• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Masyarakat Dalam Pelayanan Pembuatan Surat Izin Mengemudi C ( SIM C ) (Studi Pada Kantor Sat Lantas Polresta Tebing Tinggi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Persepsi Masyarakat Dalam Pelayanan Pembuatan Surat Izin Mengemudi C ( SIM C ) (Studi Pada Kantor Sat Lantas Polresta Tebing Tinggi)"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI MASYARAKAT DALAM PELAYANAN

PEMBUATAN SIM C

( SURAT IZIN MENGEMUDI C )

( STUDI PADA KANTOR SAT LANTAS POLRESTA TEBING TINGGI )

SKRIPSI

DIAJUKAN OLEH :

ROMEYAN RICARDO SIAHAAN NIM : 040903062

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ABSTRAKSI

Persepsi Masyarakat Dalam Pelayanan Pembuatan Surat Izin Mengemudi C ( SIM C )

(Studi Pada Kantor Sat Lantas Polresta Tebing Tinggi) Nama : Romeyan Ricardo Siahaan

NIM : 040903062

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen : Ilmu administrasi Negara Pembimbing : Arlina, SH., M.Hum

Pelayanan yang dilaksanakan oleh POLRI dalam bentuk barang maupun jasa dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat sesuai dengan visi POLRI sebagai institusi penegak hukum, pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat merupakan keinginan dan tujuan POLRI dalam pelayanan publik khususnya pelayanan pembuatan SIM. Untuk terwujudnya keinginan dan tujuan tersebut, POLRI harus melaksanakan dan menyelenggarakan pelayanan yang ideal bagi masyarakat. Dalam penyelenggaraan pelayanan pembuatan SIM di Indonesia, banyak sekali hambatan-hambatan.

Perlu adanya keterlibatan yang tidak hanya oleh POLRI pusat dan POLRI daerah dalam pengawasan Pelayanan pembuatan SIM, akan tetapi perlu juga melibatkan POLRI dibawahnya seperti Polresta (Polisi Resort Kota). Sebuah langkah maju pula ketika masyarakat diikutsertakan dalam pengawasan pelaksanaan dan pengawasan pelayanan pembuatan SIM. Sehingga mereka dapat memberikan masukan, menilai dan berpersepsi tentang kinerja POLRI.

Di kantor Sat Lantas Polresta Tebing Tinggi, kantor Sat lantas juga ikut dalam penyelenggaraan pelayanan pembuatan SIM khusunya SIM C (Surat Izin Mengemudi C). Dalam pemberian sebuah SIM C baru kantor Sat lantas benar-benar menjalankan dan melakasanakan prosedur dan tahapan pembuatan SIM C dengan kualitas pelayanan yang baik kepada masyarakat. Masyarakat bisa melihat dan menilai pelayanan kantor Sat lantas melalui program mereka kemudian dituangkan ke dalam sebuah persepsi. Akan tetapi masih banyak masalah pelayanan pembuatan SIM C yang harus diperhatikan oleh kantor Sat lantas. Seperti kualitas pelayanan yang ideal, sarana dan pra-sarana, dan kesejahteraan polisi/pegawai.

Dalam penelitian ini, metode yang peneliti gunakan adalah metode deskriptif. Yang melihat dan menggambarkan kejadian-kejadian yang sedang terjadi dan berlangsung. Sesuai observasi penulis, bahwa masalah pelayanan pembuatan SIM C umumnya adalah masalah sarana dan pra-sarana yang kurang lengkap dan memadai, pendidikan masyarakat yang rendah dikenal dengan istilah dengan masyarakat tidak terkordinir dan perhatian yang lebih dalam pelayanan pembuatan SIM C. Tetapi apakah observasi tersebut sesuai dengan persepsi masyarakat?

(3)
(4)

HALAMAN PERSETUJUAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh :

Nama : Romeyan Ricardo Siahaan NIM : 040903062

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : “ Persepsi Masyarakat Dalam Pelayanan Pembuatan Surat Izin Mengemudi C (SIM C) Kantor Sat Lantas Polresta Tebing Tinggi, Kota Tebing Tinggi, Sumatera Utara ”

Medan , Maret 2008

Pembimbing, Ketua Departemen

Arlina, SH., M.Hum Dr. Marlon Sihombing, MA NIP. 130 672 634 NIP. 131 568 391

Dekan,

(5)
(6)

HALAMAN PENGESAHAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

Skripsi ini telah dipertahankan didepan panitia penguji skripsi Depertemen Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara :

Nama : Romeyan Ricardo Siahaan NIM : 040903062

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : “ Persepsi Masyarakat Dalam Pelayanan Pembuatan Surat Izin

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Yesus Kristus, atas segala berkat dan kasih yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Untuk melengkapi syarat guna memperoleh gelar kesarjanaan pada FISIP USU. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menghadapi banyak kesulitan karena berbagai keterbatasan. Namun penulis bersyukur dan terima kasih karena mendapat perhatian, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak yang turut memberikan sumbangsih yang sangat berguna bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Untuk itu pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak , khususnya kepada :

1. Orang tuaku yang tercinta, Bapak dan Mama (A.Siahaan & T.br.Halawa) yang selalu mencurahkan cinta, kasih sayang, perhatian , dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan, aku akan berusaha untuk tidak menyia-yiakan letih dan keringat yang telah kau korbankan buat aku. Kiranya kasih Yesus Kristus selalu menyertai ke dua orang tuaku.amin.

2. Untuk abang dan adik-adik ku tersayang, Bang Sahat S & adik ku Robin S dan Boy S terima kasih atas perhatian dan semangat yang telah abang dan adik berikan untuk menyelesaikan skripsi ini. Andalkan selalu Tuhan Yesus dalam setiap langkah dan pekerjaan mu.

(8)

4. Bapak Dr. Marlon Sihombing, MA selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

5. Ibu Arlina, SH,. M.hum selaku Dosen Pembimbing yang selalu meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam proses penyelesaian skripsi.

6. Seluruh dosen dan Satf Pengajar Ilmu Administrasi Negara yang telah banyak memberikan Ilmu Pengetahuan yang berguna dan tidak ternilai harganya selama penulis menjalani pendidikan di FISIP-USU.

7. Kepada seluruh pegawai FISIP-USU terutama Kak Mega dan Kak Emi yang telah membantu penulis dalam urusan administrasi.

8. Kepada Bapak AKP. Zulkarnaen K.Pane selaku Kasat Lantas Polresta Tebing Tinggi yang telah memberikan rekomendasi dan meluangkan waktu untuk memberikan informasinya sehingga penulis dapat melakukan penelitian di Kantor Sat Lantas Polresta Tebing Tinggi.

9. Kepada seluruh Polisi/pegawai selaku petugas pemberi pelayanan pembuatan SIM di Kantor Sat Lantas Tebing Tinggi atas informasi dan dukungan dalam memberikan data-data untuk bahan penyelesaian skripsi. 10.Terima kasih tak terhingga penulis ucapkan kepada masyarakat Kota

Tebing Tinggi yang telah memberikan berbagai informasi dan dukungan data sehingga penulis dapat merampungkan skripsi ini.

(9)

selesainya. Doa saya Kiranya Tuhan akan membalas semua kebaikan yang diberikan orang tua ku ini.

12.Untuk Sepupu-sepupu saya Nando, Pandu dan Sri buat doa dan dukungan nya sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Selalu andalkan Tuhan Yesus Kristus dalam setiap langkah dan kegiatan mu semua.

13.Buat kawan-kawan seperjuangan Anak AN’04 yang selalu kompak baik suka maupun duka, Haris Louis King “King Kong”, Yan petra, Rudi, Alex, Frans S, Yusuf, Sahat, Stevan, Mandar, Doni, Juvin F, Rony (lae awak ), Permai, Wiwik, Intan, Putri M, Erna, Carol, Yanti V, JUni H, Diana Citra, Meitha, Putri S, Ebeth, Aspar, Indra, Arfan, Fauzi, Zurih, Fuadi, Silvya, Monic, semuanya yang tidak bisa aku sebutkan satu-persatu. Aku bakal ingat selalu dari awal kita kuliah masa Inisiasi samapi akhirnya kita berpisah. Kalian adalah salah satu yang terbaik yang pernah aku miliki

14.Khususku persembahan untuk kelompok IV magang/kuliah intership di Padang Sidimpuan AN’04, Arief, Juli H, Monica J, Henny, Efrida, Ray. Kenangan yang begitu indah dan sulit terlupakan.

15.Terima kasih juga untuk para senior ku dan juga sahabat ku, Saor’03, Thombak, Ezra, Edu, Andi, Sulasty S.sos, Alin, Rouli S.sos, Ika, 16.Terima kasih kepada seluruh mahasiswa yang tergabung dalam wadah

(10)

17.Kawan-kawan seperjuangan di GMKI Medan Khusunya Komisariat FISIP-USU, Ketua Rony, sekretaris cabang Melky N, semua kawan-kawan di Komisariat FISIP-USU yang tidak disebutkan namanya .

18.Buat semua anak-anak KOst 37 pembangunan Street. Rio “rock n roll”, Arief bin Hittler, Mr.Gan “Co_keren ” King “climber sejati” , Apul “pakar Modief sejati” maju terus bro,… !!! smangat untuk kuliah nya, !!!

19.Dan terakhir buat orang yang selalu ada saat aku putus asa dan menasehatiku, selalu dihatiku, orang yang sangat special bagiku. Makasih buat semua pengorbanan yang kau berikan buatku, walaupun kita tidak harus memiliki tuk apa yang kita inginkan, moga Tuhan yang membalaskannya kepadamu.

Medan, Maret 2008 Penulis

(11)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN……….... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

1.5. Kerangka Teori ... 6

1.5.1 Persepsi Masyarakat ... 7

1.5.2 Polri……….. 11

1.5.3 Pelayanan Pembuatan SIM C ... 14

1.5.3.1 Pengertian Pelayanan ... 14

1.5.3.2 Pembuatan SIM C... 16

1.6. Defenisi Konsep ... 19

1.7. Defenisi Operasional ... 20

1.8. Sistematika Penulisan ... 22

BAB II METODOLOGI PENELITIAN……… 23

II.1. Metode Penelitian... 23

II.2. Lokasi Penelitian ... 23

II.3. Populasi dan Sampel ... 23

II.3.1. Populasi Penelitian ... 23

II.3.2. Sampel ... 24

II.4. Teknik Pengumpulan Data ... 25

II.5. Teknik Analisa Data ... 26

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN………. 27

III.1. Lokasi, Demografi dan Keadaan Geografis……… 27

III.1.1. Hidrologi ... 28

III.1.2. Wilayah dan Pemerintahan ... 28

III.1.3. Infrastruktur Jalan dan Angutan Kota……… 29

III.1.4. Pos dan Telekomunikasi……… 30

III.1.5. Pendidikan………. 31

(12)

III.2.1. Sat Lantas Polresta Tebing Tinggi……… 33

III.2.2. Registrasi dan Identifikasi……… 35

BAB IV PENYAJIAN DATA……… 42

IV.1. Karakteristik Responden……… 43

IV.2. Penyajian Data tentang Persepsi Masyarakat dalam Pelayanan Pembuatan SIM C ( Surat Izin Mengemudi C )……….. 45

IV.3. Penyajian Data Hasil Wawancara……….. 68

BAB V ANALISA DATA……… 74

BAB VI PENUTUP……….. 84

VI.1. Kesimpulan………. 84

VI.2. Saran………... 87

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(13)

DAFTAR TABEL

Gambar.

Gambar 1. Struktur Organisasi Kantor Sat Lantas Polresta Tebing Tinggi Gambar 2. Struktur Organisasi Unit Registrasi dan Identifikasi (Regident) Tabel.

1. Tabel 1. Panjang Jalan di kota Tebing Tinggi menurut status / kondisi 2004 2. Tabel 2. Jenjang pendidikan berdasarkan rasio murid terhadap sekolah dan

guru

3. Tabel 3. Sebaran responden berdasarkan Jenis Kelamin 4. Tabel 4. Sebaran responden berdasarkan Usia

5. Tabel 5. Sebaran responden berdasarkan Tingkat Pendidikan 6. Tabel 6. Sebaran responden berdasarkan Pekerjaan

7. Tabel 7. Tentang Perhatian Kantor Sat Lantas terhadap Pelayanan Pembuatan SIM

8. Tabel 8. Tentang Minat tinggi melaksanakan Prosedur dan Tahapan Pembuatan SIM C

9. Tabel 9. Tentang Minat melaksanakan Prosedur dan tahapan merupakan Peran Kantor Sat Lantas

10. Tabel 10. Tentang Peningkatan Minat melaksanakan Prosedur dan Tahapan 11. Tabel 11. Tentang Peran Kantor Sat lantas menumbuhkan minat masyarakat 12. Tabel 12. Tentang Mutu Pelayanan pembuatan SIM C

(14)

15. Tabel 15. Tentang Sarana dan Pra-sarana kantor Sat Lantas

16. Tabel 16. Tentang Perbandingan Sarana dan Prasarana dengan daerah lain 17. Tabel 17. Tentang Transportasi yang sudah memadai

18. Tabel 18. Tentang Partisipasi masyarakat dalam pembuatan Sarana dan Pra-sarana

19. Tabel 19. Tentang Biaya pembuatan Sarana dan Pra-sarana

20. Tabel 20. Tentang Penambahan sarana dan pra-sarana di kantor Sat Lantas 21. Tabel 21. Tentang Perhatian Kantor Sat Lantas terhadap Sarana dan

Pra-sarana

22. Tabel 22. Tentang Kwalitas Petugas Polisi / Pegawai

23. Tabel 23. Tentang Kesejahteraan Polisi/Pegawai di kantor Sat Lantas

24. Tabel 24. Tentang Perhatian Kantor Sat Lantas terhadap kesejahteraan polisi / pegawai

25. Tabel 25. Tentang Pengertian Masyarakat terhadap program kantor Sat lantas 26. Tabel 26. Tentang Dampak program yang dilakukan dalam peningkatan

pelayanan

27. Tabel 27. Tentang Program pelayanan SIM keliling di kantor Sat Lantas 28. Tabel 28. Tentang Pengawasan kantor Sat Lantas dalam Pelayanan

Pembuatan SIM C

29. Tabel 29. Tentang Pelayanan Pembuatan SIM C berjalan baik dalam pengawasannya

(15)

31. Tabel 31. Tentang Kesulitan dalam Penerapan Aturan-aturan Pembuatan SIM C

32. Tabel 32. Tentang Pengawasan dan Bimbingan terhadap Aturan-aturan pembauatan SIM C

33. Tabel 33. Tentang Pengetahuan Biaya Pembuatan SIM C

34. Tabel 34. Tentang Pembuatan SIM C sudah sesuai dengan Biaya resmi 35. Tabel 35. Tentang Keluhan biaya yang dikenakan dalam pembuatan SIM C 36. Tabel 36. Tentang Penilaian Masyarakat dalam Pelayanan Pembuatan SIM C 37. Tabel 37. Tentang Sikap dan Prilaku Petugas dalam memberikan Pelayanan

pembuatan SIM C

38. Tabel 38. Tentang Proses Pembuatan SIM C singkat dan cepat

39. Tabel 39. Tentang Keiikutsertaan dalam tahap-tahap yang ditetapkan kantor Sat Lantas dalam Pembuatan SIM C

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Pertayaan/Kuesioner 2. Surat Permohonan Judul

3. Surat Penunjukan Dosen Pembimbing

4. Surat Undangan Seminar Prosposal Usulan Penelitian Skripsi untuk Dosen Pembimbing

5. Surat Undangan Seminar Proposal Usulan Penelitian Skripsi untuk Dosen Penguji

6. Jadwal Seminar Proposal Usulan Penelitian Skripsi

7. Daftar Hadir Peserta Seminar Proposal Usulan Penelitian Skripsi 8. Surat Pemberian Izin Penelitian

9. Surat Keterangan Telah melakukan Penelitian 10. Struktur Organisasi Polres

11. Mekanisme Penerbitan SIM

12. Brosur Informasi Mengenai Mekanisme Penerbitan SIM

(17)

ABSTRAKSI

Persepsi Masyarakat Dalam Pelayanan Pembuatan Surat Izin Mengemudi C ( SIM C )

(Studi Pada Kantor Sat Lantas Polresta Tebing Tinggi)

Nama : Romeyan Ricardo Siahaan NIM : 040903062

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen : Ilmu administrasi Negara Pembimbing : Arlina, SH., M.Hum

Pelayanan yang dilaksanakan oleh POLRI dalam bentuk barang maupun jasa dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat sesuai dengan visi POLRI sebagai institusi penegak hukum, pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat merupakan keinginan dan tujuan POLRI dalam pelayanan publik khususnya pelayanan pembuatan SIM. Untuk terwujudnya keinginan dan tujuan tersebut, POLRI harus melaksanakan dan menyelenggarakan pelayanan yang ideal bagi masyarakat. Dalam penyelenggaraan pelayanan pembuatan SIM di Indonesia, banyak sekali hambatan-hambatan.

Perlu adanya keterlibatan yang tidak hanya oleh POLRI pusat dan POLRI daerah dalam pengawasan Pelayanan pembuatan SIM, akan tetapi perlu juga melibatkan POLRI dibawahnya seperti Polresta (Polisi Resort Kota). Sebuah langkah maju pula ketika masyarakat diikutsertakan dalam pengawasan pelaksanaan dan pengawasan pelayanan pembuatan SIM. Sehingga mereka dapat memberikan masukan, menilai dan berpersepsi tentang kinerja POLRI.

Di kantor Sat Lantas Polresta Tebing Tinggi, kantor Sat lantas juga ikut dalam penyelenggaraan pelayanan pembuatan SIM khusunya SIM C (Surat Izin Mengemudi C). Dalam pemberian sebuah SIM C baru kantor Sat lantas benar-benar menjalankan dan melakasanakan prosedur dan tahapan pembuatan SIM C dengan kualitas pelayanan yang baik kepada masyarakat. Masyarakat bisa melihat dan menilai pelayanan kantor Sat lantas melalui program mereka kemudian dituangkan ke dalam sebuah persepsi. Akan tetapi masih banyak masalah pelayanan pembuatan SIM C yang harus diperhatikan oleh kantor Sat lantas. Seperti kualitas pelayanan yang ideal, sarana dan pra-sarana, dan kesejahteraan polisi/pegawai.

Dalam penelitian ini, metode yang peneliti gunakan adalah metode deskriptif. Yang melihat dan menggambarkan kejadian-kejadian yang sedang terjadi dan berlangsung. Sesuai observasi penulis, bahwa masalah pelayanan pembuatan SIM C umumnya adalah masalah sarana dan pra-sarana yang kurang lengkap dan memadai, pendidikan masyarakat yang rendah dikenal dengan istilah dengan masyarakat tidak terkordinir dan perhatian yang lebih dalam pelayanan pembuatan SIM C. Tetapi apakah observasi tersebut sesuai dengan persepsi masyarakat?

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Keppres No. 89 tahun 2000 dan Tap MPR No. VI dan VII tahun 2000, secara resmi melepaskan institusi POLRI dan TNI. POLRI kembali menjadi institusi kepolisian sesungguhnya sebagai penjaga keamanan dan pengayom masyarakat. Bukan bagian dari alat pertahanan kekuasaan teritorial seperti TNI. Dengan format baru kepolisian seharusnya dirancang untuk memberikan perlakuan dan pelayanan yang sama kepada semua orang, menerapkan keterbukaan dan keadilan sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi.

Kemandirian polri sejak terpisahnya dari TNI sabagai bagian dari proses reformasi. Di era reformasi penyelenggaraan Negara menganut paradigma baru menuju masyarakat madani yang menjunjung tinggi: Supremasi hukum, Demokratisasi, Hak Asasi Manusia, Transparansi, dan Akuntabilitas. Kesemuanya itu haruslah dipandang dan disikapi secara arif sebagai tahapan untuk mewujudkan polri sebagai abdi Negara yang profesional dan dekat dengan masyarakat, menuju perubahan tata kehidupan nasional kearah masyarakat madani yang demokratis, aman, tertib adil dan sejahtera.

(19)

Pada hakekatnya fungsi setiap Polisi dimanapun di dunia ini sebenarnya ada tiga yaitu, legalitas, keadilan, dan ketertiban. Kepolisian tidak boleh bertindak sewenang-wenang apalagi anti demokrasi, karena mereka dituntut untuk tanggap terhadap pendapat umum dan turut bertanggungjawab dalam mewujudkan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang demokratis. Namun sangat disayangkan semangat perubahan menjadi lebih baik dari Polri sebagai institusi belum dibuktikan dengan tindakan konkrit dan konsekuen. Sebagai institusi penegak hukum, pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat, instansi dan aparat kepolisian justru sering menampilkan citra semakin buruk di masyarakat.

Fakta kinerja dan sistem kerja dalam tubuh kepolisian yang masih bersifat hirarkis dan otoriter, konsepsi mengenai loyalitas yang sempit di mana laporan terhadap atasan bersifat “ABS” (Asal Bapak Senang), serta penolakan terhadap nilai-nilai demokrasi (kritik dianggap sebagai pembakangan), masih kuat dalam tubuh kepolisian. Dengan melihat struktur birokrasi dan kultur Polri, pemahaman mengenai penyimpangan kinerja maupun korupsi di tubuh kepolisian Indonesia sebagai lembaga pelayan publik dapat dilihat secara komprehensif. Pola dan perilaku korupsi dalam tubuh kepolisian dapat dianalisa dari proses pelayanan kinerja Polri dalam penyediaan surat-surat penting yang dibutuhkan masyarakat antara lain STNK, SIM, dan pelayanan masyarakat (yanmas). Hal ini sejalan dengan aktifitas Polri dalam konteks pelayanan yang terfokus pada ketiga aktifitas tersebut.

(20)

C dibuat atau diterbitkan untuk pengguna kenderaan khusus roda dua atau sepeda motor, diharapkan pengguna kenderaan khususnya sepeda motor memiliki kemampuan dan pemahaman yang cukup sehingga tidak membahayakan orang lain ketika mengemudi. Kepentingan masyarakat untuk berkendara dan kewajiban polisi untuk menjaga ketertiban, membuat polisi harus menyediakan sebuah mekanisme pelayanan bagi masyarakat yang memerlukan SIM C.

Untuk wilayah Kota Tebing tinggi pelayanan proses pembuatan SIM dijalankan oleh POLRESTA Tebing tinggi secara terpusat di Satlantas polresta Tebing tinggi di Jl. Langsat, Kecamatan Padang Hilir Kota Tebing tinggi. Aktivitas pelayanan SIM yang dilakukan Polri di berbagai daerah mengalami pasang surut terhadap garis kerja yang telah ada. Pada waktu tertentu ketika diberlakukan aturan resmi efektifitas pelayanan pembuatan SIM berjalan sesuai aturan, di waktu lain pada saat tidak ada kebijakan ketat memberlakukan aturan resmi, proses pelayanan berjalan dengan semrawut dan kental dengan per-calo-an.

Dalam Media Indonesia, 15 November 2006, terungkap adanya aktifitas calo dalam pembuatan SIM. Harga pembuatan SIM melambung jauh dari harga resmi akibat ketidaktahuan masyarakat. Misalnya rela mengeluarkan uang lebih dari ketentuan resmi, karena ia tidak tahu prosedur dan biaya resmi pembuatan SIM. Ketidaktahuan ini, bisa karena keacuhan bisa juga karena informasi mengenai prosedur dan ketentuan itu tidak diinformasikan secara memadai kepada publik. Pertayaan sikap digunakan untuk mengetahui apakah berbagai aturan dan praktek pembuatan SIM masih dianggap wajar atau tidak oleh masyarakat.

(21)

pengurusan SIM di Polda Sumut “mencekik leher”. Secara admistratif, seharusnya biaya hanya Rp 52.500 per lembar SIM A atau B, kenyataanya mencapai Rp 170.000 samapai Rp. 300.000. Hal itu bisa terjadi karena adanya biaya tambahan yang harus dikeluarkan di luar ketentuan oleh pengurus SIM. Misalnya, “biaya komando” Rp 75.000, Kasat Lantas Rp. 50.000, uang pendaftaran Rp. 10.000, uang buku petunjuk Rp 10.000, biaya praktik Rp 10.000, uang tes psikologi Rp. 5.000, uang tebus psikologi Rp. 25.000, uang gesek nomor rangka kenderaan Rp. 10.000 dan asuransi Rp. 5.000. Peryataan tersebut dikemukakan pengemudi dan pengusaha angkutan dari Medan dan Binjai yang tergabung dalam Himpunan Profesi pengemudi Indonesia. Menurut wakil organisasi membengkaknya biaya pengurusan karena adanya permainan sindikasi antara pihak ketiga dengan oknum-oknum jajaran Polda Sumut. Hal ini diperkuat oleh Ketua dan Wakil ketua Komisi IV DPRD. (Kompas 13 April 2006 Dengan Judul : Biaya pengurusan SIM di Polda Sumut “mencekik leher”)

(22)

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dan menuangkannya dalam bentuk skripsi dengan judul “Persepsi Masyarakat Dalam Pelayanan Pembuatan SIM C” (Studi pada kantor Satlantas Polresta Tebing tinggi Kota Tebing tinggi )

1.2Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan yang akan dijawab melalui penelitian ini adalah : “Bagaimanakah Persepsi Masyarakat Dalam Pelayanan Pembuatan SIM C yang dilakukan

Polisi Satlantas Polresta Tebing Tinggi”

1.3Tujuan Penelitian

Suatu riset dalam Ilmu Pengetahuan yang empiris pada umumnya bertujuan untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan (Sutrisno Hadi, 1980:3). Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana persepsi masyarakat dalam pelayanan pembuatan SIM C di Kantor Satlantas Polresta Tebing tinggi .

2. Untuk Mengetahui bagaimana pemahaman masyarakat terhadap kualitas pelayanan umum dalam hal ini pengurusan SIM C .

(23)

1.4Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan penulis dari penelitian ini adalah :

1. Secara teoritis, bagi penulis penelitian ini merupakan wahana untuk melatih dan mengembangkan pengetahuan melalui karya ilmiah.

2. Secara praktis, bagi Kepolisian khususnya Kantor Satlantas Polresta Tebing tinggi Kotamadya Tebing tinggi kiranya penelitian ini dapat menjadikan sebagai masukan untuk dapat lebih mengadaptasikan diri terhadap pelayanan khusus nya pelayanan dalam pembuatan SIM. 3. Secara akademis, bagi masyarakat yang ada di Fakultas Ilmu Sosial

dan Politik, penelitian ini diharapkan mampu menyumbangkan khasanah ilmiah dan pengetahuan di bidang pelayanan khususnya pelayanan oleh Polri dalam pembuatan SIM C, karena di lingkungan FISIP-USU masih sedikit melakukan penelitian tentang Kepolisian.

1.5Kerangka Teori

Sebagai titik tolak landasan berfikir dalam menyoroti atau memecahkan permasalahan perlu adanya pedoman teoritis yang dapat membantu. Untuk itu perlu, disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah tersebut disoroti.

Teori adalah serangkaian asumsi, konsep dan konstrak, defenisi dan proporsisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep (Singarimbun,1995:37).

(24)

Berdasarkan rumusan diatas, maka dalam bagian ini penulis akan mengemukakan teori, pendapat, gagasan, yang akan menjadi titik tolak landasan berfikir dalam penelitian ini.

1.5.1. Persepsi Masyarakat

Bahwa kehidupan seseorang tidak akan lepas dari lingkungannya. Sejak lahir secara langsung berhubungan dengan dunia sekitarnya dan menerima rangsangan dari luar dirinya, dimana hal ini berkaitan dengan persepsi..

Persepsi adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang didalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman. (Thoha, 1994: 138). Dimana persepsi tersebut menafsirkan stimulus yang telah ada di dalam otak (Mahmud, 1990: 41).

Persepsi merupakan pengamatan secara global, belum disertai kesadaran, sedang subjek dan objeknya belum terbedakan satu dari lainnya (baru ada proses “memiliki” tanggapan). Kemudian ada juga appersepsi, yaitu mengungkapkan tanggapan-tanggapan yang lama dengan yang baru. (Kartono, 1996: 61).

Sarwono menyebutkan bahwa persepsi akan terjadi jika sejumlah penginderaan disatukan dan di koordinasikan di dalam pusat syaraf yang lebih tinggi (otak) sehingga manusia bisa mengenali dan menilai objek-objek. (Sarwono, 1992: 45).

(25)

Berdasarkan defenisi diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa persepsi merupakan suatu proses dimana seseorang itu dapat memberikan interprestasinya terhadap objek yang menarik perhatiannya.

Ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang :

1. Diri orang tersebut, apabila seseorang melihat sesuatu apa yang dilihatnya dan berusaha memberikan interprestasinya tentang apa yang dilihanya itu, ia dipengaruhi oleh karakteristik individu yang turut berpengaruh.

2. Sasaran persepsi tersebut, sasaran tersebut mungkin berupa orang, benda atau peristiwa. Sifat atau bentuk sasaran itu yang mempengaruhi terhadap orang yang melihatnya.

3. Faktor situasi, persepsi harus melihat secara konseptual yang berarti dalam situasi mana persepsi itu timbul dan perlu pula mendapat perhatian. Situasi merupakan factor yang turut berperan dalam pertumbuhan persepsi seseorang.

Mengenai defenisi masyarakat, ada beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli seperti yang disebutkan Maclver dan Page yang mengatakan bahwa masyarakat ialah suatu sistem dan kebiasaan dan tata cara, dari wewenang dan kerjasama antara berbagai kelompok dan penggolongan, dan pengawasan tingkah-laku serta kebebasan-kebebasan manusia. (Soekanto, 1990: 24). Keseluruhan yang selalu berubah ini kita namakan masyarakat. Masyarakat merupakan jalinan buku sosial. Dan masyarakat selalu berubah.

(26)

menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas.

Masyarakat adalah suatu sistem tentang kebiasaan dan prosedur tentang kekuasaan dan bentuk timbal balik, tentang kelompok dan pembagian, tentang perilaku pengawasan manusia dan kebiasaanya. (Masyurdin, 1994: 40). Menurut Sadeli (dalam Masyurdin, 1994: 43) masyarakat adalah golongan besar atau kecil terdiri dari beberapa manusia yang dengan atau karena sendirinya bertalian secara golongan dan pengaruh mepengaruhi satu sama lainnya.

Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.

(27)

Masyarakat dapat pula diorganisasikan berdasarkan struktur politiknya: berdasarkan urutan kompleksitas dan besar, terdapat masyarakat band, suku, chiefdom, dan masyarakat Negara.

Jadi dapat penulis simpulkan bahwa masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dalam wilayah tertentu dimana terdapat kesadaran bahwa mereka adalah satu kesatuan dan memiliki sistem kehidupan dan sistem kebudayaan sendiri selalu berubah.

Jika kita melihat dari ilmu psikologi dan ilmu komunikasi, maka kita akan dapat teori tentang persepsi yang biasa disebut dengan teori S-O-R. SOR adalah singkatan dari Stimulus, Organism, Response. Menurut stimulus reponse ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsure-unsur dalam model ini adalah

a. Pesan (Stimulus, S)

b. Komunikan (Organism, O) c. Efek (Respose, R)

Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap adalah aspek perubahan sikap adalah aspek how bukan what dan why. Jelasnya how to communicate, dalam hal ini how to change the attitude, bagaimana mengubah sikap komunikan. (Effendi, 1993: 254).

(28)

(Sumber : Effendi, 1993: 255)

Bila kita sesuaikan dengan teori ini, ada tiga element penting dalam penelitian ini, yaitu :

1. Stimulus : Hasil implementasi pelayanan pembuatan SIM C 2. Organism : Masyarakat Kota Tebing Tinggi .

3. Respons : Bagaimana persepsi masyarakat Kota Tebing Tinggi tersebut terhadap pelaksanaan dan pelayanan pembuatan SIM C oleh Satlantas Polresta Tebing Tinggi.

Jadi, persepsi masyarakat adalah suatu proses dimana kelompok manusia yang hidup bersama dalam suatu wilayah tertentu berpendapat tentang sesuatu yang menarik perhatiannya, dalam hal ini objek tersebut adalah upaya Polri dalam meningkatkan pelayanan yang prima khusus pelayanan pembuatan SIM C di wilayah Kota Tebing Tinggi.

1.5.2 Polri

Kepolisian sebenarnya ada dan tumbuh dan berkembang bersamaan dengan tumbuh dan berkembangnya peradaban manusia. Setiap kelompok yang mulai merasakan perlunya keamanan, ketentraman dan mempertahankan

RESPONS (Perubahan Sikap) STIMULUS

(29)

kehidupannya, pada saat itulah sebenarnya fungsi polisi itu ada, tumbuh dan berkembang. Fungsi polisi itu tumbuh dan berkembang semakin jelas mana kala ancaman terhadap kelompok itu semakin nyata. Ancaman itu tidak hanya berupa bahaya yang datang dari luar kelompok itu , tetapi juga berupa ancaman yang ada dalam kelompok itu sendiri.

Asal kata Polisi

Kata polisi berasal dari kata politea, suatu judul buku yang ditulis oleh Plato. Buku itu berisi tentang teori dasar polis atau Negara kota. Kelompok dalam satu kota itu membuat benteng-benteng yang merupakan pagar, pertahanan ancaman dari luar. Untuk menjaga agar ketentraman dalam kota tersebut dapat terwujud dibuatlah norma-norma yang disepakati bersama dan melahirkan aturan-aturan yang disepakati bersama. Agar aturan-aturan-aturan-aturan yang telah disepakati itu dapat tetap terwujud dan untuk mengantisipasi ancaman dari luar, maka lahirlah polisi dengan fungsi polisi.

Kamus Belanda Kramers, menulis pengertian kata politie itu adalah : 1. Tata pemerintahan yang menjamin tata tertib umum dan keselamatan

dari orang perorangan dengan segala milik-miliknya. 2. Suatu korps pegawai Negara yang ditugaskan untuk itu.

(30)

Sedangkan Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan kata polisi adalah:

1. Badan pemerintahan yang bertugas memelihara keamanan dan ketertiban umum (menagkap orang yang melanggar hukum dan sebagainya).

2. Anggota badan pemerintahan (pegawai negeri yang bertugas menjaga keamanan dsd) selanjutnya diberikan rincian penjelasan.

Dari contoh-contoh pengertian di atas nampak jelas masing-masing Negara beda dalam menginterpretasikan pengertian polisi. Hal ini semata-mata dipengaruhi oleh budaya yang dianut. Eropa daratan lebih terpengaruh kepada teori kenegaraan dari politeai itu sendiri, sedangkan Anglo Saxon (termasuk Indonesia) dipengaruhi oleh kenyataan kegiatan yang dilakukan oleh polisi dan nampak terlepas dari konteks teori kenegaraan. Namun jika dicermati pada intinya bahwa polisi utamanya bertanggungjawab atas keamanan dan ketertiban umum.

Sejarah polisi yang merupakan salah satu sumber etika dan profesionalisme polisi yang kemudian akan mendorong perkembangan polisi telah melahirkan banyak pemikiran. Salah satu pemikiran perkembangan kepolisian yang diuraikan Prof. Soejipto Rahardjo, SH, yang mengutip pendapat Coates (1972), membagi tiga klasifikasi polisi :

1. The Legalistic Abusive Officer

Polisi yang berperan sebagai penjaga, pelindung masyarakat serta nilai-nilai masyarakat, dan dengan cepat menggunakan kekuatan dan sangat otoriter.

2. The Task Officer

(31)

3. The Community Service Officer

Polisi yang tidak menerapkan hukum dan bertindak sebagai penegak hukum, melainkan berusaha membantu dan memecahkan persoalan masyarakat.

1.5.3 Pelayanan Pembuatan SIM C

1.5.3.1 Pengertian Pelayanan

Pelayanan adalah suatu bentuk kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah baik di pusat, di daerah, BUMN dan BUMND dalam bentuk barang maupun jasa dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku (KEPMENPAN 81/93).

Sejalan dengan hal tersebut Christhoper (1992) menyatakan bahwa pelayanan pelanggan dapat diartikan sebagai suatu sistem manajemen, diorganisir untuk menyediakan hubungan pelayanan yang berkesinambungan antara waktu pemesanan dengan waktu barang dan jasa itu diterima dan digunakan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan / harapan pelanggan dalam jangka panjang.

Dukungan kepada pelanggan dapat bermakna sebagai suatu bentuk pelayanan yang meberikan kepuasan bagi pelanggannya, selalu dekat dengan pelanggannya, sehingga kesan yang menyenangkan senantiasa di ingat oleh para pelanggannya.

Indikator Kualitas Pelayanan Publik Yang Ideal

(32)

1. Responsiveness atau responsivitas adalah daya tanggap penyedia layanan terhadap harapan, keinginan, aspirasi maupun tuntutan pengguna layanan. 2. Responsibility atau responsibilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan

seberapa jauh proses pemberian pelayanan publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip atau ketentuan-ketentuan administrasi dan organisasi yang bnar dan telah ditetapkan.

3. Accountability atau akuntabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar proses penyelenggaraan pelayanan sesuai dengan kepentingan stakeholders dan norma-norma yang berkembang dalam masyarakat. (Dwiyanto, 2005: 147).

Sementara itu Gibson, Ivancevich dan Donnelly (1996) memasukkan dimensi waktu, yaitu menggunakan ukuran jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang dalam melihat kinerja organisasi publik. Dalam hal ini kinerja pelayanan publik terdiri dari :

1. Produksi adalah ukuran yang menunjukkan kemampuan organisasi untuk menunjukkan kemampuan organisasi untuk menghasilkan keluaran yang dibutuhkan oleh lingkungannya.

2. Mutu adalah kemampuan organisasi untuk memenuhi harapan pelanggan dan clients.

3. Efisiensi adalah perbandingan terbaik antara keluaran (output) dan masukan (input).

(33)

5. Kepuasan menunjuk pada perasaan karyawan terhadap pekerjaan dan peran mereka di dalam organisasi.

6. Persaingan menggambarkan posisi organisasi di dalam berkompetisi dengan organisasi lain yang sejenis.

7. Pengembangan adalah ukuran yang mencerminkan kemampuan dan tanggungjawab organisasi dalam memperbesar kapasitas dan potensinya untuk berkembang melalui investasi sumberdaya.

8. Kelangsungan hidup adalah kemampuan organisasi untuk tetap eksis di dalam menghadapi segala perubahan.

1.5.3.2 Pembuatan SIM C

Menurut Pasal 18 ayat (1) UU No.14 Tahun 1992, Surat Izin Mengemudi (SIM) adalah bukti registrasi dan identifikasi (Regident) yang diberikan oleh Polri kepada seseorang yang telah memenuhi persyaratan administrasi, sehat jasmani dan rohani, memahami peraturan lalu lintas dan terampil mengemudikan kendaraan bermotor. Setiap pengemudi kendaraan bermotor wajib memiliki SIM.

Dasar Hukum SIM : 1. UU No. 2 Th. 2002

a. Pasal 14 ayat (1) b b. Pasal 15 ayat (2) c

2. Peraturan Pemerintah No. 44/1993 Pasal 216 Fungsi dan Peranan SIM :

1. Sebagai sarana identifikasi/jatidiri seseorang 2. Sebagai alat bukti.

(34)

4. sebagai sarana pelayanan masyarakat

Setiap pengemudi kenderaan bermotor wajib memiliki SIM , Pasal 18(1) UU No.14 Th 1992 tentang “Setiap kenderaan bermotor di wilayah wajib memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM)”

Dalam Pasal 59 ayat (1) UU No.14 Tahun 1992 mengatakan, Barangsiapa mengemudikan kendaraan bermotor dan tidak dapat menunjukkan SIM di pidana dengan pidana kurungan paling lama 2 bulan atau denda setinggi-tingginya Rp.2.000.000,- dan Pasal 59 ayat (2) UU No.14 Tahun 1992 yang juga mengatakan Barangsiapa mengemudikan kendaraan bermotor dan tidak memiliki SIM di pidana dengan pidana kurungan paling lama 6 bulan atau denda setinggi-tingginya Rp.6.000.000,-.

Penggunaa Golongan SIM : 1. Golongan SIM A

Untuk Ranmor Roda 4 dengan berat yang diperbolehkan tidak lebih dari 3.500 kg.

2. Golongan SIM B1

Untuk Ranmor dengan berat yang diperbolehkan lebih dari 3.500 kg. 3. Golongan SIM B2

Untuk Ranmor yang menggunakan kereta tempelan dengan berat yang diperbolehkan lebih dari 1.000 kg

4. Golongan SIM A Khusus

(35)

5. Golongan SIM C

Untuk Ranmor Roda 2 yang dirancang dengan kecepatan lebih dari 40 km/jam

Golongan SIM C berdasarkan Pasal 211 ayat (2) PP 44/93 :

a. Untuk kendaraan bermotor yang menggunakan kereta tempelan dengan berat yang diperbolehkan lebih dari 1000 kg.

b. untuk kendaraan bermotor roda 2 yang dirancang untuk kecepatan lebih dari 40 Km/Jam.

Persyaratan pemohon SIM C berdasarkan Pasal 217 ayat (1) PP 44/93 : 1. Permohonan tertulis.

2. Bisa baca tulis.

3. Memiliki pengetahuan peraturan lalu lintas jalan dan teknik dasar kendaraan bermotor.

4. Batas usia: 16 tahun untuk SIM C

5. Trampil mengemudikan kendaraan bermotor. 6. Sehat jasmani dan rohani.

7. Lulus ujian teori dan praktek.

SIM dinyatakan tidak berlaku Pasal 230 PP 44 / 93 : a. SIM habis masa berlakunya

(36)

1.6 Defenisi Konsep

Konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak: mengenai kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu social. (Singarimbun, 1995: 33).

Untuk mendapatkan batasan-batasan yang jelas mengenai variabel-variabel yang akan diteliti, maka penulis mengemukakan defenisi dari beberapa konsep yang digunakan :

a. Persepsi adalah pandangan atau tanggapan terhadap objek atau peristiwa tertentu yang diransang oleh situasi tertentu. Kemudian masyarakat adalah kelompok manusia yang tinggal di wilayah tertentu dan mempunyai budaya tertentu. Jadi persepsi masyarakat adalah pandangan atau tanggapan sekelompok manusia terhadap objek atau peristiwa yang ada di sekitarnya.

b. Polisi Republik Indonesia (Polri) adalah alat Negara yang bertugas memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum serta memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat.

c. Pelayanan adalah suatu bentuk kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah baik di pusat, di daerah, BUMN dan BUMND dalam bentuk barang maupun jasa dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.

(37)

administrasi, sehat jasmani dan rohani, memahami peraturan lalu lintas dan terampil mengemudikan kendaraan bermotor.

e. Pelayanan Pembuatan SIM C adalah tugas yang dilakukan oleh Polri dalam kaitannya dengan pelayanan pembuatan SIM C dengan tujuan agar supaya pelayanan memiliki kualitas yang lebih baik di daerah Kota tersebut.

1.7 Defenisi Operasional

Defenisi Operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur variabel. Dengan kata lain, defenisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksaan bagaimana mengukur suatu variabel. (Singarimbun, 1995: 46).

A. Persepsi masyarakat dengan indikator penelitian sebagai berikut : a. Perhatian terhadap pelayanan pembuatan SIM C

1) Minat melaksanakan prosedur dan tahapan pembuatan SIM C. 2) Perhatian terhadap sarana dan prasarana Kantor Satlantas Polresta

Tebing tinggi dan kesejahteraan Polri.

3) Pandangan masyarakat terhadap kualitas dalam pelayanan pembuatan SIM C.

b. Pemahaman Masyarakat terhadap Pelayanan Pembuatan SIM C :

1) Pengetahuan masyarakat terhadap berbagai aturan dalam pembuatan SIM C :

a. Biaya resmi pembuatan SIM C

(38)

2) Sikap penilaian masyarakat terhadap pelayanan pembuatan SIM C a. Sikap mental petugas pelayanan pembuatan SIM C

b. Penggunaan waktu yang lebih singkat / tidak berbelit-belit dalam pelaksanaan tugas pelayanan.

c. Biaya pengurusan SIM C murah atau mahal.

3) Perilaku yang dilakukan masyarakat ketika mengurus pembuatan SIM C.

a. Biaya yang di keluarkan.

(39)

1.8. Sistematika Peulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari uraian tentang Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Teori, Defenisi Konsep, Defenisi Operasional, dan Sistematika Penulisan.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang Bentuk Penelitian, Lokasi Penelitian, Populasi dan Sampel, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisa Data yang diterapkan dalam penelitian ini.

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini menguraikan gambaran umum atau karakteristik lokasi penelitian berupa sejarah singkat, Visi dan Misi, dan Struktur Organisasi.

BAB IV PENYAJIAN DATA

Penyajian dilakukan dengan menguraikan hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan menganalisanya berdasarkan metode yang penulis gunakan.

BAB V ANALISA DATA

Bab ini berisikan data dari setiap data yang disajikan dan diperoleh setelah melakukan penelitian.

BAB VI PENUTUP

(40)

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

II.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif memiliki ciri-ciri pokok sebagai berikut :

a. Memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang ada pada saat penelitian dilakukan (saat sekarang) atau masalah yang bersifat actual. b. Kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki

sebagaimana adanya, diiringi dengan interprestasi rasional yang adequate. (Nawawi, 1991: 64).

Dengan demikian penelitian ini menggambarkan fakta-fakta dan menjelaskan keadaan dari objek penelitian berdasarkan fakta-fakta sebagaimana adanya dan mencoba menganalisis untuk kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh.

II.2 Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kantor Satlantas Polresta Tebing Tinggi, Kota Tebing Tinggi , Provinsi Sumatera Utara. Tepatnya di Jl.Langsat No. 5 Kec.Padang Hilir.

II.3 Populasi dan Sampel

II.3.1 Populasi Penelitian

(41)

peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian. (Nawawi, 1991: 141).

Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah masyarakat yang sudah mendaftar atau sudah mengurus SIM C pada Kantor Satlantas Polresta Tebing tinggi, dimana masyarakat yang berdomisili di Kota Tebing tinggi. Dengan jumlah keseluruhan sebanyak 63.775 orang. Dan jumlah yang mendaftar atau mengurus SIM C dalam satu tahun atau satu tahun terakhir adalah sebanyak 12.735 orang.

II.3.2 Sampel

Sampel secara sederhana diartikan sebagai bagian dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya dalam suatu penelitian. Dengan kata lain sampel adalah sebagian populasi untuk mewakili populasi.

Mengingat populasi masyarakat yang sudah mendaftar atau sudah mengurus SIM C di Kantor Satlantas Polresta Tebing tinggi begitu banyak, maka penulis mengambil populasi berdasarkan jumlah masyarakat yang sudah mendaftar atau sudah mengurus SIM C dalam satu tahun atau satu tahun terakhir ini. Dan peneliti mengambil sampel secara acak sederhana / random sampling yaitu sampel yang diambil sedemikian rupa sehingga setiap populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilh menjadi sampel. Dalam penarikan sampel, penulis menggunakan rumus penarikan sampel Taro Yamane (Bungin, 2005: 105). Yaitu :

1

2

+

=

Nd

(42)

Dimana :

n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi d = Presesi ( 10 % )

Berdasarkan rumus diatas dapat diketahui jumlah sampel yang mewakili populasi di Kantor Polresta Tebing tinggi, Kec.Padang hilir, Kotamadya Tebing tinggi adalah sebagai berikut :

1 2 + = Nd N n

22

.

99

35

.

128

735

.

12

1

35

.

127

735

.

12

1

)

01

.

0

(

735

.

12

735

.

12

1

)

1

.

0

(

735

.

12

735

.

12

2

=

=

+

=

+

=

+

=

n

n

n

n

n

Dapat diketahui jumlah sampel adalah 99 Orang dan 1 orang Key informan.

II.4 Teknik Pengumpulan Data

(43)

a. Pengumpulan Data Primer, yaitu data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung ke lokasi penelitian untuk mencari data-data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti dan dilakukan melalui: 1. Penyebaran Kuesioner, yaitu pemberian daftar pertayaan yang

dilengkapi dengan beberapa alternatif jawaban yang sudah tersedia. 2. Observasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan secara langsung dan

selanjutnya mengadakan pencatatan terhadap gejala-gejala yang ditemukan dilapangan.

3. Wawancara, yaitu dilakukan untuk memperoleh data yang lengkap dan mendalam.

b. Pengumpulan Data Skunder, data ini diperoleh dari :

1. Penelitian kepustakaan, cara ini di tempuh dengan mempelajari sejumlah buku, tulisan, dan karya ilmiah yang ada hubungannya denga masalah yang diteliti.

2. Studi Dokumentasi, cara ini dilakukan dengan jalan melakukan penelaahan terhadap catatan-catatan tertulis yang ada di lokasi penelitian.

II.5 Teknik Analisa Data

(44)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

III. 1. Lokasi, Demografi dan Keadaan Geografis

Kota Tebing Tinggi merupakan salah satu pemerintahan kota dari 29 Kabupaten / Kota di Sumatera Utara berjarak sekitar 80 km dari Kota Medan (Ibukota Propinsi Sumatera Utara) serta terletak pada lintas utama Sumatera, yaitu menghubungkan Lintas Timur dan Lintas Tengah Sumatera melalui lintas diagonal pada ruas jalan Tebing Tinggi, Pematang Siantar, Parapat, Balige, dan Siborong-Borong.

Kota Tebing Tinggi terletak di antara 30.16º - 30.22º Lintang Utara dan 99.07º - 99.011º Bujur Timur dengan batas-batas :

Sebelah Utara dengan PTPN III Kebun Rambutan, Kabupaten Serdang Bedagai

Sebelah Selatan dengan PTPN IV Kebun Pabatu dan Perkebunan Payu Pinang, Kabupaten Serdang Bedagai

Sebelah Timur dengan PT Socfindo Tanah Besi dan PTPN III Kebun Rambutan, Kabupaten Serdang Bedagai

Sebelah Barat dengan PTPN III Kebun Gunung Pamela, Kabupaten Serdang Bedagai

(45)

Berdasarkan data statistk Jumlah penduduk Kota Tebing Tinggi adalah 135.837 jiwa .

III. 1.1. Hidrologi

Di kota wilayah Tebing Tinggi terdapat empat buah sungai yang mengalir dari barat menuju timur. Keempat sungai tersebut adalah Sungai Padang, Sungai Bahilang, Sungai Kalembah , Sungai Sibaran. Di sekitar Sungai Padang dan Bahilang merupakan wilayah potensi banjir, yaitu kelurahan Bandar utama, Persiakan, Bandar sono, Mandailing, Bagelan, Rambung, Tambangan, Brohol, dan Rantau Laban.

III. 1.2. Wilayah dan Pemerintahan

Luas wilayah Kota Tebing TInggi adalah 3.843.8 hektar ( 38.438 km2). Secara administratif kota Tebing Tinggi dibagi menjadi 3 (tiga) kecamatan dengan 27 (dua puluh tujuh) kelurahan. Sedangkan jumlah lembaga / badan / dinas / kantor / BUMD di lingkungan pemerintah kota Tebing Tinggi adalah sebagai berikut :

1. Sekretaris Daerah Kota membawahi 2 asisten dan 8 bagian : a. Asisten I Tata Praja / Etbang membawahi 4 (empat) bagian. b. Asisten II Administrasi Umum membawahi 4 (empat ) bagian. 2. Sekretariat DPRD.

3. Dinas 7 unit :

a. Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah. b. Dinas Pendapatan.

(46)

d. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM. e. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.

f. Dinas Kesehatan. g. Dinas Perhubungan. 4. Badan 4 (empat) Unit :

a. Badan Pengawasan Kota (Bawasko) b. Badan Perencanaan Pembagunan Daerah. c. Badan Pemberdayaan Masyarakat Kota. 5. Kantor 2 (dua) unit :

a. Kantor Pamong Praja.

b. Kantor Arsip dan Pengolahan Data Elektronik (PDE). 6. BUMD :

a. PDAM Tirta Bulian kota Tebing Tinggi.

III. 1.3. Infrastruktur Jalan dan Angkutan Kota

(47)
[image:47.595.109.516.138.274.2]

Tabel 1 Panjang Jalan di kota Tebing Tinggi menurut status dan keadaan

2004.

KEADAAN Negara STATUS

Provinsi Kota JUMLAH

BAIK 18.4 5.00 124.78 142.65

SEDANG - - 19.02 19.02

RUSAK - - 28.53 28.53

RUSAK

BERAT 18.84 5.00 173.33 190.20

Rute Angkutan Umum di kota Tebing Tinggi sebanyak 42 rute dengan 556 armada. Umumnya, angkutan umum melayani pergerakan menuju jalan-jalan utara kota, yaitu dengan melayani pergerakan penduduk dari pusat-pusat permukiman menuju pusat kota dan kegiatan sosial serta ekonomi penduduk (pendidikan, tempat kerja, belanja, dan lain-lain).

III. 1.4. Pos Dan Telekomunikasi

Di kota TEbing Tinggi terdapat 1(satu) kantor pusat yang terletak di pusat kota jalan Dr.Sutomo. Kantor pers ini melayani jasa layanan berupa pengiriman barang dan uang serta jasa pos lainnya. Fasilitas jasa pos telah mencakup seluruh kelurahan di Tebing Tinggi dengan kantor pelayanan berpusat di kecamatan. Pengembangan pelayanan teknologi maju seperti pelayanan pusat elektronik , wesel elektronik, surat kilat, pemasangan internet dan lainnya.

(48)

Untuk jumlah sambungan baru terdapat sebanyak 556 unit dan pemutusan 120 unit , dibandingkan dengan tahun lalu jumlah sambungan baru tersebut naik sebesar 57.5 % dan jumlah yang diputus naik sebesar 11.11%.

III. 1.5. Pendidikan

Dengan meningkatnya penduduk usia sekolah maka seharusnya juga diimbangi dengan penyediaan prasaran pendidikan maupun tenaga guru yang memadai. Untuk menunjang program pemerintah dalam bidang pendidikan tentunya perlu didukung adanya sarana dan prasarana pendidikan , baik fasilitas tempat maupun ketersediaan tenaga pendidikan dan guru di Tebing Tinggi dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2 Jenjang pendidikan berdasarkan Rasio murid terhadap sekolah dan guru.

Jenjang Pendidikan Jumlah Sekolah Jumlah Guru Jumlah Murid Rasio Murid Terhadap Sekolah Rasio Murid Terhadap Guru

TK 16 146 2.279 143 16

SD 89 899 12.158 216 22

SMP 22 586 9.644 438 17

SMA 15 440 7.596 507 18

SMK 12 350 6.387 533 19

Jumlah /

Total 154 2.421 45.064 245 19

(49)

III. 2. Polresta Tebing Tinggi (Polisi Resort Kota Tebing Tinggi)

Sesuai dengan Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No. Pol. : Kep/ 54 / X / 2002 tanggal 17 Oktober 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Satuan-satuan Organisasi Pada Tingkat Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah (Polda).

Stuktur Organisasi Polresta, Pembagian Tugas dan Tanggung jawab, Unsur Pimpinan , Unsur Pembantu Pimpinan dan Pelaksana Staf, Unsur Pelaksana Staf Khusus dan Pelayanan disusun sebagai berikut :

1. Tingkat Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia Resort disingkat Mapolresta terdiri dari :

a. Unsur Pimpinan :

1) Kepala Polres Kota disingkat Kapolresta 2) Wakil Kepala Polres disingkat Wakapolresta b. Unsur Pembantu Pimpinan dan Pelaksana Staf

1) Bagian Operasi disingkat Bag Ops

2) Bagian Pembinaan Kemitraan disingkat Bina Mitra 3) Bagian Administrasi disingkat Bag Min

c. Unsur Pelaksana Staf khusus dan Pelayanan

1) Urusan Telekomunikasi dan Informatika disingkat Ur telematika 2) Unit Pelayanan pengaduan dan penegak disiplin disingkat unit P3D 3) Tata Usaha dan urusan dalam disingkat Taud

d. Unsur Pelaksana Utama

(50)

3) Satuan Reserse Kriminal disingkat Sat Reskrim 4) Satuan Samapta disingkat Sat Samapta

5) Satuan Lalu lintas disingkat Sat Lantas

2. Unsur Pelaksana utama kewilayahan Polres adalah Kepolisian Republik Indonesia Sektor disingkat Polsek

3. Pada wilayah tertentu susunan organisasi Polres dapat dikembangkan dengan pembentukan satuan fungsi sebagai berikut :

a) Pada unsur Pelaksana Staf Khusus dan pelayanan seksi kedokteran dan kesehatan disingkat sidokses

b) Pada unsur Pelaksana utama :

1) Satuan Narkotika dan Obat berbahaya lainnya disingkat Sat Narkoba 2) Satuan Pengaman obyek khusus yang dapat berupa satuan pengaman

obyek Vital disingkat Sat Pamobvit atau satuan pengaman pariwisata disingkat sat Pam Pariwisata

3) Satuan atau unit Polisi Perairan disingkat sat Polair atau unit Polair sesuai kebutuhan

III. 2.1. Sat Lantas Polresta Tebing Tinggi ( Satuan Lalu Lintas )

(51)

Republik Indonesia. Melakukan koordinasi pelaksanaan tugas dengan badan atau instansi Pemerintah yang terkait dengan lalu lintas kenderaan dan jalan raya.

Sesuai dengan Keputusan Polisi No. Pol. Kep / 7 / 1 / 2005 tanggal 31 Januari 2005 ditetapkan struktur organisasi Sat Lantas Polresta Tebing Tinggi adalah sebagai berikut :

[image:51.595.107.538.238.603.2]

Gambar 1. Struktur Organisasi Kantor Sat Lantas Polresta Tebing Tinggi

Job Discription Kasat Lantas Polresta Tebing Tinggi adalah sebagai berikut : a. Sat lantas Polresta adalah unsur pelaksana pada tingkat Mapolres yang

bertugas menyelenggarakan fungsi teknis lalu lintas dalam seluruh wilayah Polres.

KAPOLRESTA

WAKAPOLRESTA

KASAT LANTAS

KAURBIN OPS

BAURMIN BAUR TILANG

KANIT DIKYASA

KANIT PATROLI

KANIT REGGIDENT

(52)

b. Dalam rangka pelaksanaan tugas tersebut dengan menyatakan pengarahan Kapolresta dan juknis pembinaan fungsi Sat lantas :

1. Menyelenggarakan fungsi lalu lintas : a) Penegakan hukum

b) Pendidikan masyarakat c) Engginering (rekayasa lantas)

d) Regestrasi / Identifikasi (Regident) pengemudi dan kenderaan bermotor.

2. Membantu penyelenggaraan operasi khusus yang diperintahkan kepadanya

3. Melaksanakan administarsi operasional termasuk pengumpulan, pengolahan dan peyajian data / informasi yang berkenaan dengan aspek peraturan maupun pelaksanaan fungsinya.

BAB III. 2.2 Registrasi dan Identifikasi ( Regident )

Registrasi dan Identifikasi (Regident) adalah bagian dari pelaksanaan fungsi lalu lintas dimana penyelenggaraan pembinaan teknis dan administrasi , pengendalian dan pelaksanaan registrasi serta identifikasi pengemudi dan kenderaan bermotor termasuk penyiapan materil berupa SIM, STNK dan BPKB.

(53)
[image:53.595.150.560.77.435.2]

Gambar 2. Struktur Organisasi Unit Registrasi dan Identifikasi

Pada Kantor Sat Lantas Kota Tebing Tinggi jumlah personil yang menangani unit Registrasi dan Identifikasi (Regident) dalam pengurusan pembuatan SIM adalah berjumlah 7 (tujuh) orang, yaitu 6 (enam) Polisi dan 1 (satu) Pegawai Negeri Sipil (PNS / Pengurus daerah tingkat 1) dimana PNS tersebut bertugas sebagai Resi Bank.

Pada unit Registrasi dan Identifikasi (Regident) semua prosedur dan tahapan pembuatn SIM C dilaksanakan di unit ini, dimana di bagi dalam beberapa loket-loket pengurusan yaitu : loket resi bank, loket pendaftaran, loket ujian teori, loket ujian praktek, loket komputer dan loket pengarsipan seluruh data-data.

KASAT LANTAS

RESI BANK

KAUREG IDENT.

PUTOR

PENDAFTARAN UJIAN TEORI

UJIAN PRAKTEK

OPERATOR KOMPUTER

(54)

Loket ujian teori dan ujian praktek merupakan ujian pengetahuan lalu lintas. Setelah peminta SIM C memenuhi syarat-syarat peminta SIM C akan mengikuti test atau ujian pengetahuan lalu lintas (Ujian teori dan praktek). Materi untuk ujian teori meliputi ujian tertulis mengenai pengetahuan rambu-rambu lalu lintas, dan ujian praktek meliputi ujian ketangkasan mengemudikan kenderaan yaitu ujian pada tanah lapang. Bila menguasai dengan baik ujian pengetahuan lalu lintas dianggap lulus dan dapat mengikuti pemenuhan prasyaratan berikutnya.

Ujian praktek yaitu ujian pada tanah lapang dimana ujian kenderaan bermotor golongan SIM C meliputi :

a. Menjalankan sepeda motor yang berhenti tidak dengan cara yang mengejut. b. Dengan sempurna menggunakan perseneling, baik waktu memasukkan gigi

yang rendah ke yang tinggi, baik sebaliknya dengan tidak memberhentikan sepeda motor itu.

c. Perlahan-lahan mengurangi kecepatan sepeda motor itu dari 20 – 30 km/jam hingga 5 – 10 km/jam, seraya memasukkan gigi yang rendah dan sejurus lamanya tetap berjalan lancar dengan kecepatan ini.

d. Berjalan lambat ke kiri dan ke kanan menurut lingkaran yang jari-jarinya 3 m dengan tidak menginjakkan kaki ke tanah.

e. Lambat – lambat maju melalui sesuatu terusan yang 60m cm lebih lebar dari sepeda motor itu ( atau dengan kereta samping ).

(55)

Loket komputer dimana loket yang berfungsi dalam proses mendapatkan SIM dengan sistem komputer, adapun proses komputerisasi SIM C , pada prinsipnya adalah :

a. Informasi akan di olah melalui komputer, baik data diri , hasil ujian teori maupun praktek, sidik jari , foto pemohon akan diproses melalui komputer. b. Informasi yang berkaitan dengan ; catatan dari Gakkum Lantas, Daftar

Pencarian Orang (DPO), sudah mendaftar SIM C di daerah lain dapat diketahui secara cepat melalui komputer.

Proses pengambilan SIM C baru :

a. Pemohon minta informasi tentang keinginannya .

b. Pemohon ke Bank yang ditunjuk untuk membayar biaya SIM C dalam hal ini Bank BRI.

c. Pemohon ke loket pendaftran dengan menunjukkan bukti pembayaran di bank yang ditunjuk . kemudian pemohon mengisi formulir pendaftaran dengan huruf cetak dan melampirkan :

1. Kartu Tanda Penduduk / Passport Kartu Izin Menetap Sementara (KIMS) bagi orang asing, sekaligus merupakan pengecekan batas umur minimal sesuai golongan menurut yang diatur dalam Undang-undang. Apabila seseorang belum wajib memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) , dapat diminta menunjukkan Surat Keterangan Kependudukan dengan dilampiri kartu keluarga.

(56)

3. Untuk SIM Umum ditmabah hasil pemeriksaan Klinik Pengemudi. Pada loket ini diadakan pengecekan (Cross Check) antara data yang diterima dengan data yang dikomputer tentang :

a. Catatan dari fail Gakkum Lantas berupa kemungkinan adanya pelanggaran yang dapat ditolak permohonan SIM C dan diadakan penyelidikan dan penyidikan tindak lanjut.

b. Dilihat dari Daftar Pencarian Orang (DPO) baik dari Intel , Serse maupun Instansi lain yang berkompeten.

c. Kemungkinan di daerah lain telah diberikan SIM C.

d. Setelah itu pemohon menuju ke loket ujian teori , kemudian pemohon mengikuti ujian teori dengan proses :

1. Soal ujian teori telah disiapkan oleh Bank data soal pada komputer dalam bentuk lembaran-lembaran soal standar dari Direktorat Lalu Lintas Polri yang masih bersifat manual . dapat juga di buat ujian yang langsung mengahadapi PC , dimana soal-soal akan keluar secara automatic di layer PC tersebut.

2. Jawaban dilakukan dengan cara mengisi lembar jawaban menggunakan pinsil 2B yang telah disediakan.

3. Penilaian berdasarkan input jawaban pada peralatan PC melalui Optical Mark Reader (OML) atau bila tidak ada OMR dengan menggunakan kunci jawaban yang telah distandarkan.

(57)

5. Setiap seri terdiri dari 30 soal dengan target waktu yang disediakan 20 menit.

6. Apabila pemohon dapat mengerjakan 24 soal benar , maka dianggap lulus ujian teori.

7. Bagi pemohon yang dinyatakan lulus dapat mengikuti ujian praktek berikutnya, sedangkan pemohon yang tidak lulus diberikan kesempatan untuk mengulang sesuai peraturan yang berlaku.

e. Kemudian pemohon ke loket ujian praktek , ujian ini dilaksanakan dua tahap yaitu :

1. Ujian praktek lapangan , dalam bentuk uji ketrampilan mengendalikan peralatan kenderaan bermotor sesuai ketentuan yang berlaku.

2. Praktek dijalan , dalam ujian tentang ketrampilan kemapuan dan pengetahuan praktek berlalu – lintas di jalan umum.

Blanko penilaian ujian praktek dibuat dengan format komputer diisi oleh petugas dan datanya dimasukkan ke dalam terminal komputer yang tersedia, yang link-upnya dengan CPU (Central Processing Unit).

f. Setelah lulus , pemohon ke bagian produksi SIM , dengan urutan kegiatan sebagai berikut :

1. Pemanggilan data dari modul pendaftaran melalui komputer.

2. Pengambilan sidik ibu jari kanan, mempergunakan finger print reader dan scanner yang online dengan AFIS.

(58)

5. Tanda tangan pejabat yang mengeluarkan SIM dengan menggunakan Digitizer.

6. Proses photo, menggunakan Camera yang on-line dengan komputer. 7. Mempergunakan perangkat PC dengan aplikasi “Image Composing” 8. Mempergunakan Card Printer, Laminator dan Die Cutter untuk

mendapatkan hasil akhir produksi SIM.

g. Pemohon menuju ke loket pengambilan SIM yang telah selesai diproduksi. Proses pengambilan SIM C perpanjangan / hilang / mutasi atau pindah, pada dasarnya sama dengan proses tersebut diatas , tanpa melalui proses ujian.

(59)

BAB IV

PENYAJIAN DATA

Data yang akan penulis sajikan mengenai persepsi masyarakat dalam pelayanan pembuatan SIM C pada Kantor Sat Lantas Polresta Tebing Tinggi adalah data primer dan data sekunder. Kemudian akan penulis analisis dan interprestasikan secara deskriptif kualitatif.

Adapun data yang akan disajikan dalam penulisan ini dibagi menjadi dalam dua kategori, Yaitu :

1. Penyajian data hasil kuisioner dari responden akan disajikan dalam bentuk tabulasi tunggal dan kemudian akan diinterpretasikan.

2. Penyajian data hasil wawancara dari aparatur di Kantor Sat Lantas Kota Tebing Tinggi , seperti Kasat Lantas Polresta Tebing Tinggi. Responden tersebut sebagai Key informan, diperlukan untuk mengetahui program yang dicanangkan serta dilaksanakan oleh Kantor Sat Lantas Polresta Tebing Tinggi.

(60)

IV. 1. Karakteristik Responden

Berdasarkan teknik pengambilan sampel sebagaimana telah disampaikan pada bab terdahulu, dengan demikian sampel sebanyak 99 orang dan dapat dikelompokkan menurut karakteristiknya masing-masing. Pengelompokkan tersebut adalah berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan,dan pekerjaan.

Untuk lebih jelasnya mengenai karakteristik responden tersebut dapat dirinci sebagai berikut :

1. Jenis Kelamin

[image:60.595.144.449.363.423.2]

Untuk sebaran responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3 Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Frekwensi %

1 Laki-laki 90 90

2 Perempuan 9 10

Total 100

Sumber : Kuesioner2008

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang berjenis kelamin laki-laki adalah sebanyak 90 orang atau 90% dari responden, yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 9 orang atau 9% dari responden yang ada.

2. Umur

[image:60.595.149.444.621.726.2]

Untuk sebaran responden berdasarkan tingkat usia dapat dilihat berdasarkan tabel sebagai berikut :

Tabel 4 Sebaran Responden Berdasarkan Usia

No. Usia Frekwensi %

1 17 – 21 25 25

2 21 – 30 36 36

3 31 – 40 25 25

4 41 – 50 9 10

5 51 – 60 4 5

Total 99 100

(61)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang berusia antara 17 – 21 tahun adalah sebanyak 25 orang atau 25 % dari responden, yang berusia 21 – 30 tahun sebanyak 38 orang atau 38 % dari responden, yang berusia 31 – 40 tahun sebanyak 27 orang atau 27% dari respoinden yang ada, usia 41 – 50 tahun ada sebanyak 5 orang atau 5%, dan yang berusia 51 – 60 tahun sebanyak 4 orang atau sebesar 4% .

3. Pendidikan

[image:61.595.149.495.357.483.2]

Untuk sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 5 Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No. Pendidikan Frekwensi %

1 Sekolah Dasar (SD) 10 10

2 SLTP 15 15

3 SLTA 40 40

4 STM 5 5

5 D I – D III 9 10

6 Strata – 1 20 20

Total 99 100

Sumber : Kuesioner 2008

Dari tingkat pendidikan sebaran responden dapat dilihat bahwa sebesar 10 orang atau sebesar 10% responden memiliki pendidikan SD sebagai pendidikan terakhirnya, 15 orang atau sebesar 15% berpendidikan SLTP, 40% atau 40 orang responden berpendidikan SLTA, 5 orang atau 5% responden berpendidikan STM, D III ada 9 orang responden atau sebesar 9% dan yang memiliki title S-1 atau pendidikan terakhir sarjana ada sebanyak 20 orang atau sebesar 20%.

4. Pekerjaan

(62)
[image:62.595.150.474.110.247.2]

Tabel 6 Sebaran Responden Berdasarkan Pekerjaan

No. Pekerjaan Frekwensi %

1 Mahasiswa/Pelajar 14 24

2 Wiraswasta 55 55

3 PNS 5 5

4 Karyawan 9 10

5 Berdagang 11 11

6 Supir 4 4

7 Dokter 1 1

Total 99 100

Sumber : Kuesioner 2008

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat responden masing-masing memiliki pekerjaan yang bermacam-macam. Dimana profesi sebagai Wiraswasta merupakan hal yang sangat dominan dikarenakan profesi ini menyangkut dengan tinggi nya penggunaan kenderaan sehari-hari jenis sepeda motor dalam melakukan aktifitas pekerjaannya, banyaknya yaitu 55 orang atau 55%. Kemudian dilanjutkan dengan Mahasiswa/Pelajar sebanyak 14 orang atau sebesar 14%, kemudian Berdagang sebesar 11 orang atau 11%. Kemudian dilanjutkan oleh Karyawan 10%, PNS 5%, Supir 4%, dan Dokter 1%.

IV. 2. Penyajian Data tentang Persepsi Masyarakat dalam Pelayanan

Pembuatan SIM C ( Surat Izin Mengemudi C ) di Kantor Sat Lantas Polresta Tebing Tinggi, Kota Tebing Tinggi.

(63)
[image:63.595.140.467.127.201.2]

Tabel 7 Tentang Perhatian Kantor Sat Lantas Polresta Tebing Tinggi terhadap Pelayanan Pembuatan SIM

No. Kategori Frekuensi %

1 Bagus 78 79

2 Tidak Bagus 12 12

3 Tidak Tahu 9 9

Total 99 100

Sumber : Kuesioner 2008

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa masyarakat Kota Tebing Tinggi pada umumnya berpendapat bahwa Kantor Satlantas Polresta Tebing Tinggi memiliki perhatian terhadap pelayanan pembuatan SIM yang bagus mempunyai persentase 78 orang atau 79%. Dan yang menyatakan Kantor Sat Lantas Polresta tidak memiliki perhatian yang bagus sebanyak 12 orang atau 12% dan yang tidak tahu sama sekali sebanyak 9 orang atau 9%. Dikatakan perhatian kantor Sat Lantas terhadap pelayanan karena Kantor Satlantas sekali dalam seminggu yaitu pada hari sabtu mengadakan evaluasi dan memanggil seluruh pegawai atau unsur pelaksana Regident untuk meberikan arahan APP dimana APP adalah Rapat Arahan , konsultasi mengenai kesulitan-kesulitan yang terjadi dalam memberikan pelayanan kepada mesyarakat dimana arahan tersebut langsung diberikan oleh Kasat lantas. Sementara yang mengatakan tidak bagusnya perhatian Kantor Sat lantas karena mereka tidak mengerti tentang pelayanan di Kantor Sat lantas. Dan umumnya mereka adalah masyarakat yang tempat tinggalnya jauh dari Kantor Sat Lantas.

Tabel 8 Tentang Minat Tinggi untuk Melaksanakan Prosedur dan Tahapan Pembuatan SIM C.

No. Kategori Frekuensi %

1 Ya 33 33

2 Tidak 66 67

3 Tidak Tahu 0 0

Total 99 100

[image:63.595.141.489.633.714.2]
(64)

Sebagian masyarakat Kota Tebing Tinggi berpendapat mereka tidak memiliki minat yang tinggi untuk melaksanakan prosedur dan tahapan pembuatan SIM C dan pendapat itu sebesar 66 orang atau 67%. Dan menyatakan memiliki minat yang tinggi sebesar 33% atau 33 orang.

[image:64.595.137.493.461.564.2]

Mereka berpendapat tidak memilki minat yang tinggi karena masyarakat memilki keterbatasan waktu dimana terlalu menyita waktu dalam prosedur dan tahapan pelaksanaan pembuatan nya ditambah dengan kegiatan mereka yang akan terkendala atau tertunda akibat prosedur dan tahapan tersebut. Sementara yang berpendapat memiliki minat tinggi karena masyarakat mulai melaksanakan Prosedur dan tahapan yang diberikan dan mereka sudah merencanakan waktu agar benar-benar tidak mengganggu pekerja

Gambar

Tabel 1 Panjang Jalan di kota Tebing Tinggi menurut status dan keadaan
Gambar 1. Struktur Organisasi Kantor Sat Lantas Polresta Tebing Tinggi
Gambar 2. Struktur Organisasi Unit Registrasi dan Identifikasi
Tabel 4 Sebaran Responden Berdasarkan Usia
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu dengan adanya layanan bimbingan dan konseling di sekolah, guru dapat memberikan bantuan yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik untuk mengatasi masalah atau

Penjelasan yang sama juga diungkapkan oleh Bloom (dalam Sukmadinata, 2012, hlm.103) bahwa, tiga kategori tujuan mengajar sesuai dengan domain perilaku individu yaitu, kognitif,

Konsumsi telur harus melalui proses pemasakan yang benar hingga masak sempurna untuk memastikan bahwa bakteri patogen pada telur telah mati, karena pemasakan

Penyakit yang disebabkan oleh petbagai spesies bakteria Brucella pada haiwan seperti tembu, babi, kambing dan hidup- an tiar. Penyakit mi boleh berjangkit kepada manusia... poc

Isi pokok mata kuliah ini meliputi: pengetahuan konseptual teori-teori dan perkembangan pembelajaran literasi dan multiliterasi; prosedur pembelajaran multiliterasi

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa variablel ukuran perusahaan, dan risiko default memiliki nilai standar deviasi yang yang lebih kecil dari nilai mean yang dapat

Keberpihakan bantuan/upaya-upaya yang dilakukan pemerintah dalam pengentasan kemiskinan terhadap perempuan dalam rumah tangga miskin dapat dipaparkan sebagai berikut,

Pada wilayah dengan kategori keterpaparan lingkungan yang sedang adalah wilayah yang memiliki tingkat keterpaparan lingkungan terhadap bencana alam yang sangat tinggi