• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Fundraising Masjid Jami Al- Hidayah Tangerang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Manajemen Fundraising Masjid Jami Al- Hidayah Tangerang"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)

Oleh : Asep Muhdiyar

108053000043

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

i

ABSTRAK Asep Muhdiyar

Manajemen Fundraising Masjid Jami Al- Hidayah Tangerang

Masjid Jami Al- Hidayah adalah suatu lembaga non formal dan non profit yang bergerak dibidang syiar islam untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT. Untuk mempertahankan dan mengembangkan kegiatan- kegiatan masjid Al- Hidayah perlu dana besar, oleh karena itu dewan kemakmuran Masjid Jami Al- Hidayah Berupaya untuk mengumpulkan dana demi syiar islam.

Peneliti memperhatikan sangat pentingnya manajemen fundraising masjid, maka sebagai rumusan dari latar belakang diatas adalah: Bagaimana manajemen fundraising masjid Jami Al- Hidayah Tangerang dan bagaimana Fungsi-fungsi Masjid Jami Al- Hidayah Tangerang.

Adapun teori yang dipakai adalah teori pendapatnya George R Terry (Fungsi-fungsi manajemen) yaitu planning, organizing, actuating, controlling dan

teori pendapatnya April Purwanto yaitu Fundraising diartikan sebagai kegiatan dalam rangka menghimpun dana dari masyarakat dan sumber daya lainnya dari masyarakat (baik individu, kelompok, organisasi, perusahaan, ataupun pemerintah) yang akan digunakan untuk membiayai program dan kegiatan operasional organisasi/lembaga sehingga mencapai tujuannya.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Yaitu penulis menggambarkan permasalahan dengan didasari data-data yang ada kemudian dianalisis lebih lanjut untuk kemudian ditarik kesimpulan. Dengan tipe pendekatan studi kasus, penulis mengadakan penelitian dengan melihat, menggambarkan tentang manajemen fundraising Masjid Jami Al- Hidayah Tangerang. Sedangkan tekhnik pengambilan data menggunakan observasi, wawancara dengan Ketua Dewan Kemakmuran Masjid, bendahara, tokoh masyarakat dan masyarakat setempat serta dokumentasi Masjid Jami Al- Hidayah.

Hasil dari penelitian manajemen fundraising Masjid Jami Al- Hidayah dalam rangka menggalang dana yaitu dengan menerapkan fungsi-fungsi manajemen yaitu planning, organizing, actuating, controlling serta tidak melupakan unsur-unsur terpenting dari sebuah manajemen dan yang saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya yaitu Man, Money, Material, Machine, Method, dan

Market. Adapun metode Fundraising yang dilakukan oleh dewan kemakmuran

masjid jami Al- Hidayah adalah suatu bentuk kegiatan yang khas dalam rangka menghimpun dana dari masyarakat. Metode ini, yaitu langsung (direct

fundraising). Adapun dana pemasukan masjid jami Al- Hidayah berasal dari

(6)

ii

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillahirabbil’alamin, hanya kata itu yang pantas diucapkan, dengan

memanjatkan puja serta syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kenikmatan dan anugerah-Nya. Shalawat serta salam tetap atas Rasullah Muhammad SAW, semoga keselamatan juga atas keluarganya, para sahabat, para tabi’in, dan mudah-mudahan kepada kita semua selaku umatnya. Amin

Dengan ridho Allah SWT, sehingga penulis mendapatkan kemampuan untuk menyelesaikan skripsi ini, yang menjadi impian orang-orang terdekat, dan khususnya impian penulis. Tidak ada satu pun karya manusia yang tidak ada ikut campur tangan manusia lainnya, dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan, bimbingan dan motivasi.

Untuk itu penulis ingin mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada:

1. Dr. H. Arief Subhan, MA, selaku dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

(7)

iii

memberikan arahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

4. Ustad Abdul Mukti S. Ag selaku ketua Dewan Kemakmuran Masjid yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian dan memberi kemudahan bagi penulis untuk mendapatkan informasi mengenai data dalam penulisan skripsi ini.

5. Kepada orang tua penulis, ayahanda H. Kuro dan ibunda Hj. Siti Khodijah yang telah melahirkan ananda dan juga bapak H. Anta Wijaya dan Umi Hj. Siti Nurlela yang telah mengasuh dan membesarkan ananda . Tiada kata yang dapat kuucapkan selain terima kasih yang tak terbatas untuk semua pengorbanan yang telah diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan kuliah dan skripsi ini. Ku yakin kasih sayang, cinta suci dan pengorbanan kalian takkan tertandingi adanya, oleh karena itu aku akan selalu berusaha membuat kalian tersenyum bangga. Ucapan ribuan terima kasih atas do’anya tak

henti-hentinya penulis lantunkan di setiap doa.

(8)

iv

8. Suhendra, Sujatniko, Anam, medi, Fathul dan zaenuri teman seperjuangku “teman seatap” dari mulai awal menjadi santri ponpes Daarussaadah sampai

dengan selesai penulisan karya ilmiah ini yang selalu mebuat penulis menjadi termotivasi dan tak mau kalah dengan mimpi-mimpi indahnya yang setinggi langit. Semoga Allah mengizinkan semua mimpi-mimpi kita menjadi nyata sahabat.

9. My best Friends, Abdurahman, Adisyam, Farhan, Jefri yang selalu ada disaat

penulis membutuhkan bantuannya serta selalu memberi masukan kepada penulis dalam membuat skripsi ini.

(9)

v

bagi banyak pihak demi kemaslahatan bersama serta bernilai ibadah di hadapan Allah SWT. Amin.

Jakarta, Juli 2013

(10)

vi

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Tinjauan Pustaka ... 7

E. Metodologi Penelitian ... 8

F. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG MANAJEMEN FUNDRAISING DAN FUNGSI MASJID A. Manajemen Fundraising 1. Pengertian ... 14

2. Prinsip- Prinsip ... 19

3. Langkah- Langkah ... 25

B. Fungsi Masjid 1. Pengertian Masjid ... 29

2. Fungsi- Fungsi Masjid ... 31

(11)

vii

A. Latar Belakang dan Sejarah Berdirinya Masjid Jami Al- Hidayah

Tangerang ... 36

B. Visi, Misi dan Tujuan Masjid Jami Al- Hidayah ... 39

C. Program Kegiatan Masjid Jami Al- Hidayah ... 41

D. Struktur kepengurusan Masjid Jami Al- Hidayah ... 43

E. Sarana dan Prasarana Masjid Jami Al- Hidayah ... 44

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN MANAJEMEN FUNDRAISING MASJID JAMI AL- HIDAYAH TANGERANG A. Manajemen Fundraising Masjid Jami Al- Hidayah Tangerang ... 47

B. Fungsi- Fungsi Masjid Jami Al- Hidayah Tangerang ... 61

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 67

B. Saran- Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70

[image:11.595.72.522.134.605.2]
(12)

1 A. Latar Belakang Masalah

Secara teoritis konseptual, masjid adalah pusat kebudayaan umat Islam. Di tempat suci inilah, syiar keislaman yang meliputi aspek duniawi dan

ukhrowi, material maupun spiritual dimulai, karena setelah nabi Muhammad

SAW hijrah ke Madinah, beliau berusaha bersama kaum Muhajirin dengan masyarakat setempat (kaum Anshor) membangun masjid supaya orang islam dapat berkumpul untuk melaksanakan shalat lima waktu.1

Berbicara tentang masjid, hampir sama tuanya dengan membicarakan titik start penguatan kelembagaan dan motivasi perjuangan Islam di permukaan bumi ini. Masjid adalah tempat melakukan ibadah dalam makna luas. Dengan demikian, masjid merupakan bangunan yang sengaja didirikan umat muslim untuk melaksanakan shalat berjamaah dan berbagai keperluan lain yang terkait dengan kemaslahatan umat Muslim.

Rasulullah dan para sahabat sudah mulai memfungsikan masjid mencakup semua aspek masyarakat Islam waktu itu, karena itu masjid menempati posisi sentral yaitu sebagai kegiatan ibadah, pusat pembinaan umat Islam, sekretariat pemerintahan Islam, pusat dakwah, pusat pengembangan kebudayaan Islam, mahkamah Islam, baaitul maal (lembaga pemberdayaan ekonomi umat Islam) sebagai pusat kesejahteraan ekonomi

1

(13)

kerakyatan yang dikembangkan oleh kelompok jama’ah masjid dalam mengatasi terapi kemiskinan.

Masjid adalah tempat ibadah umat Islam yang pertama dibangun oleh Rasullah SAW pada saat hijrah ke Madinah sebagaimana firman Allah SWT dalam Surah At-Taubah/9: 18



















































“Sesungguhnya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah

orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan

orang-orang yang mendapat petunjuk”

Berkaitan dengan hal tersebut, Gazalba menjelaskan, bahwa di zaman Rasulullah, masjid selain berfungsi sebagai tempat ibadah (untuk melakukan kegiatan shalat, berdzikir, dan beri’tikaf), juga sebagai pusat pembelajaran

(untuk melakukan berbagai kegiatan pembinaan dan peningkatan kualitas umat).2

Untuk dapat mengoptimalkan fungsi dan peran masjid pada masa kini, kita harus mengetahui terlebih dahulu bagaimana masjid difungsikan pada masa Rasulullah SAW, sebagaimana yang dikehendaki Allah SWT.

2

(14)

Menurut Miftah Faridl: Masjid adalah peradaban Islam, bukan sekedar sebuah tempat kegiatan keagamaan dan kebudayaan, tetapi merupakan suatu tata kelembagaan yang menjadi sarana pembinaan masyarakat dan keluarga muslim serta insan-insan peradaban Islam.3

Akan tetapi, bila mencermati perkembangan dewasa ini, fungsi yang kedua ini cenderung mulai berkurang. Hal ini lantaran masjid sering hanya dipahami semata-mata untuk sujud, sebagaimana dilakukan dalam shalat.

Apabila jumlah masjid yang ada di Indonesia benar-benar difungsikan sebagai masjid dengan baik, maka dalam waktu yang tidak lama salah satu upaya mengeluarkan bangsa ini dari keterpurukan akibat krisis multidimensional yang sudah diderita beberapa tahun ini karena salah satu fungsi masjid adalah memberikan pembinaan dalam berbagai bidang kehidupan termasuk sosial dan ekonomi.

Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata.4Manajemen mempunyai tujuan tertentu dan tidak dapat diraba. Manajemen berusaha untuk mencapai hasil-hasil tertentu, yang biasanya diungkapkan dengan istilah-istilah “objectives” atau hal-hal yang nyata.

3

Ahmad Yani dan Satori Ismail, Menuju Masjid Ideal. (Jakarta: LP2SI Haramain, 2001), h. 10

4

(15)

Fundraising tidak hanya diartikan pengumpulan dana semata, tetapi juga segala bentuk partisipasi dan kepedulian yang diberikan masyarakat kepada suatu organisasi atau lembaga yang berbentuk dana dan segala macam benda yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan lembaga.5

Manajemen fundraising merupakan titik tolak dalam menentukan kebutuhan organisasi, semua itu dapat dilakukan untuk meningkatkan kegiatan dalam memenuhi kebutuhan yang terus berkembang. Dari aktifitas fundraising dalam masyarakat muslim sangat menentukan keberhasilan organisasi/lembaga yang akan dikelolanya. Fundraising berperan penting bagi lembaga atau organisasi social dalam upaya mendukung jalannya program dalam kegiatan roda operasional yang telah digariskan.6 Dalam hal ini, manajemen fundraising juga diperlukan oleh masjid. Memiliki potensi yang strategis untuk dikembangkan menjadi salah satu instrumen dalam pengelolaan aktifitas ekonomi nasional.

Salah satu masjid yang sangat berpotensi dan dinilai melakukan manajemen fundraising dan menerapkan fungsi masjid secara baik adalah masjid Jami Al- Hidayah. Masjid yang terletak dikawasan Tangerang ini adalah salah satu contoh masjid yang telah melakukan manajemen fundraising dengan baik.

5

April Purwanto, Manajemen Fundraising Bagi Organisasi Zakat. (Yogyakarta: Teras, 2009), cet ke- 1, h.4

6

(16)

Oleh sebab itu, penulis memandang perlu adanya kajian sesuai dengan pernyataan diatas mengenai manajemen fundraising masjid, akhirnya penulis tertarik untuk menyusun skripsi dengan judul Manajemen Fundraising

Masjid Jami Al- Hidayah Tangerang”.

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah merupakan usaha untuk menetapkan batasan-batasan dari masalah penelitian yang akan diteliti, batasan-batasan masalah ini berguna untuk identifikasi faktor mana saja yang tidak termasuk dalam ruang lingkup penelitian.7Penelitian ini dibatasi pada manajemen fundraising masjid Jami Al- Hidayah Tangerang. Pembatasan ini sengaja dilakukan untuk menghindari perluasan pembahasan yang tidak ada sangkut pautnya dengan masalah yang akan diteliti.

2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah yang akan di cari jawabannya dalam penelitian ini adalah:

a. Bagaimana Manajemen Fundraising Masjid Jami Al- Hidayah Tangerang?

b. Bagaimana Fungsi Masjid Jami Al- Hidayah Tangerang?

7

(17)

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui sistem manajemen fundraising Masjid Jami Al- Hidayah Tangerang.

b. Sebagai pedoman dan bahan pertimbangan dewan kemakmuran masjid lain dalam menerapkan manajemen fundraising dan fungsi-fungsi masjid. 2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat akademis :

1) Dapat menambah khazanah penelitian dan objek penelitian mahasiswa jurusan Manajemen Dakwah dan memperkaya pengalaman sekaligus pengembangan ilmu yang didapat selama berada dibangku kuliah. 2) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan keilmuan dan

pengetahuan, baik bagi penulis dan pembaca khususnya mengenai manajemen fundraising masjid.

b. Manfaat Praktis

1) Dalam penelitian ini penulis berharap dapat memberikan bahan masukan dan evaluasi bagi pengurus Masjid Jami Al- Hidayah Tangerang.

(18)

D. Tinjauan Pustaka

Dalam penyusunan skripsi ini sebelum penelitian lebih lanjut kemudian menyusunnya menjadi suatu karya ilmiah, maka langkah awal yang penulis tempuh adalah mengkaji terlebih dahulu skripsi-skripsi yang mempunyai judul hampir sama dengan yang penulis akan teliti.

Oleh sebab itu, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti mempertegas perbedaan antara masing-masing judul dengan masalah yang sedang dibahas yaitu sebagai berikut:

1. Manajemen Masjid Astra dalam Meningkatkan Aktivitas Keagamaan

Karyawan PT Astra Sunter Jakarta Utara, Ditulis oleh Rudiawan

(105053001833) jurusan Manajemen Dakwah. Judul skripsi tersebut membahas tentang aplikasi manajemen Masjid Astra Sunter dalam meningkatkan aktivitas keagamaan karyawan astra.

2. Manajemen Masjid Baiturrahman MPR/DPR RI dalam Upaya

Pengembangan Kegiatan Dakwah,Ditulis oleh Wildaniyah Sauwad

(105053001806) jurusan Manajemen Dakwah. Dalam skripsi ini membahas tentang Manajemen Masjid Baiturrahman MPR/DPR RI dalam Upaya mengembangkan kegiatan dakwah.

3. Masjid Sebagai Pusat Dakwah ( Analisis Tentang Strategi Dakwah

di Masjid Atta’awun), Ditulis oleh Hani Ma’rifati, Fakultas Ilmu

(19)

Demikianlah tinjauan pustaka ini penulis lakukan dimana perbedaan bahasan atau materi antara apa yang akan penulis teliti dengan skripsi terdahulu, terlihat pada objek dan subjek penelitiannya bahwa pada penelitian terdahulu menjelaskan tentang cara meningkatkan aktifitas keagamaan karyawan PT. Astra Sunter, pengembangan kegiatan dakwah Masjid Baiturrahman MPR/DPR RI, dan menjelaskan tentang strategi dakwah di Masjid Atta’awun, sedangkan yang penulis bahas tentang Manajemen

Fundraising Pada Masjid Jami Al- Hidayah Tangerang.

E. Metedologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisis8 yaitu penulis menggambarkan permasalahan dengan didasari data-data yang ada kemudian dianalisis lebih lanjut untuk kemudian ditarik kesimpulan. Dengan tipe pendekatan studi kasus, penulis mengadakan penelitian dengan melihat, menggambarkan tentang manajemen fundraising Masjid Jami Al- Hidayah Tangerang.

2. Sumber dan Tehnik Pengambilan Data

Yang menjadi bahan acuan (sumber) dalam penelitian ini, penulis membaginya dalam 2 kategori yaitu data primer dan data sekunder.

8

(20)

Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari pihak pengurus Masjid Jami Al- Hidayah Tangerang berupa hasil interview secara langsung yang dipersiapkan sebelumnya dengan pengurus, tokoh masyarakat dan masyarakat setempat Masjid Jami Al- Hidayah Tangerang yang berkaitan dengan skripsi ini.

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari laporan-laporan atau data-data yang dikeluarkan dan literatur-literatur kepustakaan seperti buku-buku, serta sumber lainnya yang berkaitan dengan pembahasan skripsi ini.

Untuk memperoleh data yang akurat maka penulis mengumpulkan data melalui:

1. Penelitian kepustakaan (Library Research)

Penulis melakukan penelitian dengan mengkaji data-data yang diperoleh dari buku-buku yang memiliki kaitannya dengan penulisan skripsi ini. 2. Penelitian Lapangan (Field Research)

Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data dengan cara mengumpulkan data dengan cara melakukan wawancara dengan ketua DKM, bendahara, tokoh masyarakat dan masyarakat setempat. 3. Subjek dan Objek Penelitian

a. Subjek Penelitian

(21)

setempat yang dapat dijadikan sebagai sumber informasi dalam penelitian ini.

b. Objek Penelitian

Adapun yang menjadi objek penelitian ini adalah manajemen fundraising Masjid Jami Al- Hidayah Tangerang.

4. Tehnik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan penelitian lapangan, yaitu penelitian yang dilakukan dilapangan, tempat dimana objek penelitian itu berada. Untuk pengambilan data di dalam penelitian lapangan, penulis menggunakan tehnik sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi bisa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematika fenomena-fenomena yang diselidiki di masjid Jami Al- Hidayah pada bulan Februari – Mei 2013.

b. Interview

(22)

mudah dipahami oleh individu secara langsung, sehingga dapat menghasilkan data dan informan yang memuaskan.

c. Dokumentasi

Menurut Winarno Surahmad, pengertian dokumentasi adalah laporan tertulis dari suatu peristiwa yang isinya terdiri atas penjelasan dari pemikiran terhadap peristiwa, dan oleh penulis dengan sengaja disimpan atau meneruskan keterangan mengenai peristiwa tersebut. Adapun dokumentasi yang penulis dapatkan berupa hasil wawancara, pemasukan dan pengeluaran masjid, dan foto masjid.

5. Tehnik Analisis Data

Analisis data yang dilakukan peneliti adalah setelah semua data yang diperlukan sudah terkumpul. Lalu mendeskripsikan data dari hasil

observasi dan wawancara dengan pihak pengurus Masjid Jami Al- Hidayah. Data-data tersebut peneliti deskripsikan secara apa

adanya serta didukung oleh data yang didapatkan dari dokumen arsip maupun sumber lainnya yang berkaitan dengan bahasan peneliti ini.

6. Tempat Penelitian

(23)

7. Pedoman Penulisan Skripsi

Tehnik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku pedoman penulisan karya ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi), diterbitkan oleh CEQDA (Center Of Quality Development And Assurance) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2007.

F. Sitematika Penulisan

Laporan hasil penelitian ini dituangkan dalam bentuk karya tulis skripsi dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Membahas tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Membahas tentang Pengertian Manajemen Fundraising, Prinsip- Prinsip Manajemen Fundraising, Langkah- Langkah Manajemen Fundraising, Pengertian Masjid, Fungsi- Fungsi Masjid dan Pengertian Keuangan Masjid.

BAB III GAMBARAN UMUM MASJID JAMI AL-HIDAYAH

TANGERANG

[image:23.595.100.516.153.576.2]
(24)

Tangerang, Program kerja, Struktur Organisasi, serta Sarana dan Prasarana Masjid Jami Al- Hidayah Tangerang.

BAB IV ANALISA HASIL PENELITIAN

Membahas tentang hasil penelitian manajemen fundraising dan fungsi Masjid Jami Al- Hidayah Tangerang.

BAB V PENUTUP

(25)

14 BAB II

TINJAUAN TEORITIS TENTANG MANAJEMEN FUNDRAISING DAN FUNGSI MASJID

A. Manajemen Fundraising 1. Pengertian

Secara etimologis, kata manajemen berasal dari bahasa Inggris,

management, yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan dan pengelolaan.

Artinya, manajemen adalah suatu proses yang diterapkan oleh individu atau kelompok dalam upaya kordinasi untuk mencapai suatu tujuan.1

Manajemen sering diartikan sebagai ilmu, kiat, dan profesi. Dikatakan sebagai ilmu oleh Luther Gulick karena manajemen dipandang sebagai suatu bidang ilmu pengetahuan yang secara sistematis berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerjasama. Dikatakan sebagai kiat menurut Follet karena manajemen mencapai sasaran melalui cara-cara dengan mengatur orang lain menjalankan tugas. Dipandang sebagai profesi karena manajemen dilandasi oleh keahlian khusus untuk mencapai suatu profesi manajer dan para profesional yang dituntut oleh suatu kode etik.2

Sedangkan secara terminologi terdapat banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya:

1

M. Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Prenada Media Group, 2009), Cet ke-2 h. 9

2

(26)

James A. F. Stoner

Manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan berbagai upaya dari anggota organisasi dan proses penggunaan semua sumber daya organisasi demi tercapainya tujuan organisasi yang telah ditetapkan.3

Orday Tead

Dalam bukunya The Art Of Administration yang dikutip oleh Sarwoto mengatakan bahwa ” Management is the process agency which direct and guide operation of organization in the realizing of established aims”

(Manajemen adalah proses dan perangkat yang mengarahkan dan membimbing kegiatan-kegiatan suatu organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan).4

Robert Krietner

Dalam bukunya Manajemen yang dikutip oleh Zaini Muchtarom mengatakan bahwa “Management is process of working with and the trough other to achieve organizational objectives in a changing environment central to this process is effective and efficient use of limited resources”

(Manajemen adalah proses kerja dengan dan melalui orang lain untuk

3

A. M. Kadarman dan Jusuf Udaya, Pengantar Ilmu Manajemen, (Jakarta: PT. Pren Alindo, 2001), h. 9

4

(27)

mencapai suatu tujuan organisasi dalam lingkup yang berubah, proses ini berpusat pada penggunaan secara efektif dan efisien terhadap sumber daya yang terbatas).5

Malayu S. P Hasibuan

Manajemen adalah ilmu dan seni yang mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.6

M. Manulang

Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, penggerakan dan pengawasan sumber daya alam untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.7

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah serangkaian proses yang sistematis dan terorganisir yang terdiri dari kegiatan-kegiatan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan yang memanfaatkan sumber daya manusia dan lainnya untuk mencapai tujuan organisasi dengan efektif dan efisien.

5

Zaini Muchtarom, Dasar-Dasar Manajemen Dakwah, (Yogyakarta: Alami Press, 1996), Cet ke-I, h. 36

6

Malayu S. P Hasibuan, Manajemen, Dasar Pengertian dan Masalah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 2

7

(28)

Sedangkan pengertian Fundraising dalam kamus Indonesia-Inggris adalah pengumpulan dana, sedangkan orang yang mengumpulkan dana disebut fundraiser. Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan penggalangan lebih dekat maknanya kepada pengumpulan adalah proses, cara perbuatan; mengumpulkan; perhimpunan; pengarahan.8 Sedangkan yang dimaksud dengan dana adalah uang yang disediakan untuk keperluan : biaya; pemberian; hadiah; derma.9 Pengertian pengumpulan dana (Fundraising) ialah suatu proses pengumpulan uang yang dilakukan oleh sekumpulan orang atau lembaga yang dikumpulkan dari masyarakat dan untuk kepentingan masyarakat pula.

Fundraising dapat diartikan sebagai kegiatan dalam rangka menghimpun dana dari masyarakat dan sumber daya lainnya dari masyarakat (baik individu, kelompok, organisasi, perusahaan, ataupun pemerintah) yang akan digunakan untuk membiayai program dan kegiatan operasional organisasi/lembaga sehingga mencapai tujuannya.10

Menurut Ekaterina Kim yang dikutip oleh Michael Norton dalam buku Mengggalang Dana: “Menggalang dana adalah sebuah ilmu, tetapi aturannya

lebih seperti pelangi daripada sebuah rumus. Anda harus melukis dengan

8

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 612

9

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI, h. 234

10

(29)

paduan warna dan perasaan yang halus. Dan anda pasti sukses bila anda melukis dengan rasa kasih sayang dan persahabatan.11

Menggalang dana adalah sebuah proses menggalang dana bukan mengenai meminta uang tetapi lebihi mengenai menjual ide bahwa donor dapat mewujudkan perubahan masyarakat. Bila orang telah menerima ide itu, maka mereka mau menyumbang.12

Beberapa penggalangan dana tidak memanfaatkan peluang yang ada untuk memperoleh dana. Beberapa lagi melakukannya, tetapi tidak efektif. Tujuan menggalang dana adalah memperoleh, tetapi sering dilupakan bahwa imbauan agar orang berbuat sesuatu, permintaan agar orang menyumbang adalah bagian yang sangat penting dari imbauan yang disajikan.

Dari berbagai pengertian diatas dapat penulis simpulkan bahwa Manajemen Fundraising adalah serangkaian proses penghimpunan dana dan menjual ide yang memiliki daya kreatifitas dan imajinasi yang tinggi secara sistematis dan terorganisir yang terdiri dari kegiatan-kegiatan perencanaan penghimpunan dana, pengorganisasian penghimpunan dana, penggerakan penghimpunan dana dan pengawasan penghimpunan dana yang memanfaatkan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan dengan efektif dan efisien.

11

Michael Norton, Menggalang Dana, (Jakarta:Yayasan Obor Indonesia, 2002), h. 11

12

(30)

2. Prinsip- Prinsip Manajemen Fundraising

Ada beberapa prinsip manajemen fundraising yang harus dijalankan oleh

pengurus masjid diantaranya:

a. Efisiensi

Efisien adalah bagaimana mencapai akhir dengan hanya menggunakan

sarana yang perlu, atau dengan menggunakan sarana sesedikit mungkin.

Efisiensi adalah ukuran mengenai hubungan antara hasil yang dicapai

dengan usaha yang telah dikeluarkan.

b. Efektivitas

Efektifitas adalah seberapa besar suatu tujuan sedang, atau telah tercapai.

Efektifitas merupakan suatu yang hendak di gunakan oleh manajemen

fundraising.

c. Harus meminta

Cara meminta yang paling baik adalah melalui Pendekatan Pribadi. Biasanya semakin anda melakukan pendekatan pribadi maka semakin efektif upaya anda.

(31)

d. Pembagian kerja (Division of work)

Pembagian kerja harus disesuaikan dengan kemampuan dan keahlian sehingga pelaksanaan kerja berjalan efektif. Oleh karena itu, dalam penempatan pengurus harus menggunakan prinsip the right man in the right

place. Pembagian kerja harus rasional/objektif, bukan emosional subyektif

yang didasarkan atas dasar like and dislike. e. Disiplin (Discipline)

Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap pekerjaan yang menjadi tanggung jawab. Disiplin ini berhubungan erat dengan wewenang. Apabila wewenang tidak berjalan dengan semestinya, maka disiplin akan hilang. Oleh karena ini, pemegang wewenang harus dapat menanamkan disiplin terhadap dirinya sendiri sehingga mempunyai tanggung jawab terhadap pekerjaan sesuai dengan wewenang yang ada padanya.

f. Kesatuan perintah (Unity of command)

(32)

g. Kesatuan pengarahan (Unity of direction)

Dalam melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawabnya, pengurus perlu diarahkan menuju sasarannya. Kesatuan pengarahan bertalian erat dengan pembagian kerja. Kesatuan pengarahan tergantung pula terhadap kesatuan perintah. Dalam pelaksanaan kerja bisa saja terjadi adanya dua perintah sehingga menimbulkan arah yang berlawanan. Oleh karena itu, perlu alur yang jelas dari mana pengurus mendapat wewenang untuk melaksanakan pekerjaan dan kepada siapa ia harus mengetahui batas wewenang dan tanggung jawabnya agar tidak terjadi kesalahan. Pelaksanaan kesatuan pengarahan (unity of directiion) tidak dapat terlepas dari pembagian kerja, wewenang dan tanggung jawab, disiplin, serta kesatuan perintah.

h. Mengutamakan kepentingan organisasi di atas kepentingan sendiri

Setiap pengurus harus mengabdikan kepentingan sendiri kepada kepentingan organisasi. Hal semacam itu merupakan suatu syarat yang sangat penting agar setiap kegiatan berjalan dengan lancar sehingga tujuan dapat tercapai dengan baik.

i. Penggajian pengurus

(33)

bekerja. Oleh karena itu, dalam prinsip penggajian harus dipikirkan bagaimana agar pengurus dapat bekerja dengan tenang. Sistem penggajian harus diperhitungkan agar menimbulkan kedisiplinan dan kegairahan kerja sehingga pengurus berkompetisi untuk membuat prestasi yang lebih besar. Prinsip more pay for more prestige (upah lebih untuk prestasi lebih), dan prinsip upah sama untuk prestasi yang sama perlu diterapkan sebab apabila ada perbedaan akan menimbulkan kelesuan dalam bekerja dan mungkin akan menimbulkan tindakan tidak disiplin.

j. Pemusatan (Centralization)

Pemusatan wewenang akan menimbulkan pemusatan tanggung jawab dalam suatu kegiatan. Tanggung jawab terakhir terletak ada orang yang memegang wewenang tertinggi atau manajer puncak. Pemusatan bukan berarti adanya kekuasaan untuk menggunakan wewenang, melainkan untuk menghindari kesimpangsiuran wewenang dan tanggung jawab. Pemusatan wewenang ini juga tidak menghilangkan asas pelimpahan wewenang

(delegation of authority)

k. Keadilan dan kejujuran

(34)

dengan sebaik-baiknya untuk melakukan keadilan dan kejujuran pada bawahannya.

l. Prakarsa (Inisiative)

Prakarsa timbul dari dalam diri seseorang yang menggunakan daya pikir. Prakarsa menimbulkan kehendak untuk mewujudkan suatu yang berguna bagi penyelesaian pekerjaan dengan sebaik-beiknya. Jadi dalam prakarsa terhimpun kehendak, perasaan, pikiran, keahlian dan pengalaman seseorang. Oleh karena itu, setiap prakarsa yang datang dari pengurus harus dihargai. Prakarsa (inisiatif) mengandung arti menghargai orang lain, karena itu hakikatnya manusia butuh penghargaan. Setiap penolakan terhadap prakarsa pengurus merupakan salah satu langkah untuk menolak gairah kerja. Oleh karena itu, seorang ketua yang bijak akan menerima dengan senang hari prakarsa-prakarsa yang dilahirkan pengurusnya.

m. Memahami sudut pandang Pendonor

Dalam diri pendonor mungkin timbul beberapa perasaan dan pikiran ketika ia memutuskan akan memberikan sumbangan. Seorang penggalang dana harus memahami proses ini.

(35)

menjadi fokus, ia berbuat sesuatu karena menurut hematnya harus dilakukan sesuatu dan ia betul-betul ingin sekali agar dilakukan sesuatu.

n. Menggalang Dana Berarti Berhubungan dengan Orang

Orang memberi sumbangan untuk menolong orang lain atau melakukan sesuatu guna mewujudkan dunia yang lebih baik. Donor tidah tahu berapa harus memberi. Satu masalah adalah donor tidak tahu harus memberi berapa besar. Tetapi dilain pihak mereka juga mungkin tidak inginmemberi terlalu sedikit, agar tidak dikira kikir.

o. Mengucapakan terima kasih atau do’a kan

Mengucapkan terima kasih sangatlah penting. Mengucapkan terima kasih berarti menghargai dan mengakui kedermawanan donor.

Mengucapkan terima kasih juga sebuah tindakan untuk kepentingan diri dalam arti yang baik, yaitu donor menjadi lebih hangat mengenai organisasi anda dan barangkali member sumbangan lagi.

p. Keterlibatan dan kesungguhan berbuat untuk jangka panjang

(36)

q. Bertanggungjawab dan melaporkan

Bertanggungjawab dan melapor bila anda mendapat dana dari seseorang atau anda punya tanggungjawab untuk:

1) Memastikan bahwa uang itu dibelanjakan untuk tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

2) Memastikan bahwa uang itu dibelanjakan dengan sebaik-baiknya dan benar-benar mencapai hasil nyata

3. Langkah- Langkah Manajemen Fundraising

Langkah-langkah manajemen fundraising secara lebih kreatif dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:

1) Zakat

Kata zakat merupakan masdar dari fiil madhi (kata kerja lampau) zaka

Dan fiil mudhori (kata kerja sedang atau yang akan datang) yaitu yuzakki.

Secara etimologis kata zakat berarti berkah, tumbuh, bertambah, bersih dan baik.Sesuatu yang dikatakan zaka berarti tumbuh dan berkembang, dan seorang itu zaka berarti orang itu baik.13

Makna dari kata zaka (sebagaimana digunakan dalam Al- Quran) adalah suci dari dosa. Jika pengertian itu dihubungkan dengan harta,

13

(37)

maka menurut islam harta yang dizakati menjadi suci dan menjadi berkah (menurut kebaikan bagi hidup dan kehidupan muzakki).14

Dalam undang-undang Republik Indonesia No 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat, disebutkan bahwa : “zakat adalah harta yang wajib

disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya.15

2) Shadaqoh

Pengertian shadaqoh atau sedakah secara bahasa berasal dari kata "shadaqa" yang artinya "benar" tersurat dari kata ini bahwa yang bersedekah adalah orang yang benar imannya. Shadaqah atau sedekah adalah pemberian sukarela yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain atau lembaga, terutama kepada orang-orang miskin, setiap kesempatan terbuka yang tidak ditentukan baik jenis, jumlah maupun waktunya.

3) Infaq

Infaq adalah pengeluaran sukalrela yang di lakukan seseorang, setiap kali ia memperoleh rizki, sebanyak yang ia kehendakinya. Menurut bahasa infaq berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan harta

14

Ibnu Qudamah, Al Mughri, (Beirut: Dar Al Kutub Al Limiyah, t.th) juz II, h. 433

15

(38)

untuk kepentingan sesuatu. Sedangangkan menurut islilah syari'at, infaq adalah mengeluarkan sebagian harta yang diperintahkan dalam islam. Infaq berbeda dengan zakat, iinfaq tidak mengenal nisab atau jumlah harta yang ditentukan secara hukum.Infaq tidak harus diberikan kepada mustahik tertentu, melainkan kepada siapapun misalnya orang tua, kerabat, anak yatim, orang miskin, atau orong-orang yang sedang dalam perjalanan.

4) Mengadakan Bazaar Amal

Mengadakan bazaar amal sudah merupakan tradisi didalam masyarakat. Kegiatan bazaar ini pun dapat dipergunakan sebagai salah satu cara memasukan dana.Kesempatan bazaar ini dimanfaatkan untuk menarik dan mengajak sponsor berperan serta. Misalnya, melalui pembayaran atau sewa tempat dalam bazaar itu.Atau, memungut persentase keuntungan dari kegiatan jual beli barang murah dalam bazaar tersebut.

5) Mengadakan Pertunjukan

(39)

6) Menjual Kalender Hijriah

Apabila berkenaan dengan datangnya tahun baru Islam, pengumpulan dana dapat dilakukan dari hasil penjualan kalender hijriah. Kalender itu dibuat sedemikian rupa sehingga orang mau membelinya. Atau, kalender itu dijual melalui pengajian-pengajian, majlis taklim, sekolah Islam. Keuntungan dari jual beli kalender tersebut dipergunakan untuk kepentingan masjid.

7) Lelang Bahan Bangunan Masjid

Kegiatan pelelangan bahan-bahan bangunan masjid merupakan peluang pula. Lelang diadakan secara terbuka dalam suatu pertemuan atau pengajian yang diadakan oleh pengurus atau panitia pembangunan masjid. Melelang bahan bangunan masjid artinya mengajak siapa saja yang mau beramal menyumbang atau membelikan batu, pasir, bata, keramik, semen, genteng, kayu dan kubah. Kepada mereka, pengurus masjid memberikan kenang-kenangan berupa tanda penghargaan.

8) Menjual Piagam

(40)

B. Fungsi Masjid

1. Pengertian Masjid

Masjid berasal dari kata sajada, yasjudu, sujuudan, masjidan, yang berarti “tempat merendahkan diri”, tempat menyembah Allah SWT, tempat

sujud.Masjid secara bahasa berarti tempat sujud, setiap tempat yang digunakan untuk sujud dan setiap tempat yang dipakai untuk beribadah kepada Allah SWT.16

Sebenarnya kata masjid itu tidak hanya terbatas kepada suatu bangunan yang megah dan indah seperti dalam pengertian sekarang ini, namun mencakup semua tempat dimana terjadi peristiwa sujud. Karena itu Al- Qur’an menegaskan dalam surat Al- Jin ayat 18:

“Dan Sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah”.17

Sedangkan pengertian masjid secara istilah tempat sujud, yaitu tempat umat islam mengerjakan shalat, zikir kepada Allah SWT, dan untuk hal-hal yang berhubungan dengan dakwah Islamiyah.18

16

Karam Al- Bustany, Et Al. Al-Munjid Al-Lughah Wa Al-A’lam.(Beirut: Dar Al Masyiq,1986), Cet. Ke-28, h. 321

17

(41)

M. HR Songge menyatakan, masjid secara etimologis bermakna sebagai tempat para hamba yang beriman bersujud melakukan ibadah mahdhah berupa shalat wajib dan berbagai shalat sunnah lainnya kepada Allah SWT. Sedangkan dalam makna terminologisnya ialah tempat dimana para hamba melakukan segala aktivitas baik yang bersifat vertikal maupun horizontal dalam kerangka beribadah kepada Allah SWT.19

Prof. TM Hasbi Ash-Shidieqi berpendapat bahwa pengertian masjid tidaklah khusus dengan tempat mendirikan Jum’at saja, bahkan perkataan masjid,

mengenai segala tempat yang dijadikan tempat umum untuk menegakkan shalat dan jama’ah.20

Menurut Yusuf Qardhawi yang dimaksud dengan masjid adalah rumah sebagaimana yang telah Allah firmankan didalam surat An-Nur (36-37):





















“Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk

dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang. Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari)

18

M. Abdul Mujid, Kamus Istilah Fiqih, (Jakarta: PT Pustaka Firdaus,1994), h. 201

19

M. HR. Songge, Pesan Risalah Masyarakat Madani,(Jakarta: PT Media Cita, 2001), h. 12-13

20

Hasbi Ash Shidieqi TM, Koleksi Hadits Hukum,(Bandung: PT Al Ma’arif, 1979), Jilid ii, Cet

(42)

membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang”

Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa masjid adalah rumah Allah SWT,yang dibangun agar umat bertasbih kepada Allah, mendirikan shalat dan menyembahNya dengan baik.21

Menurut Aidh Bin Abdullah Al-Qorni, “Masjid adalah tempat untuk saling mengenal dan mengakrabkan diri diantara kaum Muslimin. Karena saat didalam masjid mereka dapat mengetahui informasi tentang saudaranya yang tidak hadir, apakah mereka dalam kesusahan atau lainnya, dengan demikian maka akan timbul rasa At-ta’awun (tolong-menolong) sehingga dapat mempererat tali

ukhuwah dan memperkokoh rasa kasih sayang antar jama’ah masjid dari kaum

mu’minin.22

Dari beberapa pengertian diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa masjid adalah suatu tempat dimana seseorang dapat melakukan sujud, merendahkan diri, dan menyembah Allah, serta tempat untuk memecahkan segala permasalahan yang berkaitan dengan persoalan manusia.

2. Fungsi- Fungsi Masjid

Masjid berfungsi sebagai tempat untuk memberikan motivasi dalam semua kegiatan masyarakat baik menyangkut kegiatan formal atau informal maupun

21

Yusuf Al-Qardhawi, Tuntunan Membangun Masjid, (Jakarta: Gema Insani Press,) Cet. Ke-1, h. 7

22

Aidh Bin Abdullah Al-Qarni, Memakmurkan Masjid; Masjid dan Masyarakat Madani,

(43)

kepentingan kesejahteraan masyarakat atau umat dalam mencapai tujuan pembangunan Indonesia, yaitu masyarakat adil, makmur dan sejahtera lahir batin.23

Ketika masjid hendak kita maksimalkan peran dan fungsinya sebagai pusat ibadah dan pembinaan umat, maka ada banyak sisi aktifitas yang harus dikembangkan, tegasnya semua anggota masyarakat yang menjadi jamaah masjid harus mendapatkan pembinaan dari masjid sehingga meningkatkan ketaqwaan kepada Allah Swt.24 Apalagi aktivitas masjid itu semestinya tidak hanya menyentuh atau melibatkan sekelompok orang saja dan aktifitasnya pun tidak hanya berupa ibadah tertentu yang bersifat ritual. Oleh karena itu, semestinya aktifitas masjid menyentuh dan melibatkan semua kelompok jamaah, juga tidak memandang dari segi wanita ataupun pria, kaya dan miskin, dan berpendidikan tinggi atau rendah.

Saat ini masjid memiliki fungsi yang semakin terasa penting dalam kehidupan umat islam, diantaranya sebagai berikut:

a. Tempat Ibadah

Sesuai dengan namanya, masjid adalah tempat sujud maka diketahui bahwa makna ibadah didalam islam adalah luas. Fungsi utamanya adalah tempat shalat, sebagaimana menyangkut segala aktifitas kehidupan yang ditunjukan untuk memperoleh ridho Allah Swt, maka fungsi masjid

23

Supardi dan Teuku Amiruddin, Manajemen Masjid Dalam Pembangunan Masyarakat,

Yogyakarta: UII Press, 2001, Cet. 1, h. 138

24

(44)

disamping sebagai tempat shalat juga sebagai tempat beribadah secara luas dengan ajaran Islam.

b. Tempat Menuntut Ilmu

Masjid berfungsi sebagai tempat belajar mengajar khususnya ilmu agama yang merupakan Fardu’ain bagi umat Islam, disamping itu juga ilmu-ilmu umum lainnya.

c. Tempat Pembinaan Jamaah

Dengan adanya umat islam disekitarnya, masjid perlu mengaktualkan peranya dalam mengkordinir jamaahnya, baik untuk beribadah maupun beraktifitasnya, dalam rangka menyatukan potensi dan kepemimpinan umat.

d. Pusat Dakwah dan Kebudayaan

Masjid merupakan jantung kehidupan umat islam, yang selalu berdenyut untuk menyebarkan dakwah islamiyah dan budaya islam. Dimasjid pula seharusnya direncanakan, diorganisir, dikaji, dilaksanakan dan dikembangkan dakwah islamiyyahnya dan kebudayaan islam yang menyahuti kebutuhan masyarakat25

e. Pusat Kaderisasi

Sebagai tempat pembinaan jamaah dan kepemimpinan umat, masjid memerlukan aktifitas yang berjuang untuk menegakan islam secara berkesinambungan, patah tumbuh, hilang berganti. Karena itu pembinaan

25

(45)

kader perlu disiapkan dan dipusatkan dimasjid sejak mereka masih kecil sampai dewasa, diantaranya melalui wadah TPA, remaja masjid maupun ta’mir masjid dengan berbagai kegiatan.

f. Sarana Pembinaan Iman

Bagi seorang muslim, iman memiliki kedudukan yang sangat penting, tapi iman itu ada pasang surutnya. Kadang-kadang iman kita naik dan kokoh yang membuat seorang mukmin begitu tinggi semangat pengabdiannya kepada Allah Swt, namun terkadang iman malah turun yang membuat kecenderungannya kepada kemaksiatan dan kemungkaran malah naik. Karena itu memiliki iman yang stabil menjadi sesuatu yang sangat mendasar. Dengan iman yang mantap, seseorang akan selalu komitmen kepada nilai-nilai yang datang dari Allah Swt dan RasulNya serta membuatnya tidak berani menyimpang dari jalan hidup yang benar. Dengan kata lain, iman yang mantap akan menghasilkan akhlak yang mulia. Kearah tujuannya iman yang mantap itulah diperlukan pembinaan iman yang sungguh-sungguh dan berkesinambungan. Dan masjid merupakan salah satu sarana utama yang bisa digunakan untuk membina keimanan kaum muslimin26.

26

(46)

3. Keuangan Masjid

Masjid memerlukan biaya yang tidak sedikit setiap bulannya.Biaya itu dikeluarkan untuk mendanai kegiatan rutin. Mengurus masjid, memelihara/ merawatnya, dan melaksanakan kegiatan masjid hanya mungkin terlaksana jika tersedia dana dalam jumlah yang mencukupi. Tanpa ketersediaan dana hampir semua gagasan memakmurkan masjid tidak dapat dilaksanakan. Merupakan tugas dan tanggung jawab pengurus masjidlah memikirkan, mencari, dan mengadakan dana ini sebatas kemampuan yang mereka miliki.

Secara tradisional, aliaran dana kemasjid didapatkan dari hasil tromol jumat atau dari sedekah jamaah. Namun, mengandalkan income hanya dari kedua pos itu niscaya jauh dari memadai. Jumlah yang dihasilkannya relatif sedikit,sedangkan anggaran pengeluaran masjid cukup besar. Mau tidak mau, pengurus masjid perlu menggiatkan usaha-usaha lain yang menjamin adanya sumber pendapatan masjid. Pengelola masjid dituntut berpikir keras mencarikan jalan keluar untuk menghadirkan dana, baik berupa uang tunai maupun yang berbentuk material bangunan, dan pihak-pihak independen yang memiliki kepedulian.27

27

(47)

36

A. Latar Belakang Dan Sejarah Berdirinya Masjid Jami Al– Hidayah Tangerang

Masjid Jami Al- Hidayah berawal dari sebuah Mushola kecil bernama Mushola Al- Hidayah didirikan dengan ditandai penancapan tiang pertama pada tanggal 05 Januari 1975 oleh bapak H. Syamsudin (Alm) yang menjabat sebagai kepala desa pada waktu itu. Pembangunan Mushola ini diilhami oleh KH. Abdullah salah satu tokoh masyarakat di Kp. Gembor. Beliau berkeinginan membangun mushola sebagai fasilitas untuk beribadah kepada Allah SWT.1

Kemudian terjadilah pemekaran wilayah desa pada 8 tahun kemudian yaitu tahun 1983 menjadi desa Pasir Jaya dan desa Periuk. Karena tuntutan dari kepala desa baru yang ingin memiliki masjid didesa Pasir Jaya serta tidak tertampungnya masyarakat yang ingin menjalani ibadah di mushola Al- Hidayah akhirnya meski banyak ditentang oleh para kyai lain penancapan tiang pertama masjid Al- Hidayah dilakukan pada tanggal 07 Agustus 1983 oleh KH. Abdullah dengan modal 20.500.000 ribu rupiah, modal yang sangat kecil untuk pembangunan masjid. Namun dengan niat yang tulus ikhlas demi kepentingan umat dan syiarnya agama Islam alhamdulillah pembangunan Masjid Jami

1

[image:47.612.100.531.174.559.2]
(48)

Al- Hidayah dapat dikerjakan dengan lancar meski memiliki banyak hambatan yang meliputi dana, pembebasan lahan dan ditentangnya pembangunan oleh banyak kyai.

Kemudian setelah pembangunan masjid telah selesai terjadilah perluasan masjid yang tidak sedikit memakan dana, pada tahun 2000 perluasan masjid tahap pertama dilakukan yang hampir merubah semua bentuk dan bangunan masjid namun akhirnya pada tahun 2007 perluasan masjid pun selesai dilakukan.2

1. Letak geografis

Masjid Jami Al- Hidayah berkapasitas 700 orang jamaah, yang dibangun diatas lahan seluas kurang lebih 500 meter persegi dijalan Raya Siliwangi, Kp. Gembor, Kelurahan Pasir Jaya, Kecamatan Jatiuwung Kota Tangerang.

a. Sebelah Timur berbatasan dengan jalan Raya Siliwangi arah Pasar Kemis

b. Sebelah Barat berbatasan dengan rumah penduduk c. Sebelah Utara berbatasan dengan rumah warga d. Sebelah Selatan berbatasan dengan rumah warga

Lokasi masjid Jami Al- Hidayah sangat strategis, karena dapat dijangkau dengan mudah oleh para jama’ah atau para pejalan kaki yang lewat, karena

letaknya sangat strategis dan berada ditengah-tengah masyarakat.

2

(49)

2. Perpaduan Keindahan Seni dan Kemegahan

Bila kita melintas di Jl. Raya Siliwangi Kp. Gembor,Tangerang menuju Pasar Kemis, kita akan mendapati masjid megah ini berada di sisi kiri. Dengan kombinasi warna putih dan hijau yang mencolok di beberapa sisi dinding dan menaranya, masjid yang dibangun di atas lahan seluas 500 meter persegi ini sungguh benar-benar menampilkan arsitektur yang unik dan menawan.

3. Pencahayaan dan Sirkulasi Udara

Sementara di langit-langit masjid tampak lampu yang didesain unik menggantung dengan indah. Hampir semua aspek di masjid ini didesain dalam bentuk yang selaras. Mulai dari lampu gantung, daun pintu, pembatas shof hingga teralis yang menjadi pagar pada bagian teras didesain dalam bentuk dan corak yang senada.

(50)

menghidup lampu.Belum lagi banyaknya ventilasi udara yang membuat ruangan di masjid selalu sejuk.

B. Visi, Misi, Dan Tujuan Masjid Jami Al- Hidayah

VISI

“Menjadikan Masjid Jami Al- Hidayah sebagai pusat pembinaan Aqidah

Islam dan Sosial kemasyarakatan dalam rangka mencerdaskan umat dan meningkatkan keimanan”

MISI

1. Menyelenggarakan kegiatan keagamaan untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan,

2. Menyelenggarakan kegiatan pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan sumber daya manusia,

(51)

TUJUAN

1. Berperan dibidang keagamaan, sosial dan kemanusian.

2. Terciptanya kemaslahatan umat sesuai dengan permasalahan dan perkembangan masyarakat yang berpedoman pada agama Islam.

3. Terbangunya solidaritas yang tinggi dalam kehidupan bermasyarakat.

Sejalan dengan visi dan misi yang telah ditetapkan, di samping kegiatan utamanya menyelenggarakan kegiatan peribadatan dan dakwah, Masjid Jami Al- Hidayah diharapkan juga dapat memberikan kontribusi dalam upaya pengentasan kemiskinan yang saat ini tentu saja menjadi perhatian pemerintah. Kegiatan ini secara khusus akan ditangani oleh bidang usaha dan sosial kemasyarakatan yang akan menyelenggarakan berbagai kegiatan antara lain : a) Pemberdayaan ekonomi umat,

b) Pelayanan pernikahan, c) Pengurusan jenazah,3

Seluruh aspek kehidupan dan aktivitas sosial kemasyarakatan diharapkan dapat dipancarkan dari masjid ini mulai dari persiapan kehidupan rumah tangga dengan membuka konsultasi keluarga, unit pelayanan jenazah sampai mengurus dan mengantarkannya ke tempat peristirahatan terakhir oleh unit pelayanan jenazah. Di Masjid Jami Al- Hidayah ini dapat diselenggarakan upacara akad nikah dan resepsi pernikahan. Masjid JamiAl- Hidayah ini diharapkan akan dapat

3

(52)

diperoleh nasehat dan wejangan tentang kiat-kiat membina kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah warahmah. Dari Masjid ini pula umat Islam akan dapat memperoleh pencerahan, seputar kehidupan bermasyarakat yang Islami, baik terkait aspek ekonomi, sosial maupun budaya.

C. Program Kegiatan Masjid Jami Al- Hidayah

Masjid adalah tempat beribadah, khususnya untuk mendirikan shalat wajib lima waktu ataupun yang sunnah setidak-tidaknya lima kali sehari semalam dari situ dikumandangkan suara adzan. Program-program kerja masjid atau kegiatan-kegiatan lain juga melembaga didalam masjid Jami Al- Hidayah.

1. Pengajian Bulanan

Dilaksanakan umum setiap hari minggu pertama malam senin. Penceramahnya KH. Abdullah penceramah membawakan tema yang telah ditentukan oleh pengurus masjid Al- Hidayah.

2. Pengajian Mingguan

Diadakan setiap malam minggu, materi yang diajarkan adalah membahas kitab Fathul Muin dengan nara sumber KH. Ahmad Syueb

3. Pengajian ibu-ibu

(53)

b. Diadakan setiap hari kamis jam 09.00, minggu kedua dengan penceramah HJ. Fadlia Rahman dengan membahas materi fiqih Fathul

Qorib.

c. Diadakan setiap hari kamis jam 09.00, minggu ketiga dengan penceramah HJ. Fatimah dengan membahas tentang problematika kehidupan sehari-hari.

d. Diadakan setiap hari kamis jam 09.00, minggu keempat latihan shalawatan dan yasinan.

4. Pengajian remaja

Diadakan setiap malam jumat setelah acara yasinan dengan materi belajar Al-Quran menggunakan nadhom secara benar dengan Ustad Ilham Salam. 5. Membentuk Panitia Hari Besar Islam (PHBI)

a. Ramadhan dan Idul Fitri

1) Mengadakan shalat tarawih dan tadarus Al-Quran

2) Menyiapkan penceramah untuk ceramah setiap ba’da isya selama bulan ramadhan.

3) Memperingati malam nuzulul Quran dengan menyelenggarakan lomba-lomba yang Islami.

4) Menerima zakat fitrah, zakat maal, shodaqoh, infaq dan membagikannya kepada mustahik.

(54)

b. Idul Adha

1) Bekerja sama dengan Rt dan Rw untuk memberikan surat ederan mengenai hewan Qurban.

2) Bekerja sama dengan pihak ketiga untuk pengadaan hewan Qurban 3) Menerima dan mendistribusikan kepada mustahik.

4) Menyelenggarakan shalat idul adha

5) Memperingati maulid nabi Muhammad SAW dan Isro Mi’raj.4

D. Struktur Kepengurusan Masjid Jami Al- Hidayah

Dalam pengorganisasian atau pendelegasian kerjanya, ketua pengurus Masjid Jami Al- Hidayah Tangerang melakukan pembentukan pengurus dengan membentuk divisi-divisi yang didalamnya sudah ditemukan orang-orang yang sesuai dengan kapabilitas masing-masing. Menentukan pembagian kerja, penugasan tanggung jawab dan pemberian wewenang kepada tiap-tiap divisi untuk melaksanakan pekerjaanya masing-masing sesuai dengan tugas yang diembannya.Pendelegasian ini tinggal dengan divisi yang sudah dibentuk sebelumnya.

Menurut penulis ada kesesuaian antara temuan di lapangan dengan teori pengorganisasian, karena penulis melihat bahwa ketua pengurus Masjid Jami Al- Hidayah Tangerang telah melakukan pengorganisasian dengan baik, seperti melakukan pembentukan pengurus, pembagian kerja, dan pemberian wewenang

4

(55)

kepada divisi untuk melaksanakan pekerjaannya masing-masing sesuai dengan jabatannya, semua itu relevan dengan apa yang diungkapkann oleh Malayu Hasibuan bahwa” Pengorganisasian adalah suatu proses penentuan,

pengelompokan, dan pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlukan guna mencapai tujuan, menetapkan orang pada aktivitas, menyediakan alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang secara relative, didelegasikan pada setiap individu yang akan melakukan aktivitas-aktivitas tersebut”.

E. Sarana Dan Prasarana 1. Ruang Ibadah

Ruang peribadatan adalah ruang yang disediakan khusus untuk melaksanakan peribadatan seperti shalat fardhu, Jumat, Idul Fitri, Dan Idul Adha dengan karpet yang bersih, diberi shaf (barisan) shalat dengan garis podium atau mimbar yang baik bagi khotib. Disamping itu ruangan masjid Jami Al- Hidayah dilengkapi dengan kipas angin, sound system yang baik sehingga ketika Adzan berkumandang jelas terdengar, tempat penyimpanan Al-Quran serta kotak amal yang baik dan dalam jumlah banyak.

2. Ruang wudhu dan toilet

(56)

yang bersih untuk pria dan wanita yang tertutup karena menyangkut aurat jamaah yang harus tertutup.5

3. Ruang secretariat

Kegiatan administrasi dan segala hal yang terkait dengan pengelolaan masjid tentu saja amat memerlukan ruangan khusus. Di masjid biasanya ruangan ini disebut dengan secretariat atau kantor masjid.

4. Gudang

Masjid jami Al- Hidayah memiliki barang-barang inventaris. Ada banyak barang-barang atau inventaris masjid yang penggunaannya hanya pada waktu tertentu saja seperti karpet, Proyektor, kotak amal dan lain-lain. Selama tidak digunakan, maka barang-barang tersebut disimpan digudang. 5. Tempat penitipan sepatu dan sandal

Jamaah yang datang kemasjid untuk beribadah perlu mendapatkan pelayanan dari pengurus masjid.Sering kali terjadi jamaah yang tertukar atau bahkan sampai hilang sepatu dan sandalnya sehingga hal ini menjadi salah satu faktor jamaah enggan pergi ke masjid, oleh karena itu dibuatlah tempat penitipan sandal dan sepatu untuk para jamaah. Dimasjid jami Al- Hidayah tempat penitipan dan penyimpanan sandal dan sepatu terletak disamping tempat wudhu dan toilet.

5

(57)

F. Fasilitas pendukung

(58)

47

MASJID JAMI AL- HIDAYAH TANGERANG

A. Manajemen Fundraising Masjid Jami Al- Hidayah Tangerang

Masjid merupakan sebuah organisasi. Sebagaimana dipahami, organisasi adalah satuan wadah terkoordinasi yang sedikitnya terdiri atas dua orang serta berfungsi untuk mencapai sasaran tertentu yang sebelumnya tidak dapat dicapai oleh individu secara sendirian. Sebagai sebuah organisasi, pengorganisasian masjid harus mempunyai struktur, perilaku, serta rancangan pengembangan strategi, dan profil organisasi1 guna mengikuti tuntunan zaman agar tujuan kelembagaan masjid tercapai. Dalam sebuah masjid, penyelenggaraan organisasi ini lazim disebut pengurus. Tugas pokok pengurus adalah untuk memakmurkan masjid, maka pengurus masjid sering juga disebut takmir masjid atau kemudian lebih dikenal dengan Dewan Kemakmuran Masjid (DKM). Pengurus atau DKM inilah yang memegang amanat untuk menjalankanan administrasi dan manajemen masjid sebagai sebuah organisasi.

Dalam menunjang keberhasilan manajemen fundraising masjid jami Al- Hidayah Tangerang, masjid ini memerlukan beberapa faktor, diantaranya:

1

(59)

1. Fungsi- Fungsi Manajemen

Sebuah organisasi jika ingin tercapai tujuan yang telah ditetapkan, maka penerapan fungsi-fungsi manajemen mutlak harus diterapkan di organisasi tersebut. Fungsi-fungsi itu antara lain perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan. Fungsi-fungsi harus dilaksanakan dengan baik. Hal seperti ini tentu saja disadari oleh organisasi seperti pengurus Masjid Jami Al- Hidayah Tangerang dalam melaksanakan kinerjanya.

Terbukti setelah penulis mengadakan penelitian di masjid tersebut sudah banyak fungsi manajemen terlaksana dengan baik, walaupun masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki. Berikut penulis uraikan hasil penelitian di Masjid Jami Al- Hidayah Tangerang.

a. Membuat perencanaan

(60)

program kegiatan tahunan seperti program pengumpulan dana zakat maal dan zakat fitrah.

Menurut manullang “planning atau disebut juga dengan

perencanaan adalah gambaran dari suatu program yang akan dating dalam jangka waktu tertentu dan metode yang akan dipakai dalam tindakakan-tindakan yang akan diambil.Perencanaan itu berisikan imajinasi dan pandangan kedepan terarah berdasarkan penilaian yang benar”.2

Menurut penulis antara temuan dan teori ada kesesuaian. Yang mana dalam perencanaannya pimpinan masjid Jami Al- Hidayah Tangerang membuat tiga jangka waktu yang berisikan program- program pengumpulan dana yang akan dilaksanakan pada waktunya nanti. Ini sesuai dengan teori perencanaan menurut Manullang seperti yang telah disebutkan di atas.

b. Pengorganisasian

Dalam pengorganisasiannya ketua masjid Jami Al- Hidayah Tangerang melakukan pembentukan pengurus, pembagian kerja (job

description), dan pemberian wewenang kepada koordinator atau kepala

bidang-bidangnya untuk melaksanakan pekerjaannya masing-masing sesuai dengan divisi (bidang) masing-masing. Itu semua dilakukan agar

2

(61)

tidak ada tumpang tindih didalam melaksanakan suatu pekerjaan yang telah ditetapkan.3

Menurut penulis pengorganisasian yang dilakukan oleh ketua masjid Jami Al- Hidayah Tangerang relevan dengan apa yang diungkapkan oleh Malayu Hasibuan bahwa ”pengorganisasian adalah

suatu proses penentuan, pengelompokan, dan pengaturan bermacam-macam aktifitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan, menempatkan orang pada aktivitas, menyediakan alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang secara relative didelegasikan pada setiap individu yang akan melakukan aktivitas-aktivitas tersebut.4

Langkah-langkah pengorganisasian yang dilakukan oleh masjid Jami Al- Hidayah Tangerang dalam menjalankan roda aktifitas dakwahnya antara lain:

1) Membagi dan mengelompokan aktifitas dakwah dalam satu kesatuan. Masjid Jami Al- Hidayah Tangerang dalam menjalankan kegiatan pengumpulan dana mengorganisasikan kepengurusannya dalam beberapa divisi.

2) Merumuskan dan menetukan tugas serta tanggung jawab struktur kepengurusan masjid Jami Al- Hidayah Tangerang dan

3

Wawancara Pribadi dengan Ust. Abdul Mukti S. Ag pada tanggal 20 April 2013

4

(62)

menempatkan personil pengurusnya sesuai dengan kemampuan, kemauan, dan pengalamannya.

3) Memberi wewenang dan tanggung jawab yang penuh dari pimpinan pengurus kepada staf-staf divisi dan pelaksananya. 4) Menciptakan jalinan kerja yang baik sehingga memiliki alur

kerja yang solid.5 c. Mengadakan Penggerakan

Penggerakan yang dilakukan oleh pimpinan masjid Jami Al- Hidayah Tangerang, yaitu menempatkan karyawannya pada masing-masing bidang seperti yang telah disebutkan diatas dan mereka bekerja sesuai dengan bidang mereka masing-masing dengan tidak terlepas dari pengarahan-pengarahan yang diberikan kepada coordinator masing-masing. Dalam pelaksanaannya, ketua pengurus masjid Jami Al- Hidayah Tangerang melakukan beberapa upaya, yaitu:

1) Mengarahkan

Pengarahan dapat berlaku secara efektif apabila memperhatiakan cara-cara yang baik. Cara-cara pengarahan dapat dilakukan dengan:

5

(63)

a). Orientasi

Orientasi merupakan cara pengarahan dengan memberikan informasi yang diperlukan agar kegiatan dapat berjalan dengan baik.

b). Perintah

Perintah merupakan perintah dari ketua umum masjid Jami Al- Hidayah Tangerang atau pimpinan divisi kepada bawahannya untuk melakukan atau mengulang suatu kegiatan tertentu pada keadaan tertentu.

c). Pendelegasian wewenang

Pendelegasian wewenang bersifat lebih umum bila dibandingkan penyampaian perintah. Dimana ketua memberikan wewenang kepada masing-masing kepala divisi untuk menjalankan aktivitasnya sesuai dengan pembagian kerja yang telah diatur.

2) Membimbing

(64)

tindakan pimpinan yang dapat menjamin terlaksananya tugas-tugas pengumpulan dana sesuai dengan rencana, kebijaksanaan dan ketentuan-ketentuan lain yang dapat digariskan sehingga apa yang menjadi tujuan dan sasaran dapat tercapai secara efektif dan efisien.

3) Komunikasi

Komunikasi sebagai tukar pikiran dan informasi agar tejalin adanya saling pengertian.Untuk mencapai tujuan yang diharapkan perlu adanya komunikasi yang efektif sehingga dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan dapat berjalan secara efektif, sehingga pengurus dapat beraktivitas sesuai tug

Gambar

GAMBARAN UMUM MASJID JAMI AL- HIDAYAH
GAMBARAN UMUM
GAMBARAN UMUM MASJID JAMI AL - HIDAYAH

Referensi

Dokumen terkait

STRATEGI FUNDRAISING DALAM MENINGKATKAN PENERIMAAN DANA ZAKAT PADA LEMBAGA AMIL ZAKAT AL-AZHAR PEDULI UMMATa. Pembatasan dan Perumusan Masalah

memenuhi kebutuhan. Pengembangan SDM dapat didefinisikan sebagai usaha yang terencana dari organisasi untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan pegawai. Karena

strategis dalam mencapai suatu tujuan organisasi yang telah ditetapkan" Perencanaan disini dimaksud untuk menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada semua

• Sistem informasi manajemen (SIM) bertujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi umum semua manajer dalam perusahaan atau dalam subunit organisasional perusahaan.. Subunit

• Sistem informasi manajemen (SIM) bertujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi umum semua manajer dalam perusahaan atau dalam subunit organisasional perusahaan.. Subunit

Dari beberapa definisi manajemen diatas yang telah di paparkan, bahwasannya manajemen telah memungkinkan untuk mengurangi hambatan-hambatan dalam pencapaian suatu

Maka pihak dari Kenaziran Masjid Al-Musannif meningkatkan fasilitas dan sarana prasarana untuk kenyaman masyarakat dalam melaksanakan ibadah, tidak hanya itu, pihak

Jika masjid telah dikelola secara benar dan baik maka ia dengan sendirinya akan muncul dalam bentuk yang tidak saja megah dan bersih, tetapi juga dapat memberdayakan umat itu