• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara konsep diri ( self concept ) dengan kebermaknaan hidup narapidana di lembaga pemasyarakatan tangerang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara konsep diri ( self concept ) dengan kebermaknaan hidup narapidana di lembaga pemasyarakatan tangerang"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI

(SELF CONCEPT)

DEN GAN KEBERMAKNAAN HID UP NARAPIDANA DI

LEMBAGAPEMASYARAKATANTANGERANG

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Syarat Dalam Meraih Gelar Sarjana Psikologi

•••

111

セMセMセセョMNᄋL@ L ᄋᄋᄋᄋMMセMセBGBBGBBGBGGGBBセQ@

d.ori : .. ,,/(,, ...

2

..

1.,,,,i'X ... ,.\

DISUSUN OLEH:

NURKAMALA

205070000509

1.gt :

.1?.::\,.:.t.,.'f,Q/?"'t"""""'

'Jn. lnduk :

0..LliJ ..

::.L ... ; ..

';;1Ji:<..-;b. .. ,

klasifikasi : ...•... ._ ... ,

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Syarat

Dalam Meraih Gelar Sarjana Psikologi ( S. Psi ) セZ⦅⦅⦅Z⦅@

___

_,

Pembimbing I

Oleh:

NURKAMALA

I

205070000509

Dibawah Bimbingan,

PERPUST AK.AAN UT AMA

UIN SYAH!O JAl</\RTA \ ... ---·"·---·----···---·-.. セBBBG[@

Pembimbing II

Neneng Tati Sumiati, M.Psi. Psi NIP. 150 300 679

Mohamad Avicenna, M. HSc. Psy NIP. 19770906 200112 I 004

FAI(ULTAS PSII(OLOGI

UNIVERSIT AS ISLAM NEGERI

SY ARIF HIDAY ATULLAH

JAI(ARTA

(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

)Si yang berjudul Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Keberrnaknaan Hidup

1pidana Di Lernbaga Pernasyarakatn Tangerang telah diajukan dalarn sidang

aqasah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

1 tanggal 3 Desernber 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai syarat untuk

iperoleh gelar Sarjana Psikologi.

a Merangkap Anggota

3 Umar, Ph. D

130885522

セオェゥ@ I

·atu h·M.Si

1989 03 2001

bimbing I

:mg Tati Sumiati. M.Psi. Psi

150300679

Sidang Munaqasah

Angggota:

Jakarta, 9 Desember 2009

Sekretaris Merangkap Anggota

dイ。セセNmウ[@

NIP. 195612231983032001

Penguji II

Neneng Tati Sumiati. M.Psi. Psi

NIP. 150300679

Pembimbing II

セᄉZセ@

Mohamad Avicenna,M.HSc.Psy

(4)

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nam a

NIM

: Nurkamala

: 205070000509

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul HUBUNGAN ANTARA

KONSEP DIRI ( SELF CONCEPT) DENGAN KEBERMAKNAAN HIDUP

NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN TANGERANG adalah

benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat

dalam penyusunan karya tersebut.

Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan karya ini telah saya

cantumkan sumber pengutipannya dalam skripsi. Saya bersedia untuk

melakukan proses yang semestinya sesuai dengan undang-undang jika

ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau ciplakan dari karya

orang lain

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya

t

Jakarta, November 2009

Yang Menyatakan

Nurkamala

(5)

MOTTO

Raihlah kebahagian dan janganlah bersedih

Sadarilah bahwa kita tidak hanya hidup pada batasan

hari ini saja, maka lakukanlah apa yang bisa dikerjakan

Lupakan masa lalu dan semua yang pernah ter jadi ,

karena perhatian yang terpaku pada yang telah lewat

dan selesai merupakan kebodohan dan kegilaan.

Kedamaian seorang hamba berada dalam perasaan

tenanngnya kepada Allah

Sesungguhnya setelah kesulitan itu akan ada kemudahan

Berfikirlah tentang nikmat, lalu bersykurlah

Kehidupan ini tak lebih hanya sekedar roti, air dan

bayangan, maka tak usah lah bersedih jika semua itu

ada

(6)

cCtm fi.ecCua acll/iJiu yem:J Btm:Jat afi.u Btrytm:Ji.

(7)

(A)FAKULTAS PSIKOLOGI (B) NOVEMBER 2009

ABSTRAK

(C) NURKAMALA

(D) HUBUNGAN ANT ARA KONSEP DIRI

(SELF CONCEPT)

DENGAN KEBERMAKNAAN HIDUP NARAPIDANA DI LEMBAGA

PEMASYARAKATANTANGERANG (E) 80 halaman + lampiran

(F) Setiap orang menginginkan hidupnya berharga dan bermanfaat baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain, keluarga dan masyarakatnya. Keinginan tersebut merupakan hasrat yang mendasar dalam diri manusia yaitu hasrat untuk hidup bermakna, jika keinginan itu terpenuhi, maka kehidupan akan terasa berharga dan bermakna, tetapi jika tidak bermakna maka akan menimbulkan kekecewaan dalam diri orang terse but..

Melakukan tindak kejahatan merupakan salah satu kejadian dalam hidup yang dapat membuat seseorang berubah pandangan hidupnya.

Perubahan itu dapat rnengarah kepandangan yang negatif. Pandangan yang negatif ini dapat menyebabkan konsep diri narapidana berubah rnenjadi negatif dibandingkan dengan sebelumnya. Konsep diri yang negatif ini antara lain rnenyebabkan individu tidak merniliki pandangan yang tetap terhadap dirinya sendiri karena ada yang salah dalam dirinya (Calhoun & Acocella, 1990)

Narapidana dianggap sebagai kornunitas yang rentan terhadap kondisi keputusasaan. Ketika keputusasaan rnendera rnaka seseorang

cenderung akan kehilangan keyakinannya terhadap rnakna kehidupan. Padahal jika seseorang dapat meyakini adanya rnakna dalarn kehidupan, dapat meyakini nilai pokok diri sendiri dan orang lain, dapat rneyakini bahwa alam (lingkungan) rnerniliki makna yang dapat mernbantunya dalam rneretas jalan untuk rnengatasi rasa ketidakamanan, rnaka ia akan kembali memiliki rasa percaya diri sekaligus keberanian yang dibutuhkan untuk menghadapi kehidupan

(G)Tujuan: Mengetahui apakah ada hubungan antara konsep diri(se/f

Concept) dengan kebermaknaan hidup narapidana di lembaga

(8)

sampel yang sudah ditentukan karakteristiknya dengan jumlah sampel sebanyak 39 narapidana.

Pengumpulan data : Skala konsep diri (self concept) menggunakan skala Model Likert yang telah dimodifikasi menjadi 77 item dan 35 item yang valid setelah uji validitas. Skala makna hidup yang menggunakan skala PIL TEST Crumbaugh

&

Maholick ( 1973) yang dimodffikasi menjadi skala Model Likert menjadi 50 item dan 32 item yang valid setelah uji validitas. Uji validitas menggunakan rumus product moment pearson. Estimasi reabilitas menggunakan rumus Npha Cronbach, sedangkan untuk analisa data untuk mencari korelasi menggunakan rumus Product Moment

Pearson, dan mendapatkan hasil 0, 737 > rtabel (Sig. 5% & 1% =0.316 &

0.408; N=39)

Kesimpulan: Hasil uji statistik (rh =0,737 >rt =0,05 (0,316), artinya ada hubungan yang signifikan antara konsep diri (self concept) dengan

kebenTlaknaan hidup. Dari hasil penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa terdapat korelasi positif dan signifikan antara konsep diri dengan

kebenTlaknaan hidup narapidana di Lembaga Pemasyarakatan

Tangerang, yang dapat di interpertasikan bahwa, semakin tinggi kualitas konsep diri maka akan semakin baik kebenT1aknaan hidup. Dan dari hasil regresi dapat disimpulkan bahwa Konsep Diri memberikan sumbangsih sebesar 60.6% bagi perubahan variabel Kebermaknaan Hidup. Dengan

demikian terdapat 39.4% aspek lain selain kelima aspek Konsep Diri yang tidak terukur dalam penelitian ini yang dapat memberikan perubahan terhadap Kebermaknaan Hidup.

Bagi Lembaga Pemasyarakatan agar seyogyanya memberikan pengetahuan dan pelatihan tentang konsep diri dan kebenTlaknaan hidup, seperti konseling, seminar-seminar, kegiatan keagamaan, dan kegiatan-kegiatan lain yang berkaitan dengan pengembangan konsep diri dan kebermaknaan hidup. Dengan demikian diharapkan narapidana dapat mengetahui dan mengembangkan kemampuan secara optimal guna mencapai konsep diri yang positif

(H) Daftar Pustaka

(9)

(A) Psychology Faculty (B) November 2009 (C)Nurkamala

ABSTRACT

(0) The Relation between self concept and the meaning of life of convicts in the jail in Tangerang

(E) 80 pages + enclosure

(F) Everybody want to have meaningful life and useful life, not only for themselves but also for others. That is inherent basic wish for human.

If that wish is not fulfilled, people will feel meaningless and useless, and it will cause a disappointment.

Doing crime is one of scandal that may change somebody. That change may point to negative view, it may cause self concept of some convicts getting worst. Negative self concept will cause someone do not have constant view of himself because of something wrong inside himself. (Calhoun & Acocella, 1990)

Convicts are considered as a susceptible community to lose hope. Losing hope will make someone losing meaning of life. Whereas, if someone sure to the meaning of life, he will sure to the basic value of himself and others, he also can sure that society has value which can help him to escape from fear, so it will make someone to have a self confidence and bravery that needed to face the reality of life

Purpose: to know is there any relationship between self concept and the meaning of life of convicts in the jail in Tangerang. This formulation of research is distinctively to know is there any correlation between aspects of self concept and the meaningfulness of life

Method: this thesis is using quantitative approach and using description of correlation with free variable; self concept, bound variable; meaningfulness of life.

Sample: the convicts that have crime scandal in the jail in Tangerang that has purpose sampling. I took the sample that the characteristic has been decided in amount of 39 convicts.

(10)

Conclusion: the result of statistic test (rh

=

0,737 > rt= 0,05 (0,316), it is mean that there is significant correlation between self concept and the meaningfulness

life.

From that research

I

got conclusion that there are positive and significant correlation between self concept and meaningfulness of life of convicts in the jail in Tangerang, it can be interpreted that, if the quality of self concept higher, the

meaningfulness of life will be higher too. From the result of regression we can conclude that self concept give contribution to the change of meaningfulness of life in the amount of 60.6%. So, there are 39.4% other aspects except five aspects of self which is measurable in this research that can give the change to the variable of meaningfulness of life.

For the jail to give knowing and training about self concept and meaning of life such as conceling, seminaries, religious activity, and the others that correlation with self concept development and meaning of life. Thus.convict is hoped to knowing and developing ability with optimally for getting posltif self concept.

(11)

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim

Segala puji dan syukur bagi Allah Rabb alam semesta. Atas segala rahmat

dan karunianya, dimana atas kesempatan-Nya lah penulis memperoleh

kemampuan untuk dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul " Hubungan

Antara Konsep Diri (Self Concept) Dengan Kebermaknaan Hidup

Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Tangerang". Shalawat dan

salam semoga senantiasa tecurah kepada junjungan dan tauladan kita,

Muhammad Rasulullah, keluarga dan para sahabat.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis juga tidak luput dari berbagai masalah

dan menyadari sepenuhnya bahwa keberhasilan yang diperoleh bukanlah

semata-mata hasil usaha penulis sendiri, melainkan berkat dukungan,

bantuan, dan bimbingan yang tidak ternilai dari pihak-pihak lain. Dengan

setulus hati penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Jahja Umar. Ph. D, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Neneng Tati Sumiati M.Si. Psi dan Mohamad Aviccena M.HSc. Psy

dosen pembimbing yang selalu memberikan waktu dan ilmu kepada

penulis sehingga pikiran penulis jadi lebih terbuka.

3. Guru-guru penulis di Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah mendidik penulis dan seluruh staf akademik yang telah banyak

membantu.

4. Ayahanda H. Adnan Ja'far dan ibunda Ruslaina yang telah memotivasi

penulis dalam penyelesaikan skripsi, serta keluaga besar ja'far di

(12)

6. Bapak Ishak yang telah mengkoordinir teman-teman di lembaga

pemasyarakatan untuk bersedia bekerjasama dengan penulis dalam

penelitian ini.

7. Para narapidana yang telah telah bersedia bekerjasama dengan penulis

8. Teman-teman angkatan 05 yang telah berhasil menjaga keakraban dan

meningkatkan prestasi dengan cara yang unik dengan makan-makan.

9. Teman-teman sekosan yang selalu mengingatkan penulis untuk

semangat menyelesaikan skripsi ini yaitu, de' dijah yang telah bersedia

meluangkan waktunya menemani penulis ke serang untuk mengantarkan

surat penelitian, walaupun kita sempat nyasar, tapi kenangannya tetap tak

bisa dilupakan. Buat Mba Eni yang sangat setia menemani penulis

selama penelitian. Buat fikiriah yang sudah berbaik hati memberikan

trans!etin gratis buat peneliti. Dan buat yiki n lela, terimah kasih banyak

atas supportnya.

10.Adik-adik di Khadijah Islamic School yang telah banyak membantu serta

tak lupa support yang diberikan kepada penulis.

Mengingat kemampuan dan pengalaman penulis yang masih sangat

terbatas, maka penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam

penulisan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran

yang membangun untuk perbaikan dan kesempumaan skripsi ini.

Akhimya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dalam bermamfaat bagi

pihak yang memerlukan.

ii

Jakarta, November 2009

Penulis

(13)

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN

HALAMANPENGESAHAN

HALAMANPERNYATAAN

MOTTO

PERSEMBAHAN

ABSTRAK·

DAFTAR ISi

KAT A PENGANTAR ...•....•...

DAFT AR ISi ... . .. ... ... .. ... ... .. . .. ... ... ... ... ... ... ... ... ... .. ... ... ... ..

iii

DAFT AR T ABEL ...

viii

DAFT AR GAMBAR ... .. . ... .. ... . .. . .. .. . ... ... .. ... ... .. . ... ... ... ... . ... ... ...

x

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang .. ... ... ... ... ... .... ... ... ... 1

1.2. ldentifikasi Masalah ... 7

1.3. Batasan Masalah dan Rumusan Masalah ... 8

1.3.1. Batasan Masalah... 7

1.3.2. Rumusan Masalah .. .... ... ... .. . ... ... 8

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 9

1.4.1. Tujuan Penelitian ... ... ... 9

(14)

BAB2

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Makna Hid up ... 13

2.1.1. Definisi Makna Hidup ... 13

2.1.2. Karekteristik Makna Hidup ...

15

2.1.3. Sumber-sumber Makna Hidup ... 16

2.1.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Makna Hidup ... 17

2.1.5

Ciri-ciri lndividu yang Memiliki kebermaknaan Hidup ... 18

2.1.6. Metode-metode Makna Hidup ... 18

2.1.7. Makna Hidup dalam Perspektif Islam ... 20

2.1. 7 .1. Manusia Sempurna ... 20

2.1.7.2. Makna Hidup ... 21

2.1.7.3. Penghayatan Makna Hidup ... 23

2.2. Konsep Diri ...

25

2.2.1.

Pengertian Konsep Diri. ...

25

2.2.2. Dimensi Konsep Diri ... 28

2.2.3. Proses Pembentukan Konsep Diri ... 32

2.2.4. Faktor yang Mempengaruhi Konsep Dlri ... 34

2.3.

Narapidana ...

39

(15)

2.4.

Lembaga Pemasyarakatan ... 44

2.5. Kerangka Berpikir ... 46

2.6.

Hipotesis ... 49

BAB3

METODE PENEl..ITIAN

3.1.

Pendekatan dan Metode Penelitian ... 50

3.2. Definisi Variabel dan Definisi Operasional Vanabel ... 51

3.2.1.

Definisi Vanabel. ... 51

3.4.4.

Operasional V<1ri<1b<9.I ... ,

92

3,3,

Pop1,1lasi dan Sampel ...

53

3.3.1.

Jumlah Populasi dan Sampel ...

53

3.3.2.

Teknik Pengambilan Sampel ...

53

3.4.

Pengumpulan Data ... 54

3.5.

Teknik Analisa Data ... 58

3.6.

TE!hapan Penelitian ... 59

BAB4

PERSENTASE DAN ANALISA DATA 4.1. Gambaran Umum Subjek ... 61

4.1.1.

Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis ...

61

4.1.2.

Gambaran Subjek Berdasarkan Usia ...

62

4.1.3.

Gambaran Subjek Berdasarkan agama ...

63

4.2.

Persentase dan Analisa Data ...

64

(16)

4.2.3. Uji Hipotesis ... 70

4.2.4. Uji Regresi ... 73

BABS

KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 76

5.2. Diskusi ... 77

5,3. Saran ... 80

DAFT AR PUST AKA

LAMPI RAN

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pengskoran Skala Model Likert

Tabel 3.2 Blue Print Konsep Diri ( sebelum uji coba)

Tabel 3.3 Blue Print Kebermaknaan Hidup ( sebelum uji coba)

Tabel 3.4 Blue Print Konsep Diri (setelah uji coba)

Tabel 3.5 Blue Print Konsep Diri ( setelah uji coba)

Tabel 4.1 Gambaran Subjek Berdasarkan Kasus Kriminal

Tabel 4.2 Gambaran Subjek Berdasarkan Usia

Tabel 4.3. Gambaran Subjek Berdasarkan Agama

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Skala Konsep Diri

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Kebermaknaan Hidup

Tabel 4.6 Gambaran Subjek Berdasarkan Penyebaran Skor Skala Konsep

Diri

Tabel 4.7 Gambaran Subjek Berdasarkan Penyebaran Skor Skala

Kebermaknaan Hidup

Tabel 4.8 Hasil Uji Hipotesis

Tabel 4.9 Korelasi per-aspek konsep diri dengan Kebermaknaan Hidup

Tabel 4.10 Hasil Uji Regresi

Tabel 4.11 Anova (b)

[image:17.519.34.437.80.512.2]
(18)

3mbar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir

3mbar 4.1 Scatterplot Skala Konsep Diri

(19)

1.1. Latar Belakang

BAB I

PENDAHULUAN

Angka kejahatan di negara Indonesia semakin meningkat. Berdasarkan

pikiran rakyat online( dalam http://hotnews.pikiran-rakyat.com. 2009), tingkat

kejahatan di Indonesia mengalami kenaikan 6% tiap tahunnya. Meningkatnya

angka kejahatan terjadi diberbagai wilayah indonesia, terutama dikota besar.

Contohnya adalah Bandung, berdasarkan laporan Polda Jabar per 19 Januari

- 15 Februari 2009, dari 387 kasus kriminal di Jawa Barat, angka kejahatan di

Kata Bandung menempati pasisi tertinggi diantara kota/kabupaten lainnya di

Jawa Barat disusul aleh Kota Bogar dan Kabupaten Bogar ( dalarn

http://www.republika.co.id. 2009).

Sedangkan di Jakarta, hasil evaluasi polisi selama tahun 2008, setiap 9 menit

21 detik, terjadi satu kejahatan di Jakarta. Kasus-kasus yang naik tahun 2008

ini adalah pembunuhan naik 16, 41 persen menjadi 78 kasus. Kasus

perjudian naik 47 persen menjadi 1.007 kasus di tahun 2008 ini. Khusus

untuk tahun 2009, palisi memperkirakan angka dan ragam modus kejahatan

semakin banyak. Selain itu dampak krisis ekonomi global yang

rnemunculkan banyak pengangguran yang berujung pada meningkatnya

(20)

tingkat kekerasan di masyarakat ( dalam http://www.tempointeraktif.com.

2008)

Menurut Kartono (2005) Kejahatan itu bukan merupakan peristiwa herediter

(bawaan sejak lahir, warisan). Tingkah laku kejahatan bisa dilakukan oleh

siapapun , baik wanita maupun pria;dapat berlangsung pada usia anak,

dewasa ataupun lanjut usia. Masyarakat modern yang sangat kompleks

menumbuhkan aspirasi-aspirasi materiil tinggi dan sering disertai oleh

ambisi-ambisi sosial yang tidak sehat. Dambaan pemenuhan kebutuhan materlil

yang melimpah-limpah misalnya untuk memiliki harta kekayaan dan

barang-barang mewah tanpa mempunyai kemampuan untuk mencapainya dengan

jalan wajar , mendorong individu untuk melakukan tindak kejahatan. Tingkah

laku individu yang jahat, immoril, dan anti sosial itu banyak meimbulkan

reaksi kejengkelan dan kemarahan dikalangan masyarakat dan jelas sangat

merugikan umum (Kartono, 2005). Dengan demikian, siapa yang melanggar

maka akan dikenai sankst

Menurut hukum pelaku kejahatan akan diadili dan diberi hukuman. Bentuk

hukuman yang diberikan berbeda-beda, seharusnya sesuai dengan tindak

kejahatan yang dilakukan. Ada yang harus membayar denda berupa uang

atau barang sitaan, ada juga yang dimasukkan kedalam Lembaga

(21)

2004). Pada saatseseurangterpidana menjalani hukuman di dalam

Lembaga Pemasyaratakan, statusnya berubah menjadi naraptdana.

3

Lembaga µemasyarakatan berganti nama dari penjara pada tahun t964.

Perubahan nama menjadi lembaga pemasyarakatan bertujuan untuk

menjadikan LPbukantranya "Sebagai tempat menghukum dan menderitakan

orang, tetapi untuk membina atau mendidik orang-orang yang telah

melakukan penyimpangan(narapidana) agar setelah menjalani pembinaan di

LP dapat menjadl orang balk dan dapat menyesuallk:an dirt de1iga11

fingkungan masyarakat ( (Chazawi. 2007)

Sykes (dalam Syofia, 2003), kehidupan yang di alami na1apida11a di LP

tentu

saja 1>angat iJerbeda uengan situasi uirumah, perbedaan yang sangat jefas

disebabkan oteh hilangnya kepribadian, hilangnya rasa aman, hila11g11ya

icebebasan, tiilangnya kemudahan memperofeh pelayanan dan jasa,

hilangnya hubungan heteroseksual.

Segala perubahan yang diafami oieh narapidana selama berada di LP akan

membawa dampak bagi diri narapidana itu sendiri. Mereka yang berubah ke

arah positif belum tentu mendapat penerimaan yang baik di masyarakat

(22)

mereka tertanam bahwa mereka tidak pernah lepas dari segala kesalahan

dan hukuman yang pernah mereka lakukan.

Hasmi {dalam Korah, 2004) pandangan dan penolakan dari masyarakat

tersebut akan mempengaruhi narapidana. Mereka akan cenderung dijauhi

dalam kehidupan bermasyarakat wafaupun mereka sudah bertaubat dan

kembali kejalan yang benar. Semua yang di alami narapidana di LP ataupun

diluar LP akan membawa dampak negatif bagi mereka. Menurut Udiati

(dalam Korah, 2004) sikap masyarakat yang kurang menerima dan selafu

"CUfiga te1I1adap nekas 11a1 apidana menyebabkan mereka frustasi dan merasa

tidak berguna lagi dalam masyarakat, sehingga dalam diri narapidana timbuf ketakutan untuk i<embali menghadapi kehidupan dalam masyarakat.

Keadaan -keadaan yang membuat mereka tertekan ,depresi, ataupun stres

dapat mengubah pandangan mereka terhadap diri mereka sendiri. Mungkin

sebelum masuk LP, narapidana memiliki pandangan yang lebih baik tentang

dirinya, tapi setelah di LP akan membawa dampak negatif bagi mereka.

Salah satu dampak negatif adalah terpengaruhnya konsep diri.

Konsep diri (seff concept) merupakan gambaran yang dimiliki seseorang

tentang dirinya, yang dibentuk melalui pengalaman-pengalaman yang

diperoleh dari interaksi dengan tingkungannya(Agustiani, 2006 ). Konsep diri

(23)

5

faktor yang dipelajari dan 1erbentuk dari pengalaman dafam berhubungan

dengan individu lainnya. Dalam interaksi ini, setiap individu akan menerima

tanggapan, tanggapan yang diberikan tersebut akan dijadikan cermin bagi

individu untuk menilai dan memandang dirinya sendiri. Jadi, konsep diri

terbentuk karena suatu proses umpan balik dari individu lainnya

(Pudjijogyanti,

1988).

Konsep diri (self concept) dapat berubah karena

berbagai haf, salah satunya adalah kejadian yang cukup berpengaruh dalam

hid up.

Melakukan tindak kejahatan merupakan salah satu kejadian dalam hidup

yang dapat membuat seseorang berubah pandangan hidupnya. Perubahan

itu dapat mengarah kepandangan yang negatif. Pandangan yang negatif ini

dapat menyebabkan konsep diri narapidana berubah menjadi negatif

dibandingkan dengan sebelumnya. Konsep diri yang negatif ini antara lain

menyebabkan individu tidak memiliki pandangan yang tetap terhadap dirinya

sendiri karena ada yang salah dalam dirinya (Calhoun & Acocella, 1990).

Narapidana dianggap sebagai komunitas yang rentan terhadap kondisi

keputusasaan. Ketika keputusasaan mendera maka seseorang cenderung

akan kehilangan keyakinannya terhadap makna kehidupan. Padahat jika

seseorang dapat meyakini adanya makna dalam kehidupan, dapat meyakini

nilai pokok diri sendiri dan orang lain, dapat meyakini bahwa alam

(24)

untuk mengatasi rasa ketidakamanan, maka ia akan kembali memiliki rasa

percaya diri sekaligus keberanian yang dibutuhkan untuk menghadapi

kehidupan (dalam http://wangmuba.com 2009)

Frankl (2003) berpendapat bahwa kekuatan yang paling utama untuk

menggerakkan kepribadian manusia terletak sejauh mana keinginannya

untuk memberi makna hidup. Semangat untuk memberi makna hidup

merupakan fondasi

yang

siap menghadapi beban apapun. Tanpa makna hidup dan tujuan yang jelas, ia akan terombang ambing dalam permainan

arus yang membingungkan dirinya sendiri.

Makna hidup merupakan sesuatu yang dianggap penting dan berharga, serta

memberikan nilai khusus bagi seseorang. Makna hidup bila berhasil

ditemukan dan dipenuhi akan menyebabkan kehidupan ini dirasakan

uemikianiJerarti uan berharga. ( Bastaman, 1996).

Keinginan untuk hidup secara bermakna memang benar-benar merupakan

motivasi utama pada manusia dan hasrat inilah yang mendasari berbagai

kegiatan manusia. Hasrat untuk hidup bermakna yang pada gilirannya akan

menimbulkan perasaan bahagia. Sebaliknya bila hasrat tidak terpenuhi akan

mengakibatkan terjadinya kekecewaan hidup dan penghayatan diri hampa

(25)

7

gangguan perasaan dan penyesuaian diri yang menghambat pengembangan

pribadi dan harga diri (Bastaman, 2007)

Berdasarkan dari uraian di atas tentang pentingnya konsep diri dalam hidup.

Penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai penghayatan

hidup narapidana yang ditihat dari konsep diri serta mengenai hubungan

antara konsep diri dengan kebermaknaan hidup narapidana di Lembaga

Pemasyarakatan Tangerang.

1.2.

ldentifikasi

Masalah

Berdasarkan latarbelakangl)ermasalahan diatas, maka identifikasi

permasalahannya adalah sebagai berikut:

1. Apakah ada hubungan antara Konsep Diri dengan Kebermaknaan Hidup

Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Tangerang?

2. Bagaimana pengaruh Konsep Diri terhadap Kebermaknaan Hidup

narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Tangerang?

3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi konsep diri terhadap

kebermaknaan hidup narapidana di Lembaga Pemasyarakatan

Tangerang?

4. Bagaimana gambaran konsep diri narapidana di Lembaga

(26)

5. Bagairnana rnernperoleh keberrnaknaan hidup pada narapidana di

Lernbaga Pernasyakaratan Tangerang?

1.3. Batasan Masalah dan Rumusan Masalah

1.3.1. Bat.asan llllasalah

Untuk mernudahkan dan rnengarahkan pembatasan, peneliti rnernbatasi

perrnasalahan sebagai berikut:

1. Konsep diri atau seff concept adalah evaluasi individu mengenai diri

sendiri, penilaian atau penaksiran diri oleh individu yang bersangkutan.

2. Keberrnaknaan hidup sesuatu yang bersifat personal, dan bisa berubah

seiring berjalannya waktu rnaupun perubahan situasi dalarn kehidupannya

dan harus di pertanggungjawabkan (Frankl, 1985 ).

3. Narapidana adalah terpidana yang rnenjalani pidana hilang kernerdekaan

dilernbaga pernasyarakan" (UU:12 tahun 1995 Tentang pernasyarakan).

4. Lernbaga pernasyarakatan adalah sebuah lernbaga yang

rnernasyarakatkan kernbali terpidana sehingga rnenjadi warga yang balk

dan berguna.

1.3.2. Rumusan Masalah

Sedangkan rurnusan rnasalah dibagi rnenjadi dua yaitu secara urnurn dan

(27)

1. Secara umum rumusan masalah penelitian ini yaitu, apakah terdapat

hubungan antara konsep diri dengan kebermaknaan hidup narapidana di

Lembaga Pemasyarakatan Tangerang?

2. Sedangkan secara khusus, rumusan masalah ini dibagi menjadi:

a. Apakah terdapat korelasi antara aspek Diri Fisik ( physical self)

dengan kebermaknaan hidup narapidana di Lembaga

Pemasyarakatan Tangerang?

b. Apakah terdapat korelasi antara aspek Diri Moral Etik( moral ethical

self) dengan kebermaknaan hidup narapidana di lembaga

Pemasyarakatan Tangerang?

c. Apakah terdapat korelasi antara aspek Diri Pribadi( personal self)

dengan kebermaknaan hidup narapidana di Lembaga

Pemasyarakatan Tangerang?

d. Apakah terdapat korelasi antara aspek Diri Keluarga ( family self)

dengan kebermaknaan hidup narapidana di Lembaga

Pemasyarakatan Tangerang?

9

e. Apakah terdapat korelasi antara aspek Diri Sosial ( social self) dengan

kebermaknaan hidup narapidana di Lembaga Pemasyarakatan

(28)

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara

konsep diri dengan kebermaknaan hidup narapidana di lembaga

Pemasyarakatan dan korelasi dari lima aspek konsep diri yakni,

1. Apakah terdapat korelasi antara aspek Diri Fisik { physical self) dengan

kebermaknaan hidup narapidana di lembaga Pemasyarakatan

Tangerang.

2. Apakah 1erdapat korelasi antara aspek Diri Moral Etik( moral ethical self)

dengan kebermaknaan hidup narapidana di lembaga Pemasyarakatan

Tangerang.

3. Apakah terdapat korelasi antara aspek Diri Pribadi( personal self)

dengan kebermaknaan hidup narapidana di Lembaga Pernasyarakatan

Tangerang.

4. Apakah terdapat korelasi antara aspek Diri Keluarga (family self )dengan

kebermaknaan hidup narapidana di Lernbaga Pernasyarakatan

Tangerang.

5. Apakah terdapat korelasi antara aspek Diri Sosial ( social self) dengan

kebermaknaan hidup narapidana di Lernbaga Pernasyarakatan

(29)

11

1.4.2. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat teoritis. Hasil penelitian ini diharapkkan dapat bermanfaat dan

dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan psikologi klinis, dan juga

diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran

tentang hubungan antara konsep diri dengan kebermaknaan hidup

narapiadana di Lembaga Pemasyarakatan.

2. Manfaat praktis. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dan dapat

menjadi bahan masukan bagi-Lembaga Pemasyarakatan serta akademisi.

1.5. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan penelitian ini dengan menggunakan APA Style,

dengan format yang terdapat dalam pedoman penyusunan dari penulisan

skripsi Fakultas Psikologi UIN Jakarta. Untuk mempermudah pembahasan

penelitian ini, secara sistematis penyusunannya dibagi ke dalam lima bab,

terdiri dari sub-sub bab. Adapun sistematinya sebagai berikut:

Bab 1 Berisi pendahuluan yang memuat latar belakang masalah,

identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

Bab 2 Kajian pustaka, bab ini menjelaskan tentang uraian-uraian

(30)

Bab 3

Bab

4

Bab 5

sumber makna hidup, faktor yang mempengaruhi kebermaknaan

hidup, ciri-ciri individu yang memiliki kebermaknaan hidup,

metode-metode menemukan makna hidup pandangan islarn

tentang kebermaknaan hidup. Konsep diri, pengertian konsep diri

(self concept), dimensi konsep diri, perkembangan konsep diri,

Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri. Narapidana.

Lembaga Pemasyarakatan. Kerangka berpikir. Hipotesis

Dalam metode penelitian ini berisi tentang pendekatan penelitian,

pengumpulan data: meliputi subjek penelitian, teknik

pengumpulan data, teknik analisa data, serta prosedur penelitian

Persentase dan Analisa Data

(31)

BAB2

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kebermaknaan Hidup

2.1.1. Pengertian Kebermaknaan Hidup

Setiap orang (normal) senantiasa menginginkan dirinya menjadi orang yang

berguna dan berharga bagi keluarga, lingkungan dan masyarakatnya.

Keinginan untuk hidup secara bermakna memang benar-benar merupakan

motivasi utama pada manusia dan hasrat inilah yang mendasari berbagai

kegaiatan manusia. Hasrat untuk hidup bermakna yang pada gilirannya

akan menimbulkan perasaan bahagia. Sebaliknya bila hasrat tidak terpenuhi

akan mengakibatkan terjadinya kekecewaan hidup dan penghayatan diri

hampa tak bermakna yang kalau berlarut-larut akan menimbulkan berbagai

gangguan perasaan dan penyesuaian diri yang menghambat pengembangan

pribadi dan harga diri (Bastaman, 2005)

Bastaman (1996) rnenyatakan bahwa makna hidup merupakan sesuatu yang

dianggap penting dan berharga, serta mernberikan nilai khusus bagi

seseorang. Makna hidup bila berhasil ditemukan dan dipenuhi akan

menyebabkan kehidupan ini dirasakan demikian berarti dan berharga.

(32)

Menurut pandangan Frankl (dalam Koeswara, 1992) makna hidup harus

dilihat sebagai suatu yang sangat objektif karena berkaitan dengan hubungan

individu dengan pengalamannya dalam dunia ini, meskipun makna hidup itu

sendiri sebenarnya suatu yang objektif, artinya benar-benar ada dan dialami

dalam kehidupan.

Frankl ( 1985 ) menyebutkan bahwa makna hidup sebagai sesuatu hal yang

bersifat personal, dan bisa berubah seiring berjalannya waktu maupun

perubahan situasi dalam kehidupannya. lndividu seolah-olah ditanya apa

makna hidupnya pada setiap waktu maupun situasi dan kemudian harus

mempertanggungjawabkan.

Menurut Yalom ( dalam Bastaman, 1996 ) pengertian makna hidup sama

artinya dengan tujuan hidup yaitu segala sesuatu yang ingin dicapai dan

dipenuhi.

Menurut Tasmara (2001) makna hidup adalah seluruh keyakinan dan cita-cita

yang paling mulia. Dengan keyakinan itu pula seseorang dapat menjalankan

misi kehidupan melalui sikap dan perilaku yang bertangung jawab dan

(33)

15

Berdasarkan uraian dia atas maka dapat disimpulkan bahwa makna hidup

adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta

memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga dapat menjadi motivasi

seseorang untuk melakukan kegiatan yang berguna bagi diri sendiri maupun

orang lain.

2.1.2. Karakteristik Makna Hidup

Menurut Frank yang dikutip oleh Bastaman (2007), karakteristik makna hidup

antara lain :

a. Makna hidup sifatnya unik, pribadi dan temperer

Artinya apa yang dianggap berarti bagi seseorang belum tentu berarti

pula bagi orang lain. Demikian pula hal-hal yang dianggap penting dapat

berubah dari waktu ke waktu.

b. Kongkrit dan spesifik

Yakni makna hidup dapat ditemukan dalam pengalaman dan kehidupan

sehari-hari, serta tidak usah selalu dikaitkan dengan hal-hal yang serba

abstrak filosofis dan idealis atau kreativitas dan prestasi akademis yang

serba menakjubkan.

c. Memberi pedoman dan arah

Artinya makna hidup yang ditemukan oleh seseorang akan memberikan

(34)

sehingga makna hidup seakan-akan menantang ( challenging) dan

mengundang (inviting) seseorang untuk memenuhinya.

2.1.3. Sumber-sumber Makna Hidup

Bastaman (2007) ada tiga nilai yang merupakan sumber makna hidup, yaitu:

a. Creative value (nilai-nilai kreatif), bekerja dan berkarya serta

melaksanakan tugas dengan keterlibatan dan tanggung jawab penuh

pada pekerjaan. Sebenarnya pekerjaan hanyalah merupakan sarana

yang dapat memberikan kesempatan untuk menemukan dan

mengembangkan makna hidup. Makna hidup bukan terletak dari

pekerjaan melainkan pada sikap dan cara kerja yang mencerminkan

keterlibatan pribadi pada pekerjaan.

b. Experiental value (nilai-nilai penghayatan), meyakini dan menghayati

kebenaran, kebajikan, keindahan, keadilan, keimanan, dan nilai-nilai lain

yang dianggap berhharga. Dalam hal ini cinta kasih merupakan nilai yang

sangat pentingdalam mengembangkan hidup bermakna. Dengann

demikian, seseorang akan merasakan hidupnya sarat akan dengan

pengalaman-pengalaman penuh makna dan membahagiakan.

c. Attitudinal value (nilai-nilai sikap), menerima dengan tabah dan

mengambil sikap yang tepat terhadap penderitaan yang tak dapat

dihindari lagi setelah berbagai upaya dilakukan secara optimal tetapi

(35)

beban mental akibat musibah mengurang, bahkan mungkin saja dapat

memberikan pengalaman berharga.

17

2.1.4.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebermaknaan Hidup

Menurut Bastaman (1996) faktor-faktor yang mempengaruhi kebermaknaan

hidup adalah :

1. Kualitas-kualitas insani.

Adalah semua kemampuan , sifat, sikap dan kondisi yang semata-mata

terpatri dan terpadu dalam eksistensi manusia dan tidak dimiliki makhluk

lain. Kualitas insani dapat dikategorikan antara lain inlegensia, kesadaran

diri, pengembangan diri, humor, hasrat untuk bermakna, moralitas,

kreativitas,kebebasan dan tanggung jawab.

2. Encounter

Crumbaugh (1973) dalam bukunya "Everything to Gain" menjelaskan

bahwa encounter dapat digambarkan sebagai hubungan mendalam

antara seorang pribadi dengan pribadi yang lain. Hubungan ini ditandai

dengan penghayatan keakraban dan keterbukaan serta sikap dan

kesediaan untuk saling menghargai, memahami dan menerima

sepenuhnya satu sama lainnya. Hubungan ini semata-mata bukan hanya

didasari oleh pertimbangan rasional, melainkan lebih diwarnai oleh

(36)

teraktualisasi untuk kemudian kekuatan-kekuatan itu dikembangkan dan

kelemahan-kelemahan dihambat dan dikurangi.

2. Bertindak positif

Mencoba menerapkan dan melaksanakan dalam perilaku dan

tindakan-tindakan nyata sehari-hari yang dianggap baik dan bermanfaat. Bertindak

positif merupakan kelanjutan dari berfikir positif.

3. Pengakraban Hubungan

Secara sengaja meningkatkan hubungan yang baik dengan

pribadi-pribadi tertentu (misalnya anggota keluarga, teman, rekan kerja,

tetangga), sehingga masing-masing merasa saling menyayangi, saling

membutuhkan dan bersedia bantu-membantu.

Menurut Hasan (dalam Bastaman,1996) hakikat manusia ialah

berbedaannya dalam suatu kesamaan (being in community)

4. Pengalaman Tri-Nilai

Berupaya untuk memahami dan memenuhi tiga ragam nilai yang

dianggap sebagai sumber makna hidup yaitu nilai-nilai kreatif ( kerja,

karya), nilai-nilai penghayatan (kebenaran, keindahan, kasih, iman), dan

nilai-nilai bersikap (menerima dan mengambil sikap yang tepat atas derita

yang tidak dapat dihindari lagi ).

5. lbadah.

lbadah merupakan upaya mendekatkan diri pada sang pencipta yang

(37)

yang dilakukan secara terus-menerus dan khusuk memberikan perasan

seolah-olah dibimbing dan mendapat arahan ketika melakukan suatu

perbuatan.

2.1.7. Makna Hidup dalam Perspektif Islam

2.1.7.1. Manusia sempurna

20

Menurut Murtadha Muthahhari (2001) manusia sempurna adalah manusia

teladan, unggul dan luhur. Seperti setiap hal, seorang manusia mungkin

sempurna, mungkin juga tidak sempurna, mungkin sehat dan mungkin juga

cacat. Pribadi sehat pun mungkin sempurna atau tak sempurna. Dalam hal ini

yang dimaksud manusia sempurna manurut islam tentu saja mukmin

sempurna dan muslim yang baik. Muslim sempurna ialah orang yang

mencapai kesempurnaan dalam islam, mukmin sempurna ialah orang yang

mencapai kesempunaan daam keimanannya. Islam menyebutkan bahwa

contoh manusia sempurna adalah Nabi Muhammad Saw. Dengan mengenal

seluruh kepribadiannya, maka beliau dapat dijadikan teladan, baik dalam

aspek ucapan, perasaan, maupun dalam tindakan.

Setiap manusia memiliki tingkat kesempurnaan sendiri-sendiri. Manusia

merupakan perpaduan malaikat dengan akal suci, pikiran murni, roh ilahi dan

juga sekaligus memiliki sifat hewani seperti hawa nafsu, marah, dan

(38)

dan dibiarkan bebas untuk memilih jalan hidupnya. Jika memilih kebaikan,

maka pahala akan diperolehnya, sebaliknya jika kejahatan yang dipilih, ia

akan memperoleh hukuman atas perbuatannya. Dengan demikian ia

mendapat kesempurnaan melalui pengendalian dan penyeimbang diri

dengan mengerahkan seluruh kemampuannya,atau dengan kata lain insan

kamil adalah manusia yang seimbang (Muthahhari, 2001)

2.1.7.1 Makna Hidup

Menurut Tasmara (2001) makna hidup adalah seluruh keyakinan dan

cita-cita yang paling mulia. Dengan keyakinan itu pula seseorang dapat

menjalankan misi kehidupan melalui sikap dan perilaku yang bertangung

jawab dan berbudi luhur.

Rifyal Ka'bah (dalam Rachmah, 2002) mengungkapkan bahwa kesadaran

akan kematian membuat seseorang akan memahami makna hidup dan

berfikir secara positif. Dengan demikian akan menempuh hidup ini dengan

penuh optimis menuju satu tujuan akhir yang pasti, bertemu dengan Allah

yang ia cintai dan mencintainya.

Sedangkan Effendi (2001) iman dan pedoman agama merupakan hal

terpenting dalam hidup manusia. Iman merupakan modal sekaligus kekuatan

(39)

22

Sehingga dapat memandang dunia dengan optimis, hati bersih, dan pikiran

jernih. Sebaliknya, betapapun perkasanya manusia, kalau tidak mempunyai

ilmu dan pendoman agama akan terlunta-lunta pada akhirnya. Sabda Nabi

Muhammad Saw" Ada tiga perkara yang bisa membinasakan manusia, hawa

nafsu yang di ikuti, sifat bakhil yang dita 'ati, dan kekaguman terhadap diri

sendirt. Karena itu Allah senantiasa memerintahkan manusia agar

senantiasa memelihara keseimbangan dalam hidup. Sebagaimana firman

Allah "Dan carilah dari karunia yang diberikan Allah itu untuk mempero/eh

kesempatan hid up dinegeri akhirat, tetapi jangan pula kau lupakan

bagiaanmu di dunia"(Al-Qashash:77).

Jika manusia ingin hidup bahagia di dunia, dia harus bekerja keras untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya dengan materialnya dengan sandang,

pangan, dan papan. Sebaliknya, jika manusia ingin hidup bahagia di akhirat,

maka harus mangisi kehidupan spritualnya dengan iman, ilmu, dan amal

shaleh. Dengan kekuatan iman, ketinggianilmu, dan kemuliaan amal

makanya akan tercapai kebahagiaan akhirat ( Effendi. 2001)

Dari beberapa pengertian makna hidup diatas. Penulis menyimpulkan bahwa

makna hidup merupakan seluruh keyakinan yang dimiliki seseorang.

Sehingga seseorang mampu menjalankan kehidupannya melalui sikap dan

(40)

merupakan modal utama sehingga dapat memandang dunia dengan optimis,

hati bersih, dan pikiran jernih untuk bekal kehidupan di akhirat yaitu bertemu

dengan sang Khalik.

2.1.7.3. Penghayatan Makna Hidup

Toto Tasmara (2001) Setiap muslim merasakan seluruh gerakan hidupnya

merupakan faktor keyakinan (iman) untuk mendayagunakan kenyataan yang

dihadapinya, yaitu adanya ruang,waktu, dan gerak. Sehingga cara seorang

muslim memberikan makna tentang hidup dapat dirumuskan sebagai berikut:

MH

=

f K (R,W,G)

Dalam memahami aspek-aspek diatas , penulis akan menjelaskan secara

terperinci, yaitu:

a. Cara Pandang terhadap Ruang

Ruang yang dimaksud adalah hamparan bumi dan langit yang harus diyakini

sebagai ciptaan Allah untuk manusia agar mengolah dan memeliharanya

sebagai amanah. Setiap muslim yang ingin memberikan makna hidup harus

meyakini bahwa bumi dan langit bukanlah miliknya, melainkan amanah Allah

yang wajib dipelihara dan menjauhinya dari sifat fasad(kerusakan,

keserakahan, dan eksploitasi berlebihan). Hal ini telah ditegaskan Allah

dalam Al-Our' an:" kepunyaan Allah /ah segala apa yang ada di/angit dan di

(41)

24

Hidup akan mempunyai makna apabila kita mampu menyadari secara hakiki

bahwa ruang tempat berpijak adalah amanah Allah yang harus dimanfaatkan

sebesar-besarnya untuk dirinya lalu ia mempertanggungjawabkan kelak

dihadapan Allah. Karena, kesadaran manusia terhadap ruang berarti

menyadari seluruh lingkungan manusia dengan segala kreasinya. Seseorang

akan memiliki makna hidup yang berkualitas, selama ia mampu memberikan

pengaruh kepada lingkungannya. Kemudian pada saat yang sama, ia

mengolah pengaruh dari dari pihak luar sehingga timbullah saling

ketergantungan dan saling mempengaruhi menuju satu harmoni.

b. Cara Pandang Terhadap Esensi Waktu

Hidup akan bermakna selama individu memberikan makna terhadap waktu.

Waktu merupakan rangkaian saat, moment, kejadian atau batas awal dan

akhir dari sebuah peristiwa.

c. Keyakinan terhadap gerak

Makna hidup akan semakin berkualitas apabila menyakini bahwa hidup

adalah gerak. Dengan demikian , makna hidup seorang muslim sangat

ditentukan oleh oleh gerak yang mencakup gerak batiniah(niat), gerak

amaliah (aktivitas tujuan), dan gerak keshalehan ( mempunyai moral dan

(42)

2.2. Konsep Diri

2.2.1 Pengertian Konsep Diri

Lau & Pun ( dalam Robert A. Baron & Donn Byrn, 2003 ) mengemukakan

bahwa berpikir mengenai dirinya sendiri adalah aktifitas manusia yang tak

dapat dihindari. Pada umumnya, secara harfiah orang akan berpusat pada

dirinya sendiri yang sebagian besar didasarkan pada interaksi dengan orang

lain yang dipelajari dan dimulai dengan anggota keluarga terdekat, kemudian

meluas ke orang lain di luar anggota keluarga.

William Fit! (dalam Agustiani, 2006) mengatakan bahwa

pengalaman-pengalaman yang peroleh dari interaksi dengan lingkungan akan membentuk

konsep diri seseorang. Konsep diri merupakan aspek terpenting dalam diri

seseorang karena merupakan acuan dalam berinteraksi. Oleh karena itu,

setiap orang harus mempunyai pengetahuan dan mengetahui gambaran atau

persepsi terhadap dirinya sehingga mampu menghadapi segala tantangan

dan kewajiban-kewajibannya sebagi manusia dalam berbagai dimensi dan

peranannya ( Tasmara, 2001)

Secara umum, konsep diri dapat didefinisikan sebagai sikap , pandangan

(43)

26

Beberapa tokoh yang memilki sudut pandang masing-masing

mengungkapkan tentang definisi konsep diri, diantaranya adalah :

William D. Broorks (dalam Rakhmat, 2005) mendefinisikan konsep diri

sebagai " those pysical, social, and psychological perseptions of ourselves

that we have derived from experiences and our interaction with other". atau

persepsi tentang diri kita yang bersifat fisik, sosial, psikologis yang diperoleh

dari pengalaman dan interaksi dengan orang lain.

Anita Taylor ( dalam Rakhmat, 2005) mendefinisikan konsep diri sebagai "all

you think and feel about you, the entire complex of beliefs and attitudes you

hold about yourself'. jadi Konsep diri bukan hanya sekedar gambaran

deskriptif, tetapi juga penilaian individu tentang dirinya sendiri.

Rogers (dalam Calvin S. Hall & Gardner Lindzey, 2006) konsep diri

merupakan:

(44)

Symond (dalam Suryabrata,2007) mendefinisikan konsep diri sebagai cara

seseorang bereaksi terhadap diri sendiri, yang mengandung empat aspek

yaitu: bagaimana seseorang mengamati dirinya sendiri,bagaimana orang

berpikir tentang dirinya sendiri, bagaimana orang menilai dirinya sendiri,dan

bagaimana orang berusaha dengan berbagai cara untuk menyempurnakan

dan mempertahankan diri"

Chaplin (2006) Konsep diri atau self concept adalah evaluasi individu

mengenai diri sendiri, penilaian atau penaksiran mengenai diri sendiri atau

individu yang bersangkutan

Rahmat ( 2000 ) Keseluruhan fisik, sosial dan psikologis individu yang

diperoleh dari pengalaman-pengalamnnya dan interaksinya dengan orang

lain atau lingkungannya.

Agustiani (2006) Konsep diri me11Jpakan gambaran yang dimiliki seseorang

tentang dirinya, yang dibentuk melalui pengalaman-pengalaman yang

diperoleh dari interaksi dengan lingkungannya.

William H.Fitts (dalam Agustiani, 2006) mengemukakan bahwa konsep diri

merupakan aspek penting dalam diri seseorang, karena konsep diri sesorang

merupakan acuan (frame of reference) dalam berinteraksi dengan

(45)

28

PER PUST AKMN UT

':MA

UIN SYAHID JAKARfA

-Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan konsep diri sendiri adalah

individu yang memiliki keyakinan-keyakinan mengenai dirinya sendiri tentang

fisik, sosial, psikologis yang diperoleh dari pengalaman dan interaksi dengan

orang lain. Kumpulan dari keyakinan-keyakinan itu membentuk gambaran diri

atau konsep diri dan merupakan hasil evaluasi serta penilaian yang dimiliki

oleh diri sendiri sebagai objek.

Dengan demikian, ada dua komponen konsep diri: komponen kognitif dan

komponen afektif. Komponen kognitif merupakan pengetahuan individu

tentang gambaran dirinya, misalnya" saya ini orang bodoh ". Gambaran diri

(self picture) tersebut akan membentuk citra diri (self image). Sedangkan

konponen afektif merupakan penilaian individu terhadap dirinya. misalnya,

"saya malu sekali karena saya menjadi orang bodoh". Penilaian tersebut

akan membentuk harga diri (self esteem) (Rakhmat, 2005 )

2.2.2 Dimensi Konsep Diri

Fitts ( dalam Agustiani, 2006 ) membagi konsep diri dalam dua dimensi

pokok, yaitu sebagai berikut :

1. Dimensi internal

Dimensi internal atau yang disebut juga kerangka acuan internal ( internal

(46)

penilaian yang dilakukan individu terhadap dirinya sendiri berdasarkan

dunia didalam dirinya. Dimensi ini terdiri dari tiga bentuk :

a. Diri ldentitas (identity self)

Merupakan aspek yang paling dasar dari diri dimana terkumpul

seluruh simbol yang digunakan individu untuk mengamati dan menilai

serta menggambarkan dirinya. Diri identitas dapat mempengaruhi cara

seseorang berinteraksi dengan lingkungan dan diri sendri.

b. Diri Pelaku ( behavioral self)

Merupakaan persepsi terhadap tingkah laku atau cara bertindak

individu. Apakah tingkah laku dipengaruhi faktor internal atau eksternal

dan apakah tingkah laku perlu dipertahankan atau diulangi.

c. Diri Penerimaan I penilai (judging self)

Merupakan bagian dari diri yang menjalankan fungsi sebagai

pengamat, pemberi nilai standar, perbandingan dan yang paling utama

sekali sebagai penilai diri sendiri.

2. Dimensi Eksternal

Dimensi eksternal adalah dimensi yang melihat diri sebagai suatu

kesatuan yang utuh dan dinamis dalam melakukan pengamatan dan

penilaian terhadap diri yang timbul sebagai hasil dari pertemuan individu

dengan dunia luar. Fitt (dalam Agustiani,2006 ) membagi dimensi

eksternal dalam lima aspek, yaitu:

(47)

Merupakan persepsi individu terhadap keadaan fisik, kesehatan,

penampilan diri dan gerak motoriknya.

b. Diri moral etik ( moral ethical self)

Merupakan persepsi individu tenang dirinya di tinjau dari standar

pertimbangan moral dan etika.

c. Diri pribadi (personal self)

30

Merupakan perasaan atau persepsi sesorang tentang keadaan

pribadinya. Hal ini tidak dipengaruhi oleh kondisi fisik atau orang lain,

tetapi dipengaruhi oleh sejauh mana individu merasa puas terhadap

dirinya.

d. Diri keluarga (family self)

Diri keluarga menunjukkan perasaan dan harga diri seseorang dalam

kedudukannya sebagai anggota keluarga.

e. Diri sosial (social self)

Merupakan penilaian individu terhadap interaksi dirinya dengan orang

lain maupun dengan lingkungannya.

Pudjijogyanti (1998) mengemukakan bahwa konsep diri terbagi atas dua

komponen, yaitu komponen kognitif dan komponen afektif. Komponen kognitif

merupakan pengetahuan individu tentang keadaan dirinya, misalnya"saya

anak bodoh". Jadi komponen kognitif merupakan komponen kognitif

(48)

tentang diri. Gambaran diri(se/f picture) akan membentuk citra diri (self

image). Komponen afektif merupakan peni/aian individu terhadap diri.

Penilaian tersebut akan membentuk penerimaan terhadap diri (self

ecceptance), serta harga diri(self esteem) individu. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa komponen kognitif merupakan data yang bersifat objektif,

sedangkan komponen afektif merupakan data yang bersifat subyektif.

Calhoun & Acocella (1990) membagi konsep diri ke dalam tiga dimensi,

yaitu:

1. Dimensi pengetahuan, yaitu deskripsi seseorang terhadap dirinya.

Misalnya jenis kelamin, etnis, ras, usia, berat badan, atau pekerjaan.

2. Dimensi harapan, yaitu kepemilikan seseorang terhadap satu set

pandangan mengenai kemungkinan akan menjadi apa dirinya dimasa

yang akan datang.

3. Dimensi penilaian, yaitu penilaian tentang diri sendiri. Berdasarkan hasil

penelitiannya Marsh (1987) menyimpulkan bahwa evaluasi atau penilaian

seseorang terhadap dirinya sendiri dalam rangka untuk memperbaiki diri

sendiri di masa mendatang akan memunculkan konsep diri yang sangat

(49)

2.2.3. Proses Pembentukan Konsep Diri

Konsep diri bukan merupakan faktor yang dibawa sejak lahir, melainkan

faktor yang dipelajari dan terbentuk dari pengalaman dalam berhubungan

dengan individu lainnya. Dalam interaksi ini, setiap individu akan menerima

tanggapan, tanggapan yang diberikan tersebut akan dijadikan cermin bagi

individu untuk menilai dan memandang dirinya sendiri. Jadi, konsep diri

terbentuk karena suatu proses umpan balik dari individu lainnya

(Pudjijogyanti, 1988 ).

Perkembangan konsep diri merupakan proses yang terus berlanjut di

sepanjang kehidupan manusia. Symond ( dalam Fitts, 1971) mengatakan

bahwa persepsi tentang diri tidak langsung muncul saat kelahiran, tetapi

mulai berkembang secara bertahap dengan munculnya kemampuan

perseptif. lndividu merasakan bahwa dirinya terpisah dan berbeda dengan

orang lain

32

Menurut Weir (dalam Calhoun, 1990) kemajuan yang paling besar dalam

perkembangan konsep diri terjadi pada saat mulai menggunakan bahasa

kirakira berumur satu tahun. Dengan memahami apa yang dikatakan orang

-orang di sekitar tentang diri sese-orang, maka akan individu tersebut akan

(50)

Agustiani (2006 ) mengemukakan bahwa pada usia 6-7 tahun, batas-batas

individu mulai menjadi lebih jelas sebagai hasil eksplorasi dan pengalaman

dengan tubuhnya sendiri. Selama periode awal kehidupan, konsep diri

individu sepenuhnya didasari oleh persepsi-persepsi tentang diri sendiri.

Kemudian dengan bertambahnya usia, pandangan tentang diri lebih banyak

didasari oleh nilai-nilai yang diperoleh dari interkasi dengan orang lain.

Selama masa anak pertengahan dan akhir, kelompok teman sebaya mulai

memainkan peran yang dominan, menggantikan orang tua sebagai orang

yang turut berpengaruh pada konsep diri mereka. Anak makin

mengidentifikasi diri dengan anak-anak seusianya dan mengadopsi

bentuk-bentuk tingkah laku dari kelompok teman sebaya dari jenis kelamin yang

sama. Selama masa anak akhir konsep diri yang terbentuk sudah agak stabil.

Tetapi dengan mulainya masa pubertas terjadi perubahan drastis pada

konsep diri (Agustiani, 2006 ).

Pudjijogyanti (1988) mengemukakan bahwa sampai saat ini para ahli

psikologi sepakat untuk memandang masa remaja adalah masa yang

pontensial untuk mengembangkan konsep diri sebab masa remaja

merupakan masa yang penuh dengan tekanan dan masalah yang

memungkinkan individu menemukan identitas dirinya. Masa remaja

merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

(51)

34

menimbulkan perubahan yang sangat menegangkan. Perubahan yang

diawali dengan perubahan fisik, yaitu dengan berkembangnya tanda-tanda

kelamin sekunder, menimbulkan perasaan aneh, ganjil dan berbeda dengan

orang lain. Perasaan tersebut menimbulkan perasaan yang tidak puas

terhadap diri sendiri.

Karena perubahan-perubahan yang terjadi mempengaruhi remaja pada

hampir semua area kehidupan, konsep diri juga berada dalam keadaan terus

berubah pada periode ini. Ketidakpastian masa depan, membuat formulasi

dari tujuan yang jelas merupakan tugas yang sulit. Namun dari penyelesaian

masalah dan konflik remaja inilah lahir konsep diri orang dewasa. Nilai-nilai

dan sikap-sikap yang merupakan bagian dari konsep diri pada akhir remaja

cenderung menetap dan relatif merupakan pengatur tingkahlaku yang bersifat

permanen. Pada usia 25-30 tahun biasanya ego orang dewasa sudah

terbentuk dengan lengkap, namun mulai dari sinilah konsep diri menjadi

semakin sulit berubah (Agustiani,2006 ).

2.2.4. Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan konsep diri antara

lain:

1. Usia

Konsep diri terbentuk seiring dengan bertambahnya usia. Dimana

(52)

perkembangan. Pada masa kanak-kanak konsep diri sseorang

menyangkut hal-hal disekitar dirinya dan keluragnya. Pada masa remaja,

konsep diri sangat dipengaruhi oleh teman sebaya dan orang yang

dipujanya, sedangkan pada masa dewasa konsep dirinya sangat

dipengaruhi oleh satus sosial dan pekerjaan, pada masa usia tua konsep

diri lebih banyak dipengaruhi oleh keadaan fisik, perubahan mental

maupun sosial (Burns, 1993)

2. Pola Asuh Orang Tua

Kajian yang di lakukan oleh Dikcstein dan Posner (dalam

Pudjijogyanti, 1988) membuktikan adanya hubungan yang erat antara

kualitas hubungan orang tua dengan anak dengan pandangan anak

terhadap dirinya dan lingkungannya. Hal ini disebabkan ibu dari anak

yang mempuriyaf konsep diri yang tinggi tidak menggunakan tekanan

psikologis dalam menghukum anaknya.

Hasil penelitian Sears mendukung hasil penelitian Coopertmith, yaitu

kehangatan orang tua berhubungan erat dengan konsep diri anak karena

kehangatan orang tua merupakan aspek yang terpenting dalam

mengasuh anak (Pudjijogyanti, 1988)

3. Status Sosial Ekonomi

Status sosial seseorang mempengaruhi bagaimana penerimaan orang

lain terhadap dirinya. Penerimaan lingkungan dapat memepengaruhi

(53)

cenderung didasarkan pada status sosial ekonominya. Maka dapat

dikatakan individu yang status sosialnya tinggi akan memiliki konsep diri

yang positif dibandingkan individu yang status sosialnya rendah.

Hal ini didukung oleh penelitian Rosemberg terhadap anak-anak dari

ekonomi sosial tinggi menunjukkan bahwa mereka memiliki konsep diri

yang tinggi dibandingkan dengan anak-anak yang berasal dari status

ekonomi rendah. Hasilnya adalah 51 % anak dari ekonomi tinggi

mempunyai konsep diri yang tinggi. Dan 38% anak dari tingkat ekonomi

rendah memiliki tingkat konsep diri yang rendah.

36

Perbedaan pengaruh kelas sosial ekonomi terhadap perkembangan

konsep diri anak lebih tampak pada anak laki-laki dibandingkan dengan

anak perempuan. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan pola asuh

orang tua dan adanya pandangan bahwa individu yang berasal dari

ekonomi rendah adalah pemalas, bodoh, dan hanya berburu kesenangan

saja (( Pudjijogyanti, 1988 )

4. Reaksi dari orang lain.

Gabriel Marcel (dalam Rakhmat,2005 ) filosuf eksistensialis, menulis

tentang peranan orang lain dalam memahami diri kita, "The fact is that we

cqn understand ourselves by starting from other, or from others, and only

by staring fro them." Kita mengenal diri kita dengan mengenal orang lain

terlebih dahulu. Bagaimana anda menilai diri saya, akan membentuk

(54)

Harry Stack Sullivan (1953) menjelaskan bahwa bahwa jika kita diterima

orang lain, dihormati dan disegani keadaan diri kita,kita akan cenderung

bersikap menghormati dan menerima diri kita. Sebaliknya, jika orang lain

selalu meremehkan diri kita, kita akan cenderung tidak menyenangi diri

kita.

Hasil penelitian menunjukkan sebuah proses timbal balik dimana persepsi

diri mempengaruhi persepsi orang lain dan pesepsi-persepsi itu pada

akhirnya mempengaruhi persepsi diri (Robert A. Baron & Donn

Byrne,2003).

Namun tidak semua orang lain mempunyal pengaruh yang sama terhadap

diri kita. Ada yang paling berpengaruh, yaitu orang-orang yang paling

dekat dengan diri kita. George Herbert Mead (1934 ), seperti yang dikutip

oleh Jalaluddin Rakhmat (2005) , menyebut mereka significant

other-orang lain yang sangat penting misalnya other-orang tua, saudara-saudara kita

dan orang lain yang tinggal satu rumah dengan kita. Richard Dewey &WJ

Humber (1996) menamainya affective others-orang lain yang dengan

mereka kita mempunyai ikatan emosional. Dari merekalah konsep diri itu

terbentuk.

5. Keadaan fisik dan penghayatan seseorang terhadap dirinya

Setiap individu tidak dapat melihat secara keseluruhan tubuhnya. Hanya

melalui refleksi dari individu lain citra fisik dapat dibentuk. Tanggapan dari

(55)

38

oleh adanya dimensi tubuh ideal. Dimensi tubuh ideal berbeda antara

kebudayaan satu dengan kebudayaan lainnya dari waktu ke waktu.

Dengan adanya dimensi tubuh ideal sebagai patokan untuk menanggapi

keadaan fisik individu lain, maka setiap individu berusaha mencapai

patokan tubuh ideal tersebut. Dan tidak dapat disangkal lagi bahwa

keadaan fisik seseorang sangat berperan penting dalam pembentukan

konsep diri (Pudjijogyanti, 1988)

6. Pekerjaan

Menurut Stradling, Crowe & Tuohy, 1993 (dalam Robert & Donn,2003)

Memasuki sebuah pekerjaan baru juga cenderung membawa perubahan

terhadap konsep diri seseorang. Penelitian menunjukkan bahwa menjadi

seorang polisi merupakan konsep diri yang baru dan berbeda.

7. Budaya

Miller (dalam Robert A. Baron & Donn Byrne,2003 ) Konsep diri juga

dipengaruhi oleh budaya. Banyak hal khas yang diyakini dunia barat

adalah norma yang menyatakan bahwa minat dan kemauan seseorang

merupakan penentu dan seharusnya menjadi determinasi utama dalam

tingkah laku seseorang

8. Jenis Kelamin

Ketika pertama kali manusia dilahirkan, pertanyaan yang muncul untuk

(56)

perempuan ". Menurut Wilson & Wilson yang dikutip oleh Clara( 1988)

dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa laki-laki memiliki konsep diri

yang berbeda dengan wanita. Konsep diri laki-laki bersumber pada

keberhasilan, persaingan, dan kekuasaan. Sedangkan konsep diri wanita

bersumber pada keberhasilan pribadi, citra fisik, keberhasilan dalam

hubungan keluarga

2.3.

Narapidana

Pada saat seseorang terpidana menjalani hukuman di dalam Lembaga

Pemasyaratakan, statusnya berubah menjadi narapidana.

"Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan

dilembaga pemasyarakan"

" Narapidana adalah seseorang yang menjalani hukuman vonis yang dijatuhi

oleh hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap"

(UU:12 tahun 1995 Tentang pemasyarakan)"

Di lembaga pemasyarakatan , narapidana digolongkan berdasarkan jenis

kelamin, usia, dan jenis kasus, dan lama masa hukuman. Narapidana wanita

dan pria ditempatkan di LP yang terpisah, demikian pula antara narapidana

(57)

Menurut pasal 13 KUHP (dalam Chazawi. 2007) narapidana penjara dibagi

dalam beberapa kelas , yaitu sebagai berikut :

1. Kelas I, yaitu bagi narapidana penjara seumur hidup dan narapidana

penjara sementara yang membahayakan orang lain

I

masyarakat.

2. Kelas II, yaitu

a. Bagi narapidana yang dipidana lebih dari tiga bulan

b. Bagi narapidana sementara yang berada di kelas I dan ia

berkelakukan baik, maka ia di pindahkan kekelas II.

c. Bagi narapidana sementara di pindahkan ke kelas II atau Ill dengan

alasan-alasan tertentu.

40

3. Kelas Ill, yaitu narapidana sementara yang dipindahkan dari kelas I

karena memiliki kelakuan baik dan menjadi contoh bagi narapidana yang

lain.

4. Kelas IV, yaitu narapidana yang di pidana penjara sementara paling lama

tiga bulan.

Walaupun masing-masing narapidana telah mendapat vonis yang harus

dijalani, karena adanya remisis (pemotongan hukuman ) dan pembebasan

bersyarat , maka vonis tersebut tidak berjalan sesuai dengan masa hukuman

(58)

Menurut Harsono ( dalam http://digilib.unnes.ac.id. 2009) Ada beberapa

tahapan yang harus dijalani narapidana dalam proses menjalani

hukumannya, yaitu:

1. Tahap admisi I orientasi,

2. Tahap Pembinaan yaitu, Pada tahap pembinaan, narapidana dibina,

dibimbing agar dikemudian hari tidak melakukan tindak pidana lagi.

3. Tahap Asimilasi yaitu, narapidana diasimilasikan ke tengah-tengah

masyarakat diluar lembaga pemasyarakatan. Hal ini sebagai upaya

memberikan bekal kepada narapidana agar ia tidak lagi canggung

bila keluar dari lembaga pemasyarakatan.

Selain itu narapidana juga mempunyai hak seperti, melakukan ibadah sesuai

dengan agama atau kepercayaannya, mendapat perawatan, baik perawatan

rohani maupun jasmani, mendapatkan pendidikan dan pengajaran,

mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak,

menyampaikan keluhan, mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran

media massa lainnya yang tidak dilarang, mendapatkan upah atau premi atas

pekerjaan yang dilakukan, menerima kunjungan keluarga, penasihat hukum,

atau orang tertentu lainnya, mendapatkan pengurangan masa pidana

(remisi), mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi

keluarga, mendapatkan pembebasan bersyarat, mendapatkan cuti menjelang

(59)

perundang-undangan yang berlaku (dalam UU RI no 12 Tahun 1995 Tentang

Pemasyarakatan)

42

Berbagai usaha dalam pembinaan narapidana, namun dampak psikologis

akibat pidana penjara masih nampak dan memerlukan pemikiran yang tuntas.

Sykes (dalam Syofia, 2003) ada beberapa masalah yang muncul akibat dari

status sebagai narapidana, yaitu:

a. Deprivasi Kebebasan (The deprivation of Liberty)

Hal ini berkaitan dengan keterbatasan gerak, karena ruang lingkupnya

terbatas hanya didalam lingkungan LP saja. Menjadi narapidana membuat

narapidana berpisah dengan keluarga, kerabat dan teman. Keadaan

narapidana yang terisolasi inilah menyebabkan narapidana kesepian

karena tidak ada hubungan emosional

b. Deprvasi terhadap barang dan pelayanan ( The deprivation of good and

service).

Setiap manusia mempunyai sifat pemilih dalam memilki barang yang

sesuai dengan yang diinginkan. Tetapi dalam LP hal tersebut harus

dihilangkan sedapat mungkin karena tidak bisa diperoleh. Kebutuhan

dasar narapidana akan materi memang terpenuhi dalam arti narapidana

tidak kelaparan ataupun kedinginan. Tetapi narapidana tidak dapat makan

enak, pakaian yang lebih layak, perabot yang lengkap seperti rumah, atau

(60)

Bagi mereka yang terbiasa dengan pelayanan istimewa, di dalam LP

tidak dapat lagi mengharapkan ha! tersebut, karena narapidana

diperlakukan sama tanpa memandang status sosial. Narapidana harus

mampu mengurus diri sendiri.

c. Deprivasi terhadap hubungan heteroseksual (The deprivation of

heterosexual relationship).

Selama menjalani pidana, narapidana ditempatkan dalam blok-blok

sesuai dengan jenis kelaminnya dengan pengawasan ketat dari para

petugas. Sehari-sehari mereka hanya bertemu dengan orang yang sama

jenisnya, hal inilah yang akhimya mereka melakukan hubungan dengan

sejenis.

d. Deprivasi Keamanan (The Deprivation of Security)

Dengan masuknya seseorang kedalama LP secara otomatis akan tinggal

bersama dengan narapidana lainnya selama menjalani masa pidananya.

Takjarang seorang narapidana bahkan narapidana dengan kejahatan

kriminal sekalipun memandang narapidana lain sebagai orang yang

berbahaya. Dia juga dapat merasa tidak aman karena terpaksa bergaul

dengan orang yang bukan pilihannya. Mereka ditempatkan dalam satu

kamar dengan

Gambar

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir
engskoran 3.1 P Tabel S I M kaa
Blue Tabel 3.2 Print Konsell Diri {sebelum uii coba)
Blue Tabel 3.4 Print Konseo Diri fSetelah Uii Cabal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Memuaskan Di bawah standard SKOR ALUR JAWABAN Jawaban berurutan sampai dengan penanganan perbaikan proses Bahasa program urut dan baku Alur bahasa program mudah

PERSI (Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia) Daerah Jawa Timur pada tanggal 13 – 15 April 2011 akan menyelenggarakan Seminar Nasional Perumahsakitan &amp;

The OpenSSH suite of tools provides replacements for some of the common administrative tools used today such as telnet, FTP and the Berkeley r-commands ( rlogin, rcp and rsh ).

Untuk meningkatkan penjualan produk sebuah perusahaan diperlukan strategi dan pendekatan yang sesuai dengan kebutuan perusahaan dan dapat menembus tujuan

Hasil analisis dan diskusi penelitian menunjukkan bahwa penggunaan multimedia pembelajaran berbasis android dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa, yang ditunjukkan

“ …Kalau di Kabupaten Parigi Moutong ini saya liat potensi dana ada dan bisa… Potensi dana bisa dari berbagai sumber misalnya subsidi silang antara yang kaya dan miskin dan hal ini

9 Dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa purchasing atau pembelian adalah suatu usaha dalam memenuhi kebutuhan atas barang dan jasa yang

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Asset-Asset Sosial Pada Komunitas Nelayan (Studi Kasus Proses Mobilisasi Asset