• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

6

KAJIAN PUSTAKA

A. KAJIAN TEORI

1. Belajar dan Pembelajaran a. Pengertian Belajar

Dalam proses pembelajaran, berhasil tidaknya pencapaian tujuan dipengaruhi oleh bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa. Oleh sebab itu kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan atau dialami oleh siswa secara sadar yang dapat dapat menghasilkan perubahan baik sikap, kognitif maupun psikomotorik. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Abdillah yang dikutip Aunurrahman (2009:35) bahwa, “belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif dan pisikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu”.

Perubahan tersebut tidak hanya perubahan yang nampak saat selesainya proses belajar tetapi juga potensi yang akan muncul setelah waktu yang lama yang merupakan hasil jangka panjang dari proses belajar. Berikut ini adalah pandangan yang berbeda oleh para ahli tentang belajar. Menurut Skiner yang dikutip Dimyati dan Mujiyono (2009:9) berpendapat bahwa, “ belajar adalah suatu prilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya akan menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun”.Sedangkan menurut Gagne yang dikutip Dimyati dan Mujiyono (2009:10), “belajar merupakan kegiatan yang kompleks.Hasil belajar berupa kapabilitas.Setelah belajar orang memiliki ketrampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebuat adalah dari dari setimulasi yang berasal dari lingkungan, dan proses kognitif yang dilakukan oleh pebelajar”. Belajar menurut Piaget yang dikutip Dimyati dan Mujiyono (2009:13), “Pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab

(2)

individu melakukan interaksi terus-menerus dengan lingkungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang”.

Menurut pernyataan tersebut belajar memiliki ciri umum yaitu belajar dilakukan secara sadar, belajar merupakan interaksi antara individu dengan lingkungannya, dan hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku. Hal tersebut sesuai pendapat Aunurahman (2009:37) bahwa, “Ciri umum kegitan belajar sebagai berikut : Pertama, belajar menunjukan suatu aktivitas pada diri seseorang yang disadari atau disengaja. Kedua, belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya.Ketiga, hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku”.

Berdasarkan pendapat tersebut menunjukan bahwa, belajar merupakan segala sesuatu yang dilakukan seseorang dengan sadar yang ditandai dengan segala bentuk perubahan baik afektifnya, kognitifnya, dan pisikomotoriknya sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya. b. Prinsip-Prinsip Belajar

Salah satu tugas guru adalah mengajar. Dalam kegiatan mengajar ini tentu saja tidak dapat dilakukan seenaknya, tetapi harus menggunakan teori-teori dan prinsip-prinsip belajar tertentu agar bisa bertindak secara tepat.Dalamperencanaan pembelajaran, prinsip-prinsip belajar dapat membantu guru dalam memilih tindakan yang tepat. Menurut Dimyati dan Mujiyono (2009:44-49) ada prinsip- prinsip belajar yang perlu diketahui, sebagai berikut :

1) Perhatian dan Motivasi

Perhaitan terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya. Sedangkan motivasi adalah tenaga yang menggerakan dan mengarahkan aktivitas seseorang.

(3)

2) Keaktifan

Belajar itu tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain.Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri.

3) Keterlibatan langsung/Berpengalaman

Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekedar mengamati secara langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya.

4) Pengulangan

Menurut teori Pisikologi daya belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamat, menanggap,mengingat, mengkhayal, merasakan, berpikir, dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang. Seperti halnya pisau yang selalu diasah akan menjadi tajam, maka daya-daya yang dilatih dengan pengadaan pengulangan-pengulangan akan menjadi sempurna. 5) Tantangan

Tantangan yang dihadapi siswa dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk mengatasinya.Bahan belajar yang baru, yang banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya.

6) Balikan dan Penguatan

Penguatan positif dan penguatan negatif dapat memperkuat belajar.Siswa belajar sungguh-sungguh dan mendapatkan nilai baik dalam ulangan.Nilai yang baik itu mendorong anak untuk belajar lebih giat lagi.Nilai yang baik merupalan penguatan positif. Sebaliknya, anak yang mendapatkan nilai yang jelek pada waktu ulangan akan merasa takut tidak naik kelas. Karena takut tidak naik kelas ia terdorong untuk belajar lebih giat lagi.Inilah yang disebut penguatan negatif

7) Perbedaan Individual

Siswa merupakan individual yang unik artinya tidak ada dua orang siswa yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lain. Perbedaan itu terdapat pada karakteristik psikis, kepribadian, dan sifat-sifatnya.Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa.

Prinsip-prinsip belajar tersebut sangat penting untuk diperhatikan oleh seorang guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Kegiatan Pembelajaran yang didasarkan pada prinsip-prinsip belajar yang benar, maka akan akan diperoleh hasil belajar yang optimal.

(4)

c. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan seperangkat tindakan yang dirancang kemudian dipakai oleh guru untuk mendukung proses belajar peserta didik. Sutikno (2013:32) mengemukakan bahwa, “ Pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan oleh guru (pendidik) agar terjadi proses belajar pada diri siswa”. Sedangkan menurut Depdiknas dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang sisdiknas pasal 1 ayat 20 dalam (Waluyo, 2013:18) bahwa “pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.Berdasarkan uraian diatas maka dapat diartikan bahwa pembelajaran bukan sekedar transfer ilmu dari guru kepada siswa, melainkan suatu proses kegiatan yang ditandai dengan adanya interaksi antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa pada suatu lingkungan belajar. Siswa sebagai peserta didik merupakan subyek utama dalam proses pembelajaran. Peran guru sebagai pendidik sangat penting dalam proses pembelajaran, guru tidak hanya memberikan informasi melainkan juga mengarahkan dan memberi fasilitas belajar agar proses belajar lebih memadahi dan mudah diterima oleh siswa.

d. Komponen Pembelajaran

Situasi yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar yang optimal adalah situasi dimana siswa dapat berinteraksi dengan guru dan atau bahan pengajaran ditempat tertentu yang telah diatur dalam rangka tercapainya tujuan. Situasi itu dapat dioptimalkan dengan menggunakan metode dan media yang tepat. Agar dapat diketahui keefektifan kegiatan belajar-mengajar, maka setiap proses dan hasilnya harus dievaluasi. Dengan uraian tersebut, dapat diketahui bahwa kegiatan belajar-mengajar merupakan suatu kegiatan yang merupakan suatu kegiatan yang melibatkan beberapa komponen. Menurut H.J. Gino dkk, (2000:30) kompenen pembelajaran meliputi :

(5)

1. Siswa adalah seseorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan;

2. Guru adalah seseorang yang bertindak sebagai pengelola kegiatan belajar-mengajar, katalisator belajar-mengajar, dan peranan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar-mengajar yang efektif;

3. Tujuan yakni pernyataan tentang perubahan perilaku yang diinginkan terjadi pada siswa setelah mengikuti belajar-mengajar. Perubahan tersebut mencakup perubahan kognitif, psikomotor dan afektif;

4. Isi pelajaran, yakni segala informasi berupa fakta, prinsip dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan;

5. Metode, yakni cara yang teratur untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapat informasi yang dibutuhkan mereka untuk mencapai tujuan;

6. Media, yakni bahan pengajaran dengan atau tanpa peralatan yang digunakan untuk menyajikan informasi kepada siswa agar mereka dapat mencapai tujuan;

7. Evaluasi, yakni cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatu proses dan hasilnya. Evaluasi dilakukan terhadap seluruh komponen kegiatan belajar–mengajar dan sekaligus memberikan balikan bagi setiap komponen kegiatan belajar-mengajar. Komponen-komponen kegiatan belajar-mengajar tersebut saling berinteraksi dengan yang lain dan bermula serta bermuara pada tujuan, sehingga merupakan suatu system. Sedangkan menurut menurut Sutikno (2013:35) macam-macam komponen pembelajaranadalah sebagai berikut :

1) Tujuan Pembelajaran

adalahkemampuan-kemampuan yang diharapkan dimiliki siswa setelah memperoleh pengalaman belajar. Dengan kata laintujuan pembelajaran merupakan suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan pembelajaran.

2) Materi Pembelajaran

Medium untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diperoleh oleh siswa.Karena itu, penentuan materi pembelajaran harus berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, misalnya berupa pegetahuan, ketrampilan, sikap, dan pengalaman lainnya. 3) Kegiatan Pembelajaran

Dalam kegiatan pembelajaran, guru dan siswa terlibat dalam sebuah interaksi dengan materi pembelajaran sebagai mediumnya.Dalam interaksi itu siswalah yang lebih aktif, bukan guru. Oleh karena itu interaksi dikatakan maksimal bila terjadi antara guru dengan semua siswa, antara siswa dengan

(6)

guru, antara siswa dengan siswa, siswa dengan materi pembelajaran dan media pembelajaran, bahkan siswa dengan dirinya sendiri, namun tetap dalam kerangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.

4) Metode

merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan pembelajaran, metode diperlukan oleh guru dengan penggunaan yang bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

5) Media

Media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

6) Sumber Belajar

Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat dimana materi pelajaran terdapat.

7) Evaluasi

Evaluasi adalah suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai dari suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Evaluasi merupakan aspek yang sangat penting, yang berguna untuk mengukur dan menilai seberapa jauh tujuan pembelajaran telah tercapai atau hingga mana terdapat kemajuan belajar siswa, dan bagaimana tingkat keberhasilan sesuai dengan tujuan pembelajaran tersebut. e. Hasil Belajar

Hasil belajar sering kali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan /materi yang sudah diajarkan. Dengan berakhirnya suatu proses belajar, maka siswa memperoleh suatu hasil belajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:3) bahwa, “hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar”. Sedangkan menurut Sudjana (2008:22) berpendapat bahwa, “ hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. Menurut Bloom yang dikutip Sutikno (2013:79) berpendapat bahwa:

hasil belajar dibagi menjadi 3 kawasan, yaitu kognitif berkenaan dengan ingatan dan pengetahuan dan kemampuan intelektual serta ketrampilan-ketrampilan. Kawasan afektif menggambarkan

(7)

sikap-sikap dan nilai.Kawasan pisikomotorik adalah kemampuan-kemampuan menggiatkan danmengkoordinasikan gerak.

Hasil Belajar dapat dikategorikan kedalam 3 ranah yaitu : 1) Ranah Kognitif

Berkenaan dengan hsil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian.

2) Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima,merespon,memberi nilai, mengorganisasi, dan memberi karakter.

3) Ranah Pisikomotorik

Memiliki kaitan yang erat dengan kemampuan dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat fisik, meliputi : imitasi, manipulasi, presiasi, dan artikulasi.

Salah satu tugas pokok guru adalah mengevaluasi taraf keberhasilan rencana pelaksanaan pembelajaran. Untuk dapat melihat sejauh mana taraf keberhasilan guru dan belajar siswa secara tepat dan dapat dipercaya maka diperlukan informasi yang didukung oleh data yang obyektif dan mewadahi tentang indikator perubahan prilaku dan pribadi siswa. Hasil belajar digunakan untuk menjadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan.

Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan prilaku atau kemampuan manusia akibat stimulus-stimulus yang baru yang berasal dari interaksi belajar dan mengajar setelah menerima pengalaman belajar yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan pisikomotorik.Sebagai tujuan yang hendak dicapai, ketiganya harus nampak sebagai hasil belajar siswa disekolah. Oleh sebab itu ketiga aspek tersebut harus dipandang sebagai hasil belajar siswa dari proses pembelajaran.

(8)

f. Karakteristik Siswa SD

Manusia selalu mengalami proses perkembangan yang cukup panjang. Perkembangan manusia bahkan sudah dimulai saat masa prakelahiran, menuju ke masa bayi, masa anak-anak, masa remaja, hingga masa dewasa.Pada usia anak-anak hingga menuju usia remaja, manusia mengalami perkembangan kognitif yang begitu penting. Menurut Piaget dalam Isjoni (2010:36), “Perkembangan kognitif anak melalui empat tahap yaitu: (1) tahap sensorimotor, berlangsung pada umur 0-2 tahun; (2) tahap praoperasional, yaitu umur 2-7 tahun; (3) tahap operasional konkret, yaitu umur 7-11 tahun; dan (4) tahap operasional formal yang berlangsung mulai umur 11 tahun ke atas”.Berdasarkan tahap-tahap perkembangan yang diungkapkan oleh Piaget, anak sekolah dasar berada pada tahap operasional konkret.Pada tahap ini, kemampuan anak untuk berpikir secara logis semakin berkembang.Asalkan obyek yang menjadi sumber berpikirnya adalah obyek nyata atau konkret. Sedangkan menurut Sumantri dan Sukmadinata dalam Wardani (2012:23), karakteristik anak usia sekolah dasar yaitu:

1. Karakteristik yang pertama yaitu senang bermain. Siswa-siswa sekolah dasar terutama yang masih berada di kelas-kelas rendah pada umumnya masih suka bermain. Oleh karena itu, guru sekolah dasar dituntut untuk mengembangkan model-model pembelajaran yang bermuatan permainan, lebih-lebih untuk siswa kelas rendah. 2. Karakteristik yang kedua adalah senang bergerak. Siswa sekolah

dasar berbeda dengan orang dewasa yang bisa duduk dan diam mendengarkan ceramah selama berjam-jam. Mereka sangat aktif bergerak dan hanya bisa duduk dengan tenang sekitar 30 menit saja. Oleh karena itu, guru harusnya merancang model pembelajaran yang menyebabkan anak aktif bergerak atau berpindah.

3. Karakteristik yang ketiga adalah senang bekerja dalam kelompok. Oleh karena itu, guru perlu membentuk siswa menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 3 sampai 5 siswa untuk mneyelesaikan tugas secara berkelompok. Dengan bergaul dalam kelompoknya, siswa dapat belajar bersosialisasi, belajar bagaimana bekerja dalam kelompok, belajar setia kawan dan belajar mematuhi aturan-aturan dalam kelompok.

4. Karakteristik siswa sekolah dasar yang keempat adalah senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung. Berdasarkan

(9)

tahap perkembangan kognitif Piaget seperti yang telah dijabarkan sebelumnya, siswa sekolah dasar berada pada tahap operasional konkret. Mereka berusaha menghubungkan konsep-konsep yang sebelumnya telah dikuasai dengan konsep-konsep yang baru dipelajari. Suatu konsep juga akan cepat dikuasai anak apabila mereka dilibatkan langsung melalui praktik dari apa yang diajarkan guru. Oleh sebab itu, guru seharusnya merancang model pembelajaran yang melibatkan anak secara langsung dalam proses pembelajaran.

2. Senam

a. Pengertian Senam

Menurut Agus Margono (2009:19),”Senam adalah terjemahan dari kata “Gymnastiek” ( bahasa Belanda), “Gymnastic” ( bahasa Inggris ),

Gymnastiek” asal katanya dari “Gymnos” ( bahasa Greka ). Gymnos

berarti telanjang. Gymnastiek pada zaman kuno memang dilakukan dengan badan telanjang atau setengah telanjang. Maksudnya agar gerakan-gerakannya dapat dilakukan tanpa gangguan sehingga menjadi sempurna. Adapun tempat yang dipakai untuk berlatih senam di zaman Yunani Kuno disebut Gymnasium”.

Pendapat lain dikemukakan Aip Syarifuddin dan Muhadi (1991: 99) “Istilah senam merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, yaitu

Gymnastic atau bahasa Yunaninya (Greek) adalah Gymnos yang artinya

telanjang karena pada waktu itu (zaman kuno) melakukan senam dengan badan telanjang atau setengah telanjang”.

Senam merupakan istilah atau namasuatu cabang olahraga. Agus Margono (2009: 19) mengemukakan bahwa, “Senam adalah latihan tubuh yang dipilih dan diciptakan dengan berencana, disusun secara sistematis dengan tujuan membentuk dan mengembangkan pribadi secara harmonis”. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, senam merupakan latihan tubuh yang dilakukan dengan telanjang atau setengah telanjang yang mengutamakan kesempurnaan gerak dan unsur keindahan yang dipilih dan diciptakan dengan berencana dan disusun secara sistematis untuk membentuk dan mengembangkan pribadi harmonis.

(10)

b. Manfaat Senam

Senam merupakan salah satu olahraga yang memiliki manfaat untuk menjaga kesehatan tubuh. Agus Mahendra (2000:14) menyatakan, “Manfaat senam meliputi manfaat fisik dan mental serta sosial”. Sedangkan menurut Agus Margono (2009:21), “ Nilai-nilai kegunaan senam meliputi:

1) Untuk dapat memberikan rangsang yang diperlukan bagi pertumbuhan badan

2) untuk mengembangkan cara bersikap dan bergerak dengan sewajarnya

3) untuk memperbaiki atau mencegah pengaruh buruk di sekolah misalnya duduk dibangku terlalu lama

4) untuk mempertebal perasaan kebanggaan ( dalam perlombaan-perlombaan antar bangsa)

5) untuk memupuk keberanian dan kepercayaan diri sendiri

6) untuk memupuk rasa tanggungjawab terhadap kesehatan diri sendiri dan masyarakat

7) memupuk kesanggupan untuk bekerjasama, misalnya dalam melakukan latihan-latihan harus saling membantu.”

c. Macam-macam Senam

Berkembangnya teknologi dewasa ini juga berpengaruh terhadap berkembangnya jenis-jenis senam. Menurut FIG (Federation

Internationale de Gymnastique) dalam Agus Mahendra (2000:11-12)

bahwa, “Jenis senam dibagi menjadi enam kelompok yaitu: senam artistik

(artistics gymnastics), senam ritmik (sportive rytmic gymnastics), senam

akrobatik (acrobatic gymnastics), senam aerobik (sports aerobics), senam trampolin (trampolinning), senam umum (general gymnastics)” Sedangkan dari bermacam-macam bentuk gerakan senam, Aip Syarifuddin dan Muhadi ( 1991: 100-115) menguraikan macam-macam senam yaitu:

1) Senam Dasar adalah adalah berbagai bentuk dan ragam gerakan senam yang dilakukan orang terutama untuk latihan pembentukan tubuh dan sering juga dilakukan sebagai latihan pendahuluan sebelum melakukan bentuk-bentuk gerakan yang pokok ( inti katihan ) atau sering juga dikatakan dengan latihan pemanasan badan pada setiap cabang olah raga. Dalam melakukan latihan senam dasar, biasanya tanpa mempergunakan

(11)

alat akan tetapi dapat juga dilakukan dengan alat untuk menambah beban latihan.

2) Senam Ketangkasan adalah bentuk-bentuk gerakan senam yang harus dilakukan dengan kekuatan, kecepatan, ketepatan, kelentukan, keberanian, dan keberanian dan kepercayaan diri dalam suatu rangkaian urutan gerak yang terpadu. Senam ketangkasan sering dikatakan sering dikatakan dengan senam pertandingan atau senam artistic, karena bentuk-bentuk gerakannya harus sesuai dengan peraturan yang berlaku dalam pertandingan baik mengenai sikap pada waktu akan melakukan keindahan, dan ketepatan serta keseimbangan pada sikap akhirnya. Senam ketangkasan dapat dilakukan tanpa alat dan dengan alat, senam ketangkasan yang dilakukan tanpa alat, dinamakan ( floor exercise ), sedangkan senam ketangkasan dengan mempergunakan alat dinamakan senam alat.

3) Senam Irama adalah bentuk-bentuk gerakan senam yang merupakan perpaduan antara berbagai bentuk gerakan dengan irama yang mengiringinya. Misalnya seperti irama tepukan, ketukan, tambore, nyanyian, music dan sebagainya. Keindahan bentuk-bentuk gerakan, ,menciptakan variasi gerakan, dan membentuk gerakan melalui koordinasi antara berbagai bentuk gerakan dengan irama merupakan tuntutan dalam senam irama. Dapat juga dikatakan bahwa yang menjadi prinsip dasar dari gerakan-gerakan senam irama itu adalah adanya kelentukan tubuh di dalam melakukan gerakan dan kesinambungan antara gerakan yang satu dengan gerakan yang lainnyasesuai dengan irama, sehingga merupakan rangkaian urutan gerak yang terpadu antara gerakan dan irama yang dilakukan dengan luwes

dan lancer. d. Senam Lantai

Senam lantai pada umunya disebut floor exercise, tetapi ada juga yang menamakan tumbling. Menurut Agus Margono (2009: 79) , “Senam lantai adalah latihan senam yang dilakukan pada matras, unsure-unsur gerakannya terdiri mengguling, melompat, meloncat, berputar diudara, menumpu dengan tangan atau kaki untuk mempeertahankan sikap seimbang atau pada saat meloncat ke depan atau ke belakang”.Pendapat lain dikemukakan Aip Syarifuddin dan Muhadi (1991: 104), “Senam lantai yaitu bentuk – bentuk gerakan yang dilakukan di lantai yang beralaskan permadani atau matras (kasur yang terbuat dari karet busa) dan dilakukan tanpa memakai alat”.

(12)

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut menunjukan bahwa, senam artistik merupakan salah satu jenis senam yang dalam pelaksanaannya seorang pesenam melakukan gerakan–gerakan yang telah disusun atau dirangkaikan masing–masing alat berdasarkan peraturan yang berlaku. Dalam pelaksanaan senam artistik dibutuhkan kemampuan fisik yang baik dan keberanian dan kepercayaan diri.

e. Macam-macan Gerakan Senam Lantai

Didalam senam lantai terdapat bermacam-macam bentuk gerakan, baik yang dilakukan dengan lentingan dan putaran badan, maupun bentuk keseimbangan.Sedangkan mudah atau sukarnya melakukan bentuk-bentuk gerakan tersebut, tergantung dari besar kecilnya unsure-unsur yang terdapat dalam bentuk gerakannya. Misalnya seperti kelemasan, kekuatan, kecepatan, ketepatan, keseimbangan, dan ketangkasan dari yang akan melakukannya. Pengklasifikasian gerak dalam senam lantai menurut Agus Margono (2009: 80-92) sebagai berikut :

1) Mengguling

a) Guling depan tungkai bengkok b) Guling depan tungkai lurus c) Guling belakang tungkai bengkok d) Guling belakang tungkai lurus 2) Keseimbangan

a) Berdiri atas kepala

b) Berdiri atas kepala diteruskan guling depan c) Berdiri atas tangan

d) Backextention (stutz) 3) Melenting

a) Melenting tumpuan tengkuk b) Melenting tumpuan dahi

c) Front wolkover

d) Back wolkover

e) Melenting tumpuan tangan (hand spring) f) Melenting ke belakang tumpuan tangan 4) Meroda atau gerakan baling – baling

5) Round Off

6) Gerakan Salto a) Salto ke depan

(13)

(2) Salto depan sudut / kaki lurus b) Salto ke belakang

(1) Salto belakang jongkok (2) Salto depan sudut / kaki lurus

c) Salto ke samping

(1) Salto belakang jongkok (2) Salto depan kaki lurus 3. Gerakan Guling Depan

Dari beberapa gerakan senam ketangkasantersebut, salah satunya adalah guling depan. Guling depan merupakan salah satu gerakan dalam senam lantai yang dilakukan dengan cara berguling kedepan. Menurut Roji (2007:112), “gerakan guling depan adalah gerakan badan berguling kearah depan melalui bagian belakang badan (tengkuk), pinggul, pinggang, dan panggul bagian belakang’’. Menurut Agus Margono (2009:80) guling depan dapat dilakukan dengan cara :

Dimulai dari sikap jongkok pantat agak tinggi kedua lengan lurus kedepan.Luruskan tungkai, badan condong kedepan, tangan menumpu pada matras selebar bahu, tarik dagu kedada, tengkuk letakkan pada matras.Saat punggung mengenai matras, bengkokkan tungkai, tarik paha kedada, tangan menolak gerakan mengguling, diteruskan hingga berakhir pada sikap jongkok, tangan melekat pada tulang kering, pandangan lurus kedepan.

Gambar 2.1 Gerakan guling depan dengan tungkai bengkok (Sumber: Agus Margono, 2009: 80)

(14)

Sedangkan Aip Syaifuddin dan Muhadi (1991:105-106) gerakan guling depan apabila diuraikan seperti berikut:

a. Sikap permulaan

Jongkok, kedua kaki agak dibuka, kedua tumit diangkat, kedua telapak tangan diletakkan pada matras, kedua lengan lurus sejajar bahu.

b. Gerakan

Angkat pinggul keatas hingga kedua lutut lurus dan berat badan berada pada kedua tangan, sambil membengkokkan sikut kesamping masukkan kepala ke antara dua tangan sampai seluruh pundak kena pada matras dan pinggul didorong kedepan pelan-pelan.Kemudian teruskan badan berguling kedepan dan pada saat punggung terasa mengenai matras, segera kedua lutut dilipat dan kedua tangan memeluk lutut. Dengan demikian badan berguling ke depan bulat hingga jongkok kembali.

c. Sikap akhir

Jongkok, kedua tumit diangkat, kedua lengan lurus kedepan, kemudian berdiri tegak.

Gambar 2.2. Gerakan berguling ke depan (Sumber: Aip Syaifuddin dan Muhadi, 1991:106)

4. Alat Bantu Pembelajaran

a. Pengertian Alat Bantu Pembelajaran

Alat bantumerupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan pembelajaran olahraga. Kelancaran pembelajaran dapat dipengaruhi oleh tersediannya alat bantu yang baik dan memadai. Menurut Agus Kristiyanto (2010:129) menyatakan, “Alat bantu merupakan alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan materi pembelajaran”. Alat bantu ini lebih sering disebut alat peraga karena berfungsi untuk membantu dan mempraktekkan sesuatu dalam proses

(15)

pendidikan pengajaran. Sedangkan menurut Suparman dalam (Sutikno, 2013) menyatakan,“ alat bantu sebagai alat yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi dari pengirim kepada penerima pesan”.

Berdasarkan pendapat tersebut alat bantu pembelajaran dapat didefinisikan sebagi sesuatu yang dapat membawa informasi dan pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung antara pendidik dengan siswa.

b. Manfaat Alat Bantu Pembelajaran

Alat bantu pembelajaran sangat berpengaruh terhadap siswa untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Manfaat alat bantu pembelajaran menurut Soekidjo yang dikutip Agus Kristiyanto (2010:129-130) secara terperinci yaitu :

a. Menimbulkan minat sasaran pendidikan b. Mencapai sasaran yang lebih baik c. Membantu mengatasi hambatan bahasa

d. Merangsang sasaran pendidik untuk melaksanakan pesan-pesan kesehatan

e. Membantu sasaran pendidikan untuk belajar lebih banyak dan cepat

f. Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang diterima kepada orang lain

g. Mempermudah penyampaian bahan pendidikan/informasi oleh para pendidik pelaku pendidikan

h. Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran pendidikan. c. Syarat Alat Bantu Pembelajaran Yang Baik

Dalam proses pembelajaran hadirnya alat bantu sangat diperlukan sebab mempunyai peranan besar yang berpengaruh erhadap pencapaian tujuan pembelajaran.Hal ini dikarenakan belajar tidak selamanya hanya bersentuhan dengan hal-hal yang konkrit baik dalam konsep maupun faktanya. Agus Kristiyanto (2010:130) menyatakan syarat alat bantu pembelajaran yang baik yaitu :

1) Mempunyai tujuan pendidikan untuk mengubah pengertahuan, pengertian, pendapat dan konsep-konsep, mengubah sikap dan persepsi, menanamkan tingkah laku/kebiasaan yang baru.

(16)

2) Alat bantu harus efisien dalam penggunaannya, dalam waktu yang singkat dapat mencakup isi yang luas dan tempat yang diperlukan tidak terlalu luas.penempatan alat bantu perlu diperhatikan ketepatannya agar dapat diamati dengan baik oleh siswa.

3) Efektif artinya memberikan hasil guna yang tinggi ditinjau dari segi pesannya dan kepentingan siswa yang sedang belajar sedangkan yang dimaksud dengan komunikatif ialah bahwa media itu mudah untuk dimengerti maksudnya, sehingga membuat siswa menjadi lebih mudah dalam menerima pembelajaran yang diberikan oleh guru.

d. Alat Bantu Dalam Pembelajaran

Penggunaan alat bantu dalam pembelajaran olahraga sangat penting agar tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai. Tidak tersediannya alat bantu akan berpengaruh terhadap proses pembelajaran, sehingga materi pembelajaran tidak dapat tersampaiakan. Namun sebaliknya, dengan alat bantu pembelajaran senam, maka pembelajaran senam dapat dilakukan secara variatif sesuai tujuan yang diinginkan. Alat bantu yang dipakai dalam pembelajaran guling depan antara lain :

1) Audio Visual

Audio visual merupakan salah satu macam alat bantu pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Alat bantu audio visual ini bertujuan untuk menyampaikan informasi melalui perangkat suara dan gambar. Anita (2008:49) menyatakan bahwa,“ Audio Visual adalah alat yang tidak hanya dapat dilihat atau didengar saja, tetapi dapat melihat sekaligus mendengar sesuatu yang dapat divisualisasikan”. Alat bantu audio visual ini semakin lama semakin popular dalam masyarakat kita. Pesan yang disajikan bisa bersifat fakta (kejadian/peristiwa penting, berita) maupun fiktif (misalnya seperti cerita), bisa bersifat informatif, edukatif maupun intruksional. Salah satu contoh alat bantu audio visual yang dapat digunakan sebagai pembelajaran adalah video.

(17)

Basuki Wibawa dan Farida Mukti (2001:72) mengatakan bahwa video mempunyai kelebihan, yaitu:

a) Penyajiannya tidak memerlukan ruang gelap. b) Program dapat diputar berulang-ulang.

c) Program sajian yang rumit atau berbahaya dapat direkam sebelumnya sehingga waktu mengajar guru bisa memusatkan perhatian pada penyajian.

d) Mudah dikontrol oleh guru. Sedangkan keterbatasannya adalah : a) Daya jangkauannya terbatas. b) Sifat komunikasinya satu arah. c) Peralatanya cukup mahal 2) Matras Bidang Miring

Alat batu matras bidang miring ini terbuat dari balok dengan panjang 1,5 s/d 2 meter, lebar 1 meter, dan tinggi 50 cm, agar siswa tidak merasa sakit diatas papan bidang miring tersebut diberi matras. Penggunaannya seperti melakukan gerakan guling depan seperti biasa hanya saja kali ini dilakukan dimatras yang berbentuk miring dengan diatur ketinggian matras. Penggunaan matras bidang miring ini akan diturunkan secara bertahap dari ketinggian 50cm, 25cm hingga pada akhirnya menggunakan matras datar. Tujuannya adalah untuk mempermudah siswa melakukan gerakan berguling kedepan pada matras. Kelebihan dari alat ini adalah memberikan gaya dorong lebih besar ketika melakukan gerakan guling depan.

Gambar 2.5. Matras Bidang Miring (Sumber: Biasworo Adisuryanto Aka, 2009:72)

50 cm

(18)

e. Penerapan Alat Bantu Dalam Pembelajaran Gerakan Guling Depan Penggunaan alat bantu dalam pembelajaran sangat penting agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Tidak tersedianya alat bantu akan berpengaruh terhadap kegiatan pembelajaran, sehingga materi tidak dapat tersampaikan. Namun sebaliknya, dengan alatbantu dalam pembelajaran, maka proses pembelajaran dapat dilakukan secara variatif sesuai tujuan yang diinginkan. Berikut alat bantu dalam pembelajaran guling depan.

1) Audio Visual

Penyajian video pembelajaran pada guling depan dapat dilaksanakan sebelum pembelajaran di lapangan dan dilaksanakan pada saat siswa berada didalam kelas.prosedur penggunaan alat bantu audio visual berupa video pembelajaran guling depan adalah sebagai berikut:

a) Persiapan

Sebelum melihat video pembelajaran guling depan, terlebih dahulu harus mempersiapkan hal-hal sebagai berikut:

(1) Menentukan video pembelajaran yang akan disajikan pada saat pembelajaran guling depan

(2) Menjelaskan kepada siswa tentang topic dan tujuan yang hendak dicapai dari program tersebut.

(3) Mengecek peralatan meliputi laptop, LC, speeker, dan lain-lain yang dibutuhkan pada saat penggunaan video pembelajaran berlangsung

(4) Menempatkan LCD dan speeker pada posisi yang memungkinkan seluruh siswa dapat melihat dan mendengar video pembelajaran dengan baik

b) Pelaksanaan (penyajian)

Pada saat penyajian video pembelajaran senam lantai guling depanberlangsung perlu diperhatikan:

(19)

(1) Agar siswa berada pada posisinya sehingga perhatian siswa focus pada video pembelajaran.

(2) Agar siswa mengingat atau mencatat hal-hal yang kurang jelas dan belum dimengerti untuk ditanyakan atau didiskusikan setelah penyajian video pembelajaran berakhir.

(3) Agar dimungkinkan bagi penyaji untuk dapat menghentikan sementara video pembelajaran, untuk menjelaskan hal-hal yang perlu dapat mendapat penekanan.

c) Tindak lanjut

Setelah video pembelajaran disajikan, dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan antara lain:

(1) Mendiskusikan isi dari video pembelajaran.

(2) Melakukan percobaan, tes dan melatih ketrampilan sesuai dengan video pembelajaran.

(3) Menulis laporan.

(4) Member balikan terhadap program. 2) Matras miring

Tujuannya adalah untuk mempermudah siswa melakukan gerakan berguling kedepan pada matras. Pelaksanaannya sebagai berikut :

a) Siswa dalam posisi jongkok

b) Siswa melakukan gerakan guling depan pada matras bidang miring.

c) Dihrapkan pada saat mengguling siswa dapat melakukan gerakan berguling dengan benar.

d) Pengunaan bidang miring dilakukan secara bertahap dari ketinggian 50cm sampai pada akhirnya guling depan dilakukan diatas matras datar ( matras sesungguhnya)

(20)

Gambar 2.8. Gerakan Guling Depan Pada Bidang Miring (Sumber: Biasworo Adisuryanto Aka, 2009:74)

B. KERANGKA BERFIKIR

Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang mampu melibatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Permasalahan yang sering terjadi dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani khususnya pada model pembelajaran dan cara guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Sering kali materi yang diajarkan oleh guru kurang tertanam kuat dalam benak siswa. Khususnya dalam pembelajaran senam lantai guling depan. Siswa kurang mampu menganalisis gerakan yang telahdiajarkan oleh guru, sebab guru hanya menyampaikan materi secara verbal, adapun memberikan demonstrasi atau contoh kurang dapat ditangkap oleh siswa secara optimal.Guru bukanlah satu-satunya

50 c

m

25

(21)

sumber belajar bagi siswa, siswa diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan kemampuan berfikirnya dalam menyelesaikan masalah yang sesuai dengan materi pembelajaran.

Pelaksanaan pembelajaran penjas oleh para guru belum banyak menggunakan alat bantu pembelajaran, begitu pula pelaksanaan pembelajaran penjas di SD Negeri 03 Koripan. Proses pembelajaran yang berlangsung belum mewujudkan adanya partisipasi siswa secara penuh. Guru menerangkan materi pelajaran yang diajarkan, kemudian memberikan contoh dan siswa melakukan berulang-ulang sampai materi yang dipelajari dikuasai.Hal tersebuat mengakibatkan siswa merasa jenuhdan mengakibatkan siswa kurang termotivasi untuk mengikuti pelajaran penjas, sehingga berakibat pada perolehan hasil belajar siswa yang masih rendah.Alat bantu pembelajaran adalah alat-alat yang digunakan oleh pendidik untuk menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa.

Alat bantu yang digunakan pada materi senam lantai guling depan adalah dengan menggunakan alat bantu audiovisual berupa video dan matras bidang miring. Dengan menggunakan alat bantu audiovisual berupa video motivasi siswa dalam mempelajari gerakan senam lantai guling depan akan meninggkat karena dengan penayangan video didepan kelas pembelajaran akan lebih terasa menarik selain itu siswa akan memperoleh gambaran yang lebih luas tentang gerakan senam lantai guling depan.Kemudian dengan penggunaan alat bantu matras bidang miring akan mempermudah gerakan siswa dalam proses gerakan berguling dimatras. Diharapkan Pemanfaatan alat bantu pembelajaranmenggunakan audio visual dan matras bidangmiring dapat mempermudah dan memperjelas materi senam lantai gulingSecara sederhana, kerangka berfikir dari penelitian ini dapat digambarkan pada gambar dibawah ini

(22)

Gambar 2.9. Kerangka Berfikir

Siswa:

-Siswa kurang tertarik dan kurang memperhatikan materi yang diberikan

-Siswa kurang termotivasi untuk

mengikuti pembelajaran. -Hasil belajar guling depan masih

rendah. Guru :Guru kurang inovatif

dalam pembelajaran penjasorkes dan belum tersediannya alat bantu pembelajaran

Kondisi Awal aAwaawal

Siklus I: Peneliti bersama dengan guru menyusun dan melaksanakan pengajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guling depan melalui penerapan alat bantu pembelajaran.

Apabila pada siklus I ini target belum tercapai, maka diadakan perbaikian dan dilanjutkan ke siklus II

Menerapkan pembelajaran dengan menggunakan alat bantupembelajaran Tindakan

Motivasi siswa untuk belajar guling depan meningkat, sehingga hasil belajar guling depan juga meningkat sesuai dengan target yang ditetapkan.

Gambar

Gambar 2.1 Gerakan guling depan dengan tungkai bengkok  (Sumber: Agus Margono, 2009: 80)
Gambar 2.2. Gerakan berguling ke depan  (Sumber: Aip Syaifuddin dan Muhadi, 1991:106)
Gambar 2.5. Matras Bidang Miring  (Sumber: Biasworo Adisuryanto Aka, 2009:72)
Gambar 2.8. Gerakan Guling Depan Pada Bidang Miring  (Sumber: Biasworo Adisuryanto Aka, 2009:74)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Masalah yang ada dalam mengevaluasi siswa terbaik adalah belum menggunakan metode yang dapat menentukan prioritas dari banyak kriteria dan belum adanya pembobotan untuk

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan jenis asam yang berbeda untuk menganalisis kadar Cu total dan Zn total dalam lumpur limbah industri pelapisan

Tata Usaha pada UPTD Tindak Darurat Dinas Cipta Karya dan Tata Kota Samarinda Eselon

Dengan demikian, motivasi berprestasi siswa perlu diperhatikan dalam pembelajaran IPA mengingat pembelajaran IPA banyak melibatkan predisposisi untuk merespon

Sesuai dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 272 / Kpts.II / 2003 tanggal 12 Agustus 2003 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Penyuluh Kehutanan dan Angka

Aplikasi memiliki dua jenis keluaran, yakni hasil kecocokan aplikasi dengan minat yang dipilih oleh calon mahasiswa dan keluaran kedua adalah saran program studi yang lebih

Dengan demikian tugas PNTL dalam membela democratic legality merupakan suatu keniscayaan yang berlandaskan konstitusi dan hukum yang berlaku di Timor Leste. Untuk

Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan penelitian yang dalam pengumpulan data penelitian hingga penafsirannya banyak menggunakan angka, Pengumpulan data dalam