ANALISIS PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN
PELATIHAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
PENDIDIKAN NON FORMAL (PTK-PNF) DI BALAI
PENGEMBANGAN PENDIDIKAN NON FORMAL DAN
INFORMAL (BP-PNFI) REGIONAL I MEDAN
TESIS
Oleh
FALMER SIUS LUMBAN GAOL
097024071/SP
PROGRAM STUDI MAGISTER STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ANALISIS PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN
PELATIHAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
PENDIDIKAN NON FORMAL (PTK-PNF) DI BALAI
PENGEMBANGAN PENDIDIKAN NON FORMAL DAN
INFORMAL (BP-PNFI) REGIONAL I MEDAN
TESIS
Diajukan Sebagai salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Studi Pembangunan (MSP) dalam Program Studi Pembangunan pada
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
Oleh
FALMER SIUS LUMBAN GAOL 097024071/SP
PROGRAM STUDI MAGISTER STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul Tesis : ANALISIS PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PENDIDIKAN NON FORMAL (PTK-PNF) DI BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN NON FORMAL DAN INFORMAL (BP-PNFI) REGIONAL I MEDAN
Nama Mahasiswa : FALMER SIUS LUMBAN GAOL Nomor Pokok : 097024071
Program Studi : Studi Pembangunan
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Subhilhar, Ph.D)
Ketua Anggota
(Drs. M. Husni Thamrin Nst, M.Si)
Ketua Program Studi Dekan
(Prof. Dr. M. Arif Nasution, M.A) (Prof. Dr. Badaruddin, M.Si)
Telah diuji pada
Tanggal 19 Desember 2011
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua
: Prof. Subhilhar, Ph.D
Anggota
: 1. Drs. M. Husni Thamrin Nst, M.Si
2. Drs. Ermansyah, M.hum
3. Drs. Kariono, M.Si
PERNYATAAN
ANALISIS PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PENDIDIKAN NON FORMAL (PTK-PNF)
DI BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN NON FORMAL DAN INFORMAL (BP-PNFI) REGIONAL I MEDAN
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan
sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Desember 2011
Penulis,
ABSTRAK
Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan bagi pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan non formal (PTK-PNF) yang dilaksanakan oleh balai pengembangan pendidikan non formal dan informal (BP-PNFI) regional I Medan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan mutu dan kompetensi PTK-PNF di wilayah kerja regional I yang meliputi Provinsi NAD, Sumut, Riau, Kepri, Sumbar, Jambi, dan Sumatera Selatan, tenaga pendidik PNF meliputi Tutor, Pamong belajar, dan widyaiswara, sedangkan tenaga kependidikan PNF seperti penilik, penyelenggara, dan pengelola satuan PNF, judul tesis ini adalah: “Analisis pelaksanaan pendidikan dan pelatihan pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan non formal di balai pengembangan pendidikan non formal dan informal (BP-PNFI) regional I Medan”
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, data yang diperoleh peneliti melalui penyebaran angket kepada responden yang pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan di BP-PNFI regional I Medan, yang kemudian diolah dan dianalisis untuk menggambarkan hasil penelitian, data juga diperoleh melalui wawancara langsung dengan key informant.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa, 1). pelaksanaan dan jenis diklat di BP-PNFI regional I Medan lebih mengacu kepada kebijakan pemerintah pusat daripada memperhatikan keperluan dan kebutuhan di daerah di mana pelaksanaan diklat belum menerapkan inventarisasi atau survey jenis diklat yang diperlukan atau training need assessment (TNA), 2). Perencanaan jadwal diklat terutama tenggang waktu surat undangan dengan pelaksanaan diklat sering terlalu berdekatan, 3). evaluasi dan seleksi terhadap peserta diklat belum dilakukan secara baik, 4). penyediaan bahan-bahan diklat masih perlu diperbaiki dan dilengkapi, 5). kebersihan dan kelengkapan kamar tidur terutama kebersihan kamar mandi/WC masih sangat memprihatinkan, 6). sikap petugas konsumsi di ruang makan dan di aula juga belum baik, 7). kemampuan fasilitator/nst yang menyampaikan materi sudah baik, 8). Ketersediaan obat-obat generik belum lengkap dan kesehatan peserta belum maksimal mendapat perhatian dari panitia/penyelenggara. (penelitian dilaksanakan di BP-PNFI Regional I Medan)
ABSTRACT
Providing education and training for teachers and non-formal education (PTK-PNF) are implemented by non-formal education development centers and informal (BP-PNFI) regional I Field is an effort to improve the quality and competence of PNF on the PTK-work areas region I, which includes the province of Aceh, North Sumatra, Riau, Riau Islands, West Sumatra, Jambi and South Sumatra, educators PNF include Tutor, Civil learn, and lecturer, whereas PNF educational personnel such as supervisors, organizers, and managers of units of PNF, the title of this thesis is: "Analysis of the implementation of education and training of teachers and non-formal education in the civic development of non-formal and informal education (BP-PNFI) regional I Field".
This type of study is a descriptive to a quantitative approach, the data obtained through the dissemination of research questionnaires to the respondents who had attended education and training in regional PNFI BP-I Field, which is then processed and analyzed to illustrate the results of the study, data were also obtained through direct interviews with key informants.
The results showed that, 1). implementation and the type of training in regional PNFI BP-I Field rather refer to the policy of the central government rather than pay attention to the needs and requirements in areas where the implementation of the training has not implemented an inventory or survey type of training is required or training need assessment (TNA), 2). Planning training schedules, especially the grace period letter of invitation to the implementation of training is often too close together, 3). evaluation and selection of training participants have not done well, 4). provision of training materials still need to be repaired and equipped, 5). hygiene and sanitary fittings, especially bedrooms bathroom / WC is still very poor, 6). staff attitudes and consumption in the dining room in the hall also not good, 7). ability of the facilitator / NST that conveys the material is good, 8). Availability of generic drugs is not yet complete and the health of the participants have not been up to the attention of the committee / organizers. (Study carried out in BP-I Field Regional PNFI)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan yang maha Kuasa, karena
berkat dan lindungan-Nyalah laporan penelitian/Tesis ini dapat diselesaikan sebagai
salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan pendidikan sekolah Pasca
Sarjana Program Magister Studi Pembangunan di Universitas Sumatera Utara (USU)
Medan, dengan judul “Analisis Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Pendidik
dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Non Formal (PTK-PNF) di Balai Pengembangan Pendidikan Non Formal dan Informal Regional-I Medan”
Penulisan Tesis ini mendapat masukan dan dukungan berharga dari berbagai
pihak secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, secara khusus penulis
mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada Bapak Prof. Subhilhar,
M.A, Ph.D. selaku pembimbing utama yang disela kesibukannya meluangkan waktu
untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam penyelesaian tesis ini. Selanjutnya
ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Bapak Drs. M. Husni Thamrin, M.Si
selaku pembimbing Pendamping yang selalu sabar memberi masukan, bimbingan dan
motivasi kepada penulis.
Selama proses perkuliahan sampai dengan penyelesaian penulisan tesis ini,
penulis menerima banyak bantuan, dukungan, arahan, dan motivasi dari berbagai
kalangan. Oleh karena itu, ucapan terima kasih yang setulusnya juga penulis
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & H, M.Sc (CTM), SP.A (K),
Rektor Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.
2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, M.A Selaku Ketua Program Studi
Magister Studi Pembangunan FISIP USU.
4. Bapak Dr. R. Hamdani Harahap, M.Si Selaku Sekretaris Program Studi
Magister Studi Pembangunan FISIP USU.
5. Bapak Drs. Ermansyah, M.Hum dan Bapak Drs. Kariono, M.Si sebagai
penguji yang banyak memberi masukan, koreksi, dan gagasan berharga
terutama dalam penulisan tata kalimat yang baik dan perbaikan isi tesis
ini.
6. Unsur Pimpinan BP-PNFI Regional I Medan yang telah memberi
kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian dan
pengumpulan data dalam rangka penyelesaian tesis ini.
7. Yang terhormat orang tua dan mertua penulis yang memberi motivasi dan
kasih sayangnya kepada penulis selama menempuh perkuliahan di
Magister Studi Pembangunan FISIP USU.
8. Teristimewa kepada keluarga kecilku, Istri dan anak-anakku yang
memberi inspirasi, dukungan dan keteguhan mulai dari awal sampai
dengan penyelesaian perkuliahan, hingga berakhirnya pendidikan penulis
9. Bapak/Ibu staff pengajar dan pegawai di Program Studi Magister Studi
Pembangunan FISIP USU, Rekan-rekan Mahasiswa program MSP
angkatan XVII tahun 2009 yang telah banyak membantu selama dalam
proses perkuliahan dan penelitian. Semoga hubungan kekeluargaan dan
persahabatan kita tetap terpelihara pada masa yang akan datang.
10. Sahabat-sahabat sejawat di BP-PNFI Regional I Medan yang memberi
dukungan nyata selama masa perkuliahan dan penyelesaian penelitian.
Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih memiliki banyak
kekurangan dan ketidaksempurnaan, oleh karena itu penulis dengan hati
terbuka menerima kritik dan saran yang membangun guna
penyempurnaan penulisan dimasa depan. Akhirnya penulis berharap,
penelitian dan penulisan tesis ini dapat memberi manfaat dan kontribusi
bagi pembangunan masyarakat secara umum, dan peningkatan mutu dan
kualitas pelaksanaan pendidikan dan pelatihan secara khusus. Semoga
Tuhan Yesus memberkati dan melindungi kita semua.
Medan, 17 Oktober 2011
Penulis,
Falmer Sius Lumban Gaol
RIWAYAT HIDUP
Nama : Falmersius Lumban Gaol
NIM : 097024071
Tempat/ Tanggal Lahir : Bonandolok, 6 Mei 1977
Alamat : Jln. Parang II No. 36 P. Bulan Medan
Status Perkawinan : Kawin
Pendidikan : 1. SD Negeri No.174549 Bonandolok (1989) 2. SLTP Negeri No.1 Bonandolok (1992) 3. SLTA Negeri No.8 Medan (1995) 4. SI Sosiologi FISIP USU (2002)
DAFTAR ISI
HALAMAN
ABSTRAK...i
ABSTRACT...ii
KATA PENGANTAR...iii
RIWAYAT HIDUP...vi
DAFTAR ISI ...vii
DAFTAR TABEL...ix
DAFTAL GAMBAR...xii
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ...1
1.2. Perumusan Masalah ...11
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian...11
BAB II. KAJIAN PUSTAKA 2.1. Hakekat Pendidikan ... ...13
2.2 .Hakekat Pelatihan... ...13
2.3. Pendidik dan Tenaga Kependidikan ... ...24
BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis/Desain Penelitian ... ..26
3.2. Lokasi Penelitian ... ..29
3.3. Populasi dan Sampel...29
3.5. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional ...32
3.6. Teknik Analisis/interprestasi Data ... 35
3.7. Jadwal Penelitian ...36
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Profil BP-PNFI Regional I Medan ...37
4.2. Hasil Penelitian ... ..43
4.2.1. Deskripsi Data Hasil Penelitian ...43
4.2.1.1. Analisis Data Responden ... 43
4.2.1.2. Analisis Variabel Penelitian...46
BAB V. PENUTUP 5.1. Kesimpulan ...82
5.2. Saran ...84
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1 Daftar Sebaran Sampel Penelitian... 31
2 Defenisi Operasional Variabel-variabel Penelitian……….. 34
3 Struktur Ketenagaan Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Status Jabatan... 41
4 Jenis Kelamin Responden... 43
5 Jenis Pekerjaan dan Jabatan Responden... 44
6 Pendidikan Responden... 45
7 Perencanaan Jadwal Pendidikan dan Pelatihan... 46
8 Kesesuaian Materi dengan Tujuan Kegiatan... 47
9 Kesesuaian Waktu yang Disediakan untuk Materi dengan Tujuan Kegiatan... 48
10 Manfaat Praktis Materi Kegiatan... 49
11 Penguasaan Materi... 51
12 Kemampuan Menyajikan Materi... 52
13 Pengelolaan Kelas... 53
14 Penggunaan Metode Pembelajaran... 53
15 Penggunaan Alat Bantu/media Mengajar... 54
16 Kemampuan Menggunakan Bahasa dan Berkomunikasi... 55
17 Penampilan Fasilitator/NST... 56
19 Penyediaan ATK... 57
20 Ketersediaan Bahan Ajar dalam Pelaksanaan Diklat... 58
21 Penyediaan Bahan Ajar Lainnya (media, modul, PP, Permendiknas, dan APE yang berhubungan dengan materi diklat)... 59
22 Pelayanan Informasi oleh Petugas (Panitia)... 61
23 Sikap Petugas (panitia terhadap peserta)... 61
24 Hand Out yang Disediakan Sesuai dengan Materi... 62
25 Kebersihan Kamar Tidur... 64
26 Kebersihan Kamar Mandi dan Toilet... 65
27 Ketenangan dan Ketertiban Asrama... 66
28 Fasilitas Air... 67
29 Fasilitas Penerangan... 67
30 Penataan Ruang Belajar... 69
31 Kebersihan Ruang Belajar... 69
32 Ketenangan dan Kenyamanan Ruang Belajar... 70
33 Kelengkapan Ruang Belajar (papan tulis, OHP, Infocus, meja, dan kursi)... 71
34 Luas Ruang Belajar... 72
35 Pengaturan Makan dan Snack... 73
36 Gizi Makanan yang Disediakan... 74
37 Kesegaran Hidangan... 75
38 Variasi Makanan dan Snack... 76
40 Kebersihan Ruang Makan... 77
41 Ketenangan dan Kenyamanan Ruang Makan... 78
42 Kelengkapan Peralatan Makan... 79
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1 Model Skema Pelaksanaan Diklat... 23
ABSTRAK
Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan bagi pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan non formal (PTK-PNF) yang dilaksanakan oleh balai pengembangan pendidikan non formal dan informal (BP-PNFI) regional I Medan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan mutu dan kompetensi PTK-PNF di wilayah kerja regional I yang meliputi Provinsi NAD, Sumut, Riau, Kepri, Sumbar, Jambi, dan Sumatera Selatan, tenaga pendidik PNF meliputi Tutor, Pamong belajar, dan widyaiswara, sedangkan tenaga kependidikan PNF seperti penilik, penyelenggara, dan pengelola satuan PNF, judul tesis ini adalah: “Analisis pelaksanaan pendidikan dan pelatihan pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan non formal di balai pengembangan pendidikan non formal dan informal (BP-PNFI) regional I Medan”
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, data yang diperoleh peneliti melalui penyebaran angket kepada responden yang pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan di BP-PNFI regional I Medan, yang kemudian diolah dan dianalisis untuk menggambarkan hasil penelitian, data juga diperoleh melalui wawancara langsung dengan key informant.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa, 1). pelaksanaan dan jenis diklat di BP-PNFI regional I Medan lebih mengacu kepada kebijakan pemerintah pusat daripada memperhatikan keperluan dan kebutuhan di daerah di mana pelaksanaan diklat belum menerapkan inventarisasi atau survey jenis diklat yang diperlukan atau training need assessment (TNA), 2). Perencanaan jadwal diklat terutama tenggang waktu surat undangan dengan pelaksanaan diklat sering terlalu berdekatan, 3). evaluasi dan seleksi terhadap peserta diklat belum dilakukan secara baik, 4). penyediaan bahan-bahan diklat masih perlu diperbaiki dan dilengkapi, 5). kebersihan dan kelengkapan kamar tidur terutama kebersihan kamar mandi/WC masih sangat memprihatinkan, 6). sikap petugas konsumsi di ruang makan dan di aula juga belum baik, 7). kemampuan fasilitator/nst yang menyampaikan materi sudah baik, 8). Ketersediaan obat-obat generik belum lengkap dan kesehatan peserta belum maksimal mendapat perhatian dari panitia/penyelenggara. (penelitian dilaksanakan di BP-PNFI Regional I Medan)
ABSTRACT
Providing education and training for teachers and non-formal education (PTK-PNF) are implemented by non-formal education development centers and informal (BP-PNFI) regional I Field is an effort to improve the quality and competence of PNF on the PTK-work areas region I, which includes the province of Aceh, North Sumatra, Riau, Riau Islands, West Sumatra, Jambi and South Sumatra, educators PNF include Tutor, Civil learn, and lecturer, whereas PNF educational personnel such as supervisors, organizers, and managers of units of PNF, the title of this thesis is: "Analysis of the implementation of education and training of teachers and non-formal education in the civic development of non-formal and informal education (BP-PNFI) regional I Field".
This type of study is a descriptive to a quantitative approach, the data obtained through the dissemination of research questionnaires to the respondents who had attended education and training in regional PNFI BP-I Field, which is then processed and analyzed to illustrate the results of the study, data were also obtained through direct interviews with key informants.
The results showed that, 1). implementation and the type of training in regional PNFI BP-I Field rather refer to the policy of the central government rather than pay attention to the needs and requirements in areas where the implementation of the training has not implemented an inventory or survey type of training is required or training need assessment (TNA), 2). Planning training schedules, especially the grace period letter of invitation to the implementation of training is often too close together, 3). evaluation and selection of training participants have not done well, 4). provision of training materials still need to be repaired and equipped, 5). hygiene and sanitary fittings, especially bedrooms bathroom / WC is still very poor, 6). staff attitudes and consumption in the dining room in the hall also not good, 7). ability of the facilitator / NST that conveys the material is good, 8). Availability of generic drugs is not yet complete and the health of the participants have not been up to the attention of the committee / organizers. (Study carried out in BP-I Field Regional PNFI)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Pada pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa salah satu tujuan negara
Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan tersebut diwujudkan
melalui upaya peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan nasional. Dalam
pembangunan sektor pendidikan Indonesia, Kementerian pendidikan nasional telah
membuat 5 (lima) prioritas program tahun 2010 – 2014, yakni:
1. Peningkatan akses dan mutu pendidikan
2. Penuntasan pendidikan dasar 9 tahun yang bermutu
3. Peningkatan kualitas dan kesejahteraan Pendidik dan tenaga kependidikan
(PTK)
4. Peningkatan akses dan relevansi pendidikan menengah dan vokasi
5. Peningkatan akses dan daya saing perguruan tinggi.
Berbagai program pendidikan diselenggarakan oleh banyak pihak, baik
pemerintah, masyarakat, maupun organisasi sosial, yang ditujukan untuk
pengembangan berbagai potensi yang dimiliki setiap warga negara agar dapat
memberikan manfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Harapan yang begitu besar terhadap pengembangan
dan peningkatan kualitas sumber daya manusia yang disandarkan pada dunia
pendidikan merupakan tugas dan tanggung jawab yang harus diemban oleh seluruh
memudahkan upaya sistematis dan terarah dalam rangka mewujudkan tujuan
pembangunan nasional.
Upaya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia telah lama dilakukan.
Bahkan pada setiap Repelita, upaya peningkatan mutu pendidikan merupakan salah
satu prioritas pembangunan di bidang pendidikan. Berbagai program dan inovasi
pendidikan, seperti penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku ajar dan buku
referensi lainnya, peningkatan mutu tenaga pendidik dan kependidikan lainnya
melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kualifikasi pendidikan mereka,
peningkatan manajemen pendidikan, serta pengadaan fasilitas penunjang, dan
lain-lain selalu dilakukan.
Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut banyak hal yang dapat dilakukan,
salah satunya adalah upaya meningkatkan mutu dan relevansi tenaga pendidik
melalui pendidikan dan pelatihan. Lynton & Pareek (1992) menyatakan bahwa
pelatihan bertujuan melakukan perbaikan terus menerus dalam pekerjaan.
Notoatmodjo (1998) menyatakan bahwa pendidikan dan pelatihan merupakan upaya
untuk mengembangkan sumber daya manusia, terutama untuk mengembangkan
kemampuan intelektual dan kepribadian manusia. Pelatihan juga merupakan
serangkaian aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian-keahlian,
pengetahuan, pengalaman ataupun perubahan sikap seorang individu. Melalui
pelatihan, suatu lembaga akan mendapatkan manfaat berupa peningkatan kecakapan
individual yang pada gilirannya akan memberikan perkembangan yang lebih baik
menunjukkan bahwa meskipun seseorang telah belajar satu keterampilan baru
(mengikuti pelatihan) tidaklah menjamin terwujudnya dalam tindakan, meningkatkan
kinerja. Banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut antara lain dukungan dari
lingkungan sekitar dan kebutuhan lembaga.
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas) pasal 13 ayat 1, dengan jelas menyebut bahwa pendidikan nasional terdiri
dari 3 (tiga) jalur yakni pendidikan formal, non formal dan informal, dengan teknis
penyelenggaraan yang diatur dalam berbagai bentuk peraturan dan kebijakan yang
ditetapkan oleh pemerintah. Berdasarkan ketentuan-ketentuan yang diuraikan dalam
undang-undang sistem pendidikan nasional tersebut, pemerintah melalui Kementerian
Pendidikan Nasional telah dan akan terus merencanakan serta melaksanakan
pengembangan program pendidikan baik jumlah, sasaran, bentuk, dan jenis program
yang disiapkan untu menjawab kebutuhan belajar masyarakat. Tanggung jawab
penyelenggaraan dan upaya peningkatan mutu pendidikan tersebut dapat
dilaksanakan melalui jalur pendidikan sekolah (Formal) maupun melalui jalur
pendidikan non formal dan informal (PNFI).
Peningkatan pendidikan menjadi salah satu solusi terbaik untuk meningkatkan
kualitas SDM Indonesia. Penyelenggaraan pendidikan menurut UU No. 20 tahun
2003 tentang sistem pendidikan nasional adalah melalui tiga jalur yaitu : pendidikan
formal, non formal dan informal yang saling melengkapi dan memperkaya. Melalui
jalur pendidikan non formal, pemerintah juga melakukan berbagai upaya peningkatan
untuk mewujudkan dan menciptakan PTK-PNF yang berkualitas adalah melalui
pendidikan dan pelatihan yang dilakukan secara berjenjang, komprehensif dan
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pendidikan dan
pelatihan struktural maupun pendidikan dan pelatihan fungsional. Pelatihan
merupakan wahana untuk membangun sumber daya manusia menuju era globalisasi
yang penuh tantangan. Oleh karena itu, kegiatan pendidikan dan pelatihan menjadi
salah satu kegiatan yang pokok dan yang tidak dapat diabaikan terutama dalam
memasuki era persaingan yang semakin ketat.
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa pengembangan program
PNF yang bermutu dan bermanfaat membutuhkan aksi nyata dan menyeluruh yang
disusun secara terencana dan sistematis dengan tetap memberikan penekanan pada
kegiatan peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan menuju terwujudnya
program pendidikan nonformal yang berorientasi pada perluasan dan pemerataan
akses pendidikan, peningkatan mutu, relevansi dan daya saing, serta govermance,
akuntabilitas dan pencitraan publik sebagai pilar pembangunan pendidikan nasional
dengan tidak mengesampingkan aspek-aspek lain yang turut mempengaruhi
pencapaian aksi tersebut.
Dalam implementasinya, keberhasilan penyelenggaraan berbagai program
pendidikan yang diindikasikan dengan pertambahan nilai dan kemanfaatan program
bagi peserta didik dipengaruhi oleh banyak faktor. Diantara faktor-faktor tersebut,
maka ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai serta dukungan ketenagaan
(dominant factor) dalam menentukan hasil program pendidikan yang
diselenggarakan. Selain faktor internal kelembagaan yang turut memberi warna
keberhasilan program, pengaruh faktor eksternal seperti partisipasi dalam bentuk
kemitraan dengan organisasi pemerintah, Orsos, maupun organisasi lainnya yang
menaruh perhatian terhadap isu dan program. Program dan pelaksanaan pendidikan
yang masih lemah dan banyak memiliki kelemahan perlu terus dikembangkan baik
dalam hal bentuk maupun jangkauan kemitraan. Pendidikan pada hakekatnya
merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat, dan keluarga.
Balai Pengembangan Pendidikan Non Formal dan Informal (BP-PNFI)
regional I Medan, sebagai unit pelaksana teknis Direktorat Jenderal Pendidikan Non
Formal, dalam melaksanakan pengkajian dan pengembangan program dan fasilitasi
pengembangan sumber daya pendidikan nonformal, senantiasa melakukan upaya
untuk pengembangan berbagai program pada jalur pendidikan nonformal, yang
berkenaan langsung dengan program PNFI seperti : pemberantasan buta aksara,
program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun, program pendidikan anak usia dini,
pendidikan kecakapan hidup, maupun program peningkatan mutu kelembagaan dan
ketenagaan melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan. Kondisi budaya dan
karakteristik masyarakat dan taraf pendidikan masyarakat pada wilayah kerja
BP-PNFI regional I Medan yang beragam dan heterogen sering membentuk
kecenderungan minat yang berbeda-beda terhadap program pendidikan. Kondisi ini,
memberikan pengaruh terhadap perencanaan program pendidikan yang senantiasa
menuntut adanya kemauan serta kemampuan PTK-PNF bersikap responsif untuk
mengenal dan memahami kondisi sosial, budaya, dan ekonomi kelompok masyarakat
sebagai bagian dari pijakan dalam upaya melahirkan sejumlah program alternatif
untuk menyahuti kebutuhan belajar masyarakat sehingga benar-benar dapat
memberikan manfaat yang langsung dirasakan oleh masyarakat peserta
sasaran/program. Untuk menggerakkan kegiatan dalam rangka mencapai target
sasaran dan waktu yang ditetapkan, tenaga pendidik dan tenaga kependidikan PNF
harus tetap diberdayakan melalui pelaksanaan pendidikan dan pelatihan baik
pelatihan teknis maupun pelatihan fungsional.
Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan tersebut, maka pendidik dan
tenaga kependidikan PNF dituntut pula untuk mampu mengikuti setiap
perkembangan mutakhir di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi terutama yang
berkaitan dengan topik-topik tentang pendidikan, instruksional studi sosial dan
ekonomi termasuk di dalamnya psikologi sosial serta bidang lainnya yang
berhubungan erat dengan pelaksanaan tugas di bidang penelitian dan pengembangan
model program PNF.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 28 tahun 2007, Balai
Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda (BP-PLSP) regional I beralih
menjadi Balai Pengembangan Pendidikan Nonformal dan Informal (BP-PNFI)
regional I dengan wilayah koordinasi meliputi 7 provinsi yakni Provinsi Nanggroe
Aceh Darussalam (NAD), Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau
Tugas dan Fungsi BP-PNFI Regional I adalah:
a. Tugas :
Melaksanakan pengkajian dan pengembangan program serta fasilitasi
pengembangan sumber daya pendidikan non formal dan informal berdasarkan
kebijakan Kementerian Pendidikan Nasional.
b. Fungsi :
1. Pengkajian dan pelaksanaan program PNFI
2. Pengembangan program PNFI
3. Fasilitasi pengembangan sumber daya PNFI sesuai kebutuhan daerah
4. Pengembangan dan pengelolaan sistem informasi
5. Pemberian bimbingan dan evaluasi pelaksanaan program PNFI
6. Pelaksanaan urusan ketatalaksanaan BP-PNFI
Berdasarkan tugas dan fungsi tersebut, BP-PNFI regional I, sejak tahun 2003
telah menghasilkan produk-produk pengembangan model pendidikan non formal,
pelatihan, dan pengajaran, peningkatan mutu serta kompetensi PTK-PNF di
lingkungan BP-PNFI regional I.
Seperti yang sudah disebutkan di atas, salah satu tugas pokok dan fungsi
BP-PNFI regional I Medan, adalah peningkatan mutu dan kompetensi PTK-PNF, oleh
karena itu dari tahun 2003 sampai dengan 2008, BP-PNFI regional I telah
melaksanakan kegiatan pendidikan, pelatihan, dan pembelajaran sebanyak 50
kegiatan yang dilaksanakan dalam 64 angkatan yang memfasilitasi 4.301 orang
tingkat Provinsi Sumatera Utara (Daftar diklat terlampir). Disamping melalui
pendidikan dan pelatihan serta pembelajaran, upaya peningkatan mutu dan
kompetensi PTK-PNF, BP-PNFI regional I sejak tahun 2003 sampai 2008, juga telah
memberikan kesempatan kepada pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan
nonformal untuk mendapat program bantuan beasiswa yang dananya berasal dari
anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN), tahun 2003 dan 2004 bersumber
dari DIPA PLS, tahun 2005 dari DIPA BP-PNFI regional 1, tahun 2006 s/d 2008
bersumber dari dana bantuan direktorat PTK-PNF Ditjen PM-PTK Kementerian
Pendidikan Nasional. Jenis pendidikan dan pelatihan yang diikuti oleh PTK-PNF
pada umumnya adalah dalam upaya peningkatan pengetahuan dan ketrampilan untuk
mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi sebagai tenaga PTK-PNF serta peningkatan
kualifikasi pendidikan. Sampai dengan tahun 2008 jumlah PTK-PNF yang
memperoleh bantuan pendidikan adalah sebanyak 151 orang dengan perincian
Jenjang Pendidikan S-1 berjumlah 137 orang dan jenjang S-2 berjumlah 14 orang.
Seperti yang sudah dipaparkan di atas, upaya peningkatan kompetensi pendidik dan
tenaga kependidikan PNF yang dilaksanakan dari tahun 2003 sampai dengan 2008
oleh BP-PNFI regional I Medan adalah sebanyak 50 kegiatan yang diselenggarakan
dalam 64 angkatan dan memfasilitasi 4.301 orang peserta. Dengan jumlah peserta
yang begitu banyak, peningkatan kompetensi dan proses kegiatan pendidikan
nonformal sudah seharusnya berjalan dengan baik. Namun dalam kenyataannya
banyak kegiatan dan tugas-tugas pokok PNF yang kurang berjalan dengan baik
(SPM). Sebagian besar tenaga pendidik dan kependidikan PNF di banyak
lembaga/satuan PNF tidak memiliki kompetensi dan kurang sesuai dengan kualifikasi
seperti tujuan pelaksanaan Diklat PNF. Minimnya tingkat kompetensi PTK-PNF
antara lain diketahui dari dalam pembuatan bahan belajar atau media, penyusunan
SOP, penyusunan silabus dan RPP, kemampuan mengajar yang belum standar yang
dapat diiketahu melalui pengamatan ketika materi praktek mengajara atau mikro
teaching, serta penguasaan materi PNF yang masih rendah.
Ketimpangan kompetensi PTK-PNF pasca mengikuti pendidikan dan
pelatihan terutama dalam mengaplikasikan materi Diklat yang telah didapatnya
sangat tampak pada ketidakcakapan sebagian besar PTK-PNF dalam pembuatan
bahan-bahan ajar seperti penyusunan silabus dan RPP mata pelajaran yang sesuai
dengan bidangnya masing-masing. Sebagai contoh, pada tahun 2010, diadakan
workshop penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pendidikan
kesetaraan tingkat regional sebanyak 14 angkatan dengan jumlah peserta lebih dari
1400 orang. Workshop ini diperuntukkan bagi tenaga pendidik nonformal seperti
tutor dan pamong belajar agar para tenaga pendidik PNF tersebut memiliki
kemampuan untuk menyusun bahan ajar yakni kurikulum, modul dan media belajar
lainnya. Selain itu, pelaksanaan workshop dan Diklat KTSP tersebut dimaksudkan
agar dalam penyusunan proposal pengajuan dana bantuan operasional penyelengaraan
(BOP) pendidikan kesetaraan, maka pihak penyelangara PNF seperti Sanggar
kegiatan belajar (SKB), Pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM), dan satuan PNF
penyusunannya mengacu pada Permendiknas No.17 tahun 2007 tentang standar isi
(SI) Pendidikan Kesetaraan. Pelaksanaan workshop (Diklat) KTSP itu juga
dimaksudkan, agar setiap satuan PNF memiliki kurikulum sendiri yang dikenal
dengan KTSP. Hal itu merupakan sebuah keharusan, karena pemerintah melalui
Kementerian Pendidikan Nasional telah mewajibkan bahwa setiap satuan PNF mulai
tahun 2008 untuk menerapkan dan menggunakan KTSP. Sesuai dengan tujuan
workshop KTSP tersebut, maka dalam proses penilaian proposal BOP yang diajukan
satuan PNF dan sesuai dengan petunjuk teknis yang telah dipublikasikan, antara lain
disyaratkan untuk mencantumkan berkas KTSP. Namun didapati sebagian besar
satuan PNF tersebut tidak mencantumkan lampiran KTSP. Kalaupun ada yang
melampirkan,bentuk dan isinya sangat tidak sesuai dengan KTSP yang sesunggunya.
Dalam kenyataannya, banyak berkas kurikulum yang dikirimkan itu yang masih
mengutip contoh-contoh kasus dari kasus di kota-kota lain, yang mungkin karena
mengutip dari buku lain, padahal esensi KTSP adalah itu adalah pemberian
kebebebasan kepada penyusun untuk mencantumkan contoh yang sesuai dengan
potensi dan kearifan lokal daerah setempat. Ketidakcakapan penguasaan materi itu
juga terlihat ketika ada peserta diklat atau workshop yang sudah pernah ikut sebuah
materi dan kemudian ikut kembali kegiatan dengan materi yang sama
Kenyataan tersebut tidak hanya dalam penyelenggaraan workhsop penyusunan
KTSP, namun juga terjadi dalam penyelenggaraan diklat atau workshop bidang
lainnya seperti diklat bidang pendidikan anak usia dini (PAUD), diklat penguatan
penguasaan peserta diklat terhadap materi diklat dirasa masih belum maksimal,
terlihat dari unjuk kerja dan dan produk yang dihasilkan oleh PTK yang pernah
mengikuti Diklat atau workshop masih belum sesuai dengan tujuan pelaksanaan
diklat yang diikutinya. Kejadian dan kenyataan tersebut kemudian menimbulkan
permasalahan dan pemikiran tentang adanya sesuatu yang kurang efektif dalam
penyelenggaraan workshop penyusunan KTSP secara khusus dan pelaksanaan
Diklat-Diklat lainnya di BP-PNFI regional I Medan secara umum.
1.2. Perumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan rumusan masalah
yang diajukan yaitu Bagaimana pelaksanaan pendidikan dan pelatihan pendidik dan
tenaga kependidikan pendidikan non formal di BP-PNFI regional I Medan ?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian
a. Menganalisis pelaksanaan pendidikan dan pelatihan tenaga pendidik dan
kependidikan pendidikan non formal di BP-PNFI regional I Medan
b. Mengetahui hambatan, kelemahan, dan kekurangan dalam pelaksanaan
Diklat dan mencari solusi demi efektifitas pelaksanaan Diklat PTK-PNF di
BP-PNFI regional I Medan.
1.3.2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Ilmiah/Akademis
Meningkatkan pemahaman penulis tentang pelaksanaan Diklat terutama
Diklat PTK-PNF dengan membandingkan antara teori dan praktek di
lapangan.
b. Manfaat Praktis
1) Mengetahui proses pelaksanaan Diklat PTK-PNF di Regional I Medan
terhadap meningkatnya kompetensi tenaga PTK-PNF se-regional I.
2) Mengetahui kelemahan dan kekurangan pelaksanaan Diklat dan
selanjutnya memberi solusi dan rekomendasi untuk memecahkan
kelemahan pelaksanaan Diklat PTK-PNF di BP-PNFI regional I Medan.
c. Bagi program studi pembangunan Pasca Sarjana USU.
Menjadi bahan studi pembanding dan informasi dalam pengembangan ilmu
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Hakekat PendidikanPendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan darinya, masyarakat,
bangsa, dan negara. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupanbangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (UU No. 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional). Dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan nasional Pasal 13 ayat 1 disebutkan, bahwa pelaksanaan sistem
pendidikan nasional Indonesia dikenal 3 jalur yakni jalur pendidikan formal,
nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Sedangkan
jenjang pendidikan nasional terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan tinggi. Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan,
Sedangkan defenisi pendidikan menurut beberapa ahli antara lain:
a. John Dewey, Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan
fundamental secara intelektual, emosional ke arah alam dan sesama manusia
b. Van Cleve Morris, berpendapat bahwa pendidikan adalah studi filosofis yang
pada dasarnya bukan hanya alat untuk mengalihkan cara hidup secara
menyeluruh kepada setiap generasi, melainkan juga merupakan agent
(lembaga) yang berugas melayani hati nurani masyarakat dalam
perjuangannya mencapai hari yang lebih baik.
c. Dr. Omar Muhammad Al Toumy al Syaebani, mengartikan pendidikan
sebagai usaha mengubah tingkah laku individual (orang per orang) dalam
kehidupan pribadinya, dalam kehidupan sosial (kemasyarakatan) – nya dan
dalam kehidupan di lingkungan alam sekitar melalui suatu proses.
d. M.J. Longeveled, Pendidikan adalah usaha , pengaruh, perlindungan dan
bantuan yang diberikan kepada anak agar tertuju kepada kedewasaannya, atau
lebih tepatnya membantu anaka agar cukup cakap melaksanakan tugas
hidupnya sendiri.
e. Rousseau, Pendidikan adalah pembekalan yang tidak ada pada pada saat
anak-anak, akan tetapi dibutuhkan pada saat dewasa.
f. Ki Hajar Dewantara, Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan budi
pekerti, pikiran, serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan
hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan
g. GBHN, Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian
dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
2.2. Hakekat Pelatihan
Pelatihan adalah kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan
ketrampilan agar mampu melaksanaakaan tugas pokok dan fungsinya secara
profesional. Profesionalisme dapat diukur melalui aktivitasnya dalam
mengimplementasikan tugas pokok dan fungsi di lapangan sehingga program yang
dijalankan lebih bermutu, inovatif dan layak dicontoh oleh masyarakat. Pelatihan
merupakan salah satu upaya dalam pengembangan sumber daya manusia (SDM)
melalui suatu proses membantu orang lain guna memperoleh pengetahuan agar dapat
memperbaiki kemampuan dan ketrampilannya.
Sudjana, D (1993:13) menyatakan bahwa didalam meningkatkan mutu
kemampuan para anggota kelompok, perkumpulan, dan organisasi serta untuk
membina dan mengembangkan keahlian para petugas dan pekerja, dilakukan
pembelajaran yang dikenal dengan istilah pelatihan. Rivai (2004:226) berpendapat
bahwa pelatihan merupakan suatu proses sistematis mengubah tingkah laku pegawai
untuk mencapai tujuan organisasi. Pelatihan juga bertujuan untuk meningkatkan
kinerja saat ini dan kinerja dimasa mendatang. Sedangkan menurut Notoadmodjo
(1998:26) mengungkapkan bahwa penekanan pelatihan lebih berkaitan dengan
meningkatkan kemampuan dan ketrampilan karyawan yang sudah menduduki suatu
untuk meningkatkan kinerja pada level individu, kelompok, dan/atau organisasi.
Kinerja yang meningkat pada gilirannya menyiratkan bahwa terdapat perubahan yang
dapat diukur dalam pengetahuan, keahlian, sikap dan perilaku seseorang. Kegiatan
pelatihan yang dilaksanakan secara nyata dapat memberikan sumbangan yang besar
pada proses pelaksanaan program sehingga mencapai hasil yang optimal. Pelaksanaan
pelatihan (Training), semakin penting bagi organisasi atau lembaga dalam upaya
meningkatkan kompetensi sumber daya manusia (SDM). Sumber daya manusia
tersebut perlu dikelola secara profesional agar terwujud keseimbangan antara
kebutuhan pegawai dengan tuntutan dan kemampuan organisasi atau lembaga.
Robinson (1981:12) menyatakan bahwa pelatihan adalah pengajaran dan atau
pemberian pengalaman kepada seseorang untuk mengembangkan tingkah laku
(Pengetahuan, ketrampilan, sikap) agar mencapai sesuatu yang diinginkan.
Selanjutnya James R. Davis (1998:44) mengatakan bahwa pelatihan merupakan
proses untuk mengembangkan ketrampilan peserta, menyediakan informasi dan
membentuk sikap agar dapat bekerja secara efektif dan efisien.
Dari keseluruhan defenisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pada
dasarnya, pelatihan mengandung makna yang tidak jauh berbeda yaitu menunjukkan
bahwa pelatihan merupakan suatu kegiatan yang direncanakan secara sistematis yang
didalamnya terdapat kegiatan pembelajaran dalam upaya meningkatkan pengetahuan,
kemampuan atau ketrampilan serta sikap, sehingga akhirnya karyawan tersebut
memiliki peningkatan kinerja. Dapat juga rangkum, bahwa Pelatihan adalah proses
standar. Pelatihan dilakukan untuk meningkatkan kinerja pegawai yang diberikan
kepada pegawai atau jika ada hal-hal baru dalam pekerjaan.
Pelatihan merupakan salah satu fungsi manajemen yang perlu dilaksanakan
terus menerus dalam rangka pembinaan ketenagaan dalam suatu organisasi (Hamalik,
2001:10). Secara spesifik, proses pelatihan itu, merupakan serangkaian
tindakan/upaya yang dilaksanakan secara berkesinambungan, bertahap dan terpadu.
Tiap proses pelatihan harus terarah untuk mencapai tujuan terkait dengan upaya
pencapaian tujuan organisasi. Gaspersz (1997: 228-229) menyatakan pendidikan dan
pelatihan merupakan elemen penting untuk pengembangan manajemen kualitas.
Seluruh anggota organisasi mulai manajemen puncak sampai karyawan terendah
harus memperoleh pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan kemampuannya.
Pada dasarnya pendidikan bertujuan mendidik seluruh anggota organisasi tentang
mengapa sesuatu aktifitas dilakukan, sedangkan pelatihan bertujuan melatih seluruh
anggota organisasi tentang bagaimana melakukan aktivitas kegiatan itu.
2.2.1. Faktor-faktor Penyusunan Program Pelatihan
Program pelatihan sebaiknya persiapkan secara matang, ada 7 (tujuh) faktor
yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan dalam penyusunan program pelatihan.
7 (tujuh) faktor tersebut adalah:
1. Kebutuhan pelatihan
2. Cara Penyelenggaraan pelatihan
4. Hambatan-hambatan pelaksanaan pelatihan
5. Peserta pelatihan
6. Sarana-prasarana/ Fasilitas pelatihan
7. Fasilitator/Pengawas pelatihan
2.2.2. Unsur-unsur Program Pelatihan
Secara umum pelatihan memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
a. Struktur Program
b. Metode
c. Strategi
d. Media
e. Pelaksanaan Program
f. Peserta
g. Fasilitator
h. Biaya
i. Panitia
j. Hasil yang diharapkan
Namun secara sederhana, Program pelatihan minimal memiliki unsur-unsur:
a. Peserta Pelatihan
Penetapan calon peserta pelatihan erat kaitannya dengan keberhasilan
proses pelatihan yang pada gilirannya turut menentukan efektifitas
pelatihan. Karena itu, perlu dilakukan seleksi yang teliti untuk
1. Akademik, ialah jenjang pendidikan dan keahlian
2. Jabatan, yang bersangkutan telah menempati pekerjaan tertentu, atau
akan ditempatkan pada pekerjaan tertentu.
3. Pengalaman kerja, ialah pengalaman yang telah diperoleh dalam
pekerjaan.
4. Motivasi dan minat yang bersangkutan terhadap pekerjaan.
5. Pribadi, yang menyangkut aspekm moril dan sifat-sifat yang
diperlukan dalam pekerjaan tersebut.
6. Intelektual, tingkat berfikir dan pengetahuan diketahui melalui tes
seleksi.
b. Pelatih (Instruktur)
Pelatih/instruktur pada kegiatan pelatihan memegang peranan penting
terhadap kelancaran dan keberhasilan program pelatihan. Itu sebabnya,
perlu dipilih pelatih yang ahli dan kompeten dibidangnya masing-masing.
Ada beberapa syarat penentuan pelatih (Instruktur) antara lain:
1. Memiliki kompetensi dan kapabilitas di bidangnya masing-masing,
yang dibuktikan dengan adanya sertifikat kompetensi.
2. Memiliki kepribadian baik yang menunjang profesinya sebagai
pelatih.
3. Pelatih (Instruktur) yang berasal dari lingkungan/organisasi sendiri
c. Waktu (Lamanya pelatihan)
Masa atau lamanya pelatihan sebaiknya mempertimbangkan hal-hal
dibawah ini, yakni:
1. Jumlah materi yang akan disampaikan, semakin banyak beban materi
yang akan disampaikan maka akan memerlukan waktu yang lebih
banyak dan sebaliknya.
2. Tingkat kesulitan dari materi-materi yang akan dipelajari, tingkat
kesulitan/kemudahan materi akan mempengaruhi waktu yang
dibutuhkan.
3. Tingkat kemampuan peserta pelatihan, kesiapan dan tingkat
kemampuan para peserta didik akan berdampak pada kurun waktu
pelatihan yang dibutuhkan.
4. Media pembelajaran yang tersedia. Media pembelajaran ada saat diklat
akan sangat membantu efektivitas pelaksanaan diklat.
2.2.3. Pelatihan dan Peningkatan Mutu SDM
Pelatihan memiliki kontribusi terhadap mutu Sumber Daya Manusia (SDM).
Melalui pelatihan, suatu lembaga akan memperoleh manfaat berupa peningkatan
kecakapan individual para pesertanya yang pada gilirannya nanti akan memberikan
perkembangan secara lebih baik terhadap lembaga secara menyeluruh (Marzuki,
1993). Terdapat suatu hal yang penting dan perlu untuk diperhatikan apakah suatu
lembaga. Apabila terdapat kontribusi yang baik terhadap individu maupun lembaga,
maka pelatihan tersebut dapat dikatakan pelatihan yang efektif.
Keberhasilan peserta yang telah mengikuti pendidikan dan pelatihan belum
tentu dapat meningkatan kinerja. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
faktor fisik, faktor organisasi, faktor manusia dan faktor eksternal lainnya. Dalam
hubungan ini sebaiknya pemimpin lembaga maupun kolega memberi dorongan atau
ikut serta menciptakan suasana yang memberikan motivasi agar mereka dapat
menerapkan hasil-hasil pelatihan. Adanya dukungan moral maupun fasilitas lainnya
yang dapat membangkitkan semangat mereka agar kreatif untuk usaha pembaharuan
di lembaganya. Dengan kata lain, pengetahuan dan keterampilan yang didapat dari
pelatihan akan sia-sia apabila tidak disertai dengan penciptaan kondisi yang kondusif
bagi pengembangan kecakapan-kecakapan baru. Dharma (1998 : 5) mengemukakan
faktor utama yang mempengaruhi kinerja karyawan adalah : Pegawai itu sendiri,
pekerjaan, mekanisme kerja, dan lingkungan kerja. Dengan demikian perlakuan pasca
pelatihan sangat berperan dalam menunjang keberhasilan dalam suatu pelatihan.
2.2.4. Diklat sebagai sebuah Sistem
Pelaksanaan Diklat merupakan sebuah sistem, cara berfikir dengan
menggunakan konsep sistem disebut pendekatan sistem (the system approach).
Pendekatan sistem dapat diartikan sebagai suatu cara berfikir dengan mempergunakan
Ada 4 karakteristik dari pendekatan sistem yaitu:
(1) Mempergunakan konsep sistem, yakni melihat semua permasalahan yang
dihadapi sebagai suatu kesatuan dan saling tergantung antara yang satu
dengan yang lain,
(2) Kerangka berfikir kesisteman berupa komponen-komponen yang
berhubungan satu dengan yang lainnya dan dapat berfungsi melalui
prosedur mulai dari input, proses transformasi dan output,
(3) Sebagai akumulasi dari berbagai pemikiran ilmiah sebelumnya, maka
dalam menganalisis dengan cara berfikir kesisteman sangat terbuka untuk
menggunakan berbagai metode dan teknik analisis yang telah ada
sebelumnya,
(4) berorientasi pada output dalam pemecahan masalah.
Secara sederhana model berfikir kesisteman untuk menggambarkan
Gambar 1. Model Skema Pelaksanaan Diklat
INPUT INSTRUMENTAL
MANUSIA METODE MATERIAL
2.3. Pendidik dan Tenaga Kependidikan 2.3.1. Pendidik
adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor,
pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain
yang sesuai dengan kekhususannya serta berpartisipasi dalam penyelengaraan
pendidikan.
2.3.2. Tenaga Kependidikan
Adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk
menunjang penyelenggaraan pendidikan. tenaga kependidikan meliputi
pengelola satuan pendidikan, penilik, pengawas, pustakawan, laboran, dan
lainnya.
2.3.3. Pendidikan Non Formal
Dalam UU No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional disebutkan
bahwa pendidikan nasional memiliki 3 jalur yakni formal, non formal, dan informal.
Pendidikan non formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan secara berstruktur dan berjenjang. Pendidikan non formal meliputi
pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan,
pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan
ketrampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang
ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Satuan pendidikan non
masyarakat (PKBM), majelis taklim, serta berbagai satuan pendidikan sejenis yang
dikelola oleh masyarakat.
Pendidikan non formal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang
memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah,
dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan
sepanjang hayat. Pendidikan non formal berfungsi mengembangkan potensi peserta
didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional
serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional. Hasil pendidikan non formal
dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses
penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau pemerintah
daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan (SNP).
Dengan memperhatikan jenis, fungsi dan peranan yang diemban jalur
pendidikan non formal yang sangat banyak dan beragam, maka sudah saatnya semua
pihak baik pemerintah, pengusaha, maupun masyarakat umum untuk memperhatikan
dan memberdayakan keberadaan jalur pendidikan non formal dan kemudian
mendudukkannya pada posisi dan tempat yang setara dengan jalur pendidikan formal
sesuai dengan amanat dari UU nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ilmiah, pemilihan metode merupakan salah satu tahap yang
sangat perlu. Metode penelitian menjadi pedoman dalam memecahkan berbagai
masalah yang akan diungkapkan. Penggunaan metode sangat membantu penulis
untuk berfikir secara tepat dan meningkatkan sifat obyektifitas dalam mencari
kebenaran pengetahuan. Hadi (1981:63) mengatakan bahwa penelitian (research)
merupakan usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu
pengetahuan, usaha yang dilakukan dengan menggunakan metode-metode ilmiah.
John Dewey (Notoatmojo, 1993:19) mengartikan bahwa metode penelitian sebagai
suatu cara untuk memperoleh kebenaran ilmu pengetahuan atau pemecahan suatu
masalah. Selanjutnya Almack (1939) mendefenisikan bahwa metode penelitian
adalah suatu cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan,
dan penjelasan kebenaran. Dengan demikian, maka penelitian pada dasarnya adalah
proses penerapan metode ilmiah tersebut yang hasilnya adalah ilmu dan kebenaran.
3.1. Jenis/Desain Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian ini, yakni menganalisis pelaksanaan diklat
PTK-PNF di BP-PNFI regional I Medan, maka akan dianalisis melalui pendekatan
kuantitatif dengan dukungan pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan
untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan Diklat PTK-PNF terhadap peningkatan
kompetensi PTK-PNF.
Dalam penelitian ini, juga digunakan pendekatan kualitatif dengan model
penelitian kasus dan penelitian lapangan (case study and field research) sebagai
pendekatan pendukung (less dominant) dan pendekatan kuantitatif sebagai utama
(dominant). Menurut Sumadi suryabrata (2002 : 80) Penelitian kasus dan penelitian
lapangan bertujuan untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan
sekarang, dan interaksi lingkungan sesuatu unit sosial yakni individu, kelompok,
lembaga, atau masyarakat. Salah satu ciri penelitian kasus adalah penelitian dilakukan
secara mendalam mengenai unit sosial tertentu yang hasilnya merupakan gambaran
yang lengkap dan terorganisasi baik mengenai unit tersebut, penelitian kasus
cenderung untuk meneliti jumlah unit yang kecil tetapi mengenai variabel-variabel
dan kondisi-kondisi yang besar jumlahnya.
Penggunaan metode kualitatif dalam penelitian didasarkan pada beberapa
pertimbangan. Sesuai dengan konsep yang disampaikan Moleong (1997: 5), bahwa
penggunaan metode atau pendekatan kualitatif dalam penelitian memperhatikan
pertimbangan-pertimbangan, antara lain,
1. Menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan
kenyataan ganda,
2. Metode ini menyajikan secara langsung hakekat hubungan antara peneliti
3. Metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak
penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.
Pendekatan Kuantitatif menjadi pendekatan utama (dominant) karena
penelitian ini bertujuan mengetahui secara mendalam pelaksanaan Diklat PTK-PNF,
dan berupaya menganalisis proses pelaksanaan mulai perencanaan, persiapan,
pelaksanaan, dan evaluasi diklat PTK-PNF di BP-PNFI regional I Medan dan
menganalisis bagaimana hubungan-hubungan ini berlangsung, dan sekaligus
mengetahui dampak pelaksananaa diklat yang telah dilakukan terhadap peningkatan
kompetensi PTK-PNF di wilayah regional I.
Untuk pendekatan kualitatif digunakan teknik wawancara dan observasi.
Wawancara dan observasi dilakukan untuk melihat dan mengetahui bagaimana proses
pelaksanaan Diklat di BP-PNFI Regional I Medan dalam kurun waktu 2003 - 2008
dan kendala-kendala yang dihadapi. Pengumpulan data juga dilakukan melalui
pendekatan kuantitatif dengan teknik kuisioner dan pengamatan (observasi).
Penyusunan kuisioner didasarkan pada hipotesa, bahwa terdapat ketimpangan antara
pelaksanaan Diklat dengan kompetensi PTK-PNF. Dengan demikian pendekatan
kuantitatif berfungsi untuk melihat secara sederhana tentang dampak pelaksanaan
Diklat PTK-PNF di BP-PNFI Regional I Medan terhadap peningkatan kompetensi
3.2. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengembangan Pendidikan Non Formal
dan Informal (BP-PNFI) regional I Medan di Jalan Kenanga Raya No.64 Tanjung
Sari Medan. BP-PNFI merupakan unit pelaksana teknis (UPT) Direktorat Jenderal
Pendidikan Non Formal dan Informal Kementerian Pendidikan Nasional. BP-PNFI
regional I Medan memiliki tugas dan fungi antara lain memfasilitasi upaya
peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan Pendidikan Non Formal dan
Informal (PTK-PNFI).
3.3. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono,2004 : 72). Jumlah populasi
diambil dari para stakeholder di BP-PNFI regional I Medan, Kasi FSD (Fasilitasi
Sumber daya), Kepala SKB Se-Sumut, pimpinan lembaga-lembaga satuan PNF,
tenaga pendidik PNF seperti pamong belajar, tutor, dan tenaga kependidikan PNF
yakni penyelenggara dan penilik pendidikan luar sekolah (PLS) yang pernah
mengikuti pendidikan dan pelatihan di BP-PNFI regional I Medan.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Pada konteks ini, untuk memudahkan menentukan sampel
kuantitatif yang akan diambil sebagai responden maka penulis menggunakan
Seperti yang disebutkan diatas, pada penelitian ini, pemilihan/informan akan
dilakukan dengan teknik Purposive sampling. Menurut Maxwell (1996 : 70) bahwa
Purposive sampling merupakan strategi dimana situasi, orang-orang atau
peristiwa-peristiwa dapat diseleksi (dipilih dengan sengaja). Dengan demikian, maka yang
menjadi dalam penelitian ini adalah yang memiliki beberapa karakteristik.
Karakteristik tersebut antara lain unsur pimpinan-pimpinan lembaga PNF, pamong
belajar, tutor, penilik, dan penyelenggara pada satuan PNF yang berdomisili di
Provinsi Sumatera Utara. Responden diharapkan akan memberikan jawaban dan
informasi penting yang tidak dapat diperoleh sebaik pilihan-pilihan yang lain.
Dengan demikian responden ditentukan secara sengaja (purposive) dengan
mempertimbangkan beberapa karakteristik tertentu sesuai dengan tujuan penelitian.
Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah bekerja sebagai tenaga pendidik
dan kependidikan pada satuan PNF dan yang sudah pernah mengikuti
diklat/workshop PNF di BP-PNFI regional I Medan minimal 2 kali.
Responden dalam penelitian ini adalah pimpinan lembaga/unit PNF, tutor dan
Tabel 1. Daftar Sebaran Sampel Penelitian
No Status responden Jumlah
1 Kepala BP-PNFI 1
2 Kasi FSD 1
3 Kepala SKB 2
4 Pamong belajar 10
5 Pimpinan LKP/PKBM/satuan PNF 6
6 Tutor 5
7 Penilik 5
Total responden 30
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memenuhi kebutuhan terhadap data penelitian, maka digunakan
beberapa jenis data yang dikumpulkan yakni:
a. Data Primer, yang dikumpulkan melalui:
1. Angket (Kuisioner) yakni responden dalam hal ini adalah pendidik dan
tenaga kependidikan pendidikan non formal seperti tutor, pamong belajar,
pengelola PNF, penilik. Angket disebar ketika para responden mengikuti
pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh BP-PNFI regional I
Medan tahun 2011.
2. Wawancara mendalam (in depth interview) dengan informan kunci (Key
informan) yang mengetahui fenomena yang ingin diketahui yakni Kepala
BP-PNFI, Kasi FSD, Ka.BPKB/SKB, dan koordinator pamong belajar.
Wawancara mendalam (in depth interview) dilakukan untuk
mengumpulkan informasi dengan mengajukan pertanyaan secara lisan
membuka kesempatan bagi nara sumber untuk menjawab sesuai persepsi
atau pandangannya yang dilakukan dengan menggunakan daftar
pertanyaan tetap yang disiapkan terlebih dahulu.
3. Observasi (Pengamatan) yaitu melihat langsung fakta-fakta yang ada di
lokasi penelitian dan memantau peningkatan kerja para pendidik dan
tenaga kependidikan pendidikan non formal (PTK-PNF).
b. Data Sekunder
Data yang diperoleh berdasarkan dokumen-dokumen dan data tertulis yang
telah diterbitkan oleh pemerintah maupun Balai Pengembangan Pendidikan
Non formal dan Informal (BP-PNFI) regional I Medan.
Dalam penelitian ini, pengumpulan data akan dilakukan melalui pengamatan,
wawancara, dan pengadaan pertanyaan melalui pembuatan kuisioner dan
pedoman wawancara.
3.5. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 3.5.1. Defenisi konsep
a. pendidikan dan pelatihan adalah upaya secara sistematis dan terstruktur
untuk meningkatkan kompetensi dan ketrampilan dalam bidang tertentu.
b. Pendidikan non formal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang
memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti,
penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka
berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada
penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta
pengembangan sikap dan kepribadian profesional.
c. Tenaga pendidik pendidikan non formal yakni tenaga pendidik yang
berkualifikasi sebagai pamong belajar, tutor, dan widyaiswara serta
masyarakat umum yang berpartisipasi dalam penyelenggaraan
pendidikan.
d. Tenaga kependidikan non formal dan informal anggota masyarakat yang
mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan
pendidikan. Tenaga kependidikan meliputi pengelola satuan pendidikan
seperti penilik, penyelenggara dan pengelola pada satuan pendidikan non
formal.
e. Kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan seseorang yang
3.5.2. Defenisi Operasional
Tabel 2. Defenisi Operasional Variabel-variabel Penelitian
Variabel Indikator
I. Struktur program a. Kesesuaian materi dengan tujuan kegiatan b. Kesesuaian waktu yang disediakan untuk
masing-masing materi dengan tujuan kegiatan
c. Manfaat praktis materi kegiatan II. Pelayanan
kesekretariatan
a. Penyediaan ATK
b. Pelayanan informasi oleh petugas (panitia) c. Sikap petugas (panitia terhadap peserta) d. Hand out yang disediakan sesuai dengan
materi
III. Asrama a. Kebersihan kamar tidur
b. Kebersihan kamar mandi dan toilet c. Ketenangan dan ketertiban asrama d. Fasilitas air
e. Fasilitas penerangan IV. Ruang belajar a. Penataan ruang belajar
b. Kebersihan ruang belajar
c. Kenyamanan dan ketenangan ruang belajar d. Kelengkapan ruang belajar (papan
tulis/white board, OHP, Infocus, meja dan kursi.
e. Luas ruang belajar
V. Konsumsi a. Pengaturan makan dan snack b. Gizi makanan yang disediakan c. Kesegaran hidangan
d. Variasi makanan dan snack e. Sikap petugas konsumsi f. Kebersihan ruang makan
g. Ketenangan dan kenyaman ruang makan h. Kelengkapan peralatan makan
3.6. Teknik Analisis/interpretasi Data
Penelitian ini pada dasarnya menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
dukungan pendekatan kualitatif. Ciri khas dari penelitian ini mencerminkan data dari
responden yang banyak jumlahnya dengan menggunakan instrumen. Salah satu
keuntungan pendekatan ini diarahkan pada latarbelakang dan individu secara holistik
menggunakan metode deskriptif sehingga dapat memperoleh gambaran mengenai
realitas sosial yang kompleks mengenai pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan non formal di
BP-PNFI regional I Medan antara tahun 2003 - 2008.
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan deskriptif exploratif.
Motode Deskriptif adalah suatu penelitian untuk mengungkapkan suatu masalah atau
keadaan atau peristiwa adanya yang bersifat untuk mengungkapkan fakta (fact
finding). Sedangkan penelitian exploratif adalah suatu penelitian yang bertujuan
untuk menemukan masalah-masalah baru yang ditemukan dan selanjutnya dibahas
dan diselidiki secara cermat melalui kegiatan penelitian lanjutan. (Nawawi : 1995).
Penelitian deskriptif yakni penelitian yang bertujuan untuk melukiskan dan
menjelaskan secara terperinci fenomena sosial yang ada. Pendekatan deskriptif ini
menggambarkan keadaan secara nyata pada saat penelitian, menganalisis, dan
menginterpretasikan dengan pendekatan kualitatif. Tujuan dalam penelitian deskriptif
ini adalah untuk melukiskan, menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta yang ditemukan berupa data berbentuk penjabaran maupun
berbentuk situasi, hubungan yang terjadi, maupun proses atau kejadian yang sedang
berlangsung. Dalam penelitian melalui pendekatan deskriptif ini diharapkan mampu
memberi gambaran mengenai kebijakan pelaksanaan Diklat PTK-PNF di BP-PNFI
regional I Medan terhadap peningkatan kompetensi PTK-PNF se-regional I.
Teknik analisis data dalam penelitian ini disesuaikan dengan rumusan
masalah adalah analisis deskriptif presentase. Data-data yang telah dikumpulkan oleh
peneliti baik berupa data primer maupun data sekunder, akan diolah dan dianalisis
dengan metode dan prosedur analisis deskriptif dengan mengembangkan kategori
yang relevan dengan berpedoman pada teori-teori yang sesuai. Di samping itu, data
yang diperoleh pada saat melakukan wawancara dan penyebaran angket diolah
(dibaca, dipelajari, dan ditelaah) kemudian dirangkumkan.
3.7. Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 4 Bulan pada bulan Juli, Agustus, September,
Oktober 2011. Dalam melaksanaan penelitian terdapat beberapa kendala seperti pada
tahap pengumpulan data. Kendala tersebut muncul disebabkan jadwal pelaksanaan
Diklat yang sering mundur dari jadwal yang direncanakan. Dengan mundurnya
pelaksanaan Diklat maka juga berpengaruh terhadap kegiatan pengumpulan data
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Profil BP-PNFI Regional - I Medan
4.1.1. Sejarah Pendirian
Diawal berdirinya, lembaga ini bernama Balai Pengembangan Masyarakat
(BPM) yang merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) bidang pendidikan masyarakat
kantor wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Sumatera Utara. Pada tahun
1991 BPM beralih menjadi Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) Medan,
dengan wilayah kerja Provinsi Aceh (NAD), Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.
Kemudian pada tahun 1997 beralih menjadi Balai Pengembangan Kegiatan Belajar
Sumatera Utara. Kemudian, setelah memasuki era otonomi daerah, dengan keputusan
Mendiknas No. 115/0/2007, berubah menjadi Balai Pengembangan Pendidikan Non
Formal dan Informal (BP-PNFI) Regional I dengan wilayah kerja Provinsi NAD,
Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, dan Kepulauan Riau
(Kepri). BP-PNFI Regional I Medan beralamat di Jalan Kenanga Raya No. 64
Tanjung Sari Medan (20132) Telepon/Faks 061-8213254, Email:
contact@bpplsp-reg-1.go.id
4.1.2. Tugas Pokok dan Fungsi
Balai Pengembangan Pendidikan Non Formal dan Informal (BP-PNFI)