• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mekanisme Pengolahan Arsip Pada Balai Pengembangan Pendidikan Non-Formal dan Informal (BPPNFI) Regional 1 Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Mekanisme Pengolahan Arsip Pada Balai Pengembangan Pendidikan Non-Formal dan Informal (BPPNFI) Regional 1 Medan"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

MEKANISME PENGOLAHAN ARSIP PADA BALAI

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN NON-FORMAL

DAN INFORMAL (BPPNFI) REGIONAL 1

MEDAN

KERTAS KARYA

Dikerjakan Oleh:

JULIANA HASIBUAN

062201006

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS SASTRA

DEPARTEMEN ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI

MEDAN

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Kertas Karya : Mekanisme Pengolahan Arsip Pada Balai Pengembangan

Pendidikan Non-Formal dan Informal (BPPNFI) Regional

1 Medan.

Oleh : Juliana Hasibuan

Nim : 062201006

PROGRAM STUDI D-III PERPUSTAKAAN

Ketua Jurusan : Dra. Zurni Zahara Samosir, M.Si.

NIP : 130802473

Tanda Tangan :

(3)

LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Kertas Karya : Mekanisme Pengolahan Arsip Pada Balai Pengembangan

Pendidikan Non-Formal dan Informal (BPPNFI) Regional

1 Medan.

Dosen Pembimbing : Ishak S.S.M.Hum

NIP : 132298069

Tanda Tangan :

Tanggal :

Dosen Pembaca : Dra. Zurni Zahara Samosir, M. Si.

NIP : 130802473

Tanda Tangan :

(4)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah Penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, atas berkat

dan rahmat-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini.

Kertas karya ini berjudul “MEKANISME PENGOLAHAN ARSIP

PADA BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN NON-FORMAL DAN

INFORMAL (BPPNFI) REGIONAL 1 MEDAN” yang merupakan salah satu

persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madya Program Studi Ilmu

Perpustakaan DIII Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa apa yang disajikan dalam kertas karya ini masih

belum sempurna baik dari segi materi, pembahasan maupun penyusunan

bahasanya. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi

kesempurnaan kertas karya ini. Penulis berharap semoga kertas karya ini

bermanfaat bagi kita semua.

Teristimewa pada kesempatan ini, Penulis mengucapkan terima kasih

dengan rasa hormat setinggi-tingginya atas segala dukungan, jerih payah dan do’a

restu kedua orang tua yang Penulis sayangi, Ayahanda Nazaruddin dan Ibunda

Seni Wati A.Ma.

Dalam menyelesaikan kertas karya ini, penulis mendapat

bantuan,bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak sehingga Penulis dapat

menyelesaikan kertas karya ini. Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima

kasih kepada :

1. Bapak Drs. Syaifuddin, M.A., selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas

Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Zurni Zahara Samosir, M.Si, selaku Ketua Jurusan D-III Program

Studi Ilmu Perpustakaan dan selaku team pembaca kertas karya ini serta

dosen wali yang telah memberikan arahan kepada Penulis.

3. Bapak Ishak S.S.M.Hum, selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan petunjuk dan bimbingan kepada Penulis dalam penyelesaian

(5)

4. Ibu Eva Rabita selaku dosen wali Penulis selama menyelesaikan

pendidikan di DSPI ini, yang telah banyak memberikan arahan kepada

Penulis.

5. Bapak Drs. Irwan Syafi’i selaku Kasubbag BPPNFI Regional 1 Medan,

dan seluruh pegawai yang telah membantu Penulis dalam observasi di

BPPNFI Regional 1 Medan.

6. Kakak-kakakku “ Mina, Mida dan adikku Madon “ yang selama ini telah

memberikan support kepada penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini.

7. Kepada sahabat-sahabatku “husna, ulphe, niswa, dhini dan buat my best

kaq heny n armiy” thank you for all dan rekan-rekan stambuk 2006, yang

telah memberi motivasi dan dukungan dalam menyelesaikan kertas karya

ini.

8. Spesial buat “ Kurniawan “ yang selama ini banyak membantu dan

memberi spirit kepada Penulis.

Demikian pengantar yang Penulis sampaikan. Semoga kertas karya ini

dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin. Akhir kata Penulis ucapkan terima

kasih atas segala bantuan.

Medan, Juni 2009

Penulis

( Juliana Hasibuan )

(6)

DAFTAR ISI

BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Arsip ... 5

2.1.1 Fungsi Arsip... 6

2.1.2 Peranan Arsip ... 6

2.1.3 Tujuan Arsip ... 7

2.2 Sistem Penataan Arsip ... 7

2.2.1 Pengertian dan Tujuan Penataan Arsip ... 7

2.2.2 Sistem Penataan Arsip ... 7

2.3 Temu Kembali Arsip ... 13

2.4 Pemeliharaan Arsip ... 13

2.4.1 Pemeliharaan ... 14

2.4.2 Tujuan Pemeliharaan ... 14

2.4.3 Pencegahan Kerusakan ... 14

2.5 Penyusutan Arsip ... 15

2.5.1 Pengertian dan Tujuan ... 15

2.5.2 Jadwal Retensi Arsip (JRA) ... 15

2.5.3 Pelaksanaan Penyusutan ... 16

BAB III MEKANISME PENGOLAHAN ARSIP PADA BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN NON-FORMAL DAN INFORMAL (BPPNFI) REGIONAL 1 MEDAN 3.1 Gambaran Umum BPPNFI Regional 1 Medan ... 17

3.1.1 Sejarah BPPNFI Regional 1 Medan ... 17

3.1.2 Struktur Organisasi... 19

3.2 Proses Pengurusan Arsip ... 19

3.2.1 Proses Surat Masuk ... 19

3.2.2 Proses Surat Keluar ... 20

3.2.3 Penyimpanan dan Penjajaran Arsip ... 20

3.3 Pengolahan Arsip pada BPPNFI Regional 1 Medan ... 21

3.4 Pemeliharaan Arsip ... 23

(7)

3.6 Penyusutan Arsip ... 24

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan ... 30 4.2 Saran... 31

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Sistem Abjad ... 8

Gambar 2. Sistem Masalah/ Perihal... 9

Gambar 3. Sistem Nomor... 10

Gambar 4. Sistem Tanggal/ Urutan Waktu ... 11

(9)

DAFTAR BAGAN

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Penulisan

Dewasa ini, informasi menjadi kebutuhan mutlak bagi setiap

organisasi, baik organisasi pemerintah maupun swasta. Keseluruhan kegiatan

organisasi pada dasarnya membutuhkan informasi. Oleh karena itu, informasi

menjadi bagian yang sangat penting untuk mendukung proses kerja

administrasi dan pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dari birokrasi

didalam menghadapi perubahan situasi dan kondisi yang berkembang dengan

cepat.

Pada suatu instansi atau lembaga pemerintahan maupun swasta, bidang

kearsipan merupakan salah satu unsur dari kesekretariatan atau ketatausahaan.

Administrasi pada kearsipan meliputi kegiatan dalam suatu pengurusan, baik

mengenai pengumpulan, pengelompokan, penyimpanan atau penemuan

kembali, penyusutan dan pemusnahan arsip.

Perkembangan teknologi yang pesat menuntut kebutuhan informasi

yang tinggi bagi masyarakat dalam berbagai segi kehidupan. Kebutuhan akan

informasi tersebut menuntut lembaga-lembaga pemerintah, instansi, dan tidak

terkecuali individu untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan sesuai

dengan kebutuhannya masing-masing.

Peranan arsip sangat potensial dan tidak mungkin dapat dihapus dalam

menunjang kelancaran, kegiatan administrasi sehari-hari suatu organisasi.

Kearsipan merupakan urat nadi dalam seluruh kegiatan instansi dan

merupakan pusat ingatan, sumber informasi dan sumber bukti sejarah.

Berkaitan dengan hal tersebut dalam kegiatan suatu badan atau lembaga arip,

ditemukan teknik jadwal retensi, meliputi kegiatan-kegiatan mulai kegunaan

suatu arsip bagi kantor kemudian merencanakan sejauh mana arsip-arsip dari

kantor dapat disimpan.

Kegiatan arsip berkaitan dengan pengklasifikasian, penyimpanan,

(11)

untuk mengetahui pelaksanaan pekerjaan masa lalu dan penyusunan rencana

kerja yang akan datang serta pengambilan keputusan, karena itu arsip sebagai

sumber informasi harus dikelola dengan baik.

Menurut bahasa referensi, arsip atau records merupakan informasi

yang direkam dalam bentuk atau medium apapun, dibuat, diterima, dan

dipelihara oleh suatu organisasi/lembaga/badan/perorangan dalam rangka

pelaksanaan kegiatan. Secara etimologi arsip berasal dari bahasa Yunani

Kuno Archeon, Arche yang dapat bermakna permulaan, asal, tempat utama,

kekuasaan dan juga berarti bangunan/kantor. Perkembangan selanjutnya kita

mengenal archaios yang berarti kuno, archaic, architect, archaeology, archive

dan arsip.

Untuk pelaksanaan kegiatan arsip setiap upaya penyusutan arsip

diperlukan penilaian terhadap aspek nilai arsip secara profesional yang dalam

rangka pembinaan kearsipan nasional telah dikembangkan jabatan fungsional

arsiparis yang diharapkan mampu melaksanakan pekerjaan secara

professional.

Arsip mempunyai beberapa kegunaannya, Sedarmaji dalam (Wursanto,

1991 : 10) mengemukakan bahwa arsip mempunyai tujuh nilai guna yaitu

sebagai berikut :

• Values for Administrative Use (Nilai arsip dalam kegunaan administrasi)

• Values for Legal Use (Nilai arsip dalam kegunaan hukum)

• Values for Viscal Use (Nilai arsip berkaitan dengan keuangan)

• Values for Operating Use (Nilai arsip yang berorentasi pada pelaksanaan kegiatan)

• Values for Policy Use (Nilai arsip untuk kebijakan)

• Values for Historical Use (Nilai arsip yang berkaitan dengan sejarah)

• Values for Research Use (Nilai arsip yang berkaitan dengan hasil penelitian sebagai bukti hasil karya anak bangsa)

Balai Pengembangan Pendidikan Non-Formal dan Informal (BPPNFI)

Regional 1 Medan, merupakan instansi pemerintah yang bergerak pendidikan

non formal. BPPNFI Regional 1 Medan mempunyai beberapa bagian kerja

yang dibagi menurut struktur organisasi sesuai dengan bidangnya. Perlu

(12)

dimiliki dapat digunakan secara maksimal. Penanganan arsip pada BPPNFI

Regional 1 Medan meliputi proses pengurusan arsip, pemeliharaan,

prngamanan serta penyusutan arsip.

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada BPPNFI Regional

1 Medan, ditemukan yang ditemukan adalah apakah BPPNFI Regional 1

Medan telah mengolah arsipnya sesuai dengan prosedur yang berlaku.

Bagaimana BPPNFI Regional 1 Medan telah menerapkan sistem pengolahan

arsip sesuai dengan standar pengolahan arsip. Dari permasalahan di atas

Penulis tertarik untuk membahas kondisi BPPNFI Regional 1 Medan ini

dengan judul “ Mekanisme Pengolahan Arsip Pada Balai Pengembangan

Pendidikan Non-Formal dan Informal (BPPNFI) Regional 1 Medan “.

1.2. Tujuan Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan penulisan kertas karya ini adalah :

• Untuk mengetahui gambaran umum tentang mekanisme pengolahan arsip aktif.

• Untuk mengetahui kegiatan kearsipan pada BPPNFI Regional 1 Medan.

1.3. Ruang Lingkup

Sesuai dengan masalah yang dikemukakan di atas, maka ruang lingkup

kertas karya ini adalah hal yang menyangkut mekanisme pengolahan arsip

aktif pada BPPNFI Regional 1 Medan, antara lain menyangkut penyimpanan,

pemeliharaan serta penyusutan arsip pada Balai Pengembangan Pendidikan

Non-Formal dan Informal (BPPNFI) Regional 1 Medan.

1.4. Metode Pengumpulan Data

Dalam penulisan kertas karya ini metode penulisan yang digunakan adalah

1. Tinjauan Pustaka

Penelitian ini dilakukan dengan mempelajari buku-buku yang berkaitan

dengan bidang yang dibahas dalam kertas karya ini.

(13)

Dengan melakukan observasi langsung ke objek yang akan diteliti pada

Balai Pengembangan Pendidikan Non-Formal dan Informal (BPPNFI)

Regional 1 Medan, yaitu melakukan penelitian berkas yang berhubungan

dengan kertas karya ini.

3. Wawancara

Penulis melakukan wawancara langsung dengan staff kearsipan pada

(14)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1. Pengertian Arsip

Kearsipan merupakan salah satu macam pekerjaan kantor atau tata usaha

yang banyak dilakukan oleh setiap badan usaha pemerintah maupun swasta.

Kearsipan menyangkut pekerjaan yang berhubungan dengan penyimpana

surat-surat atau dokumen kantor lainnya.

Kearsipan sebenarnya sudah ada sejak adanya sejarah manusia sejak

manusia dapat membuat catatan bertulis atau bergambar mengenai suatu hal,

misalnya daun Papyrus bertulis di Mesir, Permaken (kulit domba).

Menurut bahasa, istilah arsip berasal dari Bahasa Belanda yaitu archief. Menurut T.R Schellenberg (Wursanto, 1991 : 14), “Arsip adalah surat-surat dari suatu badan pemerintah atau swasta yang diputuskan sebagai dokumen berharga untuk diawetkan secara tepat guna mencari keterangan dan penelitian dan disimpan atau telah dipilih untuk disimpan pada badan kearsipan”. Sedangkan menurut A.W. Widjaya (1993 : 2) dalam bukunya Administrasi Kearsipan : Suatu Pengantar menyebutkan bahwa “Arsip adalah lembaran-lembaran warkat yang disimpan karena mempunyai nilai guna sejarah, hukum dan pertanggungjawaban organisasi”.

Dalam Bahasa Inggris istilah arsip disebut archieve yang berasal dari

Bahasa Yunani, yaitu “arche” yang berarti permulaan. Kemudian dari kata arche

berkembang menjadi kata “archia” yang berarti catatan. Selanjutnya berubah

menjadi “ar-cheion” yang berarti gedung pemerintahan. Sedangkan dalam bahasa

Latin disebut “archivum”, dan akhirnya dari kata-kata tersebut dipakailah istilah

arsip.

Pengertian arsip di Indonesia diatur dalam Undang-undang Nomor 7 tahun

1971 tentang “KETENTUAN POKOK KEARSIPAN “ pada Bab I Pasal I

(Wursanto, 1991 : 25) yang berbunyi sebagai berikut :

• Arsip adalah naskah-naskah yang dibuat dan diterima oleh Lembaga Negara dan Badan-badan Pemerintahan dalam bentuk corak apapun, baik dalam keadaan tunggal maupun berkelompok dalam rangka pelaksanaan kegiatan pemerintah.

(15)

dalam keadaan tunggal maupun berkelompok, dalam rangka pelaksanaan kehidupan kebangsaan.

Di samping istilah arsip, ada juga beberapa pengertian lain yang sering

digunakan dalam bidang kearsipan (Wursanto, 1991 : 11) yaitu :

1. File: Early archieve (arsip aktif), yaitu arsip aktif yang masih terdapat di unit kerja dan masih diperlukan dalam proses administrasi secara aktif dan masih diperlukan langsung dalam proses adminiatrasi.

2. Record : Permanent file (arsip in aktif), yaitu arsip in aktif yang oleh unit kerja setelah diadakan seleksi diserahkan penyimpanannya ke unit kearsipan pada instansi bersangkutan, dan nilai gunanya menurun dalam proses administrasi.

3. Archieve : Permanent record (arsip statis), yaitu arsip statis yang terdapat di Arsip Nasional RI Pusat atau Arsip Nasional RI Daerah. Arsip statis adalah arsip-arsip yang tidak secara langsung digunakan dalam penyelenggaraan administrasi dan merupakam pertanggungjawaban nasional bagi kegiatan pemerintah dan nilai gunanya penting untuk generasi yang akan datang.

2.1.1. Fungsi Arsip

Berdasarkan fungsinya arsip dibagi menjadi dua (Wursanto, 1991 :

18-19), yaitu :

1. Arsip Dinamis, yaitu arsip yang masih digunakan secara langsung dalam kegiatan perkantoran sehari-hari. Arsip dinamis dibedakan lagi menjadi tiga bagian yaitu,

• Arsip aktif, yaitu arsip yang masih sering dipergunakan bagi kelangsungan kerja.

• Arsip semi aktif, yaitu arsip yang frekuensi penggunaannya sudah mulai menurun.

• Arsip in-aktif, yaitu arsip yang jarang sekali dipergunakan dalam proses pekerjaan sehari-hari.

2. Arsip Statis, yaitu arsip yang sudah tidak dipergunakan lagi secara langsung dalam kegiatan perkantoran sehari-hari.

2.1.2. Peranan Arsip

Sebagai sumber informasi, maka arsip dapat membantu mengingatkan

dalam rangka pengambilan keputusan secara cepat dan tepat mengenai

suatu masalah. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa peranan arsip

(Sedarmayanti, 2003 : 19) adalah :

• Alat utama ingatan organisasi

(16)

• Bahan dasar perencanaan dan pengambilan keputusan

• Barometer kegiatan suatu organisasi

• Bahan informasi kegiatan ilmiah lainnya

2.2.3. Tujuan Arsip

Tujuan kearsipan secara umum adalah untuk menjamin keselamatan bahan pertanggungjawaban nasional tentang rencana, pelaksanaan dan penyelenggaraan kehidupan kebangsaan, serta untuk menyediakan bahan petanggungjawaban tersebut bagi pemerintah (Sedarmayanti, 2003 : 19).

Sesuai dengan tujuan kearsipan dapat diketahui bahwa peranan arsip

sangatlah penting pada proses administrasi pemerintahan. Pengolahan arsip

yang baik dapat membantu meningkatkan segala aktivitas yang dilakukan

suatu organisasi. Selain itu juga dapat dijadikan acuan dan sumber informasi

dalam proses pengambilan keputusan.

2.2. Sistem Penataan Arsip

2.2.1. Pengertian dan tujuan penataan arsip

Sistem penataan arsip yang baik dan teratur, mencerminkan

keberhasilan suatu pengelolaan kegiatan di masa lalu, yang akan besar

pengaruhnya terhadap perkembangan di masa yang akan datang.

Yang dimaksud dengan sistem penataan arsip adalah kegiatan mengatur dan menyusun arsip dalam suatu tatanan yang sistematis dan logis, menyimpan serta merawat arsip untuk digunakan secara aman dan ekonomis (Sedarmayanti, 2003 : 68).

Menurut Sedarmayanti tujuan penataan arsip adalah :

• Agar arsip dapat disimpan dan ditemukan kembali dengan cepat dan tepat.

• Menunjang terlaksananya penyusutan arsip dengan berdaya guna.

2.2.2. Sistem penataan arsip

(17)

dinamis tersebut populer dengan sebutan “filingSystem” (Jonner Hasugian, 2003:7-online).

Para ahli kearsipan kelihatannya sepakat untuk menyatakan bahwa

filling system yang digunakan atau dipakai untuk kegiatan penyimpanan

arsip terdiri dari (Sedarmayanti, 2003 : 70):

1. Sistem Abjad

Sistem abjad adalah sistem penataan berkas yang umumnya digunakan untuk menata berkas yang berurutan dari A sampai dengan Z dengan berpedoman pada peraturan mengindeks.

(18)

2. Sistem Masalah

Sistem masalah adalah sistem penataan berkas berdasarkan kegiatan-kegiatan yang berkenaan dengan masalah-masalah yang berhubungan dengan administrasi yang mengikuti sistem ini.

Masalah-masalah harus dikelempokkan menjadi satu subjek yang disusun dalam suatu daftar yang disebut “daftar indeks”. Daftar indeks yaitu daftar yang kode dan masalah-masalah yang terdapat di dalam kantor/organisasi sebagai pedoman penataan arsip berdasarkan masalah.

(19)

3. Sistem Nomor

Sistem nomor adalah sistem penataan berkas berdasarkan kelompok permasalahan yang kemudian mesing-masing setiap masalah diberi nomor tertentu.

(20)

4. Sistem Tanggal

Sistem tanggal adalah sistem penataan berkas berdasarkan urutan

tanggal, bulan dan tahun yang mana pada umumnya tanggal yang dijadikan pedoman surat. Surat atau berkas yang datang paling akhir ditempatkan dibagian paling akhir pula, tanpa harus memperhatikan masalah berkas tersebut.

(21)

5. Sistem Wilayah

Sistem wilayah adalah sistem penataan berkas berdasarkan tempat atau lokasi. Untuk melaksanakan sistem wilayah ini, dapat dipergunakan nama daerah atau wilayah sebagai pokok permasalahan. Pokok permasalahan tersebut dapat dikembangkan menjadi masalah-masalah.

(22)

2.3. Temu Kembali Arsip

Penemuan kembali arsip (retrieval system) merupakan salah satu

kegiatan dalam bidang kearsipan, yang bertujuan untuk menemukan

kembali arsip yang akan dipergunakan dalam proses penyelenggaraan

administrasi.

Menurut Hadi Abubakar dalam bukunya Pola Kerasipan Modren : Sistem Kartu Kendali menyatakan bahwa “Yang dimaksud dengan penemuan kembali arsip adalah memastikan dimana arsip tersebut disimpan, dalam kelompok berkas apa, disusun menurut sistem apa, dan bagaimana cara mengambilnya”.

Penemuan kembali arsip sangat erat hubungannya dengan sistem

penataan arsip, sebab jikalau sistem penyimpanan salah maka dengan

sendirinya penemuan kembali arsip akan sulit pula.

Menemukan kembali arsip tidak hanya sekedar menemukan kembali arsip dalam bentuk fisiknya, akan tetapi menemukan kembali informasi yang terkandung dalam arsip. Jika penemuan kembali arsip gagal, haruslah dilakukan penelitian, apakah sebab dari kegagalan tersebut (Hadi Abubakar, 1996 : 74).

Menurut Hadi Abubakar dalam bukunya Pola Kerasipan Modren : Sistem Kartu Kendali menyatakan “Agar sistem penemuan kembali arsip ini mudah dilaksanakan ada beberapa acuan yang harus dilaksanakan, yaitu :

1. Kebutuhan si Pemakai arsip harus diteliti terlebih dahulu dan sistemnya harus mudah diingat.

2. Harus didasarkan atas kegiatan nyata Instansi yang bersangkutan, kemudian digunakan indeks sebagai tanda pengenal.

3. Sistem temu balik arsip harus logis, konsisten dan mudah diingat.

4. Sarana dan prasarana yang menunjang kearsipan harus lengkap, yang sesuai dengan penataan berkas.

5. Sumber daya manusianya haruslah terlatih dan harus mempunyai daya tangkap yang tinggi, cepat, dan tekun.

2.4. Pemeliharaan Arsip

(23)

2.4.1. Pemeliharaan

1. Pengaturan Ruangan

Ruang penyimpanan arsip haruslah tetap kering (temperatur antara 600-750), terang tetapi tidak langsung terkena sinar matahari, mempunyai ventilasi yang merata, terhindar dari kemungkinan serangan api, air, serangga dan sebagainya.

2. Tempat penyimpanan arsip

Tempat penyimpanan arsip hendaknya diatur secara renggang, agar ada udara di antara berkas yang disimpan.

3. Penggunaan bahan pencegah kerusakan arsip

Salah satunya dengan meletakkan kamper di tempat penyimpanan, atau melakukan penyemprotan bahan kimia secara berlanjut.

4. Kebersihan

Arsip harus selalu dibersihkan dan dijaga dari noda karat dan gangguan serangga.

2.4.2.Tujuan Pemeliharaan

Adapun tujuan pemeliharaan arsip adalah :

• Untuk menjamin keamanan dari penyimpanan arsip itu sendiri. Dengan demikian setiap penanggungjawab kearsipan harus melakukan pengawasan apakah suatu arsip itu sudah tersimpan pada tempat yang seharusnya.

• Agar penanggungjawab kearsipan dapat mengetahui dan mengawasi apakah suatu arsip telah diproses menurut prosedur yang seharusnya.

2.4.3. Pencegahan Kerusakan

Ada beberapa cara untuk mencegah kerusakan pada arsip, antara lain :

• Penggunaan Air Conditioner (AC)

Agar kelembapan dan kebersihan udara dalam ruangan penyimpanan dapat diatur dengan baik.

• Fumigasi

Merupakan penyemprotan bahan kimia untuk mencegah atau membasmi serangga atau bakteri.

• Restorasi Arsip

Yaitu memperbaiki arsip-arsip yang telah rusak, sehingga dapat digunakan kembali dalam waktu yang lebih lama lagi.

(24)

Yaitu dengan cara melapiskan kertas “handmade” dan “chiffon”.

2. Laminasi

Yaitu pekerjaan menutup arsip diantara dua lembar plastik.

• Mikrofilm

Merupakan suatu proses fotografi, dimana arsip direkam pada film dalam ukuran yang diperkecil untuk memudahkan penyipanan dan penggunaan.

2.5. Penyusutan Arsip

2.5.1. Pengertian dan Tujuan

Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 34 tahun 1979, penyusutan arsip adalah (Sedarmayanti, 2003 : 102-103) :

1. Pemindahan arsip in-aktif dari unit pengolah ke unit kearsipan dalam lingkungan lembaga-lembaga negara atau badan-badan pemerintahan masing-masing.

2. Memusnahkan arsip sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 3. Menyerahkan arsip statis kepada Arsip Nasional.

Menurut Wursanto dalam bukunya Kerasipan 2 menyatakan bahwa “Penyusutan arsip adalah kegiatan menghancurkan secara fisik arsip yang sudah berakhir fungsinya, serta tidak memiliki nilai guna lagi. Penyusutan arsip tersebut haruslah dilakukan secara total, yaitu dibakar secara habis, dicacah atau dengan cara lain sehingga wujud dari arsip tersebut tidak terlihat lagi”.

Sedarmayanti berpendapat bahwa tujuan penyusutan arsip adalah sebagai berikut :

• Mendayagunakan arsip dinamis sebagai berkas kerja maupun sebagai referensi.

• Menghemat ruangan, peralatan dan perlengkapan.

• Mempercepat proses temu kembali arsip.

• Menyelamatkan bahan bukti pertanggungjawaban pemerintah.

2.5.2. Jadwal Retensi Arsip (JRA)

Yang dimaksud dengan Jadwal Retensi Arsip (JRA) adalah suatu daftar yang memuat kebijaksanaan seberapa jauh sekelompok arsip dapat disimpan atau dimusnahkan. Penentuan JRA ditentukan atas dasar nilai kegunaan tiap-tiap berkas (Sedarmayanti, 2003 : 103).

Menurut Sedarmayanti Jadwal Retensi Arsip (JRA) merupakan suatu daftar yang menunjukkan :

(25)

• Jangka waktu penyimpanan masing-masing arsip sebelun dimusnahkan ataupun dipindahkan ke Arsip Nasional.

Menurut Sedarmayanti dalam bukunya Tata Kearsipan Dengan Memanfaatkan Teknologi Modren menyatakan bahwa tujuan JRA :

• Untuk memisahkan antara arsip aktif dengan arsip in-aktif

• Memudahkan penyimpanan dan penemuan kembali arsip aktif

• Menghemat ruangan, perlengkapan dan biaya

• Menjamin pemeliharaan arsip in-aktif yang bersifat permanen

• Memudahkan pemindahan arsip ke Arsip Nasional

2.5.3. Pelaksanaan Penyusutan

Langkah-langkah umum pelaksanaan penyusutan (Sedarmayanti, 2003 : 107), adalah :

• Menyiangi, yaitu memilih atau mengambil yang tidak berguna, agar arsip berkurang.

• Menyiapkan peralatan untuk menampung arsip yang akan disusutkan.

• Membuat catatan atau daftar tentang arsip yang akan disusutkan.

Langkah-langkah khusus pelaksanaan penyusutan :

• Penyusutan dari arsip aktif ke arsip in-aktif, caranya : a. Memindahkan arsip dari file aktif ke file in-aktif

b. Membuat daftar serah terima arsip dari unit arsip pengolah ke unit arsip pusat

• Pemusnahan, caranya adalah :

a. Instansi membuat daftar arsip yang akan dimusnahkan b. Daftar tersebut harus mendapat persetujuan dari Arsip

Nasional

c. Membuat berita acara pemusnahan arsip

d. Mengadakan pengawasan pada waktu pemusnahan arsip

• Penyusutan dari Instansi ke Arsip Nasional, caranya :

a. Instansi membuat daftar arsip yang disusutkan rangkap dua.

b. Menandatangani daftar tersebut pada pihak Arsip Nasional sebagai tanda penyerahan arsip yang disusutkan. c. Daftar asli yang telah ditandatangani tersebut disimpan

(26)

BAB III

PENGOLAHAN ARSIP PADA BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN

NON FORMAL DAN INFORMAL (BPPNFI) REGIONAL 1 MEDAN

3.1. Gambaran Umum BPPNFI Regional 1 Medan

3.1.1. Sejarah BPPNFI Regional 1 Medan

Di awal berdirinya lembaga ini bernama Balai Pendidikan Masyarakat

yang merupakan unit pelaksana teknis Bidang Pendidikan Masyarakat Kanwil

Depdikbud Sumatera Utara. Pada tahun 1991 beralih menjadi Balai

Pengembangan Kegiatan Belajar Medan dengan wilayah kerja di Aceh, Sumatera

Utara dan Sumatera Barat.

Pada tahun 1997 beralih menjadi Balai Pengembangan Kegiatan Belajar

Sumatera Utara dengan wilayah kerja hanya provinsi Sumatera Utara. Setelah

memasuki era Otonomi Daerah dengan Keputusan Mendiknas No.115/0/2003

beralih menjadi Balai Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda

(BPPLSP) Regional 1 dengan wilayah koordinasi Provinsi NAD, Sumatera Utara,

Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan dan Kep. Riau dengan kantor

baralamat di Jalan Kenanga Raya No. 64 Tanjung Sari Medan.

Perubahan Nomenklatur Balai Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah

dan Pemuda menjadi Balai Pengenbangan Pendidikan Non Formal dan Informal

berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor : 28 Tahun 2007

Tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengembangan Pendidikan Non Formal

dan Informal.

Sebagai balai pendidikan non formal, BPPNFI Regional 1 Medan

mempunyai tugas, fungsi, serta visi dan misi tersendiri, yaitu :

(27)

Melakukan pengkajian dan pengembangan program serta fasilitasi

pengembangan sumber daya pendidikan non formal dan informal

berdasarkan kebijakan Departemen Pendidikan Nasional

2. Fungsi

a. Melakukan pengkajian pelaksanaan di bidang PNFI

b. Melakukan pengembangan program di bidang PNFI

c. Memfasilitasi pengembangan sumber daya di bidang PNFI sesuai

kebutuhan daerah

d. Melakukan pengembangan dan pengelolaan sistem informasi di bidang

PNFI di wilayah kerjanya

e. Memberikan bimbingan dan evaluasi pelaksanaan program di bidang

PNFI

f. Melaksanakan urusan ketatausahaan Balai

3. Visi

Terwujudnya Layanan Pendidikan Nonformal da Informal Berbasis

Masyarakat Luas Yang Demokratis, Berkualitas dan Bermakna.

4. Misi

a. Mewujudkan Model Program PNFI yang bermanfaat dan berbasis

kebutuhan masyarakat dan pasar.

b. Mewujudkan model peningkatan kualitas tenaga pendidik dan

kependidikan PNFI yang profesional sesuai kebutuhan belajar

masyarakat dan pengembangan IPTEK.

c. Memfasilitasi terwujudnya sarana dan media belajar PNFI yang

relevan.

d. Mewujudkan peningkatan mutu layanan informasi PNFI

melalui pengembangan Teknologi Informasi.

e. Mewujudkan pelayanan bantuan teknis terhadap satuan PNFI.

f. Mewujudkan BPPNFI menjadi labsite program PNFI yang inovatif,

kreatif dan produktif.

Dalam pelaksanaan tugasnya BPPNFI Regional 1 Medan mempunyai program

(28)

• Progja PAUD (pendidikan anak usia dini)

• Progja Kesetaraan

• Kurlem

• Dikmas

Struktur Organisasi

Bagan Struktur Organisasi Balai Pengembangan Pendidikan Non Formal

dan Informal (BPPNFI) Regional 1

Sumber : Pusat Sistem Informasi BPPNFI Regional 1 Medan, 2009.

3.2. Proses Pengurusan Arsip

(29)

Dalam proses surat masuk pada BPPNFI Regional 1 Medan mempunyai

tahap atau prosedur sendiri, yaitu :

1. Merpersiapkan alat tulis dan bahan lain yang diperlukan, sepeti buku,

agenda, surat masuk dan lembar disposisi

2. Menerima surat, naskah atau dokumen yang masuk

3. Setelah surat dibuka, kemudian memeriksa kelengkapan isi surat untuk

mengetahui kebenaran dan kelengkapannya

4. Mencatat surat ke dalam buku agenda sesuai dengan tanggal surat,

nomor surat, tujuan dan perihal surat

5. Setelah surat dicatat, kemudian surat tersebut diberi lembar disposisi

6. Setelah lembar disposisi diisi, surat tersebut diberikan kepada Kepala

Subbag Tata Usaha (KTU) untuk diperiksa dan diparaf

7. Setelah diparaf oleh KTU surat tersebut diteruskan kepada Kepala

Balai untuk diproses

8. Setelah surat selesai diproses, kemudian surat tersebut dicatat pada

buku ekspedisi untuk didistribusikan

9. Kemudian surat disimpan atau diarsipkan berdasarkan jenisnya.

3.2.2. Proses Surat Keluar

Sama halnya dengan proses surat masuk, pada proses surat keluar pun

menggunakan prosedur tersendiri, yaitu :

1. Menerima naskah surat keluar

2. Kemudian naskah surat keluar tersebut diberikan kepada Kepala Balai

untuk disetujui dan ditanda tangani

3. Setelah naskah surat ditanda tangani oleh Kepala Balai kemudian surat

tersebut dicatat pada buku agenda keluar

4. Surat keluar diberi nomor surat

5. Setelah diberi nomor, surat keluar dicap tanggal dan stempel Balai

6. Kemudian surat tersebut diberi sampul surat dan kemudian

disampaikan kebagian ekspedisi untuk dikirim

7. Mencatat surat yang dikirim dilembar ekspedisi

(30)

3.2.3. Penyimpanan dan Penjajaran arsip

Sebelum arsip disimpan pada tempat penyimpanan arsip atau filing cabinet

terlebih dahulu arsip disortir menurut jenisnya. Langkah pertama yang dilakukan

sebelum penyimpanan dan penjajaran arsip ialah mengklasifikasi surat yang akan

disimpan, kemudian surat yang akan disimpan diberi tanda stempel arsip.

Kemudian surat tersebut diberi pelubang kertas (Perfurator), setelah itu surat

disimpan difile (Letter file) berdasarkan kode surat.

3.3. Pengolahan Arsip pada BPPNFI Regional 1 Medan Pemeriksaan

Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui tanda simpan, kelengkapan

arsip, kondisi fisik arsip dan keterkaitan dengan arsip lain.

1. Pemeriksaan tanda simpan

Memeriksa tanda simpan atau file pada lembar disposisi yang

diberikan oleh pimpinan.

2. Pemeriksaan kelengkapan berkas

Jika terdapat berkas yang tidak lengkap, misalnya tidak ada

lampiran atau terpisah antara satu dengan yang lainnya maka

berkas tersebut harus digabungkan menjadi satu kesatuan berkas.

3. Pemeriksaan kondisi fisik arsip

Jika terdapat arsip yang rusak dan arsip yang tidak memiliki nilai

guna tinggi maka sebelum disimpan perlu dilakukan tindakan

perbaikan dengan cara penambalan, penyambungan, laminasi dan

teknik perawatan lainnya.

4. Pemeriksaan keterkaitan dengan arsip lain

Jika arsip yang diperiksa memiliki keterkaitan dengan arsip yang

sudah disimpan maka digabungkan dengan arsip tersebut, tanpa

membuat folder baru.

(31)

Penyortiran dilakukan untuk memilih antara kelompok arsip yang satu

dengan kelompok yang lain atau memisahkan duplikat-duplikat yang

tidak berguna.

Penentuan Indeks

Penentuan indeks dilakukan untuk menentukan nama jenis arsip kata

tangkap (caption) atau kata kunci (keyword) sesuai dengan materi

arsip. Indeks dapat berupa nama orang, nama organisasi, nama

wilayah, nomor dan subjek atau masalah.

Penentuan Kode

Penentuan kode dilakukan berdasarkan kelompok masalah, sub

masalah dan sub-sub masalah.

Contoh kode klasifikasi arsip pada BPPNFI Regional 1 Medan :

KU KEUANGAN

KU.00 Penyusunan Anggaran

KU. 01 Pelaksanaan Anggaran

KU.02 Perbendaharaan

KU.03 Bantuan Luar Negeri

KU.04 Sistem Akutansi

KU.05 Pertanggungjawaban Keuangan

KP KEPEGAWAIAN

KP.00 Kepegawaian

KP.01 Pengadaan

KP.02 Pembinaan

KP.03 Pembinaan Jabatan Fungsional

KP.04 Cuti

KP.05 Disiplin

KP.06 Kesejahteraan

KP.07 Pemberhentian

KP.08 Organisasi Non Kedinasan

HK HUKUM

HK.00 Peraturan Perundang-undangan

(32)

OT.00 Organisasi

OT.01 Tatalaksana

OT.02 Evaluasi Organisasi dan Tata kerja

HM KEHUMASAN

HM.00 Hubungan antar lembaga

HM.01 Media Massa

HM.02 Keprotokolan

HM.03 Kunjungan Dinas

HM.04 Dengar Pendapat

HM.05 Sidang Kabinet/Rakor

HM.06 Penerbitan dan Publikasi

HM.07 Dokumentasi

HM.08 Perpustakaan

Pembuatan Label

Pembuatan label dilaksanakan pada sekat penunjuk (guide),

folder/map, dan peralatan penyimpanan arsip lainnya yang

dilaksanakan secara konsisten.

Pembuatan Tunjuk Silang

Pembuatan tunjuk silang dilaksanakan untuk menghubungkan berkas

yang satu dengan berkas yang lainnya yang memiliki keterkaitan

informasi.

Penempatan Arsip

Penempatan arsip dilakukan sesuai dengan lokasi atau kelompok

subjeknya.

3.4. Pemeliharaan Arsip

Untuk mencegah arsip agar arsip dapat terjaga pengamanannya maka

(33)

langsung menyinari dokumen atau arsip. Hal ini sangat diperlukan karena

arsip-arsip tersebut sangat dibutuhkan sesuai dengan fungsinya.

Untuk penanganan arsip agar tetap terjaga dengan baik maka bagian

administrasi yang melaksanakan kegiatan kearsipan. Proses kerja yang dilakukan

mulai dari pengklasifikasian arsip, penjilidan arsip sesuai dengan perihal subjek

yang terkandung pada dokumen tersebut.

3.5. Temu Kembali Arsip

Menemukan kembali arsip tidak hanya sekedar menemukan kembali arsip

dalam bentuk fisiknya, akan tetapi menemukan kembali informasi yang

terkandung dalam arsip. Untuk dapat menemukan kembali dokumen atau arsip

dalam waktu yang tepat dan cepat tentunya memerlukan suatu cara. Hal tersebut

berhubungan erat dengan sistem penataan dan penyimpanan dokumen atau berkas

arsip.

Penemuan kembali arsip pada BPPNFI Regional 1 Medan dilakukan

dengan menggunakan buku yang memuat daftar arsip yang dimiliki. Dalam buku

arsip tersebut dari tahun ke tahun dan disimpan dalam lemari arsip. Proses

pengarsipan dilakukan dengan berdasarkan asal surat, tanggal surat dan perihal

surat.

Setiap surat masuk dan surat keluar dicatat dalam buku kearsipan.

Kemudian penataan arsip berdasarkan asal surat, tanggal surat dan perihal surat.

dokumen arsip yang masuk disimpan dalam lemari arsip berdasarkan

klasifikasinya. Hal ini bertujuan untuk mempermudah petugas dalam menata arsip

yang sesuai denga sistem yang telah ditentukan serta memudahkan dalam proses

penemuan kembali informasi jika sewaktu-waktu dibutuhkan.

3.6. Penyusutan Arsip

Prosedur penyusutan sebenarnya merupakan salah satu bagian dari

prosedur pengolahan arsip pada suatu organisasi. Prosedur penyusutan sangat

perlu disusun, karena dalam proses inilah tertuang langkah-langkah bagaimana

(34)

Dalam prosedur penyusutan arsip tertuang ketentuan umum dan ketentuan

pelaksanaan serta teknik pelaksanaan pemindahan, pemusnahan dan penyerahan

arsip.

Pada BPPNFI Regional 1 Medan penyusutan arsip dilaksanakan pada dua unit,

yaitu (1) penyusutan arsip di lingkungan unit utama, (2) penyusutan arsip di

lingkungan unit pelaksana teknis. Di sini penulis membahas tentang penyusutan

arsip di lingkungan unit utama.

Adapun langkah-langkah pada prosedur penyusutan arsip di lingkungan

unit utama adalah sebagai berikut :

A. Pemindahan Arsip

1. Pemindahan arsip dari Sub Direktorat ke Sub Bagian Tata

Usaha Direktorat

Sub Direktorat memiliki wewenang menyimpan arsip selama 2

tahun. Setelah 2 tahun arsip harus dipindahkan ke Sub Bagian Tata

usaha Direktorat, dengan prosedur sebagai berikut.

Pemeriksaan

Pengadministrasi umum memeriksa arsip untuk mengetahui

apakah arsip yang disimpan sudah benar-benar inaktif (2

tahun/lebih) atau belum. Penentuan suatu arsip dapat

dilaksanakan berdasarkan jadwal retensi arsip sebagaimana

diatur dalam Kepmendiknas Nomor 145/U/2005 dan

Permendiknas Nomor 13 Tahun 2006.

Membuat daftar arsip

Setelah diperiksa dan ditentukan sebagai arsip inaktif maka

arsip-arsip tersebut didaftar secara lengkap, baik judul

seriesnya dan deskripsinya, seperti tahun, volume, kondisi, dan

sistem jalan masuk (sistem penyimpanan yang digunakan)

menggunakan formulir lampiran 1.

Penataan arsip

Penataan arsip dilaksanakan untuk menjaga agar arsip tertata

(35)

arsip dalam setiap folder/map. Penataan antara folder yang satu

dengan folder yang lain haruslah rapi dan benar.

Pembuatan berita acara pemindahan arsip

Pemindahan arsip merupakan pengalihan wewenang dan

tanggungjawab dari Sub Direktorat ke Sub Bagian Tata usaha

Direktorat. Bukti pemindahan arsip diwujudkan dalam bentuk

Berita Acara, menggunakan formulir lampiran 2.

Pelaksanaan pemindahan

Sebelum pelaksanaan pemindahan perlu dilakukan

pemeriksaan oleh Sub Bagian Tata usaha untuk mengetahui

kesesuaian antara daftar dengan fisik arsip yang dipindahkan.

Pemindahan arsip ini disertai dengan penandatanganan Berita

Acara Pemindahan oleh Kasubdit dan Kasubbag TU, dibuat

rangkap 2 masing-masing untuk pihak yang memindahkan dan

pihak yang menerima.

2. Pemindahan arsip dari Sub Bagian Tata usaha Direktorat ke

Bagian Umum

Sub Bagian Tata usaha Direktorat memiliki kewenangan

menyimpan arsip selama 5 tahun. Kemudian arsip dipindahkan ke

Bagian Umum Sekrtariat Direktorat Jendral PNFI.

Prosedur pemindahan arsip ini sama dengan prosedur pemindahan

dari Sub Direktorat ke Sub Bagian Tata usaha Direktorat, hanya

saja penyimpanannya saja yang berbeda yaitu selama 5 tahun.

3. Pemindaha arsip dari Bagian Umum ke Biro Umum

Bagian Umum Sekretariat Direktorat Jendral PNFI memiliki

kewenangan menyimpan arsip sampai dengan 10 tahun. Kemudian

arsip dipindahkan ke Pusat Departemen pada Biro Umum

(36)

Prosedur pemindahan arsip ini sama halnya dengan ke dua

prosedur yang telah diuraikan di atas, perbedaannya terletak pada

jangka simpan yaitu 10 tahun.

B. Pemusnahan Arsip

Pemusnahan asip adalah kegiatan menghancurkan atau meniadakan

fisik dan informasi arsip melalui cara-cara tertentu, sehingga fisik dan

informasinya tidak dapat dikenali lagi.

Pemusnahan arsip memiliki resiko hukum yang sangat tinggi, karena

arsip sudah terlanjur dimusnahkan tidak dapat diciptakan atau diadakan

lagi. Kegiatan ini menuntut kesungguhan dan ketelitian yang sangat tinggi

sehingga tidak terjadi kesalahan sekecil apapun. Pemusnahan arsip

dilaksanakan untuk menjaga kontinuitas pengelolaan arsip dan menjaga

keseimbangan keberadaan arsip, sejak arsip diciptakan kemudian dikelola

dan pada akhirnya dimusnahkan.

1. Pemusnahan duplikasi dan non arsip Pemeriksaan

Bagian administrasi umum pada unit-unit kerja melaksanakan

penyortiran arsip dan non arsip serta duplikasi arsip.

Komponen non arsip terdiri dari kertas kosong, map dan

lain-lain yang tidak memiliki informasi. Sedangkan arsip duplikasi

adalah arsip yang persis dengan aslinya. Jika ditemukan arsip

duplikasi, maka dipilih salah satu untuk disimpan dan

diperlakukan sebagai asli.

(37)

Unit kerja dapat memusnahkan duplikasi dan non arsip secara

langsung dengan menggunakan alat pencacah apabila

jumlahnya tidak melebihi 500 lembar.

Membuat daftar arsip dan duplikasi

Jika duplikasi dan non arsip jumlahnya melebihi 500 lembar,

maka unit kerja membuat daftar duplikasi dan non arsip.

Memindahkan non arsip dan duplikasi arsip

Unit kerja mengirimkan duplikasi dan non arsip ke Sub Bagian

Tatausaha Direktorat / Bagian Umum.

Pengumpulan duplikasi non arsip

Sub Bagian Tata usaha Direktorat / Bagian Umum menerima

dan menghimpun duplikasi dan non arsip.

Pemusnahan

Sub Bagian Tata usaha Direktorat / Bagian Umum

melaksanakan pemusnahan duplikasi dan non arsip secara

bersama-sama dengan membuat Berita Acara Pemusnahan

duplikasi dan non arsip.

2. Pemusnahan arsip yang memiliki jangka simpan sampai

dengan 4 tahun. Pemeriksaan

Arsiparis memeriksa arsip yang sudah habis jangka waktu

simpannya (5-9 tahun) sesuai JRA dan memiliki keterangan

musnah. Pemeriksaan dilaksanakan untuk mengetahui apakah

arsip-arsip tersebut benar telah habis jangka simpannya yang

berpedoman pada JRA atau peraturan perundangan yang

berlaku.

Pendaftaran

Membuat daftar arsip-arsip yang telah habis jangka simpannya

dan berpedoman kepada JRA yang akan dimusnahkan

menggunakan formulir lampiran 3.

(38)

Menata, mengelempokkan, dan memberi nomor arsip sesuai

dengan nomor daftar arsip yang akan dimusnahkan.

Penilaian

Sub Bagian Tata usaha Direktorat menyampaikan daftar arsip

yang akan dimusnahkan kepada Bagian Umum dan unit-unit

pemilik arsip untuk dilakukan penilaian arsip.

Persetujuan dan pengesahan

a. Kepala Bagian Umum mempersiapkan surat permohonan

rekomendasi dan mengajukan permohonan kepada

Sesditjen untuk ditandatangani oleh Dirjen PNFI. Surat

permohonan rekomendasi disampaikan ke Sesjen melalui

Kepala Biro Umum.

b. Kepala Biro Umum Depdiknas melakukan penilaian dan

mempersiapkan surat rekomendasi pemusnahan arsip yang

ditandatangani oleh Sesjen. Surat rekomendasi Sesjen

disampaikan kepada Dirjen PNFI.

c. Dirjen PNFI mengesahkan arsip yang akan dimusnahkan

dalam bentuk surat keputusan.

Pelaksanaan pemusnahan

Sub Bagian Tata usaha Direktorat melakukan pemusnahan

secara total disertai dengan Berita Acara dan disaksikan oleh

minimal 2 orang saksi dari Bagian Umum dan Bagian Tata

Laksana dan Kepegawaian (hukum/perundang-undangan)

Direktorat Jendral PNFI.

3. Pemusnahan arsip yang memiliki jangka simpan 5-9 tahun

Pemusnahan arsip yang memiliki jangka simpan 5-9 tahun tahun

dilakukan oleh Bagian Umum Setditjen PNFI.

Proses prosedur pemusnahan arsip sama halnya dengan prosedur

(39)

sampai dengan 4 tahun hanya saja perbedaan terletak pada jangka

simpan yaitu 5-9 tahun dan pelaksanaan pemusnahannya

disaksikan 2 orang saksi dari Biro Umum dan Biro Hukum dan

(40)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil observasi pada BPPNFI Regional 1 Medan dan

pembahasan dari bab sebelumnya, maka penulis mengambil kesimpulan

sebagai berikut :

1. Kegiatan arsip pada BPPNFI Regional 1 Medan adalah

mengagendakan surat masuk dan surat keluar, membuat nomor urut

surat atau arsip. Penyimpanan arsip dilakukan dengan menggunakan

map ordner selanjutnya dimasukkan ke dalam lemari arsip.

2. Segala urusan surat-menyurat, kearsipan ditangani oleh bagian

keadministrasian.

3. Penyusutan arsip dilakukan dengan memindahkan arsip yang tidak

bernilai guna dalam satu ruangan khusus. Sedangkan arsip yang masih

bernilai guna disimpan pada sub bagian tata usaha umum.

4. Pemeliharaan arsip tidak ada hal yang khusus, hanya sebatas

membersihkan dokumen arsip dari debu saja.

5. Klasifikasi arsip berdasarkan asal surat, tanggal surat dan perihal surat.

6. Penemuan kembali arsip dilakukan dengan menggunakan sistem

klasifikasi arsip dan nomor urut surat.

7. Pemusnahan arsip dilakukan pada arsip yang sudah tidak bernilai guna

(41)

4.2. SARAN

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, maka diperoleh

saran sebagai berikut :

1. Untuk penanganan arsip yang lebih baik lagi, seharusnya diolah oleh

petugas yang ahli di bidang arsip.

2. Pemeliharaan arsip seharusnya lebih ditingkatkan lagi, karena arsip

merupakan asset informasi yang penting bagi kegiatan

keadministrasian.

3. Agar arsip dapat terjaga dengan baik seharusnya arsip ditempatkan

pada ruangan tersendiri dengan ruangan yang bersuhu lebih rendah

dari ruangan yang lainnya.

4. Pengolahan arsip yang dilakukan hendaknya perlu ditingkatkan lagi

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Abubakar, Hadi. 1997. Cara-Cara Pengolahan Arsip yang Praktis dan Efisien.

Jakarta : Djambatan.

……….. 1997. Pola Kearsipan Modren : Sistem Kartu Kendali. Jakarta :

Djambatan.

Artikel Wadah Belajar Arsip.2009.(Online).

Diakses tanggal 18 April 2009.

Basari, Abas. 2007. Manajemen Arsip Dinamis (Aktif & In-aktif).(Online).

Diakses tanggal 14 April 2009.

Hasugian, Jonner. 2003. Pengantar Kerasipan.(Online).

Diakses tanggal 14 April 2009.

Penilaian Arsip dan Jadwal Retensi Arsip (Modul). Jakarta : Arsip Nasional

Rebuplik Indonesia (ANRI), 2002.

Sedarmayanti. 2003. Tata Kearsipan Dengan Memanfaatkan Teknologi Modren.

Bandung : Mandar Maju.

Sofa. 2008. Pengantar Kearsipan Bag 1.(Online).

Diakses tanggal 23 April 2009.

Sutarto. 1997. Sekertaris dan Tata Warkat. Yogyakarta : Gajah Mada University

Press.

Widjaya, A. W. 1993. Administrasi Kearsipan : Suatu Pengantar. Jakarta :

Gambar

Gambar 1: Sistem abjad
Gambar 2: Sistem masalah/perihal
Gambar 3: Sistem nomor
Gambar 4: Sistem tanggal/urutan waktu
+2

Referensi

Dokumen terkait

Perlunya strategi nasional sanitasi total berbasis masyarakat berangkat dari pelaksanaan kegiatan dengan pendekatan sektoral dan subsidi perangkat keras selama ini

Bahan ajar yang disusun berdasarkan prinsip-prinsip instruksional yang baik akan dapat membantu guru untuk mengurangi waktu penyajian materi dan mem- perbanyak

Tujuan penulisan jurnal ini yaitu untuk mengetahui tentang hubungan hukum para pihak dalam perjanjian reasuransi dan untuk mengetahui bentuk perlindungan

Populasi penelitian adalah seluruh air isi ulang yang diproduksi dari depo-depo pengisian wilayah Kota Samarinda. Depo-depo pengisian air isi ulang statusnya adalah masih

Respon tiga varietas tanaman kentang akibat pemberian berbagai dosis pupuk kalium terhadap bobot segar umbi per tanaman saat panen dan persentase bobot kering

Hubungan penjelas menunjukkan detail tindakan yang dilakukan ODGJ yang dianggap sebagai tindakan kriminal, sedangkan hubungan sebab-akibat menunjukkan gangguan jiwa

Penilaian resiko yang dilakukan belum efektif, manajemen perusahaan tidak pernah melakukan pengujian terhadap asset tetap begitu juga dengan aktivitas pengendalian terhadap asset

hal ini berkaitan dengan sistem pelaporan keuangan yang ada di BEJ dimana perusahaan publik wajib melaporkan laporan keuangan mereka maksimal 120 hari setelah tanggal tutup buku