• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kemitraan Agroforestri antara Kelompok Tani dengan PT BUMN Hijau Lestari I di Kabupaten Bandung Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kemitraan Agroforestri antara Kelompok Tani dengan PT BUMN Hijau Lestari I di Kabupaten Bandung Jawa Barat"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KEMITRAAN AGROFORESTRI ANTARA

KELOMPOK TANI DENGAN PT BUMN HIJAU LESTARI I

DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT

MUHAMAD ANDI SUWITO

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kemitraan Agroforestri antara Kelompok Tani dengan PT BUMN Hijau Lestari I di Kabupaten Bandung Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)
(5)

ABSTRAK

MUHAMAD ANDI SUWITO. Analisis Kemitraan Agroforestri antara Kelompok Tani dengan PT BUMN Hijau Lestari I di Kabupaten Bandung Jawa Barat. Dibimbing oleh IIN ICHWANDI.

PT BUMN Hijau Lestari I (PT BHL) menerapkan konsep kemitraan agroforestri dengan masyarakat Kelompok Mitra Kerja (KMK) untuk melaksanakan mandat penghijauan di daerah aliran sungai. Kemitraan di Kabupaten Bandung telah dibangun lebih dari tiga tahun. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi pola kemitraan agroforestri antara KMK dengan PT BHL, menganalisis performa tanaman kerja sama berdasarkan aspek persen tumbuh tanaman dan hasil panen kopi serta menganalisis tingkat hubungan kemitraan. Penelitian ini dilakukan terhadap 20 dari 59 KMK yang telah bermitra sejak tahun 2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pola kemitraan yang dibangun adalah pola kerja sama operasional agribisnis (KOA) yang bersifat jangka panjang. Performa tanaman kerja sama hanya mencapai 79% (tanaman kayu), 37% (tanaman buah-buahan) dan 77% (tanaman kopi). Tingkat hubungan kemitraan mendapat skor 659.3 (Kemitraan Prima Madya) yang berarti kemitraan ini masih perlu peningkatan kerja sama terutama optimalisasi aspek manfaat.

Kata kunci: agroforestri, kemitraan, performa, prima madya

ABSTRACT

MUHAMAD ANDI SUWITO. Analysis of the Agroforestry Partnership between Farmer Groups with PT BUMN Hijau Lestari I in Bandung Regency of West Java. Supervised by IIN ICHWANDI

PT BUMN Hijau Lestari I (PT BHL) is applying the concept of agroforestry partnership with the community to implement the mandate reforestation in watersheds. Partnership in Bandung regency has built over three years. This research aims to identify pattern of agroforestry partnership between KMK and PT BHL, analyze the performances of plants cooperation based aspect of percent growing plants and crops coffee and analyze the level of partnership. This research was done to 20 of 59 KMK who have been partnered since 2010. The result showed that, partnership built is cooperation patterns operational agribusiness (COA) that is both long term. Performance plant cooperation only reached 79% (woody plant), 37% (fruit trees) and 77% (coffee plant). The level of partnership scored 659.3 (Prima Intermediate Partnership) which means this partnership still needs to increase cooperation especially optimization aspect benefits.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Manajemen Hutan

ANALISIS KEMITRAAN AGROFORESTRI ANTARA

KELOMPOK TANI DENGAN PT BUMN HIJAU LESTARI I

DI KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT

MUHAMAD ANDI SUWITO

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Analisis Kemitraan Agroforestri antara Kelompok Tani dengan PT BUMN Hijau Lestari I di Kabupaten Bandung Jawa Barat Nama : Muhamad Andi Suwito

NIM : E14090006

Disetujui oleh

Dr Ir Iin Ichwandi, M Sc F Trop Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Ahmad Budiaman, M Sc F Trop Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan September 2013 ini adalah kelembagaan, dengan judul Analisis Kemitraan Agroforestri antara Kelompok Tani dengan PT BUMN Hijau Lestari I di Kabupaten Bandung Jawa Barat.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Iin Ichwandi, M Sc F Trop selaku pembimbing, Bapak Dr Ir Gunawan Santosa, MS dan Bapak Effendi Tri Bahtiar, S.Hut, MS yang telah banyak memberikan saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Daud Yusuf dari PT BUMN Hijau Lestari I, yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa, kasih sayang dan dukungannya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN x

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

METODE PENELITIAN 3

Lokasi dan Waktu Penelitian 3

Sasaran dan Alat Penelitian 3

Metode Pemilihan Responden 3

Jenis Data 3

Metode Pengumpulan Data 4

Metode Pengolahan dan Analisis Data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Pola Kemitraan Agroforestri 6

Performa Tanaman dan Hasil Produksi Kopi 15

Analisis Tingkat Hubungan Kemitraan 18

SIMPULAN DAN SARAN 22

Simpulan 22

Saran 22

DAFTAR PUSTAKA 22

LAMPIRAN 24

(13)

DAFTAR TABEL

1. Rincian faktor dan nilai maksimum tingkat hubungan kemitraan 5 2. Sebaran KMK di setiap kecamatan pada awal kemitraan PT BHL 6

3. Perkembangan kemitraan tahun 2011 dan 2012 7

4. Pola umum agroforestri PT BHL 8

5. Ringkasan perjanjian kerja sama 11

6. Kegiatan koperasi unit Banjaran dan Arjasari KMK tahun 2010 14 7. Hasil panen kopi periode April-Agustus 2013 Unit Banjaran dan

Arjasari 18

8. Nilai tingkat hubungan kemitraan berdasarkan pendapat KMK dan PT

BHL 19

9. Perbandingan hasil penelitian terdahulu mengenai tingkat hubungan

kemitraan 20

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka pemikiran penelitian 2

2. Lokasi Penelitian 3

3. Agroforestri jabon dengan kopi 9

4. Tahapan proses pembentukkan KMK oleh PT BHL 10

5. Proses identifikasi petani 10

6. Persen tumbuh tanaman kayu pada setiap KMK 15

7. Persen tumbuh tanaman buah pada setiap KMK 16

8. Persen tumbuh tanaman kopi pada setiap KMK 17

DAFTAR LAMPIRAN

1. Persen tumbuh tanaman kerja sama 25

2. Contoh perjanjian kerja sama kemitraan agroforestri antara KMK

(14)
(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil, kemitraan adalah kerja sama antara usaha kecil dengan usaha menengah atau usaha yang lebih besar disertai pembinaan dan pengembangan yang berkelanjutan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan. Dewasa ini telah banyak perusahaan yang menerapkan konsep kemitraan dengan petani untuk menjalankan suatu usaha. Seperti kemitraan antara Perum Perhutani dengan petani atau masyarakat sekitar hutan di kawasan hutan milik perhutani yang menerapkan sistem pengelolaan hutan bersama masyarakat (PHBM). Perusahaan pengolahan kayu swasta juga melakukan kemitraan dengan petani hutan rakyat seperti yang dilakukan PT Bina Kayu Lestari Group di Tasikmalaya untuk memasok bahan baku kayu (Lestari 2011).

PT BUMN Hijau Lestari I yang kemudian disebut dengan PT BHL saat ini juga menjalankan usaha dengan konsep kemitraan. PT BHL merupakan perusahaan patungan lima perusahaan badan usaha milik negara (BUMN) sesuai dengan mandat dari kementerian BUMN pada tahun 2009. Sumber pendanaan PT BHL berasal dari dana Coorporate Social Responsibility (CSR) perusahaan-perusahaan BUMN dan swasta yang memiliki program penghijauan. Tugas utama PT BHL adalah melakukan penghijauan pada lahan milik masyarakat di seluruh wilayah daerah aliran sungai (DAS) di Indonesia. Sehingga dalam menjalankan program, PT BHL bermitra dengan masyarakat. Konsep kemitraan yang dikembangkan oleh PT BHL adalah kemitraan bisnis berbasis agroforestri dan koperasi.

Pada tahun 2010 PT BHL telah bermitra dengan 59 kelompok tani yang selanjutnya disebut dengan kelompok mitra kerja (KMK) di wilayah DAS Citarum Kabupaten Bandung. Kemitraan tersebut telah berjalan kurang lebih tiga tahun. Kemitraan dengan konsep tersebut tentunya menarik untuk dikaji lebih dalam lagi dengan melakukan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pola kemitraan yang dibangun, bagaimana performa tanaman dan hasilnya serta tingkat hubungan kemitraan yang telah dan sedang berlangsung.

Perumusan Masalah

PT BHL telah menjalankan program kemitraan dengan KMK lebih dari tiga tahun. Setiap tahun kemitraan ini selalu dievaluasi. Dengan input utama PT BHL berupa modal dan manajemen diharapkan hasil kemitraan selalu meningkat. Hal yang sama menjadi harapan petani anggota KMK yang telah memberikan input utama berupa lahan dan tenaga.

(16)

2

kemitraan, performa agroforestri dan tingkat hubungan kemitraannya. Rumusan tersebut dapat dibuat dalam kerangka pemikiran secara sederhana yang ditunjukkan pada Gambar 1.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi pola kemitraan agroforestri antara KMK dengan PT BHL. 2. Menganalisis performa tanaman kerja sama pola tanam agroforestri

berdasarkan aspek persen tumbuh tanaman dan hasil panen kopi.

3. Menganalisis tingkat hubungan kemitraan agroforestri antara KMK dengan PT BHL.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bahan informasi dan masukan PT BHL untuk terus meningkatkan hubungan kerja sama yang baik dengan anggota KMK dalam kegiatan kemitraan.

2. Sebagai bahan referensi dan informasi bagi masyarakat maupun peneliti dalam melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor-faktor lain dalam kemitraan.

(17)

3

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja PT BHL Unit Banjaran dan Unit Arjasari Kabupaten Bandung yang tersebar ke dalam 7 kecamatan (Pangalengan, Cimaung, Cangkuang, Banjaran, Arjasari, Cicalengka, dan Ciparay) seperti yang terlihat pada Gambar 2. Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2013.

Sasaran dan Alat Penelitian

Sasaran penelitian ini adalah KMK yang melakukan kerja sama dengan PT BHL sejak tahun 2010. Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, kuesioner, kamera digital, laptop, dan software Microsoft Excell 2007.

Metode Pemilihan Responden

Metode yang digunakan dalam pemilihan contoh pada penelitian ini adalah dengan metode purpossive sampling. KMK dipilih berdasarkan sebaran KMK pada setiap desa, luas lahan setiap KMK, dan jumlah anggota KMK. Dalam penelitian ini dipilih sebanyak 20 KMK dari jumlah total 59 KMK yang tersebar ke dalam 12 desa dari jumlah total 17 desa. Setiap KMK dipilih 3 orang responden yang terdiri atas seorang pengurus dan 2 orang anggota. Responden dari PT BHL berjumlah 3 orang yang terdiri atas seorang pimpinan pelaksana unit dan 2 orang koordinator TPMK.

Jenis Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari anggota KMK dan pihak PT BHL mengenai persepsi tentang hubungan kemitraan melalui wawancara. Sedangkan data sekunder adalah data perluasan KMK, data koperasi,

(18)

4

data jumlah tanaman, perjanjian kerja sama dan data lain yang relevan dengan penelitian ini.

Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi : 1. Teknik observasi, yaitu mengumpulkan data melalui pengamatan langsung

terhadap KMK dan kondisi tanaman di lapangan.

2. Teknik wawancara, yaitu mengumpulkan data dengan melakukan wawancara kepada anggota KMK dan informan penting dari PT BHL menggunakan kuesioner.

3. Studi Literatur, yaitu cara pengumpulan dan penelusuran data sekunder dari hasil-hasil penelitian yang relevan, dokumen resmi dan catatan-catatan penting yang berasal dari PT BHL dan Tim Survey aset Fakultas Kehutanan IPB.

Metode Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan Data

Data primer dan data sekunder diolah dengan menggunakan software Microsoft excell 2007 dan disajikan dalam bentuk tabulasi dan grafik. Perhitungan tingkat hubungan kemitraan dilakukan dengan cara kategorisasi berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 944/Kpts/OT.210/10/97 tanggal 13 Oktober 1997 mengenai Pedoman Penetapan Tingkat Hubungan Kemitraan Usaha Pertanian. Perhitungan ini dilakukan terhadap PT BHL dan KMK sehingga dihasilkan rata-rata hubungan kemitraan dari kedua pihak yang terkait. Rincian faktor yang dinilai untuk menentukan kemitraan agroforesti ini berdasarkan aspek proses manajemen dan aspek manfaat yang disajikan dalam Tabel 1.

Aspek yang dinilai adalah sebagai berikut : a. Aspek Proses Manajemen Kemitraan

Aspek manajemen yang dikaji dalam penelitian ini meliputi mekanisme pembentukkan kelompok, perencanaan, pengorganisasian, efektivitas kerja sama dan pelaksanaan kemitraan.

b. Aspek Manfaat

Aspek manfaat yang dikaji meliputi aspek ekonomi, produktivitas, aspek teknis mutu pengetahuan, penguasaan teknologi dan aspek sosial lingkungan.

Perhitungan nilai tingkat hubungan kemitraan dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

X = nilai rata-rata tingkat hubungan kemitraan tiap faktor a, b, c = nilai skoring atas jawaban yang dipilih

y = nilai atas banyaknya jawaban yang dipilih

Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif. Analisis deskriptif dimaksudkan untuk memberikan gambaran umum mengenai pola kemitraan dan performa tanaman melalui data yang sudah disajikan dalam bentuk tabulasi dan

(19)

5 grafik. Secara deskriptif, pola kemitraan digambarkan melalui model penanaman agroforestri, pembentukkan kelompok, dan aturan kemitraan. Performa tanaman dijelaskan secara deskriptif tentang persen tumbuh tanaman dan hasil panen kopi. Tingkat hubungan kemitraan dijabarkan dalam aspek proses manajemen dan aspek manfaat.

Tabel 1 Rincian faktor dan nilai maksimum tingkat hubungan kemitraan

No Faktor yang dinilai Nilai maksimum

I ASPEK PROSES MANAJEMEN

1 Perencanaan 150

a. Perencanaan kemitraan 100

b. Kelengkapan perencanaan 50

2 Pengorganisasian 150

a. Bidang khusus 25

b. Kontrak kerja sama 125

3 Pelaksanaan dan efektivitas kerja sama 200

a. Pelaksanaan kerja sama 50

b. Efektivitas kerja sama 150

Jumlah aspek proses manajemen 500

II ASPEK MANFAAT

1 Ekonomi 300

a. Pendapatan 150

b. Harga 50

c. Produktivitas 50

d. Resiko program 50

2 Teknis 100

a. Pengetahuan 50

b.Penguasaan teknologi 50

3 Sosial 100

a. Keinginan kontinuitas kerja sama 50

b. Pelestarian lingkungan 50

Jumlah aspek manfaat 500

Jumlah nilai aspek proses manajemen kemitraan + aspek

manfaat 1000

a

(20)

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pola Kemitraan Agroforestri Perkembangan Kemitraan

Wilayah kerja PT BHL yang diteliti meliputi kecamatan Pangalengan, Cimaung, Cangkuang, Banjaran, Arjasari, Cicalengka dan Ciparay. Pada wilayah tersebut telah terbentuk 59 KMK dengan total anggota 1688 KK pada tahun 2010 (Tabel 2). Wilayah tersebut dipilih sebagai lokasi kemitraan karena merupakan wilayah hulu DAS Citarum. Hal ini sesuai dengan mandat Kementerian BUMN kepada PT BHL, yaitu perbaikan lingkungan berbasis DAS serta melakukan pemberdayaan ekonomi masyarakat.

Tabel 2 menunjukkan bahwa pada awal kemitraan di Kabupaten Bandung wilayah kerja sama seluas 1331.12 Ha dengan variasi luas lahan pada setiap KMK. Luas lahan rata-rata pada setiap KK kurang dari satu hektar. Berdasarkan observasi lapang, lokasi lahan tersebut cenderung menyebar, sehingga dapat menyulitkan dalam pengelolaan kelompok terutama pada KMK dengan jumlah anggota yang banyak. Adanya variasi tersebut disebabkan belum adanya standar dari PT BHL pada awal pembentukkan kelompok.

Tabel 2 Sebaran KMK di setiap kecamatan pada awal kemitraan PT BHL

No Kecamatan Tahun 2010

JD JKMK JKK LL

Unit Banjaran

1 Pangalengan 1 9 257 99.86

2 Cimaung 5 18 384 302.18

3 Cangkuang 2 2 72 45.60

4 Banjaran 2 4 114 60.86

5 Arjasari 3 11 365 306.72

Jumlah 13 44 1192 815.22

Unit Arjasari

1 Arjasari 2 11 422 460.50

2 Cicalengka 1 2 47 45.00

3 Ciparay 1 2 27 10.40

Jumlah 4 15 496 515.90

Total 17 59 1688 1331.12

a

(21)

7

Tabel 3 menunjukkan bahwa setiap tahunnya PT BHL terus melakukan perluasan kemitraan. Pada tahun 2011 wilayah kemitraan bertambah menjadi 12 kecamatan. Luas lahan, jumlah KK, dan jumlah KMK lebih besar daripada tahun 2010. Penambahan signifikan terjadi pada kecamatan Arjasari, Pamulihan dan Kertasari. Hal berbeda ditunjukkan pada tahun 2012, perluasan hanya dilakukan pada tujuh kecamatan. Jumlah KMK yang bermitra pun tidak sebanyak tahun-tahun sebelumnya. Namun pada kecamatan Arjasari, KMK yang bermitra semakin meningkat. Penurunan perluasan pada kedua unit ini dikarenakan sudah sebagian besar petani bermitra dengan PT BHL serta kegiatan perluasan juga sedang dilakukan oleh PT BHL pada unit di daerah yang lain.

Selain melakukan perluasan wilayah kemitraan, PT BHL juga terus melakukan pembinaan, pelatihan, dan pendampingan oleh Tenaga Pemberdaya Mitra Kerja (TPMK) kepada KMK. Pada awal pembentukkan kelompok, PT BHL juga membentuk koperasi binaan di setiap desa sebagai unit usaha KMK. Oleh karena itu PT BHL juga terus melakukan pembinaan kepada koperasi terutama kepada pengurus tentang bagaimana mengelola administrasi yang baik dan pengembangan usaha. Sementara itu program rutin yang dilakukan KMK dalam kemitraan adalah memelihara tanaman kerja sama setelah kegiatan penanaman pertama.

Tabel 3 Perkembangan kemitraan tahun 2011 dan 2012

No Kecamatan Tahun 2011 Tahun 2012

(22)

8

Model Penanaman Agroforestri

Agroforestri merupakan sebuah nama bagi sistem-sistem dan teknologi penggunaan lahan dimana pohon berumur panjang (termasuk semak, palem, bambu, kayu, dan lain-lain) dan tanaman pangan dan atau pakan ternak berumur pendek diusahakan pada petak lahan yang sama dalam suatu pengaturan ruang dan waktu (De Foresta et all 2000). Sesuai pengertian tersebut PT BHL menerapkan model penanaman dengan pola tanam agroforestri. Alasan dipilihnya model ini karena lahan yang menjadi target penghijauan adalah lahan masyarakat yang sebagian besar bermatapencaharian sebagai petani sayur dan palawija. Sehingga pola agroforestri menjadi pilihan yang paling cocok untuk mengombinasikan tanaman kayu dengan tanaman pangan. Mengenai jenis tanaman ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama sesuai dengan salah satu prinsip PT BHL yaitu rebah-tuntas (rencana dari bawah dan tuntunan dari atas). Pola umum agroforestri dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 hanya menampilkan komposisi jumlah pohon per hektar pada masing-masing kategori dan biaya per pohon. Untuk menggambarkan pola umum agroforestri tersebut diperlukan informasi yang lebih rinci dalam rancangan teknis agroforestri seperti jarak tanam. Menurut informasi dari pihak PT BHL jarak tanam yang dianjurkan adalah sebagai berikut, tanaman kayu 10 x 10 meter, tanaman buah 40 x 25 meter, aren 20 x 20 meter, dan tanaman kopi 2 x 5 meter. Namun berdasarkan observasi di beberapa lokasi, jarak tanam yang diterapkan oleh petani cenderung rapat seperti yang terlihat pada Gambar 3. Pola umum di atas tidak sepenuhnya diterapkan oleh petani dilihat dari komposisi dan jumlah pohon per luasan lahan. Menurut hasil wawancara dengan petani, hal tersebut dilakukan bukannya tidak mau sesuai dengan anjuran PT BHL, tetapi petani lebih tertarik dengan besarnya upah per biaya pemeliharaan yang akan diterima jika pohon yang ditanaman semakin banyak. Warisno dan Dahana (2011) menganjurkan bahwa jarak tanam jabon yang paling optimal adalah 5 x 5 meter baik sistem monokultur maupun polikultur.

Tabel 4 Pola umum agroforestri PT BHL Jenis tanaman strata atas

1 Tanaman kayu (Jabon, Suren, Manglid, dll) 100 pohon Jenis tanaman strata tengah dan bawah

1 Tanaman buah-buahan (Duren, Nangka, dll) 20 pohon 2 Tanaman aren (Tomohon, Sibolangit, dll) 60 pohon

3 Tanaman kopi 220 pohon

Populasi tanaman yang ditanam/ Ha 400 pohon

Biaya per tanaman Rp 56 023,- (negoitable)

Biaya tiap hektar (selama 3 tahun) Rp 22 409 200,- Jumlah rata2 keterlibatan masyarakat 4 KK tiap hektar a

(23)

9

Jenis tanaman dalam kemitraan ini sebanyak 14 jenis antara lain, jabon, suren, eukaliptus, gmelina, mindi, manglid, sukun, petai, durian, nangka, alpukat, mangga, aren, dan kopi. Jenis tanaman yang dominan adalah jabon dan kopi. Tanaman tersebut merupakan rekomendasi dari PT BHL dan usulan dari KMK. Selain tanaman tersebut petani juga masih menanami lahannya dengan tanaman pangan untuk kebutuhan sehari-hari. Jenis tanaman pangan tersebut antara lain, jagung, singkong, bawang merah, cabai, bawang daun, ubi, kacang tanah, dll.

Berdasarkan uraian di atas mengenai jenis tanaman, jarak tanam yang diterapkan, dan kombinasi tanaman pangan yang beragam. Pola tanam agroforestri yang diterapkan petani memiliki keberagaman pada setiap KMK bergantung pada wilayah masing-masing. Penerapan agroforestri yang dilakukan oleh KMK masih belum sesuai dengan pola umum yang direncanakan oleh PT BHL. Hal tersebut dapat terjadi karena PT BHL masih kekurangan tenaga teknis yang ahli dibidangnya yang mendampingi KMK di lapang. Pendampingan yang dilakukan hanya terfokus pada monitoring tanaman dan penyampaian informasi dari PT BHL. Sebaiknya PT BHL memberikan pembinaan dan pelatihan mengenai teknik agroforestri yang baik sejak awal dan dalam pelaksanaannya terus di lakukan pemantauan dan evaluasi.

Proses Pembentukkan KMK

KMK didirikan dan dibentuk oleh PT BHL berdasarkan kesepakatan para anggota yang dibuktikan dengan pernyataan bersama yang memiliki, menguasai dan atau menggarap lahan yang dijadikan obyek dalam perjanjian dalam rangka pelaksanaan kemitraan. Tahapan proses pembentukkan KMK dimulai dari identifikasi petani, pembentukkan KMK, perjanjian kerja sama dan implementasi seperti yang disajikan pada Gambar 4.

(24)

10

Gambar 4 menunjukkan bahwa tahapan proses pembentukkan KMK dimulai dari identifikasi petani. Output tahapan pertama ini adalah didapatkannya petani yang bersedia bermitra dan memenuhi syarat untuk melakukan kerja sama. Persyaratan tersebut yaitu memiliki, menggarap atau menyewa suatu lahan yang dibuktikan dengan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT). Adapun cara-cara yang dilakukan pada tahap identifikasi petani ini adalah dengan RRA (Rural Rapid Appraisal) dan PRA (Paricipatory Rural Appraisal). Suasana proses identifikasi petani terlihat pada Gambar 5. Petani yang tertarik dan bersedia melakukan kerja sama serta memenuhi persyaratan selanjutnya dikelompokkan berdasarkan domisili masing-masing. Nama KMK dan kepengurusan ditentukan berdasarkan kesepakatan kelompok. Setelah kelompok terbentuk, kemudian dilakukan penandatanganan perjanjian kerja sama (PKS) bermaterai antara PT BHL dan KMK. Dalam hal ini KMK dikuasakan kepada ketua KMK yang diketahui oleh kepala desa setempat. PKS ini ditandatangani setelah terjadi kesepakatan antara kedua pihak dan disaksikan oleh seluruh anggota KMK. Tahap terakhir dalam pembentukkan kelompok ini adalah implementasi. Bentuk implementasi antara lain, pelaksanaan kegiatan penanaman dan pemeliharaan, pendampingan, pembentukkan koperasi, dan penguatan kelembagaan.

Gambar 5 Proses identifikasi petani

(25)

11

Aturan Kemitraan

Secara tertulis aturan kemitraan tertuang dalam PKS yang secara umum mencakup pengertian para pihak, batasan istilah, dasar hukum, objek dan lokasi, tujuan, jangka waktu, permodalan, status para pihak, hak dan kewajiban, bagi hasil, penghargaan dan sanksi, berakhirnya perjanjian serta ketentuan lain (Lampiran 2). Aturan kemitraan secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 menunjukkan bahwa jangka waktu kemitraan ditetapkan berdasarkan daur tanaman kayu. Perjanjian tersebut dapat berakhir sebelum jangka waktu habis jika ada hal-hal yang membatalkan perjanjian (Lampiran 2). Adapun ketentuan biaya yang ditanggung oleh PT BHL adalah biaya pengadaan

Tabel 5 Ringkasan perjanjian kerja sama

Keterangan PT BHL KMK Jangka

waktu

10 tahun dan dapat diperpanjang sesuai kesepakatan setelah diadakan evaluasi.

Permodalan Seluruh biaya menjadi tanggungan PT BHL

Hak

- Menentukan luas garapan sesuai dengan usulan KMK

- Merancang pola tanam dalam rangka pemanfaatan lahan anggota dari KMK yang akan bekerja sama dengan PT BHL

- Mengusulkan jenis tanaman dan agroforestri sesuai dengan persetujuan PT BHL

- Memperoleh hasil produksi dari tiap panen / pemungutan sesuai dengan perjanjian

- Menanam dan memelihara tanaman sesuai dengan pola tanaman minimal 90% sampai akhir daur

- Memberikan bagi hasil kepada PT BHL sesuai dengan ketentuan dalam perjanjian Bagi hasil

Tanaman kayu : 30%

Tanaman buah, aren dan kopi: 50%

Tanaman kayu : 70%

(26)

12

bibit pada saat penanaman pertama dan penyulaman maksimal 10%. Sulaman dan pemeliharaan selama daur juga menjadi tanggungan PT BHL apabila presentase tumbuh tanaman mencapai minimal 90%. Kontribusi KMK dalam kemitraan ini adalah menyediakan lahan dan tenaga kerja sebagai modal utama mereka. Selain itu KMK menanggung biaya bibit dan biaya tanam pada saat penyulaman secara swadaya apabila sulaman melebihi 10%.

Berdasarkan Tabel 5, ada beberapa hak dan kewajiban yang belum dilaksanakan dengan baik oleh kedua pihak. Seperti hak untuk mendapatkan bagi hasil produksi kopi. PT BHL belum menerima sepenuhnya karena ada KMK yang masih menjual ke pihak lain. Kemudian hak KMK untuk mengajukan jenis tanaman yang cocok di daerahnya ternyata belum mendapatkan respons dari PT BHL dengan alasan tidak tersedianya bibit yang diusulkan. Pada aspek kewajiban yang menjelaskan tentang PT BHL membayar biaya penanaman, tidak dijelaskan secara rinci sampai kapan biaya penanaman diberikan kepada KMK. Dalam pelaksanaannya pun, pemberian dana pemeliharaan tidak dilakukan tepat waktu. Seharusnya dalam perjanjian disebutkan secara rinci mengenai waktu pemberian dana pemeliharaan beserta persyaratannya agar pelaksanaannya dapat dikontrol oleh masing-masing pihak. Disisi lain kewajiban yang dibebankan kepada pihak KMK juga belum sepenuhnya dilaksanakan. Dari uraian tersebut sebaiknya kedua pihak harus sering mengadakan evaluasi terutama dalam pelaksanaan hak dan kewajiban dalam kerja sama ini.

Tabel 5 menunjukkan bahwa sistem bagi hasil kemitraan ini adalah 70% untuk petani dan 30% untuk PT BHL. Di dalam alokasi KMK terdapat 2.5% untuk pengurus KMK yang digunakan untuk dana operasional KMK. Sedangkan pada alokasi PT BHL terdapat 2.5% yang dialokasikan kepada pemerintah desa sebagai wujud kontribusi untuk pembangunan desa. Namun secara nyata mekanisme penerapan bagi hasil di atas belum sepenuhnya diterapkan. Dari beberapa kategori tersebut yang sudah diterapkan adalah bagi hasil kopi. Sementara ini biaya panen kopi sepenuhnya masih ditanggung oleh petani, sehingga petani merasa berat jika bagi hasil kopi tetap 50:50. Hal inilah yang menyebabkan panen kopi perdana yang tercatat oleh PT BHL masih jauh dari yang diharapkan. Selain bagi hasil yang kecil menurut petani, ada beberapa indikasi lain yang menyebabkan hasil kopi masih rendah seperti harga pasar yang saat itu rendah dan teknik pasca panen petani yang masih rendah sehingga memengaruhi mutu buah kopi. Berdasarkan informasi dari salah satu Tenaga Pengelola Koperasi (TPKO) saat ini telah dilakukan pembaruan kesepakatan mengenai bagi hasil kopi menjadi 70% untuk petani dan 30% untuk PT BHL, namun penerapannya masih sebatas untuk KMK yang terbentuk pada tahun 2013. Untuk KMK 2010 masih dalam kajian perusahaan apakah akan disamakan atau tidak. Sedangkan untuk bagi hasil buah-buahan sepertinya akan sulit diterapkan dan akan menambah biaya monitoring mengingat yang dijadikan objek bagi hasil adalah buahnya. Bahkan bisa jadi hasil yang diperoleh melebihi jangka waktu perjanjian.

(27)

13 koperasi juga diharapkan dapat menjalankan usaha sendiri dengan disokong oleh KMK-KMK yang menjadi anggota. Selama perjanjian, dana operasional diambil dari uang pemeliharaan dari setiap KMK yang disisihkan, namun hal ini bergantung pada kebijakan masing-masing pengurus koperasi. Selain itu dana awal juga diperoleh dari PT BHL dan jika koperasi melakukan usaha akan diberikan modal 20% diawal dari total hasil yang didapatkan dari usaha tersebut. Selebihnya dana usaha bersifat pinjaman atau swadaya anggota koperasi.

Secara umum perjanjian kerja sama kemitraan PT BHL dengan KMK sudah mencakup sebagian besar syarat kemitraan. Namun dalam pelaksanaannya masih ada beberapa yang belum sesuai dengan perjanjiaan sehingga perlu dievaluasi dan diperbaiki. Dalam dokumen perjanjian perlu dilengkapi dengan peta atau sketsa lahan yang dikerjasamakan (luas dan letak yang jelas) dan rancangan teknis agroforestri secara rinci untuk panduan petani.

Implementasi Kemitraan

Implementasi kemitraan merupakan wujud pelaksanaan program kemitraan, yaitu kegiatan penanaman di lahan KMK dengan pola agroforestri. Kegiatan penanaman ini sepenuhnya diserahkan kepada petani anggota KMK untuk menanam di lahannya masing-masing. PT BHL hanya menyediakan bibit tanaman, pupuk dan biaya penanaman.

Dalam melakukan pembinaan dan pendampingan, PT BHL menugaskan TPMK pada setiap KMK. TPMK adalah seorang tenaga kerja PT BHL dengan tugas utama mendampingi dan memberdayakan anggota KMK pada masing-masing wilayah pengawasannya. Pendampingan yang dilakukan TPMK berupa pertemuan kelompok, monitoring pemeliharaan tanaman dan pendampingan kegiatan koperasi. Sementara itu pemberdayaan yang dilakukan berupa pelatihan pembuatan pupuk cair dan pupuk organik.

(28)

14

Tabel 6 menunjukkan bahwa belum semua koperasi aktif menjalankan kegiatan usaha. Hal ini berarti sebagian besar koperasi hanya menjalankan fungsinya sebagai penyalur dana pemeliharaan. Berdasarkan wawancara dengan pengurus koperasi, belum aktifnya koperasi dalam kegiatan usaha karena masih terkendala dalam permodalan.

Berdasarkan macam-macam pola kemitraan yang terdapat dalam Keputusan Menteri Pertanian No. 940/Kpts/OT.210/10/97 tentang Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian, pola kemitraan PT BHL dengan KMK mendekati pola kemitraan kerja sama operasional agribisnis (KOA). KOA merupakan hubungan kemitraan antara kelompok mitra (KMK) dengan perusahaan mitra (PT BHL) yang di dalamnya kelompok mitra menyediakan lahan, sarana, dan tenaga, sedangkan perusahaan mitra menyediakan biaya atau modal dan atau sarana untuk mengusahakan atau membudidayakan suatu komoditi pertanian (Deptan 2003). Menurut Pranoto (2012), secara umum pola KOA memiliki kelemahan dalam pengambilan untung oleh perusahaan mitra dalam menangani pemasaran dan pengolahan produk yang terlalu besar sehingga dirasakan kurang adil oleh

kelompok usaha kecil. Hal ini berbeda dengan pola KOA antara KMK dan PT

BHL yang justru pembagian hasil lebih besar diberikan kepada KMK. Sedangkan jika dilihat dari jangka waktu kemitraan dan adanya perjanjian secara tertulis kemitraan ini termasuk kemitraan jangka panjang (Deptan 1997).

Tabel 6 Kegiatan koperasi unit Banjaran dan Arjasari KMK tahun 2010

Koperasi Desa Jml KMK Kegiatan usaha

Rukun Tani Makmur Arjasari 8 -

Mitra Jaya Mangun Jaya 1 -

Manglid Mandiri Bukit Manglid 1 -

Sejahtera Bersama Jatisari 1 Pembibitan

Malasari Bangkit Malasari 7 -

Haruman Sejahtera Warja Bakti 1 Pembibitan

Tani Mulya Banda Sari 1 -

Bukit Hijau Lamajang 9 Pembuatan pupuk

Saluyu Tani Baros 2 -

Maju Bersama Sukamaju 8 Penampungan kopi

Mitra Amanah Banjaran Wetan 3 -

Mekar Kencana Mekar Jaya 1 -

Pancen Alam Lestari Mekar Sari 1 -

Alam Lestari Patrolsari 6 Pembuatan pupuk

Giri Makmur Pinggirsari 5 -

Harapan Makmur Tanjung Wangi 2 -

Barokah Sejahtera Mekar Laksana 2 -

a

(29)

15

Performa Tanaman dan Hasil Produksi Kopi

Salah satu indikator untuk mengetahui keberhasilan kemitraan adalah dengan menganalisis performa tanaman dan hasil produksi kopi. Performa tanaman yang dijadikan parameter adalah persen tumbuh tanaman kayu, tanaman buah dan tanaman kopi serta hasil produksi kopi. Tanaman kayu dan buah hanya dilihat dari persen tumbuhnya karena tanaman tersebut belum berproduksi. Sementara tanaman yang sudah berproduksi adalah tanaman kopi.

Persen Tumbuh Tanaman Kayu

Jenis tanaman kayu yang ditanam sebagai strata atas meliputi jabon, suren, mindi, manglid, eukaliptus, dan gmelina. Jenis yang paling dominan adalah jabon dan suren.

Gambar 6 menunjukkan bahwa persen tumbuh tanaman kayu dengan sulaman pada seluruh KMK lebih besar daripada tanpa sulaman. Rata-rata persen tumbuh tanpa sulaman sebesar 52%, sedangkan persen tumbuh dengan sulaman sebesar 79%. Besarnya sulaman yang dilakukan mengindikasikan bahwa banyaknya bibit yang mati pada saat awal penanaman. Hasil ini dapat dikatakan masuk dalam kategori sedang, namun masih di bawah target 90%. Persen tumbuh ini masih lebih baik daripada tanaman pokok sengon pada penelitian yang dilakukan oleh Muzakir (2006) yang menyebutkan bahwa tingkat keberhasilan tanaman program PHBM di Desa Karang Tengah KPH Bogor termasuk kategori rendah.

KMK yang mencapai persen tumbuh tanpa sulaman lebih dari 90% adalah KMK Cijati Hurip. Sebaliknya, KMK yang memiliki persen tumbuh paling kecil baik tanpa sulaman maupun dengan sulaman adalah KMK Tani Campaka Sari. Adanya perbedaan yang cukup besar dalam persen tumbuh tanaman kayu lebih disebabkan oleh pembagian bibit pada awal musim kemarau sehingga bibit banyak mengalami kegagalan. Selain itu keaktifan anggota dalam menjalankan program terutama dalam memelihara tanaman juga menjadi faktor pembeda.

(30)

16

Persen Tumbuh Tanaman Buah-buahan

Jenis tanaman buah-buahan yang ditanam sebagai strata tengah adalah sukun, petai, durian, nangka, alpukat, mangga, dan aren.

Pada Gambar 7 dapat dilihat bahwa persen tumbuh tanaman buah sangat kecil baik dengan sulaman maupun tanpa sulaman. Rata-rata persen tumbuh tanaman buah dengan sulaman hanya 34.08%. Berdasarkan observasi lapang, tanaman buah yang banyak mengalami kematian adalah aren. Menurut keterangan anggota KMK kematian tersebut dikarenakan kekeringan. Walaupun banyak yang mati, KMK hanya melakukan sulaman sebesar 7.5%. Sedikitnya sulaman disebabkan oleh sulitnya mendapatkan bibit tanaman buah. Selain itu, petani tidak terlalu berharap pada hasil dari kategori tanaman ini dikarenakan jangka waktu bagi hasilnya lama. Ada beberapa KMK yang tidak menanam tanaman buah. KMK Pasir Salam memiliki persen tumbuh paling besar karena ketua KMK aktif mengajak anggota untuk merawat dan menyulam tanaman.

Persen Tumbuh Tanaman Kopi

Berdasarkan Gambar 8 dapat dilihat bahwa persen tumbuh tanaman kopi cukup baik, yaitu 62% untuk tanaman tanpa sulaman. Rata-rata sulaman yang dilakukan oleh KMK mencapai 15%, sehingga persen tumbuh tanaman dengan sulaman menjadi 77%. KMK Mekar Mukti, Hijau Lestari, dan Sumber Rejeki II melakukan sulaman paling banyak. Sementara separuh dari total KMK tidak melakukan sulaman. Seharusnya minimal 10% setiap KMK melakukan sulaman karena merupakan tanggung jawab dari PT BHL untuk memberikan bibit sulaman.

Dari ketiga gambar tersebut yang paling banyak disulam adalah tanaman kayu. Hal ini menunjukkan bahwa petani lebih suka merawat tanaman kayu. Pada umumnya rata-rata persen tumbuh tanaman kayu, buah, dan kopi pada seluruh KMK mencapai 72.9%, sehingga masih dibawah target yang harus diamankan KMK yaitu 90%. Hasil ini masih lebih baik dibandingkan dengan program GNRHL pada tahun 2003-2007 pada lokasi yang sama.

(31)

17

Produksi Buah Kopi

Tanaman kopi ditanam satu tahun setelah penanaman tanaman kayu dan tanaman buah, sehingga pada tahun 2013 baru bisa panen. Panen perdana dilakukan pada bulan April sampai Agustus pada sebagian besar KMK yang menanam kopi. Produktivitas panen perdana masih sangat rendah (Tabel 7).

Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa panen kopi yang dihasilkan masih tergolong sangat kecil. Dari jumlah total 145 228 pohon hanya menghasilkan 1443.5 kg buah kopi gelondongan atau produktivitas rata-rata sekitar 0.0099 kg pohonˉ¹. Sementara jika dihubungkan dengan persen tumbuh tanaman kopi pada pembahasan sebelumnya, seharusnya panen kopi memiliki korelasi yang positif. Pada penelitian Ediningtyas (2007), produktivitas kopi gelondongan di Pangalengan mampu mencapai 2 kg per pohon setiap tahunnya.

Produktivitas yang masih rendah ini diindikasikan oleh beberapa faktor yang diantaranya adalah faktor teknis budidaya dan faktor non-teknis. Berdasarkan hasil observasi, sebagian besar tanaman kopi belum berbuah, sedangkan tanaman yang sudah berbuah pun belum optimal. Hal ini adalah salah satu dampak dari pola tanam yang rapat pada tanaman kayu terutama jenis jabon, sehingga membuat tanaman kopi ternaungi berat. Pengaruh pemberian pupuk yang kurang juga memengaruhi produktivitas buah kopi. Selain itu, keterampilan petani dalam budidaya dan pascapanen kopi juga masih rendah.

Selanjutnya pada faktor non-teknis dipengaruhi oleh faktor pasar. Harga kopi pada saat itu sedang jatuh. Sebagian petani beranggapan bahwa hasil kopi yang dipanen tidak seimbang dengan biaya operasional pemanenannya, sehingga petani memilih untuk tidak memanen. Sementara ini, PT BHL sedang mencari jaringan untuk memasarkan hasil kopi tersebut. Oleh karena itu kopi yang sudah dipanen masih menumpuk di kantor unit dan sebagian masih menumpuk di koperasi. Kopi akan dipasarkan jika harga kopi sudah stabil kembali.

(32)

18

Analisis Tingkat Hubungan Kemitraan

Penilaian tingkat hubungan kemitraan dilakukan dengan cara kategorisasi yang didasarkan pada Keputusan Menteri Pertanian No. 944/Kpts/OT.210/10/97 tanggal 13 Oktober 1997 mengenai pedoman penetapan tingkat hubungan kemitraan usaha pertanian. Faktor-faktor yang dinilai dalam penentuan kategori tingkat hubungan kemitraan berdasarkan pendapat dari petani (anggota KMK) dan PT BHL, yaitu aspek proses manajemen kemitraan dan aspek manfaat.

Tabel 8 menunjukkan bahwa hasil nilai rata-rata aspek proses manajemen kemitraan sebesar 400.4 dari nilai maksimal 500 dan aspek manfaat sebesar 258.9 dari nilai maksimal 500. Hal ini menunjukkan bahwa aspek manfaat lebih rendah dari pada aspek proses manajemen kemitraan, baik menurut pendapat PT BHL maupun pendapat KMK. Aspek manfaat dari kemitraan yang belum maksimal adalah manfaat ekonomi sosial. Jika dirata-rata total nilai dari kedua aspek tersebut didapatkan nilai sebesar 659.3 dari nilai maksimal 1000. Artinya nilai tersebut berada pada interval 501-750. Berdasarkan keputusan Menteri Pertanian

Tabel 7 Hasil panen kopi periode April-Agustus 2013 Unit Banjaran dan Arjasari

(33)

19 No. 944/Kpts/OT.210/10/97, kemitraan ini dikategorikan kedalam kategori Prima Madya. Kemitraan Prima Madya merupakan kemitraan yang terjadi dalam kemitraan jangka menengah dan jangka panjang dimana pihak inti (PT BHL) berperan sebagai penyedia sarana dan modal, memberikan penyuluhan dan bimbingan teknis. Kemitraan pada kategori ini masih perlu adanya peningkatan kerja sama terutama untuk aspek manfaat yang masih rendah.

Tabel 8 Nilai tingkat hubungan kemitraan berdasarkan pendapat KMK dan PT BHL

a. Perencanaan kemitraan 100 65.6 50 57.8 b. Kelengkapan perencanaan 50 34.8 35 34.9 2 Pengorganisasian 150

a. Bidang khusus 25 25.0 25 25.0 b. Kontrak kerja sama 125 98.4 125 111.7 3 Pelaksanaan dan efektivitas kerja

sama 200

a. Pelaksanaan kerja sama 50 33.5 50 41.8 b. Efektivitas kerja sama 100 108.5 150 129.3 Jumlah nilai maksimum aspek

proses manajemen kemitraan 500 365.8 435 400.4 II Manfaat

1 Ekonomi 300

a. Pendapatan 150 60.0 50 55.0 b. Harga 50 25.0 25 25.0 c. Produktivitas 50 21.3 0 10.6 d. Ketidakberesikoan usaha 50 10.0 50 30.0 2 Teknis 100

a. Pengetahuan 50 40.0 25 32.5 b. Penguasaan teknologi 50 45.0 50 47.5 3 Sosial 100

a. Keinginan kontinuitas kerja sama 50 50.0 50 50.0 b. Pelestarian lingkungan 50 6.5 10 8.3 Jumlah nilai maksimum aspek

manfaat 500 257.8 260 258.9 Jumlah nilai maksimum tingkat

hubungan kemitraan aspek proses manajemen kemitraan + aspek manfaat

(34)

20

Pada penelitian terdahulu tentang tingkat hubungan kemitraan juga menyimpulkan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh Permana (2007), namun juga ada yang menyimpulkan berbeda seperti yang terlihat pada Tabel 9.

Aspek Proses Manajemen Kemitraan

Aspek proses manajemen kemitraan terdiri atas tiga faktor yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan efektivitas kerja sama. Pada aspek ini, penilaian menurut pendapat PT BHL lebih besar dari pada KMK, yaitu 435 sedangkan KMK hanya 365.8 dari nilai maksimum 500. Faktor Perencanaan terdiri dari perencanaan kemitraan dan kelengkapan perencanaan yang berisi tentang uraian mengenai langkah-langkah kemitraan yang akan dilaksanakan.

Nilai faktor perencanaan yang berbeda signifikan antara KMK dengan PT BHL adalah perencanaan kemitraan. Berdasarkan pendapat KMK, sebagian besar penyusunan rencana kemitraan dilakukan secara bersama-sama antara petani dengan PT BHL dengan bantuan fasilitator. Hal ini artinya masih ada pihak ketiga dalam pembuatan perjanjian. Sebagian lagi menyatakan bahwa pada waktu pembentukkan direncanakan bersama antara PT BHL dengan petani tanpa adanya campur tangan dari fasilitator. Penilaian mengenai kelengkapan perencanaan hampir sama antara KMK dengan PT BHL. Keduanya menyatakan bahwa dalam aspek kelengkapaan perencanaan meliputi 3 aspek (pembinaan manajemen, pembinaan teknologi dan permodalan).

Tabel 9 Perbandingan hasil penelitian terdahulu mengenai tingkat hubungan kemitraan

Peneliti Judul Kesimpulan Permana

(2007)

Kajian kemitraan Perum Perhutai dengan Petani melalui program PHBM di Desa Protomulyo dan Desa

Magelung, RPH Mugas, BKPH

Kemitraan antara Petani Hutan Rakyat dengan PT Bina Kayu Lestari Group di Tasikmalaya Jawa Barat

Kemitraan antara dua pihak, yaitu petani dan BKL Group termasuk kedalam kategori kemitraan prima utama.

Baeti (2013)

Kemitraan Budidaya dan Kerajinan Glagah (Themeda villosa) di KPH Pekalongan Timur Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah

(35)

21 Faktor pengorganisasian meliputi ada atau tidaknya bidang khusus dalam kemitraan dan mengenai kontrak kerja sama. Mengenai bidang khusus keduanya menyatakan bahwa ada bidang khusus mengelola secara khusus dalam kemitraan ini. Bidang khusus yang dimaksud adalah bukan dari pemerintah namun pada PT BHL terdapat bagian yang mengelola KMK dan koperasi.

Penilaian kontrak kerja sama terdiri dari tiga hal yaitu keberadaan, isi kontrak kerja sama dan bentuk kerja sama. Berdasarkan pendapat KMK mengenai aspek kontrak kerja sama diperoleh nilai rata-rata 98.4 karena beberapa anggota KMK yang masih belum mengetahui keberadaan kontrak perjanjian dan isi dari perjanjian tersebut. Sebagian KMK yang mengetahui secara lengkap kontrak kerja sama adalah ketuanya saja. Bahkan ada pula KMK yang tidak memegang perjanjian kerja sama. Sedangkan PT BHL memberikan nilai maksimal 125 karena beranggapan bahwa semua KMK sudah dibuatkan perjanjian kerja sama.

Faktor pelaksanaan dan efektivitas kerja sama. Pada faktor ini, KMK memberikan nilai 142 sedangkan PT BHL memberikan nilai maksimum 200. Dalam hal pelaksanaan kerja sama KMK berpendapat bahwa perjanjian masih ada yang belum di laksanakan sebagaimana mestinya baik KMK maupun PT BHL. Dalam hal transparansi juga masih belum maksimal. Mengenai efektivitas kerja sama masih terkendala mengenai kontinuitas pendampingan dan waktu pembayaran.

Aspek Manfaat

Aspek manfaat terdiri atas tiga faktor utama yaitu manfaat ekonomi, manfaat teknis dan manfaat sosial. Nilai total menurut pendapat KMK maupun PT BHL tidak berbeda jauh, yaitu 257.8 dan 260 dari nilai maksimum 500. Keduanya dikatakan rendah dalam aspek manfaat ini. Faktor yang paling memengaruhi adalah faktor manfaat ekonomi. Faktor manfaat ekonomi terdiri atas pendapatan, harga, produktivitas, dan resiko usaha. Keduanya memberikan nilai rendah dalam hal pendapatan karena memang belum banyak memberikan kontribusi. KMK hanya memperoleh pendapatan dari dana pemeliharaan, sedangkan PT BHL baru sebagian kecil dari bagi hasil kopi. Sedangkan pada aspek harga, keduanya sepakat bahwa disesuaikan harga pasar. Produktivitas masih jauh dari harapan terutama untuk hasil panen kopi. Begitu pula untuk persen tumbuh tanaman. Mengenai resiko usaha KMK memberikan nilai 10 dari maksimum 50 karena mereka harus mengadakan swadaya untuk sulaman jika melebihi 10% yang dianggapnya resiko ini hanya KMK yang menanggung.

(36)

22

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pola kemitraan agroforestri antara PT BHL dengan KMK merupakan pola kemitraan kerja sama operasional agribisnis (KOA), dimana KMK menyediakan input berupa lahan dan tenaga, sedangkan PT BHL menyediakan input berupa biaya, sarana dan pembinaan. Kemitraan ini termasuk kemitraan jangka panjang. Performa tanaman berdasarkan aspek persen tumbuh tanaman rata-rata mencapai 79.35% untuk tanaman kayu, 36.67% untuk tanaman buah, dan 76.56% untuk tanaman kopi. Sedangkan dari aspek produksi kopi pada panen pertama produktivitasnya masih sangat rendah. Rendahnya produktivitas hasil panen kopi disebabkan oleh naungan berat yang dipengaruhi oleh jarak tanam yang rapat dan jenis tanaman jabon yang berdaun lebar serta keterampilan budidaya petani yang masih rendah. Tingkat hubungan kemitraan antara PT BHL dengan KMK dikategorikan ke dalam kategori Prima Madya dengan nilai rata-rata 659.3. Kemitraan pada kategori ini masih perlu adanya peningkatan kerja sama, terutama pada kegiatan pemeliharaan dan peningkatan produktivitas.

Saran

Kemitraan agroforestri ini memerlukan pelatihan budidaya tanaman kopi secara intensif. Pemilihan jenis tanaman jabon untuk agroforestri dengan tanaman kopi perlu dipertimbangkan kembali. Pada penelitian selanjutnya, perlu dilakukan analisis terhadap koperasi dalam penilaian tingkat hubungan kemitraan dan perlu dilakukan analisis finansial bisnis dan pemasaran untuk mengetahui keberlanjutan kemitraan.

DAFTAR PUSTAKA

Baeti AN. 2013. Kemitraan budidaya dan kerajinan glagah (Themeda villosa) di KPH Pekalongan Timur Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertania Bogor.

[Deptan] Departemen Pertanian. 1997. Kemitraan Pemasaran dalam Agribisnis. Jakarta (ID): Departemen Pertanian RI.

[Deptan] Departemen Pertanian. 2003. Pedoman Kemitraan Usaha Agribisnis. Jakarta (ID): Departemen Pertanian RI.

De Foresta H, Kusworo A, Minchon G, Djatmiko WA. 2000. Agroforest Khas Indonesia. Bogor (ID): ICRAF.

(37)

23 [Kementan] Kementrian Pertanian. 1997. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 940/Kpts/OT.210/10/97 tentang Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian. Jakarta (ID): Kementan.

[Kementan] Kementrian Pertanian. 1997. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 944/Kpts/OT.210/10/97 tentang Pedoman Penetapan Tingkat Hubungan Kemitraan Usaha Pertanian. Jakarta (ID): Kementan.

Lestari IP. 2011. Analisis pola dan kelayakan kemitraan antara petani hutan rakyat dengan PT Bina Kayu Lestari Group di Tasikmalaya Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institu Pertanian Bogor.

Muzakir Y. 2006. Partisipasi masyarakat dan tingkat keberhasilan tanaman pada program pengelolaan sumberdaya hutan bersama masyarakat (kasus Desa Karang Tengah RPH Babakan Madang BKPH Bogor KPH Bogor Perum Perhutani Unit III Jawa Barat) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertania Bogor. Pemerintah Republik Indonesia. 1995. Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil. Jakarta (ID): Sekretariat Negara Permana I. 2007. Kajian kemitraan perum perhutani dengan petani melalui

program PHBM di Desa Protomulyo dan Desa Magelung, RPH Mugas, BKPH Mangkang, KPH Kendal, Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertania Bogor.

Pranoto YS. 2012. Peningkatan Daya Saing Produk Pertanian dengan Pola Kemitraan (Contract Farming). [Internet]. [diunduh 2014 Feb 20]. Tersedia pada http://yudisaptapranoto.ubb.ac.id/?p=58.

(38)

24

(39)

25 Lampiran 1 Persen tumbuh tanaman kerja sama

KMK Kayu Buah Kopi TS DS TS DS TS DS Bumi Berkarya 39.62 65.67 5.17 5.17 34.76 34.76 Bumi Mekar Lestari I 89.36 98.03 48.57 48.57 50.51 63.40 Giri Mukti 79.66 84.95 0.00 0.00 84.70 84.70 Haruman Lestari 42.09 53.72 0.09 0.26 80.15 80.15 Mekar Laksana 37.15 89.24 77.57 77.57 83.01 83.01 Mekar Mukti 70.79 91.82 43.08 80.77 45.76 96.84 Pasir Hurip 51.34 65.89 49.00 64.07 80.30 100.81 Pasir Kihiyang I 40.97 50.46 8.93 15.63 51.63 59.62 Pasir Salam 61.75 85.43 77.43 94.11 78.29 94.20 Rahayu Mukti I 66.68 70.80 19.01 19.01 65.69 65.69 Rahayu Mukti II 77.53 78.73 13.33 13.33 47.42 47.42 Tani Campaka Sari 15.16 27.73 0.00 0.00 80.00 80.00 Tani Mulya 57.80 72.81 32.07 51.41 57.13 57.13 Tunas Harapan 37.35 64.64 25.20 28.60 0.00 0.00 Wargi Saluyu 56.16 114.31 12.14 30.86 82.21 82.21 Barokah I 42.20 59.24 13.83 13.83 97.72 109.75 Cijati Hurip 91.42 123.22 25.42 25.42 96.07 108.17 Giri Lestari 28.70 95.33 37.87 37.87 76.98 76.98 Hijau Lestari 0.00 96.68 11.03 39.53 0.00 93.75 Sumber Rejeki II 55.33 98.33 32.04 35.49 43.02 112.66 Rata-rata 52.05 79.35 26.59 34.08 61.77 76.56

a

(40)

26

Lampiran 2 Contoh perjanjian kerja sama kemitraan agroforestri antara KMK dengan PT BHL

PERJANJIAN KERJA SAMA

KEGIATAN AGROFORESTRI DI LAHAN MASYARAKAT ANTARA

PT BAKTI USAHA MENANAM NUSANTARA HIJAU LESTARI I (PT. BUMN HL I)

DENGAN

KELOMPOK MITRA KERJA (KMK) PASIR SALAM DESA ARJASARI KECAMATAN ARJASARI KABUPATEN BANDUNG PROPINSI JAWA BARAT

Nomor : PKS/BUMN HL I/06/XII/2010

Pada hari ini Kamis tanggal sembilan bulan Desember tahun dua ribu sepuluh, kami yang bertanda tangan di bawah ini :

1. Nama : Ir. H. ZULFI RAMLAN POHAN, MM. Tempat/ tanggal lahir : Tapanuli Selatan, 16 September 1960 Pekerjaan : Direktur Utama PT. BUMN Hiaju Lestari I Alamat : Jalan Ir. H. Juanda No 107 Bandung Pemegang KTP Nomor : 32.03.09.160960 05194

Bertindak dalam jabatannya / pekerjaannya sebagaimana dimaksud dalam akta Notaris Irma Rachmawati, SH Nomor: 73 tanggal 15 Agustus 2009, dengan demikian sah bertindak dan atas nama PT. BUMN Hijau Lestari I berkedudukan di Kota Bandung. Selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA

2. Nama : ADENG

Tempat/ tanggal lahir : Bandung, 14 November 1954 Pekerjaan : Buruh Harian Lepas

Alamat : Kp. Parakan Bolang, RT.03/RW11 Dusun I, Desa Arjasari, Kecamatan Arjasari Kab. Bandung Pemegang KTP Nomor : 32.0416.041154.0002

Bertindak untuk dan atas nama masyarakat yang tergabung dalam wadah bernama Kelompok Mitra Kerja (KMK) Pasir Salam yang berkedudukan di Desa Arjasari Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung yang mewakili Kelompok Mitra Kerja di lokasi yang menjadi objek perjanjian ini yang dibuktikan dengan surat Kuasa dari anggota, yang selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA

Para pihak menerangkan terlebih dahulu bahwa:

1. PIHAK PERTAMA adalah suatu Perseroan yang berusaha dalam bidang Jasa Pertanian dan Kehutanan, perindustrian, perdagangan, peternakan dan perikanan

(41)

27 3. PIHAK KEDUA adalah suatu Kelompok Mitra Kerja yang didirikan dan dibentuk berdasarkan kesepakatan para anggota yang dibuktikan dengan pernyataan bersama, yang berkedudukan di Desa Arjasari Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung Propinsi Jawa Barat

4. PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sepakat melakukan kerja sama kegiatan Agroforestry dengan prinsip saling menguntungkan

5. PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA sanggup memenuhi persyaratan dan kewajiban yang telah disepakati

Selanjutnya para pihak setelah mengerti dan memahami maksud dan tujuan tersebut di atas atau yang mengenai maklumat tersebut di atas, para pihak yang satu dengan yang lainnya saling setuju dan mufakat untuk mengadakan perjanjian kerja sama pemanfaatan lahan milik dengan memakai/menerapkan syarat-syarat dan ketentuan sebagai berikut.

KETENTUAN UMUM PASAL 1

1. PT. BUMN HL I adalah PT. Bakti Usaha Menanam Nusantara Hiaju Lestari I yang beralamat di Jalan Ir. H. Juanda Nomor 107 Bandung

2. Lahan adalah suatu bidang tanah yang dimiliki oleh seseorang, kelompok, milik pemerintah desa atau kepemilikan lainnya

3. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya yang satu dengan yang lainnya tidak dapat saling dipisahkan

4. Agroforestry adalah kumpulan antara pepohonan dan pertanian dalam arti luas pada lahan yang sama dan saling menguntungkan

5. Pohon dalah tanaman berkayu yang berfungsi secara ekologi, disenangi masyarakat, dan bernilai ekonomis

6. Daur adalah waktu tumbuh pohon dari mulai waktu tanam sampai dengan waktu tebang

7. Pihak yang berkepentingan (stakeholder) adalah pihak-pihak yang mempunyai perhatian dan berperan mendorong proses optimalisasi serta berkembangnya kerja sama selain PT BUMN HL I dan Kelompok Mitra Kerja, yaitu Pemerintah Desa, Pemerintah Daerah, Lembaga Swadaya Masyarakat, Usaha Swasta, Lembaga Pendidikan dan Lembaga Donor, serta lembaga lainnya

8. Kelompok Mitra Kerja (KMK) adalah kumpulan orang-orang yang memiliki, menguasai dan atau menggarap lahan yang terhipun dalam sebuah organisai

9. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan-badan hukum koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan azas kekeluargaan

(42)

28

11.Pembinaan dan Pendampingan adalah usaha tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna dalam rangka penyelenggaraan agroforestry untuk memperoleh hasil yang lebih baik

DASAR HUKUM PASAL 2

1. Undang-undang Koperasi No. 25 Tahun 1992

2. Peraturan Perundangan lain yang mengatur PT. Bakti Usaha Menanam Nusantara Hijau Lestari I

3. Anggaran Dasar PT BUMN HL I yang dibuat berdasarkan Akta Notaris Irma Rachmawati, SH Nomor 73 tanggal 15 Agustus 2009

4. Surat Keputusan Menteri Hukum dan HAM RI No. AHU-52968-AH.01.01 tahun 2009 tentang Pengesahan Badan Hukum PT BUMN HL I 5. Itikad baik para pihak dlam rangka mewujudkan rehabilitasi dan

konservasi lahan serta upaya pemberdayaan masyarakat desa untuk menambah pendapatan KMK

6. Hasil musyawarah dan mufakat antara kedua belah pihak

OBJEK DAN LOKASI PASAL 3

1. Objek perjanjian ini adalah lahan dan tanaman yang dikelola bersama oleh PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA dengan pola agroforestry

2. Lokasi perjanjian ini termasuk wilayah Administrasi Desa Arjasari Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung seluas 62,0602 Ha

TUJUAN PASAL 4

1. Untuk melakukan kegiatan agroforestry pada lahan yang dikelola PIHAK KEDUA dalam rangka meningkatkan fungsi dan daya guna lahan

2. Melakukan kerja sama bisnis agroforestry yang saling menguntungkan

JANGKA WAKTU PASAL 5

1. Perjanjian kerja sama ini berlaku terhitung mulai tanggal 09 Desember 2010 sesuai kesepakatan kedua belah pihak dan peraturan perundangan yang berlaku

2. Perjanjian kerja sama ini berlaku dalam waktu 10 (sepuluh) tahun yang setiap tahunnya dilakukan evaluasi

(43)

29

PERMODALAN PASAL 6

1. Biaya pengadaan bibit pada saat penanaman pertama dan penyulaman maksimal 10% (sepuluh persen) menjadi tanggungan PIHAK PERTAMA 2. Sulaman dan pemeliharaannya selama daur menjadi tanggungan PIHAK

PERTAMA apabila presentase tumbuh tanaman mencapai minimal 90% (sembilan puluh persen)

STATUS PARA PIHAK PASAL 7

1. PIHAK PERTAMA bekerja sama dengan PIHAK KEDUA dalam melaksanakan pemanfaatan lahan berupa: penanaman tanaman pohon dan agroforestry yang dalam pelaksanaannya tetap bermusyawarah antara PIHAK PERTAMA dengan PIHAK KEDUA

2. PIHAK KEDUA sanggup untuk bekerja sama dalam pemanfaatan lahan dengan menanam pohon dengan pola agroforestry sesuai dengan ketentuan dalam perjanjian

3. PPIHAK KEDUA tidak diperkenankan untuk mengadakan tukar-menukar lahan, memperjualbelikan, atau mengalihkan hak garapan yang telah ditetapkan baik antara sesama anggota KMK ataupun dengan pihak lainnya tanpa persetujuan PIHAK PERTAMA

HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 8

1. PIHAK PERTAMA 1.1 Hak

a. Menentukan luas garapan sesuai dengan usulan PIHAK KEDUA

b. Merancang pola tanam dalam rangka pemanfaatan lahan dengan memperhatikan masukan dari PIHAK KEDUA

c. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pemanfaatan lahan terdapat penyimpangan dari perjanjian

d. Mendapatkan bagi hasil produksi dari usaha pemanfaatan lahan dari PIHAK KEDUA

e. Menghentikan dan mencabut secara sepihak kerja sama dengan PIHAK KEDUA yang melakukan / tidak mengindahkan kewajibannya dan melanggar ketentuan yang berlaku dalam perjanjian, sebagai tindakan sendiri-sendiri maupun kelompok

1.2 Kewajiban

a. Menyediakan bibit tanaman

b. Menyediakan dan membayar biaya kegiatan penanaman dalam rangka kerja sama penanaman pohon dengan pola agroforestry untuk dimanfaatkan oleh PIHAK KEDUA sesuai dengan ketentuan dalam perjanjian ini dan standar biaya PIHAK PERTAMA

(44)

30

d. Melakukan pembinaan dan pendampingan kepada PIHAK KEDUA selama kerja sama ini dilakukan

2. PIHAK KEDUA 2.1 Hak

a. Mengusulkan nama-nama anggota dari PIHAK KEDUA yang akan bekerja sama dengan PIHAK PERTAMA

b. Mengusulkan jenis tanaman dan agroforestry dalam rangka pemanfaatan lahan sesuai dengan persetujuan PIHAK PERTAMA

c. Memperoleh hasil produksi dari tiap panen / pemungutan dalam pemanfaatan lahan sesuai dengan ketentuan dalam pejanjian ini

2.2 Kewajiban

a. Menanam dan memelihara tanaman sesuai dengan pola tanam dan petunjuk teknis yang disepakati oleh kedua belah pihak

b. Mengamankan dan menjaga keberhasilan tanaman dan agroforestry di objek perjanjian dari segala gangguan keamanan

c. Membuat keberhasilan tumbuh tanaman minimal 90% (sembilan puluh persen) sampai akhir daur

d. Memberikan bagi hasil dari usaha pemanfaatan lahan kepada PIHAK PERTAMA sesuai dengan ketentuan dalam perjanjian

BAGI HASIL PASAL 9

1. Bagi Hasil panen pohon

a. Harga hasil panen disesuaikan dengan harga pasar b. Presentase bagi hasil sebagai berikut :

 PIHAK PERTAMA : 27,5 % (dua puluh tujuh koma lima persen) dari hasil panen

 PIHAK KEDUA (pemilik & penggarap lahan) : 67,5% ( enam puluh tujuh koma lima persen) dari hasil panen.

 Institusi Kelompok penggarap (KMK): 2,5% (dua koma lima persen) dari hasil panen

 Pemerintah Desa: 2,5% (dua koma lima persen ) dari hasil panen 2. Bagi hasil panen untuk tanaman MPTS dan agroforestry selain

pepohonan :

a. Tanaman Kopi :

 PIHAK PERTAMA : 47,5 % (empat puluh tujuh koma lima persen) dari hasil panen

 PIHAK KEDUA (pemilik & penggarap lahan): 47,5 % (empat puluh tujuh koma lima persen) dari hasil panen.

 Institusi Kelompok Mitra Kerja (KMK): 2,5 % (dua koma lima persen) dari hasil panen

 Pemerintah Desa: 2,5 % (dua koma lima persen) dari hasil panen b. Tanaman Buah-buahan

(45)

31  PIHAK KEDUA (pemilik & penggarap lahan): 47,5 % (empat

puluh tujuh koma lima persen) dari hasil panen.

 Institusi Kelompok Mitra Kerja (KMK): 2,5 % (dua koma lima persen) dari hasil panen

 Pemerintah Desa: 2,5 % (dua koma lima persen) dari hasil panen c. Tanaman Aren

 PIHAK PERTAMA : 47,5 % (empat puluh tujuh koma lima persen) dari hasil panen

 PIHAK KEDUA (pemilik & penggarap lahan): 47,5 % (empat puluh tujuh koma lima persen) dari hasil panen.

 Institusi Kelompok Mitra Kerja (KMK): 2,5 % (dua koma lima persen) dari hasil panen

 Pemerintah Desa: 2,5 % (dua koma lima persen) dari hasil panen

PENGHARGAAN DAN SANKSI PASAL 10

1. Penghargaan

Penghargaan akan diberikan apabila persen tumbuh diatas 95% (Sembilan puluh lima persen) dengan bentuk dan besaran akan ditetapkan kemudian.

2. Sanksi

a. Apabila salah satu pihak melanggar ketentuan dalam perjanjian ini maka akan dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam peraturan Pemerintah yang berlaku, yang dapat membuat batalnya perjanjian b. Apabila tahun kesatu sampai dengan tahun ketiga presentase

tumbuh pohon tidak mencapai 90% (sembilan puluh persen) maka PIHAK KEDUA diwajibkan melakukan penyulaman dan pemeliharaan dengan biaya PIHAK KEDUA

c. Apabila pada saat penebangan di akhir daur persen tumbuh tidak mencapai 90% (Sembilan puluh persen) maka bagian akan dikurangi sesuai dengan selisih persen tumbuh dari 90% (sembilan puluh persen).

Contoh:

Persen tumbuh 83%.

Selisih persen tumbuh adalah 90% dikurangi 83% = 7% Bagian PIHAK KEDUA dalam bagi hasil produksi adalah sebesar 67,5% dikurangi 7% = 60,5%

d. Sanksi tidak berlaku pada keadaan force majeur (di luar kemapuan manusia) misalnya gempa bumi, tanah longsor, banjir, dan bencana alam lainnya kecuali kebakaran

e. Segala bentuk perselisihan diselesaikan berdasarkan musyawarah mufakat PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA

(46)

32

BERAKHIRNYA PERJANJIAN PASAL 11

1. Perjanjian akan berakhir apabila terdapat salah satu atau lebih kejadian hal-hal berikut:

a. Telah berakhirnya jangka waktu perjanjian

b. Salah satu pihak melanggar salah satu atau sebagian ketentuan dalam perjanjian ini

c. Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan dan ketertiban umum yang berlaku, dan atau dibubarkan oleh pemerintah

d. Adanya force majeur seperti terjadi peperangan, kudeta, bencana alam.

e. Dan atau dikehendaki oleh kedua belah pihak

2. Pada saat perjanjian ini berakhir para pihak sepakat untuk menyelesaikan dan melaksanakan kewajiban serta hak masing-masing dan dengan ini melepaskan ketentuan pasal 1266 dan 1267 Kitab Undang-undang Hukum Perdata tentang pengakhiran perjanjian terhadap hal yang demikian

3. Setelah perjanjian ini berakhir dapat diperpanjang kembali dengan batas waktu yang disepakati oleh kedua belah pihak

KETENTUAN PENUTUP PASAL 12

Apabila dalam perjanjian ini terdapat hal-hal yang tidak atau belum diatur, maka hal tersebut akan diputuskan oleh kedua belah pihak dengan musyawarah untuk mufakat yang akan dituangkan dalam perjanjian atau adendum tersendiri yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian ini

Demikian perjanjian ini dibuat atas dasar keinginan kedua belah pihak dan ditandatangani rangkap 2 (dua) yang mempunyai kekuatan hukum yang sama dan ditanda tangani pada hari dan tanggal tersebut di atas.

PIHAK KEDUA, PIHAK PERTAMA,

ADENG IR. H. ZULFI RAMLAN POHAN, MM.

SAKSI : 1

(47)

33

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Blora, 26 Februari 1990 dari Bapak Paeman dan Ibu Kasminah. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan akademik di SMAN 1 Randublatung tahun 2009, dan pada tahun yang sama penulis diterima di IPB melalui jalur USMI pada program studi Manajemen Hutan, Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten responsi PAI IPB pada tahun ajaran 2011/2012 dan 2012/2013, Koordinator Asisten responsi PAI IPB pada tahun 2012 dan 2013. Penulis juga aktif diberbagai kegiatan intra kampus sebagai staf Departemen ISC DKM Al Hurriyyah 2009/2010, pengurus Dewan Gedung Asrama TPB IPB 2009/2010, Ketua Divisi PSDM UKM Pramuka 2010/2011, pengurus Divisi PSDM Asrama Sylvapinus tahun 2012, Ketua UKM Pramuka 2011/2012, dan Ketua Pelaksana Kemah Riset Nasional 2011. Penulis mengikuti kegiatan praktek pengenalan ekosistem hutan (PPEH) di jalur Sancang Barat-Kamojang pada bulan Juli 2011, praktek pengelolaan hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat pada bulan Juni 2012 dan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di IUPHHK-HT PT Finnantara Intiga, Kalimantan Barat pada bulan Februari - Maret 2013.

Gambar

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian
Gambar 2  Lokasi Penelitian
Tabel 1  Rincian faktor dan nilai maksimum tingkat hubungan kemitraan
Tabel 3 Perkembangan kemitraan tahun 2011 dan 2012
+7

Referensi

Dokumen terkait

Model kooperatif tipe Two Stay Two Stray yang digunakan dalam penelitian ini adalah langkah model kooperatif tipe Two Stay Two Stray yang dipaparkan oleh Huda, yaitu:

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK), dengan subjek penelitiannya adalah siswa kelas V MIN Alue Rindang Aceh Besar yang berjumlah 14 siswa dengan KKM

Then Uncle Colin helped Aunt Marta climb into the Marlings’ bedroom window.. Once she was inside, he followed

Selain itu bibit yang digunakan menggunakan bibit ikan lele yang unggul dengan pemberikan pakan yang berkualitas sehingga menghasilkan produk akhir yang baik dan unggul

Hubungan Antara Tipe Kepribadian hardinass dan Kecenderungan Menggunakan Program Focussed Coping Pada Wiraniaga.. Skripsi (tidak di

Suhu adalah ukuran derajat panas atau Suhu adalah ukuran derajat panas atau dingin suatu benda. dingin

Hasil penelitian menunjukkan bahwa reputasi, biaya hutang, market to book ratio , tingkat pertumbuhan, ukuran perusahaan dan asset tangibility secara simultan

Terbukti dari pengujian yang dilakukan untuk tool versi evaluasi yang digunakan, tool seperti Oxygen hanya bisa mengenali data aktual yang tersimpan di ponsel,