FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGARUH PEMBERDAYAAN APARATUR TERHADAP EFEKTIVITAS PELAYANAN PUBLIK
( Studi Pada Kantor Camat Merbau Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau )
SKRIPSI
DISUSUN OLEH:
H E R M A N
030903113
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
GUNA MEMENUHI SALAH SATU SYARAT MEMPEROLEH GELAR SARJANA SOSIAL (S-1) FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelaksanaan otonomi daerah yang digulirkan oleh pemerintah sejak tahun 2001 membawa
perubahan dalam pelaksanaan pemerintahan di daerah.salah satu perubahan itu adalah pemberian
wewenang yang lebih luas dalam penyelenggaraan beberapa bidang pemerintahan.seiring dengan
bertambah luasnya kewenangan ini, maka aparat birokrasi pemerintahan di daerah dapat
mengelola dan menyelenggarakan pelayanan publik dengan lebih baik sesuai dengan kebutuhan
masyarakatnya.
Otonomi daerah menurut Undang-Undang No 32 Tahun 2004 adalah kewenangan
daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa
sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan perundang-undangan. Dengan otonomi
daerah berarti telah dipindahkan sebagian besar kewenangan yang tadinya berada di pemerintah
pusat kepada daerah otonom, sehingga pemerintah otonom dapat lebih cepat dalam merespon
tuntutan masyarakat sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Karena kewenangan membuat
(perda) sepenuhnya sepenuhnya menjadi wewenang daerah otonom, maka dengan otonomi daerah
pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan diharapkan.
Hoesin dalam Sudrajat (2007:01) Otonomi daerah merupakan wewenang mengatur urusan
pemerintahan yang bersifat lokalitas menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.
Dengan demikian desentralisasi sebenarnya menjelmakan otonomi masyarakat setempat untuk
memecahkan masalah berbagai masalah dan pemberian pelayanan yang bersifat lokalitas demi
otonomi daerah diberikan kepada masyarakat dan bukan kepada daerah atau kepada pemerintah
daerah.
Menurut Gatot Yan.S ( LANSKAP: 2008) ada beberapa aspek yang perlu mendapat
perhatian serius dalam pelaksanaan otonomi daerah antara lain pelayanan publik, formasi jabatan,
pengawasan keuangan daerah dan pengawasan independen. yang perlu dikembangkan oleh
pemerintah daerah adalah bagaimana pemerintah daerah mampu membangun kelembagaan daerah
yang kondusif, sehingga dapat mendesain standar pelayanan publik yang mudah, murah dan cepat.
Pelayanan publik merupakan bagian dari pemerintahan yang baik (good governance) yang salah
satu para meternaya adalah cara aparatur pemerintah memberikan pelayanan kepada daerah.
Prinsip good governance bisa terwujud jika pemerintahan diselenggarakan secara transparan,
responsive, partisipatif, taat hukum, sesuai consensus, nondiskriminasi, akuntabel, serta memiliki
visi yang strategis.
Menurut Mustopadijaja dalam Sudrajat (2007:02) seharusnya, dalam era demokratisasi
dan desentralisasi saat inih, seluruh perangkat birokrasi menyadari bahwa pelayanan berarti pula
semangat pengabdian yang mengutamakan efisiensi dan keberhasilan bangsa dalam
pembangunan, yang dimanifestasikan antara lain dalam perilaku melayani dan bukan dilayani,
mendorong dan bukan menghambat, mempermudah dan bukan mempersulit, sederhana dan
berbelit-belit. Terbuka untuk setiap orang dan bukan hanya segelintir orang. Dan agar pelayanan
publik berkualitas, sudah sepatutnya pemerintah mereformasi paradigma pelayanan publik
tersebut. Reformasi paradigma pelayanan publik ini adalah pergeseran pola penyelenggaraan
pelayanan publik dari yang semula berorintasi pemerintah sebagai penyedia menjadi pelayanan
yang berorientasi kepada kebutuhan masyarakat sebagi pengguna. Dengan begitu, tidak ada pintu
mendengarkan suara publik itu sendiri dan inilah yang menjadi jalan bagi peningkatan partispasi
masyarakat di bidang pelayanan publik.
Menurut Kurniawan (2005:91) meskipun dewasa ini arus revitalisasi birokrasi dan
demokratisasi yang menasbihkan terbukanya partisipasi publik, tetapi diskusi pelayanan publik
akan sulit menggambarkan wajah aparatnya, apabila tidak diikuti dengan kebijakan pembangunan
SDM aparat. Hal ini disebabkan aparat pelayanan publik merupakan sumberdaya manusia yang
menempati kedudukan yang lebih tinggi dan merupakan faktor yang sangat menentukan untuk
tingkat keberhasilan dan kegagalan suatu organisasi. Selain dari itu juga, pembangunan
sumberdaya birokrat yang selama ini ada di daerah, yang diawali dengan perencanaan kebutuhan
yang kurang sempurna, rekrutmen yang tertutup dan jauh dari nilai-nilai yang berkeadilan,
kompensasi termasuk system karier yang lebih berorientasi kepada kepentingan pimpinan dengan
instrumen DP3 yang justru menimbulkan kecemburuan dan rasa frustasi, pendidikan dan pelatihan
yang berorientasi proyek dan ketidakjelasan pemanfaatan pegawai yang selesai menempuh
pendidikan dan pelatihan, harus dirubah sebagaimana yang diprasyaratkan diatas khususnya
dalam era otonomi daerah ini agar pelayanan publik yang menjadi tujuan dapat dilaksanakan
dengan baik.
Dan menurut Yudoyono (2003:64) kondisi aparatur pemeritah daerah beberapa waktu
yang lalu pernah diamati atau dipantau oleh suatu lembaga yang hasilnya cukup memprihatinkan.
Ketika jam kerja, banyak dijumpai PNS yang hanya baca koran, ada yang main catur, tidak berada
di tempat kerja dan sebagainya. Hal ini menunjukkan terabaikannya aspek efisiensi dan sudah
tentu juga tidak efektif. Aktivitas yang menunjukkan nuansa kesibukan kerja tampak di unit-unit
Kecamatan Merbau yang berada wilayah Kabupaten Bengkalis yang terdiri dari 2 pulau
besar yaitu pulau Padang dan pulau Merbau yang mana ibu kota kecamatan terletak di Teluk
Belitung. di daerah pesisir seperti ini pelayanan publik hendaknya terus dilakukan secara optimal.
hal ini terkait dengan banyaknya masyarakat yang selalu berurusan ke kantor kecamatan yang
datang dari kampung yang jauh dan menyeberang lautan bahkan harus bermalam terlebih dahulu
jika urusan yang dibuat belum selesai serta memakai biaya yang banyak pula. Jadi, kesiapan dari
aparatur sebagai abdi negara yang bertanggung jawab dengan pekerjaannya sangat dibutuhkan
sekali dalam pelayanan agar pelayanan yang memuaskan dan tidak mengecewakan dapat tercapai
sesuai dengan harapan semua pihak.
Berdasarkan dari latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pemberdayaan Aparatur Terhadap
Efektivitas Pelayan Publik” ( Studi Pada Kantor Camat Merbau )
B. Perumusan Masalah
Untuk memudahkan peneliti nantinya, dan agar peneliti memiliki arah yang jelas dalam
menginterprestasikan hasil penelitian dalam skripsi, maka terlebih dahulu dirumuskan
masalahnya.
Berdasarkan dari hal diatas, serta berpedoman pada perumusan latar belakang yang telah
dikemukakan, maka peneliti merumuskan permasalahan dalam penelitian sebagai berikut :
C. Tujuan Penelitian.
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui hubungan Pemberdayaan Aparatur terhadap Efektivitas Pelayanan
Publik pada kantor Camat Merbau Kabupaten Bengkalis.
2. Untuk mengetahui adakah pengaruh Antara pemberdayaan aparatur dengan Efektivitas
Pelayanan Publik pada kantor Camat Merbau Kabupaten Bengkalis.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang dilaksanakan ini adalah sebagai berikut :
1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan
dan karya ilmiah di bidang administrasi, khususnya administrasi negara (Publik).
2. Secara praktis :
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi pemberdayaan
aparatur pada kantor camat merbau kabupaten bengkalis.
b. Bahan masukan bagi evaluasi pemberdayaan aparatur pada kantor camat merbau
kabupaten bengkalis
c. Dapat dijadikan dasar penelitian yang lebih mendalam terhadap pemberdayaan aparatur
E. Kerangka Teori
Berdasarkan rumusan diatas, maka dalam bagian ini penulis akan mengemukakan teori, pendapat,
gagasan yang akan menjadi titik tolak landasan berfikir dalam penelitian ini
1. Pemberdayaan Aparatur.
Konsep tentang pemberdayaan telah diterima dan digunakan, mungkin dengan pengertian
dan persepsi yang berbeda satu dengan lainnya.pemakaian konsep tersebut secara kritikal meminta
adanya telaah yang sifatnya mendasar dan jernih
Menurut Webster dalam Oxford English Dictionary (Sedarmayanti, 2003:144) kata
“Empower” mengandung dua arti. Pengertian pertama adalah to give or authority to, dan
pengertian kedua to give ability to or enable. Dalam pengertian pertama, diartikan sebagai
memberi kekuasaan, mengalihkan kekuasaan, atau mendelegasikan otoritas kepada pihak
lain.sedangkan dalam pengertian kedua, diartikan sebagai upaya untuk memberi kemampuan atau
keberdayaan.
Paul (dalam Sedarmayanti, 2003:145) menjelaskan bahwa pemberdayaan berarti
menghilangkan batasan birokratis yang mengkotak-kotakkan orang dan membuat mereka
menggunakan seefektif mungkin keterampilan, pengalaman, energi dan ambisinya. Ini berarti
memperkenankan mereka untuk mengembangkan suatu perasaan memiliki bagian-bagian dari
proses, khususnya yang menjadi tanggung jawab mereka. Sementara pada waktu yang sama
menuntut mereka menerima suatu bagian tanggung jawab dan kepemilikan yang lebih luas dari
keseluruhan proses.
Sedangkan Nisjar (dalam Sedarmayanti 2003:146) menyatakan bahwa pemberdayaan
organisasi dapat dilakukan melalui pendelegasian wewenang (pemberian wewenang, sehingga
diharapkan organisasi lebih fleksibel, efektif, inovatif, kreatif, etos kerja tinggi, yang pada
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan itu adalah
pemberian otonomi dan kewenangan kepada seorang pegawai untuk lebih mandiri dan fleksibel
dalam mengerjakan tanggung jawab yang diberikan dan tidak merasa terkekang dari apa yang
mereka yang seharusnya mereka dapatkan serta menumbuhkan sikap memiliki dan menjadi
bagian dari apa yang mereka kerjakan.
Dalam Undang-Undang No 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian Di
Indonesia dinyatakan bahwa pegawai negeri sipil adalah unsur aparatur negara dan abdi
masyarakat yang berfungsi memberikan pelayanan kepada masyarakat secara professional, jujur,
adil dan merata dalam penyelenggaraan negara, pemerintahan dan pembangunan. Dan didalam
pengertian ini dapat dilihat bahwa tugas utama aparatur itu adalah memberikan pelayanan
kepada masyarakat sebagaimana yang telah diamanatkan oleh undang-undang dengan secara sadar
dan bertanggung jawab dan tidak menyalahgunakan kewenangan yang diberikan untuk
kepentingan diri sendiri, kelompok maupun golongan tertentu.
Pegawai Negeri Sipil menurut Salam (2004:175) adalah setiap warga negara Republik
Indonesia yang telah memenuhi syarat yang telah ditentukan, diangkat oleh pejabat yang
berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan
digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Selanjutnya Tayibnapsis (dalam Kurniawan, 2005:96), aparatur pemerintah adalah
kumpulan manusia yang mengabdikan pada kepentingan negara dan pemerintahan dan
berkedudukan sebagai pegawai negeri. Sedangkan menurut Moerdiono (dalam Kurniawan,
2005:96) aparatur pemerintah adalah seluruh jajaran pelaksana pemerintah yang memperoleh
pembangunan. Aparatur harus menjadi saluran pengabdian dan pelayanan kepentingan umum dan
bukan penyalahgunaan kekuasaan dan golongan tertentu.
Dari aparat negara dan atau aparatur pemerintah, diharapkan atau dituntut adanya
kemampuan baik berupa pengetahuan, keterampilan, serta perilaku yang memadai, sesuai dengan
tuntutan pelayanan dan pembangunan sekarang ini, Handayaningrat (dalam Kurniawan,2005:96).
Dan pengertian yang lengkap tentang pemberdayaan aparatur di jelaskan oleh Tjiptono
(http://www.pascaunhas.net/jurnal-pdf) dimana pemberdayaan aparatur adalah upaya memberikan
otonomi, wewenang dan kepercayaan kepada setiap individu dalam suatu organisasi, serta
mendorong mereka untuk kreatif agar dapat merampungkan tugasnya sebaik mungkin. Dan untuk
mewujudkan pemberdayaan yang dimaksud, maka telah dibuat undang - undang yang mengatur
mengenai kepegawaian yang meliputi pengadaan, pengembangan, pembinaan, penggajian dan
pengawasan.
1. Rekrutmen dan Pengadaan
Rekrutmen atau pengadaan adalah merupakan fungsi administrasi kepegawaian. rekrutmen
pegawai merupakan follow up dari fungsi analisis jabatan. Dan hasil analisis jabatan yang
diperoleh tentang informasi pekerjaan/jabatan dan syarat-syarat pekerjaan /jabatan yang menjadi
dasar untuk melakukan rekrutmen dan pengadaan pegawai.
Rekrutmen adalah suatu proses mencari pegawai yang berkualitas untukmengisi
jabatan/pekerjaan yang lowong.Proses rekrutmen dimulai dari mencari pelamar dan diakhiri
ketika pelamar mengirimkan/masukkan lamarannya dalam suatu organisasi.
Pengadaan pegawai negeri sipil adalah mengisi formasi lowongan dalam suatu satuan
organisasi negara. Pengadaan PNS dilakukan berdasarkan kebutuhan baik dari segi kuantitas
maupun kualitas. Pada umumnya pengadaan disebabkan oleh dua hal yaitu adanya pegawai negeri
Pengadaan pegawai negeri sipil menggunakan pendekatan “Zero Growth” yaitu pengadaan
yang dilakukan hanya untuk menggantikan pegawai yang telah berhenti atau pensiun. Dengan
demikian pengadaan PNS tidak harus dilakukan setiap tahun.dan lembaga yang wewenang untuk
merekrut pegawai sipil adalah Badan Kepegawaian Negara, Badan Kepegawaian Daerah dan
MENPAN.
Setiap warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat-syarat yang ditentukan mempunyai
kesempatan untuk sama melamar dan diangkat menjadi PNS. Dan pengadaan PNS semata-mata
didasarkan atas syarat-syarat objektif yang telah ditentukan dan dan tidak boleh didasarakan atas
diskriminasi jenis kelamin, golongan, agama, suku dan lain sebagainya. Untuk menjamin
objektifitas dan keseragaman dalam pelaksanaan, maka dikeluarkan Peraturan Pemerintah No 11
tahun 2002 tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil.
2. Pengembangan ( Pendidikan dan Latihan )
Hasil penelitian menunjukkan pendidikan pegawai berkorelasi positif dengan kinerja pegawai. Oleh karena itu, oleh karena itu setiap organisasi tidak boleh mengabaikan tingkat
pendididikan pegawainya (Revida, 2008:83).
Pendidikan berupaya meningkatkan pengetahuan umum, teori-teori yang berkaitan dengan
pekerjaan serta menumbuhkan sikap yang positif terhadap pekerjaan para pegawai. Dengan
tingkat pendidikan yang baik, maka pegawai dapat menjawab bagaimana dan mengapa terhadap
suatu pekerjaan.
Pelatihan dimaksudkan untuk meningkatkan keterampilan kerja pegawai dalam melakukan
pekerjaan. Pelatihan pegawai lebih mengarah pada peningkatan teknis operasional pekerjaan.
Pendidikan dan pelatihan PNS adalah suatu proses meningkatkan pengetahuan, teori-teori
yang berkaitan dengan pekerjaan dan keterampilan seorang PNS agar tujuan pemerintahan dapat
tercapai dengan maksimal. Untuk meningkatkan kualitas kerja PNS sebagai abdi masyarakat, dan
bangsa perlu dilakukan pendidikan dan pelatihan (diklat). Pendidikan dan Pelatihan
kepemimpinan PNS dilaksanakan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahun 2000
dengan tujuan sebagai berikut :
a. Meningkatkan pengetahuan, keahlian, keterampilan dan sikap PNS untuk dapat
melaksanakan tugas jabatan struktural eselon I, II, III dan IV secara profesional dengan
dilandasi kepribadian dan etika PNS sesuai dengan kebutuhan instansi.
b. Menciptakan aparatur yang mampu berperan sebagai inovator dan perekat persatuan
dan kesatuan bangsa.
c. Memantapkan sikap dan semangat pengabdian yang berorientasi pada pelayanan,
pengayoman, dan pemberdayaan masyarakat.
d. Menciptakan kesamaan visi dan dinamika pola pikir dalam melaksanakan tugas
pemerintahan umum dan pembangunan demi terwujudnya good governace.
Jika dilihat dari tujuan Pendidikan dan Pelatihan diatas, tampak bahwa Pendidikan dan
Pelatihan PNS untuk meningkatkan kompetensi PNS. Kompetensi adalah kemampuan dam
karakteristik yang dimiliki oleh seorang PNS, berupa wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan
sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya.
Sasaran diklat kepemimpinan adalah terwujudnya pegawai negeri sipil yang memiliki yang
memiliki kompetensi yang sesuai dengan jabatan struktural eselonnya. Kompetensi jabatan PNS
adalah kemampuan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pelayan
3. Pembinaan
Menurut Podo dan Sullivan (dalam Revida, 2008) kata “bina dan membina” merupakan
sinonim dari kata inggris to build up (membangun, mendirikan), to develop (mengembangkan)
dan to cultivate (memelihara). Kata pembinaan dianggap memiliki arti yang hampir sama dengan
kata membimbing atau mengarahkan.
Pembinaan menginginkan adanya kemajuan, peningkatan, perubahan, evolusi atas
berbagai kemungkinan, berkembang, atau peningkatan atas sesuatu yang diharapkan. Pengertian
diatas mengandung dua hal, yaitu pertama, bahwa pembinaan itu sendiri bisa berupa tindakan,
proses yang dilakukan dan kedua, pembinaan bisa menunjukkan pada perbaikan atas sesuatu
kearah yang lebih baik (Revida, 2008:43).
Menurut Raharjo (dalam Revida, 2008:44) dipandang dari sisi manajemen sumber daya
manusia, pembinaan adalah upaya untuk menaikkan potensi dan kompetensi individu melalui
pendidikan formal maupun informal. Pembinaan menurut pengertian ini bertujuan untuk menggali
potensi dan kompetensi pegawai. Potensi dan kompetensi pegawai perlu terus dibina agar dapat
meningkatkan kualitas kerja.
Dalam konteks pembahasan administrasi kepegawaian, pembinaan pegawai diartikan
sebagai proses pembentukan sosok pegawai yang dinginkan organisasi. Kegiatannya menurut
Tayibnapis (dalam Revida, 2008:46) meliputi sikap mental yang loyal dan setia pada pemerintah
dan Negara yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang dasar 1945. serta peningkatan
keterampilan dan kecakapan melaksanakan tugas oganisasi. Dan menurut Tayibnapis (dalam
Revida, 2008:46) mengakui bahwa langkah tersulit dalam pembinaan PNS adalah mengubah sikap
Thoha mengutip pendapat Pigors (dalam Revida,2008:47) yang meyatakan bahwa
pembinaan pegawai bisa dilakukan dengan memperhatikan tiga prinsip dasar kepegawaian, yaitu :
penggunaan kepegawaian secara efektif, dijamin pengembangan karier semaksimal mungkin, dan
diperoleh jaminan kesejahteraan hidup yang layak.dan pembinaan pada dasarnya bertujuan untuk
membentuk sosok pegawai yang memiliki sikap dan perilaku, serta kemampuan sesuai yang
diharapkan organisasi.
Pembinaan pegawai secara efektif memerlukan perencanaan kebutuhan pegawai yang
matang. Formasi pegawai harus ditetapkan secara matang, terencana dan sesuai dengan kebutuhan
riil di lapangan. Setiap tahun harus dilakukan evaluasi baik melalui penelitian maupun
pengawasan terhadap kebutuhan dan efektivitas kerja pegawai negeri sipil. Jaminan
pengembangan harus dilaksanakan secara baik. Yang tejadi hingga saat ini adalah seorang
pegawai negeri sipl mengetahui masuk PNS dan kapan pensiunnnya. Tetapi tidak mengetahui
secara pasti nasib pengembangan dirinya setelah menjadi PNS (Revida, 2008:48)
Sastrohadiwiryo (dalam Revida,2008:48) menguraikan dua jenis pembinaan, yaitu
pembinaan moral kerja dan pembinaan disiplin kerja. Sedangkan, Saydam (dalam Revida,200:48)
menjelaskan bahwa bentuk pembinaan yang harus dilakukan terhadap pegawai antara lain, yaitu
pembinaan mental dan spiritual, pembinaan loyalitas, pembinaan hubungan kerja, pembinaan
moril dan semangat kerja, pembinaan disiplin kerja, pembinaan kesejahteraan dan pembinaan
untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi dimasa yang akan datang. 4. Penggajian dan Kesejahteraan Pegawai.
Sistem penggajian pegawai negeri sipil dapat dibedakan kedalam dua sistem, yaitu sistem
skala tunggal dan sistem skala ganda
Sistem skala tunggal adalah sistem penggajian yang memberikan gaji yang sama kepada
dilakukan dan beratnya tanggung jawab yang dipikul dalam melaksanakan pekerjaan itu.
Sedangkan skala ganda adalah sistem penggajian yang menentukan besarnya gajibukan
didasarkan pada pangkat saja tetapi juga didasarkan kepada sifat pekerjaan yang dilakukan,
prestasi kerja ynag dicapai dan beratnya tanggung jawab yang dipikul dalam melaksanakan
pekerjaan itu ( Revida, 2008:147).
Kebijaksanaan penggajian Pegawai Negeri Sipil yang berlaku hingga saat ini adalah
mengarah pada sistem skala gabungan. Dengan Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2003 telah
ditetapkan gaji pokok PNS menganut sistem skala tunggal.
Hal lain yang penting menyangkut masalah kesejahteraan pegawai disamping kepangkatan
dan penggajian adalah masalah cuti. Dimana masalah cuti pegawai ini diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 24 tahun 1976 yang mana pihak yang berwenang memberikan cuti kepada
Pegawai Negeri Sipil adalah Gubernur, Bupati/Walikota terhadap PNS yang berada di
lingkungannya masing-masing.adapun jenis-jenis cuti adalah sbb:
1. Cuti tahunan, yaitu cuti yang diberikan kepada setiap PNS yang bekerja sekurang-kurangnya
satu tahun secara terus menerus.lamanya cuti tahunan adalah 12 hari kerja dan tidak dapat
dipecah-pecah hingga jangka waktu yang kurang dari 3 hari kerja.
2. Cuti besar, perhitungan atas hak cuti besar bagi PNS yang telah selesai menjalan cuti diluar
cuti tanggungan negara, dihitung mulai tanggal PNS aktif kembali menjalan tugasnya sebagai
PNS
3. Cuti sakit, setiap PNS yang menderita sakit berhak atas cuti sakit.
4. Cuti bersalin, Pegawai Negeri Sipil wanita berhah atas cuti bersalin.
6. Cuti diluar tanggungan Negara.
5. Pengawasan Pegawai Negeri Sipil.
Setiap kegiatan dalam unit kerja selalu diperlukan fungsi manajemen. Salah satu fungsi manajemen yang sangat menetukan pencapaian tujuan adalah pengawasan, untuk mengadakan
penilaian, pengendalian sekaligus mengadakan tindakan koreksi. Didalam arti pengawasan bukan
merupakan alat untuk mencari kesalahan tetapi merupakan prasarana untuk mencegah terjadinya
penyimpangan dan penyelewengan yang mungkin terjadi.pengawasan yang dimaksudkan adalah
untuk memonitor, mencegah secara dini agar pelaksanaan kerja yang dibebankan kepada pegawai
dapat dipertanggung jawabkan.
Dan berbicara mengenai pengawasan dalam administrasi kepegawaian terdapat dua hal
pokok yang mennjadi barometer kearah terwujud aparatur yang cakap dan berwibawa dalam
tugasnya sebagai abdi negara yaitu penegakan disiplin pegawai dan memberikan penilaian dalam
pelaksanaan pekerjaan.
Disiplin berangkat dari pandangan bahwa tidak ada manusia yang sempurna, luput dari
kesalahan dan kekhilafan. Demikian halnya dengan pegawai bahwa tidak ada pegawai yang
sempurna. Menurut Saydam (dalam Revida,2008:102) disipilin adalah kemampuan untuk
menguasai diri sendiri dan melaksanakan norma-norma yang berlaku dalam kehidupan bersama.
Ahli lain menggunakan istilah lain, yaitu kesadaran dan kesediaan sesorang menaati semua
peraturan organisasi dan norma sosial yang berlaku Hasibuan (dalam Revida,2008:102).
Kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan
tugas dan tanggung jawabnya. Jadi, seseorang akan mematuhi /mengerjakan tugasnya dengan baik
tanpa paksaan.
Dalam praktek kerja sehari-hari, disiplin pegawai negeri sipil tampak pada kepatuhan PNS
1. mentaati jam kerja masuk dan jam kerja pulang
2. mematuhi segala peraturan/prosedur yang ada
3. mematuhi pemakaian pakaian seragam lengkap dengan atribut dan tanda pengenalnya
setiap hari
4. mengikuti kegiatan upacara seremonial yang diwajibkan misalnya apel pagi dan pulang
kerja.
5. bersikap dan bertingkah laku sopan dan ramah terhadap semua orang baik sesama
pegawai, pimpinannya maupun anggota masyarakat yang menerima layanan.
Menurut Hasibuan (dalam Revida, 2008:105) indikator yang mempengaruhi tingkat
kedisiplinan karyawan suatu organisasi, diantaranya: tujuan dan kemampuan, teladan pimpinan,
balas jasa, keadilan, pengawasan melekat, sanksi hukuman, ketegasan dan hubungan
kemanusiaan. Dan beberapa ahli umumnya membagi disiplin dalam organisasi kedalam dua jenis,
yaitu disiplin preventif dan disiplin korektif
1. Disiplin preventif adalah tindakan disiplin yang dilakukan untuk mendorong pegawai
mentaati berbagai peraturan yang berlaku dan memenuhi standar yang telah ditetapkan
2. Disiplin korektif adalah suatu tindakan yang dilakukan setelah terjadinya terjadinya
pelanggaran peraturan atau ketentuan yang berlaku. Tindakan ini dimaksudkan untuk
mencegah timbulnya pelanggaran lebih lanjut sehingga tindakan dimasa datang sesuai
dengan standar.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 30 telah diatur dengan jelas kewajiban yang harus
ditaati dan larangan yang tidak boleh dilanggar oleh setiap PNS yang melakukan pelanggaran
Selain dari itu juga dalam usaha untuk lebih menjamin objektifitas dalam pembinaan
PNS berdasarkan sistem karier dan sistem prestasi kerja, maka telah dikeluarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 10 Tahun 1979 tentang Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil.
Penilaian pelaksanaan pekerjaan PNS adalah kegiatan yang dilakukan untuk menilai
pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan pegawai negeri sipil. Penilaian tersebut dituangkan dalam
Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3). Yang berwenang membuat penilaian pelaksanaan
pekerjaan PNS adalah Pejabat Penilai yaitu atasan lansung dari pegawai Negeri sipil yang
bersangkutan (Revida 2008:70)
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penilaian kinerja pegawai bagi organisasi
adalah penyesuaian kompensasi, perbaikan kinerja, kebutuhan latihan dan pengembangan,
pengambilan keputusan dalam hal penempatan promosi, mutasi, pemecatan, pemberhentian dan
perencanaan tenaga kerja, dan untuk kepentingan penelitian kepegawaian dan membantu
diagnosis terhadap kesalahan disain pegawai.Sulistiyani dan Rosidah (dalam Revida, 2008:71)
Tujuan DP3 pegawai negeri sipil adalah untuk memperoleh untuk memperoleh
bahan-bahan pertimbangan yang objektif dalam pembinaan PNS berdasarka sistem karir dan sistem
prestasi kerja. Secara umum penilaian pelaksanaan pekerjaan diukur dengan kriteria: 1) kualitas,
2) kuantitas, 3) ketepatan, 4) penghematan biaya, dan 5) kemandirian atau otonom dalam bekerja.
Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan PNS kemudian dituangkan dalam suatu daftar yang
disebut DP3 Pegawai Negeri Sipil. Dan DP3 PNS harus dibuat seobjektif mungkin oleh atasan
lansung PNS berdasarkan data dan buku catatan yang menyangkut perilaku PNS. Untuk itu, setiap
pejabat yang berwenang membuat Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan berkewajiban membuat
dan memelihara catatan mengenai PNS yang berada di lingkungannya masing-masing. Revida
2. Efektivitas Pelayanan Publik
Dilihat dari segi keberhasilan bahwa organisasi yang berhasil mencapainya tujuannnya,
namun belum tentu terlaksana dengan efektivitas kerja yang baik.
Kata efektivitas berarti tercipta sasaran atau tujuan sesuai dengan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Putra dan Arif (2001:18) mendefenisikan efektivitas secara sederhana yaitu
kemampuan melakukan sesuatu secara tepat pada sasaran ( doing the right things )
Argris (dalam Tangkilisan,2005:139) mendefenisikan efektivitas sebagai keseimbangan
atau pendekatan secara optimal pada pencapaian tujuan, kemampuan dan pemanfaatan tenaga
manusia.
Stoner (dalam Kurniawan,2005:106) menekankan pentingnya efektivitas organisasi dalam
pencapaian tujuan organisasi dan efektivitas adalah kunci dari kesuksesan suatu organisasi.
Disimpulkan bahwa tingkat efektivitas organisasi menunjukkan pada tingkat jauh
organisasi melaksanakan kegiatan atau fungsi-fungsi sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat
tercapai dengan menggunakan secara optimal alat-alat dan sumber-sumber yang ada. Berarti
bicara mengenai efektivitas organisasi ada dua aspek di dalamnya yaitu 1) tujuan organisasi dan 2)
pelaksanaan fungsi atau cara untuk mencapai tujuan tersebut. Kurniawan (2005:106)
3. Pelayanan Publik.
a. Pengertian Pelayanan Publik
Dalam konteks pelayanan umum, dikemukakan bahwa pelayanan umum adalah
mendahulukan kepentingan umum, mempermudah urusan publik, mempersingkat waktu
pelaksanaan urusan publik dan memberikan kepuasan kepada publik.Kurniawan (2005:7). Senada
melalui sistem, prosedur dan metode tertentu dalam usaha memenuhi kepentingan orang lain
sesuai dengan haknya.
Pengertian yang lebih lengkap dapat dikutip dari Keputusan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara No. 63 Tahun 2003 yang menyebutkan bahwa pelayanan publik adalah segala
bentuk pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, daerah dan lingkungan
badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah dalam bentuk barang dan jasa, baik dalam
rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Dari beberapa pengertian dan uraian diatas dapat dilihat bahwa pelayanan publik
dilaksanakan oleh pemerintah, dalam arti barang publik dan jasa publik adalah tanggungjawab
pemerintah melalui instansinya dari pusat ke daerah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atau
pelaksanaan peraturan tertentu. Pelayanan publik berupa barang atau jasa tidak berorientasi profit.
Artinya pelayanan publik dilaksanakan bukan untuk meningkatkan margin keuntungan tetapi
untuk kepuasan dari masyarakat sebagai pelanggan. Pelayanan publik diusahakan dengan biaya
terendah supaya dapat dijangkau oleh golongan paling tidak mampu. Karena perlu diingat bahwa
pelayanan publik harus dapat dinikmati secara keseluruhan.
Penyelenggaraan pelayanan publik menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara No. 63 Tahun 2003 tentang pedoman umum pelayanan publik yang kemudian
dikembangkan menjadi 14 unsur yang relevan, valid dan reliabel sebagaimana tertuang didalam
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No 25 tahun 2004 tentang indeks kepuasan
masyarakat mengatur beberapa hal penting menyangkut pelayanan publik yang mengandung
a. Prosedur pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan.
b. Persyaratan pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administratif yang diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis pelayanannya.
c. Kejelasan petugas pelayanan, yaitu keberadaaan dan kepastian petugas yang memberikan pelayanan
d. Kedisiplinan petugas pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dalam memberikan pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
e. Tanggung jawab petugas pelayanan, yaitu kejelasan wewenang dan tanggung jawab petugas dalam penyelenggaraan dan penyelesaian pelayanan.
f. Kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan dan keterampilan yang dimiliki petugas dalam memberikan / menyelesaikan pelayanan kepada masyarakat.
g. Kecepatan pelayanan,yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan oleh unit penyeleggara pelayanan.
h. Keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dengan tidak membedakan golongan masyarakat yang dilayani.
i. Kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan perilaku petugas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah serta saling menghargai dan menghormati.
j. Kewajaran biaya pelayanan, yaitu keterjangkauan masyarakat terhadap besarnya biaya yang di tetapkan oleh unit pelayanan
k. Kepastian biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang dibayarkan dengan biaya yang telah ditetapkan.
l. Kepastian jadwal pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan, sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
m. Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana yang bersih, rapi, teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman bagi penerima pelayanan.
n. Keamanan pelayanan, yaitu terjaminnya tingkat keamanan lingkungan unit penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang digunakan, sehingga masyarakat merasa tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadap resiko-resiko yang diakibatkan dari pelaksanaan pelayanan. adapun penjelasannya adalah sbb:
Sebagaimana diketahui bahwa aparatur pemerintah merupakan pelayanan bagi masyarakat.
Jadi aparatur pemerintah dalam hal ini adalah PNS dituntut untuk lebih bersungguh-sungguh
untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang telah diamanatkan kepadanya dengan baik,
sehingga apa yang menjadi tujuan dan sasaran akan terlaksana dengan maksimal yakni sebagai
pelayan bagi masyarakatnya dan bukan untuk dilayani. Didalam keputusan Menteri
pelayanan yang sederhana dan tidak berbelit adalah idaman setiap orang. Karena dengan adanya
prosedur yang jelas akan memudahkan bagi setiap penerima pelayanan dan tentunya akan
berdampak bagi kelancaran pelaksanaan pelayanan itu sendiri. Oleh itu karena itu, setiap pemberi
pelayanan hendaknya bersikap jujur dan terbuka terhadap prosedur yang semestinya harus
dilewati tanpa menutup-nutupi.
Disamping itu juga, hal lain yang berkaitan dengan prosedur pelayanan adalah mengenai
persyaratan pelayanan. Syarat merupakan hal penting yang harus diperhatikan, karena syarat
menentukan pelayanan jenis apa yang harus diberikan dan kejelasan persyaratan tentunya akan
memudahkan petugas dan penerima pelayanan itu sendiri. Misalnya syarat untuk membuat KTP
seperti pas foto, kartu keluarga dan syarat seperti ini harus dijelaskan oleh petugas yang
bersangkutan kepada setiap orang yang akan membuat KTP agar mereka mengerti dan
menyiapkan sebagaimana mestinya.
Setiap urusan dalam masalah birokrasi tentunya telah ada petugas-petugas yang diangkat
dan diberikan wewenang sesuai dengan pangkat dan golongannya. Tujuannya tidak lain adalah
agar ada kejelasan dan kepastian dalam pemberian pelayanan nantinya misalnya menyangkut
nama, jabatan serta tanggung jawab. Jadi ini penting untuk memudahkan penerima pelayanan
untuk menuju kepada petugas mana ia harus berurusan dan tidak perlu menunggu-nunggu lagi
yang akan membuat waktu terbuang hanya untuk menanyakan kepada pegawai mana ia harus
berurusan.
Setiap orang tentunya telah mengetahui bahwa kesungguhan adalah kunci keberhasilan
dan tanpa kesungguhan tentunya segala sesuatu yang dilakukan tidak akan berhasil sebagaimana
yang diharapkan. Dalam pelayanan publik, kesungguhan itu tercermin dari kedisiplinan petugas
pelayanan terhadap konsistensi waktu sudah ditetapkan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
untuk melakukan tugas yang diemban kepadanya. Hal ini tidak lain karena jika ia mengulur-ulur
waktu dalam pelaksanaan pelayanan tentunya akan berakibat buruk bagi dirinya sendiri dan
menjadi beban yang harus ditanggung khususnya dalam penyelesaian pekerjaan yang lainnya.
Dalam setiap aktivitas yang dilakukan tentunya akan mengakibatkan sebuah konsekwensi
yang harus diterima dan harus dipertanggung jawabkan tidak mengira baik ataupun buruk. PNS
sebagai abdi negara dan abdi masyarakat hendaknya menanamkan nilai kesadaran yang tinggi
akan pentingnya tanggung jawab itu. Karena dengan adanya rasa tanggung jawab setiap kesalahan
yang dilakukan dalam proses pelayanan tidak akan pernah dilemparkan kepada orang lain yang
memang bukan hak dia untuk menanggungnya.
Hal lain yang berhubungan dengan tanggung jawab ini adalah kemampuan petugas
pelayanan. karena tanggung jawab itu hadir apabila ada pekerjaan yang dilakukan yang memang
membutuhkan keahlian dan keterampilan sebagaimana mestinya. Petugas yang terampil dan
mampu melaksanakan tugas dengan baik akan memberikan dampak yang positif dengan hasil
pekerjaan yang dilakukan dan membuat penerima pelayanan merasa puas terhadap layanan yang
diberikan dan sesuai target waktu penyelesaian yang sudah dijanjikan oleh unit penyelenggara
pelayanan.
Kecepatan dalam pelayanan adalah hal yang sangat penting mengingat dengan pelayanan
yang cepat akan memperoleh dan sesuai dengan waktu akan membuat penerima layanan merasa
senang dan tentunya ini akan menimbulkan rasa saling percaya antara yang melayani dengan yang
dilayani.
Keadilan dalam memberi dan mendapatkan layanan adalah hal mutlak yang harus
memberi rasa keadilan adalah sebuah nilai yang harus selalu dipertahankan dan selalu dijunjung
tinggi oleh para aparatur negara.
Bersikap sopan dan ramah serta saling menghormati dalam pelayanan tentunya akan
menimbulkan rasa kekerabatan diantaranya pemberi dan penerima layanan. Misalnya jika ada
masyarakat yang datang berurusan maka petugas hendaknya mengucapkan salam dan
memberikan senyuman serta menanyakan keperluannya apa sudah tentu ini menunjukkan sikap
bahwa kami siap melayani anda. Setiap petugas pelayanan hendanya menyadari bahwa ini harus
dibiasakan. Karena, bersikap sopan dan ramah membuat penerima layanan senang dan terhibur
dengan prilaku yang telah ditunjuk oleh petugas tersebut.
Didalam pelayanan memang membutuhkan biaya yang dibebankan kepada penerima
layanan dan biasanya disebut dengan biaya administrasi. Akan tetapi,perlu diperhatikan juga
bahwa tidak semua orang yang berurusan itu memiliki tingkat ekonomi yang sama misalnya
antara orang mampu membayar dengan orang yang tidak mampu membayar. Jadi, didalam
memberikan pelayanan penetapan biaya itu hendaknya harus bisa dijangkau oleh semua kalangan
baik kalangan atas, sedang maupun bawah.
Kepastian biaya dalam pelayanan publik adalah hal penting. Karena dengan biaya yang
pasti dan dan sesuai dengan apa yang telah ditentukan maka akan memudahkan bagi penerima
layananan untuk membayar sejumlah uang bagi suatu jenis layanan misalnya layanan untuk
pengurusan akte kelahiran tanpa harus memikirkan berapa biaya yang akan dibayar nantinya.
Kepastian biaya pelayanan ini hendaknya harus dijelaskan oleh petugas pelayanan sebelum
melakukan tugas pelayanan secara transparan.
Kepastian waktu dalam pelayanan harus selalu menjadi ukuran dalam pelaksanaan kerja.
Sebab, waktu yang pasti dan sesuai dengan apa yang telah ditetapkan akan membuat kerja
layanan tidak perlu bertanya lagi kapan urusan ini akan selesai bila ada kepastian waktu yang jelas
dari petugas pelayanan. oleh karena itu, aparat dituntut untuk bisa memanfaatkan waktu dengan
baik dalam penyelesaian tugas dan sewaktu penerima layanan datang untuk mengambil apa yang
yang menjadi kebutuhannya sudah selesai sebagaimana yang dijanjikan.
Lingkungan yang nyaman dan bersih merupakan idaman setiap orang. Aspek kenyamanan
dalam pelaksanaan pelayanan harus selalu menjadi prioritas oleh petugas pemberi layanan kepada
penerima layanan misalnya penyediaan ruang tunggu dan tempat duduk yang memadai bagi
masyarakat yang berurusan. Tempat yang nyaman ditambah lagi dengan keramahan petugas akan
menjadikan suasana lebih harmonis berdampak kepada kelancaran suatu urusan.
Keamanan dalam layanan adalah tugas wajib pemberi layanan. Dengan memberi rasa
aman penerima layanan tentunya akan mengurangi resiko-resiko yang ditimbulkan dalam proses
layanan tersebut. Hal ini bisa dicontohkan terjaminnya kendaraaan bermotor dari pencuri dan
untuk menjaga ini agar tetap aman, maka petugas pelayanan menyediakan tempat parkir yang
memadai serta di jaga oleh pegawai yang di tunjuk.
Dan dapat disimpulkan bahwa efektivitas Pelayanan Publik adalah proses pelaksanaan
pelayanan yang dilakukan oleh aparatur pemerintah kepada masyarakat dengan segala
kemampuan yang dimiliki dan bertujuan memenuhi kebutuhan masyarakat secara keseluruhan
berdasarkan peraturan perundang – undangan yang berlaku
4. Bentuk-Bentuk Pelayanan Publik
Pemerintah melalui lembaga dan segenap aparaturnya bertugas menyediakan dan
menyelenggarakan pelayanan kepada mereka. Adapun kegiatan yang dilakukan oleh aparatur
Menurut Moenir (1992 : 190 -196) bentuk pelayanan ada tiga macam yaitu :
1. Pelayanan dengan lisan
Pelayanan dengan lisan dilakukan oleh petugas-petugas bidang hubungan masyarakat
(humas), bidang layanan informasi dan bidang-bidang lain yang tugasnya memberikan penjelasan
atau keterangan kepada masyarakat mengenai berbagai fasilitas layanan yang tersedia.
Agar layanan lisan berhasil sesuai dengan yang diharapkan, ada syarat-syarat yang harus
dipenuhi oleh pelaku pelayanan, yaitu :
a) Memahami benar masalah-masalah yang termasuk dalam bidang tugasnya.
b) Mampu memberikan penjelasan apa-apa saja yang perlu dengan lancar, singkat tetapi cukup
jelas sehingga memuaskan bagi mereka yang ingin memperoleh kejelasan mengenai sesuatu
c) Bertingkah laku sopan dan ramah.
d) Meski dalam keadaan sepi tidak berbincang dan bercanda dengaa sesama pegawai, karena
menimbulkan kesan tidak disiplin dan melalaikan tugas.
2. Pelayanan dengan tulisan.
Dalam bentuk tulisan, layanan yang diberikan dapat berupa pemberian penjelasan kepada
masyarakat dengan penerangannya berupa tulisan suatu informasi mengenai hal atau masalah
yang sedang terjadi. Pelayanan melalui tulisan terdiri dari dua macam, yaitu :
a) Layanan yang berupa petunjuk, informasi dan sjenis yang ditujukan pada orang-orang yang
berkepentingan agar memudahkan mereka dalam berurusan dengan insatansi atau lembaga.
b) Pelayanan yang berupa reaksi tertulis ata permohonan, laporan, keluhan, pemberitahuan dan
lain sebagainya.
3. Pelayanan berbentuk perbuatan.
Pelayanan dalam bentuk perbuatan adalah pelayanan yang diberikan dalam bentuk
Dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.63 Tahun 2003, pelayanan
publik dibagi berdasarkan 3 kelompok, yaitu :
a) Kelompok pelayanan Administratif, yaitu bentuk pelayanan yang menghasilkan berbagai
macam dokumen resmi yang dibutuhkan oleh masyarakat atau publik. Misalnya status
kewarganegaraan, sertifikat, kompetensi, kepemilikan atau penguasaan terhadap suatu barang,
dan lain-lain.Dokumen-dokumen ini antara lain KTP, Akte kelahiran, Buku Pemilik
Kendaraan Bermotor, Surat Tanda Nomor Kendaraan, dan lain-lain.
b) Kelompok pelayanan barang, yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk/jenis
barang yang digunakan public. Misalnya jaringan telepon, penyediaan tenaga listrik, air
bersih, dan lain-lain.
c) Kelompok pelayanan jasa, yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa yang
dibutuhkan publik. Misalnya pendidikan, pelayanan kesehatan, penyelenggaraan transportasi,
dan lain-lain
Dalam konteks ini pelayanan yang dimaksudkan adalah pelayanan masyarakat yang
merupakan bantuan atau pertolongan yang diberikan pemerintah atau organisasi publik kepada
masyarakat secara materi maupun non materi.
Berbicara tentang pelayanan yang diberikan pemerintah tentunya tidak telepas dari
pelayanan pada sektor publik karena umumnya pelayanan yang diberikan pemerintah itu dalam
bidang/sektor yang menyangkut kepentingan umum misalnya, KTP. Kartu keluarga dan lain
E. Standar Pelayanan Publik.
Setiap penyelengaraan pelayanan publik harus mempunyai standar pelayanan dan
dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan. Standar pelayanan
publik merupakan ukuran yang dilakukan dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib
ditaati oleh pemberi ataiu penerima pelayanan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 63 Tahun 2003
tentang pedoman umum penyelenggaraan pelayanan publik, standar pelayanan publik
sekurang-kurangnya meliputi :
a. Prosedur pelayanan
Prosedur pelayanan yang dilakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan termasuk pengaduan
b. Waktu penyelesaian
Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan termasuk pengaduan.
c. Biaya pelayanan
Biaya/tarif pelayanan termasuk rinciannya yang ditetapkan dalam proses pemberian pelayanan.
d. Produk pelayanan
Hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. e. Sarana dan prasarana
Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh penyelenggara pelayanan publik.
f. Kompetensi petugas pemberi pelayanan publik.
Kompetensi petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan dengan tepat berdasarkan
pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap dan perilaku yang dibutuhkan.
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelayanan publik.
Ada beberapa masalah pokok dari pelayanan yang diberikan kepada masyarakat, Menurut
Sofyan Assauri (1999: 178) dimana faktor-faktor yang mempengaruhi pelayanan tersebut adalah :
1. Tingkah laku yang sopan
2. Cara penyampaian
4. Keramah-tamahan
Sementara itu suatu pelayanan yang komprehensif yang diberikan oleh aparatur
pemerintah dapat dilakukan dengan memperhatikan unsur-unsur dari pelayan tersebut yaitu saat
terjadinya interaksi antara aparatur pemerintah sebagai pemberi pelayanan dengan masyarakat
sebagai penerima pelayanan.
Menurut Moenir (1992 : 88 -119) terdapat faktor-faktor yang mendukung pelayanan,
antara lain sebagai berikut :
1. Faktor kesadaran
Yaitu kesadaran para pejabat serta petugas yang berkecimpung dalam kegiatan pelayanan. Kesadaran para pegawai pada segala tingkatan terhadap tugas yang menjadi tanggung jawabnya dapat membawa dampak yang sangat positif terhadap organisasi. Ini kan menjadi kesungguhan dan disiplin dalam melaksanakan tugasnya, sehingga hasilnya dapat diharapkan memenuhi standar yang ditetapkan.
2. Faktor aturan
Yaitu aturan dalam organisasi yang menjadi landasan kerja pelayanan. Aturan ini mutlak kebenarannya agar organisasi dan pekerjaan dapat berjalan teratur dan terarah. Oleh karena itu, harus dipahami oleh organisasi yang berkepentingan.
3. Faktor organisasi
Merupakan alat serta sistem yang memungkinkan berjalannya mekanisme kegiatan pelayanan dalam usaha pencapaian tujuan
4. Faktor pendapatan
Yaitu pendapatan pegawai yang berfungsi sebagai pendukung pelaksanaan pelayanan. Pendapatan yang cukup akan memotivasi pegawai dalam melaksanakan pekerjaan yang baik. 5. Faktor keterampilan tugas.
Yaitu kemampuan dan keterampilan petugas dalam melaksanakan pekerjaan. Ada tiga yang harus dimiliki yaitu kemampuan manajerial, kemampuan teknis dan kemampuan untuk membuat konsep.
6. Faktor sarana
7. Hubungan Pemberdayaan Aparatur dengan Efektivitas Pelayanan publik.
Kesiapan aparatur Pemerintah Daerah dalam melaksanakan otonomi daerah merupakan
fase dari aktivitas di masa transisi yang mempunyai dimensi peran yang amat penting. Karena
sukses tidaknaya suatu daerah dalam memasuki era pelaksanaan otonomi daerah sangat
bergantung dari kualitas dan kesiapan yang telah dilakukan.
Penyerahan wewenang yang demikian besar dari Pemerintah kepada Pemerintah daerah
dan masyarakat di daerah (desentralisasi) sebenarnya dimaksudkan untuk mendorong peningkatan
kemampuan aparatur Pemerintah Daerah. Sebab, secara teoritik dengan penyerahan wewenang
yang besar itu aparatur Pemerintah Daerah memiliki kesempatan yang luas untuk mengambil
inisiatif dan mengembangkan kreativitasnya, mencari solusi terbaik atas masalah yang dihadapi
dalam melaksanakan tugas sehari-hari khususnya dalam memberikan pelayanan masyarakat.
Yudoyono (2003:119)
Selain dari itu juga, era otonomi daerah yang ditandai yang ditandai dengan pemberian
yang lebih besar untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Salah satu tujuannya
adalah untuk lebih mendekatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat. Dan yang paling
penting dalam pelayanan itu adalah memberikan pelayanan yang terbaik dan pelayanan yang
terbaik baik tentunya didukung oleh kesiapan sumber daya manusia aparatur itu sendirinya.
Pemberdayaaan aparatur yang berarti memberikan memberikan kesempatan kepada
seorang PNS untuk melakukan suatu aktivitas dengan kewenangan dan tanggungjawab yang
dimilikinya. Menurut Tjiptono (http://www.pascaunhas.net/jurnal-pdf) pemberdayaan adalah
upaya memberikan otonomi, wewenang dan kepercayaan kepada setiap individu dalam suatu
organisasi serta mendorong mereka untuk lebih kreatif agar dapat merampungkan tugasnya sebaik
mungkin. Dan pemberdayaan mengenai bidang kepegawaian ini meliputi pengadaan,
Putra dan Arif (2001:18) mendefenisikan efektivitas secara sederhana yaitu kemampuan
melakukan sesuatu secara tepat pada sasaran ( doing the right things)
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 63 Tahun 2003 yang
menyebutkan bahwa pelayanan publik adalah segala bentuk pelayanan yang dilaksanakan oleh
instansi pemerintah di pusat, daerah dan lingkungan badan usaha milik negara dan badan usaha
milik daerah dalam bentuk barang dan jasa, baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan
masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pada prinsipnya segala sesuatu itu dilakukan tentulah mempunyai tujuan yang akan
dicapai dan mempunyai hasil sebagaimana yang diharapkan sebelumnya. Pemberdayaan aparatur
yang diartikan sebagai pemberian kewenangan dan otonomi kepada seorang PNS dengan berbagai
tahapan yang dilalui mulai dari pengadaan sampai pengawasan diharapkan mampu membentuk
pribadi seorang abdi negara yang bisa melayani masyarakat secara maksimal. Membentuk sosok
aparatur melalui proses pemberdayaan yang dilaksanakan tentunya memiliki hubungan yang erat
dengan tujuan pelayanan publik itu sendiri yaitu memberikan kemampuan serta kewenangan
kepada aparatur sebagai abdi negara dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat dalam
bidang pelayanan secara keseluruhan dan bukan untuk satu golongan berdasarkan peraturan yang
berlaku.
Pelayanan publik merupakan tugas dan kewajiban utama pemerintah yang merupakan
wujud tanggung jawab pemerintah terhadap masyarakatnya. Dalam konstitusi Republik Indonesia
hal tersebut tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alenia keempat, yang meliputi 4 (empat)
aspek pelayanan pokok pemerintah terhadap masyarakat, yaitu melindungi segenap bangsa
aparatur pemerintah diharap terus berbenah diri kearah yang lebih baik. Sebab pemerintahan pada
hakekatnya adalah pelayanan kepada masyarakat
Menurut Napitupulu (2007:153) pelayanan bidang sipil dapat memuaskan masyarakat
manakala civil servant atau aparatnya juga berkualitas yag didukung oleh budaya pemerintahan
yang transparan, responsif, sensitif, akomodatif, akuntabel responsibel. Budaya pemerintah yang
demikian, akan tercapai manakala secara sistemik diupayakan pemberdayaan SDM dan
pengembangan organisasi birokrasi yang
diarahkan pada budaya pelayanan dengan prinsip total quality management
F. Hipotesa
Hipotesa adalah jawaban sementara yang masih diuji kebenarannya. Berdasarkan konsep
dan teori sebagaimana penulis kemukakan di atas, maka penulis akan mengemukakan hipotesis
penelitian yakni “Ada Pengaruh Yang Signifikan Antara Pemberdayaan Aparatur Terhadap
Efektivitas Pelayanan Publik.”
Jika :
Ha : ρ ≠ 0, “tidak sama dengan nol” berarti lebih besar dari nol atau (-) dari nol berarti ada
pengaruhnya dan hipotesa ini dapat diterima.
Ho : ρ = 0, 0 berarti ini tidak ada pengaruhnya dan hipotesa ini ditolak
G. Defenisi Konsep
1. Pemberdayaan Aparatur adalah upaya memberikan otonomi, wewenang dan kepercayaan
kepada setiap aparatur dalam suatu organisasi pemerintah , serta mendorong mereka untuk
kreatif agar dapat merampungkan tugasnya sebaik mungkin. Dan untuk mewujudkan
pemberdayaan yang dimaksud, maka telah dibuat undang-undang yang mengatur mengenai
kepegawaian yang meliputi pengadaan, pengembangan, pembinaan, penggajian dan
2. Efektivitas Pelayanan Publik adalah proses pelaksanaan pelayanan yang dilakukan oleh
aparatur pemerintah kepada masyarakat dengan segala kemampuan yang dimiliki dan
bertujuan memenuhi kebutuhan masyarakat secara keseluruhan berdasarkan peraturan
perundang – undangan yang berlaku.
H. Defenisi Operasional
Kemungkinan lainnya suatu defenisi operasional merupakan spesifikasi kegiatan penelitian
dalam mengukur suatu variabel. Maka penulis mengoperasionalkan konsep dalam penelitian ini
sebagai berikut :
1. Pemberdayaan Aparatur dengan indikator :
a. Pengadaan pegawai negeri sipil adalah mengisi formasi lowongan dalam suatu satuan
organisasi negara. Pengadaan PNS dilakukan berdasarkan kebutuhan baik dari segi
kuantitas maupun kualitas.
b. Pendidikan berupaya meningkatkan pengetahuan umum, teori-teori yang berkaitan dengan
pekerjaan serta menumbuhkan sikap yang positif terhadap pekerjaan para pegawai.
Pelatihan dimaksudkan untuk meningkatkan keterampilan kerja pegawai dalam melakukan
pekerjaan. Pelatihan pegawai lebih mengarah pada peningkatan teknis operasional
pekerjaan.
c. pembinaan pegawai diartikan sebagai proses pembentukan sosok pegawai yang dinginkan
organisasi.dan kegiatannya meliputi sikap mental yang loyal dan setia pada pemerintah
dan negara yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang dasar 1945.
d. Kebijaksanaan Penggajian Pegawai Negeri Sipil yang berlaku hingga saat ini adalah
2003 telah ditetapkan gaji pokok PNS menganut sistem skala tunggal. Hal lain yang
penting menyangkut masalah kesejahteraan dan penggajian adalah masalah cuti.
e. Pengawasan dalam administrasi kepegawaian terdapat dua hal pokok yang menjadi
barometer kearah terwujud aparatur yang cakap dan berwibawa dalam tugasnya sebagai
abdi negara yaitu penegakan disiplin pegawai dan memberikan penilaian dalam
pelaksanaan pekerjaan. Disiplin berangkat dari pandangan bahwa tidak ada manusia yang
sempurna, luput dari kesalahan dan kekhilafan.
Penilaian pelaksanaan pekerjaan PNS adalah kegiatan yang dilakukan untuk menilai
pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan pegawai negeri sipil.
2. Efektivitas pelayanan publik dengan indikator :
a. Prosedur pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan kepada
masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan
b. Persyaratan pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administratif yang diperlukan untuk
mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis pelayanannya.
c. Kejelasan petugas pelayanan, yaitu keberadaaan dan kepastian petugas yang memberikan
pelayanan
d. Kedisiplinan petugas pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dalam memberiakn pelayanan
terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
e. Tanggung jawab petugas pelayanan, yaitu kejelasan wewenang dan tanggung jawab
petugas dalam penyelenggaraan dan penyelesaian pelayanan.
f. Kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan dan keterampilanyang dimiliki
petugas dalam memberikan / menyelesaikan pelayanan kepada masyarakat
g. Kecepatan pelayanan,yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam waktu yang
h. Keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dengan tidak membedakan
golongan masyarakat yang dilayani.
i. Kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan perilaku petugas dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah serta saling menghargai dan
menghormati.
j. Kewajaran biaya pelayanan, yaitu keterjangkauan masyarakat terhadap besarnya biaya
yang di tetapkan oleh unit pelayanan.
k. Kepastian biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang dibayarkan dengan biaya
yang telah ditetapkan
l. Kepastian jadwal pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan, sesuai denagn waktu
yang telah ditetapkan.
m. Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana yang bersih, rapi, teratur
sehingga dapat memberikan rasa nayaman bagi penerima pelayanan.
n. Keamanan pelayanan, yaitu terjaminnnya tingkat keamanan lingkungan unit
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Bentuk Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif, karena penelitian ini bertujuan
untuk mengukur pengaruh Pemberdayaan Aparatur terhadap Efektivitas Pelayanan Publik dengan
pendekatan korelasional, yaitu menguji hubungan/pengaruh antar variabel.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kantor Camat Merbau Kabupaten Bengkalis.
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Sugiyono (2004: 90) memberikan pengertian bahwa : “Populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri dari obyek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu.
Maka yang menjadi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Pegawai Kantor Camat Merbau
yang berjumlah 30 orang dan masyarakat Merbau.
2. Sampel
Sedangkan menurut Sugiyono ( 2004 : 91) sampel adalah sebagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Menurut Arikunto ( 2004: 109) sampel ialah sebagian
atau wakil populasi yang diteliti. Untuk Pegawai Kantor Camat yang berjumlah 30 orang dipakai
sampel jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai
sampel. Sedangkan untuk masyarakat Kecamatan Merbau menggunakan sampling insendental,
yakni teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yakni siapa saja yang secara kebetulan
bertemu dengan peneliti yang dapat digunakan sebagai sampel, dan bila orang itu dipandang
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data atau informasi, keterangan-keterangan data yang diperlukan,
penulis menggunakan metode-metode sebagai berikut:
1. Pengumpulan Data Primer
Yaitu perolehan data melalui kegiatan penulis langsung kelokasi penelitian untuk
mendapatkan data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yangn diteliti, kegiatan ini
dilakukan dengan cara :
a. Kuisioner yaitu teknik pengumpulan data dengan menyebarkan daftar pertanyaan (angket)
kepada responden. Pertanyaan yang diajukan adalah pertanyaan tertutup, responden
memilih jawaban yang telah disediakan.
b. Observasi yaitu pengumpulan data malalui pengamatan secara langsung kelokasi penelitian
2. Data sekunder Yaitu, cara pengumpulan data melalui studi kepustakaan, dokumentasi, dan
bahan lain yang relevan dengan objek penelitian.
E. Teknik Pengukuran Skor
Instrumen penelitian sesuai dengan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini. penelitian ini menggunakan instrumen yang berbentuk quisioner adapun format
jawaban dari quisioner menurut skala ordinal dengan Lima alternatif jawaban tiap alternatif itu
diberikan skor.
Adapun skor dari setiap pertanyaan yang ditentukan sebagai berikut :
1. Untuk alternatif jawaban a diberi 5
4. Untuk alternatif jawaban d diberi 2
5. Untuk alternatif jawaban e diberi 1
Kemudian untuk Uji Skoring pada data dan informasi dengan cara memberi skor pada data
dan infomasi yang dianalisis dan kemudian dihitung kumulatif yang akhirnya dapat dihitung
rata-rata persentasenya, hasilnya dapat digunakan untuk pengambilan kesimpulan yang dapat
memberikan arahan terhadap saran atau rekomendasi sebagai upaya pemecah masalahnya. Faried
Ali (1997:113)
Untuk mengetahui rata-rata skor dapat di gunakan rumus sebagai berikut:
Rata-rata = Jumlah Skor Jumlah Responden
Untuk mengetahui rata-rata persentase dari skor kita dapat menggunakan rumus sebagai
berikut:
Rata-rata Persentase = Rata-rata Skor Jumlah Skala
F. Teknik Analisa Data
Korelasi sederhana digunakan untuk mengukur besarnya hubungan variabel
bebas/Indevenden (X) dengan variabel terikat/Devenden (Y) Adalah korelasi Pearson Product
Moment.
Penggunaan teknik korelasi seperti ini didasarkan atas sumber data yang diperoleh
penulis serta adanya interval data yang berguna untuk melihat apakah jawaban responden
tergolong Sangat Tinggi,Tinggi, Sedang, Rendah, Sangat Rendah.
1. Adapun rumus Koefisien Korelasi Pearson Produk Moment (dalam Anas Sudjiono, 1996:193)
xy
Rxy = Angka Indeks Korelasi “r” Pearson Product Moment
N = Populasi
∑xy = Jumlah perkalian antara skor x dan y
∑x = Jumlah skor x
∑y = Jumlah skor y
Untuk melihat hubungan kedua variabel tersebut maka dapat dirumuskan sebagai berikut
:
a. Nilai r yang positif menunjukkan hubungan kedua variabel positif, artinya kenaikan nilai
variabel yang satu diikuti oleh nilai variabel yang lain
b. Nilai r yang negatif menunjukkan hubugan kedua variabel negatif artinya menurunnya
nilai variabel yang satu diikuti dengan meningkatnya nilai variabel yang lain
c. Nilai r yang sama dengan nol menunjukkan kedua variabel tidak menunjukkan hubungan,
artinya variabel yang satu tetap meskipun yang lainnya berubah.
Untuk mengetahui adanya hubungan yang tinggi atau rendah antara kedua variabel
berdasarkan nilai r (koefisien korelasi), digunakan penafsiran interprestasi angka yang
Tabel 1. Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi Koefisien Korelasi Interpretasi Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000
Sangat rendah Rendah
Sedang Tinggi Sangat tinggi
Dengan nilai Rxy yang diperoleh, kita dapat melihat secara langsung melalui tabel
korelasi yang menguji apakah nilai r yang kita peroleh tersebut berarti atau tidak, tabel korelasi ini
mencantumkan batas-batas r yang signifikan tertentu, dalam hal ini signifikan, 5 % bila nilai r
tersebut signifikan artinya, hipotesis alternatif dapat diterima.
2. Koefesien Determinant
Teknik ini digunakan untuk mengetahui berapa persen besarnya pengaruh variabel bebas / indevenden (X) terhadap variabel terikat / devenden (Y). Perhitungan dilakukan dengan menguadratkan Nilai Keofesien Pearson Product Moment (Rxy)2 x 100 %.
D = (Rxy)2 x 100 %
D = Koefesien Determinan
BAB III
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
A. SEJARAH SINGKAT KECAMATAN MERBAU
Sejarah kecamatan merbau bermula sejak dari pemerintahan kerajaan siak sri indrapura
yang beribukota di siak. Dimana pada tahun 1889-1900 kerajaan Siak Sri Indrapura diperintah
oleh Sulthan Assaydi Syarif Hasyim Abdul Djalil Syaifuddin, yang membagi Kerajaan Siak Sri
Indrapura menjadi 10 Propinsi setelah mendapat tekanan dari Belanda, yaitu
1. Propinsi Siak yang diperintah oleh Tengku besar
2. Propinsi Tebing Tinggi yang diperintah oleh Tengku Temenggung Mudo
3. Propinsi Merbau yang diperintah oleh Orang Kaya Setia Raja
4. Propinsi Bukit Batu yang diperintah oleh Datuk Laksmana
5. Propinsi Bangko yang diperintah oleh Datuk Dewa Pahlawan
6. Propinsi Tanah Putih yang diperintah oleh Setia Maharaja
7. Propinsi Kubu yang diperintah oleh Datuk Jaya Perkasa
8. Propinsi Pekanbaru yang diperintah oleh Datuk Syahbandar
9. Propinsi Tapung Kanan diperintah oleh Datuk Bendahara
10. Propinsi Tapung Kiri diperintah oleh Datuk Syarif Bendahara
Selanjutnya pada tahun 1915 tepatnya tanggal 03 Maret di nobatkanlah Tengku Sulung
menjadi Sulthan Siak dengan gelar Assaydis Syarif Qasim Abdul Djalil Syaifuddin (Syarif
Qasim II) yang kemudian diperbaharui Belanda dengan politik kontrak, maka dewan Kerajaan
Siak yang terdiri dari empat suku yang ada pada waktu itu dihapus. Kemudian membawa
wilayah kerajaan Siak pada waktu itu dibagi kedalam suatu kelompok yang dinamakan district.
Pada tiap district dibagi pula beberapa OrderDistrict, kemudian tiap-tiap district dibagi lagi
kedalam beberapa desa. Setiap satu district dikepalai oleh Orderdistrictchoofd. Kemudian setiap
desa dikepalai oleh seorang penghulu.dan dalam pembagian District ini wilayah kecamatan
Merbau yang ada sekarang ini masuk kedalam Wilayah District Selat Panjang yang terdiri dari :
1. Orderdistrict Tebing Tinggi yang beribukota di Selat Panjang
2. Orderdistrict Merbau yang beribukota di Teluk Belitung
Didalam pengangkatan Districthoof, Sulthan harus terlebih dahulu mendapat persetujuan
dari Assiten residen Belanda. Sedangkan didalam pengangkatan Orderdistrict Hoofd, Sulthan
harus mendapat persetujuan dari masing-masing Controliur. Setelah Indonesia merdeka wilayah
Orderdistrict Merbau menjadi kecamatan merbau dan tetap beribukota di Teluk Belitung dengan
Camat yang pertama yaitu Datuk Abdul Gani.
B. GEOGRAFI WILAYAH KECAMATAN MERBAU
Wilayah Kecamatan Merbau berada didalam wilayah Kabupaten Bengkalis yang terletak
di daerah pesisir timur pulau sumatera yang terbagi atas 2 pulau yaitu pulau Padang dan pulau
Merbau. . Adapun batas-batas Kecamatan Merbau adalah sebagai berikut :
Sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Ransang Barat dan Tebing Tinggi
Sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Siak Sri Indrapura
Sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Bengkalis dan Bukit Batu
Sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Tebing Tinggi Barat.
Adapun luas Kecamatan Merbau adalah 1348,92 km2 yang terdiri dari 20 desa dan 1
Tabel 2. Pembagian Wilayah Kecamatan Merbau
Kelurahan Teluk Belitung 52 km2
Desa Meranti Bunting 20 km2
Desa Lukit 218 km2
Desa Bagan Melibur 62,91 km2
Desa Mengkirau 76 km2
Desa Mengkopot 77 km2
Desa Selat Akar 50 km2
Desa Bandul 24 km2
Desa kudap 74 km2
Desa Dedap 110 km2
Desa Tanjung Padang 150 km2
Desa Teluk Ketapang 46 km2
Desa Baran Melintang 56 km2
Desa Renak Dungun 75 km2
Desa Kuala Merbau 13,2 km2
Desa Centai 60 km2
Desa Semukut 85 km2
Desa Pelantai 21 km2
Desa Tanjung Bunga 39.8 km2
Desa Tanjung Kulim
Desa Mekar Sari
10 km2
Jarak Kantor Kecamatan dengan
a. Desa / kelurahan terjauh : 40 km dengan jarak tempuh 3 jam
b. Ibukota Kabupaten : 68 km dengan jarak tempuh 4 jam
c. Ibukota Propinsi : 250 km dengan jarak tempuh 7 jam
C. KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT KECAMATAN MERBAU
Masyarakat kecamatan Merbau pada umumnya adala suku melayu yang secara historis
merupakan penduduk asli wilayah ini. Dan seiring dengan perubahan waktu daerah ini juga
banyak didatangi oleh suku-suku lain misalnya Cina, Jawa, Minang, Tapanuli dan lain sebagainya.
Orang Cina dan Minang di wilayah ini berprofesi sebagai pedagang dan suku yang lain
kebanyakan bekerja di sektor pertanian misalnya orang jawa. Dilihat segi mata pencaharian
penduduk yang paling dominan adalah sektor perkebunan misalnya perkebunan sagu dan karet.
Dan disamping itu juga ada yang menjadi nelayan khususnya bagi masyarakat asli wilayah ini.
D. KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI SERTA SUSUNAN ORGANISASI KECAMATAN MERBAU
Susunan organisasi kecamatan terdiri dari :
a. Camat
b. Sekretaris kecamatan
c. Seksi Pemerintahan
d. Seksi Kententraman dan Ketertiban
e. Seksi Pembangunan Masyarakat dan Kesejahteraan Sosial dan Budaya
f. Seksi Pelayanan
Kecamatan dipimpin oleh seorang Camat yang berada dibawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah. Dan Camat mempunyai tugas membantu
Kepala Daerah dalam menyelenggarakan Pemerintahan, Pembangunan, dan Pembinaan
kemasyarakatan dalam wilayah kecamatan. Adapun fungsi Camat adalah :
1. Pelaksanaan pelimpahan sebagian kewenangan pemerintahan dari Kepala Daerah
2. Penyelenggaraan tugas-tugas pemrintahan umum, kependudukan, dan pembinaan
keagrariaan serta pendidkan politik dalam negeri.
3. Pembinaan kententraman dan ketertiban wilayah
4. Pembinaan pembangunan yang meliputi pembinaan perekonomian, produksi dan distribusi
serta pembinaan sosial budaya dan lingkungan hidup.
- SEKERETARIS KECAMATAN
Sekretaris kecamatan mempunyai tugas melakukan pembinaan administratif kepada
seluruh satuan organisasi Kecamatan. adapun fungsi Sekretaris Kecamatan adalah :
1. Penyusunan rencana, pengendalian dan pengevaluasi pelaksanaannya
2. Penyelenggaraan administrasi keuangan
3. Pengelolaan urusan umum meliputi, ketatausahaan, administrasi kepegawaian,
perlengkapan dan rumah tangga
- SEKSI PEMERINTAHAN
Seksi pemerintahan mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan umum,
kependudukan, pembinaan pemerintahan Desa/kelurahan, pembinaan keagrariaan dan
pembinaan wilayah kecamatan. Adapun fungsi Seksi Pemerintahan :