i-k/fir
/f
HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG KETERL.IBATAN AYAH
DAL.AM PENGASUHAN ANAK
DENGAN PERILAKU MORAL ANAK DI SEKOLAH
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Kersarjanaan Psikologi
•
••
•
111
Oleh
IRMA SAFITRI
104070002308
Diterin.
」ゥZセイゥ@ · - . -... セ@... BBBセセセ@
. i)""•••···'·-···--,,
; gL : •• ,r..!{,.,. .. qNセ@ .. ,
6.1:) .•...
':o. lncl!!k : ..
Q.fAl ...
セ@.
NqjNNZNセZZVNゥ_t_@k,' [[セ[ゥヲゥォセゥᄋ[ゥ@ : ··· . .. .. ... ... ... '(
FAKULTAS PSIKOLOGI
UIN SY ARIF HIDA YATULLAH
JAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar
Kesarjanaan Psikologi PER
pustOGL[HLᆪ|L[Lセ|@
Oleh
IRMA SAFITRI
104070002308
Dibawah Bimbingan :
FAKUL TAS PSI KO LOG I
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIH HIDAYATULLAH
JAKARTA
Skripsi yang berjudul Hubungan Persepsi Tentan!] Keterlibatan Ayah Dalam Pengasuhan Anak Dengan Perilaku Moral Jl,nak di Sekolah telah
'
diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 5 Maret 2009. Skripsi ini telah diterirna sebagai salah satu syarat untuk rnernperoleh gelar Sarjana Psikologi.
Jakarta, Maret 2009.
Ketua merangkap anggota
Jahja Umar, Ph.D NIP. 130558822
Penguji I
·11
! '
I ,
'
Clan Yasun M.Si
.
Sidang Munaqasyah
Anggota
Sekretaris merangkap anggota
In
q_セZAィゥャ。@
Suralag , M.Si NIP. 150215283(
-Penguj
7-farya 1<epacla :llffah-fah 1<ami Meryem6ah,
1Jan 7-farya 1<epacla :llffah-fah 1<arni Memohon
Pertofon:Jan
({1,
,S
:llf-<Fafihah: 3)
'Kesuhesan alafah
1<etf Ka 1<ifa 13isa '/3erha13a
.Ii
1-falapan :llffah
1Jan 'Kesuhesan alafah
1<etik,r, 1<ifa 13isa Mensuk_yesKan Ora»J .f.ain
Zarya <-Jiederhana
Jui
ZuJ'oer.remliali'kan untuk
Zedua Oranj'
ェNNセ。ォオ@
dan Zaka/iJZu
(A) Fakultas Psikologi (B) Februari 2009 (C) Irma Safitri
(D) Hubungan Persepsi Tentang Keterlibatan Ayah Dalam Pengasuhan Anak Dengan Perilaku Moral Anak Di Sekolah
(E) xii + 70 halaman (F) Latar Belakang :
Saat ini tidak dapat dipungkiri banyak sekali perilaku yang menyimpang, dan tidak sesuai dengan norma yang berlaku terjadi di kalangan anak. Banyak hal yang menjadi pemicu hal tersebut diantarnnya lingkungan yang semakin memburuk yang memicu perilaku tidak bermoral pada anak. Dalam hal ini pengawasan dari orang tua sangat dibutuhkan, terutama dari ayah. Pengasuhan ayah yang baik sangat dibutuhkan untuk menciptakan perilaku yang bermoral pada anak.
Perilaku moral adalah perilaku yang sesuai dengan k:ode moral kelompok sosial, peraturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi suatu
budaya dan yang menentukan pola perilaku yang diharapkan dari seluruh anggota kelompok. Perilaku moral dalam penelitian ini adalah perilaku moral anak di sekolah yaitu perilaku yang sesuai dengan tata tertib yang berlaku di sekolah, terdiri dari kedisiplinan, tanggung jawab dan
kesopanan. Keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak adalah adalah bagaimana seorar.g ayah ikut terlibat dalam pengasuhan anak.
Pengasuhan ayah yang dimaksud dalam penelitian ini terdiri dari empat hal, yaitu terlibat dan terikat secara emosional dengan anak, terlibat dalam penanganan masalah I krisis, komitment memberikan perintah dan kontrol terhadap anak, dan memberikan contoh dalarn perilaku pada anak.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan antara keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak dengan perilaku moral anak di sekolah.
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian kolerasional. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 128 orang. Dari jumlah tersebut dipilih 30 orang sampel penelitian dengan menggunakan random
sampling. lnstrumen pengumpulan data adalah skala model Liker!. Bentuk pengolahan dan analisa data menggunakan analisa statistika dengan menggunakan program SPSS 11.5, uji validitas ュ・ョセQYオョ。ォ。ョ@ kolerasi
Berdasarkan analisis kolerasi Product Moment diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antata keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak dengan perilaku moral anak di sekolah. Hal ini dapat dilihat dari nilai korelasi (r hitung) sebesar 0,599 > dari taraf signifikasi 5% atau (0,05) dan nilai kolerasi positif maka kolerasi yang terjadi juga
bersifat positif artinya semakin tinggi tingkat keterlibatan ayah maka semakin tinggi juga perilaku moral anak.
Saran yang di aujukan untuk penelitian selanjutnya adalah lebih
memperbaiki item-item kedua variabel, menambah jumlah sampel, pihak ayah juga diikutsertakan dalam sampel penelitian, menambah
kelengkapan data dari pihak sekolah dan menambah instrumen penelitian dengan wawancara dan observasi. Dan untuk saran praktis khususnya kepada para ayah untuk lebih terlibat dalam pengasuhan anak, kepada pihak sekolah agar menciptakan lingkungan yang mendukung perilaku moral dan untuk para anak agar belajar berperilaku moral.
(A) Psychology Faculty ( B) February 2009 ( C) Irma Safltri
( D) Relation Perception of Father Involvement of In Child Mothering Behaviorally is Child Moral At School
( E) xii + 70 page; yard ( F) Background :
Undeniable in this time a lot of behavior digressing, and disagree with norm going into effect happened among child. A lot of matter becoming of the mentioned among other things environment which progressively deteriorate triggering dissolute behavior at child. In this case observation from parent very required, especially from father. good Father mothering very required to create the behavior which have moral to of at child.
Behavioral of moral is behavior matching with social group moral code, behavior regulation which have come to the habit for an culture and determining behavior pattern expected from entire group member. Behavioral! of moral in this research is behavior of child moral at schooll that is behavioral! matching with discipline going into effect at school, consisted of by the discipline, responsibility and courtesy. Father involvement in child mothering is how a father have a finger in the pie the child mothering.
While hypothesis test use the coleoTation Product Moment from Pearson. There are 40 valid item and 1(1 item which is not valid for the scale of father involvement in child mothering by reliabilitas 0,8915. While for the scale of behavioral of child moral at school there are 39 valid item and 1 item which is not valid by reliabilitas 0,9258
Pursuant to analysis of colerration Product Moment obtained by result that there are relation which significan of between father involvement in child mothering behaviorally is child moral at school. This matter is visible
from correlation value r counUcalculate] equal to 0,599 > from level
more involved in by is a child mothering, to school party of so that creating environment supporting moral behavior and to all child of so that learning action moral
Bismillahirahmanirahim
Alhamdulillah, segala puji dan syukur yang tak terhingga penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, Sang Penguasa jagad raya, Sumber ilmu pengetahuan dan sumber kebenaran. Karena hanya dengan izin-Nya lah skripsi ini dapat terselesaikan.Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang membawa risalah Islam yang selalu menjadi tauladan bagi seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh sebab itu sudah sepantasnyalah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Jahja Umar Ph.D Dekan Fakultas Psikologi.
2. lbu Ora. Netty Hartati M.Si pembimbing, yang telah banyak memberikan masukan dan arahan dan dengan sabar memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsii ini.
3. lbu Ora. Fadhilah Suralaga M.Si Pudek I dan Prof. Dr Abdul Mujib M.Ag selaku dosen Pembimbing Akademik. Serta seluruh Dosen pengajar Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya mulai dari perkuliahan sampai terselesaikannya skripsi ini.
4. Seluruh petugas akademik dan perpustakaan, yang telah memberikan bantuan kepada penulis.
5. Kepala Sekolah SON 11 Pagi Kebayoran Lama Selatan dan Kepala Sekolah SON 09 Pagi Kebayoran Lama Selatan yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis, se1rta semua adik-adik yang telah menjadi responden penelitian.
6. Kedua orang tuaku Nuryadi M.Si dan Nenen Nafisah S.Pd yang telah memberikan doa, kasih sayang serta perhatian l<epada penulis. Serta dengan penuh kesabaran dan keikhlasan memotivasi penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah seセョ。ョエゥ。ウ。@ membalas
kebaikan yang telah diberikan. Juga kepada kakakku Acil dan mba Aci semoga sukses selalu.
teman-perjuangan dan kerjasamanya. Dan seluruh ternan-teman anggkatan 2004 fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
9. Seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Terima Kasih atas semua bantuannya, semoga Allah memberikan balasan yang berlipat ganda.
Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat ba9i semua pihak dan perkembangan ilmu psikologi.
Jakarta, Februari 2009
Halaman Judul. ... i
Lembar Pengesahan ... ii
Motto dan Dedikasi. ... : ... iv
Abstrak ... v
Kata Pengantar. ... ix
Daftar lsi ... xi
Daftar Tabel ... xiv
Daftar Gambar. ... xv
BAB I : Pendahuluan ... 1-11 1.1 Latar Balakang ... 1
1.2 ldentifikasi Masalah ... 8
1.3 Pembatasan Masalah ... 8
1.4 Perumusan Masalah ... 9
1.5 Tujuan Penelitian ... 9
1.6 Manfaat Penelitian ... 1 O 1.7 Sistematika Penulisan ... 1 O BAB II : Landasan Teori ... 12-36 2.1 Perilaku Moral Pad a Anak ... 12
2.1.1 Pengertian Perilaku Moral. ... 12
2.1.2 Fase Perkembangan Moral Pada Anak ... 14
2.1.3 Mempelajari Perilaku Moral Pada Anak ... 16
2.1.4 Peraturan Dan Pelanggaran Yang Umum Pada Anak ... 18
セ@ ᄋᄋᄋセ@
2.3 Peran Ayah Dalam Pengasuhan Anak ... 26
2.3.1 Teori-Teori Tentang Ayah ... 26
2.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlibatan Ayah ... 27
2.3.3 Pengaruh Pengasuhan Ayah Terhadap Anak ... 29
2.3.4 Pengasuhan Ayah Dalam Pandangan lslam ... 31
• • 2.4 Masa Kanak-Kanak Akhir ... 32
! 2.4.1 Ciri-Ciri Masa Kanak-Kanak Akhir ... 32
2.4.2 Tugas Perkembangan Kanak-Kanak Akhir. ... 34
2.5 Kerangka Berpikir. ... 35
2.6 Hipotesis ... 36
BAB
iiセ@
Penelitian ... 37-50 3. ·1 Jenis Penelitian ... 373.1.1 Pendekatan Dan Metode Penelitian ... 37
3.1.2 Definisi Variabel Dan Operasional Variabel. ... 37
3.2 Pengambilan Sampel. ... 39
3.2.1 Populo:isi ... 39
3.2.2 Sampel. ... 39
3.2.3 Teknik Pengambilan Sampel ... 39
3.3 Pengumpulan Data ... .40
3.3.1 Metode Dan lnstrumen Penelitian ... .40
3.3.2 Teknik Uji lnstrumen Penelitian ... .43
4.1 Gambaran Umum Responden ... 51
4.2 Uji Persyaratan ... 52
4.2.1 Uji Normalitas ... 52
4.2.2 Uji Homogenitas ... 55
4.2.3 Uji Hipotesis ... 57
4.3 Hasil Penelitian ... 58
4.4 Hasil Penelitian Tambahan ... 59
BAB V Kesimpulan, Diskusi, dan Saran ... 61-66 5.1 Kesimpulan ... 61
5.2 Diskusi ... 61
5.3 Saran ... 64
5.3.1 Saran teoritis ... 64
5.3.2 Saran praktis ... 65
Tabel 3.2 Blue Print Skala Perilaku Moral Anak di Sekolah ... .42
Tabel 3.3 Bobot Skor Skala ... .42
Tabel 3.4 Hasil Uji item Skala Keterlibatan Ayah ... .45
Tabel 3.5 Blue Print Skala Keterlibatan Ayah Pasca Uji lnstrumen ... .45
Tabel 3.6 Hasil Uji item Skala Perilaku Moral Anak ... .46
Tabel 3.7 Blue Print Skala Perilaku Moral Anak Pasca Uji lnstrumen .... .47
Tabel 3.8 Norma Reliabilitas ... .49
Tabel 4.1 Kategori Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ... 51
Tabel 4.2 Tes Uji Normalitas Skala Keterlibatan Ayah ... 53
Tabel 4.3 Tes Uji Normalitas Skala Perilaku Moral Anak ... 54
Tabel 4.4 Tes Uji Homogenitas Variabel. ... 56
Tabel 4.5 Tes Uji Korelasi. ... 58
Tabel 4.6 Norma Korelasi. ... 59
[image:14.518.54.438.132.478.2]1.1 l::itar Belakang Masalah
Saat ini mungkin dengan mudah ditemukan perilaku menyimpang
pada anak, mulai dari berbohong, menyontek, sampai kasus narkoba
bahkan pembunuhan. Mendapatkan anak yang bermoral tinggi saat ini
tentu saja menjadi dambaan para orang tua dan pendidik, tetapi saat
ini hal tersebut menjadi lebih sulit didapatkan mengingat kondisi
lingkungan yang semakin memburuk.
Tantangan semakin besar karena pengaruh buruk tersebut muncul
dari berbagai sumber yang mudah didapat anak. Televisi, video game,
internet dapat memberikan pengaruh buruk bagi moral anak.
Kenyataannya pengaruh buruk begitu dekat dengan anak sehingga
hampir tidak mungkin menghindarkan anak-anak dari pengaruh
tersebut. Tentu saja media bukan satu-satunya yang memberi
pengaruh buruk, siapapun bisa menjadi ancaman, termasuk
Munculnya kasus pada anak memerlukan kajian セZィオウオウ@ menegenai hal yang melatarbelakangi dan bagaimana dinamikanya perlu lebih
diteliti. Keluarga sebagai unit terkecil yang memiliki tanggung jawab
pertama dalam menjaga pertumbuhan dan perkernbangan anak.
Namun ironisnya, dari penelitian yang pernah dilakukan keluarga
menjadi sumber ancaman dan ketidaktentraman anak, karena
perlakuan salah yang sering diterima anak dalam keluarga, khususnya
dari orang tua. (Eka Ervika : 1995)
Orang tua merupakan pendidik pertama bagi anaknya dan memegang
peranan penting dalam perkembangan moralnya, nilai-nilai yang baik,
norma-norma yang berlaku, dan yang paling penting adalah sebagai
tauladan atau model yang dicontoh anaknya. Orang tua yaitu ayah dan
ibu seharusnya memberikan kontribusi yang sama dalam mendidik
dan bertanggung jawab terhadap perkembangan anaknya. Seorang
ayah yang berkewajiban memberi nafkah tidak berarti meninggalkan
pengasuhan dan pendidikan anaknya di rumah. Sebaliknya juga
seorang ibu yang tugasnya merawat rumah tangga tidak berarti
seiuruh tanggung jawab pengasuhan anak ada di tanggannya, tetapi
memiliki peran masing-masing dalam mendukung dalam pengasuhan
Beberapa kasus berikut ini rnenjelaskan tentang keterlibatan ayah
dalarn perkembangan anak. Seorang anak berusia
13
tahun dipenjarakarena menjadi pecandu dan pengedar heroin. Dalarn penjara
tersebut dia tidak sendirian rnelaikan bersarna ayahnya. Anak tersebut
menjadi pecandu sejak usia sembilan tahun. la 「Qセイ」・イゥエ。@ bahwa orang
yang pertama kali memperkenalkan heroin adalah ayahnya. Sejak
kecil ayahnya selalu menghisap heroin di depanku, dan akhirnya aku
menirunya. Ketika ayahnya tahu, ia tidak melaranignya, bahkan
mereka menghisap heroin bersama. Kemudian ia disuruh untuk
menjadi pengedar, karena usianya yang masih kecil maka ia pun tidak
dicurigai. Namun akhirnya mereka tertangkap juga. (Ahmad Qasim,
dalam www.kisah ayah ibu.com)
Kasus lain, seorang ayah yang menjadi peminum alkohol, memberikan
minuman itu kepada anaknya yang berusia
15
tahun dan akhirnyaanaknya pun menjadi seorang peminum. Beberapa tahun kemudian
anaknya menjadi sakit-sakitan, pengangguran. Siang dan
malam berusaha mendapatkan uang untuk membeli minuman keras,
tidak berakhlaq dan tidak memiliki tata krama. Sebenarnya penyebab
kerusakan anaknya adalah ayahnya sendiri. (Ahmad Qasim, dalam
lronis, seorang ayah yang seharusnya menjadi panutan bagi anaknya
dalam hal perbuatan baik serta berusaha dalam mendidiknya, justru
menyeratnya dalam kehancuran hidup dan dekadensi moral.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pasangan Gluecks dari
Universitas Harvard, menemukan bahwa kenakalan remaja bukan
fenomena baru dari masa remaja melainkan suatu lanjutan dari pola
perilaku asosial yang di mulai pada masa kanak-kanak. Dan
mempunyai hubungan yang erat antara dengan lingkungan rumah.
(Hurlock: 1978)
Keluarga sebagai unit terkecil dalam suatu masyarakat memegang
peranan penting dalam tumbuh kembang anak. Peran orang tua terdiri
dari peran ayah dan ibu. Semantara selama ini ウ・セ」。イ。@ tradisional
dalam masyarakat pada umumnya sebagian besar orang masih
beranggapan bahwa tugas mendidik anak adalah tugas ibu, sehingga
para ayah kurang telibat dalam pembinaan anak.
Hal ini dikarenakan menurut konsep pola asuh tradisional, peran ibu
lebih dikaikan dengan fungsi ekspresif, seperti mHmberikan afeksi
(kasih sayang), kehangatan, dukungan emosional dan sebagainya. lbu
banyak di sekitar rumah karena itu, fungsi ibu lebih bersifat
"nurturance" (mengasuh I memelihara). Sedangkan peran ayah lebih
bersifat instrumental, ayah lebih banyak bertindak sebagai pemberi
hukuman, pengambil keputusan, penanaman disiplin serta control
terhadap anak dan tugas ayah lebih banyak mencari nafkah diluar.
Sehingga sebenarnya yang berkaitan dengan perkembangan moral
anak adalah ayah, melalui hukuman, disiplin dan kontrol yang
diberikan ayah, anak belajar mana tingkah laku yang dibenarkan dan
tidak. Namun karena ibu yang lebih banyak dirurnah maka sebenarnya
ibulah yang lebih banyak mengetahui dan melihat perkembangan
tingkah laku anaknya. (Dewi Kania, 2000)
Dari penelitian yang dilakukan Kepaniteraan Psikologi Perkembangan
UI tahun 1986 mengenai keterlibatan ayah dalam membantu
perkembangan anak di dapatkan kesimpulan bahwa telah berkembang
suatu kesadaran bahwa ayah perlu tcrlibat dalam membantu
perkembangan anak. Dan secara khusus diperolEih kesimpulan bahwa
keterlibatan ayah dalam membantu perkembangan anak masih
cenderung kurang di bandingkan apa yag diharapkan. (Dewi Kania,
Hal ini menarik untuk dikaji, beberapa penelitian membuktikan bahwa
keterlibatan ayah dalam kehidupan perkembangan anak laki-laki
menghasilkan kesuksesan dalam persahabatan dan prestasi
akademis. Sedangkan bagi anak perempuan , membuat anak
cenderung tidak longgar dalam aktivitas seksual clan lebih bisa
membangun hubungan yang sehat ketika dewasa. (Rini lzmi, 2005)
Sejak tahun 1970-an, banyak ahli psikologi secar:a langsung meneliti
peran ayah dalam keluarga. Hasil penelitian yang dilakukan Robert
Watson, dkk terhadap perkembangan anak yang tidak mendapat
asuhan clan perhatian ayah menyimpulkan perkembangan anak
menjadi pincang . Kelompok anak yang kurang mendapat perhatian
ayahnya cenderung memiliki kemampuan akademis menurun, aktivitas
social terbatas, bahkan bagi anak laki-laki ciri-ciri maskulinnya bisa
kabur. (Rini lzmi ,2005)
Orang tua memegang peranan yang dominant dalam perkembangan
anaknya, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, walaupun tidak
menafikkan banyak sekali faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
anak. Kedua orang tua mempunyai peranan dalam "mewarnai"
"Setiap anak dilahirkan da/am keadaan fitrah. Kedua orangtuanya /ah
yang menjadikan nasrani, yahudi atau majusi" (HR Bukhari)
Dalam Islam seorang ayah memegang peranan penting dalam
perkembangan anak. Kisah para nabi dan Rasul juga banyak yang
menceritakan pentingnya peran ayah dalam kepribadiannya. Seperi
Nabi Ismail yang mendapatkan bimbingan dan pengasuhan dari
ayahnya nabi Ibrahim. Sehingga nabi Ismail mampu untuk
menjalankan perintah Allah ketika Nabi Ibrahim diperintahkan untuk
menyembalihnya. Hal ini tentu saja sulit dilakukan bila tidak ada
pengasuhan, bimbingan, pendidikan dan pengaraihan dari ayahnya
nabi Ibrahim. Nabi Yusuf yang mendapat curahan kasih saying dari
nabi Yakub. Rasulullah yang meskipun 、ゥエゥョァァ。ャセセ。ョ@ oleh ayahnya ketika masih dalam kandungan, tetapi peran ayahnya ini tergantikan
oleh peran kakek dan pamannya.
Perilaku moral dalam kehidupan anak akan mempengaruhi perilaku
moralnya pada masa dewasa. Pentingnya untuk mengetahui
bagaimana perilaku moral terbentuk dan pendapat para ahli bahwa
keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak mernpunyai hubungan
dengan perilaku moral anak, serta beberapa hasil penelitian yang
penelitian mengenai kolerasi antara tingkat keterlibatan ayah dalam
pengasuhan anak dengan perialku moral anak. 81:!rdasarkan beberapa
alasan tersebut maka penelitianini diberi judul "HUBUNGAN
PERSEPSI TENTANG KETERLIBATAN AYAH D.ALAM
PENGASUHAN ANAK DENGAN PERILAKU MORAL ANAK DI
SEK OLAH"
1.2 ldentifikasi Masalah
Dari latar belakang diatas, terdapat beberapa ma:>alah yang muncul,
yaitu:
1. Apakah terdapat hubungan yang signitikan antara persepsi
tentang keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak dengan
perilaku moral anak di sekolah?
1.3 Pembatasan Masalah
Dibawah ini yang menjadi pokok permasalahan adalah :
1. Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan Anak adalah bagaimana
seorang ayah ikut terlibat dalam pengasuhan anak.
(Benson,1968). Terdiri dari lima faktor: (1) Terlibat dan terikat
secara emosional dengan anak (2) Terlibat dalam penanganan
kontrol terhadap anak (4) Memberikan contoh dalam perilaku
pada anak
2. Perilaku Moral adalah perilaku yang sesuai dengan kode moral
kelompok social (Hurlock, 1978). Dalam penelitian ini kode
moral yang digunakan adalah kode moral dalam lingkungan
sekolah, yang meliputi: (1) Kedisiplinan (2) Tanggung Jawab
(3) Kesopanan
3. Anak adalah seseorang yang sedang menieapai tingkat
kedewasaan. (Chaplin, 1968). Dalam penelitian ini
menggunakan sample penelitian kanak-kanak akhir yaitu masa
perkembangan sebelum masa pubertas, berlangsung sekitar
usia 10 sampai 12 tahun. Penelitian ini akan diadakan di
sekolah percontohan SON 11 Pagi Kebayoran Lama Selatan.
1.4 Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah l..'ntuk melihat apakah
ada hubungan antara keterlibatan seorang ayah dalam pengasuhan
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat apakah ada hubungan
antara keterlibatan ayah dalam pengasuhan dengan perilaku moral
anak di sekolah.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian berupa manfaat teoritis dan praktis :
1. Manfaat teoritik dalam penelitian ini adalah untuk memberi
sumbangan sebagai upaya menambah khasanah ilmu
pengetahuan khususnya bidang psikologi perkembangan.
2. Manfaat praktis adalah sebagai kontribusi bagi para orang tua,
khususnya ayah, guru, anak, dan kepada seluruh masyarakat
untuk bisa memberikan pengarahan, pendidikan, dan
lingkungan yang kondusif untuk menciptakan
gernerasi-generasi muda yang unggul dalam segala hal.
1.
7 Sistematika PenulisanPenelitian ini terdiri dari lima bab, dengan keterangan sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan, yang meliputi latar belakang penelitian,
identifikasi masalah, pembatasan masalah, perurnusan masalah,
BAB II: Landasan Teori, yang meliputi teori perilaku moral anak, fase
perkembangan moral anak, mempelajari perilaku moral anak,
peraturan dan pelanggaran yang umum pada anak serta faktor yang
mempengaruhi perilaku moral. Teori tentang ayah, Faktor yang
mempengaruhi keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak, Pengaruh
pengasuhan ayah terhadap anak, dan pengasuhan ayah dalam
pandangan Islam, Ciri-ciri kanak-kanak akhir dan tugas perkembangan
kanak-kanak akhir, kerangka berfikir dan hipotesis.
BAB Ill : Metodologi Penelitian, yang meliputi pendekatan dan metode
penelitian, definisi variabel dan operasional variabel, populasi, teknik
pengambilan sampel, metode pengumpulan data, instrumen
penelitian, teknik uji instrumen peneiitian, dan teknik analisa data.
BAB IV : Presentasi dan analisa data, meliputi gambaran umum
responden, uji instrumen penelitian yang terdiri dari ujui validitas dan
reliabilitas, uji persyaratan yang terdiri dari uji normalitas, uji
homogenitas dan uji hipotesis dan hasil penelitian.
LANDASAN TEORI
2.1 Perilaku Moral Pada Anak
2.1.1 Pengertian Perilaku Moral dan Moral di Sekolah
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Perilaku mempunyai arti
tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsan(ian atau lingkungan.
Menurut Kamus Psikologi (J.P. Chaplin, 1968) Perilaku berarti respon
(reaksi, tanggapan, jawaban, balasan) yang dilakukan oleh suatu
organisme, secara khusus bagian dari satu kesatuan pola reaksi.
Sedangkan moral, berasal dari kata latin
mores
yang berarti tatacara,kebiasaan, dan adat istiadat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
Moral mempunyai arti ajaran mengenai baik burulc yang diterima
umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, akhlaq, budi pekerti,
susila, dll. Dan menurut Kamus Psikologi (J.P Chaplin, 1968) Moral
berarti hukum atau adat-kebiasaan yang mengatur tingkah laku, ciri
khas seseorang atau sekelompok orang dengan perilaku pantas dan
Menurut Hurlock (1978) perilaku yang berkaitan dt3ngan moral, di bagi
menjadi tiga :
1. Perilaku Moral berarti perilaku yang sesuai dengan kode moral
kelompok sosial, peraturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan
bagi suatu budaya dan yang menentukan pola perilaku yang
diharapkan dari seluruh anggota kelompok.
2. Perilaku tak bermoral ialah perilaku yang tidak sesuai dengan
harapan sosial. Perilaku ini tidak disebabkan ketidakacuhan akan
harapan sosial melaikan ketidaksetujuan dengan standar sosial
atau kurang adanya perasaan wajib menyesuaikan diri.
3.
Perilau amoral atau non moral berarti ketidakacuhan terhadapharapan kelompok sosial daripada pelanggaran sengaja terhadap
standar sosial.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa perilaku
moral berbeda-beda tergantung kode moral (peraturan, adat istiadat)
wilayah tersebut. Peraturan yang ada di sekolah t'entu saja berbeda
dengan peraturan yang ada di rumah. Peraturan di sekolah
menyangkut seluruh aspek yang ada di sekolah, yaitu kedisiplinan,
peraturan yang mengatur kegiatan belajar menga_jar, tanggung jawab
teman, dll. Seorang anak yang mampu menyesuaikan diri dengan
peraturan tersebut, dapat dikatakan mempunyai perilaku moral di
sekolah.
2.1.2 Fase Perkembangan Moral Pada Anak
Perkembangan Moral terdiri dari dua fase (Hurlock, 1978):
1. Perkembangan Perilaku Moral.
Perilaku Moral mencakup tentang bagaimana seorang anak
berperilaku sesuai dengan peraturan yang ada. Anak dapat belajar
untuk berperilaku sesuai dengan cara yang di setujui dengan tiga
cara, yaitu :
a. Belajar dengan coba-ralat. Anak melakukan dengan mencoba
suatu pola perilaku untuk melihat apakah itu memenuhi standar
sosial dan memperoleh persetujuan sosial. Bila tidak, mereka
mencoba metode lain. Metode ini rnenghabiskan waktu dan
tenaga, dan hasil akhirny<.J seringkali juah dari hasil
memuaskan.
b. Pendidikan langsung. Dalam belajar berperilaku sesuai dengan
tuntutan masyarakat, anak pertama-tama harus belajar
memberi reaksi tertentu yang tepat dalam situasi tertentu. Bila
pola perilaku yang telah dipelajarinya dalam satu situasi ke
situasi lainnya yang serupa.
c. ldentifikasi. Bila anak mengidentifikasi 、・ョAセ。ョ@ orang yang
dikaguminya, mereka meniru pola perilaku dari orang tersebut,
biasanya secara tidak sadar dan tanpa tekanan. Memiliki
seseorang untuk identifikasi diri akan memberi pegangan yang
diperlukan bagi perkembangan perilaku moral.
2. Perkembangan Konsep Moral
Fase kedua dari perkembangan moral adalah fase belajar tentang
konsep moral, atau prinsip benar dan salah dalam bentuk abstak
dan verbal. Hal ini tentu saja harus menunggu hingga anak
mempunyai kemampuan mental untuk membuat generalisasi dan
mentransfer prinsip tingkah laku dari situasi ke situasi lainnya. Studi
tentang perkembangan konsep moral telah memgungkapkan bahwa
konsep moral pertama-tama spesifik dan berkaitan dengan situasi
dimana konsep itu telah dipelajari. Dengan meningkatnya
kemampuan anak untuk memahami konsep benar dan salah dalam
berbagai situasi yang berbeda namun berhubungan. Akibatnya,
konsep umum secara bertahap dipelajari ketika anak mulai
Seorang anak pertama kali belajar dengan berperilaku moral sesuai
dengan lingkungannya kemudian setelah anak tersebut bertambah
dewasa dan berkembang proses kognitifnya, maka anak tersebut akan
berperilaku moral dengan konsep moral yang dipa1haminya. Tetapi
pada kenyataannya banyak kesenjangan antara konsep moral dengan
perilaku moral. Banyak faktor yang menyebabkarnnya, diantaranya
tekanan sosial, faktor emosi, faktor motivasi dan banyak faktor lain
yang mempengaruhi bagaimana anak akan bersikap bila suatu pilihan
harus dlambil.
2.1.3 Mempelajari Perilaku Moral Pada Anak
Seorang anak belajar perilaku moral melalui empat cara : (Hurlock,
1978)
1. Belajar apa yang diharapkan kelompok sosial dari anggotanya.
Harapan tersebut diperinci bagi seluruh anggota kelompok dalam
bentuk hukum, kebiasaan dan peraturan. Secara bertahap anak
belajar peraturan yang ditentukan berbagai kelompok di rumah,
sekolah dan, lingkungan. lni membentuk dasar kehidupan mereka
tentang harapan berbagai kelompok dan anak juga belajar bahwa
mereka diharapkan mematuhi peraturan ini dan kegagalan dalam
2. Pengembangkan hati nurani. Hati nurani digunakan sebagai l<endali
internal bagi perilaku individu. Hati nurani dikenal juga sebagai
"superego" atau "polisi internal". Dalam perannya hati nurani tanpa
henti mengawasi kegiatan individu dan ュ・ュ「Qセイゥォ。ョ@ peringatan bila akan ada perilaku yang menyimpang.
3. Peran rasa bersalah dan rasa malu. Bila perilaku anak tidak sesuai
dengan aturan dan hati nurani, anak al<an merasa bersalah dan
malu. Rasa bersalah diartikan sebagai evaluasi negatif diri yang
terjadi bila seseorang mengakui bahwa perialkunya berbeda
dengan nilai moral. Rasa malu diartikan sebagai reaksi emosional
yang tidak menyenangkan yang timbul pada seseorang akibat
adanya penilaian negatif terhadap dirinya.
4. Peran interaksi sosial. lnteraksi sosial awal エ・セェ。、ゥ@ dalam keluarga
kemudian lingkungan luar runah, sekolah dan teman sebaya.
Melalui interaksi sosial anak tidak saja mempunyai kesempatan
untuk belajar kode moral, tetapi mereka juga nnendapat
kesempatan untuk belajar bagaimana orang lain mengevaluasi
2.1.4 Peraturan dan Pelanggaran Yang Umum Pada Anak
Peraturan yaitu suatu pola yang ditetapkan untuk mengatur tingkah
laku. Peraturan mempunyai dua fungsi yang sangat penting dalam
membantu anak menjadi mahluk bermoral. Hal ini disebabkan :
Pertama, karena peraturan mempunyai nilai pendidikan, sebab
peraturan memperkenalkan pada anak perilaku yang disetujui anggota
kelompok. Kedua, karena peraturan membantu mengekang perilaku
yang tidak diinginkan. (Hurlock, 1978)
Peraturan yang ada di sekolah bertujuan untuk ュeセョ」ゥーエ。ォ。ョ@ keadaan
yang kondusif untuk belajar dan mengajar di sekolah. Peraturan itu di
buat sendiri oleh pihak sekolah dan disesuaikan dengan keadaan
sekolah masing-masing.
Contoh Peraturan Sekolah Pada Siswa/i Sekolah Dasar :
A. Waktu di sekolah :
1. Pelajar harus hadir 5 menit sebelum pelajaran dimulai.
2. Pada waktu belajar dilarang keluar ruang kelas I pekarangan
tanpa izin guru piket I guru kelas.
3. Bagi yang terlambat datang harus lapor kepada guru piket I guru
4. Bel masuk jam 06.30 dan bel pulang jam 12.00 (kecuali hari
jum'at bel pulang jam 11.00) untuk kelas 1 & 2 belajar setengah
hari.
5. Bagi siswa yang tidak masuk sekolah, sebeliumnya membawa
surat keterangan dari orang tua, bila sakit surat keterangan dari
dokter.
B. Pakaian
Setiap pelajar wajib memakai pakaian seragam yang di tentukan :
Senin Putih-Putih berdasi, bertopi, bedge dan lokasi
Selasa-Kamis
Jum'at
Sabtu
Putih-Merah berdasi, bertopi, bedge dan lokasi
Baju Muslim
Seragam pramuka I Pakaian olah raga
Setiap hari memakai sepatu dan kaos kaki.
C. Lingkungan Sekolah
1. Selama waktu sekolah, siswa dilarang keluar dari komplek
sekolah tanpa izin dari guru piket.
2. Siswa dilarang bermain di kelas pada saat jam istirahat.
3. Dilarang membawa HP,mainan dalam bentuk apapun, senjata
tajam,obat-obatan terlarang dan barang yang tidak ada
kaitannya dalam proses belajar mengajar di sekolah.
5. Siswa dilarang membuat tindakan yang dapat mengganggu
ketenangan kelas dan sekolah
6. Siswa menyediakan alat pelajaran yang diperlukan sebelum
pelajaran dimulai
7. Siswa wajib menjaga kebersihan, keindahan, ketenangan, dan
ketertiban kelasnya.
D. Lain-Lain
1. Setiap siswa wajib menjaga dan ュ・ョェオョェオョセj@ tinggi nama
keluarga dan sekolah dalam pergaulan.
2. Setiap siswa dilarang melakukan pemukulan, perkelahian
ataupun pengeroyokan dan melibatkan diri dalam peristiwa
tersebut.
3. Setiap siswa wajib bersikap sopan santun tmhadap orang tua,
guru dan semua pegawai sekolah.
4. Setiap siswa wajib menjaga fasilitas sekolah.
5. Siswa yang melanggar peraturan akan dikenakan sanksi :
- Peringatan lisan atau tertulis
-Peringatan lisan atau tertulis kapada oran9 tua I wali.
- Tidak boleh mengikuti pelajaran I skorsin(J
- Dikeluarkan dari sekolah.
(Tata Tertib Siswa/i SDN 11 Kebayoran Lama Selatan, Sumber
Pelanggaran adalah ketidakpatuhan atau bentuk perilaku buruk yang
disengaja. Pelanggaran dapat berbentuk bermacam-macam,
tergantung peraturan yang dilanggarnya. Pelanggaran pada anak yang
biasa terjadi di sekolah adalah sebagai berikut (Hurlock : 1968) :
1. Berkelahi dengan teman
2. Membuat gaduh
3. Berkata kasar dan kotor
4. Menyontek
5. Merusak I mencuri barang milik sekolah
6. Terlambat masuk kelas
7. Tidak mengerjakan tugas
8. Membolos
2.1.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku M•oral
Faktor yang mempengaruhi perilaku moral menurut Hurlock (1978)
adalah
1. Konsep moral, yaitu peraturan perilaku yang telah menjadi
kebiasaan bagi anggota suatu budaya dan yang menentukan
pola perilaku yang diharapkan. Bagi seorang anak mempelajari
konsep moral adalah hal yang sulit. Pemahaman konsep moral
2.2 Persepsi
a. Perkembangan kecerdasan anak, Tingkat intellegensi
mempengaruhi pemehaman tentang konsep moral.
Seorang anak yang memiliki tingkat intellegensi yang
rendah akan mengalami kesulitan dalam memahami
konsep moral.
b. Pengajaran yang diterima, orang tua dalam memberikan
aturan pada anak juga harus disertai dengan penjelasan
dan pemahaman pada anak, dan seringkali orang tua
tidak memberikan contoh pada anak sehingga akan
membuat anak mengalami kebingungan.
c. Kode moral yang berbeda, anak merasa bingung bila
mereka melihat bahwa tidak setiap orang menganut satu
kode moral yang sama. Hal ini menyebabkan anak akan
mengambil keputusan sendiri dan membutuhkan
peranan dari orang dewasa untuk memberikan
pemahaman kepada anak.
2.2.1 Pengertian Persepsi
Dalam karnus psikologi (J.P. Chaplin, 1968) Persepsi berarti proses
mengetahui atau mengenali objek dan kejadian olbjektif dengan
penginderaan dengan penambahan arti-arti yang berasal dari
pengalaman masa lalu. Menurut Atkinson persep!;i adalah penelitian
bagaimana kita mengintegrasikan sensasi ke dalam percepts objek,
dan bagaimana kita selanjutnya menggunakan percepts (hasil dari
proses persepsi) itu untuk mengenali dunia.
Menurut Abdul Rahman, persepsi didefinisikan sebagai proses yang
menggabungkan dan mengorganisasikan data-data indera untuk
dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari
disekeliling kita, termasuk sadar dengan diri sendiri. Definisi lain
menyebutkan bahwa persepsi adalah kemampuan
membeda-bedakan, mengelompokkan memfokuskan perhatian terhadap satu
objek rangsang. Dalam proses pengelompokkan dan membedakan ini
persepsi melibatkan proses interpretasi berdasarkan pengalaman
terhadap satu peristiwa atau objek.
Dari beberapa pengertian di alas dapat diambil kEisimpulan bahwa
persepsi adalah proses mental yang melibatkan proses penginderaan
dan berpikir (membedakan, mengelompokkan, mengenali) terhadap
2.2.2 Proses Terjadinya Persepsi
Persepsi terjadi karena adanya dua hal (J.P Chaplin, 1968), yaitu :
1. Perhatian
Proses perhatian ini dilakukan kepada faktor-faktor perangsang,
yaitu suatu objek yang hendak dipersepsikan yang diperkuat
dengan perubahan, intensitas, ulangan, kontrais dan gerak.
Kemudian objek yang akan dipersepsikan mengalami proses
pengamatan untuk kemudian di persepsikan.
2. Pemahaman dan mengenali objek
Proses ini melibatkan proses berpikir. Dalam menjalankan proses
ini melibatkan faktor-faktor organisme, yaitu minat, kepentingan,
kebiasaan, pengalaman dan keadaan jiwa. Kemudian proses ini
bertujuan untuk menyimpulkan objek persepsL
Dari penjelasan tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa arti
suatu objek atau suatu kejadian ditentukan baik oleh kondisi
perangsang maupun oleh faktor-faktor organisme. Dengan alasan
demikian, persepsi mengenai suatu objek oleh pribadi-pribadi yang
berbeda juga akan berbeda, karena setiap individu menanggapinya
berkenaan dengan aspek-aspek situasi yang mengandung arti khusus
2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi
Proses persepsi lebih bersifat psikologis daripada merupakan proses
penginderaan saja maka ada beberapa faktor yang mempengaruhi
(Abdul Rahman, 2004):
1. Perhatian yang selektif
Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali
rangsangan dari lingkungan. Meskipun demikian ia tidak harus
menanggapi semua rangsangan yang diterimanya. Untuk itu, individu
harus memusatkan perhatian pada rangsangan tertentu saja. Dengan
demikian objek lain tidak akan tampil sebagai ッ「ェ・セォ@ pengamatan.
2. Ciri-ciri rangsangan
Rangsangan yang bergerak diantara rangsangan yang diam akan
lebih menarik perhatian. Demikian juga rangsangan yang lebih besar
diantara yang kecil, yang kontras dengan latar beiakangnya dan
intensitas rangsangan paling kuat.
3. Nilai dan kebutuhan individu
Setiap orang tentu mempunyai pola yang berbeda dalam
pengamatannya, tergantung latar belakang dan p,endidikan seseorang.
4. Pengalaman terdahulu
Pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi ba9aimana seseorang
2.3 Peran Ayah Dalam Pengasuhan Anak
2.3.1 Teori-Teori Tentang Ayah
Ada beberapa teori yang berkaitan dengan peran ayah, diantaranya
Dalam teori Psikoanalisa Freud peran dan fungsi ayah sebagai berikut:
Freud repeatedly stressed the role of father as the source of the
superego, serving as moral control over his chlldren 's behavior, he
thought father had much less control over formation of id and ego,
except as mediated by the superego. (Benson, 1968)
Dalam teorinya Freud mengidentifikasikan ayah seperti superego bagi
anak, yang menjembatani antara id dan ego anak. Ayah dengan peran
yang ada berfungsi sebagai sosok yang mengajarkan aturan dan
konsep moral yang ada yang kemudian dapat menjadi pengontrol
perilaku anak.
Dalam teori sosial peran dan fungsi ayah sebagai berikut :
The position of father in social theory centers on his role as an
agent of social stability. This rather conservative function is
stressed repeatedly, (Benson, 1968)
Dalam teori sosial ayah berfungsi sebagai sosok yang dapat
aturan dan konsep moral kepada anaknya. Ayah juga berfungsi dalam
penanganan krisis pada anak.
Selain itu, ayah juga berperan dalam maskulinitas anaknya.
Father is ussualy the prototype of adult masculinity for both his son
and his daughter, and virtually all mayor values attaching to the
masculine role are integrated within the symbolism fatherhood.
(Parsons, 1954 dalam Benson)
Dalam teorinya Parsons menyatakan bahwa ayah mempunyai peran
untuk mengajarkan tentang nilai-nilai maskulinitas kepada anaknya
baik anak laki-laki maupun anak perempuan.
Dari beberapa teori tentang ayah di atas dapat diambil kesimpulan
bahwa ayah mempunyai peran untuk memberikan nilai-nilai kehidupan
dan dengan otoritasnya, ayah juga mempunyai peran untuk
mengajarkan aturan-aturan yang ada d.:ilam masyarakat.
2.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlibatan Ayah
Benson (1968) mengemukakan dimensi pengasuhan ayah:
Seorang ayah yang baik memiliki ikatan emosional dengan
anaknya. la mampu mengekspresikan emosinya dengan baik
sehingga anak pun dapat memiliki ikatan emosi dengan ayahnya.
lkatan emosional antara ayah dengan anak sangat penting, sebab
bila tida ada ayah tidak akan mampu menjalankan perannya
dengan baik.
(2) Terlibat dalam penanganan masalah I krisis
Ayah dipandang sebagai sosok yang mempunyai otoritas dalam
keluarga. Oleh karena itu. ketika terjadi masalah, ia harus bisa
menanganinya dengan baik. Ketika seorang anak mengalami
masalah, seorang ayah harus ikut terlibat dalam penyelesaiannya,
tentu saja dengan cara yang baik dengan mernberikan nilai-nilai di
dalamnya.
(3) Komitment memberikan perintah dan kontrol terhadap anak
Seorang ayah harus mampu menjalankan aturan yang ada dengan
konsbten serta mampu memberikan kontrol terhadap perilaku
anaknya.
(4) Memberikan contoh dalam perilaku pada anak.
Seorang anak tidak hanya membutuhkan aturan-aturan dalam
perilakunya, tetapi juga membutuhkan model yang nyata. Seorang
ayah yang memberikan aturan juga memberika aturan juga harus
2.3.3 Pengaruh Pengasuhan Ayah Terhadap Anak
Pruet (2000) mengemukakan berbagai pengaruh pengasuhan ayah
terhadap berbagai bidang kehidupan anak seperti kemampuan
adaptasi, pemecahan masalah, kemampuan kognitif, secure
attachment, empati, kontrol diri, dan moral .
1. Kemampuan adaptasi dan pemecahan masalah.
Bayi yang mendapat pengasuhan ayah selama 18 sampai 24 bulan
pertama dalam kehidupannya merasa lebih aman dan berani
dalam mengeksplorasi lingkungan. Kombinasi pengasuhan ayah
yang aktif dan cenderung memberi dukungan ftidak langsung ketika
anak mengalami frustasi, efektif dalam mengembangkan
kemampuan anak dalam beradaptasi dan mernecahkan masalah.
2. Kemampuan kognitif.
Terdapat pengaruh jumlah waktu yang digunakan ayah untuk
membaca bersama anak dengan perkembangan berbagai
kemampuan kognitif anak. Keterlibatan ayah juga mempengaruhi
pandangan anak mengenai kompetensi diri. p,enelitian Tessman
pada para mahasiswi menemukan hubungan antara prestasi
3. Secure attachment
Penelitian Cox menemukan bahwa ayah yang penuh afel<si,
memiliki sikap positif dan menyediakan lebih banyak waktu untuk
bayinya yang berusia tiga bulan, lebih mungkin memiliki bayi
dengan secure attachment ketika berusia dua belas bulan.
4. Empati.
Anak-anak yang memiliki ayah dengan keterlibatan tinggi dalam
pengasuhan cenderung lebih mengembangkan kemampuan
empatinya pada masa dewasa.
5. Kontrol diri.
Anak-anak yang memiliki ayah yang terlibat dalam pengasuhan
menunjukan kontrol diri yang !ebih baik serta tidak nampak
menunjukan perilaku impulsive.
6. Moral.
Penelitian Mosley dan Thompson (dalam Pruett, 2000) menemukan
kaitan antara pengasuhan ayah dengan rendahnya
gangguan-gangguan yang dialami anak. Anak lebih mun!Jkin bersikap patuh
dan be1tanggung jawab, anak laki-laki lebih sedikit mengalami
masalah di sekolah dan anak perempuan tampak lebih ceria,
gembira, memiliki keterlibatan yang tinggi dalam tugas, dan lebih
2.3.4 Pengasuhan Ayah Dalam Pandangan Islam
Dalam Islam peran ayah dalam pengasuhan anak sangat diperhatikan.
Ayah merupakan sosok penting dalam bangunan umat. Dalam sebuah
keluarga, kedudukan ayah adalah salah satu batu bata yang
menopang bangunan umat Islam. Jika para ayah berhasil menunaikan
misinya dalam keluarga, akan kokohlah bangunan umat Islam
diberbagai bidang kehidupan. Sebaliknya, sikap lalai para ayah dalam
menjalani misinya dalam keluarga akan rnenyebabkan lemah dan
rapuhnya bangunan umat ini. Hal ini juga terlihat dalam contoh
kehidupan ulama dan shalafushalih karena sejarah kehidupannya
umumnya dilatarbelakangi sentuhan pendidikan yang diberikan
ayahnya. (Muhammad Lili NA, 2007)
Seorang ayah bukan saja bermakna bertanggung jawab memenuhi
kebutuhan materi anak, namun lebih dari itu seorang ayah diharapkan
dapat menjadi pengayom, pendidik, sekaligus pem;;iggung jawab yang
mengarahkan anak dalam kebaikan dan keimanan. Hal ini seperti
sebagaimana yang dikatakan lbnu Qayyim, "Sesungguhnya Allah akan
bertanya kepada seorang anak kepada ayahnya. Maka, siapa yang
melalaikan pendidikan terhadap anaknya dan rneninggalkannya sia-sia
tidak berguna, berarti dia benar-benar telah melal<ukan keburukan dan
sdan karena kelalaian mereka terhadapnya, meninggalkan pendidikan
untuk mereka yang merupakan kewajiban agama dan sunnah nabi".
(Karim Asy-Syadzili, 2008)
Ayah yang menunaikan kewajibannya, berarti ia エゥセャ。ィ@ terbebas dari
tanggung jawabnya dihadapan Allah SWT di hari kiamat :
Artinya : Wahai orang-orang beriman lindun9ilah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Disana ada malaikat yang kasar /agi keras tidak me/anggar perintah Allah dan mereka melakukan apa yang diperintahkannya. (At
Tahrim: 6)
2.4 Masa Kanak-Kanak Akhir
2.4.1 Ciri-Ciri Masa Kanak-Kanak Akhir
Masa kanak-kanak akhir berlangsung dari usia enam tahun sampai
tiba masanya indinidu ll'9tang secara seksual. (Hurlock,
1978)
Kondisiini tentu saja waktu yang tumpang tindih antara masa kanak-kanak
akhir dengan masa puber. Tetapi pada dasamya masa kanak-kanak
akhir terjadi sebalum masa remaja.
Ciri yang paling menonjol pada masa kanak-kanak akhir adalah usia
keinginan diterima oleh teman-teman sebaya sebagai anggota
kelompok, terutama kelompok yang bergengsi diantara
teman-temannya. Sehingga masa ini juga disebut sebagai masa penyesuaian
diri karena anak ingin menyesuaikan diri dengan clengan standar
kelompok. Di lingkungan rumah, pada usia ini anak menjadi sulit
diatur, tidak menuruti perintah karena anak lebih banyak dipengaruhi
teman-teman sebayanya daripada oleh orang tua atau anggota
keluarga lain. Pada masa ini anak juga seringkali bertengkar dengan
saudaranya di rumah, dan biasanya banyak terjacli dalam keluarga
yang anaknya terdiri dari laki-laki dan perempuan .. (Hurlock, 1978)
Masa kanak-kanak akhir berdasarkan teori Ericson adalah masa
tahapan tekun versus rasa rendah diri (industry vmsus inferiority) ialah
tahap perkembangan keempat yang berlangsung pada tahun-tahun
sekolah dasar. Ketika anak mulai memasuki masa akhir kanak-kanak ,
mereka mengarahkan enargi mereka menuju penguasaan
pengetahuan dan keterampilan intelektual dan bahaya pada masa ini
adalah perkembangan rasa rendah diri, perasaan tidak kompeten dan
2.4.2 Tugas Perkembangan Pada Masa Kanak-Kanak Akhir
Tugas-tugas perkembangan pada masa kanak-kanak akhir menurut
Havighurst : (Hurlock, 1978)
1. Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk
permainan-permainan yang umum.
2. Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai
makhluk yang sedang tumbuh.
3. Belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya.
4. Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang
tepat
5. Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar membaca,
menulis dan berhitung.
6. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk
kehidupan sehari-hari.
7. Mengembangkan hati nurani, pengertian moral dan tata
tingkatan nilai.
8. Mengembangkan sikap terhadap kelompok atau lembaga
sosial.
2.5 Kerangka Berpikir
Seorang anak lahir ke dunia, kemudian dibesarkain oleh kedua orang
tuanya. lbu merawatnya dan memenuhi kebutuha1n fisiknya sedangkan
ayahnya membantu ibu dalam memenuhi kebutuhian anaknya. Dalam
pengasuhan anak, ayah dan ibu memiliki peran masing-masing yang
saling mendukung. Dengan peran yang ada seornng ibu lebih
dikaitkan dengan fungsi ekspresif dan peran ayah lebih bersifat
instrumental, sebagai pemberi aturan, hukuman, pengambil
keputusan, penanaman disiplin serta kontrol kepada anak.
Kemudian sejalan dengan waktu anak mulai 「・イォQセュ「。ョァ@ sesuai
tahapan usianya dan mulai bersosialisasi dengan lingkungan.
Anak belajar banyak hal yang belum diketahui dari lingkungannya,
salah satunya tentang norma-norma dan aturan yang ada. Anak mulai
belajar menyesuaikan diri dengan aturan yang ada. Bila anak berhasil,
maka ia akan berperilaku sesuai dengan norma yang ada. Seorang
anak yang dalam lingkungan rumah sudah terbiasa dengan atur3n
yang ada akan lebih mudah menyasuaikan diri dengan aturan diluar
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
I
Anak Belajar Perilaku MoralBersosialisasi Anak
Pengasuhan Ayah
2.6 Hipotesis
Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara keterlibatan ayah
dalam pengasuhan anak dengan perilaku moral pada anak.
Hi : Ada hubungan yang signifikan antara keterlibatan ayah dalam
3.1 Jenis Penelitian
3.1.1 Pendekatan dan Metode Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kuantitatif, yaitu suatu
pendekatan dimana data yang dihasilkan dari hasil penelitian adalah
berwujud data kuantitatif atau berbentuk bilangan (Arikunto,2002).
Pendekatan ini digunakan karena penelitian ini bekerja dengan angka
serta dianalisis dengan menggunakan statistik dan untuk menjawab
pertanyaan hipotesis.
Adapun metode penelitian yang dilakukan adalah korelasional yaitu
untuk mengetahui hubungan antara Independent Variabel (IV) dengan
Depenjent Variabel (DV) dengan tujuan penelitian yaitu apakah ada
hubungan antara persepsi tentang keterlibatan ayah dalam
pengasuhan anak dengan perilaku moral di sekolah pada anak.
3.1.2 Definisi Variabel dan Operasional Variabel
Variabel adalah objek atau sesuatu yang menjadi pusat perhatian
terdiri dari variable bebas (Independent Variabel) dan variable terikat
(Dependent Variabel). Adapun Independent Variabel dalam penelitian
ini adalah persepsi tentang keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak
(x) dan Dependent Variabel adalah perilal<u moral anak di sekolah (y).
Definisi operasional masing-masing variabel pada penelitian ini
adalah:
Persepsi tentang keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak adalah
adalah bagaimana seorang ayah ikut terlibat dalam pengasuhan anak.
(Benson, 1968). lndikator yang diukur terdiri dari empat faktor :
(1) Terlibat dan terikat secara emosional dengan anak
(2) Terlibat dalam penanganan masalah I krisis
(3) Komitment memberikan perintah dan kontrol terhadap anak
(4) Memberikan contoh dalam perilaku pada anak.
Perilaku Moral adalah perilaku yang sesuai dengan kode moral
kelompok social (Hurlock, 1978). Dalam penelitian ini kode moral yang
digunakan adalah kode moral dalam lingkungan sekolah (tata tertib
sekolah), melalui pengukuran terhadap :
(1) Kedisiplinan
(2) Tanggung Jawab
3.2 Pengambilan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi menurut Arikunto (2002) adalah keseluruhan subjek
penelitian. Populasi yang digunakan adalah kanak-kanak akhir,
berlangsung antara usia 10 - 12 tahun. Pada usia ini anak sedang
melaksanakan pendidikan pada tingkat Sekolah Dasar kelas IV - VI
SON 11 Kebayoran Lama, yang berjumlah 128 orang.
3.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti dan
dimaksudkan untuk mengeneralisasi atau mengangkat kesimpulan
penelitian sebagai sesuatu yang berlaku bagi populasi (Arikunto,
1996). Berdasarkan penjelasan Sevilla untuk peneilitian, ukuran
minimum yang ditawarkan Gay (1976) bahwa untuk penelitian korelasi
diambil minimal 30 sampel (Sevilla dkk, 1993). Dalam penelitian ini
akan menggunakan 30 orang sampel penelitian.
3.2.3 Teknik Pengambilan Sampel
Teknik yang digunakan dalam pengambilan sample penelitian ini
adalah random sampling (pengambilan sample secara acak), Menurut
Weirsma (1975) dalam Sevilla adalah suatu metode pemilihan ukuran
mempunyai peluang yang sama dan semua kemungkinan
penggabungannya yang di seleksi sebagai sampel mempunyai
peluang yang sama. Dalam penelitian ini dilakukan pengambilan
sampel secara acak, dari 128 populasi kemudian dilakukan
pengocokan untuk menentukan 30 sampel penelitian. Kemudian
didapatkan 30 sampel penelitian yang terdiri dari 4 orang sampel usia
10 tahun, 18 orang sampel usia 11 tahun dan 8 orang sampel usia
12 tahun.
3.3 Pengumpulan Data
3.3.1 Metode dan Instrument Penelitian
Pada penelitian ini alat pengumpul data yang menggunakan dua skala.
1. Skala tingkat keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak.
Skala ini disusun berdasarkan teori Benson (1968), yang terdiri dari
empat faktor :
a. Terlibat dan terikat secara emosional dcngan anak, yaitu
mampu memahami emosi atau perasaan yang dialami anak dan
mampu mengekspresikan emosinya dengan baik sehingga
terjalin ikatan emosional.
b. Terlibat dalam penanganan masalah I krisi:s, yaitu mempunyai
c. Komitment memberikan perintah dan kontrol terhadap anak,
yaitu konsistensi dalam memberikan aturan dan
bertanggungjawab terhadap perlaku anak.
d. Memberikan contoh dalam perilaku pada anak yaitu
memberikan contoh perilaku yang berkaitan dengan aturan dan
memberikan nilai - nilai pada anak.
Tabel
3.1
Blue Print Skala Persepsi Tentang Keterlibatan Ayah Daiam Pengasuhan Anak
No lndikator Butir Soal Jumlah
Favorabel Uinfavorabel
1 Terlibat dan terikat secara 1,2,4,22,23, 5,6,15,28, 14 emosional dengan anak 30,32,33,38 3:'.I
2 Terlibat dalam penanganan 15,17,24,31 8, 13, 16,29, 13 masalah I krisis 39,40,42,47 4:'.I
3 Komitmen memberikan perintah 10,18,27,34 3,9,19,35 10 dan kontrol pada anak 45,49
4 Memberi contoh dalam perilaku 7, 12,20,25, 1 '1,21,37,44, 13
pada anak ,36,41,50 4(),48
Jumlah 30 20 50
2. Skala Perilaku Moral di Sekolah Pada Anak.
1. Skala ini dibuat berdasarkan kode moral (peraturan atau tata
tertib) yang ada dalam lingkungan sekolah,. yang meliputi :
[image:56.521.21.443.176.544.2]Tabel 3.2
b. Tanggung jawab, perilaku siswa yang meliputi tugas
belajar
c. Kesopanan, perilaku siswa yang meliputi lingkungan
sekolah
Blue Print Skala Perilaku Moral Anak di Sekolah
No lndikator Butir soal Jumlah
1
2
3
Favorabel Unfavorabel
Kedisiplinan 1,3,4, 12,23, 7,10,16,19,26, 10
32 40
Tanggungjawab 8, 13,20,24,30, 2,5,9, 16,22,24, 11 31,38,39 34,37
Kesopanan 6, 14,27,28,29, 11,17,18,21,33, 9
35, 36
Jumlah 15 15
30
Pemberian skor pada penelitian menggunakan skala model Likert
yang dimodifikasi menjadi empat kemungkinan :
Tabel 3.3 : Bobot Skor Skala
Pilihan Jawaban Favorabel Unfavorabel
Sangat Setuju (SS) 4 1
Setuju (SR) 3
2
Tidak Setuju (TS)
2
3 [image:57.518.59.420.543.651.2]3.3.2 Teknik Uji Instrument Penelitian
Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti melal<Ukan uji instrumen
dengai:i 90 item dari dua skala, yaitu untuk skala persepsi tentang
keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak berjumlah 50 item dan
untuk skala perilaku moral anak di sekolah berjumlah 40 item. Uji
instrumen dilakukan pada 60 orang siswa-siswi SDN 09 Pagi
Kebayoran Lama yang memiliki karakteristik yang hampir sama
dengan sampel penelitian. Adapun tujuan dari pelaksanaan uji
instrumen ini adalah :
1. Mengetahui validitas instrumen, dimana skor tiap item
dikolerasikan dengan skor total.
2. Mengetahui reliabilitas instrumen yang digunakan untuk
mengukur tingkat reliabilitas skala tersebut.
1. Uji Validitas.
Validitas adalah sejauhmana skala psikologi rnampu menghasilkan
data yang akurat sesuai dengan tujuan ukurnya (Azwar, 1999).
Skala yang disusun berdasarkan kawasan ukur yang teridentifikasi
dengan baik dan dibatas dengan jelas, secara teoritik akan valid.
Suatu alat ukur yang validitasnya tinggi tidak hanya menjalankan
fungsi ukumya dengan tepat, tetapi kecermatannya juga tinggi.
masing-masing item engan skor total. Adapun rumus yang digunakan
adalah rumus Product Moment dari Pearson untuk perhitungan
menggunakan komputer dengan program SPSS.
R
yx=
Keterangan :
Rxy
=
Koefisien korelasi Pearson Product Momentn
=
Jumlah subjekX = Skor item
Y = Skor total
Hasil Uji Validitas Skala Persepsi Tentang Kete1rlibatan Ayah
dalam Pengasuhan Anak
Berdasarkan uji instrumen validitas dengan teknik korelasi Product
Moment dari Pearson pada skala tingkat keterlibatan ayah dalam
pengasuhan anak terhadap 60 siswa SON 09 Kebayoran Lama, dari
50 item yang diujicobakan diperoleh 40 item yang valid dan
1 O
itemTabel 3.4
Hasil uji instrumen item yang valid (*)
No lndikator Butir Soal Jumlah
Favorabel Unfavorabel
1 Terlibat dan terikat secara 1,2* ,4* ,22,23*' 5, 6*' 15* ,28*' 14
emosional dengan anak 26* ,30* ,32* ,38* SセQᄋ@
2 Terlibat dalam penanganan 14*' 17* ,24* ,31 8*, 13*, 16*' 13
masalah I krisis 39*,40*,42,47* RセQJLTSJ@
3 Komitmen memberikan 10*,18*,27,34* 3• ,9*' 19* ,35* 10
perintah dan kontrol pada 45,49
anak
4 Memberi contoh dalam 7*,12*,20*,25*, 111*,21*,37*, 13
perilaku pada anak ,36*,41*,50 44*,46,48*
[image:60.521.25.440.498.675.2]Ju ml ah 29 20 50
Tabel 3.5
Blue Print Skala Persepsi Tentang Keterlibatan Ayah Pasi:a Uji lnstrumen
No lndikator Butir Soal Jumlah
Favorabel Unfavorabel
1 Terlibat dan terikat secara 1,3,20,26 4,13,24,28 11
emosional dengan anak 23,27,33
2 Terlibat dalam penanganan 13,15,21 6,11,14,25, 11
masalah I krisis 34,35,39 37
3 Komitmen memberikan perintah 8,16,29 2,7,17,30 7
4 Memberi contoh dalam perilaku 5,10,18,22, 9, 19,32,38, 11
pada anak 31,36 ,40
Jumlah 22 18 40
Hasil Uji Validasi Skala Perilaku Moral Anak di Sekolah
Berdasarkan uji instrumen validitas dengan teknik korelasi Product
Moment dari Pearson pada skala Perilaku Moral Anak di Sekolah
terhadap 60 siswa SDN 09 Kebayoran Lama, dari 40 item yang
diujicobakan diperoleh 39 item yang valid dan 1 item yang gugur.
[image:61.518.20.443.87.619.2]Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.6
Hasil uji instrumen item yang valid (*)
No lndikator Butir soal Jumlah
Favorabel Unfavorabel
1 Kedisiplinan 1*,3*,4*,12*, 7*,10*,16*,19*, 12 23*,32* 26*,40*
2 Tanggung jawab 8*,13*,20*,24*, 2* ,5* ,SI*, 16* ,22* 16 30*,31*,38*,39* ,24•·,34•,37
3 Kesopanan 6,14*,27*,28*, 11*,17*,18*,21* 12 29*,35* ,33*,3l)*
Tabel
3.7
Blue Print Skala Perilaku Moral Anak Pasca Uji lnstrumen
No
1
2
3
lndikator Butir soal Jumlah Favorabel Unfa1vorabel
Kedisiplinan 1,3,4, 11, 14,22, 6,9, 18,25,39 12 31
Tanggungjawab 7, 12, 19,24,29, 2,5,8, ·15,21,23, 16 30,37,38 33,36
Kesopanan 13,26,27,28, 10,"16, 17,20,32, 11 34, 35
Jumlah 20 19 39
2. Uji Reliabilitas
Relabilitas adalah konsistensi atau kepercayaan hasil ukur, yang
artinya hasil ukur dapat dipercaya apabila dala1m beberapa kali
pengukuran diperoleh hasil yang relatif sama . .Adapun uji reliabilitas
a=l-k-1
skala dengan rumus Alpha Cronbach dan perhitungan
menggunakan program SPSS.
Keterangan :
[image:62.521.22.443.138.544.2]k
=
Banyaknya belahanS/
=
Varians skor belahanS12, S/ = Varians skor total
Hasil Uji Reliabilitas Keterlibatan Ayah dan Perilaku Moral Anak
Uji reliabilitas dilaksanakan pada siswa SON 09 Kebayoran Lama,
dengan jumlah sampel uji instrumen sebanyak 60 orang. Uji reliabilitas
kedua skala ini menggunakan uji statistik Alpha Croncbach dengan
menggunakan program SPSS versi 11.5. Hasil uji reliabilitas skala
keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak dengan perilaku moral
anak di sekolah, diperoleh hasil :
1. Reliabilitas skala persepsi tentang keterlibatan ayah dalam
pengasuhan anak dengan 50 item adalah ウ・「Qセウ。イ@ 0,8915. Skala ini
bisa dikategorikan reliabel.
2. Reliabilitas skala perilaku moral anak di sekolah dengan 40 item
adalah sebesar 0,9258. Skala ini dapat diketei1orikan sangat
reliabel.
Menurut kaidah reliabilitas Guilford dan sesuai dengan pandapat
Az.war (2003) bahwa semakin koefisien reliabilitas mendekati angka
1,00 berarti semakin tinggi reliabilitas dan artinya skaor hasil tes
Berikut norma reliabilitas yang dijelaskan Guilford & Fruchter pada
tabel dibawah ini :
Tabel 3.8
Norma Reliabilitas
Koefisien Kriteria
>0.90 Sangat n91iabel
0.70 sampai 0.90 RelialDel
0.40 sampai 0.70 Cukup reliabel
0.20 sampai 0.40 Kurang reliabel
<0.20 Tidak reliabel
3.4 Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis
statistik dengan rumus korelasi Product Moment dari Pearson untuk
mengetahui hubungan antara variabel X (tingkat keterlibatan ayah
dalam pengasuhan anak) dengan variabel Y (perilaku moral di sekolah
pada anak). Adapun rumus yang digunakan adalah rumus Product
Moment dari Pearson sebagai berikut
[image:64.521.101.381.595.652.2]Keterangan :
Rxy
=
Koefisien korelasi Pearson Product Momentn
=
Jumlah subjekX
=
Skor itemY
=
Skor totalAdapun dalam perhitungan dengan menggunakan SPSS, hasil
penelitian akan diinterpretasikan dengan menunjuk tabel koefisien
korelasi nilai r Product Moment pada taraf signifikasi 5% dan 1 %.
Apabila hasil perhitungannya lebih besar dari r table maka korelasi
dianggap signifikan atau Ha diterima atau Ho ditolak. Apabila hasil
perhitungan lebih kecil dari r table maka korelasi dianggap tidak
4.1 Gambaran Umum Responden
Sampel penelitian adalah siswa-siswi SDN 11 Pagi Kebayoran Lama
yang memenuhi karakteristik sampel penelitian yaitu kanak-kanak
akhir yang berada pada rentan usia 10-12 tahun, adapun pengambilan
sarnpel penelitian adalah sebanyak 30 orang. Berdasarkan identitas
responden yang didapatkan, maka gambaran umum dari subyek
penelitian adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1
Kategori Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Presentasi
Laki-Laki 14 46,7%
Perempuan 16 53,3%
Jumlah
30
100%
Tabel tersebut menunjukan bahwa sampel penelitian berdasarkan
jenis kelarnin diperoleh 46.7% sampel siswa laki-laki dan 53.3%
[image:66.518.55.434.164.542.2]4.2 Uji Persyaratan
4.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas berguna untuk mengetahui apakah variabel berdistribusi
normal, mendekati normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov untuk
menguji kebaikan sesuai (goodness of fit). Dalam hal ini yang
diperhatikan adalah tingkat kesesuaian antara distribusi nilai sampel
(skor yang diobservasi) dengan distribusi teoritis t•ertentu (normal,
uniform, poison). Jadi hipotesis statistiknya adalah bahwa distribusi
frekuensi hasil pengamatan bersesuaian dengan distribusi frekuensi
harapan (teoritis). Berikut adalah hipotesisnya :
Ho : Populasi berdistribusi normal
Hi : Populasi tidak normal
Pengambilan keputusan berdasarkan nilai probabilitas dengan alpha
sama dengan 0,05
Jika probabilitas > 0,05, maka Ho diterima
Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak
Dengan demikian berdasrkan uji Kolmogorov-Smirnov diperoleh nilai
uji normalitas data pada skala keterlibatan ayah dalam pengasuhan
anak sebesar 0,200 dengan menggunakan taraf signifikasi alpha 5 %,
pengasuhan anak 0,200 > 0,05,