• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi masyarakat mengenia muatan komunikasi pada poster film musikal Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi masyarakat mengenia muatan komunikasi pada poster film musikal Indonesia"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : Ria Fathya Luqman

Tempat, Tanggal lahir : Bandung, 8 Desember 1991 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Perum. Sindang Taman Sari, Blok B36, Rt. 6 Rw. 5, Desa Jatimulya, Kec. Sumedang Utara,

Kab. Sumedang, Prov. Jawa Barat 45352 No. Telp. : 0899 6006 134

E-Mail : ria.fathya@gmail.com

Latar Belakang Pendidikan

1997 – 1998: SD Negeri Cimuncang 1 Sumedang 1998 – 1999: SD Muhammadiyah 8 Bandung 1999 – 2003: SD Negeri Saruni 2 pandeglang 2003 – 2006: SMP Negeri 1 pandeglang 2006 – 2009: SMA Negeri 1 Pandeglang 2009 – 2013: Universitas Komputer Indonesia

(5)

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI MUATAN KOMUNIKASI PADA POSTER FILM MUSIKAL INDONESIA

(Studi Kasus: Poster FilmAmbilkan Bulan’)

DK 38315/Skripsi

Semester II 2012-2013

Oleh:

Ria Fathya Luqman 51909119

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(6)

iv KATA PENGANTAR

Puji Syukur dipanjatkan kepada Allah SWT, karena dengan rakhmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Persepsi Masyarakat mengenai Muatan Komunikasi pada Poster Film Musikal Indonesia”.

Dengan membuat laporan skripsi ini, penulis diharapkan mampu mengetahui sejauh mana persepsi masyarakat terhadap muatan komunikasi yang terdapat pada poster film musikal Indonesia dalam menggambarkan genre filmnya yaitu musikal. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa poster film musikal tersebut lebih menampilkan genre film musikal atau lebih mewakili isi cerita film didalam poster fimnya.

Penulis sadar bahwa laporan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu, penulis menerima saran dan kritik yang membangun agar dapat lebih baik lagi. Semoga laporan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi pembaca.

Bandung, Agustus 2013

(7)

vii DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

SURAT KETERANGAN PENYERAHAN HAK EKSKLUSIF ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

Bab I Pendahuluan ... 1

Bab II Poster Film Musikal, Komunikasi, Persepsi, dan Teori Analisis Wacana ... 8

II.1 Film, Distribusi dan Kontribusinya ... 8

II.1.1 Jenis Film ... 9

II.1.2 Film Musikal ... 11

II.1.3 Subgenre Film Musikal ... 11

(8)

viii

II.2 Media Poster ... 16

II.2.1 Jenis Poster ... 17

II.2.2 Poster Film ... 24

II.3 Elemen Visual pada Poster Film ... 27

II.3.1 Tipografi ... 28

II.3.2 Ilustrasi ... 30

II.3.3 Warna ... 31

II.3.4 Tata Letak (Layout)... 34

II.4 Anatomi Poster Film... 36

II.5 Pengertian Persepsi ... 38

II.6 Pengertian Komunikasi dan Prosesnya ... 38

II.7 Analisis Wacana ... 39

II.7.1 Pendekatan Analisis Wacana yang Memfokuskan pada Representasi ... 40

Bab III Pemaparan Poster Film Musikal Indonesia ... 41

III.1 Data Film Ambilkan Bulan ... 41

III.1.1 Sinopsis Film Ambilkan Bulan ... 42

III.2 Pemaparan Poster Film Ambilkan Bulan ... 46

Bab IV Analisis Wacana Poster Film Musikal Indonesia ... 56

IV.1 Analisis Poster Film Musikal Ambilkan Bulan Berdasarkan Anatomi Poster Film ... 56

IV.2 Analisis Wacana Poster Film Ambilkan Bulan ... 62

IV.2.1 Tabel Analisis Wacana Poster Film Musikal ... 63

IV.2.2 Ikhtisar Analisis Wacana Poster Film Musikal Ambilkan Bulan ... 73

Bab V Kesimpulan dan Saran ... 79

V.1 Kesimpulan... 79

(9)
(10)

81

DAFTAR PUSTAKA

Ardianto, E., Komala, L., & Karlina, S. (2012). Kommunikasi Massa: Suatu Pengantar Edisi Revisi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Badara. (2012). Analisis Wacana: Teori, Metode, dan Penerapannya pada Media. Jakarta: Kencana

Imanjaya, E. (2006). A to Z about Indonesia Film. Bandung:Dar! Mizan.

Inggit, S. (2008). Hubungan Persepsi terhadap Pengembangan Karir dengan Semangat Kerja: Skripsi Guna Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana

Psikologi. [PDF Skripsi]. Medan: Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

Kusrianto, A. (2009). Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Kuswarno, E. (2006). Tradisi Fenomenologi pada Penelitian Komunikasi Kualitatif: Sebuah Pengalaman Akademis. Mediator, Vol 7. No 1.

Margono., Sumardi., Astono, S., Murtono, S. (2005). PendidikanSeni Rupa dan Seni Teater. Jakarta: Yudhistira.

Nathagracia, G. (2010). Tinjauan Tipografi Judul Film Horor Indonesia Pada Media Poster. [PDF Skripsi]. Bandung: Fakultas Desain dan Seni Universitas Komputer Indonesia.

Pranajaya, A. (2012). Poster Film Indonesia: Era Teknologi Komputer Grafis. Jakarta: Perpustakan Nasional RI.

(11)

82

Soedarwanto, H. (2012). Audio Visual 1:2nd Session: Phase in Audio Visual Design. [PDF]. Jakarta: Pusat Pengembangan Bahan Ajar Universitas Mercu Buana. Suprapto, T. (2009) Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi. Yogyakarta:

MedPress.

Supriyono, R. (2010). Desain Komunikasi Visual: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Dirks Tim. Film Sub-Genres (Types and Hybrids). Tersedia di: http:// www.filmsite.org/subgenres2.html [16 Desember 2012]

id.wikipedia.org. 2013 (6 April). Film Musikal. Tersedia di: http://id.wikipedia.org /wiki/Film_musikal [18 Mei 2013]

Jarwoko. 2009 (2 Oktober). Bioskop, Ujung Tombak Industri Perfilman Indonesia. Tersedia di: http://www.sinematekindonesia.com/index.php/artikel/detail/id/2

[12 Juni 2013]

Konfiden. Daftar film berdasarkan genre "Musikal" - 21 entri. Tersedia di: http://filmindonesia.or.id/movie/title/list/genre/musical# [10 Oktober 2012] Nunus, S. Tantangan Industri Film Indonesia. Tersedia di: http://perfilman.pnri.go

(12)

1 BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Film merupakan suatu media komunikasi untuk sarana hiburan. Film dibagi menjadi beberapa genre salah satunya yaitu genre musikal. Film musikal merupakan genre film dengan mengkombinasikan unsur musik, lagu, tarian, dan gerak didalam filmnya. Pada perkembangannya, film musikal di Indonesia termasuk kedalam film yang diproduksi sedikit setelah film animasi. Di situs filmindonesia.or.id, terbilang hanya 21 film musikal Indonesia yang sudah tayang di bioskop dari tahun 1957 sampai 2012.

Poster film merupakan salah satu media promosi sebuah film. Idealnya, poster film dirancang dengan kreatif agar dapat memikat masyarakat untuk menonton film terutama pada film bioskop. Poster film juga merupakan suatu gambaran dari film tersebut, serta didalam film terdapat beberapa genre yang menurut Hady Soedarwanto bahwa “genre dapat didefinisikan sebagai jenis atau klasifikasi dari sekelompok film yang memiliki karakteristik atau pola yang sama (unik)”. Selain itu, genre bertujuan untuk membantu masyarakat untuk memilah film-film tersebut sesuai dengan spesifikasinya.

(13)

2 Dengan demikian, hal ini menarik untuk dikaji lebih dalam karena poster film Ambilkan Bulan merupakan poster dari film musikal yang masih baru dan sudah tayang di bioskop pada tahun 2012. Selain itu, pada poster film musikal tersebut lebih terlihat dominan kesan fantasi daripada musikal, sehingga dapat diartikan berbeda oleh masyarakat ketika melihat poster filmnya.

Gambar I.1 PosterFilm Musikal Ambilkan Bulan Sumber:

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/c/c4/AMBILKANBULANPOSTERFILM.jpg (5 Januari 2013)

I.2 Identifikasi Masalah

Dari permaslahan yang telah dipaparkan didalam latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasikan permasalahannya sebagai berikut:

 Terdapat beberapa poster film musikal Indonesia yang cenderung terlihat sebagai poster film bukan dari genre musikal.

 Poster film Ambilkan Bulan merupakan sebuah poster film musikal yang masih baru dan terdapat kesan fantasi pada poster filmnya sehingga lebih terkesan genre fantasi ketimbang genre musikal.

(14)

3 I.3 Rumusan Masalah

Dari uraian permasalahan yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah serta yang telah diidentifikasi masalah, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:

“Bagaimana persepsi masyarakat mengenai muatan komunikasi pada poster film musikal Ambilkan Bulan dalam menggambarkan genre musikal berdasarkan anatomi poster film.”

I.4 Pembatasan Masalah

Untuk memfokuskan permasalahan agar tidak meluas dan tidak menyimpang dari saran serta tema pokok permasalahan, maka permasalahan dibatasi pada persepsi masyarakat mengenai muatan komunikasi pada poster film musikal Ambilkan Bulan dimana pada poster film musikal tersebut terdapat kesan fantasi dalam posternya, sehingga lebih terkesan genre fantasi ketimbang genre musikal.

I.5 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis kualitatif dengan cara deskriptif menggunakan pendekatan analisis wacana yang memfokuskan pada representasi pemikiran dari Eriyanto. Seperti yang dinyatakan oleh Badara (2010), analisis wacana tidak dimaksudkan untuk mencari keteraturan dan kaidah seperti tata bahasa, tetapi yang dituntut adalah keteraturan yang berkaitan dengan keberterimaannya pada khalayak (h.18).

(15)

4

Level 1 Level 2 Level 3

Objek Wacana Pernyataan Wacana Konvensi

Objek wacana meliputi elemen visual poster film musikal berdasarkan anatomi poster, sedangkan pernyataan wacana merupakan pernyataan-pernyataan dari 10 informan yang diwawancara, dan konvensi merupakan temuan dari analisis wacana dimana konvensi disini merupakan hasil kesepakatan dari jumlah terbanyak yang dinyatakan oleh masyarakat terhadap objek wacana.

I.5.1 Metode Pengumpulan Data

Adapun metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Kepustakaan

Menggunakan buku-buku mengenai Poster Film dan Analisis Wacana, diantaranya sebagai berikut:

 Supriyono, Rakhmat. (2010). Desain Komunikasi Visual: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Mengenai pengertian poster, tipografi, ilutstrasi, warna, dan tata letak.  Badara. (2012). Analisis Wacana: Teori, Metode, dan Penerapannya

pada Media. Jakarta: Kencana

Mengenai Metode Kualitatif dalam Analisis Wacana.

2) Wawancara

(16)

5 digunakan dalam wawancara ini adalah menggunakan aplikasi rekaman dalam telepon selular pintar. Tidak semua pernyataan informan dalam wancara dimasukan, hanya beberapa saja yang menjawab pertanyaan penelitian.

3) Pencarian Online

Melakukan pencarian online yaitu menggunakan internet melalui search engine dengan kata kunci film musikal Indonesia, subgenre film musikal, poster film musikal Indonesia dan data film musikal Ambilkan Bulan.

I.6 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui muatan komunikasi yang terdapat pada poster film Ambilkan Bulan dalam mewakili genre-nya yaitu genre musikal berdasarkan pesrsepsi masyarakat.

I.7 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini, diharapkan dapat bermanfaat baik secara akademisi maupun praktisi sebagai berikut:

1) Akademisi

 Bagi mahasiswa dan mahasiswi jurusan Desain Komunikasi Visual, hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran mengenai media poster khususnya pada poster film musikal.

 Penelitian ini dapat menjadi acuan penelitian berikutnya.

 Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai poster film musikal Indonesia, khususnya pada muatan komunikasi yang terdapat pada posternya.

2) Praktisi

(17)

6 I.8 Kerangka Penelitian

Tabel I.1 Bagan Kerangka Skema Penelitian Terdapat kesan fantasi pada poster film musikal

Ambilkan Bulan sehingga lebih terkesan genre

fantasi ketimbang genre musikal.

Studi Pustaka

Memaparkan poster film musikal Ambilkan Bulan berdasarkan elemen visual pada poster film yaitu tipografi, ilustrasi, warna, dan tata letak.

Level 2 Pernyataan Wacana

Pernyataan dari hasil wawancara kepada 10 orang anak-anak dengan usia 7-12 tahun yang gemar menonton film. Pertanyaan mengenai muatan komunikasi yang mengacu pada anatomi poster film Ambilkan Bulan. Anatomi Poster Film

Hasil

(18)

7 I.9 Sistematika Penulisan

BAB I. Pendahuluan

Penjelasan mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah berdasarkan pada fenomena yang terjadi. Didalam pembatasan masalah, permasalahan dibatasi pada kajian tipografi, ilustrasi, warna, dan tata letak.

BAB II. Tinjauan Film Musikal Pada Media Poster

Membahas secara umum tentang teori-teori yang mendukung penelitian diantaranya mengenai film, jenis-jenis film, film musikal Indonesia, poster film, elemen visual pada poster film, dan teori analisis wacana.

BAB III. Pemaparan Poster Film Musikal Indonesia

Memaparkan data yang berhubungan dengan poster film musikal Ambilkan Bulan. Data-data tersebut berupa data film, sinopsis, dan pemaparan yang terdiri dari ilustrasi, tipografi, warna, dan tata letak yang terdapat pada poster filmnya.

BAB IV. Analisis Wacana Poster Film Musikal Indonesia

Menjelaskan tentang laporan penelitian yang dilakukan yaitu analisis wacana pada poster film musikal Ambilkan Bulan berdasarkan anatomi poster film dan mengkaitkannya dengan persepsi masyarakat terhadap poster film tersebut.

BAB V. Kesimpulan & Saran

(19)

8 BAB II

POSTER FILM MUSIKAL, KOMUNIKASI, PERSEPSI, DAN TEORI ANALISIS WACANA

II.1 Film, Distribusi dan Kontribusinya

Menurut Ardianto, Komala, dan Karlinah (2012), menyatakan “film adalah karya seni yang diproduksi secara kreatif dan memenuhi imajinasi orang-orang yang bertujuan untuk memperoleh estetika (keindahan) yang sempurna” (h.143). Sedangkan Imanjaya (2006) menyatakan bahwa “film adalah arsip sosial yang menangkap jiwa zaman (zeigist) masyarakat saat itu” (h.29). Dari kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa film merupakan suatu media komunikasi hasil karya seni untuk sarana hiburan yang melibatkan banyak orang dan dapat dinikmati oleh khalayak. Selain itu, film juga sebagai arsip sosial yang menggambarkan suatu zaman.

Bioskop merupakan salah satu tempat pendistribusian film. Menurut Jarwoko “Keberadaan bisokop di Indonesia sudah berlangsung selama hampir 107 tahun, ter-hitung sejak adanya bioskop yang memutar film pertama kali yang dikenal sebagai “gambar idoep” di Batavia tanggal 5 Dessember 1900” (para 1). Enam puluh tahun yang lalu, film merupakan barang dagangan. Kini film merupakan unsur industri budaya (IB). Pada tahun 1944, Teodor W. Adorno melansir konsep IB dengan istilah “The Culture Industry” dan kemudian di Inggris disebut dengan Creative Industry. Di Indonesia, istilah tersebut lebih dikenal sebagai Ekonomi Kreatif (EK) (Supardi Nunus, para 3).

(20)

9 II.1.1 Jenis Film

Film dikelompokan kedalam 4 jenis yaitu film cerita, berita, dokumenter, dan kartun (Ardianto, Komala, & Karlinah, 2012, h.148). Dari ke-4 jenis tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Film Cerita

Film cerita adalah jenis film yang mengandung suatu cerita yang biasa dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop dengan bintang film tenar dan film ini didistribusikan sebagai dagangan. Cerita yang diangkat dapat berupa cerita fiktif atau berdasakan kisah nyata yang dibuat menarik, baik dari jalan ceritanya maupun dari segi gambarnya. Misalnya, sejarah dapat diangakat menjadi sebuah film cerita yang mengandung informasi akurat, sekaligus contoh teladan perjuangan para pahlawan.

Gambar II.1 Film Sang Pencerah

Sumber: http://s3.amazonaws.com/auteurs_production/images/film/sang-pencerah/w448/sang-pencerah.jpg

(21 Agustus 2013)

2. Film Berita

(21)

10 Gambar II.2 Berita Liputan 6

Sumber: http://www.youtube.com/watch?v=TVwpXFDx5Jo (14 April 2013)

3. Film Dokumenter

Film Dokumenter (documentary film) didefinisikan oleh Robert Flaherty sebagai “karya ciptaan mengenai kenyataan” (creative treatment of actualy).

Gambar II.3 Film Dokumenter Oceans

Sumber: http://www.youtube.com/watch?v=syZjA2qB4mg (14 April 2013)

4. Film Kartun

(22)

11 Gambar II.4 Film Kartun Mickey Mouse

Sumber: http://www.youtube.com/watch?v=PnNSg2bLW9E (14 April 2013)

II.1.2 Film Musikal

Soedarwanto (2012) menjelaskan bahwa “genre musikal adalah film yang mengkombinasikan unsur musik, lagu, tari (dansa), serta gerak (koreografi). Lagu-lagu dan tarian biasanya mendominasi sepanjang film dan biasanya menyatu dengan cerita” (h.11). Ada pun yang mendukung jalannya alur cerita yaitu biasanya dalam penggunaan musik dan lagu bersama liriknya. Selain itu, umumnya cerita didalam fim musikal berkisah ringan seperti menceritakan tentang percintaan, popularitas dan kesuksesan serta film musikal lebih ditunjukkan untuk penonton keluarga, remaja, dan anak-anak (Soedarwanto Hady, 2012, h.11).

II.1.3 Subgenre Film Musikal

Film musikal dapat dibagi menjadi 21 subgenre film (Dirks Tim, para 9) yaitu sebagai berikut:

1. Animasi (Animated)

Animasi adalah gambar begerak yang terbentuk dari sekumpulan objek (gambar) yang disusun secara beraturan mengikuti alur pergerakan yang telah ditentukan pada setiap pertambahan hitungan waktu yang terjadi.

2. Pertunjukan Panggung Musikal (Backstage Musicals)

(23)

12 3. Tari Balet (Ballet)

Tari balet adalah sebuah seni tari yang menggunakan ciri khas kostum, gerakan langkah, musik, serta panggung yang diatur sedemikian rupa sehingga dapat membangkitkan imajinasi para penonton.

4. Film Pesta Pantai (Beach Party Films)

Merupakan film genre 1960-an di Amerika dengan pantai sebagai latar atau tema utama pada filmnya

5. Biografi Musikal (Musical Biographies)

Menceritakan tentang perjalanan hidup seseorang yang berkarir di dunia musik yang kemudian disajikan dalam sebuah film.

6. Pertunjukan Musikal Broadway (Broadway Show Musicals)

Film musikal broadway yang tampil di salah satu dari 39 teater profesional yang berkapasitas 500 tempat duduk atau lebih dan terletak di bilangan Theatre District, Manhattan, New York.

7. Musikal Komedi (Comedy Musicals)

Sebuah film dimana dialog diselingi dengan lagu-lagu terutama musik dan plot yang sederhana, kemudian dikemas dalam bentuk humor.

8. Film Konser (Concert Films)

Film konser adalah jenis film dokumenter yang menampilkan performa langsung dari musisi tersebut.

9. Film Tari (Dance Films)

(24)

13 10.Musikal Dramatik (Dramatic Musicals)

Dramatik adalah jenis karangan yang dipertunjukkan dalam suatu tingkah laku, mimik dan perbuatan. Berarti musikal dramatik merupakan film yang mengandung unsur musik dengan dipertunjukkan dalam suatu tingkah laku, mimik, dan perbuatan.

11.Musikal Dongeng (Fairy-tale Musicals)

Dongeng adalah suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif dan kisah nyata, menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan pesan moral yang mengandung makna hidup dan cara berinteraksi dengan makhluk lainnya. Jadi musikal dongeng merupakan film yang mengisahkan cerita fiktif dan kisah nyata yang mengandung pesan moral dan makna hidup dengan diiringi unsur musik untuk penyampaiannya.

12.Musikal Fantasi (Fantasy Musical)

Fantasi adalah yang berhubungan dengan khayalan atau dengan sesuatu yang tidak benar-benar ada dan hanya ada dalam benak atau pikiran saja. Berarti Musikal Fantasi adalah film yang mengandung unsur musik dengan tema cerita khayalan yang tidak benar-benar terjadi dalam kehidupan nyata. Biasanya film fantasi menggunakan bentuk sihir dan supranatural sebagai salah satu elemen plot, tema dan seting dalam sebuah film.

13.Opera Film (Film-Opera)

Sebuah film drama yang mengatur musik, terdiri dari bernyanyi dengan iringan orkestra dan orkestra overture juga selingan.

14.Musikal Folk (Folk Musicals)

(25)

14 15.Film Hip-Hop (Hip-Hop Films)

Hip-Hop film adalah gerak gambar yang menampilkan estetika dan budaya Hip-Hop, terutama menggunakan musik Hip-Hop di soundtrack, atau seniman menggunakan Hip-Hop sebagai karakter utama.

16.Operet (Operettas)

Merupakan jenis opera ringan dalam hal musik dan opera. Operet adalah opera, namun penampilan operet berupa seperti teater musikal.

17.Dokumenter Musik Rock (Rock-umentary)

Neologisme yang menunjukkan sebuah film dokumenter tentang musik rock atau musisi.

18.Musikal Romantis (Romantic Musicals)

Film musikal yang mengandung unsur romantis dan bercerita tentang kisah cinta dari sepasang kekasih.

19.Komedi Pertunjukan (Show-Biz Comedy)

Cerita humor yang terlibat memberikan hiburan didalam pertunjukkan di radio, televisi, film, dan teater.

20.Musikal Panggung (Stage Musicals)

Musikal panggung atau teater musikal adalah bentuk teater yang menggabungkan lagu, dialog atau ucapan, akting, dan tarian.

21.Musikal Barat (Western Musicals)

(26)

15 II.1.4 Perkembangan Film Musikal Khususnya di Indonesia

Era 1940-1960 merupakan era dimana film musikal mengalami masa emas melalui film-film populer seperti Singin`in the Rain, The Sound of Music, serta West Side Story. Film Saturday Night Fever dan Grese pada era 1970-an, masih menyisakan kesuksesan pada film musikal. Namun, pada era sekarang ini film musikal telah jarang diproduksi serta studio Walt Walt Disney mendominasi film-film animasi-musikal, seperti The Beauty and Beast, Aladdin, dan The Lion King. Evita, Moulin Rouge, Chicago, serta Dreamgirls merupakan film musikal yang menonjol pada dua dekade belakangan ini (Soedarwanto Hady, 2012, h.11).

Di Indonesia, film musikal dimulai pada era 1950-an dengan film pertamanya yaitu Bintang Surabaja (1951). Kemudian film Tiga Dara dan Asmara Dara karya H. Usmar Ismail sukses dan mampu membawa angin segar ditengah film konvensional di Indonesia pada saat itu (Anonim, 2013, para 12).

Pada era 1970-an, film musikal mengalami kenaikan pesat dengan film musikal Cinta Pertama dan Badai Pasti Berlalu garapan Teguh Karya yang berhasil meraih penonton terbanyak. Bahkan, film musikal Badai Pasti Berlalu menjadi film terlaris dari tahun 1978-1979 dan menjadi film terlaris kedua di Jakarta dengan memperoleh jumlah penonton sebanyak 212.551 orang. Selain itu, terdapat sejumlah film laiinya yaitu laila Majenun, Bawang Putih dan Dunia Belum Kiamat (Anonim, 2013, para 13).

(27)

16 Kebanyakan film musikal di Indonesia diproduksi untuk pasar anak-anak. Seperti Petualangan Sherina, Joshua Oh Joshua, Ariel dan Raja Langit, Melodi, Laskar Cilik, Rumah Tanpa Jendela, Langit Biru dan Ambilkan Bulan. Sedangkan film musikal remaja terbilang sedikit diantaranya yaitu Biarkan Bintang Menari yang merupakan film musikal remaja pertama, Fantasi, Generasi Biru, Dawai 2 Asmara dan Love is U.

II.2 Media Poster

Kusrianto (2009) menjelaskan bahwa “poster merupakan bagian dari seni grafis yang memiliki gaya aliran, maupun trend tersendiri yang tidak lepas dari suatu zaman” (h.338). Sedangkan Robin Landa (seperti dikutip Supriyono, 2010) mendeskripsikan poster sebagai bentuk publikasi dua dimensional dan satu muka, digunakan untuk menyajikan informasi, data, jadwal, atau penawaran, dan untuk mempromosikan orang, acara, tempat, produk, perusahaan jasa atau organisasi (h.158).

Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa poster merupakan karya seni grafis yang memiliki gaya dan trend tersendiri untuk menyajikan informasi, data, jadwal, atau penawaran juga sebagai media promosi. Supriyono (2010) menyatakan bahwa “tugas utama poster adalah mengundang perhatian publik dan memberi informasi secepat mungkin karena hanya dibaca sekilas” (h.164). Deesain poster yang efektif umumnya meiliki 5 kriteria sebagai berikut (Supriyono Rakhmat, 2010, h.166):

1. Mampu menarik perhatian.

2. Berhasil menyampaikan informasi secara cepat.

3. Mampu meyakinkan, mempengaruhi dan membentuk opini. 4. Menggunakan warna-warna yang mengesankan.

(28)

17 II.2.1 Jenis Poster

Poster dibagi kedalam 14 jenis yaitu poster teks, bergambar, propaganda, kampanye, wanted, cheesecake, film, buku komik, affirmation, riset dan kegiatan ilmiah, di dalam kelas, karya seni, pelayanan masyarakat, serta poster komersial (Kusrianto Adi, 2009, h.339) sebagai berikut:

1. Poster Teks

Merupakan jenis poster yang paling tua. Poster ini mengutamakan teks sebagai informasi, tetapi biasanya ada juga elemen-elemen gambar seperti simbol kerajaan, gambar raja atau ornamen lainnya.

Gambar II.5 Poster Teks dari tahun 1800-an Sumber: Kusrianto (2009)

2. Poster Bergambar

(29)

18 Gambar II.6 Poster Bergambar dari Prancis di abad ke-28

Sumber: Kusrianto (2009)

3. Poster Propaganda

Poster yang bertujuan untuk mengajak pembaca meyakinkan agar orang menganut suatu aliran, sikap atau aturan tertentu.

Gambar II.7 Poster Propaganda Amerika Serikat pada Perang Dunia I dan II Sumber:

(30)

19 4. Poster Kampanye

Merupakan poster yang digunakan sebagai alat untuk mencari simpati dari calon pemilik pada pemilihan umum. Sampai saat ini poster kampanye selalu muncul pada setiap kesempatan saat dilakukan pemilihan kepala daerah maupun negara.

Gambar II.8 Poster Kampanye Pemelihan Presiden Amerika Serikat Sumber: Kusrianto (2009)

5. Poster Wanted

Merupakan poster yang digunakan untuk membuat sayembara dalam menemukan penjahat yang sedang dicari di suatu negara.

Gambar II.9 Poster bersejarah ketika pemerintah Federal Amerika Serikat mencari buronan penjahat John Dilinger yang terkenal.

(31)

20 6. Poster Cheesecake

Merupakan poster yang biasanya digunakan oleh anak-anak muda untuk ditempel di dinding dengan berisi foto-foto bintang idolanya.

Gambar II.10 Poster Band The Beatle Sumber:

http://www.panicposters.com/media/catalog/product/cache/1/image/250x/c2bfe4c77 6f72036b09a06804953f265/l/p/lp1551-beatles-poster.jpg (20 April 2013)

7. Poster Film

Merupakan poster yang dimanfaatkan untuk mempopulerkan film-filmnya serta sebagai media promosi sebuah film.

(32)

21 8. Poster Buku Komik

Merupakan poster yang berisi gambar tokoh-tokoh dalam buku komik.

Gambar II.12 Poster Buku Komik Dragonball Sumber:

http://th07.devianart.net/fs71/PRE/i/2013/012/0/b/dragonball_poster_by_thecaptainc rash-d5ra9sy.jpg (19 April 2013)

9. Poster Affirmation

Merupakan poster yang berisi tentang kata-kata motivasi. Awalnya, poster tersebut memiliki ciri dengan warna hitam atau gambar alam sebagai latar belakangnya serta diatasnya berisi teks atau kata-kata motivasi tentang kepemimpinan, kesempatan, dan lain sebagainya.

Gambar II.13 Poster Affirmation tentang kebebasan Sumber:

(33)

22 10.Poster Riset dan Kegiatan Ilmiah

Merupakan poster yang sering digunakan dikalangan akademisi untuk mempromosikan kegiatan ilmiah yang hendak dilakukan. Kegiatan-kegiatan yang diposterkan meliputi simposium, seminar, dan lain sebagainya.

Gambar II.14 Poster Kegiatan Ilmiah Sumber: Kusrianto (2009)

11.Poster di dalam Kelas

Merupakan poster untuk memberikan motivasi kepada murid-muridnya agar bersikap baik mengikuti disiplin sekolah, dan lain-lain. Biasanya jenis poster ini populer di sekolah-sekolah Amerika Utara.

(34)

23 12.Poster Karya Seni

Merupakan poster yang digunakan sebagai lahan untuk memproduksi karya-karya seni dari berbagai aliran.

Gambar II.16 Poster Red and Black karya seniman Bulgaria Sumber: Kusrianto (2009)

13.Poster Pelayanan Masyarakat

Merupakan jenis poster yang tidak bersifat komersial, atau tidak untuk diperdagangkan. Biasanya dimanfaatkan sebagai media kritik sosial yang ditunjukkan sebagai perilaku masyarakat atau pemerintah.

(35)

24 14.Poster Komersial

Merupakan jenis poster untuk sarana mempromosikan suatu produk baik berupa barang atau jasa.

Gambar II.18 Poster Iklan sebuah produk minuman Sumber:

http://2.bp.blogspot.com/_Z_A4-vjuAKs/TCli_AOSjFI/AAAAAAAAAA8/UJsd20UaIcI/s1600/1150790917pic.jpg (20 April 2013)

II.2.2 Poster Film

Pembuatan poster film adalah bagian yang tidak terpisahkan dari produksi film, maka keberadaan poster menjadi sangat penting sebagai bentuk karya seni grafis. Rustan (2009) berpendapat bahwa “Poster film secara khusus bertujuan untuk mempromosikan film tersebut. Sama seperti poster komersial maupun sosial, poster film harus bisa ‘bercerita’. Semua elemen yang mendukung satu sama lain untuk menggambarkan pesan filmnya, dan target audience menjadi tertarik untuk menonton” (h.111).

Poster film merupakan suatu karya seni grafis. Keberadaannya sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari film itu sendiri yaitu untuk media promosi dan menjadi identitas untuk film tersebut. Akan tetapi ironisnya poster film yang merupakan karya seni grafis itu tidak didokumentasikan secara baik. Kalau pun ada hanya menjadi koleksi dari perorangan saja. Dalam buku Poster Film

Indonesia: Masa Sesudah Kemerdekaan menjelaskan bahwa poster film menarik

(36)

25 promosi publikasi yang turut menentukan berhasil-tidaknya pemasaran film yang diproduksi, sebagai karya seni grafis yang dapat mengungkap bagaimana proses pertumbuhan dan perkembangan seni grafis itu sendiri, sebagai salah satu bentuk media dalam membaca film, dan sebagai upaya pelestarian demi kepentingan generasi yang akan datang. Namun, banyak poster film dari film-film produksi masa sesudah kemerdekaan (1980) tidak diketahui keberadaannya. Kendala lain sangat sulit untuk dapat menelusuri siapa pembuatnya. Selain itu banyak poster yang ada sering sekali dibuat secara bersama-sama dan para pembuat hampir tidak pernah mencantumkan namanya.

Poster film dibuat sebagai penanda film dan sebagai media publikasi film (Pranajaya Adi, 2012, h.2). Khususnya pada poster film Indonesia, cenderung dibuat dengan dua pendekatan. Pertama, pendekatan sebagai karya bersama yaitu gagasan awal bahkan ide dasar datang dari produser atau sutradara. Sedangakan pendekatan sebagai karya individu, pemilik film cenderung mempercayakan sepenuhnya proses kreatif kepada pembuatnya. Biasanya dengan cara ini cenderung melahirkan karya-karya yang orisinil. (Pranajaya Adi, 2012, h.16-17).

(a) (b)

Gambar II.19 Poster Film Musikal (a) Dawai 2 Asmara, (b) Moulin Rouge Sumber: (a)

http://amiratthemovies.files.wordpress.com/2010/09/dawai2asmara_poster.jpg, (b) http://cf.drafthouse.com/_uploads/galleries/17493/moulin-rouge-poster.jpg

(37)

26 Gambar diatas merupakan Poster Film Musikal dengan subgenre Romantic atau Drama. Poster Dawai 2 Asmara merupakan poster film musikal Indonesia yang filmnya tayang pada tahun 2010 di Bioskop Indonesia. Sedangkan Poster film musikal Moulin Rouge merupakan poster film musikal Hollywood yang tayang pada tahun 2001.

(a) (b)

Gambar II.20 Poster Film Musikal (a) Generasi Biru, (b) Rock of Age Sumber: (a)

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/3/35/FilmGB.jpg/230px-FilmGB.jpg, (b) http://www.impawards.com/2012/posters/rock_of_ages_ver2.jpg (12 Juni 2013)

(38)

27 (a) (b)

Gambar II.21 Poster Film Musikal (a) Ariel dan Raja Langit, (b) Les Miserables Sumber: (a) http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Ariel_dan_raja_langit.jpg, (b)

http://i2.cdnds.net/12/39/618x919/movies_les_miserables_poster.jpg (12 Juni 2013)

Gambar diatas merupakan gambar poster film musikal yang menggunakan warna gelap (dark color). Dengan warna demikian, nuanasa menegangkan pada kedua poster diatas begitu terlihat. Poster film Ariel dan Raja Langit merupakan poster film musikal Indonesia yang tayang pada tahun 2005. Sedangkan poster film musikal Les Miserables merupakan film musikal Hollywood yang tayang pada tahun 2012.

II.3 Elemen Visual pada Poster Film

(39)

28 Didalam reklame, terdapat 4 elemen visual yaitu huruf (tipografi), gambar (ilustrasi), warna, dan tata letak (Margono, Sumardi, Astono, & Murtono, 2009, h.28).

II.3.1 Tipografi

Tipografi merupakan unsur pokok di dalam media visual. Fungsinya sebgai media komunikasi secara verbal atau berupa kata-kata (Margono, Sumardi, Astono, & Murtono, 2005, h.28). Berdasarkan perkembangannya, huruf dapat digolongkan menjadi tujuh gaya atau style (Supriyono, 2009, h.25), yaitu:

1. Huruf Klasik (Classical Typefacces)

Merupakan huruf yang memiliki kait (serif) lengkung. Huruf ini bisa disebut dengan Old Style Roman dan banyak digunakan untuk desain-desain media cetak di Inggris, Italia, dan Belanda pada awal tekhnologi cetak yaitu tahun 1617.

Gambar II.22 Huruf Garamond Sumber: Supriyono (2010)

2. Huruf Transisi (Transititonal)

Huruf ini hampir sama dengan huruf Old Style, namun perbedaannya terdapat pada ujung kaitnya saja yaitu runcing dan memiliki sedikit perbedaan tebal-tipis pada tubuh huruf.

(40)

29 3. Huruf Modern Roman

Ketebalan tubuh huruf sangat kontras, bagian yang vertikal tebal, garis-garis horizontal dan serifnya sangat tipis sehingga untuk teks berukuran kecil agak sulit untuk membacanya bahkan seringkali tidak terbaca. Maka dari itu, huruf ini jarang digunakan untuk teks.

Gambar II.24 Huruf Bodoni Sumber: Supriyono (2010)

4. Huruf Sans Serif

Huruf ini tidak memiliki serif, kaki, atau kait sehingga disebut Sans Serif. Ciri-ciri huruf ini adalah memiliki bagian-bagian tubuh yang ketebelannya sama. Biasanya huruf ini sering digunakan untuk buku dan majalah karena mempunyai citra dinamis dan simpel.

Gambar II.25 Huruf Arial Sumber: Supriyono (2010)

5. Huruf Berkait Balok (Egyptian Slab Serif)

(41)

30 Gambar II.26 Huruf Alfa Slab One

Sumber: http://www.fontex.org/download/Alfa-slab.otf (4 Mei 2013)

6. Huruf Tulis (Sript)

Jenis huruf yang berasal dari tulisan tangan (hand-writing). Huruf ini sulit dibaca dan melelahkan bila digunakan untuk teks panjang.

Gambar II.27 Huruf Script MT Bold Sumber: Supriyono (2010)

7. Huruf Hiasan (Decorative)

Huruf decorative bukan merupakan huruf teks, sehingga huruf ini tepatnya digunakan untuk judul yang pendek.

Gambar II.28 Huruf Harrington Sumber: Supriyono (2010)

II.3.2 Ilustrasi

(42)

31 Berarti, ilustrasi merupakan seni gambar yang secara umum berupa foto atau gambar untuk memberi penjelasan atas suatu maksud atau tujuan secara visual agar menciptakan daya tarik.

(a) (b)

Gambar II.29 (a) Ilustrasi Foto, (b) Ilustrasi Gambar

Sumber : (a) http://tegalbahari.com/wp-content/uploads/2011/12/tanam-pohon.jpg, (b)

http://2.bp.blogspot.com/-9xTOJOmioB4/UMVIb5GkhiI/AAAAAAAACfU/ZnG97QElX3A/s1600/Belajar+Fotogr afi+Untuk+Pemula.jpg (25 april 2013)

II.2.3 Warna

Warna merupakan salah satu elemen visual yang dapat dengan mudah untuk menarik perhatian orang yang melihatnya (Supriyono, 2010, h.70). Selain itu, warna juga dapat membantu menciptakan mood dan membuat teks lebih berbicara. Contohnya publikasi yang menggunakan warna-warna soft dapat menimbulkan kesan lembut, tenang dan romantik. Sedangkan pada warna-warna kuat dan kontras, dapat menimbulkan kesan dinamis dan cenderung meriah.

Supriyono (2010) menjelaskan bahwa dalam seni rupa, warna dapat dilihat dari tiga dimensi yaitu sebagai berikut:

1. Hue

(43)

32  Primer (primary colors)

Warna terdiri dari merah, kuning dan biru.

Gambar II.30 Warna Primer Sumber: Supriyono (2010)

 Sekunder (secondary colors)

Merupakan campuran dua warna primer dengan perbandingan seimbang yaitu 1:1. Misalnya bila merah dicampur kuning, maka akan menghasilkan warna orange. Jika warna primer dicampur dengan warna sekunder akan terjadi warna-warna tersier (tertiary color), misalnya kuning dicampur dengan orange, merah dengan ungu, dan seterusnya.

(a) (b)

Gambar II.31 (a) Warna Sekunder dan (b) Warna Tersier Sumber: Supriyono (2010)

2. Value

(44)

33 Dalam desain komunikasi visual, kontras value dapat digunakan untuk menonjolkan pesan atau informasi dan menciptakan citra. Bila menggunakan warna-warna kurang kontras dapat menciptakan kesan kalem, damai statis dan tenang. Sedangkan bila menggunakan warna kontras dapat memberikan kesan dramatis, enerjik, riang, bergairah dan dinamis. Sebagai contoh, bila membuat poster pariwisata, dapat diperkuat dengan warna dominan yaitu biru atau biru hijau untuk membangun image pegunungan yang sejuk dan tenang.

3. Intensity

Selain hue dan value, warna dapat dilihat dari aspek intensity (intensitas), yaitu tingkat kemurnian warna atau kejernihan warna. Warna hue disebut memiliki intensitas penuh karena tidak dicampur dengan warna lain. Untuk membuat warna menjadi lebih redup dan netral dapat mengurangi warna dengan cara menambahkan sedikit warna lain.

Holzschlag (seperti dikutip Kusrianto, 2009) menjelaskan bahwa warna mampu memberikan respon secara psikologis sebagai berikut:

1. Merah meberikan respon psikologis kekuatan, bertenaga, kehangatan, nafsu, cinta, agresifitas, dan bahaya.

2. Biru meberikan respon psikologis kepercayaan, konservatif, kemanan, tekhnologi, kebersihan, dan perintah.

3. Hijau meberikan respon psikologis alami, kesehatan, pandangan yang enak, kecemburuan, dan pembaruan.

4. Kuning meberikan respon psikologis optimis, harapan, filosofi, ketidak jujuran atau kecurangan, pengecut, dan pengkhianatan.

5. Ungu meberikan respon psikologis spiritual, misteri, keagungan, perubahan bentuk, galak, dan arogan.

6. Orange meberikan respon psikologis energi, keseimbangan, dan kehangatan. 7. Coklat meberikan respon psikologis bumi, dapat dipercaya. nyaman, dan

(45)

34 8. Abu-abu meberikan respon psikologis intelek, futuristik, modis, kesenduan,

dan merusak.

9. Putih meberikan respon psikologis kemurnian atau suci, bersih, kecermatan, inocent (tanpa dosa), steril, dan kematian.

10.Hitam meberikan respon psikologis kekuatan, seksualitas, kemewahan, kematian, misteri, kekuatan, ketidakbahagiaan, dan keagungan.

II.3.4 Tata Letak (Layout)

Rustan (2010) menjelaskan bahwa “pada dasarnya layout dapat dijabarkan sebagai tata letak elemen-elemen desain terhadap suatu bidang dalam media tertentu untuk mendukung konsep atau pesan dibawahnya”. Prinsip layout dibagi menjadi 4 (Rustan, 2010, h.74), yaitu sebagai berikut:

1. Arah Baca (Sequence)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dr. Mario R. Garcia dan Pegie Stark 2007, di wilayah-wilayah pengguna bahasa dan tulisan latin, orang membaca dari kiri ke kanan dan dari atas ke bawah. Karena itu pada materi-materi publikasi, urutan atau alur pembacaan kebanyakan di desain berdasarkan kecenderungan tersebut. Kecenderungan tersebut adalah membaca dengan sequence seperti huruf Z, A, C, L, T I, dan sebagainya.

2. Tekanan (Emphasis)

Salah satu pembentuk emphasis adalah kontras. Kontras tersebut bertujuan untuk membangun sequence.

(46)

35 3. Keseimbangan (Balance)

Dalam desain grafis mengenal ada dua macam balance yaitu balance simetris dan asimetris.

Gambar II.33 Simetris dengan satu sumbu vertikal Sumber: Rustan (2010)

Balance yang dicapai secara simetris adalah dengan pencerminan.

Kesembangannya dapat dibuktikan dengan tepat secara matematis seperti gambar diatas.

Gambar II.34 Asimetris Sumber: Rustan (2010)

(47)

36 4. Kesatuan (Unity)

Unity tidak berarti hanya kesatuan dari elemen-elemen yang secara fisik kelihatan dalam artian terlihat harmonis, namun juga kesatuan antara yang fisik dengan yang non fisik yaitu pesan atau komunikasi dalam komunikasi desain tersebut.

Gambar II.35 Unity atau Kesatuan pada Iklan Clear Sumber: Rustan (2010)

Dengan tagline yang berbunyi Get the city out of your hair, disertai dengan elemen visual berupa gabungan artwork dengan potongan-potongan fotografi, iklan ini jelas ditunjukkan bagi kaum muda urban Clinical Clear.

II.4 Anatomi Poster Film

(48)

37 Gambar II.36 Anatomi Poster

Sumber: Saputra (2004)

Bila dilihat dari anatomi poster diatas dan berdasarkan elemen visual pada poster film yang dijelaskan oleh Askurifai Baksin, poster film pada dasarnya sama dengan anatomi pada poster yaitu seperti halnya memiliki headline, subheadline, dan ilustrasi atau gambar. Akan tetapi, dalam poster film terdapat credit title. Berikut adalah anatomi poster film:

Gambar II.37 Anatomi Poster Film

(49)

38 II.5 Pengertian Persepsi

Chaplin (seperti dikutip dari Inggit, 2008) mempunyai pandangan bahwa persepsi merupakan psoses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indra (h.16). Sedangkan menurut Robbins (seperti dikutip dari Inggit, 2008) persepsi merupakan pengorganisasian dan menafsirkan kesan-kesan indra agar memberikan makna melalui suatu proses yang ditempuh oleh individu (h.16).

Dari kedua definisi diatas, maka persepsi dapat diartikan sebagai suatu proses untuk mengetahui dan mengenali objek serta merupakan suatu proses yang ditempuh oleh individu dalam mengorgasnisasikan dan menafsirkan kesan pada indra untuk memberikan makna.

II.6 Pengertian Komunikasi dan Prosesnya

Laswell (seperti dikutip dari Suprapto, 2009) menyatakan bahwa komunikasi adalah proses yang menggambarkan apa, mengatakan apa, dengan cara apa, kepada siapa dengan efek apa (h.5). Selain itu, Edwin Emery (seperti dikutip dari Suprapto, 2009) berpendapat bahwa komunikasi adalah seni menyampaikan informasi, ide dan sikap seseorang kepada orang lain (h.6). Kemudian, Karlfried Knapp (seperti dikutip dari Suprapto, 2009) komunikasi merupakan interaksi antarpribadi yang menggunakan sistem simbol linguistik, seperti sistem simbol verbal (kata-kata) dan nonverbal. Sistem ini dapat disosialisasikan secara langsung atau tatap muka atau melalui media lain (tulisan, oral, dan visual) (h.6).

(50)

39 Dalam aplikasinya, terdapat 5 langkah dalam proses komunikasi yaitu langkah kesatu, terdapat ide yaitu gagasan yang diciptakan oleh komunikator. Langkah kedua, encoding yaitu ide tersbut kemudian dialih bentukkan menjadi lambang-lambang komunikasi yang mempunyai makna dan dapat dikirimkan. Langkah ketiga, pengiriman yaitu pesan yang telah di-encoding tersebut selanjutnya dikirimkan melalui media yang sesuai karakteristik lambang-lambang komunikasi ditunjukkan kepada komunikan. Langkah keempat decoding yaitu penerima menafsirkan isi pesan sesuai dengan persepsinya untuk mengartikan maksud pesan tersebut. Langkah yang kelima, balikan yaitu apabila pesan tersebut telah berhasil di-decoding khalayak akan mengirim kembali pesan tersebut ke komunikator (Suprapto, 2009, h.8). Berikut gambaran prosesnya:

Gambar II.38 Proses Komunikasi Sumber: Suprapto (2009)

II.7 Analisis Wacana

(51)

40

Badara (2010) menjelaskan bahwa “Berdasarkan pendapat Stubs dan Cook diatas, maka dapat dikemukakan bahwa analisis wacana tidak dimaksudkan untuk mencari keteraturan dan kaidah seperti tata bahasa, tetapi yang dituntut adalah keteraturan yang berkaitan dengan keberterimaanya pada khalayak (h.18).

II.7.1 Pendekatan Analisis Wacana yang Memfokuskan pada Representasi Menurut Eriyanto (seperti dikutip dari Badara, 2012) menyatakan bahwa representasi penting dalam dua hal, yaitu apakah seseorang, kelompok, atau gagasan, tersebut ditampilkan sebagai mana mestinya, dan bagaimana representasi tersebut ditampilkan (h.56). Representasi merupakan bagaimana seseorang, kelompok, gagasan, atau pendapat tertentu ditampilkan sebagaimana mestinya (Badara, 2012, h.56).

(52)

41 BAB III

PEMAPARAN POSTER FILM MUSIKAL INDONESIA

III.1 Data Film Ambilkan Bulan

Gambar III. 1 Poster Film Musikal Ambilkan Bulan

Sumber: http://imagin3film.files.wordpress.com/2012/07/tumblr_m67xwx2wbu 1rnfbono1_1280.jpg (21 April 2013)

Tabel III.1 Data Film Musikal Ambilkan Bulan

Jenis Film Musikal

Tanggal Rilis 2012

Produser Putut Widjanarko

Sutradara Ifa Isfansyah

Penulis Jujur Prananto

Tanggal Edar Kamis, 28 Juni 2012

Perusahaan Film Mizan Productions dan Falcon Pictures

Pemain

Lana Nitibaskara sebagaiAmelia

Agus Kuncoro sebagai Ayah Amelia

Astri Nurdin sebagai Ratna

Landung Simatupang sebagai Mbah Gondrong

Adrian Simon sebagai Kakek Amelia

Titi Dibyo sebagai Nenek Amelia

Marwoto sebagai Pak Selo

Hemas Nata Negari sebagai Pandu

Bramantyo Suryo Kusumo sebagai Kuncung

Jhosua Ivan Kurniawan sebagai Hendra

(53)

42 III.1.1 Sinopsis Film Ambilkan Bulan

Film Ambilkan Bulan merupakan film genre musikal dengan subgenre musikal fantasi. Bercerita tentang seorang gadis cilik bernama Amelia yang kesepian. Ibunya bernama Ratna begitu sibuk dengan pekerjaannya sebagai manager di sebuah perusahaaan swasta di Jakarta. Semenjak Ratna di tinggal mati oleh suaminya karena kecelakaan, ia menjadi orang tua tunggal yang harus menafkahi keluarga. Dengan demikan, Ratna menjadi sibuk sehingga seluruh waktunya dihabiskan untuk bekerja.

Merasa tidak diperhatikan oleh ibunya, Amelia mencari teman dan kesibukan sendiri dengan situs jejaring sosial Facebook. Kegiatan ini mempertemukannya dengan Ambar di dunia maya. Ambar adalah seorang gadis cilik yang tinggal di desa. Ambar menceritakan tentang desanya sehingga Amelia sangat tertarik untuk pergi kesana. Ditambah lagi dengan foto-foto alam didalam album foto Facebook Ambar, semakin membuat Amelia penasaran dan kagum. Kekagumannya membuat ia berkhayal seakan dirinnya sedang berada di alam bersama Ambar.

Suatu hari, Ambar bertanya tentang nama kakek Amelia. Tidak disangka, ternyata mereka berdua bersaudara. Amelia sangat senang. Impiannya untuk pergi kedesa tinggal dipelupuk mata setelah pamannya dari desa menelepon Amelia. Meskipun Ibunya sempat tidak setuju Amelia pergi berlibur ke desa, tapi akhirnya Amelia diizinkan untuk berlibur ke desa dimana tempat kakek dan nenek dari ayahnya tinggal bersama Ambar sepupunya. Hutan yang ada di album foto Ambar terus membayangi Amelia. Kupu-kupu biru yang terbang dibayangannya menjadi tujuan utama Amelia. Amelia berseru senang ketika melihat bukit hutan tersebut didalam mobil. Ia berkata pada paman dan bibinya bahwa ia ingin pergi ke hutan tersebut. Namun pamannya melarang, karena tempat itu berbahaya.

(54)

43 sosial. Kini Ambar menjadi nyata dihadapannya. Mereka berdua lalu bercerita dan tidak lupa Amelia menanyakan tentang hutan itu. Hutan yang ada di foto Ambar dan sering diceritakan oleh Ambar. Ambar langsung murung. Ia akhirnya mengaku tidak pernah pergi ke hutan tersebut. Mendengar perkataan Ambar, Amelia menjadi kecewa. Ia akhirnya nekat pergi sendiri ke hutan tersebut di keesokan harinya.

Dengan bermodalkan tas dan kupluk serta sweater merah, pagi itu Amelia pergi ke hutan yang katanya terdapat mitos tentang Mbah Gondrong sang makhluk setengah setan dan setengan manusia. Rasa penasaran Amelia tidaklah sebanding dengan mitos tersebut. Amelia tetap ingin pergi ke hutan. Ditengah jalan, ia bertemu dengan anak laki-laki si pengembala kambing yang bernama Kuncung. Mereka bernyanyi dan menari bersama di tengah hutan yang hijau. Setelah sedikit berbincang-bincang, Kuncung melarang Amelia untuk pergi ke hutan itu. Amelia tidak peduli dengan perkataan Kuncung. Akhirnya Amelia mengajak Kuncung untuk ikut dengannya. Belum jauh kaki mereka melangkah, akhirnya ada seekor kupu-kupu biru terhabang dan hinggap di batang pohon. Amelia dan Kuncung jalan mengendap-ngendap untuk menangkap kupu-kupu tersebut. Namun, sebelum usaha mereka berhasil, tiba-tiba ada suara dibalik semak-semak yang mengagetkan mereka berdua. Kuncung langsung mengira bahwa itu adalah Mbah Gondrong. Kuncung berlari secepatnya diikuti Amelia yang juga ikut kaget.

(55)

44 juga yang lainnya. Amelia lalu menyanyikan lagu yang berjudul Ambilkan Bulan dibawah sinar bulan yang terang pada malam itu. Setelah selesai bernyanyi, mereka bergegas pergi mencari jalan pulang. Sebelum mereka sempat pergi, tercium wangi ayam bakar yang begitu menggoda. Karena penasaran, diikuti lah wangi ayam bakar tersebut hingga akhirnya mereka kaget ketika melihat seseorang yang sedang membakar ayamnya. Ternyata dia adalah Mbah Gondrong. Cepat-cepat mereka berlari, namun Kuncung masih saja diam dan kaget lalu berusaha berlari. Mbah Gondrong sempat menangkap sosok Kuncung.

Amelia terus berlari diikuti Ambar, Hendra, dan Pandu. Saat berhenti, mereka tersadar bahwa Kuncung tidak bersama mereka. Akhirnya mereka berempat memutuskan kembali ke tempat tinggal Mbah Gondrong. Sambil mengendap-ngendap, mereka berusaha mencari Kuncung. Akan tetapi Mbah Gondrong sudah datang kembali ke rumahnya. Amelia, Pandu, Ambar, dan Hendra segera bersembunyi. Pada saat itu, Amelia bersembunyi diatas atap. Mbah Gondrong lalu membaringkan Kuncung yang tidak sadarkan diri sedangkan Amelia terus mengintip dibalik celah atap rumah Mbah Gondrong dengan badan bergetar karena ketakutan.

(56)

45 Keesokan paginya, Amelia dikejutkan oleh pemandangan yang terhampar dihadapannya. Begitu indah percis seperti lukisan ayahnya yang menempel di dinding apartemen kamarnya. Kupu-kupu biru terbang menari dengan indah bersama teman-teman Amelia. Amelia sungguh kagum dan senang. Mbah Gondrong pun ikut senang dibalik kesedihannya yang ditinggal oleh orang-orang yang ia sayangi. Mbah Gondrong bercerita kepada Amelia bahwa ia sering meninggalkan orang-orang yang ia sayangi. Setelah orang-orang tersebut hilang, Mbah Gondrong menyesal. Sampai akhirnya ia memutuskan untuk hidup sendiri, karena ia merasa tidak ada lagi orang yang membutuhkannya. Namun Amelia berbagi pelajaran kepada Mbah Gondrong bahwa saat Amelia belum pergi ke desa, ia merasa tidak butuh teman. Saat ia bertemu dengan Ambar dan yang lainnya, Amelia sadar bahwa ia membutuhkan teman. Ia sekaligus memberikan saran kepada Mbah Gondrong untuk memberanikan diri keluar rumah dan bersosialisasi dengan orang lain agar tidak merasa sendiri lagi.

(57)

46 III.2 Pemaparan Poster Film Ambilkan Bulan

Gambar III.2 Pemaparan Poster Film Ambilkan Bulan Sumber:

http://imagin3film.files.wordpress.com/2012/07/tumblr_m67xwx2wbu1rnfbono1_1280.jp g (21 April 2013)

 Tipografi

Gambar III.3 Huruf Judul Poster Film Ambilkan Bulan

(58)

47

“i” diganti dengan ilustrasi not balok yaitu salah satu unsur visual musik yang dapat membangun genre musikal di dalam poter film.

 Ilustrasi

Ilustrasi pada poster film musikal Ambilkan Bulan menggunakan teknik fotografi dan gambar 3 dimensi. Teknik fotografi terdapat pada ilustrasi tokoh dan foreground, sedangkan pada kupu-kupu menggunakan teknik gambar 3 dimensi.

Gambar III.4 Ilustrasi Tokoh pada Poster Film Ambilkan Bulan

(59)

48

Gambar III.5 Ilustrasi gerak tokoh utama sedang menari

Gerakan yang dilakukan oleh tokoh utama (Amelia) pada poster film Ambilkan Bulan adalah gerakan menari yaitu suatu gerakan yang mengiri sebuah lagu. Meskipun didalam filmnya Amelia menari, namun gerakan yang ada didalam posternya bukanlah suatu gerakan tarian yang terdapat didalam filmnya. Gerkan tarian ini lebih mengacu kepada suatu gerakan tarian ekspresi senang.

Gambar III.6 Ekspresi Senang

(60)

49 Gambar III.7 Ilustrasi Kupu-kupu

Sekumpulan gambar yang bergerombol keatas tersebut merupakan ilustrasi kupu-kupu berwarna biru yang sedang terbang ke atas. Namun didalam film Ambilkan Bulan kupu-kupu tersebut tidaklah sebanyak yang terdapat dalam poster filmnya.

Gambar III.8 Background Ilustrasi Pedesaan

(61)

50 Gambar III.9 Background Ilustrasi Perkotaan

Gedung-gedung tinggi merupakan ilustrasi dari perkotaan. Pada gambar diatas merupakan representasi dari perkotaan. Ilustrasi ini terdapat pada adegan dalam film Ambilkan Bulan yang juga merupakan bagian dari pada fantasi karena tidak ada tempat atau kota yang dapat melayang-layang di udara. Namun didalam poster film Ambilkan Bulan, gambar tersebut terlihat samar.

Gambar III.10 Background Ilustrasi Langit

(62)

51 Gambar III.11 Background Ilustrasi Awan

Warna putih yang terdapat pada background merupakan representasi dari awan, karena bentuknya menggumpal-gumpal. Selain itu, ilustrasi tersebut terdapat pada adegan filmnya dimana awan-awan tersebut berada di bawah diantara ilustrasi pedesaan dan perkotaan yang melayang-layang di udara.

Gambar III.12 Background Ilustrasi Rumput

Warna hijau yang terdapat pada gambar diatas merupakan ilustrasi dari rumput yang menjadi foreground pada poster. Didalam film Ambilkan Bulan, rumput tersebut berwarna kekuning-kuningan namun didalam poster terlihat segar karena berwarna hijau.

 Warna

Warna pada poster film Ambilkan Bulan didominasi oleh warna biru. Warna pada background adalah warna biru hijau gradasi ke warna putih. Sedangkan pada foreground berwarna hijau sebgaimana warna alam yaitu warna tumbuhan pada umumnya.

(63)

52 Warna biru dan hijau merupakan golongan warna dingin. Dari warna tersebut image yang terbangun adalah pegunungan yang sejuk, dingin, dan tenang seperti tema cerita filmnya yaitu berlibur ke pedesaan di pegunungan. Warna merah pada pakaian tokoh utama menjadi kekuatan atau sebagai pusat perhatian disamping warna kuning pada baju yang dikenakan tokoh pendukung yang juga terlihat kontras. Warna kuning kecokelatan bergradasi ke warna putih yang terdapat pada huruf pada judul poster film musikal Ambilkan Bulan, terlihat seperti kilauan emas. Psikologis warna kuning sendiri adalah suatu keoptimisan atau harapan. Namun, bila dihubungkan dengan sinar bulan pada malam hari, bisa saja warna tersebut interpretasi dari cahaya bulan, sehingga tidak menampilkan ilustrasi bulan didalam poster filmnya.

 Tata Letak

Gambar III.14 Tata letak pada poster film Ambilkan Bulan

(64)

53 Gambar III.17 Sequence pada Poster Film Ambilkan Bulan

Sequence atau arah baca pada psoter film Ambilkan Bulan adalah membentuk huruf “I” karena dibaca lurus dari atas kebawah secara langsung.

Gambar III.18 Emphasis pada Poster Film Ambilkan Bulan

(65)

54 Gambar III.19 Balance pada Poster Film Ambilkan Bulan

Balance atau keseimbangan pada poster film musikal Ambilkan Bulan menggunakan keseimbangan simetris satu sumbu.

Gambar III.20 Unity pada Poster Film Ambilkan Bulan

(66)
(67)

56 BAB IV

ANALISIS WACANA POSTER FILM MUSIKAL INDONESIA

IV.1 Analisis Poster Film Musikal Ambilkan Bulan berdasarkan Anatomi Poster Film

Gambar IV.1 Anatomi poster film musikal Ambilkan Bulan

1. Mizan Production dan Falcon Pictures merupakan credit title dari nama rumah produksi film Ambilkan Bulan.

2. Merupakan credit title yang memberikan informasi nama tokoh atau pemeran inti pada film Ambilkan Bulan yaitu Lana Niti Baskara, Astri Nurdin, Agus Kuncoro, Landung Simatupang, dan Marwoto.

3. Subheadline dari poster film Ambilkan Bulan yaitu Film Fantasi Musikal yang menjelaskan bahwa film tersebut merupakan sebuah film genre musikal dengan subgenre fantasi musikal.

(68)

57 Tabel IV.1 Tampilan Ilustrasi background Langit

Tampilan didalam Poster

5. Merupakan headline atau judul pada poster film Ambilkan Bulan. Huruf judul tersebut termasuk kedalam jenis huruf hiasan (decorative) yang memiliki kesan alam karena hurufnya meliuk-liuk seperti jenis akar banir dan diujung huruf ‘N’ terdapat ilustrasi outline kupu-kupu yang hinggap di liukan garis huruf tersebut, sehingga menggambarkan kesan alam didalam hurufnya. Selain terdapat ilustrasi berupa outline kupu-kupu, juga terdapat ilustrasi not balok berukuran kecil sebagai pengganti titik pada huruf ‘i’ yaitu salah satu unsur visual musik. Warna pada huruf judul merupakan representasi dari cahaya bulan sehingga tidak menampilkan visual bulan didalam poster filmnya.

Tabel IV.2 Tampilan Huruf pada Judul

Tampilan didalam Poster Tampilan didalam Film

Tampilan lain didalam Poster Tampilan Gambar

(69)

58 6. Merupakan credit title yang memberikan informasi nama sutradara pembuat

film Ambilkan Bulan yaitu Ifa Isfansyah.

7. Merupakan background ilustrasi dari representasi pedesaan yang terletak di kaki bukit atau pegunungan dan ilustrasi tersebut terdapat pada dalam film Ambilkan Bulan. Salah satu kesan fantasi yang terdapat pada poster film Ambilkan Bulan adalah dari ilustrasi ini yaitu melayang ke udara diatas awan.

Tabel IV.3 Tampilan Ilustrasi representasi dari Pedesaan Tampilan didalam Poster Tampilan didalam Film

(70)

59 Tabel IV.4 Tampilan Ilustrasi Kupu-kupu

Tampilan didalam Poster Tampilan didalam Film

9. Body copy berupa informasi bahwa pada film tersebut menampilkan Sheila on 7 yaitu salah satu grup band papan atas Indonesia.

10.Body copy berupa informasi bahwa didalam film tersebut terdapat 10 judul lagu anak-anak yang dilantunkan yaitu lagu-lagu anak legendaris karya AT Mahmud. Lagu-lagu tersebut yaitu Ambilkan Bulan yang menjadi judul filmnya, Libur Telah Tiba, Kereta Apiku, Mendaki Gunung, Amelia yaitu judul lagu yang menjadi nama tokoh utama pada film tersebut, Pelangi, Anak Gembala, Bintang Kejora, Paman Datang, dan Aku Anak Indonesia.

(71)

60 Tabel IV.5 Tampilan Ilustrasi representasi dari perkotaan

Tampilan didalam Poster Tampilan didalam Film

12.Ilusrasi tokoh pendukung dalam film Ambilkan Bulan yaitu Ibu Amelia yang bernama Ratna seorang wanita karir yang berkerja di perusahaan swasta dan sebagai ibu Amelia. Ia menegenakan pakaian dress berwarna kuning sehingga terkesan lebih muda. Ia pun sedang tertawa bahagia kepada Amelia. Namun, pakaian yang ia kenakan tidak ada di dalam adegan filmnya.

(72)

61 Tabel IV.6 Tampilan Ilustrasi Tokoh Utama dan Gerakannya

Tampilan didalam Poster Tampilan didalam Film

Tampilan Gambar

Gerakan Senang dan Menari

14.Warna putih pada background poster film Ambilkan Bulan merupakan representasi dari awan. Awan tersebut merupakan salah satu bagian pada scene film Ambilkan Bulan yang memiliki kesan fantasi, karena diatas awan tersebut terdapat sebuah ilustrasi pedesaan dan perkotaan yang melayang diudara tepatnya diatas awan.

Tabel IV.7 Tampilan Ilustrasi representasi dari Awan

(73)

62 15.Merupakan ilustrasi tokoh pendukung yang berperan sebagai Ayah Amelia yang sudah meninggal dunia. Didalam adegan filmnya, ia mengenakan pakaian berwarna cokelat muda dan kemeja kotak-kotak berwarna kuning, sedangkan didalam posternya cenderung terlihat mengenakan pakaian cokelat seperti sweater atau jas dan didalamnya mengenakan pakaian kemeja kuning pudar. Ilustrasi pada tokoh ini setengah badannya tertutup oleh kabut dan posisinya berada jauh dari posisi Amelia dan istrinya yaitu ibu Amelia. Karena terhalang kabut dan posisinya terlihat menyendiri, kesan yang terbangun adalah misteri. Namun, senyum tipis yang ia perlihatkan terkesan lebih kearah seseorang yang bahagia melihat kebahagiaan orang yang disayanginya.

16.Merupakan ilustrasi pada foreground yaiturepresentasi dari rumput.

17.Logo Biofarma merupakan credit tilte sponsor yaitu nama perusahaan yang mendukung film tersebut.

18.Merupakan credit title yang terdiri atas nama produser film, sutradara, judul film, nama-nama pemeran atau tokoh utama dan pendukung, desainer kostum, pembuat efek visual, pengarah musik, editor film, desainer produksi, pengarah koreografi, fotografer, penyusun naskah skenario, logo-logo pendungkung suara, dan logo-logo perusahaan.

IV.2 Analisis Wacana Poster Musikal Ambilkan Bulan

(74)

63 Ada 3 proses yang dihadapi berkaitan dengan saat menampilkan objek, peristiwa, dan gagasan, kelompok, atau seseorang, yaitu pada level pertama peristiwa yang ditandakan (encode) sebagai realitas. Pada level kedua, ketika memandang sesuatu sebagai realitas, pertanyaan berikutnya ialah bagaimana realitas tersebut digambarkan. Pada level ketiga, bagaimana peristiwa tersebut diorganisasi kedalam konvensi-konvensi yang diterima secara ideologis (Badara, 2012, h.56).

Dari penjelasan tersebut, untuk mempermudah dalam proses analisis ini maka dibuatlah tabel analisis wacana yang meliputi elemen visual poster film musikal berdasarkan anatomi poster, sedangkan pernyataan wacana merupakan pernyataan-pernyataan dari 10 informan yang diwawancara, dan konvensi merupakan temuan dari analisis wacana dimana konvensi merupakan hasil dari kesepakatan objek wacana berdasarkan persepsi masyarakat.

IV.2.1 Tabel Analisis Wacana Poster Musikal Ambilkan Bulan

Pada penelitian ini, wawancara dilakukan kepada 10 orang informan yaitu anak-anak usia 7-12 tahun yang gemar menonton film. Wawancara dilakukan secara langsung dan anak-anak merupakan target audience dari poster film musikal Ambilkan Bulan, dimana film ini merupakan film musikal yang diperuntukkan untuk anak-anak.

Tabel IV.8 Analisis Wacana Poster Film Musikal Ambilkan Bulan

Level 1 Level 2 Level 3

Objek Wacana Pernyataan Wacana Konvensi

(75)
(76)

65

merah, yang berceria. 6. Yang pakai baju kuning. 7. Pakai baju merah. 8. Yang perempuan baju merah. - Ilustrasi Gerak 1. Sedang gembira,

(77)
(78)

67

(79)

68

3 dan 4 lebih menyatakan gambar pohon, karena dan itu pun terlalu kecil sehingga tidak terlihat jelas, maka objek wacana pada background ilustrasi pedesaan membentuk konvensi sebagai hutan daripada sebagai pedesaan. Sehingga tidak sesuai dari maksud sebenarnya. - Background Ilustrasi

(80)
(81)

70 - Background Ilustrasi

(82)
(83)
(84)

73 tentang liburan ke desa di pegunungan. Dengan tersebut sudah sesuai dari maksud sebenarnya.

IV.2.2 Ikhtisar Analisis Wacana Poster Film Musikal Ambilkan Bulan

Dari tabel analisis wacana tersebut, terdapat 12 objek wacana didalam poster film musikal Ambilkan Bulan. Berikut ikhtisar dari hasil analisis wacana yang terdapat pada tabel analisis wacana poster film musikal Ambilkan Bulan:

1. Huruf Judul

(85)

74 menyatakan bahwa kesan huruf pada judul poster film musikal Ambilkan Bulan yaitu sebagai angin, sehingga tidak sesuai dari maksud sebenarnya.

2. Ilustrasi Tokoh Utama

Ilustrasi tokoh atau pemeran utama dalam poster film musikal Ambilkan Bulan yaitu gadis cilik yang mengenakan pakaian berwarna merah. Warna yang mencolok dan posisi pemeran utama yang berada di tengah-tengah antara pemeran pendukung membuat masyarakat dapat menebak dengan baik sehingga didalam objek wacana yang menunjukkan tokoh utama dalam film Ambilkan Bulan didalam poster sudah sesuai dari maksud sebenarnya.

3. Ilustrasi Gerak

Ilustrasi gerak yang dilakukan oleh tokoh atau pemeran utama didalam poster film Ambilkan Bulan yaitu sedang menari. Menari merupakan salah satu gerakan yang dapat membangun genre musikal didalam poster film. Namun, gerakan tarian yang dilakukan lebih kearah ekspresi gembira. Hal ini dikarenakan gerakan tariannya tidak terlalu tampak jelas, sehingga memunculkan dua persepsi yang berbeda pada masyarakat yaitu sebagai gerakan taraian dan ekspresi gembira.

4. Ilustrasi Ekspresi

Senyum dan tawa yang terdapat pada ketiga tokoh pada poster film musikal Ambilkan Bulan merupakan suatu ekspresi gembira. Hal ini menyebabkan masyarakat mudah sekali mengenali ekspresi pada ketiga tokoh tesebut sebagai ekspresi gembira, sehingga sudah sesuai dari maksud sebenarnya.

5. Ilustrasi Kupu-kupu

Gambar

Gambar II.9 Poster bersejarah ketika pemerintah Federal Amerika Serikat mencari
Gambar II.14 Poster Kegiatan Ilmiah
Gambar II.17 “Wanted Poster. No I” Karya  Charles White.
Gambar II.18 Poster Iklan sebuah produk minuman
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian yang ditemukan melalui wawancara langsung dengan para informan mengenai strategi komunikasi pendidik anak autis di SLB permata hati, kaitannya

Karena dalam penelitian ini peneliti bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang mendalam mengenai bagaimana upaya guru dalam meningkatkan pembiasaan beribadah bagi anak

Berdasarkan latar belakang masalah maka dilakukan Perancangan Video Iklan Masyarakat Mengenai Peran Orangtua Dalam Mengawasi Gadget Pada Anak-anak Usia 8-12 Tahun,

Berdasarkan hasil wawancara mengenai pola komunikasi orang tua dalam mendidik kesantunan berbahasa anak usia sekolah dasar menunjukan adanya berbagai jenis prinsip

Dengan memanfaatkan teknik pengumpulan data secara kualitatif, melalui wawancara langsung dengan informan penelitian yang telah di tetapkan melalui teknik snowball sampling,

Wawancara merupakan suatu metode untuk menggali data dari informan tertentu dengan ingin mengetahui secara mendalam mengenai objek penelitian. Metode ini dilakukan

Melalui pendekatan kualitatif peneliti akan memperoleh penghayatan, pengalaman dan pemahaman mendalam tentang Konsep Perkembangan Moral Anak Usia Sekolah Dasar Dan Implikasinya Dalam

Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan depth interview wawancara mendalam untuk mencari data langsung kepada suami tentang dukungan dan