• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Media Informasi Pantangan dan Mitos Mahluk Halus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan Media Informasi Pantangan dan Mitos Mahluk Halus"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN MEDIA INFORMASI PANTANGAN DAN MITOS MAHLUK HALUS

DK 38315/Tugas Akhir Semester II 2013-2014

Oleh:

Tedja Kusuma Dinata 51909211

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(2)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2 Identifikasi Masalah ... 3

I.3 Rumusan Masalah ... 3

I.4 Batasan Masalah ... 3

I.5 Tujuan Perancangan ... 4

I.6 Konsep Pemikiran ... 4

BAB II PERANCANGAN MEDIA INFORMASI PANTANGAN DAN MITOS MAHLUK HALUS ... 5

II.1 Pengertian Umum Pantangan ... 5

II.2 Pengertian Umum Mitos... 6

II.3 Mahluk Halus Dalam Kepercayaan Masyarakat ... 7

II.4 Jenis Mahluk Halus Yang Diyakini Masyarakat ... 8

II.4.1 Kuntilanak ... 9

II.4.2 Sundel Bolong ... 10

II.4.3 Pocong ... 11

II.4.4 Gederuwo ... 13

II.4.5 Wewe Gombel ... 14

II.5 Pantangan Dan Mitos Mahluk Halus Yang Berkembang Di Masyarakat Sunda ... 16

II.6 Definisi Komunikasi ... 21

(3)

II.7.1 Definisi Media Informasi ... 22

II.7.2 Jenis-Jenis Media Informasi ... 23

II.7.3 Komunikasi ... 24

II.7.4 Definisi Buku ... 26

II.7.5 Buku Illustrasi ... 27

II.8 Hasil Angket Dan Kuisioner ... 27

II.9 Analisa Permasalahan ... 30

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL ... 32

Studi Target Audiens... 34

III.1 Strategi Perancangan ... 35

III.1.1 Pendekatan Komunikasi ... 36

III.1.2 Strategi Kreatif ... 37

III.1.3 Strategi Media ... 37

III.1.4 Strategi Distribusi... 39

III.2 Konsep Visual ... 40

III.2.1 Format Desain ... 40

III.2.2 Tata Letak /Layout ... 41

III.2.3 Tifografi ... 42

III.2.4 Illustrasi ... 42

III.2.5 Warna Dan Textur ... 43

BAB IV TEKNIS PODUKSI MEDIA ... 45

IV.1 Media Utama ... 45

IV.2 Pra Produksi ... 44

IV.3 Teknis Cetak ... 46

IV.3.1 Buku Illustrasi (Media Utama) ... 46

IV.3.2 Hard Cover ... 46

IV.3.4 Isi Buku ... 48

IV.3.5 Media Pendukung ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 56 LAMPIRAN

(4)

DAFTAR PUSTAKA Buku

Shimp, Terence A. 2003. Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta: Erlangga.

Pranjana, Stefanus. 2005. Setan Menurut Orang Katolik. Yogyakarta: Kanisius. Sholikin, Muhamad., K.H. 2011. Manusia vs Iblis Musuh Sampai Kiamat.

Garudhawaca.

Barata, Prasetya M. 2008. PROVOKASI Menyiasati Pikiran, Meraih Keberuntungan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Dirgantara, Yuana A. 2012. Pelangi Bahasa Sastra Dan Budaya Indonesia. Garudhawaca

Departemen Kesehatan RI. (2009). Modul 15 Mitos dan Fakta. Jakarta: Dept. Kesehatan RI

Rustan,Surianto. 2010. Huruf Font-font Tipografi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Media dan Jurnal Online

Pujiyanto. (2013, 20 Desember). Strategi Pemasaran Produk Melalui Media Periklanan. Jurnal NIRMANA Vol. 5, No. 1, http://puslit.petra.ac.id/journals.

Line, Chris. (2013, 20 Desember). Jin Dari Sudut Pandang Ilmiah. Jurnal FSR Vol.33, No.3. http://www.akhirzaman.info/allien-a-ufo/75-alien/834-jin-dari-sudut-pandang-ilmiah.html.

Maheswarina, Tassa Ary. (2013, 21 Desember), “Kepercayaan Masyarakat Jawa Dalam Film Kuntilanak”. Jurnal Vol.1, No.1, http://jurnal

(5)

Anggraini, Irene. (2013, 21 Desember). Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Pesan Mistik Dalam Program Acara Dua Dunia Di Trans 7”. VOL I. NO.1. http://studentjournal.petra.ac.id/index.php/ilmu-komunikasi/article/view/76/40. Herniti, Ening. (2012, 21 Desember). Kepercayaan Masyarakat Jawa Terhadap Santet, Wangsit, Dan Roh Menurut Perspektif Edwards Evans-Pritchard. Vol. 13, No. 2. http://journal.uin-suka.ac.id/thaqafiyyat/article/download/64/pdf.

Wikipedia. (2013, 21 Desember). Kuntilanak. /id.wikipedia.org/wiki/Kuntilanak. Merdeka.com. (2013, 25 Desember). 3 Faktor Yang Buat Manusia Seakan Merasakan Keberadaan Hantu. http://www.merdeka.com/teknologi/3-faktor-yang-buat-manusia-seakan-merasakan-keberadaan-hantu-tekmatis-mistis.html.

Style.com. (2014, 25 Januari). Karakter Pria Yang Harus Anda

Tahu.http://styleremaja.com/karakter-pria-yang-harus-anda-tahu.html.

Blogspot. (2014, 25 Januari). Mengenal Sifat Anak – Anak.

http://mendidikanakanak.blogspot.com/2013/03/mengenal-sifat-sifat-anak.html.

Blogspot. (2014, 25 Januari). Memahami Karakter Wanita. http://ramlan-martin.blogspot.com.

ridwanaz.com. (2014, 26 Januari). Pengertian Mitos Pada Masyarakat. http://ridwanaz.com/umum/seni-budaya/pengertian-mitos-pada-masyarakat

kompasiana.com. (2014, 26 Januari). Mahluk Halus antara mitos dan kenyataan. http://sosbud.kompasiana.com/2011/06/08/mahluk-halus-antara-mitos-dan-kenyataan-371268.html

fimadani.com. (2014, 8 Agustus). Jam Kerja Organ Tubuh.

(6)

Daftar Riwayat Hidup

I. DATA PRIBADI

Nama : Tedja Kusuma Dinata

Tempat, tanggal lahir : Bandung, 19 September 1991 Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Status : Belum menikah

Alamat : Bukit Permata Cimahi G7.19 Kec.Ngamprah Kab.Bandung Barat

Telepon : 08988555151

II. PENDIDIKAN

 2009 – 2014 : Universitas Komputer Indonesia

 2006 – 2009 : SMA Pasundan 3 Cimahi

 2003 – 2006 : SMP Negeri Ngamprah 1

 1997 – 2003 : SD Negeri Cimareme 2

 1996 – 1997 : TK Harapan Ibu

Demikian daftar riwayat hidup ini dibuat dengan sebenar – benarnya, Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Bandung, 11 Agustus 2014 Hormat Saya

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Dalam kepercayaan masyarakat Indonesia mahluk halus adalah mahluk yang tidak mempunyai jasad. Mahluk halus diyakini wujudnya oleh kebanyakan masyarakat di dunia, terlebih lagi pada masyarakat tradisional keberadaan dan wujudnya sangat di yakini oleh kebanyakan orang. Mahluk ini memiliki banyak keanekaragaman wujud dan jenis, dalam agama Islam dikenal dengan jin, iblis, dan setan, dari keseluruhannya memiliki beberapa perbedaan meskipun mereka sama dibentuk dari sebuah api. Jin sendiri adalah makhluk ghaib yang terbuat dari api berdasarkan pada firman Allah dalam surat Al Qur’an QS Ar-Rahman 55:15 "dan Dia menciptakan jin dari nyala api." Dalam bahasa arab adalah Janna, secara harfiah berarti sesuatu yang berkonotasi "tersembunyi" atau "tidak terlihat". Iblis sama dengan jin adalah makhluk ghaib yang dibuat dari api. Iblis adalah salah satu jenis dari jin. Jalaluddin dalam Tafsir Jalalain menyebut iblis sebagai Abul Jan (bapak jin), dan yang terakhir Setan atau syaitan, sesuatu yang berasal dari jin dan manusia. Ia adalah sisi buruk jin dan manusia. Mahluk halus khususnya jin dapat berubah-ubah bentuk dari bentuk lain ke yang lainnya. Keberadaannya sering dan banyak dijumpai pada malam hari, dimana setiap manusia sedang melakukan aktifitas istirahat ataupun melakukan kegiatan dimalam hari, namun tidak dipungkiri juga keberadaan mahluk halus dapat dirasakan pada siang hari. Perwujudannya banyak diadaptasi kedalam buku dongeng, legenda, cerita rakyat, dan cerita lisan.

(8)

meneruskan dan menstabilkan kebudayaan, memberikan petunjuk hidup, melegalisir aktivitas kebudayaan, pemberian makna hidup dan pemberian model pengetahuan untuk menjelaskan hal-hal yang sulit dijelaskan dengan akal pikiran, namun kebenarannya belum tentu benar adanya.

Dalam bahasa Sunda, pamali merupakan kata sifat. Kata ini sinonim dengan kata pantang dan cadu yang dalam bahasa Indonesia sepadan dengan pantang atau tabu (Inggris: taboo). Kata bendanya adalah kapamalian. Kata ini semakna dengan pantangan dan panyaraman (larangan). Kapamalian berarti sesuatu yang dianggap pamali yang kalau dilanggar akan ada matak-nya atau akan menyebabkan sesuatu menurut kepercayaan karuhun, yakni akibat yang dipercaya kelak akan menimpa seseorang atau sesuatu bila larangan itu dilanggar. Matak-nya ini ada yang diyakini akan berdampak pada diri si pelanggar, ada pula yang akan berpengaruh pada lingkungannya. Beberapa mitos dapat bertahan karena memberikan nasehat yang sesuai dengan pengalaman sehari-hari.

(9)

I.2 Identifikasi Masalah

Banyak dijumpai patangan dan mitos yang terkait dengan mahluk halus di masyarakat khususnya di budaya sunda, yang keberadaannya berbeda dari masa ke masa. Mitos tersebut dapat berupa nasehat, anjuran ataupun larangan yang dapat di jelaskan secara logika.

Dari penjelasan yang telah diungkapkan sebelumnya, dapat diuraikan menjadi beberapa bagian permasalahan, yaitu:

- Beberapa pantangan dan mitos di dapat bertahan karena memberikan nasehat yang sesuai dengan pengalaman sehari-hari.

- Masih banyak fenomena patangan dan mitos terkait dengan mahluk halus yang terjadi di masyarakat.

- Adanya anjuran dan larangan yang beredar di lingkungan masyarakat. - Masih kurangnya informasi akan pemaknaan yang bijak oleh

masyarakat tentang pantangan dan mitos yang terkait dengan mahluk halus.

I.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka dapat dirumuskan :

- Bagaimana merancang sebuah media informasi melalui buku illustrasi untuk memberikan informasi mengenai mitos dan pantangan di budaya Sunda?

- Illustrasi seperti apa yang tepat digunakan sebagai cerita dari sebuah pesan pantangan dan mitos untuk usia remaja hingga dewasa?

I.4 Batasan Masalah

(10)

akurat, batasan masalah ini hanya membahas pantangan dan mitos mahluk halus yang dipercaya dan berkembang di Indonesia khususnya di lingkungan masyarakat Sunda, Bandung-Jawa Barat.

I.5 Tujuan Perancangan

Adapun tujuan dari perancangan media informasi patangan dan mitos-mitos mahluk halus yaitu sebagai berikut:

- Untuk masyarakat, perancangan media informasi melalui buku illustrasi ini bertujuan untuk memberikan sebuah pengetahuan, sebuah pesan yang bisa di terima lebih bijak mengenai pantangan dan mitos-mitos mahluk halus, serta cerita yang berkembang di masyarakat Sunda.

- Untuk dunia pendidikan dan penelitian diharapkan dengan adanya buku illustrasi ini dapat digunakan sebagai media pengetahuan tetang hasil dari sebuah budaya, dan dapat menambah khasanah keilmuan dalam kebudayaan.

(11)

Berikut ini merupakan alur dari konsep pemikiran dalam perancangan media informasi pantangan dan mitos mahluk halus.

Gambar I.1 Konsep pemikiran

(12)

BAB II

MEDIA INFORMASI PANTANGAN DAN MITOS MAHLUK HALUS

II.1 Pengertian Umum Pantangan

Pantangan atau dalam budaya sunda disebut pamali adalah hal-hal yang sering di dengar dari orang tua atau leluhur. Pantangan tersebut tentunya berawal dari banyaknya kasus yang terjadi karena melanggar pantangan tersebut meski segala sesuatunya adalah bersandarkan atas kehendak Tuhan. Dalam bahasa Sunda, “pamali” merupakan kata sifat. Kata ini sinonim dengan kata “pantrang” dan “cadu” yang dalam bahasa Indonesia sepadan dengan pantang atau tabu (Inggris: taboo). Kata bendanya adalah “kapamalian”. Kata ini semakna dengan pantrangan (pantangan) dan panyaraman (larangan). Kapamalian berarti sesuatu yang dianggap pamali yang kalau dilanggar akan ada matak-nya (menyebabkan sesuatu) menurut kepercayaan karuhun. Dengan demikian, yang membedakan kapamalian dengan larangan lainnya ialah pada matak-nya itu, yakni akibat yang dipercaya kelak akan menimpa seseorang atau sesuatu bila larangan itu dilanggar. Matak-nya ini ada yang diyakini akan berdampak pada diri si pelanggar, ada pula yang akan berpengaruh pada lingkungannya.

(13)

berdasarkan pada kepercayan, kalaupun bukan berdasarkan pengalaman, pengetahuan, ataupun ada maksud lain tertentu di baliknya. Menurut sementara orang, konon, kapamalian merupakan cara orang tua di masa lalu dalam menakut-nakuti anaknya. Kelaziman di masa dulu, anak akan lebih takut pada hal yang gaib, belum tentu terjadi, ketimbang pada hal-hal yang nampak atau nyata

Orang bijak tentu punya pandangan lain ihwal kapamalian ini. Sepanjang ia sulit dipahami secara rasional, salah satu caranya ialah dengan mengambil maknanya yang tersembunyi. Ia tidak lagi dipahami dalam pengertian hakiki, melainkan dalam pengertian majaji. Begitulah lumrahnya jika seseorang tidak ingin kehilangan adat dan tradisi leluhurnya, sementara ia sendiri enggan menelannya secara mentah-mentah.

Bagaimanapun orang memahami kapamalian, yang jelas ia merupakan cara orang tua dalam mendidik generasinya. Di dalamnya sarat akan nilai-nilai budi pekerti, pemeliharaan lingkungan hidup, serta kesehatan jasmani dan rohani. Dengan mengikuti kapamalian, seorang anak diharapkan dapat mencapai keselamatan dan kesejahteraan hidup. Kendatipun ungkapan kapamalian yang ditujukan khusus bagi anak-anak tidak bisa diselami oleh pikiran anak itu, tetapi pada masanya boleh jadi sangat berguna ketika konsep pendidikan yang lebih baik belum terumuskan.

(14)

II.2 Pengertian Umum Mitos

Mitos dimaknakan sebagai sekolompok kepercayaan (beliefs) yang dianut oleh-orang yang menuturkan cerita tersebut. Hal ini bersifat subjektis dan terkadang menimbulkan rasa tersinggung jika suatu cerita yang dianggap benar oleh seseorang, dianggap sebagai ’mitos’ oleh orang lain (Wikipedia dictionary, 2009).

Lebih lanjut, mitos mengandung beberapa karakteristik (Magoulick, 2008), antara lain:

- Sebuah cerita yang dianggap sebagai penjelasan yang ‘benar’.

- Bersifat fungsional dalam interaksi sosial, misalnya bagaimana hidup dengan ’benar’, asumsi dan nilai-nilai (values) yang dianggap ’benar’, inti makna dari individu, keluarga dan komunitas sosial.

- Menimbulkan misteri dan ’ketidaktahuan’.

Banyak dijumpai seputar mitos yang berkembang khususnya pada masyarakat awam, yang keberadaannya berbeda dari masa ke masa. Setiap masing-masing daerah mempunyai ciri khasnya sendiri yang disesuaikan dengan kebudayaan leluhurnya pada masa itu. Sehingga masih kentalnya mitos yang dipercayai oleh masyarakat di setiap daerah. Tidak semua mitos yang kebenarannya belum tentu benar adanya yang terbukti salah atau tidak efektif. Karena masih banyaknya masyarakat yang percaya terhadap pola fikir zaman dahulu sehingga masih bertahan hingga saat ini. Dampak yang ditimbulkan menjadi sebuah mitos.

(15)

II.3 Mahluk Halus Dalam Kepercayaan Masyarakat

Mahluk halus dipercaya keberadaannya oleh hampir semua umat manusia yang mempercayai adanya Tuhan, meskipun hanya sebagian kecil yang mengakui pernah melihat hantu secara langsung. Keberadaan hantu menjadi pro dan kontra di banyak negara maju dan pemikiran masyarakat modern, berbeda dengan masyarakat tradisional keberadaan serta wujudnya sangat di yakini oleh kebanyakan orang. Mahluk halus secara umum merujuk kepada roh atau arwah.

Definisi dari mahluk halus pada umumnya berbeda untuk setiap agama, peradaban, maupun adat istiadat. Meskipun secara umum mahluk halus merujuk kepada sesuatu yang mengganggu kehidupan duniawi dalam banyak kebudayaan dan kebanyakan dalam agama, meminta pertolongan pada mahluk halus adalah dilarang dan dosa besar hukumnya.

Kepercayaan animisme dan dinamisme sudah ada sebelum agama Hindu-Budha dan agama Islam masuk ke Nusantara, dari sinilah kepercayaan mitos akan hantu mulai muncul dan tetap dipercaya sebagai mitos hingga sekarang. Animisme sendiri berasal dari bahasa latin, yaitu anima yang berarti roh. Kepercayaan animisme adalah kepercayaan terhadap makhluk halus dan roh. Sedangkan dinamisme berasal dari bahasa Yunani, yaitu dunamos, sedangkan dalam bahasa Inggris berarti dynamic dan apabila diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dengan arti kekuatan, daya, atau kekuasaan. Kepercayaan dinamisme adalah kepercayaan terhadap benda-benda di sekitar manusia yang diyakini memiliki kekuatan gaib.

(16)

tersebar disepanjang pesisir pulau Sumatra dan Jawa, ada juga yang menempati daerah pedalaman Kalimantan dan Sulawesi.

Kepercayaan animisme dan dinamisme berasal dari pengaruh bangsa lain yang telah menjalin interaksi dengan para nenek moyang bangsa Indonesia. Terdapat dua kepercayaan terkait asal muasal paham ini, ada berpendapat berasal dari ajaran Taonisme yang lahir di kawasan Tiongkok, dan ada yang mengatakan berasal dari bangsa Aria. Pada saat itu masyarakat awal Indonesia sudah mengenal istilah dewa, roh jahat, dan roh baik, dan kesaktian atau kekuatan luar biasa. Misalnya kepercayaan terhadap kekuatan matahari dan bulan atau biasa disebut dengan kepercayaan Adityachandra.

Tumbuh bersama sejarah terbentuknya bangsa Indonesia dengan berkembangnya zaman hingga sekarang, paham animisme dan dinamisme telah menghasilkan mitos-mitos yang beragam, salah satunya adalah mitos hantu. Adanya kepercayaan untuk menghormati orang yang sudah meninggal, kepercayaan jika orang meninggal secara tidak wajar akan menjadi penasaran dan menjadi hantu. Itu semua karena perkembangan kebudayaan yang ada di Indonesia, khususnya pulau Jawa dan Sumatra karena dari sinilah awal penyebaran animisme dan dinamisme di Indonesia.

Dari kebudayaan-kebudayaan masyarakat yang dipercaya sebagai mitos itu maka muncullah mitos-mitos hantu dari daerah yang bersangkutan, dan seiring berjalannya waktu, mitos-mitos itu tersebar dan menjadi semakin kuat sehingga tidak lagi hanya menjadi mitos daerah setempat mitos itu muncul tetapi sudah menjadi mitos bagi banyak orang.

II.4 Jenis Mahluk Halus Yang Diyakini Masyarakat

(17)

berubah ubah bentuk menjadikannya banyak keaneka ragaman jenis dan wujudnya di setiap daerah dan budaya.

Berdasarkan kepercayaan asal-usul mahluk halus dibagi dalam dua kelompok pokok yang pertama adalah makhluk halus yang aslinya adalah roh atau berasal dari sukma manusia dan yang kedua makhluk halus yang asli tercipta sebagai makhluk halus, dalam kategori pertama makhluk halus yang aslinya adalah roh atau sukma manusia adalah arwah manusia dan bangsa siluman. Bangsa siluman disini asal-usulnya adalah sukma manusia, yang karena sesuatu sebab, mungkin juga karena kutukan, setelah kematiannya kemudian wujud sukmanya berubah menjadi sosok lain yang tidak sama lagi dengan sosoknya dulu ketika masih hidup, atau mungkin karena kekuatan ilmunya, kemudian sifat energinya berubah menjadi seperti bangsa jin, yang tidak lagi sama dengan sifat energi sukma manusia pada umumnya. Dalam kategori kedua makhluk halus yang asli tercipta sebagai makhluk halus, adalah jenis-jenis mahluk halus lain yang sejak awal memang sudah tercipta sebagai mahluk halus.

Banyak jenis mahluk yang dipercaya oleh masyarakat, berbagai cerita baik lisan dan tulisan mendeskripsikan wujud dan bentuk mereka, mulai dari wujud yang menyeramkan, cantik atau ganteng, menyerupai manusia, banyak juga yang menyerupai binatang. Banyak orang menganggap bahwa bila ada mahluk halus sosoknya besar, gagah, seram, pasti juga sakti.

(18)

II.4.1 Kuntilanak

Kuntilanak digambarkan sebagai wanita cantik berambut panjang dan berbaju panjang warna putih. Kuntilanak digambarkan senang meneror penduduk kampung untuk menuntut balas. Kuntilanak dikatakan sering menjelma sebagai wanita cantik yang berjalan seorang diri dijalan yang sunyi, dengan rambut yang terurai panjang dan menutupi hampir seluruh wajah.

Gambar II.1 Wujud kuntilanak yang diyakini masyarakat

Sumber:

http://blog.centroone.com/wp-content/uploads/2012/11/kuntilanak1-e1353905766435.jpg (16 Januari 2014)

(19)

kuntilanak biasanya disertai dengan semerbak wangi bunga kamboja dan kadang-kadang suara tawa yang membuat merinding.

Kata kuntilanak (atau pontianak) mungkin berasal dari kata bunting (hamil) dan anak, sesuai dengan legenda kuntilanak yang katanya berasal dari wanita hamil yang meninggal sebelum melahirkan atau saat melahirkan. Yang menarik – konon ibukota Kalimantan Barat, Pontianak dikabarkan dinamakan sesuai memedi ini karena pendiri Kasultanan Pontianak, Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie, diganggu oleh sang hantu ketika sedang mencari tempat untuk mendirikan kerajaannya. Ini terjadi saat beliau menyusuri Sungai Kapuas, melihat penampakan mengerikan ini Beliau memperintahkan anak buahnya untuk mengusirnya dengan meriam sebelum melanjutkan perjalanan. Tidak jauh dari insiden ini, kota Pontianak akhirnya didirikan.

Berdasarkan kepercayaan dan tradisi masyarakat Jawa, kuntilanak tidak akan mengganggu wanita hamil bila wanita tersebut selalu membawa paku, pisau dan gunting bila berpergian kemana saja. Hal ini menyebabkan seringnya ditemui kebiasaan meletakkan gunting, jarum, pisau di dekat tempat tidur bayi. Menurut kepercayaan Melayu, benda tajam seperti paku bisa menangkal serangan kuntilanak. Ketika kuntilanak menyerang, paku ditancapkan di lubang yang ada dibelakang leher kuntilanak. Sementara dalam kepercayaan masyarakat Indonesia lainnya, lokasi untuk menancapkan paku bisa bergeser ke bagian atas ubun-ubun kuntilanak.

II.4.2 Sundel Bolong

(20)

kata sundal dan bolong, sundal merujuk ke ‘wanita jalang’ atau ‘pelacur’. Seperti juga kuntilanak, hantu sundel bolong adalah arwah penasaran dari wanita yang mati karena diperkosa (dan kemudian melahirkan anak di dalam kubur). Sundel bolong digambarkan suka menculik bayi yang baru saja dilahirkan, juga sangat malu dengan lubang di punggungnya dan berusaha untuk menutupinya.

Gambar II.2 Sundel bolong dalam film tahun 1981

Sumber:

http://1.bp.blogspot.com/-sQE5y7tlnGg/T0jHfKSaD_I/AAAAAAAAAak/A-R4yecmV7I/s640/sundel.jpg

(16 Januari 2014)

(21)

II.4.3 Pocong

Dari deretan hantu yang khas Indonesia, pocong bisa dibilang yang paling ikonik. Hantu khas Indonesia ini sebenarnya mengikuti budaya muslim, namun penganut agama yang lain pun mengakuinya sebagai salah satu sosok mahluk halus paling menakutkan yang menjadi legenda terutama di tanah Jawa dan Sumatra.

Gambar II.3 Wujud Pocong yang diyakini masyarakat

Sumber:http://static3.wikia.nocookie.net/__cb20130604152651/tolololpe

dia/images/3/34/Pocong_item.png (17 Januari 2014)

(22)

Kebanyakan mitos tentang pocong mengatakan kalau memedi ini sebenarnya melayang tanpa menyentuh tanah, bukan meloncat. Kesalahan ini diakibatkan oleh film tentang pocong yang muncul di tanah air, karena sang pemeran pocong tidak bisa menggerakkan kakinya, dia harus berjalan meloncat-loncat. Di masyarakat, justru pocong yang meloncat-loncat ini yang banyak dikenal.

II.4.4 Genderuwo

(23)

Gambar II.4 Figur patung Genderuwa yang diarak dalam Upacara

Tradisional Bekakak di Desa Ambarketawang, Gamping, Kabupaten Sleman,

Yogyakarta, Indonesia

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Genderuwa (17 Januari 2014)

Dalam mitos Jawa, ketika seseorang tidur dan terbangun dalam mimpi, merasakan bangun dalam keadaan sadar namun tak mampu menggerakkan tubuh, hal ini disebut tindihan, menurut kepercayaan masyarakat, Gendruwo inilah tukang tindihnya.

II.4.5 Wewe Gombel

(24)

Gambar II.5 Illustrasi wewe gombel oleh Giovanni Battista de' Cavalieri

Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Wewe_Illustration.jpg (17

Januari 2014)

Dia suka menculik anak kecil untuk di sembunyikan. Butuh sejenis alat-alat dapur seperti dandang, tempeh dan gotekan yang dipukul-pukul sambil keliling ke tempat diduganya anak kecil itu hilang, berharap anak tersebut dilepaskan atau di kembalikan oleh wewe gombel tersebut. Peristiwa tersebut acap kali digunakan untuk peringatan kepada anak-anak untuk tidak bermain di waktu malam, atau tidak bermain sembarangan.

II.5 Pantangan Dan Mitos Mahluk Halus Yang Berkembang Di Masyakat Sunda

(25)

seputar alam, mitos cerita rakyat, mitos kehamilan, dan mitos-mitos yang lainnya. Pantangan atau larangan berhubungan dengan rizki, jodoh, keturunan dan keselamatan.

Di Indonesia khususnya di masyarakat sunda berlaku begitu banyak pantangan dan mitos yang beredar. Dari segi makanan, keseharian, tindak tanduk, ataupun semua hal yang berkaitan dengan keseharian. Tradisi ini amat kuat diterapkan oleh masyarakat. Beberapa mitos bahkan dipercaya sebagai amanat atau pesan dari nenek moyang yang jika tidak ditaati akan menimbulkan dampak atau karma yang tidak menyenangkan. Berikut adalah beberapa mitos yang ditemui dari adat istiadat Jawa yang berhubungan dengan mahluk halus yaitu:

1. Anak-anak jangan bermain keluar rumah setelah waktu Maghrib, Pamali! nanti diculik oleh kalong wewe (wewe gombel).

Ulah ulin kaluar wanci maghrib, pamali! Bisi diculik ku

kalong wewe.

Logika: Waktu maghrib adalah waktunya untuk menunaikan ibadah sholat, bukan waktunya bermain, lebih baik waktunya untuk belajar dan mengaji.

(26)

rileks di saat jam ini maka akan dapat meningkatkan imunitas tubuh (sahabathawa.com 2013).

Oleh karena itu malam adalah waktunya mengurangi dari segala aktifitas bermain untuk anak anak karena sudah waktunya istirahat. Disamping itu aktifitas kriminal banyak terjadi pada malah hari, banyaknya hewan buas untuk yang tinggal di kampong atau di hutan.

2. Jangan lari-lari di malam hari, Pamali! nanti tidak sengaja menginjak kulit jin.

Ulah lulumpatan wanci maghrib, pamali! Bisi nincak kulit

jin.

Logika: Waktu malam adalah waktunya dimana matahari telah terbenam. Mengandalkan cahaya obor atau lampu minyak saat dahulu, untuk saat ini hanya mengandalkan cahaya lampu jadi sangat berbahaya sekali untuk berlari-lari dengan cahaya yang minim, dikhawatirkan jatuh, tersandung atau menginjak benda tajam dan melukai tubuh.

3. Jangan menyisir rambut diruang gelap di hadapan cermin dengan cahaya lilin, Pamali! nanti diganggu bayangan kuntilanak.

Ulah nyisiran bu’uk di tempat poek di hareup cermin ku lilin, pamali! Bisi diganggu ku kunti.

Logika: Ruang gelap memang tidak baik digunakan untuk beraktifitas, apalagi menyisir rambut dengan cahaya lilin. Bahayanya jika tak sengaja rambut terbakar oleh api dari lilin, karena pencahayaan yang minim.

(27)

Ulah ulin ucing sumput dina wanci maghrib, pamali! Bisi

disumputkeun ku kalong wewe.

Logika: Seperti pantangan keluar di malam hari, bermain kurang pantas dilakukan pada malam hari.

5. Jangan tidur didalam masjid, Pamali! nanti di pindahkan oleh jin ke dalam bedug.

Ulah sare di jero masjid, pamali! Bisi dipindahkeun ku jin ka

jero bedug.

Logika: Menjaga kebersihan dan keheningan masjid dari liur atau dengkuran yang ditimbulkan orang yang tidur, atau menghindari pencuri (microfon atau ampli, mesin elektronik pengeras suara) yang berpura-pura tidur. Lebih baik masjid dijadikan tempat ibadah bukan untuk tempat tidur jika tidak

Logika: Menampi beras memerlukan ketelitian khusus, dimana memilah-milah bagian mana yang harus dibuang, jika ini dilakukan pada malah hari dengan pencahayaan yang minim dikhawatirkan bagian yang tidak untuk di buang malah terbuang.

7. Jika pulang dari pemakaman lekaslah mandi, Pamali! nanti mahluk halus dari kuburan akan ikut kedalam rumah.

Buburu mandi mun balik ti kuburan, mun henteu jurig nu di

(28)

Logika: Sisa tanah dari kuburan yang terbawa ke tanah baik di bagian sandal ataupun anggota tubuh bisa mengotori rumah jika tidak di bersihkan, dalam bahasa sunda bisa disebut juga “rujit” tampak kotor atau terlihat kotor membuat tidak nyaman dalam rumah. Dari segi kesehatan dan agama pun demikian, kebersihan baik untuk dijaga, mandi bermanfaat melepaskan sisa kotoran yang hinggap dalam tubuh dan perlunya bersuci dari hadast kecil dan besar ketika hendak beribadah.

8. Jangan pacaran di bawah pohon di malam hari, Pamali nanti nyawa kita di ambil oleh mahluk halus.

Ulah bobogohan di handap tangkal dina waktu peuting,

pamali! Bisi nyawana di cokot ku jurig.

(29)

9. Jangan duduk tepat didepan pintu, Pamali! nanti ada makhluk lewat yang melewati pintu tersebut dan anda akan jatuh sakit.

Ulah diuk dina lawang panto, pamali! Bisi aya jurig nu

ngaliwat, ngaliwatan panto der gering.

Logika: Pintu menjadi tempat dimana seseorang keluar dan masuk kedalam rumah atau ruangan, bukan untuk berdiam diri karena menghalangi akses orang utuk keluar dan masuk. Menghindari kecelakaan akbat menghalangi akses seseorang untuk keluar masuk, seperti menabrak, tersandung, dan yang lainnya.

10.Janganlah berteriak-teriak berkata-kata kotor pada saat berada di dalam hutan, Pamali! nanti dimasuki mahluk halus (kesurupan).

Ulah jojorowokan, ulah mijah mun keur di jero leuwueng,

pamali! Bisi kasurupan.

Logika: Hutan merupakan suatu kumpulan tumbuhan dan juga tanaman yang menempati daerah yang cukup luas. Didalamnya hidup banyak hewan termasuk hewan buas. Dengan berteriak-teriak dikhawatirkan mengganggu bahkan mendatangkan hewan buas. Berbuat atau berbicara sembarangan, ada unsur bercanda, kadang di luar nalar dan mustahil, serta sering kali tidak ada kandungan niat, masyarakat menyebut dengan kata “sompral”, sangat tidak baik untuk dilakukan.

II.6 Definisi Informasi

(30)

Penulis lain, Burch dan Strater dalam Rahmat, mengenai Defini Informasi 2, 2005 menyatakan bahwa Informasi adalah pengumpulan atau pengolahan data untuk memberikan pengetahuan atau keterangan.

Sedangkan George R. Terry, Ph. D dalam Rahmat, mengenai Defini Informasi 2, 2005 menyatakan bahwa informasi adalah data yang penting yang memberikan pengetahuan yang berguna.

Jadi, secara umum informasi adalah data yang sudah diolah menjadi suatu bentuk lain yang lebih berguna yaitu pengetahuan atau keterangan yang ditujukan bagi penerima dalam pengambilan keputusan, baik masa sekarang atau yang akan datang.

Untuk memperoleh informasi yang berguna, tindakan yang pertama adalah mengumpulkan data, kemudian mengolahnya sehingga menjadi informasi. Dari data-data tersebut informasi yang didapatkan lebih terarah dan penting karena telah dilalui berbagai tahap dalam pengolahannya diantaranya yaitu pengumpulan data. George R. Terry, Ph. D menjelaskan, berguna atau tidaknya informasi tergantung pada beberapa aspek yaitu:

a. Tujuan si penerima

Apabila informasi itu tujuannya untuk memberikan bantuan, maka informasi itu harus membantu si penerima dalam usahanya untuk mendapatkannya.

b. Ketelitian penyampaian dan pengolahan data

Penyampaian dan mengolah data, inti dan pentingnya info harus dipertahankan.

c. Waktu

Informasi yang disajikan harus sesuai dengan perkembangan informasi itu sendiri.

(31)

Informasi yang didapat harus tersedia dalam ruangan atau tempat yang tepat agar penggunaannya lebih terarah bagi si pemakai. e. Bentuk

Dalam hubungannya bentuk informasi harus disadari oleh penggunaannya secara efektif, hubungan-hubungan yang diperlukan, kecenderungan-kecenderungan dan bidang-bidang yang memerlukan perhatian manajemen serta menekankan informasi tersebut ke situasi-situasi yang ada hubungannya.

Jelaslah bahwa agar informasi itu menjadi berguna harus disampaikan kepada orang yang tepat, pada waktu yang tepat, dan dalam bentuk yang tepat. Tidak semua data merupakan informasi. Ada kantor-kantor yang menyimpan data-data atau catatan yang sebenarnya tidak ada gunanya. Sebaliknya informasi yang diperlukan dilengkapi dengan data.

II.7 Media Informasi

Dengan semakin berkembangnya jaman maka media informasi juga akan terus berkembang mengikuti jaman, media informasi memiliki peranan yang penting dan sangat diperlukan oleh manusia karena melalui media informasi manusia dapat mengetahui informasi yang sedang berkembang. Melalui media informasi juga sebuah pesan akan tersampaikan dengan baik jika media yang dibuat sesuai dan tepat kepada sasaran juga informasi yang disampaikan bermanfaat bagi target.

II.7.1 Definisi Media Informasi

(32)

komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan (Criticos, 1996).

Sedangkan pengertian dari “informasi” secara umum, informasi adalah data yang sudah diolah menjadi suatu bentuk lain yang lebih berguna yaitu pengetahuan atau keterangan yang ditujukan bagi penerima dalam pengambilan keputusan, baik masa sekarang ataupun masa yang akan datang (Gordon B. Davis, 1990: h.11).

Maka pengertian media informasi dapat disimpulkan sebagai alat untuk mengumpulkan dan menyusun kembali sebuah informasi sehingga menjadi bahan yang bermanfaat bagi penerima informasi, adapun penjelasan Sobur (2006) media informasi adalah “alat-alat grafis, fotografis atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual”.

II.7.2 Jenis-Jenis Media Informasi

Media informasi dapat dibedakan dari cara penyampaiannya. Secara umum media informasi dikelompokan menjadi dua kategori, yaitu Media Lini Atas (Above The Line) dan Media Lini Bawah (Below The Line), pengelompokan media informasi menjadi Media Lini Atas (Above The Line) dan Media Lini Bawah (Below The Line).

1. Media Lini Atas (Above The Line)

Media Lini Atas (Above The Line) adalah media informasi yang digunakan tergolong dalam media, pesan yang disampaikan dalam waktu bersamaan dapat diterima oleh banyak orang. Contoh Media Lini Atas (Above The Line) adalah Televisi, Radio, Koran, Majalah, Film, dan lain-lain.

2. Media Lini Bawah (Below The Line)

(33)

Bawah (Below The Line) adalah poster, spanduk, buku, pameran, dan lain-lain.

II.7.3 Komunikasi

1. Definisi Komunikasi

Komunikasi yang berarti menyampaikan suatu pesan dari komunikator (penyampai pesan) kepada komunikan (penerima pesan) melalui suatu media dengan maksud tertentu. Komunikasi sendiri berasal dari bahasa Inggris communication yang diambil dari bahasa Latin “communis” yang berarti “sama” (dalam Bahasa Inggris : common). Kemudian komunikasi kemudian dianggap sebagai proses menciptakan suatau kesamaan (commonness) atau suatu kesatuan pemikiran antara pengirim (komunikator) dan penerima (komunikan) (Kismiaji, 2008).

2. Komunikasi Visual

Komunikasi visual adalah komunikasi yang menggunakan bahasa visual dimana visual sendiri bermakna segala sesuatu yang dapat dilihat dan direspon oleh indera penglihatan kita yaitu mata. Maka komunikasi visual adalah komunikasi yang menggunakan gambar dengan makna dan maksud tujuan untuk menyampaikan pesan atau informasi sehingga dapat terbaca atau terlihat.

3. Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal adalah komunkasi yang menggunakan simbol verbal, baik secarea lisan maupun tulisan. Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih.

4. Desain Komunikasi Visual

(34)

mempelajari konsep-konsep komunikasi serta ungkapan kreatif melalui berbagai media untuk menyampaikan pesan dan gagasan secara visual dengan mengelola elemen-elemen grafis yang berupa bentuk dan gambar, tatanan huruf, serta komposisi warna, layout (tata letak atau perwajahan). Dengan demikian, gagasan bisa diterima oleh orang atau kelompok yang menjadi sasaran penerima pesan.

II.7.4 Definisi Buku

Buku adalah kumpulan kertas atau bahan lainnya yang dijilid menjadi satu pada salah satu ujungnya dan berisi tulisan atau gambar. Setiap sisi dari sebuah lembaran kertas pada buku disebut sebuah halaman. Dalam bahasa Indonesia terdapat kata kitab yang diserap dari bahasa Arab, memiliki arti buku. Kemudian pada penggunaan kata tersebut, kata kitab ditujukan hanya kepada sebuah teks atau tulisan yang dijilid menjadi satu. Biasanya kitab merujuk kepada jenis tulisan kuno yang mempunyai implikasi hukum, atau dengan kata lain merupakan undang-undang yang mengatur. Istilah kitab biasanya digunakan untuk menyebut karya sastra para pujangga pada masa lampau yang dapat dijadikan sebagai bukti sejarah untuk mengungkapkan suatu peristiwa masa lampau. Beberapa contoh buku diantaranya, novel, majalah, kamus, komik, ensiklopedia, kitab suci, biografi.

II.7.5 Buku Illustrasi

(35)

 Memberikan bayangan setiap karakter di dalam cerita

 Memberikan bayangan bentuk alat-alat yang digunakan di dalam tulisan ilmiah.

 Memberikan bayangan langkah kerja.  Mengkomunikasikan cerita.

 Menghubungkan tulisan dengan kreativitas dan individualitas manusia.

 Memberikan humor-humor tertentu untuk mengurangi rasa bosan.

II.8 Hasil Angket dan Kuisioner

(36)

Gambar II.6 Contoh Questioner

Sumber: Dokumen Pribadi (5 April 2014)

Dari 50 responden masyarakat maka dapat dibuat grafik sebagai berikut:

a. Tingkat Kepercayaan Terhadap Mitos

Grafik II.7. Grafik Tingkat Kepercayaan Terhadap Mitos

(37)

Penjelasan: Dari hasil questioner diketahui ada 24 orang yang percaya terhadap mitos, maka didapat:

24 x 100% = 48%

Beberapa orang yang percaya menjelaskan bahwa mereka pernah mengalami kejadian apa yang di pantangkan, seperti cerita kesurupan dan jatuh sakit.

Kemudian diketahui ada 26 orang yang tidak percaya terhadap mitos. maka didapat:

26 x 100% = 52%

Beberapa orang yang tidak percaya mengakui bahwa mereka tahu dan pernah mendengar seputar pantangan dan mitos mitos mahluk halus, dan menjawab bagaimana menjelaskan pantangan dan mitos secara logika.

b. Tingkat Pegetahuan Akan Penjelasan Secara Logika Dari Pantangan Dan Mitos-Mitos Mahluk Halus

Grafik II.8. Grafik Tingkat Pegetahuan Akan Penjelasan Secara Logika

(38)

Diketahui ada 24 orang yang tahu akan penjelasan secara logika, maka didapat:

24 x 100% = 48%

Lalu diketahui ada 26 orang tidak tahu akan penjelasan secara logika, maka didapat:

26 x 100% = 52%

Dari hasil diatas diketahui ada 24 orang yang mampu menjelaskan secara logika tentang pantangan dan mitos mahluk halus, terbagi lagi menjadi dua bagian, maka didapat:

Grafik II.9. Grafik Jawaban Akan Penjelasan Secara Logika

Sumber: Dokumen Pribadi (10 Agustus 2014)

Diketahui ada 21 orang memberi penjelasan yang sama secara logika, maka didapat:

21 x 100% = 87.5%

Lalu diketahui ada 2 orang memberi penjelasan yang berbeda secara logika, maka didapat:

(39)

II.9 Analisis Permasalahan

Dari Penjelasan diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa dari 50 masyarakat yang terdapat di sekitar alun-alun Kota Cimahi. Cimahi, Jawa Barat dengan cara menyebarkan questioner diketahui ada 24 orang yang percaya terhadap pantangan dan mitos mahluk halus, sedangkan 26 orang yang tidak percaya terhadap pantangan dan mitos.

Untuk hasil pengamatan tentang pengetahuan dan penjelasan secara logika akan sebuah pantangan dan mitos diketahui 24 orang mampu menjelaskan secara logika, sedangkan 26 orang lainnya tidak mengetahui penjelasan secara logika tentang pantangan dan mitos. Beberapa diantaranya memberikan cerita atau bukti dilapangan bagaimana pantangan dan mitos yang beredar di masyarakat.

(40)

BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL III.1 Studi Target Audiens

Adapun target audiens yang ingin dicapai dalam perancangan media informasi pantangan dan mitos mahluk halus ini dibagi kedalam dua kategori, yaitu kategori target audiens primer dan target audiens sekunder. Berikut ini penjelasan mengenai target audiens primer dan target audiens sekunder dilihat secara demografis, geografis, dan psikografis.

A. Studi Target Audiens Primer.

1. Demografis

Gender : Pria dan wanita Pekerjaan : Pelajar/Mahasiswa Pendidikan : Minimal SMA Usia : 18 - 35 tahun

2. Geografis

Di daerah perkotaan besar di Indonesia seperti Bandung, Jakarta dan kota kota besar lainnya.

3. Psikografis

Jika ditinjau dari usia target audiens yaitu usia 18 tahun hingga 35 tahun, maka secara psikografis target audiens dibagi kedalam dua golongan yaitu golongan usia remaja akhir usia 17 tahun hingga 21 tahun dan golongan usia dewasa awal usia 21 tahun hingga 40 tahun (Hurlock, 1990: h.50).

 Remaja Akhir

(41)

gagasan, serta mulai memiliki rencana, strategi, membuat keputusan, juga memecahkan masalah, pada usia remaja akhir juga seseorang sudah memiliki kemampuan nalar secara ilmiah dan belajar menguji sebuah hipotesis, memiliki perencanaan untuk masa depan dan mencari alternatif untuk mencapainya, mulai menyadari proses berfikir dan belajar berinstropeksi juga wawasan berfikirnya semakin meluas. Ciri lain dari perkembangan remaja akhir adalah munculnya kesadaran terhadap diri dan mengevaluasi kembali obsesi dan cita-citanya, kebutuhan interaksi dan persahabatan yang lebih luas dengan teman sejenis juga lawan jenis.

 Dewasa Awal

Dari segi emosional, masa dewasa awal adalah masa dimana motivasi untuk mendapatkan sesuatu sangat tinggi, dewasa awal merupakan masa dimana seseorang melakukan penyesuaian diri dengan cara hidup baru dan memanfaatkan kebebasan yang diperolehnya.

(42)

B. Studi Target Audiens Sekunder

1. Demografis

Gender : Pria dan wanita Pekerjaan : Semua profesi Usia : 17 - 40 tahun

2. Geografis

Diseluruh daerah perkotaan besar dan kota kecil yang ada di Indonesia.

3. Psikografis

Sama halnya dengan target audiens primer, target audiens sekunder yaitu usia 17 tahun hingga 40 tahun, maka secara psikografis target audiens dibagi kedalam dua golongan yaitu golongan usia remaja akhir 17 tahun hingga 21 tahun dan golongan usia dewasa awal 21 tahun hingga 40 tahun.

 Remaja Akhir

(43)

interaksi dan persahabatan yang lebih luas dengan teman sejenis juga lawan jenis.

 Dewasa Awal

Dari segi emosional, masa dewasa awal adalah masa dimana motivasi untuk mendapatkan sesuatu sangat tinggi, dewasa awal merupakan masa dimana seseorang melakukan penyesuaian diri dengan cara hidup baru dan memanfaatkan kebebasan yang diperolehnya.

Ciri-ciri lain dari masa dewasa awal yaitu, usia dimana seseorang mulai memantapkan letak kedudukan, mulai mengatur hidup dan bertanggung jawab dengan kehidupannya, masa dewasa awal merupakan masa dimana seseorang mulai mengenal komitmen, masa dewasa awal merupakan masa perubahan nilai yang disebabkan oleh beberapa alasan contohnya karena ingin diterima pada kelompok orang dewasa, dan yang terakhir masa dewasa awal merupakan masa kreatif seseorang yang tercermin sesuai dengan minat dan kemampuan individual.

III.2 Strategi Perancangan

Dengan adanya permasalahan mengenai kebutuhan media informasi yang dapat digunakan oleh masyarakat khususnya para remaja yang baru atau pun telah mengetahui pantangan dan mitos mahluk halus, maka diperlukan media informasi yang tepat, menarik dan juga mudah untuk dipahami oleh pembaca, dengan batasan masalah yang telah difokuskan hanya mengenai pantangan dan mitos di budaya sunda serta pemaknaannya. Seperti yang dimuat pada bab II, media informasi yang dipilih adalah buku illustrasi.

(44)

mahluk halus kepada masyarakat umum khususnya, karena buku illustrasi lebih mampu mengkomunikasikan cerita, mengurangi rasa bosan, dalam segi bentuk buku ini mudah untuk digunakan, dapat dibawa kemana-mana (portable), dan cocok untuk digunakan oleh pembaca remaja sebagai pengganti gadget.

III.1.1 Pendekatan Komunikasi

Dalam menyampaikan sebuah informasi kepada masyarakat khususnya remaja dibutuhkan pendekatan komunikasi agar informasi yang disampaikan dapat dengan mudah diterima dan dipahami oleh audiens sehingga dibuatlah strategi komunikasi visual dan strategi komunikasi verbal untuk menyampaikan informasi mengenai pantangan dan mitos mahluk halus.

Berikut ini merupakan pemaparan dari komunikasi verbal dan komunikasi visual yang digunakan dalam menyampaikan informasi mengenai pantangan dan mitos mahluk halus melalui media buku.

1. Strategi Komunikasi Visual

Strategi komunikasi visual yang digunakan dalam buku pantangan dan mitos jurig ini akan menggunakan tampilan yang berkesan horor yang umumnya didominasi dengan warna-warna gelap karena pada rancangan ini sangat erat hubungannya dengan dunia mahluk halus, agar informasi yang disampaikan mudah diterima oleh target audiens maka informasi yang disampaikan disertai dengan ilustrasi yang akan mendukung informasi.

2. Strategi Komunikasi Verbal

(45)

diterima oleh target audiens, namun juga disisipkan beberapa bahasa yang umum digunakan oleh masyarakat sunda.

III.1.2 Strategi Kreatif

Strategi kreatif yang diterapkan adalah berupa tampilan visual yang berkesan horor namun disajikan dengan visual jenaka, baik pada sampul buku maupun pada tampilan layout buku. Buku illustrasi sendiri merupakan sebuah bentuk ilustrasi yang muncul dalam buku-buku. Media berbentuk buku yang kerap digunakan sebagai bentuk dokumentasi dari karya-karya seni oleh seorang artis maupun industri lainnya.

Tampilan keseluruhan dibuat menarik agar terlihat tidak membosankan dan mengerikan, sehingga tujuan perancangan dapat tercapai agar pembaca tidak memiliki rasa takut lagi dengan mahluk halus, baik berupa patangan atau mitos. Dibuat format persegi dengan ukuran buku yang mudah untuk dibawa kemana-mana.

III.1.3 Strategi Media 1. Media utama

Media utama yang akan digunakan adalah buku bacaan yang berbentuk buku illustrasi yang berisikan informasi mengenai pantangan dan mitos mahluk halus, wujud mahluk halus yang diyakini masyarakat, serta kumpulan pantangan dan mitos mahluk halus yang berkembang di masyarakat dengan tujuan membangun ketertarikan para pembaca mengenai informasi yang diberikan. Buku illustrasi ini dirancang memiliki seri, pada seri ini hanya memuat beberapa pantangan dan mitos yang memiliki kaitan dengan aktifitas malam hari, serta pemaknaan yang lebih bijak.

(46)

Media pendukung yang akan digunakan untuk melengkapi buku bacaan sebagai media informasi pantangan dan mitos mahluk halus untuk remaja adalah sebagai berikut:

 Poster

Poster dibuat menjadi dua desain, poster yang pertama poster yang menjadi media pendukung untuk keperluan promosi yang berguna untuk menyampaikan informasi tentang keberadaan buku pantangan dan mitos mahluk halus. Dan yang kedua poster yang akan diberikan sebagai hadiah atau gimmick yang berisi information graphic mengenai informasi mengenai pantangan dan mitos mahluk halus.  Pembatas Buku

Pembatas buku adalah media pendukung berupa gimmick yang akan diberikan sebagai bonus buku agar pembaca dapat dengan mudah menadai halaman yang telah dibaca. Pembatas buku disajikan semenarik mungkin sehingga dapat menarik target audiens.

 Stiker

Stiker merupakan media pendukung berupa gimmick, stiker dirancang sedemikian rupa sehingga memiliki tampilan visual mahluk halus yang menarik.

 Pin

Pin merupakan media pendukung lain yang berupa gimmick, pin akan dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menarik target audiens  Media Sosial

(47)

sebagai media pendukung berguna sebagai media interaksi untuk para pengguna buku pantangan dan mitos jurig agar dapat berbagi pengalaman dan perkembangan mereka dalam pantangan dan mitos mahluk halus.

 Kemasan

Kemasan merupakan media pendukung yang akan digunakan menjadi wadah media utama dan media pendukung pada saat penjualan.

III.1.4 Strategi Distribusi

Agar informasi mengenai buku pantangan dan mitos jurig ini sampai pada target audiens, maka diperlukan adanya strategi dalam pendistribusian mengenai pantangan dan mitos jurig, hal ini dilakukan agar dalam pendistribusian buku pantangan dan mitos jurig ini benar-benar sampai pada target audiens, untuk itu maka perlu adanya langkah-langkah dengan menjalin kerjasama dengan beberapa pihak yaitu toko buku di Indonesia, dan komunitas-komunitas pencinta horror.

Tabel II.2 Jadwal pendistribusian buku pantangan dan mitos jurig

No. Media

September 2014 Minggu Ke-

1 2 3 4

1. Poster Promosi 2. Media Sosial

Oktober 2014 3. Poster Gimmick

4. Buku

(48)

6. Gantungan Kunci

7. Stiker

8. Kemasan

Tabel III.1 Strategi Distribusi

Sumber: Dokumen pribadi (10 Juli 2014)

Buku akan didistribusikan pada tempat seperti toko buku di Indonesia. Buku akan didistribusikan secara serentak pada tanggal 31 Oktober 2014 disemua tempat, dilihat pada tanggal 31 Oktober 2014 diperingati sebagai hari Halloween di Amerika Serikat. Sedangkan poster dan media sosial akan disebar dan di publikasi pada awal bulan September sebagai pengenalan kepada target audiens bahwa akan ada buku yang membahas mengenai informasi pantangan dan mitos jurig yang sebelumnya belum pernah ada di Indonesia.

III.2 Konsep Visual

Konsep visual merupakan pembahasan mengenai ide warna, ilustrasi, layout, dan tipografi yang digunakan pada media buku pantangan dan mitos jurig. Karena sangatlah penting untuk membatasi elemen-elemen desain yang digunakan dalam media buku ini, jika elemen-elemen desain yang digunakan terlalu banyak dimungkinkan akan membingungkan target audiens akan bekerja lebih keras untuk memahami arti pesan yang disampaikan. Berikut ini merupakan pemaparan konsep visual yang digunakan dalam perancangan buku sebagai media informasi pantangan dan mitos jurig untuk remaja.

III.2.1 Format Desain

(49)

Gambar III.1 Contoh Format Desain Cover

Sumber : Dokumen pribadi (10 Agustus 2014)

III.2.2 Tata Letak / Layout

Layout yang digunakan dalam buku ilustrasi pantangan dan mitos jurig ini dibuat sedemikian ekspresif, namun tidak mentiadakan standar layout sebuah buku, terutama dalam hal penempatan teks dan tingkat keterbacaan.

Gambar III.2 Layout tulisan dan gambar

(50)

III.2.3 Tipografi

Tipografi pada headline menggunakan huruf dengan jenis dekoratif yaitu No Fear, karena huruf No Fear memberi kesan kuat, Mistis dan serius sedangkan untuk body text menggunakan huruf Kozuka Ghotic Pro karena huruf tersebut memiliki tingkat keterbacaan yang mudah.

A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z

a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z

0 9 8 7 6 5 4 3 2 1

Gambar III.3 Huruf Kozuka Ghotic Pro

III.2.4 Ilustrasi

Ilustrasi yang digunakan dalam buku sebagai media informasi pantangan dan mitos jurig untuk remaja akan menggunakan ilustrasi gambar vector yang akan mendukung informasi yang disampaikan kepada target audiens.

(51)

Ilustrasi berupa gambar vector akan digunakan sebagai ilustrasi yang membutuhkan gambaran serupa supaya informasi yang ingin disampaikan kepada target audiens akan diterima secara maksimal.

III.2.5 Warna Dan Tekstur

Warna yang digunakan dalam perancangan buku mengenai pantangan dan mitos jurig ini adalah warna-warna horor dan sering digunakan pada media media lain yang berbau horor, warna-warna tersebut umumnya didominasi oleh komposisi warna monochromatic dipadukan warna cerah agar memberikan kesan sisi tidak menakutkan dibalik horor. Nuansa warna gelap identik dengan warna horor yang memiliki karakter yang kuat dan misteri.

Gambar III.6 Komposisi Warna Monochromatic

Nuansa warna gelap dipilih karena nuansa warna gelap dinilai sebagai simbol warna yang memiliki sifat horor dan misteri.

(52)

Gambar III.7 Contoh ilustrasi tekstur

Gambar III.8 Contoh ilustrasi tekstur

(53)
(54)

Gambar

Gambar I.1   Konsep pemikiran
Gambar II.1 Wujud kuntilanak yang diyakini masyarakat
Gambar II.2 Sundel bolong dalam film tahun 1981
Gambar II.3 Wujud Pocong yang diyakini masyarakat
+7

Referensi

Dokumen terkait

f) Memfasilitasi penelitian dan pengesahan perjanjian, serta sosialisasi terhadap substansi perjanjian kerja penempatan tenaga kerja indonesia (TKI) ke luar negeri

Peraturan Presiden Nomor 19 Tahun 2014 tentang Pengesahan The Agreement on The Establishment of The Regional Secretariat of The Coral Triangle Initiative On Coral Reefs, Fisheries

KBKM42004 Perancang Basis Data II 3 Perancang Basis Data I KBKM42005 Sistem Operasi 2 Arsitektur Komputer KBKM43010 Analisa Peranc..

Sehubungan dengan pengertian tersebut berhubungan dengan slogan dalam iklan ini yang menyatakan bahwa slogan “laki kalah sama pelangi” mencerminkan Tim kuning

Gudang Berikat adalah suatu bangunan atau tempat dengan batas- batas tertentu yang di dalamnya dilakukan kegiatan usaha penimbunan, pengemasan, penyortiran, pengepakan,

Alat yang minim menghambat pekerjaan pustakawan dalam melestarikan bahan pustaka, kurangnya tenaga ahli menyebabkan kerusakan bahan pustaka tidak dapat tertangani

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai impostor phenomenon pada mahasiswa psikologi Universitas Surabaya angkatan 2004 dan 2005, dan mengetahui

Penulisan ilmiah ini membahas tentang pembuatan website Klinik Utan Panjang yang berfungsi sebagai media alternatif untuk mempromosikan dan memperlancar penyampaian informasi