• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan potensi hutan mangrove untuk tujuan ekowisata di Desa Muara Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan potensi hutan mangrove untuk tujuan ekowisata di Desa Muara Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN POTENSI HUTAN MANGROVE

UNTUK TUJUAN EKOWISATA DI DESA MUARA

KECAMATAN TELUKNAGA KABUPATEN TANGERANG

QULDINO TAQWA SUNGKAWA

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengembangan Potensi Hutan Mangrove untuk Tujuan Ekowisata di Desa Muara Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

QULDINO TAQWA SUNGKAWA, Pengembangan Potensi Hutan Mangrove untuk Tujuan Ekowisata di Desa Muara, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang. Dibimbing oleh IIN ICHWANDI.

Hutan mangrove yang memiliki fungsi utama sebagai pencegah abrasi, perlindungan terhadap angin, pencegah intrusi air laut, dan sebagai penghasil energi, beberapa tahun terakhir banyak dikonversi menjadi lahan non hutan seperti pertanian dan perikanan. Oleh karena itu perlu usaha penyelamatan hutan mangrove yaitu salah satunya dengan pengembangan ekowisata hutan mangrove yang berwawasan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangan potensi ekowisata hutan mangrove di Desa Muara melalui identifikasi persepsi, motivasi, dan minat masyarakat di Desa Muara dan pengunjung terhadap pengembangan ekowisata hutan mangrove. Metode yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan studi literatur. Hasil penelitian menunjukan bahwa hutan mangrove di Desa Muara memiliki potensi lokasi wisata berupa wisata pemancingan, berperahu dan menikmati keindahan alam hutan mangrove. Persepsi sebagian masyarakat mendukung adanya pengembangan wisata hutan mangrove di Desa Muara karena dimotivasi oleh keinginan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Sementara itu, persepsi pengunjung terhadap hutan mangrove menyatakan kekagumannya terhadap keindahan alam hutan mangrove Desa Muara, namun fasilitas umum dianggap masih kurang baik. Minat sebagian besar pengunjung adalah berperahu dan memancing di lokasi wisata alam hutan mangrove di Desa Muara.

Kata kunci: ekowisata, hutan mangrove, potensi

ABSTRACT

QULDINO TAQWA SUNGKAWA, Mangrove Forest Development Determined to Ecotourism in Muara, Teluknaga, Tangerang. Supervised by IIN ICHWANDI.

(5)

some of the community supports the tourist development of mangrove forests in Muara Village because there motivated to improve people's welfare. Meanwhile, the perception of visitors to the mangrove forests is expressed in their admiration for the natural beauty of Muara Village mangrove forests, but public facilities are considered unfavorble. Interest of most visitors is boating and fishing in the mangrove forest of natural tourist sites in Muara Village.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Manajemen Hutan

PENGEMBANGAN POTENSI HUTAN MANGROVE

UNTUK TUJUAN EKOWISATA DI DESA MUARA

KECAMATAN TELUKNAGA KABUPATEN TANGERANG

QULDINO TAQWA SUNGKAWA

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)
(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini adalah hasil penelitian yang berlangsung pada bulan Juni sampai dengan Juli 2014, dengan judul “Pengembangan Potensi Hutan Mangrove untuk Tujuan Ekowisata di Desa Muara Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang”.

Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr Ir Iin Ichwandi, MSc selaku pembimbing yang dengan sabar memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis, kepada Bapak, Ibu, Teteh dan Agis, serta seluruh keluarga besar atas segala doa, kasih sayang, dan dukungannya, kepada Winda A, Maya, Farikh, Desi, Ajeng, Winda L, Advent, Fitha, Mba Qory serta teman-teman Manajemen Hutan 47 terimakasih sudah membantu dalam pembuatan skripsi ini, dan seluruh Masyarakat Desa Muara atas bantuan yang diberikan secara langsung maupun tidak langsung dalam proses pengambilan data di lapangan, dan seluruh pihak yang membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat dan kebaikan bagi banyak pihak. Penulis pun mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan karya ilmiah ini.

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR TABEL x

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Kerangka Pikir 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

METODE 3

Waktu dan Tempat Penelitian 3

Alat dan Bahan 3

Metode Penelitian 3

Jenis dan Pengolahan Data yang Dikumpulkan 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Gambaran Umum 5

Hutan Mangrove Desa Muara 7

Kegiatan Ekowisata Desa Muara Yang Sudah Ada 9

Masyarakat Desa 13

Pengunjung Lokasi Ekowisata 15

Potensi Wisata Desa Muara Yang Dapat Dikembangkan 17

SIMPULAN DAN SARAN 20

Simpulan 20

Saran 20

DAFTAR PUSTAKA 20

LAMPIRAN 22

(12)

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pikir penelitian 2

2 Peta lokasi penelitian 5

3 Lokasi penyebaran mangrove di Desa Muara 7

4 Jenis tumbuhan mangrove di Desa Muara (a) Rhizophora mucronata (b)

Avicennia sp 8

5 (a) Kondisi sebelum penanaman mangrove (b) sesudah penanaman

mangrove 9

6 Lokasi Pemancingan Classic 10

7 Kuliner khas Desa Muara (a) Box kemasan bandeng presto crispy duri

lunak (b) Menu Bandeng crispy duri lunak 11

8 Lokasi parkir Desa Muara 12

9 Kegiatan berperahu di Desa Muara 12

10 Aktivitas pengunjung di lokasi pemancingan 17

11 Perahu yang sudah dimodifikasi 18

DAFTAR TABEL

1 Jenis dan teknik pengumpulan data 4

2 Penggunaan lahan Desa Muara 6

3 Mata pencaharian masyarakat Desa Muara 7

4 Data lokasi pemancingan di Desa Muara 10

5 Karakteristik masyarakat yang terpilih menjadi responden 13 6 Persepsi masyarakat Desa Muara terhadap potensi hutan mangrove

Desa Muara sebagai tempat wisata berdasarkan kelompok umur 14 7 Persepsi masyarakat Desa Muara terhadap potensi hutan mangrove

Desa Muara sebagai tempat wisata berdasarkan status pekerjaan 14 8 Motivasi responden terhadap pengembangan ekowisata di Desa Muara 15 9 Minat usaha masyarakat dalam pengembangan ekowisata di Desa

Muara 15

10Karakteristik pengunjung yang terpilih menjadi responden 16 11Persepsi pengunjung terhadap keindahan alam dan fasilitas umum di

Desa Muara 16

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan mangrove merupakan hutan yang tumbuh pada tanah lumpur aluvial di daerah pantai dan muara sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut (Soerianegara 1987). Hutan mangrove memiliki fungsi antara lain, pencegah abrasi, perlindungan terhadap angin, pencegah intrusi air laut, dan sebagai penghasil energi (Ghufran dan Kordi 2012). Namun beberapa tahun terakhir hutan mangrove banyak dikonversi menjadi lahan non hutan seperti pertanian dan perikanan.

Salah satu kawasan hutan mangrove yang dikonversi menjadi lahan non hutan adalah kawasan hutan mangrove di Desa Muara. Desa Muara termasuk kawasan Pantai Utara Kabupaten Tangerang yang memiliki hutan mangrove seluas 25 ha dan ditumbuhi tanaman bakau dan api-api. Namun, hutan mangrove yang terdapat di desa tersebut setiap tahun semakin berkurang luasannya karena dikonversi menjadi lahan pertanian rumput laut, sawah dan lahan tambak. Kerusakan hutan mangrove tersebut berdampak pada masyarakat Desa Muara yang semakin kekurangan sumber air bersih dan rumah mereka tergenang setiap kali air laut pasang.

Rehabilitasi dan pengelolaan hutan mangrove perlu dilakukan untuk mengatasi permasalahan kerusakan hutan mangrove dengan melibatkan banyak pihak, antara lain masyarakat Desa Muara, pemerintah setempat, pihak swasta dan stakeholder lainnya. Kondisi suatu hutan sangat tergantung pada kondisi sosial ekonomi masyarakat disekitarnya. Persepsi, sikap, dan perilaku masyarakat sekitar sangat menentukan kondisi suatu kawasan hutan saat ini dan dimasa depan. Pihak swasta dapat membantu kegiatan rehabilitasi dan pengelolaan hutan mangrove melalui kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR). Bentuk pengelolaan hutan mangrove salah satunya adalah pengelolaan dan pengembangan ekowisata hutan mangrove.

Ekowisata hutan mangrove di Desa Muara berpotensi untuk dikelola dan dikembangkan karena hutan mangrove di Desa Muara memiliki pemandangan alam yang mampu menarik perhatian masyarakat dan lokasinya berada dekat dengan Kota Jakarta. Ekowisata hutan mangrove di Desa Muara dapat dikembangkan dengan upaya pengelolaan dan rencana program sistematis agar kawasan Hutan Mangrove Desa Muara berkembang menjadi objek wisata unggulan di Kabupaten Tangerang yang berwawasan lingkungan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi nilai potensi mangrove sebagai objek wisata di Desa Muara.

Kerangka Pikir

(14)

2

terdiri dari potensi sumber daya hutan mangrove dan masyarakat desa, sedangkan karakteristik demand diukur melalui jumlah pengunjung. Secara rinci kerangka pikir dari penelitian ini di tunjukkan pada Gambar 1.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi potensi ekowisata yang terdapat di Desa Muara Kecamatan Teluknaga, sebagai daya tarik ekowisata hutan mangrove yang berwawasan lingkungan.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai sumber informasi mengenai potensi ekowisata yang dapat dikembangkan dalam upaya pelestarian hutan mangrove di

Supply

Ekowisata Hutan Mangrove di Desa Muara

(15)

3 Desa Muara. Adanya pengembangan ekowisata di Desa Muara diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat Desa Muara.

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Juli 2014 di Desa Muara Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang.

Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner sebagai panduan wawancara, alat tulis, alat rekam, kamera dan laptop yang dilengkapi, Microsoft Excel,Microsoft Word, ArcMap GIS 9.3, Google Earth untuk pengolahan data.

Metode Penelitian

Pengambilan data dilakukan melalui tiga metode yaitu wawancara, observasi, dan studi pustaka. Wawancara dalam pelaksanaannya dilakukan secara terstruktur terhadap 80 orang responden dan wawancara tidak terstruktur dengan pihak-pihak terkait (Kepala Desa Muara, staf Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tangerang, dan staf Badan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Citarum-Ciliwung). Observasi dilakukan untuk mengamati kondisi Hutan Mangrove di Desa Muara dan studi pustaka digunakan untuk mendukung kegiatan penelitian.

Sasaran penelitian ini yaitu masyarakat Desa Muara dan pengunjung wisata Desa Muara. Responden berjumlah 80 orang terdiri dari 40 orang masyarakat Desa Muara dan 40 orang adalah pengunjung. Penentuan jumlah sampel responden yang diambil berdasarkan standar penelitian survei minimal berjumlah 30 orang (Singarimbun dan Effendi 1987). Pemilihan responden tersebut dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu metode pengambilan contoh yang dipilih secara sengaja untuk tujuan tertentu.

Jenis dan Pengolahan Data yang Dikumpulkan

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner yang telah diisi oleh responden dan wawancara dengan pihak-pihak terkait (Kepala Desa Muara, staf Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tangerang, dan staf Badan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Citarum-Ciliwung). Data sekunder adalah data yang didapatkan dari instansi terkait berupa luas hutan yang berada di Kecamatan Teluknaga, luas penggunaan lahan di Desa Muara, dan laporan kegiatan rehabilitasi mangrove oleh PT Pertamina.

(16)

4

diolah dan dianalisis secara deskriptif. Jenis dan pengolahan data dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Jenis dan teknik pengumpulan data Jenis data Data

Primer 1. Gambaran umum Desa Muara

Sekunder 1. Gambaran umum Desa Muara

(17)

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi

Desa Muara secara geografis terletak di 106º 40’ 00” - 106º 42’ 20” BT dan 06º 01’ 15” - 06º 02’ 40” LS, sedangkan secara adminstratif terletak di Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Badan Informasi Geospasial, Desa Muara memiliki luas 505 ha. Desa Muara merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian 40 m dari permukaan laut dengan suhu udara 27-33 oC. Batasan Desa Muara yaitu:

- Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa.

- Sebelah timur berbatasan dengan Laut Jawa/Desa Lemo.

- Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Lemo.

- Sebelah barat berbatasan dengan Desa Tanjung Pasir. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Peta lokasi penelitian

Aksesibilitas

Aksesibilitas menuju Desa Muara ini dapat dicapai melalui beberapa jalur diantaranya:

1. Kota Bogor – Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang dengan jarak 87 km dapat ditempuh dalam waktu 2.5 – 3 jam dengan kendaraan roda empat. 2. DKI Jakarta (Jakarta Barat) – Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang

dengan jarak 31 km dapat ditempuh dalam waktu 1 – 2 jam dengan kendaraan roda empat.

(18)

6

Menuju Desa Muara hanya dapat diakses menggunakan ojek atau kendaraan pribadi dengan melewati Desa Lemo. Tiket masuk ke Desa Lemo yang harus dibayarkan pengunjung sebesar Rp 5000/mobil atau Rp 3000/motor dan saat memasuki perbatasan Desa Lemo dengan Desa Muara pengunjung dikenakan biaya tiket masuk kembali dengan harga yang sama. Hasil dari pembayaran tiket masuk digunakan untuk kegiatan pembangunan desa, seperti pembangunan dan pemeliharaan masjid, uang kas desa, dan perbaikan jalan desa yang dikelola oleh Karang Taruna Desa Lemo dan Desa Muara.

Penggunaan Lahan

Desa Muara memiliki luas sebesar 505 ha yang dibagi menjadi tambak, sawah, permukiman warga, dan mangrove. Penggunaan lahan di Desa Muara didominasi oleh tambak seluas 272.65 ha dan sawah seluas 148.19 ha. Luasan masing-masing jenis penggunaan lahan disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Penggunaan lahan Desa Muara

Jenis lahan Luas (ha) Persentase (%)

Tambak 272.65 53.99

Sawah 148.19 29.35

Pemukiman warga 58.29 11.54

Mangrove 25.87 5.12

Jumlah 505.00 100.00

Sumber: BAPPENAS (2013)

Sumber penghasilan utama masyarakat Desa Muara berasal dari hasil tambak. Hal tersebut menyebabkan sebagian masyarakat mengkonversi hutan mangrove menjadi tambak. Banyaknya hutan mangrove yang telah dikonversi menjadi tambak seluas lebih dari 150 ha, sehingga hutan mangrove yang masih tersisa seluas 25.87 ha. Hutan mangrove tersebut tersebar di wilayah sekitar tambak, kanan kiri sungai, dan pesisir pantai.

Iklim

Desa Muara memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan kemarau. Kecepatan angin yang bertiup di Desa Muara adalah 4–5 knots dan curah hujan rata-rata 200–400 mm/bulan. Desa Muara merupakan wilayah dengan suhu yang relatif panas yaitu sekitar 35.40 C pada bulan Oktober dan Desember, sedangkan suhu terendah pada bulan Agustus yaitu sekitar 20.20 C. Rata-rata kelembaban udara dan intensitas matahari sekitar 78.0% (BAPPEDA 2013).

Sosial Ekonomi Masyarakat

(19)

7

Hutan Mangrove Desa Muara

Menurut BAPPEDA (2013) Hutan Mangrove Desa Muara termasuk dalam kategori Ruang Terbuka Hijau (RTH) berbentuk areal yang berfungsi sebagai fasilitas umum sekaligus areal konservasi. Ruang Terbuka Hijau mempunyai beberapa fungsi antara lain ekologi kota, sosial ekonomi masyarakat, dan estetika. Saat ini lahan hutan mangrove Desa Muara sudah banyak terkonversi menjadi lahan tambak ikan. Hal ini berakibat pada munculnya keinginan masyarakat melakukan rehabilitasi mangrove di Desa Muara.

Hutan mangrove Desa Muara termasuk dalam hutan lindung yang berada di Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Tangerang. Berdasarkan laporan hasil Rekapitulasi Penanaman oleh PT Pertamina (2014), hutan mangrove Desa Muara seluas 25.87 ha memiliki jumlah 1321 pohon dengan jenis mangrove yaitu, bakau merah (Rhizophora mucronata), bakau kurap (Rhizophora stylosa), bakau minyak (Rhizophora apiculata), dan api-api (Avicennia sp.). Hutan mangrove di Desa Muara tersebar di beberapa lokasi antara lain tambak, kanan kiri sungai, dan sekitar pantai. Gambar 3 menunjukan lokasi penyebaran mangrove di Desa Muara.

Gambar 3 Lokasi penyebaran mangrove di Desa Muara Tabel 3 Mata pencaharian masyarakat Desa Muara Mata pencaharian pokok Jumlah penduduk

Buruh/Swasta 1280

Pegawai negeri sipil (PNS) 5

Pengrajin 20

Pedagang 75

Nelayan 495

Pengusaha 2

(20)

8

Gambar 3 menunjukan bahwa lahan hutan mangrove terbesar berada di kanan-kiri sungai, sedangkan pada kanan-kiri tambak dan pantai mangrove menyebar di seluruh kawasan tersebut, namun luasannya tidak begitu besar. Luas mangrove di kanan-kiri sungai mencapai 0.5-2 ha, sedangkan mangrove pada kanan-kiri tambak dan pantai seluas <0.5 ha.

Berdasarkan pernyataan dari Kepala Desa Muara, pada tahun 2006 masyarakat mulai mengkonversi hutan mangrove menjadi tambak. Konversi hutan mangrove tersebut menyebabkan beberapa permasalahan antara lain, abrasi pantai dan rusaknya hutan mangrove. Namun, pada tahun 2012 masyarakat mulai melakukan rehabilitasi lahan mangrove di Desa Muara. Kegiatan ini sebagai salah satu bentuk upaya memperbaiki kerusakan hutan mangrove Desa Muara akibat adanya konversi lahan mangrove menjadi tambak. Salah satu jenis pohon mangrove yang ditanam adalah bakau merah (Rhizophora mucronata) seperti pada Gambar 4.

Sumber : Laporan Pertamina Tahap II (Pertamina 2013)

Gambar 4 Jenis tumbuhan mangrove di Desa Muara (a) Rhizophora mucronata (b) Avicennia sp

Kegiatan Rehabilitas Mangrove oleh Pertamina

Berdasarkan laporan dari Badan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Citarum – Ciliwung (2008), kerusakan hutan mangrove di Kabupaten Tangerang mencapai 371 ha, salah satunya berada di wilayah Kecamatan Teluknaga, seluas 118 ha. Rehabilitasi perlu dilakukan pada areal tersebut agar fungsi dan manfaat hutan mangrove dapat dirasakan oleh masyarakat.

Desa Muara bekerjasama dengan PT Pertamina melakukan kegiatan rehabilitasi mangrove yang berbasis masyarakat untuk menangani masalah kerusakan hutan mangrove. Masyarakat dilibatkan dalam kegiatan pembuatan bibit dan penanaman. Masyarakat dibagi menjadi dua kelompok yaitu, kelompok penyemai dan kelompok penanam. Masing-masing kelompok terbagi dalam tiga kelompok kecil yang terdiri dari empat orang dari setiap kelompok kecil. Kegiatan rehabilitasi tersebut berupa pelatihan terhadap masyarakat dalam pembuatan bibit mangrove. Selain itu, PT Pertamina juga telah membangun persemaian mangrove dengan kapasitas 10 000 bibit dan 35 000 bibit, saung semai dengan ukuran

(21)

9 10 x 15 m2. Jenis mangrove yang disediakan oleh PT Pertamina antara lain bakau (Rhizophora sp.) dan api-api (Avicennia sp.).

PT Pertamina mulai melakukan penanaman pada tahun 2012. Mangrove yang sudah ditanam oleh PT Pertamina sebanyak 165 055 bibit. PT Pertamina memberdayakan masyarakat yang berada di kawasan Desa Muara dalam kegiatan penanaman. Masyarakat yang ikut dalam kegiatan penanaman akan memperoleh intensif sebesar Rp 50 000/hari – Rp 100 000/hari (PT Pertamina 2013). Kondisi hutan mangrove sebelum dan setelah penanaman oleh PT Pertamina ditunjukkan pada Gambar 5.

Upaya yang dilakukan oleh PT Pertamina dalam mendukung kegiatan rehabilitasi ini adalah melakukan kerjasama dengan institusi pendidikan yaitu Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Universitas Trisakti. Bentuk kerjasama tersebut berupa pelatihan bagi masyarakat untuk pembuatan bibit dan penanaman. Selain itu PT Pertamina, IPB, dan Trisakti melakukan perencanaan untuk membangun Desa Muara salah satunya adalah perencanaan wisata yang dapat dikembangkan dari Desa Muara.

Kegiatan Ekowisata Desa Muara Yang Sudah Ada Wisata Pemancingan

Wisata pemancingan Desa Muara mulai dibentuk pada tahun 2006 oleh Kepala Desa. Desa Muara awalnya hanya memiliki satu lokasi pemancingan, kemudian jumlah lokasi pemancingan semakin bertambah menjadi lima lokasi seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.

Gambar 5 Kondisi tapak (a) sebelum penanaman mangrove tahun 2013 (b) sesudah penanaman mangrove tahun 2014

(22)

10

Tabel 4 Data lokasi pemancingan di Desa Muara

No Nama pemancingan Ukuran

pemancingan (ha)

Kapasitas pemancingan (orang)

1 Muara Ujung 7 200

2 Classic 5 150

3 Bakul Desa 4 120

4 Muara Indah 2 90

5 Sinar Ujung 2 90

Status kepemilikan lahan pemancingan ikan dimiliki perorangan. Setiap lokasi pemancingan memiliki saung 18 – 40 unit yang disesuaikan dengan luas lokasi pemancingan. Saung memiliki kapasitas sebanyak 5 orang/saung yang disewakan seharga Rp 100 000/saung/hari. Jenis ikan yang ada di pemancingan relatif sama, yaitu jenis ikan bandeng, kakap, dan kerapuh. Saat ini, pengunjung pemancingan belum dikenakan biaya tiket untuk memancing, namun bagi pengunjung yang membawa ikan hasil memancing dikenakan biaya sesuai dengan harga ikan per kilogram. Jenis ikan bandeng seharga Rp 40 000/kg, ikan kakap Rp 90 000/kg, dan ikan kerapuh Rp 125 000/kg. Selain itu, pengunjung juga dapat mengikuti lomba memancing yang diadakan pada musim tertentu. Lomba memancing ini dapat diikuti oleh warga Desa Muara maupun dari luar desa dengan biaya pendaftaran Rp 30 000/orang. Pemenang dari lomba memancing ini dapat membawa hasil pancingannya secara gratis. Kegiatan lomba memancing tersebut baru diadakan di tahun 2010. Salah satu lokasi pemancingan ditunjukkan pada Gambar 6.

(23)

11

Kedai Kuliner

Desa Muara memiliki kuliner khas yaitu bandeng presto crispy duri lunak. Bandeng crispy dijual dengan harga Rp 15 000/porsi. Kedai kuliner yang berada di Desa Muara berjumlah 5 buah kedai dengan kapasitas tampung rata-rata untuk 50 orang. Para penjual makanan khas Desa Muara menyatakan bahwa pendapatan kotor dari hasil berjualan mereka dapat mencapai Rp 40 juta/bulan. Usaha kuliner khas ini merupakan salah satu usaha yang dikembangkan karena memberikan penghasilan yang besar. Bandeng presto crispy ini hanya dapat ditemukan di Desa Muara. Selain itu lokasi kedai berdekatan dengan hutan mangrove dan jalur berperahu, sehingga pengunjung dapat menikmati makanan sekaligus menikmati pemandangan keindahan alam. Kuliner khas Desa Muara ditunjukkan pada Gambar 7.

Gambar 7 Kuliner khas Desa Muara (a) Box kemasan bandeng presto crispy duri lunak (b) Menu Bandeng crispy duri lunak

Pengelolahan Lahan Parkir

Salah satu manfaat adanya wisata mangrove bagi masyarakat setempat adalah menambah lapangan pekerjaan, yaitu usaha parkir. Usaha lahan parkir ini dilakukan oleh warga yang memiliki lahan cukup luas untuk dimanfaatkan. Pengelola parkir ini terdiri dari pemilik lahan dan warga setempat. Pemilik lahan hanya menyediakan lahan parkir sedangkan warga lainnya sebagai penjaga kendaraan yang di parkir pada lahan tersebut. Pembayaran upah bagi penjaga parkir dilakukan dengan sistem gaji tetap per minggu. Adapun biaya jasa parkir pengunjung menggunakan sepeda motor sebesar Rp 5 000/motor dan biaya jasa parkir untuk mobil sebesar Rp 10 000/mobil. Lahan parkir seluas ± 1 ha tersebut dapat menampung ± 50 mobil dan 200 motor. Lahan parkir yang luas ini dapat mendukung kegiatan wisata yang dibuka pada pukul 08.00–16.00 WIB. Penghasilan rata-rata yang diperoleh dari usaha parkiran sebesar Rp 100 000 – Rp 1 500 000/hari. Lokasi parkiran terdapat di pesisir pantai dan lokasi pemancingan. Lokasi usaha parkir Desa Muara ditunjukkan pada Gambar 8.

(24)

12

Gambar 8 Lokasi parkir Desa Muara

Berperahu

Kegiatan wisata lainnya yang sudah ada di Desa Muara adalah berperahu. Pengunjung dapat menggunakan jasa ojek perahu untuk menuju daerah pesisir pantai atau berkeliling melihat hutan mangrove. Jalur berperahu dimulai dari Rumah Makan “Pak Dul”, kemudian menyusuri sungai disekitar mangrove menuju pantai dan berakhir di persemaian. Ojek perahu ini dikelola oleh masyarakat nelayan yang berada di Desa Muara. Ojek perahu sendiri berjumlah 20 orang tetapi hanya 10 orang yang ada setiap hari untuk melakukan kegitan ojek perahu ini dan sisanya hanya aktif pada akhir pekan saja. Hal ini dikarenakan Desa Muara ramai dikunjungi pada akhir pekan. Kegiatan berperahu untuk memancing dikenakan biaya Rp 10 000 di sekitar pantai, sedangkan jika berperahu mengelilingi hutan mangrove dikenakan biaya Rp 100 000/perahu. Pengunjung juga dapat memesan kembali ojek perahu untuk dijemput dari pesisir pantai. Kegiatan wisata berperahu ditunjukkan pada Gambar 9.

(25)

13 Perahu ini dimiliki oleh masyarakat nelayan setempat. Jumlah perahu untuk kegiatan ojek perahu sebanyak 10 perahu. Pendapatan dari hasil ojek perahu Rp 50 000 – Rp 200 000/hari namun pada akhir pekan sejumlah Rp 300 000 – Rp 800 000/ hari.

Masyarakat Desa Karakteristik Masyarakat

Karakteristik masyarakat Desa Muara yang diamati dalam penelitian ini yaitu umur, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan. Umur merupakan salah satu faktor sosial yang diduga dapat mempengaruhi aktivitas seseorang dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari serta kematangan dalam bertindak (Conthesa 2015). Karakteristik responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Karakteristik masyarakat yang terpilih menjadi responden

Karakteristik umur responden dibagi menjadi tiga kategori mengacu pada UU No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan RI yaitu responden <21 tahun, 22-50 tahun, dan >50 tahun. Kategori umur responden dalam penelitian ini didominasi oleh kelompok umur 22 sampai 50 tahun yaitu sebanyak 57.5 %. Hal ini menunjukan bahwa kategori umur responden berada di usia produktif. Tingkat pendidikan responden didominasi oleh responden tidak sekolah-SD sebesar 47.5%. Tingkat pendidikan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat persepsi seseorang. Menurut Mauludin (1994), faktor pendidikan dapat dijadikan sebagai faktor pembentuk persepsi paling baik. Tingkat pekerjaan responden didominasi oleh responden yang bekerja sebagai nelayan. Hal ini dikarenakan Desa Muara terletak di pesisir pantai.

Persepsi Masyarakat

Persepsi adalah pandangan, interpretasi, penilaian, harapan atau inspirasi seseorang terhadap objek (Harihanto 2001). Persepsi masyarakat terhadap potensi hutan mangrove Desa Muara ditentukan berdasarkan kelompok umur dan status pekerjaan. Berdasarkan hasil wawancara, persepsi masyarakat terhadap potensi hutan mangrove Desa Muara dapat dilihat pada Tabel 6 dan 7.

Karakteristik Kategori Jumlah Persentase (%)

Umur <21 tahun Pekerjaan Petani rumput laut

(26)

14

Tabel 6 Persepsi masyarakat Desa Muara terhadap potensi hutan mangrove Desa Muara sebagai tempat wisata berdasarkan kelompok umur

Umur

Persepsi masyarakat Desa Muara yang setuju bahwa Desa Muara berpotensi menjadi tempat wisata berdasarkan Tabel 6 sebesar 67.5%. Responden yang setuju didominasi oleh responden berusia 22-50 tahun atau dapat dikategorikan usia dewasa dan produktif, sehingga responden dapat membaca peluang usaha apabila hutan mangrove Desa Muara dijadikan sebagai tempat wisata. Sebesar 32.5 % responden menyatakan ragu-ragu dan tidak setuju dikarenakan pertimbangan moral. Responden mengkhawatirkan timbulnya dampak negatif bagi perkembangan moral masyarakat karena adanya perbedaan kultur dari wisatawan.

Tabel 7 Persepsi masyarakat Desa Muara terhadap potensi hutan mangrove Desa Muara sebagai tempat wisata berdasarkan status pekerjaan

Pekerjaan

Persepsi responden berdasarkan status pekerjaan yang menjawab setuju didominasi oleh wirausaha dengan persentase sebesar 30.0 %. Responden yang bekerja sebagai wirausaha memiliki persepsi, jika hutan mangrove Desa Muara dijadikan tempat wisata akan memberikan keuntungan dan dapat memperluas jaringan usahanya. Responden yang status pekerjaannya sebagai petani rumput laut sebanyak 10.0 % menyatakan ragu-ragu karena mereka beranggapan bahwa masyarakat Desa Muara memiliki watak pemalas.

Motivasi Masyarakat

(27)

15 Tabel 8 Motivasi responden terhadap pengembangan ekowisata di Desa Muara

Motivasi masyarakat Jumlah Presentase (%) Meningkatkan taraf hidup dukungannya terhadap adanya pengembangan wisata di Desa Muara adalah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Masyarakat mempunyai persepsi bahwa apabila kawasan Desa Muara terkenal maka makin banyak wisatawan yang datang berkunjung dan pendapatan masyarakat pun akan ikut bertambah.

Minat Masyarakat

Minat masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengembangan hutan mangrove Desa Muara yaitu minat untuk membuka usaha seperti kedai makanan dan minuman, jasa transportasi umum, berjualan souvenir dan penginapan. Sebesar 50.0% responden berdasarkan Tabel 9 berminat mendirikan usaha kedai makanan dan minuman. Hal ini dikarenakan kedai makanan dan minuman merupakan usaha yang tidak memerlukan biaya yang besar dan keterampilan khusus. Selain itu, potensi kebutuhan pengunjung terhadap makanan dan minuman cukup tinggi. Minat usaha masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengembangan ekowisata di Desa Muara dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Minat usaha masyarakat dalam pengembangan ekowisata di Desa Muara Jenis usaha Jumlah responden Persentase (%) Kedai makanan dan minuman

(28)

16

Tabel 10 Karakteristik pengunjung yang terpilih menjadi responden

Karakteristik Kategori Jumlah Persentase (%)

Umur <21 tahun

Karakteristik pengunjung berdasarkan kategori umur didominasi oleh kelompok umur 22 – 50 tahun sebanyak 42.5 % dan kelompok umur <21 tahun sebanyak 40 %. Karakteristik pengunjung berdasarkan pendidikan didominasi oleh pengunjung dengan tingkat pendidikan SMP–SMA, sedangkan karakteristik responden berdasarkan status pekerjaan didominasi oleh pengunjung yang merupakan karyawan swasta dan pelajar. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar pengunjung yang didominasi karyawan swasta dan pelajar membutuhkan kegiatan rekreasi untuk mengisi waktu luang pada akhir pekan, dan memilih kegiatan rekreasi yang tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar.

Persepsi Pengunjung

Hasil wawancara dengan responden pengunjung terhadap keindahan alam yang ada di Desa Muara menunjukan bahwa sebanyak 85% pengunjung menyatakan kekagumannya pada keindahan pemandangan hutan mangrove Desa Muara. Namun, persepsi pengunjung menunjukan bahwa sebanyak 67.5% fasilitas umum yang berada di dalam Desa Muara kurang baik, karena kurangnya fasilitas umum seperti penginapan, toilet umum, warung makan, dan sarana transportasi. Persepsi pengunjung terhadap keindahan alam dan fasilitas umum di Desa Muara dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Persepsi pengunjung terhadap keindahan alam dan fasilitas umum di Desa Muara

Persepsi Baik Persentase (%) Kurang baik Persentase (%) Keindahan alam

(29)

17 Tabel 12 Minat pengunjung

Minat pengunjung Jumlah Presentase (%) Memancing

Berperahu

Menikmati keindahan alam

27 8 5

67.5 20.0 12.5

Jumlah 40 100.0

Pengunjung yang datang sebagian besar melakukan kegiatan berperahu dan memancing. Kegiatan berperahu dikenakan biaya Rp 10 000 dan bisa berkeliling hutan mangrove atau sekedar mengantar ke pinggir pantai. Sedangkan untuk kegiatan memancing tidak dikenakan biaya bagi yang ingin memancing saja, namun jika ingin membawa ikan hasil pancingan dikenakan biaya Rp 40 000/kg untuk ikan bandeng.

Pengunjung yang menyukai kegiatan memancing rata–rata pengunjung dengan usia 22 - 50 tahun, karena bagi mereka memancing merupakan kegiatan yang bisa menghilangkan pusing dan lelah setelah bekerja. Pengunjung juga dapat mengikuti lomba memancing yang biasanya diadakan pada musim tertentu. Lomba memancing ini dapat diikuti oleh warga Desa Muara maupun dari luar desa dengan biaya pendaftaran Rp 30 000/orang. Pemenang dari lomba memancing dapat membawa pulang hasil pancingannya dengan gratis. Kegiatan ini baru diadakan mulai tahun 2010 lalu. Aktivitas pemancingan di Desa Muara dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10 Aktivitas pengunjung di lokasi pemancingan

Potensi Wisata Desa Muara Yang Dapat Dikembangkan Wisata pemancingan

(30)

18

pengunjung rata-rata yang datang setiap bulannya sebanyak 500 orang maka pendapatan rata-rata bulanan pemilik pemancingan dapat meningkat sebesar Rp 5 000 000.

Selain itu, pemilik dapat menyediakan umpan untuk ikan yang dapat dijual dalam bentuk kemasan yang lebih praktis dengan harga yang kompetitif sehingga pengunjung tidak repot membawa umpan ikan. Umpan ikan yang disediakan di sesuaikan dengan pakan yang disukai ikan yang ada dipemancingan tersebut, seperti campuran antara telur ayam mentah dengan pellet. Setiap satu kemasan umpan ikan seberat 100 gr dapat dijual seharga Rp 3000. Campuran umpan ikan ini diharapkan dapat meningkatkan hasil pancingan pengunjung sehingga dapat meningkatkan minat pengunjung untuk memancing.

Berperahu

Kegiatan berperahu merupakan salah satu wisata yang paling banyak diminati di Desa Muara. Kenyamanan pengunjung saat berperahu dapat dilengkapi dengan pemberian atap pada perahu agar pengunjung terlindungi dari panas matahari dan hujan, selain dilakukan juga pemasangan busa pada tempat duduk agar lebih nyaman. Penggunaan pelampung perlu dilakukan untuk keselamatan dalam berperahu. Upaya peningkatan kenyamanan pengunjung saat berperahu dapat menimbulkan minat pengunjung untuk kembali berperahu. Contoh perahu yang sudah dimodifikasi tertera pada Gambar 11.

Gambar 11 Contoh perahu yang sudah dimodifikasi di Wisata Pangandaran

Kedai kuliner

(31)

19 Seribu. Penjualan dapat dilakukan dengan mempromosikan melalui media-media sosial.

Kedai kuliner juga dapat bekerja sama dengan pihak pemilik pemancingan untuk mengembangkan usahanya. Ikan hasil pancingan pengunjung dapat langsung dimasak dan disajikan di kedai kuliner. Hal tersebut merupakan peluang kerjasama yang baik antara pemilik pemancingan dan kedai kuliner, karena pemilik kedai akan memperoleh pembeli yang merupakan pengunjung pemancingan.

Paket Wisata Pulau Seribu

Salah satu potensi yang dapat dikembangkan adalah paket wisata Pulau Seribu. Desa Muara merupakan gerbang untuk menuju objek wisata lainnya yang ada di Kepulauan Seribu, seperti Pulau Bidadari, Pulau Onrust, dan Pulau Kayangan. Desa Muara memiliki akses yang mudah untuk menuju kawasan wisata tersebut karena Desa Muara berseberangan langsung dengan pulau-pulau tersebut. Pengunjung dapat mengunjungi pulau-pulau tersebut dengan menyewa perahu (ojek perahu) yang dikelola oleh masyarakat nelayan di Desa Muara. Penyewaan perahu dikenakan biaya sebesar Rp 30 000/orang. Perahu yang berukuran kecil hanya dapat menampung 5-6 orang, sedangkan perahu nelayan yang berukuran lebih besar dapat menampung hingga 15 orang.

Berdasarkan aplikasi google earth, jarak antar Desa Muara dengan pulau-pulau tersebut sekitar 3.89 km, sedangkan jarak dari Dermaga Ancol menuju Pulau Seribu sekitar 13.5 km. Akses wisata menuju Kepulauan Seribu lebih dekat dari Desa Muara namun hal tersebut belum banyak diketahui oleh pengunjung karena umumnya pengunjung hanya mengetahui akses melalui Dermaga Ancol. Jarak tempuh yang lebih dekat dapat menguntungkan pengunjung dari segi ekonomi maupun waktu.

Wisata Edukasi Mangrove

Kegiatan rehabilitasi yang dilakukan oleh PT Pertamina dapat dijadikan sebagai salah satu potensi kegiatan wisata di Desa Muara, yaitu dengan cara mengadopsi kegiatan penanaman yang ada di wisata mangrove Wonorejo, Surabaya. Hasil penelitian Nurdela (2015) menyatakan bahwa kawasan mangrove Wonorejo yang berada di Surabaya memiliki kegiatan wisata berupa penanaman mangrove. Setiap pengunjung yang ingin menanam mangrove dikenakan biaya sebesar Rp 4000/bibit. Biaya tersebut selanjutnya akan digunakan sebagai biaya penyiapan lahan berupa pembersihan areal yang akan ditanam dan pembuatan lubang tanam.

(32)

20

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Ekowisata hutan mangrove Desa Muara memiliki potensi untuk dikelola dan dikembangkan. Potensi tersebut berupa keindahan alam hutan Mangrove Desa Muara serta kegiatan memancing dan berperahu di sekitar hutan mangrove. Kegiatan memancing merupakan kegiatan yang paling diminati sebesar 67.5%, selanjutnya berperahu 20%, dan menikmati keindahan alam sebesar 12.5%. Selain itu potensi lain yang dapat dikembangkan berupa kedai kuliner, paket wisata kepulau seribu, dan penanaman hutan mangrove.

Saran

Perlu dibentuk suatu kelompok tani yang dikelola oleh masyarakat setempat untuk mengembangkan potensi wisata penanaman di Desa Muara dan mengatasi permasalahan yang berhubungan dengan pengembangan wisata tersebut, agar kawasan hutan mangrove tersebut lestari.

DAFTAR PUSTAKA

[BAPPEDA] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 2013. Penyusunan Kriteria dan Standar Teknis Pemanfaatan Ruang. Tangerang (ID): Laporan Pemanfaatan Tata Ruang.

[BAPPENAS] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional 2013. Badan Informasi Geospasial. Bogor (ID): Laporan Kegiatan Direktorat Tata Ruang dan Pertahanan.

[BPDAS] Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. 2008. Penghijauan lingkungan ormas. Bogor (ID): Laporan Distribusi Bibit Gerhan.

Conthesa OA. 2015. Aksesibilitas Masyarakat Desa Miau Baru Terhadap Sumberdaya Hutan di IUPHHK-HA PT Gunung Gajah Abadi Kalimantan Timur dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Masyarakat. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Ghufran, MH dan Kordi K. 2012. Ekosistem Mangrove: Potensi, Fungsi dan Pengelolaan. Jakarta (ID) : Rineka Cipta.

Harihanto. 2001. Persepsi, Sikap, dan Perilaku Masyarakat Terhadap Air Sungai: Kasus Program Kali Barsih di Kaligareng, Jawa Tengah. [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Lash G MS. 1997. What Is Community – Based Ecotourism. In Ecotourism For Forest Conservation and Community Development. Proceeding of RECOFTC an Internasional Seminar, Chiang Mai. Thailand.

(33)

21 Nurdela J. 2015. Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat Untuk Tujuan Ekowisata Di Kawasan Hutan Mangrove Wonorejo, Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Pertamina. 2013. Laporan Pertamina Tahap II. Pertamina.

Pertamina. 2014. Laporan Rekapitulasi Penanaman Hutan Mangrove Desa Muara. Pertamina.

Singarimbun M, Effendi S. 1987. Metode Penelitian Survei. Yogyakarta (ID): LP3ES.

Soerianegara I. 1987. Masalah Penentuan Batas Lebar Jalur Hijau Hutan Mangrove. Prosiding Seminar III Ekosistem Mangrove.

(34)

22

LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Masyarakat

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014

Wawancara berupa kuesioner ini bertujuan untuk kepentingan penelitian semata sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Semua informasi dan isi dari hasil wawancara ini akan dirahasiakan. Sebelumnya saya ucapkan terima kasih atas perhatian, kesempatan, dan waktu yang telah anda luangkan untuk mengisi pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam kuesioner ini. Semoga informasi yang telah anda berikan dapat bermanfaat.

A.Data Karakteristik Responden

No.Responden :... Nama : ... Jenis kelamin : Laki-Laki / Perempuan

Umur : ... Tahun

Agama : ... Desa tempat tinggal: ………... Jumlah anggota keluarga : ... Pendidikan Terakhir : Tidak Tamat SD / SD / SMP / SMA / Sarjana

Pekerjaan : ... Pendapatan : Rp………per bulan

B.Persepsi, Motivasi, Minat Masyarakat

1.Bapak/Ibu mengetahui apa itu Hutan Mangrove?

... 2. Apakah Desa Muara merupakan daerah yang potensial untuk kegiatan wisata

alam?

a.Ya, karena………... b.Ragu-Ragu karena... c. Tidak, karena………... 3.Apakah anda setuju Desa Muara dikembangkan menjadi objek wisata?

a. Ya kenapa... b. Ragu-Ragu kenapa... c. Tidak kenapa... 4.Apakah menurut Saudara keberadaan Ekowisata Mangrove ini perlu dipertahankan?

(35)

23 c. Tidak Kenapa?...

5.Keberadaan Hutan mangrove dapat meningkatkan kesejahteraan hidup Bapak/Ibu

a.Ya,

Contohnya... b.Ragu-Ragu,

Kenapa?... c.Tidak,

Kenapa?... 6. Menurut Bapak/Ibu kehadiran ekowisata hutan mangrove dapat menambah keindahan Desa Muara?

a.Ya,

Contohnya seperti... b.Ragu-Ragu,

Kenapa?... c.Tidak,

Kenapa?... 7. Keberadaan ekowisata Hutan mangrove memberikan lapangan pekerjaan bagi Bapak/Ibu ?

a.Ya,

Contohnya seperti... b.Ragu-Ragu,

Kenapa?... c.Tidak,

Kenapa?... 8. Apa motivasi anda mendukung adanya pengembangan potensi hutang mangrove di Desa Muara?

... 9. Apa yang akan anda lakukan jika ada pengembangan wisata di Desa Muara? ... 10. Apabila anda berkeinginan untuk ikut terlibat dalam pengembangan wisata di Desa Muara namun terdapat hambatan, kira-kira apa saja hambatan yang anda punya?

(36)

24

Lampiran 2 Kuesioner Pengunjung

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014

Wawancara berupa kuesioner ini bertujuan untuk kepentingan penelitian semata sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Semua informasi dan isi dari hasil wawancara ini akan dirahasiakan. Sebelumnya saya ucapkan terima kasih atas perhatian, kesempatan, dan waktu yang telah anda luangkan untuk mengisi pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam kuesioner ini. Semoga informasi yang telah anda berikan dapat bermanfaat.

A.Data Karakteristik Responden Alokasi dana untuk berwisata per bln (Rp) : ...

B. Persepsi, Motivasi, dan Minat pengunjung

1. Apakah yang memotivasi anda untuk berwisata? a. Adanya waktu luang

b. Adanya anggaran biaya untuk berwisata c. Adanya objek wisata yang ingin dikunjungi

d. Lainnya………

2. Berapa banyak waktu luang yang anda punya untuk berwisata? a. 1x dalam 1 minggu c. 1x dalam 1 tahun

b. 1x dalam 1 bulan d. Lainnya……….

3. Banyaknya anggaran biaya yang anda perlukan untuk tiap kali berwisata? ... 4. Objek wisata yang anda sukai untuk berwisata?

... 5. Apakah menurut anda fasilitas di wisata Desa Muara sudah baik?

... 6. Menurut anda apakah keadaan alam disini indah dan nyaman untuk

dikunjungi?... 7. Kegiatan yang anda lakukan di Desa Muara?

a. Memancing d. Menikmati keindahan alam

b. Berperahu e. Lainnya……….

(37)

25

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tangerang pada tanggal 30 November 1992. Penulis merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara dari pasangan Gandang Sungkawa dan Sri Rohani. Penulis menempuh pendidikan di SMA Negeri 4 Kota Tangerang Selatan pada tahun 2010. Penulis diterima di Program Studi Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur UjianTalenta Mandiri IPB (UTM).

Selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Kehutanan IPB, penulis telah melaksanakan Praktek Pengelolaan Ekosistem Hutan (P2EH) di Gunung Papandayan-Sancang Timur pada tahun 2012, Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, KPH Cianjur dan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS) pada tahun 2013, dan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT Roda Mas Timber Kalimantan, Kalimantan Timur pada tahun 2014. Selama menjadi mahasiswa, penulis juga pernah mengikuti organisasi kemahasiswaan yaitu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) PSM IPB Agriaswara, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kehutanan IPB periode 2011-2012 sebagai divisi Kewirausahaan, Forest Management Student Club (FMSC) sebagai koordinator Kewirausahaan.

Gambar

Gambaran Potensi sumber
Tabel 1  Jenis dan teknik pengumpulan data
Gambar 3  Lokasi penyebaran mangrove di Desa Muara
Gambar 4 Jenis tumbuhan mangrove di Desa Muara (a) Rhizophora mucronata
+7

Referensi

Dokumen terkait

dimaksud oleh Labforensik Polri, dan dinyatakan dengan surat keterangan hasil uji balikstik. e) Jumlah Senjata api dan amunisi, yang dapat dimiliki dan digunakan yaitu : 1)

Maka, dari penelitian ini didapatkan bahwa risiko bahaya yang ditimbulkan pada area proses pembuatan kaca pengaman antara lain yaitu : risiko ekstrim terdapat pada area

a) Penyajiannya tidak memerlukan ruang gelap. b) Program dapat diputar berulang-ulang. c) Program sajian yang rumit atau berbahaya dapat direkam sebelumnya sehingga waktu

testing , gambar (a) wajah mahasiswa tidak berhasil teridentifikasi dengan benar pada video meskipun komposisi warnanya (warna kerudung) sama dengan komposisi warna

Dari hasil penelitian dan analisis dapat disimpulkan bahwa: (1) Andika Tour and Travel telah memiliki sistem akuntansi penjualan tunai tiket yang mendukung operasi

Pendapat ini merepresentasikan bahwa, organizational citizenship behavior (OCB) merupakan perilaku individu yang mencerminkan sifat bebas ( discretionary ), yang tidak

Bakteri (vaksinasi) diberikan pertama kali sebelum hewan disapih, diikuti dengan dosis lain dua atau empat minggu kemudian. Vaksin avirulen diberikan peroral lewat air

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah kegiatan intrakurikuler yang wajib diikuti oleh mahasiswa Program Kependidikan Universitas Negeri Semarang sebagai pelatihan