SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh :
APRIZAL
NIM: 1110053000060
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN IlMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
STRATEGI FUNDRAISING DALAM MENINGKATKAN
PENERIMAAN DANA ZAKAT PADA LEMBAGA AMIL
ZAKAT AL-AZHAR PEDULI UMMAT
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh :
APRIZAL
NIM: 1110053000060
Di bawah Bimbingan :
MUHAMMAD ZEN, S.Ag, MA.
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
Penerimaan Dana Zakat Pada Lembaga
Amil
Zal<nt Al-AzharIJmmat". Telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta padatanggal 7 April 2015. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana I(omunikasi Islam (S. Kom. I). Prada Program Studi Manajemen Dakwah.
Jakarta, T April2015 Sidang Mnnaqasyah
Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,
/,.AC.
Drs. JumrorrTlvl.Si NIP: 19630515 199203 1 006
NIP: 19660605 199403 1 005
NIP: 19550101 198302 1 001
NIP: 19740519 199803 I 004
Anggota,
LEMBAR PER}IYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
l.
Skripsiini
merupakan hasii karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (Sl) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.2.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlakudi
Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah Jakarta.
3.
Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.i
Penerimaan Dana Zakat Pada Lembaga Al-Azhar Peduli Ummat” Pembimbing Muhammad Zen, S.Ag, MA.
Ada beberapa strategi fundraising yang perlu diperhatikan antara lain : menganalisis peluang, menyusun strategi fundraising, merencanakan program penghimpunan, mengorganisasikan, melaksanakan, mengendalikan upaya pengumpulan zakat. Hal seperti ini berpengruh besar terhadap jalannya zakat di setiap lembaga. Al-Azhar Peduli Ummat berperan penting dalam menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kepada masyarakat.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana strategi fundraising yang digunakan Al-Azhar Peduli Ummat serta bagaimana implementasi dan evaluasi strateginya. Penulis merumuskan masalah nya kepada bagaimana strategi fundraising Al-Azhar Peduli Ummat dalam peningkatan penerimaan dana zakta, implementasi strategi fundraising dan evaluasi strategi fundraising.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data yang digunakan yaitu data primer dan sekunder, dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan metode analisis datanya
menggunakan analisis deskriptif karena pada penelitian ini penulis
mendeskripsikan penghimpunan dana zakat pada Lembaga Al-Azhar Peduli Ummat.
Dengan menerapkan strategi membuat program, menyentuh hati donatur, memitrai perusahaan dan strategi membuat layanan baik, peningkatan penerimaan dana zakat Al-Azhar Peduli Ummat semakin meningkat setiap tahunnya.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat
rahmat, hidayah serta inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Sholawat dan salam penulis sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah membawa Al-Qur’an dan Hadist-Nya.
Karya tulis ini merupakan sebuah karya besar yang patut dibanggakan
karena penulis berusaha menyajikan dengan sebaik-baiknya. Namun, penulis juga
yakin masih banyak kesalahan dan kekurangan yang perlu diperbaiki, mengingat
kemampuan dan pengetahuan penulis yang serba terbatas.
Dalam proses penyusunan, penulis mendapatkan banyak bantuan,
petunjuk, bimbingan, serta motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah
sepatutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Arief Subhan, M.A. sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi.
2. Drs. Cecep Castrawijaya, M.A. sebagai Ketua Jurusan Manajemen Dakwah,
H. Mulkanasir, B.A, S.Pd, M.M. sebagai Sekertaris Jurusan Manajemen
Dakwah
3. Muhammad Zen, S.Ag, M.A. sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
banyak meluangkan waktu dan pemikirannya untuk memberi arahan serta
masukan dalam penulisan skripsi ini.
4. Kepada Tim Penguji Skripsi yang telah meluangkan waktunya demi
iii
S.Sos.I, Yusuf S.Sos.I yang telah mengajari penulis banyak ilmu selama di
bangku perkuliahan. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat bagi penulis.
6. Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
Yang telah banyak membantu penulis mendapatkan buku referensi yang
penulis perlukan. Ungkapan terima kasih juga penulis tujukan kepada segenap
staff Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Ilmu Dakwah dan Komunikasi.
7. Kepada Ayahanda H. Bakarumi (Alm) yang selalu menjadi motivasi penulis
dalam menjalani seluruh proses perkuliahan dan menjalani manis pahitnya
kehidupan ini, walaupun kini beliau sudah tenang disisi-Nya dan Ibunda Hj.
Hadijah yang sudah banyak memberikan dorongan materil, motivasi tanpa
batas, senyum bergelimang ikhlas kepada penulis, sehingga penulis dapat
mengeyam pendidikan formal tingkat perguruan tinggi di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta hingga selesai.
8. Kakak-kakak dan Adikku tercinta, Mala Dewi,SS. Darlena, Amd. Bripka
Andri Weki. Reni Julita, S.Keb. Martoni Dwi, Amd. Rika Rizki, SE dan Joni
Saputra, yang banyak memberikan arahan dan saran sehingga penulis bisa
menyelesaikan tahap demi tahap dalam proses pembelajaran selama ini, dan
keponakanku tercinta Fajar Alba Zeta, Fakhira Putri Andrika, Syanala
Almaleeka Shanum, Athira Khairunnisa Andrica, Syaqila Riana Nuriza
9. Bapak Anggriansyah sebagai Manajer Fundraising lembaga Al-Azhar Peduli
Ummat atas kesediannya yang telah memberikan izin kepada penulis untuk
bersedia menjadi sumber informasi melalui wawancara untuk penelitian
skripsi ini.
10. Kepada seluruh staff lembaga Al-Azhar Peduli Ummat atas kesediannya
membangun kerja sama sehingga penulis mampu mengumpulkan data demi
data yang berguna dalam penulisan skripsi ini.
11. Teman satu pena jurusan Manajemen Dakwah angkatan 2010.
12. Seluruh Teman-temanku yang menjadi senyum dalam duka, dan menjadi duka
dalam senyum, Adi Mulyawan Bhaqoy, Sonya Maryana, Chabibulloh Mbib,
Achmad Fathullah , khaeru Rani, Ahmad Tirmidzi, Ude Hafududdin, Abah
Hilmi Muharromi, Taufik Rahmansyam, Nurfajria, Indah Dwi Fujiani, Rifky
Hamdani, Viqih, Ma’mur Rizki.
13. Slamet Nurmawanto, Ajeng Retno, Denny Sarwani, Gardika, Ainun Najib,
Fatkhur Rohman, Hairul Saleh, Manggala, Jali, Novija Kurniawan, Ahmad
Nizar Hakim, dan seluruh teman-teman angkatan 2009.
14. Teman yang selalu memotivasi penulis, memberikan setiap tawa dan semangat
setiap harinya dan tidak ragu menegur kesalahan di setiap harinya, Ilham
Kurniawan, Afrija Ramadhan, Indra Tri Septiana, Kamaluddin, Rahmat
Darmawan, Yasser Amrie terima kasih banyak atas segala detik yang
diberikan sehingga penulis mampu sampai kepada tahap ini.
15. Malaikat tanpa sayap yang pernah penulis temui Qonita Kamaliah. Yang rela
berbagi waktu dan memberi semangat selama ini dengan segenap pengertian
dan kesabarannya.
16. Kepada semua pihak baik yang terlibat langsung maupun tidak langsung yang
v
Akhirnya atas jasa dan bantuan dari semua pihak, baik itu moril maupun
materil. penulis panjatkan doa semoga Allah SWT membalasnya dengan imbalan
pahala yang berlipat. Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat umumnya
kepada semua pihak, khususnya diri pribadi penulis.
Jakarta, Maret 2015
DAFTAR ISI
ABSTRAK
...
iKATA PENGANTAR
...
iiDAFTAR ISI
...
viBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
...
1B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5
D. Metodologi Penelitian ... 6
E. Tinjauan Pustaka ... 11
F. Sistematika Penulisan ... 12
BAB II LANDASAN TEORITIS TENTANG STRATEGI DAN FUNDRAISING ZAKAT A. Strategi
...
151. Perumusan Strategi
...
152. Implementasi Strategi
...
223. Evaluasi Strategi
...
23B. Fundraising dan Zakat
...
241. Pengertian Fundraising ... 24
2. Metode Fundraising ... 26
3. Pengertian Zakat ... 28
BAB III GAMBARAN UMUM AL-AZHAR PEDULI UMMAT A. Profil Al-Azhar Peduli Ummat
...
42B. Visi Dan Misi Al-Azhar Peduli Ummat
...
43C. Jati Diri Al-Azhar Peduli Ummat
...
44D. Budaya Lembaga
...
44E. Tujuan Strategi
...
45vii
1. Strategi Membuat Program
...
502. Strategi Menyentuh Hati Donatur
...
503. Strategi Memitrai Perusahaan
...
514. Strategi Membuat Layanan yang Excelent/baik ... 51
B. Implementasi Strategi Al-Azhar Peduli Ummat 1. Membuat Program ... 51
2. Menyentuh Hati Donatur
...
543. Memitrai Perusahaan ... 55
4. Membuat Layanan yang Excelent/baik ... 56
C. Evaluasi Strategi ... 57
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan
...
61B. Saran
...
62BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penghimpunan dana atau fundraising merupakan kegiatan penting
dan utama dalam sebuah lembaga pengelolaan zakat, infak dan
sedekah. Karena sebuah organisasi pengelolaan zakat dalam
aktifitasnya selalu berhubungan dengan dana. Fundraising tidak
indetik dengan uang semata, ruang lingkupnya lebih luas dan
mendalam. Karena pengaruh fundraising sangat besar bagi eksistensi
sebuah lembaga pengelola zakat. Karena dana zakat, infaq dan
sedekah dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat untuk
mengentaskan kemiskinan dan mempersempit jurang pemisah antara
si miskin dengan si kaya. Dorongan ajaran Islam yang begitu kuat
kepada orang-orang yang beriman untuk berzakat, berinfak dan
bersedekah menunjukkan bahwa ajaran Islam mendorong umatnya
untuk mampu bekerja dan berusaha sehingga memiliki harta kekayaan
yang memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarganya, juga
berlomba-lomba menjadi muzakki.1
Strategi fundraising merupakan titik tolak dalam menentukan
kebutuhan oganisasi, semua itu dapat dilakukan untuk meningkatkan
kegiatan dalam memenuhi kebutuhan yang terus berkembang.
Aktifitas fundraising sangat menentukan keberhasilan suatu
1
H.M D jamal Doa, Pengelolaan zakat Oleh Negara Untuk Memerangi Kemiskinan,
organisasi atau lembaga. Fundraising berperan penting bagi lembaga
atau organisasi sosial dalam upaya mendukung jalannya program
dalam kegiatan roda oprasional yang telah digariskan.2
Salah satu problematika umat adalah kemiskinan dan
keterbelakangan ekonomi. Sekurang-kurangnya masalah tingkat
penghasilan yang rendah, peran serta dan kemampuan bersaing yang
rendah dalam pengelolaan sumber-sumber ekonomi nasional, tingkat
pengangguran yang tinggi, keterbatasan kemampuan dalam
mengakses sumber-sumber informasi dan teknologi industri,
ketidakmerataan kemakmuran dan kesejahteraan hidup yang tinggi,
dan lain sebagainya. Problematika umat ini terbungkus rapi dan
tersembunyi dibalik wajah kemiskinan.3
Berdasarkan Undang-Undang Rebuplik Indonesia Nomor 23
Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat, menyatakan bahwa
menunaikan zakat merupakan kewajiban bagi umat Islam yang
mampu sesuai dengan syariat Islam. Zakat merupakan pranata
keagamaan yang bertujuan untuk meningkatkan keadilan dan
kesejahteraan masyrakat. Dalam rangka meningkatkan daya guna dan
hasil guna, zakat harus dikelola secara melembaga sesuai dengan
syariat Islam.
Undang-Undang Pengelolaan Zakat Nomor 23 Tahun 2011 Bab 1
2
Iqbal Setyarso, Manajemen Zakat Berbasis Korporat, Kiprah Lembaga Pengelola Zakat Pulau Sumatera, (Jakarta: Khairul Bayan, 2008), h.72
3
M. Zen ,dkk, Zakat dan Wirausaha, (Jakarta:Centre For Entrepreneurship
3
Pasal 1 Ayat 8, menyatakan bahwa “Lembaga Amil Zakat yang
selanjutnya disebut LAZ adalah Lembaga yang dibentuk masyarakat
yang memiliki tugas membantu pengumpulan pengelolaan zakat
secara nasional”.
LAZ Al-Azhar Peduli Ummat Jakarta berdiri sebagai institusi
pengelola zakat yang diharapkan dapat menghantarkan zakat menjadi
bagian dari penyelesai masalah (problem solver) atas kondisi
kemasyarakatan yang terus berkembang. Dengan budaya kerja
amanah, profesional dan transparan LAZ Al-Azhar Peduli Ummat
berusaha mengembangkan diri menjadi Lembaga Zakat terpercaya.
Dilihat dari perkembangan dana zakat pada lembaga Al-Azhar Peduli
Ummat dari tahun 2012 menghasilkan sebesar Rp. 5.837.634.917 dan
pada tahun 2013 menghasilkan sebesar Rp. 8.499.292.291
Tujuan zakat untuk mengembangkan nilai sosial ekonomi
masyarakat sulit terwujud, apabila tidak ada peran aktif dari para
pengelola zakat (amil) yang dituntut profesional dan inovatif dalam
pengelolaan dana zakat. Seperti yang disebutkan diatas bahwa model
pengelolaan zakat yang saat ini sedang berkembang adalah zakat
produktif, dimana dengan motode ini diharapkan akan mempercepat
pertumbuhan ekonomi masyarakat. Setelah mendapatkan bantuan
dana zakat, diharapkan golongan mustahik bias berubah menjadi
seorang muzakki. Maka dengan penelitian ini penulis tertarik
STRATEGI FUNDRAISING DALAM MENINGKATKAN PENERIMAAN DANA ZAKAT PADA LEMBAGA AMIL ZAKAT AL-AZHAR PEDULI UMMAT
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah
Agar masalah dalam penelitian skripsi ini lebih terarah, maka
dalam penulisan skripsi ini penulis membatasinya pada: Strategi
Fundraising Dalam Meningkatkan Penerimaan Dana Zakat Pada
Lembaga Al-Azhar Peduli Ummat. Karena strategi yang
diterapkan pada lembaga-lembaga nirlaba yang lain pasti ada
perbedaan yang tidak dimiliki oleh lembaga nirlab a yang lainnya.
Maka dari itu penulis meneliti strategi fundraising yang diterapkan
oleh lembaga Al-Azhar Peduli Ummat.
2. Perumusan Masalah
Agar batasan pada perumusan masalah ini lebih terarah dan
terfokus dalam penulisan skripsi ini maka dirumuskan dalam
rangka menjawab permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana formulasi strategi fundraising yang diterapkan oleh
lembaga amil zakat Al-Azhar Peduli Ummat?
2. Bagaimana implementasi fundraising pada lembaga amil zakat
Al-Azhar Peduli Ummat?
5
oleh lembaga Al-Azhar Peduli Ummat?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang diinginkan penulis dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui strategi fundraising dalam meningkatkan
penerimaan dana zakat lembaga amil zakat Al-Azhar Peduli
Ummat
2. Mengetahui implementasi fundraising dana zakat al-azhar
peduli ummat
3. Menetahui evaluasi strategi fundraising yang telah
diterapkan lembaga amil zakat Al-Azhar Peduli Ummat
2. Manfaat Penelitian a. Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan
pengetahuan ilmiah di bidang Manajemen Zakat secara
umumnya dan dalam strategi fundraising pada khususnya.
b. Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kajian yang
menarik dan dapat menambah wawasan khazanah keilmuan
bagi para pembaca khususnya mahasiswa Manajemen Dakwah,
serta dapat berguna bagi banyak pihak terutama sebagai
akan datang.
c. Praktisi
Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan wawasan baru
dan memberikan motivasi bagi para praktisi yang kongkrit
terhadap perkembangan Ilmu Manajemen.
d. Lembaga terkait
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan
bagi Al-Azhar Peduli Ummat secara umum, dan menjadi bahan
kajian serta team pelaksana yang menangani masalah ini secara
khusus, agar mampu mempertahankan kinerja yang sudah baik
dan memaksimalkan kinerja yang belum tercapai secara
optimal.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Pada penyusunan penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan
kualitatif yaitu dengan melakukan penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang diamati.Untuk memahami istilah penelitian
kualitatif ini, perlu kiranya dikemukakan teori menurut Bogdan
dan Taylor yang dikutip oleh Lexy, dia mendifinisikan metodologi
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
7
dapat diamati.4 Dengan memilih metode kualitatif ini, penulis
berharap dapat memperoleh data yang lengkap dan akurat.Ditinjau
dari sifat penyajian datanya, penulis menggu nakan metode
deskriptif yang mana metode deskriptif merupakan penelitian yang
tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis
atau produksi.5
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah Bapak Nanda Putera selaku General
Manager Fundraising Al-Azhar Peduli Ummat, orang yang dapat
memberikan informasi tentang Al-Azhar Peduli Ummatmengenai
permasalahan yang diteliti penulis, dan masyarakat yang menjadi
sasaran. Sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah strategi
fundraising lembaga Amil Zakat Al-Azhar Peduli Ummat.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di dua tempat yaitu di kantor pusat
Al-Azhar Peduli Ummat Jl. Sisingamangaraja Kebayoran Barudan
di Cipete Jakarta Selatan. Waktu penelitian dilaksanakan pada
Bulan Mei sampai Juli 2014.
4. Sumber Data
Sumber data merupakan sesuatu hal yang sangat penting untuk
4
Lexy J. Mleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2000), h.3
5
digunakan dalam penelitian guna menjelaskan valid atau tidaknya
suatu penelitian tersebut. Dalam hal ini penulis menggu nakan :
a. Data Primer
Data primer adalah data lapangan yang didapat dari sumber
pertama seperti hasil wawancara dan observasi. Dalam data
primer, peneliti atau observer melakukan sendiri observasi di
lapangan. Pelaksanaannya dapat berupa survey. Dengan
mewawancarai muzakki melalui gerai zakat Ramadhan.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang tersusun dalam bentuk
dokumen-dokumen yang menjadi data sekunder dalam
penelitian ini adalah buku-buku, brosur, makalah dan sumber
informasi lainnya yang memiliki relevansi dengan masalah
penelitian sebagai bahan penunjang penelitian.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling
strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian
adalah mendapatkan data.6
Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan:
a. Observasi atau pengamatan
Observasi adalah suatu kegiatan pengumpulan data yang
dilakukan melalui pengamatan dan mencatat fenomena yang
muncul dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam
6
9
fenomena tersebut.7
Hingga saat ini ada dua model observasi yang sudah biasa
dilakukan sesuai dengan standar yang ditetapkan. Pertama,
Observasi secara langsung dan ikut terlibat dalam peristiwa
yang sedang dijadikan obyek observasi. Dan kedua, observasi
non partisipan, yakni pembimbing berada di luar obyek atau
peran yang sedang diidentifikasi, bisa dari jarak dekat atau
jarak jauh. Artinya, pihak observer hanya mengamati dan
mencatat fakta atau kejadian-kejadian yang tampak
sebagaimana layaknya orang yang sedang mengamati sesuatu .
Dalam hal ini peneliti mengadakan penelitian langsung
kepada proses kegiatan dalam program Dhuafa Bangkit. Dalam
observasi peneliti melakukan pencatatan apa yang bisa dilihat
oleh mata dan didengar oleh telinga, kemudian peneliti
tuangkan dalam penulisan skripsi ini sesuai dengan data yang
dibutuhkan.
b. Wawancara
Wawancara adalah satu cara atau teknik yang digunakan
untuk mengungkapkan dan mengetahui fakta-fakta
mental/kejiwaan (psikis) yang ada pada diri terbimbing atau
7
E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian Psikologi,( Jakarta:
klien. Wawancara juga merupakan alat re-cheking atau
pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh
sebelumnya. Dalam penelitian kualitatif yang digunakan adalah
teknik wawancara mendalam, dimana seorang responden atau
kelompok responden mengkomunikasikan bahan-bahan dan
mendorong untuk didiskusikan secara bebas.8
Pada teknik wawancara ini penulis mendapatkan data
dengan cara tanya jawab dan tatap muka antara peneliti dengan
manajer pemberdayaan yang bertugas melakukan kegiatan
yang berhubungan dengan strategi fundraising dan juga tanya
jawab antara peneliti dengan muzakki.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh
melalui dokumen-dokumen.9 Dalam hal ini Peneliti
mengumpulkan, membaca, memperoleh, dan mempelajari
berbagai macam bentuk data melalui pengumpulan
dokumen-dokumen yang ada di Kantor Pusat Lembaga Amil Zakat
Al-Azhar Peduli Ummat serta data-data lain di perpustakaan yang
dapat dijadikan bahan analisa untuk hasil dalam penelitian ini.
Teknik ini digunakan untuk memperoleh data yang telah
didokumentasikan dalam buku dan majalah sesuai dengan
masalah yang diteliti.
8
Elvinaro Ardianto,Metodologi Penelitian untuk Public Relation, ( Bandung: Simbiosa
Rekatama Media, 2010), cet. Ke-1, h. 61 9
11
6. Teknik Analisis Data
Teknik Analisis Data adalah suatu proses mengorganisasikan
dan mengurutkan kedalam pola, kategori, dan suatu uraian dasar
kemudian dianalisa agar mendapatkan hasil berdasarkan yang ada.
Hal ini disesuaikan dengan metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis deskriptif.10
Ada berbagai cara untuk menganalisa data, tetapi secara garis
besarnya dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Redaksi data yang merupakan bentuk analisis yang relevan,
membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan
cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya
dapat ditarik dan diverifikasi.
b. Penyajian data, setelah data mengenai pelayanan dan
bimbingan di peroleh, maka data tersebut disajikan dalam
bentuk narasi, visual, gambar, matriks, bagan, tabel, dan lain
sebagainya sehingga tujuan dari penelitian dapat terjawab.
c. Penyimpulan, data yang tersaji pada analisa antar kasus
khususnya yang berisi jawaban atas tujuan penelitian kualitatif
diuraikan secara singkat, sehinnga dapat pengambilan
kesimpulan mengenai strategi fundraising lembaga amil zakat
al-azhar peduli ummat.
10
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, ( Jakarta: Bulan
7. Teknik Penulisan
Dalam penulisan ini penulis berpedoman dan mengacu kepada
buku “ Pedoman Penulisan Karya Ilmiah ( Skripsi, Tesis dan
Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.” Yang diterbitkan
oleh CEQDA, April 2007, Cet. Ke-2.
E. Tinjauan Pustaka
Dari beberapa skripsi yang penulis baca, banyak pendapat yang
harus diperhatikan dan menjadi perbandingan selanjutnya. Adapun
setelah penulis melakukan kajian kepustakaan, penulis menemukan
beberapa skripsi yang membahas skripsi tentang zakat, judul -judul
skripsi tersebut adalah :
Skripsi berikutnya ditulis oleh Novitasari Mahasiswa
Manajemen Dakwah 2010. “Manajemen Pos Keadilan Peduli Umat
(PKPU) dalam Pengelolaan Zakat Online.“ Pada skripsi tersebut sang
peneliti mendapatkan hasil bahwa pengelolaan zakat online dapat
memudahkan para muzakki dalam membayar zakat, serta adanya
bentuk-bentuk zakat online yang dilakukan PKPU seperti zakat Via
ATM Banking, Zakat Internet, Zakat SMS dan Zakat melalui kantor
POS.
Dilihat dari judul diatas, penelitian penulis berbeda dari
penelitian sebelumnya. Penelitian kali ini menggambarkan bagaimana
13
dana zakat. Oleh karena itu materi pembahasannya pun berbeda,
materi yang penulis bahas tentang “STRATEGI FUNDRAISING
DALAM MENINGKATKAN PENERIMAAN DANA ZAKAT PADA
LEMBAGA AL-AZHAR PEDULI UMMAT”.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mudah dalam memahami pengertian-pengertian dan
memperlajari penuliasan skripsi. Penulisan di susun secara sistematis
menjadi lima bab tiap-tiap bab terdiri dari:
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini menjelaskan sebagian gambaran umum
tentang penulisan skripsi. Pada bab ini diuraikan tentang
latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka,
metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Dalam Bab ini memuat tentang strategi fundraising,
meliputi pengertian strategi, fungsi dan tingkatan strategi,
proses strategi. dan pengertian fundraising berikut dasar
hukum fundraising dan metode fundraising, pengertian
Zakat dan Dasar Hukumnya. Dan pengertian strategi
BAB III : GAMBARAN UMUM LEMBAGA AMIL ZAKAT AL-AZHAR PEDULI
Dalam Bab ini membahas profil Lembaga Al-Azhar Peduli
Ummat, meliputi latar belakang berdirinya., Visi, Misi dan
Tujuan Azhar Peduli Ummat, Struktur Organisasi
Al-Azhar Peduli Ummat.
BAB IV : ANALISIS HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini memuat hasil pembahasan penelitian
tentang Strategi fundraising Dana Zakat Pada Al-Azhar
Peduli Ummat dalam meningkatkan dana zakat, serta
Proses Implementasi dan evaluasi.
BAB V : PENUTUP
Bab ini merupakan bagian akhir dari seluruh rangkaian
pembahasan dalam penelitian ini. Bab ini berisi mengenai
kesimpulan dan saran yang sudah diterangkan di bab-bab
sebelumnya, dan juga berisi beberapa saran-saran untuk
BAB II
TINJAUAN TEORITIS TENTANG STRATEGI DAN FUNDRAISING ZAKAT
A. Strategi
1. Perumusan Strategi
Secara etimologi, strategi berasal dari bahasa Yunani,
strategos yang berarti jendral. Strategi pada mulanya berasal dari
peristiwa peperangan yaitu sebagai sesuatu siasat untuk
mengalahkan musuh. Namun pada akhirnya strategi berkembang
untuk semua kegiatan organisasi termasuk keperluan ekonomi,
sosial, budaya, dan agama.1
Strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu strategos, yang
berarti jenderal. Oleh karena itu, kata strategi secara harfiah berarti
seni para jenderal. Kata ini mengacu kepada perhatian utama
manajemen puncak organisasi. Secara khusus, strategi adalah
penempatan misi perusahaan, penetapan sasaran organisasi dengan
mengingat kekuatan eksternal dan internal, perumusan kebijakan
dan strategi tertentu untuk mencapai sasaran dan memastikan
implementasinya secara tepat, sehingga tujuan dan sasaran utama
organisasi akan tercapai.2
1Rafi’udin dan Manna Abdul Djaliel,
Prinsip Dan Strategi Dakwah, (Bandung : Pustaka Setia, 1997), h. 76
2
George A. Steiner, John B. Miner, Kebijakan dan Strategi Manajemen (Jakarta:
Tahapan awal dalam proses strategi adalah perumusan
strategi. Menurut teori, proses perumusan strategi terdiri dari:
1) Menetapkan misi
2) Menyusun sasaran
3) Melakukan analisis strategi yang ada untuk menetapkan
hubungannya dengan penilaian internal dan eksternal
4) Tetapkan kapabilitas khusus organisasi
5) Menetapkan masalah strategi utama yang timbul dari analisis
sebelumnya
6) Menetapkan strategi korporasi dan fungsional untuk mencapai
sasaran dan keunggulan kompetitif, mempertimbangkan masalah
strategi utama
7) Mempersiapakan rencana strategi terintegrasi untuk menerapkan
strategi
8) Menerapkan strategi
Memantau penerapan dan menyempurnakan strategi yang
telah ada atau mengembangkan strategi baru bila diperlukan.3
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai pengertian strategi,
penulis mengedepankan beberapa pengertian strategi yang
dikemukakan oleh beberapa pakar diantaranya :
3
17
a. Strategi adalah pelengkap alamiah bagi visi dan misi, strategi
adalah suatu proses untuk menentukan arah yang dijalani ol eh
suatu organisasi agar misinya tercapai.4
b. Strategi adalah prioritas atau arah keseluruhan yang luas yang
diambil oleh organisasi.5
c. Strategi sebagai tindakan yang bersifat senantiasa meningkat/
incremental dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan
sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan
di masa datang.6
d. Strategi adalah suatu kesatuan rencana, komprehensif dan
terpadu yang meghubungkan kekuatan strategi perusahaan
dengan lingkungan yang dihadapi guna menjamin tercapainya
tujuan dan sasaran-sasaran pokok.7
e. Menurut Karl Von Clausewitz, strategi merupakan suatu seni
menggunakan pertempuran untuk memenangkan suatu perang,
sedangkan taktik adalah seni menggunakan tentara dalam sebuah
pertempuran.8
4
George L. Morrisey, Pedoman Pemikiran Strategis: Membangun Landasan
Perencanaan Anda ( Jakarta: Prenhallindo, 1997), h.69 5
Michael Allison Jude Kaye, Perencanaan Strategis: Bagi Organisasi Nirlaba (Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia, 2005), h. 3 6
Thomas Sumarsan, Sistem Pengendalian Manajemen: Konsep, Aplikasi, dan pengukuran Kinerja (Jakarta: Indeks, 2013), h. 61-62
7
Matondang, Kepemimpinan Budaya Organisasi dan Manajemen Strategik (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), h. 73
8
Agustinus Sri Wahyudi, Manajemen Strategik: Pengantar Proses Berpikir Strategik
f. Dalam Oxford English dictionary strategi sebagai “The art of
commonder in chief, the art of projecting and directing the
larger military movements and operations of compaign (seni
seorang panglima tertinggi, seni memproyeksikan dan mengatur
gerakan militer yang lebih besar serta operasi-operasi
kampanye).9
g. Chandler memberikan definisi strategi dalam konteks organisasi
adalah penetapan berbagai tujuan dan sasaran jagka panjang
yang bersifat mendasar bagi sebuah organisasi, yang dilanjutkan
dengan penetapan rencana aktivitas dan pengalokasian sumber
daya yang diperlukan guna mencapai berbagai sasaran tersebut.
Strategy can be defined as the determination of the basic
long-term goals and objectives of an enterprise, and the adoption of
courses of action and the allocation of resources necessary for
carrying out these goals.
Dari pengertian para pakar, dapat dikatakan bahwa strategi
adalah suatu alat untuk mencapai tujuan perusahaan. Oleh karena itu
strategi memiliki beberapa sifat, antara lain :
a. Menyatu (unified), yaitu menyatukan seluruh bagian-bagian
dalam perusahaan
9
19
b. Menyeluruh (comprehensive), yaitu mencakup seluruh aspek
dalam perusahaan
c. Integral (integrated), yaitu seluruh strategi akan cocok/sesuai
dari seluruh tingkatan (corporate, business, dan functional)10
Dewasa ini strategi adalah istilah yang paling lazim untuk
apa yang biasa disebut kebijakan, tetapi tidak terdapat kesepakatan
tentang hal itu. Beberapa penulis dewasa ini mengacu kepada
strategi induk sebagai kebijakan.
Menyusun strategi berarti mencari jalan bagaimana mencapai
hasil yang ditargetkan sesuai dengan visi dan misi di dalam situasi
organisasi dan prospek yang dihadapi. Strategi adalah jalan untuk
mencapai tujuan tertentu atau untuk mencapai target keuangan
dan posisi strategis. Strategi pada dasarnya terdiri atas dua hal.
Pertama, tindakan manajemen yang terukur dan bertujuan
(intended strategy) dan, kedua, reaksi atas perkembangan yang
tidak diantisipasi sebelumnya dan tekanan persaingan seperti
peraturan pemerintah, masuknya pendatang baru, dan perubahan
taktik pesaing.11
10
Agustinus Sri Wahyudi, Manajemen Strategik: Pengantar Proses Berpikir Strategik , h. 17
11
Bambang Hariadi, Strategi Manajemen, Strategi Memenangkan Perang Bisnis
a. Fungsi dan Tingkatan Strategi
1) Fungsi Strategi
a) Strategi sebagai rencana (Plan)
Strategi menjadi arah tindakan pedoman yang
digunakan untuk menghadapi tantangan linkungan
tertentu. Bertitik tolak dari kesadaran kekuatannya.
b) Strategi sebagai siasat
Dianggap sebagai manuver menghadapi pesaing (Porter
1980-1985)
c) Strategi sebagai pola (Pattern)
Sebagai pola dari suatu rangkaian tindakan untuk
menghadapi tantangan/ancaman atau memanfaatkan
peluang yang terdapat dilingkungan.
d) Strategi sebagai kedudukan (Position)
Penempatan perusahaan dilingkungan makro.Strategi
menjadi media yang menjembatani perusahaan dengan
lingkungannya.
e) Strategi sebagai perspektif
Strategi menjadi perwujudan cara melihat dan
pemahaman lingkungan. Disusun bertitik tolak dari tata
nilai budaya kerja dan wawasan koalisi dominan itu.12
12
Matondang, Kepemimpinan:Budaya Organisasi dan Manajemen Strategik,
21
2) Tingkatan Strategi
Strategi terdapat pada berbagai tingkatan dalam sebuah
organisasi. Tingkatan strategi dapat dibagi atas 3 bagian,
yaitu:
a) Strategi Korporat (Corporate Strategy)
Suatu pernyataaan maksud sebuah perusahaan, arah
pertumbuhannya dan tujuan jangka panjangnya. Tujuan
korporat perusahaan terpusat pada sebuah pertanyaan
kunci bisnis apa yang harus digeluti perusahaan? Strategi
korporasi akan menentukan apakah bentuk kegiatan bisnis
dari organisasi tersebut, perlukah satu perusahaan
diintegrasikan dengan perusahaan lain atau harus berdiri
sendiri-sendiri dan bagaimana bisnis tersebut
berhubungan dengan masyarakat.
b) Strategi Bisnis (Business Strategy)
Pernyataan rinci definisi, misi, tujuan, unit bisnis dan
ancangan-ancangan yang akan digunakan untuk mencapai
tujuan jangka panjang perusahaan. Isu utama strategi
dalam level ini ialah berkenaan dengan persaingan di
suatu pasar oleh setiap unit bisnis, misalnya apa saja
keuntungan terhadap pesaing, apa peluang yang dapat
dimanfaatkan, bagaimana perusahaan harus
mengalokasikan sumber dayanya untuk mencapai posisi
c) Strategi Operasional/Fungsional (Operational/ Functional
Strategy)
Suatu perancanaan rinci tujuan jangka pendek dan
metode yang akan di gunakan oleh suatu bidang
operasional untuk mencapai tujuan jangka pendek unit
bisnisnya. Isu utama strategi pada level ini berkenaan
dengan bagaimana masing-masing bagian dari organisasi
dapat dirangkai secara bersama-sama membentuk
strategic architecture yang secara efektif mampu
menghasilkan arah strategik.13
2. Iplementasi Strategi
Tahap kedua setelah perumusan strategi adalah implementasi
strategi. Implementasi berarti meletakkan strategi menjadi kegiatan.
Implementasi strategi melibatkan penugasan dan pendelegasian
wewenang ke tingkat manajemen di bawahnya.
Implementasi strategi ini didalamnya termasuk menciptakan
struktur organisasi yang efektif, menyiapkan anggaran,
mengembangkan dan memanfaatkan sistem informasi yang diterima.
Dalam proses pelimpahan wewenang ini perlu diperhatikan secara
seksama batasan wewenang. Kreativitas bawahan perlu dibangun
secara terkendali. Pelaksanaan strategi tanpa kreativitas akan
13
23
menghasilkan kegiatan yang kering dan cenderung tidak bermakna.
Oleh karena itu, perlu dibuatkan batasan yang jelas dan tegas dalam
pendelegasian dan pengalihan kewenangan.14
3. Evaluasi Strategi
Tahapan strategi yang terakhir adalah tahap evaluasi. Ada tiga
aktifitas mendasar untuk mengevaluasi strategi:
a. Meninjau faktor-faktor external dan internal yang menjadi dasar
asumsi pembuatan strategi. Adapun perubahan factor eksternal
seperti tindakan yang harus dilakukan. Perubahan yang ada akan
menjadi satu hambatan dalam mencapai tujuan, begitu pula
dengan factor internal yang diantaranya strategi yang tidak
efektif atau aktifitas yang buruk dapat berakibat buruk pula pada
hasil yang akan dicapai.
b. Mengukur prestasi, yakni membandingkan hasil yang diharapkan
dengan kenyataan.
c. Mengambil tindakan korektif untuk memastikan bahwa prestasi
sesuai rencana.15
Dalam tahap ini perlu dikemukakan 2 pertanyaan mendasar,
yaitu:
a. Apakah strategi diimplementasikan sesuai dengan rencana?
14
Sentot Imam Wahjono, Manajemen Tata Kelola Organisasi Bisnis (Surabaya: Indeks, 2008 ), cet. 1, h. 61
15
b. Apakah strategi mencapai hasil yang diharapakan?16
Dari pemaparan para tokoh di atas, penulis dapat
menyimpulkan bahwa yang di maksud dengan strategi adalah suatu
cara atau alat untuk mencapai suatu tujuan organisasi dengan
menetapkan tujuan jangka panjang dan pengalokasian sumber daya
yang diperlukan serta memperhatikan segala kemungkinan yang
terjadi dan mempersiapkan segala potensi yang ada.
B. Fundraising Zakat
1. Pengertian Fundraising
Menurut bahasa fundraising berarti penghimpunan dana atau
penggalangan dana, sedangkan menurut istilah fundraising
merupakan suatu upaya atau proses kegiatan dalam rangka
menghimpun dana (zakat) serta sumber daya lainnya dari
masyarakat baik individu, kelompok, organisasi yang akan di
salurkan dan di dayagunakan untuk mustahik.17
Di jelaskan pula, fundraising adalah proses mempengaruhi
masyarakat baik perseorangan maupun individu atau perwakilan
masyarakat maupun lembaga agar menyalurkan dananya kepada
sebuah organisasi.18
16
Sentot Imam Wahjono, Manajemen Tata Kelola Organisasi Bisnis, h. 61 17
Manajemen Pengelolaan Zakat, Direktorat Pemberdayaan Zakat, Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama RI 2009, h.65
18
25
Fundraising juga bisa diartikan sebagai kegiatan dalam rangka
menghimpun dana dari masyarakat dan sumber daya lainnya dari
masyarakat (baik individu, kelompok, organisasi, perusahaan
ataupun pemerintah) yang akan di gunakan untuk membiayai
program dan kegiatan oprasional organisasi sehingga mencapai
tujuannya. Fundraising dalam pengertian ini memiliki ruang lingkup
lebih luas dari pengertian sebelumnya, fundraising ini hanya
mengumpulkan dana semata, melainkan dalam bentuk barangpun
bisa di manfaatkan untuk keperluan lembaga.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 23
tahun 2011 tentang pengelolaan zakat, menyatakan bahwa
menunaikan zakat merupakan kewajiban bagi umat Islam yang
mampu sesuai dengan syariat Islam. Zakat merupakan pranata
keagamaan yang bertujuan untuk meningkatkan keadilan dan
kesejahteraan masyrakat; bahwa dalam rangka meningkatkan daya
guna dan hasil guna, zakat harus dikelola secara melembaga sesuai
dengan syariat Islam.
Zakat adalah kewajiban yang Allah turunkan untuk
hambanya. Maka dari itu salah satu tugas dari lembaga adalah
membantu para agniya untuk menyalurkan dananya. Sebagaimana
firman Allah dalam Al-Qur’an surat At-Taubah Ayat 60 berbunyi:
Artinya: “Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk memerdekakan hamba sahaya, untuk membebaskan orang yang berhutang, untuk yang berada di jalan Allah dan untuk orang yang sedang di dalam perjalanan sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”[At-Taubah 60.]19
2. Metode Fundraising
Dalam melaksanakan kegiatan fundraising, banyak metode dan
teknik yang dapat dilakukan. Adapun yang dimaksud metode disini
adalah suatu bentuk kegiatan yang khas yang dilakukan oleh
sebuah organisasi dalam rangka menghimpun dana dari
masyarakat. Metode ini pada dasarnya dapat dibagi kepada dua
jenis, yaitu langsung (direct fundraising) dan tidak langsung
(indirect).20
a. Metode Fundraising Langsung (Direct Fundraising)
Yang dimaksud dengan metode ini adalah metode yang
menggunakan teknik-teknik atau cara-cara yang melibatkan
partisipasi muzakki secara langsung. Yaitu bentuk-bentuk
fundraising dimana proses interaksi dan daya akomodasi
terhadap respon muzakki bisa seketika (langsung) dilakukan.
Dengan metode ini apabila dalam diri muzakki muncul
keinginan untuk melakukan donasi setelah mendapatkan
promosi dari fundraiser lembaga, maka segera dapat melakukan
19 Al-Qur‟an surat At-Taubah Ayat 60
20
27
dengan mudah dan semua kelengkapan informasi yang
diperlukan untuk melakukan donasi sudah tersedia. Sebagai
contoh dari metode ini adalah: Direct Mail, Direct Advertising,
Telefundraising dan presentasi langsung.
b. Metode Fundraising Tidak Langsung ( indirect fundraising )
Metode ini adalah suatu metode yang menggunakan
teknik-teknik atau cara-cara yang tidak melibatkan partisipasi
muzakki secara langsung. Yaitu bentuk-bentuk fundraising
dimana tidak dilakukan dengan memberikan daya akomodasi
langsung terhadap respon muzakki seketika. Metode ini
misalnya dilakukan dengan metode promosi yang mengarah
kepada pembentukan citra lembaga yang kuat, tanpa diarahkan
untuk transaksi donasi pada saat itu. Sebagai contoh dari metode
ini adalah: advertorial, image compaign dan penyelenggaraan
Event, melalui perantara, menjalin relasi, melalui referensi,
dan mediasi para tokoh, dll.21
Pada umumnya sebuah lembaga melakukan kedua
metode fundraising ini (langsung atau tidak langsung). Karena
keduanya memiliki kelebihan dan tujuannya sendiri-sendiri.
Metode fundraising langsung diperlukan karena tanpa metode
langsung, muzakki akan kesulitan untuk mendonasikan dananya.
21
Sedangkan jika semua bentuk fundraising dilakukan secara
langsung, maka tampak akan menjadi kaku, terbatas daya tembus
lingkungan calon muzakki dan berpotensi menciptakan
kejenuhan. Kedua metode tersebut dapat digunakan secara
fleksibel dan semua lembaga harus pandai mengkombinasikan
kedua metode tersebut.
3. Pengertian Zakat
Pengertian zakat menurut bahasa berasal dari bahasa arab yaitu
Al-zakat. Jika di tinjau dari segi bahasa, zakat memiliki makna
suci, tumbuh, berkah dan terpuji22.
Menurut istilah, zakat adalah sejumlah harta tertentu yang di
wajibkan oleh Allah SWT untuk di berikan kepada mustahiq
(kelompok yang berhak).23
Zakat adalah poros dan pusat keuangan negara Islam. Zakat
meliputi bidang moral, sosial dan ekonomi. Dalam bidang moral
zakat mengikis habis ketamakan dan keserakahan orang kaya.
Dalam bidang sosial zakat bertindak sebagai alat yang khas yang
di berikan Islam untuk menghapuskan kemiskinan dari masyarakat
dengan menyadarkan orang kaya akan tanggung jawab sosial yang
mereka miliki.
22
www.zakatsedekah.com, Edisi Senin, 13 November 2014 23
29
Dalam rangka meningkatkan daya guna dan hasil guna, zakat
harus dikelola secara melembaga sesuai dengan syariat Islam,
amanah, kemanfaatan, keadilan, kepastian hukum, terintegrasi, dan
akuntabilitas sehingga dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi
pelayanan dalam pengelolaan zakat.
Pengelolaan zakat yang diatur dalam Undang-Undang ini
meliputi kegiatan perencanaan, pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan.24
a. Hukum Zakat
Zakat merupakan salah satu rukun Islam, dan menjadi
salah satu unsur pokok bagi tegaknya syariat Islam. Oleh karena
itu hukum zakat adalah wajib atas setiap muslim yang telah
memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat termasuk katagori
ibadah seperti shalat, haji dan puasa yang telah di atur secara
rinci berdasarkan Al-quran dan sunah. Zakat juga merupakan
sebuah kegiatan sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan yang
dapat berkembang sesuai dengan perkembangan umat manusia
itu sendiri.
Di dalam Al-qur’an dijelaskan surat At-taubat ayat 103 :
24
Artinya : Ambilah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah maha mendengar lagi maha mengetahui. (QS.
At-Taubah:103).25
b. Dasar Hukum Zakat
Zakat ini hukummnya wajib atau fardhu bagi orang Islam
yang telah mencukupi syarat. Bahkan zakat merupakan salah
satu dari rukun Islam yang lima. Perhatian Al-Qur’an terhadap
maslah zakat, sebanding dengan perhatiannya terhadap masalah
shalat.26 Zakat dalam Al-Qur’an disebut sebanyak 82 kali. Ini
menunjukkan hukum dasar zakat yang sangat kuat, antara lain:
Al-Qur’an Surat Al-Baqarah : 110
Artinya : “Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat, apapun
yang diusahakan oleh dirimu tentu kamu akan mendapat pahalanya disisi Allah, sesungguhnya Allah maha mengetahui
kegiatan apapun yang kamu kerjakan”
c. Macam-macam zakat
Berdasarkan firman Allah swt dalam QS Al- Baqarah ayat
267, yang berbunyi:
25
Al-qur‟an surat At-taubat ayat 103 26
31
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan
Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau
mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata
terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. (Q.S. Al-Baqarah : 267) Secara umum zakat terbagi menjadi dua macam, yaitu
zakat jiwa (nafsh) / zakat fitrah dan zakat maal.
1) Zakat jiwa (nafsh)/zakat fitrah
Pengertian fitrah ialah, sifat asal, bakat, perasaan
keagamaan dan perangai, sedangkan zakat fitrah adalah zakat
yang berfungsi yang mengembalikan manusia muslim keada
fitrahnya, dengan menyucikan jiwa mereka dari
kotoran-kotoran (dosa-dosa) yang disebabkan oleh pengaruh
pergaulan dan sebagainya. Sehingga manusia itu
menyimpang dari fitrahnya. Yang dijadikan zakat fitrah
adalah bahan makanan pokok bagi orang yang mengeluaran
zakat fitrah atau makanan pokok di daerah tempat berzakat
fitrah seperti; beras, jagung, tepung sagu, tepung gaplek dan
sebagainya.
Zakat ini wajib dikeluarkan sesuai bulan Ramadhan
zakat fitrah setelah dilaksanakan shalat’id maka apa yang
diberikan bukanlah termasuk zakat fitrah tetapi merupakan
sedekah, hal ini sesuai dengan hadis Nabi saw dari ibnu
Abbas, ia berkata, “Rassulullah Saw mewajibkan zakat fitrah
itu sebagai pembersih bagi orang yang berpuasa dari
perbuatan sia-sia dan perkataan yang kotor dan sebagai
makanan bagi orang yag miskin. Karena itu, barang siapa
mengeluarkan sesudah shalat maka dia itu adalah salah satu
shadaqah biasa (hadis abu daud dan ibnu majjah).
Melewatkan pembayaran zakat fitrah sampai selesai
sembahyang hari raya hukumnya makruh karena tujuan
utamanya membahagiakan orang-orang miskin pada hari
raya, dengan demikian apabila dilewatkan pembayaran
hilanglah separuh kebahagiannya pada hari itu.
Banyaknya zakat fitrah untuk perorangan satu sha’
(2,5 kg/3,5 liter) dari bahan makanan untuk membersihkan
puasa dan mencukupi kebutuhan-kebutuhan orang miskin di
hari raya idul fitri, sesuai dengan hadis Nabi Saw, “ dari ibnu
umar ra; Rasulullah Saw telah mewajibkan zakat fitri 1(satu)
sha‟ dari kurma/gandum atau budak, orang merdeka laki-laki
dan perempuan, anak kecil dan orang tua dari seluruh kaum
muslimin. Dan beliau perintahkan supaya dikeluarkan
33
Jika maslahat orang-orang kafir mengharuskan
dikeluarkan zakat untuk mereka dalam bentuk uang maka
tidak ada dosa di dalamnya seuai dengan madzhab hanafi dan
madzhab syafi’i. Menurut Yusuf Qardhawi ada dua hikmah
zakat fitrah, ialah sebagai berikut:
a) Membersihkan kotoran selama menjalankan puasa, karena
selama menjalankan puasa seringkali orang terjerumus
pada perkataan dan perbuatan yang tidak ada manfaatnya
serta melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh
Allah.
b) Menumbuhkan rasa kecintaan kepada orang-orang miskin
dan kepada orang-orang yang membutuhkan. Dengan
member zakat fitrah kepada orang-orang miskin dan
orang- yang membutuhkan akan membawa mereka
kepada kebutuhan dan kegembiraan, bersuka cita pada
hari raya.
Adapun niat mengeluarkan zakat fitrah bagi diri
sendiri, “sengaja saya mengeluarkan zakat fitrah pada saya
diri sendiri, fardhu karena Allah ta’ala. Sementara itu, bagi
diri sendiri dan sekalian yang ditanggungnya,“ sengaja saya
mengeluarkan zakat fitrah pada diri saya dan pada sekalian
mereka, fardhu karena Allah ta’ala. Cara penyerahan zakat
fitrah dapat ditempuh dua cara adalah sebagai berikut:
a) Zakat fitrah diserahkan langsung diserahkan yang
bersangkutan kepada fakir miskin. Apabila hal ini
dilakukan maka sebaiknya pada malam hari raya dan lebih
baik lagi jika mereka diberikan pada pagi hari sebelum
shalat Idul fitri dimulai agar dengan adanya zakat fitrah
itu melapangkan kehidupan mereka, pada hari raya,
sehingga mereka tidak perlu lagi berkeliling menadahkan
tangan kepada orang lain.
b) Zakat fitrah diserahkan pada amil (panitia) zakat. Apabila
hal itu dilakukan maka sebaiknya diserahkan satu hari
atau dua hari ataupun beberapa hari sebelum hari raya
idul fitri agar panitia dapat mengatur distribusinya dengan
baik dan tertib kepada mereka yang berhak menerimanya
pada malam hari raya atau pada pagi harinya.
Ibnu Abbas meriwayatkan, “Rasulullah SAW telah
memfardhukan zakat fitrah untuk menyucikan orang-orang
yang berpuasa dari kelalaiannya. Sesungguhnya ia salah
satu shadaqoh, karena itu barang siapa yang melewatkan
pembayaran sampai terlaksananya shalat hari raya
35
sampai terbenamnya matahari, hukumnya berdosa dan
dianggap sebagai hutang kepada Allah SWT yang perlu
segera dilakukan pembayarannya ( qada‟).
Adapun tempat mengeluarkan zakat fitrah yang lebih
diutamakan zakat fitrah ditempat muzakki tinggal dan
berkuasa, sedangkan jika dia puasa ramadhan diluar negri
karena perjalanan atau lainnya maka ia mengelurakan zakat
fitrah dinegri ditempat ia berpuasa.
Pembayaran zakat fitrah dapat dipindahkan ketempat
atau daerah lain jika penduduk ditempat atau didaerah
tersebut amat memerlukannya dibandingkan dengan
penduduk ditempat atau daerah pemberi zakat. Kemaslahatan
perpindahan tersebut lebih memberi keuntungan
dibandingkan jika diberikan kepada penduduk atau daerah
pemberi zakat tersebut telah melebihi.27
2) Zakat Maal (Harta)
Zakat Maal (harta) adalah zakat yang dikenakan atas
harta (maal) yang dimiliki oleh individu atau lembaga dengan
syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan
secara hukum (syara). Maal berasal dari bahasa Arab yang
secara harfiah berarti „harta’. Harta yang akan dikeluarkan
sebagai zakat harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
27
a) Milik Penuh, yakni harta tersebut merupakan milik penuh
individu yang akan mengeluarkan zakat.
b) Berkembang, yakni harta tersebut memiliki potensi untuk
berkembang bila diusahakan.
c) Mencapai nisab, yakni harta tersebut telah mencapai
ukuran/jumlah tertentu sesuai dengan ketetapan, harta
yang tidak mencapai nishab tidak wajib dizakatkan dan
dianjurkan untuk berinfaq atau bersedekah.
d) Lebih Dari Kebutuhan Pokok, orang yang berzakat
hendaklah kebutuhan minimal/pokok untuk hidupnya
terpenuhi terlebih dahulu.
e) Bebas dari Hutang, bila individu memiliki hutang yang
bila dikonversikan ke harta yang dizakatkan
mengakibatkan tidak terpenuhinya nishab, dan akan
dibayar pada waktu yang sama maka harta tersebut bebas
dari kewajiban zakat.
f) Berlalu Satu Tahun (Al-Haul), kepemilikan harta tersebut
telah mencapai satu tahun khusus untuk ternak, harta
simpanan dan harta perniagaan. Hasil pertanian,
buah-buahan dan rikaz(barang temuan) tidak memiliki syarat
haul.
Adapun Macam-macam zakat Maal dibedakan atas
37
a) Hewan ternak. Meliputi semua jenis & ukuran ternak
(misal: sapi, kerbau, kambing, domba, ayam).
b) Hasil pertanian. Hasil pertanian yang dimaksud adalah
hasil tumbuh-tumbuhan atau tanaman yang bernilai
ekonomis seperti biji-bijian, umbi-umbian, sayur-mayur,
buah-buahan, tanaman hias, rumput-rumputan, dedaunan,
dll Nishabnya sebanyak 5 wasaq= 300 sha’= 652,8 kg atau
653 kg. Kadar zakat yang harus dikeluarkan sebanyak
1/10-nya jika hasil tanaman tersebut tumbuh dan
berkembang tanpa disiram atau tanpa biaya perawatannya,
tanpa membayar orang lain untuk merawatnya. Apabila
pemeliharaannya memerlukan biaya maka kadar zakat
yang harus dikeluarkan sebanyak 1/20-nya.28
c) Emas dan Perak. Meliputi harta yang terbuat dari emas
dan perak dalam bentuk apapun. Nisab zakat emas 20
mitsqal, berat timbangannya 93,6 gram; zakatnya 1/40
(2,5 % = ½ mitsqal = 2,125 gram). Nisab perak 200
dirham (624 gram) zakatnya 1/40 (2,5 %) = 5 dirham
(15,6 gram).
Sabda Rasulullah yang artinya “Apabila engkau
mempunyai perak 200 dirham dan telah cukup satu tahun maka zakatnya 5 dirham, dan tidak wajib atasmu zakat emas hingga engkau mempunyai 20 dinar. Apabila engkau
28Hadzami, Syafi’i,
mempunyai 20 dinar dan telah cukup satu tahun, maka wajib
zakat adanya setengah dinar.”29
a) Harta Perniagaan. Harta perniagaan adalah semua yang
diperuntukkan untuk diperjual-belikan dalam berbagai
jenisnya, baik berupa barang seperti alat-alat, pakaian,
makanan, perhiasan, dll. Perniagaan disini termasuk yang
diusahakan secara perorangan maupun kelompok/
korporasi.
b) Hasil Tambang (Ma’din). Meliputi hasil dari proses
penambangan benda-benda yang terdapat dalam perut
bumi/laut dan memiliki nilai ekonomis seperti minyak,
logam, batu bara, mutiara dan lain-lain.
c) Barang Temuan (Rikaz) adalah harta yang diperoleh
seseorang yang berasal dari galian dalam tanah. Harta
tersebut ditanam oleh orang-orang dimasa lampau dalm
kurun waktu yang sudah cukup lama, dan sudah tidak
diketahui lagi pemilik yang sebenarnya, karena tidak
didapat keterangan yang cukup untuk itu. Harta
terpendam, biasanya berupa emas atau perak, dan wajib
dikeluarkan zakatnya sebanyak 1/5 atau 20% dari jumlah
harta terpendam tersebut. Ketentuan ini sesuai dengan
29
Rasjid, Sulaiman, Fiqh Islam (Hukum Fiqh Islam). (Bandung: Penerbit Sinar Baru
39
hadits Rasulullah SAW: “ zakat rikaz ( harta terpendam)
adalah sebanyak seperlima”. (HR. Bukhari dan Muslim).30
d) Zakat Profesi. Yakni zakat yang dikeluarkan dari
penghasilan profesi (hasil profesi) bila telah mencapai
nisab. Profesi dimaksud mencakup profesi pegawai negeri
atau swasta, konsultan, dokter, notaris, akuntan, artis, dan
wiraswasta. Jika penghasilannya selama setahun lebih dari
senilai 85 gram emas dan zakatnya dikeluarkan setahun
sekali sebesar 2,5% setelah dikurangi kebutuhan pokok.31
3) Golongan yang berhak menerima zakat (mustahiq)
Orang – orang atau golongan yang berhak menerima
zakat telah diatur dalam ajaran syariat Islam, yakni ada
delapan golongan (asnaf). Ketentuan ini diatur dalam Al
Qur’an surat At-Taubah: 60.
Artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk
orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus
zakat, para mualaf yang dibujuk hatinya, untuk
30
Yusuf , Mohammad Asror, Kaya karena ALLAH (Tangerang: Penerbit PT Kawan Pustaka: 2004), h. 42.
31
(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah maha mengetahui lagi maha bijaksana (Q.S. At-Taubah :60).
Dalam Buku Tafsir al Maraghi karangan Mustafa
Al-Maraghi yang berhak menerima zakat ialah:
a) Orang fakir: orang yang amat sengsara hidupnya, tidak
mempunyai harta dan tenaga untuk memenuhi
penghidupannya.
b) Orang miskin: orang yang tidak cukup penghidupannya
dan dalam keadaan kekurangan.
c) Pengurus zakat: orang yang diberi tugas untuk
mengumpulkan dan membagikan zakat.
d) Muallaf: orang kafir yang ada harapan masuk Islam dan
orang yang baru masuk Islam yang imannya masih lemah.
e) Memerdekakan budak: mencakup juga untuk melepaskan
Muslim yang ditawan oleh orang-orang kafir.
f) Orang berhutang: orang yang berhutang karena untuk
kepentingan yang bukan maksiat dan tidak sanggup
membayarnya. Adapun orang yang berhutang untuk
memelihara persatuan umat Islam dibayar hutangnya itu
dengan zakat, walaupun ia mampu membayarnya.
g) Pada jalan Allah (sabilillah): Yaitu untuk keperluan
41
ada yang berpendapat bahwa fisabilillah itu mencakup
juga kepentingan-kepentingan umum seperti mendirikan
sekolah, rumah sakit dan lain-lain.
h) Orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat
mengalami kesengsaraan dalam perjalanannya.32
32
42
A. Profil Al-Azhar Peduli Ummat
Al-azhar Peduli Umat adalah lembaga nirlaba yang dibentuk oleh
Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar yang bertujuan untuk
memberdayakan masyarakat dhuafa, berbasis di pendidikan dan
dakwah dengan mendayagunakan sumberdaya dan partisipasi publik
dan bukan berorientasi pada pengumpulan profit bagi pengurus
organisasi.
Al-Azhar Peduli Umat telah berkiprah dalam lusinan program
kemanusiaan, tanggap bencana, pemberdayaan komunitas dan CSR
selama 8 tahun di seantero Indonesia dengan support dari puluhan
donatur-donatur, baik perseorangan, korporat, BUMN dan telah
berkiprah dibanyak wilayah melalui program tanggap bencana alam,
pemberdayaan komunitas mandiri dan penguatan kesejahteraan
masyarakat. Al-Azhar Peduli Ummat dibentuk oleh Badan Pengurus
Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar pada 1 Desember 2004 melalui
SK Nomor 079/XII/KEP/BP-YPIA/1425.2004 yang ditandatangani
oleh Ketua Badan Pengurus YPI Al-Azhar H. Ruysdi Hamka dan
Sekretaris H. Nasroul Hamzah.1
1
[image:53.595.117.521.225.583.2]43
Sehubungan dengan berlakunya keputusan mentri Agama RI
No.372 tahun 2003 tentang pelaksanaan Undang-undang No.38 tahun
1999 tentang pengelolaan zakat (UUPZ). Maka, pada tanggal 2 4 juni
2004 pengurus Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar secara resmi
memberikan mandat kepada tim pembentukan Lembaga Amil Zakat
untuk mempersiapkan pembentukan sebuah Lembaga Amil Zakat di
lingkungan YPAI AL-Azhar.2
Seiring berjalannya waktu banyak lembaga dan perusahaan yang
bersinergi dengan Lembaga Amil Zakat Al-Azhar Peduli Ummat,
diantaranya PT. Indomobil Suzuki M.T Haryono dan PT. PLN
(Persero), dan masing-masing dari perusahaan tersebut telah
menyumbangkan satu unit mobil APV untuk pelayanan jenazah gratis
yang dikelola Lembaga Amil Zakat Al-Azhar Peduli Ummat.3
B. Visi dan Misi
1. Visi
Menjadi lembaga nirlaba yang amanah dan profesional dalam
pengembangan ummat berbasis pendidikan dan dakwah.
2. Misi
a. Menginspirasi gerakan zakat Indonesia berbasis masjid
2
Yayasan Pesantren Islam (YPI) Al-Azhar, Proposal Pembentukan LAZ Al-Azhar,
(Jakarta: YPI Al-Azhar, 2004), h. 3 3
b. Mengembangkan program inspiratif yang mendorong
kemandirian masyarakat berbasis sumber daya lokal
c. Mewujudkan lembaga nirlaba yang terpercaya berskala global
didukung sistem dan manajemen yang profesional
d. Membangun kegemilangan masyarakat melalui sinergi dengan
institusi pendidikan dan dakwah.
C. Jati Diri
1. Lembaga nirla