• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kualitas Ternak Sapi Potong Sekitar Tambang Nikel Di Kabupaten Halmahera Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kualitas Ternak Sapi Potong Sekitar Tambang Nikel Di Kabupaten Halmahera Timur"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

KUALITAS TERNAK SAPI POTONG SEKITAR TAMBANG

NIKEL DI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR

GUNAWAN

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Kualitas Ternak Sapi Potong Sekitar Tambang Nikel di Kabupaten Halmahera Timur adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015

Gunawan

(4)

RINGKASAN

GUNAWAN.

Kualitas Ternak Sapi Potong Sekitar Tambang Nikel di Kabupaten Halmahera Timur. Dibimbing oleh RUDY PRIYANTO dan SALUNDIK

Kegiatan pertambangan umumnya dilakukan di kawasan hutan. Kegiatan ini dapat menyebabkan kerusakan lingkungan secara keseluruhan baik dalam bentuk pencemaran dan penurunan kualitas air, tanah serta rerumputan. Masyarakat di sekitar tambang nikel memanfaatkan rerumputan sebagai padang penggembalaan dan air sebagai persediaan minum ternak sapi potong. Kemudian terjadi penurunan kualitas ternak sapi yang disebabkan adanya kandungan logam berat dalam daging sapi potong.

Penelitian ini dilakukan selama enam bulan di Kecamatan Wasile dan Wasile Timur Kabupaten Halmahera Timur. Tujuan penelitian ini untuk mengkaji kondisi lingkungan seperti tanah, air, rumput dan produk ternak berupa kuku, rambut, hati dan daging sapi potong dengan cara mendeteksi adanya residu logam berat Pb, Cd, As, Hg, yang berada di sekitar tambang nikel dan non tambang. Logam berat sampel dianalisis menggunakan metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA).

Berdasarkan hasil penelitian, ditunjukkan bahwa logam Pb pada air di sekitar tambang nikel sebesar 0.1367 ppm dan non tambang sebesar 0.0770 ppm. Konsentrasi Hg di sekitar tambang nikel pada tanah sebesar 17.8725 ppb, air sebesar 0.0447 ppb, rumput sebesar 6.6925 ppb, dan kuku, 14.0130 ppb, rambut 7.2370 ppm, hati sebesar 7.4910 ppb, dan daging 4.7210 ppb. Air di sekitar tambang nikel dan non tambang tercemar logam berat Pb melebihi ambang batas yang ditetapkan. Sedangkan logam berat Hg pada tanah, air, rumput, hati dan daging sapi yang digembalakan di sekitar tambang nikel melebihi ambang batas yang ditetapkan.

(5)

SUMMARY

GUNAWAN. Beef Cattle Quality Around in East Halmahera District. Supervised By RUDY PRIYANTO and SALUNDIK

Mining activities are generally carried out in the forest area. These activities can cause damage to the environment as a whole in the form of contamination and degradation of water quality, soil and grass. Communities around the nickel mines utilize grass as pasture and water as drinking water supply cattle. Then a decline in the quality of cattle caused by the heavy metal content in the meat of beef cattle.

This study was conducted over six months in the district of East Wasile Wasile and East Halmahera. The purpose of this study was to assess the environmental conditions such as soil, water, grass and livestock products such as nails, hair, liver and beef slices by means of detecting the presence of residues of heavy metals Pb, Cd, As, Hg, which was around the nickel mining and non mining, Heavy metal samples were analyzed using Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS).

The results of the study indicated that the Pb in the water around the nickel mines of 0.1367 ppm and non mines amounted to 0.0770 ppm. Hg concentrations in the soil around the nickel mines of 17.8725 ppb, water amounted to 0.0447 ppb, grass at 6.6925 ppb, and nails, 14.0130 ppb, hair 7.2370 ppm, ppb heart of 7.4910 and 4.7210 ppb meat. The water around the mine nickel and non mining Lead (Pb) contaminated water resource around mining and non mining area above the permitted level. Meanwhile, heavy metals Hg in soil, water, grass, liver and beef grazing around nickel mine exceeds the permitted level.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

KUALITAS TERNAK SAPI POTONG SEKITAR TAMBANG

NIKEL DI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015

(8)
(9)

Judul Tesis : Kualitas Ternak Sapi Potong Sekitar Tambang Nikel di Kabupaten Halmahera Timur

Nama : Gunawan NIM : D151120031

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr Ir Rudy Priyanto Ketua

Dr Ir Salundik, MSi Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi

Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

Dr Ir Salundik, MSi

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 sampai Juli 2014 yang berjudul “Kualitas Ternak Sapi Potong Sekitar Tambang Nikel di Kabupaten Halmahera Timur”.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Rudy Priyanto dan Bapak Dr Ir Salundik, MSi selaku komisi pembimbing yang telah banyak memberi bimbingan, saran, waktu, dan tenanga sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Terima kasih kepada Ibu Dr Ir Henny Nuraini, MSi yang telah banyak memberikan masukan dan saran saat ujian tesis. Terima kasih kepada Ibu Dian di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor atas bantuanya selama melakukan penelitian. Terima kasih juga disampaikan kepada seluruh dosen pengajar dan staf administrasi Program Studi Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Sekolah Pascasarjana IPB.

Terima kasih kepada Direktorat Pendidikan Tinggi (DIKTI) yang telah memberikan bantuan beasiswa melalui Beasiswa Unggulan (BU) tahun 2012 untuk melanjutkan studi ke jenjang S2 di Sekolah Pascsarjana IPB.

Kepada teman-teman mahasiswa Pascasarjana Prodi ITP angkatan 2012, 2013, dan 2014 terimakasih atas kebersamaanya selama ini, semoga persahabatan serta kerjasama tetap terjalin pada waktu mendatang. Terima kasih kepada teman-teman FORPAS-MU IPB (Forum Mahasiswa Pascasarjana Maluku Utara IPB) atas dukungan, bantuan dan rasa kekeluargaannya. Terima kasih kepada teman-teman kost Pondok Iona atas dukungan dan semangatnya selama ini.

Terima kasih kepada pemimpin dan staf Dinas Kecamatan Wasile dan Wasile Timur Kabupaten Halmahera Timur yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian. Terima kasih kepada teman-teman KARFAPALA UNKHAIR (Keluarga Arfat Pecinta Alam Universitas Khairun) yang telah banyak membantu dalam penelitian ini sampai selesai.

Terima kasih khusus disampaikan kepada Keluarga Besar Hatari Djama atas doa, kesabaran dan kasih sayangnya. Karya ilmiah ini penulis persembahkan untuk kalian semua.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2015

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

Hipotesis 4

METODE 4

Lokasi dan Waktu 4

Materi 4

Tahap Penelitian 4

Preparasi Sampel 6

Pengukuran Demensi Tubuh Sapi Bali 7

Peubah yang Diamati 8

Analisis Data 8

HASIL DAN PEMBAHASAN 9

Keadaan Umum Lokasi Penelitian 9

Aspek Pemeliharaan dan Produktivitas Sapi Potong 10 Dampak Logam Berat pada Lingkungan dan Bagian Organ Ternak 14

SIMPULAN DAN SARAN 21

Simpulan 21

Saran 21

DAFTAR PUSTAKA 22

(12)

DAFTAR TABEL

1 Aspek pemeliharaan ternak sapi potong di Kabupaten Halmahera Timur 11 2 Rata-rata ukuran tubuh dan bobot ternak sapi potong berdasarkan jenis

kelamin di sekitar tambang nikel dan non tambang Kabupaten

Halmahera Timur 13

3 Rata-rata kandungan logam berat pada tanah di sekitar tambang nikel

dan non tambang 14

4 Rata-rata kandungan logam berat pada air di sekitar tambang nikel dan

non tambang 15

5 Rata-rata kandungan logam berat pada rumput di sekitar tambang nikel

dan non tambang 16

6 Rata-rata kandungan logam berat pada kuku sapi potong yang

digembalakan di sekitar tambang nikel dan non tambang 17 7 Rata-rata kandungan logam berat pada rambut sapi potong yang

digembalakan di sekitar tambang nikel dan non tambang 18 8 Rata-rata kandungan logam berat pada hati sapi potong yang

digembalakan di sekitar tambang nikel dan non tambang 19 9 Rata-rata kandungan logam berat pada daging sapi potong yang

digembalakan di sekitar tambang nikel dan non tambang 20

DAFTAR GAMBAR

1 Cara pengukuran dimensi tubuh ternak Sapi Bali 7

2 Peta lokasi penelitian di Kecamatan Wasile dan Wasile Timur Kabupaten

Halmahera Timur 10

3 Kawasan penggembalaan sapi potong (a) di sekitar tambang nikel (Kecamatan Wasile) dan (b) non tambang (Kecamatan Wasile Timur)

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Eksploitasi sumber daya alam seperti industri pertambangan merupakan salah satu industri yang secara finansial sangat menguntungkan untuk perekonomi negara karena memiliki daya jual yang tinggi di pasaran global. Namun setiap eksploitasi sumber daya alam ini dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan, baik secara fisik maupun sosial (Purwantari 2007).

Perusahaan pertambangan yang berada di Kabupaten Halmahera Timur merupakan salah satu pertambangan nikel yang terbesar di Maluku Utara dengan jumlah produksi 8.205.411 metrik ton per tahun (BPS 2012). Hal ini menunjukan bahwa semakin besar produksi maka semakin besar pula limbah yang akan dihasilkan, sehingga dapat mencemari lingkungan sekitar tambang.

Salah satu proses pembuangan limbah pertambangan dalam bentuk tailing. Menurut Pohan et al. (2007) tailing merupakan satu jenis limbah yang dihasilkan oleh kegiatan tambang dan kehadirannya dalam dunia pertambangan tidak bisa dihindari. Menurut WALHI 2006 mengatakan bahwa pembuangan tailing yang besar dapat merusak lingkungan. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya pencemaran pada tanaman dan hewan yang hidup disekitar pertambangan. Tailing

mengandung logam-logam berat dalam kadar yang cukup mengkhawatirkan. Rahmawati dan Widayastuti (2012) mengatakan bahwa limbah proses industri pertambangan nikel mengandung; arsen (As), chromium (Cr), cadmium (Cd), tembaga (Cu), timbal (Pb), merkuri (Hg), dan zinc (Zn). Diantara logam berat tersebut terdapat empat logam berat yang bersifat merugikan dan beracun yang dapat mempengaruhi kesehatan ternak. Dibenarkan oleh Ridhowati (2013) empat logam berat diantaranya bersifat merugikan dan beracun baik bagi ternak maupun bagi manusia diantaranya: merkuri (Hg), cadmium (Cd), timbal (Pb), arsen (As). Menurut Anggorodi (1989) membagi logam berat menjadi dua kelompok yaitu esensial dan non esensial. Esensial merupakan mineral mikro yang dibutuhkan dalam tubuh ternak seperti mineral Fe, Cr, Zn, Cu, dan Mn sedangkan non esensial merupakan mineral yang bersifat racun (toksik) meliputi Pb, Cb, Hg, As yang dapat membahayakan bagi manusia maupun ternak.

Kegiatan pertambangan pada umumnya dilakukan di kawasan hutan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan secara keseluruhan dalam bentuk pencemaran air, tanah dan udara. Hal ini dibenarkan Susilo (2003) mengatakan bahwa pencemaran lingkungan adalah suatu keadaan yang terjadi karena perubahan kondisi tata lingkungan yaitu tanah, udara, dan air yang tidak menguntungkan bagi kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan disebabkan oleh kehadiran benda-benda asing seperti sampah, limbah industri, minyak, logam berat yang berbahaya dari aktivitas manusia dan mengakibatkan lingkungan tidak berfungsi seperti semula.

(14)

2

akumulasi logam berat pada daging dan organ hewan yang digembalakan disekitar tambang. Taggart et al. (2011) daging domba dan babi hutan yang hidup di areal pertambangan di temukan kadar logam berat Pb yang berlebihan.

Salah satu jalur masuknya logam berat yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia melalui asupan subtansi toksis yang bersumber dari makan yang dikonsumsinya. Palar (2004), menyebutkan bahwa logam berat masuk ke dalam tubuh makhluk hidup melalui rantai makanan, pernapasan atau penetrasi melalui kulit. Daging merupakan salah satu bahan pangan yang diminati banyak orang, namun di dalamnya memungkinkan membawa sejumlah substansi toksis. Bahri (2008), bahaya atau hazard yang berkaitan dengan keamanan pangan asal hewan dapat terjadi pada setiap mata rantai, mulai dari praproduksi di produsen, pascaproduksi sampai produk tersebut didistribusikan dan disajikan kepada masyarakat. Pada sebagian produk daging ada yang terkontaminasi logam berat dalam jumlah yang sedikit. Menurut Khalafalla et al. (2011) walaupun jumlahnya cukup kecil di dalam daging, namun pada bagian tertentu pada tubuh ternak yang juga sering dikonsumsi misalnya pada organ hati dan ginjal, sering menunjukkan konsentrasi substansi toksik yang cukup tinggi.

Populasi ternak sapi potong di Kabupaten Halmahera Timur mengalami peningkatan dari 8.835 ekor pada tahun 2011 menjadi 10.792 ekor pada tahun 2012 (BPS 2013). Ternak sapi pada umumnya dipelihara secara ekstensif oleh penduduk transmigran di Kabupaten Halmahera Timur sebagian besar berasal dari pulau jawa dan bersifat sampingan dari kegiatan usaha tani sawah sebagai usaha utama (BPS 2012). Lokasi peternakan yang tidak jauh dari aktivitas pertambangan, memungkinkan terjadinya pencemaran logam berat melalui air, udara, tanah, dan tumbuhan.

Pengaruh logam berat terhadap tumbuhan, tanah dan hewan telah banyak dilakukan penelitian. Smith (1981) melakukan penelitian terkait logam berat yang mencemari tumbuhan dan gejala akibat pencemaran logam berat, yakni: klorosis dan nekrosis pada ujung dan sisi daun serta busuk daun yang lebih awal. Kuperman dan Carreiro (1997), kontaminasi logam berat dalam tanah akan merugikan dan mempengaruhi aktivitas dan jumlah mikroorganisme, sehingga mempengaruhi proses penguraian dan perputaran zat makanan bagi tumbuhan begitu pula yang dinyatakan oleh Akinola et al. (2007) bahwa baik tanah maupun rumput Benggala (Panicum maximum Jacq.) sepanjang jalur ekpress Lagos-Ibadan, Nigeria tercemar logam berat.

Ternak yang tercemar logam berat melalui tumbuhan yang dimakan dan air yang diminumnya sehingga dapat mempengaruhi produktivitas ternak dan bahkan menimbulkan kematian. Hal ini sesui dengan Darmono (2011) tumbuhan yang tercemar oleh limbah yang mengandung logam berat seperti Cd, Pb, dan Hg yang dikonsumsi oleh ternak dalam jumlah yang sedikit dapat menghambat pertumbuhan, produktivitas, dan reproduksi ternak bahkan menyebabkan kematian.

(15)

3 Ketiga peneliti tersebut umumnya memfokuskan pada tingkat logam berat terhadap ternak di tempat pembuangan akhir. Terkait data penelitian logam berat di sekitar tambang nikel sangat terbatas. Hal ini memberikan gambaran bahwa masih terdapat kekurangan data mengenai cemaran logam berat pada lingkungan sekitar tambang nikel terhadap produktivitas sapi potong. Data yang diperoleh dari penelitian dapat diharapkan melengkapi data-data penelitian yang telah ada untuk dijadikan rujukan bagi pemerintah daerah dalam menyusun kebijakan penggembangan sapi potong di Kabupaten Halmahera Timur.

Perumusan Masalah

Produksi pertambangan yang besar akan menghasilkan limbah yang cukup banyak, sehingga dapat memberikan dampak terhadap lingkungan sekitarnya. Keberadaan lokasi pertambangan tidak begitu jauh dengan aktivitas peternakan dapat memungkinkan terjadinya pencemaran logam berat pada tanah, air, tumbuhan dan ternak yang berada di sekitar kawasan tambang nikel.

Pencemaran logam berat pada ternak sapi potong seperti Pb, Cd, As dan Hg dapat menghambat pertumbuhan, produktivitas dan bahkan menimbulkan kematian. Hal ini dibenarkan Darmono (2011) ternak yang tercemar As, Cd, Pb, Hg melalui rumput yang dikonsumsinya dalam jumlah sedikit dapat menghambat pertumbuhan, produktivitas, dan bahkan menyebabkan kematian.

Kajian keamanan pangan adalah sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari ketahanan pangan suatu masyarakat. Secara lebih spesifik permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana dampak tambang terhadap lingkungan peternakan sapi potong dengan melihat cemaran logam berat pada tanah, air, rumput, kuku, rambut, hati dan daging pada sapi potong yang dipelihara di sekitar tambang nikel.

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan:

1. Menganalisis aspek pemeliharaan ternak sapi potong sekitar tambang nikel dan non tambang di Kabupaten Halmahera Timur.

2. Mengkaji kondisi lingkungan seperti tanah, air, rumput dan produk ternak berupa kuku, rambut, hati dan daging sapi potong dengan cara mendeteksi adanya residu logam berat Pb, Cd, As, dan Hg yang berada di sekitar tambang nikel dan non tambang di Kabupaten Halmahera Timur.

Manfaat Penelitian

(16)

4

Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Tidak ada perbedaan kandungan logam berat pada lokasi penelitian.

2. Kadar logam berat di lokasi penelitian masih di dalam ambang batas Standar Nasional Indonesia (SNI)

METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di sekitar tambang nikel (Kecamatan Wasile) dan non tambang (Kecamatan Wasile Timur) Kabupaten Halmahera Timur dan Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pada bulan Februari sampai Juli 2014.

Materi Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 6 ekor sapi berumur ≥ 2 tahun yang diperoleh dari sekitar tambang nikel dan 6 ekor diperoleh dari non tambang, aquades, asam nitrat (HNO3), larutan standar logam Pb, Cd, As, Hg. Alat

yang digunakan adalah kamera, Timbangan, daftar pertanyaan (questioneraire),

Coolbox, botol HDPE dan SSA (Shimadzu AA-7000) ( Spektrometri Serapan Atom) untuk analisa logam berat Pb, Cd, As, dan Hg pada lingungan (tanah, air, rumput, dan produk peternakan seperti kuku, rambut, hati dan daging), lampu halow katoda Pb, Cd, As dan Hg timbangan analitik, gelas piala 250 ml, pipet ukur, labu ukur 100 mL, corong, erlenmeyer, pemanas listrik, kertas saring whatman dan labu semprot.

Aspek Pemeliharaan Sapi Potong

Sapi yang digunakan dalam percobaan ini adalah jenis sapi bali sejumlah 6 ekor yang lahir, tumbuh dan merumput di lahan sekitar tambang nikel dan 6 ekor yang dipelihara non tambang yang berumur > 2 tahun. Sistem pemberian pakan yang dilakukan adalah sistem penggembalaan. Sapi digembalakan di lahan sekitar tambang dan meminum air genangan di areal sekitar tambang nikel.

Tahapan Penelitian Pengumpulan data

(17)

5 untuk menggembalakan ternaknya. Wawancara dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan (questioneraire) yang telah disiapkan terlebih dahulu. Responden yang dipilih terdiri dari 180 orang peternak yang ada di lokasi penelitian.

Data dalam penelitian ini mengcakup dua bagian yaitu data primer dan sekunder. Data primer merupakan data hasil pengamatan dan pengukuran serta wawancara dengan responden, meliputi; aspek pemeliharaan sapi potong. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari Bappeda Kabupaten Halmahera Timur dan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Halmahera Timur. Data sekunder tersebut meliputi; karakteristik wilayah yang terdiri dari iklim dan topografi.

Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel penelitian ini adalah produk peternakan dari Tempat Potong Hewan (TPH) dan lingkungan padang penggembalaan ternak. Pada setiap sampel dengan dua lokasi yang berbeda antara sekitar tambang nikel (Wasile) dan non tambang (Wasile Timur) setiap perlakuan terdiri 3 ulangan.

Produk Peternakan. Setiap sampel diambil di Tempat Potong Hewan (TPH) meliputi kuku, rambut, hati, dan daging.

a. Kuku sapi potong

Sampel kuku pada sapi diambil pada bagian kanan belakang sebanyak 200 gram dan di setiap perlakuan terdiri 3 ulangan, kemudian dianalisis logam berat menggunakan metode Spektrometri Serapan Atom (SSA).

b. Rambut

Sampel rambut pada ternak sapi potong diambil dipangkal ekor sebanyak 20 gram, setiap perlakuan memiliki 3 kali ulangan dengan lokasi yang berbeda yaitu sekitar tambang nikel (wasile) dan non tambang (Wasile Timur) kemudian sampel dianalisis di laboratorium untuk mengatahui kandungan logam berat dengan menggunakan metode Spektrometri Serapan Atom (SSA). c. Hati

Sampel hati pada ternak sapi potong diambil sebanyak 300 gram terdiri 3 ulangan. Kemudian sampel dianalisis di laboratorium menggunakan metode Spektrometri Serapan Atom (SSA).

d. Daging

Sampel daging diambil dari bagian paha belakang sebanyak 300 gram dengan setiap sampel terdiri 3 ulangan dengan lokasi yang berbeda antara sekitar tambang nikel (Wasile) dan non tambang (Wasile Timur) kemudian dianalisis logam berat dengan menggunakan Spektrometri Serapan Atom (SSA).

Lingkungan. Setiap sampel lingkungan meliputi; tanah, air, dan rumput diambil di padang penggembalaan yang sering peternak melakukan aktivitas peternakan.

a. Tanah

(18)

6

diambil sebanyak 300 gram dan dijadikan contoh tanah untuk dianalisis di laboratorium.

b. Air

Air yang digunakan sebagai contoh penelitian diambil di sungai disekitar tambang dan non tambang yang sering digunakan oleh peternak untuk memberikan minuman pada ternak. Sampel diambil dengan jarak 5 meter, 25 meter, dan 50 meter. Kemudian setiap contoh dengan ulangan sebanyak 3 kali dalam satu perlakuan. Air diambil berjumlah 250 ml kemudian air dimasukan ke dalam botol HDPE yang sudah disterilisasikan dan ditambahkan asam nitrat sebagai pengawet, kemudian disimpan dalam coolbox kemudian dibawa ke laboratorium untuk dianalisis.

c. Rumput

Pengambilan contoh rumput yang diambil adalah rumput yang umumnya terdapat di padang penggembalaan di sekitar tambang nikel dan non tambang dengan jarak 5 meter, 25 meter, dan 50 meter yang sering digunakan oleh peternak. Setiap contoh di dua lokasi yang berbeda dan terdiri 3 ulangan. Rumput yang diambil adalah batang dan daun, contoh pada masing-masing lokasi diambil sebanyak 300 gram.

Preparasi Sampel

Preparasi Sampel Tanah untuk Pb, Cd, As, dan Hg (SNI 2009)

Analisis logam berat pada sampel tanah di lakukan dengan cara 300 gr sampel tanah yang diambil dikeringkan dengan panas matahari. Sampel yang telah benar-benar kering diambil sebanyak 200 gram dan digerus hingga halus dan diayak. Dari hasil ayakan, sampel diambil sebanyak 3 gram dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan dilarutkan dengan aquades hingga setengah dari volume labu. Kemudian ditambahkan 10 mL campuran HCl dan HNO3 dengan perbandingan, 3:1. Campuran dipanaskan di atas hot plate selama 10 menit hingga terbentuk filtrat jernih. Filtrat dipisahkan dengan cara menyaring menggunakan kertas saring Whatman AE 200. Kedalam filtrat ditambahkan aquades secukupnya hingga tanda batas dan siap diinjeksi menggunakan Spektrometri Serapan Atom (SSA).

Preparasi Sampel Air untuk Pb, Cd, As, dan Hg (SNI 2009)

Analisis logam berat pada sampel air minum ternak dilakukan dengan cara 250 mL sampel air diberikan asam nitrat pekat dan diuapkan pada suhu 100oC hingga sampel pekat dan tersisa lebih kurang 150 mL. Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL melalui kertas saring dan ditepatkan 100 mL dengan air suling dan siap diinjeksi menggunakan Spektrometri Serapan Atom (SSA).

Preparasi Sampel Rumput untuk Pb, Cd, As, dan Hg (SNI 2009)

(19)

7 larutan berwarna kuning jernih. Kemudian ditambahkan aquades hingga volume 50 ml dan dimasukkan ke dalam labu ukur melalui kertas saring untuk menyaring lemak yang ada dan siap diinjeksi menggunakan Spektrometri Serapan Atom (SSA).

Preparasi Sampel Rambut, Kuku Hati dan Daging untuk Pb, Cd, As, dan Hg (SNI 2009)

Analisis sampel rambut, kuku, hati, dan daging sapi potong dengan cara dimasukkan 15 gram sampel uji ke dalam gelas piala, lalu ditambahkan pereaksi HNO3 65% sebanyak 10 mL dan asam perkhlorat 68% sebanyak 2 mL hingga

seluruh sampel terendam. Dipanaskan di pemanas diatas hotplate sampai larut kurang lebih 4-6 jam sampai sampel uji larut seutuhnya dan larutan berwarna kuning jernih. Kemudian ditambahkan aquades hingga volume 50 ml dan dimasukkan ke dalam labu ukur melalui kertas saring untuk menyaring lemak yang ada dan siap diinjeksi menggunakan Spektrometri Serapan Atom (SSA).

Pengukuran Dimensi Tubuh Sapi Bali

Penelitian ini untuk mengukur parameter tubuh pada ternak sapi bali untuk menilai produktivitas ternak sapi potong umur > 2 tahun yang digembalakan sekitar tambang nikel (Wasile) dan non tambang (Wasile Timur) antara lain panjang badan, tinggi badan, lingkar dada, dan bobot badan (Gambar 1).

Gambar 1 Cara pengukuran dimensi tubuh ternak Sapi Bali 1. Panjang Badan (PB), mulai dari tepi tulang humerus sampai tulang duduk 2. Tinggi Badan (TB), mulai dari titik tertinggi pundak secara tegak hingga

permukaan tanah.

TB

TB

(20)

8

3. Lingkar Dada (LD), melingkarkan sekeliling rongga dada dibelakang sendi bahu.

4. Bobot badan diestimasi dari lingkar dada dengan menggunakan persamaan Zurahmah (2011).

Peubah yang diamati dalam penelitian ini yaitu menganalisis aspek pemelihaaraan sapi potong, kandungan logam berat pada lingkungan dan logam berat pada produk peternakan.

1. Menganalisis aspek pemeliharaan sapi potong meliputi; tingkat populasi ternak, produktivitas ternak, penyakit, dan kematian ternak.

2. Analisis logam berat pada lingkungan meliputi; tanah air, dan rumput.

3. Analisis logam berat pada produk peternakan meliputi; kuku, rambut, hati dan daging pada sapi potong yang digembalakan di sekitar tambang nikel dan non tambang.

Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini dilakukan sebagai berikut: Analisis data tentang kondisi wilayah, aspek pemeliharaan sapi potong, secara deskriptif antara sekitar tambang nikel dan non tambang.

Analisis data cemaran logam berat pada produk peternakan maupun lingkungan dilakukan dengan cara membandingkan kandungan logam berat pada lingkungan maupun produk peternakan dengan Standar yang berlaku. Pada lokasi yang berbeda antara sekitar tambang nikel (Wasile) dan non tambang (Wasile Timur) dilakukan dengan mengunakan Uji-t :

t= x̅1-x̅2

si = standar deviasi yang diperkirakan

dengan :

s

2

=

s1-1 S1

2- s 2-1 S12

(21)

9

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Kabupaten Halmahera Timur merupakan salah satu kabupaten Provinsi Maluku Utara yang di terletak di bagian timur dengan memiliki sumber daya alam yang mendukung dengan jumlah populasi ternak sapi potong di Kabupaten Halmahera Timur mengalami peningkatan dari 8.835 ekor pada tahun 2011 menjadi 10.792 ekor pada tahun 2012 (BPS 2013). Berdasarkan hasil sensus pertanian 2013 apabila dirinci menurut wilayah, kecamatan yang memiliki sapi potong paling banyak yaitu Kecamatan Wasile dengan jumlah populasi 3.889 ekor dan Wasile Timur 2.989 ekor (BPS Halmahera Timur 2013).

Secara Geografis Kabupaten Halmahera Timur terletak pada bagian timur garis khatulistiwa diantara 1° 4' - 0° 40' LS dan 126° 45' - 130° 30' BT. Batas wilayah adalah :

a. Sebelah Utara : Teluk Kao (wilayah Kabupaten Halmahera Utara). b. Sebelah Timur : Teluk Buli, Lautan Halmahera dan Samudra Pasifik. c. Sebelah Selatan : Kecamatan Patani dan Kecamatan Weda, Kabupaten

Halmahera Tengah.

d. Sebelah Barat : Teluk Kao (wilayah Kabupaten Halmahera Utara) dan Kota Tidore Kepulauan.

Kabupaten Halmahera Timur memiliki luas daerah daratan seluas 6.506.19 Km2 atau 6.506.19 Ha, yang memiliki 10 Kecamatan yang terdiri dari Kecamatan Maba Selatan, Kecamatan Kota Maba, Kecamatan Maba, Kecamatan Maba Tengah, Kecamatan Maba Utara, Kecamatan Wasile Utara, Kecamatan Wasile Tengah, Kecamatan Wasile Timur, Kecamatan Wasile dan Kecamatan Wasile Selatan.

Kecamatan Wasile (Gambar 2) merupakan Wilayah Pemerintahan Kabupaten Halmahera Timur Provinsi Maluku Utara, dengan topografi datar, bergelombang dan berbukit. Luas wilayah Kecamatan Wasile yaitu untuk luas daratan 18.000 km2 sedangkan luas lautan 6.250 km2 dan memiliki luas areal hutan 1.270 km2.

(22)

10

desa seperti Akedaga, Dakaino, Dadaga, Toboino, Tutuling Jaya, Woka Jaya. Jumlah penduduk Kecamatan Wasile Timur 9.556 jiwa terdiri dari laki-laki 4.958 jiwa dan perempuan 4.598 jiwa, mata pencharian sebagai petani 97 %.

Keunggulan dari potensi di Wasile Timur adalah petani penghasil beras dari atas lahan persawahan seluas 1885.2 Ha, (belum termasuk 1642 Ha. lahan bukan sawah, salah satu diantaranya 15 Ha pandang rumput). Populasi ternak sapi potong yang ada di Kecamatan Wasile Timur sebanyak 2.989 ekor (BPS Halmahera Timur 2014).

Gambar 2 Peta lokasi penelitian di sekitar tambang nikel (Wasile) dan non tambang (Wasile Timur) Kabupaten Halmahera Timur

Aspek Pemeliharaan dan Produktivitas Sapi Potong Aspek Pemeliharaan

Hasil wawancara dengan peternak memperlihatkan bahwa pada umumnya aspek pemeliharaan sapi potong di sekitar tambang nikel (Wasile) dan non tambang (Wasile Timur) Kabupaten Halmahera Timur masih bersifat tradisional ekstensif (Tabel 1). Ternak digembalakan sepanjang hari oleh peternak di area padang penggembalaan sehingga kebutuhan pakan seluruhnya tergantung pada hijauan yang dikonsumsi oleh ternak tesebut.

Pada Tabel 1 menunjukan bahwa sebanyak 100% peternak di sekitar tambang nikel dan non tambang, sistem pemeliharaan ternak sapi potong secara ekstensif yang digembalakan (Gamber 3) di sekitar perkebunan dan kehutanan. Kebutuhan pakan seluruhnya tergantung pada hijauan yang tersedia dan dikonsumsi ternak selama merumput. Beberapa peternak memberikan pakan tambahan atau konsentrat berupa dedak, bungkil kelapa, limbah perikanan atau limbah rumah tangga yaitu masing-masing 13 dan 23 % masing-masing di sekitar tambang nikel dan non tambang. Sedangkan yang tidak memberikan pakan tambahan atau

(23)

11 konsentrat sebesar 77-87%. Hal ini karena kurangnya penggatahuan peternak tentang teknik pemberian pakan.

Hasil survei di lokasi penelitian terdapat beberapa macam penyakit yang menyerang ternak sapi potong baik di sekitar tambang nikel maupun non tambang diantaranya berupa cacing hati (10-18%). Hal ini karena pemeliharaan yang dilakukan masih secara ekstensif sehingga ternak yang mencari pakan sendiri dipadang penggembalaan. Menurut Sadarman et al. (2007) menyebutkan bahwa sapi yang dipelihara secara ekstensif lebih beresiko terhadap infeksi Fasciola sp.

dibandingkan dengan sapi yang dipelihara secara intensif. Ternak sapi yang dipelihara secara ekstensif mempunyai resiko terinfeksi Fasciola sp yang lebih tinggi karena sapi-sapi tersebut mencari pakannya sendiri sehingga pakan yang diperoleh tidak terjamin baik secara kuantitas maupun kualitas serta sesuai dengan kebutuhannya. Penyakit jembrana (4%) terdapat di sekitar tambang nikel. Hal ini karena penularan penyakit jembrana dari sapi ke sapi melalui serangga penghisap darah seperti lalat (lalat tapis), caplak dan nyamuk yang menghisap darah dari hewan yang sakit kemudian menyebar di hewan-hewan yang lain. Penyakit jembrana ini hanya terdapat di sekitar tambang nikel. Pada penelitian ini terdapat ternak dalam kondisi sehat sebanyak 72-82%. Ada beberapa peternak tersebut juga melakukan penanganan pada ternaknya seperti memandikan, membersihkan, atau mengobati sapi yang sakit dengan cara memberi obat bagi manusia dengan dosis yang dimodifikasi, dalam rangka mencegah penyakit untuk menjaga agar ternaknya tetap sehat.

Tabel 1 Aspek pemeliharaan ternak sapi potong di Kabupaten Halmahera Timur

Uraian Peubah Lokasi Penelitian

Tambang1 Non Tambang2 1. Tingkat populasi ternak (ekor)

1. Anak 153 177

b. Tidak diberikan kosentrat 87 77

4. Penyakit (%)

(24)

12

Pada Tabel 1 menunjukan bahwa rata-rata tingkat kematian dewasa di sekitar tambang nikel sebesar 5.26%. Sedangkan non tambang sebesar 2.82 %. Hal ini tergolong rendah jika dibandingkan dengan hasil penelitian Rauf (2015) yaitu 8.14% ternak yang digembalakaan. Hal serupa dengan penelitian Sumadi dan Siliwolu (2004) yaitu 5.62 %. Penyebab kematian ternak dewasa pada lokasi penelitian disebabkan oleh adanya penyakit jembrana pada ternak disebabkan oleh kurangnya pengetahuan peternak dalam mengontrol ternak yang digembalakan di sekitar tambang nikel maupun non tambang.

Produktivitas Sapi Potong

Sapi potong merupakan salah satu ternak penghasil daging di Indonesia, akan tetapi produksi daging sapi dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan karena populasi dan tingkat produktivitas ternak rendah. Rendahnya populasi sapi potong antara lain disebabkan sebagian besar ternak dipelihara oleh peternak berskala kecil dengan lahan dan modal terbatas (Kariyasa 2005). Pada penelitian ini produktivitas sapi potong meliputi panjang badan, tinggi badan, lingkar dada dan bobot badan dapat dilihat pada Tabel 2.

Hasil penelitian (Tabel 2) menunjukan bahwa ternak sapi jantan yang ada di sekitar tambang nikel memiliki ukuran tubuh seperti panjang badan, tinggi badan, lingkar dada dan bobot badan berbeda nyata (P<0.05) lebih kecil daripada yang ada di non tambang. Dalam hal ini, karena para peternak yang ada non tambang sering memberikan pakan tambahan (Tabel 1) berupa konsentrat pada ternaknya lebih banyak ketimbang yang ada di sekitar tambang nikel. Selain itu juga ternak yang digembalakan sepanjang hari di padang penggembalaan, sehingga pakan yang diperoleh tidak terjamin baik secara kuantitas maupun kualitasnya serta sesuai dengan kebutuhannya, sehingga dapat mempengaruhi berat badan pada ternak. Menurut Joseph (2007) menyatakan bahwa bobot ternak sapi bali dipengaruhi oleh pakan yang tersedia secara cukup, baik kuantitas maupun kualitasnya. Hal ini

Tambang Nikel Non Tambang

(a) (b)

(25)

13 sejalan dengan Wijono et al. (2001) bahwa pada saat terjadi kekurangan pakan pada ternak potong akan menyebabkan penurunan berat badan, khususnya disebabkan oleh kehilangan lemak badan. Fourie et al. (2002) menyatakan dalam dada, tinggi pundak, lebar pundak, dan umur mempunyai pengaruh pada bobot tubuh. Trinayani

et al. (2013) menyatakan berat sapi bali jantan dewasa, sekitar 460 kg, lingkar dada 193 cm, tinggi gumba, 132 cm, dan panjang badan 147 cm. Hasil penelitian Arlina dan Khasrad (2003) yang menyatakan bahwa panjang badan sapi bali jantan umur < 1 tahun 120±86 cm dan umur > 1-2 tahun 120.67 ± 0.81 cm. Selanjutnya Susanti

et al. (2008) menyatakan bahwa panjang badan sapi bali jantan secara berurutan pada umur < 1 tahun, > 1-2 tahun dan > 2-3 tahun sekitar 103.62 ± 3.76 dan 115.50 ± 2.60 cm.

Hasil penelitian (Tabel 2) menunjukan bahwa penampilan produksi berupa panjang badan, tinggi badan, lingkar dada dan bobot badan sapi betina umur > 2 tahun di sekitar tambang nikel berbeda nyata (P>0.05) lebih kecil daripada yang ada di non tambang. Hal ini tergolong rendah jika dibandingkan dengan hasil penelitian Arlina dan Khasrad (2003), berat sapi bali betina, dewasa, sekitar 260 kg, lingkar dada 165 cm, tinggi gumba 114 cm, dan panjang badan 120 cm. Hal ini berkaitan dengan kondisi lingkungan yang berbeda dan pola pemberian hijaun kepada ternak dengan cara penggembalaan ternak dan tidak ada pengontrolan dari peternak saat ternak digembalakan, selain itu nutrisi pada pakan yang juga mempengaruhi. Perbedaan variasi ukuran tubuh ternak sapi dibeberapa lokasi pemeliharaan adalah sebagai akibat dari pengaruh lingkungan terutama nutrisi dan sistem pemeliharaan, maka ketersediaan pakan harus mencukupi kebutuhan ternak, baik yang berasal dari hijauan atau makanan tambahan yang diberikan kepada ternak sehingga dapat membantu proses pertumbuhan ternak (Ditjen PKH 2000).

Tabel 2 Rata-rata ukuran tubuh dan bobot ternak sapi potong berdasarkan jenis kelamin di sekitar tambang nikel dan non tambang Kabupaten Halmahera Timur

Sapi Bali

n Ukuran Tubuh Lokasi Penelitian

(26)

14

Dampak Logam Berat pada Lingkungan dan Bagian Organ Ternak Lingkungan merupakan suatu aspek yang tidak bisa dipisahkan dengan dunia peternakan, namun di suatu sisi lingkungan peternakan sering terjadinya cemaran kandungan logam berat akibat aktivitas manusia seperti kegiatan industri sehingga terjadinya penyebaran kandungan logam berat yang lebih luas, hal ini menyebabkan kandungan logam berat seperti Pb, Cd, As, dan Hg tersebut akan terakumulasi di dalam tanah, tanaman, serta pada ternak yang mengkonsumsi tanaman tersebut. Kandungan logam berat yang masuk ke dalam tubuh ternak melalui pakan yang dikonsumsi oleh ternak, sudah tercemar kandungan logam berat sehingga logam-logam berat akan mengalami bioakumulasi di organ dan jaringan hewan.

Kandungan Logam Berat pada Lingkungan Tambang Nikel

Industri pertambangan merupakan salah satu penyebab terjadinya percemaran lingkungan yang berasal dari limbah akibat dari aktivitas manusia seperti industri perusahaan, pertanian, dan rumah tangga. Hal ini akan berdampak terhadap kehadiran banda-benda asing yang mencemari lingkungan peternakan yang berada di sekitar tambang salah satunya adalah logam berat. Cemaran logam pada lingkungan dapat mempengaruhi metabolisme pada tanah yang berada di sekitar tambang, hal ini dapat terlihat pada Tabel 3 .

Hasil analisis laboratorium (Tabel 3) menujukan bahwa konsentrasi logam berat Pb, Cd, dan As pada tanah di sekitar tambang nikel dan non tambang masih berada di bawah ambang batas yang ditetapkan. Sedangkan kisaran kandungan logam berat Hg pada tanah di sekitar tambang nikel melebihi ambang batas kritis. Keberadaan kandungan logam berat Hg pada tanah yang ada disekitar tambang nikel dikarenakan penggunaan merkuri dalam proses pemisahan bijih logam dengan jumlah yang besar, sehingga dapat menghasilkan limbah merkuri lebih tinggi dan berdampak pada lingkungan sekitarnya. Hal ini juga dinyatakan oleh Mirdat, (2013) tingginya kandungan logam berat Hg pada tambang emas dikarenakan penggunaan Hg pada saat pengolahan mencapai 500 cc per tromol per satu kali pengolahan, sehingga limbah yang dihasilkan mengandung logam Hg yang cukup tinggi dan dapat berdampak pada lahan sekitarnya baik secara langsung Tabel 3 Rata-rata kandungan logam berat pada tanah di sekitar tambang nikel dan

non tambang

Logam Berat Lokasi Penelitian Ambang Batas

Tambang Nikel1 Non Tambang2 Wei & Yang (2010)

Pb (ppm) 1.1397±0.301 0.6650±0.168 2.00

Cd (ppm) 0.0407±0.003 0.0405±0.011 7.00

As (ppb) 0.0417±0.005a 0.0275±0.001b 1.00

Hg (ppb) 17.8725±1.511a 0.0545±0.009b 0.3-0.5

(27)

15 maupun tidak langsung. Selain itu jarak tambang nikel tidak jauh dari aktivitas padang penggembalaan sehingga dapat mempengaruhi keberadaan Hg pada lingkungan sekitar.

Widowati et al. (2008) tersebarnya logam berat Hg di tanah, perairan, dan udara bisa melalui berbagai jalur seperti pembuangan limbah industri secara langsung, baik limbah padat maupun limbah cair yang dibuang ke tanah, udara, dan air. Hal ini juga dinyatakan oleh Priyanto dan Prayitno (2006) pencemaran logam berat di lahan sekitar penambangan, industri perusahaan, dan pertanian akan meningkatkan kandungan logam berat Hg didalam tanah karena residu maupun akibat tindakan dari kegiatan tersebut akan dibuang ataupun ditimbun di dalam tanah.

Konsentrasi Pb (Tabel 4) pada kedua lokasi penelitian di sekitar tambang nikel dan non tambang menunjukan bahwa air yang dikonsumsi ternak melebihi batas maksimum toleransi. Hal ini karena air yang dikonsumsi oleh ternak di sekitar tambang nikel adalah air yang mengalir dan sudah tercemar oleh logam berat akibat dari aktivitas pertambangan. Kontaminasi logam berat bersumber melalui sedimen tanah dan melewati aliran ketempat-tempat pembuangan limbah industri kemudian mengalir menuju ke hilir air. Logam berat Pb pada air di luar tambang disebabkan oleh aktivitas manusia di lahan pertanian. Air drainase pertanian yang mengandung pestisida, pupuk dan limbah dari kegiatan industri dapat memasok sejumlah besar anion organik dan logam berat pada air dan sedimen (EC 2002). Logam berat Cd dan As pada air di non tambang tidak terdeteksi adanya kandungan logam berat Cd, sama halnya dengan kandungan logam berat As dikedua lokasi tidak terdeteksi keberadaan oleh alat. Hal ini karena standar yang digunakan oleh alat SSA sebesar < 0.1 ppb.

Logam berat Hg (Tabel 4) mencapai batas maksimum toleransi mineral pada air minum yang dikonsumsi oleh ternak sapi potong yang digembalakan di sekitar tambang nikel. Tingginya konsentrasi Hg disebabkan karena dalam proses pengolahan bijih membutuhkan aliran air untuk pemisahan batuan halus dengan campuran merkuri dan nikel menggunakan tromol. Menurut Sualang (2001) teknik amalgamasi dilakukan dengan cara mencampur batuan yang mengandung logam emas dan Hg dengan menggunakan tromol. Kegiatan tersebut dibutuhkan aliran air untuk memisahkan batuan halus dan amalgam (campuran merkuri dan emas) yang Tabel 4 Rata-rata kandungan logam berat pada air di sekitar tambang nikel dan

non tambang

Logam Berat Lokasi Penelitian Ambang Batas

(28)

16

dialirkan ke kolam penampungan limbah (tailling) (Lingkubi, 2004). Keberadaan kandungan logam berat (Tabel 3) pada tanah tercemar logam berat Hg, sehingga dapat mempengaruhi logam berat pada air. Mendie (2005) bahwa air dapat memperoleh kontaminan dari aktivitas manusia (misalnya aktivitas dalam kegiatan industri) dan hewan serta aktivitas biologis lainnya. Air memiliki sifat yang sangat unik karena polaritas dan ikatan hydrogen yang dimiliki mampu melarutkan, menyerap atau menyimpan senyawa yang berbeda (WHO 2007). Logam berat Hg pada air di non tambang tidak terdeteksi keberadaan oleh alat. Hal ini karena standar yang digunakan oleh alat SSA sebesar < 0.1 ppb.

Salah satu jalur masuk logam berat dalam tubuh ternak adalah melalui pakan yang dikonsumsi. Sama halnya dengan manusia, kontaminasi logam berat pada pakan ternak dapat mempengaruhi produksi pada ternak, seperti turunnya bobot badan, menghambat pertumbuhan, penyakit infeksi dan kematian. Hal ini sejalan dengan Arifin (2008) keracunan logam pada hewan dapat terjadi melalui injeksi, air minum maupun melalui pakan dan dapat mempengaruhi produksi, yaitu penurunan bobot badan, hambatan pertumbuhan, peka terhadap penyakit infeksi, dan kematian. Rumput merupakan sumber makanan utama bagi ternak sehingga keberadaan logam berat dalam rumput dapat memicu pengendapan sejumlah logam berat dalam tubuh ternak.

Konsentrasi Pb, Cd dan As (Tabel 5) pada rumput di sekitar tambang nikel dan non tambang, tidak melebihi angka maksimum toleransi mineral pada pakan. Logam berat yang tergolong toksik seperti Hg ditemukan sekitar tambang nikel. Tingginya konsentrasi Hg pada rumput dapat bersumber dari tanah dan air yang terkontaminsi logam berat Hg (Tabel 3.4). Kontaminan ini diduga tersebar ke atmosfer melalui perantara angin dengan tingkat penghapusan logam dari tanah tergantung pada faktor-faktor seperti mineralogi buangan pertambangan, konsentrasi logam total, spesiasi dan ada atau tidak adanya ion bersaing (Onder et al. 2007; GutiérrezGinés et al. 2010; Bruce et al. 2003). Menurut NRC (2000) level toleransi Hg maksimum dalam pakan bentuk organik atau anorganik untuk sapi adalah 2 ppm. Logam Hg yang masuk melalui rute pakan dan saluran pencernaan akan diabsorpsi sekitar 3-8% dari total Hg yang termakan. Rubio et al. (2008)

Tabel 5 Rata-rata kandungan logam berat pada rumput di sekitar tambang nikel dan non tambang

Logam Berat Lokasi Penelitian Ambang Batas

(NRC 2000) Tambang Nikel1 Non Tambang2

Pb (ppm) 0.9737±0.223a 0.2615±0.062b 1.00

Cd (ppm) 0.0347±0.022 0.0267±0.015 10

As (ppb) td td tb

(29)

17 menyatakan bahwa kandungan Hg yang terabsorpsi ke dalam jaringan bisa bertahan selama periode waktu yang lama.

Pengikatan logam berat pada tanaman terjadi pada saat pembentukan senyawa kompleks melalui eksudat akar maka akar tanaman mengeluarkan sejumlah asam organik misalnya asam malat, sitrat, fumarat, fenolat yang menyebabkan pH di sekitar perakaran menurun. Senyawa dan ion logam berat menjadi terlarut sehingga terserap oleh akar tanaman, kemudian logam berat yang terserap oleh akar selanjutnya akan tertranslokasi dan terakumulasi dalam akar, batang, daun, buah dan biji (Tan dan Khan 2000).

Kandungan Logam Berat pada Bagian Sapi Potong

Kandungan logam berat pada bagian ternak sapi potong yang digembalakan disekitar tambang nikel maupun non tambang ini sering kali terjadinya cemaran akibat dari aktivitas manusia, hal ini terlihat pada Tabel 6.

Keberadaan konsentrasi Pb, Cd, As, dan Hg pada kuku sapi yang di gembalakan di sekitar tambang nikel lebih besar jika bandingkan dengan non tambang. Tanah merupakan salah satu penyebab kontaminasi utama pada kuku sapi, hal ini karena aktivitas ternak yang digembalakan merupakan daerah yang terkontaminasi logam berat akibat aktivitas dari daerah tambang. Menurut Palar (2008) jumlah Pb yang terdapat diseluruh lapisan bumi hanyalah 0.0002% dari jumlah seluruh kerak bumi. Jumlah ini sangat sedikit jika dibandingkan dengan jumlah kandungan logam berat lainnya yang ada di bumi. Menurut Lahuddin (2007) bahwa kadar Cd dalam tanah dipengaruhi oleh reaksi tanah dan fraksi-fraksi tanah yang bersifat dapat mengikat ion Cd. Penambahan Cd, pada tanah terjadi melalui penggunaan pupuk fosfat, dan buangan industri yang menggunakan bahan bakar minyak.

Arsen (As) merupakan logam berat yang sering ditemukan dalam tanah. Walsh dan Keeney (1975) tanah yang tidak terkontaminasi oleh As ditemukan mengandung kadar As antara 0.2-0.4 mg kg-1, sedangkan yang terkontaminasi mengandung kadar As rata-rata lebih dari 550 mg kg-1. Priyanto dan Prayitno (2006) pencemaran logam berat di lahan sekitar penambangan, industri perusahaan, dan pertanian akan sangat meningkatkan kandungan logam berat Hg di dalam tanah Tabel 6 Rata-rata kandungan logam berat pada kuku sapi potong yang

digembalakan di sekitar tambang nikel dan non tambang

Logam Berat Lokasi Penelitian

Tambang Nikel1 Non Tambang2

Pb (ppm) 0.3250+0.2340 0.2580+0.1140

Cd (ppm) 0.0620+0.0180 0.0460+0.0210

As (ppb) 0.1333+ 0.0905a 0.0938+ 0.0732b

Hg (ppb) 3.1417+1.0046a 1.3451+0.5917b

(30)

18

karena residu maupun akibat tindakan dari kegiatan tersebut akan dibuang ataupun di timbun di dalam tanah. Dalam jumlah yang sedikit tanah dapat mengurai logam berat, namun secara terus menerus tanah akan terakumulasi dan tercemar logam berat. Selain tanah rumput juga merupakan salah satu penyebab terkontaminasinya kandungan logam berat pada kuku sapi, hal ini karena logam berat biasanya berada diatas permukaan daun, sehingga logam berat mudah masuk dalam kuku sapi jika digembalakan di daerah yang terkontaminasi logam berat.

Rambut merupakan salah satu cara untuk mengatahui kadar kandungan logam berat yang berada pada tubuh ternak. Jika logam berat yang terakumulasi dalam rambut maka logam berat akan lebih bertahan lama di rambut. Menurut Lawrence dan Wilson (2001) Jumlah logam dalam rambut berkorelasi dengan jumlah logam yang diabsorpsi oleh tubuh. Oleh karena itu, rambut dapat dipakai sebagai biopsi material.

Pada hasil analisis laboratorium (Tabel 7) menunjukan bahwa konsentrasi kandungan logam berat seperti Pb, Cd, As, dan Hg pada rambut sapi di sekitar tambang nikel lebih tinggi cemaran logam berat jika dibandingkan dengan non tambang. Hal ini karena aktivitas tambang nikel yang tidak jauh dari padang penggembalaan ternak. Sedangkan non tambang, aktivitas padang penggembalaan ternak dekat dengan aktivitas kedaraan bermotor dan area pertanian, sehingga keberadaan logam berat dapat terdeteksi pada rambut ternak. Rambut merupakan jaringan yang berada diluar tubuh, sehingga terkontaminasi dengan polusi, baik dari aktivitas manusia maupun melaluli udara. Udara merupakan faktor utama yang menyebabkan terjadinya cemaran logam berat pada rambut sapi. Sastrawijaya (1991) menyatakan bahwa pembakaran bensin sebagai sumber pencemar lebih dari separuh pencemaran udara di daerah perkotaan, yaitu sekitar 60-70 % dari jumlah zat pencemar. Menurut Saeni (1997) bahwa partikel Pb yang dikeluarkan oleh asap kendaraan bermotor berukuran antara 0.08-1.00 µg dengan masa tinggal di udara selama 4-40 hari. Masa tinggal yang lama menyebabkan partikel Pb dapat disebarkan angin hingga mencapai 100-1000 km dari sumbernya.

Cemaran kandungan logam berat Cd pada rambut sapi juga di pengaruhi oleh adanya aktivitas atau kegiatan manusia. Hal ini terlihat cemaran Cd pada sekitar tambang nikel dan non tambang terdapat 0.032-0.124 ppm pada rambut sapi. Tabel 7 Rata-rata kandungan logam berat pada rambut sapi potong yang di

gembalakan di sekitar tambang nikel dan non tambang

Logam Berat Lokasi Penelitian

Tambang Nikel1 Non Tambang2

Pb (ppm) 1.5200+0.5710a 1.2770+0.1080b

Cd (ppm) 0.1240+0.0130a 0.0320+0.0320b

As (ppb) 0.2940+0.2900 td

Hg (ppb) 7.2370+7.0540a 0.014+0.0080b

(31)

19 Logam berat Cd sangat sedikit yang terkandung pada rambut. Hal ini di benarkan oleh Sopriyanto et al. (2002) kandungan logam Cd dalam cuplikan rambut kepala pegawai POM, baik pada rentang waktu mulai dari < 1 tahun sampai dengan > 20 tahun semuanya lebih kecil dari batas deteksi (0.02 ppm).

Konsentrasi logam berat As pada kuku sapi yang dipelihara di sekitar tambang nikel sebesar 0.294 ppb, sedangkan logam berat As pada rambut sapi di non tambang tidak terdetaksi keberadaan oleh alat SSA. Hal ini karena standar yang digunakan oleh alat SSA sebesar < 0.1 ppb. Logam berat pada Hg pada rambut sapi di sekitar tambang nikel dan non tambang sebesar 0.0141-7.237 ppb. Hal ini karena Hg terdapat di udara dari deposit mineral dan dari area industri pertambangan.

Kontaminasi daging oleh logam berat dapat menjadi ancaman yang serius karena beberapa logam berat dapat bersifat toksik pada level tertentu. Logam berat dapat mengalami bioakumulasi dan biomagnifikasi sepanjang rantai makanan (Demirezen dan Uruc 2006). Kandungan logam berat pada organ hati dari ternak sapi potong yang digembalakan di sekitar tambang nikel maupun non tambang ini dapat dilihat pada hasil Tabel 8.

Hasil penelitian (Tabel 8) menunjukkan bahwa cemaran logam Pb, Cd, dan As pada hati sapi potong yang mengacu pada standar SNI dan WHO masih berada di bawah ambang, sehingga hati sapi yang digembalakan di sekitar tambang nikel maupun non tambang relatif aman dari cemaran Pb, Cd,dan As. Sedangkan konsentrasi logam berat Hg di sekitar tambang nikel melebihi ambang batas standar yang disyaratkan menurut BSN (2009).

Kandungan logam berat Hg paling banyak ditemukan di dalam organ hati pada ternak sapi yang dipelihara di sekitar tambang nikel. Hal ini karena ternak yang digembalakan berdekatan dengan aktivitas industri pertambangan (+800 m) sehingga tanah, air, dan rumput tercemaran kandungan logam berat Hg. Hal ini sejalan dengan Soeparno (2011) ternak dapat mengalami toksikosis Hg karena kontaminasi melalui udara, tanah, dan air dari Hg yang teringesti di dalam pakan. Ternak yang terkontaminasi secara langsung melalui pakan dan air yang dikomsumsinya dan proses metabolisme logam Hg akan masuk ke jaringan tubuh ternak seperti hati. Selain itu, peran dari organ hati sebagai salah satu organ untuk detoksifikasi racun di dalam tubuh organisme. Stansley et al. (1991) menyatakan bahwa akumulasi Hg dapat terjadi di dalam organ-organ seperti hati, ginjal dan Tabel 8 Rata-rata kandungan logam berat pada hati sapi potong yang

digembalakan di sekitar tambang nikel dan non tambang

Logam Berat Lokasi Penelitian Standar MRL

(32)

20

target jaringan termasuk otot. Level Hg dalam otot biasanya jauh lebih rendah daripada hati dan ginjal. Menurut Peterle (1991) hati dan ginjal merupakan organ tempat merkuri mengalami proses metabolisme dan proses ekskresi. Hal serupa dikatakan Hodgson dan Levi (1997) hati sebagai salah satu muara terakumulasi senyawa racun diantaranya logam berat karena seluruh hasil pencernaan akan diabsorpsi ke dalam hati melalui vena portal hepatica, sehingga hati merupakan organ pertama yang berhubungan dan melakukan metabolisme terhadap racun yang terserap dalam saluran pencernaan. Hati memiliki enzim detoksifikasi yang mampu melakukan biotransformasi terhadap bahan-bahan toksik, dan banyak reaksi oksidasi yang dapat meningkatkan metabolisme sehingga mengakibatkan hati lebih mudah menyerap bahan-bahan toksik.

Hasil analisis Pb, Cd dan As (Tabel 9) yang dilakukan pada daging sapi yang dipelihara di sekitar tambang nikel dan non tambang tidak melebihi ambang batas yang di tetapkan oleh BSN (2009). Hal ini sejalan dengan standar yang ditetapkan WHO maka daging sapi yang dipelihara di sekitar tambang nikel tidak melebihi ambang batas. Daging dari sapi yang dipelihara sekitar tambang nikel ditemukan Hg yang melebihi ambang batas, sehingga daging sapi tersebut tidak layak di konsumsi oleh masyarakat.

Masyarakat yang mengkonsumsi bahan pangan berupa daging yang tercemar kandungan logam berat Hg dalam jumlah yang banyak maka dapat berpengaruh terhadap tubuh karena menghambat kerja enzim dan menyebabkan kerusakan sel. Sifat-sifat membran dari dinding sel akan rusak karena pengikatan dengan merkuri, sehingga aktivitas sel dapat terganggu. Menurut Widaningrum et al. (2007) kondisi yang akut dapat menyebabkan kerusakan perut dan usus, gagal kardiovaskular (jantung dan pembuluhnya), dan gagal ginjal akut yang dapat menyebabkan kematian.

Keberadaan logam berat Hg pada daging sapi dipengaruhi oleh keberadaan logam berat pada air dan rumput yang dikonsumsi. Ternak besar seperti sapi yang hidup pada suhu lingkungan sekitar 27-32o C dapat mengkonsumsi air sekitar 33.69-48.07 liter setiap harinya (NRC 2011). Aktivitas konsumsi air yang cukup besar, memungkinkan terakumulasi logam berat Hg dalam daging sapi.

Tabel 9 Rata-rata kandungan logam berat pada daging sapi potong yang di gembalakan di sekitar tambang nikel dan non tambang

Logam Berat Lokasi Penelitian Standar MRL

Tambang Nikel1 Non Tambang2 SNI3 WHO4

(33)

21

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Berdasarkan hasil survei dan analisis, karakteristik ukuran tubuh seperti panjang badan, tinggi badan, lingkar dada dan bobot badan pada sapi Bali jantan dan betina di sekitar tambang nikel (Kecamtan Wasile) masih rendah bila dibandingkan dengan non tambang (Kecamatan Wasile Timur).

2. Tanah, air, rumput, hati dan daging sapi yang digembalakan di sekitar tambang nikel dan non tambang relatif aman dari cemaran logam berat Cd, dan As, namun, pada air di sekitar tambang nikel dan non tambang tercemar logam berat Pb melebihi ambang batas yang ditetapkan. Logam berat Hg pada tanah, air, rumput, hati dan daging sapi yang digembalakan di sekitar tambang nikel melebihi ambang batas yang ditetapkan. Kandungan logam berat Hg non tambang tidak melebihi ambang batas, sehingga produk pangan berupa hati dan daging sapi layak dikonsumsi oleh masyarakat.

3. Lokasi non tambang relatif lebih aman dari pencemaran As, Cd, dan Hg baik pada tanah, air, rumput, daging, maupun hati.

Saran

Pada penelitian ini memberikan informasi gambaran keberadaan cemaran logam berat pada ternak sapi yang digembalakan di sekitar tambang nikel. Untuk penelitian lebih lanjut, perlu menganalisis logam berat pada darah, tulang, ginjal untuk mengatahui seberapa besar logam berat menyebar di dalam tubuh ternak dan pada feses dan urin sapi yang hidup dan merumput di sekitar tambang nikel untuk mengetahui logam berat yang tidak terserap di dalam tubuh ternak dan mendapatkan informasi mengenai jalur detoksifikasinya.

DAFTAR PUSTAKA

Akinola MO, Adedji. 2007. Assessment of lead concentration in African. J Sci Tech (AJST) 8(2):97-102.

Anggorodi. 1989. Ilmu Makanan Ternak Umum. Jakarta (ID): PT Gramedia. Arifin Z. 2008. Beberapa unsur mineral esensial mikro dalam sistem biologi dan

metode analisisnya. J Litbang Pertanian. 27(3) 2008. Balai Besar Penelitian Veteriner, Jalan RE Martadinata No. 30. Bogor 16114.

Arlina F, Khasrad. 2003. Identifikasi beberapa sifat kualitatif dan kuantitatif sapi Bali bibit di kabupaten Pesisir Selatan. J Petern Lingk. 9(3). Fakultas

(34)

22

Bruce SL, Noller BN, Grigg AH, Mullen BF, Mulligan DR, Ritchie PJ, Currey N, Ng JC. 2003. A field study conducted at Kidston gold mine, to evaluate the impact of arsenic and zinc from mine tailing to grazing cattle, In: Toxicology letters: Proceedings of the 9th International Congress of Toxicology (ICT IX). South Molle Island Resort Conf Centre, Queensland pp: 23-34.

Darmono 2011. Suplemen logam dan mineral untuk kesehatan ternak dalam

mendukung program swasembada daging. J Pengemb Inov Pertan. 4(3):205-217.

Demirezen O, Uruc K. 2006. Comparative study of trace elements in certain fish, meat and meat products. Food Chem. 32:215-222.

[Ditjen PKH] Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2000.

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan. Jakarta (ID). [EC] European Commission. 2002. Heavy Metals in Waste. Final Report.

Fourie, PJ, FW, Neser JJ, Olivier and Westhuizen VD. 2002. Relationship between production performance, visual appraisal and body measurement of young Dorper Rams. South African, J. Anim. Sci. 32 (4): 256- 262.

Hodgson E, Levi PE. 1997. A Textbook of Modern Toxicology. 2nd Edition. Mc Graw Hill. Singapore.

Joseph G. 2007. Metabolisme mineral pada ternak kerbau lumpur (Bubalus bubalis) yang diberi pakan jerami padi dan konsentrat. J Inform Inov. IPTEK Agroforestri–Lingkungan Pulau-pulau Kecil. Vol. II. No.4. Desember 2007.

Fakultas Pertanian, Universitas Pattimura. Ambon.

Kariyasa K. 2005. Sistem integrasi tanaman ternak dalam perspektif reorientasi kebijakan subsidi pupuk dan peningkatan pendapatan petani. J Analis Kebijakan Pertan. 3(1):68-80.

Khalafalla FA, Ali FH, Schwagele F and Abd-El-Wahab MA. 2011. Heavy Metal Residues in Beef Carcassaes in Beni-Suef Abbatoir, Egypt. Vet Italy.

47(3):351-361.

Kuperman RG, Carreiro MM. 1997. Soil heavy metal concentrations, microbial biomass and enzyme activies in a contaminated grassland ecosystem. Soil Biology Biochem. 29(2):179-190.

Lahuddin M. 2007. Aspek Unsur Mikro dalam Tanah. Medan (ID). Usu Press. Lawrence D, Wilson MD. (2001). "Tissue Mineral Analysis." Medical Doctor

about Hair Analysis 10(4).

Lingkubi O. 2004. Upaya Pemerintahan dalam Mengatasi Dampak Pencemaran Pertambangan Rakyat di Kecamatan Dimembe. Makalah disampaikan pada seminar Dampak Penggunaan Merkuri Dalam Penambangan Emas Terhadap Kesehatan Manusia.

Mendie U. 2005. The Nature of Water. In: The Theory and Practice of Clean Water Production for Domestic and Industrial Use. Lagos: Lacto-Medals Publishers. pp: 1-21.

Mirdat. 2013. Status logam berat merkuri (Hg) dalam tanah pada areal pertanian kawasan pengolahan tambang emas di kelurahan Poboya. [tesis] Untad, Palu. [NRC] National Research Council. 2000. Nutrient Requirement of Beef Cattle. [NRC] National Research Council (US). 2011. Water requirements for beef cattle.

Seventh reseived edition. Table derived from. article. Morris 15:3.

(35)

23 Palar H. 2004. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta (ID): Rineka

Cipta.

Peterle TJ. 1991. Wildlife Toxicology. Van Nostrand Reinhold. New York.

Pohan P.M., Denni W. , Sabtanto J.S. , Asep (2007) Penyelidikan Potensi Bahan Galian pada Tailing PT Freeport Indonesia di Kabupaten Mimika, Provinsi Papua. Proceeding Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan dan Non Lapangan Tahun 2007 Pusat Sumber Daya Geologi.

Priyanto B dan Prayitno J. 2006. Fitoremediasi Sebagai Sebuah Teknologi Pemulihan Pencemaran, Khususnya Logam Berat. [internet]. [diakses 26 Agustus 2014]. Tersedia pada http://ltl.bppt.tripod.com/sublab/lflora1.htm. Purwantari ND. 2007. Reklamasi area tailing di pertambangan dengan tanaman

pakan ternak; mungkinkah. JWartazoa vol. 17 no. 3 th. 2007.

Rahmawati K, Widyastuti M, 2012. Kajian kualitas limbah cair kegiatan pertambangan bijih nikel PT. Aneka Tambang tbk, Halmahera Timur, Maluku Utara.

Rauf A. 2015. Produktivitas Sapi Bali pada Sistem Penggembalaan di Kabupaten Bombana [tesis]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana. IPB

Rubio C, Gutierrez A, Burgos A, Hardisson A. 2008. Total dietary intake of mercury in the Canary Islands, Spain. Food Additives & Contaminants: Part A, 25(8):946-952.

Sadarman, Handoko J, Febrina D. 2007. Infestasi Fasciola sp. pada sapi Bali dengan sistem pemeliharaan yang berbeda di Desa Tanjung Rambutan Kecamatan Kampar. J Pet. 4:37-45

Saeni MS. 1997. Penentuan Tingkat Pencemaran Logam Berat dengan Analisis Rambut. Orasi Ilmiah. Guru Besar Tetap Ilmu Kimia Lingkungan. Fakultas Matematika dan IPA. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.

Santosa U. 2001. Prospek Agribisnis Penggemukan Pedet. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Sastrawijaya AT. 1991. Pencemaran Lingkungan. Jakarta (ID): Rineka Cipta Smith J. 1981. Air Pollution and Forest Ecosystem. New York (US): Springer

Verlag.

[SNI] Standar Nasional Indonesia. 2009. Batas maksimum cemaran logam berat dalam pangan. SNI 7387: 2009. ICS 67.220.20.

Soeparno. 2011. Ilmu Nutrisi dan Gizi Daging. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.

Sopriyanto C, Kamal Z, Santin. 2002. Keberadaan Logam-Logam Berat Pb, Cd, Fe, dan Cu dalam Cuplikan Rambut Kepala pegawai POM Bensin di Daerah Istimewa Yogyakarta. Puslitbang Teknologi Maju. Batan. P3TM-Batan Yogyakarta, 27 Juni 2002.

Stansley W, Roscoe DE, Hazen RE. 1991. Cadmium contamination of deer livers in New Jersey: Human health risk assessmentSci Total Environ. 107:71-78. Sualang FH. 2001. Kondisi Permasalahan Pertambangan Emas Terhadap

Lingkungan Hidup di Propinsi Sulawesi Utara. Makalah disampaikan pada seminar sehari Dampak Penambangan Emas Dengan Menggunakan Merkuri Terhadap Kesehatan Manusia. Manado.

(36)

24

Sumadi, Siliwolu 2004. Penelitian Mutu Genetik Sapi Ongole dan Brahman Di Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur. Lokakarya Nasional Sapi Potong 2004

Susanti HF, Arlina, Rinaldi. 2008. Karakteristik genetik eksternal sapi Bali di kecamatan Ranah Pesisir kabupaten Pesisir Selatan. J Petern Lingk. Vol. 9 No. 3. Fakultas Peternakan Universitas Andalas. Padang.

Susilo Y. E B, 2003. Menuju Keselarasan Lingkungan Memahami Sikap Teologis Manusia Terhadap Pencemaran Lingkungan. Surabaya (ID): Averroes Press. Suyanto A, Kusmiyati S, Retnaningsih C. 2010. Residu logam berat dalam daging

sapi Toelihereang dipelihara di Tempat pembuangan sampah akhir. J Pang Giz. 01:01.

Taggart MA, Manuel M, Camarero PR, Mateo R. 2011. Should legislation regarding maximum Pb and Cd Levels in human food also cover large game meat. Internat J Environ. 37:18-25.

Tan WT, Khan MAR. 2000. Removal of lead, cadmium and zinc by waste tea leaves.

J Environ Technol. 9:1223-1232.

Trinayani, N.N., I.N. Wandia, I.K. Puja. 2013. Asosiasi keragaman lokus DNA mikrosatelit DRB3 gen BoLA dengan berat badan induk dan berat lahir pedet pada sapi bali. Vol . 1, No. 2: 58-63

[WALHI] Wahana Lingkungan Hidup Indonesia. 2006. Dampak lingkungan hidup operasi pertambangan tembaga dan emas Freeport-Rio Tinto di Papua. 25 Tahun WALHI, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia. Jakarta. 119 hlm. Walsh LM, Keeney DR. 1975. Behavior and phytixicity of inorganic arsenical in

soil. in: Woolson, E.A, ed. Arsenical pesticides, Washington, Dc, American Chem Society. (ACS Symp Ser No. 7).

Wardhayani S. 2006. Analisis risiko pencemaran bahan toksik timbal (Pb) pada sapi potong di tempat pembuangan akhir (TPA) sampah Jatibarang Semarang. [tesis]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.

Widaningrum, Miskiyah, Suismono. 2007. Bahaya kontaminasi logam berat dalam sayuran dan alternatif pencegahan cemarannya. BTPP. 3:16-27.

Widowati W, Sastiono A, Jusuf R. 2008. Efek Toksik Logam. Yogyakarta (ID): Penerbit Andi.

Wijono BD, Aryogi, Rasyid A. 2001. Pengaruh berat badan awal terhadap pencapaian hasil pada penggemukkan sapi potong di peternakan rakyat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Balai Penelitian dan Pengembangan. Bogor (ID). Departemen Pertanian.

[WHO] World Health Organization. 2007. Water for Pharmaceutical Use. In: Quality Assurance of Pharmaceuticals: A Compendium of Guidelines and Related Materials. 2nd Updated Edn. World Health Organisation, Geneva (CH) 2:170-187.

(37)

25

RIWAYAT HIDUP

Penulis di lahir pada tanggal 13 April 1989 di Ternate, Maluku Utara. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara, orang tua bernama Bapak Abdullah Hatari dan Ibu Sitiama Djauhar (alm). Penulis mengawali pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 1 Gambesi, Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Ternate, Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Ternate. Pada tahun 2007 meneruskan studi di Universitas Khairun (UNKHAIR) pada Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian hingga memperoleh gelar Sarjana Peternakan (SPt) pada tahun 2012. Setelah itu penulis mengikuti program Beasiswa Unggulan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (BU-DIKTI) tahun 2012 dan penulis terdaftar sebagai mahasiswa pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB) program studi Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan IPB.

Gambar

Gambar 1 Cara pengukuran dimensi tubuh ternak Sapi Bali
Gambar 2 Peta lokasi penelitian di sekitar tambang nikel (Wasile) dan non
Tabel 1  Aspek pemeliharaan ternak sapi potong di Kabupaten Halmahera Timur
Gambar 3 Kawasan penggembalaan sapi potong (a) di sekitar tambang nikel
+3

Referensi

Dokumen terkait

Metode pitfall traps lebih banyak menangkap ordo Hyme- noptera, Ordo Hymenoptera yang dominan adalah jenis semut (Formicidae) baik semut hitam ( Myrmica sp.)

BRIDGESTONE TIRE INDONESIA, berdasarkan sumber dan penggunaan modal kerja dengan tingkat likuiditas dilihat pada tahun 2003 ke tahun 2004 mengalami kenaikkan berarati kinerja

Latar Belakang: ASI merupakan nutrisi terbaik untuk bayi. Susu formula mempunyai kandungan protein yang lebih tinggi dibandingkan dengan ASI. Tujuan: Penelitian ini dilakukan

Gar paused, then nodded like Dave Wilson used to in biology class, trying to look like an innocent three-year-old because he'd just looked the word 'vagina' up in the dictionary

Di sisi lain yakni sebagai salah satu faktor penentu baik buruknya mutu dan citra rumah sakit adalah Motivasi kerja perawat merupakan salah satu faktor terpenting yang bisa

1) Perubahan terjadi secara sadar, ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang- kurangnya ia merasakan telah

Menteri Koordinator (Menko) perekonomian Darmin Nasution memperkirakan peningkatan daya beli 40% masyarakat yang tergolong tingkat kesejahteraan terbawah terdongkrak oleh

Dalam kaitan dengan upaya yang sedang dilakukan, para informan mengungkapkan bahwa hal yang paling penting adalah memahami komunikasi interpersonal, menempatkan baik orang tua