GAMBARAN DARAH PADA AYAM LOKAL PETELUR
PEMBIBIT (
GRAND PARENT STOCK
) TIARA 15 YANG
MENGALAMI
FEATHER PECKING
VALENTINE V G HUTAPEA
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Gambaran Darah pada Ayam Lokal Petelur Pembibit (Grand Parent Stock) Tiara 15 yang Mengalami
ABSTRAK
VALENTINE V G HUTAPEA. Gambaran Darah pada Ayam Lokal Petelur Pembibit (Grand Parent Stock) Tiara 15 yang Mengalami Feather Pecking. Dibimbing oleh MARIA ULFAH dan MAWAR SUBANGKIT.
Feather pecking (FP) adalah tingkah laku abnormal berupa mematuk, mencabut, bahkan memakan bulu dari ayam sejenis. Tingkah laku ini merupakan masalah kesejahteraan hewan dan ekonomi pada ayam petelur. Feather pecking
dapat mengakibatkan luka yang akan menimbulkan infeksi. Patukan atau infeksi tersebut dapat mempengaruhi status kesehatan dari korban. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji gambaran darah ayam arab Tiara 15 yang mengalami feather pecking. Ayam arab yang digunakan dalam penelitain ini berjumlah 28 ekor yang terbagi menjadi empat kelompok berdasarkan tingkah laku FP yaitu GFP, korban, kontrol, dan GFP+korban. Parameter gambaran darah meliputi eritrosit, hematokrit, hemoglobin, leukosit, diferensiasi leukosit (limfosit, heterofil, monosit, eosinofil, dan basofil) dan rasio H/L. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukan jumlah eritrosit, hemoglobin, hematokrit, leukosit, diferensiasi leukosit (limfosit, heterofil, monosit, eosinofil, dan basofil) dan rasio H/L pada ayam arab TIARA 15 termasuk dalam kisaran normal, sehingga dapat disimpulkan gambaran darah tidak dipengaruhi oleh tingkah laku FP.
Kata kunci: ayam arab, feather pecking, gambaran darah, indeks stress
ABSTRACT
infection can influence the health status of the recipient. The aim of this study is to study the blood profile in Grand Parent Stock of Tiara 15 which receive feather pecking. The Tiara 15 chickens which were used in this research were 28 hens which divided into four groups based on feather pecking behaviour, namely GFP, recipient, control, GFP+recipient. The variables observed in this research are the number of erythrocytes, hematocrit, hemoglobin, leucocytes, differentiation of leucocytes (lymphocyte, heterophile, monocyte, eosinophil , basophil) and H/L ratio. Those above variables were in the normal range. The blood profile was not effected by the FP behaviour.Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
GAMBARAN DARAH PADA AYAM LOKAL PETELUR
PEMBIBIT (
GRAND PARENT STOCK
) TIARA 15 YANG
MENGALAMI
FEATHER PECKING
VALENTINE V G HUTAPEA
ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Judul Skripsi: Gnbaran Darah pada Ayn Lokal Petelur Penbibit (Grand
Parent Stock) Tiara 15 yang Mengalani Feather Pecing
Nama NM
: Valentine V G Hutapea
: D14110047
Disetujui oleh
Penbinbing I
Tanggal Lulus:1 2 OCT
2015
Drh Mawar MSi
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan kesempatan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi dengan judul Gambaran Darah pada Ayam Lokal Petelur Pembibit (Grand Parent Stock) Tiara 15 yang Mengalami Feather Pecking. Penelitian ini dilaksanakan pada April-Juli 2015 .
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Maria Ulfah SPt MScAgr selaku pembimbing utama, Bapak Drh Mawar Subangkit MSi selaku pembimbing anggota, atas bimbingan dan pengarahan yang diberikan serta Bapak Prof Dr Ir Cece Sumantri MAgrSc selaku penguji ujian sidang skripsi dan Bapak Dr Jakaria Spt MSi selaku dosen pembimbing akademik. Terima kasih kepada bapak (Suha Hutapea), mama (Nurliana Ompusunggu), kakak (Maria, Martha, Roma, Elizabeth), serta adik (Adelia) untuk dukungan yang diberikan. Ungkapan terima kasih juga ditujukan kepada Bapak Hamzah dan Bapak Jamhari yang banyak membantu penulis di lapang, kepada teman sepenelitian (Paul, Hiras, Anneke, Fanny, dan Firda) atas bantuan dan kerjasamanya, serta kepada teman-teman IPTP 48 untuk semangat dan bantuanya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Bogor, Oktober 2015
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ... viii
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 1
Ruang Lingkup Penelitian ... 2
METODE ... 2
Lokasi dan Waktu Penelitian ... 2
Bahan ... 2
Alat ... 2
Prosedur ... 3
Analisis Data ... 4
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 5
Gambaran Darah ... 5
Eritrosit ... 5
Hemoglobin (Hb) ... 5
Hematokrit (PCV) ... 6
Leukosit ... 6
Diferensiasi leukosit ... 7
Limfosit ... 7
Heterofil ... 8
Monosit ... 8
Eosinofil ... 8
Basofil ... 8
Rasio H/L ... 9
Pembahasan Umum ... 9
SIMPULAN DAN SARAN ... 9
DAFTAR PUSTAKA ... 10
DAFTAR TABEL
1 Data pengelompokan ayam yang mengalami FP 3
2 Rataan dan simpangan baku jumlah eritrosit dan leukosit serta nilai hematokrit dan hemoglobin
6 3 Rataan dan simpangan baku diferensiasi leukosit ayam arab yang
mengalami FP
6
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman genetik ayam lokal (Sartika dan Iskandar 2007). Jika dibandingkan dengan ayam ras komersial seperti Lohman, Huubard, Isa dan lainnya, perkembangan ayam lokal Indonesia lebih lambat. Jumlah ayam lokal di Indonesia pada tahun 2014 hanya 286 538 000 ekor, sedangkan jumlah ayam ras di Indonesia yaitu sebanyak 1 636 529 ekor (BPS 2014). Ketidaktersediaan kualitas yang baik pada pure line (grand parent stock/GPS dan parent stock/PS) merupakan salah satu faktor rendahnya performa produksi dan reproduksi ayam lokal Indonesia (Sartika 2000). Pembentukan pure line ayam lokal Indonesia dengan program pembibitan yang sistematis perlu dilakukan untuk meningkatkan performa produksi dan reproduksi ayam lokal Indonesia.
Ayam arab silver merupakan salah satu ayam lokal petelur yang mempunyai produksi telur yang sangat tinggi, 230-250 butir per tahun (Sartika dan Iskandar 2008) sehingga pembentukan galur murni ayam arab silver diharapkan dapat meningkatkan pengembangan ayam lokal Indonesia. Permasalahan yang sering terjadi pada program pembibitan ayam petelur adalah tingkah laku feather pecking. Feather pecking (FP) adalah tingkah laku mematuk, melepaskan, bahkan memakan bulu dari ayam yang sejenis. Terdapat dua jenis FP yaitu mild pecking
(gentle pecking) dan severe pecking. Feather pecking sangat merugikan karena ayam yang mengalami tingkah laku tersebut dapat mengalami penurunan produktivitas. Penurunan produktivitas ayam tersebut tentunya dapat menimbulkan kerugian secara ekonomi. Selain menyebabkan kerugian secara ekonomi, tingkah laku FP juga dapat menyebabkan masalah animal welfare.
Tingkah laku FP dapat menimbulkan luka pada ayam dan bahkan dapat menyebabkan kematian bagi korban FP (Blokhuis dan Wiepkema 1998). Melihat dampak negatif tersebut, maka tingkah laku FP merupakan salah satu parameter penting dalam seleksi pada program pembibitan untuk membentuk galur murni ayam lokal yang rendah kejadian FP (low FP).
Luka yang ditimbulkan akibat tingkah laku FP dapat menyebabkan infeksi pada ayam. Infeksi tersebut selanjutnya dapat menyebabkan stress dan gangguan kesehatan pada ayam. Salah satu cara untuk mengetahui status kesehatan pada ayam adalah dengan melihat gambaran darah ayam tersebut. Gambaran darah meliputi sel darah merah (eritrosit), nilai hematokrit, kadar hemoglobin, sel darah putih (leukosit), diferensiasi leukosit, dan rasio H/L. Sampai saat ini, upaya untuk membentuk galur murni ayam lokal Indonesai dengan kualitas yang baik masih terbatas. Oleh karena itu penelitian ini akan menganalisa tentang status kesehatan ayam lokal Indonesia yang mengalami FP melalui gambaran darahnya.
Tujuan Penelitian
2
(leukosit), diferensiasi leukosit (limfosit, heterofil, basofil, eosinofil, monosit), dan rasio H/L pada ayam arab lokal petelur pembibit (Grand Parent Stock) Tiara 15 silver yang mengalami FP.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mengkaji gambaran darah pada ayam arab lokal petelur pembibit (Grand Parent Stock) Tiara 15 yang mengalami FP yang meliputi sel darah merah (eritrosit), nilai hematokrit, kadar hemoglobin, sel darah putih (leukosit), diferensiasi leukosit (limfosit, heterofil, basofil, eosinofil, monosit), dan rasio heterofil/limfosit). Hasil penelitian dapat digunakan sebagai informasi untuk seleksi pada program pembibitan untuk membentuk galur murni ayam lokal yang rendah kejadian FP.
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Pemeliharaan dan pengambilan sampel darah dilakukan di Laboratorium Lapang Divisi Unggas, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Analisa hematologi dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor dan Laboratorium Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai Juli 2015.
Bahan
Penelitian ini menggunakan ayam Tiara 15 hasil seleksi pada generasi ke lima belas (F15) yang berumur 18 minggu. Jumlah ayam yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 36 ekor dari perusahaan pembibitan ayam lokal Trias Farm, Leuwiliang, Bogor, Jawa Barat.
Alat
3
Prosedur Pemeliharaan Ayam
Ayam yang baru datang dari perusahaan Trias Farm diberi nomor pada kaki kanan dan kemudian dimasukan ke dalam kandang koloni. Lama masa adaptasi ayam dengan lingkungan kandang yang baru kurang lebih selama 2 minggu. Pemberian ransum dilakukan sebanyak 85 gram ekor-1 hari-1, sedangkan pemberian air minum dilakukan secara tidak terbatas (ad libitum).
Pengelompokan Ayam
Penentuan kelompok ayam berdasarkan tingkah laku FP berupa mematuk, mencabut, bahkan memakan bulu dari ayam yang sejenis (Sinaga 2015). Total jumlah ayam yang dipelihara adalah 36 ekor. Setelah dilakukan pengamatan tingkah laku FP maka terpilih 28 ekor ayam Tiara 15. Penelitian tingkah laku FP pada ayam Tiara 15 menghasilkan empat kelompok ayam, data kelompok ayam yang mengalami FP tersebut disajikan pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1 Data pengelompokan ayam yang mengalami FP
Kelompok Definisi Jumlah (ekor)
GFP Ayam yang mematuk ringan pada bulu ayam dan
umumnya dilakukan di beberapa serangan.*
8
Korban Ayam yang menerima patukan FP. 10
GFP + korban Ayam yang menjadi korban dan juga melakukan GFP. 8
Kontrol Ayam yang tidak menjadi pelaku atau korban FP. 2
Keterangan : GFP = gentle feather pecking; *= menurut van Hierden et al. (2004)
Pengambilan Sampel Darah
Pengambilan sampel darah dilakukan diakhir pemeliharaan atau setelah kurang lebih 2 minggu masa adaptasi kandang. Sampel darah sebanyak 3 mL diambil pada vena brachialis menggunakan disposable syringe. Sampel darah kemudian dipindahkan ke dalam tabung vakum berantikoagulan potassium
Ethylene Diamine Tetraacetic Acid (EDTA), dan kemudian diputar menyerupai gerakan angka delapan. Tabung vakum yang berisi darah dimasukkan ke dalam
cooling box berisi es yang sebelumnya telah dipersiapkan. Pembuatan Preparat Ulas Darah
Preparat ulas darah dibuat dengan menggunakan dua buah gelas obyek. Darah diambil sedikit dan diteteskan di atas gelas obyek, selanjutnya dengan gelas obyek yang lain diratakan dengan menempatkan salah satu sisi ujung gelas obyek sehingga membentuk sudut 30-45 o. Gelas obyek digeser dengan cepat sehingga
didapat ulasan darah tipis (Weiss dan Wardrop 2010). Pewarnaan Sediaan Ulas Darah
4
Penghitungan Jumlah Eritrosit dan Leukosit Total
Jumlah eritrosit dihitung dengan sampel darah dimasukan ke dalam pipet eritrosit sampai tanda 0.5 dan ditambahkan larutan pengencer Rees dan Ecker sampai tanda 101, kemudian dihomogenkan. Campuran larutan tersebut selanjutnya diteteskan sebanyak 1 tetes untuk dibuang dan 1 tetes ke dalam kamar hitung hemocytometer neubeur. Penghitungan eritrosit dilakukan pada kotak eritrosit dan perhitungan leukosit (sel darah putih) dilakukan pada kotak leukosit. Total eritrosit yang diperoleh dikalikan dengan 5 000 untuk mengetahui jumlah eritrosit dalam 1 mm3 darah. Total leukosit yang diperoleh dikalikan dengan 200 untuk mengetahui jumlah leukosit dalam 1 mm3 darah (Sastradipraja et al. 1989).
Penghitungan Kadar Hemoglobin (Hb)
Kadar hemoglobin (Hb) dihitung dengan cara, tabung Sahli diisi larutan HCl 0.1 N sampai angka 10. Darah dihisap sampai angka 20 (0.02 ml) dengan pipet sahli dan aspirator. Darah yang dimasukan tabung sahli diletakkan antara kedua bagian standar warna dalam alat hemoglobinometer, kemudian dibiarkan selama 3 menit sampai berwarna coklat. Ditambahkan setetes demi setetes aquadestilata sambil diaduk sampai warna larutan darah sama dengan warna standar, kemudian tinggi permukaan cairan pada tabung sahli dibaca dengan melihat skala gram %-1 yang berarti menunjukan banyaknya hemoglobin dalam gram per 100 ml darah (Sastradipraja et al. 1989).
Nilai Hematokrit atau Packed Cell Volume (PCV)
Darah dimasukkan ke dalam mikrokapiler hematokrit sampai 4/5 bagian pipa kapiler. Tahap berikutnya ujung mikrokapiler disumbat dengan crestaseal. Pipa-pipa kapiler ditempatkan dalam alat pemusing (mikrosentrifuse), kemudian diputar dengan kecepatan 12 000 rpm selama lima menit. Nilai hematokrit diketahui dengan mengukur persentase volume eritrosit (pada pipa kapiler terlihat lapisan merah) dengan alat mikrohematokrit (Sastradipraja et al. 1989).
Diferensiasi Leukosit
Preparat ulas yang telah diwarnai diperiksa di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 x 100 kali menggunakan minyak emersi. Penghitungan diferensial leukosit didasarkan pada hasil pengamatan dengan menghitung heterofil, eosinofil, basofil, limfosit dan monosit dalam 100 butir leukosit. Nilai absolut didapat dengan mengalikan persentase masing-masing jenis leukosit dengan jumlah leukosit total (Weiss dan Wardrop 2010).
Rasio Heterofil/Limfosit (H/L)
Rasio H/L diperoleh dengan cara nilai heterofil yang didapatkan dibagi dengan nilai limfosit yang didapatkan dari perhitungan diferensiasi leukosit pada proses sebelumnya.
Analisis Data
5
dianalisis deskriptif yang meliputi rataan, simpangan baku dan koefisien keragaman (Walpole 1992).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Darah
Penglompokan ayam berdasarkan tingkah laku FP menghasilkan 4 kelompok ayam yaitu GFP, korban, GFP+korban, dan kontrol. Gambaran darah keempat kelompok ayam tersebut yang meliputi jumlah eritrosit dan leukosit serta nilai persentase Hb dan PCV hasil penelitian ini disajikan pada Tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2 Rataan dan simpangan baku jumlah eritrosit dan leukosit serta nilai hemoglobin dan hematokrit pada ayam Tiara 15 yang mengalami FP
GFP 13.08±0.87 27.22±2.82 3.18±0.53 8.95±2.79 Hb↑, PCV dan eritrosit
normal, leukosit ↓
Korban 12.61±0.77 27.56±3.08 3.16±0.43 9.46±3.75 Hb↑, PCV dan eritrosit
normal, leukosit ↓
GFP+korban 11.72±1.21 27.09±3.82 3.10±0.76 8.92±2.14 Hb↑, PCV dan eritrosit
normal, leukosit ↓
Kontrol 13.18±0.63 30.10±2.69 3.48±0.18 8.00±2.54 Hb↑, PCV dan eritrosit
normal, leukosit ↓
Normal * 7.30 -10.90 24 - 43 2.00 - 3.20 16 – 40
Keterangan : GFP = gentle feather pecking ; *=menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988)
Eritrosit
Rataan jumlah eritrosit semua kelompok ayam Tiara 15 pada penelitian ini berkisar antara 3.10–3.48x106 mm-3 dan berada di jumlah eritrosit normal ayam
(2.00-3.20x106 mm-3) menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988). Jumlah eritrosit tertinggi dimiliki oleh kelompok kontrol yaitu sebesar 3.48±0.18x106 mm
-3, sedangkan jumlah eritrosit terendah dimiliki oleh kelompok ayam GFP+korban
yaitu sebesar 3.10±0.76x106 mm-3. Tingginya jumlah eritrosit pada kelompok kontrol dibandingkan dengan kelompok lain dapat disebabkan karena tidak adanya gangguan yang dialami ayam pada kelompok kontrol yaitu berupa gangguan FP. Eritrosit mempunyai peranan yang penting dalam tubuh. Fungsi utamanya adalah mengangkut hemoglobin untuk melakukan fungsi pernafasan dan selanjutnya akan mengangkut oksigen secara khusus dari paru-paru ke jaringan serta membawa karbondioksida dari jaringan ke paru-paru (Breazile 1971).
Hemoglobin (Hb)
6
(7.30 g%-10.90 g%) menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988). Nilai Hb tertinggi terdapat pada kelompok kontrol yaitu sebesar 13.18±0.63 g%, sedangkan nilai terendah Hb terdapat pada kelompok GFP+korban yaitu sebesar 11.72±1.21 g%. Hb berada di dalam butir darah merah yang berfungsi membawa oksigen ke jaringan dan mensekresikan CO2 dari jaringan (Cunningham 2002).
Meningkatnya kadar hemoglobin menyebabkan kemampuan membawa oksigen ke dalam jaringan lebih baik dan ekskresi CO2 lebih efisien sehingga keadaan dan
fungsi sel akan lebih baik. Rendahnya konsentrasi hemoglobin diakibatkan oleh jumlah eritrosit yang rendah, karena hemoglobin merupakan komponen utama pengisi eritrosit.
Hematokrit (PCV)
Kisaran nilai PCV ayam Tiara 15 pada penelitian ini adalah 27.09%-30.10%, nilai tersebut berada di nilai hematokrit normal ayam (24%-43%) menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988). Kelompok kontrol memiliki nilai PCV tertinggi (30.10±2.69%), sedangkan kelompok GFP+korban memiliki nilai PCV terendah (27.09±3.82%). Kelompok kontrol memiliki jumlah eritrosit, nilai Hb dan PCV yang tertinggi, sedangakan kelompok GFP+korban memiliki jumlah eritrosit, nilai Hb dan PCV terendah. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Meyer dan Harvey (2004) yang mengatakan bahwa jumlah eritrosit, nilai hematokrit dan kadar hemoglobin berjalan sejajar satu sama lain apabila terjadi perubahan. Nilai PCV adalah persen volume dari paket sel dalam darah (whole blood) setelah sentrifugasi (Swenson 1984). Menurut Cunningham (2002), hematokrit mempengaruhi viskositas darah. Semakin besar persentase sel dalam darah (hematokrit) akan semakin besar gesekan yang terjadi antara berbagai lapisan darah dan gesekan ini membentuk viskositas (Guyton dan Hall 1997). Penyimpangan dari nilai hematokrit berpengaruh penting terhadap kemampuan darah untuk membawa oksigen (Cunningham 2002).
Leukosit
Rataan jumlah leukosit semua kelompok ayam pada penelitian ini berkisar antara 8.00–9.461x103 mm-3 dan nilai tersebut lebih rendah dibandingkan dengan nilai leukosit ayam normal (16-40x103 mm-3) menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988). Perbedaan jumlah leukosit tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah jenis ayam. Jumlah leukosit ayam lokal umumnya lebih rendah dibandingkan jumlah leukosit ayam ras. Jumlah leukosit ayam arab hasil penelitian Tamzil (2014) dan Apriansyah (2010) adalah 6.07±0.09x103 mm-3 dan 11.3±2.69x103 mm-3. Jumlah leukosit tertinggi pada penelitian ini terdapat pada
7
Diferensiasi leukosit
Diferensiasi leukosit adalah pengelompokkan leukosit berdasarkan ukuran sel, warna granula dan jumlah gelambir inti yang teramati pada preparat ulas (Sastradipradja 1989). Granulosit dari leukosit terdiri dari heterofil, eosinofil dan basofil, sedangkan agranulosit dari luekosit terdiri dari limfosit dan monosit, berikut adalah gambar diferensiasi leukosit.
(a) (b) (c)
Gambar 1 Diferensiasi leukosit pada ayam Arab TIARA 15 dengan menggunakan mikroskop perbesaran 40x10: ( a) limfosit: (b) heterofil: (c) monosit.
Hasil persentase diferensiasi leukosit dan rasio H/L pada penelitian ini disajikan pada Tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3 Rataan dan simpangan baku diferensiasi leukosit ayam Tiara 15 yang mengalami FP
Kelompok Limfosit Parameter Keterangan
(%)
Keterangan : *=menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988)
Limfosit
8
Heterofil
Rataan persentase heterofil ayam arab pada penelitian ini adalah 13.99%-26.9% nilai tersebut berada di kisaran heterofil ayam normal (9%-56%) menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988). Persentase heterofil terendah yaitu sebesar 13.0±9.680% terdapat pada kelompok ayam GFP. Hasil penelitian menunjukan bahwa kelompok ayam yang menjadi korban memiliki persentase heterofil yang tertinggi yaitu sebanyak 26.9±14.4%. Persentasi heterofil yang meningkat mengindikasikan bahwa ayam mengalami gangguan baik stres maupun infeksi sehingga untuk mendapatkan pertahanan dalam tubuhnya, produksi heterofilnya meningkat. Hal tersebut diduga karena adanya patukan yang mengenai korban. Heterofil adalah bentuk neutrofil pada unggas sebagai sistem pertahanan pertama sehingga dikenal sebagai first line defense. Dalam keadaan normal heterofil merupakan 20%-30% dari seluruh jumlah leukosit yang terdapat dalam darah (Farner dan King 1972).
Monosit
Rataan persentase monosit ayam Tiara 15 pada penelitian ini berkisar antara 1.5%-2.3% dan nilai tersebut berada di kisaran monosit normal ayam (0%-30%) menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988). Kelompok ayam korban memiliki persentase monosit yang tertinggi yaitu sebesar 2.3±1.2%, sedangkan kelompok kontrol memiliki nilai persentase monosit yang terendah yaitu sebesar 1.5±0.7%. Monosit merupakan sel darah putih yang menyerupai heterofil, bersifat fagositik, yaitu kemampuan untuk memakrofagasi material asing, seperti bakteri. Monosit memiliki kemampuan fagositosis dan berkembang menjadi makrofag ketika keluar dari pembuluh darah dan masuk kedalam jaringan (Frandson 1992). Eosinofil
Rataan persentase eosinofil ayam Tiara 15 pada penelitian ini berkisar antara 0.00%-0.50% dan berada di nilai persentase eosinofil normal ayam (0%-7%) menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988). Persentase eosinofil tertinggi terdapat pada kelompok ayam kontrol yaitu sebesar 0.5±0.7%, sedangkan persentase terendah terdapat pada kelompok ayam GFP, GFP+korban, dan korban yaitu sebesar 0.00±0.00%. Persentase eosinofil pada kelompok kontrol tersebut diduga karena ditemukannya cacing pada hati ayam saat proses pemotongan. Eosinofil sangat penting dalam respon terhadap penyakit parasitik dan alergi (Hoffbrand 2006). Eosinofil memiliki inti yang terdiri atas dua lobus dengan sitoplasma berwarna pucat hingga basofilik dan berisi granul eosinofilik.
Basofil
9
Rasio H/L
Nilai rasio H/L pada penelitian ini memiliki rataan 0.16-0.44. Semua kelompok ayam tidak dalam kondisi stress karena menurut Swenson dan William (1993) kondisi stres akan terlihat apabila nilai H/L berada di atas 0.5. Nilai rasio H/L tertinggi dimiliki oleh kelompok korban yaitu sebesar 0.44±0.4, sedangkan nilai terendah rasio H/L dimiliki oleh kelompok kontrol yaitu sebesar 0.16±0.1. Tingginya nilai rasio H/L pada kelompok korban diduga ayam mengalami gangguan karena adanya patukan yang dialaminya. Kusnadi (2008) melaporkan bahwa semakin tinggi nilai rasio persentase heterofil dan limfosit (H/L) maka semakin tinggi juga tingkat stres. Hal tersebut karena rasio H/L merupakan indikator untuk mengetahui tingkat cekaman yang dialami ayam (Graczyk et al. 2003). Cekaman dapat menyebabkan involusi jaringan-jaringan limfoid sehingga terjadi penurunan jumlah sirkulasi limfosit dan peningkatan jumlah heterofil (Siegel 1980).
Pembahasan Umum
Menurut Dellman dan Brown (1992), fungsi utama darah adalah untuk mempertahankan homeostatis tubuh. Perubahan fisiologis pada tubuh hewan akan menyebabkan perubahan pada profil darah. Perubahan profil darah dapat disebabkan faktor internal seperti pertambahan umur, status gizi, kesehatan, stres, dan suhu tubuh. Secara eksternal misalnya akibat infeksi kuman serta perubahan suhu lingkungan (Yuanita 2009). Tiga grup sel yang terdapat dalam darah yaitu eritrosit, leukosit dan trombosit. Secara keseluruhan semua kelompok ayam yang mengalami FP berada dalam kondisi fisiologis yang normal. Hal ini menunjukkan bahwa tingkah laku FP tidak berpengaruh terhadap gambaran darah ayam arab.
Kelompok ayam yang sebaiknya dipilih untuk usaha pembibitan adalah kelompok kontrol. Hal tersebut karena jumlah eritrosit, nilai Hb, dan nilai PCV pada kelompok kontrol berada pada kisaran normal dan lebih tinggi dibandingkan kelompok lainnya. Selain itu, kelompok ayam kontrol memiliki nilai indeks stress (rasio H/L) yang paling rendah dibandingkan kelompok ayam lainnya sehingga kemungkinan ayam dapat berproduksi secara normal.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Secara keseluruhan gambaran darah ayam yaitu jumlah eritrosit, nilai hematokrit, kadar hemoglobinjumlah leukosit, diferensiasi leukosit, dan rasio H/L pada ayam arab lokal petelur pembibit (Grand Parent Stock) TIARA 15 Silvered
10
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk parameter stress lainnya yang berhubungan dengan FP seperti pemeriksaan hormon kortisol.
DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Populasi Ternak Indonesia 2014. Jakarta (ID): Indonesia.
Apriansyah BB. 2010. Pengaruh pemberian jamu ternak terhadap kadar kolesterol dan profil serum darah ayam arab (Gallus turcicus) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Bacha LM, Bacha WJ. 2000. Color Atlas of Veterinary Histology. Ed ke-2. New York (US): Lippincott Williams & Wilkins.
Cunningham JG. 2002. Textbook of Veterinary Physiology. Philadelphia (US): Saunders Company.
Dellman HD. Brown EM. 1992. Histologi Veteriner. Terjemahan oleh R. Hartono. Jakarta (ID):Universitas Indonesia.
Farner DS, King JR, Parkes KC. 1972. Avian Biology Volume II. New York (US): Academic Press.
Frandson RD. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Ed ke-4. Yogyakarta (ID): Gajah Mada Universitiy Press.
Graczyk S, Pliszczak KA, Kotonski B, Wilczek J, Chmielak Z. 2003. Examinations of haematological and metabolic changes mechanisms of acute stress in turkeys. J Polish Agri Uni Vet Med 6:1-10.
Guyton AC, Hall JE. 1997. Fisiologi Kedokteran. Terjemahan : Irawati. Ken Ariata Tengadi dan Alex Santoso. Jakarta (ID): Penerbit Buku Kedokteran. EGC.
Hoffbrand V. 2006. At a Glance Hematology. Jakarta (ID): EMS.
Junqueira LC, Caneiro J. 2005. Basic Histology Text & Atlas. Ed ke-11. Los Angeles (US): The Mc Graw-Hill Companies Inc.
Kusnadi E. 2008. Perubahan malonaldehida hati, bobot relatif bursa fabricius dan rasio heterofil/limfosit (H/L) ayam broiler yang diberi cekaman panas.
Media Petern. 32(2):81-87.
Meyer DJ, Harvey JW. 2004. Veterinary Laboratory Medicine Interpretation and Diagnosis3rd ed. New York(US): Sauders.
11
Sartika T. Iskandar S. 2008. Mengenal plasma nutfah ayam indonesia dan pemanfaatannya. KEPRAKS. Sukabumi.
Sastradipraja D, Sikar SHS, Wijayakusuma R, Ungerer T, Maad A, Nasution H, Suriawinata R, Hamzah R. 1989. Penuntun Praktikum Fisiologi Veteriner. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayati. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Siegel HS. 1980. Physiological stress in birds. J Bio Sci 30(8):529-533.
Sinaga HF. 2015. Karakteristik feather pecking pada galur murni ayam arab
golden red dan silver [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Smith JB, Mangkoewidjojo S. 1988. Pemeliharaan. Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta (ID): Universitas Indonesia Swenson MJ. 1984. Phisiology properties and cellular and chemical constituent of
blood. In Swenson. M. J. (Ed). Duke’s Physiology of Domestic Animals. 10th Edition. London (UK): Cornell University Press.
Swenson MJ, William OR. 1993. Duke`s Physiology of Domestic Animals. Ed ke-11. Ithaca and London (UK): Publishing Assocattes a Division of Cornell University.
Tamzil MH, Noor RR, Hardjosworo PS, Manalu W, Sumantri C. 2014. Hematological response of chickens with different heat shock protein 70 genotypes to acute heat stress. Int. J. Poult. Sci., 13:14-20.
Tizard I. 2000. Veterinary Immunology An Introduction. Ed ke-6. Philadelphia (US): WB Saunders Company
van Hierden YMV, Boer SFD, Koolhaas JM, Korte SM. 2004. The control of feather pecking by serotonin. Behavioral Neuroscience, Vol. 118, No. 3, 575–583
Walpole RE. 1992. Pengantar Statistik. Bambang, S, penerjemah. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama. Terjemahan dari: Introduction to Statistic 3rd Ed. Weiss DJ, Wardrop KJ. 2010. Schalm’s Veterinary Hematology. Ed ke-6. New
York (US): Blackwell Publishing Ltd.
12
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 14 Februari 1993. Penulis merupakan anak kelima dari enam bersaudara pasangan Bapak Suha Hutapea dan Ibu Nurliana Ompusunggu. Penulis mengawali pendidikan TK Fransiskus Tanjung Karang pada tahun 1997 dan diselesaikan tahun 1999. kemudian sekolah dasar pada tahun 1999 di SD Fransiskus I Bandar Lampung dan diselesaikan pada tahun 2005. Pendidikan lanjutan tingkat pertama dimulai tahun 2005 di SMPN 1 Bandar Lampung dan diselesaikan pada tahun 2008. Penulis melanjutkan pendidikan di SMAN 5 Bandar Lampung pada tahun 2008 dan diselesaikan pada tahun 2011.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2011 melalui jalur SNMPTN Tulis dan diterima di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan. Fakultas Peternakan. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif sebagai pengurus di beberapa organisasi mahasiswa antara lain sebagai kepala bidang pelayanan pelawatan, Komisi Pelayanan Khusus (Kopelkhu) PMK IPB periode 2012-2013 dan pengurus divisi P3 Himpunan Mahasiswa Produksi Peternakan (HIMAPROTER) pada periode 2012-2013. Penulis juga aktif dalam Kepanitiaan kegiatan, sebagai anggota Festival Ayam dan Telur 2012, sebagai anggota divisi
Livestockphoria, Fapet Golden Week 2012, sebagai anggota Festival Ayam Pelung Nasional 2013, sebagai sekertaris Perayaan Natal 2013 dan Tahun Baru 2014 Fakultas Peternakan, IPB. Penulis juga pernah terlibat menjadi asisten praktikum mata kuliah Teknologi Pengolahan Telur dan Daging Unggas dan Teknologi Produksi Ternak Unggas (2014-2015). Selain itu penulis juga berkesempatan mendapatkan Beasiswa Bantuan Mahasiswa (BBM) dari tahun 2013-2014.