• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respons Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap Pemberian Kompos Jerami Padi, Rhizobium Serta Pupuk Ca (Kalsium) pada Lahan Pasang Surut di Desa Selotong Kabupaten Langkat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Respons Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap Pemberian Kompos Jerami Padi, Rhizobium Serta Pupuk Ca (Kalsium) pada Lahan Pasang Surut di Desa Selotong Kabupaten Langkat"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG TANAH

(Arachis hypogaea L.) TERHADAP PEMBERIAN KOMPOS JERAMI

PADI, RHIZOBIUM SERTA PUPUK Ca (KALSIUM) PADA LAHAN PASANG SURUT DI DESA SELOTONG KABUPATEN LANGKAT

TESIS

Oleh :

TENGKU BOUMEDINE HAMID ZULKIFLI 087001022/AGR

SEKOLAH PASCA SARJANA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG TANAH

(Arachis hypogaea L.) TERHADAP PEMBERIAN KOMPOS JERAMI

PADI, RHIZOBIUM SERTA PUPUK Ca (KALSIUM) PADA LAHAN PASANG SURUT DI DESA SELOTONG KABUPATEN LANGKAT

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Pertanian dalam Program Studi Agroekoteknologi pada Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Oleh :

TENGKU BOUMEDINE HAMID ZULKIFLI 087001022/AGR

SEKOLAH PASCA SARJANA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Penelitian : Respons Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah

(Arachis hypogaea L.) Terhadap Pemberian Kompos

Jerami Padi, Rhizobium Serta Pupuk Ca (Kalsium) pada Lahan Pasang Surut di Desa Selotong Kabupaten Langkat

Nama Mahasiswa : Tengku Boumedine Hamid Zulkifli NIM : 087001022 Program Studi : Agroekoteknologi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B. MSc) (Prof. Dr. Ir. Hapsoh, MS ) Ketua Anggota

Ketua Program Studi Agroekoteknologi Dekan Fakultas Pertanian

(Prof. Dr.Ir. Abdul Rauf, MP) (

Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS)

(4)

Telah diuji pada hari : Selasa

Tanggal : 1 Mei 2012

PANITIA PENGUJI THESIS

Ketua : Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B. MSc.

Anggota : Prof. Dr. Ir. Hapsoh, MS.

(5)

ABSTRACT

T. BOUMEDINE HAMID Z, 2012. This study aimed to determine the influence of rice straw compost, rhizobium and Ca (Calcium) fertilizer on the growth and yield of Peanut grown on tidal land in the village Selotong, Langkat. The research was conducted in the Village Selotong, Langkat Regency at the altitude of < 1 m above sea level for 4 months (Mei-September 2011). The design used was the split split plot design (RPPT) consisting of three factors, the first factor was : Straw Compost (main plot) consisted of three levels, K0 (without compost), K1 (3 tons / ha or 1.4 kg / plot , K2 (5 t / ha or 2.3 kg / plot), The second as the sub plot was Rhizobium at 3 levels, R0 (without Rhizobium), R1 (1 liter Rhizobium / 1 kg of groundnut seeds ), R2 (2 liters of Rhizobium / 1 kg of groundnut seeds), The third was Ca (Calcium) Fertilizer as a sub-plots consisted of four levels, P0 (without Ca), P1 (Ca Fertilizer at 1 g / L water), P2 ( 2 g Ca Fertilizer / L water), P3 (3 g Ca Fertilizer/ L water). The results showed that straw compost, Rhizobium and Ca (Calcium) Fertilizer did not not show that any significant influence on all the components of growth and yield, which might be due to the relative high salinity of the tidal land, as affected by the intrusion of sea water

Key words: Peanut, Rice Straw Compost, Rhizobium, Ca (Calcium) Fertilizer, Tidal Land.

(6)

ABSTRAK

T. BOUMEDINE HAMID Z, 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian kompos jerami padi, rhizobium serta pupuk Ca (Kalsium) terhadap pertumbuhan dan produksi kacang tanah pada lahan pasang surut di Desa Selotong Kabupaten Langkat. Penelitian dilaksanakan di Desa Selotong Kabupaten Langkat dengan ketinggian tempat < 1 m dpl selama 4 bulan ( Mei – September 2011). Menggunakan Rancangan Petak-Petak Terpisah (RPPT) yang terdiri atas 3 faktor yaitu Faktor pertama : Kompos Jerami (petak utama) terdiri atas 3 taraf, K0 (tanpa kompos), K1 ( 3 ton/ha atau 1,4 kg/plot)) , K2( 5 ton/ha atau 2,3 kg/plot), Faktor Kedua : Rhizobium sebagai anak petak terdiri dari 3 taraf, R0( tanpa Rhizobium), R1 (1 liter Rhizobium/1 kg benih

kacang tanah), R2(2 liter Rhizobium/1 kg benih kacang tanah), Faktor Ketiga : Pupuk Ca (Calsium) sebagai anak-anak petak terdiri dari 4

taraf, P0( tanpa Ca), P1 (Pupuk Ca 1 g/L air), P2 (Pupuk Ca 2 g/L air) , P3

Kata kunci : Kacang Tanah, Kompos Jerami Padi, Rhizobium, Pupuk Ca (Kalsium), Lahan Pasang Surut.

(7)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena rahmat dan karunia Nya sehingga penulis telah meyelesaikan tulisan ini. Tulisan ini adalah tesis yang disusun berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “ Respons Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Terhadap Pemberian Kompos Jerami Padi, Rhizobium serta Pupuk Ca (Kalsium) Pada Lahan Pasang Surut Di Desa Selotong Kabupaten Langkat “

Penelitian ini mencoba untuk memberikan data dan informasi mengenai penggunaan kompos jerami padi, Rhizobium serta pupuk Ca (kalsium) yang merupakan pupuk dalam meningkatkan produksi kacang tanah dilahan pasang surut yang mempunyai intrusi salinitas yang tinggi pada lahan tersebut.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis mengharapkan saran – saran yang membangun serta kritik yang sehat demi bermanfaatnya penelitian ini.

Medan, Januari 2012 Hormat Saya

(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena rahmat dan karunia Nya sehingga penulis telah dapat menyelesaikan tesis ini.

Penulis menyadari sepenuhnya dari mulai perencanaan penelitian hingga penulisan tesis ini penulis banyak menerima bantuan dari banyak pihak, baik berupa doa, fasilitas, materi, dana dan lain sebagainya.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibunda Azizah, SH., atas bimbingan dan bantuan moril maupun materil, serta dorongan dan do’a nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

2. Rektor Universitas Sumatera Utara, bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM) yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat kiranya mengikuti kuliah program Magister Pertanian pada Program Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara Medan.

3. Direktur Program Pasca Sarjana USU Medan, bapak Prof. Dr. Ir. Rahim Matondang, MSIE atas kesempatan menjadi Mahasiswa Program Magister USU.

(9)

5. Ketua Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, bapak Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP, atas bimbingan dan pengarahannya hingga penulis dapat menyelesaikan penelitian tesis di Pasca Sarjana Fakultas Pertanian USU Medan.

6. Ketua Komisi Pembimbing, Ibunda Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., MSc., yang sangat banyak membimbing, mengarahkan dan memberikan dorongan kepada penulis mulai dari awal penulisan, saat penelitian dan penyusunan tesis.

7. Anggota Komisi Pembimbing, Ibunda Prof. Dr. Ir. Hapsoh. MS yang sangat banyak membimbing, mengarahkan dan memberikan dorongan kepada penulis mulai dari awal penulisan, saat penelitian dan penyusunan tesis.

8. Komisi Penguji, Ibunda Dr. Ir. Chairani Hanum MP., dan Ibunda Dr. Deni Elfiati, SP. MP, selaku penguji dan pemberi masukan kepada penulis.

9. Kepada istri tercinta Ivoni Syahfitri, yang telah setia dan sabar mendampingi penulis sampai selesainya penelitian ini, dan buat anakku tercinta T. Gabriel Archard Hamid yang selalu menjadi penyemangat mendampingi penulis sampai selesainya penelitian ini.

(10)

11.Kepada Bapak Mertua K. Supriyanto,Ibunda Susilastri, Abang Abdul Haris serta kakak dan adik ipar yang telah membantu moril dan materil serta dorongan semangat,do’a hingga penulis dapat menyelesaikan thesis ini.

12.Kepada Bunda Drs. T. Agustina Hamid , Ayahanda T. Badar Johan Hamid dan kakak Dr.T. Devi Azwar, SH, MKn., yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

13.Kepada Masyarakat Desa Selotong, Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat yang telah membantu Penulis dalam waktu mulai tanam sampai panen.

(11)

RIWAYAT HIDUP

Tengku Boumedine Hamid Zulkifli, dilahirkan di Jakarta pada tanggal 26 April 1972 anak dari Tengku Zulkifli Hamid, SH (alm). dan Ibu

Azizah, SH.

Pendidikan :

Tahun 1985 : Lulus dari Sekolah Dasar Negeri 020265 Kota Binjai.

Tahun 1988 : Lulus dari Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 (Satu) (SMP N 1) Kota Binjai.

Tahun 1991 : Lulus dari Sekolah Manengah Atas (SMA) Swasta Ahmad Yani Kota Binjai.

Tahun 1997 : Lulus Dari Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) Fakultas Pertanian Jurusan Budidaya Pertanian.

Tahun 2000 : Mulai Bekerja Sebagai Staf Pengajar di Univesitas Tjut Njak Dhien Medan

(12)
(13)

Luas Daun (cm2) ... 23

Volume Akar (ml) ... 24

Panjang Akar (cm) ... 26

Ratio Tajuk Akar (%) ... 27

Laju Assimilasi Bersih (g.cm2.minggu-1) ... 29

Laju Tumbuh Relatif (g.tan-1.minggu-1) ... 30

Jumlah Polong Berisi/Tanaman (buah) ... 32

Jumlah Polong Hampa/Tanaman (buah) ... 33

Bobot Polong Kering/Tanaman (gram) ... 34

Bobot Biji Kering/Tanaman (gram) ... 35

Jumlah Biji Kering/Tanaman (buah) ... 36

Bobot 100 Biji Kering/(gram) ... 38

Bobot Biji Kering/m2 Pembahasan ... 42

Pengaruh Kompos Jerami Padi ... 42

Pengaruh Rhizobium ... 43

Pengaruh Pupuk Ca (Kalsium) ... 45

Interaksi antara Kompos Jerami Padi, Rhizobium dan Pupuk Ca.. 46

(gram) ... 39

Serapan Hara Ca Pada Tanaman (mg/tanaman) ... 40

KESIMPULAN DAN SARAN ... 45

Kesimpulan ... 45

Saran ... 46

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1 Luas Daun (cm2) Tanaman Kacang Tanah pada Interaksi Perlakuan

Pemberian Kompos Jerami Padi, Rhizobium dan Pupuk Ca (Kalsium) umur 3 MST, 5 MST,7 MST, 9 MST ... 23

2 Volume Akar (cc) Tanaman Kacang Tanah pada Interaksi Perlakuan

(15)

11 Jumlah Biji Kering/Tanaman (gram) Tanaman Kacang Tanah pada Interaksi Perlakuan Kompos Jerami Padi, Rhizobium dan Pupuk Ca (Kalsium) ... ... 35 12 Bobot 100 Biji Kering (gram) Tanaman Kacang Tanah

pada Interaksi Perlakuan Kompos Jerami Padi, Rhizobium dan Pupuk Ca (Kalsium) ... 36 13 Bobot Biji Kering/m2

14 Serapan Hara Ca Pada Tanaman (mg/tanaman) untuk Tanaman Kacang Tanah pada Interaksi Perlakuan Kompos Jerami Padi, Rhizobium dan Pupuk Ca (Kalsium)) ... 38

(gram) Tanaman Kacang pada Interaksi Perlakuan Kompos Jerami Padi, Rhizobium dan Pupuk Ca (Kalsium ... 37

(16)
(17)

18 Data Pengamatan Laju Tumbuh Relatif (g.minggu¯ ¹) ... 69

19 Sidik Ragam Laju Tumbuh Relatif (g.minggu-1 20 Data Pengamatan Jumlah Polong Berisi/Tanaman (buah) ... 71

) ... 70

21 Sidik Ragam Jumlah Polong Berisi/Tanaman (buah) ... 72

22 Data Pengamatan Jumlah polong Hampa/Tanaman (buah)... 73

23 Sidik Ragam Jumlah polong Hampa/Tanaman (buah) ... 74

24 Data Pengamatan Bobot Polong Kering/Tanaman(gram) ... 75

25 Sidik ragam Bobot Polong Kering/Tanaman(gram) ... 76

26 Data Pengamatan Bobot Biji Kering/Tanaman(gram) ... 77

27 Sidik Ragam Bobot Biji Kering/Tanaman(gram) ... 78

28 Data Pengamatan Jumlah Biji Kering/Tanaman (buah) ... 79

29 Sidik Ragam Jumlah Biji Kering/Tanaman (buah) ... 80

30 Data Pengamatan Bobot 100 Biji Kering Tanaman (gram) ... 81

31 Sidik Ragam Bobot 100 Biji Kering Tanaman (gram)... 82

32 Data Pengamatan Bobot Biji Kering/m2 33 Sidik Ragam Bobot Biji Kering/m (gram) ... 83

2 34 Data Pengamatan Serapan Hara Ca Pada Tanaman (mg/tanaman) ... 85

(gram) ... 84

35 Sidik Ragam Serapan Hara Ca Pada Tanaman (mg/tanaman) ... 86

(18)

ABSTRACT

T. BOUMEDINE HAMID Z, 2012. This study aimed to determine the influence of rice straw compost, rhizobium and Ca (Calcium) fertilizer on the growth and yield of Peanut grown on tidal land in the village Selotong, Langkat. The research was conducted in the Village Selotong, Langkat Regency at the altitude of < 1 m above sea level for 4 months (Mei-September 2011). The design used was the split split plot design (RPPT) consisting of three factors, the first factor was : Straw Compost (main plot) consisted of three levels, K0 (without compost), K1 (3 tons / ha or 1.4 kg / plot , K2 (5 t / ha or 2.3 kg / plot), The second as the sub plot was Rhizobium at 3 levels, R0 (without Rhizobium), R1 (1 liter Rhizobium / 1 kg of groundnut seeds ), R2 (2 liters of Rhizobium / 1 kg of groundnut seeds), The third was Ca (Calcium) Fertilizer as a sub-plots consisted of four levels, P0 (without Ca), P1 (Ca Fertilizer at 1 g / L water), P2 ( 2 g Ca Fertilizer / L water), P3 (3 g Ca Fertilizer/ L water). The results showed that straw compost, Rhizobium and Ca (Calcium) Fertilizer did not not show that any significant influence on all the components of growth and yield, which might be due to the relative high salinity of the tidal land, as affected by the intrusion of sea water

Key words: Peanut, Rice Straw Compost, Rhizobium, Ca (Calcium) Fertilizer, Tidal Land.

(19)

ABSTRAK

T. BOUMEDINE HAMID Z, 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian kompos jerami padi, rhizobium serta pupuk Ca (Kalsium) terhadap pertumbuhan dan produksi kacang tanah pada lahan pasang surut di Desa Selotong Kabupaten Langkat. Penelitian dilaksanakan di Desa Selotong Kabupaten Langkat dengan ketinggian tempat < 1 m dpl selama 4 bulan ( Mei – September 2011). Menggunakan Rancangan Petak-Petak Terpisah (RPPT) yang terdiri atas 3 faktor yaitu Faktor pertama : Kompos Jerami (petak utama) terdiri atas 3 taraf, K0 (tanpa kompos), K1 ( 3 ton/ha atau 1,4 kg/plot)) , K2( 5 ton/ha atau 2,3 kg/plot), Faktor Kedua : Rhizobium sebagai anak petak terdiri dari 3 taraf, R0( tanpa Rhizobium), R1 (1 liter Rhizobium/1 kg benih

kacang tanah), R2(2 liter Rhizobium/1 kg benih kacang tanah), Faktor Ketiga : Pupuk Ca (Calsium) sebagai anak-anak petak terdiri dari 4

taraf, P0( tanpa Ca), P1 (Pupuk Ca 1 g/L air), P2 (Pupuk Ca 2 g/L air) , P3

Kata kunci : Kacang Tanah, Kompos Jerami Padi, Rhizobium, Pupuk Ca (Kalsium), Lahan Pasang Surut.

(20)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kacang Tanah merupakan tanaman polong – polongan kedua terpenting setelah kedelai di Indonesia. Tanaman ini sebetulnya bukanlah tanaman asli Indonesia, melainkan tanaman yang berasal dari benua Amerika, tepatnya di daerah Brazil (Amerika Selatan)(Tim Bina Karya Tani, 2009).

Berdasarkan luas pertanaman, kacang tanah menempati urutan keempat setelah padi, jagung, dan kedelai. Dewasa ini pertanaman kacang tanah sudah tersebar hampir diseluruh pelosok dunia dengan total luas panen sekitar 21 juta ha dan produktivitas rata – rata 1,10 ton/ha polong kering. Di kawasan Asia, Indonesia menempati urutan ketiga terbesar menurut luas arealnya (650.000 ha) setelah India (9,0 juta ha) dan Cina (2,2 juta ha). Selain itu, Indonesiapun dikenal sebagai negara ketujuh terbesar penghasil kacang tanah di dunia setelah India, Cina, Nigeria, Senegal, USA, dan Brazil (Adisarwanto , 2007).

Produktivitas kacang tanah di negara-negara tropis, seperti Indonesia, India dan negara di Afrika pada umumnya hampir sama, antara 0,7 ton /ha hingga 1,3 ton/ha. Produksi kacang tanah rata-rata daerah Indonesia hanya sekitar 1,1 ton/ha (Kasno, 2005) . Menurut Kasno dkk. ( 2000) pada situasi krisis ekonomi, maka nilai impor kacang tanah menjadi sangat tinggi.

(21)

disebabkan cekaman lingkungan dan menurunnya kualitas lahan akibat pengusahaan intensif di masa lampau, Oleh karena itu, perlu dicari sumber pertumbuhan alternatif yang prospektif untuk produksi pangan ini agar tujuan peningkatan ketahanan pangan nasional dapat tercapai (Jumberi dan Trip Alihamsyah, 2008).

Peningkatan produksi secara intensif dilakukan pada daerah sentra produksi dan secara ektensif dilakukan di daerah pengembangan, lahan pasang surut memiliki potensi untuk pengembangan kacang tanah, meskipun berhadapan dengan masalah biofisik dan sosial ekonomi

Pengembangan pertanian lahan pasang surut merupakan langkah strategis dalam menjawab tantangan peningkatan produksi pertanian yang makin kompleks. Dengan pengelolaan iptek yang benar, lahan pasang surut memiliki prospek besar untuk dikembangkan menjadi lahan pertanian produktif terutama dalam rangka pelestarian swasembada pangan, diversifikasi produksi, peningkatan pendapatan dan lapangan kerja, serta pengembangan agribisnis dan wilayah (Abdurachman dan Ananto, 2000 dalam Suriadikarta dan Mas Teddy, 2007)

(22)

pengaruh air pasang surut (Saragih, 1990). Berdasarkan pasang surutnya air, lahan pasang surut dibagi kedalam empat tipe , yakni A, B, C dan D. Lahan Tipe A umumnya terletak didekat pantai atau sungai besar dan menempati 10 – 20% dari total lahan pasang surut. Lahan Tipe B hanya terluapi air pada saat pasang besar. Pada lahan Tipe C tidak pernah terluapi air walaupun pada saat pasang besar dan air tanah <50 cm dan lahan tipe D tidak pernah terluapi air pasang dan air tanah >50cm dari permukaan tanah (Saragih dan Raihan, 1996)

Kesuburan tanah pada lahan yang dipengaruhi air pasang surut antara lain : kemasaman tanah rendah , miskin kandungan hara makro terutama P, K, Ca, dan Mg dan kandungan bahan organik rendah, kejenuhan Al tinggi membuat pupuk tidak efektif (pH berpengaruh terhadap ketersediaan nutrisi) dan tingkat salinitas tanah yang tinggi akibat intrusi air laut.

Tanaman kacang tanah membutuhkan unsur Ca yang banyak terutama untuk pembentukan polong. Menurut Adisarwanto, (2007) kalsium diperlukan oleh ginofor untuk membentuk polong kacang tanah agar lebih bernas sehingga bentuk biji menjadi lebih utuh dan berisi penuh.

(23)

mampu mencukupi 80% kebutuhan Nitrogen tanaman legum dan meningkatkan produksi antara 10% - 25%.

Namun pada lahan yang baru pertama kali ditanami kacang – kacangan termasuk kacang tanah, umumnya tidak menghasilkan polong sempurna tanpa diberi inokulasi Rhizobium (Marzuki, 2007).

Kompos adalah hasil penguraian parsial atau tidak lengkap dari campuran bahan – bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab dan aerob atau anaerob. Kompos akan meningkatkan kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang sehat. Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah (Isroi, 2008)

Kompos adalah sumber bahan organik yang mengandung unsur hara yang siap diserap akar tanaman. Kompos juga mengandung hara-hara mineral esensial bagi tanaman ( Nuraini, 2009). Menurut Isroi (2008) jerami yang dihasilkan dari sisa-sisa panen sebaiknya jangan dibakar, tetapi diolah menjadi kompos dan dikembalikan lagi dalam tanah. Kompos jerami ini secara bertahap dapat menambah kandungan bahan organik tanah dan lambat laun akan mengembalikan kesuburan tanah.

(24)

maka penulis melakukan penelitian tentang Respons Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah Terhadap Pemberian Kompos Jerami Padi , Rhizobium Pupuk Ca (Kalsium) Pada Lahan Pasang Surut di Desa Selotong Kabupaten Langkat.

Perumusan Masalah

1. Produktivitas kacang tanah secara umum masih rendah pada lahan yang dipengaruhi pasang surut air laut, faktor-faktor yang membatasi pertumbuhan kacang tanah antara lain adalah miskin kandungan hara makro terutama hara N, P, K, Ca, dan Mg dan kemasaman tanah rendah yang membuat pupuk tidak efektif dan adanya pengaruh salinitas pada intrusi air laut. Untuk mengatasi masalah tersebut diadakan penambahan bahan organik dan pemupukan untuk menekan atau mengurangi salinitas yang disebabkan oleh instrusi air laut.

2. Belum ada tersedianya data rinci tentang respons tanaman kacang tanah yang ditanam pada daerah lahan pasang surut yang dipengaruhi air laut.

Tujuan Penelitian

(25)

Hipotesis penelitian

1. Pemberian kompos jerami padi pada lahan pasang surut dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi kacang tanah.

2. Pemberian rhizobium pada lahan pasang surut dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi kacang tanah.

3. Pemberian Pupuk Ca (Kalsium) dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi kacang tanah pada lahan pasang surut.

4. Interaksi antara pemberian kompos jerami padi, rhizobium dan pupuk Ca (Kalsium) dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi kacang tanah di lahan pasang surut.

Kegunaan Penelitian

(26)

TINJAUAN PUSTAKA

Pertumbuhan Kacang Tanah

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan proses yang penting dalam kehidupan dan perkembangan suatu species. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung secara terus-menerus sepanjang daur hidup, bergantung pada tersedianya meristem, hasil asimilasi, hormon dan substansi pertumbuhan lainnya, serta lingkungan yang mendukung (Gardner dkk., 1991).

Faktor iklim mempengaruhi pertumbuhan dan hasil kacang tanah. Suhu, cahaya dan curah hujan mempengaruhi laju fotosintesis dan respirasi sehingga berimplikasi pada pertumbuhan kacang tanah yang berpengaruh pada komponen hasil (Andrianto dan Indarto, 2004).

(27)

Fase vegetatife

Fase vegetatif terutama terjadi pada perkembangan akar, daun dan batang baru. Fase ini berhubungan dengan 3 proses penting : (1) pembelahan sel, (2) pemanjangan sel, dan (3) tahap awal dari diferensiasi sel (Suketi, 2010).

Fase vegetatif pada tanaman kacang tanah dimulai sejak perkecambahan hingga awal pembungaan, yang berkisar antara 26 hingga 31 hari setelah tanam, dan selebihnya adalah fase reproduktif. Fase vegetatif tersebut dibagi menjadi 3 stadia, yaitu perkecambahan, pembukaan kotiledon, dan perkembangan daun bertangkai empat (tetrafoliate). Daun kacang tanah muncul dari buku pada batang utama atau cabang (Trustinah, 1993).

Fase Reproduktif

(28)

Lahan Pasang Surut

Lahan rawa pasang surut pada awalnya merupakan rawa pantai pasang surut di muara sungai besar, yang dipengaruhi secara langsung oleh aktivitas laut. Dibagian agak ke pedalaman, pengaruh sungai besar makin kuat sehingga wilayah ini memiliki lingkungan air asin (salin) dan air payau. Dengan adanya proses sedimentasi, kini wilayah tersebut berwujud sebagai daratan yang merupakan bagian dari delta sungai. Wilayah tersebut terletak relatif agak jauh dari garis pantai sehingga kurang terjangkau secara langsung oleh air laut pasang. Oleh karena itu wilayah tersebut saat ini dipengaruhi oleh aktivitas sungai disamping pasang surut harian dari laut (Subagjo, 2006).

Di Indonesia luas lahan rawa mencapai 39,98 juta ha dan lahan pasang surut mencapai 20,1 juta ha, lahan yang potensial 9.5 juta ha sedangkan yang ditanami baru 729.9 ribu ha (Alihamsyah, 2004). Masih terbuka luas untuk ekstensifikasi pertanian di lahan pasang surut. Di daerah yang risiko salinitasnya sedang sampai tinggi padi dapat ditanam terlebih dahulu sebagai tanaman rehabilitasi diikuti tanaman lainnya yang lebih peka terhadap salinitas, seperti kedelai, kacang tanah, atau sayuran.

(29)

rambutan secara teknis dapat diusahakan di lahan pasang surut apabila dikelola berdasarkan karakteristik lahannya ( Suriadikarta dan Mas Teddy, 2007).

Lahan pasang surut yang merupakan lahan yang selalu dipengaruhi oleh gerakan arus pasang surutnya air laut sehingga pengaruh salinitas air laut pada lahan tersebut sangat kuat (Najiyati dkk., 2005). Menurut Widjaja Adhi dkk. (1992) lahan salin adalah lahan pasang surut yang mendapat pengaruh atau intrusi air laut (garam) dengan kandungan Na dalam larutan tanah sebesar >8% selama lebih dari 3 bulan dalam setahun. Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan Follet dkk. (1981) dalam Sipayung (2003) tanah salin memiliki pH <8,5 dengan daya hantar listrik > 4mmhos/cm dan Na-dd <15% dengan kondisi fisik normal. Kandungan garam larutan dalam tanah dapat menghambat perkecambahan, penyerapan unsur hara dan pertumbuhan tanaman.

Lahan pasang surut yang dipengaruhi salinitas atau konsentrasi garam-garam terlarut yang cukup tinggi akan menimbulkan stres dan memberikan tekanan terhadap pertumbuhan tanaman. Salinitas menekan proses petumbuhan tanaman dengan efek yang menghambat pembesaran dan pembelahan sel, produksi protein serta penambahan biomass tanaman (Sipayung, 2003).

Pupuk Ca (Kalsium)

(30)

kalsium penting dalam mencegah kemasaman pada cairan sel, mengatur permeabilitas dinding sel atau daya tembus cairan, mempercepat pembelahan sel-sel meristem, membantu pengembalian nitrat dan mengatur enzim, berpengaruh baik terhadap pertumbuhan, bulu-bulu akar, polong dan ginofor pada tanaman kacang tanah.

Tanah yang mengandung Ca akan menghasilkan kacang tanah berkualitas tinggi. Cukup tersedianya Ca didalam tanah akan memberikan pertumbuhan vegetatif yang baik, pertumbuhan polong yang optimal, putih dan berisi penuh. Kalsium dapat langsung diserap oleh polong yang sedang berkembang dan untuk pertumbuhan biji (Setyamidjaja, 1986).

Kompos Jerami Padi

(31)

Limbah jerami padi sangat mudah didapatkan di areal persawahan sehingga pemanfaatannya dapat mengurangi masalah limbah. Sisa tanaman seperti jerami apabila dikomposkan juga berfungsi sebagai pupuk. Proses fermentasi bahan organik biasanya menggunakan aktivator mikroba. Salah satu fungsi aktivator ini adalah mempercepat proses dekomposisi bahan organik dan meningkatkan kualitas bahan. Prinsip pembuatan kompos adalah pencampuran bahan organik dengan mikroorganisme sebagai bioaktivator. Mikroorganisme tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber, misalnya dari bakteri inokulan (bacterial inoculant) berupa effective microorganism (EM4). Bioaktivator yang terdapat dalam EM4 adalah Lactobacillus sp, Saccharomyces sp, Actinomycetes serta cendawan pengurai selulosa. Mikroorganisme tersebut berfungsi dalam menjaga keseimbangan karbon dan nitrogen yang merupakan faktor penentu keberhasilan pembuatan kompos (Pangaribuan dan Pujisiswanto, 2008).

(32)

Rhizobium

Rhizobium adalah jenis paling terkenal suatu kelompok bakteri simbiosis yang bertindak memfiksasi nitrogen dari udara. Rhizobium adalah bakteri gram negatif, bersifat aerob, tidak membentuk spora, berbentuk batang dengan ukuran sekitar 0,5-0,9 µm x 1,2-3 µm. Bakteri ini banyak terdapat didaerah perakaran tanaman legum. Rhizobium dengan legum dicirikan oleh pembentukan struktur bintil akar pada tanaman inang (Yuwono, 2008). Pemanfaatan rhizobia sebagai inokulan dapat meningkatkan ketersediaan N bagi tanaman, yang dapat

mendukung peningkatan produktivitas tanaman kacang-kacangan (Saraswati dan Sumarno, 2008).

(33)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada Bulan Mei - September 2011, mulai dari persiapan media, lahan hingga panen. Penelitian dilaksanakan di Desa Selotong , Kecamatan Secanggang, Kab. Langkat.

Bahan dan Alat :

Bahan :

Lahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lahan pasang surut yang ada di Desa Selotong , Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat. Kacang Tanah varietas gajah (Lampiran 1), Pupuk Super - Ca (Kalsium), Strain

Bradyrhizobium japonicum, kompos jerami padi, , insektisida decis, round up.

Alat:

(34)

Model Rancangan

Penelitian dilakukan dengan menggunakan rancangan petak - petak terpisah (split split plot design) terdiri atas tiga faktor yaitu :

Faktor pertama : Kompos Jerami (petak utama) terdiri atas 3 taraf,

K0

Faktor Kedua : Rhizobium sebagai anak petak terdiri atas 3 taraf, = Kompos Jerami 5 ton/ha (2,3 kg/plot)

R0

R

= tanpa Rhizobium

1

R

= 1 liter Rhizobium/1 kg benih kacang tanah

2

Faktor Ketiga : Pupuk Ca (Calsium) sebagai anak – anak petak terdiri atas 4 taraf,

= 2 liter Rhizobium/1 kg benih kacang tanah

(35)

Kombinasi perlakuan yang diperoleh adalah :

Jumlah Kombinasi Perlakuan = 108

Jumlah Ulangan = 3

Jarak Tanam = 25 cm x 25 cm

Jumlah Tanaman per plot percobaan = 77 tanaman

Jumlah populasi per ulangan = 2772 tanaman

(36)

Jumlah populasi seluruhnya = 8316 (2772 x 3) tanaman

Lebar parit antar plot percobaan = 50 cm

Lebar parit antar blok = 100 cm

Lebar parit antar petak utama = 100 cm

Metode Analisa Data

Percobaan dilakukan menggunakan rancangan petak – petak terpisah (RPPT) dengan model statistik sebagai berikut :

Yijkl = µ + pi + αj + Ɛij + βk + ( αβ)jk + Ɛijk + γi + (αy)jl + (βy)kl + (αβt)jkl Dimana :

+ Ɛijkl

Yijkl = Nilai pengamatan pada ulangan ke-i, perlakuan pemupukan taraf ke-j, kompos jerami taraf ke-k dan pupuk Ca taraf ke-l.

µ = Rata-rata umum nilai pengamatan. pi = Pengaruh ulangan pada taraf ke-i

αj = Pengaruh perlakuan kompos jerami taraf ke-j

Ɛij = Pengaruh galat pada taraf ke-i dan Kompos jerami taraf ke-j. βk = Pengaruh perlakuan rhizobium taraf ke-k.

(αβ)jk = Pengaruh interaksi dari perlakuan kompos jerami taraf ke-j dan rhizobium taraf ke-k.

Ɛijk = Pengaruh galat pada taraf i, perlakuan kompos jerami taraf ke-j dan rhizobium taraf ke-k.

γl

(αy)jl = Pengaruh interaksi perlakuan kompos jerami taraf ke-j dan pupuk Ca ke-l

= Pengaruh pupuk Ca taraf ke-l.

(βy)kl = Pengaruh interaksi perlakuan rhizobium pada taraf ke – k dan pupuk Ca ke - l

(37)

Ɛijkl

Perlakuan yang menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap peubah yang diamati dilakukan dengan Uji Jarak Duncan . Pengujian ini bertujuan untuk melihat perbedaan pengaruh setiap perlakuan maupun kombinasi perlakuan terhadap peubah yang diamati (Gomez & Gomez, 2007)

= Pengaruh galat pada taraf ke-i, kompos jerami taraf ke-j, rhizobium taraf ke-k dan pupuk Ca taraf ke-l

Pelaksanaan Penelitian

Persiapan Lahan

Lahan areal penelitian dibersihkan dari gulma dan tanaman lain yang tumbuh diatasnya kemudian lahan diolah dengan traktor dan dicangkul sampai siap tanam, kemudian dibuat petak-petak percobaan berukuran 3 m x 1,5 m. Lahan penelitian diatur sedemikian rupa sesuai dengan perlakuan. Setiap percobaan dalam satu ulangan dibatasi oleh parit drainase selebar 50 cm, sedangkan jarak antar blok percobaan selebar 100 cm.

Pemberian pupuk dasar

(38)

Penanaman

Benih yang digunakan terlebih dahulu diseleksi sesuai dengan perlakuan, kemudian benih disemprot dengan fungisida Dithane M -45 dengan konsentrasi 2cc/L. Benih ditanam dengan cara menugal selama 2-3 cm sebanyak 2 benih perlubang, dengan jarak tanam 25 cm x 25 cm.

Pemupukan

Pupuk yang diberikan adalah pupuk super – Ca dengan perlakuan P0 = tanpa pupuk Ca, P1 = Pupuk Ca 1 g/L air/plot, P2 = Pupuk Ca 2 g/L air plot, P3

Pemberian Pupuk Kompos Jerami Padi

= Pupuk Ca 3 g/L air/plot . Pupuk diberikan secara bertahap dengan dicampur air dan disemprotkan. Penyemprotan pupuk Ca dilakukan pada saat sebelum berbunga, diberikan sesudah putik buah terbentuk, dan pada masa pembesaran buah.

Pemberian kompos jerami padi diberikan sesuai perlakuan K0 = tanpa jerami, K1 = kompos jerami 3 ton /ha ( 1,4 kg/plot) dan K2

Pemberian Rhizobium

= kompos jerami 5 ton/ha ( 2,3 kg/plot) pada plot-plot percobaan dengan cara menebar secara merata lalu ditimbun dengan tanah.

(39)

langsung dicampur dengan Strain Bradyrhizobium japonicum pada ember plastik, lalu diangin-anginkan, lalu ditanam langsung pada plot – plot percobaan.

Pemeliharaan tanaman

Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari, pada masa awal pertumbuhan dan hal ini tergantung keadaan cuaca setempat.

Penjarangan tanaman dan penyulaman dilakukan setelah tanaman berumur satu minggu, dimana hanya satu tanaman sehat yang dibiarkan hidup pada setiap lubang tanam.

Pembumbunan dilakukan pada 6 minggu setelah tanam, dilakukan dengan cara menarik tanah diantara barisan tanam ke arah barisan tanaman sampai kira-kira setinggi 10 cm.

Pengendalian gulma dilakukan secara manual dengan cara mencabut seluruh gulma yang terdapat diareal pertanaman dan membersihkan gulma pada parit –parit drainase dengan cangkul. Penyiangan dilakukan satu kali dua minggu terutama sebelum tajuk tanaman saling menutupi.

(40)

Pemanenan

Pemanenan dilakukan dengan cara mencabut, dimana areal terlebih dahulu disiram untuk mempermudah pencabutan tanaman. Panen dilakukan ketika tanaman telah menunjukkan ciri-ciri panen sebagai berikut : sebagian daun telah menguning dan mulai berguguran, polong sudah mengeras dan batang menguning. Panen dilakukan pada waktu umur tanaman kacang tanah berumur 95 hari.

Peubah amatan

1. Luas daun (cm2

Luas daun diukur dengan menggunakan leaf area meter dilaboratorium. diukur pada saat tanaman berumur 3 minggu, 5 minggu, 7 minggu, dan 9 minggu setelah tanam.

).

2. Volume akar (cc)

Volume akar dihitung pada saat tanaman berumur 3 minggu, 5 minggu, 7 minggu dan 9 minggu, dimana akar yang sudah dibersihkan dimasukkan dalam gelas ukur yang sudah dimasukkan air. Lalu dilihat jumlah kenaikan volume air ini adalah nilai dari volume akar.

3. Panjang akar terpanjang (cm)

Panjang akar terpanjang diperoleh dengan mengukur akar terpanjang dari tanaman dengan menggunakan meteran. Panjang akar diukur pada umur 3 minggu, 5 minggu, 7 minggu dan 9 minggu setelah tanam.

(41)

Ratio tajuk – akar merupakan hasil dari bobot kering tajuk dibagi dengan bobot kering akar, bobot kering tajuk diperoleh dengan pengeringan oven selama 48 jam dengan suhu 700

5. LAB (Laju Assimilasi Bersih) (g.cm

C, demikian dengan bobot kering akar yang diukur pada umur 3 minggu, 5 minggu, 7 minggu,dan 9 minggu setelah tanam.

2

.minggu-1

Nilai laju assimilasi bersih merupakan pertambahan material tanaman pada umur 3,5,7 dan 9 minggu setelah tanam dengan persamaan sebagai berikut : 6. Laju Tumbuh Relatif (g.tan-1.minggu-1

Laju tumbuh relatif merupakan hasil bahan kering persatuan bahan kering akhir dan awal dilakukan dan dihitung bersamaan dengan LAB, dengan cara menimbang bobot kering tanaman melalui pengeringan oven dengan suhu 60

)

0

LTR =

C selama 72 jam dengan persamaan sebagai berikut :

T2 – T1 (lnW2 – lnW1)

(42)

7. Jumlah polong berisi/tanaman (buah)

Jumlah polong berisi dihitung pada saat panen, yang dihitung hanya polong – polong bernas (berisi) pada tanaman.

8. Jumlah polong hampa/tanaman (buah)

Semua polong hampa yang terdapat dalam satu tanaman pada saat panen termasuk polong kecil yang sudah terbentuk, yang diambil dari lima tanaman sampel.

9. Bobot polong kering/tanaman (gram)

Polong dikeringkan selama 3 hari dalam satu tanaman pada saat panen, yang diambil dari lima tanaman sampel lalu ditimbang.

10.Bobot biji kering /tanaman (gram)

Polong dikeringkan selama 3 hari dalam satu tanaman , lalu biji kering diambil dari lima tanaman sampel dari setiap perlakuan kemudian ditimbang.

11.Jumlah biji kering/tanaman

Jumlah biji dihitung pada saat panen, dimana yang dihitung adalah jumlah biji yang terdapat pada polong sampel.

12.Bobot 100 biji kering/tanaman

Polong dikeringkan selama 3 hari, lalu biji kering diambil secara acak sebanyak 100 biji dari setiap perlakuan kemudian ditimbang dan dhitung dengan menggunakan rumus :

Jumlah biji/tanaman Bobot biji/tanaman

(43)

13.Bobot biji kering/m

Polong dikeringkan selama 3 hari dalam satu tanaman , lalu biji kering diambil dari setiap petak panen dari setiap perlakuan kemudian ditimbang.

2

14.Serapan hara Ca pada tanaman (mg/tan)

Untuk mengetahui serapan hara pada jaringan tanaman dilakukan analisis kadar dengan menggunakan metode kjeldhal, dilakukan pada akhir penelitian. Analisis serapan hara ditentukan dengan rumus :

(44)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Luas Daun (cm2

Data hasil pengamatan dan analisis sidik ragam luas daun kacang tanah umur 3 MST, 5 MST, 7 MST, 9 MST pada Lampiran 8 dan Lampiran 9 terlihat bahwa luas daun tidak menunjukkan pengaruh yang nyata oleh perlakuan pemberian kompos jerami padi, rhizobium dan pupuk Ca (Kalsium) , serta interaksinya antar perlakuan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan luas daun. Hasil uji luas daun terhadap interaksi perlakuan pemberian kompos jerami padi, rhizobium dan pupuk Ca (Kalsium) pada kacang tanah disajikan pada Tabel 1.

)

Tabel 1. Luas daun (cm2

Pe rlakuan

(45)

tanah , P0 = Tanpa Pupuk Ca, P1 = Pupuk Ca 1 g/L air

P2 = Pupuk Ca 2 g/L air P3

Pada Tabel 1 terlihat bahwa pemberian perlakuan tanpa pemberian rhizobium (R

= Pupuk Ca 3g/L air

0) pada luas daun kacang tanah memberikan nilai yang tertinggi yaitu 611,55 cm2 pada umur 9 MST tanpa pemberian pupuk Ca (P0), namun pemberian rhizobium (R1) dan R2 pada umur tanaman 9 MST terlihat terjadi penurunan yaitu 537,78 cm2 dan 435,55 cm2

Volume Akar (cc)

,

(46)

Tabel 2. Volume akar (cc) tanaman kacang tanah pada interaksi perlakuan pemberian kompos jerami padi, rhizobium dan pupuk Ca (Kalsium) umur 3 MST, 5 MST, 7 MST, 9 MST

Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat volume akar pada pemberian perlakuan tanpa Rhizobium (R

= Pupuk Ca 3g/L air

(47)

Panjang Akar (cm)

Hasil pengamatan panjang akar kacang tanah umur 3 MST, 5 MST, 7 MST, 9 MST terdapat pada Lampiran 12 dan sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 13. Dari hasil analisis diperoleh bahwa panjang akar tidak dipengaruhi secara nyata oleh perlakuan pemberian kompos jerami padi, rhizobium dan pupuk Ca (Kalsium). Demikian pula interaksinya tidak memberikan pengaruh yang nyata pada umur 3 MST, 5 MST, 7 MST, 9 MST. Hasil uji panjang akar pada interaksi perlakuan kompos jerami padi, Rhizobium dan pupuk Ca (Kalsium) disajikan pada Tabel 3.

(48)

Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat panjang akar pada pemberian tanpa Rhizobium (R0), Kompos (K0) dan Pupuk Ca (P0) memberikan nilai 16,04 cm pada umur 9 mst, pada pemberian tanpa rhizobium (R0) dengan pupuk Kompos (K1) tanpa pupuk Ca (P0) memberikan nilai 17,27 cm pada umur 9 mst tetapi pada pemberian tanpa Rhizobium (R0) dengan pupuk kompos (K2) tanpa pupuk Ca (P0) terjadi penurunan 14,64 cm pada umur 9 MST demikian juga pada pemberian rhzobium (R1) dengan pupuk kompos (K1) tanpa pupuk Ca (P0) terjadi kenaikan nilai 18,04 cm dan 18,09 pada umur 9 MST tetapi pada R1 dengan pemberian kompos (K2) tanpa pupuk Ca (P0) terjadi penurunan dengan nilai 16,90 cm pada umur 9 mst. Pada R2 tanpa kompos (K0) dan Pupuk Ca (P0) memberikan nilai 19,42 cm pada umur 9 MST tetapi pada R2 dengan pemberian kompos (K1) tanpa pupuk Ca (P0) terjadi penurunan dengan nilai 15,51 cm pada umur 9 MST namun pada R2 dengan Kompos (K2) tanpa pupuk Ca (P0) terjadi kenaikan dengan nilai 16,29 cm pada umur 9 MST. Pada permberian perlakuan R2 dengan kompos (K2) dengan pemberian pupuk Ca (P1

Ratio Tajuk Akar (%)

) terlihat nilai tertinggi yakni 19,84 cm dibandingkan dengan perlakuan lainnya pada umur 9 MST walaupun pada kenaikan ini secara statistik belum dapat memberikan pengaruh yang nyata.

(49)

umur 3 MST, 5 MST, 7 MST, 9 MST. Hasil uji ratio tajuk akar pada interaksi perlakuan kompos jerami padi, Rhizobium dan pupuk Ca (Kalsium) disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Ratio Tajuk Akar (%) tanaman kacang tanah pada interaksi perlakuan kompos jerami padi, rhizobium dan pupuk Ca (Kalsium) umur 3 MST, 5 MST, 7 MST, 9 MST.

Pada Tabel 4 ratio tajuk akar dapat dilihat secara umum pemberian tanpa rhizobium (R

= Pupuk Ca 3g/L air

(50)

Pada pemberian Rhizobium (R1) tanpa pupuk kompos (K0) dan tanpa Pupuk Ca (P0) memberikan nilai 16,17% pada umur 9 MST . Pada R1 dengan pemberian pupuk kompos (K1) serta tanpa pupuk Ca (P0) memberikan nilai 19,19% pada umur 9 MST. Hal ini juga pada Pemberian Rhizobium (R1) dengan pupuk kompos (K2) dan tanpa pupuk Ca (P0) memberikan nilai 21,40% pada umur 9 MST. Pada R2 tanpa kompos (K0) dan Pupuk Ca (P0) memberikan nilai 16,43% pada umur 9 MST tetapi pada R2 dengan pemberian kompos (K1) tanpa pupuk Ca (P0) terjadi kenaikan dengan nilai 19,06% pada umur 9 MST namun pada R2 dengan Kompos (K2) tanpa pupuk Ca (P0) terjadi penurunan dengan nilai 17,35% pada umur 9 MST. Pada permberian perlakuan R1 dengan kompos (K1) dengan pemberian pupuk Ca (P3

Laju Asimilasi Bersih (g.cm

) terlihat nilai tertinggi yakni 25,98% dibandingkan dengan perlakuan lainnya pada umur 9 MST walaupun pada kenaikan ini secara statistik belum dapat memberikan pengaruh yang nyata.

2

.minggu-1

Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa laju asimilasi bersih kacang tanah umur 3 MST, 5 MST, 7 MST, 9 MST untuk LAB

)

1, LAB2 dan LAB3

(51)

Tabel 5. Laju asimilasi bersih (g.cm2.minggu-1

Pe rlakuan

) tanaman kacang tanah pada berbagai perlakuan kompos jerami padi, rhizobium dan pupuk Ca (Kalsium) umur 3 MST, 5 MST, 7 MST, 9 MST

Pada Tabel 5 laju asimilasi bersih terlihat bahwa pemberian rhizobium (R

= Pupuk Ca 3g/L air

2) pada pemberian kompos (K0) serta pupuk Ca (P0) memberikan nilai LAB 1

yaitu 0,03 g.cm2.minggu-1 dan turun pada LAB 2 yaitu 0,01 g.cm2.minggu-1 kemudian pada LAB 3 terjadi naik lagi yaitu 0,02 g.cm2.minggu-1

Laju Tumbuh Relatif (g.tan

pada kacang tanah dibandingkan dengan perlakuan lain, walaupun secara statistik belum memberikan pengaruh yang nyata.

(52)

diperoleh bahwa laju tumbuh relatif tidak dipengaruhi secara nyata oleh perlakuan jumlah pemberian kompos jerami padi, rhizobium dan pupuk Ca (Kalsium) dan interaksinya tidak memberikan pengaruh yang nyata pada LTR1, LTR2 dan LTR3

Tabel 6. Laju tumbuh relatif tanaman kacang tanah pada berbagai perlakuan kompos jerami padi, rhizobium dan pupuk Ca (Kalsium) 3 MST, 5 MST, 7 MST, 9 MST

. Hasil uji rataan laju tumbuh relatif pada perlakuan kompos jerami padi, rhizobium dan pupuk Ca (Kalsium) disajikan pada Tabel 6

Pe rlakuan

Pada Tabel 6 laju tumbuh relatif terlihat bahwa pemberian Rhiozobium (R

= Pupuk Ca 3g/L air

(53)

minggu-1 kemudian pada LTR 3 terjadi kenaikan lagi yaitu 0,40 g.tan-1. minggu-1

Jumlah Polong Berisi/ Tanaman (buah)

pada kacang tanah dibandingkan dengan perlakuan lain, walaupun secara statistik belum memberikan pengaruh yang nyata.

Data hasil pengamatan jumlah polong berisi/tanaman kacang tanah pada saat panen terdapat pada Lampiran 20 dan sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 21. Dari hasil analisis diperoleh jumlah polong berisi/tanaman (buah) tanaman kacang tanah tidak dipengaruhi secara nyata oleh perlakuan jumlah pemberian kompos jerami padi, rhizobium dan pupuk Ca (Kalsium) dan interaksinya tidak memberikan pengaruh yang nyata. Hasil uji rataan jumlah polong berisi/tanaman (buah) tanaman kacang tanah pada perlakuan kompos jerami padi, rhizobium dan pupuk Ca (Kalsium) disajikan pada Tabel 7

Tabel 7. Jumlah polong berisi/tanaman kacang tanah pada berbagai perlakuan kompos jerami padi, rhizobium dan pupuk Ca (Kalsium)

(54)

R1 = 1 L Rhizobium/1 kg benih kacang tanah , R2 = 2 L Rhizobium/1 kg benih kacang

tanah , P0 = Tanpa Pupuk Ca, P1 = Pupuk Ca 1 g/L air

P2 = Pupuk Ca 2 g/L air P3 = Pupuk Ca 3g/L air

Dari Tabel 7 diatas jumlah polong berisi/tanaman (buah) terlihat bahwa perlakuan K1R0P0

Jumlah Polong Hampa/Tanaman (buah)

pada kacang tanah memberikan nilai yang tertinggi yakni 16,13 buah/tanaman dibandingkan dengan perlakuan lain, walaupun secara statistik belum memberikan pengaruh yang nyata.

(55)

Tabel 8. Jumlah polong hampa/tanaman kacang tanah pada berbagai perlakuan kompos jerami padi, rhizobium dan pupuk Ca (Kalsium)

Pe rlakuan

Pada Tabel 8 Jumlah polong hampa/tanaman (buah) terlihat bahwa perlakuan K

= Pupuk Ca 3g/L air

1R0P0

Bobot Polong Kering/Tanaman (gram)

pada kacang tanah memberikan nilai yang tertinggi sebesar 10, 25 buah/tanaman dibandingkan dengan perlakuan lain, walaupun secara statistik belum memberikan pengaruh yang nyata

(56)

perlakuan jumlah pemberian kompos jerami padi, rhizobium dan pupuk Ca (Kalsium) dan interaksinya tidak memberikan pengaruh yang nyata.

Hasil uji rataan bobot polong kering/tanaman untuk tanaman kacang tanah pada perlakuan kompos jerami padi, rhizobium dan pupuk Ca (Kalsium) disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Bobot polong kering/tanaman kacang tanah pada berbagai perlakuan kompos jerami padi, rhizobium dan pupuk Ca (Kalsium)

Pe rlakuan

Pada Tabel 9 Bobot polong kering/tanaman (gram) terlihat bahwa perlakuan K

= Pupuk Ca 3g/L air

(57)

Bobot Biji Kering/Tanaman (gram)

Data hasil pengamatan menunjukkan bahwa bobot biji kering/tanaman kacang tanah pada saat panen terdapat pada Lampiran 26 dan sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 27. Dari hasil analisis diperoleh bobot biji kering/tanaman untuk tanaman kacang tanah tidak dipengaruhi secara nyata oleh perlakuan jumlah pemberian kompos jerami padi, rhizobium dan pupuk Ca (Kalsium) dan interaksinya tidak memberikan pengaruh yang nyata. Hasil bobot biji kering/tanaman (gram) untuk tanaman kacang tanah pada interaksi perlakuan kompos jerami padi, rhizobium dan pupuk Ca (Kalsium) disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Bobot biji kering/tanaman kacang tanah pada interaksi perlakuan kompos jerami padi, rhizobium dan pupuk Ca (Kalsium)

Pe rlakuan

Pada Tabel 10 bobot polong kering/tanaman terlihat bahwa perlakuan K

= Pupuk Ca 3g/L air

(58)

gram/tanaman dibandingkan dengan perlakuan lain, walaupun secara statistik belum memberikan pengaruh yang nyata

Jumlah Biji Kering/Tanaman (buah)

Data hasil pengamatan menunjukkan bahwa jumlah biji kering/tanaman kacang tanah pada saat panen terdapat pada Lampiran 28 dan sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 29. Dari hasil analisis diperoleh bobot biji kering/tanaman untuk tanaman kacang tanah tidak dipengaruhi secara nyata oleh perlakuan jumlah pemberian kompos jerami padi, rhizobium dan pupuk Ca (Kalsium) dan interaksinya tidak memberikan pengaruh yang nyata. Hasil jumlah biji kering/tanaman untuk tanaman kacang tanah pada interaksi perlakuan

(59)

Tabel 11. Jumlah biji kering/tanaman kacang tanah pada berbagai perlakuan kompos jerami padi, rhizobium dan pupuk Ca (Kalsium)

Pe rlakuan

Pada Tabel 11 jumlah biji kering/tanaman terlihat bahwa pemberian perlakuan K

= Pupuk Ca 3g/L air

1R0P0

Bobot 100 Biji Kering (gram)

pada kacang tanah memberikan nilai yang tertinggi yaitu 29,33 buah/tanaman dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

(60)

untuk tanaman kacang tanah pada interaksi perlakuan kompos jerami padi, rhizobium dan pupuk Ca (Kalsium) disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12. Bobot 100 biji kering tanaman kacang tanah pada interaksi perlakuan kompos jerami padi, rhizobium dan pupuk Ca (Kalsium).

Pe rlakuan

Pada Tabel 12 bobot 100 biji kering terlihat bahwa perlakuan K

= Pupuk Ca 3g/L air

0R0P0

Bobot Biji Kering/m

pada kacang tanah memberikan nilai yang tertinggi yaitu 42,09 gram/perlakuan dibandingkan dengan perlakuan lain, walaupun secara statistik belum memberikan pengaruh yang nyata

2

Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa bobot biji kering/ m (gram)

2

(61)

panen (gram) untuk tanaman kacang tanah tidak dipengaruhi oleh perlakuan jumlah pemberian kompos jerami padi, rhizobium dan pupuk Ca (Kalsium) dan interaksinya tidak memberikan pengaruh yang nyata. Hasil uji bobot biji kering/m2

Tabel 13. Bobot biji kering/m

(gram) untuk tanaman kacang tanah pada interaksi perlakuan kompos jerami padi, rhizobium dan pupuk Ca (Kalsium) disajikan pada Tabel 13.

2

tanaman kacang tanah pada berbagai perlakuan kompos jerami padi, rhizobium dan pupuk Ca (Kalsium)

(62)

Serapan Hara Ca Pada Tanaman (mg/tanaman)

Data hasil analisis serapan hara Ca pada jaringan tanaman kacang tanah di laboratorium pada umur 9 MST terdapat pada Lampiran 34 dan sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 35 . Dari hasil analisis diperoleh serapan hara Ca pada tanaman (mg/tanaman) kacang tanah tidak berpengaruh secara nyata oleh perlakuan pemberian kompos jerami padi, rhizobium dan pupuk Ca (Kalsium) dan interaksinya tidak memberikan pengaruh yang nyata.

Hasil uji serapan hara Ca pada tanaman untuk tanaman kacang tanah pada interaksi perlakuan kompos jerami padi, Rhizobium dan pupuk Ca (Kalsium) disajikan pada Tabel 14.

(63)

Pada Tabel 14 serapan hara Ca pada tanaman terlihat bahwa perlakuan

K2R1P3 pada kacang tanah memberikan nilai yang tertinggi yaitu 0,72 mg/tanaman dibandingkan dengan perlakuan lain, walaupun secara

(64)

Pembahasan

Pengaruh Kompos Jerami

Pemberian dosis kompos jerami padi sebanyak 3 ton/ha dan 5 ton /ha tidak mempengaruhi secara nyata semua komponen pertumbuhan dan produksi kacang tanah dalam penelitian ini, mungkin disebabkan lahan pasang surut tempat penelitian mempunyai salinitas yang relatif tinggi (Lampiran 5 dan Lampiran 6).

Menurut Sipayung (2003), salinitas dapat berpengaruh menghambat pertumbuhan tanaman dengan dua cara yaitu :

1. Dengan merusak sel-sel yang sedang tumbuh sehingga pertumbuhan tanaman terganggu.

2. Dengan membatasi jumlah suplai hasil-hasil metabolisme esensial bagi pertumbuhan sel melalui pembentukan tyloses.

Pemberian kompos jerami padi pada penelitian ini ternyata belum mampu menurunkan kadar garam (DHL) dan menurunkan pH tanah ke kondisi sedikit masam serta kekurangan beberapa kandungan unsur hara akibat tingginya kadar Na+

Berdasarkan analisis tanah sebelum penanaman tanaman kacang tanah dapat dilihat bahwa pada pengukuran awal kemasaman tanah (pH) menunjukkan nilai 7,6 dan DHL 4 ms/cm (Lampiran 5), sedangkan pengukuran sesudah panen tanaman kacang tanah dapat dilihat bahwa kemasaman tanah (pH) menunjukkan nilai 7,8 dan nilai DHL 4 ms/cm (Lampiran 6). Ini berarti pemberian kompos

(65)

jerami belum dapat menurunkan pH tanah kekondisi sedikit masam dan menurunkan nilai DHL pada tanah tersebut.

Berdasarkan Lampiran 6 , nilai Na+ dd adalah 0,83 yang menurut kriteria hasil analisis tanah yang dikeluarkan RISPA Medan adalah tinggi (Lampiran 4). Menurut Singh, Chabra dan Abrol dalam Basri, 1991, kandungan Na+ yang tinggi dalam air tanah akan menyebabkan kerusakan struktur tanah, pH tanah menjadi lebih tinggi karena kompleks jerapan dipenuhi oleh ion Na+

Pengaruh Rhizobium

, hal ini akan meningkatkan persentase pertukaran Natrium atau ESP (Exchangeable Sodium Percentage) tertekan secara drastis, bila ESP mencapai 10%. Meskipun terlihat peningkatan bobot biji kering/tanaman (Tabel 11), bobot 100 biji kering (Tabel 12), bobot biji kering/petak panen (Tabel 13), namun pemberian kompos jerami padi yang dalam penelitian ini hanya diberikan pada awal musim tanam, ternyata belum mampu memberikan pengaruh yang nyata dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Pendapat tersebut diperkuat oleh hasil penelitian Arafah dan Sirappa (2003) bahwa belum nampaknya pengaruh dari pupuk organik jerami padi terhadap pertumbuhan dan hasil karena pemberian jerami baru dilakukan pada satu musim tanam , sedangkan para peneliti menyatakan bahwa pemberian pupuk organik pada tanaman akan mulai nampak pengaruhnya pada musim tanam berikutnya.

(66)

ternyata tidak memberikan pengaruh yang nyata pada semua komponen pertumbuhan dan hasil produksi kacang tanah, hal ini menunjukkan bahwa rhizobium belum dapat beradaptasi pada lingkungan lahan yang mengandung salinitas yang tinggi.

Pada data hasil pengamatan dan analisis sidik ragam luas daun kacang tanah (Lampiran 7 dan Lampiran 8) dapat dilihat bahwa pemberian Rhizobium belum mampu meningkatkan luas daun secara signifikan walaupun ada kecendrungan meningkat. Menurut Sipayung (2003), kondisi tanah salin mengandung konsentrasi garam terlarut cukup tinggi. Konsentrasi garam-garam terlarut yang cukup tinggi akan menimbulkan stress dan memberikan tekanan terhadap pertumbuhan tanaman. Kondisi tanaman yang berada dalam lingkungan salinitas (stress garam) yang tinggi akan mengakibatkan stress air yang mengakibatkan potensial osmotik yang tinggi pada perakaran dan kelebihan

ion-ion non essensial dibandingkan dengan ion-ion essensial (Hale dan Orcutt, 1987). Pada penelitian Fuskhah, dkk., (2009), Rhizobium yang

(67)

Pengaruh Pupuk Ca (Kalsium)

(68)

meningkatkan pH tanah yang mengakibatkan berkurangnya ketersediaan unsur-unsur hara mikro (FAO, 2005). Hal ini dapat dilihat juga pada penelitian Gunes dkk., 1996; Cornillon and Palloix, 1997 dan Rachman dkk., (2008), salinitas tanah merupakan faktor pembatas penting pertumbuhan tanaman, Kadar garam yang tinggi dalam larutan tanah akan menyebabkan osmotik potensial larutan dalam tanah berkurang. Larutan akan bergerak dari daerah yang konsentrasi yang rendah ke konsentrasi tinggi. Akibatnya akar tanaman kesulitan menyerap air, karena air terikat kuat pada partikel-partikel tanah dan menyebabkan kekeringan.

Interaksi antara Kompos Jerami Padi, Rhizobium dan Pupuk Ca (Kalsium)

(69)

salin pada lahan pasang surut mengandung konsentrasi garam-garam terlarut cukup tinggi. Konsentrasi garam-garam terlarut yang cukup tinggi akan menimbulkan stress dan memberikan tekanan terhadap pertumbuhan tanaman.

Pada Tabel 13, dapat dilihat adanya kecendrungan peningkatan hasil panen yang diberi kompos dengan perlakuan Rhizobium dan pupuk Ca yang memberikan produksi biji kering/m2 panen tertinggi 101,13 g/m2, walaupun secara signifikan belum memberikan hasil nyata. Hal ini dikarenakan fungsi Ca

(70)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

• Pemberian kompos jerami padi, rhizobium dan pupuk Ca (Kalsium) dan

interaksinya pada lahan pasang surut belum dapat mempengaruhi secara nyata komponen pertumbuhan kacang tanah yaitu luas daun, volume akar, panjang akar, ratio tajuk akar, laju assimilasi bersih (LAB) , laju tumbuh relatif (LTR), dan begitu juga pada komponen produksi jumlah polong berisi/tanaman, jumlah polong hampa/tanaman, bobot polong kering/tanaman, bobot biji kering/tanaman, jumlah biji kering/tanaman, bobot 100 biji kering, dan bobot biji kering /m2

• Interaksi antara pemberian kompos jerami padi, rhizobium dan pupuk Ca

(Kalsium) belum dapat mempengaruhi secara nyata komponen pertumbuhan kacang tanah yaitu luas daun, volume akar, panjang akar, ratio tajuk akar, laju assimilasi bersih (LAB) , laju tumbuh relatif (LTR), dan begitu juga pada komponen produksi jumlah polong berisi/tanaman, jumlah polong hampa/tanaman, bobot polong kering/tanaman, bobot biji kering/tanaman, jumlah biji kering/tanaman, bobot 100 biji kering, dan bobot biji kering /m

dan serapan Ca pada jaringan tanaman.

2

(71)

Saran

1. Untuk pertanaman kacang tanah dilahan pasang surut yang

mengandung salinitas dianjurkan untuk menggunakan varietas yang tahan atau mampu beradaptasi pada kondisi salinitas tersebut.

2. Penggunaan mikroorganisme Rhizobium yang tahan atau mampu beradaptasi pada lahan pasang surut yang mengandung salinitas.

(72)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurachman dan E.E. Ananto. 2000. Konsep Pengembangan Pertanian Berkelanjutan di Lahan Rawa untuk Mendukung Ketahanan Pangan dan Pengembangan Agribisnis. Seminar Nasional Penelitian dan Pengembangan Pertanian di Lahan Rawa, 25-27 Juli 2000. Hal. 23.

Adisarwanto, T. 2007. Meningkatkan Produksi Kacang Tanah di Lahan Sawah dan Lahan Kering. Penerbit Penebar Swadaya.

Alihamsyah, T. 2004. Potensi dan Pendayagunaan Lahan Rawa untuk Peningkatan Produksi Padi. Ekonomi Padi dan Beras Indonesia. Badan Litbang Pertanian, Jakarta. Hal. 141-151.

Andriantono, T.T., Indarto, N. 2004. Budidaya dan Analisis Usaha Tani Buncis, Kacang Tanah, Kacang Tunggak. Yogyakarta. Absolut. Hal. 93.

Arafah dan M. P. Sirappa. 2003. Kajian Penggunaan Jerami dan Pupuk N, P, dan K Pada Lahan Sawah Irigasi. BPTP Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 4 (1). Hal. 15-24.

Basri, H., 1991. Pengaruh Stres Garam terhadap Pertumbuhan dan Produksi Empat Varietas Kedelai. Thesis Program Pascasarjana IPB, Bogor.

Boote, K.J. 1982. Growt Stage of Peanut (Arachis hypogaea L,). Peanut Sci. 9. Hal. 35-40.

Cornillon, P. Dan A. Palloix. 1997. Influence of sodium chloride on the growth and mineral nutrient of pepper cultivar. Journal Plant Nutrients 20. Hal. 1085- 1094

Fuskhah E., R.D.Soetrisno, S.P.S.Budhi dan A.Mass. 2009. Pertumbuhan dan Produksi Leguminosa Pakan Hasil Asosiasi dengan Rhizobium Pada Media Tanah Salin. Seminar Nasional Kebangkitan Peternakan-Semarang. Hal. 179-185.

Follet, R. H., L. S Murphy, and R. L Donahue, 1981. Fertilizers and Soil Amandments. Prentice-Hall, Inc. Englewood Cliffs. New Jersey. Food and Agricultural Organization (FAO) of United Nations. 2005. Panduang

Lapang FAO. 20 hal untuk diketahui tentang dampak air laut pada lahan

pertanian di Propinsi NAD

diakses tanggal 15 Maret 2012

(73)

Giller, K.E. 2001. Nitrogen Fixation in Tropical Croping System dalam Fuskhah E., R.D.Soetrisno, S.P.S.Budhi dan A.Mass. 2009. Pertumbuhan dan Produksi Leguminosa Pakan Hasil Asosiasi dengan Rhizobium Pada Media Tanah Salin. Seminar Nasional Kebangkitan Peternakan-Semarang. Hal. 289-294.

Gunes, A.A., Inal, dan M. Alpasian. 1996. Effect of salinity on stomatal resistensi, proline, and mineral composition of pepper. Journal Plant Nutr. 19. Hal. 389-396.

Gomez, K. A. dan A. A. Gomez. 2007. Prosedur Statistika untuk Penelitian Pertanian. Terjemahan : Sjamsudin, E dan J. S. Baharsyah. UI-Press.

Hale, M.G. dan D.M. Orcutt. 1987. The Physiology of Plants Under Stress. John Wiley & Sons. Hal. 93-100.

Isroi. 2008. Kompos Jerami Padi.

Jumberi, A. dan Trip Alihamsyah. 2008. Prospek Pengembangan Tanaman Pangan di Lahan Pasang Surut. Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa. Kalimantan Selatan. Hal. 17-23.

diakses tanggal 12 Januari 2011.

Kartinaty, T. 2011. Pembuatan Kompos Jerami Padi Menggunakan Dekomposer M.Dec. http: //kalbar.litbang.deptan.go.id diakses tanggal 21 Mei 2012. Kasno., A., Nugrahaeni N., Joko Purnomo dan Nasir Saleh. 2000. Varietas

Kacang Tanah Tahan Cekaman Lingkungan Biotik dan Abiotik sebagai Komponen Teknologi Esensial Dalam Peningkatan Produktivitas Lahan Pasang Surut. Pengelolaan Sumberdaya Lahan dan Tanaman Pangan Rawa. Hal. 71-84.

Kasno, A. 2005. Profil dan Pengembangan Tehnik Produksi Kacang Tanah Indonesia. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan umbi-umbian. Levitt, J. 1980. Respons of Plants to Environmental Stresses. Vol. II. Water,

Rsdiation, Salt, and Other Stresses. Academic Press. Hal. 365-454.

Mangoensoekarjo, S. 2007. Manajemen Tanah Dan Pemupukan Budidaya Perkebunan. Gadjah mada University Press

Marzuki, H.A.R. 2007. Bertanam Kacang Tanah. Penebar Swadaya. Seri Agribisnis.

Najiyati, S., Lili Muslihat dan I.N.N. Suryadiputra. 2005. Panduan Pengelolaan Lahan Gambut Untuk Pertanian Berkelanjutan. Hal. 1 -103.

(74)

Pangaribuan, D. dan Pujisiswanto, H. 2008. Pemanfaatan Kompos Jerami Untuk Meningkatkan Produksi dan Kualitas Buah Tomat. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008. Universitas Lampung, 17-18 November 2008. Bandar Lampung 35145. Hal. 1-10.

Penuntun Analisis Kimia Tanah dan Tanaman. 1998. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor. Bogor.

Prihandarini, R. 2004. Manajemen Sampah. Perpod. Jakarta.

Rachman, A., Deddy Erfandi dan M. Nasil Ali. 2008. Dampak Tsunami Terhadap Sifat-sifat Tanah Pertanian di NAD dan Strategi Rehabilitasinya. Jurnal Tanah Dan Iklim No.28/2008. Hal. 27-38.

Rao, N.S.S. 2007. Mikrooganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. Universitas Indonesia Press.

Saragih, S. 1990. The research of rice and palawija improvement on acid sulphate soil in the Delta Pulau Petak. Papers Workshop on Acid

Sulphate Soil in the Humid Tropics. 20-22 November, AARD & LAWOO. Hal. 13.

Saragih, S. dan S. Raihan. 1996. Prospek Pengembangan Dan Sistem Produksi Kacang Tanah di Lahan Pasang Surut dalam A. Kasno (penyunting) Prospek Pengembangan Kacang tanah Di Lahan Kering Masam dan Lahan Pasang Surut (2006). Bul. Palawija No. 11. Hal. 1-6.

Saraswati, R. dan Sumarno. 2008. Pemanfaatan Mikroba Penyubur Tanah sebagai Komponen Teknologi Pertanian. Iptek Tanaman Pangan Vol. 3 No1-2008. Hal. 41-58

Setyamidjaja, J. 1986. Pupuk Dan Pemupukan. Simplex Jakarta.

Sipayung, R. 2003. Stres Garam dan Mekanisme Toleransi Tanaman. USU Digital Library. Hal. 1-7

Subagjo. 2006. Lahan Pasang Surut, Karakteristik dan Pengelolaannya. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian Bogor. Hal. 23-98.

Sudaryanto. 2009. Kontribusi Ilmu Tanah dalam Mendorong Pengembangan Agribisnis Kacang Tanah di Indonesia. Balai penelitian tanaman kacang-kacangan dan umbi-umbian.Malang. Hal. 258-282.

(75)

Suketi. K. 2010. Perimbangan dan Pengendalian Fase Pertumbuhan(Vegetatif – Reproduktif. Fak. Pertanian IPB. Hal 1 – 3.

Suriadikarta, D.A., dan Mas Teddy Sutriadi. 2007. Jenis – Jenis Lahan Berpotensi Untuk Pengembangan Pertanian Di Lahan Rawa. Balai Penelitian Tanah Bogor, Jurnal Litbang Pertanian, 26(3).Hal. 115-122.

Sutanto, R. 2006. Pertanian Organik. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Sutarto, V, S. Hutami, dan B. Soeherdy. 1985. Pengapuran dan Pemupukan Molibdenum, Magnesium, dan Sullfur pada kacang Tanah. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pusat penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Bogor. Hal. 146-155.

Sutarto, Ig.V. 1988. Kacang Tanah. Buletin Teknik No. 2. Balittan Bogor. Syarief. 1986. Konservasi Tanah Dan Air. Pustaka Buana, Bandung.

Tandon, H.L.S. 1989. Secondary and Micronutriens Recomendations for Sois and Crops - A and Crops – A Guidebook. Fertilizer Development and Consultation Organization. New Delhi. Hal. 104.

Tim Bina Karya Tani. 2009. Pedoman Bertanam Kacang Tanah. Yrama Widya. Cetakan 1.

Trustinah. 1993. Biologi Kacang Tanah. Monograf Balittan malang No.12. Balai Penelitian Tanaman Pangan, Malang. Hal. 9-23.

Widjaja Adhi, I P.G, K. Nugroho, D.A. Suriadikarta, dan A.S. Karama. 1992. Sumber Daya Lahan Rawa:potensi,keterbatasan dan pemanfaatannya. Pusat Penelitian da Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor. Hal. 19-38. Wuryaningsih, S. Sutater, T. Dan Sutomo. 1997. Pengaruh Dosis dan Frekwensi

Pemberian Pupuk Kalium serta Presentase Air Tersedia Terhadap Tanaman Melati. Pusat dan Pengembangan Hortikultura, Jakarta. Hal. 781-787.

(76)

Yufdy, M.P dan A. Jumberi. 2009. Pemanfaatan Hara Air Laut untuk Memenuhi Kebutuhan Tanaman. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara dan Balai Penelitian Lahan Rawa Banjar Baru

(77)

Lampiran 1. Deskripsi Kacang Tanah Varietas Gajah

Nama Varietas : Gajah

Tahun : 1950

Tetua : Seleksi keturunan persilangan

Schwarz – 21 Spanish 18-38 Potensi hasil : 1,8 ton/ha

Nomor induk : 61

Mulai berbunga : 30 hari Umur polong tua : 100 hari

Bentuk tanaman : Tegak

Warna batang :Hijau

Warna daun : Hijau

Warna bunga : Kuning

Warna ginofora : Ungu

Warna kulit biji : Merah muda Berat 100 biji : 53 gram

Kadar lemak : 48%

Kadar protein : 29%

Rendemen biji dari polong : 60-70%

Ketahanan : Tahan terhadap penyakit layu

Penyakit : peka terhadap penyakit karat dan bercak daun

(78)

Lampiran 2. Denah penelitian

BLOK – III BLOK - I BLOK - II

K1 A K0 K2

R0 P0 P1 P2 P3 R1 P3 P0 P2 P1 R2 P2 P3 P1 P0

R2 P1 P0 P3 P2 R0 P2 P3 P1 P0 R1 P0 P1 P2 P3

R1 P2 P3 P1 P0 R2 P1 P2 P0 P3 R0 P3 P2 P0 P1

K2 K1 K0

R1 P0 P3 P2 P1 R2 P1 P2 P0 P3 R0 P3 P0 P1 P2

R0 P1 P2 P3 P0 R1 P3 P0 P1 P2 R2 P2 P1 P3 P0

R2 P2 P3 P0 PI R0 P2 P1 P3 P0 R1 P0 P2 P1 P3

B K0 K2 K1

R2 P2 P1 P3 P0 R1 P1 P3 P2 P0 R0 PO P1 P2 P3

R0 P0 P1 P2 P3 R2 P2 P1 P0 P3 R1 P1 P0 P3 P2

R1 P3 P0 P1 P2 R0 P0 P1 P2 P3 R2 P3 P2 P1 P0

U

Keterangan :

Jarak antar blok = 100 cm

Jarak antar petak utama = 100 cm

Jarak antar plot = 50 cm

Jarak tanaman = 25 cm x 25 cm

Keterangan :

A = Jarak antar blok = 100 cm

B = Jarak antar petak utama = 100 cm

(79)

Lampiran 3 : Gambar denah tanaman/plot

P = 3 meter

U

Keterangan :

X = tanaman sampel

Luas plot = 4, 5 meter (P=3m x L = 1,5 m)

Jarak tanam = 25 cm x 25 cm

Jumlah tanaman= 77 tanaman x x x x x x x -

12,5cm-x-25 cm- x x x x x x

25 cm

x x x x x x x

x x x x x x x

x x x x x x x

x x x x x x x

x x x x x x x

x x x x x x x

x x x x x x x

x x x x x x x

x x x x x x x

12,5 cm

(80)

Lampiran 4. Kriteria Hasil Analisis tanah

Parameter Tanah Nilai

Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

C (%) < 1 1-2 2-3 3-5 >5

N (%) <0,1 0,1-0,2 0,21-0,5 0,51-0,75 >0,75

C/N <5 5-10 11-15 16-25 >25

P2O5 HCl 25% (mg100

-1) <15 15-20 21-40 41-60 >60

P2O5Bray (ppm P) <4 5-7 8-10 11-15 >15

P2O5Olsen (ppm P) <5 5-10 11-15 16-20 >20

K2O HCl 25% (mg100-1) <10 10-20 21-40 41-60 >60

KTK (cmol (+) kg-1) <5 5-16 17-12 25-40 >40

Susunan Kation

Ca <2 2-5 6-10 11-20 >20

Mg <0,3 0,4-1 1,1-2,0 2,1-8,0 >8

K <0,1 0,1-0,3 0,4-0,5 0,6-1,0 >1

Na <0,1 0,1-0,3 0,4-0,7 0,8-1,0 >1

Kejenuhan Basa(%) <20 20-40 41-60 61-80 >80

Kejenuhan Al (%) <5 5-10 1-20 20-40 >40

Cadangan Mineral (%) <5 5-10 11-20 20-40 >40

Salinitas/DHL (dSm-1) <1 1-2 2-3 3-4 >4

Persentase Na

dapat tukar <2 2-3 5-10 10-15 >15

(81)

Gambar

Gambar Denah Tanaman/Plot  ..........................................................        54
Tabel 2. Volume akar (cc) tanaman kacang tanah  pada interaksi perlakuan pemberian  kompos jerami padi, rhizobium dan  pupuk Ca (Kalsium) umur 3 MST, 5 MST, 7 MST, 9 MST
Tabel 4.  Ratio Tajuk Akar (%) tanaman kacang tanah  pada interaksi  perlakuan kompos jerami padi, rhizobium dan pupuk Ca (Kalsium) umur 3 MST, 5 MST, 7 MST, 9 MST
Tabel 5.  Laju asimilasi bersih (g.cm2.minggu-1) tanaman kacang tanah  pada berbagai perlakuan kompos jerami padi, rhizobium dan  pupuk Ca (Kalsium) umur 3 MST, 5 MST, 7 MST, 9 MST
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian dilakukan dengan dua cara, yaitu pengujian sistem ( white boxdan black box ) dan pengujian metode AG yang digunakan untuk memproses penjadwalan perawat pada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan hukum pidana materil oleh hakim dalam putusan Nomor 24/PID.SUS/2012.Mks sudah cukup tepat, karena tindak pidana yang

Sikap mental ini menyebabkan guru tersebut merasa senang mengajar ( bekerja ), seakan- akan melakukan pekerjaan secara sukarela tanpa pamrih dan semata-mata demi panggilan hati

Menurut Gerlach dan Ely (dalam Arsyad. 3) mengungkapkan bahwa media jika dipahami secara garis besar adalah segala sesuatu yang dapat membantu siswa memperoleh pengetahuan,

Inti dari pengalaman subjektif istri yang menikah dengan proses taaruf pada penelitian ini adalah adanya sikap religiusitas yang dimiliki oleh ketiga

Maka berkenaan dengan hal tersebut Pemerintah mencoba untuk menyelamatkan lingkungan demikian, salah satunya perlindungan hutan mangrove dengan mengeluarkan

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa minyak atsiri pada daun sereh segar dapat diisolasi dengan menggunakan metode penyulingan

Masyarakat Batang sebagai pemilik kesenian-kesenian di Kabupaten Batang. Tanpa masyarakat menerima dan merasa memiliki kesenian tidak akan bertahan. Tari Kuntulan Akrobatik ini