PENGELOLAAN OBJEK WISATA PERTANIAN
AGROWISATA KAMPOENG KOPI BANARAN,
P.T. PERKEBUNAN NUSANTARA IX, SEMARANG
HASDEVI AGRIPPINA DRADJAT
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Pengelolaan Objek Wisata Pertanian Agrowisata Kampoeng Kopi Banaran, P.T. Perkebunan Nusantara IX, Semarang” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip baik dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014
Hasdevi Agrippina Dradjat
ABSTRAK
HASDEVI AGRIPPINA DRADJAT. Pengelolaan Objek Wisata Pertanian Agrowisata Kampoeng Kopi Banaran, P.T. Perkebunan Nusantara IX, Semarang. Dibimbing oleh WAHJU QAMARA MUGNISJAH.
Manusia ingin memiliki pengalaman yang berbeda dari rutinitas kehidupan mereka sehari-hari dengan cara menikmati area wisata terutama agrowisata. Kampoeng Kopi Banaran (Kakoba) merupakan agrowisata kopi, karet, dan kakao yang mengutamakan pemanfaatan lahan pertanian sebagai tempat wisata. Kakoba memiliki beberapa potensi geografis, seperti lokasi strategis di kawasan Joglosemar (Jogjakarta, Solo, dan Semarang) dan perkebunan kopi sebagai visual lanskap. Tujuan dari kegiatan magang ini adalah mengetahui karakteristik dan persepsi pengunjung, mengetahui kegiatan pengelolaan lanskap untuk membuat rekomendasi rencana pengelolaan, dan menyusun rekomendasi untuk memperkecil kesenjangan mengenai keadaan ideal dan aktual. Kegiatan magang ini meliputi observasi, wawancara, pengumpulan studi literatur, dan penyusunan
log book. Hasil dari kegiatan magang ini adalah rekomendasi saran berdasarkan karakteristik dan persepsi pengunjung, rekomendasi rencana pengelolaan lanskap, dan rekomendasi untuk memperkecil kesenjangan.
Kata kunci: agrowisata, analisis kesenjangan, Kampoeng Kopi Banaran, harapan pengunjung, pengelolaan lanskap
ABSTRACT
HASDEVI AGRIPPINA DRADJAT. Management of Agrotourism Kampoeng Kopi Banaran, P.T. Perkebunan Nusantara IX, Semarang. Supervised by WAHJU QAMARA MUGNISJAH.
People want an experience that’s completely different from their daily lives which can be done by enjoying agrotourism area. Kampoeng Kopi Banaran (Kakoba) is an agrotourism of coffee, rubber and cacao which main priority is to utilize its agriculural land as a tourism area. Kakoba has some geographically potencies, such as located in a strategic area among the triangle of Joglosemar (Jogjakarta, Solo and Semarang) and has a coffee plantation as a visual landscape. Main goals of this internship are to understand the users’ characteristics and expectations, to make the recommendation of landscape management plan and to make the recommendation to reduce the gap between ideal and actual conditions. This internship consists of observation, interviews, collecting literature study, and reporting the study in a final log book. The results of this internship are the understanding of the user’s characteristic and perceptions, a recommendation for Kakoba’s management plan, and recommendation to reduce the gap between ideal and actual conditions for agritourism management.
Keywords: agrotourism, gap analysis, Kampoeng Kopi Banaran, landscape
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada
Departemen Arsitektur Lanskap
PENGELOLAAN OBJEK WISATA PERTANIAN
AGROWISATA KAMPOENG KOPI BANARAN,
P.T. PERKEBUNAN NUSANTARA IX, SEMARANG
HASDEVI AGRIPPINA DRADJAT
DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PRAKATA
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt., yang telah melimpahkan berbagai kenikmatan-Nya sehingga penyusunan skripsi dengan judul “Pengelolaan Objek Wisata Pertanian Agrowisata Kampoeng Kopi Banaran, P.T. Perkebunan Nusantara IX, Semarang” dapat terlaksana dengan baik. Skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada 1. Prof. Dr. Ir. Wahju Q. Mugnisjah, M. Agr. selaku dosen pembimbing
skripsi, atas bimbingannya dalam penyusunan skripsi ini;
2. Ir. Adi Sasongko, M.M. selaku Direktur Utama P.T. Perkebunan Nusantara IX, Widya Banu Ali, S.P. selaku Manajer Unit Usaha Wisata Agro dan Kopi, Ibu Rahmasari Andriyani selaku Manajer Operasional dan Petrus Budiman, S.P. selaku General Manager atas segala informasi dan bimbingan selama kegiatan magang, serta rekan-rekan staf Agrowisata Kampoeng Kopi Banaran atas bantuannya;
3. Dr. Alinda F. M. Zain, M. Si. selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingannya selama ini;
4. Dr. Ir. Aris Munandar, M.S. dan Dr. Kaswanto, S.P., M.Si selaku dosen penguji atas masukan bagi perbaikan skripsi penulis;
5. seluruh staf pengajar Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian yang telah mendidik penulis selama ini;
6. Dr. Ir. H. Bambang Dradjat, M.Ec. dan Dra. Hj. Azlinda A. Dradjat sebagai orang tua atas segala dukungan, doa, dan motivasi yang tiada henti sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dengan baik;
7. Febina Talitha Dradjat sebagai adik atas bantuan doa dan semangat;
8. keluarga besar (Alm.) H. Soerjo Sediono dan (Alm.) H. Azahari atas motivasinya;
9. para sahabat Sarastika, Diba, Zahra, Fifi, Fildza, dan Atana atas dukungan yang diberikan selama ini;
10.Agnisaa, Tarmizi, Wisnu, Jaka, Dea, Vivi, serta teman-teman Departemen Arsitektur Lanskap angkatan 47 atas kebersamaan dan kenangan yang tidak akan terlupakan;
11.teman-teman dari Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat sebagai rekan penulis dalam menyelesaikan studi minornya; 12.seluruh pihak yang turut membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini
yang tidak dapat disebutkan satu-persatu;
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan arsitektur lanskap, khususnya terkait pengelolaan objek wisata pertanian. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bernilai positif bagi semua pihak yang membutuhkan.
Bogor, Agustus 2014
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 2
Manfaat 2
Kerangka Pikir 2
TINJAUAN PUSTAKA 3
Wisata dan Agrowisata 3
Jenis Agrowisata 4
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Dinamika Agrowisata 5
Pengelolaan dan Pemeliharaan Lanskap 6
Analisis Kesenjangan 7
Penelitian Mengenai Agrowisata,
Rencana Pengelolaan Lanskap dan Analisis Kesenjangan 8
METODOLOGI 8
Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Magang 8
Batasan Studi 10
Alat dan Bahan 10
Tahapan Magang 10
Metode Pelaksanaan Magang 11
Metode 12
Persentase Karakteristik dan Persepsi Pengunjung 13
Pengelolaan dan Pemeliharaan Lanskap 13
Analisis Kesenjangan 15
HASIL DAN PEMBAHASAN 18
Latar Belakang dan Profil Perusahaan 18
Kondisi Biofisik Tapak 19
Aksesibilitas dan Sirkulasi 20
Topografi dan Tanah 21
Iklim 21
Hidrologi 23
Drainase 23
Vegetasi dan Satwa 24
Visual Lanskap 25
Kondisi Sosial Tapak 25
Karyawan Perusahaan 25
Pengunjung 27
Masyarakat Sekitar 29
Lanskap Agrowisata 29
Perkebunan Kopi 29
Perkebunan Karet 30
Perkebunan Kakao 31
Fasilitas 31
Hardscape 31
Karakteristik dan Persepsi Pengunjung 32
Karakteristik Pengunjung 32
Persepsi Pengunjung 33
Pengelolaan dan Pemeliharaan Lanskap 36
Jenis Pemeliharaan 37
Kegiatan Pemeliharaan 37
Pemeliharaan Hardscapes 40
Struktur Organisasi Pemeliharaan 40
Jadwal Pemeliharaan 41
Efektifitas Tenaga Kerja 42
Alat dan Bahan 44
Rencana Anggaran Biaya 45
Kegiatan Magang dan Evaluasi 47
Analisis Kesenjangan 49
Analisis Kesenjangan menurut Pihak Masyarakat 50
Analisis Kesenjangan menurut Pihak Manajemen 52
Pembahasan 54
SIMPULAN DAN SARAN 56
Simpulan 56
Saran 57
DAFTAR PUSTAKA 57
LAMPIRAN 59
DAFTAR TABEL
1 Jenis data, sumber data dan cara pengambilan 12 2 Format jadwal ideal dan aktual pemeliharaan taman 14 3 Format perhitungan HOK pemeliharaan taman selama setahun 14 4 Format perhitungan RAB beban tenaga kerja pemeliharaan 15 5 Format perhitungan RAB rekomendasi penambahan 15
6 Format kuesioner analisis kesenjangan 16
7 Format analisis kesenjangan kondisi ideal dan aktual 17
8 Format klasifikasi interval kesenjangan 17
9 Format klasifikasi kesenjangan menurut responden 17
10 Format gabungan rata-rata kesenjangan 18
11 Kondisi kepegawaian Agrowisata Kakoba 26
12 Perbedaan antara commuter dan wisatawan 27
13 Jenis dan jumlah hardscape 31
14 Perbandingan kegiatan pemeliharaan 37
15 Hama/penyakit dan tanaman yang diserang 39
16 Jenis pemeliharaan hardscape di Agrowisata Kakoba 40 17 Perbandingan kondisi ideal dan aktual jadwal pemeliharaan taman 41 18 Perbandingan kapasitas kerja operator pemeliharaan taman 42 19 Perhitungan HOK pemeliharaan taman selama setahun 43
20 Kondisi alat dan bahan 44
21 Rekomendasi penambahan jumlah alat pemeliharaan 45 22 Rekomendasi pengadaan bahan pemeliharaan per satu kali kegiatan 45 23 Beban anggaran biaya tenaga kerja pemeliharaan 46 24 Rekomendasi anggaran biaya untuk alat pemeliharaan 47 25 Rekomendasi anggaran biaya untuk bahan pemeliharaan 47 26 Klasifikasi interval kesenjangan menurut karyawan 50 27 Klasifikasi interval kesenjangan menurut masyarakat 51 28 Klasifikasi interval kesenjangan menurut manajemen 53
29 Persepsi kesenjangan terbesar 54
30 Gabungan rata-rata kesenjangan 55
31 Rencana anggaran biaya pemeliharaan shelter dan hardscape 56
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pikir magang 3
2 Pengukuran kerja analisis kesenjangan 7
3 Peta lokasi magang 9
4 Skema kegiatan magang 10
5 Peta batas wilayah 20
6 Grafik curah hujan bulanan Kecamatan Bawen (dalam mm) 21 7 Grafik kelembaban relatif rata-rata Kecamatan Bawen (dalam %) 22 8 Grafik suhu rata-rata Kecamatan Bawen (dalam °C) 22
9 Sumur di Agrowisata Kakoba 23
10 Saluran drainase 24
11 Beberapa vegetasi di Agrowisata Kakoba 25
13 Grafik jumlah pengunjung Kakoba tahun 2013 (dalam orang) 28
14 Tanaman kopi robusta di Agrowisata Kakoba 30
15 Perkebunan karet di Agrowisata Kakoba 30
16 Tanaman kakao (Theobroma cacao) di Agrowisata Kakoba 31
17 Grafik asal responden pengunjung (%) 32
18 Grafik frekuensi kedatangan responden (%) 33
19 Grafik kenyamanan menurut responden 33
20 Grafik aksesibilitas menurut responden (%) 34
21 Grafik kondisi fasilitas dan hardscape menurut responden (%) 35 22 Grafik kondisi vegetasi menurut responden (%) 35
23 Grafik harapan pengunjung 36
24 Struktur organisasi pemeliharaan 40
25 Rekomendasi struktur organisasi pemeliharaan 41
26 Site plan Agrowisata Kampoeng Kopi Banaran 48
27 Grafik analisis kesenjangan menurut karyawan 49 28 Grafik analisis kesenjangan menurut masyarakat 51 29 Grafik analisis kesenjangan menurut manajemen 53
DAFTAR LAMPIRAN
1 Kuesioner Analisis Kesenjangan 60
2 Kuesioner Pengunjung 63
3 Vegetasi di Agrowisata Kakoba 67
4 Fasilitas di Agrowisata Kakoba 69
5 Struktur Organisasi 71
6 Analisis kesenjangan menurut karyawan 72
7 Analisis kesenjangan menurut masyarakat 74
8 Analisis kesenjangan menurut manajemen 76
9 Check list Kegiatan Pemeliharaan 78
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rutinitas kehidupan manusia yang dipenuhi kemacetan lalu lintas, telepon selular, dan suasana kantor yang hiruk-pikuk seringkali menciptakan kejenuhan. Manusia ingin mendapatkan pengalaman yang berbeda dari rutinitas kesehariannya. Wisata merupakan salah satu alternatif yang dapat ditempuh untuk mendapatkan pengalaman berbeda tersebut (Utama 2011).
Menurut Sihite (2000), wisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain meninggalkan tempatnya semula, dengan suatu perencanaan dan dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati kegiatan pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam. Menurut Suwantoro (2001), istilah wisata berhubungan erat dengan pengertian perjalanan wisata, yaitu sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang di luar tempat tinggalnya.
Menurut Pamulardi (2006), sebagai negara agraris, Indonesia memiliki kekayaan alam dan hayati yang sangat beragam yang jika dikelola dengan tepat, kekayaan tersebut mampu menjadi andalan perekonomian nasional. Komoditas pertanian, yang mencakup tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan dengan keragaman dan keunikannya yang bernilai tinggi serta diperkuat oleh kekayaan kultural yang sangat beragam, mempunyai daya tarik kuat sebagai objek agrowisata.
Pemanfaatan wisata dan potensi pertanian di suatu tempat disebut agrowisata sebagaimana disampaikan oleh Sutjipta (2001). Secara lebih jelas didefinisikan oleh Sutjipta (2001), agrowisata adalah sebuah sistem kegiatan yang terpadu dan terkoordinasi untuk pengembangan pariwisata sekaligus pertanian, dalam kaitannya dengan pelestarian lingkungan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Pengelolaan lanskap yang baik pada agrowisata bukan hanya dapat membuat wisatawan merasa nyaman di tempat tersebut, tetapi juga membuat wisatawan ingin kembali ke tempat tersebut. Hal ini akan berdampak baik bagi perolehan devisa dari objek wisata tersebut jika wisatawan berasal dari luar negeri.
Menurut Arifin dan Arifin (2005), rencana pengelolaan lanskap terdiri dari struktur organisasi pengelola, ketenagakerjaan, alat dan bahan, jadwal pemeliharaan serta rencana anggaran biaya. Rencana pengelolaan lanskap yang baik sebaiknya terdiri dari aspek-aspek tersebut.
2
Tujuan
Dalam kegiatan magang di Agrowisata Kakoba ini dipelajari dan dipahami kegiatan pengelolaan lanskap agrowisata dengan tujuan untuk
1. mengetahui karakteristik dan persepsi pengunjung mengenai pengelolaan agrowisata;
2. mengetahui pengelolaan agrowisata dengan cara terlibat secara langsung dalam kegiatan lapang guna menyusun rekomendasi rencana pengelolaan lanskap;
3. menyusun rekomendasi untuk memperkecil kesenjangan antara keadaan ideal dan aktual mengenai pengelolaan lanskap di Agrowisata Kakoba.
Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan magang, antara lain adalah 1. menambah ilmu pengetahuan mengenai pengelolaan agrowisata serta
dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapat pada kegiatan perkuliahan; 2. mengetahui tata cara pengelolaan dan pemeliharaan kawasan agrowisata; 3. menjalin hubungan baik mahasiswa dengan institusi terkait;
4. memahami teori dan praktik yang terkait dengan pengelolaan kawasan agrowisata.
Kerangka Pikir
Pelaksanaan kegiatan magang terdiri dari inventarisasi kondisi umum, pengelolaan lanskap, serta pemeliharaan lanskap. Jenis aspek yang dianalisis berdasarkan kondisi umum tapak meliputi aspek biofisik, promosi, sosial, pengelolaan, dan pemeliharaan lanskap. Hasil dari inventarisasi tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis keinginan dan persepsi pengunjung, deskriptif, serta kesenjangan.
Aspek biofisik meliputi profil perusahaan, letak geografis, aksesibilitas, topografi, iklim, hidrologi, drainase, vegetasi, satwa, visual lanskap, dan fasilitas. Aspek promosi meliputi promosi dan paket wisata. Aspek sosial meliputi pengunjung, masyarakat dan karyawan. Aspek pengelolaan meliputi struktur organisasi, ketenagakerjaan, alat dan bahan, jadwal pemeliharaan dan rencana anggaran biaya. Aspek pemeliharaan meliputi pemeliharaan hardscape dan
softscape.
3
TINJAUAN PUSTAKA
Wisata dan Agrowisata
Wisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain meninggalkan tempatnya semula, dengan suatu perencanaan dan dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati kegiatan pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam (Sihite, 2000). Berpariwisata adalah suatu proses Gambar 1 Kerangka pikir magang
Agrowisata Kampoeng Kopi Banaran
Inventarisasi
Kondisi Umum Pengelolaan Pemeliharaan
Aspek Sosial:
4
kepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah untuk berbagai kepentingan, misalnya untuk kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan, atau untuk kepentingan lain, seperti karena sekedar ingin tahu, menambah pengalaman, dan untuk belajar (Suwantoro 2001).
Menurut Suwantoro (2001), istilah pariwisata berhubungan erat dengan pengertian perjalanan wisata, yaitu sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang di luar tempat tinggalnya karena suatu alasan dan bukan untuk keperluan kegiatan yang menghasilkan upah.
Menurut Pamulardi (2006), sebagai negara agraris, Indonesia memiliki kekayaan alam dan hayati yang sangat beragam yang jika dikelola dengan tepat, kekayaan tersebut mampu menjadi andalan perekonomian nasional. Komoditas pertanian, yang mencakup tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan dengan keragaman dan keunikannya yang bernilai tinggi serta diperkuat oleh kekayaan kultural yang sangat beragam, mempunyai daya tarik kuat sebagai objek agrowisata.
Menurut Subowo (2002), agrowisata ruangan terbuka dapat dikembangkan dalam dua versi/pola, yaitu agrowisata ruang terbuka alami dan agrowisata ruang terbuka buatan. Agrowisata ruang terbuka alami adalah agrowisata yang berada pada areal dengan kegiatan yang dilakukan langsung oleh masyarakat petani setempat sesuai dengan kehidupan keseharian mereka. Agrowisata ruang terbuka buatan adalah agrowisata yang dapat didesain pada kawasan-kawasan yang spesifik, tetapi belum dikuasai atau disentuh oleh masyarakat adat. Sutjipta (2001) menganggap bahwa agrowisata dapat berkembang dengan baik jika terjadi tri mitra dan tri karya pembangunan agrowisata yang meliputi pemerintah sebagai pembuat aturan, rakyat/petani sebagai subjek, dan dunia usaha pariwisata sebagai penggerak perekonomian rakyat.
Jenis Agrowisata
Menurut Deptan (2005), pengembangan agrowisata dapat diarahkan dalam bentuk ruangan tertutup (seperti museum), ruangan terbuka (taman atau lanskap), atau kombinasi antara keduanya. Tampilan agrowisata ruangan tertutup dapat berupa koleksi alat-alat pertanian yang khas dan bernilai sejarah atau naskah dan visualisasi sejarah penggunaan lahan maupun proses pengolahan hasil pertanian. Agrowisata ruangan terbuka dapat berupa penataan lahan yang khas dan sesuai dengan kapabilitas dan tipologi lahan untuk mendukung suatu sistem usahatani yang efektif dan berkelanjutan. Komponen utama pengembangan agrowisata ruangan terbuka dapat berupa flora dan fauna yang dibudidayakan atau pun liar, teknologi budi daya dan pascapanen komoditas pertanian yang khas dan bernilai sejarah, atraksi budaya pertanian setempat, dan pemandangan alam berlatar belakang pertanian dengan kenyamanan yang dapat dirasakan.
Menurut Utama (2011), selanjutnya agrowisata ruangan terbuka dapat dikembangkan dalam dua versi/pola, yaitu alami dan buatan, yang dapat dirinci sebagai berikut.
1. Agrowisata ruang terbuka alami
5 dengan kehidupan keseharian mereka. Contoh agrowisata terbuka alami adalah kawasan Suku Baduy di Pandeglang dan Suku Naga di Tasikmalaya, Jawa Barat; Suku Tengger di Jawa Timur; Bali dengan teknologi subaknya; Papua dengan berbagai pola atraksi pengelolaan lahan untuk budi daya umbi-umbian.
2. Agrowisata ruang terbuka buatan
Kawasan agrowisata ruang terbuka buatan ini dapat didesain pada kawasan-kawasan yang spesifik, tetapi belum dikuasai atau disentuh oleh masyarakat adat. Kegiatan wisata ini dapat dikelola oleh suatu badan usaha, sedang pelaksana atraksi parsialnya tetap dilakukan oleh petani lokal yang memiliki teknologi yang diterapkan.
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Dinamika Agrowisata
Menurut Departemen Pertanian (2005), terdapat berbagai faktor-faktor yang berhubungan dengan dinamika agrowisata. Pengembangan agrowisata secara garis besar mencakup aspek pengembangan sumberdaya manusia, sumberdaya alam, promosi, dukungan sarana, dan kelembagaan.
a. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia mulai dari pengelola sampai kepada masyarakat berperan penting dalam keberhasilan pengembangan agrowisata. Kemampuan pengelola agrowisata dalam menetapkan target sasaran dan menyediakan, mengemas, menyajikan paket-paket wisata serta promosi yang terus-menerus sesuai dengan potensi yang dimiliki sangat menentukan keberhasilan dalam mendatangkan wisatawan. Dalam hal ini keberadaan/peran pemandu wisata dinilai sangat penting. Kemampuan pemandu wisata yang memiliki pengetahuan ilmu dan keterampilan menjual produk wisata sangat menentukan.
b. Sumber Daya Alam
Sebagai bagian dari usaha pertanian, usaha agrowisata sangat mengandalkan kondisi sumber daya alam dan lingkungan. Sumber daya alam dan lingkungan tersebut mencakup sumber daya objek wisata yang dijual serta lingkungan sekitar termasuk masyarakat. Untuk itu, upaya mempertahankan kelestarian dan keasrian sumber daya alam dan lingkungan yang dijual sangat menentukan keberlanjutan usaha agrowisata. c. Promosi
Kegiatan promosi merupakan kunci dalam mendorong kegiatan agrowisata. Informasi dan pesan promosi dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti melalui leaflet, booklet, pameran, cinderamata, media massa (dalam bentuk iklan atau media audiovisual), serta penyediaan informasi pada tempat publik (hotel, restoran, bandara, dan lainnya). Dalam kaitan ini kerja sama antara objek agrowisata dan biro perjalanan, perhotelan, dan jasa angkutan sangat berperan.
6
wisatawan merasa betah. Kesan yang dialami promosi ini akan menciptakan promosi tahap kedua dan berantai dengan sendirinya. d. Sarana Prasarana
Kehadiran konsumen/wisatawan juga ditentukan oleh kemudahan-kemudahan yang diciptakan, mulai dari pelayanan yang baik, kemudahan-kemudahan akomodasi dan transportasi sampai kepada kesadaran masyarakat sekitarnya. Upaya menghilangkan hal-hal yang bersifat formal dan kaku serta menciptakan suasana santai, kesan bersih, dan aman merupakan aspek penting yang perlu diciptakan.
e. Kelembagaan
Pengembangan agrowisata memerlukan dukungan semua pihak pemerintah, swasta terutama pengusaha agrowisata; lembaga yang terkait seperti perjalanan wisata, perhotelan dan lainnya; perguruan tinggi serta masyarakat.
Pengelolaan dan Pemeliharaan Lanskap
Menurut Arifin dan Arifin (2005), pengelolaan lanskap adalah pengelolaan lingkungan yang termasuk di dalamnya pengelolaan sumber daya alam. Secara spesifik juga dijelaskan bahwa pengelolaan lanskap yang berkelanjutan adalah usaha manusia untuk mengatur, mengubah, dan menata ekosistem agar manusia memperoleh manfaat yang maksimal dengan mengusahakan kontinuitas produksinya, dan karena keberadaannya yang dipengaruhi oleh faktor ruang, waktu dan energi. Pengelolaan lanskap merupakan suatu upaya terpadu dalam penataan, pemanfaatan, pemeliharaan, pelestarian, pengawasan, pengendalian, dan pengembangan lingkungan hidup agar tercipta lanskap yang bermanfaat bagi semua makhluk hidup.
Menurut Arifin dan Arifin (2005), rencana pengelolaan lanskap terdiri dari struktur organisasi pengelola, ketenagakerjaan, alat dan bahan, jadwal pemeliharaan serta rencana anggaran biaya. Rencana pengelolaan lanskap yang baik sebaiknya terdiri dari aspek-aspek tersebut. Pemeliharaan taman terdiri dari pemeliharaan ideal dan pemeliharaan fisik. Pemeliharaan ideal merupakan pemeliharaan yang mengacu pada tujuan dan desain semula. Oleh karenanya, pada periode tertentu perlu dilakukan evaluasi. Pemeliharaan fisik taman meliputi pekerjaan untuk menjaga keindahan, keasrian, kenyamanan, dan keamanan taman. Pekerjaan tersebut mencakup kegiatan pembersihan taman, penggantian elemen-elemen taman yang rusak atau tidak berfungsi, penyiraman tanaman, penyiangan gulma (weeding), pemangkasan, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, serta penyulaman.
7 tanaman meliputi penyiraman, pemupukan, pemangkasan, dan pengendalian hama penyakit.
Analisis Kesenjangan
Menurut Seputro (2012), analisis kesenjangan atau gap analysis dapat didefinisikan sebagai suatu metode atau alat yang digunakan untuk mengetahui tingkat kinerja suatu lembaga atau institusi. Dengan kata lain, analisis kesenjangan merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengetahui kinerja dari suatu sistem yang sedang berjalan dengan sistem standar. Dalam kondisi umum, kinerja suatu institusi dapat tercermin dalam sistem operasional dan strategi yang digunakan oleh institusi tersebut (Gambar 2).
Gambar 2 Pengukuran kerja analisis kesenjangan
Menurut Seputro (2012), secara singkat, analisis kesenjangan bermanfaat untuk
1. menilai seberapa besar kesenjangan antara kinerja aktual dan suatu standar kinerja yang diharapkan;
2. mengetahui peningkatan kinerja yang diperlukan untuk menutup kesenjangan tersebut;
3. menjadi salah satu dasar pengambilan keputusan terkait prioritas waktu dan biaya yang dibutuhkan untuk memenuhi standar pelayanan yang telah ditetapkan.
Menurut Seputro (2012), ada beberapa hal yang harus dilakukan dalam mengerjakan analisis gap. Hal-hal tersebut, antara lain: (i) identifikasi komponen pelayanan yang akan dianalisis, (ii) penentuan standar pelayanan, (iii) penyebaran kuesioner atau wawancara terfokus, (iv) analisis data dengan statistik deskriptif, dan (v) follow up.
8
(a) jika kondisi ideal (expected service) > kondisi aktual (perceived service), maka kualitas diterima lebih kecil ketimbang kepuasan dan akan membawa pada kualitas tidak bisa diterima secara total, sehingga masih terjadi kesenjangan;
(b) jika kondisi ideal = kondisi aktual, maka kualitas diterima adalah memuaskan;
(c) jika kondisi ideal < kondisi aktual, kualitas diterima lebih dari yang diharapkan dan akan membawa pada kualitas ideal, dengan meningkatkan kesenjangan antara expected service dan perceived service. Kesenjangan adalah selisih antara kondisi ideal dan kondisi aktual.
Penelitian Mengenai Agrowisata,
Rencana Pengelolaan Lanskap dan Analisis Kesenjangan
Penelitian mengenai strategi pengembangan usaha-usaha di bidang pertanian telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Salah satu penelitian mengenai strategi pengembangan Agrowisata Kakoba dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT dengan mengidentifikasi faktor eksternal dan internal. Menurut Purba (2009), Agrowisata Kakoba berada pada wilayah Kuadran I (pertama). Peluang untuk meningkatkan kemampuannya serta didukung oleh kekuatan yang dimiliki sehingga menempatkan agrowisata tersebut pada posisi yang menguntungkan untuk berkembang. Perusahaan memiliki keuntungan jika dibandingkan dengan perusahaan lain.
Penelitian tentang pengelolaan agrowisata di kawasan Taman Mekarsari (Kurniawati 2012) menghasilkan rekomendasi berupa rencana pemeliharaan yang meliputi standar, kegiatan pemeliharaan, metode, frekuensi, jumlah bahan, jumlah alat, dan hari orang kerja (HOK). Rencana pemeliharaan tersebut diharapkan dapat bermanfaat bagi Taman Wisata Mekarsari dalam mempertahankan dan menjaga integritas lanskap agrowisata sesuai fungsinya.
Penelitian yang menggunakan analisis kesenjangan untuk mengevaluasi kinerja perusahaan mengembangkan metode tersebut untuk mengetahui kesenjangan yang terjadi antara kondisi ideal yang diharapkan dan kondisi aktual baik menurut pihak perusahaan maupun masyarakat (Maharani 2011). Hasil dari analisis tersebut kemudian akan disimpulkan dan diikuti oleh rekomendasi yang sesuai dengan keadaan perusahaan saat ini sehingga sistem yang selanjutnya digunakan mampu memenuhi seluruh keinginan pengguna tanpa mengurangi standardisasi yang ada pada sebuah sistem yang seharusnya.
METODOLOGI
Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Magang
9 terletak di kawasan strategis Joglosemar (Jogjakarta, Solo dan Semarang) (Gambar 3).
Waktu kegiatan magang telah berlangsung selama 80 hari kerja terhitung dari mulai bulan Februari hingga Juni 2014. Pengolahan data dilakukan di Kampus IPB Darmaga pada bulan Juli 2014.
(a) (b)
(c)
10
Batasan Studi
Dalam kegiatan magang ini, ruang lingkup pengelolaan dibatasi pada struktur organisasi, alat dan bahan, ketenagakerjaan, jadwal pemeliharaan dan rencana anggaran biaya. Ruang lingkup pemeliharaan dibatasi pada pemeliharaan lanskap pada taman di Agrowisata Kakoba. Pembatasan di atas didasarkan pada pertimbangan keterbatasan sumberdaya (biaya, tenaga serta waktu). Hal ini menyebabkan pembatasan dilakukan secara lebih spesifik.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam kegiatan magang ini meliputi kamera digital, alat tulis, dan software. Bahan yang diperlukan adalah perangkat lunak komputer untuk mengolah data dan visual editing, antara lain Microsoft Word 2007, Microsoft Excel 2007, Adobe Photoshop CS3, Google Sketchup 7, dan AutoCad 2010.
Tahapan Magang
Tahapan magang terdiri atas tahap persiapan, pengenalan agrowisata, pengumpulan data melalui partisipasi aktif dalam kegiatan administrasi, dan partisipasi aktif di lapangan (pengelolaan lanskap dan pemeliharaan lanskap). Setelah seluruh data terkumpul, dilakukan pengolahan dan analisis data yang dilanjutkan dengan penyusunan rencana pengelolaan lanskap (Gambar 4).
Persiapan
Pengenalan Perusahaan
Pengambilan Data
Partisipasi aktif pada pelaksanaan administrasi
dan pengelolaan agrowisata
Pengolahan dan Analisis Data
Rencana Pengelolaan Lanskap
11 1. Persiapan
Pada tahap persiapan, mahasiswa melakukan konsultasi dengan pembimbing magang dalam menentukan lokasi magang. Persiapan dilanjutkan dengan survei lokasi magang, pembuatan surat izin magang, pembuatan proposal magang, dan permohonan magang di Agrowisata Kampoeng Kopi Banaran ke P.T. Perkebunan Nusantara IX.
2. Pengenalan Tempat Agrowisata
Pengenalan tempat agrowisata terdiri dari orientasi tempat agrowisata dengan pengenalan staf, struktur organisasi, dan kondisi umum lokasi. Pengenalan tempat agrowisata bertujuan memudahkan mahasiswa dalam menyusun analisis data.
3. Pengambilan Data
Pengambilan data selama kegiatan magang dilakukan dengan cara partisipasi aktif mahasiswa dalam kegiatan administrasi dan dalam kegiatan pengelolaan agrowisata. Partisipasi aktif mahasiswa dalam kegiatan administrasi antara lain ditujukan untuk mengetahui sejarah berdirinya tempat agrowisata, visi misi perusahaan, grafik pengunjung, uraian tugas dan struktur organisasi.
Partisipasi aktif mahasiswa dalam kegiatan pengelolaan agrowisata dilakukan dengan melakukan kegiatan pengelolaan lanskap baik hardscape
maupun softscape, mewawancarai pengunjung dalam rangka mengetahui harapan pengunjung, dan mengetahui paket wisata. Partisipasi mahasiswa dapat digunakan untuk keperluan penyusunan rekomendasi untuk rencana pengelolaan lanskap agrowisata.
4. Pengolahan dan Analisis Data
Data yang telah didapat kemudian diolah dan dianalisis yang selanjutnya dijadikan bahan utama untuk menyusun rencana pengelolaan lanskap agrowisata. Analisis yang digunakan adalah presentase karakteristik dan persepsi pengunjung, deskriptif dan kesenjangan.
5.Hasil Pengolahan Data
Hasil pengolahan data menghasilkan rekomendasi mengenai harapan pengunjung berdasarkan karakteristik dan persepsi pengunjung, rekomendasi rencana pengelolaan lanskap dan rekomendasi untuk memperkecil kesenjangan antara keadaan ideal dan aktual mengenai pengelolaan lanskap.
Metode Pelaksanaan Magang
Metode kerja yang digunakan mahasiswa dalam melaksanakan magang di Agrowisata Kampoeng Kopi Banaran adalah sebagai berikut:
1. melakukan partisipasi aktif di lapang yakni turut serta mengamati pelaksanaan kegiatan agrowisata serta pemeliharaan taman;
2. melakukan wawancara dengan manajer operasional di Kampoeng Kopi Banaran terkait dengan pengelolaan lanskap, pemeliharaan lanskap, administrasi, dan pelaksanaan wisata di Kampoeng Kopi Banaran. 3. membaca literatur melalui studi pustaka yang dilakukan dengan cara
12
4. membuat log book yang berisi pencatatan seluruh kegiatan magang guna membantu mahasiswa dalam pembuatan tugas akhir.
Metode
Metode yang digunakan selama kegiatan magang pengelolaan objek wisata pertanian di Agrowisata Kakoba ialah (a) inventarisasi, (b) analisis, dan (c) sintesis. Secara lebih rinci, metode tersebut dijelaskan sebagai berikut:
(a) inventarisasi yang merupakan proses pengumpulan data-data meliputi data biofisik, data promosi, data sosial, data pengelolaan lanskap dan data pemeliharaan lanskap.
(b) analisis yang merupakan proses pengolahan data. Analisis yang digunakan terbagi menjadi tiga, yaitu (i) presentase untuk mengetahui karakteristik dan persepsi pengunjung melalui pengisian kuesioner oleh 100 responden secara random sampling dengan kuesioner terlampir pada Lampiran 1, (ii) deskriptif untuk memperbaiki rencana pengelolaan lanskap di lapang sesuai dengan literatur Arifin dan Arifin (2005) yang terdiri dari struktur organisasi, alat dan bahan, ketenagakerjaan, jadwal pemeliharaan dan rencana anggaran biaya, serta (iii) kesenjangan untuk memperkecil kesenjangan antara kondisi ideal dan aktual berdasarkan wawancara secara purposive sampling dengan responden masyarakat, karyawan dan manajemen. Penyusunan analisis gap diawali dengan penentuan faktor-faktor yang akan dianalisis. Faktor-faktor tersebut adalah pengelolaan lanskap, fasilitas dan hardscape, softscape, sosial dan promosi. Menurut Parasuraman et al. (1985), penyusunan faktor-faktor yang akan dianalisis dengan analisis kesenjangan dapat disesuaikan dengan kondisi di lapang. Kuesioner analisis kesenjangan terlampir pada Lampiran 2.
(c) sintesis yang merupakan gabungan rekomendasi akhir berupa hasil pemaparan karakteristik dan keinginan pengunjung, rencana pengelolaan lanskap serta rekomendasi untuk memperkecil gap bagi pengelolaan agrowisata.
Pengambilan data seperti data biofisik, promosi, pemeliharaan dan pengelolaan lanskap dibutuhkan untuk melengkapi data analisis. Data tersebut kemudian diolah hingga menghasilkan rekomendasi rencana pengelolaan dengan dasar analisis kesenjangan yang disusun secara deskriptif bagi pengelola agrowisata. Jenis, bentuk, sumber dan cara pengambilan data magang terlampir pada Tabel 1.
Tabel 1 Jenis data, sumber data dan cara pengambilan
No. Jenis Data Sumber Data Cara Pengambilan
Data Biofisik
13 Tabel 1 Jenis data, sumber data, dan cara pengambilan (lanjutan)
No. Jenis Data Sumber Data Cara Pengambilan 6 Iklim BMKG Semarang Wawancara, Studi Pustaka 7 Drainase Perusahaan Wawancara, Survei Lapang 8 Vegetasi Perusahaan Survei Lapang, Studi Pustaka 9 Satwa Perusahaan Wawancara, Studi Pustaka 10 Visual Lanskap Perusahaan Survei Lapang, Studi Pustaka 11 Fasilitas Perusahaan Survei, Wawancara
Data Sosial
11 Pengunjung Perusahaan Wawancara, Survei, Studi Pustaka 12 Masyarakat Perusahaan Wawancara
13 Karyawan Perusahaan Wawancara, Studi Pustaka Data Promosi
14 Paket Wisata Perusahaan Wawancara
15 Promosi Perusahaan Wawancara
Data Pengelolaan
16 Alat dan Bahan Perusahaan Wawancara, Studi Pustaka 17 Struktur Organisasi Perusahaan Wawancara, Studi Pustaka 18 Ketenagakerjaan Perusahaan Wawancara, Studi Pustaka 19 Rencana Anggaran Biaya Perusahaan Wawancara, Studi Pustaka 20 Jadwal Pemeliharaan Perusahaan Wawancara, Studi Pustaka Data Pemeliharaan
21 Pemeliharaan Fisik Perusahaan Survei Lapang, Wawancara 22 Tenaga Kerja (Efektifitas) Perusahaan Survei Lapang, Studi Pustaka
Persentase Karakteristik dan Persepsi Pengunjung
Menurut Widianingrum (1999) dalam Pambudi (2011), karakteristik adalah ciri-ciri dari individu yang terdiri dari demografi seperti jenis kelamin, umur, serta status sosial seperti tingkat pendidikan, pekerjaan, ras, status ekonomi dan sebagainya. Allport (1962) diacu dalam Apriyanti (2011) menyebutkan bahwa persepsi berhubungan dengan kesadaran terhadap suatu objek atau keadaan. Persepsi seseorang tergantung kepada seberapa jauh kesan suatu objek membuat arti terhadap seseorang.
Karakteristik responden meliputi identitas dan minat kepariwisataan. Persepsi responden meliputi kenyamanan, aksesibilitas, fasilitas, hardscape, serta harapan.
Pengolahan data mengenai karakteristik dan persepsi pengunjung akan dilakukan dengan cara pengisian kuesioner oleh 100 orang responden pengunjung dengan metode random sampling. Penentuan responden berjumlah 100 orang berdasarkan sampel minimum penelitian survei.
Pengelolaan dan Pemeliharaan Lanskap
14
(a) Struktur Organisasi
Pemeliharaan taman biasanya terdiri dari beberapa seksi yang bekerja secara spesifik dan bertujuan untuk mencapai efisiensi dan efektifitas tenaga kerja. Seksi-seksi tersebut terdiri dari seksi pemeliharaan taman, pemeliharaan bangunan taman, teknik perpipaan dan utilitas, dan bengkel dan pergudangan (Arifin dan Arifin 2005).
(b) Jadwal Pemeliharaan
Pembandingan mengenai jadwal pemeliharaan dilakukan dengan merujuk pada literatur. Jadwal pemeliharaan dibandingkan antara keadaan ideal menurut literatur dengan keadaan aktual di lapang. Tabel 2 merupakan format kondisi ideal dan kondisi aktual jadwal pemeliharaan. Tabel 2 Format jadwal ideal dan aktual pemeliharaan taman
No. Jenis Kegiatan Jadwal
Ideal Aktual
... ... ... ...
(c) Ketenagakerjaan
Perhitungan ketenagakerjaan dilakukan dengan cara perhitungan mengenai kapasitas kerja dan hari orang kerja. Perhitungan jumlah tenaga kerja untuk pemeliharaan ini menggunakan satuan HOK (Hari Orang Kerja) sehingga dapat diketahui jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan. Tabel 3 merupakan format perhitungan HOK pemeliharaan selama setahun. Tabel 3 Format perhitungan HOK pemeliharaan taman selama setahun
No Parameter1 KK2
(m2/ Jumlah Kebutuhan HOK4 Frekuensi HOK
jam)3 (m2) waktu (jam) per tahun5 Setahun
... ... ... ... ... ... ... ...
Total HOK ...
Keterangan: 1Kegiatan pemeliharaan lanskap.; 2Kapasitas kerja.; 3Kapasitas kerja
berdasarkan Arifin dan Arifin (2005).; 4Hari orang kerja, dengan
ketentuan 8 jam/orang/hari.; 5Perhitungan total 312 hari kerja selama
satu tahun (6 hari/minggu)
Rumus perhitungan:
1. Kebutuhan waktu = m2
jam
2. Hari Orang Kerja HOK =
3. HOK setahun = HOK x Frekuensi per tahun
4. Jam kerja perminggu =HO
. KTK = ⁄
⁄ ×
15 (d) Alat dan Bahan
Inventarisasi mengenai alat dan bahan dilakukan untuk mengetahui kuantitas dan kualitas alat dan bahan pemeliharaan di lapang. Tahap selanjutnya yaitu penyusunan rekomendasi penambahan alat dan bahan yang disesuaikan dengan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan di Agrowisata Kakoba.
(e) Rencana Anggaran Biaya
Rencana Anggaran Biaya (RAB) dibutuhkan untuk menghitung efisiensi biaya yang perlu dialokasikan mengenai pemeliharaan taman. RAB meliputi RAB beban tenaga pemelihara lanskap, rekomendasi penambahan alat serta rekomendasi penambahan bahan. Tabel 4 merupakan format perhitungan RAB beban tenaga pemeliharaan lanskap. Tabel 5 merupakan format perhitungan RAB rekomendasi penambahan alat dan bahan pemeliharaan lanskap.
Tabel 4 Format perhitungan RAB beban tenaga kerja pemeliharaan No Parameter HOK setahun Harga HOK Harga HOK 1
tahun
... ... ... ... ...
TOTAL ...
Keterangan:
1. Harga HOK sesuai dengan UMR Kabupaten Semarang tahun 2014, yaitu Rp
1.208.200,00 (Anonim, 2014) dibagi hari efektif kegiatan pemeliharaan
2. Gaji tenaga kerja pemeliharaan/bulan =
×
Tabel 5 Format perhitungan RAB rekomendasi penambahan
No Alat
Jumlah Harga Harga Masa Harga/
(buah) satuan total susut tahun (Rp) (Rp) (tahun) (Rp)
... ... ... ... ... ... ...
TOTAL ...
Analisis Kesenjangan
16
Tabel 6 Format kuesioner analisis kesenjangan
No Faktor dan Sub-Faktor Nilai
Kondisi Aktual Kondisi Ideal
PENGELOLAAN1 ... ...
... ... ...
FASILITAS DAN HARDSCAPE1 ... ...
... ... ...
SOFTSCAPE1 ... ...
... ... ...
SOSIAL2 ... ...
... ... ...
PROMOSI2 ... ...
... ... ...
Sumber: 1Arifin dan Arifin (2005).; 2Deptan (2011) diisi dengan skor berikut: 1 = Sangat
buruk sekali; 2 = Sangat buruk; 3 = Buruk; 4 = Agak buruk; 5 = Rata- rata; 6 = Agak baik; 7 = Baik; 8 = Sangat baik; 9 = Sangat baik sekali
Menurut Parasuraman et al. (1985), analisis kesenjangan menitikberatkan pada pihak manajemen karena pihak ini diasumsikan sebagai pihak yang paling mengerti dengan kondisi di lapang. Responden analisis kesenjangan terdiri dari 5 responden mewakili manajemen (pengelola Agrowisata Kakoba dan direksi P.T. Perkebunan Nusantara IX), 20 responden karyawan Agrowisata Kakoba dan 5 responden masyarakat sekitar.
Proses pengolahan data dilakukan dengan mengikuti tahapan perhitungan data analisis kesenjangan sesuai Seputro (2012). Menurut Seputro (2012), analisis data dengan statistik deskriptif diperoleh dengan cara sebagai berikut.
1. perhitungan rata-rata skor untuk setiap pasangan faktor yang sedang dikalkulasi kesenjangannya.
2. perhitungan kesenjangan untuk masing-masing dimensi, dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
Kesenjangan (G) = Rata-rata expected service (E) – rata-rata perceived service (P) = selisih kondisi ideal dan aktual
17
Data kemudian diolah dan dimasukkan ke dalam tabel. Tabel 7 merupakan format analisis kesenjangan kondisi ideal dan aktual, baik menurut manajemen, masyarakat maupun karyawan.
Tabel 7 Format analisis kesenjangan kondisi ideal dan aktual
No. Faktor dan Sub-Faktor
Perceptual Kondisi Ideal Kondisi Aktual
Gap Mean SD Mean SD
PENGELOLAAN
... ... ... ... ... ... ...
Berdasarkan data yang diperoleh, kemudian dilakukan penghitungan klasifikasi kesenjangan berdasarkan median (nilai tengah). Penghitungan dengan median digunakan untuk menghindari terjadinya pencilan. Rumus median yang digunakan adalah sebagai berikut.
Keterangan:
Me = median
Xii = batas bawah median
n = jumlah data
fkii = frekuensi kumulatif data bawah kelas median
fi = frekuensi data pada kelas median
p = panjang interval kelas
Penghitungan klasifikasi interval digunakan untuk membagi data menjadi kesenjangan tinggi dan rendah. Tabel 8 merupakan format klasifikasi interval kesenjangan. Tabel 9 merupakan format klasifikasi interval masing-masing menurut manajemen, masyarakat dan karyawan.
Tabel 8 Format klasifikasi interval kesenjangan
Interval Kesenjangan Klasifikasi
... Rendah (...%)
... Tinggi (...%)
Tabel 9 Format klasifikasi kesenjangan menurut responden Kesenjangan Terbesar
menurut Manajemen
Nilai Kesenjangan
Persepsi Karyawan
Persepsi Masyarakat
Simpulan
18
Tahap penyelesaian dilakukan dengan cara penggabungan dari keseluruhan kesenjangan baik menurut manajemen, karyawan maupun masyarakat. Tabel 10 merupakan format gabungan rata-rata kesenjangan.
Tabel 10 Format gabungan rata-rata kesenjangan
Sampel Faktor
Rata-rata Pengelolaan Hardscape Softscape Sosial Promosi
... ... ... ... ... ... ...
Pada tahap kesimpulan, hasil keseluruhan rata-rata kemudian disesuaikan dengan kesimpulan analisis kesenjangan yang merujuk pada Parasuraman et al.
(1985). Kesenjangan terbesar kemudian dijadikan sebagai dasar untuk menyusun rekomendasi untuk memperkecil kesenjangan mengenai kegiatan pengelolaan di Agrowisata Kakoba.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Latar Belakang dan Profil Perusahaan
P.T. Perkebunan Nusantara IX (Persero) merupakan sebuah perusahaan yang didirikan pada tanggal 11 Maret 1996 berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1996 Tanggal 14 Februari 1996. P.T. Perkebunan Nusantara IX (Persero) juga mengelola komoditi sampingan seperti pala, kapuk, dan kelapa dalam luasan areal yang terbatas serta agrowisata. Salah satu agrowisata yang dimiliki oleh P.T. Perkebunan Nusantara IX (Persero) adalah Kampoeng Kopi Banaran yang terletak di Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang. Agrowisata tersebut merupakan agrowisata yang memiliki potensi pemandangan yang indah berupa hamparan kebun kopi dengan latar belakang Rawa Pening dan Gunung Merbabu.
Visi dari P.T. Perkebunan Nusantara IX (Persero) adalah menjadi perusahaan agrobisnis yang berdaya saing tinggi dan tumbuh berkembang bersama mitra. Misi dari P.T. Perkebunan Nusantara IX (Persero), adalah sebagai berikut:
1. memproduksi dan memasarkan produk karet, teh, kopi, kakao, gula, dan tetes ke pasar domestik dan internasional secara profesional untuk menghasilkan pertumbuhan laba (profit growth) dan mendukung kelestarian lingkungan;
2. mengembangkan cakupan bisnis melalui diversifikasi usaha, yaitu produk hilir, wisata agro, dan usaha lainnya, untuk mendukung kinerja perusahaan;
3. mengembangkan sinergi dengan mitra usaha strategis dan masyarakat lingkungan usaha untuk mewujudkan kesejahteraan bersama.
19 P.T. Perkebunan Nusantara IX pada awalnya hanya menjual kopi dalam bentuk biji kopi (green beans). Kemudian, pada tahun 2002, perusahaan ini membuat suatu terobosan dengan cara memperkenalkan produk hilirnya tersebut bukan hanya dalam bentuk biji kopi (green bean), tetapi juga dalam bentuk kopi bubuk yang kemudian berkembang menjadi “Banaran Coffee”.
Melihat tanggapan positif dari konsumen, pihak pengelola kemudian berinisiatif untuk mengembangkan “Banaran Coffee Shop” menjadi kawasan agrowisata dengan nama Kampoeng Kopi Banaran (Kakoba). Perubahan ini dilakukan pada tahun 2005 dimana direksi sepakat untuk merubah kebun percontohan aneka tanaman perkebunan dan buah koleksi di Afdeling Assinan, terdapat di Jalan Raya Bawen – Solo Km 1,5 Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang menjadi sebuah kawasan agrowisata. Nilai jual utama dari kawasan agrowisata ini adalah kebun kopi.
Kawasan agrowisata ini terus dikembangkan dengan memberikan berbagai macam tambahan fasilitas penunjang. Diferensiasi produk dan jasa terus dihasilkan melalui inovasi baik produk maupun jasa. Pada tahun 2013, fasilitas akomodasi berupa resort ditambahkan guna mempermudah pengunjung yang ingin bermalam di Kakoba.
Nama Kakoba sendiri memiliki sejarah yang unik. Pengambilan nama Kampoeng Kopi Banaran berasal dari gabungan kata “Banaran” dan “Kampoeng Kopi”. Banaran merupakan sebuah dusun di sebuah desa yang tepatnya di Desa Gemawang, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang. Tempat ini merupakan tempat berdirinya pabrik pengolahan kopi yang mengolah buah kopi merah menjadi biji kopi siap ekspor (green bean). Kampoeng Kopi merupakan kawasan perkebunan kopi yang terletak di Desa Assinan, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang. Perkebunan kopi inilah yang menjadi nilai jual utama dari Kakoba. Inovasi terhadap pengembangan kawasan Agrowisata Kakoba terus dilakukan. Pada tahun 2006, terdapat penambahan fasilitas bagi agrowisata ini. Penambahan fasilitas berupa kolam renang, gazebo, tempat outbond, flying fox, serta kereta wisata.
Kondisi Biofisik Tapak
Letak Geografis dan Batas Tapak
Kampoeng Kopi Banaran terletak pada Jalan Raya Bawen – Solo Km 1,5 Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang. Secara administratif Kakoba terletak di Desa Asinan, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang. Kakoba terletak di sebelah timur laut Magelang dan sebelah barat Salatiga. Secara geografis, Kabupaten Semarang terletak pada posisi 1100 14' 54,74" - 1100 39' 3" Bujur Timur dan 70 3’ 57” – 70 30’0” Lintang Selatan (Portal Resmi Pemerintah Kabupaten Semarang, 2011)
20
Gambar 5 Peta batas wilayah Aksesibilitas dan Sirkulasi
Aksesibilitas menuju Kakoba tergolong tidak begitu sulit karena Kakoba terletak pada jalur utama pantai utara atau Jalur Pantai Utara (Pantura). Hal ini menyebabkan banyak pengunjung yang melewati Pantura kemudian memilih untuk singgah sementara untuk melepas penat di Kakoba. Kakoba juga terletak di kawasan strategis Joglosemar (Jogjakarta, Solo, dan Semarang) yang mengakibatkan banyak pengunjung yang datang ke sini.
Pengunjung yang datang dari arah Semarang menuju Solo akan melihat bahwa Kakoba terletak di bagian kanan jalan, beberapa kilometer setelah Terminal Bawen (pertigaan menuju arah Yogyakarta). Pengunjung yang datang akan melihat Kakoba melalui arah yang berlawanan, yaitu bagian kiri jalan. Selain itu, terdapat pula jalur jalan tol Bawen yang semakin mempermudah aksesibilitas pengunjung menuju Agrowisata Kakoba. Gerbang tol ini mulai beroperasi sejak awal bulan April 2014.
Pengunjung yang hendak mengunjungi Kakoba dapat menggunakan sarana transportasi berupa kendaraan pribadi atau umum. Kendaraan umum yang dapat digunakan untuk menuju lokasi, antara lain bus umum, dan bus berukuran sedang yang biasanya beroperasi mulai pukul 06.00 hingga 17.00 WIB. Terminal yang terdekat dengan Kakoba adalah Terminal Bawen, sedangkan stasiun terdekat dengan Kakoba adalah Stasiun Tawang Semarang.
Jarak antara Agrowisata Kakoba dan Kota Ambarawa adalah 12 km. Jarak antara Agrowisata Kakoba dan Kota Semarang adalah 36 km. Jarak antara Agrowisata Kakoba dan Kota Salatiga adalah 19 km. Jarak antara Agrowisata Kakoba dan Kota Solo adalah 72 km.
21 Sirkulasi yang terdapat di dalam Kakoba, antara lain, berupa jalur sirkulasi utama, jalur pejalan kaki, jalur ATV, serta jalur kereta wisata. Jalur sirkulasi utama merupakan jalur yang biasa dilalui oleh kendaraan bermotor. ATV memiliki jalurnya tersendiri yang dapat digunakan sebagai sirkulasi khusus bagi ATV. Jalur kereta wisata memiliki lebar sekitar 3-4 meter biasanya digunakan sebagai jalur kereta wisata untuk mengelilingi kebun kopi yang menjadi daya tarik utama dari agrowisata ini.
Topografi dan Tanah
Ketinggian wilayah Kakoba adalah 300 hingga 800 mdpl dengan pemanfaatan berupa kebun kopi sebagai nilai jual utama. Secara umum, Kakoba merupakan daerah yang memiliki topografi datar sampai bergelombang dengan kemiringan lahan sekitar 2-15%. Kakoba juga memiliki topografi yang sedikit bergelombang. Sekitar 41% luas wilayahnya masuk dalam kategori datar-landai, sekitar 35% wilayahnya termasuk dalam kategori agak curam, dan sekitar 9,24% wilayahnya termasuk dalam kategori curam (Purba, 2009).
Jenis tanah yang terdapat pada agrowisata Kakoba adalah aluvial, regosol, mediteran latosol, dan andosol. Jenis tanah tersebut memiliki pH 6-7 dengan struktur tanah yang remah (PTPN IX, 2013)
Iklim
Menurut data iklim Kecamatan Bawen yang didapat dari Stasiun Klimatologi Semarang periode Februari 2013-Januari 2014, curah hujan rata-rata di Kecamatan Bawen adalah 148, 17 mm per bulan. Curah hujan tertinggi terdapat pada bulan April 2013 dengan nilai 431 mm. Curah hujan terendah terdapat pada bulan September 2013 dengan nilai 0 mm. Curah hujan rata-rata ini termasuk curah hujan menengah (Gambar 6).
Gambar 6 Grafik curah hujan bulanan Kecamatan Bawen (dalam mm)
Kelembaban relatif rata-rata di tapak tersebut adalah 79,5%. Kelembaban relatif tertinggi di tapak adalah 89% pada bulan Januari 2014. Kelembaban relatif
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500
22
terendah di tapak adalah 66% pada bulan Agustus dan September 2013. Grafik berikut merupakan grafik kelembaban relatif rata-rata Kecamatan Bawen periode Februari 2013-Januari 2014 (Gambar 7).
Gambar 7 Grafik kelembaban relatif rata-rata Kecamatan Bawen (dalam %) Suhu rata-rata di Kecamatan Bawen adalah 26,22°C. Suhu tertinggi di tapak terdapat pada bulan September 2013 dengan 27,1°C dan suhu terendah di tapak terdapat pada bulan Januari 2014 dengan 24,8°C. Grafik berikut merupakan grafik suhu rata-rata Kecamatan Bawen periode Februari 2013-Januari 2014 (Gambar 8).
Gambar 8 Grafik suhu rata-rata Kecamatan Bawen (dalam °C) 0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sep Okt Nop Des Jan-14
23 23.5 24 24.5 25 25.5 26 26.5 27 27.5 28
23
Menurut PTPN IX (2013), penyinaran matahari di tapak adalah sekitar 60-65%. Menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson, tipe curah hujan termasuk kelas B dengan curah hujan berkisar 2.288-3.000 mm per tahun dengan jumlah hari hujan 160-210 hari per tahun dan memiliki tipe iklim C.
Hidrologi
Sistem hidrologi yang terdapat di Agrowisata Kakoba berasal dari sumur tersendiri yang terdapat di Agrowisata Kakoba. Sumber air utama yang mengaliri seluruh bagian agrowisata Kakoba adalah air yang berasal dari sumur. Sumur tersebut terletak di tengah bagian Kakoba, yaitu di dekat area outbond serta di tengah kebun karet di dalam area Kakoba (Gambar 9).
Gambar 9 Sumur di Agrowisata Kakoba Drainase
Drainase yang terletak di Agrowisata Kakoba merupakan jenis drainase yang terbuka. Drainase ini berbentuk selokan yang berguna untuk menampung air hujan dan menyalurkannya pada Sungai Tuntang. Saluran drainase dari Sungai Tuntang akan mengalir menuju ke Rawa Pening. Saluran drainase ini diberi grill
24
Gambar 10 Saluran drainase
Menurut jenis konstruksinya, drainase tersebut termasuk drainase saluran terbuka. Drainase tersebut cocok untuk menampung air hujan serta terletak di daerah dengan luasan yang cukup. Menurut jenisnya, drainase tersebut termasuk drainase buatan (artificial drainage) yang dibuat oleh manusia dengan tujuan tertentu.
Vegetasi dan Satwa
Kakoba memiliki beragam vegetasi yang berfungsi sebagai tanaman perkebunan, peneduh, pengarah, display plant, dan penutup tanah. Vegetasi tersebar di seluruh area Kakoba, namun dapat dibagi menjadi tanaman perkebunan dan tanaman hias (Gambar 11).
Tanaman kopi sebagai nilai jual utama Kakoba dipanen setiap setahun sekali, yaitu pada bulan Juli-Agustus setiap tahunnya. Tanaman karet disadap setiap hari. Hasil penyadapan dibawa menuju Kebun Getas dan diolah lebih lanjut. Tabel jenis tanaman di Agrowisata Kakoba terdapat pada Lampiran 3.
25
(c)
Gambar 11 Beberapa vegetasi di Agrowisata Kakoba, seperti Coleus sp. (a),
Rhoeo discolor (b) dan Alamanda sp. (c)
Beberapa satwa yang terdapat di agrowisata Kakoba, antara lain adalah rusa (Cervus unicolor), burung merak (Pavo cristatus), bebek peking (Anas moscha) dan burung beo (Gracula religiosa). Satwa-satwa tersebut memiliki kandang tersendiri yang berada di dalam kawasan Kakoba.
Visual Lanskap
Daya tarik utama dari agrowisata Kakoba adalah potensi panorama indah yang berasal dari pemandangan lingkungan perkebunan kopi. Selain itu, terdapat pula saujana atau potensi alam di luar tapak yang berada di sekitar Kakoba. Potensi alam tersebut, antara lain, adalah pemandangan Rawa Pening, Gunung Merbabu, dan Gunung Telomoyo (Gambar 12).
Gambar 12 Peta visual lanskap Kondisi Sosial Tapak
Karyawan Perusahaan
26
tertentu (karyawan harian lepas/outsourcing). Manajer terdiri dari manajer operasional dan manajer keuangan dengan golongan IIIA-IIIC (level 3);
Supervisor dari berbagai divisi yang setara dengan golongan IA-ID (level 4); Asisten supervisor merupakan karyawan organik Kakoba (level 5); Pelaksana merupakan karyawan organik Kakoba (level 6); Karyawan kerja waktu tertentu merupakan karyawan outsourcing.
Fasilitas yang diberikan kepada karyawan Agrowisata Kakoba, antara lain, adalah Jamsostek, THR, uang lembur, insentif tahunan, hak cuti tahunan 12 hari kerja, seragam, dan uang makan. Saat ini tenaga kerja yang bekerja di Agrowisata Kakoba adalah 65 orang. Tingkat pendidikan terakhir karyawan yang bekerja di Agrowisata Kakoba bervariasi dari Sekolah Dasar hingga Sarjana Perguruan Tinggi, tetapi kebanyakan pekerja lapang khususnya bagian pemeliharaan taman memiliki tingkat pendidikan terakhir setara SD bahkan ada yang tidak tamat SD. Meskipun demikian, mereka mampu mengerjakan pekerjaan pemeliharaan taman dengan baik.
Menurut bagian administrasi pengelola Agrowisata Kakoba, terdapat 65 orang tenaga kerja yang bekerja di Kakoba. Status kepegawaian para pekerja di Kakoba terbagi menjadi tiga bagian, yaitu karyawan pelaksana (golongan 1A-1D), harian lepas teratur, dan harian lepas borong. Tabel 11 merupakan kondisi kepegawaian Agrowisata Kakoba.
Tabel 11 Kondisi kepegawaian Agrowisata Kakoba
No Sub-unit
Pendidikan Terakhir Status
Total
Sumber : Bagian administrasi Agrowisata Kakoba
Keterangan : 1Harian Lepas Borong; 2Harian Lepas Teratur
Jadwal libur bagi karyawan Agrowisata Kampoeng Kopi Banaran adalah pada hari-hari tertentu di hari efektif, yaitu hari Senin hingga Jumat. Sementara pada akhir pekan diharuskan untuk masuk. Hal ini terjadi karena pada akhir pekan, jumlah pengunjung justru lebih banyak dan melebihi pada hari biasa.
Pihak pengelola agrowisata telah menyiapkan jadwal libur secara bergiliran atau shift sehingga tidak ada hari libur khusus bagi seluruh karyawan Agrowisata Kakoba. Berikut adalah jam kerja yang disusun oleh pihak pengelola Agrowisata Kakoba.
1. Pimpinan dan Staf
Hari kerja : Senin – Minggu (libur di hari efektif secara bergiliran) Jam kerja : 08.00 – 16.30 WIB
2. Karyawan Coffee House
27 Jam kerja : Shift 1 pada pukul 06. 30 – 13.00 WIB
Shift 2 pada pukul 13.00 – 21.00 WIB 3. Karyawan Harian Lepas
Hari kerja : Senin – Minggu (libur di hari efektif secara bergiliran) Jam kerja : 06.00 – 14.00 WIB
Pengunjung
Karakteristik pengunjung Agrowisata Kakoba tidak terbatas pada wisatawan saja, tetapi juga para commuter (orang yang pulang pergi setiap harinya untuk bekerja) kota Semarang-Jogja-Solo. Keberadaan para commuter
bersifat kontinu sehingga diharapkan dapat meningkatkan pangsa pasar Agrowisata Kakoba. Tabel 12 menjelaskan tentang perbedaan antara commuter
dan wisatawan.
Tabel 12 Perbedaan antara commuter dan wisatawan
Perbedaan Commuter Wisatawan
Motivasi Sebagai ampiran, melepaskan lelah
Berwisata atau rekreasi
Waktu kunjungan Harian Hari libur/akhir pekan Lama kunjungan Singkat (< 1 jam) Relatif lama (> 2 jam) Jumlah Perorangan atau rombongan
kecil
Perorangan atau rombongan kecil-besar (50 orang) Rotasi kunjungan Harian-mingguan Periodik (hari libur) Kegiatan Makan/minum, sholat,
melepaskan lelah
Berwisata, menikmati pemandangan, makan/minum Sumber: Data sekunder profil Agrowisata Kampoeng Kopi Banaran 2009
28
Gambar 13 Grafik jumlah pengunjung Kakoba tahun 2013 (dalam orang) Berdasarkan data yang diperoleh, jumlah pengunjung tertinggi terdapat pada bulan Mei hingga Juni 2013. Kondisi tersebut terjadi sebab pada periode tersebut merupakan masa liburan sekolah. Total pengunjung tahun 2013 adalah 76.726 orang.
Agrowisata Kakoba memiliki beberapa paket wisata yang diberi nama “Funtastic (Fun dan Asyik)”. Paket wisata ini ditujukan untuk anak-anak
Playgroup, Taman Kanak-Kanak serta Sekolah Dasar.
Paket wisata terdiri dari Funtastic 1 hingga 10 yang memiliki variasi harga berkisar antara Rp 13.000,00 hingga Rp 42.500,00 per orang. Lampiran mengenai paket wisata di Agrowisata Kakoba terdapat pada Lampiran 10. Adapun penjelasan terkait dengan beberapa jenis paket wisata di Agrowisata Kakoba antara lain sebagai berikut.
1. Funtastic 1
Funtastic 1 merupakan paket wisata yang terdiri dari sejumlah jenis wisata, meliputi wisata kebun kopi dengan kereta wisata, wisata outbond kids, wisata flying fox kids, dan wisata berenang. Harga paket wisata ini adalah Rp 42.500,00 per orang.
2. Funtastic 2
Funtastic 2 merupakan paket wisata yang terdiri dari sejumlah jenis wisata, meliputi wisata kebun kopi dengan kereta wisata, wisata outbond kids, dan wisata berenang. Harga paket wisata ini adalah Rp 32.500,00 per orang.
3. Funtastic 3
Funtastic 3 merupakan paket wisata yang terdiri dari sejumlah jenis wisata, meliputi wisata outbond kids, dan wisata flying fox kids. Harga paket wisata ini adalah Rp 29.000,00 per orang.
4. Funtastic 4
Funtastic 4 merupakan paket wisata yang terdiri dari sejumlah jenis wisata, meliputi wisata edukasi (tanaman kopi, karet dan kakao), dan
2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000
29 wisata tur kebun dengan kereta wisata. Harga paket wisata ini adalah Rp 26.500,00 per orang.
5. Funtastic 5
Funtastic 5 merupakan paket wisata yang terdiri dari sejumlah jenis wisata, meliputi wisata tur kebun dengan kereta wisata, dan wisata
outbond kids. Harga paket wisata ini adalah Rp 26.500,00 per orang. Masyarakat Sekitar
Keberadaan Agrowisata Kakoba dinilai mampu memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar serta dapat meningkatkan sosial dan ekonomi dari masyarakat yang tinggal di sekitar Agrowisata Kakoba. Banyak karyawan yang bekerja di Agrowisata Kakoba, baik manajer, ketua divisi hingga tenaga harian berasal dari masyarakat yang tinggal di sekitar daerah Agrowisata Kakoba. Daerah-daerah tersebut, meliputi Bawen, Tuntang, Ungaran, Rawa Pening hingga Salatiga.
Pada waktu-waktu tertentu seperti bulan Juli-Agustus biasanya dilakukan kegiatan pemetikan biji kopi di Agrowisata Kakoba. Kegiatan ini mampu memberikan dampak positif dari segi ekonomi bagi kebanyakan tenaga pemetik biji kopi yang berasal dari masyarakat sekitar Agrowisata Kakoba.
Lanskap Agrowisata
Perkebunan Kopi
Tanaman kopi yang terletak di Agrowisata Kakoba memiliki luas sebesar 387,44 hektar dan merupakan tanaman kopi robusta (Coffea robusta) yang dapat tumbuh optimal pada ketinggian 400-700 mdpl, dengan suhu 20°C. Curah hujan yang optimum untuk kopi adalah pada daerah dengan curah hujan rata-rata 2.000-3.000 mm per tahun, curah hujan rata-rata <100 mm per bulan. Tanaman kopi robusta menghendaki tanah yang agak masam dengan pH 5,5-6,5 serta gembur, subur, dan kaya bahan organik (Syahroni 2012).
Persyaratan agroklimat tersebut relatif sesuai dengan yang terdapat di Agrowisata Kakoba, yakni tipe curah hujan Kakoba adalah 2.288-3.000 mm per tahun, dengan curah hujan rata-rata 50 mm per bulan. Agrowisata Kakoba memiliki tanah dengan pH 6-7 dan suhu berkisar 23-26°C (PTPN IX 2013).
Proses pemetikan kopi di Agrowisata Kakoba dilakukan selama satu kali dalam setahun, yaitu pada periode bulan Juli-Agustus. Pada periode waktu tersebut, biasanya pihak pengelola Agrowisata Kakoba merekrut ratusan masyarakat di sekitar agrowisata untuk menjadi tenaga kerja musiman sebagai pemetik kopi. Biji-biji kopi yang telah dipetik kemudian disatukan untuk selanjutnya diolah di Pabrik Pengolahan Kopi di Jambu, Jawa Tengah.
30
Gambar 14 Tanaman kopi robusta di Agrowisata Kakoba Perkebunan Karet
Vegetasi karet yang terdapat di Agrowisata Kakoba masih bersifat aktif, yakni setiap harinya masih dilakukan penyadapan terhadap pohon-pohon karet tersebut. Penyadapan terhadap pohon-pohon karet di Agrowisata Kakoba dilakukan pada pagi hari pukul 06.00 hingga 10.00. Sebuah mangkuk ditaruh di setiap pohon, untuk kemudian hasil sadapan karet dibawa menuju Pabrik Pengolahan Karet Getas dan diolah untuk menjadi lateks (Gambar 15).
31
Perkebunan Kakao
Perkebunan kakao yang terdapat di Agrowisata Kakoba memiliki luas sebesar 1 hektar namun saat ini sudah tidak berproduksi secara aktif. Perkebunan kakao di Agrowisata Kakao tersebut saat ini digunakan sebagai perkebunan contoh (Gambar 16).
Gambar 16 Tanaman kakao (Theobroma cacao) di Agrowisata Kakoba Fasilitas
Agrowisata yang baik memiliki berbagai fasilitas pendukung guna memberikan kenyamanan bagi pengunjung yang datang mengunjungi agrowisata. Uraian mengenai fasilitas yang terletak di Agrowisata Kakoba terlampir pada Lampiran 4.
Hardscape
Selain fasilitas, Agrowisata Kakoba juga memiliki hardscape guna mendukung kenyamanan pengunjung yang berkunjung di Agrowisata Kakoba. Tabel 13 merupakan jenis dan jumlah hardscape di Agrowisata Kakoba.
Tabel 13 Jenis dan jumlah hardscape
No. Jenis1 Jumlah2
1. Pos satpam 2 buah
2. Pintu masuk dan keluar 2 buah
3. Tempat sampah 15 buah
4. Bangku taman 200 buah
5. Lampu taman 16 buah
6. Signage ‘Dilarang Memasuki Areal Kebun’ 2 buah
7. Peta fasilitas 2 buah
8. Signage ‘Jagalah Kebersihan’ 6 buah
9. Gazebo saung 4 buah
10. Tempat Kasir 1 buah