• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komik legenda Si Pitung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Komik legenda Si Pitung"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : Mohamad Ramlan

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 25 Maret 1991

Alamat : Jl. Kebon Mangga IV no.20 Rt.04/02 Kebayoran

Lama Jakarta Selatan 12230

No.Telepon : 0856 9740 3216

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Status Perkawinan : Belum Menikah

E-mail : Natsuxai@yahoo.com

Pendidikan

1996-2002 : SD Muhammadiyah 5 Limau

2002-2005 : SMP Negeri 11 Jakarta

2005-2008 : SMA Negeri 32 Jakarta

2008-Sekarang : UNIKOM Bandung Jurusan Desain Komunikasi Visual

(3)

Kemampuan

1. Ilmu Komputer

Menguasai berbagai software desain dari Adobe, seperti Adobe Photoshop, Adobe Illustrator, Adobe Indesign, Adobe Flash, dan juga software 3D MAX

2. Ilmu Bahasa

(4)
(5)
(6)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

KOMIK LEGENDA SI PITUNG

DK 38315/Tugas Akhir Semester II 2011-2012

Oleh:

Mohamad Ramlan 51908295

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(7)

iii KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT. Karena berkat karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan laporan pengantar tugas akhir yang berjudul “KOMIK LEGENDA SI PITUNG” sebagai salah satu syarat untuk mencapai kelulusan mata kuliah Tugas Akhir di Fakultas Desain Program Studi Desain Komunikasi Visual Universitas Komputer Indonesia Bandung.

Penulis menyadari bahwa laporan pengantar proyek tugas akhir memiliki banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik untuk memperbaiki laporan pengantar tugas akhir ini.

Bandung, 12 Juli 2012

(8)

iv

I.2 Identifikasi Masalah ... 2

I.3 Fokus Masalah ... 3

I.4 Tujuan Perancangan ... 3

BAB II LEGENDA SI PITUNG ... 4

2.1 Legenda Sebagai Cerita Rakyat ... 4

2.1.1 Pengertian Cerita Rakyat ... 4

2.1.2 Pengertian Legenda ... 4

2.1.3 Pengertian Komik... 6

2.2 Cerita Rakyat Si Pitung Sebagai Sebuah Legenda Perseorangan ... 7

2.3 Penggambaran Tokoh si Pitung ... 9

2.4 Pengetahuan Masyarakat Tentang si Pitung ... 12

2.5 Target Audiens ... 14

2.5.1 Demografis ... 15

2.5.2 Psikografis ... 15

2.5.3 Geografis ... 15

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL ... 16

3.1 Strategi Komunikasi ... 16

3.1.1 Pendekatan Komunikasi ... 16

3.1.2 Strategi Kreatif ... 17

(9)

v

3.2 Konsep Visual ... 18

3.2.1 Format Desain ... 18

3.2.2 Tata Letak ... 19

3.2.3 Warna ... 19

3.2.4 Ilustrasi ... 20

3.2.5 Studi Karakter ... 21

3.2.6 Studi Lokasi ... 27

3.2.7 Studi Properti ... 28

3.2.8 Tipografi ... 29

3.2.9 Storyline ... 31

3.2.10 Storyboard ... 33

BAB IV TEKNIS PRODUKSI MEDIA ... 35

4.1 Proses Pembuatan Buku Komik ... 35

4.2 Media Utama ... 37

4.2.1 Cover ... 38

4.2.2 Isi Buku ... 39

4.3 Media Pendukung ... 41

(10)

vi DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 Film si Pitung yang diperankan Alm. Dicky Zulkarnaen ... 9

Gambar II.2 Film si Pitung yang diperankan Alm. Dicky Zulkarnaen ... 9

Gambar II.3 Contoh ilustrasi si Pitung yang dibuat oleh Reza Ilyasa ... 10

Gambar II.4 Contoh ilustrasi si Pitung yang dibuat oleh Bryan Valenza ... 10

Gambar II.5 Contoh ilustrasi 3D si Pitung yang dibuat oleh Hario Sasongko ... 11

Gambar II.6 Persentase cerita rakyat yang pernah dibaca masyarakat ... 12

Gambar II.7 Persentase masyarakat yang pernah membaca si Pitung ... 12

Gambar II.8 Persentase pendapat masyarakat tentang sosok si Pitung ... 13

Gambar II.9 Persentase pendapat masyarakat media yang harus dibuat ... 13

Gambar III.1 Contoh cover depan dan belakang yang berukuran a4 ... 18

Gambar III.2 Contoh panel dan pengaplikasiannya ... 19

Gambar III.3 Contoh halaman komik yang menggunakan Screen Tone ... 20

Gambar III.4 Gaya ilustrasi yang digunakan adalah manga ... 20

Gambar III.5 Bruce Lee ... 21

Gambar III.6 Contoh ilustrasi si Pitung yang dibuat oleh Bryan Valenza ... 22

Gambar III.7 Sketsa si Pitung ... 22

Gambar III.8 Contoh ilustrasi Ji’ih yang dibuat oleh Bryan Valenza ... 23

Gambar III.9Sketsa Ji’ih ... 23

Gambar III.10 Contoh ilustrasi H. Naipin ... 24

Gambar III.11 Sketsa H. Naipin ... 24

Gambar III.12 Contoh referensi Aisyah dari film animasi si Pitung ... 25

Gambar III.13 Sketsa Aisyah ... 25

Gambar III.14 Contoh ilustrasi Heyne ... 26

Gambar III.15 Sketsa Heyne ... 26

Gambar III.16 Contoh referensi suasana pasar ... 27

Gambar III.17 Contoh referensi markas pasukan Belanda ... 27

Gambar III.18 Contoh referensi pakaian pasukan Belanda ... 28

Gambar III.19 Contoh referensi pakaian wanita Betawi ... 28

Gambar III.20 Contoh referensi golok ... 29

Gambar III.21 Contoh referensi revolver 1890 ... 29

(11)

vii

Gambar III.23 Contoh pengaplikasian font pada cover depan ... 31

Gambar III.24 Contoh pengaplikasian font pada komik ... 31

Gambar III.25 Sketsa storyboard halaman 1 ... 33

Gambar III.26 Sketsa storyboard halaman 3 ... 34

Gambar III.27 Sketsa storyboard halaman 11 ... 34

Gambar IV.1 Proses outlining menggunakan software adobe Photosop CS3 ... 35

Gambar IV.2 Proses pemberian blocking dan tekstur pada karakter ... 36

Gambar IV.3 Proses pemberian balon kata menggunakan Manga Studio EX4 . 37 Gambar IV.4 Buku komik legenda si Pitung ... 37

Gambar IV.5 Cover depan ... 38

Gambar IV.6 Cover belakang ... 39

Gambar IV.7 Halaman 1 ... 40

Gambar IV.8 Poster ... 41

Gambar IV.9 Gantungan kunci... 42

Gambar IV.10 Pembatas buku ... 42

Gambar IV.11 Pin ... 43

(12)

viii DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Kuisioner ... 46

Lampiran 2 Lembar Bimbingan ... 48

Lampiran 3 Sketsa ... 51

(13)

45 DAFTAR PUSTAKA

Anggara, T.S.(2011). Perancangan Media Komik Silat Aang Tawo. Laporan Tugas Akhir – UNIKOM

Endarmoko, Eko. (2006). Tesaurus Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Kiswanti, Yuli. (2008). Cerita Rakyat Kyai Sayidiman

Di Desa Mertan Kecamatan Bendosari Kabupaten Sukoharjo: Tinjauan Resepsi Sastra. Laporan Skripsi – Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2007). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka

Soekanto, S.A.(1975). Hanya Sekali Kita Mati. Jakarta: Pustaka Jaya

Widiana, Yeni. (2010). Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Pilihan Karier Siswa Kelas X SMAN 9 Malang. Laporan Skripsi – Universitas Negeri Malang Alwishahab. (2008) Hari-hari Akhir Si Pitung, diakses pada 3 Desember 2011 Tersedia di: http://www.alwishahab.wordpress.com/2008/04/15/hari-hari-akhir-si-pitung

(14)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Cerita rakyat merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang harus dilestarikan. Cerita rakyat juga memiliki nilai-nilai positif yang berguna untuk membangun kepribadian yang lebih baik, terutama untuk anak-anak. Meskipun tiap daerah memiliki ceritanya masing-masing yang tentunya berbeda, tetapi mereka memiliki persamaan dalam setiap ceritanya. Persamaan itu adalah selalu ada nilai –nilai positif di setiap ceritanya. Mulai dari mengajarkan untuk dermawan, pantang menyerah, rajin beribadah, saling menolong satu sama lain, dan lain-lain.

Salah satu dari cerita rakyat tersebut adalah “Legenda Si Pitung”, cerita rakyat asal Betawi yang ceritanya mengajarkan manusia untuk saling menolong satu sama lain, terutama terhadap kaum yang lebih lemah. Si Pitung juga disebut-sebut sebagai Robin Hood dari Indonesia, karena tindakannya yang mencuri dari orang kaya lalu dibagikan kepada rakyat miskin, sama persis dengan Robin Hood. Didalam ceritanya juga digambarkan si Pitung memiliki ilmu silat yang lain daripada manusia lain, seperti menghilang, kebal terhadap peluru dan lain-lain. Cerita si Pitung ini juga sarat akan aksi dan drama. Diceritakan pula, si Pitung adalah sosok yang taat beribadah, dan sudah pintar mengaji di usianya yang masih anak-anak. Cerita yang sangat menarik, karena banyak nilai-nilai yang terkandung didalamnya ditambah dengan adegan-adegan aksi didalamnya.

(15)

2 Dan mereka juga menganggap si Pitung sebagai sosok yang jago silat saja. Mereka juga menggambarkan sosok si Pitung sebagai sosok yang berkumis tebal, gagah dan kuat. Hal itu memang benar, namun sebagian dari mereka tidak mengetahui bahwa si Pitung adalah sosok pembela kebenaran yang sangat menentang pemerintahan Belanda saat itu.

Salah satu penyebab mereka tidak mengetahui Legenda si Pitung ini adalah media yang digunakan untuk cerita rakyat itu sendiri. Cerita rakyat sekarang hanya dikemas dalam satu media saja, yaitu melalui buku cerita yang hanya berisikan tulisan dengan sedikit gambar. Mereka pun berpendapat bahwa buku cerita rakyat sangat kurang akan ilustrasi-ilustrasi di dalamnya.

Perlu dibuat media penyampaian cerita yang rakyat yang berbeda dari sebelumnya agar lebih menarik. Bahkan beberapa dari mereka, setuju apabila legenda si Pitung ini dibuat versi komik ataupun gamenya. Tentunya menarik apabila cerita rakyat disajikan dalam media komik, multimedia interaktif, dan sebagainya agar mereka bisa melihat berbagai adegan menarik didalam cerita legenda si Pitung ini.

1.2 Identifikasi Masalah

Setelah latar belakang dipaparkan, muncul berbagai masalah yang bisa di identifikasi, yaitu

- Legenda Si Pitung masih belum diketahui oleh sebagian masyarakat, terutama anak-anak dan remaja. Kebanyakan dari mereka hanya tahu nama si Pitung saja, dan tidak tahu inti ceritanya.

- Legenda Si Pitung memiliki banyak pesan moral yang sangat berguna untuk diketahui anak-anak dan remaja, walaupun ada sisi yang tidak boleh ditiru oleh mereka.

(16)

3 orang-orang yang tamak dan berpihak kepada Belanda, dan selalu membagikan hartanya kepada rakyat yang kesusahan.

- Penggunaan media yang kurang menarik bagi remaja.

1.3 Fokus Masalah

Dari identifikasi masalah diatas, bisa didapat berbagai rumusan masalah, yaitu

Legenda Si Pitung ini belum banyak diketahui oleh sebagian masyarakat, terutama remaja, lalu bagaimana membuat mereka mengenal Legenda Si Pitung ini baik dari cerita maupun nilai-nilai yang ada seperti sifat dermawan, kesetiakawanan, dan kesopanan, dengan menggunakan media yang bisa membuat mereka tertarik untuk mengetahuinya.

1.4 Tujuan Perancangan

(17)

4 BAB II

LEGENDA SI PITUNG

2.1 Legenda Sebagai Cerita Rakyat 2.1.1 Pengertian cerita rakyat

Cerita rakyat adalah cerita dari zaman dahulu yang hidup dikalangan rakyat dan di wariskan secara lisan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007, 210), sedangkan menurut Atar Semi (1993, 79) cerita rakyat adalah sesuatu yang diangggap sebagai kekayaan milik yang kehadirannya atas dasar keinginan untuk berhubungan sosial dengan orang lain. Dalam cerita rakyat dapat dilihat adanya berbagai tindakan berbahasa guna menampilkan adanya nilai-nilai dalam masyarakat.

2.1.2 Pengertian Legenda

Legenda adalah cerita dari zaman dahulu yang hidup dikalangan rakyat dan diwariskan secara lisan, sedangkan menurut Endarmoko (2006, 370) legenda adalah cerita atau kisah sejarah, dongeng, hikayat, atau tambo.

Menurut Brunvard, J.H (seperti dikutip Kiswanti, 2008) mengemukakan penggolongan legenda sebagai berikut:

a) Legenda Keagamaan (Religious Legends)

(18)

5 b) Legenda Alam Gaib (Supernatural Legends)

Legenda alam gaib yaitu kisah pengalaman seorang pribadi mengenai pengalaman dengan makhluk dari dunia gaib, seperti: hantu, roh halus, siluman, dan sebagainya. Legenda ini berfungsi untuk membenarkan suatu kepercayaan “Takhayul”. Yang termasuk legenda alam gaib adalah mengenai tempat-tempat angker, orang sering mendapat larangan-larangan untuk melewatinya dan harus mengadakan ritual tertentu agar tidak terkena akibat dari tempat angker tersebut.

c) Legenda Perseorangan

Legenda Perseorangan ialah suatu kisah mengenai orang-orang tertentu yang diangggap pengarangnya memang ada dan pernah terjadi, yang termasuk dalam legenda perseorangan antara lain : Pahlawan-pahlawan, termasuk juga raja, pangeran, dan orang dari kalangan rakyat biasa yang gagah berani.

d) Legenda Setempat

Legenda setempat ialah suatu kisah yang ada kaitan eratnya dengan suatu tempat tertentu. Yang termasuk legenda setempat antara lain mengenai nama suatu tempat, asal bentuk aneh suatu daerah, dan lain-lain.

(19)

6 2.1.3 Pengertian Komik

Pengertian komik itu memiliki definisi yang luas. Menurut Eisner, W. dalam bukunya Graphic Storytelling (seperti dikutip oleh Anggara, 2011) komik adalah tatanan gambar dan balon kata yang berurutan sedangkan menurut Scott McCloud dalam buku Understanding Comics bahwa komik merupakan gambar yang menyampaikan informasi atau menghasilkan respon estetik pada yang melihatnya. Dapat dikatakan, komik sebagai produk budaya karena dibuat atas dasar kreasi yang dipresentasikan secara visual.

Pada awalnya, sebutan komik ditujukan untuk serangkaian gambar yang berurutan dan memiliki keterkaitan antara gambar yang satu dengan lainnya, terkadang dibantu dengan tulisan yang berfungsi untuk memperkuat gagasan yang ingin disampaikan. Secara bahasa komik yang berasal dari bahasa yunani adalah ceritabergambar berbentuk dua dimensi yang bercerita bermacam- macam bahkan hal yang dianggap mustahil untuk terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

(20)

7 Biasanya komik dicetak diatas kertas dan dilengkapi teks atau balon kata. Komik merupakan media yang unik, menggabungkan teks dan gambar dalam bentuk yang kreatif, media yang sanggup menarik perhatian semua orang dari segala usia, karena memiliki kelebihan, yaitu mudah dipahami.

2.2 Cerita Rakyat Si Pitung Sebagai Sebuah Legenda Perseorangan

Legenda Si Pitung memiliki beberapa versi, bukan berbeda dari tiap daerah melainkan dari negara lain. Ada dari versi Belanda, Cina dan juga Indonesia. Versi Cina, menyebutkan bahwa si Pitung adalah keturunan Belanda. Sedangkan versi Belanda menyebutkan bahwa si Pitung adalah penjahat yang suka merampok rumah-rumah orang (van Till, 1996) berbanding terbalik dengan versi Indonesianya yang menyebutkan bahwa si Pitung adalah pahlawan rakyat kecil.

Berikut adalah sinopsis kisah si Pitung, menurut buku “Hanya Sekali Kita Mati” karangan Soekanto, S.A.

Si Pitung adalah seorang anak yang dilahirkan dari pasangan Piun dan Pinah. Seperti anak-anak Betawi pada umumnya, ia diajari tata krama, dan belajar mengaji. Si Pitung juga belajar ilmu silat kepada H. Naipin, seorang ulama yang juga mengajari si Pitung mengaji.

Saat berusia remaja, si Pitung terlibat insiden perkelahian dengan preman-preman pasar yang juga berprofesi sebagai perampok. Setelah kejadian itu, si Pitung memutuskan untuk merampok rumah-rumah tuan tanah yang melakukan penindasan terhadap rakyat kecil. Dia dibantu oleh Ji’ih dan juga Rais sebagai penghubung dia dengan kampungnya.

(21)

8 Para tuan tanah dan orang-orang kaya yang memihak kepada Belanda pun menjadi tidak tentram dan melaporkan hal ini kepada pemerintah Belanda. Pemerintah Belanda pun mengutus Schout Heyne untuk menangkap si Pitung. Berbagai cara dipakai oleh Schout Heyne dan anak buahnya, namun gagal. Si Pitung dan kawan-kawannya selalu berhasil meloloskan diri.

Schout Heyne tidak kehilangan akal, dia mempunyai ide licik untuk menangkap si Pitung. Dia menyandera guru mengaji sekaligus guru silatnya, yaitu H. Naipin. Heyne menyandera dan menyiksa H.Naipin dengan kejam. Dia dipaksa oleh Heyne untuk memberitahukan kelemahan si Pitung. Karena tidak tahan dengan siksaan yang berat, dengan terpaksa H. Naipin memberitahukan kelemahan si Pitung kepada Schout Heyne.

Setelah itu, Schout Heyne dan pasukannya menyergap si Pitung yang saat itu sedang bersembunyi di rumah kekasihnya, Aisah. Setelah itu, si Pitung dan kawan-kawannya terlibat pertarungan yang tidak seimbang. Satu-persatu kawan-kawan si Pitung mulai roboh, yang tersisa tinggal si Pitung seorang. Lalu salah seorang dari pasukan Schout Heyne melemparkan telur busuk kepada si Pitung, disertai dengan tembakan kearah si Pitung. Kali ini, tubuhnya tidak kebal peluru lagi karena sudah dilempari telur busuk. Si Pitung pun tewas seketika.

Setelah itu, mayat si Pitung pun dibawa oleh pasukan Schout Heyne tadi. Dan tidak ada seorang pun yang diperbolehkan menyentuh mayat si Pitung, karena mereka takut, warga akan menghidupkan kembali si Pitung dari kematiannya. Padahal niat warga hanya ingin menguburkan jasadnya secara islami. Bahkan jasad si Pitung yang sudah tidak bergerak, masih saja di tembaki oleh tentara Belanda. Mereka sangat takut apabila si Pitung bangkit lagi dari kematiannya. Padahal hal itu tidak akan terjadi.

(22)

9 2.3 Penggambaran tokoh si Pitung

Cerita rakyat legenda si Pitung ini pernah dibuat film layar lebarnya pada tahun 1970 dengan judul “si Pitung” yang disutradarai oleh SM Ardan. Dia menggambarkan sosok si Pitung sebagai sosok yang bertubuh kekar dan gagah, sehingga peran si Pitung diberikan kepada Dicky Zulkarnaen, seorang aktor yang memerankan berbagai film Indonesia dari tahun 1961-1993.

Gambar II.1 Film si Pitung yang diperankan Alm. Dicky Zulkarnaen Sumber : http://www.nurcellmovies.info/2010/09/si-pitung-1975-idws-381mb.html

(23)

10 Ilustrator – ilutrator dari Indonesia pun menggambarkan si Pitung sebagai sosok yang gagah dan bertubuh kekar. Berikut adalah beberapa contoh ilutrasi yang digambarkan oleh ilutrator dari Indonesia:

Gambar II.3 Contoh ilustrasi si Pitung yang dibuat oleh Reza Ilyasa Sumber :

http://fc07.deviantart.net/fs19/i/2007/248/3/1/dimana_si_Pitung_by_ahbiasaaja.jpg

Gambar II.4 Contoh ilustrasi si Pitung yang dibuat oleh Bryan Valenza Sumber :

(24)

11

Gambar II.5 Contoh ilustrasi 3D si Pitung yang dibuat oleh Hario Sasongko Sumber : http://jrcnewgeneration.blogspot.com/2010/12/3d-animation-si-pitung.html

Baik dari penggambaran di filmnya maupun ilustrasi-ilustrasi yang dibuat oleh para ilustrator, si Pitung digambarkan sebagai sosok yang gagah, kuat dan perkasa.

Tapi, menurut Tanu Trh dalam „Intisari’ (seperti dikutip Alwi Shahab, 2008) melukiskan si Pitung berdasarkan cerita ibunya yang pernah bertemu langsung dengannya. Menurut ibunya, si Pitung tidak sebesar dan segagah itu. Perawakannya kecil. Wajah si Pitung sama sekali tidak menarik perhatian khalayak. Sikapnya pun tidak seperti jagoan. Kulit wajahnya kehitam-hitaman, dengan ciri yang khas sepasang cambang panjang tipis, dengan ujung melingkar ke depan.

(25)

12 Membaca Cerita Rakyat Si Pitung

2.4 Pengetahuan Masyarakat tentang si Pitung

Untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan remaja tentang cerita rakyat Legenda si Pitung ini, dilakukan survei dengan menyebarkan kuisioner kepada mereka dengan rentang usia 13-25 tahun. Penyebaran dilakukan secara acak antara kota Bandung dan Jakarta, melalui kuisioner online dan kuisioner yang dibagikan kepada mereka secara langsung. Total responden adalah 100 orang.

Gambar II.6 Persentase cerita rakyat yang pernah dibaca masyarakat

Gambar II.7 Persentase masyarakat yang pernah membaca si Pitung Tangkuban

(26)

13

Gambar II.8 Persentase pendapat masyarakat tentang sosok Si Pitung

(27)

14 Perbedaan yang sangat mencolok antara cerita rakyat Legenda si Pitung dengan cerita rakyat yang lainnya. Ini membuktikan bahwa Legenda si Pitung ini kurang dikenal oleh masyarakat. Dan untuk itu pula, dibutuhkan media yang bisa membuat mereka tertarik untuk mengetahui cerita si Pitung ini, dan berdasarkan hasil riset media komik adalah yang paling populer dibandingkan dengan media lainnya. Kesimpulannya adalah media yang akan dibuat untuk legenda si Pitung ini adalah media komik.

2.5 Target Audiens

Berdasarkan isi ceritanya, Target Audiencenya adalah remaja berusia 15-20 tahun. Karena didalam cerita rakyat Legenda si Pitung ini terdapat beberapa hal yang tidak layak dikonsumsi oleh anak-anak, seperti perampokan yang dilakukan oleh si Pitung, dan juga saat peristiwa penembakan si Pitung hingga dia tewas. Usia remaja diyakini sudah bisa membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik.

Menurut Kartono (sebagaimana dikutip Widiana, 2010) membagi remaja menjadi tiga tahapan, yaitu:

1. Remaja Awal (12-15 Tahun)

Pada masa ini, remaja mengalami perubahan jasmani yang sangat pesat dan perkembangan intelektual yang sangat intensif sehingga minat anak pada dunia luar sangat besar dan pada saat ini remaja tidak mau dianggap kanak-kanak lagi namun sebelum bisa meninggalkan pola kekanak-kanakannya. Selain itu pada masa ini remaja sering merasa sunyi, ragu-ragu, tidak stabil, tidak puas dan merasa kecewa.

2. Remaja Pertengahan (15-18 Tahun)

(28)

15 Maka dari perasaan yang penuh keraguan pada masa remaja awal maka pada rentan usia ini mulai timbul kemantapan pada diri sendiri. Rasa percaya diri pada remaja menimbulkan kesanggupan pada dirinya untuk melakukan

penilaian terhadap tingkah laku yang dilakukannya. Selain itu pada masa ini remaja menemukan diri sendiri atau jati dirnya.

3. Remaja Akhir (18-21 Tahun)

Pada masa ini remaja sudah mantap dan stabil. Remaja sudah mengenal dirinya dan ingin hidup dengan pola hidup yang digariskan sendiri dengan keberanian. Remaja mulai memahami arah hidupnya dan menyadari tujuan hidupnya. Remaja sudah mempunyai pendirian tertentu berdasarkan satu pola yang jelas yang baru ditemukannya.

Dari tiga pembagian remaja tersebut, adalah tepat apabila target audiencenya adalah remaja. Karena dimasa inilah mereka memiliki kecendrungan ingin mengetahui segala sesuatu dalam mencari jati diri.

2.5.1 Demografis

Secara demografis, ditujukan kepada remaja laki-laki dan perempuan berusia 15-20 tahun dengan tingkat pendidikan kelas 1 SMA hingga mahasiswa, dengan kelas sosial menengah keatas.

2.5.2 Psikografis

Secara psikografis, ditujukan kepada remaja yang menyukai cerita-cerita yang berhubungan dengan sejarah, dan gemar membaca buku, terutama buku komik.

2.5.3 Geografis

(29)

16 BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

3.1 Strategi Perancangan 3.1.1 Pendekatan Komunikasi

Penulis melakukan pendekatan dengan membuat visualisasi dari cerita rakyat legenda si Pitung yang berupa komik, dimaksudkan agar mereka lebih tertarik untuk mengetahuinya dibandingkan hanya sekedar teks dari cerita tersebut, tanpa adanya visualisasi atau gambar.

a. Tujuan Komunikasi

- Untuk menarik minat remaja dan dewasa terhadap cerita rakyat si Pitung.

- Mengenalkan sosok si Pitung sebagai sosok yang sangat dermawan kepada rakyat yang kesusahan, bukan hanya sebagai si jago silat saja. - Menekankan rasa setia kawan kepada sesama. Terlihat dari dan yang miskin semakin miskin. Oleh karena itu, diharapkan si Pitung ini bisa dijadikan contoh oleh masyarakat yang membacanya.

c. Pendekatan Komunikasi Visual

(30)

17 kampung, dan lain sebagainya. Hal ini dimaksudkan agar pembaca bisa langsung mengetahui bahwa komik ini mengambil latar belakang budaya Betawi

d. Pendekatan Komunikasi Verbal

Komik ini nantinya akan dipasarkan secara luas, baik melalui media cetak yaitu buku komik maupun melalui media internet, yaitu komik online. Oleh karena itu bahasa yang digunakan dalam percakapan antar karakternya adalah bahasa Indonesia. Namun untuk memunculkan kesan Betawi, pada bagian tertentu akan diselipkan beberapa bahasa Betawi, seperti aye, empok, babe, enyak dan lain-lain, yang tentunya disertakan arti dari kata tersebut.

Ceritanya sendiri akan diadaptasi dari buku “Hanya Sekali Kita Mati” karangan Soekanto S.A.

3.1.2 Strategi Kreatif

Pada halaman pertama dari komik ini, si Pitung akan digambarkan sedang

lari dari kejaran pasukan Belanda bersama Ji’ih. Suasana kejar-kejaran tersebut akan digambarkan malam hari, sehingga suasananya akan terkesan lebih tegang dan menarik. Hal ini bertujuan untuk membangun rasa penasaran kepada pembaca, sehingga mereka tertarik untuk membaca lebih lanjut.

Unsur humor dan asmara juga akan dimasukan ke dalam komik ini, walaupun tidak akan mendominasi. Tujuannya adalah agar pembaca bisa melihat sisi lain dari cerita ini dan juga agar cerita tidak terlampau tegang dan monoton.

3.1.3 Strategi Media

(31)

18 adalah remaja berusia 15-20 tahun, dan tidak menutup kemungkinan untuk dibaca oleh kalangan dewasa.

Komik dinilai sebagai media yang tepat, karena komik itu sendiri mendapat perolehan suara dari pemungutan media yang akan diangkat. Selain itu, komik merupakan media bacaan yang paling sering dibaca selain novel.

3.2 Konsep Visual 3.2.1 Format Desain

Format desain dari komik ini adalah portrait dengan ukuran 148 mm x 210 mm, atau ukuran a5. Pada awalnya akan menggunakan ukuran a4, atau 210 mm x 297 mm, namun karena menyulitkan pembaca untuk membacanya, maka diperkecil menjadi ukuran a5.

(32)

19 3.2.2 Tata Letak

Di dalam buku komik ini, terdapat kotak-kotak yang berisi gambar, atau yang biasa disebut panel, yang dibaca dari kiri ke kanan, dan dari atas ke bawah. Layout pada buku komik ini hanya terdiri dari gambar dan balon teks yang ada pada tiap-tiap panel ditiap halamannya. Sedangkan untuk cover komik ini akan dibuat dengan menampilkan gambar yang sesuai dengan isi cerita.

Gambar III.2 Contoh panel dan pengaplikasiannya

3.2.3 Warna

Komik ini akan menggunakan format hitam putih, dengan teknik screen tone digital pada ilustrasinya. Selain untuk menghemat waktu pengerjaan, screen

tone secara digital juga lebih mudah daripada screen tone manual. Penggunaan

(33)

20

Gambar III.3 Contoh halaman komik Another yang menggunakan Screen Tone

Sumber :http://i36.mangareader.net/another/12/another-3089965.jpg

3.2.4 Ilustrasi

Untuk gaya ilustrasi pada komik ini, penulis memilih gaya ilustrasi manga. Selain karena penggambarannya yang sederhana, tapi juga karena gaya manga sangat khas dengan penggambaran ekspresi pada karakter-karakternya. Selain itu manga juga sangat khas dengan tarikan garisnya. Dan hal itu lah yang ingin ditonjolkan dalam komik ini.

(34)

21 3.2.5 Studi Karakter

Sebelum dibuat karakter-karakter untuk komik ini, terlebih dahulu dilakukan studi untuk tiap-tiap karakter yang akan muncul. Penulis mencari referensi dari tiap-tiap karakter yang ada. Dari hasil studi kemudian dilakukan proses pembuatan karakter sesuai dengan hasil studi tersebut.

Berikut adalah studi setiap karakter yang ada dalam komik Legenda si Pitung :

a. Si Pitung

Pitung adalah seorang pemuda yang gagah berani, dan suka menolong terhadap sesama. Dia adalah tokoh utama di dalam cerita ini. Tidak seperti penggambaran tokoh si Pitung yang sudah ada sebelumnya, di komik ini si Pitung akan digambarkan sebagai sosok yang bertubuh kecil, namun kekar. Contoh referensi karakter yang bertubuh kecil namun kekar adalah Bruce Lee.

Gambar III.5 Bruce Lee

(35)

22 Untuk gaya pakaian dan aksesoris si Pitung, diambil referensi dari ilustrasi-ilustrasi yang sudah ada, namun akan dimodifikasi dan disederhanakan.

Gambar III.6 Contoh ilustrasi si Pitung yang dibuat oleh Bryan Valenza Sumber :

http://fc08.deviantart.net/fs70/f/2012/093/0/9/092a8abf4a6c31aab9404d53c16dfccd-d4smhi5.jpg

(36)

23 b. Ji’ih

Ji’ih merupakan pendamping setia si Pitung dalam menjalankan

aksinya merampok para tuan tanah. Ji’ih adalah adik kandung dari Ibu si Pitung, dengan kata lain Ji’ih adalah paman si Pitung. Namun karena umur mereka hampir sama, mereka sangat akrab sejak kecil. Ji’ih

selalu setia mendampingi si Pitung kemanapun ia pergi.

Gambar III.8 Contoh ilustrasi Ji’ih yang dibuat oleh Bryan Valenza Sumber :

http://fc08.deviantart.net/fs70/f/2012/093/0/9/092a8abf4a6c31aab9404d53c1 6dfccd-d4smhi5.jpg

(37)

24 c. H. Naipin

H. Naipin adalah guru mengaji sekaligus guru silat si Pitung. Beliau adalah sosok yang dikagumi di kampung Rawa Belong. Kepadanyalah si Pitung belajar beribadah dengan taat, dan juga belajar silat. Karakternya akan digambarkan sebagai sosok orang tua, yang hampir selalu memakai pakaian muslim seperti baju koko, kopiah, dan sarung.

Gambar III.10 Contoh ilustrasi H. Naipin sedang mengajarkan silat kepada si Pitung Sumber : Buku “Hanya Sekali Kita Mati” (hal. 35)

(38)

25 d. Aisyah

Aisyah adalah anak dari H. Naipin. diceritakan dia menaruh perasaan kepada si Pitung, dan begitu pula sebaliknya. Namun, takdir tak dapat menyatukan mereka, karena si Pitung merupakan buronan. Karakternya akan digambarkan sebagai wanita yang anggun dan cantik.

Gambar III.12 Contoh referensi Aisyah dari film animasi si Pitung Sumber : http://1.bp.blogspot.com/_mbhG-E_FFjw/TM-LXwUEigI/AAAAAAAADR0/Hy1--fPs0NU/s400/fefg4j.jpg

(39)

26 e. Schout Heyne

Tokoh antagonis utama dalam cerita ini. Schout Heyne adalah seorang pemimpin pasukan Belanda di daerah Rawa Belong. Dia memiliki sifat licik, selalu menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Karakternya akan digambarkan sebagai sosok yang tinggi, dengan hidung mancung dan pipi sedikit tirus. Memakai seragam pasukan Belanda, dengan sepatu boots selutut

.

Gambar III.14 Contoh ilustrasi Heyne Sumber : Cover Buku “Hanya Sekali Kita Mati”

(40)

27 3.2.6 Studi Lokasi

Latar belakang komik ini berada di daerah perkampungan Rawa Belong dan sekitarnya pada tahun 1890. Referensi tempat akan diambil dari film si Pitung, dan juga beberapa foto yang bersumber dari internet.

Gambar III.16 Contoh referensi suasana pasar

Sumber : http://dir.groups.yahoo.com/group/PPDi/message/9919

Gambar III.17 Contoh referensi markas pasukan Belanda Sumber :

(41)

28 3.2.7 Studi Properti

Di dalam buku komik ini karakter membutuhkan properti tambahan agar memperkuat identitas dari karakter tersebut. Acuan properti diambil dari foto dari internet d a n ju g a d a r i f i l m - f i l m s i P it u ng ya n g su d a h a d a , yang kemudian mengalami proses penyederhanaan bentuk dan warna.

Gambar III.18 Contoh referensi pakaian pasukan Belanda

Sumber: http://labskyhistoricalseeker.blogspot.com/2011/06/saya-dan-museum-bi-keramik.html

Gambar III.19 Contoh referensi pakaian wanita Betawi Sumber :

(42)

29

Gambar III.20 Contoh referensi golok

Sumber : http://imageshack.us/photo/my-images/188/betawi1.jpg/

Gambar III.21 Contoh referensi revolver 1890

Sumber : http://www.armchairgunshow.com/otsCM_Merwin_Hulbert.htm

3.2.8 Tipografi a. Judul Komik

Font yang akan digunakan untuk judul komik ini adalah font “Crimewave

BB”. Karena font ini memiliki kesan kuat, dan kokoh, sehingga sangat cocok

(43)

30

Gambar III.22 Font judul Legenda si Pitung

b. Teks percakapan

Font yang akan digunakan adalah font “Anime ace 2.0 BB” karena font ini sering digunakan dalam mangascans atau komik online di internet. selain itu font ini memiliki bentuk yang tipis dan ramping, sehingga mudah terbaca.

ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ

1234567890

,.:;”!@#$%^&*()/\

c. Teks Efek Suara

Font yang akan digunakan adalah font “888_clean_sound” karena font ini memiliki bentuk yang tebal, dan kokoh namun tidak beraturan. Sehingga cocok digunakan sebagai soundeffect dalam komik ini.

ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ

1234567890

(44)

31

Gambar III.23 Contoh pengaplikasian font pada cover depan

Gambar III.24 Contoh pengaplikasian font pada komik

3.2.9 Storyline

Adegan dimulai saat Pitung dan Ji’ih sedang berjalan-jalan di pasar Rawa Belong. Di sepanjang jalan, yang terlihat banyak sekali penduduk yang terlihat kelaparan, kesusahan, dan tak punya rumah. Si Pitung akhirnya memutuskan untuk merampok rumah-rumah para tuan tanah yang telah semena-mena

menetapkan pajak tanah yang berlebihan kepada rakyat. Pitung dibantu Ji’ih

(45)

32 Korban pertama dari aksi si Pitung ada Babah Long Sen, salah satu tuan tanah dan pejabat yang memihak Belanda, dan sangat tamak akan harta. Aksi Pitung tidak berjalan dengan mulus karena dia harus berhadapan dengan Jelambar, pengawal tangguh dari Babah Long sen. Pitung bertarung dengannya,

dan dengan satu pukulan, Jelambar roboh, dan Pitung serta Ji’ih berhasil

meloloskan diri.

Sejak saat itu, si Pitung dan Ji’ih melakukan aksi perampokan terhadap

rumah orang-orang kaya dan hasilnya dibagikan kepada orang-orang miskin dan lemah yang saat itu sedang ditindas oleh pemerintahan Belanda. Si Pitung juga menjadi terkenal akan kehebatannya dalam ilmu silat .

Para tuan tanah dan orang-orang kaya yang memihak kepada Belanda pun menjadi tidak tentram dan melaporkan hal ini kepada pemerintah Belanda. Pemerintah Belanda pun mengutus Schout Heyne untuk menangkap si Pitung. Berbagai cara dipakai oleh Schout Heyne dan anak buahnya, dari mengumpulkan

seluruh warga kampung, hingga mencari Ji’ih untuk memberitahukan dimana si

Pitung berada.

Di lain tempat, Pitung berkunjung ke rumah H. Naipin, gutu silatnya. Disana juga ada Aisyah, anak dari H. Naipin. Setelah bercakap-cakap dengan gurunya dan H.Naipin, Pitung pun kembali ke gubuk persembunyiannya untuk

bertemu Ji’ih. Namun, tidak seperti biasanya Ji’ih tidak ada di tempat. Tiba-tiba

terdengar suara dari luar yang mengatakan bahwa Ji’ih ada diluar gubuk. Pitung

pun segera keluar dan ternyata ada Schout Heyne denga Ji’ih dalam keadaan

babak belur dan terikat. Pitung pun dikepung oleh para polisi yang bersiap untuk menangkapnya.

Terjadi pertarungan tidak adil, antara Pitung melawan puluhan polisi anak buah dari Schout Heyne. Sementara Pitung sibuk melawan mereka seorang diri, Schout Heyne mengambil revolver berisi peluru emas, yang merupakan kelemahan si Pitung. Pitung pun tertembak dan langsung tewas.

Setelah itu, Heyne menyeret mayat si Pitung dengan kudanya, sementara

Ji’ih ikut ditangkap dan akan dipenjara. Para warga yang melihat tidak bisa

(46)

33 Aisyah dan H.Naipin yang juga melihatnya pun, tidak bisa melakukan apa-apa dan hanya bisa menangis.

Setelah kematian Pitung, keadaan kembali seperti semula. Penduduk kembali merasakan susahnya hidup. Pajak semakin dinaikan dan mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka hanya bisa hidup dibawah penindasan mereka. Namun, mereka tidak akan pernah lupa akan jasa si Pitung, yang rela berkorban demi mereka, tanpa mengharapkan imbalan apapun.

3.2.10 Storyboard

Storyboard merupakan pengembangan dari storyline, storyboard ini terdiri dari dialog dan visual, dimana visual itu sendiri menggambarkan gestur-gestur pada setiap karakter yang ditampilkan. Berikut ini adalah beberapa sketsa storyboard ko mik Le g e nd a s i P it u ng in i:

(47)

34

Gambar III.26 Sketsa Storyboard halaman 3

(48)

35 BAB IV

TEKNIS PRODUKSI MEDIA

4.1 Proses Pembuatan Buku Komik

Proses pembuatan buku Komik ini dimulai dari pengembangan sinopsis yang kemudian menjadi storyline yang mencakup teks dialog dan deskripsi. Setelah storyline dibuat, baru kemudian dikembangkan kembali menjadi storyboard yang dimana pada proses storyboard ini memadukan sketsa dan dialog, pada storyboard pula sketsa dibuat layout sedemikian rupa untuk menjaga keseimbangan antara dialog dan sketsa. Sketsa pada storyboard juga menggambarkan tingkah laku atau gestur pada karakter.

Setelah storyboard selesai, baru kemudian dibuatlah sketsa awal yang telah di studi terlebih dahulu yang akan menjadi hasil akhir dari visual yang akan dijadikan buku komik. Proses selanjutnya adalah proses pemindaian dengan menggunakan scanner. Seluruh sketsa yang telah dipindai kemudian dibuat garis pinggirnya dengan menggunakan software Adobe Photoshop CS3. Kemudian dilanjutkan dengan memberikan efek balon kata, focus line, dan speed line dengan menggunakan software Manga Studio EX4.

(49)

36 Setelah proses membuat garis pinggir selesai, dilanjutkan dengan proses pemberian warna. Pemberian warna hanya dengan memberikan warna hitam atau Blocking saja dan pemberian tekstur pada karakter. Bila diperlukan, akan diberikan warna abu-abu sebagai warna bayangan dari karakter.

Gambar IV.2 Proses pemberian blocking dan tekstur pada karakter

(50)

37 Gambar IV.3 Proses pemberian balon kata dengan menggunakan software Manga Studio

EX4

Kemudian berkas dieksport kembali ke Adobe Photoshop CS3 untuk pemberian font dan efek suara, ditiap-tiap panelnya. Langkah ini merupakan langkah terakhir dalam pembuatan setiap halaman dan akan dilanjutkan ke halaman selanjutnya.

4.2 Media Utama

(51)

38 4.2.1 Cover

COVER DEPAN

Gambar IV.5 Cover depan

Media Utama : Buku komik Ukuran : 21 cm x 29,7 cm Material : Art paper 190gr Teknis produksi : Cetak offset separasi Jilid : Laminasi doff

Pada cover depan terdapat judul buku untuk mengidentifikasi buku juga bodytext “Legenda si Pitung” , dan juga ilustrasi tokoh si Pitung yang sedang

(52)

39 COVER BELAKANG

Gambar IV.6 Cover belakang

Pada cover belakang terdapat ilustrasi si Pitung seperti di cover depan, namun hanya berupa garis saja, dengan latar belakang warna merah, seperti pada warna font judulnya. Pada bagian atas cover terdapat judul buku kemudian pada bagian tengah halaman diisi dengan sinopsis singkat cerita Legenda si Pitung ini.

4.2.2 Isi Buku

Ukuran : 21cm x 29,7cm Material : Kertas Hvs 80 gram Jumlah halaman : 42 halaman

(53)

40 Gambar IV.7 Halaman 1

(54)

41 4.3 Media Pendukung

Gambar IV.8 Poster

Media Pendukung : Poster

Ukuran : A3

Material : Kertas Samson 150gr Teknis Produksi : Cetak offset separasi

(55)

42 Gambar IV.9 Gantungan kunci

Media Pendukung : Gantungan kunci Ukuran : 9cm x 5cm Material : Id card

Gambar IV.10 Pembatas buku

Media Pendukung : Pembatas Buku Ukuran : 6cm x 12 cm

(56)

43 Gambar IV.11 Pin

Media Pendukung : Pin

Ukuran : Diameter +- 7,5cm Material : Pin

Teknis Produksi : Press pin

Gantungan kunci, pembatas buku dan pin adalah media yang akan diberikan kepada konsumen sebagai bonus dari pembelian buku komik ini.

Gambar IV.12 mini X-banner

(57)

Gambar

Gambar III.1 Cover depan dan belakang yang masing-masing berukuran a4
Gambar III.2 Contoh panel dan pengaplikasiannya
Gambar III.4 Gaya ilustrasi yang digunakan adalah manga
Gambar III.5 Bruce Lee
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya Wiki tentang legenda Indonesia ini diharapkan cerita rakyat dapat terjaga terkait mitos dan legenda suatu daerah dan sejarah di Indonesia sehingga menjadi menarik

Dengan adanya Wiki tentang legenda Indonesia ini diharapkan cerita rakyat dapat terjaga terkait mitos dan legenda suatu daerah dan sejarah di Indonesia sehingga menjadi menarik

Cerita ini berfokus pada perjalanan hijrah seorang remaja, dimulai dari bagaimana kehidupan sebelum dia berhijrah yang dipenuhi dengan kemaksiatan, lalu pada satu titik ada

Tujuan dari perancangan buku cerita bergambar Legenda Gunung Arjuna ini adalah untuk mengembangkan minat baca anak, serta agar anak mengetahui tentang legenda dari

Cerita rakyat perlu dikembangkan agar dapat diperkenalkan kepada para remaja, karena merupakan cerminan dari budaya luhur Indonesia.. Pepatah mengatakan

ini mengambil cerita rakyat yaitu Legenda Desa Bungkulan, yang menceritakan tentang perjalanan I Gusti Ngurah Tambahan untuk menemukan seorang raksasa perempuan

Simpulan dalam penelitian ini yaitu penerapan model complete sentence berbantuan media audiovisual dapat meningkatkan keterampilan menyimak cerita legenda siswa,

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan yang didapat dari pembuatan motion comic yaitu, dapat menarik minat remaja untuk memahami cerita rakyat Legenda Gunung Arjuna dan dapat memetik pesan