untuk berhenti dan berpikir sejenak sebelum memberikan opini atau inerprestasi yang tak berdasar, suatu kecenderungan akan berguna bagi mereka dalam dunia diluar sekolah. (Pompam. 2003)

Ketiga, diskusi dapat berkontribusi banyak pada perkembangan sosial siswa. Siswa mempelajari keterampilan-keterampilan sosial penting, seperti:

a. Mendengarkan dengan penuh perhatian b. Menunggu giliran

c. Mengekspresikan ide dengan jeernih dan jelas d. Mengembangkan ide-ide orang lain

e. Membaca petunjuk-petunjuk nonverbal

Jika guru ingi siswa mencapai tujuan belajar seperti ini, maka diskusi dapat menjadi strategi yang efektif. (Pompam. 2003)

3. Mengembangkan Pengetahuan Siswa

Mengatakan bahwa siswa harus memiliki pengetahuan sebelum memulai diskusi sudahlah jelas. Diskusi harus selalu diadakan setelah pelajaran-pelajaran yang berfokus pada mendapatkan pengetahuan dan memahami topik. (Pompam. 2003)

4. Membangun Struktur

(11)

2.2 Waktu penggunaan diskusi sebagai strategi mengajar

Guru dapat menggunakan diskusi sebagai strategi mengajar ketika: 1. Ketika guru ingin siswa untuk bekerjasama.

2. Ketika guru ingin siswa untuk mengembangkan pemahaman. 3. Ketika guru ingin siswa untuk menggambarkan pemahaman

mereka berdasarkan pengetahuan dan pengalaman mereka sebelumnya.

4. Ketika guru ingin siswa untuk mengeksplorasi keragaman perspektif dan melihat bahwa ada banyak cara yang berbeda untuk mencapai tujuan bersama.

5. Ketika guru ingin siswa untuk berlatih menghasilkan ide-ide mereka sendiri.

6. Ketika guru ingin siswa untuk memahami bahwa masalah kompleks dapat diselesaikan dengan sederhana.

Beberapa batasan penggunaan diskusi sebagai strategi pembelajaran Hal ini tidak mudah untuk melakukan diskusi seluruh kelas yang efektif. Masalah yang paling umum yang mungkin guru alami adalah sebagai berikut:

1. Diskusi tidak mungkin untuk membantu siswa belajar kecuali siswa sudah dipersiapkan dengan baik.

2. Sangat mudah bagi siswa berbicara mendominasi diskusi dan mempengaruhi kelompok untuk menerima ide-ide mereka.

3. Para pemimpin kelompok sebaya dikelas dapat mendominasi diskusi. 4. Dalam diskusi akan ada banyak kesempatan bagi siswa untuk

menyimpang dari topik dan ini dapat membuang waktu.

5. Beberapa siswa mungkin enggan untuk berpartisipasi dalam diskusi karena takut diejek untuk ide-ide atau pendapat mereka. (Edggen│Don Kauchak, 2012: 164)

Menerapkan Diskusi

(12)

Semua strategi tentunya akan membutuhkan perhatian siswa demikian juga dalam strategi diskusi ini. Sue memperkenalkan pelajarannya dengan memberi tahu siswa bahwa ia akan membaca satu kutipan teks kemudian siswa harus menuliskan ciri ciri penting dari kutipan yang telah dia baca, hal ini akan membuat siswa tetap pasif secara kognitif. (Edggen│Don Kauchak, 2012: 164)

Tugas menulis akan membantu siswa untuk mengaktifkan latar belakang siswa. Sejumlah topik yang cukup luas sebagai guru kita harus pintar untuk memfokuskan perhatian siswa, bisa dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan untuk siswa mengenai topik yang dibahas. (Edggen│Don Kauchak, 2012: 164)

Fase 2: Eksplorasi

Sepanjang fase eksplorasi, siswa berfokus pada topik atau isu dan berbagai perspektif mereka satu sama lain. Dalam mengajar guru memiliki 2 peran penting saat memandu diskusi. Pertama, guru harus menjaga diskusi terfokus dan mengalir. Karena diskusi terutama didorong oleh komentar siswa, kemungkinan melantur (drift) selalu ada. Guru perlu dengan cermat memonitor arah diskusi dan mengembalikan fokus siswa apabila siswa tersebut menyimpang atau mengarah ke jalan buntu. Kedua, guru harus berusaha memberi siswa pengalaman yang mendorong perkembangan sosial. (Edggen│Don Kauchak, 2012: 164)

(13)

memonitor perkembangan diskusi dan mengintervensi jika perlu. Ketiga, kurangnya arahan yang jelas juga bisa menjadi hambatan. (Edggen│Don Kauchak, 2012: 164)

Fase 3 : Penutup

Setelah diskusi berlangsung kemudian kita menutup diskusi tersebut, tentunya kita tidak ingin siswa menyelesaikan diskusi dengan perasaan kurang yakin. Menelaah perspektif dan interpretasi berbeda adalah tujuan dari diskusi. Siswa tidak akan mencapai suatu kesimpulan yang sama sebagaimana jika mereka mempelajari konsep atau ketrampilan tertentu. Oleh karena itu sebagai guru harus cerdas merancang kesimpulan dari topik yang sudah dibahas untuk membantu siswa meninggalkan kelas dengan gagasan jelas mengenai topik yang telah mereka diskusikan dan bagaimana terkait dengan pelajaran esok hari. (Edggen│Don Kauchak, 2012: 164)

Fase Tujuan

Fase 1 : Perkenalan

Guru memberikan satu isu dan pembuka diskusi

 Menarik perhatian

 Memberikan fokus bagi diskusi

 Mengaktifkan pengetahuan latar belakang

Fase 2 : Eksplorasi

Siswa mengeksplorasi topik, memperjelas pemikiran mereka, dan mengambil satu posisi.

 Mendorong keterlibatan siswa

 Mendorong pemahaman mendalam terhadap topik  Mengembangkan pemikiran

kritis dan perkembangan sosial

(14)

Poin-poin utama dalam diskusi akan diringkaskan

2.3 Keterbatasan diskusi sebagai strategi pembelajaran

Dalam diskusi sebagai strategi pembelajaran ini, memiliki beberapa keuntungan dan kelebihan, yaitu :

1. Keuntungan dari diskusi sebagai strategi pembelajaran :

a. Diskusi melibatkan semua siswa secara langsung dalam kegiatan belajar mengajar (KBM).

b. Setiap siswa dapat meguji tingkat pengetahuan dan penguasaan bahan belajarnya masing-masing.

c. Diskusi dapat menumbuhkan dan mengembangkan cara berpikir dan sikap ilmiah.

d. Dengan mengajukan dan mempertahankan pendapatnya dalam diskusi diharapkan para siswa akan dapat memperoleh kepercayaan akan kemampuan diri sendiri.

e. Diskusi dapat menunjang usaha-usaha pengembangan sikap sosial dan sikap demokratis para siswa.

2. Kekurangan dari diskusi sebagai strategi pembelajaran :

a. Suatu diskusi dapat diramalkan sebelumnya mengenai bagimana hasilnya sebab tergantung kepada pemimpin dan partisipasi anggota-anggotanya.

b. Suatu diskusi memerlukan keterampilan-keterampilan tertentu yang belum pernah dipelajari sebelumnya.

c. Jelannya diskusi dapat dikuasai (didominasi) oleh beberapa siswa yang menonjol.

d. Tidak semua topik dapat dijadikan pokok diskusi, tetapi hanya hal-hal yang bersifat problematis saja yang dapat didiskusikan.

e. Diskusi yang mendalam memerlukan waktu yang banyak.

f. Apabila suasana diskusi hangat dan siswa sudah berani mengemukakan buah pikiran mereka, maka biasanya sulit untuk membatasi pokok masalahnya.

g. Jumlah siswa yang terlalu besar didalam kelas akan mempengaruhi kesempatan setiap siswa untuk mengemukakan pendapatnya.

(15)

Dalam menyusun sebuah diskusi dalam pembelajaran, maka diperlukan langkah-langkah yang baik agar diskusi dapat berjalan dengan efektif :

1. Mempersiapkan diskusi

Diskusi akan menjadi luar biasa apabila digunakan dengan benar dalam proses belajar dan mengajar (Lowe, dalam Killen:2007). Diskusi mungkin memiliki unsur spontan dan tak terduga, keberhasilan atau kegagalan dalam membantu siswa untuk belajar melalui diskusi akan tergantung pada ketelitian dari persiapan guru. Sebuah diskusi tidak harus terdiri hanya dari guru duduk untuk ngobrol dengan siswa, itu harus menjadi kegiatan yang direncanakan dengan hati-hati dengan tujuan yang telah ditetapkan dan struktur yang jelas. Apakah guru berniat untuk menggunakan diskusi sebagai bagian kecil dari pelajaran atau sebagai fokus utama untuk pelajaran, kunci keberhasilan adalah organisasi, baik sebelum dan selama pelajaran. (Killen. 2007)

Diskusi dapat menjadi cara yang efektif untuk membantu siswa belajar dalam berbagai situasi, itu akan salah untuk menganggap bahwa diskusi seluruh kelas selalu merupakan strategi pengajaran yang sesuai. Hal ini tentu tidak pantas untuk memutuskan menggunakan diskusi sebelum mempertimbangkan apa yang guru inginkan dan sebelum mempertibangkan keuntungan dan keterbatasan strategi lain. Jika guru memutuskan bahwa diskusi adalah strategi mengajar yang paling tepat, berikut langkah-langkah perencanaan untuk meningkatkan kemungkinan bahwa diskusi akan menjadi pengalaman belajar yang berguna bagi siswa.

Langkah 1 : Tentukan tujuan diskusi

(16)

Langkah 2 : Meneliti latar belakang informasi

Guru dalam mempersiapkan diskusi akan perlu untuk melakukan riset terhadap topik yang kan didiskusikan. Guru harus memiliki pengetahuan yang komprehensif dari materi pelajaran, meskipun guru tidak akan menyajikan informasi kepada siswa secara langsung. Guru perlu pengetahuan ini dalam rangka memberikan konstribusi untuk diskusi (pada pijakan yang sama dengan siswa) dan untuk membimbing siswa terhadap hasil belajar yang menjadi fokus dari pelajaran. Ini tidak berarti bahwa guru akan memimpin siswa untuk menemukan jawaban 'benar' untuk pertanyaan-pertanyaan diskusi, hal ini berarti bahwa guru akan membantu siswa untuk membawa diskusi ke beberapa kesimpulan logis, dan guru tidak dapat melakukan itu kecuali jika guru tahu banyak tentang topik. (Buckelew, dalam Killen: 2007)

Diskusi yang guru butuhkan untuk dapat memberikan arahan dengan cara mendukung tetapi non-intrusif yang akan memungkinkan mayoritas input datang dari siswa. Oleh karena itu, guru harus mampu mengenali kapan konstribusi siswa yang relevan dan tidak, guru harus dapat mengambil konstribusi jelas dan membantu siswa untuk mengembangkan diskusi. Melalui semua ini, guru harus memastikan bahwa diskusi (seperti stimulasi yang diberikan oleh berbagai ide) dapat dicapai. Guru tidak akan melakukan ini tanpa pemahaman yang menyeluruh tentang materi pelajaran. (Buckelew, dalam Killen: 2007)

Apabila guru ingin siswa memahami materi, guru harus lebih menguasainya, tidak peduli apa strategi mengajar yang guru gunakan. Aturan praktis yang baik ketika merencanakan diskusi adalah mencoba untuk mengantisipasi semua pertanyaan bahwa peserta didik mungkin bertanya, dan pastikan bahwa guru mampu menjawabnya. Guru harus mampu mengantisipasi apa yang tak terduga, dan bereaksi dengan tepat, akan membedakan guru yang mampu dan tidak mampu.

Langkah 3 : Membantu siswa mempersiapkan diskusi

(17)

memiliki kesulitan untuk berpartisipasi dalam diskusi, karena bahkan anak-anak yang sangat muda dapat terdorong untuk bertukar ide dan menawarkan pendapat. Namun, fakta bahwa siswa berpartisipasi dalam diskusi tidak secara otomatis berarti bahwa mereka belajar. Guru harus membantu siswa untuk berpikir tentang ide-ide ini untuk membangun pemahaman yang lebih bagus dengan sengaja membangun pengetahuan mereka sebelumnya. Mereka tidak akan dapat berkonstribusi jika mereka tahu sedikit tentang topik dan mereka akan bersedia untuk berkonstribusi jika pertanyaan atau masalah yang akan dibahas relevan dan penting bagi siswa. Bagian terpenting dari persiapan siswa adalah memahami apa yang mereka akan bahas dan mengapa, itu tidak cukup untuk memberitahu mereka tentang topik diskusi.

Sebuah diskusi akan cepat berubah menjadi sesi guru bertanya-siswa menjawab jika siswa tidak mampu atau tidak mau berkontribusi. Mereka tidak akan dapat berkontribusi jika mereka tahu sedikit tentang topik dan mereka akan bersedia untuk berkontribusi jika pertanyaan atau masalah yang akan dibahas relevan dan penting bagi siswa. Bagian terpenting dari persiapan siswa adalah memahami apa yang mereka akan bahas dan mengapa, itu tidak cukup untuk memberitahu mereka tentang topik diskusi. (Buckelew, dalam Killen: 2007)

Semakin banyak siswa tahu tentang topik yang sedang dibahas dan semakin mereka berpikir tentang hal itu sebelum diskusi dimulai, semakin mereka akan dapat saling membantu untuk memahami isu yang terlibat/ untuk membuat konstribusi informasi, siswa harus mengidentifikasi beberapa isu kunci, mengumpulkan fakta, merumuskan pertanyaan dan membentuk opini tentatif sebelum diskusi dimulai. Hal ini sering berguna untuk memberikan siswa dengan bahan bacaan persiapan sehingga mereka semua memliki beberapa pemahaman umum dari konsep dan fakta-fakta yang akan menginformasikan diskusi mereka. Hal ini lebih baik jika bahan-bahan ini mendorong siswa untuk mengeksplorasi beberapa isu terbuka dimana mereka dapat memiliki pendapat yang berbeda daripada hanya menyediakan semua pandangan yang sama dari topik tertutup. (Buckelew, dalam Killen: 2007)

(18)

konsep dan fakta-fakta yang akan menginformasikan diskusi mereka. Hal ini lebih baik jika bahan-bahan ini mendorong siswa untuk mengeksplorasi beberapa isu terbuka di mana mereka dapat memiliki pendapat yang berbeda daripada hanya menyediakan semua pandangan yang sama dari topik tertutup. Guru lebih mempromosikan diskusi yang hidup dan produktif jika bahan persiapan menyebabkan siswa untuk mempertanyakan beberapa keyakinan mereka daripada jika mereka hanya memperkuat pandangan tetap. Menyediakan siswa dengan daftar pertanyaan di muka adalah cara yang berguna untuk mendorong lebih tenang siswa untuk berpartisipasi dalam diskusi (Buckelew, dalam Killen: 2007).

Langkah 4 : Menyiapkan rencana diskusi

Rencana untuk pelajaran berbasis diskusi akan mirip dengan rencana pelajaran biasa, minimal harus memiliki:

1. Hasil belajar yang jelas

2. Garis besar subjek yang akan dibahas dan alasan untuk mendiskusikannya.

3. Catatan tentang bagaimana guru akan membuka diskusi. 4. Pertanyaan yang jelas untuk fokus diskusi.

5. Daftar pertanyaan tambahan untuk memadukan diskusi. 6. Catatan tentang guru akan menutup diskusi

Pertanyaan memainkan bagian yang sangat penting dalam diskusi, guru dapat menggunakan pertanyaan untuk memulai diskusi, dan berbagai waktu sepanjang diskusi untuk mengarahkan dari satu titik ke titik lain. Hal ini penting karena mengajukan pertanyaan akan merangsangsiswa untuk berpikir dan mengeksplorasi ide-ide. Ini harus jelas bahwapertanyaan yang memerlukan jawaban ya/tidak memiliki kontribusi yang kecildalam merangsang diskusi. Guru mempersiapkan pertanyaan pada poin penting sebagai bagian dari rencana pertanyaan. Guru akan menemukan bahwa diskusi akan meminta guru untuk mengajukan pertanyaan tambahan, tetapi jika guru tidak mempersiapkan secara memadai akan sulit untuk memastikan bahwa siswa mempelajari semua yang guru ingin mereka pelajari.

(19)

Guru harus merencanakan cara untuk mendorong siswa agar dapat mengajukan pertanyaan selama diskusi. Tujuan dari pembahasan ini adalah untuk membantu para siswa untuk belajar. Mereka perlu membangun pemahaman mereka sendiri dari masalah yang sedang dibahas dan mereka tidak bisa melakukan ini kecuali mereka memiliki kesempatan untuk mengklarifikasi poin yang tidak jelas. (Buckelew, dalam Killen: 2007)

Rencana diskusi guru harus menunjukkan kira-kira berapa banyak waktu yang guru pikir siswa akan perlu untuk mengeksplorasi setiap aspek utama diskusi. Secara umum, lebih baik untuk membatasi waktu dan menjaga diskusi terfokus, bukan untuk memberikan waktu yang berlebihan yang akan mendorong siswa untuk menyimpang dari topik. Siswa sangat cepat akan kehilangan minat jika mereka berpikir bahwa diskusi sedang melenceng, atau bahwa itu digunakan hanya untuk mengisi waktu. Kadang-kadang siswa akan menjadi begitu terlibat dalam diskusi yang tidak dapat diselesaikan dalam satu pelajaran. Mengantisipasi kemungkinan ini, guru harus merencanakan apa yang harus disiapkan.

Langkah 5 : Mempersiapkan lingkungan diskusi

Langkah penting dalam mempersiapkan diskusi adalah untuk membangun iklim diskusi yang efektif. Bagian penting dari ini adalahmeyakinkan siswa bahwa pandangan dan perasaan mereka akan dihormati olehguru dan siswa lainnya. Karena itu perlu bagi siswa untuk merasa aman agar bersedia untuk mengungkapkan ide-ide yang dapat memicu perselisihan dan kritik, anggota kelompok diskusi perlu peka terhadap pikiran anggota lainnya.Siswa harus menghargai dan menghormati gagasan orang lain melalui semua strategi pengajaran yang guru gunakan. Pengaturan tempat duduk dapat memiliki efek pada kontribusi siswa untuk diskusi. Situasi yang paling diinginkan adalah semua siswa duduk dalam lingkaran menghadap satu sama lain, sehingga ada komunikasi tatap muka. Guru ingin diskusi mengalir bebas, sehingga biasanya bukan ide yang baik untuk meminta siswa untuk berdiri di depan kelas sebelum mereka berbicara. Jika memungkinkan, mengatur kelas sebelum siswa tiba sehingga guru tidak membuang waktu berharga untuk diskusi. (Buckelew, dalam Killen: 2007)

(20)

a. Setiap orang harus memiliki kesempatan yang wajar untuk berpartisipasi.

b. Hanya satu orang yang dapat berbicara pada satu waktu.

c. Peserta didik dapat mengajukan pertanyaan satu sama lain dengan guru, atau mereka dapat memberikan pernyataan faktual atau menawarkan pendapat.

d. Semua yang berkontribusi akan dihargai dan tidak akan ditertawakan. e. Semua yang ingin berkontribusi harus relevan dengan topik.

f. Tidak ada kesimpulan yang diambil jika semua yang berkontribusi belum menyepakatinya.

2. Membuka diskusi

Hal ini penting bagi guru untuk memberikan struktur dan arah untuk diskusi sehingga tetap fokus. Cara guru memulai diskusi akan tergantung pada persiapan sebelum diskusi. Misalnya, jika guru telah meminta mereka untuk mempersiapkan diskusi dengan membaca sebuah artikel, koran atau dengan mencari beberapa informasi di internet mereka sudah harus memiliki ide yang masuk akal dari tujuan diskusi. Guru harus memberikan pertanyaan awal yang menarik, atau berhubungan dengan pengalaman pribadi pendek yang akan membangkitkan rasa ingin tahu siswa, atau menguraikan masalah yang menarik. Guru juga harus mengingatkan siswa tentang tujuan diskusi, menjelaskan secara singkat bagaimana pelajaran akan dilanjutkan, mengingatkan siswa dari setiap aturan atau prosedur yang guru harapkan mereka untuk ikuti.

Pertanyaan pembuka sangat penting karena itu adalah kesempatan terbaik guru untuk melibatkan para siswa. Hal ini biasanya memberikan keuntungan, karena beberapa siswa mungkin malu untuk berkontribusi. Ini tidak berarti bahwa guru harus mengajukan pertanyaan sederhana. Guru dapat meminta peserta didik untuk siap mengajukan pertanyaan mereka sendiri berdasarkan bacaan mereka sebelumnya.

(21)

memberikan jawaban yang sederhana dan tidak berpikir banyak tentang masalah ini. Jika guru mengajukan pertanyaan yang terlalu kompleks, peserta didik mungkin akan merasa frustrasi atau tidak tertarik. Untuk menghindari masalah ini, guru harus memutuskan terlebih dahulu apa yang guru harapkan dari peserta didik. Guru kemudian dapat mengajukan pertanyaan yang akan mendorong jenis pemikiran peserta didik.

 Cara alternatif untuk memulai diskusi

Pertanyaan tidak selalu cara yang paling tepat untuk membuka diskusi karena mereka cenderung untuk memusatkan perhatian pada apa yang guru anggap penting bukan pada apa yang siswa anggap penting. Beberapa alternatif adalah:

a. Singkat menguraikan masalah bahwa kelompok akan berusaha untuk memecahkan beberapa isu utama yang diangkat dalam pra-membaca mereka.

b. Meminta siswa untuk menjelaskan secara singkat suatu peristiwa dari pengalaman mereka sendiri yang berkaitan dengan topik diskusi. Setelah beberapa siswa telah berbagi pengalaman mereka, lalu meminta peserta diskusi lain untuk mengidentifikasi persamaan dan perbedaan dalam cerita dan menghubungkannya untuk diskusi.

c. Meminta siswa untuk memberikan pendapat dan gagasan mereka tentang bahan yang guru minta mereka untuk membaca dalam persiapan untuk diskusi.

d. Meminta siswa untuk membuat daftar poin utama dari bahan yang mereka baca dalam persiapan untuk diskusi. Ini dapat memberikan masukan untuk sesibrainstorming dan ditulis di papan sebagai pengingat poin yang harus ditangani selama diskusi.

e. Membuat pernyataan kontroversial yang berkaitan dengan topik yang akan dibahas.

(22)

3. Menarik Siswa Dalam Diskusi

Idealnya, masukan guru akan sedikit diberikan karena sebagian besar diskusi akan terdiri dari siswa yang bertukar ide, mempertanyakan satu sama lain, dan berusaha untuk mencapai pemahaman bersama tentang isu-isu. Namun, sampai siswa menjadi mahir dalam menggunakan diskusi sebagai sarana belajar, guru akan perlu untuk membimbing dan mendorong mereka. Sifat dan jumlah bimbingan akan tergantung pada apa yang guru inginkan darisiswa untuk belajar dari diskusi. Menarik siswa dalam diskusi, dapat melalui berbagai cara, yaitu:

a. Meminta siswa untuk mendefinisikan istilah dan konsep. Sebuah diskusi akan produktif jika siswa tidak memiliki pemahaman yang sama tentang konsep-konsep yang penting bagi pertanyaan yang mereka coba jawab. Guru mungkin perlu meminta siswa untuk mengklarifikasi pemahaman mereka.

b. Menyediakan siswa dengan informasi tambahan, jika siswa tidak memiliki latar belakang pengetahuan yang cukup untuk mengembangkan solusi untuk masalah yang dibahas, guru mungkin harus berhenti diskusi dan memberikan masukan yang tepat. Siswa hanya mengatakan apa yang mereka tahu. Siswa mengintegrasikan materi yang dibahas dengan pengetahuan lainnya. Jika diskusi tampaknya terlalu fokus, guru dapat meminta siswa untuk memperluas pandangan mereka dan mempertimbangkan masalah lainnya.

c. Meminta siswa untuk menerapkan pengetahuan mereka, guru dapat membantu siswa untuk melihat relevansi apa yang mereka pelajari dengan melibatkan mereka dalam diskusi yang memiliki beberapa aplikasi praktis.

d. Meminta siswa untuk menilai atau mengevaluasi bahan. 4. Mendorong siswa untuk berfikir selama diskusi

Untuk mendorong siswa berfikir secara mendalam tentang kontribusi orang lain dalam diskusi, guru dapat menggunakan teknik sebagai berikut:

(23)

c. Mendorong siswa untuk bertanya pada diri sendiri

d. Menyarankan siswa memulai kontribusi mereka dengan mengungkapkan pernyataan.

5. Menjaga diskusi tetap pada jalur

Siswa akan cepat kehilangan minat dalam diskusi ketika mereka melihat bahwa diskusi tersebut tidak bermanfaat. Jika guru ingin mempertahankan diskusi yang berguna harus ada beberapa masalah yang didiskusikan yang relevan dengan keadaan siswa. Jika diskusi telah direncanakan dengan hati-hati, siswa tertarik dalam topik, dan guru mempertahankan kontrol, pasti ada sedikit kesulitan dalam menjaga diskusi agar tetap fokus pada tujuan yang diharapkan. Guru perlu untuk mengantisipasi sejumlah kemungkinan yang diambil dalam diskusi. Guru memberikan serangkaian petunjuk dan pertanyaan untuk kembali memfokuskan diskusi. Namun guru tidak boleh mendominasi diskusi dan memaksa siswa agar berfikir mengenai kesimpulan yang diharapkan oleh guru. Oleh karena itu, terdapat beberapa alternatif yang dapat digunakan oleh guru untuk memfasilitasi diskusi, antara lain:

a. Mendengarkan secara aktif. Guru dapat menggunakan kontak mata dan dukungan nonverbal untuk berkomunikasi.

b. Memberikan pujian. Guru harus membuat komentar yang menunjukkan dukungan dan dorongan kepada siswa yang berpartisipasi dalam diskusi.

c. Membuat pernyataan deklaratif. Guru pasti tidak harus mencoba untuk mendominasi diskusi, tetapi Guru bisa menjadi 'mitra sejajar' dan menunjukkan pandangan Guru pada topik diskusi.

d. Berkaca dan mengulang. Untuk menunjukkan siswa pentingnya mendengarkan dan mencoba untuk membangun pemahaman mereka, Guru dapat meringkas apa yang Guru mengerti dengan komentar pembicara sebelumnya.

(24)

f. Mengulangi pernyataan. Kadang-kadang semua yang perlu Guru lakukan adalah meminta siswa untuk mengulang pernyataan sehingga setiap orang jelas tentang apa yang dikatakan.

g. Mengundang siswa untuk menguraikan. Jika Guru ingin mendengar lebih banyak tentang pandangan siswa, atau jika Guru berpikir bahwa siswa lain perlu mendengar lebih banyak untuk menghargai topik, mengundang pembicara untuk menguraikan, untuk membenarkan komentar mereka, atau untuk menyediakan bukti.

h. Mendorong pertukaran antar siswa. Guru perlu mendorong para siswa untuk berkomentar secara konstruktif atas gagasan satu sama lain. Ini akan mendorong para siswa untuk menghargai gagasan orang lain. i. Meminta contoh. Jika ada kemungkinan kesalahpahaman, Guru harus

meminta siswa untuk memberikan contoh untuk menggambarkan poin yang mereka ajukan.

j. Mengundang pertanyaan. Guru dapat mendorong diskusi dengan mengundang siswa untuk mengajukan pertanyaan tentang titik terakhir yang dibuat atau tentang masalah umum yang sedang dibahas. k. Melibatkan siswa yang ragu-ragu. Guru harus sengaja mencari pandangan siswa yang telah gagal untuk berkontribusi dalam diskusi, tetapi melakukan hal ini dengan cara yang tidak mengancam.

l. Mengundang pembicara untuk mengajukan pertanyaan. Jika siswa yang sedang berusaha untuk membuat suatu topik sepertinya mengalami kesulitan, maka guru dapat meminta siswa itu untuk memberikan pertanyaan untuk dipertimbangkan di kelas.

m. Berdiam diri. Ketika seorang siswa mencapai kontribusi akhirnya, tetap diam selama sekitar lima detik. Hal ini akan mendorong siswa untuk melanjutkan titik dan itu akan mendorong siswa lain untuk terus berpikir tentang kontribusi terakhir.

(25)

menduga bahwa siswa membuatpernyataan yang tidak benar-benar ia pahami penggunaannya, atau jika mereka menggunakan bahasa gaul. o. Menyerukan konsensus. Hal ini tidak perlu untuk setiap diskusi

untukmenghasilkan kesepakatan umum. Namun, jika diskusi tidak memuaskan, Guru mungkin harus membuat pernyataan untuk memecahkan kebuntuan.

p. Mengakui kebingungan. Jika Guru bingung dengan apa yang dikatakan siswa,maka guru harus mengatakannya.

2.5 Penilaian keefektifan diskusi sebagai strategi mengajar

Penilaian merupakan rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.

Secara garis besar, penilaian dapat dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Penilaian formatif

Penilaian formatif dilakukan dengan maksud memantau sejauhmanakah suatu proses pendidikan telah berjalan sebagaimana yang direncanakan.

2. Penilaian sumatif

Penilaian sumatif dilakukan untuk mengetahui sejau hmanakah peserta didik telah dapat berpindah dari suatu unit pembelajaran ke unit berikutnya.

Efektivitas berasal dari kata dasar efektif. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:219), kata efektif mempunyai arti efek, pengaruh, akibat atau dapat membawa hasil. Jadi efektivitas adalah keaktifan, daya guna, adanya kesesuaian dalam suatu kegiatan orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju.

(26)

tersebut, sehingga kata efektivitas dapat juga diartikan sebagai tingkat keberhasilan yang dapat dicapai dari suatu cara atau usaha tertentu sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Dapat disimpulkan juga bahwa suatu media pembelajaran bisa dikatakan efektif ketika memenuhi kriteria, diantaranya mampu memberikan pengaruh, perubahan atau dapat membawa hasil. Ketika kita merumuskan tujuan instruksional, maka efektivitas dapat dilihat dari seberapa jauh tujuan itu tercapai. Semakin banyak tujuan tercapai, maka semakin efektif pula media pembelajaran tersebut.

Menilai pembelajaran saat menggunakan strategi diskusi. (Edggen│Don Kauchak, 2012: 164)

Didalam diskusi ada tiga tipe tujuan saat menggunakan strategi diskusi :

1. Mengembangkan pemahaman lebih dalam tentang topik spesifik, seperti karakter-karakter dalam The Scarlet Letter.

2. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa 3. Mendorong perkembangan sosial.

Menilai materi dan pemikiran kritis akan menilai pemahaman siswa tentang topik dengan cara tradisional. Yaitu, dengan item-item esai sebagai cara paling umum dan sekaligus kemampuan berpikir kritis siswa.

Menilai perkembangan sosial sebagaimana hasil kerja kelompok dan pembelajaran kooperatif, menilai perkembangan sosial didalam diskusi kerap informal didasarkan pada pengamatan terhadap siswa saat mereka berinteraksi satu sama lain. Observasi sistematis, proses menentukan kriteria bagi kinerja baik atau diterima didalam satu kegiatan dan membuat catatan berdasarkan kriteria tersebut, cenderung akan menjadi proses paling efisien untuk menilai perkembangan sosial.

Beberapa ide-ide (Boron dan Strenberg, 1987 dalam killen 2007) 1. Apa yang didapat siswa dari strategi diskusi ini? Apakah kebanyakan

siswa dapat mencapai strategi ini? Jika tidak, mengapa?

2. Apakah siswa berantusias dalam mengikuti diskusi? Mengapa?

3. Apakah diskusi bisa mencapai sesuatu yang berguna tanpa perencanaan? Seberapa banyak hasil positif dari diskusi tersebut untuk diskusi yang akan datang?

(27)

5. Apakah siswa percaya bahwa mereka sedang mendiskusikan isu-isu yang berharga?

6. Apakah siswa menawarkan contoh tanggapan, contoh tanggapan dan argumen kontra? Jika tidak, mengapa mereka begitu banyak melakukan Perjanjian?

7. Apakah siswa mengidentifikasi tujuan masukan mereka untuk diskusi? sebagai contoh, mereka mengatakan hal-hal seperti "saya ingin mengomentari..." "saya tidak dapat menambahkan ke..." "saya tidak setuju dengan..." apa yang dikatakan disini mengenai keterlibatan mereka dalam diskusi?

8. Apakah siswa dapat memperhatikan hal lain yang mereka bahas dari subjek sekolah lainnya dan juga pengalaman mereka di luar sekolah? Jika tidak, mengapa?

9. Siswa mana yang mengajukan permohonan untuk menghubungkan pokok persoalan tertentu dalam diskusi prinsip-prinsip yang lebih umum?

10. Apakah siswa mengajukan pertanyaan yang relevan dan Logis?

11. Apakah siswa meminta suatu pembenaran daripada mengambil suatu hal-hal diberikan? Contohnya, apakah mereka membuat komentar seperti: "itu tidak tampaknya berhak membuat klaim bahwa tanpa beberapa bukti untuk mendukung itu"?

12. Apakah siswa meminta untuk klarifikasi? Contohnya, apakah mereka membuat komentar seperti "Apakah Anda keberatan oleh...?"

13. Diskusi yang dipengaruhi oleh faktor kebudayaan seperti mengapa diskusi secara tradisional dilakukan di komunitas siswa?

14. Dimana tidak ada hasil negatif dari pelajaran? Bagaimana bisa hasil yang negatif dihindari di diskusi selanjutnya?

15. Bagaimana bisa strategi ini lebih baik digunakan dalam pelajaran pertemuan yang akan datang? (Killen, 2007).

2.6 Contoh Aplikasi Penggunaan Diskusi Sebagai Strategi Pembelajaran Dalam Kimia

(28)

Kelas/Semester : X/I

Materi Pokok : Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit Alokasi Waktu: 2 x 50 Menit

A. KOMPETENSI INTI (KI)

KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,

tanggungjawab, peduli, gotong royong, kerjasama, toleran, santun, responsif dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial, alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.

B. KOMPETENSI DASAR (KD)

1. Menyadari adanya larutan elektrolit dan nonelektrolit sebagai wujud kebesaran Tuhan YME dan pengetahuan tentang adanya larutan elektrolit dan nonelektrolit sebagai hasil pemikiran kreatif manusia yang kebenarannya bersifat tentatif.

(29)

bertanggung jawab, kritis, kreatif, inovatif, demokratis, komunikatif) dalam berdiskusi yang diwujudkan dalam sikap sehari-hari.

3. Menunjukkan perilaku kerjasama, santun, toleran, cinta damai dan peduli lingkungan serta hemat dalam memanfaatkan sumber daya alam.

4. Menunjukkan perilaku responsif dan pro-aktif serta bijaksana sebagai wujud kemampuan memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5. Menalar dan menganalisis larutan elektrolit dan nonelektrolit dan sifat-sifat dari larutan elektrolit dan nonelektrolit.

C. INDIKATOR PEMBELAJARAN

1. Menjelaskan cara menguji sifat elektrolit dan nonelektrolit

2. Menjelaskan pembuktian suatu larutan bersifat elektrolit dan nonelektrolit 3. Mengidentifikasi penyebab larutan elektrolit dapat menghantarkan arus

listrik

4. Mengidentifikasi adanya larutan elekrolit dan nonelektrolit

D. TUJUAN PEMBELAJARANAspek Kognitif

1. Siswa dapat menjelaskan cara menguji sifat elektrolit dan nonelektrolit 2. Siswa dapat menjelaskan pembuktian suatu larutan bersifat elektrolit dan

nonelektrolit

3. Siswa dapat mengidentifikasi penyebab larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik

4. Siswa dapat mengidentifikasi adanya larutan elekrolit dan nonelektrolit  Aspek Psikomotor

1. Melakukan diskusi kelompok terkait cara menguji sifat elektrolit dan nonelektrolit, pembuktian suatu larutan bersifat elektrolit dan nonelektrolit, penyebab larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik dan adanya larutan elekrolit dan nonelektrolit.

2. Siswa dapat mengkomunikasikan/mempresentasikan hasil diskusi dalam kelompoknya mengenai cara untuk menguji sifat elektrolit dan nonelektrolit, pembuktian suatu larutan bersifat elektrolit dan nonelektrolit, penyebab larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik dan adanya larutan elekrolit dan nonelektrolit.

Aspek Afektif

(30)

2. Siswa dapat menunjukan sikap jujur dalam menjawab dan mengumpulkan hasil LKS (tugas) maupun saat ulangan.

3. Siswa dapat berperilaku responsif dan proaktif serta bijaksana dalam memecahkan masalah dan membuat keputusan.

4. Siswa dapat menunjukan sikap tanggung jawab selama proses pembelajaran berlangsung.

5. Siswa dapat menunjukkan kerjasama dan toleransi baik dalam diskusi kelompok maupun diskusi kelas.

E. SUMBER BELAJAR/BAHAN AJAR/ALAT 1. Sumber belajar:

Buku teks Kimia SMA/MA kelas X, Program peminatan kelompok Matematika dan Ilmu-ilmu Alam (MIA).

2. Bahan ajar:

Bahan presentasi,gambar-gambar larutan elektrolit dan nonelektrolit dalam kehidupan sehari-hari.

3. Alat:

Komputer/LCD.

F. KEGIATAN PEMBELAJARAN

No Tahapan Kegiatan Pembelajaran Waktu

(31)

1 Pendahuluan Langkah 1 Pemilihan dan Penampilan Materi

1. Guru memberikan materi kimia kepada siswa. Dalam hal ini materi yang diberikan adalah materi larutan elektrolit dan nonelektrolit yang umunya ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Guru menggunakan media presentasi berupa power point kemudian siswa diminta untuk memahami materi yang dijelaskan. Sesuai dengan kriteria dari pemilihan materi, larutan elektrolit dan nonelektrolit merupakan topik yang sangat cocok dijadikan bahan diskusi kelas dalam pembelajaran kimia. 2. Guru memancing siswa untuk dapat

memunculkan pertanyaan saintifik. Hal yang dilakukan guru adalah memusatkan perhatian siswa dengan memberikan pertanyaan lisan terkait dengan kasus yang diberikan. Pertanyaannya adalah sebagai berikut. “Sebutkan latutan apa saja yang dapat mengantarkan listrik dan tidak dapat mengantarkan listrik?”

(32)

3. Siswa secara mandiri membaca dan mencari teori-teori yang berkaitan dengan materi yang diberikan yaitu larutan elektrolit dan nonelektrolit untuk melengkapi pemahaman yang diberikan oleh guru sebelumnya, sehingga siswa akan siap untuk melakukan diskusi terkait materi yang diberikan.

2 Kegiatan Inti Langkah 2. Diskusi (Pengumpulan data) 1. Guru menjelaskan kepada siswa bahwa

tujuan dari pemilihan materi tersebut adalah agar siswa mampu memahami dan menjelaskan tentang larutan elektrolit dan nonelektrolit

2. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, misalnya tiap kelompok terdiri dari 4 s/d 5 orang.

± 50

(33)

4. Siswa secara berkelompok melakukan penelitian untuk mengumpulkan data dengan mengidentifikasi materi larutan elektrolit dan nonelektrolit dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini siswa mengumpulkan informasi mengenai pengertian larutan elektrolit dan nonelektrolit, mengidentifikasi larutan elektrolit dan nonelektrolit, dan menganalisis penyebab larutan elektrolit dan nonelektrolit.

[image:33.595.114.510.80.583.2]

5. Guru memberikan siswa LKS (lembar kerja siswa). Kemudian data yang didapatkan siswa pada saat pengumpulan data akan dicatat pada tabel dalam LKS yang telah disediakan oleh guru.

Langkah 3 Mengajukan Pertanyaan (Analisis Data)

(34)

2. Guru membimbing diskusi kelas dengan mengajukan pertanyaan yang dapat membantu siswa mengenai materi yang telah diberikan. Contohnya : Bisakah kamu menjelaskan perbedaan larutan elektrolit dan nonelektrolit? Mengapa larutan elektrolit dapat pengantarkan listrik? Pertanyaan tersebut dapat

membantu siswa dalam

mengembangkan ide/gagasan dalam memecahkan masalah tersebut.

3. Penutup Langkah 4. Penutup ( Evaluasi dan Kesimpulan)

± 40

1. Guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap materi yang telah dipelajari.

2. Setiap kelompok akan membuat rangkuman mengenai materi yang telah dibahas pada saat melakukan diskusi kelas.

(35)

4. Guru menilai hasil rangkuman dari setiap kelompok, yang dinilai oleh guru adalah cara siswa dalam mengembangkan pola pikirnya, cara siswa mengemukakan pendapat, dan cara siswa memecahkan suatu masalah yang berhubungan dengan materi larutan elektrolit dan nonelektrolit 5. Guru membantu siswa dalam membuat

kesimpulan berkaitan dengan materi larutan elektrolit dan nonelektrolit. 6. Guru menanyakan apakah ada siswa

yang belum mengerti materi larutan elektrolit dan nonelektrolit yang telah didiskusikan dan dibahas

7. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.

G. INSTRUMEN PENILAIAN

1. INSTRUMEN PENILAIAN KOGNITIF

No Nama Anggota

Kelompok Nilai Presentasi 1.

(36)

2. INSTRUMEN PENILAIAN AFEKTIF

Karakter Skor Indikator

Rasa Ingin Tahu

1 Tidak menunjukan antusias dalam dikusi, sulit terlibat dalam kegiatan kelompok walaupun sudah di dorong untuk terlibat.

2 Menunjukan rasa ingin tahu, namun tidak terlalu antusias dan baru terlibat aktif dalam kegiatan kelompok setelah di suruh untuk terlibat.

3 Menunjukan rasa ingin tahu yang besar, antusias dan aktif dalam kegiatan kelompok

Jujur 1 Tidak menunjukan kejujuran dalam

menggunakan data hasil diskusi dalam kelompoknya dan berusaha mencari jawaban dari kelompok lain dengan cara menyontek.

2 Menunjukan kejujurannya dengan menggunakan data hasil diskusi dalam kelompoknya, namun kurang menunjukan kerjasama kelompok dalam menyelesaikan masalah yang ada di LKS

3 Menunjukan kejujurannya dengan menggunakan data hasil diskusi dalam kelompoknya dan menunjukan kerjasama kelompok dalam menyelesaikan masalah yang ada di LKS

Tanggung

Jawab 1 Tidak ikut mengerjakan tugas kelompok yangtertera dalam LKS 2 Ikut mengerjakan tugas kelompok, namun tidak

dengan sungguh-sungguh.

3 Ikut mengerjakan tugas kelompok dengan sungguh-sungguh

No NamaSiswa

Sikap Jumlah Skor Rasa Ingin Tahu Jujur Tanggung Jawab

1 2 1 1 1 3 1 2 3

1 2 3 4 .. Kriteria penilaian:

(37)

3. INTRUMEN PENILAIAN PSIKOMOTOR Petunjuk pengisian:

Skor maksimum = 4 Skor minimum =1 No

Aspek yang dinilai

Kelompok ... Nam

a siswa

Nama siswa

Nama siswa

Nam a siswa

Nama siswa 1 Aktif mendengar

2 Aktif bertanya

3 Mengemukakan pendapat 4 Mengendalikan diri 5 Menghargai orang lain

6 Bekerja sama dengan orang lain 7 Berbagi pengetahuan yang dimiliki 8 Mengatur waktu dengan tepat

Jumlah skor Kriteria penilaian:

(38)

BAB III PENUTUP 3.1Kesimpulan

Sebagai sebuah strategi pembelajaran, tentu saja strategi diskusi dikelas tidak bisa lepas dari kelebihan dan kelemahan. Tugas setiap pendidik untuk bisa dan secara cerdas menguasai dan menggunakan strategi-strategi pembelajaran yang relevan dengan tingkat kesiapan belajar para peserta didiknya. Strategi pembelajaran diskusi merupakan cara yang efektif untuk mengukur pengetahuan, keterampilan dan juga kreativitas siswa dalam menerima materi.

Ketajaman analisis dan kepandaian menggunakan konsep akan terlihat ketika proses diskusi berlangsung. Siswa dapat berperan aktif dan interaktif dalam pembelajaran untuk menginternalisasikan pengetahuannya, dan guru berperan sebagai patner yang memberikan gagasan bagi siswa ketika dialektika diskusi tidak maksimal. Guru membiarkan siswa mengeluarkan pendapat dan akan membantu ketika terjadi kesulitan dalam pemecahan masalah dalam proses diskusi.

Diskusi yang efektif untuk mengembangkan proses berpikir siswa, memupuk mental, mengembangkan sikap diri, dan proses mempertahankan motivasi belajar yang tinggi. Di dalam konsep diskusi, setiap elemen memiliki kesempatan yang sama untuk berpendapat dan memberikan komentar atas apa yang didiskusikan.

3.2Saran

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Mulyati. Dkk. 2005. Strategi Belajar Mengajar Kimia. Malang: Universitas Negeri Malang.

Anitah, S. W. 2007. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka Depdikbud. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta, Jakarta,

Cet III.

Djamarah. Bahtiar Syaiful dan Aswan Zain. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta, Jakarta, Cet I.

Djamarah. Bahtiar Syaiful dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta, Jakarta, Cet II.

Drs. Roestiyah NK. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta Dunne, Richard. 1996. Pembelajaran Efektif (Terjemahan). Jakarta: Grasindo. Killen, Roy. 2007. Effective teaching strategies. Lesson from research and

practice. South melbourne: cengage learning australia.

Popham, W. James. 2003. Teknik Mengajar Secara Sistematis. Jakarta: Rineka cipta.

Edgen, Paul dan don Koucahak. 2012. Strategi dan model pembelajaran. Jakarta: PT Indeks, Cet I, 2012.

Gambar

tabel dalam LKS yang telah disediakan

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pemahaman teori dan konsep yang telah dikemukakan, maka secara skematis, model analisis akan dilakukan dalam mengkaji perilaku aparatur pemerintahan di

yang digunakan adalah semen portland.. Filler Yang Berbeda Terhadap Nilai Marshall. Adhi Karya Perkasa di Patumbak. 3) Agregat halus pasir dan abu batu yang

Aset hak-guna dan liabilitas sewa diukur berdasarkan nilai kini yang didiskontokan dengan menggunakan suku bunga implisit (jika suku bunga tersebut dapat

A tanulmány célja, hogy egyrészt elemezze ezen országok makrogazdasági helyzetét és rávilágítson arra, hogy milyen problémákkal szembesülnek napjainkban, másrészt

Berdasarkan korelasi antara hasil perhitungan RMR dengan roof span terowongan Eko-Remaja disimpulkan bahwa posisi penyanggaan terowongan yang diwakili oleh

Peneliti akan menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yaitu penelitian yang menggunakan tekhnik wawancara untuk mendeskripsikan data yang

pulan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara beban kerja perawat dengan pelaksanaan manajemen nyeri non-farmakologi pada pasien pasca operasi di ruang Cempaka

penelitian berjumlah 32 pasien usia 6-8 tahun yang akan menjalani penambalan gigi di Puskesmas Pembina Palembang yang dibagi menjadi dua kelompok, 16 anak pada