• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan persepsi tentang keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak dengan perilaku moral anak di sekolah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan persepsi tentang keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak dengan perilaku moral anak di sekolah"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

i-k/fir

/f

HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG KETERL.IBATAN AYAH

DAL.AM PENGASUHAN ANAK

DENGAN PERILAKU MORAL ANAK DI SEKOLAH

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Kersarjanaan Psikologi

••

111

Oleh

IRMA SAFITRI

104070002308

Diterin.

」ゥZセイゥ@ · - . -... セ@... BBBセセセ@

. i)""•••···'·-···--,,

; gL : •• ,r..!{,.,. .. qNセ@ .. ,

6.1:) .•...

':o. lncl!!k : ..

Q.fAl ...

セ@

.

NqjNNZNセZZVNゥ_t_@

k,' [[セ[ゥヲゥォセゥᄋ[ゥ@ : ··· . .. .. ... ... ... '(

FAKULTAS PSIKOLOGI

UIN SY ARIF HIDA YATULLAH

JAKARTA

(2)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar

Kesarjanaan Psikologi PER

pustOGL[HLᆪ|L[Lセ|@

Oleh

IRMA SAFITRI

104070002308

Dibawah Bimbingan :

FAKUL TAS PSI KO LOG I

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIH HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

Skripsi yang berjudul Hubungan Persepsi Tentan!] Keterlibatan Ayah Dalam Pengasuhan Anak Dengan Perilaku Moral Jl,nak di Sekolah telah

'

diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 5 Maret 2009. Skripsi ini telah diterirna sebagai salah satu syarat untuk rnernperoleh gelar Sarjana Psikologi.

Jakarta, Maret 2009.

Ketua merangkap anggota

Jahja Umar, Ph.D NIP. 130558822

Penguji I

·11

! '

I ,

'

Clan Yasun M.Si

.

Sidang Munaqasyah

Anggota

Sekretaris merangkap anggota

In

q_

セZAィゥャ。@

Suralag , M.Si NIP. 150215283

(

-Penguj

(4)

7-farya 1<epacla :llffah-fah 1<ami Meryem6ah,

1Jan 7-farya 1<epacla :llffah-fah 1<arni Memohon

Pertofon:Jan

({1,

,S

:llf-<Fafihah: 3)

'Kesuhesan alafah

1<etf Ka 1<ifa 13isa '/3erha13a

.Ii

1-falapan :llffah

1Jan 'Kesuhesan alafah

1<etik,r, 1<ifa 13isa Mensuk_yesKan Ora»J .f.ain

Zarya <-Jiederhana

Jui

ZuJ'oer.remliali'kan untuk

Zedua Oranj'

ェNNセ。ォオ@

dan Zaka/iJZu

(5)

(A) Fakultas Psikologi (B) Februari 2009 (C) Irma Safitri

(D) Hubungan Persepsi Tentang Keterlibatan Ayah Dalam Pengasuhan Anak Dengan Perilaku Moral Anak Di Sekolah

(E) xii + 70 halaman (F) Latar Belakang :

Saat ini tidak dapat dipungkiri banyak sekali perilaku yang menyimpang, dan tidak sesuai dengan norma yang berlaku terjadi di kalangan anak. Banyak hal yang menjadi pemicu hal tersebut diantarnnya lingkungan yang semakin memburuk yang memicu perilaku tidak bermoral pada anak. Dalam hal ini pengawasan dari orang tua sangat dibutuhkan, terutama dari ayah. Pengasuhan ayah yang baik sangat dibutuhkan untuk menciptakan perilaku yang bermoral pada anak.

Perilaku moral adalah perilaku yang sesuai dengan k:ode moral kelompok sosial, peraturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi suatu

budaya dan yang menentukan pola perilaku yang diharapkan dari seluruh anggota kelompok. Perilaku moral dalam penelitian ini adalah perilaku moral anak di sekolah yaitu perilaku yang sesuai dengan tata tertib yang berlaku di sekolah, terdiri dari kedisiplinan, tanggung jawab dan

kesopanan. Keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak adalah adalah bagaimana seorar.g ayah ikut terlibat dalam pengasuhan anak.

Pengasuhan ayah yang dimaksud dalam penelitian ini terdiri dari empat hal, yaitu terlibat dan terikat secara emosional dengan anak, terlibat dalam penanganan masalah I krisis, komitment memberikan perintah dan kontrol terhadap anak, dan memberikan contoh dalarn perilaku pada anak.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan antara keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak dengan perilaku moral anak di sekolah.

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian kolerasional. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 128 orang. Dari jumlah tersebut dipilih 30 orang sampel penelitian dengan menggunakan random

sampling. lnstrumen pengumpulan data adalah skala model Liker!. Bentuk pengolahan dan analisa data menggunakan analisa statistika dengan menggunakan program SPSS 11.5, uji validitas ュ・ョセQYオョ。ォ。ョ@ kolerasi

(6)

Berdasarkan analisis kolerasi Product Moment diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antata keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak dengan perilaku moral anak di sekolah. Hal ini dapat dilihat dari nilai korelasi (r hitung) sebesar 0,599 > dari taraf signifikasi 5% atau (0,05) dan nilai kolerasi positif maka kolerasi yang terjadi juga

bersifat positif artinya semakin tinggi tingkat keterlibatan ayah maka semakin tinggi juga perilaku moral anak.

Saran yang di aujukan untuk penelitian selanjutnya adalah lebih

memperbaiki item-item kedua variabel, menambah jumlah sampel, pihak ayah juga diikutsertakan dalam sampel penelitian, menambah

kelengkapan data dari pihak sekolah dan menambah instrumen penelitian dengan wawancara dan observasi. Dan untuk saran praktis khususnya kepada para ayah untuk lebih terlibat dalam pengasuhan anak, kepada pihak sekolah agar menciptakan lingkungan yang mendukung perilaku moral dan untuk para anak agar belajar berperilaku moral.

(7)

(A) Psychology Faculty ( B) February 2009 ( C) Irma Safltri

( D) Relation Perception of Father Involvement of In Child Mothering Behaviorally is Child Moral At School

( E) xii + 70 page; yard ( F) Background :

Undeniable in this time a lot of behavior digressing, and disagree with norm going into effect happened among child. A lot of matter becoming of the mentioned among other things environment which progressively deteriorate triggering dissolute behavior at child. In this case observation from parent very required, especially from father. good Father mothering very required to create the behavior which have moral to of at child.

Behavioral of moral is behavior matching with social group moral code, behavior regulation which have come to the habit for an culture and determining behavior pattern expected from entire group member. Behavioral! of moral in this research is behavior of child moral at schooll that is behavioral! matching with discipline going into effect at school, consisted of by the discipline, responsibility and courtesy. Father involvement in child mothering is how a father have a finger in the pie the child mothering.

While hypothesis test use the coleoTation Product Moment from Pearson. There are 40 valid item and 1(1 item which is not valid for the scale of father involvement in child mothering by reliabilitas 0,8915. While for the scale of behavioral of child moral at school there are 39 valid item and 1 item which is not valid by reliabilitas 0,9258

Pursuant to analysis of colerration Product Moment obtained by result that there are relation which significan of between father involvement in child mothering behaviorally is child moral at school. This matter is visible

from correlation value r counUcalculate] equal to 0,599 > from level

(8)

more involved in by is a child mothering, to school party of so that creating environment supporting moral behavior and to all child of so that learning action moral

(9)

Bismillahirahmanirahim

Alhamdulillah, segala puji dan syukur yang tak terhingga penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, Sang Penguasa jagad raya, Sumber ilmu pengetahuan dan sumber kebenaran. Karena hanya dengan izin-Nya lah skripsi ini dapat terselesaikan.Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang membawa risalah Islam yang selalu menjadi tauladan bagi seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh sebab itu sudah sepantasnyalah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Jahja Umar Ph.D Dekan Fakultas Psikologi.

2. lbu Ora. Netty Hartati M.Si pembimbing, yang telah banyak memberikan masukan dan arahan dan dengan sabar memberikan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsii ini.

3. lbu Ora. Fadhilah Suralaga M.Si Pudek I dan Prof. Dr Abdul Mujib M.Ag selaku dosen Pembimbing Akademik. Serta seluruh Dosen pengajar Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya mulai dari perkuliahan sampai terselesaikannya skripsi ini.

4. Seluruh petugas akademik dan perpustakaan, yang telah memberikan bantuan kepada penulis.

5. Kepala Sekolah SON 11 Pagi Kebayoran Lama Selatan dan Kepala Sekolah SON 09 Pagi Kebayoran Lama Selatan yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis, se1rta semua adik-adik yang telah menjadi responden penelitian.

6. Kedua orang tuaku Nuryadi M.Si dan Nenen Nafisah S.Pd yang telah memberikan doa, kasih sayang serta perhatian l<epada penulis. Serta dengan penuh kesabaran dan keikhlasan memotivasi penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah seセョ。ョエゥ。ウ。@ membalas

kebaikan yang telah diberikan. Juga kepada kakakku Acil dan mba Aci semoga sukses selalu.

(10)

teman-perjuangan dan kerjasamanya. Dan seluruh ternan-teman anggkatan 2004 fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

9. Seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Terima Kasih atas semua bantuannya, semoga Allah memberikan balasan yang berlipat ganda.

Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat ba9i semua pihak dan perkembangan ilmu psikologi.

Jakarta, Februari 2009

(11)

Halaman Judul. ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Motto dan Dedikasi. ... : ... iv

Abstrak ... v

Kata Pengantar. ... ix

Daftar lsi ... xi

Daftar Tabel ... xiv

Daftar Gambar. ... xv

BAB I : Pendahuluan ... 1-11 1.1 Latar Balakang ... 1

1.2 ldentifikasi Masalah ... 8

1.3 Pembatasan Masalah ... 8

1.4 Perumusan Masalah ... 9

1.5 Tujuan Penelitian ... 9

1.6 Manfaat Penelitian ... 1 O 1.7 Sistematika Penulisan ... 1 O BAB II : Landasan Teori ... 12-36 2.1 Perilaku Moral Pad a Anak ... 12

2.1.1 Pengertian Perilaku Moral. ... 12

2.1.2 Fase Perkembangan Moral Pada Anak ... 14

2.1.3 Mempelajari Perilaku Moral Pada Anak ... 16

2.1.4 Peraturan Dan Pelanggaran Yang Umum Pada Anak ... 18

(12)

セ@ ᄋᄋᄋセ@

2.3 Peran Ayah Dalam Pengasuhan Anak ... 26

2.3.1 Teori-Teori Tentang Ayah ... 26

2.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlibatan Ayah ... 27

2.3.3 Pengaruh Pengasuhan Ayah Terhadap Anak ... 29

2.3.4 Pengasuhan Ayah Dalam Pandangan lslam ... 31

2.4 Masa Kanak-Kanak Akhir ... 32

! 2.4.1 Ciri-Ciri Masa Kanak-Kanak Akhir ... 32

2.4.2 Tugas Perkembangan Kanak-Kanak Akhir. ... 34

2.5 Kerangka Berpikir. ... 35

2.6 Hipotesis ... 36

BAB

iiセ@

Penelitian ... 37-50 3. ·1 Jenis Penelitian ... 37

3.1.1 Pendekatan Dan Metode Penelitian ... 37

3.1.2 Definisi Variabel Dan Operasional Variabel. ... 37

3.2 Pengambilan Sampel. ... 39

3.2.1 Populo:isi ... 39

3.2.2 Sampel. ... 39

3.2.3 Teknik Pengambilan Sampel ... 39

3.3 Pengumpulan Data ... .40

3.3.1 Metode Dan lnstrumen Penelitian ... .40

3.3.2 Teknik Uji lnstrumen Penelitian ... .43

(13)

4.1 Gambaran Umum Responden ... 51

4.2 Uji Persyaratan ... 52

4.2.1 Uji Normalitas ... 52

4.2.2 Uji Homogenitas ... 55

4.2.3 Uji Hipotesis ... 57

4.3 Hasil Penelitian ... 58

4.4 Hasil Penelitian Tambahan ... 59

BAB V Kesimpulan, Diskusi, dan Saran ... 61-66 5.1 Kesimpulan ... 61

5.2 Diskusi ... 61

5.3 Saran ... 64

5.3.1 Saran teoritis ... 64

5.3.2 Saran praktis ... 65

(14)

Tabel 3.2 Blue Print Skala Perilaku Moral Anak di Sekolah ... .42

Tabel 3.3 Bobot Skor Skala ... .42

Tabel 3.4 Hasil Uji item Skala Keterlibatan Ayah ... .45

Tabel 3.5 Blue Print Skala Keterlibatan Ayah Pasca Uji lnstrumen ... .45

Tabel 3.6 Hasil Uji item Skala Perilaku Moral Anak ... .46

Tabel 3.7 Blue Print Skala Perilaku Moral Anak Pasca Uji lnstrumen .... .47

Tabel 3.8 Norma Reliabilitas ... .49

Tabel 4.1 Kategori Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ... 51

Tabel 4.2 Tes Uji Normalitas Skala Keterlibatan Ayah ... 53

Tabel 4.3 Tes Uji Normalitas Skala Perilaku Moral Anak ... 54

Tabel 4.4 Tes Uji Homogenitas Variabel. ... 56

Tabel 4.5 Tes Uji Korelasi. ... 58

Tabel 4.6 Norma Korelasi. ... 59

[image:14.518.54.438.132.478.2]
(15)
[image:15.518.58.436.132.487.2]
(16)

1.1 l::itar Belakang Masalah

Saat ini mungkin dengan mudah ditemukan perilaku menyimpang

pada anak, mulai dari berbohong, menyontek, sampai kasus narkoba

bahkan pembunuhan. Mendapatkan anak yang bermoral tinggi saat ini

tentu saja menjadi dambaan para orang tua dan pendidik, tetapi saat

ini hal tersebut menjadi lebih sulit didapatkan mengingat kondisi

lingkungan yang semakin memburuk.

Tantangan semakin besar karena pengaruh buruk tersebut muncul

dari berbagai sumber yang mudah didapat anak. Televisi, video game,

internet dapat memberikan pengaruh buruk bagi moral anak.

Kenyataannya pengaruh buruk begitu dekat dengan anak sehingga

hampir tidak mungkin menghindarkan anak-anak dari pengaruh

tersebut. Tentu saja media bukan satu-satunya yang memberi

pengaruh buruk, siapapun bisa menjadi ancaman, termasuk

(17)

Munculnya kasus pada anak memerlukan kajian セZィオウオウ@ menegenai hal yang melatarbelakangi dan bagaimana dinamikanya perlu lebih

diteliti. Keluarga sebagai unit terkecil yang memiliki tanggung jawab

pertama dalam menjaga pertumbuhan dan perkernbangan anak.

Namun ironisnya, dari penelitian yang pernah dilakukan keluarga

menjadi sumber ancaman dan ketidaktentraman anak, karena

perlakuan salah yang sering diterima anak dalam keluarga, khususnya

dari orang tua. (Eka Ervika : 1995)

Orang tua merupakan pendidik pertama bagi anaknya dan memegang

peranan penting dalam perkembangan moralnya, nilai-nilai yang baik,

norma-norma yang berlaku, dan yang paling penting adalah sebagai

tauladan atau model yang dicontoh anaknya. Orang tua yaitu ayah dan

ibu seharusnya memberikan kontribusi yang sama dalam mendidik

dan bertanggung jawab terhadap perkembangan anaknya. Seorang

ayah yang berkewajiban memberi nafkah tidak berarti meninggalkan

pengasuhan dan pendidikan anaknya di rumah. Sebaliknya juga

seorang ibu yang tugasnya merawat rumah tangga tidak berarti

seiuruh tanggung jawab pengasuhan anak ada di tanggannya, tetapi

memiliki peran masing-masing dalam mendukung dalam pengasuhan

(18)

Beberapa kasus berikut ini rnenjelaskan tentang keterlibatan ayah

dalarn perkembangan anak. Seorang anak berusia

13

tahun dipenjara

karena menjadi pecandu dan pengedar heroin. Dalarn penjara

tersebut dia tidak sendirian rnelaikan bersarna ayahnya. Anak tersebut

menjadi pecandu sejak usia sembilan tahun. la 「Qセイ」・イゥエ。@ bahwa orang

yang pertama kali memperkenalkan heroin adalah ayahnya. Sejak

kecil ayahnya selalu menghisap heroin di depanku, dan akhirnya aku

menirunya. Ketika ayahnya tahu, ia tidak melaranignya, bahkan

mereka menghisap heroin bersama. Kemudian ia disuruh untuk

menjadi pengedar, karena usianya yang masih kecil maka ia pun tidak

dicurigai. Namun akhirnya mereka tertangkap juga. (Ahmad Qasim,

dalam www.kisah ayah ibu.com)

Kasus lain, seorang ayah yang menjadi peminum alkohol, memberikan

minuman itu kepada anaknya yang berusia

15

tahun dan akhirnya

anaknya pun menjadi seorang peminum. Beberapa tahun kemudian

anaknya menjadi sakit-sakitan, pengangguran. Siang dan

malam berusaha mendapatkan uang untuk membeli minuman keras,

tidak berakhlaq dan tidak memiliki tata krama. Sebenarnya penyebab

kerusakan anaknya adalah ayahnya sendiri. (Ahmad Qasim, dalam

(19)

lronis, seorang ayah yang seharusnya menjadi panutan bagi anaknya

dalam hal perbuatan baik serta berusaha dalam mendidiknya, justru

menyeratnya dalam kehancuran hidup dan dekadensi moral.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pasangan Gluecks dari

Universitas Harvard, menemukan bahwa kenakalan remaja bukan

fenomena baru dari masa remaja melainkan suatu lanjutan dari pola

perilaku asosial yang di mulai pada masa kanak-kanak. Dan

mempunyai hubungan yang erat antara dengan lingkungan rumah.

(Hurlock: 1978)

Keluarga sebagai unit terkecil dalam suatu masyarakat memegang

peranan penting dalam tumbuh kembang anak. Peran orang tua terdiri

dari peran ayah dan ibu. Semantara selama ini ウ・セ」。イ。@ tradisional

dalam masyarakat pada umumnya sebagian besar orang masih

beranggapan bahwa tugas mendidik anak adalah tugas ibu, sehingga

para ayah kurang telibat dalam pembinaan anak.

Hal ini dikarenakan menurut konsep pola asuh tradisional, peran ibu

lebih dikaikan dengan fungsi ekspresif, seperti mHmberikan afeksi

(kasih sayang), kehangatan, dukungan emosional dan sebagainya. lbu

(20)

banyak di sekitar rumah karena itu, fungsi ibu lebih bersifat

"nurturance" (mengasuh I memelihara). Sedangkan peran ayah lebih

bersifat instrumental, ayah lebih banyak bertindak sebagai pemberi

hukuman, pengambil keputusan, penanaman disiplin serta control

terhadap anak dan tugas ayah lebih banyak mencari nafkah diluar.

Sehingga sebenarnya yang berkaitan dengan perkembangan moral

anak adalah ayah, melalui hukuman, disiplin dan kontrol yang

diberikan ayah, anak belajar mana tingkah laku yang dibenarkan dan

tidak. Namun karena ibu yang lebih banyak dirurnah maka sebenarnya

ibulah yang lebih banyak mengetahui dan melihat perkembangan

tingkah laku anaknya. (Dewi Kania, 2000)

Dari penelitian yang dilakukan Kepaniteraan Psikologi Perkembangan

UI tahun 1986 mengenai keterlibatan ayah dalam membantu

perkembangan anak di dapatkan kesimpulan bahwa telah berkembang

suatu kesadaran bahwa ayah perlu tcrlibat dalam membantu

perkembangan anak. Dan secara khusus diperolEih kesimpulan bahwa

keterlibatan ayah dalam membantu perkembangan anak masih

cenderung kurang di bandingkan apa yag diharapkan. (Dewi Kania,

(21)

Hal ini menarik untuk dikaji, beberapa penelitian membuktikan bahwa

keterlibatan ayah dalam kehidupan perkembangan anak laki-laki

menghasilkan kesuksesan dalam persahabatan dan prestasi

akademis. Sedangkan bagi anak perempuan , membuat anak

cenderung tidak longgar dalam aktivitas seksual clan lebih bisa

membangun hubungan yang sehat ketika dewasa. (Rini lzmi, 2005)

Sejak tahun 1970-an, banyak ahli psikologi secar:a langsung meneliti

peran ayah dalam keluarga. Hasil penelitian yang dilakukan Robert

Watson, dkk terhadap perkembangan anak yang tidak mendapat

asuhan clan perhatian ayah menyimpulkan perkembangan anak

menjadi pincang . Kelompok anak yang kurang mendapat perhatian

ayahnya cenderung memiliki kemampuan akademis menurun, aktivitas

social terbatas, bahkan bagi anak laki-laki ciri-ciri maskulinnya bisa

kabur. (Rini lzmi ,2005)

Orang tua memegang peranan yang dominant dalam perkembangan

anaknya, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, walaupun tidak

menafikkan banyak sekali faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

anak. Kedua orang tua mempunyai peranan dalam "mewarnai"

(22)

"Setiap anak dilahirkan da/am keadaan fitrah. Kedua orangtuanya /ah

yang menjadikan nasrani, yahudi atau majusi" (HR Bukhari)

Dalam Islam seorang ayah memegang peranan penting dalam

perkembangan anak. Kisah para nabi dan Rasul juga banyak yang

menceritakan pentingnya peran ayah dalam kepribadiannya. Seperi

Nabi Ismail yang mendapatkan bimbingan dan pengasuhan dari

ayahnya nabi Ibrahim. Sehingga nabi Ismail mampu untuk

menjalankan perintah Allah ketika Nabi Ibrahim diperintahkan untuk

menyembalihnya. Hal ini tentu saja sulit dilakukan bila tidak ada

pengasuhan, bimbingan, pendidikan dan pengaraihan dari ayahnya

nabi Ibrahim. Nabi Yusuf yang mendapat curahan kasih saying dari

nabi Yakub. Rasulullah yang meskipun 、ゥエゥョァァ。ャセセ。ョ@ oleh ayahnya ketika masih dalam kandungan, tetapi peran ayahnya ini tergantikan

oleh peran kakek dan pamannya.

Perilaku moral dalam kehidupan anak akan mempengaruhi perilaku

moralnya pada masa dewasa. Pentingnya untuk mengetahui

bagaimana perilaku moral terbentuk dan pendapat para ahli bahwa

keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak mernpunyai hubungan

dengan perilaku moral anak, serta beberapa hasil penelitian yang

(23)

penelitian mengenai kolerasi antara tingkat keterlibatan ayah dalam

pengasuhan anak dengan perialku moral anak. 81:!rdasarkan beberapa

alasan tersebut maka penelitianini diberi judul "HUBUNGAN

PERSEPSI TENTANG KETERLIBATAN AYAH D.ALAM

PENGASUHAN ANAK DENGAN PERILAKU MORAL ANAK DI

SEK OLAH"

1.2 ldentifikasi Masalah

Dari latar belakang diatas, terdapat beberapa ma:>alah yang muncul,

yaitu:

1. Apakah terdapat hubungan yang signitikan antara persepsi

tentang keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak dengan

perilaku moral anak di sekolah?

1.3 Pembatasan Masalah

Dibawah ini yang menjadi pokok permasalahan adalah :

1. Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan Anak adalah bagaimana

seorang ayah ikut terlibat dalam pengasuhan anak.

(Benson,1968). Terdiri dari lima faktor: (1) Terlibat dan terikat

secara emosional dengan anak (2) Terlibat dalam penanganan

(24)

kontrol terhadap anak (4) Memberikan contoh dalam perilaku

pada anak

2. Perilaku Moral adalah perilaku yang sesuai dengan kode moral

kelompok social (Hurlock, 1978). Dalam penelitian ini kode

moral yang digunakan adalah kode moral dalam lingkungan

sekolah, yang meliputi: (1) Kedisiplinan (2) Tanggung Jawab

(3) Kesopanan

3. Anak adalah seseorang yang sedang menieapai tingkat

kedewasaan. (Chaplin, 1968). Dalam penelitian ini

menggunakan sample penelitian kanak-kanak akhir yaitu masa

perkembangan sebelum masa pubertas, berlangsung sekitar

usia 10 sampai 12 tahun. Penelitian ini akan diadakan di

sekolah percontohan SON 11 Pagi Kebayoran Lama Selatan.

1.4 Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah l..'ntuk melihat apakah

ada hubungan antara keterlibatan seorang ayah dalam pengasuhan

(25)

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat apakah ada hubungan

antara keterlibatan ayah dalam pengasuhan dengan perilaku moral

anak di sekolah.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian berupa manfaat teoritis dan praktis :

1. Manfaat teoritik dalam penelitian ini adalah untuk memberi

sumbangan sebagai upaya menambah khasanah ilmu

pengetahuan khususnya bidang psikologi perkembangan.

2. Manfaat praktis adalah sebagai kontribusi bagi para orang tua,

khususnya ayah, guru, anak, dan kepada seluruh masyarakat

untuk bisa memberikan pengarahan, pendidikan, dan

lingkungan yang kondusif untuk menciptakan

gernerasi-generasi muda yang unggul dalam segala hal.

1.

7 Sistematika Penulisan

Penelitian ini terdiri dari lima bab, dengan keterangan sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan, yang meliputi latar belakang penelitian,

identifikasi masalah, pembatasan masalah, perurnusan masalah,

(26)

BAB II: Landasan Teori, yang meliputi teori perilaku moral anak, fase

perkembangan moral anak, mempelajari perilaku moral anak,

peraturan dan pelanggaran yang umum pada anak serta faktor yang

mempengaruhi perilaku moral. Teori tentang ayah, Faktor yang

mempengaruhi keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak, Pengaruh

pengasuhan ayah terhadap anak, dan pengasuhan ayah dalam

pandangan Islam, Ciri-ciri kanak-kanak akhir dan tugas perkembangan

kanak-kanak akhir, kerangka berfikir dan hipotesis.

BAB Ill : Metodologi Penelitian, yang meliputi pendekatan dan metode

penelitian, definisi variabel dan operasional variabel, populasi, teknik

pengambilan sampel, metode pengumpulan data, instrumen

penelitian, teknik uji instrumen peneiitian, dan teknik analisa data.

BAB IV : Presentasi dan analisa data, meliputi gambaran umum

responden, uji instrumen penelitian yang terdiri dari ujui validitas dan

reliabilitas, uji persyaratan yang terdiri dari uji normalitas, uji

homogenitas dan uji hipotesis dan hasil penelitian.

(27)

LANDASAN TEORI

2.1 Perilaku Moral Pada Anak

2.1.1 Pengertian Perilaku Moral dan Moral di Sekolah

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Perilaku mempunyai arti

tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsan(ian atau lingkungan.

Menurut Kamus Psikologi (J.P. Chaplin, 1968) Perilaku berarti respon

(reaksi, tanggapan, jawaban, balasan) yang dilakukan oleh suatu

organisme, secara khusus bagian dari satu kesatuan pola reaksi.

Sedangkan moral, berasal dari kata latin

mores

yang berarti tatacara,

kebiasaan, dan adat istiadat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

Moral mempunyai arti ajaran mengenai baik burulc yang diterima

umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, akhlaq, budi pekerti,

susila, dll. Dan menurut Kamus Psikologi (J.P Chaplin, 1968) Moral

berarti hukum atau adat-kebiasaan yang mengatur tingkah laku, ciri

khas seseorang atau sekelompok orang dengan perilaku pantas dan

(28)

Menurut Hurlock (1978) perilaku yang berkaitan dt3ngan moral, di bagi

menjadi tiga :

1. Perilaku Moral berarti perilaku yang sesuai dengan kode moral

kelompok sosial, peraturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan

bagi suatu budaya dan yang menentukan pola perilaku yang

diharapkan dari seluruh anggota kelompok.

2. Perilaku tak bermoral ialah perilaku yang tidak sesuai dengan

harapan sosial. Perilaku ini tidak disebabkan ketidakacuhan akan

harapan sosial melaikan ketidaksetujuan dengan standar sosial

atau kurang adanya perasaan wajib menyesuaikan diri.

3.

Perilau amoral atau non moral berarti ketidakacuhan terhadap

harapan kelompok sosial daripada pelanggaran sengaja terhadap

standar sosial.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa perilaku

moral berbeda-beda tergantung kode moral (peraturan, adat istiadat)

wilayah tersebut. Peraturan yang ada di sekolah t'entu saja berbeda

dengan peraturan yang ada di rumah. Peraturan di sekolah

menyangkut seluruh aspek yang ada di sekolah, yaitu kedisiplinan,

peraturan yang mengatur kegiatan belajar menga_jar, tanggung jawab

(29)

teman, dll. Seorang anak yang mampu menyesuaikan diri dengan

peraturan tersebut, dapat dikatakan mempunyai perilaku moral di

sekolah.

2.1.2 Fase Perkembangan Moral Pada Anak

Perkembangan Moral terdiri dari dua fase (Hurlock, 1978):

1. Perkembangan Perilaku Moral.

Perilaku Moral mencakup tentang bagaimana seorang anak

berperilaku sesuai dengan peraturan yang ada. Anak dapat belajar

untuk berperilaku sesuai dengan cara yang di setujui dengan tiga

cara, yaitu :

a. Belajar dengan coba-ralat. Anak melakukan dengan mencoba

suatu pola perilaku untuk melihat apakah itu memenuhi standar

sosial dan memperoleh persetujuan sosial. Bila tidak, mereka

mencoba metode lain. Metode ini rnenghabiskan waktu dan

tenaga, dan hasil akhirny<.J seringkali juah dari hasil

memuaskan.

b. Pendidikan langsung. Dalam belajar berperilaku sesuai dengan

tuntutan masyarakat, anak pertama-tama harus belajar

memberi reaksi tertentu yang tepat dalam situasi tertentu. Bila

(30)

pola perilaku yang telah dipelajarinya dalam satu situasi ke

situasi lainnya yang serupa.

c. ldentifikasi. Bila anak mengidentifikasi 、・ョAセ。ョ@ orang yang

dikaguminya, mereka meniru pola perilaku dari orang tersebut,

biasanya secara tidak sadar dan tanpa tekanan. Memiliki

seseorang untuk identifikasi diri akan memberi pegangan yang

diperlukan bagi perkembangan perilaku moral.

2. Perkembangan Konsep Moral

Fase kedua dari perkembangan moral adalah fase belajar tentang

konsep moral, atau prinsip benar dan salah dalam bentuk abstak

dan verbal. Hal ini tentu saja harus menunggu hingga anak

mempunyai kemampuan mental untuk membuat generalisasi dan

mentransfer prinsip tingkah laku dari situasi ke situasi lainnya. Studi

tentang perkembangan konsep moral telah memgungkapkan bahwa

konsep moral pertama-tama spesifik dan berkaitan dengan situasi

dimana konsep itu telah dipelajari. Dengan meningkatnya

kemampuan anak untuk memahami konsep benar dan salah dalam

berbagai situasi yang berbeda namun berhubungan. Akibatnya,

konsep umum secara bertahap dipelajari ketika anak mulai

(31)

Seorang anak pertama kali belajar dengan berperilaku moral sesuai

dengan lingkungannya kemudian setelah anak tersebut bertambah

dewasa dan berkembang proses kognitifnya, maka anak tersebut akan

berperilaku moral dengan konsep moral yang dipa1haminya. Tetapi

pada kenyataannya banyak kesenjangan antara konsep moral dengan

perilaku moral. Banyak faktor yang menyebabkarnnya, diantaranya

tekanan sosial, faktor emosi, faktor motivasi dan banyak faktor lain

yang mempengaruhi bagaimana anak akan bersikap bila suatu pilihan

harus dlambil.

2.1.3 Mempelajari Perilaku Moral Pada Anak

Seorang anak belajar perilaku moral melalui empat cara : (Hurlock,

1978)

1. Belajar apa yang diharapkan kelompok sosial dari anggotanya.

Harapan tersebut diperinci bagi seluruh anggota kelompok dalam

bentuk hukum, kebiasaan dan peraturan. Secara bertahap anak

belajar peraturan yang ditentukan berbagai kelompok di rumah,

sekolah dan, lingkungan. lni membentuk dasar kehidupan mereka

tentang harapan berbagai kelompok dan anak juga belajar bahwa

mereka diharapkan mematuhi peraturan ini dan kegagalan dalam

(32)

2. Pengembangkan hati nurani. Hati nurani digunakan sebagai l<endali

internal bagi perilaku individu. Hati nurani dikenal juga sebagai

"superego" atau "polisi internal". Dalam perannya hati nurani tanpa

henti mengawasi kegiatan individu dan ュ・ュ「Qセイゥォ。ョ@ peringatan bila akan ada perilaku yang menyimpang.

3. Peran rasa bersalah dan rasa malu. Bila perilaku anak tidak sesuai

dengan aturan dan hati nurani, anak al<an merasa bersalah dan

malu. Rasa bersalah diartikan sebagai evaluasi negatif diri yang

terjadi bila seseorang mengakui bahwa perialkunya berbeda

dengan nilai moral. Rasa malu diartikan sebagai reaksi emosional

yang tidak menyenangkan yang timbul pada seseorang akibat

adanya penilaian negatif terhadap dirinya.

4. Peran interaksi sosial. lnteraksi sosial awal エ・セェ。、ゥ@ dalam keluarga

kemudian lingkungan luar runah, sekolah dan teman sebaya.

Melalui interaksi sosial anak tidak saja mempunyai kesempatan

untuk belajar kode moral, tetapi mereka juga nnendapat

kesempatan untuk belajar bagaimana orang lain mengevaluasi

(33)

2.1.4 Peraturan dan Pelanggaran Yang Umum Pada Anak

Peraturan yaitu suatu pola yang ditetapkan untuk mengatur tingkah

laku. Peraturan mempunyai dua fungsi yang sangat penting dalam

membantu anak menjadi mahluk bermoral. Hal ini disebabkan :

Pertama, karena peraturan mempunyai nilai pendidikan, sebab

peraturan memperkenalkan pada anak perilaku yang disetujui anggota

kelompok. Kedua, karena peraturan membantu mengekang perilaku

yang tidak diinginkan. (Hurlock, 1978)

Peraturan yang ada di sekolah bertujuan untuk ュeセョ」ゥーエ。ォ。ョ@ keadaan

yang kondusif untuk belajar dan mengajar di sekolah. Peraturan itu di

buat sendiri oleh pihak sekolah dan disesuaikan dengan keadaan

sekolah masing-masing.

Contoh Peraturan Sekolah Pada Siswa/i Sekolah Dasar :

A. Waktu di sekolah :

1. Pelajar harus hadir 5 menit sebelum pelajaran dimulai.

2. Pada waktu belajar dilarang keluar ruang kelas I pekarangan

tanpa izin guru piket I guru kelas.

3. Bagi yang terlambat datang harus lapor kepada guru piket I guru

(34)

4. Bel masuk jam 06.30 dan bel pulang jam 12.00 (kecuali hari

jum'at bel pulang jam 11.00) untuk kelas 1 & 2 belajar setengah

hari.

5. Bagi siswa yang tidak masuk sekolah, sebeliumnya membawa

surat keterangan dari orang tua, bila sakit surat keterangan dari

dokter.

B. Pakaian

Setiap pelajar wajib memakai pakaian seragam yang di tentukan :

Senin Putih-Putih berdasi, bertopi, bedge dan lokasi

Selasa-Kamis

Jum'at

Sabtu

Putih-Merah berdasi, bertopi, bedge dan lokasi

Baju Muslim

Seragam pramuka I Pakaian olah raga

Setiap hari memakai sepatu dan kaos kaki.

C. Lingkungan Sekolah

1. Selama waktu sekolah, siswa dilarang keluar dari komplek

sekolah tanpa izin dari guru piket.

2. Siswa dilarang bermain di kelas pada saat jam istirahat.

3. Dilarang membawa HP,mainan dalam bentuk apapun, senjata

tajam,obat-obatan terlarang dan barang yang tidak ada

kaitannya dalam proses belajar mengajar di sekolah.

(35)

5. Siswa dilarang membuat tindakan yang dapat mengganggu

ketenangan kelas dan sekolah

6. Siswa menyediakan alat pelajaran yang diperlukan sebelum

pelajaran dimulai

7. Siswa wajib menjaga kebersihan, keindahan, ketenangan, dan

ketertiban kelasnya.

D. Lain-Lain

1. Setiap siswa wajib menjaga dan ュ・ョェオョェオョセj@ tinggi nama

keluarga dan sekolah dalam pergaulan.

2. Setiap siswa dilarang melakukan pemukulan, perkelahian

ataupun pengeroyokan dan melibatkan diri dalam peristiwa

tersebut.

3. Setiap siswa wajib bersikap sopan santun tmhadap orang tua,

guru dan semua pegawai sekolah.

4. Setiap siswa wajib menjaga fasilitas sekolah.

5. Siswa yang melanggar peraturan akan dikenakan sanksi :

- Peringatan lisan atau tertulis

-Peringatan lisan atau tertulis kapada oran9 tua I wali.

- Tidak boleh mengikuti pelajaran I skorsin(J

- Dikeluarkan dari sekolah.

(Tata Tertib Siswa/i SDN 11 Kebayoran Lama Selatan, Sumber

(36)

Pelanggaran adalah ketidakpatuhan atau bentuk perilaku buruk yang

disengaja. Pelanggaran dapat berbentuk bermacam-macam,

tergantung peraturan yang dilanggarnya. Pelanggaran pada anak yang

biasa terjadi di sekolah adalah sebagai berikut (Hurlock : 1968) :

1. Berkelahi dengan teman

2. Membuat gaduh

3. Berkata kasar dan kotor

4. Menyontek

5. Merusak I mencuri barang milik sekolah

6. Terlambat masuk kelas

7. Tidak mengerjakan tugas

8. Membolos

2.1.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku M•oral

Faktor yang mempengaruhi perilaku moral menurut Hurlock (1978)

adalah

1. Konsep moral, yaitu peraturan perilaku yang telah menjadi

kebiasaan bagi anggota suatu budaya dan yang menentukan

pola perilaku yang diharapkan. Bagi seorang anak mempelajari

konsep moral adalah hal yang sulit. Pemahaman konsep moral

(37)

2.2 Persepsi

a. Perkembangan kecerdasan anak, Tingkat intellegensi

mempengaruhi pemehaman tentang konsep moral.

Seorang anak yang memiliki tingkat intellegensi yang

rendah akan mengalami kesulitan dalam memahami

konsep moral.

b. Pengajaran yang diterima, orang tua dalam memberikan

aturan pada anak juga harus disertai dengan penjelasan

dan pemahaman pada anak, dan seringkali orang tua

tidak memberikan contoh pada anak sehingga akan

membuat anak mengalami kebingungan.

c. Kode moral yang berbeda, anak merasa bingung bila

mereka melihat bahwa tidak setiap orang menganut satu

kode moral yang sama. Hal ini menyebabkan anak akan

mengambil keputusan sendiri dan membutuhkan

peranan dari orang dewasa untuk memberikan

pemahaman kepada anak.

2.2.1 Pengertian Persepsi

Dalam karnus psikologi (J.P. Chaplin, 1968) Persepsi berarti proses

mengetahui atau mengenali objek dan kejadian olbjektif dengan

(38)

penginderaan dengan penambahan arti-arti yang berasal dari

pengalaman masa lalu. Menurut Atkinson persep!;i adalah penelitian

bagaimana kita mengintegrasikan sensasi ke dalam percepts objek,

dan bagaimana kita selanjutnya menggunakan percepts (hasil dari

proses persepsi) itu untuk mengenali dunia.

Menurut Abdul Rahman, persepsi didefinisikan sebagai proses yang

menggabungkan dan mengorganisasikan data-data indera untuk

dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari

disekeliling kita, termasuk sadar dengan diri sendiri. Definisi lain

menyebutkan bahwa persepsi adalah kemampuan

membeda-bedakan, mengelompokkan memfokuskan perhatian terhadap satu

objek rangsang. Dalam proses pengelompokkan dan membedakan ini

persepsi melibatkan proses interpretasi berdasarkan pengalaman

terhadap satu peristiwa atau objek.

Dari beberapa pengertian di alas dapat diambil kEisimpulan bahwa

persepsi adalah proses mental yang melibatkan proses penginderaan

dan berpikir (membedakan, mengelompokkan, mengenali) terhadap

(39)

2.2.2 Proses Terjadinya Persepsi

Persepsi terjadi karena adanya dua hal (J.P Chaplin, 1968), yaitu :

1. Perhatian

Proses perhatian ini dilakukan kepada faktor-faktor perangsang,

yaitu suatu objek yang hendak dipersepsikan yang diperkuat

dengan perubahan, intensitas, ulangan, kontrais dan gerak.

Kemudian objek yang akan dipersepsikan mengalami proses

pengamatan untuk kemudian di persepsikan.

2. Pemahaman dan mengenali objek

Proses ini melibatkan proses berpikir. Dalam menjalankan proses

ini melibatkan faktor-faktor organisme, yaitu minat, kepentingan,

kebiasaan, pengalaman dan keadaan jiwa. Kemudian proses ini

bertujuan untuk menyimpulkan objek persepsL

Dari penjelasan tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa arti

suatu objek atau suatu kejadian ditentukan baik oleh kondisi

perangsang maupun oleh faktor-faktor organisme. Dengan alasan

demikian, persepsi mengenai suatu objek oleh pribadi-pribadi yang

berbeda juga akan berbeda, karena setiap individu menanggapinya

berkenaan dengan aspek-aspek situasi yang mengandung arti khusus

(40)

2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi

Proses persepsi lebih bersifat psikologis daripada merupakan proses

penginderaan saja maka ada beberapa faktor yang mempengaruhi

(Abdul Rahman, 2004):

1. Perhatian yang selektif

Dalam kehidupan manusia setiap saat akan menerima banyak sekali

rangsangan dari lingkungan. Meskipun demikian ia tidak harus

menanggapi semua rangsangan yang diterimanya. Untuk itu, individu

harus memusatkan perhatian pada rangsangan tertentu saja. Dengan

demikian objek lain tidak akan tampil sebagai ッ「ェ・セォ@ pengamatan.

2. Ciri-ciri rangsangan

Rangsangan yang bergerak diantara rangsangan yang diam akan

lebih menarik perhatian. Demikian juga rangsangan yang lebih besar

diantara yang kecil, yang kontras dengan latar beiakangnya dan

intensitas rangsangan paling kuat.

3. Nilai dan kebutuhan individu

Setiap orang tentu mempunyai pola yang berbeda dalam

pengamatannya, tergantung latar belakang dan p,endidikan seseorang.

4. Pengalaman terdahulu

Pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi ba9aimana seseorang

(41)

2.3 Peran Ayah Dalam Pengasuhan Anak

2.3.1 Teori-Teori Tentang Ayah

Ada beberapa teori yang berkaitan dengan peran ayah, diantaranya

Dalam teori Psikoanalisa Freud peran dan fungsi ayah sebagai berikut:

Freud repeatedly stressed the role of father as the source of the

superego, serving as moral control over his chlldren 's behavior, he

thought father had much less control over formation of id and ego,

except as mediated by the superego. (Benson, 1968)

Dalam teorinya Freud mengidentifikasikan ayah seperti superego bagi

anak, yang menjembatani antara id dan ego anak. Ayah dengan peran

yang ada berfungsi sebagai sosok yang mengajarkan aturan dan

konsep moral yang ada yang kemudian dapat menjadi pengontrol

perilaku anak.

Dalam teori sosial peran dan fungsi ayah sebagai berikut :

The position of father in social theory centers on his role as an

agent of social stability. This rather conservative function is

stressed repeatedly, (Benson, 1968)

Dalam teori sosial ayah berfungsi sebagai sosok yang dapat

(42)

aturan dan konsep moral kepada anaknya. Ayah juga berfungsi dalam

penanganan krisis pada anak.

Selain itu, ayah juga berperan dalam maskulinitas anaknya.

Father is ussualy the prototype of adult masculinity for both his son

and his daughter, and virtually all mayor values attaching to the

masculine role are integrated within the symbolism fatherhood.

(Parsons, 1954 dalam Benson)

Dalam teorinya Parsons menyatakan bahwa ayah mempunyai peran

untuk mengajarkan tentang nilai-nilai maskulinitas kepada anaknya

baik anak laki-laki maupun anak perempuan.

Dari beberapa teori tentang ayah di atas dapat diambil kesimpulan

bahwa ayah mempunyai peran untuk memberikan nilai-nilai kehidupan

dan dengan otoritasnya, ayah juga mempunyai peran untuk

mengajarkan aturan-aturan yang ada d.:ilam masyarakat.

2.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterlibatan Ayah

Benson (1968) mengemukakan dimensi pengasuhan ayah:

(43)

Seorang ayah yang baik memiliki ikatan emosional dengan

anaknya. la mampu mengekspresikan emosinya dengan baik

sehingga anak pun dapat memiliki ikatan emosi dengan ayahnya.

lkatan emosional antara ayah dengan anak sangat penting, sebab

bila tida ada ayah tidak akan mampu menjalankan perannya

dengan baik.

(2) Terlibat dalam penanganan masalah I krisis

Ayah dipandang sebagai sosok yang mempunyai otoritas dalam

keluarga. Oleh karena itu. ketika terjadi masalah, ia harus bisa

menanganinya dengan baik. Ketika seorang anak mengalami

masalah, seorang ayah harus ikut terlibat dalam penyelesaiannya,

tentu saja dengan cara yang baik dengan mernberikan nilai-nilai di

dalamnya.

(3) Komitment memberikan perintah dan kontrol terhadap anak

Seorang ayah harus mampu menjalankan aturan yang ada dengan

konsbten serta mampu memberikan kontrol terhadap perilaku

anaknya.

(4) Memberikan contoh dalam perilaku pada anak.

Seorang anak tidak hanya membutuhkan aturan-aturan dalam

perilakunya, tetapi juga membutuhkan model yang nyata. Seorang

ayah yang memberikan aturan juga memberika aturan juga harus

(44)

2.3.3 Pengaruh Pengasuhan Ayah Terhadap Anak

Pruet (2000) mengemukakan berbagai pengaruh pengasuhan ayah

terhadap berbagai bidang kehidupan anak seperti kemampuan

adaptasi, pemecahan masalah, kemampuan kognitif, secure

attachment, empati, kontrol diri, dan moral .

1. Kemampuan adaptasi dan pemecahan masalah.

Bayi yang mendapat pengasuhan ayah selama 18 sampai 24 bulan

pertama dalam kehidupannya merasa lebih aman dan berani

dalam mengeksplorasi lingkungan. Kombinasi pengasuhan ayah

yang aktif dan cenderung memberi dukungan ftidak langsung ketika

anak mengalami frustasi, efektif dalam mengembangkan

kemampuan anak dalam beradaptasi dan mernecahkan masalah.

2. Kemampuan kognitif.

Terdapat pengaruh jumlah waktu yang digunakan ayah untuk

membaca bersama anak dengan perkembangan berbagai

kemampuan kognitif anak. Keterlibatan ayah juga mempengaruhi

pandangan anak mengenai kompetensi diri. p,enelitian Tessman

pada para mahasiswi menemukan hubungan antara prestasi

(45)

3. Secure attachment

Penelitian Cox menemukan bahwa ayah yang penuh afel<si,

memiliki sikap positif dan menyediakan lebih banyak waktu untuk

bayinya yang berusia tiga bulan, lebih mungkin memiliki bayi

dengan secure attachment ketika berusia dua belas bulan.

4. Empati.

Anak-anak yang memiliki ayah dengan keterlibatan tinggi dalam

pengasuhan cenderung lebih mengembangkan kemampuan

empatinya pada masa dewasa.

5. Kontrol diri.

Anak-anak yang memiliki ayah yang terlibat dalam pengasuhan

menunjukan kontrol diri yang !ebih baik serta tidak nampak

menunjukan perilaku impulsive.

6. Moral.

Penelitian Mosley dan Thompson (dalam Pruett, 2000) menemukan

kaitan antara pengasuhan ayah dengan rendahnya

gangguan-gangguan yang dialami anak. Anak lebih mun!Jkin bersikap patuh

dan be1tanggung jawab, anak laki-laki lebih sedikit mengalami

masalah di sekolah dan anak perempuan tampak lebih ceria,

gembira, memiliki keterlibatan yang tinggi dalam tugas, dan lebih

(46)

2.3.4 Pengasuhan Ayah Dalam Pandangan Islam

Dalam Islam peran ayah dalam pengasuhan anak sangat diperhatikan.

Ayah merupakan sosok penting dalam bangunan umat. Dalam sebuah

keluarga, kedudukan ayah adalah salah satu batu bata yang

menopang bangunan umat Islam. Jika para ayah berhasil menunaikan

misinya dalam keluarga, akan kokohlah bangunan umat Islam

diberbagai bidang kehidupan. Sebaliknya, sikap lalai para ayah dalam

menjalani misinya dalam keluarga akan rnenyebabkan lemah dan

rapuhnya bangunan umat ini. Hal ini juga terlihat dalam contoh

kehidupan ulama dan shalafushalih karena sejarah kehidupannya

umumnya dilatarbelakangi sentuhan pendidikan yang diberikan

ayahnya. (Muhammad Lili NA, 2007)

Seorang ayah bukan saja bermakna bertanggung jawab memenuhi

kebutuhan materi anak, namun lebih dari itu seorang ayah diharapkan

dapat menjadi pengayom, pendidik, sekaligus pem;;iggung jawab yang

mengarahkan anak dalam kebaikan dan keimanan. Hal ini seperti

sebagaimana yang dikatakan lbnu Qayyim, "Sesungguhnya Allah akan

bertanya kepada seorang anak kepada ayahnya. Maka, siapa yang

melalaikan pendidikan terhadap anaknya dan rneninggalkannya sia-sia

tidak berguna, berarti dia benar-benar telah melal<ukan keburukan dan

(47)

sdan karena kelalaian mereka terhadapnya, meninggalkan pendidikan

untuk mereka yang merupakan kewajiban agama dan sunnah nabi".

(Karim Asy-Syadzili, 2008)

Ayah yang menunaikan kewajibannya, berarti ia エゥセャ。ィ@ terbebas dari

tanggung jawabnya dihadapan Allah SWT di hari kiamat :

Artinya : Wahai orang-orang beriman lindun9ilah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Disana ada malaikat yang kasar /agi keras tidak me/anggar perintah Allah dan mereka melakukan apa yang diperintahkannya. (At

Tahrim: 6)

2.4 Masa Kanak-Kanak Akhir

2.4.1 Ciri-Ciri Masa Kanak-Kanak Akhir

Masa kanak-kanak akhir berlangsung dari usia enam tahun sampai

tiba masanya indinidu ll'9tang secara seksual. (Hurlock,

1978)

Kondisi

ini tentu saja waktu yang tumpang tindih antara masa kanak-kanak

akhir dengan masa puber. Tetapi pada dasamya masa kanak-kanak

akhir terjadi sebalum masa remaja.

Ciri yang paling menonjol pada masa kanak-kanak akhir adalah usia

(48)

keinginan diterima oleh teman-teman sebaya sebagai anggota

kelompok, terutama kelompok yang bergengsi diantara

teman-temannya. Sehingga masa ini juga disebut sebagai masa penyesuaian

diri karena anak ingin menyesuaikan diri dengan clengan standar

kelompok. Di lingkungan rumah, pada usia ini anak menjadi sulit

diatur, tidak menuruti perintah karena anak lebih banyak dipengaruhi

teman-teman sebayanya daripada oleh orang tua atau anggota

keluarga lain. Pada masa ini anak juga seringkali bertengkar dengan

saudaranya di rumah, dan biasanya banyak terjacli dalam keluarga

yang anaknya terdiri dari laki-laki dan perempuan .. (Hurlock, 1978)

Masa kanak-kanak akhir berdasarkan teori Ericson adalah masa

tahapan tekun versus rasa rendah diri (industry vmsus inferiority) ialah

tahap perkembangan keempat yang berlangsung pada tahun-tahun

sekolah dasar. Ketika anak mulai memasuki masa akhir kanak-kanak ,

mereka mengarahkan enargi mereka menuju penguasaan

pengetahuan dan keterampilan intelektual dan bahaya pada masa ini

adalah perkembangan rasa rendah diri, perasaan tidak kompeten dan

(49)

2.4.2 Tugas Perkembangan Pada Masa Kanak-Kanak Akhir

Tugas-tugas perkembangan pada masa kanak-kanak akhir menurut

Havighurst : (Hurlock, 1978)

1. Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk

permainan-permainan yang umum.

2. Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai

makhluk yang sedang tumbuh.

3. Belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya.

4. Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang

tepat

5. Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar membaca,

menulis dan berhitung.

6. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk

kehidupan sehari-hari.

7. Mengembangkan hati nurani, pengertian moral dan tata

tingkatan nilai.

8. Mengembangkan sikap terhadap kelompok atau lembaga

sosial.

(50)

2.5 Kerangka Berpikir

Seorang anak lahir ke dunia, kemudian dibesarkain oleh kedua orang

tuanya. lbu merawatnya dan memenuhi kebutuha1n fisiknya sedangkan

ayahnya membantu ibu dalam memenuhi kebutuhian anaknya. Dalam

pengasuhan anak, ayah dan ibu memiliki peran masing-masing yang

saling mendukung. Dengan peran yang ada seornng ibu lebih

dikaitkan dengan fungsi ekspresif dan peran ayah lebih bersifat

instrumental, sebagai pemberi aturan, hukuman, pengambil

keputusan, penanaman disiplin serta kontrol kepada anak.

Kemudian sejalan dengan waktu anak mulai 「・イォQセュ「。ョァ@ sesuai

tahapan usianya dan mulai bersosialisasi dengan lingkungan.

Anak belajar banyak hal yang belum diketahui dari lingkungannya,

salah satunya tentang norma-norma dan aturan yang ada. Anak mulai

belajar menyesuaikan diri dengan aturan yang ada. Bila anak berhasil,

maka ia akan berperilaku sesuai dengan norma yang ada. Seorang

anak yang dalam lingkungan rumah sudah terbiasa dengan atur3n

yang ada akan lebih mudah menyasuaikan diri dengan aturan diluar

(51)
[image:51.521.41.445.138.487.2]

Gambar 2.1

Kerangka Berpikir

I

Anak Belajar Perilaku Moral

Bersosialisasi Anak

Pengasuhan Ayah

2.6 Hipotesis

Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara keterlibatan ayah

dalam pengasuhan anak dengan perilaku moral pada anak.

Hi : Ada hubungan yang signifikan antara keterlibatan ayah dalam

(52)

3.1 Jenis Penelitian

3.1.1 Pendekatan dan Metode Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kuantitatif, yaitu suatu

pendekatan dimana data yang dihasilkan dari hasil penelitian adalah

berwujud data kuantitatif atau berbentuk bilangan (Arikunto,2002).

Pendekatan ini digunakan karena penelitian ini bekerja dengan angka

serta dianalisis dengan menggunakan statistik dan untuk menjawab

pertanyaan hipotesis.

Adapun metode penelitian yang dilakukan adalah korelasional yaitu

untuk mengetahui hubungan antara Independent Variabel (IV) dengan

Depenjent Variabel (DV) dengan tujuan penelitian yaitu apakah ada

hubungan antara persepsi tentang keterlibatan ayah dalam

pengasuhan anak dengan perilaku moral di sekolah pada anak.

3.1.2 Definisi Variabel dan Operasional Variabel

Variabel adalah objek atau sesuatu yang menjadi pusat perhatian

(53)

terdiri dari variable bebas (Independent Variabel) dan variable terikat

(Dependent Variabel). Adapun Independent Variabel dalam penelitian

ini adalah persepsi tentang keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak

(x) dan Dependent Variabel adalah perilal<u moral anak di sekolah (y).

Definisi operasional masing-masing variabel pada penelitian ini

adalah:

Persepsi tentang keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak adalah

adalah bagaimana seorang ayah ikut terlibat dalam pengasuhan anak.

(Benson, 1968). lndikator yang diukur terdiri dari empat faktor :

(1) Terlibat dan terikat secara emosional dengan anak

(2) Terlibat dalam penanganan masalah I krisis

(3) Komitment memberikan perintah dan kontrol terhadap anak

(4) Memberikan contoh dalam perilaku pada anak.

Perilaku Moral adalah perilaku yang sesuai dengan kode moral

kelompok social (Hurlock, 1978). Dalam penelitian ini kode moral yang

digunakan adalah kode moral dalam lingkungan sekolah (tata tertib

sekolah), melalui pengukuran terhadap :

(1) Kedisiplinan

(2) Tanggung Jawab

(54)

3.2 Pengambilan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi menurut Arikunto (2002) adalah keseluruhan subjek

penelitian. Populasi yang digunakan adalah kanak-kanak akhir,

berlangsung antara usia 10 - 12 tahun. Pada usia ini anak sedang

melaksanakan pendidikan pada tingkat Sekolah Dasar kelas IV - VI

SON 11 Kebayoran Lama, yang berjumlah 128 orang.

3.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti dan

dimaksudkan untuk mengeneralisasi atau mengangkat kesimpulan

penelitian sebagai sesuatu yang berlaku bagi populasi (Arikunto,

1996). Berdasarkan penjelasan Sevilla untuk peneilitian, ukuran

minimum yang ditawarkan Gay (1976) bahwa untuk penelitian korelasi

diambil minimal 30 sampel (Sevilla dkk, 1993). Dalam penelitian ini

akan menggunakan 30 orang sampel penelitian.

3.2.3 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik yang digunakan dalam pengambilan sample penelitian ini

adalah random sampling (pengambilan sample secara acak), Menurut

Weirsma (1975) dalam Sevilla adalah suatu metode pemilihan ukuran

(55)

mempunyai peluang yang sama dan semua kemungkinan

penggabungannya yang di seleksi sebagai sampel mempunyai

peluang yang sama. Dalam penelitian ini dilakukan pengambilan

sampel secara acak, dari 128 populasi kemudian dilakukan

pengocokan untuk menentukan 30 sampel penelitian. Kemudian

didapatkan 30 sampel penelitian yang terdiri dari 4 orang sampel usia

10 tahun, 18 orang sampel usia 11 tahun dan 8 orang sampel usia

12 tahun.

3.3 Pengumpulan Data

3.3.1 Metode dan Instrument Penelitian

Pada penelitian ini alat pengumpul data yang menggunakan dua skala.

1. Skala tingkat keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak.

Skala ini disusun berdasarkan teori Benson (1968), yang terdiri dari

empat faktor :

a. Terlibat dan terikat secara emosional dcngan anak, yaitu

mampu memahami emosi atau perasaan yang dialami anak dan

mampu mengekspresikan emosinya dengan baik sehingga

terjalin ikatan emosional.

b. Terlibat dalam penanganan masalah I krisi:s, yaitu mempunyai

(56)

c. Komitment memberikan perintah dan kontrol terhadap anak,

yaitu konsistensi dalam memberikan aturan dan

bertanggungjawab terhadap perlaku anak.

d. Memberikan contoh dalam perilaku pada anak yaitu

memberikan contoh perilaku yang berkaitan dengan aturan dan

memberikan nilai - nilai pada anak.

Tabel

3.1

Blue Print Skala Persepsi Tentang Keterlibatan Ayah Daiam Pengasuhan Anak

No lndikator Butir Soal Jumlah

Favorabel Uinfavorabel

1 Terlibat dan terikat secara 1,2,4,22,23, 5,6,15,28, 14 emosional dengan anak 30,32,33,38 3:'.I

2 Terlibat dalam penanganan 15,17,24,31 8, 13, 16,29, 13 masalah I krisis 39,40,42,47 4:'.I

3 Komitmen memberikan perintah 10,18,27,34 3,9,19,35 10 dan kontrol pada anak 45,49

4 Memberi contoh dalam perilaku 7, 12,20,25, 1 '1,21,37,44, 13

pada anak ,36,41,50 4(),48

Jumlah 30 20 50

2. Skala Perilaku Moral di Sekolah Pada Anak.

1. Skala ini dibuat berdasarkan kode moral (peraturan atau tata

tertib) yang ada dalam lingkungan sekolah,. yang meliputi :

[image:56.521.21.443.176.544.2]
(57)
[image:57.518.28.441.137.466.2]

Tabel 3.2

b. Tanggung jawab, perilaku siswa yang meliputi tugas

belajar

c. Kesopanan, perilaku siswa yang meliputi lingkungan

sekolah

Blue Print Skala Perilaku Moral Anak di Sekolah

No lndikator Butir soal Jumlah

1

2

3

Favorabel Unfavorabel

Kedisiplinan 1,3,4, 12,23, 7,10,16,19,26, 10

32 40

Tanggungjawab 8, 13,20,24,30, 2,5,9, 16,22,24, 11 31,38,39 34,37

Kesopanan 6, 14,27,28,29, 11,17,18,21,33, 9

35, 36

Jumlah 15 15

30

Pemberian skor pada penelitian menggunakan skala model Likert

yang dimodifikasi menjadi empat kemungkinan :

Tabel 3.3 : Bobot Skor Skala

Pilihan Jawaban Favorabel Unfavorabel

Sangat Setuju (SS) 4 1

Setuju (SR) 3

2

Tidak Setuju (TS)

2

3 [image:57.518.59.420.543.651.2]
(58)

3.3.2 Teknik Uji Instrument Penelitian

Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti melal<Ukan uji instrumen

dengai:i 90 item dari dua skala, yaitu untuk skala persepsi tentang

keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak berjumlah 50 item dan

untuk skala perilaku moral anak di sekolah berjumlah 40 item. Uji

instrumen dilakukan pada 60 orang siswa-siswi SDN 09 Pagi

Kebayoran Lama yang memiliki karakteristik yang hampir sama

dengan sampel penelitian. Adapun tujuan dari pelaksanaan uji

instrumen ini adalah :

1. Mengetahui validitas instrumen, dimana skor tiap item

dikolerasikan dengan skor total.

2. Mengetahui reliabilitas instrumen yang digunakan untuk

mengukur tingkat reliabilitas skala tersebut.

1. Uji Validitas.

Validitas adalah sejauhmana skala psikologi rnampu menghasilkan

data yang akurat sesuai dengan tujuan ukurnya (Azwar, 1999).

Skala yang disusun berdasarkan kawasan ukur yang teridentifikasi

dengan baik dan dibatas dengan jelas, secara teoritik akan valid.

Suatu alat ukur yang validitasnya tinggi tidak hanya menjalankan

fungsi ukumya dengan tepat, tetapi kecermatannya juga tinggi.

(59)

masing-masing item engan skor total. Adapun rumus yang digunakan

adalah rumus Product Moment dari Pearson untuk perhitungan

menggunakan komputer dengan program SPSS.

R

yx

=

Keterangan :

Rxy

=

Koefisien korelasi Pearson Product Moment

n

=

Jumlah subjek

X = Skor item

Y = Skor total

Hasil Uji Validitas Skala Persepsi Tentang Kete1rlibatan Ayah

dalam Pengasuhan Anak

Berdasarkan uji instrumen validitas dengan teknik korelasi Product

Moment dari Pearson pada skala tingkat keterlibatan ayah dalam

pengasuhan anak terhadap 60 siswa SON 09 Kebayoran Lama, dari

50 item yang diujicobakan diperoleh 40 item yang valid dan

1 O

item
(60)
[image:60.521.21.443.152.631.2]

Tabel 3.4

Hasil uji instrumen item yang valid (*)

No lndikator Butir Soal Jumlah

Favorabel Unfavorabel

1 Terlibat dan terikat secara 1,2* ,4* ,22,23*' 5, 6*' 15* ,28*' 14

emosional dengan anak 26* ,30* ,32* ,38* SセQᄋ@

2 Terlibat dalam penanganan 14*' 17* ,24* ,31 8*, 13*, 16*' 13

masalah I krisis 39*,40*,42,47* RセQJLTSJ@

3 Komitmen memberikan 10*,18*,27,34* 3• ,9*' 19* ,35* 10

perintah dan kontrol pada 45,49

anak

4 Memberi contoh dalam 7*,12*,20*,25*, 111*,21*,37*, 13

perilaku pada anak ,36*,41*,50 44*,46,48*

[image:60.521.25.440.498.675.2]

Ju ml ah 29 20 50

Tabel 3.5

Blue Print Skala Persepsi Tentang Keterlibatan Ayah Pasi:a Uji lnstrumen

No lndikator Butir Soal Jumlah

Favorabel Unfavorabel

1 Terlibat dan terikat secara 1,3,20,26 4,13,24,28 11

emosional dengan anak 23,27,33

2 Terlibat dalam penanganan 13,15,21 6,11,14,25, 11

masalah I krisis 34,35,39 37

3 Komitmen memberikan perintah 8,16,29 2,7,17,30 7

(61)

4 Memberi contoh dalam perilaku 5,10,18,22, 9, 19,32,38, 11

pada anak 31,36 ,40

Jumlah 22 18 40

Hasil Uji Validasi Skala Perilaku Moral Anak di Sekolah

Berdasarkan uji instrumen validitas dengan teknik korelasi Product

Moment dari Pearson pada skala Perilaku Moral Anak di Sekolah

terhadap 60 siswa SDN 09 Kebayoran Lama, dari 40 item yang

diujicobakan diperoleh 39 item yang valid dan 1 item yang gugur.

[image:61.518.20.443.87.619.2]

Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.6

Hasil uji instrumen item yang valid (*)

No lndikator Butir soal Jumlah

Favorabel Unfavorabel

1 Kedisiplinan 1*,3*,4*,12*, 7*,10*,16*,19*, 12 23*,32* 26*,40*

2 Tanggung jawab 8*,13*,20*,24*, 2* ,5* ,SI*, 16* ,22* 16 30*,31*,38*,39* ,24•·,34•,37

3 Kesopanan 6,14*,27*,28*, 11*,17*,18*,21* 12 29*,35* ,33*,3l)*

(62)

Tabel

3.7

Blue Print Skala Perilaku Moral Anak Pasca Uji lnstrumen

No

1

2

3

lndikator Butir soal Jumlah Favorabel Unfa1vorabel

Kedisiplinan 1,3,4, 11, 14,22, 6,9, 18,25,39 12 31

Tanggungjawab 7, 12, 19,24,29, 2,5,8, ·15,21,23, 16 30,37,38 33,36

Kesopanan 13,26,27,28, 10,"16, 17,20,32, 11 34, 35

Jumlah 20 19 39

2. Uji Reliabilitas

Relabilitas adalah konsistensi atau kepercayaan hasil ukur, yang

artinya hasil ukur dapat dipercaya apabila dala1m beberapa kali

pengukuran diperoleh hasil yang relatif sama . .Adapun uji reliabilitas

a=l-k-1

skala dengan rumus Alpha Cronbach dan perhitungan

menggunakan program SPSS.

Keterangan :

[image:62.521.22.443.138.544.2]
(63)

k

=

Banyaknya belahan

S/

=

Varians skor belahan

S12, S/ = Varians skor total

Hasil Uji Reliabilitas Keterlibatan Ayah dan Perilaku Moral Anak

Uji reliabilitas dilaksanakan pada siswa SON 09 Kebayoran Lama,

dengan jumlah sampel uji instrumen sebanyak 60 orang. Uji reliabilitas

kedua skala ini menggunakan uji statistik Alpha Croncbach dengan

menggunakan program SPSS versi 11.5. Hasil uji reliabilitas skala

keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak dengan perilaku moral

anak di sekolah, diperoleh hasil :

1. Reliabilitas skala persepsi tentang keterlibatan ayah dalam

pengasuhan anak dengan 50 item adalah ウ・「Qセウ。イ@ 0,8915. Skala ini

bisa dikategorikan reliabel.

2. Reliabilitas skala perilaku moral anak di sekolah dengan 40 item

adalah sebesar 0,9258. Skala ini dapat diketei1orikan sangat

reliabel.

Menurut kaidah reliabilitas Guilford dan sesuai dengan pandapat

Az.war (2003) bahwa semakin koefisien reliabilitas mendekati angka

1,00 berarti semakin tinggi reliabilitas dan artinya skaor hasil tes

(64)
[image:64.521.56.432.148.480.2]

Berikut norma reliabilitas yang dijelaskan Guilford & Fruchter pada

tabel dibawah ini :

Tabel 3.8

Norma Reliabilitas

Koefisien Kriteria

>0.90 Sangat n91iabel

0.70 sampai 0.90 RelialDel

0.40 sampai 0.70 Cukup reliabel

0.20 sampai 0.40 Kurang reliabel

<0.20 Tidak reliabel

3.4 Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis

statistik dengan rumus korelasi Product Moment dari Pearson untuk

mengetahui hubungan antara variabel X (tingkat keterlibatan ayah

dalam pengasuhan anak) dengan variabel Y (perilaku moral di sekolah

pada anak). Adapun rumus yang digunakan adalah rumus Product

Moment dari Pearson sebagai berikut

[image:64.521.101.381.595.652.2]
(65)

Keterangan :

Rxy

=

Koefisien korelasi Pearson Product Moment

n

=

Jumlah subjek

X

=

Skor item

Y

=

Skor total

Adapun dalam perhitungan dengan menggunakan SPSS, hasil

penelitian akan diinterpretasikan dengan menunjuk tabel koefisien

korelasi nilai r Product Moment pada taraf signifikasi 5% dan 1 %.

Apabila hasil perhitungannya lebih besar dari r table maka korelasi

dianggap signifikan atau Ha diterima atau Ho ditolak. Apabila hasil

perhitungan lebih kecil dari r table maka korelasi dianggap tidak

(66)

4.1 Gambaran Umum Responden

Sampel penelitian adalah siswa-siswi SDN 11 Pagi Kebayoran Lama

yang memenuhi karakteristik sampel penelitian yaitu kanak-kanak

akhir yang berada pada rentan usia 10-12 tahun, adapun pengambilan

sarnpel penelitian adalah sebanyak 30 orang. Berdasarkan identitas

responden yang didapatkan, maka gambaran umum dari subyek

penelitian adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1

Kategori Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Presentasi

Laki-Laki 14 46,7%

Perempuan 16 53,3%

Jumlah

30

100%

Tabel tersebut menunjukan bahwa sampel penelitian berdasarkan

jenis kelarnin diperoleh 46.7% sampel siswa laki-laki dan 53.3%

[image:66.518.55.434.164.542.2]
(67)

4.2 Uji Persyaratan

4.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas berguna untuk mengetahui apakah variabel berdistribusi

normal, mendekati normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan

dalam penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov untuk

menguji kebaikan sesuai (goodness of fit). Dalam hal ini yang

diperhatikan adalah tingkat kesesuaian antara distribusi nilai sampel

(skor yang diobservasi) dengan distribusi teoritis t•ertentu (normal,

uniform, poison). Jadi hipotesis statistiknya adalah bahwa distribusi

frekuensi hasil pengamatan bersesuaian dengan distribusi frekuensi

harapan (teoritis). Berikut adalah hipotesisnya :

Ho : Populasi berdistribusi normal

Hi : Populasi tidak normal

Pengambilan keputusan berdasarkan nilai probabilitas dengan alpha

sama dengan 0,05

Jika probabilitas > 0,05, maka Ho diterima

Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak

Dengan demikian berdasrkan uji Kolmogorov-Smirnov diperoleh nilai

uji normalitas data pada skala keterlibatan ayah dalam pengasuhan

anak sebesar 0,200 dengan menggunakan taraf signifikasi alpha 5 %,

(68)

pengasuhan anak 0,200 > 0,05,

Gambar

Tabel 3.1 Blue Print Skala Keterlibatan Ayah .........................................
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ....................................................................
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Tabel 3.1 Blue Print Skala Persepsi Tentang Keterlibatan Ayah Daiam Pengasuhan Anak
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisis beban dorong, penggunaan dinding geser komposit pelat baja dengan tebal 110 mm untuk tiga pemodelan berada pada tingkatan yang sama yaitu IO

Imbauan pesan dakwah yang digunakan Ustaz Slamet Junaidi dalam mewujudkan masyarakat cinta Alquran, dengan menggunakan teknik analisis metode perbandingan tetap

Kendala yang dihadapi oleh seorang Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Malang dalam Peningkatan Disiplin Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah Kurangnya profesionalisme

Kabupaten Sukamara agar lebih mengoptimalkan hnplementasi Kebijakan Penegakan Disiplin Kerja Aparatur Sipil Negara (ASN) di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Sukamara,

Hubungan Dana Bagi Hasil (DBH) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan Kapasitas Fiskal adalah positif dan signifikan yang berarti bahwa setiap perubahan yang terjadi

Kegiatan Usaha Pertanian, Perdagangan Umum, Pengangkutan, Perindustrian dan Jasa Atau Pelayanan Jumlah Saham yang ditawarkan 240.000.000 Saham Biasa Atas Nama dengan Nilai

a) Menumbuhkembangkan keberanian pada Anak-anak; upaya yang dimaksud adalah untuk membiasakan pada anak-anak sejak diri untuk berani menolak apabila ada seseorang yang memperlakukannya