• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Tingkat kesehatan bank syariah di indonesia pada saat krisis keuangan global dan setelah krisis keuangan global (2008-2013)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Tingkat kesehatan bank syariah di indonesia pada saat krisis keuangan global dan setelah krisis keuangan global (2008-2013)"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK SYARIAH DI

INDONESIA PADA SAAT KRISIS KEUANGAN GLOBAL

DAN SETELAH KRISIS KEUANGAN GLOBAL (2008-2013)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)

Oleh:

DINI HALIMAH TUTSAADIYAH NIM. 1111015000048

JURUSAN PENDIDIKAN IPS

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

i

Dini Halimah Tutsa’adiyah (1111015000048). Analisis Tingkat Kesehatan Bank Syariah di Indonesia Ketika Krisis Keuangan Global dan Setelah Krisis Keuangan Global.Skripsi (2008-2013), Jakarta: Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Ilmu Tarbiah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Januari 2015.

Penelitian Ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesehatan bank syariah yang di ada di indoensia ketia krisis keuangan global dan setelah krisis keuangan global. Dalam penelitian ini metode penilaian tingkat kesehatan bank yang digunakan yaitu Metode CAMELS. Metode CAMELS yaitu menilai kesehatan bank dari faktor

Permodalan (Capital), Aset (Asset), Manajemen (Managaent), Rentabilitas(Earning),

Likuiditas (liquidity), dan risiko terhadap Pasar (Market to Risk). Dalam Penelitian ini

faktor CAMELS yang digunakan hanya dilihat dari faktor Keuangan/financial nya

saja. Sedangkan untuk faktor Manajemen dan market to risk tidak di gunakan karena

kedua faktor tersebut termasuk dalam kualitatif yaitu penilaian uraian.

Populasi penelitian ini yaitu Bank Umum Syariah yang terdaftar di Bank

Indonesoa periode tahun 2008-2013. Penarikan sampel dengan purposive sapling

yaitu 4 bank umum syariah yang masing-masing diteliti selama 6 tahun. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analisis deskriptif. Dan sumber data yang digunakan yaitu data sekunder dari laporan keuangan publikasi bank umum syariah kepada Bank Indonesia yang sudah diaudit.

Hasil penelitian yang di lakukan peneliti menunjukan bahwa tingkat kesehatan bank syariah aitu Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank Muammalat Indoneisa (BMI), Bank Mega Syariah (BMS) dan Bank Bukopin Syariah (BSM) menunjukan tidak ada perbedaan tingkat kesehatan bank-bank tersebut ketika krisis keuangan global dan setelah krisis keuangan global. Hal ini dilihat dari hasil penilaian tingkat kesehatan yang di miliki asing-asing bank selama 6 tahun perhitungan menunjukan kondisi yang sehat dan sangat sehat disetiap tahunnya. Dan masing-asing faktor penilaian berada pada peringkat 1 dan 3.

(6)

ii

Dini Halimah Tutsa'adiyah ( 1111015000048 ) . Analysis of Islamic Banks in Indonesia when the Global Financial Crisis and After the Financial Crisis Global.Skripsi (2008-2013) , Jakarta: Department of the Faculty of Social Science Education and Teaching Tarbiah , Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta . January 2015 .

This study aims to determine the level of health in existing Islamic banks in indonesia ketia global financial crisis and after the global financial crisis . In this study bank rating method used is the method CAMELS . CAMELS method of assessing the health of the banks of factors Capital ( Capital ) , assets ( Asset ) , Management ( Managaent ) , Profitability ( Earnings ) , liquidity (liquidity ) , and the risks to the Market ( Market to Risk ) . In this study CAMELS factor used only seen from a factor of Finance / Financial its course . As for the management and market factors to risk not in use because of two factors included in the description of qualitative assessment .

The population of this study are listed Islamic Banks in Bank Indonesoa period 2008-2013 . Purposive sampling with sapling that is 4 Islamic banks were each studied for 6 years . This type of research used in this research is descriptive analysis . And sources of data used are secondary data from published financial statements of Islamic banks to Bank Indonesia, which has been audited .

The results of the research will be undertaken researchers showed that the level of health of Islamic banks aitu Bank Syariah Mandiri ( BSM ) , Bank Muammalat Indoneisa ( BMI ) , Bank ( BMS ) and Bukopin Sharia ( BSM ) showed no difference in the level of health of these banks when the global financial crisis and after the global financial crisis . It is seen from the results of the rating of the foreign - owned foreign bank for 6 years Calculation shows a healthy condition and very healthy in every year . And each foreign - assessment factors are ranked 1 and 3 .

(7)

iii

Alhamdulilah wa syukurilah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT dzat yang

maha sempurna dan berilmu. Ungkapan sholawat serta salam semoga tercurah kepada

Rasullah SAW insane paling mulia yang telah menghabiskan waktu untuk menuntun

umat pengikutnya kearah kesempatan hidup. Dalam menyelesaikan skripsi ini,

penulis menyadari sepenuhnya akan keterbatasan waktu, pengetahuan dan biaya

sehingga tampa bantuan dan bimbingan dari semua pihak tidaklah mungkin berhasil

dengan baik. Karena itulah sepatutna di ucapkan terima kasih yang tak terhingga

terutama penulis tunjukan kepada yang terhormat :

1. Dra. Nurlela Rifa’I, MA, Ph. D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr.Iwan Purwanto, M.Si., Ketua Jurusan Pendidkan IPS Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Mochammad Noviadi Nugroho, M.Pd., Dosen Pembimbing I yang dengan

penuh kesabaran dan penuh perhatian, ketelatenan, dalam memberikan arahan

serta bimbingan dalam penulisan skripsi ini, dan terimakasih sebesar-besarnya

atas watu yang diluangkannya. Semoga Allah SWT memberikan kesehatan dan

kebaikan dibalas dengan berlipat ganda.

4. Annisa Windarti, M.Sc., Dosen Pembimbing II yang dengan penuh kesabaran

dan penuh perhatian, ketelatenan, dalam memberikan arahan serta bimbingan

dalam penulisan skripsi ini, dan terimakasih sebesar-besarnya atas watu yang

diluangkannya. Semoga Allah SWT memberikan kesehatan dan kebaikan

dibalas dengan berlipat ganda.

5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Khususnya

Jurusan Pendidikan IPS yang dengan ikhlas menyumbangkan ilmunya selama

penulis mengikuti perkuliahan. Semoga ilmu yang diterima dapat enjadi bekal

(8)

iv

Suntinah) ang senantiasa mengiringi langkahku dengan doa. Hanya Allah yang

sanggup membalas semua pengorbanan kalian di surgeNya kelak.

7. Kaka-kaka (Ira aditami dan Dina Halimah Tutsaadiyah, S.E) dan adik-adik ku (

Siti Humairah, Isti anggraini, dan Khairunisa) tersayang teriakasih atas

dorongan baik materil, moril dan spiritual, serta doa dan kasih saying yang

tiada tara, dengan segenap cinta dan buktiku kupersebahkan karya kecilku

untuk kalian orang-orang tercinta.

8. sahabat-sahabat terbaikku Intan N Aini, Kiki Ulfa Lesmana, Atin Kurniatin,

yang senantiasa menemani penulis dala susah maupun senang. Sukses untuk

kita semua. Amin.

9. Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Banten (HMB) Jakarta, yang menjadi

tepat menaung dan tempat menempa ilmu bagi penulis selama menuntut ilmu

di kampus tercinta, terimakasih telah atas motivasi dan do’anya.

10. Tean-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan IPS 2010 dan 2011, khusunya

teman-teman terbaiku Chentaury Galih Kismareti, Lilian Paramitha,

Nurfadilah, Prizca Nufauziah, Gina Rosdianti, Cindy Fatika sari dan

Desdeomona. Terimakasih atas doa dan dukunganya dan menjadi teman

terbaik. Sukses untuk kita semua.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak yang tidak bisa disebutkan satu

persatu hingga skripsi ini terselesaikan. Semoga bantuan yang diberikan menjadi

amal saleh yang memperberat timbangan kebaikan kita di akhirat kelak. Kritik dan

saran serta ide senantiasa penulis terima dengan suka cita. Semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi kita seua. Amiin, Sekian dan terimakasih.

(9)

v

ABSTRAK ... i

ABSTRACK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B.. Identifikasi Masalah ... 5

C.. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Masalah ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI A.Perbankan Syariah ... 8

1. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia ... 8

2. Produk Bank Syariah ... 9

3. Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional ... 13

B. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank ... 16

1. Tingkat Kesehatan Bank ... 16

C.Krisis Keuangan Global ... 25

(10)

vi

3. Dampak Krisis Keuangan Global ... 29

D.Penelitian Terdahulu ... 30

E. Kerangka Berfikir ... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Desain Penelitian ... 36

B. Populasi dan Sampel... 36

1. Populasi ... 36

2. Sampel ... 38

C.Jenis Penelitian ... 39

D.Operasional Variable ... 40

E. Teknik Pengumpulan Data ... 41

F. Teknik Analisa Data ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN A.Profil Perusahaan ... 47

1. Profil PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk ... 48

2. Profil PT. Bank Syariah Mandiri Tbk ... 52

3. Profil PT. Bank Mega Syariah Tbk ... 55

4. Profil PT. Bank Syariah Bukopin Tbk ... 57

B. Analisis Tingkat Kesehatan BSM, BMI, BMS dan BSB ... 60

1. Capital ... 61

2. Asset ... 66

3. Earning ... 68

4. Liquidity ... 74

(11)

vii

A.Kesimpulan ... 80

B. Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 82

(12)

viii

Tabel 2.1 Perbedaan Bank Syariah dengan Bnak Konvensional ... 16

Tabel 2.2 Penilian Tingkat Kesehatan Bank Syariah ... 24

Tabel 2.3 Rasio Tingkat Kesehatan Bank Syariah Rasio CAMELS ... 24

Tabel 2.4 Peringkat Faktor Keuangan Rasio CAMELS ... 25

Tabel 2.5 Penilitian Relevan ... 30

Tabel 3.1 Daftar Bank Umum Sariah Populasi Penelitian ... 37

Tabel 3.2 Penetapan Sampel Penelitian ... 39

Tabel 3.3 Penghitungan Kriteria Penlialian dari Masing-Masing Aspek ... 46

Tabel 4.1 Hasil Penentuan Sampel ... 48

Tabel 4.2 Daftar Sapel Bank Syariah ... 48

Tabel 4.3 Profil Perusahaan PT. Bank Muaalat Inodonesia Tbk ... 49

Tabel 4.4 Profil Perusahaan PT. Bank Syariah Mandiri Tbk ... 53

Tabel 4.5 Profil Perusahaan PT. Bank Mega Syariah Tbk ... 55

Tabel 4.6 Profil Perusahaan PT. Bank Syariah Bukopin Tbk ... 58

(13)

ix

2008 – 2013 ... 66

Tabel 4.9 Rasio NOM (Net Operating Margin) BSM, BMI, BMS, dan BSB tahun

2008 – 2013 ... 68

Tabel 4.10 Rasio STM (Short Term Mismatch) BSM, BMI, BMS dan BSB tahun

2008 – 2013 ... 74

(14)

x

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ... 34

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Bank Muaalat Indonesia Tbk ... 51

Gambar 4.2 Struktur Organisasi Bank Syariah Mandiri Tbk ... 54

Gambar 4.3 Struktur Organisasi Bank Mega Syariah Tbk ... 56

(15)

xi

1. Penghitungan Rasio Capital, Asset, Earning dan Liquiditas PT. Bank Sariah

Mandiri, Tbk.

2. Penghitungan Rasio Capital, Asset, Earning dan Liquiditas PT. Bank Muammat

Syariah, Tbk.

3. Penghitungan Rasio Capital, Asset, Earning dan Liquiditas PT. Bank Mega

Syariah, Tbk.

4. Penghitungan Rasio Capital, Asset, Earning dan Liquiditas PT. Bank Sariah

Bukopin, Tbk.

5. Laporan Keuangan, Asset, Neraca, Pendapatan Oprasional liabilitas dan ekuitas

PT. Bank Syariah Mandiri, Tbk.

6. Laporan Keuangan, Asset, Neraca, Pendapatan Oprasional liabilitas dan ekuitas

PT. Bank Muammalat Indonesia, Tbk.

7. Laporan Keuangan, Asset, Neraca, Pendapatan Oprasional liabilitas dan ekuitas

PT. Bank Mega Syariah, Tbk.

8. Laporan Keuangan, Asset, Neraca, Pendapatan Oprasional liabilitas dan ekuitas

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesehatan atau kondisi bank dan lembega keungan non-bank adalah faktor

peting yang sangat terkait baik bagi pemilik bank, pengelola, (manajemen) bank,

pengguna atau masyarakat pengguna bank, Bank Indonesia selaku otoritas

pengawas bank, dan pihak lainnya yang terkait dengan bank yang bersangkutan.

Fungsi dari penilaian tingkat kesehatan bank dapat di gunakan oleh pihak-pihak

terkait untuk mengevaluasi kinerja bank dalam menerapkan prinsip kehati-hatian,

kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku dan manajemen resiko. Untuk menilai

kesehatan sebuah bank dapat dilihat dari berbagai aspek. Penilaian ini bertujuan

untuk menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi sehat, cukup sehat, kurang

sehat dan tidak sehat. Penilaian tingkat kesehatan bank dilakukan setiap periode

dan dalam setiap penilaian ditentukan kondisi suatu bank. Penilaian untuk

menentukan kondisi suatu bank, biasanya menggunakan alat ukur. Salah satu alat

ukur yang utama yang digunakan untuk menentukan kondisi suatu bank yaitu

dikenal dengan analisis CAMELS1 Berdasarkan peraturan Bank Indonesia Nomor

9/1/PBI/2007 adalah hasil penilaian kualitatif atau aspek yang berpengaruh

terhadap kondisi atau kinerja suatu bank atau UUS melalui penilian kuantitatif

terhadap faktor-faktor permodalan, kualitas aset, rentabilitas, likuiditas,

sensisitibilitas terhadap risiko pasar, dan penilaian kualitatif terhadap faktor

1

(17)

manajemen. Tingkat kesehatan bank syariah merupakan kepetingan semua pihak

yang terkait, termasuk Bank Indoneisa. Bagi bank syariah hasil penilaian tingkat

kesehatan dapat dipergunakan sebagai salah satu alat bagi manajemn dalam

menentukan kebijakan pengelolaan bank kedepan.

Tingkat kesehatan keuangan bank adalah hasil kualitatif atas berbagi aspek

yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui penilaian

kuantitatif dan atau penilaian Kualitatif terhadap faktor-faktor Capital, Asset

Quality, Manajement, Earning, dan likuidity yang disingkat CAMEL2. Penilaian

tingkat kesehatan bank dan penilaian manajemen risiko dibedakan namun terdapat

perpotongan antara keduanya. dalam penilaian tingkatan kesehatan bank telah

memasukan risiko yang melekat pada aktifitas bank (inherent risk) yang

merupakan bagian dari proses penilaian manajemn risiko3.

Pada umumya bank dikenal sebgai lembaga keuangan yang kegiatan

utamanya menerima simpanan, Giro, Tabungan dan Deposito. Ada dua macam

jenis bank sesuai dengan prinsipnya, ada bank syariah dan ada bank konvensional.

Kedua jenis bank memiliki fungsi yang sama. Namun perbedaanya hanya pada

prinsip pelaksanaannya. Subjek penelitian yang akan dilaksanakan hanya pada

Bank syariah. Pada perkembangannya bank syariah bisa dikatakan sangat pesat.

Apalagi di masa kini, masyarakat lebih memilih bank syariah sebagai tempat

menghimpun dananya. Ada banyak alasan sesorang memilih bank syariah, bisa

dalam segi agama, keuntungan dan kemanannya. Terlebih bank syariah di

Indonesa dari tahun-ketahun mengalami peningkatan yang sangat signifikan.

Kemudian bermunculan bank-bank umum berprinsip syariah. Berdasarkan data

Bank Indonesia, prospek perbankan syariah pada tahun 2008 di perkirakan cukup

baik. Industri bank syariah diperkirakan masih akan berkembang dengan tingkat

pertumbuhan yang cukup tinggi. Jika pada posisi 2004, volum usaha perbankan

2

Surat Edaran, Kepada bank Umum yang melaksanakan kegiaan usaha berdasarkan prinsip syariah di Indonesia, prihal system peningkatan tingkat kesehtan bank umum berdasarkan prinsip syariah No.9/24/DPbs , Jakarta : Bank Indonesia

3 Dwi Nur’aini Ihsan,

(18)

syariah telah mencapai 14,0 triliun rupiah, dengan tingkat pertumbuhanya yang

terjadi pada tahun 2004 sebesar 88,6%, volum perbankan syariah di tahun 2005

diperkirakan akan mencapai 24 triliun rupiah dengan volum tersebut diperkirakan

industri perbankan syariah akan mencapai pangsa sebesar 1,8% dari industri

perbankan Nasional di bandingkan sebesar 1,1% pada akhir tahun 2004.

Pertumbuhan volum usaha perbankan syariah tersebut ditopang oleh rencana

pembukaan unit usaha syariah yang baru dengan pembukaan jaringan kantor yang

lebih luas. Dana pihak ketiga (DPK) diperkirakan akan mencapai jumlah sekitar 20

triliun dengan jumlah pembayaran sekitar 21 triiun rupiah di akhir tahun 20054.

Kemudian diterangkan pula pada surat kabar sindo5. Di jelaskan bahwa “ nilai-nilai

ini telah membawa keuangan syariah global berkembang pesat dengan nilai

sebesar USD 1,6 triliun serta pemikiran pertumbuhan pertahun mencapai 20%, ujar

Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo di sela-sela acara Gerakan

Ekonomi Syariah (Gres) dilapangan Monumen Nasional (Monas), Jakarta

Hal ini terlihat ketika bank syariah dapat bertahan di krisis keuangan di

tahun 1997 maupun krisi keuangan tahun2008. Fakta memperlihatkan disaat

banyaknya bank konvensional yang koleps ketika menghadapi krisis bank syariah

justru menuai profit besar.

Krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998 menjadi titik ukur

keberhasilan bank syariah di Indonesia. Krisis moneter yang terjadi pada tahun itu

menyebabkan keterpurukan bagi bank konvensional dan banyak diantaranya yang

mengalami likuidasi karena kegagalan sistem. Tidak hanya itu di tengah-tengah

krisis keuangan global tahun 2008, lembaga keuangan Islam kembali membuktikan

daya tahan terhadap krisis. Lembaga keungan syariah stabil dalam perkembangan

dan dapat memberikan manfaat, kenyamanan serta kemanan bagi para pemegam

saham, surat berharga, peminjam dan deposen di bank syariah. Hal ini dapat

dibuktikan dari keberhasilan Bank Syariah, dimana mampu melalui krisis yang

terjadi pada tahun 1998 dengan kinerja yang semakin meningkat, bank Syariah

4

Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, Laporan Perkembangan Perbankan Syariah Tahun 2004, (Jakarta, Bank Indonesia. 2004), h. 8.

5

(19)

seperti Bank Muamalat bahkan mampu membukukan keuntungan lebih dar 300

miliar rupiah6.

Dalam subjek ini, tidak akan membahas mengenai perkembangan dari bank

syariah itu sendiri. Tapi yang akan dibahas dalam penelitian kali ini yaitu tingkat

kesehatan bank syariah ketika krisis Global berlangsung dan setelah krisis Global.

Karena pada masa itu banyak lembaga keuangan seperti bank mengalami likuidasi

dan diberhentikan operasinya yang diakibatkan oleh krisis keuangan global

tersebut. Analisis yang akan dipakai dalam penelitian ini yaitu analisis CAMELS.

Analisis ini merupakan peraturan atau ketetapan yang ditetapkan oleh bank

indonesia dalam penilaian tingkat kesehatan bank.

Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/1/PBI/2007 tentang

sisitem penilaian tingkat kesehatan bank umum berdasarkan prinsip syariah,

dijelaskan bahwa penilaian tingkat kesehatan bank umum berdasarkan prinsip

syariah menggunakan lima kelompok faktor, yaitu Capital, Aktiva Produktif,

Manajement, Earning, dan Likuidity. Pada analisis CAMELS tersebut terdapat

peringkat yang telah ditetapkan oleh bank Indonesia. Bank Indoensia sudah

menetapkan Peringkat atau prosentase kinerja keuangan yang memenuhi

persyaratan bank untuk dinyatakan sehat, serta tidak membahanyakan/ merugikan

pihak-pihak yang berkepentingan. Analisis CAMELS, diklasifikasikan sebagai

aspek penilaian yang merupakan perhitungan rasio keuangan. Rasio keuangan

berfungsi dalam melihat tingkat kesehatan kuangan bank. Semakin besar sekala

operasi bank dan semakain tinggi jumlah modal dari bank tersebut diharapkan pada

kinerja operasinya semakin baik. Keberhasilan suatu usaha bank syarah dapat

dicerminkan dari peranannya terhadap kebijakan ekonomi rakyat. Untuk

mengetahui keberhasilan keuangan bank syariah perlu diadakannya tingkat

kesehatan bank syariah secara menyeluruh. Apalagi penelitian ini meneliti kondisi

tingkat kesehatan bank syariah kala itu. Yang ditinjau adakah penngkatan atau

perbedaan dalam dua periode tersebut. Dari penelitian tingkat kesehatan bank

6 Tatis. Joesron, “perkembangan perbankan syariah dan prospeknya d Indonesia” jurnal

(20)

syariah ketika krisis keuangan global dan setelah krisis keuangan global dapat

dijadikan evaluasi hal-hal yang perlu dilakukan kedepan dan ketika hal-hal

tersebut terulang kembali.

Dari latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai

tingkat kesehatan keuangan Bank Syariah di Inonesia ketika krisis keuangan

Global dan setelah krisis keuangan global. Dengan menggunakan analisis

CAMELS ( capital, asset, management, earning, liquidity dan sensitive risk)

namun dalam penelitian ini hanya akan menggunakan analisis CAMELS dari segi

kuantitatif atau keuanganya saja yaitu capital, asset, earning dan likuiditasnya saja.

Sedangkan dari sisi kualitatif yaitu manajen dan sensitivity risk tidak akan di

gunakan. Karena dalam menggunaan manajemen dan sensitivity risk yaitu

menggunakan angket dan wawancara kepada bank-bank terkait atau menggunakan

data primer. Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan data sekunder berupa

laporan keuangan masing-masing bank dan dalam 6 tahun perhitungan yaitu

setelah krisis keuangan global dan setelah krisis keuangan global. Penelitian ini

hanya menganalisis pada dua periode saat krisis dan 4 periode setelah krisis

keuangan global saja. Sedangkan untuk sebelum krisis keuangan global tidak

diteliti. hal ini disebebkan oleh ketersediaan data penelitian dan sampel dari bank

syariah di Indonesia, yang mana pada tahun itu belum banyak bank syariah yang

beroperasi di Indonesia. Untuk itu penulis mengambil judul “ Analisis Tingkat

Kesehatan Bank Syariah Di Indonesia Ketika Krisis Keuangan Global dan Setelah

Krisis Keuangan Global (2008-2013)”.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang diatas maka dapat di identifikasi masalah-masalah sebagai

berikut:

1. Banyaknya bank dilikuidasi ketika krisis keuangan global.

2. Ketidakpercayaan nasabah ketika krisis keuangan global terhadap rentabilitas

bank.

(21)

4. Banyaknya bank yang tidak sehat saat krisis keuangan global dari sisi Capital

(permodalan), Asset (kualitas asset), Manajemen Earning (rentabilitas),

Liquidity (Likuiditas) dan sensitivity to market risk (sensitivitas atas resiko

pasar).

C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitiannya, penulis membatasi masalahnya hanya pada peningkatan

kesehatan bank Syarih pada saat krisis dan setelah krisis keuangan global. Metode

yang akan digunakan dalam perhitungan tingkat kesehatan bank yaitu dengan

menggunakan metode CAMELS pada peraturan Bank Indonesia No. 9/1/PBI/2007

tentang kesehatan bank umum berprinsip syariah.

Dalam menilai tingkat kesehatan bank dengan menggunakan metode

CAMELS, peneliti hanya akan meneliti dari sisi rasio keuangannya saja yaitu dari

sisi rasio keuangan bank yaitu Rasio Permodalan (capital), kualitas Aset (Asset

Quality, Rentabilitas (Earning) dan likuiditas (Likuidity). Sedangkan dari sisi

Manajemen ( Management) dan sensitivity to Market Risk tidak diikut sertakan.

Perhitungan tingkat kesehatan bank yang peneliti teliti hanya pada Bank Umum

Syariah yang terdaftar di BI, menerbitkan Annual Report dari tahun

2008-2013¸melaporkan Publikasi Laporan Keuangan Bank ke BI. Dan perhitungan yang

dilakukan peneliti hanya selama 6 periode yaitu dari tahun 2008-2013.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah ditentukan di atas, maka peneliti

merumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut : Bagaimana penilaian

tingkat kesehatan keuangan bank syariah di Indonesia ketika krisis keuangan

global dan sesudah krisis keuangan global (2008-2013)?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui peniliaian tingkat kesehatan keuangan Perbankan Syariah saat

(22)

F. Manfaat Penelitian

Penulis berharap informasi yang diperoleh dari penelitian ini dapat bermanfaat

bagi pihak, diantaranya adalah:

1. Manfaat Untuk Penulis

Dengan adanya penelitian ini, penulis berharap dapat menambah pengetahuan

dan pemahaman yang lebih luas tentang tingkat kesehatan Bank Syariah di

Indonesiadan ketahanan Bank Syariah ketika krisis keuangan global dan

setelah krisis keuangan global.

2. Manfaat Bagi Akademisi

Penelitian ini diharapkan berguna untuk menambah wawasan intelektual

akademis dan merupakan kesempatan untuk mengimplementasikan teori-teori

yang telah dipelajari oleh penulis. Serta sebagai khazanah ilmu pengetahuan

mengenai penilaian tingkat kesehatan Bank Umum Syariah di Inonesia.

3. Manfaat Bagi Institusi Perbankan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi kepada Bank

Indonesia sebgai intstitusi tertinggi untuk mengatur, mengawasi, dan menilai

tingkat kesehatan bank umum Syariah sesuai dengan peraturan Bank

Inodonesia Nomor 9/1/PBI/2007 tentang tingkat kesehatan Bank Umum

Syariah. Peneliti juga berharap, penelitian yang sudah diteliti dapat bermanfaat

untuk institusi perbankan untuk dapat meningkatkan dan mempertahankan

tingkat kesehatan banknya agar terus dapat bertahan ditengah krisis ekonomi.

4. Masyarakat dan Investor

Dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap, agar penelitian ini beramanfaat

untuk masyarakat dan para investor yang akan mengalokasikan dananya ke

bank. Supaya mengalokasikan danya ke bank yang mempunyai predikat baik

(23)

8

BAB II

KAJIAN TEORI

A. PERBANKAN SYARIAH

1. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia

Berkembangnya bank-bank syariah di Negara-negara Islam berpengaruh

ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an. Diskusi mengenai bank syariah sebagai

pilar ekonomi Islam mulai dilakukan. Prakarsa lebih khusus untuk mendirikan

bank Islam di Indonesia baru dilakukan pada tahun 1990. Majelis Ulama

Indonesia (MUI) pada tanggal 18-20 Agustus 1990 menyelenggarakan lokakarya

bunga bank dan perbankan di Cisarua, Bogor, jawa Barat. Hasil lokakarya itu

dibahas lebih mendalam pada Musyawarah Nasional IV MUI yang berlangsung di

Hotel Syahid Jakarta, 22-25 Agustus 1990. Berdasarkan amanat Munas MUI, di

bentuk kelompok kerja untuk mendirikan bank Islam Indonesia. Kelompok kerja

yang disebut Tim Perbankan MUI, bertugas melakukan pendekatan dan konstitusi

dengan semua pihak terkait.

Bank Muammalat Indonesia lahir sebagai hasil kerja keras tim perbankan

MUI tersebut. Pada awal pendirian bank Muamalat Indonesia, keberadaan bank

syariah ini belum mendapat perhatian yang optimal dalam tatanan industri

perbankan Nasional. Landasan hukum operasi bank yang menggunakan sistem

syariah ini hanya di katagorikan sebagai “bank dengan sistem bagi hasil” tidak

(24)

diperbolehkan. Hal ini tercermin sangat jelas dari UU No 7 Tahun 1992, di mana

pembahasan perbankan dengan sistem bagi hasil di uraikan hanya sepintas lalu

merupakan sisipan belaka.

Perkembangan Indonesia pada era reformasi ditandai dengan disetujuinya

Undang-Undang No.10 Tahun 1998. Dalam undang-undang tersebut di atur

dengan rinci landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan

diimplementasikan oleh bank syariah. Undang-undang tersebut juga memberikan

arahan bagi bank-bank konvensional untuk membuka cabang syariah atau bahkan

mengkonversi diri secara total menjadi bank syariah. Peluang tersebut ternyata

disambut antusias oleh masyarakat perbankan. Sejumlah bank mulai memberikan

perhatian dalam bidang perbankan syariah bagi para stafnya. Banyak bank

konvensional yang membagi cabangnya menjadi bank syariah.

Bank Syariah Mandiri (BSM) merupakan bank milik pemerintah pertama

yang melandaskan operasionalnya pada prinsip syariah. Secara struktural, BSM

berasal dari Bank sulila Bakti (BSB), sebagai salah satu anak perusahaan

dilingkup bank Mandiri (ex BDN), yang kemudian dikonversikan menjadi bank

syariah secar penuh. Sebagai salah satu bank yang di miliki oleh Bank Mandiri

yang memiliki asset ratusan teriliun dan Networking yang sangat luas, BSM

memiliki beberapa keunggulan komperatif dibidang pendahulunya. Satu

perkembangan lain perkembangan bank syariah di Indonesia secara reformasi

adalah diperkenalkannya konversional menjadi bank syariah.1

2. Produk Perbankan Syariah2

Pada dasarnya, produk yang ditawarkan oleh perbankan syariah dapat di

bagi menjadi tiga bagian besar, yaitu: Produk Penyaluran Dana, Produk

Penghimpunan Dana, Produk Jasa

a. Penyaluran Dana

Dalam penyaluran dana prinsip-prinsip jual beli ditujukan untuk memiliki

barang, sedangkan yang menggunakan prinsip sewa ditunjukan untuk

1

Muhamad syafii Antonio, Bank Syariah bagi Bankir dan praktisi keuangan (Jakarta Bank of Indonesia and Tazkia Institute,1999

2

(25)

mendapakan jasa. Prinsip bagi hasil di gunakan untuk usaha kerja sama yang

ditujukan guna mendapakan barang dan jasa sekaligus. Pada katagori pertama

dan kedua, tingkat keuntungan bank di tentukan di depan dan menjadi bagian

harga atas barang atau jasa yang di jual. Produk yang termasuk kepada

kelompok ini adalah produk yang menggunakan prinsip jual-beli seperti

Murabahah, saham, dan istisna seperti produk yang menggunakan produk

sewa, yaitu ijarah dan IMBT.

Sedangkan pada katagori ketiga, tingkat keuntungan bank di tentukan dari

besarnya keuntungan usaha sesuai degan prinsip-prinsip bagi hasil. Pada

produk bagi hasil keuntungan di tentukan oleh nisbah bagi hasil yang di

sepakati dimuka. Produk perbankan yang termasuk kedalam kelompok ini

adalah Musyarakah dan Mudharabah. Sedangkan pembiayaan dengan akad

pelngkap ditujukan untuk memperlancar pembiayaan dengan menggunakan

tiga prinsip di atas. Kita akan membahas masing-masing produk ini dengan

lebih rinci pada uraian berikut.

b. Prinsip-prinsip jual beli (Ba’i)

Prinsip jual beli dilaksanakan dengan sambungan dengan adanya

perpindahan kepemilikan barang atau benda (transfer of property) tingkat

keuntungan bank di tentukan di depan dan menjadi bagian harga atas barang

yang dijual. Dalam kajian ini akan di bahas mengenai produk-produk bank

syariah namun hanya produk yang menyakut dengan kajian dalam proposal

ini.

c. Pembiayaan murabahah

Murabahah (al-bai’ tsaman ajil) lebih dikenal sebagai murabahah saja.

Murabahah yang di berasal dari kata ribhu (keuntungan), adalah transaksi jual

beli dimana bank menyebut jumlah keuntunagnnya. Bank bertindak sebagai

penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli

bank dari pemasok di tambah keuntungan (margin). Kedua belah pihak harus

menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran. Harga jual di

cantumkan dalam akad jual beli dan jika telah telah disepakati tidak dapat

(26)

lakukan dengan pembayaran cicilan ( bi tsaman ajil atau muajjal). Dalam

transaksi ini barang diserahkan segera setelah akad, sementara pembayaran

dilakukan secara tangguh/cicilan.

d. Pembiayaan Mudharabah

Secara spesifik terdapat bentuk musyarakah yang popular dalam bentuk

perbakan syariah yaitu mudharabah. Mudharabah adalah bentuk kerja sama

antara dua belah pihak atau lebih pihak dimana pemilik modal ( shahib

al-maal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan

satu perjanjian pembagian keuntungan. Bentuk ini menegaskan kerja sama

dalam paduan kontribusi 100% modal kas dari shahib al-maal dan keahlian

mudharib. Transaksi jenis ini tidak mensyaratkan adanya wakil shahib

al-maal dalam manajemn produk. Sebagai orang kepercayaan, mudharib harus

bertindak hati-hati dan bertanggung jawab untuk setiap kerugian yang terjadi

akibat kelalaian. Perbedaan yang esensial dari musyarakah dan mudharabah

terletak pada besarnya kontribusi atas manajemen dan keuangan atau selain

salah satu diantara itu. Dalam mudharabahah, modal hanya berasal dari satu

pihak sedangkan dalam musyarakah modal berasal dari dua belah pihak.

Musyarakah dan mudharabah dalam literature fiqih berbetuk perjanjian

kepercayaan (uqud al-amanah) yang menuntut tingkat kejujuran yang tinggi

dan menjunjung keadilan. Karenanya masing-masing pihak untuk melakukan

kecurangan dan ketidakadilan pembagian pendapatan betul-betul akan

merusak ajaran isalm.

Ketentuan umum skema pembiayaan mudharabah adalah sebagai berikut:

a) Jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah selaku pengelola modal

harus diserahkan tunai dan dapat berupa uang atau barang yang dinyatakan

nilainya dalam satuan uang.

b) Hasil dari pengelolaan modal pembiayaan mudharabah dapat

diperhitungkan dengan cara:

1. Perhitungan dari pendapatan proyek atau revenue sharing

(27)

c) Hasil usaha dibagi sesuai dengan persetujuan dalam akad, pada setiap

bulan atau waktu yang disepakati. Bank selaku pemilik modal

menanggung seluruh kerugian kecuali akibat kelalaian dan penyimpangan

pihak nasabah, seperti penyelewengan, kecurangan dan penyalahgunaan

dana.

d) Bank berhak melakukan pengawasan terhadap pekerjaan namun tidak

berhak mencampuri urusan pekerjaan atau usaha nasabah. Jika nasabah

cedera janji dengan sengaja, misalnya tidak mau membayar kewajiban

atau menunda pembayaran kewajiban maka ia dapat dikenakan sanksi

administrasi

e. Pembiayaan musyarakah

Bentuk umum dari usaha bagi hasil adalah musyarakah (syirkah atau

syarikah). Transaksi musyarakah dilandasi adanya keinginan para pihak yang

bekerja sama untuk meningkatkan nilai asset yang mereka miliki secara

bersama-sama. Semua bentuk usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih

dimana mereka secara bersama-sama memadukan seluruh bentuk sumber daya

baik yang berwujud maupun tidak berwujud. Secara spesifik bentuk kontribusi

dari pihak yang bekerja sama dapat berupa dana, barang perdagangan

(Trading Assets) , kewiraswastaan ( Entrepreneurship), kepandaian (Skill),

kepemilikan (Property), peralatan (Equipment), atau Intangible Asset (seperti

hak paten atau Good Will), kepercayaan/ reputasi (Credit Worthiness) dan

barang-barang lainnya yang dapat dinilai dengan uang. Dengan merangkup

seluruh kombinasi dari bentuk kontribusi masing-masing pihak dengan atau

tanpa batasan waktu menjadikan produk ini sangat fleksibel. Ketentuan umum

pembiayaan musyarakah adalah sebagai berikut:

1. Semua modal disatukan untuk menjadikan modal proyek musyarakah dan

dikelola bersama-sama. Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam

menentukan kebijakan usaha yang dijalankan oleh pelaksana proyek.

Pemilik modal dipercaya untuk menjalankan proyek musyarakah dan tidak

boleh melakukan tindakan seperti:

(28)

b) Menjalankan proyek musyarakah dengan pihak lain tanpa izin pemilik

modal lainnya

c) Memberi pinjaman kepada pihak lain

d) Setiap pemilik modal dianggap mengakhiri kerjasama apabila:

menarik diri dari perserikatan, meninggal dunia, menjadi tidak cakap

hokum

2. Biaya yang timbul dalam pelaksanaan proyek dan jangka waktu proyek

harus diketahui bersama. Keuntungan dibagi sesuai porsi kesepakatan

sedangkan kerugian dibagi sesuai dengan porsi kontribusi modal.

3. Proyek yang akan dijalankan harus disebutkan dalam akad setelah proyek

selesai. Nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang

telah disepakati untuk bank.

3. Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional3

Dalam beberapa hal, bank konvensional dengan bank syariah memiliki

persamaan, terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer,

teknologi komputer yang di gunakan, syarat-syarat umum memperoleh

pembiayaan seperti KTP, NPWP, proposal, laporan keuangan, dan sebgaianya.

Akan tetapi tedapat perbedaan yang amat sangat mendasar diantara keduannya.

Perbedaan itu menyangkut asspek legal, struktur organisasi, usaha yang dibiayai,

dan lingkungan kerja.

1. Dalam bank syariah, akad yang dilakukan memiliki konsekuensi duniawi dan

ukhrawi karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum islam. Seringkali

nasabah berani melanggar kesepakatan/perjanjian yang telah dilakukan bila

hukum itu hanya berdasarkan hukum positif belaka, tapi tidak demikian bila

perjanjian tersebut memiliki pertanggungjawaban hingga yaumil qiyamah

nanti4. Setiap akad dalam perbankan syariah, baik dalam hal barang, pelaku

3Muha ad Syafi’I A to io,

Bank Syariah : dari Teori Keperaktek,Gema Insani, 2001. Hal,29

4

(29)

transaksi, maupun ketentuan lainnya, harus memenuhi ketentuan akad, seperti

hal-hal berikut:

a. Rukun

a) Penjual.

b) Pembeli.

c) Barang.

d) Harga.

e) Akad/ijab-qabul.

b. Syarat.

Seperti syarat berikut :

a) Barang dan jasa harus halal sehingga transaksi atas barang dan jasa

yang haram menjadi batal demi hukum syariah.

b) Harga barang dan jasa harus jelas.

c) Tempat penyerahan (delivery) harus jelas karena akan berdampak

pada biaya transportasi.

d) Barang yang di transaksikan harus sepenuhnya dalam kepemilikan

tidak boleh menjual sesuatu yang belum dimiliki atau dikuasai seperti

yang terjadi pada transaksi Short Sale dalam pasar modal.

2. Lembaga Penyelesaian Sengketa

Berbeda dengan perbankan konvensional, jika pada perbankan syariah

terdapat perbedaan dan perselisiahan antara bank dan nasabahnya, kedua

belah pihak tidak menyelsesikannya di pengadilan negeri, tetapi

penyeselainnya sesuai dengan tata cara dan hukum materi syariah.

Lambega yang mengatur hukum materi dan atau bersasarkan prinsip syariah

di indonesia dikenal dengan nama badan Abritase Muamallah Indonesia atau

BAMUI yang didirikan secara bersama oleh kejaksaan Agung Republik

Indonesia dan Majelis Ulama Indonesia.

3. Struktur Organisasi

Bank syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan bank

konvensioanl,misalnya dalam hal komisaris dan direksi, tetapi unsur yangamat

(30)

adanya Dewan Pengawas Syariah yang bertugas mengawasi oprasioanal bank

dan produk-produknya agar sesuai dengan garis-garis syariah. Dewan

Pengawas syariah biasanya diletakan pada posisi setigkat komisaris pada

setiap bank. Hal ini menjamin efektivitas dan setiap opini yang diberikan oleh

Dewan Pengawas Syariah. Karena itu, biasanya penetapan anggota Dewan

Pengawas Syariah dilakukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham, Setelah

para anggota Dewan Pengawas Syariah itu mendapat rekumendasi dari Dewan

Syariah Nasional.

4. Bisnis dan Usaha yang Dibiayai

Dalam bank Syariah, bisnis dan usaha yang dilakukan tidak terlepas dari

syaringan syariah, karena itu, bank syariah tidak akan mungkin membiayai

usaha yang terkandung didalamnya hal-hal yang di haramkan.

Dalam perbankan syariah suatu pembiayaan tidak akan disetujui sebelum

dipastikan beberapa pokok, diantaranya sebagai berikut:

a. Apakah objek pembiayaan halal atau haram ?

b. Apakah objek menimbulkan kemudharatan untuk masyarakat?

c. Apakah proyek berkaitan dengan perbuatan mesum/asusila?

d. Apakah proyek berkaitan dengan perjudian?

e. Apakah usaha tersebut berkaitan dengan industri senjata yang legal atau

berorientasi pada pengembangan senjata pembunuh masal?

f. Apakah proyek dapat merugikan syiar islam, baik secara langsung

maupun tidak langsung?

5. Lingkungan Kerja dan Corporate Culture

Sebuah bank syariah selayaknya memiliki lingkungan kerja yang sejalan

dengan syariah. Dalam hal etika, misalnya sifat amanah dan shidiq, harus

melandasi setiap karyawan sehingga tercermin integritas eksekutif muslim

yang baik. Disamping itu, karyawan bank syariah harus skillfull dan

profesional atau (fathonah) dan mampu melakukan tugas secara teamwork.

Dimana informasi merata diseluruh fungsional organisasi (tabligh). Demikian

pula dalam hal reward dan punishment, diperlukan prinsip keadilan yang

(31)

6. perbandingan antara Bank Syariah dan Konvensional.

Perbandingan antara bank syariah dan bank konvensional disajikan dalam

tabel berikut.

Tabel 2.1

Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional

Bank Islam Bank Konvensional

1. Melakukan investasi yang halal

saja.

2. Berdasarkan prinsip bagi hasil,

jual beli, atau sewa.

3. Profit dan falah orientid.

4. Hubungan dengan nasabah

dalam bentuk hubungan

kemitraan.

5. Penghimpunan dan penyaluran

dana harus sesuai dengan fatwa

Dewan Pengawas Syariah.

1. Investasi yang halal dan

yang haram.

2. Memakai perangkat bunga.

3. Profit Orienid.

4. Hubungan dengan nasabah

dalam bentuk

debitor-debitor.

5. Tidak terdapat dewan

sejenis.

B. PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK

1. Tingkat Kesehatan Bank

Kesehatan keuangan bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank

untuk melakukan kegiatan operasional perbankkan secara normal seperti

kemampuan menghimpun dana dari masyarakat, dari lembaga lain, dan dari

modal sendiri, kemampuan mengelola dana, kemampuan untuk menyalurkan

dana ke masyarakat, karyawan, pemilik modal, dan pihak lain, pemenuhan

peraturan perbankkan yang berlaku dan mampu memenuhi semua kewajiban

dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peratuan perbankkan yang

berlaku5. Penilaian tingkat kesehatan bank juga dapat diartikan sebagai hasil

5

(32)

penilaian kuntitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau

kinerja bank tersebut6.

Penilaian kesehatan bank, disamping untuk konvensional, juga dilakukan

untuk bank syariah baik bank umum syariah atau bank perkreditan syariah. Hal

ini dilakukan sesuai dengan perkembangan metodelogi penelitian kondisi bank

yang bersifat dinamis yang mendorong pengaturan kembali sistem penilaian

tingkat kesehatan bank berdasarkan prinsip syariah7.

Untuk menilai kesehatan suatu bank dapat di lihat dari berbagai aspek.

Penilaian ini bertujuan untuk apakah bank tersebut dalam kondisi sehat, cukup

sehat, kurang sehat atau tidak sehat. Penilaian kesehatan bank tidak hanya untuk

bank umum/konvensional saja tapi juga untuk menilai kesehatan bank berprinsip

syariah juga. Hal ini dilakukan sesuai dengan perkembangan metodologi penilaian

kondisi bank bersifat dinamis yang mendorong pengaturan kembali system

penilaian tingkat kesehatan bank berdasarkan prinsip Syariah.

Penilaian kesehatan bank syariah dilakukan berdasarkan peraturan Bank

Indonesia (PBI) No. 9/1/PBI/2007 tentang sistem penilaian tingkat kesehatan

bank umum berdasarkan prinsip syariah yang berlakuk mulai 24 Januari 2007.

Dari hasil penjelasan Deputi Bank Indonesia menjelaskan bahwa penerapan ini

dilakukan dengan memperkirakan produk dari jasa perbankan syariah ke depan

kian beragam dan kompleks, sehingga eksposur risiko yang dihadapi juga

meningkat8. meningkatnya kesposur risiko tersebut akan mengubah profil risiko

bank syariah, yang pada gilirannya akan mempengaruhi tingkat kesehatan bank

tersebut.

Dalam penilaian tingkat kesehatan, bank syariah telah memasukan risiko

yang melekat pada aktivitas bank (interent risk), yang merupakan bagian dari

proses penilaian manajemen risiko. Bank umum syariah wajib melakukan

6Ade Arthesa, Edia Handiman. Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank (Indeks, Jakarta:2004)

hal 132

7

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Rajawali Pers:Jakarta, 2011) hal 200

8

(33)

penilaian tingkat kesehatan bank secara triwulan, yang meliputi faktor-faktor

berikut9 :

a. Capital (Permodalan)

Modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang

ditentukan. Dalam pos modal (modal saham, surplus dan laba yang ditahan)10.

salah satu alat ukur penilaian yang digunakan untuk mengukur seberapa baik

kondisi modal yaitu menggunakan rasio permodalan. Rasio permodalan ini

berfungsi untuk mengukur kemampuan bank dalam menyerap

kerugian-kerugian yang tidak dapat dihindari lagi serta dapat pula digunkan untuk

mengukur besar kecilnya kekayaan bank tersebut atau kekayaan yang dimiliki

oleh para pemegang sahamnya. Penilaian permodalan dimaksudkan untuk

menilik kecukupan modal bank dalam nengamankan eksposur risiko posisi dan

mengantisipasi eksposur risiko yang akan muncul. Penilaian terhadap faktor

permodalan meliputi penilain terhadap komponen-komponen sebagai berikut

(pasal 4 no 1)

1. Kecukupan, proyeksi (trand ke depan) permodalan dan kemampuan

permodalan dalam mengcover risiko.

2. Kemampuan memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal dari

keuntungan, rencana permodalan untk mendukung pertumbuhan untuk

usaha, akses kepada sumber permodalan dan kinerja keuangan pemegang

saham.

Peringkat faktor permodalan, kualitas asset, rentabilitas, likuiditas dan

sensitivitas terhadap risiko pasar ditetapkan dalam 5 (lima) peringkat (pasal 8

no3). Rasio utama pada permodalan adalah rasio kewajiban penyedian modal

minimum (KPMM) atau lebih dikenal sebagai rasio capital Adeuary ratio

(CAR) adalah rasio kewajiban pemenuhan modal minimum bank yang harus

dimiliki oleh bank.

9Dwi Nura’ini Ihsan,

Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah. UIN Jakarta Perss, 2013. Hal, 29

10

(34)

Rumus untuk menghitung CAR/KPMM adalah sebagai berikut:

Ativa tertimbang menurut Risiko (ATMR) adalah nilai total

masing-masing aktiva bank setelah dikalikan dengan masing-masing

bobot risiko aktiva tersebut. Aktiva yang tidak berisiko diberi bobot 0%

dan ktiva yang paling berisiko di beri bobot 100%. Dengan demikin

AMRT menunjukan nili aktiva beresiko yang memerlukn antisipasi modal

dalam jumlah yang cukup.

b. Asset (Aset)

Aset atau Aktiva merupakan kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan

baik itu yang berwujud maupun tidak berujud. Aktiva bukan hanya

kekayaan yang dimiliki perusahaan saja, tetapi juga termasuk

pengeluaran-pengeluaran yang belum dialokasikan (deffered charge) atau

biaya yang masih terus dialokasikan pada penghasilan yang akan datang,

serta aktiva aktiva yang tidak berujud lainnya semisal Goodwill, hak

M tier 1 : Modal inti

M tier 2 : Modal pelengkap

M tier 3 : Modal pelengkap tambahan

Penyertaan : Penambahan dana bank dalam bentuk saham pada

perusahaan yang bergerak dibidang keuangan

syariah atau jenis transaksi tertentu berdasarkan

perinsip syariah yang berkibat bank memiliki atau

tidak akan memiliki saham pada perusahaan yang

bergerang di bidang keuangan syariah

ATMR : Aktiva tertimbang menurut risiko

Mtier 1 + Mtier 2 + Mtier 3 – penyertaan CAR =

(35)

patent, hak penerbitkan dan sebagainya11. Rasio ini digunakan untuk mengetahui kualitas aktiva produktif, yaitu penanaman dana bank dalam

rupiah atau valuta asing dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatn

pada bank lain dan penyertaan. Penilaian tersebut dilakukan untuk melihat

apakah aktiva produkti digunkn untuk menghasilkan laba secara

maksimum. Penilaian terhadap faktor kualitas asset meliputi penilian

terhdap komponen komponen sebagai berikut:

1. Kualitas aktiva produktif, perkembangan kualitas aktiva produktif

bermasalah, konsentrasi eksposur risiko, dan eksposur nasabah inti.

2. Kecukupn kebijkn dan prosedur, sisitem kaji ulang (review) internal,

system dokumentasi dan kinerja penanganan aktiva produktif

bermaslah.

Kualitas aktiva produktif (KAP) sebagai rasio dalam penilaian kualitas

asset sangat berguna untuk mengetahui bagaimana pihak bank dapat

mengelola aktiva yang dimiliki dengan sebaik-baiknya sehinga dapat

menghasilkan pendapatan atau keuntungan semaksimal mungkin.

11

Ibid hal 14

APYD : Aktiva Produktif yang dikaslifikasikn dalah aktiva

produktif yang sudah maupun yang mengandung

potensi untuk memberikan penghasilan atau

menimbulkan kerugian yang besarnya ditetapkan

sebagai berikut:

a. 25% dari aktiva produktif yang digolongkan dalam

perhatian khusus

b.50% dari aktiva produktif yang digolongkan kurng

APYD (DPK,KL, D, M) KAP =

(36)

c. Earnings (Rentabilitas)

Rasio Rentabilitas merupakan alat untuk menganalisis atau

mengukur tingkat efisiensi usaha dan kemampuan bank dalam

menghasilkan laba. Penilaian rentabilitas bank dimksudkan untuk menilai

kemampuan bank dalam menghasilkan laba. Penilaian terhadap faktor

rentabilitas menliputi penilaian terehadap komponen-komponen sebagai

berikut:

1. Komponen dalam menghasilakn laba, kemampun laba mendukung

ekspansi dan menutup risiko, serta tingat efisiensi.

2. Diversifikasi pendapatan termasuk kemampuan bank untuk

mendapatkan free based income, dan diversifikasi penanaman dana,

serta penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan terhadap

pendapatan dan biaya.

Net Operating Margin adalah rasio rentabilitas untuk mengetahui

kemampuan aktiva produktif dalam menghasikan laba melalui

perbandingan pendapatan oprasional dan beban oprasional dengan

rata-rata aktiva. Retrun On Asset (ROA) adalah rasio rentabilitas yang

menunjukan perbandingan antara laba (sebelum pajak) dengan total lancer.

c. 75% dari aktiva produktif yang digolongkan

diragukan.

d.100% dari aktiva produktif yang digolongkan

Macet.

Aktiva Produktif : Penanaman bank dalam bentuk penempatan, surat

berharga, penyertaan dan penanaman lainnya yang dimakusdkan untuk memperoleh pendapatan bagi bank.

(PO –DBH) – BO NOM =

Rata-Rata Aktiva Produktif (PO –DBH) – BO NOM =

(37)

Asset bank, rasio ini menunjukan tingkat efisiensi pengelolaan asset

yang dilalukan oleh bank yang bersangkutan. Rumus menghitung NOM

Dimana :

PO = Pendpatan oprasional adalah pendapatan oprasional

setelah disitribusi dibagi dalam 12 (dua belas) bulan

terakhir.

BDH = Distribusi bagi hasil adalah hak pihak ketiga bagi

hasil dana syirkah temporer

BO = Biaya oprasional adalah beban oprasional termasuk

kekurangan PPAP yang wajib dibentuk sesuai dengan

ketentuan 12 (dua belas) bulan terakhir.

Penghitungan rata-rata aktiva produktif merupakan rata-rata aktiva

produktif 12 (dua belas) dalam bulan terakhir. Rumus menghitung

ROA sebagai berikut :

d. Liquidity (Likuiditas)

Rasio likuiditas digunakan untuk menganalisis kemapuan bank

dalam memenuhi kebijakan-kebijakannya terutama kewajiban jangka

pendeknya. Suatu bank dikatakan likuid apabila bank tersebut memenuhi

kebijakan hutangnya, dapat membayar kembali semua simpanan nasabah,

serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tampa terjadi

penangguhan.

Penilaian kuantitatif sktor likuiditas dilakukan dengan melakukan

penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:

1. Besarnya aset berjangka pendek dibandingkan dengan kewajiban

jangka pendek, merupakan rasio utama.

Laba Sebelum Pajak ROA =

Rata-rata Total Asset Laba Sebelum Pajak ROA =

(38)

2. Kemampuan Aset jangka pendek, kas dan Secondary Reserve dalam

memenuhi kewajiban jangka pendek, merupakan rasio penunjang.

3. Ketergantungan kepada dana deposan inti, merupakan rasio

penunjang.

4. Pertumbuhan dana deposan inti terhadap total dana pihak ketiga,

merupakan rasio penunjang.

5. Kemampuan dalam memperoleh dana dari pihak lain apabila terjadi

misstmach, merupakan rasio pengamatan (observed).

6. Ketergantungan pada antar bank, merupakan rasio pengamatan

(observed).

Short term mismatch (NOM) adalah rasio likuiditas untuk mengukur

kemampuan bank dalam memenuhi kebutuhan likuiditas jangka pendek.

Rumus menghitung NOM sebagai berikut:

Dimana :

STM : Short team Mismatch

Aktiva jangka pendek : Aktiva likuid kurang dari 3 (tiga) bulan

selain kas, SWBI dan surat berharga

Syariah Negara (SBSN)

Kewajiban jangka pendek : Kewajiban likuid kurang dari 3 bulan.

Hasil analisis terhadap CAMEL, kemudian dituangkan dalam

bentuk angka yang diberikan bobot sesuai ketentuan yang telah diteapkan.

Bobot nilai ini diartikan sebagai kredit. Dari bobot nilai ini dapat

Aktiva Jangka Pendek

NOM =

(39)

dipastikan kondisi suatu bank . batas minimal dan maksimal untuk

menentukan predikat suatu bank dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 2.2

Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Syariah12

Nilai Kredit Predikat

81 – 100

66 - > 81

51 - < 66

0 - < 50

Sehat

Cukup Sehat

Kurang Sehat

Tidak Sehat

Table 2.3

Rasio Tingkat Kesehatan Bank dengan Rasio CAMELS13

Kriteria Capital Asset Earning Liquidity

Peringkat 1

≥ 12% KAP > 0.99% NOM < 3% ST < 2< 5%

Peringkat 2

9% < - 12% 0,96%< - 0,99% 2% < – 3% 20% < - 25%

Peringkat 3

8% < - 9% 0.93%<- 0.96% 1.5% < - 2% 15% < - 20%

Peringkat 4

6 % < - 8% 0,90%< – 0,93% 1% < - 1,5% 10% < - 15%

Peringkat 5

>6% KAP 0,90% NOM 1% STM 10%

Sumber : kodifikasi peraturan BI

12

Ibn hal 51

13

(40)

Tabel

Peringkat Faktor keuangan Rasio CAMELS14

Rasio Peringkat Pembobotan

Capital 25%

Asset 45%

Rentabilitas 15%

Likuiditas 15%

Sumber : SK Gubernur

C. KRISIS KEUANGAN GLOBAL

1. Pengertian Krisis

Sebelum membahas mengenai kriris keuangan global, terlebih dahulu akan di

bahas mengenai pengertian dari krisis itu sendiri. Dalam buku Memahami Krisis

yang di tulis oleh Tulus Tambunan di jelaskan bahwa Krisis adalah suatu situasi

dimana ekonomi dari sebuah Negara mengalami penurunan secara mendadak

yang disebabkan oleh suatu krisis keuangan. Sedangkan untuk krisis keuangan

tersebut di jelakan bahwa keadaan dimana jumlah permintaan uang lebih besar

dari jumlah penawaran uang15. Yang artinya kondisi bank-bank dan lembaga

keuangan mengalami kehabisan likuiditas. Jenis dari krisis itu sendiri terdiri dari

krisis produksi, krisis Perbankan, Krisis Nilai tukar, Krisis Perdagangan, dan

krisis Modal.

2. Penyebab Krisis Global

Krisis ekonomi global adalah krisis yang dipicu oleh masalah kredit

perumahan murah yang dialami oleh Amerika tahun 2008/2009. Krisis ini dalam

waktu singkat berubah menadi krisis keuangan besar di Amerika Serikat (AS)

pada tahun 2007. Melalui keterkaitan ekonomi global, krisis ekonomi ini langsung

menjalar kesebagian besar dunia, terutama Negara-negara dengan kemampuan

ekonomi yang sudah mju terutama Jepang, Uni Eropa (UE) yang secara ekonomi

14 Ibid hal 276

15

(41)

dan keuangan sangat terintegrasi dengan AS16. Krisis ekonomi ini mempengaruhi kegiatan-kegiatan ekonomi yang terkait dengan industri dunia seperti

sektor-sektor keuangan dan perdagangan sehingga mengakibatkan menurunnya laju

pertumbuhan ekonomi global dan tingkat pendapatan rill perkapita di Dunia.

Banyak bank dan perusahaan asuransi besar di sejumlah Negara, khusunya

Negara-negara maju, mengalami kebangkrutan.

Di Asia banyak negra-negara yang terkena dampak negatife dari krisis

tersebut, termasuk Cina, India, dan Indonesia. Walaupun derajat dampaknya

berbeda antar Negara, tergantung pada kondisi ekonomi di dalam Negeri dan

tingkat integrasi dari Negara bersangkutan dengan ekonomi dunia (khusunya

dalam perdagangan dan keuangan)17.

Fakta yang muncul bahwa asal muasal krisis yang muncul sebenarnya

sebuah kesengajaan (atau lebih tepatnya ketamkan) perusahan finansial dalam

mengalokasikan dananya pada kredit perumahan sub-prima (subprime

morigage)18. Dari relita ini sebenarnya muncul bagai mana kelemahan dari sistem

kapitalis itu sendiri, yang semata-mata mendasarkan proyeksi bisnis saja.

Dampaknya banyak perusahan-perusahan keuangan di Amerika di ambil alih oleh

pemerintah. Dimulai dengan bangkrutnya bank rasksaksa Lehman Brothers dan

perusahaan finansila besar Steams dan selanjutnya semua perusahan finansial,

bank, dan Asuransi beras di Amerika. Untuk mengatasi krisis yang hebat itu dan

menyelamatkan bank-bank raksaksa, pemerintah Amerika Serikat terpaksa

melakukan bailout sebesar 700 miliar dolar sampai 1 triliun US dolar.

Krisis ekonomi global 2008/2009 mempengaruhi banyak Negara melaui

jalur-jalur transmisi, seperti ekspor, pengiriman uang dan termasuk penanaman

modal asing (PMA). Namun inti dari dampak krisis global yang melanda

Negara-negara yang terkena kirisis global ini lebih pada exspor.

Harap diingat bahwa krisis kali ini berbeda dengan krisis-krisis

sebelumnya. Setidaknya, di dunia ini menghadapi tiga krisis jenis yakni kritis di

16

Tulus Tabunan, Memahai Krisis (LP3S jakarta, 2011) hal 106

17

Ibid hal 106

18

(42)

sektor property yang pada umumnya melanda Negara-negara maju, dan krisis

finansial serta krisis pasar akomoditas yang melanda seluruh Negara tampa ada

satupun yang terlewati. Ini merupakan jenis krisis yang tidak pernah dialami umat

manusia sebelumnya dan mungkin merupakan krisis yang paling besar.

Lantas apa yang salah dari berbagai literature kita bisa mengidentifiksai

empat penyebab krisis. Kelangkaan ekonomi secara popular menyebutnya sebagai

four deadly sins atau empat dosa yang mematikan19. Pertama, kita lupa bahwa

untuk menjaga kesinambungan dibutuhkan sebuah keteraturan yang sangat rapih.

Contohnya sunatullah yang menjamin bintang dan planet tidak saling

bertubrukan sampai akhir jaman nanti. Dalam pasar finansial global, bentuk

keteraturan seperti itu hampir tidak ada. Modal sepenuhnya digerakan oleh motif

mencari untung sebesar-besarnya tanpa sepenuhnya mempertimbangkan

kesinambungan jangka panjang.

Pasar financial global mungkin merupakan satu-satunya pasar yang tidak

tersentuh oleh regulasi. Disetiap Negara memang ada regulator yang mengatur

pasar dalam negeri. Tetapi dengan integrasi pasar yang semakin dalam, modal

bebas bergerak selama 24 jam setiap hari dari pasar satunya kepasar yang lainnya.

Libarisasi telah menyebabkan otoritas keuangan di masing-masing Negara telah

kehilangan kemampuan dalam mengendalikan para investor besar terutama

Hadge fund. Hasil akhirnya bisa ditebak, ketika krisis Subprime mortgage mulai

merebak maka harga-harga asset yang berkaitan dengannya ikut jatuh karena

portofolionya terkontaminasi. Dalam pasar yang sehat dan tertata baik,

seharusnya jenis asset yang yang jejak disisihkan dari neraca dan tidak

diperdagangkan. Bukankan kita dilarang untuk mengurangi timbangan,

mencampur yang haram dengan yang halal dan menjal barang yang berkualitas

jelek dengan yang berkualitas baik.

Kedua, dalam sistem keuangan modern telah dimungkinkan untuk

menstransfer resiko kepada pihak lain melalui sekuritisasi. Bank sebagai

originator pemeberi kredit perumahan bisa menjual kreditnya kepada pihak lain

19

(43)

meleui pasar modal. Dengan cara ini, bank tidak lagi bertanggung jawab atas

resiko gagal bayar yang terjadi di kemudian hari. Dengan kata lain bank tidak

harus peduli dengan kemampubayaran para nasabahnya. Bank menjadi terdorong

untuk menerbitkan kredit secara tidak hati-hati, karena resiko akan ditanggung

oleh pihak lain. Itu lah yang di sebut dengan moral hazard dalam arti yang

sebenarnya. Ini jelas menyalahi kaidah dasar transaksi yang adil. Ketiga, dan

mungkin yang paling penting adalah kenyataan bahwa pemerintah presiden Bush

mendefinisikan America dream sebagai sebuah mimpi yang materialistik. Mimpi

Amerika didefinisikan sebgaai sebuah keluarga yang terdial dari sepasang suami

istri dengan satu atau dua orang anak, serta memiliki rumah yang luas dan

rumput yang hijau di depan halaman belakangnya plus satu atau dua buah mobil.

Untuk mewujudkan mimipi ini dibuatlah berbagai kemudahan dalam kredit

kepemilikan rumah dan kendaraan bermotor. Bahkan ada skema khusus untuk

kredit tampa down payment.

Rumah tangga di dorong untuk untuk berhutang kepada bank untuk

bertangung jawab kepada bank untuk mengejar mimpi besarhasil akhirnya adalah

bahwa rata-rata hutang perumah tangga di Amerika mencapai 118 ribu dolar. Di

lain pihak rata-rata tabungan perkeluarga hanya 380 dollar saja. Rakyat Amerika

merupakan masyarakat yang gemar mengutang atau tersebut di biayai. Tentunya

dengan cara gali lubang tutup lubang. Cara ini sangat di mungkinkan mengingat

kepemilikan kartu kredit perkeluarga mencapai 12 buah. Menarik uang dari satu

kartu kredit untuk membayar kewajiban kredit lainnya. Keempat, librarisasi

keunagan yang ugal-ugalan dengan agenda untuk menyedot sumberdaya

keuangan Negara berkembang ke Negara maju. Melalui liberalsasi pergerakan

modal antar Negara di dorong untuk sangant volatile. Disamping itu hampir

setiap Negara di dorong untuk mengadopsi rezim ini, nilai tukar sangat di

tentukan oleh pergerakan modal. Untuk menghindari fluktuasi yang tajam dalam

nilai tukar. Negara kecil dan Negara berkembang harus memupuk cadangan

devisa. Pada umumnya cadangan devisa berbentuk mata uang asing dan surat

berharag asing yang diterbitkan oleh Negara-negara maju. Jadi dengan memupuk

(44)

maju, khususnya Amerika. Dengan kata lain sumber daya keungan Negara

berkembang tersedot oleh Negara maju untuk membiayai konsumsi mereka.

Perlu diketahui bahwa total utang pemerintah Amerika saja mencapai US$ 12

triliun yang berarti bahwa Negara tersebut merupakan pengutang terbesar di dunia

3. Dampak Krisis Global20

Dampak dari krisis ini pada umunya adalah meningkatnya inflasi,

turunnya nilai tukar, turunya pertumbuhan ekonomi, runtuhnya indeks bursa dan

sejumlah bank/institusi keungan/koperasi mengalami kesulitan keungan atau

bangkrut. Dampak lngsung dari krisis keuangan global ini bagi Indonesia adalah

kerugian beberapa perusahan di Indonesia yang berinvestasi di institusi-institusi

keuangan Amerika Serikat. Perusahan keungan ataupun non-bank yang

mengalokasikan dana pada pada sumber dana alternatif, melalui pembelian saham

obligasi pada instrumen keangan asing, seperti Citigroup, UBS, Merril Lynch,

Morgan Stanley, Lehman Brothers, Fannie Mae, Freddie Mac, American

International Group (AIG) dan lainnya.

Sedangkan dampak tidak langsungnya dari krisis ini adalah turunnya

likuiditas, melonjaknya tingkat suku bunga, turunnya harga komoditas,

melemahnya nilai tukar rupiah, dan melemahmya pertumbuhan sumber daya.

Demikian juga, menurunya tingkat kepercayaan konsumen, investor, dan pasar

terhadap berbagai institusi keuangan yang menyebabkan melemahnya pasar

modal.

Krisi keuangan juga telah mengurangi pasokan likuidasi sektor keuangan

karena bangkrutnya beberapa institui keuangan global khususnya bank-bank

invesiasti yang berpengaruh pada aliran khas perusahaan di Indonesia. Keadaan

ini akan menyebabkan naiknya tingkat suku bunga dan turunnya ppendanaan ke

pasar modal dan perbankan global. Sesungguhnya turunya nilai tukar rupiah ini

bisa meningkatkan nilai ekspor, namun krisi keunangan menyebabkan turunnya

permintaan komodiats dari luar negri. Turunnya eksopr mengurangi pendapatan

20

Gambar

Tabel 4.10 Rasio STM (Short Term Mismatch) BSM, BMI, BMS dan BSB tahun
Gambar 4.4 Struktur Organisasi Bank Syariah Bukopin Tbk ............................................
Tabel 2.1
Tabel 2.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Guntur Sutriyono dan Jeffry Santoso atas masukan dan bantuan konsultasinya dalam hal- hal teknis, Elsi Darwanti yang telah setia mendukung dan menemani, untuk Iyun Yunita yang

Masih rendahnya beban kerja petugas keamanan kampus dan sangat jarangnya proses pemeriksaan surat kendaraan sebagai proses seleksi pengamanan obyek yang keluar dari kampus

Sekali lagi, berawal dari tumpukan arsip yang dirawat, lalu diolah untuk skenario film dokumenter merupakan suatu kerja historiografis yang bukan hanya

Sehingga dapat diketahui bahwa persentase indikator percaya diri antara mahasiswa kelas pagi dan kelas sore berada pada kategori yang sama yaitu mahasiswa memiliki

Pendapat yang sama yang diungkapkan oleh Irmawita (2016:124) bahwa faktor resiko kejadian preeklampsia adalah Ibu hamil yang memiliki janin kembar lebih

Ada beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk melakukan perencanaan yaitu dengan memanipulasi persediaan, laju produksi, jumlah tenaga kerja, kapasitas atau

Salah satu kawasan hutan yang masih lestari adalah Hutan Wonosadi Desa Beji Kecamatan Ngawen.// Hutan dengan luas sekitar 25 hektar ini masih menyimpan flora dan fauna,

Penelitian ini berfungsi untuk mengetahui 1) Wa rna yang dihasilkan pada pencelupan kain sutera dengan zat warna urang aring tanpa proses fiksasi, 2)